Anda di halaman 1dari 54

DOKUMEN STANDAR

TEKNIS
PEMENUHAN BAKU MUTU
PEMANFAATAN AIR LIMBAH UNTUK
APLIKASI KE TANAH PADA KEGIATAN
RENCANA PEMBANGUNAN TEMPAT
PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH
DESA SATTOKO KECAMATAN MAPILLI

KABUPATEN POLEWALI MANDAR


DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Jl. R.A Kartini No. 01 Pekkabata Polewali


Kode Pos 91315, Telepon. 0428- 22192 Faks 0428-22192
https://perangkatdaerah.polmankab.go.id/Dlhk

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga oleh tuntunannya Dokumen
Standar Teknis Pemenuhan Baku Mutu Pemanfaatan Air Limbah Untuk Aplikasi ke
Tanah dalam Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Sattoko
Kecamatan Mapilli Kabupaten Polewali Mandar bisa diselesaikan dengan baik.

Dalam menetapakan Dokumen Standar Teknis Pembuangan Air Limbah untuk kegiatan
TPA Sattoko, terlebih dahulu dilakukan penapisan berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2021 tentang Tata Cara Penerbitan
Persetujuan Teknis dan Surat Kelayakan Operasional Bidang Pengendalian Pencemaran
Lingkungan, sehingga dalam penyusunan dokumen pembuanga air limbah menggunakan
Standar Teknis dikarena:
1) Rencana Kegiatan TPA Sampah Sattoko tidak mengandung polutan infeksius sehingga
air yang dimanfaatkan terbebas dari polutan;
2) Air limbah yang dimanfaatkan tidak dimanfaatkan untuk proses dan kegiatan
penunjang tetapi dimanfaatkan untuk penyiraman dan pencucian;
3) Baku mutu pembuanga air limbah dari kegiatan TPA sudah diatur dalam Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 tentang Baku Mutu Lindi Bagi Usaha dan /atau
Kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah.

Dokumen Standar Teknis ini dibutuhkan sebagai dokumen pelengkap dalam penyusunan
dokumen UKL-UPL atau AMDAL yang terdapat dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 04 tahun 2021 tentang Daftar Usaha dan/atau
Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup atau Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Dengan selesainya dokumen ini, kami mengharapkan kepada Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi Sulawesi Barat untuk memberikan Persetujuan Teknis (PERTEK) Pemenuhan
Baku Mutu Pemanfaatan Air Limbah Untuk Aplikasi ke Tanah sesuai dengan Peraturan
Perundang-Undangan, dan kepada pihak-pihak yang telah terlibat dalam proses penyusunan
Dokumen Standar Teknis ini, kami mengucapkan terimakasih.

Polewali, April 2022


Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Kab. Polewali Mandar

Ir. Hj. RAHMIN, M.Si


Pangkat : Pembina Utama Muda
NIP : 19620927 199203 2 006

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................... ii


Daftar Isi ............................................................................................................................ iii
Daftar Tabel ....................................................................................................................... iv
Daftar Gambar ................................................................................................................... v
Daftar Grafik ...................................................................................................................... vi

1. STANDAR TEKNIS
1.1 Deskripsi Kegiatan................................................................................................ 1
1.1.1 Jenis dan Kapasitas Rencana Kegiatan ..................................................... 1
1.1.2 Jenis dan Jumlah Sampah ........................................................................ 2
1.1.3 Proses kegiatan yang berpotensi menghasilkan air limbah....................... 3
1.1.4 Efesiensi penggunaan Air ......................................................................... 4
1.2 Baku Mutu Air Limbah ........................................................................................ 10
1.3 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan ........................................... 11
1.3.1 Rencana Pengelolaan Lingkungan ............................................................ 11
1.3.2 Rencana Pemantauan Lingkungan ............................................................ 27
1.3.3 Sistem Penanggulangan Keadaan Darurat ................................................ 29
1.3.4 Internaslisasi Biaya Lingkungan ............................................................... 31
1.3.5 Periode Waktu Uji Coba ........................................................................... 32

2. STANDAR KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA


2.1 Struktur Organisasi ............................................................................................... 32
2.2 Sumber Daya Manusia .......................................................................................... 35

3. SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN


3.1 Perencanaan (plan) ............................................................................................... 41
3.2 Pelaksanaan (Do) .................................................................................................. 44
3.3 Pemeriksaan (Check) ............................................................................................ 45
3.4 Tindakan (Act) ...................................................................................................... 46

Daftar Pustaka ..................................................................................................................... vii

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penggunaan Lahan Rencana Pembangunan TPA Sampah Sattoko .................... 1


Tabel 2. Proyeksi Timbulan Sampah Tahun 2032 ............................................................ 3
Tabel 3. Jumlah Curah Hujan Kec. Mapilli Tahun 2012-2020 (mm) ................................ 4
Tabel 4. Kelompok Hidrologi Tanah ................................................................................. 5
Tabel 5. Perhitungan Infiltrasi Air Hujan .......................................................................... 5
Tabel 6. Kendaraan Operasional Persampahan Tahun 2022 ............................................. 6
Tabel 7. Tambahan Kendaraan Operasional Persampahan Pada Tahun 2032 ................... 6
Tabel 8. Necara Air Limbah .............................................................................................. 7
Tabel 9. Baku Mutu Lindi .................................................................................................. 10
Tabel 10. KriteriaUnit Proses dan Operasi ........................................................................ 17
Tabel 11. Logbook Pemantauan ......................................................................................... 26
Tabel 12. Mutu Air Limbah yang Wajib Dipantau ............................................................. 27
Tabel 13. Frekuensi Pemantauan Air Lindi ........................................................................ 28
Tabel 14. Frekuensi Pemantauan Mutu Air Tanah ............................................................. 29
Tabel 15. Internalisasi Biaya Lingkungan .......................................................................... 31
Tabel 16. Periode Waktu Uji Coba ..................................................................................... 32
Tabel 17. Kompetensi penanggungjawab operasional pengelolaan air limbah (POPAL) dan
penanggung jawab pengendalian pencemaran air (PPA) ................................... 35

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sumber Air Limbah) beserta saluran drainase, instalasi pengolahan air limbah,
saluran Air Limbah serta lokasi pemanfaatan Air Limbah .............................. 9
Gambar 2. Jet Aerator ........................................................................................................ 19
Gambar 3. Tampak atas instalasi pengolahan air lindi ....................................................... 23
Gambar 4. Tampak samping instalasi pengolahan air lindi ................................................ 24
Gambar 5. Layout secara keseluruhan mulai dari penerimaan Air Lindi, pengolahan Air Lindi
sampai dengan pemanfaatan Air Lindi, Lokasi pengambilan contoh uji Air Lindi,
sumur pantau yang mewakili hulu (upstream) dan hilir (downstream) ........... 25
Gambar 6. Struktur Organisasi UPTD TPA Sattoko, Tahun 2022 ..................................... 32

v
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2022-2032 yang Terlayani oleh Pengangkut
Sampah .............................................................................................................. 3

vi
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

1. STANDAR TEKNIS
1.1 Deskripsi Kegiatan
1.1.1 Jenis dan Kapasitas Rencana Kegiatan
Kabupaten Polewali Mandar termasuk dalam kategori kota sedang sehingga
kegiatan TPA yang dibangun minimal dapat menggunakan metode Control
Landfil (metode lahan urug terkendali) sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana
dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga. Metode ini dilakukan pengurugan di areal
pengurugan sampah, dengan cara dipadatkan dan ditutup dengan tanah penutup
sekurang-kurangnya setiap tujuh hari.

Rencana kegiatan TPA Sampah Sattoko berada di Desa Sattoko Kecamatan


Mapilli dan direncanakan menggunakan metode Control Landfil dengan umur
pakai selama 10 tahun dengan luas untuk pembangunan TPA sebesar 3,84 Ha dan
luas lahan belum terbangun 1,14 Ha sehingga total luas lahan TPA Sattoko sebesar
4,99 Ha. Uraian rencana luas lahan terbangun dapat dilihat pada tebel dibawah ini:

Tabel 1. Penggunaan Lahan Rencana Pembangunan TPA Sampah


Sattoko

Jenis Bangunan Luas (Ha) Luas (m2)


Lahan kosong 1,146575 11.465,75
Kantor (kantor pengelola) 0,001225 12,25
Pos jaga 0,0016 16
Tempat parkir. 0,04 400
Jembatan timbang; 0,001225 12,25
Zona penyangga; 0,5 5.000
TPS 0,015 150
Tanaman penyangga 0,25 2.500
Bengkel + tempat genset 0,0042 42
Lahan urugan 3 30.000
1 pool tempat pencucian alat angkut
0,0054 54
dan alat berat;
Instalasi pengolahan lindi; 0,023275 232,75
Sumur uji atau pantau (3 buah) 0,0003 3
Penanganan gas. 0,0012 12
Rencana luas lahan terbangun 3,84 38.434,25
Total luas TPA Sattoko 4,99 49.900
Sumber: DLHK Kab. Polewali Mandar, 2022

1
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

Timbulan sampah yang diangkut ke TPA Sattoko berdasarkan jumlah masyarakat


terlayani yang diproyeksikan untuk 10 tahun mendatang berjumla 336.185 m3/hari
atau 85.574 ton/hari sehingga dalam menentukan luas bangunan TPA Sattoko dan
fasilitas yang dibutuhkan disesuiakan dengan proyeksi timbulan sampah untuk 10
tahun mendatang.

Pengoperasian rencana TPA Sampah Sattoko sesuai dengan metode Control


Landfil yaitu:
1. melakukan penutupan timbunan sampah dengan tanah penutup secara
periodik;
2. mengolah lindi yang dihasilkan sehingga effluen yang keluar sesuai baku
mutu;
3. mengelola gas bio yang dihasilkan sesuai persyaratan teknis yang berlaku; dan
4. membangun area tanaman penyangga di sekeliling lokasi TPA tersebut.

1.1.2 Jenis dan Jumlah Sampah


Jenis sampah yang diangkut ke rencana kegiatan TPA Sampah Sattoko yaitu:
sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga, dan residu yang
tidak berkategori bahan berbahaya dan beracun atau mengandung limbah bahan
berbahaya dan beracun. Jumlah sampah terlayani oleh pengangkut sampah pada
tahun 2032 sebesar 85.574 ton/hari atau 336.185 m3/hari.

Untuk mendapakatkan jumlah penduduk pada tahun 2032 dilakukan proyeksi


dengan menggunakan 3 (tiga) metode yaitu metode aritmatika, metode geometrik
dan metode eksponensial, dari 3 (tiga) metode tersebut standar deviasi yang
terkecil terdapat pada metode aritmatika, dengan didapatkan jumlah penduduk
maka timbulan sampah pada tahun 2032 dapat deketahui dengan mengalikan
jumlah penduduk tahun 2032 dengan standar timbulan sampah.

Standar timbulan sampah menggunakan SNI 19-3983-1995 tentang Spesifikasi


Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan Kota Sedang di Indonesia.

2
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

Grafik 1. Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2022-2032 yang Terlayani oleh


Pengangkut Sampah
200.000
180.000
160.000
140.000
120.000

TAHUN
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
- 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032
Aritmatika 61.425 67.507 73.590 79.672 85.754 91.837 97.919 104.002 110.084 116.167 122.249
Geometerik 61.425 68.176 75.669 83.985 93.215 103.460 114.831 127.451 141.459 157.006 174.262
Eksponensial 61.751 68.902 76.880 85.783 95.716 106.800 119.167 132.966 148.364 165.544 184.713

Sumber: DLHK Kab. Polewali Mandar, 2022

Tabel 2. Proyeksi Timbulan Sampah Tahun 2032

Satuan Jumlah Timbulan


Penduduk
No. Klasifikasi Volume Berat Terlayani
m3/hari ton/hari
(l/orang/hari) (kg/orang/hari) 2032
(orang)
Kota
2,75 0,70 122.249 336.185 85.574
sedang

Sumber: DLHK Kab. Polewali Mandar, 2022

1.1.3 Proses Kegiatan yang Berpotensi Menghasilkan Air Limbah.


Beberapa tahapan proses yang direncanakan dan berpotensi menghasilkan air
limbah, sebagai berikut:
1. Proses utama dan Proses Penunjang
Melakukan pengurugan sampah kedalam tanah akan mengalami penguraian
terutama sampah organik yang mudah terurai dan air eksternal yang masuk
kedalam urugan akan melarutkan dan membilas materi terlarut dan materi
organik dari hasil dekomposisi biologis sehingga dapat menghasilkan air
limbah atau disebut air lindi.

Banyaknya jumlah air lindi yang dihasilkan tergantung dari jumlah air
eksternal yang masuk kedalam lahan urugan dan jumlah air eksternal ini dapat
bersumber dari curah hujan, sehingga dalam menentukan debit air lindi yang

3
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

dihasilkan dengan menggunankan data curah hujan tertinggi 8 (delapan) tahun


terakhir yang diasumsikan akan terinfiltrasi kedalam lahan urug.

Pembangunan fasilitas penunjang seperti tempat pencucian alat angkut, alat


berat, dan air limbah dari bekas bekas pencucian tangan dari petugas dan akan
dialirkan untuk di olah kedalam instalasi pengolahan lindi.

2. Neraca
Neraca yang menggambarkan sumber, kapasitas dan karakteristik air limbah
dapat dapat ditentukan dengan menentukan proses utama dan penunjang
Rencana Kegiatan TPA Sampah Sattoko yang menghasilkan air limbah.

Air lindi
Untuk mendapatkan debit air lindi dilakukan dengan perhitungan jumlah air
hujan yang terinfiltrasi kedalam lapisan penutup tanah.

Tabel 3. Jumlah Curah Hujan Kec. Mapilli Tahun 2012-2020 (mm)

Tahun
Bulan
2012 2013 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Januari 64 90 147 222 145 147 116 240
Hari Hujan (hari) 11 15 16 14 15 19 13 15
Februari 244 134 82 154 82 107 63 158
Hari Hujan (hari) 20 17 10 13 16 12 9 16
Maret 157 139 109 249 155 154 122 128
Hari Hujan (hari) 20 9 16 14 12 13 10 16
April 145 180 234 357 13 179 215 154
Hari Hujan (hari) 15 18 19 16 8 15 13 15
Mei 150 226 95 262 183 72 44 148
Hari Hujan (hari) 17 19 8 20 15 12 7 18
Juni 42 76 316 138 255 167 176 65
Hari Hujan (hari) 9 11 15 18 18 11 11 10
Juli 184 183 0 120 201 100 4 118
Hari Hujan (hari) 9 20 0 11 11 8 4 10
Agustus 42 66 8 20 24 62 114 21
Hari Hujan (hari) 7 7 3 10 6 8 4 8
September 52 66 0 70 73 11 16 131
Hari Hujan (hari) 6 8 0 12 10 8 6 11
Oktober 153 168 32 252 163 138 118 250
Hari Hujan (hari) 11 16 8 18 19 150 12 17
November 132 119 147 154 315 197 88 209
Hari Hujan (hari) 21 10 12 14 19 14 16 20
Desember 143 231 192 76 170 152 71 85
Hari Hujan (hari) 21 11 19 12 14 20 12 19
Sumber: BPS Kab. Polewali Mandar tahun 2012-2020

4
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

Tabel 4. Kelompok Hidrologi Tanah

Kelompok Laju Infiltrasi


Tekstur
Hidrologi Tanah Minimum (mm/jam)
Pasir, pasir berlempung dan
A 8-12
lempung berpasir
Lempung Berdebu,
B 4-8
lempung
C 1-4 Lempung pasir berliat
Lempung Berliat, Lempung
D 0-1 debu berliat, Liat berpasir,
Liat berdebu, Liat
Sumber: McCuen (1989) dan US SCS (1972)

Pada tabel curah hujan Kecamatan Mapilli tahun 2012-2020 didapatkan curah
hujan tertinggi pada bulan April tahun 2016 sebesar 357 mm sehingga debit
air lindi rencana yang dihasilkan didapatkan berdasarkan jumlah infiltrasi air
hujan yang masuk kedalam lahan landfill. Adapun rencana jenis hidrologi
tanah penutup landfill yang digunakan yaitu dengan laju infiltrasi paling
minimum sebesar 0,3 mm/jam dengan tekstur lempung berliat, lempung debu
berliat, liat berpasir, liat berdebu, liat untuk meminimalisir jumlah air lindi
yang akan diolah.

Tabel 5. Perhitungan Infiltrasi Air Hujan

Laju Luas Control Landfill


Jenis m3/jam
mm/jam (Ha)
Debit maksimum 0,97 29,2969
Run off 0,67 20,2969
3
Debit infiltrasi
0,3 9
(air lindi)
Sumber: DLHK Kab. Polewali Mandar, 2022

Pencucian kendaraan angkutan sampah


Pencucian kendaraan pengangkut sampah dilakukan setiap hari setelah selesai
melakukan pengangkutan sampah. Hal ini dilakukan supaya masyarakat tidak
terganggu oleh cairan dan bau sampah yang masih tersisa di kendaraan. Untuk
mengetahui jumlah pemakaian air, terlebih dahulu direncanakan kebutuhan
mobil angkut sampah untuk bisa mengangkut 336.185 m3/hari, dengan
mengetahui jumlah kendaraan pengangkut sampah maka, dapat diketahui juga
jumlah air yang dibuang.

5
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

Tabel 6. Kendaraan Operasional Persampahan Tahun 2022

Jumlah
Kapasitas
Jenis Truk Jumlah Ritasi/Hari Terangkut
(m3)
(m3)
Dump truck/tipper
8 9 2 144
truck
Arm Roll Truck 6 7 2 84
compactor truck; 6 3 2 36
Pick UP DC 8028 CY 4 3 2 24
22 288
Sumber: DLHK Kab. Polewali Mandar, 2022

Kendaraan operasional persampahan yang tersedia saat ini di DLHK Polewali


Mandar berjumlah 22 kendaaran dan mampu mengangkut sampah 288
m3/hari. Untuk dapat mengangkut rencana timbulan sampah 336.185 m3/hari
pada tahun 2032 diperlukan tambahan kendaraan operasional dan dapat
mengangkut semua timbulan sampah di Kab. Polewali Mandar. Kendaraan
yang ditambahkan yaitu 1 Dump Truck, 2 Arm Roll Truck, 1 Compactor truck
dan 1 Pick UP DC 8028 CY.

Tabel 7. Tambahan Kendaraan Operasional Persampahan Pada Tahun


2032
Jumlah
Kapasitas
Jenis Truk Jumlah Ritasi/hari Terangkut
(m3)
(m3)
Dump truck/tipper
8 9 2 144
truck
Arm Roll Truck 6 9 2 108
Compactor truck 6 4 2 48
Pick UP DC 8028
4 5 2 40
CY
27 340
Sumber: DLHK Kab. Polewali Mandar, 2022

Untuk mempermudah mencuci kendaaran sampah direncanakan


menggunakan selang supaya lebih efesien dalam penggunaan waktu dan
jumlah tenaga yang dibutuhkan tidak banyak. Mencuci mobil dengan selang
rata-rata penggunaan air sebesar 3 m3/mobil/hari, sehingga total buangan air
limbah dari pencucian kendaraaan angkut sampah sebesar 81 m 3/hari atau
3,375 m3/jam.

6
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

Total air limbah yang dihasilkan dan di olah dalam instalasi pengolahan air
lindi sebesar 12,375 m3/jam atau 297 m3/hari.

Tabel 8. Necara Air Limbah

Kapasitas Air Diaplikasikan ke Tanah


Sumber Air
Limbah yang Kebutuhan
Limbah Pencucian Penyiraman
dihasilkan lain-lain
Curah Hujan Air lindi Total luas
Pencucian
tertinggi 357 dihasilkan dari tanaman
Kendaaran
mm proses infiltrasi yang di siram
mobil
kedalam lahan sebesar 7.500
pengngkut
urug sampah yang m2, apabila
sampah
dapat menguras pemanfaatan
sebesar 4
materi organik air limbah 1
m3/per
terlarut sebesar 9 m2 tanaman
kendaraan
m3/jam atau 216 sebesar 5 114
sehingga
m3/hari. liter, maka m3/hari
total
Pencucian alat Bekas air cucian total jumlah
kebuthan
angkut dan alat angkut sebesar air limbah
air unutk
alat berat 3,375 m3/jam atau yang
pencucian
81 m3/hari. dimanfaatkan
kendaaran
untuk
sebesar
penyiraman
108
sebesar 75
m3/hari
m3/hari
Sumber: DLHK Kab. Polewali Mandar, 2022

3. Fluktuasi Air Limbah.


Fluktuasi air limbah akan terjadi ketika curah hujan yang tinggi, pencucian
alat angkut dan alat berat, dan pencucian tangan dari petugas. Fluktuasi air
limbah tidak memberikan beban kejut pada sistem pengolahan air lindi
dikarenakan menggunkaan pompa pengaliran sehingga kontinuitas air limbah
dalam instalasi pengolahan lindi tetap.

4. Layout
Lokasi masing-masing unit proses/kerja, terutama unit kerja yang
menghasilkan air limbah (sumber air limbah) beserta saluran drainase; dan
instalasi pengolahan air limbah, saluran air limbah serta lokasi pemanfaatan
air limbah dapat dilihat pada gambar 1.

7
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

1.1.4 Efesiensi penggunaan Air


Efisiensi penggunaan Air dengan adanya pemanfaatan Air Limbah dapat
dihitung dengan persamaan berikut:
Efisiensi penggunaan air = (Jumlah pemanfaatan air limbah/Jumlah total air
limbah) x 100%
pencucian + penyirmaan + kebutuhan lain − lain
Efesiensi = x 100%
debit air limbah

108 + 75 + 114
Efesiensi = x100% = 100%
297

Dengan memanfaatkan air limbah, penggunaan air baku sudah tidak dibutuhkan
untuk pencucian kendaaran, penyiraman dan kebutuhan lain-lain.

8
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

Gambar 1: Sumber Air Limbah) beserta saluran drainase, instalasi pengolahan air limbah, saluran Air Limbah serta lokasi
pemanfaatan Air Limba.

9
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

1.2 Baku Mutu Air Limbah


Baku mutu yang digunakan dalam pengendalian pencemaran dari rencana kegiatan TPA
Sampah Sattoko adalah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 tentang Baku Mutu Lindi Bagi
Usaha dan /atau Kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah.

Tabel 9. Baku Mutu Lindi

Kadar Paling Tinggi


No. Parameter Beban Pencemar Air
Nilai Satuan (kg/m3.hari)
1. pH 6-9 - -
2. BOD 150 mg/L 44,55
3. COD 300 mg/L 89,1
4 TSS 100 mg/L 29,7
5. N Total 60 mg/L 17,82
6. Merkuri 0,005 mg/L 0,0014
7. Kadmium 0,1 mg/L 0,0297
Sumber: Lampiran I P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 Tentang Baku Mutu
Lindi Bagi Usaha dan/Atau Kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir
Sampah.

Pemeriksaan terhadap parameter baku mutu lindi hanya dilakukan untuk 6 (enam)
parameter yaitu: pH, BOD, COD, N Total, dan Kadmium, sedangkan untuk merkuri tidak
dilakukan pemeriksaan dikarenakan:
a. Dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi
Nasional Pengurangan dan Penghapusan Merkuri;
b. Diekuarkannya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga,
Pasal 34 huruf b angka 2 dan 3 bahwa limbah yang dilarang diurug di TPA meliputi:
limbah yang berkategori bahan berbahaya dan beracun sesuai peraturan
perundang-undangan dan limbah medis dari pelayanan kesehatan.

Diterapkannya peraturan tersebut, maka sampah yang dibuang ke TPA Sampah Sattoko
tidak mengandung merkuri.

10
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

1.3 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan


1.3.1 Rencana pengelolaan lingkungan
Pengelolaan lingkungan dilakukan sesuai dengan sistem pengolahan Air Limbah
yang direncanakan berdasarkan Baku Mutu Air Limbah, yang memuat:
1. Instalasi Pengolahan Air Limbah
Kapasitas instalasi pengolahan air lindi mampu mengolah 12,375 m3/jam atau
297 m3/hari yang dapat memenuhi baku mutu air lindi yang terdapat dalam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 tentang Baku Mutu Lindi Bagi
Usaha dan /atau Kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah.

a. Proses Pengolahan Air Limbah


Sistem pengolahan air lindi yang direncanakan adalah proses pengolahan
dengan sistem activated sludge (lumpur aktif) merupakan sistem biakan
tersuspensi dengan sirkulasi lumpur yang meliputi proses dengan
pencampuran sempurna (reactor plug flow). Proses lumpur aktif termasuk
dalam proses biologi aerobik, yaitu proses penguraian polutan organik
dalam air limbah dengan menggunakan mikroorganisme dan oksigen CO 2
dan H2O, NH4 dan sel biomassa baru. Perlengkapan atau peralatan standar
yang digunakan dalam proses pengolahan lumpur aktif meliputi:
1) Tangki aerasi tempat bereaksinya air lindi dengan mikroorganisme
penguraian air lindi. Mikroorgnisme yang terdapat dalam air lindi
disebut activated sludge.
2) Bak pengendap untuk memisahkan air lindi yang telah dimurnikan dari
lumpur aktif.
3) Sistem sirkulasi untuk membalikkan sebagian lumpur dari bak
pengendap ke tangki aerasi. Sirkulasi ini digunakan untuk menjaga
konsentrasi mikroorganisme dalam tangki aerasi. Tinggi rendahnya
konsentrasi mikroorganisme dalam tangki aerasi merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi efesiensi pengolahan.
4) Sistem pengolahan dan pembuangan kelebihan lumpur sebagai akibat
dari pertumbuhan mikroorganisme.
5) Peralatan supplay udara seperti blower udara.

11
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

6) Sistem pengadukan untuk membuat campuran mikroorganisme dan air


lindi homogen serta mencegah pengendapan lumpur dalam tangki
aerasi. Sel mikroba membentuk flok yang akan mengendap di tangki
pengendapan.

Unit-unit yang digunakan dalam proses pengolahan air lindi sebagai berikut:
1) Unit pemisah lemak dan minyak
Unit yang berfungsi memisahkan memisahkan padatan dan cairan yang
memiliki berat jenis lebih kecil dari pada air limbah (lindi). Pemisahan
dalam unit ini terjadi secara alamiah tanpa bantuan flotasi (aided flotation).
2) Unit ekualisasi
Bak ekualisasi adalah bak penampungan yang berfungsi untuk
meminimumkan dan mengendalikan fluktuasi aliran limbah cair baik
kuantitas maupun kualitas yang berbeda dan menghomogenkan
konsentrasi limbah cair.
3) Unit pengendapan awal (pre-sedimentation)
Unit ini berfungsi untuk memisahkan partikel yang mudah mendendap
seperti pasir, kerikil kecil, kepingan logam dan lain-lain supaya tidak
menggangu proses pengolahan berikutnya. Partikel ini memiliki massa
yang lebih berat dari material organik di dalam air limbah lindi.
4) Unit Aerasi
Unit yang berfungsi sebagai tempat terjadinya proses pencampuran
sempuran antara mikroorganisme dan air lindi dengan bantuan aerator.
Banyaknya jumlah aerator yang dibutuhkan tergantung dari jumlah udara
yang akan di injeksikan kedalam air lindi.

Sistem pengisian udara kedalam air lindi yaitu dengan aerated fill, pada
saar air lindi dialirkan kedalam kolam bak aerasi, peralatan aerator
diaktifkan, denga adanya proses aerasi udara dan pengadukan dalam
reaktor akan berubah dari kondisi anoksik (anoxic) atau anaerobik menjadi
aerobik. Konsentrasi oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO) dimonitor
supaya tetap antara 2-4 mg/l.
5) Unit penambahan NaOH
Unit ini berfungsi untuk menambahkan larutan kimia NaOH dalam air lindi
supaya logam kadmium (Cd) yang terdapat dalam air lindi dapat olah.

12
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

6) Unit pengendap akhir (final-sedimentation)


Unit ini berfungsi untuk mengendapkan mikroorganisme yang sudah mati
dan menjadi lumpur.
7) Unit Penampungan Air Lindi
Unit ini berfungsi sebagai tempat penampungan air olahan air limbah dan
sebagai tempat hidupnya bio indikator dalam hal ini ikan yang cukup
sensitif terhadap perubahan kualitas air limbah. Fungsi dari bio indikator
ini sebagai faktor biologis yang menunjukkan tingkat bahaya atau tidaknya
air limbah dari outlet IPAL TPA Sattoko, selain itu mempermudah
penanggungjawab kegiatan TPA Sattoko untuk mengendalikan
pencemaran tanpa harus melalu uji laboratorium yang mebutuhkan biaya
yang cukup besar.

Air olahan yang tertampung dialirkan kembali ke bak pencucian kendaraan


pengangkut sampah, digunakan sebagai air penyiraman tanaman dan
pemafaatan lain-lain yang sesuai dengan peruntukkannya. Air limbah yang
diolah dimanfaatkan untuk seluruhnya.

Kriteria desain setiap unit proses dan operasi


• BOD: 200 mg/l (sebagai acuan hasil pengujian air lindi TPA Sampah
Binuang 165 mg/l)
• TSS: 200 mg/l (sebagai acuan hasil pengujian air lindi TPA Sampah
Binuang 165 mg/l)
• Konsentrasi BOD keluar: 20 mg/l
• Efesiensi = (200-20/200) x100%= 90%

1) Bak pemisah lemak/minyak


Bak direnacanakan dengan sistem sederhana yang terdiri dari 4 buah
ruangan, maka kriteria perencanaan:
- Waktu tinggal : ± 1 jam
- Volume Efektif (297m3/hari /24 jam) x 1 jam= 12,3 m3
:
Bak
- Kedalaman : 1m
- Panjang : 4m
- Lebar 12,3 𝑚3
: =3𝑚
1𝑚 𝑥 4𝑚

13
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

- Ruang bebas : 0,5 m


- Waktu tinggal 12
: 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 58 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
12,3
2) Unit Ekualisasi
Kriteria Desain:
- Waktu tinggal : 6 jam
(HRT)
- Lebar (L) : 8m
- Kedalaman (T) : 2,5 m
- Maka, 𝑉 : 6 𝑚3
𝑥 297 = 74 𝑚3
24 𝑗𝑎𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑖
- Luas area yang : 74 𝑚3
diperlukan = 30 𝑚2
2,5 𝑚
- Sehingga panjang : 𝑚2
30 = 3,7 m
unit (P) 8𝑚

3) Unit pengendap awal (pre-Sedimentation)


Efesiensi dalam bak pengendapan awal sekitar 30%
Kriteria perencanaan
• Beban BOD yang masuk kedalam bak aerasi
• Waktu tinggal di dala bak: jam
• Beban permukaan (surface loading) atau over flow rate (OFR): 25-50
m3/m2.hari
• Beban weir atau weir loading (wl): <250 m3/m.hari
• Kedalaman: 2,5 m

Volume bak pengendapan awal


- Volume : = 8 jam 3 3
jam x 297 m /hari = ± 100 m .
24
hari

- Luas area yang : 100 𝑚3


= 40 𝑚2
diperlukan 2,5 𝑚

- Lebar bak : 8m
- Panjang bak : 40 𝑚2
=5m
8𝑚

Dimensi pengendapan awal:


- Lebar : 8m
- Panjang : 5m
- Kedalaman : 2,5
- Tinggi ruang : 0,5 m
bebas

14
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

Cek
- Volume efektif : 8 𝑚 𝑥 2,5 𝑚 𝑥 2,5 𝑚 = 100 𝑚3
- Waktu tinggal : 100 𝑚3 𝑗𝑎𝑚
= 3 𝑥24
297 𝑚 ℎ𝑎𝑟𝑖
ℎ𝑎𝑟𝑖
= 8 𝑗𝑎𝑚
- Beban permukaan : 297 𝑚3 𝑚3
= ± 7,4 ℎ𝑎𝑟𝑖
(surface loading) 8𝑚𝑥5𝑚 𝑚2

4) Kriteria perencanaan:
Kriteria perencanaan:
• Beban BOD: 0,2-0,4 (kg/kg.hari)
• BOD – MLLS Loading: 0,3-0,8 (kg/m3.hari)
• MLSS: 1500-2000 mg/l
• Umur lumpur: 2-4 hari
• Kebutuhan udara (Qudara/Qair): 3-7
• Waktu aerasi: (T): 6-8 jam
• Rasio Sirkulasi Lumpur (Qlumpur/Qair limbah): 20-40%
• Efesiensi pengolahan: 85-95%
• Konsentrasi ss di dalam lumpur sirkulasi (return sludge), CR= 8.000
mg/l

Perhitungan desain:
- 𝑀𝐿𝑆𝑆 : 𝐶𝑠𝑠 + 𝑅𝑥𝐶𝑅
1+𝑅
- Css : (100%-30%) x 200 mg/ l = 140 mg/l

- 𝑀𝐿𝑆𝑆 : 140 + 0,3 𝑥 8000 𝑚𝑔


= 2.117
1 + 0,2 𝑙
Volume bak aerasi:
- 𝑉 : 𝑄 + 𝐶𝑠
𝑀𝐿𝑆𝑆𝑥𝐿𝑠
- Dimana Ls ditetapkan = : 297 𝑚3
0,2 kg-BOD/kg-SS.hari 𝑔3
ℎ𝑎𝑟𝑖𝑥140 𝑚
(JSWA), maka 𝑉 𝑚3
𝑔3 BOD
2.117 𝑚 𝑥 0,2 kg − kg − SS. hari
= 98 𝑚3

- Ditetapkan kedalaman air lindi di dalam bak= 2,5 m dan lebar bak= 8 m jadi,

- 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑘 : 98 𝑚 3
=±5m
2,5 𝑚 𝑥 8 𝑚
- Volume efektif : 5 m x 8 m x 2,5 m = 100 m3

15
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

- Sehingga waktu tinggal di : 100 𝑚3 𝑗𝑎𝑚


dalam bak aerasi 3 𝑥24 = 8 𝑗𝑎𝑚
297 𝑚 ℎ𝑎𝑟𝑖
ℎ𝑎𝑟𝑖
Perhitungan penyisihan beban BOD di dalam bak aerasi
- 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑂𝐷 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 : 297 𝑚3 𝑥 140 𝑔 3 = 41.580 𝑔
atau 41,58 𝑘𝑔 −
𝑚 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝐵𝑂𝐷
ℎ𝑎𝑟𝑖

- Jumlah BOD yang keluar : 297 m3/hari x 20 g/m3 = 5.980 g/hari atau 5,94 kg-
BOD/hari.
- Jumlah BOD yang : (41,58- 5,94) kg/hari= 35,64 kg/hari.
dihilangkan dalam bak
aerasi

Jumlah kebutuhan oksigen

(R0) = a’. BODR = b’. X

R0 : Jumlah oksigen yang diperlukan (kg/hari)


a’ : Jumlah oksigen yang dikonsumsi per jumlah BOD yang
dihilangkan kg-O2/kg-MLSS 0,42
BODR : Jumlah BOD yang dihilangkan (kg-BOD/hari)
b’ : oksigen yang dikonsumsi oleh respirasi endogenous (kg-
O2/kg-MLSS) biasanya harga b’= 0,12
X : Jumlah MLSS di dalam bak

Maka,
- X : 2.117 𝑔 𝑥100 𝑚3
𝑚3
= 211.700 𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑢 211,7 𝑘𝑔
- Jumlah oksigen : (0,42x 35,64+ 0,12x 211,7) kg/hari = 40,37
yang diperlukan kg/hari

- Berat oksigen per m3 udara adalah 0,285 kg


- Diasumsikan volume yang terlarut didalam mixed liquor adalah 5%.
𝑂
- Volume udara : 40,37 𝑘𝑔−
ℎ𝑎𝑟𝑖
yang diperlukan 𝑂 = 2.833 m3/hari= 1,96
0,285 𝑘𝑔 23 𝑥 0,05
𝑚
m3/menit.
5) Unit penambahan NaOH
Unit ini menghasilkan aliran turbulensi sehingga bahan kimia yang
dicampurkan dapat tercampur dengan sempurna, dengan desain:
Lebar: 8 m
Panjang: 0,5 m
Kemiringan: 0,0125
6) Unit pengendap akhir (final sedimentation)
Kriteria perencanaan bak pengendapan akhir:

16
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

Waktu tinggal dalam bak : 8 jam


Beban permukaan (surface loading) : 25-30 m3/m2.hari
Beban weir atau weir loading (wl) : < 250 m3/m.hari
Ditetapkan waktu tinggal dalam bak : 8 jam
Volume bak pengendap awal : 8 𝑗𝑎𝑚 𝑚3
= 𝑗𝑎𝑚 𝑥 297 ℎ𝑎𝑟𝑖=± 100
24
ℎ𝑎𝑟𝑖
m3
Kedalaman efektif : 2,5 m
Luas area bak : = 100 𝑚3 = 39,6 𝑚2
2,5 𝑚
Ditetapkan lebar bak : 8m
Sehingga panjang bak : 39,6 𝑚2 = ± 5 m
8𝑚
Cek:
Volume efektif : 5 m x 8 m x 2,5 m = 100
m3
Waktu tinggal : 100 𝑚3 𝑗𝑎𝑚
297 𝑚3
𝑥 24 ℎ𝑎𝑟𝑖 = 8 𝑗𝑎𝑚
ℎ𝑎𝑟𝑖

Beban permukaan (surface loading) 297 𝑚3


ℎ𝑎𝑟𝑖 7,4 𝑚3
= = . ℎ𝑎𝑟𝑖
8𝑚𝑥5𝑚 𝑚2

7) Kolam pembuangan (outfall)


Kriteria Desain:
Ditetapkan kedalaman = 2,5 m
Waktu tinggal dalam kolam = 24 jam
24 𝑗𝑎𝑚 𝑥 297 𝑚3/ℎ𝑎𝑟𝑖
Volume bak = = 297 𝑚3
24𝑗𝑎𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖
297 𝑚3
Luas area bak = = 118,8 𝑚2
2,5 𝑚
Lebar Bak = 8 m
118,8 𝑚2
Panjang Bak = = 14,85 𝑚
8𝑚

Tabel 10. KriteriaUnit Proses dan Operasi


No. Unit Proses dan Operasi Satuan

A. Bak Pemisah Lemak/Minyak


Panjang 4m
Lebar 3m
Kedalaman 1m
Tinggi ruang bebas 0,5 m
B. Uni Ekualisasi
Panjang 3,7 m
Lebar 8m

17
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

Kedalaman 2,5 m
Tinggi ruang bebas 0,5 m
C. Pengendapan Awal (pre-sedimentation)
Panjang 5m
Lebar 8m
Kedalaman 2,5 m
Tinggi ruang bebas 0,5 m
D. Unit Aerasi
Panjang 5m
Lebar 8m
Kedalaman 2,5 m
E. Bak Mixing NaOH
Panjang 0,5 m
Lebar 8m
Kemiringan 0,0125
F. Unit Pengendapan Akhir (final sedimentation)
Panjang 5m
Lebar 8m
Kedalaman 2,5 m
Kedalaman 2,5 m
G. Kolam pembuangan (outfall)
Panjang 8m
Lebar 14,5 m
Kedalaman 2,5 m
Sumber: DLHK Kab. Polewali Mandar 2022

Bahan dan Peralatan:

1) Pompa inlet
Pompa ini digunakan untuk mengalirkan air lindi dari unit pengendapan
awal kedalam unit aerasi agar kontinuitasnya tetap sehingga dapat
mencegah beban kejut dari buangan air lindi. Jumlah pompa inlet yang
dibutuhkan 1 (satu) pompa.
2) Pompa Dosing
Pompa dosing digunakan mengalirkan larutan bahan kimia NaOH kedalam
bak tempat NaOH dialirkan, sebelum kolam pengendapan terakhir untuk
menghilangkan kandungan kadmium (Cd) yang terkandung dalam air lindi.
Jumlah pompa dosing yang dibutuhkan 1 (satu) pompa.
3) Bahan Kimia NaOH (Natrium Hidroksida)
4) NaOH yang digunakan dalam bentuk padat dengan konsentrasi 98 % atau
48% sesuai dengan ketersediaan dipasaran. NaOH bersifat basa dan mudah

18
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

larut dalam air. Jumlah NaOH yang diberikan dalam air lindi sebanyak 2-3
ppm.
5) Pompa sirkulasi lumpur
Pompa sirkulasi digunakan untuk mengembalikan mikroorganisme yang
masih hidup ke tangki pengendapan awal supaya proses pertumbuhan
mikroba lebih cepat dan mencegah terkurasnya mikroba dalam pengolahan.
Jumlah pompa yang dibutuhkan 1 (satu) pompa.
6) Blower udara
Blower udara digunakan untuk mengijeksikan O2 kedalam air lindi supaya
tetap dalam kondisi aerob. Jumlah blower yang dibutuhkan berjumlah 2
buah dengan jenis jet aerators.

Gambar 2. Jet Aerator


7) Pompa pemanfaatan air limbah
Pompa pemanfaatan air limbah digunakan untuk mengalirkan air limbah
olahan ke bak unit pencucian kendaaran untuk dimanfaatkan kembali.

b. Pengelolaan lumpur dan gas

1) Pengelolaan lumpur
Pengelolaan lumpur (sludge) yang dihasilkan dari proses pengendapan di
bak pengendapan dilakukan pengerukan menggunakan excavator atau
pompa tinja yang berguna memaksimalkan proses pengolahan air limbah.
Lumpur di kumpulkan dalam satu tempat dan dikeringkan, setelah kering
digunakan kembali sebagai penutup sampah di lahan urugan.

19
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

2) Pengelolaan Gas
Pengelolaan gas yang timbul dari proses degradasi di TPA dikontrol
dengan cara:
a) mencegah mengalir secara lateral dari lokasi TPA yang ditutup
menuju daerah sekitarnya.
b) tidak mengalirkan gas ke udara terbuka, dukumpulkan pada gas-flare
dan dimanfaatkan.
c) menggunakan perpipaan gas vertikal yang berfungsi mengalirkan
gas yang terkumpul dalam satu lajur ke pipa penangkap gas.
d) menangkap gas untuk recovery dengan ventilasi akhir, di dibangun
pada timbunan akhir yang dihubungkan dengan sarana pengumpul
gas untuk dibakar dengan gas-flare dan dimanfaatkan lebih lanjut.
e) timbulan gas harus dimonitor dan dikontrol sesuai dengan perkiraan
umur produksi.

Penanganan gas di TPA Sattoko sebagai berikut:


Ventilasi gas yang berfungsi untuk mengalirkan dan mengurangi
akumulasi tekanan gas mempunyai kriteria teknis:
a) Pipa ventilasi dipasang dari dasar TPA secara bertahap pada setiap
lapisan sampah dan dapat dihubungkan dengan pipa pengumpul
lindi;
b) Pipa ventilasi gas berupa pipa HDPE atau pipa HDPE yang tahan
terhadap tekanan diameter 150 mm (diameter lubang perforasi
maksimum 1,5 cm) yang dikelilingi oleh saluran bronjong
berdiameter 400 mm dan diisi batu pecah diameter 50-100 mm;
c) Ketinggian pipa ventilasi tergantung pada rencana tinggi timbunan
(setiap lapisan sampah ditambah 50 cm);
d) Pipa ventilasi pada akhir timbunan harus ditambah dengan pipa besi
diameter 150 mm;
e) Gas yang keluar dari ujung pipa besi harus dibakar atau
dimanfaatkan sebagai energi alternative;
f) Jarak antara pipa ventilasi gas 50-70 m;
Gas bio dialirkan ke pipa penangkap gas melalui ventilasi sistem penangkap
gas, lalu dibakar pada gas flare. Gas bio tersebut dimanfaatkan.

20
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

2. Pemanfaatan air limbah untuk penyiraman dan pencucian


a. Karakteristik air lindi yang dimanfaatakan untuk penyiraman tanaman
Salah satu paramaeter yang di uji dalam dalam pegolahan air lindi yaitu
nitrogen (N total). Unsur ini sangat berguna bagi pertumbuhan tanaman
sebagai unsur hara makro, dan mutlak dibutuhkan oleh tanaman,
merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman secara keseluruhan,
khususnya pertumbuhan akar, batang dan daun. Unsur nitrogen berperan
dalam pembentukan zat hijau daun (klorofil) yang sangat penting untuk
melakukan proses fotosintesis, berperan dalam pembentukan protein,
lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya.
b. Lahan yang dimanfaatkan
1) Lahan yang digunakan untuk penyiraman adalah lahan yang sudah
ditanami oleh tanaman yang berlokasi di sekitar rencana TPA Sampah
Sattoko dengan luas 7,25 Ha yang merupakan lahan tanaman
penyangga dan zona penyangga untuk rencana kegiatan TPA Sampah
Sattoko. Jumlah air yang dimanfaatka untuk penyiraman sebesar 75
m3/hari.
2) Pemanfaatan air lindi untuk pencucian digunakan sebagai tambahan air
baku untuk mencuci kendaaran sampah dengan jumlah sebsesar 108
m3/hari.
3) Pemanfaatan air limbah untuk kebutuhan lain-lain sesuai denga n
peruntukkannya sebesar 114 m3/hari.
c. Jenis pohon yang disiram dan kendaaran yang di cuci
1) Jenis pohon atau tanaman
Jenis tanaman adalah tanaman tinggi dikombinasi dengan tanaman
perdu yang mudah tumbuh dan rimbun, umur tanaman perdu lebih dari
10 tahun, kerapatan pohon adalah 2–5 m untuk tanaman keras, Lebar
jalur hijau minimal. Tanaman perdu secara umum adalah Pohon yang
tumbuh lebih lambat lebih mudah diterapkan karena memerlukan
kelembaban yang lebih rendah, tinggi dibawah 1 (satu) meter dapat
menutupi permukaan dan terhindar dari gas pada lapisan yang lebih
dalam, lebih mudah tumbuh, berakar serabut dan dangkal, lebih mudah
berkembang pada kondisi timbunan, memiliki ketahanan lebih tinggi.
Beberapa tanaman perdu yagn dipilih antara lain: Puring {Codiaeum

21
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

variegatum), Beluntas / BaJuntas {P/uchea indica L), Bougenvile


{Bougainvillea), Daun Wungu / Daun putri / Demung {Graptophyllum
pictum (L.) Grifl), Wedelia (Wedelia trilobata (L.) Hitchc), Tapak kuda
{Ipomoea pescaprae), Euphorbia Dentata {Euphorbia dentata Michx)
Rumput jepang {Zoysia japonica) dan Rumput Belulang (Eleusine
indica (L.) Gaertn).

Selain tanaman perdu juga akan ditanam pohon (tanaman keras)


pelindung dengan tinggi1,5 meter. Beberapa pohon pelindung yang
dipilih adalah Kamboja merah {Plumeria rubra L), Ketapang
{Terminalia cattapa I), Glodokan Tiang {Polyalthia longifo/ia).

2) Jenis kendaraan yang di cuci


Kendaaran yang di cuci adalah kendaraan pengangkut sampah

d. Metode pemanfaatan air lindi


1) Metode penyiraman tanaman
Penyiraman tanaman dilakukan dengan menggunakan selang
penyiraman tanaman yang dibantu dengan tenaga pompa listrik.
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari disesuaikan dengan
kebutuhan air pada tanaman atau kelembapan, tetapi apabila di siang
hari telah terjadi hujan dan cukup untuk membasahi tanaman maka
penyiraman tidak perlu dilakukan.
2) Metode pencucian kendaraan
Air lindi yang sudah terolah di pompa kembali di bak penampungan
air cucian kendaaran. Pengambilan air limbah dilakukan tiap hari atau
sesuai dengan operasional kendaraan pengangkut sampah.
3. Layout pengelolaan air limbah
Layout ini menguraikan secara keseluruhan mulai dari penerimaan air lindi,
pengolahan air lindi sampai dengan pemanfaatan air lindi.

22
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

Gambar 3: Tampak atas instalasi pengolahan air lindi

23
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

Gambar 4: Tampak samping instalasi pengolahan air lindi

24
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

Gambar 5: Layout secara keseluruhan mulai dari penerimaan Air Lindi, pengolahan Air Lindi sampai dengan pemanfaatan
Air Lindi, Lokasi pengambilan contoh uji Air Lindi, sumur pantau yang mewakili hulu (upstream) dan hilir
(downstream)

25
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

4. Prosedur operasional standar pemanfaatan air lindi


a. Tata cara dan jadwal pengaliran air lindi ke tanah
1) cara dan jadwal pemanfaatan air lindi sesuai dengan kebutuhan
tanaman yang dilakukan pada pagi hari atau sore hari.
2) jadwal pencucian kendaaran pengangkut sampah dilakukan
setelah kendaaran selesai mengangkut sampah baik yang
dilakukan pada pagi hari maupun sore hari.
3) pemanfaatan air lindi untuk kebutuhan lain-lain direncakan untuk
penyiraman jalan menuju jalan masuk rencana kegiatan TPA
Sampah Sattoko apabila jalan sedang berdebu, penggunaan air
untuk pembersihan kembali IPAL apabila dilakukan pengurasan,
penggunaan air untuk pencucian alat berat, dan berbagai
pemanfaatan air lindi lainnya yang sesuai dengan
peruntukkkannya.
b. Tata cara dan jadwal pembersihan sisa endapan pada tanah yang di
aplikasikan.
Pembersihan sisa endapan tanah yang diaplikasikan dilakukan sekali
setahun karena instalasi pengolahan air lindi yang dipilih memiliki
unit pengendapan terakhir yang mampu mengendapkan lumpur yang
dihasilkan sebelum di alirkan ke unit penampungan sehingga air yang
keluar memiliki kekeruhan yang sangat sedikit.
c. Logbook pemantauan.
Logbook pemantauan diperlukan untuk mengetahui penggunaan air
lindi secara keseluruhan yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11. Logbook Pemantauan


Jumlah air Jenis pemanfaatan
Hari/ yang Keterang
Kebutuhan
tanggal dimanfaatkan Penyiraman Pencucian an
lain-lain
(m3/hari)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
…. …. …. …. ….

Lookbook diatas diisi setiap melakukan pemanfaatan air lindi.

26
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

1.3.2 Rencana Pemantauan Lingkungan


Beberapa hal yang perlu diuraikan dalam rencana pemantauan lingkungan
adalah:
1. Pemantauan air limbah
a. Lokasi pengambilan contoh uji Air Limbah diambil di outlet terakhir
menuju ke lahan yang disiram atau lokasi pencucian.
Titik pengambilan contoh uji air lindi dilakukan pada unit outlet
pengendapan terakhir dan unit unit penampungan air lindi yang dapat
dilihat pada gambar 5.
b. Mutu air limbah yang wajib dipantau mencakup parameter, kadar,
debit, dan beban pencemar air yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12. Mutu Air Limbah yang Wajib Dipantau

Parameter Kadar Debit Beban Pencemar Air (kg/hari)

pH 6-9 6-9
BOD 150 mg/L 297.000 44,55
COD 300 mg/L L/hari 89,1
atau
TSS 100 mg/L 29,7
12,375
N Total 60 mg/L m3/hari 17,82
Kadmium 0,1 mg/L 0,0297
Sumber: Lampiran I P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 tentang Baku
Mutu Lindi Bagi Usaha dan/Atau Kegiatan Tempat
Pemrosesan Akhir Sampah.

Pada lampiran I P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 tidak ditentukan


beban pencemar air, sehingga dapat diketahui dengan persamaan
berikut:

Beban Pencemar:

𝑚𝑔 𝑚3
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑝𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 ( ) 𝑥 𝑘𝑢𝑎𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑖𝑟 𝑙𝑖𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 ( )
𝑙 ℎ𝑎𝑟𝑖
Metode yang digunakan dalam pengambilan contoh uji untuk masing-
masing parameter dilakukan dengan menggunakan Standar Nasional
Indonesia Nomor 6989.59:2008 tentang Metoda Pengambilan Contoh Air
Limbah.

27
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

c. Dosis, debit dan rotasi untuk penyiraman atau volume Air Limbah yang
digunakan untuk pencucian
Debit air lindi olahan yang digunakan sebesar 100% untuk pencucian
kendaraaan, penyiraman tanaman dan pemanfaatan lainnya atau seluruh
air lindi yang di olah di manfaakan.
d. Frekuensi pemantauan disesuaikan dengan parameter yang dipantau
Pemeriksaan kadar parameter lindi secara berkala paling sedikit 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) bulan yang dilakukan di laboratorium yang telah
terakreditasi dan/atau teregristrasi.

Tabel 13. Frekuensi Pemantauan Air Lindi

No. Parameter Kadar Frekuensi


1 pH 6-9 Sekali per hari
2 BOD 150 mg/L Sekali per bulan
3 COD 300 mg/L Sekali per bulan
4 TSS 100 mg/L Sekali per bulan
5 N Total 60 mg/L Sekali per bulan
6 Kadmium (Cd) 0,1 mg/L Sekali per bulan
Sumber: Lampiran I P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 tentang Baku
Mutu Lindi Bagi Usaha dan/Atau Kegiatan Tempat
Pemrosesan Akhir Sampah.

2. Pemantauan mutu air tanah


a. Lokasi: sumur pantau yang mewakili hulu (upstream) dan hilir
(downstream).
Lokasi sumur (upstream) berada sesudah unit lahan urugan dan lokasi
sumur (downstream) berada sebelum lahan urugan yang dapat dilihat
pada gambar 5.
b. Parameter mutu air tanah
Parameter air tanah yang dipantau pada sumur pantau adalah parameter
yang sama dengan parameter air lindi yaitu pH, BOD, COD, TSS, N
Total, Kadmium (Cd). Dalam pengambilan contoh uji air tanah
menggunakan Standar Nasional Indonesia 6989.58:2008 tentang
Metoda Pengambilan Contoh Air Tanah.

28
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

Tabel 14. Frekuensi Pemantauan Mutu Air Tanah

No. Parameter Kadar Frekuensi


1 pH 6-9 Sekali per semester
2 BOD 6 mg/L Sekali per semester
3 COD 40 mg/L Sekali per semester
4 TSS 100 mg/L Sekali per semester
5 N Total 1,90mg/L Sekali per semester
6 Kadmium (Cd) 1,90 mg/L Sekali per semester
Sumber: Lampiran VI Baku Mutu Air Nasional Bagian II Baku Mutu
Danau dan Sejenisnya Kelas tiga Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup

c. Frekuensi pemantauan air tanah dilakukan paling sedikit 2 (dua) kali


dalam 1 (satu) tahun dengan memperhatikan musim hujan dan kemarau.
1.3.3 Sistem Penanggulangan Keadaan Darurat
Penanggulangan keadaan darurat untuk pengendalian pencemaran antara lain:
1. Uraian tentang unit yang bertanggung jawab terhadap penanganan kondisi
darurat, termasuk di dalamnya struktur organisasi, peran dan tanggung
jawab serta mekanisme pengambilan keputusan.

Rencanan kegiatan TPA Sampah Sattoko memiliki unit tanggap darurat


yang berfungsi:
a. Menyusun daftar peristiwa kedaan darurat yang mungkin terjadi di
lingkungan kerja UPTD TPA Sattoko;
b. Menyusun langkah-langkah penanganan kedaan darurat;
c. Melaksanakan penanganan kedaan darurat;
d. Melaporkan setiap kedaan darurat dan sistem penanganannya kepada
kepala UPTD TPA Sattoko.

Dalam menangani kedaan darurat beberapa pihak yang terlibat:


a. Unit penanggulangan kedaan darurat TPA Sattoko sebagai unit yang
aktif memantaua setiap peristiwa kejadian darurat yang terjadi di TPA;
b. Kepala UPTD TPA sebgai pengambil kebijakan dalam menyelesaikan
setiap permasalahan yang terjadi di TPA dan berkoordinasi dengan
pemerintah daerah setempat apabila unit tanggap darurat TPA tidak
mampu dan tidak bisa menyelesaikan.

29
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

c. Apabila pemerintah daerah setempat tidak bisa menyelesaikan maka,


kepala UPTD bersama kepala Dinas LHK Berkoordinasi di tingkat
Provinsi atau Kementerian terkait penanganan masalah yang
dimakasud.

Beberapa peristiwa darurat yang memungkinkan akan terjadi yaitu


kebakaran, gempa, longsor.

2. Uraian tentang rencana dan prosedur tanggap darurat termasuk uraian detil
peralatan dan lokasi, prosedur, pelatihan, prosedur peringatan dan sistem
komunikasi.
a. Kebakaran
Dalam TPA pemadaman api dapat dilakukan dengan:
1) Menggunakan air;
2) Menggali dan membongkar tumpukan sampah; dan
3) Mengatasi oksigen kontak langsung sampah.
b. Longsor
Dalam hal terjadi kelongsoran TPA penanganan berdasarkan pada:
1) Skala kelongsoran;
2) Korban kelongsoran; dan
3) Kerusakan fasilitas.
4) Dalam hal penanganan evakuasi korban bencana perlu melakukan
koordinasi dengan instasi terkait penanganan bencana di kabupaten
kota terkait.
c. Gempa
Apabila terjadi gempa di TPA beberapa yang harus diperhatian:
1) Menjauhkan sumber api atau percikan api di tempat lahan urugan
sampa TPA;
2) Apabila gempa terjadi dalam waktu yang lama dan menghambat
beroperasi saranan dan prasarana di TPA, maka unit tanggap
darurat TPA bekerjasama dengan tim yang lain dalam satu struktur
organisasi menyusun strategi untuk menganstisipasi kemungkinan
terjadinya kebocoran IPAL atau air limbah tidak terolah dengan
baik.

30
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

3) Apabila gempa terjadi dalam durasi waktu yang singkat maka,


segera meperbaiki setiap kerusakan yang di sebakan oleh gempa,
terutama sarana pengelolaan limbah dan sarana prasarana
pengendalian pencemaran lingkungan.
d. Beberapa Fasilitas dan peralatan termasuk alat peringatan dini:
1) Alat deteksi dini seperti gas detector, alat pendeteksi kebocoran
pipa
2) alat pelindung diri;
3) alat yang digunakan untuk penanggulangan kedaruratan kebakaran:
checmical, water spray, dan seterusnya.
4) alat yang digunakan untuk penanggulangan kedaruratantumpahan
dan kebocoran, seperti spill kit, absorben, oil boom, sekop, dst.
5) petunjuk arah angin;
6) alat komunikasi;
7) peralatan pelayanan kesehatan darurat (emergency kit);
8) peralatan untuk kebutuhan pengamanan.

1.3.4 Internaslisasi Biaya Lingkungan


Beberapa biaya yang dibutuhka dalam pengendalian pencemaran terhadap
lingkungan sebagai berikut:

Tabel 15. Internalisasi Biaya Lingkungan


No. Jenis Biaya (Rp)
3.000.000.000 sekali
1. Biaya pembangunan IPAL
membangun
Biaya Pengoperasian IPAL dan
2. 30.000.000 per tahun
Pemeliaharaan
3. Biaya Pelatihan SDM POPAL 5.000.000 per pelatihan
Biaya Pelatihan SDM PPA 5.000.000 per pelatihan
10% dari anggaran
4. Biaya tanggap darurat belanja yang di dapat
setiap tahun.
Biaya pengeloaan dan pemantauan
5. 30.0000.0000 per tahun
kualitas air dan udara.
Sumber: DLHK Kab. Polewali Mandar 2022

31
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

1.3.5 Periode Waktu Uji Coba


Uji coba dilakukan setelah selesai melakukan pembangunan secara fisik. Air
lindi dan buangan dari pencucian kendaaran sudah dihasilkan, sehingga IPAL
bisa di uji coba.

Tabel 16. Periode Waktu Uji Coba


Bulan
Tahap
Tahap Konstruksi Tahapan Uji Coba
Perencanaan
1 2 3 4 6 57 8 9 10 11 12
Bulan
Tahapan Uji Coba
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sumber: DLHK Kab. Polewali Mandar 2022

2. STANDAR KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA


2.1 Struktur Organisasi

Kepala Dinas LHK

Kepala UPTD TPA


Sattoko

KA. Kasubag TU

Unit Pengelola
Pengelola
Penanggulang Pengelola Operasional
Sarana dan
an Keadaan Lingkungan dan
Prasarana
Darurat Pemeliharaan

Gambar 6. Struktur Organisasi UPTD TPA Sattoko, Tahun 2022

2.1.1 Kepala Dinas LHK


Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Dinas menyelenggarakan fungsi:
1. perumusan kebijakan Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
2. pelaksanaan kebijakan Lingkungan Hidup dan Kehutanan;

32
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

3. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Lingkungan Hidup dan Kehutanan;


4. pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
5. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan tugas
dan fungsinya.

2.1.2 Kepala UPTD TPA Sattoko


1. memeriksa dan menandatangani administrasi terkait persuratan dan data;
2. memeriksa data saranan dan prasarana, memberi paraf;
3. menyusun draf pedoman pengendalian gulma di lingkungan tpa;
4. menyusun draf pedoman pengendalian proses pengomposan;
5. memberi arahan penggunaan bbm armada dan alat berat;
6. memberi arahan pengawasan dan pembinaan petugas jaga malam;
7. memberi arahan, pengawasan dan pembinaan sistem pencatatan dengan
komputerisasi;
8. memberi arahan pengawasan dan pembinaan petugas kebersihan armada;
9. memberi arahan kebersihan lingkungan TPA;
10. memberi arahan dan mengawasi pengendalian pencemaran terhadap
lingkungan;
11. memberi arahan terkait penggunaan operator komputer;
12. memberi arahan pelaksanaan pengoperasian alat berat;
13. memberi arahan penanganan kedaan darurat;
14. memberi arahan pelaksanaan pemadatan dan penimbunan.

2.1.3 Kepala Sub. Bagian Tata Usaha UPTD TPA Sattoko


Kepala Sub. Bagian Tata Usaha UPTD TPA Sattoko menyelenggarakan fungsi:
1. memeriksa bahan dan menyusun pengelolaan administrasi perkantoran;
2. memeriksa bahan dan menyusun data UPTD;
3. memeriksa bahan dan menyusun pedoman pengendalian gulma;
4. memeriksa bahan dan menyusun pedoman pengomposan;
5. memeriksa bahan data penggunaan bbm armada dan alat berat;
6. memeriksa dan membina pengawasan TPA;
7. memeriksa dan membina sistem pencatatan dengan komputerisasi.;
8. memeriksa dan membina pengawasan kebersihan armada dan alat berat;
9. memeriksa dan membina pengawasan kebesihan lingkungan TPA dan
kantor TPA;

33
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

10. memeriksa sistem pengendalian pencemaran terhadap lingkungan;


11. memeriksa dan membina penggunaan operator komputer;
12. memeriksa dan membina pengawasan oprasional alat berat;
13. berkoordinasi dengan pihak terkait dalam penanganan kedaan darurat;
14. memeriksa dan membina pengawasan operasional pemadatan dan
penimbunan sampah.

2.1.4 Unit Penanggulangan Kadaan Darurat


Unit ini menyelenggarakan fungsi:
1. menyusun daftar peristiwa kedaan darurat yang mungkin terjadi di
lingkungan kerja uptd tpa sattoko;
2. menyusun langkah-langkah penanganan kedaan darurat;
3. melaksanakan penanganan kedaan darurat;
4. melaporkan setiap kedaan darurat dan sistem penanganannya ke kepala
uptd TPA sattoko.

2.1.5 Pengelola Sarana dan Prasarana


1. melaksanakan penyusunan program kerja unit sarana dan prasarana;
2. melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis sarana dan prasarana;
3. melaksanakan koordinasi, fasilitasi dan pengendalian teknis sarana dan
prasarana;
4. melaksanakan pembinaan dan monitoring sarana dan prasarana.

2.1.6 Pengelola Lingkungan


Pengelola lingkungan menyelenggarakan fungsi:
1. mengidentifkasi sumber pencemar dari aktivitas UPTD TPA sattoko;
2. menyusun sistem pengendalian pencemaran terhadap lingkungan;
3. melaksanakan pengendalian sumber pencemaran terhadap lingkungan;
4. melaksankan koordinasi dengan pihak terkait dalam melakukan
pengendalian pencemaran terhadap lingkungan;
5. melaporkan hasil pengendalian pencemaran.

2.1.7 Pengelola Operasional dan Pemeliharaan


Unit ini menyelenggarakan fungsi:
1. menyusun pedoman bidang operasi dan pemeliharaan;
2. melaksanakan pengelolan operasi dan pemeliharaan;

34
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

3. melakukan pemeliharaan terhadap fasilitas UPTD TPA sattoko;


4. melaksanakan sosialisasi pembinaan teknis operasonal dan pemeliharaan;
5. melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan unit operasional dan
pemeliharaan.

2.2 Sumber Daya Manusia


Untuk mengendalikan pencemaran lingkungan, TPA Sattoko akan menyiapkan
sumber daya manusia yang menangani dibidang limbah dan air yaitu:
penanggungjawab operasional pengelolaan air lindi (POPAL) dan penanggung jawab
pengendalian pencemaran air (PPA). Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh
penanggungjawab POPAL dan PPA sebagai berikut:

Tabel 17. Kompetensi penanggungjawab operasional pengelolaan air limbah


(POPAL) dan penanggung jawab pengendalian pencemaran air
(PPA)
Elemen
No. Kompetensi Kriteria Kerja
Kompetensi
1. Mengidentifikasi Menentukan 1. Data potensi sumber pencemaran
Sumber potensi sumber air Lindi diidentifikasi sesuai
Pencemaran Air pencemaran air kebutuhan.
Lindi Lindi 2. Data potensi sumber pencemaran
air Lindi industri dikelompokkan
sesuai dengan potensi
pencemarannya.
Melaporkan hasil 1. Laporan hasil penentuan potensi
penentuan potensi sumber pencemaran air Lindi
sumber disusun sesuai prosedur.
pencemaran air 2. Laporan hasil penentuan sumber
Lindi pencemaran air lindi
dikomunikasikan sesuai prosedur.
2. Menentukan Menganalisis 1. Karakteristik sumber pencemaran
Karakteristik karakteristik air limbah dianalisis sesuai sifat
Sumber sumber bahan yang dipergunakan.
Pencemaran Air pencemaran air 2. Jenis proses yang berpotensi
Limbah lindi. sebagai sumber pencemaran air
limbah ditentukan berdasarkan
sistem batch atau kontinu.
Melaporkan hasil 1. Hasil analisis karakteristik
analisis sumber pencemaran air lindi
karakteristik disusun sesuai prosedur
sumber 2. Laporan hasil analisis
pencemaran air karakteristik sumber pencemaran
lindi air lindi dikomunikasikan sesuai
prosedur.
3. Menentukan 1. Pencemaran air limbah
tingkat ditentukan berdasarkan

35
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

Menilai Tingkat pencemaran air karakteristik lindi dan kapasitas


Pencemaran Air lindi. produksi yang dihasilkan
Limbah 2. Besarnya debit rata-rata dan debit
maksimum air limbah diukur
sesuai prosedur.
Mengevaluasi 1. Tingkat pencemaran air limbah
tingkat dievaluasi berdasarkan
pencemaran air kesesuaian unit pengolahan lindi
lindi. yang tersedia.
2. Besarnya debit maksimum air
lindi dievaluasi berdasarkan
kapasitas produksi sesuai
prosedur.
Melaporkan hasil 1. Hasil penilaian tingkat
penilaian tingkat pencemaran air lindi disusun
pencemaran air sesuai prosedur.
lindi. 2. Laporan hasil penilaian tingkat
pencemaran air lindi
dikomunikasikan sesuai prosedur.
4. Menentukan Menentukan 1. Jenis pengolahan air lindi yang
peralatan metode digunakan ditentukan sesuai
instalasi pengolahan air kebutuhan.
pengolahan air lindi yang akan 2. Tahapan pengolahan air limbah
limbah (IPAL) digunakan ditentukan berdasarkan jenis
limbah yang akan diolah dan
jenis aliran air lindi.
Memilih 1. Peralatan IPAL ditentukan
peralatan berdasarkan metode pengolahan
pengolahan air air lindi yang telah ditentukan.
lindi yang akan 2. Dimensi peralatan IPAL
digunakan ditentukan berdasarkan debit air
lindi yang akan diolah,
ketersediaan lahan dan biaya
yang tersedia.
3. Anggaran biaya peralatan IPAL
disusun sesuai kebutuhan.
4. Indikator keberhasilan
pengoperasian IPAL ditentukan
berdasarkan tercapainya aspek
penaatan baku mutu.
Melaporkan hasil 1. Hasil penentuan peralatan IPAL
penentuan disusun sesuai prosedur
peralatan IPAL 2. Laporan hasil penentuan
peralatan IPAL dikomunikasikan
sesuai prosedur.
5. Mengoperasikan Menyusun 1. Besaran beban operasi IPAL
Instalasi rencana ditentukan berdasarkan debit dan
Pengolahan Air pengoperasian kadar bahan pencemar.
Lindi IPAL 2. Jumlah bahan yang dibutuhkan
ditentukan berdasarkan beban
pencemaran yang diterima IPAL.

36
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

3. Peralatan teknis diperiksa


fungsinya sesuai prosedur.
4. Rencana pemantauan operasional
peralatan IPAL disusun sesuai
prosedur.
Melakukan 1. Pengolahan air lindi dilaksanakan
pengoperasian sesuai prosedur.
IPAL 2. Pengukuran parameter
operasional pada peralatan IPAL
dilaksanakan sesuai prosedur.
3. Formulir pengoperasian IPAL
diisi sesuai prosedur.
4. Formulir hasil pengoperasian
IPAL dikomunikasikan sesuai
prosedur.
Melakukan 1. Efisiensi IPAL dievaluasi sesuai
optimasi prosedur.
pengoperasian 2. Rekomendasi optimasi IPAL
IPAL sesuai disusun berdasarkan teknologi
kebutuhan alternatif mutakhir.
6. Melakukan Menyusun 1. Frekuensi perawatan IPAL
Perawatan perencanaaan ditentukan berdasarkan beban
Instalasi perawatan IPAL kerja.
Pengolahan Air 2. Jadwal perawatan IPAL disusun
Lindi (IPAL) sesuai kebutuhan.
3. Indikator kinerja IPAL ditentukan
berdasarkan efisiensi pengolahan
yang dihasilkan.
4. Log book perawatan IPAL dibuat
sesuai kebutuhan.
Melaksanakan 1. Kinerja unit IPAL di bawah
perawatan IPAL kriteria diperbaiki sesuai
prosedur.
2. Perbaikan dilaksanakan terhadap
unitunit yang mengalami
kerusakan kecil.
3. Log book perawatan IPAL diisi
sesuai prosedur.
4. Data hasil perawatan IPAL
dilaporkan sesuai prosedur.
Melaporkan hasil 1. Hasil kegiatan perawatan IPAL
kegiatan disusun sesuai prosedur.
perawatan IPAL 2. Laporan hasil kegiatan perawatan
IPAL dikomunikasikan sesuai
prosedur.
7. Menyusun Menentukan 1. Tingkat kepatuhan terhadap baku
Rencana tujuan mutu air lindi dipantau sesuai
Pemantauan pemantauan prosedur.
Kualitas Air kualitas air lindi 2. Kondisi operasional IPAL
Limbah diperiksa kelayakannya sesuai
prosedur.

37
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

Menentukan titik 1. Lokasi pemantauan kualitas air


sampling lindi ditentukan sesuai tujuan
pemantauan pemantauan.
kualitas air lindi 2. titik pengambilan sampel air lindi
ditentukan sesuai tujuan
pemantauan.
Menentukan 1. Parameter pemantauan kualitas
metode air lindi ditentukan sesuai jenis
pemantauan industri
kualitas air lindi 2. Metode analisis air limbah dipilih
sesuai parameter pemantauan
kualitas air lindi.
3. Frekuensi pemantauan kualitas
air lindi ditentukan sesuai
prosedur.
Melaporkan 1. Laporan rencana pemantauan
rencana kualitas air limbah disusun sesuai
pemantauan prosedur.
kualitas air lindi 2. Laporan rencana pemantauan
kualitas air lindi dikomunikasikan
sesuai prosedur.
8. Melaksanakan Melaksanakan 1. Sampel air limbah diambil pada
Pemantauan pengambilan titik yang telah ditentukan
Kualitas Air sampel air lindi. berdasarkan tujuan pengujian
Limbah 2. Pengukuran parameter insitu
dilakukan sesuai prosedur.
3. Sampel untuk pengukuran
parameter eksitu ditangani sesuai
prosedur.
Melaksanakan 1. Sampel air lindi hasil persiapan
pemantauan hasil sesuai metode dipantau sesuai
pengujian sampel prosedur.
air lindi 2. Sampel air lindi hasil uji sesuai
dengan metode dipantau sesuai
kebutuhan.
3. Data hasil pengujian sampel air
lindi diolah sesuai prosedur.
Mengevaluasi 1. Data hasil pemantauan kualitas
hasil pemantauan air lindi diinterpretasikan secara
kualitas sampel informatif.
air lindi. 2. Data hasil pemantauan kualitas
air lindi dibandingkan dengan
Baku Mutu Lingkungan hidup
(BML).
3. Data hasil pemantauan kualitas
air lindi digunakan sesuai
kebutuhan.
Melaporkan hasil 1. Laporan hasil kegiatan
kegiatan pemantauan kualitas air lindi
pemantauan disusun sesuai prosedur.
kualitas air lindi.

38
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

2. Laporan hasil kegiatan


pemantauan kualitas air lindi
dikomunikasikan sesuai prosedur.
9. Mengidentifikasi Mengidentifikasi 1. Alat pelindung diri (APD)
Bahaya Dalam potensi bahaya di dipergunakan sesuai prosedur.
Pengolahan Air area kerja 2. Lokasi dan jenis bahaya di area
Lindi instalasi pengolahan air lindi
(IPAL) diidentifikasi sesuai
prosedur.
3. Bahan atau barang yang terdapat
di area IPAL yang berpotensi
menimbulkan bahaya di
identifikasi sesuai kebutuhan.
4. Bahaya pada setiap tahapan
operasional IPAL di identifikasi
sesuai prosedur.
5. Prosedur penanganan kecelakaan
kerja di area IPAL di identifikasi
sesuai potensi bahaya di area
kerja.
Mengidentifikasi 1. Proses kegiatan pengolahan air
potensi bahaya lindi dalam kondisi tidak normal
yang terjadi saat di inventarisasi sesuai prosedur.
proses 2. Tingkat bahaya akibat proses
pengolahan air pengolahan air lindi dilakukan
lindi dilakukan dalam kondisi tidak normal
dalam kondisi ditentukan sesuai prosedur.
tidak normal
Mengidentifikasi 1. Data log book peralatan IPAL di
potensi bahaya inventarisasi sesuai kebutuhan.
yang terjadi 2. Data formulir perawatan dan
dalam pengolahan perbaikan peralatan IPAL di
air lindi akibat inventarisasi sesuai prosedur.
kerusakan alat 3. Tingkat kerusakan peralatan
IPAL ditentukan sesuai prosedur.
4. Tingkat bahaya akibat kerusakan
peralatan IPAL ditentukan sesuai
prosedur
Melaporkan hasil 1. Hasil penentuan identifikasi
identifikasi bahaya dalam pengolahan air
bahaya lindi disusun sesuai prosedur.
pengolahan air 2. Laporan hasil identifikasi bahaya
lindi. dalam pengolahan air limbah di
komunikasikan sesuai prosedur.
10. Melakukan Mengidentifikasi 1. Alat pelindung diri (APD)
Tindakan bahaya dan resiko dipergunakan sesuai prosedur.
Keselamatan kecelakaan kerja 2. Bahaya saat mengolah air lindi
Dan Kesehatan saat mengolah air diidentifikasi sesuai potensi
Kerja (K3) lindi. bahaya.
Terhadap 3. Resiko kecelakaan kerja saat
Bahaya Dalam mengolah air limbah

39
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

Pengolahan Air diidentifikasi sesuai potensi


Lindi bahaya.
Melakukan 1. Lokasi berbahaya di area IPAL
tindakan yang harus diberi pengaman
perbaikan untuk diperiksa sesuai hasil identifikasi
mengurangi bahaya dan pengendalian resiko.
bahaya dan resiko 2. Bahan atau barang yang
kecelakaan kerja berpotensi menyebabkan
saat mengolah air kecelakaan kerja di area IPAL
lindi. disimpan sesuai prosedur.
3. Personil yang bertugas dalam
pengolahan air lindi diperiksa
sesuai prosedur K3.
Mempersiapkan 1. Lokasi berbahaya di area IPAL
tanggap darurat yang harus diberi pengaman
dalam pengolahan diperiksa sesuai hasil identifikasi
air lindi bahaya dan pengendalian resiko.
2. Bahan atau barang yang
berpotensi menyebabkan
kecelakaan kerja di area IPAL
disimpan sesuai prosedur.
3. Personil yang bertugas dalam
pengolahan air limbah diperiksa
sesuai prosedur K3.
Melaporkan hasil 1. Hasil pelaksanaan tindakan K3
tindakan K3 dalam pengolahan air lindi
dalam pengolahan disusun sesuai prosedur.
air lindi. 2. Laporan hasil pelaksanaan
tindakan K3 dalam pengolahan
air lindi dikomunikasikan sesuai
prosedur.
Sumber: DLHK Kab. Polewali Mandar 2022

3. SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN


Sistem manajemen lingkungan diperuntukkan di TPA Sattoko untuk memastikan sistem
pengelolaan lingkungan berjalan dengan baik, relevan dengan kondisi lingkungan saat ini
serta peraturan yang berlaku. Dalam pengendalian pencemaran air disusun berdasarkan 4
(empat) tahapan siklus PDCA yaitu: Perencanaan (Plan), Pelaksanaan (Do), Pemeriksaan
(Check), Tindakan (Act).

Rujukan peraturan yang mendasari penyusunan prosedur pengendalian pembuangan air


lindi diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 5 Tahun
2021 tentang Tata Cara Penerbitan Persetujuan dan Surat Kelayakan Operasional Bidang
Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

40
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

3.1 Perencanaan (plan)


3.1.1 Lingkup SML TPA Sampah Sattoko
Lingkup penerapan SML di TPA Sampah Sattoko dilakukan pada tempat atau
sumber penghasil limbah yang berpotensi mencemari lingkungan yaitu
penanganan air limbah dari hasil dekomposisi di lahan urugan yang
menghasilkan air lindi, air limbah yang bersumber dari pencucian alat
kendaraan pengankut sampah, pembangunan instalasi pengolahan air lindi, dan
penanganan gas aktivitas mikroorganisme di lahan urugan serta pengendalian
pencemara air disekitar lokasi TPA Sattoko.
1. Pengendalian vektor penyakit;
a. Dilakukan dengan cara pemadatan sampah, penutupan sampah, dan
penyemprotan insektisida secara aman dan terkendali.
b. Pemadatan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan alat berat untuk mencapai kepadatan sampah minimal 600
kg/m3 dengan kemiringan timbunan sampah maksimum 300.
c. menggunakan tanah dan/atau material lainnya yang dapat meloloskan
air.

2. Sistem pengumpulan dan pengolahan lindi


3. Penurunan kadar pencemar lindi dipengaruhi oleh:
a. Proses operasional TPA;
b. Curah hujan;
c. Dimensi instalasi pengolah lindi (IPL);
d. Waktu detensi; dan
e. Kedalaman kolam pengolahan.
f. Pengaliran lindi diutamakan menggunakan sistem gravitasi.
g. Pengolahan lindi dilakukan dengan proses biologis, fisik, kimia
dan/atau gabungan dari proses biologis, fisik dan kimia.
h. Pengolahan lindi dengan proses biologis didahului dengan aklimatisasi.
i. Persyaratan efluen hasil pengolahan lindi harus sesuai dengan baku
mutu.
j. Dalam hal kualitas efluen hasil pengolahan lindi belum memenuhi baku
mutu dilakukan resirkulasi efluen.

41
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

4. Penanganan gas
a. Gas yang dihasilkan selama proses dekomposisi di TPA tidak
diperkenankan dialirkan ke udara terbuka; dan menggunakan perpipaan
gas vertikal dan/atau horizontal yang berfungsi mengalirkan gas yang
terkumpul untuk kemudian dibakar atau dimanfaatkan sebagai sumber
energi.
b. Timbulan gas harus dimonitor dan dikontrol secara berkala.

5. Pelaksanaan keselamatan pekerja


Pelaksanaan keselamatan pekerja dilakukan dengan penyediaan fasilitas
kesehatan di lokasi TPA dan menggunakan peralatan kerja standar untuk
menjamin keselamatan kerja.
6. Penanganan tanggap darurat bahaya kebakaran dan kelongsoran.
3.1.2 Kebijakan
Dalam mengendalikan pengendalian pencemaran TPA Sattoko mengikuti
peraturan yang berlaku sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
2. Unndang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tenntang Cipta Kerja;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2021 Tentang Daftar Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana
Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga;
6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 tentang Baku Mutu Lindi Bagi
Usaha dan /atau Kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah.;

42
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 5 Tahun


2021 tentang Tata Cara Penerbitan Persetujuan dan Surat Kelayakan
Operasional Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017
tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus
Per Aqua, dan Pemandian Umum;
9. Peraturan Gubernur Sulawesi Barat Nomor 34 Tahun 2015 Tentang Baku
Mutu Air Kriteria Mutu Air;

Dalam penerapan kebijakan di TPA Sattoko melibatkan semua para


pekerja dan mitra kerja.

3.1.3 Komitmen TPA Sattoko


Komitmen TPA Sattoko dalam pengendalian pencemaran lingkungan tertuang
didalam Dokumen Lingkungan yang disertai dengan Dokumen Teknis dalam
pengendalian pencemaran terhadadap lingkungan. Dalam dokumen lingkungan
tersebut memuat bahwa:
a. TPA Sattoko berkomitmen memenuhi semua peraturan yang berlaku yang
terkait dengan proses TPA Sattoko.
b. Melaksanakan program pengendalian pencemaran di wilayah kerja TPA
Sattoko khusus il limbah cair.
c. Mengurangi beban emisi terhadap lingkungan yang bersumber dari
aktivitas mikrooganisme dengan membuat alat penangkap gas serta
melaksanakan proses pembuangan sampah sesuai dengan sistem Control
Lanfil.

3.1.4 Struktur organisasi


Dalam menangani pengendalian
pencemaran, TPA Sattoko
memiliki pengelola lingkungan
yang terdiri dari
penanggungjawab pengoperasian
Struktur Organisasi TPA Sattoko, 2022
instalasi pengelolaan limbah dan

43
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

penanggungjawab pengendali
pencemaran air.

3.2 Pelaksanaan (Do)


3.2.1 Persyaratan Sumber Daya Manusia
Untuk melaksanakan pengendalian pencemaran terhadap lingkungan, TPA
Sattoko menetapkan dan merekrut sumber daya yang memiliki kompetensi
keahlian dibidang lingkungan khususnya yang berkaitan dengan pengendalian
pencemaran air.
Beberapa disiplin ilmu yang diperlukan yaitu teknik penyehatan/teknik
lingkungan/sanitasi/persampahan, ilmu lingkungan, dan rumpun ilmu
pengetahuan alam yang sejenis dan berhubungan dalam pengendalian
pencemaran air serta mampu mengaplikasikannya dan sudah tersetifikasi.

Apabila tidak ditemukan SDM yang sesuai dengan disiplin ilmu yang
dibutuhkan, TPA Sattoko akan merekrut SDM yang sudah memiliki
pengalaman dibidang lingkungan dan mampu memahami peraturan-peraturan
yang berkaitan dalam pengelolaan lingkungan, pengendalian pencemaran
lingkungan, K3 lingkungan, dan baku mutu yang diberlakukan dalam
pengendalian pencemaran lingungan serta sudah tersetifikasi.

3.2.2 Komunikasi Internal-Eksternal


TPA Sattoko membangun komunikasi baik di dalam lingkungan yang satu
organisasi maupun di luar organisasi, supaya dalam pengendalian penncemaran
terhadap lingkunga lebih terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. TPA
Sattoko akan bekerjasama dengan laboratorium-laboratorium lingkungan
terakreditasi dan alat dan bahan yang menyediakan pendukung pengendalian
pencemaran lingkungan yang sudah terakreditasi, serta pihak yang dilibatkan
adalah yang sudah mengerti cara pengendalian pencemaran lingkungan.

3.2.3 Kesesuain Metode dan Pemutakhiran serta pengendalian informasi


terdokumentasi.
Setiap pelaksaanan kegiatan di dokumentasikan atau ada bukti tertulis bahwa
kegiatan tersebut sudah berjalan dengan baik atau tidak sehingga dapat
dievaluasi ketercapaian tujuan dan kendala internal-eksternal yang ada.
Adapun beberapa yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan suatu kegiatan

44
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

yaitu: kesesuaian dengan metode atau prosedur yang ada dan peraturan yang
berlaku.

Seluruh data pengelolaann dan pemantauan lingkungan di TPA Sattoko dicatat


dan dilaporkan kepada pemerintah setempat yang menangani bidang
pengelolaan limbah dan pengendalian pencemaran lingkungan.

Selanjutnya, dalam membangun alat pengendali pencemaran air di TPA


Sattoko terbukan untuk semua kontraktor atau konsultas yagn telah memiliki
sertifikasi kompetensi.

3.2.4 Potensi situasi darurat yang diperlukan dan respon yang diperlukan
Kegiatan pengelolaan lingkungan dimungkinkan akan terjadi kondisi yang
tidak sesuai dengan penngelolaan lingkungan yang disebabbkan karena faktor
manusia (human error), faktor alam, dan alat pengendali pencemaran
lingkungan rusak, sehingga membutuhkan penanganan cepat dan tepat.

Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan terlampauinya baku mutu


lingkungan, mengalami kebocoran pada IPAL, alat yang di gunakan rusak
dalam pengoperasian IPAL, atau pekerja salah menganalisa data kualiitas air
lindi dan lain sebagainya.

3.3 Pemeriksaan (Check)


3.3.1 Pemeriksaan laporan volume dan jumlah timbulan, karakteristik sampah,
sampling kualitas effluen instalasi pengolahan lindi, sumur pantau dan udara.
3.3.2 Pemantauan, pengukuran, analisa, dan mengevaluasi kinerja dalam
menetapkan kebijakan pengendalian
3.3.3 Mengevaluasi pemenuhan terhadap kewajiban penaatan menetapkan kebijakan
pengendalian Pencemaran Air;
3.3.4 Melakukan internal audit secara berkala;
3.3.5 Mengkaji sistem manajemen lingkungan organisasi terkait menetapkan
kebijakan pengendalian Pencemaran Air, untuk memastikan kesesuaian,
kecukupan, dan keefektifan.

45
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO

3.4 Tindakan (Act)


TPA Sampah Sattoko melakukan tindakan yang diiperlukan dalam rangka usaha
pengendalian pencemaran lingkungan khususnya pencemaran dari air lindi (limbah)
sebagai berikut:
3.4.1 Melakukan tindakan untuk menangani ketidaksesuaian antara lain:
a. Sumber daya untuk penerapan dan pemeliharaan sistem manajemen
lingkungan terkait pengendalian ppencemaran air limbah;
b. Sumber daya manusia yang memiliki sertifikasi kompetensi pengendalian
pencemaran air;
c. Pemantauan, pengukuran, analisa dan evaluasi kinerja pengendalian
pencemaran air;
d. Pemantauan air limbah yang dilakukan terhadap niilai baku mutu air lindi
yang di tetapkan dalam dokumen lingkungan atau peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang baku mutu air limbah.

3.4.2 Melakukan tindakan perbaikan berkelanjutan terhadap sistem manajemen


lingkungan yang sesuai dan efektif untuk meningkatkan kinerja pengendalian
Pencemaran Air, Pengendalian Pencemaran antara lain:
a. Memperbaiki unit-unit instalasi pengolahan air lindi yang tidak berfungsi
dengan baik, memulihkan lahan atau air permukaan yang sudah melebihi
beban pencemar yang sudah ditetapkan.
b. Mengubah atau menambah proses dalam pengolahan air lindi apabila
diperlukan.
c. Menguatkan kapastitas sumber daya manusia dalam menagani
pengendalian pencemaran.
d. Melakukan pencatantan dan pelaporan

46
DAFTAR PUSTAKA

Amirul, Chaerul. A, Rahman. 2021. Analisis Limpasan Permukaan (Runoff) Pada Daerah
Aliran Sungai Jenelata Kabupaten Goa. Makassar: Skripsi Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Muhamadiyah Makassar.
Alex, Fathul Mubin.2016. Perencanaan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik di
Kelurahan Istiqlal Kota Manado. Manado: Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.3 Maret
2016 (211-223) ISSN: 2337-6732 211 Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas
Sam Ratulangi.
Chow, V.T., D.R. Maidment, and L.W. Mays. 1998. Applied Hydrology. Mc GrawHill:
Singapore
Handiyatmo, Dendi. Sahara, Idah. Rangkuti, Hasnani. Farida, Yeni. Aprine, Olivia. 2018.
Pedoman Penghitungan Proyeksi Penduduk Dan Angkatan Kerja. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
Mangngalle, Riska Indriyani. 2016.Pencucian Kendaraan Bermotor.
https://www.scribd.com/doc/312364770/Kebutuhan-Air-Riska-Indriyani
Said, Nusa Idaman.2015. Pengolahan Air Lindi Dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob dan
Denitrifikasi.JAI Vol 8. No.1.
Said, Nusa Idaman.2017.Teknologi Pengolahan Air Limbah Teori dan
Aplikasi.Jakarta:Erlangga.
Sari, Resti Nanda. Afdal. 2017. Karakteristik Air Lindi (Leachate) di Tempat Pembuangan
Akhir Sampah Air Dingin Kota Padang. Jurnal Fisika Unand Vol.6 No.1. Padang:
Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan Fisika FMIPA.
Standar Nasional Indonesia 6989.57:2008. Metoda Pengambilan Contoh Air
Permukaan.Jakarta
Standar Nasional Indonesia 6989.58:2008. Metoda Pengambilan Contoh Air Tanah. Jakarta
Standar Nasional Indonesia 6989.59:2008. Metoda Pengambilan Contoh Air Limbah. Jakarta
Standar Nasional Indonesia 19-3983-1995. Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil
dan Kota Sedang di Indonesia. Jakarta
Republik Indonesia.2008. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah. Jakarta.

vii
Republik Indonesia.2020. Unndang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tenntang Cipta Kerja.
Jakarta.
Republik Indonesia.2021. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021
Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Jakarta
Republik Indonesia. 2021.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2021 Tentang Daftar Usaha dan/atau Kegiatan yang
Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup atau Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup. Jakarta
Republik Indonesia.2013. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Jakarta
Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 tentang Baku Mutu Lindi Bagi
Usaha dan /atau Kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah. Jakarta.
Republik Indonesia. 2021. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 5
Tahun 2021 tentang Tata Cara Penerbitan Persetujuan dan Surat Kelayakan
Operasional Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Jakarta
Republik Indonesia. 2017.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan
Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan
Pemandian Umum. Jakarta
Republik Indonesia. 2012.Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Jakarta.
Sulawesi, Barat Pemerintah. 2015.Peraturan Gubernur Sulawesi Barat Nomor 34 Tahun 2015
Tentang Baku Mutu Air Kriteria Mutu Air. Sulawesi Barat

viii

Anda mungkin juga menyukai