Pengamatan terhadap kondisi lingkungan awal perlu dilakukan untuk menjadi pedoman
dan tolok ukur pengamatan sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan pembangunan perkebunan
kelapa sawit oleh Koperasi Serba Usaha “AL-FAIZ MANDIRI”. Keadaan Rona lingkungan
awal yang dikaji meliputi lingkungan fisik-kimia, biologi, sosial ekonomi budaya serta
kesehatan masyarakat, namun tidak setiap komponen dikaji secara detail, tetapi hanya terhadap
beberapa komponen yang diperkirakan mengalami perubahan secara nyata dan signifikan akan
menyebabkan dampak terhadap komponen lainya.
A. Iklim
Lokasi rencana pembangunan perkebunan kelapa sawit Koperasi Serba Usaha “AL-FAIZ
MANDIRI” Desa Marga Sakti Kecamatan Muara Kelingi dan Desa Lubuk Pandan
Kecamatan Muara Lakitan Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan,
berdasarkan tipe iklim di Sumatera Selatan umumnya dari Kabupaten Musi Rawas,
wilayah ini termasuk ke dalam daerah yang beriklim tropis. Pernyataan iklim tropis ini
digambarkan oleh beberapa ahli dengan berbagai istilah :
a. Termasuk iklim Afa (iklim hujan tropis), menurut Koppen.
b. Termasuk iklim A (daerah sangat basah), menurut Schmidt-Ferguson 1950.
c. Termasuk iklim B1 (daerah dengan 7 sampai 9 bulan basah dan dua bulankering),
menurut Oldeman 1979.
Data iklim diperoleh dari hasil pengamatan Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun
Klimatologi Kelas II Kenten Palembang. Data yang tersedia meliputi anasir curah hujan,
hari hujan, temperatur udara dan kelembaban relatif udara.
a. Curah hujan
Berdasarkan data curah hujan rata-rata bulanan selama 10 tahun dan analisis data curah
hujan menurut schmidt dan ferguson (1951), maka kawasan kegiatan termasuk kedalam
tipe iklim Afa (Kopen) dan termasuk kedalam zona agroklimat B2 (Oldeman,Darwis dan
Las, 1979). Bulan basah terjadi selama 7 bulan dimulai bulan oktober sampai dengan
bulan April dengan rata-rata curah hujan bulanan berkisar antara 242-356 mm/bulan.
Puncaknya terjadi pada bulan November dengan besarnya curah hujan mencapai 634 mm.
Sedangkan untuk bulan-bulan kering terjadi selama lima bulan (Mei-September) dengan
besar intensitas curahan hujan antara 105-160 mm dengan titik terendah pada bulan juni.
Untuk rata-rata jumlah hari hujan terjadi pada bulan Oktober –April yang merupakan
bulan-bulan basah dengan frekuensi hari hujan berkisar antara 17-21 hari hujan/bulan.
Sedangkan untuk bulan kering berkisar antara 9-15 hari hujan/bulan. Data curah hujan
dapat dilihat pada tabel 2.11.
Tabel 2.11. Hari Hujan dan Curah Hujan Wilayah Studi 10 Tahun Terkahir di wilayah studi
c. Temperatur Udara
Temperatur udara harian rata-rata di wilayah studi berkisar antara 26,6 °C hingga 31,9 °C.
Suhu udara maksimum berkisar antara 30,9 °C hingga 33,0 °C dan suhu minimum adalah
sekitar 22,0°C hingga 23,8 °C.
Tabel 2.13. Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Sekitar Kawasan Kegiatan Pembangunan
Perkebunan Kelapa Sawit Koperasi Serba Usaha “AL-FAIZ MANDIRI”
KADAR
MAKSIMUM Per-
NO PARAMAETER SATUA HASIL Gub. SumSel No. 16 METHODE
YANG DIANALISA N ANALISA Tahun 2005 Lampiran
124 II
01 Ph *)***) Unit 6,74 6-9 SNI-06-6989.11.2004
02 TDS mg/l 136 1000 15.36/IK/LL/2015
03 BOD*) mg/l 1,43 2 SNI-6989-72-2009
04 COD*) mg/l 6,07 10 SNI-6989-2-2009
05 Mangan*) mg/l <0,013 0,1 SNI-6898-5-2009
06 Cromium*) mg/l <0,01 - SNI-6898-17-2009
07 Phospat mg/l <0,01 0,2 15.26/IK/LL/2015
08 Seng (Zn)*) mg/l <0,024 0,05 SNI-6989.7-2009
09 Timbal (Pb)*) mg/l 0,04 0,3 SNI-06-6898-8-2009
10 Tembaga (Cu)*) mg/l <0,009 0,02 SNI-6898.6-2009
11 Besi (Fe)*) mg/l 0,045 0,3 SNI-6898.4-2009
12 Cadmium (Cd) *) mg/l <0,01 0,1 SNI-6989.16-2009
13 N Total mg/l 0,223 - 15.25/IK/LL/2010
14 Sulfat mg/l 19 400 15.27/IK/LL/2015
15 Clorida FCU 16,5 600 SNI-6898-19-2009
16 Kekeruhan NTU 3,79 - 15.37/IK/LL/2015
Sumber : BLH Prov. Sumatera Selatan UPTB. Laboratorium Lingkungan, 2015
*) Terakreditasi.
**) Insitu.
Keterangan :
124-04-10-15 : Sungai Kelingi
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL)
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL) II-4
Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit KSU Al-Faiz Mandiri
C. Karakteristik Fisika
a. Temperatur
Baku mutu air permukaan (badan air) ditetapkan pada suhu normal. Suhu air
permukaan (badan air) yang tinggi (>45°C) akan mempengaruhi kecepatan reaksi kimia
serta tata kehidupan dalam air. Perubahan suhu memperlihatkan aktivitas kimia biologis
pada benda padat dan gas dalam air. Pembusukan yang terjadi pada suhu yang tinggi
dan tingkatan oksidasi zat organik jauh lebih besar pada suhu yang tinggi. Suhu yang
tinggi dapat menyebabkan kelarutan oksigen dalam airpermukaan (badan air) bahan
organik akan terhambat. Selanjutnya akan memberikan dampak yang dapat mematikan
biota air di dalam badan air dan mematikan vegetasi yang terkena. Hasil pengukuran
temperatur pada seluruh lokasi menunjukkan bahwa temperatur antara 26,6 °C hingga
31,9 °C dan masih dalam kategori normal.
b. Zat padat terlarut
Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang larut, mengendap
maupun tersuspensi. Bahan ini akan mengendap pada dasar air yang lama kelamaan
menimbulkan pendangkalan khususnya pada badan air permukaan penerima. Akibat
lain dari padatan ini menimbulkan tumbuhnya tanaman air tertentu dan dapat menjadi
racun bagi mahkluk lain. Jumlah padatan menunjukkan jumlah lumpur terkandung
dalam air. Dari hasil analisis zat padat terlarut, menunjukkan bahwa semua lokasi
contoh air mengandung zat padat terlarut yang masih memenuhi baku mutu
(1000mg/l).
D. Karakteristik Kimia
a. Tingkat keasaman (pH)
Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara pH 6 sampai 8, sedangkan
pH air yang terpolusi, misalnya air buangan, berbeda-beda tergantung dari jenis
buangannya. Perubahan keasaman pada air buangan, baik ke arah alkali (pH naik)
maupun ke arah asal (pH menurun), akan sangat mengganggu kehidupan ikan dan
hewan air disekitarnya. Baku mutu lingkungan untuk parameter pH pada air permukaan
(badan air) adalah 6,0 - 9,0. Air permukaan (badan air) yang pH nya terlampau asam
atau basa akan bersifat asam atau basa pula. Keasaman yang tinggi akan menyebabkan
air bersifat korosif. Selanjutnya sifat air yang terlalu bersifat asam atau basa akan
berdampak terganggunya biota perairan danbahkan pada peralatan
yangdigunakan.Darihasil pengukuran pH pada semua lokasi yaitu 6,24 sehingga masih
memenuhi rentang baku mutu pH.
c. Sulfat
Sulfat dalam jumlah yang besar akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat terjadi
secara proses alamiah. Ion sulfat oleh bakteri direduksi menjadi sulfida pada kondisi
anaerob dan selanjutnya sulfida diubah menjadi hidrogen sulfida. Dalam suasana aerob
hidrogen sulfida teroksidasi secara bakteriologis menjadi sulfat. Dalam bentuk H 2S
bersifat racun dan berbau busuk. Pada proses-digester lumpur gas H2S yang bercampur
dengan metan CH4 dan CO2 akan bersifat korosif. Dari hasil analisis pada seluruh lokasi
menunjukkan bahwa kandungan sulfat masih dibawah baku mutu lingkungan.
tinggi nilai BOD5 dari suatu air permukaan, maka kualitas air permukaan tersebut
makin buruk. BOD yang tinggi menggambarkan akibat yang ditimbulkan yaitu akan
terjadi defisit (berkurangnya) oksigen terlarut, padahal komponen ini dibutuhkan oleh
biota perairan seperti nekton (ikan). Batas maksimum yang diijinkan adalah 2 mg/l.
Dari hasil analisis contoh air permukaan menunjukkan bahwa kandungan BOD pada
lokasi sungai hanya sebesar 1,33 masih dibawah baku mutu.
e. Kebutuhan oksigen kimiawi (COD)
Nilai COD menunjukkan kandungan bahan organik dan anorganik yang dapat
didegradasi, yang dinyatakan dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses
degradasinya. Makin tinggi nilai COD dari air permukaan, maka kualitas air permukaan
tersebut makin buruk. Sama halnya dengan BOD 5, COD yang tinggi akan terjadi defisit
(berkurangnya) oksigen terlarut, dan selanjutnya mengganggu kehidupan biota perairan
seperti nekton (ikan). Batas maksimum yang diijinkan adalah 10 mg/l. Dari hasil
analisis contoh air permukaan menunjukkan bahwa kandungan COD pada lokasi sungai
hanya sebesar 7,54 masih dibawah baku mutu.
H-dd 3,12
Tekstur :
Pasir 36,77
Debu 40,06
Liat 22,17
Sumber : Laboratorium Kimia, Biologi dan Kesuburan Tanah UNSRI, 2017
Kondisi fisik tanah yang didominasi oleh sandy clay loam (lempung liat berpasir) yang
mempunyaikemampuan tanah melewatkan air kelapisan bawah lebih cepat, Kualitas
kesuburan kimia tanah sebagian besar berada pada kriteria sedang sampai rendah, C-organik
berada pada kondisi sangat rendah di lapisan ke dua dan rendah di lapisan atas. Suplai bahan
organik terutama berasal dari gulma yang dibersihkan kemudian akan mengalami dekomposisi
atau penguraian sehingga memperkaya bahan organik tanah. Lahan yang kelihatan bersih
memang menarik dari segi pemandangan umum, tetapi disisi lain apabila tidak terdapat mulsa
diatasnya akan berdampak pada lebih mudahnya terjadi evaporasi, lebih mudah tanah untuk
terkikis dan tentunya bahan organik tanah juga menjadi rendah. Bahan organik disamping
berfungsi untuk menjaga stabilitas agregat tanah, menentukan porositas tanah juga akan
mempengaruhi jumlah mikroorganisme pengurai yang sangat dibutuhkan didalam tanah.
Kapasitas Tukar Kation Tanah (KTK) di lokasi kajian menunjukkan bahwa tanah mempunyai
kemampuan mempertukarkan kation dalam jumlah yang cukup 13,05. KTK tanah
mempengaruhi efisiensi pemberian pupuk yang diperlukan oleh tanaman. Unsur hara yang
keberadaannya tinggi adalah Phosfor, kondisi ini terjadi karena unsur hara P bersifat tidak
mobil sehingga apabila tidak diserap oleh tanaman akan tersimpan di dalam tanah.
Reaksi tanah atau kemasaman tanah yang dicerminkan oleh nilai pH tanah tergolong agak
masam sampai masam. Nilai kemasaman tanah untuk lokasi wilayah studi masih tergolong
dalam batas toleransi tanaman sawit. Unsur Nitrogen berada pada kondisi rendah hingga
sangat rendah. Nitrogen bersifat mudah berubah dan bergerak terutama oleh air hujan dan
teroksidasi melalui udara, pemberian nitrogen ke tanaman harus mempertimbangkan sebaran
distribusi perakan tanaman dan umur tanaman agar pertumbuhan dan produksi tanaman dalam
keadaan yang optimal.
A. Vegetasi
Vegetasi dominan yang ada dalam wilayah studi adalah vegetasi dari jenis
tanaman sawit dan karet. Jadi tipe vegetasi alami sudah terbentuk oleh perkembangan
perkebunan sawit dan karet baik oleh perusahaan maupun oleh perkebunan rakyat.
Jenis-jenis vegetasi yang ditemui di wilayah lokasi studi disajikanpada Tabel 2.15. berikut
ini. Dari ke 17 spesies flora yang dijumpai padalokasi studi tidak terdapat spesies yang
dilindungi undang-undang. Corakvegetasi merupakan perpaduan komunitas perdu dan
herba yangdidominasi oleh strata herba.
wawancara dengan penduduk sekitarnya dapat disajikan jenis-jenis fauna yang terdapat
pada wilayah studi pada Tabel 2.16.
Tabel 2.16 tersebut di atas didasarkan pada pertimbangan habitat dan karakteristik
ekosistem setempat serta dari pengamatan tipe habitat, bekas makan, jejak dan wawancara
beberapa penduduk. Dari tabel tersebut, diperkirakan paling sedikit dapat dijumpai sekitar
30 jenis satwa liar yang dibagi menjadi 8 jenis tergolong mammalia, 15 jenis tergolong
unggas dan 7 jenis termasuk hewan reptil (reptilia). Dari ke 30 spesies itu, adalah spesies
yang termasuk satwa liar berada dalam lindungan undang-ridang konservasi satwa liar. Satwa
liar yang dilindungi tersebut tidak boleh diburu atau diganggu, namun layak mendapatkan
habitatnya di alam. Oleh sebab itu setiap perubahan penggunaan lahan dengan hilangnya
beberapa tegakan atau anggota spesies tumbuhan, maka sebaiknya diganti dengan melakukan
revegetasi untuk menggantikan fungsi habitat, agar spesies satwa liar yang mendapat
perlindungan mendapat kembali relung (niche) habitatnya.
C. Biota Perairan
Nekton
Kelompok nekton (ikan) yang sering ditemukan pada sungai wilayah studi diinventarisasi
berdasarkan hasil tangkapan nelayan dan wawancara dengan masyarakat setempat.
Komposisi jenis ikan yang terdapat di perairan sungai ini relatif beranekaragam dengan
kelimpahan individu setiap jenis cukup tinggi. Dilihat dari komposisi jenis ikan yang
ditemukan termasuk jenis ikan yang bernilai ekonomis, memiliki peranan sosial ekonomi
bagi masyarakat setempat karena dapat menambah penghasilan dan sumber gizi keluarga.
Komposisi jenis ikan yang beranekaragam ini disebabkan karena kualitas dan kuantitas
sungai masih tergolong baik untuk mendukung kehidupan ikan. Ekosistem sungai yang
tergolong besar biasanya dihuni oleh jenis-jenis ikan yang beranekaragam karena sungai
sebagai habitat ikan dapat menyediakan media bagi ikan untuk tumbuh dan berkembang
biak secara alami. Selain itu penangkapan ikan oleh masyarakat setempat menggunakan
jenis alat tangkap yang termasuk ramah lingkungan atau tidak merusak kehidupan ikan,
misalnya tangkul, bubu, pancing, jala dan lain sebagainya. Sedangkan penggunaan jenis
alat tangkap yang menggunakan bahan peledak (dinamit), putas (racun) dan listrik tidak
pernah dilakukan oleh masyarakat setempat. Tingginya tingkat kesadaran masyarakat
setempat disebabkan karena adanya himbauan dari kepala desa dan pemuka adat serta
adanya pengontrolan oleh masyarakat itu sendiri.
Tabel 2.17. Jenis-Jenis Ikan (Nekton) yang Terdapat Di Perairan Wiiayah Studi
No Nama Daerah Nama Latin Lokasi
1 Aro Ophiocephalus steochilus ++
2 Baung Macrones nemurus +;
3 Beringit Macrones nigreceps +
4 Beringit Macrons nigriceps +
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL)
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL) II-11
Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit KSU Al-Faiz Mandiri
perkampungan penduduk Desa Marga Saktidan Lubuk Pandan Kecamatan Muara Kelingi
Kabupaten Musi Rawas.
a. Jumlah dan Perkembangan Penduduk
Desa Marga Sakti memiliki jumlah penduduk keseluruhan 1.666 jiwa dengan
komposisi jumlah penduduk Laki laki 869 dan Perempuan 797 dengan jumlah kepala
keluarga sebanyak 490 (Monografi Desa, Marga Sakti, 2018).
Desa Lubuk Pandan memiliki jumlah penduduk keseluruhan 3.986 jiwa dengan
komposisi jumlah penduduk Laki laki 2.011 dan Perempuan 1.975 dengan jumlah
kepala keluarga sebanyak 738 (Monografi Desa, Lubuk Pandan, 2018).
b. Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja setiap tahun mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk yang ada di masing-masing desa. Menurut pengamatan para tokoh
masyarakat baik formal maupun tokoh informal di Desa Marga Saktisangat sedikit
penduduk muda yang menganggur secara total. Angkatan kerja yang mencari pekerja
umumnya diserap oleh bidang perkebunan baik perkebunan karet rakyat maupun
perkebunan kelapa sawit milik perusahaan swasta selain itu sebagian masyarakat
berkerja sebagai karyawan perusahaan swasta yang ada diwilayah tersebut. Para pencari
pekerja dengan latar belakang pendidik SMA ke atas umumnya pergi meninggalkan
desanya, sementara para pencari kerja dengan Iatar belakang pendidikan sekolah dasar
lebih banyak bekerja sebagai buruh perkebunan rakyat maupun perusahaan swasta.
B. Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk ke luar desa secara umum tergolong lancar karena dari Desa Marga
Sakti dan Lubuk Pandan setiap hari ada kendaraan umum yang menuju ke Ibukota
Kabupaten (Muara Beliti) atau ke Kota Lubuklinggau. Jarak dari Desa Marga Sakti ke
Ibukota Kabupaten lebih kurang 25 Km, sedangkan jarak ke Kota Lubuklinggau lebih
kurang 40 Km, ongkos kendaraan umum Rp 35.000/orang. Jalan ke Desa Marga Sakti
sedang diperbaiki sehingga kendaraan roda empat bisa lebih lancar lagi, meskipun masih
banyak jalan yang rusak. Sepeda motor adalah tansportasi yang paling banyak digunakan
penduduk di desa-desa ini baik untuk kegiatan produksi atau ke kebun dan mengambil
getah karet maupun untuk kebutuhan -kebutuhan kegiatan sosial.
C. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di Desa Marga Saktidan Lubuk Pandan umumnya petani karet dan
kelapa sawit, disamping itu ada juga penduduk yang bermata pencaharian lain seperti buruh
perkebunan karet, pegawai negeri, pedagang, pertukangan dan yang lainnya. Berdasarkan
hasil wawancara dengan tokoh masyarakat baik formal maupun tokoh informal, mereka pada
umumnya bekerja sebagai penyadap getah karet dengan sistem bagi hasil dengan para pemilik
kebun, sebagian penduduk berkerja sebagai petani kelapa sawit. Sumber penghasilan penduduk
lainnya antara kegiatan peternakan yaitu pemeliharaan ternak sapi dan kambing, buah-buahan,
sebagian besar sudah ada anggota masyarakat khususnya yang ada di Desa Marga saktidan
Lubuk Pandan yang telah memiliki kebun kelapa sawit sehingga sebagaian besar
masyarakat di desa ini memiliki sumber penghasilan tambahan.
D. Pendidikan
Secara umum tingkat pendidikan formal penduduk yaitu SD, SMP, dan SMA dan ada
penduduk yang telah menamatkan jenjang pendidikan Perguruan Tinggi. Penduduk yang
tergolong muda atau angkatan kerja pada umumnya lulusan SMP dan SMA sementara
penduduk tamatan perguruan tinggi adalah guru sekolah dasar dan guru SMP.
E. Keagamaan
Penduduk di Desa Marga Sakti, Semeteh dan Lubuk Pandan yang menetap rata-rata beragama
Islam. Kegiatan penduduk yang beragama Islam di tiap-tiap dusun dusun ada kegiatan
pengajian Yasinan dan Tahlil untuk kalangan bapak-bapak, pada kalangan ibu-ibu ada
kelompok pengajian, sementara untuk anak-anak ada kegiatan pengajian atau Taman
Pendidikan Al-Qur'an (TPA). Tokoh-tokoh agama memiliki pengaruh yang besar terhadap
kegiatan-kegiatan kehidupan masyarakat seperti dalam kegiatan selamatan, kematian dan
perayaan-perayaan hari-hari besar keagamaan. Kondisi sarana peribadatan seperti Mushola
maupun Mesjid yang ada di desa ini relatif cukup baik meskipun masih ada beberapa mesjid dan
mushola yang memprihatinkan.
F. Kondisi Ekonomi
Penghasilan utama penduduk di Desa Marga Sakti, Desa Semeteh dan Lubuk Pandana
dalah perkebunan karet, kebun mereka pada umumnya kebun yang kurang dikelola dengan
baiksehingga penghasilannya sangat rendah setiap bulannya. Rata-rata pemilikan atau
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL)
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL) II-14
Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit KSU Al-Faiz Mandiri
garapan kebun karet penduduk yaitu 2 hektar. Harga karet saat kegiatan survey antara 6-7
ribu Rupiah perkilo, meskipun ada penduduk yang memiliki kebun karet lebih dari 2
hektar yaitu toke-toke karet yang umumnya mereka memiliki warung/toko yang
menyediakan barang-barang kebutuhan konsumsi masyarakat sekitarnya.
Sarana ekonomi yang ada di desa-desa ini adalah pasar atau kalangan satu minggu satu
kali, toko dan warung-warung yang menyediakan barang-barang kebutuhan pokok sudah
banyak sehingga mereka dapat memenuhinya tanpa harus ke luar desa. Mereka pergi ke
Lubuklinggau untuk memenuhi kebutuhan barang-barang yang tidak tersedia di desanya
karena transportasi cukup lancar.
G. Interaksi Sosial
Hubungan antara penduduk dengan penduduk penduduk lainnya di wilayah relatif baik
karena pada umumnya masih memiliki hubungan keluarga terutama di masyarakat yang
ada di Desa, sehingga kerjasama diantara mereka tidak terbatas pada asal daerah maupun
agama. Hal ini nampak dalam penyelenggaraan selamatan, perayaan hari-hari besar
nasional maupun keagamaan. Mereka saling membantu dan saling menghargai, sehingga
sampai saat ini belum terjadi konflik penduduk akibat latar belakang asal etnis.
Persaingan secara terbuka tidak cukup nampak diantara mereka, namun dari pemiliki
barang-barang konsumsi seperti rumah, peralatan rumah tangga, barang elektronik dan
kendaraan sehingga ketika mereka mendapatkan penghasilan lebih kebutuhan terhadap
barang tersebut menjadi prioritas. Selain itu, persaingan diantara toke karet juga ada
terutama dalam menjaga penjual sehingga harga dan pelayan para toke atau bandar karet
menentukan kesetian anggota masyarakat dalam menjual hasil produksinya.
H. Adat Istiadat
Setiap anggota kelompok masyarakat memiliki adat istiadat sesuai dengan kepercayaan
dan agamanya. Seperti pada masyarakat di Desa Marga Saktidan Lubuk Pandan adalah
etnis Musi sistem kekerabatannya lebih Patrilineal atau menganut garis keturunan laki-laki
(bapak), sehingga secara adat anak laki-laki memiliki kedudukan yang lebih dalam
keluarga terutama dalam pembagian harta peninggalan orang tuannya.Perempuan ikut
keluarga laki-laki setelah kawin.
I. Persepsi Masyarakat
Dari semua responden yang ditemui baik mereka yang ada di Desa Marga Sakti dan Lubuk
Pandan sudah mengetahui kegiatan pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit yang dilakukan
oleh Koperasi Serba Usaha “AL-FAIZ MANDIRI”. Sumber informasi rencana pembangunan
tersebut umumnya berasal dari para petugas dari perusahaan tersebut, meskipun ada juga dari
teman dan aparat pemerintahan desa. Pada prinsipnya responden menyatakan setuju atas
rencana pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit yang dilakukan oleh Koperasi Serba Usaha
“AL-FAIZ MANDIRI”, karena jauh dari pemukiman penduduk Perkebunan Kelapa Sawit akan
dapat menyediakan lapangan kerja bagi penduduk, peningkatan mata pencaharian.