Diajukan Oleh:
NIM : 30601800006
Disusun Oleh :
……………………………….
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah puji syukur di panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Karunia,
Hidayah, dan Kenikmatan iman serta kesehatan yang telah diberikan kepada kita.
Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktek berjudul ””
Kerja Praktek yang dilaksanakan oleh penulis dimulai pada tanggal 1 s/d 30
September 2021, tidak lepas dari dukungan dari banyak pihak. Dengan tulus
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
2. Kedua orang tua saya, Bapak dan Ibu yang telah banyak membatu
dukungan dan doa, selalu menyemangati dan selalu sayang kepada
saya serta memberi materil.
4. Jenny Putri Hapsari, ST., MT. selaku ketua jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri Univesitas Islam Sultan Agung
Semarang.
iii
7. Bapak Agus Widiyanta sebagai Supervisor Senior Pemeliharaan
Listrik dan Pembimbing Lapangan saya di PT. Indonesia Power UP
Semarang.
9. Mas Aga, Mas Ari, Mas Edo, Mas Adi, dan Mas Bori Tim Teknisi
Pemeliharaan Blok 1 PLTGU Tambak Lorok yang selalu
memberikan arahan serta ilmu keteknikan yang di terapkan di
PLTGU blok 1
10. Pak Teguh dan Pak Fendi sebagai asisten teknisi yang selalu
memberikan candaan serta nasihat
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas
segala dukungan, semangat, ilmu dan pengalaman yang diberikan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang ada pada laporan kerja praktik
ini. Oleh karenanya penulis menerima saran dan kritik dari semua pihak agar
menjadi bahan perbaikan dalam penyusunan laporan kedepannya. Semoga laporan
kerja praktik ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya..
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
iv
A Muhammad Hario Mattuppuang
v
ABSTRAK
Sistem eksitasi merupakan suatu sistem yang memiliki peranan penting
dalam berlangsungnya proses produksi energi listrik di PLTGU Tambak Lorok.
Tanpa adanya sistem eksitasi, generator tidak dapat menghasilkan tegangan listrik,
oleh karena itu sistem eksitasi pada generator merupakan proses yang vital dalam
proses pembangkitan energi listrik fungsi dari sistem eksitasi yaitu memberikan
supply listrik DC pada generator sehingga generator dapat menghasilkan
tegangan, tegangan yang di keluarkan oleh generator tergantung besar arus
eksitasi yang diberikan. Karena sistem eksitasi sangat penting peranya untuk
generator, oleh karena itu perlu diadakanya pemeliharaan secara berkala pada
sistem eksitasi Exciter) sehingga mengurangi kemungkinan kegagalan eksitasi
pada sinkron atau terjadinya trip secara iba-tiba pada Gas Turbine Generator 1.3
PLTGU Tambak Lorok, dan meningkatkan safety pada peralatan eksitasi,
sehingga dapat mengurangi lama waktu padam akibat sering terjadinya gangguan.
Laporan Kerja Praktek ini membahas tentang sistem eksitasi serta
pemeliharannya, diharapkan mahasiswa dapat belajar terkait dengan sistem
eksitasi statis pada PLTGU Tambak Lorok PT. Indonesia Power Semarang PGU.
DAFTAR ISI
vi
LAPORAN KERJA PRAKTIK.............................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
ABSTRAK..............................................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah...................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan Laporan.........................................................................2
1.4. Waktu dan Lokasi Praktik Kerja Industri..................................................3
1.5. Tujuan Kerja Praktik.................................................................................3
1.6. Metode Pengambilan Data........................................................................4
1.7. Sistematika Penyusunan Laporan..............................................................4
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN.....................................................6
2.1. Sejarah PT Indonesia Power......................................................................6
2.2. Visi, Misi, Motto PT Indonesia Power......................................................6
2.3. Makna dan Bentuk Logo PT Indonesia Power..........................................6
2.4. Nilai Perusahaan........................................................................................7
2.5. Bisnis Utama PT Indonesia Power............................................................9
2.6. Semarang PGU (Power Generation Unit)...............................................13
2.7. Lokasi PT Indonesia Power Semarang PGU...........................................15
2.8. Struktur Organisasi PT Indonesia Power Semarang PGU......................16
BAB III DASAR TEORI.....................................................................................18
3.1. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).................................................18
3.2. Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU)......................................23
3.3. Sistem Eksitasi Pada Gas Turbine...........................................................32
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................36
4.1. Sistem Eksitasi MS 9000 GTG 1.3 PLTGU Tambak Lorok..................36
4.2. Peralatan Eksitasi GTG 1.3 PLTGU Tambak Lorok..............................39
vi
4.3. Pemeliharaan Sistem Eksitasi Pada GTG 1.3 PLTGU Tambak Lorok...41
BAB V PENUTUP................................................................................................50
5.1. Kesimpulan..............................................................................................50
5.2. Saran........................................................................................................50
5.2.1. Saran Untuk Laporan.......................................................................50
5.2.2. Saran Untuk Universitas..................................................................51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Peranan PT Indonesia Power Dalam Bisnis Ketenaga Listrikan.......6
Gambar 4. 1 Blok Diagram Sistem Eksitasi GTG 1.3...........................................36
Gambar 4. 2 Stationary of Vented Lead Acid Batteries GTG 1.3.........................37
Gambar 4. 3 Work Order Supervisor ke Teknisi...................................................42
Gambar 4. 4 Hydrometer Anton Paar DMA 35.....................................................43
Gambar 4. 5 Tampilan Pengukuran Hydrometer...................................................44
Gambar 4. 6 Sikat Arang/carbon GTG 1.3............................................................45
Gambar 4. 7 Lokasi Trafo PPT pada GTG 1.3......................................................46
Gambar 4. 8 Cleaning dan Pengujian pada Trafo PPT GTG 1.3...........................47
Gambar 4. 9 Pengukuran Tahanan Isolasi PPT di GTG 1.3..................................48
Gambar 4. 10 Pengukuran Tahanan Isolasi dengan Insulation Tester Kyoritsu....49
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Teknologi yang ada pada zaman sekarang perkembanganya semakin pesat
membuat manusia juga harus mengikuti perkembangan teknologi. Seperti tenaga
kerja, saingan anak bangsa bukan lagi sesama anak bangsa melainkan tenaga kerja
ahli dari luar negeri. Hal ini memaksa mahasiswa untuk meningkatkan kualitas
diri baik dalam bidang akademik maupun nonakademik.
Mahasiswa merupakan generasi penerus yang akan memikul tanggung
jawab untuk menunjang kesuksesan pembangunan nasional serta memajukan
kesejahtraan bangsa. Bagi mahasiswa, kebutuhan softskill yang cakap dalam
dunia kerja menuntut adanya pelatihan dan bimbingan langsung secara signifikan
dari pihak-pihak terkait di dunia kerja. Kerja Praktek sendiri adalah kegiatan
mahasiswa yang dilakukan di instansiatau perusahaan terkait yang dimaksudkan
untuk meningkatkan kualitas mahasiswa lewat pengalaman praktis di dunia kerja
guna penguasaan materi teoritis serta empiris yang telah di ajarkan dibangku
kuliah sehingga dapat di aplikasikan oleh mahasiswa sebagaimana mestinya.
Menyadari akan hal ini Universitas Islam Sultan Agung Semarang
(UNISSULA) khususnya program studi Teknik Elektro menghadirkan mata
kuliah Kerja Praktek (KP) sebagai sarana untuk latihan mengembangkan dan
menerapkan ilmu pengetahuan teoritis yang diperoleh di bangku kuliah. Selain itu
dengan kerja praktek akan diperoleh gambaran yang jelas tentang berbagai hal
yang akan mahasiswa hadapi pada dunia kerja nanti.
PT Indonesia Power merupakan sebuah perusahaan di bawah naungan PT
PLN yang menjalankan usaha komersial pada bidang pembangkitan tenaga listrik.
Saat ini Indonesia Power merupakan perusahaan pembangkitan listrik dengan
daya listrik terbesar di Indonesia.
Cikal bakal perusahaan ini adalah PT Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa
Bali I (PLN PJB I), yang didirikan pada tanggal 3 Oktober 1995 sebagai anak
perusahaan PLN yang waktu itu baru saja berubah statusnya dari Perum menjadi
1
Persero. Pada tanggal 3 Oktober 2000, PJB I berubah nama menjadi PT Indonesia
Power.
Semarang Power Generation Unit (PGU) mengoperasikan Pusat Listrik Tenaga
Gas (PLTG), Pusat Listrik Tenaga Gas & Uap (PLTGU) dan Pusat Listrik Tenaga
Uap (PLTU) yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah. Semarang PGU memiliki
total kapasitas sebesar 1.238,3MW yang memegang peranan yang penting dalam
menjaga keandalan dan mutu sistem kelistrikan Jawa Bali terutama Jawa Tengah.
Dalam dunia pembangkit listrik tidak dapat dipungkiri dalam menghasilkan
listrik di perlukan komponen yang Bernama generator, generator merupakan
komponen yang menghasilkan energi listrik dari proses energi mekanik,disamping
itu generator listrik membutuhkan eksitasi, eksitasi adalah suatu sistem pemasok
listrik DC pada rotor generator sehingga dapat menghasilkan listrik dengan
membangkitkan medan listrik pada rotor ke stator sehingga, besar tengangan
yang dihasilkan oleh generator tergantung pada besar arus eksitasinya.
Oleh karena pemeliharaan pada sistem exitasi sangat penting untuk
dilakukan agar generator dapat menghasilkan tegangan yang stabil terhadap beban
listrik dari konsumen maupun penggunaan listrik sendiri pada area pembangkit.
Pemeliharaan pada sistem eksitasi ini dilakukan secara berkala agar kelistrikan
masyarakat tetap stabil dan handal, sehingga generator tidak terjadi gangguan
ketika menghadapi variasi tegangan yang diakibatkan oleh penggunaan konsumen
karena dukungan sistem eksitasi atau Exciter.
Dengan diakakan Kerja Praktek ini, peulis dapat menimba ilmu dari
perusahaan dari segi teori maupun praktik dari berbagai narasumber yang ada di
PT. Indonesia Power Semarang PGU, dan penulis dapat memperoleh dan
membagikan pengalaman dalam bidang Pembangkit Tenaga Listrik untuk
masyarakat di kemudian hari.
2
1.3. Tujuan Penulisan Laporan
Penyusunan laporan ini merupakan tujuan penulis yaitu :
- Sebagai media literasi dari fungsi dari sistem eksitasi
- Menuangkan teori dan pengalaman pada saat pengalaman KP terkait
sistem kera eksitasi pada GTG 1.3.
- Sebagai media textual tentag pemeliharaan eksitasi pada GTG 1.3
PLTGU Tambak Lorok.
3
1.6. Metode Pengambilan Data
Dalam penulisan laporan ini ada beberapa metode yang dilakukan untuk
menghimpun informasi yang ada pada pelaksanaan kerja praktek. Adapun metode
yang dilakukan yaitu :
a. Observasi
Metoe observasi merupakan metode dengan melakukan pengamatan
langsung ke objek, sehingga di hasilkan informasi berupa sisem kerja
dan data actual yang di perlukan untuk penyusunan laporan
b. Interview
Metode ini dilakukan dengan menanyakan suatu pertanyaan terkait
bahasan yang ingin ditanyakan kepada teknisi, tutor, maupun
pembimbing lapangan secara lisan sehingga didapatkan informasi yang
jelas
c. Searching
Searching merupakan metode yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi secara cepat melalui akses internet guna dapat mengakses web
atau laman yang mengandung informasi terkait penelitian.
d. Literature
Literature merupakan metode menghimpun informasi melalui buku-buku
atau jurnal yang di dapatkan dari perpustakaan atau pada web resmi
instansi yang menyediakan informasi terkait dengan penelitian yang
sedang dilakukan.
BAB I : PENDAHULUAN
4
BAB II : TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Berisi tentang profil dan sejarah perusahaan tempat kerja praktek, penjelasan
tentang proses bisnis maupun produksi perusahaan
BAB IV : PEMBAHASAN
BAB V : PENUTUP
Memaparkan tentang kesimpulan dari hasil Laporan yang telah disusun dan saran
untuk pengembangan selanjutnya
5
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah PT Indonesia Power
Indonesia Power merupakan salah satu anak Perusahaan PT PLN (Persero)
yang didirikan pada tanggal 3 Oktober 1995 dengan nama PT PLN Pembangkitan
Jawa Bali I (PT PJB I). Pada tanggal 8 Oktober 2000, PT PJB I berganti nama
menjadi Indonesia Power sebagai penegasan atas tujuan Perusahaan untuk
menjadi Perusahaan pembangkit tenaga listrik independen yang berorientasi bisnis
murni.
Kegiatan utama bisnis Perusahaan saat ini yakni focus sebagai penyedia
tenaga listrik melalui pembangkitan tenaga listrik dan sebagai penyedia jasa
operasi dan pemeliharaan pembangkit listrik yang mengoperasikan pembangkit
yang tersebar di Indonesia. Selain mengelola Unit Pembangkit, Indonesia Power
memiliki 5 Anak Perusahaan, 2 Perusahaan Patungan (Joint Venture Company), 1
Perusahaan Asosiasi, 3 Cucu Perusahaan (Afiliasi dari Anak Perusahaan) untuk
mendukung strategi dan proses Bisnis Perusahaan.
6
2.3. Makna dan Bentuk Logo PT Indonesia Power
Indonesia Power memiliki Logo seperti Gambar 2.2 berikut :
Dari gambar logo PT Indonesia Power pada gambar 2.2 makna warna
MERAH menunjukan identitas yang kuat dan kokoh sebagai pemilik sumber
daya untuk memproduksi tenaga listrik, guna dimanfaatkan di Indonesia dan juga
di luar negeri. Kemudian makna dari warna BIRU diaplikasikan pada kata
POWER, pada dasarnya warna biru menggambarkan sifat pintar dan bijaksana,
dengan aplikasi pada kata POWER, makna warn aini menunjukan produk tenaga
listrik yang dihasilkan perusahaan memiliki ciri-ciri berteknologi tinggi, efisien,
aman dan ramah lingkungan.
7
Menteri BUMN juga menyampaikan standar baru untuk semua jajarannya,
sebagai panduan professional dan moral para pegawai BUMN seluruh Indonesia.
Poin utama kebijakan Menteri BUMN pada tahun 2020 adalah bekerja profesional
dengan cara; (1) Transparan, (2) Kinerja jelas , dan (3) Kecepatan kerja. Selain
standar kerja tersebut, landasan moral dan etis pegawai BUMN juga ditetapkan.
Kebijakan mengenai ini sebagai penyelarasan surat edaran BUMN No. 35 tahun
2019 tentang pengelolaan BUMN bebas korupsi, serta surat Menteri BUMN No.
35 tahun 2020 pelaksanaan Perpres No.54 tahun 2018 tentang strategi nasional
pencegahan korupsi. Semua BUMN diharuskan menerapkan sistem manajemen
anti penyuapan (SMAP) dengan memperoleh sertifikasi SNI ISO 37001 ahun
2016.
Untuk memudahkan dalam implementasinya, landasan moral pegawai
BUMN ditetapkan dalam enam karakter utama yang disingkat AKHLAK, yaitu;
A: Amanah
K: kompetensi
H: Harmonis
L: Loyalitas
A:Adaptif
K: Kolaborasi
8
Mengambil salah satu karakter AKHLAK, yaitu Adaptif dan Kolaborasi,
maka PLN dan anak-anak perusahaannya berupaya untuk menyesuaikan diri
dengan berbagai dinamika saat ini, baik yang terjadi di tingkat nasional maupun
global.
Adaptif adalah bagian dari dynamic capability dalam strategic
management (wang & ahmed, 2007) dan kolaborasi adalah strategi bisnis di era
disrupsi dari pengembangan resources base view sehingga deperlukan pemimpin
yang memiliki kemampuan strategic change leadership. Pemimpin di BUMN
dituntut menjadi leading change
9
Unit pembangkit Bali memiliki kapasitas sebesar 557 Mega Watt
yang dihasilkan dari proses Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan
Diesel. Unit pembangkit ini berlokasi di Bali
[MW]
Grati POMU 864 PLTGU Pasuruan
PLTD, PLTG
10
Indonesia Power mengoperasikan dan memelihara pembangkit dengan
total kapasitas terpasang sebesar 5.281 MW melalui 13 Operation and
Maintenance Services Unit (OMU).
11
dengan mengaplikasikan teknologi baru yang bersahabat dengan
lingkungan.
12
menyediakan sumber daya manusia terbaik, unggul, dan mumpuni bagi
perusahan Anda.
Solusi komprehensif kami tawarkan melalui program ‘’Beyond kWh”,
yang meliputi seluruh aspek pembangkit antara lain:
- OPERATION & MAINTENANCE SERVICES
- MAINTENANCE, REPAIR & OVERHOUL SOLUTIONS
- OPERATION DEVELOPMENT PROGRAM
- ENTERPRISE ASSET MANAGEMENT
- PRIMARY ENERGY & PORT MANAGEMENT
2.6. Semarang PGU (Power Generation Unit)
Unit Pembangkitan Semarang dibangun pada bulan September 1973 dan
selesai pada tahun 1978 oeh PLN Proyek Induk Pembangkitan Thermis
(PIKITTERM) yang menghasilkan PLTU Unit 1 dan 2 siap untuk dioperasikan.
Sesuai dengan keputusan Kepala Wilayah XIII No. 003/PW/XII/81, pada tanggal
1 Juli 1981 diresmikan PLTU Sektor Semarang Unit 1 dan 2 berkapasitas 100
MW.
13
Tenaga Gas Uap (PLTGU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), dan sebagai
Sub Unit yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).Unit Pembangkitan
Semarang memegang peranan penting dalam menjaga kehandalan dan mutu
sistem kelistrikan Jawa – Bali, Serta memberikan kontribusi Untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) merupakan pembangkit jenis
combined cycle. Pembangkit jenis ini memanfaatkan gas panas pembuangan dari
pembangkit tenaga gas untuk memanasi air dalam pipa-pipa HRSG menjadi uap
untuk menggerakkan turbin uap. Penggunaan teknologi combined cycle
menjadikan operasi pembangkit lebih efisien sebab cara ini memanfaatkan gas
panas pembuangan pembangkit listrik primer menjadi tenaga listrik pada tahap
sekunder. Selain itu, pembangkit tenaga gas merupakan pembangkit yang akrab
dengan lingkungan karena tingkat pembakarannya yang hampir sempurna
menghasilkan emisi karbon dioksida dan limbah lain yang sangat rendah. Jadi,
selain efisien, jenis pembangkit ini merupakan bukti kepedulian terhadap
lingkungan. Sedangkan Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) merupakan jenis
pembangkit yang menggunakan bahan bakar minyak.
14
Terpasang Operasi
(MW)
TAMBAK LOROK GT 1.2 109.65 GE 1993
TAMBAK LOROK GT 1.3 109.65 GE 1993
TAMBAK LOROK ST 1.0 188 GE 1997
TAMBAK LOROK GT 2.1 109.65 GE 1996
TAMBAK LOROK GT 2.2 109.65 GE 1996
TAMBAK LOROK GT 2.3 109.65 GE 1997
TAMBAK LOROK ST 2.0 188 GE 1997
CILACAP 01 0 Westing House 1996
CILACAP 02 0 Westing House 1996
SUNYARAGI 0 Alsthom 1976
PLTD KARIMUNJAWA 4.4 Wartsila 2017
TOTAL DAYA 1.238,3 MW
15
2.8. Struktur Organisasi PT Indonesia Power Semarang PGU
Struktur organisasi merupakan suatu hal yang penting, dimana ini
menunjukan bukan hanya sekedar jalur koordinasi namun juga kejelasan antar
setiap bagian-bagian posisi / jabatan dengan tanggung jawab, fungsi, dan tugasnya
masing-masing. Sebagai sebuah perusahaan, PT. Indonesia Power tentunya
memiliki sebuah struktur organisasi yang jelas.
a. Operasi;
b. Pemeliharaan;
c. Enjiniring;
e. Administrasi
16
Gambar 2. 6 Struktur Organisasi PT Indonesia Power Semarang PGU
17
BAB III
DASAR TEORI
3.1. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)
PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas) merupakan pembangkit Listrik
yang memanfaatkan gas untuk memutar turbin generator. Turbin dan generator
adalah dua komponen dari PLTG yang memiliki poros yang sama atau terkopel,
secara umum pembangkit listrik tenaga gas memiliki prinsip kerja yang sama,
akan tetapi dalam memutar turbin dan generator PLTG menggunakan gas sebagai
pemutar turbine dengan proses Thermodynamic. Selain itu, gas yang dipakai
dalam PLTG bisa dibilang lebih mudah untuk disiapkan daripada uap, sehingga
sebuah PLTG bisa mulai berproduksi dari keadaan “dingin” dalam hitungan
menit, yaitu sekitar 10 sampai 30 menit.(Nursalam, 2016 et al., 2018)
Pada PLTG gas yang keluar dari turbine memiliki suhu yang cukup panas,
yaitu sekitar 560c, oleh karena itu gas buangan dari turbin gas digunakan untuk
memanaskan boiler PLTU sehingga dapat dikatakan Combined Cycle, gas
buangan tersebut di arahkan ke Heat Recovery Steam Generator (HRSG) melalui
Exhaust.
3.1.1 Komponen Utama PLTG
18
Silenccer yang berfungsi sebagai peredam suara yang masuk pada filter
house dan Inlet ducting yang merupakan saluran filterhouse ke compressor.
19
Gambar 3. 3 Centrifugal Compressor
20
oksigen dalam udara akan bereaksi dengan bahan bakar sehingga
menghasilkan panas. Panas tersebut diserap oleh komponen udara sisa
seperti nitrogen sehingga udara hasil pembakaran mengalami semacam
pemuaian secara cepat. Combustion Chamber memiliki beberpa komponen
pendukung yaitu casing, diffuse, dome, injector bahan bakar, ignitor, liner.
4. Turbin Gas
Turbin gas merupakan komponen terpenting pada PLTG tanpa adanya
turbin maka rotor pada generator tidak dapat digerakan. Fungsi turbin gas
yaitu sebahai tempat konversi energi kinetic menjadi energi mekanik. Energi
yang dibangkitkan berasal dari proses konversi energi panas menjadi energi
kinetic dari hasil proses pembakaran pada combustion chamber. Sehingga
daya yang diperoleh turbin gas dapat untuk menggerakan dan memutar
generator listrik.
5. Exhaust
Exhaust merupakan bagian dari PLT yang berfungsi sebagai saluran
pembuangan untuk membuang sisa gas panas yang merupakan gas hasil
kerja dari turbin. Gas Hasil kerja dari turbin gas tersebut selanjutnya keluar
melewati diffuser pada exahaust frame assembly. Kemudian gas tersebut
diarahkan menuju exhaust plenum dan selanjutnya didifusikan serta menuju
atmosfer melewati exhaust stack.
6. Generator
Pada umumnya generator pada pembangkit listrik sama, yaitu memiliki
fungsi pembangkitan listrik melalui proses konversi energi mekanik
pada poros turbin yang terkopel dengan rotor generator. Pengoperasian
generator di dukung oleh alat bantu khusus meliputi jacking oil pump,
exciter, circuit breaker, trafo, auxiliary power system.
21
Turbin Generator(GTG) gas buangannya langsung diarahkan exhaust atau ke
cerobong uap sedangkan pada sikls tertutup GTG gas buang dari turbin diarahkan
ke Precooler agar gas buanganya didinginkan kemudian di proses lagi ke
kompressor
22
menjadi mekanis. Fluida kerja untuk memutar Turbin Gas adalah gas panas yang
diperoleh dari proses pembakaran.(Gusni et al., n.d.)
Untuk memulai pegoperasian gas turbindiperlukan starting equipment
seperti, Crncking Motor , Ignitor, Excitation, Baterai dan Auxiliary Lube Oil.
Yang merupakan subsistem komponen pendukung untuk memulai Gas urbin
Generator (GTG). Pada GTG Blok 1 Tambak Lorok, pengerak awal yaitu
Cranking Motor yang dayanya diambil dari jaringan 150 KV Jawa-Bali yang
sudah diturunkan teganganya menjadi 6.3 KV. Motor tersebut juga berperan untuk
memutar kompresor agar dapat menghisap udara dari Filter House. Jika sudah
mencapai keceatan tertentu Cranking Motor akan lepas dari kopelanya dengan
turbin dan kompresor .
Komponen yang bergerk pada GTG membutuhkan pelumasan agar mesin
berjalan dengan baik, oleh karena itu Auxiliary Oil Lube System berfungsi untuk
memberikan pelumas secara kontinyu kepada motor, turbin, generator,
compressor, dan bearing pada mesin. Udara yang masuk pada compressor akan
bertemuu dengan bahan bakar gas dan pemantik (Ignitor) yang berupa spare
plate/busi pemantik. Ketiga bahan tersebut bertemu di Combustion Chamber.Gas
bumi dapat dikendalikan masuknya ke combustion chamber karena adanya Speed
Ratio Valve (SRV) dan Gas Control Valve (GCV). Ketika elemen bahan bakar
bertemu, maka pemantik memercikan api membakar udara bertegangan yang telah
bercampur dengan gas bumi menjadi gas panas.
23
Gambar 3.6 Siklus Kerja PLTGU Tambak Lorok
Combine Cycle Power Plant memiliki berbagai keuntungan yaitu :
a. Memiliki modal biaya yang rendah dibandingkan dengan pembangkit
tenaga listrik konvensional
b. Memiliki konstuksi yang ringkas, di desain saling terhubung antara
(GTG) Gas Turbie Generator HRSG (Heat Recovery Steam
Generator), dan STG (Steam Turbine Generator).
c. Membutuhkan bahan bakar yang berbiaya rendah dibandingkan bahan
bakar fosil.
d. Memiliki emisi yang lebih sedikit dibandingkan pembangkit tenaga
listrik yang berbahan bakar fosil.
e. Memiliki efisiensi yang tinggi, yaitu sekitar 50-62%. Dalam
pemanfaatan gas buang dari GTG.
24
Gambar 3. 7 Gas Turbine generator 1.3
a. Motor Cranking, adalah motor yang digunakan untuk penggerak
mula pada poros turbin pada saat starting GTG. Sebelum turbin
memiliki tenaga dari proses pembakaran, turbin akan di putar
menggunakan bantuan Motor Cranking.
b. Combustion Chamber, merupakan system ruang bakar atau tempat
untuk melakukan proses pembakaran bahan bakar, dimana setelah
udara bertegangan tinggi dari compressor bertemu dengan bahan
bakar proses pembakaran diawali dengan oemantikan api melalui
igniter yang merupakan pemantik bahan bakar di ruang pembakaran.
c. Kompresor
Kompresor berfungsi untuk menghisap udara dari luar dan
memampatkanya sehingga menjadi udara bertekanan tinggi
kemudian digunakan untuk proses pembakaran dan pendingin turbin.
d. Turbin Gas, merupakan komponen yang berputar oleh gas bahan
bakar yang bertekanan panas yang di hasilkan oleh Combustin
Chamber. Turbin ini terdiri dari sudu yang dirancang sedemikian
rupa sehingga dapat bergerak apabila di aliri gas panas bertegangan
tinggi.
25
e. Air Filter, merupakan komponen yang berfungsi sebagai penyaring
udara yang akan digunakan dalam proses pembakaran dan pendingin
turbin agar lebih bersih dan memenuhi syarat.
f. System Pelumasan (Lube Oil System), komponen yang berfungsi
untuk melumasi komponen yang bergerak pada GTG dan bearing,
disamping itu komponen ini juga menyuplai minyak untuk system
Hydraulic Oil Pump.
g. System Hidrolik (Hydraulic System), komponen ini digunakan untuk
menggerakan main stop valve, dimana dalam mekanisme operasinya
untuk membuka dan menurut main stop valve diperlukan hidrolik
diambil dari Piping System pelumas turbin gas kemudian dipompa
dengan Hydraulic Oil Pump.
h. Control Compartment, merupakan ruangan control kerja generator.
Didalam control compartment atau Panel Control Generator,
terdapat relay pengaman untuk generator.
B. Komponen pada HRSG
26
didihkan mengalami kenaikan suhu. Umumnya condensate preheater
menempati posisi bagian atas sekali daripada posisi pipa-pipa
pemanas yang ada dan diikuti oleh pipa-pipa lainnya.
b. Ekonomiser Adalah alat penukar kalor yang menaikkan suhu air
yang keluar dari FWT HRSG yang tekanannya paling tinggi sampai
ke suhu jenuh. Disini pemanasan dilakukan oleh gas yang keluar dari
pemanas lanjut dan pipa penguap. Ekonomiser ini ada yang
menggunakan pipa biasa dan pipa yang bersirip.
c. Evaporator Air dari tangki melalui ekonomiser ke evaporator. Pada
evaporator dengan adanya pipa penguap akan terjadi pembentukan
uap, dimana media pemanasan dilakukan oleh gas yang keluar dari
pemanas lanjut (superheater). Adapun jenis evaporator yang umum
digunakan, seperti : evaporator bersirkulasi bebas (alami) dan
evaporator sirkulasi paksa.
d. Superheater Alat penukar kalor ini digunakan untuk mengubah uap
jenuh pada evaporator menjadi uap kering. Gas dari buangan turbin
gas mula-mula dilewatkan pada superheater untuk memanaskan uap
pada pipa-pipa superheater. Selanjutnya uap dari superheater ini akan
langsung diteruskan ke turbin uap. Selain komponen-komponen
utama diatas,
C. Komponen pada STG
27
Gambar 3. 9 Steam Turbine Generator 1.0
a. Turbin Uap (Steam Turbine), berfungsi untuk mengekspansi uap
Super Heat hingga menghasilkan energi mekanis untuk menggerakan
generator.
b. Generator, berfungsi untuk mengasilkan energi listrik di mana
dlamnya terjadi proses energi mekanis menjadi energi listrik.
c. Kondensor (Condenser), berfungsi sebagai penampungan air
condensate sekaligus sebagai tempat pendinginan uap bekas hasil
ekspansi turbin uap dimana media air laut digunakan sebagai media
pendinginya.
d. System minyak pelumas turbin uap digunakan untuk melumasi
bearing turbin uap dan bearing generator, dimana pada system ini
terdapat peralatan Main Lube Oil Pump, Lube Oil Pump, Emergency
Oil Pump, dan Lube Oil Cooler.
e. System pendingin Minyak, pelumas digunakan untuk mendinginkan
temperature minyak pelumas yang tinggi setelah digunakan untuk
melumasi bearing-bearing turbin uap dan generator yang kemudian
masuk kedalam Lube Oil Cooler, dimana media pendingin
digunakan adalah air.
3.2.2. Prinsip Kerja PLTGU
Prinsip kerja PLTGU, khususnya di PLTGU Tambak Lorok PT. Indonesia
Power Semarang PGU memiliki 2 Blok dengan konfigurasi sebagai berikut :
28
Tabel 3. 1 Konfigurasi PLTGU Tambak Lorok
PLTGU Tambak Lorok memiliki siklus Combined cycle, dimana gas panas
hasil proses GTG yang bersuhu 560c dari system open cycle dari PLTG yang
keluar dari turbin dimanfaatkan untuk membuat uap yang bertekanan tinggi . Gas
buang tersebut terlebih dahulu diatur oleh selector valve atau diverter dumper
yang juga mengarahkan gas panas menuju HRSG (Heat Recovery Steam
Generator). Aliran air yang dipakai HRSG merupakan Vertical HRSG.
Panas/kalor di pindahkan dari gas buang tersebut seluruhnya berpindah dengan
cara konveksi ke air yang berada dalam pipa. Air sengaja dialirkan berlawanan
arah dengan gas panas agar lebih cepat mendapatkan uap.
29
Gambar 3. 10 Diagram Blok Sederhana Combined Cycle
Dengan adanya konversi energi gas panas bertemu dengan air yang keluar
dari kondensor maka akan menghasilkan uap. Uap nantinya akan terbagi dua
bagian yaitu Low Pressure dan High Pressure.
30
proses lagi ke Evaporator, lalu yang menjadi uap akan dimasukan
kedalam Low Pressur Superheater.
5. Low Pressure Superheater akan memproses uap tadi menjadi lebih
kering dan bertekananm, Setelah itu Uap disalurkan ke LP Steam
Header.
6. Ketika uap Low Pressure dimasukan kedalam turbin akan melewati
dua katup yaitu MSC (Main Stop Valve) untuk menjaga agar benda
asing tidak masuk ke turbin dan MCV (Main Control Valve) untuk
mengatur jumlah tekanan uap yang akan masuk ke turbin, lalu uap
akan memasuki turbin Low Pressure.
B. High Pressure System
1. Air yang keluar dari kondensor utama akan dimasukan ke High
Pressure Economizer untuk dipanaskan sampai suhu tertentu, agar
mempermudah proses penguapan.
2. Air yang sudah keluar dari Economizer selanjutnya akan masuk ke
Daerator untuk dihilangkan non consendable gas dari air.
3. Setelah itu air akan masuk ke High Pressure Drum yang
mempunyai fungsi untuk memisahkan uap dan air, lalu air tersebut
dimasukan ke dalam Low Pressure Evaporator untuk dipanaskan
sampai menjadi uap namun masih tercampur dengan air.
4. Setelah itu uap masuk ke dalam High Pressure Drum untuk
dipisahkan uap dan airm bagi yang menjadi uao akan dimasukan ke
High Pressure Superheater.
5. Low Pressure Superheater akan membuat uap tadi menjadi lebih
kering dan bertekanan tinggi, setelah itu uap dimasukan lagi ke
High Pressure Superheater supaya uap lebih kering kemudian
disalurkan ke High Pressure Steam Drum Header.
6. Saat uap Low Pressure akan dimasukan ke turbin akan melewati
dua katup yaitu MSV untuk menjaga benda asing masuk dan MCV
agar jumlah tekanan yang masuk ke turbin dapat diatur tekanan
31
uapnya, setelah itu uap akan dimasukkan ke High Pressure Steam
Turbine.
Generator yang terkopel oleh kedua turbin tersebut akan berputar dan
menghasilkan tegangan 11,5 KV dan daya 109,65 MW dengan kecepatan putar
turbin 3000 rpm. Uap bekas dari turbin tadi di embunkan lagi di condenser
kemudian air kondensat di pompa oleh condensate pump, kemudian dimasukan
lagi ke dalam daereator dan oleh feed water pump dipompa lagi ke dalam drum
untuk kembali diuapkan.
Daya listrik yang dihasilkan pada proses Open Cycle menghasilkan daya
lebih kecil dibandingkan dengan daya listrik yang dihasilkan pada proses produksi
listrik Combine Cycle. Pada praktiknya siklus tersebut disesuaikan dengan
kebutuhan listrik masyarakat. Misalnya hanya diinginkan Open Cycle karena
pasokan daya dari Open Cycle sudah memenuhi kebutuhan listrik masyarakat.
Sehingga stack holder yang membatasi antara cerobong GTG dan HRSG dibuat
close, dengan demikian gas buang dialirkan ke udara melalui cerobong Exhaust,
apabila dengan Open Cycle kebutuhan masyarakat belum tercukupi maka diambil
langkah untuk menerapkan Combine Cycle atau Close Cycle. Namun demikian
dalam system mekanik elektrik, suatu mesin akan lebih baik pada kondisi
Continous Running. Apabila mesin berhenti akan banyak mengakibatkan korosi,
perubahan setting, mur atau baut yang mulai kendur dan sebagainya . se;ain itu
dengan continuous running lebih mengefektifkan daya, sehingga daya yang akan
dihasilkan lebih besar.
32
Pada generator dengan sistem eksitasi, besar tegangan listrik yang dihasilkan
oleh generator sebanding dengan besar medan magnet di dalamnya, sedangkan
besar medan magnet ini sebanding dengan besar arus eksitasi yang dibangkitkan.
Maka, jika arus eksitasi sama dengan nol, maka tegangan listrik juga sama dengan
nol. Atas dasar ini, sistem eksitasi dapat dikatakan sebagai sebuah
sistem amplifier, dimana sejumlah kecil daya dapat mengontrol sejumlah daya
yang besar. Prinsip ini menjadi dasar untuk mengontrol tegangan keluaran
generator, jika tegangan sistem turun maka arus eksitasi harus ditambah, dan jika
tegangan sistem terlalu tinggi maka arus eksitasi dapat diturunkan.(Pratama,
2012)
Sistem eksitasi mempunyai berbagai fungsi. Fungsi tersebut antara lain :
a. Mengatur tegangan keluaran generator agar tetap konstan (stabil).
b. Mengatur besarnya daya reaktif.
c. Menekan kenaikan tegangan pada pelepasan beban (load rejection).
Karena mempunyai fungsi seperti di atas maka sistem eksitasi harus
mempunyai sifat antara lain ;
a. Mudah dikendalikan.
b. Dapat mengendalikan dengan stabil/ sifat pengendalian stabil.
c. Mempunyai respon/tanggapan yang cepat.
d. Tegangan yang dikeluarkan harus sama dengan tegangan yang
diinginkan.
33
arang, demikian juga penyaluran arus ang berasal dari pilot exciter ke main
exciter.(Mayssara A. Abo Hassanin Supervised, 2014)
34
Sistem eksitasi dengan menggunakan generator arus searah ini
mempunyai kelemahan antara lain:
a. Generator arus searah yang terkopel pada poros yang sama dengan
generator sinkron menjadi beban tambahan bagi prime mover.
b. Penggunaan sikat untuk menyalurkan arus searah pada rotor
generator sinkron maupun sikat yang terdapat pada generator arus
searah itu sendiri mengakibatkan tegangan jatuh pada sikat yang
menyebabkan rugi-rugi daya yang cukup besar.
c. Penggunaan sikat dan slip ring membutuhkan perawatan yang
tinggi karena sikat harus diperiksa secara teratur.
d. Generator arus searah sendiri memiliki keandalan yang rendah.
35
Gambar 3. 13 Sistem Eksitasi Statis
Sistem eksitasi statis mempunyai kualitas yang lebih baik daripada
sistem eksitasi konvensional dengan menggunakan 12 generator arus
searah. Namun penggunaan sikat masih menjadi permasalahan pada sistem
eksitasi ini
36
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Sistem Eksitasi MS 9000 GTG 1.3 PLTGU Tambak Lorok
Sistem eksitasi yang digunakan pada GTG 1.3 (Gas Turbine Generator)
blok 1 merupakan sistem eksitasi SCR Excitation System, yang memiliki jenis
eksitasi statis. Sumber tegangan dari sistem eksitasi ini diambil dari tegangan
output generator yang nantinya akan diturunkan teganganya oleh trafo PPT
(Power Potential Trasformer), kemudian diseahrahkan oleh rangkaian rectifier
agar menjadi arus searah sebagai arus eksitasi generator. Namun jika Ketika
generator dalam keadaaan shut Down maka sumber tegangan eksitasi diambil dari
baterai memalui metode Flashing.
37
Gambar 4. 2 Stationary of Vented Lead Acid Batteries GTG 1.3
Baterai 125 VDC yang digunakan untuk suplai sistem eksitasi berada di
PECC (Packaged Electrical Control Compartment. Jumlah baterai yang berada di
PECC berjumlah 56 baterai yang dirangai secara seri kemudian terhubung dan
terputus oleh kontaktor mnegalirak arus daru baterai dibatasi oleh resistor seri.
Untuk pemberian arus eksitasi pada generator , generator harus mencapai
kecepatan tertentu terlebih dahulu, kecepatanya yaitu 79,5% dari kecepatan
nominal generator barulah eksitasi disuplai dari baterai 125 VDC melalui
kontaktor 41IF, metode ini dikenal sebagai Flashing Strart-up pada eksitasi. Pada
kecepatan 79,5% kontak 41AC menjadi normally closed, Field Flashing tidak
akan muncul sampai dengan kecepatan 95% dari kecepatan nominalnya yakni
3000 rpm. Selama generator berakselerasi mencapai kecepatan ini, arus eksitasi
diatur secara terus-menerus melewati FCB (field circuit breaker).
Selama flashing, power supply terhubung dengan jaringan listrik PLN guna
mendapatkan supply tegangan 1115 VAC. Keadaan ini berlaku sampai 95%
38
kecepatan generator tercapai, generator menuju ke kecepatan penuh tanpa beban.
Ketika keadaan telah dalam kondisi bertegangan tana beban VFNL (Volt Field No
Load). Pada kecepatan 95% selama flashing menghasilkan tegangan pada
kecepatan 95%, yang merupakan suplay tegangan untuk power supply yang
didapat dari tegangan generator yang diturunkan tegnanganya terlebih dahulu oleh
PPT (Power Potential Transformer) kemudian menuju ke power supply yang
diturukan oleh VRAT .
39
memasukan nilai teganaggn sesuai kebutuhan generator gas turbin,selanjutnya
dari AC regulator,masuk ke AC gate atau AC/DC transfer SH06A. nilai yan
keluar pada AC gate akan menjadi referensi Field Volage Gemerator. Apabila
terjadi gannguan pada sistem control eksitasi, pengaturan akan berpindah dari
otomatis ke manual, dari AC gate ke DC gate, dimana arus eksitasi pada
sebelumnya menggunakan referensi pada tegangan output generator, berbalik
hanya mengcu pada tegangan keluaran rotor, yang menuju ke Field Voltage
Transducer.
40
Board) control. Sebagian besar signal, pengaturan kendali, indicator,
dan alarm terhubung dengan perangkat ini.
B. Signal Conditioner, merupakan perangkat atau modul yang
mengisolasi rangkaian control regulator dari trafo PT. dan juga pada
tegangan sekunder dari trafo PPT diubah menjadi 30-47 VAC untuk
digunakan pada rangkaian SCR Firing Circuit. Sinyal tegangan Trafo
PT di turunkan menjadi 25-35 VAC untuk digunakan oleh AC
Regulator. Untuk menyediakan level sinyal rendah. Dan pada alat ini
terdapat potensiometer AC dan DC Regulator set point yaitu (90P,
90R1, 90R5, dan 90R6).
C. Rack Assembly, terdiri dari Sirikit control elektronik (kecuali
transducer dan Gate Driver) yang di gunakan pada sistem eksitasi.
Sebagian besar fungsinya digunakan untuk plug-in PWB, sehingga
setiap PWB memiliki fungsi tertentu. Setiap PWB disediakan control
dan tes point untuk pemeliharaan normal berkala.
D. Power Supply, merupakan modul yang berfungsi sebagai penyedia
daya untuk regulator, firing, dan rangkaian control. Sumber daya
power supply berasal dari trafo PPT dan melalui auto transformer
Ketika unit dalam keadaan black start. Semua Sirikit control yang di
gunakan oleh sistem eksitasi, yang membutuhkan tegangan level
rendah sumbernya berasal dari power supply yang teganganya di bagi
menjadi +15VDC, -15VDC, 24VDC, +36VDC, dan -18 VDC
E. Control Panel, adalah perangkat yang terdiri dari High Level dan high
current circuity yang terhubung dengan. Pada panel ini terdapat start
up contactor (41IF), fuses, auxiliary relays (59E-3X, 59EZ, 59E), dan
transducer (DCPT)
4.2.3. Sistem Penyearah
Pada sistem penyearah terdidri dari proses konversi tegangan (AC to
DC) , sistem penyearah yang digunakan pada GTG 1.3 merupakan sistem
penyearah tipe hybrid bridge (SCR dan Dioda) dimana rangkaian jembatan daya
mengonversikan tegangan AC yang berasal dari trafo PPT menjadi tegangan DC
41
untuk field. Rangkaian penyearah ini memiliki tipe pendingin alami dan memiliki
heat sinks.
Sumber tegangan masukan menju jembatan SCR adalah dari sekunder
PPT melalui pemutus tegangan kontak aau breaker 41 AC. Keluaran penyeara
terhubung secara langsung dengan medan generator melalui field circuit breaker.
Jembatan SCR beroperasi sebagai variable sumber tegnagn DC fasa dikendalikan
untuk control arus medan generator, seperti yang diperlukan oleh regulator AC
dan DC.
4.3. Pemeliharaan Sistem Eksitasi Pada GTG 1.3 PLTGU Tambak Lorok
Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah serangkaian tindakan
atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi dan meyakinkan bahwa
peralatan dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah
terjadinya gangguan yang menyebabkan kerusakan. Tujuan pemeliharaan
peralatan listrik tegangan tinggi adalah untuk menjamin kontinyunitas penyaluran
tenaga listrik dan menjamin keandalan, antara lain :
1. Untuk meningkatkan reliability, availability dan effiency.
2. Untuk memperpanjang umur peralatan.
3. Mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau kerusakan peralatan.
4. Meningkatkan Safety peralatan.
5. Mengurangi lama waktu padam akibat sering gangguan.
Dalam hal pemeliharaan listrik khususnya kelistrikan PLTGU Tambak
Lorok ada berbagai metode dalam menghimpun data pemeliharan antara lain
melakukan pemeriksaan monitoring ,mencatat, meraba serta mendengar dan
melakukan kalibrasi pengujian. Pemeliharan diadakan apabila teknisi telah
diberikan perintah untuk melakukan pemeliharaan atau maintenance di alat
tertentu dan dilokasi tertentu, perintah (work order) tersebut dapat dilihat di
aplikasi, yang perintahnya oleh supervisor bagi teknisinya untuk melakukan
pemeliharaan.
42
Gambar 4. 3 Work Order Supervisor ke Teknisi
Pada saat melakukan pemeliharaan teknisi di temani oleh beberapa astek
(asisten teknisi) yang juga biasa disebut helper, yang membantu teknisi dalam
menyelesaikan work order dari supervisor. Pemeliharaan dihitung dalam satu
minggu dalamsetahun, jadi semua komponen PLTGU dapat terpelihara secara
merata.
4.3.1. Pengukuran Massa Jenis Baterai
Pada elektrolit baterai memiliki berat jenis sebesar 1,26 sedangkan berat
jenis air sebesa 1,00 shingga jika muatan listrik berkurang maka berat jenis
elektrolit pada baterai semakin turun mendekati 1,00. Berat jenis standar
ditentukan pada temperature 20 derajat Celcius. Dan perlu diketahui bahwa berat
jenis dari elektrolit ini akan mengalami perubahan sebesar 0,0007 setiap terjasi
43
kenaikan suhu sebesar 1 derajat celcius. Adapun cara mengukur massa jenis
elektrolit baterai antara lain :
1. Menyiapkan kertas cacatan hasil pengukuran
2. Menyiapkan alat ukur hydrotester mrerk anton paar DMA-35.
3. Setelah alat lengkap, selanjutnya melakukan pengukuran massa jenis
elektrolit, dengan cara memasukan selang hydrometer ke lubang cairan
elektrolit baterai.
4. Setelelah selang masuk pada lubang cairan, tekan tombol merah dan
lepaskan agar cairan dalam baterai terhisap.
44
Gambar 4. 5 Tampilan Pengukuran Hydrometer
4.3.2. Pemeriksaan Sikat Arang
Pemeriksaan sikat arang merupakan hal sangat penting pada sistem eksitasi
statis dikarenakan sikat arang atau sikat karbon memiliki fungsi untuk
mengalirkan arus penguat exciter ke komponen bergerak generator. hal yang perlu
di lakukan Ketika melakukan maintenance sikat arang yaitu :
1. Mempersiapkan sikat arang yang baru, digunakan Ketika mengganti
sikat yang telah aus.
2. Sarung tangan, digunakan Ketika saat pemasangan sikat arang, jika sikat
arang perlu diganti.
3. Kontak cleaner dan lap kering.
4. Ketika semua peralatan siap, selanjutnya membuka end shield casing
pada GTG, untuk dilakukan maintenance untuk sikat arang.
5. Selanjutnya periksa baut-baut pada dudukan sikat arang.
45
6. Memeriksa kekotoran dudukan sikat arang, dan membersihkan dengan
kuas Ketika kotor
46
hal seperti ini terjadi karena permukaan slip ring terjadi kecacatan lecet di
karenakan penggunaan generator yang lama dalam pembangkitan energi
listrik.
Trafo PPT (Power Potential Transformer) yang digunakan pada GTG 1.3
PLTGUU Tambak Lorok merupakan trafo yang bertipe kering (Dry Type
Transformer). Trafo ini memerlukan pemmeliharaab untuk memastikan bahwa
trafo dapat beroperasi dengan baik. Frekuensi pemeriksaaan pada trafo PPT
tergantung dari operasional dari GTG 1.3 itu sendiri ataupun lokasi trafo PPT
tersebut, lokasi trafo PPT GTG 1.3 terletak pada ruangan Generator Excitation
Compartment yang merupakan tempat yang tertutup sehingga debu maupun uap
kimia dapat terminimalisir.
47
bersih. Kemudian beberapa pekerjaan untuk pengecekan rutin trafo PPT yang
beroperasi yaitu dengan memantau arus, tegangan, temperature, dan memantau
sistem cooling (duct, fan).
48
Gambar 4. 9 Pengukuran Tahanan Isolasi PPT di GTG 1.3
persiapan yang harus dilakukan dalam pengukuran tahanan isolasi trafo PPT
antara lain :
49
Gambar 4. 10 Pengukuran Tahanan Isolasi dengan Insulation Tester Kyoritsu
h) Amati hasil pengukuran dan catat perubahan nilai tahanan isolasi setiap 1
menit pengukuran apabila hasil pengukuran dibawah 1 Mega Ohm maka
kondisi dari penghatar dipertanyakan, apabila dari hasil pengukuran
tahanan isolasi besranya 1,25 keatas maka kondisi suatu penhantar trafo
tersebut dalam keadaan baik.
50
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan pembelajaran dilapangan selama Kerja
Praktek di PT. Indonesia Power Semarang PGU diperoleh beberapa kesimpulan
bahwa :
1. Sistem eksitasi merupakan sistem suplai listrik DC (arus searah)ke rotor
generator untuk membangkitkan medan magnet rotor ke stator sehingga
generator dapat menghasilkan listrik sesuai dengan besar arus
eksitasinya.
2. Sistem eksitasi pada PLTGU Tambak Lorok memiliki jenis eksitasi
statis yang bertipe MS 9000 Exciter yang merupakan perangkat Exciter
dari perusahaan General Electric.
3. Pemelihharaan Exitasi di GTG 1.3 blok 1 PLTGU tambak lorok yaitu
meliputi Pembersihan, Pengukuran, monitoring dan Koreksi.
4. Komponen yang perlu di perhatikan dalam pemeliharaan eksitasi yaitu
slip ring, dan sikat arang agar proses suplay listrik DC ke generator
dalam keadaan lancar sehingga mengurangi terjadinya gangguan dan
koreksi yang lama.
5.2. Saran
5.2.1. Saran Untuk Laporan
1. Sistem eksitasi yang di gunakan oleh PT. Indonesia Power
Semarang PGU khususnya pada PLTGU Tambak Lorok, ialah
sistem eksitasi General Electric MS 9000, dimana eksitasi ini
merupakan eksitasi model lama yaitu sistem eksitasi yang
digunakan sejak tahun 1993. Diharapkan perusahaan dapat
meningkatkan sistem eksitasi dengan model baru guna
meningkatkan kehandalan suatu tegangan output generator.
2. Pada sistem eksitasi menggunakan sikat karbon tingkat
keamananya masih kurang dibandingkan dengan eksitasi tanpa
menggunakan sikat, dikarenakan percikan api kemungkinan terjadi
51
apabila terjadi gesekan antara sikat dan slip ring yang dapat
membahayakan pekerja. Diharapkan perusahaan dapat mengganti
sistem eksitasi tersebut dengan sistem eksitasi tanpa sikat, sehingga
dapat meminimalisir kecelakaan kerja.
52
DAFTAR PUSTAKA
Gusni, N., Firdaus, F., & Fahdiyalhaq, A. (n.d.). Pembangkit Listrik Tenaga Gas.
Suryady, S., & Susanto, T. (n.d.). Sistem Kerja Heat Recovery Steam Generator
(HRSG) terhadap Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap ( PLTGU).
Yohana, E., & Priambodo, A. (2012). analisa efisiensi low pressure HRSG pada
PLTGU PT.Indonesia Power UBP Semarang. Rotasi Jurnal Teknik Mesin,
141(1), 7–9.