TEKNIS
PEMENUHAN BAKU MUTU
PEMANFAATAN AIR LIMBAH UNTUK
APLIKASI KE TANAH PADA KEGIATAN
RENCANA PEMBANGUNAN TEMPAT
PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH
DESA SATTOKO KECAMATAN MAPILLI
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga oleh tuntunannya Dokumen
Standar Teknis Pemenuhan Baku Mutu Pemanfaatan Air Limbah Untuk Aplikasi ke
Tanah dalam Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Sattoko
Kecamatan Mapilli Kabupaten Polewali Mandar bisa diselesaikan dengan baik.
Dalam menetapakan Dokumen Standar Teknis Pembuangan Air Limbah untuk kegiatan
TPA Sattoko, terlebih dahulu dilakukan penapisan berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2021 tentang Tata Cara Penerbitan
Persetujuan Teknis dan Surat Kelayakan Operasional Bidang Pengendalian Pencemaran
Lingkungan, sehingga dalam penyusunan dokumen pembuanga air limbah menggunakan
Standar Teknis dikarena:
1) Rencana Kegiatan TPA Sampah Sattoko tidak mengandung polutan infeksius sehingga
air yang dimanfaatkan terbebas dari polutan;
2) Air limbah yang dimanfaatkan tidak dimanfaatkan untuk proses dan kegiatan
penunjang tetapi dimanfaatkan untuk penyiraman dan pencucian;
3) Baku mutu pembuanga air limbah dari kegiatan TPA sudah diatur dalam Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 tentang Baku Mutu Lindi Bagi Usaha dan /atau
Kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah.
Dokumen Standar Teknis ini dibutuhkan sebagai dokumen pelengkap dalam penyusunan
dokumen UKL-UPL atau AMDAL yang terdapat dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 04 tahun 2021 tentang Daftar Usaha dan/atau
Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup atau Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.
Dengan selesainya dokumen ini, kami mengharapkan kepada Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi Sulawesi Barat untuk memberikan Persetujuan Teknis (PERTEK) Pemenuhan
Baku Mutu Pemanfaatan Air Limbah Untuk Aplikasi ke Tanah sesuai dengan Peraturan
Perundang-Undangan, dan kepada pihak-pihak yang telah terlibat dalam proses penyusunan
Dokumen Standar Teknis ini, kami mengucapkan terimakasih.
ii
DAFTAR ISI
1. STANDAR TEKNIS
1.1 Deskripsi Kegiatan................................................................................................ 1
1.1.1 Jenis dan Kapasitas Rencana Kegiatan ..................................................... 1
1.1.2 Jenis dan Jumlah Sampah ........................................................................ 2
1.1.3 Proses kegiatan yang berpotensi menghasilkan air limbah....................... 3
1.1.4 Efesiensi penggunaan Air ......................................................................... 4
1.2 Baku Mutu Air Limbah ........................................................................................ 10
1.3 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan ........................................... 11
1.3.1 Rencana Pengelolaan Lingkungan ............................................................ 11
1.3.2 Rencana Pemantauan Lingkungan ............................................................ 27
1.3.3 Sistem Penanggulangan Keadaan Darurat ................................................ 29
1.3.4 Internaslisasi Biaya Lingkungan ............................................................... 31
1.3.5 Periode Waktu Uji Coba ........................................................................... 32
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sumber Air Limbah) beserta saluran drainase, instalasi pengolahan air limbah,
saluran Air Limbah serta lokasi pemanfaatan Air Limbah .............................. 9
Gambar 2. Jet Aerator ........................................................................................................ 19
Gambar 3. Tampak atas instalasi pengolahan air lindi ....................................................... 23
Gambar 4. Tampak samping instalasi pengolahan air lindi ................................................ 24
Gambar 5. Layout secara keseluruhan mulai dari penerimaan Air Lindi, pengolahan Air Lindi
sampai dengan pemanfaatan Air Lindi, Lokasi pengambilan contoh uji Air Lindi,
sumur pantau yang mewakili hulu (upstream) dan hilir (downstream) ........... 25
Gambar 6. Struktur Organisasi UPTD TPA Sattoko, Tahun 2022 ..................................... 32
v
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2022-2032 yang Terlayani oleh Pengangkut
Sampah .............................................................................................................. 3
vi
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
1. STANDAR TEKNIS
1.1 Deskripsi Kegiatan
1.1.1 Jenis dan Kapasitas Rencana Kegiatan
Kabupaten Polewali Mandar termasuk dalam kategori kota sedang sehingga
kegiatan TPA yang dibangun minimal dapat menggunakan metode Control
Landfil (metode lahan urug terkendali) sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana
dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga. Metode ini dilakukan pengurugan di areal
pengurugan sampah, dengan cara dipadatkan dan ditutup dengan tanah penutup
sekurang-kurangnya setiap tujuh hari.
1
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
2
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
TAHUN
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
- 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032
Aritmatika 61.425 67.507 73.590 79.672 85.754 91.837 97.919 104.002 110.084 116.167 122.249
Geometerik 61.425 68.176 75.669 83.985 93.215 103.460 114.831 127.451 141.459 157.006 174.262
Eksponensial 61.751 68.902 76.880 85.783 95.716 106.800 119.167 132.966 148.364 165.544 184.713
Banyaknya jumlah air lindi yang dihasilkan tergantung dari jumlah air
eksternal yang masuk kedalam lahan urugan dan jumlah air eksternal ini dapat
bersumber dari curah hujan, sehingga dalam menentukan debit air lindi yang
3
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
2. Neraca
Neraca yang menggambarkan sumber, kapasitas dan karakteristik air limbah
dapat dapat ditentukan dengan menentukan proses utama dan penunjang
Rencana Kegiatan TPA Sampah Sattoko yang menghasilkan air limbah.
Air lindi
Untuk mendapatkan debit air lindi dilakukan dengan perhitungan jumlah air
hujan yang terinfiltrasi kedalam lapisan penutup tanah.
Tahun
Bulan
2012 2013 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Januari 64 90 147 222 145 147 116 240
Hari Hujan (hari) 11 15 16 14 15 19 13 15
Februari 244 134 82 154 82 107 63 158
Hari Hujan (hari) 20 17 10 13 16 12 9 16
Maret 157 139 109 249 155 154 122 128
Hari Hujan (hari) 20 9 16 14 12 13 10 16
April 145 180 234 357 13 179 215 154
Hari Hujan (hari) 15 18 19 16 8 15 13 15
Mei 150 226 95 262 183 72 44 148
Hari Hujan (hari) 17 19 8 20 15 12 7 18
Juni 42 76 316 138 255 167 176 65
Hari Hujan (hari) 9 11 15 18 18 11 11 10
Juli 184 183 0 120 201 100 4 118
Hari Hujan (hari) 9 20 0 11 11 8 4 10
Agustus 42 66 8 20 24 62 114 21
Hari Hujan (hari) 7 7 3 10 6 8 4 8
September 52 66 0 70 73 11 16 131
Hari Hujan (hari) 6 8 0 12 10 8 6 11
Oktober 153 168 32 252 163 138 118 250
Hari Hujan (hari) 11 16 8 18 19 150 12 17
November 132 119 147 154 315 197 88 209
Hari Hujan (hari) 21 10 12 14 19 14 16 20
Desember 143 231 192 76 170 152 71 85
Hari Hujan (hari) 21 11 19 12 14 20 12 19
Sumber: BPS Kab. Polewali Mandar tahun 2012-2020
4
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
Pada tabel curah hujan Kecamatan Mapilli tahun 2012-2020 didapatkan curah
hujan tertinggi pada bulan April tahun 2016 sebesar 357 mm sehingga debit
air lindi rencana yang dihasilkan didapatkan berdasarkan jumlah infiltrasi air
hujan yang masuk kedalam lahan landfill. Adapun rencana jenis hidrologi
tanah penutup landfill yang digunakan yaitu dengan laju infiltrasi paling
minimum sebesar 0,3 mm/jam dengan tekstur lempung berliat, lempung debu
berliat, liat berpasir, liat berdebu, liat untuk meminimalisir jumlah air lindi
yang akan diolah.
5
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
Jumlah
Kapasitas
Jenis Truk Jumlah Ritasi/Hari Terangkut
(m3)
(m3)
Dump truck/tipper
8 9 2 144
truck
Arm Roll Truck 6 7 2 84
compactor truck; 6 3 2 36
Pick UP DC 8028 CY 4 3 2 24
22 288
Sumber: DLHK Kab. Polewali Mandar, 2022
6
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
Total air limbah yang dihasilkan dan di olah dalam instalasi pengolahan air
lindi sebesar 12,375 m3/jam atau 297 m3/hari.
4. Layout
Lokasi masing-masing unit proses/kerja, terutama unit kerja yang
menghasilkan air limbah (sumber air limbah) beserta saluran drainase; dan
instalasi pengolahan air limbah, saluran air limbah serta lokasi pemanfaatan
air limbah dapat dilihat pada gambar 1.
7
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
108 + 75 + 114
Efesiensi = x100% = 100%
297
Dengan memanfaatkan air limbah, penggunaan air baku sudah tidak dibutuhkan
untuk pencucian kendaaran, penyiraman dan kebutuhan lain-lain.
8
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
Gambar 1: Sumber Air Limbah) beserta saluran drainase, instalasi pengolahan air limbah, saluran Air Limbah serta lokasi
pemanfaatan Air Limba.
9
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
Pemeriksaan terhadap parameter baku mutu lindi hanya dilakukan untuk 6 (enam)
parameter yaitu: pH, BOD, COD, N Total, dan Kadmium, sedangkan untuk merkuri tidak
dilakukan pemeriksaan dikarenakan:
a. Dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi
Nasional Pengurangan dan Penghapusan Merkuri;
b. Diekuarkannya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga,
Pasal 34 huruf b angka 2 dan 3 bahwa limbah yang dilarang diurug di TPA meliputi:
limbah yang berkategori bahan berbahaya dan beracun sesuai peraturan
perundang-undangan dan limbah medis dari pelayanan kesehatan.
Diterapkannya peraturan tersebut, maka sampah yang dibuang ke TPA Sampah Sattoko
tidak mengandung merkuri.
10
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
11
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
Unit-unit yang digunakan dalam proses pengolahan air lindi sebagai berikut:
1) Unit pemisah lemak dan minyak
Unit yang berfungsi memisahkan memisahkan padatan dan cairan yang
memiliki berat jenis lebih kecil dari pada air limbah (lindi). Pemisahan
dalam unit ini terjadi secara alamiah tanpa bantuan flotasi (aided flotation).
2) Unit ekualisasi
Bak ekualisasi adalah bak penampungan yang berfungsi untuk
meminimumkan dan mengendalikan fluktuasi aliran limbah cair baik
kuantitas maupun kualitas yang berbeda dan menghomogenkan
konsentrasi limbah cair.
3) Unit pengendapan awal (pre-sedimentation)
Unit ini berfungsi untuk memisahkan partikel yang mudah mendendap
seperti pasir, kerikil kecil, kepingan logam dan lain-lain supaya tidak
menggangu proses pengolahan berikutnya. Partikel ini memiliki massa
yang lebih berat dari material organik di dalam air limbah lindi.
4) Unit Aerasi
Unit yang berfungsi sebagai tempat terjadinya proses pencampuran
sempuran antara mikroorganisme dan air lindi dengan bantuan aerator.
Banyaknya jumlah aerator yang dibutuhkan tergantung dari jumlah udara
yang akan di injeksikan kedalam air lindi.
Sistem pengisian udara kedalam air lindi yaitu dengan aerated fill, pada
saar air lindi dialirkan kedalam kolam bak aerasi, peralatan aerator
diaktifkan, denga adanya proses aerasi udara dan pengadukan dalam
reaktor akan berubah dari kondisi anoksik (anoxic) atau anaerobik menjadi
aerobik. Konsentrasi oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO) dimonitor
supaya tetap antara 2-4 mg/l.
5) Unit penambahan NaOH
Unit ini berfungsi untuk menambahkan larutan kimia NaOH dalam air lindi
supaya logam kadmium (Cd) yang terdapat dalam air lindi dapat olah.
12
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
13
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
- Lebar bak : 8m
- Panjang bak : 40 𝑚2
=5m
8𝑚
14
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
Cek
- Volume efektif : 8 𝑚 𝑥 2,5 𝑚 𝑥 2,5 𝑚 = 100 𝑚3
- Waktu tinggal : 100 𝑚3 𝑗𝑎𝑚
= 3 𝑥24
297 𝑚 ℎ𝑎𝑟𝑖
ℎ𝑎𝑟𝑖
= 8 𝑗𝑎𝑚
- Beban permukaan : 297 𝑚3 𝑚3
= ± 7,4 ℎ𝑎𝑟𝑖
(surface loading) 8𝑚𝑥5𝑚 𝑚2
4) Kriteria perencanaan:
Kriteria perencanaan:
• Beban BOD: 0,2-0,4 (kg/kg.hari)
• BOD – MLLS Loading: 0,3-0,8 (kg/m3.hari)
• MLSS: 1500-2000 mg/l
• Umur lumpur: 2-4 hari
• Kebutuhan udara (Qudara/Qair): 3-7
• Waktu aerasi: (T): 6-8 jam
• Rasio Sirkulasi Lumpur (Qlumpur/Qair limbah): 20-40%
• Efesiensi pengolahan: 85-95%
• Konsentrasi ss di dalam lumpur sirkulasi (return sludge), CR= 8.000
mg/l
Perhitungan desain:
- 𝑀𝐿𝑆𝑆 : 𝐶𝑠𝑠 + 𝑅𝑥𝐶𝑅
1+𝑅
- Css : (100%-30%) x 200 mg/ l = 140 mg/l
- Ditetapkan kedalaman air lindi di dalam bak= 2,5 m dan lebar bak= 8 m jadi,
- 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑘 : 98 𝑚 3
=±5m
2,5 𝑚 𝑥 8 𝑚
- Volume efektif : 5 m x 8 m x 2,5 m = 100 m3
15
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
- Jumlah BOD yang keluar : 297 m3/hari x 20 g/m3 = 5.980 g/hari atau 5,94 kg-
BOD/hari.
- Jumlah BOD yang : (41,58- 5,94) kg/hari= 35,64 kg/hari.
dihilangkan dalam bak
aerasi
Maka,
- X : 2.117 𝑔 𝑥100 𝑚3
𝑚3
= 211.700 𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑢 211,7 𝑘𝑔
- Jumlah oksigen : (0,42x 35,64+ 0,12x 211,7) kg/hari = 40,37
yang diperlukan kg/hari
16
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
17
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
Kedalaman 2,5 m
Tinggi ruang bebas 0,5 m
C. Pengendapan Awal (pre-sedimentation)
Panjang 5m
Lebar 8m
Kedalaman 2,5 m
Tinggi ruang bebas 0,5 m
D. Unit Aerasi
Panjang 5m
Lebar 8m
Kedalaman 2,5 m
E. Bak Mixing NaOH
Panjang 0,5 m
Lebar 8m
Kemiringan 0,0125
F. Unit Pengendapan Akhir (final sedimentation)
Panjang 5m
Lebar 8m
Kedalaman 2,5 m
Kedalaman 2,5 m
G. Kolam pembuangan (outfall)
Panjang 8m
Lebar 14,5 m
Kedalaman 2,5 m
Sumber: DLHK Kab. Polewali Mandar 2022
1) Pompa inlet
Pompa ini digunakan untuk mengalirkan air lindi dari unit pengendapan
awal kedalam unit aerasi agar kontinuitasnya tetap sehingga dapat
mencegah beban kejut dari buangan air lindi. Jumlah pompa inlet yang
dibutuhkan 1 (satu) pompa.
2) Pompa Dosing
Pompa dosing digunakan mengalirkan larutan bahan kimia NaOH kedalam
bak tempat NaOH dialirkan, sebelum kolam pengendapan terakhir untuk
menghilangkan kandungan kadmium (Cd) yang terkandung dalam air lindi.
Jumlah pompa dosing yang dibutuhkan 1 (satu) pompa.
3) Bahan Kimia NaOH (Natrium Hidroksida)
4) NaOH yang digunakan dalam bentuk padat dengan konsentrasi 98 % atau
48% sesuai dengan ketersediaan dipasaran. NaOH bersifat basa dan mudah
18
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
larut dalam air. Jumlah NaOH yang diberikan dalam air lindi sebanyak 2-3
ppm.
5) Pompa sirkulasi lumpur
Pompa sirkulasi digunakan untuk mengembalikan mikroorganisme yang
masih hidup ke tangki pengendapan awal supaya proses pertumbuhan
mikroba lebih cepat dan mencegah terkurasnya mikroba dalam pengolahan.
Jumlah pompa yang dibutuhkan 1 (satu) pompa.
6) Blower udara
Blower udara digunakan untuk mengijeksikan O2 kedalam air lindi supaya
tetap dalam kondisi aerob. Jumlah blower yang dibutuhkan berjumlah 2
buah dengan jenis jet aerators.
1) Pengelolaan lumpur
Pengelolaan lumpur (sludge) yang dihasilkan dari proses pengendapan di
bak pengendapan dilakukan pengerukan menggunakan excavator atau
pompa tinja yang berguna memaksimalkan proses pengolahan air limbah.
Lumpur di kumpulkan dalam satu tempat dan dikeringkan, setelah kering
digunakan kembali sebagai penutup sampah di lahan urugan.
19
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
2) Pengelolaan Gas
Pengelolaan gas yang timbul dari proses degradasi di TPA dikontrol
dengan cara:
a) mencegah mengalir secara lateral dari lokasi TPA yang ditutup
menuju daerah sekitarnya.
b) tidak mengalirkan gas ke udara terbuka, dukumpulkan pada gas-flare
dan dimanfaatkan.
c) menggunakan perpipaan gas vertikal yang berfungsi mengalirkan
gas yang terkumpul dalam satu lajur ke pipa penangkap gas.
d) menangkap gas untuk recovery dengan ventilasi akhir, di dibangun
pada timbunan akhir yang dihubungkan dengan sarana pengumpul
gas untuk dibakar dengan gas-flare dan dimanfaatkan lebih lanjut.
e) timbulan gas harus dimonitor dan dikontrol sesuai dengan perkiraan
umur produksi.
20
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
21
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
22
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
23
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
24
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
Gambar 5: Layout secara keseluruhan mulai dari penerimaan Air Lindi, pengolahan Air Lindi sampai dengan pemanfaatan
Air Lindi, Lokasi pengambilan contoh uji Air Lindi, sumur pantau yang mewakili hulu (upstream) dan hilir
(downstream)
25
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
26
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
pH 6-9 6-9
BOD 150 mg/L 297.000 44,55
COD 300 mg/L L/hari 89,1
atau
TSS 100 mg/L 29,7
12,375
N Total 60 mg/L m3/hari 17,82
Kadmium 0,1 mg/L 0,0297
Sumber: Lampiran I P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 tentang Baku
Mutu Lindi Bagi Usaha dan/Atau Kegiatan Tempat
Pemrosesan Akhir Sampah.
Beban Pencemar:
𝑚𝑔 𝑚3
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑝𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 ( ) 𝑥 𝑘𝑢𝑎𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑖𝑟 𝑙𝑖𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 ( )
𝑙 ℎ𝑎𝑟𝑖
Metode yang digunakan dalam pengambilan contoh uji untuk masing-
masing parameter dilakukan dengan menggunakan Standar Nasional
Indonesia Nomor 6989.59:2008 tentang Metoda Pengambilan Contoh Air
Limbah.
27
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
c. Dosis, debit dan rotasi untuk penyiraman atau volume Air Limbah yang
digunakan untuk pencucian
Debit air lindi olahan yang digunakan sebesar 100% untuk pencucian
kendaraaan, penyiraman tanaman dan pemanfaatan lainnya atau seluruh
air lindi yang di olah di manfaakan.
d. Frekuensi pemantauan disesuaikan dengan parameter yang dipantau
Pemeriksaan kadar parameter lindi secara berkala paling sedikit 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) bulan yang dilakukan di laboratorium yang telah
terakreditasi dan/atau teregristrasi.
28
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
29
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
2. Uraian tentang rencana dan prosedur tanggap darurat termasuk uraian detil
peralatan dan lokasi, prosedur, pelatihan, prosedur peringatan dan sistem
komunikasi.
a. Kebakaran
Dalam TPA pemadaman api dapat dilakukan dengan:
1) Menggunakan air;
2) Menggali dan membongkar tumpukan sampah; dan
3) Mengatasi oksigen kontak langsung sampah.
b. Longsor
Dalam hal terjadi kelongsoran TPA penanganan berdasarkan pada:
1) Skala kelongsoran;
2) Korban kelongsoran; dan
3) Kerusakan fasilitas.
4) Dalam hal penanganan evakuasi korban bencana perlu melakukan
koordinasi dengan instasi terkait penanganan bencana di kabupaten
kota terkait.
c. Gempa
Apabila terjadi gempa di TPA beberapa yang harus diperhatian:
1) Menjauhkan sumber api atau percikan api di tempat lahan urugan
sampa TPA;
2) Apabila gempa terjadi dalam waktu yang lama dan menghambat
beroperasi saranan dan prasarana di TPA, maka unit tanggap
darurat TPA bekerjasama dengan tim yang lain dalam satu struktur
organisasi menyusun strategi untuk menganstisipasi kemungkinan
terjadinya kebocoran IPAL atau air limbah tidak terolah dengan
baik.
30
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
31
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
KA. Kasubag TU
Unit Pengelola
Pengelola
Penanggulang Pengelola Operasional
Sarana dan
an Keadaan Lingkungan dan
Prasarana
Darurat Pemeliharaan
32
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
33
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
34
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
35
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
36
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
37
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
38
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
39
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
40
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
41
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
4. Penanganan gas
a. Gas yang dihasilkan selama proses dekomposisi di TPA tidak
diperkenankan dialirkan ke udara terbuka; dan menggunakan perpipaan
gas vertikal dan/atau horizontal yang berfungsi mengalirkan gas yang
terkumpul untuk kemudian dibakar atau dimanfaatkan sebagai sumber
energi.
b. Timbulan gas harus dimonitor dan dikontrol secara berkala.
42
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
43
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
penanggungjawab pengendali
pencemaran air.
Apabila tidak ditemukan SDM yang sesuai dengan disiplin ilmu yang
dibutuhkan, TPA Sattoko akan merekrut SDM yang sudah memiliki
pengalaman dibidang lingkungan dan mampu memahami peraturan-peraturan
yang berkaitan dalam pengelolaan lingkungan, pengendalian pencemaran
lingkungan, K3 lingkungan, dan baku mutu yang diberlakukan dalam
pengendalian pencemaran lingungan serta sudah tersetifikasi.
44
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
yaitu: kesesuaian dengan metode atau prosedur yang ada dan peraturan yang
berlaku.
3.2.4 Potensi situasi darurat yang diperlukan dan respon yang diperlukan
Kegiatan pengelolaan lingkungan dimungkinkan akan terjadi kondisi yang
tidak sesuai dengan penngelolaan lingkungan yang disebabbkan karena faktor
manusia (human error), faktor alam, dan alat pengendali pencemaran
lingkungan rusak, sehingga membutuhkan penanganan cepat dan tepat.
45
STANDAR TEKNIS RENCANA TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH SATTOKO
46
DAFTAR PUSTAKA
Amirul, Chaerul. A, Rahman. 2021. Analisis Limpasan Permukaan (Runoff) Pada Daerah
Aliran Sungai Jenelata Kabupaten Goa. Makassar: Skripsi Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Muhamadiyah Makassar.
Alex, Fathul Mubin.2016. Perencanaan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik di
Kelurahan Istiqlal Kota Manado. Manado: Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.3 Maret
2016 (211-223) ISSN: 2337-6732 211 Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas
Sam Ratulangi.
Chow, V.T., D.R. Maidment, and L.W. Mays. 1998. Applied Hydrology. Mc GrawHill:
Singapore
Handiyatmo, Dendi. Sahara, Idah. Rangkuti, Hasnani. Farida, Yeni. Aprine, Olivia. 2018.
Pedoman Penghitungan Proyeksi Penduduk Dan Angkatan Kerja. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
Mangngalle, Riska Indriyani. 2016.Pencucian Kendaraan Bermotor.
https://www.scribd.com/doc/312364770/Kebutuhan-Air-Riska-Indriyani
Said, Nusa Idaman.2015. Pengolahan Air Lindi Dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob dan
Denitrifikasi.JAI Vol 8. No.1.
Said, Nusa Idaman.2017.Teknologi Pengolahan Air Limbah Teori dan
Aplikasi.Jakarta:Erlangga.
Sari, Resti Nanda. Afdal. 2017. Karakteristik Air Lindi (Leachate) di Tempat Pembuangan
Akhir Sampah Air Dingin Kota Padang. Jurnal Fisika Unand Vol.6 No.1. Padang:
Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan Fisika FMIPA.
Standar Nasional Indonesia 6989.57:2008. Metoda Pengambilan Contoh Air
Permukaan.Jakarta
Standar Nasional Indonesia 6989.58:2008. Metoda Pengambilan Contoh Air Tanah. Jakarta
Standar Nasional Indonesia 6989.59:2008. Metoda Pengambilan Contoh Air Limbah. Jakarta
Standar Nasional Indonesia 19-3983-1995. Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil
dan Kota Sedang di Indonesia. Jakarta
Republik Indonesia.2008. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah. Jakarta.
vii
Republik Indonesia.2020. Unndang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tenntang Cipta Kerja.
Jakarta.
Republik Indonesia.2021. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021
Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Jakarta
Republik Indonesia. 2021.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2021 Tentang Daftar Usaha dan/atau Kegiatan yang
Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup atau Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup. Jakarta
Republik Indonesia.2013. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Jakarta
Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 tentang Baku Mutu Lindi Bagi
Usaha dan /atau Kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah. Jakarta.
Republik Indonesia. 2021. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 5
Tahun 2021 tentang Tata Cara Penerbitan Persetujuan dan Surat Kelayakan
Operasional Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Jakarta
Republik Indonesia. 2017.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan
Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan
Pemandian Umum. Jakarta
Republik Indonesia. 2012.Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Jakarta.
Sulawesi, Barat Pemerintah. 2015.Peraturan Gubernur Sulawesi Barat Nomor 34 Tahun 2015
Tentang Baku Mutu Air Kriteria Mutu Air. Sulawesi Barat
viii