DISUSUN OLEH
AIDIL MUZZAWIR
NIM. 05171004
PEMBIMBING
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kerja praktik yang berjudul :
Pengolahan Air Limbah Laundry dengan Menggunakan Water Treatment
Plant Prototype
Laporan kerja praktik ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh
untuk menyelesaikan Program Sarjana di Program Studi Teknik Kimia, Jurusan
Teknologi Industri dan Proses, Institut Teknologi Kalimantan. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya yang selalu melimpah.
2. Kedua orang tua dan kakak penulis atas dukungan yang tiada henti.
3. Ibu Memik Dian Pusfitasari S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing.
4. Bapak Fadhil Muhammad Tarmidzi S.T., M.T. selaku Kepala Bidang KP,
TDPK dan TA Program Studi Teknik Kimia Jurusan Teknologi Industri dan
Proses ITK.
5. Bapak Adrian Gunawan, S.Si., M.Si. selaku Koordinator Program Studi
Teknik Kimia Jurusan Teknologi Industri dan Proses Institut Teknologi
Kalimantan.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Teknik Kimia Jurusan Teknologi
Industri dan Proses Institut Teknologi Kalimantan.
7. Bapak Feri selaku supervisor Water Treatment Plant Perumahan Balikpapan
Regency.
8. Bapak Rudi selaku operator Water Treatment Plant Perumahan Balikpapan
Regency.
9. Ryan Rizki Hidayat, Setio Budi, Micko Aldi Satria sebagai Partner Kerja
Praktik yang selalu membantu dan memberi dukungan.
10. Arvina Widya Sari selaku kerabat yang mau membantu pembuatan laporan.
11. Millenica Estrin Ronyarta, Desiana Nurhakim, Ramos Daniel Sianturi
sebagai penyemangat dan memberi dukungan dalam pembuatan laporan.
iii
12. Rekan-rekan Teknik Kimia Angkatan 2017 yang selalu ada dalam susah
maupun senang.
13. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan kerja praktik ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan kerja praktik ini masih jauh
dari sempurna, karena itu kami mengharapkan segala kritik dan saran yang
membangun. Semoga kerja praktik ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
3.3.1 Diagram Alir ........................................................................... 18
3.3.2 Prosedur Pelaksanaan Tugas Khusus...................................... 19
3.4 Hasil dan Pembahasan........................................................................ 20
3.4.1 Hasil ........................................................................................ 20
3.4.2 Pembahasan ............................................................................ 21
3.5 Kesimpulan ........................................................................................ 27
3.6 Saran ................................................................................................... 27
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 28
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
bagian dalam pemecahan masalah yang terjadi dengan menerapkan ilmu yang
diperoleh.
Dikarenakan terjadinya wabah penyakit COVID-19 yang berkepanjangan,
maka kerja praktik tidak dapat dilakukan langsung di industri. Terdapat pilihan
lain untuk dilakukannya kerja praktik berbasis penelitian yakni Laboratorium
Kimia Dasar Institut Teknologi Kalimantan. Dengan adanya pilihan tersebut, kami
dapat melaksanakan kerja parktik di Laboratorium Kimia Dasar Institut Teknologi
Kalimantan dengan proses pengolahan air limbah laundry menjadi air bersih
sesuai dengan yang telah dipelajari.
2
BAB 2
DESKRIPSI PROTOTYPE
UNIT PENGOLAHAN AIR ATAU AIR LIMBAH
3
Gambar 2.2 Prototype Unit Pengolahan Limbah Cair
4
Gambar 2.4 Screening Bar
5
2.1.4 Sedimentation Tank 1
Sedimentasi ini berukuran 25x25x20cm berfungsi sebagai tangki pemisahan
partikel yang tersuspensi di dalam air dapat berupa tanah maupun zat organik dan
anorganik lainnya. Pada proses sedimentasi tidak jauh berbeda dengan tangki grit
tank, namun memakan waktu yang lebih lama untuk memastikan padatan atau
lumpur pada air limbah mengendap secara sempurna.
6
Gambar 2.7 Aeration Tank
8
BAB 3
TUGAS KHUSUS
9
3.1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada tugas khusus ini ialah dibatasinya parameter
pada pengujian air limbah laundry secara fisik melalui parameter uji pH, uji suhu,
uji kekeruhan, dan uji bau dengan menggunakan prototype unit pengolahan air
limbah.
10
1. Karakteristik Fisik
Karakteristik fisik air limbah yang perlu diketahui adalah total solid, bau,
suhu, densitas, warna, konduktivitas, dan turbidity.
a. Total Solid
Total solid adalah semua materi yang tersisa setelah proses evaporasi
pada suhu 103oC-105oC. Karakteristik yang bersumber dari saluran air
domestik, industri, erosi tanah, dan infiltrasi ini dapat menyebabkan
bangunan pengolahan penuh dengan sludge dan kondisi anaerob dapat
tercipta sehingga mengganggu proses pengolahan.
b. Bau
Karakteristik ini bersumber dari gas-gas yang dihasilkan selama
dekomposisi bahan organik dari air limbah atau karena penambahan
suatu substrat ke air limbah.
c. Suhu
Suhu ini mempengaruhi konsentrasi oksigen terlarut di dalam air. Air
yang baik mempunyai temperatur normal 8oC dari suhu kamar 27oC.
Semakin tinggi temperatur air (>27 oC) maka kandungan oksigen
dalam air berkurang atau sebaliknya.
d. Density
Density adalah perbandingan antara massa dengan volume yang
dinyatakan sebagai slug/ft3 (kg/m3).
e. Warna
Air limbah yang berwarna banyak menyerap oksigen dalam air,
sehingga dalam waktu lama akan membuat air berwarna hitam dan
berbau.
f. Kekeruhan
Kekeruhan diukur dengan perbandingan antara intensitas cahaya yang
dipendarkan oleh sampel air limbah dengan cahaya yang dipendarkan
oleh suspensi standar pada konsentrasi yang sama (Eddy, 2008).
2. Karakteristik Kimia
Pada air limbah ada tiga karakteristik kimia yang perlu diidentifikasi yaitu
bahan organik, anorganik, dan gas.
11
a. Bahan organik
Pada air limbah bahan organik bersumber dari hewan, tumbuhan, dan
aktivitas manusia. Bahan organik itu sendiri terdiri dari C, H, O, N,
yang menjadi karakteristik kimia adalah protein, karbohidrat, lemak
dan minyak, surfaktan, pestisida dan fenol, dimana sumbernya adalah
limbah domestik, komersil, industri kecuali pestisida yang bersumber
dari pertanian.
b. Bahan anorganik
Jumlah bahan anorganik meningkat sejalan dan dipengaruhi oleh asal
air limbah. Pada umumnya berupa senyawa-senyawa yang
mengandung logam berat (Fe, Cu, Pb, dan Mn), asam kuat dan basa
kuat, senyawa fosfat senyawa-senyawa nitrogen (amoniak, nitrit, dan
nitrat), dan juga senyawa-senyawa belerang (sulfat dan hidrogen
sulfida).
c. Gas
Gas yang umumnya ditemukan dalam limbah cair yang tidak diolah
adalah nitrogen (N2), oksigen (O2), metana (CH4), hidrogen sulfida
(H2S), amoniak (NH3), dan karbondioksida.
3. Karakteristik Biologi
Pada air limbah, karakteristik biologi menjadi dasar untuk mengontrol
timbulnya penyakit yang dikarenakan organisme pathogen. Karakteristik
biologi tersebut seperti bakteri dan mikroorganisme lainnya yang terdapat
dalam dekomposisi dan stabilisasi senyawa organik (Eddy, 2008).
Ambang batas dari air limbah laundry dilihat pada Tabel 1.
Tabel 3.1 Ambang Batas Limbah Laundry
Eriksson et al. Hoinkis Ge et al. Savitri
Parameter
(2002) (2008) (2004) (2007)
Temperatur (C) 28-32 15-30 27
Ph 9,3-10 9-11 7,83-9,5 8,2-8,8
Kekeruhan (NTU) 50-210 - 471-583 -
Surfaktan (mg/L) - - 72,3-64,5 210,6
COD (mg/L) 725 1050 785-1090 1815
BOD (mg/L) 150-380 - - 1087
TSS (mg/L) 120-280 - - -
Fosfat (mg/L) 4-15 5 - 7,64
Total Nitrogen (mg/L) 6-21 40 - -
(Hudori, 2008)
12
3.2.3 Dampak Air Limbah
Air mendukung ekosistem yang sangat kompleks dan di dalamnya terjadi
perubahan baik secara fisik, kimia maupun biologi. Perubahan spesifik sering
disebabkan oleh pembuangan air limbah yang masuk ke dalam air dan
menghasilkan perubahan yang signifikan. Misalnya, polutan organik
mengakibatkan tertekannya kadar oksigen yang berpengaruh terhadap kehidupan
ikan, nitrogen dan fosfor merangsang pertumbuhan alga, logam berat dan ikatan
organik yang persisten dapat berakumulasi dalam rantai makanan. Dampak
pembuangan air limbah terhadap ekosistem ditandai dengan adanya perubahan
baik struktur maupun fungsi berbagai komponen kehidupan dalam ekosistem itu
sendiri. Perubahan ekosistem ini lebih lanjut akan berpengaruh terhadap fungsi
ekosistem itu sendiri dalam perannya sebagai natural purifier.
1. Gangguan terhadap kesehatan manusia
Gangguan terhadap kesehatan manusia dapat disebabkan oleh kandungan
bakteri, virus, senyawa nitrat, beberapa bahan kimia dari industri dan jenis
pestisida yang terdapat dari rantai makanan, serta beberapa kandungan logam
seperti merkuri, timbal, dan kadmium.
2. Sungai
Berkurangnya kadar oksigen yang disebabkan oleh masuknya bahan organik
dalam air di antaranya disebabkan oleh karena diterimanya air limbah
kedalam sungai. Sungai memiliki kemampuan untuk reaerasi dengan
sendirinya karena kontak dengan udara, tetapi kebutuhan oksigen untuk
keperluan biologis seringkali melebihi kapasitas reaerasi sehingga
menimbulkan tertekannya kadar oksigen. Apabila sungai menerima air
limbah yang mengandung bahan organik secara terus-menerus, maka akan
terjadi penurunan kadar oksigen dalam air. Kadar oksigen terlarut (DO)
dalam air merupakan hasil aerasi alamiah dan karena kegiatan deoksigenasi
mikroorganisme. DO mulai menunjukan perbaikan pada saat terjadi
reoksigenasi melebihi deoksigenasi. Apabila beban BOD melebihi kapasitas
asimilasi dalam sungai, maka terjadi benar-benar kekurangan oksigen dan
berbagai ikan akan mencapai keadaan yang kritis.
13
Oksigen terlarut memainkan peranan utama dalam ekosistem air. DO dalam
sungai berfungsi dalam mengubah populasi mikrobial tetapi dalam
kenyataannya dikendalikan atau dipengaruhi oleh tersedianya makanan yang
berupa polutan organik. Pencemaran organik yang berat menyebabkan
berkurangnya kadar oksigen terlarut sehingga menyebabkan berbagai ikan
mati karena kekurangan oksigen. Matinya berbagai jenis ikan dan timbulnya
bau berhubungan dengan tingkat oksigen yang rendah. Pencemaran organik
pada tingkat yang rendah dapat mempengaruhi kadar oksigen tetapi masih
cukup untuk memenuhi kebutuhan kehidupan ikan dan perkembangannya,
sementara dengan kondisi demikian terbentuknya fosfat dan nitrat dari hasil
penguraian bahan organik cukup menumbuhkan mikrofita sebagai makanan
ikan dan sejenisnya. Dalam hal terakhir kualitas air limbah yang dilepas harus
betul-betul mengikuti persyaratan kualitas air limbah yang ditetapkan
menurut peraturan perundang-undangan.
3. Danau
Danau seringkali terkena dampak karena kadar nitrogen dan fosfor yang
tinggi yang dibuang dan berpengaruh terhadap stimlasi pertumbuhan alga.
Lamanya waktu penahanan, kondisi yang tidak bergerak (air tenang) dan
banyaknya sinar matahari yang menembus air karena rendahnya bahan yang
menyebabkan kekeruhan, memberikan keadaan yang kondusif terhadap
pertumbuhan alga dan terjadilah algal blooms, suatu ledakan populasi alga di
danau tersebut. Ledakan populasi alga ini menyebabkan tertekannya kadar
oksigen terlarut (DO) sehingga berpengaruh terhadap kematian populasi ikan
di dalamnya. Alga memang memproduksi oksigen pada siang hari, sementara
mereka juga mengonsumsinya pada saat malam hari. Beberapa masalah bau
dan rasa sering dihubungkan dengan ledakan populasi alga (Asfawi, 2014).
14
3.2.4 Unit Pengolahan Limbah Cair
Adapun diagram alir pada pengolahan limbah air laundry.
1. Bar Screen
Screening biasanya dilakukan pada waktu awal proses pengolahan air
limbah. Proses ini digunakan untuk memisahkan benda padat atau sampah
pada air limbah, misalnya plastik, kertas, kayu dan benda padat lainnya.
Benda-benda padat atau sampah-sampah ini harus dipisahkan dari air
limbah dikarenakan untuk menghindari kerusakan pada sistem peralatan
pemisah lumpur dan pengolahan selanjutnya. Sampah/ kotoran yang berasal
dari saringan tersebut biasanya dibersihkan secara manual dengan tenaga
manusia dibuang disebelah bak yang tidak jauh dari sumber dan dilakukan
bila terjadi penyumbatan pada saringan. Screening ini biasanya terbuat dari
besi baja, berbentuk segi empat dan jeruji dari plat besi (Kristijarti, 2013).
2. Grit Tank
Grit tank adalah tempat proses pengolahan air terjadi dimana fungsi grit
tank ini adalah menghilangkan tanah kasar, pasir dan partikel halus mineral
dari air yang akan diolah sehingga tidak mengendap dalam saluran ataupun
pipa dan melindungi pompa dan mesin dari abrasi. Secara teoretis, partikel
yang bisa diendapkan oleh grit tank ini adalah partikel yang berukuran >200
mm. Grit tank tidak lain hanyalah seperti tangki sedimentasi, yang
dirancang untuk memisahkan partikel yang lebih berat dan lebih ringan juga
termasuk dalam ukuran besar (Kristijarti, 2013).
15
3. Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pemisahan partikel yang tersuspensi diair.
Partikel yang tersuspensi di air memiliki massa jenis yang lebih besar dari
air. Proses sedimentasi merupakan pemisahan yang dipengaruhi gaya
gravitasi berdasarkan perbedaan partikel yang tersuspensi dengan larutannya
(Carlsson, 1998). Pada proses ini air akan ditampung pada suatu tempat
penampungan yang cukup selama beberapa jam. Air tersebut dijaga
kecepatan dengan pergerakannya sehingga Turbulensi akan berkurang.
Dengan berkurangnya tubulensi pada air maka senyawa koloid yang
membentuk partikel dengan ukuran yang lebih besar akan semakin banyak,
dan partikelpartikel tersebut kemudian mengendap ke dasar tempat
penampungan sehingga terpisah dengan air (Kristijarti, 2013).
4. Aerasi
Aerasi adalah proses pengolahan air dengan cara mengkontakkannya dengan
udara. Adapun tujuan dari aerasi ini adalah untuk penambahan jumlah
oksigen terlarut, penurunan jumlah CO2, menghilangkan H2S, CH4 yang
menyebabkan timbulnya bau, menurunkan Fe dan Mn dalam air. Secara
umum, ada beberapa metode aerasi salah satunya yang kami gunakan pada
prototype kami yaitu Diffused air aerator, suatu proses aerasi dimana
sejumlah udara di injeksikan (pompa) ke dalam air baku melalui tekanan
yang tinggi ke dalam tangki/bak pengolahan. Udara yang didisfusikan akan
mengoksidasi beberapa senyawa yang dapat dihilangkan dengan proses
oksidasi yang terjadi (Kristijarti, 2013).
5. Koagulasi dan Flokulasi
Koagulasi flokulasi adalah salah satu proses kimia yang digunakan untuk
menghilangkan bahan cemaran yang tersuspensi atau dalam bentuk koloid.
Dimana partikel-partikel koloid ini tidak dapat mengendap sendiri dan sulit
ditangani oleh perlakuan fisik. Pada proses koagulasi, koagulan dan air
limbah yang akan diolah dicampurkan dalam suatu wadah atau tempat
kemudian dilakukan pengadukan secara cepat agar diperoleh campuran yang
merata distribusi koagulannya sehingga proses pembentukan gumpalan atau
flok dapat terjadi secara merata pula. Proses flokulasi dilakukan setelah
16
setelah proses koagulasi dimana pada proses koagulasi kekokohan partikel
koloid ditiadakan sehingga terbentuk flok-flok lembut yang kemudian dapat
disatukan melalui proses flokulasi.
Koagulasi didefinisikan sebagai proses destabilisasi muatan koloid padatan
tersuspensi termasuk bakteri dan virus, dengan suatu koagulan. sehingga akan
terbentuk flok-flok halus yang dapat diendapkan, Pengadukan cepat (flash mixing)
merupakan bagian integral dari proses koagulasi. Tujuan pengadukan cepat adalah
untuk mempercepat dan menyeragamkan penyebaran zat kimia melalui air yang
diolah. Koagulan yang umum dipakai adalah alumunium sulfat, feri sulfat, fero
sulfat dan PAC. Pengadukan cepat yang efektif sangat penting ketika
menggunakan koagulan logam seperti alum dan ferric chloride, karena proses
hidrolisnya terjadi dalam hitungan detik dan selanjutnya terjadi adsorpsi partikel
koloid. Waktu yang dibutukan untuk zat kimia lain seperti polimer
(polyelectrolites), chlorine, zat kimia alkali, ozone, dan potassium permanganat,
tidak optimal karena tidak mengalami reaksi hidrolisis.
Flokulasi merupakan proses pembentukan flok, yang pada dasarnya
merupakan pengelompokan/ aglomerasi antara partikel dengan koagulan
(menggunakan proses pengadukan lambat atau slow mixing). Pada flokulasi
terjadi proses penggabungan beberapa partikel menjadi flok yang berukuran besar.
Partikel yang berukuran besar akan mudah diendapkan (Kristijati, 2013)
17
3.3 Metodologi Percobaan
3.3.1 Diagram Alir
Adapun diagram alir untuk pengolahan limbah cair laundry dengan metode
koagulasi-flokulasi menggunakan prototype unit pengolahan limbah cair.
MULAI
SELESAI
18
3.3.2 Prosedur Pelaksanaan Tugas Khusus
Adapun metodologi percobaan dalam menyusun tugas khusus pengolahan
limbah cair laundry ialah sebagai berikut:
19
f. Air dipompa dari grit tank ke tangki sedimentasi 1, kemudian diamkan
kembali limbah air laundry agar terjadi endapan pada padatan selama 15
menit
g. Setelah padatan mengendap limbah air laundry dari tangki sedimentasi
disalurkan ke tangki aerasi dan ditambahkan mikroorganisme EM4
sebanyak 1 ml
h. Selanjutnya memasuki proses aerasi selama 25 menit
i. Alirkan air dari tangki aerasi ke tangki sedimentasi 2 menggunakan
pompa lalu tambahkan chemical sesuai urutannya yaitu aluminum sulfat
1% sebanyak 30 ml, kalsium karbonat 1% atau soda ash sebanyak 35 ml,
dan polimer anion-kation sebanyak 15 ml dan aduk dengan bantuan
pompa aerasi hingga bahan homogen dengan limbah air laundry tersebut
dan membentuk flok lalu biarkan flok mengendap selama 10 menit
j. Alirkan air dari tangki sedimentasi 2 ke tangki klorinasi dan campurkan
dengan larutan kalsium hipoklorit 1% sebanyak 10 ml
k. Ambil sampel air yang telah diproses ke dalam gelas beaker
l. Uji sampel air pada parameter suhu, pH, bau, kekeruhan dan catat hasil
data pengujiannya
3. Melakukan perbandingan limbah air laundry sebelum dan sesudah diproses
4. Menganalisis hasil data yang didapatkan
20
3.4.2 Pembahasan
Pada kerja praktik ini dilakukan pengolahan air limbah laundry dengan hasil
yang ditujukan pada gambar 3.3. Pada pengujian ini ada beberapa parameter yang
dilakukan seperti suhu, pH (derajat keasaman), kekeruhan, dan bau. Pengukuran
suhu sebelum proses koagulasi flokulasi bertujuan untuk mengetahui kondisi awal
suhu yang terdapat limbah laundry, sedangkan pengukuran suhu setelah proses
koagulasi flokulasi bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari
proses koagulasi flokulasi. Suhu air limbah laundry setelah perlakuan berada pada
rentang suhu 30C - 31C (ditunjukkan oleh gambar 3.4) dimana penambahan
koagulan tidak mempengaruhi suhu limbah laundry secara signifikan. Pada proses
ini suhu mengalami penurunan setelah mendapat perlakuan koagulasi flokulasi,
penurunan suhu yang terjadi karena terjadinya pelepasan panas oleh gas CO 2.
Penambahan koagulan Al2SO4 tidak mempengaruhi perubahan suhu secara
signifikan. Rentang suhu tersebut masih memnuhi baku mutu dengan kadar
maksimum suhu di dalam air limbah sebesar 38C (Asnadi dan Suharno, 2012).
21
Gambar 3.5 Pengukuran Suhu Sebelum dan Sesudah Proses
22
Gambar 3.6 Sebelum dan Sesudah Proses Pengolahan Air Limbah
Jasa laundry memberi dampak yang positif bagi pelaku dan pengguna jasa.
Disamping memiliki dampak positif, jasa laundry juga mempunyai dampak
negative yaitu salah satunya berupa kerusakan lingkungan akibat buangan
langsung dari limbah cair laundry ke badan air. Kandungan limbah cair laundry
banyak mengandung zat-zat kimia yang dapat merusak lingkugan salah satunya
kadar fosfat yang berlebihan.
Teknik pengolahan yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar senyawa
kimia dalam limbah cair laundry dengan beberapa cara seperti koagulasi flokulasi.
Dalam teknik pengolahan koagulasi flokulasi ada beberapa tahapan proses dan
penambahan zat kimia yang bertujuan untuk menjernihkan air limbah laundry.
Pada tahapan pertama dalam bak penampungan yang menggunakan screening bar
yang bertujuan menghambat partikel berukuran besar kedalam grit tank.
23
Gambar 3.7 Limbah Air Laundry Melewati Screening Bar
Pada tahapan selanjutntya air dipompa dari grit tank ke tangki sedimentasi 1 yang
bertujuan untuk mengendapkan partikel-partikel padat.
24
Gambar 3.9 Proses Sedimentasi 1
25
Kemudian air limbah disalurkan ke tangki sedimentasi 2 menggunakan
pompa dan menambahkan alumunium sulfat 1% yang bertujuan untuk
menjernihkan air limbah hingga terbentuk flok. Penambahan kalsium karbonat 1%
bertujuan untuk menstabilkan pH pada air limbah. Penambahan polymer bertujuan
untuk mereaksiakan secara kimia agar dapat membetuk suatu rantai linear dari
rantai polimer.
Pada tahap terakhir air limbah disalurkan ke dalam tangki klorinasi dengan
proses penambahan klorin yang bertujuan untuk pemurnian air limbah pada proses
terakhir dan dilakukan pengujian kembali pada air yang telah di proses melalui
Teknik pengolahan koagulasi flokulasi. Kemudian di analisa perbandingan data
air limbah laundry sebelum di proses dan sesudah di proses. Dari hasil data yang
didapatkan menujukan bahwa ada penurunan kadar pH, suhu, bau, dan kerjenihan.
Pada penelitan ini menunjukkan bahwa alat yang dibuat dapat menurunkan
polutan air limbah laundry.
26
3.5 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan ialah prototype unit pengolahan air
limbah yang telah di buat dapat menjernihkan limbah air laundry dan didapatkan
hasil dari proses pengolahan air limbah laundry yaitu pH yang dihasilkan
menurun, kekeruhan air menurun menjadi jernih, dan menghilangkan bau pada
limbah air laundry.
3.6 Saran
Adapun saran dalam pengolahan air limbah laundry dengan menggunakan
water treatment plant prototype yaitu sebaiknya dilakukan pengujian BOD
(Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), TSS (Total
Suspendedd Solid), Fosfat dan DO.
27
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M 2011, Rembesan Air Lindi Dampak Pada Tanaman Pangan dan
Kesehatan, Surabaya, UPN Press.
Asfawi, S 2014, Dampak Usaha Laundry Terhadap Tingkat Pencemaran Air
Studi Kasus di Kelurahan Pindrikan Kidul, Semarang, Universitas Dian
Nuswantoro.
Asmadi & Suharno 2012, Dasar – Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah,
Yogyakarta, Gosyen Publishing.
Eddy 2008, ‘Karakteristik Limbah Cair’, Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, vol. 2,
no. 2, hh. 20.
Kristijarti, A. P., Ign Suharto, Marienna 2013, Penentuan Jenis Koagulan dan
Dosis Optimum untuk Meningkatkan Efisiensi Sedimentasi dalam Instalasi
Pengolahan Air Limbah Pabrik Jamu X. Parahyangan: Universitas Katolik
Parahyangan.
28