Anda di halaman 1dari 48

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kekuatan dan keberkahan sehingga Modul Sinkronisasi dan Harmonisasi Perencanaan
Daerah, Penganggaran, Kebijakan dan Regulasi Air Minum ini dapat diselesaikan.
Modul ini merupakan identifikasi awal dan reviu atas temuan-temuan yang
diperoleh melalui pendekatan-pendekatan yang sifatnya brain-stroming. Dengan segala
keterbatasan, penulis menyadari pula bahwa modul ini takkan terwujud tanpa bantuan,
bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan
hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang
membantu dalam menyelesaikan modul ini.
Penulis sangat sadar bahwa modul ini masih jauh dari sempurna, karena modul ini
sesungguhnya menggabungkan penerapan dari berbagai regulasi terkait Sinkronisasi
dan Harmonisasi Penyusunan Kebijakan dan Regulasi Daerah dengan Pusat. Meskipun,
dengan segenap kemampuan yang dimiliki, modul ini coba merangkum semua mandat
regulasi yang ada, koreksi, masukan dan saran akan sangat kami terima sebagai bagian
dari usaha penyempurnaan modul ini.
Mudah-mudahan modul sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak, terutama stakeholder bidang air minum baik di level pusat maupun daerah.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan dan selalu mencurahkan hidayah
serta taufik-Nya, Aamiin Ya Robbal alamin.

Jakarta, 05 Juni 2023

Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Kemendagri

ii
DAFTAR ISI

Cover ... ..........................................................................................................


Kata Pengantar . .............................................................................................. ii
Daftar Isi . ....................................................................................................... iii
Daftar Tabel . .................................................................................................. iv
Daftar Gambar . ............................................................................................... v
Glosari . ........................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN . ..................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang . ................................................................................. 1
1.2 Dasar Hukum . ................................................................................... 3
1.3 Maksud dan Tujuan . .......................................................................... 4
1.4 Ruang Lingkup . ................................................................................. 6

BAB II SINKRONISASI KEBIJAKAN SPAM PUSAT DAN DAERAH . ......................... 7


2.1 Tahapan dan Instrumen . ................................................................... 7
2.1.1 Tahapan Umum . .............................................................................. 8
2.1.2 Identifikasi dan Pemetaan . ............................................................... 9
2.1.3 Analisis Implementasi Mandat . ......................................................... 12
2.1.4 Pemetaan Kondisi Eksisting . ............................................................. 19
2.1.5 Rumusan Rekomendasi . ................................................................... 23
2.1.6 Tata Cara Dalam Merumuskan Rekomendasi . .................................... 23

BAB III SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN . .......................... 28


3.1 Tahapan Umum . ................................................................................. 28
3.2 Sinkronisasi Sub Kegiatan antara Renja dan DPA . .................................. 28
3.3 Sinkronisasi Output Renja dan Keluaran DPA . ....................................... 32
3.4 Sinkronisasi Input Belanja dan Output Dokumen DPA . ........................... 35

BAB IV PENUTUP …. ....................................................................................... . 40


4.1 Kesimpulan dan Rekomendasi . ............................................................. 40
4.2 Referensi . ........................................................................................... 41

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Form Tahap 1 & 2 Pemetaan NSPK Bidang Air Minum . ...................... 11
Tabel 2.2 Deskripsi dan Cara Pengisian Kolom Form Tahap 1 dan 2 . ................ 11
Tabel 2.3 Contoh pengisian form Tahap 1 & 2 Pemetaan NSPK Bidang Air Minum. 12
Tabel 2.4 Form Tahap-3A; Pemetaan Mandat kepada Daerah dalam Bentuk
kebijakan/Regulasi .......................................................................... 13
Tabel 2.5 Deskripsi dan Cara Pengisian Kolom Form Tahap-3A ......................... 13
Tabel 2.6 Contoh pengisian Form Tahap-3A; Pemetaan Mandat kepada Daerah
dalam Bentuk kebijakan/Regulasi . ................................................... 15
Tabel 2.7 Form Tahap-3B; Pemetaan Mandat kepada Daerah dalam Bentuk
Aktivitas Pendukung Mandat Regulasi/Kebijakan ............................... 16
Tabel 2.8 Deskripsi dan Cara Pengisian Kolom Form Tahap-3B ......................... 17
Tabel 2.9 Contoh Pengisian Form Tahap-3B; Pemetaan Mandat kepada Daerah
dalam Bentuk Aktivitas Pendukung Mandat Regulasi/Kebijakan . ........ 18
Tabel 3.0 Tabel Form Tahap-4&5; Pemetaan Mandat kepada Daerah dalam
Bentuk Program-Anggaran dan OPD Pelaksana . .............................. 19
Tabel 3.1 Deskripsi dan Cara Pengisian Kolom Form Tahap-4&5 . ..................... 20
Tabel 3.2 Contoh Pengisian Form Tahap-4&5; Pemetaan Mandat kepada Daerah
dalam Bentuk Program-Anggaran dan OPD Pelaksana ....................... 21
Tabel 3.3 Form Tahap-6A; Perumusan Rekomendasi untuk Perbaikan Program-
Kegiatan-Indikator-Target (Setelah Rekomendasi) . ........................... 25
Tabel 3.4 Deskripsi dan Cara Pengisian Kolom Form Tahap-6 ........................... 26
Tabel 3.5 Contoh Pengisian Tabel Form Tahap-6A; Perumusan Rekomendasi
untuk Perbaikan Program-Kegiatan-Indikator-Target ......................... 27
Tabel 3.6 Form Renja OPD dan DPA . .............................................................. 30
Tabel 3.7 Contoh Pengisian Form Renja OPD dan DPA . ................................... 31
Tabel 3.8 Form Output Renja dan Keluaran DPA .............................................. 33
Tabel 3.9 Contoh Pengisian Form Output Renja dan Keluaran DPA . .................. 34
Tabel 4.0 Form DPA . ..................................................................................... 36

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Sinkronisasi ...................................................................... 9

v
GLOSARI

BUMD Badan Usaha Milik Daerah


BUMN Badan Usaha Milik Negara
PDAM Perusahaan Daerah Air Minum
CPIU Central Project Implementation Unit
NUWSP National Urban Water Supply Project
Permendagri Peraturan Menteri Dalam Negeri
PP Peraturan Pemerintah
RKPD Rencana Kerja Pemerintah Daerah
RPJMD Rencana Program Jangka Menengan Daerah
RPJPD Rencana Program Jangka Panjang Daerah
RPJMN Rencana Program Jangka Menengan Nasional
SPAM Sistem Penyediaan Air Minum
SPM Standar Pelayanan Minimal
NSPK Norma Standar Prosedur dan Kriteria
Perda Peraturan Daerah
Perkada Peraturan Kepala Daerah
Renja Rencana Kerja
DPA Dokumen Pelaksanaan Anggaran
SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
RKA Rencana Kerja dan Anggaran
OPD Organisasi Perangkat Daerah
TACT-LG Technical Assistant of Capacity Building for Local Government

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum bertujuan untuk
menciptakan masyarakat hidup bersih dan sehat melalui penyediaan layanan air
minum. Program Sistem Penyediaan Air Minum juga mencakup upaya agar
pemerintah daerah bisa memaksimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia.
Pelaksanaan SPAM yang merupakan tanggungjawab Pemerintah dan Pemerintah
Daerah diselenggarakan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat
dengan menjamin kebutuhan pokok air minum masyarakat yang memenuhi syarat
kualitas, syarat kuantitas, dan syarat kontinuitas.
Air sebagai kebutuhan utama kehidupan, seharusnya dapat terpenuhi
secara kuantitas, kualitas, terjangkau, dan kontinu. Namun masih banyak
masyarakat Indonesia yang belum mendapatkan air bersih yang layak, terutama
masyarakat berpenghasilan rendah di daerah. Saat ini, Survei Sosial Ekonomi
Nasional 2022 yang diadakan oleh Badan Pusat Statistik mencatat capaian akses
air layak minum secara nasional sebesar 90,05%. Data capaian akses air layak
minum secara nasional tersebut menjadi peringatan bagi kita, karena target secara
nasional untuk tahun 2024 adalah 100%, waktu yang tersisa menuju 2024 harus
dioptimalkan untuk mendorong kinerja kita.
Beberapa kendala yang ada dalam pengelolaan Sistem Penyediaan Air
Minum di daerah, antara lain masih kurangnya pemahaman kalangan Pemda
Kabupaten/Kota serta BUMN Air Minum dalam menerapkan SPM Air Minum.
Kondisi demikian membuat masyarakat sebagai konsumen dan warga yang harus
diperhatikan hak-hak nya dalam pemenuhan air minum layak menjadi kurang puas
dan bahkan membuat mereka mencari sumber air lain seperti menggali sumur,
menyedot air tanah secara berlebihan, atau bahkan untuk daerah pedesaan dan
terpencil bahkan masih mengambil air baku dari sungai-sungai dan mata air. Selain

1
itu, terdapat masalah kapasitas daerah dalam menyusun perencanaan dan
penganggaran SPM Air Minum. Hal ini menyebabkan tidak terakomodirnya
kebutuhan pembiyaan SPM air minum sehingga mengakibatkan tidak sinkronnya
di lingkungan pemerintah daerah.. Masalah lain yang teridentifikasi adalah belum
maksimalnya kemampuan daerah dalam melakukan monitoring dan evaluasi
dalam penerapan dan pelaporan capaian SPM Air Minum. Hal ini menyebabkan
sulitnya memperoleh informasi dan data terkait permasalahan penerapan SPM di
masyarakat, dan sulitnya mendapatkan informasi yang akurat dan tervalidasi
dalam hal tindakan pemecahan masalah (problem solving).
Identifikasi permasalahan mendasar diatas hanyalah sebagian saja,
karena masih terdapat permasalahan lainnya yang bersifat sekunder, misalnya
rendahnya tarif air yang menyebabkan pelayanan publik yang tidak professional.
Kemudian terbatasnya jumlah sambungan/pipanisasi rumah yang menyebabkan
sulitnya mengakses saluran air minum layak yang berstandar SPM SPAM. Serta
terbatasnya kemampuan keuangan daerah untuk pengembangan yang disebabkan
oleh faktor-faktor yang kompleks seperti masalah SPM SPAM dianggap tidak primer
dan signifikan.
Kendala-kendala tersebut tentu akan menghambat keberlangsungan
pelayanan air minum yang layak apabila tidak terkelola dengan baik. Kondisi ini
pastilah akan berpengaruh terhadap lambatnya upaya pemenuhan target
pemerintah Indonesia yaitu 100% akses air minum layak dan 15% akses air minum
aman dan 30% air minum perpipaan di Tahun 2020-2024.
Khusus terkait dengan masalah belum maksimalnya dukungan
pembiayaan untuk menunjang penyediaan air minum di daerah, rilis hasil penilaian
kinerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tahun 2022
menunjukkan masih cukup banyak PDAM yang kinerjanya tidak memuaskan.
Untuk penilaian kinerja penyelenggaraan PDAM telah diserahkan kepada direktorat
jenderal terkait di kementrian PUPR sesuai dengan bidangnya. Hal tersebut
tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2020 tentang pembubaran
18 lembaga berbentuk tim kerja, badan, serta komite yang dibentuk untuk

2
penyelenggaraan PDAM SPAM. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, jumlah
BUMD Air Minum yang dinilai kinerjanya meningkat setiap tahun. Pada tahun 2019
BUMD Air Minum yang dinilai kinerjanya berjumlah 380, tahun 2020 berjumlah
387, tahun 2021 berjumlah 388 dan pada tahun 2022 berjumlah 389. Hasil
penilaian kinerja tahun 2022 adalah 237 BUMD Air Minum Sehat (60,93%), 101
BUMD Air Minum Kurang Sehat (25,96%) dan 51 BUMD Air Minum Sakit (13,11%).
Dari 389 BUMD air minum tersebut, baru 147 BUMD air minum yang sudah FCR
(37,79%) (sumber: penilaian kinerja PDAM Kementerian PUPR Tahun 2022).
Semua permasalahan tersebut di atas tentunya menjadi pertimbangan
pemerintah daerah dalam upaya pemenuhan akses serta peningkatan mutu
layanan air di daerah. Mengingat pemenuhan layanan dasar ini merupakan amanat
dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122
Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum serta Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal
(SPM) yang menyatakan bahwa air minum merupakan urusan wajib yang terkait
dengan pelayanan dasar.
Penyelenggaraan SPAM bertujuan untuk meningkatkan jumlah warga
masyarakat yang dapat mengakses pelayanan air minum di daerah dan
terpenuhinya Kebutuhan Pokok Air Minum sehari-hari bagi masyarakat. Untuk
membantu penyelenggaraan program SPAM berjalan efektif dan dapat
dipertanggungjawabkan, maka diperlukan pedoman dan petunjuk teknis.

1.2 Dasar Hukum


Sebagai bagian dari kegiatan pemerintah, pelaksanaan proyek tunduk mengikuti
landasan hukum sebagai berikut:
1. UU Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
2. UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
3. UU Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Alam;

3
4. UU Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pusat dan
Daerah;
5. Undang-undang Nomor 13 tahun 2022, tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan
6. PP Nomor 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air;
7. PP Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum;
8. PP Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal;
9. PERPRES Nomor 185 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Air
Minum dan Sanitasi;
10. PERMENDAGRI Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan,
Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah,
Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah;
11. PERMENDAGRI Nomor 21 Tahun 2020 tentang tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 71 Tahun 2016 Tentang
Perhitungan Dan Penetapan Tarif Air Minum;

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Pedoman teknis ini merupakan panduan praktis yang dirancang untuk
memberikan petunjuk dan prosedur yang jelas bagi penyelenggara SPAM di
daerah dalam mencapai tujuan tersebut. Maksud dibuatnya pedoman teknis ini
adalah Memberikan kerangka kerja Bersama yang digunakan sebagai acuan
dalam merancang dan melaksanakan perencanaan, penganggaran, kebijakan,

4
dan regulasi air minum. Kerangka kerja ini memastikan bahwa berbagai aspek
terkait air minum saling mendukung dan terintegrasi dengan baik.

1.2.2 Tujuan
Tujuan dari pedoman teknis ini adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan Konsistensi dan Keselarasan dalam perencanaan,
penganggaran, kebijakan, dan regulasi terkait air minum di berbagai
tingkatan pemerintahan. Dengan mengikuti panduan yang sama, pihak
terkait dapat mencapai pemahaman yang seragam tentang langkah-
langkah yang harus diambil dan tujuan yang ingin dicapai, sehingga
mengurangi potensi tumpang tindih dan konflik antara kebijakan dan
regulasi yang dikeluarkan.
2. Memastikan Keberlanjutan Pengelolaan Air Minum dengan memberikan
panduan tentang praktik terbaik dalam perencanaan, penganggaran, dan
implementasi kebijakan dan regulasi. Hal ini melibatkan penggunaan
sumber daya yang efisien, dan peningkatan kapasitas institusi terkait.
3. Meningkatkan Efektivitas Penggunaan Sumber Daya yang terbatas dalam
pengelolaan air minum. Dengan memberikan panduan tentang alokasi
anggaran yang tepat, perencanaan infrastruktur yang efisien, dan kebijakan
yang mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan, pedoman
ini membantu memastikan bahwa sumber daya yang tersedia dimanfaatkan
secara maksimal.

5
1.3 Ruang Lingkup
Pembatasan objek dalam modul Sinkronisasi kebijakan air minum Daerah di sini
adalah sebagai berikut:
1. Pembahasan sinkronisasi antara kebijakan pusat dan implementasi di
daerah sesuai dengan mandate NSPK, dengan melihat kesesuaian atau
keselarasan peraturan perundang-undangan secara vertikal berdasarkan
sistematisasi hukum positif yaitu antara perundang-undangan yang lebih
tinggi dengan peraturan perundang-undangan yang lebih rendah.
2. Pemetaan mandate regulasi pada NSPK di batasi untuk kebijakan dari
pemerintah pusat
3. Pemetaan mandate aktivitas pada NSPK pusat kepada daerah hanya pada
sub kegiatan, indikator dan target kegiatan.
4. Pembahasan sinkronisasi perencanaan dan penganggaran di daerah
dengan melakukan analisasi terhadap dokumen perencanaan dan
penganggaran daerah sebagai sample.

6
BAB II
SINKRONISASI KEBIJAKAN SPAM PUSAT DAN DAERAH

2.1 Tahapan dan Instrumen


Pemerintah daerah wajib untuk menjalankan berbagai program prioritas
dan kebijakan nasional ke dalam dokumen perencanaan pembangunan
daerah. Hal ini didasarkan pada pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional, yang menyatakan bahwa
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana
pembangunan Daerah dengan prinsip satu kesatuan dalam sistem
perencanaan pembangunan nasional. Proses penyusunan perencanaan daerah
tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017
tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan
Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
merupakan penjabaran dari RPJMD untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
Namun, dalam pelaksanaan penyusunan dokumen rencana
pembangunan daerah, perlu mensinkronisasikan tujuan pembangunan
nasional dan prioritas nasional di dalam dokumen perencanaan daerah.
Sebagaimana penjelasan di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
bahwa kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh daerah merupakan bagian
integral dari kebijakan nasional. Oleh karena itu, diperlukan satu instrumen
khusus untuk mensinkronisasikan perencanaan pembangunan nasional dan
perencanaan pembangunan daerah melalui sinkronisasi perencanaan program
dan kegiatan pembangunan di daerah.

7
Berdasarkan penjabaran wewenang dan tanggungjawab pemerintah
pusat dan pemerintah daerah, secara singkat Pemerintah Pusat bertanggung
jawab untuk pengembangan kebijakan, regulasi, investasi, dan pemantauan;
sementara Pemerintah Daerah (Pemda) bertanggung jawab untuk
memastikan penyediaan air minum di wilayahnya. Namun dalam
pelaksanaannya, penyelenggaraan SPAM masih mengalami berbagai
tantangan utama diantaranya kapasitas institusional dan aspek ekonomi politis
terkait penyediaan air minum.
Mengingat pentingnya pemenuhan akses air minum, pemerintah pusat
dan daerah diharapkan secara kolaboratif dan integratif menyusun
perencanaan dan penganggaran untuk memastikan tercapainya target yang
sudah ditetapkan dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.
Kontribusi pemenuhan akses air minum pada saat yang sama juga diharapkan
muncul dari sektor badan usaha milik negara/daerah (BUMN/BUMD/Perumda)
dan swasta pada umumnya.

2.1.1 Tahapan Umum


Sinkronisasi Kebijakan adalah proses penyelarasan antara kebijakan
pemerintah pusat dengan perencanaan di tingkat pemerintah daerah.
Sinkronisasi dilakukan untuk memastikan mandat yang ada didalam kebijakan
pusat dapat terimplementasi di daerah. Secara umum tahapan dalam proses
sinkronisasi kebijakan adalah sebagai berikut :
▪ Tahap 1 : Pemetaan NSPK bidang air minum.
▪ Tahap 2 : Identifikasi mandat kepada pemerintah daerah dari NSPK
yang di terbitkan oleh pemerintah pusat, mandate akan terbagi menjadi
2, yaitu mandate regulasi dan mandate aktivitas.
▪ Tahap 3 : Identifikasi Implementasi daerah terhadap mandate NSPK.
▪ Tahap 4 : Pemetaan program kegiatan, indicator dan target daerah untuk
implementasi NSPK.

8
▪ Tahap 5 : Pemetaan OPD Pelaksana NSPK
▪ Tahap 6 : Perumusan rekomendasi program indicator target untuk
implementasi di daerah.

Bagan alur 2.1. Proses Sinkronisasi

2.1.2 Identifikasi dan Pemetaan


NSPK merupakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
pemerintah pusat sebagai pedoman dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan konkuren serta menjadi kewenangan pemerintah pusat dan
untuk menjadi kewenangan daerah. Tujuannya, menghindari tumpang tindih
penyelenggaraan dan pengelolaan urusan pemerintahan, meminimalisasi
konflik masing-masing tingkatan pemerintahan dalam penyelenggaraan
urusan pemerintahan. Disamping itu, NSPK memperjelas arah kebijakan
pemerintah menjadi pedoman dan acuan dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan.
Tingkatan peraturan perundangan terkait NSPK meliputi :
1. Undang-undang;

9
2. Tap MPR;
3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang;
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi dan;
7. Peraturan Daerah Kabupaten/kota.

Peraturan yang ada diatas biasanya bersifat global dan terkadang


perlu diterjemahkan lebih lanjut oleh peraturan yang dibawahnya agar lebih
mudah di implementasikan. Setiap perintah yang ada di dalam peraturan
pemerintah dikenal dengan mandat. Ada beberapa mandat yang ditujukan
kepada kementerian atau lembaga tertentu ada pula beberapa mandat yang
ditujukan ke daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota.
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan NSPK terkait dengan bidang
tertentu. Untuk bidang air minum maka perlu dilakukan inventarisasi NSPK
terkait air minum.
Dari setiap NSPK tersebut kemudian disimpulkan mandat yang tersirat
di dalam peraturan. Apabila mandat tersebut ada di dalam tingkatan undang-
undang maka selanjutnya perlu dilakukan penelusuran terhadap peraturan di
bawahnya yaitu peraturan perundangan di dalam bentuk “Peraturan
Pemerintah” dan kemudian juga melihat lebih jauh lagi peraturan yang lebih
di bawah lagi seperti Peraturan Presiden, Peraturan Menteri atau keputusan
menteri. Hal tersebut untuk menghindari kesalahan di dalam memahami
peraturan yang ada. Apabila ada hal yang bersifat konfrontatif diantara
beberapa peraturan maka peraturan yang lebih tinggilah yang dijadikan
sebagai dasar pedoman.
Selanjutnya mandat yang telah terkumpul di klasifikasikan ke dalam 2
bagian besar yaitu mandat yang berupa perintah kepada daerah untuk
menerbitkan regulasi dan mandat yang berupa perintah kepada daerah untuk
dilakukan dukungan berupa suatu kegiatan atau aktivitas.

10
Proses indentifikasi dan pemetaan dapat dilakukan sebagaimana tabel form
Tahap 1 dan 2, berikut.

Tabel 2.1
Form Tahap 1 & 2 Pemetaan NSPK Bidang Air Minum
Pemetaan Awal
Mandat
Kelompok Mandat
kepada
Sub
No NSPK Daerah Aktivitas
Urusan Regulasi/
(Esensi/ (Program/
Ringkasan) Kebijakan
Kegiatan)
1 2 3 4 5 6

Tabel 2.2
Deskripsi dan Cara Pengisian Kolom Form Tahap 1 dan 2
No Sumber
Deskripsi dan Langkah-Langkah Pengisian
Kolom Info/Data
Kolom-1 Isi nomor urut Jelas
Kolom-2 Isi sub-urusan yang dipilih adalah ke-PU-an sub-urusan air UU 23/2014
minum yang terdapat pada salah satu pasal UU
Pemerintahan Daerah
Kolom-3 Isi jenis NSPK dari bentuk yang terbawah (catatan : hirarki Sebagai contoh
regulasi adalah UU --> Perpu --> PP -> Perpres --> obyek NSPK,
Permen), pilihlah Permen, misalnya Permendagri 21/2020 misalkan
tentang Perhitungan dan Penetapan Tarif Air Minum PP122/2015
Kolom-4 Isi dengan bunyi dari daftar mandat yang ada dalam NSPK Sebagai contoh
secara umum/ringkas, yang harus ditindak lanjuti daerah. obyek NSPK,
Jenis mandat cukup beragam bisa lebih dari satu atau misalkan
bahkan belasan dan puluhan. Saat akan dianalisis PP122/2016
sebutkan seluruh mandat yang terdapat dalam regulasi
tersebut seperti daftar mandat pada kolom ini
Kolom-5 Isi dengan mencentang kolom, apabila mandatnya terkait Tahapan akan
penyusunan regulasi berhenti disini

Kolom-6 Isi dengan encentang kolom, apabila mandatnya terkait Tahapan akan
dengan aktivitas. berlanjut pada
Tabel 3b

11
Tabel 2.3
Contoh pengisian form Tahap 1 & 2 Pemetaan NSPK Bidang Air Minum.
Pemetaan Awal
Kelompok Mandat
Sub Mandat kepada Daerah (Esensi/
No NSPK Aktivitas
Urusan Ringkasan) Regulasi/
(Program/
Kebijakan
Kegiatan)
1 2 3 4 5 6
a. Menyusun dan menetapkan Kebijakan
dan Strategi Kabupaten/Kota
Penyelenggaraan SPAM;
PP Nomor b. Menyusun dan menetapkan Rencana
122 Tahun Induk SPAM Kabupaten/Kota;
2015, c. Melaksanakan Penyelenggaraan SPAM
tentang di wilayahnya;
1 Air Minum
Sistim d. Membentuk BUMD dan/atau UPTD; √ √
Penyediaan e. Melakukan pemantauan dan evaluasi
Air Minum terhadap Penyelenggaraan SPAM di
(SPAM) wilayahnya;
f. Menjamin ketersediaan Air Baku untuk
Penyelenggaraan SPAM di wilayahnya;
dan

2.1.3 Analisis Implementasi Mandat


Apabila mandat yang berupa regulasi telah dilaksanakan oleh daerah di
dalam bentuk penerbitan suatu regulasi seperti perda atau perkada maka perlu
untuk dinilai kesesuaiannya dengan mandat yang mendasarinya (Tabel 3a).
Dari sini dinilai kesesuaiannya apakah sudah sesuai atau belum. Apabila sudah
sesuai maka disimpulkan telah terjadi sinkronisasi terkait mandat tersebut.
Apablia belum maka perlu dianggarkan kembali kegiatan terkait dengan
pembuatan regulasi.
Proses Pemetaan Mandat kepada Daerah dalam Bentuk
Kebijakan/Regulasi dapat dilakukan sebagaimana table form tahap 3A,
berikut.

12
Tabel 2.4
Form Tahap-3A; Pemetaan Mandat kepada Daerah dalam Bentuk
kebijakan/Regulasi

Peta Implementasi Kebijakan/Regulasi Daerah sebagai


Mandat
Mandat yang bersifat Pembentukan Regulasi Daerah
kepada
Sub Daerah Bentuk
No NSPK Rekomendasi
Urusan (Mandat Peraturan Peraturan Lainnya
Regulasi/ Tidak
Daerah Kepala Daerah (Kptsn, SE, Sesuai
Kebijakan) Sesuai
(Perda) (Perkada) Juknis
dlsb)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tabel 2.5
Deskripsi dan Cara Pengisian Kolom Form Tahap-3A
No
Deskripsi dan Langkah-Langkah Pengisian Sumber Info/Data
Kolom
Kolom-1 Pengulangan dari Form Tahap-1
Kolom-2 Pengulangan dari Form Tahap-1
Kolom-3 Pengulangan dari Form Tahap-1
Kolom-4 Pengulangan dari Form Tahap-1
Kolom-5 Isikan dengan judul dan nomor Perda konsideran pada Perda yang diterbitkan
regulasi ini yang mengacu kepada NSPK nya. Untuk Daerah sebagai penerima
pengisian ini, harus dibaca dengan teliti apakah regulasi ini mandat NSPK
telah mencantumkan NSPK sebagai konsideran?. Setelah itu
bunyikan secara esensif pula bentuk mandat yang diterima
oleh regulasi daerah ini
Kolom-6 Isikan dengan judul dan nomor Perkada, kemudian Perkada yang diterbitkan
konsideran pada regulasi ini yang mengacu kepada NSPK Daerah sebagai penerima
nya. Untuk pengisian ini, harus dibaca n teliti apakah mandat NSPK
regulasi ini telah mencantumkan NSPK sebagai
kyangonsideran?. Setelah itu bunyikan secara esensif pula
bentuk mandat yang diterima oleh regulasi daerah ini
Kolom-7 Isikan dengan konsideran pada regulasi ini yang mengacu Bentuk lain regulasi
kepada NSPK nya. Untuk pengisian ini, harus dibaca (Kepkada, Surat Edaran,
dengan teliti apakah regulasi ini telah mencantumkan NSPK Juknis dlsb) yang
sebagai konsideran?. Setelah itu bunyikan secara esensif diterbitkan Daerah
pula bentuk mandat yang diterima oleh regulasi daerah ini sebagai penerima mandat
NSPK
Kolom-8 Isikan kata YA atau TANDA CENTANG (V) jika salah satu Salah satu dari kolom
dari kolom 5 atau 6 atau 7 telah mengakomodir mandat 5/6/7
NSPK secara jelas, melalui konsideran

13
No
Deskripsi dan Langkah-Langkah Pengisian Sumber Info/Data
Kolom
Kolom-9 Isikan kata TIDAK atau TANDA SILANG (X) jika salah satu Salah satu dari kolom
dari kolom 5 atau 6 atau 7 TIDAK mengakomodir mandat 5/6/7
NSPK secara jelas melalui konsideran, dan di sinilah
pekerjaan analisis terhenti
Kolom-10 Isikan usulan perbaikan/rekomendasi jika isian Kolom-9 Pasal 22 pp122/2015
TIDAK SESUAI dengan cara mereviu kriteria dan spesifikasi
yang tertuang di dalam NSPK PP 122/2015

14
Tabel 2.6
Contoh pengisian Form Tahap-3A; Pemetaan Mandat kepada Daerah dalam Bentuk kebijakan/Regulasi

Peta Implementasi Kebijakan/Regulasi Daerah sebagai


Mandat yang bersifat Pembentukan Regulasi Daerah
Mandat kepada Daerah
Sub Bentuk
No NSPK (Mandat Regulasi/ Rekomendasi
Urusan Peraturan Peraturan Lainnya
Kebijakan) Tidak
Daerah Kepala Daerah (Kptsn, SE, Sesuai
Sesuai
(Perda) (Perkada) Juknis
dlsb)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Peraturan
Gubernur
PP Nomor
Bengkulu Nomor
122 Tahun
11 Tahun 2022,
2015,
tentang
Air tentang
1
Minum Sistim
a. Menyusun dan Kebjakan dan √
menetapkan Kebijakan strategi daerah
Penyediaan
dan Strategi pengembangan
Air Minum
Kabupaten/Kota SPAM Provinsi
(SPAM)
Penyelenggaraan SPAM; Bengkulu Tahun
2022-2026
b. Menyusun dan
menetapkan Rencana
Induk SPAM
Kabupaten/Kota; …………..
c. Melaksanakan
Penyelenggaraan SPAM di
wilayahnya. …………….

15
Untuk setiap mandat yang bukan merupakan mandat regulasi maupun mandat
regulasi yang belum sinkron, perlu dilakukan pemetaan kegiatan. Jenis
kegiatan yang akan dilaksanakan akan diambil dari daftar nomenklatur
perencanaan pembangunan. Dari daftar tersebut ditentukan nama program,
kegiatan maupun subkegiatan yang dapat digunakan untuk melaksanakan
mandat yang ada.
Proses Pemetaan Mandat kepada Daerah dalam Bentuk Aktivitas pendukung
mandate Kebijakan/Regulasi dapat dilakukan sebagaimana Tabel form Tahap
3B, berikut.

Tabel 2.7
Form Tahap-3B; Pemetaan Mandat kepada Daerah dalam Bentuk Aktivitas
Pendukung Mandat Regulasi/Kebijakan

Mandat Bentuk Aktivitas


Mandat
kepada
Sub
No NSPK Daerah Keterangan
Urusan Program/ Pagu
(Mandat
Aktivitas) Kegiatan Anggaran

1 2 3 4 5 6 7

16
Tabel 2.8
Deskripsi dan Cara Pengisian Kolom Form Tahap-3B
No Sumber
Deskripsi dan Langkah-Langkah Pengisian
Kolom Info/Data
Kolom-1 Pengulangan dari Form Tahap-1
Kolom-2 Pengulangan dari Form Tahap-1
Kolom-3 Pengulangan dari Form Tahap-1
Kolom-4 Pengulangan dari Form Tahap-1
Kolom-5 Isikan dengan program dan/atau kegiatan yang menunjukkan RPJMD dan/atau
keterkaitan, keterhubungan dan dukungan terhadap implementasi RKPD/APBD tahun
kebijakan/regulasi sebagaimana maksud pada Form Tahap-1 dan 2 berkenaan

Kolom-6 Isikan dengan pagu anggaran yang mendanai program dan/atau RPJMD dan/atau
kegiatan yang berkaitan dengan kolom-5 Form ini RKPD atau
APBD/DPA tahun
berkenaan
Kolom-7 Isikan keterangan yang mungkin bisa menjelaskan keterhubungan Pengamatan dan
atau ketidak terhubungan antar Form Tahap-2 dengan Form reviu Form Tahap-
Tahap-3. Atau terdapat permasalahan lainnya yang perlu diungkap 1 s/d Form
dalam kolom ini Tahap-3 ini

17
Tabel 2.9
Contoh Pengisian
Form Tahap-3B; Pemetaan Mandat kepada Daerah dalam Bentuk Aktivitas Pendukung Mandat
Regulasi/Kebijakan

Mandat Bentuk Aktivitas

Sub Mandat kepada Daerah


No NSPK Keterangan
Urusan (Mandat Aktivitas) Pagu
Program/ Kegiatan
Anggaran

1 2 3 4 5 6 7
Pada RKPD
Kabupaten
Brebes Tahun
2023. Terlihat
Pengelolaan dan adanya
a. Melaksanakan
PP Nomor Pengembangan keterhubungan
Penyelenggaraan SPAM di
122 Tahun Sistem Penyediaan Air 19.820.620.000 antara Mandat
wilayahnya;
2015, Minum di Daerah aktivitas dari
Air tentang kabupaten/Kota. NSPK dengan
1
Minum Sistim program/kegiatan
Penyediaan yang
Air Minum dilaksanakan di
(SPAM) daerah.
b. Menyusun dan menetapkan
Rencana Induk SPAM
Kabupaten/Kota; ………..
c. Melaksanakan Penyelenggaraan
SPAM di wilayahnya. ……….

18
2.1.4 Pemetaan Kondisi Eksisting
Setelah ditentukan nomenklatur yang akan digunakan kemudian
ditentukan pula indikator dari masing-masing subkegiatan yang telah dipilih.
Pemilihan indikator dapat menggunakan beberapa peraturan yang ada atau
dapat pula bersumber dari dasar peraturan terkait dengan mandat tersebut,
missal dokumen RKPD atau dokumen Renja OPD pada tahun yang berkenaan.
Proses Pemetaan Mandat kepada Daerah dalam Bentuk Pemetaan
mandate kepada daera dalam bentuk program dan anggaran dan OPD
pelaksana dapat dilakukan sebagaimana Tabel form Tahap 4 dan 5, berikut.

Tabel 3.0
Tabel Form Tahap-4&5; Pemetaan Mandat kepada Daerah dalam Bentuk
Program-Anggaran dan OPD Pelaksana
Identifikasi Dukungan Mandat Daerah dalam Bentuk Program dan
Mandat Anggaran
kepada
No Daerah Rekomendasi
(Mandat Sub- Indikator Anggaran OPD
Program Kegiatan Target
Aktivitas) Kegiatan Kinerja (Rp) Pelaksana

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

19
Tabel 3.1
Deskripsi dan Cara Pengisian Kolom Form Tahap-4&5
No Deskripsi dan Langkah-Langkah
Sumber Info/Data
Kolom Pengisian
Kolom-1 Pengulangan dari Form Tahap-1
Kolom-2 Pengulangan dari Form Tahap-3 Kolom-4 Form Tahap-3, Kolom-4
Kolom-3 Pengulangan dari Form Tahap-3 Kolom-5 Form Tahap-3, Kolom-5
Kolom-4 Pengulangan dari Form Tahap-3 Kolom-5 Form Tahap-3, Kolom-5
Kolom-5 Isikan dengan jenis/judul sub-kegiatan yang Dokumen RKPD dan/atau dokumen
menjadi bagian kegiatan terkait dan program Renja OPD tahun berkenaan
terkait.
Kolom-6 Isikan dengan kalimat indikator kinerja Dokumen RKPD dan/atau dokumen
program/kegiatan/sub-kegiatan. Misalkan Renja OPD tahun berkenaan
untuk SPAM : prosentase (akumulatif) akses
air minum layak dari segmen jaringan
perpipaan di Kabupaten
Kolom-7 Isikan dengan target dari indikator kinerja Dokumen RKPD dan/atau dokumen
tersebut. Misalkan : prosentasi akses air Renja OPD tahun berkenaan
minum pada indikator terkait harus tercapai
melalui target sebesar 50%
Kolom-8 Isikan pagu anggaran sesuai dengan target Dokumen RKPD dan/atau dokumen
indikator sub-kegiatan yang terkait Renja OPD tahun berkenaan

Kolom-9 Isikan dengan OPD pelaksana atau Dokumen RKPD dan/atau dokumen
penanggung jawab atas program dan kegiatan Renja OPD tahun berkenaan
terkait
Kolom-10 Isikan usulan jika indikator dan target tidak Cermatan kolom 5 s/d 9
sesuai atau tidak mendukung sub-kegiatan.
Misalnya : pemasangan meter air pelanggan
dilakukan oleh Dinas Kesehatan

20
Tabel 3.2
Contoh Pengisian
Form Tahap-4&5; Pemetaan Mandat kepada Daerah dalam Bentuk Program-Anggaran dan OPD Pelaksana

Identifikasi Dukungan Mandat Daerah dalam Bentuk Program dan Anggaran


Mandat kepada Daerah
No Sub- Indikator Anggaran OPD Rekomendasi
(Mandat Aktivitas) Program Kegiatan Target
Kegiatan Kinerja (Rp) Pelaksana
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 a. Melaksanakan Program Pengelolaan dan Penyusunan Jumlah 2 731.200.000 Dinas Peningkatan
Penyelenggaraan Pengelolaan Pengembangan rencana rencana Dokumen Pekerjaan target sesuai
SPAM di wilayahnya; SPAM Sistem kebijakan, Kebijakan Umum NSPK
b. Membentuk BUMD Penyediaan Air strategi dan strategi dan
dan/atau UPTD; Minum di teknis SPAM teknis SPAM
c. Melakukan Daerah yang disusun
pemantauan dan kabupaten Supervisi Jumlah 1 1.358.366.000 Dinas Peningkatan
evaluasi terhadap /Kota. Pembangunan konsultasi Dokumen Pekerjaan anggaran
Penyelenggaraan /Peningkatan/ supervise Umum
SPAM di wilayahnya; Perluasan/perb pembangunan/
d. Menjamin aikan SPAM peningkatan/p
ketersediaan Air Baku erluasan/optim
untuk alisasi SPAM
Penyelenggaraan
SPAM di wilayahnya;
Peningkatan Peningkatan 5 L/Dtk Dinas
SPAM Jaringan kapasitas Pekerjaan
Perpipaan SPAM Umum
dikawasan IKK/Perkotaan
Perkotaan atau SPAM
Tematik
Tertentu
Peningkatan
SPAM Jaringan
Perpipaan 0 8.550.000.000
dikawasan
Perdesaan

21
Identifikasi Dukungan Mandat Daerah dalam Bentuk Program dan Anggaran
Mandat kepada Daerah
No Sub- Indikator Anggaran OPD Rekomendasi
(Mandat Aktivitas) Program Kegiatan Target
Kegiatan Kinerja (Rp) Pelaksana
Jumlah
penambahan
SR yang
terlayani
melalui
pemanfaatan
Perluasan
Idle capacity
SPAM jaringan Dina
dengan
perpipaan 150 SR 1.500.000.000 Pekerjaan
penambahan
dikawasan Umum
jaringan
perkotaan
perpipaan
pada SPAM
IKK/perkotaan
atau SPAM
tematik
tertentu

22
2.1.5 Rumusan Rekomendasi
Tahapan terakhir pada proses sinkronisasi yakni penyelarasan antara
kebijakan pemerintah pusat dengan perencanaan di tingkat pemerintah
daerah, dimana sinkronisasi dilakukan untuk memastikan mandat yang ada
didalam peraturan tersebut dapat terimplementasi di daerah, maka harus ada
rumusan rekomendasi dari tahapan yang telah dilakukan dalam proses
singkronisasi.
Rumusan rekomendasi tersebut mengacu pada tatacara yang telah di
atur dalam regulasi yang masih berlaku, yaitu dengan memperhatikan
Nomenklatur, rumusan target, dan rumusan anggaran.

2.1.6 Tata cara dalam merumuskan rekomendasi


1. Nomenklatur
Perumusan rekomendasi menyesuaikan dengan nomenklatur yang
sesuai dengan permendagri dan pemutahirannya, contoh Kepmendagri
050 5889 tahun 2021 tentang Hasil Verifikasi, Validasi, Inventarisasi,
Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan
Keuangan Daerah, dimana selain mengatur terkait program, kegiatan dan
sub kegiatan, namun juga diatur indikator yang harus digunakan.
Beberapa hal yang diperlukan didalam penentuan indicator
subkegiatan adalah:
a. Menghindari indikator duplikat, atau indikator yang sama melalui
sumber yang berbeda.
b. Indikator yang dipilih diutamakan indikator yang dapat mudah untuk
diidentifikasi, terukur, mampu dicapai serta realistis. Contoh apabila
indikator adalah “jumlah penambahan sambungan rumah sebanyak 100
SR”, hal tersebut akan mudah teridentifikasi melalui penghitungan
jumlah sambungan baru akibat dari pekerjaan tersebut, dan ukurannya

23
sangat jelas yaitu sebanyak 100 SR, dan berdasarkan data sebelumnya
hal tersebut dapat dicapai dan realistis dengan dana yang tersedia.
c. Apabila memungkinkan, hindari indikator dengan satuan persen kecuali
memang sudah tidak dapat dihindari. Hal ini perlu dilakukan karena
bentuk persentase akan sulit diukur karena nilai perbandingan akan
relatif terhadap data lain. Contohnya capaian penduduk terlayani air
minum 90%, artinya harus memperhitungkan jumlah penduduk daerah
tersebut sebagai pembanding. Akibatnya apabila data penduduk
berubah akan mengakibatkan besar capaian juga berubah.
d. Apabila memungkinkan, hindari penggunaan indikator berupa dokumen
laporan. Karena hal ini berarti harus dinilai kembali kualitas dari
dokumen.

2. Rumusan Target
Penentuan target ditentukan oleh daerah dengan berlandaskan beberapa
hal seperti :
a. Capaian tahun sebelumnya
Capaian tahun sebelumnya dijadikan dasar untuk menentukan
besaran target yang akan dicapai pada tahun berjalan dengan
memperhatikan target secara nasional. serta kemampuan daerah
untuk mencapai target yang ditentukan
b. Kebutuhan target nasional
Kebutuhan target nasional dijadikan dasar bagi daerah untuk dapat
dicapai dengan mempertimbangkan proporsi dari kemampuan daerah.

3. Rumusan Anggaran
Rumusan anggaran mengacu kepada hal sebagai berikut:
a. Proyeksi kemampuan keuangan.

24
Proyeksi kemampuan keuangan daerah dapat digunakan untuk
memprediksi trend pertumbuhan pendanaan sehingga dapat
diperkirakan anggaran yang tersedia pada tahun berjalan
b. Target RPJMD di tahun terkait
Untuk menentukan target di tingkat perencanaan tahunan (RKPD)
dapat juga menggunakan target yang telah ditetapkan di dalam
RPJMD sebagai dasar pemenuhan target.
Proses Perumusan Rekomendasi untuk Perbaikan Program-Kegiatan-
Indikator-Target dapat dilakukan sebagaimana Tabel form Tahap 6 A,
berikut.

Tabel 3.3
Form Tahap-6A; Perumusan Rekomendasi untuk Perbaikan Program-
Kegiatan-Indikator-Target (Setelah Rekomendasi)
Identifikasi Dukungan Mandata Daerah dalam Bentuk Program dan Anggaran

Sub- Indikator Anggaran OPD


Program Kegiatan Target
Kegiatan Kinerja (Rp) Pelaksana

1 2 3 4 5 6 7

25
Tabel 3.4
Deskripsi dan Cara Pengisian Kolom Form Tahap-6
No Deskripsi dan Langkah-Langkah Sumber
Kolom Pengisian Info/Data
Kolom-1 Isikan dengan reviu program, jika ada setelah Rekomendasi
rekomendasi
Kolom-2 Isikan dengan reviu kegiatan, jika ada setelah Rekomendasi
rekomendasi
Kolom-3 Isikan dengan reviu sub-kegiatan, jika ada Rekomendasi
setelah rekomendasi
Kolom-4 Isikan dengan reviu indikator kinerja, jika ada Rekomendasi
setelah rekomendasi
Kolom-5 Isikan dengan reviu target, jika ada setelah Rekomendasi
rekomendasi
Kolom-6 Isikan dengan reviu anggaran, jika ada setelah Rekomendasi
rekomendasi
Kolom-7 Isikan dengan reviu OPD Pelaksana, jika ada Rekomendasi
setelah rekomendasi

26
Tabel 3.5
Contoh Pengisian
Tabel Form Tahap-6A; Perumusan Rekomendasi untuk Perbaikan Program-Kegiatan-Indikator-Target (Setelah
Rekomendasi)

Identifikasi Dukungan Mandat Daerah dalam Bentuk Program dan Anggaran

Anggaran OPD
Program Kegiatan Sub-Kegiatan Indikator Kinerja Target
(Rp) Pelaksana

1 2 3 4 5 6 7
Penyusunan rencana
Jumlah rencana Kebijakan strategi dan 3 Dinas Pekerjaan
kebijakan, strategi dan 731.200.000
teknis SPAM yang disusun Dokumen Umum
Pengelolaan dan teknis SPAM
Pengembangan Supervisi
Program Sistem Pembangunan Jumlah konsultasi supervise
Dinas Pekerjaan
Pengelolaan Penyediaan Air /Peningkatan/ pembangunan/peningkatan/perluasan 1 Dokumen 1.858.366.00
Umum
SPAM Minum di Perluasan/perbaikan /optimalisasi SPAM
Daerah SPAM
kabupaten/Kota.

27
BAB III
SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

3.1 Tahapan Umum


Sinkronisasi Perencanaan adalah proses perencanaan yang sesuai dengan
tahapan yang ditentukan dalam Permendagri 86 Tahun 2017, tentang Tata Cara
Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta
Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah.
Sinkronisasi Penganggaran diarahkan pada dukungan anggaran terhadap
pencapaia kinerja output dalam rencana pembangunan daerah sebagaimana yang
di atur dalam Permendagri no 77 Tahun 2020 Tentang pedoman teknis
Pengelolaan Keuangan daerah. Kinerja output yang disinkronkan diprioritaskan
pada output yang mendukung target nasional.
Sinkronisasi perencanaan dan penganggaran dalam hal ini DPA SKPD
menetapkan kinerja yang sama dengan dokumen Renja SKPD. Artinya, output
yang direncanakan, output tersebut juga yang dianggarkan.
Terdapat 3 Aspek Sinkronisasi, yaitu:
a. Sinkronisasi sub kegiatan antara Renja dan DPA
b. Sinkronisasi antara Output Renja dengan keluaran DPA
c. Sinkronisasi Input belanja dengan Output DPA

3.2 Sinkronisasi Sub Kegiatan antara Renja dan DPA


Untuk melakukan sinkronisasi dokumen Perencanaan dan Penganggaran, ambil
sub kegiatan berkaitan pemenuhan SPAM di Renja dan lembar pertama DPA/RKA
di tahun yang sama.

28
Proses sinkronisasi antara perencanaan dan penganggaran adalah dengan
menyandingkan Tabel Rencana Program dan Kegiatan dengan Formulir RKA dan
Belanja SKPD, yaitu apa yang tertulis dalam Tabel Rencana Program dan Kegiatan
harus persis sama dengan yang ada dalam Formulir RKA dan Belanja SKPD,
sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
- Sinkron: seberapa konsisten sub kegiatan di Renja dengan di DPA. Artinya
apakah sub kegiatan yang sudah direncanakan di Renja, tetap teranggarkan
di DPA. Jika sub kegiatan ada di Renja dan DPA maka berpotensi konsisten,
sedangkan jika sub kegiatan ada di Renja tetapi tidak ada di DPA maka tidak
konsisten. Dilihat di nomenklatur dan kode sub kegiatannya. Misal di dokumen
Renja ada 12 sub kegiatan, tetapi di dokumen DPA hanya ada 6 sub kegiatan,
berarti ada 6 sub kegiatan yang hilang. 6 sub kegiatan yang hilang itu bisa
diidentifikasi. Kesimpulannya: ada sekian sub kegiatan yang sudah
direncanakan tetapi tidak dianggarkan. Artinya terdapat ketidak sinkronan
antara dokumen perencanaan dan dokumen penganggaran untuk sub
kegiatan.
- Jika sub kegiatan di Renja dan DPA itu sama, maka bisa dilanjut ke
tahap 2. Jika berbeda, maka berhenti sampai di tahap 1 saja ( artinya
sudah sinkron )

29
Tabel 3.6
Form Renja OPD dan DPA

Prakiraan Maju
Rencana Tahun Berkenaan (Tahun N)
Urusan Pemerintahan/ (Rencana Tahun N+1)
Indikator
Kode Rekening Bidang/Program/Kegiatan/ Target Kebutuhan Target Kebutuhan
Kinerja Sumber Catatan
Sub-Kegiatan Lokasi Capaian Dana/Pagu Capaian Dana/Pagu
Dana Penting
Kinerja Indikatif Kinerja Indikatif
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Halaman ….
DOKUMEN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN
PELAKSANAAN Formulir
ANGGARAN
SATUAN NOMOR
KERJA DPA-OPD FORMULIR
PERANGKAT DAERAH
…................................................................... DPA-OPD RKA-BELANJA
ORGANISASI
PERANGKAT DAERAH Provinsi / Kabupaten / Kota …. SKPD
Tahun Anggaran …
KABUPATEN/KOTA ……............................................
Rincian Anggaran
TAHUN ANGGARAN Belanja Menurut
…............. Program dan Kegiatan
Urusan
Urusan Pemerintah
Pemerintahan : nomenklatur : x jenis urusan …...............................
Organisasi
Bidang Urusan: nomenklatur : x.xx.xx nama OPD …...............................
Unit : nomenklatur nama unit dalam OPD …...............................
Program : x.xx.xx
Program : nomenklatur nama program
Kegiatan
Kegiatan : nomenklatur : x.xx.xx nama kegiatan …...............................
Organisasi
Sumber Dana : dari mana sumber : x.xx.xx
pembiayaan …...............................
Alokasi
Unit Tahun -1 : Rp. : x.xx.xx …...............................
Alokasi Tahun (Tahun T) : Rp.
Alokasi Tahun -1 : Rp. …................ (terbilang)
Alokasi Tahun + 1 : Rp.
Alokasi Tahun : Rp. …................
INDIKATOR & TOLAK UKUR KINERJA BELANJA LANGSUNG (terbilang)
Alokasi Tahun +1
Indikator Tolak: UkurRp.Kinerja …................ (terbilang) Target Kinerja
Capaian Program meningkatnya akses SR perpipaan non- 300 SR air minum non perpipaan
BUMDAM Indikator dan Tolak Ukur Kinerja Kegiatan
Masukan dana (rupiah) 600.000.000,00
Indikator
sambungan langsung air minum
Tolak Ukur Kerja Target Kinerja
Keluaran 300 unit meter air dan instalasi perpipaan
Masukan penduduk di dalam rumah
HasilKeluaran meningkatnya capaian air minum menjadi 55%
Hasil perpipaan non-BUMDAM
Kelompok Sasaran 1.500 jiwa masyarakat berpenghasilan
Kelompok
Kegiatan
Sasaran Kegiatan
rendah (MBR) di perdesaan
: …..............................
RINCIAN SUB-KEGIATAN
Sub-Kegiatan
Sub Kegiatan (1) : …..........................................................
: x.xx.xx
Lokasi
Sumber Pendanaan : …..........................................................
: …................
Keluaran Sub-Kegiatan : …..........................................................
Lokasi
Waktu Pelaksanaan
: (Provinsi sampai kecamatan, Kab/Kota sampai Desa/Kelurahan)
: …..........................................................
Keluaran
Keterangan Sub Kegiatan : (Kuantitas, dengan satuan disamakan dengan/sub kegiatan)
: …..........................................................
Waktu Pelaksanaan : Mulai …...... Rincian Perhitungan Sampai ….........
Kode Rekening
Keterangan Uraian : Koefisien/ Harga Jumlah (Rp)
URAIAN SINKRONISASI PERENCANAAN & PENGANGGARAN TAHAP-1 Volume
Satuan
Satuan (Rp)
PPN
Rincian Perhitungan
Perhatikan Kolom-2 pada Renja OPD dengan Baris Sub-Kegiatan di dalam DPA-OPD, lakukan; Jumlah
1. Pembandingan nama Sub-Kegiatan pada RKA (Renja) OPD dengan nama Sub-Kegiatan pada DPA-OPD Kode Rekening Uraian Koefisiensi Harga
Satuan PPN (Rp)
2. Jika tidak sama berikan catatan pada lembar kajian dst / Volume Satuan
3. Konfirmasikan kepada OPD perencanaan di Daerah baik di Bappeda maupun OPD pengampu air minum Jumlah Anggaran Sub-Kegiatan
Sub-Kegiatan (2) dst : …..........................................................
Lokasi : …..........................................................
Keluaran Sub-Kegiatan : …..........................................................
Waktu Pelaksanaan : ….......................................................... Jumlah Anggaran Sub Kegiatan
Keterangan : …..........................................................
Rincian Perhitungan
Kode Rekening Uraian Koefisien/ Harga Jumlah (Rp)
Satuan PPN
Volume Satuan (Rp)

dst
Jumlah Anggaran Sub-Kegiatan
Pembahasan
Tanggal : …..............................
Catatan : …..............................
1
2
Dst.
Tim Anggaran Pemerintah Daerah
No. Nama NIP Jabatan Tanda Tangan
1
2
Dst.

30
Tabel 3.7
Contoh Pengisian Form Renja OPD dan DPA

31
3.3 Sinkronisasi Output Renja dan Keluaran DPA
Sinkronisasi Output Sub Kegiatan dilihat dari:
➢ Di Dokumen perencanaan (Renja), output sub kegiatan dilihat dari indikator,
target & satuan (contoh: Sub kegiatan yaitu pembangunan unit SPAM.
Indikatornya yaitu jumlah unit terbangun. Targetnya yaitu 2 dan satuannya
unit. Sehingga output sub kegiatan tersebut adalah 2 unit SPAM terbangun)
Dokumen perencanaan dibagi 2 yaitu: Kerja & Kinerja. Kerja adalah aktivitas
diatur nomenklatur. Kinerja adalah hasil yang dicapai melalui Kerja. Kinerja
dilihat dari indikator, target & satuan. (contoh: Kerjanya yaitu pembangunan
SPAM, Kinerjanya adalah 2 unit SPAM terbangun)
➢ Di dokumen penganggaran (DPA/RKA), tidak ada indikator, target & satuan,
berubah menjadi keluaran dan volume. Ada dilembar pertama DPA yaitu
Program, Kegiatan, sub kegiatan, pelaksana, hasil, dan keluaran. Fokus di
keluaran dan volume.
Yang disandingkan antara output Sub Kegiatan di Renja dan Keluaran
Subkegiatan DPA yaitu:
Indikator dokumen perencanaan (Renja) akan menjadi keluaran di
dokumen Penganggaran (DPA). Jika keluaran DPA dan indikator di Renja itu
sama, maka konsisten. (Indikator Renja dibandingkan dengan Keluaran
subkegiatan di DPA) .
Yang sering terjadi didaerah yaitu di dokumen perencanaan sudah
termasuk indikator, target dan satuan. Sedangkan di DPA berbeda lagi
keluaran dan volumenya. Kemudian juga lokasinya berbeda. Faktor yang
menyebabkan sering terjadinya perbedaan perencanaan dan penganggaran
adalah:
➢ Di BPKAD merumuskan keluaran dan volume di DPA tanpa melihat output
di Renja. Sehingga apa yang direncanakan bukan menjadi sesuatu yang
dianggarkan. Di fase perencanaan, Bappeda yang merumuskan kerja dan

32
kinerja di dokumen perencanaan. Difase penganggaran ada TAPD
(Bappeda, Sekda, BPKAD) tetapi yang paling berperan adalah BPKAD.
Yang terjadi adalah apa yang direncanakan di fase perencanaan tidak
menjadi rujukan di fase penganggaran.
➢ Pokok pikiran (Pokir) DPRD merupakan faktor yang dominan, karena di
pokir tersebut menuntut kegiatan baru atau output baru atau lokasi baru
sesuai hasil assesmet DPRD.

Tabel 3.8
Form Output Renja dan Keluaran DPA
Prakiraan Maju
Rencana Tahun Berkenaan (Tahun N)
Urusan Pemerintahan/ (Rencana Tahun N+1)
Indikator
Kode Rekening Bidang/Program/Kegiatan/ Target Kebutuhan Target Kebutuhan
Kinerja Sumber Catatan
Sub-Kegiatan Lokasi Capaian Dana/Pagu Capaian Dana/Pagu
Dana Penting
Kinerja Indikatif Kinerja Indikatif
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

DOKUMEN
PELAKSANAAN
NOMOR DPA-OPD FORMULIR
ANGGARAN
…................................................................... DPA-OPD
ORGANISASI
PERANGKAT DAERAH

KABUPATEN/KOTA ……............................................
TAHUN ANGGARAN ….............
Urusan Pemerintahan : nomenklatur jenis urusan
Organisasi : nomenklatur nama OPD
Unit : nomenklatur nama unit dalam OPD
Program : nomenklatur nama program
Kegiatan : nomenklatur nama kegiatan
Sumber Dana : dari mana sumber pembiayaan
Alokasi Tahun -1 : Rp.
Alokasi Tahun (Tahun T) : Rp.
Alokasi Tahun + 1 : Rp.
INDIKATOR & TOLAK UKUR KINERJA BELANJA LANGSUNG
Indikator Tolak Ukur Kinerja Target Kinerja
Capaian Program meningkatnya akses SR perpipaan non- 300 SR air minum non perpipaan
BUMDAM
Masukan dana (rupiah) 600.000.000,00
Keluaran sambungan langsung air minum 300 unit meter air dan instalasi perpipaan
penduduk di dalam rumah
Hasil meningkatnya capaian air minum menjadi 55%
perpipaan non-BUMDAM
Kelompok Sasaran 1.500 jiwa masyarakat berpenghasilan
Kegiatan rendah (MBR) di perdesaan
RINCIAN SUB-KEGIATAN
Sub-Kegiatan (1) : …..........................................................
Lokasi : …..........................................................
Keluaran Sub-Kegiatan : …..........................................................
Waktu Pelaksanaan : …..........................................................
Keterangan : …..........................................................
Rincian Perhitungan
URAIAN SINKRONISASI PERENCANAAN & PENGANGGARAN TAHAP-2 Kode Rekening Uraian Koefisien/ Harga Jumlah (Rp)
URAIAN SINKRONISASI PERENCANAAN & PENGANGGARAN TAHAP-2 Volume
Satuan
Satuan (Rp)
PPN
Perhatikan Kolom-5 pada Renja
Perhatikan Kolom-5 OPDOPD
pada Renja dengan
denganBaris Keluaran
Baris Keluaran Sub-Kegiatan
Sub-Kegiatan di dalamdiDPA-OPD,
dalam DPA-OPD,
lakukan; lakukan;
1. Pembandingan keluaran
1. Pembandingan Sub-Kegiatan
keluaran Sub-Kegiatanpada RKA(Renja)
pada RKA (Renja)
OPDOPD yaituKolom-5
yaitu pada pada Target
Kolom-5 Target
Kinerja denganKinerja dengan
Baris Keluaran Sub-Baris Keluaran
Kegiatan pada DPA-OPD dst
Sub-Kegiatan pada DPA-OPD
2. Jika tidak sama berikan catatan pada lembar kajian Jumlah Anggaran Sub-Kegiatan
2. Jika tidak3.sama berikan
Konfirmasikan catatan
kepada OPD pada lembar
perencanaan kajianbaik di Bappeda maupun OPD pengampu air minum
di Daerah Sub-Kegiatan (2) dst : …..........................................................
3. Konfirmasikan kepada OPD perencanaan di Daerah baik di Bappeda maupun OPD pengampu air minum Lokasi : …..........................................................
Keluaran Sub-Kegiatan : …..........................................................
Waktu Pelaksanaan : …..........................................................
Keterangan : …..........................................................
Rincian Perhitungan
Kode Rekening Uraian Koefisien/ Harga Jumlah (Rp)
Satuan PPN
Volume Satuan (Rp)

dst
Jumlah Anggaran Sub-Kegiatan

33
Tabel 3.9
Contoh Pengisian Form Output Renja dan Keluaran DPA

34
3.4 Sinkronisasi Input Belanja dan Output Dokumen DPA
Apabila di atas kita membahas sinkronisasi antara perencanaan dan
penganggaran dari dua dokumen yang berbeda untuk melihat sinkron dan tidak
sinkron dari dokumen perencanaan ( Renja ) ke dokumen penganggaran (DPA),
maka pada tahapan ke tiga ini melihat pada dokumen penganggaran saja , yaitu
DPA yang menyandingkan antara Keluaran Subkegiatan dengan Kode
Rekening.
Sebagai bahan evaluasi atau pemeriksaan terhadap dokumen penganggaran
akan melihat pada Input Belanja dan output . Pada keluaran Subkegiatan akan
tertulis kegiatan ayang akan dilaksanakan, contoh , Pembangunan SPAM 16 Unit,
akan terlihat aktivitas pembangunan yang sesuai dengan kode rekening, yaitu :
5.1.2.01 Belanja Barang
5.1.2.01.01 Belanja Barang Pakai Habis
5.1.2.01.01.0002 Belanja Bahan-Bahan Kimia
5.1.2.01.01.0023 Belanja Suku Cadang-Suku Cadang Lainnya
Artinya sesuai dengan peruntukannya (sinkron), tapi kalau berbeda, misalkan
menggunakan kode rekening seperti di bawah ini, maka menjadi tidak sinkron.
5.1.2.02.05 Belanja Sewa Gedung dan Bangunan
5.1.2.02.05.0009 Belanja Sewa Bangunan Gedung Tempat Pertemuan rapat.

*Catatan: Bisa jadi keluaran sub kegiatan hilang pada kode rekening tapi
outputnya di pindahkan ke sub kegiatan lain.

35
Tabel 4.0
Form DPA

URAIAN SINKRONISASI PERENCANAAN & PENGANGGARAN TAHAP-3


Perhatikan Baris Keluaran Sub-Kegiatan pertama dengan Baris Kode Rekening Sub-Kegiatan pertama keduanya sama
di dalam DPA-OPD, lakukan;
1. Bandingkan apakah keluaran sub-kegiatan, didukung oleh uraian sub-kegiatan sesuai dengan kode rekening ybs
2. Jika tidak mendukung dan tidak ada kaitannya berikan catatan pada lembar kajian
3. Konfirmasikan kepada OPD perencanaan di Daerah baik di Bappeda maupun OPD pengampu air minum

36
Contoh : DPA 2023 Kab. Brebes Jawa Tengah. Program Pengelolaan dan Pengembangan
SPAM Kegiatan Pengelolaan dan Pengambangan Sistem Penyediaan Air Minum di Daerah
Perkotaan

37
38
39
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan dan Rekomendasi


1. Penyelenggaraan SPAM dilaksanakan untuk menjamin hak rakyat atas Air
Minum, akses terhadap pelayanan Air Minum, dan terpenuhinya Kebutuhan
Pokok Air Minum Sehari-hari bagi masyarakat. SPAM diselenggarakan dengan
tujuan untuk:
a. tersedianya pelayanan air minum untuk memenuhi hak rakyat atas Air
Minum;
b. terwujudnya pengelolaan dan pelayanan Air Minum yang berkualitas
dengan harga yang terjangkau;
c. tercapainya kepentingan yang seimbang antara pelanggan dan BUMN,
BUMD, UPT, UPTD, Kelompok Masyarakat, dan Badan Usaha; dan
d. tercapainya penyelenggaraan Air Minum yang efektif dan efisien untuk
memperluas cakupan pelayanan Air Minum
2. Penyelenggaraan SPAM adalah serangkaian kegiatan dalam melaksanakan
pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana yang mengikuti proses
dasar manajemen untuk penyediaan Air Minum kepada masyarakat.
Pengembangan SPAM dilakukan terkait dengan ketersediaan sarana dan
prasarana SPAM dalam rangka memenuhi kuantitas, kualitas, dan kontinuitas
Air Minum, selanjutnya pengelolaan SPAM dilakukan terkait dengan
kemanfaatan fungsi sarana dan prasarana SPAM terbangun yang meliputi
operasi dan pemeliharaan, perbaikan, peningkatan sumber daya manusia,
serta kelembagaan.
3. Penyelenggaraan SPAM berlandaskan:
a. Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan SPAM, Kebijakan dan Strategi
Nasional Penyelenggaraan SPAM digunakan sebagai acuan dalam
penyusunan Kebijakan dan Strategi Provinsi Penyelenggaraan SPAM dan

40
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Kabupaten/Kota Penyelenggaraan
SPAM dengan memperhatikan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
masyarakat setempat, serta kondisi lingkungan daerah sekitarnya
b. Rencana Induk SPAM, yang meliputi perencanaan Air Minum jaringan
perpipaan dan perencanaan Air Minum bukan jaringan perpipaan
berdasarkan proyeksi kebutuhan Air Minum pada satu periode yang dibagi
dalam beberapa tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta
dimensidimensinya.
4. Penyelenggaraan SPAM menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya guna memenuhi
kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
5. Pedoman teknis ini merupakan panduan praktis yang dirancang untuk
memberikan petunjuk dan prosedur yang jelas bagi SPAM di daerah dalam
mencapai tujuan tersebut. Maksud dibuatnya pedoman teknis ini adalah
Memberikan kerangka kerja Bersama yang digunakan sebagai acuan dalam
merancang dan melaksanakan perencanaan, penganggaran, kebijakan, dan
regulasi air minum. Kerangka kerja ini memastikan bahwa berbagai aspek
terkait air minum saling mendukung dan terintegrasi dengan baik.

B. Referensi
1. Undang-Undang Ripublik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014, tentang
Pemerintahan Daerah;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2015 tentang
Sistem Penyediaan Air Minum;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang menyatakan bahwa air minum
merupakan urusan wajib yang terkait dengan pelayanan dasar;

41
4. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2020 tentang pembubaran 18 lembaga
berbentuk tim kerja, badan, serta komite yang dibentuk untuk
penyelenggaraan PDAM SPAM;
5. Peraturan Gubernur Bengkulu Nomor 11 Tahun 2022, tentang Kebjakan dan
strategi daerah pengembangan SPAM Provinsi Bengkulu Tahun 2022-2026;
6. RKPD Kabupaten Brebes Tahun 2022;
7. DPA Kabupaten Brebes Tahun 2023;
8. Penilaian kinerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) tahun 2022, terhadap PDAM;
9. Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2022., tentang Capaian layanan air
minum layak.

42

Anda mungkin juga menyukai