Anda di halaman 1dari 211

TUGAS AKHIR (613423A)

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR


PADA INDUSTRI SAOS, KECAP, DAN PERMEN TING TING
JAHE

NEDYA NAYAKA SASTRI


NRP. 1015040016

DOSEN PEMBIMBING:
DENNY DERMAWAN, S.T., M.T
MOCH LUQMAN ASHARI, S.T., M.T

PROGRAM STUDI D4-TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2019
TUGAS AKHIR (613423A)

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR


PADA INDUSTRI SAOS, KECAP, DAN PERMEN TING TING
JAHE

NEDYA NAYAKA SASTRI


NRP. 1015040016

DOSEN PEMBIMBING:
DENNY DERMAWAN, S.T., M.T
MOCH LUQMAN ASHARI, S.T., M.T

PROGRAM STUDI D4-TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2019

iii
(HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN)

iv
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)
iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala
berkat, rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir dengan judul “Perencanaan Instalasi Pengolahan Limbah Cair Pada
Industri Saos, Kecap, Dan Permen Ting-Ting Jahe” yang disusun sebagai syarat
untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma IV Teknik Pengolahan
Limbah pada Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Dalam penysunan tugas
akhir ini berbagai pihak banyak membantu, memberi semangat, bimbingan,
membina serta dukungan dari berbagai hal hingga laporan tugas akhir ini dapat
terselesaikan. Pihak-pihak yang telah ikut berkontribusi khususnya:

1. Bapak Ir. Eko Julianto. M.Sc., F.RINA., selaku direktur Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya.
2. Bapak George Endri K., ST, MSc., selaku ketua jurusan Teknik Permesinan Kapal
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
3. Bapak Denny Dermawan, ST., MT., selaku Koordinator Program Studi D4 Teknik
Pengolahan Limbah serta selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan
waktu, memberikan bimbingan, saran, bantuan serta doanya hingga tugas akhir ini
dapat terselesaikan dengan baik.
4. Bapak Moch. Luqman Ashari, ST., MT., selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, bantuan, masukan serta doa,
sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Ibu Tanti Utami Dewi, S.Si., M.Sc selaku Koordinator Tugas Akhir Program Studi
Teknik Pengolahan Limbah Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
6. Ibu Ulvi Pri Astuti, S.T., M.T., selaku dosen penguji yang telah memberikan
bantuan, masukan serta doanya hingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan
baik.
7. Bapak Moch. Chairul Rizal, S.T., M.T., selaku dosen penguji yang telah
memberikan bantuan, masukan serta doanya hingga tugas akhir ini dapat
terselesaikan dengan baik.
8. Kedua orang tua yakni Bapak Eko Nurul dan Ibu Siti Rahmawati serta adik adikku
tercinta Lintang Lazuardi, Dayinta Noor Aslama, Kenzie Ainuurohman Lazuardi

iv
yang selalu mendoakan, memberi kasih sayang, memberikan dukungan, nasehat,
pengertian dan bantuan pengerjaan Tugas Akhir ini dari awal hingga akhir.
9. Seluruh Dosen dan Karyawan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis, selama penulis menyelesaikan
pendidikan di Teknik Pengolahan Limbah Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
10. Bapak Hari Suyono, S.T., M.T., selaku pegawai Dinas Lingkungan Hidup Kota
Kediri yang telah memberikan masukan, saran serta doanya hingga tugas akhir ini
dapat terselesaikan.
11. Ibu Kiki selaku pemilik pabrik saos, kecap dan permen ting-ting yang bersedia
meluangkan waktu untuk penelitian saya selama di pabrik mengambil data dan
sampel.
12. Ajie Tondo Utomo yang telah membantu, mendoakan dan memberikan dukungan
pengerjaan Tugas Akhir ini dari awal hingga akhir.
13. Febri Aditya Harmoko yang telah membantu, mendoakan dan memberikan
masukan saran pengerjaan Tugas Akhir.
14. Istina, Putri, Annisa, Balqis, Dian, Suci, Nadya, Citra, Jihan yang telah meluangkan
waktunya, memberikan bantuan dan dukungan saat di laboratorium dan koridor
hingga larut malam.
15. Bela Paradita yang telahmembantu, mendoakan dan memberikan dukungan
pengerjaan Tugas Akhir.
16. Teman seperjuangan Teknik Pengolahan Limbah angkatan 2015 yang telah saling
mendoakan dan memberikan semangat selama pengerjaan Tugas Akhir dari awal
hingga akhir.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini masih belum sempurna,
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga Tugas akhir ini
memberikan manfaat dan wawasan bagi kita semua.

Surabaya, 15 Juli 2019

Nedya Nayaka Sastri

v
PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
PADA INDUSTRI SAOS, KECAP, DAN PERMEN TING-TING
JAHE
Nedya Nayaka Sastri

ABSTRAK

Industri Kecap, Saos, dan Permen Ting-Ting Jahe memiliki lahan seluas 1.420
2
m . Hasil produksi kecap, saos, dan permen ting-ting masing-masing yaitu 240
botol, 960 botol, dan 7 kg. Karakteristik air limbah dari industri ini melebihi Baku
Mutu Pergub Jatim No 72 Tahun 2013 dengan nilai COD 6.048,9 mg/L, BOD
2.397,5 mg/L, dan TSS 1.840 mg/L. Pengambilan sampel air limbah mengacu
pada SNI 6989.59:2008. Oleh karena itu DLH Kota Kediri mewajibkan
pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Tujuan dari penelitian ini
yaitu mengidentifikasi karakteristik air limbah, menentukan teknologi pengolahan
air limbah, menyusun nota perhitungan dimensi dan konstruksi bangunan
IPAL,serta menyusun gambar detail IPAL. Teknologi IPAL yang dipilih yaitu
alternatif 1 yang terdiri dari unit barscreen, bak ekualisasi(1,7m×1,7m×1,8 m),
tangki netralisasi (diameter 0,6 m dan tinggi 0,7 m), Anaerobic Baffle
Reactor/ABR (2,3m×1,5m×1,5m), Extended Aeration/EA (5m×1,8m×4m), dan
clarifier (diameter 3,5 m dan tinggi 3 m). Struktur bangunan unit ekualisasi, ABR,
dan EA memiliki tulangan dinding sebanyak 6 buah dengan jarak 170 mm dan
tulangan lantai sebanyak 8 buah dengan jarak 130 mm.

Kata Kunci: IPAL, barscreen, ekualisasi, netralisasi, Anaerobic Baffle Reactor,


Extended Aeration

vi
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

vii
WASTE WATER TREATMENT PLANT IN KETCHUP, SAUCE
ANDTING TING GINGERCANDY INDUSTRY
Nedya Nayaka Sastri

ABSTRACT

An industry that produces soy sauce, sauce, and ting-ting ginger candy has a
land area of 1.420 m2. The production of soy sauce, sauce, and ting-ting ginger
candy was 240 bottles, 960 bottles, and 7 kg respectively. Wastewater
characteristics of this industry is higher than East Java Governor Regulationwith
COD 6.048,9 mg/L, BOD 2.397,5 mg/L, and TSS1.840 mg/L. Sampling was based
on SNI 6989.59:2008. Because of that, the environmental service authorities
obliged to build Waste Water Treatment Plant (WWTP). The purpose of the
WWTP planning in this study was to identify the characteristics of wastewater,
determine the technology of wastewater treatment, compile dimensional
calculation notes and construction of WWTP buildings, and compile detailed
WWTP drawings. Selected WWTP technology is alternative 1 which consists of a
barscreen unit, equalization tank (1,7 m, 1,7 m, 1,8 m), netralitation tank
(diameter 0,63 m and height 0,7 m), anaerobic baffle reactor (2,3 m, 1,5 m, 1,5
m), extended aeration (5 m, 1,8 m, 4 m), and clarifier (diameter 3,5 m and height
3 m). Structure of equalization tank, ABR, dan EA has 6 pieces of wall
reinforcement with a distance of 170 mm and 8pieces of floor reinforcement with
a distance of 130 mm.

Keyword : WWTP, barscreen, equalization, netralitation, anaerobic baffle


reactor, extended aeration

viii
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

ix
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ iv

ABSTRAK........................................................................................... vi

ABSTRACT .......................................................................................viii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

1.3 Tujuan ................................................................................................................. 3

1.4 Manfaat ............................................................................................................... 3

1.5 Batasan Masalah.................................................................................................. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 5


2.1 Limbah Cair ........................................................................................................ 5

2.2 Sumber Limbah Cair ........................................................................................... 5

2.3 Karakteristik Limbah Cair ................................................................................... 6

2.3.1 Karakteristik Fisik ............................................................................................. 6

2.3.2 Karakteristik Kimia .......................................................................................... 8

2.3.3 Karakteristik Biologis ....................................................................................... 9

2.4 Industri Kecap, Saos, dan Permen Ting-Ting Jahe ............................................ 9

2.4.1 Proses Produksi ............................................................................................... 10

2.4.2 Limbah yang Dihasilkan ................................................................................. 13

2.5 Baku Mutu ......................................................................................................... 14

2.6 Parameter Uji .................................................................................................... 15

2.6.1 BOD (Biochemical Oxygen Demand) ............................................................ 15

2.6.2 COD (Chemical Oxygen Demand) .................................................................. 15

x
2.6.3 TSS(Total Suspended Solid) ........................................................................... 16

2.6.4 Keasaman air (pH) .......................................................................................... 16

2.7 Teknologi Instalasi Pengolahan Air Limbah..................................................... 17

2.7.1 Pre-Treatment ( Pengolahan Pendahuluan ) ................................................... 17

2.7.2 Primary Treatment .......................................................................................... 19

2.7.3 Secondary Treatment ...................................................................................... 21

2.7.4 Pengolahan Tahap Ketiga ............................................................................... 25

2.7.5 Parameter Kinerja Unit Pengolahan ................................................................ 27

2.8 Debit Air Limbah .............................................................................................. 30

2.9 Konstruksi Instalasi Pengolahan Air Limbah ................................................... 31

2.9.1 Pembebanan .................................................................................................... 31

1. Kombinasi Pembebanan.................................................................................. 33

2. Beton ............................................................................................................... 33

3. Dinding Penahan Tanah .................................................................................. 37

4. Tulangan Pelat ................................................................................................ 40

2.10 SAP2000 ........................................................................................................... 43

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .......................................... 53


3.1 Kerangka Penelitian .......................................................................................... 53

3.2 Identifikasi Permasalahan ................................................................................. 55

3.2.1 Latar Belakang ................................................................................................. 55

3.2.2 Kondisi Ideal .................................................................................................... 55

3.3 Studi Literatur ................................................................................................... 56

3.4 Pengumpulan Data ............................................................................................ 56

3.4.1 Data Primer ..................................................................................................... 57

3.4.2 Data Sekunder ................................................................................................. 61

3.5 Analisis dan Pembahasan .................................................................................. 62

xi
3.6 Analisis Hasil Perancangan ............................................................................... 65

3.7 Kesimpulan ....................................................................................................... 65

4.7 Jadwal Pelaksanaan Penelitian .......................................................................... 66

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 67


4.1 Identifikasi Karakteristik dan Debit Air Limbah .............................................. 67

4.1.1 Identifikasi Karakteristik Air Limbah .............................................................. 67

4.1.2 Pengukuran Debit Air Limbah ......................................................................... 67

4.2 Alternatif Perencanaan ............................................................................................ 68

4.3 Perhitungan Dimensi Unit ....................................................................................... 75

4.3.1 Barscreen ......................................................................................................... 75

4.3.2 Bak Ekualisasi .................................................................................................. 78

4.3.3 Tangki Netralisasi ............................................................................................ 80

4.3.4 Anaerobic Baffle Reaktor................................................................................ 85

4.3.5 Extended Aeration ........................................................................................... 92

4.3.6 Clarifier ......................................................................................................... 100

4.4 Struktur Bangunan IPAL................................................................................. 107

4.4.1 Data Geoteknik............................................................................................... 107

4.4.2 Material struktur ............................................................................................ 108

4.4.3 Pembebanan .................................................................................................. 108

4.4.4 Kombinasi pembebanan ................................................................................ 111

4.4.5 Perhitungan Tulangan .................................................................................... 111

a. Bak Ekualisasi ............................................................................................... 111

b. Bak Anaerobic Baffle Reactor....................................................................... 122

Penulangan Geser............................................................................ 136


c. Bak Extended Aeration.................................................................................. 137

Penulangan Geser............................................................................ 151

xii
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................... 153
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 153

5.2 Saran ............................................................................................................... 153

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 155

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Diagram Alir Pembuaan Kecap Dari Bahan Baku Kedelai ......................... 11
Gambar 2. 2 Diagram Alir Pembuatan Saos ..................................................................... 12
Gambar 2. 3 Diagram Alir Pembuatan Permen Ting-Ting Jahe ....................................... 13
Gambar 2. 4 Diagram Alir Extended Aeration .................................................................. 23
Gambar 2. 5 Ukuran Dinding Penahan Tanah Tipe Gravitasi........................................... 38
Gambar 2. 6 Ukuran Dinding Penahan Tanah Tipe kantilever ......................................... 39
Gambar 2. 7 One Way Slab ............................................................................................... 41
Gambar 2. 8 Two Way Slab ............................................................................................... 41
Gambar 2. 9 Tampilan SAP 2000 v11.0.0 ........................................................................ 43
Gambar 2. 10 Menu Bar File ............................................................................................. 43
Gambar 2. 11 Jendela kerja New Model ........................................................................... 44
Gambar 2. 12 Jendela Kerja Quick Grid Lines ................................................................. 44
Gambar 2. 13 Tampilan Grid Awal ................................................................................... 45
Gambar 2. 14 Menu Bar Define ........................................................................................ 45
Gambar 2. 15 Jendela Kerja Define Materials .................................................................. 46
Gambar 2. 16 Jendela Kerja Material Property Data ........................................................ 46
Gambar 2. 17 Jendela Kerja Material Property Data ........................................................ 47
Gambar 2. 18 Jendela Kerja Define Materials .................................................................. 47
Gambar 2. 19 Jendela Kerja Add New Properties ............................................................. 48
Gambar 2. 20 Jendela Kerja Rectangular Section............................................................. 48
Gambar 2. 21 Jendela Kerja Define Load Pattern ............................................................ 49
Gambar 2. 22 Jendela Kerja Properties Of Object ............................................................ 49
Gambar 2. 23 Jendela Kerja Rectangular Section............................................................. 50
Gambar 2. 24 Jendela Kerja Joint Restraints .................................................................... 50
Gambar 2. 25 Jendela Kerja Frame Gravity Loads........................................................... 50
Gambar 2. 26 Jendela Kerja Set Load Cases to Run ......................................................... 51
Gambar 2. 27 Jendela Kerja Member Force Diagram For Frame ................................... 51
Gambar 3. 1 Kerangka Penelitian ..................................................................................... 54
Gambar3.2 Lokasi Perencanaan IPAL dan Lokasi Titik Sampling .................................. 59
Gambar 3. 3 Data Boring .................................................................................................. 62
Gambar 4. 1 Alternatif 1 ................................................................................................... 69
Gambar 4. 2 Alternatif 2 ................................................................................................... 70
Gambar 4. 3 Alternatif 3 ................................................................................................... 71

xiv
Gambar 4. 4Barscreen ....................................................................................................... 75
Gambar 4. 5 Tangki Dosing .............................................................................................. 82
Gambar 4. 6 Ukuran Tangki Dosing yang Sesuai Pasaran ............................................... 82
Gambar 4. 7 Dosing Pump ................................................................................................ 83
Gambar 4. 8 Mixer ............................................................................................................ 83
Gambar 4. 9 Faktor Penyisihan BOD terhadap OrganicOverloading pada ABR ............. 89
Gambar 4. 10 Grafik Penyisihan BOD terhadap Konsentrasi BOD pada ABR ............... 89
Gambar 4. 11 Grafik Faktor Penyisihan BOD terhadap Temperatur pada ABR 89
Gambar 4. 12 Grafik Faktor Penyisihan BOD terhadap Jumlah Kompartemen ABR ...... 90
Gambar 4. 13 Grafik Penyisihan BOD terhadap HRT pada ABR Rencana ..................... 90
Gambar 4. 14 Grafik Faktor Penyisihan COD berdasarkan Penyisihan BOD .................. 90
Gambar 4. 15 Grafik Penyisihan TSS dan BOD terhadap Waktu Pengendapan ABR ..... 91
Gambar 4. 16Disc Diffuser ............................................................................................... 99
Gambar 4. 17Root Blower .............................................................................................. 100
Gambar 4. 18 Ilustrasi bak clarifier ................................................................................ 106
Gambar 4. 19Diagram Percepatan Spektral Wilayah Kediri .......................................... 110
Gambar 4. 20Tabel Kategori Resiko (SNI-3-1726-2012)............................................... 110
Gambar 4. 21Faktor Keutamaan Gempa (SNI-3-1726-2012)......................................... 111
Gambar 4. 22 Faktor Modifikasi Respon Struktur (SNI-3-1726-2012) .......................... 111
Gambar 4. 23Tampak Atas Balok Dan Kolom Pada Bak Ekualisasi.............................. 113
Gambar 4. 24 Penambahan Joint Spring Pada Unit Ekualisasi ....................................... 114
Gambar 4. 25 Beban Air Limbah Bak Ekualisasi ........................................................... 115
Gambar 4. 26 Beban Tanah Pada Bak Ekualisasi ........................................................... 116
Gambar 4. 27 Balok Dan Kolom Pada Unit ABR .......................................................... 123
Gambar 4. 28 Gambar Penambahan Joint Spring Pada Unit ABR ................................. 125
Gambar 4. 29Penambahan Beban AirLimbah Pada ABR .............................................. 127
Gambar 4. 30Penambahan Beban Tanah Pada ABR ...................................................... 127
Gambar 4. 31Balok Dan Kolom Bak Extended Aeration Tampak Atas. ........................ 138
Gambar 4. 32 Penambahan Joint Spring Pada Unit Extended Aeration ......................... 140
Gambar 4. 33Beban Air Limbah Yang Masuk Kedalam Bangunan ............................... 142
Gambar 4. 34 Beban Tanah Yang Masuk Kedalam Bangunan ...................................... 143

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Baku Mutu Air Limbah Industri Saos .............................................................. 14


Tabel 2. 2 Baku Mutu Air Limbah Industri Kecap ........................................................... 15
Tabel 2. 3 Kriteria Desain Barscreen ................................................................................ 18
Tabel 2. 4 Kriteria Bak Ekualisasi ................................................................................... 19
Tabel 2. 5 Kriteria Desain Sedimentasi ............................................................................. 20
Tabel 2. 6 Kriteria Desain Extended Aeration .................................................................. 23
Tabel 2. 7 Kriteia Desain Sequencing Batch Reactor ....................................................... 25
Tabel 2. 9 Kriteria Desain Anaeroic Baffle Reactor ........................................................ 25
Tabel 2. 10 Kelas Dan Mutu Beton ................................................................................... 34
Tabel 2. 11 Ukuran Baja Tulangan Beton Polos ............................................................... 35
Tabel 2. 12 Ukuran Baja Tulangan Sirip........................................................................... 35
Tabel 3. 1Hasil Laboratorium Awal .................................................................................. 55
Tabel 3.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian .......................................................................... 66
Tabel 4. 1 Hasil Uji Laboratorium .................................................................................... 67
Tabel 4. 2 Fluktuasi Air Limbah ....................................................................................... 68
Tabel 4. 3Dasar Pemilihan Alternatif 1 ............................................................................. 72
Tabel 4. 4 Dasar Pemilihan Alternatif 2 ........................................................................... 72
Tabel 4. 5Dasar pemilihan Alternatif 3 ............................................................................ 73
Tabel 4. 6Hasil Perhitungan Neraca Massa Dari Ketiga Alternatif Perencanaan ............. 73
Tabel 4. 7 Perbandingan Alternatif Perencanaan ditinjau dari Berbagai Aspek ............... 74
Tabel 4. 8 Kriteria Design Bar Screen .............................................................................. 75
Tabel 4. 9 Data Volume Bak Ekualisasi ........................................................................... 79
Tabel 4. 10 Spesifikasi Dosing Pump ............................................................................... 83
Tabel 4. 11 Spesifikasi Mixer ........................................................................................... 83
Tabel 4. 12 Perencanaan Tangki Netralisasi ..................................................................... 84
Tabel 4. 13 Kriteria Desain ABR ...................................................................................... 85
Tabel 4. 14 Kriteria Desain Extended Aeration ................................................................ 93
Tabel 4. 15Spesifikasi diffuser .......................................................................................... 99
Tabel 4. 16 Spesifikasi Root Blower ............................................................................... 100
Tabel 4. 17 Kriteria Desain ............................................................................................. 100
Tabel 4. 18 Tabel Data Sondir ........................................................................................ 107
Tabel 4. 19 Klasifikasi Situs ........................................................................................... 109
Tabel 4. 20 Beban Pada Unit Bak Ekualisasi .................................................................. 112

xvi
Tabel 4. 21Nilai Koefisien Daya Dukung Tanah ............................................................ 113
Tabel 4. 22 Gaya Pada Bak Ekualisasi ........................................................................... 116
Tabel 4. 23 Beban Pada Unit Bak ABR .......................................................................... 123
Tabel 4. 24 Nilai Koefisien Tanah .................................................................................. 124
Tabel 4. 25 Gaya Pada Bak ABR .................................................................................... 128
Tabel 4. 26 Beban Gaya Bak Extended Aeration ........................................................... 137
Tabel 4. 27Nilai Koefisien Daya Dukung Tanah ............................................................ 138
Tabel 4. 28 Gaya Pada Unit Extended Aeration ............................................................. 143

xvii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permasalahan lingkungan selama ini yang paling dominan adalah
permasalahan limbah cair. Besarnya dampak limbah cair yang tidak
dikelola terhadap lingkungan sekitar memberikan dampak yang luar biasa
pada kualitas sumber daya air. Menurunnya kualitas air akan
menyebabkan permasalahan kesehatan pada masyarakat, kelangkaan air di
masa mendatang, kepunahan ekosistem perairan yang akan terjadi bila
masyarakat tidak peduli terhadap permasalahan perairan.
Setiap kegiatan produksi diperlukan berbagai bahan, air, dan energi
untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Proses produksi tidak ada yang
memiliki efisiensi yang sempurna, sehingga masih dihasilkan limbah baik
padat, cair, maupun gas. Sisa hasil proses produksi yang tidak
dimanfaatkan didefinisikan sebagai limbah harus diolah, agar tidak
menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan. Pengolahan
limbah adalah upaya terakhir dalam sistem pengelolaan limbah setelah
sebelumnya dilakukan optimasi proses produksi. Pengolahan limbah
dimaksudkan untuk menurunkan tingkat cemaran yang terdapat dalam
limbah, sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan (Rachman,2009).
Industri Kecap, Saos, dan Permen Ting-Ting Jahe merupakan
sebuah industri menengah yang berlokasi di Kediri Jawa Timur. Industri
ini memproduksi tiga jenis produk yaitu saos yang berbahan ketela, kecap
yang berbahan kedelai, dan permen tingting yang berbahan jahe. Bahan
produk yang kebanyakan berasal dari tumbuhan membuat Industri Kecap,
Saos, dan Permen Ting-Ting Jahe tidak luput memperhatikan kelestarian
lingkungan. Namun, pada proses produksi akhirnya Industri Kecap, Saos,
dan Permen Ting-Ting Jahe belum memiliki Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL), sehingga berpotensi mencemari lingkungan.

1
Pengolahan limbah cair dapat dilakukan secara fisik, kimia,
maupun secara biologis. Secara umum karakteristik limbah cair industri
pangan mengandung bahan organik yang tinggi, bahan tersuspensi, dan
volume limbah yang besar. Pada pengolahan air untuk mengolah limbah-
limbah organik seperti limbah domestik, industri makanan dan minuman
cocok mengunakan pengolahan air limbah biologis. Padapengolahan
biologis, polutan-polutan organik dalam limbah akan diurai secara
biokimia oleh mikroba (mikroorganisme) menjadi senyawa sederhana
seperti air (H2 O), karbondioksida (CO2 ), metan(CH4 ), dan gas nitrogen
(N2 ) (Herlambang,2005).
Proses pemilihan unit pengolahan memerlukan pertimbangan baik
dari segi kemampuan suatu proses dalam meremoval polutan, kemampuan
finansial, maupun dari segi kemudahan operasi dan perawatan. Pada
perencanaan IPAL Industri Kecap, Saos, dan Permen Ting-Ting Jahe
mengacu pada kriteria mutu air berdasarkanPergub Jatim nomor72 tahun
2013 tentang Baku Mutu Limbah Industri. Limbah akan dibuang ke badan
air yang merupakan sumber dari aktivitas hidup sehari-hari manusia
berhubungan dengan pemakaian air.
Perencanaan ini bertujuan untuk merencanakan pengolahan air
limbah yang sesuai untuk Industri Kecap, Saos, dan Permen Ting-Ting
Jahe. Aspek yang dikaji merupakan aspek teknis berkaitan dengan
penentuan unit pengolahan limbah cair serta perhitungan pembangunan
IPAL.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari perancangan ini adalah :
1. Bagaimana karakteristik air limbah pada Industri Kecap, Saos, dan Permen
Ting-Ting Jahe?
2. Bagaimana teknologi pengolahan air limbah yang tepat pada Industri
Kecap, Saos, dan Permen Ting-Ting Jahe?
3. Bagaimana perancangan instalasi pengolahan air limbah pada Industri
Kecap, Saos, dan Permen Ting-Ting Jahe?

2
4. Bagaimana gambar detail IPAL pada Industri Kecap, Saos, dan Permen
Ting-Ting Jahe?

1.3 Tujuan
Tujuan dari perencanaan ini adalah :
1. Mengidentifikasi karakteristik air limbah pada Industri Kecap, Saos, dan
Permen Ting-Ting Jahe.
2. Menentukan teknologi pengolahan air limbah pada Industri Kecap, Saos,
dan Permen Ting-Ting Jahe.
3. Menyusun nota perhitungan dimensi dan konstruksi bangunan IPAL
pada Industri Kecap, Saos, dan Permen Ting-Ting Jahe.
4. Menyusun gambar detail IPAL pada Industri Kecap, Saos, dan Permen
Ting-Ting Jahe.

1.4 Manfaat
Manfaat dari perencanaan ini adalah dihasilkannya desain pengolahan air
limbah sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik air limbah,sehingga dapat
dimanfaatkan untuk membangun IPAL Industri Kecap, Saos, dan Permen
Ting-Ting Jahe di Kota Kediri.

1.5 Batasan Masalah


Batasan masalah yang dimaksud adalah :
1. Penyusunan nota perhitungan desain IPAL meliputi perhitungan desain
IPAL meliputi dimensi dan konstruksi IPAL.
2. Perencanaan instalasi pengolahan air limbah dari Industri Kecap, Saos,
dan Permen Ting-Ting Jahe di Kota Kediri.
3. Tidak menyusun RAB dan BOQ.
4. Tidak mendesain sistem perpipaan air limbah menuju IPAL.
5. Tidak mendesain elekrikal IPAL.
6. Tidak mendesain pengolahan lumpur.

3
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Cair


Menurut Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 2001, air limbah
adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air
limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestik) maupun industri.
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,zat,
energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak
dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Beban pencemaran adalah
jumlah suatu unsur pencemar yang terkandung dalam air atau air limbah.

2.2 Sumber Limbah Cair


Air limbah berdasarkan sumber dapat dibagi menjadi
(Kencanawati,2016):
1. Limbah Cair Domestik
Limbah cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan,
bangunan perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenisnya. volume
limbah cair dari daerah perumahan bervariasi, dari 200 sampai 400 liter
per orang per hari, tergantung pada tipe rumah. Aliran terbesar berasal
dari rumah keluarga tunggal yang mempunyai beberapa kamar mandi,
mesin cuci otomatis, dan peralatan lain yang menggunakan air. Angka
volume limbah cair sebesar 400 liter/orang/hari bisa digunakan untuk
limbah cair dari perumahan dan perdagangan, ditambah dengan
rembesan air tanah (infiltration). Air limbah rumah tangga sebagian
besar mengandung bahan organik sehingga memudahkan di dalam
pengelolaannya.
2. Limbah Cair Industri
Limbah cair industri adalah buangan hasil proses/sisa dari suatu
kegiatan/usaha yang berwujud cair, dimana kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tidak dikehendaki lingkungannya, karena tidak mempunyai

5
nilai ekonomis sehingga cenderung untuk dibuang (Asmadi dan Suharno
dalam kencanawati,2016).

2.3 Karakteristik Limbah Cair


Mengidentifikasi air limbah dapat melihat karakteristik dari air
limbah tersebut. Dalam menentukan karakteristik limbah maka ada tiga
jenis sifat yang harus diketahui yaitu sifat fisik, sifat kimia, dan sifat
biologis.Selain karakteristik air limbah, cara yang tepat untuk
mengidentifikasi air limbah perlu diketahui asal sumber pencemar
tersebut. Keberadaan sumber pencemar akan menentukan karakteristik
dari pencemar.

2.3.1 Karakteristik Fisik


Sifat fisik suatu limbah ditentukan berdasarkan jumlah padatan
terlarut, tersuspensi dan total padatan, kekeruhan, warna, bau dan
temperature. Sifat fisik ini beberapa diantaranya dapat dikenali secara
visual tapi untuk mengetahui secara pasti maka digunakan analis
laboratorium. Berikut sifat fisik pada limbah (Kencanawati,2016):

1) Padatan
Dalam limbah ditemukan zat padat yang secara umum
diklasifikasikan kedalam dua golongan besar yaitu padatan terlarut dan
padatan tersuspensi. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel koloid dan
partikel biasa. Jenis partikel dapat dibedakan berdasarkan diameternya.
Jenis padatan terlarut maupun tersuspensi dapat bersifat organis
maupun sifat inorganic tergantung dari mana sumber limbah.
Disamping kedua jenis padatan ini ada lagi padatan yang dapat
terendap karena mempunyai diameter yang lebih besar dan dalam
keadaan tenang dalam beberapa waktu akan mengendap sendiri karena
beratnya.

6
2) Kekeruhan
Sifat keruh air dapat dilihat dengan mata secara langsung karena
ada partikel koloidal yang terdiri dari tanah liat, sisa bahan-bahan,
protein, dan ganggang yang terdapat dalam limbah.kekeruhan
merupakan sifat optis larutan. Sifat keruh membuat hilang nilai
estetikanya.

3) Bau
Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah
terurai dalam limbah mengeluarkan gas-gas seperti sulfide atau
amoniak yang menimbulkan penciuman tidak enak bagi penciuman
disebabkan adanya campuran nitrogen, sulfur dan fosfor yang berasal
dari pembusukan protein yang dikandung limbah. Timbulnya bau yang
diakibatkan limbah merupakan suatu indikator bahwa terjadi proses
alamiah. Dengan adanya bau ini akan lebih mudah menghindarkan
tingkat bahaya yang ditimbulkannya dibandingkan dengan limbah
yang tidak menghasilkan bau.

4) Temperatur
Limbah yang mempunyai temperatur panas yang akan
mengganggu pertumbuhan biota tertentu. Temperatur yang
dikeluarkan suatu limbah cair harus merupakan temperatur alami.
Suhu berfungsi memperlihatkan aktifitas kimiawi dan biologis. Pada
suhu tinggi pengentalan cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi.
Tingkat zat oksidasi lebih besar pada suhu tinggi dan
pembusukanjarang terjadi pada suhu rendah. Jenis mikroorganisme
yang sesuai dengan kondisi temperatur akan menjadi dominan dalam
sistem. Temperatur dalam pengolahan air buangan secara aerobi
bukan merupakan faktor yang dikondisikan karena temperatur sangat
dipengaruhi oleh iklim yang ada.

7
5) Warna
Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan
mangan (secara alami), humus, plankton, tanaman, air dan buangan
industri. Warna berkaitan dengan kekeruhan, dan dengan
menghilangkan kekeruhan kelihatan warna nyata. Demikian juga
warna dapat disebabkan zat-zat terlarut dan zat tersuspensi. Warna
menimbulkan pemandangan yang jelek dalam air limbah meskipun
warna tidak menimbulkan sifat racun.

2.3.2 Karakteristik Kimia


Karakteristik kimia air limbah ditentukan oleh BOD, COD, dan logam-
logam berat yang terkandung dalam air limbah.

1) DO (Dissolved Oxygen)
Proses respirasi mikroorganisme aerob dan bentuk kehidupan
aerobik lainnya. Bila terjadi peningkatan reaksi kimia pada air limbah
seiring dengan terjadinya peningkatan temperatur, yang tentu akan
melibatkan pengunaan oksigen, maka level DO akan cenderung lebih
rendah atau bahkan kritis pada musim panas. Permasalahan ini terjadi
pada musim panas dikarenakan stream flowyang terjadi umumnya rendah,
sehingga kuantitas total ketersediaan oksigen juga menjadi rendah.
Ketersediaan DO dalam air limbah sangat diperlukan (Wulandari, 2012).

2) Alkalinitas
Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan oleh senyawa karbonat,
garam-garam hidroksida, magnesium dan natrium dalam air. Tingginya
kandungan zat tersebut mengakibatkan kesadahan dalam air. Semakin
tinggi kesadahan suatu air semakin sulit air berbuih (Kencanawati,2016).

3) Nitrogen
Nitrogen dan fosfor secara bersama-sama antara memberikan
kenaikan yang perlu diperhatikan. Sebab bahan ini meningkatan
pertumbuhan algae dan tumbuhan air. Nitrogen dalam air dengan cepat

8
akan berubah menjadi nitrogen organik atau amoniak nitrogen.
Pemindahan dari introgen organik kedalam amoniak juga dimasukan
dalam tipe pengolahan air limbah secara biologis. amoniak kemudian
digunakan oleh bakteri untuk sel tiruan dengan menghasilkan oksidasi ke
nitit atau nitrat. Nitrit akan cepat berubah menjadi nitrat melalui oksidasi
(Wulandari,2012)

4) Metan
Gas metan terbentuk akibat penguraian zat-zat organik dalam
kondisi anaerob pada air limbah. Gas ini dihasilkan lumpur yang
membusuk pada dalam kolam, tidak berdebu, tidak berwarna dan mudah
terbakar. Methan juga ditemukan di rawa-rawa dan sawah
(Kencanawati,2016).

2.3.3 Karakteristik Biologis


Bahan-bahan organik dalam air terdiri dari berbagai macam
senyawa. Protein adalah salah satu senyawa kimia organik yang
membentuk rantai kompleks, mudah terurai menjadi senyawa-senyawa
lain seperti asam amino. Bahan yang mudah larut dalam air akan terurai
menjadi enzim dan bakteri tertentu. Bahan ragi akan terfermentasi
menghasilkan alkohol. Pati sukar larut dalam air, akan tetapi dapat diubah
menjadi gula oleh aktifitas mikrobiologi. Bahan-bahan ini dalam limbah
akan diubah oleh mikroorganisme menjadi senyawa kimia yang sedrehana
seperti karbon dioksida dan air serta amoniak (Ginting,2007).

2.4 Industri Kecap, Saos, dan Permen Ting-Ting Jahe


Berdasarkan dokumen DPLH, Industri menengah ini berdiri pada
tahun 2000 di Kota Kediri. Industri ini berawal dari produksi rumahan.
Perusahaan ini bergerak dalam bidang produksi dan penjualan makanan
produknya meliputi:

9
1) Produksi kecap
Pada proses produksi kecap ini memiliki kapasitas produksi
dalam sekali batch sebanyak 5 peti, untuk satu peti berisi 24 botol,
jumlah botol yang dihasikan per batch120 botol.Dalam sehari proses
produksi dapat dua kali batch , jadi dalam sehari terdapat 240 botol.
Ukuran botol yang digunakan adalah 620 ml.
2) Produksi saos
Pada proses produksi saos ini memiliki kapasitas produksi dalam
sehari sebanyak 40 peti, untuk satu peti berisi 24 botol, jumlah botol
yang dihasikan perhari 960 botol. Ukuran botol yang digunakan adalah
620 ml.
3) Produksi permen ting-ting jahe
Pada proses produksi permen ting-ting jahe memiliki hasil 3,5 kg
per batch, dalam sehari terdapat dua kali proses pemasakan. Jadi,
dalam sehari menghasilkan 7 kg permen ting-ting jahe.

Industri kecap dan saos adalah jenis industri domestik yang dalam
proses pembuatannya menggunakan bahan baku seperti kedelai, gula,
dan rempah-rempah. Sedangkan dalam pembuatan saos bahan baku yang
digunakan tepung tapioka, cabe, tomat, pewarna, dan lain-lain.
Berdasarkan proses produksinya yang menghasilkan produk utama kecap
dan saos juga menghasilkan limbah dalam bentuk cair yang berasal air
pencucian botol, air rendaman kedelai (baceman), maupun air dari proses
produksi.

2.4.1 Proses Produksi

2.4.1.1 Produksi Kecap


Ada beberapa jenis bahan baku yang digunakan untuk
pembuatan kecap seperti kedelai, tempe gembus, air kelapa dan juga
ada yang menggunakan “sari pati” kecap (biang kecap)
(Herlambang,2005). Pada industri kecap ini mengunakan kedelai yang

10
bahannya diambil dari pihak ketiga (DPLH,2018). Proses pembuatan
kecap dapat dilihat pada Gambar 2.1berikut.

Gambar 2. 1Diagram Alir Pembuaan Kecap Dari Bahan Baku Kedelai


(Herlambang, 2005)

2.4.1.2 Produksi Saos


Pada pembuatan saos mengunakan beberapa jenis bahan, yaitu
mengunakan ketela dan tomat. Pada umumnya industri saos
mengunakan tomat sebagai bahan dasar pembuatan saos. Namun pada
industri kali ini mengunakan bahan dasar utama ketela. Ketela yang
digunakan adalah ketela kaspe (DPLH,2018). Berikut alur proses
pembuatan saos berbahan dasar ubi jalar pada Gambar 2.2 sebagai
berikut.

11
Gambar 2. 2Diagram Alir Pembuatan Saos
(Sumber: DPLH, 2018)

2.4.1.3 Produksi Permen Ting Ting Jahe


Ting-ting jahe merupakan makanan ringan sejenis permen yang
terbuat dari gula dan jahe. Proses pembuatanya cukup sederhana, yaitu
dengan memasak gula tebu sampai mendidih, kemudian dimasukan air
jahe dan tepung tapioka, adonan ini terus dipanasi sembari di bolak
balik,agar tidak gosong. Setelah matang dan kental, adonan dituangkan
di wadah untuk diproses dengan cara pendinginan diangin-anginkan.
Permen dipotong kecil-kecil agar mudah dikonsumsi, terutama untuk
anak-anak. Pada saat pembungkusan permen harus di lapisi oleh gula
halus, agar permen tidak menempel pada kertas pembungkusnya
(DPLH,2018). Berikut ini adalah bagan pembuatan permen ting-ting
jahe sebagaimana terdapat pada Gambar 2.3berikut ini.

12
Gambar 2. 3Diagram Alir Pembuatan Permen Ting-Ting Jahe
(DPLH, 2018)

2.4.2 Limbah yang Dihasilkan


Menurut Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH,2018)
limbah yang dihasilkan terdapat sebagai berikut:
1) Limbah Padat
Pada industri ini terdapat limbah padat yang dihasilkan setiap hari
dan setiap produksinya. Sesuai dengan Perda Kota Kediri no. 3 tahun
2015 tentang pengelolaan sampah mengatur tentang penanganan
limbah padat yang dihasilkan antara lain:
a) Pecahan Kaca
Pecahan kaca dihasilkan dari botol kemasan yang telah
rusak. Botol kemasan yang telah rusak biasanya pecah pada saat
pengemasan maupun pecah saat pengembalian produk dari
konsumen. Menurut PERDAKota Kediri No. 3 Tahun 2015
penampungan di bak tertutup agar tidak digenangi air hujan.

13
b) Kardus dan Karton Sisa Pembungkusan
Penanganan pada kaardus akan diambil oleh pihak ketiga. Pihak
ketiga akan melakukan pengolahan.
c) Ketela rambak yang jelek atau potongannya
d) Sisa abu pembakaran
2) Limbah Cair
a) Air sisa produksi.
b) Air sisa cuci ketela.
c) Air sisa cuci botol.
d) Air sisa pembuangan sanitasi karyawan.

2.5 Baku Mutu


Baku mutu air limbah bertujuan agar limbah tidak sampai menganggu
tatanan lingkungan hidup dan digunakan sebagai pedoman menentukan
besarnya polutan yang harus diolah dan digunakan dalam perencanaan
dimensi unit pengolahan. Perencanaan IPAL industri ini menggunakan
baku mutu air limbah cair industri kecap dan industri saos pada Pergub
Jatim No. 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri
Dan/Atau Kegiatan Usaha Lainya,karenabuangan dari IPAL itu airnya
akan dibuang ke sungai. Baku mutu air limbah ini digunakan sebagai
acuan untuk merencanakan desain IPAL.
Menurut dokumen pengelolan lingkungan hidup yang dimilik oleh
industri ini mengacu baku mutu air limbah pada baku mutu yang
diterbitkan dari Pergub Jatim No. 72 tahun 2013 tentang Baku Mutu
Limbah CairIndustri. Baku mutu limbah cair industri saos terdapat pada
Tabel 2.1dan industri kecap terdapat pada Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2. 1Baku Mutu Air Limbah Industri Saos
Parameter Kadar Maksimum (mg/L)
BOD5 100
COD 250
TSS 100
pH 6-9
(Sumber : Pergub Jatim No. 72 Tahun 2013)

14
Tabel 2. 2 Baku Mutu Air Limbah Industri Kecap
Parameter Kadar Maksimum (mg/L)
BOD5 150
COD 300
TSS 100
pH 6-9
Sumber : Pergub Jatim No. 72 Tahun 2013
Baku mutu yang digunakan dalam perencanaan ini adalah baku mutu
industri saos dengan pertimbangan lebih ketat dibandingkan dengan baku
mutu industri kecap.

2.6 Parameter Uji

2.6.1 BOD (Biochemical Oxygen Demand)


BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah banyaknya jumlah
oksigen yang di konsumsi ppm atau mg/l yang dipergunakan untuk
menguraikan bahan organik oleh mikroorganisme secara biokimiawi
(Suharti, 2008). Pemeriksaan BOD dalam limbah didasarkan atas reaksi
oksidasi zat-zat organis dengan oksigen dalam air. Proses tersebut dapat
berlangsung, karena ada sejumlah bakteri. Diperhitungkan selama dua hari
reaksi lebih dari sebagian reaksi telah tercapai. BOD adalah kebutuhan
oksigen bagi sejumlah bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan)
semua zat-zat organik yang terlarut maupun sebagai tersuspensi dalam air
menjadi bahan organik yang lebih sederhana. Nilai ini hanya merupakan
jumlah bahan organik yang dikonsumsi bakteri. Penguraian zat-zat organis
ini terjadi secara alami. Aktifnya bakteri-bakteri menguraikan bahan-
bahan organik bersamaan dengannya habis pula terkonsumsi oksigen.
Menurut SNI 06-6989.11:2004 metode pengujian parameter BOD
mengunakan winkler.

2.6.2 COD (Chemical Oxygen Demand)


COD (Chemical Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen yang
dapat teroksidasi dalam ppm atau mg/l yang dibutuhkan untuk mengurai
bahan organuk secara kimiawi mengunakan oksidator yang kuat seperti
asam dikhromat dan asam sulfat atau potasium permanganat dan asam

15
sulfat dengan katalis garam perak dan garam merkuri (Suharti, 2008).
Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran
kebutuhan oksigen dalam limbah. Metode ini lebih singkat waktunya
dibandingkan dengan analisa BOD. Pengukuran ini menekankan
kebutuhan oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur
adalah bahan-bahan yang tidak dipecah secara biokimia. Menurut SNI 06-
6989.73:2009 metode pengujian parameter COD mengunakan titrimetri.

2.6.3 TSS(Total Suspended Solid)


Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan
air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan
tersuspensi terdiri dari partikelpartikel yang ukuran maupun beratnya lebih
kecil daripada sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu,
sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya. Sebagai contoh, air permukaan
mengandung tanah liat dalam bentuk suspensi yang dapat tahan sampai
berbulan-bulan, kecuali jika keseimbangannya terganggu oleh zat-zat lain
sehingga mengakibatkan terjadi penggumpalan, kemudian diikuti dengan
pengendapan. Selain mengandung padatan tersuspensi, air buangan juga
sering mengandung bahan-bahan yang bersifat koloid, misalnya protein
(Fardiaz, 1992). Menurut SNI 06-6989.3:2004 metode pengujian
parameter TSS mengunakan gravimetri.

2.6.4 Keasaman air (pH)


Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan
berdasarkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air
buangan yang mempunyai pH tinggi atau rendah menjadikan air steril dan
sebagai akibatnya membunuh mikroorganisme air yang diperlukan untuk
keperluan biota tertentu. Limbah air dengan keasaman tinggi bersumber
dari buangan yang mengandung asam seperti air pembilas pada pabrik
pembuatan kawat atau seng. Setiap jenis bakteri membutuhkan pH tertentu
untuk dapat tumbuh dengan baik. Pada umumnya semua bakteri
mempunyai kondisi pertumbuhan antara 4 – 9,5 dengan pH optimum 6,5 –
7,5. Secara keseluruhan Reynold (1985) menyatakan bahwa

16
mikroorganisme perlu pH 6,5 – 9. Bakteri akan tumbuh dengan baik pada
kondisi sedikit basa yaitu berkisar antara 7 – 8. Berdasarkan SNI 06-
6989.11:2004 metode pengujian parameter pH mengunakan pH meter.

2.7 Teknologi Instalasi Pengolahan Air Limbah


Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani
pengolahan terlebih dahulu,untuk dapat melaksanakan pengolahan air
limbah yang efektif diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Adapun
tujuan dari pengelolaan air limbah itu sendiri, antara lain :
1. Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga.
2. Melindungi hewan dan tanaman yang hidup di dalam air.
3. Menghindari pencemaran tanah permukaan.
4. Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vektor penyakit.
Pengolahan air limbah terdapat berbagai macam unit-unit
pengolahan yang dapat digunakan, secara umum dapat diklasifikasikan
menjadi 2 (dua) macam unit pengolahan, antara lain adalah unit operasi
dan unit proses. Unit operasi digunakan dalam pengolahan air limbah
melalui pemanfaatan gaya-gaya fisik. Unit pengolahan air limbah
diantaranya ialah; screening, pereduksi ukuran partikel, ekualisasi debit
aliran, koagulasi dan flokulasi, grit removal, sedimentasi, high rate
clarification, accelerated gravity separation, floatation, transfer oksigen,
aerasi, dan volatilisasi dan stripping VOCs (Metcalf dan Eddy, 2004).
Pengolahan limbah cair terdapat tahap pre treatment, primary
treatment, secondary treatment, tertiary treatment. Berikut tahap
pengolahan limbah:

2.7.1 Pre-Treatment ( Pengolahan Pendahuluan )


Pada tahapan pra-pengolahan, materi padatan disisihkan karena
berpotensi mengganggu kinerja alat pengolahan yang digunakan, atau
dapat menyebabkan permasalahan dalam hal perawatan dan operasional
pengolahan dalam instalasi air limbah. Pengolahan tahap pertama
(Primary Treatment) bertujuan untuk memisahkan padatan dari air secara
fisik (Metcalf dan Eddy, 2003). Pengolahan tahap pertama dapat dilakukan

17
melalui dua metode utama yaitu dengan proses fisika maupun secara
kimia.
1. Bar Screen
Bar screen berfungsi sebagai penyaring partikel-partikel halus
yang akan masuk ke unit Instalasi Pengolahan air limbah. Barscreen
ini bertujuan untuk pemisah fisik yang memisahan hal yang tidak
seharusnya masuk ke unit pengolahan limbah. Terbuat dari batangan
besi atau baja yang dipasangkan secara sejajar membentuk kerangka
yang kuat. Kriteria desain untuk barscreen terdapat pada Tabel
2.3berikut.
Tabel 2. 3Kriteria Desain Barscreen
Saluran Pembawa
Parameter Satuan Besaran
Kecepatan m/s 0,3-0,9
Sudut Kemiringan m/m 0,01
Barscreen Pembersihan Manual
Parameter Satuan Besaran
Kecepatan melalui bar (v) m/s 0,3-0,6
Lebar bar (w) m 4,0-8,0
Kedalaman bar (D) mm 25-50
Jarak antar batang mm 25-75
Slope vertical ° 45-60
Headloss mm 150
Headloss max mm 800
(Sumber : Qasim, 1985)

Penentuan head loss melalui bar screen (rack)dapat di tentukan pada


Persamaan 2.1 berikut.
4⁄
𝐻𝐿 = 𝛽(𝑤/𝑏) 3 ℎ𝑣𝑠𝑖𝑛𝜃 (2.1)
Penentuan head loss untuk bar screen yang setengah kotor (partly
clogged) dapat ditentukan pada Persamaan 2.2 berikut :
𝑉 2 −𝑉 2 1
𝐻𝐿 = (0,7) (2.2)
2𝑔

Dimana :
𝐻𝐿 = Head Loss Melalui Bar Screen (m)
V = Kecepatan Aliran Sebelum Lewati Barscreen (m/Detik)
V = Kecepatan Aliran Pada Saat Melalui Barscreen (m/Detik)
W = Lebar Cross Section Maksimum Dari Barscreen Yang
Menghadap Arah Aliran (m)

18
B = Bukaan Screen (Clear Spacing) Minimum Dari Bar (m)
Hv = Velocity Head Dari Aliran Yang Menuju Ke Bar (m)
𝜃 = SudutBar (Batang) Dengan Horisontal (Derajat)
2. Bak Ekualisasi
Ekualisasi digunakan untuk mengatasi permasalahan operasional yang
disebabkan oleh variasi debit, untuk meningkatkan kinerja proses
selanjutnya, dan untuk meminimalkan ukuran dan pengurangan biaya dari
fasilitas. Menurut Metcalf And Eddy (2004), parameter desain yang
penting pada unit ekualisasi adalah waktu tinggal dan kedalaman bak 1,5-2
m. Berikut kriteria desain pada bak ekualisasi:
Tabel 2. 4Kriteria Bak Ekualisasi
PARAMETER SIMBOL BESARAN SATUAN
Kedalaman Efektif H 3-24 m
Kedalaman Bak T 1,5-2 m
(Sumber : Metcalf dan Eddy, 2004)

Perhitungan perencanaan bak ekualisasi dapat dilihat pada Persamaan 2.3


dan 2.4 berikut (Perdana,2018):
Volume bak V = Qrata-rata x td (2.3)
Dengan : Q =debit kapasitas (m3/jam)
Td = waktu detensi ( jam)
Luas bak A = V/H (2.4)
Dengan : V = volume bak (m3)
H = kedalaman efektivitas (m)

2.7.2 Primary Treatment


Pada tahap pengolahan primer umunya diterapkan pengolahan secara
fisik, contohnya ialah koagulasi, flokulasi dan sedimentasi. Tahapan
menyisihkan material padatan tersuspensi dan material organik dalam air
limbah.
1. Sedimentasi
Sedimentasi dapat berbentuk segi empat atau lingkaran. Pada
saat ini aliran air limbah sangat tenang untuk mengendap. Kriteria-
kriteria yang diperlukan untuk menentukan ukuran bak sedimentasi
adalah : surface loading (beban permukaan), kedalaman bak, dan

19
waktu tinggal. Cara menghitung beban permukaan terdapat pada
Persamaan 2.5 berikut.
𝑄
𝑉𝑜 = 𝐴 (2.5)
3 3
Vo = laju limpahan / beban permukaan (m / m hari)
Q = aliran rata-rata harian (m3/hari)
A = total luas permukaan (m2)

Surface loading sering juga disebut dengan istilah overflow rate.


Sedimentasi merupakan proses pemisahan padatan seperti
pasir, partikel besar, flok microbial maupun flok kimiawi. Efektivitas
proses sedimentasi dalam memisahkan partikel padatan dipengaruhi
oleh bilangan Reynold maupun bilangan Froude (Asmadi &
Suharno,2012). Bilangan Reynold untuk mencapai kondisi terbaik
dalam proses sedimentasi adalah <2000 atau dalam kondisi laminar,
sedangkan bilangan Froude untuk sedimentasi adalah > 10-5. Selain itu
efektivitas proses sedimentasi juga dapat ditinggkatkan dengan
penambahan plate settler (Metcalf & Eddy, 2003). Berikut kriteria
desain bak sedimentasi tertera pada Tabel 2.5 berikut.
Tabel 2. 5Kriteria Desain Sedimentasi

(Sumber : Metcalf and Eddy, 2003)

Berikut ini perhitungan perencanaan bak sedimentasi dapat


dilihat pada Persamaan 2.6- 2.7 berikut.
Volume Bak (V) = Qrata-rata x td (2.6)
Dimana : Q = Debit kapasitas rencana (m3/jam)

20
td= waktu tinggal (jam)
Luas Bak (A) = V/H (2.7)

Dimana : V = Volume bak (m3)


H = Kedalaman efektifitas (m)
Sedangkan untuk menghitung persentase removal dari BOD dan TSS
pada unit sedimentsi adalah dengan menggunakan rumus Persamaan 2.8 dan
2.9.
𝐵𝑂𝐷𝑖𝑛−𝐵𝑂𝐷𝑜𝑢𝑡
% BOD Removal = 𝑥 100 % (2.8)
𝐵𝑂𝐷𝑖𝑛

𝑇𝑆𝑆𝑖𝑛−𝑌𝑆𝑆𝑜𝑢𝑡
% TSS Removal = 𝑥 100 % (2.9)
𝑇𝑆𝑆𝑖𝑛

2.7.3 Secondary Treatment


Pada pengolahan secondary treatment terdapat pengolahan air
limbah secara aerobik dan anerobik. Pengolahan air limbah secara
biologis aerobik secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yakni proses
biologis dengan biakan tersuspensi (suspended culture), proses biologis
dengan biakan melekat (attached culture) dan proses pengolahan dengan
sistem lagoon atau kolam. Proses biologis dengan biakan tersuspensi
adalah sistem pengolahan dengan menggunakan aktifitas mikro-organisme
untuk menguraikan senyawa polutan yang ada dalam air dan mikro-
organime yang digunakan dibiakkan secara tersuspesi di dalam suatu
reaktor. Beberapa contoh proses pengolahan dengan sistem ini antara lain:
proses lumpur aktif standar/konvesional (standard activated sludge), step
aeration, contact stabilization, extended aeration, oxidation ditch (kolam
oksidasi sistem parit) dan lainya (Said,2005).
Pada secondary treatment ini untuk mempercepat penguraian
senyawa polutan dan memperpendek waktu tinggal dapat juga dilakukan
proses aerasi. Proses biologis aeorobik biasanya digunakan untuk
pengolahan air limbah dengan beban BOD yang tidak terlalu besar,
sedangkan proses biologis anaerobik digunakan untuk pengolahan air
limbah dengan beban BOD yang sangat tinggi (Said,2005).

21
Proses pengolahan air limbah secara biologi dapat dibagi menjadi 2
kategori utama (Wulandari,2012):
a. Suspended Growth
Pada proses suspended growth, mikroorganisme yang berperan
dalam pengolahan berada dalam suspensi likuid air limbah melalui
pencampuran yang sesuai. Proses suspended growth yang banyak
diterapkan pada pengolahan limbah domestik dioperasikan dalam
keadaan aerob melalui proses activated-sludge. pada proses
suspended growth penerapan yang umum digunakan adalah proses
activated-sludge.
b. Attached Growth
Pada proses attached growth mikroorganisme yang berperan
mengkonversi materi organik atau, hidup dan berkembang menyatu
pada material inert tertentu. Materi organik dan disisihkan saat air
limbah mengalir melewati material inert tersebut.
Materi yang digunakan sebagai tempat hidup dan pertumbuhan
mikroorganisme antara lain ialah batu, gravel, pasir, kayu, plastik, dan
materi sintetik. Proses attached growth dapat berlangsung aerobik
maupun anaerobik, dan material inert yang digunakan sebagai tempat
hidup mikroorganisme dapat terendam sepenuhnya dalam air limbah
ataupun tidak terendam. Penerapan proses attached growth yang
umum dilakukan adalah trickling filter. Pada trickling filter, air
limbah dialirkan secara merata dari atas tangki yang berisi material
inertnya. Batu merupakan material inert (packing material) yang
umum digunakan pada trickling filter.
1. Lumpur Aktif Tipe Extended Aeration
Lumpur aktif tipe extended aeration memiliki ciri khas waktu
tinggal (detention time) yang relatif lama dan rasio makanan
berbanding mikroorganisme (Food to microoganism ratio) rendah
untuk menjaga kultur berada di fase endogeneous (Peavy , Rowe,
Tchobanoglous, 1985).

22
Gambar 2. 4 Diagram Alir Extended Aeration
(Japan Sewage Work Assosiation, 2012)

Untuk bak extanded aeration biasanya dipakau untuk pengolahan


air limbah dengan sistem paket dengan beberapa ketentuan antara lain :
a. Waktu aerasi lebih lama sekitar 30 jam dibandingkan sistem
konvensional. Usia lumpur juga lebih lama dan dapat diperpanjang
sampai 15 hari.
b. Limbah yang masuk dalam tangki aerasi tidak diolah dulu dalam
pengendapan primer.
c. Sistem beroprasi dengan F/M rasio yang lebih rendah (umumnya <
0,1 kg BOD/per kg MLSS per hari) dibandingkan dengan sistem
lumpur aktif konvensional (0,2-0,5 kgBOD per kg MLSS perhari)
d. Sistem ini membutuhkan sedikit aerasi dibandingkan dengan
pengolahan konvensonal dan terutama cocok untuk komunitas
kecil yang mengunakan paket pengolahan.
Kriteria desain dalam lumpur aktif extended aeration adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. 6Kriteria Desain Extended Aeration
PARAMETER KRITERIA DESAIN
Beban BOD :
BOD – MLSS loading 0,03 – 0,05 (kg/kg.hari)
BOD – Volume Loading 0,15 – 0,25 (kg/ m3 .hari)
MLSS 3000-6000 mg/l
Sludge Age 15-30 hari
Kebutuhan Udara >15
Waktu Aerasi 16-24 jam
Ratio Sirkulasi Lumpur 50-150 %
Efisiensi Pengolahan 75-85 %
Sumber: Gesuidou Shisetsu Sekkei Shishin to Kaisetsu, Nihon Gesuidou Kyoukai (Japan
Sewage Work Assosiation)

23
2. Sequencing Batch Reactor (SBR)

Sequencing Batch Reactor (SBR) adalah proses lumpur aktif


yang dirancang untuk beroperasi dalam kondisi tidak stabil. SBR
beroperasi dalam mode batch yang benar dengan aerasi dan endapan
lumpur keduanya terjadi di tangki yang sama. Perbedaan utama antara
SBR dan aliran kontinu konvensional, sistem lumpur aktif adalah
bahwa tangki SBR melakukan fungsi aerasi penyamaan dan
sedimentasi dalam urutan waktu daripada urutan ruang konvensional
dari sistem aliran kontinu (Boodi,2017).
Salah satu sistem pengolahan air limbah secara biologi yaitu
dengan menggunakan SBR (Sequencing Batch Reactor). Kelebihan
sistem ini antara lain: hemat area pengolahan, karena proses ekualisasi,
pengolahan biologi dan pengendapan tahap dua terjadi dalam satu
tangki dengan waktu berurutan.
Sistem operasional SBR terdiri dari 5 tahapan yaitu : pengisian
(fill), reaksi (react), pengendapan (settle), penuangan (draw) dan diam
(idle) (Tchobanoglous, 1991). Umumnya fase idle hanya digunakan
untuk pembuangan lumpur atau pencucian aerator. Fase idle ini akan
dimodifikasi sebagai tempat stabilisasi lumpur (sebagai tangki
stabilisasi pada sistem kontak stabilisasi). Menurut Rich, 1963 adanya
stabilisasi dapat menghemat kapasitas total volume aerasi, sehingga
dapat menghemat energi aerasi saat kondisi operasi penuh. Selain itu
juga akan terjadi fenomena biosorpsi yaitu adsorpsi materi organik ke
dalam flok lumpur saat periode kontak (kontak antara air limbah dan
biomassa) yang akan digunakan sebagai cadangan materi organik
ketika kondisi tanpa substrat (famine).Berikut ini adalah kriteria desain
Sequencing Batch Reactor :

24
Tabel 2. 7 Kriteia Desain Sequencing Batch Reactor

Sumber:Metcalf & Eddy.Inc, Waste water Engineering Treatment,Disposal and Reuse

3. Anaerobic Baffle Reactor (ABR)


Anaerobic baffled reactor adalah contoh pengolahan anaerobic
memakai prinsip suspended growthsistem ABR (Anaerobic Baffled
Reactor) atau sistem selimut lumpur dengan aliran tersumbat/plug flow
atau tangki septik bersekat. Namun desain, penerapan dan pengelolaan
yang tidak tepat menyebabkan efluen sistem ABR belum memenuhi
baku mutu, baku mutu daerah maupun baku mutu yang dipersyaratkan
oleh lembaga inspeksi IPAL. Selain itu seiring pencemaran air yang
semakin meningkat dan kebijakan pengembangan sistem IPAL
anaerob aerob serta daur ulang air limbah, maka sistem ABR
memerlukan modifikasi serta pengembangan pengolahan lanjutan
untuk peningkatan kualitas lingkungan (Hastuti,2017).Berikut kriteria
desain anaerobic baffled reactor :
Tabel 2. 8 Kriteria Desain Anaeroic Baffle Reactor
KRITERIA DESAIN
NO PARAMETER
(RANGE)
1. Kecepatan Aliran <2 m/jam
2. Panjang 50-60 %
3. Pengurangan COD 65-90 %
4. Pengurangan BOD 70 – 95 %
5. Beban Organik < 3 kg COD/ m3. hari
6. Waktu Tinggal 2-8 jam
7. Beban Hidraulik 16,8 – 38,4 m3/ m2.hari
Sumber : Sasse (1998)
2.7.4 Pengolahan Tahap Ketiga
Lanjutan dari pengolahan kedua, dalam pengolahan air limbah
dapatdilakukan secara alami atau secara buatan, perlu dilakukan
berbagai cara pengendalian antara lain menggunakan teknologi

25
pengolahan limbah cair, teknologi proses produksi, daur ulang, resure,
recovery dan juga penghematan bahan baku dan energi (Kencanawati,
2016).
1. Septik Filter Up Flow
Prinsip kerja tangki septik dengan filter “up flow” ini pada
dasarnya sama dengan tangki biasa, yakni terdiri dari bak pengendap,
ditambah dengan suatu filter yang diisi dengan kerikil atau batu pecah.
Penguraian zat zat organik yang ada didalam air limbah atau tinja
dilanjutkan oleh bakteri anaerobik. Bak pengendap terdiri atas 2
ruangan, yang pertama berfungsi sebagai bak pengendap pertama,
sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur sedangkan
ruang kedua berfungsi sebagai pengenddap kedua dan penampung
lumpur yang tidak terndapkan di bak pertama, dan air luapan dari bak
pengendap dialirkan ke media filter dengan arah aliran dari atas ke
bawah (Said,2005).
2. Filtrasi
Filtrasi merupakan proses penjernihan atau penyaringan air limbah
melalui media (pada penelitian ini digunakan batu apung), dimana
selama air melalui media akan terjadi perbaikan kualitas. Hal ini
disebabkan adanya pemisahan partikel-partikel tersuspensi dan koloid,
reduksi bakteri dan organisme lainnya dan pertukaran konstituen kimia
yang ada dalam air limbah. Dalam proses filtrasi terdapat kombinasi
antara beberapa proses yang berbeda. Proses-proses tersebut meliputi
(Edahwati, 2013) :
a. Mechanical Straining
Merupakan proses penyaringan partikel tersuspensi yang terlalu
besar untuk dapat lolos melalui ruang antara butiran media.
b. Sedimentasi
Merupakan proses mengendapnya partikel tersuspensi yang
berukuran lebih kecil dari lubang pori-pori pada permukaan
butiran.

26
c. Adsorpsi
Prinsip proses ini adalah akibat adanya perbedaan muatan antara
permukaan butiran dengan partikel tersuspensi yang ada di
sekitarnya sehingga terjadi gaya tarik-menarik.
d. Aktifis kimia
Merupakan proses dimana partikel yang terlarut diuraikan menjadi
substansi sederhana dan tidak berbahaya atau diubah menjadi
partikel tidak terlarut, sehingga dapat dihilangkan dengan proses
penyaringan, sedimentasi dan adsorpsi pada media berikutnya.
e. Aktifis biologi
Merupakan proses yang disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme
yang hidup di dalam filter.

2.7.5 Parameter Kinerja Unit Pengolahan


Performa dari proses biologi yang digunakan dalam pengolahan
air limbah akan bergantung pada pertumbuhan mikroorganisme dan
dinamika pengolahan substrat dalam air limbah tersebut. Operasi dan
proses pada suatu sistem instalasi akan efektif bila prinsip-prinsip dasar
yang berhubungan dengan pertumbuhan mikroorganisme dapat di
terapkan dengan baik. Berikut ini akan dijelaskan parameter kinerja
pengolahan :
1. Laju beban BOD
Laju Beban BOD adalah jumlah BOD yang diaplikasikan
atau masuk ke dalam volume bak aerasi per hari (kg/m3.hari). Laju
beban tersebut dapat bervariasi muai dari 0.3 hingga lebih dari 3.0.
Secara umum semakin besar laju beban BOD menyebabkan
tingginya kebutuhan laju oksigen transfer per unit volume dari
sistem aerasi (Metcalf and Eddy,2004).
𝑄𝑆𝑂
Laju Beban BOD = (2.10)
𝑉

Dimana : Q = debit influen air limbah ( m3)/hari)

27
S₀ = influen konsentrasi BOD (g/m3)

V = volume bak aerasi ( m 3)

2. WaktuTinggal Hidrolik (Hydraulic Detention Time, HDT)


Waktu tinggal hidrolik (Hydraulic Detention Time, HDT)
merupakan waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh influent masuk
dalam tangki aerasi untuk proses lumpur aktif, dan nilainya akan
berbanding terbalik dengan laju pengenceran. Berikut ini adalah
perhitungannya (Reynold & Richard, 1995).
1 ⍱
HRT = = (2.11)
𝐷 𝑄

Dimana : ⍱= Volume reaktor ( m3)


Q = Debit air limbah masuk ke tangki
aerasi (m3/jam)
D = Laju pengenceran (1/jam)
3. Food to Microorganism Ratio(F/M ratio)
Food to Microorganism ratio (F/M ratio) adalah paramater
proses yang umum digunakan untuk mengkarakterisasi proses
desain dan kondisi operasi. Nilai tipikal untuk BOD F/M ratio
dilaporkan dalam literatur bervariasi dari 0.04 g substrat/g
biomassa.hari untuk proses extended aeration hingga 1.0 g/g.hari
untuk proses high rate. BOD F/M radio biasanya dievaluasi untuk
sistem yang didesain berdasarkan SRT untuk menghasilkan titik
referensi terhadap desain lumpur aktif sebenarnya dan performa
operasi (Metcalf and Eddy, 2004). Semakin rendah rasio F/M makin
efisien pengolahan limbahnya.
𝑄𝑆𝑂
F/M = (2.12)
𝑋𝑉

Dimana :
Q= Debit Influen Air Limbah (m3/Hari)

S₀= Influen Konsentrasi BOD

28
X = Mixed Liquor Konsentrasi Biomassa di dalam bak aerasi
(g/m3)

V= Volume bak aerasi (m 3 )


4. Mixed Liquor Suspended Solids (MLSS)
Padatan biomassa di dalam bioreaktor umumnya di ukur
menggunakan total suspended solids (TSS) dan volatile suspended
solids (VSS). Campuran dari padatan yang dihasilkan dari
kombinasi sirkulasi lumpur dengan influen air limbah di dalam
bioreaktor adalah mixed liquor suspended solids (MLSS) dan mixed
liquor volatile suspended solids (MLVSS) (Metcalf and Eddy,
2004).
Didalam tangki aerasi pada pengolahan activated sludge
adalah berisi campuran antara air limbah dengan lumpur aktif yang
dikembalikan ke dalam reaktor, campuran ini disebut mixed liquor.
Selanjutnya, MLSS merupakan kandungan padatan tersuspensi yang
terdiri atas biomassa (campuran mikroorganisme dengan konstituen
organik dan mineral).
5. Mixed Liquor Volatile Suspended Solids (MLVSS).
MLVSS merupakan porsi material organik pada MLSS yang
berisi material organik bukan mikroba, mikroba hidup & mati, dan
hancuran sel. MLVSS di ukur dengan terus memanaskan sampel
filter yang telah kering pada suhu 600 – 650 °C. Untuk proses
lumpur aktif yang baik, nilai MLVSS adalah mendekati 65 – 75 %
dari MLSS.
6. Kebutuhan Oksigen
Oksigen dibutuhkan untuk biodegradasi dari carbonaceus
material yang ditentukan dari kesetimbangan massa menggunakan
konsentrasi bCOD dariair limbah yang diolah dan jumlah dari
biomassa yang dibuang dari sistem setaip harinya. Jika semua
bCOD teroksidasi menjadi CO2, H2O, dan NH3, kebutuhan oksigen
akan sama dengan konsentrasi bCOD. Tetapi, bakteri mengoksidasi

29
sejumlah dari bCOD menjadi energi dan menggunakansebagian dair
bCOD untuk pertumbuhan sel. Oksigen juga dikonsumsi untuk
endogenous respiration, dan jumlahnya akan tergantung sistem
SRT. Untuk nilai SRT yang diberikan, kesetimbangan massa pada
sistem dapat dilakukan dengan bCOD removal sama dengan
oksigen yang digunakan ditambah biomassa VSS yang tersisa dalam
istilah oksigen ekivalen (Metcalf &Eddy,2004).

𝑘𝑔 𝑄(𝑆𝑜−𝑆)
𝑂2 ℎ𝑎𝑟𝑖 = 𝐵𝑂𝐷5 − 1,4 𝑃𝑋 (2.13)
𝐵𝑂𝐷𝐿

Q = Debit influen air limbah (m3/hari)


So = Influen konsentrasi sbod5 (g/m3)
S = Effluen konsetrasi sbod5 (g/ m3)
Px = Limbah lumpur aktif, vss (kg/hari)

2.8 Debit Air Limbah


Pada debit air limbah besarnya debit yang dihasilkan dapat ditentukan
dengan memperhatikan (Kencanawati,2016) :
1. Sumber air limbah
2. Besarnya pemakaian air bersih.
3. Jenis bahan saluran, cara-cara penyambungan dan banyaknya bahan
pelengkap lainya.
4. Curah hujan, daya serap keadaan air tanah.
Dari hasil perkiraan besarnya debit penggunaan air bersih untuk rumah
tangga, bangunan umum, institusional dan sebagainya, tidak
keseluruhannya akan mengalir sebagai air limbah. Kehilangan ini terjadi
karena adanya evaporasi, penyiraman tanaman, minum, yang besarnya
diperkirakan sebesar 15%-40%. Dengan kata lain, debit air limbah rata-
rata harian merupakan jumlah dari debit air limbah domestik dan debit air
limbah non domestik. Pada perhitungan debit dapat mengunakan
pendekatan rumus dan pendekatan dilapangan. Untuk mencari besarnya

30
debit air limbah domestik dapat digunakan rumus (Metcalf and Eddy,
1981):
Qave = (70%-80%) x q d (2.16)
Qmin = 1/5 x (p/1000) 0,2 x Qave (2.17)
Sehingga besarnya debit air limbah rata-rata per harinya adalah :
Qpeak = Qave x fpeak (2.18)

2.9 Konstruksi Instalasi Pengolahan Air Limbah

2.9.1 Pembebanan
Dalam melakukan analisis desain suatu struktur bangunan,
perlu adanya gambaran yang jelas mengenai perilaku dan besar beban
yang bekerja pada struktur. Hal penting yang mendasar adalah
pemisahan antara beban-beban yang bersifat statis dan dinamis.
1. Beban Statis
Beban statis adalah beban yang memiliki perubahan intensitas
beban terhadap waktu berjalan lambat atau konstan. Jenis-jenis
beban statis menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk
Rumah dan Gedung 1983 adalah sebagai berikut:
a. Beban Mati (Dead Load/DL)
Beban mati merupakan berat seluruh bahan konstruksi
bangunan gedungyang terpasang, termasuk dinding, lantai,
atap, plafon, tangga, dindingpartisi tetap, finishing, kladding
gedung dan komponen arsitektural danstruktural lainnya serta
peralatan layan terpasang lain termasuk berat keran(SNI
1727:2013 pasal 3.1).
b. Beban Hidup ( Live Load/LL)
Beban hidup merupakan beban yang diakibatkan oleh
pengguna danpenghuni bangunan gedung atau struktur lain.
(SNI 1727:2013 pasal 4.1).Beban hidup adalah semua beban
tidak tetap, kecuali beban angin, beban gempa dan pengaruh-
pengaruh khusus yang diakibatkan oleh selisih suhu,
pemasangan (erection), penurunan pondasi, susut, dan

31
pengaruh-pengaruh khusus lainnya. Meskipun dapat berpindah-
pindah, beban hidup masih dapat dikatakan bekerja perlahan-
lahan pada struktur. Beban hidup diperhitungkan berdasarkan
perhitungan matematis dan menurut kebiasaan yang berlaku
pada pelaksanaan konstruksi di Indonesia. Untuk menentukan
secara pasti beban hidup yang bekerja pada suatu lantai
bangunan sangatlah sulit, dikarenakan fluktuasi beban hidup
bervariasi, tergantung dari banyak faktor. Oleh karena itu
faktor pengali pada beban hidup lebih besar jika dibandingkan
dengan faktor pengali pada beban mati.
2. Beban Dinamik
Beban dinamik adalah beban dengan variasi perubahan
intensitas beban terhadap waktu yang cepat. Beban dinamis ini
terdiri dari beban gempa dan beban angin.
a. Beban Gempa
Gempa bumi adalah fenomena getaran yang dikaitkan
dengan kejutan pada kerak bumi. Beban kejut ini dapat
disebabkan olehbanyak hal, tetapi salah satu faktor utamanya
adalah benturan/pergesekan kerak bumi yang mempengaruhi
permukaan bumi(SNI 1727:2013). Lokasi gesekan ini disebut
fault zone. Kejutan tersebut akan menjalar dalam bentuk
gelombang. Gelombang ini menyebabkan permukaan bumi dan
bangunan di atasnya bergetar. Pada saat bangunan bergetar
timbul gaya-gaya pada struktur bangunan karena adanya
kecenderungan dari massa bangunan untuk mempertahankan
dirinya dari gerakan. Gaya yang timbul disebut gaya inersia,
besar gaya tersebut bergantung pada banyak faktor yaitu:
1. Massa bangunan
2. Pendistribusian massa bangunan
3. Kekakuan struktur dan Jenis tanah
4. Mekanisme redaman dari struktur
5. Perilaku dan besar alami getaran itu sendiri

32
6. Wilayah kegempaan
7. Periode getar alami
b. Beban Angin
Berdasarkan Peraturan Muatan Indonesia 1971,muatan
angin diperhitungkan dengan menganggap adanya tekanan
positif dan tekanan negatif (isapan), yang bekerja tegak lurus
pada bidang-bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan
tekanan negatif ini dinyatakan dalam kg/m2, ditentukan dengan
mengalikan tekanan tiup (velocity pressure) yang ditentukan.

1. Kombinasi Pembebanan
Beban yang ada harus dikombinasikan agar mendapatkan
kekuatan perlu (U) bangunan. Berikut adalah kekuatan perlu
dari kombinasi beban terfaktor (SNI 2847-2013):
U = 1,4D (2.19)
U = 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau R) (2.20)
U = 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau R) + (1,0 Lr atau 0,5W) (2.21)
U = 1,2D + 1,0W + 0,5 (Lr atau R) (2.22)
U = 1,2D + 1,0E + 1,0L (2.23)
U = 0,9D + 1,0W (2.24)
U = 0,9D + 1,0E (2.25)
2. Beton
Beton adalah campuran dari agregat (pasir, kerikil/batu pecah, atau
jenis agregat lainnya) dipersatukan oleh semen dan air. Sedangkan
beton bertulang adalah suatu bahan yang dibuat dari beton dan besi
beton yang tersusun sedemikian sehingga kedua bahan itu merupakan
satu kesatuan yang dapat memikul beban yang bekerja padanya. Beton
untuk konstruksi beton bertulang dibagi dalam mutu dan kelas seperti
dalam Tabel berikut.

33
Tabel 2. 9 Kelas Dan Mutu Beton
σ'bk σ'bm
Kelas Mutu Tujuan
(kg/𝐜𝐦𝟐 ) (kg/𝐜𝐦𝟐 )
I B0 - - Non Struktural
II B1 - - Struktural
K125 125 200 Struktural
K175 175 250 Struktural
K225 225 300 Struktural
III K>250 >225 >300 Struktural
Sumber : Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I.-2
Berikut jenis beton (Tanjung,2016):
1. Beton tanpa tulangan
Sifat dasar kekuatan beton adalah sangat kuat untuk
menahan tekan, namun tidak kuat atau lemah untuk menahan
tarik. Oleh sebab itu, beton dapat mengalami retak jika beban
yang dipikulnya menimbulkan tegangan tarik yang melebihi
kuat tariknya (Tanjung,2016).
2. Beton dengan tulangan
Untuk menahan gaya tarik yang cukup besar pada serat
balok tepi bawah, maka perlu diberi tulangan sehingga disebut
dengan istilah “beton bertulang”. Pada beton bertulang ini
tulangan ditanam di dalam beton.Dalam konstruksi beton
bertulang terdapat selimut beton untuk melindungi tulangan
dari kerusakan. Tebal selimut beton itu sendiri ditentukan
dengan fungsi dari beton itu, berikut tebal minimal selimut
beton sesuai dengan fungsi dan letak beton tersebut
(Tanjung,2016):
a. Jika beton di dalam tebal minimum selimut (sb) adalah 2,0
cm.
b. Jika beton di luar tebal minimum selimut (sb) adalah 2,5 cm.
c. Jika beton tidak kelihatan tebal minimum selimut (sb) adalah
3,0 cm.
Beton bertulang yang mengandung baja dan direncanakan
berdasarkan bahwa baja baja tersebut memikul gaya.
Berdasarkan bentuknya baja tulangan beton dibedakan menjadi
dua, yaitu :

34
a) Baja Tulangan Beton Polos
Baja tulangan berpenampang bundar dengan permukaan
rata tiak bersirip disingkat BjTP. Berikut ukuran baja pada beton
polos :
Tabel 2. 10 Ukuran Baja Tulangan Beton Polos

Sumber : SNI 07-2052-2002


b) Baja Tulangan Beton Bersirip
Baja tulangan beton yang berbentuk sirip melintang dan
rusuk memanjang yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya
lekat dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara
relatife terhadap beton, disingkat BjTS. Berikut gambar untuk
ukuran baja tulangan sirip.
Tabel 2. 11 Ukuran Baja Tulangan Sirip

Sumber : SNI 07-2052-2002

35
1) Kolom
Definisi kolom menurut SNI-T15-1991-03 adalah komponen
struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial desak
vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali
dimensi lateral terkecil. Kolom adalah batang tekan vertikal dari
rangka (frame) struktur yang memikul beban dari balok induk maupun
balok anak. Kolom meneruskan beban dari elevasi atas ke elevasi yang
lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui pondasi.
Peruntuhan pada suatu kolom merupakan kondisi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga
runtuh total (total collapse) seluruh struktur. Kolom adalah struktur
yang mendukung beban dari atap, balok dan berat sendiri yang
diteruskan ke pondasi. Secara struktur kolom menerima beban vertical
yang besar,selain itu harus mampu menahan beban-beban horiaontal
bahkan momen atau puntir torsi akibat pengaruh terjadinya
eksentrisitas pembebanan. Hal yang perlu diperhatikan adalah tinggi
kolom perencanaan, mutu beton dan baja yang digunakan dan
eksentrisitas pembebanan yang terjadi.
2) Balok
Balok adalah bagian struktur yang berfungsi sebagai pendukung
beban vertikal dan horizontal. Beban vertikal berupa beban mati dan
beban hidup yang diterima plat lantai, berat sendiri balok dan berat
dinding penyekat yang di atasnya. Sedangkan beban horizontal berupa
beban angin dan gempa. Balok merupakan bagian struktur bangunan
yang penting dan bertujuan untuk memikul beban tranversal yang
dapat berupa beban lentur, geser maupun torsi. oleh karena itu
perencanaan balok yang efisien, ekonomis dan aman sangat
pentinguntuk suatu struktur bangunan terutama struktur bertingkat
tinggi atau struktur berskala besar.Syarat-syarat balok beton bertulang
pada struktur bangunan beton bertulang (Wicaksono,2013):
(1) Lebar badan balok minimum 1/30 kali bentang bersih.

36
(2) Tinggi balok harus sesuai dengan lebar balok dan memenuhi
pembatasan penulangan.
(3) Untuk balok tinggi, perbandingan antara tinggi dan lebar dari 2,5
untuk balok menerus dan lebih 4,5 untuk balok atas 2 tulangan.
(4) Tulangan tarik minimum untuk setiap penampang balok.
(5) Ukuran penampang baja tulangan minimum berdiameter 12 mm.
(6) Jarak masing-masing tulangan tidak boleh lebih dari 15 cm dan
kurang dari 3 cm.
(7) Jarak sengkang pada balok maksimum 30 cm atau 2/3 tinggi balok.

3. Dinding Penahan Tanah


Dinding penahan tanah adalah suatu konstruksi yang berfungsi
untu menahan tanah lepas atau alami dan mencegah keruntuhan tanah
yang miring atau lereng yang kemantapannya tidak dapat dijamin oleh
lereng tanah itu sendiri. Tanah yang tertahan memberikan dorongan
secara aktif pada struktur dinding sehingga struktur cenderung akan
terguling atau akan tergeser.Dinding penahan tanah berfungsi untuk
menyokong tanah serta mencegahnya dari bahaya kelongsoran. Baik
akibat beban air hujan, berat tanah itu sendiri maupun akibat beban
yang bekerja di atasnya.
Dinding penahan tanah sudah digunakan secara luas dalam
hubungannya dengan jalan raya, jalan kereta api, jembatan, kanal dan
lainnya. Aplikasi yang umum menggunakan dinding penahan tanah
antara lain sebagai berikut (Tanjung,2016):
a. Jalan raya atau jalan kereta api yang dibangun di daerah lereng.
b. Jalan raya atau jalan kereta api yang ditinggikan untuk
mendapatkan perbedaan elevasi.
c. Jalan raya atau jalan kereta api yang dibuat lebih rendah agar
didapat perbedaan elevasi.
d. Dinding penahan tanah yang menjadi batas pinggir kanal.
e. Dinding khusus yang disebut flood walls, yang digunakan untuk
mengurangi/menahan banjir dari sungai.

37
f. Dinding penahan tanah yang digunakan untuk menahan tanah
pengisi dalam membentuk suatu jembatan. Tanah pengisi ini
disebut approach fill dan dinding penahan disebut abutments.
g. Dinding penahan yang digunakan untuk menahan tanah di sekitar
bangunan atau gedung-gedung.
h. Dinding penahan tanah yang digunakan sebagai tempat
penyimpanan material seperti pasir, biji besi, dan lain-lain.
Berdasarkan cara untuk mencapai stabilitasnya, maka dinding
penahan tanah dapat digolongkan dalam beberapa jenis yaitu Dinding
Gravitasi, Dinding Penahan Kantiliver, Dinding Kontravort, Dinding
Butters. Beberapa jenis dinding penahan tanah antara lain
(Tanjung,2016):
1. Dinding Penahan Tanah Tipe Gravitasi (Gravity Wall)
Dinding ini dibuat dari beton tidak bertulang atau pasangan
batu, terkadang pada dinding jenis ini dipasang tulangan pada
permukaan dinding untuk mencegah retakan permukaan akibat
perubahan temperatur.Dimensi dinding direncanakan sedemikian
rupa sehingga tidak menimbulkan tegangan tarik akibat gaya
yang bekerja pada dinding. (Syafruddin,2004). Berikut proporsi
dimensi yang di tunjukan pada gambar 2.5:

Gambar 2. 5Ukuran Dinding Penahan Tanah Tipe Gravitasi


(Syafruddin,2004)

38
2. Dinding Penahan Tanah Tipe Kantilever (Cantilever retaining
wall)
Dinding ini terdiri dari kombinasi dinding dengan beton
bertulang yang berbentuk huruf T. Ketebalan dari kedua bagian
relatif tipis dan secara penuh diberi tulangan untuk menahan
momen dan gaya lintang yang bekerja pada dinding tersebut.
Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding
penahan dan berat tanah diatas tumit tapak (hell). Terdapat 3
bagian struktur yang berfungsi sebagai kantiliver, yaitu bagian
dinding vertical (steem), tumit tapak dan ujung kaki tapak (toe).
Biasanya ketinggian dinding ini tidak lebih dari 6–7 meter
(Syafruddin,2004).Berikut proporsi dimensi bagi tipe kantilever:

Gambar 2. 6Ukuran Dinding Penahan Tanah Tipe kantilever


(Syafruddin,2004)

3. Dinding Penahan Tanah Tipe Counterfort(counterfort wall)


Dinding ini terdiri dari dinding beton bertulang tipis yang
di bagian dalam dinding pada jarak tertentu didukung oleh
pelat/dinding vertikal yang disebut counterfort (dinding penguat).
Ruang di atas pelat pondasi diisi dengan tanahurug. Apabila
tekanan tanah aktif pada dinding vertical cukup besar, maka
bagian dinding vertical dan tumit perlu disatukan (kontrafort)

39
Kontrafort berfungsi sebagai pengikat tarik dinding vertical dan
ditempatkan pada bagian timbunan dengan interfal jarak tertentu.
Dinding kontrafort akan lebih ekonomis digunakan bila
ketinggian dinding lebih dari 7 meter.

Gambar 2. 7 Gaya Lateral Tanah Berkohesi

Apabila tanah urug mempunyai kohesi, maka tekanan tanah aktif :


𝐸𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐸𝑎1 − 𝐸𝑎2 (2.34)
1
𝐸𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 2 𝐻 2 𝐾𝑎 𝛾 − 2 𝑐 √𝐾𝑎 𝐻 (2.35)

𝑏𝑎𝑙𝑎𝑠 = 𝑏1 − 𝑏2 (2.36)
𝑏𝑎𝑙𝑎𝑠 = 𝐻 𝐾𝑎 𝛾 − 2 𝑐 √𝐾𝑎 𝐻 (2.37)
2𝑐
𝐻𝑐 = (2.38)
𝛾√𝐾𝑎


𝐾𝑎 = 𝑡𝑔2 (45𝑜 − 2) (2.39)

4. Tulangan Pelat
Perencanaan penulangan merupakan tahap yang paling penting
bagi sebuah proyek gedung yang mengunakan beton bertulang, begitu
pula dengan perencanaan penulangan pelat lantai. Hal ini dikarenakan
beton lemah akan gaya tarik sehingga memerlukan tulangan yang
berfungsi sebagai penahan gaya tarik guna membantu kerja dari beton.
Pelat merupakan struktur kaku dari material monolit yang mungkin
bertulangan dua atau satu arah saja tergantung sistem strukturnya
(Sugianto,2014).

40
a. Konstruksi Pelat Satu Arah (One Way Slab)

Gambar 2. 8One Way Slab


(Sitinjak,2015)

b. Konstruksi Pelat Dua Arah (Two Way Slab)

Gambar 2. 9 Two Way Slab


(Sitinjak,2015)

Langkah langkah perncanaan penulangan pelat adalah sebagai berikut


(Sugianto,2014):
1. Mengumpulkan data yang diperlukan seperti panjang bentang, mutu beton,
mutu baja tulangan.
2. Menentukan tebal pelat.
3. Menghitung beban-beban yang bekerja pada pelat, berdasarkan SNI 2847-2013
berupa beban hidup (LL) dan beban mati (DL).
4. Menghitung momen dengan menggunakan bantuan aplikasi SAP 2000 version
14.
5. Mencari tulangan pelat
a. Menentukan tinggi efektif
dx = tebal pelat – selimut beton - 0,5D (2.40)

41
𝑀𝑢
b. .. (2.41)
𝑏𝑥𝑑𝑥 2

Dimana :

B = Lebar Pelat Per Meter Panjang


Dx = Tinggi Efektif
Mu = Momen

c. Mencari dan memeriksa rasio penulangan (ρmin ) berdasarkan SNI 03 –


2847 – 2002 dengan persamaan :

ρ 1,4
min =𝑓𝑦 (2.42)

Dimana :
ρ
= Rasio Tulangan

𝑓𝑦 = Mutu Baja

ρ 0,85 𝑥 ,𝛽−1.𝑥 ,𝑓−𝑐.𝑥 600


balance = (2.43)
𝑓𝑦 x (600+𝑓𝑦 )

Dimana:
𝛽-1.= Faktor Reduksi
,𝑓-𝑐. = mutu beton
ρ
maks = 0,75 x ρ balance (2.44)

𝑀
𝑅𝑛= (2.45)
𝜑𝑋𝑏𝑋𝑑 2
𝑓𝑦
𝑚= (2.46)
0,85 𝑥 ,𝑓−𝑐.

ρ 1 2𝑥𝑚𝑥𝑅𝑛
perlu = 𝑚 𝑥 [1 − √1 − ] (2.47)
𝑓𝑦

d. Mencari luas tulangan yang dibutuhkan


ρ x b x dx (2.48)
As =

Dimana :As = luas tulangan

42
e. Mencari jumlah tulangan
𝐴𝑠
n= (2.49)
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢

2.10 SAP2000
Dalam merencanakan konstruksi baja dapat menggunakan software
berupa SAP 2000 untuk mempermudah dalam pengerjaan struktur
kontruksi baja. Berikut merupakan langkah – langkah dalam
merencanakan kontruksi baja menggunakan SAP 2000 (Modul
SAP2000,2017):
1. Membuka aplikasi SAP 2000 v11, akan muncul tampilan awal.

Gambar 2. 10Tampilan SAP 2000 v11.0.0


(Modul SAP2000,2017)

2. Memilih File–New Model atau menekan ctrl+N

Gambar 2. 11Menu Bar File


(MODUL SAP2000,2017)

43
3. Menentukan satuan “ KN, m, C” dan memilih “Grid Only” pada
jendela kerjamNew Model.

Gambar 2. 12Jendela kerja New Model


(MODUL SAP2000,2017)

4. Kemudian akan muncul jendela kerja Quick Grid Lines dan mengisikan
jumlah garis vertikal (x) pada “Number of Grid Lines” bagian “X
direction” dan jumlah garis horizontal (z) pada bagian “Z direction”.
Sementara pada “Grid Spacing” mengisi ukuran masing-masing grid
sesuai sumbunya.

Gambar 2. 13Jendela Kerja Quick Grid Lines


(MODUL SAP2000,2017)

44
5. Kemudian akan muncul tampilan Grid awal.

Gambar 2. 14Tampilan Grid Awal


(MODUL SAP2000,2017)

6. Memilih Define – Materials… pada Tab menu.

Gambar 2. 15Menu Bar Define


(MODUL SAP2000,2017)

45
7. Setelah muncul jendela kerja Define Materials, memilih Add New
Material – OK.

Gambar 2. 16 Jendela Kerja Define Materials


(MODUL SAP2000,2017)
8. Kemudian akan muncul jendela kerja Material Property Data.

Gambar 2. 17Jendela Kerja Material Property Data


(MODUL SAP2000,2017)

46
9. Memasukkan data sesuai Tabel

Gambar 2. 18Jendela Kerja Material Property Data


(MODUL SAP2000,2017)
10. Sehingga pada Define Materials akan muncul material baru BETON 25
Mpa, lalu klik Add New Materials.

Gambar 2. 19Jendela Kerja Define Materials


(MODUL SAP2000,2017)

47
11. Kemudian pilih pengaturan dan klik define lalu section properties,
selanjutnya frame section lalu pilih add new properties.

Gambar 2. 20Jendela Kerja Add New Properties


(MODUL SAP2000,2017)

12. Selanjutnya pengaturan pilih section name, kemudian atur bagian


sectionname, material dan dimensi section. Setelahnya klik OK

Gambar 2. 21Jendela Kerja Rectangular Section


(MODUL SAP2000,2017)

48
13. Selanjutnya memasukkan frame section pada bagian balok dan kolom

Gambar 2. 22Jendela Kerja Define Load Pattern


(MODUL SAP2000,2017)
14. Kemudian menuju ke pengaturan dan pilih define load pattern, untuk
memasukkan beban yang akan digunakan.

Gambar 2. 23Jendela Kerja Properties Of Object


(MODUL SAP2000,2017)

49
15. Mengambar frame section dengan menuju menu kemudian pilih draw.

Gambar 2. 24Jendela Kerja Rectangular Section


(MODUL SAP2000,2017)

16. Untuk membuat tumpuan kembali ke menu dan pilih assign lalu klik
joint dan restraint.

Gambar 2. 25Jendela Kerja Joint Restraints


(MODUL SAP2000,2017)
17. Untuk memberi beban hidup dengan memilih assign pada menu lalu
pilih frame load dan klik gravity.

Gambar 2. 26Jendela Kerja Frame Gravity Loads


(MODUL SAP2000,2017)

50
18. Kemudian pilih menu analysis dan klik run analysis.

Gambar 2. 27Jendela Kerja Set Load Cases to Run


(MODUL SAP2000,2017)

19. Untuk melihat hasil analysis dari program SAP 2000 pilih menu
kemudian display lalu pilih show force/streses selanjutnya pilih
frame/cables.

Gambar 2. 28Jendela Kerja Member Force Diagram For Frame


(MODUL SAP2000,2017)

51
52
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian


Metode penelitian ini disusun dalam bentuk kerangka penelitian
yaitu alur atau prosedur dalam penelitian yang akan dilakukkan. Kerangka
penelitian ini bertujuan untuk merencanakan instalasi pengolahan air
limbah bagi pabrik kecap, saos, dan permen ting-ting jahe. Penyusunan
tahap penelitian bertujuan menjelaskan alur atau langkah-langkah yang
perlu ditempuh dalam tahap perencanaan yang akan disajikan pada
Gambar 3.1 berikut :

MULAI

Identifikasi Masalah

LATAR BELAKANG : KONDISI IDEAL


1. Limbah Produksi Kecap, Saos 1. Setiap kegiatan usaha wajib
Dan Permen Ting Ting Jahe mengolah limbah cair yang di
Berpotensi Mencemari hasilkan sebelum dibuang ke
Lingkungan. badan air.
2. Industri Belum Memiliki IPAL 2. Pembuangan limbah cair ke badan
3. Effluent Tidak Memenuhi Baku air memenuhi Pergub Jatim
Mutu. 72/2013 tentang baku mutu
limbah cair industri.

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian

53
A

PERUMUSAN MASALAH :
1. Bagaimana karateristik air limbah pada Industri Kecap, Saos, dan Permen Ting-
Ting Jahe?
2. Bagaimana pengolahan teknologi pengolahan air limbah yang tepat pada Industri
Kecap, Saos, dan Permen Ting-Ting Jahe?
3. Bagaimana perancangan instalasi pengolahan air limbah pada Industri Kecap, Saos,
dan Permen Ting-Ting Jahe?
4. Bagaimana detail gambar IPAL pada Industri Kecap, Saos, dan PermenTing-Ting
Jahe?
STUDI LITERATUR :
1. Baku Mutu
2. Teknologi Pengolahan
3. Unit Pengolahan IPAL
4. Konstruksi IPAL

PENGUMPULAN DATA

DATA PREMIER DATA SEKUNDER


- Lokasi Titik Sampling Dan Sungai - Data Sondir Boring
- Ketersedian Lahan Dan Layout Pabrik - Data sekunder analisa
- Jam Operasional Produksi karakteristik air limbah
- Lokasi Badan Air Terdekat

ANALISA DAN PEMBAHASAN


1. Identifikasi Karakteristik
2. Alternatif unit IPAL
3. Perhitungan Dimensi Dan
konstruksi IPAL
4. Gambar DED

KESIMPULAN DAN SARAN

SELESAI

Gambar 3. 1 Kerangka Penelitian

54
3.2 Identifikasi Permasalahan
3.2.1 Latar Belakang
1) Limbah Produksi Kecap, Saos dan Permen Ting Ting Jahe Berpotensi
Mencemari Lingkungan.
Limbah cair yang dihasilkan berasal dari proses produksi. Dari
limbah industi ini tidak diolah namun di buang secara langung ke badan
air. Pemantauan kualitas air yang berpotensi mencemari lingkungan
sekitar.
2) Industri Belum Memiliki IPAL
Limbah cair langsung dibuang ke selokan didalam lokasi usaha
yang menuju kesaluran tepi jalan airlangga terdapat 2 saluran.
Membedakan antara saluran air hujan dan saluran air limbah. Kedua
saluran ini harus dipisah dan tidak perlu dicampur. Membuat IPAL untuk
mengolah limbah cair (DPLH,2018).
3) Effluent Tidak Memenuhi Baku Mutu.
Dari hasil data laboratorium yang mengacu pada baku mutu limbah
cair industri saos yang tertera pada Pergub Jatim No. 72 Tahun 2013
Tentang Baku Mutu Bagi Limbah Cair Industri tercantum pada Tabel 3.1
berikut ini :
Tabel 3. 1Hasil Laboratorium Awal

Baku Memenuhi
Parameter Satuan Hasil Analisa Metode Analisa
Mutu Baku Mutu
pH - - 3,83 p H meter -
TSS mg/L 100 1840 Gravimetri Tidak
BOD mg/L 100 2397,5 Winkler Tidak
COD mg/L 250 6048,47 Reflux/Tetrimetri Tidak
Sumber : Hasil Analisa, 2018

3.2.2 Kondisi Ideal


1) Pemilik badan usaha harus memiliki IPAL sebagai bentuk penaatan
terhadap peraturan lingkungan. IPAL merupakan suatu keharusan untuk
para pengusaha yang taat akan aturan.

55
2) Tercantum pada DPLH industri kecap, saos dan permen ting-ting ini baku
mutu yang gunakan sebagai acuan adalah baku mutu limbah cair domestik
yang terdapat pada Pergub Jatim No. 72 tahun 2013 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Industri.

3.3 Studi Literatur


Tinjauan pustaka bertujuan untuk membantu dan mendukung ide
perancangan serta dapat meningkatkan pemahaman lebih jelas terhadap
ide yang akan direncanakan. Tinjauan pustaka juga harus mendapatkan
feedback dari analisa data dan pembahasan untuk menyesuaikan hasil
analisa dengan literatur yang ada. Sumber literatur yang digunakan adalah
jurnal internasional, jurnal indonesia, peraturan dan baku mutu, prosiding,
text book, serta tugas akhir yang berhubungan dengan perancangan ini.
Data-data pustaka yang diperlukan antara lain:
1. Karakteristik fisik dan kimia limbah cair industri kecap, saos, dan permen
ting ting jahe.
2. Proses produksi pada industri kecap, saos, dan permen ting-ting jahe.
3. Unit-unit pengolahan limbah cair.
4. Alternatif pengolahan yang pernah digunakan dalam mengolah limbah cair
sejenis industri kecap, saos, dan permen ting ting jahe.
5. Baku mutu yang digunakan untuk perancangan.

3.4 Pengumpulan Data


Pengumpulan data untuk memperoleh segala macam informasi
yang dapat menunjang proses perancangan. Pengumpulan data dapat
dilakukan dengan cara survey dan pengambilan sampel air limbah. Cara-
cara pengumpulan yang dipilih disesuaikan jenis kegiatan industri. Data
yang dibutuhkan sesuai dengan kegiatan industri.
Jenis data berdasarkan cara memperolehnya dibagi atas data primer
dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh
berdasarkan pengukuran atau pengamatan langsung dilapangan. Disisi lain
data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber data lain baik
dari jurnal, dokumen dll.

56
3.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari peneliti secara
langsung ke kondisi eksisting berdasarkan pengamatan dan mengukuran
langsung di lapangan. Data primer yang diperlukan dalam perancangan ini
teridiri dari karakteristik air limbah serta kondisi di wilayah pabrik.
Kondisi pada pabrik yang diperlukan adalah ketersediaan lahan yang ada
untuk perancangan, operasional pabrik, pengolahan limbah yang ada, serta
lokasi sungai atau drainase sekitar pabrik.
1. Sampling dan Analisis Karakteristik Air Limbah
Sampling air diperlukan untuk mengetahui karakteristik kimia
yang ada dalam air limbah pabrik kecap, saos, dan ting ting jahe halus.
Berdasarkan SNI 6989.59:2008 sampling limbah mempertimbangkan ada
atau tidaknya bak ekualisasi atau bak penampung limbah di lokasi pabrik.
Selain itu pertimbangan lain yang diperlukan adalah proses pembuangan
limbah berlangsung secara kontinyu atau batch. sampling pada industri ini
dilakukan secara komposit gabungan waktu dengan cara mengambil
contoh air limbah pada saluran pembuangan limbah pabrik. Sampel air
yang diperoleh selanjutnya dianalisa di Laboratorium.
2. Lokasi Titik Sampling dan Sungai
Survey lokasi titik sampling dan sungai diperlukan untuk
mengetahui kondisi sesunguhnya yang digunakan untuk menunjang
perencanaan IPAL. Menentukan titik sampling ini berdasarkan SNI
6989.59:2008. Survey dilakukan untuk melihat kondisi sebenarnya
dilapangan.
Teknik sampling dilakukan berdasarkan SNI 6989.59:2008. Cara
yang digunakan untuk pengambilan sampling yaitu adalah komposit
gabungan waktu. Pengambilan sampling pada limbah cair yang tidak
memiliki bak ekualisasi dengan sistem batch, pengunaan komposit
gabungan waktu dan tempat, pengambilan tiap 1 jam sekali selama 8 jam
operasional pabrik. Tempat pengambilan sampelterdapat pada Gambar
3.2. Pemilihan lokasi pengambilan sampling berdasarkan arah aliran air
sebelum dibuang ke badan air.

57
3. Ketersediaan Lahan dan Layout Pabrik
Ketersediaan lahan menjadi salah satu faktor agar perancangan
yang dilakukan dapat diimplementasikan. Dalam industri ini memiliki
lahan seluas 1420 m2 (DPLH,2018). Hal ini disebakan karena setiap unit
pengolahan yang direncanakan akan memakai sejumlah luasan lahan.
Sehingga perlu diketahui berapa luasan lahan yang tersedia agar seluruh
unit yang didesain dapat dibangun dengan lahan yang cukup.
Gambar denah dan layout pabrik diperlukan untuk memberikan
gambaran perencana mengenai tata letak bangunan serta lahan yang
tersedia untuk pembangunan IPAL. Gambar denah memberikan informasi
mengenai tata letak bangunan serta fungsi dari bangunan yang ada.
Sedangkan layout pabrik memberikan gambaran mengenai letak pabrik
terhadap sekitarnya. Sehingga dapat diperkirakan juga lokasi badan air
yang ada disekitar pabrik.
Informasi mengenai ketersediaan lahan dan juga layout pabrik
membantu perencana dalam menentukan alternatif pengolahan yang tepat.
Selain itu dengan mengetahui lahan yang akan digunakan dapat membantu
dalam pengembahan layout atau tata letak unit yang telah didesain.Berikut
gambar layout lokasi dan titik sampling :

58
Gambar3.2 Lokasi Perencanaan IPAL dan Lokasi Titik Sampling
Sumber : Hasil Survey
Keterangan : : Lokasi Perencanaan
: Titik Sampling

Pada gambar di jelaskan bahwa lahan lokasi perencanaan IPAL


terletak pada tanda bulat. Penetapan lokasi perencanaan IPAL ini sendiri

59
berdasarkan lokasinya yang terletak dekat dengan badan air sungai jalan
airlangga dan juga memilik akses yang mudah untuk operasional dan
maintenance. Lahan yang tersedia untuk untuk lahan IPAL 103,5 m2.
Lahan yang digunakan untuk IPAL adalah 55,5 m2.
4. Pengambilan Kuantitas Air Limbah
Kuantitas dinyatakan dengan debit air limbah. Debit air limbah
dari proses produksi berfluktuasi, sebanding dengan kapasitas produksi.
Data debit yang dibutuhkan dalam perencanaan instalasi pengolahan
meliputi debit air limbah rata-rata, minimum, dan maksimum.
Data variasi debit diperlukan juga untuk menentukan kapasitas
instalasi apabila terjadi kenaikan produksi yang menyebabkan kenaikan
jumlah air limbah. Hal ini ditujukan agar instalasi tetap dapat mengolah air
limbah apabila sewaktu-waktu kapasitas naik.Pengukuran kuantitas air
limbah dilakukan menggunakan alat ukur debit mekanis yang dipasang
pada saluran akhir.
5. Jam Operasional Pabrik
Lama operasional pabrik memberikan informasi kepada perencana
mengenai lama limbah yang dihasilkan oleh suatu proses produksi.
Informasi ini juga memberikan gambaran jam puncak pemakaian air.
Sehingga membantu perencana untuk memperoleh nilai faktor puncak
untuk unit yang akan direncanakan. Pabrik ini beroprasi pada pukul 07.00-
17.00, jam masuk setiap hari senin hingga jumat.
Informasi mengenai jam operasional juga membantu perencana
dalam mendesain unit IPAL seperti equalization tank.Hal ini diperlukan
agar desain dari unit tersebut tidak terlalu besar maupun terlalu kecil.
6. Lokasi Badan Air Terdekat
Informasi lokasi badan air penerima diperlukan untuk mengetahui
letak pipa effluent IPAL yang akan direncanakan. Badan air penerima
dapat berupa sungai maupun saluran drainase yang cukup besar serta dapat
menampung debit effluent yang dihasilkan.
Informasi badan lokasi badan air diperoleh melalui pengamatan
pada sekitar area pabrik sehingga dapat diketahui letak badan air tersebut.

60
Badan air terletak pada depan pabrik menuju ke Sungai Kresek lalu
berakhir di Sungai Brantas Kota Kediri.

3.4.2 Data Sekunder


Data sekunder merupakan data yang berasal dari data pendukung
atau di peroleh dari sumber sumber jurnal dan lainnya. Data sekunder yang
diperlukan dalam perancangan dapat berupa dokumen maupun gambar.
Data sekunder yang berupa dokumen yang diperlukan dalam perancangan.
1. Data Boring
Uji ini dilakukan untuk mengetahui elevasi lapisan keras (Hard
Layer) dan homogenitas tanah dalam arah lateral. Hasil Cone Penetration
Test disajikan dalam bentuk diagram sondir yang mencatat nilai tahanan
konus dan friksi selubung, kemudian digunakan untuk menghitung daya
dukung pondasi yang diletakkan pada tanah tersebut. Berikut pada Gambar
3.3 data boring:

61
Gambar 3. 3 Data Boring
Sumber : Dinas Penanaman Modal Kota Kediri
2. Data sekunder karakteristik
Data sekunder karakteristik limbah kecap, saos, dan permen ting
ting jahe mengunakan industri yang memiliki kesamaan bahan baku. Pada
data sekunder ini mengunakan karakteristik limbah tahu yang memiliki
bahan dasar sama seperti kecap yaitu kedelai.
3.5 Analisis dan Pembahasan
Pengolahan data dilakukan setelah data-data yang dibutuhkan telah
dikumpulkan. Adapun pengolahan data yang dilakukan meliputi :
1. Perhitungan debit air limbah dan analisa karakteristik air limbah pabrik
kecap, saos, dan ting ting jahe.

62
Debit perancangan diperoleh dari pendekatan dilapangan air
buangan yang dimiliki oleh pabrik. Dari data penggunaan air
selanjutnya dihitung penggunaan air rata-rata dari pabrik tersebut.
Selain itu dihitung pula debit puncak dari pabrik tersebut yang akan
digunakan dalam desain.
2. Penetapan baku mutu effluent air limbah yang disesuaikan
dengan Pergup Jatim No. 72 Tahun 2013tentang Baku Mutu Limbah
Cair Industri.
Air limbah akan di uji dengan mengunakan baku mutu yang
mengacu pada Pergup Jatim No. 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Industri, sebagai data penentu unit IPAL untuk industri
kecap, saos, dan permen ting-ting jahe. Penaatan baku mutu ini agar
nantinya air yang dibuang ke badan air bisa sesuai dengan parameter
yang telah di tetapkan.
Hasil laboratorium mengenai kualitas kimiawi limbah cair
selanjutnya dibandingkan dengan baku mutu. Nilai baku mutu yang
digunakan dalam perancangan ini adalah Pergup Jatim No. 72 Tahun
2013 tentang Baku Mutu Limbah Cair Industri. Setelah mengetahui
nilai polutan yang perlu disisihkan dapat diketahui pula berapa
tahapan pengolahan yang diperlukan.
3. Penetapan Alternatif Pengolahan Berdasarkan Data Kualitas dan
Kuantitas
Alternatif pengolahan ditetapkan setelah menganalisa data
kualitas, kuantitas dan hasil analisa penelitian pendahuluan. Alternatif
pengolahan juga disusun secara berangkai dimana alternatif
pengolahan dimulai dari pengolahan tahap pertama (fisik-kimia)
dilanjutkan dengan pengolahan tahap kedua.
4. Penetapan kriteria desain sesuai dengan pustaka textbook dan jurnal.
Kriteria perancangan yang digunakan diambil dari textbook
seperti Metcalf And Eddy (2003). Kriteria lain yang diambil juga
berasal dari jurnal-jurnal terkait pengolahan air limbah cair. Kriteria
perancangan yang digunakan untuk tiap unit disajikan pada subbab

63
Kriteria Desain di BAB II Tinjauan Pustaka. Kriteria desain ini
menjadi acuan untuk menentukan dimensi yang akan di butuhkan oleh
unit IPAL.
5. Penetapan pengolahan yang akan digunakan.
Dengan mempertimbangkan aspek perawatan yang mudah dan
tepat guna dengan karakteristik air limbah dengan unit pengolahan
yang dirancang.
6. Perhitungan dimensi unit pengolahan yang telah ditetapkan
berdasarkan kriteria desain menggunakan excel.
Perhitungan ditetapkan dilakukan berdasarkan pada kriteria
desain yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan literatur.
Adapun hal yang perlu dihitung dari setiap bangunan terkait dengan
dimensi baik bangunan maupun saluran serta aspek hidrolika yang ada
pada bangunan tersebut (kecepatan saluran, kecepatan dalam
bangunan, dll). Selain itu dalam perhitungan juga perlu dilakukan
perhitungan baik terhadap kebutuhan pompa (jika diperlukan) serta
peralatan tambahan yang perlu ditambahkan dalam bangunan (misal:
media filter).
7. Penggambaran DED (Detail Engineering Design) masing-masing unit
berdasarkan perhitungan menggunakan AutoCAD 2007.
Gambar detail merupakan tahap selanjutnya setelah dilakukan
perhitungan dimensi unit pengolahan. Dalam gambar detail perlu
digambarkan bentuk dari unit pengolahan secara jelas baik bentuk dan
ukuran unit bangunan.
a. Desain tiap unit bangunan.
b. PID untuk unit alternatif dan unit yang akan digunakan.
8. Pengambaran struktur bangunan dengan mengunakan SAP2000
Pengambaran mengunakan SAP2000 untuk membantu
menentukan perhitungan perencanaan struktur yang ada pada
perencanaan IPAL ini. Hasil dari SAP2000 ini akan mendapatkan
momen yang selanjutnya dijadikan untuk menghitung tulangan..

64
3.6 Analisis Hasil Perancangan
Hasil dan pembahasan digunakan untuk memperjelas data yang telah
diolah. Hasil dan pembahasan meliputi aspek teknis dan biaya yang terdiri
dari :
1. Karakteristik limbah cair Industri Kecap, Saos, dan Permen Ting-Ting
Jahe.
2. Analisa dari perencanaan IPAL Industri Kecap, Saos, dan Permen
Ting-Ting Jahe.
3. Perhitungan dimensi dan konstruksi perencanaan IPAL Industri Kecap,
Saos, dan Permen Ting-Ting Jahe.
4. Detail Engineering Design (DED) Instalasi Pengolahan Air Limbah
Industri Kecap, Saos, dan Permen Ting-Ting Jahe.

3.7 Kesimpulan
Kesimpulan merupakan jawaban dari tujuan perancangan.:
1 Karakteristik limbah cair Industri Kecap, Saos, Dan Permen Ting-
Ting Jahe.
2 Alternatif pemilihan unit IPAL.
3 Desain unit yang digunakan di IPAL yang sesuai dengan karakteristik
limbah Industri Kecap, Saos, Dan Permen Ting-Ting Jahe.
4 Gambar DED IPAL Industri Kecap, Saos, Dan Permen Ting-Ting
Jahe.

65
4.7 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini memiliki jadwal terdapat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Bulan Ke-
No Kegiatan 1 2 3 4 5 6

1 Identifikasi Masalah

2 Perumusan Masalah

3 Studi Literatur

4 Pengumpulan Data

Data Primer

- Karakteristik Air Limbah

- Ketersediaan Lahan

- Layout Pabrik

- Jam Operasional Pabrik

- Lokasi Titik Sampling

- Lokasi Badan Air Terdekat

Data Sekunder

- Data Sondir

5 Pengujian Sampling
Penentuan Unit Pengolahan Berdasarkan
6
Hasil Analisa
7 Penentuan Dimensi IPAL

8 Pengambaran DED

- AUTOCAD 2D

- SAP2000

66
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Karakteristik dan Debit Air Limbah

4.1.1 Identifikasi Karakteristik Air Limbah


Data kualitas air limbah merupakan data primer yang diperoleh melalui
sampling dan uji laboratorium. Baku mutu yang digunakan berdasarkan Peraturan
Gubernur Jatim Nomor 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah Industri
dan/atau Kegiatan Usaha lainnya. Parameter yang digunakan pada baku mutu
industri saos adalah BOD, COD, TSS, dan pH sesuai dengan Pergub Jatim Nomer
72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Industri Saos. Parameter baku mutu yang
digunakan adalah industri saos, karena dari perbandingan baku mutu antara
industri saos dan industri kecap nilai baku mutu industri saos lebih ketat pada
kadar air limbah. Hasil analisa laboratorium disajikan pada Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4. 1 Hasil Uji Laboratorium
Baku Memenuhi
Parameter Satuan Hasil Analisa Metode Analisa
Mutu Baku Mutu
pH - - 3,83 p H meter -
TSS mg/L 100 1840 Gravimetri Tidak
BOD mg/L 100 2397,5 Winkler Tidak
COD mg/L 250 6048,47 Reflux/Tetrimetri Tidak
Sumber : Balai Riset dan Standarisasi Industri Surabaya, 2019
Hasil uji laboratorium parameter pencemar industri saos pada Peraturan
Gubernur Jatim No. 72 Tahun 2013 melebihi baku mutu, sehingga memerlukan
pengolahan agar dapat memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan.

4.1.2 Pengukuran Debit Air Limbah


Pengukuran debit pada industri kecap, saos, dan permen ting ting ini
memiliki hasil debit 36,37 m3/hari. Proses perhiungan debit air limbah dapat
dilihat pada Tabel 4.2 berikut.

67
Tabel 4. 2 Fluktuasi Air Limbah
Limbah Volume Limbah Volume Air Limbah Volume Air
No Jam Masuk Komulatif MasukRata-Rata Tiap Jam Limbah Rata-Rata
Komulatif
(m3/Jam) (m3/hari) (m3/jam) (m3/hari)
1 06.00-07.00 1,8 1,8 1,5154167 1,51541667
2 07.00-08.00 2,29 4,09 1,5154167 3,03083333
3 08.00-09.00 2,9 6,99 1,5154167 4,54625
4 09.00-10.00 3,95 10,94 1,5154167 6,06166667
5 10.00-11.00 4,07 15,01 1,5154167 7,57708333
6 11.00-12.00 2,64 17,65 1,5154167 9,0925
7 12.00-13.00 4,05 21,7 1,5154167 10,6079167
8 13.00-14.00 2,86 24,56 1,5154167 12,1233333
9 14.00-15.00 3,2 27,76 1,5154167 13,63875
10 15.00-16.00 2,67 30,43 1,5154167 15,1541667
11 16.00-17.00 3,44 33,87 1,5154167 16,6695833
12 17.00-18.00 2,5 36,37 1,5154167 18,185
13 18.00-19.00 0 36,37 1,5154167 19,7004167
14 19.00-20.00 0 36,37 1,5154167 21,2158333
15 20.00-21.00 0 36,37 1,5154167 22,73125
16 21.00-22.00 0 36,37 1,5154167 24,2466667
17 22.00-23.00 0 36,37 1,5154167 25,7620833
18 23.00-24.00 0 36,37 1,5154167 27,2775
19 24.00-01.00 0 36,37 1,5154167 28,7929167
20 01.00-02.00 0 36,37 1,5154167 30,3083333
21 02.00-03.00 0 36,37 1,5154167 31,82375
22 03.00-04.00 0 36,37 1,5154167 33,3391667
23 04.00-05.00 0 36,37 1,5154167 34,8545833
24 05.00-06.00 0 36,37 1,5154167 36,37
1,5154167 36,37 1,5154167 36,37
Sumber : Hasil Analisa.2018

4.2 Alternatif Perencanaan


Pada perencanaan ini terdapat 3 (tiga) alternatif yang akan digunakan untuk
mendesain instalasi pengolahan air limbah di industri kecap, saos, dan permen
ting-ting. Berikut alternatif untuk perencanaan IPAL dapat dilihat pada Gambar
4.1 – 4.3 berikut.

68
Gambar 4. 1 Alternatif 1

69
Gambar 4. 2 Alternatif 2

70
Gambar 4. 3 Alternatif 3

71
1. Alternatif 1
Pada gambar diagram alir alternatif 1 mengunakan unit Anaerobic Baffle
Reactor dan mengunakan Extended Aeration. Pemilihan unit pengolahan pada
alternatif 1 dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4. 3Dasar Pemilihan Alternatif 1
No. Unit Dasar
1. Barscreen Menyisihkan air limbah dari serabut, batang, daun ketela, dan ketela
2. Bak Ekualisasi Bertujuan menghomogenisasi debit dan konsentrasi air limbah.
3. pHair limbah rendah (pH=3,8),sehingga memerlukan proses netralisasi
Bak Netralisasi
sebelum memasuki proses biologis.
4. Mengolah air limbahdengan proses anaerob untuk menurunkan
Anaerobic Baffle
konsentrasi COD dan BOD yang tinggi, mengunakan ABR supaya
Reactor
beban yang masuk ke aerasi tidak besar.
5. Mengolah air limbah dengan proses aerob untuk menurunkan
Extended Aeration konsentrasi COD dan BOD dengan konsentrasi moderat, dengan
pengolahan aerobik yang memiliki waktu lebih cepat.
6. Bak Sedimentasi Memisahan supernatan dengan lumpur aktif secara gravitasi.
Sumber : Analisis Penulis,2019
2. Alternatif 2
Pada gambar diagram alir alternatif 2 mengunakan Biofilter Anaero-Aerob.
Pemilihan unit pengolahan alternatif 2 dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4. 4 Dasar Pemilihan Alternatif 2
No. Unit Dasar
1. Barscreen Menyisihkan air limbah dari serabut, batang, daun ketela, dan ketela
2. Bak Ekualisasi Bertujuan menghomogenisasi debit dan konsentrasi air limbah.
pH air limbah rendah (pH=3,8), sehingga memerlukan proses
3. Bak Netralisasi
netralisasi sebelum memasuki proses biologis.
Mengolah air limbah dengan proses anaerob untuk menurunkan
konsentrasi COD dan BOD yang tinggi, pengunaan biofilter
4. Biofilter Anaerob
anaerob merupakan proses awal agar beban tidak telalu besar
masuk ke biofilter aerob.
Mengolah air limbah dengan proses aerob untuk menurunkan
5. Biofilter Aerob konsentrasi COD dan BOD dengan konsentrasi moderat, dengan
pengolahan aerobik yang memiliki waktu lebih cepat.
6. Bak Sedimentasi Pemisahan supernatan dengan lumpur aktif secara gravitasi.
Sumber : Analisis Penulis,2019

72
3. Alternatif 3
Pada gambar diagram alir alternatif 3 mengunakan unit UASB dan
mengunakan Activated Sludge. Pemilihan unit pengolahan pada alternatif 3dapat
dilihat pada Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4. 5Dasar pemilihan Alternatif 3
No. Unit Dasar
Menyisihkan air limbah dari serabut, batang, daun ketela, dan
1. Barscreen
ketela
Bak Bertujuan menghomogenisasi debit dan konsentrasi air limbah.
2.
Ekualisasi
Bak pH air limbah rendah (pH=3,8), sehingga memerlukan proses
3.
Netralisasi netralisasi sebelum memasuki proses biologis.
Mengolah air limbah dengan proses anaerob untuk menurunkan
4. UASB konsentrasi COD dan BOD yang tinggi. Pengunaan teknologi
baru yang cocok mengurangi beban organik limbah.
Mengolah air limbah dengan proses aerob untuk menurunkan
Activated
5. konsentrasi COD dan BOD dengan konsentrasi moderat.
Sludge
Pengolahan yang meremoval lebih cepat.
Bak Pemisahan supernatan dengan lumpur aktif secara gravitasi.
6.
Sedimentasi
Sumber : Analisis Penulis,2019
Berdasarkan hasil perhitungan neraca massa (Lampiran 1), tiga alternatif
perencanaan dapat memenuhi konsentrasi parameter berdasarkan peraturan
Gubernur Jatim Nomer 72 Tahun 2013. Hasil perhitungan neraca massa dari
ketiga alternatif perencanaan dapat dilihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4. 6Hasil Perhitungan Neraca Massa Dari Ketiga Alternatif Perencanaan
Tipe Pengolahan COD BOD TSS Memenuhi BM
mg/L mg/L mg/L
Baku Mutu 250 100 100 -
Alternatif 1 177,32 59,49 69 Ya
Alternatif 2 105,85 41,96 23 Ya
Alternatif 3 114,32 65,45 8,28 Ya
Sumber : Analisa Data,2019

73
Berdasarkan hasil perhitungan neraca massa semua alternatif memenuhi
baku mutu yang sesuai dengan Peraturan Gubernur Jatim Nomer 72 Tahun 2013.
Perbandingan beberapa aspek untuk semua alternatif dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4. 7 Perbandingan Alternatif Perencanaan ditinjau dari Berbagai Aspek
ASPEK ALTERNATIF 1 ALTERNATIF 2 ALTERNATIF 3
Kualitas Effluen G G G
Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil
perhitungan neraca perhitungan neraca perhitungan neraca
Keterangan
massa efluen sudah massa efluen sudah massa efluen sudah
memenuhi baku mutu. memenuhi baku mutu. memenuhi baku mutu.
Kebutuhan Lahan AV AV AV
Kebutuhanlahan cukup Kebutuhan lahan cukup Kebutuhan lahan cukup
Keterangan besar dikarenakan besar dikarenakan besar dikarenakan
terdapat unit anaerob. terdapat unit anaerob. terdapat unit anaerob.
Kemudahan Operasi AV G AV
Membutuhkan seorang Unit tidak memerlukan Membutuhkan seorang
operator yang dapat seorang operator yang operator yang dapat
Keterangan melakukan pengecekan rutin karena operasinya melakukan pengecekan
rutin dan maintance. mudah. rutin dan maintance.
Kemudahan
Pemeliharaan untuk AV P P
proses anaerobik
Pemeliharaan relatif Pemeliharaan filter yang Ketidakstabilan dalam
mudah, karena tidak terbuat dari sarang tawon perawatan dikarenakan
Keterangan diperlukan pemantauan akan susah mendeteksi sistem hidrolik yang
harian. rusaknya filter bagian kompleks.
tengah maupun bawah.
Kebutuha Listrik AV AV AV
Dalam unit pengolahan Dalam unit pengolahan Dalam unit pengolahan
memerlukan blower, memerlukan blower, memerlukan blower,
aerator diffuser, pompa, aerator diffuser, pompa, aerator diffuser, pompa,
Keterangan
dll yang memerlukan dll yang memerlukan dll yang memerlukan
listrik yang cukup listrik yang cukup banyak. listrik yang cukup
banyak. banyak.
Kemudahan
Pemantauan Proses G p G
untuk proses aerobik
Pengecekan lumpur aktif Diperlukan pemantauan Pengecekan lumpur aktif
dan bakteri dapat proses khusus untuk unit dan bakteri dapat
dilakukan setiap hari biofilter aerob-anaerob dilakukan setiap hari
Keterangan dengan mudah. dengan mudah.
seperti bakteri yang
menempel pada media
filternya.
Sumber : Analisa Data,2019
Keterangan :
VG : sangat bagus ; G : bagus ; AV : Lumayan ; P : kurang bagus
Penentuan unit akan memperhatikan beberapa aspek yang berpengaruh di
operasional unit IPAL, berdasarkan pertimbangan alternatif 1 dipilih, karena

74
keunggulannya pada proses operasional, pemeliharaan, dan kemudahan
pemantauan proses. Jadi, dalam penelitian ini akan dirancang unit barscreen, bak
ekualisasi, tangki netralisasi, bak anaerobic baffle reactor, bak extended aeration,
dan clarifier.

4.3 Perhitungan Dimensi Unit

4.3.1 Barscreen
Bar Screen berfungsi untuk menyisihkan benda-benda kasar yang
melayang, sehingga tidak mengganggu pengoperasian unit pengolahan
selanjutnya.Banyaknya kotoran yang tertahan pada bar screen akan meningkatkan
kehilangan tekanan sehingga perlu dibersihkan. Pembersihan dapat dilakukan
secara manual maupun mekanis. Pemilihan tergantung dari beban yang diterima,
jika beban berat dapat menggunakan peralatan mekanis yang bekerja secara
otomatis, sedangkan beban yang relatif ringan dapat dilakukan secara manual.
Screen

Y1 V1 Vb V2 Y2

Gambar 4. 4Barscreen

Tabel 4. 8 Kriteria Design Bar Screen


1 Bukaan antara screen/jarak antar kisi 25 - 50 mm
2 Sudut antara kisi-kisi dengan bidang horizontal 450 - 600
(α)
3 Lebar penampang batang (w) 5 - 15 mm
4 Kecepatan aliran air (Vs) 1. 0,3 – 0,6 m/detik
5 Panjang penampang batang (p) 25 – 75 mm
6 Kecepatan melalui bar screen (Vs) 0,3 – 0,9 m/detik
7 Faktor Kirschemer (β)
- bentuk bulat lingkaran 1,79
- bentuk persegi 2,42
8 Head loss ≤ 15 cm
Sumber : Qasim,1985

75
a. Direncanakan
1. Debit pengolahn = 0,0015 m3/detik
2. Lebar satuan intake (L) = 0,4 m
3. Kisi berbentuk bulat lingkaran (β) = 1,79
4. Diameter yang direncanakan (w) = 0,015 m
5. Jarak bukaan antar batang (b) = 0,025 m
6. Kemiringan kisi (α) = 60
7. Gravitasi (g) = 9,81
8. Sloope (S) = 0,00903
9. kekasaran (n) = 0,013

b. Perhitungan
1. Kedalaman sebelum screen (Y1)

𝑄𝑥𝑛 𝑌1
=
𝑆 1/2 (2𝑌1 + 1)5/3

0,0015 𝑥 0,013 𝑌1
0,5
=
000903 (2𝑌1 + 1)5/3

𝑌1
0,0002 =
(2𝑌1 + 1)5/3
0,025
𝑌1 =
0,95
𝑌1 = 0,0263158 𝑚

2. Kecepatan sebelum screen (V1)


𝑄
𝑉1 =
𝐿 𝑥 𝑌1
0,0015
𝑉1 =
0,4 𝑥 0,03
𝑉1 = 0,1399656 m/detik

76
3. Jumlah Batang (n)
𝐿 = 𝑛 𝑥 𝑤 + [(𝑛 + 1) 𝑥 𝑏]
0,4 = 𝑛 𝑥 0,015 + [(𝑛 + 1) 𝑥 𝑏]
0,4 = 0,015𝑛 + 0,025𝑛 + 0,025
0,375 = 0,04 𝑛
𝑛 = 9,375 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔

Jadi, jumlah batang yang direncanakan adalah 10 buah

4. Jumlah bukaan (s)


𝑠 =𝑛+1
𝑠 = 10 + 1
𝑠 = 11 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛
5. Lebar bukaan total (Lt)
𝐿𝑡 = 𝑏 + 𝑠
𝐿𝑡 = 0,025 + 11
𝐿𝑡 = 0,28 𝑚
6. Kedalaman batang (bar terdalam/Yb)
𝑌1
𝑌𝑏 =
sin 𝛼
0,026316
𝑌𝑏 =
sin 60
0,026316
𝑌𝑏 =
sin 60
0,026316
𝑌𝑏 =
0,866
𝑌𝑏 = 0,03 𝑚
7. Kecepatan di screen (vb)
𝑄
𝑣𝑏 =
𝐿𝑡 𝑥 𝑌1
0,0015
𝑣𝑏 =
0,275 𝑥 0,02632
𝑣𝑏 = 0,2 𝑚

77
8. Kehilangan tekanan melalui screen (hv)
ℎ𝑣 .2
ℎ𝑣 =
2𝑔
0,20362
ℎ𝑣 =
2 𝑥 9,81
ℎ𝑣 = 0,00043008 𝑚
9. Headloss bar
𝑤
𝐻𝐿 = 𝛽 𝑥 ( ) .4/3 𝑥 ℎ𝑣 𝑥 sin 𝛼
𝑏
0,015 4
𝐻𝐿 = 1,79 𝑥 ( ) . 𝑥 0,00043 𝑥 0,87
0,025
𝐻𝐿 = 0,000338 𝑚
𝐻𝐿 = 0,03 𝑐𝑚
10. Ketinggian air setelah bar (Y2)
𝑌2 = 𝑌1 𝑥 𝐻𝐿
𝑌2 = 0,0263 − 0,00034
𝑌2 = 0,026 m
11. Keceptan setelah melewati screen (v2)
𝑄
𝑉2 =
𝐿 𝑥 𝑌2
0,0015
𝑉2 =
0,4 𝑥 0,026
𝑉2 = 0,14 𝑚/𝑑𝑡𝑘

4.3.2 Bak Ekualisasi


Bak ekualisasi berfungsi untuk meratakan beban organik dengan cara
meratakan debit aliran yang akan masuk ke pengolahan selanjutnya.Menghitung
volume air bak ekualisasi perlu dibuat tabulasi debit kumulatif air limbah masuk
dan air limbah yang dialirkan selama 24 jam.

78
Tabel 4. 9 Data Volume Bak Ekualisasi
Debit Volume Air Volume Air
Volume Limbah Storage
Limbah Limbah Rata- Limbah Rata-
No Jam Komulatif Komulatif
Masuk Rata Tiap Jam Rata Komulatif
3
Masuk (m /hari) (m3/hari)
(m3/Jam) (m3/jam) (m3/hari)
1 06.00-07.00 1,800 1,800 1,515 1,515 0,285
2 07.00-08.00 3,950 5,750 1,515 3,031 2,435
3 08.00-09.00 2,900 8,650 1,515 4,546 1,385
4 09.00-10.00 2,290 10,940 1,515 6,062 0,775
5 10.00-11.00 4,070 15,010 1,515 7,577 2,555
6 11.00-12.00 2,640 17,650 1,515 9,093 1,125
7 12.00-13.00 4,050 21,700 1,515 10,608 2,535
8 13.00-14.00 2,860 24,560 1,515 12,123 1,345
9 14.00-15.00 3,200 27,760 1,515 13,639 1,685
10 15.00-16.00 2,670 30,430 1,515 15,154 1,155
11 16.00-17.00 3,440 33,870 1,515 16,670 1,925
12 17.00-18.00 2,500 36,370 1,515 18,185 0,985
13 18.00-19.00 0,000 36,370 1,515 19,700 -1,515
14 19.00-20.00 0,000 36,370 1,515 21,216 -1,515
15 20.00-21.00 0,000 36,370 1,515 22,731 -1,515
16 21.00-22.00 0,000 36,370 1,515 24,247 -1,515
17 22.00-23.00 0,000 36,370 1,515 25,762 -1,515
18 23.00-24.00 0,000 36,370 1,515 27,278 -1,515
19 24.00-01.00 0,000 36,370 1,515 28,793 -1,515
20 01.00-02.00 0,000 36,370 1,515 30,308 -1,515
21 02.00-03.00 0,000 36,370 1,515 31,824 -1,515
22 03.00-04.00 0,000 36,370 1,515 33,339 -1,515
23 04.00-05.00 0,000 36,370 1,515 34,855 -1,515
24 05.00-06.00 0,000 36,370 1,515 36,370 -1,515
Rata-Rata 1,515 36,370 1,515 36,370
Sumber : Analisa Data,2019
a. Direncanakan

1. V komulatif = 2,55458 – (-1,5154)

79
= 4,07 m3

𝑉
2. A =𝐻
4,07 𝑚3
A = 1,5 𝑚

= 2,71333 m2
3. P : L =1:1

L = 1,64722 m ≈ 1,7 m

b. Rekapitulasi Dimensi bak equalisasi


Panjang = 1,7 m
Lebar = 1,7 m
Kedalaman air = 1,5 m
Freeboard = 0,3 m
h tot = 1,8 m

4.3.3 Tangki Netralisasi


Proses netralisasi dengan mengunakan bubuk CaCO3 yang dilarutkan air
pada tangki netralisasi. Kapasitas tangki netralisasi sama dengan jumlah larutan
basa yang diperlukan netralisasi pH air limbah. Proses netralisasi meliputi :
1. Tangki dosing basa kebutuhan CaCO3 dan spesifikasi pompa dosing
A. Kebutuhan basa
pH awal = 3,5
pH akhir =7
M akhir = 0,0000001 mol/L
CaCO3 = 100%
CaCO3+H2O Ca(OH)2 +HCO3
Ca(OH)2 = 1 mol/L
[H+] = 10-3,5 mol/L
[H+] = 0,000316228 mol/L
Total mol asam = 0,000316228 mol/L x 36370 L/hari
Total mol asam = 11,5 mol/hari
mol basa = Vbasa x 1 mol/L

80
𝑚𝑜𝑙 𝐿
11,5 𝑥 (36370 𝑥 10−7 )
𝐿 ℎ𝑎𝑟𝑖
V basa = 𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑜𝑙
(1 + 0,000316228 )
𝐿 ℎ𝑎𝑟𝑖

V basa = 11,49 L
Ca(OH)2 Ca2+ 2OH-
mol basa = 11,49mol
n OH =2
Mr Ca(OH)2 = 56 g/mol
11,49
mol OH = 2

mol OH = 5,74 mol


massa basa = 5,74 mol x 56 g/mol
massa basa = 321,422885 gram
% CaCO3 = 100%
massa CaCO3 = 321,4 gram
B. Kebutuhan V Basa untuk Tangki 40 L
Tangki tersedia = 40 L
40 𝐿
V BASA perhari untuk 40 L = 11,49 𝐿

V BASA perhari untuk 40 L = 3,48 kali


Massa CaCO3 untuk 40 L = 321,4 gr x 3,48
Massa CaCO3 untuk 40 L = 1.120 gr

Tangki dosing yang digunakan sesuai dengan yang tersedia di pasaran


yaitu ukuran 40L. Tangki dosing sudah dilengkapi dengan pompa dan mixer
bawaan dari tangki dosing sesuai yang tersedia di pasaran. Tangki memiliki
diameter 315 mm dan tinggi 418 mm. Ilustrasi tangki dosing dan spesifikasi
tangki dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 berikut.

81
Gambar 4. 5 Tangki Dosing
Sumber : alibaba,2019

Gambar 4. 6 Ukuran Tangki Dosing yang Sesuai Pasaran


Sumber : alibaba,2019
Pompa dosing yang digunakan dengan tegangan 220 V dengan frekuensi
50 Hz, sesuai dengan bawaan dari tangki dosing, sedangkan untuk mixer bawaan
dari tangki dosing memiliki daya rata-rata 0,18- 11 kW, dengan diameter mixer
0,4 – 3 m, serta kecepatan mengaduk 60-200 rpm.

82
Gambar 4. 7 Dosing Pump
Sumber : alibaba,2019

Gambar 4. 8 Mixer
Sumber : alibaba,2019

Tabel 4. 10 Spesifikasi Dosing Pump


DOSING PUMP SPESIFICATION
Power Rated = 20 W
Work Presure = 2 Bar
Flow = 12,12 L/Hr
Pressure Range = 0.2~1 Mpa
Motor = Standard 220v/380v,50hz
Regulating Mode = Manual / Automatic
Sumber :alibaba,2019
Tabel 4. 11 Spesifikasi Mixer
MIXER SPESIFICATION
Rated Power = 0.18~11kW
Mixer Diameter = 0.4~3m
Mixing Speed = 60~200rpm
Sumber :alibaba,2019

83
2.Tangki Nertralisasi
Tangki netralisasi digunakan untuk mencampurkan basa CaCO3 dengan air
limbah sebelum memasuki proses selanjutnya. Bubuk CaCO3 sebelumnya di
larutkan pada tangki dosing. Pada Tabel 4.11 menunjukan data-data perencanaan
tangki netralisasi.
Tabel 4. 12 Perencanaan Tangki Netralisasi
PARAMETER SIMBOL BESARAN SATUAN KRITERIA
0,5 – 6 menit
Waktu Detensi 6 menit (Metcalf &
Eddy, 1979)
Rasio Tinggi Dengan Diameter
1,1
Tangki
Kecepatan Putar Mixer n 100 rpm
Viskositas Air Pada 28o C µ 1,746 x 10 -5
lb.s/ft2
Direncanakan
N
0,8363 x 10-3
detik/m2
Kecepatan Gradien G 300 per detik
Mixer Low Shear Hydrofoil 4 Blade Np 0,6
a. Perhitungan dimensi
Q = 36,37 m3/hari
= 1,515416667 m3/jam
= 0,025256944 m3/menit
= 0,000420949 m3/detik
Td rencana = 360 detik
= 6 menit
Volume (V) = Q x td
= 0,176798611 m3
Tinggi bak = 1,1 panjang bak (dewiandratika,2011)
1
V = 4x 3,14 x d2 x t

0,176798611 = 0,25 x 3,14 x d2 x 1,1


D = 0,621221466 m
= 0,63 m
Tinggi bak = 1,1 (0,63)
= 0,69 m
= 0,70 m
Freeboard = 0,10 m

84
H total = 0,8 m
b. Menghitung daya yang dibutuhkan untuk pengadukan
P = G2 x n x V
= 13,34369838 N-m/det
= 13,30 w
= 9,842 ft lb/s
𝑃
D =( 𝑁 3
)1/5
𝑝xᵨxn

9,842
= (0,6 x 62,4 x )1/5
1,6673

= 0,13 ft
= 0,039 m
𝐷
Cek rasio = 𝑇𝑒
0,039
= 0,63

= 0,329111524 memenuhi 0,3-0,6


(nxD2 xᵨ)
Cek Nre = µ

= 2845776,04>10.000 turbulen

4.3.4 Anaerobic Baffle Reaktor


Anaerobic Baffled Reactor (ABR) merupakan pengolahan biologis secara
anaerob. Proses ABR menggabungkan proses pengolahan sistem tersuspensi
dengan sistem terlekat. Pada desain reaktor ABRfaktor yang perlu diperhatikan
adalah nilai waktu tinggal hidrolik dan kecepatan aliran (Vup).
Perhitungan ABR disajikan di bawah ini.
Tabel 4. 13 Kriteria Desain ABR
KRITERIA SUMBER
Organic loading Rate 0,5-4 kg BOD/m3.hari (said,2012)
(OLR)
Up-flow velocity ≤ 1,1 m/jam (sasse,2009)
(VUP)
HRT anaerobic Filter ≥ 12 jam (sasse,2009)
Kedalaman outlet max 2,2 (sasse,2009)
Jumlah ruang 4-6 ruang (sasse,2009)

85
Direncanakan ABR tanpa ruang pengendapan
1. Jumlah unit = 1 buah

𝑚3
2. Qave = 1,51542 𝑗𝑎𝑚
𝑚3 𝑗𝑎𝑚
= 1,51542 𝑗𝑎𝑚 ∶ 3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑚3
= 0,00042 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑄
𝑎𝑣𝑒
3. Debit per unit = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑚3
0,00042
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 1 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑚3
= 0,00042 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑚
4. VUP rencana = 1,1 𝑗𝑎𝑚
𝑚 𝑗𝑎𝑚
= 1,1 𝑗𝑎𝑚 ∶ 3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑚
= 0,00031 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

5. HRT = 13 jam
6. Rasio lebar : panjang = 1:2
7. Jumlah kompartemen (n) =4
8. Volume total = 𝑄 𝑥 𝐻𝑅𝑇
𝑚3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,00042 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑥 13 𝑗𝑎𝑚 𝑥 3600 𝑗𝑎𝑚

= 19,70 𝑚3
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Volume kompartemen = 4
19,70 𝑚3
= 4

= 4,93 𝑚3
9. H kompartemen rencana = 1,5 m
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑎𝑟𝑡𝑒𝑚𝑒𝑛
10. A surface = 𝐻
4,93 𝑚3
= 1,5 m

= 3,28 𝑚2
11. Mencari L dari A surface, A = 2𝐿 𝑥 𝐿
3,28 𝑚2
= 𝐿2
2

86
L = 1,28129 𝑚

L ≈1,3 𝑚

12. Panjang kompartemen =2𝑥𝐿


= 2 𝑥 1,3 𝑚
= 2,6 𝑚
13. Volume kompartemen = 𝑃 𝑥 𝐿 𝑥 𝐻 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑎𝑟𝑡𝑒𝑚𝑒𝑛
= 2,6 𝑚 𝑥 1,3 𝑚 𝑥 1,5 𝑚
= 5,07 𝑚3
𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
14. Jumlah kompartemen (n) = 𝑉 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑎𝑟𝑡𝑒𝑚𝑒𝑛
19,70 𝑚3
= 5,07 𝑚3

= 3,9 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑎𝑟𝑡𝑒𝑚𝑒𝑛
≈4 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑎𝑟𝑡𝑒𝑚𝑒𝑛 (OK, 4-6 kompartemen
per BOD load)
15. Volume ABR = 𝑉𝑜𝑙. 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑎𝑟𝑡𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑎𝑟𝑡𝑒𝑚𝑒𝑛
= 5,07 𝑚3 𝑥 4
= 20,28 𝑚3
𝑄
16. Cek VUP = (𝑃𝑥𝐿)
𝑚3
0,00042
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= (2,6 𝑚 𝑥 1,3 𝑚)
𝑚 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,00013 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑥 3600 𝑗𝑎𝑚
𝑚
= 0,4549 𝑗𝑎𝑚 (OK 1,1 m/jam)
𝑉 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑎𝑟𝑡𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑥 𝑛
17. Cek HRT = 𝑄𝑎𝑣𝑒
5,07 𝑚3 𝑥 4
= 𝑚3
0,00042
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 46800 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ∶ 3600 𝑗𝑎𝑚

= 13,00 𝑗𝑎𝑚 (OK ≥ 12 jam)


18. Selanjutnya dihitung efisiensi removal ABR berdasarkan grafik performa
ABR
a. Kualitas air limbah influen
TSS = 1840,00 mg/L

87
COD = 6048,47 mg/L
BOD = 2397,50 mg/L
𝑄 𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑂𝐷
BOD Overloading = (Christian,2006)
𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝐵𝑅
𝑚3 𝑘𝑔 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
0,00042 𝑥 2.397.500 3 𝑥 86400
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑚 ℎ𝑎𝑟𝑖
= 20,28 𝑚3
𝑘𝑔
= 4 𝑚3 .ℎ𝑎𝑟𝑖

b. Penentuan removal BOD


ABR Faktor
• FBOD overloading (a) =1
Penentuan faktor BOD overloading berdasarkan nilai BOD
overloading pada grafik Gambar 4.9.

• F inflow BOD5 (b) = 1,1


Penentuan faktor inflow BOD5 berdasarkan nilai BOD influent
2397,5 mg/L pada grafik Gambar 4.10.
• F suhu (c) =1
Penentuan faktor suhu air limbah pada kondisi 25oC pada
grafik Gambar 4.11.
• F jumlah kompartemen(d)= 0,94
Penentuan faktor jumlah kompartemen pada kompartemen 4
pada grafik Gambar 4.12.
• F – HRT (e) = 0,83
Penentuan faktor HRT berdasarkan nilai 13 jam pada grafik
Gambar 4.13.
Nilai faktor dari hasil grafik akan menghasilkan nilai
persentase BOD removal sebagai berikut:
• % removal BOD = 𝑎 𝑥 𝑏 𝑥 𝑐 𝑥 𝑑 𝑥 𝑒 𝑥 100%
= 1 𝑥 1,1 𝑥 1 𝑥 0,94 𝑥 0,83 𝑥 100%
= 85,822 %
= 0,85822

88
Gambar 4. 9 Faktor Penyisihan BOD terhadap OrganicOverloading pada ABR Rencana
(sumber :Sasse,2009)

Gambar 4. 10 Grafik Penyisihan BOD terhadap Konsentrasi BOD pada ABR Rencana
(sumber :Sasse,2009)

Gambar 4. 11 Grafik Faktor Penyisihan BOD terhadap Temperatur pada ABR Rencana
(sumber :Sasse,2009)

89
Gambar 4. 12 Grafik Faktor Penyisihan BOD terhadap Jumlah Kompartemen pada ABR
(sumber :Sasse,2009)

Gambar 4. 13 Grafik Penyisihan BOD terhadap HRT pada ABR Rencana


(sumber :Sasse,2009)

Gambar 4. 14 Grafik Faktor Penyisihan COD berdasarkan Penyisihan BOD


(sumber :Sasse,2009)

90
• Berdasarkan Gambar 4.14 nilai f – COD = 0,97
c. Penentuan removal COD = % 𝑅𝑒𝑚𝑜𝑣𝑎𝑙 𝐶𝑂𝐷 𝑥 𝑓 𝐶𝑂𝐷
= 0,858 𝑥 0,97
= 83,2473
= 0,83247 %

Gambar 4. 15 Grafik Penyisihan TSS dan BOD terhadap Waktu Pengendapan ABR
(sumber :Sasse,2009)

d. Menentukan removal TSS pada gambar 4.15 = 70


Berdasarkan Gambar 4.15 didapatkan nilai 0,7%
e. Kualitas effluen ABR
• TSS = 552 mg/L
• COD = 1.013,28 mg/L
• BOD = 339,918 mg/L

f. Produksi lumpur
• Massa lumpur TSS = TSS removal x Qave
𝑘𝑔
70 3 𝑚3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑚
= 1000 𝑥 0,00042 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑥 86400 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔
= 2,5459 ℎ𝑎𝑟𝑖

• Massa lumpur BOD = Y x % removal x BOD load xQave


= 0,5 𝑥 0,85822 𝑥 339,918 𝑚𝑔𝐿 𝑥 1000 𝑚𝑘𝑔
3

𝑚3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑥 0,00042 𝑥 86400
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ℎ𝑎𝑟𝑖

𝑘𝑔
= 5,305 ℎ𝑎𝑟𝑖

91
• Massa lumpur total = massa lumpur BOD + massa
lumpur TSS
𝑘𝑔 𝑘𝑔
= 5,305 ℎ𝑎𝑟𝑖 + 2,5459 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔
= 7,8509 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑔
= 7850 ℎ𝑎𝑟𝑖

• Diasumsikan :
Kadar air lumpur = 1,50%
Massa jenis air = 1 g/L
Massa jenis padatan = 1,45 g/L
Massa jenis lumpur = (%air x massa jenis air) +
(%padatan x massa jenis padatan)
= (0,985 g/L x 1 g/L) + (0,01 x 1,45 g/L)
= 1,00675 g/L
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
Volume lumpur = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟
𝑔
7850
=1,00675ℎ𝑎𝑟𝑖
g/L

= 7798,26 L/hari
= 7,79826 𝑚3 /hari
19. Rekapitulasi dimensi ABR
a. Panjang per kompartemen = 2,6 m
b. Panjang total =10,4 m
c. Lebar = 1,3 m
d. Tinggi = 1,5 m
e. Freeboard = 0,3 m
f. Tinggi total = 1,8 m

4.3.5 Extended Aeration


Pengolahan aerasi yang digunakan adalah sistem extended aeration. Sistem
ini cocok untuk mengolah air limbah dengan kapasitas yang kecil serta
menghasilkan sedikit lumpur. Adapun perhitungan bak aerasi disajikan sebagai
berikut.

92
Tabel 4. 14 Kriteria Desain Extended Aeration
Sludge Relation Time : 20-30 Hari
MLSS : 3000-6000 (mg/L)
MLVSS : 0,75-0,85 (kg/ m3 .hari)
Y : 0,3-0,7 mg/l
Kd : 0,03-0,07 hari
F/M : 0,03-0,07 hari
Recirculation Ratio : 0,5-2
Aeration Period : 18-36 jam
Volumetric Loading : 0,1-0,4
Kg/m3.hari
Sumber : Gesuidou Shisetsu Sekkei Shishin to Kaisetsu, Nihon Gesuidou Kyoukai
(Japan Sewage Work Assosiation)

Direncanakan
1. Menggunakan sistem complete mix aeration dengan diffused aeration
menggunakan 1 unit
2. tangki aerasi
3. Umur lumpur (qc) = 30 hari
4. X (mlss) = 6.000 mg/L
5. Mlvss / mlss = 0,75
6. Perbandingan panjang (P) : lebar (L) = 3:1
7. Kedalaman tangki (H) =4m
8. Y = 0,7 mg VSS/mg BOD5
9. Kd = 0,06 hari-1
10. Kelarutan oksigen di tangki aerasi (Cw') = 8 mg/L
11. Kelarutan oksigen dalam air bersih pada suhu standard 20 0C (Csw) = 9,1 mg/L
12. Jumlah minimum dissolved oxygen yang harus tersedia dalam tangki aerasi (C) =
2 mg/L
13. Faktor tekanan salinitas permukaan (b) = 0,9
14. Faktor koreksi transfer oksigen untuk air buangan (a) = 0,85
15. Faktor koreksi kelarutan oksigen untuk perbedaan ketinggian (Fa) = 0,95
16. Suhu air buangan (t) = 27
17. Berat udara = 1.201
18. Kandungan oksigen dalam udara = 21% kg/m3

93
19. Efisiensi difusi udara = 22%
20. Kebutuhan udara = 150% udara teoritis
21. Sistem difuser udara = mengunakan disc diffuser
22. Q yang direncanakan = 36,370 m3/hari
= 1.515 m3/jam
= 0,000420949 m3/detik
Perhitungan
1. BOD5 Influen (So) = 339,92 mg/L
2. BOD5 Effluen = 84,98 mg/L
𝑀𝐿𝑉𝑆𝑆
3. BOD5 Berupa Lumpur = BOD5 eff x ( 𝑀𝐿𝑆𝑆 ) x 0.68 x 1.42
0,075
= 84,98 mg/l x ( 6000 ) x 0,68 x 1.42

= 61,54207243 mg/L
4. BOD5 Terlarut (S) = BOD5 eff - BOD5 berupa lumpur
= 23,437 mg/L
𝐵𝑂𝐷5𝑖𝑛𝑓−𝐵𝑂𝐷5𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
5. Efisiensi BOD5 Terlarut Dalam Efluen = x 100%
𝐵𝑂𝐷5 𝑖𝑛𝑓
339,92 𝑚𝑔/𝑙 − 23,437 𝑚𝑔/𝑙
= x 100%
339,92 𝑚𝑔/𝑙

= 93,11 %
𝐵𝑂𝐷5𝑖𝑛𝑓−𝐵𝑂𝐷5 𝐸𝑓𝑓
6. Efisiensi BOD5 Terlarut Total = x 100%
𝐵𝑂𝐷5 𝑖𝑛𝑓
339,92 𝑚𝑔/𝑙 − 84,98 𝑚𝑔/𝑙
= x 100%
339,92 𝑚𝑔/𝑙

= 75%
𝑄
7. Q Tiap Tanki = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖
0,00042
= 1

= 0,000420949 m3/detik
= 36,37 m3/hari
(𝑄𝑏𝑎𝑘 𝑥 𝑞𝑐 𝑥 𝑌 𝑥 (𝑆𝑜−𝑆𝑒𝑓𝑓)
8. Volume Reaktor = (𝑋(1+𝑘𝑑.𝑞𝑐))

30 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑥(0,00042 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑥86400 𝑑𝑒𝑡/ℎ𝑎𝑟𝑖)𝑥0,7𝑥 (339,92 − 841)


= 6000 𝑔/𝑚3 𝑥 (1+(0.06 𝑥 30))

= 11,5890 m3

94
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
9. Luas Tanki = 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖
11,590
= 4

= 2,898 m2
= 3 m2
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 0,5
10. Lebar Tanki (L) =( )
3
3
= (3)0,5

=1m
= 1,5 m
11. Panjang Tanki (P) = lebar tangki x 3
= 4,5 m
=5m
(𝑃 𝑥 𝐿 𝑥 𝐻)
12. Td = ( 𝑄𝑡𝑎𝑛𝑘𝑖 𝑥 86400) 𝑥24
(5 𝑚 𝑥 1,5 𝑚 𝑥 4 𝑚
= ( 0,00042 𝑚3/𝑑𝑒𝑡 𝑥 86400) 𝑥24

= 19,8 jam (OK)


𝑄 𝑥 𝐵𝑂𝐷 5
13. F/M Rasio = 𝑀𝐿𝑆𝑆 𝑥 𝑣
36,37 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑥 339,92𝑚𝑔/
= 6000 𝑔/𝑚3 𝑥 30 𝑚3

= 0,07 hari-1(OK)
(𝑆𝑜 𝑥 𝑄)
14. Volumetric Loading = 𝑣
(339,92 𝑚𝑔/𝑙 𝑥 36,37 𝑚3/ℎ𝑎𝑟𝑖)
= 30 𝑚3

= 0,4 kg/m3.hari (OK)


𝑌
15. Yobs = (1+(𝑘𝑑 𝑥 𝑞𝑐))
0,7
= ( 1 + (0,06 𝑥 30 ℎ𝑎𝑟𝑖)

= 0,25
16. Px = Yobs x Qtiap tanki x (So-S)
= 0,25 x 36,37 m3/hari x ( 339,92 mg/l - 84,98
mg/l)
= 103 L/m3 x 1 kg/106 mg

95
= 2,877596536 kg/hari (MLVSS)
2,88 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖
17. MLSS = 0,8

= 3,59699567 kg/hari
𝑋
18. Qr/Q = 𝑋+𝑃𝑥
6000 𝑔/𝑚3
= (6000 𝑔/𝑚3 + 2,88 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖)

= 0,99952063 (OK)
𝑄𝑟
19. Debit Return Sludge (Qr) = x Q tiap tangki
𝑄

= 0,99 x 0,00042 m3/det


= 0,000420747 m3/det
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
20. Waktu Aerasi = 𝑄

11,59 𝑚3
= 36,37 𝑚3/ℎ𝑎𝑟𝑖 x 24 jam

= 7,65 jam
Setelah desain tangki aerasi ditetapkan, selanjutnya dilakukan perhitungan
kebutuhan suplai udara. Perhitungan kebutuhan udara disajikan di bawah ini.
d. Kebutuhan Oksigen
((𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥 (𝑆𝑜−𝑆))
1. Kebutuhan Oksigen Teoritis = (0.68𝑥1000)) − (1.42𝑥𝑃𝑥)
((36,37 𝑥 (339,92−84,98))
= (0.68𝑥1000))

= -(1.42x2,87)
= 12,84085137 kg/hari
𝑁
2. Sor = [(𝐶′𝑠𝑤.𝑏.𝐹𝑎−𝐶)/𝐶𝑠𝑤] (1.024)𝑇−20 𝑎
12,84
= ((7,9𝑥0.9𝑥0.95)−2)
[ ]𝑥((1.024)28)−(200𝑥95)
9.15

= 21,91543455 kg.hari
𝑆𝑂𝑅
3. Kebutuhan Udara = (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑥 0.21)
21,92
= (1.201 𝑥 0.21)

= 86,89359878 m3/hari udara


4. Effisiensi Difusi Udara = 0,22

96
𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
5. Kebutuhan Udara Teoritis = 𝑒𝑓𝑓𝑠 𝑑𝑖𝑓𝑢𝑠𝑖 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
86,89
= 0,22

= 394,9709035 m3/hari
6. Kebutuhan Udara Total = Kebutuhan udara teoritis x 1.5
= 394,97 m3/hari x 1,5
= 592,4563553 m3/hari
= 0,411428025 m3/menit
𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
7. Kebutuhan Udara Tiap Tangki = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖
0,411428025 𝑚3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 1

= 0,411428025 m3/menit
𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑥1000)
8. Volume Udara Per Kg BOD5 Teremoval = ((𝑆𝑜−𝑆)𝑥𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙)

(592,45 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑥1000)


= ((339,92−84,98) 𝑥 36,37)

= 51,47145785 m3/kg
𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
9. Volume Suplai Udara Per m3 Air Limbah =
𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

592,4563553 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖
= 36,37

= 16,28969907 m3/m3
𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
10. Volume Suplai Udara Per m3 Volume Tangki = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
592,4563553 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖
= 11,98 𝑚3

= 51,11733422 m3/m3.hari

e. Desain Difuser Udara


𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
11. Jumlah Total Difuser Yang Digunakan = 𝑘𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑜𝑘𝑠𝑖𝑔𝑒𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
0,411428025 𝑚3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 0,21

= 1,959181069 tubes
12. Jumlah Total Difuser Direncanakan = 2 tubes
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑖𝑓𝑢𝑠𝑒𝑟
13. Jumlah Difuser Tiap Tangki = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖

97
2
=1

= 2 tubes
14. Jumlah Kolom Dalam Tangki = 2 tubes
𝑑𝑖𝑓𝑢𝑠𝑒𝑟 @𝑡𝑎𝑛𝑘𝑖
15. Jumlah Difuser Tiap Kolom = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑑𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖
2
= 1 𝑡𝑢𝑏𝑒𝑠

= 2 tubes
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑓𝑢𝑠𝑒𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
16. Jumlah Difuser Tiap Pipa Hanger =
2
2 𝑡𝑢𝑏𝑒𝑠
= 2

= 1 tubes
Rekapitulasi Dimensi EA
Panjang =5m
Lebar = 1,5 m
Tinggi =4m
Banyak Tube = 2 buah
Tube Memanjang = 2 buah
Tube Melebar = 1 buah
17. Perhitungan pipa influent dan efluent
Kecepatan Air Di Pipa = 0,6 m/s
Q = 1,5 m3/jam
= 0,000421 m3/s
𝑄
Luas Penampang Basah (A) =𝑣
0,00042 𝑚3 /𝑠
= 0,6 𝑚/𝑠

= 0,000702 m2
Diameter Pipa (D)
1
A = 4 ᴨ D2
𝐴
D =1
ᴨ𝐷 2
4

= 0,029895 m
= 29,90 mm

98
D Pipa Apllikasi = 40 mm
= 0,04 m
1
A Cek = 4 ᴨ D2
1
= 4 x 3,14 x 0,042

= 0,001256 m2
𝑄
V Cek =𝐴
0,00042
=
0,0012

= 0,335150537 m/s (OK<2 m/s)


Pada extended aeration ini mengunakan aerator jenis disc diffuser
digunakan untuk memberikan udara yang masuk pada bak aerasi ketika
proses aerasi berlangsung. Disc diffuser mengunakan effisiensi difusi
sebesar 22 %. Kebutuhan difusser pada bak aerasi berjumlah 2 unit.
Diffuser akan mengunakan root blower untuk menghasilkan udara pada
saat proses.

Gambar 4. 16Disc Diffuser


Sumber : Alibaba,2019
Tabel 4. 15Spesifikasi diffuser
Disk Air Diffuser Specification Spesifikasi
Working ventilatory capacity 2.0-5.0m3/h.pc

Design ventilatory capacity 3.0m3/h


Service area 0.4-0.8m3/h.pc
Oxygen use ratio 22-40%
Filling oxygen ability 0.21-0.4kg𝑂2 /h
Diving water depth 4-8m
Sumber : Alibaba,2019

99
Gambar 4.17
Gambar 4. 17Root Blower
Sumber : Sumber : Alibaba,2019

Tabel 4. 16 Spesifikasi Root Blower

Flow
Model Pressure(kpa) Speed(rpm)
rate(m3/min)

SR65A/B 1.9~4 9.8~58.8 1200~1650


Sumber : Alibaba,2019

4.3.6 Clarifier
Setelah bak aerasi dihitung, perlu dihitung bak sedimentasi untuk
mengendapkan flok mikrobiologis yang terbentuk. Bak sedimentasi yang didesain
berbeda dengan bak prasedimentasi. Bak sedimentasi yang didesain bertujuan
untuk mengendapkan flok mikrobiologis yang masuk dalam kategori
pengendapan clarifier.

Perhitungan AE-CL

Tabel 4. 17 Kriteria Desain

Parameter Besaran Satuan


OFR 8 - 16 m3/m2/hari
solid loading 24 - 120 kg/m2/hari
kedalaman 3-5 m
diameter 3-60 m
Sumber: Qasim, 1985

1. Jumlah clarifier = 1 buah


2. Q desain =𝑄 + 𝑄𝑟
𝑚3 𝑚3
= 0,00042 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 + 0,00042 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

100
𝑚3
= 0,00084 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑚3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,00084 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑥 3600 𝑗𝑎𝑚

𝑚3
= 3,0301 𝑗𝑎𝑚

3. Xu = 10.000 mg/L (Rosidi, 2017)


𝑘𝑔
4. SF desain =2 (Rosidi, 2017)
𝑚2 .𝑗𝑎𝑚
𝑘𝑔 𝑗𝑎𝑚
=2 𝑥 24
𝑚2 .𝑗𝑎𝑚 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔
= 48 𝑚2 .ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑔𝑟𝑎𝑚
5. MLSS desain (X) =6.000 𝑚3
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚
= 6.000 ∶ 1.000
𝑚3 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑘𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚
=6 𝑚3
(𝑄 𝑥 𝑋) 𝑗𝑎𝑚
6. As =( ) 𝑥 24
𝑆𝐹 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑚3 𝑘𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚
(3,0301 𝑥6 ) 𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 𝑚3
=( 𝑘𝑔 ) 𝑥 24
48 2 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑚 .ℎ𝑎𝑟𝑖

= 9,0903 𝑚2
4 𝑥 𝐴 0,5
7. Diameter =( )
𝜋
4 𝑥 9,0903 𝑚2 0,5
= ( )
3,14

= 3,40299 m
≈ 3,5 m
𝜋
8. As cek =4 𝑥 𝐷2
3,14
=4 𝑥 3,52

= 9,6163 𝑚2
𝑄 𝑗𝑎𝑚
9. Cek OFR =(𝐴 ) 𝑥 24 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑚3
3,0301 𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚
=( ) 𝑥 24
9,0903 𝑚2 ℎ𝑎𝑟𝑖

𝑚3
= 8 𝑚2 .ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑄𝑥𝑋
10. Cek SLR = 𝐴𝑠

101
𝑚3 𝐽𝑎𝑚 𝑘𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚
3,0301 𝑥 24 𝑥6
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑚3
= 2
9,0903 𝑚
𝑘𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚
= 48 ( 120 > SLR > 24 ; maka OK)
𝑚2 .ℎ𝑎𝑟𝑖

4 𝑥 𝐴𝑠 0,5
11. Diameter tangki D =( )
𝜋
4 𝑥 9,09 𝑚2
= ( 3,14 )0,5

= 3,5 m ( 60 > D > 3 ; maka OK )


12. H clearwater = 2,2 m
Diasumsikan sludge yang tertahan 5% dari total solid di tangki kontak.
Diasumsikan konsentrasi lumpur rata-rata clarifier = 5.000.
𝑀𝐿𝑆𝑆 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑘
a. Total solid di tangki kontak = 𝑔𝑟𝑎𝑚
1.000
𝑘𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚

𝑚𝑖𝑙𝑖 𝑔𝑟𝑎𝑚
6.000 𝑥 30 𝑚3
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
= 𝑚𝑖𝑙𝑖𝑔𝑟𝑎𝑚
1.000
𝑘𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚 . 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

= 180 kg

b. Total solid = 5% x total solid di tangki kontak


= 5% x 180 kg
= 9 kg
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑 𝑑𝑖 𝑐𝑙𝑎𝑟𝑖𝑓𝑖𝑒𝑟 𝑥 1.000
c. Kedalaman zona pengentalan = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝐴𝑠 𝑐𝑒𝑘
9 𝑘𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 1.000
= 5.000 𝑥 9,6163 𝑚2

= 0,19 m
≈0,20 m
d. Zona penyimpan lumpur direncanakan kapasitas lumpur untuk 2
hari berturut-turut.
e. Kapasitas = 2 hari
f. Faktor keamanan debit (m) =2
g. Faktor keamanan debit untuk BOD5 (n) = 1,2
𝑌𝑜𝑏𝑠 𝑥 𝑄 𝑥 (𝑆𝑜−𝑆) 𝑥 𝑚 𝑥 𝑛
h. Total volate solid = 1.000

𝑚3
0,25 𝑥 36,29 𝑥 (339,92−84,98) 𝑥2 𝑥 1,2
ℎ𝑎𝑟𝑖
= 1.000

102
𝑘𝑔
= 5,5633 ℎ𝑎𝑟𝑖

i. Total solid dalam setiap clarifier = total solid + total volate


solid
𝑘𝑔 𝑘𝑔
= 9 ℎ𝑎𝑟𝑖 + 5,5633 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔
= 14,6 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑐𝑙𝑎𝑟𝑖𝑓𝑖𝑒𝑟
13. Zona kedalaman penyimpanan lumpur = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝐴𝑠 𝑐𝑒𝑘
𝑘𝑔 𝑔
14,6 𝑥 1.000
ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑔
= 5.000 𝑥 9,6163 𝑚2

= 0,3029 m
a. Ketinggian air rata-rata =H 𝑐𝑙𝑒𝑎𝑟 𝑎𝑛𝑑 𝑠𝑒𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑧𝑜𝑛𝑒 +
H 𝑡ℎ𝑖𝑐𝑘𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔 + H penyimpanan lumpur
= 2,2 m + 0,2 m + 0,3 m
= 2,7 m
b. Direncanakanfreeboard = 0,3 m
c. Kedalaman total clarifier = ketinggian air rerata + freeboard
= 2,7 m + 0,3 m

= 3,0 m

𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐𝑙𝑎𝑖𝑓𝑖𝑒𝑟
d. Waktu detensi = 𝑄 𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛

28,75 𝑚3
= 𝑚3
3,0301
𝑗𝑎𝑚

𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 9,4892 jam : 3600 𝑗𝑎𝑚

= 0,0026 detik

14. Saluran pipa inlet (pembawa ke secondary clarifier)


𝑚3
a. Q saluran = 0,0008 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
b. Slope direncanakan = 0,0002
𝑚
c. v direncanakan = 0,5000 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑄
d. A (luas permukaan) =𝑣

103
𝑚3
0,0008
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 𝑚
0,5000
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

= 0,0017 𝑚2
e. Mencari D dari luas permukaan, A = 0,25 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷2
0,0017 = 0,25 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷2
D = 0,0463 m
𝑄
f. Cek kecepatan (v) =𝐴
𝑚3
0,0008
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,0017 𝑚2
𝑚
= 0,5000 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

g. Panjang saluran direncanakan (L) = 1,0 m


h. Headloss = L x slope
= 1,0 m x 0,0002 m
= 0,0002 m
15. Weir ( pelimpah)
Diketahui:
• Q total = Q + Qr
𝑚3 𝑚3
= 0,00042 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 + 0,78 𝑥 0,00042 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)

𝑚3
= 0,0007 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

• Keliling wire plate =πxD


= 3,14 x 3,5 m

= 10,9900 m

• Menggunakan v-notch weir (a = 90o)


• q = 2,54 x h5/2
• Direncanakan kedalaman pada weir (h) = 8 cm
a. Debit yang melalui weir (q) = 2,54 x (0,08)5/2
= 0,0045 m3/detik
b. Jarak antara v-notch (pusat ke pusat) = 40 cm
𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔
c. Jumlah v-notch (n) = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑣−𝑛𝑜𝑡𝑐ℎ
10,9 𝑚
= 0,4 𝑚

104
= 27 buah

d. Panjang limpahan basah (Li) = 2 𝑥 (𝑐𝑜𝑠 45𝑜 )
8
= 2 𝑥 (𝑐𝑜𝑠 45𝑜 )

= 22,63 cm
e. Panjang basah seluruh pelimpah dalam bak (Ln)
Ln = jumlah v-notch x Li
= 27 x 22,63 cm
= 621,69 cm
= 6,2169 m
f. Jarak antar v-notch (R) :
Keliling bak = (n x Li) + (n x R)
ΠxD = (n x Li) + (n x R)
ΠxD = (27 x 22,63cm)+(27 x R)
R = 0,17 m
g. Dimensi saluran pelimpah direncanakan :
Lebar saluran (b) = 0,3 m
= 0,9843 ft
Q = 2,49 x b x h2/3
= 0,0002 m3/detik
Q = 0,0070 ft3/detik
Sehingga :
h = 0,0002 ft
= 5 x 10-5 m
h total = h + freeboard
= 5 x 10-5 m + 0,27 m
= 0,27 m

105
Gambar 4. 18 Ilustrasi Bak Clarifier

16. Volume lumpur yang dikuras


a. Berat lumpur = 5,2 kg / hari
b. Temperatur = 20 oC
c. R air = 998,2 kg/m3
d. Persentase SS dalam lumpur (%) = 0,0150
e. SS = 2,65
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟
f. Volume lumpur = 𝑅 𝑎𝑖𝑟 𝑥 % 𝑥 𝑆𝑆

5,2 kg / hari
= kg
998,2 3 𝑥 0,0150 𝑥 2,65
𝑚

𝑚3
= 0,1311 ℎ𝑎𝑟𝑖

ℎ𝑎𝑟𝑖
g. Pengurasan dengan pompa =2 1 𝑘𝑎𝑙𝑖
h. Volume lumpur total = 𝑉 𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 𝑥 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑟𝑎𝑠𝑎𝑛
𝑚3 𝑚3
= 0,1311 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑥 0,1311 ℎ𝑎𝑟𝑖

= 0,2621 𝑚3
17. Perancangan pipa penguras
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
a. Q pipa = 10 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑚3
= 0,01 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

b. Diameter pipa = 5’ – 12’


c. Pipa yang dipakai = 5’
= 12,7 cm
𝜋
d. A pipa = 4 𝑥 𝐷2
𝜋
= 4 𝑥 (12,7 𝑐𝑚 )2

= 126,61 𝑐𝑚2
𝑉𝑜𝑙. 𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟
e. Waktu pengurasan = 𝑄 𝑝𝑖𝑝𝑎

106
0,2621 𝑚3
= 𝑚3
0,01
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

= 26,2 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,4368 jam
18. Rekapitulasi
a. Diameter = 3,5 m
b. H clear water = 2,2 m
c. Zona pengentalan = 0,2 m
d. Zona kedalaman lumpur = 0,3 m
e. Freeboard = 0,3 m
f. Kedalaman total =3m
g. Saluran pinggiran = 0,0463 m
Dari kesulurahan unit pengolahan yang telah dihitung didapatkan dimensi IPAL
disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Lahan yang tersedia untuk IPAL 103,5
m2. Lahan yang dibutuhkan ntuk IPAL adalah 55,5 m2.

4.4 Struktur Bangunan IPAL

4.4.1 Data Geoteknik


Data geoteknik ang digunakan berdasarkan dengan data sondir yang ada sesuai
kondisi tanah yang ada di kota tersebut, hal ini guna meverifikasi data agar desain
sesuai dengan rencana bangunan untuk keamanannya beberapa data yang ada di
data sondir pada Tabel 4.18 berikut.
Tabel 4. 18 Tabel Data Sondir
γ tanah 16,78 kN/m3
c 49,03 kPa
ᶲ 0o
Muka air tanah 4 meter
Sumber : data sondir,2008

Perhitungan berat jenis limbah (γ limbah)


Pengukuran berat jenis ini mengunakann picnometer, penimbangan picnometer
kosong dan penimbangan picnometer isi untuk mendapatkan berat jenis airlimbah.
Berikut perhitungan berat jenis limbah.
Massa picnometer kosong = 17,348 gr
Massa picno meter terisi 25 ml air limbah = 44,848 gr
44,848 𝑔𝑟 + 17,348 𝑔𝑟
Berat jenis = 25 𝑚𝑙

= 1,1 gr/ ml

107
Berat jenis = 1,1 gr/cm3
Berat jenis = 10,1 kN/m3

4.4.2 Material struktur


Struktur bak IPAL didesain dengan menggunakan bahan beton bertulang dengan
mutu dan persyaratan sesuai dengan standar peraturan yang ada sebagai berikut :

- Beton
Beton yang diisyaratkan, fc’ = 20 Mpa (K-250)
Modulus elastisitas beton =4700√𝑓𝑐′=4700√20 = 21019 𝑀𝑃𝑎
Angka poison, U = 0,2
Modulus elastisitas geser =Ec/[2(1+u)] = 8758 Mpa
- Baja tulangan
Diameter 12 mm dengan fy = 240 Mpa

4.4.3 Pembebanan
c. Beban mati
Beban mati akan mengakibatkan struktur dihitung secara otomatis oleh
program SAP2000 dengan berat volume konstruksi 2400 kg/m3.
Kemudian beban mati tambah berupa beban air limbah sendiri dan beban
lateral tanah yang termasuk pada beban mati yang akan dihitung.
d. Beban gempa
Beban gempa akan ditentukan sesuai dengan keberadaan lokasi
konstruksi yang direncanakan, berdasarkan perencanaan pada industri
saos, kecap, dan permen ting-ting berada di Kota Kediri. Berdasarkan
hasil tes penetrasi pada data boring ditentukan kelas situs tanah pada
Tabel 4.19 berikut area gempa yang akan direncanakan memiliki kondisi
tanah dilokasi rencana IPAL termasuk kedalam kategori tanah lunak.

108
Tabel 4. 19 Klasifikasi Situs

Sumber: SNI-3-1726-2012
Penentuan kelas situs berdasarkan nilai penetrasi pada data boring, hasil
penetrasi tes menunjukan bahwa nilai penetrasi hingga muka air tanah 4
m adalah 4. Hasil penetrasi tes menunjukan bahwa kondisi tanah adalah
tanah lunak dengan nilai pentrasi <15 berdasarkan Gambar 4.19.

Gambar 4. 19 Hasil Pentrasi Berdasarkan Data Boring


Berdasarkan www.puskom.pu.go.id kondisi tanah lunak dari data boring
kota kediri memiliki nilai :
Percepatan puncak di batuan dasar (PGA) = 0,3945 g
Percepatan batuan dasar pada perioda pendek (sds) = 0,8487 g
Percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik (SD1) = 0,4005 g
Perioda waktu = 5 s

109
Gambar 4. 20 Diagram Percepatan Spektral Wilayah Kediri
(www.puskom.pu.go.id, 2019)
Perencanaan IPAL memiliki faktor keutamaan struktur I = 1,25 dan
untuk dinding geser beton bertulang, faktor modifikasi respon struktur
R= 3. Penentuan faktor keutamaan struktur berdasarkan SNI-3-1726-
2012 sebagai berikut.

Gambar 4. 21 Tabel Kategori Resiko (SNI-3-1726-2012)


Berdasarkan Gambar 4.21 kategori fasilitas penanganan limbah berada
pada kategori 3. Faktor keutamaan gempa di tentukan berdasarkan
kategori resiko. Berdasarkan Gambar 4.22 faktor keutamaan gempa
kategori 3 memiliki nilai 1,25.

110
Gambar 4. 22Faktor Keutamaan Gempa (SNI-3-1726-2012)

Gambar 4. 23 Faktor Modifikasi Respon Struktur (SNI-3-1726-2012)

Pada Gambar 4.23 memiliki nilai R = 3 untuk rangka beton bertulang


pemikul momen biasa. Perhitungan faktor gempa sebagai berikut :
𝑖
Faktor =g 𝑥𝑅
1,25
= 9,81 𝑥 3

= 4,087

4.4.4 Kombinasi pembebanan


Struktur bangunan dirancang mampu menahan beban mati, hidup, gempa, air
limbah. Kombinasi pembebanan yang digunakan mengacu pada SNI beton
03-2847-2002 pasal 11.2 sebagai berikut :
a. 1,4 D
b. 1,2 D + 1,6 L
c. 1,2 D + 1,0 Ex + 0,3 Ey
d. 1,2 D + 0,3 Ex + 1,0 Ey
e. 1,4 D + 1,4 F
f. ENVELOPE

4.4.5 Perhitungan Tulangan


a. Bak Ekualisasi
Perhitungan gaya-gaya yang ada pada saat pembuatan bangunan unit bak
ekualisasi pada Tabel 4.20 berikut. Memiliki dimensi sebagai berikut :

111
P : 1,7 m
L : 1,7 m
H : 1,8 m
Tabel 4. 20 Beban Pada Unit Bak Ekualisasi
EKUALISASI
beban konstruksi
Berat
Panjang Lebar Tinggi Volume Jumlah Volume Beban
ket jenis
m m m m3 buah m3 kN/m3 kN/m3
Dinding beton1 1,7 0,15 0,15 0,0383 2 0,0765 24 1,836
Dinding beton2 1,7 0,15 0,15 0,0383 2 0,0765 24 1,836
Kolom praktis 0,15 0,15 1,8 0,0405 4 0,162 24 3,888
Pelat lantai 1,7 1,7 0,2 0,578 1 0,578 24 13,87
Air limbah 1,7 1,7 1,8 5,202 1 5,202 10,1 52,54
total beban 74
beban galian
Tanah 1,7 1,7 1,8 5,202 1 5,202 16,78 87,29
total beban 87,29

selisih = W konstruksi - W tanah


berat = 74 - 87,2896
= -13,3 kN

Berdasarkan hasil dari perhitungan selisih berat dari beban konstruksi dan beban
tanah unit bak ekualisasi memiliki selisih -13,3 kN. Pada Gambar 4.24 terdapat
gambar balok dan kolom pada bak ekualisasi.

112
Gambar 4. 24Tampak Atas Balok Dan Kolom Pada Bak Ekualisasi.

Daya dukung dibawah area konstruksi perlu dilakukan tinjauan daya dukung
tanah dengan sudut geser yang didapat dari hasil boring yaitu 0o. Koefoisien daya
dukung tanah disajikan pada Tabel 4.21 berikut.

Tabel 4. 21Nilai Koefisien Daya Dukung Tanah


Nc Nq Nγ ᶲ Nc' Nq' Nγ'
5,7 1 0 0 5,7 1 0
7,3 1,6 0,5 5 6,7 1,4 0,2
9,6 2,7 1,2 10 8 1,9 0,5
13 4,4 2,5 15 9,7 2,7 0,9
Sumber : Tezaghi Dalam Wahyudi, 1999
SF =3
Q ulti = 1,3c Nc + q Nq + 0,4 B γ nγ
= 1,3 x 49,03 x 5,7 + 30,204 x 1 + 0,4 x 1,5 x 16,78 x 0
= 363,3123 + 30,204 + 0
= 393,5163 kPa
Qall = Q ult : SF
= 131,1721 kPa
𝑤 𝑖𝑝𝑎𝑙
Tegangan vertikal = 𝐴

113
512,772
= 15,6

= 32,87 kN/m3
= 32,87 kPa
Cek keamanan kapasitas tanah
𝑄𝑢𝑙𝑡
SF = 𝑄 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑠𝑖
131,1721
= 32,87

= 3,990632796 (aman)

Joint spring mengunakan 1 m x 1 m


ks = 40 x SF x Qa
= 40 x 3 x 131,1721
= 15740,652 kN/m3

Gambar 4. 25 Penambahan Joint Spring Pada Unit Ekualisasi

- Tinjauan gaya lateral


gaya lateral dihitung dengan tinjauan per 1 m panjang dari struktur bak
ipal.dengan keadaan tanah homogen sampai kedalaman 1,8 m (dasar bak ipal)
ka = tan2 (45-ᶲ/2) = 1
kp = tan2 (45-ᶲ/2) = 1
1
Tekanan tanah berkoshesi = 2 ℎ2 𝑘𝑎 𝛾 − 2 𝑐 √𝑘𝑎 ℎ
1
= 2 1,82 1 16,72 − 2 𝑐 √1 16,72

= - 149,324
tekanan hidrostatis (Ph) = h1 x 𝛾 limbah

114
= 1,8 x 10,1
= 18,18 kN/m
Penentuan gaya mengunakan aplikasi SAP2000 dengan menginput pembebanan.
Hasil dari pemodelan ini untuk mendapatkan gaya gaya terdapat gaya momen,
gaya aksial, dan gaya geser. Berikut pemodelan unit bak ekualisasi pada
SAP2000.

Gambar 4. 26 Beban Air Limbah Bak Ekualisasi

Gambar 4.26 merupakan beban air limbah yang terdapat pada bak ekualisasi.
Tekanan air limbah memiliki tanda biru yang berada dalam bangunan
memberikan tekanan pada bangunan. tekanan air sebesar 18,18 kN/m3. Pada
gambar 4.27 merupakan beban tanah yang terdapat pada bak ekualisasi. Tekanan
tanah memiliki tanda biru yang berada diluar bangunan memberikan tekanan
masuk pada bangunan. tekanan tanah sebesar -149,32 kN/m3.

115
Gambar 4. 27 Beban Tanah Pada Bak Ekualisasi

Tekanan pada bak ekualisasi dianalisa pada SAP2000. Pengambilan gaya yang
terdapat pada adalah gaya momen lapangan, momen tumpuan, dan gaya geser
sesuai dengan kombinasi pembebanan. Tabel 4.22 merupakan hasil gaya yang
terdapat pada unit bak ekualisasi.
Tabel 4. 22 Gaya Pada Bak Ekualisasi
Lantai
Kombinasi Lapangan Tumpuan Geser
1 0,28 0,66 2,24
2 0,24 0,58 1,921
3 0,25 0,533 1,968
4 0,3635 0,4413 1,935
5 0,283 0,66 2,241
6 0,3635 0,66 2,241
Dinding
Kombinasi Lapangan Tumpuan Geser
1 0,286 0,66 2,24
2 0,245 0,568 1,921
3 0,25 0,533 1,968
4 0,247 0,55 1,935
5 0,289 0,6628 2,241
6 0,289 0,66 2,24
Hasil analisa, 2019
PERHITUNGAN TULANGAN
- Penulangan lentur pelat dinding arah x
f'c = 20 Mpa
ø = 0,8
tulangan rencana = 12 mm
f'y = 240 Mpa

116
ᵦ = 0,85
tebal plat = 150 mm
b = 1000 mm
selimut beton = 30 mm
𝑑𝑥 = h – sb - 0,5 tulangan
= 150 - 30 - 0,5 x 12
= 114 mm
𝑑𝑦 = h – sb – tulangan - 0,5 tulangan
= 150 – 30 – 12 - 0,5 x 12
= 102 mm
Mu = M = 0,289 kNm = 289 Nmm
Mn = Mu / ø = 289 : 0,8 = 361,3 Nmm
0,85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 𝑥 𝛽1 600
𝜌balance = ( )(600+𝑓𝑦)
𝑓𝑦
0,85 𝑥 20 𝑥 0,85 600
=( )(600+240)
240

= 0,043006
𝜌max = 0,75 x ρbalance
= 0,75 x 0,043005952
= 0,032254464
1,4
𝜌min = 𝑓𝑦
1,4
= 240

= 0,005833333
𝑓𝑦
m = 0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐
240
=
0,85 𝑥 20

= 14,11764706
𝑀𝑛
Rn = 𝑏𝑑 2
𝑥

361,3
= 1.000 𝑥 1142

= 3,17 x 10-5 N
1 2𝑚𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 (1 − √1 − )
𝑓𝑦

117
= 1,2 x 10-7<𝜌min=0,006
sehingga digunakan 𝜌 = 0,006
As = ρ b 𝑑𝑥
= 0,006 x 1000 x 114
= 665 mm²
As d 12 = 0,25 x 3,14 x 122
= 113,04 mm2
𝐴𝑠
n =
𝐴𝑠 𝑑 12
665
= 113,04

= 5,882873319 buah
= 6 buah
𝑏
S =𝑛

= 169,985 mm
= 170 mm
Jadi tulangan yang digunakan untuk pelat dinding arah X sebanyak 6 buah
dengan jarak 170 mm.
- Pelat dinding arah Y
Mu = M = 0,66 kNm = 660Nmm
Mn = Mu / ø = 0,66 x 0,8 = 825Nmm
0,85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 𝑥 𝛽1 600
𝜌balance = ( )(600+𝑓𝑦)
𝑓𝑦
0,85 𝑥 20 𝑥 0,85 600
=( )(600+240)
240

= 0,043005952
𝜌max = 0,75 x ρbalance
= 0,75 x 0,043005952
= 0,032254464
1,4
𝜌min = 𝑓𝑦
1,4
= 240

= 0,005833333
𝑓𝑦
m = 0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐

118
240
= 0,85 𝑥 20

= 14,11764706
𝑀𝑛
Rn = 𝑏𝑑 2
𝑦

825
= 1.000 𝑥 1022

= 7,9 x 10-5 N
1 2𝑚𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 (1 − √1 − )
𝑓𝑦

= 3,3 x 10-7<𝜌min=0,006
sehingga digunakan 𝜌 = 0,006
As = ρ b 𝑑𝑦
= 0,006 x 1000 x 102
= 595 mm²
As d 12 = 0,25 x 3,14 x 122
= 113,04 mm2
𝐴𝑠
n =
𝐴𝑠 𝑑 12
595
=
113,04
= 5,264buah
= 6 buah
𝑏
S =
𝑛
= 166,667 mm
= 170 mm
Jadi tulangan yang digunakan untuk pelat dinding arah Y sebanyak 6 buah
dengan jarak 170 mm.
- Penulangan lentur pelat lantai arah x
f'c = 20 Mpa
ø = 0,8
tulanangan rencana= 12 mm
f'y = 240 Mpa

119
ᵦ = 0,85
tebal plat = 200 mm
b = 1000 mm
selimut beton = 40 mm
dx = h – sb - 0,5 tulangan
= 200 - 40 - 0,5 x 12
= 154 mm
dy = h – sb – tulangan - 0,5 tulangan
= 200 – 40 – 12 - 0,5 x 12
= 142 mm
Mu = M = 0,36 kNm = 360 Nmm
Mn = Mu / ø = 360 x 0,8 = 454,4 Nmm
0,85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 𝑥 𝛽1 600
𝜌balance = ( )(600+𝑓𝑦)
𝑓𝑦
0,85 𝑥 20 𝑥 0,85 600
=( )(600+240)
240

= 0,043005952
𝜌max = 0,75 x ρbalance
= 0,75 x 0,043005952
= 0,032254464
1,4
𝜌min = 𝑓𝑦
1,4
= 240

= 0,005833333
𝑓𝑦
m = 0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐
240
= 0,85 𝑥 20

= 14,11764706
𝑀𝑛
Rn = 𝑏𝑑 2
𝑥

454,4
= 1.000 𝑥 1542

= 1,91 x 10-5 N

120
1 2𝑚𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 (1 − √1 − )
𝑓𝑦

= 8 x 10-8 <𝜌min=0,006
sehingga digunakan 𝜌 = 0,006
As = ρ b 𝑑𝑥
= 0,006 x 1000 x 154
= 898,333333 mm²
As d 12 = 0,25 x 3,14 x 122
= 113,04 mm2
𝐴𝑠
n = 𝐴𝑠 𝑑 12
898,333333
= 113,04

= 7,947buah
= 8buah
𝑏
S =𝑛

= 125 mm
= 130 mm
Jadi tulangan yang digunakan untuk pelat lantai arah X sebanyak 8 buah
dengan jarak 130 mm.
Pelat lantai arah Y
Mu = M = 0,66 kNm = 660 Nmm
Mn = Mu / ø = 660 : 0,8 = 825 Nmm
0,85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 𝑥 𝛽1 600
𝜌balance = ( )(600+𝑓𝑦)
𝑓𝑦
0,85 𝑥 20 𝑥 0,85 600
=( )(600+240)
240

= 0,043006
𝜌max = 0,75 x ρbalance
= 0,75 x 0,04301
= 0,032254464
1,4
𝜌min = 𝑓𝑦
1,4
= 240

121
= 0,005833333
𝑓𝑦
m = 0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐
240
= 0,85 𝑥 20

= 14,11765
𝑚𝑛
Rn = 𝑏𝑑 2
𝑦

825
= 1.000 𝑥 1422

= 4,1 x 10-5N
1 2𝑚𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 (1 − √1 − )
𝑓𝑦

= 1,7 x 10-7<𝜌min=0,006
sehingga digunakan 𝜌 = 0,006
As = ρbdy
= 0,006 x 1000 x 142
= 828,333333 mm²
As d 12 = 0,25 x 3,14 x 122
= 113,04 mm2
𝐴𝑠
n = 𝐴𝑠 𝑑 12
828,333333
= 113,04

= 7,328buah
= 8 buah
𝑏
S =𝑛

= 125 mm
= 130 mm
Jadi tulangan yang digunakan untuk pelat dinding arah Y sebanyak 8 buah dengan
jarak 130 mm.
b. Bak Anaerobic Baffle Reactor
Perhitungan gaya-gaya yang ada pada saat pembuatan bangunan unit bak
anaerobic baffle reactor pada Tabel 4.23 berikut.
P = 2,6 m per kompartemen

122
P tot = 10,4 m
L = 1,5 m
H = 1,8 m
Tabel 4. 23 Beban Pada Unit Bak ABR
ANAEROBIC BAFFLE REACTOR
beban konstruksi
berat
panjang lebar tinggi volume jumlah volume beban
ket jenis

m m m m3 buah m3 Kn/m3 Kn/m3


dinding beton 1 10,4 0,15 0,15 0,234 2 0,468 24 11,23
dinding beton 2 1,3 0,15 0,15 0,0293 2 0,059 24 1,404
Rbalok 1 2,6 0,1 0,2 0,052 8 0,416 24 9,984
Rbalok 2 1,3 0,1 0,2 0,026 5 0,13 24 3,12
kolom praktis 0,15 0,15 1,8 0,0405 10 0,405 24 9,72
pelat lantai 10,4 1,3 0,2 2,704 1 2,704 24 64,9
pelat atap 10,4 1,3 0,1 1,352 1 1,352 24 32,45
air limbah 10,4 1,3 1,8 24,336 1 24,34 10,1 245,8
total beban 378,6
beban galian
tanah 10,4 1,3 1,8 24,336 1 24,34 16,78 408,4
total beban 408,4

selisih = W konstruksi - W tanah


berat = 379 - 471,18
= -30 kN
Berdasarkan hasil dari perhitungan selisih berat dari beban konstruksi dan beban
tanah unit bakABR memiliki selisih -18,3 kN.

Gambar 4. 28 Balok Dan Kolom Pada Unit ABR

123
Daya dukung dibawah area konstruksi perlu dilakukan tinjauan daya dukung
tanah dengan sudut geser yang didapat dari hasil sondir yaitu 0o. Koefoisien daya
dukung tanah disajikan pada Tabel 4.24 berikut.
Tabel 4. 24 Nilai Koefisien Tanah
Nc Nq Nγ ᶲ Nc' Nq' Nγ'
5,7 1 0 0 5,7 1 0
7,3 1,6 0,5 5 6,7 1,4 0,2
9,6 2,7 1,2 10 8 1,9 0,5
13 4,4 2,5 15 9,7 2,7 0,9
Sumber : Tezaghi Dalam Wahyudi, 1999

SF = 3
Telapak pondasi berbentuk persegi panjang maka perhitungan Q ultimate
sebagai berikut :

Q ulti = 1,3c Nc + q Nq + 0,4 B γ Nγ


= 1,3 x 49 x 5,7 + 30 x 1 + 0,4 x 1,5 x 16,78 x 0
= 363,3 + 30,204 + 0
= 393,516 kPa
Q all = Q ult : SF
= 131,2 kPa
Tegangan = W ipal : A
Vertikal = 452,9 : 15,6
= 29,03 kN/m3
= 29,03 kPa
Cek keamanan kapasitas tanah
SF = Q ult : Q konstruksi
= 131,2 : 29,03
= 4,519
Pada setiap joint spring dengan penyaluran beban dilakukan dengan meshing
dengan luasan 1 m x 1 m. Pada setiap joint spring pada mesh memiliki daya
dukung sebesar koefisien reaksi subgrade (ks).
Joint spring menggunakan 1 m x 1 m.

124
Ks = 40 x SF x Qa
= 40 x 3 x 131,2
= 15741 kN/m3

Gambar 4. 29 Gambar Penambahan Joint Spring Pada Unit ABR

Tinjauan gaya lateral


Gaya lateral dihitung dengan tinjauan per 1 m panjang dari struktur bak ipal.
Dengan keadaan tanah homogen sampai kedalaman 1,8 m.
ka = tan2 (45 – ᶲ/2) = 1
kp = tan2 (45 – ᶲ/2) = 1
1
Tekanan tanah berkoshesi = 2 ℎ2 𝑘𝑎 𝛾 − 2 𝑐 √𝑘𝑎 ℎ
1
= 2 1,82 1 16,72 − 2 𝑐 √1 16,72

= - 149,324
Tekanan hidrostatis (ph) = h1 x γ limbah
= 1,8 x 10,1
= 18,18 kN/m
Penentuan gaya mengunakan aplikasi SAP2000 dengan menginput pembebanan.
Hasil dari pemodelan ini untuk mendapatkan gaya gaya terdapat gaya momen,
gaya aksial, dan gaya geser. Berikut pemodelan unit bak ABR pada SAP2000.
• Perhitungan terhadap beban air limbah
Za = 1,8
Wa =0
h = 1,8

125
Wbawah = γlimbah x h
= 18,18 kN/m3
Wbawah = Cz + D
18,18 =Cx0+D
D = 18,18
Wa = Cz + D
0 = C x 1,8 + 18,54
c = 18,54/-1,8
= -10,1
• Perhitungan terhadap beban tanah
Zb =0
Za = 1,8
Wa =0
h = 1,8
Wbawah = γtanah x h
= 30,204 kN/m3
Wbawah = Cz + D
30,204 =Cx0+D
D = 30,204
Wa = Cz + D
0 = C x 1,8 + 18,54
c = 18,54/-1,8
= -16,78
Zb =0

126
Gambar 4. 30Penambahan Beban AirLimbah Pada ABR

Gambar 4.30 merupakan beban air limbah yang terdapat pada bak ABR. Tekanan
air limbah memiliki tanda biru yang berada dalam bangunan memberikan tekanan
pada bangunan. tekanan air sebesar 18,18 kN/m3. Pada gambar 4.31 merupakan
beban tanah yang terdapat pada bak ABR. Tekanan tanah memiliki tanda biru
yang berada diluar bangunan memberikan tekanan masuk pada bangunan. tekanan
tanah sebesar -149,324 kN/m3.

Gambar 4. 31Penambahan Beban Tanah Pada ABR

Tekanan pada bak ABR dianalisa pada SAP2000. Pengambilan gaya yang
terdapat pada adalah gaya momen lapangan, momen tumpuan, dan gaya geser
sesuai dengan kombinasi pembebanan. Tabel 4.25 merupakan hasil gaya yang
terdapat pada unit bak ABR.

127
Tabel 4. 25 Gaya Pada Bak ABR
Lantai
kombinasi lapangan tumpuan geser
1 2,42 4,465 4,637
2 2,1 3,83 3,975
3 2,07 3,81 3,981
4 2,082 3,823 3,975
5 2,5 4,568 4,681
6 2,5 4,568 4,681
Dinding
kombinasi lapangan tumpuan geser
1 3,837 6,7 1,9
2 3,1 3,2 1,6
3 3,23 5,8 6,645
4 3,3 5,83 6,629
5 3,9524 6,87 7,82
6 3,9524 6,87 7,85
Penulangan pelat dinding Arah x
f'c = 20 Mpa
ø = 0,8
tulanangan rencana= 12 mm
f'y = 240 Mpa
ᵦ = 0,85
tebal plat = 200 mm
b = 1000 mm
selimut beton = 30 mm
dx = h – sb – 0,5 tulangan
= 150 - 30 – 0,5 x 12
= 114 mm
dy = h – sb – tulangan – 0,5 tulangan
= 150 – 30 – 12 – 0,5 x 12
= 102 mm

Mu = M = 3,95 kNm = 3952 Nmm


Mn = Mu / ø = 3952 : 0,8 = 4941 Nmm

0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐𝑥 𝛽1 600
⍴balance = ( )( )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦
0,85 𝑥 20 𝑥 0,85 600
=( )( )
240 600+240
= 0,043006

128
⍴max = 0,75 x ⍴balance
= 0,75 x 0,043006
= 0,032254464
1,4
⍴min =
𝑓𝑦
1,4
=
240
= 0,005833
𝑓𝑦
m =
0,85 𝑥 𝑓′𝑐
240
=
0,85 𝑥 20
= 14,1176471
𝑀𝑛
Rn =
𝑏 𝑥 𝑑𝑥 2
4941
=
1000 𝑥 114 2
= 0,00038 N
1 2 𝑚 𝑅𝑛
⍴ =
𝑚
(1 − √1 − 𝑓𝑦
)
= 1,6 x 10-6<⍴min = 0,006 sehingga digunakan ⍴ = 0,006
As = ⍴ x b x 𝑑𝑥
= 0,006 x 1000 x 114
= 595 mm2
As d12 = 0,25 x 3,14 x 122
= 113,04 mm2
𝐴𝑠
n =
𝐴𝑠 𝑑12
= 5,88829 buah
= 6 buah
S =b/n
= 166,7 mm
= 170 mm
Jadi tulangan yang digunakan untuk pelat dinding arah x sebanyak 6 buah dengan
jarak 170 mm.
Penulangan pelat dinding Arah Y
Mu = M = 6,87 kNm = 6870 Nmm
Mn = Mu / ø = 6870 : 0,8 = 8588 Nmm

0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐𝑥 𝛽1 600
⍴balance = ( )( )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦

129
0,85 𝑥 20 𝑥 0,85 600
=( )( )
240 600+240
= 0,043006

⍴max = 0,75 x ⍴balance


= 0,75 x 0,043006
= 0,032254464
1,4
⍴min =
𝑓𝑦
1,4
=
240
= 0,005833
𝑓𝑦
m =
0,85 𝑥 𝑓′𝑐
240
=
0,85 𝑥 20
= 14,1176471

𝑀𝑛
Rn =
𝑏 𝑥 𝑑𝑦 2
8588
=
1000 𝑥 1022
= 0,000825 N

1 2 𝑚 𝑅𝑛
⍴ =
𝑚
(1 − √1 − 𝑓𝑦
)
= 3,5 x 10-6<⍴min = 0,006 sehingga digunakan ⍴ = 0,006

As = ⍴ x b x 𝑑𝑦
= 0,006 x 1000 x 102
= 595 mm2

As d12 = 0,25 x 3,14 x 122


= 113,04 mm2

𝐴𝑠
n =
𝐴𝑠 𝑑12
= 5,88829 buah
= 6 buah
S =b/n
= 166,7 mm
= 170 mm

130
Jadi tulangan yang digunakan untuk pelat dinding arah x sebanyak 6 buah dengan
jarak 170 mm.
Penulangan lentur pelat lantai
Arah x
f'c = 20 Mpa
ø = 0,8
tulanangan rencana= 12 mm
f'y = 240 Mpa
ᵦ = 0,85
tebal plat = 200 mm
b = 1000 mm
selimut beton = 40 mm
dx = h – sb – 0,5 tulangan
= 200 - 40 – 0,5 x 12
= 154 mm
dy = h – sb – tulangan – 0,5 tulangan
= 200 – 40 – 12 – 0,5 x 12
= 142 mm

Mu = M = 2,5 kNm = 2 500 Nmm


Mn = Mu / ø = 2 500 : 0,8 = 3125 Nmm

0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐𝑥 𝛽1 600
⍴balance = ( )( )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦
0,85 𝑥 20 𝑥 0,85 600
=( )( )
240 600+240
= 0,043006

⍴max = 0,75 x ⍴balance


= 0,75 x 0,043006
= 0,032254464
1,4
⍴min =
𝑓𝑦
1,4
=
240
= 0,005833
𝑓𝑦
m =
0,85 𝑥 𝑓′𝑐
240
=
0,85 𝑥 20

131
= 14,1176471

𝑀𝑛
Rn =
𝑏 𝑥 𝑑𝑥 2
3125
=
1000 𝑥 154 2
= 0,000132 N

1 2 𝑚 𝑅𝑛
⍴ =
𝑚
(1 − √1 − 𝑓𝑦
)
= 5,5 x 10-7<⍴min = 0,006 sehingga digunakan ⍴ = 0,006

As = ⍴ x b x 𝑑𝑥
= 0,006 x 1000 x 154
= 898,333 mm2

As d12 = 0,25 x 3,14 x 122


= 113,04 mm2

𝐴𝑠
n =
𝐴𝑠 𝑑12
= 7,947 buah
= 8 buah
S =b/n
= 125 mm
= 130 mm
Jadi tulangan yang digunakan untuk pelat dinding arah x sebanyak 8 buah dengan
jarak 130 mm.

Arah y
Mu = M = 4,57 kNm = 4570 Nmm
Mn = Mu / ø = 4570 : 0,8 = 5710 Nmm

0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐𝑥 𝛽1 600
⍴balance = ( )( )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦
0,85 𝑥 20 𝑥 0,9 600
=( )( )
240 600+240
= 0,04300595

⍴max = 0,75 x ⍴balance


= 0,75 x 0,043006

132
= 0,032254464
1,4
⍴min =
𝑓𝑦
1,4
=
240
= 0,005833
𝑓𝑦
m =
0,85 𝑥 𝑓′𝑐
240
=
0,85 𝑥 20
= 14,1176471

𝑀𝑛
Rn =
𝑏 𝑥 𝑑𝑦 2
5710
=
1000 𝑥 1422
= 0,000283 N

1 2 𝑚 𝑅𝑛
⍴ =
𝑚
(1 − √1 − 𝑓𝑦
)
= 1,2 x 10-6<⍴min = 0,006 sehingga digunakan ⍴ = 0,006

As = ⍴ x b x 𝑑𝑦

= 0,006 x 1000 x 142


= 828,333 mm2

As d12 = 0,25 x 3,14 x 122


= 113,04 mm2
𝐴𝑠
n =
𝐴𝑠 𝑑12
= 7,3278 buah
= 8 buah
S =b/n
= 125 mm
= 130 mm
Jadi tulangan yang digunakan untuk pelat dinding arah y sebanyak 8 buah dengan
jarak 130 mm.

PERENCANAAN BALOK

133
Penulangan Balok
a) Data – data
Dimensi = 15/20 *K-250
Diameter Tulangan = 12 mm
Diameter Begel = 8 mm
Cover = 20 mm
d = 200 – (20 + 8 + 0,5 x 12)
= 166 mm
𝑓𝑦
m = 0,85 𝑓 ′ 𝑐
240
= 0,85 20,0

= 14,12
0,85 𝑓′ 𝑐 𝛽1 600
ρbalance = 𝑓𝑦 600+𝑓𝑦

0,85 20 0,9 600


= 240 600+240

= 0,043006

ρmax = 0,75 x ρbalance

= 0,75 x 0,043

= 0,03225446

1,4
ρmin = 𝑦

1,4
= 240

= 0,005833

Tumpuan
Mu = 6,87kNm = 6870000 Nmm
𝑀𝑢
Rn = ø 𝑏 𝑑²

6870000
= 0,85 𝑥 200 𝑥 346²

134
= 0,338 N

1 2mRn 
= 1 − 1 − 
m  fy 

= 0,0087<ρmin = 0,006, sehingga ρ = 0,0087

As =ρxbxd

= 0,0087 x 150 x 166

= 216,11 mm2

Pakai 2 D 12 (As = 226,3) mm2 Tulangan Tarik

dan 2D 12 (As = 226,3) mm2 TulanganTekan

Sn = b-(2 selimut+ 2 d begel + 4d tulangan) : 3


= 200 – (2.20+2.8+2.12) : 3
= 120 : 3
= 40 mm
Lapangan
Mu = 3,96kNm = 3960000 Nmm
𝑀𝑢
Rn = ø 𝑏 𝑑²

3960000
= 0,85 𝑥 200 𝑥 346²

= 0,195 N

1 2mRn 
= 1 − 1 − 

m fy 

= 0,0049<ρmin = 0,006, sehingga ρ = 0,006

As =ρxbxd

135
= 0,0049 x 150 x 166

= 145 mm2

Pakai 2 D12 (As = 226,3) mm2 Tulangan Tarik

dan 2 D 12 (As = 226,3) mm2 TulanganTekan

Sn = b-(2 selimut+ 2 d begel + 4d tulangan) : 3


= 200 – (2.20+2.8+2.12) : 3
= 120 : 3
= 40 mm
Penulangan Geser
Batas Tulangan Geser
𝑑
s <2
156
< 2

< 83
= 80 mm
Perhitungan jarak sengkang
Jumlah sengkang = panjang : sengkang
= 2600 : 80
= 33 buah
Jumalah sengkang = panjang : sengkang
= 1300 : 80
= 16 buah
Vu = 7850,00 N
Kontrol kuat geser nominal tidak boleh lebih besar dari Vs max :
2
Vs max = 3 𝑏𝑤 𝑥 𝑑 𝑥 √𝑓′𝑐
2
= 3 150 𝑥 166 𝑥 √20,0

= 74237 N > 7850 N

1
Vs = 3 𝑏𝑤 𝑥 𝑑 𝑥 √𝑓′𝑐

136
1
= 3 150 𝑥 166 𝑥 √20,0

= 37118,7 N > 7850 N


Kuat geser yang disumbangkan oleh tulangan :
𝐴𝑣 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝑑
Vs = 𝑠
101 𝑥 240 𝑥 166
= 150

= 26711,7714 N
Kuat geser yang disumbangkan oleh beton :
𝑓′𝑐
Vc = √ 6 x bw x d

20,0
=√ x 150 x 166
6

= 18559,36 N
Perencanaan penampang terhadap geser :
∅Vn ≥ Vu
0,8 x 45271,1 ≥ 7850
36216,91 ≥ 7850 N (ok)

Vn = Vc + Vs
= 18559,36 + 26711,7714
= 45271 N
c. Bak Extended Aeration
Perhitungan gaya-gaya yang ada pada saat pembuatan bangunan unit bak extended
aerationpada Tabel 4.26 berikut.
P=5m
L = 1,5 m
H=4m

Tabel 4. 26 Beban Gaya Bak Extended Aeration

137
Extended Aeration
Beban Konstruksi
Berat
Panjang Lebar Tinggi Volume Jumlah Volume Beban
Ket Jenis
m m m m3 buah m3 Kn/m3 Kn/m3
Dinding Beton
1 5 0,15 0,15 0,1125 2 0,225 24 5,4
Dinding Beton
2 1,5 0,15 0,15 0,0338 2 0,0675 24 1,62
Rbalok 1 5 0,15 0,2 0,08 2 0,15 24 3,6
Rbalok 2 1,5 0,15 0,2 0,02 2 0,05 24 1,1
Kolom Praktis 0,15 0,15 4 0,09 4 0,36 24 8,64
Pelat Lantai 5 1,5 0,2 1,5 1 1,5 24 36
Air Limbah 5 1,5 4 30 1 30 10,1 303
Total Beban 359
Beban Galian
Tanah 5 1,5 4 30 1 30 16,78 503,4
total beban 503,4

selisih berat = W konstruksi - W tanah


= 359 - 503,4
= -144 kN
Berdasarkan hasil dari perhitungan selisih berat dari beban konstruksi dan beban
tanah unit bak extended aeration memiliki selisih -57,8 kN. Pada Gambar 4.32
terdapat gambar balok dan kolom pada bak extended aeration..

Gambar 4. 32Balok Dan Kolom Bak Extended Aeration Tampak Atas.

Daya dukung dibawah area konstruksi perlu dilakukan tinjauan daya dukung
tanah dengan sudut geser yang didapat dari hasil sondir yaitu 0o. Koefoisien daya
dukung tanah disajikan pada Tabel 4.27 dibawah ini.

Tabel 4. 27Nilai Koefisien Daya Dukung Tanah

138
Nc Nq Nγ ᶲ Nc' Nq' Nγ'
5,7 1 0 0 5,7 1 0
7,3 1,6 0,5 5 6,7 1,4 0,2
9,6 2,7 1,2 10 8 1,9 0,5
13 4,4 2,5 15 9,7 2,7 0,9
Sumber : Tezaghi Dalam Wahyudi, 1999

SF = 3 (direncanakan)

Telapak pondasi berbentuk persegi panjang maka perhitungan Q ultimate sebagai berikut :

Q ulti = 1,3c Nc + q Nq + 0,4 B γ Nγ


= 1,3 x 49,03 x 5,7 + 67,1 x 1 + 0,4 x 1,5 x 16,78 x 0
= 363 + 67,12 + 0
= 430,43 kPa
Q all = Q ult : SF
= 143 kPa
Tegangan = W ipal : A
Vertikal = 446 : 8
= 59,4 kN/m3
= 59,4 kPa
Cek keamanan kapasitas tanah
SF = Q ult : Q konstruksi
= 430,43 : 59,4
= 7,24 (aman)
Pada setiap joint spring dengan penyaluran beban dilakukan dengan meshing
dengan luasan 1 m x 1 m. Pada setiap joint spring pada mesh memiliki daya
dukung sebesar koefisien reaksi subgrade (ks).
Joint spring menggunakan 1 m x 1 m.
Ks = 40 x SF x Qa
= 40 x 3 x 143
= 17217 kN/m3

139
Gambar 4. 33 Penambahan Joint Spring Pada Unit Extended Aeration

Tinjauan gaya lateral


Gaya lateral dihitung dengan tinjauan per 1 m panjang dari struktur bak ipal.
Dengan keadaan tanah homogen sampai kedalaman 4 m.
ka = tan2 (45 – ᶲ/2) = 1
kp = tan2 (45 – ᶲ/2) = 1
1
Tekanan tanah berkoshesi = 2 ℎ2 𝑘𝑎 𝛾 − 2 𝑐 √𝑘𝑎 ℎ
1
= 2 42 1 16,72 − 2 49,03 √1 16,72

= - 258
Tekanan hidrostatis (ph) = h1 x γ limbah
= 4 x 10,1
= 40,4 kN/m
Penentuan gaya mengunakan aplikasi SAP2000 dengan menginput pembebanan.
Hasil dari pemodelan ini untuk mendapatkan gaya gaya terdapat gaya momen,
gaya aksial, dan gaya geser. Berikut pemodelan unit bak ABR pada SAP2000.
• Perhitungan terhadap beban air limbah
Za =4
Wa =0
h =4
Wbawah = γlimbah x h
= 40,4 kN/m3
Wbawah = Cz + D
40,4 =Cx0+D
D = 40,4

140
Wa = Cz + D
0 = C x 4 + 40,4
c = 40,4/-4
= -10,1
• Perhitungan terhadap beban tanah
Zb =0
Za =4
Wa =0
h =4
Wbawah = γtanah x h
= 67,1 kN/m3
Wbawah = Cz + D
67,1 =Cx0+D
D = 67,1
Wa = Cz + D
0 = C x 4 + 67,1
c = 67,1/-4
= -16,78
Zb =0

Penentuan gaya mengunakan aplikasi SAP2000 dengan menginput pembebanan.


Hasil dari pemodelan ini untuk mendapatkan gaya gaya terdapat gaya momen,
gaya aksial, dan gaya geser. Berikut pemodelan unit bak extended aeration pada
SAP2000.

141
Gambar 4. 34Beban Air Limbah Yang Masuk Kedalam Bangunan

Gambar 4.34 merupakan beban air limbah yang terdapat pada bak extended
aeration. Tekanan air limbah memiliki tanda biru yang berada dalam bangunan
memberikan tekanan pada bangunan. tekanan air sebesar 40,4 kN/m3. Pada
Gambar 4.35 merupakan beban tanah yang terdapat pada bak extended aeration.
Tekanan tanah memiliki tanda biru yang berada diluar bangunan memberikan
tekanan masuk pada bangunan. tekanan tanah sebesar -258 kN/m3.

142
Gambar 4. 35 Beban Tanah Yang Masuk Kedalam Bangunan

Tekanan pada bak extended aeration dianalisa pada SAP2000. Pengambilan gaya
yang terdapat pada adalah gaya momen lapangan, momen tumpuan, dan gaya
geser sesuai dengan kombinasi pembebanan. Tabel 4.28 merupakan hasil gaya
yang terdapat pada unit bak extended aeration.
Tabel 4. 28 Gaya Pada Unit Extended Aeration
Lantai
kombinasi lapangan tumpuan geser
1 0,55 1,55 3,383
2 0,474 1,33 2,9
3 0,52 1,2 2,852
4 0,52 1,2 2,852
5 0,6145 1,4 3,344
6 0,61 1,55 3,383
Dinding
kombinasi lapangan tumpuan geser
1 0,424 1,68 3,383
2 0,3653 1,44 2,9
3 0,533 1,18 2,842
4 0,535 1,18 2,842
5 0,66 1,37 3,33
6 0,66 1,68 3,383
Penulangan pelat dinding Arah x
f'c = 20 Mpa
ø = 0,8
tulanangan rencana= 12 mm
f'y = 240 Mpa
ᵦ = 0,85

143
tebal plat = 200 mm
b = 1000 mm
selimut beton = 30 mm
dx = h – sb – 0,5 tulangan
= 150 - 30 – 0,5 x 12
= 114 mm
dy = h – sb – tulangan – 0,5 tulangan
= 150 – 30 – 12 – 0,5 x 12
= 102 mm

Mu = M = 0,66 kNm = 660 Nmm


Mn = Mu / ø = 660 : 0,8 = 825 Nmm

0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐𝑥 𝛽1 600
⍴balance = ( )( )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦
0,85 𝑥 20 𝑥 0,85 600
=( )( )
240 600+240
= 0,043006

⍴max = 0,75 x ⍴balance


= 0,75 x 0,043006
= 0,032254464
1,4
⍴min =
𝑓𝑦
1,4
=
240
= 0,005833
𝑓𝑦
m =
0,85 𝑥 𝑓′𝑐
240
=
0,85 𝑥 20
= 14,1176471
𝑀𝑛
Rn =
𝑏 𝑥 𝑑𝑥 2
825
=
1000 𝑥 114 2
= 6,3 x 10-5 N
1 2 𝑚 𝑅𝑛
⍴ =
𝑚
(1 − √1 − 𝑓𝑦
)
= 6,3 x 10-5<⍴min = 0,006 sehingga digunakan ⍴ = 0,006
As = ⍴ x b x 𝑑𝑥
= 0,006 x 1000 x 114

144
= 595 mm2
As d12 = 0,25 x 3,14 x 122
= 113,04 mm2
𝐴𝑠
n =
𝐴𝑠 𝑑12
= 5,88829 buah
= 6 buah
S =b/n
= 166,7 mm
= 170 mm
Jadi tulangan yang digunakan untuk pelat dinding arah x sebanyak 6 buah dengan
jarak 170 mm.

Penulangan pelat dinding Arah Y


Mu = M = 1,68 kNm = 1680 Nmm
Mn = Mu / ø = 1680 : 0,8 = 2100 Nmm

0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐𝑥 𝛽1 600
⍴balance = ( )( )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦
0,85 𝑥 20 𝑥 0,85 600
=( )( )
240 600+240
= 0,043006

⍴max = 0,75 x ⍴balance


= 0,75 x 0,043006
= 0,032254464
1,4
⍴min =
𝑓𝑦
1,4
=
240
= 0,005833
𝑓𝑦
m =
0,85 𝑥 𝑓′𝑐
240
=
0,85 𝑥 20
= 14,1176471
𝑀𝑛
Rn =
𝑏 𝑥 𝑑𝑦 2
8588
=
1000 𝑥 1022
= 0,0002 N

145
1 2 𝑚 𝑅𝑛
⍴ =
𝑚
(1 − √1 − 𝑓𝑦
)
= 8,4 x 10-7<⍴min = 0,006 sehingga digunakan ⍴ = 0,006

As = ⍴ x b x 𝑑𝑦
= 0,006 x 1000 x 102
= 595 mm2

As d12 = 0,25 x 3,14 x 122


= 113,04 mm2

𝐴𝑠
n =
𝐴𝑠 𝑑12
= 5,88829 buah
= 6 buah
S =b/n
= 166,7 mm
= 170 mm
Jadi tulangan yang digunakan untuk pelat dinding arah x sebanyak 6 buah dengan
jarak 170 mm.
Penulangan lentur pelat lantai
Arah x
f'c = 20 Mpa
ø = 0,8
tulanangan rencana= 12 mm
f'y = 240 Mpa
ᵦ = 0,85
tebal plat = 200 mm
b = 1000 mm
selimut beton = 40 mm
dx = h – sb – 0,5 tulangan
= 200 - 40 – 0,5 x 12
= 154 mm
dy = h – sb – tulangan – 0,5 tulangan
= 200 – 40 – 12 – 0,5 x 12
= 142 mm

146
Mu = M = 0,61 kNm = 610 Nmm
Mn = Mu / ø = 610 : 0,8 = 762,5 Nmm

0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐𝑥 𝛽1 600
⍴balance = ( )( )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦
0,85 𝑥 20 𝑥 0,85 600
=( )( )
240 600+240
= 0,043006

⍴max = 0,75 x ⍴balance


= 0,75 x 0,043006
= 0,032254464
1,4
⍴min =
𝑓𝑦
1,4
=
240
= 0,005833
𝑓𝑦
m =
0,85 𝑥 𝑓′𝑐
240
=
0,85 𝑥 20
= 14,1176471

𝑀𝑛
Rn =
𝑏 𝑥 𝑑𝑥 2
762,5
=
1000 𝑥 154 2
= 3,2 x 10-5N

1 2 𝑚 𝑅𝑛
⍴ =
𝑚
(1 − √1 − 𝑓𝑦
)
= 1,33 x 10-7<⍴min = 0,006 sehingga digunakan ⍴ = 0,006

As = ⍴ x b x 𝑑𝑥
= 0,006 x 1000 x 154
= 898,333 mm2

As d12 = 0,25 x 3,14 x 122


= 113,04 mm2

𝐴𝑠
n =
𝐴𝑠 𝑑12

147
= 7,947 buah
= 8 buah
S =b/n
= 125 mm
= 130 mm
Jadi tulangan yang digunakan untuk pelat dinding arah x sebanyak 8 buah dengan
jarak 130 mm.
Arah y
Mu = M = 1,55 kNm = 1550 Nmm
Mn = Mu / ø = 1550 : 0,8 = 1937,5 Nmm

0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐𝑥 𝛽1 600
⍴balance = ( )( )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦
0,85 𝑥 20 𝑥 0,9 600
=( )( )
240 600+240
= 0,04300595

⍴max = 0,75 x ⍴balance


= 0,75 x 0,043006
= 0,032254464
1,4
⍴min =
𝑓𝑦
1,4
=
240
= 0,005833
𝑓𝑦
m =
0,85 𝑥 𝑓′𝑐
240
=
0,85 𝑥 20
= 14,1176471

𝑀𝑛
Rn =
𝑏 𝑥 𝑑𝑦 2
1937,5
=
1000 𝑥 1422
= 9,6 x 10-5 N

1 2 𝑚 𝑅𝑛
⍴ =
𝑚
(1 − √1 − 𝑓𝑦
)
= 4 x 10-7 <⍴min = 0,006 sehingga digunakan ⍴ = 0,006

As = ⍴ x b x 𝑑𝑦

148
= 0,006 x 1000 x 142
= 828,333 mm2

As d12 = 0,25 x 3,14 x 122


= 113,04 mm2
𝐴𝑠
n =
𝐴𝑠 𝑑12
= 7,3278 buah
= 8 buah
S =b/n
= 125 mm
= 130 mm
Jadi tulangan yang digunakan untuk pelat dinding arah y sebanyak 8 buah dengan
jarak 130 mm.
Penulangan Balok
b) Data – data
Dimensi = 15/20 *K-250
Diameter Tulangan = 12 mm
Diameter Begel = 8 mm
Cover = 20 mm
d = 200 – (20 + 8 + 0,5 x 12)
= 166 mm
𝑓𝑦
m = 0,85 𝑓 ′ 𝑐
240
= 0,85 20,0

= 14,12
0,85 𝑓′ 𝑐 𝛽1 600
ρbalance =
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦

0,85 20 0,9 600


= 240 600+240

= 0,043006

ρmax = 0,75 x ρbalance

149
= 0,75 x 0,043

= 0,03225446

1,4
ρmin = 𝑦

1,4
= 240

= 0,005833

Tumpuan
Mu = 1,68kNm = 1680000Nmm

𝑀𝑢
Rn = ø 𝑏 𝑑²

1680000
= 0,85 𝑥 200 𝑥 346²

= 0,083 N

1 2mRn 
= 1 − 1 − 

m fy 
= 0,002<ρmin = 0,006, sehingga ρ = 0,006

As =ρxbxd

= 0,006 x 150 x 166

= 145 mm2

Pakai 2 D 12 (As = 226,3) mm2 Tulangan Tarik

Dan 2 D 12 (As = 226,3) mm2 TulanganTekan

Sn = b-(2 selimut+ 2 d begel + 4d tulangan) : 3


= 200 – (2.20+2.8+2.12) : 3
= 120 : 3
= 40 mm
Lapangan

150
Mu = 0,66kNm = 660000Nmm
𝑀𝑢
Rn = ø 𝑏 𝑑²

660000
= 0,85 𝑥 200 𝑥 346²

= 0,032 N

1 2mRn 
= 1 − 1 − 
m  fy 

1  2 x14,63 x1,52 
= 1 − 1 − 
14,63  240 

= 0,0008<ρmin = 0,006, sehingga ρ = 0,006

As =ρxbxd

= 0,006 x 150 x 166

= 145 mm2

Pakai 2 D 12 (As = 226,3 ) mm2 Tulangan Tarik

dan 2 D 12 (As = 226,3) mm2 TulanganTekan

Sn = b-(2 selimut+ 2 d begel + 4d tulangan) : 3


= 200 – (2.20+2.8+2.12) : 3
= 120 : 3
= 40 mm
Penulangan Geser
Batas Tulangan Geser
𝑑
s <2
156
< 2

< 83
= 80 mm
Jumlah sengkang = panjang : sengkang

151
= 5000 : 80
= 63 buah
Jumalah sengkang = panjang : sengkang
= 1500 : 80
= 19 buah
Vu = 3383,00 N
Kontrol kuat geser nominal tidak boleh lebih besar dari Vs max
2
Vs max = 𝑏𝑤 𝑥 𝑑 𝑥 √𝑓′𝑐
3
2
= 3 150 𝑥 166 𝑥 √20,0

= 74237,5 N > 7850 N


1
Vs = 3 𝑏𝑤 𝑥 𝑑 𝑥 √𝑓′𝑐
1
= 3 150 𝑥 16 𝑥 √20,0

= 37188,7 N > 3383 N


Kuat geser yang disumbangkan oleh tulangan
𝐴𝑣 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝑑
Vs = 𝑠
101 𝑥 240 𝑥 166
= 150

= 26711,77 N
Kuat geser yang disumbangkan oleh beton
𝑓′𝑐
Vc = √ 6 x bw x d
20,0
=√ x 150 x 166
6

= 18559,36 N
perencanaan penampang terhadap geser harus didasarkan pada :
∅Vn ≥ Vu
0,8 x 45271,1 ≥ 3383
36216,91 ≥ 3383 N (ok)
Vn = Vc + Vs
= 18559,36 + 26711,77
= 45271 N

152
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Hasil analisa dari karakteristik air limbah industri kecap, saos dan permen
ting-ting jahe adalah COD yang dihasilkan adalah 6048,9 mg/L, BOD yang
dihasilkan adalah 2397,5 mg/L, TSS yang dihasilkan adalah 1840 mg/L,
sedangkan pH yang dihasilkan adalah 3,8.
2. Pada pemilihan unit alternatif pada perencanaan IPAL industri kecap, saos
dan permen ting-ting jahe terpilih alternatif 1 dengan unit barscreen, bak
ekualisasi, bak netralisasi, bak ABR, bak extended aeration, serta clarifier.
Pemilihan alternatif jatuh pada alternatif 1 karena keungulannya pada aspek
operasional, kemudahan dan pemantauan proses.
3. Berdasarkan perhitungan dimensi unit untuk unit bak ekualisasi (1,7 m x 1,7
m x 1,8 m ), pada tangki netralisasi (diameter 0,63.m dan tinggi 0,7 m), bak
ABR (2,3 m x 1,5 m x 1,5 m), bak extended aeration (5 m x 1,8 m x 4 m),
clarifier (diameter 3,5 m dan tinggi 3 m).
4. Strukturbak ekualisasi, bak ABR, bak extended aerationjumlah tulangan
dinding 6 buah dengan jarak 170 mm, sedangkan tulangan lantai 8 buah
dengan jarak 130 mm.

5.2 Saran
Pada perencanaan ini ada beberapa saran dari penulis agar perencanaan
selanjutnya mendapatkan hasil yang lebih baik. Saran tersebut diantara lain :

1. Perlu dirancang pengolahan lumpur yang dihasilkan dari IPAL.


2. Perhitungan BOQ RAB.

153
154
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2018. Modul Pelatihan Dan Sertifikasi Pengolahan Air Limbah.
Surabaya:Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

Asmadi Dan Suharno. 2012. Dasar – Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah.
Gosyen Publishing : Yogyakarta.

Boodi, Ali H. Al-A, 2017. Performance Of Sequencing Batch Reactor For


Domestic Wastewater Treatment Under Low Temperatur In Basrah
City (South Of Iraq). Basrah. University Of Basrah.

Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) Industri Kecap, Saos, Dan


Permen Ting-Ting Jahe. Kediri : Dinas Lingkungan Hidup Kota
Kediri.

Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta : Gramedia

Flathman, P.E.1994.Bioremediator: Field Experience. Crc Pres Inc. Usa

Ginting, Perdana, 2007. Sistem Pengoelolaan Lingkungan Dan Limbah Industri,


Bandung : CV. Yrama Widya.

Hartata, Dinda Rita K. 2017. Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah
Sakit Kapasitas 40 m3/Hari. Jakarta: Pusat Teknologi Lingkungan

Hastuti, Elis, Dkk. 2017. Pengembangan Proses Pada Sistem Anaerobic Baffled
Reactor Untuk Memnuhi Baku Mutu Air Limbah Domestik. Bandung:
Badan Litbang Kementrian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat.

Herlambang, Arie.2005. Pengolahan Air Limbah Industri Sirup, Kecap Dan Saos.
Jakarta: Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi.

Japan Sewage Association, 2012. Design Standart For Municipal Waste Water
Traetment Plant. Tokyo: Japan Sewage Work Association.

155
Kencanawati, Cok Istri Putri Kusuma. 2016. Sistem Pengolahan Air Limbah.
Diklat Mata Kuliah. Bukit Jimbaran: Fakultas Teknik Universitas
Udayana

Metcalf Dan Eddy., 1991. Wastewater Engineering : Treatment, Disposal, And


Reuse. Mc Graw Hill Book Co. Singapore

Metcalf Dan Eddy, 2002, Wastewater Engineering Treatment And Reuse, Fourth
Edition, Mcgraw-Hill, New York.

Metcalf & Eddy, 2003, Wastewater Engineering:Treatment, Disposal And Reuse,


4th Ed., Mcgraw Hill Book Co., New York.

Metcalf And Eddy, 2004, Wastewater Engineering, 4th Edition, Mc Graw Hill
International Editions, New York.

Anonim, 2017. Modul SAP2000.Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Peavy, Howard S Et.Al. 1985. Environmental Engineering. Mcgraw-Hill.


Singapura.

Peavy, H.S., Rowe, D.R. And Tchobanoglous, G. (1985) Environmental


Engineering. Mcgraw-Hill Book Company, New York

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air


Dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta : Sekertariat Negara.

Pergub Jatim No. 72 Tahun 2013 Tentang Baku Mutu Bagi Limbah Cair Industri.
Surabaya: Sekertariat Provinsi.

Perda Kota Kediri No. 3 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Sampah Mengatur
Tentang Penanganan Limbah Padat. Kediri : Sekretariat Kota Kediri.

Peraturan Kementrian Lingkungan Hidup Nomer 68 Tahun 2016 Tentang Baku


Mutu Limbah Cair Domestik. Jakarta : Sekertariat Negara.

Praseyo, adi. 2014. Perencanaan Desain Dan Stabilitas Dinding Penahan


TanahKantilever Menggunakan Program Geo 5. Depok: Universitas Gunadarma.

156
Qasim, R.S.1985.Wastewater Treatment Plants.Technomic:Usa

Rachman, Chairul. 2009.Pedoman Desain Ipal Agroindustri. Jakarta: Direktorat


Pengolahan Hasil Pertanian.

Rahadi, Bambang Dkk. 2016. Sistem Anaerobik-Aerobik Pada Pengolahan


Limbah Industri Tahu Untuk Menurunkan Kadar BOD5, COD, Dan
TSS. Malang: Universitas Brawijaya.

Ratnawati, Rhenny.2014. Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ipal) Biofilter


Untuk Mengolah Air Limbah Poliklinik Unipa Surabaya. Surabaya.

Rich, Linvil G, 1963, Unit Process Of Sanitary Engineering, John Willey & Sons
Inc, New York.

Said, Nusa Idaman. 2015. Teknologi Pengolahan Air Limbah Rumahsakit Dengan
Sistem Biofilter Anaerob-Aerob. Jakarta:Badan Pengkajian Dan
Penerapan Teknologi

Said, Nusa Idaman. 2015. Pengolahan Air Limbah Domestik Di Dki Jakarta.
Jakarta:Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi

Sari, Vina Indah Purnama, 2007. Perbandungan Aktivitas Nza Dan Nca Pada
Peningkatan Beberapa Variabel Kualitas Minyak Goreng Bekas
Dengan Reaktor Fluid Fixed-Bed. Jember :Jurusan Kimia Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember.

SNI 03 1726 2003, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan
Gedung.

SNI 6989.59:2008, Metode Pengambilan Sampel Air.

Sugianto, Yusron Dwi Mangestika Wicaksoko. 2014. Proyek Pembangunan


Gedung Perkantorn Metropolitan. Depok: Universitas Gunadarma.

157
Suharti, 2008. Pengelolaan Lingkungan, Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta.

Syafruddin. 2004. Desain Dinding Penahan Tanah (Retaining Walls) Di Tanah


Rawa Pada Proyek Jalan. Lampung: Universitas Lampung.

Tanjung, Amalia Dan Yesi Afrisa. 2016. Perencanaan Dinding Penahan Tanah
Tipe Penyanggah Pada Tebing Sungai Lematang Kabupaten Lahat,
Sumatera Selatan. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya

Tchobanoglous, George And Franklin L. Burton, 1991, Wastewater Engineering


Treatment, Disposal And Reuse Third Edition, Mc. Graw Hill Inc,
Singapore.

Yenti,Sefni. 2011. Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah


Sakit. Skripsi. Jakarta: Universitas indonesia.

158
LAMPIRAN 1

PERHITUNGAN NERACA MASSA

159
160
PERHITUNGAN NERACA MASSA ALTERNATIF 1

PERHITUNGAN MASS BALANCE IPAL


~ Baku mutu limbah cair industri saos

COD = 250,00 mg/l


BOD5 = 100,00 mg/l
Baku Mutu Limbah Cair
TSS = 100,00 mg/l Domestik

~ Konsentrasi limbah
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
Hasil Pengujian Sampel Air
TSS = 1840,00 mg/l Limbah

~ Debit = 36,37 m3/hari = 0,421 l/detik


limbah rata-
rata (Q)
BEBAN PENCEMARAN INFLUEN IPAL (Q x Konsentrasi)
CODM = 219,9828539 kg/hari
BODM = 87,20 kg/hari
TSSM = 66,92 kg/hari

1 Bak Ekualisasi

Diketahui :
Qave = 0,000421 m3/detik = 36,37 m3/hari
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
TSS = 1840,00 mg/l
CODM = 219,98 kg/hari
BODM = 87,20 kg/hari
TSSM = 66,92 kg/hari

Efisiensi removal
COD = 0 %
BOD = 0 %

161
TSS = 0 %

Removal
COD = % removal x COD = 0,00 mg/l
BOD = % removal x BOD = 0,00 mg/l
TSS = % removal x TSS = 0,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 0,00 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 0,00 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 0,00 kg/hari

Kualitas efluen
COD = influen - removal = 6048,47 mg/l
BOD = influen - removal = 2397,50 mg/l
TSS = influen - removal = 1840,00 mg/l

Beban efluen
CODM = influen - removal = 219,98 kg/hari
BODM = influen - removal = 87,20 kg/hari
TSSM = influen - removal = 66,92 kg/hari

Lumpur terdiri dari 98,5% air dan 1,5% TSS, sehingga :


Sglumpur = 1,005

1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 66,921 kg/hari
Debit
lumpur = 4,441 m3/hari

2 Bak Netralisasi

Diketahui :
Qave = 0,000012 m3/detik = 1 m3/hari
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
TSS = 1840,00 mg/l
CODM = 219,98 kg/hari

162
BODM = 87,20 kg/hari
TSSM = 66,92 kg/hari

Efisiensi removal
COD = 0 %
BOD = 0 %
TSS = 0 %

Removal
COD = % removal x COD = 0,00 mg/l
BOD = % removal x BOD = 0,00 mg/l
TSS = % removal x TSS = 0,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 0,00 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 0,00 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 0,00 kg/hari

Kualitas efluen
COD = influen - removal = 6048,47 mg/l
BOD = influen - removal = 2397,50 mg/l
TSS = influen - removal = 1840,00 mg/l

Beban efluen
CODM = influen - removal = 219,98 kg/hari
BODM = influen - removal = 87,20 kg/hari
TSSM = influen - removal = 66,92 kg/hari

Lumpur terdiri dari 98,5% air dan 1,5% TSS, sehingga :


Sglumpur = 1,005

1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 66,921 kg/hari
Debit
lumpur = 4,441 m3/hari

163
3 ABR

Diketahui :
Qave = 0,00037 m3/detik = 31,93 m3/hari
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
TSS = 1840,00 mg/l
CODM = 219,98 kg/hari
BODM = 87,20 kg/hari
TSSM = 66,92 kg/hari

Efisiensi removal
COD = 83,24734 % (perhitungan efisiensi removal)
BOD = 85,822 % (perhitungan efisiensi removal)
TSS = 70 % (perhitungan efisiensi removal)

Removal
COD = % removal x COD = 5035,19 mg/l
BOD = % removal x BOD = 2057,58 mg/l
TSS = % removal x TSS = 1288,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 183,13 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 74,83 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 46,84 kg/hari

Kualitas efluen
COD = influen - removal = 1013,28 mg/l
BOD = influen - removal = 339,92 mg/l
TSS = influen - removal = 552,00 mg/l

Beban efluen
CODM = influen - removal = 36,85 kg/hari
BODM = influen - removal = 12,36 kg/hari
TSSM = influen - removal = 20,08 kg/hari

Lumpur terdiri dari 98,5% air dan 1,5% TSS, sehingga :


Sglumpur = 1,005
1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga

164
TSSM =
Massa
lumpur = 66,921 kg/hari
Debit
lumpur = 4,441 m3/hari

4 Extended Aeration

Diketahui :
Qave = 0,00037 m3/detik = 31,93 m3/hari
COD = 1013,28 mg/l
BOD = 339,92 mg/l
TSS = 552,00 mg/l
CODM = 36,85 kg/hari
BODM = 12,36 kg/hari
TSSM = 20,08 kg/hari

Efisiensi removal
COD = 75 %
BOD = 75 % (perhitungan efisiensi removal)
TSS = 75 %

Removal
COD = % removal x COD = 759,96 mg/l
BOD = % removal x BOD = 254,94 mg/l
TSS = % removal x TSS = 414,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 27,64 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 9,27 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 15,06 kg/hari

Kualitas efluen
COD = influen - removal = 253,32 mg/l
BOD = influen - removal = 84,98 mg/l
TSS = influen - removal = 138,00 mg/l

Beban efluen
CODM = influen - removal = 9,21 kg/hari
BODM = influen - removal = 3,09 kg/hari

165
TSSM = influen - removal = 5,02 kg/hari

Lumpur terdiri dari 98,5% air dan 1,5% TSS, sehingga :


Sglumpur = 1,005

1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 20,076 kg/hari
Debit
lumpur = 1,332 m3/hari

5 Clarifier

Diketahui :
Qave = 0,00037 m3/detik = 31,93 m3/hari
COD = 253,32 mg/l
BOD = 84,98 mg/l
TSS = 138,00 mg/l
CODM = 36,85 kg/hari
BODM = 12,36 kg/hari
TSSM = 20,08 kg/hari

Efisiensi removal
COD = 30 % Said,2005
BOD = 30 % Said,2005
TSS = 50 % Said,2005

Removal
COD = % removal x COD = 76,00 mg/l
BOD = % removal x BOD = 25,49 mg/l
TSS = % removal x TSS = 69,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 11,06 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 3,71 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 10,04 kg/hari

Kualitas efluen
COD = influen - removal = 177,32 mg/l

166
BOD = influen - removal = 59,49 mg/l
TSS = influen - removal = 69,00 mg/l

Beban efluen
CODM = influen - removal = 25,80 kg/hari
BODM = influen - removal = 8,65 kg/hari
TSSM = influen - removal = 10,04 kg/hari

Lumpur terdiri dari 98,5% air dan 1,5% TSS, sehingga :


Sglumpur = 1,005

1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 20,076 kg/hari
Debit
lumpur = 1,332 m3/hari

167
PERHITUNGAN NERACA MASSA ALTERNATIF 2

PERHITUNGAN MASS BALANCE IPAL


~ Baku mutu limbah cair industri saos

COD = 250,00 mg/l


BOD5 = 100,00 mg/l
Baku Mutu Limbah Cair
TSS = 100,00 mg/l Domestik

~ Konsentrasi limbah
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
Hasil Pengujian Sampel Air
TSS = 1840,00 mg/l Limbah

Debit
limbah rata-
~ rata (Q) = 36,37 m3/hari = 0,421 l/detik

BEBAN PENCEMARAN INFLUEN IPAL (Q x Konsentrasi)


CODM = 219,982854 kg/hari
BODM = 87,20 kg/hari
TSSM = 66,92 kg/hari

1 Bak Ekualisasi

Diketahui :
Qave = 0,000421 m3/detik = 36 m3/hari
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
TSS = 1840,00 mg/l
CODM = 219,98 kg/hari
BODM = 87,20 kg/hari
TSSM = 66,92 kg/hari

Efisiensi removal
COD = 0 %
BOD = 0 %
TSS = 0 %

168
Removal
COD = % removal x COD = 0,00 mg/l
BOD = % removal x BOD = 0,00 mg/l
TSS = % removal x TSS = 0,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 0,00 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 0,00 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 0,00 kg/hari

Kualitas efluen
COD = influen - removal = 6048,47 mg/l
BOD = influen - removal = 2397,50 mg/l
TSS = influen - removal = 1840,00 mg/l

Beban efluen
CODM = influen - removal = 219,98 kg/hari
BODM = influen - removal = 87,20 kg/hari
TSSM = influen - removal = 66,92 kg/hari

Lumpur terdiri dari 98,5% air dan 1,5% TSS, sehingga :


Sglumpur = 1,005

1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 66,921 kg/hari
Debit
lumpur = 4,441 m3/hari

2 Netralisasi

Diketahui :
Qave = 0,00037 m3/detik = 31,93 m3/hari
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
TSS = 1840,00 mg/l
CODM = 219,98 kg/hari
BODM = 87,20 kg/hari

169
TSSM = 66,92 kg/hari

Efisiensi removal
COD = 0 %
BOD = 0 %
TSS = 0 %

Removal
COD = % removal x COD = 0,00 mg/l
BOD = % removal x BOD = 0,00 mg/l
TSS = % removal x TSS = 0,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 0,00 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 0,00 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 0,00 kg/hari

Kualitas efluen
COD = influen - removal = 6048,47 mg/l
BOD = influen - removal = 2397,50 mg/l
TSS = influen - removal = 1840,00 mg/l

Beban
efluen
CODM = influen - removal = 219,98 kg/hari
BODM = influen - removal = 87,20 kg/hari
TSSM = influen - removal = 66,92 kg/hari

Lumpur terdiri dari 98,5% air dan 1,5% TSS, sehingga :


Sglumpur = 1,005

1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 66,921 kg/hari
Debit
lumpur = 4,441 m3/hari

3 Biofilter Anaerob

170
Diketahui :
Qave = 0,00037 m3/detik = 31,93 m3/hari
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
TSS = 1840,00 mg/l
CODM = 219,98 kg/hari
BODM = 87,20 kg/hari
TSSM = 66,92 kg/hari

Efisiensi removal
COD = 75 % (ratnawati,2014)
BOD = 75 % (ratnawati,2014)
TSS = 75 % (ratnawati,2014)

Removal
COD = % removal x COD = 4536,35 mg/l
BOD = % removal x BOD = 1798,13 mg/l
TSS = % removal x TSS = 1380,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 164,99 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 65,40 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 50,19 kg/hari

Kualitas efluen
COD = influen - removal = 1512,12 mg/l
BOD = influen - removal = 599,38 mg/l
TSS = influen - removal = 460,00 mg/l

Beban efluen
CODM = influen - removal = 55,00 kg/hari
BODM = influen - removal = 21,80 kg/hari
TSSM = influen - removal = 16,73 kg/hari

Lumpur terdiri dari 98,5% air dan 1,5% TSS, sehingga :


Sglumpur = 1,005

1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga

171
TSSM =
Massa
lumpur = 66,921 kg/hari
Debit
lumpur = 4,441 m3/hari

4 Biofilter Aerob

Diketahui :
Qave = 0,00037 m3/detik = 31,93 m3/hari
COD = 1512,12 mg/l
BOD = 599,38 mg/l
TSS = 460,00 mg/l
CODM = 219,98 kg/hari
BODM = 87,20 kg/hari
TSSM = 66,92 kg/hari

Efisiensi removal
COD = 90 % (Ratnawati,2014)
BOD = 90 % (Ratnawati,2014)
TSS = 90 % (Ratnawati,2014)

Removal
COD = % removal x COD = 1360,91 mg/l
BOD = % removal x BOD = 539,44 mg/l
TSS = % removal x TSS = 414,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 197,98 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 78,48 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 60,23 kg/hari

Kualitas efluen
COD = influen - removal = 151,21 mg/l
BOD = influen - removal = 59,94 mg/l
TSS = influen - removal = 46,00 mg/l

Beban
efluen
CODM = influen - removal = 22,00 kg/hari
BODM = influen - removal = 8,72 kg/hari
TSSM = influen - removal = 6,69 kg/hari

172
Lumpur terdiri dari 98,5% air dan 1,5% TSS, sehingga :
Sglumpur = 1,005

1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 66,921 kg/hari
Debit
lumpur = 4,441 m3/hari

5 Clarifier

Diketahui :
Qave = 0,00037 m3/detik = 31,93 m3/hari
COD = 151,21 mg/l
BOD = 59,94 mg/l
TSS = 46,00 mg/l
CODM = 22,00 kg/hari
BODM = 8,72 kg/hari
TSSM = 6,69 kg/hari

Efisiensi removal
COD = 30 % (degreemont,1991 dan metcalf & eddy, 2004)
BOD = 30 % (degreemont,1991 dan metcalf & eddy, 2004)
TSS = 50 % (degreemont,1991 dan metcalf & eddy, 2004)

Removal
COD = % removal x COD = 45,36 mg/l
BOD = % removal x BOD = 17,98 mg/l
TSS = % removal x TSS = 23,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 6,60 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 2,62 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 3,35 kg/hari

Kualitas efluen
COD = influen - removal = 105,85 mg/l

173
BOD = influen - removal = 41,96 mg/l
TSS = influen - removal = 23,00 mg/l

Beban efluen
CODM = influen - removal = 15,40 kg/hari
BODM = influen - removal = 6,10 kg/hari
TSSM = influen - removal = 3,35 kg/hari

Lumpur terdiri dari 98,5% air dan 1,5% TSS, sehingga :


Sglumpur = 1,005

1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 6,692 kg/hari
Debit
lumpur = 0,444 m3/hari

174
PERHITUNGAN NERACA MASSA ALTERNATIF 3

PERHITUNGAN MASS BALANCE IPAL


~ Baku mutu limbah cair industri sos

COD = 250,00 mg/l


BOD5 = 100,00 mg/l
TSS = 100,00 mg/l

~ Konsentrasi limbah
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
Hasil Pengujian Sampel Air
TSS = 1840,00 mg/l Limbah

Debit
limbah
rata-rata
~ (Q) = 36,37 m3/hari = 0,421 l/detik

BEBAN PENCEMARAN INFLUEN IPAL (Q x Konsentrasi)


CODM = 219,982854 kg/hari
BODM = 87,20 kg/hari
TSSM = 66,92 kg/hari

1 Bak Ekualisasi

Diketahui :
Qave = 0,000421 m3/detik = 36,37 m3/hari
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
TSS = 1840,00 mg/l
CODM = 219,98 kg/hari
BODM = 87,20 kg/hari
TSSM = 66,92 kg/hari

Efisiensi removal
COD = 0 %
BOD = 0 %
TSS = 0 %

175
Removal
COD = % removal x COD = 0,00 mg/l
BOD = % removal x BOD = 0,00 mg/l
TSS = % removal x TSS = 0,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 0,00 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 0,00 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 0,00 kg/hari

Kualitas efluen
COD = influen - removal = 6048,47 mg/l
BOD = influen - removal = 2397,50 mg/l
TSS = influen - removal = 1840,00 mg/l

Beban efluen
CODM = influen - removal = 219,98 kg/hari
BODM = influen - removal = 87,20 kg/hari
TSSM = influen - removal = 66,92 kg/hari

Lumpur terdiri dari 98,5% air dan 1,5% TSS, sehingga :


Sglumpur = 1,005

1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 66,921 kg/hari
Debit
lumpur = 4,441 m3/hari

2 Netralisasi

Diketahui :
Qave = 0,00037 m3/detik = 31,93 m3/hari
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
TSS = 1840,00 mg/l
CODM = 219,98 kg/hari
BODM = 87,20 kg/hari

176
TSSM = 66,92 kg/hari

Efisiensi removal
COD = 0 %
BOD = 0 %
TSS = 0 %

Removal
COD = % removal x COD = 0,00 mg/l
BOD = % removal x BOD = 0,00 mg/l
TSS = % removal x TSS = 0,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 0,00 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 0,00 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 0,00 kg/hari

Kualitas efluen
COD = influen - removal = 6048,47 mg/l
BOD = influen - removal = 2397,50 mg/l
TSS = influen - removal = 1840,00 mg/l

Beban efluen
CODM = influen - removal = 219,98 kg/hari
BODM = influen - removal = 87,20 kg/hari
TSSM = influen - removal = 66,92 kg/hari

Lumpur terdiri dari 98,5% air dan 1,5% TSS, sehingga :


Sglumpur = 1,005

1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 66,921 kg/hari
Debit
lumpur = 4,441 m3/hari

3 UASB

177
Diketahui :
Qave = 0,00037 m3/detik = 31,93 m3/hari
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
TSS = 1840,00 mg/l
CODM = 219,98 kg/hari
BODM = 87,20 kg/hari
TSSM = 66,92 kg/hari

Efisiensi removal
COD = 82 % Kusumadewi,2016
BOD = 74 % Kusumadewi,2016
TSS = 94 % Kusumadewi,2016

Removal
COD = % removal x COD = 4959,75 mg/l
BOD = % removal x BOD = 1774,15 mg/l
TSS = % removal x TSS = 1729,60 mg/l
CODM = % removal x CODM = 180,39 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 64,53 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 62,91 kg/hari

Kualitas efluen
COD = influen - removal = 1088,72 mg/l
BOD = influen - removal = 623,35 mg/l
TSS = influen - removal = 110,40 mg/l

Beban efluen
CODM = influen - removal = 39,60 kg/hari
BODM = influen - removal = 22,67 kg/hari
TSSM = influen - removal = 4,02 kg/hari

Lumpur terdiri dari 98,5% air dan 1,5% TSS, sehingga :


Sglumpur = 1,005

1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga

178
TSSM =
Massa
lumpur = 66,921 kg/hari
Debit
lumpur = 4,441 m3/hari

4 Activeted Sludge

Diketahui :
Qave = 0,00037 m3/detik = 31,93 m3/hari
COD = 1088,72 mg/l
BOD = 623,35 mg/l
TSS = 110,40 mg/l
CODM = 219,98 kg/hari
BODM = 87,20 kg/hari
TSSM = 66,92 kg/hari

Efisiensi removal
COD = 85 % Japan Sewage Work Assosiation
BOD = 85 % Japan Sewage Work Assosiation
TSS = 85 % Japan Sewage Work Assosiation

Removal
COD = % removal x COD = 925,42 mg/l
BOD = % removal x BOD = 529,85 mg/l
TSS = % removal x TSS = 93,84 mg/l
CODM = % removal x CODM = 186,99 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 74,12 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 56,88 kg/hari

Kualitas efluen
COD = influen - removal = 163,31 mg/l
BOD = influen - removal = 93,50 mg/l
TSS = influen - removal = 16,56 mg/l

Beban efluen
CODM = influen - removal = 33,00 kg/hari
BODM = influen - removal = 13,08 kg/hari

179
TSSM = influen - removal = 10,04 kg/hari

Lumpur terdiri dari 98,5% air dan 1,5% TSS, sehingga :


Sglumpur = 1,005

1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 66,921 kg/hari
Debit
lumpur = 4,441 m3/hari

5 Clarifier

Diketahui :
Qave = 0,00037 m3/detik = 31,93 m3/hari
COD = 163,31 mg/l
BOD = 93,50 mg/l
TSS = 16,56 mg/l
CODM = 33,00 kg/hari
BODM = 13,08 kg/hari
TSSM = 10,04 kg/hari

Efisiensi removal
COD = 30 % (degreemont,1991 dan metcalf & eddy, 2004)
BOD = 30 % (degreemont,1991 dan metcalf & eddy, 2004)
TSS = 50 % (degreemont,1991 dan metcalf & eddy, 2004)

Removal
COD = % removal x COD = 48,99 mg/l
BOD = % removal x BOD = 28,05 mg/l
TSS = % removal x TSS = 8,28 mg/l
CODM = % removal x CODM = 9,90 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 3,92 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 5,02 kg/hari

180
Kualitas efluen
COD = influen - removal = 114,32 mg/l
BOD = influen - removal = 65,45 mg/l
TSS = influen - removal = 8,28 mg/l

Beban efluen
CODM = influen - removal = 23,10 kg/hari
BODM = influen - removal = 9,16 kg/hari
TSSM = influen - removal = 5,02 kg/hari

Lumpur terdiri dari 98,5% air dan 1,5% TSS, sehingga :


Sglumpur = 1,005

1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 10,038 kg/hari
Debit
lumpur = 0,666 m3/hari

181
182
LAMPIRAN 2

HASIL UJI LABORATORIUM

183
184
LAMPIRAN C

DATA SONDIR

185
186
187

Anda mungkin juga menyukai