Anda di halaman 1dari 82

BAB

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

2.1. DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL


2.1.1 Komponen Geo-Fisik-Kimia
A. Iklim

Kondisi iklim daerah studi AMDAL Rencana Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal
Ahmad Yani Metro di RW 04, Kelurahan Metro, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro,
Provinsi Lampung disajikan berdasarkan data iklim dari Stasiun Meteorologi Radin Inten II,
Lampung (2001-2019). Adapun parameter iklim yang dikumpulkan meliputi curah hujan,
hari hujan, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin, serta arah angin.

1. Kondisi Hujan dan Klasifikasi Tipe Iklim

Data curah hujan bulanan selama tujuh belas tahun terakhir (2001-2019) di sekitar lokasi
kegiatan disajikan pada Tabel 2.1, sedangkan data hari hujan bulanan tujuh belas tahun
terakhir disajikan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.1 Data Curah Hujan Bulanan di Sekitar Lokasi Kegiatan

Curah Hujan (mm/bln) Total


TAHUN
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des (mm/th)
2001 368 217 199 79 153 53 88 59 103 160 325 294 2.097
2002 336 113 253 186 107 46 135 10 - - 134 202 1.522
2003 230 355 256 256 140 81 77 16 154 71 197 170 2.001
2004 208 315 194 280 113 30 30 10 33 38 208 411 1.870
2005 250 286 273 122 117 99 57 81 101 110 114 110 1.720
2006 318 290 251 195 39 108 132 0 - 4 69 281 1.687
2007 344 103 202 304 116 123 83 19 18 49 128 451 1.940
2008 165 183 247 174 38 46 29 135 86 154 239 479 1.975
2009 331 307 82 160 92 246 49 71 27 85 121 230 1.801
2010 326 301 361 134 128 331 207 121 180 124 225 274 2.710
2011 412 173 194 192 60 48 67 52 81 83 182 286 1.145
2012 299 240 228 179 116 105 91 51 72 68 225 253 1.927

ANDAL 2-1
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Curah Hujan (mm/bln) Total


TAHUN
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des (mm/th)
2013 332 123 198 196 112 111 87 49 38 45 196 276 1.763
2014 163 220 337 120 95 78 48 109 - 60 273 178 1681
2015 238 259 234 316 58 43 80 16 5 - 48 331 1628
2016 247 267 201 227 97 46 59 51 79 77 153 292 1796
2017 197 293 195 213 136 66 31 23 74 67 234 295 1824
2018 158 338 400 213 147 108 9 - 54 49 138 81 1693
2019 321 413 328 321 59 41 73 - - 51 25 209 1840
Rata-
276 252 244 204 101 95 75 46 69 76 170 269 1.822
rata
Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Radin Inten II Lampung 2001-2019.

Tabel 2.2 Data Hari Hujan Bulanan di Sekitar Lokasi Kegiatan

Hari Hujan (hari/bln) Total


TAHUN
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des (hari/th)
2001 19 20 16 7 14 8 5 4 11 13 18 24 159
2002 22 15 14 17 11 6 12 4 - - 16 20 137
2003 15 20 19 19 11 8 6 2 7 13 10 16 146
2004 23 23 18 19 12 5 5 4 9 7 19 25 169
2005 19 18 21 11 9 12 10 5 6 12 12 13 148
2006 18 16 19 13 13 9 6 1 - 1 8 17 121
2007 18 17 17 18 12 17 11 7 3 7 8 23 158
2008 17 22 13 9 4 10 3 12 8 16 19 24 157
2009 22 21 17 14 7 14 5 7 6 11 12 17 153
2010 25 20 19 9 13 18 14 18 19 11 15 14 195
2011 25 20 19 9 8 6 14 18 19 11 14 19 138
2012 21 17 20 13 11 13 10 9 5 14 16 21 170
2013 17 21 18 21 10 10 9 7 6 12 9 19 159
2014 26 19 20 17 17 13 8 13 - 7 17 21 178
2015 22 16 20 22 10 10 6 2 2 - 9 23 142
2016 19 21 21 17 12 11 5 7 3 5 11 22 154
2017 25 22 26 18 17 13 12 11 5 7 14 15 154
2018 20 22 22 19 15 16 4 3 8 6 20 18 154
2019 25 20 25 20 10 6 8 0 0 3 4 23 154
Rata-rata 21 19 19 15 11 11 8 7 7 9 13 20 155
Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Radin Inten II Lampung 2001-2019

Curah hujan tahunan di wilayah studi tergolong sedang, yaitu 1.822 mm/tahun (1.500-2.000
mm/tahun) dengan hari hujan rata-rata sebanyak 155 hari/tahun. Mengacu klasifikasi
Oldeman (1975) dalam Handoko (1995) bulan basah (CH >200 mm/bulan) berlangsung 4
bulan, yakni Desember - Maret dan bulan kering (CH <100 mm/bulan) berlangsung selama
4 bulan, yakni Juli - Oktober. Adapun menurut klasifikasi Schmidt - Ferguson (1951) dalam
Handoko (1995) bulan basah (CH >100 mm/bulan) berlangsung 8 bulan, yakni Nopember -
Juni dan bulan kering (CH <60 mm/bulan) berlangsung selama 1 bulan, yakni Agustus.

ANDAL 2-2
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

RATA-RATA CURAH HUJ AN DAN HARI HUJ AN


Curah Hujan (mm) Hari Hujan (Hari)

283
280

238

230

196

181
101

98

80
79

75
51
21

20
19

19

15

14
11

11

10
8

7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Gambar 2.1 Histogram Penyebaran Curah Hujan dan Hari Hujan Bulanan

2. Suhu Udara dan Kelembapan Udara

Suhu udara rata-rata bulanan di daerah studi berkisar antara 26,1–27,1ºC. Suhu udara rata-
rata tertinggi terjadi pada bulan Mei, Oktober, dan November. Suhu udara rata-rata terendah
terjadi pada bulan Juli. Kondisi suhu udara rata-rata bulanan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.3 Data Suhu Udara di Sekitar Lokasi Kegiatan

Suhu Udara (ºC)


TAHUN
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des
2001 26,2 26,0 26,7 26,9 26,8 26,6 26,0 26,5 26,3 26,8 26,7 26,2
2002 26,7 26,2 26,9 26,8 27,0 26,8 26,4 26,5 27,1 28,2 27,3 27,0
2003 27,1 26,4 26,8 26,8 26,9 26,6 25,9 26,6 26,5 26,8 26,6 26,1
2004 26,9 26,0 26,5 26,5 27,1 26,2 25,9 26,2 26,2 27,1 27,1 26,5
2005 26,1 26,1 26,3 26,7 26,4 26,7 26,1 25,9 27,2 26,9 26,8 26,9
2006 25,9 26,4 26,4 26,5 26,7 25,7 25,9 25,5 26,1 27,5 27,9 26,9
2007 26,7 26,6 26,7 26,7 26,7 26,1 25,8 25,9 26,7 27,5 27,6 26,7
2008 26,9 25,5 26,2 26,5 26,7 26,0 26,0 26,1 26,4 26,6 26,5 26,1
2009 26,3 26,2 26,5 27,3 27,1 26,4 26,3 26,2 27,4 27,3 27,1 26,9
2010 26,4 27,0 26,6 27,8 27,5 26,2 25,9 26,3 26,2 27,1 26,7 26,6
2011 26,3 26,6 26,3 27,0 27,2 26,7 26,1 26,6 27,4 24,7 24,6 24,2
2012 26,4 26,2 26,4 26,6 26,9 26,8 26,6 26,3 26,9 26,9 26,7 26,8
2013 26,3 26,0 26,7 26,7 26,8 26,4 26,0 26,5 26,3 26,7 26,5 26,5
2014 27,1 26,4 26,8 26,8 26,9 26,6 25,9 26,6 26,5 26,8 26,6 26,1
2015 26,1 26,1 26,3 26,7 26,4 26,7 26,1 25,9 27,2 26,9 26,8 26,9
2016 26,9 25,5 26,2 26,5 26,7 26,0 26,0 26,1 26,4 26,6 26,5 26,1
2017 26,6 26,4 26,8 27,2 27,2 26,7 26,5 26,5 27,4 27,8 27,3 26,7
2018 26,6 26,1 26,4 26,9 26,8 26,6 26,2 26,9 26,6 27,9 27,5 27,2
2019 27 26,9 26,9 27 27,3 27 26,4 26,5 27,2 27,9 28,6 27,7
Rata-
26,6 26,2 26,5 26,8 26,9 26,5 26,1 26,3 26,7 27,1 26,9 26,5
rata
Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Radin Inten II Lampung 2001-2019

ANDAL 2-3
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Kelembaban udara relatif rata-rata bulanan di lokasi kegiatan berkisar antara 73–83%.
Kelembaban udara relatif rata-rata bulanan terendah terjadi pada bulan September dan
Oktober. Kelembaban udara relatif tertinggi dijumpai pada bulan Februari. Tingkat
kelembaban udara di lokasi studi ini tergolong tinggi. Data kelembapan udara rata-rata
bulanan sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.4 Data Kelembaban Udara Rata-rata Bulanan di Lokasi Kegiatan

Kelembapan Udara (%)


TAHUN
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des
2001 91 91 84 81 83 82 81 78 82 82 85 86
2002 85 84 84 87 84 82 83 79 74 69 78 84
2003 82 87 85 87 84 81 81 75 80 81 83 87
2004 82 87 82 85 82 78 84 76 75 73 80 84
2005 84 85 80 79 79 78 78 76 76 80 80 75
2006 82 80 81 80 78 79 77 69 64 65 69 80
2007 77 79 77 80 79 81 78 74 69 69 69 77
2008 78 80 79 81 77 80 74 79 79 80 82 84
2009 82 82 81 79 79 83 77 76 72 78 79 81
2010 83 83 84 77 83 86 85 83 84 78 82 80
2011 83 81 83 80 80 77 79 71 67 69 72 74
2012 82 80 81 80 78 79 78 69 64 65 69 80
2013 80 81 81 80 82 81 83 76 74 78 82 81
2014 83 80 83 80 81 81 80 74 69 78 76 80
2015 80 82 81 81 82 82 80 79 76 78 74 81
2016 83 83 82 81 81 81 81 76 74 69 79 81
2017 84 84 83 81 83 83 81 78 74 75 78 81
2018 79 84 84 84 83 83 76 72 74 73 80 78
2019 82 84 80 81 80 79 78 71 68 69 67 77
Rata-rata 82 83 82 81 81 81 80 75 73 74 77 81
Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Radin Inten II Lampung 2001-2019

3. Kecepatan Angin dan Arah Angin

Kecepatan angin di daerah studi rata-rata berkisar antara 4,73-8,00 knots (8,60–14,56
km/jam), atau setara dengan 2,4-4,04 m/detik, yang tergolong derajat kecepatan 1-3
menurut skala Beaufort. Kecepatan angin tersebut tergolong angin lemah dengan ciri-ciri
terasa di wajah; daun-daun berdesir; kincir angin bergerak oleh angin. Data rata-rata tingkat
kecepatan angin di daerah studi disajikan pada tabel berikut.

ANDAL 2-4
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Tabel 2.5 Data Kecepatan Angin (knot) di Daerah Studi

Kondisi Angin
No. Bulan
Kecepatan (Knot) Arah Dominan
1 Januari 7,9 W
2 Pebruari 7,8 W
3 Maret 8,0 W
4 April 6,7 W
5 M ei 4,8 SE
6 Juni 4,9 SE
7 Juli 4,7 SE
8 Agustus 5,0 SE
9 September 4,9 SE
10 Oktober 5,2 SE
11 Nopember 5,8 W
12 Desember 6,5 W
Rerata Minimum 4,73 W & SE
Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Radin Inten II Lampung 2001-2019

Pada bulan Nopember-April angin berhembus dari arah barat. Sedangkan pada bulan Mei-
Oktober angin berhembus dari arah tenggara. Kondisi arah dan kecepatan angin
sebagaimana gambar berikut.

(A) (B)

Gambar 2.2 Windrose di Daerah Studi: (A) Nopember-April dan (B) Mei-Oktober

B. Kualitas Udara

Guna menggambarkan kondisi kualitas udara ambien pada rona lingkungan awal di lokasi
RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro dan sekitarnya, maka disajikan data Laporan
Pemantauan Lingkungan Semester I (Juni. 2019) dan Laporan Pemantauan Lingkungan

ANDAL 2-5
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Semester II (Desember. 2019), serta data primer pengukuran kualitas udara yang
dilaksanakan pada bulan Februari 2020.

Data Pemantauan Lingkungan Kualitas Udara Semester I dan Semester II sebagaimana


disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.6 Data Pemantauan Kualitas Udara Ambien

Kualitas
Hasil Analisis
No Parameter Satuan Baku Mutu Lingkungan
U1 U2 U3 U4

A Pemantauan Semester I (Juni 2019)

1 NOx µg/Nm3 150* 9,95 16,6 11,35 11,8 Baik

2 CO µg/Nm3 10.000 1200 1500 1300 1300 Baik

3 SOx µg/Nm3 365 10,87 18,93 15,29 16,95 Baik

4 Debu µg/Nm3 230 98 120 98 112 Baik

5 Pb µg/Nm3 2 <0,01 0,015 0,013 0,013 Baik

6 NH3 mg/L 2** 0,007 <0,005 0,006 0,006 Baik

7 H2S mg/L 0,02 0,005 <0,005 0,005 <0,005 Baik

B Pemantauan Semester II (Desember 2019)

1 NOx µg/Nm3 150* 17,90 14,08 10,70 12,95 Baik

2 CO µg/Nm3 10.000 1500 1300 1200 1400 Baik

3 SOx µg/Nm3 365 19,76 17,90 11,48 16,75 Baik

4 Debu µg/Nm3 230 127 103 107 110 Baik

5 Pb µg/Nm3 2 0,015 0,010 0,015 0,015 Baik

6 NH3 mg/L 2** < 0,005 0,009 0,006 0,007 Baik

7 H2S mg/L 0,02 < 0,005 0,007 <0,005 0,005 Baik

Sumber: Laporan Pemantauan Lingkungan RSUD Jenderedal Ahmad Yani Metro Semester, 2019.
Keterangan:
(**) Udara Ambien : Sesuai PPRI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
( •) Kebauan: Sesuai KepMenNeg LH Nomor: Kep-50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan Menteri Negara
Lingkungan Hidup
U1 Area Depan IGD 05o 06'56,00" LS, 105o 18'35,30" BT
U2 Area TB 05o 06'57.20" LS, 105o 18'40,70" BT
U3 Permukiman Belakang RS 05o 06'57.70" LS, 105o 18'14,80" BT
U4 Area IPAL 05o 06'55,70" LS, 105o 18'14,90" BT

Adapun data primer hasil pengukuran tingkat kebisingan yang dilaksanakan pada bulan
Februari 2020. sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

ANDAL 2-6
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Tabel 2.7 Data Primer Kualitas Udara Ambien

Hasil Analisis Kualitas


No Parameter Satuan Baku Mutu
U1 U2 U3 U4 U5 Lingkungan

1 SO2* µg/Nm3 900/1H < 47.9 < 47.9 < 47.9 < 47.9 < 47.9 Sangat Baik

2 CO µg/Nm3 30000/1H < 185 202.2 291.5 < 185 < 185 Sangat Baik

3 NO2* µg/Nm3 400/1H < 26.3 < 26.3 < 26.3 < 26.3 < 26.3 Sangat Baik

4 O3 * µg/Nm3 235/1H 173.8 99.1 99.6 145.3 82.7 Sangat Baik

5 Debu* µg/Nm3 230 64.2 68.9 20.2 66.7 54.8 Sangat Baik

6 Pb* µg/Nm3 2 < 0.05 < 0.05 < 0.05 < 0.05 < 0.05 Sangat Baik

7 HC µg/Nm3 160/3H < 4.27 < 4.27 < 4.27 < 4.27 < 4.27 Sangat Baik

8 NH3•* ppm 2• - - - < 0.023 0.066 Sangat Baik

9 H2S•* ppm 0.02• - - - < 0.004 < 0.004 Sangat Baik


Sumber: Data Primer (Februari, 2020)
Keterangan:
Baku Mutu (BM):
(**) Udara Ambien : Sesuai PPRI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
( •) Kebauan: Sesuai KepMenNeg LH Nomor: Kep-50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan Menteri Negara
Lingkungan Hidup
Lokasi Sampling:
U1: Pintu masuk RS (050.06’.56.2” LS, 1050.18’.33.7” BT)
U2: Permukiman di depan RS (050.06’.59.7” LS, 1050.18’.32.9” BT)
U3: Permukiman di sebelah selatan RS (050.07’.01.9” LS, 1050.18’.39.4” BT)
U4: Permukiman di sebelah timur RS (050.06’.59.1” LS, 1050.18’.44.8” BT)
U5: Permukiman di sebelah utara RS (050.06’.53.2” LS, 1050.18’.41.8” BT)

Berdasarkan Tabel 2.6 dan Tabel 2.7 dapat diketahui bahwa seluruh parameter kualitas
udara ambien yang dipantau masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan, yang dapat
diuraikan sebagai berikut:

a) Nitrogen Oksida (NOx)

Nitrogen oksida (NOx ) adalah salah satu jenis bahan pencemar udara, disamping bahan
pencemar udara lain seperti debu, NH3, H2S, dan lain-lain, yang secara sendiri atau
bersamaan memiliki potensi membahayakan kesehatan lingkungan dan masyarakat.
Emisi nitrogen oxides (NOx) terbentuk dari oksidasi molekul nitrogen yang ada pada
proses pembakaran dan bahan bakar, terdiri dari 95% NO dan 5% NO2.

Hasil pemantauan NOx di lingkungan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro tahun 2019
berkisar antara 9,95 µg/Nm3 (di area depan IGD) hingga 27,3 µg/Nm3 (di area TPS
LB3). Adapun data primer hasil analisis sample parameter NOx di lingkungan RSUD

ANDAL 2-7
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Jenderal Ahmad Yani Metro adalah sebesar <26,3 µg/Nm3 di seluruh lokasi
pengambilan sample.

Secara keseluruhan hasil pengukuran Nitrogen Dioksida (NOx) masih di bawah baku
mutu lingkungan (150 µg/Nm3).

b) Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida merupakan gas yang secara alami terdapat di alam, yang berasal
dari aktivitas gunung berapi. Selain itu, karbon monoksida juga dihasilkan
dari pembakaran tak sempurna dari senyawa karbon. Paparan dengan karbon
monoksida dapat mengakibatkan keracunan sistem saraf pusat dan jantung.

Hasil pemantauan Karbon Monoksida (CO) di lingkungan RSUD Jenderal Ahmad Yani
Metro Tahun 2019 menunjukkan nilai berkisar antara 50,5 µg/Nm3 (di area TPS LB3)
hingga 1500 µg/Nm3 (di area parkir). Adapun data primer hasil analisis sample
parameter Karbon Monoksida (CO) di lingkungan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro
menunjukkan nilai berkisar antara <185 µg/Nm3 (di area lapangan parkir) hingga 291,5
µg/Nm3 (di permukiman sebelah selatan).

Secara keseluruhan kualitas udara untuk parameter Karbon Monoksida (CO) di area
RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro masih di bawah baku mutu lingkungan udara
ambien, yaitu sebesar 10.000 µg/Nm3.

c) Sulfur Oksida (SOx)

Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx, terdiri dari gas SO2 dan gas
SO3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau sangat tajam dan tidak
mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif.

Hasil pemantauan Sulfur Oksida (SOx) di lingkungan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro
Tahun 2019 menunjukkan nilai berkisar antara 10,87 µg/Nm3 (di area depan IGD)
hingga 29,65 µg/Nm3 (di area TPS LB3). Adapun data primer hasil analisis sample
parameter Sulfur Dioksida (SO2) di lingkungan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro
Tahun 2019 adalah sebesar <47,9 µg/Nm3 di seluruh lokasi pengambilan sample.

Nilai parameter ini apabila dibandingkan dengan nilai baku mutu lingkungan pada
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999, yaitu sebesar 365 µg/m3 masih jauh
di bawah baku mutu lingkungan.

ANDAL 2-8
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

d) Debu

Debu ialah nama umum untuk sejumlah partikel padat kecil dengan diamter kurang dari
500 mikrometer. Debu yang terhirup oleh manusia dapat menyebabkan gangguan pada
fungsi paru-paru.

Hasil pemantauan parameter debu di lingkungan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro
Tahun 2019 menunjukkan nilai berkisar antara 98 µg/Nm3 (di area depan IGD dan
permukiman di belakang IPAL) hingga 136 µg/Nm3 (di area TPS LB3). Adapun data
primer hasil pengukuran parameter debu di lingkungan RSUD Jenderal Ahmad Yani
Metro tahun 2019 menunjukkan nilai berkisar antara 20,2 µg/Nm3 (di permukiman
sebelah selatan) hingga 68,9 µg/Nm3 (di seberang pintu masuk RSUD Jenderal Ahmad
Yani Metro).

Hasil ini masih berada dibawah nilai baku mutu lingkungan pada Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 1999, yaitu sebesar 230 µg/m3.

e) Timbal (Plumbum)

Timbal (Pb) dapat masuk tubuh manusia melalui makanan, minuman, serta udara atau
debu yang tercemar. Unsur ini merusak sistem saraf dan mengganggu
fungsi enzim dalam tubuh. Timbal sangat berbahaya terutama untuk anak-anak karena
dapat mengganggu pertumbuhan otak.

Hasil pemantauan parameter Timbal di lingkungan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro
Tahun 2019 menunjukkan nilai berkisar antara <0,01 µg/Nm3 – 0,015 µg/Nm3 hampir di
seluruh lokasi pengambilan sample. Adapun data primer hasil analisis sample
parameter Timbal di lingkungan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro Tahun 2019
menunjukkan nilai sebesar <0,05 di seluruh lokasi pengambilan sample.

Hasil ini masih berada dibawah nilai baku mutu lingkungan pada Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 1999, yaitu sebesar 2 µg/m3.

f) Amonia (NH3)

Amonia (NH3) adalah gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia).
Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi,
amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak Kesehatan. Kontak dengan

ANDAL 2-9
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan


bahkan kematian.

Adapun data primer hasil pemantauan Amonia di lingkungan RSUD Jenderal Ahmad
Yani Metro Tahun 2019 menunjukkan nilai berkisar antara <0,005 µg/Nm3 (di area TB)
hingga 0,009 µg/Nm3 (di area belakang genset). Adapun data primer hasil analisis
sample parameter Amonia di lingkungan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro
Tahun 2019 menunjukkan nilai berkisar antara <0,023 µg/Nm3 (di permukiman sebelah
timur) hingga 0,066 µg/Nm3 (di seberang pintu masuk RSUD Jenderal Ahmad Yani
Metro).

Hasil ini masih berada dibawah nilai baku mutu lingkungan pada Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 1999, yaitu sebesar 2 µg/m3.

g) Hidrogen Sulfida (H2S)

Hidrogen sulfida (H2S), adalah gas yang tidak berwarna, beracun, sangat mematikan,
mudah terbakar dan berbau seperti telur busuk. Gas ini dapat timbul dari aktivitas
biologis ketika bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas
anaerobik), seperti di rawa, dan saluran pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul pada
gas yang timbul dari aktivitas gunung berapi dan gas alam.

Hasil pemantauan Hidrogen Sulfida di lingkungan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro
Tahun 2019 menunjukkan nilai berkisar antara <0,005 µg/Nm3 - 0,007 µg/Nm3 hampir
di seluruh lokasi pengambilan sample. Adapun data primer hasil analisis sample
parameter Hidrogen Sulfida di lingkungan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro tahun
2019 menunjukkan nilai sebesar <0,004 µg/Nm3 di seluruh lokasi pengambilan sample.

Hasil ini masih berada dibawah nilai baku mutu lingkungan pada Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 1999, yaitu sebesar 0,02 µg/m3.

Khusus untuk parameter amoniak dan hydrogen sulfida (H2S), pengambilan sample
dilakukan di area permukiman yang berdekatan dengan lokasi IPAL RSUD Ahmad Yani
Metro, dimana terdapat keluhan warga terkait bau yang dirasakan oleh warga yang tinggal
di sekitar lokasi IPAL, namun berdasarkan hasil analisis, parameter-parameter kebauan
tersebut masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan.

ANDAL 2-10
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa seluruh parameter kualitas udara ambien yang
diukur masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Dengan demkian kualitas udara
di lokasi RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro dan sekitarnya tergolong sangat baik (Skala:5).

Hasil pemantauan terhadap kualitas udara emisi pada cerobong genset juga menunjukkan
kualitas yang baik. RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro saat ini mengoperasikan 1 unit
genset dengan kapasitas 1600 KW/1200 KVA.yang digunakan sebagai backup power
apabila suplai listrik dari PLN mengalami gangguan. Kualitas emisi yang dikeluarkan oleh
genset ini rutin dipantau oleh pengelola RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro. Hasil
pengukuran kualitas emisi genset dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.8 Data Pemantauan Kualitas Emisi Genset

No Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Analisis


1 Sulfur Dioksida (SO2) mg/Nm3 600 26,42
2 Nitrogen Oksida (NO2) mg/Nm3 1.200 99,58
3 Karbon Monoksida (CO) mg/Nm3 540 73,05
4 Total Partikulat (PM) mg/Nm3 120 62,4
Sumber: Pemantauan Lingkungan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro, 2019.
Keterangan:
Baku Mutu: PerMenLHK Nomor: P.15/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019 tentang Baku Mutu Pembangkit Listrik Tenaga
Termal, untuk genset kapasitas>570 kW
Genset Cummins, 1600 KW/1200 KVA.
BBM: Solar; Air Flow: 5,65 m/dtk.
Koordinat: 05o 06'56,70" LS, 105o 18'41,90" BT

Dari hasil pengukuran kualitas emisi genset, dapat dilihat bahwa semua parameter emisi
masih memenuhi baku mutu sesuai Lampiran IX Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.15/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019 tentang Baku
Mutu Pembangkit Listrik Tenaga Termal, untuk genset kapasitas>570 KW dengan bahan
bakar minyak/solar.

C. Tingkat Kebisingan

Guna menggambarkan kondisi kualitas lingkungan tingkat kebisingan pada rona awal
lingkungan hidup di lokasi RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro dan sekitarnya, maka
disajikan data Laporan Pemantauan Kualitas Lingkungan Semester I (Juni. 2019) dan
Laporan Pemantauan Kualitas Lingkungan Semester II (Desember. 2019), serta data primer
pengukuran tingkat kebisingan yang dilaksanakan pada bulan Februari 2020. Data

ANDAL 2-11
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Pemantauan Kualitas Lingkungan Tingkat Kebisingan Semester I dan Semester II


sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.9 Data Pemantauan Tingkat Kebisingan


Baku Tingkat Kualitas
No Lokasi Satuan Mutu Kebisingan Lingkungan
SM-I SM-II
1 K1 (Area Depan IGD) dB (A) 55 58 69 Buruk
2 K2 (Area TB) dB (A) 55 66 55 Buruk
3 K3 (Permukiman Belakang RS) dB (A) 55 62 63 Buruk
4 K4 (Area IPAL) dB (A) 55 64 66 Buruk
Sumber: SM-I: Laporan Pemantauan Lingkungan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro Semester I (Juni, 2019)
SM-II: Laporan Pemantauan Lingkungan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro Semester II (Desember, 2019)
Keterangan: Baku Mutu KepmenLH No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa tingkat kebisingan di kawasan RSUD Jenderal
Ahmad Yani Metro dan sekitarnya bervariasi berkisar 55-69 dB (A), sehingga melebihi baku
mutu tingkat kebisingan yang diijnkan untuk lingkungan rumah sakit dan kawasan
permukiman, yakni 55 dB (A). Kunjungan pasien yang terlalu padat tampaknya
menyebabkan tingkat kebisingan di lingkungan ini tinggi. Selain itu lokasi rumah sakit yang
dikelilingi jalan umum dengan aktivitas transportasi yang tergolong ramai juga ikut
berkontribusi meningkatnya kebisingan di kawasan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro.
Adapun data primer hasil pengukuran tingkat kebisingan yang dilaksanakan pada bulan
Februari 2020. sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.10 Data Primer Pengukuran Tingkat Kebisingan

Kualitas
Baku Hasil
No Lokasi Satuan Lingkungan
Mutu Pegukuran
1 K1 (Depan Pintu Gerbang RS) dB (A) 70 71.0 Baik
2 K2 (Permukiman di depan RS) dB (A) 55 53.0 Baik
3 K3 (Perempatan Jl. Mr. Gele Harun) dB (A) 70 58.0 Baik
4 K4 (Permukiman di sebelah timur RS) dB (A) 55 52.0 Baik
5 K5 (Permukiman di sebelah utara RS) dB (A) 55 55.0 Baik
Sumber: Data Primer (Februari, 2020)
Keterangan: Baku Mutu KepmenLH No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan

Lokasi Sampling:
K1: Depan Pintu Gerbang RS (050.06’.56.2” LS, 1050.18’.33.7” BT)
K2: Permukiman di depan RS (050.06’.59.7” LS, 1050.18’.32.9” BT)
K3: Perempatan Jl. Mr.Gele Harun (050.07’.01.9” LS, 1050.18’.39.4” BT)
K4: Permukiman di sebelah timur RS (050.06’.59.1” LS, 1050.18’.44.8” BT)
K5: Permukiman di sebelah utara RS (050.06’.53.2” LS, 1050.18’.41.8” BT)

ANDAL 2-12
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa tingkat kebisingan di kawasan RSUD Jenderal
Ahmad Yani Metro dan sekitarnya tergolong baik, yalni berkisar 52-71 dB (A). Tingkat
kebisingan di lokasi pintu utama masuk rumah sakit terukur 71 dB (A), sehingga memenuhi
syarat baku mutu tingkat kebisingan untuk kawasan fasilitas umum (jalan raya) sebesar 70
dB (A) dengan toleransi +3 dB (A). Aktivitas keluar masuk kendaraan dan juga adanya
kendaraan yang melaju relatif kencang di Jalan Jenderal Ahmad Yani menyebabkan tingkat
kebisingan tinggi. Hasil pengukuran tingkat kebisingan di kawasan perempatan Jl. Mr. Gele
Harun sebesar 58 dB (A) juga memenuhi syarat baku mutu tingkat kebisingan untuk
kawasan fasilitas umum (jalan raya) sebesar 70 dB (A). Sumber kebisingan di lokasi ini
berasal dari pertemuan berbagai aktivitas transportasi di Jl. Jenderal Ahmad Yani Metro,
Jl. Raja Basa, dan Jl. Mr. Gele Harun.

Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa parameter tingkat kebisingan yang diukur masih
memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Dengan demkian tingkat kebisingan di lokasi
RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro dan sekitarnya tergolong baik (Skala:4).

D. Hidrologi
1. Saluran Drainase Lingkungan
RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro dikelilingi jalan umum yang dilengkapi saluran drainase
samping guna mengalirkan air limpasan dari curah hujan dan air limbah rumah tangga dari
permukiman sekitar. Air limbah rumah sakit yang telah diolah di IPAL setelah memenuhi
baku mutu air limbah juga dilepas ke saluran drainase samping Jl. Rajabasa. Kondisi saluran
drainase samping Jl. Rajabasa sebagaimana gambar berikut ini.

Gambar 2.3 Kondisi Saluran Drainase Samping Jl. Rajabasa

ANDAL 2-13
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Saluran drainase Jl. Rajabasa sebagai saluran penerima air limbah dari oulet IPAL RSUD
Jenderal Ahmad Yani Metro memiliki dimensi lebar 50 cm dan kedalaman 60 cm. Type
saluran terbuka, dengan dinding dan lantai dasar beton. Di atas saluran banyak berdiri
bangunan tidak permanen warung pedagang kaki lima. Kondisi saluran drainase kotor,
banyak sampah, baik daun-daun maupun sampah berupa kertas dan plastik, sehingga
aliran tidak lancar.

2. Potensi Air Tanah

Sumber air bersih penduduk sekitar RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro berasal dari sumur
gali terlindungi. Umumnya kedalaman sumur tanah dangkal berkisar 12-16 meter.
Berdasarkan hasil survei lapangan menunjukkan bahwa kedalaman muka air tanah berkisar
6-8 meter. Untuk memudahkan pengambilan air dari dalam sumur maka sumur gali
dilengkapi mesin pompa air. Berdasarkan informasi masyarakat sumur tanah dangkal tidak
pernah kering walapun musim kemarau. Penduduk menggunakan air sumur tanah dangkal
untuk mandi, cuci, dan masak. Kualitas air bersih di wilayah ini tergolong baik. Hasil analisis
UPTD Laboratorium Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Lampung terhadap sampel air
bersih RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro menunjukkan bahwa kadar Fecal Koliform 0 /100
ml, sehinga tergolong baik.

Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa potensi air tanah di lokasi RSUD Jenderal Ahmad
Yani Metro dan sekitarnya tergolong baik (Skala:4).

3. IPAL dan Kualitas Air Limbah

a. IPAL

Rumah sakit umum daerah (Jend. Ahmad Yani Metro) sudah memiliki IPAL dan dilengkapi
dengan alat pengukur debit limbah cair. Sisa-sisa pembuangan dari hasil kegiatan didapur,
linen, kamar mandi, farmasi, radiologi dan lab masuk ke dalam septic tank ke bak kontrol
yang selanjutnya masuk kedalam IPAL. IPAL ini disalurkan melalui saluran tertutup, kedap
air, lancar, terpisah dengan saluran air hujan. Setiap unit ruangan air limbah dialirkan melalui
saluran pembuangan air limbah kemudian masuk ke dalam ke bak kontrol kemudian baru
dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL).

IPAL di RSUD Jend. Ahmad Yani Metro terdiri dari bak penampung awal, bak anaerob, bak
penguras lumpur, bak sedimentasi. Pada bak pengumpul di endapkan, lalu bak anaerob

ANDAL 2-14
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

diperlakukan secara khusus dengan memberikan makanan bakteri dan dilakukan


penyaringan dengan terdapat coral, pasir silika, dan ijuk, pada bak selanjutnya limbah akan
mengalir keluar dari IPAL.

Gambar 2.4 Kondisi Eksisting IPAL RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Kapasitas IPAL RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro adalah sebesar 25 m3, yang dilengkapi
dengan bak kontrol di titik inlet dan outlet. Selain di lokasi inlet dan outlet IPAL, bak kontrol
juga dibuat di unit laundry dan kantin, guna mengontrol kondisi air limbah sebelum dialirkan
menuju inlet IPAL. Air limbah yang telah memenuhi baku mutu selanjutnya dilepas ke
saluran drainase kota.

b. Kualitas Air Limbah

Guna melihat kinerja IPAL RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro, maka tiap bulan dilakukan
pemantauan terhadap kualitas air limbah dengan mengambil sampel air limbah dari bak
kontrol IPAL RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro dan dianalisakan di Laboratorium Air
Limbah yang trakreditasi. Hasil uji kualitas air limbah periode September 2019 s/d Maret
2020 diajikan pada tabel berikut.

ANDAL 2-15
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Tabel 2.11 Data Kualitas Air Limbah IPAL RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Hasil Analisis
No Parameter Satuan Baku Mutu
Sep *) Okt*) Nov*) Des*) Jan*) Feb*) Mar**)
1 pH - 7,1 7,20 6,90 7,50 6,50 7 7 6-9
2 BOD mg/L 53,0 29,0 9,0 19,0 12,0 <1 14 30
3 COD mg/L 88,22 82,7 20,0 60,0 43,5 1 47 100
4 TSS mg/L 9 1 7 2 0 2 14 30
5 Minyak dan Lemak mg/L - 0,82 0,89 0,89 0,85 <1 <1 5
6 NH3- mg/L 5,23 3,89 2,59 0,16 0,46 0,1 3 10
7 Total Coliform Jml/100 mL ≥16.000 4 ≥16.000 9 540 400 2.100 3000
Sumber:
*) Laporan Pemantauan Lingkungan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro, 2019 dan 2020. Samper dari Bak Kontrol
**) Data Primer (Maret 2020). Sampel dari outlet di saluran drainase.
Keterangan:
Baku Mutu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik.

Analisis data kualitas air limbah dilakukan dengan membandingkan data hasil analisa
laboratorium terhadap baku mutu menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Ada 7
parameter yang di analisis meliputi pH, BOD, COD, TSS, minyak dan lemak, NH3-, dan
Total Coliform.

1) Keasaman (pH)

Keasaman atau pH air dapat dijadikan sebagai indikasi apakah air tersebut tercemar atau
tidak dan seberapa besar tingkat pencemarannya. Pencemaran air dapat menyebabkan
naik atau turunnya pH air. Jika banyak tercemar oleh zat yang bersifat asam (bahan organik),
maka pH air akan lebih kecil dari 6,5, tetapi jika air tercemar oleh zat yang bersifat basa
(kapur), pH air akan lebih besar dari 8,5. Setiap kenaikan 1 angka pada skala pH
menunjukkan kenaikan kebasaan sebesar 10 kali. Demikian juga sebaliknya, penurunan 1
angka pada skala pH menunjukkan penurunan keasaman sebesar 10 kali.

Keadaan pH air alami berkisar antara 6,5–8,5. Adapun untuk air limbah domestik sesuai
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku
Mutu Air Limbah Domestik, nilai pH air limbah domestik yang diizinkan adalah: 6-9. Data
pH air limbah IPAL RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro dari bulan September 2019 s/d Maret
2020 disajikan pada Tabel 2.11, sedang tren perubahan pH-nya sebagaimana gambar
berikut ini.

ANDAL 2-16
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

pH
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

pH BM

Gambar 2.5 Grafik Tren Perubahan pH Air Limbah

Berdasarkan Tabel 2.11 tampak bahwa pH air limbah IPAL RSUD Jenderal Ahmad Yani
Metro berkisar 6,5-7,5. Berdasarkan grafik di atas tampak bahwa pH air limbah terendah
terjadi pada bulan Januari, yaitu 6,5 dan pH air limbah tertinggi terdapat pada bulan
Desember, yaitu 7,5. Dengan demikian nilai pH air limbah ini memenuhi syarat untuk
dilepas di badan air penerima.

2) Biochemical Oxygen Demand (BOD)

BOD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk mengurai zat sisa yang
ada pada air limbah. BOD dapat menggambarkan oksigen yang dibutuhkan untuk
menguraikan bahan organik yang dapat didekomposisikan secara biologis (biodegradable).
Semakin tinggi kadarnya, maka hal itu menandakan bahwa bakteri membutuhkan oksigen
yang banyak.

Jika kadar BOD pada limbah masih tinggi, namun tetap dilakukan pengaliran ke sungai,
maka hal ini akan membuat biota air mati karena asupan oksigen pada sungai akan diserap
sepenuhnya oleh bakteri-bakteri yang ada untuk melarutkan bahan-bahan organik.

Limbah bahan organik yang masuk ke dalam air diurai oleh mikroba, mikroba membutuhkan
oksigen terlarut untuk mengoksidasi bahan organik. Semakin banyak limbah organik,
semakin banyak mikroba yang hidup. Untuk dapat hidup, mikroba memerlukan oksigen.
Semakin banyak mikroba, semakin rendah kadar oksigen terlarut dalam air. Hal ini dapat
mengganggu kehidupan di dalam air.

ANDAL 2-17
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016 tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik, nilai baku mutu BOD air limbah domestik adalah: 30 mg/L.
Data kadar BOD air limbah IPAL RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro dari bulan September
2019 s/d Maret 2020 disajikan pada Tabel 2.11, sedang tren perubahan kadar BOD-nya
sebagaimana gambar berikut ini:

BOD
60

50

40

30

20

10

0
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
BOD (mg/L) BM (mg/L)

Gambar 2.6 Grafik Tren Perubahan Kadar BOD Air Limbah

Berdasarkan Tabel 2.11 tampak bahwa BOD air limbah IPAL RSUD Jenderal Ahmad Yani
Metro berkisar: <1–53 mg/L. Berdasarkan grafik di atas tampak bahwa kadar BOD
berfluktuasi, namun secara umum memiliki tren menurun. Pada bulan September kadar
BOD air sebesar 53 mg/L sehingga melebihi baku mutu lingkungan (BM: 30 mg/L). Sejak
bulan Oktober hingga Februari kadar BOD terus mengalami penurunan hingga mencapai
kadar <1 mg/L. Hasil pengukuran BOD pada air limbah yang telah dilepas di saluran
drainase kota sebagai badan air penerima pada bulan Maret menunjukkan bahwa kadar
BOD sebesar 14 mg/L sehingga tidak melebihi baku mutu lingkungan.

3) Chemical Oxygen Demand (COD)

Chemical Oxygen Demand menunjukkan total jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses
oksidasi bahan organik secara kimiawi baik yang biodegradable maupun yang
nonbiodegradable. COD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
zat-zat organik yang ada pada limbah, seperti amonia dan nitrit. Semakin tinggi kadarnya,
maka menandakan bahwa zat-zat tersebut masih dalam jumlah yang tak wajar dan
berbahaya apabila langsung diedarkan ke lingkungan bebas.

ANDAL 2-18
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016 tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik, nilai baku mutu COD air limbah domestik adalah 30 mg/L.
Data kadar COD air limbah IPAL RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro dari bulan September
2019 s/d Maret 2020 disajikan pada Tabel 2.11, sedang tren perubahan kadar COD-nya
sebagaimana gambar berikut ini:

COD
120

100
80
60

40
20

0
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

COD (mg/L) BM (mg/L)

Gambar 2.7 Grafik Tren Perubahan Kadar COD Air Limbah

Berdasarkan Tabel 2.11 tampak bahwa COD air limbah IPAL RSUD Jenderal Ahmad Yani
Metro berkisar: 1–88,22 mg/L. Berdasarkan grafik di atas tampak bahwa kadar COD
berfluktuasi, namun secara umum memiliki tren menurun. Pada bulan September kadar
BOD air sebesar 88,22 mg/L dan hasil uji laboratorium pada bulan Februari sebesar 1 mg/L.
Hasil pengukuran COD pada air limbah yang telah dilepas di saluran drainase kota sebagai
badan air penerima pada bulan Maret menunjukkan bahwa kadar COD sebesar 47 mg/L
sehingga tidak melebihi baku mutu lingkungan (BM: 100 mg/L). .

4) Total Suspended Solid (TSS)

TSS menunjukkan jumlah berat dalam mg/L kering lumpur yang ada di dalam air limbah
setelah dilakukan penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron. Sesuai Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik, nilai baku mutu TSS air limbah domestik adalah 30 mg/L. Data kadar
TSS air limbah IPAL RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro dari bulan September 2019 s/d
Maret 2020 disajikan pada Tabel 2.11, sedang tren perubahan kadar TSS-nya sebagaimana
gambar berikut ini.

ANDAL 2-19
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

TSS
35

30

25

20

15

10

0
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

TSS (mg/L) BM (mg/L)

Gambar 2.8 Grafik Tren Perubahan Kadar TSS Air Limbah

Berdasarkan Tabel 2.11 tampak bahwa TSS air limbah IPAL RSUD Jenderal Ahmad Yani
Metro berkisar 0–14 mg/L. Berdasarkan grafik di atas tampak bahwa kadar TSS berfluktuasi,
namun secara umum memiliki tren menurun. Pada bulan September kadar TSS air limbah
sebesar 9 mg/L dan hasil uji laboratorium pada bulan Januari sebesar 0 mg/L, untuk
kemudian naik lagi pada bulan Februari sebesar 2 mg/L. Hasil pengukuran TSS pada air
limbah yang telah dilepas di saluran drainase kota sebagai badan air penerima pada bulan
Maret menunjukkan bahwa kadar TSS sebesar 14 mg/L. Dibandingkan terhadap baku mutu
lingkunngan sebesar 30 mg/L, maka kadar TSS air limbah IPAL RSUD Jenderal Ahmad Yani
Metro tidak melebihi baku mutu lingkungan (BM: 100 mg/L).

5) Minyak dan Lemak

Minyak dan lemak merupakan salah satu senyawa yang dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran di suatu perairan sehingga konsentrasinya harus dibatasi. Sesuai Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik, nilai baku mutu minyak dan lemak air limbah domestik adalah 5 mg/L.
Data kadar minyak dan lemak air limbah IPAL RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro dari bulan
September 2019 s/d Maret 2020 disajikan pada Tabel 2.11, sedang tren perubahan kadar
minyak dan lemaknya sebagaimana gambar berikut ini.

ANDAL 2-20
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Minyak dan Lemak


6

0
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

Minyak dan Lemak (mg/L) BM (mg/L)

Gambar 2.9 Grafik Tren Perubahan Kadar TSS Air Limbah

Berdasarkan Tabel 2.11 tampak bahwa kadar minyak dan lemak air limbah IPAL RSUD
Jenderal Ahmad Yani Metro berkisar 0,82 s/d <1 mg/L. Berdasarkan grafik di atas tampak
bahwa kadar minyak dan lemak berfluktuasi, namun secara umum memiliki tren menurun.
Pada bulan Oktober kadar minyak dan lemak air limbah sebesar 0,82 mg/L dan hasil uji
laboratorium pada bulan Februari sebesar <1 mg/L. Demikian halnya hasil pengukuran
kadar minyak dan lemak pada air limbah yang telah dilepas di saluran drainase kota sebagai
badan air penerima pada bulan Maret menunjukkan bahwa kadar minyak dan lemak sebesar
<1 mg/L. Dibandingkan terhadap baku mutu lingkunngan sebesar 5 mg/L, maka kadar
minyak dan lemak air limbah IPAL RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro masih jauh dibawah
baku mutu lingkungan.

6) Amonia (NH3-)

Amoniak pada limbah cair rumah sakit berasal dari proses perombakan asam-asam amino
oleh berbagai jenis bakteri aerob dan anerob. Amoniak merupakan senyawa nitrogen yang
menjadi NH4+ pada pH rendah dan disebut amonium; amoniak sendiri berada dalam
keadaan tereduksi.

Air limbah yang mengandung zat amoniak sangat berpengaruh terhadap kesehatan
manusia. Zat amoniak bersifat korosife dan iritasi. Pemaparan konsentrasi rendah akan
menimbulkan batuk dan iritasi hidung dan saluran napas. Pemaparan dengan konsentrasi
tinggi akan menimbulkan luka bakar di kulit, mata, tenggorokan, atau paru-paru. Amoniak
dalam jumlah yang besar dapat bersifat toksik dan dapat mengganggu estetika karena dapat

ANDAL 2-21
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

menghasilkan bau yang menusuk dan terjadi eutrofikasi di daerah sekitar. Oleh karena itu
keberadaan amonia di air limbah maupun di air permukaan harus diminimalisasi.

Sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016 tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik, nilai baku mutu amonia air limbah domestik adalah
10 mg/L. Data kadar amonia air limbah IPAL RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro dari bulan
September 2019 s/d Maret 2020 disajikan pada Tabel 2.11, sedang tren perubahan kadar
amonia-nya sebagaimana gambar berikut ini:

NH3
12
10
8
6
4
2
0
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

NH3 (mg/L) BM (mg/L)

Gambar 2.10 Grafik Tren Perubahan Kadar NH3- Air Limbah

Berdasarkan Tabel 2.11 tampak bahwa kadar amonia air limbah IPAL RSUD Jenderal
Ahmad Yani Metro berkisar: 0,82 s/d <1 mg/L. Berdasarkan grafik di atas tampak bahwa
kadar amonia berfluktuasi, namun secara umum memiliki tren menurun. Pada bulan
September kadar amonia air limbah sebesar 5,23 mg/L dan hasil uji laboratorium pada
bulan Februari sebesar 0,1 mg/L. Demikian halnya hasil pengukuran kadar amonia pada air
limbah yang telah dilepas di saluran drainase kota sebagai badan air penerima pada bulan
Maret menunjukkan bahwa kadar amonia sebesar 3 mg/L. Dibandingkan terhadap baku
mutu lingkunngan sebesar 10 mg/L, maka kadar amonia air limbah IPAL RSUD Jenderal
Ahmad Yani Metro masih jauh dibawah baku mutu lingkungan.

7) Total Coliform

Bakteri coliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai


indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah
terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Secara klinis Coliform dapat menyebabkan
beberapa penyakit, baik yang disebabkan oleh antigennya ataupun toksin yang dihasilkan,

ANDAL 2-22
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

antara lain adalah demam, leucopenia, hipoglikemi, syok, dan kerusakan perfusi pada
organ.

Sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016 tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik, nilai baku mutu total coliform air limbah domestik adalah
3.000 Jml/100 mL. Data jumlah populasi total coliform air limbah IPAL RSUD Jenderal
Ahmad Yani Metro dari bulan September 2019 s/d Maret 2020 disajikan pada Tabel 2.11,
sedang tren perubahan kadar total coliform-nya sebagaimana gambar berikut ini:

Total Coliform
20.000

15.000

10.000

5.000

0
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

Total Coliform (Jml/100 mL) BM (Jml/100 mL)

Gambar 2.11 Grafik Tren Perubahan Kadar Total Coliform Air Limbah

Berdasarkan Tabel 2.11 tampak bahwa kadar Total Coliform air limbah IPAL RSUD Jenderal
Ahmad Yani Metro berkisar: 4 s/d <16.000 Jml/100 mL. Berdasarkan grafik di atas tampak
bahwa kadar total coliform berfluktuasi. Pada bulan September dan Desember Total
Coliform sangat tinggi, yakni ≤16.000 Mg/L sehingga melebihi baku mutu tang sebesar
3.000 Jml/100 mL. Namun pada bulan Desember kadar Total Coliform menurun menjadi
sebesar 9 Jml/100 mL. Meskipun hasil uji laboratorium pada bulan Januari dan Februari
sember menunjukkan bahwa kadar Total Coliform pada air limbah kembali naik, yakni
sebesar: 540 Jml/100 mL dan 400 Jml/100 mL. Demikian halnya hasil pengukuran kadar
total coliform pada air limbah yang telah dilepas di saluran drainase kota sebagai badan air
penerima pada bulan Maret menunjukkan bahwa kadar Total Coliform meningkat menjadi
2.100 Jml/100 mL. Hal ini disebabkan karena air limbah yang telah masuk pada saluran
terbuka ini tercemar oleh kotoran tinja hewan yang berkeliaran disekitar saluran drainase
kota. Namun dibandingkan terhadap baku mutu lingkunngan sebesar 3.000 Jml/100 mL,
maka kadar total coliform air limbah IPAL RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro masih dibawah
baku mutu lingkungan.

ANDAL 2-23
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Berdasarkan hasil analisis kualitas air limbah IPAL RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro
di atas diketahui bahwa sejak bulan Desember 2019 hingga Maret 2020 kinerja IPAL cukup
efektif untuk menekan kadar bahan pencemar, sehingga air limbah yang dihasilkan layak
untuk dilepas ke saluran drainase kota. Meskipun demikian dengan adanya rencana
pengembangan kapasitas rumah sakit dari 249 tempat tidur menjadi menjadi 427 tempat
tidur sehingga volume air limbah akan meningkat dari 80,5 m3/hari menjadi 147,6 m3/hari,
maka IPAL yang telah ada saat ini tidak akan mampu bekerja secara efektif lagi. Oleh
karena itu direncanakan akan dibangun instalasi baru, yakni IPAL Bio Tank dengan
kapasitas 3x45 m3/hari dan Water Recycling Plant dengan kapasitas 60 m3/hari.

4. Kualitas Air Permukaan

Di sekitar lokasi RSUD Jenderal Ahmad Yani tidak dijumpai saluran air alami berupa sungai
ataupun parit, yang ada hanyalah berupa saluran drainase perkotaan. Saluran drainase
perkotaan yang menjadi bada penerima air limbah IPAL RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro
tidak selalu mengalir. Hal ini disebabkan karena saluran drainase ini hanya berasal dari
lingkungan rumah sakit ini sendiri. Pada saat survei pengambilan sampel air permukaan
kondisi saluran atas (Upstream) sedang kering tidak berair. Oleh karena itu tidak dapat
diambil sampling air permukaan atas (Upstream). Pada posisi bawah (downstream) saluran
drainase dapat dijumpai air, namun tidak mengalir secara kontinyu, bahkan pada beberapa
ruas saluran drainase ini juga kering. Pada saluran drainase ini juga tidak menerima beban
aliran dari saluran disekitarnya. Untuk itu sampel air yang diambil dari saluran drainase
inipun merupakan air limbah yang di lepas dari IPAL RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro dan
tidak dianalisakan sebagai air permukaan, melainkan sebagai air limbah.

Gambar 2.12 Upstream Saluran Drainase RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

ANDAL 2-24
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

5. Kualitas Air Tanah

Untuk menggambarkan kondisi kualitas air tanah pada rona awal lingkungan hidup di lokasi
RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro dan sekitarnya, maka disajikan data Laporan
Pemantauan Lingkungan Semester II (Desember. 2019) dan data primer kualitas air tanah
yang dilaksanakan pada bulan Februari 2020.

Data Pemantauan Lingkungan kualitas air tanah sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.12 Data Pemantauan Kualitas Air Bersih

Hasil Analisis
No Deskripsi Satuan Baku Mutu
AB1 AB2 AB3 AB4 AB5
Fisika
1 Odor - - - - - - Tidak berbau
Total Dissolved Solid,
2 mg/L 102 97 97 88 94 1000
TDS
3 Turbidity NTU 5,90 6,80 6,80 6,70 6,50 25
4 Taste - - - - - - Tidak berasa
5 Temperature - 26,60 26,50 26,50 26,60 26,60 Suhu udara ± 3
6 Color TCU 11,50 10,50 9,50 9,90 10,50 50
Kimia Anorganik
1 Mercury, Hg mg/L - - - - - 0.001
2 Arsenic, AS mg/L - - - - - 0.05
3 Iron, Fe mg/L 0,328 0,340 0,520 0,350 0,390 1
4 Fluoride, F mg/L 0,020 0,021 0,020 0,020 0,020 1.5
5 Cadmium, Cd mg/L 0,003 0,003 0,003 0,003 0,003 0.005
Hardness Total as
6 mg/L 34,16 36,45 36,72 26,76 28,18 500
CaCO3
Chromium hexavalent,
7 mg/L 0,004 0,003 0,004 0,004 0,0005 0.05
Cr6+
8 Manganese, Mn mg/L 0,015 0,015 0,017 0,015 0,020 0.5
Nitrogen, Nitrite as N
9 mg/L 5,980 7,070 6,840 6,27 6,80 10
(NO3-N)
Nitrogen, Nitrite as N
10 mg/L 0,012 0,015 0,015 0,012 0,015 1
(NO2-N)
11 pH - 6,59 6,52 6,60 6,60 6,57 6.5 - 9.0
12 Selenium, Se mg/L - - - - - 0.01
13 Zinc, Zn mg/L 0,980 1,794 1,775 1,950 2,876 15
14 Cyanide, CN mg/L - - - - - 0.1
15 Sulphate, SO42- mg/L 9,750 11,450 9,560 10,70 10,90 400
16 Lead, Pb mg/L 0,006 0,006 0,007 0,005 0,006 0.05
17 Pestidida Total mg/L - - - - - 0.1
Kimia Organik
1 Surfactants, MBAS mg/L - - - - - 0.5
Total Organic Matter,
2 mg/L 6,08 7,20 6,80 6,84 7,20 10
KmnO4
3 Minyak/Lemak Mg/L 0,050 0,059 0,060 0,015 0,036
Biologi
MPN/100
1 Total Coliform 54 93 64 75 93 50
ml

ANDAL 2-25
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Hasil Analisis
No Deskripsi Satuan Baku Mutu
AB1 AB2 AB3 AB4 AB5
MPN/100
2 A.Coli 0 7 9 9 7 0
ml
Sumber : Laporan Pemantauan Lingkungan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro Semester II (Desember, 2019)
Keterangan :
Baku Mutu: Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan
Pemandian Umum.
Lokasi Sampling:
AB1 Sumur Penduduk (05o06’57,90” LS, 105o18’42,20” BT)
AB2 Sumur Penduduk (05o06’55,70” LS, 105o18’42,20” BT)
AB3 Sumur Penduduk (05o06’59,20 ” LS,105o18’42,20” BT)
AB4 Sumur Penduduk (05o06’54,80” LS, 105o18’41,10” BT)
AB5 Sumur Penduduk (05o06’57,90” LS, 105o18’42,20” BT).

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa, kecuali total coliform dan bakteri coli, semua
parameter tidak ada yang melebihi baku mutu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan
Pemandian Umum. Untuk itu air sumur ini dapat dimanfaatkan sebagai air bersih, seperti
mandi, cuci, membersihkan lantai, mencuci kendaraan, dan siram tanaman. Untuk
digunakan sebagai air minum harus dimasak terlebih dahulu.

Adanya total coliform dan bakteri coli pada air sumur penduduk melebihi baku mutu
menunjukkan bahwa airnya telah tercemar oleh tinja. Hal ini disebabkan karena umumnya
jarak antara sumur dan septik tank terlalu dekat akitat pola permukiman penduduk yang
padat.

Adapun data primer hasil analisa kuaitas air tanah yang dilaksanakan pada bulan Februari
2020 sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.13 Data Primer Analisis Kualitas Air Bersih

Hasil Analisis
No Deskripsi Satuan Baku Mutu
AB1 AB2
Fisika
1 Odor - Tidak berbau Tidak Berbau Tidak berbau
2 Total Dissolved Solid, TDS mg/L 88 72 1000
3 Turbidity NTU 0,955 0.075 25
4 Taste - N/A N/A Tidak berasa
5 Temperature - 29.7 30.0 Suhu udara ± 3
6 Color TCU 1 <1 50
Kimia Anorganik
1 Mercury, Hg mg/L <0.00009 <0.00009 0.001
2 Arsenic, AS mg/L <0.00006 <0.00006 0.05
3 Iron, Fe mg/L 0.054 0.104 1
4 Fluoride, F mg/L 1.133 1.128 1.5

ANDAL 2-26
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Hasil Analisis
No Deskripsi Satuan Baku Mutu
AB1 AB2
5 Cadmium, Cd mg/L <.0.00004 <0.00004 0.005
6 Hardness Total as CaCO3 mg/L 4.0 32.3 500
7 Chromium hexavalent, Cr6+ mg/L <0.001 <0.001 0.05
8 Manganese, Mn mg/L <0,007 0.009 0.5
9 Nitrogen, Nitrite as N (NO3-N) mg/L 3.21 0.40 10
10 Nitrogen, Nitrite as N (NO2-N) mg/L <0.004 <0.004 1
11 pH - 6.5 6.5 6.5 - 9.0
12 Selenium, Se mg/L <0.0001 <0.0001 0.01
13 Zinc, Zn mg/L <0.004 <0.004 15
14 Cyanide, CN mg/L 0.001 <0.001 0.1
15 Sulphate, SO42- mg/L 0.945 11.53 400
16 Lead, Pb mg/L <0.0002 <0.0002 0.05
17 Pestidida Total mg/L <0.00019 <0.00019 0.1
Kimia Organik
1 Surfactants, MBAS mg/L <0.014 <0.014 0.5
2 Total Organic Matter, KmnO4 mg/L 5.4 2.9 10
Biologi
1 Total Coliform MPN/100 ml <1.8 <1.8 50
2 A. Coli MPN/100 ml <1.8 <1.8 0
Sumber: Data Primer (Februari,2020)
Keterangan :
Baku Mutu: Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per
Aqua, dan Pemandian Umum
Lokasi Sampling:
AB1 Permukiman (050 06’59.8” LS, 105018’44.7” BT)
AB2 Permukiman (050 06’53.2” LS, 105018’41.8” BT)

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa, kecuali bakteri coli, semua parameter tidak ada
yang melebihi baku mutu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017
tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk
Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum. Untuk
itu air sumur ini dapat dimanfaatkan sebagai air bersih, seperti mandi, cuci, membersihkan
lantai, mencuci kendaraan, dan siram tanman. Untuk digunakan sebagai air minum harus
dimasak terlebih dahulu.

B. Kondisi Jalan dan Lalu Lintas Harian

Ruas jalan yang terkait dengan rencana pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro
adalah ruas Jl. Jenderal Ahmad Yani dan Jl. Rajabasa. Oleh karena itu kajian transportasi
terkait pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro difokuskan pada dua ruas jalan
tersebut.

ANDAL 2-27
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

1. Geometrik Jalan

Jalan Jenderal Ahmad Yani merupakan jalan kota. Ruas jalan ini memiliki tipe 2/2 UD, yaitu
memiliki dua lajur dengan sistem arus lalu lintas dua arah dan tidak terbagi atau tidak
memiliki median jalan serta mempunyai lebar badan jalan 9,3 meter. Secara visual,
penampang melintang Jalan Jenderal Ahmad Yani digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.13 Penampang Melintang Ruas Jalan Jenderal Ahmad Yani

Hasil inventarisasi kondisi ruas Jl. Jenderal Ahmad Yani sebagaimana disajikan pada
Tabel 2.14 berikut.

Tabel 2.14 Inventarisasi Data Kondisi Ruas Jalan Jenderal Ahmad Yani

No Urain Keterangan
1 Fungsi jalan : Jalan Kota
2 Tipe jalan : 2 jalur 2 arah tanpa median (2/2 UD)
3 Lebar badan jalan : 9,3 meter
4 Pemisahan arcs lalu lintas : 50 - 50 (4,65 meter/lajur)
5 Kondisi Penerangan jalan : Baik
6 Marka jalan : Kurang
7 Rambu-rambu jalan : Kurang
8 Geometri jalan : Lurus dan Mulus (Perkerasan aspal)
9 Jarak pandang : Panjang dan tidak terhalang (kelas A)
10 Hambatan samping : Tinggi
11 Kecepatan kendaraan : Sedang
Sumber: Dokumen ANDALALIN Rencana Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Adapun kapasitas kapasitas ruas Jalan Jenderal Ahmad Yani sebagaimana tabel berikut.

ANDAL 2-28
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Tabel 2.15 Perhitungan Nilai Kapasitas Ruas Jalan Jenderal Ahmad Yani

Lambang
No. Parameter Tipe Nilai
Parameter
1 Kapasitas dasar (smp/jam) Co 2/2 UD 2,900
2 Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas FCw 9,3 m 1,25
3 Faktor penyesuaian pemisahan arah FCsp 50-50 1,00
4 Faktor penyesuaian hambatan samping FCsf Tinggi 0,78
5 (smp/jam)
Faktor penyesuaian ukuran kota FCcs 0,1-0,5 0,90
Nilai Kapasitas (smp/jam) 2.544,75
Nilai Kapasitas Per Lajur (smp/jam) 1.272,38
Sumber: Dokumen ANDALALIN Rencana Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Jalan Rajabasa merupakan jalan lingkungan. Ruas jalan ini memiliki tipe 2/2 UD, yaitu
memiliki dua lajur dengan sistem arus lalu lintas dua arah dan tidak terbagi atau tidak
memiliki median jalan serta mempunyai lebar badan jalan 3,9 meter. Secara visual,
penampang melintang Jalan Rajabasa digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.14 Penampang Melintang Ruas Jalan Rajabasa

Hasil inventarisasi kondisi ruas Jalan Rajabasa sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.16 Inventarisasi Data Kondisi Ruas Jalan Rajabasa

No Uraian Keterangan
1 Fungsi jalan : Jalan Lokal/ Lingkungan
2 Tipe jalan : 2 jalur 2 arah tanpa median (2/2 UD)

3 Lebar badan jalan : 3,9 meter

4 Pemisahan arcs lalu lintas : 50 - 50 (1,95 meter/lajur)

5 Kondisi Penerangan jalan : Cukup pencahayaan

ANDAL 2-29
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

No Uraian Keterangan
6 Marka jalan : Tidak Ada

7 Rambu-rambu jalan : Tidak Ada

8 Geometri jalan : Lurus dan Mulus (Perkerasan aspal)

9 Jarak pandang : Panjang dan tidak terhalang (kelas A)

10 Hambatan samping : Sedang


11 Kecepatan kendaraan : Sedang
Sumber: Dokumen ANDALALIN Rencana Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Adapun kapasitas kapasitas ruas Jalan Rajabasa sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.17 Perhitungan Nilai Kapasitas Ruas Jalan Rajabasa

Lambang
No. Parameter Tipe Nilai
Parameter
1 Kapasitas dasar (smp/jam) Co 2/2 UD 2,900

2 Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas FCw 3,9 m 0,56

3 Faktor penyesuaian pemisahan arah FCsp 50-50 1,00


Faktor penyesuaian hambatan samping
4 FCsf Sedang 0,95
(smp/jam)
5 Faktor penyesuaian ukuran kota FCcs 0,1-0,5 0,90

Nilai Kapasitas (smp/jam) 1.388,52

Nilai Kapasitas Per Lajur (smp/jam) 694,26


Sumber: Dokumen ANDALALIN Rencana Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

2. Kinerja Lalu Lintas Ruas Jalan

Akses utama untuk keluar/masuk RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro melalui Jalan Jenderal
Ahmad Yani. Volume lalu lintas dan tingkat pelayanan jalan pada ruas Jalan Jenderal
Ahmad Yani sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.18 Kinerja Lalu Lintas pada Ruas Jalan Jenderal Ahmad Yani

Volume Kapasitas V/C Tingkat Kecepatan


No. Dari Arah
(smp/jam) (smp/jam) ratio Pelayanan (km/jam)
1 Utara 506 1272,38 0,40 B 32,49
2 Selatan 579 1272,38 0,44 B 31,31
Sumber: Dokumen ANDALALIN Rencana Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

ANDAL 2-30
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa volume kendaraan pada ruas Jalan Jenderal
Ahmad Yani dari arah utara sebesar 506 smp/Jam dengan angka V/C sebesar 0,40,
sedangkan volume kendaraan dari arah selatan sebesar 579 smp/Jam dengan angka V/C
sebesar 0,44. Mengacu pada Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 14 Tahun 2006
tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, maka tingkat layanan jalan di ruas Jalan
Jenderal Ahmad Yani tergolong B, yakni Arus stabil, kecepatan mulai dibatasi oleh kondisi
lalu lintas.

2.1.2 Komponen Sosio-Ekonomi-Budaya

RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro merupakan rumah sakit pemerintah Kota Metro yang
berperan melayani penduduk Kota Metro dan sekitarnya. Kota Metro memiliki luas wilayah
sebesar 68.74 km² yang terdiri dari 5 (lima) Kecamatan dan 22 kelurahan, disajikan dalam
tabel berikut:

Tabel 2.19 Wilayah Administrasi Kota Metro Berdasarkan Kecamatan dan Kelurahan

No Kecamatan Kelurahan

1 Metro Pusat 1. Metro


2. Imopuro
3. Hadimulyo Barat
4. Hadimulyo Timur
5. Yosomulyo
2 Metro Barat 1. Mulyojati
2. Mulyosari
3. Ganjarasri
4. Ganjaragung
3 Metro Timur 1. Tejosari
2. Tejoagung
3. Iring Mulyo
4. Yosodadi
5. Yosorejo
4 Metro Utara 1. Banjarsari
2. Karangrejo
3. Purwosari
4. Purwoasri
5 Metro Selatan 1. Rejomulyo
2. Margorejo
3. Margodadi
4. Sumbersari
Sumber: Kota Metro Dalam Angka 2019 (BPS, 2019)

ANDAL 2-31
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Secara administrasi lokasi pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro terletak
di wilayah RW 04, Kelurahan Metro, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro. Lokasi ini berada pada
daerah perbatasan dengan wilayah RW 01, Kelurahan Yosorejo, Kecamatan Metro Timur, yang
hanya dipisahkan oleh Jalan Rajabasa. Oleh karena itu diperkirakan masyarakat yang terkena
dampak kegiatan pengembangan dan pengoperasian RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro
adalah mayarakat yang tinggal di kedua wilayah RW tersebut. Untuk itu studi sosial ekonomi
budaya difokuskan pada masyarakat RW 04, Kelurahan Metro, Kecamatan Metro Pusat dan
masyarakat RW 01, Kelurahan Yosorejo, Kecamatan Metro Timur. Peta batas wilayah studi
sebagaimana disajikan pada Gambar 1.5.

A. Sosial
1. Kependudukan
a. Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan data penduduk Kota Metro Dalam Angka 2019 (BPS, 2019) penduduk Kota Metro
sebanyak 165.193 jiwa yang terdiri atas 82.494 jiwa penduduk laki-laki dan 82.699 jiwa
penduduk perempuan. Besarnya angka rasio jenis kelamin Tahun 2018 penduduk laki-laki
terhadap penduduk perempuan sebesar 99,84.

Adapun struktur penduduk di wilayah studi didominasi oleh kelompok jenis kelamin perempuan.
Data jumlah penduduk menurut jenis kelamin di wilayah studi disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.20 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Studi, 2020

Penduduk Jumlah Rasio


No Wilayah Jenis
Laki-laki Perempuan Jiwa (%) Kelamin
1. RW 04 Kel. Metro 902 903 1.805 75,6 99,9
2. RW 01 Kel. Yosorejo 263 320 583 24,4 82,2
Wilayah Studi 1165 1223 2388 100,0 95,3
Sumber : Survei Lapangan (Februari, 2020) dan Monografi Kelurahan Metro 2019 serta Monografi Kelurahan Yosorejo 2019

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa jumlah penduduk di wilayah studi sebanyak 2.388
jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 1.165 jiwa (48,8%) dan perempuan sebanyak 1.223 jiwa
(51,2%). Penduduk di wilayah studi ini terdiri dari penduduk wilayah RW 04 Kelurahan Metro
sebanyak 1.805 jiwa (75,6%) dab penduduk wilayah RW 01 Kelurahan Yosorejo sebanyak 583
jiwa (24,4%). Besarnya angka rasio jenis kelamin penduduk laki-laki terhadap penduduk
perempuan di wilayah studi sebesar 95,3.

ANDAL 2-32
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

b. Struktur Penduduk Menurut Kelompok Usia

Berdasarkan data penduduk Kota Metro Dalam Angka 2019 (BPS, 2019) struktur penduduk
Kota Metro terdiri dari beberapa kelompok usia, yakni 1. Usia 0–14 tahun sebanyak 41.564
jiwa; 2. Usia 15-64 tahun sebanyak 110.338 jiwa; 3. Usia 65 tahun ke atas sebanyak 13.291
jiwa, sehingga jumlah secara keseluruhan sebanyak 165.193 jiwa.

Sebagaimana data kelompok usia penduduk Kota Metro tersebut maka struktur penduduk
di wilayah studi didominasi oleh kelompok usia produktif (usia 15-64 tahun). Data jumlah
penduduk produktif dan pengelompokan usia disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.21 Struktur Penduduk Produktif dan Pengelompokan Usia di Wilayah Studi, 2020

Usia
65 tahun Jumlah
No Wilayah ≤14 tahun 15 - 64 tahun
keatas
(Jiwa) (%) (Jiwa) (%) (Jiwa) (%) (Jiwa)
1 RW 04 Kel. Metro 270 15 1.448 80 87 5 1.805
2 RW 01 Kel. Yosorejo 154 26 389 67 40 7 583
Wilayah Studi 424 18 1.837 77 127 5 2.388
Sumber : Survei Lapangan (Februari, 2020) dan Monografi Kelurahan Metro 2019 serta Monografi Kelurahan Yosorejo 2019
Kategori (Pusat Kajian Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Indonesia, 2009):
1) Sangat Tinggi (>70%) 2) Tinggi (60% - 69%) 3) Sedang (40% - 59%)
4) Rendah (30% - 39%) 5) Sangat Rendah (<30%)

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa struktur penduduk di wilayah studi didominasi oleh
kelompok usia produktif (15-64 tahun), yaitu sebanyak 1.837 jiwa (77%), sehingga tergolong
kategori sangat tinggi (>70%). Penduduk usia produktif di RW 04 Kelurahan Metro sebanyak
1.448 jiwa (80%) dengan kategori sangat tinggi dari 1.805 total penduduk di wilayah
tersebut. Jumlah ini hampir 5 kali lipat jumlah penduduk usia produktif di RW 01 Kelurahan
Yosorejo sebanyak 389 jiwa (67%) yang masuk ke dalam kategori tinggi dari 583 total
penduduk di wilayah tersebut.

Tingginya jumlah penduduk usia produktif di wilayah ini disebabkan karena banyak
karyawan baik pegawai negeri sipil maupun karyawan swasta yang tinggal kos ataupun
kontrak di wilayah ini dan membuat KTP di wilayah mereka tinggal saat ini.

c. Tingkat Kepadatan Penduduk

Berdasarkan Kota Metro Dalam Angka 2019 (BPS, 2019) struktur penduduk Kota Metro memiliki
tingkat kepadatan penduduk mencapai 2.371 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk

ANDAL 2-33
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

per rumah tangga sebanyak 4 orang. Kepadatan Penduduk di 5 kecamatan cukup beragam
dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Metro Pusat sebesar 4.580
jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Metro Selatan sebesar 1.071 jiwa/km2. Sementara itu
jumlah rumah tangga di Kota Metro sebanyak 41.298 rumah tangga.

Data luas wilayah, jumlah penduduk, dan tingkat kepadatan penduduk di wilayah studi
disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.22 Tingkat Kepadatan Penduduk di Wilayah Studi, 2020

Luas Jumlah Penduduk Tingkat Kepadatan


No Wilayah Kategori
(km2) (jiwa) (jiwa/km2)
1 RW 04 Kel. Metro 0,198 1.805 9.098 Sangat Tinggi
2 RW 01 Kel. Yosorejo 0,133 583 4.357 Sangat Tinggi
Wilayah Studi 0,331 2.388 7.188 Sangat Tinggi
Kel. Metro 2,280 17.542 7.694 Sangat Tinggi
Kel. Yosorejo 1,220 6.478 5.310 Sangat Tinggi
Sumber : Survei Lapangan (Februari, 2020) dan Monografi Kelurahan Metro 2019 serta Monografi Kelurahan Yosorejo 2019
Kriteria (Pusat Kajian Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Indonesia, 2009):
1) Sangat Rendah (<250 Jiwa/Km2) 2) Rendah (250 – 499 Jiwa/Km2)
3) Sedang (500 – 999 Jiwa/Km )2 4) Tinggi (1000 – 1.499 Jiwa/Km2)
5) Sangat Tinggi (>1500 Jiwa/Km2)

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa tingkat kepadatan penduduk di wilayah studi sebesar
7.188 jiwa/km2. Tingkat kepadatan penduduk ini tergolong sangat tinggi. Hal ini disebabkan
karena kawasan ini merupakan pusat perkotaan, dengan berbagai aktivitas perkantoran dan
sektor jasa lainnya, sehingga banyak karyawan baik pegawai negeri sipil maupun karyawan
swasta/BMUN/BUMD yang tinggal kos ataupun kontrak di wilayah ini. Karena telah memiliki
pekerjaan tetap di wilayah ini, maka para karyawan tersebut membuat KTP di wilayah
mereka tinggal saat ini.

Wilayah RW 04 Kelurahan Metro merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk


paling tinggi di Kelurahan Metro. Dengan luas wilayah 198.364 m2 (0,198 km2) dan jumlah
penduduk sebanyak 1.805 jiwa, maka tingkat kepadatan penduduk di wilayah RW 04 Kelurahan
Metro adalah 9.098 jiwa/ km2 . Demikian halnya wilayah RW 01 Kelurahan Yosorejo memiliki
luas 133.898 m2 (0,133 km2) dan jumlah penduduk sebanyak 583di jiwa, sehingga memiliki
tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi juga, yaitu 4.357 jiwa/km2.

ANDAL 2-34
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

2. Pendidikan
a. Pendidikan Masyarakat

Pembangunan dibidang pendidikan di Kota Metro tergolong berhasil. Berdasarkan Kota Metro
Dalam Angka 2019 (BPS, 2019) Angka Partisipasi Sekolah (APS), yaitu angka yang
menunjukkan proporsi dari semua anak yang masih sekolah pada suatu kelompok umur
tertentu terhadap penduduk dengan kelompok umur yang sesuai, maka untuk anak usia
7-12 tahun sebesar 100. Usia 13-15 tahun sebesar 85,79, usia 16-18 tahun sebesar 83,19,
dan pada usia 19-24 sebesar 30,03.

Angka Partisipasi Murni (APM), yaitu proporsi penduduk pada kelompok umur jenjang
pendidikan tertentu yang masih bersekolah terhadap penduduk pada kelompok umur
tersebut menunjukkan untuk jenjang pendidikan SD sebesar 100, SMP sebsar 94,18, SMA
sebesar 83,18, dan Perguruan Tinggi sebesar 27,96. Angka Partisipasi Kasar (APK),
yaitu proporsi anak sekolah pada suatu jenjang tertentu terhadap penduduk pada
kelompok usia tertentu. menunjukkan untuk SD sebesar 108,37, SMP sebsar 94,19, SMA
sebesar 88,40, dan Perguruan Tinggi sebesar 31,17.

Adapun tingkat pendidikan penduduk di wilayah studi juga tergolong sangat baik. Data
jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan yang berhasil diselesaikan oleh masyarakat di
wilayah studi sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.23 Tingkat Pendidikan Penduduk di Wilayah Studi, 2020

Tingkat Pendidikan
Jumlah
No Wilayah <SD SD SMP SLTA D1-D3 S1-S3 (Jiwa)
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)

RW 04
1 169 252 297 675 156 256 1.805
Kel. Metro
RW 01
2 116 34 51 141 128 113 583
Kel. Yosorejo
Wilayah (Jiwa) 285 286 348 816 284 369 2.388
Studi (%) 11,9 12 14,6 34,2 11,9 15,4 100
Kel. Metro (Jiwa) 1.729 2.731 2.949 6.478 1.453 2.202 17.542
(%) 9,9 15,6 16,8 36,9 8,3 12,6 100
Kel. (Jiwa) 1.284 410 651 1.608 1.468 1.057 6.478
Yosorejo (%) 19,8 6,3 10 24,8 22,7 16,3 100
Sumber : Survei Lapangan (Februari, 2020) dan Monografi Kelurahan Metro 2019 serta Monografi Kelurahan Yosorejo 2019

ANDAL 2-35
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa mayoritas (>61%) masyarakat di wilayah studi
berhasil menyelesaikan tingkat pendidikan jenjang SLTA hingga sarjana. Jumlah penduduk
dengan tingkat pendidikan SLA sebanyak 816 orang (34,2%). Jumlah penduduk yang
mengenyam bangku kuliah S1-S3 sebanyak 369 orang (15,4%), dan penduduk yang
berhasil menyelesaikan pendidikan D1-D3 sebanyak 284 orang (11,9%).

Meskipun demikian di wilayah studi juga masih dijumpai penduduk yang tidak berhasil
menamatkan pendidikan jenjang sekolah dasar (SD) sebanyak 285 orang (11,9%), mereka
adalah kaum LANSIA (usia>65 tahun) yang pada masa kecil dan remajanya sulit
memperoleh layanan pendidikan.

b. Fasilitas Pendidikan

Berdasarkan Kota Metro Dalam Angka 2019 (BPS, 2019) di wilayah Kota Metro terdapat
62 unit Sekolah Dasar, 9 unit Madrasah Ibtidaiyah, 27 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama,
9 unit Madrasah Tsanawiyah, 17 unit Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 8 unit Madrasah
Aliyah, dan 14 unit Perguruan Tinggi yang terdiri dari 11 unit Perguruan Tinggi Swasta
dan 3 unit Perguruan Tinggi Negeri.

Selain pendidikan formal yang telah disebutkan, di wilayah Kota Metro juga terdapat
pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal yang cukup berkembang di Kota Metro yaitu
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Selain PAUD terdapat pula pendidikan nonformal
Kesetaraan Fungsional tingkat mandiri, Kesetaraan Paket B setara SMP, Paket C setara
SMA, berbagai jenis tempat kursus, pusat kegiatan belajar masyarakat dan juga taman
bacaan masyarakat. Semua jenis pendidikan tersebut ditujukan untuk meningkatkan
kualitas masyarakat.

Adapun fasilitas pendidikan yang terdapat di wilayah studi RW 04 Kelurahan Metro meliputi:
yayasan pendidikan sebanyak 2 buah, PAUD sebanyak 1 unit, dan Akademi Kebidanan
sebanyak 1 unit. Sedangkan fasilitas pendidikan yang terdapat di wilayah studi RW 01
Kelurahan Yosorejo meliputi satu buah PAUD sebanyak 1 unit dan TPA sebanyak 1 unit.
Adapun untuk memperoleh layanan pendidikan pada jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK
terdat di luar dari wilayah studi nmun masih di dalam wilayah Kelurahan Metro dan
Kelurahan Yosorejo.

ANDAL 2-36
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

3. Agama
a. Penduduk Berdasarkan Agama
Agama yang dipeluk oleh masyarakat di wilayah studi adalah: Islam, Protestan, Katholik,
Hindu, dan Budha. Data struktur penduduk menurut agama yang dipeluk di wilayah studi
disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.24 Stuktur Penduduk Berdasarkan Agama yang Dipeluknya di Wilayah Studi,
2020
Pemeluk Agama
Jumlah
No Wilayah Islam Protestan Katholi Hindu Budha (Jiwa)
(Jiwa) (Jiwa) k (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
1 RW 04 Kel. Metro 1.592 96 68 26 23 1.805
2 RW 01 Kel. Yosorejo 516 26 41 0 0 583
(Jiwa) 2.108 122 109 26 23 2.388
Wilayah Studi
(%) 88,3 5,1 4,6 1,1 0,9 100
(Jiwa) 15.472 930 877 35 228 17.542
Kel. Metro
(%) 88,2 5,3 5 0,2 1,3 100
(Jiwa) 5,636 285 453 13 91 6.478
Kel. Yosorejo
(%) 87 4,4 7 0,2 1,4 100
Sumber : Survei Lapangan (Februari, 2020) dan Monografi Kelurahan Metro 2019 serta Monografi Kelurahan Yosorejo 2019

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa penduduk di wilayah studi didominasi oleh pemeluk
agama Islam, yaitu sebanyak 2.108 orang (88,3%). Pemeluk agama lainnya yang cukup
dominan adalah protestan sebanyak 122 orang (5,1%) dan katholik sebanyak 109 orang
(4,6%). Agama Hindu dan Budha hanya dipeluk oleh sebagian kecil penduduk di wilayah
studi, yakni oleh masyarakat Bali.

b. Fasilitas Peribadatan

Fasilitas peribadatan yang ada sesuai dengan banyaknya pemeluk agama yang dominan
di wilayah studi, antara lain; masjid, mushola, dan gereja. Di wilayah RW 04 Kelurahan
Metro dan RW 01 Kelurahan Yosorejo masing-masing berdiri 1 buah masjid yang
dimanfaatkan oleh kaum muslim untuk menunaikan ibadah sholat. Ditinjau pada wilayah
yang lebih luas, di Kelurahan Metro terdapat fasilitas peribadatan, antara lain masjid 12 unit,
mushola 14 unit, dan gereja 3 unit. Sedangkan di Kelurahan Yosorejo terdapat fasilitas
peribadatan, antara lain; masjid 6 unit, mushola 5 unit, dan gereja 3 unit.

ANDAL 2-37
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

B. Ekonomi
1. Fasilitas Ekonomi

Terdapat beberapa fasilitas ekonomi yang berdiri di wilayah studi guna memenuhi dan
mendorong kebutuhan penduduk yang berada di wilayah studi maupun sekitarnya. Fasilitas
ekonomi di wilayah RW 04 Kelurahan Metro antara lain meliputi; satu unit bank, satu unit
BMT (Baitul Mal Wal Tamwil), dan satu unit rukun kematian. Sedangkan di wilayah RW 01
Kelurahan Yosorejo fasilitas ekonomi yang ada berupa; dan satu unit bank.

2. Pekerjaan dan Mata Pencaharian Penduduk

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya penduduk di wilayah studi memiliki beragam


pekerjaan dan mata pencaharian. Berbagai jenis pekerjaan dan mata pencaharian yang
ditekuni penduduk di wilayah studi sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.25 Pekerjaan dan Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Studi, 2020

RW 04 RW 01 Wilayah Studi Kel. Metro Kel. Yosorejo


Pekerjaan/
No Kel. Kel.
Mata Pencaharian Orang % Orang % Orang %
Metro Yosorejo
1 PNS 141 86 227 22,7 1.008 13,8 632 24,2
2 TNI/Polri 10 3 13 1,3 101 1,4 10 0,4
3 Karyawan Swasta 249 103 352 35,2 2.140 29,3 1.055 40,5
4 Wiraswasta/pedagang 44 14 58 5,9 432 5,9 151 5,8
5 Tani - - - - 370 5,1 296 11,3
6 Buruh Tani - - - - 274 3,8 94 3,6
7 Pertukangan 29 5 34 3,4 281 3,8 15 0,6
8 Pensiunan 36 15 51 5,1 349 4,8 154 5,9
9 Industri Kecil/Rumah Tangga 12 4 16 1,6 112 1,5 25 1,0
10 Sektor Informal 192 15 207 20,7 1.865 25,5 167 6,4
11 Jasa 38 3 41 4,2 374 5,1 9 0,3
Total 751 248 999 100,0 7.306 100,0 2.608 100,0
Sumber : Survei Lapangan (Februari, 2020) dan Monografi Kelurahan Metro 2019 serta Monografi Kelurahan Yosorejo 2019

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa mayoritas penduduk di wilayah studi memiliki
pekerjaan sebagai karyawan swasta/BUMN/BUMD sebanyak 352 orang (35,2%), PNS
sebanyak 227 orang (22,7%), TNI/Polri sebanyak 13 orang (1,3%), dan sektor informal
(pedagang kaki lima, sales, dll) sebanyak 207 orang (20,7%). Adapun mata pencaharian
lainnya yang juga banyak ditekuni oleh penduduk di wilayah studi adalah
wiraswasta/pedagang dan sektor jasa (salon, pengobatan, bimbingan belajar, pangkas
rambut, transportasi, dll), terutama oleh masyarakat di wilayah RW 04, Kelurahan Metro.

ANDAL 2-38
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Di wilayah studi juga dijumpai penduduk yang menekuni profesi pertukangan, terutama
di wilayah RW 04, Kelurahan Metro sebanyak 29 orang. Keberadaan mereka dapat
dilibatkan dalam proses konstruksi pengembangan rumah sakit ini.

3. Kegiatan Usaha Ekonomi yang Berkembang di Sekitar RSUD Jenderal Ahmad


Yani Metro
Kegiatan pengoperasian RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro telah mendorong tumbuhnya
berbagai kegiata usaha di dalam kawasan rumah sakit maupun di sekitarnya. Kehadiran
karyawan, pasien, dan sanak kerabat pasisien membutuhkan layanan makanan, minuman,
fotokopi, obat-obatan, kos-kosan/kontrakan, dan lain-lain.

Di dalam kawasam RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro saat ini terdapat 14 usaha warung
makan, makanan ringan, dan minuman. Berdasarkan hasil survei di lokasi kegiatan, terdapat
16 Los tempat berjualan di dalam Kantin RSUD Jenderal Ahmad Yani. Namun secara
keseluruhan Los belum terisi penuh, baru terisi 14 Los dan masih tersisa 2 Los lagi. Adapun
barang dagangan yang diperjual-belikan berupa berbagai macam makanan mulai dari
makanan ringan hingga makanan berat.

Rata-rata tiap warung melibatkan 3-5 orang pekerja, sehingga diperkirakan ada sekitar 54
orang bekerja di waring-warung di dalam kawasan RSUD ini. Sumber air yang digunakan
untuk kegiatan warung makan adalah air sumur bor RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro.

Gambar 2.15 Usaha Ekonomi di Dalam Kawasan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Pihak kantin RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro juga menyediakan westafel lengkap dengan
sabun untuk mencuci tangan bagi pengunjung kantin dan para karyawan rumah sakit. Untuk
pengelolaan air buangan dari kantin dialirkan ke dalam bak kontrol di dekat areal parkir,
kemudian dialirkan ke perlakuan awal air buangan baru kemudian dialirkan ke IPAL.

ANDAL 2-39
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Dampak bangkitan usaha ekonomi akibat pengoperasian RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro
juga terjadi di sekitar RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro, antara lain tumbuhnya usaha
warung makan, fotocopy, apotek, kontrakan/koskosan, laundry, pedagang kaki lima, toko
sembako, dan lain-lain. Jenis dan jumlah unit usaha di luar RSUD Jenderal Ahmad Yani
Metro sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.26 Unit Usaha yang Berkembang di Sekitar RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

No. Jenis Usaha Jumlah (Unit)


1 Warung Makan 8
2 Warung Minuman 1
3 Fotocopy/Percetakan 2
4 Apotek 3
5 Kontrakan/Kos-kosan 2
6 Pedagang Kaki Lima 5
7 Toko Sembako 3
9 Laundry 1
10 Toko Kue 1
11 Optik 1
Jumlah 27
Sumber: Data Survei Lapangan 2020

Geliat ekonomi di sekitar rumah sakit sangat menjanjikan hal tersebut disebabkan oleh faktor
keramaian dari para pengunjung rumah sakit yang selalu datang maupun dari para
karyawan rumah sakit yang silih bergantian shift. Menilik peran sentral keramaian dari
keberadaan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro, tentunya akan menimbulkan simbiosis
mutualisme yang saling menguntungkan bagi pengunjung dan para karyawan rumah sakit
dengan masyarakat pelaku usaha di sekitar rumah sakit. Usaha warung makan menjadi
pilihan utama para pelaku usaha karena makan merupakan kebutuhan mendasar setiap
individu, pengunjung dan para karyawan.

ANDAL 2-40
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Gambar 2.16 Usaha Warung Makan di Sekitar RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Usaha apotek melengkapi dan merkuat kinerja rumah sakit dalam menyediakan obat apabila
stok obat yang disediakan rumah sakit tidak memadai. Usaha percetakan dibutuhkan guna
mencetak menunjang kebutuhan administrasi kantor. Kontrakan dana tau kos-kosan
memenuhi kebutuhan para karyawan, terutama yang masih bujangan dan berasal dari luar
wilayah. Pedagang kaki lima tentunya menjajakan berbagai macam dagangan yang
dibutuhkan karyawan dan pengunjung, seperti; makanan dan minuman ringan, buah-
buahan, mainan anak, dan lain–lain.

Gambar 2.17 Usaha Apotik, Warung Makan dan Kos-kosan, Fotocopy, dan Pedagang
Kaki Lima di Sekitar RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro
ANDAL 2-41
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Tumbuhnya kegiatan usaha ekonomi di sekitar rumah sakit ini pada gilirannya membuka
lapangan kerja bagi penduduk sekitar. Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kehiatan
usaha ini sebanyak 92 orang.

C. Budaya
1. Kebudayaan dan Etnis yang Ada

Masyarakat di wilayah studi adalah masyarakat plural yang terbentuk dari berbagai etnis,
antara lain Lampung, Jawa, Sunda, Palembang (Semendo), Padang, Bali, Tapanuli, dan
lain-lain. Oleh karena itu budaya yang berkembang di wilayah studi khususnya, dan Kota
Metro pada umumnya merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari
beragam etnis. Dalam berinteraksi sosial mereka menggunakan berbagai bahasa seperti
bahasa setempat yang disebut Bahasa Lampung, Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Bahasa
Minang, Bahasa Sunda dan beberapa bahasa daerah lainnya.

Unsur kebudayaan Jawa memang begitu kental dan mudah dijumpai di wilayah studi, bukan
hanya dari sisi bahasa yang dominan digunakan tetapi juga dari acara-acara keagamaan
khususnya agama Islam, seperti pengajian, tahlilan, maulid, haul, ruwah, pembacaan
riwayat Nabi (Barzanji) pada acara-acara keagamaan tertentu, dan lain-lain.

Keberadaan masyarakat Jawa di wilayah studi pada khususnya, dan di Lampung pada
umumnya adalah buah dari program perpindahan penduduk yang berlangsung dalam dua
tahap. Tahap pertama di jaman penjajahan Belanda melalui program kolonisasi yang
membawa orang-orang Jawa untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan besar di
wilayah Lampung dan tahap kedua di jaman kemerdekaan oleh pemerintah Republik
Indonesia melalui program transmigrasi yang bertujuan untuk memeratakan jumlah
penduduk, mengurangi angka pengangguran, meningkatkan kesejahteraan warga
transmigrasi, meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara, dan menjaga wilayah NKRI.
Kehadiran para pekerja dari Jawa ini dapat diterima dengan baik oleh suku asli Lampung.
Demikian halnya tahap berikutnya hadir pula para pekerja dari suku-suku lainya, antara lain
Sunda, Palembang (Semendo), Bali, Tapanuli, dan Lain-lain. Suku Padang hadir di wilayah
ini sebagai pedagang. Suku Bali hadir di wilayah ini sejak masa Orde Baru sebagai
transmigran untuk membukan lahan basah/persawahan. Struktur penduduk menurut suku
adat di wilayah studi disajikan pada tabel berikut.

ANDAL 2-42
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Tabel 2.27 Stuktur Penduduk menurut Suku-suku di Wilayah Studi, 2020

Suku

Tapanuli (Jiwa)

Lain-lain (Jiwa)
Padang (Jiwa)
Sunda (Jiwa)
Jumlah

Jawa (Jiwa)

Palembang
No Wilayah

Bali (Jiwa)
Lampung
(Jiwa)

(Jiwa)

(Jiwa)
1 RW 04 Kel. Metro 216 956 193 144 36 49 31 180 1.805
2 RW 01 Kel. Yosorejo 41 433 41 18 18 0 9 23 583
(Jiwa) 257 1.390 234 162 54 49 40 203 2.388
Wilayah Studi
(%) 10,7 58,2 9,8 6,8 2,3 2 1,7 8,5 100
Sumber : Survei Lapangan (Februari, 2020) dan Monografi Kelurahan Metro 2019 serta Monografi Kelurahan Yosorejo 2019

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa penduduk di wilayah studi didominasi oleh Suku
Jawa, yaitu sebanyak 1.390 jiwa (58,2%) dari total 2.388 jiwa. Sedangkan suku lainnya yang
cukup banyak adalah Suku Asli Lampung sebanyak 257 jiwa (10,7%), Suku Sunda
sebanyak 234 jiwa (9,8%), dan Suku Palembang (Semendo) sebanyak 162 jiwa (6,8%).
Suku lain yang jumlahnya kecil di wilayah studi adalah Suku Padang, Bali, dan Tapanuli.

2. Proses Sosial

Berdasarkan keterangan Ketua RW 04, Kelurahan Metro, Kecamatan Metro Pusat dan Ketua
RW 01, Kelurahan Yosorejo, Kecamatan Metro Timur, bentuk-bentuk proses sosial yang
masih terjadi pada masyarakat di wilayah studi, antara lain adalah sebagai berikut :
 Interaksi sosial, gotong royong memperbaiki sarana ibadah, kerjasama menjaga
keamanan wilayah, dan kerja bakti membersihkan lingkungan. Masjid merupakan
sarana sosial yang paling banyak dimanfaatkan masyarakat untuk membangun
interaksi sosial.
 Alkulturasi, tinggal dalam satu wilayah RT/RW dengan suku yang berbeda dan
melakukan perkawinan antar suku.
 Asimilasi dan integrasi, memposisikan individu sebagai suku tertentu serta
berkomunikasi dengan suku lain menggunakan Bahasa Indonesia. Meskipun suku
Jawa merupakan suku dominan, namun mereka diikat oleh Bahasa Indonesia sebagai
bahasa komunikasi sosial, terutama pada saat mereka berada di lingkungan
kerja/instansi.

ANDAL 2-43
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

 Kohesi sosial, keberadaan individu tersatukan oleh keberadaan asal wilayah. Namun
karena mereka umumnya bekerja di suatu instansi atau sektor yang sama, maka
mereka berinteraksi secara intens antar suku. Hubungan mereka adalah hubungan
simbiosis mutualisme (saling membutuhkan).

3. Persepsi Masyarakat

Berdasarkan hasil Konsultasi Publik dan wawancara terhadap masyarakat sekitar proyek
saat survei pelingkupan diperoleh gambaran persepsi masyarakat mengenai kekhawatiran
dan harapan terhadap rencana Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro di Jalan
Jenderal Ahmad Yani, RW 04, Kelurahan Metro, Kecamatan Metro Pusat, antara lain
adalah:

 Masyarakat sekitar khawatir proses pembongkaran bangunan akan meninggakan


puing-puing bongkaran bangunan berserakan di jalan sekitar rumh sakit.
 Pembongkaran dan penyimpan material bangunan dikhawatirkan menimbulkan
material sampah berserakan di jalan sekitar rumh sakit.
 Mobilisasi peralatan dan material dikhawatirkan menimbulkan dampak polusi udara
dan kebisingan.
 Penggunaan air tanah dalam akan semakin mengganggu ketersediaan air tanah bagi
masyarakat sekitar.
 Pembuangan air limbah ke saluran drainase di Jalan Rajabasa dikhawatirkan akan
menimbulkan bau.
 Agar dilakukan pembersihan secara rutin terhadap saluran drainase di Jalan Rajabasa
sehingga tidak mampet.
 Pengambilasan sampah agar dilakukan setiap hari dan dilakukan sevara hati-hati
sehingga tidak berisik.
 Penerimaan pegawai baru diharapkan dilaksanakan secara transparan dan agar
diprioritaskan untuk pelamar dari wilayah terdekat (Kelurahan Metro dan Kelurahan
Yosotejo) terlebih dahulu.

Untuk menguatkan bagaimana persepsi masyarakat di sekitar tapak kegiatan terhadap


rencana kegiatan pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro, maka dilakukan
survei kepada masyarakat di sekitar lokasi kegiatan yang meliputi wilayah RW 04, Kelurahan
Metro, Kecamatan Metro Pusat dan RW 01, Kelurahan Yosorejo, Kecamatan Metro Timur,

ANDAL 2-44
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Kota Metro Bandar Lampung yang merupakan kawasan pemukiman penduduk yang
terdekat dengan lokasi rencana kegiatan.

Melalui survei persepsi ini dikaji parameter persepsi masyarakat mengenai kekhawatiran
masyarakat sekitar tapak kegiatan terhadap kehadiran proyek. Survei dilakukan melalui
wawancara dan diskusi, dengan jumlah responden sebanyak 100 orang. Berbagai hal
menyangkut masalah dampak yang mungkin timbul akibat dilaksanakannya kegiatan telah
digali secara cermat dan mendalam. Hasil wawancara dan diskusi dengan masyarakat
di lokasi sekitar kegiatan disajikan sebagai berikut.

1) Tentang Kekhawatiran Masyarakat Tahap Konstruksi

Hasil wawancara dan diskusi dengan masyarakat sekitar RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro
mengenai hal–hal yang dikhawatirkan terkait dengan akan dilaksakannya kegiatan
konstruksi pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro, disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2.28 Rekap Hasil Survei Persepsi Masyarakat Tahap Konstruksi

Persentase (%)
No Pernyataan
Ya Tidak
1 Apakah di wilayah Bapak/Ibu tinggal ada tenaga tukang ? 50 50
Apakah menurut Bapak/Ibu kontraktor pelaksana nanti tidak
2 mendatangkan tenaga tukang dari luar wilayah ? 88 12

Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan pengoperasian base camp


3 kerja dan tempat penyimpanan material bangunan akan 31 69
mengganggu estetika lingkungan ?
Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan pengangkutan material
4 bangunan akan meningkatkan paparan debu ? 58 42

Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan pengangkutan material


5 bangunan akan meningkatkan kebisingan ? 54 46

Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan pengangkutan material


6 bangunan akan meningkatkan kemacetan lalu-lintas ? 19 81

Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan pembongkaran bangunan


7 lama akan menimbulkan pencemaran udara (peningkatan kadar 38 62
debu) ?
Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan pembongkaran bangunan
8 lama akan menimbulkan kebisingan ? 35 65

Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan pembongkaran bangunan


9 lama dan pengelolaan puing bangunan akan mengganggu 30 70
keindahan/estetika lingkungan ?

ANDAL 2-45
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Persentase (%)
No Pernyataan
Ya Tidak
Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan pembangunan gedung-
10 gedung rumah sakit dan fasilitas penunjangnya akan 38 62
menimbulkan pencemaran udara (peningkatan kadar debu) ?
Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan pembangunan gedung-
11 gedung rumah sakit dan fasilitas penunjangnya akan 35 65
menimbulkan kebisingan ?
Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan pembangunan gedung-
12 gedung rumah sakit dan fasilitas penunjangnya akan 23 77
mengganggu keindahan/estetika lingkungan ?
Sumber Hasil Wawancara (Februari, 2020)

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 100 responden dari masyarakat yang tinggal
di sekitar RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro menunjukkan bahwa 88% responden berharap
dalam pelaksanaan kontruksi menggunakan tenaga kerja tang ada di wilayah sekitar proyek.
Hal ini karena di Wilayah RW 04, Kelurahan Metro, Kecamatan Metro Pusat, dan RW 01,
Kelurahan Yosorejo, Kecamatan Metro Timur saat ini terdapat 34 tukang bangunan yang
dapat dipekerjakan. Hasil wawancara menunjukkan 58% khawatir kegiatan pengangkutan
material bangunan akan meningkatkan paparan debu. Hasil wawancara juga menunjukkan
54% khawatir kegiatan pengangkutan material bangunan akan meningkatkan kebisingan.

Meskipum demikian sebagian besar (69-77%) responden tidak khawatir akan adanya
dampak gangguan estetika lingkungan akibat kegiatan penyimpanan material, pengelolaan
puing bangunan, dan pelaksanaan konstruksi bangunan. Sebagian besar (62-65%)
responden juga tidak khawatir akan adanya dampak pencemaran oleh debu dan kebisingan
akibat kegiatan pembongkaran bangunan lama.

2) Tentang Kekhawatiran Masyarakat Tahap Operasional

Hasil wawancara dan diskusi dengan masyarakat sekitar RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro
mengenai hal–hal yang dikhawatirkan terkait dengan akan dilaksakannya kegiatan
operasional RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro, disajikan pada tabel berikut.

ANDAL 2-46
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Tabel 2.29 Rekapitulasi Hasil Survei Persepsi Masyarakat Tahap Operasi

Persentase (%)
No Pernyataan
Ya Tidak
Apakah menurut Bapak/Ibu penerimaan karyawan/pegawai
1 tambahan untuk tenaga medis akan meningkatkan kesempatan 68 32
kerja di wilayah ini ?
Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan pelayanan medis akan
2 menimbulkan resiko penularan penyakit antar pasien dan 31 69
keluarga pasien/pembesuk ?
Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan pelayanan non medis akan
3 8 92
mengganggu keindahan/estetika lingkungan ?
Apakah Bapak/Ibu khawatir peningkatan pengambilan air tanah
4 dalam oleh rumah sakit akan menyebabkan sumur penduduk 23 77
sekitar kering ?
Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan pembuangan air limbah ke
5 50 50
saluran drainase kota akan menimbulkan bau ?
Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan pembuangan air limbah ke
6 saluran drainase kota akan mencemari sumur penduduk sekitar 35 65
?
Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan pembuangan air limbah ke
7 saluran drainase kota akan mengganggu keindahan/estetika 35 65
lingkungan ?
Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan pengelolaan sampah
8 38 62
domestik dari rumah sakit akan menimbulkan bau ?
Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan pengelolaan sampah
9 domestik dari rumah sakit akan mengganggu 31 69
keindahan/estetika lingkungan ?
Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan pengelolaan sampah
10 domestik dari rumah sakit akan menyebabkan kehadiran lalat, 31 69
kecoak, dan tikus ?
Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan pengelolaan limbah B3
11 35 65
akan menimbulkan bau ?
Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan pengelolaan limbah B3
12 35 65
akan mengganggu keindahan/estetika lingkungan ?
Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan pengelolaan limbah B3
13 akan menimbulkan resiko penularan penyakit ke penduduk 23 77
sekitar rumah sakit ?
Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan mobilitas karyawan dan
14 23 77
pengunjung akan meningkatkan paparan debu ?
Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan pengangkutan material
15 31 69
bangunan akan meningkatkan kebisingan ?

ANDAL 2-47
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Persentase (%)
No Pernyataan
Ya Tidak
Apakah Bapak/Ibu khawatir kegiatan pengangkutan material
16 23 77
bangunan akan meningkatkan kemacetan lalu-lintas ?
Apakah menurut Bapak/Ibu kegiatan penyediaan tempat usaha
17 di komplek rumah sakit itu dapat meningkatkan kesempatan dan 65 35
peluang berusaha bagi masyarakat sekitar ?
Sumber Hasil Wawancara (Februari, 2020)

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 100 responden dari masyarakat yang tinggal
di sekitar RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro menunjukkan bahwa umumnya (62-92%)
responden tidak khawatir terhadap dampak negatif yang mungkin timbul akibat
pengoperasian RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro, baik yang terkait masalah resiko
penularan penyakit, gangguan estetika lingkungan, mengeringnya sumur, timbulnya
paparan debu, kebisingan, dan kemacetan lalu lintas. Hal ini disebabkan karena masyarakat
sudah sejak lama tiap hari menyaksikan kegiatan pengoperasian rumah sakit ini. Meskipun
demikian sebanyak 50% respomdem mengkhawatirkan jika pengembangan rumah sakit ini
kalaa tidak dilakukan perbaikan IPAL akan menimbulkan bau ke sekitarnya. Sebagian besar
(65%) responden percaya bahwa kegiatan penyediaan tempat usaha di komplek rumah sakit
itu dapat meningkatkan kesempatan dan peluang berusaha bagi masyarakat sekitar.
Sebanyak 68% responden juga berharap agar keluarganya bisa diterima bekerja di rumah
sakit ini sesuai bidang keahlian dan kompetensi yang dibutuhkan.

2.1.3 Komponen Kesehatan

Mengacu pada Keputusan Kepala Bapedal Nomor 124 tahun 1997 tentang Panduan Kajian
Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan AMDAL, ruang lingkup studi komponen
kesehatan masyarakat di lingkungan dalam Rumah Sakit dan di wilayah lingkungan Rumah
Sakit.

Rona Awal komponen Kesehatan Masyarakat di wilayah studi meliputi aspek: Jenis dan
jumlah sarana pelayanan Kesehatan, jenis dan jumlah tenaga kesehatan, pola penyakit,
sarana sanitasi dasar, status gizi masyarakat dan jumlah penduduk yang beresiko tinggi
(Balita dan Lansia) serta Media lingkungan yang dapat menjadi perkembang biakan vektor
penyakit.

ANDAL 2-48
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

A. Kesehatan Lingkungan di Dalam Area Rumah Sakit

Mikrobiologi adalah salah satu parameter yang dipantau dalam menjaga kesehatan
lingkungan di Rumah Sakit, karena erat hubungannya dalam penyebaran penyakit.

Kondisi lingkungan rumah sakit harus diperhatikan, baik fisik maupun bakteriologis. Kontak
yang sering antara pekerja, pasien dan pengunjung, sangat mungkin terjadi penularan
penyakit, baik melalui udara, maupun sebagai hasil dari aktivitas penghuni rawat inap itu
sendiri. Kondisi fisik yang tidak sesuai dengan standar, dapat menyebabkan dampak
psikologis bagi pasien dan akan mendapatkan lebih banyak waktu dari proses
penyembuhan, ini berarti inefisiensi untuk rumah sakit. Selain itu, kondisi ruangan fisik yang
buruk, juga memengaruhi jumlah bakteri yang ada di kamar pasien (suprijanto, 2013).
Beberapa jenis mikroba yang dipantau diantaranya:

1. Mikrobiologi Udara Ruangan

Angka kuman adalah suatu jumlah mikro organisme atau mikroba yang biasanya bersifat
patogenik (dapat menimbulkan penyakit). Setiap kegiatan yang dilakukan di rumah sakit
sangat rentan untuk tejadinya penularan penyakit karena faktor lingkungan yang sangat
mendukung baik melalui udara, air, semua alat media dan benda yang berada dirumah sakit
seperti di sprei, dinding, meja kerja, jendela, atap, lantai maupun pegangan pintu (Utomo
dan Prafitri, 2016).

a. Salmonella

Salmonella adalah genus bakteri enterobakteria Gram negatif berbentuk tongkat yang
menyebabkan demam tifoid, demam paratipus, dan keracunan makanan. Spesies-spesies
Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan Hidrogen Sulfide.

Sumber: id.wikipedia.org
Gambar 2.18 Salmonella

ANDAL 2-49
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

b. Vibrio

Vibrio adalah genus bakteri Gram negatif, yang memiliki bentuk batang melengkung (koma).
Beberapa spesies dapat menyebabkan infeksi bawaan makanan, biasanya terkait dengan
makan makanan laut yang kurang matang. Biasanya ditemukan dalam air garam, spesies
Vibrio adalah anaerob fakultatif yang positif mengidap oksidase dan tidak membentuk spora.

Sumber: id.wikipedia.org
Gambar 2.19 Vibrio
c. Shigella

Shigella adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit menular yang disebut
Shigellosis. Kebanyakan orang yang terinfeksi Shigella mengalami diare, demam, dan kram
perut mulai satu atau dua hari setelah mereka terpapar bakteri. Shigellosis biasanya sembuh
dalam 5 sampai 7 hari.

Sumber: about-shigella.com
Gambar 2.20 Shigella
d. Bacillus

Bacillus (bahasa Latin "stick") adalah genus bakteri gram-positif berbentuk batang, anggota
filum Firmicutes. Spesies Bacillus dapat berupa aerob obligat: tergantung oksigen; atau

ANDAL 2-50
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

anaerob fakultatif memiliki kemampuan untuk menjadi anaerob tanpa adanya oksigen.
Karena spora dari banyak spesies Bacillus tahan terhadap panas, radiasi, desinfektan, dan
pengeringan, mereka sulit dihilangkan dari bahan medis dan farmasi, serta sering menjadi
penyebab kontaminasi. Spesies Bacillus juga menyebabkan makanan mengalami
pembusukan.

Sumber:researchgate.net.
Gambar 2.21 Bacillus

Sumber: en.wikipedia.org
Gambar 2.22 Escherichia Coli

e. Staphylococcus Aureus

Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat yang merupakan
anggota Firmicutes, dan merupakan anggota biasa mikrobiota tubuh, sering ditemukan
di saluran pernapasan atas dan di kulit.

ANDAL 2-51
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Sumber: en.wikipedia.org
Gambar 2.23 Staphylococcus aureus

Untuk mengetahui kondisi kesehatan lingkungan didalam rumah sakit, salah satu parameter
yang digunakan adalah dengan melakukan analisis mikrobiologi udara dalam ruangan. Hasil
analisis parameter mikrobologi yang dilakukan di beberapa ruangan RSUD Jenderal Ahmad
Yani Metro adalah sebagai berikut.

Tabel 2.30 Hasil Analisa Mikrobiologi

Ruangan
No Parameter Satuan
OK
1 Angka Kuman CFU/cm2 3,25
2 Salmonella CFU/cm2 Negatif
3 Vibrio CFU/cm2 Negatif
4 Shigella CFU/cm2 Negatif
5 Basillus Sp CFU/cm2 Negatif
6 E.Coly CFU/cm2 Negatif
7 Stapilococus Aureus CFU/cm2 Negatif
Sumber: Pemantauan Lingkungan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro, 2019.
Keterangan:
Standar PERMENKES RI No. 07 Tahun 2019, jumlah angka kuman 35 CFU/cm2

Dari tabel di atas terlihat bahwa kualitas mikorobilogi udara ruangan khususnya pada ruang
Operasi pada RSUD Jenderal Ahmad Yani Mettro, sesuai dengan Permenkes RI Nomor 07
tahun 2019, masih memenuhi syarat.

ANDAL 2-52
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

2. Kandungan Mikrobiologi pada Alat Makan/Minum

Kandungan mikrobiologi alat makan/minum bagi pasien, juga merupakan parameter kondisi
kesehatan lingkungan yang harus dipenuhi, hasil pemeriksaan kualitas mikrobiologi pada
alat makan/minum pasien yang diambil dengan menggunakan usap alat, dengan hasil
sebagai berikut.

Tabel 2.31 Hasil Analisis Kualitas Mikrobiologi Alat Masak (Ruang Gizi)

Standar (Permenkes RI No.


Hasil
No Jenis Alat 1096 tahun 2011) Metode
Analisis
Maksimum Satuan
1. Kuali 100 Koloni/cm2 40,50 Plate
2. Baskom 100 Koloni/cm2 56,75 Plate
3. Sutil 100 Koloni/cm2 65,25 Plate
4. Centong Sayur 100 Koloni/cm2 58,45 Plate
5. Panci 100 Koloni/cm2 60,50 Plate
6. Saringan Besar 100 Koloni/cm2 75,00 Plate
7. Saringan Kecil 100 Koloni/cm2 48,50 Plate
Sumber : Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Dari tabel di atas terlihat bahwa kualitas mikrobiologi alat masak masih dibawah baku mutu
sesuai Permenkes RI No. 1096 tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga.

3. Kandungan Mikrobiolgi pada Makanan Terolah Bagi Pasien

Untuk mengetahui Kandungan mikroba pada makanan terolah bagi pasien dilakukan
pengujian dengan metoda penanaman makanan pada media agar di laboratorium untuk
menentukan jenis dan jumlah mikroba yang terkandung dalam makanan tersebut. Hasil
analisis Kandungan mikroba pada makanan terolah bagi pasien dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 2.32 Hasil Analisis Kandungan Mikrobiologi pada Sampel Makanan Terolah

No Jenis makanan Hasil Analisa


1 Nasi 0,25 X 102
2 Sayur Sop 8,90 X 102
3 Bubur 8,80 X 102
4 Ikan 9,45 X 102
5 Tempe 7,50 X 102
Sumber : Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Keterangan * Standar angka kuman pada makanan 1,00 X 104 koloni/gr

ANDAL 2-53
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Hasil Pemeriksaan Kandungan mikrobiologi pada sampel makanan terolah, hasil angka
kuman pada makanan terolah untuk pasien masih ddibawah baku mutu, dengan demikian
makanan terolah untuk pasien di RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro dilihat dari angka
kuman masih sesuai dengan persyaratan memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan
Kepala BPOM RI tahun 2009 tentang penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan
kimia dalam makanan untuk daging dan produk daging, batas maksimum ALT yang di ijinkan
1x104 koloni/gram.

4. Kandungan Mikrobiolgi pada Usap Tangan dan Rectal Swab pada Penjamah
Makanan

Untuk mengetahui kondisi kesehatan para penjamah makanan yang mengolah makanan
para pasien di lakukan pemeriksaan Usap tangan dan rectal swab, dengan hasil sebagai
berikut.

Tabel 2.33 Hasil Analisa Usap Tangan dan Rctal Swab (Angka Kuman ) pada Penjamah
Makanan
Hasil Analisa
No. Nama Penjamah
Usap Tangan (Koloni) Rectal Swab ( Koloni )
1 Yola 650 690
2 Martina 540 780
3 Listiatun 480 810
4 Fitri 720 790
5 Yuni 640 880
6 Samiyem 480 620
7 Sumarni 540 790
8 Susilawati 640 880
9 Yesi 580 640
10 Rani 520 660
11 Rahayu 460 640
12 Sutita 520 740
13 Haryoto 480 880
14 Sri Wahyuni 620 760
15 Siti Julyana 730 880
Sumber : Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Keterangan : pada tangan angka kuman Normal 1070 CFU/cm2

ANDAL 2-54
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Dari Tabel diatas dapat dilihat dari hasil Pemeriksaan Usap Tangan dan Rectal Swab para
Penjamah Makanan yang mengolah makanan untuk para pasien memenuhi persyaratan
kesehatan penjamah makanan.

5. Hama Serangga/Vektor Penyakit

Pemeriksaan dan pengendalian hama, serangga/vektor penyakit dilakukan oleh pihak


ketiga, adapun hasil temuan per tiga bulan adalah sebagai berikut.

Tabel 2.34 Jumlah Temuan Hama Serangga/Vektor Penyakit didalam Ruangan Rumah
Sakit, Pelaporan Bulan Januari – Maret 2019
Data Temuan
No Area Dalam Jan-19 Feb-19 Mar-19
N K S L T N K S L T N K S L T
1 Farmasi 1
2 Instalasi Gizi 10 6 5
3 Kebidanan
4 LAB
5 RPD A 2
6 RPD B 2 3
7 IGD 5
8 Laundry
9 R. Penyakit Syarat 2
10 R. Vip
11 Radiologi 10 5 7 5 5
12 Pavilium Umum 2
13 R. Paru 5 5
Jumlah 20 1 4 21 7 2 10 10

Tabel 2.35 Jumlah Temuan Hama Serangga/Vektor Penyakit didalam Ruangan Rumah
Sakit, Pelaporan Bulan April – Mei 2019
Data Temuan
No Area Dalam Apr-19 Mei-19 Jun-19
N K S L T N K S L T N K S L T
1 Farmasi
2 Instalasi Gizi 1 1 5 2 5
3 Kebidanan 1
4 LAB 10
5 RPD A 2
6 RPD B 1 2
7 IGD 1
8 Laundry

ANDAL 2-55
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Data Temuan
No Area Dalam Apr-19 Mei-19 Jun-19
N K S L T N K S L T N K S L T
9 R. Penyakit Syarat 5 5 5
10 R. Vip
11 Radiologi 5 2 5 2
12 Pavilium Umum 5
13 R. Paru
Jumlah 6 3 3 10 12 1 9 20 1

Tabel 2.36 Jumlah Temuan Hama Serangga/Vektor Penyakit didalam Ruangan Rumah
Sakit, Pelaporan Bulan Juli – September 2019
Data Temuan
No Area Dalam Jul-19 Agu-19 Sep-19
N K S L T N K S L T N K S L T
1 Farmasi
2 Instalasi Gizi 20 25
3 Kebidanan
4 LAB 5
5 RPD A 10 10
6 RPD B 10 10
7 IGD 5
8 Laundry
9 R. Penyakit Syarat 10
10 R. Vip
11 Radiologi 5
12 Pavilium Umum 10 5
13 R. Paru
Jumlah 20 50 55

Tabel 2.37 Jumlah Temuan Hama Serangga/Vektor Penyakit didalam Ruangan Rumah
Sakit, Pelaporan Bulan Oktober – Desember 2019
Data Temuan
No Area Dalam Okt-19 Nov-19 Des-19
N K S L T N K S L T N K S L T
1 Farmasi
2 Instalasi Gizi 5 2
3 Kebidanan 15 10
4 LAB 5
5 RPD A 5 15 10
6 RPD B 10 20
7 IGD
8 Laundry 2
9 R. Penyakit Syarat

ANDAL 2-56
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Data Temuan
No Area Dalam Okt-19 Nov-19 Des-19
N K S L T N K S L T N K S L T
10 R. Vip
11 Radiologi
12 Pavilium Umum 5
13 R. Paru
Jumlah 5 15 5 55 2 22

Tabel 2.38 Jumlah Temuan Hama Serangga/Vektor Penyakit didalam Ruangan Rumah
Sakit, Pelaporan Bulan Januari – Maret 2020
Data Temuan
No Area Dalam Jan-20 Feb-20 Mar-20
N K S L T N K S L T N K S L T
1 Farmasi 5
2 Instalasi Gizi 5 15 4
3 Kebidanan 5 10 7
4 LAB 2 3 10 5
5 RPD A 5 10 2
6 RPD B 10 2
7 IGD 2
8 Laundry 2
9 R. Penyakit Syarat 5
10 R. Vip 2
11 Radiologi 2 2
12 Pavilium Umum
13 R. Paru
Jumlah 7 15 3 45 10 8 27

Sedangkan Temuan hama serangga/vektor penyakit di luar ruangan dalam lingkungan


Rumah Sakit A. Yani adalah sebagai berikut.

Tabel 2.39 Jumlah Temuan Hama Serangga/Vektor Penyakit diluar Ruangan Rumah Sakit,
Pelaporan Bulan Januari – Maret 2019
Data Temuan
No Area Luar Rumah Sakit Jan-19 Feb-19 Mar-19
N K S L T N K S L T N K S L T
1 Kebidanan
2 Polly

ANDAL 2-57
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Data Temuan
No Area Luar Rumah Sakit Jan-19 Feb-19 Mar-19
N K S L T N K S L T N K S L T
3 Bak Kontrol 7 6 2
4 Instalasi Gizi
5 IPAL
6 R. Anak
7 RPD A
8 RPD B
9 RPD C
10 SALURAN AIR
11 TPSS
12 IGD
12 Kantin
13 Bak Sampah 5 5 3 5
14 Pavilium Umum
Jumlah 7 5 5 6 3 2 5

Tabel 2.40 Jumlah Temuan Hama Serangga/Vektor Penyakit diluar Ruangan Rumah Sakit,
Pelaporan Bulan April – Mei 2019
Data Temuan
No Area Luar Rumah Sakit Apr-19 Mei-19 Jun-19
N K S L T N K S L T N K S L T
1 Kebidanan
2 Polly
3 Bak Kontrol 2 20
4 Instalasi Gizi
5 IPAL 10 20
6 R. Anak
7 RPD A 5
8 RPD B
9 RPD C
10 SALURAN AIR
11 TPSS
12 IGD
12 Kantin 5
13 Bak Sampah 2 5 5
14 Pavilium Umum

ANDAL 2-58
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Data Temuan
No Area Luar Rumah Sakit Apr-19 Mei-19 Jun-19
N K S L T N K S L T N K S L T
Jumlah 10 2 5 2 20 5 20 5 5

Tabel 2.41 Jumlah Temuan Hama Serangga/Vektor Penyakit diluar Ruangan Rumah Sakit,
Pelaporan Bulan Juli – September 2019
Data Temuan
No Area Luar Rumah Sakit Jul-19 Agu-19 Sep-19
N K S L T N K S L T N K S L T
1 Kebidanan
2 Polly
3 Bak Kontrol 70 85 30
4 Instalasi Gizi 10 10 15
5 IPAL 10
6 R. Anak
7 RPD A 15
8 RPD B 30 10 15
9 RPD C 30 10
10 SALURAN AIR
11 TPSS
12 IGD
12 Kantin
13 Bak Sampah 5 10
14 Pavilium Umum
Jumlah 130 20 5 95 20 30 55

Tabel 2.42 Jumlah Temuan Hama Serangga/Vektor Penyakit diluar Ruangan Rumah Sakit,
Pelaporan Bulan Oktober – Desember 2019
Data Temuan
No Area Luar Rumah Sakit Okt-19 Nov-19 Des-19
N K S L T N K S L T N K S L T
1 Kebidanan
2 Polly
3 Bak Kontrol 15 4 10 10
4 Instalasi Gizi 1 10
5 IPAL
6 R. Anak 2

ANDAL 2-59
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Data Temuan
No Area Luar Rumah Sakit Okt-19 Nov-19 Des-19
N K S L T N K S L T N K S L T
7 RPD A
8 RPD B
9 RPD C 10
10 SALURAN AIR 4 10
11 TPSS 12 10 10 15
12 IGD
12 Kantin 10
13 Bak Sampah 2
14 Pavilium Umum 1
Jumlah 10 15 1 20 42 2 20 25 1

Tabel 2.43 Jumlah Temuan Hama Serangga/Vektor Penyakit diluar Ruangan Rumah Sakit,
Pelaporan Bulan Januari – Maret 2020
Data Temuan
No Area Luar Rumah Sakit Jan-20 Feb-20 Mar-20
N K S L T N K S L T N K S L T
1 Kebidanan 10
2 Polly 10
3 Bak Kontrol 10 15 5
4 Instalasi Gizi 7 12
5 IPAL 5
6 R. Anak 5
7 RPD A 15 10 2
8 RPD B 3 5
9 RPD C 5
10 SALURAN AIR 10 10 10 5
11 TPSS 5 2 2
12 IGD 2
12 Kantin
13 Bak Sampah
14 Pavilium Umum
Jumlah 15 20 22 38 10 27 21 12

Secara umum temuan hama serangga/vektor penyakit setiap bulan relatif sama, seperti
halnya di bulan Desember 2019 lalat rumah masih ditemukan diarea luar seperti di TPSS.

ANDAL 2-60
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Lalat rumah menyukai tempat yang lembab dan mengandung zat organik, tindakan non
kimiawi (tanpa camical) yang dapat kita lakukan/meminimalisir nya adalah dengan cara
Pemasangan jaring-jaring pada ventilasi pintu dan jendela dan pemasangan plastik current
pada bagian pintu loading dock agar lalat rumah tidak mudah mengkontaminasi area dalam,
jarak terbang lalat rumah antara 1,6-3,2 Km (serangga penerbang yang tangguh).

Lalat limbah ditemukan di area luar seperti pada saluran air. dari segi bentuk fisik nya, lalat
limbah bentuknya seperti kupu-kupu, namun sangat kecil sekali, lalat limbah bukan
penerbang yang kuat, jarak terbang dari tempat perindukannya hanya 5 Meter saja dan
tempat perindukannya adalah saluran air limbah dan genangan air limbah/kotor, lalat limbah
adalah lalat yang tertarik dengan cahaya. kita juga dapat melakukan pengendalian lalat
tersebut dengan memperhatikan dan treatment pada lubang-lubang drine dengan tujuan
untuk mengendalikan perindukannya.

 Serangga Kecoa amerika ditemukan di periode Desember 2019 ini di area luar seperti
di bak kontrol. kecoa amerika adalah serangga yang aktif dimalam hari (nokturnal),
kecoa amerika mempunyai sifat kanibalisme (makan sesama), seranggan ini bersarang
di saluran pembuangan air limbah, bak kontrol, gorong-gorong, toilet, septic tank,
tempat cuci piring dan palet kayu.
 Serangga semut ditemukan di area dalam kebidanan, loundry, RPD A, sedangkan
diarea luar ditemukan di bak kontrol, kebidanan, RPD A dan TPSS. untuk meminimalisir
datangnya serangga di area dalam ataupun luar adalah dengan memperhatikan
retakan-retakan profing di area dalam dan membersihkan sisa-sisa makanan/ceceran
yang dapat mengundang serangga tersebut.
 Diarea luar seperti di Polly, Lab dan RPD A telah ditangkap 1 ekor kucing dan telah
direlokasi ketempat yang jauh dari rumah sakit.
 Pihak ketiga selalu melakukan treatment dan monitoring seperti:
 Residual treatment, seperti lubang, saluran air, Tempat sampah, dan perimeter
bangunan, hal ini di maksudkan untuk mengendalikan populasi, nyamuk, dan lalat.
 Space spray treatment ruangan-ruangan seperti ruangan polly yang terdapat pada
rumah sakit serta tempat lain untuk meminimalisir kehadiran serangga terbang dewasa.
 Larva treatment di tempat-tempat yang terdapat genangan air dan tempat-tempat
lembab di area luar, hal ini dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya hama
nyamuk dan lalat.

ANDAL 2-61
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

 Baiting treatment kecoa pada area-area yang berpotensi sebagai tempat resting dan
tempat berkembangbiaknya.
 Memonitoring keseluruhan area jika terdapat ada potensi kehadiran serangga/hama
lain yang bersifat mengganggu/merugikan

Pada periode Desember 2019 ditemukan 1 ekor tikus atap di paviliun umum, tikus mencoba
mencari sumber makanan, tikus tersebut ditemukan dalam keadaan mati disebabkan oleh
umpan yang kita pasang dibeberapa area.

Tindakan preventif non-kimiawi yang dilakukan pihak rumah sakit adalah dengan
memperhatikan akses dari luar masuk kearea dalam, dan menutup akses jalan/masuknya
tikus kedalam gedung, membersihkan barang-barang yang tidak digunakan didalam
ruangan agar tidak menjadi sarang tikus atau tidak mudah mengkontaminasi area dalam
maupun area luar. Selanjutnya pihak ketiga selalu melakukan monitoring seperti:

 Pengecekan glue trap pada area dalam.


 Penggantian umpan yang ada di area luar,
 Melakukan monitoring sarang/sumber tikus baik area dalam maupun area luar
rumah sakit,
 Monitoring keberadaan hama dan potensi akses masuk hama.

6. Inspeksi Kesehatan Lingkungan

Hasil inspeksi kesehatan lingkungan diperoleh data sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.44 Penilaian Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan (Inspeksi Sanitasi) Rumah


Sakit
Variabel Standar dan
No Bobot Komponen Yang Dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
1 2 3 4 5 6
1 KESEHATAN AIR 14
RUMAH SAKIT
1. Kualitas Air Minum a. Memenuhi 5
100 400
Liter/TT/hari
4 b. Kurang dari 5
50 -
Liter/TT/hari
c. Tidak memenuhi 0 -
2. Kuantitas air a. Memenuhi
keperluan higiene - RS Kelas A dan B
dan sanitasi 4 di ruang rawat 100 400
inap 400 – 450
liter/TT/Hari

ANDAL 2-62
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Variabel Standar dan


No Bobot Komponen Yang Dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
- RS Kelas C dan D
di ruang rawat
inap 200 – 300
liter/TT/hari
b. Di Unit Rawat Jalan
semua kelas rumah 100 400
sakit 5 L/orang/hari
c. Tidak memenuhi
persyaratan kuantitas
25 -
air keperluan higiene
dan sanitasi
3. Kuantitas Air Minum a. Memenuhi
persyaratan fisik
100 300
mikrobiologi kimia,
radoaktivitas
b. Sebagian memenuhi
3
persyaratan fisik
50 300
mikrobiologi kimia,
radioaktivitas
c. Tidak memenuhi
0
persyaratan kualitas
4. Kualitas Air Untuk a. Memenuhi
Keperluan Higiene persyaratan fisik,
100 300
dan Sanitasi mikrobilogi, kimia,
radioaktivitas
b. Sebagian memenuhi
persyaratan fisik,
50 150
mikrobiologi, kimia,
radioaktivitas
c. Tidak memenuhi
0
kualitas
2 KESEHATAN UDARA
10
RUMAH SAKIT
1. Memenuhi Standar a. Ruang Operasi
50 -
Baku Mutu kosong, 35 CFU/m3
Mikrobiologi Udara, 2 b. Ruang operasi ada
Angka disesuaikan aktifitas, 180 CFU/m3 50 -
dengan jenis ruangan
2. Memenuhi Standar a. Semua ruangan
Baku Mutu Fisik Untuk memenuhi
100 200
Kelembaban Udara kelembahan
(40-60%)
2
b. Sebagian ruangan
memenuhi
50 50
kelembaban (40-
60%)
3. Memenuhi Standar a. Ruang pasien
Baku Mutu untuk 2 - Saat tidak tidur (250 10
pencahayaan, angka lux)

ANDAL 2-63
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Variabel Standar dan


No Bobot Komponen Yang Dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
disesuaikan dengan b. Rawat Jalan
10
jenis ruangan (200 lux)
c. Unit Gawat Darurat
10
(300 lux)
d. Operasi Umum (300-
10
500 lux)
e. Meja Operasi
10
(10.000-20.000 lux)
f. Anastesi pemulihan
10
(300-500 lux)
g. Endoscopy, lab (75-
10
100 lux)
h. Sinar X (minimal 60
10
lux)
i. Koridor (minimal 100
5
lux)
j. Tangga (minimal 100
5
lux)
k. Administrasi/Kantor
10
(minimal 100 lux)
4. Memenuhi Standar a. Ruang Pasien
Baku Mutu untuk - Saat tidak tidur (45
15
kebisingan, angka dBA)
disesuaikan dengan - Saat tidur (40 dBA)
jenis ruangan b. Operasi Umum (45
10
dBA)
c. Ruang Umum
5
(45 dBA)
d. Anastesi Pemulihan
5
(50 dBA)
e. Endoscopy. Lab (65
5
dBA)
f. Sinar X (40 dBA) 5
g. Koridor (45 dBA) 5
h. Tangga (65 dBA) 5
i. Kantor/Lobby
5
(65 dBA)
j. Ruang Alat/Gudang
5
(65 dBA)
k. Farmasi (65 dBA) 5
l. Ruang Cuci
5
(80 dBA)
m. Ruang Isolasi
10
(20 dBA)
n. Ruang Poligigi
5
(65 dBA)
o. Ruang ICU
5
(65 dBA)
p. Ambulans (40 dBA) 5

ANDAL 2-64
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Variabel Standar dan


No Bobot Komponen Yang Dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
5. Memenuhi 2 1. Karbon Monoksida
Persyaratan Kualitas maks. 10.000µ g/m3 10 20
Kimia Udara Ruang
2. Karbondioksida 10
maks. 1 ppm
3. Timbal maks. 0,5µ 10
g/m3
4. Nitrogen Dioksida 10 20
maks. 200µ g/m3
5. Sulfur Dioksida 10 20
maks. 125µ g/m3
6. Formaldehida maks. 10 -
100µ g/m3
Ruangan inimal 2,80 m,
dan tinggi di selasar
koridor minimal 2,40 m
Tinggi lang[t – langit di 20
ruangan operasi minimal
3,00 m
Pada ruang operasi dan 20
ruang perawatan intensif,
bahan langit – langit
harus memiliki tingkat
ketahanan api (TKA)
minimal 2 Jam
Pada Tempat – Tempat 20 20
yang membutuhkan
tingkat kebersihan
ruangan tertentu, maka
lampu – lampu
penerangan ruangan
dipasang dibenamkan
pada plafon (recessed)
PENGENDALIAN 10
VEKTOR DAN
BINATANG PEMBAWA
PENYAKIT
Angka Kedapatan Vektor Nyamuk Anopheles Sp. 10
MBR (Man Biting Rate)
<0,025
Larva Anopheles Sp, 10
Indeks Habitat <1
Nyamuk Aedes Alopictus 10
Angka Istirahat (Resting
Rate) <0,025
Larva Aedes Aegypti 10
dan/atau ABU (Angka
Bebas Jentik)
Nyamuk Culex Sp. MHD 10
(Man Hour Density) <1

ANDAL 2-65
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Variabel Standar dan


No Bobot Komponen Yang Dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
Larva Culex Sp. Indeks 10
Habitat <5
Mansonia Sp, MHD (Man 10
Hour Density) <5
Pijal, Indeks Pijal Khusus 10
<1
Lalat, Indeks Popolasi 10
Lalat <2
Kecoa, Indeks Populasi 10
Kecoa <2
Tikus Success Trapnya 0
>1
PENGAMANAN LIMBAH 16
1. Limbah Padat 5 Melakukan Penanganan 40 200
Domestik limbah dengan 3R
Memiliki TPS Limbah 30 150
Domestik
Pengangkutan di TPS 30
dilakukan tidak boleh
lebih dari 2x24 Jam
2. Limbah Padat B3 5
Melakukan Pemilahan YA
Limbah Medis dan Non
TIDAK
Medis
Memenuhi Ketentuan YA 20 100
Peraturan Penyimpanan
Limbah Medis B3 TIDAK
Memiliki TPS Limbah B3 YA 20 100
yang Berizin TIDAK
Memiliki Pengolahan YA 40 100
Limbah B3 sendiri
(Incenerator atau Autoclaf
dll) yang berizin dan atau TIDAK
pihak ke 3 yang berizin

3. Limbah Cair 4
Memiliki IPAL dengan Izin YA 50 200
TIDAK
Hasil Pengolahan Limbah YA 50 200
Cair memenuhi Baku TIDAK
Mutu
4. Limbah Gas Memenuhi Penataan 20
dalam frekuensi
pengambilan contoh
pemeriksaan emisi gas
buang dan udara ambien
luar
Kualitas emisi gas buang 20
dan partikulat dari

ANDAL 2-66
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Variabel Standar dan


No Bobot Komponen Yang Dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
cerobong memenuhi
standar kualitas udara
sesuai dengan
ketentuanperaturan
perundang – undagan
tentang standar kualitas
gas emisi sumber tidak
bergerak
Memenuhi pentaatan 20
pelaporan hasil uji atau
pengukuran laboratorium
limbah gas kepada
instansi pemerintah
sesuai ketentuan,
minimal 1 kali setahun
Setiap sumber emisi gas 20
berbentuk cerobong
tinggi seperti generator
set, boiler dilengkapi
dengan fasilitas
penunjang uji emisi
Cerobong gas buang 20
dirumah sakit delengkapi
dengan alat
PENGAMANAN RADIASI 10
Pengamanan Radiasi Rumah Sakit memiliki izin 40
penggunaan alat dari
Badan Pengawas Tenaga
Nuklir (BAPETEN)
Memiliki Alat Proteksi 30
Radiasi
Melakukan Pemantauan 30
pekerjaanradiasi
menggunakan alat
PENYELENGGARAAN 10
LINEN
Penyelenggaraan Linen Terdapat keran air 20 140
internal memenuhi keperluan higine dan
penyelenggaraan linen sanitasi dengan tekanan
cukup dan kualitas air
memenuhi persyaratan
baku mutu, juga tersedia
air panas dengan
tekanan dan suhu yang
memadai
Dilakukan pemilahan 20 140
antara linen infeksius dan
non infeksius
Dilakukan pencucian 20 140
secara terpisah antara

ANDAL 2-67
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Variabel Standar dan


No Bobot Komponen Yang Dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
linen infeksus dan linen
non infeksius
Tersedia ruang pemisah 20 140
antar linen bersih dan
linen kosong
Memenuhi persyaratan 20 140
perlakuan terhadap linen,
yaitu
Penyelengaaraan linen Adanya MoU denga 50 -
eksternal Pihak ke 3
Dilakukan Pengawasan 50 -
rutin
Tidak dilakukan 0 -
pengawasan rutin
MENEJEMEN 10
KESEHATAN
LINGKUNGAN RUMAH
SAKIT
Menejemen Kesehatan Ada Unit/Instalasi 25 250
Lingkunga Rumah Sakit Sanitasi Rumah Sakit
Memiliki Dokumen 15 150
administrasi kesehatan
lingkungan Rumah Sakit
meliputi
panduan/pedoman
(SK/SOP)
Memiliki dokumen 20 200
Lingkungan Hidup yang
Telah disahkan oleh
instansi pemerintah atau
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang –
undangan
Memiliki rencana Kerja 20 200
bidang kesling
Melaksanakan Monitoring 10 100
dan evaluasi kegiatan
kesehatan lingkungan
rumah sakit
Membuat laporan rutin ke 10 100
direksi/pimpinan rumah
sakit dan instansi
Peralatan Kesling Memiliki semua peralatan 100
pemantauan kualitas
lingkungan minimal
Thermometer air,
Hygrometer, Sound Level
Meter, Lux Meter, alat
Ukur Swapantau air
bersih yakni khlor meter,

ANDAL 2-68
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Variabel Standar dan


No Bobot Komponen Yang Dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
pH meter dan alat
pengukur swapantau air
limbah, yakni pH meter
dan khlor meter, alat ukur
kepadatan vektor
pembawa penyakit yakni
alat perangkap lalat (Fly
Trap), Alat ukur
Kepadatan lalat 9Fly grill)
Memiliki sebagian 50 500
peralatan pemantauan
kualitas lingkungan
minimal
Tidak memiliki peralatan 0
pemantauan kualitas
lingkungan minimal
Tenaga Kesehatan 3 Penanggung Jawab 100 300
Rumah Sakit kesehatan lingkungan
rumah sakit kelas A dan
B (Rumah sakit
pemerintah dan swasta)
adalah memiliki
pendidikan bidang
kesehatan lingkungan
/sanitasu/teknik
lingkungan/ teknik
penyehatan minimal
berijazah (S1) atau
Diploma IV
Penanggung Jawab 100
kesehatan lingkungan
rumah sakit kelas C dan
D (Rumah sakit
pemerintah dan swasta)
adalah memiliki
pendidikan bidang
kesehatan lingkungan
/sanitasu/teknik
lingkungan/ teknik
penyehatan minimal
berijazah Diploma (D3)

Dari tabel di atas diperoleh Skor = 6.130


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 7 Tahun 2019, Kesimpulan Kategori
Penilaian aadalah sebagai beriku :
a. Kategori Sangat Baik, dengan skor 8.600 – 10.000
b. Kategori Baik, dengan skor 6.500 – 8.500

ANDAL 2-69
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

c. Kategori Kurang, dengan skor < 6.500


Namun demikian untuk komponen Pengendalian vector dan binatang pembawa
penyakit dengan jumlah skore 1000 diserahkan pada pihak ketiga, sehingga skore
maksimal menjadi 10.000 – 1000 = 9.000 dan kategori kesimpulan menjadi :

a) Kategori Sangat Baik, dengan skor 7.600 – 9.000


b) Kategori Baik, dengan skor 5.500 – 7.500
c) Kategori Kurang, dengan skor < 5.500.

Dari hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro termasuk
dalam kategori Baik, yaitu dengan skor di antara 5.500 – 7.500,

7. Pola Penyakit

Data mengenai 10 jenis penyakit terbanyak rawat inap pada RSUD Jenderal Ahmad Yani
Metro sebagaimana disajikan pada tabel-tabel berikut.

Tabel 2.45 Sepuluh Penyakit Terbanyak Rawat Inap Tahun 2019

Persen
No. ICD-X Golongan Sebab-sebab Sakit Jumlah Kasus
(%)
1 C50 Neoplasma ganas payudara 1.106 16,39
2 N17.0-2,9-N19 Gagal ginjal lainnya 947 14,04
A81. A87-A89.
B03-B04. B07-
3 Penyakit virus lainnya 747 11,07
B09. B25. B27-
B34
D51-D58, D60.
4 Anemia lainnya 667 9,88
D62-D64
Stroke tak menyebut perdarahan atau
5 I64 656 9,72
infark
6 A91 Demam berdarah Dengue 645 9,56
7 A90 Demam Dengue 590 8,74
A81. A87-A89.
B03-B04. B07- Diare & gastroenteritis oleh penyebab
8 520 7,70
B09. B25. B27- infeksi tertentu (kolitis infeksi)
B34
Infeksi saluran nafas bagian atas akut
9 J00-J01, J05-J06 453 6,71
lainnya
10 K30 Dispepsia 414 6,13

ANDAL 2-70
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Sedangkan data 10 jenis penyait terbanyak rawat jalan pada RSUD Jenderal Ahmad Yani
Metro, sebagaimana disajikan pada tabel-tabel berikut.

Tabel 2.46 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan Tahun 2019

Jumlah Persen
No. Kode ICD-X Golongan Sebab-sebab Sakit
Kasus (%)
1 N17.0-2,9-N19 Gagal ginjal lainnya 2.788 22,45
2 C50 Neoplasma ganas payudara 2364 19,03
3 Skizofrenia, gangguan skizotipal, psikotik
F20.F21.F23 1459 11,75
Akut dan sementara
4 S00-01.04.09-11, S14-
16.19-21.21.24-25, S29-
31.34-35.39-41, S44-
46.49-51.54-56, S59-
Cedera YDT lainnya.YTT dan daerah
61.64-66.69-71, S74- 1402 11,29
badan mutipel
S76. S79-S81, S84-S86,
S89-91.94-96.99, T00-
01.06-07.09.11, T13-
T14
5 Bronkitis, emfisema dan penyakit paru
J40-J44 823 6,62
Obstruktif kronik lainnya
6 S42, S52, S62, S82,
Fraktur tulang anggota gerak lainnya 794 6,39
S92, T10, T12
7 Tuberkulosis (TB) paru BTA (+)
A15.0 780 6,28
dengan/tanpa tindakan kuman TB
8 I44-I49 Gangguan hantaran dan aritmia jantung 752 6,05
9 I10 Hipertensi esensial (primer) 627 5,04
10 J45 Asma 627 5,04

B. Kesehatan Lingkungan Sekitar Rumah Sakit

Kondisi kesehatan lingkungan di sekitar Rumah Sakit dapat digambarkan dari kondisi
perumahan dan cakupan jamban keluarga.

1. Rumah Sehat

Rumah sehat menjadi indikator lingkungan sehat. Rumah sehat dapat menggambarkan
kondisi kesehatan suatu wilayah. Indikator rumah sehat ditentukan oleh jenis lantai, luas
lantai, jenis dinding, dan jenis atap. Rumah dianggap sehat jika lantainya non tanah, luas
lantainya minimal 20 m2 per anggota rumah tangga, dinding non bambu/non bilik, dan atap
non rumbia.

ANDAL 2-71
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Berdasarkan Buku Saku Kesehatan Kota Metro Tahun 2018 (Dinas Kesehatan Kota Metro
2019) menyebutkan bahwa dari rumah yang dibina sebanyak 2.767 rumah, yang memenuhi
syarat/ rumah sehat sebah 1.218 rumah (44,02%). Berdasarkan survei lapangan bangunan
rumah masyarakat di wilayah studi mayoritas (96%) berupa rumah permanen, sedangkan
sisanya 4% merupakan rumah semi permanen. Bangunan rumah permanen di wilayah studi
umumnya berdinding tembok, beratap genting, dan sebagian besar berlantai keramik.
Bangunan rumah semi permanen umumnya berdinding setengah tembok, beratap asbes
atau seng, dan lantai sebagian masih semen peluran. Bangunan rumah umumnya sudah
dilengkapi ventilasi jendela dan lubang angin. Setiap rumah rata-rata terdapat ruang terbuka
hijau, dengan tanaman buah-buahan, tanaman hias dan tanaman peneduh lainnya. Sumber
energi untuk penerangan dan menghdupkan peralatan elektronik bersumber dari listrik yang
disuplai dari PLN.

Ditinjau dari sisi fisik bangunan semua rumah di wilayah studi memenuhi syarat rumah
sehat, namun banyak yang tidak memenuhi syarat rumah sehat ditinjau dari luas lantai
minimal 20 m2 per anggota rumah tangga. Banyaknya penghuni rumah akibat sanak
saudara atau anak kos-kosan di rumah penduduk di wilayah studi menyebabkan rumah yang
mereka tempati terkategorikan tumah sehat.

2. Air Bersih

Ketersediaan air bersih penting bagi manusia guna mendukung kesehatan. Ketersediaan air
bersih yang cukup dapat mereduksi terjadinya beberapa penyakit menular. Air bersih yang
layak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari juga harus memenuhi persyaratan kualitas
yang telah ditetapkan, baik kualitas fisik, bakteriologis, maupun kimia.

Berdasarkan Buku Saku Kesehatan Kota Metro Tahun 2018 (Dinas Kesehatan Kota Metro
2019) menunjukkan bahwa penduduk yang memiliki akses air minum hanya 94,47% dengan
sarana yang digunakan sebagai sumber air bersih berasal dari sumur gali terlindung, sumur
gali dengan pompa, dan sumur bor dengan pompa dan perpipaan.

Sumber air bersih masyarakat di wilayah studi berasal dari sumur tanah dangkal, berupa
sumur gali dengan kedalaman berkisar 12-16 meter. Berdasarkan informasi masyarakat
sumur tanah dangkal tidak pernah kering walapun musim kemarau. Kedalaman muka air
tanah berkisar 6-8 meter. Untuk memudahkan pengambilan air dari dalam sumur maka

ANDAL 2-72
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

sumur gali dilengkapi mesin pompa air. Penduduk menggunakan air sumur tanah dangkal
untuk mandi, cuci, dan masak. Kualitas air bersih di wilayah studi tergolog baik.

3. Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi

Puskesmas Metro melaporkan bahwa keluarga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi
yang layak (jamban sehat) sebesar 90,2%. Sedangkan Puskesman Yosodadi melaporkan
bahwa keluarga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat) sebesar
98,6%. Sisanya sebanyak 9,8% di wilayah layanan Puskesmas Metro dan 1,4% di wilayah
layanan Puskesmas Yosodadi tercatat masih menggunakan fasilitas sanitasi komunal.

Berdasarkan hasil survei lapangan melaui wawancara terhadap penduduk RW 04,


Kelurahan Metro, Kecamatan Metro Pusat, dan RW 01, Kelurahan Yosorejo, Kecamatan
Metro Timur, Kota Metro menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) telah memiliki
jamban sehat permanen (JSP). Sebagian besar masyarakat menggunakan klosed jongkok
dan sebagian kecil lainya menggunakan klosed duduk. Kamar mandi dan WC umumnya
berada di dalam rumah. Lantai kamar mandi umumnya dilapisi keramik. Demikian pula
dinding kamar mandi setengah badan dilapiasi keramik.

4. Pengelolaan Sampah

Sebagian besar masyarakat RW 04, Kelurahan Metro, Kecamatan Metro Pusat, dan RW 01,
Kelurahan Yosorejo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro melakukan pengelolaan sampah
(plastik, kertas pembungkus makanan, dan lain-lain) dengan cara dikumpulkan di bak /tong
sampah di depan rumah masing-masing. Setiap pagi sampah diambil oleh petugas
kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Metro. Sampah diangkut dengan truk
sampah untuk kemudian dibuang ke TPA

5. Pengelolaan Limbah Cair Domestik

Di wilayah RW 04, Kelurahan Metro, Kecamatan Metro Pusat, dan RW 01, Kelurahan
Yosorejo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro belum terdapat Instalasi Pengolah Air
Limbah (IPAL). Pengelolaan air limbah rumah tangga dilakukan secara mandiri oleh masing-
masing rumah tangga, yakni dengan mengalirkan ke saluran drainase kota di depan rumah
masing-masing.

ANDAL 2-73
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

6. Keberadaan Vektor Penyakit

Tumpukan sampah dan genangan air comberan merupakan habitat yang kondusif bagi
berkembangnya vektor penyakit. Tumpukan sampah dan genangan air pada saluran
drainase di sekitar permukiman yang lama tidak dibersihkan atau dimusnahkan akan
menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya beberapa binatang penyebar penyakit, antara
lain: tikus, kecoa, lalat, dan nyamuk.

Berdasarkan hasil wawancara pada saat survei peligkupan diperoleh informasi bahwa
keberadaan binatang vektor terutama tikus, kecoa, dan lalat di permukiman sekitar tapak
proyek tergolong sedikit/jarang, sedangkan nyamuk tergolong sedang. Keadaan populasi
binatang vektor di lingkungan rumah tergantung dari kebersihan rumah dan sekitarnya.

C. Kondisi Kesehatan Masyarakat

1. Jumlah dan Kondisi Sarana Kesehatan dan Tenaga Medis

Berdasarkan Buku Saku Kesehatan Kota Metro Tahun 2018 (Dinas Kesehatan Kota Metro
2019) menunjukkan bahwa saat ini di Kota Metro telah beroperasi 7 unit rumah sakit, yang
menurut status kepemilikan terdiri dari 1 (satu) Rumah Sakit Umum Pemerintah, 3 (tiga)
Rumah Sakit Umum Swasta, dan 3 (tiga) Rumah Sakit Khusus Swasta. Selain itu di wilayah
Kota Metro juga terdapat 12 puskesmas dan 5 puskesmas pembantu. Kinerja rumah sakit
dan puskesmas ini juga didukung keberadaan sarana pelayanan kesehatan lainnya
sebanyak 68 unit terdiri dari klinik kesehatan, praktek dokter perorangan, praktek pengobtan
tradisional, bank darah rumah sakit dan unit tranfusi darah, sarana produksi dan distribusi
kefarmasian terdiri dari pedagang besar farmasi, apotik, toko obat, dan penyalur alat
kesehatan yang tersebar di seluruh wilayah Kota Metro.

Tenaga Kesehatan di Kota Metro tersebar di berbagai sarana pelayanan kesehatan seperti
rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta, puskesmas, dan dinas kesehatan.
Jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di Kota Metro pada tahun 2018 sebanyak 2.576
orang. Dari seluruh jumlah tenaga kesehatan, sebanyak 1.546 orang (65%) bekerja
di sarana pelayanan kesehatan (rumah sakit dan puskesmas dan sarana kesehatan lain)
sebagai tenaga kesehatan dan 1.030 orang tenaga struktural, tenaga pendidik dan tenaga
dukungan manajemen yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan.

ANDAL 2-74
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Proporsi jenis tenaga kesehatan yang terbesar adalah perawat yaitu 55% (546 orang),
proporsi terbesar kedua adalah bidan yaitu 14,74% (215 orang). Sedangkan proporsi tenaga
kesehatan yang paling sedikit adalah keterapian fisik yaitu 0,35% (13 orang). Adapun
distribusi tenaga kesehatan di sarana kesehatan dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 2.24 Distribusi Tenaga Kesehatan pada Sarana Kesehatan di Kota Metro

Adapun rasio masing-masing jenis tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk tergambar
dalam tabel berikut.

Tabel 2.47 Tenaga Kesehatan per 100.000 Penduduk Kota Metro

Rasio Per 100.000 Penduduk


Renstra
No Jenis Tenaga
Kota Metro Th 2017 Kota Metro Th 2018 Depkes Th
2015-2019
1 Dokter Spesialis 43 49 11
2 Dokter Umum 31 31 45
3 Dokter Gigi 6 6 13
4 Perawat 280 284 198
5 Bidan 124 129 120
6 Farmasi 12 46 36
7 Tenaga Kesmas 4 5 16
8 Sanitarian 15 21 18
9 Gizi 15 16 14
10 Teknisi Medis 59 65 16
Sumber: Buku Saku Kesehatan Kota Metro Tahun 2018 (Dinas Kesehatan Kota Metro 2019)

Bila dilihat dari rasio masing-masing jenis tenaga Rasio kesehatan per 100.000 penduduk
menunjukkan bahwa rasio jenis tenaga terbesar adalah rasio tenaga perawat yaitu sebesar

ANDAL 2-75
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

491 per 100.000 penduduk (Target Nasional 2019 adalah 180 per 100.000 penduduk).
Sedangkan rasio terendah adalah profesi Sarjana Kesmas dengan rasio 5 per 100.000
penduduk (Target Nasional 16 per 100.000 penduduk).

Dari tabel rasio di atas dapat disimpulkan bahwa ketersediaan dan kecukupan tenaga
kesehatan sudah memenuhi target. Tetapi dalam pelaksanaan di lapangan masih
kekurangan tenaga, hal ini dikarenakan rasio sarana kesehatan sangat tinggi sehingga perlu
tenaga kesehatan yang yang lebih agar jumlah tenaga kesehatan di sarana kesehatan
seperti puskesmas sesuai dengan jumlah yang ada.

2. Pola Penyakit

Data mengenai 10 jenis penyakit yang sering diderita oleh masyarakat di wilayah studi
didapat dari data pasien rawat jalan di Puskesmas Kota Metro Tahun 2018 sebagaimana
disajikan pada tabel-tabel berikut.

Tabel 2.48 Sepuluh Penyakit Terbanyak pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas
(Terlapor Klinik Utama dan Klinik Pratama) Kota Metro Tahun 2018

No Jenis Penyakit Jumlah %

1 Hipertensi primer/essensial 18.442 24,01


2 Dispepsia 11.185 14,56
3 Nasofaringitis akut 11.097 14,45
4 Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), tidak spesifik 9.254 12,05
5 Faringitis akut, tidak spesifik 5.445 7,089
6 Myalgia/nyeri otot 5.433 7,074
7 Sakit kepala 4.617 6,011
Non-insulin-independent diabetes mellitus without
8 4.158 5,414
complications
9 Other acute upper respiratory infections of multiple sites 3.743 4,873
10 Gastritis, tidak spesifik 3.433 4,47
Sumber: Buku Saku Kesehatan Kota Metro Tahun 2018 (Dinas Kesehatan Kota Metro 2019)

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa penyakit yang paling banyak diderita oleh pasien
yang berkunjung puskesmas di Wilayah Kota Metro adalah hipertensi/tekanan darah tinggi.
Dijumpai juga penyakit yang berhubungan dengan perubahan kualitas lingkungan, yakni
ISPA dan gastritis.

ANDAL 2-76
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

2.2. KEGIATAN LAIN DI SEKITAR RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Kegiatan lain di sekitar lokasi rencana Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro
adalah permukiman penduduk, perkantoran, usaha perdagangan, dan aktivitas transportasi.

2.2.1 Pemukiman Penduduk

Pemukiman penduduk di sekitar lokasi Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro
tergolong tipologi permukiman perkotaan dengan tingkat kepadatan tinggi. Sampah
domestik dan air limbah domestik yang dihasilkan oleh penduduk yang tinggal dipermukiman
ini akan berakumulasi dengan sampah dan air limbah yang dihasilkan oleh RSUD Jenderal
Ahmad Yani Metro. Demikian halnya mobilitas masyarakat di kawasan sekitar rumah sakit
juga akan berakumulasi dengan mobilitas karyawan dan pasien beserta keluarganya
menambah beban kepadatan lalu lintas di ruas Jalan Jenderal Ahmad Yani.

2.2.2 Perkantoran

Di sekitar lokasi Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro juga merupakan
kawasan perkantoran. Mobilitas para karyawan perkantoran akan berakumulasi dengan
mobilitas karyawan dan pasien beserta keluarganya sehingga menambah beban kepadatan
lalu lintas di ruas Jalan Jenderal Ahmad Yani.

2.2.3 Usaha Perdagangan

Di sekitar lokasi Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro tumbuh usaha
perdagangan seperti fotokopi, warung makan, warung kelontong, dan sebagainya. Kegiatan
UMKM ini juga akan menghasilkan sampah domestik dan air limbah domestik yang dibuang
ke saluran drainase Jalan Rajabasa, sehingga akan berakumulasi dengan sampah dan air
limbah yang dihasilkan oleh RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro.

2.2.4 Transportasi

RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro diklilingi oleh jalan umum, yakni di sebelah utara oleh
Jalan Seminung, di sebelah timur oleh Jalan Rajabasa, di sebelah timur oleh Jalan
Rajabasa, dan di sebelah barat oleh Jalan Jenderal Ahmad Yani. Pintu masuk rumah sakit
melalui Jalan Jenderal Ahmad Yani. Aktivitas transportasi di sekitar ini berpotensi
meningkatkan kebisingan dan menurunkan kualitas udara, sehingga dampaknya
berakumulasi dengan dampak kebisingan dan penurunan kualitas udara dihasilkan oleh
RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro.

ANDAL 2-77
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Peta kegiatan lain di sekitar rencana Kegiatan Rencana Pengembangan RSUD Jenderal
Ahmad Yani Metro sebagaimana Gambar 2.25.

ANDAL 2-78
AMDAL Kegiatan Pengembangan RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro

Gambar 2.25 Peta Kegiatan Lain di Sekitar Rencana Kegiatan

ANDAL 2-79
2.1.1 KOMPONEN GEO-FISIK-KIMIA .......................................................................................... 1
Tabel 2.1 Data Curah Hujan Bulanan di Sekitar Lokasi Kegiatan ............................. 1
Tabel 2.2 Data Hari Hujan Bulanan di Sekitar Lokasi Kegiatan ................................ 2
GAMBAR 2.1 HISTOGRAM PENYEBARAN CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN BULANAN .............. 3
Tabel 2.3 Data Suhu Udara di Sekitar Lokasi Kegiatan ........................................... 3
Tabel 2.4 Data Kelembaban Udara Rata-rata Bulanan di Lokasi Kegiatan ................ 4
Tabel 2.5 Data Kecepatan Angin (knot) di Daerah Studi.......................................... 5
GAMBAR 2.2 WINDROSE DI DAERAH STUDI: (A) NOPEMBER-APRIL DAN (B) MEI-OKTOBER ..... 5
Tabel 2.6 Data Pemantauan Kualitas Udara Ambien ............................................. 6
Tabel 2.7 Data Primer Kualitas Udara Ambien ....................................................... 7
Tabel 2.8 Data Pemantauan Kualitas Emisi Genset .............................................. 11
Tabel 2.9 Data Pemantauan Tingkat Kebisingan .................................................. 12
Tabel 2.10 Data Primer Pengukuran Tingkat Kebisingan ........................................ 12
GAMBAR 2.3 KONDISI SALURAN DRAINASE SAMPING JL. RAJABASA ................................. 13
GAMBAR 2.4 KONDISI EKSISTING IPAL RSUD JENDERAL AHMAD YANI METRO .................. 15
Tabel 2.11 Data Kualitas Air Limbah IPAL RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro.......... 16
GAMBAR 2.5 GRAFIK TREN PERUBAHAN PH AIR LIMBAH ................................................ 17
GAMBAR 2.6 GRAFIK TREN PERUBAHAN KADAR BOD AIR LIMBAH ................................... 18
GAMBAR 2.7 GRAFIK TREN PERUBAHAN KADAR COD AIR LIMBAH................................... 19
GAMBAR 2.8 GRAFIK TREN PERUBAHAN KADAR TSS AIR LIMBAH ................................... 20
GAMBAR 2.9 GRAFIK TREN PERUBAHAN KADAR TSS AIR LIMBAH ................................... 21
GAMBAR 2.10 GRAFIK TREN PERUBAHAN KADAR NH3- AIR LIMBAH ................................... 22
GAMBAR 2.11 GRAFIK TREN PERUBAHAN KADAR TOTAL COLIFORM AIR LIMBAH .................. 23
GAMBAR 2.12 UPSTREAM SALURAN DRAINASE RSUD JENDERAL AHMAD YANI METRO ......... 24
Tabel 2.12 Data Pemantauan Kualitas Air Bersih ................................................... 25
Tabel 2.13 Data Primer Analisis Kualitas Air Bersih ................................................ 26
GAMBAR 2.13 PENAMPANG MELINTANG RUAS JALAN JENDERAL AHMAD YANI ..................... 28
Tabel 2.14 Inventarisasi Data Kondisi Ruas Jalan Jenderal Ahmad Yani .................. 28
Tabel 2.15 Perhitungan Nilai Kapasitas Ruas Jalan Jenderal Ahmad Yani................ 29
GAMBAR 2.14 PENAMPANG MELINTANG RUAS JALAN RAJABASA ....................................... 29
Tabel 2.16 Inventarisasi Data Kondisi Ruas Jalan Rajabasa ................................... 29
Tabel 2.17 Perhitungan Nilai Kapasitas Ruas Jalan Rajabasa ................................. 30
Tabel 2.18 Kinerja Lalu Lintas pada Ruas Jalan Jenderal Ahmad Yani .................... 30
2.1.2 KOMPONEN SOSIO-EKONOMI-BUDAYA ............................................................................ 31
Tabel 2.19 Wilayah Administrasi Kota Metro Berdasarkan Kecamatan dan Kelurahan
......................................................................................................... 31
Tabel 2.20 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Studi, 2020 .... 32
Tabel 2.21 Struktur Penduduk Produktif dan Pengelompokan Usia di Wilayah Studi,
2020 ................................................................................................. 33
Tabel 2.22 Tingkat Kepadatan Penduduk di Wilayah Studi, 2020............................. 34
Tabel 2.23 Tingkat Pendidikan Penduduk di Wilayah Studi, 2020 ............................ 35
Tabel 2.24 Stuktur Penduduk Berdasarkan Agama yang Dipeluknya di Wilayah Studi,
2020 ................................................................................................. 37
Tabel 2.25 Pekerjaan dan Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Studi, 2020........ 38
GAMBAR 2.15 USAHA EKONOMI DI DALAM KAWASAN RSUD JENDERAL AHMAD YANI METRO . 39
Tabel 2.26 Unit Usaha yang Berkembang di Sekitar RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro
......................................................................................................... 40
41
41
GAMBAR 2.16 USAHA WARUNG MAKAN DI SEKITAR RSUD JENDERAL AHMAD YANI METRO ... 41
41
GAMBAR 2.17 USAHA APOTIK, WARUNG MAKAN DAN KOS-KOSAN, FOTOCOPY, DAN PEDAGANG.............. 41
KAKI LIMA DI SEKITAR RSUD JENDERAL AHMAD YANI METRO ........................................................... 41
Tabel 2.27 Stuktur Penduduk menurut Suku-suku di Wilayah Studi, 2020 ................ 43
Tabel 2.28 Rekap Hasil Survei Persepsi Masyarakat Tahap Konstruksi.................... 45
Tabel 2.29 Rekapitulasi Hasil Survei Persepsi Masyarakat Tahap Operasi ............... 47
2.1.3 KOMPONEN KESEHATAN............................................................................................... 48
MENGACU PADA KEPUTUSAN KEPALA BAPEDAL NOMOR 124 TAHUN 1997 TENTANG PANDUAN KAJIAN ASPEK
KESEHATAN MASYARAKAT DALAM PENYUSUNAN AMDAL, RUANG LINGKUP STUDI KOMPONEN
KESEHATAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN DALAM RUMAH SAKIT DAN DI WILAYAH LINGKUNGAN
RUMAH SAKIT............................................................................................................. 48
RONA AWAL KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT DI WILAYAH STUDI MELIPUTI ASPEK: JENIS DAN JUMLAH
SARANA PELAYANAN KESEHATAN, JENIS DAN JUMLAH TENAGA KESEHATAN, POLA PENYAKIT,
SARANA SANITASI DASAR, STATUS GIZI MASYARAKAT DAN JUMLAH PENDUDUK YANG BERESIKO
TINGGI (BALITA DAN LANSIA) SERTA MEDIA LINGKUNGAN YANG DAPAT MENJADI PERKEMBANG
BIAKAN VEKTOR PENYAKIT. ............................................................................................ 48
GAMBAR 2.18 SALMONELLA ....................................................................................................... 49
GAMBAR 2.19 VIBRIO ................................................................................................................ 50
GAMBAR 2.20 SHIGELLA ........................................................................................................... 50
GAMBAR 2.21 BACILLUS ........................................................................................................... 51
GAMBAR 2.22 ESCHERICHIA COLI ............................................................................................... 51
GAMBAR 2.23 STAPHYLOCOCCUS AUREUS ................................................................................... 52
Tabel 2.30 Hasil Analisa Mikrobiologi .................................................................... 52
Tabel 2.31 Hasil Analisis Kualitas Mikrobiologi Alat Masak (Ruang Gizi) .................. 53
Tabel 2.32 Hasil Analisis Kandungan Mikrobiologi pada Sampel Makanan Terolah ... 53
Tabel 2.33 Hasil Analisa Usap Tangan dan Rctal Swab (Angka Kuman ) pada
Penjamah Makanan ............................................................................ 54
Tabel 2.34 JumlahTemuan Hama Serangga/Vektor Penyakit didalam Ruangan Rumah
Sakit, Pelaporan Bulan Januari – Maret 2019............................................. 55
Tabel 2.35 JumlahTemuan Hama Serangga/Vektor Penyakit didalam RuanganRumah
Sakit, Pelaporan Bulan April – Mei 2019................................................... 55
Tabel 2.36 JumlahTemuan Hama Serangga/Vektor Penyakit didalam RuanganRumah
Sakit, Pelaporan Bulan Juli – September 2019 ........................................... 56
Tabel 2.37 JumlahTemuan Hama Serangga/Vektor Penyakit didalam Ruangan Rumah
Sakit, Pelaporan Bulan Oktober – Desember 2019 ...................................... 56
Tabel 2.38 JumlahTemuan Hama Serangga/Vektor Penyakit didalam Ruangan Rumah
Sakit, Pelaporan Bulan Januari – Maret 2020............................................. 57
Tabel 2.39 JumlahTemuan Hama Serangga/Vektor Penyakit diluar Ruangan Rumah
Sakit, Pelaporan Bulan Januari – Maret 2019............................................. 57
Tabel 2.40 JumlahTemuan Hama Serangga/Vektor Penyakit diluar RuanganRumah
Sakit, Pelaporan Bulan April – Mei 2019................................................... 58
Tabel 2.41 JumlahTemuan Hama Serangga/Vektor Penyakit diluar Ruangan Rumah
Sakit, Pelaporan Bulan Juli – September 2019 ........................................... 59
Tabel 2.42 JumlahTemuan Hama Serangga/Vektor Penyakit diluar RuanganRumah
Sakit, Pelaporan Bulan Oktober – Desember 2019 ...................................... 59
Tabel 2.43 JumlahTemuan Hama Serangga/Vektor Penyakit diluar Ruangan Rumah
Sakit, Pelaporan Bulan Januari – Maret 2020............................................. 60
Tabel 2.44 Penilaian Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan (Inspeksi Sanitasi) Rumah
Sakit ................................................................................................. 62
Tabel 2.45 Sepuluh Penyakit Terbanyak Rawat Inap Tahun 2019 ........................... 70
Tabel 2.46 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan Tahun 2019 ....................................... 71
GAMBAR 2.24 DISTRIBUSI TENAGA KESEHATAN PADA SARANA KESEHATAN DI KOTA METRO.................. 75
Tabel 2.47 Tenaga Kesehatan per 100.000 Penduduk Kota Metro........................... 75
Tabel 2.48 Sepuluh Penyakit Terbanyak pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas
(Terlapor Klinik Utama dan Klinik Pratama) Kota Metro Tahun 2018 ........ 76
2.2. KEGIATAN LAIN DI SEKITAR RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN ..................... 77

Anda mungkin juga menyukai