DOSEN PEMBIMBING:
DENNY DERMAWAN, S.T., M.T
MOCH LUQMAN ASHARI, S.T., M.T
DOSEN PEMBIMBING:
DENNY DERMAWAN, S.T., M.T
MOCH LUQMAN ASHARI, S.T., M.T
iii
(HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN)
iv
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala
berkat, rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir dengan judul “Perencanaan Instalasi Pengolahan Limbah Cair Pada
Industri Saos, Kecap, Dan Permen Ting-Ting Jahe” yang disusun sebagai syarat
untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma IV Teknik Pengolahan
Limbah pada Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Dalam penysunan tugas
akhir ini berbagai pihak banyak membantu, memberi semangat, bimbingan,
membina serta dukungan dari berbagai hal hingga laporan tugas akhir ini dapat
terselesaikan. Pihak-pihak yang telah ikut berkontribusi khususnya:
1. Bapak Ir. Eko Julianto. M.Sc., F.RINA., selaku direktur Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya.
2. Bapak George Endri K., ST, MSc., selaku ketua jurusan Teknik Permesinan Kapal
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
3. Bapak Denny Dermawan, ST., MT., selaku Koordinator Program Studi D4 Teknik
Pengolahan Limbah serta selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan
waktu, memberikan bimbingan, saran, bantuan serta doanya hingga tugas akhir ini
dapat terselesaikan dengan baik.
4. Bapak Moch. Luqman Ashari, ST., MT., selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, bantuan, masukan serta doa,
sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Ibu Tanti Utami Dewi, S.Si., M.Sc selaku Koordinator Tugas Akhir Program Studi
Teknik Pengolahan Limbah Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
6. Ibu Ulvi Pri Astuti, S.T., M.T., selaku dosen penguji yang telah memberikan
bantuan, masukan serta doanya hingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan
baik.
7. Bapak Moch. Chairul Rizal, S.T., M.T., selaku dosen penguji yang telah
memberikan bantuan, masukan serta doanya hingga tugas akhir ini dapat
terselesaikan dengan baik.
8. Kedua orang tua yakni Bapak Eko Nurul dan Ibu Siti Rahmawati serta adik adikku
tercinta Lintang Lazuardi, Dayinta Noor Aslama, Kenzie Ainuurohman Lazuardi
iv
yang selalu mendoakan, memberi kasih sayang, memberikan dukungan, nasehat,
pengertian dan bantuan pengerjaan Tugas Akhir ini dari awal hingga akhir.
9. Seluruh Dosen dan Karyawan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis, selama penulis menyelesaikan
pendidikan di Teknik Pengolahan Limbah Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
10. Bapak Hari Suyono, S.T., M.T., selaku pegawai Dinas Lingkungan Hidup Kota
Kediri yang telah memberikan masukan, saran serta doanya hingga tugas akhir ini
dapat terselesaikan.
11. Ibu Kiki selaku pemilik pabrik saos, kecap dan permen ting-ting yang bersedia
meluangkan waktu untuk penelitian saya selama di pabrik mengambil data dan
sampel.
12. Ajie Tondo Utomo yang telah membantu, mendoakan dan memberikan dukungan
pengerjaan Tugas Akhir ini dari awal hingga akhir.
13. Febri Aditya Harmoko yang telah membantu, mendoakan dan memberikan
masukan saran pengerjaan Tugas Akhir.
14. Istina, Putri, Annisa, Balqis, Dian, Suci, Nadya, Citra, Jihan yang telah meluangkan
waktunya, memberikan bantuan dan dukungan saat di laboratorium dan koridor
hingga larut malam.
15. Bela Paradita yang telahmembantu, mendoakan dan memberikan dukungan
pengerjaan Tugas Akhir.
16. Teman seperjuangan Teknik Pengolahan Limbah angkatan 2015 yang telah saling
mendoakan dan memberikan semangat selama pengerjaan Tugas Akhir dari awal
hingga akhir.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini masih belum sempurna,
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga Tugas akhir ini
memberikan manfaat dan wawasan bagi kita semua.
v
PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
PADA INDUSTRI SAOS, KECAP, DAN PERMEN TING-TING
JAHE
Nedya Nayaka Sastri
ABSTRAK
Industri Kecap, Saos, dan Permen Ting-Ting Jahe memiliki lahan seluas 1.420
2
m . Hasil produksi kecap, saos, dan permen ting-ting masing-masing yaitu 240
botol, 960 botol, dan 7 kg. Karakteristik air limbah dari industri ini melebihi Baku
Mutu Pergub Jatim No 72 Tahun 2013 dengan nilai COD 6.048,9 mg/L, BOD
2.397,5 mg/L, dan TSS 1.840 mg/L. Pengambilan sampel air limbah mengacu
pada SNI 6989.59:2008. Oleh karena itu DLH Kota Kediri mewajibkan
pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Tujuan dari penelitian ini
yaitu mengidentifikasi karakteristik air limbah, menentukan teknologi pengolahan
air limbah, menyusun nota perhitungan dimensi dan konstruksi bangunan
IPAL,serta menyusun gambar detail IPAL. Teknologi IPAL yang dipilih yaitu
alternatif 1 yang terdiri dari unit barscreen, bak ekualisasi(1,7m×1,7m×1,8 m),
tangki netralisasi (diameter 0,6 m dan tinggi 0,7 m), Anaerobic Baffle
Reactor/ABR (2,3m×1,5m×1,5m), Extended Aeration/EA (5m×1,8m×4m), dan
clarifier (diameter 3,5 m dan tinggi 3 m). Struktur bangunan unit ekualisasi, ABR,
dan EA memiliki tulangan dinding sebanyak 6 buah dengan jarak 170 mm dan
tulangan lantai sebanyak 8 buah dengan jarak 130 mm.
vi
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)
vii
WASTE WATER TREATMENT PLANT IN KETCHUP, SAUCE
ANDTING TING GINGERCANDY INDUSTRY
Nedya Nayaka Sastri
ABSTRACT
An industry that produces soy sauce, sauce, and ting-ting ginger candy has a
land area of 1.420 m2. The production of soy sauce, sauce, and ting-ting ginger
candy was 240 bottles, 960 bottles, and 7 kg respectively. Wastewater
characteristics of this industry is higher than East Java Governor Regulationwith
COD 6.048,9 mg/L, BOD 2.397,5 mg/L, and TSS1.840 mg/L. Sampling was based
on SNI 6989.59:2008. Because of that, the environmental service authorities
obliged to build Waste Water Treatment Plant (WWTP). The purpose of the
WWTP planning in this study was to identify the characteristics of wastewater,
determine the technology of wastewater treatment, compile dimensional
calculation notes and construction of WWTP buildings, and compile detailed
WWTP drawings. Selected WWTP technology is alternative 1 which consists of a
barscreen unit, equalization tank (1,7 m, 1,7 m, 1,8 m), netralitation tank
(diameter 0,63 m and height 0,7 m), anaerobic baffle reactor (2,3 m, 1,5 m, 1,5
m), extended aeration (5 m, 1,8 m, 4 m), and clarifier (diameter 3,5 m and height
3 m). Structure of equalization tank, ABR, dan EA has 6 pieces of wall
reinforcement with a distance of 170 mm and 8pieces of floor reinforcement with
a distance of 130 mm.
viii
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK........................................................................................... vi
ABSTRACT .......................................................................................viii
x
2.6.3 TSS(Total Suspended Solid) ........................................................................... 16
1. Kombinasi Pembebanan.................................................................................. 33
2. Beton ............................................................................................................... 33
xi
3.6 Analisis Hasil Perancangan ............................................................................... 65
xii
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................... 153
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 153
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Diagram Alir Pembuaan Kecap Dari Bahan Baku Kedelai ......................... 11
Gambar 2. 2 Diagram Alir Pembuatan Saos ..................................................................... 12
Gambar 2. 3 Diagram Alir Pembuatan Permen Ting-Ting Jahe ....................................... 13
Gambar 2. 4 Diagram Alir Extended Aeration .................................................................. 23
Gambar 2. 5 Ukuran Dinding Penahan Tanah Tipe Gravitasi........................................... 38
Gambar 2. 6 Ukuran Dinding Penahan Tanah Tipe kantilever ......................................... 39
Gambar 2. 7 One Way Slab ............................................................................................... 41
Gambar 2. 8 Two Way Slab ............................................................................................... 41
Gambar 2. 9 Tampilan SAP 2000 v11.0.0 ........................................................................ 43
Gambar 2. 10 Menu Bar File ............................................................................................. 43
Gambar 2. 11 Jendela kerja New Model ........................................................................... 44
Gambar 2. 12 Jendela Kerja Quick Grid Lines ................................................................. 44
Gambar 2. 13 Tampilan Grid Awal ................................................................................... 45
Gambar 2. 14 Menu Bar Define ........................................................................................ 45
Gambar 2. 15 Jendela Kerja Define Materials .................................................................. 46
Gambar 2. 16 Jendela Kerja Material Property Data ........................................................ 46
Gambar 2. 17 Jendela Kerja Material Property Data ........................................................ 47
Gambar 2. 18 Jendela Kerja Define Materials .................................................................. 47
Gambar 2. 19 Jendela Kerja Add New Properties ............................................................. 48
Gambar 2. 20 Jendela Kerja Rectangular Section............................................................. 48
Gambar 2. 21 Jendela Kerja Define Load Pattern ............................................................ 49
Gambar 2. 22 Jendela Kerja Properties Of Object ............................................................ 49
Gambar 2. 23 Jendela Kerja Rectangular Section............................................................. 50
Gambar 2. 24 Jendela Kerja Joint Restraints .................................................................... 50
Gambar 2. 25 Jendela Kerja Frame Gravity Loads........................................................... 50
Gambar 2. 26 Jendela Kerja Set Load Cases to Run ......................................................... 51
Gambar 2. 27 Jendela Kerja Member Force Diagram For Frame ................................... 51
Gambar 3. 1 Kerangka Penelitian ..................................................................................... 54
Gambar3.2 Lokasi Perencanaan IPAL dan Lokasi Titik Sampling .................................. 59
Gambar 3. 3 Data Boring .................................................................................................. 62
Gambar 4. 1 Alternatif 1 ................................................................................................... 69
Gambar 4. 2 Alternatif 2 ................................................................................................... 70
Gambar 4. 3 Alternatif 3 ................................................................................................... 71
xiv
Gambar 4. 4Barscreen ....................................................................................................... 75
Gambar 4. 5 Tangki Dosing .............................................................................................. 82
Gambar 4. 6 Ukuran Tangki Dosing yang Sesuai Pasaran ............................................... 82
Gambar 4. 7 Dosing Pump ................................................................................................ 83
Gambar 4. 8 Mixer ............................................................................................................ 83
Gambar 4. 9 Faktor Penyisihan BOD terhadap OrganicOverloading pada ABR ............. 89
Gambar 4. 10 Grafik Penyisihan BOD terhadap Konsentrasi BOD pada ABR ............... 89
Gambar 4. 11 Grafik Faktor Penyisihan BOD terhadap Temperatur pada ABR 89
Gambar 4. 12 Grafik Faktor Penyisihan BOD terhadap Jumlah Kompartemen ABR ...... 90
Gambar 4. 13 Grafik Penyisihan BOD terhadap HRT pada ABR Rencana ..................... 90
Gambar 4. 14 Grafik Faktor Penyisihan COD berdasarkan Penyisihan BOD .................. 90
Gambar 4. 15 Grafik Penyisihan TSS dan BOD terhadap Waktu Pengendapan ABR ..... 91
Gambar 4. 16Disc Diffuser ............................................................................................... 99
Gambar 4. 17Root Blower .............................................................................................. 100
Gambar 4. 18 Ilustrasi bak clarifier ................................................................................ 106
Gambar 4. 19Diagram Percepatan Spektral Wilayah Kediri .......................................... 110
Gambar 4. 20Tabel Kategori Resiko (SNI-3-1726-2012)............................................... 110
Gambar 4. 21Faktor Keutamaan Gempa (SNI-3-1726-2012)......................................... 111
Gambar 4. 22 Faktor Modifikasi Respon Struktur (SNI-3-1726-2012) .......................... 111
Gambar 4. 23Tampak Atas Balok Dan Kolom Pada Bak Ekualisasi.............................. 113
Gambar 4. 24 Penambahan Joint Spring Pada Unit Ekualisasi ....................................... 114
Gambar 4. 25 Beban Air Limbah Bak Ekualisasi ........................................................... 115
Gambar 4. 26 Beban Tanah Pada Bak Ekualisasi ........................................................... 116
Gambar 4. 27 Balok Dan Kolom Pada Unit ABR .......................................................... 123
Gambar 4. 28 Gambar Penambahan Joint Spring Pada Unit ABR ................................. 125
Gambar 4. 29Penambahan Beban AirLimbah Pada ABR .............................................. 127
Gambar 4. 30Penambahan Beban Tanah Pada ABR ...................................................... 127
Gambar 4. 31Balok Dan Kolom Bak Extended Aeration Tampak Atas. ........................ 138
Gambar 4. 32 Penambahan Joint Spring Pada Unit Extended Aeration ......................... 140
Gambar 4. 33Beban Air Limbah Yang Masuk Kedalam Bangunan ............................... 142
Gambar 4. 34 Beban Tanah Yang Masuk Kedalam Bangunan ...................................... 143
xv
DAFTAR TABEL
xvi
Tabel 4. 21Nilai Koefisien Daya Dukung Tanah ............................................................ 113
Tabel 4. 22 Gaya Pada Bak Ekualisasi ........................................................................... 116
Tabel 4. 23 Beban Pada Unit Bak ABR .......................................................................... 123
Tabel 4. 24 Nilai Koefisien Tanah .................................................................................. 124
Tabel 4. 25 Gaya Pada Bak ABR .................................................................................... 128
Tabel 4. 26 Beban Gaya Bak Extended Aeration ........................................................... 137
Tabel 4. 27Nilai Koefisien Daya Dukung Tanah ............................................................ 138
Tabel 4. 28 Gaya Pada Unit Extended Aeration ............................................................. 143
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Pengolahan limbah cair dapat dilakukan secara fisik, kimia,
maupun secara biologis. Secara umum karakteristik limbah cair industri
pangan mengandung bahan organik yang tinggi, bahan tersuspensi, dan
volume limbah yang besar. Pada pengolahan air untuk mengolah limbah-
limbah organik seperti limbah domestik, industri makanan dan minuman
cocok mengunakan pengolahan air limbah biologis. Padapengolahan
biologis, polutan-polutan organik dalam limbah akan diurai secara
biokimia oleh mikroba (mikroorganisme) menjadi senyawa sederhana
seperti air (H2 O), karbondioksida (CO2 ), metan(CH4 ), dan gas nitrogen
(N2 ) (Herlambang,2005).
Proses pemilihan unit pengolahan memerlukan pertimbangan baik
dari segi kemampuan suatu proses dalam meremoval polutan, kemampuan
finansial, maupun dari segi kemudahan operasi dan perawatan. Pada
perencanaan IPAL Industri Kecap, Saos, dan Permen Ting-Ting Jahe
mengacu pada kriteria mutu air berdasarkanPergub Jatim nomor72 tahun
2013 tentang Baku Mutu Limbah Industri. Limbah akan dibuang ke badan
air yang merupakan sumber dari aktivitas hidup sehari-hari manusia
berhubungan dengan pemakaian air.
Perencanaan ini bertujuan untuk merencanakan pengolahan air
limbah yang sesuai untuk Industri Kecap, Saos, dan Permen Ting-Ting
Jahe. Aspek yang dikaji merupakan aspek teknis berkaitan dengan
penentuan unit pengolahan limbah cair serta perhitungan pembangunan
IPAL.
2
4. Bagaimana gambar detail IPAL pada Industri Kecap, Saos, dan Permen
Ting-Ting Jahe?
1.3 Tujuan
Tujuan dari perencanaan ini adalah :
1. Mengidentifikasi karakteristik air limbah pada Industri Kecap, Saos, dan
Permen Ting-Ting Jahe.
2. Menentukan teknologi pengolahan air limbah pada Industri Kecap, Saos,
dan Permen Ting-Ting Jahe.
3. Menyusun nota perhitungan dimensi dan konstruksi bangunan IPAL
pada Industri Kecap, Saos, dan Permen Ting-Ting Jahe.
4. Menyusun gambar detail IPAL pada Industri Kecap, Saos, dan Permen
Ting-Ting Jahe.
1.4 Manfaat
Manfaat dari perencanaan ini adalah dihasilkannya desain pengolahan air
limbah sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik air limbah,sehingga dapat
dimanfaatkan untuk membangun IPAL Industri Kecap, Saos, dan Permen
Ting-Ting Jahe di Kota Kediri.
3
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
nilai ekonomis sehingga cenderung untuk dibuang (Asmadi dan Suharno
dalam kencanawati,2016).
1) Padatan
Dalam limbah ditemukan zat padat yang secara umum
diklasifikasikan kedalam dua golongan besar yaitu padatan terlarut dan
padatan tersuspensi. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel koloid dan
partikel biasa. Jenis partikel dapat dibedakan berdasarkan diameternya.
Jenis padatan terlarut maupun tersuspensi dapat bersifat organis
maupun sifat inorganic tergantung dari mana sumber limbah.
Disamping kedua jenis padatan ini ada lagi padatan yang dapat
terendap karena mempunyai diameter yang lebih besar dan dalam
keadaan tenang dalam beberapa waktu akan mengendap sendiri karena
beratnya.
6
2) Kekeruhan
Sifat keruh air dapat dilihat dengan mata secara langsung karena
ada partikel koloidal yang terdiri dari tanah liat, sisa bahan-bahan,
protein, dan ganggang yang terdapat dalam limbah.kekeruhan
merupakan sifat optis larutan. Sifat keruh membuat hilang nilai
estetikanya.
3) Bau
Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah
terurai dalam limbah mengeluarkan gas-gas seperti sulfide atau
amoniak yang menimbulkan penciuman tidak enak bagi penciuman
disebabkan adanya campuran nitrogen, sulfur dan fosfor yang berasal
dari pembusukan protein yang dikandung limbah. Timbulnya bau yang
diakibatkan limbah merupakan suatu indikator bahwa terjadi proses
alamiah. Dengan adanya bau ini akan lebih mudah menghindarkan
tingkat bahaya yang ditimbulkannya dibandingkan dengan limbah
yang tidak menghasilkan bau.
4) Temperatur
Limbah yang mempunyai temperatur panas yang akan
mengganggu pertumbuhan biota tertentu. Temperatur yang
dikeluarkan suatu limbah cair harus merupakan temperatur alami.
Suhu berfungsi memperlihatkan aktifitas kimiawi dan biologis. Pada
suhu tinggi pengentalan cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi.
Tingkat zat oksidasi lebih besar pada suhu tinggi dan
pembusukanjarang terjadi pada suhu rendah. Jenis mikroorganisme
yang sesuai dengan kondisi temperatur akan menjadi dominan dalam
sistem. Temperatur dalam pengolahan air buangan secara aerobi
bukan merupakan faktor yang dikondisikan karena temperatur sangat
dipengaruhi oleh iklim yang ada.
7
5) Warna
Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan
mangan (secara alami), humus, plankton, tanaman, air dan buangan
industri. Warna berkaitan dengan kekeruhan, dan dengan
menghilangkan kekeruhan kelihatan warna nyata. Demikian juga
warna dapat disebabkan zat-zat terlarut dan zat tersuspensi. Warna
menimbulkan pemandangan yang jelek dalam air limbah meskipun
warna tidak menimbulkan sifat racun.
1) DO (Dissolved Oxygen)
Proses respirasi mikroorganisme aerob dan bentuk kehidupan
aerobik lainnya. Bila terjadi peningkatan reaksi kimia pada air limbah
seiring dengan terjadinya peningkatan temperatur, yang tentu akan
melibatkan pengunaan oksigen, maka level DO akan cenderung lebih
rendah atau bahkan kritis pada musim panas. Permasalahan ini terjadi
pada musim panas dikarenakan stream flowyang terjadi umumnya rendah,
sehingga kuantitas total ketersediaan oksigen juga menjadi rendah.
Ketersediaan DO dalam air limbah sangat diperlukan (Wulandari, 2012).
2) Alkalinitas
Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan oleh senyawa karbonat,
garam-garam hidroksida, magnesium dan natrium dalam air. Tingginya
kandungan zat tersebut mengakibatkan kesadahan dalam air. Semakin
tinggi kesadahan suatu air semakin sulit air berbuih (Kencanawati,2016).
3) Nitrogen
Nitrogen dan fosfor secara bersama-sama antara memberikan
kenaikan yang perlu diperhatikan. Sebab bahan ini meningkatan
pertumbuhan algae dan tumbuhan air. Nitrogen dalam air dengan cepat
8
akan berubah menjadi nitrogen organik atau amoniak nitrogen.
Pemindahan dari introgen organik kedalam amoniak juga dimasukan
dalam tipe pengolahan air limbah secara biologis. amoniak kemudian
digunakan oleh bakteri untuk sel tiruan dengan menghasilkan oksidasi ke
nitit atau nitrat. Nitrit akan cepat berubah menjadi nitrat melalui oksidasi
(Wulandari,2012)
4) Metan
Gas metan terbentuk akibat penguraian zat-zat organik dalam
kondisi anaerob pada air limbah. Gas ini dihasilkan lumpur yang
membusuk pada dalam kolam, tidak berdebu, tidak berwarna dan mudah
terbakar. Methan juga ditemukan di rawa-rawa dan sawah
(Kencanawati,2016).
9
1) Produksi kecap
Pada proses produksi kecap ini memiliki kapasitas produksi
dalam sekali batch sebanyak 5 peti, untuk satu peti berisi 24 botol,
jumlah botol yang dihasikan per batch120 botol.Dalam sehari proses
produksi dapat dua kali batch , jadi dalam sehari terdapat 240 botol.
Ukuran botol yang digunakan adalah 620 ml.
2) Produksi saos
Pada proses produksi saos ini memiliki kapasitas produksi dalam
sehari sebanyak 40 peti, untuk satu peti berisi 24 botol, jumlah botol
yang dihasikan perhari 960 botol. Ukuran botol yang digunakan adalah
620 ml.
3) Produksi permen ting-ting jahe
Pada proses produksi permen ting-ting jahe memiliki hasil 3,5 kg
per batch, dalam sehari terdapat dua kali proses pemasakan. Jadi,
dalam sehari menghasilkan 7 kg permen ting-ting jahe.
Industri kecap dan saos adalah jenis industri domestik yang dalam
proses pembuatannya menggunakan bahan baku seperti kedelai, gula,
dan rempah-rempah. Sedangkan dalam pembuatan saos bahan baku yang
digunakan tepung tapioka, cabe, tomat, pewarna, dan lain-lain.
Berdasarkan proses produksinya yang menghasilkan produk utama kecap
dan saos juga menghasilkan limbah dalam bentuk cair yang berasal air
pencucian botol, air rendaman kedelai (baceman), maupun air dari proses
produksi.
10
bahannya diambil dari pihak ketiga (DPLH,2018). Proses pembuatan
kecap dapat dilihat pada Gambar 2.1berikut.
11
Gambar 2. 2Diagram Alir Pembuatan Saos
(Sumber: DPLH, 2018)
12
Gambar 2. 3Diagram Alir Pembuatan Permen Ting-Ting Jahe
(DPLH, 2018)
13
b) Kardus dan Karton Sisa Pembungkusan
Penanganan pada kaardus akan diambil oleh pihak ketiga. Pihak
ketiga akan melakukan pengolahan.
c) Ketela rambak yang jelek atau potongannya
d) Sisa abu pembakaran
2) Limbah Cair
a) Air sisa produksi.
b) Air sisa cuci ketela.
c) Air sisa cuci botol.
d) Air sisa pembuangan sanitasi karyawan.
14
Tabel 2. 2 Baku Mutu Air Limbah Industri Kecap
Parameter Kadar Maksimum (mg/L)
BOD5 150
COD 300
TSS 100
pH 6-9
Sumber : Pergub Jatim No. 72 Tahun 2013
Baku mutu yang digunakan dalam perencanaan ini adalah baku mutu
industri saos dengan pertimbangan lebih ketat dibandingkan dengan baku
mutu industri kecap.
15
sulfat dengan katalis garam perak dan garam merkuri (Suharti, 2008).
Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran
kebutuhan oksigen dalam limbah. Metode ini lebih singkat waktunya
dibandingkan dengan analisa BOD. Pengukuran ini menekankan
kebutuhan oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur
adalah bahan-bahan yang tidak dipecah secara biokimia. Menurut SNI 06-
6989.73:2009 metode pengujian parameter COD mengunakan titrimetri.
16
mikroorganisme perlu pH 6,5 – 9. Bakteri akan tumbuh dengan baik pada
kondisi sedikit basa yaitu berkisar antara 7 – 8. Berdasarkan SNI 06-
6989.11:2004 metode pengujian parameter pH mengunakan pH meter.
17
melalui dua metode utama yaitu dengan proses fisika maupun secara
kimia.
1. Bar Screen
Bar screen berfungsi sebagai penyaring partikel-partikel halus
yang akan masuk ke unit Instalasi Pengolahan air limbah. Barscreen
ini bertujuan untuk pemisah fisik yang memisahan hal yang tidak
seharusnya masuk ke unit pengolahan limbah. Terbuat dari batangan
besi atau baja yang dipasangkan secara sejajar membentuk kerangka
yang kuat. Kriteria desain untuk barscreen terdapat pada Tabel
2.3berikut.
Tabel 2. 3Kriteria Desain Barscreen
Saluran Pembawa
Parameter Satuan Besaran
Kecepatan m/s 0,3-0,9
Sudut Kemiringan m/m 0,01
Barscreen Pembersihan Manual
Parameter Satuan Besaran
Kecepatan melalui bar (v) m/s 0,3-0,6
Lebar bar (w) m 4,0-8,0
Kedalaman bar (D) mm 25-50
Jarak antar batang mm 25-75
Slope vertical ° 45-60
Headloss mm 150
Headloss max mm 800
(Sumber : Qasim, 1985)
Dimana :
𝐻𝐿 = Head Loss Melalui Bar Screen (m)
V = Kecepatan Aliran Sebelum Lewati Barscreen (m/Detik)
V = Kecepatan Aliran Pada Saat Melalui Barscreen (m/Detik)
W = Lebar Cross Section Maksimum Dari Barscreen Yang
Menghadap Arah Aliran (m)
18
B = Bukaan Screen (Clear Spacing) Minimum Dari Bar (m)
Hv = Velocity Head Dari Aliran Yang Menuju Ke Bar (m)
𝜃 = SudutBar (Batang) Dengan Horisontal (Derajat)
2. Bak Ekualisasi
Ekualisasi digunakan untuk mengatasi permasalahan operasional yang
disebabkan oleh variasi debit, untuk meningkatkan kinerja proses
selanjutnya, dan untuk meminimalkan ukuran dan pengurangan biaya dari
fasilitas. Menurut Metcalf And Eddy (2004), parameter desain yang
penting pada unit ekualisasi adalah waktu tinggal dan kedalaman bak 1,5-2
m. Berikut kriteria desain pada bak ekualisasi:
Tabel 2. 4Kriteria Bak Ekualisasi
PARAMETER SIMBOL BESARAN SATUAN
Kedalaman Efektif H 3-24 m
Kedalaman Bak T 1,5-2 m
(Sumber : Metcalf dan Eddy, 2004)
19
waktu tinggal. Cara menghitung beban permukaan terdapat pada
Persamaan 2.5 berikut.
𝑄
𝑉𝑜 = 𝐴 (2.5)
3 3
Vo = laju limpahan / beban permukaan (m / m hari)
Q = aliran rata-rata harian (m3/hari)
A = total luas permukaan (m2)
20
td= waktu tinggal (jam)
Luas Bak (A) = V/H (2.7)
𝑇𝑆𝑆𝑖𝑛−𝑌𝑆𝑆𝑜𝑢𝑡
% TSS Removal = 𝑥 100 % (2.9)
𝑇𝑆𝑆𝑖𝑛
21
Proses pengolahan air limbah secara biologi dapat dibagi menjadi 2
kategori utama (Wulandari,2012):
a. Suspended Growth
Pada proses suspended growth, mikroorganisme yang berperan
dalam pengolahan berada dalam suspensi likuid air limbah melalui
pencampuran yang sesuai. Proses suspended growth yang banyak
diterapkan pada pengolahan limbah domestik dioperasikan dalam
keadaan aerob melalui proses activated-sludge. pada proses
suspended growth penerapan yang umum digunakan adalah proses
activated-sludge.
b. Attached Growth
Pada proses attached growth mikroorganisme yang berperan
mengkonversi materi organik atau, hidup dan berkembang menyatu
pada material inert tertentu. Materi organik dan disisihkan saat air
limbah mengalir melewati material inert tersebut.
Materi yang digunakan sebagai tempat hidup dan pertumbuhan
mikroorganisme antara lain ialah batu, gravel, pasir, kayu, plastik, dan
materi sintetik. Proses attached growth dapat berlangsung aerobik
maupun anaerobik, dan material inert yang digunakan sebagai tempat
hidup mikroorganisme dapat terendam sepenuhnya dalam air limbah
ataupun tidak terendam. Penerapan proses attached growth yang
umum dilakukan adalah trickling filter. Pada trickling filter, air
limbah dialirkan secara merata dari atas tangki yang berisi material
inertnya. Batu merupakan material inert (packing material) yang
umum digunakan pada trickling filter.
1. Lumpur Aktif Tipe Extended Aeration
Lumpur aktif tipe extended aeration memiliki ciri khas waktu
tinggal (detention time) yang relatif lama dan rasio makanan
berbanding mikroorganisme (Food to microoganism ratio) rendah
untuk menjaga kultur berada di fase endogeneous (Peavy , Rowe,
Tchobanoglous, 1985).
22
Gambar 2. 4 Diagram Alir Extended Aeration
(Japan Sewage Work Assosiation, 2012)
23
2. Sequencing Batch Reactor (SBR)
24
Tabel 2. 7 Kriteia Desain Sequencing Batch Reactor
25
pengolahan limbah cair, teknologi proses produksi, daur ulang, resure,
recovery dan juga penghematan bahan baku dan energi (Kencanawati,
2016).
1. Septik Filter Up Flow
Prinsip kerja tangki septik dengan filter “up flow” ini pada
dasarnya sama dengan tangki biasa, yakni terdiri dari bak pengendap,
ditambah dengan suatu filter yang diisi dengan kerikil atau batu pecah.
Penguraian zat zat organik yang ada didalam air limbah atau tinja
dilanjutkan oleh bakteri anaerobik. Bak pengendap terdiri atas 2
ruangan, yang pertama berfungsi sebagai bak pengendap pertama,
sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur sedangkan
ruang kedua berfungsi sebagai pengenddap kedua dan penampung
lumpur yang tidak terndapkan di bak pertama, dan air luapan dari bak
pengendap dialirkan ke media filter dengan arah aliran dari atas ke
bawah (Said,2005).
2. Filtrasi
Filtrasi merupakan proses penjernihan atau penyaringan air limbah
melalui media (pada penelitian ini digunakan batu apung), dimana
selama air melalui media akan terjadi perbaikan kualitas. Hal ini
disebabkan adanya pemisahan partikel-partikel tersuspensi dan koloid,
reduksi bakteri dan organisme lainnya dan pertukaran konstituen kimia
yang ada dalam air limbah. Dalam proses filtrasi terdapat kombinasi
antara beberapa proses yang berbeda. Proses-proses tersebut meliputi
(Edahwati, 2013) :
a. Mechanical Straining
Merupakan proses penyaringan partikel tersuspensi yang terlalu
besar untuk dapat lolos melalui ruang antara butiran media.
b. Sedimentasi
Merupakan proses mengendapnya partikel tersuspensi yang
berukuran lebih kecil dari lubang pori-pori pada permukaan
butiran.
26
c. Adsorpsi
Prinsip proses ini adalah akibat adanya perbedaan muatan antara
permukaan butiran dengan partikel tersuspensi yang ada di
sekitarnya sehingga terjadi gaya tarik-menarik.
d. Aktifis kimia
Merupakan proses dimana partikel yang terlarut diuraikan menjadi
substansi sederhana dan tidak berbahaya atau diubah menjadi
partikel tidak terlarut, sehingga dapat dihilangkan dengan proses
penyaringan, sedimentasi dan adsorpsi pada media berikutnya.
e. Aktifis biologi
Merupakan proses yang disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme
yang hidup di dalam filter.
27
S₀ = influen konsentrasi BOD (g/m3)
Dimana :
Q= Debit Influen Air Limbah (m3/Hari)
28
X = Mixed Liquor Konsentrasi Biomassa di dalam bak aerasi
(g/m3)
29
sejumlah dari bCOD menjadi energi dan menggunakansebagian dair
bCOD untuk pertumbuhan sel. Oksigen juga dikonsumsi untuk
endogenous respiration, dan jumlahnya akan tergantung sistem
SRT. Untuk nilai SRT yang diberikan, kesetimbangan massa pada
sistem dapat dilakukan dengan bCOD removal sama dengan
oksigen yang digunakan ditambah biomassa VSS yang tersisa dalam
istilah oksigen ekivalen (Metcalf &Eddy,2004).
𝑘𝑔 𝑄(𝑆𝑜−𝑆)
𝑂2 ℎ𝑎𝑟𝑖 = 𝐵𝑂𝐷5 − 1,4 𝑃𝑋 (2.13)
𝐵𝑂𝐷𝐿
30
debit air limbah domestik dapat digunakan rumus (Metcalf and Eddy,
1981):
Qave = (70%-80%) x q d (2.16)
Qmin = 1/5 x (p/1000) 0,2 x Qave (2.17)
Sehingga besarnya debit air limbah rata-rata per harinya adalah :
Qpeak = Qave x fpeak (2.18)
2.9.1 Pembebanan
Dalam melakukan analisis desain suatu struktur bangunan,
perlu adanya gambaran yang jelas mengenai perilaku dan besar beban
yang bekerja pada struktur. Hal penting yang mendasar adalah
pemisahan antara beban-beban yang bersifat statis dan dinamis.
1. Beban Statis
Beban statis adalah beban yang memiliki perubahan intensitas
beban terhadap waktu berjalan lambat atau konstan. Jenis-jenis
beban statis menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk
Rumah dan Gedung 1983 adalah sebagai berikut:
a. Beban Mati (Dead Load/DL)
Beban mati merupakan berat seluruh bahan konstruksi
bangunan gedungyang terpasang, termasuk dinding, lantai,
atap, plafon, tangga, dindingpartisi tetap, finishing, kladding
gedung dan komponen arsitektural danstruktural lainnya serta
peralatan layan terpasang lain termasuk berat keran(SNI
1727:2013 pasal 3.1).
b. Beban Hidup ( Live Load/LL)
Beban hidup merupakan beban yang diakibatkan oleh
pengguna danpenghuni bangunan gedung atau struktur lain.
(SNI 1727:2013 pasal 4.1).Beban hidup adalah semua beban
tidak tetap, kecuali beban angin, beban gempa dan pengaruh-
pengaruh khusus yang diakibatkan oleh selisih suhu,
pemasangan (erection), penurunan pondasi, susut, dan
31
pengaruh-pengaruh khusus lainnya. Meskipun dapat berpindah-
pindah, beban hidup masih dapat dikatakan bekerja perlahan-
lahan pada struktur. Beban hidup diperhitungkan berdasarkan
perhitungan matematis dan menurut kebiasaan yang berlaku
pada pelaksanaan konstruksi di Indonesia. Untuk menentukan
secara pasti beban hidup yang bekerja pada suatu lantai
bangunan sangatlah sulit, dikarenakan fluktuasi beban hidup
bervariasi, tergantung dari banyak faktor. Oleh karena itu
faktor pengali pada beban hidup lebih besar jika dibandingkan
dengan faktor pengali pada beban mati.
2. Beban Dinamik
Beban dinamik adalah beban dengan variasi perubahan
intensitas beban terhadap waktu yang cepat. Beban dinamis ini
terdiri dari beban gempa dan beban angin.
a. Beban Gempa
Gempa bumi adalah fenomena getaran yang dikaitkan
dengan kejutan pada kerak bumi. Beban kejut ini dapat
disebabkan olehbanyak hal, tetapi salah satu faktor utamanya
adalah benturan/pergesekan kerak bumi yang mempengaruhi
permukaan bumi(SNI 1727:2013). Lokasi gesekan ini disebut
fault zone. Kejutan tersebut akan menjalar dalam bentuk
gelombang. Gelombang ini menyebabkan permukaan bumi dan
bangunan di atasnya bergetar. Pada saat bangunan bergetar
timbul gaya-gaya pada struktur bangunan karena adanya
kecenderungan dari massa bangunan untuk mempertahankan
dirinya dari gerakan. Gaya yang timbul disebut gaya inersia,
besar gaya tersebut bergantung pada banyak faktor yaitu:
1. Massa bangunan
2. Pendistribusian massa bangunan
3. Kekakuan struktur dan Jenis tanah
4. Mekanisme redaman dari struktur
5. Perilaku dan besar alami getaran itu sendiri
32
6. Wilayah kegempaan
7. Periode getar alami
b. Beban Angin
Berdasarkan Peraturan Muatan Indonesia 1971,muatan
angin diperhitungkan dengan menganggap adanya tekanan
positif dan tekanan negatif (isapan), yang bekerja tegak lurus
pada bidang-bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan
tekanan negatif ini dinyatakan dalam kg/m2, ditentukan dengan
mengalikan tekanan tiup (velocity pressure) yang ditentukan.
1. Kombinasi Pembebanan
Beban yang ada harus dikombinasikan agar mendapatkan
kekuatan perlu (U) bangunan. Berikut adalah kekuatan perlu
dari kombinasi beban terfaktor (SNI 2847-2013):
U = 1,4D (2.19)
U = 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau R) (2.20)
U = 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau R) + (1,0 Lr atau 0,5W) (2.21)
U = 1,2D + 1,0W + 0,5 (Lr atau R) (2.22)
U = 1,2D + 1,0E + 1,0L (2.23)
U = 0,9D + 1,0W (2.24)
U = 0,9D + 1,0E (2.25)
2. Beton
Beton adalah campuran dari agregat (pasir, kerikil/batu pecah, atau
jenis agregat lainnya) dipersatukan oleh semen dan air. Sedangkan
beton bertulang adalah suatu bahan yang dibuat dari beton dan besi
beton yang tersusun sedemikian sehingga kedua bahan itu merupakan
satu kesatuan yang dapat memikul beban yang bekerja padanya. Beton
untuk konstruksi beton bertulang dibagi dalam mutu dan kelas seperti
dalam Tabel berikut.
33
Tabel 2. 9 Kelas Dan Mutu Beton
σ'bk σ'bm
Kelas Mutu Tujuan
(kg/𝐜𝐦𝟐 ) (kg/𝐜𝐦𝟐 )
I B0 - - Non Struktural
II B1 - - Struktural
K125 125 200 Struktural
K175 175 250 Struktural
K225 225 300 Struktural
III K>250 >225 >300 Struktural
Sumber : Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I.-2
Berikut jenis beton (Tanjung,2016):
1. Beton tanpa tulangan
Sifat dasar kekuatan beton adalah sangat kuat untuk
menahan tekan, namun tidak kuat atau lemah untuk menahan
tarik. Oleh sebab itu, beton dapat mengalami retak jika beban
yang dipikulnya menimbulkan tegangan tarik yang melebihi
kuat tariknya (Tanjung,2016).
2. Beton dengan tulangan
Untuk menahan gaya tarik yang cukup besar pada serat
balok tepi bawah, maka perlu diberi tulangan sehingga disebut
dengan istilah “beton bertulang”. Pada beton bertulang ini
tulangan ditanam di dalam beton.Dalam konstruksi beton
bertulang terdapat selimut beton untuk melindungi tulangan
dari kerusakan. Tebal selimut beton itu sendiri ditentukan
dengan fungsi dari beton itu, berikut tebal minimal selimut
beton sesuai dengan fungsi dan letak beton tersebut
(Tanjung,2016):
a. Jika beton di dalam tebal minimum selimut (sb) adalah 2,0
cm.
b. Jika beton di luar tebal minimum selimut (sb) adalah 2,5 cm.
c. Jika beton tidak kelihatan tebal minimum selimut (sb) adalah
3,0 cm.
Beton bertulang yang mengandung baja dan direncanakan
berdasarkan bahwa baja baja tersebut memikul gaya.
Berdasarkan bentuknya baja tulangan beton dibedakan menjadi
dua, yaitu :
34
a) Baja Tulangan Beton Polos
Baja tulangan berpenampang bundar dengan permukaan
rata tiak bersirip disingkat BjTP. Berikut ukuran baja pada beton
polos :
Tabel 2. 10 Ukuran Baja Tulangan Beton Polos
35
1) Kolom
Definisi kolom menurut SNI-T15-1991-03 adalah komponen
struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial desak
vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali
dimensi lateral terkecil. Kolom adalah batang tekan vertikal dari
rangka (frame) struktur yang memikul beban dari balok induk maupun
balok anak. Kolom meneruskan beban dari elevasi atas ke elevasi yang
lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui pondasi.
Peruntuhan pada suatu kolom merupakan kondisi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga
runtuh total (total collapse) seluruh struktur. Kolom adalah struktur
yang mendukung beban dari atap, balok dan berat sendiri yang
diteruskan ke pondasi. Secara struktur kolom menerima beban vertical
yang besar,selain itu harus mampu menahan beban-beban horiaontal
bahkan momen atau puntir torsi akibat pengaruh terjadinya
eksentrisitas pembebanan. Hal yang perlu diperhatikan adalah tinggi
kolom perencanaan, mutu beton dan baja yang digunakan dan
eksentrisitas pembebanan yang terjadi.
2) Balok
Balok adalah bagian struktur yang berfungsi sebagai pendukung
beban vertikal dan horizontal. Beban vertikal berupa beban mati dan
beban hidup yang diterima plat lantai, berat sendiri balok dan berat
dinding penyekat yang di atasnya. Sedangkan beban horizontal berupa
beban angin dan gempa. Balok merupakan bagian struktur bangunan
yang penting dan bertujuan untuk memikul beban tranversal yang
dapat berupa beban lentur, geser maupun torsi. oleh karena itu
perencanaan balok yang efisien, ekonomis dan aman sangat
pentinguntuk suatu struktur bangunan terutama struktur bertingkat
tinggi atau struktur berskala besar.Syarat-syarat balok beton bertulang
pada struktur bangunan beton bertulang (Wicaksono,2013):
(1) Lebar badan balok minimum 1/30 kali bentang bersih.
36
(2) Tinggi balok harus sesuai dengan lebar balok dan memenuhi
pembatasan penulangan.
(3) Untuk balok tinggi, perbandingan antara tinggi dan lebar dari 2,5
untuk balok menerus dan lebih 4,5 untuk balok atas 2 tulangan.
(4) Tulangan tarik minimum untuk setiap penampang balok.
(5) Ukuran penampang baja tulangan minimum berdiameter 12 mm.
(6) Jarak masing-masing tulangan tidak boleh lebih dari 15 cm dan
kurang dari 3 cm.
(7) Jarak sengkang pada balok maksimum 30 cm atau 2/3 tinggi balok.
37
f. Dinding penahan tanah yang digunakan untuk menahan tanah
pengisi dalam membentuk suatu jembatan. Tanah pengisi ini
disebut approach fill dan dinding penahan disebut abutments.
g. Dinding penahan yang digunakan untuk menahan tanah di sekitar
bangunan atau gedung-gedung.
h. Dinding penahan tanah yang digunakan sebagai tempat
penyimpanan material seperti pasir, biji besi, dan lain-lain.
Berdasarkan cara untuk mencapai stabilitasnya, maka dinding
penahan tanah dapat digolongkan dalam beberapa jenis yaitu Dinding
Gravitasi, Dinding Penahan Kantiliver, Dinding Kontravort, Dinding
Butters. Beberapa jenis dinding penahan tanah antara lain
(Tanjung,2016):
1. Dinding Penahan Tanah Tipe Gravitasi (Gravity Wall)
Dinding ini dibuat dari beton tidak bertulang atau pasangan
batu, terkadang pada dinding jenis ini dipasang tulangan pada
permukaan dinding untuk mencegah retakan permukaan akibat
perubahan temperatur.Dimensi dinding direncanakan sedemikian
rupa sehingga tidak menimbulkan tegangan tarik akibat gaya
yang bekerja pada dinding. (Syafruddin,2004). Berikut proporsi
dimensi yang di tunjukan pada gambar 2.5:
38
2. Dinding Penahan Tanah Tipe Kantilever (Cantilever retaining
wall)
Dinding ini terdiri dari kombinasi dinding dengan beton
bertulang yang berbentuk huruf T. Ketebalan dari kedua bagian
relatif tipis dan secara penuh diberi tulangan untuk menahan
momen dan gaya lintang yang bekerja pada dinding tersebut.
Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding
penahan dan berat tanah diatas tumit tapak (hell). Terdapat 3
bagian struktur yang berfungsi sebagai kantiliver, yaitu bagian
dinding vertical (steem), tumit tapak dan ujung kaki tapak (toe).
Biasanya ketinggian dinding ini tidak lebih dari 6–7 meter
(Syafruddin,2004).Berikut proporsi dimensi bagi tipe kantilever:
39
Kontrafort berfungsi sebagai pengikat tarik dinding vertical dan
ditempatkan pada bagian timbunan dengan interfal jarak tertentu.
Dinding kontrafort akan lebih ekonomis digunakan bila
ketinggian dinding lebih dari 7 meter.
𝑏𝑎𝑙𝑎𝑠 = 𝑏1 − 𝑏2 (2.36)
𝑏𝑎𝑙𝑎𝑠 = 𝐻 𝐾𝑎 𝛾 − 2 𝑐 √𝐾𝑎 𝐻 (2.37)
2𝑐
𝐻𝑐 = (2.38)
𝛾√𝐾𝑎
ᶲ
𝐾𝑎 = 𝑡𝑔2 (45𝑜 − 2) (2.39)
4. Tulangan Pelat
Perencanaan penulangan merupakan tahap yang paling penting
bagi sebuah proyek gedung yang mengunakan beton bertulang, begitu
pula dengan perencanaan penulangan pelat lantai. Hal ini dikarenakan
beton lemah akan gaya tarik sehingga memerlukan tulangan yang
berfungsi sebagai penahan gaya tarik guna membantu kerja dari beton.
Pelat merupakan struktur kaku dari material monolit yang mungkin
bertulangan dua atau satu arah saja tergantung sistem strukturnya
(Sugianto,2014).
40
a. Konstruksi Pelat Satu Arah (One Way Slab)
41
𝑀𝑢
b. .. (2.41)
𝑏𝑥𝑑𝑥 2
Dimana :
ρ 1,4
min =𝑓𝑦 (2.42)
Dimana :
ρ
= Rasio Tulangan
𝑓𝑦 = Mutu Baja
Dimana:
𝛽-1.= Faktor Reduksi
,𝑓-𝑐. = mutu beton
ρ
maks = 0,75 x ρ balance (2.44)
𝑀
𝑅𝑛= (2.45)
𝜑𝑋𝑏𝑋𝑑 2
𝑓𝑦
𝑚= (2.46)
0,85 𝑥 ,𝑓−𝑐.
ρ 1 2𝑥𝑚𝑥𝑅𝑛
perlu = 𝑚 𝑥 [1 − √1 − ] (2.47)
𝑓𝑦
42
e. Mencari jumlah tulangan
𝐴𝑠
n= (2.49)
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
2.10 SAP2000
Dalam merencanakan konstruksi baja dapat menggunakan software
berupa SAP 2000 untuk mempermudah dalam pengerjaan struktur
kontruksi baja. Berikut merupakan langkah – langkah dalam
merencanakan kontruksi baja menggunakan SAP 2000 (Modul
SAP2000,2017):
1. Membuka aplikasi SAP 2000 v11, akan muncul tampilan awal.
43
3. Menentukan satuan “ KN, m, C” dan memilih “Grid Only” pada
jendela kerjamNew Model.
4. Kemudian akan muncul jendela kerja Quick Grid Lines dan mengisikan
jumlah garis vertikal (x) pada “Number of Grid Lines” bagian “X
direction” dan jumlah garis horizontal (z) pada bagian “Z direction”.
Sementara pada “Grid Spacing” mengisi ukuran masing-masing grid
sesuai sumbunya.
44
5. Kemudian akan muncul tampilan Grid awal.
45
7. Setelah muncul jendela kerja Define Materials, memilih Add New
Material – OK.
46
9. Memasukkan data sesuai Tabel
47
11. Kemudian pilih pengaturan dan klik define lalu section properties,
selanjutnya frame section lalu pilih add new properties.
48
13. Selanjutnya memasukkan frame section pada bagian balok dan kolom
49
15. Mengambar frame section dengan menuju menu kemudian pilih draw.
16. Untuk membuat tumpuan kembali ke menu dan pilih assign lalu klik
joint dan restraint.
50
18. Kemudian pilih menu analysis dan klik run analysis.
19. Untuk melihat hasil analysis dari program SAP 2000 pilih menu
kemudian display lalu pilih show force/streses selanjutnya pilih
frame/cables.
51
52
BAB 3
METODE PENELITIAN
MULAI
Identifikasi Masalah
53
A
PERUMUSAN MASALAH :
1. Bagaimana karateristik air limbah pada Industri Kecap, Saos, dan Permen Ting-
Ting Jahe?
2. Bagaimana pengolahan teknologi pengolahan air limbah yang tepat pada Industri
Kecap, Saos, dan Permen Ting-Ting Jahe?
3. Bagaimana perancangan instalasi pengolahan air limbah pada Industri Kecap, Saos,
dan Permen Ting-Ting Jahe?
4. Bagaimana detail gambar IPAL pada Industri Kecap, Saos, dan PermenTing-Ting
Jahe?
STUDI LITERATUR :
1. Baku Mutu
2. Teknologi Pengolahan
3. Unit Pengolahan IPAL
4. Konstruksi IPAL
PENGUMPULAN DATA
SELESAI
54
3.2 Identifikasi Permasalahan
3.2.1 Latar Belakang
1) Limbah Produksi Kecap, Saos dan Permen Ting Ting Jahe Berpotensi
Mencemari Lingkungan.
Limbah cair yang dihasilkan berasal dari proses produksi. Dari
limbah industi ini tidak diolah namun di buang secara langung ke badan
air. Pemantauan kualitas air yang berpotensi mencemari lingkungan
sekitar.
2) Industri Belum Memiliki IPAL
Limbah cair langsung dibuang ke selokan didalam lokasi usaha
yang menuju kesaluran tepi jalan airlangga terdapat 2 saluran.
Membedakan antara saluran air hujan dan saluran air limbah. Kedua
saluran ini harus dipisah dan tidak perlu dicampur. Membuat IPAL untuk
mengolah limbah cair (DPLH,2018).
3) Effluent Tidak Memenuhi Baku Mutu.
Dari hasil data laboratorium yang mengacu pada baku mutu limbah
cair industri saos yang tertera pada Pergub Jatim No. 72 Tahun 2013
Tentang Baku Mutu Bagi Limbah Cair Industri tercantum pada Tabel 3.1
berikut ini :
Tabel 3. 1Hasil Laboratorium Awal
Baku Memenuhi
Parameter Satuan Hasil Analisa Metode Analisa
Mutu Baku Mutu
pH - - 3,83 p H meter -
TSS mg/L 100 1840 Gravimetri Tidak
BOD mg/L 100 2397,5 Winkler Tidak
COD mg/L 250 6048,47 Reflux/Tetrimetri Tidak
Sumber : Hasil Analisa, 2018
55
2) Tercantum pada DPLH industri kecap, saos dan permen ting-ting ini baku
mutu yang gunakan sebagai acuan adalah baku mutu limbah cair domestik
yang terdapat pada Pergub Jatim No. 72 tahun 2013 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Industri.
56
3.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari peneliti secara
langsung ke kondisi eksisting berdasarkan pengamatan dan mengukuran
langsung di lapangan. Data primer yang diperlukan dalam perancangan ini
teridiri dari karakteristik air limbah serta kondisi di wilayah pabrik.
Kondisi pada pabrik yang diperlukan adalah ketersediaan lahan yang ada
untuk perancangan, operasional pabrik, pengolahan limbah yang ada, serta
lokasi sungai atau drainase sekitar pabrik.
1. Sampling dan Analisis Karakteristik Air Limbah
Sampling air diperlukan untuk mengetahui karakteristik kimia
yang ada dalam air limbah pabrik kecap, saos, dan ting ting jahe halus.
Berdasarkan SNI 6989.59:2008 sampling limbah mempertimbangkan ada
atau tidaknya bak ekualisasi atau bak penampung limbah di lokasi pabrik.
Selain itu pertimbangan lain yang diperlukan adalah proses pembuangan
limbah berlangsung secara kontinyu atau batch. sampling pada industri ini
dilakukan secara komposit gabungan waktu dengan cara mengambil
contoh air limbah pada saluran pembuangan limbah pabrik. Sampel air
yang diperoleh selanjutnya dianalisa di Laboratorium.
2. Lokasi Titik Sampling dan Sungai
Survey lokasi titik sampling dan sungai diperlukan untuk
mengetahui kondisi sesunguhnya yang digunakan untuk menunjang
perencanaan IPAL. Menentukan titik sampling ini berdasarkan SNI
6989.59:2008. Survey dilakukan untuk melihat kondisi sebenarnya
dilapangan.
Teknik sampling dilakukan berdasarkan SNI 6989.59:2008. Cara
yang digunakan untuk pengambilan sampling yaitu adalah komposit
gabungan waktu. Pengambilan sampling pada limbah cair yang tidak
memiliki bak ekualisasi dengan sistem batch, pengunaan komposit
gabungan waktu dan tempat, pengambilan tiap 1 jam sekali selama 8 jam
operasional pabrik. Tempat pengambilan sampelterdapat pada Gambar
3.2. Pemilihan lokasi pengambilan sampling berdasarkan arah aliran air
sebelum dibuang ke badan air.
57
3. Ketersediaan Lahan dan Layout Pabrik
Ketersediaan lahan menjadi salah satu faktor agar perancangan
yang dilakukan dapat diimplementasikan. Dalam industri ini memiliki
lahan seluas 1420 m2 (DPLH,2018). Hal ini disebakan karena setiap unit
pengolahan yang direncanakan akan memakai sejumlah luasan lahan.
Sehingga perlu diketahui berapa luasan lahan yang tersedia agar seluruh
unit yang didesain dapat dibangun dengan lahan yang cukup.
Gambar denah dan layout pabrik diperlukan untuk memberikan
gambaran perencana mengenai tata letak bangunan serta lahan yang
tersedia untuk pembangunan IPAL. Gambar denah memberikan informasi
mengenai tata letak bangunan serta fungsi dari bangunan yang ada.
Sedangkan layout pabrik memberikan gambaran mengenai letak pabrik
terhadap sekitarnya. Sehingga dapat diperkirakan juga lokasi badan air
yang ada disekitar pabrik.
Informasi mengenai ketersediaan lahan dan juga layout pabrik
membantu perencana dalam menentukan alternatif pengolahan yang tepat.
Selain itu dengan mengetahui lahan yang akan digunakan dapat membantu
dalam pengembahan layout atau tata letak unit yang telah didesain.Berikut
gambar layout lokasi dan titik sampling :
58
Gambar3.2 Lokasi Perencanaan IPAL dan Lokasi Titik Sampling
Sumber : Hasil Survey
Keterangan : : Lokasi Perencanaan
: Titik Sampling
59
berdasarkan lokasinya yang terletak dekat dengan badan air sungai jalan
airlangga dan juga memilik akses yang mudah untuk operasional dan
maintenance. Lahan yang tersedia untuk untuk lahan IPAL 103,5 m2.
Lahan yang digunakan untuk IPAL adalah 55,5 m2.
4. Pengambilan Kuantitas Air Limbah
Kuantitas dinyatakan dengan debit air limbah. Debit air limbah
dari proses produksi berfluktuasi, sebanding dengan kapasitas produksi.
Data debit yang dibutuhkan dalam perencanaan instalasi pengolahan
meliputi debit air limbah rata-rata, minimum, dan maksimum.
Data variasi debit diperlukan juga untuk menentukan kapasitas
instalasi apabila terjadi kenaikan produksi yang menyebabkan kenaikan
jumlah air limbah. Hal ini ditujukan agar instalasi tetap dapat mengolah air
limbah apabila sewaktu-waktu kapasitas naik.Pengukuran kuantitas air
limbah dilakukan menggunakan alat ukur debit mekanis yang dipasang
pada saluran akhir.
5. Jam Operasional Pabrik
Lama operasional pabrik memberikan informasi kepada perencana
mengenai lama limbah yang dihasilkan oleh suatu proses produksi.
Informasi ini juga memberikan gambaran jam puncak pemakaian air.
Sehingga membantu perencana untuk memperoleh nilai faktor puncak
untuk unit yang akan direncanakan. Pabrik ini beroprasi pada pukul 07.00-
17.00, jam masuk setiap hari senin hingga jumat.
Informasi mengenai jam operasional juga membantu perencana
dalam mendesain unit IPAL seperti equalization tank.Hal ini diperlukan
agar desain dari unit tersebut tidak terlalu besar maupun terlalu kecil.
6. Lokasi Badan Air Terdekat
Informasi lokasi badan air penerima diperlukan untuk mengetahui
letak pipa effluent IPAL yang akan direncanakan. Badan air penerima
dapat berupa sungai maupun saluran drainase yang cukup besar serta dapat
menampung debit effluent yang dihasilkan.
Informasi badan lokasi badan air diperoleh melalui pengamatan
pada sekitar area pabrik sehingga dapat diketahui letak badan air tersebut.
60
Badan air terletak pada depan pabrik menuju ke Sungai Kresek lalu
berakhir di Sungai Brantas Kota Kediri.
61
Gambar 3. 3 Data Boring
Sumber : Dinas Penanaman Modal Kota Kediri
2. Data sekunder karakteristik
Data sekunder karakteristik limbah kecap, saos, dan permen ting
ting jahe mengunakan industri yang memiliki kesamaan bahan baku. Pada
data sekunder ini mengunakan karakteristik limbah tahu yang memiliki
bahan dasar sama seperti kecap yaitu kedelai.
3.5 Analisis dan Pembahasan
Pengolahan data dilakukan setelah data-data yang dibutuhkan telah
dikumpulkan. Adapun pengolahan data yang dilakukan meliputi :
1. Perhitungan debit air limbah dan analisa karakteristik air limbah pabrik
kecap, saos, dan ting ting jahe.
62
Debit perancangan diperoleh dari pendekatan dilapangan air
buangan yang dimiliki oleh pabrik. Dari data penggunaan air
selanjutnya dihitung penggunaan air rata-rata dari pabrik tersebut.
Selain itu dihitung pula debit puncak dari pabrik tersebut yang akan
digunakan dalam desain.
2. Penetapan baku mutu effluent air limbah yang disesuaikan
dengan Pergup Jatim No. 72 Tahun 2013tentang Baku Mutu Limbah
Cair Industri.
Air limbah akan di uji dengan mengunakan baku mutu yang
mengacu pada Pergup Jatim No. 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Industri, sebagai data penentu unit IPAL untuk industri
kecap, saos, dan permen ting-ting jahe. Penaatan baku mutu ini agar
nantinya air yang dibuang ke badan air bisa sesuai dengan parameter
yang telah di tetapkan.
Hasil laboratorium mengenai kualitas kimiawi limbah cair
selanjutnya dibandingkan dengan baku mutu. Nilai baku mutu yang
digunakan dalam perancangan ini adalah Pergup Jatim No. 72 Tahun
2013 tentang Baku Mutu Limbah Cair Industri. Setelah mengetahui
nilai polutan yang perlu disisihkan dapat diketahui pula berapa
tahapan pengolahan yang diperlukan.
3. Penetapan Alternatif Pengolahan Berdasarkan Data Kualitas dan
Kuantitas
Alternatif pengolahan ditetapkan setelah menganalisa data
kualitas, kuantitas dan hasil analisa penelitian pendahuluan. Alternatif
pengolahan juga disusun secara berangkai dimana alternatif
pengolahan dimulai dari pengolahan tahap pertama (fisik-kimia)
dilanjutkan dengan pengolahan tahap kedua.
4. Penetapan kriteria desain sesuai dengan pustaka textbook dan jurnal.
Kriteria perancangan yang digunakan diambil dari textbook
seperti Metcalf And Eddy (2003). Kriteria lain yang diambil juga
berasal dari jurnal-jurnal terkait pengolahan air limbah cair. Kriteria
perancangan yang digunakan untuk tiap unit disajikan pada subbab
63
Kriteria Desain di BAB II Tinjauan Pustaka. Kriteria desain ini
menjadi acuan untuk menentukan dimensi yang akan di butuhkan oleh
unit IPAL.
5. Penetapan pengolahan yang akan digunakan.
Dengan mempertimbangkan aspek perawatan yang mudah dan
tepat guna dengan karakteristik air limbah dengan unit pengolahan
yang dirancang.
6. Perhitungan dimensi unit pengolahan yang telah ditetapkan
berdasarkan kriteria desain menggunakan excel.
Perhitungan ditetapkan dilakukan berdasarkan pada kriteria
desain yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan literatur.
Adapun hal yang perlu dihitung dari setiap bangunan terkait dengan
dimensi baik bangunan maupun saluran serta aspek hidrolika yang ada
pada bangunan tersebut (kecepatan saluran, kecepatan dalam
bangunan, dll). Selain itu dalam perhitungan juga perlu dilakukan
perhitungan baik terhadap kebutuhan pompa (jika diperlukan) serta
peralatan tambahan yang perlu ditambahkan dalam bangunan (misal:
media filter).
7. Penggambaran DED (Detail Engineering Design) masing-masing unit
berdasarkan perhitungan menggunakan AutoCAD 2007.
Gambar detail merupakan tahap selanjutnya setelah dilakukan
perhitungan dimensi unit pengolahan. Dalam gambar detail perlu
digambarkan bentuk dari unit pengolahan secara jelas baik bentuk dan
ukuran unit bangunan.
a. Desain tiap unit bangunan.
b. PID untuk unit alternatif dan unit yang akan digunakan.
8. Pengambaran struktur bangunan dengan mengunakan SAP2000
Pengambaran mengunakan SAP2000 untuk membantu
menentukan perhitungan perencanaan struktur yang ada pada
perencanaan IPAL ini. Hasil dari SAP2000 ini akan mendapatkan
momen yang selanjutnya dijadikan untuk menghitung tulangan..
64
3.6 Analisis Hasil Perancangan
Hasil dan pembahasan digunakan untuk memperjelas data yang telah
diolah. Hasil dan pembahasan meliputi aspek teknis dan biaya yang terdiri
dari :
1. Karakteristik limbah cair Industri Kecap, Saos, dan Permen Ting-Ting
Jahe.
2. Analisa dari perencanaan IPAL Industri Kecap, Saos, dan Permen
Ting-Ting Jahe.
3. Perhitungan dimensi dan konstruksi perencanaan IPAL Industri Kecap,
Saos, dan Permen Ting-Ting Jahe.
4. Detail Engineering Design (DED) Instalasi Pengolahan Air Limbah
Industri Kecap, Saos, dan Permen Ting-Ting Jahe.
3.7 Kesimpulan
Kesimpulan merupakan jawaban dari tujuan perancangan.:
1 Karakteristik limbah cair Industri Kecap, Saos, Dan Permen Ting-
Ting Jahe.
2 Alternatif pemilihan unit IPAL.
3 Desain unit yang digunakan di IPAL yang sesuai dengan karakteristik
limbah Industri Kecap, Saos, Dan Permen Ting-Ting Jahe.
4 Gambar DED IPAL Industri Kecap, Saos, Dan Permen Ting-Ting
Jahe.
65
4.7 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini memiliki jadwal terdapat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Bulan Ke-
No Kegiatan 1 2 3 4 5 6
1 Identifikasi Masalah
2 Perumusan Masalah
3 Studi Literatur
4 Pengumpulan Data
Data Primer
- Ketersediaan Lahan
- Layout Pabrik
Data Sekunder
- Data Sondir
5 Pengujian Sampling
Penentuan Unit Pengolahan Berdasarkan
6
Hasil Analisa
7 Penentuan Dimensi IPAL
8 Pengambaran DED
- AUTOCAD 2D
- SAP2000
66
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
67
Tabel 4. 2 Fluktuasi Air Limbah
Limbah Volume Limbah Volume Air Limbah Volume Air
No Jam Masuk Komulatif MasukRata-Rata Tiap Jam Limbah Rata-Rata
Komulatif
(m3/Jam) (m3/hari) (m3/jam) (m3/hari)
1 06.00-07.00 1,8 1,8 1,5154167 1,51541667
2 07.00-08.00 2,29 4,09 1,5154167 3,03083333
3 08.00-09.00 2,9 6,99 1,5154167 4,54625
4 09.00-10.00 3,95 10,94 1,5154167 6,06166667
5 10.00-11.00 4,07 15,01 1,5154167 7,57708333
6 11.00-12.00 2,64 17,65 1,5154167 9,0925
7 12.00-13.00 4,05 21,7 1,5154167 10,6079167
8 13.00-14.00 2,86 24,56 1,5154167 12,1233333
9 14.00-15.00 3,2 27,76 1,5154167 13,63875
10 15.00-16.00 2,67 30,43 1,5154167 15,1541667
11 16.00-17.00 3,44 33,87 1,5154167 16,6695833
12 17.00-18.00 2,5 36,37 1,5154167 18,185
13 18.00-19.00 0 36,37 1,5154167 19,7004167
14 19.00-20.00 0 36,37 1,5154167 21,2158333
15 20.00-21.00 0 36,37 1,5154167 22,73125
16 21.00-22.00 0 36,37 1,5154167 24,2466667
17 22.00-23.00 0 36,37 1,5154167 25,7620833
18 23.00-24.00 0 36,37 1,5154167 27,2775
19 24.00-01.00 0 36,37 1,5154167 28,7929167
20 01.00-02.00 0 36,37 1,5154167 30,3083333
21 02.00-03.00 0 36,37 1,5154167 31,82375
22 03.00-04.00 0 36,37 1,5154167 33,3391667
23 04.00-05.00 0 36,37 1,5154167 34,8545833
24 05.00-06.00 0 36,37 1,5154167 36,37
1,5154167 36,37 1,5154167 36,37
Sumber : Hasil Analisa.2018
68
Gambar 4. 1 Alternatif 1
69
Gambar 4. 2 Alternatif 2
70
Gambar 4. 3 Alternatif 3
71
1. Alternatif 1
Pada gambar diagram alir alternatif 1 mengunakan unit Anaerobic Baffle
Reactor dan mengunakan Extended Aeration. Pemilihan unit pengolahan pada
alternatif 1 dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4. 3Dasar Pemilihan Alternatif 1
No. Unit Dasar
1. Barscreen Menyisihkan air limbah dari serabut, batang, daun ketela, dan ketela
2. Bak Ekualisasi Bertujuan menghomogenisasi debit dan konsentrasi air limbah.
3. pHair limbah rendah (pH=3,8),sehingga memerlukan proses netralisasi
Bak Netralisasi
sebelum memasuki proses biologis.
4. Mengolah air limbahdengan proses anaerob untuk menurunkan
Anaerobic Baffle
konsentrasi COD dan BOD yang tinggi, mengunakan ABR supaya
Reactor
beban yang masuk ke aerasi tidak besar.
5. Mengolah air limbah dengan proses aerob untuk menurunkan
Extended Aeration konsentrasi COD dan BOD dengan konsentrasi moderat, dengan
pengolahan aerobik yang memiliki waktu lebih cepat.
6. Bak Sedimentasi Memisahan supernatan dengan lumpur aktif secara gravitasi.
Sumber : Analisis Penulis,2019
2. Alternatif 2
Pada gambar diagram alir alternatif 2 mengunakan Biofilter Anaero-Aerob.
Pemilihan unit pengolahan alternatif 2 dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4. 4 Dasar Pemilihan Alternatif 2
No. Unit Dasar
1. Barscreen Menyisihkan air limbah dari serabut, batang, daun ketela, dan ketela
2. Bak Ekualisasi Bertujuan menghomogenisasi debit dan konsentrasi air limbah.
pH air limbah rendah (pH=3,8), sehingga memerlukan proses
3. Bak Netralisasi
netralisasi sebelum memasuki proses biologis.
Mengolah air limbah dengan proses anaerob untuk menurunkan
konsentrasi COD dan BOD yang tinggi, pengunaan biofilter
4. Biofilter Anaerob
anaerob merupakan proses awal agar beban tidak telalu besar
masuk ke biofilter aerob.
Mengolah air limbah dengan proses aerob untuk menurunkan
5. Biofilter Aerob konsentrasi COD dan BOD dengan konsentrasi moderat, dengan
pengolahan aerobik yang memiliki waktu lebih cepat.
6. Bak Sedimentasi Pemisahan supernatan dengan lumpur aktif secara gravitasi.
Sumber : Analisis Penulis,2019
72
3. Alternatif 3
Pada gambar diagram alir alternatif 3 mengunakan unit UASB dan
mengunakan Activated Sludge. Pemilihan unit pengolahan pada alternatif 3dapat
dilihat pada Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4. 5Dasar pemilihan Alternatif 3
No. Unit Dasar
Menyisihkan air limbah dari serabut, batang, daun ketela, dan
1. Barscreen
ketela
Bak Bertujuan menghomogenisasi debit dan konsentrasi air limbah.
2.
Ekualisasi
Bak pH air limbah rendah (pH=3,8), sehingga memerlukan proses
3.
Netralisasi netralisasi sebelum memasuki proses biologis.
Mengolah air limbah dengan proses anaerob untuk menurunkan
4. UASB konsentrasi COD dan BOD yang tinggi. Pengunaan teknologi
baru yang cocok mengurangi beban organik limbah.
Mengolah air limbah dengan proses aerob untuk menurunkan
Activated
5. konsentrasi COD dan BOD dengan konsentrasi moderat.
Sludge
Pengolahan yang meremoval lebih cepat.
Bak Pemisahan supernatan dengan lumpur aktif secara gravitasi.
6.
Sedimentasi
Sumber : Analisis Penulis,2019
Berdasarkan hasil perhitungan neraca massa (Lampiran 1), tiga alternatif
perencanaan dapat memenuhi konsentrasi parameter berdasarkan peraturan
Gubernur Jatim Nomer 72 Tahun 2013. Hasil perhitungan neraca massa dari
ketiga alternatif perencanaan dapat dilihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4. 6Hasil Perhitungan Neraca Massa Dari Ketiga Alternatif Perencanaan
Tipe Pengolahan COD BOD TSS Memenuhi BM
mg/L mg/L mg/L
Baku Mutu 250 100 100 -
Alternatif 1 177,32 59,49 69 Ya
Alternatif 2 105,85 41,96 23 Ya
Alternatif 3 114,32 65,45 8,28 Ya
Sumber : Analisa Data,2019
73
Berdasarkan hasil perhitungan neraca massa semua alternatif memenuhi
baku mutu yang sesuai dengan Peraturan Gubernur Jatim Nomer 72 Tahun 2013.
Perbandingan beberapa aspek untuk semua alternatif dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4. 7 Perbandingan Alternatif Perencanaan ditinjau dari Berbagai Aspek
ASPEK ALTERNATIF 1 ALTERNATIF 2 ALTERNATIF 3
Kualitas Effluen G G G
Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil
perhitungan neraca perhitungan neraca perhitungan neraca
Keterangan
massa efluen sudah massa efluen sudah massa efluen sudah
memenuhi baku mutu. memenuhi baku mutu. memenuhi baku mutu.
Kebutuhan Lahan AV AV AV
Kebutuhanlahan cukup Kebutuhan lahan cukup Kebutuhan lahan cukup
Keterangan besar dikarenakan besar dikarenakan besar dikarenakan
terdapat unit anaerob. terdapat unit anaerob. terdapat unit anaerob.
Kemudahan Operasi AV G AV
Membutuhkan seorang Unit tidak memerlukan Membutuhkan seorang
operator yang dapat seorang operator yang operator yang dapat
Keterangan melakukan pengecekan rutin karena operasinya melakukan pengecekan
rutin dan maintance. mudah. rutin dan maintance.
Kemudahan
Pemeliharaan untuk AV P P
proses anaerobik
Pemeliharaan relatif Pemeliharaan filter yang Ketidakstabilan dalam
mudah, karena tidak terbuat dari sarang tawon perawatan dikarenakan
Keterangan diperlukan pemantauan akan susah mendeteksi sistem hidrolik yang
harian. rusaknya filter bagian kompleks.
tengah maupun bawah.
Kebutuha Listrik AV AV AV
Dalam unit pengolahan Dalam unit pengolahan Dalam unit pengolahan
memerlukan blower, memerlukan blower, memerlukan blower,
aerator diffuser, pompa, aerator diffuser, pompa, aerator diffuser, pompa,
Keterangan
dll yang memerlukan dll yang memerlukan dll yang memerlukan
listrik yang cukup listrik yang cukup banyak. listrik yang cukup
banyak. banyak.
Kemudahan
Pemantauan Proses G p G
untuk proses aerobik
Pengecekan lumpur aktif Diperlukan pemantauan Pengecekan lumpur aktif
dan bakteri dapat proses khusus untuk unit dan bakteri dapat
dilakukan setiap hari biofilter aerob-anaerob dilakukan setiap hari
Keterangan dengan mudah. dengan mudah.
seperti bakteri yang
menempel pada media
filternya.
Sumber : Analisa Data,2019
Keterangan :
VG : sangat bagus ; G : bagus ; AV : Lumayan ; P : kurang bagus
Penentuan unit akan memperhatikan beberapa aspek yang berpengaruh di
operasional unit IPAL, berdasarkan pertimbangan alternatif 1 dipilih, karena
74
keunggulannya pada proses operasional, pemeliharaan, dan kemudahan
pemantauan proses. Jadi, dalam penelitian ini akan dirancang unit barscreen, bak
ekualisasi, tangki netralisasi, bak anaerobic baffle reactor, bak extended aeration,
dan clarifier.
4.3.1 Barscreen
Bar Screen berfungsi untuk menyisihkan benda-benda kasar yang
melayang, sehingga tidak mengganggu pengoperasian unit pengolahan
selanjutnya.Banyaknya kotoran yang tertahan pada bar screen akan meningkatkan
kehilangan tekanan sehingga perlu dibersihkan. Pembersihan dapat dilakukan
secara manual maupun mekanis. Pemilihan tergantung dari beban yang diterima,
jika beban berat dapat menggunakan peralatan mekanis yang bekerja secara
otomatis, sedangkan beban yang relatif ringan dapat dilakukan secara manual.
Screen
Y1 V1 Vb V2 Y2
Gambar 4. 4Barscreen
75
a. Direncanakan
1. Debit pengolahn = 0,0015 m3/detik
2. Lebar satuan intake (L) = 0,4 m
3. Kisi berbentuk bulat lingkaran (β) = 1,79
4. Diameter yang direncanakan (w) = 0,015 m
5. Jarak bukaan antar batang (b) = 0,025 m
6. Kemiringan kisi (α) = 60
7. Gravitasi (g) = 9,81
8. Sloope (S) = 0,00903
9. kekasaran (n) = 0,013
b. Perhitungan
1. Kedalaman sebelum screen (Y1)
𝑄𝑥𝑛 𝑌1
=
𝑆 1/2 (2𝑌1 + 1)5/3
0,0015 𝑥 0,013 𝑌1
0,5
=
000903 (2𝑌1 + 1)5/3
𝑌1
0,0002 =
(2𝑌1 + 1)5/3
0,025
𝑌1 =
0,95
𝑌1 = 0,0263158 𝑚
76
3. Jumlah Batang (n)
𝐿 = 𝑛 𝑥 𝑤 + [(𝑛 + 1) 𝑥 𝑏]
0,4 = 𝑛 𝑥 0,015 + [(𝑛 + 1) 𝑥 𝑏]
0,4 = 0,015𝑛 + 0,025𝑛 + 0,025
0,375 = 0,04 𝑛
𝑛 = 9,375 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔
77
8. Kehilangan tekanan melalui screen (hv)
ℎ𝑣 .2
ℎ𝑣 =
2𝑔
0,20362
ℎ𝑣 =
2 𝑥 9,81
ℎ𝑣 = 0,00043008 𝑚
9. Headloss bar
𝑤
𝐻𝐿 = 𝛽 𝑥 ( ) .4/3 𝑥 ℎ𝑣 𝑥 sin 𝛼
𝑏
0,015 4
𝐻𝐿 = 1,79 𝑥 ( ) . 𝑥 0,00043 𝑥 0,87
0,025
𝐻𝐿 = 0,000338 𝑚
𝐻𝐿 = 0,03 𝑐𝑚
10. Ketinggian air setelah bar (Y2)
𝑌2 = 𝑌1 𝑥 𝐻𝐿
𝑌2 = 0,0263 − 0,00034
𝑌2 = 0,026 m
11. Keceptan setelah melewati screen (v2)
𝑄
𝑉2 =
𝐿 𝑥 𝑌2
0,0015
𝑉2 =
0,4 𝑥 0,026
𝑉2 = 0,14 𝑚/𝑑𝑡𝑘
78
Tabel 4. 9 Data Volume Bak Ekualisasi
Debit Volume Air Volume Air
Volume Limbah Storage
Limbah Limbah Rata- Limbah Rata-
No Jam Komulatif Komulatif
Masuk Rata Tiap Jam Rata Komulatif
3
Masuk (m /hari) (m3/hari)
(m3/Jam) (m3/jam) (m3/hari)
1 06.00-07.00 1,800 1,800 1,515 1,515 0,285
2 07.00-08.00 3,950 5,750 1,515 3,031 2,435
3 08.00-09.00 2,900 8,650 1,515 4,546 1,385
4 09.00-10.00 2,290 10,940 1,515 6,062 0,775
5 10.00-11.00 4,070 15,010 1,515 7,577 2,555
6 11.00-12.00 2,640 17,650 1,515 9,093 1,125
7 12.00-13.00 4,050 21,700 1,515 10,608 2,535
8 13.00-14.00 2,860 24,560 1,515 12,123 1,345
9 14.00-15.00 3,200 27,760 1,515 13,639 1,685
10 15.00-16.00 2,670 30,430 1,515 15,154 1,155
11 16.00-17.00 3,440 33,870 1,515 16,670 1,925
12 17.00-18.00 2,500 36,370 1,515 18,185 0,985
13 18.00-19.00 0,000 36,370 1,515 19,700 -1,515
14 19.00-20.00 0,000 36,370 1,515 21,216 -1,515
15 20.00-21.00 0,000 36,370 1,515 22,731 -1,515
16 21.00-22.00 0,000 36,370 1,515 24,247 -1,515
17 22.00-23.00 0,000 36,370 1,515 25,762 -1,515
18 23.00-24.00 0,000 36,370 1,515 27,278 -1,515
19 24.00-01.00 0,000 36,370 1,515 28,793 -1,515
20 01.00-02.00 0,000 36,370 1,515 30,308 -1,515
21 02.00-03.00 0,000 36,370 1,515 31,824 -1,515
22 03.00-04.00 0,000 36,370 1,515 33,339 -1,515
23 04.00-05.00 0,000 36,370 1,515 34,855 -1,515
24 05.00-06.00 0,000 36,370 1,515 36,370 -1,515
Rata-Rata 1,515 36,370 1,515 36,370
Sumber : Analisa Data,2019
a. Direncanakan
79
= 4,07 m3
𝑉
2. A =𝐻
4,07 𝑚3
A = 1,5 𝑚
= 2,71333 m2
3. P : L =1:1
L = 1,64722 m ≈ 1,7 m
80
𝑚𝑜𝑙 𝐿
11,5 𝑥 (36370 𝑥 10−7 )
𝐿 ℎ𝑎𝑟𝑖
V basa = 𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑜𝑙
(1 + 0,000316228 )
𝐿 ℎ𝑎𝑟𝑖
V basa = 11,49 L
Ca(OH)2 Ca2+ 2OH-
mol basa = 11,49mol
n OH =2
Mr Ca(OH)2 = 56 g/mol
11,49
mol OH = 2
81
Gambar 4. 5 Tangki Dosing
Sumber : alibaba,2019
82
Gambar 4. 7 Dosing Pump
Sumber : alibaba,2019
Gambar 4. 8 Mixer
Sumber : alibaba,2019
83
2.Tangki Nertralisasi
Tangki netralisasi digunakan untuk mencampurkan basa CaCO3 dengan air
limbah sebelum memasuki proses selanjutnya. Bubuk CaCO3 sebelumnya di
larutkan pada tangki dosing. Pada Tabel 4.11 menunjukan data-data perencanaan
tangki netralisasi.
Tabel 4. 12 Perencanaan Tangki Netralisasi
PARAMETER SIMBOL BESARAN SATUAN KRITERIA
0,5 – 6 menit
Waktu Detensi 6 menit (Metcalf &
Eddy, 1979)
Rasio Tinggi Dengan Diameter
1,1
Tangki
Kecepatan Putar Mixer n 100 rpm
Viskositas Air Pada 28o C µ 1,746 x 10 -5
lb.s/ft2
Direncanakan
N
0,8363 x 10-3
detik/m2
Kecepatan Gradien G 300 per detik
Mixer Low Shear Hydrofoil 4 Blade Np 0,6
a. Perhitungan dimensi
Q = 36,37 m3/hari
= 1,515416667 m3/jam
= 0,025256944 m3/menit
= 0,000420949 m3/detik
Td rencana = 360 detik
= 6 menit
Volume (V) = Q x td
= 0,176798611 m3
Tinggi bak = 1,1 panjang bak (dewiandratika,2011)
1
V = 4x 3,14 x d2 x t
84
H total = 0,8 m
b. Menghitung daya yang dibutuhkan untuk pengadukan
P = G2 x n x V
= 13,34369838 N-m/det
= 13,30 w
= 9,842 ft lb/s
𝑃
D =( 𝑁 3
)1/5
𝑝xᵨxn
9,842
= (0,6 x 62,4 x )1/5
1,6673
= 0,13 ft
= 0,039 m
𝐷
Cek rasio = 𝑇𝑒
0,039
= 0,63
= 2845776,04>10.000 turbulen
85
Direncanakan ABR tanpa ruang pengendapan
1. Jumlah unit = 1 buah
𝑚3
2. Qave = 1,51542 𝑗𝑎𝑚
𝑚3 𝑗𝑎𝑚
= 1,51542 𝑗𝑎𝑚 ∶ 3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑚3
= 0,00042 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑄
𝑎𝑣𝑒
3. Debit per unit = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑚3
0,00042
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 1 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑚3
= 0,00042 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑚
4. VUP rencana = 1,1 𝑗𝑎𝑚
𝑚 𝑗𝑎𝑚
= 1,1 𝑗𝑎𝑚 ∶ 3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑚
= 0,00031 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
5. HRT = 13 jam
6. Rasio lebar : panjang = 1:2
7. Jumlah kompartemen (n) =4
8. Volume total = 𝑄 𝑥 𝐻𝑅𝑇
𝑚3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,00042 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑥 13 𝑗𝑎𝑚 𝑥 3600 𝑗𝑎𝑚
= 19,70 𝑚3
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Volume kompartemen = 4
19,70 𝑚3
= 4
= 4,93 𝑚3
9. H kompartemen rencana = 1,5 m
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑎𝑟𝑡𝑒𝑚𝑒𝑛
10. A surface = 𝐻
4,93 𝑚3
= 1,5 m
= 3,28 𝑚2
11. Mencari L dari A surface, A = 2𝐿 𝑥 𝐿
3,28 𝑚2
= 𝐿2
2
86
L = 1,28129 𝑚
L ≈1,3 𝑚
= 3,9 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑎𝑟𝑡𝑒𝑚𝑒𝑛
≈4 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑎𝑟𝑡𝑒𝑚𝑒𝑛 (OK, 4-6 kompartemen
per BOD load)
15. Volume ABR = 𝑉𝑜𝑙. 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑎𝑟𝑡𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑎𝑟𝑡𝑒𝑚𝑒𝑛
= 5,07 𝑚3 𝑥 4
= 20,28 𝑚3
𝑄
16. Cek VUP = (𝑃𝑥𝐿)
𝑚3
0,00042
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= (2,6 𝑚 𝑥 1,3 𝑚)
𝑚 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,00013 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑥 3600 𝑗𝑎𝑚
𝑚
= 0,4549 𝑗𝑎𝑚 (OK 1,1 m/jam)
𝑉 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑎𝑟𝑡𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑥 𝑛
17. Cek HRT = 𝑄𝑎𝑣𝑒
5,07 𝑚3 𝑥 4
= 𝑚3
0,00042
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 46800 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ∶ 3600 𝑗𝑎𝑚
87
COD = 6048,47 mg/L
BOD = 2397,50 mg/L
𝑄 𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑂𝐷
BOD Overloading = (Christian,2006)
𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝐵𝑅
𝑚3 𝑘𝑔 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
0,00042 𝑥 2.397.500 3 𝑥 86400
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑚 ℎ𝑎𝑟𝑖
= 20,28 𝑚3
𝑘𝑔
= 4 𝑚3 .ℎ𝑎𝑟𝑖
88
Gambar 4. 9 Faktor Penyisihan BOD terhadap OrganicOverloading pada ABR Rencana
(sumber :Sasse,2009)
Gambar 4. 10 Grafik Penyisihan BOD terhadap Konsentrasi BOD pada ABR Rencana
(sumber :Sasse,2009)
Gambar 4. 11 Grafik Faktor Penyisihan BOD terhadap Temperatur pada ABR Rencana
(sumber :Sasse,2009)
89
Gambar 4. 12 Grafik Faktor Penyisihan BOD terhadap Jumlah Kompartemen pada ABR
(sumber :Sasse,2009)
90
• Berdasarkan Gambar 4.14 nilai f – COD = 0,97
c. Penentuan removal COD = % 𝑅𝑒𝑚𝑜𝑣𝑎𝑙 𝐶𝑂𝐷 𝑥 𝑓 𝐶𝑂𝐷
= 0,858 𝑥 0,97
= 83,2473
= 0,83247 %
Gambar 4. 15 Grafik Penyisihan TSS dan BOD terhadap Waktu Pengendapan ABR
(sumber :Sasse,2009)
f. Produksi lumpur
• Massa lumpur TSS = TSS removal x Qave
𝑘𝑔
70 3 𝑚3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑚
= 1000 𝑥 0,00042 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑥 86400 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔
= 2,5459 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑚3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑥 0,00042 𝑥 86400
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔
= 5,305 ℎ𝑎𝑟𝑖
91
• Massa lumpur total = massa lumpur BOD + massa
lumpur TSS
𝑘𝑔 𝑘𝑔
= 5,305 ℎ𝑎𝑟𝑖 + 2,5459 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔
= 7,8509 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑔
= 7850 ℎ𝑎𝑟𝑖
• Diasumsikan :
Kadar air lumpur = 1,50%
Massa jenis air = 1 g/L
Massa jenis padatan = 1,45 g/L
Massa jenis lumpur = (%air x massa jenis air) +
(%padatan x massa jenis padatan)
= (0,985 g/L x 1 g/L) + (0,01 x 1,45 g/L)
= 1,00675 g/L
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
Volume lumpur = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟
𝑔
7850
=1,00675ℎ𝑎𝑟𝑖
g/L
= 7798,26 L/hari
= 7,79826 𝑚3 /hari
19. Rekapitulasi dimensi ABR
a. Panjang per kompartemen = 2,6 m
b. Panjang total =10,4 m
c. Lebar = 1,3 m
d. Tinggi = 1,5 m
e. Freeboard = 0,3 m
f. Tinggi total = 1,8 m
92
Tabel 4. 14 Kriteria Desain Extended Aeration
Sludge Relation Time : 20-30 Hari
MLSS : 3000-6000 (mg/L)
MLVSS : 0,75-0,85 (kg/ m3 .hari)
Y : 0,3-0,7 mg/l
Kd : 0,03-0,07 hari
F/M : 0,03-0,07 hari
Recirculation Ratio : 0,5-2
Aeration Period : 18-36 jam
Volumetric Loading : 0,1-0,4
Kg/m3.hari
Sumber : Gesuidou Shisetsu Sekkei Shishin to Kaisetsu, Nihon Gesuidou Kyoukai
(Japan Sewage Work Assosiation)
Direncanakan
1. Menggunakan sistem complete mix aeration dengan diffused aeration
menggunakan 1 unit
2. tangki aerasi
3. Umur lumpur (qc) = 30 hari
4. X (mlss) = 6.000 mg/L
5. Mlvss / mlss = 0,75
6. Perbandingan panjang (P) : lebar (L) = 3:1
7. Kedalaman tangki (H) =4m
8. Y = 0,7 mg VSS/mg BOD5
9. Kd = 0,06 hari-1
10. Kelarutan oksigen di tangki aerasi (Cw') = 8 mg/L
11. Kelarutan oksigen dalam air bersih pada suhu standard 20 0C (Csw) = 9,1 mg/L
12. Jumlah minimum dissolved oxygen yang harus tersedia dalam tangki aerasi (C) =
2 mg/L
13. Faktor tekanan salinitas permukaan (b) = 0,9
14. Faktor koreksi transfer oksigen untuk air buangan (a) = 0,85
15. Faktor koreksi kelarutan oksigen untuk perbedaan ketinggian (Fa) = 0,95
16. Suhu air buangan (t) = 27
17. Berat udara = 1.201
18. Kandungan oksigen dalam udara = 21% kg/m3
93
19. Efisiensi difusi udara = 22%
20. Kebutuhan udara = 150% udara teoritis
21. Sistem difuser udara = mengunakan disc diffuser
22. Q yang direncanakan = 36,370 m3/hari
= 1.515 m3/jam
= 0,000420949 m3/detik
Perhitungan
1. BOD5 Influen (So) = 339,92 mg/L
2. BOD5 Effluen = 84,98 mg/L
𝑀𝐿𝑉𝑆𝑆
3. BOD5 Berupa Lumpur = BOD5 eff x ( 𝑀𝐿𝑆𝑆 ) x 0.68 x 1.42
0,075
= 84,98 mg/l x ( 6000 ) x 0,68 x 1.42
= 61,54207243 mg/L
4. BOD5 Terlarut (S) = BOD5 eff - BOD5 berupa lumpur
= 23,437 mg/L
𝐵𝑂𝐷5𝑖𝑛𝑓−𝐵𝑂𝐷5𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
5. Efisiensi BOD5 Terlarut Dalam Efluen = x 100%
𝐵𝑂𝐷5 𝑖𝑛𝑓
339,92 𝑚𝑔/𝑙 − 23,437 𝑚𝑔/𝑙
= x 100%
339,92 𝑚𝑔/𝑙
= 93,11 %
𝐵𝑂𝐷5𝑖𝑛𝑓−𝐵𝑂𝐷5 𝐸𝑓𝑓
6. Efisiensi BOD5 Terlarut Total = x 100%
𝐵𝑂𝐷5 𝑖𝑛𝑓
339,92 𝑚𝑔/𝑙 − 84,98 𝑚𝑔/𝑙
= x 100%
339,92 𝑚𝑔/𝑙
= 75%
𝑄
7. Q Tiap Tanki = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖
0,00042
= 1
= 0,000420949 m3/detik
= 36,37 m3/hari
(𝑄𝑏𝑎𝑘 𝑥 𝑞𝑐 𝑥 𝑌 𝑥 (𝑆𝑜−𝑆𝑒𝑓𝑓)
8. Volume Reaktor = (𝑋(1+𝑘𝑑.𝑞𝑐))
= 11,5890 m3
94
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
9. Luas Tanki = 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖
11,590
= 4
= 2,898 m2
= 3 m2
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 0,5
10. Lebar Tanki (L) =( )
3
3
= (3)0,5
=1m
= 1,5 m
11. Panjang Tanki (P) = lebar tangki x 3
= 4,5 m
=5m
(𝑃 𝑥 𝐿 𝑥 𝐻)
12. Td = ( 𝑄𝑡𝑎𝑛𝑘𝑖 𝑥 86400) 𝑥24
(5 𝑚 𝑥 1,5 𝑚 𝑥 4 𝑚
= ( 0,00042 𝑚3/𝑑𝑒𝑡 𝑥 86400) 𝑥24
= 0,07 hari-1(OK)
(𝑆𝑜 𝑥 𝑄)
14. Volumetric Loading = 𝑣
(339,92 𝑚𝑔/𝑙 𝑥 36,37 𝑚3/ℎ𝑎𝑟𝑖)
= 30 𝑚3
= 0,25
16. Px = Yobs x Qtiap tanki x (So-S)
= 0,25 x 36,37 m3/hari x ( 339,92 mg/l - 84,98
mg/l)
= 103 L/m3 x 1 kg/106 mg
95
= 2,877596536 kg/hari (MLVSS)
2,88 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖
17. MLSS = 0,8
= 3,59699567 kg/hari
𝑋
18. Qr/Q = 𝑋+𝑃𝑥
6000 𝑔/𝑚3
= (6000 𝑔/𝑚3 + 2,88 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖)
= 0,99952063 (OK)
𝑄𝑟
19. Debit Return Sludge (Qr) = x Q tiap tangki
𝑄
11,59 𝑚3
= 36,37 𝑚3/ℎ𝑎𝑟𝑖 x 24 jam
= 7,65 jam
Setelah desain tangki aerasi ditetapkan, selanjutnya dilakukan perhitungan
kebutuhan suplai udara. Perhitungan kebutuhan udara disajikan di bawah ini.
d. Kebutuhan Oksigen
((𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥 (𝑆𝑜−𝑆))
1. Kebutuhan Oksigen Teoritis = (0.68𝑥1000)) − (1.42𝑥𝑃𝑥)
((36,37 𝑥 (339,92−84,98))
= (0.68𝑥1000))
= -(1.42x2,87)
= 12,84085137 kg/hari
𝑁
2. Sor = [(𝐶′𝑠𝑤.𝑏.𝐹𝑎−𝐶)/𝐶𝑠𝑤] (1.024)𝑇−20 𝑎
12,84
= ((7,9𝑥0.9𝑥0.95)−2)
[ ]𝑥((1.024)28)−(200𝑥95)
9.15
= 21,91543455 kg.hari
𝑆𝑂𝑅
3. Kebutuhan Udara = (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑥 0.21)
21,92
= (1.201 𝑥 0.21)
96
𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
5. Kebutuhan Udara Teoritis = 𝑒𝑓𝑓𝑠 𝑑𝑖𝑓𝑢𝑠𝑖 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
86,89
= 0,22
= 394,9709035 m3/hari
6. Kebutuhan Udara Total = Kebutuhan udara teoritis x 1.5
= 394,97 m3/hari x 1,5
= 592,4563553 m3/hari
= 0,411428025 m3/menit
𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
7. Kebutuhan Udara Tiap Tangki = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖
0,411428025 𝑚3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 1
= 0,411428025 m3/menit
𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑥1000)
8. Volume Udara Per Kg BOD5 Teremoval = ((𝑆𝑜−𝑆)𝑥𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙)
= 51,47145785 m3/kg
𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
9. Volume Suplai Udara Per m3 Air Limbah =
𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
592,4563553 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖
= 36,37
= 16,28969907 m3/m3
𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
10. Volume Suplai Udara Per m3 Volume Tangki = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
592,4563553 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖
= 11,98 𝑚3
= 51,11733422 m3/m3.hari
= 1,959181069 tubes
12. Jumlah Total Difuser Direncanakan = 2 tubes
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑖𝑓𝑢𝑠𝑒𝑟
13. Jumlah Difuser Tiap Tangki = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖
97
2
=1
= 2 tubes
14. Jumlah Kolom Dalam Tangki = 2 tubes
𝑑𝑖𝑓𝑢𝑠𝑒𝑟 @𝑡𝑎𝑛𝑘𝑖
15. Jumlah Difuser Tiap Kolom = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑑𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖
2
= 1 𝑡𝑢𝑏𝑒𝑠
= 2 tubes
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑓𝑢𝑠𝑒𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
16. Jumlah Difuser Tiap Pipa Hanger =
2
2 𝑡𝑢𝑏𝑒𝑠
= 2
= 1 tubes
Rekapitulasi Dimensi EA
Panjang =5m
Lebar = 1,5 m
Tinggi =4m
Banyak Tube = 2 buah
Tube Memanjang = 2 buah
Tube Melebar = 1 buah
17. Perhitungan pipa influent dan efluent
Kecepatan Air Di Pipa = 0,6 m/s
Q = 1,5 m3/jam
= 0,000421 m3/s
𝑄
Luas Penampang Basah (A) =𝑣
0,00042 𝑚3 /𝑠
= 0,6 𝑚/𝑠
= 0,000702 m2
Diameter Pipa (D)
1
A = 4 ᴨ D2
𝐴
D =1
ᴨ𝐷 2
4
= 0,029895 m
= 29,90 mm
98
D Pipa Apllikasi = 40 mm
= 0,04 m
1
A Cek = 4 ᴨ D2
1
= 4 x 3,14 x 0,042
= 0,001256 m2
𝑄
V Cek =𝐴
0,00042
=
0,0012
99
Gambar 4.17
Gambar 4. 17Root Blower
Sumber : Sumber : Alibaba,2019
Flow
Model Pressure(kpa) Speed(rpm)
rate(m3/min)
4.3.6 Clarifier
Setelah bak aerasi dihitung, perlu dihitung bak sedimentasi untuk
mengendapkan flok mikrobiologis yang terbentuk. Bak sedimentasi yang didesain
berbeda dengan bak prasedimentasi. Bak sedimentasi yang didesain bertujuan
untuk mengendapkan flok mikrobiologis yang masuk dalam kategori
pengendapan clarifier.
Perhitungan AE-CL
100
𝑚3
= 0,00084 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑚3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,00084 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑥 3600 𝑗𝑎𝑚
𝑚3
= 3,0301 𝑗𝑎𝑚
= 9,0903 𝑚2
4 𝑥 𝐴 0,5
7. Diameter =( )
𝜋
4 𝑥 9,0903 𝑚2 0,5
= ( )
3,14
= 3,40299 m
≈ 3,5 m
𝜋
8. As cek =4 𝑥 𝐷2
3,14
=4 𝑥 3,52
= 9,6163 𝑚2
𝑄 𝑗𝑎𝑚
9. Cek OFR =(𝐴 ) 𝑥 24 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑚3
3,0301 𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚
=( ) 𝑥 24
9,0903 𝑚2 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑚3
= 8 𝑚2 .ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑄𝑥𝑋
10. Cek SLR = 𝐴𝑠
101
𝑚3 𝐽𝑎𝑚 𝑘𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚
3,0301 𝑥 24 𝑥6
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑚3
= 2
9,0903 𝑚
𝑘𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚
= 48 ( 120 > SLR > 24 ; maka OK)
𝑚2 .ℎ𝑎𝑟𝑖
4 𝑥 𝐴𝑠 0,5
11. Diameter tangki D =( )
𝜋
4 𝑥 9,09 𝑚2
= ( 3,14 )0,5
𝑚𝑖𝑙𝑖 𝑔𝑟𝑎𝑚
6.000 𝑥 30 𝑚3
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
= 𝑚𝑖𝑙𝑖𝑔𝑟𝑎𝑚
1.000
𝑘𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚 . 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
= 180 kg
= 0,19 m
≈0,20 m
d. Zona penyimpan lumpur direncanakan kapasitas lumpur untuk 2
hari berturut-turut.
e. Kapasitas = 2 hari
f. Faktor keamanan debit (m) =2
g. Faktor keamanan debit untuk BOD5 (n) = 1,2
𝑌𝑜𝑏𝑠 𝑥 𝑄 𝑥 (𝑆𝑜−𝑆) 𝑥 𝑚 𝑥 𝑛
h. Total volate solid = 1.000
𝑚3
0,25 𝑥 36,29 𝑥 (339,92−84,98) 𝑥2 𝑥 1,2
ℎ𝑎𝑟𝑖
= 1.000
102
𝑘𝑔
= 5,5633 ℎ𝑎𝑟𝑖
= 0,3029 m
a. Ketinggian air rata-rata =H 𝑐𝑙𝑒𝑎𝑟 𝑎𝑛𝑑 𝑠𝑒𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑧𝑜𝑛𝑒 +
H 𝑡ℎ𝑖𝑐𝑘𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔 + H penyimpanan lumpur
= 2,2 m + 0,2 m + 0,3 m
= 2,7 m
b. Direncanakanfreeboard = 0,3 m
c. Kedalaman total clarifier = ketinggian air rerata + freeboard
= 2,7 m + 0,3 m
= 3,0 m
𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐𝑙𝑎𝑖𝑓𝑖𝑒𝑟
d. Waktu detensi = 𝑄 𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛
28,75 𝑚3
= 𝑚3
3,0301
𝑗𝑎𝑚
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 9,4892 jam : 3600 𝑗𝑎𝑚
= 0,0026 detik
103
𝑚3
0,0008
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 𝑚
0,5000
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,0017 𝑚2
e. Mencari D dari luas permukaan, A = 0,25 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷2
0,0017 = 0,25 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷2
D = 0,0463 m
𝑄
f. Cek kecepatan (v) =𝐴
𝑚3
0,0008
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,0017 𝑚2
𝑚
= 0,5000 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑚3
= 0,0007 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 10,9900 m
104
= 27 buah
ℎ
d. Panjang limpahan basah (Li) = 2 𝑥 (𝑐𝑜𝑠 45𝑜 )
8
= 2 𝑥 (𝑐𝑜𝑠 45𝑜 )
= 22,63 cm
e. Panjang basah seluruh pelimpah dalam bak (Ln)
Ln = jumlah v-notch x Li
= 27 x 22,63 cm
= 621,69 cm
= 6,2169 m
f. Jarak antar v-notch (R) :
Keliling bak = (n x Li) + (n x R)
ΠxD = (n x Li) + (n x R)
ΠxD = (27 x 22,63cm)+(27 x R)
R = 0,17 m
g. Dimensi saluran pelimpah direncanakan :
Lebar saluran (b) = 0,3 m
= 0,9843 ft
Q = 2,49 x b x h2/3
= 0,0002 m3/detik
Q = 0,0070 ft3/detik
Sehingga :
h = 0,0002 ft
= 5 x 10-5 m
h total = h + freeboard
= 5 x 10-5 m + 0,27 m
= 0,27 m
105
Gambar 4. 18 Ilustrasi Bak Clarifier
5,2 kg / hari
= kg
998,2 3 𝑥 0,0150 𝑥 2,65
𝑚
𝑚3
= 0,1311 ℎ𝑎𝑟𝑖
ℎ𝑎𝑟𝑖
g. Pengurasan dengan pompa =2 1 𝑘𝑎𝑙𝑖
h. Volume lumpur total = 𝑉 𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 𝑥 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑟𝑎𝑠𝑎𝑛
𝑚3 𝑚3
= 0,1311 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑥 0,1311 ℎ𝑎𝑟𝑖
= 0,2621 𝑚3
17. Perancangan pipa penguras
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
a. Q pipa = 10 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑚3
= 0,01 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 126,61 𝑐𝑚2
𝑉𝑜𝑙. 𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟
e. Waktu pengurasan = 𝑄 𝑝𝑖𝑝𝑎
106
0,2621 𝑚3
= 𝑚3
0,01
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 26,2 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,4368 jam
18. Rekapitulasi
a. Diameter = 3,5 m
b. H clear water = 2,2 m
c. Zona pengentalan = 0,2 m
d. Zona kedalaman lumpur = 0,3 m
e. Freeboard = 0,3 m
f. Kedalaman total =3m
g. Saluran pinggiran = 0,0463 m
Dari kesulurahan unit pengolahan yang telah dihitung didapatkan dimensi IPAL
disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Lahan yang tersedia untuk IPAL 103,5
m2. Lahan yang dibutuhkan ntuk IPAL adalah 55,5 m2.
= 1,1 gr/ ml
107
Berat jenis = 1,1 gr/cm3
Berat jenis = 10,1 kN/m3
- Beton
Beton yang diisyaratkan, fc’ = 20 Mpa (K-250)
Modulus elastisitas beton =4700√𝑓𝑐′=4700√20 = 21019 𝑀𝑃𝑎
Angka poison, U = 0,2
Modulus elastisitas geser =Ec/[2(1+u)] = 8758 Mpa
- Baja tulangan
Diameter 12 mm dengan fy = 240 Mpa
4.4.3 Pembebanan
c. Beban mati
Beban mati akan mengakibatkan struktur dihitung secara otomatis oleh
program SAP2000 dengan berat volume konstruksi 2400 kg/m3.
Kemudian beban mati tambah berupa beban air limbah sendiri dan beban
lateral tanah yang termasuk pada beban mati yang akan dihitung.
d. Beban gempa
Beban gempa akan ditentukan sesuai dengan keberadaan lokasi
konstruksi yang direncanakan, berdasarkan perencanaan pada industri
saos, kecap, dan permen ting-ting berada di Kota Kediri. Berdasarkan
hasil tes penetrasi pada data boring ditentukan kelas situs tanah pada
Tabel 4.19 berikut area gempa yang akan direncanakan memiliki kondisi
tanah dilokasi rencana IPAL termasuk kedalam kategori tanah lunak.
108
Tabel 4. 19 Klasifikasi Situs
Sumber: SNI-3-1726-2012
Penentuan kelas situs berdasarkan nilai penetrasi pada data boring, hasil
penetrasi tes menunjukan bahwa nilai penetrasi hingga muka air tanah 4
m adalah 4. Hasil penetrasi tes menunjukan bahwa kondisi tanah adalah
tanah lunak dengan nilai pentrasi <15 berdasarkan Gambar 4.19.
109
Gambar 4. 20 Diagram Percepatan Spektral Wilayah Kediri
(www.puskom.pu.go.id, 2019)
Perencanaan IPAL memiliki faktor keutamaan struktur I = 1,25 dan
untuk dinding geser beton bertulang, faktor modifikasi respon struktur
R= 3. Penentuan faktor keutamaan struktur berdasarkan SNI-3-1726-
2012 sebagai berikut.
110
Gambar 4. 22Faktor Keutamaan Gempa (SNI-3-1726-2012)
= 4,087
111
P : 1,7 m
L : 1,7 m
H : 1,8 m
Tabel 4. 20 Beban Pada Unit Bak Ekualisasi
EKUALISASI
beban konstruksi
Berat
Panjang Lebar Tinggi Volume Jumlah Volume Beban
ket jenis
m m m m3 buah m3 kN/m3 kN/m3
Dinding beton1 1,7 0,15 0,15 0,0383 2 0,0765 24 1,836
Dinding beton2 1,7 0,15 0,15 0,0383 2 0,0765 24 1,836
Kolom praktis 0,15 0,15 1,8 0,0405 4 0,162 24 3,888
Pelat lantai 1,7 1,7 0,2 0,578 1 0,578 24 13,87
Air limbah 1,7 1,7 1,8 5,202 1 5,202 10,1 52,54
total beban 74
beban galian
Tanah 1,7 1,7 1,8 5,202 1 5,202 16,78 87,29
total beban 87,29
Berdasarkan hasil dari perhitungan selisih berat dari beban konstruksi dan beban
tanah unit bak ekualisasi memiliki selisih -13,3 kN. Pada Gambar 4.24 terdapat
gambar balok dan kolom pada bak ekualisasi.
112
Gambar 4. 24Tampak Atas Balok Dan Kolom Pada Bak Ekualisasi.
Daya dukung dibawah area konstruksi perlu dilakukan tinjauan daya dukung
tanah dengan sudut geser yang didapat dari hasil boring yaitu 0o. Koefoisien daya
dukung tanah disajikan pada Tabel 4.21 berikut.
113
512,772
= 15,6
= 32,87 kN/m3
= 32,87 kPa
Cek keamanan kapasitas tanah
𝑄𝑢𝑙𝑡
SF = 𝑄 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑠𝑖
131,1721
= 32,87
= 3,990632796 (aman)
= - 149,324
tekanan hidrostatis (Ph) = h1 x 𝛾 limbah
114
= 1,8 x 10,1
= 18,18 kN/m
Penentuan gaya mengunakan aplikasi SAP2000 dengan menginput pembebanan.
Hasil dari pemodelan ini untuk mendapatkan gaya gaya terdapat gaya momen,
gaya aksial, dan gaya geser. Berikut pemodelan unit bak ekualisasi pada
SAP2000.
Gambar 4.26 merupakan beban air limbah yang terdapat pada bak ekualisasi.
Tekanan air limbah memiliki tanda biru yang berada dalam bangunan
memberikan tekanan pada bangunan. tekanan air sebesar 18,18 kN/m3. Pada
gambar 4.27 merupakan beban tanah yang terdapat pada bak ekualisasi. Tekanan
tanah memiliki tanda biru yang berada diluar bangunan memberikan tekanan
masuk pada bangunan. tekanan tanah sebesar -149,32 kN/m3.
115
Gambar 4. 27 Beban Tanah Pada Bak Ekualisasi
Tekanan pada bak ekualisasi dianalisa pada SAP2000. Pengambilan gaya yang
terdapat pada adalah gaya momen lapangan, momen tumpuan, dan gaya geser
sesuai dengan kombinasi pembebanan. Tabel 4.22 merupakan hasil gaya yang
terdapat pada unit bak ekualisasi.
Tabel 4. 22 Gaya Pada Bak Ekualisasi
Lantai
Kombinasi Lapangan Tumpuan Geser
1 0,28 0,66 2,24
2 0,24 0,58 1,921
3 0,25 0,533 1,968
4 0,3635 0,4413 1,935
5 0,283 0,66 2,241
6 0,3635 0,66 2,241
Dinding
Kombinasi Lapangan Tumpuan Geser
1 0,286 0,66 2,24
2 0,245 0,568 1,921
3 0,25 0,533 1,968
4 0,247 0,55 1,935
5 0,289 0,6628 2,241
6 0,289 0,66 2,24
Hasil analisa, 2019
PERHITUNGAN TULANGAN
- Penulangan lentur pelat dinding arah x
f'c = 20 Mpa
ø = 0,8
tulangan rencana = 12 mm
f'y = 240 Mpa
116
ᵦ = 0,85
tebal plat = 150 mm
b = 1000 mm
selimut beton = 30 mm
𝑑𝑥 = h – sb - 0,5 tulangan
= 150 - 30 - 0,5 x 12
= 114 mm
𝑑𝑦 = h – sb – tulangan - 0,5 tulangan
= 150 – 30 – 12 - 0,5 x 12
= 102 mm
Mu = M = 0,289 kNm = 289 Nmm
Mn = Mu / ø = 289 : 0,8 = 361,3 Nmm
0,85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 𝑥 𝛽1 600
𝜌balance = ( )(600+𝑓𝑦)
𝑓𝑦
0,85 𝑥 20 𝑥 0,85 600
=( )(600+240)
240
= 0,043006
𝜌max = 0,75 x ρbalance
= 0,75 x 0,043005952
= 0,032254464
1,4
𝜌min = 𝑓𝑦
1,4
= 240
= 0,005833333
𝑓𝑦
m = 0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐
240
=
0,85 𝑥 20
= 14,11764706
𝑀𝑛
Rn = 𝑏𝑑 2
𝑥
361,3
= 1.000 𝑥 1142
= 3,17 x 10-5 N
1 2𝑚𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 (1 − √1 − )
𝑓𝑦
117
= 1,2 x 10-7<𝜌min=0,006
sehingga digunakan 𝜌 = 0,006
As = ρ b 𝑑𝑥
= 0,006 x 1000 x 114
= 665 mm²
As d 12 = 0,25 x 3,14 x 122
= 113,04 mm2
𝐴𝑠
n =
𝐴𝑠 𝑑 12
665
= 113,04
= 5,882873319 buah
= 6 buah
𝑏
S =𝑛
= 169,985 mm
= 170 mm
Jadi tulangan yang digunakan untuk pelat dinding arah X sebanyak 6 buah
dengan jarak 170 mm.
- Pelat dinding arah Y
Mu = M = 0,66 kNm = 660Nmm
Mn = Mu / ø = 0,66 x 0,8 = 825Nmm
0,85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 𝑥 𝛽1 600
𝜌balance = ( )(600+𝑓𝑦)
𝑓𝑦
0,85 𝑥 20 𝑥 0,85 600
=( )(600+240)
240
= 0,043005952
𝜌max = 0,75 x ρbalance
= 0,75 x 0,043005952
= 0,032254464
1,4
𝜌min = 𝑓𝑦
1,4
= 240
= 0,005833333
𝑓𝑦
m = 0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐
118
240
= 0,85 𝑥 20
= 14,11764706
𝑀𝑛
Rn = 𝑏𝑑 2
𝑦
825
= 1.000 𝑥 1022
= 7,9 x 10-5 N
1 2𝑚𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 (1 − √1 − )
𝑓𝑦
= 3,3 x 10-7<𝜌min=0,006
sehingga digunakan 𝜌 = 0,006
As = ρ b 𝑑𝑦
= 0,006 x 1000 x 102
= 595 mm²
As d 12 = 0,25 x 3,14 x 122
= 113,04 mm2
𝐴𝑠
n =
𝐴𝑠 𝑑 12
595
=
113,04
= 5,264buah
= 6 buah
𝑏
S =
𝑛
= 166,667 mm
= 170 mm
Jadi tulangan yang digunakan untuk pelat dinding arah Y sebanyak 6 buah
dengan jarak 170 mm.
- Penulangan lentur pelat lantai arah x
f'c = 20 Mpa
ø = 0,8
tulanangan rencana= 12 mm
f'y = 240 Mpa
119
ᵦ = 0,85
tebal plat = 200 mm
b = 1000 mm
selimut beton = 40 mm
dx = h – sb - 0,5 tulangan
= 200 - 40 - 0,5 x 12
= 154 mm
dy = h – sb – tulangan - 0,5 tulangan
= 200 – 40 – 12 - 0,5 x 12
= 142 mm
Mu = M = 0,36 kNm = 360 Nmm
Mn = Mu / ø = 360 x 0,8 = 454,4 Nmm
0,85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 𝑥 𝛽1 600
𝜌balance = ( )(600+𝑓𝑦)
𝑓𝑦
0,85 𝑥 20 𝑥 0,85 600
=( )(600+240)
240
= 0,043005952
𝜌max = 0,75 x ρbalance
= 0,75 x 0,043005952
= 0,032254464
1,4
𝜌min = 𝑓𝑦
1,4
= 240
= 0,005833333
𝑓𝑦
m = 0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐
240
= 0,85 𝑥 20
= 14,11764706
𝑀𝑛
Rn = 𝑏𝑑 2
𝑥
454,4
= 1.000 𝑥 1542
= 1,91 x 10-5 N
120
1 2𝑚𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 (1 − √1 − )
𝑓𝑦
= 8 x 10-8 <𝜌min=0,006
sehingga digunakan 𝜌 = 0,006
As = ρ b 𝑑𝑥
= 0,006 x 1000 x 154
= 898,333333 mm²
As d 12 = 0,25 x 3,14 x 122
= 113,04 mm2
𝐴𝑠
n = 𝐴𝑠 𝑑 12
898,333333
= 113,04
= 7,947buah
= 8buah
𝑏
S =𝑛
= 125 mm
= 130 mm
Jadi tulangan yang digunakan untuk pelat lantai arah X sebanyak 8 buah
dengan jarak 130 mm.
Pelat lantai arah Y
Mu = M = 0,66 kNm = 660 Nmm
Mn = Mu / ø = 660 : 0,8 = 825 Nmm
0,85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 𝑥 𝛽1 600
𝜌balance = ( )(600+𝑓𝑦)
𝑓𝑦
0,85 𝑥 20 𝑥 0,85 600
=( )(600+240)
240
= 0,043006
𝜌max = 0,75 x ρbalance
= 0,75 x 0,04301
= 0,032254464
1,4
𝜌min = 𝑓𝑦
1,4
= 240
121
= 0,005833333
𝑓𝑦
m = 0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐
240
= 0,85 𝑥 20
= 14,11765
𝑚𝑛
Rn = 𝑏𝑑 2
𝑦
825
= 1.000 𝑥 1422
= 4,1 x 10-5N
1 2𝑚𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 (1 − √1 − )
𝑓𝑦
= 1,7 x 10-7<𝜌min=0,006
sehingga digunakan 𝜌 = 0,006
As = ρbdy
= 0,006 x 1000 x 142
= 828,333333 mm²
As d 12 = 0,25 x 3,14 x 122
= 113,04 mm2
𝐴𝑠
n = 𝐴𝑠 𝑑 12
828,333333
= 113,04
= 7,328buah
= 8 buah
𝑏
S =𝑛
= 125 mm
= 130 mm
Jadi tulangan yang digunakan untuk pelat dinding arah Y sebanyak 8 buah dengan
jarak 130 mm.
b. Bak Anaerobic Baffle Reactor
Perhitungan gaya-gaya yang ada pada saat pembuatan bangunan unit bak
anaerobic baffle reactor pada Tabel 4.23 berikut.
P = 2,6 m per kompartemen
122
P tot = 10,4 m
L = 1,5 m
H = 1,8 m
Tabel 4. 23 Beban Pada Unit Bak ABR
ANAEROBIC BAFFLE REACTOR
beban konstruksi
berat
panjang lebar tinggi volume jumlah volume beban
ket jenis
123
Daya dukung dibawah area konstruksi perlu dilakukan tinjauan daya dukung
tanah dengan sudut geser yang didapat dari hasil sondir yaitu 0o. Koefoisien daya
dukung tanah disajikan pada Tabel 4.24 berikut.
Tabel 4. 24 Nilai Koefisien Tanah
Nc Nq Nγ ᶲ Nc' Nq' Nγ'
5,7 1 0 0 5,7 1 0
7,3 1,6 0,5 5 6,7 1,4 0,2
9,6 2,7 1,2 10 8 1,9 0,5
13 4,4 2,5 15 9,7 2,7 0,9
Sumber : Tezaghi Dalam Wahyudi, 1999
SF = 3
Telapak pondasi berbentuk persegi panjang maka perhitungan Q ultimate
sebagai berikut :
124
Ks = 40 x SF x Qa
= 40 x 3 x 131,2
= 15741 kN/m3
= - 149,324
Tekanan hidrostatis (ph) = h1 x γ limbah
= 1,8 x 10,1
= 18,18 kN/m
Penentuan gaya mengunakan aplikasi SAP2000 dengan menginput pembebanan.
Hasil dari pemodelan ini untuk mendapatkan gaya gaya terdapat gaya momen,
gaya aksial, dan gaya geser. Berikut pemodelan unit bak ABR pada SAP2000.
• Perhitungan terhadap beban air limbah
Za = 1,8
Wa =0
h = 1,8
125
Wbawah = γlimbah x h
= 18,18 kN/m3
Wbawah = Cz + D
18,18 =Cx0+D
D = 18,18
Wa = Cz + D
0 = C x 1,8 + 18,54
c = 18,54/-1,8
= -10,1
• Perhitungan terhadap beban tanah
Zb =0
Za = 1,8
Wa =0
h = 1,8
Wbawah = γtanah x h
= 30,204 kN/m3
Wbawah = Cz + D
30,204 =Cx0+D
D = 30,204
Wa = Cz + D
0 = C x 1,8 + 18,54
c = 18,54/-1,8
= -16,78
Zb =0
126
Gambar 4. 30Penambahan Beban AirLimbah Pada ABR
Gambar 4.30 merupakan beban air limbah yang terdapat pada bak ABR. Tekanan
air limbah memiliki tanda biru yang berada dalam bangunan memberikan tekanan
pada bangunan. tekanan air sebesar 18,18 kN/m3. Pada gambar 4.31 merupakan
beban tanah yang terdapat pada bak ABR. Tekanan tanah memiliki tanda biru
yang berada diluar bangunan memberikan tekanan masuk pada bangunan. tekanan
tanah sebesar -149,324 kN/m3.
Tekanan pada bak ABR dianalisa pada SAP2000. Pengambilan gaya yang
terdapat pada adalah gaya momen lapangan, momen tumpuan, dan gaya geser
sesuai dengan kombinasi pembebanan. Tabel 4.25 merupakan hasil gaya yang
terdapat pada unit bak ABR.
127
Tabel 4. 25 Gaya Pada Bak ABR
Lantai
kombinasi lapangan tumpuan geser
1 2,42 4,465 4,637
2 2,1 3,83 3,975
3 2,07 3,81 3,981
4 2,082 3,823 3,975
5 2,5 4,568 4,681
6 2,5 4,568 4,681
Dinding
kombinasi lapangan tumpuan geser
1 3,837 6,7 1,9
2 3,1 3,2 1,6
3 3,23 5,8 6,645
4 3,3 5,83 6,629
5 3,9524 6,87 7,82
6 3,9524 6,87 7,85
Penulangan pelat dinding Arah x
f'c = 20 Mpa
ø = 0,8
tulanangan rencana= 12 mm
f'y = 240 Mpa
ᵦ = 0,85
tebal plat = 200 mm
b = 1000 mm
selimut beton = 30 mm
dx = h – sb – 0,5 tulangan
= 150 - 30 – 0,5 x 12
= 114 mm
dy = h – sb – tulangan – 0,5 tulangan
= 150 – 30 – 12 – 0,5 x 12
= 102 mm
0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐𝑥 𝛽1 600
⍴balance = ( )( )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦
0,85 𝑥 20 𝑥 0,85 600
=( )( )
240 600+240
= 0,043006
128
⍴max = 0,75 x ⍴balance
= 0,75 x 0,043006
= 0,032254464
1,4
⍴min =
𝑓𝑦
1,4
=
240
= 0,005833
𝑓𝑦
m =
0,85 𝑥 𝑓′𝑐
240
=
0,85 𝑥 20
= 14,1176471
𝑀𝑛
Rn =
𝑏 𝑥 𝑑𝑥 2
4941
=
1000 𝑥 114 2
= 0,00038 N
1 2 𝑚 𝑅𝑛
⍴ =
𝑚
(1 − √1 − 𝑓𝑦
)
= 1,6 x 10-6<⍴min = 0,006 sehingga digunakan ⍴ = 0,006
As = ⍴ x b x 𝑑𝑥
= 0,006 x 1000 x 114
= 595 mm2
As d12 = 0,25 x 3,14 x 122
= 113,04 mm2
𝐴𝑠
n =
𝐴𝑠 𝑑12
= 5,88829 buah
= 6 buah
S =b/n
= 166,7 mm
= 170 mm
Jadi tulangan yang digunakan untuk pelat dinding arah x sebanyak 6 buah dengan
jarak 170 mm.
Penulangan pelat dinding Arah Y
Mu = M = 6,87 kNm = 6870 Nmm
Mn = Mu / ø = 6870 : 0,8 = 8588 Nmm
0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐𝑥 𝛽1 600
⍴balance = ( )( )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦
129
0,85 𝑥 20 𝑥 0,85 600
=( )( )
240 600+240
= 0,043006
𝑀𝑛
Rn =
𝑏 𝑥 𝑑𝑦 2
8588
=
1000 𝑥 1022
= 0,000825 N
1 2 𝑚 𝑅𝑛
⍴ =
𝑚
(1 − √1 − 𝑓𝑦
)
= 3,5 x 10-6<⍴min = 0,006 sehingga digunakan ⍴ = 0,006
As = ⍴ x b x 𝑑𝑦
= 0,006 x 1000 x 102
= 595 mm2
𝐴𝑠
n =
𝐴𝑠 𝑑12
= 5,88829 buah
= 6 buah
S =b/n
= 166,7 mm
= 170 mm
130
Jadi tulangan yang digunakan untuk pelat dinding arah x sebanyak 6 buah dengan
jarak 170 mm.
Penulangan lentur pelat lantai
Arah x
f'c = 20 Mpa
ø = 0,8
tulanangan rencana= 12 mm
f'y = 240 Mpa
ᵦ = 0,85
tebal plat = 200 mm
b = 1000 mm
selimut beton = 40 mm
dx = h – sb – 0,5 tulangan
= 200 - 40 – 0,5 x 12
= 154 mm
dy = h – sb – tulangan – 0,5 tulangan
= 200 – 40 – 12 – 0,5 x 12
= 142 mm
0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐𝑥 𝛽1 600
⍴balance = ( )( )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦
0,85 𝑥 20 𝑥 0,85 600
=( )( )
240 600+240
= 0,043006
131
= 14,1176471
𝑀𝑛
Rn =
𝑏 𝑥 𝑑𝑥 2
3125
=
1000 𝑥 154 2
= 0,000132 N
1 2 𝑚 𝑅𝑛
⍴ =
𝑚
(1 − √1 − 𝑓𝑦
)
= 5,5 x 10-7<⍴min = 0,006 sehingga digunakan ⍴ = 0,006
As = ⍴ x b x 𝑑𝑥
= 0,006 x 1000 x 154
= 898,333 mm2
𝐴𝑠
n =
𝐴𝑠 𝑑12
= 7,947 buah
= 8 buah
S =b/n
= 125 mm
= 130 mm
Jadi tulangan yang digunakan untuk pelat dinding arah x sebanyak 8 buah dengan
jarak 130 mm.
Arah y
Mu = M = 4,57 kNm = 4570 Nmm
Mn = Mu / ø = 4570 : 0,8 = 5710 Nmm
0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐𝑥 𝛽1 600
⍴balance = ( )( )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦
0,85 𝑥 20 𝑥 0,9 600
=( )( )
240 600+240
= 0,04300595
132
= 0,032254464
1,4
⍴min =
𝑓𝑦
1,4
=
240
= 0,005833
𝑓𝑦
m =
0,85 𝑥 𝑓′𝑐
240
=
0,85 𝑥 20
= 14,1176471
𝑀𝑛
Rn =
𝑏 𝑥 𝑑𝑦 2
5710
=
1000 𝑥 1422
= 0,000283 N
1 2 𝑚 𝑅𝑛
⍴ =
𝑚
(1 − √1 − 𝑓𝑦
)
= 1,2 x 10-6<⍴min = 0,006 sehingga digunakan ⍴ = 0,006
As = ⍴ x b x 𝑑𝑦
PERENCANAAN BALOK
133
Penulangan Balok
a) Data – data
Dimensi = 15/20 *K-250
Diameter Tulangan = 12 mm
Diameter Begel = 8 mm
Cover = 20 mm
d = 200 – (20 + 8 + 0,5 x 12)
= 166 mm
𝑓𝑦
m = 0,85 𝑓 ′ 𝑐
240
= 0,85 20,0
= 14,12
0,85 𝑓′ 𝑐 𝛽1 600
ρbalance = 𝑓𝑦 600+𝑓𝑦
= 0,043006
= 0,75 x 0,043
= 0,03225446
1,4
ρmin = 𝑦
1,4
= 240
= 0,005833
Tumpuan
Mu = 6,87kNm = 6870000 Nmm
𝑀𝑢
Rn = ø 𝑏 𝑑²
6870000
= 0,85 𝑥 200 𝑥 346²
134
= 0,338 N
1 2mRn
= 1 − 1 −
m fy
As =ρxbxd
= 216,11 mm2
3960000
= 0,85 𝑥 200 𝑥 346²
= 0,195 N
1 2mRn
= 1 − 1 −
m fy
As =ρxbxd
135
= 0,0049 x 150 x 166
= 145 mm2
< 83
= 80 mm
Perhitungan jarak sengkang
Jumlah sengkang = panjang : sengkang
= 2600 : 80
= 33 buah
Jumalah sengkang = panjang : sengkang
= 1300 : 80
= 16 buah
Vu = 7850,00 N
Kontrol kuat geser nominal tidak boleh lebih besar dari Vs max :
2
Vs max = 3 𝑏𝑤 𝑥 𝑑 𝑥 √𝑓′𝑐
2
= 3 150 𝑥 166 𝑥 √20,0
1
Vs = 3 𝑏𝑤 𝑥 𝑑 𝑥 √𝑓′𝑐
136
1
= 3 150 𝑥 166 𝑥 √20,0
= 26711,7714 N
Kuat geser yang disumbangkan oleh beton :
𝑓′𝑐
Vc = √ 6 x bw x d
20,0
=√ x 150 x 166
6
= 18559,36 N
Perencanaan penampang terhadap geser :
∅Vn ≥ Vu
0,8 x 45271,1 ≥ 7850
36216,91 ≥ 7850 N (ok)
Vn = Vc + Vs
= 18559,36 + 26711,7714
= 45271 N
c. Bak Extended Aeration
Perhitungan gaya-gaya yang ada pada saat pembuatan bangunan unit bak extended
aerationpada Tabel 4.26 berikut.
P=5m
L = 1,5 m
H=4m
137
Extended Aeration
Beban Konstruksi
Berat
Panjang Lebar Tinggi Volume Jumlah Volume Beban
Ket Jenis
m m m m3 buah m3 Kn/m3 Kn/m3
Dinding Beton
1 5 0,15 0,15 0,1125 2 0,225 24 5,4
Dinding Beton
2 1,5 0,15 0,15 0,0338 2 0,0675 24 1,62
Rbalok 1 5 0,15 0,2 0,08 2 0,15 24 3,6
Rbalok 2 1,5 0,15 0,2 0,02 2 0,05 24 1,1
Kolom Praktis 0,15 0,15 4 0,09 4 0,36 24 8,64
Pelat Lantai 5 1,5 0,2 1,5 1 1,5 24 36
Air Limbah 5 1,5 4 30 1 30 10,1 303
Total Beban 359
Beban Galian
Tanah 5 1,5 4 30 1 30 16,78 503,4
total beban 503,4
Daya dukung dibawah area konstruksi perlu dilakukan tinjauan daya dukung
tanah dengan sudut geser yang didapat dari hasil sondir yaitu 0o. Koefoisien daya
dukung tanah disajikan pada Tabel 4.27 dibawah ini.
138
Nc Nq Nγ ᶲ Nc' Nq' Nγ'
5,7 1 0 0 5,7 1 0
7,3 1,6 0,5 5 6,7 1,4 0,2
9,6 2,7 1,2 10 8 1,9 0,5
13 4,4 2,5 15 9,7 2,7 0,9
Sumber : Tezaghi Dalam Wahyudi, 1999
SF = 3 (direncanakan)
Telapak pondasi berbentuk persegi panjang maka perhitungan Q ultimate sebagai berikut :
139
Gambar 4. 33 Penambahan Joint Spring Pada Unit Extended Aeration
= - 258
Tekanan hidrostatis (ph) = h1 x γ limbah
= 4 x 10,1
= 40,4 kN/m
Penentuan gaya mengunakan aplikasi SAP2000 dengan menginput pembebanan.
Hasil dari pemodelan ini untuk mendapatkan gaya gaya terdapat gaya momen,
gaya aksial, dan gaya geser. Berikut pemodelan unit bak ABR pada SAP2000.
• Perhitungan terhadap beban air limbah
Za =4
Wa =0
h =4
Wbawah = γlimbah x h
= 40,4 kN/m3
Wbawah = Cz + D
40,4 =Cx0+D
D = 40,4
140
Wa = Cz + D
0 = C x 4 + 40,4
c = 40,4/-4
= -10,1
• Perhitungan terhadap beban tanah
Zb =0
Za =4
Wa =0
h =4
Wbawah = γtanah x h
= 67,1 kN/m3
Wbawah = Cz + D
67,1 =Cx0+D
D = 67,1
Wa = Cz + D
0 = C x 4 + 67,1
c = 67,1/-4
= -16,78
Zb =0
141
Gambar 4. 34Beban Air Limbah Yang Masuk Kedalam Bangunan
Gambar 4.34 merupakan beban air limbah yang terdapat pada bak extended
aeration. Tekanan air limbah memiliki tanda biru yang berada dalam bangunan
memberikan tekanan pada bangunan. tekanan air sebesar 40,4 kN/m3. Pada
Gambar 4.35 merupakan beban tanah yang terdapat pada bak extended aeration.
Tekanan tanah memiliki tanda biru yang berada diluar bangunan memberikan
tekanan masuk pada bangunan. tekanan tanah sebesar -258 kN/m3.
142
Gambar 4. 35 Beban Tanah Yang Masuk Kedalam Bangunan
Tekanan pada bak extended aeration dianalisa pada SAP2000. Pengambilan gaya
yang terdapat pada adalah gaya momen lapangan, momen tumpuan, dan gaya
geser sesuai dengan kombinasi pembebanan. Tabel 4.28 merupakan hasil gaya
yang terdapat pada unit bak extended aeration.
Tabel 4. 28 Gaya Pada Unit Extended Aeration
Lantai
kombinasi lapangan tumpuan geser
1 0,55 1,55 3,383
2 0,474 1,33 2,9
3 0,52 1,2 2,852
4 0,52 1,2 2,852
5 0,6145 1,4 3,344
6 0,61 1,55 3,383
Dinding
kombinasi lapangan tumpuan geser
1 0,424 1,68 3,383
2 0,3653 1,44 2,9
3 0,533 1,18 2,842
4 0,535 1,18 2,842
5 0,66 1,37 3,33
6 0,66 1,68 3,383
Penulangan pelat dinding Arah x
f'c = 20 Mpa
ø = 0,8
tulanangan rencana= 12 mm
f'y = 240 Mpa
ᵦ = 0,85
143
tebal plat = 200 mm
b = 1000 mm
selimut beton = 30 mm
dx = h – sb – 0,5 tulangan
= 150 - 30 – 0,5 x 12
= 114 mm
dy = h – sb – tulangan – 0,5 tulangan
= 150 – 30 – 12 – 0,5 x 12
= 102 mm
0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐𝑥 𝛽1 600
⍴balance = ( )( )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦
0,85 𝑥 20 𝑥 0,85 600
=( )( )
240 600+240
= 0,043006
144
= 595 mm2
As d12 = 0,25 x 3,14 x 122
= 113,04 mm2
𝐴𝑠
n =
𝐴𝑠 𝑑12
= 5,88829 buah
= 6 buah
S =b/n
= 166,7 mm
= 170 mm
Jadi tulangan yang digunakan untuk pelat dinding arah x sebanyak 6 buah dengan
jarak 170 mm.
0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐𝑥 𝛽1 600
⍴balance = ( )( )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦
0,85 𝑥 20 𝑥 0,85 600
=( )( )
240 600+240
= 0,043006
145
1 2 𝑚 𝑅𝑛
⍴ =
𝑚
(1 − √1 − 𝑓𝑦
)
= 8,4 x 10-7<⍴min = 0,006 sehingga digunakan ⍴ = 0,006
As = ⍴ x b x 𝑑𝑦
= 0,006 x 1000 x 102
= 595 mm2
𝐴𝑠
n =
𝐴𝑠 𝑑12
= 5,88829 buah
= 6 buah
S =b/n
= 166,7 mm
= 170 mm
Jadi tulangan yang digunakan untuk pelat dinding arah x sebanyak 6 buah dengan
jarak 170 mm.
Penulangan lentur pelat lantai
Arah x
f'c = 20 Mpa
ø = 0,8
tulanangan rencana= 12 mm
f'y = 240 Mpa
ᵦ = 0,85
tebal plat = 200 mm
b = 1000 mm
selimut beton = 40 mm
dx = h – sb – 0,5 tulangan
= 200 - 40 – 0,5 x 12
= 154 mm
dy = h – sb – tulangan – 0,5 tulangan
= 200 – 40 – 12 – 0,5 x 12
= 142 mm
146
Mu = M = 0,61 kNm = 610 Nmm
Mn = Mu / ø = 610 : 0,8 = 762,5 Nmm
0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐𝑥 𝛽1 600
⍴balance = ( )( )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦
0,85 𝑥 20 𝑥 0,85 600
=( )( )
240 600+240
= 0,043006
𝑀𝑛
Rn =
𝑏 𝑥 𝑑𝑥 2
762,5
=
1000 𝑥 154 2
= 3,2 x 10-5N
1 2 𝑚 𝑅𝑛
⍴ =
𝑚
(1 − √1 − 𝑓𝑦
)
= 1,33 x 10-7<⍴min = 0,006 sehingga digunakan ⍴ = 0,006
As = ⍴ x b x 𝑑𝑥
= 0,006 x 1000 x 154
= 898,333 mm2
𝐴𝑠
n =
𝐴𝑠 𝑑12
147
= 7,947 buah
= 8 buah
S =b/n
= 125 mm
= 130 mm
Jadi tulangan yang digunakan untuk pelat dinding arah x sebanyak 8 buah dengan
jarak 130 mm.
Arah y
Mu = M = 1,55 kNm = 1550 Nmm
Mn = Mu / ø = 1550 : 0,8 = 1937,5 Nmm
0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐𝑥 𝛽1 600
⍴balance = ( )( )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦
0,85 𝑥 20 𝑥 0,9 600
=( )( )
240 600+240
= 0,04300595
𝑀𝑛
Rn =
𝑏 𝑥 𝑑𝑦 2
1937,5
=
1000 𝑥 1422
= 9,6 x 10-5 N
1 2 𝑚 𝑅𝑛
⍴ =
𝑚
(1 − √1 − 𝑓𝑦
)
= 4 x 10-7 <⍴min = 0,006 sehingga digunakan ⍴ = 0,006
As = ⍴ x b x 𝑑𝑦
148
= 0,006 x 1000 x 142
= 828,333 mm2
= 14,12
0,85 𝑓′ 𝑐 𝛽1 600
ρbalance =
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦
= 0,043006
149
= 0,75 x 0,043
= 0,03225446
1,4
ρmin = 𝑦
1,4
= 240
= 0,005833
Tumpuan
Mu = 1,68kNm = 1680000Nmm
𝑀𝑢
Rn = ø 𝑏 𝑑²
1680000
= 0,85 𝑥 200 𝑥 346²
= 0,083 N
1 2mRn
= 1 − 1 −
m fy
= 0,002<ρmin = 0,006, sehingga ρ = 0,006
As =ρxbxd
= 145 mm2
150
Mu = 0,66kNm = 660000Nmm
𝑀𝑢
Rn = ø 𝑏 𝑑²
660000
= 0,85 𝑥 200 𝑥 346²
= 0,032 N
1 2mRn
= 1 − 1 −
m fy
1 2 x14,63 x1,52
= 1 − 1 −
14,63 240
As =ρxbxd
= 145 mm2
< 83
= 80 mm
Jumlah sengkang = panjang : sengkang
151
= 5000 : 80
= 63 buah
Jumalah sengkang = panjang : sengkang
= 1500 : 80
= 19 buah
Vu = 3383,00 N
Kontrol kuat geser nominal tidak boleh lebih besar dari Vs max
2
Vs max = 𝑏𝑤 𝑥 𝑑 𝑥 √𝑓′𝑐
3
2
= 3 150 𝑥 166 𝑥 √20,0
= 26711,77 N
Kuat geser yang disumbangkan oleh beton
𝑓′𝑐
Vc = √ 6 x bw x d
20,0
=√ x 150 x 166
6
= 18559,36 N
perencanaan penampang terhadap geser harus didasarkan pada :
∅Vn ≥ Vu
0,8 x 45271,1 ≥ 3383
36216,91 ≥ 3383 N (ok)
Vn = Vc + Vs
= 18559,36 + 26711,77
= 45271 N
152
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil analisa dari karakteristik air limbah industri kecap, saos dan permen
ting-ting jahe adalah COD yang dihasilkan adalah 6048,9 mg/L, BOD yang
dihasilkan adalah 2397,5 mg/L, TSS yang dihasilkan adalah 1840 mg/L,
sedangkan pH yang dihasilkan adalah 3,8.
2. Pada pemilihan unit alternatif pada perencanaan IPAL industri kecap, saos
dan permen ting-ting jahe terpilih alternatif 1 dengan unit barscreen, bak
ekualisasi, bak netralisasi, bak ABR, bak extended aeration, serta clarifier.
Pemilihan alternatif jatuh pada alternatif 1 karena keungulannya pada aspek
operasional, kemudahan dan pemantauan proses.
3. Berdasarkan perhitungan dimensi unit untuk unit bak ekualisasi (1,7 m x 1,7
m x 1,8 m ), pada tangki netralisasi (diameter 0,63.m dan tinggi 0,7 m), bak
ABR (2,3 m x 1,5 m x 1,5 m), bak extended aeration (5 m x 1,8 m x 4 m),
clarifier (diameter 3,5 m dan tinggi 3 m).
4. Strukturbak ekualisasi, bak ABR, bak extended aerationjumlah tulangan
dinding 6 buah dengan jarak 170 mm, sedangkan tulangan lantai 8 buah
dengan jarak 130 mm.
5.2 Saran
Pada perencanaan ini ada beberapa saran dari penulis agar perencanaan
selanjutnya mendapatkan hasil yang lebih baik. Saran tersebut diantara lain :
153
154
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2018. Modul Pelatihan Dan Sertifikasi Pengolahan Air Limbah.
Surabaya:Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Asmadi Dan Suharno. 2012. Dasar – Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah.
Gosyen Publishing : Yogyakarta.
Hartata, Dinda Rita K. 2017. Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah
Sakit Kapasitas 40 m3/Hari. Jakarta: Pusat Teknologi Lingkungan
Hastuti, Elis, Dkk. 2017. Pengembangan Proses Pada Sistem Anaerobic Baffled
Reactor Untuk Memnuhi Baku Mutu Air Limbah Domestik. Bandung:
Badan Litbang Kementrian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat.
Herlambang, Arie.2005. Pengolahan Air Limbah Industri Sirup, Kecap Dan Saos.
Jakarta: Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi.
Japan Sewage Association, 2012. Design Standart For Municipal Waste Water
Traetment Plant. Tokyo: Japan Sewage Work Association.
155
Kencanawati, Cok Istri Putri Kusuma. 2016. Sistem Pengolahan Air Limbah.
Diklat Mata Kuliah. Bukit Jimbaran: Fakultas Teknik Universitas
Udayana
Metcalf Dan Eddy, 2002, Wastewater Engineering Treatment And Reuse, Fourth
Edition, Mcgraw-Hill, New York.
Metcalf And Eddy, 2004, Wastewater Engineering, 4th Edition, Mc Graw Hill
International Editions, New York.
Pergub Jatim No. 72 Tahun 2013 Tentang Baku Mutu Bagi Limbah Cair Industri.
Surabaya: Sekertariat Provinsi.
Perda Kota Kediri No. 3 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Sampah Mengatur
Tentang Penanganan Limbah Padat. Kediri : Sekretariat Kota Kediri.
156
Qasim, R.S.1985.Wastewater Treatment Plants.Technomic:Usa
Rich, Linvil G, 1963, Unit Process Of Sanitary Engineering, John Willey & Sons
Inc, New York.
Said, Nusa Idaman. 2015. Teknologi Pengolahan Air Limbah Rumahsakit Dengan
Sistem Biofilter Anaerob-Aerob. Jakarta:Badan Pengkajian Dan
Penerapan Teknologi
Said, Nusa Idaman. 2015. Pengolahan Air Limbah Domestik Di Dki Jakarta.
Jakarta:Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi
Sari, Vina Indah Purnama, 2007. Perbandungan Aktivitas Nza Dan Nca Pada
Peningkatan Beberapa Variabel Kualitas Minyak Goreng Bekas
Dengan Reaktor Fluid Fixed-Bed. Jember :Jurusan Kimia Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember.
SNI 03 1726 2003, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan
Gedung.
157
Suharti, 2008. Pengelolaan Lingkungan, Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta.
Tanjung, Amalia Dan Yesi Afrisa. 2016. Perencanaan Dinding Penahan Tanah
Tipe Penyanggah Pada Tebing Sungai Lematang Kabupaten Lahat,
Sumatera Selatan. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya
158
LAMPIRAN 1
159
160
PERHITUNGAN NERACA MASSA ALTERNATIF 1
~ Konsentrasi limbah
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
Hasil Pengujian Sampel Air
TSS = 1840,00 mg/l Limbah
1 Bak Ekualisasi
Diketahui :
Qave = 0,000421 m3/detik = 36,37 m3/hari
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
TSS = 1840,00 mg/l
CODM = 219,98 kg/hari
BODM = 87,20 kg/hari
TSSM = 66,92 kg/hari
Efisiensi removal
COD = 0 %
BOD = 0 %
161
TSS = 0 %
Removal
COD = % removal x COD = 0,00 mg/l
BOD = % removal x BOD = 0,00 mg/l
TSS = % removal x TSS = 0,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 0,00 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 0,00 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 0,00 kg/hari
Kualitas efluen
COD = influen - removal = 6048,47 mg/l
BOD = influen - removal = 2397,50 mg/l
TSS = influen - removal = 1840,00 mg/l
Beban efluen
CODM = influen - removal = 219,98 kg/hari
BODM = influen - removal = 87,20 kg/hari
TSSM = influen - removal = 66,92 kg/hari
1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 66,921 kg/hari
Debit
lumpur = 4,441 m3/hari
2 Bak Netralisasi
Diketahui :
Qave = 0,000012 m3/detik = 1 m3/hari
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
TSS = 1840,00 mg/l
CODM = 219,98 kg/hari
162
BODM = 87,20 kg/hari
TSSM = 66,92 kg/hari
Efisiensi removal
COD = 0 %
BOD = 0 %
TSS = 0 %
Removal
COD = % removal x COD = 0,00 mg/l
BOD = % removal x BOD = 0,00 mg/l
TSS = % removal x TSS = 0,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 0,00 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 0,00 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 0,00 kg/hari
Kualitas efluen
COD = influen - removal = 6048,47 mg/l
BOD = influen - removal = 2397,50 mg/l
TSS = influen - removal = 1840,00 mg/l
Beban efluen
CODM = influen - removal = 219,98 kg/hari
BODM = influen - removal = 87,20 kg/hari
TSSM = influen - removal = 66,92 kg/hari
1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 66,921 kg/hari
Debit
lumpur = 4,441 m3/hari
163
3 ABR
Diketahui :
Qave = 0,00037 m3/detik = 31,93 m3/hari
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
TSS = 1840,00 mg/l
CODM = 219,98 kg/hari
BODM = 87,20 kg/hari
TSSM = 66,92 kg/hari
Efisiensi removal
COD = 83,24734 % (perhitungan efisiensi removal)
BOD = 85,822 % (perhitungan efisiensi removal)
TSS = 70 % (perhitungan efisiensi removal)
Removal
COD = % removal x COD = 5035,19 mg/l
BOD = % removal x BOD = 2057,58 mg/l
TSS = % removal x TSS = 1288,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 183,13 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 74,83 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 46,84 kg/hari
Kualitas efluen
COD = influen - removal = 1013,28 mg/l
BOD = influen - removal = 339,92 mg/l
TSS = influen - removal = 552,00 mg/l
Beban efluen
CODM = influen - removal = 36,85 kg/hari
BODM = influen - removal = 12,36 kg/hari
TSSM = influen - removal = 20,08 kg/hari
164
TSSM =
Massa
lumpur = 66,921 kg/hari
Debit
lumpur = 4,441 m3/hari
4 Extended Aeration
Diketahui :
Qave = 0,00037 m3/detik = 31,93 m3/hari
COD = 1013,28 mg/l
BOD = 339,92 mg/l
TSS = 552,00 mg/l
CODM = 36,85 kg/hari
BODM = 12,36 kg/hari
TSSM = 20,08 kg/hari
Efisiensi removal
COD = 75 %
BOD = 75 % (perhitungan efisiensi removal)
TSS = 75 %
Removal
COD = % removal x COD = 759,96 mg/l
BOD = % removal x BOD = 254,94 mg/l
TSS = % removal x TSS = 414,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 27,64 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 9,27 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 15,06 kg/hari
Kualitas efluen
COD = influen - removal = 253,32 mg/l
BOD = influen - removal = 84,98 mg/l
TSS = influen - removal = 138,00 mg/l
Beban efluen
CODM = influen - removal = 9,21 kg/hari
BODM = influen - removal = 3,09 kg/hari
165
TSSM = influen - removal = 5,02 kg/hari
1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 20,076 kg/hari
Debit
lumpur = 1,332 m3/hari
5 Clarifier
Diketahui :
Qave = 0,00037 m3/detik = 31,93 m3/hari
COD = 253,32 mg/l
BOD = 84,98 mg/l
TSS = 138,00 mg/l
CODM = 36,85 kg/hari
BODM = 12,36 kg/hari
TSSM = 20,08 kg/hari
Efisiensi removal
COD = 30 % Said,2005
BOD = 30 % Said,2005
TSS = 50 % Said,2005
Removal
COD = % removal x COD = 76,00 mg/l
BOD = % removal x BOD = 25,49 mg/l
TSS = % removal x TSS = 69,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 11,06 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 3,71 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 10,04 kg/hari
Kualitas efluen
COD = influen - removal = 177,32 mg/l
166
BOD = influen - removal = 59,49 mg/l
TSS = influen - removal = 69,00 mg/l
Beban efluen
CODM = influen - removal = 25,80 kg/hari
BODM = influen - removal = 8,65 kg/hari
TSSM = influen - removal = 10,04 kg/hari
1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 20,076 kg/hari
Debit
lumpur = 1,332 m3/hari
167
PERHITUNGAN NERACA MASSA ALTERNATIF 2
~ Konsentrasi limbah
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
Hasil Pengujian Sampel Air
TSS = 1840,00 mg/l Limbah
Debit
limbah rata-
~ rata (Q) = 36,37 m3/hari = 0,421 l/detik
1 Bak Ekualisasi
Diketahui :
Qave = 0,000421 m3/detik = 36 m3/hari
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
TSS = 1840,00 mg/l
CODM = 219,98 kg/hari
BODM = 87,20 kg/hari
TSSM = 66,92 kg/hari
Efisiensi removal
COD = 0 %
BOD = 0 %
TSS = 0 %
168
Removal
COD = % removal x COD = 0,00 mg/l
BOD = % removal x BOD = 0,00 mg/l
TSS = % removal x TSS = 0,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 0,00 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 0,00 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 0,00 kg/hari
Kualitas efluen
COD = influen - removal = 6048,47 mg/l
BOD = influen - removal = 2397,50 mg/l
TSS = influen - removal = 1840,00 mg/l
Beban efluen
CODM = influen - removal = 219,98 kg/hari
BODM = influen - removal = 87,20 kg/hari
TSSM = influen - removal = 66,92 kg/hari
1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 66,921 kg/hari
Debit
lumpur = 4,441 m3/hari
2 Netralisasi
Diketahui :
Qave = 0,00037 m3/detik = 31,93 m3/hari
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
TSS = 1840,00 mg/l
CODM = 219,98 kg/hari
BODM = 87,20 kg/hari
169
TSSM = 66,92 kg/hari
Efisiensi removal
COD = 0 %
BOD = 0 %
TSS = 0 %
Removal
COD = % removal x COD = 0,00 mg/l
BOD = % removal x BOD = 0,00 mg/l
TSS = % removal x TSS = 0,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 0,00 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 0,00 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 0,00 kg/hari
Kualitas efluen
COD = influen - removal = 6048,47 mg/l
BOD = influen - removal = 2397,50 mg/l
TSS = influen - removal = 1840,00 mg/l
Beban
efluen
CODM = influen - removal = 219,98 kg/hari
BODM = influen - removal = 87,20 kg/hari
TSSM = influen - removal = 66,92 kg/hari
1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 66,921 kg/hari
Debit
lumpur = 4,441 m3/hari
3 Biofilter Anaerob
170
Diketahui :
Qave = 0,00037 m3/detik = 31,93 m3/hari
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
TSS = 1840,00 mg/l
CODM = 219,98 kg/hari
BODM = 87,20 kg/hari
TSSM = 66,92 kg/hari
Efisiensi removal
COD = 75 % (ratnawati,2014)
BOD = 75 % (ratnawati,2014)
TSS = 75 % (ratnawati,2014)
Removal
COD = % removal x COD = 4536,35 mg/l
BOD = % removal x BOD = 1798,13 mg/l
TSS = % removal x TSS = 1380,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 164,99 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 65,40 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 50,19 kg/hari
Kualitas efluen
COD = influen - removal = 1512,12 mg/l
BOD = influen - removal = 599,38 mg/l
TSS = influen - removal = 460,00 mg/l
Beban efluen
CODM = influen - removal = 55,00 kg/hari
BODM = influen - removal = 21,80 kg/hari
TSSM = influen - removal = 16,73 kg/hari
1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
171
TSSM =
Massa
lumpur = 66,921 kg/hari
Debit
lumpur = 4,441 m3/hari
4 Biofilter Aerob
Diketahui :
Qave = 0,00037 m3/detik = 31,93 m3/hari
COD = 1512,12 mg/l
BOD = 599,38 mg/l
TSS = 460,00 mg/l
CODM = 219,98 kg/hari
BODM = 87,20 kg/hari
TSSM = 66,92 kg/hari
Efisiensi removal
COD = 90 % (Ratnawati,2014)
BOD = 90 % (Ratnawati,2014)
TSS = 90 % (Ratnawati,2014)
Removal
COD = % removal x COD = 1360,91 mg/l
BOD = % removal x BOD = 539,44 mg/l
TSS = % removal x TSS = 414,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 197,98 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 78,48 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 60,23 kg/hari
Kualitas efluen
COD = influen - removal = 151,21 mg/l
BOD = influen - removal = 59,94 mg/l
TSS = influen - removal = 46,00 mg/l
Beban
efluen
CODM = influen - removal = 22,00 kg/hari
BODM = influen - removal = 8,72 kg/hari
TSSM = influen - removal = 6,69 kg/hari
172
Lumpur terdiri dari 98,5% air dan 1,5% TSS, sehingga :
Sglumpur = 1,005
1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 66,921 kg/hari
Debit
lumpur = 4,441 m3/hari
5 Clarifier
Diketahui :
Qave = 0,00037 m3/detik = 31,93 m3/hari
COD = 151,21 mg/l
BOD = 59,94 mg/l
TSS = 46,00 mg/l
CODM = 22,00 kg/hari
BODM = 8,72 kg/hari
TSSM = 6,69 kg/hari
Efisiensi removal
COD = 30 % (degreemont,1991 dan metcalf & eddy, 2004)
BOD = 30 % (degreemont,1991 dan metcalf & eddy, 2004)
TSS = 50 % (degreemont,1991 dan metcalf & eddy, 2004)
Removal
COD = % removal x COD = 45,36 mg/l
BOD = % removal x BOD = 17,98 mg/l
TSS = % removal x TSS = 23,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 6,60 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 2,62 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 3,35 kg/hari
Kualitas efluen
COD = influen - removal = 105,85 mg/l
173
BOD = influen - removal = 41,96 mg/l
TSS = influen - removal = 23,00 mg/l
Beban efluen
CODM = influen - removal = 15,40 kg/hari
BODM = influen - removal = 6,10 kg/hari
TSSM = influen - removal = 3,35 kg/hari
1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 6,692 kg/hari
Debit
lumpur = 0,444 m3/hari
174
PERHITUNGAN NERACA MASSA ALTERNATIF 3
~ Konsentrasi limbah
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
Hasil Pengujian Sampel Air
TSS = 1840,00 mg/l Limbah
Debit
limbah
rata-rata
~ (Q) = 36,37 m3/hari = 0,421 l/detik
1 Bak Ekualisasi
Diketahui :
Qave = 0,000421 m3/detik = 36,37 m3/hari
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
TSS = 1840,00 mg/l
CODM = 219,98 kg/hari
BODM = 87,20 kg/hari
TSSM = 66,92 kg/hari
Efisiensi removal
COD = 0 %
BOD = 0 %
TSS = 0 %
175
Removal
COD = % removal x COD = 0,00 mg/l
BOD = % removal x BOD = 0,00 mg/l
TSS = % removal x TSS = 0,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 0,00 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 0,00 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 0,00 kg/hari
Kualitas efluen
COD = influen - removal = 6048,47 mg/l
BOD = influen - removal = 2397,50 mg/l
TSS = influen - removal = 1840,00 mg/l
Beban efluen
CODM = influen - removal = 219,98 kg/hari
BODM = influen - removal = 87,20 kg/hari
TSSM = influen - removal = 66,92 kg/hari
1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 66,921 kg/hari
Debit
lumpur = 4,441 m3/hari
2 Netralisasi
Diketahui :
Qave = 0,00037 m3/detik = 31,93 m3/hari
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
TSS = 1840,00 mg/l
CODM = 219,98 kg/hari
BODM = 87,20 kg/hari
176
TSSM = 66,92 kg/hari
Efisiensi removal
COD = 0 %
BOD = 0 %
TSS = 0 %
Removal
COD = % removal x COD = 0,00 mg/l
BOD = % removal x BOD = 0,00 mg/l
TSS = % removal x TSS = 0,00 mg/l
CODM = % removal x CODM = 0,00 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 0,00 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 0,00 kg/hari
Kualitas efluen
COD = influen - removal = 6048,47 mg/l
BOD = influen - removal = 2397,50 mg/l
TSS = influen - removal = 1840,00 mg/l
Beban efluen
CODM = influen - removal = 219,98 kg/hari
BODM = influen - removal = 87,20 kg/hari
TSSM = influen - removal = 66,92 kg/hari
1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 66,921 kg/hari
Debit
lumpur = 4,441 m3/hari
3 UASB
177
Diketahui :
Qave = 0,00037 m3/detik = 31,93 m3/hari
COD = 6048,47 mg/l
BOD = 2397,50 mg/l
TSS = 1840,00 mg/l
CODM = 219,98 kg/hari
BODM = 87,20 kg/hari
TSSM = 66,92 kg/hari
Efisiensi removal
COD = 82 % Kusumadewi,2016
BOD = 74 % Kusumadewi,2016
TSS = 94 % Kusumadewi,2016
Removal
COD = % removal x COD = 4959,75 mg/l
BOD = % removal x BOD = 1774,15 mg/l
TSS = % removal x TSS = 1729,60 mg/l
CODM = % removal x CODM = 180,39 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 64,53 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 62,91 kg/hari
Kualitas efluen
COD = influen - removal = 1088,72 mg/l
BOD = influen - removal = 623,35 mg/l
TSS = influen - removal = 110,40 mg/l
Beban efluen
CODM = influen - removal = 39,60 kg/hari
BODM = influen - removal = 22,67 kg/hari
TSSM = influen - removal = 4,02 kg/hari
1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
178
TSSM =
Massa
lumpur = 66,921 kg/hari
Debit
lumpur = 4,441 m3/hari
4 Activeted Sludge
Diketahui :
Qave = 0,00037 m3/detik = 31,93 m3/hari
COD = 1088,72 mg/l
BOD = 623,35 mg/l
TSS = 110,40 mg/l
CODM = 219,98 kg/hari
BODM = 87,20 kg/hari
TSSM = 66,92 kg/hari
Efisiensi removal
COD = 85 % Japan Sewage Work Assosiation
BOD = 85 % Japan Sewage Work Assosiation
TSS = 85 % Japan Sewage Work Assosiation
Removal
COD = % removal x COD = 925,42 mg/l
BOD = % removal x BOD = 529,85 mg/l
TSS = % removal x TSS = 93,84 mg/l
CODM = % removal x CODM = 186,99 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 74,12 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 56,88 kg/hari
Kualitas efluen
COD = influen - removal = 163,31 mg/l
BOD = influen - removal = 93,50 mg/l
TSS = influen - removal = 16,56 mg/l
Beban efluen
CODM = influen - removal = 33,00 kg/hari
BODM = influen - removal = 13,08 kg/hari
179
TSSM = influen - removal = 10,04 kg/hari
1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 66,921 kg/hari
Debit
lumpur = 4,441 m3/hari
5 Clarifier
Diketahui :
Qave = 0,00037 m3/detik = 31,93 m3/hari
COD = 163,31 mg/l
BOD = 93,50 mg/l
TSS = 16,56 mg/l
CODM = 33,00 kg/hari
BODM = 13,08 kg/hari
TSSM = 10,04 kg/hari
Efisiensi removal
COD = 30 % (degreemont,1991 dan metcalf & eddy, 2004)
BOD = 30 % (degreemont,1991 dan metcalf & eddy, 2004)
TSS = 50 % (degreemont,1991 dan metcalf & eddy, 2004)
Removal
COD = % removal x COD = 48,99 mg/l
BOD = % removal x BOD = 28,05 mg/l
TSS = % removal x TSS = 8,28 mg/l
CODM = % removal x CODM = 9,90 kg/hari
BODM = % removal x BODM = 3,92 kg/hari
TSSM = % removal x TSSM = 5,02 kg/hari
180
Kualitas efluen
COD = influen - removal = 114,32 mg/l
BOD = influen - removal = 65,45 mg/l
TSS = influen - removal = 8,28 mg/l
Beban efluen
CODM = influen - removal = 23,10 kg/hari
BODM = influen - removal = 9,16 kg/hari
TSSM = influen - removal = 5,02 kg/hari
1 %solid %air
= +
Sgl Sgs Sga
TSSM =
Massa
lumpur = 10,038 kg/hari
Debit
lumpur = 0,666 m3/hari
181
182
LAMPIRAN 2
183
184
LAMPIRAN C
DATA SONDIR
185
186
187