Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KERJA PRAKTIK

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN


MENGGUNAKAN WATER TREATMENT PLANT PROTOTYPE

DISUSUN OLEH

AIDIL MUZZAWIR
NIM. 05171004

PEMBIMBING

MEMIK DIAN PUSFITASARI, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI DAN PROSES
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN
BALIKPAPAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kerja praktik yang berjudul :
Pengolahan Air Limbah Laundry dengan Menggunakan Water Treatment
Plant Prototype
Laporan kerja praktik ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh
untuk menyelesaikan Program Sarjana di Program Studi Teknik Kimia, Jurusan
Teknologi Industri dan Proses, Institut Teknologi Kalimantan. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya yang selalu melimpah.
2. Kedua orang tua dan kakak penulis atas dukungan yang tiada henti.
3. Ibu Memik Dian Pusfitasari S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing.
4. Bapak Fadhil Muhammad Tarmidzi S.T., M.T. selaku Kepala Bidang KP,
TDPK dan TA Program Studi Teknik Kimia Jurusan Teknologi Industri dan
Proses ITK.
5. Bapak Adrian Gunawan, S.Si., M.Si. selaku Koordinator Program Studi
Teknik Kimia Jurusan Teknologi Industri dan Proses Institut Teknologi
Kalimantan.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Teknik Kimia Jurusan Teknologi
Industri dan Proses Institut Teknologi Kalimantan.
7. Bapak Feri selaku supervisor Water Treatment Plant Perumahan Balikpapan
Regency.
8. Bapak Rudi selaku operator Water Treatment Plant Perumahan Balikpapan
Regency.
9. Ryan Rizki Hidayat, Setio Budi, Micko Aldi Satria sebagai Partner Kerja
Praktik yang selalu membantu dan memberi dukungan.
10. Arvina Widya Sari selaku kerabat yang mau membantu pembuatan laporan.
11. Millenica Estrin Ronyarta, Desiana Nurhakim, Ramos Daniel Sianturi
sebagai penyemangat dan memberi dukungan dalam pembuatan laporan.

iii
12. Rekan-rekan Teknik Kimia Angkatan 2017 yang selalu ada dalam susah
maupun senang.
13. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan kerja praktik ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan kerja praktik ini masih jauh
dari sempurna, karena itu kami mengharapkan segala kritik dan saran yang
membangun. Semoga kerja praktik ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Balikpapan, Oktober 2020

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................... iii


Daftar Isi ................................................................................................................. v
Daftar Tabel .......................................................................................................... vii
Daftar Gambar...................................................................................................... viii
BAB 1 Pendahuluan ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Kerja Praktik ............................................................................ 2
1.3 Manfaat Kerja Praktik .......................................................................... 2
BAB 2 Deskripsi Prototype .................................................................................... 3
Unit Pengolahan AIR ATAU AIR LIMBAH ......................................................... 3
2.1 Prototype Unit Pengolahan Air atau Air Limbah ................................ 3
2.1.1 Waste Water Tank ..................................................................... 4
2.1.2 Screening Bar ........................................................................... 4
2.1.3 Grit Tank ................................................................................... 5
2.1.4 Sedimentation Tank 1 ............................................................... 6
2.1.5 Aeration Tank ........................................................................... 6
2.1.6 Sedimentation Tank 2 ............................................................... 7
2.1.7 Chlorination Tank..................................................................... 8
BAB 3 Tugas Khusus .............................................................................................. 9
3.1 Gambaran Umum Tugas Khusus ......................................................... 9
3.1.1 Latar Belakang Tugas Khusus .................................................. 9
3.1.2 Tujuan Tugas Khusus ............................................................... 9
3.1.3 Batasan Masalah ..................................................................... 10
3.2 Tinjauan Pustaka ................................................................................ 10
3.2.1 Limbah Cair ............................................................................ 10
3.2.2 Karakteristik Limbah Cair Laundry........................................ 10
3.2.3 Dampak Air Limbah ............................................................... 13
3.2.4 Unit Pengolahan Limbah Cair ................................................ 15
3.3 Metodologi Percobaan ....................................................................... 18

v
3.3.1 Diagram Alir ........................................................................... 18
3.3.2 Prosedur Pelaksanaan Tugas Khusus...................................... 19
3.4 Hasil dan Pembahasan........................................................................ 20
3.4.1 Hasil ........................................................................................ 20
3.4.2 Pembahasan ............................................................................ 21
3.5 Kesimpulan ........................................................................................ 27
3.6 Saran ................................................................................................... 27
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 28

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Ambang Batas Limbah Laundry ........................................................... 12


Tabel 3.2 Hasil Percobaan Pengolahan Air Laundry ............................................ 20

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan .................................................................... 15


Gambar 3.2 Diagram Alir Percobaan .................................................................... 18
Gambar 3.3 Prototype Unit Pengolahan Limbah Cair .......................................... 19
Gambar 3.4 Perbandingan Air Limbah Laundry Sebelum dan Sesudah Proses ... 21
Gambar 3.5 Pengukuran Suhu Sebelum dan Sesudah Proses ............................... 22
Gambar 3.6 Sebelum dan Sesudah Proses Pengolahan Air Limbah ..................... 23
Gambar 3.7 Limbah Air Laundry Melewati Screening Bar ................................. 24
Gambar 3.8 Proses Pengendapan Pada Grit Tank................................................. 24
Gambar 3.9 Proses Sedimentasi 1 ......................................................................... 25
Gambar 3.10 Proses Aerasi ................................................................................... 25
Gambar 3.11 Flok Yang Terbentuk Pada Proses Koagulasi-Flokulasi ................. 26

viii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan berkembangnya zaman, bidang perindustrian di Indonesia
mengalami peningkatan dan perkembangan yang pesat. Hal ini menyebabkan
atmosfir persaingan dalam dunia kerja semakin ketat, sehingga dibutuhkan
sumber daya manusia yang handal dan berkualitas. Diperlukan keseimbangan
antara dunia pendidikan dan industri guna menghasilkan sarjana yang berkualitas,
yang memiliki pemahaman dan keterampilan yang berkaitan dengan
perkembangan teknologi dan penerapannya.
Sarjana Teknik Kimia tidak hanya mempelajari ilmu secara teori dengan
pembelajaran di bangku kuliah saja, tetapi juga dituntut untuk mampu
mengaplikasikan ilmu tersebut secara langsung di lapangan, mengidentifikasi
masalah yang terjadi, menganalisis dan menyelesaikan masalah yang dihadapi,
melakukan inovasi kreatif dalam penciptaan proses, dan berperan dalam
peningkatan kemampuan teknologi dalam negeri. Diperlukan serangkaian proses
yang berkelanjutan untuk menambah pengalaman, wawasan, dan keahlian bidang
teknik kimia. Untuk menunjang hal tersebut, maka Program Studi Teknik Kimia
Institut Teknologi Kalimantan (ITK) jurusan Teknologi Industri dan Proses
menjadikan kerja praktik sebagai salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa
Teknik Kimia ITK.
Kerja praktik memungkinkan mahasiswa belajar secara langsung dan aktif
dalam melaksanakan tugas tertentu dari suatu industri yang berkaitan dengan
konsentrasi studi mahasiswa sehingga menjadi sarjana Teknik Kimia yang
profesional dan kompeten. Dengan adanya kerja praktik ini diharapkan dapat
menjadi media interaksi dan sinkronisasi antara dunia akademis dan dunia kerja,
media pembelajaran, pelatihan, memperluas wawasan, dan mengaplikasikan ilmu
yang didapat selama proses belajar mengajar di bangku kuliah. Selain itu,
mahasiswa diharapkan mendapatkan pengalaman kerja dan wawasan tentang
profesi Teknik Kimia di industri, serta mendapat kesempatan untuk ikut ambil

1
bagian dalam pemecahan masalah yang terjadi dengan menerapkan ilmu yang
diperoleh.
Dikarenakan terjadinya wabah penyakit COVID-19 yang berkepanjangan,
maka kerja praktik tidak dapat dilakukan langsung di industri. Terdapat pilihan
lain untuk dilakukannya kerja praktik berbasis penelitian yakni Laboratorium
Kimia Dasar Institut Teknologi Kalimantan. Dengan adanya pilihan tersebut, kami
dapat melaksanakan kerja parktik di Laboratorium Kimia Dasar Institut Teknologi
Kalimantan dengan proses pengolahan air limbah laundry menjadi air bersih
sesuai dengan yang telah dipelajari.

1.2 Tujuan Kerja Praktik


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kerja praktik ini
adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan aplikasi keteknik-kimiaan terkhusus dalam pengolahan
limbah cair untuk menghasilkan produk.
2. Untuk memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang harus ditempuh
sebagai persyaratan kelulusan mahasiswa tahap sarjana di Program Studi
Teknik Kimia, Jurusan Teknologi Industri dan Proses Institut Teknologi
Kalimantan, Balikpapan.

1.3 Manfaat Kerja Praktik


Adapun manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan kerja praktik ini adalah
sebagai berikut :
1. Kegiatan Kerja Praktik ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam wawasan berpikir, bernalar, menganalisa, dan
mengatasi suatu masalah.
2. Menambah referensi mengenai perkembangan industry bidang laboratorium
melalui proses dan teknologi yang mutakhir.
3. Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan selama Kerja Praktik dapat
menjadi bahan referensi bagi laboratorium untuk menemukan kebijakan di
masa yang akan datang.

2
BAB 2
DESKRIPSI PROTOTYPE
UNIT PENGOLAHAN AIR ATAU AIR LIMBAH

2.1 Prototype Unit Pengolahan Air atau Air Limbah


Prototype ini dibuat oleh mahasiswa Teknik Kimia Institut teknologi
Kalimantan dengan nama Aidil Muzzawir, Ryan Rizki Hidayat, Micko Aldi
Satria, dan Setio Budi. Menggunakan bahan akrilik sebagai tangki dan besi
serbaguna sebagai rangka untuk membuat alat yang digunakan untuk proses
pengolahan air limbah. Beberapa jenis air limbah dapat digunakan pada prototype
pengolahan air limbah ini seperti air waduk, air sungai, air tanah, dan air laundry.
Prototype ini memiliki rangkaian tangki di dalamnya, mulai dari waste water
tank, screening bar, grit tank, sedimentation tank 1, aeration tank, sedimentation
tank 2, dan chlorination tank. Selain itu, prototype ini juga menggunakan metode
koagulasi flokulasi pada proses utamanya dalam penjernihan air.

Gambar 2.1 Desain Prototype Unit Pengolahan Limbah Cair

3
Gambar 2.2 Prototype Unit Pengolahan Limbah Cair

2.1.1 Waste Water Tank


Waste water tank pada prototype ini berukuran 25x25x20cm dan berfungsi
sebagai tangki awal penampungan air limbah sebelum menuju tangki screening
bar.

Gambar 2.3 Waste Water Tank

2.1.2 Screening Bar


Tangki screening bar pada prototype ini berukuran 25x25x20cm dan
berfungsi untuk memisahkan partikel atau padatan yang cukup besar yang tidak
dapat melewati screening akan tertahan dan proses screening penting juga untuk
menjaga agar padatan-padatan tersebut nantinya tidak merusak sistem pompa pada
prototype pengolahan air limbah ini.

4
Gambar 2.4 Screening Bar

2.1.3 Grit Tank


Grit tank pada pengolahan limbah ini memiliki ukuran 15x20x25cm dan
berfungsi untuk mengendapkan tanah kasar, pasir dan partikel halus mineral dari
air yang akan diolah dan melindungi pompa dari partikel kasar yang tidak
tersaring di screening bar pada prototype pengolahan air limbah.

Gambar 2.5 Grit Tank

5
2.1.4 Sedimentation Tank 1
Sedimentasi ini berukuran 25x25x20cm berfungsi sebagai tangki pemisahan
partikel yang tersuspensi di dalam air dapat berupa tanah maupun zat organik dan
anorganik lainnya. Pada proses sedimentasi tidak jauh berbeda dengan tangki grit
tank, namun memakan waktu yang lebih lama untuk memastikan padatan atau
lumpur pada air limbah mengendap secara sempurna.

Gambar 2.6 Sedimentation Tank 1

2.1.5 Aeration Tank


Tangki aerasi ini berukuran 25x25x20cm dan berfungsi untuk
menambahkan oksigen ke dalam air agar oksigen terlarut di dalam air semakin
tinggi. Meningkatnya oksigen dapat membantu zat-zat untuk menguap dan dapat
mempengaruhi rasa serta bau dari air limbah yang digunakan. Proses aerasi
sangatlah penting untuk melakukan proses pengolahan limbah yang membutuhkan
bakteri aerob pada proses pengolahan biologisnya karena bakteri aerob
memerlukan oksigen bebas untuk proses metabolismenya. Selain itu tangki aerasi
juga berperan penting dalam penurunan kadar COD dan BOD pada air limbah.

6
Gambar 2.7 Aeration Tank

2.1.6 Sedimentation Tank 2


Tangki sedimentasi 2 ini berukuran 25x25x20cm serta memiliki proses
utama yang tidak jauh berbeda dengan tangki sedimentasi 1 yaitu pengendapan.
Perbedaannya hanya pada tangki sedimentasi 2 terdapat proses koagulasi-flokulasi
menggunakan bantuan dari chemical yaitu penambahan Kalsium hipoklorit atau
Kaporit, Aluminum sulfat, Natrium Karbonat atau Soda ash, dan Polimer anion-
kation dengan bantuan pompa aerasi untuk proses pengadukannya. Nantinya dari
proses penambahan chemical tersebut akan mulai terjadi penurunan kekeruhan
dan membentuk flok-flok besar pada air limbah, sehingga membutuhkan proses
sedimentasi untuk memastikan flok-flok tadi terpisah dan mengendap di dasar
tangki.

Gambar 2.8 Sedimentation Tank


7
2.1.7 Chlorination Tank
Tangki klorinasi merupakan proses akhir dalam prototype unit pengolahan
air limbah yang berfungsi sebagai tangki penambahan desinfektan dimana pada
tangki ini menggunakan kalsium hipoklorit atau kaporit dan berukuran
25x25x20cm. Tangki klorinasi juga memiliki beberapa fungsi antara lain :
1. Mengoksidasi zat besi, mangan, dan hidrogen sulfida
2. Dapat menghilangkan bau dan rasa tidak enak pada air
3. Dapat mengontrol perkembangan alga dan mikroorganisme
4. Dapat membantu proses koagulasi

Gambar 2.9 Chlorination Tank

8
BAB 3
TUGAS KHUSUS

3.1 Gambaran Umum Tugas Khusus


3.1.1 Latar Belakang Tugas Khusus
Pemakaian deterjen semakin lama semakin meningkat sejalan dengan laju
pertumbuhan penduduk setiap tahun, artinya semakin meningkat pendapatan
masyarakat maka konsumsi deterjen juga meningkat. Dampak yang ditimbulkan
bila air buangan yang mengandung deterjen berlebihan adalah terjadinya
pencemaran dan menggangu ekosistem biota yang terdapat diperairan. Limbah
laundry dominan berasal dari pelembut pakaian dan deterjen. Bahan aktif yang
banyak terkandung pada pelembut pakaian dan deterjen adalah ammonium
klorida, LAS, sodium dodecyl benzene sulfonate, natrium karbonat, natrium sulfat,
alkilbenzena sulfonate. Bahan-bahan tersebut merupakan bahan yang tidak ramah
lingkungan (non-biodegradable).
Di Indonesia belum banyak upaya khusus untuk menangani masalah
pencemaran air yang disebabkan oleh deterjen. Beberapa upaya yang telah
dilakukan salah satunya dengan mengganti rantai bercabang dari Alkyl Benzene
Sulfonate (ABS) menjadi rantai lurus Linier Alkyl Sulfonate (LAS) yang dapat
dibiodegradasi. Deterjen ini bersifat dapat dirusak oleh mikroorganisme.
Pada kerja praktik ini dilakukan pengolahan air limbah laundry dengan
menggunakan prototype pengolahan air limbah dan pengujian parameter uji fisik
terhadap air limbah dengan proses koagulasi-flokulasi. Pada pengujian ini ada
beberapa parameter yang dilakukan seperti suhu, pH (derajat keasaman),
kekeruhan, dan bau.

3.1.2 Tujuan Tugas Khusus


Tujuan dari pelaksanaan tugas khusus kerja praktik ini ialah mengolah air
limbah dari limbah cair laundry dan mengetahui karakteristik limbah cair laundry
setelah menggunakan proses prototype unit pengolahan limbah cair.

9
3.1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada tugas khusus ini ialah dibatasinya parameter
pada pengujian air limbah laundry secara fisik melalui parameter uji pH, uji suhu,
uji kekeruhan, dan uji bau dengan menggunakan prototype unit pengolahan air
limbah.

3.2 Tinjauan Pustaka


3.2.1 Limbah Cair
Limbah cair domestik terbagi dalam dua kategori yaitu limbah cair domestik
yang berasal dari air cucian, seperti sabun, deterjen, minyak dan peptisida dan
limbah cair domestik yang berasal dari kakus, seperti sabun, shampoo, tinja dan
air seni. Maka dapat disimpulkan limbah laundry termasuk kedalam kategori
limbah cair domestik. Usaha laundry dalam prosesnya menggunakan deterjen dan
sabun sebagai bahan pencuci. Akan tetapi deterjen lebih sering digunakan
daripada sabun karena deterjen dapat menghasilkan buih yang lebih banyak
dibandingkan dengan sabun yang menurut kebanyakan orang banyaknya buih
mampu menghilangkan kotoran yang berada di pakaian mereka.
Limbah cair laundry yang dihasilkan oleh deterjen mengandung fosfat yang
tinggi yang berasal dari sodium tripolyphospat (STPP) yang dalam deterjen
berfungsi sebagai builder yang merupakan unsur terpenting kedua setelah
surfaktan karena kemampuannya menonaktifkan mineral kesadahan dalam air
sehingga deterjen dapat bekerja secara optimal. Bila kandungan fosfat dalam air
limbah laundry semakin tinggi maka hal ini akan mengganggu lingkungan sekitar
badan air. Antara lain yaitu menyebabkan eutrofikasi dimana badan air menjadi
kaya akan nutrien terlarut, menurunnya kandungan oksigen terlarut dan
kemampuan daya dukung badan air terhadap biota air (Ali, 2011).

3.2.2 Karakteristik Limbah Cair Laundry


Limbah cair, baik domestik maupun non domestik mempunyai beberapa
karakteristik sesuai dengan sumbernya, di mana karakteristik limbah cair dapat
digolongkan pada karakteristik fisik, kimia, dan biologi sebagai berikut.

10
1. Karakteristik Fisik
Karakteristik fisik air limbah yang perlu diketahui adalah total solid, bau,
suhu, densitas, warna, konduktivitas, dan turbidity.
a. Total Solid
Total solid adalah semua materi yang tersisa setelah proses evaporasi
pada suhu 103oC-105oC. Karakteristik yang bersumber dari saluran air
domestik, industri, erosi tanah, dan infiltrasi ini dapat menyebabkan
bangunan pengolahan penuh dengan sludge dan kondisi anaerob dapat
tercipta sehingga mengganggu proses pengolahan.
b. Bau
Karakteristik ini bersumber dari gas-gas yang dihasilkan selama
dekomposisi bahan organik dari air limbah atau karena penambahan
suatu substrat ke air limbah.
c. Suhu
Suhu ini mempengaruhi konsentrasi oksigen terlarut di dalam air. Air
yang baik mempunyai temperatur normal 8oC dari suhu kamar 27oC.
Semakin tinggi temperatur air (>27 oC) maka kandungan oksigen
dalam air berkurang atau sebaliknya.
d. Density
Density adalah perbandingan antara massa dengan volume yang
dinyatakan sebagai slug/ft3 (kg/m3).
e. Warna
Air limbah yang berwarna banyak menyerap oksigen dalam air,
sehingga dalam waktu lama akan membuat air berwarna hitam dan
berbau.
f. Kekeruhan
Kekeruhan diukur dengan perbandingan antara intensitas cahaya yang
dipendarkan oleh sampel air limbah dengan cahaya yang dipendarkan
oleh suspensi standar pada konsentrasi yang sama (Eddy, 2008).
2. Karakteristik Kimia
Pada air limbah ada tiga karakteristik kimia yang perlu diidentifikasi yaitu
bahan organik, anorganik, dan gas.

11
a. Bahan organik
Pada air limbah bahan organik bersumber dari hewan, tumbuhan, dan
aktivitas manusia. Bahan organik itu sendiri terdiri dari C, H, O, N,
yang menjadi karakteristik kimia adalah protein, karbohidrat, lemak
dan minyak, surfaktan, pestisida dan fenol, dimana sumbernya adalah
limbah domestik, komersil, industri kecuali pestisida yang bersumber
dari pertanian.
b. Bahan anorganik
Jumlah bahan anorganik meningkat sejalan dan dipengaruhi oleh asal
air limbah. Pada umumnya berupa senyawa-senyawa yang
mengandung logam berat (Fe, Cu, Pb, dan Mn), asam kuat dan basa
kuat, senyawa fosfat senyawa-senyawa nitrogen (amoniak, nitrit, dan
nitrat), dan juga senyawa-senyawa belerang (sulfat dan hidrogen
sulfida).
c. Gas
Gas yang umumnya ditemukan dalam limbah cair yang tidak diolah
adalah nitrogen (N2), oksigen (O2), metana (CH4), hidrogen sulfida
(H2S), amoniak (NH3), dan karbondioksida.
3. Karakteristik Biologi
Pada air limbah, karakteristik biologi menjadi dasar untuk mengontrol
timbulnya penyakit yang dikarenakan organisme pathogen. Karakteristik
biologi tersebut seperti bakteri dan mikroorganisme lainnya yang terdapat
dalam dekomposisi dan stabilisasi senyawa organik (Eddy, 2008).
Ambang batas dari air limbah laundry dilihat pada Tabel 1.
Tabel 3.1 Ambang Batas Limbah Laundry
Eriksson et al. Hoinkis Ge et al. Savitri
Parameter
(2002) (2008) (2004) (2007)
Temperatur (C) 28-32 15-30 27
Ph 9,3-10 9-11 7,83-9,5 8,2-8,8
Kekeruhan (NTU) 50-210 - 471-583 -
Surfaktan (mg/L) - - 72,3-64,5 210,6
COD (mg/L) 725 1050 785-1090 1815
BOD (mg/L) 150-380 - - 1087
TSS (mg/L) 120-280 - - -
Fosfat (mg/L) 4-15 5 - 7,64
Total Nitrogen (mg/L) 6-21 40 - -
(Hudori, 2008)

12
3.2.3 Dampak Air Limbah
Air mendukung ekosistem yang sangat kompleks dan di dalamnya terjadi
perubahan baik secara fisik, kimia maupun biologi. Perubahan spesifik sering
disebabkan oleh pembuangan air limbah yang masuk ke dalam air dan
menghasilkan perubahan yang signifikan. Misalnya, polutan organik
mengakibatkan tertekannya kadar oksigen yang berpengaruh terhadap kehidupan
ikan, nitrogen dan fosfor merangsang pertumbuhan alga, logam berat dan ikatan
organik yang persisten dapat berakumulasi dalam rantai makanan. Dampak
pembuangan air limbah terhadap ekosistem ditandai dengan adanya perubahan
baik struktur maupun fungsi berbagai komponen kehidupan dalam ekosistem itu
sendiri. Perubahan ekosistem ini lebih lanjut akan berpengaruh terhadap fungsi
ekosistem itu sendiri dalam perannya sebagai natural purifier.
1. Gangguan terhadap kesehatan manusia
Gangguan terhadap kesehatan manusia dapat disebabkan oleh kandungan
bakteri, virus, senyawa nitrat, beberapa bahan kimia dari industri dan jenis
pestisida yang terdapat dari rantai makanan, serta beberapa kandungan logam
seperti merkuri, timbal, dan kadmium.
2. Sungai
Berkurangnya kadar oksigen yang disebabkan oleh masuknya bahan organik
dalam air di antaranya disebabkan oleh karena diterimanya air limbah
kedalam sungai. Sungai memiliki kemampuan untuk reaerasi dengan
sendirinya karena kontak dengan udara, tetapi kebutuhan oksigen untuk
keperluan biologis seringkali melebihi kapasitas reaerasi sehingga
menimbulkan tertekannya kadar oksigen. Apabila sungai menerima air
limbah yang mengandung bahan organik secara terus-menerus, maka akan
terjadi penurunan kadar oksigen dalam air. Kadar oksigen terlarut (DO)
dalam air merupakan hasil aerasi alamiah dan karena kegiatan deoksigenasi
mikroorganisme. DO mulai menunjukan perbaikan pada saat terjadi
reoksigenasi melebihi deoksigenasi. Apabila beban BOD melebihi kapasitas
asimilasi dalam sungai, maka terjadi benar-benar kekurangan oksigen dan
berbagai ikan akan mencapai keadaan yang kritis.

13
Oksigen terlarut memainkan peranan utama dalam ekosistem air. DO dalam
sungai berfungsi dalam mengubah populasi mikrobial tetapi dalam
kenyataannya dikendalikan atau dipengaruhi oleh tersedianya makanan yang
berupa polutan organik. Pencemaran organik yang berat menyebabkan
berkurangnya kadar oksigen terlarut sehingga menyebabkan berbagai ikan
mati karena kekurangan oksigen. Matinya berbagai jenis ikan dan timbulnya
bau berhubungan dengan tingkat oksigen yang rendah. Pencemaran organik
pada tingkat yang rendah dapat mempengaruhi kadar oksigen tetapi masih
cukup untuk memenuhi kebutuhan kehidupan ikan dan perkembangannya,
sementara dengan kondisi demikian terbentuknya fosfat dan nitrat dari hasil
penguraian bahan organik cukup menumbuhkan mikrofita sebagai makanan
ikan dan sejenisnya. Dalam hal terakhir kualitas air limbah yang dilepas harus
betul-betul mengikuti persyaratan kualitas air limbah yang ditetapkan
menurut peraturan perundang-undangan.
3. Danau
Danau seringkali terkena dampak karena kadar nitrogen dan fosfor yang
tinggi yang dibuang dan berpengaruh terhadap stimlasi pertumbuhan alga.
Lamanya waktu penahanan, kondisi yang tidak bergerak (air tenang) dan
banyaknya sinar matahari yang menembus air karena rendahnya bahan yang
menyebabkan kekeruhan, memberikan keadaan yang kondusif terhadap
pertumbuhan alga dan terjadilah algal blooms, suatu ledakan populasi alga di
danau tersebut. Ledakan populasi alga ini menyebabkan tertekannya kadar
oksigen terlarut (DO) sehingga berpengaruh terhadap kematian populasi ikan
di dalamnya. Alga memang memproduksi oksigen pada siang hari, sementara
mereka juga mengonsumsinya pada saat malam hari. Beberapa masalah bau
dan rasa sering dihubungkan dengan ledakan populasi alga (Asfawi, 2014).

14
3.2.4 Unit Pengolahan Limbah Cair
Adapun diagram alir pada pengolahan limbah air laundry.

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan

1. Bar Screen
Screening biasanya dilakukan pada waktu awal proses pengolahan air
limbah. Proses ini digunakan untuk memisahkan benda padat atau sampah
pada air limbah, misalnya plastik, kertas, kayu dan benda padat lainnya.
Benda-benda padat atau sampah-sampah ini harus dipisahkan dari air
limbah dikarenakan untuk menghindari kerusakan pada sistem peralatan
pemisah lumpur dan pengolahan selanjutnya. Sampah/ kotoran yang berasal
dari saringan tersebut biasanya dibersihkan secara manual dengan tenaga
manusia dibuang disebelah bak yang tidak jauh dari sumber dan dilakukan
bila terjadi penyumbatan pada saringan. Screening ini biasanya terbuat dari
besi baja, berbentuk segi empat dan jeruji dari plat besi (Kristijarti, 2013).
2. Grit Tank
Grit tank adalah tempat proses pengolahan air terjadi dimana fungsi grit
tank ini adalah menghilangkan tanah kasar, pasir dan partikel halus mineral
dari air yang akan diolah sehingga tidak mengendap dalam saluran ataupun
pipa dan melindungi pompa dan mesin dari abrasi. Secara teoretis, partikel
yang bisa diendapkan oleh grit tank ini adalah partikel yang berukuran >200
mm. Grit tank tidak lain hanyalah seperti tangki sedimentasi, yang
dirancang untuk memisahkan partikel yang lebih berat dan lebih ringan juga
termasuk dalam ukuran besar (Kristijarti, 2013).

15
3. Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pemisahan partikel yang tersuspensi diair.
Partikel yang tersuspensi di air memiliki massa jenis yang lebih besar dari
air. Proses sedimentasi merupakan pemisahan yang dipengaruhi gaya
gravitasi berdasarkan perbedaan partikel yang tersuspensi dengan larutannya
(Carlsson, 1998). Pada proses ini air akan ditampung pada suatu tempat
penampungan yang cukup selama beberapa jam. Air tersebut dijaga
kecepatan dengan pergerakannya sehingga Turbulensi akan berkurang.
Dengan berkurangnya tubulensi pada air maka senyawa koloid yang
membentuk partikel dengan ukuran yang lebih besar akan semakin banyak,
dan partikelpartikel tersebut kemudian mengendap ke dasar tempat
penampungan sehingga terpisah dengan air (Kristijarti, 2013).
4. Aerasi
Aerasi adalah proses pengolahan air dengan cara mengkontakkannya dengan
udara. Adapun tujuan dari aerasi ini adalah untuk penambahan jumlah
oksigen terlarut, penurunan jumlah CO2, menghilangkan H2S, CH4 yang
menyebabkan timbulnya bau, menurunkan Fe dan Mn dalam air. Secara
umum, ada beberapa metode aerasi salah satunya yang kami gunakan pada
prototype kami yaitu Diffused air aerator, suatu proses aerasi dimana
sejumlah udara di injeksikan (pompa) ke dalam air baku melalui tekanan
yang tinggi ke dalam tangki/bak pengolahan. Udara yang didisfusikan akan
mengoksidasi beberapa senyawa yang dapat dihilangkan dengan proses
oksidasi yang terjadi (Kristijarti, 2013).
5. Koagulasi dan Flokulasi
Koagulasi flokulasi adalah salah satu proses kimia yang digunakan untuk
menghilangkan bahan cemaran yang tersuspensi atau dalam bentuk koloid.
Dimana partikel-partikel koloid ini tidak dapat mengendap sendiri dan sulit
ditangani oleh perlakuan fisik. Pada proses koagulasi, koagulan dan air
limbah yang akan diolah dicampurkan dalam suatu wadah atau tempat
kemudian dilakukan pengadukan secara cepat agar diperoleh campuran yang
merata distribusi koagulannya sehingga proses pembentukan gumpalan atau
flok dapat terjadi secara merata pula. Proses flokulasi dilakukan setelah

16
setelah proses koagulasi dimana pada proses koagulasi kekokohan partikel
koloid ditiadakan sehingga terbentuk flok-flok lembut yang kemudian dapat
disatukan melalui proses flokulasi.
Koagulasi didefinisikan sebagai proses destabilisasi muatan koloid padatan
tersuspensi termasuk bakteri dan virus, dengan suatu koagulan. sehingga akan
terbentuk flok-flok halus yang dapat diendapkan, Pengadukan cepat (flash mixing)
merupakan bagian integral dari proses koagulasi. Tujuan pengadukan cepat adalah
untuk mempercepat dan menyeragamkan penyebaran zat kimia melalui air yang
diolah. Koagulan yang umum dipakai adalah alumunium sulfat, feri sulfat, fero
sulfat dan PAC. Pengadukan cepat yang efektif sangat penting ketika
menggunakan koagulan logam seperti alum dan ferric chloride, karena proses
hidrolisnya terjadi dalam hitungan detik dan selanjutnya terjadi adsorpsi partikel
koloid. Waktu yang dibutukan untuk zat kimia lain seperti polimer
(polyelectrolites), chlorine, zat kimia alkali, ozone, dan potassium permanganat,
tidak optimal karena tidak mengalami reaksi hidrolisis.
Flokulasi merupakan proses pembentukan flok, yang pada dasarnya
merupakan pengelompokan/ aglomerasi antara partikel dengan koagulan
(menggunakan proses pengadukan lambat atau slow mixing). Pada flokulasi
terjadi proses penggabungan beberapa partikel menjadi flok yang berukuran besar.
Partikel yang berukuran besar akan mudah diendapkan (Kristijati, 2013)

17
3.3 Metodologi Percobaan
3.3.1 Diagram Alir
Adapun diagram alir untuk pengolahan limbah cair laundry dengan metode
koagulasi-flokulasi menggunakan prototype unit pengolahan limbah cair.

MULAI

PREPARASI BAHAN KIMIA

MELAKUKAN PROSEDUR UJI


COBA

ANALISIS HASIL DATA

SELESAI

Gambar 3.2 Diagram Alir Percobaan

18
3.3.2 Prosedur Pelaksanaan Tugas Khusus
Adapun metodologi percobaan dalam menyusun tugas khusus pengolahan
limbah cair laundry ialah sebagai berikut:

Gambar 3.3 Prototype Unit Pengolahan Limbah Cair

1. Menyiapkan bahan percobaan prototype unit pengolahan limbah cair


a. Limbah air laundry 8 L
b. Larutan kalsium hipoklorit 1%
c. Larutan alumunium sulfat 1%
d. Larutan natrium karbonat 1%
e. Larutan polimer anion-kation
f. Mikroorganisme EM-4
2. Melakukan percobaan prototype
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Merangkai prototype unit pengolahan limbah cair sesuai dengan skema
percobaan
c. Tuangkan 8 L limbah air laundry secara perlahan ke tangki 1 (waste
water tank)
d. Tunggu sampai limbah air laundry melewati tangki ke 2 (screening bar)
dan sampai ke tangki ke 3 (grit tank)
e. Diamkan limbah air laundry pada grit tank selama 10 menit agar padatan
dapat mengendap

19
f. Air dipompa dari grit tank ke tangki sedimentasi 1, kemudian diamkan
kembali limbah air laundry agar terjadi endapan pada padatan selama 15
menit
g. Setelah padatan mengendap limbah air laundry dari tangki sedimentasi
disalurkan ke tangki aerasi dan ditambahkan mikroorganisme EM4
sebanyak 1 ml
h. Selanjutnya memasuki proses aerasi selama 25 menit
i. Alirkan air dari tangki aerasi ke tangki sedimentasi 2 menggunakan
pompa lalu tambahkan chemical sesuai urutannya yaitu aluminum sulfat
1% sebanyak 30 ml, kalsium karbonat 1% atau soda ash sebanyak 35 ml,
dan polimer anion-kation sebanyak 15 ml dan aduk dengan bantuan
pompa aerasi hingga bahan homogen dengan limbah air laundry tersebut
dan membentuk flok lalu biarkan flok mengendap selama 10 menit
j. Alirkan air dari tangki sedimentasi 2 ke tangki klorinasi dan campurkan
dengan larutan kalsium hipoklorit 1% sebanyak 10 ml
k. Ambil sampel air yang telah diproses ke dalam gelas beaker
l. Uji sampel air pada parameter suhu, pH, bau, kekeruhan dan catat hasil
data pengujiannya
3. Melakukan perbandingan limbah air laundry sebelum dan sesudah diproses
4. Menganalisis hasil data yang didapatkan

3.4 Hasil dan Pembahasan


3.4.1 Hasil
Tabel dibawah merupakan hasil pengolahan air limbah laundry dengan
menggunakan prototype pengolahan air limbah.
Tabel 3.2 Hasil Percobaan Pengolahan Air Laundry
Parameter Sebelum Pengolahan Sesudah Pengolahan
Suhu (C) 31 30
pH 8 7
Kekeruhan Keruh Jernih
Bau Berbau Sabun Berbau Kaporit

20
3.4.2 Pembahasan

Gambar 3.4 Perbandingan Air Limbah Laundry Sebelum dan Sesudah


Proses

Pada kerja praktik ini dilakukan pengolahan air limbah laundry dengan hasil
yang ditujukan pada gambar 3.3. Pada pengujian ini ada beberapa parameter yang
dilakukan seperti suhu, pH (derajat keasaman), kekeruhan, dan bau. Pengukuran
suhu sebelum proses koagulasi flokulasi bertujuan untuk mengetahui kondisi awal
suhu yang terdapat limbah laundry, sedangkan pengukuran suhu setelah proses
koagulasi flokulasi bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari
proses koagulasi flokulasi. Suhu air limbah laundry setelah perlakuan berada pada
rentang suhu 30C - 31C (ditunjukkan oleh gambar 3.4) dimana penambahan
koagulan tidak mempengaruhi suhu limbah laundry secara signifikan. Pada proses
ini suhu mengalami penurunan setelah mendapat perlakuan koagulasi flokulasi,
penurunan suhu yang terjadi karena terjadinya pelepasan panas oleh gas CO 2.
Penambahan koagulan Al2SO4 tidak mempengaruhi perubahan suhu secara
signifikan. Rentang suhu tersebut masih memnuhi baku mutu dengan kadar
maksimum suhu di dalam air limbah sebesar 38C (Asnadi dan Suharno, 2012).

21
Gambar 3.5 Pengukuran Suhu Sebelum dan Sesudah Proses

Derajat Keasaman (pH) digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau


basa yang dimiliki suatu zat, larutan atau benda. Mengukur pH (ditunjukkan oleh
gambar 3.5) sebelum dilakukan penambahan bahan kimia pada proses koagulasi
flokulasi bertujuan untuk mengetahui pH air limbah laundry agar dapat memilih
koagulan yang tepat, sehingga proses koagulasi flokulasi dapat berjalan dengan
optimum. Sedangkan pengukuran pH setelah proses koagulasi flokulasi bertujuan
untuk mengetahuai seberapa besar pengaruh perubahan nilai pH air limbah
berdasarkan penambahan Al2SO4 yang diberikan di sampel air limbah laundry.
Penurunan pH menjadi asam yang terjadi pada setiap koagulan Al 2SO4 disebabkan
oleh Al2SO4 yang bersifat asam dan dapat menetralkan pH yang sebelumnya basa.
Penambahan koagulan yang semakin tinggi akan menyebabkan penurunan pH
dalam kondisi asam yang semakin tinggi juga. Penurunan kekeruhan disebabkan
oleh aktivitas multi mikroorganisme anaerobik yang terdapat dalam air limbah.

22
Gambar 3.6 Sebelum dan Sesudah Proses Pengolahan Air Limbah

Jasa laundry memberi dampak yang positif bagi pelaku dan pengguna jasa.
Disamping memiliki dampak positif, jasa laundry juga mempunyai dampak
negative yaitu salah satunya berupa kerusakan lingkungan akibat buangan
langsung dari limbah cair laundry ke badan air. Kandungan limbah cair laundry
banyak mengandung zat-zat kimia yang dapat merusak lingkugan salah satunya
kadar fosfat yang berlebihan.
Teknik pengolahan yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar senyawa
kimia dalam limbah cair laundry dengan beberapa cara seperti koagulasi flokulasi.
Dalam teknik pengolahan koagulasi flokulasi ada beberapa tahapan proses dan
penambahan zat kimia yang bertujuan untuk menjernihkan air limbah laundry.
Pada tahapan pertama dalam bak penampungan yang menggunakan screening bar
yang bertujuan menghambat partikel berukuran besar kedalam grit tank.

23
Gambar 3.7 Limbah Air Laundry Melewati Screening Bar

Pada tahapan selanjutntya air dipompa dari grit tank ke tangki sedimentasi 1 yang
bertujuan untuk mengendapkan partikel-partikel padat.

Gambar 3.8 Proses Pengendapan Pada Grit Tank

24
Gambar 3.9 Proses Sedimentasi 1

Setelah padatan mengendap air dari tangki sedimentasi 1 disalurkan ke


tangki aerasi dan ditambahkan mikroorganisme EM4 sebanyak 1 ml yang
bertujuan untuk mengoksidasi beberapa senyawa yang dapat dihilangkan dengan
proses oksidasi yang terjadi.

Gambar 3.10 Proses Aerasi

25
Kemudian air limbah disalurkan ke tangki sedimentasi 2 menggunakan
pompa dan menambahkan alumunium sulfat 1% yang bertujuan untuk
menjernihkan air limbah hingga terbentuk flok. Penambahan kalsium karbonat 1%
bertujuan untuk menstabilkan pH pada air limbah. Penambahan polymer bertujuan
untuk mereaksiakan secara kimia agar dapat membetuk suatu rantai linear dari
rantai polimer.

Gambar 3.11 Flok Yang Terbentuk Pada Proses Koagulasi-Flokulasi

Pada tahap terakhir air limbah disalurkan ke dalam tangki klorinasi dengan
proses penambahan klorin yang bertujuan untuk pemurnian air limbah pada proses
terakhir dan dilakukan pengujian kembali pada air yang telah di proses melalui
Teknik pengolahan koagulasi flokulasi. Kemudian di analisa perbandingan data
air limbah laundry sebelum di proses dan sesudah di proses. Dari hasil data yang
didapatkan menujukan bahwa ada penurunan kadar pH, suhu, bau, dan kerjenihan.
Pada penelitan ini menunjukkan bahwa alat yang dibuat dapat menurunkan
polutan air limbah laundry.

26
3.5 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan ialah prototype unit pengolahan air
limbah yang telah di buat dapat menjernihkan limbah air laundry dan didapatkan
hasil dari proses pengolahan air limbah laundry yaitu pH yang dihasilkan
menurun, kekeruhan air menurun menjadi jernih, dan menghilangkan bau pada
limbah air laundry.

3.6 Saran
Adapun saran dalam pengolahan air limbah laundry dengan menggunakan
water treatment plant prototype yaitu sebaiknya dilakukan pengujian BOD
(Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), TSS (Total
Suspendedd Solid), Fosfat dan DO.

27
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M 2011, Rembesan Air Lindi Dampak Pada Tanaman Pangan dan
Kesehatan, Surabaya, UPN Press.
Asfawi, S 2014, Dampak Usaha Laundry Terhadap Tingkat Pencemaran Air
Studi Kasus di Kelurahan Pindrikan Kidul, Semarang, Universitas Dian
Nuswantoro.
Asmadi & Suharno 2012, Dasar – Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah,
Yogyakarta, Gosyen Publishing.
Eddy 2008, ‘Karakteristik Limbah Cair’, Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, vol. 2,
no. 2, hh. 20.
Kristijarti, A. P., Ign Suharto, Marienna 2013, Penentuan Jenis Koagulan dan
Dosis Optimum untuk Meningkatkan Efisiensi Sedimentasi dalam Instalasi
Pengolahan Air Limbah Pabrik Jamu X. Parahyangan: Universitas Katolik
Parahyangan.

28

Anda mungkin juga menyukai