Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN KERJA PRAKTIK

PEMELIHARAAN EXITASI GAS TURBINE GENERATOR 1.3

PLTGU TAMBAK LOROK

PT. INDONESIA POWER SEMARANG PGU

Diajukan Oleh:

NAMA : A. MUHAMMAD HARIO MATTUPPUANG

NIM : 30601800006

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. INDONESIA POWER SEMARANG PGU

PEMELIHARAAN EXITASI GAS TURBINE GENERATOR 1.3


PLTGU TAMBAK LOROK
PT. INDONESIA POWER SEMARANG PGU

Disusun Oleh :

Nama : A Muhammad Hario Mattuppuang


Nomor Induk Mahasiswa : 30601800006
Jurusan : Teknik Elektro
PT : Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Waktu Kerja Praktik : 01 s.d 30 September 2021

Telah Diperiksa Pada Tanggal :

……………………………….

Mengetahui,

General Manager Pembimbing Lapangan

MULYADI AGUS WIDIYANTA

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum Wr. Wb.

Alhamdullilah puji syukur di panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Karunia,
Hidayah, dan Kenikmatan iman serta kesehatan yang telah diberikan kepada kita.
Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktek berjudul ””

Kerja Praktek yang dilaksanakan oleh penulis dimulai pada tanggal 1 s/d 30
September 2021, tidak lepas dari dukungan dari banyak pihak. Dengan tulus
penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat keimanan dan kesehatan


kepada penulis.

2. Kedua orang tua saya, Bapak dan Ibu yang telah banyak membatu
dukungan dan doa, selalu menyemangati dan selalu sayang kepada
saya serta memberi materil.

3. Dr. Hj. Novi Marlyana, ST., MT sebagai Dekan Fakultas Teknologi


Industri Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

4. Jenny Putri Hapsari, ST., MT. selaku ketua jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri Univesitas Islam Sultan Agung
Semarang.

5. Bapak Gunawan ST.,MT sebagai Dosen Pembimbing yang


memberikan ilmu yang bermanfaat, memberikan banyak arahan, dan
dengan sabar membimbing kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan laporan Kerja Praktek.

6. Bapak Mulyadi selaku General Manager PT. Indonesia Power UP


Semarang, yang telah mengizinkan saya untuk melakukan PKL di
PLTGU Tambak Lorok

iii
7. Bapak Agus Widiyanta sebagai Supervisor Senior Pemeliharaan
Listrik dan Pembimbing Lapangan saya di PT. Indonesia Power UP
Semarang.

8. Bapak Agung Pikanandra.W sebagai Supervisor Pemeliharaan


Listrik dan Mentor saya di Blok 1 PLTGU Tambak Lorok.

9. Mas Aga, Mas Ari, Mas Edo, Mas Adi, dan Mas Bori Tim Teknisi
Pemeliharaan Blok 1 PLTGU Tambak Lorok yang selalu
memberikan arahan serta ilmu keteknikan yang di terapkan di
PLTGU blok 1

10. Pak Teguh dan Pak Fendi sebagai asisten teknisi yang selalu
memberikan candaan serta nasihat

11. Teman Kerja Praktek seperjuangan, Bagus, Udin, Bryan, Nanang,


Maryza, Hafis, Arsy, ivan yang telah berjuang bersama selama 1
bulan.

12. Warga Asrama Sultan yang selalu memberi semangat untuk


melaksanakan KP maupun Menyusun laporan ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas
segala dukungan, semangat, ilmu dan pengalaman yang diberikan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang ada pada laporan kerja praktik
ini. Oleh karenanya penulis menerima saran dan kritik dari semua pihak agar
menjadi bahan perbaikan dalam penyusunan laporan kedepannya. Semoga laporan
kerja praktik ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya..

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Semarang , 22 September 2021

iv
A Muhammad Hario Mattuppuang

v
ABSTRAK
Sistem eksitasi merupakan suatu sistem yang memiliki peranan penting
dalam berlangsungnya proses produksi energi listrik di PLTGU Tambak Lorok.
Tanpa adanya sistem eksitasi, generator tidak dapat menghasilkan tegangan listrik,
oleh karena itu sistem eksitasi pada generator merupakan proses yang vital dalam
proses pembangkitan energi listrik fungsi dari sistem eksitasi yaitu memberikan
supply listrik DC pada generator sehingga generator dapat menghasilkan
tegangan, tegangan yang di keluarkan oleh generator tergantung besar arus
eksitasi yang diberikan. Karena sistem eksitasi sangat penting peranya untuk
generator, oleh karena itu perlu diadakanya pemeliharaan secara berkala pada
sistem eksitasi Exciter) sehingga mengurangi kemungkinan kegagalan eksitasi
pada sinkron atau terjadinya trip secara iba-tiba pada Gas Turbine Generator 1.3
PLTGU Tambak Lorok, dan meningkatkan safety pada peralatan eksitasi,
sehingga dapat mengurangi lama waktu padam akibat sering terjadinya gangguan.
Laporan Kerja Praktek ini membahas tentang sistem eksitasi serta
pemeliharannya, diharapkan mahasiswa dapat belajar terkait dengan sistem
eksitasi statis pada PLTGU Tambak Lorok PT. Indonesia Power Semarang PGU.

Kata Kunci : Eksitasi, Pemeliharaan, PLTGU

DAFTAR ISI

vi
LAPORAN KERJA PRAKTIK.............................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
ABSTRAK..............................................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah...................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan Laporan.........................................................................2
1.4. Waktu dan Lokasi Praktik Kerja Industri..................................................3
1.5. Tujuan Kerja Praktik.................................................................................3
1.6. Metode Pengambilan Data........................................................................4
1.7. Sistematika Penyusunan Laporan..............................................................4
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN.....................................................6
2.1. Sejarah PT Indonesia Power......................................................................6
2.2. Visi, Misi, Motto PT Indonesia Power......................................................6
2.3. Makna dan Bentuk Logo PT Indonesia Power..........................................6
2.4. Nilai Perusahaan........................................................................................7
2.5. Bisnis Utama PT Indonesia Power............................................................9
2.6. Semarang PGU (Power Generation Unit)...............................................13
2.7. Lokasi PT Indonesia Power Semarang PGU...........................................15
2.8. Struktur Organisasi PT Indonesia Power Semarang PGU......................16
BAB III DASAR TEORI.....................................................................................18
3.1. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).................................................18
3.2. Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU)......................................23
3.3. Sistem Eksitasi Pada Gas Turbine...........................................................32
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................36
4.1. Sistem Eksitasi MS 9000 GTG 1.3 PLTGU Tambak Lorok..................36
4.2. Peralatan Eksitasi GTG 1.3 PLTGU Tambak Lorok..............................39

vi
4.3. Pemeliharaan Sistem Eksitasi Pada GTG 1.3 PLTGU Tambak Lorok...41
BAB V PENUTUP................................................................................................50
5.1. Kesimpulan..............................................................................................50
5.2. Saran........................................................................................................50
5.2.1. Saran Untuk Laporan.......................................................................50
5.2.2. Saran Untuk Universitas..................................................................51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Peranan PT Indonesia Power Dalam Bisnis Ketenaga Listrikan.......6
Gambar 4. 1 Blok Diagram Sistem Eksitasi GTG 1.3...........................................36
Gambar 4. 2 Stationary of Vented Lead Acid Batteries GTG 1.3.........................37
Gambar 4. 3 Work Order Supervisor ke Teknisi...................................................42
Gambar 4. 4 Hydrometer Anton Paar DMA 35.....................................................43
Gambar 4. 5 Tampilan Pengukuran Hydrometer...................................................44
Gambar 4. 6 Sikat Arang/carbon GTG 1.3............................................................45
Gambar 4. 7 Lokasi Trafo PPT pada GTG 1.3......................................................46
Gambar 4. 8 Cleaning dan Pengujian pada Trafo PPT GTG 1.3...........................47
Gambar 4. 9 Pengukuran Tahanan Isolasi PPT di GTG 1.3..................................48
Gambar 4. 10 Pengukuran Tahanan Isolasi dengan Insulation Tester Kyoritsu....49

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Konfigurasi PLTGU Tambak Lorok.....................................................28

viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Teknologi yang ada pada zaman sekarang perkembanganya semakin pesat
membuat manusia juga harus mengikuti perkembangan teknologi. Seperti tenaga
kerja, saingan anak bangsa bukan lagi sesama anak bangsa melainkan tenaga kerja
ahli dari luar negeri. Hal ini memaksa mahasiswa untuk meningkatkan kualitas
diri baik dalam bidang akademik maupun nonakademik.
Mahasiswa merupakan generasi penerus yang akan memikul tanggung
jawab untuk menunjang kesuksesan pembangunan nasional serta memajukan
kesejahtraan bangsa. Bagi mahasiswa, kebutuhan softskill yang cakap dalam
dunia kerja menuntut adanya pelatihan dan bimbingan langsung secara signifikan
dari pihak-pihak terkait di dunia kerja. Kerja Praktek sendiri adalah kegiatan
mahasiswa yang dilakukan di instansiatau perusahaan terkait yang dimaksudkan
untuk meningkatkan kualitas mahasiswa lewat pengalaman praktis di dunia kerja
guna penguasaan materi teoritis serta empiris yang telah di ajarkan dibangku
kuliah sehingga dapat di aplikasikan oleh mahasiswa sebagaimana mestinya.
Menyadari akan hal ini Universitas Islam Sultan Agung Semarang
(UNISSULA) khususnya program studi Teknik Elektro menghadirkan mata
kuliah Kerja Praktek (KP) sebagai sarana untuk latihan mengembangkan dan
menerapkan ilmu pengetahuan teoritis yang diperoleh di bangku kuliah. Selain itu
dengan kerja praktek akan diperoleh gambaran yang jelas tentang berbagai hal
yang akan mahasiswa hadapi pada dunia kerja nanti.
PT Indonesia Power merupakan sebuah perusahaan di bawah naungan PT
PLN yang menjalankan usaha komersial pada bidang pembangkitan tenaga listrik.
Saat ini Indonesia Power merupakan perusahaan pembangkitan listrik dengan
daya listrik terbesar di Indonesia.
Cikal bakal perusahaan ini adalah PT Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa
Bali I (PLN PJB I), yang didirikan pada tanggal 3 Oktober 1995 sebagai anak
perusahaan PLN yang waktu itu baru saja berubah statusnya dari Perum menjadi

1
Persero. Pada tanggal 3 Oktober 2000, PJB I berubah nama menjadi PT Indonesia
Power.
Semarang Power Generation Unit (PGU) mengoperasikan Pusat Listrik Tenaga
Gas (PLTG), Pusat Listrik Tenaga Gas & Uap (PLTGU) dan Pusat Listrik Tenaga
Uap (PLTU) yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah. Semarang PGU memiliki
total kapasitas sebesar 1.238,3MW yang memegang peranan yang penting dalam
menjaga keandalan dan mutu sistem kelistrikan Jawa Bali terutama Jawa Tengah.
Dalam dunia pembangkit listrik tidak dapat dipungkiri dalam menghasilkan
listrik di perlukan komponen yang Bernama generator, generator merupakan
komponen yang menghasilkan energi listrik dari proses energi mekanik,disamping
itu generator listrik membutuhkan eksitasi, eksitasi adalah suatu sistem pemasok
listrik DC pada rotor generator sehingga dapat menghasilkan listrik dengan
membangkitkan medan listrik pada rotor ke stator sehingga, besar tengangan
yang dihasilkan oleh generator tergantung pada besar arus eksitasinya.
Oleh karena pemeliharaan pada sistem exitasi sangat penting untuk
dilakukan agar generator dapat menghasilkan tegangan yang stabil terhadap beban
listrik dari konsumen maupun penggunaan listrik sendiri pada area pembangkit.
Pemeliharaan pada sistem eksitasi ini dilakukan secara berkala agar kelistrikan
masyarakat tetap stabil dan handal, sehingga generator tidak terjadi gangguan
ketika menghadapi variasi tegangan yang diakibatkan oleh penggunaan konsumen
karena dukungan sistem eksitasi atau Exciter.
Dengan diakakan Kerja Praktek ini, peulis dapat menimba ilmu dari
perusahaan dari segi teori maupun praktik dari berbagai narasumber yang ada di
PT. Indonesia Power Semarang PGU, dan penulis dapat memperoleh dan
membagikan pengalaman dalam bidang Pembangkit Tenaga Listrik untuk
masyarakat di kemudian hari.

1.2. Perumusan Masalah


a. Apa fungsi dari exitasi ?
b. Bagaimana system kerja exitasi pada GTG 1.3 ?
c. Bagaimana rangkaian system eksitasi pada GTG 1.3 ?
d. Bagaiamana system pemeliharaan pada GTG 1.3?

2
1.3. Tujuan Penulisan Laporan
Penyusunan laporan ini merupakan tujuan penulis yaitu :
- Sebagai media literasi dari fungsi dari sistem eksitasi
- Menuangkan teori dan pengalaman pada saat pengalaman KP terkait
sistem kera eksitasi pada GTG 1.3.
- Sebagai media textual tentag pemeliharaan eksitasi pada GTG 1.3
PLTGU Tambak Lorok.

1.4. Waktu dan Lokasi Praktik Kerja Industri


Kerja Praktek dilaksanakan di :
Tempat : PT. Indoneia Power Semarang PGU
Alamat : Jl. Ronggowarsito Komplek Pelabuhan, Tanjung Mas, Kec.
Semarang Utara, Kota Semarang, Jawa Tengah
Waktu : 01 September s.d 30 September 2021

1.5. Tujuan Kerja Praktik


Adapun Tujuan dari Kegiatan Kerja Praktik ini :
1. Memberikan pengalaman kerja kepada mahasiswa dalam rangka
menerapkan atau membandingkan serta menganalisis teori dan
pengetahuan dengan kondisi yang sebenarnya dilapangan.
2. Mempelajari kesesuaian antara teori yang diperoleh dengan kondisi
penerapan di lapangan khususnya proses pembangkitan listrik serta
instumeninstrumen pendukung dalam proses tersebut seperti perawatan
pembangkit dan proses transimisinya ke gardu induk.
3. Mengetahui tentang perkembangan teknologi dan metode yang baru
dalam proses pembangkitan listrik.
4. Mengetahui gambaran mengenai proses kelistrikan yang bekerja dalam
sistem yang digunakan oleh perusahaan.
5. Mengenalkan dan membiasakan diri terhadap suasana dunia kerja
sehingga dapat membangun etos kerja yang baik dan meningkatkan
kematangan persiapan mahasiswa untuk menghadapi dunia kerja, serta
upaya untuk memperluas cakrawala wawasan kerja.

3
1.6. Metode Pengambilan Data
Dalam penulisan laporan ini ada beberapa metode yang dilakukan untuk
menghimpun informasi yang ada pada pelaksanaan kerja praktek. Adapun metode
yang dilakukan yaitu :
a. Observasi
Metoe observasi merupakan metode dengan melakukan pengamatan
langsung ke objek, sehingga di hasilkan informasi berupa sisem kerja
dan data actual yang di perlukan untuk penyusunan laporan
b. Interview
Metode ini dilakukan dengan menanyakan suatu pertanyaan terkait
bahasan yang ingin ditanyakan kepada teknisi, tutor, maupun
pembimbing lapangan secara lisan sehingga didapatkan informasi yang
jelas
c. Searching
Searching merupakan metode yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi secara cepat melalui akses internet guna dapat mengakses web
atau laman yang mengandung informasi terkait penelitian.
d. Literature
Literature merupakan metode menghimpun informasi melalui buku-buku
atau jurnal yang di dapatkan dari perpustakaan atau pada web resmi
instansi yang menyediakan informasi terkait dengan penelitian yang
sedang dilakukan.

1.7. Sistematika Penyusunan Laporan


Laporan dengan judul “PEMELIHARAAN EXITASI GAS TURBINE
GENERATOR 1.3 PLTGU TAMBAK LOROK PT. INDONESIA POWER
SEMARANG PGU “ ini disusun dalam lima Bab, dengan susunan sebagai
berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang pembahasan latar belakang masalah yang ingin di di sampaikan


pada laporan dan membahas tujuan penulisan laporan

4
BAB II : TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

Berisi tentang profil dan sejarah perusahaan tempat kerja praktek, penjelasan
tentang proses bisnis maupun produksi perusahaan

BAB III : DASAR TEORI

Membahas tentang teori pendukung yang dapat membantu menguraikan rumusan


masalah dalam penyusunan laporan.

BAB IV : PEMBAHASAN

Membahas tentang rangkaian exitasi,proses kerja exitasi terhadap generator, dan


Maintenance system eksitasi GTG.

BAB V : PENUTUP

Memaparkan tentang kesimpulan dari hasil Laporan yang telah disusun dan saran
untuk pengembangan selanjutnya

5
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah PT Indonesia Power
Indonesia Power merupakan salah satu anak Perusahaan PT PLN (Persero)
yang didirikan pada tanggal 3 Oktober 1995 dengan nama PT PLN Pembangkitan
Jawa Bali I (PT PJB I). Pada tanggal 8 Oktober 2000, PT PJB I berganti nama
menjadi Indonesia Power sebagai penegasan atas tujuan Perusahaan untuk
menjadi Perusahaan pembangkit tenaga listrik independen yang berorientasi bisnis
murni.

Kegiatan utama bisnis Perusahaan saat ini yakni focus sebagai penyedia
tenaga listrik melalui pembangkitan tenaga listrik dan sebagai penyedia jasa
operasi dan pemeliharaan pembangkit listrik yang mengoperasikan pembangkit
yang tersebar di Indonesia.  Selain mengelola Unit Pembangkit, Indonesia Power
memiliki 5 Anak Perusahaan, 2 Perusahaan Patungan (Joint Venture Company), 1
Perusahaan Asosiasi, 3 Cucu Perusahaan (Afiliasi dari Anak Perusahaan) untuk
mendukung strategi dan proses Bisnis Perusahaan.

Gambar 2. 1 Peranan PT Indonesia Power Dalam Bisnis Ketenaga Listrikan


2.2. Visi, Misi, Motto PT Indonesia Power
 VISI
Menjadi Perusahaan Energi Terbaik yang Tumbuh Berkelanjutan
 MISI
Menyediakan Solusi Energi yang Ramah Lingkungan, Inovatif dan
Andal Melampaui Harapan Pelanggan
 Motto PT Indonesia Power
#Energy of Things

6
2.3. Makna dan Bentuk Logo PT Indonesia Power
Indonesia Power memiliki Logo seperti Gambar 2.2 berikut :

Gambar 2. 2 Logo Indonesia Power


Makna dari bentuk logo PT Indonesa Power merupakan cerminanidentitas
dan lingkup usaha yang dimilikinya. Nama yang kuat, dengan menggunakan kata
INDONESIA dan POWER di ditampilkan dengan menggunakan jenis huruf
yang tegas dan kuat (futura book regular dan futura bold). Aplikasi bentuk kilatan
petir pada huruf “O” melambangkan “Tenaga Listrik” yang merupakan lingku
usaha utama. Red Dot ( bulatan merah) di ujung kilatan petir merupakan symbol
perusahaan yang telah digunakan saat Bernama PT PLN PJB I. titik inimerupakan
symbol yang digunakan di Sebagian besar materi komunikasi perusahaan, dengan
symbol yang kecil ini, di harapkan identitas perusahaan dapat langsung terwakili.

Dari gambar logo PT Indonesia Power pada gambar 2.2 makna warna
MERAH menunjukan identitas yang kuat dan kokoh sebagai pemilik sumber
daya untuk memproduksi tenaga listrik, guna dimanfaatkan di Indonesia dan juga
di luar negeri. Kemudian makna dari warna BIRU diaplikasikan pada kata
POWER, pada dasarnya warna biru menggambarkan sifat pintar dan bijaksana,
dengan aplikasi pada kata POWER, makna warn aini menunjukan produk tenaga
listrik yang dihasilkan perusahaan memiliki ciri-ciri berteknologi tinggi, efisien,
aman dan ramah lingkungan.

2.4. Nilai Perusahaan


Pada hari ulang tahun BUMN ke 22 tanggal 13 April 2020, Menteri
BUMN mencanangkan tagline baru, yaitu “BUMN untuk Indonesia“. Melalui
tagline ini, diharapkan BUMN bukan hanya berjaya di negeri sendiri, namun juga
bisa go global dan berhasil menancapkan mendera merah putih di luar negeri.

7
Menteri BUMN juga menyampaikan standar baru untuk semua jajarannya,
sebagai panduan professional dan moral para pegawai BUMN seluruh Indonesia.
Poin utama kebijakan Menteri BUMN pada tahun 2020 adalah bekerja profesional
dengan cara; (1) Transparan, (2) Kinerja jelas , dan (3) Kecepatan kerja. Selain
standar kerja tersebut, landasan moral dan etis pegawai BUMN juga ditetapkan.
Kebijakan mengenai ini sebagai penyelarasan surat edaran BUMN No. 35 tahun
2019 tentang pengelolaan BUMN bebas korupsi, serta surat Menteri BUMN No.
35 tahun 2020 pelaksanaan Perpres No.54 tahun 2018 tentang strategi nasional
pencegahan korupsi. Semua BUMN diharuskan menerapkan sistem manajemen
anti penyuapan (SMAP) dengan memperoleh sertifikasi SNI ISO 37001 ahun
2016.
Untuk memudahkan dalam implementasinya, landasan moral pegawai
BUMN ditetapkan dalam enam karakter utama yang disingkat AKHLAK, yaitu;
A: Amanah
K: kompetensi
H: Harmonis
L: Loyalitas
A:Adaptif
K: Kolaborasi

Gambar 2. 3 Nilai Akhlak PT. Indonesia Power

8
Mengambil salah satu karakter AKHLAK, yaitu Adaptif dan Kolaborasi,
maka PLN dan anak-anak perusahaannya berupaya untuk menyesuaikan diri
dengan berbagai dinamika saat ini, baik yang terjadi di tingkat nasional maupun
global.
Adaptif adalah bagian dari dynamic capability dalam strategic
management (wang & ahmed, 2007) dan kolaborasi adalah strategi bisnis di era
disrupsi dari pengembangan resources base view sehingga deperlukan pemimpin
yang memiliki kemampuan strategic change leadership. Pemimpin di BUMN
dituntut menjadi leading change

2.5. Bisnis Utama PT Indonesia Power


2.5.1 Power Generation Unit (PGU)
Power Generation Unit merupakan bisnis utama PT Indonesia Power
yang berperan dalam pembangkitan tenaga listrik melalui 4 Power
Generation Unit (PGU) dengan total kapasitas terpasang sebesar 5.505,3
Mega Watt dari 4 PGU berikut :
1. Suralaya Power Generation Unit
Suralaya Power Generation Unit merupakan unit pembangkit PT.
Indonesia Power yang memiliki kapasitas 3.400 Mega Watt, yang
dibangkitakan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
yang berlokasi di cilegon.
2. Mrica Power Generation Unit
Mrica Power Generation Unit merupakan unit bisnis pembangkit
PT. Indonesia Power yang memiliki kapasitas 310 Megawat, listrik
yang dibangkitkan melalui proses Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTU), yang berlokasi di Banjarnegara, Jawa Tengah.
3. Semarang Power Generation Unit
Merupakan unit pembangkit yang memiliki kapasitas 1.238,3
Mega Watt, yang dibangkitkan dari berbagai macam pembangkit
tenaga listrik yaitu, PLTU, PLTG, PLTGU, dan PLTG. Semarang
PGU berlokasi di Kota Semarang, Jawa Tengah.
4. Bali Power Generation Unit

9
Unit pembangkit Bali memiliki kapasitas sebesar 557 Mega Watt
yang dihasilkan dari proses Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan
Diesel. Unit pembangkit ini berlokasi di Bali

Tabel 2. 1 Unit PGU PT. Indonesia Power

Unit Pembangkit Kapasitas (MW) Unit Lokasi


Suralaya PGU 3.400 PLTU Cilegon
Mrica PGU 310 PLTA Banjarnegara
Semarang PGU 1.238,3 PLTU, PLTG, Semarang
PLTGU, PLTD
Bali PGU 557 PLTG, PLTD Bali
Total Kapasitas 5.505,3 MW

2.5.2 Power Generation O&M service Unit (POMU)


Indonesia Power memiliki 5 (lima) Power Generation and O&M
Service Unit (POMU) dengan total Kapasitas terpasang sebesar 5.707 MW:

Tabel 2. 2 O&M Service Unit (POMU)

Unit Existing Kapasitas Unit Lokasi

[MW]
Grati POMU 864 PLTGU Pasuruan

Saguling POMU 797 PLTA Bandung

Priok POMU 1248 PLTU,PLTGU, Cilegon

PLTD, PLTG

Kamojang POMU 375 PLTP Garut


Houltecamp POMU 2 x 10 PLTU Jayapura
Total Kapasitas 3.304 MW

2.5.3 Operation and Maintenance Service Unit (OMU)

10
Indonesia Power mengoperasikan dan memelihara pembangkit dengan
total kapasitas terpasang sebesar 5.281 MW melalui 13 Operation and
Maintenance Services Unit (OMU).

Tabel 2. 3 Operation and Maintenance Unit (OMU)

Unit Existing Kapasitas Unit Lokasi


[MW]
Banten Suralaya OMU 625 PLTU Cilegon
Labuan OMU 2 x 300 PLTU Pandeglang
Lontar OMU 3x 315 PLTU Tangerang
Barru OMU 2 x 50 PLTU Sulawesi Selatan
Sanggau V OMU 2x7 PLTU Kalimantan Barat
Jeranjang OMU 3 x 25 PLTU NTB
Kalbar 1 OMU 2 x 100 PLTU Kalimantan Barat
Pelabuhan Ratu OMU 3 x 350 PLTU Sukabumi
Adipala OMU 660 PLTU Cilacap
Pangkalan Susu OMU 2 x 200 PLTU Langkat
Cilegon OMU 740 PLTGU Serang
Sintang OMU 3x7 PLTU Kalimantan Barat
Berau OMU 2x9 PLTU Berau
Total Kapasitas 5.265 MW

2.5.4 Maintenance Service Unit (MSU)

PT Indonesia Power memiliki Maintenance Service Unit (MSU)  yang


berfungsi sebagai talent pool dalam rangka memelihara unit pembangkit
listrik yang dimiliki oleh PT Indonesia Power. Dalam pertumbuhan pasar
ketenagalistrikan yang cepat, MSU telah mengembangkan produk-produk
jasa pemeliharaan sesuai dengan kebutuhan pelanggan dan telah eksis
menjadi pengelola pemeliharaan pembangkit kelas dunia yang tetap
berusaha menjalin hubungan kerja multinasional di bidang pembangkitan

11
dengan mengaplikasikan teknologi baru yang bersahabat dengan
lingkungan.

Beberapa produk jasa pemeliharaan yang dapat dilakukan UJH adalah:

1. Overhaul berbagai macam pembangkit (PLTU, PLTG, PLTGU,


PLTA, PLTP, PLTD/PLTDG)
2. Remaining Life Assesment peralatan pembangkit (Boiler/HRSG,
Turbin, Generator, Trafo)
3. Test & Diagnostic peralatan pembangkit
4. Analisa dan troubleshooting permasalahan vibrasi/rotating
equipment.
5. Root Case Failure Analysis peralatan pembangkit
6. Low speed balancing
7. Commissioning atau pendampingan unit pembangkit
8. Supervisi EPC pembangit listrik
9. Relokasi peralatan pembangkit
10. Rewinding rotor dan stator generator
11. Retrofit control system
12. Rehabilitasi/recovery gangguan unit pembangkit
13. Setup manajemen pemeliharaan pembangkit
14. Setup percepatan pelatihan pemeliharaan overhaul unit
pembangkit

2.5.5 Project Unit (PRU)

Demi memenuhi kebutuhan pasar ketenagalistrikan khususnya di


Indonesia, PT Indonesia Power dengan puluhan tahun pengalaman, telah
berhasil menunjukkan kapasitas dan kapabilitasnya dalam memasok
kebutuhan tenaga/daya listrik ke seluruh Indonesia. Dan saat ini kami siap
melangkah maju untuk berbagi pengalaman (experience), keahlian
(expertise) dan keunggulan (excellence) untuk membangun dan

12
menyediakan sumber daya manusia terbaik, unggul, dan mumpuni bagi
perusahan Anda.
Solusi komprehensif kami tawarkan melalui program ‘’Beyond kWh”,
yang meliputi seluruh aspek pembangkit antara lain:
- OPERATION & MAINTENANCE SERVICES
- MAINTENANCE, REPAIR & OVERHOUL SOLUTIONS
- OPERATION DEVELOPMENT PROGRAM
- ENTERPRISE ASSET MANAGEMENT
- PRIMARY ENERGY & PORT MANAGEMENT
2.6. Semarang PGU (Power Generation Unit)
Unit Pembangkitan Semarang dibangun pada bulan September 1973 dan
selesai pada tahun 1978 oeh PLN Proyek Induk Pembangkitan Thermis
(PIKITTERM) yang menghasilkan PLTU Unit 1 dan 2 siap untuk dioperasikan.
Sesuai dengan keputusan Kepala Wilayah XIII No. 003/PW/XII/81, pada tanggal
1 Juli 1981 diresmikan PLTU Sektor Semarang Unit 1 dan 2 berkapasitas 100
MW.

Gambar 2. 4 Unit Pembangkit Semarang PGU


Sebagai salah satu Unit Pembangkit Listrik yang dimiliki PT INDONESIA
POWER SEMARANG POWER GENERATION UNIT (PGU) terdiri dari 4 jenis
pembangkit, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik

13
Tenaga Gas Uap (PLTGU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), dan sebagai
Sub Unit yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).Unit Pembangkitan
Semarang memegang peranan penting dalam menjaga kehandalan dan mutu
sistem kelistrikan Jawa – Bali, Serta memberikan kontribusi Untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) merupakan pembangkit jenis
combined cycle. Pembangkit jenis ini memanfaatkan gas panas pembuangan dari
pembangkit tenaga gas untuk memanasi air dalam pipa-pipa HRSG menjadi uap
untuk menggerakkan turbin uap. Penggunaan teknologi combined cycle
menjadikan operasi pembangkit lebih efisien sebab cara ini memanfaatkan gas
panas pembuangan pembangkit listrik primer menjadi tenaga listrik pada tahap
sekunder. Selain itu, pembangkit tenaga gas merupakan pembangkit yang akrab
dengan lingkungan karena tingkat pembakarannya yang hampir sempurna
menghasilkan emisi karbon dioksida dan limbah lain yang sangat rendah. Jadi,
selain efisien, jenis pembangkit ini merupakan bukti kepedulian terhadap
lingkungan. Sedangkan Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) merupakan jenis
pembangkit yang menggunakan bahan bakar minyak.

2.1. Kapasitas Daya PT Indonesia Power Semarang PGU


Kapasitas daya yang dimiliki oleh Semarang Power Generation Unit
Memiliki kapasitas daya terpasang sebesar 1.238,3 MW yang dihasilkan dari 4
jenis pembangkit. Rincian daya terpasang pada pembangkit Semarang Power
Generation Unit terlihat pada tabel 2.2 berikut :

Tabel 2. 4 Rincian Daya Terpasang Semarang PGU

Daya Merek Mesin Tahun


MESIN Terpasang Operasi
(MW)
TAMBAK LOROK 01 0 GE 1978
TAMBAK LOROK 02 0 GE 1978
TAMBAK LOROK 03 200 Mitsubishi 1983
TAMBAK LOROK GT 1.1 109.65 GE 1993
MESIN Daya Merek Mesin Tahun

14
Terpasang Operasi
(MW)
TAMBAK LOROK GT 1.2 109.65 GE 1993
TAMBAK LOROK GT 1.3 109.65 GE 1993
TAMBAK LOROK ST 1.0 188 GE 1997
TAMBAK LOROK GT 2.1 109.65 GE 1996
TAMBAK LOROK GT 2.2 109.65 GE 1996
TAMBAK LOROK GT 2.3 109.65 GE 1997
TAMBAK LOROK ST 2.0 188 GE 1997
CILACAP 01 0 Westing House 1996
CILACAP 02 0 Westing House 1996
SUNYARAGI 0 Alsthom 1976
PLTD KARIMUNJAWA 4.4 Wartsila 2017
TOTAL DAYA 1.238,3 MW

2.7. Lokasi PT Indonesia Power Semarang PGU

Gambar 2. 5 Lokasi Unit Pembangkit Power Semarang PGU


Lokasi Unit Pembangkit Semarang terdapat apada beberarapa lokasi yaitu :

- PLTGU dan PLTU Tambak Lorok yang berlokasi di Kota


Semarang Jawa Tengah
- PLTU Sunyaragi yang terletak di Kota Cirebon Jawa Barat
- PLTG Lomanis yang terletak di Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
- PLTD Karimun Jawa yang terletak di Legon Bajak Kec. Karimun
Jawa Kab. Jepara Jawa Tengah

15
2.8. Struktur Organisasi PT Indonesia Power Semarang PGU
Struktur organisasi merupakan suatu hal yang penting, dimana ini
menunjukan bukan hanya sekedar jalur koordinasi namun juga kejelasan antar
setiap bagian-bagian posisi / jabatan dengan tanggung jawab, fungsi, dan tugasnya
masing-masing. Sebagai sebuah perusahaan, PT. Indonesia Power tentunya
memiliki sebuah struktur organisasi yang jelas.

Berdasarkan surat keputusan direksi PT. Indonesia Power Nomor


136.K/010/IP/2019 tentang Organisasi Semarang Power Generator Unit, susunan
organisasi Semarang PGU terdiri atas :

1. Power Generator Unit dipimpin oleh General Manager;


2. Fungsional Ahli terdiri dari Ahli Tata Kelola Pembangkit;
3. Section dipimpin oleh Manajer, terdiri atas:

a. Operasi;

b. Pemeliharaan;

c. Enjiniring;

d. Pengadaan Barang dan Jasa;

e. Administrasi

4. PLTD Karimun Jawa Sub Unit dipimpin oleh SupervisorSenior;

5. PLTG Sunyaragi Sub Unit dipimpin oleh Supervisor;

16
Gambar 2. 6 Struktur Organisasi PT Indonesia Power Semarang PGU

Gambar 2. 7 Susunan Jabatan Bagian Pemeliharaan PT. Indonesia Power


Semarang PGU

17
BAB III
DASAR TEORI
3.1. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)
PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas) merupakan pembangkit Listrik
yang memanfaatkan gas untuk memutar turbin generator. Turbin dan generator
adalah dua komponen dari PLTG yang memiliki poros yang sama atau terkopel,
secara umum pembangkit listrik tenaga gas memiliki prinsip kerja yang sama,
akan tetapi dalam memutar turbin dan generator PLTG menggunakan gas sebagai
pemutar turbine dengan proses Thermodynamic. Selain itu, gas yang dipakai
dalam PLTG bisa dibilang lebih mudah untuk disiapkan daripada uap, sehingga
sebuah PLTG bisa mulai berproduksi dari keadaan “dingin” dalam hitungan
menit, yaitu sekitar 10 sampai 30 menit.(Nursalam, 2016 et al., 2018)
Pada PLTG gas yang keluar dari turbine memiliki suhu yang cukup panas,
yaitu sekitar 560c, oleh karena itu gas buangan dari turbin gas digunakan untuk
memanaskan boiler PLTU sehingga dapat dikatakan Combined Cycle, gas
buangan tersebut di arahkan ke Heat Recovery Steam Generator (HRSG) melalui
Exhaust.
3.1.1 Komponen Utama PLTG

Gambar 3. 1 Komponen Utama Gas Turbin


1. Filter House
Filter House yang biasa juga disebut Inlet Air System merupakan suatu
komponen utama pada pltg yang berfungsi sebagai penyaring udara(Gas
Alam). sistem penyaring udara ini memiliki komponen pendukung yaitu

18
Silenccer yang berfungsi sebagai peredam suara yang masuk pada filter
house dan Inlet ducting yang merupakan saluran filterhouse ke compressor.

Gambar 3. 2 Filter House


2. Kompresor
Berdasarkan Siklus Brayton, kompresor pada sistem turbin gas berfungsi
untuk memampatkan udara sehingga ekspansi udara pada saat keluar
dari combustion chamber, terjadi secara maksimal. Udara atmosfer masuk
ke sisi inlet kompresor setelah melewati filter udara. Pada sisi outlet
kompresor, udara telah berada pada rasio tekanan tertentu dan siap untuk
masuk ke ruang bakar.
Kompresor sentrifugal dan axial menjadi dua tipe kompresor yang
diaplikasikan pada sistem turbin gas. Kompresor sentrifugal lebih banyak
digunakan pada sistem turbin gas yang berukuran kecil seperti mesin
turbojet, karena kemampuannya yang hanya mampu menghasilkan rasio
kompresi hingga 3,5:1. Sedangkan kompresor axial lebih banyak digunakan
pada turbin gas berukuran besar. Hal tersebut dikarenakan satu stage sudu
kompresor aksial memiliki rasio kompresi 1,1:1 hingga 1,4:1. Dan jika
menggunakan sistem multistage sudu, rasio kompresi dapat mencapai
hingga 40:1.

19
Gambar 3. 3 Centrifugal Compressor

Gambar 3. 4 Axial Flow Air Compressor


Satu stage kompresor aksial tersusun atas dua bagian sudu yakni rotor
dan stator. Sudu rotor berbentuk aerofoil (semacam sayap pesawat)
berfungsi untuk mengakselerasi udara sehingga kecepatannya meningkat.
Sedangkan sudu stator berbentuk difuser, yang berfungsi untuk
mengkonversi kecepatan udara tersebut menjadi tekanan. Sehingga prinsip
kerja kompresor aksial pada turbin gas ini adalah dengan mengakselerasi
kecepatan udara, diikuti dengan pengkonversian kecepatan udara tersebut
menjadi tekanan oleh difuser. Pada sisi akhir stator terdapat difuser yang
berfungsi untuk meningkatkan tekanan udara serta mengontrol kecepatannya
sebelum masuk ke area combustion chamber.
3. Combustion Chamber
Udara bertekanan dari kompresor akan masuk menuju ruang bakar yang
biasa disebut combustion chamber atau combustor. Di dalam combustor,

20
oksigen dalam udara akan bereaksi dengan bahan bakar sehingga
menghasilkan panas. Panas tersebut diserap oleh komponen udara sisa
seperti nitrogen sehingga udara hasil pembakaran mengalami semacam
pemuaian secara cepat. Combustion Chamber memiliki beberpa komponen
pendukung yaitu casing, diffuse, dome, injector bahan bakar, ignitor, liner.
4. Turbin Gas
Turbin gas merupakan komponen terpenting pada PLTG tanpa adanya
turbin maka rotor pada generator tidak dapat digerakan. Fungsi turbin gas
yaitu sebahai tempat konversi energi kinetic menjadi energi mekanik. Energi
yang dibangkitkan berasal dari proses konversi energi panas menjadi energi
kinetic dari hasil proses pembakaran pada combustion chamber. Sehingga
daya yang diperoleh turbin gas dapat untuk menggerakan dan memutar
generator listrik.
5. Exhaust
Exhaust merupakan bagian dari PLT yang berfungsi sebagai saluran
pembuangan untuk membuang sisa gas panas yang merupakan gas hasil
kerja dari turbin. Gas Hasil kerja dari turbin gas tersebut selanjutnya keluar
melewati diffuser pada exahaust frame assembly. Kemudian gas tersebut
diarahkan menuju exhaust plenum dan selanjutnya didifusikan serta menuju
atmosfer melewati exhaust stack.
6. Generator
Pada umumnya generator pada pembangkit listrik sama, yaitu memiliki
fungsi pembangkitan listrik melalui proses konversi energi mekanik
pada poros turbin yang terkopel dengan rotor generator. Pengoperasian
generator di dukung oleh alat bantu khusus meliputi jacking oil pump,
exciter, circuit breaker, trafo, auxiliary power system.

3.1.2 Prinsip Kerja PLTG


Pembangkit listrik tenaga gas yang di gunakan pada industry pembangkit
terdiri dari 2 grup operasi yaitu Open Cycle Gas Turbine dan Close Cycle. Kedua
grup operasi tersebut prosesnya hampir sama dimana pada siklus terbuka Gas

21
Turbin Generator(GTG) gas buangannya langsung diarahkan exhaust atau ke
cerobong uap sedangkan pada sikls tertutup GTG gas buang dari turbin diarahkan
ke Precooler agar gas buanganya didinginkan kemudian di proses lagi ke
kompressor

Gambar 3. 5 Siklus Pembangkit Listrik Tenaga Gas


Prinsip kerja PLTG, Mula-mula udara dimasukkan ke dalam kompresor
dengan melalui air filter/penyaring udara agar partikel debu tidak ikut masuk ke
dalam kompresor tersebut. Pada kompresor, tekanan udara dinaikkan lalu
dialirkan ke ruang bakar untuk dibakar bersama bahan bakar. Disini, penggunaan
bahan bakar menentukan apakah bisa langsung dibakar dengan udara atau tidak.
Jika menggunakan BBG, gas bisa langsung dicampur dengan udara untuk dibakar.
Tapi jika menggunakan BBM harus dilakukan proses pengabutan dahulu pada
burner baru dicampur udara dan dibakar. Pembakaran bahan bakar dan udara ini
akan menghasilkan gas bersuhu dan bertekanan tinggi yang berenergi. Gas ini lalu
disemprotkan ke turbin, hingga gas diubah oleh turbin menjadi energi gerak yang
memutar generator untuk menghasilkan listrik.
Setelah melalui turbin, sisa gas panas tersebut dibuang melalui
cerobong/stack. Karena gas yang disemprotkan ke turbin bersuhu tinggi, maka
pada saat yang sama dilakukan pendinginan turbin dengan udara pendingin dari
lubang udara pada turbin.Untuk mencegah korosi akibat gas bersuhu tinggi ini,
maka bahan bakar yang digunakan tidak boleh mengandung logam Potasium,
Vanadium, dan Sodium yang melampaui 1 part per mill (ppm). Turbin gas suatu
PLTG berfungsi untuk mengubah energi yang terkandung di dalam bahan bakar

22
menjadi mekanis. Fluida kerja untuk memutar Turbin Gas adalah gas panas yang
diperoleh dari proses pembakaran.(Gusni et al., n.d.)
Untuk memulai pegoperasian gas turbindiperlukan starting equipment
seperti, Crncking Motor , Ignitor, Excitation, Baterai dan Auxiliary Lube Oil.
Yang merupakan subsistem komponen pendukung untuk memulai Gas urbin
Generator (GTG). Pada GTG Blok 1 Tambak Lorok, pengerak awal yaitu
Cranking Motor yang dayanya diambil dari jaringan 150 KV Jawa-Bali yang
sudah diturunkan teganganya menjadi 6.3 KV. Motor tersebut juga berperan untuk
memutar kompresor agar dapat menghisap udara dari Filter House. Jika sudah
mencapai keceatan tertentu Cranking Motor akan lepas dari kopelanya dengan
turbin dan kompresor .
Komponen yang bergerk pada GTG membutuhkan pelumasan agar mesin
berjalan dengan baik, oleh karena itu Auxiliary Oil Lube System berfungsi untuk
memberikan pelumas secara kontinyu kepada motor, turbin, generator,
compressor, dan bearing pada mesin. Udara yang masuk pada compressor akan
bertemuu dengan bahan bakar gas dan pemantik (Ignitor) yang berupa spare
plate/busi pemantik. Ketiga bahan tersebut bertemu di Combustion Chamber.Gas
bumi dapat dikendalikan masuknya ke combustion chamber karena adanya Speed
Ratio Valve (SRV) dan Gas Control Valve (GCV). Ketika elemen bahan bakar
bertemu, maka pemantik memercikan api membakar udara bertegangan yang telah
bercampur dengan gas bumi menjadi gas panas.

3.2. Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU)


Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap dan yang juga biasa disebut
Combine Cycle Power Plant. Merupakan terobosan dalam pembangkit energi
listrik dimana pembangkit ini menggantikan pembangkit listrik yang kurang
efisien dan memiliki polisi udara yang sangat tinggi dikarenakan menggunakan
minyak dan batubara sebagai bahan bakar pembangkit listrik konvensional.
(Alyah, 2015)

23
Gambar 3.6 Siklus Kerja PLTGU Tambak Lorok
Combine Cycle Power Plant memiliki berbagai keuntungan yaitu :
a. Memiliki modal biaya yang rendah dibandingkan dengan pembangkit
tenaga listrik konvensional
b. Memiliki konstuksi yang ringkas, di desain saling terhubung antara
(GTG) Gas Turbie Generator HRSG (Heat Recovery Steam
Generator), dan STG (Steam Turbine Generator).
c. Membutuhkan bahan bakar yang berbiaya rendah dibandingkan bahan
bakar fosil.
d. Memiliki emisi yang lebih sedikit dibandingkan pembangkit tenaga
listrik yang berbahan bakar fosil.
e. Memiliki efisiensi yang tinggi, yaitu sekitar 50-62%. Dalam
pemanfaatan gas buang dari GTG.

3.2.1. Komponen Pada PLTGU


Dalam proses kerja PLTGU terbagi atas 3 proses system kerja yaitu proses
pada GTG (Steam Turbine Generator), HRSG (Heat Recovery Steam
Generator), dan STG (Steam Turbine Generator).
A. Komponen Utama pada GTG

24
Gambar 3. 7 Gas Turbine generator 1.3
a. Motor Cranking, adalah motor yang digunakan untuk penggerak
mula pada poros turbin pada saat starting GTG. Sebelum turbin
memiliki tenaga dari proses pembakaran, turbin akan di putar
menggunakan bantuan Motor Cranking.
b. Combustion Chamber, merupakan system ruang bakar atau tempat
untuk melakukan proses pembakaran bahan bakar, dimana setelah
udara bertegangan tinggi dari compressor bertemu dengan bahan
bakar proses pembakaran diawali dengan oemantikan api melalui
igniter yang merupakan pemantik bahan bakar di ruang pembakaran.
c. Kompresor
Kompresor berfungsi untuk menghisap udara dari luar dan
memampatkanya sehingga menjadi udara bertekanan tinggi
kemudian digunakan untuk proses pembakaran dan pendingin turbin.
d. Turbin Gas, merupakan komponen yang berputar oleh gas bahan
bakar yang bertekanan panas yang di hasilkan oleh Combustin
Chamber. Turbin ini terdiri dari sudu yang dirancang sedemikian
rupa sehingga dapat bergerak apabila di aliri gas panas bertegangan
tinggi.

25
e. Air Filter, merupakan komponen yang berfungsi sebagai penyaring
udara yang akan digunakan dalam proses pembakaran dan pendingin
turbin agar lebih bersih dan memenuhi syarat.
f. System Pelumasan (Lube Oil System), komponen yang berfungsi
untuk melumasi komponen yang bergerak pada GTG dan bearing,
disamping itu komponen ini juga menyuplai minyak untuk system
Hydraulic Oil Pump.
g. System Hidrolik (Hydraulic System), komponen ini digunakan untuk
menggerakan main stop valve, dimana dalam mekanisme operasinya
untuk membuka dan menurut main stop valve diperlukan hidrolik
diambil dari Piping System pelumas turbin gas kemudian dipompa
dengan Hydraulic Oil Pump.
h. Control Compartment, merupakan ruangan control kerja generator.
Didalam control compartment atau Panel Control Generator,
terdapat relay pengaman untuk generator.
B. Komponen pada HRSG

Gambar 3. 8 Heat Recovery Steam Generator

a. Condensate preheater Merupakan tempat pemanasan awal air umpan


dari HPH2 sebelum masuk ke FWT HRSG agar air umpan yang akan

26
didihkan mengalami kenaikan suhu. Umumnya condensate preheater
menempati posisi bagian atas sekali daripada posisi pipa-pipa
pemanas yang ada dan diikuti oleh pipa-pipa lainnya.
b. Ekonomiser Adalah alat penukar kalor yang menaikkan suhu air
yang keluar dari FWT HRSG yang tekanannya paling tinggi sampai
ke suhu jenuh. Disini pemanasan dilakukan oleh gas yang keluar dari
pemanas lanjut dan pipa penguap. Ekonomiser ini ada yang
menggunakan pipa biasa dan pipa yang bersirip.
c. Evaporator Air dari tangki melalui ekonomiser ke evaporator. Pada
evaporator dengan adanya pipa penguap akan terjadi pembentukan
uap, dimana media pemanasan dilakukan oleh gas yang keluar dari
pemanas lanjut (superheater). Adapun jenis evaporator yang umum
digunakan, seperti : evaporator bersirkulasi bebas (alami) dan
evaporator sirkulasi paksa.
d. Superheater Alat penukar kalor ini digunakan untuk mengubah uap
jenuh pada evaporator menjadi uap kering. Gas dari buangan turbin
gas mula-mula dilewatkan pada superheater untuk memanaskan uap
pada pipa-pipa superheater. Selanjutnya uap dari superheater ini akan
langsung diteruskan ke turbin uap. Selain komponen-komponen
utama diatas,
C. Komponen pada STG

27
Gambar 3. 9 Steam Turbine Generator 1.0
a. Turbin Uap (Steam Turbine), berfungsi untuk mengekspansi uap
Super Heat hingga menghasilkan energi mekanis untuk menggerakan
generator.
b. Generator, berfungsi untuk mengasilkan energi listrik di mana
dlamnya terjadi proses energi mekanis menjadi energi listrik.
c. Kondensor (Condenser), berfungsi sebagai penampungan air
condensate sekaligus sebagai tempat pendinginan uap bekas hasil
ekspansi turbin uap dimana media air laut digunakan sebagai media
pendinginya.
d. System minyak pelumas turbin uap digunakan untuk melumasi
bearing turbin uap dan bearing generator, dimana pada system ini
terdapat peralatan Main Lube Oil Pump, Lube Oil Pump, Emergency
Oil Pump, dan Lube Oil Cooler.
e. System pendingin Minyak, pelumas digunakan untuk mendinginkan
temperature minyak pelumas yang tinggi setelah digunakan untuk
melumasi bearing-bearing turbin uap dan generator yang kemudian
masuk kedalam Lube Oil Cooler, dimana media pendingin
digunakan adalah air.
3.2.2. Prinsip Kerja PLTGU
Prinsip kerja PLTGU, khususnya di PLTGU Tambak Lorok PT. Indonesia
Power Semarang PGU memiliki 2 Blok dengan konfigurasi sebagai berikut :

28
Tabel 3. 1 Konfigurasi PLTGU Tambak Lorok

PLTGU BLOK 1 PLTGU BLOK 2


GTG 1.1 GTG 2.1
GTG 1.2 GTG 2.2
GTG 1.3 GTG 2.3
HRSG 1.1 HRSG 2.1
HRSG 1.2 HRSG 2.2
HRSG 1.3 HRSG 2.3
STG 1.0 STG 2.0
Pada PLTGU Tambak Lorok Setiap GTG (Gas Turbine Generator) dapat
menghasilkan daya 109,65 MW, sedangkan setiap unit STG (Steam Turbine
Generator) dapat menghasilkan daya sebesar 188 MW.

PLTGU Tambak Lorok memiliki siklus Combined cycle, dimana gas panas
hasil proses GTG yang bersuhu 560c dari system open cycle dari PLTG yang
keluar dari turbin dimanfaatkan untuk membuat uap yang bertekanan tinggi . Gas
buang tersebut terlebih dahulu diatur oleh selector valve atau diverter dumper
yang juga mengarahkan gas panas menuju HRSG (Heat Recovery Steam
Generator). Aliran air yang dipakai HRSG merupakan Vertical HRSG.
Panas/kalor di pindahkan dari gas buang tersebut seluruhnya berpindah dengan
cara konveksi ke air yang berada dalam pipa. Air sengaja dialirkan berlawanan
arah dengan gas panas agar lebih cepat mendapatkan uap.

29
Gambar 3. 10 Diagram Blok Sederhana Combined Cycle
Dengan adanya konversi energi gas panas bertemu dengan air yang keluar
dari kondensor maka akan menghasilkan uap. Uap nantinya akan terbagi dua
bagian yaitu Low Pressure dan High Pressure.

A. Low Pressure System


1. Air yang keluar dari kondensor utama akan dimasukan ke Low
Pressure Economizer untuk dipanaskan sampai suhu tertentu , agar
mempermudah proses penguapan.
2. Air yang sudah keluar dari Economizer selanjutnya akan masuk ke
Daerator untuk dihilangkan non consendanle gas dalam air.
3. Setelah air masuk Low Pressure Drum yang mempunyai fungsi
memisahkan uap dan air, kemudian air tersebut akan dimasukan ke
dalam Low Pressure Evaporator guna dipanaskan sampai uap
namun masih bercampur air.
4. setelah uap masuk ke Low Pressure Drum untuk di pisahkan uao
dan air, kemudian yang masih dalam keadaan air maka akan di

30
proses lagi ke Evaporator, lalu yang menjadi uap akan dimasukan
kedalam Low Pressur Superheater.
5. Low Pressure Superheater akan memproses uap tadi menjadi lebih
kering dan bertekananm, Setelah itu Uap disalurkan ke LP Steam
Header.
6. Ketika uap Low Pressure dimasukan kedalam turbin akan melewati
dua katup yaitu MSC (Main Stop Valve) untuk menjaga agar benda
asing tidak masuk ke turbin dan MCV (Main Control Valve) untuk
mengatur jumlah tekanan uap yang akan masuk ke turbin, lalu uap
akan memasuki turbin Low Pressure.
B. High Pressure System
1. Air yang keluar dari kondensor utama akan dimasukan ke High
Pressure Economizer untuk dipanaskan sampai suhu tertentu, agar
mempermudah proses penguapan.
2. Air yang sudah keluar dari Economizer selanjutnya akan masuk ke
Daerator untuk dihilangkan non consendable gas dari air.
3. Setelah itu air akan masuk ke High Pressure Drum yang
mempunyai fungsi untuk memisahkan uap dan air, lalu air tersebut
dimasukan ke dalam Low Pressure Evaporator untuk dipanaskan
sampai menjadi uap namun masih tercampur dengan air.
4. Setelah itu uap masuk ke dalam High Pressure Drum untuk
dipisahkan uap dan airm bagi yang menjadi uao akan dimasukan ke
High Pressure Superheater.
5. Low Pressure Superheater akan membuat uap tadi menjadi lebih
kering dan bertekanan tinggi, setelah itu uap dimasukan lagi ke
High Pressure Superheater supaya uap lebih kering kemudian
disalurkan ke High Pressure Steam Drum Header.
6. Saat uap Low Pressure akan dimasukan ke turbin akan melewati
dua katup yaitu MSV untuk menjaga benda asing masuk dan MCV
agar jumlah tekanan yang masuk ke turbin dapat diatur tekanan

31
uapnya, setelah itu uap akan dimasukkan ke High Pressure Steam
Turbine.

Generator yang terkopel oleh kedua turbin tersebut akan berputar dan
menghasilkan tegangan 11,5 KV dan daya 109,65 MW dengan kecepatan putar
turbin 3000 rpm. Uap bekas dari turbin tadi di embunkan lagi di condenser
kemudian air kondensat di pompa oleh condensate pump, kemudian dimasukan
lagi ke dalam daereator dan oleh feed water pump dipompa lagi ke dalam drum
untuk kembali diuapkan.

Daya listrik yang dihasilkan pada proses Open Cycle menghasilkan daya
lebih kecil dibandingkan dengan daya listrik yang dihasilkan pada proses produksi
listrik Combine Cycle. Pada praktiknya siklus tersebut disesuaikan dengan
kebutuhan listrik masyarakat. Misalnya hanya diinginkan Open Cycle karena
pasokan daya dari Open Cycle sudah memenuhi kebutuhan listrik masyarakat.
Sehingga stack holder yang membatasi antara cerobong GTG dan HRSG dibuat
close, dengan demikian gas buang dialirkan ke udara melalui cerobong Exhaust,
apabila dengan Open Cycle kebutuhan masyarakat belum tercukupi maka diambil
langkah untuk menerapkan Combine Cycle atau Close Cycle. Namun demikian
dalam system mekanik elektrik, suatu mesin akan lebih baik pada kondisi
Continous Running. Apabila mesin berhenti akan banyak mengakibatkan korosi,
perubahan setting, mur atau baut yang mulai kendur dan sebagainya . se;ain itu
dengan continuous running lebih mengefektifkan daya, sehingga daya yang akan
dihasilkan lebih besar.

3.3. Sistem Eksitasi Pada Gas Turbine


Komponen utama dari rotor sebuah generator adalah magnet. Magnet ini
dapat berupa magnet permanen maupun magnet yang dibangkitkan dengan
menggunakan kumparan. Pada generator yang menggunakan kumparan sebagai
magnet buatan, maka dibutuhkan arus listrik yang mengalir ke kumparan tersebut.
Proses dari pembangkitan medan magnet secara buatan pada generator inilah yang
disebut dengan proses eksitasi.

32
Pada generator dengan sistem eksitasi, besar tegangan listrik yang dihasilkan
oleh generator sebanding dengan besar medan magnet di dalamnya, sedangkan
besar medan magnet ini sebanding dengan besar arus eksitasi yang dibangkitkan.
Maka, jika arus eksitasi sama dengan nol, maka tegangan listrik juga sama dengan
nol. Atas dasar ini, sistem eksitasi dapat dikatakan sebagai sebuah
sistem amplifier, dimana sejumlah kecil daya dapat mengontrol sejumlah daya
yang besar. Prinsip ini menjadi dasar untuk mengontrol tegangan keluaran
generator, jika tegangan sistem turun maka arus eksitasi harus ditambah, dan jika
tegangan sistem terlalu tinggi maka arus eksitasi dapat diturunkan.(Pratama,
2012)
Sistem eksitasi mempunyai berbagai fungsi. Fungsi tersebut antara lain :
a. Mengatur tegangan keluaran generator agar tetap konstan (stabil).
b. Mengatur besarnya daya reaktif.
c. Menekan kenaikan tegangan pada pelepasan beban (load rejection).
Karena mempunyai fungsi seperti di atas maka sistem eksitasi harus
mempunyai sifat antara lain ;
a. Mudah dikendalikan.
b. Dapat mengendalikan dengan stabil/ sifat pengendalian stabil.
c. Mempunyai respon/tanggapan yang cepat.
d. Tegangan yang dikeluarkan harus sama dengan tegangan yang
diinginkan.

3.3.1. Sistem Eksitasi Dengan Sikat (Brush Excittion)


Pada system eksitasi dengan menggunakan sikat, sumber tenaga yang
digunakan berasal dari tarfo PPT (Power Potential Transformer), generator arus
searah (DC), maupun generator arus bolak balik (AC) yang di searahkan terlebih
dahulu menggunakan rangkaian rectifier. Jika menggunakan sumber listrik yang
berasal dari dari generator ACatau mengggunakan PMG (Permanent agnet
Generator), medan magnetnya adaah magnet permanen.untuk mengairkan arus
eksitasi dari eksiter utama ke rotor generator, menggunakan slip ring dan sikat

33
arang, demikian juga penyaluran arus ang berasal dari pilot exciter ke main
exciter.(Mayssara A. Abo Hassanin Supervised, 2014)

Gambar 3. 11 Eksitasi Menggunakan Sikat


A. Sistem Eksitasi dengan generator Arus Searah
System eksitasi menggunaan generator arus searah merupakan system
eksitasi konvensional, dimana arus searah dialirkan pada kumparan rotor
diperoleh dari generator arus searah terkopel dengan poros generator
snkron.

Gambar 3. 12 Eksitasi dengan Generator DC


Arus searah yang dihasilkan oleh generator arus searah ini dialirkan
pada kumparan rotor melalui sikat dan slip ring untuk menghasilkan
tegangan induksi pada kumparan stator (jangkar) generator sinkron.

34
Sistem eksitasi dengan menggunakan generator arus searah ini
mempunyai kelemahan antara lain:
a. Generator arus searah yang terkopel pada poros yang sama dengan
generator sinkron menjadi beban tambahan bagi prime mover.
b. Penggunaan sikat untuk menyalurkan arus searah pada rotor
generator sinkron maupun sikat yang terdapat pada generator arus
searah itu sendiri mengakibatkan tegangan jatuh pada sikat yang
menyebabkan rugi-rugi daya yang cukup besar.
c. Penggunaan sikat dan slip ring membutuhkan perawatan yang
tinggi karena sikat harus diperiksa secara teratur.
d. Generator arus searah sendiri memiliki keandalan yang rendah.

Dari masalah tersebut, maka dilakukan pengenbangan terhadap eksitasi


menggunakan generator arus searah

B. Sistem Eksitasi Statis


System eksitasi menggunaan generator arus searah merupakan system
eksitasi konvensional, dimana arus searah dialirkan pada kumparan rotor
diperoleh dari generator arus searah terkopel dengan poros generator
snkron.
Sistem eksitasi statis menggunakan peralatan eksitasi yang tidak
bergerak, yang berarti bahwa peralatan eksitasi tidak ikut berputar bersama
rotor generator sinkron. Pada sistem eksitasi ini, generator tambahan tidak
lagi diperlukan dan sebagai gantinya, sumber eksitasi berasal dari keluaran
generator itu sendiri yang disearahkan terlebih dahulu dengan
menggunakan rectifier.

35
Gambar 3. 13 Sistem Eksitasi Statis
Sistem eksitasi statis mempunyai kualitas yang lebih baik daripada
sistem eksitasi konvensional dengan menggunakan 12 generator arus
searah. Namun penggunaan sikat masih menjadi permasalahan pada sistem
eksitasi ini

36
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Sistem Eksitasi MS 9000 GTG 1.3 PLTGU Tambak Lorok
Sistem eksitasi yang digunakan pada GTG 1.3 (Gas Turbine Generator)
blok 1 merupakan sistem eksitasi SCR Excitation System, yang memiliki jenis
eksitasi statis. Sumber tegangan dari sistem eksitasi ini diambil dari tegangan
output generator yang nantinya akan diturunkan teganganya oleh trafo PPT
(Power Potential Trasformer), kemudian diseahrahkan oleh rangkaian rectifier
agar menjadi arus searah sebagai arus eksitasi generator. Namun jika Ketika
generator dalam keadaaan shut Down maka sumber tegangan eksitasi diambil dari
baterai memalui metode Flashing.

Gambar 4. 1 Blok Diagram Sistem Eksitasi GTG 1.3


Ketka generator melakukan start-up, tenaga listrik pada sistem ekitasi tidak
disuplai oleh tegangan output generator, dikarenakan generator belum dapat
menghasilkan teganan dikarenakan belum memiliki arus eksitasi pada rotor yang
membangkitkan medan magnet ke stator sehingga menghasilkan tegangan.
Pasokan daya untuk sistem eksitasi pada saat keadaan generator Start-up,
dayanya disuplai oleh baterai 125 VDC.

37
Gambar 4. 2 Stationary of Vented Lead Acid Batteries GTG 1.3
Baterai 125 VDC yang digunakan untuk suplai sistem eksitasi berada di
PECC (Packaged Electrical Control Compartment. Jumlah baterai yang berada di
PECC berjumlah 56 baterai yang dirangai secara seri kemudian terhubung dan
terputus oleh kontaktor mnegalirak arus daru baterai dibatasi oleh resistor seri.
Untuk pemberian arus eksitasi pada generator , generator harus mencapai
kecepatan tertentu terlebih dahulu, kecepatanya yaitu 79,5% dari kecepatan
nominal generator barulah eksitasi disuplai dari baterai 125 VDC melalui
kontaktor 41IF, metode ini dikenal sebagai Flashing Strart-up pada eksitasi. Pada
kecepatan 79,5% kontak 41AC menjadi normally closed, Field Flashing tidak
akan muncul sampai dengan kecepatan 95% dari kecepatan nominalnya yakni
3000 rpm. Selama generator berakselerasi mencapai kecepatan ini, arus eksitasi
diatur secara terus-menerus melewati FCB (field circuit breaker).

Selama flashing, power supply terhubung dengan jaringan listrik PLN guna
mendapatkan supply tegangan 1115 VAC. Keadaan ini berlaku sampai 95%

38
kecepatan generator tercapai, generator menuju ke kecepatan penuh tanpa beban.
Ketika keadaan telah dalam kondisi bertegangan tana beban VFNL (Volt Field No
Load). Pada kecepatan 95% selama flashing menghasilkan tegangan pada
kecepatan 95%, yang merupakan suplay tegangan untuk power supply yang
didapat dari tegangan generator yang diturunkan tegnanganya terlebih dahulu oleh
PPT (Power Potential Transformer) kemudian menuju ke power supply yang
diturukan oleh VRAT .

Apabila generator mencapai tegangan nominal dan dapat menghasilkan


teganagn terminal, tegangan ini dihasilkan oleh trafo PPT yang teganganya telah
diturunakn kemudian akan di searahkan. Jika tegangan ini dibawah set point DC
(nilai set point DC sama dengan VFNL saaat off line), sinyal control fasa dari
regulator inner loop meminta keluaran maksimal dari penyearah. Tegangan yang
dihasilkan diterapkan ke medan adalah lebih besar dari tegangan drop yang
dihasilkan oleh arus flashing.tegangan tinggi ini di sebabkan banyak arus yang
mengalir kedalam medan dan sedikit arus dari baterai sebagai tegangan medan
kembali bias menuju baterai hasil tegangan terminal generator lebih lanjut
meningkatkan tegangan medan, sehingga tegangan medan dengan sangat cepat
mendekati VFNL sebagai kecepatan turbin dan tegangan terminal di
bangkitkan.sebagai tegangan medan menjadi sama dengan dan lebih besar dari
125 VDC, arus baterai didalam medan menjadi no, dan untuk mencegah tegangan
mengisi baterai di blok menggunakan diode.

Ketika start-up turbin keluaran regulator inner loop aktif menyediakan


sinyal control fasa ke sistem penyearah. Sehingga Ketika tegangan dari generator
feedback melalui PT (Potential Transformer) dan AVR, SCR akan menyearahkan
tegangan AC menjadi tegangan DC sesuai dengan nilai setpoint DC yang
kemudian digunakan sebagai arus medan rotor.

Pengaturan eksitasi secara otomtis yaitu mengacu pada tegangan output


generator stabil pada tegangan 11.5 KV, tegangan ini terdeteksi oleh voltage
sensor hasil pembacaan sensor tegangan tersebut informasinya akan di teruskan
ke AC regulator, kemudian AC SVA (AC Static Voltage Adjuster), yang

39
memasukan nilai teganaggn sesuai kebutuhan generator gas turbin,selanjutnya
dari AC regulator,masuk ke AC gate atau AC/DC transfer SH06A. nilai yan
keluar pada AC gate akan menjadi referensi Field Volage Gemerator. Apabila
terjadi gannguan pada sistem control eksitasi, pengaturan akan berpindah dari
otomatis ke manual, dari AC gate ke DC gate, dimana arus eksitasi pada
sebelumnya menggunakan referensi pada tegangan output generator, berbalik
hanya mengcu pada tegangan keluaran rotor, yang menuju ke Field Voltage
Transducer.

4.2. Peralatan Eksitasi GTG 1.3 PLTGU Tambak Lorok


Peralatan utama pada sistem eksitasi GTG 1.3 PLTGU Tambak Lorok
dibagi menjadi 2 bagian peralatan utama berdasarkan pada ruang eksitasi GTG 1.3
yaitu bagian Trafo PPT (Power Potential Transformer) dan bagain Regulator/
Rectifier Package.
4.2.1. Trafo PPT & PT
trafo yang digunakan pada sistem eksitasi statis terdiri dari 2 tipe trafo
yaitu trafo PPT (Power Potential Transformer) dan trafo PT (Potentia
Transformer). Kedua trafo tersebut berjenis trafo kering (Dry Transdormer).
Trafo PPT berfungsi seabagai penurun tegangan terminal generator yang besar
teganganya sebesar 11.5 KV diturunkan menjadi 585 V. kemudian melewati
kontak 41AC menuju ke sistem penyearah dimana keluaranya berupa arus medan
yang digunaan untuk eksitasi generator. Tegangan sekunder dari PPT juga
digunakan untuk supply power supply yang teganganya akan diturunkan lagi oleh
VRAT menjadi 115 VAC melalui kontak 83VR. Sedangkan trafo PT memiliki
fungsi menyalurkan tegangan generator menuju AVR, kemudian di proses untuk
dibandiingan dengan nilai set point DC.
4.2.2. Sistem Regulator
sistem ini terdiri dari semua komponen pengatur dan pengontrol sirkit atau
rangkaian untuk sistem eksitasi komponen yang ada pada sistem reglator antara
lain :
A. Interface Module, adalah perangkat yang menyediakan isolasi antara
control 125 VDC control signal dan 24 VDC PWB (Printed Wiring

40
Board) control. Sebagian besar signal, pengaturan kendali, indicator,
dan alarm terhubung dengan perangkat ini.
B. Signal Conditioner, merupakan perangkat atau modul yang
mengisolasi rangkaian control regulator dari trafo PT. dan juga pada
tegangan sekunder dari trafo PPT diubah menjadi 30-47 VAC untuk
digunakan pada rangkaian SCR Firing Circuit. Sinyal tegangan Trafo
PT di turunkan menjadi 25-35 VAC untuk digunakan oleh AC
Regulator. Untuk menyediakan level sinyal rendah. Dan pada alat ini
terdapat potensiometer AC dan DC Regulator set point yaitu (90P,
90R1, 90R5, dan 90R6).
C. Rack Assembly, terdiri dari Sirikit control elektronik (kecuali
transducer dan Gate Driver) yang di gunakan pada sistem eksitasi.
Sebagian besar fungsinya digunakan untuk plug-in PWB, sehingga
setiap PWB memiliki fungsi tertentu. Setiap PWB disediakan control
dan tes point untuk pemeliharaan normal berkala.
D. Power Supply, merupakan modul yang berfungsi sebagai penyedia
daya untuk regulator, firing, dan rangkaian control. Sumber daya
power supply berasal dari trafo PPT dan melalui auto transformer
Ketika unit dalam keadaan black start. Semua Sirikit control yang di
gunakan oleh sistem eksitasi, yang membutuhkan tegangan level
rendah sumbernya berasal dari power supply yang teganganya di bagi
menjadi +15VDC, -15VDC, 24VDC, +36VDC, dan -18 VDC
E. Control Panel, adalah perangkat yang terdiri dari High Level dan high
current circuity yang terhubung dengan. Pada panel ini terdapat start
up contactor (41IF), fuses, auxiliary relays (59E-3X, 59EZ, 59E), dan
transducer (DCPT)
4.2.3. Sistem Penyearah
Pada sistem penyearah terdidri dari proses konversi tegangan (AC to
DC) , sistem penyearah yang digunakan pada GTG 1.3 merupakan sistem
penyearah tipe hybrid bridge (SCR dan Dioda) dimana rangkaian jembatan daya
mengonversikan tegangan AC yang berasal dari trafo PPT menjadi tegangan DC

41
untuk field. Rangkaian penyearah ini memiliki tipe pendingin alami dan memiliki
heat sinks.
Sumber tegangan masukan menju jembatan SCR adalah dari sekunder
PPT melalui pemutus tegangan kontak aau breaker 41 AC. Keluaran penyeara
terhubung secara langsung dengan medan generator melalui field circuit breaker.
Jembatan SCR beroperasi sebagai variable sumber tegnagn DC fasa dikendalikan
untuk control arus medan generator, seperti yang diperlukan oleh regulator AC
dan DC.

4.3. Pemeliharaan Sistem Eksitasi Pada GTG 1.3 PLTGU Tambak Lorok
Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah serangkaian tindakan
atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi dan meyakinkan bahwa
peralatan dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah
terjadinya gangguan yang menyebabkan kerusakan. Tujuan pemeliharaan
peralatan listrik tegangan tinggi adalah untuk menjamin kontinyunitas penyaluran
tenaga listrik dan menjamin keandalan, antara lain :
1. Untuk meningkatkan reliability, availability dan effiency.
2. Untuk memperpanjang umur peralatan.
3. Mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau kerusakan peralatan.
4. Meningkatkan Safety peralatan.
5. Mengurangi lama waktu padam akibat sering gangguan.
Dalam hal pemeliharaan listrik khususnya kelistrikan PLTGU Tambak
Lorok ada berbagai metode dalam menghimpun data pemeliharan antara lain
melakukan pemeriksaan monitoring ,mencatat, meraba serta mendengar dan
melakukan kalibrasi pengujian. Pemeliharan diadakan apabila teknisi telah
diberikan perintah untuk melakukan pemeliharaan atau maintenance di alat
tertentu dan dilokasi tertentu, perintah (work order) tersebut dapat dilihat di
aplikasi, yang perintahnya oleh supervisor bagi teknisinya untuk melakukan
pemeliharaan.

42
Gambar 4. 3 Work Order Supervisor ke Teknisi
Pada saat melakukan pemeliharaan teknisi di temani oleh beberapa astek
(asisten teknisi) yang juga biasa disebut helper, yang membantu teknisi dalam
menyelesaikan work order dari supervisor. Pemeliharaan dihitung dalam satu
minggu dalamsetahun, jadi semua komponen PLTGU dapat terpelihara secara
merata.
4.3.1. Pengukuran Massa Jenis Baterai
Pada elektrolit baterai memiliki berat jenis sebesar 1,26 sedangkan berat
jenis air sebesa 1,00 shingga jika muatan listrik berkurang maka berat jenis
elektrolit pada baterai semakin turun mendekati 1,00. Berat jenis standar
ditentukan pada temperature 20 derajat Celcius. Dan perlu diketahui bahwa berat
jenis dari elektrolit ini akan mengalami perubahan sebesar 0,0007 setiap terjasi

43
kenaikan suhu sebesar 1 derajat celcius. Adapun cara mengukur massa jenis
elektrolit baterai antara lain :
1. Menyiapkan kertas cacatan hasil pengukuran
2. Menyiapkan alat ukur hydrotester mrerk anton paar DMA-35.
3. Setelah alat lengkap, selanjutnya melakukan pengukuran massa jenis
elektrolit, dengan cara memasukan selang hydrometer ke lubang cairan
elektrolit baterai.
4. Setelelah selang masuk pada lubang cairan, tekan tombol merah dan
lepaskan agar cairan dalam baterai terhisap.

Gambar 4. 4 Hydrometer Anton Paar DMA 35

5. Setelah itu hasil pengukuran tampil pada layar digital hydrometer


DMA
35

44
Gambar 4. 5 Tampilan Pengukuran Hydrometer
4.3.2. Pemeriksaan Sikat Arang
Pemeriksaan sikat arang merupakan hal sangat penting pada sistem eksitasi
statis dikarenakan sikat arang atau sikat karbon memiliki fungsi untuk
mengalirkan arus penguat exciter ke komponen bergerak generator. hal yang perlu
di lakukan Ketika melakukan maintenance sikat arang yaitu :
1. Mempersiapkan sikat arang yang baru, digunakan Ketika mengganti
sikat yang telah aus.
2. Sarung tangan, digunakan Ketika saat pemasangan sikat arang, jika sikat
arang perlu diganti.
3. Kontak cleaner dan lap kering.
4. Ketika semua peralatan siap, selanjutnya membuka end shield casing
pada GTG, untuk dilakukan maintenance untuk sikat arang.
5. Selanjutnya periksa baut-baut pada dudukan sikat arang.

45
6. Memeriksa kekotoran dudukan sikat arang, dan membersihkan dengan
kuas Ketika kotor

Gambar 4. 6 Sikat Arang/carbon GTG 1.3


7. Apabila sikat arang, memiliki tekanan yang rendah terhadap slipring
atau sudah aus, maka perlu dilakukan penggantian sikat arang yang baru

4.3.3. Pemeriksaan Slip Ring


Slip ring merupakan komponen yang bergerak pada sistem eksitasi stastis
GTG 1.3, dan merupakan komponen yang berfungsi sebagai media sikat
arang untuk menyuplai listrik DC ke rotor generator untuk
membangkitkan medan magnet pada stator, karena slip ring merupakan
komponen yang bergerak maka perlu di periksa agar tidak terjadinya
percikan api dikarenakan gesekan yang tidak merata dengan sikat arang

46
hal seperti ini terjadi karena permukaan slip ring terjadi kecacatan lecet di
karenakan penggunaan generator yang lama dalam pembangkitan energi
listrik.

4.3.4. Pemeliharaan Trafo PPT

Trafo PPT (Power Potential Transformer) yang digunakan pada GTG 1.3
PLTGUU Tambak Lorok merupakan trafo yang bertipe kering (Dry Type
Transformer). Trafo ini memerlukan pemmeliharaab untuk memastikan bahwa
trafo dapat beroperasi dengan baik. Frekuensi pemeriksaaan pada trafo PPT
tergantung dari operasional dari GTG 1.3 itu sendiri ataupun lokasi trafo PPT
tersebut, lokasi trafo PPT GTG 1.3 terletak pada ruangan Generator Excitation
Compartment yang merupakan tempat yang tertutup sehingga debu maupun uap
kimia dapat terminimalisir.

Gambar 4. 7 Lokasi Trafo PPT pada GTG 1.3


Untuk pemeliharaan rutin dilakukan dengan cara mengecek kebersihan,
cover, fan, motor, dan aksesoris yang lain. Yang harus dilakukan secara rutin pada
pemeliharaan trafo PPT yaitu Cleaning Cover untuk memastikan trafo kering dan

47
bersih. Kemudian beberapa pekerjaan untuk pengecekan rutin trafo PPT yang
beroperasi yaitu dengan memantau arus, tegangan, temperature, dan memantau
sistem cooling (duct, fan).

Gambar 4. 8 Cleaning dan Pengujian pada Trafo PPT GTG 1.3


Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemeliharaan trafo PPT antara lain:

1. Menyiapkan kain dan kuas sebagai alat pembersih


2. Menyiapakan contact cleaner atau WD-400 dan tool kit.
3. Setelah persiapan telah selesai maka selanjutnya mengecek belitan atau
isolator, apabila terjadi kekotoran maka harus di bersihkan dengan kain lap
atau kuas.
4. Periksa baut-baut yang ada apabila terjadi karat maka di semprotkan
dengan cairan WD-400.
5. Apabila jadwal pengujian telah tiba sesuai yang ada pada Work Order,
pengujian tah anan isolasi perlu dilakukan

48
Gambar 4. 9 Pengukuran Tahanan Isolasi PPT di GTG 1.3
persiapan yang harus dilakukan dalam pengukuran tahanan isolasi trafo PPT
antara lain :

a) Merpesiapkan alat ukur Kyoritsu High Voltage Insulation Tester Model


3125.
b) Mempersiapkan toolset yang diperlukan
c) Lepaskan konduktor pada terminal peralatan yang akan diukur serta tanda
konduktor yang di lepas.
d) Mempersiapkan catatan untuk pengukuran
e) Setelah persiapan selesai, hubungkan probe alat ukur pada terminal trafo
PPT.
f) Putar skala ukur dari off ke skala 5000 V
g) Tekan tombol merah sambil diputar sehingga terkunci pada alat ukur

49
Gambar 4. 10 Pengukuran Tahanan Isolasi dengan Insulation Tester Kyoritsu

h) Amati hasil pengukuran dan catat perubahan nilai tahanan isolasi setiap 1
menit pengukuran apabila hasil pengukuran dibawah 1 Mega Ohm maka
kondisi dari penghatar dipertanyakan, apabila dari hasil pengukuran
tahanan isolasi besranya 1,25 keatas maka kondisi suatu penhantar trafo
tersebut dalam keadaan baik.

50
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan pembelajaran dilapangan selama Kerja
Praktek di PT. Indonesia Power Semarang PGU diperoleh beberapa kesimpulan
bahwa :
1. Sistem eksitasi merupakan sistem suplai listrik DC (arus searah)ke rotor
generator untuk membangkitkan medan magnet rotor ke stator sehingga
generator dapat menghasilkan listrik sesuai dengan besar arus
eksitasinya.
2. Sistem eksitasi pada PLTGU Tambak Lorok memiliki jenis eksitasi
statis yang bertipe MS 9000 Exciter yang merupakan perangkat Exciter
dari perusahaan General Electric.
3. Pemelihharaan Exitasi di GTG 1.3 blok 1 PLTGU tambak lorok yaitu
meliputi Pembersihan, Pengukuran, monitoring dan Koreksi.
4. Komponen yang perlu di perhatikan dalam pemeliharaan eksitasi yaitu
slip ring, dan sikat arang agar proses suplay listrik DC ke generator
dalam keadaan lancar sehingga mengurangi terjadinya gangguan dan
koreksi yang lama.

5.2. Saran
5.2.1. Saran Untuk Laporan
1. Sistem eksitasi yang di gunakan oleh PT. Indonesia Power
Semarang PGU khususnya pada PLTGU Tambak Lorok, ialah
sistem eksitasi General Electric MS 9000, dimana eksitasi ini
merupakan eksitasi model lama yaitu sistem eksitasi yang
digunakan sejak tahun 1993. Diharapkan perusahaan dapat
meningkatkan sistem eksitasi dengan model baru guna
meningkatkan kehandalan suatu tegangan output generator.
2. Pada sistem eksitasi menggunakan sikat karbon tingkat
keamananya masih kurang dibandingkan dengan eksitasi tanpa
menggunakan sikat, dikarenakan percikan api kemungkinan terjadi

51
apabila terjadi gesekan antara sikat dan slip ring yang dapat
membahayakan pekerja. Diharapkan perusahaan dapat mengganti
sistem eksitasi tersebut dengan sistem eksitasi tanpa sikat, sehingga
dapat meminimalisir kecelakaan kerja.

5.2.2. Saran Untuk Universitas


1. Universitas sebaiknya memperluas jaringan ke perusahaan-
perusahaan yang ada di daerah setempat agar mahasiswa dapat
mendapatkan tempat KP dengan akses yang mudah.
2. Sebaiknya dosen pembimbing memberikan sedikit pembekalan
Ketika mahasiswa bimbinganya ingin praktik di perusahaan
tertentu agar mahasiswa bimbinganya lebih antusias dan proaktif
pada saat magang karena petunjuk awal yang diberikan oleh
pembimbing dan meminimalisir Culture Shock.

52
DAFTAR PUSTAKA

Alyah, M. (2015). Combined Cycle Power Plants Working Group Members.


91(September).

Kamal, M. (2017). Penerapan Automatic Voltage Regulator pada Sistem Eksitasi


Harmonik Generator Satu Fasa. 1–7.

Gusni, N., Firdaus, F., & Fahdiyalhaq, A. (n.d.). Pembangkit Listrik Tenaga Gas.

Suryady, S., & Susanto, T. (n.d.). Sistem Kerja Heat Recovery Steam Generator
(HRSG) terhadap Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap ( PLTGU).

Yohana, E., & Priambodo, A. (2012). analisa efisiensi low pressure HRSG pada
PLTGU PT.Indonesia Power UBP Semarang. Rotasi Jurnal Teknik Mesin,
141(1), 7–9.

Prastika, P. L. (2015). Analisa Peningkatan efisiensi dari combined cycle power


plant. Seminar Nasional Teknik Mesin, 430–436.

Kamal, M. (2017). Penerapan Automatic Voltage Regulator pada Sistem Eksitasi


Harmonik Generator Satu Fasa. 1–7.

Electric, G. (1992). MS-9000 Gas Turbine Servlce Manual Instructions Potential


Source Excitation System For Gas Turbines.

Wahyudiyanto, D. B. (2009). Laporan kerja praktek pemeliharaan trafo distribusi


dan program management pendataan kva trafo pt.pln (persero) apj bandung.

PT. Indonesia Power, Profil perusahaan PT. Indonesia Power


https://www.indonesiapower.co.id. Diakses pada 28 September 2021.

Anda mungkin juga menyukai