Disusun Oleh:
FAKULTAS TEKNIK
2018/201
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah S.W.T karena atas berkat dan tuntunan-Nya
akhirnya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini yang berjudul
“Power Load Unbalance (PLU) pada Turbin Unit 7 PLTU PT. POMI PAITON”
Laporan kerja praktik ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Studi S-1 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Keberhasilan penyusunan laporan kerja praktek ini
tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Kami sebagai penulis
mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan, khususnya kepada:
iv
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis baik dalam melaksanakan maupun menyelesaikan
pelaksanaan dan laporan kerja praktik ini.
Atas semua perhatian dari segala pihak yang telah membantu penulis
dalam menyusun laporan praktek kerja lapangan ini, penulis ucapkan terima
kasih.
Penulis,
v
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................... i
vi
BAB III LANDASAN TEORI ............................................................................ 12
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
pengamatan teknik yang diterapkan di PLTU PT. POMI sehingga dapat
bekerja sama sebagai tim dalam memecahkan suatu masalah.
b. Menambah wawasan aplikasi kelistrikan dalam bidang industri.
c. Dapat membandingkan dan menerapkan ilmu yang diperoleh dalam
perkuliahan dengan yang diperoleh dari dunia kerja
kuliah.
b. Mengembangkan potensi diri baik dibidang akademis maupun
organisasi.
c. Menganalisis peluang dan hambatan yang terjadi di dunia kerja dan
mencari solusi untuk perbaikan.
d. Memperoleh pengalaman mengenai situasi kerja yang nyata sehingga
mampu beradaptasi dengan dunia industri secara umum maupun
khusus.
1.3.2 Bagi Universitas
a. Menjalin hubungan baik dengan perusahaan tempat kerja praktik.
berkualitas.
c. Dapat membuka wawasan bagi setiap mahasiswa didiknya untuk
mendapatkan pengetahuan tambahan melalui praktik di lapangan.
d. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk merasakan persaingan
dalam dunia kerja.
1.3.3 Bagi Perusahaan
2
a. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menganalisis setiap
a. Waktu pelaksanaan
3
Hari : Senin s/d Jumat
b. Tempat Pelaksanaan
4
frekuensi dan putaran pada generator. Dijabarkan juga tentang apa itu
power load unbalance (PLU), penyebab terjadi unbalance dan
penjelasan perhitungan ketidakseimbangan.
BAB IV Pembahasan
Bab ini menjelaskan proteksi yang digunakan pada turbin uap,
yaituh Power load Unbalance di PLTU PT. POMI.
BAB V Penutup
Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran dalam
pembahasan Power Load Unbalance (PLU) pada Turbin pada unit 7
PLTU PT. POMI.
5
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Kebutuhan energi listrik adalah hal yang paling vital dalam seluruh
aktivitas kehidupan manusia guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
hidup. Untuk menghasilkan energi listrik harus melalui suatu proses yang panjang
dan rumit. Energi listrik sangat mempermudah dalam pemenuhan kebutuhan
manusia, mengingat sifat dari energi listrik yang mudah disalurkan dan
dikonversikan ke dalam bentuk energi yang lain, seperti energi cahaya, energi
mekanik, energi kalor, dan sebagainya.
Perkembangan penduduk yang semakin pesat, mengakibatkan peningkatan
konsumsi teknologi serta dunia usaha, sehingga kebutuhan akan energi listrik
terus meningkat. Kebutuhan ini bahkan belum mampu dipenuhi secara optimal
oleh PLN, oleh karena itu sejak diberlakukannya UU No. 15 Tahun 1985, PP No.
10 Tahun 1989 dan Keputusan Presiden Nomor 37 Tahun 1992 memberikan ijin
kepada pihak swasta untuk ikut berpartisipasi dalam usaha ketenagalistrikan di
bidang Pembangkit Transmisi dan Distribusi.
Sesuai dengan PERPRES 71/Thn 2006, pemerintah telah menugaskan
kepada PT. PLN untuk melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga
Listrik yang menggunakan bahan bakar Batubara. Pembangunan PLTU Batubara
dibagi 2 tahap yaitu Tahap I kapasitas sekitar 10,000 MW untuk menggantikan
PLTU berbahan bakar minyak dan 10,000 MW tahap II untuk menjaga sebagian
besar permintaan beban khususnya di Pulau Jawa Madura Bali yang akan
dibangun baik oleh PT. PLN maupun Swasta.
Salah satu perusahaan listrik swasta adalah PT. Paiton Energy. PT. Paiton
Energy adalah Perusahaan Pembangkit Swasta (Independent Power Producer)
pertama di Indonesia. PT. Paiton Energy didirikan pada tahun 1994. Dalam
mengoperasikan dan memelihara PLTU Paiton Unit 7 dan 8. PT. Paiton Energy
mengikat kerjasama dengan PT. Edison Mission Operation and Maintenance
6
Indonesia yang mengoperasikan dan memelihara PLTU Paiton Unit 7 dan 8.
Namun sejak Desember 2004, PT. Edison Mission Operation and Maintenance
Indonesia (PT. EMOMI) digantikan oleh PT. International Power Mitsui
Operation and Maintenance Indonesia (PT. IPMOMI). Dan pada akhir tahun
2016, PT. International Power Mitsui Operation and Maintenance Indonesia (PT.
IPMOMI) digantikan oleh PT. Paiton Operation and Maintenance Indonesia (PT.
POMI).
Pada proses pembangkitan tenaga listrik diperlukan kontinuitas produksi
energi listrik. Hal ini disebabkan karena PT. POMI sendiri merupakan salah satu
Pembangkit Listrik yang mensuplai listrik untuk wilayah Jawa dan Bali. Dengan
kapasitas total 1230 MW net atau 615 MW net untuk per unitnya, PLTU Paiton
Unit 7 dan 8 diharapkan mampu memenuhi kebutuhan listrik masyarakat wilayah
Jawa dan Bali. Dalam mensuplai listrik untuk kebutuhan wilayah Jawa dan Bali
tersebut, PLTU Paiton Unit 7 dan 8 dilengkapi dengan peralatan yang mendukung
dalam sistem PLTU secara keseluruhan.
Untuk memenuhi target pemerintah / PLN dalam hal penyedian tenaga
listrik di Jawa Madura Bali pada percepatan pembangunan pembangkit listrik
Tahap II maka PT. Paiton Energy ditunjuk pemerintah untuk proyek perluasan /
Expansion Project PLTU di Paiton dengan membangun PLTU Unit 3 berkapasitas
1 x 815 NMW. Sehingga total PLTU Batubara yang dikelola oleh PT. Paiton
Energy adalah 2045 NMW di Paiton, Probolinggo. Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) Paiton unit 7 dan 8 merupakan 2 unit pembangkit listrik yang
menggunakan Turbo Generator berbahan bakar Batubara sebagai penghasil uap
panas (steam) dengan kapasitas maksimum 2 x 645 NMW(net) atau 2 x 670
GMW (gross). Kedua unit ini beroperasi dengan faktor kemampuan rata‐rata 85%
per tahun. Dengan memproduksi energi listrik rata‐rata 9,158,580 MWH per tahun
dan mengkonsumsi batubara kira‐kira 4,6 juta ton pertahun. Batubara tersebut
didatangkan dari tambang batubara Adaro dan Kideco di Kalimantan Timur
dengan menggunakan tongkang maupun kapal. Batubara tersebut ditampung di
penimbunan Batubara (Coal Stock Pile) di lokasi PLTU Paiton. PLTU Paiton unit
7 dan 8 ini dimiliki oleh Paiton Energy Company yang dioperasikan oleh PT.
7
Paiton Operation and Maintenance Indonesia (PT. POMI). Pembangunan proyek
ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik Jawa dan Bali. Proyek ini
adalah implementasi dari kebijaksanaan pemerintah Indonesia dalam pertumbuhan
diversifikasi energi. Dalam hal ini, kandungan batubara yang ada di Indonesia
akan dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik, dan mengurangi
ketergantungan terhadap minyak bumi.
PLTU Unit 3 Paiton merupakan salah satu proyek percepatan
pembangunan pembangkit listrik tahap II dengan kapasitas 1 x 815 NMW yang
berbahan bakar batubara. Bilamana kemampuan beroperasi 90% dalam setahun
maka perkiraan total energi yang dihasilkan adalah : 6,425,460 MWH / tahun dan
mengkonsumpsi batubara sebesar 3,06 Juta Ton pertahun.
Dalam pengoperasian PLTU Paiton Unit 3, 7 & 8, PT. Paiton Energy
mengikat kerjasama Operations & Maintenance dengan PT. Paiton Operations &
Maintenance Indonesia (PT. POMI). Dalam hal ini, PT. POMI mengoperasikan
PLTU milik Paiton Energy untuk memenuhi ketentuan yang diatur dalam Power
Purchase Agreement dengan PLN.
8
: Mitsui & Co dari Jepang, Nebras dari Qatar, Tokyo Electric Power Co. dari
Jepang dan Batu Hitam Perkasa dari Indonesia :
9
Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT POMI Per 2016 Unit 3, 7 dan 8
Struktur organisasi di PT. POMI, PLTU Paiton unit 3, 7 dan 8 di bagi atas
8 departemen yaitu : Fuel & Ash Department, Production Department,
Community & Human Resources Department, Healthy, Safety, Environment &
Compliance Department, Procurement Department, Engineering Department,
Maintenance Department, Finance & Corporate Service Department yang masing
– masing departmen dipimpin oleh seorang manager yang membawahi supervisor
atau Shift Supervisor, Engineering, Senior Optech, Teknisi, Sekretaris serta
beberapa Adimistrasi. Keseluruhan Department dipimpin oleh President Director
dan Plant Manager.
PT. POMI adalah perusahaan yang tergolong besar ditinjau dari modal dan
jumlah karyawan yang dimiliki. Hal ini dikarenakan operasi rutin perusahaan
sangat banyak dan harus ditangani dengan sungguh‐sungguh. Sebagian besar
karyawan tetap perusahaan ini berpendidikan Sarjana dan Diploma. Disamping
itu, ada juga karyawan kontrak yang berasal dari kontraktor yang dibawahi PT.
POMI dengan level jabatan dan tingkat pendidikan yang berbeda‐beda sesuai
dengan latar belakang pendidikannya. PT. POMI mempunyai sumber daya
manusia yang terlatih dan berpengalaman dari berbagai disiplin ilmu sebanyak
411 karyawan tetap termasuk 3 expatriate/orang asing sebagai President Director
& Sr. Manager. Management PT. POMI telah menetapkan Misi dan Visi
Perusahaan sebagai berikut:
10
Maintenance Indonesia (POMI) mengoperasikan dan memelihara Power Plant
Paiton Energi dengan mengutamakan standar terbaik di aspek keselamatan dan
lingkungan, memberikan keuntungan finansial yang berkelanjutan kepada
pemiliknya dan pencapaian terbaik di semua bidang.
11
BAB III
DASAR TEORI
3.1 Turbin
Turbin adalah sebuah mesin berputar yang mengambil energi dari aliran
fluida.Turbin sederhana memiliki satu bagian yang bergerak, "asembli
rotorblade".Fluida yang bergerak menjadikan baling-baling berputar dan
menghasilkan energi untuk menggerakkan rotor.Contoh turbin awal adalah
kincir angin dan roda air.Sebuah turbin yang bekerja terbalik disebut
kompresor atau pompa turbo.Turbin gas, uap dan air biasanya memiliki
"casing" sekitar baling-baling yang memfokus dan mengontrol fluid."Casing"
dan baling-baling mungkin memiliki geometri variabel yang dapat membuat
operasi efisien untuk beberapa kondisi aliran fluid. Energi diperoleh dalam
bentuk tenaga "shaft" berputar. (Wikipedia)
Prinsip kerja dasar dari turbin uap, pertama, energi panas harus
dikonversikan menjadi energi kinetik, proses ini terjadi pada nozzle turbin.
Pada turbin uap, nozzle terpasang di sisi casing (sudu-sudu stator turbin) dan
ditambah pada sisi sudu-sudu rotor, yang selanjutnya dikenal dengan reaction
stage / sisi reaksi. Pada nozzle, uap air mengalami penambahan kecepatan /
akselerasi dan menyebabkan diferensial tekanan antara sisi sebelum nozzle dan
sesudah nozzle. Kedua, energi kinetik ditransformasikan menjadi energi
mekanik berupa energi putar dari rotor turbin yang hanya terjadi pada sisi
sudu-sudu yang berputar / rotor, dimana selanjutnya putaran pada poros
tersebutlah yang juga akan memutar generator untuk menghasilkan energi
listrik.
jika dibandingkan dengan penggerak dengan tenaga listrik lain seperti
diesel, turbin memiliki kelebihan antara lain:
penggunaan panas yang lebih baik.
pengontrolan putaran yang lebih mudah.
tidak menghasilkan loncatan bunga api listrik.
tidak terpengaruh lingkungan sekeliling yang panas.
12
uap bekasnya dapat digunkan kembali atau untuk proses.
a. Rotor (Poros)
Rotor merupakan bagian dari turbin yang berputar akibat
adanya energi kinetik yang berasal dari steam. Rotor ini tersusun
dari sudu gerak yaitu sudu-sudu yang dipasang disekeliling rotor
dimana tiap-tiap baris dari sudu gerak ini membentuk suatu
lingkaran penuh. Berfungsi untuk mengubah energi kinetik dari
steam menjadi energi mekanik pada poros. Steam ini yang
menggerakkan sudu-sudu turbin sehingga mengakibatkan poros
berputar. Sehingga rotor ini berperan untuk mentransmisikan energi
mekanaik sampai ke generator.
b. Stator
Stator merupakan beberapa rangkaian dari sudu tetap. Sudu
tetap adalah sudu-sudu yang dipasang pada casing. Tiap baris dari
sudu-sudu ini membentuk suatu lingkaran penuh dan ditempatkan
13
langsung didepan setiap baris dari sudu-sudu gerak stator berfungsi
sebagai nozzle untuk mengubah energi panas uap menjadi energi
kinetik.
c. Bantalan
Bantalan berfungsi sebagai penyangga rotor yang membuat
rotor dapat stabil atau lurus pada posisi didalam casing sehingga
rotor dapat berputar dengan aman dan bebas. Jenis bantalan ini
adalah bantalan luncur dengan kesesuaian transisi atau pas. Jadi
clearance antara poros dengan bantalan sangat presisi.
d. Valve
Valve pada turbin merupakan bagian yang menentukan
berapa banyak uap yang masuk pada turbin dengan cara mengatur
besar bukaan valve. Terdapat beberapa jenis valve yang digunakan
antara lain:
a. Main Stop Valve (MSV)
Berfungsi sebagai jalan masuk uap dan proteksi turbin.
b. Governor Valve (GV)
Berfungsi mengatur kecepatan turbin.
c. Reheat Stop Valve (RSV)
Berfungsi untuk menyalurkan uap dari reheater ke IP turbine.
d. Intercept Valve (IV)
Berfungsi mengendalikan flow uap yang masuk ke IP turbine
bila terjadi overspeed.
e. Nosel
sebagai media ekspansi uap yang merubah energi potensial
menjadi energi kinetik.
f. Sudu
alat yang menerima gaya dari energi kinetik uap melalui
nosel.
g. Cakram
tempat sudu-sudu dipasang secara radial pada poros.
14
h. Kopling
sebagai penghubung antara mekanisme turbin uap dengan
mekanisme yang digerakkan.
15
oleh condenser untuk dikondensasikan dengan media pendingin
yang berupa air laut. Setelah berupa air maka akan dipergunakan
lagi sebagai air pengisi boiler. LP Turbine ini berjenis double flow
karena dalam turbin ini terdapat dua saluran keluaran yang
nantinya menuju condenser.
Keterangan :
16
3.2 Generator
Generator adalah alat untuk membangkitkan tenaga listrik. Bagian
utama dari generator sendiri yaitu stator, rotor dan celah udara. Rotor
dihubungkan dengan shaft turbin sehingga berputar bersama-sama. Arus direct
current (DC) dialirkan melalui brush gear yang langsung bersentuhan dengan
slip ring yang dipasang jadi satu dengan rotor sehingga akan timbul medan
magnet (flux). Jika rotor berputar, medan magnet tersebut memotong
kumparan di stator sehingga pada ujung-ujung kumparan stator timbul
tegangan listrik. Untuk penyediaan arus listrik generator diambilkan arus
searah (DC) dari luar. Setelah sesaat generator timbul tegangan, sehingga
melalui eksitasi transformer arus bolak-balik (AC) akan disearahkan oleh
rectifier dan arus searah (DC) akan kembali ke generator. Proses tersebut
dinamakan dengan self excitation.
17
2. Generator Kutub Luar Generator kutub luar mempunyai medan
magnet yang terletak pada bagian yang diam (stator)
b. Jenis generator berdasarkan jenis arus yang dibangkitkan
1. Generator Sinkron Generator sinkron adalah mesin pembangkit
listrik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik
sebagai output. Tegangan output dari generator sinkron adalah
tegangan bolak-balik, karena itu generator sinkron disebut juga
generator AC. Menurut Anderson P.M (1982), generator sinkron
dapat menghasilkan sumber energi, yaitu : tegangan bolak-balik.
Dikatakan generator sinkron karena jumlah putaran rotornya
sama dengan jumlah putaran medan magnet pada stator.
Kecepatan sinkron ini dihasilkan dari kecepatan putar rotor
dengan kutub-kutub magnet yang berputar dengan kecepatan
yang sama dengan medan putar pada stator.
2. Generator Asinkron
18
3.2.2 Kontruksi Generator
Konstruksi generator ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu:
1. Stator, yakni bagian diam yang mengeluarkan tegangan bolak balik.
2. Rotor, yakni bagian bergerak yang menghasilkan medan magnet
yang menginduksikan ke stator. Stator terdiri dari badan generator
yang terbuat dari baja yang berfungsi melindungi bagian dalam
generator, kotak terminal dan name plate pada generator. Inti Stator
yang terbuat dari bahan ferromagnetik yang berlapis - lapis dan
terdapat alur - alur tempat meletakkan lilitan stator. Lilitan stator
yang merupakan tempat untuk menghasilkan tegangan. Sedangkan,
rotor berbentuk kutub sepatu (salient) atau kutub dengan celah
udara sama rata (rotor silinder). Konstruksi dari generator sinkron
ini sendiri dapat dilihat pada Gambar 2.3.3.
19
mengitari dua buah kutub, yaitu rotor berputar dengan jarak 3600 listrik.
Oleh karena itu frefuensi tergantung pada putaran dan jumla kutub.
Bila suatu mesin (alternator) mempunyai jumlah kutub P,
tegangan induksi yang timbul dalam kawat jangkar tiap perputaran
menjadi P/2 periode. Jadi sebuah alternator yang mempunyai jumlah
kutub P untuk menghasilkan tegangan induksi dengan frekuensi f, harus
membuat putaran 𝑓/𝑃 2 perdetik atau 60 𝑓/𝑃 2 puratan permenit (atau
rpm).
Sehingga untuk putaran n berlaku hubungan:
𝑛 = 60 𝑓 𝑃 2 = 120 𝑃
𝑟𝑝𝑚.....................................................................(2.1)
𝐹 = 𝑛 . 𝑃 120 𝐻𝑧
..................................................................................(2.2)
di mana P = jumlah kutub (U + S).
Rating kecepatan putaran tergantung tipe primovernya. Apabila
primover dari suatu alternator mempunyai kecepatan rendah maka
alternator tersebut 13 membutuhkan banyak kutub sehingga tercapai
besar frekuensi yang telah ditentukan. Alternator yang tipe primovernya
mempunyai kecepatan tinggi maka biasanya generator tersebut
mempunyai jumlah kutub 2, 4, atau 6 buah.
20
b. Makin tinggi kecepatan rotor, untuk keluaran yang sama, generator
bisa dibuat lebih kecil. Dimensi kecil bahan lebih sedikit biaya turun,
ruang yang dibutuhkan untuk instalasi juga makin kecil.
21
besar magnitut yang sama dan memiliki perbedaan sudut fasa sebesar
120º seperti pada gambar (1). Sistem yang memiliki perbedaan pada
besar magnitut dan sudut fasa yang tidak berbeda 120º dapat dikatakan
sebuah sistem yang tidak seimbang seperti pada gambar (1). (Gosbell,
2002).
22
4. Impedansi yang tidak sama dalam transmisi daya atau sistem
distribusi menyebabkan perbedaan arus dalam tiga fase.
23
BAB IV
PEMBAHASAN
24
Gambar 4.1 Nameplate Turbin dan Generator pada Unit 7
25
Gambar 4.2a Block Diagram Power Load Unbalance (PLU)
26
pewaktuan selama sepuluh millisecond,maka waktu penundaan diatur ulang ke
nol dan harus lagi berlaku selama minimum sepuluh milidetik. Jika input ke
waktu penundaan pick up pergi ke tingkat logika salah, ketidakseimbangan
beban-daya keluar dari batas sinyal akan pergi ke tingkat logika salah.
Gambar 4.2a, fungsi perubahan tingkat mendeteksi untuk menghitung
tingkat perubahan arus saat diukur. Output dari fungsi pendeteksi perubahan
laju dibandingkan dengan sinyal ambang batas tingkat per unit per detik
dengan pembanding. Dalam perwujudan contoh, sinyal ambang batas tingkat
per unit per detik, berdasarkan karakteristik beban listrik transien, diatur ke
nilai-37,5 PU / detik. Jika sinyal ambang batas tingkat per unit dilampaui oleh
output dari fungsi pendeteksi perubahan laju dan masukan ke waktu
penundaan pick up telah dipertahankan selama sepuluh milidetik atau lebih,
maka pulsa yang dipicu akan menghasilkan ketidakseimbangan beban daya
dari beban listrik dari batas sinyal. Tingkat ketidakseimbangan beban daya
keluar dari batas sinyal, yang akan berlangsung selama jangka waktu yang
dikonfigurasi, diperlukan untuk memanaskan ulang valve dengan cara , yaitu
untuk menggerakkan dan kemudian menutup setelah durasi yang
dikonfigurasi. Dalam perwujudan yang perlu diperhatikan adalah durasi waktu
yang diatur setidaknya dua belas milidetik. Sistem kontrol turbin juga
mencakup gerbang AND, gerbang OR, suatu elemen logika set-reset
master,elemen logika set-reset sekunder , dan satu atau lebih waktu tunda pick
up elemen. Ini adalah diperlukan untuk kedua tingkat arus ketidakseimbangan
beban-daya keluar dari sinyal batas dan ketidakseimbangan beban-daya dari
batas sinyal untuk menjadi benar secara bersamaan untuk memulai dan
mengaitkan peristiwa ketidakseimbangan beban-daya, kondisi ini ditentukan
oleh gerbang AND. Ketika ketidakseimbangan beban-daya keluar dari sinyal
batas menjadi false, ia memulai sinyal reset ke master set-reset latch element,
yang membersihkan peristiwa ketidakseimbangan beban daya. Dalam
perwujudan contoh dari sistem kontrol generator turbin pengaduk panas,
waktu tunda yang dapat diprogram opsional dapat ditambahkan sebelum
peristiwa ketidakseimbangan beban-daya dimulai. Waktu tunda yang dapat
27
diprogram opsional dikontrol oleh gerbang OR, elemen kait setel reset
sekunder, dan penundaan waktu pick up elemen. Peristiwa ketidakseimbangan
beban-daya akan menggunakan waktu tunda opsional yang dapat diprogram
hanya jika daya- beban delay tidak seimbang memungkinkan sinyal memiliki
nilai logika yang benar.
28
dihapus secara otomatis ketika tekanan menengah turun di bawah 40%.
Kemudian dinilai kecepatan dan siap untuk sinkronisasi ulang, jika diperlukan.
Jika unit berjalan pada beban maksimum (katup terbuka lebar) dan
tiba-tiba beban generator hilang, kejadian berikut akan terjadi secara
berurutan.
1. Fungsi ketidakseimbangan beban daya akan mengalihkan referensi
beban ke nol dan mulai menjalankan referensi beban target kembali
ke depan tanpa beban.
2. Turbin akan berakselerasi pada laju maksimumnya.
3. Katup control (CV) dan katup intercept (IV) akan menutup
pada laju maksimum dengan menggunakan katup solenoid bertindak
cepat.
4. Uap yang tercurah antara katup dan turbin, dalam casing turbin ,
dalam reheater, dan dalam garis crossover dan ekstraksi , akan
memuai dalam waktu kira - kira 1,5 detik.
5. Kecepatan turbin akan memuncak pada kecepatan kira-kira 0,5
hingga 1% di bawah pengaturan trip kecepatan berlebih ketika uap
yang masuk berhenti bertambah dan akan mulai menurun secara
bertahap dengan laju tergantung pada beban tambahan yang
tersisa pada generator.
6. Selama operasi non-bypass , ketika kecepatan telah menurun
menjadi sekitar 102%, katup intercept (IV) akan
mulai beroperasi kembali di bawah kontrol kecepatan. Energi yang
tersimpan dalam reheater (atau dalam MS / R dan perpipaan
menengah pada unit nuklir) akan secara bertahap dikurangi pada
laju yang cukup untuk mempertahankan kecepatan rotor dan
memasok beban tambahan yang masih terhubung ke generator serta
beban kerugian dalam unit.
29
4.5 Data Sample Turbin dan Generator
Main Steam Press, Kpa Main Steam Temp, C Main steam Flow, TPH TPH to KG/S HP Turbine Exhaust Temp, C
30
Reheat Steam Press, Kpa Reheat Steam1 Temp, C Reheat Steam2 Temp, C
h1 (kJ/kg) s1 (kJ/kg*K)
7BSPI149 7BSTI145/6A 7BSTI145/6B
2657.883789 526.09729 532.9151001 3423.6 6.4266
2654.05957 526.1726074 533.559082 3423.6 6.4266
2650.235596 526.2476196 534.4283447 3423.6 6.4266
2646.411621 526.3210449 535.0189209 3423.6 6.4266
2642.587646 526.442688 535.5383301 3423.6 6.4266
2638.763672 526.7388306 535.5336914 3423.6 6.4266
2634.939697 526.7034302 535.335022 3423.6 6.4266
2631.115723 526.5670776 534.5889282 3423.6 6.4266
2627.291504 526.4307861 533.4881592 3423.6 6.4266
2620.539063 526.0670776 532.0601807 3423.6 6.4266
2603.198975 525.9492188 530.5100098 3423.6 6.4266
2585.858887 525.3535767 529.378418 3423.6 6.4266
2568.518555 524.5142212 528.2468262 3423.6 6.4266
2551.178467 523.9036255 527.6254883 3423.6 6.4266
2533.838379 522.8843994 526.5371094 3423.6 6.4266
2516.498047 521.6036987 524.6848755 3423.6 6.4266
2503.878174 521.1183472 523.4573975 3423.6 6.4266
2508.322998 521.4239502 524.2381592 3423.6 6.4266
Tabel 5.1a Lamjutan Sample Turbin
31
hf (kJ/kg) hfg (kJ/kg) h0 (kJ/kg) W1 W2
32
Reheat steam Flow, TPH Reheat steam flow, kg/s Cross Over Pressure, Barg
Barg to kPa h2 (kJ/kg)
7BSFI526 7BSFI526 7LPHB_Cros1
1202.134766 333.9265909 6.479726791 647.9726791 3423.6
1208.36731 335.6578545 6.473625183 647.3625183 3423.6
1207.628418 335.4526067 6.467523098 646.7523098 3423.6
1205.139771 334.7613152 6.46142149 646.142149 3423.6
1200.87439 333.5764862 6.455319405 645.5319405 3423.6
1196.229614 332.2862698 6.446410179 644.6410179 3423.6
1190.345459 330.6517809 6.411345959 641.1345959 3423.6
1185.221191 329.2283721 6.376281261 637.6281261 3423.6
1180.756104 327.9880689 6.341217041 634.1217041 3423.6
1168.263428 324.5178784 6.306152821 630.6152821 3423.6
1166.974487 324.1598391 6.271088123 627.1088123 3423.6
1167.931519 324.4256814 6.236023903 623.6023903 3423.6
1157.972656 321.6593285 6.200959206 620.0959206 3423.6
1152.834595 320.2320881 6.165894985 616.5894985 3423.6
1159.386475 322.0520561 6.130830765 613.0830765 3423.6
1147.778809 318.8277019 6.095766068 609.5766068 3423.6
1120.187744 311.1635112 6.063419342 606.3419342 3423.6
1121.25647 311.4603796 6.044965744 604.4965744 3423.6
33
Cross Over Temp, C
s2 (kJ/kg*K) hf (kJ/kg) hfg (kJ/kg) h3 (kJ/kg) W3
7TT_XOU_CS
6.4266 684.08 2075.5 2489.765 311832.338 323.7000122
6.4266 684.08 2075.5 2489.765 313449.0526 323.6532288
6.4266 684.08 2075.5 2489.765 313257.385 323.6064758
6.4266 684.08 2075.5 2489.765 312611.8328 323.5596924
6.4266 684.08 2075.5 2489.765 311505.398 323.5129395
6.4266 684.08 2075.5 2489.765 310300.5487 323.466156
6.4266 684.08 2075.5 2489.765 308774.2058 323.4194031
6.4266 684.08 2075.5 2489.765 307444.9769 323.3726196
6.4266 684.08 2075.5 2489.765 306286.7383 323.3258667
6.4266 684.08 2075.5 2489.765 303046.153 323.2790833
6.4266 684.08 2075.5 2489.765 302711.8034 323.2323303
6.4266 684.08 2075.5 2489.765 302960.0562 323.1208496
6.4266 684.08 2075.5 2489.765 300376.739 322.8247681
6.4266 684.08 2075.5 2489.765 299043.9319 322.528717
6.4266 684.08 2075.5 2489.765 300743.4818 322.2326355
6.4266 684.08 2075.5 2489.765 297732.467 321.9365845
6.4266 684.08 2075.5 2489.765 290575.3775 321.6405334
6.4266 684.08 2075.5 2489.765 290852.6036 321.3444519
Tabel 5.1d Lanjutan Sample Turbin
34
LP Hood1 Press, mmHg mmHG to kPa
h4 (kJ/kg) s4 (kJ/kg*K) hf (kJ/kg) hfg (kJ/kg) h5 (kJ/kg) W4
7CMPI905A
59.88221359 7.983616481 3423.6 6.4266 168.75 2405.3 2261.361 388102.5071
59.86930084 7.981894927 3423.6 6.4266 168.75 2405.3 2261.361 390114.6492
59.85638428 7.980172865 3423.6 6.4266 168.75 2405.3 2261.361 389876.1021
59.84346771 7.978450802 3423.6 6.4266 168.75 2405.3 2261.361 389072.6562
59.83055496 7.976729249 3423.6 6.4266 168.75 2405.3 2261.361 387695.6018
59.8176384 7.975007186 3423.6 6.4266 168.75 2405.3 2261.361 386196.0619
59.80472183 7.973285124 3423.6 6.4266 168.75 2405.3 2261.361 384296.3952
59.79180527 7.971563062 3423.6 6.4266 168.75 2405.3 2261.361 382642.054
59.77889252 7.969841508 3423.6 6.4266 168.75 2405.3 2261.361 381200.5252
59.76597595 7.968119446 3423.6 6.4266 168.75 2405.3 2261.361 377167.3345
59.75305939 7.966397384 3423.6 6.4266 168.75 2405.3 2261.361 376751.2073
59.74014664 7.96467583 3423.6 6.4266 168.75 2405.3 2261.361 377060.1795
59.72723007 7.962953768 3423.6 6.4266 168.75 2405.3 2261.361 373845.0163
59.71431351 7.961231705 3423.6 6.4266 168.75 2405.3 2261.361 372186.2218
59.70140076 7.959510152 3423.6 6.4266 168.75 2405.3 2261.361 374301.4597
59.68848419 7.957788089 3423.6 6.4266 168.75 2405.3 2261.361 370553.9894
59.67556763 7.956066027 3423.6 6.4266 168.75 2405.3 2261.361 361646.3681
59.66265106 7.954343965 3423.6 6.4266 168.75 2405.3 2261.361 361991.4002
59.64973831 7.952622411 3423.6 6.4266 168.75 2405.3 2261.361 356840.5104
Tabel 5.1e Lanjutan Sample Turbin
35
LP Hood2 Press, mmHg mmHG to kPa LP Hood1 Temp, C LP Hood2 Temp, C
hf (kJ/kg) hfg (Kj/kg) h6 (kJ/kg) W5
7CMPI905B 7FT_LPA1 7FT_LPB1
64.87625885 8.649432582 191.81 2392.1 2272.937 384236.9729 42.14395523 42.76628494
64.85003662 8.645936582 191.81 2392.1 2272.937 386229.0739 42.12804413 42.75557709
64.82380676 8.642439565 191.81 2392.1 2272.937 385992.9028 42.11213303 42.71892548
64.7975769 8.638942548 191.81 2392.1 2272.937 385197.4592 42.09622192 42.68227386
64.77135468 8.635446548 191.81 2392.1 2272.937 383834.1203 42.08031082 42.64562225
64.74512482 8.631949531 191.81 2392.1 2272.937 382349.5161 42.06439972 42.60897064
64.71889496 8.628452514 191.81 2392.1 2272.937 380468.7702 42.04848862 42.57231903
64.6926651 8.624955496 191.81 2392.1 2272.937 378830.9063 42.03257751 42.53566742
64.66644287 8.621459496 191.81 2392.1 2272.937 377403.7354 42.01666641 42.49901581
64.64021301 8.617962479 191.81 2392.1 2272.937 373410.7155 42.00075531 42.4623642
64.61398315 8.614465462 191.81 2392.1 2272.937 372998.733 41.96628189 42.42571259
64.58776093 8.610969462 191.81 2392.1 2272.937 373304.6278 41.93140793 42.37466049
64.56153107 8.607472445 191.81 2392.1 2272.937 370121.4879 41.89653397 42.31443787
64.53530121 8.603975428 191.81 2392.1 2272.937 368479.2151 41.86166 42.25421524
64.50907135 8.600478411 191.81 2392.1 2272.937 370573.3851 41.82678604 42.19399261
64.48284912 8.596982411 191.81 2392.1 2272.937 366863.2399 41.79191589 42.13376617
64.45661926 8.593485393 191.81 2392.1 2272.937 358044.3393 41.75704193 42.07354355
64.4303894 8.589988376 191.81 2392.1 2272.937 358385.9348 41.72216797 42.01332092
64.40416718 8.586492376 191.81 2392.1 2272.937 353286.3483 41.68729401 41.96492767
Tabel 5.1f Lanjutan Sample Turbin
36
Daya (Watt)
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
3500000
4000000
Waktu
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
16637.49219
16591.62109 12:00:30 AM
Daya (Watt)
1:21:30 AM
16588.34375
2:42:30 AM
16585.06641
4:03:30 AM
16581.78906
5:24:30 AM
16578.51172
6:45:30 AM
16609.89063
8:06:30 AM
16557.81445
9:27:30 AM
16579.50586
W1
10:48:30 AM
16623.44141
12:09:30 PM
16627.25195
1:30:30 PM
16625.97461
2:51:30 PM
W3
16327.44531
4:12:30 PM
16532.3125
5:33:30 PM
16578.63867
6:54:30 PM
16522.06836
8:15:30 PM
W4
16533.24219
Pressure (kPa)
Daya Pada Turbin LP
9:36:30 PM
16544.41602
10:57:30 PM
16555.58984
12:18:30 AM
16566.76367 1:39:30 AM
W5
16577.93555 3:00:30 AM
16587.125 4:21:30 AM
16592.79297
Grafik Daya pada Turbin Selama 1 Hari
5:42:30 AM
16598.46289
16691.91797 11:06:30 AM
16583.17188
37
Phase to neutral Terminal voltage
7ex-gen-ampa 7ex-gen-ampb 7ex-gen-ampc 7ex-gen-van 7ex-gen-vbn 7ex-gen-vcn 7dv_ex 7dwatt_ex 7ex-watt-gen
13228.51563 13384.15527 13223.63184 21.19542694 19.91923141 22.66433525 22.68951607 514.4923096 510.6103516
13271.24023 13424.4375 13266.96777 21.19557762 19.9192524 22.66433525 22.6895256 516.1049194 512.2216187
13253.53906 13408.56934 13251.09766 21.1957283 19.91927147 22.66433525 22.68953323 515.2407837 511.2451172
13227.29395 13381.71289 13225.46387 21.19587898 19.91929054 22.66433525 22.68954277 514.4019775 510.4809265
13173.58301 13327.3916 13169.31055 21.19602966 19.91930962 22.66433525 22.68955231 513.2469482 508.3266602
13101.25586 13256.59082 13100.3418 21.19618225 19.91932869 22.66433525 22.68956184 509.9116516 506.6169128
13025.87891 13179.68652 13023.43652 21.19633293 19.91934967 22.66433525 22.68957138 507.5778503 503.6872253
12957.51953 13111.9375 12955.6875 21.19648361 19.91936874 22.66433525 22.68957901 505.1318054 500.8447266
12905.63867 13060.66895 12907.46973 21.19663429 19.91938782 22.66433525 22.68958855 503.4421387 498.8871765
12782.95898 12940.42969 12784.78906 21.19678497 19.91940689 22.66433525 22.68959808 498.3851318 494.4360046
12701.78223 12854.98047 12699.95117 21.19693565 19.91942787 22.66433525 22.68960762 495.6110229 491.7626648
12741.65723 12890.99121 12738.40332 21.19708633 19.91944695 22.66433525 22.68961716 496.7449646 492.2021484
12656.00586 12814.69629 12659.05762 21.19723892 19.91946602 22.66433525 22.68962479 492.9178162 488.9355469
12577.87988 12735.96094 12580.93164 21.1973896 19.91948509 22.66433525 22.68963432 490.3364563 485.5273438
12608.39746 12759.76465 12609.00781 21.19754028 19.91950417 22.66433525 22.68964386 490.3196716 487.4169922
12480.83496 12637.69531 12481.44531 21.19769096 19.91952515 22.66433525 22.6896534 486.9497375 483.1201172
12174.4375 12328.24707 12178.10059 21.19784164 19.91954422 22.66433525 22.68966293 475.0014343 470.8489685
12149.1084 12309.32617 12154.29688 21.19799232 19.91956329 22.66433525 22.68967056 473.9429626 470.0830078
38
4.6 Perhitungan Power Load Unbalance
Total W Generator
Total W Turbin (KW) Selisih persentase (%)
7dwatt_ex 7ex-watt-gen
514.4923096 510.6103516 2126.501755 1615.891403 16.16%
516.1049194 512.2216187 2128.185421 1615.963802 16.16%
515.2407837 511.2451172 2127.230583 1615.985466 16.16%
514.4019775 510.4809265 2123.01955 1612.538623 16.13%
513.2469482 508.3266602 2114.834511 1606.507851 16.07%
509.9116516 506.6169128 2104.291207 1597.674294 15.98%
507.5778503 503.6872253 2090.78491 1587.097685 15.87%
505.1318054 500.8447266 2082.874323 1582.029596 15.82%
503.4421387 498.8871765 2076.544355 1577.657178 15.78%
498.3851318 494.4360046 2061.771095 1567.33509 15.67%
495.6110229 491.7626648 2060.593854 1568.831189 15.69%
496.7449646 492.2021484 2058.428437 1566.226289 15.66%
492.9178162 488.9355469 2048.015588 1559.080041 15.59%
490.3364563 485.5273438 2043.260027 1557.732683 15.58%
490.3196716 487.4169922 2046.06069 1558.643697 15.59%
486.9497375 483.1201172 2033.850252 1550.730134 15.51%
475.0014343 470.8489685 1980.062079 1509.213111 15.09%
473.9429626 470.0830078 1975.135881 1505.052873 15.05%
39
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari kerja praktik yang telah
dilakukan adalah:
1. Dalam suatu sistem tenaga listrik memerlukan suatu system proteksi atau
pengaman agar mencegah apabila terjadi kegagalan sistem atau hal yang
tidak normal, yaituh penggunaan proteksi Power Load Unbalance (PLU)
pada turbin uap.
2. Power Load Unbalance (PLU) adalah salah satu proteksi pada turbin
utama untuk mencegah kelebihan beban pada turbin uap.
3. Dalam penggunaan Proteksi Power Load Unbalance aktif ketika kondisi
awal adalah jika ketidakseimbangan kekuatan mekanik dan daya listrik
melebihi batasan, proteksi PLU akan digerakkan untuk menutup katup
tetapi tidak menghentikan generator.
4. Suatu sistem pada Power Load Unbalance dikatakan seimbang apabila
electrical power dan mechanical power harus sama nilanya.
5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan dalam melakukan proteksi dengan Power
Load Unbalance yaituh:
1. Proteksi Power Load Unbalance perlu di perdalam lagi pemahaman,
karena fugsi nya sangat vital, karena apabila ketidakseimbangan kekuatan
mekanik dan daya listrik melebihi batasan, Power Load Unbalance yang
bekerja tanpa mengganggu sistem.
2. Diharakan jika ada peneliti yang membahas tentang Power Load Unalance
lebih detail dalam menganalisis dan di buat simulasinya.
40
DAFTAR PUSTAKA
41
WEBTOGRAFI
42