Rev.2004
Daftar isi
Bibliografi ...................................................................................................................... 55
ii
SNI 03-2415-1991
Prakata
Tata cara perhitungan debit banjir ini dibahas dalam Gugus Kerja Bidang Hidrologi,
Hidraulika, Lingkungan, Air Tanah dan Air Baku pada Sub Panitia Teknik Bidang Sumber
Daya Air dan berada di bawah Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan Sipil, Departemen
Pekerjaan Umum.
Penulisan standar ini mengacu kepada Pedoman BSN No.8 Tahun 2000 dan ketentuan
terkait lainnya yang berlaku.
Perumusan standar ini dilakukan melalui proses pembahasan pada Gugus Kerja,
Prakonsensus dan Konsensus yang melibatkan para narasumber dan pakar dari berbagai
instansi terkait sesuai dengan Pedoman BSN No.9 Tahun 2000. Konsensus tata cara ini
dilaksanakan oleh Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan Sipil, Departemen Pekerjaan
Umum tanggal 2 November 2004 di Puslitbang Sumber Daya Air.
Standar ini merupakan revisi dari SNI 03-2415-1991 (Metode perhitungan debit banjir)
dengan penyempurnaan beberapa pasal berdasarkan standar-standar yang telah ada serta
pengalaman di lapangan.
Tata cara ini menetapkan tata cara perhitungan debit banjir untuk keperluan perencanaan
bangunan air yang mencakup berbagai data, persyaratan, serta metode perhitungan
terutama untuk aliran yang tidak dipengaruhi arus balik.
Tata cara ini dimaksudkan sebagai panduan dalam melaksanakan perhitungan debit banjir
dengan berbagai cara, juga membahas cara perhitungan debit banjir, hidrograf banjir, dan
juga disertai data, persyaratan, dan contoh-contoh perhitungan.
iii
SNI 03-2415-1991
Pendahuluan
Debit banjir merupakan salah satu bagian yang penting dalam melakukan berbagai analisis,
baik analisis pada bangunan air, kapasitas sungai, pembuatan bendungan, dan lain-lain.
Oleh karena itu, maka diperlukan perhitungan dalam menentukan besar dari debit banjir
tersebut. Untuk memudahkan perhitungan debit banjir tersebut maka disusunlah standar ini.
Standar ini merupakan revisi dari SNI 03-2415-1991 (Metode perhitungan debit banjir)
dengan penyempurnaan beberapa pasal berdasarkan standar-standar yang telah ada serta
pengalaman di lapangan.
Revisi standar ini dilakukan karena pada standar lama terdapat beberapa kekurangan antara
lain sulit untuk dibaca dan dimengerti serta formatnya belum mengikuti kaidah-kaidah yang
berlaku.
iv
SNI 03-2415-1991
1 Ruang lingkup
Standar ini menetapkan tata cara perhitungan debit banjir untuk keperluan perencanaan
bangunan air yang mencakup berbagai keperluan data, persyaratan, serta beberapa metode
perhitungan terutama untuk aliran yang tidak dipengaruhi arus balik.
2 Acuan normatif
SNI 03-2414, Tata cara pengukuran debit sungai dan saluran terbuka menggunakan
bangunan ukur.
SNI 03-2819, Tata cara pengukuran debit sungai dan saluran terbuka menggunakan alat
ukur arus dan pelampung.
SNI 03-2822, Tata cara pembuatan lengkung debit dan tabel sungai/saluran terbuka dengan
analisa grafis.
SNI 03-3413, Tata cara pengukuran debit puncak sungai dengan cara tidak langsung.
3.1 Banjir adalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak tertampung lagi oleh alur sungai atau
saluran.
3.2 Banjir rata-rata tahunan adalah besar debit banjir dari jumlah rangkaian banjir
maksimum tahunan dibagi tahun kejadian.
3.3 Daerah sulit adalah daerah yang mempunyai lereng, penduduk, fasilitas komunikasi
tidak memadai, dan faktor lainnya yang tidak menguntungkan ditinjau dari segi ekonomis.
3.4 Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk
secara alamiah terutama dibatasi oleh punggung-punggung bukit, dimana air meresap dan
atau mengalir dalam suatu sistem aliran melalui lahan, anak sungai dan sungai induknya.
3.5 Debit banjir rencana adalah debit maksimum dari suatu sungai, atau saluran yang
besarnya didasarkan kala ulang tertentu.
3.6 Debit banjir maksimum tahunan adalah debit aliran sesaat dengan puncak hidrogaf
tertinggi selama satu tahun pencatatan.
3.7 Debit desain adalah besarnya debit banjir maksimum yang ditentukan berdasarkan
kala ulang, faktor keamanan, ekonomi dan sosial.
3.8 Debit aliran permukaan adalah air yang masuk ke dalam sungai melalui permukaan
tanah dan bawah permukaan.
3.9 Debit aliran dasar terdiri dari aliran bawah permukaan ditambah aliran yang berasal
dari airtanah.
3.10 Debit aliran adalah volume air yang mengalir melalui penampang melintang sungai
atau saluran dalam satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam satuan l/det atau m3/det.
1 dari 55
SNI 03-2415-1991
3.11 Hidrograf satuan adalah hidrograf yang terbentuk dari satu satuan hujan efektif,
dengan waktu curah hujan tertentu.
3.12 Hujan efektif adalah curah hujan dikurangi infiltrasi dan evaporasi.
3.13 Intensitas hujan adalah tinggi curah hujan dalam periode tertentu, dinyatakan dalam
satuan mm/jam.
3.14 Jaringan stasiun hujan adalah susunan kerapatan lokasi stasiun hujan.
3.15 Kala ulang adalah selang waktu pengulangan suatu kejadian pada kurun waktu
tertentu (T).
3.16 Koefisien aliran adalah besaran tertentu untuk menghitung debit, yang besarnya
tergantung pada keadaan DAS setempat.
3.17 Koefisien limpasan adalah nilai perbandingan antara jumlah limpasan permukaan
dengan jumlah hujan yang jatuh.
3.18 Probabilitas kejadian debit banjir adalah kemungkinan terjadinya banjir pada
sembarang tahun (p).
3.19 Rangkaian debit banjir tahunan adalah urutan debit banjir maksimum tahunan.
3.20 Struktur tanah adalah keadaan susunan tanah yang menghasilkan suatu bentuk
ikatan tertentu secara alami.
3.21 Tekstur tanah adalah hubungan fisik antar butiran pembentuk tanah yang terdiri dari
lempung (d < 0,002 mm), lanau (0,002 mm < d < 0,06 mm), pasir (0,06 mm < d < 0,2 mm),
dan kerikil (d > 2 mm).
3.22 Tinggi curah hujan adalah tinggi genangan air dalam mm yang diukur dengan alat
penakar hujan.
3.23 Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari suatu titik
terjauh pada suatu DAS hingga titik yang ditinjau.
4.1 Data
2 dari 55
SNI 03-2415-1991
4.2 Persyaratan
4.2.1 Data
Persyaratan data dalam perhitungan banjir rencana meliputi ketersediaan dan kualitas
datanya, Untuk analisis frekuensi debit banjir agar diperiksa periode pencatatan data
sebaiknya lebih dari 20 tahun pengamatan dan dipelajari karakteristik dari fungsi distribusi
datanya.
b) Data pengamatan debit sesaat maksimum untuk periode waktu < 20 tahun, metode
yang dapat digunakan adalah:
1) Metode analisis regional, apabila data debit kurang dari 20 tahun dan lebih besar
dari 10 tahun, maka dapat digunakan analisis regional yang merupakan gabungan
data dari berbagai DAS yang ada.
3 dari 55
SNI 03-2415-1991
2) Metode puncak banjir diatas ambang, apabila data debit yang tersedia diantara 3-
10 tahun, metode ini berdasarkan pengambilan puncak banjir dalam selang satu
tahun i atas ambang tertentu dan hanya cocok untuk data yang didapat dari pos
duga air otomatik (PDAO).
c) Data curah hujan bilamana data debit sesaat sangat minimum atau tidak tersedia.
Metode yang dapat digunakan apabila perkiraan besarnya banjir didasarkan pada
parameter hujan dan karakteristik DAS antara lain:
1) metode rasional; Der Weduwen, Melchior dan Haspers;
2) metode hidrograf satuan;
− Metode unit hidrograf actual;
− Metode unit hidrograf sintetis; metode US-Soil Conservation Service.
d) Data debit dikorelasikan dengan data curah hujan dan data karakteristik DAS
dengan membuat analisis regresi.
Persamaan-persamaan regresi dihasilkan oleh Institute of Hydrology, (IOH) dan Pusat
Penelitian dan Pengembangan Pengairan untuk dapat mengkorelasikan data hujan dan
karakteristik DAS dengan kala ulang tertentu dengan menggunakan lengkung analisis
regional.
e) Data debit banjir sintetis yang didapat dari hasil simulasi hujan untuk periode
waktu > 20 tahun sebagai input ke analisis frekuensi.
Model matematik hubungan antara hujan dan debit melalui tahapan kalibrasi,
diupayakan mendapatkan parameter model yang dapat merepresentasikan perioda
pengamatan yang ada. Parameter tersebut digunakan untuk mendapatkan banjir pada
waktu terjadi hujan yang paling lebat dari setiap tahunnya. Setelah didapat puncak-
puncak banjir dari simulasi tersebut selanjutnya debit banjir rencana dihitung dengan
menggunakan salah satu fungsi distribusi yang tepat seperti gumbel, pearson, log
pearson, gamma, log gamma, normal, dan log normal.
4.2.3 Kalibrasi
Untuk kondisi dimana debit banjir dihitung dari data curah hujan, maka perlu dilakukan
kalibrasi dari model parameter hingga diperoleh hubungan yang baik antara hidrograf hasil
perhitungan dengan hidrograf hasil pengamatan.
5.1 Data pengamatan debit sesaat maksimum untuk periode waktu > 20 tahun
Untuk kondisi jika tersedia data debit pengamatan sesaat hasil observasi/hasil simulasi akan
dilakukan analisis dengan prosedur sebagai berikut.
4 dari 55
SNI 03-2415-1991
Mulai
Pengumpulan Debit
Sesaat > 20
Tes kelayakan
tidak
Baik
Selesai
i − α 1
F = T= (periode ulang) ........................................................ (1)
n + 1 − 2α F
5 dari 55
SNI 03-2415-1991
dengan:
F adalah frekuensi;
n adalah jumlah data;
i adalah urutan data;
α adalah sangat tergantung pada karakteristik distribusinya:
α adalah 3/8 (Bloon Formula, Normal Distribusi);
α adalah 0,44 (Gringorten Formula, Gumbel Distribusi);
α adalah 0 (Weibull Formula, uniform distribusi );
α adalah ½ (Hazen Formula);
α adalah 2/5 (Cunnane Formula);
X Tr = X + S x . Y .......................................................................................... (3)
∑ (X − X)
2
Sx
2
=
i ................................................................................................ (4)
(N − 1)
T −1
Y = -ln (-ln ( ))................................................................................................... (5)
T
dengan:
X adalah x rata-rata tahunan;
Sx adalah simpangan baku;
Y adalah perubahan reduksi;
N adalah jumlah data;
XTr adalah besarnya debit banjir rencana;
T adalah kala ulang.
b) Prosedur perhitungan debit banjir dengan metode Gumbel
1) Kumpulkan data debit banjir sesaat maximum > 20 tahun.
2) Hitung parameter statistik dari data debit banjir sesaat ( X, σ, γ ) .
X = rata-rata
σ = standar deviasi
γ = skewness
δ = Koefisien kurtosis
6 dari 55
SNI 03-2415-1991
3) Periksa apakah γ ≈ 1.14 dan kurtosis 5,4 jika ya maka dapat menggunakan formula
Gumbel, jika tidak pilih distribusi lainnya
4) Jika γ ≈ 1.14, hitung besarnya Y dan XTr dari persamaan-persamaan tersebut di
atas.
5.1.4.2 Bilamana data mengikuti Fungsi Distribusi selain Gumbel (Normal, Log
Normal, Gama dan Pearson)
a) Fungsi distribusi lain yang dapat digunakan untuk analisis frekuensi adalah seperti
terlihat pada Tabel 1 kolom 1, Untuk pemecahan fungsi distribusi tersebut, persamaan
fungsi distribusi perlu ditrasformasikan ke standar gamma atau standar normal distribusi.
Distribusi Gama, Log gama, Pearson, Log Pearson ditransformasikan ke distribusi
standar gama yang tersedia tabelnya (Tabel 2, adalah tabel standar Gama) sedangkan
Distribusi Normal dan Log Normal ditransformasikan ke distribusi standar normal yang
juga tersedia tabelnya (Tabel 3 adalah tabel standar normal). Dengan melakukan
perhitungan besarnya rata-rata dari data pengamatan puncak-puncak debit hasil
pengamatan ( x atau µx), standar deviasi (σx) dan skewness/kemiringan (γx) dapat
dihitung parameter dari suatu fungsi distribusi dengan prosedur sebagai berikut.
b) Dengan menggunakan formula seperti terlihat pada Tabel 1 kolom 5 dapat ditentukan
besarnya debit banjir rencana dengan prosedur sebagai berikut.
1) Tentukan besarnya periode ulang banjir
2) Hitung besarnya probabilitas kemungkinan terjadinya (p) = 1/T dan kemungkinan
tidak terjadi (np) = 1 - 1/T → (Tabel 2 dan 3) untuk dapat y atau w
3) Dari parameter model dan nilai (y atau w), hitung besarnya debit banjir rencananya
7 dari 55
SNI 03-2415-1991
8 dari 55
SNI 03-2415-1991
9 dari 55
SNI 03-2415-1991
Tabel 1 Hubungan antara fungsi distribusi, parameter dan besarnya debit banjir rencana
µ x =ab+c
[ ]
( x − c ) b −1
[ ] ( x − c) 2 2
−( x −c) a σ x =a b
exp W= b
a a X = c = aw
f (x) =
−1 a c 2
PEARSON [( a ) Γ ( b )] γ x=
b
1/ 2
µ x =ab+c
[ ] [ ]
Y = 1n x = log x
(1nx − c ) b −1
2 2
− (1nx − c ) a σ x =a b
exp ( y − c) b Y = c + aw1
LOG a a
f (x) = W1 = c 2 X = 10y
−1
PEARSON [( a ) Γ ( b )] a γ x=
b
1/ 2
NORMAL
f (x) =
1
2 πσ
exp − [ 1 ( x −µ)
2
{
σ
2
} ] Y=
( x − µ)
σ
µ
= x
σ
X TR = µ + σy
A
0
Tabel Standard Normal
0,000 0,005 0,010…………>0,095
-10
-20
-30 y
γ2 -40
U = 1+
2 .
φ = {u+(u2-1)1/2}1/3 + {u-(u2-1)1/3-1 .
.
−k a K = 1n φ .
[K1 1n ( x −c a )]2 ( x −c a )
exp 1 c .
LOG f (x)= Y= 1n k
σ
X = a + c exp (Ky) -90
NORMAL k ( x − a ) 2π k c=
[ φ(φ − 1) ]
3/2
1/ 2
a = µ − cφ
10 dari 55
SNI 03-2415-1991
Tabel 2 Standar Gamma
Kemungkinan
Tidak terjadi (up) b=0,1 b=0,3 b=1 b=2 b=3 b=4 b=5 b=6 b=8 b=10 b=12 b=14 b=16 b=18 b=22
0.001 0.0000 0.0000 0.0010 0.0454 0.1905 0.4286 0.7394 1.1071 1.9708 2.9605 4.0424 5.1954 6.4053 7.6621 10.2281
0.010 0.0000 0.0001 0.0101 0.1486 0.4360 0.8232 1.2791 1.7853 2.9061 4.1302 5.4282 6.7824 8.1811 9.6163 12.4740
0.020 0.0000 0.0003 0.0202 0.2147 0.5672 1.0162 1.5292 2.0891 3.3071 4.6183 5.9959 7.7237 8.8914 10.3915 13.4693
0.050 0.0000 0.0006 0.0513 0.3554 0.8177 1.3663 1.9701 2.6130 3.9808 5.4254 6.9242 8.4635 10.0360 11.6343 14.6937
0.110 0.0000 0.0079 0.1054 0.5318 1.1021 1.7447 2.4326 2.1519 4.6561 6.2213 7.8293 9.4696 11.1353 12.8216 16.2436
0.200 0.0000 0.0321 0.3231 0.8244 1.5350 2.2968 3.0895 3.9037 5.5761 7.2092 9.0309 10.7940 12.5739 14.3675 17.9372
0.300 0.0000 0.0742 0.3567 1.0973 1.9138 2.7637 3.6336 4.5171 6.3122 8.1329 9.9716 11.8237 13.6864 15.5575 19.3204
0.400 0.0001 0.1375 0.3108 1.3764 2.2851 3.2113 4.1477 5.0910 6.9914 8.9044 10.8262 12.7546 14.6881 16.6258 20.4414
0.500 0.0006 0.2275 0.6931 1.6783 2.6741 3.6721 4.6709 5.6702 7.6692 9.6687 11.6684 13.6631 15.6697 17.6678 21.6575
0.600 0.0007 0.3542 0.9163 2.0223 3.1054 4.1753 5.2366 6.2919 8.3898 10.4757 12.5532 14.6243 16.6904 18.7525 22.8663
0.700 0.0174 0.5671 1.2040 2.4392 2.6156 4.7622 5.8904 7.0056 9.2089 11.3873 13.5480 15.6954 17.8325 19.9610 24.1978
0.800 0.0694 0.8212 1.6994 2.9943 4.2790 5.5150 6.7210 7.9060 10.2325 12.5188 14.7767 17.0133 19.2338 21.4394 25.8195
0.900 0.2662 1.3528 2.3026 3.8897 5.3223 6.6808 7.9936 9.2747 11.7709 14.2060 16.5981 18.9580 21.2924 23.6061 28.1841
0.950 0.5804 1.9207 2.9957 4.7439 6.2958 7.7537 9.1535 10.5130 13.1481 15.7052 18.2075 20.6686 23.0971 25.4992 30.2404
0.980 1.1190 2.7059 3.9120 5.8339 7.5166 9.0841 10.5804 12.0270 14.8166 17.5098 20,13,52 22.7094 25.2434 27.7444 32.6683
0.990 1.5889 3.3174 4.6052 6.6384 8.4059 10.0451 11.6046 13.1085 16.0000 18.7831 21.4899 24.1391 26.7429 29.3096 34.3548
0.999 3.3637 5.7138 6.9078 9.2334 11.2289 13.0622 14.7941 16.4517 19.6262 22.6574 25.5893 28.4461 31.2436 33.9926 39.3748
11 dari 55
SNI 03-2415-1991
0,00 0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09
0,00 0,500000 0,503992 0,507982 0,511971 0,515901 0,549947 0,523931 0,527916 0,531891 0,535866
0,01 0,539838 0,543806 0,547769 0,551227 0,555630 0,552627 0,563560 0,562504 0,571431 0,575352
0,02 0,579263 0,583172 0,587069 0,530557 0,594880 0,598709 0,602569 0,606421 0,610281 0,614091
0,03 0,617909 0,621717 0,625512 0,529295 0,633057 0,636825 0,640570 0,644302 0,648120 0,657723
0,04 0,655413 0,659088 0,662748 0,666392 0,670024 0,673634 0,677231 0,680812 0,684375 0,687922
0,05 7,691451 0,694963 0,638457 0,701932 0,706390 0,708829 0,712249 0,715330 0,749032 0,722394
0,06 0,725736 0,729059 0,732361 0,735643 0,738904 0,742145 0,745364 0,749582 0,751740 0,754895
0,07 0,758029 0,701141 0,764231 0,767299 0,770345 0,723368 0,776368 0,779346 0,782304 0,785233
0,08 0,728142 0,791024 0,793091 0,796730 0,799546 0,802388 0,809106 0,807851 0,810572 0,813269
0,09 0,815942 0,818592 0,824217 0,823818 0,826396 0,828949 0,831477 0,833982 0,836463 0,838919
1,00 0,841381 0,843759 0,846143 0,848502 0,850828 0,853149 0,855436 0,857699 0,859938 0,862152
1,10 0,864343 0,866510 0,866552 0,870771 0,872866 0,874928 0,876985 0,879009 0,881010 0,882987
1,20 0,884941 0,886871 0,888778 0,890662 0,892622 0,894368 0,896175 0,897968 0,899737 0,901484
1,30 0,903209 0,900912 0,900592 0,909250 0,909886 0,911901 0,913094 0,914665 0,976215 0,917744
1,40 0,919251 0,920738 0,922204 0,923642 0,925073 0,926477 0,927861 0,929225 0,930569 0,931893
1,50 0,933498 0,934483 0,935749 0,936996 0,938224 0,939433 0,940623 0,941795 0,942949 0,944085
1,60 0,945253 0,946303 0,947385 0,948450 0,949498 0,950529 0,951543 0,952540 0,953521 0,954485
1,70 0,955433 0,996366 0,957282 0,958183 0,959068 0,959938 0,960793 0,961633 0,962458 0,963269
1,80 0,964066 0,964848 0,965616 0,966370 0,967111 0,967836 0,968992 0,969252 0,969940 0,970615
1,90 0,971277 0,971926 0,972564 0,973189 0,973803 0,974404 0,974949 0,975573 0,976140 0,976696
2,00 0,977247 0,977776 0,976299 0,378813 0,979316 0,979808 0,980291 0,980764 0,981227 0,981687
2,10 0,932126 0,982567 0,982987 0,983404 0,983812 0,984212 0,984603 0,984986 0,985361 0,985727
2,20 0,986086 0,986437 0,986780 0,987115 0,987444 0,987705 0,988078 0,988383 0,988685 0,988978
2,30 0,989265 0,989545 0,989819 0,990088 0,990347 0,990602 0,990852 0,991095 0,991333 0,997595
2,40 0,997792 0,942013 0,992229 0,992440 0,992646 0,992847 0,993043 0,993234 0,993421 0,993603
12 dari 55
SNI 03-2415-1991
qi
Ambang qo
Jika air banjir melampaui ambang Ho atau qo, puncak banjir dapat digunakan sebagai data
untuk menghitung banjir rata-rata tahunan ( Q ), dengan menggunakan rumus :
Q = qo + β(0,5772 + ln L) m3/s..............................................................................(14)
dengan pengertian :
1 M
β = ∑ (qi − qo ) .................................................................................................(15)
M i =1
L = M/N.......................................................................................................................(16)
dengan pengertian :
M adalah kejadian banjir di atas ambang
N adalah jumlah tahun pencatatan data
qo adalah debit batas ambang (m3/s)
L adalah.panjang sungai
13 dari 55
SNI 03-2415-1991
Posisi penggambaran (p) yang berdasarkan urutan m dirumuskan oleh Gringorten sebagai
berikut.
m − 0,44
p = .......................................................................................................(17)
N + 0,12
Apabila kertas Gumbel tidak tersedia, sehingga harga Q/ Q tidak langsung tergambarkan, maka
harus dihitung dulu factor reduksi Y dari harga p.
Ym = -ln[(-ln(p)] .........................................................................................................(18)
Sedangkan harga factor reduksi Y, dihitung dari faktor kala ulang (lihat tabel 4):
T − 1
Y = − ln − ln ..............................................................................................(19)
T
dengan:
T adalah kala ulang (thn)
Dengan menggunakan proses persamaan di atas didapat persamaan untuk Pulau Sumatera
dan Jawa didapat persamaan lengkung frekuensi banjir sebagai berikut.
QT 1 − e −kY
= u + a ...........................................................................................(20)
Q k
dengan:
u adalah 0,848
a adalah 0,219
k adalah -0,2148
Y adalah faktor reduksi
QT adalah debit banjir untuk kala ulang T tahun
Q adalah debit banjir rata-rata tahunan
14 dari 55
SNI 03-2415-1991
Kala faktor 2
Luas DAS dalam km
ulang Reduksi
180 300 600 900 1200 1500
T y atau atau
kurang lebih
5 1.50 1.28 1.27 1.24 1.22 1.19 1.17
10 2.25 1.56 1.54 1.48 1.44 1.41 1.37
20 2.97 1.88 1.84 1.75 1.70 1.54 1.59
50 3.90 2.35 2.30 2.18 2.10 2.03 1.95
100 4.60 2.78 2.72 2.57 2.47 2.07 2.27
200 5.30 3.27 3.20 3.01 2.89 2.78 2.66
500 6.21 4.01 3.92 3.70 3.56 3.81 3.27
1000 6.91 4.68 4.58 4.32 4.16 4.01 3.85
5.4 Kondisi jika tidak tersedia/sangat kurangnya data debit banjir sesaat
Dalam kondisi yang demikian maka dapat dilakukan perhitungan besarnya banjir rencana dari
besarnya hujan, untuk itu beberapa analisis curah hujan perlu dilakukan.
Namun ini merupakan ketentuan umum yang perlu dikoreksi dengan melakukan rasionalisasi
jaringan pos hidrologi.
5.4.2 Analisis curah hujan
Data curah hujan sangat diperlukan dalam setiap analisis hidrologi, terutama untuk menghitung
debit banjir rencana baik secara empiris maupun model matematik. Hal tersebut disebabkan
karena data debit untuk selang waktu pengamatan yang cukup panjang belum dapat diperoleh
atau tidak ada.
a) Rumus Mononobe
2
R 24 3
I = 24 .....................................................................................................(21)
24 t
15 dari 55
SNI 03-2415-1991
dengan:
I adalah intensitas hujan (mm/jam);
t adalah waktu curah hujan (jam);
R 24 adalah curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm).
b) Rumus Talbot
a
I= .....................................................................................................................(22)
t +b
a= .....................................................................................................(23)
N[I ] − [][]
2
I I
b=
[][
I I.t ] − N[I .t ]
2
.......................................................................................................(24)
N [I ] − [][]
2
I I
c) Rumus Sherman
a
I= .........................................................................................................................(25)
tn
dengan penjelasan :
d) Rumus Ishiguro
a
I = ..................................................................................................................(28)
t +b
[I t ][I ]− [I t ][I] ...............................................................................................(29)
2 2
a=
[]
N I 2 − [][]
I I
N[I ] − [][]
b= 2
I I
dengan:
I adalah intensitas Hujan (mm / Jam )
t adalah waktu curah hujan ( menit )
a,b,n adalah konstanta
N adalah jumlah data
Hasil perhitungan deras curah hujan dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro dapat dilihat
pada Gambar 4.
16 dari 55
SNI 03-2415-1991
350,0
Inten sita s H ujan (m m )
300,0
250,0
Talbot
200,0
Sherman
150,0
100,0 Ishiguro
50,0
0,0
0 200 400 600 800
Waktu (menit)
17 dari 55
SNI 03-2415-1991
a) Waktu curah hujan 12 jam dan 72 jam, dan kala ulang hingga 50 tahun, dihitung
dengan rumus :
24
I2
= Antilog A .......................................................................................................... (31)
24
I50
= Antilog ( A +2,0537 SDA ) ................................................................................ (32)
72
I2
= Antilog B ............................................................................................................ (33)
72
I50
= Antilog ( B +2,0537 SDB ) ................................................................................. (34)
I
12
2
= 3,04 (I ) - 3.12 (I ) ...................................................................................... (35)
24
2
72
2
I
12
50
= 3,04 (I ) - 3.12 (I ) .................................................................................... (36)
24
50
72
2
dengan:
A adalah rata-rata logaritma Ai (Ai = deretan data curah hujan maksimum 24 jam
setiap tahun);
B adalah rata-rata logaritma Bi (Bi = deretan data curah hujan maksimum 72 jam
setiap tahun);
SDA adalah simpangan baku dari logaritma Ai;
SDB adalah simpangan baku dari logaritma Bi;
Iy adalah intensitas hujan dengan waktu curah hujan t jam dan kala ulang y tahun
dinyatakan dalam mm/jam;
Antilog A = 10 A
b) Intensitas hujan dengan waktu curah hujan 1 jam s.d. 12 jam dan berdasarkan data
curah hujan 12 jam dapat dihitung dengan rumus :
1,798
Ct = A ( – 0.143 ) + 1 ............................................................................... (38)
t + 0,576
dengan:
Rt adalah deras curah hujan untuk durasi hujan t jam (mm/jam);
R12 adalah Intensitas hujan dengan waktu curah hujan 12 jam, dinyatakan dalam
mm/jam;
Ct adalah variable regional yang tergantung pada waktu curah hujan dan lokasi;
A adalah konstanta regional berkisar antara 2,1 s.d. 6,0;
t adalah waktu curah hujan (jam).
c) Curah hujan dengan selang waktu 6 sampai dengan 60 menit dihitung dengan rumus :
18 dari 55
SNI 03-2415-1991
α m= Km α60
................................................................................................................................... (39)
49,586
Km= 0,309 + ............................................................................................. (40)
t + 11,767
dengan:
αm adalah intensitas hujan untuk waktu curah hujan t menit (mm/jam);
α60 adalah intensitas hujan untuk waktu curah hujan 60 menit (mm/jam);
Km adalah variabel yang bergantung pada waktu curah hujan;
t adalah waktu curah hujan (menit).
19 dari 55
SNI 03-2415-1991
diketahui besar curah hujan dengan waktu curah hujan 60 menit dan kala ulang 10
tahun, dapat digunakan persamaan berikut.
dengan:
P adalah curah hujan (mm);
T adalah kala ulang (tahun);
t adalah waktu curah hujan (menit);
ln T adalah logaritma naturalis dari kala ulang T (tahun).
b) Metode Gumbel dapat digunakan untuk analisis statistik curah hujan maupun debit.
P1 + P2 + .. + Pn
P = ............................................................................................... (42)
n
dengan:
P adalah tinggi hujan rata-rata (mm)
P1,…,Pn adalah tinggi hujan pada setiap pos hujan yang diamati (mm)
n adalah banyaknya pos hujan
b) Metode Thiessen (lihat Gambar 7) ditentukan dengan cara membuat polygon antar pos
hujan pada suatu wilayah DAS kemudian tinggi hujan rata-rata daerah dihitung dari
jumlah perkalian antara tiap-tiap luas polygon dan tinggi hujannya dibagi dengan luas
seluruh DAS ; metode ini cocok untuk menentukan tinggi hujan rata-rata, apabila pos
hujannya tidak merata, digunakan rumus :
A1 P1 + A2 P2 + …. + An Pn
P = ........................................................................... (43)
A total
dengan: :
P adalah tinggi hujan rata-rata (mm);
20 dari 55
SNI 03-2415-1991
c) Metode isohiet (lihat Gambar 8) ditentukan dengan cara menggunakan peta garis kontur
tinggi hujan suatu daerah dan tinggi hujan rata-rata DAS dihitung dari jumlah perkalian
tinggi hujan rata-rata diantara garis isohiet dengan luas antara kedua garis isohiet
tersebut, dibagi luas seluruh DAS. Metode ini cocok untuk daerah pegunungan dan yang
berbukit-bukit, digunakan rumus :
dengan pengertian :
P adalah tinggi hujan rata-rata (mm);
P2….. P2 adalah tinggi hujan yang sama pada setiap garis isohiet (mm);
A1…. An adalah luas yang dibatasi garis isohiet ( km2 );
A2 adalah luas total DAS ( A1 + A2 + …. An ) ( km2 ).
21 dari 55
SNI 03-2415-1991
1 A nx A A A
Px = Pa + Pb nx + Pc nx + .......... ........ Pn nx
n A na A nb A nc A nn
................................................................................................................................... (45)
dengan:
Px adalah tinggi hujan pada stasiun yang datanya tidak lengkap (mm);
Pa,b,c adalah tinggi hujan dari stasiun di a, b, dan c (mm);
Anx adalah tinggi hujan tahunan dari stasiun hujan yang datanya tidak lengkap (mm);
Ana,b,c adalah tinggi hujan tahunan dari stasiun di a, b dan c (mm)
c) Melakukan analisisi regresi pada stasiun hujan terdekat.
d) Melakukan transposing data dari karakteristik data yang ada (Mulyantari, 2002).
t t t
Pendekatan yang lain adalah melakukan analisis stepwise dimana dilakukan multiple regresi
antara data debit dengan data hujan.
dengan:
x1, x2, x3, x4, xn adalah data curah hujan bulanan pada masing-masing lokasi;
Y adalah data debit.
Analisis stepwise akan mencari korelasi antara jumlah pos, lokasi pos dan besarnya
koefisien korelasinya. Hubungan ini akan merupakan grafik/kurva yang asyntotis.
dengan:
Qp adalah debit puncak banjir (m3/s);
C adalah koefisien limpasan;
22 dari 55
SNI 03-2415-1991
dengan pengertian :
tc adalah waktu dalam menit
l adalah panjang lereng dalam m
S adalah kemiringan lereng m/m
b) Koefisien limpasan C, diperkirakan dengan meninjau tata guna lahan (lihat Tabel 6).
Untuk periode ulang 25 sampai dengan 100 tahun, nilai-nilai tersebut perlu dikalikan dengan
koefisien pengali yang besarnya antara1,1 dan 1,25 dan hasilnya tidak lebih dari satu.
23 dari 55
SNI 03-2415-1991
dengan:
Qmax adalah debit maksimum (m3/s);
γ adalah koefisien aliran;
β adalah koefisien reduksi;
f adalah luas daerah aliran (km2);
q adalah hujan maksimum (m3/km2/s).
4) Hujan maksimum (q) dihitung dari grafik hubungan persentase curah hujan dengan
t terhadap curah hujan harian dengan luas DAS dan waktu (lihat Gambar 9).
24 dari 55
SNI 03-2415-1991
4,1
α = 1− .................................................................................................... (54)
β.q + 7
t +1
120 + f
β= t + 9 ................................................................................................ (55)
120 + f
67,65
q= ........................................................................................................ (57)
t + 1,45
dengan:
t adalah 1/6 sampai dengan 12 jam;
f adalah < 50 km².
25 dari 55
SNI 03-2415-1991
1 + 0,012f 0,7
α= ............................................................................................... (58)
1 + 0,075f
−0,4t 3/4
1 t + (3,7x10 ) f
= 1+ x ............................................................................. (59)
β 2 12
(t + 15)
Rt
q= ............................................................................................................. (61)
3,6t
Rt = R + S x .Y .................................................................................................... (62)
dengan:
t adalah waktu curah hujan (jam)
q adalah hujan maksimum (m³/km²/s)
R adalah curah hujan maksimum rata-rata (mm)
S x adalah simpangan baku
Y adalah variabel simpangan untuk kala ulang T tahun
R t adalah curah hujan dengan kala ulang T tahun (mm)
t.R 24
Rt = ............................................................. (63)
t + 1 − 0,0008(260 − R 24 )(2 − t) 2
dengan:
t adalah waktu curah hujan (jam);
R 24 adalah curah hujan dalam 24 jam (mm);
Rt adalah curah hujan dengan waktu t jam (mm).
26 dari 55
SNI 03-2415-1991
dengan:
t adalah waktu curah hujan (hari);
R 24 adalah curah hujan dalam 24 jam (mm);
R t adalah curah hujan dalam t jam (mm).
2/3
R 24
Rt = 100 ............................................................................................................ (68)
24 t
c R t t.f
Q100 = ................................................................................................................... (69)
3,6
dengan:
i adalah kemiringan, L = panjang sungai (km);
V adalah kecepatan aliran (m/s);
t adalah waktu (jam);
R t adalah curah hujan (jam);
R1oo adalah hujan rencana dgn perioda ulang 100 thn;
f adalah luas DAS (km2);
C adalah Koefisien
27 dari 55
SNI 03-2415-1991
Waktu (t)
Kehilangan
Tinggi Curah
Hujan (mm) Hujan Efektif
Hidrograf Satuan
Waktu (Jam)
Gambar 10 Metode indeks Ø
dengan:
fp adalah kapasitas infiltrasi pada waktu t (mm);
fc adalah harga akhir dari infiltrasi;
f0 adalah kapasitas infiltrasi permulaan yang tergantung dari hujan sebelumnya,
dapat diperkirakan 50% - 80% dari curah hujan total;
k adalah konstanta yang tergantung dari tekstur tanah;
t adalah waktu sejak hujan mulai (jam).
Kehilangan
Hujan Efektif
Hidrograf
Satuan
Waktu
Gambar 11 Metode Horton
b) Pilih Hidrograf limpasan, terdiri dari dua komponen pokok yaitu : debit aliran permukaan
dan aliran dasar dan pisahkan aliran permukaan dan aliran dasarnya.
Cara praktis, untuk mendapatkan besarnya aliran permukaan adalah sebagai berikut :
1) Debit aliran dasar merata dari permulaan hujan sampai akhir dari hidrograf aliran
(lihat Gambar 12).
2) Debit aliran dasar ditarik dari titik permulaan hujan sampai titik belok di akhir
hidrograf aliran (lihat Gambar 13).
3) Debit aliran dasar terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pertama mengikuti
pendekatan cara ke-1 sampai titik belok bagian atas (awal dari aliran antara),
bagian ke-2 mengikuti pendekatan cara ke-2, (lihat Gambar 14).
Q
Q
Hidrograf Hidrograf
Limpasan Limpasan
Titik
tumpu
t
t
Gambar 12 Debit aliran dasar merata Gambar 13 Debit aliran dasar ditarik
dari permulaan hujan sampai akhir dari titik permulaan hujan sampai
dari hidrograf aliran titik belok di akhir hidrograf aliran
Q (m3/s)
Hidrograf
Limpasan
Waktu
Gambar 14 Debit aliran dasar terbagi menjadi dua bagian
29 dari 55
SNI 03-2415-1991
t
TB
4) Dengan kenaikan intensitas hujan effektif/netto secara proposional i' = n.i dengan
durasi yang sama, dihitung hidrograf limpasan dengan ordinat Q' = n.Q pula
(kenaikan Q sebanding dengan kenaikan i).
30 dari 55
SNI 03-2415-1991
Penguasaan teknik “unit hidrograf” digunakan sebagai salah satu dasar yang penting
dari sutu metode untuk memperkirakan hidrograf banjir (flood hydrograph) dari suatu
hujan rencana (design rainfall).
Unit hidrograf merupakan fungsi response yang bersifat linear dari suatu input hujan
effektif menjadi limpasan langsung sebagai output (lihat Gambar 18).
P eff
Input
tt
Output
Wakt
Untuk suatu daerah aliran tertentu dapat ditentukan bahwa 1 satuan hujan efektif (mm
atau cm atau inch) yang berlangsung selama 1 jam akan menghasilkan suatu
karakteristik hidrograf limpasan langsung yang disebut t jam unit hidrograf. Sehingga
dapat didefinisikan bahwa :
“t jam unit hidrograf” adalah hidrograf limpasan langsung yang dihasilkan oleh 1 satuan
hujan effektif (mm, cm, atau inch) yang jatuh merata di daerah aliran sungai selama t
jam.
Volume dari unit hidrograf sama dengan volume dari 1 satuan tebal air yang tersebar
merata di seluruh luas daerah aliran.
Pembentukan hidrograf dengan unit hidrograf :
Peff (mm)
Peff (mm)
Total Hidrograf
Limpasan
Z
X
Y
31 dari 55
SNI 03-2415-1991
Vnet
∫Q net. s
heff = deff = = 0
........................................................................................ (71)
A A
32 dari 55
SNI 03-2415-1991
heff=
∑Q net. ∆t ....................................................................................................... (72)
A
dengan:
A adalah luas daerah aliran (m2);
Q net adalah ordinat debit limpasan langsung adalah (Q net = Q |0| − Q BF ) , (m3/s);
Q|0| adalah debit limpasan, (m3/s);
Q BF adalah debit limpasan dasar, (m3/s);
∆t adalah batas interval, (m);
heff adalah tinggi aliran, (m) ;
Vnet adalah volume limpasan langsung, (m3);
heff =
∑Q net. ∆t =
Q
net x 60 x 60 x ∆t
..................................................................... (73b)
A A
Penyelesaian :
Langkah-langkah perhitungan
a) Pemisahan aliran dasar (base flow) terhadap aliran permukaan
Debit total = limpasan langsung + aliran dasar
atau
Ordinat limpasan langsung = debit total - aliran dasar
(4) = (2) - (3)
b) Menghitung jumlah debit limpasan langsung dari seluruh interval waktu
t
33 dari 55
SNI 03-2415-1991
CA
qp = ...................................................................................................................... (76)
Tp
dengan:
qp adalah puncak hidrograf satuan (m3/s);
C adalah konstanta = 2,08;
A adalah luas DAS (km2);
Tp adalah waktu naik atau waktu yang diperlukan antara permulaan hujan hingga;
mencapai puncak hidrograf (jam);
34 dari 55
SNI 03-2415-1991
Hujan efektif
Limpasan langsung
35 dari 55
SNI 03-2415-1991
indeks danau =
(
luas daerah di hulu danau km 2 ) ..................................................... (80)
2
luas DAS (km )
Harga indeks danau yang digunakan dalam persamaan regresi tidak boleh melebihi
0,25, apabila luas permukaan danau lebih kecil daripada 1 %, maka indeks danau dapat
diabaikan.
d) Rata-rata curah hujan terbesar selama 24 jam dalam setahun (P), yaitu harga rata-rata
curah hujan terbesar selama 24 jam dalam setahun didapat dari peta isohietnya (lihat
lampiran untuk Pulau Jawa dan Sumatera) dan dikalikan dengan faktor pengurang
(ARF), selanjutnya faktor pengali (ARF) didapat dari luas DAS, seperti pada Tabel 11.
36 dari 55
SNI 03-2415-1991
Pangkat dari luas A, ialah v merupakan fungsi luas DAS dan dihitung dengan rumus:
a) Satuan hidrograf sintetik GAMA I dibentuk oleh tiga komponen dasar yaitu waktu naik
(TR), debit puncak (Qp), waktu dasar (TB) dengan uraian sebagai berikut :
1) Waktu naik (TR) dinyatakan dengan rumus:
3
L
TR = 0,3 + 1,0665 SIM + 1,2775 ................................................. (82)
100 SF
dengan:
TR adalah waktu naik (jam);
L adalah panjang sungai (km);
SF adalah faktor sumber yaitu perbandingan antara jumlah panjang sungai
tingkat 1 dengan jumlah panjang sungai semua tingkat;
SIM adalah faktot simetri ditetapkan sebagai hasil kali antara factor lebar (WF)
dengan luas relatif DAS sebelah hulu (RUA);
WF adalah faktor lebar adalah perbandingan antara lebar DAS yang diukur dari
titik di sungai yang berjarak ¾ L dan lebar DAS yang diukur dari titik yang
berjarak ¼ L dari tempat pengukuran (lihat Gambar 21).
dengan:
Qp adalah debit puncak (m3/s);
JN adalah jumlah pertemuan sungai;
TR adalah waktu naik (jam);
A adalah luas DAS (km)
dengan:
TB adalah waktu dasar (jam);
TR adalah waktu naik (jam);
S adalah landai sungai rata-rata;
37 dari 55
SNI 03-2415-1991
WF
WU
WL
X ~ A = 0.25 L
X ~ B = 0.75 L RUA = AU/A
WF = WU/WL
Q (m3/s)
Qp
TR TB t
b) Hujan efektif didapat dengan cara metode ∅ indeks yang dipengaruhi fungsi luas DAS
dan frekuensi sumber SN, dirumuskan sebagai berikut.
c)
∅ = 10,4903 - 3,859.10-6 A2 + 1,6985.10-13 (A/SN)4 ............................................. (85)
dengan:
∅ adalah indeks ∅ dalam mm/jam;
A adalah luas DAS, dalam km2;
SN adalah frekuensi sumber, tidak berdimensi.
d) Aliran dasar dapat didekati sebagai fungsi luas DAS dan kerapatan jaringan sungai yang
dirumuskan sebagai berikut.
38 dari 55
SNI 03-2415-1991
e) Besarnya hidrograf banjir dihitung dengan mengalikan bulan efektif dengan kala ulang
tertentu dengan hidrograf satuan yang didapat dari rumus (73), (74) dan (75) selanjutnya
ditambah dengan aliran dasar.
39 dari 55
SNI 03-2415-1991
Data Hidrologi
(sesaat) Maksimum
Tahunan
Analisis Frekuensi 10 < debit < 20 3 < debit < 10 Intensitas Analisa
Hujan Frekuensi
Analisis Analisa
Frekuensi Frekuensi Distribusi
Hujan
Hujan
Rencana
Jam-jaman
Banjir
Rencana
40 dari 55
SNI 03-2415-1991
Buat Hubungan
Analisis Karakteristik Sistem antara Hujan ,
Hidrograp Basin konfigurasi Karakteristik DAS
Banjir dan debit
maksimum
Kalibrasi
Parameter
Banjir
Rencana
Analisi Frekuensi
Banjir Rencana
41 dari 55
SNI 03-2415-1991
Lampiran A
(informatif)
Contoh perhitungan debit banjir rencana dari data debit banjir pengamatan
M1 = 123.4 M1 = 2,078
M2 = 16229.0 M2 = 4,33
M3 = 2270457.7 M3 = 9,046
m2 = 989.5 m2 = 0,011
m3 = 22898.6 m3 = 0,00
Xrata2 = 123.4 Zrata2 = 2,078
STDev = 31.46 STDev (σz) = 0,107
Skewness = 0.736 Skewness = 0,278
42 dari 55
SNI 03-2415-1991
X = X + σY
T= 5 P = 1/5 NP = 4/5 Y5 = 0,85
T = 50 P = 1/50 NP = 49/50 Y50 = 0,05
T = 100 P = 1/100 NP = 99/100 Y100 = 2,33
X 5 = 10 Z5 = 147,55
X 50 = 10 Z50 = 198,31
X100 = 10 Z100 = 212,48
γ2 (0,736) 2
u = 1+ = 1+ = 1,27
2 2
[ ]
3
1
2
1 1
1
φ = u + (u − 1) + u − (u 2 − 1) 2
2
−1
3
[
φ = 1,27 + (1,27 2 − 1)
1
2
] + [1,27 − (1,27
1
3 2
− 1)
1
2
]
1
3
−1
1 1
φ = (1,27 + 0,783) + (1,27 − 0,783) − 1
3 3
1 1
a = X − Cφ 2 = 123,4 − 127,0 (1,058) 2 = −7,23
43 dari 55
SNI 03-2415-1991
X 5 = aW5 = 666,68
X 50 = aW50 = 783,26
X100 = aW100 = 810,26
44 dari 55
SNI 03-2415-1991
X 5 = 10 Z5 = 10 2,1683 = 147,3
X 50 = 10 Z50 = 10 2,3151 = 206,6
X100 = 10 Z100 = 10 2,3516 = 224,7
Mencari harga K
T= 5 P = 1/5 u= - Ln [-Ln(1-p)] =1,5 K= 0,7797u – 0,45 = 0,7196
T= 50 P = 1/50 u= 3,90 K= 0,7797u – 0,45 = 2,5908
T= 100 P = 1/100 u= 4,600 K= 0,7797u – 0,45 = 3,1366
45 dari 55
SNI 03-2415-1991
Lampiran B
(informatif)
Q = qo + β(0,5772 + ln L) m3/s
dengan:
1 M
β = ∑ (qi − qo )
M i=1
L = M/N
46 dari 55
SNI 03-2415-1991
Lampiran C
(informatif)
S. Cipinang
f = 54.08 km2
β = 0.9
i = 0.002319
(R 24 )50 thn
q=
3.6 × t
q=
(208.2 )145.188 = 6.088
3.6 × 9.5
V =1.315 β.q.f.i 2
L 36
T= = = 27.525 jam
3.6.V 3.6.0.361
Q = 145.188m 3 /s
S. Cipinang
t +1
120 + .f
β= t+9
120 + f
12 + 1
120 + .54.1
misalnya : t = 12 jam → β = 9.5 + 9 = 0.882
120 + 54.1
67.65 67.65
q= = = 5.030
t + 1.45 12 + 1.45
47 dari 55
SNI 03-2415-1991
4.1 4.1
α = 1− = 1− = 0.641
β.q + 7 0.882 .5.030 + 7
S. Cipinang
t.R 24 10,85.208, 2
Rt = = = 190,63 mm
t +1 10,85 + 1
Rt 190,63
q= = = 4,88m 3 /km 2 /s
3,6t 3,6.10,85
S. Cipinang
R100 24 2 / 3 208.2 24 2 / 3
Rt = = = 10.204 mm/jam
24 t 24 18.814
48 dari 55
SNI 03-2415-1991
Lampiran D
(informatif)
Pertanyaan :
300
FLOOD HYDROGRAPH
3
Q(m /det) 200
100
UNIT HYDROGRAPH
0 6 12 18 0 6 12 18 0 6 12 18 0 6
Waktu (jam)
49 dari 55
SNI 03-2415-1991
947,54.6.6 0.60
heff = = 0,0648 m = 6,48 cm (rumus 72)
316000000
D.2 Contoh perhitungan debit banjir dengan menggunakan aktual unit hidrograf
Hitung hujan eff, besarnya 2; 6,75 dan 3,75 cm dan dimulai selang 3 jam
Ordinat dari unit hidrograf diberikan dalam Tabel berikut :
Jam 03 06 09 12 15 18 21 24 03 06 09 12 15 18 21 24
Ordinat Unit Hidrograf (m3/s) 0 110 365 500 390 310 250 235 175 130 95 65 40 22 10 0
Asumsikan kehilangan air awal = 6 mm, indeks infiltrasi = 2,5 mm/jam, aliran dasar
(base flow) = 10 m/s.
heff
Q=U1+U2+U3
3
Q = (m /s)
U3
U1 U2
50 dari 55
SNI 03-2415-1991
cp
qp = 275
tp
qp adalah debit maksimum unit hidrograf (m3/s/km2)
cp adalah koefisien tergantung dari karakteristik daerah pengalirannya
tp
tc =
5,5
t c adalah lamanya curah hujan efektif
Jika t c > t R
t' p = t p + 0,25(t R − t c )
51 dari 55
SNI 03-2415-1991
Tp = t' p +0,5(t R − t c )
Jika t c < t R
Tp = t p + 0,5 t R
Tp adalah waktu penaikan banjir (time rise to peak)
t R adalah durasi hujan efektif (jam)
25,4A
Q p = qp .
1000
Q p adalah debit maksimum total (m3/s)
qp adalah debit maksimum unit hidrograf (1 m3/s/km2)
A adalah luas daerah aliran (km2)
Q = f (t)
Q t
Y= X=
Qp tp
(1 − x)2
Qp Y = 10 −a , persamaan Alexseyev
x
Q p .Tp
Q λ=
W
W = 1000h.A
h = curah hujan efektif (excess rainfall) dalam, mm
t tp
t (jam) 1 2 3 4 5 6 7 8
R (mm) 7,51 5,10 8,28 3,10 2,33 0,77 0,51 0,25
Fp (mm) 9,31 5,12 3,57 3,01 2,80 2,72 2,69 2,68
R-fp 0,00 0,00 4,70 0,09 0,00 0,00 0,00 0,00
Unit hidrograf
Parameter pisik : L = 40,000 km A = 725 km2 Lc = 17,50 km
Parameter non pisik : Ct = 1,10 Cp = 0,69 n = 0,30
t p = 1,1 x (17,5 x 40,0) 0.3 = 7,85
0,69
qp = 275 x = 2417 l/s/km
7,85
7,85
te = = 1,43 jam
5,5
te > tr = 1
52 dari 55
SNI 03-2415-1991
(1 − x)2
Y = 10 −8.8373
x
53 dari 55
SNI 03-2415-1991
Lampiran E
(informatif)
1) Pemrakarsa
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Departemen Pekerjaan Umum.
2) Penyusun awal
Nama Lembaga
3) Penyusun baru
Nama Lembaga
Dr. Ir. Agung Bagiawan, M.Eng. Pusat Litbang Sumber Daya Air
54 dari 55
SNI 03-2415-1991
Bibliografi
55 dari 55