Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Pada Jurusan
Teknik Elektro Program Studi Diploma III Teknik Elektronika
Politeknik Negeri Sriwijaya
Oleh :
RICHARDO NOVRIAN PUTRA
062030321067
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Pada Jurusan
Teknik Elektro Program Studi Diploma III Teknik Elektronika
Politeknik Negeri Sriwijaya
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Elektro
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Ketua :
Anggota :
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah mlimpahkan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kerja praktek dan
laporan kerja praktek PT. PLN (Persero) Unik Pelaksana Pengendalian Pembangkit
Keramasan ini dengan baik.
Kerja praktek ini merupakan salah satu mata kuliah wajib dalam kurikulum
pendidikan D3 di Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Elektronika
Politeknik Negeri Sriwijaya. Tujuan kerja praktek adalah untuk mengenal secara
langsung lingkungan kerja pabrik serta membandingkannya dengan teori yang
didapat dibangku kuliah.
Dalam pelaksanaan kerja praktek dan penyusunan laporan, penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak hingga terselesainya laporan ini dari
pengumpulan data sampai proses penyusunan laporan. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT atas nikmat yang luar biasa yang telah diberikan kepada saya
sehingga dapat menyelesaikan kerja praktek ini dalam keadaan yang sehat
dan tanpa kekurangan apapun.
2. Keluarga yang telah memberikan doa dan dorongan serta semangat, baik
spiritual maupun material selama melakukan kerja praktek.
3. Bapak Dr. Ing. Ahmad Taqwa, M.T., selaku Dirketur Politeknik Negeri
Sriwijaya.
4. Bapak Ir. Iskandar Lutfi, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Sriwijaya.
5. Bapak Destra Andika Pratama, S.T., M.T., selaku Sekretaris Jurusan Teknik
Elektro Politeknik Negeri Sriwijaya.
6. Ibu Dewi Permata Sari, S.T., M.Kom., selaku Koordinator Program Studi
D3 Teknik Elektronika Politeknik Negeri Sriwijaya.
7. Bapak Ir. Yordan Hasan.,M.Kom selaku Dosen Pembimbing Laporan
Kerja Praktek
iv
8. Bapak Hasymi Irawan, selaku Manager ULPL PT. PLN (Persero) Unit
Pelaksana Pengendalian Pembangkitan Keramasan.
9. Bapak Dicky Hermindo, selaku Supervisor Pemeliharaan di PT. PLN
(Persero) Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan Kermasan.
10. Bapak Januar Rizky Auliya, Bapak Rexy Kinanta, Bapak Maruli Sinaga,
dan Bapak Rusbianto selaku pembimbing lapangan PT. PLN (Persero)
Unit Layanan dan Pengendalian Pembangkit Keramasan.
11. Seluruh Operator dan Staff Karyawan di PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana
Pengendalian Pembangkitan Keramasan.
12. Rekan-rekan Mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya yang telah membantu,
memberikan semangat dan motivasi dalam menjalani kerja praktek.
13. Serta pihak-pihak yang sangat membantu didalam penyusunan laporan kerja
praktek ini, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Akhir kata penulis
menyampaikan permohonan maaf apabila di dalam penulisan laporan ini
ada kesalahan. Semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat bagi
kita semua, khususnya bagi mahasiswa pada Program Studi Teknik
Elektronika Politeknik Negeri Sriwijaya dan penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifta
membangun dalam penyempurnaan laporan ini di masa yang akan datang.
v
DAFTAR ISI
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
BAB II ......................................................................................................................5
vi
2.2.3 Makna Logo Perusahaan ....................................................................8
2.5 Produk......................................................................................................16
BAB III...................................................................................................................18
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................18
BAB IV ..................................................................................................................35
PEMBAHASAN ....................................................................................................35
vii
4.2 Velocity Sensor ....................................................................................35
4.5 DCS......................................................................................................40
BAB V....................................................................................................................42
PENUTUP ..............................................................................................................42
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
vibrasi tersebut dapat mengukur getaran pada Condensate Extraction Pump (CEP).
Untuk itu penulis akan membahas mengenai “Prinsip kerja Sensor Vibrasi pada
Motor Condensate Extraction Pump (CEP) di PT PLN (PERSERO) unit
pengendalian pembangkit keramasan”.
1.4.2 Manfaat
Bagi Mahasiswa
a. Dapat mengetahui secara langsung tentang ruang lingkup dunia kerja secara
langsung.
b. Dapat mengetahui prinsip kerja sensor Vibrasi pada motor Condensate
Extraction Pump (CEP).
2
Bagi Jurusan
a. Sebagai masukan untuk mengevaluasi sampai sejauh mana kurikulum yang
ada sesuai dengan kebutuhan industri.
b. Mempererat kerja sama dan sosialisasi antara institusi dan perusahaan.
3
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan laporan dan pemahamannya, maka harus
disusun secara sistematis, sehingga laporan ini disusun dalam lima bab yang
masing-masing membahas tentang pokok dalam laporan ini. Bab-bab yang
terkandung dalam laporan ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan secara garis besar mengenai latar
belakang, tujuan dan manfaat, perumusan masalah, metode
penulisan, serta sistematika penulisan laporan.
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini membahas tentang profil perusahaan tempat
dilaksanakannya perkuliahaan berbasis kerja PT. PLN
(Persero) unit pengendalian pembangkit keramasan.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung dan
menunjang laporan Kerja Praktek ini sesuai dengan judul
yang diambil.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pembahasan mengenai prinsip kerja
sensor Vibrasi pada motor Condensate Extraction Pump (CEP)
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil Kerja Praktek
yang dilaksanakan.
4
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
5
Selain UU dalam sektor ketenagalistrikan, dari sisi korporat implementasi,
pelaksanaan tugas sebagai PKUK berpedoman pada UU nomor 19 tahun 2002
tentang BUMN. Dalam perkembangannya, PT. PLN (Persero) telah mendirikan 9
anak Perusahaan dan 1 Perusahaan Patungan yaitu :
1. PT. Indonesia Power yang bergerak di bidang pembangkit tenaga listrik dan
usaha-usaha lain yang terkait, yang berdiri tanggal 3 Oktober 1995 dengan
nama PT. PJB 1 dan baru tanggal 1 September 2000 namanya berubah
menjadi PT. Indonesia Power.
2. PT. Pembangkitan Jawa Bali (PT. PJB) bergerak dibidang pembangkit
tenaga listrik dan usaha-usaha lainnya yang terkait dan berdiri tanggal 22
September 2000, namanya berubah menjadi PT. PJB.
3. Pelayanan Listrik Nasional Batam (PT. PLN Batam) yang bergerak dalam
usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum di Wilayah Pulau
Batam, didirikan tanggal 3 Oktober 2000.
4. PT. Indonesia Comments Plus, yang bergerak dalam bidang usaha
telekomunikasi didirikan pada tanggal 3 Oktober 2000.
5. PT. Prima Layanan National Enjiniring, Rekayasa Enjiniring dan Supervisi
Konstruksi, didirikan pada tanggal 3 Oktober 2000.
6. Pelayanan Listrik Nasional Tarakan (PT. PLN Tarakan), bergerak dalam
bidang usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum di wilayah
Pulau Tarakan.
7. PT. PLN Batubara, yang bergerak di bidang usaha tambang batu bara
sebagai bahan utama dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) didirikan
tanggal 11 Agustus 2008.
8. PT. PLN Geothermal, terfokus kepada usaha penyediaan tenaga listrik
terbarukan, melalui kegiatan pengembangan dan pengoperasian pembangkit
tenaga listrik panas bumi yang ekonomis bermutu tinggi dengan keandalan
yang baik.
9. PT. Haleyora Power (HP) yang berdiri pada 18 Oktober 2011 ditugaskan
PLN untuk melaksanakan pengamanan layanan Operasi dan Pemeliharaan
(Ophar) Transmisi dan Distribusi Tenaga Listrik.
6
10. Geo Dipa Energi, perusahaan patungan PLN - PERTAMINA yang bergerak
dibidang Pembangkitan Tenaga Listrik terutama yang meggunakan energi
Panas Bumi. Sebagai Perusahaan Perseroan Terbatas, maka Anak
Perusahaan diharapkan dapat bergerak lebih leluasa dengan antara lain
membentuk Perusahaan Joint Venture, menjual Saham dalam Bursa Efek,
menerbitkan Obligasi dan kegiatan-kegiatan usaha lainnya. Disamping itu,
untuk mengantisipasi Otonomi daerah, PLN juga telah membentuk Unit
Bisnis Strategis berdasarkan kewilayahan dengan kewenanagan manajemen
yang lebih luas.
7
2.2.3 Makna Logo Perusahaan
8
Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang lainnya, melambangkan
bahwa PT. PLN (Persero) merupakan wadah atau organisasi yang terorganisir
dengan sempurna. Berwarna kuning untuk menggambarkan pencerahan, seperti
yang diharapkan PLN bahwa listrik mampu menciptakan pencerahan bagi
kehidupan masyarakat. Kuning juga melambangkan semangat yang menyala-nyala
yang dimiliki tiap insan yang berkarya di perusahaan ini
9
Gambar 2.4 menunjukkan gambar tiga gelombang yang memiliki arti
gambar rambat energi listrik yang dialirkan oleh tiga bidang usaha utama yang
digeluti perusahaan, yaitu pembangkitan, penyaluran, dan distribusi yang seiring
sejalan dengan kerja keras para insan PT. PLN (Persero) guna memberikan layanan
terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna biru untuk menampilkan kesan konstan
(sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan
manusia. Disamping itu, biru juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan-
insan perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya.
10
4. LOYAL
11
Listrik Negara (Persero) Pembangkitan Sumbagsel yang mengemban tugas
melaksanakan penyediaan serta pelayanan tenaga listrik di Sumbagsel, khususnya
di Kota Palembang dengan sistem interkoneksi 70 KV. Namun sistem interkoneksi
tersebut belum memenuhi kebutuhan listrik di Kota Palembang sehingga pada
tahun 1979 dibentuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Unit III di Keramasan
dengan kapasitas 14. 5 MW serta mulai dioperasikan pada tahun 1983.
Adapun pembangkit yang beroperasi pada PT PLN (Persero) UPDK Keramasan
12
kombinasi ini adalah untuk memanfaatkan panas buang dari siklus Brayton yang
dimanfaatkan untuk pemanasan awal pembuatan steam sehingga konsumsi bahan
bakar lebih ekonomis. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap Indralaya
diharapkan dapat mengimbangi peningkatan kebutuhan listrik di daerah Sumbagsel
sebesar 1.273.754,04 MW. Maka, pada tahun 2008 dilakukan peresmian
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Indralaya.
Pada tanggal 22 Maret 2011 dilakukan penandatanganan kontrak
pembangunan PLTGU Unit I dan Unit II Sektor Keramasan Palembang, PT. PLN
(Persero) berkerjasama dengan Marebuni Corp sebagai kontraktor dengan nilai
kontrak yang mencapai Rp.98.208.800.000 (Sembilan Puluh Delapan Miliar Dua
Ratus Delapan Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah). Hal ini bertujuan untuk
menggantikan peran PLTU Unit I dan Unit II Keramasan yang akan berhenti
beroperasi, sehingga kebutuhan energi listrik di Sumbagsel sebesar 1.320.163,15
MW dapat terpenuhi.
Tahun 2012, PT. PLN Sektor membangun Pembangkit Listrik Tenaga Gas
dan Uap (PLTGU) karena kebutuhan energi listrik di Sumbagsel meningkat
menjadi 1.339.971,87 MW. Pada 10 Februari 2014 Pembangkit Listrik Tenaga Gas
dan Uap Sektor Keramasan diresmikan dan dioperasikan untuk pertama kalinya.
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap Sektor Keramasan diharapkan dapat
mengimbangi peningkatan kebutuhan listrik di daerah Sumbagsel. Kemudian pada
tanggal 20 Juli 2018 sesuai dengan Keputusan Direksi Pusat Nomor:
0345.P/DIR/2018 yang ditetapkan di Jakarta restrukturisasi organisasi dari semula
PT. PLN (Persero) Sektor Pengendalian Pembangkitan Keramasan menjadi PT.
PLN (Persero) Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan (UPDK) Keramasan.
Berdirinya PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan
diawali dengan pemisahan fungsi Pembangkitan dan Transmisi (Penyaluran) pada
PT. PLN (Persero) Wilayah IV Tahun 1997 menjadi PT. PLN (Persero)
Pembangkitan dan Penyaluran Sumatera Bagian Selatan (KITLUR SBS). Dengan
semakin pesatnya pembangunan di Sumatera, dalam rangka peningkatan efektivitas
serta mengantisipasi perkembangan sistem penyaluran ketenagalistrikan se-
Sumatera, sebagai upaya peningkatan pelayanan, mutu, dan keandalan tenaga listrik
13
di Sumatera dipandang penting untuk dilakukan pemisahan fungsi Pembangkitan
dan Penyaluran, maka dengan Keputusan Direktur Utama No.193.K/010/DIR/2003
organisasi PLN yang bergerak dalam bidang pembangkitan dan penyaluran tenaga
listrik di Sumatera dibuat menjadi 3 bagian, yaitu Pembangkitan Sumbagut,
Pembangkitan Sumbagsel, serta Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B)
Sumatera. Organisasi PT. PLN (Persero) Pembangikatan Sumatera Bagian Selatan
(KITSBS) sendiri secara resmi dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Direksi
No.177.K/010/DIR/2004 tanggal 24 Agustus 2003 dan mulai beroperasi sebagai
PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan (KITSBS). Dan per-01
Oktober 2018 sesuai dengan Peraturan Direksi No.0110.P/DIR/2018 Tentang
Susunan Organisasi dan Formasi Jabatan di PT. PLN (Persero) Pembangkitan
Sumatera Bagian Selatan selanjutnya menjadi PT. PLN (Persero) Unit Induk
Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan (UIKSBS) yang berlokasi di Jl. Demang
Lebar Daun No.375, Ilir Barat I, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30128.
Kantor Unit Induk Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan terletak di Jalan
Demang Lebar Daun Nomor 375 Palembang dan memiliki 11 (sebelas) Unit
Pelaksana dengan wilayah kerja yang tersebar di Provinsi Sumatera Selatan,
Bengkulu, Jambi, Sumatera Barat, dan Bandar Lampung, yaitu:
1. Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan Bengkulu, mulai beroperasi
tahun 1972,
2. Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan Keramasan, mulai beroperasi
1975,
3. Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan Bukit Tinggi, mulai beroperasi
tahun 1977,
4. Unit Pelakasana Pengendalian Bukit Asam, mulai beroperasi tahun 1987,
5. Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan Ombilin, mulai beroperasi
tahun 1996,
6. Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan Bandar Lampung, mulai
beroperasi tahun 2001,
7. Unit Pelaksana Pembangkitan Tarahan, mulai beroperasi tahun 2007
14
8. Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan Jambi, mulai beroperasi tahun
2009,
9. Unit Pelakasana Pembangkitan Teluk Sirih, mulai beroperasi tahun 2014,
10. Unit Pelaksana Pembangkitan Sebalang,
11. Unit Pelaksana Pemeliharaan Pembangkit Palembang, mulai beroperasi 15
Mei 2019,
15
Gambar 2.6 Desain Perencanaan Unit PLTGU Sektor Keramasan
2.5 Produk
Produk yang dihasilkan dari PLTGU PT. PLN (Persero) Pembangkitan
Sumbagsel Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan Keramasan mempunyai 2
unit PLTGU yang menghasilkan listrik 40 MW per unit yang dihasilkan sebesar ±
27 MW dan generator turbin uap sebesar ±13 MW. Berdasarkan total daya
generator turbin gas dan turbin uap, daya sebesar 2 MW untuk satu unitnya
dikonsumsi PT. PLN (Persero) Pengendalian Pembangkitan Keramasan, sedangkan
sisa total daya sebesar 76 MW dipasarkan ke masyarakat. Kemudian Pembangkit
Listrik Tenaga Gas (PLTG) Unit III di Keramasan menghasilkan listrik dengan
kapasitas 14,5 MW.
16
Keramasan, PLTU Bukit Asam, PLTU Tarahan, PLTU Ombilin. Arus dan tegangan
listrik yang dihasilkan oleh pembangkit Unit Pelaksana Keramasan bagian pertama
terlebih dahulu disalurkan ke Kota Palembang sebesar 70 KV dan bagian kedua
aliran listrik juga didistribusikan ke plant sumatera seperti Banda Aceh, Medan,
Jambi, Lampung, sebesar 11,5 KV. Saluran 70 KV di Kota Palembang
menginterkoneksikan antara pembangkit tenaga listrik yang ada di Boom Baru,
Sungai Juaro, dan Keramasan. Sistem interkoneksi berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan listrik setiap Unit Pelaksana apabila terdapat gangguan ataupun Ketika
dilakukan pemeliharaan. Tegangan 70 KV didapat dengan menaikkan tegangan
pada pusat pembangkit melalui Step Up Transformer lalu disalurkan melalui
saluran transmisi ke gardu-gardu induk. Pada gardu induk tegangan 70 KV
diturunkan menjadi 20 KV melalui Step Down Transformer yang akan disalurkan
ke distributor. Selanjutnya disalurkan ke rumah-rumah masyarakat dengan
menurunkan teganannya menjadi 220-380V.
17
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 PLTGU
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) adalah gabungan antara
PLTG dengan PLTU, dimana panas dari gas buang dari PLTG digunakan untuk
menghasilkan uap yang digunakan sebagai fluida kerja di PLTU. Dan bagian yang
digunakan untuk menghasilkan uap tersebut adalah HRSG (Heat Recovery Steam
Generator). PLTGU merupakan suatu instalasi peralatan yang berfungsi untuk
mengubah energi listrik yang bermanfaat. Pada dasarnya, sistem PLTGU ini
merupakan penggabungan antara PLTG dan PLTU. PLTU memanfaatkan energi
panas dan uap dari gas buang hasil pembakaran di PLTG untuk memanaskan air di
HRSG (Heat Recovery Steam Generator), sehingga menjadi uap jenuh kering. Uap
jenuh kering inilah yang akan digunakan untuk memutar sudu (baling-baling). Gas
yang dihasilkan dalam ruang bakar pada Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG) akan
menggerakan turbin dan kemudian generator, yang akan mengubahnya menjadi
energi listrik. Sama halnya dengan PLTU, bahan bakar PLTG bisa berwujud cair
(BBM) maupun gas (gas alam). Penggunaan bahan bakar menentukan tingkat
efisiensi pembakaran dan prosesnya.
Prinsip kerja PLTG adalah sebagai berikut, mula mula udara dimasukkan
kedalam kompresor dengan melalui air filter/penyaring udara agar partikel debu
tidak ikut masuk ke dalam kompresor tersebut. Pada kompresor tekanan udara
dinaikkan lalu dialirkan ke ruang bakar untuk dibakar bersama bahan bakar. Disini,
penggunaan bahan bakar menentukan apakah bisa langsung dibakar dengan udara
atau tidak.
Jika menggunakan BBG, gas bisa langsung dicampur dengan udara untuk
dibakar. Tapi jika menggunakan BBM harus dilakukan proses pengabutan dahulu
pada burner baru dicampur udara dan dibakar. Pembakaran bahan bakar dan udara
ini akan menghasilkan gas bersuhu dan bertekanan tinggi yang berenergi
(enthalpy). Gas ini lalu disemprotkan ke turbin, hingga enthalpy gas diubah oleh
turbin menjadi energi gerak yang memutar generator untuk menghasilkan listrik.
18
Setelah melalui turbin sisa gas panas tersebut dibuang melalui
cerobong/stack. Karena gas yang disemprotkan ke turbin bersuhu tinggi, maka pada
saat yang sama dilakukan pendinginan turbin dengan udara pendingin dari lubang
udara pada turbin. Untuk mencegah korosi akibat gas bersuhu tinggi ini, maka
bahan bakar yang digunakan tidak boleh mengandung logam Potasium, Vanadium,
dan Sodium yang melampaui 1 part per mill (ppm).
19
5. Gas Turbine
Gas Turbine adalah turbin yang berputar dengan menggunakan energi Gas
panas yang dihasilkan dari Combustion Chamber. Hasil putaran dari turbin
inilah yang akan diubah oleh generator untuk menghasilkan listrik.
6. Selector Valve
Selector Valve merupakan valve yang berfungsi untuk mengatur gas
buangan dari turbin gas, apakah akan dibuang langsung ke udara ataukah
akan dialirkan menuju ke HRSG.
7. Gas Turbine Generator
GTG Gas Turbine Generator berfungsi sebagai alat pembangkit listrik
dengan menggunakan tenaga putaran yang dihasilkan dari turbon gas. Pada
PLTGU, satu buah generator ini menghasilkan daya 100 MW.
8. Steam Turbine
Steam Turbine (Turbin Uap) adalah turbin yang berputar dengan
menggunakan energi uap. Uap ini diperoleh dari penguapan air yang berasal
dari HRSG (Heat Recovery Steam Generator).
9. Steam Turbine Generator
Steam Turbine Generator merupakan generator berfungsi sebagai alat
pembangkit listrik dengan menggunakan tenaga putaran yang diperoleh dari
turbin uap. Tenaga penggeraknya berasal dari uap kering yang dihasilkan
oleh HRSG dengan putaran 3000 RPM, berpendinginan hidrogen dan
tegangan keluar 11,5 KV. Pada PLTGU, satu buah generator ini
menghasilkan daya kurang lebih dekitar 200 MW.
10. Heat Recovery Steam Generator
Heat Recovery Steam Generator PLTGU memiliki 2 blok Combine Cycle
Power Plant dengan kapasitas masing-masing 1 x 500 MW. Per-bloknya
terdiri dari 3 x 100 MW turbin gas dan 1 x 200 MW turbin uap yang
merupakan combine cycle dari sisa gas buang dari GTG 100 °C, tergantung
dari load gas turbin dan ambien temperature. HRSG ini didesain untuk
beroperasi pada turbin gas dengan pembakaran natural gas dan destilate oil.
20
± 514 °C (HSD) pada outlet flow gas ± untuk masing-maisng HRSG akan
membangkitkan uap sebesar 194,29 ton/jam total flow, pada inlet flow gas.
Dalam operasinya, unit turbin gas dapat dioperasikan terlebih dahulu untuk
menghasilkan daya listrik sementara gas buangnya berproses untuk menghasilkan
uap dalam ketel pemanfaat gas buang. Kira-kira 6 jam kemudiang, setelah uap
dalam ketel uap cukup banyak, uap akan dialirkan ke turbin uap untuk
menghasilkan daya listrik. Secara umum, sistem produksi tenaga listrik pada
PLTG/U dibagi menjadi dua siklus, yaitu sebagai berikut :
Siklus Terbuka (Open Cycle)
Siklus Terbuka merupakan proses produksi listrik pada PLTGU dimana gas
buangan dari turbin gas langsung dibuang ke udara melalui cerobong
saluran keluaran. Suhu gas buangan di cerobong saluran keluaran ini
mecapai 550 °C. Proses seperti ini pada PLTGU dapat disebut sebagai
21
proses pembangkitan listrik turbin gas yaitu suatu proses pembangkitan
listrik yang dihasilkan oleh putaran turbin gas.
Siklus Tertutup (Closed Cycle)
Jika pada siklus terbuka gas buang dari turbin gas langsung dibuang melalui
cerobong saluran keluaran, maka pada proses Siklus Tertutup gas buang dari
turbin gas akan dimanfaatkan terlebih dahulu untuk memasak air yang
berada di HRSG (Heat Recovery Steam Generator). Kemudian uap yang
dihasilkan dari HRSG tersebut akan digunakan untuk memutar turbin uap
agar dapat menghasilkan listrik. Jadi proses Siklus Tertutup inilah yang
disebut sebagai proses Pembangkitan Listrik Tenaga Gas Uap, yaitu proses
pembangkitan listrik yang dihasilkan oleh putaran turbin gas dan turbin uap.
Daya listrik yang dihasilkan pada proses Siklus Terbuka tentu lebih kecil
dibandingkan dengan daya listrik yang dihasilkan pada proses produksi
listrik Siklus Tertutup. Pada prakteknya, kedua siklus diatas disesuaikan
dengan kebutuhan listrik masyarakat. Misalnya hanya diinginkan Siklus
Terbuka karena pasokan daya dari Siklus Terbuka sudah memenuhi
kebutuhan listrik masyarakat. Sehingga damper (stack holder) yang
membatasi anatar cerobong gas dan HRSG dibuat close, dengan demikian
gas buang dialirkan ke udara melalui cerobong saluran keluaran. Dan
apabila dengan Siklus Terbuka kebutuhan listrik masyakat belum tercukupi
maka diambil langkah untuk menerapkan Siklus Tertutup.
Namun demikian dalam sistem mekanik elektrik, suatu mesin akan lebih
baik pada kondisi sellau beroperasi, karena apabila mesin berhenti maka
akan banyak mengakibatkan korosi, perubahan pengaturan (setting), mur
atau baut yang mulai kendur, dan sebagainya. Selain itu dengan selalu
beroperasi akan lebih mengefektifkan daya, sehingga daya yang dihasilkan
menjadi lebih besar. Jasi secara garis besar untuk produksi listrik di
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap dibagi menjadi 2 proses yaitu :
1. Proses Pembangkit Listrik Tenaga Gas.
2. Proses Pembangkit Listrik Tenaga Uap.
22
3.2 Condensate Extraxtion Pump
23
masih hangat, dan berpotensi terbentuknya gelembung uap air pada CEP. Kavitasi
adalah sebuah fenomemater bentuknya gelembung-gelembung uap air pada pompa
yang dapat menimbulkan suara bising pada pompa dan bahkan dapat menghasilkan
tekanan nol pada outlet pompa.Untuk menghindari kavitasi pada CEP, maka level
ketinggian air kondensat di dalam kondensor dijaga pada level tertentu. Ketinggian
kondensat di dalam kondensor menjadi positive suction head dari CEP. Untuk itu
level ketinggian dari kondensat tersebut menjadi salah satu input proteksi untuk
pompa CEP. Apabila level kondensat turun pada nilai tertentu, pompa CEP yang
sedang bekerja akan “dihentikan” oleh sistem otomatis nya untuk menghindari
kerusakan yang lebih parah akibat terjadinya kavitasi.
24
panjang pada condenser condensate dimana net possitive suction head (NPSH)
terbatas.
Tahap pertama adalah volute ganda, desain double suction, untuk
mengurangi NPSH yang diperlukan oleh first stage impeller. Tahap kedua, ketiga,
tahap keempat, dan kelima adalah desain single suction. Unsur-unsur pompa
dipasang di shell, yang membentuk intake dengan baik.
Suction nozzle merupakan bagian integral dari shell, yang terletak di bawah
pompa. discharge nozzle terletak di atas pompa. Pompa digerakkan secara vertikal,
high thrust, solid shaft, electric motor melalui kopling kaku yang disesuaikan.
Sistem monitoring getaran terhubung dengan motor.
25
1. Suction Head
Suction head terdiri dari hub, yang berisi bearing, dan ribs pendukung,
yang berfungsi sebagai panduan untuk aliran cairan yang masuk. Hal ini
juga berisi suction head casing ring untuk impeller first stage. Suction
head memiliki hub yang terselip dalam cincin penyelaras untuk
memberikan stabilitas ditambahkan ke elemen pemompa. Tubin
menyediakan pelumas ke bearing yang lebih rendah melalui sambungan
di hub. Baut suction head ke first stagecasing dan disegel dengan gasket.
2. First Stage Casing
First stage casing dirancang dengan desain volute ganda untuk efisien
dalam mengkonversi kecepatan, ditambahkan ke cairan oleh first stage
impeller, kedalam tekanan. Rumah casing dari first & second stage
impeller berisi bearing yang mencegah poros pump end shaft dari
membuat girasi radial. Hal ini juga berisi first stage casing ring & casing
ring untuk second stage impeller. Baut casing first stage ke suction head
& stage casing. Sambungan antara first stage casing dan suction head
ditutup dengan gasket. Sambungan antara first dan second stage casing
ditutup dengan O-ring.
3. Intermediate and Last Stage Casing and Casing Ring
Intermediate and Last Stage Casings and Casing Rings bertindak
dengan caranya yang mirip dengan first stage casing, mengarahkan
aliran liquid. Melalui saluran diffuser passages, sambil membantu untuk
meningkatkan tekanan melalui setiap tahapan. Second stage
Impeller tertutup oleh first stage casing, dan thrid stage
impeller oleh second stage casing. Masing-masing berisi bearing dan
sebuah casing ring (kecuali untuk casing tahap terakhir untuk selanjutnya
berturut empat tahap impeller). Semua casing ring dapat diganti, dan
dapat saling bertukar satu sama lain, disegel oleh O-ring.
4. Impeller
Double suction, firs stage impeller adalah kunci untuk melakukan posisi
aksial pada poros akhir pompa oleh mur poros. Mur poros dilindungi
26
oleh set screws. Intermediate and last stage impeller yang ditutup shroud
desain dan mengunci Pump dan shaft. Setiap impeller berada di posisi
aksial. Pada poros akhir pompa dengan menggunakan split looking
collar dengan baut ke impeller. Semua impeller diletakan pada permukaan
yang halus dan diseimbangkan secara dinamis untuk memberikan efisiensi
maksimum.
5. Outer Columns
Outer column menyediakan saluran air dipompa dari casing tahap terakhir
ke discharge head. Baut casing tahap akhir ke lower outer column.
Baut lower outer column ke upper outer column. Baut upper outer
column ke discharge head. Semua sambungan disegel dengan O-ring.
Kedua outer column berisi bearing .
6. Discharge Head
Discharge head merupakan bagian yang digunakan untuk mengubah arah
air dari upper outer column ke right angle flow dari discharge head nozzle.
Lower flange dari baut discahrge head ke upper outer column dan disegel
dengan O-ring. Upper flange dari discharge head berfungsi sebagai
mountingsurface untuk motor. Discharge head juga menyediakan
mounting surface untuk stuffing box extention. Permukaan antara stuffing
box extention dan discharge head ditutup dengan gasket.
7. Stuffing Box Extention
Stuffing box ekstention terletak di discharge head dan seal pompa
mencegah kebocoran air yang berlebihan dipompa dan mencegah udara
memasuki pompa. Terdapat enam ring packing dan sebuah seal cage, yang
mengendalikan kebocoran cairan ke atmosfer di upper shaft dimana terjadi
tekana yang melalui batas. Stuffing box bushing berfungsi sebagai
pemecahan tekanan cairan dipompa yang mencapai stuffing box extention.
Stuffing box bushing juga menstabilkan upper shaft. Packing tidak
terpasang ketika pompa dikirimkan. Split glands memungkinkan mudah
untuk dipindahkan dari bagian gland halves.
27
8. Shell
Shell adalah "bisa-seperti" weldment yang membungkus elemen pompa
dan memberikan penahanan intermediate cairan yang dipompa. Berat
seluruh pompa ini dibantu oleh flange pada shell. Sebuah cincin
penyelaras dibaut dibagian bawah shell untuk menghilangkan gerakan
elemen memompa dan mencegah keausan berlebihan pada bantalan.
Penyambung antara cincin penyelaras dan shell disegel dengan O-ring.
9. Soleplate
Soleplate yang grouted ke bagian dasar untuk memberikan tingkat
permukaan datar untuk menahan pompa. Shell fastens langsung
ke soleplate, sehingga mendukung berat seluruh pompa.
10. Shafts Dan Shaft Couplings
Dua pasangan poros yang digunakan untuk mengirimkan kekuatan
pendorong dari driver untuk impeller. Poros yang digunakan bersama
dengan sleeve coupling menggunakan split lock collar. Torsi ini diteruskan
oleh kunci dan didorong secara aksial oleh split ring. Poros mesin yang
presisi untuk memaksimalkan life time bearing.
11. Bearings Dan Journal Sleeves.
Ada sembilan bantalan di pompa. Satu bantalan terletak di ujung bawah
suction head untuk memberikan stabilitas pada first stage impeller. Tujuh
bantalan yang terletak di casing untuk membantu operasi rotor agar stabil.
Satu bantalan terletak di stuffing box extention untuk memberikan
dukungan pada poros atas. Semua bantalan berjenis karbon /nikel filled
dan dilumasi oleh air yang dipompa. Semua baantalan dapat diperbaharui.
Journal sleeves dapat diganti. Mereka terkunci dan beradaa di posisi poros
masing-masing dengan menggunakan retaining washers dan retaining
ring. Sebuah O-ring digunakan untuk menutup kebocoran antara journal
sleeves dan poros atas.
12. Motor Coupling
Motor Coupling adalah kopling yang disesuaikan sebagai sarana untuk
mempertahankan design clearance antara impeller dan casing.
28
Concentricity dari bores, dan permukaan mesin paralel menjamin
keselarasan positif dan perakitan mampu menghantarkan dorongan tinggi
dan torsi.
29
yang terjadi tanpa rangsangan luar.
2. Getaran Paksa.
Getaran paksa adalah suatu getaran karna adanya rangsangan pada gaya
luar yang terjadi jika rangsangan tersebut telah berosilasi pada frekuensi
rangsangan maka sistem akan dipaksa untuk bergetar . Jika frekuensi
rangsangan sama dengan salah.
30
c. Phase Vibrasi
Phase adalah tinjauan akhir dari pada karakteristik getaran atau vibrasi yang
terjadi pada mesin. Phase ini merupakan perpindahan atau perubahan posisi
pada bagian bagian yang bergetar secara relatif untuk menentukan titik
referensi atau titik awal pada bagian lain yang bergetar.
31
Gambar 3.7 menunjukkan skematik dari velocity sensor dan bagiannya.
Sistem tersebut terdiri dari massa yang dililiti oleh suatu kumparan yang
dihubungkan dengan pegas dan damper, dan suatu magnet permanen yang
memberikan medan magnet yang cukup kuat dipasang mengelilingi
kumparan tersebut. Prinsip kerja sensor ini berdasarkan hukum fisika bahwa
“apabila suatu konduktor digerakkan melalui suatu medan magnet, atau jika
suatu medan magnet digerakkan melalui suatu konduktor, maka akan timbul
suatu tegangan induksi pada konduktor tersebut”. Apabila sensor ini
dipasang pada bagian mesin yang bergetar, maka sensor ini akan ikut
bergetar juga, sehingga kumparan yang ada di dalamnya akan bergerak
relative terhadap medan magnet akan menghasilkan tegangan listrik pada
ujung kawat kumparannya. Sinyal listrik yang dihasilkan sebanding dengan
kecepatan getaran mesin tersebut. Dengan mengolah/ mengukur dan
menganalisa sinyal listrik dari tranduser, maka getaran mesin dapat diukur/
diketahui.
2. Proximity Sensor
Untuk proximity probe, yang diukur adalah perpindahannya. Untuk sensor
non-kontak, probe dan mesin atau media tidak bersentuhan langsung. Untuk
menggunakan sensor proximity probe ada beberapa syarat yang harus
terpenuhi agar dapat menghasilkan pengukuran yang presisi, diantaranya
Roundness (lingkaran) dari mesin yang akan diukur harus bagus untuk
menghasilkan bacaan yang bagus pula.
32
Tidak seperti sensor velocity dan accelerometer, sensor non contact tidak
mempunyai element yang dapat menimbulkan suatu tegangan atau muatan
listrik sebagai respon terhadap getaran. Sebagai ilustrasi, pada gambar 3.5
sensor non contact membuthkan rangkaian elektronik, eksternal untuk
membangkitkan suatu sinyal ac dengan frekuensi yang sangat tinggi dan
sinyal ac ini yang digunakan untuk mendeteksi getaran. Pada mesin
berputar, non contact pickup digunakan untuk mengukur getaran poros
tanpa menyentuh poros tersebut. Sinyal ac dengan frekuensi yang sangat
tinggi (disebut carrier sinyal) dikirimkan pada koil. Suatu permukaan logam
(dalam hal ini poros) yang dekat dengan koil akan menyerap energi dari
medan magnet tersebut dan akan mengurangi amplitudo sinyal carrier.
3. Accelerometer Sensor
Accelerometer termasuk sensor yang memiliki fungsi sebagai pengukuran
getaran yang terdapat pada mesin dengan melakukan pengukuran pada
kecepatannya. Pada accelerometer terdapat case insulator yang berkontak
langsung dengan mesin yang hendak diperiksa. Pada sebuah accelerometer
yang memiliki sensitivitasyang tinggi maka accelerometer tersebut dapat
dijadikan sebagai komponen untuk membuat sebuah alat peledak atau
seperti misil dengan tujuan untuk mengetahui kapan misil itu akan
diledakkan. Namun, alat ini biasa digunakan untuk melakukan pengukuran
serta pemantauan pada getaran sebuah mesin yang sedang berputar.
33
Gambar 3.8 merupakan diagram sederhana dari tipe accelerometer dengan
sebuah penguat di dalamnya. Apabila sensor ini ditempelkan pada bagian
mesin yang bergetar, maka getaran mekanis tersebut diteruskan melalui case
insulator ke bahan piezoelectric, sehingga bahan tersebut mengalami
tekanan sebanding dengan getarannya. Bahan piezoelectric tersebut
mempunyai kemapuan untuk menimbulkan muatan listrik sebagai respon
terhadap gaya mekanisyang bekerja terhadap
34
BAB IV
PEMBAHASAN
35
Pada condensate extraction pump (CEP) di PT. PLN (Persero) unit
pelaksana pengendalian pembangkit keramasan menggunakan sensor vibrasi jenis
velocity, pabrikan Bently Nevada, Model 330500 Velomitor Piezo-velocity.
Spesifikasi
Tabel 4. 1 Spesifikasi Sensor Vibrasi
Spesifikasi Sensor Vibrasi
Merek Bently Nevada
Model 330500 Velomitor Piezo-velocity
Operating 55 °C to 1121 °C (-67 °F to 1250 °F).
Temperature Range
Frequency Response 4.5 Hz to 5 kHz (270 cpm to 300 kcpm) ±3.0 dB. 6.0
Hz to 2.5 kHz (360 cpm to 150 kcpm) ±0.9 dB.
Sensitivity 3.94mV/mm/s (100 mV/in/s) ±5%.
Temperature -14% to +7.5% typical over the operating temperature
Sensitivity range.
36
mengetahui guncangan/getaran ketika beroperasi. Prinsip kerja sensor ini
berdasarkan hukum fisika bahwa “apabila suatu konduktor digerakkan melalui
suatu medan magnet, atau jika suatu medan magnet digerakkan melalui suatu
konduktor, maka akan timbul suatu tegangan induksi pada konduktor tersebut”.
sensor ini dipasang pada condensate pump, apabila condensate pump ini bergetar,
maka sensor ini akan ikut bergetar juga, sehingga kumparan yang ada di dalamnya
akan bergerak relative terhadap medan magnet akan menghasilkan tegangan listrik
pada ujung kawat kumparannya.
37
4.4 Monitor Rack Bently Nevada 3500
Monitor Rack Bently Nevada 3500 bertindak sebagai sebuah controller yang
dapat memberikan informasi penting berupa alarm dan shutdown apabila terjadi
suatu kondisi kritikal pada gearbox dalam hal vibrasi. Bently Nevada sendiri
mempunyai komponen tracking filter yang mana komponen ini berfungsi
menyaring/mem-filter sinyal dari masing-masing sensor dan mengolahnya menjadi
data monitoring untuk proteksi serta ditampilkan pada monitor HMI
38
Satuan pembacaan pada layar HMI untuk sensor velocity adalah mm/s.
Bently Nevada 3500 menggunakan power supply 24 VDC dimana terdapat dua
power supply yaitu power supply utama dan power supply back up (cadangan).
Apabila power supply utama bermasalah, maka power supply cadangan akan
menggantikan kinerja power supply utama tanpa mengganggu sistem yang sedang
bekerja.
HMI berfungsi sebagai layar monitor untuk menampilkan, mengoperasikan
serta me-record data – data yang diperoleh dari hasil pengukuran vibrasi pada
condensate extraction pump, sehingga apabila terjadi trouble pada hasil
pengukuran, maka langsung terpantau di layar monitor. Berikut adalah konfigurasi
keadaan set point untuk keadaan normal, keadaan alarm dan keadaan trip:
Keadaan Normal
Pada keadaan normal besar nilai getaran vibrasi pada condensate extraction
pump > 3 mm/s rms. Dalam keadaan normal Bently Nevada 3500 bekerja
hanya sebagai monitoring dan mengirimkan sinyalnya ke DCS.
Keadaan Alarm
Pada keadaan alarm, Bently Nevada diatur dengan nilai getaran vibrasi pada
condensate extraction pump sebesar set alert point yaitu ≤ 3 mm/s rms dan
≤ 5 mm/s rms. Dalam keadaan alarm, Bently Nevada 3500 akan
mengirimkan sinyal alarm ke DCS. Keadaan ini akan timbul alarm artinya
getaran pada condensate extraction pump sudah dalam bahaya dan
kemungkinan akan mengalami kerusakan pada pump.
Keadaan Trip
Pada keadaan trip, Bently Nevada diatur dengan nilai getaran vibrasi pada
condensate extraction pump sebesar set danger point yaitu ≥ 5 mm/s rms.
Dalam keadaan trip, Bently Nevada 3500 akan mengirimkan sinyal danger
ke DCS. Bently Nevada sebagai proteksi pada condensate extraction pump
akan men tripkan condensate pump.
Dalam keadaan ini getaran vibrasi pada condensate pump sudah dalam
bahaya condensate pump harus di tripkan agar tidak terjadi kerusakan yang
semakin parah, bently Nevada 3500 akan mengirim hasil konversi kedalam
39
bentuk sinyal analog dan digital ke modul DCS melalui interface I/O. Dari
DCS pembacaan getaran ditampilkan pada HMI di monitor server maupun
operator.
4.5 DCS
Gambar 4. 7 DCS
“sumber: doc. Pribadi”
Gambar 4.7 di atas adalah DCS yang merupakan sistem kontrol yang
mampu menghimpun seluruh data dari lapangan dan memutuskan akan diapakan
data tersebut. Pada Sistem pengukuran ini untuk data yang tampil pada vibrasi
monitor akan terhubung atau ditransmisikan melalui Ethernet modbus ke bagian
utama dari DCS. Hal ini dilakukan agar operator pada DCS lebih mudah dalam
mengontrol dan mengecek hasil vibrasi. Bagian utama dari DCS yang dimaksud
Human Machine Interface (HMI) yang berfungsi sebagai layar monitor untuk
menampilkan, mengoperasikan serta me-record data-data yang diperoleh dari hasil
vibrasi tersebut, sehingga jika terjadi trouble pada hasil vibrasi ,maka langsung
terpantau pada ruangan.
40
4.6 Tabel Hasil Pengamatan Vibrasi
41
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan:
1. Sensor vibrasi pabrikan pabrikan Bently Nevada, berfungsi untuk membaca
vibrasi dari medan magnet dan shaft, kemudian sinyal nya ditransfer
menggunakan kabel shielded menuju monitor rack 3500 bently Nevada,
yang diletakkan di Casing pada condensate extraction pump.
2. HMI berfungsi sebagai layar monitor untuk menampilkan, mengoperasikan
serta me-record data yang diperoleh dari hasil pengukuran vibrasi.
3. Saat nilai vibrasi set alert point yaitu ≤ 3 mm/s rms dan ≤ 5 mm/s rms.
Bently Nevada 3500 akan mengirimkan sinyal alarm ke DCS. Saat nilai
vibrasi set danger ≥ 5 mm/s rms. Bently Nevada 3500 akan mengirimkan
sinyal danger ke DCS.
4. Hasil pengukuran vibrasi pada condensate extraction pump di bawah 3
mm/s rms, keadaan ini menunjukkan bahwa kondisi pada condensate
extraction pump dalam keadaan normal dan sensor bekerja dengan baik.
5.2 Saran
Saran yang dapat menjadi bahan evaluasi pembaca dan PT.PLN:
1. Selalu perhatikan kesehatan dan keselamatan kerja selama proses kerja
praktek berlangsung.
2. Untuk perkembangan data pada laporan, kedepannya diharapkan untuk
melakukan pengecekan kondisi alat.
42
DAFTAR PUSTAKA
PT PLN (Persero). 2019.” Pedoman dan Perilaku Etika Bisnis”. Diakses dari
https://web.pln.co.id/statics/uploads/2019/09/PLN-5.pdf pada hari 15 Desember
2021 14:00 WIB.
43
Pengertian Vibrasi
https://vibrasi-alignment.com/2019/05/15/pengertian-vibrasi/
pada hari 20 Desember 2021 12:14 WIB.
Apa Perbedaan Sensor dan Tranduser? Apakah Keduanya sama? Simak!
https://caramesin.com/perbedaan-sensor-dan-tranduser/ pada hari 23 Desember
2021 22:00 WIB.
44