PENDAHULUAN
1
Brondolan merupakan penghasil minyak sawit kasar dan minyak inti,
proses pemisahan brondolan dari tandannya dilakukan pada unit penebahan
dengan cara bantingan keatas, sehingga ketika tandan jatuh dari atas brondolan
akan lepas dari tandannya karena terbentur dengan kisi-kisi dari thresher. Jika
proses pemipilan pada brondolan kurang maksimal maka akan mengakibatkan
losses pada tandan kosong. Untuk itu perlu diperhatikan kinerja dari alat yang
digunakan untuk memipil brondolan dari tandan. Alat yang digunakan ini adalah
thresher. Thresher adalah sebuah alat yang digunakan untuk memipil brondolan
dari tandan yang digerakkan dengan motor penggerak dengan kecepatan
23-24 rpm, diameter 2100 mm, panjang 6300 mm, serta mempunyai kisi-kisi
dengan jarak 570 mm dan berkapasitas 45 ton TBS/jam. Proses penebahan
dapat mempengaruhi rendemen minyak yang dihasilkan, jika semakin banyak
brondolan yang tidak terlepas dari tandannya maka tingkat losses yang
ditimbulkan akan semakin tinggi, akibatnya rendemen minyak yang diharapkan
tidak terwujud.
Jika thresher tidak bekerja dengan maksimal maka proses pemipilan tidak
akan berjalan dengan lancar dan akibatnya banyak brondolan yang tidak terpipil,
sehingga dapat menimbulkan losses dan mungurangi pencapaian pada
rendemen minyak. Sehingga pada setiap awal start pengolahan perlu dilakukan
pengecekan pada thresher agar efisiensi kinerja dari thresher dapat tercapai.
Standar efisiensi kinerja dari thresher pada PT PKS Muriniwood Indah Industry
adalah 95%. Efisiensi unit thresher dapat diketahui dengan menghitung efisiensi
thresher sebelum dan sesudah bunch cruisher. Oleh karena itu pada Praktek
Kerja Lapangan (PKL) mengambil judul Tugas Khusus “ Efisiensi Kinerja Unit
Thresher di PKS PT Muriniwood Indah Industry ”
2
1.3 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan PKL dilakukan selama ±2 bulan dimulai Senin pada tanggal
19 November 2018 sampai dengan Sabtu 19 Januari 2019 yang berlokasi di PKS
PT. Muriniwood Indah Industry (MII) Desa Bumbung Kecamatan Mandau
Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau.
1.4 Metode Pelaksanaan
Adapun metode pelaksanaan praktek kerja lapangan di PT. Muriniwood
Indah Industry (MII) antara lain adalah:
1. Melakukan penyusunan jadwal kegiatan lapangan yang akan dilaksanakan
pada PT. Muriniwood Indah Industry (MII)
2. Melakukan observasi lapangan pada setiap unit pengolahan yang terdapat
pada PT. Muriniwood Indah Industry (MII).
3. Melakukan wawancara dan komunikasi langsung tentang jalannya proses
pengolahan dari unit penerimaan buah sampai proses penimbunan minyak
kasar dan kernel.
3
kinerja. PKS PT. Muriniwood Indah Industry (MII) didirikan pada tahun 2004 dan
baru mulai beroperasi pada tahun 2007. Pada tanggal 21 September 2011 telah
dilakukan komisioning Empty Fruit Bunch Press.
4
Struktur Organisasi PKS PT MII dapat dilihat pada Gambar :1.1
MILL MANAGER
ASISTEN KEPALA
5
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
a. Proses Penimbangan
Proses Penimbangan berfungsi untuk menimbang bahan baku serta
seluruh hasil produksi dari PT.Muriniwood Indah Industry. Jembatan timbang ini
juga dilengkapi dengan load cell yang merupakan suatu peralatan instrumentasi
yang berfungsi sebagai sensor dalam proses penimbangan yang dilengkapi
dengan perangkat komputer sebagai pembaca indicator, proses penimbangan
yang berada didalam kantor penimbangan. Kapasitas jembatan timbang adalah
60 ton. Pada PKS PT.Muriniwood Indah Industry (MII) menggunakan 2 unit
jembatan timbang. Cara penimbangan adalah Berat Brutto ( Berat Mobil dan
6
Buah Sawit), Berat Tarra (Berat Mobil) dan Berat Netto (Berat Bersih Buah
Sawit).
Berat Netto = Berat Bruto – Berat Tarra
Jembatan timbang pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.1
berikut
7
Lori adalah tempat menampungan TBS yang akan direbus. PKS
PT.Muriniwood Indah Industry (MII) memiliki 60 unit lori dengan kapasitas 5,5
ton/lori. Lori dijalankan dengan cara tarikan capstand yang menariknya dengan
sling dan bollar sebagai penahan, sehingga lori berjalan sesuai dengan jalur rel
nya. Selain itu terdapat jembatan Transfer Carrige yang berfungsi memindahkan
jalur lori dari Loading Ramp menuju Sterillizer. CentiLever berfungsi untuk
menghubungkan lori ke sterilizer dari rail track. Pada lori dibuat lubang pada
bagian dinding dan lantai (bottom) yang bertujuan agar uap yang masuk dapat
secara merata menyebar keseluruh bagian lori, serta lubang ini untuk
mengalirkan cairan kondensat sehingga system perebusan berjalan sempurna.
Loading Ramp pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut
8
Fungsi dari proses perebusan adalah sebagai berikut:
1. Menonaktifkan enzim lipase dan oksidasi penyebab kenaikan asam lemak
bebas (ALB).
2. Menurunkan kadar air dalam buah.
3. Memecah emulsi minyak sehingga proses ekstraksi minyak lebih efisiensi.
4. Membantu proses pemisahan antara inti dan cangkang.
5. Melumatkan daging buah sehingga lebih mudah terpisah dengan biji (nut).
6. Memudahkan berondol lepas dari janjangan.
7. Mempermudah proses selanjutnya.
Perebusan dilakukan dengan mengalirkan steam dari Back Pressure
Vessel (BPV) ke sterilizer kisaran waktu 105-120 menit, dengan kondisi operasi
tekanan sebesar 2,8 - 3 kg/cm² dan temperatur 130 - 135°C. Sistem perebusan
yang digunakan adalah sistem triple peak (tiga puncak). Tekanan puncak
pertama 20 psi, tekanan puncak kedua 30 psi dan tekanan puncak ketiga 40-42
psi.
Sistem perebusan yang digunakan pada pabrik yaitu triple peak dimana
dapat dilihat di Gambar 2.3.
25
20
15
10
5
0
Waktu (Menit)
1 5 19 22 36 39 53 98 113
9
Proses perebusan menggunakan system Tripple Peak ( tiga puncak).
Sebelum masuk puncak pertama, lakukan daerasi atau pembuangan udara
selama 5 menit dengan tujuan untuk membuang oksigen didalam sterilizer yang
bisa menghambat proses perebusan. Puncak pertama steam di injeksikan
dengan mencapai 20 psi selama 14 menit kemudian blow down dengan
membuka valve Exhaust (pembuangan steam) dan Condensat (pembuangan
cairan kondensat) sampai tekanan 0 psi dengan kisaran waktu selama 3 menit.
Puncak kedua tekanan dinaikkan mencapai 30 psi selama14 menit, setelah
lakukan blow down sampai tekanan 0 psi selama 3 menit. Sedangkan puncak
ketiga tekanan dinaikkan mencapai 40-42 psi selama 14 menit, kemudian
dilakukan penahanan 45-48 menit. Setelah mencapai waktu penahanan lalu
dilakukan blow down sampai tekanan 0 psi selama ± 15 menit (buka/tutup pintu).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perebusan adalah:
1. Tekanan uap harus cukup disupply dari Back Pressure Vessel (BPV)
dikamar mesin.
2. Menguras atau mengeluarkan udara dalam rebusan (biasanya dilakukan
sebelum mulai perebusan). Untuk menghindari kebocoran dan kelebihan
tekanan pada sterilizer.
3. Waktu perebusan.
4. Kondisi valve steam harus baik.
5. Kondisi safety valve juga masih bekerja dengan baik.
6. Kondisi manometer (alat pengukur tekanan) yang baik.
7. Losses berupa kandungan minyak yang ada di kondensat pit dan empty
bunch.
10
Sterilizer pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut
11
thresher, kemudian akan ditampung pada Under Thresher Conveyor yang
terletak pada bagian bawah thresher. Selanjutnya, brondolan akan dibawa
menuju Bottom Cross Conveyor dan masuk ke dalam Fruit Elevator untuk dibawa
ke Top Cross Conveyor dan dibagikan ke digester. Sedangkan tandan kosong
dari thresher I dan II jatuh ke Horizontal Empthy Bunch conveyor lalu jatuh ke
Unstriped Empty Bunch Conveyor dan naik ke Ban Cruisher untuk dilakukan
penggilingan agar brondolan yang masih melekat di tandan mudah terlepas
ketika masuk Threser no 3 (Rethreshing) yang berfungsi untuk pembantingan
ulang agar brondolan yang masih melekat pada tandan bisa terlepas, dimana
cara kerjanya sama dengan thresher I dan II.
Sementara itu tandan sawit yang sudah terpisah dari brondolannya akan
terlemper keluar dari dalam Drum Thresher. Tandan kosong setelah keluar dari
drum thresher kemudian dibawa dengan Horizontal Empty Bunch Conveyor,
dilanjutkan dengan Inclined empty bunch conveyor dan jatuh ke Scraper empty
bunch Conveyor . Kemudian tandan kosong jatuh di Empty Bunch Press yang
berfungsi untuk mengekstraksi minyak yang terdapat pada tandan kosong.
Minyak masuk ke Oil Gutter Bunch Press dan di alirkan ke Bak Condensat Tank
untuk di pompakan ke sand trap tank, sedangkan janjangan press keluar dari
bagian depan empty bunch press lalu jatuh ke fibre scrapper Conveyor dan
dibawa menuju Inclined Empty Bunch Conveyor ke tempat penumpukan
janjangan press dan siap di aplikasikan kekebun.
Thresher pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut
12
2.1.4 Unit Pengempaan
Unit pengempaan merupakan kelanjutan dari proses pengolahan sawit
selanjutnya setelah dari unit pemipilan. Brondolan pada unit ini akan dilumatkan
dengan digester kemudian dipress dengan Screw Press. Untuk menghasilkan
minyak sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO), berikut ini adalah penjelasan
prosesnya:
1. Proses Pelumatan
Brondolan akan dilumat terlebih dahulu dalam digester dengan tujuan
untuk mempermudah kerja pengempaan sehingga minyak akan mudah
dipisahkan dengan tingkat kerugian yang sekecil-kecilnya. Pengadukan
berlangsung dengan penambahan uap panas dengan suhu 90-950C untuk
mempermudaah proses pelumatan. Pelumatan akan menghasilkan brondolan
dalam bentuk bubur dengan menggunakan pisau pengaduk yang berputar
dengan kecepatan putar ±24-25 rpm.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pelumatan adalah sebagai
berikut:
a. Volume digester harus 3/4 bagian
Apabila terjadi kelebihan volume maka brondolan akan tumpah keluar
yang dipengaruhi oleh putaran pisau kempa dan pencacahan brondolan tidak
sempurna.
b. Suhu antara 90-950C.
Apabila terjadi penurunan suhu maka dapat di tambah dengan cara
membuka valve (keran) steam secara bertahap setelah tercapai suhu yang
diinginkan maka dapat di kurangin kembali, sebab dalam pengolahan sawit suhu
yang berlebihan juga tidak baik yang dapat menimbulkan emulsifikasi (penyatuan
air dengan minyak) dalam hal ini juga tidak boleh di buka terlalu lebar untuk
menghindari terjadi luapan dari dalam digester akibat tekanan yang berlebihan.
c. Pengadukan harus optimal
Pengadukan dilakukan dengan waktu ± 15 – 20 menit sebelum dilakukan
pengempaan. Pengadukan harus optimal bertujuan untuk mendapatkan masa
yang merata sehingga proses ekstraksi minyak maksimal.
d. Pengadukan tidak boleh terlalu lama
13
Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya penghalusan fiber atau
serat yang terlalu banyak. Karena akan mempersulit pengempaan.
Screw Press pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut
14
press berkurang maka minyak tidak ter-ekstraksi dengan maksimal sehingga
losses minyak pada ampas (fibre) tinggi. Jika tekanan press tinggi akan
menyebabkan persentase biji (nut) pecah tinggi, sehingga menyebabkan losess
biji (nut) meningkat karna mudah terhisap.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Screw Press:
a. Pengepresan tidak boleh menyebabkan cangkang pecah
Apabila terjadi pemecahan cangkang maka akan menyebabkan inti
mengalami hancur sehingga minyak CPO akan tercampur dengan minyak PKO
yang dihasilkan oleh inti yang pecah.
b. Jam Operasional Press Cage (Hour Meter)
Supaya dapat tercapai kapasitas press operator setiap hari harus
melakukan pencatatan jam operasional dari pada press cage yang menjadi
parameter untuk pergantian sebab jam operasional dari pada press cage ini
adalah 600-800 jam jika melebihi dari 800 jam operasional maka kapasitas press
tidak tercapai.
Screw Press pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.7 berikut
15
2.1.5 Unit Pemurnian Minyak (Clarification Unit)
Unit klarifikasi ini berfungsi untuk pemurnian minyak terhadap kotoran, air,
dan pasir agar CPO yang di produksi berkualitas tinggi. Sistem pemurnian
dengan gaya sentrifugal dan gaya gravitasi. Hasil minyak yang telah di press
dialirkan melalui oil gutter yang berbentuk talang. Pada oil gutter ini minyak
ditambahkan dengan dilusion yang berasal dari kondensat perebusan. Adapun
tahap-tahap pemurnian adalah sebagai berikut :
16
2. Vibrating Screen
Vibrating screen merupakan alat pemisah minyak dengan Non Oil Solid
(NOS) yaitu sampah, serat dan pasir yang masih terikut karena tidak
terendapkan pada sand trap tank. Vibrating screen bekerja dengan cara
menggetarkan saringannya, sehingga minyak akan tersaring dan turun ke Crude
Oil Tank. Sedangkan ampas atau kotorannya yang berada diatas keluar menuju
Screw Conveyor dan dillanjutkan Fruit Elevator untuk di proses kembali.
Vibrating screen pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.9 berikut
17
Crude Oil Tank pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.10 berikut
18
Vertical Continuous Tank pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar
2.11 berikut
19
6. Vacuum Dryer
Vacuum Dryer merupakan alat yang berfungsi untuk mengurangi kadar air
dalam CPO secara maksimal yang berbentuk tabung silinder berkapasitas 15
Ton/Jam. Tekanan pada Vacuum Drayer adalah -0,7 s/d -0,8 Bar. Tujuan
vacuum dryer untuk mempercepat titik didih air, sehingga mempermudah
pemisahan minyak dengan air. Penurunan kadar air menggunakan vacuum
drayer mencapai 0,35%.
Vacuum Dryer pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.13 berikut
8. Storage Tank
Storage Tank adalah tangki yang berfungsi untuk tempat
penimbunan/penyimpanan hasil Crude Palm Oil (CPO). Pada Storage Tank
minyak tetap dipanaskan pada temperatur 50 -550C dengan tujuan agar minyak
tidak membeku dan mencegah bau tengik. Kapasitas storage pada PKS
PT.Muriniwood Indah Industry adalah 2500 ton.
20
Storage Tank pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.14 berikut
21
10. Pre Cleaner Tank
Precleaner Tank adalah tempat penampungan sludge sementara
sebelum di pompakan ke Buffer tank. Kapasitas Precleaner Tank pada PKS
PT.Muriniwood Indah Industry adalah 8 ton.
22
Pada centrifuge ini dilegkapi nozzle yang berperan penting, ukuran
lobang nozzle mempengaruhi pemisahan fraksi ringan dan berat. Semakin kecil
ukuran nozzle maka daya pisah semakin baik yaitu kadar minyak pada buangan
relative kecil, akan tetapi nozzle sangat cepat rusak. Yang diakibatkan gesekan
pasir halus.
Sludge Separator pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.17
berikut
13. Recleamed
Recleamed berfungsi sebagai tempat penampungan minyak dari proses
sludge separator sebelum di umpankan kembali ke tanki Vertical Continuous
Tank (VCT).
23
15. Bak Recovery
Bak recovery merupakan bak penampungan sludge dari Fat Fit. Bak
recovery dipanaskan sampai suhu 90 - 950C. Kemudian Minyak yang masih
terdapat pada bak recovery akan dilakukan pengolahan kembali dan dipompakan
menggunakan recovery oil pump ke bak condensat tank sedangkan sisanya
akan dibuang ke Deoling Pond.
2. Depericarper
Merupakan salah satu alat untuk memisahkan serabut dari biji. Alat ini
terdiri dari sparating coloum dan polishing drum. Kedua alat ini mempunyai fungsi
untuk membersihkan serabut (fibre) yang melekat pada biji (nut) dan sebagai
tempat terjadinya pemisahan antara serabut dengan biji.
24
Depericarper pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.18 berikut
25
4. Destoner Cyclone
Destoner Cyclone berfungsi untuk memisahkan fiber dan nut yang belum
terpisah pada proses sebelumnya. Dimana fiber dan nut dihisap fan destoner
menuju destoner cyclone, fiber terhisap ke pneumatic air lock destoner
sedangkan biji (nut) jatuh ke nut grading.
5. Nut Grading
Nut grading drum fungsinya untuk memisahkan antara biji ukuran besar
dengan biji ukuran sedang dan kecil sebelum masuk ke dalam nut silo.
6. Nut Silo
Nut silo berfungsi tempat untuk menampung nut sebelum dipecah di ripple
mill. Pada bagian dalam silo dibuat sekat-sekat segitiga horizontal. Penyekatan
bertujuan agar nut didalam silo mempunyai permukaan yang dapat kontak
langsung dengan udara lebih luas sehingga udara dapat dengan mudah melalui
semua permukaan dari biji (nut).
Nut Silo pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.20 berikut
26
7. Ripple Mill
Ripple mill berfungsi untuk memecahkan biji (nut) agar intinya terlepas dari
cangkangnya sehingga mudah untuk dipisahkan pada proses pemisahan
selanjutnya. Ripple mill terdapat 3 unit dengan kapasitas masing-masing sebesar
6-7 ton/hari. Mekanisme penekanan biji (nut) dengan ripple mill yaitu dengan
penekanan biji (nut) yang masuk oleh rotor bar pada dinding bergerigi sehingga
menyebabkan pecahnya biji (nut). Kecepatan rotor bar yaitu 900 1000 rpm
karena putaran yang rendah akan menurunkan efisiensi biji (nut) yang pecah,
sedangkan jika kecepatan rotor bar tinggi akan menaikkan efesiensi inti pecah.
Hasil pemecahan (cracked mixture) akan dibawa oleh cracked mixture conveyor
dan dilanjukan cracked mixture elevator menuju LTDS I.
Ripple Mill pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.21 berikut
27
9. LTDS II (Light Tenera Dry Separator)
LTDS II fungsinya sama dengan LTDS I untuk dipisahkan lagi kernel (inti)
dan cangkang dimana fraksi kecil akan terangkat menuju LTDS cyclone oleh
hisapan fan dan masuk ke shell hopper melalui air lock dan akan jatuh ke
conveyor sebagai bahan bakar untuk boiler. Sedangkan fraksi ringan dan besar
akan masuk ke air lock 3 dan jatuh ke feed crecker conveyor clay bath.
10. Claybath
Claybath merupakan tempat terjadinya proses pemisahan kernel dengan
cangkang berdasarkan perbedaan berat jenis (BJ) dengan penambahan CaCO3
dan abu boiler. BJ inti (kernel) basah adalah 1,07 gr/m3, BJ cangkang adalah
1,30 gr/m3 dan BJ air adalah 1 gr/m3. Dengan penambahan bahan kimia
sehingga mempengaruhi BJ air menjadi 1,2 gr/m3. Berat jenis inti (kernel)
rendah akan mengapung ke permukaan air yang melewati vibrating dengan
ukuran 8 mesh dan jatuh ke wet kernel conveyor. Sedangkan cangkang
tenggelam akan di transfer melalui Load Shell ke penimbunan cangkang.
Calybath pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.22 berikut
28
11. Silo Dryer
Silo dryer berfungsi untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam inti
produksi. Pengeringan dilakukan dengan cara menghembuskan udara panas
dari steam heater. Udara dipanaskan dengan steam dengan suhu 60-800C
selama ±14 -15 jam, kemudian oleh blower dihembuskan ke dalam silo.
Silo Dryer pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.23 berikut
29
2.1.7 Unit Pendukung (Utilitas)
Utilitas merupakan suatu unit pendukung seluruh kegiatan suatu proses.
Utilitas berfungsi sebagai penyedia atau penyuplai bahan, tenaga, energi serta
penanggukangan yang dibutuhkan oleh pabrik untuk keperluan proses. Maka
dibutuhkan beberapa unit pendukung diantaranya:
1. Water Treatment
Water treatment plant pada pabrik kelapa sawit merupakan unit
pengolahan air untuk menghilangkan sebagian atau semua zat-zat yang tidak
diperlukan yang terdapat dalam air sesuai dengan mutu dan kondisi yang
diinginkan. Fungsi dan tujuan pengolahan air adalah untuk memproduksi air yang
bersih dan jernih, mengurangi biaya boiler water treatment dengan hasil air yang
bersih dan jernih.
a. Water intake
Water intake adalah tempat penampungan air sementara dari parit-parit
kecil sebelum dialirkan ke waduk. pH air 6,5-8,5.
b. Waduk
Waduk adalah sebagai tempat penampungan air yang berasal dari water
intake.
c. Row Water Tank
Row water tank adalah tempat penampungan air kotor yang dipompakan
dari waduk dan berkapasitas 40m3. Pada pipa jalur kapiler ini di injeksikan bahan
kimia melalui Chemical Dosing Pump yang fungsi untuk mengalirkan larutan
bahan kimia dengan cara injeksi dari tangki larutan kimia ke dalam Clarifier Tank
dengan tujuan untuk menjernihkan air dan menaikkan Ph.
d. Clarifier
Clarifier berfungsi sebagai tempat terjadinya proses pembentukan partikel
yang lebih besar dengan sistem pengendapan sehingga flock terbentuk
bertambah besar dan semakin berat sehingga mudah mengendap. Alat ini juga
dilengkapi kerangan drain untuk membuang endapan lumpur yang terbentuk.
30
e. Water basin
Water basin adalah sebagai tempat penampungan sementara sebelum
dipompakan ke sand filter untuk proses penyaringan.
f. Sand Filter
Sand filter berfungsi untuk menyaring sisa-sisa lumpur yang tidak
mengendap di water basin dan di dalam sand filter ada proses filtrasi suspended
(tidak terlarut). Pada sand filter juga terjadi proses backwash (pencucian
kembali) dimana air dipompakan dari bawah naik ke atas dan dibuang.
g. Tanki air bersih
Sebagai tempat penimbunan air yang sudah bersih hasil dari pengolahan
dan sebagai tempat pengaturan distribusi air untuk domestik maupun untuk
keperluan pabrik.
h. Softener
Air dari tanki air bersih dipompakan ke Softerner Tank yang berfungsi
sebagai tempat untuk menghilangkan kandungan kesadahan (Hardness ) air
yang terdiri dari Calsium dan Magnesium.
Prinsip kerja dari softener ini yaitu : Softener Tank yang berisi Resin
dengan basic unsur Na+ akan mengikat setiap kesadahan dari air yang melewati
softener ini. Pada Softener Plan ini terjadi penambahan kimia diantaranya :
1. Wilgard 33 ( pengontrolan pH )
Bentuk fisik : Cairan
Warna : Putih
0
Berat jenis pada T:25 C : 1,45
pH ( pada 1% larutan ) : 12,5-13,5
dosis : 200-500ppm
31
3. Wilgard 45 ( On-line Cleaning )
Bentuk fisik : Cairan
Warna : Coklat
Berat jenis pada T:250C : 1,2
pH ( pada 1% larutan ) : 10,5-11,5
dosis : 100-200ppm
2. Boiler
Boiler merupakan bejana bertekanan yang digunakan untuk
menghasikan uap yang dipakai untuk menggerakkan turbin uap sebagai
pembangkit tenaga di pabrik kelapa sawit, selain itu uapnya juga digunakan
untuk proses perebusan dan keperluan pemanasan lainnya. Boiler bekerja
mengkonversikan panas yang dihasilkan dari bahan bakar, mengubah air
32
menjadi uap yang kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin sebagai
pembangkit tenaga listrik.
33
4. Unit Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah adalah proses penghilangan bahan-bahan yang
berbahaya agar aman dibuang ke lingkungan. Fungsi dan tujuan dari pengolahan
limbah adalah
4.1 Untuk mendapatkan limbah akhir yang sesuai dengan kebutuhan Land
Aplikasi
4.2 Mendapatkan limbah akhir yang sesuai standar baku mutu ( jika dialirkan
keluar/kesungai)
4.3 Untuk mengurangi dan menghindari terjadinya pencemaran lingkungan
Proses pengendalian air limbah PKS adalah perombakan secara an
aerobic yang berlangsung tanpa membutuhkan oksigen, untuk mendapatkan
senyawa-senyawa limbah menjadi energi dan nutrisi yang sesuai untuk
kebutuhan land aplikasi. Mekanisme penanganan limbah cair dari pabrik ke
instalasi pengolahan air limbah ( IPAL) adalah sebagai berikut: air limbah yang
dihasilkan dari proses produksi di PKS mempunyai kisaran BOD 25000ppm.
Limbah yang dihasilkan dari pabrik barupa :
1. Limbah padat
Limbah padat yang dihasilkan dari pabrik semuanya dimanfaatkan,
contohnya cangkang dan fibre yang digunakan sebagai bahan bakar pada boiler
sedangkan jangkos di aplikasikan ke lapangan sebagai pupuk.
2. Limbah cair
Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik bersumber dari air kondensat, air
cucian pabrik, air claybath dan sebagainya. Limbah cair ini semuanya di tampung
dan diolah dikolam limbah dan setelah memenuhi syarat air Buangan dapat
dibuang ke sungai atau dapat dimanfaatkan untuk mengairi kelapa sawit melalui
system Land Aplication serta dapat dimanfaatkan sebagai sumber energy
dengan aplikasi biogas.
a. Deoling Pond
Sebagai tempat penampungan air setelah Bak Recovery yang berfungsi
untuk pengutipan minyak kembali hingga kadar 0,4%.
34
b. Cooling pond
Air limbah dari Deoling Pond di pompakan menuju Cooling Pond dengan
tujuan untuk pendinginan air limbah agar suhu mencapai ± 400C
c. Kolam 1 dan II
Air limbah dari Cooling Pond dialirkan ke kolam 1 dan 2 yang berfungsi
sebagai tempat penampungan sementara sebelum di alirkan kekolam 3,4,5 dan
6, dimana setelah sampai pada kolam 6 akan langsung di transfer ke land
aplikasi.
d. Land aplikasi
Adalah sistem pemanfaatan air limbah ke kebun klapa sawit dengan
menggunakan Flat-bad.
5. Laboratorium
Laboratorium pabrik merupakan sensor bagi managemen pabrik dalam
mengatur proses efisiensi dan kualitas produk akhir. Oleh karena itu,
laboratorium pabrik harus berfungsi secara efisien dan mengeluarkan data yang
akurat untuk membantu managemen pabrik.
Fungsi utama Laboratorium pabrik adalah :
a. Setiap hari mengambil sample, menganalisa dan mencatat kualitas
produksi agar dapat mengetahui ketidaknormalan dan melaporkan kepada
managemen pabrik untuk ambil tindakan segera.
b. Secara konstan mengukur ketepatan losis minyak dan kernel selama
pengolahan untuk diinformasikan kepada managemen pabrik jika ada
ketidaknormalan sehingga dapat diambil langkah perbaikan.
c. Secara teratur mengambil sample air boiler, air raw dan air limbah untuk
dianalisa dan dilakukan langkah perbaikan atau kontrol rutin.
35
2.2 Efisiensi Pemisahan Buah Pada Thresher
2.2.2 Tujuan
Tujuan tugas khusus yang dilakukan adalah :
1. Mengetahui tujuan dari Thresher.
2. Mengetahui cara kerja Thresher.
3. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses
pemipilan pada thresher.
4. Mengetahui alat pelengkap pada Thresher.
5. Mengetahui perawatan yang dilakukan pada Thresher.
6. Untuk mengetahui efisiensi pemisahan buah pada Thresher.
36
2.2.3 Metodologi
Metodologi yang dilakukan dalam PKL adalah observasi kelapangan,
interview dengan asisten proses, operator thresher, mandor proses dan juga
dengan metode kepustakaan.
37
2.2.6 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Proses Pemipilan pada thresher
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemipilan adalah sebagai berikut :
1. Thresher drum harus bersih dari kotoran yang menempel di kisi – kisi drum.
Hal ini dapat mempengaruhi efisiensi bantingan, karena kisi – kisi tidak
bisa bekerja dengan sempurna akibat kotoran – kotoran yang
menghambat pada proses pemipilan, bahkan akan terjadi kerusakan
pada thresher drum.
2. Buah harus bebas dari benda keras (besi) yang mungkin terikut TBR,
karena benda keras seperti besi akan merusak Thresher, bahkan akan
menghambat proses pemipilan, sehingga pemipilan tidak sempurna.
3. Pemasukan buah ke Thresher harus bertahap agar buah yang menempel
pada tandan dapat rontok keseluruhannya dengan sempurna, karena
buah yang dimasukkan secara bersamaan akan mengakibatkan thresher
tidak bisa membanting TBR dengan maskimal, sehingga buah tidak
terpipil dengan sempurna yang akan mengakibatkan turunnya efesiensi.
Putaran thresher terbaik adalah tandan dapat terangkat tinggi dan
sekaligus terjatuh pada dasar drum.
38
b. Horizontal Empty Bunch Conveyor
Horizontal empty bunch conveyor adalah conveyor pengantar tandan yang
masih ada brondolan yang menempel yang telah diproses dari bantingan
pertama untuk dikirim ke ban cruisher dan janjangan kosong yang keluar dari
thresher no 3 jatuh ke Horizontal empty bunch conveyor dan dikirim ke inclined
empty bunch conveyor.
Data – data teknik horizontal empty bunch conveyor :
1. Panjang conveyor 27320 mm dan lebar 750mm.
2. Conveyor digerakkan oleh elektromotor n=1450 rpm.
c. Ban Cruisher
Ban Cruisher adalah alat yang berfungsi untuk penggilingan tandan buah
dengan menggunakan 2 pasang poros yang memiliki gigi – gigi yang berputar
berlawan arah antara pasangannya. Dari empty bunch crhuser selanjutnya akan
dilanjutkan menuju Thresher 3 untuk dilakukan bantingan ulang.
d. Inclined Empty Bunch Conveyor
Inclined empty bunch conveyor adalah alat yang digunakan untuk
mentransfer tandan kosong untuk dilanjutkan menuju unit empty bunch press.
Data – data teknik horizontal empty bunch conveyor :
1. Panjang conveyor 51300 mm dan lebar 750mm
2. Conveyor digerakkan oleh elektromotor n=1450 rpm
e. Conveyor Under Thresher
Conveyor under thresher adalah alat yang digunakan untuk mentransfer
hasil penebahan menuju bottom cross conveyor. Conveyor under thresher
digerakkan oleh elektromotor.
f. Bottom Cross Conveyor
Bottom Cross Conveyor adalah conveyor bawah melintang model ulir atau screw
yang digunakan untuk mentransfer brondolan dari conveyor under thresher
menuju Fruit Elevator.
39
2.2.8 Perawatan Pada Thresher
Untuk menjaga keawetan dari mesin – mesin yang ada di unit threshing,
ada beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain :
1. Melakukan pembersihan terhadap seluruh bagian – bagian alat yang ada
di thressing unit, seperti kisi – kisi dan conveyor.
2. Memeriksa Oli hydrolic apakah masih dalam level yang diinginkan.
3. Melumasi semua bagian – bagian bearing pada as sproket maupun
rantai.
4. Membersihkan tandan yang menyumbat pada lobang – lobang thresher.
5. Memperhatikan kondisi chain conveyor apakah sudah mengalami aus
atau sudah mengalami longgar.
6. Selalu mengecek control panel pada threshing unit.
40
2.2.10 Efisiensi Pemisahan Buah Pada Thresher
Efisiensi thresher adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengghitung
kinerja dari thresher, perhitungan pada efisiensi ini diukur dari unstiped bunch
(USB) yang terdapat pada keluaran tiap-tiap thresher dengan mengambil sampel
sebanyak 400 tandan keluaran dari drum thresher. Pengamatan untuk
perhitungan efisiensi kinerja thresher dilakukan selama 10 hari, dimulai dari
tanggal 10 desember hingga 20 desember 2018.
Grafik efesiensi kinerja thresher pada PKS PT MII dapat dilihat pada
gambar 2.25 berikut
102.00%
100.00%
98.00%
96.00%
Thresher sebelum Ban
Cruisher
94.00%
Thresher sesudah Ban
92.00% Cruisher
90.00%
88.00%
hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4 ke 5 ke 6 ke 7 ke 8 ke 9 ke 10
41
Sedangkan rata-rata pemisahan pada thresher setelah melewati ban
cruisher adalah 98.2%, ada peningkatan sebesar 1.4% dari pemisahan pada
thresher sesudah melewati ban cruisher. Peningkatan ini terjadi karena pada
thresher 3 dibantu oleh ban cruisher yang berfungsi untuk penggilingan tandan
buah dengan menggunakan 2 pasang poros yang memiliki gigi-gigi berputar
berlawanan arah antara pasangannya, sehingga brondolan yang masih melekat
ditandannya dari proses bantingan pertama dapat membrondol atau lepas dari
tandannya pada proses bantingan kedua, yang akan membantu proses
pemipilan pada thresher 3.
Dengan adanya 3 thresher yang disusun dengan seri, dapat
meningkatkan efesiensi pemisahan dan menurunkan losses. Tinggi efisiensi
berarti banyaknya brondolan yang dapat terpisah dari tandannya.
2. Perebusan
Pada proses perbusan juga berperan penting dalam efesiensi dari
thresher. Proses perebusan yang kurang sempurna seperti waktu
perebusan akan menyulikan pemipilan pada thresher.
42
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses pengolahan Tandan Buah Segar ( TBS ) menjadi minyak sawit atau
Crude Palm Oil (CPO) dan kernel terdiri dari unit utama dan unit
pendukung. Unit utama dimulai dari Unit Penerimaan Buah, Unit Rebusan,
Unit Pemipilan, Unit Pengempaan, Unit Pemurnian Minyak, dan proses
pengolahan Inti Sawit (Kernel). Sedangkan unit pendukung adalah unit
laboratorium, unit pengolahan air, boiler, pembangkit listrik dan pengolahan
limbah
2. Rata-rata efisiensi pemisahan pada thresher sebelum melewati ban
cruisher adalah 96.8%, efisiensi ini termasuk tinggi, dan sudah sesuai
dengan yang diharapkan pabrik dengan efesiensi minimal 95%
3. Rata-rata pemisahan pada thresher sesudah ban cruisher adalah 98.2%.
ada peningkatan sebesar 1.4% dari pemisahan pada thresher setelah
melewati ban cruisher.
4. Hal-hal yang mempengaruhi efesiensi pemisahan adalah tingkat
kematangan buah, dan perlakuan perebusan pada sterilizer.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan oleh penulis mengenai proses
Pengolahan Minyak Kelapa Sawit di PKS PT.Muriniwood Indah Industry adalah
sebagai berikut :
1. Untuk kinerja alat dari proses perlu diperhatikan sehingga efesiensi kerja
alat untuk meningkatkan perolehan produk crude palm oil dan kernel dapat
tercapai.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemipilan pada unit
thresher adalah kondisi mesin yang harus dijaga dan selalu memperhatikan
kisi-kisi pada thresher.
3. Seluruh karyawan diharapkan agar menggunakan alat pelindung diri
(APD), agar tidak terjadi kecelakaan kerja.
43
DAFTAR PUSTAKA
[PKS JS] Pabrik Kelapa Sawit Muriniwood Indah Industry (MII). 2017. Standar
OperasionalProsedur Pabrik Kelapa Sawit Muriniwood Indah Industry (MII).
Bangkinang Seberang: PKS PT.Muriniwood Indah Industry (MII).
44
Daftar Lampiran
LAMPIRAN 1
Flow Chart Proses Pengolahan Kelapa sawit menjadi CPO di PKS
PT.Muriniwood Indah Industry
45
LAMPIRAN 2
Cara Menghitung Efesiensi Pemisahan Buah Pada Thresher
Perhitungan :
𝑁1 𝑥 100
% Total Buah yang tidak terpipil sebelum melewati bunch cruisher = 400
=
5 𝑥 100
400
= 1.25%
𝑁1 𝑥 100
% Total Buah yang tidak terpipil sesudah melewati bunch cruisher = 400
=
2 𝑥 100
400
= 0.5%
% Efesiensi
= Thresher sebelum bunch cruisher = 100 – Sebelum Bunch cruisher
46
LAMPIRAN 3
Data pengamatan
GENERAL DATA
USB Efesiensi Thresher
Date
Sebelum ban Sesudah ban Sebelum ban Sesudah ban
cruisher cruisher cruisher cruisher
1 2.25% 1.5% 97.5% 98.5%
2 3.5% 1.75% 96.5% 98.25%
3 6.25% 3.75% 93.75% 96.25%
4 3% 2% 97% 98%
5 1% 0.25% 99% 99.75%
6 1% 0.25% 99% 99.75%
7 1.25% 0.25% 98.75% 99.75%
8 2% 1% 98% 99%
9 7.25% 4.25% 92.75% 95.75%
10 4.5% 3.25% 95.5% 96.75%
47
LAMPIRAN 4
Gambar Unit Thresher
48
LAMPIRAN 5
Rekap Jurnal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan
49
Pengoperasian Capstand
Mempelajari unit
Klarifikasi
3 – 8 desember proses Mempelajari unit
2018 pengolahan kernel
Mempelajari unit screw
press
Menghitung % nut yang
diolah
Pehitungan efesiensi
thresher
10 – 14 Proses Pehitungan efesiensi
desember 2018 thresher
Pengoperasi Tipler
Perhitungan losses ripple
mill
Perhitungan losses LTDS
Percobaan bantingan
pada thresher
50
Perhitungan % nut to FFB
Ekstraksi Losses
2-12 januari Laboratorium Analisa ALB, Kadar Air ,
2019 Kadar Kotoran
Pengambilan sampel uji
Sortasi TBS yang akan
diolah
Mengikuti sonding
Mengikuti pemasaran
CPO dan Kernel
Perhitungan rendemen
hasil pengolahan
Perhitungan jartes unit
Water Treatment
14-19 januari Laboratorium Analisa ALB, Kadar Air ,
2019 Kadar Kotoran
Perhitungan % nut to FFB
Presentasi hasil PKL
Pemasaran CPO
Revisi laporan dengan
pembimbing
51