Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN KAJIAN TEKNIS

RENCANA PENAMBANGAN BATUBARA


PT.XYZ
DAFTAR ISI

BAGIAN A STANDAR TEKNIS


Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Penanggung Jawab kegiatan
1.4 Peraturan Perundang-Undangan
Bab 2 Deskripsi Kegiatan
2.1 Jenis dan kapasitas Usaha dan/atau Kegiatan
2.2 Jenis dan jumlah bahan baku dan/atau bahan penolong yang digunakan
2.3 Proses Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan termasuk kegiatan
penunjang yang berpotensi menghasilkan Air Limbah
2.3.1 Proses Utama dan Proses Penunjang Usaha dan/atau Kegiatan
2.3.2 Karakteristik Air Limbah
2.3.3 Diagram Alir Proses
2.3.4 Neraca Air
2.3.5 Fluktuasi atau Kontinuitas Produksi dan Air Limbah
2.3.6 Layout Lokasi Masing-Masing Unit Proses/Kerja
2.3.7 Layout Instalasi Pengolahan Air Limbah, Saluran Air Limbah serta
Lokasi Pembuangan Air Limbah (Outfall)
Bab 3 Rona Lingkungan Awal
3.1 Badan Air Permukaan
3.1.1 Mutu Air Permukaan
3.1.2 Lokasi Pengambilan Contoh Uji
3.1.3 Debit
3.1.4 Alokasi Beban Pencemar Air (Bila Ada)
3.1.5 Mutu Sedimen (untuk Kegiatan yang Mempunyai Potensi Pencemar Air
Tinggi)
3.2 Hidrologi dan Morfologi Badan Air Permukaan
3.3 Biota Air
3.4 Ekosistem yang Memiliki Nilai Penting (Bila Ada)
3.5 Air Tanah

Bab 4 Prakiraan Dampak


4.1 Perhitungan Baku Mutu Air Limbah
4.2 Sebaran Air Limbah
4.3 Sifat penting dampak
Bab 5 Rencana Pengelolaan Lingkungan
5.1 Kapasitas Instalasi Pengolahan Air Limbah
5.2 Teknologi Sistem Pengolahan Air Limbah
5.3 Unit Proses atau Unit Operasi
5.4 Kriteria Desain Setiap Unit Proses
5.5 Alur Proses dan Layout Instalasi Pengolahan Air Limbah
5.6 Pengelolaan Lumpur dan/atau Gas yang Dihasilkan
Bab 6 Rencana Pemantauan Lingkungan
6.1 Titik Penaatan (Outlet)
6.2 Titik Pembuangan Air Limbah (Outfall)
6.3 Titik Pemantauan Badan Air Permukaan
6.4 Mutu Air Limbah dan Metode Pengambilan Contoh Uji
6.5 Mutu Air pada Badan Air Permukaan yang Dipantau dan Metode Pengambilan
Contoh Uji
6.6 Mutu Air Tanah yang Dipantau dan Metode Pengambilan Contoh Uji
6.7 Frekuensi Pemantauan
Bab 7 Sistem Penanggulangan Keadaan Darurat
7.1 Unit yang Bertanggung Jawab terhadap Penanganan Kondisi Darurat
7.2 Rencana dan Prosedur Tanggap Darurat
Bab 8 Internalisasi Biaya Lingkungan
Bab 9 Periode waktu uji coba

BAGIAN B STANDAR KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA


Bab 10 Struktur Organisasi
Bab 11 Sumberdaya manusia

BAGIAN C SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN


BAGIAN A

STANDAR TEKNIS
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dokumen Kajian Teknis PT XYZ ini merupakan bagian dari persyaratan Persetujuan
Teknis. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 angka 93 PP No. 22 Tahun 2021
bahwa Persetujuan Teknis adalah Persetujuan dari Pemerintah atau Pemerintah
Daerah berupa ketentuan mengenai Standar Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan/atau Analisis Mengenai Dampak Lalu Lintas usaha dan/atau
kegiatan sesuai peraturan perundang-undangan. Dokumen Kajian Teknis merupakan
kelengkapan untuk memperoleh Sertifikat Kelayakan Operasional (SLO). Berdasarkan
Pasal 1 angka 94 PP No. 22 Tahun 2021, Sertifikat Kelayakan Operasional (SLO)
adalah surat yang memuat pernyataan pemenuhan mengenai Standar Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup usaha dan/atau kegiatan sesuai peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.5 Tahun 2021
tentang Tata Cara Penerbitan Persetujuan Teknis dan Surat Kelayakan Operasional
Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan, pada pasal 3 ayat 1 dijelaskan bahwa
Setiap Usaha dan/atau Kegiatan wajib Amdal atau UKL-UPL yang melakukan kegiatan
pembuangan dan/atau pemanfaatan air limbah, wajib memiliki: Persetujuan Teknis; dan
SLO. Pada pasal 14 ayat 1 peraturan tersebut juga dijelaskan bahwa Persetujuan
Teknis merupakan persyaratan penerbitan dan menjadi bagian dari persetujuan
lingkungan dan perizinan berusaha. Berdasarkan hasil penapisan mandiri yang
tercantum pada Lampiran X Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 5
Tahun 2021 tersebut, pertambanga batubara termasuk dalam kegiatan usaha dengan
dampak emisi tinggi dengan kode KBLI 05100 sehingga harus menyusun kajian teknis.
Oleh karena itu, sebagai persyaratan perizinan berusaha PT XYZ dan sebagai
upaya dalam pengendalian pencemaran lingkungan maka dalam dokumen ini
disusun Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah untuk Pembuangan Air
Limbah ke Badan Air Permukaan.
1.2 Tujuan
Tujuan dokumen ini adalah untuk menyusun Kajian Teknis Penambangan Batubara
PT XYZ. Dokumen Kajian Teknis merupakan persyaratan untuk memperoleh
Persetujuan Teknis dan juga merupakan kelengkapan untuk memperoleh SLO.

1.3 IDENTITAS PEMRAKARSA

Nama Perusahaan : PT XYZ

Bentuk Badan Usaha : Perseroan Terbatas

Alamat Kantor : Jalan Kalimantan

Telp : 000

Email : batubara@gmail.com

Usaha : Pertambangan Batubara

Kode KBLI : 05100

Lokasi Tempat Usaha : Jalan lebar Desa pedalaman

Penangagung Jawab : Bapak Hitam Batubara

Alamat : Jalan sempit

Jabatan : Direktur Utama

No Tlp/Hp :

1.4 Peraturan Perundang-Undangan


Kajian Teknis Penambangan Batubara PT XYZ ini dibuat dengan mengacu para
peraturan perundangan sebagai berikut:

a) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

b) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
c) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 5 Tahun 2022 tentang
Pengolahan Air Limbah Bagi Usaha dan /Atau Kegiatan Pertambangan dengan
Menggunakan Metode Lahan Basah Buatan

d) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 5 Tahun 2021


tentang Tata Cara Penerbitan Persetujuan Teknis dan Sertifikat Kelayakan
Operasional Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

e) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 4 Tahun 2021 tentang


Draf Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup atau Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelola

f) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014


tentang Baku Mutu Air Limbah.

1 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


BAB II

DESKRIPSI KEGIATAN

…………………………………………………………

2 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


BAB III
RONA LINGKUNGAN AWAL
Uraian mengenai rona lingkungan hidup awal merupakan gambaran umum
tentang keadaan lingkungan eksisting pada lokasi rencana usaha pertambangan
batubara oleh PT.X yang berlokasi di kecamatan X, Kabupaten Y dan, Provinsi Z
dengan rencana luasan tambang sekitar 1.000 Hektar (Ha). Kondisi rona lingkungan
hidup awal yang disajikan dalam dokumen ini merupakan hasil kompilasi data baik
berupa data primer maupun data sekunder.

3.1. Badan Air Permukaan

Badan air permukaan (surface water) secara umum meliputi air sungai, danau,
waduk, rawa dan atau bentuk jenis genangan air lainnya. Pada rona awal ini
disajikan lebih fokus pada kondisi sungai, dikarenakan badan air sungai inilah yang
diprakirakan akan berdampak besar dari adanya rencana usaha penambangan
batubara oleh PT. X. Sungai sendiri didefinisikan sebagai badan air yang berbentuk
saluran dimana mengalir dari elevasi tinggi ke elevasi yang lebih rendah. Kulitas air
sungai sendiri sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitar aliran sungai.

3.1.1. Mutu air permukaan

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang


Penyelenggaraan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, mutu air didefinisikan
sebagai ukuran kondisi air pada waktu dan tempat tertentu yang diukur dan/ atau
diuji berdasarkan parameter tertentu dan metode tertentu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan. Berdasarkan hasil pengambilan sampel yang
kemudian dilakukan pengujian pada air dari aliran sungai, dimana disesuaikan pula
dengan lokasi rencana outfall (pembuangan air limbah hasil olahan) fasilitas
pengolahan air limbah di sekitar lokasi rencana pertambangan batubara PT. X, maka
didapatkan hasil mutu air sungai yang ditunjukkan oleh tabel berikut:

3 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Tabel 3.1. Mutu Air Pada Hulu Sungai (Hulu 1)

Sumber : Laboratorium Lingkungan PT.ABC, 2022.

4 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Tabel 3.2. Mutu Air Pada Hilir Sungai (Hilir 1)

Sumber : Laboratorium Lingkungan PT.ABC, 2022.

5 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Tabel 3.3 Mutu Air Pada Hulu Sungai (Hulu 2)

Sumber : Laboratorium Lingkungan PT.ABC, 2022.

6 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Tabel 3.4. Mutu Air Pada Hilir Sungai (Hilir 2)

Sumber : Laboratorium Lingkungan PT.ABC, 2022.

7 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Mutu air sungai dapat dipengaruhi dari beberapa faktor seperti musim dan
kondisi iklim pada beberapa bulan terakhir sebelum dan saat pengambilan sampel
dilakukan, alih fungsi lahan di sekitar sungai dan aktifitas manusia lainnya yang
mengakibatkan masukknya unsur pencemar ke badan aliran sungai. Jika
dibandingkan dengan Baku Mutu Air Nasional Kelas II sesuai dengan lampiran VI
PP 22 Tahun 2021, secara umum dari parameter – parameter uji di atas masih
memenuhi ambang batas atau baku mutu yang ditetapkan, namun terdapat
beberapa parameter yang melebihi seperti BOD (8,70 mg/L pada Hulu 1; 3,27 mg/L
pada Hulu 2 ; dan 5,04 mg/L pada Hilir 2), COD (41,63 mg/L pada Hulu 1), dan
parameter Minyak & Lemak (1,80 mg/L pada Hulu 1; 1,80 mg/L pada Hilir 1; 2,20
mg/L pada Hulu 2; dan 3,00 mg/L pada Hilir 2).

3.1.2. Lokasi Pengambilan Contoh Uji

Titik lokasi pengambilan contoh uji atau sampel air sungai harus sebisa
mungkin mewakili kondisi sebenarnya sehingga didapatkan gambaran yang baik
mengenai kondisi mutu air sungai di sekitar lokasi rencana usaha pertambangan
batubara PT.X ini. Lokasi pengambilan contoh uji mutu kualitas air sungai ini
disesuaikan pula dengan rencana lokasi outfall atau pembuangan air limbah hasil
olahan fasilitas pengolah air limbah, untuk lebih jelasnya ditunjukkan oleh tabel dan
gambar berikut ini:

Tabel 3.5. Lokasi Pengambilan Contoh Uji Mutu Air Sungai di Sekitar Lokasi
Rencana Penambangan Batubara PT. X

Titik Koordinat
Nama
No UTM Geografis
Sampel
X Y BT LS
1. Hulu 9892260.9 114° 22' 0° 58' 25.396"
208197.01
Sungai 1 4 41.499" E S
2. Hilir Sungai 9892157.1 114° 22' 0° 58' 28.782"
1 208554.16 6 53.008" E S
3. Hulu 9890541.4 114° 23' 0° 59' 21.367"
Sungai 2 209155.60 0 12.407" E S
4. Hilir Sungai 9891504.4 114° 23' 0° 58' 50.038"
2 209377.85 9 19.616" E S
Sumber : Laboratorium Lingkungan PT.ABC, 2022.

8 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Keterangan :
 S .X : Nama Sungai
 WMP : Rencana Fasilitas Pengolahan Limbah Cair Pertambangan Batubara
Gambar 3.1. Sketsa Lokasi Pengambilan Sampel Mutu Air Sungai

3.1.3. Debit

Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu.
Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS).
Satuan debit yang digunakan adalah meter kubir per detik (m 3/s). Debit aliran adalah
laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang
sungai per satuan waktu (Asdak, 2010). Aliran sungai berasal dari hujan yang masuk
kedalam alur sungai berupa aliran permukaan dan aliran air dibawah permukaan,
debit aliran sungai akan naik setelah terjadi hujan yang cukup, kemudian yang turun
kembali setelah hujan selesai.

Terdapat tiga kemungkinan perubahan debit air sungai yaitu Laju pertambahan
air bawah tanah lebih kecil dari penurunan aliran air bawah tanah normal, Laju
pertambahan air bawah tanah sama dengan laju penurunannya, sehingga debit
aliran menjadi konstan untuk sementara, dan Laju pertambahan air bawah tanah

9 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


melebihi laju penurunan normal, sehingga terjadi kenaikan permukaan air tanah dan
debit sungai (Arsyad, 2010). Dari hasil perhitungan dan survei lapangan didapatkan
debit aliran sungai di lokasi rencana penambangan batubara PT. X yang ditunjukkan
oleh tabel berikut:

Tabel 3.6. Nilai Debit Pendekatan pada Sungai


Di Lokasi Rencana Usaha Pertambangan Batubara PT. X

Debit Pendekatan
No. Lokasi Kondisi 3
m /s Liter/s m3/Jam
Kering 1,79 1.794 6.458
Rata –
1. Hulu 25,49 25.486 91.751
Rata
Banjir 106,46 106.464 383.271
Kering 1,99 1.989 7.162
Rata –
2. Hilir 27,25 27.246 98.087
Rata
Banjir 107,78 107.779 388.005
Sumber : PT.X, 2022.

3.2. Hidrologi dan Morfologi Badan Air Permukaan

Sungai adalah sebuah sistem alur alam yang secara menerus menyesuaikan
dirinya terhadap perubahan lingkungan sekitarnya dalam bentuk aksi dan reaksi.
Penyesuaian terhadap perubahan lingkungan sekitar ini bisa berjalan pelan tak
terlihat dan berjangka panjang atau bisa juga berjalan sangat cepat mendadak.

Siklus hidrologi adalah sirkulasi menerus air di bumi yang tidak pernah berhenti
dalam jumlah besar dari bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi melalui proses-
proses evaporasi dan transpirasi, kondensasi, presipitasi. Dalam perjalanan di tiap
proses tersebut air dapat berubah phase dari cair (air) menjadi gas (uap air),
menjadi cair lagi atau bahkan menjadi padat (es). Siklus hidrologi dimulai oleh
pemanasan air laut oleh sinar matahari, yang menimbulkan pergerakan uap air
dalam jumlah besar karena penguapan menuju atmosfer. Setelah melalui proses
10 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id
kondensasi uap air berubah menjadi cair dan turun ke bumi lagi menjadi hujan
(presipitasi). Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat terevaporasi
kembali ke atmosfer atau jatuh ke tetumbuhan diintersepsi oleh tanaman sebelum
mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, air hujan terpisah menjadi dua yaitu :

1. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-
celah dan pori-pori tanah dan bebatuan menuju muka air tanah.

2. Aliran Permukaan - Air bergerak di atas permukaan tanah, yang tampak nyata
adalah di daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan
membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan menuju laut.
Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk,
rawa), dan sebagian air bawah permukaan yang mengalir mengisi sungai
akhirnya membentuk sistem Daerah Aliran Sungai (DAS).

Pada lokasi rencana usaha pertambangan batubara oleh PT. X ini Berdasarkan
data curah hujan dari stasiun klimatologi setempat, besarnya curah hujan maksimum
harian rata-rata di area tambang adalah sebesar 99.4 mm/hari. Jumlah hari hujan
yang terjadi rata-rata yang terjadi adalah 16 hari per bulan, dengan jumlah hujan
terbesar terjadi pada Bulan November yaitu mencapai 22.9 hari dan curah hujan
minimum terjadi pada Bulan Juni dengan jumlah hari hujan 11.9 hari. Untuk lebih
jelasnya mengenai data curah hujan ditunjukkan oleh tabel berikut:

Tabel 3.7. Data Curah Hujan di Areal Lokasi Rencana Usaha Pertambangan
Batubara PT. X

Cura Jam Rata-rata


Days/
Period Wakt h Hujan Intensitas Jam Hujan
Mount
e u Hujan (hours (mm/hours) Harian
h
(mm) ) (hours)
Jan- 246.0
2012 12 0 67.87 3.62 31 2.19
Feb- 335.9
2012 12 0 84.64 3.97 29 2.92
Mar- 376.7
2012 12 0 85.31 4.42 31 2.75
Apr- 367.9
2012 12 0 88.51 4.16 30 2.95
2012 May- 184.6 42.03 4.39 31 1.36

11 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Cura Jam Rata-rata
Days/
Period Wakt h Hujan Intensitas Jam Hujan
Mount
e u Hujan (hours (mm/hours) Harian
h
(mm) ) (hours)
12 0
Jun- 138.7
2012 12 0 29.51 4.70 30 0.98
240.5
2012 Jul-12 0 42.55 5.65 31 1.37
Aug- 106.6
2012 12 0 31.48 3.39 31 1.02
Sep- 179.2
2012 12 0 22.42 7.99 30 0.75
Oct- 107.7
2012 12 0 28.83 3.74 31 0.93
Nov- 368.0
2012 12 0 84.23 4.37 30 2.81
Dec- 478.1
2012 12 0 68.26 7.00 31 2.20
Jan- 248.4
2013 13 0 63.93 3.89 31 2.06
Feb- 398.4
2013 13 0 89.41 4.46 28 3.19
Mar- 339.7
2013 13 0 79.82 4.26 31 2.57
Apr- 334.1
2013 13 0 56.69 5.89 30 1.89
May- 673.5
2013 13 0 113.35 5.94 31 3.66
Jun- 188.3
2013 13 0 29.18 6.45 30 0.97
351.3
2013 Jul-13 0 91.40 3.84 31 2.95
Aug- 153.0
2013 13 0 130.57 1.17 31 4.21
Sep- 392.9
2013 13 0 35.36 11.11 30 1.18
Oct- 238.8
2013 13 0 48.49 4.92 31 1.56
Nov- 253.3
2013 13 0 123.06 2.06 30 4.10
2013 Dec- 374.2 149.89 2.50 31 4.84

12 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Cura Jam Rata-rata
Days/
Period Wakt h Hujan Intensitas Jam Hujan
Mount
e u Hujan (hours (mm/hours) Harian
h
(mm) ) (hours)
13 0
Jan- 271.0
2014 14 0 77.34 3.50 31 2.49
Feb- 364.0
2014 14 0 60.79 5.99 28 2.17
Mar- 362.0
2014 14 0 64.84 5.58 31 2.09
Apr- 170.0
2014 14 7 56.69 3.00 30 1.89
May- 282.5
2014 14 0 73.39 3.85 31 2.37
Jun- 311.2
2014 14 0 67.47 4.61 30 2.25
225.5
2014 Jul-14 0 43.97 5.13 31 1.42
Aug- 156.5
2014 14 0 34.28 4.57 31 1.11
Sep-
2014 14 49.00 15.18 3.23 30 0.51
Oct- 111.9
2014 14 5 28.58 3.92 31 0.92
Nov- 281.8
2014 14 0 72.11 3.91 30 2.40
Dec- 400.0
2014 14 0 107.70 3.71 31 3.47
Jan- 301.3
2015 15 0 124.98 2.41 31 4.03
Feb- 429.0
2015 15 0 114.64 3.74 28 4.09
Mar- 550.4
2015 15 3 90.65 6.07 31 2.92
Apr- 474.1
2015 15 9 91.65 5.17 30 3.05
May- 341.2
2015 15 7 77.87 4.38 31 2.51
Jun- 258.0
2015 15 0 60.43 4.27 30 2.01
2015 Jul-15 47.43 15.81 3.00 31 0.51

13 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Cura Jam Rata-rata
Days/
Period Wakt h Hujan Intensitas Jam Hujan
Mount
e u Hujan (hours (mm/hours) Harian
h
(mm) ) (hours)
Aug- 173.1
2015 15 1 15.81 10.95 31 0.51
Sep-
2015 15 4.80 1.58 3.04 30 0.05
Oct-
2015 15 14.47 5.08 2.85 31 0.16
Nov- 630.2
2015 15 1 92.66 6.80 30 3.09
Dec- 555.2
2015 15 7 94.83 5.86 31 3.06
Jan- 531.9
2016 16 5 72.70 7.32 31 2.35
Feb- 252.5
2016 16 8 72.04 3.51 28 2.57
Mar- 522.5
2016 16 9 95.12 5.49 31 3.07
Apr-
2016 16 65.18 71.03 0.92 30 2.37
May- 626.2
2016 16 6 78.84 7.94 31 2.54
Jun- 306.1
2016 16 4 53.54 5.72 30 1.78
355.0
2016 Jul-16 0 54.90 6.47 31 1.77
Aug-
2016 16 76.40 16.61 4.60 31 0.54
Sep- 251.4
2016 16 0 68.04 3.70 30 2.27
Oct- 520.0
2016 16 0 134.98 3.85 31 4.35
Nov- 324.1
2016 16 0 124.47 2.60 30 4.15
Dec- 314.6
2016 16 0 93.56 3.36 31 3.02
Jan- 307.2
2017 17 0 133.29 2.30 31 4.30
Feb- 380.7
2017 17 6 79.16 4.81 28 2.83

14 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Cura Jam Rata-rata
Days/
Period Wakt h Hujan Intensitas Jam Hujan
Mount
e u Hujan (hours (mm/hours) Harian
h
(mm) ) (hours)
Mar- 338.6
2017 17 0 151.62 2.23 31 4.89
Apr- 246.6
2017 17 0 118.58 2.08 30 3.95
May- 361.3
2017 17 0 100.24 3.60 31 3.23
Jun- 157.0
2017 17 0 87.80 1.79 30 2.93
272.9
2017 Jul-17 0 91.87 2.97 31 2.96
Aug- 532.7
2017 17 0 100.58 5.30 31 3.24
Sep- 410.3
2017 17 0 82.99 4.94 30 2.77
Oct- 265.6
2017 17 0 96.20 2.76 31 3.10
Nov- 425.0
2017 17 5 178.69 2.38 30 5.96
Dec- 345.2
2017 17 0 94.98 3.63 31 3.06
Jan- 277.7
2018 18 0 93.86 2.96 31 3.03
Feb- 405.8
2018 18 0 123.82 3.28 28 4.42
Mar- 289.7
2018 18 0 103.94 2.79 31 3.35
Apr- 533.8
2018 18 0 125.11 4.27 30 4.17
May- 416.3
2018 18 5 105.55 3.94 31 3.40
Jun- 135.2
2018 18 0 45.35 2.98 30 1.51
311.0
2018 Jul-18 0 54.58 5.70 31 1.76
Aug-
2018 18 64.70 34.61 1.87 31 1.12
Sep- 166.7
2018 18 0 24.54 6.79 30 0.82

15 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Cura Jam Rata-rata
Days/
Period Wakt h Hujan Intensitas Jam Hujan
Mount
e u Hujan (hours (mm/hours) Harian
h
(mm) ) (hours)
Oct- 246.8
2018 18 0 63.44 3.89 31 2.05
Nov- 621.9
2018 18 0 153.03 4.06 30 5.10
Dec- 384.6
2018 18 3 109.82 3.50 31 3.54
Jan- 485.5
2019 19 5 115.17 4.22 31 3.72
Feb- 248.0
2019 19 0 94.77 2.62 28 3.38
Mar- 361.5
2019 19 0 106.25 3.40 31 3.43
Apr- 560.2
2019 19 0 126.44 4.43 30 4.21
May- 278.8
2019 19 0 73.17 3.81 31 2.36
Jun- 358.7
2019 19 0 96.54 3.72 30 3.22
104.5
2019 Jul-19 0 28.00 3.73 31 0.90
Aug- 137.6
2019 19 0 35.30 3.90 31 1.14
Sep-
2019 19 88.00 16.86 5.22 30 0.56
Oct-
2019 19 19.50 72.57 0.27 31 2.34
Nov- 143.0
2019 19 0 66.79 2.14 30 2.23
Dec- 483.7
2019 19 0 132.84 3.64 31 4.29
Jan- 597.6
2020 20 0 114.38 5.22 31 3.69
Feb- 417.5
2020 20 0 102.00 4.09 29 3.52
Mar- 687.0
2020 20 0 143.01 4.80 31 4.61
Apr- 509.4
2020 20 0 154.67 3.29 30 5.16

16 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Cura Jam Rata-rata
Days/
Period Wakt h Hujan Intensitas Jam Hujan
Mount
e u Hujan (hours (mm/hours) Harian
h
(mm) ) (hours)
May- 416.1
2020 20 0 109.38 3.80 31 3.53
Jun- 201.3
2020 20 0 89.16 2.26 30 2.97
342.5
2020 Jul-20 0 89.83 3.81 31 2.90
Aug- 170.4
2020 20 0 55.34 3.08 31 1.79
Sep- 439.1
2020 20 0 66.49 6.60 30 2.22
Oct- 539.7
2020 20 0 136.74 3.95 31 4.41
Nov- 351.0
2020 20 0 116.01 3.03 30 3.87
Dec- 219.3
2020 20 0 111.29 1.97 31 3.59
Jan- 384.5
2021 21 0 156.92 2.45 31 5.06
Feb- 160.0
2021 21 0 84.99 1.88 28 3.04
Mar- 483.5
2021 21 0 151.86 3.18 31 4.90
Apr- 511.6
2021 21 0 108.68 4.71 30 3.62
May- 318.0
2021 21 0 103.80 3.06 31 3.35
Jun- 260.3
2021 21 0 62.52 4.16 30 2.08
159.8
2021 Jul-21 0 82.28 1.94 31 2.65
Aug- 438.5
2021 21 0 140.25 3.13 31 4.52
Sep- 422.0
2021 21 0 138.09 3.06 30 4.60
Oct- 268.1
2021 21 0 91.58 2.93 31 2.95
Nov- 559.2
2021 21 0 153.47 3.64 30 5.12

17 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Cura Jam Rata-rata
Days/
Period Wakt h Hujan Intensitas Jam Hujan
Mount
e u Hujan (hours (mm/hours) Harian
h
(mm) ) (hours)
Dec- 421.0
2021 21 0 134.86 3.12 31 4.35
Sumber : Stasiun Klimatologi Kota/Kabupaten Z, 2012 -2022.

Jaringan sungai, dalam suatu DAS anak sungai di bagian atas akan
bersambung dengan anak sungai yang lebih besar di bawahnya. Setiap anak
sungai menghasilkan hidrograf aliran yang menunjukkan respon DAS terhadap
curah hujan. Respon tersebut diwujudkan dalam bentuk kurva hidrograf aliran yang
kemudian dapat dimanfaatkan untuk mengevaluasi kondisi hidrologi DAS yang
bersangkutan. Ketika anak sungai bergabung dengan anak sungai lain dibawahnya,
aliran air dari kedua anak sungai tersebut tidak terjadi secara bersamaan. Debit
puncak untuk satu anak sungai mungkin telah terlampaui, sementara pada anak
sungai berikutnya debit puncak akan segera terjadi. Pengaruh ketidaksamaan waktu
terjadinya debit puncak pada masing- masing anak sungai tersebut akan
menurunkan besarnya debit puncak total pada sungai utama (sungai yang
menampung kedua anak sungai tersebut). Secara umum dimensi sungai di area
rencana usaha penambangan PT. X ditunjukkan oleh tabel berikut ini:

Tabel 3.8. Dimensi Sungai Di Areal Lokasi Rencana Usaha Pertambangan PT.X

Dimensi Sungai
No. Lokasi Kondisi
b (m) h (m) T (m)
Kering 54,90 0,85 55,92
Rata –
1. Hulu 54,90 2,10 57,42
Rata
Banjir 54,90 3,45 59,05
Kering 55,03 0,88 55,93
Rata –
2. Hilir 55,03 2,15 57,22
Rata
Banjir 55,03 3,47 58,57
Sumber : PT.X, 2022.

18 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


3.3. Biota Air

Bioindikator adalah ukuran langsung dari kesehatan fauna dan flora di perairan.
Indikator biologi yang umum digunakan di air tawar meliputi berbagai ukuran
makroinvertebrata atau keragaman ikan, pertumbuhan alga benthik (benthic algal
growth) dan kebutuhan oksigen bentik (benthic oxygen demand). Biomonitoring air
dilakukan dengan melihat keberadaan kelompok organisme indikator. Organisme
tersebut, yaitu (1) Plankton; “kelompok mikroorganisme yang hidup melayang-layang
di dalam air”; (2) Perifiton; “kelompok alga, cyanobacter, mikroba dan detritus yang
hidup di dalam air”; (3) Mikrobentos; “kelompok mikroorganisme yang hidup di dalam
atau di permukaan air”; (4) Kelompok makroinvertebrata di dalam atau permukaan
air; (5) Makrofita: kelompok tumbuhan air; dan (6) Nekton: ikan. Kelompok ini
digunakan untuk menduga kualitas air sebab mampu menggambarkan pengaruh
perubahan kondisi fisik dan kimia di perairan dalam pada kurun waktu tertentu.
Untuk mendapatkan informasi kualitas air yang lebih akurat, sebaiknya dilakukan
penggabungan antara pemantauan kualitas air secara fisik-kimia dan biologi
(Husamah, & A. Rahardjanto, 2019).

Biota perairan yang terdapat di wilayah studi adalah biota perairan tawar yang
digolongkan berdasarkan jenis diantaranya plankton, benthos, perifiton, tumbuhan
air, nekton, dan dekomposer. Jenis biota air tingkat nekton yang pada rantai
makanan ekosistem perairan menempati tingkatan trofik sebagai konsumen. Pada
tabel berikut akan ditujukkan mengenai hasil uji biota air di badan air permukaan
pada wilayah studi:

Tabel 3.9. Hasil Identifikasi Bioindikator Pada Wilayah Studi

Sampel
No Phylum Genera
Hulu Hilir
Phytoplankton
1 Cyanopyhta Oscillatoria 10 -
2 Chlorophyta Closterium - 30
Homidium 40 20

19 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Gonatozygom 40 40
3 Chrysophyta Diatom 20 10
Suriella 30 -
Kelimpahan (Individu/m2) 140 100
Indeks Keanekaragaman (Shannon- 1,5125 1,2799
Wiener)
Indeks Keseragaman 0,9397 0,9232
Indeks Dominansi 0,2347 0,3000
Jumlah Taksa 5 4
Zooplaknton
1 Protozoa Euglenopsi 10 -
Euglypha 10 10
Tuberculata
Spirostosum 20 10
Kelimpahan (Individu/m2) 40 20
Indeks Keanekaragaman (Shannon- 1,0397 0,6931
Wiener)
Indeks Keseragaman 0,9464 1,0000
Indeks Dominansi 0,3750 0,5000
Jumlah Taksa 3 2
Sumber : Laboratorium Lingkungan PT.ABC, 2022.

3.4. Air Tanah

Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-
ruang antar butir tanah atau batuan yang membentuknya dalam retak-retak batuan.
Untuk air tanah di wilayah lokasi rencana kegiatan tersusun dari batuan induk yang
bervariasi dan terletak ketinggian 0 – 100 mdpl. Oleh sebab itu kedalaman air
tanahnya akan bervariasi, dari dangkal (daerah dataran hingga perbukitan dan
pegunungan). Pada Lokasi Kegiatan X secara umum mencakup pada satu DAS. Air
tanah berada di dalam lapisan tanah dengan kedalam berbeda-beda dan airtanah
dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup manusia. Jika merujuk pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 tentang standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene
20 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id
Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum Kualitas, standar
baku mutu kesehatan lingkungan untuk media air untuk keperluan higiene sanitasi
meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia yang dapat berupa parameter wajib dan
parameter tambahan. Berikut adalah hasil analisa laboratorium mengenai kualitas air
tanah di wilayah studi:

Tabel 3.10 Hasil Uji Kualitas Air Tanah Pada Lokasi Rencana Usaha
Pertambangan Batubara PT.X

Sumber : Laboratorium Lingkungan PT.ABC, 2022.

21 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


BAB IV
PRAKIRAAN DAMPAK

4.1 Perhitungan baku mutu air limbah


Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor Permen LHK No. 5 Tahun 2022 dalam industri batubara yang
harus dipantau adalah pH, TSS, BOD, COD dan Debit. Berikut merupakan jenis dan
kadar parameter serta debit air limbah yang dihasilkan
Tabel 4.1 Perkiraan karakteristik limbah cair PT X

TSS COD BOD


pH Debit (m3/hari)
(mg/L) (mg/L) (mg/L)

4,5 1.748 200 100 216

4.2 Sebaran air limbah


Dalam kajian sebaran air limbah di Sungai X dengan menggunakan pemodelan
QUAL2Kw menghasilkan potensi sebaran sebagai berikut. QUAL2Kw adalah model
kualitas air yang dapat mensimulasikan transport dan transformasi berbagai
konstituen termasuk oksigen terlarut, COD, dsb.

22 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Sungai X (8/22/2022)
5

4.5

3.5

3
slow-reacting CBOD (mg/L)

2.5

1.5

0.5

0
2.00 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00
distance upstream (Km)

CBODs (mgO2/L) CBODs (mgO2/L) data CBODs (mgO2/L) Min


CBODs (mgO2/L) Max

Gambar 4.1 Perbandingan model dan data untuk parameter CBOD

120.0 Sungai X (8/22/2022)


100.0

80.0

60.0

40.0

20.0

0.0
2.00 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00

distance upstream (Km)

Generic constituent Generic constituent user defined Generic Min


Generic Max

Gambar 4.2 Perbandingan model dan data untuk parameter COD


23 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id
Sungai X (8/22/2022)
9.0

8.0

7.0

6.0

5.0

4.0

3.0

2.0

1.0

0.0
2.00 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00
distance upstream (Km)

pH pH data pH Min pH Max


Minimum pH-data Maximum pH-data pHsat

Gambar 4.3 Perbandingan model dan data untuk parameter pH

Sungai X (8/22/2022)
30

25

20
temperature (deg C)

15

10

0
2.00 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00
distance upstream (Km)

Temp(C) Average Mean Temp-data Temp(C) Minimum


Temp(C) Maximum Minimum Temp-data Maximum Temp-data

Gambar 4.4 Perbandingan model dan data untuk parameter suhu


24 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id
60.0
Sungai X (8/22/2022)
50.0

40.0

30.0

20.0

10.0

0.0
2 1 0
distance upstream (Km)

TSS (mgD/L) TSS (mgD/L) data TSS Min TSS Max

Gambar 4.5 Perbandingan model dan data untuk parameter TSS

BAB V
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

5.1 Kapasitas Instalasi Pengolahan Air Limbah


Berdasarkan hasil perhitungan neraca air, total kebutuhan air bersih yang
diperlukan mencapai 200…… m3/hari dan kebutuhan air maksimal per hari
sebesar 250…. m3/hari. Debit air limbah total sebesar 235…. m3/hari. Untuk
menghitung kapasitas instalasi pengolahan air limbah, maka digunakan Qmaks
harian (dikalikan faktor 1,1). Sehingga total Qmax sebesar 253…. m3/hari, dan
untuk kapasitas instalasi pengolahan air limbah yang terdapat pada PT XYZ
dibulatkan menjadi 260…. m3/hari.

5.2 Teknologi Sistem Pengolahan Air Limbah


Unit prapengolahan terbagi menjadi kolam ekualisasi dan kolam pengendapan.
Sedangkan unit Pengolahan Air Limbah Lahan Basah Buatan terbagi menjadi kolam
25 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id
pengolahan derajat keasaman (pH) dan parameter logam, kolam pengolahan
parameter organik dan kolam indikator penaatan Baku Mutu Air Limbah. Unit IPAL
PT. XYZ yang akan dipergunakan adalah sebagai berikut :
1) Kolam Ekualisasi
Untuk mengatasi fluktuasi air limbah, digunakan kolam ekualisasi air limbah
dari proses produksi Batubara. Kolam ekualisasi berfungsi untuk
menghomogenkan limbah cair yang akan diolah, baik dari segi kuantitas (debit
aliran) maupun kualitas (beban atau konsentrasi polutan), sehingga pengolahan
limbah di unit-unit selanjutnya dapat berjalan optimal. Unit prapengolahan terdiri
dari kolam ekualisasi dan kolam pengendapan. Kolam ekualisasi digunakan
untuk penampungan sementara air limbah. Kolam ini dapat ditambahkan
tanaman air yang memiliki kemampuan menyaring limbah untuk meningkatkan
efektivitas.

2) Kolam pengendapan
Kolam pengendapan memanfaatkan gravitasi untuk mengendapkan padatan
terlarut. Air limbah dalam kegiatan penambangan pada umumnya banyak
mengandung padatan terlarut yang dapat menyebabkan degradasi kualitas
lingkungan. Upaya untuk mengurangi degradasi kualitas lingkungan dalam
kegiatan penambangan tersebut, dibutuhkan kolam pengendapan yang
dirancang sesuai dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada PT.XYZ.
Kolam pengendapan yang dirancang secara fisika terdiri dari dua kolam yaitu
kolam penangkap sedimen dan kolam kontrol. kolam pengendapan dengan
tujuan agar padatan tersuspensi dapat terendapkan dengan baik.

3) Kolam Pengolahan pH dan Parameter Logam


Pengolahan derajat keasaman (pH) dan unsur logam pada sistem Lahan
Basah Buatan ini memanfaatkan interaksi antara bahan organik, mikro
organisme dan tanaman. Kolam pengolahan derajat keasaman (pH) dan unsur
logam terdiri dari beberapa kompartemen yang mempertimbangkan luas Lahan
Basah Buatan yang diperlukan maupun yang tersedia, pengaturan proses
pengaliran Air Limbah, dan pemeliharaan pada masing-masing kompartemen.
Bahan organik akan menghasilkan asam organik yang selanjutnya bereaksi kimia
26 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id
untuk menurunkan konsentrasi sulfat, mengendapkan dan menjerat unsur logam,
serta menaikkan derajat keasaman (pH) sebagaimana terlihat pada Reaksi (1)
dan Reaksi 2 berikut:
(Reaksi 1)
Bahan organik + SO42- CH3COO- + HS- + HCO3-
(Reaksi 2)
Me2+ (aq) + HS- (aq) MeS (s) + H+ (aq)
(Me = unsur logam)

Bakteri pereduksi sulfat (BPS) akan tumbuh berkembang dan aktif mereduksi
sulfat dalam air asam tambang (bioremediasi). Penyerapan unsur-unsur logam
oleh tanaman (fitoremediasi). Daun-daun dan organ tanaman yang mati akan
memberikan masukan bahan organik ke dalam sistem Lahan Basah Buatan
sehingga keberlanjutannya dapat terjaga.

4) Kolam Pengolahan Parameter Organik


Dari proses pengolahan derajat keasaman (pH) dan unsur logam yang
memanfaatkan bahan organik, implikasinya terjadi peningkatan parameter
Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (BOD). Untuk menetralisir Kebutuhan Oksigen
Biokimiawi (BOD) dilakukan dengan memanfaatkan tanaman yang memiliki
kemampuan untuk menetralisir Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (BOD). Bahan
organik yang terdapat dalam Air Limbah akan diubah menjadi senyawa lebih
sederhana dan akan dimanfaatkan oleh tumbuhan sebagai nutrisi, sedangkan
sistem perakaran tumbuhan air akan menghasilkan oksigen yang dapat
digunakan sebagai sumber energi/katalis untuk rangkaian proses metabolisme
mikroorganisme. Kolam pengolahan Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (BOD) dapat
terdiri dari beberapa kompartemen yang mempertimbangkan beban Kebutuhan
Oksigen Biokimiawi (BOD) yang dihasilkan dari bahan organik yang digunakan.

5) Kolam Indikator Penaatan BMAL (termasuk apabila ada pembatasan debit Air
Limbah maksimal).
27 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id
Kolam indikator penaatan Baku Mutu Air Limbah dapat dilengkapi sarana dan
prasarana yang disesuaikan dengan kualitas Air Limbah dan Baku Mutu Air
Limbah. Sarana dan prasarana tersebut seperti bahan dan alat untuk
penambahan kapur.

5.3 Unit Proses atau Unit Operasi


Pada pengolahan air limbah industri dibagi menjadi beberapa tahapan. Berikut
merupakan beberapa unit proses atau unit operasi pengolahan limbah Batubara
dari PT XYZ :
Konfigurasi IPAL yang akan dipergunakan untuk menurunkan pencemar air
dari pabrik tekstil PT X adalah sebagai berikut :

inlet Kolam
outlet
Kolam Kolam Pengolahan pH Pengolahan Kolam Indikator
Kolam
Pengendapan dan Parameter Logam Parameter Penaatan BMAL
Ekualisasi
Organik

Gambar 5.1 Diagram alir Proses IPAL PT. XYZ

Unit IPAL yang akan dipergunakan adalah sebagai berikut:


1) Kolam Ekualisasi
2) Kolam pengendapan
3) Kolam Pengolahan pH dan Parameter Logam

28 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


4) Kolam Pengolahan Parameter Organik
5) Kolam Indikator Penaatan BMAL

5.4 Kriteria Desain Setiap Unit Proses

Kriteria desain dari setiap unit operasi pada IPAL PT XYZ yakni sebagai
berikut.
a. Kolam Ekaluais
HRT = 4 jam
b. Kolam Pengendapan
HRT = 4 - 8 jam
c. Kolam pengolahan pH dan Parameter Logam
HRT = 12 - 24 jam
d. Kolam pengolahan parameter organik
HRT Aerasi = 3-4 jam
e. Kolam Indikator Penaatan BMAL
HRT = 1 - 2 jam

Berikut merupakah tabel Baku Mutu Air Limbah Pertambangan Batu Bara dan Lignit
pada PT.XYZ :

Tabel 5.1 Baku Mutu Air Limbah Pertambangan Batu Bara dan Lignit
Kadar Maksimum
No Parameter Satuan
Pertambangan Pengolahan/Pencucian
1 Derajat Keasaman (pH) - 6-9 6-9
2 Padatan Tersuspensi
mg/L 400 200
(TSS)
3 Besi (Fe) Total mg/L 7 7
4 Mangan (Mn) Total mg/L 4 4
5 Kebutuhan Oksigen
mg/L 30 30
Biokimiawi (BOD)
6 Kebutuhan Oksigen mg/L 100 100

29 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Kimiawi (COD)
Sumber : Permen LHK Nomor 5 Tahu 2022

5.5 Alur Proses dan Layout Instalasi Pengolahan Air Limbah


Untuk pemilihan teknologi pengolahan air limbah industri dapat menggunakan
diagram alir yang ditunjukkan pada Gambar 5.1.
Alur proses IPAL yang akan dipergunakan untuk menurunkan pencemar air dari
Pabrik Batubara PT. XYZ adalah sebagai berikut: outlet

inlet Kolam
Kolam Kolam Pengolahan pH Pengolahan Kolam Indikator
Kolam
Pengendapan dan Parameter Logam Parameter Penaatan BMAL
Ekualisasi
Organik

Pre-treatment Biological Treatment Physical


Treatment

Gambar 5.2 Diagram alir IPAL Pabrik Tekstil PT X

Layout IPAL dan saluran IPAL dapat dilihat pada gambar 5.3 sebagai berikut.

Gambar 5.3 Layout unit proses IPAL PT. XYZ

5.6 Pengelolaan Lumpur dan/atau Gas yang Dihasilkan

Apakah da gas dan lumpur yg dihasilkan ?

BAB VI

30 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

6.1 Titik Penaatan (Outlet)


Titik pengambilan contoh uji air limbah diambil pada outlet terakhir IPAL
sebelum menuju badan air permukaan, yaitu pada masing-masing bak final tank
dengan koordinat:
a. Titik 1 (WMP 14) = 0° 58' 40.479" S – 114° 22' 40.908" E
b. Titik 2 (WMP 25) = 0° 59' 08.794" S – 114° 22' 52.134" E
Pada titik penaatan ini juga akan dipasang water meter untuk memantau debit
air limbah yang dibuang ke badan air permukaan. Pemantauan debit dilakukan
setiap hari untuk mengetahui jumlah debit yang dibuang ke badan air permukaan
setiap harinya.
6.2 Titik Pembuangan Air Limbah (Outfall)
Titik pembuangan air limbah (outfall) terdapat pada 2 (dua) lokasi dengan
koordinat:
a. Titik 1 (OF WMP 14) = 0° 58' 37.834" S – 114° 22' 43.687" E
b. Titik 2 (OF WMP 25) = 0° 59' 6.339" S – 114° 23' 17.349" E.

6.3 Titik Pemantauan Badan Air Permukaan


Titik pemantauan badan air permukaan pada kegiatan pertambangan batubara
ini terdiri atas 2 (dua) titik, yaitu pada bagian hulu dan bagian hilir. Pada bagian hulu,
titik pengambilan contoh uji diambil pada lokasi badan air sebelum titik pembuangan
air limbah bagian hulu dengan koordinat : 0° 58' 50.038" S - 114° 23' 19.616" E.
Adapun pada bagian hilir, titik pengambilan contoh uji diambil pada lokasi badan air
setelah titik pembuangan air limbah bagian hilir dengan koordinat 0° 58' 28.782" S -
114° 22' 53.008" E.
6.4 Mutu Air Limbah dan Metode Pengambilan Contoh Uji
Baku mutu air limbah kegiatan pertambangan batubara mengacu pada standar
baku Lampiran II Permen LHK No. 5 Tahun 2022 tentang Pengolahan Air Limbah
Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan dengan Menggunakan Metode Lahan
Basa Buatan dengan rincian sebagaimana Tabel 1.
Tabel 1. Baku Mutu Air Limbah Pertambangan Batu Bara
Kadar Maksimum
Parameter Satuan Pengolahan/
Penambangan
Pencucian
Derajat keasaman 6-9 6–9
31 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id
Kadar Maksimum
Parameter Satuan Pengolahan/
Penambangan
Pencucian
(pH)
TSS mg/l 400 200
Besi (Fe) Total mg/l 7 7
Mangan (Mn) Total mg/l 4 4
BOD mg/l 30 30
COD mg/l 100 100

Selain itu debit maksimal air limbah yang boleh dibuang yakni sebesar 30
3
m /hari sesuai dengan hasil perhitungan debit air limbah maksimal sebelumnya.
Debit air limbah dicek setiap hari untuk memastikan air limbah yang dibuang tidak
lebih dari 30 m3/hari.
Pengambilan contoh uji dilakukan dengan mengacu pada SNI 6989.59-2008
tentang Metode Pengambilan Contoh Air Limbah.
6.5 Mutu Air pada Badan Air Permukaan yang Dipantau dan Metode
Pengambilan Contoh Uji
Badan air yang permukaan tempat pembuangan air limbah adalah sungai
dengan dimensi lebar 6 m, kedalaman rata-rata 1,2 m, dan panjang sungai yang
lokasi kegiatan 550 m. Air sungai mengalir sepanjang tahun dengan kondisi di
musim penghujan lebuih banyak debitnya.
Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, mutu air dibagi
menjadi empat golongan, yaitu Kelas 1, 2, 3 dan 4. Mutu air sungai yang dijadikan
acuan untuk dipantau adalah memenuhi mutu air kelas 2 dengan rincian
sebagaimana Tabel 2.
Tabel 2. Baku Mutu Air Sungai
No. Parameter Unit Kelas 2 Keterangan
1. Suhu ⁰C Dev 3 Perbedaan dengan
suhu udara di atas
permukaan air
2. TDS mg/L 1.000 Tidak berlaku untuk
muara
3. TSS mg/L 50
4. Warna Pt-Co Unit 50 Tidak berlaku untuk
air gambut
(berdasarkan kondisi

32 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


No. Parameter Unit Kelas 2 Keterangan
alaminya)
5. pH - 6–9 Tidak berlaku untuk
air gambut
(berdasarkan kondisi
alaminya)
6. BOD mg/L 3
7. COD mg/L 25
8. DO mg/L 4 Batas Minimal
9. Sulfat (SO42-) mg/L 300
10. Klorida (Cl-) mg/L 300
11. Nitrat (sebagai N) mg/L 10
12. Nitrit (sebagai N) mg/L 0,06
13. Amoniak (sebagai N) mg/L 0,2
14. Total Nitrogen mg/L 15
15. Total Fosfat (sebagai P) mg/L 0,2
16. Fluorida (F-) mg/L 1,5
17. Belerang sebagai H2S mg/L 0,002
18. Sianida (CN- ) mg/L 0,02
19. Klorin bebas mg/L 0,03 Bagi air baku air
minum tidak
dipersyaratkan
20. Barium (Ba) terlarut mg/L -
21. Boron (B) terlarut mg/L 1,0
22. Merkuri (Hg) terlarut mg/L 0,002
23. Arsen (As) terlarut mg/L 0,05
24. Selenium (Se) terlarut mg/L 0,05
25. Besi (Fe) terlarut mg/L -
26. Kadmium (Cd) terlarut mg/L 0,01
27. Kobalt (Co) terlarut mg/L 0,2
28. Mangan (Mn) terlarut mg/L -
29. Nikel (Ni) terlarut mg/L 0,05
30. Seng (Zn) terlarut mg/L 0,05
31. Tembaga (Cu) terlarut mg/L 0,02
32. Timbal (Pb) terlarut mg/L 0,03
33. Kromium heksavalen (Cr- mg/L 0,05
(VI))
34. Minyak dan lemak mg/L 1
35. Deterjen total mg/L 0,2
36. Fecal Coliform MPN/100 1.000
33 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id
No. Parameter Unit Kelas 2 Keterangan
mL
37. Total Coliform MPN/100 5.000
mL
38. Sampah - nihil

Pengambilan contoh uji dilakukan dengan mengacu pada SNI 6989.57-2008


tentang Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan.
6.6 Mutu Air Tanah yang Dipantau dan Metode Pengambilan Contoh Uji
Parameter mutu air tanah yang digunakan mengacu parameter air bersih yang
diatur dalam Permenkes No. 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi,
Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum dengan rincian
sebagaimana Tabel 3.
Tabel 3. Standar Baku Mutu Kualitas Air untuk Higiene Sanitasi
No. Parameter Satuan Baku Mutu
1. Kekeruhan NTU 25
2. Warna TCU 50
3. TDS mg/L 1.000
4. Suhu (insitu) ⁰C Udara ± 3⁰C
5. Rasa - Tidak berasa
6. Bau (insitu) - Tidak berbau
7. pH (insitu) - 6,5 - 8,5
8. Besi (Fe) mg/L 1
9. Fluorida (F) mg/L 1,5
10. Kesadahan total (CaCO3) mg/L 500
11. Mangan (Mn) mg/L 0,5
12. Nitrat (NO3-N) mg/L 10
13. Nitrit (NO2-N) mg/L 1
14. Sianida (CN) mg/L 0,1
15. Surfactan anion (MBAS) mg/L 0,05
16. Air raksa (Hg) mg/L 0,001
17. Arsen (As) mg/L 0,05
18. Kadmium (Cd) mg/L 0,005
19. Kromium heksavalen (Cr mg/L 0,05
Vl)
20. Selenium (Se) mg/L 0,01
21. Seng (Zn) mg/L 15
22. Sulfat (SO4) mg/L 400
34 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id
No. Parameter Satuan Baku Mutu
23. Timbal (Pb) mg/L 0,05
24. Nilai permanganate mg/L 10
(KMnO4)
25. Klorida (Cl) mg/L -
26. Total Coliform CFU/100 mL 50

Metode pengambilan contoh uji air tanah mengacu pada SNI 6989.58:2008
tentang Metode pengambilan Contoh Air Tanah.
6.7 Frekuensi Pemantauan
Frekuensi pemantauan effluen instalasi pengolahan air limbah dilakukan 1
(satu) kali tiap bulan pada titik penaatan. Berdasarkan pada peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. 5 Tahun 2021 tentang
Tata Cara Penerbitan Persetujuan Teknis dan Surat Kelayakan Operasional Bidang
Pengendalian Pencemaran Lingkungan, frekuensi pemantauan air tanah dilakukan
paling sedikit 2 kali dalam satu tahun atau mewakili periode musim kering (kemarau)
dan periode musim basah (hujan). Hasil pemantauan selanjutnya diolah di
laboratorium teregistrasi sesuai parameter dalam Permenkes No. 32 Tahun 2017.

35 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


BAB VII
SISTEM PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

Setiap aktivitas usaha industry akan membawa resiko tertentu terhadap


kegagalan peralatan atau peristiwa yang tidak dikehendaki yamg dapat berkembang
menjadi kecelakaan. Hasilnya dapat berupa kecelakaan perorangan atau kerusakan
peralatan dan hilangnya/menurunya produksi dan barang serta lingkungan menjadi
tercemar.
Sisten tanggap darurat adalah mekanisme atau prosedur untuk
menanggulangi terjadinya malapetaka dalam pengelolaan lingkungan yang
memerlukan kecepatan, dan ketepatan penanganan, pencegahan, kesiapsiagaan,
dan menanggulangi kecelakaan sehingga bahaya yang terjadi dapat ditekan sekecil
mungkin.

7,1. Unit Yang Bertanggung Jawab Terhadap Penanganan Kondisi Darurat.

Yang bertanggung jawab dalam penangan kondisi darurat jika terjadi


kecelakaan dalam menjalan kegiatan perusahaan adalah bagian K 3 L (keselamatan
dan kesehatan kerja serta lingkungan) yang akan dipertanggung jawabkan pada
pimpinan perusahan.

36 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


7,2. Rencana dan Prosedur Tanggap Darurat.

Limbah cair atau polutan adalah jenis air limbah yang banyak dihasilkan dari
kegiatan proses produksi sebuah industri sehingga limbah cair sangat identik
dengan limbah industri. Pengelolaan Limbah Cair adalah menjaga air yang keluar
tetap bersih dengan menghilangkan polutan yang ada dalam air limbah tersebut,
atau dengan menguraikan polutan yang ada dalam air limbah sehingga hilang sifat-
sifat dari polutan tersebut.
Beberapa cara pengelolaan limbah cair yang dapat dilakukan di industry yaitu :
a. Pengelolaan limbah secara fisika yaitu dengan memisahkan material-
material pengotor yang kasat mata serta berukuran cukup besar dengan
mengunakan penyaring pada proses sendimentasi, floatasi, dan absorbs.
b. Pengelolaan limbah secara kimia yaitu dengan adanya penambahan bahan
kimia untuk mengendapkan/memisahkan/menghilangkan zat-zat pengotor
dalam limbah cair tersebut, prosesnya meliputi koagulasi,
oksidasi,penukarion, degradasi, dan ozonisasi.
c. Pengelolaan limbah cair secara biologi yaitu menggunakan biota hidup atau
migroba untuk menguraikan zat-zat pencemar dalamlimbah cair, prosesnya
meliputi aerobic, anaerobic dan fakultatif.

10 Cara menangani limbah cair dibawah ini bisa membantu kita dalam
melakukan penanganan limbah cair sebagai berikut :
1. PENYARINGAN
Limbah cair bisa di saring / difiltrsi unt memisahkan partikel tersusensi dari air
2. FLOTASI
Flotasi merupakan proses penanganan limbah dengan cara membuang dan
memisahkan partikel yang mengapung diatas permukaan air
3. ABSORBSI/ PENYERAPAN
Proses absorbsi ini dilakukan dengan menggunakan karbon sehngga partikel
yang tidak dibutuhkn bisa terserap dan terpisah dari air
4. PENGENDAPAN

37 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Pengendapan diakukan dengan tujan supaya bahan yangtidak mudah larut
bisa terpisah dari air. Proses ini dilakukan dengan cara menambahkan
elektrolit
5. PENYISIHAN
Penyisihan dapat dilakuan dengan cara mengoksidsi limbah cair sehingga
zatorganis beracun bisa terpisah dari air
6. MENGHILANGKAN MATERIAL ORGANIK
Pada cara penanganan limbah cair ini dilakukan dengan cara memberikan
mikroorganisme supaya material organik dalam air hancur atau hilang.

7. MENGHILANGKAN ORGANISME PENYEBAB PENYAKIT


Pada proses ini, kita bisa menggunakan sinar ltravioletataupun
menambahkan khlorin
8. PENGHANCURAN PARTIKEL PERUSAK
Ini perlu dilakukan untuk melindungi alat dari partiel – partikel yanng bersifat
merusak
9. PENGGUNAAN KOLAM OKSIDASI
Ini merupakan metode penanganan limbah cair secara Biologi.
10. PENGURANGAN LIMBAH CAIR
Jumlah limbah cair bisa dikurangi dengan cara mengefisienkan proses
produksi sehingga jumlah limbah cair yang dihasilkan bisa diminimalisir.

38 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


BAB VIII
INTERNALISASI BIAYA LINGKUNGAN

Berikut merupakan prakiraan internalisasi biaya lingkungan untuk operasional


IPAL PT.XYZ
Tabel. Internalisasi biaya lingkungan operasional IPAL

No. Keterangan Biaya Estimasi Biaya Keterangan


1. Pembuatan IPAL dan 250.000.000 Sekali
Saluran
2. Operasional IPAL 15.000.000 Setiap bulan
danGaji Operator
3. Pemeliharaan IPAL 5.000.000 Setiap bulan
4. Pengujian Air 1.500.000 Setiap bulan
LimbahTiap Bulan
5. Pelatihan dan Sertifikasi 15.000.000 Sekali
SDM
6. Biaya Tanggap Darurat 100.000.000 Sekali
Total 391.000.000
Sumber : PT. XYZ

39 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


BAB IX
PERIODE WAKTU UJI COBA
Periode waktu kegiatan persiapan desain hingga uji coba IPAL pada PT.XYZ
yakni sebagai berikut.

Tabel 9.1. Periode Waktu Uji Coba IPAL

TAHUN 2022 TAHUN 2023


KEGIATAN 1 1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
Pekerjaan
bangunan
Sipil
Pekerjaan
Instalasi
Peralatan
STP
Uji Coba

40 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


41 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id
BAGIAN B

STANDAR KOMPETENSI SUMBER


DAYA MANUSIA

42 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


BAB X
STRUKTUR ORGANISASI

Gambar 10.1 Struktur organisasi PT XYZ

43 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


BAB XI
SUMBERDAYA MANUSIA
PT XYZ telah mempunyai sumber daya manusia/personil yang sudah memiliki
sertifikat kompetensi sebagai berikut:
1. Penanggungjawab pengendalian pencemaran air;
Standar Kompetensi PPA meliputi kemampuan:

1) Melakukan identifikasi sumber pencemaran air;

2) Menentukan karakteristik sumber pencemaran air limbah;

3) Menilai tingkat pencemaran air limbah;

4) Menentukan peralatan instalasi pengolahan air limbah (IPAL);

5) Mengoperasikan instalasi pengolahan air limbah;

6) Melaksanakan daur ulang olahan air limbah;

7) Menyusun rencana pemantauan kualitas air limbah;

8) Melaksanakan pemantauan kualitas air limbah;

9) Mengidentifikasi bahaya dalam pengolahan air limbah; dan

10) Melakukan tindakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap bahaya


dalam pengolahan air limbah.

2. Penanggungjawab operator instalasi pengolahan air limbah; bertanggung jawab


sebagai berikut:
1) Melakukan pemantauan terhadap bak penampungan limbah termasuk
pembersihan, pengurasan dan pemantauan air limbah
2) Melakukan pemantauan pada kolam ikan sebagai indikator untuk
memantau kualitas air limbah.
3) Melakukan analisa jika terjadi perubahan hasil akhir IPAL dengan
berkoordinasi dengan atasan terkait.

44 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


4) Melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan kerusakan/gangguan
instalasi pengolahan air limbah.
5) Melaksanakan pengoperasian serta menjamin kelancaran dan
berfungsinya operasional instalasi pengolahan air limbah.

Standar kompetensi Penanggung Jawab Operasional Pengolahan Air

Limbah meliputi kemampuan:

1) Mengoperasikan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL);

2) Menilai tingkat pencemaran air limbah;

3) Melakukan perawatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL);

4) Mengidentifikasi bahaya dalam pengolahan air limbah; dan

5) Melakukan tindakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

terhadap bahaya dalam pengolahan air limbah.

45 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


BAGIAN C

SISTEM MANAJEMEN
LINGKUNGAN

46 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


BAB XII
SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

Sistem manajemen lingkungan dilakukan sesuai dengan kompleksitas


perusahaan. Sistem manajemen lingkungan terdiri dari:
1. Perencanaan

a. Menentukan lingkup sistem manajemen lingkungan terkait pengendalian


pencemaran air.

b. Menetapkan kebijakan pengendalian pencemaran air.

c. Menentukan sumber daya yang dipersyaratkan untuk penerapan dan


pemeliharaan sistem manajemen lingkungan terkait pengendalian
pencemaran air.

d. Menentukan sumber daya manusia yang memiliki sertifikasi kompetensi


Pengendalian Pencemaran Air.

e. Menetapkan kepemimpinan dan komitmen dari manajemen puncak terhadap


Pengendalian Pencemaran Air.

f. Menetapkan struktur organisasi yang menangani Pengendalian Pencemaran


Air.

g. Menetapkan tanggung jawab dan kewenangan untuk peran yang sesuai.

h. Menentukan aspek Pengendalian Pencemaran Air dan dampaknya.

i. Mengidentifikasi dan memiliki akses terhadap kewajiban penaatan


Pengendalian Pencemaran Air.

47 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


j. Merencanakan untuk mengambil aksi menangani risiko dan peluang serta
evalasi efektifitas dari kegiatan tersebut.

k. Menetapkan sasaran pengendalian pencemaran air, serta menentukan


indikator dan proses untuk mencapainya.

l. Memastikan kesesuaian metode untuk pembuatan dan pemutakhiran serta


pengendalian informasi terdokumentasi;

m. Menentukan risiko dan peluang yang perlu ditangani; dan/atau;

n. Menentukan potensi situasi darurat dan respon yang diperlukan

2. Pelaksanaan

a. Memantau, mengukur, menganalisa dan mengevaluasi kinerja pengendalian


pencemaran air;

b. Mendokumentasikan hasil pemantauan air limbah dan kualitas air laut;

c. Melakukan evaluasi hasil pemantauan air limbah mengacu pada Baku Mutu
Air Limbah yang telah ditetapkan dalam Persetujuan Teknis atau peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang Baku Mutu Air Limbah;

d. Melaporkan seluruh kewajiban Pengendalian Pencemaran Air.


3. Pemeriksaan

a. Mengevaluasi pemenuhan terhadap kewajiban penaatan Pengendalian


Pencemaran Air;

b. Melakukan internal audit secara berkala;dan/atau

c. Mengkaji sistem manajemen lingkungan organisasi terkait Pengendalian


Pencemaran Air untuk memastikan kesesuaian, kecukupan dan keefektifan.

4. Tindakan

a. Melakukan tindakan untuk menangani ketidaksesuaian; dan

b. Melakukan tindakan perbaikan berkelanjutan terhadap sistem manajemen


lingkungan yang sesuai dan efektif untuk meningkatkan kinerja
Pengendalian Pencemaran Air.
48 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id
49 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id

Anda mungkin juga menyukai