STANDAR TEKNIS
BAB I
PENDAHULUAN
Telp : 000
Email : batubara@gmail.com
No Tlp/Hp :
DESKRIPSI KEGIATAN
…………………………………………………………
Badan air permukaan (surface water) secara umum meliputi air sungai, danau,
waduk, rawa dan atau bentuk jenis genangan air lainnya. Pada rona awal ini
disajikan lebih fokus pada kondisi sungai, dikarenakan badan air sungai inilah yang
diprakirakan akan berdampak besar dari adanya rencana usaha penambangan
batubara oleh PT. X. Sungai sendiri didefinisikan sebagai badan air yang berbentuk
saluran dimana mengalir dari elevasi tinggi ke elevasi yang lebih rendah. Kulitas air
sungai sendiri sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitar aliran sungai.
Titik lokasi pengambilan contoh uji atau sampel air sungai harus sebisa
mungkin mewakili kondisi sebenarnya sehingga didapatkan gambaran yang baik
mengenai kondisi mutu air sungai di sekitar lokasi rencana usaha pertambangan
batubara PT.X ini. Lokasi pengambilan contoh uji mutu kualitas air sungai ini
disesuaikan pula dengan rencana lokasi outfall atau pembuangan air limbah hasil
olahan fasilitas pengolah air limbah, untuk lebih jelasnya ditunjukkan oleh tabel dan
gambar berikut ini:
Tabel 3.5. Lokasi Pengambilan Contoh Uji Mutu Air Sungai di Sekitar Lokasi
Rencana Penambangan Batubara PT. X
Titik Koordinat
Nama
No UTM Geografis
Sampel
X Y BT LS
1. Hulu 9892260.9 114° 22' 0° 58' 25.396"
208197.01
Sungai 1 4 41.499" E S
2. Hilir Sungai 9892157.1 114° 22' 0° 58' 28.782"
1 208554.16 6 53.008" E S
3. Hulu 9890541.4 114° 23' 0° 59' 21.367"
Sungai 2 209155.60 0 12.407" E S
4. Hilir Sungai 9891504.4 114° 23' 0° 58' 50.038"
2 209377.85 9 19.616" E S
Sumber : Laboratorium Lingkungan PT.ABC, 2022.
3.1.3. Debit
Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu.
Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS).
Satuan debit yang digunakan adalah meter kubir per detik (m 3/s). Debit aliran adalah
laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang
sungai per satuan waktu (Asdak, 2010). Aliran sungai berasal dari hujan yang masuk
kedalam alur sungai berupa aliran permukaan dan aliran air dibawah permukaan,
debit aliran sungai akan naik setelah terjadi hujan yang cukup, kemudian yang turun
kembali setelah hujan selesai.
Terdapat tiga kemungkinan perubahan debit air sungai yaitu Laju pertambahan
air bawah tanah lebih kecil dari penurunan aliran air bawah tanah normal, Laju
pertambahan air bawah tanah sama dengan laju penurunannya, sehingga debit
aliran menjadi konstan untuk sementara, dan Laju pertambahan air bawah tanah
Debit Pendekatan
No. Lokasi Kondisi 3
m /s Liter/s m3/Jam
Kering 1,79 1.794 6.458
Rata –
1. Hulu 25,49 25.486 91.751
Rata
Banjir 106,46 106.464 383.271
Kering 1,99 1.989 7.162
Rata –
2. Hilir 27,25 27.246 98.087
Rata
Banjir 107,78 107.779 388.005
Sumber : PT.X, 2022.
Sungai adalah sebuah sistem alur alam yang secara menerus menyesuaikan
dirinya terhadap perubahan lingkungan sekitarnya dalam bentuk aksi dan reaksi.
Penyesuaian terhadap perubahan lingkungan sekitar ini bisa berjalan pelan tak
terlihat dan berjangka panjang atau bisa juga berjalan sangat cepat mendadak.
Siklus hidrologi adalah sirkulasi menerus air di bumi yang tidak pernah berhenti
dalam jumlah besar dari bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi melalui proses-
proses evaporasi dan transpirasi, kondensasi, presipitasi. Dalam perjalanan di tiap
proses tersebut air dapat berubah phase dari cair (air) menjadi gas (uap air),
menjadi cair lagi atau bahkan menjadi padat (es). Siklus hidrologi dimulai oleh
pemanasan air laut oleh sinar matahari, yang menimbulkan pergerakan uap air
dalam jumlah besar karena penguapan menuju atmosfer. Setelah melalui proses
10 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id
kondensasi uap air berubah menjadi cair dan turun ke bumi lagi menjadi hujan
(presipitasi). Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat terevaporasi
kembali ke atmosfer atau jatuh ke tetumbuhan diintersepsi oleh tanaman sebelum
mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, air hujan terpisah menjadi dua yaitu :
1. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-
celah dan pori-pori tanah dan bebatuan menuju muka air tanah.
2. Aliran Permukaan - Air bergerak di atas permukaan tanah, yang tampak nyata
adalah di daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan
membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan menuju laut.
Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk,
rawa), dan sebagian air bawah permukaan yang mengalir mengisi sungai
akhirnya membentuk sistem Daerah Aliran Sungai (DAS).
Pada lokasi rencana usaha pertambangan batubara oleh PT. X ini Berdasarkan
data curah hujan dari stasiun klimatologi setempat, besarnya curah hujan maksimum
harian rata-rata di area tambang adalah sebesar 99.4 mm/hari. Jumlah hari hujan
yang terjadi rata-rata yang terjadi adalah 16 hari per bulan, dengan jumlah hujan
terbesar terjadi pada Bulan November yaitu mencapai 22.9 hari dan curah hujan
minimum terjadi pada Bulan Juni dengan jumlah hari hujan 11.9 hari. Untuk lebih
jelasnya mengenai data curah hujan ditunjukkan oleh tabel berikut:
Tabel 3.7. Data Curah Hujan di Areal Lokasi Rencana Usaha Pertambangan
Batubara PT. X
Jaringan sungai, dalam suatu DAS anak sungai di bagian atas akan
bersambung dengan anak sungai yang lebih besar di bawahnya. Setiap anak
sungai menghasilkan hidrograf aliran yang menunjukkan respon DAS terhadap
curah hujan. Respon tersebut diwujudkan dalam bentuk kurva hidrograf aliran yang
kemudian dapat dimanfaatkan untuk mengevaluasi kondisi hidrologi DAS yang
bersangkutan. Ketika anak sungai bergabung dengan anak sungai lain dibawahnya,
aliran air dari kedua anak sungai tersebut tidak terjadi secara bersamaan. Debit
puncak untuk satu anak sungai mungkin telah terlampaui, sementara pada anak
sungai berikutnya debit puncak akan segera terjadi. Pengaruh ketidaksamaan waktu
terjadinya debit puncak pada masing- masing anak sungai tersebut akan
menurunkan besarnya debit puncak total pada sungai utama (sungai yang
menampung kedua anak sungai tersebut). Secara umum dimensi sungai di area
rencana usaha penambangan PT. X ditunjukkan oleh tabel berikut ini:
Tabel 3.8. Dimensi Sungai Di Areal Lokasi Rencana Usaha Pertambangan PT.X
Dimensi Sungai
No. Lokasi Kondisi
b (m) h (m) T (m)
Kering 54,90 0,85 55,92
Rata –
1. Hulu 54,90 2,10 57,42
Rata
Banjir 54,90 3,45 59,05
Kering 55,03 0,88 55,93
Rata –
2. Hilir 55,03 2,15 57,22
Rata
Banjir 55,03 3,47 58,57
Sumber : PT.X, 2022.
Bioindikator adalah ukuran langsung dari kesehatan fauna dan flora di perairan.
Indikator biologi yang umum digunakan di air tawar meliputi berbagai ukuran
makroinvertebrata atau keragaman ikan, pertumbuhan alga benthik (benthic algal
growth) dan kebutuhan oksigen bentik (benthic oxygen demand). Biomonitoring air
dilakukan dengan melihat keberadaan kelompok organisme indikator. Organisme
tersebut, yaitu (1) Plankton; “kelompok mikroorganisme yang hidup melayang-layang
di dalam air”; (2) Perifiton; “kelompok alga, cyanobacter, mikroba dan detritus yang
hidup di dalam air”; (3) Mikrobentos; “kelompok mikroorganisme yang hidup di dalam
atau di permukaan air”; (4) Kelompok makroinvertebrata di dalam atau permukaan
air; (5) Makrofita: kelompok tumbuhan air; dan (6) Nekton: ikan. Kelompok ini
digunakan untuk menduga kualitas air sebab mampu menggambarkan pengaruh
perubahan kondisi fisik dan kimia di perairan dalam pada kurun waktu tertentu.
Untuk mendapatkan informasi kualitas air yang lebih akurat, sebaiknya dilakukan
penggabungan antara pemantauan kualitas air secara fisik-kimia dan biologi
(Husamah, & A. Rahardjanto, 2019).
Biota perairan yang terdapat di wilayah studi adalah biota perairan tawar yang
digolongkan berdasarkan jenis diantaranya plankton, benthos, perifiton, tumbuhan
air, nekton, dan dekomposer. Jenis biota air tingkat nekton yang pada rantai
makanan ekosistem perairan menempati tingkatan trofik sebagai konsumen. Pada
tabel berikut akan ditujukkan mengenai hasil uji biota air di badan air permukaan
pada wilayah studi:
Sampel
No Phylum Genera
Hulu Hilir
Phytoplankton
1 Cyanopyhta Oscillatoria 10 -
2 Chlorophyta Closterium - 30
Homidium 40 20
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-
ruang antar butir tanah atau batuan yang membentuknya dalam retak-retak batuan.
Untuk air tanah di wilayah lokasi rencana kegiatan tersusun dari batuan induk yang
bervariasi dan terletak ketinggian 0 – 100 mdpl. Oleh sebab itu kedalaman air
tanahnya akan bervariasi, dari dangkal (daerah dataran hingga perbukitan dan
pegunungan). Pada Lokasi Kegiatan X secara umum mencakup pada satu DAS. Air
tanah berada di dalam lapisan tanah dengan kedalam berbeda-beda dan airtanah
dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup manusia. Jika merujuk pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 tentang standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene
20 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id
Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum Kualitas, standar
baku mutu kesehatan lingkungan untuk media air untuk keperluan higiene sanitasi
meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia yang dapat berupa parameter wajib dan
parameter tambahan. Berikut adalah hasil analisa laboratorium mengenai kualitas air
tanah di wilayah studi:
Tabel 3.10 Hasil Uji Kualitas Air Tanah Pada Lokasi Rencana Usaha
Pertambangan Batubara PT.X
4.5
3.5
3
slow-reacting CBOD (mg/L)
2.5
1.5
0.5
0
2.00 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00
distance upstream (Km)
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
2.00 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00
8.0
7.0
6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
2.00 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00
distance upstream (Km)
Sungai X (8/22/2022)
30
25
20
temperature (deg C)
15
10
0
2.00 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00
distance upstream (Km)
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
2 1 0
distance upstream (Km)
BAB V
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
2) Kolam pengendapan
Kolam pengendapan memanfaatkan gravitasi untuk mengendapkan padatan
terlarut. Air limbah dalam kegiatan penambangan pada umumnya banyak
mengandung padatan terlarut yang dapat menyebabkan degradasi kualitas
lingkungan. Upaya untuk mengurangi degradasi kualitas lingkungan dalam
kegiatan penambangan tersebut, dibutuhkan kolam pengendapan yang
dirancang sesuai dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada PT.XYZ.
Kolam pengendapan yang dirancang secara fisika terdiri dari dua kolam yaitu
kolam penangkap sedimen dan kolam kontrol. kolam pengendapan dengan
tujuan agar padatan tersuspensi dapat terendapkan dengan baik.
Bakteri pereduksi sulfat (BPS) akan tumbuh berkembang dan aktif mereduksi
sulfat dalam air asam tambang (bioremediasi). Penyerapan unsur-unsur logam
oleh tanaman (fitoremediasi). Daun-daun dan organ tanaman yang mati akan
memberikan masukan bahan organik ke dalam sistem Lahan Basah Buatan
sehingga keberlanjutannya dapat terjaga.
5) Kolam Indikator Penaatan BMAL (termasuk apabila ada pembatasan debit Air
Limbah maksimal).
27 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id
Kolam indikator penaatan Baku Mutu Air Limbah dapat dilengkapi sarana dan
prasarana yang disesuaikan dengan kualitas Air Limbah dan Baku Mutu Air
Limbah. Sarana dan prasarana tersebut seperti bahan dan alat untuk
penambahan kapur.
inlet Kolam
outlet
Kolam Kolam Pengolahan pH Pengolahan Kolam Indikator
Kolam
Pengendapan dan Parameter Logam Parameter Penaatan BMAL
Ekualisasi
Organik
Kriteria desain dari setiap unit operasi pada IPAL PT XYZ yakni sebagai
berikut.
a. Kolam Ekaluais
HRT = 4 jam
b. Kolam Pengendapan
HRT = 4 - 8 jam
c. Kolam pengolahan pH dan Parameter Logam
HRT = 12 - 24 jam
d. Kolam pengolahan parameter organik
HRT Aerasi = 3-4 jam
e. Kolam Indikator Penaatan BMAL
HRT = 1 - 2 jam
Berikut merupakah tabel Baku Mutu Air Limbah Pertambangan Batu Bara dan Lignit
pada PT.XYZ :
Tabel 5.1 Baku Mutu Air Limbah Pertambangan Batu Bara dan Lignit
Kadar Maksimum
No Parameter Satuan
Pertambangan Pengolahan/Pencucian
1 Derajat Keasaman (pH) - 6-9 6-9
2 Padatan Tersuspensi
mg/L 400 200
(TSS)
3 Besi (Fe) Total mg/L 7 7
4 Mangan (Mn) Total mg/L 4 4
5 Kebutuhan Oksigen
mg/L 30 30
Biokimiawi (BOD)
6 Kebutuhan Oksigen mg/L 100 100
inlet Kolam
Kolam Kolam Pengolahan pH Pengolahan Kolam Indikator
Kolam
Pengendapan dan Parameter Logam Parameter Penaatan BMAL
Ekualisasi
Organik
Layout IPAL dan saluran IPAL dapat dilihat pada gambar 5.3 sebagai berikut.
BAB VI
Selain itu debit maksimal air limbah yang boleh dibuang yakni sebesar 30
3
m /hari sesuai dengan hasil perhitungan debit air limbah maksimal sebelumnya.
Debit air limbah dicek setiap hari untuk memastikan air limbah yang dibuang tidak
lebih dari 30 m3/hari.
Pengambilan contoh uji dilakukan dengan mengacu pada SNI 6989.59-2008
tentang Metode Pengambilan Contoh Air Limbah.
6.5 Mutu Air pada Badan Air Permukaan yang Dipantau dan Metode
Pengambilan Contoh Uji
Badan air yang permukaan tempat pembuangan air limbah adalah sungai
dengan dimensi lebar 6 m, kedalaman rata-rata 1,2 m, dan panjang sungai yang
lokasi kegiatan 550 m. Air sungai mengalir sepanjang tahun dengan kondisi di
musim penghujan lebuih banyak debitnya.
Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, mutu air dibagi
menjadi empat golongan, yaitu Kelas 1, 2, 3 dan 4. Mutu air sungai yang dijadikan
acuan untuk dipantau adalah memenuhi mutu air kelas 2 dengan rincian
sebagaimana Tabel 2.
Tabel 2. Baku Mutu Air Sungai
No. Parameter Unit Kelas 2 Keterangan
1. Suhu ⁰C Dev 3 Perbedaan dengan
suhu udara di atas
permukaan air
2. TDS mg/L 1.000 Tidak berlaku untuk
muara
3. TSS mg/L 50
4. Warna Pt-Co Unit 50 Tidak berlaku untuk
air gambut
(berdasarkan kondisi
Metode pengambilan contoh uji air tanah mengacu pada SNI 6989.58:2008
tentang Metode pengambilan Contoh Air Tanah.
6.7 Frekuensi Pemantauan
Frekuensi pemantauan effluen instalasi pengolahan air limbah dilakukan 1
(satu) kali tiap bulan pada titik penaatan. Berdasarkan pada peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. 5 Tahun 2021 tentang
Tata Cara Penerbitan Persetujuan Teknis dan Surat Kelayakan Operasional Bidang
Pengendalian Pencemaran Lingkungan, frekuensi pemantauan air tanah dilakukan
paling sedikit 2 kali dalam satu tahun atau mewakili periode musim kering (kemarau)
dan periode musim basah (hujan). Hasil pemantauan selanjutnya diolah di
laboratorium teregistrasi sesuai parameter dalam Permenkes No. 32 Tahun 2017.
Limbah cair atau polutan adalah jenis air limbah yang banyak dihasilkan dari
kegiatan proses produksi sebuah industri sehingga limbah cair sangat identik
dengan limbah industri. Pengelolaan Limbah Cair adalah menjaga air yang keluar
tetap bersih dengan menghilangkan polutan yang ada dalam air limbah tersebut,
atau dengan menguraikan polutan yang ada dalam air limbah sehingga hilang sifat-
sifat dari polutan tersebut.
Beberapa cara pengelolaan limbah cair yang dapat dilakukan di industry yaitu :
a. Pengelolaan limbah secara fisika yaitu dengan memisahkan material-
material pengotor yang kasat mata serta berukuran cukup besar dengan
mengunakan penyaring pada proses sendimentasi, floatasi, dan absorbs.
b. Pengelolaan limbah secara kimia yaitu dengan adanya penambahan bahan
kimia untuk mengendapkan/memisahkan/menghilangkan zat-zat pengotor
dalam limbah cair tersebut, prosesnya meliputi koagulasi,
oksidasi,penukarion, degradasi, dan ozonisasi.
c. Pengelolaan limbah cair secara biologi yaitu menggunakan biota hidup atau
migroba untuk menguraikan zat-zat pencemar dalamlimbah cair, prosesnya
meliputi aerobic, anaerobic dan fakultatif.
10 Cara menangani limbah cair dibawah ini bisa membantu kita dalam
melakukan penanganan limbah cair sebagai berikut :
1. PENYARINGAN
Limbah cair bisa di saring / difiltrsi unt memisahkan partikel tersusensi dari air
2. FLOTASI
Flotasi merupakan proses penanganan limbah dengan cara membuang dan
memisahkan partikel yang mengapung diatas permukaan air
3. ABSORBSI/ PENYERAPAN
Proses absorbsi ini dilakukan dengan menggunakan karbon sehngga partikel
yang tidak dibutuhkn bisa terserap dan terpisah dari air
4. PENGENDAPAN
SISTEM MANAJEMEN
LINGKUNGAN
2. Pelaksanaan
c. Melakukan evaluasi hasil pemantauan air limbah mengacu pada Baku Mutu
Air Limbah yang telah ditetapkan dalam Persetujuan Teknis atau peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang Baku Mutu Air Limbah;
4. Tindakan