Anda di halaman 1dari 16

Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit KSU Al-Faiz Mandiri

Rona Lingkungan Awal

RONA LINGKUNGAN AWAL

Pengamatan terhadap kondisi lingkungan awal perlu dilakukan untuk menjadi pedoman
dan tolok ukur pengamatan sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan pembangunan perkebunan
kelapa sawit oleh Koperasi Serba Usaha “AL-FAIZ MANDIRI”. Keadaan Rona lingkungan
awal yang dikaji meliputi lingkungan fisik-kimia, biologi, sosial ekonomi budaya serta
kesehatan masyarakat, namun tidak setiap komponen dikaji secara detail, tetapi hanya terhadap
beberapa komponen yang diperkirakan mengalami perubahan secara nyata dan signifikan akan
menyebabkan dampak terhadap komponen lainya.

I. Lingkungan Fisik Kimia


Komponen Fisik kimia menguraikan beberapa informasi lingkungan pada tapak
rencana kegiatan dan sekitarnya yang meliputi kondisi iklim,kualitas air dan tanah sebelum
adanya kegiatan.

A. Iklim
Lokasi rencana pembangunan perkebunan kelapa sawit Koperasi Serba Usaha “AL-FAIZ
MANDIRI” Desa Marga Sakti Kecamatan Muara Kelingi dan Desa Lubuk Pandan
Kecamatan Muara Lakitan Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan,
berdasarkan tipe iklim di Sumatera Selatan umumnya dari Kabupaten Musi Rawas,
wilayah ini termasuk ke dalam daerah yang beriklim tropis. Pernyataan iklim tropis ini
digambarkan oleh beberapa ahli dengan berbagai istilah :
a. Termasuk iklim Afa (iklim hujan tropis), menurut Koppen.
b. Termasuk iklim A (daerah sangat basah), menurut Schmidt-Ferguson 1950.
c. Termasuk iklim B1 (daerah dengan 7 sampai 9 bulan basah dan dua bulankering),
menurut Oldeman 1979.
Data iklim diperoleh dari hasil pengamatan Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun
Klimatologi Kelas II Kenten Palembang. Data yang tersedia meliputi anasir curah hujan,
hari hujan, temperatur udara dan kelembaban relatif udara.

a. Curah hujan
Berdasarkan data curah hujan rata-rata bulanan selama 10 tahun dan analisis data curah

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL)


UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL) II-1
Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit KSU Al-Faiz Mandiri

Rona Lingkungan Awal

hujan menurut schmidt dan ferguson (1951), maka kawasan kegiatan termasuk kedalam
tipe iklim Afa (Kopen) dan termasuk kedalam zona agroklimat B2 (Oldeman,Darwis dan
Las, 1979). Bulan basah terjadi selama 7 bulan dimulai bulan oktober sampai dengan
bulan April dengan rata-rata curah hujan bulanan berkisar antara 242-356 mm/bulan.
Puncaknya terjadi pada bulan November dengan besarnya curah hujan mencapai 634 mm.
Sedangkan untuk bulan-bulan kering terjadi selama lima bulan (Mei-September) dengan
besar intensitas curahan hujan antara 105-160 mm dengan titik terendah pada bulan juni.
Untuk rata-rata jumlah hari hujan terjadi pada bulan Oktober –April yang merupakan
bulan-bulan basah dengan frekuensi hari hujan berkisar antara 17-21 hari hujan/bulan.
Sedangkan untuk bulan kering berkisar antara 9-15 hari hujan/bulan. Data curah hujan
dapat dilihat pada tabel 2.11.

Tabel 2.11. Hari Hujan dan Curah Hujan Wilayah Studi 10 Tahun Terkahir di wilayah studi

No Bulan 2008 2009 2010 2011 2012


. CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH
1 Januari 260 12 185 13 627 18 800 15 160 12
2 Februari 106 8 192 10 889 13 792 10 221 22
3 Maret 232 13 224 13 568 17 349 13 109 14
4 April 227 13 138 10 529 17 528 13 562 18
5 Mei 98 7 160 8 183 7 313 12 241 14
6 Juni 160 8 54 5 147 9 841 9 60 6
7 Juli 158 9 113 6 248 23 400 10 166 5
8 Agustus 206 11 319 25 153 16 215 4 29 4
9 September 127 9 109 10 376 11 302 9 57 7
10 Oktober 142 10 200 9 410 12 868 15 236 18
11 November 222 11 238 13 673 15 311 13 373 21
12 Desember 173 12 259 19 76 6 839 19 467 24
Jumlah 2,111
123
2,191
141
4,879
164
6,558
142
2,682
165
Rata-Rata 175.92 182.58 406.58 546.50 223.48

Tabel 2.11 (Lanjutan)

No Bulan 2013 2014 2015 2016 2017


. CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH
1 Januari 270.2 17 303.5 20 179 16 584 18.8 148 11

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL)


UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL) II-2
Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit KSU Al-Faiz Mandiri

Rona Lingkungan Awal

2 Februari 421.6 20 157.5 8 273 15 634 21.9 338 21


3 Maret 271 17 540.3 22 310 17 479 15.5 347 21
4 April 383.5 21 375.5 22 417.5 21 198.5 6.6 562 19
5 Mei 221 17 579 18 254 6 284 9.1 627 18
6 Juni 23 6 166 12 255.5 14 100.5 3.4 273 11
7 Juli 170 14 136.5 9 114 6 177.5 5.7 315 13
8 Agustus 103 11 455.5 16 61 7 191 6.6 326 13
9 September 426.5 16 146 5 48 4 242.5 8.1 378.7 19
10 Oktober 269 9 110.5 12 37 4 372.5 12.0 487 19
11 November 274.5 19 351.5 17 348 15 554.5 18.5 251.4 21
12 Desember 300.5 18 545 20 268.5 14 102 3.3 250.4 27
Jumlah 3,134
185
3,867
181
2,566
139
3,920
129.5
4,303
213
Rata-Rata 261,15 322.79 213.79 326.67 358.62
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Klimatologi Kelas II Kenten Palembang, 2018

b. Kecepatan dan Arah Angin dan Kelembaban


Kecepatan angin dikawasan kegiatan umumnya tergolong rendah antara 3-5 knot. Arah
angin dominan kearah tenggara (SE) diikuti arah angin lainya ke timur data disajikan
dalam tabel 2.12.

Tabel 2.12. Unsur Iklim


Bulan
Unsur Iklim
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Rerata 26,6 27,1 27,5 27,2 28,4 26,6 27,3 27,1 26,1 27,6 27,3 26,7
Suhu Udara
Max 31,6 32 32,8 32,5 33,8 31,8 32,4 32,6 31,7 33 32,7 31,5
(ºC)
Min 23,1 24,2 24,5 23,4 25,4 23,7 24,5 24,2 23 24,2 23,7 23,6
Kelembaban Udara (%) 86 86 88 87 83 86 84 86 85 85 81 86
Kecepatan Angin (Knot) 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4
Arah Angin NW NW NW NW SE SE SE SE SE SE SE E
Sumber : BMG Stasiun Klimatologi Kelas II Kenten Palembang

c. Temperatur Udara
Temperatur udara harian rata-rata di wilayah studi berkisar antara 26,6 °C hingga 31,9 °C.
Suhu udara maksimum berkisar antara 30,9 °C hingga 33,0 °C dan suhu minimum adalah
sekitar 22,0°C hingga 23,8 °C.

d. Kelembaban Udara Nisbi


Berdasarkan komposisi data klimatologi dari Stasiun Klimatologi Tugumulyo selama 10
tahun menunjukkan bahwa kelembaban udara nisbi rata-rata berkisar antara 74% - 92%.
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL)
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL) II-3
Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit KSU Al-Faiz Mandiri

Rona Lingkungan Awal

Kelembaban udara tertinggi dicapai pada Bulan Maret.

B. Kualitas Air Permukaan


Penentuan kualitas air permukaan yang berada disekitar lokasi kegiatan mengacu kepada baku
mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Peruntukan Air Dan Baku Mutu Sungai sedangkan untuk air sumur penduduk digunakan baku
mutu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 32 Tahun 2017 tentang Standar
Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene
Sanitasi. Hasil analisis laboratorium untuk contoh air sungai atau saluran alam ditampilkan pada
Tabel 2.13.

Tabel 2.13. Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Sekitar Kawasan Kegiatan Pembangunan
Perkebunan Kelapa Sawit Koperasi Serba Usaha “AL-FAIZ MANDIRI”

KADAR
MAKSIMUM Per-
NO PARAMAETER SATUA HASIL Gub. SumSel No. 16 METHODE
YANG DIANALISA N ANALISA Tahun 2005 Lampiran
124 II
01 Ph *)***) Unit 6,74 6-9 SNI-06-6989.11.2004
02 TDS mg/l 136 1000 15.36/IK/LL/2015
03 BOD*) mg/l 1,43 2 SNI-6989-72-2009
04 COD*) mg/l 6,07 10 SNI-6989-2-2009
05 Mangan*) mg/l <0,013 0,1 SNI-6898-5-2009
06 Cromium*) mg/l <0,01 - SNI-6898-17-2009
07 Phospat mg/l <0,01 0,2 15.26/IK/LL/2015
08 Seng (Zn)*) mg/l <0,024 0,05 SNI-6989.7-2009
09 Timbal (Pb)*) mg/l 0,04 0,3 SNI-06-6898-8-2009
10 Tembaga (Cu)*) mg/l <0,009 0,02 SNI-6898.6-2009
11 Besi (Fe)*) mg/l 0,045 0,3 SNI-6898.4-2009
12 Cadmium (Cd) *) mg/l <0,01 0,1 SNI-6989.16-2009
13 N Total mg/l 0,223 - 15.25/IK/LL/2010
14 Sulfat mg/l 19 400 15.27/IK/LL/2015
15 Clorida FCU 16,5 600 SNI-6898-19-2009
16 Kekeruhan NTU 3,79 - 15.37/IK/LL/2015
Sumber : BLH Prov. Sumatera Selatan UPTB. Laboratorium Lingkungan, 2015
*) Terakreditasi.
**) Insitu.
Keterangan :
124-04-10-15 : Sungai Kelingi
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL)
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL) II-4
Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit KSU Al-Faiz Mandiri

Rona Lingkungan Awal

C. Karakteristik Fisika
a. Temperatur
Baku mutu air permukaan (badan air) ditetapkan pada suhu normal. Suhu air
permukaan (badan air) yang tinggi (>45°C) akan mempengaruhi kecepatan reaksi kimia
serta tata kehidupan dalam air. Perubahan suhu memperlihatkan aktivitas kimia biologis
pada benda padat dan gas dalam air. Pembusukan yang terjadi pada suhu yang tinggi
dan tingkatan oksidasi zat organik jauh lebih besar pada suhu yang tinggi. Suhu yang
tinggi dapat menyebabkan kelarutan oksigen dalam airpermukaan (badan air) bahan
organik akan terhambat. Selanjutnya akan memberikan dampak yang dapat mematikan
biota air di dalam badan air dan mematikan vegetasi yang terkena. Hasil pengukuran
temperatur pada seluruh lokasi menunjukkan bahwa temperatur antara 26,6 °C hingga
31,9 °C dan masih dalam kategori normal.
b. Zat padat terlarut
Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang larut, mengendap
maupun tersuspensi. Bahan ini akan mengendap pada dasar air yang lama kelamaan
menimbulkan pendangkalan khususnya pada badan air permukaan penerima. Akibat
lain dari padatan ini menimbulkan tumbuhnya tanaman air tertentu dan dapat menjadi
racun bagi mahkluk lain. Jumlah padatan menunjukkan jumlah lumpur terkandung
dalam air. Dari hasil analisis zat padat terlarut, menunjukkan bahwa semua lokasi
contoh air mengandung zat padat terlarut yang masih memenuhi baku mutu
(1000mg/l).

D. Karakteristik Kimia
a. Tingkat keasaman (pH)
Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara pH 6 sampai 8, sedangkan
pH air yang terpolusi, misalnya air buangan, berbeda-beda tergantung dari jenis
buangannya. Perubahan keasaman pada air buangan, baik ke arah alkali (pH naik)
maupun ke arah asal (pH menurun), akan sangat mengganggu kehidupan ikan dan
hewan air disekitarnya. Baku mutu lingkungan untuk parameter pH pada air permukaan
(badan air) adalah 6,0 - 9,0. Air permukaan (badan air) yang pH nya terlampau asam
atau basa akan bersifat asam atau basa pula. Keasaman yang tinggi akan menyebabkan

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL)


UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL) II-5
Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit KSU Al-Faiz Mandiri

Rona Lingkungan Awal

air bersifat korosif. Selanjutnya sifat air yang terlalu bersifat asam atau basa akan
berdampak terganggunya biota perairan danbahkan pada peralatan
yangdigunakan.Darihasil pengukuran pH pada semua lokasi yaitu 6,24 sehingga masih
memenuhi rentang baku mutu pH.

b. Logam berat dan beracun


Air sering tercemar oleh komponen-komponen anorganik, diantaranya berbagai logam
berat yang berbahaya. Logam berat pada umumnya seperti campuran Besi (Fe), Tembaga
(Cu), Krom Hexavalen (Cr6+), Seng (Zn), Timbal (Pb), Air raksa (Hg), dan Mangan (Mn).
Mangan (Mn), dan Besi (Fe) yang teroksidasi dalam air berwarna kecoklatan dan tidak
larut menyebabkan penggunaan air menjadi terbatas. Air tidak dapat dipergunakan untuk
keperluan rumah tangga dan industri. Kedua macam bahan ini berasal dari larutan batu-
batuan yang mengandung senyawa mangan dan besi seperti pyrit, hematit, mangan dan
lain-lain. Dari hasil analisis menunjukkan kandungan logam berat masih di bawah baku
mutu yang ditetapkan.

c. Sulfat
Sulfat dalam jumlah yang besar akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat terjadi
secara proses alamiah. Ion sulfat oleh bakteri direduksi menjadi sulfida pada kondisi
anaerob dan selanjutnya sulfida diubah menjadi hidrogen sulfida. Dalam suasana aerob
hidrogen sulfida teroksidasi secara bakteriologis menjadi sulfat. Dalam bentuk H 2S
bersifat racun dan berbau busuk. Pada proses-digester lumpur gas H2S yang bercampur
dengan metan CH4 dan CO2 akan bersifat korosif. Dari hasil analisis pada seluruh lokasi
menunjukkan bahwa kandungan sulfat masih dibawah baku mutu lingkungan.

d. Kebutuhan oksigen biologi (BOD5)


Dalam air permukaan terdapat zat organik yang terdiri dari unsur karbon,
hidrogen,danoksigen dengan unsur tambahan yang lain seperti nitrogen, belerang, dan
lain-lain yangcenderung menyerap oksigen. Oksigen tersebut dipergunakan untuk
menguraikan senyawa organik. Pada akhirhya kadar oksigen dalam air menjadi keruh
dan kemungkinan berbau.
Nilai BOD5 menunjukkan kandungan bahan organik yang dapat didegradasi, yang
dinyatakan dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses degradasinya. Makin
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL)
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL) II-6
Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit KSU Al-Faiz Mandiri

Rona Lingkungan Awal

tinggi nilai BOD5 dari suatu air permukaan, maka kualitas air permukaan tersebut
makin buruk. BOD yang tinggi menggambarkan akibat yang ditimbulkan yaitu akan
terjadi defisit (berkurangnya) oksigen terlarut, padahal komponen ini dibutuhkan oleh
biota perairan seperti nekton (ikan). Batas maksimum yang diijinkan adalah 2 mg/l.
Dari hasil analisis contoh air permukaan menunjukkan bahwa kandungan BOD pada
lokasi sungai hanya sebesar 1,33 masih dibawah baku mutu.
e. Kebutuhan oksigen kimiawi (COD)
Nilai COD menunjukkan kandungan bahan organik dan anorganik yang dapat
didegradasi, yang dinyatakan dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses
degradasinya. Makin tinggi nilai COD dari air permukaan, maka kualitas air permukaan
tersebut makin buruk. Sama halnya dengan BOD 5, COD yang tinggi akan terjadi defisit
(berkurangnya) oksigen terlarut, dan selanjutnya mengganggu kehidupan biota perairan
seperti nekton (ikan). Batas maksimum yang diijinkan adalah 10 mg/l. Dari hasil
analisis contoh air permukaan menunjukkan bahwa kandungan COD pada lokasi sungai
hanya sebesar 7,54 masih dibawah baku mutu.

E. Tanah Dan Lahan


Kondisi wilayah studi berada pada kondisi lahan dengan kemiringan bergelombang. Tanah
yang ada termasuk kedalam ordo Ultisol dengan ciri utama tanah bersifat masam sampai
sangat masam dan kondisi bahan organik rendah sebagai pengaruh proses pencucian dan
limpasan permukaan akibat curah hujan dan pelapukan yang tinggi. Hasil analisis tanah
dilokasi wilayah studi seperti terlihat pada Tabel 2.14. berikut ini.

Tabel 2.14. Hasil Analisis Tanah Di Wiayah Studi


Paramater Hasil
Ph H2O (1:1) 5,70
Ph KCl (1:1) 4,52
C-Organik 3,11
N-Total 0,89
P-tersedia 8,40
K-dd 0,46
Na 0,43
Ca 1,58
Mg 0,85
KTK 15,58
Al-dd 7,68
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL)
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL) II-7
Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit KSU Al-Faiz Mandiri

Rona Lingkungan Awal

H-dd 3,12
Tekstur :
Pasir 36,77
Debu 40,06
Liat 22,17
Sumber : Laboratorium Kimia, Biologi dan Kesuburan Tanah UNSRI, 2017

Kondisi fisik tanah yang didominasi oleh sandy clay loam (lempung liat berpasir) yang
mempunyaikemampuan tanah melewatkan air kelapisan bawah lebih cepat, Kualitas
kesuburan kimia tanah sebagian besar berada pada kriteria sedang sampai rendah, C-organik
berada pada kondisi sangat rendah di lapisan ke dua dan rendah di lapisan atas. Suplai bahan
organik terutama berasal dari gulma yang dibersihkan kemudian akan mengalami dekomposisi
atau penguraian sehingga memperkaya bahan organik tanah. Lahan yang kelihatan bersih
memang menarik dari segi pemandangan umum, tetapi disisi lain apabila tidak terdapat mulsa
diatasnya akan berdampak pada lebih mudahnya terjadi evaporasi, lebih mudah tanah untuk
terkikis dan tentunya bahan organik tanah juga menjadi rendah. Bahan organik disamping
berfungsi untuk menjaga stabilitas agregat tanah, menentukan porositas tanah juga akan
mempengaruhi jumlah mikroorganisme pengurai yang sangat dibutuhkan didalam tanah.
Kapasitas Tukar Kation Tanah (KTK) di lokasi kajian menunjukkan bahwa tanah mempunyai
kemampuan mempertukarkan kation dalam jumlah yang cukup 13,05. KTK tanah
mempengaruhi efisiensi pemberian pupuk yang diperlukan oleh tanaman. Unsur hara yang
keberadaannya tinggi adalah Phosfor, kondisi ini terjadi karena unsur hara P bersifat tidak
mobil sehingga apabila tidak diserap oleh tanaman akan tersimpan di dalam tanah.

Reaksi tanah atau kemasaman tanah yang dicerminkan oleh nilai pH tanah tergolong agak
masam sampai masam. Nilai kemasaman tanah untuk lokasi wilayah studi masih tergolong
dalam batas toleransi tanaman sawit. Unsur Nitrogen berada pada kondisi rendah hingga
sangat rendah. Nitrogen bersifat mudah berubah dan bergerak terutama oleh air hujan dan
teroksidasi melalui udara, pemberian nitrogen ke tanaman harus mempertimbangkan sebaran
distribusi perakan tanaman dan umur tanaman agar pertumbuhan dan produksi tanaman dalam
keadaan yang optimal.

II. Lingkungan Biologi

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL)


UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL) II-8
Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit KSU Al-Faiz Mandiri

Rona Lingkungan Awal

A. Vegetasi
Vegetasi dominan yang ada dalam wilayah studi adalah vegetasi dari jenis
tanaman sawit dan karet. Jadi tipe vegetasi alami sudah terbentuk oleh perkembangan
perkebunan sawit dan karet baik oleh perusahaan maupun oleh perkebunan rakyat.
Jenis-jenis vegetasi yang ditemui di wilayah lokasi studi disajikanpada Tabel 2.15. berikut
ini. Dari ke 17 spesies flora yang dijumpai padalokasi studi tidak terdapat spesies yang
dilindungi undang-undang. Corakvegetasi merupakan perpaduan komunitas perdu dan
herba yangdidominasi oleh strata herba.

Tabel 2.15. Komposisi Vegetasi Pada Wilayah Studi


No. Nama lokal Nama llmiah Strata Vegetasi

1. Seduduk Melastoma malabathricum Perdu


2. Leban Vitex pubescens Perdu
3. Kemunting bulu Clidemia hirta Perdu
4. Kemunting akar Marumia nemorosa Perdu
5. Kayu mam pat Cratoxylon formosum Perdu
6. Paku kalici Davalia corniculata Herba
7. Paku harupat Nephrolepis biserrate Herba
8. Paku resam Gleichenia linearis Herba
9. Paku tali 1 Lygodium fiexuosum Herba
10. Paku tali 2 Lygodium circinatum Herba
11. Babadotan Ageratum conyzoides Herba
12. Terung utan Solanum indicum Herba
13. Ara tanah Euphorbia hirta Herba
14. Meniran Phyllanthus urinaria Herba
15. Bayaman Peperomia pellucida Herba
Sumber: Data Primer Tim Biologi, 2015

B. Fauna (Satwa Liar)


Berdasarkan hasil survei langsung di lapangan, diperoleh hanya beberapa jenis unggas dan
beberapa bekas atau tanda-tanda jenis hewan lainnya. Selain itu juga dilihat kecocokan
kondisi relung habitat dan wawancara dengan penduduk sekitar, maka data satwa liar
menjadi lebih lengkap. Satwa liar pada umumnya merupakan hewan yang memiliki
mobilitas tinggi, sehingga keberadaannya sering berpindah dari satu tempat ke tempat
lainnya, namun sering dengan route yang teratur sepanjang habitatnya tidak terganggu.
Dengan pembukaan wilayah dari hutan sekunder sebelumnya menjadi perkebunan
monokultur, maka banyak jenis-jenis-satwa yang berpindah atau kehillangan habitatnya.
Dengan demikian lanya jenis-jenis tertentu saja yang masih dapat dijumpai yang dapat
beradaptasi dengan lingkungan wilayah yang ada. Berdasarkan survey dan hasil

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL)


UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL) II-9
Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit KSU Al-Faiz Mandiri

Rona Lingkungan Awal

wawancara dengan penduduk sekitarnya dapat disajikan jenis-jenis fauna yang terdapat
pada wilayah studi pada Tabel 2.16.

Tabel 2.16 Keaneragaman Satwa Liar di Wilayah Studi


No. Nama local Nama llmiah: jenis (spesies) Kelompok

1 Babi hutan Sus vittatus Mammalia


2 Kera hitam Presbytis femoralis Mammalia
3 Keracoklat Macaca fascicularis Mammalia
4 Tikus belukar Rattus argentiventer Mammalia
5 Rusa* Cervus unicolour Mammalia
6 Kijang* Muntiacus muntjak Mammalia
7 Landak * Hystrix brachiura Mammalia
8 Trenggiling* Manis javanicus Mammalia
9 Kacer Pica pica Aves
10 Murai batu Dendrocitta formosae Aves
11 Betet Psittacula alexandri Aves
12 Srigunting Dicrurus paradiseus Aves
13 Tengkek Alcedo attihis Aves
14 Pelatuk merah Picus miniaceus Aves
15 But-but besar Centropus sinensis Aves
16 But-but alang-alang Centrapus bengalensis Aves
17 Perkutut Geopelia striata Aves
18 Punai Treron bicincta Aves
19 Tekukur Streptopelia chinensis Aves
20 Ruwak Amaurornis phoenicurus Aves
21 Perenjak Prinia familiaris Aves
22 Kapinis rumah Apus affinis Aves
23 Burung gereja Passer montanus Aves
24 Biawak Varanus salvator Reptilia
25 Kura-kura Testudo elegans Reptilia
26 Labi-labi Trionyx cartilagineus Reptilia
27 Cecak kayu Hemidactylus frenatus Reptilia
28 Ular sawah Phyton reticulars Reptilia
29 Ular sendok Naja sputatrix Reptilia
30 Ular daun Trimesurus albolabris Reptilia
Sumber : Data Primer Tim Biologi, September 2015.
*satwa liar yang dilindungi undang-undang.

Tabel 2.16 tersebut di atas didasarkan pada pertimbangan habitat dan karakteristik
ekosistem setempat serta dari pengamatan tipe habitat, bekas makan, jejak dan wawancara
beberapa penduduk. Dari tabel tersebut, diperkirakan paling sedikit dapat dijumpai sekitar
30 jenis satwa liar yang dibagi menjadi 8 jenis tergolong mammalia, 15 jenis tergolong
unggas dan 7 jenis termasuk hewan reptil (reptilia). Dari ke 30 spesies itu, adalah spesies
yang termasuk satwa liar berada dalam lindungan undang-ridang konservasi satwa liar. Satwa
liar yang dilindungi tersebut tidak boleh diburu atau diganggu, namun layak mendapatkan

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL)


UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL) II-10
Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit KSU Al-Faiz Mandiri

Rona Lingkungan Awal

habitatnya di alam. Oleh sebab itu setiap perubahan penggunaan lahan dengan hilangnya
beberapa tegakan atau anggota spesies tumbuhan, maka sebaiknya diganti dengan melakukan
revegetasi untuk menggantikan fungsi habitat, agar spesies satwa liar yang mendapat
perlindungan mendapat kembali relung (niche) habitatnya.

C. Biota Perairan
Nekton
Kelompok nekton (ikan) yang sering ditemukan pada sungai wilayah studi diinventarisasi
berdasarkan hasil tangkapan nelayan dan wawancara dengan masyarakat setempat.
Komposisi jenis ikan yang terdapat di perairan sungai ini relatif beranekaragam dengan
kelimpahan individu setiap jenis cukup tinggi. Dilihat dari komposisi jenis ikan yang
ditemukan termasuk jenis ikan yang bernilai ekonomis, memiliki peranan sosial ekonomi
bagi masyarakat setempat karena dapat menambah penghasilan dan sumber gizi keluarga.
Komposisi jenis ikan yang beranekaragam ini disebabkan karena kualitas dan kuantitas
sungai masih tergolong baik untuk mendukung kehidupan ikan. Ekosistem sungai yang
tergolong besar biasanya dihuni oleh jenis-jenis ikan yang beranekaragam karena sungai
sebagai habitat ikan dapat menyediakan media bagi ikan untuk tumbuh dan berkembang
biak secara alami. Selain itu penangkapan ikan oleh masyarakat setempat menggunakan
jenis alat tangkap yang termasuk ramah lingkungan atau tidak merusak kehidupan ikan,
misalnya tangkul, bubu, pancing, jala dan lain sebagainya. Sedangkan penggunaan jenis
alat tangkap yang menggunakan bahan peledak (dinamit), putas (racun) dan listrik tidak
pernah dilakukan oleh masyarakat setempat. Tingginya tingkat kesadaran masyarakat
setempat disebabkan karena adanya himbauan dari kepala desa dan pemuka adat serta
adanya pengontrolan oleh masyarakat itu sendiri.

Tabel 2.17. Jenis-Jenis Ikan (Nekton) yang Terdapat Di Perairan Wiiayah Studi
No Nama Daerah Nama Latin Lokasi
1 Aro Ophiocephalus steochilus ++
2 Baung Macrones nemurus +;
3 Beringit Macrones nigreceps +
4 Beringit Macrons nigriceps +
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL)
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL) II-11
Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit KSU Al-Faiz Mandiri

Rona Lingkungan Awal

5 Bujuk Ophiocephalus lucius ++


6 Gabus Ophiocephalus micropeltes ++
7 Juaro Pangasius polyranodon +
8 Kalui Osphronemus sp +
9 Kepiat Mystacoleucus marginatus +
10 Keli Mastacembelus sp ++
11 Lampan Barbus schwanenfeldi ++
12 Lais Crypterus apogon ++
13 Lele sungai Clarias batrachus ++
14 Patin Pangasius pangasius +
15 Rowan Ophiocephalus sp +
16 Sepat mata merah Trichogaster trichopterus +++
17 Sepat siam Trichogaster pectoralis +++
18 Sebarau Hampala macrolepidota +
19 Selincah Polycanthus hasselti ++
20 Seluang Rasbora aegyrotaenia ++
21 Sehitam Labeo ehrysohecadion +
22 Selincah Polycanthus hassetti ++
23 Tilan Mastacembelus armatus +
24 Toman Ophiocephalus striatus +
25 Tembakanq Helostoma temminckii +
26 Tapah Wallago leeri +
27 Udang Palaeomon sp +
Sumber: Data Primer Tim Biologi, 2015
Ket : + = Sedikit; ++ = Sedang; +++ = Banyak.

III. Lingkungan Sosial


A. Sosial Ekonomi Masyarakat
Luas wilayah Desa Marga Sakti adalah 2.105 Ha dengan jumlah penduduk
1.666jiwa .adapun batas wilayah :
1. Utara berbatasan dengan Muara Rengas
2. Selatan berbatasan dengan Mambang
3. Barat Berbatasan dengan Karya Sakti
4. Timur berbatasan dengan Bingin Jungut
Sedangkan Desa Lubuk Pandan memiliki luas adalah 9.899 Ha dengan jumlah
penduduk3.986jiwa.adapun batas wilayah :
1. Utara berbatasan dengan Desa Karya Sakti
2. Selatan berbatasan dengan Kelurahan Muara Lakitan
3. Barat Berbatasan dengan Muara Lakitan
4. Timur Berbatasan dengan Muara Megang
Rencana pembangunan perkebunan kelapa sawit milik Koperasi Serba Usaha “AL-FAIZ
MANDIRI” secara geografis berada di wilayah Desa Marga Saktidan Lubuk Pandan
Kecamatan Muara Kelingi, namun lokasinya berjarak antara 2-4 kilometer dari

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL)


UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL) II-12
Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit KSU Al-Faiz Mandiri

Rona Lingkungan Awal

perkampungan penduduk Desa Marga Saktidan Lubuk Pandan Kecamatan Muara Kelingi
Kabupaten Musi Rawas.
a. Jumlah dan Perkembangan Penduduk
Desa Marga Sakti memiliki jumlah penduduk keseluruhan 1.666 jiwa dengan
komposisi jumlah penduduk Laki laki 869 dan Perempuan 797 dengan jumlah kepala
keluarga sebanyak 490 (Monografi Desa, Marga Sakti, 2018).
Desa Lubuk Pandan memiliki jumlah penduduk keseluruhan 3.986 jiwa dengan
komposisi jumlah penduduk Laki laki 2.011 dan Perempuan 1.975 dengan jumlah
kepala keluarga sebanyak 738 (Monografi Desa, Lubuk Pandan, 2018).
b. Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja setiap tahun mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk yang ada di masing-masing desa. Menurut pengamatan para tokoh
masyarakat baik formal maupun tokoh informal di Desa Marga Saktisangat sedikit
penduduk muda yang menganggur secara total. Angkatan kerja yang mencari pekerja
umumnya diserap oleh bidang perkebunan baik perkebunan karet rakyat maupun
perkebunan kelapa sawit milik perusahaan swasta selain itu sebagian masyarakat
berkerja sebagai karyawan perusahaan swasta yang ada diwilayah tersebut. Para pencari
pekerja dengan latar belakang pendidik SMA ke atas umumnya pergi meninggalkan
desanya, sementara para pencari kerja dengan Iatar belakang pendidikan sekolah dasar
lebih banyak bekerja sebagai buruh perkebunan rakyat maupun perusahaan swasta.

B. Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk ke luar desa secara umum tergolong lancar karena dari Desa Marga
Sakti dan Lubuk Pandan setiap hari ada kendaraan umum yang menuju ke Ibukota
Kabupaten (Muara Beliti) atau ke Kota Lubuklinggau. Jarak dari Desa Marga Sakti ke
Ibukota Kabupaten lebih kurang 25 Km, sedangkan jarak ke Kota Lubuklinggau lebih
kurang 40 Km, ongkos kendaraan umum Rp 35.000/orang. Jalan ke Desa Marga Sakti
sedang diperbaiki sehingga kendaraan roda empat bisa lebih lancar lagi, meskipun masih
banyak jalan yang rusak. Sepeda motor adalah tansportasi yang paling banyak digunakan
penduduk di desa-desa ini baik untuk kegiatan produksi atau ke kebun dan mengambil
getah karet maupun untuk kebutuhan -kebutuhan kegiatan sosial.

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL)


UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL) II-13
Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit KSU Al-Faiz Mandiri

Rona Lingkungan Awal

C. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di Desa Marga Saktidan Lubuk Pandan umumnya petani karet dan
kelapa sawit, disamping itu ada juga penduduk yang bermata pencaharian lain seperti buruh
perkebunan karet, pegawai negeri, pedagang, pertukangan dan yang lainnya. Berdasarkan
hasil wawancara dengan tokoh masyarakat baik formal maupun tokoh informal, mereka pada
umumnya bekerja sebagai penyadap getah karet dengan sistem bagi hasil dengan para pemilik
kebun, sebagian penduduk berkerja sebagai petani kelapa sawit. Sumber penghasilan penduduk
lainnya antara kegiatan peternakan yaitu pemeliharaan ternak sapi dan kambing, buah-buahan,
sebagian besar sudah ada anggota masyarakat khususnya yang ada di Desa Marga saktidan
Lubuk Pandan yang telah memiliki kebun kelapa sawit sehingga sebagaian besar
masyarakat di desa ini memiliki sumber penghasilan tambahan.

D. Pendidikan
Secara umum tingkat pendidikan formal penduduk yaitu SD, SMP, dan SMA dan ada
penduduk yang telah menamatkan jenjang pendidikan Perguruan Tinggi. Penduduk yang
tergolong muda atau angkatan kerja pada umumnya lulusan SMP dan SMA sementara
penduduk tamatan perguruan tinggi adalah guru sekolah dasar dan guru SMP.

E. Keagamaan
Penduduk di Desa Marga Sakti, Semeteh dan Lubuk Pandan yang menetap rata-rata beragama
Islam. Kegiatan penduduk yang beragama Islam di tiap-tiap dusun dusun ada kegiatan
pengajian Yasinan dan Tahlil untuk kalangan bapak-bapak, pada kalangan ibu-ibu ada
kelompok pengajian, sementara untuk anak-anak ada kegiatan pengajian atau Taman
Pendidikan Al-Qur'an (TPA). Tokoh-tokoh agama memiliki pengaruh yang besar terhadap
kegiatan-kegiatan kehidupan masyarakat seperti dalam kegiatan selamatan, kematian dan
perayaan-perayaan hari-hari besar keagamaan. Kondisi sarana peribadatan seperti Mushola
maupun Mesjid yang ada di desa ini relatif cukup baik meskipun masih ada beberapa mesjid dan
mushola yang memprihatinkan.

F. Kondisi Ekonomi
Penghasilan utama penduduk di Desa Marga Sakti, Desa Semeteh dan Lubuk Pandana
dalah perkebunan karet, kebun mereka pada umumnya kebun yang kurang dikelola dengan
baiksehingga penghasilannya sangat rendah setiap bulannya. Rata-rata pemilikan atau
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL)
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL) II-14
Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit KSU Al-Faiz Mandiri

Rona Lingkungan Awal

garapan kebun karet penduduk yaitu 2 hektar. Harga karet saat kegiatan survey antara 6-7
ribu Rupiah perkilo, meskipun ada penduduk yang memiliki kebun karet lebih dari 2
hektar yaitu toke-toke karet yang umumnya mereka memiliki warung/toko yang
menyediakan barang-barang kebutuhan konsumsi masyarakat sekitarnya.
Sarana ekonomi yang ada di desa-desa ini adalah pasar atau kalangan satu minggu satu
kali, toko dan warung-warung yang menyediakan barang-barang kebutuhan pokok sudah
banyak sehingga mereka dapat memenuhinya tanpa harus ke luar desa. Mereka pergi ke
Lubuklinggau untuk memenuhi kebutuhan barang-barang yang tidak tersedia di desanya
karena transportasi cukup lancar.

G. Interaksi Sosial
Hubungan antara penduduk dengan penduduk penduduk lainnya di wilayah relatif baik
karena pada umumnya masih memiliki hubungan keluarga terutama di masyarakat yang
ada di Desa, sehingga kerjasama diantara mereka tidak terbatas pada asal daerah maupun
agama. Hal ini nampak dalam penyelenggaraan selamatan, perayaan hari-hari besar
nasional maupun keagamaan. Mereka saling membantu dan saling menghargai, sehingga
sampai saat ini belum terjadi konflik penduduk akibat latar belakang asal etnis.
Persaingan secara terbuka tidak cukup nampak diantara mereka, namun dari pemiliki
barang-barang konsumsi seperti rumah, peralatan rumah tangga, barang elektronik dan
kendaraan sehingga ketika mereka mendapatkan penghasilan lebih kebutuhan terhadap
barang tersebut menjadi prioritas. Selain itu, persaingan diantara toke karet juga ada
terutama dalam menjaga penjual sehingga harga dan pelayan para toke atau bandar karet
menentukan kesetian anggota masyarakat dalam menjual hasil produksinya.

H. Adat Istiadat
Setiap anggota kelompok masyarakat memiliki adat istiadat sesuai dengan kepercayaan
dan agamanya. Seperti pada masyarakat di Desa Marga Saktidan Lubuk Pandan adalah
etnis Musi sistem kekerabatannya lebih Patrilineal atau menganut garis keturunan laki-laki
(bapak), sehingga secara adat anak laki-laki memiliki kedudukan yang lebih dalam
keluarga terutama dalam pembagian harta peninggalan orang tuannya.Perempuan ikut
keluarga laki-laki setelah kawin.

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL)


UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL) II-15
Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit KSU Al-Faiz Mandiri

Rona Lingkungan Awal

I. Persepsi Masyarakat
Dari semua responden yang ditemui baik mereka yang ada di Desa Marga Sakti dan Lubuk
Pandan sudah mengetahui kegiatan pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit yang dilakukan
oleh Koperasi Serba Usaha “AL-FAIZ MANDIRI”. Sumber informasi rencana pembangunan
tersebut umumnya berasal dari para petugas dari perusahaan tersebut, meskipun ada juga dari
teman dan aparat pemerintahan desa. Pada prinsipnya responden menyatakan setuju atas
rencana pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit yang dilakukan oleh Koperasi Serba Usaha
“AL-FAIZ MANDIRI”, karena jauh dari pemukiman penduduk Perkebunan Kelapa Sawit akan
dapat menyediakan lapangan kerja bagi penduduk, peningkatan mata pencaharian.

IV. Kondisi Kesehatan Masyarakat


Kondisi masyarakat di Desa Marga Sakti umumnya menggunakan sumur untuk
mendapatkan sumber air sedangkan untuk Desa Semeteh dan Lubuk Pandan masih
menggunakan air sungai sebagai sumber air. Pengolahan sampah umumnya dilakukan oleh
masing-masing keluarga sehingga ada yang dibakar dan dibuang ke sungai. Sampah belum
dilakukan pengelolaan dengan baik mengakibatkan lingkungan sekitarnya kurang terpelihara.
Demikian juga dengan binatang-binatang peliharaan seperti ayam, kambing dan sapi masih
berkeliaran sehingga kotorannya terlihat di jalan-jalan.Wabah penyakit yang sering menyerang
diantaranya adalah diare, malaria, infeksi kulit karena kondisi lingkungan pemukiman dan
sumber air yang dipakainya.

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL)


UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL) II-16

Anda mungkin juga menyukai