Oleh :
Flock Hartsius Harjo Leu
191222018152155
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Perencanaan
Bangunan Pengolahan Air Minum ini dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk merencanakan bangunan
pengolahan air minum, sebagai salah satu syarat untuk kelulusan mata kuliah Perancangan
Bangunan Air.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini, khususnya kepada dosen mata kuliah
Perancangan Bangunan Air. serta kepada keluarga dan teman – teman seperjuangan yang
telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis sadar dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan demi
penulisan yang lebih baik untuk yang akan datang. Dan penulis berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi pembaca.
1
DAFTAR ISI
2
DAFTAR TABEL
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Unit-Unit Operasi Dan Proses Yang Biasa Digunakan Dalam IPA.....................11
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Karena itu jika
kebutuhan akan air belum tercukupi maka dapat memberikan dampak yang besar terhadap
kerawanan kesehatan maupun sosial. Seiring dengan meningkatnya populasi penduduk maka
kebutuhan air dengan sendirinya akan meningkat. Peningkatan ini diiringi pula dengan
peningkatan masalah yang berhubungan dengan kualitas air baku yang dapat digunakan
sebagai sumber air bersih.
Permasalahan yang timbul yakni sering dijumpai bahwa kualitas air tanah
maupun airsungai yang digunakan masyarakat kurang memenuhi syarat sebagai air minum
yang sehat bahkan di beberapa tempat bahkan tidak layak untuk diminum. Air yang layak
diminum, mempunyai standar persyaratan tertentu yakni persyaratan fisis, kimiawi dan
bakteriologis, dan syarat tersebut merupakan satu kesatuan. Jadi jika ada satu saja parameter
yang tidak memenuhi syarat maka air tesebut tidak layak untuk diminum. Standar kualitas air
minum menurut harus sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.20 Tahun
1990. Pemakaian air minum yang tidak memenuhi standar kualitas tersebut dapat
menimbulkan gangguan kesehatan, baik secara langsung dan cepat maupun tidak langsung
dan secara perlahan. Untuk mendapatkan air bersih yang layak dan aman untuk dikonsumsi
(terutama untuk air minum) perlu adanya suatu proses dari air baku menjadi air yang layak
digunakan, selalu melalui suatu pengolahan yang bertujuan memperbaiki kualitas air.
Pengolahan air bisa dimulai dengan menggunakan sistem yang sederhana dan dapat
juga dengan pengolahan yang lengkap, sesuai dengan tingkat kebutuhan yang diperlukan
tergantung dari kualitas badan air yang akan diolah. Semakin rendah kualitas air maka
semakin berat pengolahan yang dibutuhkan.
Keberhasilan proses pengolahan air berkaitan dengan pemilihan unit proses dan unit
operasi yang akan dipakai dengan mempertimbangkan proses-proses yang terjadi pada
pengolahan fisik, kimia dan biologi.
Dengan mengetahui kriteria perencanaan dan perancangan dari suatu bangunan
pengolahan air maka tujuan yang hendak dicapai untuk mendapatkan air bersih yang baik
aman dan layak (terutama untuk pemenuhan kebutuhan air minum) dari segi investasi dan
operasi dapat tercapai.
5
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari pelaksanaan tugas ini adalah agar mahasiswa mengetahui permasalahan
yang ditimbulkan dan pemecahannya di lapangan pekerjaan pada umumnya dan mampu
merencanakan suatu bangunan pengolahan air minum pada khususnya.
Sedangkan tujuan disusunnya laporan ini adalah agar:
1. Mampu mengenal prinsip dasar dan memahami tata cara penyusunan dalam
merencanakan suatu sistem bangunan pengolahan air minum.
2. Mampu melakukan perhitungan dan mengambil keputusan berdasarkan perhitungan
yang ada dalam suatu perencanaan.
3. Mampu membuat perencanaan sistem bangunan air minum.
6
3) Rencana gambar desain meliputi tampak atas, potongan memanjang dan
melintang, detail, 3 dimensi dan gambar profil hidrolis.
3. Dasar-dasar teori yang secara langsung mendukung perencanaan dan perhitungan harus
diuraikan secara jelas tapi ringkas disertai dengan sumber pustaka selain itu juga
menggunakan tabulasi yang ada.
4. Lokasi penempatan IPA pada daerah relatif datar dengan luas yang memadai hinggan
akhir tahun perencanaan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
Cuci pakaian 13 liter
Air Wudhu 15 liter
Air untuk kebersihan rumah 32 liter
Air untuk menyiram 11 liter
Air untuk mencuci kendaraan 22,5 liter
Air untuk keperluan lain-lain 20 liter
Jumlah 150 liter
9
Tabel 2.2 Data Kualitas Air Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002
Agar baku mutu air minum dapat terpenuhi, maka diperlukan berbagai usahan untuk
menjaga kualitas air, yaitu (winarni, 1996 : 17) :
a. Kontrol pada sumber air dapat dilakukan dengan pemilihan sumber air, control terhadap
sumber polusi yang masuk ke sumber air, perbaikan kualitas sumber, control
pertumbuhan biologi.
b. Instalasi pengolahan air yang tepat
c. Kontrol pada sistem transmisi dan distribusi untuk mencegah kontaminan.
10
2.3 Proses Pengolahan Air
Menurut Reynolds (1982: 1), berdasarkan fungsinya unit-unit operasi dan unit-unit
proses di teknik lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi 3 klasifikasi, yaitu pengolahan
fisik, kimia dan biologi.
Unit-unit operasi dan proses yang biasa digunakan dalam proses pengolahan air terdiri
dari :
Diagram 2.1.Unit-unit operasi dan proses yang biasa digunakan dalam proses pengolahan
(Sumber: Rahman, 2005)
1. Intake
Intake merupakan bangunan pengambilan air baku. Hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah:
a. debit intake jauh lebih kecil dari debit sumber air baku
b. tinggi air minimum, maksimum dan rata-rata dari sumber air baku
c. kecepatan aliran pada iar permukaan/ sungai bila digunakan air sungai
d. Perhatikan kondisi lumpur jangan terbawa
2. Prasedimentasi
Fungsi dari unit ini adalah untuk mengendapkan partikel-partikel tersuspensi dengan
berat jenis yang lebih besar dari berat jenis air. Pengendapan dilakukan dengan jalan
penyimpanan air dalam jangka waktu tertentu. Penggunaan unit ini tergantung dari
karakteristik air bakunya.
Proses yang terjadi pada pengolahan ini adalah penghilangan padatan tersuspensi secara
gravitasi pada sebuah rak. Efisiensi proses bergantung pada ukuran partikel padatan
tersuspensi yang akan dihilangkan dan tingkat pengendapannya masing-masing (Schulz dan
Okun, 1984: 31).
11
3. Koagulasi dan Flokulasi
Koagulasi adalah penambahan koagulan yang disertai dengan pengadukan cepat
sehingga menghasilkan partikel tersuspensi yang halus, sedangkan flokulasi adalah
pengadukan secara lambat untuk mengumpulkan dan mengendapkan partikel-partikel atau
flok-flok yang terbentuk. Koagulasi dan flokulasi ini terjadi adanya destabilisasi dan
tumbukan antar partkel bebas (Reynold, 1982: 15).
Pada prinsipnya ada dua aspek yang penting didalam proses koagulasi dan flokulasi
yaitu :
- Pembubuhan bahan kimia koagulan
- Pengadukan bahan kimia tersebut dengan air baku.
Aplikasi dari koagulasi dan flokulasi ini dilakukan dalam dua rector yang berbeda yaitu
koagulator dan flokulator (Darmasetiawan, 2001: 18). Menurut Darmasetiawan (2001: 19),
Ada tiga faktor yang menentukan keberhasilan suatu proses koagulan :
- Jenis bahan kimia koagulan
- Dosis pembubuhan bahan kimia
- Pengadukan dari bahan kimia
4. Sedimentasi
Sedimentasi atau pengendapan adalah pemisahan partikel yang ada di dalam air secara
gravitasi. Keberadaan partikel di dalam air di ukur dengan melihat kekeruhan atau dengan
mengukur secara langsung berat zat padat yang terlarut (Darmasetiawan, 2001:64).
Menurut Reynold (1982:69), Sedimentasi merupakan pengendapan cairan terurai
dengan menggunakan atau memanfaatkan gaya gravitasi, untuk memindahkan zat padat yang
tertahan. Hal ini digunakan dalam pengolahan air. Pengendapan partikel sedimentasi terbagi
menjadi :
a) Pengendapan dengan kecepatan konstan (discrete settling)
b) Pengendapan dengan kecepatan berubah (flocculan settling)
Pemilihan sedimentasi tergantung dari tipe dan ukuran flok yang dihasilkan dari proses
flokulasi. Jenis sedimentasi yang sering digunakan adalah :
a) Plain sedimentasi
b) Upflow sludge blanket clarifier
c) Inclineed plat/tube sedimentasi
d) Upflow sludge resirculasi sedimentasi
12
5. Filtrasi
Menurut Reynolds (1982 : 131), filtrasi adalah pemisahan antara cairan dan padatan
dengan menggunakan medium berpori dan material berpori untuk memisahkan sebanyak
mungkin partikel halus tersuspensi yang ada dari cairan. Filtrasi ini bertujuan untuk
menyaring air yang sudah melewati proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi agar
dihasilkan air minum yang bermutu tinggi.
Saringan dapat diklasifikasikan menurut media penyaringan yang digunakan menjadi
(Reynold, 1982 : 131):
a) Saringan dengan medium tunggal
Menggunakan satu macam medium, misalnya pasir atau anthrasit.
b) Saringan dengan medium ganda
Menggunakan dua macam medium, misalnya pasir dan anthrasit.
c) Saringan multimedia
Menggunakan tiga macam medium, misalnya pasir, anthrasit dan garnet.
Saringan dengan medium tunggal, yaitu saringan pasir, dapat dibedakan menjadi dua
macam:
a) Saringan pasir lambat
Saringan pasir lambat memiliki beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan
saringan pasir cepat, yaitu saringan pasir lambat lebih murah dan sederhana dalam hal
pembuatan maupun pengoperasiannya sehingga tetap dapat dibangun di daerah pedesaan.
Metode pembersihan media pasir pada saringan pasir lembat adalah dengan cara
mencuci pasir seperti biasa, yaitu dengan pengerukan pada lapisan yang paling atas,
kemudian dicuci di luar bak dan dikembalikan ke filter setelah beberapa waktu. Biasanya
proses pembersihan pasir ini memakan waktu lebih lama bila dibandingkan dengan
pembersihan pada saringan pasir cepat.
13
agar tingkat kekeruhannya menjadi lebih rendah sehingga dapat mengurangi beban
pengotoran pada pasir sewaktu proses berjalan.
Pembersihan saringan pasir cepat dilakukan dengan menggunakan pengaliran balik
(back washing), yaitu sistem aliran air keatas dari lapisan dasar dengan kecepatan tinggi
sehingga kotoran yang terakumulasi pada pasir akan terangkat dan dialirkan ke drain
pembuangan. Luas permukaan unit filter pasir cepat lebih kecil dibandingkan dengan
filter pasir lambat.
6. Desinfektan
Desinfeksi diar bertujuan untuk membunuh bakteri, protozoa, dan virus serta ukuran
partikel disinfeksi yang dikehendaki adalah berukuran kecil dan yang tidak bersifat racun
terhadap manusia (Al-Layla, 1978:219).
Menurut Reynold (1982:527), klorinasi adalah desinfektan yang paling banyak
digunakan karena cara tersebut murah dan efektif untuk digunakan pad akonsentrasi rendah.
Klorinasi ini dapat diaplikasikan baik dalam bentuk gas maupun hipoklorit, namun bentuk
yang paling umum digunakan adalah gas.
14
BAB III
RENCANA DASAR
15
meningkat secara bertahap sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk dari tahun 2020 dan
2030.
Perencanaan pentahapan BPAM berfungsi antara lain :
1. Merencanakan kapasitas unit setempat setepat mungkin di dalam memenuhi kebutuhan air
yang dibutuhkan.
2. Memberikan gambaran-gambaran perencanaan unit-unit pengolahan yang akan dibangun.
3. Menghindari pemborosan dari segi biaya, konstruksi, operasi dan pemeliharaan.
Range untuk Q modul dapat ditentukan sesuai kebutuhan. Pada pentahapan ini
digunakan Q modul sebesar 35 L/dtk. Hal ini berdasarkan pertimbangan dari kapasitas
produksi kebutuhan air yang besar dengan mengusahakan sedikit sisa dan penambahan unit
yang tidak terlalu banyak.
Untuk mengetahui kapasitas produksi BPAM dapat dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
16
= 810,492m3/hari
4. Faktor penyadapan air baku
Faktor konstanta antara 1 – 1,5 dipilih terkecil agar didapatkan hasil yang lebih efektif
dalam perencanaan BPAM. Faktor konstanta terkecil yang menunjukkan bahwa instalasi
kita baik sehingga kemungkinan terjadi kebocorannya sangat kecil
6. Kapasitas produksi
a) Harian maksimum, merupakan kapasitas produksi yang harus dipenuhi saat hari
maksimum yang nilainya sama dengan suplai hari maksimum ditambah dengan
pemakain air dipengolahan.
Rumus:
Harian maksimum =Suplai harian maksimum + pemakaian air dipengolahan
Contoh: tahun perencanaan 2020 = 11578,46+ 810,492
= 12388,96 m3/hari
b) Tahunan, adalah kapasitas produksi yang harus dipenuhi dalam satu tahun.
Perhitungannya di dapat dari perkalian antara harian maksimum dengan 365 hari dan
dibagi dengan 106
Contoh perhitungan:
Tahun perencanaan 2020 = 12388,96 m3/hari x 365
106
= 4,521Juta m3/hari
17
Tabel 3.2 Kapasitas Produksi BPAM
Keterangan Satuan 2020 2025 2030
Suplai harian max m3/hari 11578,46 13651,2 19418,4
tingkat pemakaian
% 7% 6% 5%
air di pengolahan
pemakaian air di
m3/hari 810,4925 819,072 970,92
pengolahan
faktor penyadapan
- 1,2 1,2 1,2
air baku
penyadapan air
m3/hari 14866,75 17364,33 24467,18
baku
kapasitas produksi
:
a. Harian
m3/hari 12388,96 14470,27 20389,32
maksimum
L/detik 140 170 240
18
2020 kapasitas unit Hasil sisa 2025 kurang unit Hasil sisa 2030 kurang unit Hasil sisa
140 80 2 160 20 170 10 0 0 -10 240 80 1 80 0
140 85 2 170 30 170 0 0 0 0 240 70 1 85 15
140 90 2 180 40 170 0 0 0 0 240 60 1 90 30
140 95 1 95 -45 170 75 1 95 20 240 50 1 95 45
140 100 1 100 -40 170 70 1 100 30 240 40 1 100 60
250
Kapasitas Produksi
200
150
kapasitas produksi (l/dtk)
100
50
0
2020 2025 2030
Tahun Pentahapan
19
adalah Peraturan Pemerintah No.82/2001/GOL1 dan Peraturan Pemerintah
No.82/2001/GOL3. Berikut adalah hasil analisis kualitas air baku sungai Jaya Timur :
Tabel 3.5 Hasil analisis kualitas air baku Sungai Jaya Timur
PP No. Minimu Rata-
No Parameter Satuan Maksimum
82/2001 m rata
A. Fisika
Total Dissolved
1. mg/l 1000 773 1047 1321
Solids (TDS)
Total Suspended
2. mg/l 50 45 67 89
Solids (TSS)
3. Suhu ⁰C 27 - 32.5 27.3 28.1 28.9
4. Kekeruhan NTU 5 3.2 6.3 9.4
B. Kimia
5. pH - 6–9 7.3 7.7 8.1
6. Air Raksa (Hg) mg/l 0.001 0.0005 0.00075 0.001
7. Besi (Fe) mg/l 0.3 0.123 0.223 0.323
8. BOD mg/l 2 5 8.65 12.3
9. COD mg/l 10 12.6 18.05 23.5
10. Chloride (Cl) mg/l 600 6.5 14.4 22.3
Dissolved Oxygen
11. mg/l >6 3.6 5 6.4
(DO)
12. Fenol mg/l 0.001 <0.001 0.0017 0.0023
13. Fluoride (F) mg/l 0.5 <0.01 0.11 0.21
14. Mangan (Mn) mg/l 0.1 <0.0289 0.18 0.33
15. Minyak mg/l 1 <0.02 0.51 1
16. NO,N mg/l 0.06 <0.002 0.028 0.054
NHΎN (Ammonia-
17. mg/l 0.5 <0.01 0.023 0.037
Nitrogen)
NOΎN (Nitrogen-
18. mg/l 10 2 3.1 4.2
Nitrogen)
19. PO4P (Phosphate) mg/l 0.2 0.05 0.056 0.062
20. SO4 (Sulfate) mg/l 400 12.5 41.3 70.1
21. Tembaga (Cu) mg/l 0.2 0.00864 0.0143 0.02
22. Timbal (Pb) mg/l 0.03 0.00451 0.0067 0.0089
C. Mikrobiologi
MPN/100
23. Coli Tinja (x1000) 100 56 460 864
ml
MPN/100
24. Coli Total (x1000) 1000 56 1633 3210
ml
Keterangan : warna merah tidak memenuhi baku mutu
20
Dalam proses pengolahan air harus memiliki beberapa alternatif dalam pemilihan unit
proses dan unit operasinya, salah satunya adalah kualitas air baku. Selain itu, harus
dipertimbangkan segi tepat guna dan kemudahan operasi serta perawatannya. Dalam
pemilihan unit operasi dan proses harus tepat, untuk itu perlu diketahui kombinasi unsur-
unsur atau konstituen dari air yang akan digunakan sebagai sumber air baku air minum.
Dengan adanya analisis air baku yang tepat maka diharapkan bangunan pengolahan
mempunyai efisiensi dan efektivitas yang tinggi. Pada dasarnya, pemilihan teknik proses
pengolahan air tergantung dari:
1. Karakteristik kualitas air baku yang akan diolah.
2. Standar effluent yang akan dikeluarkan.
Suatu pengolahan banyak memiliki alternatif dalam memilih unit operasi dan unit
proses. Adapun berbagai jenis unit dalam proses pengolahan air :
I. Pretreatment
1. Saringan kasar, bertujuan untuk menangkap benda-benda yang besar yang terapung diatas
permukaan air dengan cara melewatkan air ke suatu penangkap besi.
2. Prasedimentasi, merupakan bangunan pengendap pertama yang berfungsi mengendapkan
partikel-partikel padat dengan diameter > 1 nm atau zat terlarut dengan gaya gravitasi.
3. Preklorinasi, berfungsi untuk mengoksidasi senyawa-senyawa yang mudah teroksidasi agar
senyawa-senyawa dapat mengendap.
22
membutuhkan waktu yang relatif lama, untuk mempercepat dapat dibantu dengan
menambah zat kimia tertentu seperti klorin.
V.Desinfeksi
Merupakan proses penambahan zat desinfektan yang berguna untuk membunuh
mikroorganisme pathogen dan juga menyediakan klorin sisa untuk sampai
kekonsumen.Desinfektan kimia dapat menggunakan kaporit, gas klor, gas iod, ozon dan
KMnO4.Desinfektan fisik dapat menggunakan sinar UV atau dengan pemanasan.
VI. Netralisasi
Penambahan asam/basa yang berfungsi untuk menetralkan pH air. Agar tidak menimbulkan
gangguan pada jaringan pipa seperti korosif.
23
Keterangan Unit Operasi
desinfeksi Reservoir
Reservoir
Reservoir
24
sistem hidrolis disetiap mekanisme perjalanan air dari unit ke unit. Tanpa adanya unit aerator,
dapat mengurangi luas wilayah yang dibutuhkan dan memperkecil biaya operasi unit .
Pada skema unit operasi terpilih, digunakan unit prasedimentasi, hal ini bertujuan
untuk mengurangi beban kerja di unit selanjutnya, sehingga mengurangi biaya operasi unit.
Dengan adanya unit prasedimentasi, partikel berukuran besar dapat lebih dahulu mengendap,
sehingga dapat mengurangi beban kerja pada unit koagulasi, yaitu dapat mengurangi jumlah
pemakaian koagulan sehingga biaya operasi menjadi lebih murah.
sedimentasi
Filtrasi
Desinfeksi
reservoir
25
operasional dapat langsung diketahui dan diperbaiki. Selain itu juga dapat berfungsi
sebagai sarana pemeliharaan alat.
b. Laboratorium Analisis
Laboratorium ini berfungsi untuk memantau dan memeriksa hasil dari
pengolahan air terutama pada unit proses. Sehingga kualitas air tetap terjaga sampai
pada proses pendistribusian.
c. Ruang Proses Pembubuhan Zat Kimia
Ruang ini berfungsi sebagai tempat penambahan bahan kimia terutama pada
unit proses serta melindungi tangki pembubuhan dari kontaminasi faktor luar.
d. Ruang Pompa
Ruang pompa dimaksudkan sebagai ruang peletakan pompa sebagai sarana
untuk pemompaan air baku ke bangunan intake maupun dari reservoir ke jaringan
distribusi.
h. Kantin
Tempat karyawan untuk menambah makan dan minum.
j. Klinik Kesehatan
Tempat dimana apabila karyawan sakit lalu akan diobati. Untuk memenuhi
keselamatan kerja karyawan di tempat pengolahan air.
27
BAB IV
RENCANA DETAIL
4.1 Maksud, Tujuan dan Fungsi Unit Operasi dan Unit Proses BPAM
Instalasi Pengolahan Air (IPA) berfungsi untuk mengolah air baku dari sungai hingga
diperoleh air yang bersih yang dipergunakan sebagai air minum dengan kualitas yang
memenuhi syarat yang telah ditentukan. IPA yang direncanakan meliputi berbagai macam
unit operasi dan unit proses, yaitu :
1. Bangunan Penyadap (Water Intake)
Maksud dan tujuan dari bangunan penyadap adalah sebagai sarana pengambilan air
sehingga pada saat muka air terendah dan muka air tertinggi supply air ke BPAM masih
dapat dilaksanakan. Fungsi bangunan penyadap adalah untuk menyadap air baku yang
berasal dari sungai yang kemudian dialirkan ke IPA melalui pipa transmisi. Lokasi
penempatannya di hulu sungai yang keadaan airnya stabil dan terhindar dari pencemaran
langsung.
2. Bak Penyadap Awal (Bak prasedimentasi)
Maksud penggunaan bak ini adalah karena kualitas air baku dari sungai yang digunakan
mempunyai kekeruhan yang cukup tinggi. Bangunan ini juga bertujuan untuk
mengendapkan partikel-partikel kasar dan berukuran besar dan mengendapkan partikel
kecil dengan gaya gravitasi tanpa menggunakan zat kimia sedangkan fungsinya adalah
mengurangi beban pengolahan pada unit-unit selanjutnya.
3. Bak Pengaduk Cepat (Bak Koagulasi)
Bak Koagulasi ini digunakan dengan maksud mengurangi kekeruhan dari air baku karena
bak ini bertujuan melakukan proses koagulasi dengan membuat keadaan yang homogen
dalam air baku sehingga partikel pencemar dan bahan koagulan dapat bereaksi dengan
baik. Fungsi dari unit adalah menghilangkan kekeruhan dan warna yang ditimbulkan oleh
28
bahan organik sebagai pengganggu dan menurunkan konsentrasi bahan tersuspensi dalam
air.
4. Bak Pengaduk Lambat (Bak Flokulasi)
Maksud dari bak flokulasi adalah pembentukan flok dan tujuan penggunaan bak ini adalah
untuk menyatukan flok-flok yang terbentuk akibat adanya koagulan sebagai pengikat.
Fungsi bak ini adalah membentuk flok-flok ukuran tertentu sehingga dapat diendapkan
pada bak sedimentasi.
5. Bak Pengendapan (Bak Sedimentasi)
Bak sedimentasi bertujuan untuk mengurangi kekeruhan dan kontaminan-kontaminan air
yang telah tergabung dalam flok-flok yang dihasilkan pada poses flokulasi. Fungsi bak ini
adalah memisahkan partikel-partikel padat dari suspensi (flok-flok) dengan gaya gravitasi.
6. Bak Penyaring (Bak Filtrasi)
Maksud dan tujuan dari penyaringan adalah untuk menghilangkan kekeruhan dan warna
juga menyaring sebagian bakteri yang masih terdapat pada air baku. Fungsi dari bak
filtrasi ini adalah menyaring flok-flok yang belum terendapkan pada bak sedimentasi
sehingga air yang dihasilkan sudah hampir memenuhi syarat sebagai air minum. Saringan
yang dipakai pada bak filtrasi ini adalah saringan pasir cepat, karena:
a. Tidak membutuhkan lahan yang luas
b. Dapat dicuci tanpa mengganti media penyaring
c. Kecepatan penyaringan yang cepat
Saringan ini menggunakan satu media penyaring yaitu pasir dan media pendukungnya
adalah kerikil.
7. Unit Pembubuhan Bahan Kimia
Pembubuhan bahan kimia dalam unit pengolahan air adalah pembubuhan koagulan dan
desinfektan. Koagulan bermaksud menyatukan partikel sedangkan desinfektan bertujuan
untuk membunuh bakteri pathogen sehingga memenuhi syarat kualitas biologis air.
29
KRITERIA DESAIN
Komponen Kriteria Satuan Sumber
v intake <0,035 m/detik Qasim, 2000
v inlet strainer 0,15-0,3 m/detik
diameter strainer 0,006-0,012 m
A kotor strainer 2 x A efektif strainer
4.2.2 Al-laila, 1978
v air dalam pipa 0,6-1,5 m/detik
Prasedi Td >20 Menit
mentasi H foot valve > 60
Tab Q backwashing 1/3 Qhisap
el 4.2 T dinding hisap > 20
Kriteri
a Desain Bangunan Prasedimentasi
Kriteria Desain
Komponen Kriteria Satuan Sumber
Surface Loading 20 – 80 m3/m2 h
Christopher
Td 0.5 – 3 Jam
dan Okun
P:L 4:1-6:1
(1991)
P:H 5 : 1 - 20 : 1
Nfr < 10-5
Nre < 2000
Kedalaman (H) 1.5 - 2.5 M
V inlet 0.2 - 0.5 m/detik
Tinggi air di V notch 0.03 - 0.05 M
Viskositas 0.9 - 10.6
Weir loading 0.002 - 0.003
Kadar lumpur 5–8 %
Slope bak lumpur 1–2 %
Tinggi Freeboard > 0.3 M
V (suhu air 27c) 0,864*10-6
30
Tabel 4.3 Kriteria Desain Koagulasi (Hidrolis)
Kriteria Desain
Gradien kecepatan (G) 700 - 1000
Waktu detensi (td) 20-60
Bilangan Froud 4-9
1.2.5 Sedimentasi
Tabel 4.5 Kriteria Desain Sedimentasi
Kriteria Desain
SL 60-120 m3/m2/hari
Td 1-3 jam
NRE < 2000
NFR > 10-5
Tebal plate 2,5-5 cm (tp)
Jarak antar plate 2,5-5 cm
Sudut kemiringan -
Rasio P:L (1-2):1
31
Kriteria Desain
Beban permukaan (Vo) 60-150 m/hr
Kec. horizontal rata rata 0,05-0,13 m/mnt
Kedalaman air 3-5 m
Beban weir 90-360 m/hr
Jarak pipa inlet ke zona lumpur 0,3-1 m
Jarak plat ke zona lumpur 1-1,14 m
Jarak gutter ke plat 0,4-0,6 m
Tinggi air vnotch (Hv) 2-5 cm
Kadar lumpur 4-6%
% removal 64,2
Tinggi plat (Hp) 1-1,2 m
Lebar plat (Lp) 1-2,5 m
Min diameter lubang (orifice) 5 cm
1.2.6 Filtrasi
Tabel 4.6 Kriteria Desain Filtrasi
Kriteria Desain
Kecepatan filtrasi (Vf) 8-12 m3/m2/jam
Tebal media pasir 60-80 cm
Tebal media penahan 18-30 cm
Td backwash 5-15 menit
Tinggi air di atas media 0,9-1,2 m
Jarak dasar gutter dengan atas media pasir saat ekspansi 20-30 cm
A orifice:A bak (0,0015-0,005):1
A lateral:A orifice (2-4):1
A manifold:A lateral (1,5-3):1
Jarak antar orifice 7,5-30 cm
D orifice 0,6-2 cm
P:L (1:2)
Kecepatan backwash (Vb) (4-8) x Vf
32
4.2.7 Reservoir
Kriteria desain :
1. Reservoir dibuat dari konstruksi beton bertulang baja
2. Bagian atap dan yang terendam tanah harus dilapisi dengan bahan kedap air.
3. Reservoir harus dibagi minimal 2 (dua), sebagai cadangan bila salah satu bak
mengalami kerusakan/ pencucian.
4. Bila data fluktuasi pemakaian air tidak dapat diperoleh, maka kapasitas reservoir
minimal 15% dari kebutuhan air maksimum dalam 1 hari.
5. Tinggi bebas bak minimal diatas muka air, maksimal 30 cm.
6. Dasar bak minimal berjarak 15cm dari muka air minimum.
7. Kemiringan bak (didasarnya) 0,5 – 1% ke arah pipa penguras
Check v :
A = 1 π d2 = 1 3,14 (0,7)2
4 4
= 0,38 m2
0,28 𝑚3/𝑑𝑡k
V=Q = = 0,7 m/dtk...(Ok)
Æ 0,38 𝑚2
33
b) Bar screen
Tabel 4.7Kriteria desain dan Kriteria Terpilih Bar Screen:
Kriteria Bar Screen Kriteria Terpilih
Lebar batang (w) = (1 -3) inchi (w) yang direncanakan2inch x 0,025 = 0,0125 m
2 4 4
34
0,9375 = 0,035125n
N = 10,40011 batang
Lebar efektif (L’) = (n + 1) x b = (11- 1) x 0,0500 = 0,5000 m 0,50 m
𝑡
Panjang batang terendah (t’) =
sin 60
=
0,4720 = 0,667 m
0,866
35
′ 2 2
(𝑉ℎ )
Penurunan muka air melewati bar hv = = (0,848) = 0,036 m
2g 2𝑥 9,81
w 4/3 0,0125 4/3
Δ H = x( ) x hv x sin 60 0
= 1,79 x( ) x 0,03522 x 0,866
𝑏 0,0500
= 0,0082 m
Tinggi air setelah melalui screen (h’) = t - Δ H = 0,4720 m - 0,0082 m
= 0,46 m
c) Sumuran (Intake
Well) Tabel 4.8 Kriteria Terpilih Intake Well
Kriteria Terpilih Satuan
Sumuran berbentuk segi empat 1 buah
Td 25 menit = 1500 detik
Ketinggian dari dasar sungai ke dasar sumur 7,5 m (min 1 m dari dasar sungai)
Level air batas atas sumuran (LBA) 6m
Level air batas bawah sumuran (LBB) 1m
Freeboard/ H bebas 0,5 m
= 25 menit.....(OK)
d) Pompa
Q pompa = Q aliran = 0,28 m3/dtk
36
Pipa sunction =7m
Pipa discharges = 12 m
V = 1 m/dtk
A=Q
𝑉 0,28 𝑚3/𝑑𝑡k
= 1 𝑚/𝑑𝑡k = 0,28 m2
37
4 𝑥Æ 1/2 4 𝑥 0,28 1/2
D=[ ] =[ ] = 0,600 0,6 m
𝜋 3,14
Check v
:
A = 1 π d2 =1 3,14 (0,6)2= 0,2826 m2
4 4
0,28 𝑚3/𝑑𝑡k
V = ÆQ = = 1,002 m/dtk...(Ok)
0,28 𝑚2
Major Loses
Q
Pipa SuctionHf =( )1,85 x L
0,2785 𝑥𝐶𝑥𝐷2,63
0,28
=( )1,85 x 7m= 0,012 m
0,2785 𝑥 130 𝑥0,62,63
Q
Pipa DischargeHf =( )1,85 x L
0,2785 𝑥𝐶𝑥𝐷2,63
0,28
=( )1,85 x 12 m = 0,021 m
0,2785 𝑥 130 𝑥0,62,63
Minor Loses
Belokan
Terdapat 2 belokan, dimana K belokan = 0,5
V = 1 m/dtk (asumsi)
2
Hm = K x 𝑉2 = 0,5 x 1
2g = 0,025 m
2 𝑥 9,81
38
Direncanakan H statis = 6,5 m
Hf Total =Hf pipa sunction +Hf pipa discharge+Hf belokan+Hf tee+Hf akibat valve +H
static
= 0,012 m + 0,021 m +0,051 m + 0,76 m + 0,040 m + 6,5 m
= 6,7 m
Daya pompa (P)
Direncanakan efisiensi pompa (η) = 80%
𝜌𝑥g𝑥Q𝑥𝐻 𝘨
P= 𝑦
1000 𝑥 9,81 𝑥 0,28 𝑥 6,7
= 𝑚3
= 23274,44 kgm2/dtk3
0,8
= 23274 watt
4.3.2 PRASEDIMENTASI
a) Zona Pengendapan
Dengan pertimbangan unit produksi efisien, ditentukan Q modul setiap unit adalah 35
L/detik = 0,035 m3/detik.
Q modul = 35 L/dtk = 0,035 m3/dtk
% removal = 80%
Good Performance = 2,1 (t/td)
1 ℎ𝑎𝑟i
Asumsi Vo = 60 m3/m2/hari x = 9,25.10-4 m/dtk
(24 𝑥 60 𝑥 60)𝑑e𝑡ik
T = 27 0C jadi = 0,864x10-6
𝑉o
Luas Zona Pengendapan (A)t/td =
( )
𝐴
Q𝑥𝑡
A = 𝑉o𝑥𝑡𝑑 0,035 𝑥 2,1
= 9,25 .10−4
= 79 m2
39
Dimensi Panjang (P), Lebar (L), dan Tinggi (H)
Lebar Bak Pengendapan
Asumsi P : L =4:1
A = P x L m2 = 4L x L
79 m2 = 4L2
19,75 m2 = L2
√19,75 𝑚2 =L
4,45 =L L4 m
Panjang Bak Pengendapan
P = 4L
P =4x4m
P = 16 m
Tinggi Bak Pengendapan
H = 1
12 x P0,8
1
= 12
x 160,8
= 1,5 m
Jadi dimensi bak pengendapan adalah P = 16 m, L = 4 m, dan H = 1,5 m
( )
𝐴 =
𝐻𝑥Æ
=
1,5 𝑥 79 = 3402 dtk
Q 0,035
1 ℎ𝑎𝑟i
Vh = 60 m3/m2/hari x
(24 𝑥 60 𝑥 60)𝑑e𝑡ik = 5,83.10-4 m/dtk
𝐵𝑥𝐻
R=
= 8+(2 𝑥 1,5) = 0,86 m
𝐵+(2𝐻) 8 𝑥 1,5
Cek NRe
𝑉ℎ𝑥𝑅
Nre = = 0,0058 𝑥 0,86 = 578,7< 2000 (Ok)
0,864 𝑥 10−6
Cek NFr
Vh = Q
= 4 𝑥 1,5 = 0,005m/dtk
𝐵𝑥𝐻 0,035
= 0,029 m/dtk
= 0,029> 0,00562 (Vsc > Vh)
Q = 0,035 m3/dtk
B=4m
Vs = 0,0058 m/dtk
Volume Lumpur
Konsentrasi Ps = 270 NTU x 0,0013 kg/m3 = 0,351 kg/m3
Berat jenis sludge (ρ) = 2,5 kg/L
% Removal = 80%
Asumsi kadar lumpur = 8%
Ketinggian lumpur = 50 cm = 0,5 m
41
Freeboard antara lumpur dengan zona inlet 50%H = 50%.2 m
=1m
Lumpur yang diendapkan = 80% x 0,351 kg/m3
= 0,280 kg/m3
Lumpur yang dimasukkan di bak pengendapan
= 0,058 m3/dtk x 0,28 kg/m3
= 0,010 kg/dtk
Lumpur yang dihasilkan per hari/bak = 0,010 kg/dtk x 86400 𝑑𝑡k
1 ℎ𝑎𝑟i
= 849,14 kg/hari
𝐿𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟𝑦𝑎𝑛g𝑑iℎ𝑎𝑠i𝑙k𝑎𝑛
Volume lumpur/hari/bak = 𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟)𝑥 (𝜌𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟)
(%
849,14 kg/ℎ𝑎𝑟i
= (0,035)𝑥 (2,5 kg/𝐿)
= 4245,69 L/hari
= 4,24 m3/hari
Dimensi Ruang Lumpur Untuk Bak Pengendapan
Dimensi ruang lumpur menggunakan limas terpancung
A1 = luas bawah
A2 = luas atas
Asumsi A1 = 20% A2
Asumsi H = 1 m
Luas Ruang lumpur = 1/3 H x (A1 + A2 + (A1 x A2)1/2)
10,8 m3/hari = 1/3 x 1 m x (A1 x 0,2A1 + (A1 x 0,2A1)1/2)
10,8 m3/hari= 1/3 m x (1,647 A1)
10,8 m3/hari = 0,549 m A1
A1 = 10,8 𝑚3/ℎ𝑎𝑟i
= 1,54 m2 2 m2
0,549 𝑚
A1 =PxL
2 m2= P x 8
P = 2,5 m
A2 = 20% x A1
= 20% x 20 m2
= 0,4 m2
A2 = P : L= 4 : 1
42
4 = 4L x L
4 = 4L2
1 = L2
L=1m
P = 4B
P=4m
Pengurasan Lumpur
Pengurasan dilakukan setiap 24 Jam untuk Bak Pengendapan
Pipa Pengurasan
Q = 0,035 m3/dtk
V = 1,2 m/dtk
Luas Pipa Pengurasan
Q 0,035 𝑚3/𝑑𝑡k
A = 𝑉= 0,9 𝑚/𝑑𝑡k = 0,04 m2
Diameter
A = 1⁄4πd2
4 𝑥Æ 4
d=√ =√
𝑥0,04 = 0,22 m 250 mm
𝜋 3,14
Q Pengurasan
Q =Ax
V
= 1⁄4 πd2 x
V
= 1⁄4x 3,14 x (0,252)m2 x 0,9 m/dtk
= 0,04 m3/dtk
Lama Waktu 1x Pengurasan
c) Zona Inlet
Q modul = 0,035m3/dtk
V = 0,3 m/dtk
43
Dimensi Inlet
44
Q 0,035 𝑚3/𝑑𝑡k
A = 𝑉= 0,3 𝑚/𝑑𝑡k = 0,12 m2
Lebar Inlet
Asumsi P = 2L
A =PxL
0,12 m2= 2L x L
0,12 m2= 2L2
0,12 𝑚2
L=√ = 0,17 m = 0,2 m
2
Panjang Inlet
P = 2L = 2 x 0,2 m = 0,25 m = 0,25 m
Keliling Basah
𝑃𝑥𝐿
R = 2𝐿+𝑃
= 2(0,2)+0,25 = 0,07 m
0,25 𝑥 0,2
Slope Inlet
Q = 1/n x R2/3 x S1/2
0,035m3/dtk = 1/0,015 x 0,072/3mx S1/2
0,035 m3/dtk = 18,82m x S1/2
S1/2 = 0,00425
S = 9 x 10-5
Check V
Q = 1/n x R2/3 x S1/2
VxA = 1/n x R2/3 x S1/2
1 2 1
𝑥𝑅 ⁄3𝑥𝑆 ⁄2
𝑛
V =
Æ
1 2 1
𝑥0,07 ⁄3𝑥 (9 𝑥10−5) ⁄2
0,015
= = 0,3 m/dtk (Ok)
0,16
45
= 1⁄43,14 x (0,1)2
= 0,00785 m2
Kecepatan Aliran Lubang (v) = ¼ Vinlet
= ¼ x 0,3 m/dtk
= 0,075 m/dtk
Q lubang = A lubang x V lubang
= 0,03 m2 x 0,075 m/dtk
= 0,02m3/dtk
Q𝑏𝑎k
Banyak Lubang = 3/𝑑𝑡k
Q𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛g Q𝑏𝑎k = 0,035 𝑚 = 14,86 lubang 15 lubang
= Q𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛g 0,02
46
H = 1,5 m
Vs = 5,8.10-4 m/dtk
47
Jumlah Pelimpah yang Digunakan
< 5 x h x Vs
Q𝑚o𝑑𝑢𝑙
𝑛𝑥𝐿
0,035 𝑚3/𝑑𝑡k
< 5 x 2 x 6,94.10-4
𝑛𝑥 8 𝑚
Dimensi V Notch
Asumsi h air di V Notch = 5 cm = 0,05 m
Freeboard = 50% x 0,05 m = 0,025 m
H total = 0,05 m + 0,025 m = 0,075 m
Lebar pintu V Notch = 2 x H total
= 2 x 0,075
= 0,15 m
𝐿e𝑏𝑎𝑟𝑉𝑁o𝑡𝑐ℎ𝑋(𝐻𝑇o𝑡𝑎𝑙) 1,5
Q tiap V Notch = 8
0,15 𝑋(0,075)1,5
= 8
= 4 x 10-4 m3/dtk
48
Panjang Gutter = (Vnotch x L Vnotch) + (Vnotch x jarak tiap Vnotch
49
= (12 x 0,15 m) + (12 x 0,15 m)
= 3,6 m = 4 m
Q tiap Gutter = 0,00175 m3/dtk
= 0,00175 m3/dtk x 35,3147 cfs
= 0,061 cfs
Untuk 1 Gutter :
Q Gutter = 0,061 x Bp x Ho3/2
Keterangan :
Bp = lebar Gutter (ft) = 1,5 Ho
Ho = tinggi air dalam Gutter
Hp = tinggi Gutter
Maka : 0,061 cfs = 2,49 x Bp x Ho3/2
0,061 cfs = 2,49 x 1,5 Ho x Ho3/2
0,061 cfs = 3,735 x Ho5/2
Ho5/2 = 0,377
Ho = 0,67 ft
= 0,67 x 0,3048 m
= 0,20 m
Lebar Gutter (Lp) = 1,5Ho
= 1,5 x 0,20 m
= 0,31 m
Tinggi Gutter (Hp) = Ho + 15% Ho + tinggi air dalam Vnotch + freeboard
= 0,20 m + (0,15 x 0,20) m + 0,05 m + 0,025 m
= 0,31 m
Jarak antar Gutter = 8𝑚 −(2+1)𝑥 0,3𝑚
= 0,25 m
(2+1)𝑥 2
A =Q
𝑉 = 0,035 = 0,03 m2
1,2
A = 1⁄4πd2
4𝑥 0,03
d = √ 3,14 = 0,19 m 200 mm
P=Æ
𝐷 = 0,03 = 0,14 m
0,20
Volume bak
50
PxLxH = 0,14 m x 0,31 m x 0,31 m
51
= 0,01 m3
Check V
Q=AxV
0,035 m3/dtk = ¼. 3,14. (0,22) x V
0,035 m3/dtk = 0,0706 V
V = 1,11 m/dtk (Ok)
e) Saluran Pengumpul
Q = 0,035 m3/dtk
V desain = 0,8 m/dtk
Lebar saluran pengumpul = 0,5 m
Freeboard = 0,2 m
Dimensi bak
A =Q = 0,035 = 0,04 m2
𝑉 0,8
H air = Æ + 𝐹𝑟ee𝑏𝑎𝑟𝑑
𝐿
= 0,04 + 0,2
0,5
= 0,29 m
A=
1⁄ πd2
4
4𝑥Æ =√
4 𝑥0,04 = 0,24 m 250 mm
3,14
d=√
Check V
Q=AxV
0,035 m3/dtk = ¼. 3,14. (0,042) x V
0,035 m3/dtk = 0,126 V
V = 0,74 m/dtk (Ok)
52
Cd = 1,2
53
µ = 0,9 x 10-3 kg/m.detik
ρ = 997 kg/m3
T(suhu)= 25 O C
Head Loss yang dibutuhkan (HL)
HL = (G2. µ. td) / (ρ.g) = ( 8002 x 0,9 x 10-3 x 20) / (997 x 9,81) = 1.178 m
Tinggi air pada ambang (Hn)
Hn = [3.Q / {2.Cd (2.g)0,5. Ln}]2/3
= [3. 0,035 / {2 x 1,2 x (2 x 9,81)0,5 x 1,2}]2/3 = 0,04m
Debit per satuan lebar (q)
q = Q / Ln = 0,035 / 1,2 = 0,029 m2/detik
Untuk memperoleh ketinggian (H) yang sesuai digunakan metoda trial dan error H = 1 m
Bilangan terjunan (D)
D = q2 / g. H3 = 0,0352 / 9,81 x 13 =0,000087
Panjang terjunan (Pd)
Pd = 4,3 x H x D0,27 = 4,3 x 1 (0,000087)0,27 = 0,34 m
Kedalaman pada awal loncatan (y1)
y1 = 0,54. H. D0,425 = 0,54x 1 x( 0,000087)0,425 =0,01 m
Kedalaman pada akhir loncatan (y2)
y2 = 1,66. H. D0,27 = 1,66 x 1 x(0,000087) 0,27=0,13 m
Loncatan Hidraulik terjadi bila y2/y1 ≥ 2,4
y2 / y1 = 0,13/0,01= 13 (sesuai kriteria)
Bilangan Froud (F)
F = [{2.y2 /( y1 + 1 )2– 1} / 8]1/2 = [{2 x 0,13 /( 0,01 + 1)2 – 1} / 8]1/2 = 10( tidak sesuai
kriteria)
Head yang terjadi (Htotal)
Htotal = Hn + H –y2 = 0,04 + 1 – 0,13 = 0,91m
Cek G
G = (Htotal.ρ.g / µ. td)0.5 = 0,91x 997 x 9,81 / 0,9 x 10-3. 20)0.5 = 702 (sesuai kriteria)
Panjang loncatan antara 4,3 - 5,2 kali y2
Pj = 4,3 x y2 = 4,3 x 0,13 = 0,57 m
Panjang bak koagulasi (Ptotal)
Ptotal = Pd + Pj = 0,34 + 0,57= 0.92 m
Volume bak koagulasi (Vol)
54
Vol = Q. td = 0,035 . 20 = 0.70m
Lebar bak koagulasi (Lk)
Lk = Vol / Ptotal x y2 = 0.70/(0.92 x 0,13)= 5,76m
Volume bak penampung sebelum Ambang = 1m3
Panjang bak penampung (Pp)
Pp = Vp / Lk. Hn = 1 / (5,76 x0,04) = 4.26 m
4.3.4 FLOKULASI
Tipe flokulasi yang digunakan adalah flokulasi mekanis berbentuk paddle dengan 3
kompartemen.
Q modul = 35 l/det = 0,035 m3/det
T = 25°C
µ = 0,8746 x 10-3 kg/mdet
ρ = 997 kg/m3
td = 20 menit = 1200 detik
Luas total blade = 15% - 25%
Diameter paddle = 50% lebar
bak rotasi = 5 – 100 rpm
Bak terdiri dari 3 kompartemen dengan G masing-
masing: G1 = 50/det
G2 = 20/det
G3 = 10/det
Maka gradient rata-ratanya adalah:
50 + 20 + 10
= 26,67/𝑑e𝑡
3
a) Saluran Inlet
Pipa inlet flokulasi = pipa outlet koagulasi
Volume bak = Q x td = 0,035 m3/det x 1200 detik = 42 m3
Tinggi (H) = 3 meter
Luas bak (A) = V/H = 42/3 = 14 m2
P:L =3:1
A =PxL
14 = 3L2
55
L = 2.16 m = 2,5 m
P =3xL
P = 7,5 m
H = 2.5 m
P tiap kompartemen = 7.5/3 =2,5 m
b) Paddle
Diameter paddle = 30% x lebar bak = 30% x 2,5 m = 0.75 m
Dimensi paddle
P : L= 5 : 1
Jarak paddle terhadap sumbu putar:
r0 = 50 cm
r1 = 80 cm
Lebar paddle = r1 – r0 = 80 – 50 = 30 cm
Panjang paddle = 5 x 30 cm = 150 cm
c) Perhitungan Kompartemen
Pada bak flokulasi terdiri dari 3 kompartemen, dengan kecepatan 5 – 100 rpm dan Cd 1,2
Kompartemen 1
G1 = 50/det
V = P x L x H = 2,5x 2,5 x 2.5 = 15.625 m3
P = G2 x µ x V = (50)2 x 0,8746 x 10-3 x 15.625 m = 34.1641 watt
1/3
2P 2 x 34.16 1/3
Vp = [ ] =[ ] = 0,27 ₄/det
Cd x p x L 1,3 x 997 x 2,5
Sehingga putaran:
Vp x 60 0,27 x 60
n= = = 7.129 rp₄
Ɏ x d x 0,75 3,14 x 1 x 0,75
Kompartemen 2
G1 = 20/det
V = P x L x H = 2,5 x 2,5 x 2.5 = 15.625m3
P = G2 x µ x V = (20)2 x 0,8746 x 10-3 x 15.625m = 5.466watt
1/3
2P 2 x 5.466 1/3
Vp = [ ] =[ ] = 0.152 ₄/det
Cd x p x L 1,3 x 997 x 2,5
56
Sehingga putaran:
57
Vp x 60 0,152 x 60
n= = = 3.89 rp₄
Ɏ x d x 0,75 3,14 x 1 x 0,75
Kompartemen 3
G1 = 10/det
V = P x L x H =2,5 x 2,5 x 2.5 = 15.625 m3
P = G2 x µ x V = (10)2 x 0,8746 x 10-3 x15.625m = 1.36watt
1/3
2P 2 x 1.36 1/3
Vp = [ ] =[ ] = 0,09 ₄/det
Cd x p x L 1,3 x 997 x 2.5
Sehingga putaran
Vp x 60 0,09 x 60
n= = = 2,46 rp₄
Ɏ x d x 0,75 3,14 x 1 x 0,75
d) Kehilangan Tekanan (HL)
1,85
Q 0,035 1,85
HL = ( 2,63
) =( 2,63
) = 0,255 ₄
0,2785 x C x D 0,2785 x 130 x (0,094)
e) Luas bukaan/pintu
Qbak
A 0,035m3 / det
v 0,036m2
ik
2,47m / det ik
Lebar bukaan/pintu ditentukan (b) = 50 cm = 0,5 m
4.3.5 SEDIMENTASI
Q modul = 0,035 m3/det
Jumlah bak = 1 bak
a) Zona Pengendapan
Kriteria terpilih:
Surface loading = 60 m3/m2/hari = 9,26 x 10-4 m/det
Jarak pipa inlet ke bibir zona lumpur =1m
Jarak tube ke pipa inlet = 0,5 m
Jarak gutter ke plate = 0,4 m
Waktu detensi = 2 jam = 7200 detik
Dimensi bak
A = Q
SL
58
0,035
= (80⁄86400)
59
= 37,8 m2
0,5
1
L = (𝐴 × )
6
0,5
1
= (37,8 × )
6
= 2,509 m ≈ 3 m
P =6×L
=6×3
= 18 m
Cek A desain = P × L
= 18 × 3
= 48 m2
V = Q
Td
0,035
= (1,5⁄3600)
= 84 m3
H =V
A
84
= = 2,2 m
37,8
Dimensi tube
Tinggiruang tube = P tube × Sin45o
= 1 × Sin45o
= 0,9 m
AB sebenarnya = w
sin 45𝑜
0,025
= sin 45𝑜
= 0,03 m
0,0025
= sin 45𝑜
= 0,0029 m
[𝑝−cos 45 ×𝑝𝑎𝑛j𝑎𝑛g 𝑡𝑢𝑏e]
np = (2 ×𝑡e𝑏𝑎𝑙 𝑡𝑢𝑏e)+w
[13−cos 45 ×1]
= (2 ×0,0025)+ 0,025
= 516 buah
60
nL = 𝐿
2 ×𝖶
2,1
= 2 × 0,025
= 60 buah
n = np × nL
= 416 × 42 = 30949 buah
Vo = Q
𝑛 ×(0,25 × × 𝖶2)
0,035
= 30949 ×(0,25 × 3,14 × 0,0252)
= 0,0023 m/detik
(0,25 × 3,14 𝑥 w2)⁄
(3,14 ×w)
R = 𝑛
(0,25 × 3,14 × 0,0252)⁄
(3,14 ×0,025)
= 30949
= 2,02 × 10-7
𝑉o ×𝑅
Nre = 𝑣
= 0,00053 (laminer)
2
Nfr = 𝑉o
g𝑅
0,00232
= 9,81 × 2,02 × 10−7
= 2,682 (stabil)
Zona inlet
HL manifold = 31 × ƒ × 𝑃
× 𝑉2 × 2𝑔𝑔
𝐷
13
= 1 × 0,0012 ×
3 0,05 × 0,0142 × 2 × 9,81
= 0,0006 m
A orifice = 0,25 × Ɏ × d2
= 0,25 × 3,14 × 0,052
= 0,00196 m2
Q orifice = A × v orifice
= 0,00196 × 0,153
= 0,0003 m3/detik
61
Jumlah orifice = QQ orifice
modul
0,035
= 0,0003
= 116,56buah ≈ 117buah
Jumlah orifice kanan/kiri = 117 : 2 = 59 buah
= 0,22 m
HL aktual = k × 2g × v orifice2
= 1 × 2 × 9,81 × 0,1532
= 0,0012 m
Zonalumpur
Beratjenislumpur = SS ×100,035 gr/L
= 1,004 ×100,035 gr/L
= 1004,035 kg/m3
Lumpur yang dihasilkan :
Presentase removal = 80%
Konsentrasiendapan = 80% ×56 mg/L
= 44,8 mg/L
= 0,0448 kg/m3
Beratlumpur = Q bak×konsentrasiendapan
= 0,035 m3/dtk× 0,0448 kg/m3× 86400 dtk/hari
= 135,48 kg/hari
Jumlah PAC yang diperlukanuntukmengolah debit 0,035 m3/dtk
= ( 0,035 m3/dtk× 86400 dtk/hari×40 mg/L × 1000 ) / 106
= 120,96 kg/hari
Denganreaksi :
2AlCl3(1) + 6HCO3 2Al(OH)3 + 6Cl + 6CO2
% Al2O3dalam PAC = 10%
BM PAC = 645 gr/mol
62
10% × 120,96 kg/hari × 1000 gr/kg
Mol Al dalam PAC = 645 gr/mol
= 18,75 mol
Mol Al (OH)3 yang terbentuk = 2 × 18,75 mol = 37,51 mol
BeratlumpurAl(OH)3 yang terbentuk = mol× BM
Al(OH)3
(37,51 × 78)
= 1000 = 2,93 kg
Berat total lumpur = beratlumpur + beratlumpurAl(OH)3
= 135,48 kg/hari +2,93 kg/hari
= 138,40 kg/hari
beratlumpur
Volume lumpurtiapbak =
%lumpur×bjlumpur
138,40
= 2% ×1004,035
= 6,89 m3/hari
Dimensiruanglumpurmenggunakanlimasterpancung
LuasAtas (A1) = Pbak × Lbak
= 16 m × 3 m
= 48 m2
Luasbawah (A2) = 75% × A1
= 75% × 48 m2
= 36 m2
Panjangbaklumpur= 36
3 = 12 m
Volume =P×L×H
6,15 m3 = 12 × 3 × H
H= 0,2 m
Volume ruanglumpur = 1/3 × tinggi × ( A1 + A2 + (( A1 + A2)0,5))
= 1/3 x 0,2 x [27,3 + 20,475 + ((27,3+ 20,475)0,5)]
= 6,15 m3
Pengurasanzonalumpur
6,89
=6,15
63
= 1,12 = 1
Pengurasandilakukan1 kali sehari
64
Tinggitekanantersedia = tinggisedimentasi + tinggipenampanglumpur
= 2,2 m + 0,24 m = 2,44 m
Jumlahpipapengurasanadalah 2 buah, denganjenis carbon steel
Diameter = 150mm
Cd = 0,14
A = 0,25 × Ɏ × d2
= 0,25 × 3,14 × 0,152
= 0,018 m2
vpipa = Cd ×√2𝑥 𝑔 𝑥 𝐻
= 0,14×√2𝑥9,81𝑥2,44
=0,96 m/dtk
6,149
= 1
= 6,149 m3
volume lumpur tiap pengurasan
Lama pengurasan = Q
6,149
= 0,017
= 360,72 detik = 6,012 menit
Zona outlet
4.922
Q di outlet = 0,035 − 86400
= 0,0349m3/dtk
Tinggi air di v-notch = 0,05 m
Panjangsaluranpelimpah = 16 m
Desain v-notch :
Q 1 gutter = ƩQ gutter
outlet
65
Hair pada v-notch (ho) = 5 cm = 0,05 m
T free board = ½ ho = 2,5 cm = 0,025 m
Lebarmuka air pada v-notch = 2 × ho ×tg 450
= 2 × 0,05 m ×tg 450
= 0,16 m
Lebarpintu v-notch = 2 ×( ho + T freeboard ) ×tg 450
= 2 × (0,05m + 0,025 m) × tg450
= 0,24 m
Q tiap v-notch = 1,38× (ho)5/2
= 1,38× (0,05 m)5/2
= 0,00077 m3/dtk
0,0349
= 0,00077
= 45,2 buah = 45 buah
Jumlah v-notch di duasisi gutter = 452
= 23 buah
P – (Lebar v−notch × jumlah v−notch)
Jarakantar v-notch = Jumlah v notch − 1
13 – (0,24 × 16)
= 16 − 1
= 0,5 m
Panjang gutter = (Ʃ v notch × L v notch) + ((Ʃ v notch-1) ×jaraktiap v notch)
= ( 23× 0,24 m) + [(23-1) × 0,6 m]
= 16 m
Bp (lebar) asumsi = 0,5 m
Q gutter = 2,49 × Bp × ho3/2
0,024 = 2,49 × 0,5 × ho3/2
Ho = 0,091 m
Tinggi gutter (Hp) = Ho + 15%Ho + Tinggi air dalam v-notch + freeboard
= 0,091 + (0,15 × 0,077) + 0,05 + 0,025
= 0,180 m
A = L × Hair = 0,5 m × 0,077 m = 0,046 m2
v = Q / A = 0,024 / 0,0385= 0,766 m/dtk
66
kehilangantekananpadazona outlet :
n = 0,013
(Bp × Hp)
R = (2Hp + Bp)
(0,5 × 0,1635)
= (2 × 0,1635 + 0,5)
= 0,105 m
Q gutter
v =A gutter
0,024
= (0,5 ×0,1635)
= 0,388 m/dtk
v = 1/n × R2/3× S1/2
0,388 = 1/0,013 x (0,0988 m)2/3× S1/2
S = 5 ×10-4
Hl saluran = S ×panjangpipa
= 5×10-4×13 m
= 0,008 m
Saluranpengumpul :
Ditetapkan :
Jumlahsaluranpengumpultiapbakadalah 1
buah Q saluranpengumpul = 0,035 m3/dtk
Lebarsaluran = 0,5 m
Panjangsaluran = L bak = 2,1 m
Td = 10dtk
Volume saluran = Q × td
= 0,035 m3/dtk× 10dtk
= 0,35 m3
Tairpadasaluran = AV saluran
saluran
0,35
= (0,5 × 2,1)
= 0,233 m2
Kehilangantekananpadazonaoulet (Hl) :
n = 0,013
67
(Tair × H)
R = (2H + Tair)
(0,233 × 0,5)
= (2 × 0,5 + 0,238)
= 0,121
v =Q
Æ
0,035
= (0,238 ×0,5)
= 0,300 m/detik
v = 1/n × R2/3× S1/2
0,300 = 1/0,013 x (0,122 m)2/3× S1/2
S = 3 ×10-4
Hl saluran = S ×panjangpipa
= 3 × 10-4×2,1 m
= 0,00078 m
Pipa Outlet
Kecepatanaliran (v) = 0,21 m/dtk
Panjangpipa (L) = 0,5 m
F = 0,02
Luaspipa (A) = Q/V = 0,035 / 0,21 = 0,1 m2
A = 0,25 × Ɏ × d2
0,119 = 0,25 × 3,14 × d2
d = 0,389 m = 0,4 m
Adesain = 0,25 × Ɏ × d2
= 0,25 × 3,14 × 0,42
= 0,1 m2
Cekkondisiaktual :
Vactual =Q
Æ
0,035
= (0,1)
= 0,279 m/detik
F = 0,02
68
Hl pipa outlet = f × (L/d) × (v2/2xg)
= 0,02 × (0,5 / 0,4) × [(0,199)2 / (2 × 9,81)]
= 1×10-5 m
4.3.6 FILTRASI
Dimensi Bak
Jumlah filter (n) = 12 x Q1/2
= 12 x (0,035 m3/dtik)1/2 = 2.2 ≈ 3 filter
Asumsi Vf = 10 m3/m2/jam = 2,8 . 10-3 m/dtk
A filtrasi total
Q 0,035 m 2 /dtk 12.58 m 2
= V 2,8.x103 m2 / dtk
f
12.58 m 2
A tiap filtrasi = 4.19 m2
3
=
P:L=2:1
A=PxL
4.19 m2 = 2 L2
L2 = 2.095
L = 1.44 m
L = 1.5 m
P = 2 x 1.5 m = 3 m
A filtrasi sebenarnya =PxL
= 3 m x 1.5 m = 4.5 m2
Tinggi Bak Filtrasi (H)= 1,5 x Ldesain
=3 m
Dimensi Underdrain
Lubang Orifice
Aorifice : A bak = 0,0015 : 1
orifice = 2 cm = 0,02 m
A orifice = 0,0015 x 4.5 m = 0,00675 m2
A tiap orifice = ¼ . . D2
= ¼ . . (0,02m)2 = 3,14 x 10-4 m2
69
A orifice 0,00675 m2
Jumlah orifice 3,14x104 m2
A tiap
= orifice
= 21.49 lubang = 22 lubang
Lateral
A lateral : Aorifice = 2 : 1
Jarak antar lateral = 0,3 m
Jarak lateral ke dinding = 0,25 m = 25 cm
A lateral total = 2 x A orifice
= 2 x 0,00675 m2
= 0,0135 m2
Panjang manifold = panjang bak – jarak lateral ke dinding
= 3 m – 0,25 m
= 2,75 m
7.1x104 m x 4
D = 3,14
= 0,030 m = 30 mm
Manifold
A manifold : A lateral =2:1
A manifold = 2 x 0,0135 m2 = 0,027 m2
A = ¼ . . d2
70
0,027 m2 x 4
D= 3,14 0,185 m = 185 mm
71
= L – (2 x jarak lateral ke dinding) - manifold
= 1.5 m – (2 x 0,25 m) – 0,19 m
= 0.81 m
P (3 x orifice )
Jarak antar orifice
lateral 3
=
A 0,00053m
dtk
H orifice orifice x
= 2 x 9,81
1,7 x V 2
2.g
Lateral
Kekasaran pipa (f) = 0,025
72
1
= 2
x (0,047)2
3 0,030 x 0,025
x 2 x 9,81
= 0,00030 m
Manifold
Q manifold
Q tiap bak 0,0116 3
= 0,0116m / dtk
n manifold 1
73
V manifold
= Q 0,0116
0,432m / dtk
HL manifold A 0,027
1 L V
= x xfx 2
3 D 2g
1 1.5
= x 0,432
x 0,025
x
3 0,19 2 x 9,81
= 0,0063m
HL under drain = HL Orifice + HL lateral + HL manifold
= 0,0005 m + 0,0003 m + 0,0063 m
= 0,007 m
Penyaringan
Asumsi terdapat 2 jenis media penyaring (pasir dan antrasit) dan 1 jenis media penyangga
(kerikil atau gravel).
Tabel 4.9 Kriteria Media filter
MEDIA DIAMETER MEDIA (cm) TEBAL MEDIA
ANTRASIT 0,0934 – 0,1225 28,8
PASIR 0,0590 – 0,0840 40,8
0,0840 – 0,1190 29,2
0,1190 – 0,1200 1,20
KERIKIL 1,27 – 1,90 20,0
Antrasit
Pasir
74
Kerikil
75
Media Pasir
Pasir Nre < 5
Porositas awal (ƒ) = 0,4
Tebal pasir = 70 cm
Diameter (d) = 0,8 mm
Viskositas (ν) = 8.64 x 10-6 m2/detik
Kecepatan Filtasi (Vf) = 0,00278 m/dtk
Nre = Vf xd
(1 f x w
)
1
= x
(2,8x103 )x (0,8 .103
(1 0,4) = 0,1544 ……(OK)
) 8.64 x106
w
HL = 180 x x (1 f Vs
g x 2x L
)2 D
f3
= 0, 228 m
Media Antrasit
Antrasit Nre < 5
Porositas awal (ƒ) = 0,4
Tebal pasir = 70 cm
Diameter (d) = 1 mm
Viskositas (ν) = 8.64 x 10-6 m2/detik
Kecepatan Filtasi (Vf) = 0,00278 m/dtk
Nre = Vf xd
(1 f x w
)
1
= x
(2,8 x103 )x(1x103
(1 0,4) = 0,193………(OK)
) 8.64 x106
76
w
HL = 180 x x (1 f Vs
g x 2x L
)2 D
f3
77
Antrasit Nre < 5
Porositas awal (ƒ) = 0,4
Tebal pasir = 30 cm
Diameter (d) = 0,3 mm
Viskositas (ν) = 8.64 x 10-6 m2/detik
Kecepatan Filtasi (Vf) = 0,00278 m/dtk
Nre = Vf xd
(1 f x w
)
1
= x
(2,8 x103 )x (3 .x103
(1 0,4) = 13,9 m..........(OK)
) 0,995 .x106
w
HL = 180 x x (1 f Vs
g x 2x L
)2 D
f3
78
Media Pasir
Tebal pasir = 70 cm
w = 995 kg/m3
79
s = 2650 kg/m3
Porositas akhir filtrasi (f1) artinya kedalaman di mana penyaringan mulai tersumbat.
V (1/ 3)
f1 = 2,95 w(1/ 4,3) x w x f
x
g (1/ 3,2) s . w D(1/ 2)
6 (1/ 995kg / m3
= 2,95 x 0,995 x10 x 2,78.103(1/ 3)
4,3) 2650 995kg / m 3
(1/ 3,2)
x 8x104(1/ 2)
9,81
= 0,90 m
Asumsi % expansi = 20% (tidak boleh lebih dari 60%)
20% = Le Lo x100%
Lo
Le 0,7 m
0,2 =
0,7 m
Le – 0,7 m = 0,14
Le = 0,14+ 0,7
Le = 0,84 m
Tinggi ekspansi (fe)
(1-fe)2 Le = (1-fe) . Lo
(1-fe) 0,84 m = (1-0,312 m) . 0,7 m
1 - fe = 0,573 m
fe = 0,426 m
w0,8 (1 f
1;2
)2 f
HL pasir = 130
x x e
x bw x Le
3 1,8
9,81 ef d
0,995 x106(0,8) (1 2 0,01(1,2)
= 130 x 0,91) x x 0,84
9,81 x
0,913 0,8x103 (1,8)
= 0,0084 m
Media Antrasit
antrasit = 1 mm
s = 2650 kg/m3
w = 995 kg/m3
80
Tebal antrasit = 70 cm
Porositas akhir (f1)
81
V
= 2,95 w(1/ 4,3) x w x f
(1/ 3)
f1
x
g (1/ 3,2) s . w D(1/ 2)
x106 (1/
= 2,95 x 0,9954,3) 995 2,8 x103(1/ 3)
x
x 3(1/ 2)
= 0,279 m
Asumsi % expansi = 20% (tidak boleh lebih dari 60%)
20% = Le Lo x100%
Lo
Le 0,7 m
0,2 =
0,7 m
Le – 0,7 m = 0,14
Le = 0,14 + 0,7
Le = 0,84 m
Tinggi ekspansi (fe)
(1-fe)2 Le = (1-f1) . Lo
(1-fe) 0,84 m = (1-0,279 m) . 0,7 m
1 - fe = 0,600 m
fe = 0,399 m
= 130 x 0,01(1,2)
9,81 0,39 3 x x 0,84
1x103 (1,8)
= 0,025 m
Media Penyangga Kerikil
kerikil = 3 mm
s = 2650 kg/m3
Tebal kerikil = 30 cm
Porositas akhir (f1)
f1 = 2,95 x
82
w Vf (1/ 3)
w(1/ 4,3) x x
g (1/ 3,2) s . w D(1/ 2)
x106 (1/
= 2,95 x 0,9954,3) 995 2,8 x103(1/ 3)
x
x 3(1/ 2)
83
= 0,147 m
Asumsi % expansi = 20% (tidak boleh lebih dari 60%)
20% = Le Lo x100%
Lo
Le 0,3
0,2 =
m
0,3 m
Le – 0,3 m = 0,15
Le = 0,15 + 0,3
Le = 0,36 m
Tinggi ekspansi (fe)
(1-fe)2 Le = (1-fe) . Lo
(1-fe) 0,45 m = (1-0,097 m) . 0,3 m
1 - fe = 0,602 m
fe = 0,209 m
= 130 x 0,01(1,2)
9,81 0,88 3 x x 0,3
3x103 (1,8)
= 5,8 x 10-6 m
HLTotal Backwash = HL pasir + HL antrasit + HL kerikil
= 0,0084 m + 0,0167 m + 1.25 x 10-5m
= 0,025m
HL media di filtrasi lebih rendah daripada HL media di back
wash. Debit pencucian = fbw x A
= 0,01 x (4 x 2)
= 0,08 m3/dtk
Saluran Outlet
KecepatanFiltrasi Tiap Bak (V) = 0.932 m/dtk
Diameter Outlet = Diameter Manifold
= 0,185 m = 200 mm
84
4.3.7 Perhitungan Reservoir
Ditetapkan :
85
Q = 0,035 m3/detik
Td = 2 jam = 72000 detik
Kapasitas Reservoir = 15% (Kriteria Desain)
P:L=1:1
Kapasitas reservoir = 0,15 x 0,035 m3/detik
= 0,00525 m3/detik
Vd = Q. Td
= 0,00525 m3/det x 72000 detik
= 378 m3
Asumsi Tinggi (H)= 2 m
Volume =PxLxH
378 = L2 x 2
L2 = 189
L = 14 m
P = 14 m
H=2m
87
= 0,00029 m x 0,25 m
= 7,2 x 10-6m
Zona pengendapan
Lebar bak = 4 m
Panjang bak = 16 m
Tinggi = 1,5 m
A = P x L = 16 m x 4 m
= 64 m2
Q 0,035
V 0,00055m / s
A 64
Keliling basah (k) = L + 2 . T
= 4 + (2 x 1,5)
=7m
A 64
Jari-jari basah (R) = 9,14 m
K 7
V = 1/n . R2/3 . S1/2
0,00055= 1/0,015 x 9,142/3 x S1/2
0,00055= 80,63 x S1/2
0,00055
S1/2 = 80,63
S = 4,06 x 10-13
HL = S x P settling
= 4,06 x 10-13x 16 m
= 6,5 x 10-12m
Zona outlet
P. gutter = 3,6 m
Q untuk 1 gutter = 0,0175 m3/dtk
L. Gutter = 0,62 m
Tinggi air di gutter (Ho) = 0,20
A = lp x Ho
= 0,62 m x 0,20 m = 0,126m2
Q 0,35
V= 0,14 m / dtk
A 0,126
88
keliling basah (k) = lp + 2 Ho
= 0,62 + ( 2x 0,20)
= 1,03 m
A 0,0126
Jari-jari basah (R) = 0,123m
K 1,03
V = 1/n . R2/3 . S1/2
0,14 m/dtk = 1/0,015 x (0,1232/3) x S1/2
0,14 m/dtk = 13,88 x S1/2
S= 0,0000879
HL = S x P . gutter
= 0,0000879 x 3,6
= 0,00031
Zona pengumpul
Pinlet = 0,6 m ; H = 0,31 m ; L = 0,31 m
A=LxP
= 0,3 x 0,6 = 0,18m2
Q 0,035
V= 0,66 m/detik
A 0,18
A 0,11
R= 0,18
P 0,6
V = 1/n . R2/3 . S1/2
0,66 = 1/0,015 x 0,45(2/3) x S1/2
0,66 = 39,15 x S1/2
S = 0,00028
HL= S x P . zona inlet
= 0,00028x 0,6 m = 0,00017 m
89
A 1
R= 0,93
1,2
P
V = 1/n . R2/3 . S1/2
0,035 = 1/0,015 x 0,15(2/3) x S1/2
0,035 = 18,82 x S1/2
S= 1,86 x 10-9
HL = S x P . zona inlet
= 1,86 x 10-9x 2 m = 0,00037 m
A
HL = f. L/D . V2/2.g
1 0,712
= 0,026 x x
0,25 (2 x 9,81)
= 0,26 m
4. Flokulasi – sedimentasi
Q = 0,035 m3/dtk
pipa = 0,25 m
Panjang pipa = 1 m
Q 0,035
V= 0,71m / dtk
1/ 4. .(0,25) 2
A
HL = f. L/D . V2/2.g
1 0,712
= 0,026 x =
0,25
90
x (2 x 9,81)
5. Sedimentasi
Zona Inlet
91
Panjang pipa inlet = 2 m
pipa inlet = 0,4 m
f = 0,026
Digunakan 1 pipa berpori, Q pipa = 0,035 m3dtk
A = ¼ . . D2
= ¼ . . 0,42
= 0,125 m2
Zona Outlet
Q orifice = 0,0003 m3/dtk
k = 0,6
A = 1,96 x10-3 m2
Qorifice 0,0003
V= A 0,0019 m / dtk
1,96.103
2 0,00192
HL = k V 0,026 0,068 m
. 2.g x (2 x
9,81)
Zona pengendapan
H = 2,2 m
L=3m
A = 37,80 m2
n = 0,015
Q = 0,035 m3/dtk
HxL
R= 2HL 2,2 x 3
(2 x 2,2) 0,89m
3
V = 1/n . R2/3 . S1/2
0,00065 = 1/0,015 x (0,89 )2/3 x S1/2
0,00065 = 94,5x S1/2
S = (0,000085)2
S = 1,5 x 10-10
92
HL = S x Pzone settling
= 1,5 x 10-10 x 16 m
= 2,4 x 10-9 m
93
6. Sedimentasi – filtrasi
Panjang pipa = 2 m
d = 0,4 m
Q = 0,035 m3/dtk
f = 0,026
A = ¼ . d2
= ¼ . (0,4)2 = 0,13m2
Q 0,035
V 0,28 m / dtk
A 0,13
HL = f x L/D x V2/2g
2 0,272
= 0,026 x x
0,4 (2 x 9,81)
= 0,050 m
7. Filtrasi
HL total = HL media + HL underdrain
= 0,381 m
8. Filtrasi –Desinfeksi
Panjang pipa = 1,5 m
f = 0,026
pipa = 0,20 m
A = ¼ . . d2
= ¼ . . 0,202
= 0,031 m2
Q 0,035
V 1,11m / dtk
A 0,031
HL = f x L/D x V2/2g
1,5
= 0,026 x 1,112
0,20 x
(2 x 9,81)
= 1,18 m
94
9. Desinfeksi - Reservoir
Panjang pipa = 1 m
f = 0,026
pipa = 0,4 m
A = ¼ . . d2
= ¼ . . 0,42
= 0,126 m2
Q 0,035
V 0,63m / dtk
A 0,126
HL = f x L/D x
V2/2g
0,632
1,5
= 0,026 x x
0, (2 x 9,81)
4
= 0,063 m
Unit HL (m) Keterangan
intake 6,70 saluran pengumpul
0,000072 pd saluran pengumpul
0.000116 pd inlet
0,0000000000065 pd zona pengendapan
0,0003164 pd outlet
Prasedimentasi 0,0003884 HL TOTAL
Koagulasi 0,000000372 pd outlet
0,259603 pd outlet
0,259603 pd inlet
Flokulasi 0,519205 HL TOTAL
0,068 pd outlet
0,05 pd inlet
Sedimentasi 0,118 HL TOTAL
11,81 HL TOTAL
HL TOTAL PADA
0,381 BACKWASH
Filtrasi 12,19 HL TOTAL
desinfeksi 0.2587
Reservoir 0,063
95
4.5.1 Pembubuhan Koagulan
96
Koagulan yang digunakan adalah senyawa Al2(SO4)3 atau sering disebut dengan tawas,
Pemakaian tawas paling effektif antara pH 5,8-7,4.Pembubuhan direncanakan penggunaan
pompa pembubuhan (Dosing Pump)
Ditetapkan :
Dosis koagulan = 50
mg/L Q = 35 L/det
Konsentrasi larutan= 10%
koagulan = 2,71 kg / L
Kadar Al2 (SO4)3 = 60%
Perhitungan :
Kebutuhan Al2 (SO4)3 = 35 L/det x 50 mg/L x 86400 det
= 151,2 kg/hr
100 x 151,2kg / hari
Kebutuhan tawas/ hari =
60
= 252 kg/hr
Direncanakan periode pelarutan adalah setiap 8 jam, sehingga :
Kebutuhan tawas tiap 8 jam = 252 kg/hr x (8/24)
= 84 kg/hr
90 x 84
Volume air
100
=
= 75,6 L
= 0,0756 m3
84 kg /
Volume tawas 30,99 L / hari
hr
= 2,71kg /
l
= 0,03 m3/hari
Volume total = Volume air + Volume tawas
= 0,0756 m3 + 0,03 m3
= 0,106 m3 = 106 L
106 L
Dosis pembubuhan
8 x 60
=
97
= 0,22
L/menit Dimensi bak pelarut = P : L : T
=1:1:1
98
Volume =PxLxT
0,22 = P3
P = (0,22)1/3
P = 0,477 m
P (desain) = 0,4 m
L = 0,4 m
H = 0,65 m + Fb
= 0,65 m + 0,5 m
= 1,15 m
=
= 1,24 m3
99
Volume total = Volume kaporit + Volume air
= 0,065 m3 + 1,24 m3
10
0
= 1,31 m3
1,31m3
Dosis pembubuhan =
(12 x 60) 0,00182 / det ik
menit m3
Dimensi bak
Dimensi =P:L:T =1:1:1
Volume =PxLxT
1,31 m3= P3
P = (1,31)1/3
P = 1,5 m
P (desain) = 1,5 m
L = 1,5 m
H = 1,5 m + Fb
= 1,5 m + 0,5 m
H =2
10
1
BAB V
PENUTUP
10
2
10
3
No Unit HL (m) Keterangan
1 intake 4.1383 saluran pengumpul
0.00000011 pd saluran pengumpul
0.000116 pd inlet
2 Prasedimentasi 0.0000 pd zona pengendapan
0.0027 pd outlet
0.0029 HL TOTAL
3 Koagulasi 0.0669 pd outlet
0.3427 pd outlet
4 Flokulasi 0.0000 pd inlet
0.3427 HL TOTAL
0.0001 pd outlet
5 Sedimentasi 0.0012 pd inlet
0.0013 HL TOTAL
1.1978 HL TOTAL
HL TOTAL PADA
6 Filtrasi 0.2437
BACKWASH
1.4415 HL TOTAL
7 desinfeksi 0.2587
8 Reservoir 0.0006
10
4
DAFTAR PUSTAKA
Al Layla, M. A., et al. 1978. Water Supply Engineering Design, edisi 2. Michigan: Ann Arbor
Science Publisher, Inc.
Fair and geyer. 1984. Water and Wastewater Engineering. New York: Wiley Int.
Linsey, ray. K., et al. 1989. Teknik Sumber Daya Air. Jakarta: Penerbit Erlangga.
McGhee, Terence J. 1991. Water Supply and Sewerege, 6th edition. Singapore: McGraw-Hill
Book Co.
Reynolds, Tom. D. 1982. Unit Operations and Processes In Environmental Engineering. B/C
Engineering Division, Massachussets.
Schultz, C. Daniel, A. Okun. 1991. Surface Water Treatment For Communities in Developing
Countries. New York. John Wiley and Sons.
Winarni. 2003. Modul I; Sistem Penyediaan Aiir Minum. Jakarta: Universitas Trisakti.
(Sumber:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31431/4/Chapter%20II.pdf.
Diunduh pada 8 April 2014. 20:45 WIB)
(Sumber:https://www.academia.edu/3805561/BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA_Air.
Diunduh pada 8 April 2014. 20:45 WIB)
(Sumber:http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/11/jbptunpaspp-gdl-dedenriswa-510-2-babiit-
i.pdf. Diunduh pada 8 April 2014. 20:45 WIB)
10
5
10
6
10
7