Anda di halaman 1dari 112

LAPORAN ANTARA

Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

4.1. KONDISI HIDROLOGIS, HIDROMETEROLOGIS DAN HIDROGEOLOGIS

4.1.1. Curah Hujan


Data hidrologi khususnya hujan yang tersedia seringkali kurang memadai
untuk dijadikan dasar perhitungan analisis hidrologi seperti ketersediaan
air, banjir maupun kekeringan. Pada saat ini NASA (Amerika) sudah
mengembangkan Tropical Rainfall Measuring Mission atau TRMM sejak
tahun 1998 dan telah mengalami berbagai proses penyempurnaan sehingga
data global tersebut dapat diunduh dan digunakan di berbagai negara
sebagai . Data hujan ground stations lebih dapat menggambarkan kondisi
hujan setempat jauh lebih baik dibandingkan dengan data satelit, oleh
karena itu sebaiknya data satelit tersebut dikoreksi terlebih dahulu
menggunakan data dari pos hujan yang ada didekatnya.
Dalam WS Randangan seluas 3945 km2 hanya tersedia 3 pos hujan manual
oleh karena itu perlu dibantu dengan data hujan TRMM untuk mengisi
kekurangan tersebut.
TRMM singkatan dari Tropical Rainfall Measuring Mission (TRMM)
menghasilkan perkiraan hujan diperuntukkan bagi kegiatan monitoring.
TRMM merupakan proyek kerjasama antara NASA, Amerika dengan
Japanese Aerospace Exploration Agency. Tim TRMM NASA mengembangkan
alat dan metoda untuk memadukan dan menganalisis data hujan di bumi
maupun di antariksa serta memublikasikan data berkualitas hasil kerja tim.
Sejak dimulainya tahun 1998, TRMM telah menarik perhatian banyak
komunitas ilmuwan yang tertarik pada pengukuran dan prediksi hujan.
Satelit TRMM diluncurkan pada November 1997 dan telah memproduksi
data sejak tahun 1998. Produk standar TRMM (TRMM Standard Products)
terdiri dari satelit dan GV (Ground Validation). Sejak tahun 1998 telah
mengalami beberapa kali proses ulang untuk memperbaiki perpaduan
berbagai algoritma dan proses dalam grid (kotak) berukuran 0,25°x0,25°
atau 28 x 28 km dengan keterlambatan 1 bulan.
WS Randangan di Propinsi Gorontalo diliput oleh 14 grid seperti terlihat
pada Gambar berikut, serta ada 2 pos hujan yag berlokasi didalamnya yaitu
Popayato dan Motoholu. Untuk pos hujan kalimas tidak digunakan karena
rentang waktunya pendek. Data hujan harian di Popayato dan Motohulu
dari tahun 1998-2015.

4-1
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Gambar 4. 1. Grid TRMM Dalam WS Randangan

Gambar 4. 2. Pos Hujan Dalam WS Randangan

Untuk daerah WS Randangan data curah hujan yang tersedia cukup untuk
melakukan analisis ketersediaan air, dikarenakan terdapat beberapa pos
pengukuran curah hujan yang bisa dipakai, yang berada di area WS
Randangan. Dalam menganalisis ketersediaan air akan digunakan curah
hujan bulanan sedangkan untuk menghitung debit banjir rencana
menggunakan curah hujan harian maksimum. Berikut ini adalah dua

4-2
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

contoh curah hujan bulanan dari beberapa stasiun hujan yang ada di WS
Randangan. Curah hujan bulanan dalam Stasiun Popayato dapat dilihat
pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4. 1. Curah Hujan Bulanan di Stasiun Popayato
Hujan(mm)
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
1998 116 17 27 92 163 161 252 231 238 239 251 263
1999 164 57 296 121 206 198 156 94 82 198 150 119
2000 259 256 158 199 105 271 112 60 82 196 179 175
2001 342 175 209 220 189 292 65 18 87 91 243 133
2002 206 53 162 127 144 109 17 12 21 31 148 178
2003 103 91 281 205 227 83 206 29 49 16 101 161
2004 233 155 152 198 63 113 73 0 0 13 154 131
2005 137 128 197 128 90 78 152 0 4 107 176 147
2006 127 125 149 165 89 191 19 18 27 5 103 134
2007 151 200 188 120 67 199 88 68 72 106 125 137
2008 147 113 199 257 48 73 241 170 56 172 223 144
2009 125 134 86 142 257 102 2 0 0 82 70 185
2010 135 154 235 211 251 93 123 101 120 244 141 77
2011 134 181 238 193 312 140 23 119 53 122 104 119
2012 168 169 204 249 255 137 252 64 42 76 181 172
2013 92 226 277 209 256 174 273 262 31 128 133 351
2014 121 73 68 118 142 127 38 39 0 9 72 246
2015 216 194 66 134 177 167 8 0 3 20 178 91
Rata-rata 165 139 177 172 169 151 117 71 54 103 152 164
Sumber : Pusat Data Hidrologi BWS Sulawesi II, Tahun 2015

Gambar 4. 3. Grafik Curah Hujan Rerata Bulanan Stasiun Popayato

4-3
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Tabel 4. 2. Curah Hujan Bulanan di Stasiun Motolohu

Hujan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
1998 133 8 9 33 189 91 124 235 50 244 138 163
1999 354 62 108 184 130 153 97 214 31 79 117 159
2000 65 168 136 217 148 89 229 129 57 30 105 121
2001 138 161 334 67 138 171 296 60 59 11 121 151
2002 131 183 104 74 130 117 76 32 0 9 15 22
2003 139 169 63 149 136 223 0 24 52 31 29 13
2004 130 176 205 81 104 115 10 20 12 7 2 21
2005 146 92 72 47 142 83 34 55 28 54 37 82
2006 165 124 177 143 101 178 91 157 41 7 28 12
2007 167 87 81 208 103 68 34 62 107 16 24 24
2008 117 166 227 213 169 63 15 30 37 81 20 109
2009 110 4 57 144 108 206 168 75 30 54 27 40
2010 166 99 275 67 299 301 151 106 180 119 110 180
2011 132 162 213 285 49 263 127 103 33 28 72 132
2012 292 120 108 215 159 140 107 266 10 148 41 180
2013 240 83 244 80 302 274 202 78 187 65 38 138
2014 310 85 10 217 311 185 221 110 98 0 6 92
2015 96 221 126 70 20 172 98 87 8 0 0 111
Rata-rata 168 121 142 139 152 161 116 102 57 55 52 97
Sumber : Pusat Data Hidrologi BWS Sulawesi II, Tahun 2015

Gambar 4. 4. Grafik Curah Hujan Rerata Bulanan Stasiun Motolohu

Dari dua stasiun diatas menggambarkan kondisi hujan yang tertinggi terjadi
pada bulan januari sampai bulan juli, sedang bulan agustus sampai oktober
kondisi hujan yang rendah.

4-4
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Tabel 4. 3. Curah Hujan Tahunan di WS. Randangan

Stasiun Hujan WS Randangan


Tahun
12 13 14 15 23 24 25 26 27 34 35 36 37 38 Popayato Matolohu
1998 1771 1801 1618 1569 1886 1722 1711 1419 1454 2084 1984 2068 2065 1029 2049 1419
1999 1544 1562 1432 1422 1944 1811 1527 1708 1625 1919 1828 1736 1751 2261 1842 1688
2000 1403 1382 1329 1302 1897 1870 1554 1510 1687 2095 2054 2108 2100 2093 2051 1494
2001 1310 1184 1226 1254 1972 1984 1644 1711 1731 2238 2221 2033 1838 2083 2065 1706
2002 878 860 754 729 1341 1096 1017 868 1002 1428 1122 1071 1042 1037 1208 893
2003 1082 1114 1039 1003 1775 1669 1361 1283 1227 1756 1577 1401 1262 1696 1553 1026
2004 1036 1039 815 833 1668 1392 1075 1120 1140 1514 1300 1071 1048 1527 1283 882
2005 1156 1231 1070 975 1495 1362 1112 1144 1117 1435 1372 1176 1218 1355 1343 872
2006 1011 1003 1011 963 1384 1363 1102 897 938 1602 1328 1206 1151 1293 1152 1225
2007 1256 1256 1186 1212 1267 1258 1316 1149 1240 2075 1951 1833 1806 1494 1520 979
2008 1683 1780 1733 1693 2013 2102 1783 1847 1847 2702 2388 2310 2460 2801 1844 1246
2009 1014 983 1019 990 1387 1424 1233 1309 1309 1779 1648 1585 1702 2090 1184 1023
2010 1770 1737 1713 1645 2554 2198 2056 1981 2223 2640 2460 2331 2527 2805 1886 2053
2011 1744 1768 1666 1560 1855 1911 1730 1763 1696 2306 2158 2195 2173 2232 1737 1599
2012 1514 1479 1586 1537 1736 1966 1748 1792 1781 2177 2102 2083 2122 2532 1969 1787
2013 1624 1796 1617 1579 2088 1822 1780 1742 1876 2290 2253 2217 2174 2206 2413 1930
2014 1177 1233 1229 1232 1605 1549 1375 1381 1331 1575 1465 1458 1603 1759 1053 1645
2015 959 948 926 920 1213 1240 1003 1044 1113 1330 1210 1041 974 1100 1254 1009
Rearata 1329 1342 1276 1245 1727 1652 1452 1426 1463 1941 1801 1718 1723 1855 1634 1360
Sumber; Analisis Konsultan Tahun 2016

4-5
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Gambar 4. 5. Grafik Curah Hujan Rerata Tahunan Pada WS. Randangan

Berdasarkan dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tinggi hujan tahunan
tertinggi yang tercatat di Stasiun Grid 38 yaitu terjadi pada Tahun 2010
sebesar 2805 mm dan yang terendah terjadi pada stasiun grid 15 Tahun
2002 sebesar 729 mm. Curah hujan yang rerata tahunan sebesar 1559
mm/tahun dan ini dapat menjadi sumber/suplai air bagi suatu WS.

4-6
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Sumber ; Analisis GIS, Tahun 2016


Gambar 4. 6. Peta Isohyet Hujan Tahunan WS Randangan

4-7
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

4.1.2. Iklim
Berdasarkan peta iklim menurut klasifikasi Oldeman dan Darmiyati, WS
Randangan secara rata-rata beriklim relatif kering. Wilayah terkering (iklim
E2 dengan rata-rata kurang dari 3 (tiga) bulan per tahun bercurah hujan
rerata 200 mm) meliputi seluruh wilayah Kabupaten Pohuwato dan sebagian
Kabupaten Parigi Moutong. Sementara, wilayah yang relatif lebih basah
(iklim C1, dengan 5 sampai 6 bulan basah per tahun) ditemukan di
sepanjang wilayah Utara Kabupaten Pohuwato.
Untuk mengetahui keadaan iklim daerah studi digunakan data meteorologi
Tahun 2008-2014 dari Stasiun Klimatologi Marisa, Desa Buntulia Utara,
Provinsi Gorontalo. Data meteorologi yang tersedia meliputi data temperatur
udara, kecepatan angin, kelembapan udara, lama penyinaran matahari
serta penguapan. Data klimatologi yang diperoleh yang ada di dalam WS
Randangan dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 4. 4. Data Klimatologi Rerata Stasiun Buntulia Utara Provinsi Gorontalo
Tahun 2008
BULAN JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
TEMPERATUR UDARA (oC) 27.9 27.7 27.2 27.8 28.3 28.1 27.7 27.7 27.8 27.8 28.2 28.5
KELEMBABAN UDARA
(RH) (%) 74.2 73.2 72.4 76.6 75.4 73.6 69.5 71.9 73.4 73.4 74.3 73.4
PENYINARAN
MATAHARI (%) 34.9 45.4 43.4 50.2 51.7 47.3 42.8 48.6 45.5 45.5 56.1 72.7
KEC. ANGIN (Tinggi 2
M) (m/dtk) 90.2 68.4 40.6 36.1 59.2 65.1 74.3 76.4 63.8 63.8 80.6 33.4
PENGUAPAN (mm) 4.2 4.2 5.7 4.5 4.9 4.7 5.3 4.2 4.7 4.7 4.4 4.4

Tabel 4. 5. Data Klimatologi Rerata Stasiun Buntulia Utara Provinsi Gorontalo Tahun
2009

BULAN JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
TEMPERATUR UDARA (oC) 28.3 28.6 27.9 30.2 27.9 27.8 25.6 25.4 25.9 26.2 27.8 28.3
KELEMBABAN UDARA (RH) (%) 74.8 75.5 77.6 76.2 73.8 70.9 82.9 86.1 76.3 84.7 70.2 74.4
PENYINARAN MATAHARI (%) 41.6 45.4 47.9 50.0 46.0 44.2 47.6 65.4 71.8 60.9 54.8 56.0
KEC. ANGIN (Tinggi 2 M) (m/dtk) 77.1 47.3 33.6 27.5 46.8 56.6 90.5 110.4 89.9 72.5 90.6 78.4
PENGUAPAN (mm) 0.1 1.2 2.2 1.8 1.2 2.3 1.9 0.0 0.0 2.4 5.1 4.6

Tabel 4. 6. Data Klimatologi Rerata Stasiun Buntulia Utara Provinsi Gorontalo Tahun
2010

BULAN JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
TEMPERATUR UDARA (oC) 27.9 28.2 28.3 28.8 28.2 27.1 27.3 26.9 27.2 27.6 27.2 27.0
KELEMBABAN UDARA (RH) (%) 79.4 76.7 77.2 75.9 79.5 76.5 73.1 76.7 74.3 74.8 74.5 74.1
PENYINARAN MATAHARI (%) 49.0 60.3 58.7 48.9 55.8 52.2 52.9 50.3 52.3 50.3 55.6 39.7
KEC. ANGIN (Tinggi 2 M) (m/dtk) 69.0 55.6 52.6 55.9 66.8 74.0 57.7 53.5 60.6 67.7 74.6 70.8
PENGUAPAN (mm) 2.0 3.6 3.4 2.4 2.6 3.9 1.9 1.8 1.6 2.8 1.9 1.6

4-8
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Tabel 4. 7. Data Klimatologi Rerata Stasiun Buntulia Utara Provinsi Gorontalo Tahun
2011

BULAN JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
TEMPERATUR UDARA (oC) 26.5 26.8 26.7 26.7 26.7 26.7 26.7 27.5 27.2 27.2 26.4 27.3
KELEMBABAN UDARA (RH) (%) 75.8 81.0 78.0 77.9 77.4 77.8 77.9 74.9 77.2 75.4 77.0 82.1
PENYINARAN MATAHARI (%) 40.0 44.5 39.1 44.7 46.7 43.9 52.5 54.4 46.7 56.6 46.1 38.9
KEC. ANGIN (Tinggi 2 M) (m/dtk) 0.6 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 0.9 0.9 0.8 0.6 0.7 0.9
PENGUAPAN (mm) 131.1 108.9 176.6 121.2 152.2 141.3 147.6 114.1 135.4 142.5 113.1 132.2

Tabel 4. 8. Data Klimatologi Rerata Stasiun Buntulia Utara Provinsi Gorontalo Tahun
2012

BULAN JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
TEMPERATUR UDARA (oC) 27.9 27.6 27.3 27.2 27.5 26.8 26.8 26.9 27.7 27.7 28.9 27.0
KELEMBABAN UDARA (RH) (%) 77.3 75.9 76.8 77.6 80.0 78.9 79.8 77.9 76.1 76.5 83.0 79.0
PENYINARAN MATAHARI (%) 47.8 53.8 39.0 50.4 44.7 35.9 29.8 53.4 58.9 50.7 55.3 27.1
KEC. ANGIN (Tinggi 2 M) (m/dtk) 0.8 0.6 0.5 0.6 0.9 1.0 0.7 0.9 0.7 0.9 1.2 3.2
PENGUAPAN (mm) 1.7 32.5 68.2 52.4 37.5 69.5 57.2 0.0 0.0 74.9 153.0 142.0

Tabel 4.8. Data Klimatologi Rerata Stasiun Buntulia Utara Provinsi Gorontalo
Tahun 2013
BULAN JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
TEMPERATUR UDARA (oC) 27.0 27.4 27.9 26.3 27.9 27.1 26.1 27.7 27.8 27.8 27.2 27.2
KELEMBABAN UDARA (RH) (%) 76.1 75.5 76.2 76.8 75.3 76.0 73.7 76.0 75.6 77.8 76.6 78.5
PENYINARAN MATAHARI (%) 28.3 39.0 55.3 39.0 36.8 39.1 30.8 44.7 54.6 55.0 56.3 46.5
KEC. ANGIN (Tinggi 2 M) (m/dtk) 0.8 0.6 0.6 0.6 0.7 0.8 0.6 0.7 0.8 0.9 0.9 0.9
PENGUAPAN (mm) 63.0 100.0 105.0 71.0 82.0 117.0 59.0 56.0 47.0 87.0 57.0 51.0

Tabel 4. 9. Data Klimatologi Rerata Stasiun Buntulia Utara Provinsi Gorontalo Tahun
2014

BULAN JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
TEMPERATUR UDARA (oC) 27.7 27.6 27.6 28.3 27.6 27.2 27.7 28.1 28.5 28.4 28.3 27.9
KELEMBABAN UDARA (RH) (%) 78.0 78.2 76.5 78.1 80.1 80.8 78.7 79.0 79.9 80.3 80.0 79.0
PENYINARAN MATAHARI (%) 49.9 58.0 59.8 57.9 57.9 47.3 62.5 65.4 66.4 67.9 58.5 55.9
KEC. ANGIN (Tinggi 2 M) (m/dtk) 1.0 0.6 0.6 0.8 0.9 0.9 0.9 0.8 0.9 1.0 0.9 1.0
PENGUAPAN (mm) 63.0 100.0 105.0 71.0 82.0 117.0 59.0 56.0 47.0 87.0 57.0 51.0

Sumber : Pusat Data Hidrologi BWS Sulawesi II, Tahun 2015

4.2. KUANTITAS DAN KUALITAS SUMBER DAYA AIR

4.2.1. Ketersedian Air Permukaan


Air permukaan adalah air yang terkumpul di atas tanah atau di mata air,
sungai danau, lahan basah, atau laut. Air permukaan secara alami terisi
melalui presipitasi dan secara alami berkurang melalui penguapan dan

4-9
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

rembesan ke bawah permukaan sehingga menjadi air bawah tanah atau air
tanah. Potensi sumber daya air suatu wilayah atau kawasan dapat ditinjau
dari sisi volume dan kualitas air yang dapat dihasilkan wilayah
bersangkutan. Potensi sumber daya air khususnya air tawar dapat
digolongkan menjadi : (1) potensi air hujan (presipitasi), (2) potensi air
permukaan berupa air sungai dan air danau, dan (3) potensi air tanah
dalam dan air tanah dangkal.
1) Sungai
Sungai merupakan jalan air alami, mengalir menuju samudera, danau atau
laut, atau ke sungai yang lain. Sungai merupakan salah satu bagian dari
siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi,
seperti hujan,embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa
negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan es/salju. Selain air,
sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan. Tabel berikut ini menyajikan
nama-nama sungai di WS Randangan.
Tabel 4. 10. Sungai-Sungai di WS Randangan
Nama Sungai Panjang (km) DAS
Beringin 23,76 Beringin
Duta Malam 31,62 Dinga Motolohu
Kelapalima 13,74 Milangodaa
Lampolambe 14,07 Sidorukun
Lemito 35,78 Lemito
Molosipat 21,70 Molosipat
Moutong 21,75 Moutong
Nyiur 9,58 Lomuli
Randangan 110,85 Randangan
Ringin Sari 19,73 Patihu
Salo Luguse 54,88 Popayato
Wonggarasi 6,92 Wonggarasi
Suka Damai 5,39 Suka Damai
Dudeulo 10,61 Dudeulo
Sumber : Analisis GIS, Tahun 2015

Pola aliran Sungai Randangan termasuk sungai yang berair sepanjang


musim (permanen). Arah aliran sungai dari utara ke selatan dan bermuara
di Teluk Tomini. Di Kabupaten Pohuwato terdapat 2 (dua) stasiun Automatic
Water Lever Recorder (AWLR) yaitu Stasiun Malango Marisa dan Stasiun
Taluditi di Marisa III. Walaupun keberadaan sungai di WS Randangan
cukup baik, tetapi fluktuasi debitnya terlalu tinggi.
Hal ini diperlihatkan bahwa pada musim penghujan air berkelebihan
bahkan menjadi bencana dan musim kemarau kekeringan. Maka perlu
pembangunan tampungan air sebagai penyeimbang kuantitas air yang ada

4-10
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

di WS Randangan agar mampu menahannya di waktu berlebih dan


dimanfaatkan di waktu kekurangan.
2) Embung
Embung adalah suatu bangunan penyimpan air permukaan, tapi dengan
kapasitas dan dimensi lebih kecil dari pada waduk. Suatu tampungan air
dikatakan embung jika kapasitas tampungannya kurang dari 100.000 m 3.
Berikut merupakan hasil inventarisasi waduk dan embung yang dilakukan
di WS Randangan. Untuk lebih jelas mengenai embung yang ada di WS
Randangan dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 4. 11. Tampungan Air Berupa Embung di WS Randangan
Nama Embung: Iloheluma
Desa Iloheluma Elevasi normal (m) 3,5
Kecamatan Patilanggio Volume normal (m3) 1.255.000
Kabupaten Pohuwato Elevasi Pemantauan (m) 3
Provinsi Gorontalo Volume Pemantauan (m3) 95.000
Wilayah Sungai Randangan Deviasi (m) 0,5
Koordinat Embung Elevasi Siaga Kekeringan (m) 1
LS/LU Kondisi Embung Baik
X 376.272,257 Luas Areal Irigasi (Ha) 800
Y 62.142,176 Luas Areal yang mengalami 114,29
kekeringan (Ha)
Z 45,505
Nama Embung Sari Murni
Desa Sari Murni Elevasi normal (m) 1,5
Kecamatan Taluditi Volume normal (m3) 73.000
Kabupaten Pohuwato Elevasi Pemantauan (m) 1
Provinsi Gorontalo Volume Pemantauan (m3) 65.000
Wilayah Sungai Randangan Deviasi (m) 0,5
Koordinat Embung Elevasi Siaga Kekeringan (m) 1
LS/LU Kondisi Embung Baik
X 365.148,455 Luas Areal Irigasi (Ha) 26
Y 63.746,544 Luas Areal yang mengalami 8,67
kekeringan (Ha)
Z 200,43
Nama Embung Molimbue
Desa Molimbue Elevasi normal (m) 3
Kecamatan Patilanggio Volume normal (m3) 175.000
Kabupaten Pohuwato Elevasi Pemantauan (m) 2,5
Provinsi Gorontalo Volume Pemantauan (m3) 150.000
Wilayah Sungai Randangan Deviasi (m) 0,5
Koordinat Embung Elevasi Siaga Kekeringan (m) 1
LS/LU Kondisi Embung Baik
X 37.251.174,349 Luas Areal Irigasi (Ha) 100
Y 62.490,784 Luas Areal yang mengalami 16,67
kekeringan (Ha)
Z 78,528
Sumber : Pusat Data Hidrologi BWS Sulawesi II , Tahun 2012

Bangunan Sarana dan Prasarana yang ada pada WS Randangan berupa 3


(tiga) embung dan 3 (tiga) bendung, untuk lebih jelas mengenai lokasi dan
detailnya dapat dilihat pada Tabel dan Gambar berikut.

4-11
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Tabel 4. 12. Lokasi Bendung di Wilayah Sungai Randangan

Bendung Lokasi Volume Status


Balayo Kecamatan Patilanggio, DAS Luas Layanan 1.716 Ha Eksisting
Beringin
Randangan DAS Randangan Luas Layanan 8.963 Ha Dalam
Pembangunan
Popayato DAS Popayato Luas Layanan 700 Ha Rencana
Marisa IV Kecamatan Taluditi, DAS Luas Layanan 550 Ha Bendung Rusak,
Randangan Diusulkan
direvitalisasi
Molosipat Kecamatan Popayato, DAS Luas Layanan 503 Ha Eksisting
Molosipat
Sumber : dari berbagai studi terdahulu

4-12
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi II, Tahun 2012


Gambar 4. 7. Lokasi Sarana dan Prasarana Sumber Daya Air yang Sudah Ada di WS Randangan

4-13
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Adapun untuk PDAM Kabupaten Pohuwato saat ini memiliki 10 unit cabang
yang tersebar di 13 kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato yang
memiliki pelanggan sebesar 10.468 sambungan dengan cakupan layanan
sebesar 71,5 % pada tahun 2014.
Sumber air baku yang dikelola menjadi air bersih adalah air permukaan dan
air curah dengan kapasitas sumber yang terpasang 147,5 L/detik dan
kapasitas produksi 120 L/detik.
Tabel 4. 13. Sumber air baku dan kapasitas produksi PDAM “Tirta Maleo”
Kabupaten Pohuwato

Jumlah Kapasitas (L/detik)


Debit Sumber Air yang
No Unit Terpasang
Air Baku diproduksi
(L/detik)
(L/detik) (L/detik)
I. Unit Paguat 30 10 9
2. Unit Marisa 100 70 63
3 Unit Patilanggio 20 10 10
4 Unit Randangan 100 7,5 7
5. Unit Taluditi 20 5 2
6. Unit Wonggarasi 30 5 2,5
7. Unit Lemito 40 10 7
8. Unit Popayato 40 10 7
9. Unit Dudewulo 20 10 2,5
Sumber : Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten Pohuwato, 2015

PDAM juga mengelola 10 SPAM IKK yang tersebar di 10 kecamatan.


Kapasitas terpasang dari 10 SPAM IKK tersebut adalah 135 L/detik dan
melayani 59.004 jiwa atau 11.800 KK. Seperti dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4. 14. SPAM IKK Kabupaten Pohuwato

Sumber Debit Jumlah Jumlah


Instalasi Kapasitas
Air Sumber Air Penduduk Penduduk
No Pengolahan Produksi
IKK Baku terpasang Terlayani Terlayani
Air (IPA)
(L/det) (L/det) (jiwa) (%)
1 IKK Dudewulo IPA
(Popayato Barat) Dudewulo Sungai 10 10 3.492 47,45
5 L/det
2 IKK Lemito IPA
Lemito 10 Sungai 10 10 11.096 99,65
L/det
3 IKK Taluditi IPA Taluditi
5 L/det Sungai 5 3 1.816 21,65
4 IKK Popayato IPA Popayato
10 L/det dan Sungai 10 10 17.040 96,21
5 L/det.
5 IKK Wanggarasi IPA
Wanggarasi Sungai 5 5 3.474 71,56
10 L/det
6 IKK Buntulia 1 dan 2 IPA Buntulia 1
dan 2, 20
L/det dan 20 Sungai 40 40 - -
L/det
7 IKK Dengilo IPA Dengilo, Sungai 10 4 3.154 54,52
10 L/det
8 IKK Patilanggio IPA Patilanggio, Sungai 10 8 5.064 51,35
10 L/det

4-14
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Sumber Debit Jumlah Jumlah


Instalasi Kapasitas
Air Sumber Air Penduduk Penduduk
No Pengolahan Produksi
IKK Baku terpasang Terlayani Terlayani
Air (IPA)
(L/det) (L/det) (jiwa) (%)
9 IKK Randangan IPA Randangan Sungai 25 20 1.320 7,6
20 L/det
10. IKK Paguat IPA Paguat Sungai 10 10 12.548 78,69
10 L/det.
Total 135 120 59.004

Sumber : Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten Pohuwato, 2015
Selain dari PDAM dan SPAM IKK, penyediaan air minum juga dilakukan
melalui SPAM MBR, SPAM Pedesaan dan SPAM Kawasan.

3) Daerah Irigasi (DI)


Definisi Daerah Irigasi (DI) kesatuan wilayah atau hamparan tanah yang
mendapat air dari satu jaringan irigasi. WS Randangan merupakan daerah
kaya akan sumber air, sehingga memiliki DI cukup besar. Luas irigasi
potensial pada WS Randangan mencapai 12.957 Ha, dimana potensi
terbesar ada di DAS Randangan yaitu sekitar 10.341 Ha.

4-15
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Tabel 4. 15. DI pada WS Randangan

Luas Luas Irigasi


Luas Irigasi
Irigasi yang akan
No Das Sungai Nama Irigasi Potensial Luas Irigasi Hasil Proyeksi (ha)
Fungsion dikembangkan
(ha)
al (ha) (ha)
2020 2025 2030 2035
D.I. Teknis
1 Molosipat Molosipat D.I. Molosipat 114,00 433,00 319,00 114 214 314 433
2 Wonggarasi Wonggarasi D.I.Wonggarasi 5,00 100,00 95,00 5 25 45 100
Dinga Dinga
3 Motulohu Motulohu D.I. Sari Murni 55,00 55,00 0,00 55 55 55 55
Taluditi D.I. Teknis
D.I.Taluditi 403,00 403,00 0,00 403 403 403 403
Wanggahulu D.I. Wanggahulu 12,00 30,00 18 12,00 17,00 22,00 30,00
D.I. Marisa 4 200,00 350,00 150,00 200,00 230,00 260,00 350,00
D.I. Marisa 6 200,00 200,00 0,00 200 200 200 200
4 Randangan Malango D.I. Malango 15,00 15,00 0 15 15 15 15
D.I.Non Teknis
Pancakarsa I 35,00 40,00 5,00 35,00 36,00 37,00 40,00
Pancakarsa II 10,00 15,00 5 10,00 11,00 12,00 15,00
Manunggal karya 50,00 75,00 25 50,00 55,00 60,00 75,00

Bunuyo 101,50 250,00 148,50 101,50 134,50 167,50 250,00

Randangan D.I. Randangan 0,00 8963,00 8.963,00 8.963,00 8963,00 8963,00 8963,00
Total
Randangan 1026,50 10.341,00 9.314,50 9.989,50 10.064,50 10.139,50 10.341,00
DI. Teknis
5 Beringin
Molombahe D.I. Balayo 495,00 1222,00 727 495,00 695,00 895,00 1222,00

4-16
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Luas Luas Irigasi


Luas Irigasi
Irigasi yang akan
No Das Sungai Nama Irigasi Potensial Luas Irigasi Hasil Proyeksi (ha)
Fungsion dikembangkan
(ha)
al (ha) (ha)
Lobunga D.I. Iloheluma 142,00 600,00 458 142,00 242,00 342,00 600,00
Beringin Padengo 5,00 5,00 0 5 5 5 5
D.I.Non Teknis

karyamukti 130,00 130,00 - 130 130 130 130

popaya 21,00 21,00 - 21 21 21 21

Sarimukti 30,00 50,00 20,00 30,00 35,00 40,00 50,00

Total Beringin 823,00 2.028,00 1.205,00 823,00 1.128,00 1.433,00 2.028,00


Total WS Randangan
2023,50 12.957,00 10.933,50 10.986,50 11.486,50 11.986,50 12.957,00
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14/PRT/M/2015 dan Analisis Konsultan, 2016

4-17
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

4) Daerah Rawa
Definisi rawa adalah semua macam tanah berlumpur yang terbuat secara
alami, atau buatan manusia dengan mencampurkan air tawar dan air laut,
secara permanen atau sementara, termasuk daerah laut yang dalam airnya
kurang dari 6 m pada saat air surut yakni rawa dan tanah pasang surut.
Daerah rawa yang cukup luas berpotensi dikembangkan untuk lahan
pertanian. Berdasarkan data awal yang diperoleh dari peta tutupan lahan
RTRW Bappeda Provinsi Gorontalo dan data BWS Sulawesi II menyebutkan
bahwa WS Randangan memiliki potensi daerah rawa berkembang di daerah
Kabupaten Pohuwato seluas 11.500 ha. Data inventarisasi daerah rawa dan
pemanfaatannya di WS Randangan dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 4. 16. Daerah Rawa di WS Randangan

Lokasi Luas Kondisi Pemanfaatan


Jenis
Potensial Luas
Kabupaten Kecamatan Desa Rawa Jenis
(ha) (Ha)
Popayato Telaga dan Tambak Air
900 Pasut 150
Barat Dedewulo Payau
Bunto dan Tambak Air
Popayato 1 400 Pasut 30
Londoun Payau
Babalonge dan Tambak Air
Popayato 2 600 Pasut 70
Lomuli Payau
Wanggarasi Tambak Air
Lemito 250 Pasut 140
tengah Payau
Wanggarasi 1 Yipilo 35 Pasut Konservasi -
Tambak Air
Pohuwato Wanggarasi 2 Limbula 140 Pasut 100
Payau
Palambane Tambak Air
Randangan 4000 Pasut 2000
dan Patuhu Payau
Tambak Air
Patilanggio 1 Manawa 3500 Pasut Payau & 3200
Kebun
Iloheluma.
Sawah &
Patilanggio 2 Dudepo dan 750 Lebak 8
Kebun
Balayo
Marisa dan
Marisa 800 Pasut Konservasi -
Maleo
TOTAL 11525 5698

Sumber : Pusat Data Hidrologi BWS Sulawesi II, Tahun 2012

4.2.2. Air Tanah


Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di
bawah permukaan tanah. Sumber air tanah yang potensial untuk
mendukung penyediaan air baku/air bersih perdesaan dan pertanian,
terdapat di beberapa CAT yang ada.
Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2011
tentang Penetapan Cekungan Air Tanah, menjelaskan bahwa di WS
Randangan terdapat 3 (tiga) Cekungan Air Tanah (CAT) yaitu :

4-18
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

a. CAT Marisa
Termasuk dalam kategori CAT dalam kabupaten yang yaitu berada di
Kabupaten Pohuwato dengan luas sebesar 234 km2.
b. CAT Popayato
Termasuk dalam dalam kategori CAT lintas provinsi, yang beradar di
Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo dan Kabupaten Parigi Moutong,
Provinsi Sulteng dengan luas sebesar 92 km2.
c. CAT Moutong – Tomini
Termasuk dalam kategori CAT dalam kabupaten yaitu berada di
Kabupaten Parigi Moutong dengan luas sebesar 606 km2.
Untuk lebih jelas mengenai nama dan luas CAT di WS Randangan dapat
dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 4. 17. Nama dan Luas CAT di WS Randangan

Jumlah Air
Nama Luas yang Tanah
No Luas
Cekungan Air masuk WS Provinsi (juta m3/tahun) Kategori
CAT (km2)
Tanah (CAT) (km2) Bebas Tertekan
(Q1) (Q2)
CAT dalam
187 Marisa 234 210 Gorontalo 102 10
kab
Gorontalo - CAT lintas
188 Popayato 92 92 29 -
Sulteng prov
Moutong- CAT dalam
189 606 28 Sulawesi Tengah 189 25
Tomini kab
Sumber : Keppres No. 26 Tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan Air Tanah Indonesia
dan Analisis GIS, Tahun 2012

Untuk lebih jelas mengenai nama dan luas CAT di WS Randangan


berdasarkan DAS dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 4. 18. Nama CAT Berdasarkan DAS di WS Randangan

No Nama Das CAT Luas (Km²) Luas (Ha)


1 DAS Beringin Marisa 49,592 49592000
2 DAS Dinga Motolohu Marisa 42,439 42439000
3 DAS Patihu Marisa 33,065 33065000
4 DAS Randangan Marisa 48,411 48411000
5 DAS Sidorukun Marisa 35,226 35226000
6 DAS Wonggarasi Marisa 2,220 2220000
Jumlah 210,953 210953000
No Nama Das CAT Luas (Km²) Luas (Ha)
1 DAS Dudeulo Molosipat 28,390 28390000
2 DAS Lomuli Molosipat 0,918 918000
3 DAS Milangodaa Molosipat 9,714 9714000

4-19
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

No Nama Das CAT Luas (Km²) Luas (Ha)


4 DAS Molosipat Molosipat 8,337 8337000
5 DAS Popayato Molosipat 44,908 44908000
Jumlah 92,267 92267000
No Nama Das CAT Luas (Km²) Luas (Ha)
1 DAS Moutong Moutong 29,168 29168000

Untuk lebih jelas mengenai peta CAT di WS Randangan dapat dilihat pada
Gambar berikut.

4-20
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Sumber : Keppres Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan Air Tanah Indonesia dan Analisis GIS, Tahun 2012
Gambar 4. 8. Peta CAT di WS Randangan

4-21
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Adapun dalam Pemanfaatan sumur bor sampai dengan saat ini terdapat 9
(sembilan) buah sumur bor yang telah dibangun umumnya tersebar di
Kecamatan Patilanggio dan Randangan. Sumur bor yang ada saat ini
dimanfaatkan mengaliri sawah dan ladang dengan debit rata-rata 20
liter/dtk. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi sumur bor yang telah ada
dan pemanfaatannya di Kabupaten Pohuwato, dapat melihat Tabel berikut
ini.

4-22
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Tabel 4. 19. Sumur Bor Yang Ada di WS Randangan

Manfaat
Nomor CAT Luas
No. Nomor Lokasi Tahun Pompa
Sumur Air Areal Rencana Aktual
Urut Sumur Pemb
Baru Tanah (ha)
Kecamatan Desa Jenis Debit SWL RT Irigasi RT Irigasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 TWG 51 SDPo 51 Randangan Duhiadaa Marisa 2000/01 25.00 SP 17.40 0.78 X Irigasi X Irigasi

2 TWG 52 SDPo 52 Patilanggio Iloheluma Marisa 2000/01 25.00 SP 18.00 0 X Irigasi X Irigasi

3 TWG 103 SDPo 103 Patilanggio Iloheluma Marisa 2006 22.16 SP 20.30 1.3 X Irigasi X Irigasi

4 TWG 104 SDPo 104 Patilanggio Iloheluma Marisa 2006 21.80 SP 18.00 1.6 X Irigasi X Irigasi

5 TWG 105 SDPo 105 Randangan Omayuwa Marisa 2006 25.50 SP 15.00 4.9 X Irigasi X Irigasi

6 TWG 106 SDPo 106 Randangan Omayuwa Marisa 2006 25.20 SP X Irigasi X Irigasi

7 TWG 107 SDPo 107 Patilanggio Iloheluma Marisa 2006 25.00 SP X Irigasi X Irigasi

8 SEG 108 SDPo108 Patilanggio Iloheluma Marisa 2006 X X X Irigasi X Irigasi

9 TWG 109 SDPo 109 Patilanggio Manawa Marisa 2006 26.20 SP 0 24.7 X Irigasi X Irigasi
Sumber : BWS Sulawesi II, Tahun 2011

4-23
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

4.2.3. Kualitas Air


Kriteria Mutu Air
Wilayah Sungai Randangan seperti halnya sungai di provinsi lain di
Indonesia pada umumnya selain dipakai sebagai sumber air baku, juga
berfungsi sebagai penampung dari buangan berbagai macam limbah.
Dengan pertumbuhan penduduk dan peningkatan berbagai kegiatan di
antaranya industri, penambangan, pertanian, limbah padat/persampahan,
rumah sakit dan perhotelan beban polusi cenderung meningkat, sehingga
kemampuan untuk pemurnian sendiri dari air permukaan yang menerima
beban polusi yang meningkat ini akan terlampaui dan kualitas air akan
menurun.
Oleh karena itu harus diketahui Status Mutu Air, yaitu tingkat kondisi
mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik Wilayah
Sungai Randangan, dapat diketahui dengan cara mengevaluasi Kualitas
Sumber Air, yaitu membandingkan kualitas air hasil pengukuran dengan
Baku Mutu Air yang ditetapkan.
Status Mutu Air Wilayah Sungai Randangan, dapat diketahui dengan cara
membandingkan kualitas air hasil pengukuran terhadap Baku Mutu dan
Peruntukan Sumber Air yang dikeluarkan oleh Gubernur, dalam hal ini di
Provinsi Gorontalo. Mengingat di Provinsi Gorontalo Pengendalian
Pencemaran Air”yang terdiri dari empat kelas sebagai berikut:

 Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.

 Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk


prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

 Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk


pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut..

 Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi


pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
Untuk status mutu air di Wilayah Sungai Randangan diukur dan dinilai
Kadar masing masing kelas berdasarkan parameter kualitas air fisika, kimia
dan biologi dijelaskan dalam tabel berikut ini.

4-24
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Tabel 4. 20. Klasifikasi dan Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas dari PP
No.82/2001 Tentang ”Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air”

PARAMETER SATUAN KELAS Mutu Air


Keterangan
I II III IV
FISIKA ;
Deviasi temperatur dari
Temperatur C Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 5
keadaan alamiahnya.
Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000
Bagi pengolahan air
minum secara
Residu
mg/L 50 50 400 400 konvensional (PAMK)
Tersuspensi
residu tersuspensi <
5000 mg/L.
KIMIA ANORGANIK;
Apabila secara
alamiah diluar
rentang tsb, maka
pH - 6-9 6-9 6-9 5-9
ditentukan
berdasarkan kondisi
alamiah
BOD mg/L 2 3 6 12
COD mg/L 10 25 50 100
Angka batas
DO mg/L 6 4 3 0
minimum.
Total fosfat,
mg/L 0,2 0,2 1 5
sbg.P
mg/L,NO3
Nitrat 10 10 20 20
–N
Bagi
mg/L,NH3 perikanan,amonia
Amoniak 0.5 (-) (-) (-)
–N bebas utk ikan peka <
0,02 mg/l sbg.NH 3.
Arsen mg/L, As 0.05 1 1 1
Kobalt mg/L,Co 0.2 0.2 0.2 0.2
Barium mg/L,Ba 1 (-) (-) (-)
Boron mg/L,B 1 1 1 1
Selenium mg/L,Se 0.01 0.05 0.05 0.05
Kadmium mg/L,Cd 0.01 0.01 0.01 0.01
Khrom (VI) mg/L,Cr 0.05 0.05 0.05 1
Bagi PAMK,Cu < 1
Tembaga mg/L.Cu 0.02 0.02 0.02 0.2
mg/L
Bagi PAMK, Fe < 5
Besi mg/L,Fe 0.3 (-) (-) (-)
mg/L
Bagi PAMK, Pb < 0,1
Timbal mg/L,Pb 0.03 0.03 0.03 1
mg/L
Mangan mg/L,Mn 0.1 (-) (-) (-)
Air Raksa mg/L,Hg 0.001 0.002 0.002 0.005
Bagi PAMK, Zn < 5
Seng mg/L,Zn 0.05 0.05 0.05 2
mg/L
Khlorida mg/L,Cl 600 (-) (-) (-)
Sianida mg/L,CN 0.02 0.02 0.02 (-)
Fluorida mg/L,F 0.5 1.5 1.5 (-)

4-25
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

PARAMETER SATUAN KELAS Mutu Air


Keterangan
I II III IV
mg/L,NO2 Bagi PAMK, NO 2 -N <
Nitrit,sbg N 0.05 0.05 0.05 (-)
–N 1 mg/L
Sulfat mg/L,SO4 400 (-) (-) (-)
Bagi Air Baku Air
Klorin Bebas mg/L 0.03 0.03 0.03 (-) Minum tidak
dipersyaratkan.
Belerang sbg H2 Bagi PAMK, S sbg H2S
mg/L 0.002 0.002 0.002 (-)
S < 0,1 mg/L
MIKROBIOLOGI ;
Jml/100 Bagi PAMK,Fecal
Fecal coliform 100 1000 2000 2000
mL Coliform < 2000
jml/100 mL, dan Total
Jml/100
Total Coliform 1000 5000 10000 10000 Coliform < 10.000
mL
jml/100 mL.
RADIOAKTIVITAS ;
Gross A Bq/L 0.1 0.1 0.1 0.1
Gross B Bq/L 1 1 1 1
KIMIA ORGANIK ;
Minyak dan
g/L 1000 1000 1000 (-)
Lemak
Detergent sbg
g/L 200 200 200 (-)
MBAS
Senyawa Fenol g/L 1 1 1 (-)
BHC g/L 210 210 210 (-)
Aldrien/Dieldrin g/L 17 (-) (-) (-)
Chlordane g/L 3 (-) (-) (-)
DDT g/L 2 2 2 2
Heptachlor
g/L 18 (-) (-) (-)
&H.Epoxide
Lindane g/L 56 (-) (-) (-)
Methoxychlor g/L 35 (-) (-) (-)
Endrin g/L 1 4 4 (-)
Toxaphan g/L 5 (-) (-) (-)

4-26
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Tabel 4. 21. Perkiraan Jumlah Limbah Domestik per DAS di WS Randangan

Perkiraan Jumlah Limbah Domestik


No DAS 2015 2020 2025 2030 2035
(jiwa) (m3/hari) (jiwa) (m3/ hari) (jiwa) (m3/ hari) (jiwa) (m3/ hari) (jiwa) (m3/ hari)
1 DAS Beringin 455,76 5,964 477.12 6.243 499,44 522,88 6,842 547.36
5.697 6.536
DAS Dinga
2 132,08 1,728 138.24 1.809 144,72 151,52 1,983 158.64
Motolohu 1.651 1.894
3 DAS Sidorukun 152,64 1,997 159.76 2.091 167,28 175,12 2,291 183.28
1.908 2.189
4 DAS Patihu 115,92 1,517 121.36 1.588 127,04 133,04 1,741 139.28
1.449 1.663
5 DAS Wonggarasi 81,20 1,063 85.04 1.112 88,96 93,12 1,219 97.52
1.015 1.164
6 DAS Suka Damai 96,24 1,259 100.72 1.318 105,44 110,40 1,444 115.52
1.203 1.380
7 DAS Milangodaa 133,44 1,746 139.68 1.828 146,24 153,12 2,003 160.24
1.668 1.914
8 DAS Lomuli 82,72 1.082 86,56 1.133 90,64 94,88 1.242 99,36
1.034 1.186
9 DAS Lemito 598,40 7.830 626,40 8.197 655,76 686,48 8.983 718,64
7.480 8.581
10 DAS Randangan 6530,80 85.460 6836,80 89.465 7157,20 93.656 7492,48 98.044 7843,52
81.635
11 DAS Dudeulo 280,24 296 3.911 312,88 330,80 4.374 349,92
3.503 3.700 4.135
12 DAS Popayato 12.060 964,80 13.472 1077,76 15.050 1204 1345,04 14.867 1189,36
16.813
13 DAS Molosipat 320,72 358,08 4.998 399,84 446,48 6.233 498,64
4.009 4.476 5.581
14 DAS Moutong 3.982 318,56 4.448 355,84 4.969 397,52 5.551 444,08 6.201 496,08

Jumlah Limbah Domestik Dalam


WS. Randangan (m3/hari)
22.596 10.263,52 135.744 10.859,36 143.712 11.496,96 152.243 12.179,44 161.384 12.597,36
Sumber : Analisis Konsultan 2016

4-27
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Salah satu kebutuhan dalam identifikasi potensi sumber daya air adalah
ketersediaan air dalam jumlah yang cukup dan dengan kualitas yang
memenuhi persyaratan. Secara kualitatif ketersediaan air untuk potensi
sumber daya air WS Randangan adalah cukup untuk mendukung rencana
pengembangan, karena sumber air utama yaitu dari Sungai Randangan
sampai saat ini belum banyak termanfaatkan.
Kualitas air WS Randangan sangat dipengaruhi oleh aktivitas yang berada
dalam DAS. Berbagai kegiatan berpotensi besar menimbulkan air buangan
yang secara langsung maupun tidak langsung dibuang ke badan air sungai
maupun anak-anak sungainya seperti halnya pembukaan hutan,
perkebunan, pertambangan, industri, pembangunan sarana, transportasi
air, dan permukiman.
Berikut ini akan disajikan hasil dari pemeriksaan kualitas air di Wilayah
Sungai Randangan yang diperoleh dari pengukuran langsung maupun data
dari instansi terkait . Sungai–sungai yang dilakukan pengambilan contoh air
dan pemeriksaan kualitas air yaitu pada S. Randangan, S. Lemito dan S.
Popayato. Dimana masing-masing sungai yang diambil contoh air di 3 titik
lokasi yaitu Hulu, Tengah dan Hilir sungai disesuaikan dengan koordinat
titik sampling, agar dapat mengetahui kualitas air sungai-sungai tersebut
untuk di evaluasi terhadap Peraturan Pemerintah RI, No: 82 Tahun 2001,
tentang “Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air” dan
peraturan daerah yang berlaku.
Tabel 4. 22. Kualitas Air Baku S. Randangan Terhadap BMA Kls-I, PP: 82/2001
(Desember, 2014)

Hasil Hasil Hasil Baku Mutu Air


No Parameter Satuan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan (BMA), PP:
Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 82/2001 Kls -I
A FISIKA
-
1 Bau - Berbau Berbau tad
Jumlah zat
padat terlarut tad 1000
2 (TDS) mg/L 111 101
3 Kekeruhan NTU 150 134 tad 5
4 Rasa - Berasa Berasa tad -
5 Suhu oC 30 30 tad Deviasi 3
B KIMIA
1 Besi mg/L 0,2 0,2 5,00 0,3
2 Mangan mg/L 0,04 0,14 8,46 0,1
3 Nitrat, sbg N mg/L 0 15 17,5 10
4 Nitrit, sbg N mg/L 0 0,3 0,01 0,05
5 pH - 7,77 7,9 7,4 6,5 – 8,5
6 Chlor mg/L 46 19 0,23 600
7 Arsen mg/L tad tad 0 0,05
8 Fluorida mg/L tad tad >2,00 0,5
Kadmium mg/L tad tad 0,50 0,01
9 (Cd)

4-28
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Hasil Hasil Hasil Baku Mutu Air


No Parameter Satuan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan (BMA), PP:
Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 82/2001 Kls -I
10 Tembaga (Cu) mg/L tad tad >6,00 0,02
11 Timbal (Pb) mg/L tad tad 0,03
12 Pospat (P) mg/L tad tad 3,60 0,2
1000
Fecal MPN/10
13 Coliform 0 mL tad 0 + 100
1000
MPN/10
14 Total Coliform 0 mL tad 3 - 1000
Sumber : Laboratorium Dinas Kesehatan Kab. Pohuwato, 2014.
Keterangan; = Tidak memenuhi persyaratan Kepmenkes RI No. 492/MENKES/PER
/IV/2010
= Tidak memenuhi persyaratan PP. No.81/2001 Kelas I
(Peruntukkan Air Baku Air Minum)

Tabel 4. 23. Kualitas Air Baku S. Lemito Terhadap BMA Kls-I, PP: 82/2001
(Desember, 2014)

Hasil Hasil Hasil Baku Mutu Air


No Parameter Satuan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan (BMA), PP:
Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 82/2001 Kls-I
A FISIKA

1 Bau - Berbau Berbau tad -


Jumlah zat
padat terlarut tad 1000
2 (TDS) mg/L 250 148
3 Kekeruhan NTU 18 19,1 tad 5

4-29
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Hasil Hasil Hasil Baku Mutu Air


No Parameter Satuan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan (BMA), PP:
Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 82/2001 Kls-I
4 Rasa - Berasa Berasa tad -
5 Suhu oC 30 30 tad Deviasi 3
B KIMIA
1 Besi mg/L 0,1 0,1 5,00 0,3
2 Mangan mg/L 0,2 0,07 7,34 0,1
3 Nitrat, sbg N mg/L 0 12 5,7 10
4 Nitrit, sbg N mg/L 0 0,13 0,02 0,05
5 pH - 8,9 7,2 7,3 6,5 – 8,5
6 Chlor mg/L 26 11 0,021 600
7 Arsen mg/L tad tad 0,005 0,05
8 Fluorida mg/L tad tad 2,00 0,5
Kadmium mg/L tad tad 0,50 0,01
9 (Cd)
10 Tembaga (Cu) mg/L tad tad 6,00 0,02
11 Timbal (Pb) mg/L tad tad 0,37 0,03
12 Pospat (P) mg/L tad tad 3,37 0,2
1000
Fecal MPN/1
13 Coliform 00 mL 0 0 + 100
1000
MPN/1
14 Total Coliform 00 mL 3 9 - 1000
Sumber : Laboratorium Dinas Kesehatan Kab. Pohuwato 2014
Keterangan ; = Tidak memenuhi persyaratan PP. No.81/2001 Kelas I (Peruntukkan Air
Baku Air Minum

4-30
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Tabel 4. 24. Kualitas Air Baku S. Popayato Terhadap BMA Kls-I, PP: 82/2001
(Desember, 2014)

Hasil Hasil Hasil Baku Mutu Air


Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan (BMA), PP:
No Parameter Satuan
Air Baku Air Baku Air Baku 82/2001 Kls-I
Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
A FISIKA
-
1 Bau - Berbau Berbau tad
Jumlah
zat padat
mg/L 172 147 tad 1000
terlarut
2 (TDS)
3 Kekeruhan NTU 110 234 tad 5
4 Rasa - Berasa Berasa tad -
5 Suhu oC 30 30 tad Deviasi 3
B KIMIA
1 Besi mg/L 0,36 0,36 5,00 0,3
2 Mangan mg/L 0,26 0,02 9,80 0,1
Nitrat, sbg 6,0 10
3 N mg/L 0 9
Nitrit, sbg 0 0,05
4 N mg/L 0 0,06
5 pH - 7,9 7,5 7,6 6,5 – 8,5
6 Chlor mg/L 38 9 0,21 600
7 Arsen mg/L tad tad 0,01 0,05
8 Fluorida mg/L tad tad 2,00 0,5
Kadmium mg/L tad tad 0,50 0,01
9 (Cd)
Tembaga mg/L tad tad 6,00 0,02
10 (Cu)
Timbal mg/L tad tad - 0,03
11 (Pb)
12 Pospat (P) mg/L tad tad 3,40 0,2
1000
Fecal MPN/10
13 Coliform 0 mL 0 0 + 100
1000
Total MPN/10
14 Coliform 0 mL 9 9 - 1000
Sumber : Laboratorium Dinas Kesehatan Kab. Pohuwato 2014

Keterangan ; = Tidak memenuhi persyaratan PP. No.81/2001 Kelas I (Peruntukkan


Air Baku Air Minum)

4-31
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Grafik. Kualitas S. Popayato (2013-2015)


40 pH
35 Besi (mg/L)
30 Mangan (mg/L)
25 Nitrat (mg/L)
20 Nitrit (mg/L)
15 Chlor (mg/L)
10
5
0
2013 2014 2015
pH 7,9 7,5 7,6
Besi (mg/L) 0,36 0,36 5
Mangan (mg/L) 0,26 0,02 9,8
Nitrat (mg/L) 0 9 6
Nitrit (mg/L) 0 0,06 0
Chlor (mg/L) 38 9 0,21

Tabel 4. 25. Kualitas Air Baku S. Popayato (Kec.Popayato Barat) Terhadap BMA
Kls-I, PP: 82/2001 (Desember, 2014)

Hasil Baku Mutu Air


Pemeriksaan (BMA), PP:
No Parameter Satuan 82/2001 Kls - I
Air Baku
Tahun 2014
A FISIKA
1 Bau - Berbau -
Jumlah zat
padat terlarut
2 (TDS) mg/L 206 1000
3 Kekeruhan NTU 220 5
4 Rasa - Berasa -
5 Suhu oC 30 Deviasi 3
B KIMIA
1 Besi mg/L 0,36 0,3
2 Mangan mg/L 0,03 0,1
3 Nitrat, sbg N mg/L 5 10
4 Nitrit, sbg N mg/L 0,16 0,05
5 pH - 8,3 6,5 – 8,5
6 Chlor mg/L 9 600
7 Arsen mg/L tad 0,05
8 Fluorida mg/L tad 0,5
9 Kadmium (Cd) mg/L tad 0,01
10 Tembaga (Cu) mg/L tad 0,02
11 Timbal (Pb) mg/L tad 0,03
12 Pospat (P) mg/L tad 0,2
1000
MPN/100
13 Fecal Coliform mL 3 100
1000 1000
MPN/100
14 Total Coliform mL 9
Sumber : Laboratorium Dinas Kesehatan Kab. Pohuwato 2014
Keterangan : = Tdak memenuhi persyaratan PP. No.81/2001 Kelas
(Peruntukkan Air Baku Air Minum

4-32
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Adapun untuk Lokasi Sampling Kualitas Air pada Embung Lomuli


dilakukan di Ds. Lomuli, Kec. Lemito, Bendungan Popayato di Ds. Marisa,
Kec. Popayato dan Bendungan Lemito di Ds. Lemito, Kec. Lemito Kab.
Pohuwato, dilaksanakan oleh Konsultan dengan UPTD Instalasi
Laboratorium Kualitas Air Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo, September
2016.
Hasil evaluasi kualitas air Sungai-sungai pada bendungan tersebut
terhadap Baku Mutu Air (BMA) Kepmenkes RI
No.492/MENKES/PER/IV/2010 ditunjukkan dalam Tabel sebagai berikut :
Tabel 4. 26. Kualitas Air Sungai pada Rencana Embung Lomuli (Ds. Lomuli,
Kec. Lemito) Kab. Pohuwato Terhadap BMA Kepmenkes RI
No.492/MENKES/PER/IV/2010, (September, 2016)

Baku Mutu Air (BMA),


Kepmenkes RI No. Hasil
No Parameter Satuan KETERANGAN
492/MENKES/PER/IV/ Pemeriksaan
2010
A. FISIKA
1 Bau - Tidak Berbau Tidak Berbau Memenuhi Syarat
Jumlah Zat
2 Padat Terlarut mg/L 500 160 Memenuhi Syarat
(TDS)
3 Kekeruhan Skala NTU 5 0,17 Memenuhi Syarat
4 Salinitas o/oo - 0,2 Memenuhi Syarat
5 Rasa - Tidak Berasa Tidak Berasa Memenuhi Syarat
6 Suhu 0C Deviasi 3 27,5 Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
7 Warna Skala TCU 15
Berwarna
B. KIMIA
1 Air Raksa mg/L 0,001
2 Alumunium mg/L 0,2 < 0,10 Memenuhi Syarat
3 Arsen mg/L 0,01 0 Memenuhi Syarat
4 Barium mg/L 0,7
5 Besi mg/L 0,3 0,04 Memenuhi Syarat
6 Flourida mg/L 1,5 0,13 Memenuhi Syarat
7 Kadmium mg/L 0,003 < 0,0010 Memenuhi Syarat
Kesadahan
8 mg/L 500
CaCO3
9 Khlorida mg/L 250
10 Kromium,
mg/L 0,05
. Valensi 6
11 Mangan mg/L 0,4 0,10 Memenuhi Syarat
12 Nitrat, sebagai N mg/L 50 0,4 Memenuhi Syarat
13 Nitrit, Sebagai N mg/L 3 0,05 Memenuhi Syarat
14 pH mg/L 6,5-8,5 8,2 Memenuhi Syarat
15 Selenium mg/L 0,01
16 Seng mg/L 3
17 Sianida mg/L 0,07 0,004 Memenuhi Syarat
18 Sulphid (S) mg/L 400
19 Timbal mg/L 0,01
20 Chlorine mg/L 5 0,18 Memenuhi Syarat
Sumber :Laboratorium Kualitas Air Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo, 2016

4-33
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Tabel 4. 27. Kualitas Air Sungai pada Rencana Bendungan Popayato (Desa
Marisa, Kec. Popayato) Kab. Pohuwato Terhadap BMA Kepmenkes
RI No.492/MENKES/PER/IV/2010, (September, 2016)

Baku Mutu Air


(BMA), Kepmenkes
Hasil
No Parameter Satuan RI No. KETERANGAN
Pemeriksaan
492/MENKES/PER/IV
/2010
A. FISIKA
1 Bau - Tidak Berbau Tidak Berbau Memenuhi Syarat
Jumlah Zat Memenuhi Syarat
2 Padat Terlarut mg/L 500 55
(TDS)
3 Kekeruhan Skala NTU 5 0,18 Memenuhi Syarat
4 Salinitas o/oo - 0,1 Memenuhi Syarat
5 Rasa - Tidak Berasa Tidak Berasa Memenuhi Syarat
6 Suhu 0C Deviasi 3 28,0 Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
7 Warna Skala TCU 15
Berwarna
B. KIMIA
1Air Raksa mg/L 0,001
2Alumunium mg/L 0,2 < 0,10 Memenuhi Syarat
3Arsen mg/L 0,01 0 Memenuhi Syarat
4Barium mg/L 0,7
5Besi mg/L 0,3 0,03 Memenuhi Syarat
6Flourida mg/L 1,5 0,16 Memenuhi Syarat
7Kadmium mg/L 0,003 0,0058 Memenuhi Syarat
Kesadahan
8 mg/L 500
CaCO3
9 Khlorida mg/L 250
10 Kromium,
mg/L 0,05
. Valensi 6
11 Mangan mg/L 0,4 0,05 Memenuhi Syarat
12 Nitrat, sebagai N mg/L 50 1,4 Memenuhi Syarat
13 Nitrit, Sebagai N mg/L 3 0,04 Memenuhi Syarat
14 pH mg/L 6,5-8,5 7,8 Memenuhi Syarat
15 Selenium mg/L 0,01
16 Seng mg/L 3
17 Sianida mg/L 0,07 0,002 Memenuhi Syarat
18 Sulphid (S) mg/L 400
19 Timbal mg/L 0,01
20 Chlorine mg/L 5 0,11 Memenuhi Syarat
Sumber :Laboratorium Kualitas Air Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo, 2016

Tabel 4. 28. Kualitas Air Sungai pada Rencana Bendungan Lemito (Desa
Lemito, Kec. Lemito) Kab. Pohuwato Terhadap BMA Kepmenkes
RI No.492/MENKES/PER/IV/2010, (September, 2016)

Baku Mutu Air (BMA),


Kepmenkes RI No. Hasil
No Parameter Satuan KETERANGAN
492/MENKES/PER/IV/ Pemeriksaan
2010
A. FISIKA
1 Bau - Tidak Berbau Tidak Berbau Memenuhi Syarat
Jumlah Zat Memenuhi Syarat
2 Padat Terlarut mg/L 500 135
(TDS)
3 Kekeruhan Skala NTU 5 0,15 Memenuhi Syarat
4 Salinitas o/oo - 0,1 Memenuhi Syarat

4-34
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Baku Mutu Air (BMA),


Kepmenkes RI No. Hasil
No Parameter Satuan KETERANGAN
492/MENKES/PER/IV/ Pemeriksaan
2010
5 Rasa - Tidak Berasa Tidak Berasa Memenuhi Syarat
6 Suhu 0 C Deviasi 3 27,5 Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
7 Warna Skala TCU 15
Berwarna
B. KIMIA
1 Air Raksa mg/L 0,001
2 Alumunium mg/L 0,2 < 0,10 Memenuhi Syarat
3 Arsen mg/L 0,01 0 Memenuhi Syarat
4 Barium mg/L 0,7
5 Besi mg/L 0,3 0,05 Memenuhi Syarat
6 Flourida mg/L 1,5 0,11 Memenuhi Syarat
7 Kadmium mg/L 0,003 0,0035 Memenuhi Syarat
Kesadahan
8 mg/L 500
CaCO3
9 Khlorida mg/L 250
10 Kromium,
mg/L 0,05
. Valensi 6
11 Mangan mg/L 0,4 0,06 Memenuhi Syarat
12 Nitrat, sebagai N mg/L 50 1,4 Memenuhi Syarat
13 Nitrit, Sebagai N mg/L 3 0,04 Memenuhi Syarat
14 pH mg/L 6,5-8,5 8,4 Memenuhi Syarat
15 Selenium mg/L 0,01
16 Seng mg/L 3
17 Sianida mg/L 0,07 < 0,0010 Memenuhi Syarat
18 Sulphid (S) mg/L 400
19 Timbal mg/L 0,01
20 Chlorine mg/L 5 0,16 Memenuhi Syarat
Sumber :Laboratorium Kualitas Air Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo, 2016

Parameter kualitas air yang diukur oleh Laboratorium meliputi parameter


Fisika dan Kimia Anorganik . Parameter Fisika (7 parameter); Bau, Zat
Padat Terlarut (TDS), Kekeruhan, Salinitas, Rasa, Suhu dan Warna.
Parameter Kimia Anorganik (20 parameter); pH, Raksa, Alumunium, Arsen,
Barium, Sulfit (S), Besi, Flourida, Kadmium, Kesadahan CaCO3, Kromium,
Mangan, Nitrat, Nitrit, Sianida, Timbal, Selenium, Seng, Tembaga, dan
Klorida.
Hasil evaluasi kualitas air Sungai-sungai pada bendungan tersebut
terhadap Baku Mutu Air (BMA) Kepmenkes RI
No.492/MENKES/PER/IV/2010 menunjukkan bahwa semua parameter
yang diukur memenuhi syarat sebagai air minum.
Status Mutu Air Sungai di WS Randangan
Status Mutu Air (SMA) adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan
kondisi cemar atau baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu
dengan membandingkan terhadap Baku utu yang ditetapkan. Berdasarkan
Pasal 55 dari PP Nomor; 82/2001 tentang ”Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air”, Baku Mutu WS Randangan mengacu pada

4-35
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Kriteria Mutu Air untuk Kelas II karena WS Randangan belum menetapkan


baku pemanfaatan sumber airnya.
Status Mutu Air WS Randangan mengacu pada Peraturan Pemerintah
Nomor; 82/Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, dan evaluasi mengacu kegolongan Kelas II, sealanjutnya
Penentuan Status Mutu Air WS Randangan menggunakan metoda Storet
atau metoda Indeks Pencemaran (IP), sesuai Kep.Men.LH No:115 tahun
2003, tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air (SMA), untuk hasil
penentuan dapat dilihat Tabel dan analisisnya sebagai berikut;
Penentuan Status Mutu Air WS Randangan ;
1. Membandingkan data parameter kualitas air mengacu pada Laporan-
laporan hasil pengukuran dan analisa yang dilakukan oleh Laboratorium
Dinas Kesehatan Kab. Pohuwato 2013-2015 dan Pemantauan Kualitas
Air sungai-sungai oleh Konsultan bersama UPTD Laboratorium Kualitas
Air Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo, 2016
2. Penentuan Status Mutu Air dapat menggunakan metoda Storet atau
metoda Indeks Pencemaran (IP), sesuai Kep.Men.LH No:115 tahun 2003,
tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air (SMA), dalam hal ini untuk
menentukan status mutu air menggunakan metoda Storet.
3. Metoda STORET ;yaitu membandingkan antara data kualitas air dengan
baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna
menentukan status mutu air, prosedur penggunaan yaitu;
a) Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status
mutunya dari jumlah skor yang didapat dengan sistem nilai dari US
EPA(Environmental Protection Agency), dengan mengklasifikasikan
mutu air dalam empat kelas yaitu:

 Kelas A : baik sekali, skor = 0 ; Memenuhi Baku Mutu

 Kelas B : baik, skor = - 1 s/d – 10 ; Cemar Ringan

 Kelas C : sedang, skor = - 11 s/d – 30 ; Cemar Sedang

 Kelas D : buruk, skor = - 31 ; Cemar Berat


b) Lakukan pengumpulan data kualitas air dan debit air secara periodik
sehingga membentuk data dari waktu ke waktu (time series data)
c) Jika hasil pengukuran memenuhi nilai BMA (lebih kecil dari
BMA),diberi skor 0 (nol).
d) Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai BMA (lebih besar dari
BMA),skor sesuai Tabel berikut;

4-36
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Tabel 4. 29. Penentuan Sistim Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air

Jumlah Contoh Skor Parameter


Kadar
(*) Fisika Kimia Biologi
Minimum -1 -2 -3
< 10 Maksimum -1 -2 -3
Rata-rata -3 -6 -9
Minimum -2 -4 -6
> 10 Maksimum -2 -4 -6
Rata-rata -6 - 12 - 18
Catatan ; (*) = Jumlah parameter yang digunakan untuk penentuan status mutu air

e) Jumlah nilai negative dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan


status mutunya dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan
system nilai.
Hasil perhitungan Status Mutu Kualitas Air WS Randangan yang dilakukan
pemantauan kualitas air sungai periode tahun 2012 – 2015 dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4. 30. Status Mutu Air Sungai-sungai di Wilayah Sungai Randangan

Status Mutu Mutu


Air KELAS II Air
No SUNGAI DAS SKOR
(PP. Sungai
No:82/2001) Kelas
1 S. Randangan Randangan -55 Cemar Berat D
2 S. Lemito Lemito -71 Cemar Berat D
3 S. Popayato Popayato -57 Cemar Berat D
4 S. Popayato Dudeulo -17 Cemar Sedang C
S.Lomuli Memenuhi Baku
5 Lomuli 0 A
(Embung Lomuli) Mutu
S. Popayato Memenuhi Baku
6 Popayato 0 A
(Bend. Popayato) Mutu
S.Lemito (Bend. Memenuhi Baku
7 Lemito 0 A
Lemito) Mutu
Sumber : Diolah oleh konsultan, 2016
Lihat Tabel Penentuan Sistem Nilai Untuk menentukan SMA ( cara Storet ; KepMen.LH
no:115/2 Tabel Baku Mutu Air , PP. No: 82/2001 Kelas I

4-37
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Sumber : Analisis Konsultan, 2016


Gambar 4. 9. Peta Kualitas Air WS Randangan

4-38
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

4.3. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN POTENSI YANG TERKAIT SUMBER


DAYA AIR

4.3.1. Kondisi Lingkungan Hidup

Kabupaten Pohuwato memiliki Cagar alam Panua. Cagar alam ini ditetapkan
melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 471/Kpts-II/1992 tanggal
25 Februari 1992, dengan luas 45.575 Ha. Dalam Kawasan ini terdapat
Gunung Pani. Bagian timur perbukitan Gunung Pani berupa hutan lebat,
bagian barat sebagian tertutup hutan, perladangan dan sebagian berupa
pemukiman. Dari Gunung ini mengalir Sungai Taluduyunu melewati kota
Marisa Kabupaten Pohuwato. Sungai ini termasuk pada tipe subsekuen
yang bersifat Permanen berbentuk (U lebar) sampai (U) dengan pola aliran
(Orientasi di Peta). Kondisi fisik sungai Taluduyunu mempunyai tingkat
kedalaman pada bagian hulu dan hilir mencapai 100 cm, lebar sungai
bagian hulu, 90 m dan bagian hilir 20 m. Kecepatan arus 102,3 m 3 /detik
bagian hulu dan 1,17 m3/detik bagian hilir, Debit air cukup besar yang
mengalir dari wilayah hulu 102,3 m3 /detik bagian hilir 23,4 m3/detik.

Lokasi aliran sungai Taluduyunu lahan sudah dijadikan dialih fungsi


menjadi perkebunan jagung rakyat dan tanaman tebu oleh masyarakat.
Jenis tanaman pada bagian hulu masih terdapat kayu-kayuan seperti:
Agatis, Nantu, Jati, dan Rotan serta tanaman budidaya seperti: kelapa,
bambu, pisang, mangga, kemiri, kapuk, dan nangka. Sedang jenis fauna
yang terdapat di kawasan aliran Sungai Taluduyunu seperti: Buaya, ular,
rangkong, kelelawar, kera, babirusa, ayam hutan.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa Provinsi Gorontalo secara


keseluruhan kawasan hutannya menunjukan tingkat keanekaragaman jenis
tumbuhan dan hewan yang cukup tinggi meskipun kawasan-kawasan
tersebut pernah dieksploitasi oleh perusahaan kayu, namun kondisi
vegetasi masih memungkinkan untuk proses regenerasi alami sehingga
tegakan hutan menjadi pulih kembali.

4.3.2. Potensi Yang Terkait Sumber Daya Air

A. Aspek Konservasi Sumber Daya Air.

Potensi yang bisa dikembangkan ditinjau dari aspek konservasi sumber


daya air yaitu :
a. Reboisasi hutan sebagai bentuk rehabilitasi DAS (khususnya di daerah
dengan potensi lahan kritis);
Wilayah Sungai Randangan merupakan daerah yang diharapkan dapat
terus dikembangkan, mengingat secara geografis letaknya tidak jauh dari
ibu kota propinsi dan memiliki potensi geografi yang strategis untuk
dikembangkan. Mayoritas (sekitar 80 %) dari wilayah sungai ini berada

4-39
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

pada daerah dengan topografi berbukit dan bergunung dengan


kemiringan lereng > 40 % sehingga sebaiknya harus diperuntukkan
sebagai kawasan lindung. Karena pola aliran sungai ini adalah denritik
dan paralel, air yang dialirkan dengan cepat mencapai hilir, akibatnya,
wilayah hilir menjadi rentan banjir. Kerusakan lahan dan erosi di
wilayah hulu, misalnya karena kegiatan penambangan atau pertanian,
akan menghasilkan tingkat sedimentasi yang tinggi di wilayah hilir.
Karena itu, pengelolaan lahan dan kegiatan usaha di wilayah hulu perlu
dilakukan melalui program yang disusun berdasarkan perencanaan yang
tepat dan dilaksanakan dengan konsekuen.
Pengelolaan WS Randangan secara tepat menjadi sangat penting karena 3
(tiga) alasan. Pertama, karena di wilayah hulu sungai terdapat
sumberdaya alam yang potensial, yang bila dikelola dengan tepat akan
berguna bagi masyarakat dan bila tidak dikelola dengan benar, akan
memberi konflik bagi kepentingan keberadaan DAS lainnya, termasuk
resiko banjir dan sedimentasi. Kedua, wilayah hilir sungai ini merupakan
daerah potensial bagi pertanian dan perikanan. Ketiga, WS Randangan
merupakan sumber air utama untuk mendukung berbagai kegiatan
pengembangan.
b. Pembangunan waduk atau embung di daerah daerah non CAT dengan
kondisi topografi yang memungkinkan;
c. Pengembangan kaidah konservasi dalam pengelolaan tanah baik
pertanian, ladang maupun perkebunan; dan
d. Pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Tempat
Pembuangan Akhir (TPA).
e. Pembangunan instalasi PLTMH
Mayoritas (sekitar 80 %) dari wilayah sungai Randangan berada pada
daerah dengan topografi berbukit dan bergunung dengan kemiringan
lereng > 40 %. Dengan adanya lereng yang terjal dan beda tinggi yang
cukup besar, maka dimungkinkan dibangunya PLTMH yang akan mampu
memenuhi kebutuhan energy yang sampai saat ini Kabupaten Pohuwato
masih menggantungkan sumber energy dari PLTD dan jaringan sutet
yang berasal dari Gorontalo.
Sesuai dengan kemiringan alur sungai dan lahan di hulu, sungai sungai
yang mempunyai potensi sebagai tempat untuk membangun PLTMH
adalah sungai Randangan, sungai Lemito, sungai Popyato dan sungai
Malango.
B. Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air.

Potensi yang bisa dikembangkan yaitu:

4-40
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

a. Pembangunan waduk atau embung sebagai tampungan air dan juga


sebagai pembangkit listrik (PLTA) dalam rangka peningkatan pelayanan
kebutuhan air dan energi;
Ada beberapa lokasi yang memiliki topografi cukup representatif apabila
dijadikan tempat penampungan. Penentuan ini baru berdasarkan peta
Bakosurtanal yang ada, yaitu dengan melihat posisi ketinggian (elevasi)
dan bentuk genangan yang diprediksi mampu menampung dengan
kapasitas yang cukup.
Untuk memastikan kelayakan untuk setiap lokasi perlu dilakukan survai
dengan mengamati beberapa kriteria yang diperlukan. Survai yang perlu
dilakukan adalah survei geologi, hidrologi, topografi, sosial ekonomi,
lingkungan, kependudukan dan potensi tata guna lahan di daerah
tersebut.
Berikut ini merupakan daerah yang memiliki potensi untuk dibangun
tampungan air berupa waduk/embung.

4-41
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Gambar 4. 10. Peta RBI Lokasi Potensi Bendungan/Embung di WS Randangan

4-42
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

1. POTENSI WADUK WANGGAHULU


PETA LOKASI POTENSI TAMPUNGAN

H (m) L (m) Luas Genangan


Elevasi
No. (Tinggi (Panjang Volume (m³)
(m) m2 Ha
Waduk) Tanggul)
1 60 0 0 0 0 0
2 65 5 70 212910 21 1266720
3 70 10 120 411911 41 3020082
4 75 15 160 560230 56 5465290
5 80 20 190 719664 72 8652222
6 85 25 220 1129083 113 13470466
7 90 30 250 1475284 148 19998688
8 95 35 280 1873608 187 28481408
9 100 40 300 2342151 234 39060818
10 105 45 380 2889610 289 52375750
11 110 50 400 3403215 340 68206820
12 115 55 420 4128890 413 87372810
X = 376806 13 120 60 440 4718614 472 109678152
Y = 75018 14 125 65 460 5248333 525 134714138
15 130 70 480 5708156 571 162108282
16 135 75 500 6201337 620 191939665
17 140 80 520 6692131 669 224212290

PETA 3D GENANGAN

4-43
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

2. POTENSI WADUK TALUDITI


PETA LOKASI POTENSI TAMPUNGAN

H (m) L (m) Luas Genangan


Elevasi
No. (Tinggi (Panjang Volume (m³)
(m) m2 Ha
Waduk) Tanggul)
1 80 0 0 0 0 0
2 85 5 100 638925 64 4271235
3 90 10 140 872807 87 8074261
4 95 15 200 1165524 117 13296974
5 100 20 210 1419149 142 19789628
6 105 25 230 1753394 175 27832486
7 110 30 270 2120467 212 37529397
8 115 35 280 2614516 261 49574945
9 120 40 290 3039854 304 63817970
10 125 45 300 3563099 356 80514916
X = 369020
Y = 73340 11 130 50 320 4026267 403 99509005
12 135 55 340 4700907 470 121566392
13 140 60 360 5345020 535 146761617
14 145 65 380 5987064 599 175178146
15 150 70 400 6625156 663 206768456
16 155 75 420 7307910 731 241649082
17 160 80 440 7968077 797 279879596
18 165 85 460 8605363 861 321340952
19 170 90 480 9278534 928 366151162
20 175 95 510 9959427 996 414301770

PETA 3D GENANGAN

4-44
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

3. POTENSI WADUK MAINAGI


PETA LOKASI POTENSI TAMPUNGAN

H (m) L (m) Luas Genangan


Elevasi
No. (Tinggi (Panjang Volume (m³)
(m) m2 Ha
Waduk) Tanggul)
1 50 0 0 0 0 0
2 55 5 130 213120 21 1663436
3 60 10 150 304164 30 2977587

X = 365560 4 65 15 170 390966 39 4709350


Y = 65703 5 70 20 210 568263 57 7133689
6 75 25 260 734343 73 10421140
7 80 30 320 903259 90 14515168
8 85 35 380 1091022 109 19509372

PETA 3D GENANGAN

4-45
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

4. POTENSI WADUK MOLOMBAHE


PETA LOKASI POTENSI TAMPUNGAN

H (m) L (m) Luas Genangan


Elevasi
No. (Tinggi (Panjang Volume (m³)
(m) m2 Ha
Waduk) Tanggul)
1 55 0 0 0 0 0
2 60 5 60 207209 21 1125350
3 65 10 120 292510 29 2396412
4 70 15 190 374697 37 4057400
5 75 20 230 458335 46 6141254
6 80 25 270 539316 54 8634106
7 85 30 290 621627 62 11534234
8 90 35 320 708866 71 14856104
9 95 40 350 852779 85 18817728
10 100 45 390 978509 98 23392970
11 105 50 430 1218591 122 29051664
X = 372650 12 110 55 480 1403378 140 35618751
Y = 63080
13 115 60 530 1621801 162 43210528

PETA 3D GENANGAN

4-46
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

5. POTENSI WADUK LOBUNGA


PETA LOKASI POTENSI TAMPUNGAN

H (m) L (m) Luas Genangan


Elevasi
No. (Tinggi (Panjang Volume (m³)
(m) m2 Ha
Waduk) Tanggul)
1 25 0 0 0 0 0
2 30 5 80 142431 14 496537
3 35 10 140 295125 30 1642496
4 40 15 180 530123 53 3817130
5 45 20 230 1052573 105 8152007
6 50 25 260 1416687 142 14389351
7 55 30 300 1910517 191 22843929
8 60 35 560 2330814 233 33471095

X = 375798
Y = 61975

PETA 3D GENANGAN

4-47
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

6. POTENSI WADUK LEMITO


PETA LOKASI POTENSI TAMPUNGAN
H (m) L (m) Luas Genangan
Elevasi
No. (Tinggi (Panjang Volume (m³)
(m) m2 Ha
Waduk) Tanggul)
1 30 0 0 0 0 0
2 35 5 100 79983 8 278706
3 40 10 130 133798 13 831004
4 45 15 160 492815 49 3007917
5 50 20 190 595302 60 5726443
6 55 25 230 699419 70 8972519
7 60 30 250 832006 83 12844759
8 65 35 300 1035091 104 17610163
9 70 40 310 1199476 120 23225577
10 75 45 350 1388801 139 29694432
11 80 50 360 1700417 170 37458745
12 85 55 370 2114514 211 47122410
13 90 60 380 2518649 252 58778621
14 95 65 390 2935243 294 72518219
15 100 70 400 3421720 342 88520306
16 105 75 410 3962539 396 107143545
17 110 80 420 4456130 446 128199979
18 115 85 430 5295737 530 153071720
19 120 90 440 6026177 603 181493994
20 125 95 450 6733792 673 213428538
21 130 100 460 7569368 757 249326004
X = 340971 22 135 105 470 8476810 848 289535500
Y = 64626 23 140 110 480 9593059 959 334986395
24 145 115 490 10890205 1089 386584443
25 150 120 500 12059780 1206 444150028
26 155 125 510 13151898 1315 507224444
27 160 130 520 41405877 4141 714078463
28 165 135 530 41453371 4145 921266587
29 170 140 540 41483476 4148 1128619612
PETA 3D GENANGAN

4-48
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

7. POTENSI EMBUNG LOMULI


PETA LOKASI POTENSI TAMPUNGAN

H (m) L (m) Luas Genangan


Elevasi
No. (Tinggi (Panjang Volume (m³)
(m) m2 Ha
Waduk) Tanggul)
1 135 0 0 0 0 0
2 140 5 00 16546 2 41561
3 145 10 000 57965 6 263496
4 150 15 000 83287 8 616759
5 155 20 020 148133 15 1233125
6 160 25 030 202713 20 2115051
7 165 30 060 263570 26 3283082
8 170 35 080 325971 33 4757469
X = 338424 9 175 40 200 392168 39 6556953
Y = 65198 10 180 45 220 450619 45 8661495
11 185 50 200 508575 51 11057378
12 190 55 280 568548 57 13747791

PETA 3D GENANGAN

4-49
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

8. POTENSI WADUK POPAYATO


PETA LOKASI POTENSI TAMPUNGAN

H (m) L (m) Luas Genangan


Elevasi
No. (Tinggi (Panjang Volume (m³)
(m) m2 Ha
Waduk) Tanggul)
1 105 0 0 0 0 0
2 110 5 60 52519 5 150143
3 115 10 100 103243 10 551277
4 120 15 140 204342 20 1359188
X = 326141 5 125 20 160 298241 30 2645742
Y = 65754 6 130 25 220 382070 38 4352061
7 135 30 240 462411 46 6459456
8 140 35 280 691812 69 9429959
9 145 40 300 914180 91 13483636
10 150 45 310 1196332 120 18858616
11 155 50 320 1469644 147 25528961
12 160 55 330 1817584 182 33882282
13 165 60 340 2154790 215 43855012
14 170 65 350 2592162 259 55856046
15 175 70 380 3014797 301 69915205
16 180 75 410 3448586 345 86098377
17 185 80 440 3869045 387 104390404
18 190 85 470 4303327 430 124831298
19 195 90 500 4788380 479 147614918
20 200 95 530 5285632 529 172808393

PETA 3D GENANGAN

4-50
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

9. POTENSI EMBUNG MOLOSIPAT


PETA LOKASI POTENSI TAMPUNGAN

H (m) L (m) Luas Genangan


Elevasi
No. (Tinggi (Panjang Volume (m³)
(m) m2 Ha
Waduk) Tanggul)
1 50 0 0 0 0
2 55 5 50 127272 13 458851
3 60 10 140 214508 21 1332584
4 65 15 160 284001 28 2578310
5 70 20 240 354305 35 4177441
6 75 25 270 456599 46 6213666
7 80 30 330 586475 59 8829932
8 85 35 350 772621 77 12291291
X = 314303
Y = 58571 9 90 40 390 957897 96 16652650
10 95 45 430 1125490 113 21866927
11 100 50 470 1326968 133 28049844

PETA 3D GENANGAN

4-51
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

10. POTENSI WADUK MALANGO


PETA LOKASI POTENSI TAMPUNGAN

H (m) L (m) Luas Genangan


Elevasi
No. (Tinggi (Panjang Volume (m³)
(m) m2 Ha
Waduk) Tanggul)
1 55 0 0 0 0
2 60 5 40 33360 3 102226
3 65 10 100 79779 8 404875
4 70 15 170 113840 11 889440
5 75 20 220 146287 15 1544846
6 80 25 250 250948 25 2550102
7 85 30 270 424526 42 4287943
8 90 35 310 681315 68 7146305
9 95 40 330 971009 97 11388829
10 100 45 340 1201600 120 16826772
13 105 50 350 1495496 150 23685405
14 110 55 360 1724489 172 31744488
15 115 60 370 1996854 200 41097245
16 120 65 380 2298459 230 51879513
17 125 70 400 2615221 262 64222609
X = 360740 18 130 75 420 2903191 290 78024313
Y = 72110 19 135 80 440 3190325 319 93262989
20 140 85 460 3480482 348 109955167
18 145 90 490 3769648 377 128085253
19 150 95 520 4059907 406 147664039

PETA 3D GENANGAN

4-52
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

b. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA), Water Treatment Plan (WTP)


dan long storage guna menampung air diwaktu berlebih dan
memanfaatkan di waktu kekurangan; dan
c. Pengembangan daerah dan jaringan irigasi rawa pasang surut dan non
pasang surut.
C. Aspek Pengendalian Daya Rusak Air.

Potensi yang bisa dikembangkan yaitu:


a. Pembangunan dan/rehabilitasi bangunan sungai, tanggul dan alur
sungai agar menambah kapasitas tampungan dan dampak limpasan air
sungai;
b. Pembangunan pengaman/perkuatan tebing sungai agar mencegah
longsor akibat degradasi dasar sungai dan gerusan air;
c. Pembangunan bangunan pengaman pantai (tembok laut atau krib) untuk
penanganan abrasi pantai; dan
d. Pembanguan waduk pengendali banjir dan chek dam untuk pengendali
sedimen.

4-53
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

4.4. KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


Kelembagaan yang terkait dalam pengelolaan sumber daya air WS Randangan dapat dilihat pada Tabel berikut ini;
Tabel 4. 31. Kelembagaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS Randangan

Nama Lembaga
Program dan Rencana
No Jenis dan Peran Lembaga Tugas dan Fungsi Jenis Kerjasama
Kerja

1. BPDAS Provinsi Gorontalo, Unit Pelaksana Teknis Tugas Pokok BPDAS : 1. Program Pemantapan Kesepakatan bersama
BPDAS Kabupaten keamanan dalam negeri
Pohuwato, Kabupaten Parigi 1. Penyusunan Rencana 2. Program pemantapan
Pengelolaan Daerah Aliran pemanfaatan potensi
Moutong,
Sungai (DAS) sumber daya hutan
2. Pengembangan Kelembagaan 3. Program perlindungan
3. Evaluasi Pengelolaan DAS dan konservasi sumber
daya alam
Fungsi BPDAS : 4. Program rehabilitasi dan
pemulihan cadangan
1. Penyusunan Rencana sumber daya alam
Pengelolaan DAS 5. Program pengembangan
2. Penyusunan dan Penyajian kapasitas pengelolaan
Informasi DAS sumber daya alam dan
3. Pengembangan Model lingkungan hidup
Pengelolaan DAS 6. Program peningkatan
4. Pengembangan Kelembagaan akses informasi sumber
dan Kemitraan Pengelolaan DAS daya alam dan
5. Pemantauan dan Evaluasi lingkungan
Pengelolaan DAS
6. Pelaksanaan Urusan Tata
Usaha dan Rumah Tangga
2. Balai Wilayah Sungai Unit Pelaksana Teknis Tugas Pokok : Kesepakatan bersama
Sulawesi II, Dinas PU
Kabupaten Pohuwato dan 1. Pengelolaan SDA
Parigi Moutong 2. Penyediaan prasarana dan
sarana SDA

4-54
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Nama Lembaga
Program dan Rencana
No Jenis dan Peran Lembaga Tugas dan Fungsi Jenis Kerjasama
Kerja

3. Badan Lingkungan Hidup Unit Pelaksana Teknis Tugas Pokok Badan Lingkungan Perjanjian kerja sama
Provinsi Gorontalo, BLH Hidup : (PKS)
Kabupaten Pohuwato dan
Parigi Moutong 1. Mendukung dan membantu
Kepala Daerah dalam
pelaksanaan kebijakan daerah
yang bersifat spesifik
khususnya perumusan
perencanaan penanganan dan
pengendalian dampak
lingkungan daerah
2. Membantu Presiden dalam
pengelolaan dampak
lingkungan termasuk
pencegahan dan pengendalian
terhadap polusi dan kerusakan
lingkungan
3. Membantu presiden dalam
merehabilitasi kualitas
lingkungan
4. Bertanggung jawab untuk
melakukan monitoring dan
pengawasan terhadap kualitas
air, udara, dan tanah.
5. Melakukan koordinasi untuk
penanggulangan kerusakan
lingkungan

Fungsi Badan Lingkungan Hidup

1. Pelaksanaan penyusunan
perumusan kebijakan teknis
perencanaan program
operasional pengendalian
dampak lingkungan dan
konservasi sumber daya alam

4-55
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Nama Lembaga
Program dan Rencana
No Jenis dan Peran Lembaga Tugas dan Fungsi Jenis Kerjasama
Kerja

sesuai norma, standar dan


prosedur manajemen
lingkungan ekolabel dan
teknologi berwawasan
lingkungan serta sistem
informasi dan pengelolaan data
base yang searah dengan
kebijakan umum daerah dan
ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Pelaksanaan dan
pengkoordinasian
penyelenggaraan pelayanan,
pembinaan dan pengawasan
serta penegakan hukum
lingkungan hidup baik antar
unsur lingkup Badan maupun
dengan SKPD terkait.
3. Pelaksanaan program kegiatan
penataan lingkungan,
pengendalian pencemaran,
pengawasan kerusakan
lingkungan dan konservasi
sumber daya alam,
pengkoordinasian pembinaan
pengkajian AMDAL,
peningkatan kapasitas dan
pemberdayaan masyarakat
serta pelayanan perijinan
pengumpulan, lokasi
pengolahan dan penyimpanan
sementara limbah bahan
berbahaya beracun, serta
pengembangan peraturan
perundang-undangan.
4. Pelaksanaan pengkoordinasian,

4-56
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Nama Lembaga
Program dan Rencana
No Jenis dan Peran Lembaga Tugas dan Fungsi Jenis Kerjasama
Kerja

pembinaan, pengawasan,
monitoring dan evaluasi serta
pelaporan penyelenggaraan
tugas-tugas kedinasan,
pelaksanaan penerapan
Standar Nasional Indonesia
(SNI) dan Standar Kompetensi
Personil (SKP) bidang
lingkungan hidup serta
pelaksanaan tugas-tugas
lainnya yang dilimpahkan dan
atau diperintahkan oleh Kepala
Daerah sesuai ruang lingkup
tupoksi dan tanggung jawab
kewenangannya.
4. Dinas Pengelolaan Sumber Unit Pelaksana Teknis Tugas Pokok Dinas PSDA: Kesepakatan bersama
Daya Air Provinsi Gorontalo,
Kabupaten Pohuwato dan Merumuskan Kebijakan
Parigi Moutong Operasional dan Melaksanakan
sebagian Kewenangan
Desentralisasi Bidang Sumber Daya
Air Provinsi serta Kewenangan yang
dilimpahkan kepada Gubernur

Fungsi Dinas PSDA :

1. Perumusan kebijakan teknis


operasional pengembangan
pengelolaan sumber daya air
2. Pelaksnaan pembinaan teknis
operasional di bidang sumber
daya air yang meliputi,
pembinaan program pegelolaan,
pelaksanaan konservasi dan
pelestarian, pembinaan teknik

4-57
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Nama Lembaga
Program dan Rencana
No Jenis dan Peran Lembaga Tugas dan Fungsi Jenis Kerjasama
Kerja

3. Fasilitas Pengelolaan dan sitem


investasi pengusahaan sumber
daya air
4. Pemberian perizinan
pemanfaatan air dan sumber air
serta pelaksanaan pelayanan
umum
5. Pembinaan pelaksanaan
pengelolaan sumber daya air
6. Pengawasan, pengendalian dan
evaluasi pengelolaan sumber
daya air
7. Pelaksanaan tugas-tugas
ketatausahaan
5. Dinas Energi dan Sumber 1. Memberikan ijin eksploitasi air Kesepakatan bersama
Daya Mineral Provinsi tanah
Gorontalo, Kabupaten 2. Menentukan ijin lokasi
pengambilan dan pengendalian
Pohuwato dan Parigi
air tanah, penambangan sirtu
Moutong sungai

6. PLN Tugas Kesepakatan bersama

1. Melaksanakan pembangunan
pembangkit tenaga listrik,
pembangunan sistem jaringan
transmisi dan distribusi listrik
2. Melakukan perencanaan,
konstruksi dan operasi
fasilitas pembangkit listrik
7. PDAM Tugas Pokok : Kesepakatan bersama

Bertanggung jawab untuk


menyediakan kebutuhan air
bersih untuk domestik dan

4-58
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Nama Lembaga
Program dan Rencana
No Jenis dan Peran Lembaga Tugas dan Fungsi Jenis Kerjasama
Kerja

industri

8. Dewan Sumber Daya Air Wadah Koordinasi Tugas utama adalah menyiapkan, Kesepakatan bersama
Provinsi Gorontalo mengolah permasalahan yang
berkaitan dengan Pengelolaan SDA
sebagai bahan yang akan dibahas
oleh Dewan untuk dirumuskan dan
disampaikan kepada Gubernur

9. Forum DAS Provinsi Forum DAS Tugas Pokok Forum DAS : Program Kerja Perjanjian Kerjasama
Gorontalo (PKS)
Melakukan pengkajian tentang 1. Menyusun Program Kerja
kebijakan, rencana, pelaksanaan Forum Pengelolaan DAS
kegiatan dan dampak kegiatan 2. Menyusun Anggaran
Forum Pengelolaan DAS
pengelolaan DAS di Gorontalo dan
3. Mengkaji kebijkan
Sumatera Utara sebagai masukan pengelolaan DAS dan
kepada pengambil keputusan baik memberikan masukan
kepada eksekutif maupun legislatif untuk perbaikan
di tingkat Pusat dan daerah 4. Mengkaji peraturan
perundangan dan
Fungsi Forum DAS : hukum normatif yang
terkait dengan kegiatan
1. Mengkaji kebijakan, rencana pengelolaan SDA
dan program yang sedang dan 5. Mengkaji program-
akan dilaksanakan dalam program dan
pengelolaan DAS. pelaksanaan RHL dan
2. Mengkaji permasalahan- kawasan DAS
permasalahan yang timbul 6. Penyebarluasan
akibat kegiatan-kegiatan informasi melalui media
pengelolaan DAS dan bencana cetak dan elektronik
alam.
3. Memberi pertimbangan dan
saran pemecahan masalah
kepada Menteri, Gubernur,

4-59
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Nama Lembaga
Program dan Rencana
No Jenis dan Peran Lembaga Tugas dan Fungsi Jenis Kerjasama
Kerja

Bupati / Walikota, antara lain


mengenai
4. Memfasilitasi dan atau
menyelenggarakan rapat-rapat
Forum Pengelolaan DAS Multi
Pihak Provinsi Gorontalo antar
wilayah administrasi dalam
rangka komunikasi, konsultasi,
sosialisasi dan koordinasi
pengelolaan DAS
10. Kelompok Tani Kelompok Tani Tugas Pokok 1. Pembuatan Model Perjanjian kerja sama
2. HHBK Gaharu (PKS)
1. Memberi masukan
permasalahan-permasalahan
yang timbul dalam pengelolaan
sumber daya air
2. Mengelola pemakaian air
11. P3A Forum Komunikasi Tugas Pokok Perjanjian kerja sama
(PKS)
1. Mengelola Daerah irigasi
2. Mengelola Jaringan irigasi
12. Badan Koordinasi Penataan Wadah Koordinasi Tugas Kesepakatan bersama
Ruang Daerah (BKPRD)
Kabupaten 1. Mengkoordinasikan dan
merumuskan penyusunan
rencana tata ruang kabupaten
2. Memaduserasikan rencana
pembangunan jangka panjang
dan menengah dengan rencana
tata ruang kabupaten serta
mempertimbangkan
pengarusutamaan pembangunan
berkelanjutan melalui instrumen
Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS)
3. Mengintegrasikan,

4-60
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Nama Lembaga
Program dan Rencana
No Jenis dan Peran Lembaga Tugas dan Fungsi Jenis Kerjasama
Kerja

memaduserasikan dan
mengharmonisasi rencana tata
ruang kabupaten dengan
rencana tata ruang wilayah
nasional, rencana tata ruang
pulau/kepulauan, rencana tata
ruang kawasan strategis
nasional, rencana tata ruang
provinsi, dan rencana tata ruang
wilayah kabupaten yang
berbatasan
Sumber : Pemda Provinsi dan Kabupaten/Kota

4-61
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

4.5. KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT WILAYAH SUNGAI

4.5.1. Kondisi Kependudukan

1) Perkembangan Jumlah Penduduk WS Randangan


Berdasarkan pengamatan terhadap perkembangan jumlah penduduk
kecamatan yang ada di WS Randangan pada kurun waktu tahun 2003 s.d
2015, maka diperoleh perkiraan jumlah penduduk per DAS di WS
Randangan, dimana jumlah penduduk per DAS yang ada di wilayah
administratif WS Randangan pada kurun waktu tersebut diperoleh
gambaran terjadi peningkatan dengan pertumbuhan 1,58%.
Gambaran perkembangan jumlah penduduk tersebut disajikan pada tabel
dan gambar dibawah ini :
Tabel 4. 32. Perkembangan Jumlah Penduduk WS. Randangan Tahun 2003-
2015

No Tahun Jumlah Penduduk


1 2003 107.261
2 2004 108.956
3 2005 110.678
4 2006 112.426
5 2007 114.203
6 2008 116.007
7 2009 117.840
8 2010 119.702
9 2011 121.593
10 2012 123.514
11 2013 125.466
12 2014 127.448
13 2015 128.293
Sumber : BPS Kabupaten dan Kota Dalam Angka, 2016 dan Hasil
Analisis 2016

4-62
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Gambar 4. 11. Perkembangan Penduduk WS Randangan 2003-2015

2) Kepadatan Penduduk
Dengan luas total DAS sekitar 3.945,1801 km2 dan perkiraan jumlah
penduduk DAS pada tahun 2015 sekitar 128.293 jiwa, maka rata-rata
kepadatan penduduk di WS Randangan mencapai 33 jiwa per km2.
Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di DAS Molosipat yaitu sekitar 51
jiwa per km2 dan yang terkecil ada di DAS Moutong yaitu sekitar 22 jiwa per
km2.
Menurut Pembangunan Masyarakakat Desa (PMD) yang menggolongkan
angka kepadatan menjadi 4 kelas, yaitu : 1) Tidak Padat (sampai dengan 50
jiwa/ km2); 2) Kurang Padat (51 – 250 jiwa/ km2); 3) Cukup Padat (251 –
400 jiwa/ km2) dan 4) Sangat Padat (lebih dari 401 jiwa/ km2). Maka
penduduk di WS Randangan tergolong Tidak Padat.
Lebih jelasnya disajikan pada tabel dan Tabel berikut :
Tabel 4. 33. Jumlah dan Kepadatan Penduduk DAS di WS Randangan, Tahun
2015

Jumlah Kepadatan Tingkat


Luas Wilayah
No Nama DAS Penduduk Tahun Penduduk Kepadatan
(Km²)
2015 (Jiwa/Km2)
1 DAS Beringin 175,4217 5,697 32 Tidak padat
DAS Dinga
50,8411 1,651 32 Tidak padat
2 Motolohu
3 DAS Sidorukun 58,7506 1,908 32 Tidak padat
4 DAS Patihu 44,6332 1,449 32 Tidak padat
5 DAS Wonggarasi 31,2562 1,015 32 Tidak padat
6 DAS Suka Damai 37,0321 1,203 32 Tidak padat
7 DAS Milangodaa 51,3652 1,668 32 Tidak padat
8 DAS Lomuli 31,8322 1,034 32 Tidak padat

4-63
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Jumlah Kepadatan Tingkat


Luas Wilayah
No Nama DAS Penduduk Tahun Penduduk Kepadatan
(Km²)
2015 (Jiwa/Km2)
9 DAS Lemito 230,3225 7,480 32 Tidak padat
10 DASgan 2.513,8453 81,635 32 Tidak padat
11 DAS Dudeulo 102,64 3,503 34 Tidak padat
12 DAS Popayato 359,38 12,060 34 Tidak padat
13 DAS Molosipat 79,16 4,009 51 Tidak padat
14 DAS Moutong 178,7 3,982 22 Tidak padat
Jumlah 3.945,1801 128,293
Sumber : BPS Kabupaten dan Kota Dalam Angka, 2016 dan Hasil Analisis 2016

Sumber : BPS Kabupaten dan Kota Dalam Angka, 2016 dan Hasil Analisis 2016

Gambar 4. 12. Kepadatan Penduduk DAS di WS Randangan Tahun 2015

3) Proyeksi Jumlah Penduduk


Perkiraan jumlah penduduk ini penting dalam suatu perencanaan, karena
kependudukan merupakan salah satu penentu dalam mengkondisikan
perkembangan suatu wilayah baik dari segi fisik maupun non fisik. Dengan
mengetahui perkembangan suatu penduduk di suatu wilayah maka akan
dapat diketahui prediksi dari kebutuhan akan fasilitas dan utilitas
penunjang serta perkiraan kebutuhan ruangnya.
Dengan mengetahui prediksi akan kebutuhan fasilitas, utilitas dan
ruangnya maka akan relatif lebih mudah untuk memberikan arahan
perkembangan sehingga akan didapat keteraturan secara fisik dan non
fisik.
Untuk menentukan proyeksi jumlah penduduk diperoleh dengan
perhitungan sebagai berikut :

4-64
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Keterangan : r = rasio pertumbuhan ;


Pt = Jumlah penduduk tahun n ;
Po = jumlah penduduk tahun n-1 ;
PP = pertumbuhan penduduk;
n = tahun berjalan
Perkembangan jumlah penduduk kecamatan dan luas wilayah kecamatan
berdasarkan Analisis GIS memperkirakan perkembangan jumlah penduduk
per DAS di WS Randangan pada kurun waktu Tahun 2015 s.d 2036
cenderung meningkat. Gambaran lengkap tersaji pada tabel dan gambar
berikut :
Tabel 4. 34. Proyeksi Jumlah Penduduk Per DAS di WS Randangan, Tahun
2016-2036

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah


Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk
Kabupaten yang
No Nama DAS Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
M asuk DAS
2016 2021 2026 2031 2036
(jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa)
1 DAS Beringin Pohuwato 5.749 6.018 6.300 6.596 6.905
2 DAS Dinga Motolohu Pohuwato 1.666 1.744 1.826 1.912 2.001
3 DAS Sidorukun Pohuwato 1.925 2.016 2.110 2.209 2.312
4 DAS Patihu Pohuwato 1.463 1.531 1.603 1.678 1.757
5 DAS Wonggarasi Pohuwato 1.024 1.072 1.123 1.175 1.230
6 DAS Suka Damai Pohuwato 1.214 1.271 1.330 1.392 1.458
7 DAS Milangodaa Pohuwato 1.683 1.762 1.845 1.931 2.022
8 DAS Lomuli Pohuwato 1.043 1.092 1.143 1.197 1.253
9 DAS Lemito Pohuwato 7.548 7.902 8.272 8.660 9.066
10 DAS Randangan Pohuwato 82.386 86.247 90.288 94.518 98.947
11 DAS Dudeulo Pohuwato, Moutong 3.542 3.741 3.954 4.182 4.425
12 DAS Popayato Pohuwato, Moutong 12.330 13.774 15.387 17.190 19.203
13 DAS Molosipat Pohuwato, Moutong 4.098 4.576 5.110 5.706 6.372
14 DAS Moutong Pohuwato, Moutong 4.071 4.548 5.080 5.675 6.340
JUM LAH 129.743 137.295 145.372 154.021 163.289

4-65
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Sumber : - Provinsi dan Kabupaten Dalam Angka, BPS 2016


- Hasil Analisa, 2016

Gambar 4. 13. Proyeksi Jumlah Penduduk WS Randangan, Tahun 2016-2035

4.5.2. Kondisi Perekonomian

1) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto
seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik
suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu
periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki
residen atau non-residen. disajikan atas dasar harga berlaku dan harga
konstan (riil).
PDRB dihitung berdasarkan harga berlaku (harga pada tahun yang
bersangkutan) dan harga pada tahun dasar atau atas dasar harga konstan.
Tujuan penghitungan ini adalah untuk melihat pengaruh harga di setiap
sektor ekonomi pada tahun yang bersangkutan. Oleh karena itu
pertumbuhan ekonomi dihitung dengan menggunakan PDRB atas dasar
harga konstan sehingga dapat diketahui kenaikan nilai tambah bruto secara
riil.
Data pendapatan regional atau Data PDRB baik atas dasar harga berlaku
maupun atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makro
yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian regional setiap tahun.
Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah:
1. PDRB harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan sumber daya
ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDRB yang besar
menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga
sebaliknya.

4-66
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju


pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap kategori dari
tahun ke tahun.
3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut lapangan usaha menunjukkan
struktur perekonomian atau peranan setiap kategori ekonomi dalam
suatu wilayah. Kategori-kategori ekonomi yang mempunyai peran besar
menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah.
2) Perkembangan PDRB ADHB dan PDRB ADHK Kabupaten Yang Masuk WS
Randangan
1. Kabupaten Pohuwato
PDRB sebagai salah satu indikator makroekonomi yang dihitung untuk
melihat gambaran secara umum keadaan ekonomi. PDRB Kabupaten
Pohuwato pada tahun 2015 atas dasar harga berlaku sebesar 4 trilyun
572 milyar 650,02 juta rupiah, dan atas harga Konstan sebesar 3 trilyun
629 milyar 257,99 juta rupiah. Pada PDRB ADHB dari tahun 2010
sampai 2015 di kabupaten Pohuwato selalu mengalami peningkatan rata
rata sebesar 12,52%. Pada PDRB ADHK dari tahun 2010 sampai 2015 di
kabupaten Pohuwato juga selalu mengalami peningkatan rata rata
sebesar 7,4%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Tabel dan Grafik dibawah
ini.
Tabel 4. 35. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pohuwato Atas
Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah),
2010─2015

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.479.998,03 1.673.691,51 1.883.135,68 2.110.686,47 2.419.392,64 2.735.793,53
2 Pertambangan dan Penggalian 36.797,36 40.128,40 41.129,75 41.163,64 41.773,16 43.142,37
3 Industri Pengolahan 114.127,76 126.374,92 139.781,92 155.859,94 180.916,69 203.042,20
4 Pengadaan Listrik dan Gas 1.345,80 1.365,17 1.470,52 1.486,28 1.634,37 1.716,87
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 669,44 700,88 762,73 825,14 945,16 1.030,81
6 Konstruksi 178.294,19 196.618,74 217.663,00 237.887,27 258.793,47 284.065,05
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 212.201,09 235.308,06 263.541,84 300.749,03 352.990,29 400.976,10
8 Transportasi dan Pergudangan 66.778,37 75.039,20 90.432,24 105.213,43 123.975,10 144.759,81
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 30.682,47 32.495,53 35.857,02 39.318,46 43.235,42 47.112,47
10 Informasi dan Komunikasi 34.916,37 39.211,65 43.862,83 47.637,30 53.293,34 59.241,10
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 44.519,88 54.189,67 65.631,44 70.272,37 77.725,48 89.483,73
12 Real Estat 22.513,37 24.079,78 26.304,18 28.973,61 32.180,97 35.190,98
13 Jasa Perusahaan/Business Activities 2.800,00 3.010,16 3.283,92 3.544,15 3.879,01 4.208,46
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 162.384,08 181.331,90 200.404,40 220.552,11 235.642,59 258.666,16
15 Jasa Pendidikan 51.881,14 56.539,67 67.848,38 81.866,56 92.866,90 107.511,68
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 63.160,78 65.330,96 73.671,32 87.215,63 97.098,81 108.245,50
17 Jasa lainnya 32.232,68 34.904,46 38.663,20 42.965,08 47.474,85 52.303,11
Jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHB 2.535.302,83 2.840.320,68 3.193.444,36 3.576.216,46 4.063.818,24 4.572.650,02
Sumber : - Provinsi dan Kabupaten Dalam Angka, BPS 2016
- Hasil Analisa, 2016

4-67
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Tabel 4. 36. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pohuwato Atas Dasar
Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah),
2010─2015

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.479.998,03 1.588.632,39 1.704.376,95 1.826.732,29 1.958.711,21 2.100.863,31
2 Pertambangan dan Penggalian 36.797,36 38.776,20 39.378,32 39.050,82 39.265,41 39.918,03
3 Industri Pengolahan 114.127,76 120.589,17 129.481,93 138.970,96 148.177,25 158.175,16
4 Pengadaan Listrik dan Gas 1.345,80 1.505,65 1.724,36 1.898,63 2.134,71 2.395,91
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 669,44 691,21 729,13 778,12 833,1 880,01
6 Konstruksi 178.294,19 188.475,80 197.975,56 207.952,65 216.129,09 226.785,50
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 212.201,09 230.273,05 254.900,54 280.725,92 313.258,33 345.313,71
8 Transportasi dan Pergudangan 66.778,37 73.082,81 82.753,03 94.465,10 108.569,96 122.618,11
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 30.682,47 32.005,67 33.573,61 35.551,31 37.761,67 39.774,32
10 Informasi dan Komunikasi 34.916,37 37.725,60 40.984,45 44.639,98 48.762,02 53.008,85
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 44.519,88 51.687,81 57.520,54 58.801,33 61.874,99 67.264,13
12 Real Estat 22.513,37 23.734,59 25.757,80 27.900,85 30.180,60 32.477,32
13 Jasa Perusahaan/Business Activities 2.800,00 2.862,83 2.952,55 3.056,03 3.177,07 3.279,08
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 162.384,08 172.143,51 179.995,47 195.014,30 204.497,38 216.653,80
15 Jasa Pendidikan 51.881,14 55.788,99 62.543,00 71.737,41 79.519,84 88.503,22
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 63.160,78 63.344,33 67.692,11 76.158,87 82.022,17 87.632,66
17 Jasa lainnya 32.232,68 34.129,50 37.029,56 39.998,57 43.124,78 46.382,40
Jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHK 2.535.302,81 2.715.449,11 2.919.368,91 3.143.433,14 3.377.999,58 3.629.257,99
Sumber : - Provinsi dan Kabupaten Dalam Angka, BPS 2016
- Hasil Analisa, 2016

Grafik Perkembangan PDRB Pahuwato 2010-2015


5,000,000.00 4,572,650.02
4,063,818.24
4,000,000.00 3,576,216.46
3,193,444.36
2,840,320.68
3,000,000.00 2,535,302.83 3,629,257.99
3,377,999.58
3,143,433.14
2,919,368.91
2,000,000.00 2,535,302.81 2,715,449.11

1,000,000.00

0.00
2010 2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHB


Jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHK

Gambar 4. 14. Grafik Perkembangan PDRB ADHB dan PDRB ADHK Kabupaten
Pohuwato Tahun 2010-2015

2. Kabupaten Parigi Moutong


Secara umum kabupaten Parigi Moutong lebih baik dari kabupaten
Pohuwato karena mempunyai angka PDRB lebih besar. PDRB Kabupaten
Parigi Moutong pada tahun 2015 atas dasar harga berlaku sebesar 13
trilyun 310 milyar 154 juta rupiah. Pada PDRB ADHK Konstan tahun
2015 sebesar 10 trilyun 131 milyar 718 juta rupiah. Dari tahun 2010
sampai 2015 PDRB ADHB di kabupaten Parigi Moutong selalu mengalami
peningkatan dengan rata rata peningkatan sebesar 13.11%. Pada PDRB

4-68
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

ADHK Kabupaten Parigi Moutong selalu mengalami peningkatan dengan


rata rata peningkatan sebesar 7.11%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table dan grafik berikut ini
Tabel 4. 37. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Parigi Moutong
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (juta
rupiah), 2010─2015

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.392.854 3.790.217 4.245.383 4.709.314 5.210.104 5.707.195
2 Pertambangan dan Penggalian 287.532 325.540 372.807 432.977 538.918 664.466
3 Industri Pengolahan 160.398 183.571 208.390 236.648 269.518 312.255
4 Pengadaan Listrik dan Gas 945 997 1.052 1.074 1.359 1.175
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 3.788 4.352 4.836 5.497 6.346 7.431
6 Konstruksi 859.739 982.244 1.131.871 1.294.874 1.504.519 1.729.798
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1.145.589 1.322.790 1.523.961 1.718.568 1.942.772 2.207.237
8 Transportasi dan Pergudangan 431.025 498.968 539.616 617.228 709.395 815.652
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 43.179 50.183 58.249 68.273 79.329 98.920
10 Informasi dan Komunikasi 133.984 157.341 180.882 201.936 227.473 257.875
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 44.842 51.059 61.009 70.485 81.065 92.591
12 Real Estat 70.427 82.271 93.001 105.547 121.671 136.987
13 Jasa Perusahaan/Business Activities 11.130 12.656 14.427 16.199 18.224 21.398
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 262.809 305.552 351.955 406.957 466.019 539.804
15 Jasa Pendidikan 201.190 234.812 276.189 330.628 379.305 437.314
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 74.817 85.562 97.511 111.647 127.791 150.612
17 Jasa lainnya 64.007 72.132 80.806 86.957 102.569 129.442
Jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHB 7.188.257 8.160.248 9.241.946 10.414.809 11.786.375 13.310.154

Sumber : - Provinsi dan Kabupaten Dalam Angka, BPS 2016


- Hasil Analisa, 2016
Tabel 4. 38. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Parigi Moutong
Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (juta
rupiah), 2010─2015

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.392.854 3.595.336 3.822.066 4.034.456 4.264.297 4.533.468
2 Pertambangan dan Penggalian 287.532 309.295 332.016 368.290 417.032 449.458
3 Industri Pengolahan 160.398 172.808 185.534 198.108 211.554 227.863
4 Pengadaan Listrik dan Gas 945 993 1.042 1.093 1.384 1.377
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 3.788 4.060 4.366 4.613 5.006 5.457
6 Konstruksi 859.739 923.736 979.610 1.034.084 1.092.402 1.194.594
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1.145.589 1.249.097 1.353.789 1.483.729 1.596.319 1.700.092
8 Transportasi dan Pergudangan 431.025 468.060 497.013 538.420 577.177 625.342
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 43.179 46.872 50.994 55.657 60.130 68.037
10 Informasi dan Komunikasi 133.984 148.464 164.980 183.908 204.035 226.659
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 44.842 49.170 54.310 59.722 64.595 65.498
12 Real Estat 70.427 76.903 83.097 91.718 101.530 108.681
13 Jasa Perusahaan/Business Activities 11.130 12.154 13.207 14.189 15.038 16.538
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 262.809 283.298 307.795 335.492 364.060 395.191
15 Jasa Pendidikan 201.190 219.653 240.214 266.711 288.934 311.313
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 74.817 80.747 87.156 94.109 101.977 110.550
17 Jasa lainnya 64.007 68.578 72.756 73.909 83.341 91.600
Jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHK 7.188.257 7.709.224 8.249.944 8.838.207 9.448.812 10.131.718
Sumber : - Provinsi dan Kabupaten Dalam Angka, BPS 2015
- Hasil Analisa, 2016

4-69
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Gambar 4. 15. Grafik Perkembangan PDRB ADHB dan PDRB ADHK


Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2010-2015

3) Kontribusi Sektor atau Struktur Ekonomi


Struktur ekonomi suatu daerah tercermin melalui seberapa besar peranan
masing-masing sektor ekonomi/lapangan usaha terhadap jumlah total nilai
tambah dari seluruh sektor/lapangan usaha. Struktur ekonomi suatu
daerah biasa disajikan dari PDRB atas dasar harga berlaku. Dari persentase
sumbangan masing-masing sektor/lapangan usaha, akan terlihat struktur
ekonomi suatu daerah sehingga bisa diketahui ciri khas ekonomi, andalan,
potensi, hasil pembangunan ataupun perubahan akibat kebijakan publik
dari pemerintah daerah. Semakin besar kontribusi suatu sektor/lapangan
usaha terhadap PDRB, semakin besar pula dominasi sektor/lapangan
usaha tersebut dalam menggerakkan perekonomian daerah.
Struktur Ekonomi atau Struktur ekonomi menunjukkan basis utama
perekonomian suatu daerah atau sektor utama yang menjadi penopang
ekonomi wilayah tersebut. Salah satu indikator ekonomi yang dapat
menggambarkan struktur perekonomian daerah adalah PDRB, yaitu dengan
melihat kontribusi masing-masing sektor dalam pembetukan PDRB ADHB.
Pola perkembangannya dari tahun ke tahun dapat memberikan informasi
mengenai pergeseran struktur perekonomian daerah.
1. Struktur Ekonomi Kabupaten Pohuwato
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir belum terjadi pergeseran
struktur ekonomi yang signifikan di Kabupaten Pohuwato. Kategori
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan masih menjadi sektor utama yang
menyokong perekonomian daerah. Data tahun 2015 menunjukkan bahwa

4-70
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

kategori ini menyumbang sebesar 59,83 persen atau separuh lebih dari
nilai total PDRB Kabupaten Pohuwato. Sektor lain yang merupakan
kedua terbesar yang menjadi penopang ekonomi Kabupaten Pohuwato
adalah sector Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor. Sektor ini dalam kurun waktu lima tahun memberikan kontribusi
diatas 8%.
Hal tersebut sesuai dengan kondisi Pohuwato yang memiliki sumber daya
alam pertanian yang melimpah. Di tambah lagi dengan kekayaan laut
yang berasal dari perairan Teluk Tomini. Demikian pula dengan sumber
daya manusia yang bekerja di sektor pertanian adalah yang terbanyak
dibanding kategori-kategori lainnya. Gambaran kontribusi berbagai
sektor lapangan usaha terhadap pendapatan regional di kabupaten yang
berada di WS Randangan disajikan pada tabel dan gambar dibawah ini :
Tabel 4. 39. Perkembangan Struktur Ekonomi Berdasarkan PDRB ADHB
Kabupaten Pohuwato tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 58,38 58,93 58,97 59,02 59,53 59,83
2 Pertambangan dan Penggalian 1,45 1,41 1,29 1,15 1,03 0,94
3 Industri Pengolahan 4,50 4,45 4,38 4,36 4,45 4,44
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,05 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
6 Konstruksi 7,03 6,92 6,82 6,65 6,37 6,21
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8,37 8,28 8,25 8,41 8,69 8,77
8 Transportasi dan Pergudangan 2,63 2,64 2,83 2,94 3,05 3,17
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,21 1,14 1,12 1,10 1,06 1,03
10 Informasi dan Komunikasi 1,38 1,38 1,37 1,33 1,31 1,30
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,76 1,91 2,06 1,96 1,91 1,96
12 Real Estat 0,89 0,85 0,82 0,81 0,79 0,77
13 Jasa Perusahaan/Business Activities 0,11 0,11 0,10 0,10 0,10 0,09
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 6,40 6,38 6,28 6,17 5,80 5,66
15 Jasa Pendidikan 2,05 1,99 2,12 2,29 2,29 2,35
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2,49 2,30 2,31 2,44 2,39 2,37
17 Jasa lainnya 1,27 1,23 1,21 1,20 1,17 1,14
Jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : - Provinsi dan Kabupaten Dalam Angka, BPS 2016
- Hasil Analisa, 2016

4-71
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Gambar 4. 16. Perkembangan Kontribusi Sektor atau Struktur Ekonomi


Berdasarkan PDRB ADHB Tahun 2010-2015

Tabel 4. 40. Perkembangan Struktur Ekonomi Berdasarkan PDRB ADHK


Kabupaten Pohuwato tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 58,38 58,50 58,38 58,11 57,98 57,89
2 Pertambangan dan Penggalian 1,45 1,43 1,35 1,24 1,16 1,10
3 Industri Pengolahan 4,50 4,44 4,44 4,42 4,39 4,36
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,05 0,06 0,06 0,06 0,06 0,07
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02
6 Konstruksi 7,03 6,94 6,78 6,62 6,40 6,25
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8,37 8,48 8,73 8,93 9,27 9,51
8 Transportasi dan Pergudangan 2,63 2,69 2,83 3,01 3,21 3,38
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,21 1,18 1,15 1,13 1,12 1,10
10 Informasi dan Komunikasi 1,38 1,39 1,40 1,42 1,44 1,46
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,76 1,90 1,97 1,87 1,83 1,85
12 Real Estat 0,89 0,87 0,88 0,89 0,89 0,89
13 Jasa Perusahaan/Business Activities 0,11 0,11 0,10 0,10 0,09 0,09
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 6,40 6,34 6,17 6,20 6,05 5,97
15 Jasa Pendidikan 2,05 2,05 2,14 2,28 2,35 2,44
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2,49 2,33 2,32 2,42 2,43 2,41
17 Jasa lainnya 1,27 1,26 1,27 1,27 1,28 1,28
Jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHK 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : - Provinsi dan Kabupaten Dalam Angka, BPS 2015


- Hasil Analisa, 2016

4-72
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Sumber : - Provinsi dan Kabupaten Dalam Angka, BPS 2016


- Hasil Analisa, 2016
Gambar 4. 17. Perkembangan Struktur Ekonomi Kabupaten Pohuwato
Berdasarkan PDRB ADHK Tahun 2010-2015

2. Struktur Ekonomi Kabupaten Parigi Moutong


Pada kurun waktu tahun 2010-2015 sektor Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan memberikan kontribusi terbesar pada pendapatan regional
menurut lapangan usaha kabupaten Parigi Moutong yang berada di WS
Randangan. Data tahun 2015 menunjukkan bahwa Kabupaten Parigi
Moutong untuk sektor pertanian ini menyumbang sebesar 42,88 persen
atau hampir separuh dari nilai total PDRB Kabupaten Parigi Moutong.
Sektor lain yang merupakan kedua terbesar yang menjadi penopang
ekonomi Kabupaten Parigi Moutong adalah sektor Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Sektor ini dalam kurun waktu
lima tahun memberikan kontribusi diatas 16%. Hal ini mencerminkan
mata pencaharian dan pendapatan penduduk di WS Randangan sebagian
besar berada pada sektor pertanian. Ditempat kedua dan ketiga terbesar
berada pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor dan sektor konstruksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
tabel dan grafik dibawah ini.

4-73
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Tabel 4. 41. Perkembangan Struktur Ekonomi Berdasarkan PDRB ADHB


Kabupaten Parigi Moutong tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 47,20 46,45 45,94 45,22 44,20 42,88
2 Pertambangan dan Penggalian 4,00 3,99 4,03 4,16 4,57 4,99
3 Industri Pengolahan 2,23 2,25 2,25 2,27 2,29 2,35
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,06
6 Konstruksi 11,96 12,04 12,25 12,43 12,76 13,00
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 15,94 16,21 16,49 16,50 16,48 16,58
8 Transportasi dan Pergudangan 6,00 6,11 5,84 5,93 6,02 6,13
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,60 0,61 0,63 0,66 0,67 0,74
10 Informasi dan Komunikasi 1,86 1,93 1,96 1,94 1,93 1,94
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,62 0,63 0,66 0,68 0,69 0,70
12 Real Estat 0,98 1,01 1,01 1,01 1,03 1,03
13 Jasa Perusahaan/Business Activities 0,15 0,16 0,16 0,16 0,15 0,16
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,66 3,74 3,81 3,91 3,95 4,06
15 Jasa Pendidikan 2,80 2,88 2,99 3,17 3,22 3,29
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,04 1,05 1,06 1,07 1,08 1,13
17 Jasa lainnya 0,89 0,88 0,87 0,83 0,87 0,97
Jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : - Provinsi dan Kabupaten Dalam Angka, BPS 2016
- Hasil Analisa, 2016

Gambar 4. 18. Grafik Perkembangan Struktur Ekonomi Berdasarkan PDRB


ADHB Kab. Parigi Moutong Tahun 2010-2015

4-74
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Tabel 4. 42. Perkembangan Struktur Ekonomi Berdasarkan PDRB ADHK Kabupaten


Parigi Moutong tahun 2010-2015

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 47,20 46,64 46,33 45,65 45,13 44,75
2 Pertambangan dan Penggalian 4,00 4,01 4,02 4,17 4,41 4,44
3 Industri Pengolahan 2,23 2,24 2,25 2,24 2,24 2,25
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
6 Konstruksi 11,96 11,98 11,87 11,70 11,56 11,79
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 15,94 16,20 16,41 16,79 16,89 16,78
8 Transportasi dan Pergudangan 6,00 6,07 6,02 6,09 6,11 6,17
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,60 0,61 0,62 0,63 0,64 0,67
10 Informasi dan Komunikasi 1,86 1,93 2,00 2,08 2,16 2,24
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,62 0,64 0,66 0,68 0,68 0,65
12 Real Estat 0,98 1,00 1,01 1,04 1,07 1,07
13 Jasa Perusahaan/Business Activities 0,15 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,66 3,67 3,73 3,80 3,85 3,90
15 Jasa Pendidikan 2,80 2,85 2,91 3,02 3,06 3,07
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,04 1,05 1,06 1,06 1,08 1,09
17 Jasa lainnya 0,89 0,89 0,88 0,84 0,88 0,90
Jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHK 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : - Provinsi dan Kabupaten Dalam Angka, BPS 2016
- Hasil Analisa, 2016

Gambar 4. 19. Grafik Perkembangan Struktur Ekonomi Berdasarkan PDRB


ADHB Kab. Parigi Moutong Tahun 2010-2015

4-75
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

4) Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang sering digunakan
untuk menilai keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu daerah. Yang
dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan
pendapatan regional. Suatu daerah dikatakan mengalami pertumbuhan
ekonomi apabila terjadi peningkatan PDRB (Produk Domestik Regional
Bruto) riil di daerah tersebut. Untuk mengukur peningkatan riil PDRB
digunakan PDRB atas dasar harga konstan, dimana kenaikan ataupun
penurunan nominal PDRB semata-mata dipengaruhi oleh perubahan
kuantum produksi tanpa dipengaruhi perubahan harga. Pertambahan
jumlah industri, pertambahan produksi sektor-sektor ekonomi,
pertambahan jumlah fasilitas infrastruktur (sekolah, jalan, rumah sakit,
dan fasilitas-fasilitas umum), dan pertambahan produksi dari kegiatan-
kegiatan ekonomi yang sudah ada dapat mendorong terjadinya
pertumbuhan ekonomi.
Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi pada suatu tahun
menggambarkan bahwa pada tahun tersebut pembangunan ekonomi
tumbuh dan berkembang lebih cepat dibanding tahun sebelumnya.
Begitupun sebaliknya, menurunnya laju pertumbuhan ekonomi
menunjukkan perlambatan pembangunan ekonomi pada tahun tersebut
dibanding tahun sebelumnya.
Rata-rata Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Provinsi Gorontalo dan Provinsi
Sulawesi Tengah periode tahun 2011-2015 berada diatas rata-rata LPE
nasional yang besarnya 5.52%, dimana rata rata LPE Provinsi Gorontalo
sebesar 7.57% dan rata-rata LPE Provinsi Sulawesi Tengah pada periode
tahun yang sama besarnya 9.91%.
Sedangkan dilihat dari rata-rata LPE kabupaten periode tahun 2011-2015
semua kabupaten yang masuk WS Randangan rata-rata LPE berada pada
kisaran 6.91-7.68%.
Hal ini sangat menggembirakan karena pembangunan apapun yang akan
dilaksanakan dalam bidang sumber daya air akan mempunyai daya dukung
yang tinggi
Gambaran perkembangan laju pertumbuhan ekonomi pada kurun waktu
tahun 2011-2015 yang terjadi di WS Randangan disajikan pada Tabel dan
gambar dibawah ini :

4-76
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Tabel 4. 43. Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Provinsi dan


Kabupaten yang masuk dalam WS Randangan, Tahun 2011-2015 (%)

LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI (Persen) RATA-


PROVINSI/
NO RATA
KABUPATEN 2011 2012 2013 2014 2015
LPE
I GORONTALO 7.71 7.91 7.68 7.29 7.27 7.57
1 POHUWATO 7.11 7.51 7.68 7.46 7.46 7.44
II SULAWESI TENGAH 9.82 9.53 9.55 5.11 15.56 9.91
1 PARIGI MOUTONG 7.25 7.01 7.13 6.91 7.3 7.12

NASIONAL 6.17 6.03 5.58 5.02 4.79 5.52


Sumber : - Provinsi dan Kabupaten Dalam Angka, BPS 2016
- Hasil Analisa, 2016

Laju pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun, disajikan


melalui PDRB atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha secara
berkala. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan
perekonomian, sebaliknya apabila negatif menunjukkan penurunan.
Tren perkembangan laju pertumbuhan ekonomi di kabupaten yang berada
di WS Randangan disajikan pada gambar berikut :

Sumber : - Provinsi dan Kabupaten Dalam Angka, BPS 2015


- Hasil Analisa, 2016
Gambar 4. 20. Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten
yang masuk dalam WS Randangan, Tahun 20011-2015

4-77
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

4.6. KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS RANDANGAN


4.6.1. Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Sumber Daya Air dan
Peraturan Lain yang Terkait
Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Pemerintah yang terkait
dengan pengelolaan sumber daya air di WS, khususnya di WS Randangan
antara lain sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan;
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya;
4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,
Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2004;
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, Sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009;
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan;
7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pusat dan Daerah;
10. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana;
11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
12. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
13. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara;
14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
15. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan;
16. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas UU No.
31 Tahun 2004 tentang Perikanan;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Rawa;

4-78
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

18. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai;


19. Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 1993 tentang Reklamasi Rawa;
20. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Amdal;
21. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
22. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan
Pangan;
23. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah;
24. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan
Hutan;
25. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistim PAM;
26. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi;
27. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Tugas
Pemerintah;
28. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan
Tugas Perbantuan;
29. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana;
30. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana RTRW;
31. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;
32. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah;
33. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan;
34. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih
Fungsi Lahan Pertanian Berkelanjutan;
35. Peraturan Pemerintah Repubik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang
Sungai;
36. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai;
37. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai;
38. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2013 tentang Rawa;

4-79
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

39. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang


Pengelolaan Kawasan Lindung;
40. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Dewan Sumber Daya Air;
41. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2011 tentang
Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air;
42. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2011 tentang
Cekungan Air Tanah;
43. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Penetapan Wilayah Sungai;
44. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/PRT/M/2008 Tahun
2008 tentang Wadah Koordinasi PSDA pada tingkat Provinsi,
Kabupaten/Kota & Wilayah Sungai;
45. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 2/PRT/M/2010 tentang
Rencana Strategis Nasional Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010
– 2014;
46. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan
Umum;
47. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
51/PMK.02/2014 tentang Pedoman Standar Biaya, Standar Struktur
Biaya dan Indeksasi Dalam Penyusunan RKA-K/L;
48. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
53/PMK.02/2014 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran
2015;
49. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
136/PMK.02/2014 tentang Petunjuk dan Penelaahan RKAKL;
50. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
10/PRT/R/2015 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan
Sumber Daya Air Tahun 2015;
51. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai;
52. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
06/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Sumber Air dan
Bangunan Pengairan;
53. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
07/PRT/M/2015 tentang Pengamanan Pantai;

4-80
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

54. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor


08/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Jaringan Irigasi;
55. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
09/PRT/M/2015 tentang Penggunaan Sumber Daya Air;
56. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
10/PRT/M/2015 tentang Rencana dan Rencana Teknis Tata
Penggunaan Air dan Tata Pengairan;
57. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
11/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan
Reklamasi Rawa Pasang Surut;
58. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi;
59. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
13/PRT/M/2015 tentang Penanggulangan Darurat Bencana Akibat
Daya Rusak Air;
60. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah Irigasi;
61. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
16/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Rawa Lebak;
62. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
17/PRT/M/2015 tentang Komisi Irigasi;
63. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
18/PRT/M/2015 tentang Iuran Eksploitasi dan Pemeliharaan Bangunan
Pengairan;
64. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
21/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Tambak;
65. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset Irigasi;
66. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
26/PRT/M/2015 tentang Pengalihan Alur Sungai Dan/Atau
Pemanfaatan
67. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
27/PRT/M/2015 tentang Bendungan;
68. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai Dan Garis
Sempadan Danau;

4-81
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

69. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor


29/PRT/M/2015 tentang Rawa;
70. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
30/PRT/M/2015 tentang Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi;
71. Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 4 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Gorontalo Tahun 2010 – 2030;
72. Peraturan Daerah Kabupaten Parigi Moutong Nomor 2 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Parigi Moutong Tahun
2010 – 2030;
73. Peraturan Daerah Kabupaten Pohuwato Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 – 2032.
4.6.2. Kebijakan Daerah Terkait Pengelolaan Sumber Daya Air
1) Provinsi Gorontalo - RTRW

Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah provinsi sesuai dengan


Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Gorontalo Nomor 4 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Gorontalo dilakukan dalam
pengembangan struktur ruang, pola ruang dan pengembangan kawasan
strategis wilayah agar tujuan penataan ruang wilayah provinsi tercapai.
1. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang
Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi peningkatan kualitas
dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana terkait energi, dan sumber
daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah provinsi.
Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
prasarana meliputi :
1. Meningkatkan jaringan energi secara optimal serta mewujudkan
keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik ke seluruh pusat-pusat
kegiatan dan kawasan permukiman; dan
2. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan
keterpaduan sistem jaringan sumber daya air.
2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang
Kebijakan pengembangan pola ruang meliputi:
1. Pengembangan kawasan lindung, di mana kebijakannya yaitu:
1) Pemulihan, peningkatan dan pemeliharaan sistem ekologi wilayah,
termasuk ekohidrolika DAS, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Strategi pemulihan, peningkatan dan pemeliharaan fungsi
pelestarian sistem ekologi wilayah meliputi:
a. menetapkan kawasan lindung di ruang darat maupun laut;

4-82
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

b. mewujudkan kawasan hutan sesuai dengan kondisi ekosistemnya


dengan luas paling sedikit 30% dari DAS;
c. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang
telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam
rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem
wilayah, khususnya DAS kritis;
d. mewujudkan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai
dengan kondisi ekosistemnya yang meliputi ekosistem terumbu
karang, padang lamun dan hutan bakau 30% (tiga puluh persen)
dari ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
e. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang
telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam
rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem
wilayah, khususnya terumbu karang, padang lamun dan hutan
bakau kritis.
2) Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup, terutama sektor
kehutanan, pertambangan, kelautan dan perikanan
Strategi pencegahan dampak negatif kegiatan manusia meliputi:
a. menyelenggarakan upaya terpadu pelestarian fungsi sistem
ekologi wilayah;
b. melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan
perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh
suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya;
c. mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau
tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan
yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam
menunjang pembangunan yang berkelanjutan;
d. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijak
untuk menjamin kepentingan generasi masa kini maupun
generasi masa depan;
e. mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana, termasuk revitalisasi fungsi
sistem ekologi lokal serta pembangunan sumber daya baru untuk
diwariskan kepada generasi penerus dan menjaga kelestarian
lingkungan;
f. mengutamakan pengelolaan sumber daya alam yang terbarukan
untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap

4-83
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta


keanekaragamannya; dan
g. mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya
antisipatif dan adaptasi bencana di kawasan rawan bencana.
3) Pemulihan, peningkatan dan pemulihan fungsi pelestarian sistem
ekologi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
2. Pengembangan kawasan budidaya, di mana kebijakannya meliputi :
1) Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar
kegiatan budidaya
Strategi perwujudan dan peningkatan serta keterkaitan antar
kegiatan budidaya meliputi :
a. menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis
Provinsi untuk memanfaatkan sumber daya alam di ruang darat,
laut dan udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis
untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah;
b. mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan
beserta prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk
mendorong pengembangan perekonomian kawasan, termasuk
laut dan pulau-pulau kecil dengan pendekatan gugus pulau
untuk meningkatkan daya saing dan mewujudkan pengembangan
ekonomi setempat;
c. mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian
dan perikanan untuk mewujudkan ketahanan pangan Provinsi,
sebagai daerah pendukung lahan pertanian pangan
berkelanjutan; dan
d. mengembangkan kawasan pertambangan yang berwawasan
lingkungan dan mempertimbangkan kepentingan generasi
mendatang.
2) Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan
Strategi pengendalian perkembangan dan keterpaduan kegiatan
budidaya meliputi:
a. membatasi perkembangan budidaya terbangun di kawasan rawan
bencana alam untuk meminimalkan potensi kejadian bencana
dan potensi kerugian akibat bencana;
b. memanfaatkan ruang pusat kota, terutama kota besar, dengan
mengoptimalkan pembangunan gedung secara vertikal, dengan
mempertimbangkan kerawanan terhadap gempa, agar terwujud

4-84
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

kota taman yang kompak, di daerah perkotaan yang aman


terhadap resiko bencana alam; dan
c. mengembangkan agropolitan yang memadukan agroindustri,
agrobisnis, agrowisata di Kawasan Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan yang tersebar di seluruh kabupaten/kota
se-Provinsi Gorontalo.
3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis
Kebijakan pengembangan kawasan strategis Provinsi Gorontalo dari
sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi meliputi:
Peningkatan produktifitas sentra-sentra produksi pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan, serta agro industri dan agrobisnis. Strategi
pengembangan kawasan strategis kepentingan pertumbuhan ekonomi
terkait peningkatan produktivitas sentra-sentra produksi pertanian,
perkebunan, peternakan, perikanan, serta agro industri dan agrobisnis
meliputi:
a. mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya
alam dan kegiatan budidaya unggulan sebagai penggerak utama
pengembangan wilayah; dan
b. mengelola dampak negatif kegiatan budidaya agar tidak menurunkan
kualitas sosial ekonomi budaya masyarakat dan lingkungan hidup
kawasan.
Kebijakan pengembangan kawasan strategis Provinsi Gorontalo dari
sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi yang ramah lingkungan meliputi:
1) Budidaya pertambangan yang berwawasan lingkungan
Strategi pengembangan kawasan strategis kepentingan pendayagunaan
sumberdaya alam dan/atau teknologi ramah lingkungan provinsi
terkait budidaya pertambangan yang berwawasan lingkungan meliputi:
a. mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan
dari pemanfaatan sumber daya dan atau teknologi tinggi; dan
b. mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam
dan/atau teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup dan
keselamatan masyarakat.
2) Pengembangan kegiatan minapolitan (perikanan tangkap, budidaya
dan pengelolaan hasil perikanan) yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan.

4-85
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Kebijakan pengembangan kawasan strategis Provinsi Gorontalo dari


sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
meliputi:
1) Pelestarian ekologi wilayah terutama di kawasan hutan konservasi
seperti taman nasional dan hutan lindung
Strategi pengembangan kawasan strategis kepentingan daya dukung
lingkungan provinsi terkait pelestarian ekologi wilayah terutama di
kawasan hutan konservasi seperti taman nasional dan hutan
lindung meliputi:
a. menetapkan kawasan strategis provinsi berfungsi lindung; dan
b. merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang mengalami
penurunan kualitas lingkungan.
2) Penataan ruang wilayah yang tidak menganggu fungsi kawasan
lindung; dan pelestarian ekosistem dan sumberdaya alam di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil terutama terumbu karang, padang
lamun, dan hutan bakau
Strategi pengembangan kawasan strategis kepentingan daya dukung
lingkungan provinsi terkait Penataan ruang wilayah yang tidak
menganggu fungsi kawasan lindung meliputi:
a. mencegah dan membatasi pemanfaatan ruang yang berpotensi
mengurangi daya lindung kawasan; dan
b. mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun di sekitar
kawasan lindung yang berfungsi sebagai zona penyangga yang
memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budidaya
terbangun.
2) Kabupaten Pohuwato (Provinsi Gorontalo)

Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah sesuai dengan Peraturan


Daerah Kabupaten Pohuwato Nomor 8 tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Pohuwato dilakukan dalam pengembangan
struktur ruang, pola ruang dan pengembangan kawasan strategis wilayah
agar tujuan penataan ruang wilayah kabupaten tercapai.
1. Kebijakan Tata Guna Air
Penatagunaan air dimaksudkan untuk menjamin ketersedian air baik
dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Air beserta sumber-sumbernya
mempunyai fungsi sosial dan ekonomi untuk itu perlu dilindungi untuk
menjaga kelestarian fungsinya serta memanfaatkan untuk berbagai
keperluan. Pemerintah melakukan pengelolaan serta mengembangkan
kemanfaatan air dan sumber-sumber air baik berupa air permukaan

4-86
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

maupun air tanah yang meliputi perlindungan, pengaturan dan


pemanfaatan.
Dalam penatagunaan air, kebijakan dan tindakan yang dilakukan adalah:
a. menetapkan pengelolaan setiap sumber daya air yang terdiri dari air
tanah dan air permukaan;
b. perlindungan kawasan tangkapan air;
c. perencanaan dan pemanfaatan air yang terkoordinir baik untuk
keperluan irigasi, sumber air baku PDAM, maupun penggunaan
lainnya, sehingga dapat dijaga ketersediaan dan kelestariannya;
d. mencegah berdirinya bangunan di bantaran sungai;
e. menjaga sumber air dari pencemaran dan melakukan pemantauan
kualitas air sungai secara berkala;
f. penelitian kualitas dan kuantitas air tanah dangkal sebagai salah satu
sumber air minum bagi masyarakat;
g. pengambilan air bawah tanah perlu dilakukan dengan memperhatikan
ketersediaan dan keseimbangan penggunaan dan melakukan
penzoningan sesuai ketersediaanya untuk antisipasi intrusi air laut;
h. pengambilan air tanah dalam volume besar antara lain untuk industri
melalui perizinan; dan
i. melakukan pengamanan dan pengendalian daya rusak air terhadap
sumber-sumbernya dan daerah sekitarnya.
2. Kebijakan di Bidang Pertanian, Perkebunan dan Peternakan
Arah kebijakan di bidang pertanian, perkebunan dan peternakan yaitu :
a. mengembangkan potensi daerah melalui pemberdayaan pertanian
rakyat yang berbasis agribisnis dan agroindustri;
b. kemudian mengembangkan sumber daya perkebunan rakyat secara
berkelanjutan sebagai sumber ekonomi daerah; dan
c. mengembangkan potensi daerah melalui pemberdayaan peternakan
rakyat yang berbasis agrobisnis dan agroindustri.
Sedangkan arah pengembangannya dirumuskan seperti berikut ini :
a. mengembangkan potensi daerah melalui pemberdayaan pertanian,
peternakan dan perkebunan rakyat yang berbasis agribisnis dan
agroindustri;
b. menggali, membina dan menumbuhkembangkan seoptimal mungkin
pengelolaan potensi sumber daya lahan (pertanian tanaman pangan,
perkebunan dan kehutanan), sumberdaya peternakan yang berpihak
pada rakyat dan pengusaha kecil dan menengah;

4-87
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

c. mengembangkan pangan lokal yang dapat menunjang ketahanan


pangan diversivikasi bahan pangan;
d. meneliti dan mengadakan pilot projek di bidang pertanian, perkebunan
dan peternakan guna menentukan pewilayahan komoditas unggulan;
e. mengoptimalkan pemanfaatan lahan-lahan marginal atau lahan tidur
untuk mempertahankan swasembada pangan;
f. mengembangakan usaha pertanian, peternakan dan perkebunan
berwawasan agribisnis dan agroindustri yang berbasis keragaman
komoditi unggulan lokal dan berdaya tahan serta berdaya saing; dan
g. mengembangkan sumber daya manusia dibidang pertanian,
perkebunan dan peternakan melalui pendidikan formal dan nonformal
berbasis kawasan.
3. Kebijakan di Bidang Kehutanan, Lingkungan Hidup dan
Pertambangan
Arah kebijakan di bidang kehutanan, lingkungan hidup dan
pertambangan yaitu mengembangkan pengelolaan sumberdaya hutan
dan pertambangan secara terpadu. Sedangkan arah pengembangannya
dirumuskan seperti berikut ini :
a. merencanakan, mengawasi dan menetapkan pembangunan dan
pengelolaan sumber daya kehutanan dan pertambangan yang
dampaknya luas terhadap kelestarian alam dan lingkungan hidup;
b. menetapkan kebijakan umum pemberdayaan sumber daya kehutanan
dan pertambangan;
c. memantapkan pelaksanaan pengelolaan hutan sebagai sumber daya
potensial dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah konservasi
tanah dan air secara berkelanjutan;
d. mengembangkan hutan rakyat dan hutan kemasyarakatan agar
menjadi pusat pertumbuhan ekonomi produktif melalui sistem
manajemen hutan industri;
e. memasyarakatkan pelaksanaan produk-produk hukum disektor
kehutanan, pengelolaan lingkungan hidup dan pertambangan; dan
f. memantapkan pelaksanaan rehabilitasi lahan penambangan tanpa izin
(PETI) dan daerah pesisir pantai (hutan Mangrove).
4. Kebijakan dalam Sistem Air Limbah dan Persampahan
a. mengupayakan pembuatan cubluk atau septic tank yang
dikombinasikan dengan lubang resapan untuk mencegah masyarakat
membuang air limbah domestik langsung ke selokan atau saluran

4-88
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

drainase, sungai atau saluran irigasi yang dapat menurunkan sanitasi


lingkungan;
b. perlu diupayakan sistem pengolahan limbah secara terpadu; dan
c. perbaikan pola pengolahan persampahan yang meliputi wilayah
pelayanan dan rute pengangkutan dengan lebih memberdayakan
masyarakat;
5. Kebijakan dalam Sistem Drainase dan Irigasi
a. mengupayakan pembuatan saluran drainase primer dan checkdam
untuk menahan laju sedimen yang dapat menghambat kelancaran
saluran drainase dan irigasi; dan
b. perbaikan dan pemeliharaan saluran drainase dan irigasi yang ada
secara berkala dan terintegrasi;
3) Kabupaten Parigi Moutong (Provinsi Sulawesi Tengah)

Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah sesuai dengan Peraturan


Daerah Kabupaten Parigi Moutong Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Parigi Moutong untuk meningkatkan daya
saing kabupaten dengan tetap mempertimbangkan daya dukung dan daya
tampung lingkungan, karakteristik fisik wilayah serta kelestarian sumber
daya alam.
1. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang
Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi :
1. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah kabupaten
Strategi pengembangan struktur ruang yaitu mengembangkan dan
menyediakan infrastruktur terhadap daerah pesisir pantai, sentra
pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, pengembangan
kakao, dan pertambangan; dan
2. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan infrastruktur
energi dan sumber daya air yang merata di seluruh wilayah kabupaten.
Strategi pengembangan struktur ruang meliputi :
a. mengembangkan dan perluasan penyediaan jaringan energi listrik
secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan
tenaga listrik; dan
b. meningkatkan kualitas jaringan infrastruktur serta mewujudkan
ketersediaan sumber daya air untuk air bersih maupun irigasi.
2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang
Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi :

4-89
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

1. Pengembangan kawasan lindung, di mana kebijakannya meliputi :


A. Pemeliharaan dan pelestarian luas kawasan lindung;
Strategi untuk kebijakan pengembangan kawasan lindung
meliputi:
a. mempertahankan luas kawasan lindung di darat maupun laut,
sesuai tata batas wilayah hutan dan wilayah konservasi laut;
b. mengembangkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah
dengan luas paling sedikit 30% dari luas wilayah DAS sesuai
dengan kondisi ekosistemnya atas dasar kriteria kawasan-
kawasan yang berfungsi lindung serta mewujudkan kawasan
penyangga di sekitar kawasan hutan lindung dan konservasi
berdasarkan kajian daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup; dan
c. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung
sekitar mata air, danau dan sungai serta kawasan sekitarnya
yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya,
dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan
ekosistem wilayah.
B. Peningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan
dan satwa, serta nilai budaya dan fungsi kawasan lindung
berdasarkan kajian daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup;
Strategi untuk kebijakan pengembangan kawasan lindung meliputi :
a. menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
sistem ekologi wilayah;
b. melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan
perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh
suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya;
c. mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau
tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan
yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam
menunjang pembangunan yang berkelanjutan;
d. mempertahankan dan merehabilitasi keberadaan hutan lindung
sebagai hutan dengan tutupan vegetasi tetap sebagai pengatur
tata air, pencegahan banjir, dan longsor;
e. mempertahankan dan merehabilitasi keberadaan hutan lindung
agar kesuburan tanah pada hutan lindung dan daerah sekitarnya
dapat terpelihara; dan

4-90
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

f. mempertahankan dan merehabilitasi kawasan mangrove sebagai


ekosistem esensial pada kawasan pesisir untuk pengendalian
pencemaran, perlindungan pantai dari abrasi, dan menjamin
terus.
C. Perlindungan terhadap kawasan resapan air atau kawasan yang
berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber daya air.
Strategi untuk kebijakan pengembangan kawasan lindung meliputi :
a. mempertahankan intensitas kegiatan melalui sistem pengaturan,
pembinaan, pengawasan dan pelaksanaan terhadap
penyelenggaraan penataan ruang ;
b. mempertahankan kawasan penyangga di sekitar kawasan hutan
lindung dan konservasi;
c. melindungi ekosistem bergambut yang khas serta
mengkonservasi cadangan air tanah; dan
d. mempertahankan dan merehabilitasi kawasan mangrove sebagai
ekosistem esensial pada kawasan; pesisir untuk pengendalian
pencemaran, perlindungan pantai dari abrasi, dan menjamin
terus berlangsungnya reproduksi biota laut.
D. Penguatan tata guna tanah kabupaten guna pemantapan kawasan
lindung
Strategi untuk kebijakan pengembangan kawasan lindung yaitu
mengendalikan secara ketat penggunaan tanah oleh penduduk atau
proyek pembangunan tertentu dalam kawasan lindung yang
diperbolehkan agar tidak mengganggu fungsi lindung.
2. Pengembangan kawasan budidaya, di mana kebijakannya meliputi :
A. Pengembangan kegiatan utama berbasiskan pengembangan
agrobisnis, perikanan, dan pariwisata serta pemanfaatan ruangnya
secara optimal berdasarkan berdasarkan kajian daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup
Strategi untuk kebijakan pengembangan kawasan budidaya
meliputi:
a. menetapkan zona-zona dengan fungsi-fungsi utamanya pada
setiap kawasan budidaya berdasarkan kajian daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup; dan
b. pengembangan fungsi-fungsi kawasan budidaya lainnya
berdasarkan kajian daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup.

4-91
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

B. Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya yang dapat


mengganggu fungsi lindung
Strategi untuk kebijakan pengembangan kawasan budidaya
meliputi:
a. mengurangi dampak negatif pengembangan kawasan terhadap
lingkungan sekitar;
b. melakukan pemantauan dan pengawasan secara periodik
terhadap kegiatan-kegiatan budidaya yang berpotensi
mengganggu fungsi lindung; dan
c. meningkatkan fungsi kawasan hutan produksi sebagai kawasan
penyangga bagi kawasan lindung.
C. Penguatan tata guna tanah kabupaten guna penanganan masalah
tumpang tindih antar kegiatan budidaya berdasarkan kajian daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Strategi untuk kebijakan pengembangan kawasan budidaya yaitu
mengembangkan peraturan yang ketat terhadap upaya konversi
lahan budidaya yang bersifat sebagai penyangga kawasan lindung
diatasnya berdasarkan kajian daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup.
3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis
Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan meliputi :
1. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan
untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem,
melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan
rona alam, dan melestarikan warisan ragam budaya lokal;
Strategi untuk kebijakan pengembangan kawasan strategis kabupaten
meliputi:
a. memanfaatkan kawasan lindung sesuai dengan fungsinya yaitu:
fungsi hidrologis, melindungi kawasa setempat, perlindungan
habitat flora dan fauna (ekosistem), serta perlindungan kawasan
rawan bencana alam;
b. mengendalikan, mengarahkan, memantau, dan menegakan hukum
di kawasan lindung;
c. mengembangkan kebijakan tata guna tanah/lahan, tata guna air,
tata guna udara dan tata guna sumber daya alam yang ramah
lingkungan; dan

4-92
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

2. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan


perekonomian Kabupaten yang produktif, efisien, dan mampu bersaing
dalam perekonomian wilayah;
Strategi untuk kebijakan pengembangan kawasan strategis kabupaten
meliputi :
a. mendukung penetapan kawasan strategis nasional dan kawasan
strategis provinsi; dan
b. mendukung pengembangan kawasan lindung dan atau kawasan
budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional
sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis
nasional, kawasan strategis provinsi dengan kawasan budidaya
terbangun.
3. Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung pendukung
lingkungan hidup
Strategi untuk kebijakan pengembangan kawasan strategis kabupaten
meliputi :
a. melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangkan
ekosistemnya; dan
b. menjaga kualitas, keasrian dan kelestarian eksistensi sistem ekologi
wilayah.
Kawasan yang terdapat di WS Randangan ada 5 (lima), yaitu Kawasan Cagar
Alam Panua yang terdapat di Kecamatan Taluditi dan Kecamatan
Patilanggio, Kawasan Cagar Alam Tanjung Panjang yang terdapat di
Kecamatan Randangan, Kawasan Andalan Marisa yang terdapat di
Kecamatan Duhiadaa dan Kecamatan Patilanggio, Kawasan Andalan Teluk
Tomini yang terdapat di laut sebelah selatan WS Randangan, Kawasan Blok
Tambang Emas yang terdapat di Kecamatan Popayato. Kawasan-kawasan
tersebut ditampilkan dalam sebagai berikut.

4-93
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Sumber : Bappeda Provinsi Gorontalo dalam RTRWP Tahun 2010 – 2030


Keterangan :
1.Kawasan Cagar Alam Panua; 2. Kawasan Cagar Alam Tanjung Panjang; 3. Kawasan Andalan Marisa; 4. Kawasan Andalan Teluk Tomini;
5. Blok Tambang Emas
Gambar 4. 21. Pola Ruang dan Kawasan Strategis di WS Randangan

4-94
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

4.7. RENCANA STRATEGIS DAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

4.7.1. Rencana Tata Ruang Wilayah


1. Provinsi Gorontalo
1) Kawasan Lindung Nasional dan Provinsi

Kawasan Lindung Nasional yaitu kawasan yang tidak diperkenankan


dan/atau dibatasi pemanfaatan ruangnya dengan fungsi utama untuk
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya
alam dan sumber daya buatan. Kawasan Lindung Nasional yang terkait
dengan wilayah Provinsi yang masuk di WS Randangan adalah :
a. Cagar Alam (CA) Tanjung Panjang di Kabupaten Pohuwato;
b. Cagar Alam (CA) Panua di Kabupaten Pohuwato; dan
c. Kawasan Teluk Tomini.
Kawasan Lindung Provinsi adalah kawasan lindung yang secara ekologis
merupakan satu ekosistem yang terletak lebih dari satu wilayah
kabupaten/kota atau bernilai strategis provinsi pada beberapa kawasan
lindung. Rencana Pengembangan Kawasan Lindung Provinsi meliputi:
Kawasan Hutan Lindung (HL) yang masuk di WS Randangan adalah
Hutan Lindung di Kabupaten Pohuwato.
2) Kawasan Budidaya yang Memiliki Nilai Strategis
Kawasan Budidaya Provinsi adalah kawasan budi daya yang mempunyai
nilai strategis provinsi yaitu : merupakan kawasan budi daya yang
dipandang sangat penting bagi upaya pencapaian visi pembangunan
Provinsi Gorontalo yaitu ”Gorontalo Maju dan Mandiri” ; dan menurut
peraturan perundang-undangan, perizinan dan/atau pengelolaannya
merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo.
Kawasan Budidaya Provinsi meliputi kawasan budidaya yang bernilai
strategis provinsi, baik di darat maupun laut, yang meliputi:
a. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Kawasan peruntukan hutan produksi yang masuk dalam WS
Randangan meliputi:
1) Hutan Produksi
Kawasan hutan produksi meliputi hutan produksi di wilayah
Kabupaten Pohuwato.
2) Hutan Produksi Terbatas
Kawasan hutan produksi terbatas meliputi hutan produksi terbatas
wilayah Kabupaten Pohuwato

4-95
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

3) Hutan Produksi Konversi


Kawasan hutan produksi konversi meliputi hutan konversi wilayah
Kabupaten Pohuwato.
b. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
Kawasan peruntukan hutan rakyat adalah beberapa lahan milik
masyarakat yang digunakan secara sadar untuk tanaman kehutanan
dibeberapa tempat. Yang masuk dalam WS Randangan terdapat di
Kabupaten Pohuwato.
c. Kawasan Peruntukan Pertanian
Kawasan peruntukan pertanian terdiri atas pertanian tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.
Kawasan peruntukan pertanian komoditas tanaman pangan dan
hortikultura berupa budidaya unggulan provinsi yang masuk di WS
Randangan, yang lokasinya sebagai berikut: Kecamatan Lemito,
Kecamatan Patilanggio, Kecamatan Randangan, Kecamatan Popayato
dan Kecamatan Taluditi di Kabupaten Pohuwato.
Kawasan peruntukan pertanian, komoditas peternakan yang masuk di
WS Randangan lokasinya yaitu: Kecamatan Randangan dan
Kecamatan Taluditi di Kabupaten Pohuwato.
Kawasan peruntukan pertanian, komoditas perkebunan berupa
budidaya unggulan provinsi yang masuk di WS Randangan lokasinya
sebagai berikut : Kecamatan Taluditi, Kecamatan Lemito, Kecamatan
Popayato, Kecamatan Popayato Barat, Kecamatan Popayato Timur,
Kecamatan Wonggarasi, Kecamatan Dengilo, Kecamatan Patilanggio,
Kecamatan Randangan dan Kecamatan Duhiadaa di Kabupaten
Pohuwato.
d. Kawasan Peruntukan Perikanan
Kawasan perikanan air tawar di WS Randangan lokasinya yaitu :
Kecamatan Wonggarasi Timur, Kecamatan Wonggarasi Barat,
Kecamatan Randangan, Kecamatan Patilanggio di Kabupaten
Pohuwato;
Kawasan budidaya tambak yang lokasinya di : pesisir selatan
Kabupaten Pohuwato;
Kawasan budidaya perikanan laut berada di Kabupaten Pohuwato.
e. Kawasan Peruntukan Pertambangan
Kawasan peruntukan pertambangan lokasinya di Kabupaten
Pohuwato.

4-96
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

f. Kawasan Peruntukan Industri


Kawasan peruntukan industri merupakan kawasan yang potensil
dimanfaatkan untuk kegiatan industri yang meliputi : Kawasan
industri skala besar direncanakan pengembangannya di Kawasan
Kabupaten Pohuwato.
g. Kawasan Peruntukan Permukiman
Kawasan permukiman perkotaan :
1) Kawasan permukiman perkotaan merupakan tatanan kawasan
permukiman yang terdiri atas sumber daya buatan seperti
perumahan, fasilitas sosial, fasilitas umum, prasarana dan sarana
2) Pola permukiman perkotaan yang paling rawan terhadap bencana
alam seperti banjir, gempa dan tsunami harus menyediakan tempat
evakuasi pengungsi bencana alam baik berupa lapangan terbuka di
tempat ketinggian paling rendah 30 (tiga puluh) meter di atas
permukaan laut untuk daerah penyelamatan.
Kawasan permukiman perdesaan :
Didominasi oleh kegiatan agraris dengan kondisi kepadatan bangunan,
penduduk serta prasarana dan sarana perkotaan yang rendah, dan
kurang intensif dalam pemanfaatan lahan untuk keperluan non
agraris, termasuk permukiman transmigrasi di Kabupaten Pohuwato.
2. Kabupaten Pohuwato
A. Arahan Pemanfaatan Ruang
Banyak faktor yang dapat diduga sebagai penyebab relatif cepatnya
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pohuwato diantaranya adalah :
1) banyaknya investor yang berminat menanamkan investasinya di
Provinsi Gorontalo, khususnya Kabupaten Pohuwato terutama dalam
bidang pertanian;
2) besarnya perhatian Pemerintah Daerah dalam pembangunan sarana
dan prasarana yang dapat mendorong perkembangan kabupaten /
kota;
3) kebijakan pemerintah dalam perijinan dan penanaman investasi yang
cenderung lebih mudah dan saling menguntungkan
Pusat pelayanan atau disebut juga sebagai pusat pengembangan wilayah
adalah pengelompokan atau konsentrasi fasilitas-fasilitas sosial, ekonomi
dan pemerintahan yang dapat berupa kota kabupaten, kota kecamatan
atau desa/sekelompok desa yang berfungsi melayani wilayah.
Berdasarkan pada pengertian pusat pelayanan di atas maka identifikasi
pusat pelayanan di Kabupaten Pohuwato diasumsikan sebagai berikut :

4-97
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

1) Kota kabupaten merupakan pusat pelayanan PKL I, berfungsi sebagai


pusat terhadap Wilayah Pelayanan Pembangunan (WPP) utama,
2) Kota kecamatan merupakan pusat pelayanan PKL II, berfungsi sebagai
pusat terhadap Wilayah Pelayanan Pembangunan (WPP) Sekunder,
3) Desa/sekolompok desa merupakan pusat pelayanan PKL III, berfungsi
sebagai pusat terhadap Wilayah Pelayanan Pembangunan (WPP) Lokal.
Masing-masing Pusat Pelayanan di WS Randangan mempunyai fungsi
tersendiri, berikut adalah Nama Lokasi yang menjadi Pusat Pelayanan
beserta dengan fungsinya, yang dijelaskan dalam Tabel berikut.
Tabel 4. 44. Kelengkapan Fungsi Pelayanan

Pusat Kawasan Pusat


Fungsi
Pelayanan Pelayanan
PKL I Kota Marisa Sebagai Pusat Wilayah Pembangunan
Utama (WPP I) Kabupaten Pohuwanto
PKL II Kecamatan Paguat Pusat WPP Sekunder,
Kecamatan Paguat dan Kecamatan Popayato
Kecamatan
PKL III Randangan Pusat WPP lokal,
Kecamatan Randangan dan sekitarnya
Sumber: RTRW Kabupaten Pohuwanto, Tahun 2012

Melihat Tabel tersebut, maka dapat diasumsikan bahwa wilayah yang


mengalami perkembangan cepat adalah Kecamatan Marisa dan
Kecamatan Paguat, perkembangan sedang adalah Kecamatan Popayato,
Kecamatan Randangan dan Kecamatan Lemito, sedangkan wilayah yang
lambat perkembangannya adalah Kecamatan Patilanggio dan Kecamatan
Taluditi. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan fasilitas yang tersebar lebih
banyak di Kecamatan Marisa dan Kabupaten Paguat. Untuk lebih
jelasnya mengenai struktur penataan ruang di Kabupaten Pohuwato
dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

4-98
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Sumber : Bappeda Kabupaten Pohuwato dalam RTRW Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 – 2032

Gambar 4. 22. Peta Struktur Ruang Kabupaten Pohuwato

4-99
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

B. Arahan Pengembangan
1. Pengembangan Penduduk

Sebagaimana telah dikemukakan pada uraian bab sebelumnya,


penyebaran penduduk Kabupaten Pohuwato, cenderung tidak merata,
yaitu sebagian besar masih terkonsentrasi di perkotaan atau pusat kota
dan ini akan berakibat pada daya dukung daerah terhadap kebutuhan
fasilitas kehidupan penduduk baik ekonomi, sosial maupun budaya.
Sebagian besar penduduk Pohuwato bertempat tinggal di wilayah
Kecamatan Paguat dan Kecamatan Marisa. Kota Marisa sebagai pusat
pelayanan utama Kabupaten Pohuwato dan Kota Paguat sebagi gerbang
masuk bagi arus barang dan jasa dari dan ke Pohuwato, menjadikan
kedua kecamatan ini mengalami perkembangan struktur kota yang lebih
cepat baik dari segi fasilitas maupun jumlah penduduk.
Untuk itu harus diperhatikan tentang upaya-upaya penyebaran
penduduk serta penataan pemukiman penduduk ke arah pinggiran kota
terutama ke arah Kecamatan Taluditi dan Patilanggio, dan tentunya juga
dengan pengadaan fasilitas yang mendukung dan memadai, seperti:
transportasi, pendidikan dan kesehatan serta fasilitas umum lainnya.
2. Pengembangan Fisik

Arahan pengembangan fisik Kabupaten Pohuwato ditentukan atas dasar


beberapa pertimbangan, yaitu :
a. kondisi fisik dasar;
b. penggunaan lahan dan kecenderungan perkembangannya fisik
terbangun, perkembangan pembangunan jaringan jalan serta jaringan
prasarana dan sarana (perkotaan) lainnya;
c. analisis daya dukung lahan dan daya dukung lingkungan;
d. kecenderungan tumbuhnya pusat-pusat pelayanan/aktifitas baru,
seperti pemukiman, pasar, sekolah/kampus, terminal,
pertokoan/mal/plaza, atau pusat kegiatan lainnya; dan
e. kebijakan pembangunan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
3. Pengembangan Kawasan Prioritas
Penetapan kawasan prioritas pembangunan tidak boleh mengabaikan
aspek stabilitas fungsi ekologis kawasan tersebut secara makro. Agar
pembangunan dan pemanfaatan sumber daya alam dapat dilaksanakan
secara berkelanjutan. Berdasarkan pertimbangan fisik dan
kecenderungan pemanfaatan ruang serta aksesibilitas, maka terdapat
tujuh Kawasan Prioritas Pembangunan. Untuk lebih jelasnya mengenai
gambaran kawasan prioritas di Kabupaten Pohuwato dapat melihat
Gambar berikut ini.

4-100
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Sumber : Bappeda Kabupaten Pohuwato dalam RTRW Kabupaten Pohuwato Tahun 2012– 2032

Gambar 4. 23. Peta Prioritas Pembangunan Kabupaten Pohuwato

4-101
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

C. Kawasan Budidaya Pertanian


1. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan

Pusat pembudidayaan komoditi-komoditi pangan tertentu yaitu melalui


suatu pola pergiliran tanaman. Jenis tanaman pangan yang dapat
dikembangkan adalah padi, jagung, ubi kayu, kacang-kacangan, sayur-
sayuran dan buah-buahan. Rencana untuk penggunaan lahan untuk
budidaya tanaman pangan adalah sebagai berikut:
a. menetapkan dan mempertahankan sebagian dari lokasi persawahan
yang memiliki sarana pengairan teknis. Pada dasarnya seluruh wilayah
Kabupaten Pohuwato sangat potensial untuk dikembangkan kawasan
pertanian tanaman pangan;
b. mengalihkan fungsi dari lokasi persawahan yang belum memiliki
sarana pengairan teknis dan persawahan yang sering kali mengalami
kekurangan air. Pengalihan yang dimaksud adalah mengubah area
sawah menjadi lahan kering untuk tanaman jagung atau tanaman
palawija lainnya serta tanaman sayur-sayuran atau buah-buahan yang
rincian pola tanamnya akan diatur kemudian. Pada dasarnya seluruh
wilayah Kabupaten Pohuwato sangat potensial untuk dikembangkan
kawasan pertanian tanaman pangan;
c. memanfaatkan lahan pekarangan untuk pengembangan tanaman
rempah dan obat-obatan serta jenis buah-buahan tertentu. Pada
dasarnya seluruh wilayah Kabupaten Pohuwato sangat potensial untuk
dikembangkan kawasan pertanian tanaman pangan; dan
d. pengembangan prasarana pengairan untuk mendukung
pengembangan pertanian tanaman pangan lahan basah dan
pengendalian kegiatan lain yang mengkonversi lahan pertanian (alih
fungsi lahan) yang relatif subur dan potensial secara konsisten dan
berkesinambungan.
Adapun total lahan pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan
yakni 17.775,20 ha atau 7,57% dari total luas kawasan budidaya
pertanian yang tersebar di 7 (tujuh) kecamatan.
2. Kawasan Perkebunan

Komoditas perkebunan yang menarik untuk dipertahankan di Kabupaten


Pohuwato adalah kelapa. Rencana penggunaan kawasan untuk
pengembangan tanaman perkebunan adalah sebagai berikut:
a. mempertahankan lahan tanaman perkebunan yang berada dibeberapa
bagian wilayah Kabupaten Pohuwato agar produktifitasnya tinggi maka
teknik budidaya yang diterapkan haruslah intensif dan bagi tanaman
yang telah tua dan tidak produktif lagi harus diremajakan;

4-102
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

a. pengembangan tanaman/perkebunan sesuai dengan


potensi/kesesuaian lahannya secara optimal;
b. pemanfaatan lahan untuk tanaman tahunan/perkebunan harus
disertai dengan tindakan konversi tanah yang baik;
c. pemanfaatan lahan-lahan kritis dengan komoditas perkebunan yang
berfungsi melindungi mata air dan tanah;
d. pengembangan lahan untuk perkebunan khususnya yang telah
dikelola dengan melibatkan badan usaha lain, perlu memperhatikan
pemberdayaan masyarakat disekitarnya, dengan berperan langsung
dalam proses produksi dan pasca produksi
Beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Pohuwato potensial untuk
pengembangan tanaman tahunan/tanaman keras seperti Kecamatan
Popayato, Kecamatan Randangan, Kecamatan Taluditi dan Kecamatan
Lemito. Total lahan pengembangan pertanian tanaman tahunan/tanaman
keras (perkebunan) yakni 70.204,40 atau 29,88 % dari total luas
kawasan budidaya pertanian.
D. Kawasan Budidaya Non Pertanian
1. Kawasan Pertambangan

Rencana tata ruang wilayah Kabupaten Pohuwato Tahun 2012-2032


seharusnya dapat menyediakan kawasan khusus sebagai kawasan
pertambangan, sehingga dapat diadakan penelitian-penelitian untuk
kondisi ini. Hal ini disebabkan Potensi Bahan Galian Mineral di
Kabupaten Pohuwato terdapat beberapa kawasan yang mempunyai
potensi pertambangan yakni Marisa, Paguat, Taluditi, Patilanggio dan
Randangan. Potensi Bahan Galian Mineral di Kabupaten Pohuwato dapat
dibagi dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu bahan galian bernilai strategis
dan potensi bahan galian bernilai industri. Kecamatan Marisa dapat
dijadikan sebagai pusat pengembangan pertambangan. Hal ini
disebabkan bahan galian bernilai strategis dan potensi bahan galian
bernilai industri serta ketersediaan infrastruktur yang sangat pendukung
sebagai besar berada di Kecamatan Marisa. Total luas kawasan
pertambangan dan mineral seluas 1.828,30 ha atau 0,78% dari total luas
kawasan budidaya non pertanian.
2. Kawasan Perindustrian

Rencana penggunaan lahan bagi kegiatan industri yang dapat


dikembangkan di Kabupaten Pohuwato, yaitu :
1. pengembangan agroindustri hulu untuk tujuan ekspor diarahkan di
Kecamatan Popayato;

4-103
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

2. pengembangan agroindustri hilir untuk tujuan ekspor diarahkan di


Kecamatan Paguat; dan
3. pengembangan sentra industri kecil dan kerajinan rumah tangga
diarahkan di Kecamatan Popayato, Lemito, Randangan, Marisa dan
Paguat.
Adapun total luasan lahan yang dapat diperuntukkan untuk kawasan
industri di Kabupaten Pohuwato adalah 2.250,71 ha atau 0,96% dari
total luas kawasan budidaya non pertanian.
3. Kawasan Permukiman

a. Kawasan Perkotaan
Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Penataan ruang
kawasan perkotaan diarahkan sebagai berikut:
1. mencapai tata ruang perkotaan yang optimal, serasi, selaras dan
seimbang dalam pengembangan hidup manusia;
2. meningkatkan fungsi kawasan perkotaan secara serasi dan seimbang
antara perkembangan lingkungan dan nilai kehidupan masyarakat;
dan
3. mengatur pemanfaatan ruang guna meningkatkan kemakmuran rakyat
dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap
lingkungan alam dan lingkungan sosial.
Pengembangan kawasan perkotaan diarahkan untuk berbagai kegiatan
perkotaan yang meliputi : permukiman perkotaan, sarana dan prasarana
(social and public facility), infrastuktur (jaringan jalan dan angkutan
umum, air minum, drainase, air limbah, persampahan, listrik dan
telekomunikasi), kawasan fungsional kota (perdagangan/komersial,
pemerintahan, perkantoran/jasa, industri, pelabuhan laut).
Untuk dapat mengakomodasikan berbagai kegiatan perkantoran tersebut,
maka rencana pemanfaatan ruang pada kawasan perkotaan perlu
dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk Rencana Umum Tata Ruang Kota
(RUTRK) baik untuk ibukota kabupaten maupun ibukota kecamatan. Hal
ini mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota serta SK Menteri PU Nomor
640/KPTS Tahun 1990 tentang Perencanaan Tata Ruang Kota.
Kawasan perkotaan Kabupaten Pohuwato masih terbatas pada ibukota
Kabupaten Pohuwato (Kota Marisa) dan ibukota kecamatan. Luas

4-104
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

kawasan perkotaan yaitu 826,29 Ha atau 0,35% dari luas kawasan non
pertanian.
b. Kawasan Pedesaan
Kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Berdasarkan
karakteristiknya kawasan perdesaan berada di Kecamatan Randangan,
Kecamatan Paguat, Kecamatan Lemito, Kecamatan Taluditi dan
Kecamatan Popayato dengan jumlah desa secara keseluruhan sebanyak
32 desa. Luas seluruh kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten
Pohuwato yakni 5.888,77 Ha atau 2,51% dari luas kawasan non
pertanian.
Rencana pengembangan kawasan perdesaan di wilayah Kabupaten
Pohuwato, antara lain:
1. inventarisasi kawasan permukiman perdesaan yang lokasinya tersebar
di wilayah-wilayah kecamatan sehingga memudahkan dalam
pelaksanaan program pembangunan kawasan perdesaan itu sendiri;
2. pemanfaatan lahan seluas 750 ha sedang dikembangkan sebagai
kawasan permukiman transmigrasi yang rencana lokasinya berada di
Kecamatan Randangan (400 ha) dan Lemito (350 ha). Pemanfaatan
lahan tersebut harus sinergis peruntukan lahan serta harus sesuai
ketentuan mengenai kawasan lindung, suaka alam, dan cagar budaya;
dan
3. pengembangan budidaya pertanian (tanaman pangan, tanaman keras
dan perkebunan, peternakan dan perikanan) sesuai dengan potensi
dan kesesuaian lahannya.
E. Kebutuhan Pengembangan Sarana dan Prasarana
1. Pengembangan Prasarana Air Bersih

Upaya untuk menyuplai kebutuhan air bersih di Kabupaten Pohuwato


termasuk sulit, utamanya pada saat musim kemarau. Pelayanan PDAM
belum memadai, karena belum ditunjang fasilitas yang memadai.
Pelayanan PDAM Tirta Maleo pada Tahun 2013 baru menjangkau sekitar
9 (sembilan) kecamatan yaitu Kecamatan Popayato, Kecamatan Popayato
Barat, Popayato Kecamatan Lemito, Kecamatan Wanggarasi, Kecamatan
Marisa, Kecamatan Patilanggio, Kecamatan Randangan, Kecamatan
Taluditi dan Kecamatan Paguat.
Jumlah pelanggan PDAM untuk sektor rumah tangga baru sekitar 9.555
KK yang ada di Kabupaten Pohuwato. Sementara itu sisanya masih

4-105
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

menggunakan air yang bersumber dari sumur, bahkan dari air sungai.
Jumlah volume air yang disalurkan dari PDAM Tirta Maleo sekitar
1.526.617 m3 kepada 9.555 pelanggan. Untuk lebih jelas mengenai
jumlah pelanggan air bersih di Kabupaten Pohuwanto dapat dilihat pada
Tabel 2.5 berikut.
Tabel 4. 45. Jumlah Pelanggan Air Bersih di Kabupaten Pohuwato

Kecamatan Pelanggan (Unit)


Rumah Tangga Perusahaan Sosial Total
Popayato 1.460 24 85 1.569
Popayato Barat 358 4 12 374
Lemito 980 12 59 1.051
Wanggarasai 209 2 13 224
Marisa 4.099 135 79 4.313
Patilanggio 633 5 14 652
Randangan 156 3 9 168
Taluditi 156 3 8 167
Paguat 1.504 20 67 1.591
Total 9.555 208 346 10.109
Sumber : PDAM Tirta Maleo Pohuwato, Tahun 2013

Upaya pemenuhan air bersih di Kabupaten Pohuwato sampai akhir tahun


perencanaan diupayakan melalui :
1) peningkatan kapasitas produksi air bersih;
2) pemberdayaan dan pemanfaatan sumber air baku lainnya dan serta;
dan
3) pengoptimalisasi sistem dan distribusi/pengaliran air bersih
khususnya pada kawasan perkotaan.
2. Pengembangan Prasarana Drainase

Sistem pembuangan air hujan di Kabupaten Pohuwato diidentifikasi


masih menyatu dengan sistem pembuangan rumah tangga (limbah) dan
sebagian besar masih terbatas pada kawasan perkotaan. Saluran
sekunder dan tersier yang terdapat disepanjang jalan arteri dengan
konstruksi batu, sedangkan pada jalan kolektor masih didominasi
drainase tanah dan pada beberapa lokasi menjadi wadah buangan
sampah penduduk yang akhirnya pengaliran air hujan dan limbah
menjadi terhambat.
Sistem drainase berkaitan langsung dengan jaringan irigasi yang ada,
dimana buangan air hujan akan bermuara ke saluran irigasi atau sungai
yang akan termanfaatkan untuk keperluan pertanian. Rencana
pengembangan yang dimaksud adalah peningkatan kualitas konstruksi
jaringan drainase dan pembangunan jaringan drainase baru pada
wilayah-wilayah yang belum memiliki jaringan drainase.

4-106
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

3. Pengembangan Prasarana Listrik

Semua Kebutuhan listrik di Pohuwato masih dipenuhi oleh PT. PLN,


melalui 7 (tujuh) unit distribusi yaitu Ranting Marisa, Sub Ranting
Paguat, Sub Ranting Manunggal Karya, Sub Ranting Panca Karsa, Sub
Ranting Iloheluma, Sub Ranting Lemito, dan Sub Ranting Molosipat.
Sumber tenaga listrik yang melayani wilayah Kabupaten Pohuwato
berasal dari berbagai pembangkit dengan sistem interkoneksi antar unit
distribusi.
Jumlah pelanggan listrik terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun, pada Bulan Desember Tahun 2013 jumlah pelanggan telah
mencapai 19.347 unit. Pelayanan listrik sekarang telah menjangkau
beberapa wilayah Kabupaten Pohuwato, dan dapat dikatakan telah
menunjang kegiatan sektor-sektor perekonomian dan sektor-sektor
lainnya.
3. Kabupaten Parigi Moutong
A. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung Kabupaten
Kawasan lindung kabupaten yang dimaksud terdiri atas :
1) Kawasan hutan lindung seluas kurang lebih 148.690 Ha yang tersebar
pada wilayah Kabupaten Parigi Moutong, yang masuk WS Randangan
adalah Kecamatan Moutong;
2) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
dibawahnya berupa kawasan resapan air yang tersebar di yang
tersebar pada wilayah Kabupaten Parigi Moutong, yang masuk WS
Randangan adalah Kecamatan Moutong.
3) Kawasan perlindungan setempat terdiri atas :
a) Kawasan sekitar danau dan sekitar mata air tersebar pada semua
kecamatan di kabupaten;
b) Sempadan sungai bertanggul ditetapkan dengan batas lebar
sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki
tanggul;
c) Sungai – sungai yang dimaksud yaitu Kecamatan Moutong,
d) Sempadan pantai ditetapkan berdasarkan pertimbangan teknis dan
sosial ekonomis oleh pejabat yang berwenang (disesuaikan dengan
karakteristik wilayah tertentu dalam kabupaten) sampai dengan 100
meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat sepanjang
garis pantai kurang lebih 472 Km.
4) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, terdiri atas:

4-107
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

a) Wisata alam pulau yang meliputi Pulau Maloang, Pulau Makakata


Parigi, Gugusan Pulau Pasir Tomini, Pulau Bulangkang Moutong,
Pulau Lolayo Moutong dan Pulau Pasir Putih Sibatang;
b) Wisata laut yang meliputi Teluk Tomini;
c) Kawasan pantai berhutan bakau seluas kurang lebih 7.043 Ha
tersebar di Kabupaten Parigi Moutong, yang masuk WS Randangan
adalah Kecamatan Moutong.
5) Kawasan rawan bencana alam, terdiri atas :
a) Kawasan abrasi pantai pada Kabupaten Parigi Moutong, yang
masuk WS Randangan adalah Kecamatan Moutong.
b) Kawasan rawan tsunami pada seluruh kecamatan pesisir di
Kabupaten Parigi Moutong; dan
c) Perencanaan jalur evakuasi pada kawasan rawan bencana alam.
6) Kawasan lindung wilayah pesisir dan laut, terdiri atas:
a) Kawasan terumbu karang terletak disekitar perairan Teluk Tomini;
B. Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya kabupaten terdiri atas :
1) Kawasan hutan produksi, meliputi :
Hutan produksi terbatas seluas kurang lebih 110.008 Ha tersebar di
Kabupaten Parigi Moutong, yang masuk WS Randangan adalah
Kecamatan Moutong.
2) Kawasan peruntukan pertanian, meliputi :
a) Kawasan pertanian lahan basah seluas kurang lebih 52.048 Ha di
Kabupaten Parigi Moutong, yang masuk WS Randangan adalah
Kecamatan Moutong.
b) Kawasan pertanian lahan kering seluas kurang lebih 87.172 Ha
tersebar pada semua kecamatan di kabupaten.
3) Kawasan peruntukan perkebunan, meliputi :
a) kawasan pengembangan kakao mencapai kurang lebih 65.439 Ha
tersebar pada wilayah Kabupaten Parigi Moutong, yang masuk WS
Randangan adalah Kecamatan Moutong.
b) kawasan pengembangan tanaman kelapa seluas kurang lebih
27.328 Ha, tersebar pada wilayah Kabupaten Parigi Moutong, yang
masuk WS Randangan adalah Kecamatan Moutong.
c) kawasan pengembangan tanaman perkebunan lainnya seluas
kurang lebih 2.117 Ha, yang tersebar di seluruh kecamatan.

4-108
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

4) Kawasan peruntukan pertambangan, terdiri atas :


a) emas dan mineral pengikut, dengan luas kurang lebih 97.091 Ha
diarahkan di Kabupaten Parigi Moutong, yang masuk WS
Randangan adalah Kecamatan Moutong.
b) luas lahan pencadangan mineral logam sebesar kurang lebih kurang
lebih 40.000 Ha yang tersebar hampir di seluruh kecamatan yang
ada;
c) mineral non logam dengan luas lahan pencadangan sebesar kurang
lebih 5.000 Ha yang tersebar pada beberapa kecamatan; dan
d) pasir batu kerikil (sirtukil) seluas 42 Ha, tersebar pada seluruh
kecamatan yang ada di Kabupaten; dan luas lahan pencadangan
wilayah sebesar kurang lebih 250 Ha tersebar di beberapa
kecamatan.
5) Kawasan peruntukan permukiman, terdiri atas :
a) kawasan permukiman perkotaan, meliputi Parigi sebagai ibukota
kabupaten dan semua ibu kota kecamatan; dan
b) kawasan permukiman perdesaan, meliputi seluruh desa di seluruh
kecamatan yang ada pada Kabupaten, kecuali pada Kecamatan
Parigi.
6) Kawasan peruntukan lainnya, terdiri atas :
Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) tersebar pada seluruh
kecamatan, dengan luas minimal 30% dari luas kecamatan tersebut.

4-109
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Contents
4.1. KONDISI HIDROLOGIS, HIDROMETEROLOGIS DAN HIDROGEOLOGIS ....................................... 1
4.1.1. Curah Hujan ......................................................................................................................... 1
4.1.2. Iklim ..................................................................................................................................... 8
4.2. KUANTITAS DAN KUALITAS SUMBER DAYA AIR ....................................................................... 9
4.2.1. Ketersedian Air Permukaan ................................................................................................. 9
4.2.2. Air Tanah ........................................................................................................................... 18
4.2.3. Kualitas Air ......................................................................................................................... 24
4.3. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN POTENSI YANG TERKAIT SUMBER DAYA AIR .................. 39
4.3.1. Kondisi Lingkungan Hidup.................................................................................................. 39
4.3.2. Potensi Yang Terkait Sumber Daya Air ............................................................................... 39
4.4. KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR............................................................... 54
4.5. KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT WILAYAH SUNGAI ................................................ 62
4.5.1. Kondisi Kependudukan ...................................................................................................... 62
4.5.2. Kondisi Perekonomian ....................................................................................................... 66
4.6. KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS RANDANGAN ......................................... 78
4.6.1. Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Sumber Daya Air dan Peraturan Lain yang
Terkait 78
4.6.2. Kebijakan Daerah Terkait Pengelolaan Sumber Daya Air ................................................... 82
4.7. RENCANA STRATEGIS DAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH .......................................... 95
4.7.1. Rencana Tata Ruang Wilayah ............................................................................................ 95

Tabel 4. 1. Curah Hujan Bulanan di Stasiun Popayato........................................................................... 3


Tabel 4. 2. Curah Hujan Bulanan di Stasiun Motolohu .......................................................................... 4
Tabel 4. 3. Curah Hujan Tahunan di WS. Randangan ............................................................................ 5
Tabel 4. 4. Data Klimatologi Rerata Stasiun Buntulia Utara Provinsi Gorontalo Tahun 2008 ................ 8
Tabel 4. 5. Data Klimatologi Rerata Stasiun Buntulia Utara Provinsi Gorontalo Tahun 2009 ................ 8
Tabel 4. 6. Data Klimatologi Rerata Stasiun Buntulia Utara Provinsi Gorontalo Tahun 2010 ................ 8
Tabel 4. 7. Data Klimatologi Rerata Stasiun Buntulia Utara Provinsi Gorontalo Tahun 2011 ................ 9
Tabel 4. 8. Data Klimatologi Rerata Stasiun Buntulia Utara Provinsi Gorontalo Tahun 2012 ................ 9
Tabel 4. 9. Data Klimatologi Rerata Stasiun Buntulia Utara Provinsi Gorontalo Tahun 2014 ................ 9
Tabel 4. 10. Sungai-Sungai di WS Randangan ..................................................................................... 10
Tabel 4. 11. Tampungan Air Berupa Embung di WS Randangan ......................................................... 11
Tabel 4. 12. Lokasi Bendung di Wilayah Sungai Randangan ................................................................ 12
Tabel 4. 13. Sumber air baku dan kapasitas produksi PDAM “Tirta Maleo” Kabupaten Pohuwato .... 14
Tabel 4. 14. SPAM IKK Kabupaten Pohuwato ...................................................................................... 14
Tabel 4. 15. DI pada WS Randangan ................................................................................................... 16

4-110
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Tabel 4. 16. Daerah Rawa di WS Randangan....................................................................................... 18


Tabel 4. 17. Nama dan Luas CAT di WS Randangan ............................................................................ 19
Tabel 4. 18. Nama CAT Berdasarkan DAS di WS Randangan ............................................................... 19
Tabel 4. 19. Sumur Bor Yang Ada di WS Randangan ........................................................................... 23
Tabel 4. 20. Klasifikasi dan Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas dari PP No.82/2001 Tentang
”Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air” .......................................................... 25
Tabel 4. 21. Perkiraan Jumlah Limbah Domestik per DAS di WS Randangan ...................................... 27
Tabel 4. 22. Kualitas Air Baku S. Randangan Terhadap BMA Kls-I, PP: 82/2001 (Desember, 2014) .... 28
Tabel 4. 23. Kualitas Air Baku S. Lemito Terhadap BMA Kls-I, PP: 82/2001 (Desember, 2014) ........... 29
Tabel 4. 24. Kualitas Air Baku S. Popayato Terhadap BMA Kls-I, PP: 82/2001 (Desember, 2014) ....... 31
Tabel 4. 25. Kualitas Air Baku S. Popayato (Kec.Popayato Barat) Terhadap BMA Kls-I, PP: 82/2001
(Desember, 2014) ............................................................................................................................... 32
Tabel 4. 26. Kualitas Air Sungai pada Rencana Embung Lomuli (Ds. Lomuli, Kec. Lemito) Kab.
Pohuwato Terhadap BMA Kepmenkes RI No.492/MENKES/PER/IV/2010, (September, 2016) ......... 33
Tabel 4. 27. Kualitas Air Sungai pada Rencana Bendungan Popayato (Desa Marisa, Kec. Popayato)
Kab. Pohuwato Terhadap BMA Kepmenkes RI No.492/MENKES/PER/IV/2010, (September, 2016). 34
Tabel 4. 28. Kualitas Air Sungai pada Rencana Bendungan Lemito (Desa Lemito, Kec. Lemito) Kab.
Pohuwato Terhadap BMA Kepmenkes RI No.492/MENKES/PER/IV/2010, (September, 2016) ........ 34
Tabel 4. 29. Penentuan Sistim Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air ........................................... 37
Tabel 4. 30. Status Mutu Air Sungai-sungai di Wilayah Sungai Randangan ......................................... 37
Tabel 4. 31. Kelembagaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS Randangan ...................................... 54
Tabel 4. 32. Perkembangan Jumlah Penduduk WS. Randangan Tahun 2003-2015 ............................ 62
Tabel 4. 33. Jumlah dan Kepadatan Penduduk DAS di WS Randangan, Tahun 2015 .......................... 63
Tabel 4. 34. Proyeksi Jumlah Penduduk Per DAS di WS Randangan, Tahun 2016-2036...................... 65
Tabel 4. 35. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pohuwato Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), 2010─2015 .......................................................................... 67
Tabel 4. 36. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pohuwato Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), 2010─2015 .......................................................................... 68
Tabel 4. 37. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Parigi Moutong Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), 2010─2015 .......................................................................... 69
Tabel 4. 38. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Parigi Moutong Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), 2010─2015 .......................................................................... 69
Tabel 4. 39. Perkembangan Struktur Ekonomi Berdasarkan PDRB ADHB Kabupaten Pohuwato tahun
2010-2015........................................................................................................................................... 71
Tabel 4. 40. Perkembangan Struktur Ekonomi Berdasarkan PDRB ADHK Kabupaten Pohuwato tahun
2010-2015........................................................................................................................................... 72
Tabel 4. 41. Perkembangan Struktur Ekonomi Berdasarkan PDRB ADHB Kabupaten Parigi Moutong
tahun 2010-2015 ................................................................................................................................ 74
Tabel 4. 42. Perkembangan Struktur Ekonomi Berdasarkan PDRB ADHK Kabupaten Parigi Moutong
tahun 2010-2015 ................................................................................................................................ 75
Tabel 4. 43. Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Provinsi dan Kabupaten yang
masuk dalam WS Randangan, Tahun 2011-2015 (%) .......................................................................... 77
Tabel 4. 44. Kelengkapan Fungsi Pelayanan ........................................................................................ 98
Tabel 4. 45. Jumlah Pelanggan Air Bersih di Kabupaten Pohuwato .................................................. 106

4-111
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rancangan Rencana PSDA WS Randangan Tahap II

Gambar 4. 1. Grid TRMM Dalam WS Randangan .................................................................................. 2


Gambar 4. 2. Pos Hujan Dalam WS Randangan .................................................................................... 2
Gambar 4. 3. Grafik Curah Hujan Rerata Bulanan Stasiun Popayato .................................................... 3
Gambar 4. 4. Grafik Curah Hujan Rerata Bulanan Stasiun Motolohu.................................................... 4
Gambar 4. 5. Grafik Curah Hujan Rerata Tahunan Pada WS. Randangan ............................................. 6
Gambar 4. 6. Peta Isohyet Hujan Tahunan WS Randangan................................................................... 7
Gambar 4. 7. Lokasi Sarana dan Prasarana Sumber Daya Air yang Sudah Ada di WS Randangan ...... 13
Gambar 4. 8. Peta CAT di WS Randangan ........................................................................................... 21
Gambar 4. 9. Peta Kualitas Air WS Randangan ................................................................................... 38
Gambar 4. 10. Peta RBI Lokasi Potensi Bendungan/Embung di WS Randangan ................................. 42
Gambar 4. 11. Perkembangan Penduduk WS Randangan 2003-2015 ................................................ 63
Gambar 4. 12. Kepadatan Penduduk DAS di WS Randangan Tahun 2015 .......................................... 64
Gambar 4. 13. Proyeksi Jumlah Penduduk WS Randangan, Tahun 2016-2035 ................................... 66
Gambar 4. 14. Grafik Perkembangan PDRB ADHB dan PDRB ADHK Kabupaten Pohuwato Tahun 2010-
2015 .................................................................................................................................................... 68
Gambar 4. 15. Grafik Perkembangan PDRB ADHB dan PDRB ADHK Kabupaten Parigi Moutong Tahun
2010-2015........................................................................................................................................... 70
Gambar 4. 16. Perkembangan Kontribusi Sektor atau Struktur Ekonomi Berdasarkan PDRB ADHB
Tahun 2010-2015 ................................................................................................................................ 72
Gambar 4. 17. Perkembangan Struktur Ekonomi Kabupaten Pohuwato Berdasarkan PDRB ADHK
Tahun 2010-2015 ................................................................................................................................ 73
Gambar 4. 18. Grafik Perkembangan Struktur Ekonomi Berdasarkan PDRB ADHB Kab. Parigi Moutong
Tahun 2010-2015 ................................................................................................................................ 74
Gambar 4. 19. Grafik Perkembangan Struktur Ekonomi Berdasarkan PDRB ADHB Kab. Parigi Moutong
Tahun 2010-2015 ................................................................................................................................ 75
Gambar 4. 20. Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten yang masuk dalam
WS Randangan, Tahun 20011-2015 .................................................................................................... 77
Gambar 4. 21. Pola Ruang dan Kawasan Strategis di WS Randangan ................................................. 94
Gambar 4. 22. Peta Struktur Ruang Kabupaten Pohuwato ................................................................. 99
Gambar 4. 23. Peta Prioritas Pembangunan Kabupaten Pohuwato ................................................. 101

4-112

Anda mungkin juga menyukai