Tugas Khusus
Evaluasi Kinerja Juice Heater I
Pada Stasiun Pemurnian
Oleh
SINTA FITRIATUL NIKMAH
1915041044
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini. Laporan
ini dibuat berdasarkan hasil kegiatan selama kerja praktek pada tanggal 20 Juni
– 27 Juli 2022.
Kerja Praktek ini merupakan salah satu dari mata kuliah wajib yang harus ditempuh
oleh mahasiswa sebagai syarat kelulusan Sarjana Teknik Kimia sesuai dengan
kurikulum pada Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung.
Selama kerja praktek banyak yang telah membantu penulis dari terlaksananya kerja
praktek hingga penyusunan laporan kerja praktek ini. Melalui kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
Akhir kata, penulis menucapkan semoga lapooran ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
PTPN VII (Persero) merupakan gabungan dari beberapa PT yang dihimpun menjadi
satu kesatuan, yang terdiri dari PT Perkebunan X (Persero), PT Perkebunan XXXI
(Persero), Proyek Pengembangan PT Perkebunan XI (Persero) di Kabupaten Lahat,
dan Proyek Pengembangan PT Perkebunan XXIII (Persero di Provinsi Bengkulu.
PTPN VII (Persero) terbentuk dalam beberapa kurun waktu tertentu. Berdasarkan
keputusan presiden No. 59 tahun 1978 dilakukan studi kelayakan oleh Victories
Mill Company dari Filipina. Kemudian SK. Menteri Pertanian No.
2
PTPN VII (Persero) mengelola 4 komoditas utama yang terdapat pada masing-
masing lokasi atau wilayah unit usahanya yang terdiri dari: kelapa sawit, karet, teh,
dan tebu (gula). Pabrik gula cinta manis merupakan salah satu dari dua pabrik gula
yang dimiliki oleh PTPN VII (Persero). Pabrik Gula Cinta Manis berdiri pada tahun
1982 dan dioperasikan pada tahun 1984 dengan kemampuan produksi 5.500 TCD.
Menggunakan proses sulfitasi dan menghasilkan produk berupa Gula Kristal Putih
(GKP).
Di Distrik Cinta Manis terdapat empat wilayah lahan tebu yaitu wilayah I, wilayah
II, wilayah III, dan wilayah IV yang terbagi atas lima rayon yaitu rayon I, rayon II,
rayon III, rayon IV, dan rayon V. Wilayah I memiliki empat buah afdeling, wilayah
II dan wilayah III masing-masing memiliki tiga buah afdeling, sedangkan untuk
wilayah IV memiliki dua buah afdeling.
3
Denah lokasi rayon I sampai rayon V dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Rayon (Ha)
No Uraian Jumlah
I/II III/IV V
1 giling
& bibit
4
2 pabrik,
Perumahan
PT. BCN Unit Cinta Manis mengelola komoditas produk gula, mulai dari
pengusaha penanaman tanaman tebu, pengolahan batang tebu di Pabrik
GulaCinta Manis, sampai pengepakan (packaging) hasil jadi gula, terakhir
pada penjualan.
Selain produk utama gula, hasil sampingan dari olahan tebu adalah tetes tebu yang
biasa dipakai untuk bahan campuran penyedap rasa, selain itu, tetes tebu
kedepannya bisa digunakan sebagai bahan bakar alternatif (Bio Ethanol) danuntuk
produk sampingan lainnya adalah blotong yang biasa dipakai sebagai pupuk
organik. Blotong merupakan hasil olah limbah padat pabrik gula. Semua dikelola
dengan manajemen perkebunan secara profesional.
Keberhasilan PT. BCN Unit Cinta Manis selama ini mampu memberikan
gambaran yang lebih cerah bagi prospek peningkatan produksi gula
nasional. BagiIndonesia, bahwa potensi terbesar yang dimilikinya adalah
potensi dibidang pertanian, mengingat ketersediaan sumber daya alam dan
sumber daya manusia yang cukup besar. PT. BCN Unit Cinta Manis secara
nyata telah membuktikan betapa efektif dan harmonisnya pemanfaatan
5
Visi:
“Menjadi perusahaan agribisnis yang tangguh dengan tata kelola yang baik"
Misi:
2. Produksi bahan baku dan bahan jadi untuk industri yang bermutu
tinggi untuk pasar domestik dan pasar ekspor.
3. Mewujudkan daya saing produk yang di hasilkan melalui tata kelola
usahayang efektif guna menumbuhkembangkan perusahaan.
4. Mengembangkan usaha industri yang terintegrasi dengan bisnis inti
(karet, kelapa sawit, teh dan tebu) dengan menggunakan teknology
terbaru.
5. Melakukan pengembangan bisnis berdasarkan potensi sumberdaya
yang dimiliki perusahaan.
6. Memelihara kesimbangan kepentingan stakeholders untuk
menciptakanlingkungan bisnis yang kondusif mengembangkan usaha
industri yangterintegrasi dengan bisnis inti (karet, kelapa sawit, teh
dan tebu) dengan menggunakan teknologi terbaru.
7. Melakukan pengembangan bisnis berdasarkan potensi sumberdaya
yang dimiliki perusahaan.
8. Memelihara kesimbangan kepentingan stakeholders untuk
menciptakanlingkungan bisnis yang kondusif.
6
crystalization
Boiler Bagasse Filter cake Pupuk
Wate
Sugar Finishing Centrifugal r
Final Molasses
Gambar 1. 2 Diagram Alir Pembuatan Gula di PT. BCN Unit Cinta Manis
Proses pembuatan gula di PT. BCN Unit Cinta Manis diawali dengan pemanenan
tebu dan pemindahannya kehalaman pabrik (cane yard). Tebu kemudian
dihancurkan di Cane Preparation dengan menggunakan cane cutter I, cane cutter
II, dan Heavy Duty Hammer Shredder. Setelah tebu menjadi cukup lembut dan
terbuka selnya, kemudian sabut tebu masuk ke stasiun Mill untuk diekstraksi
niranya dengan tambahan air imbibisi agar kandungan nira di dalam sabut tebu
dapat terekstrak sebanyak mungkin.
yang terbawa. Proses purifikasi ini meliputi penyaringan nira mentah, penambahan
susu kapur dan gas sulfur dioksida, dan pengendapan kotoran dengan pemberian
flokulan. Nira encer (clear juice) yang masih banyak mengandung air dikirim ke
unit penguapan (evaporation) untuk penghilangan sebagian besar airnya. Nira
kental (raw syrup) dari unit penguapan kemudian dialirkan gas sulfur dioksida
untuk membentuk fine syrup yang selanjutnya dialirkan kedalam pan masakan
(vaccum pan). Pada vaccum pan, fine syrup dipanaskan hingga kondisi super
saturasi atau lewat jenuh agar dapat dikristalkan. Hasil kristalilsasi dari vaccum pan
yaitu larutan yang sangat kental (massecuite) yang terdiri atas campuran kristal gula
dan molasesnya. Untuk memisahkan kristal gula dari larutannya campuran
dialirkan ke unit pemutaran untuk disentrifugasi. Kristal gula hasil sentrifugasi
kemudian dikeringkan terlebih dahulu. Gula yang sudah kering selanjutnya
dikemas dalam kantong berukuran 50 kg dan 1 kg untuk selanjutnya siap
dipasarkan.
• Energi yang dibeli dari luar maupun yang dibangkitkan sendiri, dan
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tebu merupakan tanaman untuk bahan baku gula karena kadar sukrosanya yang
tinggi dan rendah serat. Tebu ini hanya dapat ditanam didaerah tropis. Di Indonesia
tebu banyak dibudidayakan diwilayah pulau Jawa dan Sumatera. Menurut Guantara
& Wijandi(1985), kandungan sukrosa didalam tanaman tebu mencapai 8-15% dari
bobot batang tebu. Batang tebu mengandung serat dan kulit batang sebesar 12,5%
dan nira sebesar 82,5%, yang terdiri dari gula, mineral dan bahan-bahan non gula
lainnya. Komposisi tanaman tebu dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Komposisi % Berat
Air 69-75
Sukrosa 11-15
Serat 10-16
Nitrogen 0,5-1,0
10
Abu 0,3-1,8
Nira merupakan cairan hasil perasan yang diperoleh dari penggilingan tebu dengan
warna kecoklatan. Nira yang dihasilkan berupa nira mentah dengan kandungan pH
4,5-6 serta sangat encer . untuk mendapatkan nira yang jernih dapat dikurangi
dengan cara pengendapan koloid melalui penambahan Akrilamida (flokulan).
Kandungan gula dalam tebu dipengaruhi oleh jenis tebu, tingkat kemasakan tebu,
(umur tebu), struktur kondisi tanah, iklim/musim, metode pemanenan, pemeliaraan
dan penebangan tebu.
1. Reaksi Fotosintesis
Pada reaksi ini terbentuk glukosa dari air (𝐻2 𝑂) dan karbondioksida
(𝐶𝑜2 )dengan bantuan sinar matahari.
2. Reaksi Isomerisasi
Pada proses ini Sebagian glukosa mengalami isomerisasi menjadi fruktosa.
Reaksinya yaitu :
11
2.3.Sifat-sifat Sukrosa
Sukrosa pada umumnya dihasilkan dari berbagai jenis tanaman. Namun, untuk
digunakan pada produksi yang komersil bahan baku utama yang digunakan adalah
tebu karena kandungan glukosanya yang relative tinggi, mudah untuk ditanam dan
memiliki produktivitas yang besar. Kandungan sukrosa didalam tanaman tebu
mencapai 8-15% dari bobot batang tebu segar yang telah mencapai tingkat
kemasakan optimal (Guantara & Wijandi,1985). Sukrosa terbentuk dari hasil
asimilasi antara gas (𝐶𝑜2 ) dan air dengan pertolongan energi matahari (proses
photosintesa). Dengan reaksi :
Gula tebu adalah disakarida yang dapat dibuat dari gabungan dua gula yang
sederhana yaitu glukosa dan fruktosa (monosakarida). Penggabungan dari unit- unit
12
Proses pertumbuhan tebu dapat dibagi menjadi dua, yaitu masa vegetative dan masa
pemasakan. Masa vegetative tebu merupakan masa dimana tebu sedang mengalami
pertumbuhan. Sedangkan masa pemasakan merupakan masa untuk memperbanyak
kandungan sukrosa pada tebu. Sukrosa yang dihasilkan pada masa pemasakan
disimpan pada sel-sel penyusun batang. Pertumbuhan tebu tidak dapat bertambah
tinggi sampai tinggi tertentu, sehingga kandungan sukrosa akan merata diseluruh
batang. Tebu yang siap ditebang berumur 9 bulan sampai 12 bulan tergantung pada
varietasnya.
1. Jenis tebu
2. Umur tebu
3. Pemeliharaan
4. Iklim atau musim
(Harjono, dkk 1985)
0 179,2
10 190,5
20 203,9
30 219,5
40 238,1
50 260,4
60 287,3
70 320,5
80 362,2
90 415,7
100 487,2
1.1.Hidrolisis
Pada suasana asam, sukrosa mudah terinversi dan bereaksi dengan air menjadi D-
Glukosa dan D-Fruktosa. Sukrosa murni memutar bidang polarisasi ke kanan (+),
sedangkan hasil hidrolisis berupa campuran senyawa yang memutar bidang
polarisasi ke kiri (-), sehingga proses ini disebut inversi. Hasil inversi tersebut
disebut dengan gula inversi dan akan terjadi dengan naiknya temperatur. Akibatnya
kuantitas gula produksi menurun dan hasil samping berupa molasses atau tetes akan
bertambah. Berikut merupakanreaksi hidrolisis sukrosa:
Temperature pH
6,0 6,2 6,4 6,6 6,8 7
(oC)
50 0,0010 0,00063 0,0004 0,00025 0,00016 0,00010
60 0,0035 0,0022 0,0014 0,00088 0,00056 0,00035
70 0,011 0,007 0,0044 0,0026 0,0018 0,0011
80 0,033 0,021 0,013 0,0083 0,0052 0,0033
15
Sukrosa stabil pada suasana netral dan basa. Akan tetapi sukrosa tidak dapat berada
dalam waktu yang lama pada suasana basa, hal tersebut karena akan menyebabkan
destruksi fruktosa yang menimbulkan warna pada gula, sehingga kualitas gula
menurun karena sukrosanya. Pada suhu tinggi terjadi pembentukan senyawa
berwarna coklat yang rasanya lebih manis dari sukrosa(proses karamelisasi).
1.3.Dekomposisi Termal
Kristal sukrosa kering yang dipanaskan pada suhu 1600C akan menyebabkan kristal
sukrosa meleleh menjadi pekat transparan. Jika pemanasan dilakukan pada waktu
yang lama maka sukrosa terurai menjadi glukosa dan levolusana. Reaksi penguraian
tersebut ialah
16
Pemanasan pada suhu yang lebih tinggi antara 1900C-2200C akan membuat
penguraian lebih sempurna dan terbentuknya karamel (proses karamelisasi). Pada
pemanasan lebih lanjut akan mengakibatkan gula terurai menjadi CO dan CO2
(Kuswurj, 2010). Pemanasan larutan sukrosa yang cukup lama pada titik didihnya
dan adanya tekanan udara luar juga akan menyebabkan larutan sukrosa mengalami
hidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa.
2.4.Sifat Produk
Produk utama dari pabrik gula yaitu kristal gula. Kristal merupakan padatan yang
atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang
dengan struktur tiga dimensi. Kristal gula sukrosa berbentuk monoklin bersumbu
tiga dengan panjang tidak sama, keras, tak berwarna, tembus cahaya, dan
anhydrous. Kristal sukrosa larut dalam air dan alkohol encer, tetapi tidak larut
dalam kloroform, alkohol absolut, eter, dan gliserin. Kelarutan kristal sukrosa
meningkat dengan kenaikan temperatur.
Derajat pol atau pol adalah jumlah gula (dalam gram) yang ada dalam setiap 100
gram larutan yang diperoleh dari pengukuran dengan menggunakan polarimeter
secara langsung. Jadi menurut pengertian ini jika pol nira = 15, berarti dalam 100
gram larutan nira terdapat gula 15 gram. Selebihnya 85 gram adalah air dan zat
terlarut bukan gula (Risvank, 2011). Jika yang dimaksud gula adalah sukrosa maka
pengertian ini kurang tepat. Sebab di dalam pengukuran pol ada pengaruh dari
senyawa gula selain sukrosa yang menimbulkan perbedaan pengukuran. Jadi
jelasnya pol tidak sama dengan sukrosa (Kuswurj, 2010).
18
2.6.HK (purity)
Harkat Kemurnian merupakan analisa yang berfungsi untuk mengetahui tingkat
kemurnian nira. Sebagian besar pabrik di Indonesia diukur menggunakan suatu data
perbandingan antara kandungan gula dengan zat kering yang terlarut. Biasanya
ditulis dalam satuan %, dimana semakin mendekati 100%, maka akan semakin
besar pula tingkat kemurnian gula yang dihasilkan. Adapun rumus untuk
menentukan HK sebagai berikut :
% 𝑝𝑜𝑙
HK= % 𝐵𝑟𝑖𝑥 x 100%
2.7.Rendement
Rendement merupakan perbandingan antara jumlah gula yang dihasilkan dengan
jumlah tebu yang diolah. Adapun rumus yang biasa digunakan untuk mencari
rendemen sebagai berikut :
Dimana :
𝑊𝑛𝑖𝑟𝑎
Faktor Rendement = 𝑊𝑡𝑒𝑏𝑢
19
BAB III
BAHAN BAKU
Pada proses pembuatan gula di PT. BCN Unit Cinta Manis tentu saja memerlukan
bahan baku. Secara garis besar bahan baku yang digunakan terbagi menjadi dua
yaitu:
Bahan baku utama yang dapat digunakan dalam pembuatan gula merupakan bahan-
bahan yang memiliki kandungan sukrosa, contohnya tebu, aren, kelapa dan
sebagainya. Tetapi pada PT. BCN Unit Cinta Manis ini menggunakan bahan baku
utama berupa tebu (Saccharum officinarum). Tanaman ini dipilih menjadi bahan
baku utama karena jenis tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di iklim tropis dan
mempunyai kandungan sukrosa sebesar 8% - 15% ( Guantara & Wijandi, 1985).
Selain karena mudah ditanam, tanaman ini juga memiliki kadar sukrosa yang
tertinggi dalam genus Saccharum dan memiliki kandungan serat yang rendah
(Wijayanti,2008).
Tebu yang dapat dipanen berumur kurang lebih 1 tahun, dengan memanfaatkan
batangnya untuk proses pengolahan tebu menjadi gula dan daunnya dapat
digunakan menjadi pakan ternak atau bisa juga dimanfsasaatkan sebagai bahan
baku pembuatan pupuk hujau atau pupuk kompos. Pada PT. BCN Unita Cinta
Manis ampas tebu sisa pengolahan untuk dijadikan gula dimanfaatkan juga untuk
bahan bakar.
Spesies : Saccharum
(Indrawanto dkk.,2010)
Pada PT. BCN Unit Cinta Manis menggunakan jenis tebu hijau untuk proses
pembuatannya. Nira hasil perahan tebu hijau lebih segar dan berwarna kuning
kehijauan, selain itu tebu hijau juga memiliki waktu retensi yang lebih lama yaitu
tidak lebih dari 48 jam
Sukrosa yang terkandung dalam tebu bergantung pada jenis tebu, tingkat
kemasakan tebu, struktur kondisi tanah, iklim atau musim, metode penanaman,
pemeliharaan dan penebangan tebu. Tebu dengan varietas unggul memiliki ciri-ciri
diantaranya tingkat produktivitas tanaman yang stabil, tingkat produktivitas gula
yang tinggi, dan memiliki tolerasni yang tinggi terhadap hama dan penyakit.
Tanaman tebu merupakan tanaman semusim yang dapat dipanen pada umur 9
hingga 12 bulan. Tebu yang digunakan di PT. BCN Unit Cinta Manis berasal dari
tebu sendiri dan tebu rakyat. Dalam proses pengolahan, bahan baku utama harus
memenuhi syarat MBS (Manis, Bersih, Segar)
a. Manis
Tebu yang digunakan dalam proses pengolahan sudah cukup umur dipanen.
Semakin cukup umur tebu yang dipanen maka semakin manis juga rasa gula
yang dihasilkan.
b. Bersih
Tebu yang di gunakan dalam pengolahan adalah tebu yang memiliki kadar
trash (kadar kotoran) < 5%. Trash ini dapat berupa akar tebu yang tercabut,
tebu bagian pucuk, daun tebu, tebu kering, tanah, pasir maupun kotoran
lainnya. Jika tebu yang digunakan masih mengandung kotoran maka akan
21
c. Segar
Tebu segar artinya tebu masih baru ditebang dan Ketika digiling tidak
melebihi waktu retensinya. Pada tebu hijau memiliki waktu retensi tidak
lebih dari 48 jam sedangkan pada tebu bakar waktu retensinya tidak lebih
dari 24 jam.
1. Susu Kapur
Susu kapur ini mulai digunakan pada stasiun mill yang kemudian ditambahkan
Kembali pada stasiun pemurnian. Penambahan susu kapur bertujuan untuk
mengubah sifat nira dari asam menjadi basa serta untuk mengikat senyawa-senyawa
bukan gula dalam nira mentah sehingga memudahkan dalam proses pemisahan nira
dari kotorannya..
Kapur yang digunakan di PT. BCN Unit Cinta Manis adalah kapur tohor. Sebelum
digunakan, kapur tohor diolah terkebih dahulu menjadi susu kapur dengan cara
penambahan air. Reaksi yang terjadi adalah:
Fungsi dari susu kapur ini adalah untuk menaikan pH, mencegah inversi gula, dan
akan bereaksi dengan SO2 dan H3PO4 yang akan membentuk inti endapan yang
akan mengikat kotoran yang terkandung di dalam nira.
22
Gas sulfur dioksida adalah gas yang didapatkan dari hasil pembakaran belerang
(S2) dengan udara yang terjadi dalam Rotary Sulfyr Furnace, dimana gas SO2 yang
terbentuk dihisap oleh exhauster yang dipasang pada Sufur Tower dan terbentuk
gas sulfur dioksida.
S + O2 → SO2
Kondisi pembakaran dijaga agar tidak terjadi pembakaran gas SO2 agar tidak
bereaksi dengan air dan membentuk asam sulfat. Asam sulfat tidak digunakan
dalam proses pemurnian karena memiliki sifat yang korosif. Suhu SO2 masuk
kedalam Sulfur Tower dijaga 75°C untuk menghindari terbentuknya H2SO4
dengan memberikan mantel air pada saluran gas.
Di PT. BCN Unit Cinta Manis terdapat dua penggunaan belerang yaitu untuk nira
mentah pada proses pemurnian dengan menghasilkan gas SO2 untuk membentuk
endapan yang akan mengikat kotoran. Sedangkan pada nira kental, penggunaan
belerang berfungsi sebagai pemucatan atau bleaching sehingga gula kristal yang
dihasilkan memiliki warna yang putih.
4. Flokulan
Pada PT. BCN Unit Cinta Manis menggunakan jenis flokulan anionic dan flokulan
kationik. Flokulan anionik digunakan pada Single Tray Clarifier (STC) untuk
mengendapkan nira mentah. Sedangkan flokulan kationik digunakan pada Syirup
Clarifier untuk mengendapkan kotoran pada nira kental,
5. Fondan
Fondan merupakan bibit gula yang berbentuk kristal halus dengan ukuran ± 0,09
mm. fondan berfungsi untuk memperbesar kristal gula pada masakan gula D.
dengan adanya fondan, krisal gula yang terbentuk akan memiliki ukuran yang
seragam dan lebih cepat terbentuk.
6. Enzim
BAB IV
URAIAN PROSES
Diagram alir proses pembuatan gula pada PT. BCN Unit Cinta Manis diilustrasikan
pada bagian lampiran. Proses pengolahan tebu menjadi gula dikelompokkan
menjadi beberapa stasiun yaitu:
1. Stasiun Timbangan dan Cane Yard (Halaman Tebu)
2. Stasiun pemerahan ( unit cane preparation & unit mill)
3. Stasiun Pemurnian
4. Stasiun Penguapan
5. Stasiun Masakan
6. Stasiun Putaran dan Penyelesaian
Pada pelaksanaanya di lapangan, seluruh bagian batang tebu ikut terbawa masuk ke
dalam pabrik tanpa dibersihkan terlebih dahulu. Setelah melalui jembatan
timbangan, tebu tersebut dibongkar dan kemudian alat angkutnya ditimbang lagi.
Bahan baku (tebu) yang berasal dari perkebunan dibawa ke pabrik dengan
menggunakan truk. Setiap bahan baku (tebu) yang masuk ke area pabrik ini akan
ditimbang terlebih dahulu dan dicatat data-datanya sebelum menuju ke caneyard.
Data-data yang diambil seperti nomor kendaraan, no kebun, tanggal dan jam masuk
kendaraan, tanggal dan jam keluar kendaraan. Kemudian tebu ditimbang sesuai
dengan kapasitas timbangnya.
25
Jenis timbangan di PT. BCN Unit Cinta Manis ini ada tiga, yaitu:
a. Timbangan bruto, yaitu timbangan untuk mengukur berat bruto (tebu dantruk),
timbangan ini berkapasitas timbang maksimal 60 ton.
b. Timbangan tara, yaitu timbangan utuk mengukur berat truk setelah tebu
dibongkar, timbangan ini berkapasitas timbang 20 ton.
c. Timbangan blotong dll.,yang mempunyai kapasitas timbang maksimal 60ton.
Timbangan di stasiun timbangan PT. BCN Unit Cinta Manis ini bekerja seperti
timbangan pada umumnya, berat benda yang ditimbang akan terbaca pada indikator
(display) dan komputer yang telah terhubung langsung dengan timbangan. Dari
timbangan ini akan didapatkan berat bruto, berat tara dan netto dalam bentuk
kwintal. Selanjutnya bahan baku (tebu) dibawa menuju ke cane yard.
Penimbangan ini sangatlah penting, karena akan dipakai sebagai dasar perhitungan
pada:
1. Pengawasan pabrikasi
2. Perhitungan upah tebang dan angkut tebu
3. Mengetahui tebu yang masuk, digiling dan sisa tebu
b. Unit Pembongkaran
Pada dasarnya cane yard digunakan untuk membongkar tebu, menyusun tebu, dan
mengumpan ke gilingan secara kontinyu. Tebu dibongkar dari truk dengan
menggunakan alat GL (Grab Loader). Dalam cane yard terdapat tiga alat untuk
membantu memasukkan tebu kedalam meja gilingantebu yaitu Cane Lifter, Truck
Tippler, dan Cane Stacker (grounded) yang dioperasikan oleh operator.
Manajemen Cane Yard yaitu pengaturan supply tebu ke gilingan secara kontinyu
sesuai kapasitas gilingan dan penekanan kehilangan gula selama di Cane Yard.
Pengaturan supply tebu ke gilingan di laksanakan dengan pembagian feeding ke
cane carrier dari Truck Tippler dan Cane Stacker secara seimbang dan sesuai
kapasitas masing-masing alat, sehingga kontinuitas giling terjaga. Sedangkan
penekanan kehilangan gula pada prinsipnya yaitu tebu yang datang duluan digiling
26
lebih dahulu (First In First Out) dan mencegah kerusakan bahan baku terutama
tebu grounded karena terinjak truck, tractor dll. Selain itu juga dilakukan
pembersihan secara rutin tebu tercecer di Cane Yard.
Tebu hasil tebangan manual yang diangkut menggunakan truck, setelah ditimbang,
tebu dapat dibongkar langsung di cane yard, ditumpahkan dalam cane carrier
melalui Truck Tipler dan Cane Stucker. Tebu yang dilasah dimasukan ke meja tebu
menggunakan cane stacker kemudian masuk ke cane carrier.
Tebu masuk hari ini : y ton Jumlah tebu tersedia hari ini : x + y ton
berupa batang, kemudian melewati Cane Cutter I. Cane cutter I merupakan alat
pemotong yang berbentuk pisau yang berfungsi memotong bahan baku (batang
tebu) dari potongan panjang menjadi sekitar 30 – 40 cm. Pada Cane cutter II tebu
dipotong lagi menggunakan alat pemotong yang berbentuk pisau sehingga panjang
tebu menjadi 5 – 10 cm. Sedangkan Heavy Duty Hammer Shreadder (HDHS)
merupakan alat pemotong yang berbentuk kapak yang berfungsi untuk
menghancurkan tebu ke bentuk serabut sehingga sel-sel tebu terbuka. Besarnya
jumlah sel tebu yang terbuka ini diukur melalui angka Preparation Index (PI).
Sasaran parameter angka Preparation Index (PI) berkisar 90 % (Standard PT. BCN
Unit Cinta Manis).
Sabut tebu yang keluar dari Heavy Duty Hammer Shreadder (HDHS) diumpankan
ke mill 1 melalui Cane Elevator. Pada Cane Elevator terdapat penambahan susu
kapur Ca(OH)2 yang bertujuan untuk menaikan pH nira dari 5,4 menjadi 6,0
sehingga mengurangi kehilangan sukrosa. Sabut tebu dari cane elevator mengalami
pemerahan pertama di mill 1. Mill 1 digerakkan oleh turbin dengan kecepatan 4500
rpm dengan tekanan hidrolik yang membantu untuk memerah nira. Mill 1
memiliki lima roll sama dengan mill 5. Prinsip kerja mill ini ampas tebu
diumpankan melalui pressure feeder (PF) dan masuk keantara top roll dengan feed
roll dan yang ketiga antara feed roll dan back roll, hasil perahannya adalah nira
gilingan satu dan dimasukan ke dalam tangki nira mentah.
Ampas tebu dari mill 1 diangkut oleh intermediate carrier (IMC) dengan tipedrag
conveyor untuk diperah pada mill 2, proses pemerahannya berbeda dengan mill 1,
mill 2 memiliki empat roll sama seperti mill 3 dan mill 4.
Prinsip kerja mill ini adalah sabut tebu dari mill 1 mengalami perahan pertama
antara four roll dan top roll, yang kedua antara top roll dengan feed roll dan yang
ketiga antara feed roll dan back roll, hasil perahannya adalah nira gilingan dua dan
dimasukkan ke dalam tangki nira ke dua. Ampas tebu dari mill 2 diangkut oleh
intermediate carrier 2 untuk diperah di mill 3 dan hasilnya berupa nira gilingan
tiga. Nira ini lalu digunakan untuk imbibisi ampas yang akan menuju mill 2 pada
IMC dan diperah lagi. Ampas dari mill 3 diangkut IMC untuk digiling pada mill 4
dan hasilnya berupa nira gilingan empat. Nira ini digunakan untuk imbibisi ampas
yang akan menuju ke mill 3 pada IMC 2 dan diperah lagi. Ampas dari mill 4
diangkut IMC 4 untuk digiling di mill 5 dan menghasilkan nira gilingan lima dan
ampas kering dikirim ke boiler yang akan digunakan untuk bahan bakar. Mill 5 ini
berfungsi untuk mengeringkan dan mengurangi kandungan air. Pada mill ini
ditambahkan juga imbibisi (air panas dengan suhu 80-90°C) yang bertujuan untuk
mempermudah pemerahan gula dan ampas setelah gilingan lima mempunyai zat
kering tinggi dan pol ampas rendah.
29
Namun penambahan air imbibisi dengan suhu tinggi (>90ᵒC) juga mempunyai
kekurangan yaitu dapat menyebabkan kerusakan sukrosa dan melarutkan bahan-
bahan non gula dalam nira (seperti zat lilin dll). Selain itu pada gilingan lima
terdapat proses penambahan bahan tambahan berupa enzim amilase untuk
mendegradasi amilum yang dihasilkan dari nira tebu hasil gilingan sebanyak 20- 25
ppm. Larutnya bahan non gula (zat lilin) akan mengakibatkan roda penggiling
terjadi slip karena licin terlapisi oleh zat lilin.
Nira gilingan 1 dan 2 ditampung di satu tempat ditangki nira 2. Hasil gilingan 1 dan
2 akan dipompakan dan disaring dengan mesin penyaringan putar atau rotary
screen dan niranya ditampung pada penampungan nira dan akan diteruskan pada
proses pengolahan selanjutnya yaitu stasiun pemurnian, sedangkan ampas tebu
akan kembali ke gilingan. Ampas dari gilingan 5 dikirim ke unit boiler untuk bahan
bakar boiler agar kebutuhan listrik pada PT. BCN Unit Cinta Manis dapat terpenuhi
dalam rangka proses maupun fasilitas perumahan didalam komplek.
Proses pengolahan ini diawali dengan diumpankanya nira mentah yang rata-rata
memiliki brix sebesar 11%, pol sebesar 8% dan nilai HK (Harkat Kemurnian)
sebesar 72% menuju kedalam Sand Cyclone. Di dalam Sand Cyclone nira mentah
dipisahkan dengan kotoranya yaitu padatan tidak terlarut seperti pasir/lumpur. Sand
Cyclone didesain tangensial sehingga nira mentah yang masuk diputar mengikuti
gaya sentrifugal. Hal ini menyebabkan nira hasil centrifuge yang memiliki berat
jenis lebih ringan akan terlempar ke bagian tengah sand cyclone yang kemudian
akan keluar ke bagian outlet untuk kemudian disalurkan ke tangki penampung yang
disebut dengan Weight Juice Tank (WJT) sedangkan padatan tidak terlarut
dengan berat jenis yang lebih besar akan terlempar kebagian dinding sand cyclone
dan dialirkan ke bagian bawah untuk disalurkan ke Sand Settling.
Sand Settling merupakan tahap pengendapan lebih lanjut. Nira yang telah
diendapkan di Sand Settling akan dibawa ke tanki penampungan yang kemudian
di pompakan ke Weight Juice Tank (WJT) sedangkan endapannya akan masuk ke
Sand Catcher. Sand Catcher berfungsi untuk membuang kotoran yang mungkin
31
masih terdapat didalam nira misalnya pasir tanah, dan sebagainya. Kemudian
dipompakan ke dalam Weight Juice Tank (WJT). Pada WJT ini, kadar phospat di
dalam nira harus 300-400 ppm guna pembentukan inti endapan, sehingga dilakukan
penambahan phospat cair (P2O5) yang bertujuan untuk mendapatkan inti
endapan Ca3(PO4)2. Konsentrasi phospat yang digunakan adalah 85% yang
diencerkan lagi menjadi 2%. Penambahan phospat dilakukan apabila adanya
kekurangan unsur hara di dalam nira (<300 ppm). Selanjutnya nira didalam WJT
dengan suhu ± 40oC dipompakan untuk dilakukan pemanasan pada Juice Heater 1
atau Pemanas Pendahuluan I (PP I). Di dalam Juice Heater 1 ini bekerja dengan
tekanan yang diharapkan yaitu 1 kg/cm3 sehingga temperatur dapat dijaga pada
suhu 72 -75°C. Tujuan pemanasan dijaga pada suhu tersebut yaitu:
Membawa nira pada titik isoelektriknya yaitu titik saat zat-zat anorganikkehilangan
muatan listriknya sehingga dapat diendapkan.
Alat pemanas PP 1 dilengkapi dengan calandria atau berupa shell and tube, dimana
nira hanya dilewatkan untuk dipanaskan sehingga nira memperoleh panas dengan
suhu 72-75°C. Sumber panas yang digunakan pada pemanas pertama adalah uap
yang dihasilkan dari proses penguapan atau evaporasi. Pemanasan akan disertai
dengan uap air. Pada PT. BCN Unit Cinta Manis terdapat 4 juice heater yang
digunakan dalam PP I.
32
Setelah proses PP I, nira dipompa menuju tangki proses defekasi atau dikenal
dengan defecator (penambahan susu kapur) melalui 2 tahap, yaitu pre liming dan
second liming. Sebelum di pompa dan dimasukkan pada tanki pre liming dan
second liming kapur dilarutkan terlebih dahulu dengan air sehingga menjadi susu
kapur Ca(OH)₂. Pada pre liming, pH nira dinaikan menjadi 7,0-7,2 selama 3 menit,
sedangkan pada second liming pH nira dinaikan menjadi 8,5-10,5 selama 30 detik
agar tidak terjadi karamelisasi atau perubahan warna pada nira. Pada proses pre
liming dan second liming akan mencapai titik isoelektris yaitu titik dimana molekul-
molekul ataupun ion-ion pada nira dinetralkan. Susu kapur yang ditambahkan akan
menangkap koloid-koloid atau pengganggu yang melayang(koloidal) didalam nira
agar dapat mengendap. Sedangkan adanya proses second liming bertujuan untuk
memaksimalkan pencapaian titik isoelektris melalui peningkatan pH agar
memperoleh pengendapannya. Kebutuhan kapur dalam proses defekasi ini
mencapai 1,2-1,4 kg/ ton tebu.
Gas yang tidak bereaksi dengan nira maka akan dikeluarkan melalui saluran
pembuangan. Semakin cepat gas yang dikeluarkan, maka semakin baik pula nira
yang dihasilkan dari proses sulfitasi. Kebutuhan sulfur/belerang untuk proses
sulfitasi sebanyak 40 kg/100 ton tebu. Setelah dari Sulfur Tower, nira yang berupa
nira mentah sulfitasi di tampung dalam Drawing Tank. Kemudian dipompakan
kembali menuju Juice Heater II atau PemanasPendahuluan II (PP II) dengan suhu
33
mencapai 105-110°C guna proses pemanasan lanjut dan agar reaksinya lebih
sempurna tanpa mengubah pH.
Brix pada stasiun pemurnian masih sangat rendah karna belum terjadi pemekatan
larutan untuk menghasilkan nira kental. Nira jernih kemudian dipanaskan kembali
di Juice Heater III atau Panas Pendahuluan III (PP 3) guna melalui proses
penguapan (evaporasi) dengan dijaga pada suhu 110-120°C. Kemudian nira jernih
di teruskan ke evaporator untuk diuapkan kandungan airnya sedangkan nira kotor
dari STC bagian bawah dipompakan menuju Mud Mixer dengan penambahan
ampas halus (bagasecillo).
Nira kotor dan ampas halus dicampur hingga homogen yang selanjutnya dialirkan
pada Rotary Vacuum Filter (RVF). Sistem vakum yang digunakan melalui dua
tahap yaitu low vacuum (15-20cmHg) yang digunakan untuk menarik blotong agar
34
menempel pada permukaan RVF dan high vacuum (30-35 cmHg) yang digunakan
untuk mengurangi kadar airserta gula yang terkandung dalam blotong. Blotong itu
sendiri adalah padatan yang menggumpal ditarik oleh vacuum dan kemudian
menempel pada dinding RVF dengan nilai pol diharapkan < 2%. Blotong kemudian
dibawa menggunakan belt conveyor menuju Cake Bunker yang nantinya akan
diangkut oleh truk menujulahan untuk digunakan sebagai pupuk. Sedangkan nira
jernih dari RVF ini dinamakan nira tapis yang dialirkan kembali menuju Weight
Juice Tank (WJT) untuk diproses secara kontinyu. Setelah proses pemurnian
selesai, nira akan diteruskan pada pengolahan selanjutnya di stasiun evaporator.
Pada proses pemurnian terdapat parameter yang harus diperhatikan, antara lain:
1. Suhu
Suhu pada pemanasan di dalam Juice Heater akan berpengaruh pada kecepatan
reaksi. Penguapan suhu yang tinggi dapat menginaktivasi aktivitas
mikroorganisme.
2. pH
pH netral akan memaksimalkan proses flokulasi atau pengendapan kotoran
kotoran pada nira. Untuk kotoran atau koloid-koloid yang belum bisa
diendapkan di pH netral, ditambahkan susu kapur agar kondisinya menjadi
basa yaitu sekitar 8,5 atau 10,5.
3. Waktu tinggal
Waktu tinggal nira didalam alat terutama pada defecator berpengaruh pada
kualitas nira. Apabila waktu tinggal nira terlalu lama berada pada alat maka
sukrosa yang terkandung akan pecah dan menyebakan kerusakan pada nira.
Cinta Manis menggunakan sistem Quadrupple Effect, artinya dengan satu kali
diberikan uap pemanas mengalami empat kali proses penguapan. Dalam setiap 1 kg
uap yang diberikan untuk penguapan, maka dapat menguapkan 4 kg air yang
terdapat pada nira encer. Selain itu pemilihan sistem Quadrupple Effect oleh PT.
BCN Unit Cinta Manis mempunyai maksud untuk menjaga kestabilan pasokan uap
untuk evaporator dan ketergantungan vakum yang digunakan sesuai dengan
kapasitas uap yang dapat dihasilkan oleh stasiun boiler dan lain-lain.
Evaporator ini menggunakan uap sebagai media penguap. Agar diperoleh nira
kental dengan brix (kekentalan) 64% sehingga mempermudah proses selanjutnya.
PT. BCN Unit Cinta Manis mempunyai 8 buah evaporator yang dibagi menjadi 4
badan penguapan yang terdiri dari Badan Penguapan I (evaporator 1A, 1C, dan 1D),
Badan Penguapan II (evaporator 1B dan 2), Badan Penguapan III (evaporator 3 dan
4), dan Badan Penguapan IV (evaporator 5) yang mempunyai luas penampang 1500
(5 buah evaporator) dan 1200 (3 buah evaporator).
Nira encer dari Juice Heater III atau Panas Pendahuluan III (PP 3) masuk ke Badan
Penguapan I secara paralel pada evaporator 1A, 1C, 1D guna dipanaskan
menggunakan uap bekas dari stasiun mill dan power house yang dilewatkan melalui
pipa-pipa calandria (shell and tube) bertekanan 0,8-1,0 kg/cm2 dan luas penampang
1500 m2 sehingga nira dipanaskan hingga mencapai suhu 120°C.Kemudian nira
dari Badan Penguapan I mengalir ke badan penguapan II secara seri pada
evaporator 1B dan 2. Melalui pipa-pipa calandria, nira dipanasi dengan uap nira
Badan Penguapan I secara tak langsung hingga mencapai pada suhu 80- 100°C
dengan tekanan bejana 1,033 kg/cm2 dan luas penampang 1500 m2 LP.
Selain itu uap nira yang dihasilkan olah Badan Penguapan I untuk memanaskan nira
pada Badan Penguapan II, juga digunakan untuk Juice Heater II atau Panas
Pendahuluan II (PP 2) dan stasiun masakan/proses.
Nira Badan Penguapan II mengalir ke Badan Penguapan III secara seri pada
evaporator 3 dan 4. Melalui pipa-pipa calandria, nira dipanasi dengan uap nira yang
berasal dari Badan Penguapan II secara tak langsung hingga mencapai pada suhu
36
70°C dengan tekanan bejana sebesar 0,734 kg/cm2, dan luas penampang 1200 m2
LP. Uap nira hasil Badan Penguapan II yang digunakan untuk memanaskan nira
Badan Penguap III, juga digunakan untuk Juice Heater (JH) 1 atau Panas
Pendahuluan I (PP 1) pada stasiun pemurnian. Selanjutnya nira dari Badan
Penguapan III mengalirkan ke Badan Penguap IV secara seri pada evaporator 5.
Melalui pipa-pipa calandria nira dipanasi dengan uap nira Badan Penguapan III
secara tak langsung sehingga mencapai suhu 65°C dengan tekanan bejana 0,259
kg/cm2, dan luas penampang 1200 m2 LP serta memiliki tekanan vakum 65 cmHg.
Pada badan terakhir ini, air yang terkandung didalam nira encer telah teruapkan
sempurna sehingga menghasilkan nira kental dengan targetan brix64%. Pada Badan
Penguapan III dan badan Penguapan IV mengunakan sistem vakum karena sistem
vakum ini akan menarik kembali uap dari nira dan air kondesatnya dialirkan ke
proses dikarenakan kemungkinan masih mengandung gula. Nira Badan Penguapan
IV dikeluarkan melalui kondensor. Pada kondensor terdapat suatu alat yang disebut
ver clicker yang berfungsi sebagai sistem screen dengan memerangkap uap yang
mengandung gula. Nira yang keluar dari badan IVdisebut nira kental. Gambar 4.3
merupakan skema proses penguapan pada stasiun penguapan:
Nira kental dari Badan Penguap IV yang warnanya gelap sebelum diolah lebih
lanjut pada stasiun kristalisasi, dipucatkan dahulu warnanya dengan proses sulfitasi
nira kental dengan menghembuskan gas SO2 sehingga mencapai pH 5,6 - 5,8. Gas
SO2 yang berguna untuk menyerap warna supaya dihasilkan gula yang putih. Nira
kental yang telah tersulfitasi kemudian dialirkan ke reaction tank dan tangki aerasi.
Nira kental yang dihasilkan akan berbuih dan dipisahkan pada alat yang disebut
Talo Dora. Pada talo dora, nira kental dipisahkan dari busa dengan pompa
berpengaduk sehingga busa akan muncul kepermukaan dan terpisah masukdalam
tangki penampungan busa nira kental. Flokulan ditambahkan kembali pada talo
dora untuk membantu proses pemisahan busa yang tersisa dari proses sulfitasidan
lainnya dengan cara dilarutkan dalam air. Busa (scum) nira kental yangtertampung
pada tangki, selanjutnya dipompa kembali menuju tangki nira mentah dan nira
kental akan dialirkan menuju sulfur tower 2 yang berfungsi sebagai bleaching atau
pemucatan warna nira kental.
Hal ini disebabkan pada suasana asam, glukosa dan fruktosa dapat terkaramelisasi
atau menjadi coklat karna membentuk 5-Hydroxylmethyl-2-Furfural. Oleh karena
itu, SO2 ditambahkan untuk mengikat gugus hidroksil dan menyebabkan
pemucatan warna nira kental.
Setiap evaporator menghasilkan uap dan air. Air yang dihasilkan dikeluarkan
melalui tangki air kondensat. Air kondensat diuji pada setiap jamnya untuk
mengetahui kandungan gula yang terdapat didalamnya. Air kondensat yang
mengandung gula maka akan digunakan untuk kebutuhan proses. Sedangkan air
kondensat yang tidak mengandung gula digunakan untuk air kebutuhan stasiun
boiler. Dari 8 unit evaporator yang dimiliki oleh PT. BCN Unit Cinta Manis, hanya
dioperasikan sebanyak 7 unit. Hal ini disebabkan 1 unit evaporator akan dilakukan
skrap/jadwal pembersihan rutin untuk setiap unit evaporator. Skrapdilakukan untuk
membersihkan kotoran yang terbawa oleh nira dan tertinggal dalam evaporator
pada saat proses penguapan dengan air serta bahan asam. Bila tidak dilakukan skrap
secara rutin maka akan mempengaruhi proses penguapan nira pada evaporator.
38
Kristal pada pabrik gula dapat terbentuk dengan menguapkan air yang masih
terkandung dalamnira kental sebanyak banyaknya dalam pan masakan. Dalam
proses pembuatan kristal diusahakan agar waktunya sesingkat mungkin dan kristal
yang dihasilkan memenuhi syarat (kering, putih dan ukuran kristal sesuai standar
pabrik) serta kehilangan gula sekecil mungkin.
Tingkat masakan yang biasa dilakukan di PT. BCN Unit Cinta Manis adalah A, C,
dan D. Bejana masakan yang digunakan berupa vacuum pan dengan desain
calandria. Bahan pemanas yang digunakan dapat berupa uap bekas atau uap nira.
Adapun jumlah vacuum pan masakan yang digunakan adalah 4 vacuum pan untuk
masakan A, 1 vacuum pan untuk masakan C, dan 3 vacuum pan untuk masakan
D. Untuk masakan D, terdapat Crystallizer yang berfungsi sebagai palung
pendingin tempat berlangsungnya kristalisasi lanjutan. Setiap vacuum pan
berukuran 50 m3 dengan kapasitas yang digunakan maksimal 80% ukuran vacuum
pan.
Proses masakan dilakukan secara kontinyu. Nira kental masuk kedalam Vacuum
Pan masakan A yang kemudian masuk ke receiver sebagai tempat panampungan
dan dilanjutkan ke HGF (High Grade Fugal) yang berfungsi untuk memisahkan
antara cairan dan gula. Terdapat dua unit HGF yaitu HGF A dan HGF B. Nira kental
dari receiver masuk kedalam HGF B yang menghasilkan 2 keluaran yaitu stroop A
dan gula A. Stroop A yang berupa cairan dilanjutkan ke proses masakan C dan gula
diputar lagi di HGF A agar pemisahan lebih optimal.
39
Nira Kental
Fondan
Stroop Stroop
A C
Gula C
Gula A Gula D1 Tetes
Klare
SHS
Klare
D
Gula D2
Gambar 4.4 Skema Proses Pemasakan pada PT. BCN Unit Cinta Manis
Dari HGF A terdapat dua aliran keluar yaitu klare SHS (Sugar High Sucrose) yang
berupa cairan serta gula yang kristalnya belum mencapai yang didinginkan. Klare
SHS dan gula halus selanjutnya dikembalikan ke vacuum pan masakan A untuk
diproses lagi agar dapat menjadi gula dengan kristal sesuai produk yaitu 0,9-1,1
mm. Gula yang dihasilkan di PT. BCN Unit Cinta Manis adalah Gula Kristal Putih
(GKP).
40
Umumnya dalam industri gula berbahan dasar tebu, terdapat 2 jenis warna produk
gula yaitu gula kristal putih dan kuning. Gula putih merupakan gula hasil
penyulingan warna serta pemisahakan gula dan molassessnya. Sedangkan gula
kuning merupakan gula tebu yang masih mengandung molasses sehingga warnanya
menjadi kuning. Gula kuning ini mengandung 85% sukrosa sedangkan gula putih
mengandung sukrosa mendekati 100%. Gula kuning mengandung rasa yang lebih
manis sedangkan gula putih memiliki warna lebih cerah. Kedua gulaini digunakan
sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan konsumen.
(Sollid, 2021)
KlareD dimasak lagi dimasakan D dan gula D2 dimasak lagi di masakan C agar
mencapai ukuran kristal yang diinginkan. Gula D2 mempunyai ukuran kristal 0,3
mm. Akhir produk yang sudah mempunyai ukuran kristal gula adalah pada masakan
A yaitu 0,9-1,1 mm yang nantinya dilakukan pemisahan di stasiun putaran.
41
b. Unit Penyelesaian
Setelah mengalami putaran terakhir di HGF A, kristal akan masuk ke
sugar dryer dan cooler dengan pengangkutan yang dilakukan dengan
grasshopper (talang goyang). Di sugar dryer gula akan dikeringkan
42
sampai diperoleh kandungan air dalam gula hanya 0,02%. Hasil akhir dari
sugar dryer yaitu diharapkan gula produk dengan brix, pol dan HK yang
tinggi. Brix, pol dan HK pada gula produk merupakan yang tertinggi dari
seluruh rangkaian proses di parik gula karna berupaproduk akhir yaitu gula
produk yang siap jual.
Gula di sugar bin kemudian di kemas dalam kemasan 50 kg dan 1 kg. Tujuan
dari pengemasan adalah mengurangi kerusakan, melindungi bahan pangan
yang ada didalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan
fisik dan memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi.
BAB V
SISTEM PROSES DAN INSTRUMENTASI
PT. BCN Unit Cinta Manis mempunyai 8 stasiun dalam pengolahan tebu
menjadi gula putih yaitu Stasiun Timbangan dan Cane Yard, Stasiun Cane
Preparation, Stasiun Mill, Stasiun Pemurnian, Stasiun Penguapan, Stasiun
Masakan, Stasiun Putaran dan Stasiun Penyelesaian. Pada masing-masing
stasiun tentu memiliki instrumentasi tersendiri sesuai dengan fungsi dan
tujuan dari masing-masing stasiun tersebut.
Spesifikasi Keterangan
Produksi Kawatetsu Co., Ltd.
Spesifikasi alat Meja Tebu (Cane Feeding Table) dapat dilihat pada
Tabel 5.2 dibawah ini.
44
Spesifikasi Keterangan
Produksi Kawasaki Heavy Industries, Ltd.
Lebar 6m
Panjang 7,5 m
Kecepatan Tetap 5 m/menit
dipotong
(Sumber : Bagian Pengolahan PT.BCN Unit Cinta Manis, 2022)
Spesifikasi alat Cane Cutter I dapat dilihat pada Tabel 5.3 di bawah ini.
Tabel 5.3 Spesifikasi Alat Cane Cutter I
Spesifikasi Keterangan
Produksi Kawasaki Heavy Industries, Ltd.
Lebar 1080 mm
Kecepatan 600 rpm
Jumlah pisau 64 buah
Diameter 1400 mm
Jarak pisau 120 mm
Power 1000 hp
Jumlah 1 unit
45
Spesifikasi alat Cane Cutter II dapat dilihat pada Tabel 5.4 di bawah ini.
Spesifikasi Keterangan
Produksi Kawasaki Heavy Industries, Ltd.
Lebar 1080 mm
Jumlah pisau 64 buah
Diameter 1400 mm
Jarak pisau 120 mm
Power 1400 hp
Jumlah 1 Unit
Kapasitas 6000 ton/hari
Fungsi Memotong tebu
(Sumber : Bagian Pengolahan PT.BCN Unit Cinta Manis, 2022)
Spesifikasi alat Heavy Duty Hammer Shredder (HDHS) dapat dilihat pada Tabel
Spesifikasi Keterangan
Daya 1838 kw
Power 2500 Hp
46
Jumlah 1 Unit
Fungsi Pencacah tebu menjadi bagian yang lebih
halus
(Sumber : Bagian Pengolahan PT.BCN Unit Cinta Manis, 2022)
Spesifikasi alat Cane Carrier Elevator dapat dilihat pada Tabel 5.6 di bawah ini.
Spesifikasi Keterangan
Produksi Kawasaki Heavy Industries, Ltd.
Type Steel slat
Kecepatan Berubah 3 – 15 m/menit
Jumlah 1 Unit
Fungsi Alat Pembawa Tebu dari Pemotong ke
Pemerahan
(Sumber : Bagian Pengolahan PT.BCN Unit Cinta Manis, 2022)
Spesifikasi alat Gilingan (Mill) dapat dilihat pada Tabel 5.7 di bawah ini.
Spesifikasi Keterangan
Produksi Kawasaki Heavy Industries, Ltd.
Diameter as 513 mm
Diameter Gilingan 914 x 1980 mm
47
Jumlah 5 unit
Ukuran Lebar Proses 450 x 600 mm
Tekanan Kerja 350 kg/cm
Putaran Turbin 4500 rpm
Fungsi Menggiling Tebu dan Memerah Tebu
(Sumber : Bagian Pengolahan PT.BCN Unit Cinta Manis, 2022)
Tabel 5.8 Spesifikasi Alat Timbangan Nira Mentah (Juice Weighting Scale)
Spesifikasi Keterangan
Produksi Triveni Japan
Spesifikasi alat Juice Heater dapat dilihat pada Tabel 5.9 di bawah ini.
Tabel 5.9 Spesifikasi Alat Juice Heater
Spesifikasi Keterangan
Produksi Kawasaki Heavy Industries, Ltd.
48
Spesifikasi alat Weighed Juice Pump dapat dilihat pada Tabel 5.10 di bawah ini.
Spesifikasi Keterangan
Produksi Ebara Corporation, Japan
Proses Berikutnya
(Sumber : Bagian Pengolahan PT.BCN Unit Cinta Manis, 2022)
5.4.4 Defekator
Spesifikasi alat Defekator dapat dilihat pada Tabel 5.11 di bawah ini.
49
Spesifikasi Keterangan
Kapasitas 12 / 6 m3
Diameter 1500 mm
Tinggi 2000 mm
Kecepatan Pengadukan 500 rpm
Jumlah 3 unit
Fungsi Tangki Pencampuran Nira Mentah dan Susu
Kapur
(Sumber : Bagian Pengolahan PT.BCN Unit Cinta Manis, 2022)
Spesifikasi alat Tangki Sulfitasi Nira Mentah dapat dilihat pada Tabel
5.12 dibawah ini.
Tabel 5.12 Spesifikasi Alat Tangki Sulfitasi Nira Mentah
Spesifikasi Keterangan
Produksi Kawasaki Heavy Industries, Ltd.
Kapasitas 22 m3
Diameter Tangki 2700 mm
Tinggi Tangki 6000 mm
Type Cylindrical
Jumlah 1 unit
Fungsi Tangki Pencampuran Nira Mentah dan
Belerang
(Sumber : Bagian Pengolahan PT.BCN Unit Cinta Manis, 2022)
50
Spesifikasi alat Flash Tank dapat dilihat pada Tabel 5.13 di bawah ini.
Tabel 5.13 Spesifikasi Alat Flash Tank
Spesifikasi Keterangan
Type Cylindrical
Tinggi 2,1 m
Diameter 2,4 m
Fungsi Tangki untuk Pembuangan Gas dari Nira
(Sumber : Bagian Pengolahan PT.BCN Unit Cinta Manis, 2022)
5.4.7 Clarifier
Spesifikasi alat Clarifier dapat dilihat pada Tabel 5.14 di bawah ini.
Tabel 5.14 Spesifikasi Alat Clarifier
Spesifikasi Keterangan
Type Single Tray
Jumlah 1 unit
Diameter 10,3 m
Kecepatan Putaran 9 – 10 rpm
Fungsi Tangki Pengendap Kotoran
(Sumber : Bagian Pengolahan PT.BCN Unit Cinta Manis, 2022)
Spesifikasi alat Rotary Drum Vacuum Filter dapat dilihat pada Tabel
5.15 dibawah ini.
51
Spesifikasi Keterangan
Produksi Jord Engineers India, Ltd.
Tipe Roller
Jumlah 3 unit
Diameter 3000 mm
Panjang 5500 mm
Fungsi Penghisap Kotoran
(Sumber : Bagian Pengolahan PT.BCN Unit Cinta Manis, 2022)
5.5.1 Evaporator
Spesifikasi alat Evaporator dapat dilihat pada Tabel 5.16 di bawah ini.
Tabel 5.16 Spesifikasi Alat Evaporator
Spesifikasi Keterangan
Produksi Kawasaki Heavy Industries, Ltd.
Tipe Calandria
Spesifikasi alat Condensat Receiver dapat dilihat pada Tabel 5.17 di bawah ini.
Spesifikasi Keterangan
Produksi Ebara Corporation, Japan
Kapasitas 2 m2/jam
Diameter
1750 mm
Tinggi
6265 mm
Temperatur 1000 oC
Jumlah 8 unit
Fungsi Tempat Penampung Air Kondensat
(Sumber : Bagian Pengolahan PT.BCN Unit Cinta Manis, 2022)
Spesifikasi alat Syrup Pump dapat dilihat pada Tabel 5.18 di bawah ini.
Tabel 5.18 Spesifikasi Alat Syrup Pump
Spesifikasi Keterangan
Produksi Ebara Corporation, Japan
Kapasitas 60 m3/jam
Jenis Centrifugal Pump
Jumlah 2 Unit
Power 220/380 V, 7,5 Kw, 1450 rpm, 3 phase, 50
Hz
53
Sulphitator
(Sumber : Bagian Pengolahan PT.BCN Unit Cinta Manis, 2022)
Spesifikasi alat Syrup Sulphitator dapat dilihat pada Tabel 5.19 di bawah ini.
Jumlah 1 Unit
Power 220/380 V, 7,5 Kw, 1450 rpm, 3 phase, 50
Hz
Penambahan Belerang
(Sumber : Bagian Pengolahan PT.BCN Unit Cinta Manis, 2022)
5.5.5 Shulphured Syrup Drawing Tank
Spesifikasi alat Shulphured Syrup Drawing Tank dapat dilihat pada Tabel
5.20 dibawah ini.
Spesifikasi Keterangan
Produksi Kawasaki Heavy Industries, Ltd.
Kapasitas 7 m3/jam
Jumlah 1 Unit
Power 220/380 V, 7,5 Kw, 1450 rpm, 3 phase, 50
Hz
Fungsi Tangki Pencampuran Nira Kental dengan
Belerang
(Sumber : Bagian Pengolahan PT.BCN Unit Cinta Manis, 2022)
Spesifikasi alat Vacuum Pan dapat dilihat pada Tabel 5.21 di bawah ini.
Tabel 5.21 Spesifikasi Alat Vacuum Pan
Spesifikasi Keterangan
Produksi Marubeni Corporation, Japan
Tipe Calandria
Kapasitas 50 m3
Jumlah 8 unit
Spesifikasi alat Peti Bahan dapat dilihat pada Tabel 5.22 di bawah ini.
55
Spesifikasi Keterangan
Produksi Marubeni Corporation, Japan
Kapasitas 45 m3
Jumlah 9 unit
Panjang 3m
Lebar 3m
Tinggi 5m
Fungsi Tempat untuk menyimpan bahan masakan
(Sumber : Bagian Pengolahan PT.BCN Unit Cinta Manis, 2022)
Spesifikasi alat Massecuite Receiver dapat dilihat pada Tabel 5.23 di bawah ini.
Spesifikasi Keterangan
Produksi Marubeni Corporation, Japan
75 m3 (Massecuite D)
Jumlah 5 unit (Massecuite A,C)
1 unit (Massecuite D)
Panjang 8,2 m (Massecuite A,C)
8,5 m (Massecuite D)
Lebar 2,7 m (Massecuite A,C)2,9 m
(Massecuite D)
3 m (Massecuite A,C)
Tinggi
1,6 m (Massecuite D)
56
Spesifikasi alat Palung Pendingin Masakan dapat dilihat pada Tabel 5.24
di bawahini.
Tabel 5.24 Spesifikasi Alat Palung Pendingin Masakan
Spesifikasi Keterangan
Produksi Ebara Corporation, Japan
Kapasitas 50 m3
Jumlah 6 unit
Lebar 2700 mm
Panjang 8000 mm
5.6.5 Crystallizer
Spesifikasi alat Crystalizer dapat dilihat pada Tabel 5.25 di bawah ini.
Tabel 5.25 Spesifikasi Alat Crystalizer
Spesifikasi Keterangan
Produksi Marubeni Corporation, Japan
Jumlah 7 unit
Kapasitas 50 m3
Panjang 8000 mm
57
Lebar 2600 mm
Tinggi 2800 mm
Kecepatan Pengadukan 0,8 rpm
Fungsi Tempat untuk membentuk kristal gula
pada masakan
(Sumber : Bagian Pengolahan PT.BCN Unit Cinta Manis, 2022)
5.7.1 Putaran A
Spesifikasi alat Putaran A dapat dilihat pada Tabel 5.26 di bawah ini.
Spesifikasi Keterangan
Produksi BMA Corporation
Tipe HGF (High Grade Fugal)4 Unit
Jumlah
Beban maksimal 650 kg
5.7.2 Putaran C
Spesifikasi alat Putaran C dapat dilihat pada Tabel 5.27 di bawah ini.
58
Spesifikasi Keterangan
Produksi BMA Corporation
Tipe
LGF (Low Grade Fugal)5 Unit
Jumlah
5.7.3 Putaran D
Spesifikasi alat Putaran D dapat dilihat pada Tabel 5.28 di bawah ini.
Spesifikasi Keterangan
Produksi BMA Corporation
Spesifikasi alat Putaran SHS dapat dilihat pada Tabel 5.29 di bawah ini.
59
Spesifikasi Keterangan
Produksi BMA Corporation
Tipe HGF (High Grade Fugal)3
Jumlah Unit
Siklus 18 siklus/jam
Diameter Basket 1220 mm
Tinggi Basket 700 mm
Saringan 8 mesh
Tekanan Air Pencuci 3,5 kg/cm
Tekanan Sistem Pengeringan 3 kg/cm
Fungsi Mengaduk Gula
(Sumber : Bagian Pengolahan PT.BCN Unit Cinta Manis, 2022)
Spesifikasi alat Sugar Dryer and Cooler dapat dilihat pada Tabel 5.30 berikut.
Spesifikasi Keterangan
Produksi Kawasaki Heavy Industries, Ltd.
Kapasitas 25 ton/jam
Suhu Awal Gula >50 °C
Suhu Akhir Gula <40 °C
Jumlah Blower 6 set
60
Lebar 1000 mm
Panjang 15000 mm
Fungsi Pengering Gula
(Sumber : Bagian Pengolahan PT.BCN Unit Cinta Manis, 2022)
Spesifikasi Keterangan
Berat masing-masing 50 kg
Kapasitas 400 karung/jam
Jumlah 2 Unit
BAB VI
PRODUK DAN PENGENDALIAN MUTU
6.1. Produk
PT. BCN Pabrik Gula Cinta Manis menghasilkan dua jenis produk yaitu produk
utama dan produk samping.
d. Ampas Tebu
D serta jumlah air siraman yang diberikan. Tujuannya untuk mengetahui kadar
gula yang hilang dan kandungan gula dalam tetes.
Brix 99,9 %
Intensitas Warna (ICUMSA) < 300
Ukuran 0,9-1,1 mm
BAB VII
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH
7.1. Utilitas
Unit utilitas merupakan unit penunjang kelancaran proses produksi dalam suatu
pabrik dari tahap awal sampai menjadi produk akhir. Pada PT BCN Pabrik Gula
Unit Cinta Manis terdapat 3 unit utilitas, diantaranya yaitu:
a. Air Sungai
Air sungai merupakan salah satu sumber air yang digunakan oleh PT BCN Pabrik Gula
Unit Cinta Manis untuk mencukupi kebutuhan air proses dan kebutuhan sehari-hari, dimana
air sungai ini berasal dari Sungai Ogan yang merupakan salah satu sungai terbesar di
Provinsi Sumatera Selatan dan terletak di Kabupaten Ogan Ilir. Dalam proses pengambilan
air, air Sungai Ogan dipompa dan diangkut melalui pipa besar yang ditanam dalam tanah
menuju ke lokasi berlangsungnya proses water treatment di pabrik. Sebelum dialirkan ke
bak-bak water treatment, air sungai tersebut dialirkan ke tangki netralisasi pH terlebih
dahulu, dimana terdapat penambahan bahan kimia seperti kapur (CaCO3) dan kaporit
(Ca(ClO)2) sebagai penjernih. Pada tahap netralisasi pH ini, terjadi proses pengadukan
untuk mencampurkan kaporit dan kapur. Tahap selanjutnya, air dialirkan menuju bak-bak
beton dengan ukuran yang berbeda untuk mengendapkan kotoran yang terbawa air seperti
pasir, lumpur, dan lain-lain. Pada unit bak aerasi, dilakukan kontak udara pada air baku
agar kandungan zat besi dan mangan yang terdapat dalam air baku dapat bereaksi dengan
66
oksigen yang ada dalam udara, dimana hal ini bertujuan untuk menghilangkan gas-gas
beracun seperti metan, H2S, CO2, dan lain-lain. Setelah melalui tahap aerasi, air
dipompakan ke unit bak koagulasi flokulasi dan sedimentasi, dimana pada unit ini terjadi
proses koagulasi dengan penambahan bahan kimia berupa tawas (Al2(SO4)3) serta proses
flokulasi dan sedimentasi. Pada proses ini, partikel-partikel kecil berupa kotoran yang
terkandung dalam air akan digumpalkan menjadi partikel-partikel yang berukuran lebih
besar (flok) dan mengendap dengan sendirinya secara alami di dasar penampungan bak
karena massa jenisnya lebih besar daripada air. Selanjutnya, air dialirkan masuk ke tahap
penyaringan di tangki filtrasi, bertujuan untuk menyaring kotoran-kotoran kecil yang masih
tersisa agar benar-benar bersih dengan menggunakan antrasit, pasir, dan batu kerikil.
Kemudian, air yang telah melalui tahap filtrasi masuk ke reservoir untuk selanjutnya
didistribusikan ke perumahan karyawan, serta untuk kebutuhan proses dan perkantoran.
Untuk keperluan proses, air yang telah difiltrasi dipompakan ke tangki water
softener, dimana terjadi penambahan resin softener, yaitu resin kation yang
digunakan untuk menghilangkan kandungan ion Ca2+ dan Mg2+ dalam air.
resin tidak mempunyai kemampuan lagi untuk mempertukarkan ion Ca2+ dan Mg2+
dengan ion Na2+, sehingga pada kondisi ini resin sudah jenuh dan untuk
mengaktifkannya lagi, softener perlu diregenerasi menggunakan larutan NaCl yang
dilewatkan melalui tumpukan resin, dimana ion Na+ yang terdapat dalam larutan
NaCl akan menggantikan ion hardness (ion Ca2+ dan Mg2+) yang terdapat pada
permukaan resin. Selanjutnya, air yang telah diproses pada softener akan
dipompakan kedalam demin tank yang merupakan tempat penampungan akhir air
demineralisasi yang siap dikirim ke boiler sebagai air umpan boiler, dimana proses
ini biasanya dilakukan pada saat awal giling dikarenakan belum terdapat air
kondensat dan digunakan apabila terjadi kekurangan air kondensat. Proses
pengolahan air (water treatment) pada PT BCN PG. Unit Cinta Manis dapat dilihat
pada Gambar 7.2.
Gambar 7. 2 Diagram Proses Pengolahan Air (Water Treatment) pada PG. Unit
Cinta Manis (Tata Usaha Unit Cinta Manis, 2022)
Air kondensat merupakan air yang diperoleh dari stasiun penguapan (evaporation)
dan stasiun masakan hasil dari proses kondensasi menggunakan alat kondensor
secara vakum. Proses vakum terjadi ketika dialirkannya aliran air pendingin dengan
kuat dari atas kondensor guna menciptakan kondisi vakum pada evaporator dan
68
vacuum pan, dimana uap panas yang dihasilkan oleh evaporator dan vacuum pan
akan terperangkap pada aliran air pendingin tersebut, sehingga air tersebut menjadi
panas akibat menangkap panas yang dihasilkan oleh uap evaporator dan vacuum
pan. Selanjutnya, air panas tersebut dialirkan melalui parit- parit khusus menuju ke
kolam penampungan dan dipompakan ke cooling tower untuk dilakukan penurunan
temperatur air. Pada kolam penampungan tersebut, terdapat pompa yang berfungsi
untuk menarik kembali air untuk digunakan sebagai air injeksi pada kondensor
evaporator dan vacuum pan.
Pada PG. Unit Cinta Manis, terdapat 4 unit boiler bertekanan sekitar 22 kg/cm2 dan
kapasitas 60 ton/jam yang digunakan untuk membantu kegiatan produksi dengan
bahan bakar berupa ampas tebu (bagasse) dan serbuk kayu sebagai bahan bakar
tambahan. Sedangkan, untuk sumber air yang digunakan pada umpan boiler berupa
air kondensat. Akan tetapi, apabila kebutuhan air kondensat tidak mencukupi maka
digunakan air dari water treatment. Steam yang dihasilkan memiliki suhu sekitar
325 0C, dimana steam dari proses pembakaran tersebut akan ditampung terlebih
dahulu pada High Pressure Steam Header (HPSH) sebelum didistribusikan ke 4
bagian yaitu unit ketel untuk penggerak turbin penghisap dan penghembusan udara
pembakaran berupa induce fan dan force draf fan, unit power house untuk
menggerakkan turbin uap generator I dan II, unit preparasi untuk menggerakkan
turbin gilingan I-V serta Cane Cutter I, Cane Cutter II, dan Heavy Duty Hammer
Shredder (HDHS), dan terakhir, unit pengolahan yaitu pada stasiun putaran. Total
kebutuhan steam di PT BCN Pabrik Gula Unit Cinta Manis sebesar 96,05 ton/jam.
70
Gambar 7. 5 Skema Proses Produksi Steam pada PG. Unit Cinta Manis (Stasiun
Boiler Unit Cinta Manis, 2021)
Deaerator merupakan pemanas yang berfungsi sebagai pemanasan awal pada air
umpan boiler sebelum dimasukkan ke dalam boiler, dimana air yang masuk ke
dalam deaerator memiliki suhu 80-90 oC dan akan dipanaskan di dalam deaerator
sampai suhu 105 oC.
2. Steam Drum
Steam drum merupakan alat yang berfungsi sebagai pemisah antara air dan
saturated steam. Pemisahan antara air dan saturated steam terjadi karena adanya
perbedaan fase, dimana pada bagian atas terdapat saturated steam dan bagian
bawah terdapat air. Saturated steam akan dialirkan ke superheater untuk proses
pemanasan lebih lanjut, sedangkan air akan dialirkan melalui down comer menuju
dinding furnace untuk dipanaskan kembali hingga menjadi saturated steam.
71
3. Superheater
Unit Penyediaan Tenaga Listrik (power house) merupakan salah satu elemen
penting pada suatu industri terutama pabrik gula guna menyediakan energi yang
berfungsi sebagai pembangkit listrik (generator).
Unit pembangkit listrik pada PT BCN Pabrik Gula Unit Cinta Manis terdiri dari 2
jenis generator yang berguna untuk menyediakan energi untuk kegiatan produksi,
yaitu:
1. Diesel Generator
Pada PT BCN PG. Unit Cinta Manis, diesel generator merupakan pembangkit tenaga
listrik yang digunakan ketika diluar musim giling atau saat tidak melakukan proses
produksi (jika PLN padam), di musim giling saat pabrik mengalami kondisi trouble
dalam waktu yang lama serta di musim giling saat awal produksi di mana belum
terdapat bahan baku tebu sehingga menggunakan bahan bakar berupa bahan bakar
solar. Pada PG. Distrik Cinta Manis terdapat 4 unit diesel generator yang dapat
menghasilkan tenaga listrik masing-masing sebesar 300 KVA sebanyak 3 unit dan
sebesar 1000 KVA sebanyak 1 unit.
72
2. Turbine Generator
Pada PT BCN Pabrik Gula Unit Cinta Manis, turbine generator digunakan sebagai
pembangkit tenaga listrik pada saat musim giling atau pada saat proses produksi
yang digerakkan dengan tenaga uap. Bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap
yaitu ampas tebu (bagasse) yang tersedia pada saat proses produksi. Turbine
generator di PG. Unit Cinta Manis digerakkan dengan tenaga uap yang memiliki
tekanan 18 kg/cm2, dimana terdapat 2 unit turbine generator yang dapat
menghasilkan tenaga listrik masing-masing sebesar 4500 KVA.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh diesel generator dan turbine generator
ditampung dalam 2 unit High Tension Distributor (HTD) A dan B. Tenaga listrik
73
kebutuhan tenaga listrik perumahan Distrik Cinta Manis sebesar 550 KVA. Apabila
PT BCN Pabrik Gula Unit Cinta Manis sedang tidak melaksanakan proses
penggilingan, maka kebutuhan listrik untuk kantor dan juga perumahan berasal dari
PLN.
Gambar 7. 8 Skema Distribusi Pemakaian Tenaga Listrik di PG. Unit Cinta Manis
74
Limbah padat yang lain yaitu berupa blotong, merupakan limbah padat hasil
samping dari proses pemisahan nira tapis dengan filtratnya pada stasiun pemurnian.
Blotong tersebut ditampung pada cake bunker kemudian diangkut oleh truk dan
langsung dikirim ke areal lahan tebu, dimana nantinya akan digunakan sebagai
campuran untuk pupuk kompos. Pada periode giling tahun 2020 dihasilkan blotong
sebanyak 34.690,6 ton. Limbah padat yang terakhir yaitu abu ketel (boiler ash)
yang merupakan limbah padat hasil samping dari sisa pembakaran pada stasiun
boiler. Abu ketel ini juga diolah menjadi pupuk kompos seperti halnya blotong.
Pada periode giling tahun 2020 dihasilkan abu ketel sebanyak 6.585,9 ton.
tercemar (non polutan). Limbah cair tercemar (polutan) merupakan limbah cair
yang mengandung nira maupun bahan kimia lainnya yang dapat mencemari
lingkungan, sehingga harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu sebelum
dibuang ke lingkungan. Limbah cair tercemar ini terdiri dari percikan minyak
pelumas mesin yang tercecer (oli, minyak bahan bakar dan lain-lain), percikan nira
dari setiap stasiun proses, air pembersihan juice heater, campuran air dan karmand
(soda) sisa skrapan evaporator, serta air sisa siraman untuk membersihkan lantai
pabrik. Sedangkan, limbah cair tidak tercemar (non polutan) merupakan limbah cair
yang tidak mengandung nira dan bahan kimia lainnya yang dapat mencemari
lingkungan, sehingga dapat langsung dibuang kelingkungan tanpa ada perlakuan
khusus sebelumnya. Limbah cair tidak tercemar ini terdiri dari air kondensor atau
air jatuhan dari evaporator, air kondensor atau air jatuhan dari vacuum pan, serta
air pendingin yang tidak dikembalikan pada alur proses.
Pada PG. Unit Cinta Manis, pengolahan limbah cair dilakukan dengan beberapa
cara, untuk limbah non polutan, dilakukan proses sirkulasi dimana air kondensat
dipompakan ke kolam penampungan agar terjadi penurunan suhu yang selanjutnya
kembali digunakan untuk air injeksi. Sedangkan, untuk limbah cair polutan
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL),
penerapan sistem water treatment dan pemanfaatan kembali, penerapan pemisahan
oli dengan kolam oil trap, serta monitor aliran parit limbah cair pada lingkungan
pabrik.
Penanganan limbah cair pada PT BCN Pabrik Gula Unit Cinta Manis, salah satunya
dilakukan melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan sistem lagoon
(kolam) yaitu sistem pengurai (degradasi) bahan organik yang tidak hanya
mengandalkan pada jumlah mikroba, melainkan lebih bertumpu pada waktu tinggal
(retention time). Alasan menggunakan sistem ini karena memiliki lahan limbah
yang cukup luas dan pengawasannya lebih sederhana, sesuai dengan keputusan
Bupati Ogan Ilir No. 388 Kep/TELH/2009 tentang izin pembuangan limbah cair.
76
Instalasi Pengolahanan Air Limbah (IPAL) pada PG. Unit Cinta Manis dilakukan
pada kolam-kolam penampungan dengan fungsi yang berbeda-beda untuk proses
pengolahan limbah cair yang terdiri dari beberapa tahap yaitu pemisahan minyak,
pengendapan berdasarkan gravitasi, perlakuan anaerob, dan perlakuan aerob
dengan pemberian udara. Kolam penampungan ini memiliki total volume sekitar
57.605 m3. Kolam ini terdiri dari titik inlet, oil trap I, kolam penyangga, oil trap II,
kolam pengendap, kolam anaerob, kolam fakultatif, kolam aerob, kolam uji, dan
titik outlet. Kolam-kolam tersebut memiliki volume yang berbeda-beda dimana,
pada kolam oil trap I memiliki volume 3 m3, kolam penyangga memiliki volume
1.172 m3, kolam oil trap II memiliki volume 113 m3, kolam pengendap yang terdiri
dari 3 kolam berbeda memiliki volume secara berturut-turut yaitu 205 m3, 185 m3,
dan 253 m3, kemudian kolam anaerob yang juga terdiri dari 3 kolam berbeda
memiliki volume yaitu 7.500 m3, 17.800 m3, dan 7.100 m3, selanjutnya terdapat 2
kolam fakultatif dengan volume masing-masing 8.767 m3 dan 4.317 m3, serta
kolam aerob yang memiliki volume 9.189 m3 dengan penambahan oksigen secara
aerasi, dan yang terakhir yaitu kolam uji dengan volume 1.000 m3. Diharapkan air
limbah yang telah melalui melalui proses IPAL memiliki pH yang netral agar dapat
dilepas atau dialirkan ke lingkungan. Jika tidak maka dalam proses IPAL perlu
ditambahkan kapur pada kolam inlet agar pH air menjadi netral. Selain itu air
dikatakan telah layak untuk dilepas dilingkungan jika ikan pada kolam uji dapat
hidup. Jenis-jenis kolam pada Instalasi Pengolahanan Air Limbah (IPAL) di PG.
Distrik Cinta Manis dapat dilihat pada Tabel 7.1.
77
Oil Trap II 2,67 jam Menangkap oli yang masih Setiap 7 hari sekali
Lolos diambil olinya
yang menuju ke
kolam
Fakultatif
Aerob 9,09 hari Menguraikan bahan organik Dipasang aerator
dengan bakteri aerob berupa “Turbo Jet
Aerator MT05”
sebanyak 6 unit
Kolam Uji 23,73 jam Menguji kualitas limbah Diambil sampelnya
yang keluar UPLC secara periodik,
yaitu setiap hari
cek pH outlet, satu
minggu sekali
dianalisa lab UU,
dan tiga bulan
sekali dianalisis
lab. Bapeda TK I
Palembang
(Sumber: Bagian LH dan K3 PG. Unit Cinta Manis)
79
Gambar 7. 10 Skema Proses Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada PG.
Unit Cinta Manis (Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Unit Cinta Manis,
2022)
80
Sampel air limbah setiap satu bulan sekali dilaporkan ke provinsi untuk diuji pH,
COD, BOD, sulfida, minyak lemak, dan TSS, berdasarkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2010 dan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan
Nomor 8 Tahun 2012. Data hasil analisis limbah cair PT BCN Pabrik Gula Unit
Cinta Manis dapat dilihat pada Tabel 7.2.
Tabel 7. 2 Data Hasil Analisis Limbah Cair PG. Unit Cinta Manis
Parameter Satuan Kadar Maksimum Hasil Analisis Kolam
PT BCN Pabrik Gula Unit Cinta Manis dalam melaksanakan proses produksinya
menggunakan steam atau uap untuk memanaskan bejana pemanas pada juice
heater, evaporator, dan vacuum pan yang akan menghasilkan produk samping
berupa air kondensat atau pun air kondensor (air jatuhan). Air tersebut memiliki
suhu yang panas sehingga perlu dilakukan sistem sirkulasi pendinginan agar
nantinya memiliki suhu yang normal dan dapat dimanfaatkan kembali sebagai air
umpan boiler maupun air jatuhan. Sistem sirkulasi pendinginan ini dilakukan oleh
unit Water Treatment PG. Unit Cinta Manis, dimana di unit ini pendinginan air
kondensor atau air jatuhan dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke kolam
penampungan untuk proses pendinginan secara alami. Kemudian air pada kolam
penampungan dipompa kembali menuju cooling water dan springer pound untuk
proses pendinginan lanjutan agar tercapai suhu yang baik digunakan sebagai air
81
Sebagian besar alat atau mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi pada
PG. Unit Cinta Manis menggunakan oli atau minyak pelumas untuk memperlancar
sistem penggerak pada mesin atau alat agar dapat bekerja dengan optimal. Namun,
sebagian alat atau mesin tersebut memiliki sistem penggerak yang tidak tertutup
sehingga menimbulkan adanya tumpahan oli atau minyak pelumas menjadi LB3.
Tumpahan oli atau minyak pelumas ini, harus dibersihkan dengan cara
menyemprotkan air dan mengalirkannya ke aliran parit yang menuju IPAL.
Kemudian, agar proses treatment pada IPAL menjadi mudah, oli atau tumpahan
minyak pelumas yang bercampur dengan air dipisahkan terlebih dahulu pada kolam
oil trap. Pada PG. Unit Cinta Manis, terdapat 2 unit kolam oil trap, dimana oli atau
minyak pelumas yang bercampur dengan air mengalir pada parit menuju ke kolam
oil trap lalu dipisahkan menggunakan prinsip gaya gravitasi sehingga oli terletak di
atas permukaan dan air dibawah karena air memiliki massa jenis yang lebih berat
dibandingkan dengan oli. Selanjutnya, oli yang tertahan pada oil trap dan air terus
mengalir menuju ke unit IPAL. Oli yang tertahan pada oil trap kemudian diambil
secara manual lalu ditampung dalam tangki khusus penampungan oli bekas pada
gudang LB3. Sebagian oli yang ditampung akan digunakan kembali sebgai minyak
pelumas pada mesin-mesin produksi dan sebagian besarnya di ambil secara teratur
oleh kontraktor pihak ke tiga dari kantor pusat untuk diolah kembali.
Parit merupakan salah satu bagian terpenting dalam pengolahan limbah cair di
pabrik, dimana parit berfungsi sebagai tempat pembuangan limbah cair yang
berasal dari setiap stasiun produksi. Pada PG. Unit Cinta Manis, parit limbah cair
82
dibagi menjadi 2 bagian yaitu, parit limbah cair tecemar dan parit limbah cair tidak
tercemar. Parit limbah cair tercemar merupakan parit-parit yang digunakan untuk
mengalirkan limbah cair yang terdapat pada setiap stasiun proses yang rentan
terhadap pencemaran seperti tumpahan nira, susu kapur, oli bekas, air pembersih
lantai pabrik, air sisa skrapan juice heater dan evaporator, air pembuangan
laboratorium serta semua air yang mengandung gula dan bahan kimia lainnya. Parit
limbah cair tercemar ini akan dialirkan menuju ke unit IPAL untuk dilakukan
treatment terlebih dahulu agar tidak berbahaya ketika dibuang ke lingkungan.
Sedangkan parit limbah tidak tercemar merupakan parit-parit yang digunakan untuk
mengalirkan limbah cair dari stasiun pemurnian, evaporator dan kristalisasi yang
menghasilkan air kondensat, air kondensor atau air jatuhan yang tidak mengandung
gula dan bahan kimia lainnya. Limbah cair tidak tercemar ini akan dialirkan dari
parit limbah tidak tercemar menuju bak penampungan yang nantinya akan dipompa
menuju ke cooling water dan springer pound untuk didinginkan serta digunakan
kembali. Pengecekan parit limbah cair tercemar dan tidak tercemar pada PG. Unit
Cinta Manis dilakukan secara teratur dengan melakukan pembuangan pada tanah
atau kotoran yang mengendap di parit, sehingga aliran limbah cair pada parit tetap
lancar dan tidak meluap kepermukaan.
akan jatuh pada dust collector sehingga gas pembakaran yang dilepas tidak akan
mencemari lingkungan dan mengurangi penurunan kualitas udara serta partikulat.
Kemudian, untuk debu pembakaran yang berupa abu dan pasir yang jatuh pada
rantai akan diberikan air siraman untuk menggumpalkan abu dan pasir tersebut, lalu
dibawa menuju ke belt conveyor dan akan ditampung oleh truk penampung.
Uji keamanan gas buang atau yang dihasilkan secara berkala juga dilakukan, yaitu
sebanyak 2 kali uji dalam 1 tahun. Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat
pengukur khusus cemaran gas atau udara. Pada setiap cerobong pembuangan gas
pada boiler, sulfur tank, dan generator setting terdapat lubang untuk memasukkan
alat uji tersebut guna mengambil sampel gas buang yang dihasilkan, sehingga dapat
terukur cemaran gas yang dihasilkan. Hasil analisa udara emisi, ambient dibuat oleh
instansi yang berwenang, dimana laporan hasil analisa tersebut akan dilaporkan
setiap 3 bulan sekali atau 6 bulan sekali dalam bentuk laporan RKL-RPL ke Asdep
Pengendalian Pencemaran Agroindustri Kementerian Lingkungan Hidup, Badan
Lingkungan Hidup Provinsi, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten, Kantor Distrik
dan Bagian Pengolahan. Penanganan limbah ini diatur dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 dan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan
Nomor 6 Tahun 2012. Berikut ini merupakan data kualitas udara ambient PT BCN
Pabrik Gula Unit Cinta Manis yang dapat dilihat pada Tabel 7.3.
Gambar 7. 11 Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) LB3 pada PG. Unit Cinta
Manis
Mesin-mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi maupun
pendukung (utilitas) pada PT BCN Pabrik Gula Unit Cinta Manis tidak terlepas dari
penggunaan oli atau minyak pelumas, sehingga dapat menghasilkan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (LB3). Limbah B3 merupakan limbah yang mengandung
bahan berbahaya dan beracun. Pada PG. Unit Cinta Manis, tidak terdapat
pengolahan limbah B3, akan tetapi untuk penanganan limbah tersebut dilakukan
dengan penyediaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) LB3 dengan waktu
tinggal 180 hari. Selanjutnya limbah ini secara berkala akan diangkut dan dibawa
oleh kontraktor pihak ketiga yang telah mendapat izin dari Badan Lingkungan
Hidup, dimana limbah B3 ini antara lain yaitu kertas saring yang terkontaminasi Pb
asetat, oli bekas dari turbin atau generator, lampu TL bekas, serta aki bekas dari alat
berat dan alat angkut.
Untuk menanggulangi LB3 berupa oli bekas yang dihasilkan dari tumpahan oli atau
minyak pelumas mesin yaitu dengan dipisahkan dalam kolam pemisah atau oil trap,
dimana oli bekas yang telah terpisah ditampung dengan menggunakan wadah
jerigen atau ember, lalu diukur volume yang dihasilkan dengan menggunakan alat
85
Kondisi kemasan limbah B3 juga diperiksa setiap seminggu sekali dan dicatat pada
saat monitoring pemeriksaan kondisi kemasan, sehingga oli bekas dapat ditangani
dengan baik. Sedangkan, untuk menanggulangi LB3 berupa kertas saring yang
terkontaminasi Pb asetat, lampu TL bekas, serta aki bekas, dapat dilakukan dengan
membawa LB3 tersebut ke TPS LB3, dimana LB3 tersebut akan dimasukkan
kedalam kemasan masing-masing dan diberi simbol serta label sesuai dengan jenis
dan karakteristiknya. Aktivitas pengelolaan accu, kertas saring dan lampu TL bekas
juga dicatat selama periode 3 (tiga) bulan pada neraca limbah B3, dan juga diperiksa
kondisi kemasannya setiap seminggu sekali
86
BAB VIII
LOKASI PABRIK
PT. BCN Unit Cinta Manis merupakan satu-satunya Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) di bidang perkebunan yang berada di Desa Lubuk Keliat,
Kabupaten Ogan ILir, Sumatera Selatan. Tepatnya pada 104°-100° bujur
timur dan 3°-15° lintang selatan dengan ketinggian 10 – 20 meter dpl yang
berbatasan dengan Sungai Ogan, dimana 50 km dari sebelah utara Tanjung
Batu dan 75 km dari Kota Palembang dengan kantor direksi berada di
Lampung. Memiliki lahan di 6 (enam) kecamatan yaitu : Indralaya Kota,
Indralaya Selatan, Tanjung Batu, Payaraman, Lubuk Keliat, dan Rambang
Kuang pada Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. PG.Cinta
Manis memiliki luas lahan 20.263,09 Ha, yang terdiri dari lokasi I dengan
luas lahan 6.512,42 Ha (HGU No.01/95), lokasi II dengan luas lahan
8.866,77 Ha (PBT No.35/2003), dan lokasi III dengan luas lahan 4.883,92
Ha (PBT No.28/1998).
Tanah di wilayah kerja PT. BCN Unit Cinta Manis termasuk jenis tanah
podzolik merah kuning dengan lapisan topsoil yang tipis antara 5 – 15 cm
dan kondisi pH tanah antara 4,2 - 4,9. Musim tebang dan giling dilaksanakan
pada bulan Juni – November bersamaan dengan periode yang relatif kering.
87
BAB IX
ORGANISASI DAN SEGI EKONOMI PERUSAHAAN
Suatu proses atau kegiatan akan berjalan dengan baik apabila dilengkapi
dengan struktur organisasi yang tepat dan memadai. Struktur organisasi
yang baik akan mempermudah dalam mengkoordinir setiap pekerjaan, dan
keselarasan hubungan kerja. Gambar struktur organisasi PT. BCN Unit
Cinta Manis dapat dilihat pada gambar 9.1 di bawah ini.
1. General Manager
b. Manager Instalasi
Manager TAN Wilayah III dibantu oleh tiga asisten manager meliputi :
g. Manager PELTEK
h. Manager TMA
j. Manager QA
Pekerja pada PT. BCN Unit Cinta Manis dibagi menjadi 2 yaitu pekerja
tetap dan pekerja kampanye dengan jumlah yang berbeda sesuai dengan
kebutuhan perusahaan dalam mengelola proses produksi, adapun uraian
jumlah danklasifikasi pekerja pada PT. BCN Unit Cinta Manis dapat dilihat
seperti tabel 9.1 di bawah ini.
Tabel 9.1 Uraian jumlah pekerja PT. BCN Unit Cinta Manis
Tenaga kerja tetap pada PT. BCN Unit Cinta Manis dibagi menjadi 2
berdasarkan golongannya, yaitu golongan I-II dan golongan III-IV.
Karyawan pekerja tetap maupun pekerja kampanye ini dibagi menjadi 2
tipe, yaitu shift dan non-shift.Berikut merupakan jadwal kerja karyawan
PT. BCN Unit Cinta Manis :
1. Jadwal karyawan shift
Karyawan shift dibagi menjadi 3 shift yaitu pagi, siang dan malam.
a. Jam kerja shift pagi mulai dari pukul 06.00 – 14.00 WIB
b. Jam kerja shift siang mulai dari pukul 14.00 – 22.00 WIB
c. Jam kerja shift malam mulai dari pukul 22.00 – 06.00 WIB
92
a. Pada hari Senin sampai Jumat jam kerja mulai dari pukul 07.00-
12.00WIB dan 14.00-16.00 WIB
b. Pada hari Sabtu jam kerja mulai dari pukul 07.00 – 13.00 WIB
PT. BCN Unit Cinta Manis selalu berupaya agar industri gula menjadi
industri yang ramah lingkungan, hal ini diusahakan melalui pengolahan
limbah cair secaratepat. Limbah cair di PT. BCN Unit Cinta Manis diolah
secara biologis. Dan untuk limbah padat berupa blotong dimanfaatkan
sebagai pupuk organik. Sedangkan limbah padat lainnya berupa ampas tebu
93
BAB X
PEMBAHASAN
PT. BCN PG Cinta Manis merupakan bagian dari BUMN yang bergerak dalam
bidang perkebunan tebu dan pabrik gula yang berupaya turut serta dalam usaha
mewujudkan swasembada gula. Hal tersebut dilakukan secara bertahap dengan
tidak mengesampingkan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan.
Dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan, salah satunya adalah membuka
lapangan pekerjaan yang dapat memajukan perekonomian masyarakat, PT. BCN
PG Cinta Manis melakukan penyerapan tenaga kerja secara berkala yang berasal
dari lokasi perkebunan.
Bahan baku pembuatan gula di PT. BCN PG Bungamayang adalah tebu yang
dihasilkan dari bagian pertanian. Tebu yang ditanam merupakan tebu dengan
spesies yang memiliki kadar sukrosa yang tinggi. Kadar sukrosa dalam tebu
berkisar antara 11-16% yang memiliki rendemen rata – rata 7%. Tebu yang berasal
dari pertanian memiliki beberapa wilayah sumber penghasil tebu, yaitu tebu milik
sendiri maupun tebu rakyat. Tebu yang akan diolah harus memenuhi syarat, syarat
95
yang dimaksud adalah segar, bersih, dan manis. Segar yang berarti tebu yang
digiling maksimal memiliki retensi < 48 jam untuk tebu hijau dan < 36 jam untuk
tebu bakar. Syarat bersih adalah tebu hanya memiliki trash < 5%. Dan syarat Manis
berarti tebu memiliki rendemen yang tinggi. Selain bahan baku tebu, terdapat bahan
baku lainnya yang mendukung untuk produksi gula, yaitu berupa kapur, asam
phospat, enzim, belerang, flokulan dan fondan.
Kapur dan belerang padat digunakan sebagai bahan pembantu pada proses
pemurnian secara fisika. Proses pemurnian secara fisika terdiri dari proses
koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi.
96
Nira yang telah dimurnikan dengan metode tersebut merupakan nira jernih atau
clear juice. Clear juice kadar airnya akan dikurangi dengan proses evaporasi. Nira
jernih yang dihasilkan dari proses evaporasi dinamakan nira kental. Nira kental
keluaran evaporator masih mengandung kotoran yang belum hilang pada
pemurnian sebelumnya, sehingga nira akan terlebih dahulu masuk ke dalam talo
untuk menghilangkan kotoran dengan cara penambahan flokulan.
Limbah yang dihasilkan oleh PT. BCN Unit Cinta Manis merupakan limbah yang
ramah lingkungan. Limbah cair dari proses merupakan limbah bahan organik dan
tidak mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3). Limbah padat yang
dihasilkan berupa ampas tebu, blotong dan abu, merupakan material yang dapat
digunakan. Ampas tebu dimanfaatkan sebagai bahan bakar di boiler dan
kelebihannya disimpan sebagai persediaan bahan bakar boiler di musim tanam.
Blotong dan abu dimanfaatkan sebagai pupuk organik tanaman tebu. Untuk limbah
cair yang tergolong sebagai polutan, diolah terlebih dahulu di Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) PT. BCN Unit Cinta Manis. Untuk limbah gas dilakukan
pengujian kandungan gas buangan yakni sebanyak 2 kali dalam 1 tahun sebagai
salah satu upaya keamanan dan penjagaan lingkungan agar terbebas dari polutan.
Kemudian, untuk limbah B3 tidak terdapat pengolahan khusus karna PT. BCN Unit
Cinta Manis hanya menyediakan penyimpanan untuk limbah B3 yang selanjutnya
limbah ini akan diolah oleh Badan Lingkungan Hidup.
PT. BCN Unit Cinta Manis memberikan perhatian khusus terhadap faktor lain yang
menunjang kelancaran produksi selain lingkungan kerja dan proses produksi
diantaranya adalah kesejahteraan karyawan. Kesejahteraan karyawan selalu
ditingkatkan sesuai dengan kemampuan perusahaan. Perkembangan kegiatan
97
Sampai saat ini, PT. BCN Unit Cinta Manis telah diakui sebagai salah satu perintis
industri gula yang berada di luar Jawa. PT. BCN Unit Cinta Manis juga telah
berhasil membuktikan bahwa industri gula yang efisien dan menguntungkan dapat
dikembangkan di luar Jawa, serta dapat menjadi rujukan bagi berbagai pihak di
lingkungan industri gula nasional, khususnya yang berada di luar Jawa.
98
BAB XI
KESIMPULAN DAN SARAN
11.1. Kesimpulan
Setelah melaksanakan kegiatan Kerja Praktek di PT. Buma Cima Nusantara
(Persero) Pabrik Gula Bungamayang penulis dapat mengambil kesimpulan, yaitu:
1. PT. Buma Cima Nusantara Pabrik Gula Cinta Manis merupakan salah satu
pabrik gula di luar jawa yang berada di Sumatera Selatan yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan gula nasional yang terus meningkat sekaligus
memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan membuka lapangan
pekerjaan bagi masyarakat.
2. PT. Buma Cima Nusantara Pabrik Gula Cinta Manis memproduksi 2 produk
yaitu produk utama (gula kristal putih) memiliki kadar pol 99,9 % dan
berukuran antara 0,9 -1,1 mm dan produk samping berupa tetes (molasses),
ampas tebu, blotong dan abu
3. PT. Buma Cima Nusantara Pabrik Gula Cinta Manis terdiri dari enam
stasiun utama proses pengolahan, yaitu stasiun Timbangan dan Cane Yard,
Stasiun Pemerahan (Unit Cane Preparation & unit Mill), Stasiun, Stasiun
Pemurnian, Stasiun Penguapan, Stasiun Masakan, Stasiun Putaran dan
Penyeleseaian.
4. Stasiun pendukung dan utilitas yang ada di PT. Buma Cima Nusantara
Pabrik Gula Cinta Manis terdiri dari lima stasiun yang menyediakan
penyediaan air, kebutuhan listrik, bahan bakar, penyediaan steam, dan
pengolahan limbah.
5. Limbah yang dihasilkan di PT. BCN Unit Cinta Manis ada 4 jenis yaitu
limbah cair, limbah padat, limbah gas dan limbah B3. Limbah cair yang
bersifat non polutan diolah pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Limbah padat yang dihasilkan berupa blotong, ampas tebu, dan abu
dimanfaatka untuk keperluan pabrik. Limbah gas yang dihasilkan diberi
perlakuan pengecekan 2 kali dalam setahun dan limbah B3 dikelola oleh
Badan Lingkungan Hidup
99
11.2. Saran
Untuk membudayakan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) penulis
menyarankan adanya peningkatan kedisiplinan karyawan dalam penggunaan APD
(Alat Pelindung Diri) yang telah disiapkan oleh pabrik untuk karyawan terutama
karyawan pabrik yang bekerja pada stasiun pengolahan berupa masker,
helm,kacamata dan pelindung telinga.
100
DAFTAR PUSTAKA
Kuswurj, R., 2010. Sugar Cane Processing and Technology. San Fransisco:
W. H. Freeman and Company.