Anda di halaman 1dari 27

STANDAR TEKNIS PEMBUANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK KE

BADAN AIR PERMUKAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEGIATAN


USAHA BUDIDAYA TANAMAN JAHE, KELOR, BAWANG PUTIH, BAWANG
MERAH DAN KACANG HIJAU SELUAS 646 HA
PT. AMAN SARANA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kegiatan budaya tanaman jahe, kelor, bawang putih, bawang merah dan
kacang hijau merupakan salah satu kegiatan yang wajib menyusun UKL-
UPL. Kegiatan ini berpotensi menyebabkan terjadinya dampak terhadap
sejumlah komponen lingkungan hidup. Komponen lingkungan hidup yang
akan terkena dampak negatif atau positif akibat Rencana kegiatan yang
perlu dikelola dan dipantau, maka Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (P3LH), Prosedur sebelumnya mengatur
kewajiban pengurusan izin PPLH dilakukan setelah izin lingkungan
diperoleh, dan usaha atau kegiatan telah berjalan. Maka untuk memenuhi hal
tersebut kegiatan ini diawali dengan membuat standar teknis untuk
mendapatkan persetujuan teknis dari yang berwenang

Dalam rangka mendukung kegiatan ini, akan memanfaatkan air untuk


keperluan domestik terutama pada kantor yang akan digunakan. Untuk
meminimalisir dampak dari limbah cair yang dihasilkan, pemrakarsa harus
melakukan pengelolaan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan
mendapat persetujuan teknis dan SLO dari Dinas Lingkungan Hidup.

1.2. Tujuan
Tujuan disusunya dokumen ini adalah untuk mendapatkan persetujuan
teknis dari pihak yang berwenang sebagai pedoman dalam pengelolaan
limbah cair dari kegiatan ini.

1
1.3. Penapisan

Penapisan Mandiri dilakukan untuk memastikan bahwa pengelolaan air limbah yang
akan dilakukan sesuai dengan PP No 5 Tahun 2021 pada lampiran III. Penapisan
dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan sehingga mengarah kepada jenis
pengelolaan apakah perlu dilakukan kajian teknis atau standar teknis. Untuk
mengetahui kategori pembuangan limbah cair dari kegiatan ini maka
diperlukan penapisan secara mandiri. Penapisan secara mandiri kegiatan ini
adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Daftar Pertanyaan Penapisan secara mandiri
Daftar Pertanyaan
No. Jawaban Keterangan
(Lampiran 1 Permen LHK 5/2021)
1 Apakah Usaha dan/atau Kegiatan Tidak Masuk pertanyaan 2
termasuk dalam daftar Usaha dan/dan
Kegiatan dengan potensi pencemar air
tinggi?

2 apakah Air Limbahnya akan dibuang ke Badan ya Masuk pertanyaan 3


Air permukaan?

3 Pertanyaan 3, apakah pengolahan Air ya Masuk pertanyaan 4


Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan
tersebut sudah ditetapkan standar
teknologinya?

apakah pengolahan Air Limbah bagi Usaha ya Penanggungjawab Usaha


dan/atau Kegiatan tersebut sudah ditetapkan dan/atau Kegiatan
standar teknologinya? Bila ya, penanggung menyusun standar teknis.
jawab Usaha dan/atau Kegiatan wajib
menyusun standar teknis

2
BAB II
DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN

2.1. Identitas Perusahaan

a. Jenis Usaha/Kegiatan : Budidaya Tanaman Jahe, Kelor, Bawang Putih,


Bawang Merah dan Kacang Hijau

b. Nama Perusahaan : PT. Aman Sarana

c. Alamat Perusahaan : GP Plaza, Lantai 15, Unit 16, Jalan Palmerah


Utara, No, 33, Slipi, Jakarta Pusat, 10270
d. Penanggung Jawab : Kaman Halim

e. Jabatan : Direktur

f. Alamat Penanggung Jawab : GP Plaza, Lantai 15, Unit 16, Jalan Palmerah
Utara, No, 33, Slipi, Jakarta Pusat, 10270

g. Lokasi Kegiatan : Desa Muara Rengas dan Desa Sungai Pinang

Kecamatan Muara Lakitan Serta Desa Bingin

Jungut Kecamatan Muara Kelingi

Kabupaten Musi Rawas

2.2. Jenis dan Kapasitas Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


Rencana Pembangunan Usaha Budidaya Tanaman Jahe, Kelor, Bawang
Putih, Bawang Merah dan Kacang Hijau Oleh PT. Aman Sarana pada lahan seluas ±
646 Hektar di Desa Muara Rengas dan Desa Sungai Pinang Kecamatan Muara
Lakitan serta Desa Bingin Jungut Kecamatan Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas
Provinsi Sumatera Selatan.

2.3. Jenis dan jumlah bahan baku dan/atau bahan penolong yang digunakan.
Bahan baku utama kegiatan ini adalah penggunaan alat-alat pertanian dan sarana
produksi pertanian, tidaka ada limbah cair yang dihasilkan. Limbah cair yang
dihasilkan berasal dari aktifitas karyawan yang menetap di mesh dan kantor
Bahan penolong pada kegitan ini berupa penggunaan air yang digunakan untuk
penyiraman tanaman dengan memanfaatakan air sungai yang erada disekitar
tanaman

3
Kebutuhan Air
Kebutuhan air bersih untuk domestik (perumahan karyawan dan kantor)
diperkirakan sebanyak 20 orang karyawan dengan asumsi setiap orang
menggunakan 50 liter/hari maka air yang dibutuhkan sebanyak 1000 liter/hari.
Kebutuhan air tersebut, rencana akan disuplai dari sumur bor yang
selanjutnya akan dipompa ke instalasi pengolahan air (water treatment) dan
akan didistribusikan untuk keperluan domestik.

Tawas

Air Baku Pengadukan Bak Pengendap

Filtrasi
Air Baku

Gambar 1. Diagram Proses Pengolahan Air Bersih

2.4. Proses Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan termasuk kegiatan


penunjang yang berpotensi menghasilkan Air Limbah.

Kegiatan Budidaya Tanaman Jahe, Kelor, Bawang Putih, Bawang Merah dan
Kacang Hijau oleh PT. Aman sarana akan dilakukan dengan system organic
sehingga tidak menghasilkan limbah cair yang bebahaya, tetapi menghasilkan
limbah cair domestik sisa penggunaan karyawan tetap yang ditinggal di mes baik
pada tahap konstruksi maupun pada tahap operasi. Kebutuhan air bersih untuk
domestik (perumahan karyawan dan lain-lain) diperkirakan sebanyak 1000 m 3/hari
dengan asumsi jumlah karyawan tetap dan tamu sebanyak 20 orang dan masing-
masing menhabiskan 50 liter per hari.

4
Neraca Penggunaan Air

Perumahan dan kantor

Black Water Grey Water

Septick Tank IPAL Domestik

Kerja Sama Pihak ke-3 Kolam Bio Indikator Kolam Penampungan

Penyiraman Tanaman

Gambar 2. Neraca Penggunaan Air

Tabel 2. Perkiraan Air Limbah Yang Dihasilkan


No Penggunaan Air Kebutuhan Per Hari Air Limbah Yang
Dihasilkan
A. Grey Water
1 Karyawan 1000 Liter 500 Liter x 80% = 800
Liter
B. Black Water (Tinja, dsb)
Kegiatan Toilet/
1 1000 x 20% = 200 liter
WC
Sumber : Analisis Tim Penyusun, 2022

2.5. Fluktuasi dan kontinuitas air limbah yang dihasilkan

Fluktuasi dan kontinuitas air limbah yang akan dihasilkan diperkirakan tidak tinggi
karena hanya berasal dari air limbah kegiatan domestik karyawan dengan jumlah
yang sedikit.

5
2.6. Lokasi masing-masing unit proses/kerja, terutama unit kerja yang
menghasilkan Air Limbah (sumber Air Limbah) beserta saluran
drainase

Lokasi masing-masing unit proses yang menhasilkan air limbah berasal dari
aktifitas karyawan. Lokasi ini terdapat pada kamar mandi yang ada pada lokasi
kantor dan mes.

6
BAB III
BAKU MUTU

3.1. Baku Mutu Air Limbah Domestik


Baku mutu Air Limbah Domestik berpedoman pada KEPMENLHK
No. P.68/MenLHK/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air
Limbah
Tabel 3. Baku Mutu Air Limbah Domestik
Parameter Satuan Kadar Paling
Tinggi
pH - 6-9
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak Lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total Coliform jumlah/100 mL 3000
Debit L/orang/hari 100

7
BAB IV.
RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

4.1. Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan


1) Rencana Pengelolaan Lingkungan
a) Kapasitas Instalasi Pengolahan Air Limbah
Limbah cair domestik dari operasional kantor dan mes karyawan, berupa
limbah grey water dan black water. Penanganan grey water berupa air cuci dan
mandi dari aktifitas toilet dan tempat wudhu akan dialirkan ke dalam IPAL
sederhana. Sedangkan black water akan dialirkan ke dalam septikc tank. Alur
proses pengelolaan air limbah sebagai berikut :
- Limbah grey water dikelola dengan dialirkan kedalam IPAL bak air dengan
kapasitas 3 m3. Desain IPAL dapat dilihat pada lampiran
- Dilakukan pemisahan antara saluran drainase dengan saluran limbah grey
water.
- Memasang titik penataan pada outlet IPAL/ Bak Air.
- Memasang flow meter pada inlet dan outlet IPAL/ Bak Air.
- Limbah black water masuk kedalam septic tank.

b) Teknologi Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik


Penentuan teknologi sistem pengolahan Air Limbah diolah dengan metode
IPAL Sederhana :

Sumber Air
Limbah Grey Bak Pengumpul Bak Pemisah Lemak
Water

Bak Penyaring
Flow Bak Ekualisasi
meter (pengolahan)

Air Olahan

Kolam Penampungan

Gambar 3 Layout Proses IPAL

8
c) Unit Proses atau Unit Operasi
Tipe teknologi yang akan digunakan dalam pengelohan limbah cair domestic
adalah dengan menggunakan unit proses bak ekualisasi, bak penyaring dan
kolam penampungan akhir.
d) Kriteria desain setiap unit proses
unit proses Screening merupakan unit operasi yang diaplikasikan pada awal
pengolahan air limbah. Tujuan dari screening ini adalah untuk pemisahan
material berukuran besar seperti kertas, plastik, kayu, kulit udang, sisik ikan,
dan sebagainya.
Grease Trap adalah alat perangkap grease (lemak) atau minyak dan oli. Alat
ini membantu untuk memisahkan minyak dari air, sehingga minyak tidak
menggumpal dan membeku di pipa pembuangan dan membuat pipa
tersumbat. engelolaan limbah minyak dan lemak dengan menggunakan
grease trap adalah salah satu bagian yang terpenting dari waste water
management (pengelolaan air limbah).
Pengendapan (sedimentation) adalah proses memisahkan zat padat
tersuspensi dari air limbah dengan cara mengendapkannya. Diharapkan air
yang keluar sudah bersih dari partikel padatan sehingga tidak menimbulkan
kekeruhan.
Penentuan teknologi sistem pengolahan Air Limbah dilakukan dengan
pendekatan kelompok pencemar, antara lain: organik terurai (biodegradable
organics), organik sulit terurai (non biodegradable organics), nutrien,
sedimen, padatan tersuspensi, apungan (floatable material), logam berat,
anorganik terlarut, asam basa, patogen, warna, senyawa toksik atau
inhibitor.
c) Unit Proses atau Unit Operasi
Tipe teknologi yang akan digunakan dalam pengelohan limbah cair domestik
grey water adalah dengan menggunakan unit proses screening, oil trap/
grase, Bak Pengolahan dan kolam penampungan air asil olahan.
d) Kriteria desain setiap unit proses
1) unit proses Screening menggunakan bar Screen merupakan unit operasi
yang diaplikasikan pada awal pengolahan air limbah. Tujuan dari

9
screening ini adalah untuk pemisahan material berukuran besar seperti
kertas, plastik, kayu, kulit udang, sisik ikan, dan sebagainya.
2) Grease Trap adalah alat perangkap grease (lemak) atau minyak dan oli.
Alat ini membantu untuk memisahkan minyak dari air, sehingga minyak
tidak menggumpal dan membeku di pipa pembuangan dan membuat pipa
tersumbat. pengelolaan limbah minyak dan lemak dengan menggunakan
grease trap adalah salah satu bagian yang terpenting dari waste water
management (pengelolaan air limbah).
3) Pengendapan (sedimentation) adalah proses memisahkan zat padat
tersuspensi dari air limbah dengan cara mengendapkannya. Diharapkan
air yang keluar sudah bersih dari partikel padatan sehingga tidak
menimbulkan kekeruhan.
4) Kolam Penampungan, kolam ini dibuat dengan bentuk segi empat , untuk
menampung air yang sudah diolah dan dimanfaatkan untuk penyiraman
tanaman.

1. Bar Screen

(1)Qasim,S. 1985
Kriteria Desain Pembersihan Pembersihan
manual mekasnis
Kecepatan aliran melalui
0,3 patan 0,6 patan
screen (m/det)
Ukuran Bar (batang)
Lebar (mm) 4-Aug 8-
Oct
Tebal (mm) 25-50 50 -
75
Jarak antar Bar(mm) 25 - 75 10 -
75
Slope dengan horizontal 45o – tao 75o 5talo
Headloss yang dibolehkan,
clogged screen (mm) 150 150
Maksimum Headloss,
800 800
clogged screen (mm)
2. Saringan Halus

Saringan halus mempunyai = 2,3 an hal

10
bukan (opening screen)
Jarak antar batang = 1,5 antar b
(Said, N. 2017)

3. Proses Koagulasi
Parameter Nilai
Waktu Tinggal Air Bersih Air Limbah
30-60 detik 2-5 menit
Pengadukan cepat 100-150
rpm

4. Flokulasi

Parameter Nilai
Waktu Tinggal Air Bersih Air Limbah
10-15 menit 10-20 menit
Pengadukan cepat 10-50
rpm

5. Dissolved Air Floatation


Parameter Nilai
Hydraulic Loading Rate (HLR) 2-5
m3/m2.hour
Sumber: R-WEF, MOP

6. Anaerobic Tank (CSTR): COD Loading

Laju Volume
Biological Process Pembebanan
(kg COD/m3/d) (m3/ton COD.d)
CSTR
(Continuous 1-5 333
Stirred Tank
Anaerobic Reactor)
Anaerobic Filter 4-10 260
UASB 5-15 100
EGSB / IC 10-30 30 - 60
/Aquatyx

11
e) Alur proses dan layout instalasi pengolahan Air Limbah black water
alur proses pengolahan air limbah pada kegiatan ini yaitu :
1. Kotoran dibuang dari kloset masuk ke septictank.
2. Kotoran masuk ke dalam bak penampungan septictank dan diurai oleh
bakteri. (Bak penampungan septictank terdiri dari 2 ruang yaitu ruang
pencernaan dan ruang lumpur)
3. Setelah kotoran terurai kemudian menuju ke resapan dan dialirkan ke
tanah.
4. Pada bak sedimentasi dibuat ruang lumpur, besarnya ruang lumpur
diperkirakan untuk dapat menampung lumpur yang dihasilkan setiap
orang rata-rata 40-50 liter/orang/tahun dan waktu pengambilan lumpur
diperhitungkan 2-4 tahun.

12
Gambar 4 Skema IPAL

f) Pengelolaan Lumpur Dan/Atau Gas Yang Dihasilkan.


Pengendapan lumpur pada bak sedimentasi maupun pada septiktank akan
dibersihkan apabila sudah terjadi pendangkalan akibat endapan lumpur sehingga
tidak dapat menampung air limbah yang dihasilkan. Untuk menghindari bau dari gas
yang dihasilkan oleh air limbah, maka dipasang pipa ke atas dengan tinggi 2 meter.

4.2. Rencana Pemantauan Lingkungan


Rencana pemantauan difokuskan pada air limbah grey water, dilakukan secara
manual, dengan uraian sebagai berikut :
4.2.1. Titik Penataan (outlet)
 Pengamatan langsung terhadap fasilitas pengelolaan air
limbah/septictank kedap.
 Pengecekan pelaksanaan penyedotan septiktank
 Pengamatan dan Pengecekan pada bak pengendapan/Instalasi
pengolahan air limbah dan perawatan/pemeliharaan IPAL kedap air
dan kebocoran untuk memaksimalkan kinerja IPAL. .
 Memastikan saluran buangan air limbah terpisah dengan saluran
buangan air hujan.
 Pengecekan terhadap pengoperasian fasilitas IPAL sudah dilakukan

13
dengan benar sesuai SOP.
 Memastikan tidak ada air limbah yang langsung dibuang ke media
perairan tanpa diolah terlebih dahulu.
 Pemeriksaan drainase/saluran air
 Pengamatan langsung dan pengambilan sampel air limbah pada
outlet IPAL kemudian dianalisis di laboratorium terakreditasi.
E=2°58’06” S=103°17’01”
4.2.2. Titik pembuangan Air Limbah (outfall)
Air limbah domestic dialirkan ke sumur resapan, yang berada dilokasi IPAL
dengan koordinat E=2°58’06” S=103°17’01”
4.2.3. Titik pemantauan Badan Air permukaan
Lokasi kegiatan yang akan dibangun jauh dari sungai. Titik pemantauan badan
air permukaan adalah air sungai disekitar lokasi kegiatan dengan titk koordinat
E=2°55’26,23” S=103°16’48,57” dan E=2°57’32,15” S=103°16’44,51”
4.2.4. Mutu Air Limbah yang dipantau Bagian ini menjelaskan:
(1) mutu Air Limbah yang wajib dipantau adalah parameter, pH, BOD, COD TSS,
Minyak Lemak Amoniak dan Total Ciliform serta debit air limbah kadar tertinggi
harus dibawah baku mutu seperti tabel dibawah ini.
Tabel 4 Baku mutu air limbah domestik
Parameter Satuan Kadar Paling Tinggi
pH - 6 - 9
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak Lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total Coliform jumlah/100 mL 3000
Debit L/orang/hari 100

14
(2) metode pengambilan contoh uji untuk masing-masing parameter.
Cara pencucian wadah sampel sesuai dengan persyaratan pencucian
untuk masing-masing parameter adalah sebagai berikut :
a) Logam ( Total dan Terlarut )
Wadah: Botol polietilen lengkap dengan tutupnya.
Tata kerja pembersihan: Cuci botol dan tutupnya dengan deterjen
yang bebas logam dan fosfat. Bilas dengan air bersih, setelah itu
cuci botol dengan asam dengan memasukkan 1 : 1 HCI ke dalam
botol, putar tutup botol hingga kencang kemudian kocok. Kemudian
bilas botol dengan air bersih dan cuci kembali dengan HNO3 1:1.
Akhirnya bilas botol dengan air bebas analit sebanyak 3 kali dan
biarkan mengering.
Setelah kering, tutup botol dengan rapat lalu diberi label "wadah
bersih" dan dilengkapi dengan tanggal pembersihan serta petugas
pembersih wadah.
b) BOD dan COD
Wadah : Gunakan botol plastik atau gelas lengkap dengan
tutupnya. Kapasitas minimum botol adalah 1 liter untuk analisis
BOD dan 100 mL untuk analisis COD.
Tata kerja pembersihan : Cuci botol dan tutupnya dengan deterjen
yang bebas fosfat
dan bilas dengan air bersih. Setelah itu cuci botol dengan asam HCI
1:1. Akhirnya bilas botol dengan air bebas analit sebanyak 3 kali
dan biarkan mengering. Setelah kering, tutup botol dengan rapat
lalu diberi label "wadah bersih" dan dilengkapi dengan tanggal
pembersihan serta petugas pembersih wadah.
c) Anorganik non logam don sifat fisik
Wadah : Gunakan botol plastik atau gelas lengkap dengan
tutupnya. Kapasitas minimum 2 liter.
Tata kerja pembersihan : Cuci botol don tutupnya dengan deterjen
yang bebas fosfat dan bilas dengan air bersih. Selanjutnya bilas
botol dengan air bebas analit sebanyak 3 kali dan biarkan

15
mengering. Setelah kering, tutup botol dengan rapat lalu diberi
label "wadah bersih" dan dilengkapi dengan tanggal pembersihan
serta petugas pembersih wadah.
e) Mutu air pada Badan Air permukaan yang dipantau Bagian ini
menjelaskan:
(1) mutu air pada Badan Air permukaan yang wajib dipantau mencakup
parameter dan kadar.
Standar baku mutu air permukaan mengacu pada PP No 22 Tahun 2021
lampiran VI tentang baku mutu air sungai dan sejenisnya. Parameter yang
di pantau antara lain :
Tabel 5 Parameter yang dipantau
BAKU
No PARAMETER SATUAN METODE
MUTU
1 pH Unit 6-9 SNI 6989.11.2019
2 Kekeruhan NTU 25 SNI 06.6989.25.2005
3 TDS Mg/l 1000 SNI 06.6989.27.2019
4 BOD Mg/l - SNI 6989.72.2009
5 COD Mg/l - SNI 6989.2.2019
6 Besi Terlarut Mg/l 0,3 SNI 6989.84-2019
7 Cadmium terlarut Mg/l 0,01 SNI 6989.84-2019
8 Mangan Terlarut Mg/l 0,5 SNI 6989.84-2019
9 Seng Terlarut Mg/l 15 SNI 6989.84-2019
10 Tembaga Terlarut Mg/l - SNI 6989.84-2019
11 Timbal Terlarut Mg/l 0,05 SNI 6989.84-2019
12 Total Kromium Mg/l - SNI 6989.84-2019
13 Sulfat Mg/l 400 SNI 6989.20-2019
14 Klorida Mg/l - SNI 6989.19-2019
15 Nitrogen Total - IK No. 15.7/IK/LL/2017

(2) Baku Mutu Air yang diacu, disesuaikan dengan kelas air pada segmen
Badan Air permukaan sebagai Badan Air penerima.
Kegiatan ini jauh dari sungai sebagai badan air penerima, sehingga air
limbah yang dihasilkan di olah ditampung di Kolam penampungan,
baku mutu yang diacu berpedoman pada PP no 22 Tahun 2021
lampiran VI pada segmen Kelas satu, merupakan air yang
peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, danlatau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

16
kegunaan tersebut.
(3) metode pengambilan contoh uji untuk masing-masing parameter.
a. Metode Pengambilan Contoh untuk Pemeriksaan Sifat Fisik dan
Kimia Air
Tahapan pengambilan contoh untuk keperluan ini adalah :
(1) menyiapkan alat pengambilan contoh yang sesuai dengan
keadaan sumber air;
(2) membilas alat dengan contoh yang akan diambil, sebanyak tiga
kali;
(3) mengambil contoh sesuai dengan keperluan dan campurkan
dalam penampung sementara hingga merata; 4). apabila contoh
diambil dari beberapa titik, maka volume contoh yang diambil
dari setiap titik harus sama.

b. Pengambilan Contoh untuk Pemeriksaan Oksigen Terlarut


Pengambilan contoh dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu ;
1. cara langsung; tahapan pengambilan contoh dengan cara
langsung sebagai
berikut :
(1) siapkan botol KOB yang bersih dan mempunyai volume ±
300 ml serta dilengkapi dengan tutup asah; 2). celupkan
botol dengan hati-hati ke dalam air dengan posisi mulut
botol
(2) searah dengan aliran air, sehingga air masuk ke dalam botol
dengan
(3) tenang, atau dapat pula dengan menggunakan sifon;
(4) isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya turbulensi
dan gelembung udara selama pengisian, kemudian botol
ditutup;
(5) contoh siap dianalisis.
2. dengan alat khusus; tahapan pengambilan contoh dengan cara
alat khusus sebagai berikut :

17
(1) siapkan botol KOB yang bersih dan mempunyai volume ±
300 ml serta dilengkapi dengan tutup asah;
(2) masukkan botol ke dalam alat khusus;
(3) ikuti prosedur pemakaian alat tersebut.

Metode uji setiap paramaeter mengacu pada SNI seperti pada tabel
berikut:

Tabel 6 metode uji setiap parameter


No PARAMETER METODE
1 pH SNI 6989.11.2019
2 Kekeruhan SNI 06.6989.25.2005
3 TDS SNI 06.6989.27.2019
4 BOD SNI 6989.72.2009
5 COD SNI 6989.2.2019
6 Besi Terlarut SNI 6989.84-2019
7 Cadmium terlarut SNI 6989.84-2019
8 Mangan Terlarut SNI 6989.84-2019
9 Seng Terlarut SNI 6989.84-2019
10 Tembaga Terlarut SNI 6989.84-2019
11 Timbal Terlarut SNI 6989.84-2019
12 Total Kromium SNI 6989.84-2019
13 Sulfat SNI 6989.20-2019
14 Klorida SNI 6989.19-2019
15 Nitrogen Total IK No. 15.7/IK/LL/2017

f) Frekuensi pemantauan Bagian ini menjelaskan frekuensi pemantauan


mutu Air Limbah dan mutu air pada Badan Air permukaan.
Frekuensi pemantauan disesuaikan dengan parameter yang dipantau dan
sesuai kebutuhan, dilakukan 6 bulan sekali atau 3 bulan sekali.

4.2.5. Sistem penanggulangan keadaan darurat


a. uraian tentang unit yang bertanggung jawab terhadap penanganan
kondisi darurat dalam pengendalian pencemaran air adalah bidang
sarana dan prasarana
b. rencana dan prosedur tanggap darurat
rencana pengelolaan air limbah domestik sudah dipersiapkan melalui
Site plan yang sudah dibuat, apabila hasil analisis air melebihi standar
baku mutu yang sudah ditentukan prosedur yang harus dilaksanakan

18
adalah :
- memeriksa proses yang berlangsung di saluran, apakah ada terjadi
penyimpangan proses.
- Lakukan penanganan sesuai dengan penyimpangan yang
ditemukan
-
4.2.6. Internalisasi Biaya Lingkungan.
biaya rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan terutama
pengendalian Pencemaran Air sudah dialokasikan untuk antara lain: biaya
pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, tanggap darurat,
pengembangan teknologi dan pengembangan sumberdaya manusia.
Proses pengolahan air limbah domestic kegiatan PT. Aman Sarana
menggunakan biaya yang dikeluarkan termasuk dalam biaya pemeliharaan
kantor.
Tabel 7 Biaya Operasional IPAL
No Uraian Satua Volume Harga Jumlah
n
A Biaya Operasional
I Biaya Langsung
1. Listrik bl 12 1.000.000,- 12.000.000,-
2. BBM lier 200 7.000,- 1.400.000,-
3. Pelumas liter 45 30.000,- 1.350.000,-
II Tidak langsung
1. Gaji bl 12 500.000,- 6.000.000,-
B Pemeliharaan dan perbaikan
1. Perbaikan Pompa ls 1 1.500.000,- 1.500,000,-
2. Pengerukan lumpur kali 1 800.000,- 800.000,-
3. Kebersihan lingkungan bln 12 100.000,- 1.200.000,-
Total 24.250.000,-

4.2.7. Periode Waktu Uji Coba


Setelah IPAL domestik selesai dibangun dilakukan uji coba terlebih dahulu.
Air hasil olahan di lakukan uji laboratorium terlebih dahulu untuk
memastikan bahwa air limbah domestic yang akan dimanfaatkan untuk
tanaman tidak melebihi baku mutu.
Selain itu Uji coba unit IPAL juga dilakukan untuk meyakinkan IPAL yang
telah dibangun tidak ada kebocoran. Menurut Buku SANIMAS IDB Tahun
2016, bangunan IPAL tidak boleh memiliki kebocoran maka diharuskan

19
memiliki struktur yang kuat dan tahan air, sehingga diperlukannya ada uji
coba konstruksi kebocoran pada bangunan dan unit IPAL., pengujian untuk
struktur hidrolis wajib dilaksanakan sebelum adanya pengecoran di plat
bagian atas. Bekisting yang telah dilepas kemudian semua dinding IPAL
wajib dibersihkan dari timbunan agar kebocoran pada bagian dinding dapat
diketahui dengan jelas. Sebelum dilakukannya pelaksanaan tahapan
pengujian Unit IPAL, tidak boleh adanya dilakukan pengecatan. Pada saat
pemeriksaan unit kompartemen, harus diisi air sampai setinggi outletnya
kemudian dilakukan penutupan dan biarkan terisi kurang lebih 24 jam,
pengujian ini dilakukan setiap dua kompartemen dengan cara berurutan,
ketinggian dari air selama waktu pengujian harus terus diamati dan tidak
boleh adanya penurunan muka air, maksimum penuruan yang diizinkan
selama waktu 24 jam hanya 1 cm. apabila penurunan permukaan air
melebihi 1 cm dalam waktu 24 jam tandanya IPAL mengalami kebocoran
dan harus dicari pada bagian IPAL yang bocor dan segera dilakukan
perbaikan.

Jadwal pembangunan perkebunan adalah sebagai berikut :


Tabel 8 Jadwal Pelaksanaan

No Kegiatan Waktu

1 Pengurusan Perizinan Maret 2022

2 Pembukaan Lahan April-Agustus 2022

3 Penanaman dan perawatan Mulai Agustus 2022


dan disesuaikan
dengan periode
tanaman semusim

4 Pembangunan Mes dan Kantor April-Agustus 2022

5 Pembangunan IPAL domestik April-Agustus 2022

20
BAB V
STANDAR KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA

5.1. Standar kompetensi sumber daya manusia


Kegiatan pembangunan Usaha Budidaya Tanaman Jahe, Kelor, Bawang
Putih, Bawang Merah dan Kacang Hijau Oleh PT. Aman Sarana tidak
memerlukan tenaga khusus dalam pengelolaan air limbah karena yang
dihasilkan hanya air limbah domestik tetapi memiliki penanggung jawab untuk
mengontrol operasional Air Limbah yaitu ditugaskan bagian sarana dan
prasarana yang langsung dibawah pengawasan Manajer.

Struktur Organisasi PT. Aman Sarana

Manajer

Mandor Land Mandor Mandor Panen Sarana dan


clearing Pemeliharaan dan Distribusi Prasarana

Karyawan tidak
tetap

Gambar 5 Struktur Organisasi

21
BAB VI
SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

6.1. Sistem Manajemen Lingkungan

1. Memiliki penanggung jawab pengendalian Pencemaran Air;


dan/atau
2. memiliki penanggung jawab operasional pengolahan Air Limbah.

Sistem Manajemen Lingkungan


Melakukan Sistem Manajemen Lingkungan dengan tahapan:

3. Perencanaan:
a. menentukan lingkup dan menerapkan sistem
manajemen lingkungan terkait pengendalian
Pencemaran Air;
b. menetapkan kebijakan pengendalian Pencemaran Air;
c. memastikan kepemimpinan dan komitmen dari
manajemen puncak terhadap pengendalian Pencemaran
Pencemaran Air;
d. memastikan adanya struktur organisasi yang
menangani pengendalian Pencemaran Air;
e. menetapkan tanggungjawab dan kewenangan untuk
peran yang sesuai;
f. menentukan aspek menetapkan kebijakan
pengendalian Pencemaran Air;
g. identifikasi dan memiliki akses terhadap kewajiban
penaatan menetapkan kebijakan pengendalian
Pencemaran Air;

22
h. menentukan risiko dan peluang yang perlu ditangani;

i. merencanakan untuk mengambil aksi menangani risiko


dan peluang serta evaluasi efektifitas dari kegiatan
tersebut; dan/atau
j. menetapkan sasaran menetapkan kebijakan
pengendalian Pencemaran Air, menentukan indikator
dan proses untuk mencapainya.

4. Pelaksanaan:

a. menentukan sumber daya yang disyaratkan untuk


penerapan dan pemeliharaan sistem manajemen
lingkungan terkait pengendalian Pencemaran Air;
b. menentukan sumber daya manusia yang memiliki
sertifikasi kompetensi pengendalian Pencemaran Air;
c. menetapkan, menerapkan, dan memelihara proses
yang dibutuhkan untuk komunikasi internal dan
eksternal;
d. memastikan kesesuaian metode untuk pembuatan dan
pemutakhiran serta pengendalian informasi
terdokumentasi;
e. menetapkan, menerapkan, dan mengendalikan proses
pengendalian operasi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan sistem manajemen lingkungan
terkait pengendalian Pencemaran Air; dan
f. menentukan potensi situasi darurat dan respon yang
diperlukan.

5. Pemeriksaan:

a. memantau, mengukur, menganalisa, dan mengevaluasi


kinerja menetapkan kebijakan pengendalian
Pencemaran Air;
b. mengevaluasi pemenuhan terhadap kewajiban
penaatan menetapkan kebijakan pengendalian

23
Pencemaran Air;
c. melakukan internal audit secara berkala; dan

d. mengkaji sistem manajemen lingkungan organisasi


terkait menetapkan kebijakan pengendalian
Pencemaran Air, untuk memastikan kesesuaian,
kecukupan, dan keefektifan.

6. Tindakan:

a. Melakukan tindakan untuk menangani ketidaksesuaian;


dan

b. melakukan tindakan perbaikan berkelanjutan terhadap


sistem manajemen lingkungan yang sesuai dan efektif
untuk meningkatkan kinerja pengendalian Pencemaran
Air, Pengendalian Pencemaran dan/atau Kerusakan
Laut.

c. Pengoperasian dan pemeliharaan IPAL dapat menyebabkan


resiko baik berupa kecelakaan kerja, kesehatan kerja dan resiko
kerugian ekonomi. Hal ini disebabkan dalam pengoperasian dan
pemeliharaan IPAL akan melakukan tindakan kerja,
menggunakan bahan berbahaya daan beracun seperti minyak,
bahan kimia dll. Untuk itu, pada bangunan dan area lokasi IPAL
serta menejemen pengelolaannya perlu dilengkapi dengan
system tanaggap darurat yang berguna untuk meminimalisir
resiko yang timbul.
7. Sistem tanggap darurat yang perlu dilengkapi meliputi :

a. Sistem keamanan fasilitas

Untuk memenuhi sistem keamanan fasilitas ini, maka IPAL perlu :

− Mempunyai pagar pengaman atau penghalang lain yang memadai

− Mempunyai tanda (sign-sign) yang mudah terlihat dari jarak 10 meter

− Mempunyai penerangan yang memadai disekitar lokasi

24
b. Kejadian darurat dalam pengoperasian dan pemeliharaan IPAL terjadi
secara tiba-tiba. Untuk itu, maka guna mencegah dan meminimalisir
dampak yang terjadi, perlu dilakkan hal-hal sbb :

− Ada Petugas (koordinator) penaggulangan keadaan darurat IPAL

− Jaringan komunikasi atau pemberitahuan kepada :

• Tim penanggulangan keadaan darurat ( Pos Satpam)

6.2. Standar Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah


a. Kewajiban:

1) memisahkan saluran Air Limbah dengan saluran limpasan


air hujan;
2) memiliki unit pengolahan dan saluran Air Limbah kedap air;

3) memiliki alat ukur debit/atau yang setara

4) memiliki system tanggap darurat instalasi pengolahan Air


Limbah;
5) melakukan pemantauan air limbah setiap 1 (satu) bulan
sekali dan badan air 6 (enam) bulan sekali;
6) melakukan pemantauan pH dan debit harian;

7) menyampaikan laporan secara lisan dan secara tertulis jika


terjadi keadaan darurat; dan
8) melakukan penanggulangan Pencemaran Air dan
pemulihan Mutu Air jika terjadi Pencemaran Air.
b. Larangan

1) membuang Air Limbah secara sekaligus dalam 1 (satu) kali


pembuangan;
2) mengencerkan Air Limbah dalam upaya penaatan batas
kadar yang dipersyaratkan; dan
3) membuang Air Limbah di luar titik penaatan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi dan Suharno. (2012). Dasar-Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah.


Yogyakarta, Gosyen Publishing.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (BPPT). (2002). Teknologi
Pengolahan Limbah Industri. Pusat Pengkajian dan Penerapan teknologi
Lingkungan. Jakarta, Pusat Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi,
Material, dan Lingkungan.
Badan Standar Nasional. (2004). SNI 06-6989-3-2004 tentang Cara Uji Padatan
Tersuspensi Total (Total Suspended Solid) Secara Gravimetri.
Badan Standar Nasional. (2004). SNI 06-6989-11-2004 tentang Cara Uji Derajat
Keasaman (pH) dengan menggunakan Electrometric Method (pH meter).
Badan Standar Nasional. (2005). SNI 06-6989-23-2005 tentang Cara Uji Suhu
dengan Termometer.
Badan Standar Nasional. (2005). SNI 06-6989-30-2005 tentang Cara Uji Kadar
Ammonia dengan Spektrofotometer Secara Fenat.
Badan Standar Nasional. (2008). SNI 6989-59-2008 tentang Pengambilan Sampel Air
Limbah.
Badan Standar Nasional. (2009). SNI 6989-72-2009 tentang Cara Uji Kebutuhan
Oksigen Biokimia (Biochemical Oxygen Demand/BOD).
Badan Standar Nasional. (2009). SNI 6989-73-2009 tentang Cara Uji Kebutuhan
Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand/COD) dengan Refluks Tertutup
Secara Titrimetri.
Badan Standar Nasional. (2011). SNI 6989-10-2011 tentang Cara Uji Minyak Nabati
dan Minyak Mineral Secara Gravimetri.

26
Filliazati, M. (2013). Pengolahan Limbah Cair Domestik dengan Biofilter Aerob
Menggunakan Media Bioball dan Tanaman Kiambang. Jurnal Teknik
Lingkungan, 30
Kementrian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat. (2017). Permen PUPR
No.04/PRT/M/2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor P.68/Menlhk/Kum.1/8/ 2016 tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Said, N. I., dan Wahyu, W. (2019). Perencanaan dan Pembangunan Instalasi
Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob.
Jakarta, BPPT.
Sawyer, C. N., McCarty, P. L., and Parkin, G. F. (2003). Chemistry for Environmental
Engineering and Science, Fifth Editon. New York, Mc-GrawHill.
Sugiharto. (2008). Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta, Universitas
Indonesia (UI-Pres).
Syahrul, J. 2006. Teknik Sampling Air, Sedimen Preperasi . Pusat Pengelolaan
Lingkungan Hidup Regional Sumatera. Kementrian Lingkungan Hidup

27

Anda mungkin juga menyukai