Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem proteksi mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menjaga kelangsungan dan keamanan produksi energi listrik. Untuk menjaga
kehandalan sistem diperlukan sistem proteksi yang baik. Vacuum Circuit
Breaker (VCB) merupakan suatu sistem proteksi untuk menjaga
kelangsungan produksi listrik di PLTU Kanci, Cirebon.
Vacuum Circuit Breaker (VCB) ini digunakan untuk memproteksi
rangkain listrik yang bertegangan sampai 38 KV. Vacuum Circuit Breaker
merupakan salah satu PMT yang menggunakan kevakuman untuk
menghilangkan bunga api listrik. Contoh penggunaan VCB di PLTU Kanci
adalah pada motor belt conveyor yang bertegangan 11 KV.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan kerja praktek yang dilaksanakan di PT Cirebon Power
Services, PLTU Kanci, Cirebon ini adalah:
1. Mengetahui bagian-bagian Vacuum Circuit Breaker beserta fungsinya.
2. Memahami pengertian dan prinsip kerja dari Vacuum Circuit Breaker
sebagai salah satu proteksi.
3. Mempelajari pemeliharaan Vacuum Circuit Breaker di PT Cirebon Power
Services, PLTU Kanci, Cirebon.

1.3 Batasan Masalah


Laporan Kerja Praktek ini membahas mengenai bagian-bagian Vacuum
Circuit Breaker beserta prinsip kerja dan pemeliharaan Vacuum Circuit
Breaker pada Belt Conveyor (BC-03A) di PT Cirebon Power Services.

1
1.4 Rumusan Masalah
Mengingat terbatasnya waktu, wawasan dan banyak permasalahan
maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Mengetahui bagian-bagian Vacuum Circuit Breaker beserta fungsinya.
2. Memahami pengertian dan prinsip kerja dari Vacuum Circuit Breaker
sebagai salah satu proteksi.
3. Mempelajari pemeliharaan Vacuum Circuit Breaker di PT Cirebon Power
Services, PLTU Kanci, Cirebon.

1.5 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang, tujuan, batasan masalah, dan
rumusan masalah penulisan laporan kerja praktek.
BAB II PROFIL PERUSAHAAN
Pada bab ini menjelaskan tentang sejarah singkat perusahaan, struktur
organisasi perusahaan dan gambaran umum tentang sistem PLTU.
BAB III DASAR TEORI
Pada bab ini menerangkan tentang teori dasar tentang circuit breaker dan
jenis-jenis dari circuit breaker, serta terjadinya busur api pada circuit breaker.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan tentang Vacuum Circuit Breaker, permasalahan dan
pemeliharaan Vacuum Circuit Breaker.
BAB V PENUTUP
Kesimpulan dan saran.

2
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum Perusahaan


PT. Cirebon Power Services adalah salah satu perusahaan pembangkit
listrik di Indonesia yang terletak di kabupaten Cirebon.Masyarakat umum
biasanya menyebut dengan PLTU Cirebon.PT. Cirebon Power Services
merupakan perusahaan yang lahir karena adanya kebijakan pemerintah
mengenai proyek pembangkit 10.000 MW untuk menangani kekurangan
listrik di Indonesia. PT. Cirebon Power Services beralamat di Jalan Raya
Cirebon-Tegal KM 8,5 Astanajapura, Kanci Kulon Kabupaten Cirebon.
Perusahaan ini berdiri pada tanggal 15 Februari 2010.
PT Cirebon Power Services adalah sebuah perusahaan O&M, yaitu
perusahaan yang bergerak untuk operasional dan maintenance (perawatan)
pembangkit listrtik tersebut. Ada sekitar 200 karyawan yang berada di bawah
naungan PT. Cirebon Power Services. Perusahaan ini merupakan anak
perusahaan dari PT Cirebon Elektrik Power (owner). PT Cirebon Elektrik
Power sendiri terbentuk dari 4 shared holder (Investor) yang menanam saham
untuk pembangunan PLTU di cirebon yaitu KOMIPO, SAMTAN, ADARO
dan MARUBENI. PLTU Cirebon menghasilkan listrik sebesar 660 MW yang
akan disalurkan ke wilayah Jawa-Bali. Visi dan misi dari PT Cirebon Power
Services adalah menjadi perusahaan power plant nomor 1 di dunia.

2.2 Struktur Organisasi


PT. Cirebon Power Services memiliki karyawan sebanyak 200 orang.
Jumlah tersebut di bagi ke dalam beberapa departemen.Ada yang di divisi
Operation, Maintenance dan di bagian General Affair.Di PT Cirebon Power
Services pula terdapat karyawan yang berasal dari luar negeri, yang mengisi
jabatan – jabatan penting di management.Adapun struktur organisasi di PT
Cirebon Power Services adalah sebagai berikut :

3
PRESIDEN
DIREKTUR
DEPUTY

DIREKTUR GENERAL DIREKTUR DIREKTUR


AFFAIR OPERATION MAINTENANCE

MANAGER
MAINTENANCE
CHIEF MANAGER OPR

CHIEF

STAF SHIFT LEADER ENGINEER

OPERATOR CCR SUPERVISOR

OPERATOR LAPANGAN TEKNISI

Gambar 2.1 Diagram Struktur Organisasi Perusahaan

Dari bagan di atas dapat kita lihat bahwa di PT Cirebon Power Services
Presiden Direktur dibantu deputy membawahi 3 departemen, antara lain :
1. General Affair
Departemen ini adalah departemen yang tugasnya mengurusi semua
urusan selain kegiatan operasi dan perawatan, contonya adalah mengurusi
accounting, human resourse, environment,dan precourment. Adapun
struktur organisasi dari departemen General Affair adalah :
2. Operation
Merupakan bagian yang mengoperasikan unit PLTU agar dapat
menghasilkan listrik 660 MW setiap hari.
3. Maintenance
Adalah bagian yang melakukan perawatan pada unit PLTU, yang mana
kerjanya selalu berdampingan dengan departemen Operation.

4
2.3 Gambaran Umum Sistem PLTU
Pada dasarnya prinsip pembangkit tenaga uap adalah dengan
memanfaatkan energi potensial panas dari uap air untuk memutar turbin uap
yang mengubah energi potensial panas uap menjadi energi mekanik, dan
turbin akan memutar generator yang kemudian menghasilkan energi listrik.
Untuk konversi energi yang terjadi pada pembangkit listrik tenaga uap dapat
dilihat pada gambar 2.2.

STEAM

FUEL BOILER TURBINE GENERATOR


SHAFT ELECTRICITY

CHEMICAL HEAT TO MECHANICAL


TO HEAT MECHANICAL TO ELECTRICAL

Gambar 2.2 Konversi energi di PLTU

Pengkonversian energi dalam PLTU ini menggunakan prinsip


kesetimbangan energi yang dirumuskan oleh Rankine, Diagram rankine in
luas digunakan dalam pembangkitan energi listrik yang menggunakan media
steam sebagai fluida kerjanya.Diagram rankine ini terdiri dari beberapa
tahapan yang dijelaskan dalam gambar 2.3.

Gambar 2.3 Diagram T-S Supercritical Rankine Diagram

5
Dari gambaran diatas dapat dijelaskan siklus fluida dan energi yang
terjadi yaitu sebagai berikut:
1) Air akan dipompa dengan memberikan tekanan tertentu menuju
kedalam boiler.
2) Air akan dipanaskan dan dirubah fasanya menjadi superheated
steam dalam boiler dengan proses penyerapan energi panas dari
bahan bakar
3) Superheated steam yang terbentuk akan dialirkan menuju turbin,
energi potensial panas dan tekanan steam ini akan berpotongan
dengan sudu-sudu turbin dan akan terekspansi sehingga
menimbulkan energi kinetik untuk memutar poros turbin.
4) Steam yang terekspansi akan berubah fasa kembali dalam
kondenser, dan panas yang tersisa akan dibuang melalui cooling
tower.
5) Steam yang telah berubah fasa kembali menjadi air akan dialirkan
kembali oleh pompa menuju boiler.

Energy
Added
Energy
Removed
Boiler
Turbine

Exhaust
Steam
Condensed
Energy
Pump Removed
Condenser

Gambar 2.4 Proses siklus PLTU

6
2.3.1 Komponen Utama Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Komponen utama dari pembangkit listrik tenaga uap yaitu:
1. Boiler
Boiler superkritis merupakan teknologi baru pada sistem
pembangkit tenaga uap dimana boiler tersebut bekerja pada
temperature 550 0C dan tekanan 30 Mpa. Boiler superkritis
mampu menghasilkan 1240 ton/jam uap atau sekitar 660 MW.

2. Turbin Uap

Gambar 2.5 Turbin PLTU Cirebon


3. Generator
Pada tahun 1831, setelah sebelas tahun melakukan
percobaan, Michael Faraday dapat membuktikan prinsip
pembangkitan listrik dengan induksi magnet. Dengan peragaan
dijelaskan, bahwa bila kumparan atau penghantar memotong
medan magnet yang berubah-ubah akan terinduksi suatu
tegangan listrik padanya. Kini rancangan semua mesin listrik
adalah didasarkan pada bukti nyata tersebut. Kemudahan
membangkitkan listrik secara induksi memunculkan
perkembangan pembuatan dynamo dan pada tahun 1882
tersedia pasok listrik untuk publik di London.

7
Pasokan ini diperoleh dari generator DC yang digerakkan
dengan mesin bolak balik (reciprocating) yang di catu dengan
uap dari boiler pembakaran manual.Permintaan tenaga listrik
tumbuh berkembang dan pembangkit kecil muncul di seluruh
negeri.Hal ini memberikan keinginan untuk bergabung agar
menjadi ekonomis.
Pada tahun 1878 generator pertama dibuat oleh Gramme,
tetapi tidak menghasilkan listrik sampai tahun 1888 ketika
Nikola Tesla memperkenalkan sistem banyak fasa (poly phase)
medan berputar. Pada tahun 1882 Sir Charles Parson
mengembangkan Turbin generator AC pertama dan pada 1901
dibuat generator 3 fasa 1500 kW untuk pusat pembangkit
Neptune di Tyne Inggris. Inilah mesin awal dengan kumparan
yang berputar didalam medan magnet, tetapi ternyata bahwa
semakin besar output yang diinginkan akan lebih mudah
mengalirkan arus listrik pada medan magnet berputar didalam
kumparan yang diam atau stator. Rancangan mesin secara
bertahap berkembang sehingga pada 1922, generator 20 MW
yang berputar pada 3000 rpm beroperasi.Gambar generator
dapat dilihat pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Generator 350 MW

8
Sementara itu karena tuntutan permintaan kebutuhan
rancangan unit pembangkit juga berkembang dan
kapasitasnyapun meningkat sehingga dibentuk organisasi
untuk mengoperasikan sistem transmisi interkoneksi yang
disebut pusat penyaluran dan pengatur beban.
Generator memproduksi listrik pada frekuensi AC
nominal 50 Hz dan tegangan 18 kV. Tegangan keluar
generator dikontrol dengan mengubah-ubah kuat medan
magnet putar. Medan magnet dikontrol dengan mengubah-
ubah medan pemagnetan dari rotor dari sistem eksitasi
generator.

4. Kondenser

Uap bekas turbin dikondensasi didalam kondensor


menggunakan air sirkulasi sebagai media pendingin.
 Untuk gambar condenser sederhana dapat dilihat pada
gambar 2.7.

Gambar 2.7 Kondenser

9
5. Coal Handling System
Coal handling system merupakan bagian utama dalam
pemasokan batubara sebagai bahan bakar dalam pembakaran
di boiler. Batubara tersebut diambil dari kapal atau tongkang,
kemudian batu bara tersebut dibawa dengan belt conveyor
menuju ke tempat penampungan batubara (stockpile) atau ke
bunker sebelum masuk ke boiler untuk proses pembakaran.

10
BAB III
VACUUM CIRCUIT BREAKER

3.1 Circuit Breaker


Circuit Breaker atau Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) adalah suatu
peralatan pemutus rangkaian listrik pada suatu sistem tenaga listrik, yang
mampu untuk membuka dan menutup rangkaian listrik pada semua kondisi,
termasuk arus hubung singkat, sesuai dengan ratingnya. Juga pada kondisi
tegangan yang normal ataupun tidak normal. Adapun macam dari Circuit
Breaker yaitu:
3.1.1 MCB (Miniatur Circuit Breaker)

MCB adalah suatu rangkaian pengaman yang dilengkapi


dengan komponen thermis (bimetal) untuk pengaman beban lebih
dan juga dilengkapi relay elektromagnetik untuk pengaman hubung
singkat.
MCB banyak digunakan untuk pengaman sirkit satu fasa
dan tiga fasa. Keuntungan menggunakan MCB, yaitu :
1. Dapat memutuskan rangkaian tiga fasa walaupun terjadi
hubung singkat pada salah satu fasanya.
2. Dapat digunakan kembali setelah rangkaian diperbaiki akibat
hubung singkat atau beban lebih.
3. Mempunyai respon yang baik apabila terjadi hubung singkat
atau beban lebih.

Pada MCB terdapat dua jenis pengaman yaitu secara


thermis dan elektromagnetis, pengaman termis berfungsi untuk
mengamankan arus beban lebih sedangkan pengaman
elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika terjadi hubung
singkat.

11
Pengaman thermis pada MCB memiliki prinsip yang sama
dengan thermal overload yaitu menggunakan dua buah logam yang
digabungkan (bimetal), pengamanan secara thermis memiliki
kelambatan, ini bergantung pada besarnya arus yang harus
diamankan, sedangkan pengaman elektromagnetik menggunakan
sebuah kumpa- ran yang dapat menarik sebuah angker dari besi
lunak.
MCB dibuat hanya memiliki satu kutub untuk pengaman
satu fasa, sedangkan un- tuk pengaman tiga fasa biasanya memiliki
tiga kutub dengan tuas yang disatukan, sehingga apabila terjadi
gangguan pada salah satu kutub maka kutub yang lainnya juga
akan ikut terputus.
Berdasarkan penggunaan dan daerah kerjanya, MCB dapat
digolongkan menjadi 5 jenis ciri yaitu :

 Tipe Z (rating dan breaking capacity kecil) Digunakan untuk


pengaman rangkaian semikonduktor dan trafo-trafo yang sen-
sitif terhadap tegangan.
 Tipe K (rating dan breaking capacity kecil) Digunakan untuk
mengamankan alat-alat rumah tangga.
 Tipe G (rating besar) untuk pengaman motor.
 Tipe L (rating besar) untuk pengaman kabel atau jaringan.
 Tipe H untuk pengaman instalasi penerangan bangunan

Gambar 3.1 Miniatur Circuit Breaker

12
3.1.2 MCCB (Mold Case Circuit Breaker)
MCCB merupakan salah satu alat pengaman yang dalam
proses operasinya mem- punyai dua fungsi yaitu sebagai
pengaman dan sebagai alat untuk penghubung.
Jika dilihat dari segi pengaman, maka MCCB dapat
berfungsi sebagai pengaman gangguan arus hubung singkat dan
arus beban lebih. Pada jenis tertentu pengaman ini, mempunyai
kemampuan pemutusan yang dapat diatur sesuai dengan yang
diinginkan.

Gambar 3.2 Mold Case Circuit Breaker

3.1.3 ACB (Air Circuit Breaker)


ACB (Air Circuit Breaker) merupakan jenis circuit breaker
dengan sarana pemadam busur api berupa udara. ACB dapat
digunakan pada tegangan rendah dan tegangan menengah. Udara
pada tekanan ruang atmosfer digunakan sebagai peredam busur api
yang timbul akibat proses switching maupun gangguan.

Gambar 3.3 Air Circuit Breaker

13
3.1.4 OCB (Oil Circuit Breaker)
Oil Circuit Breaker adalah jenis CB yang menggunakan
minyak sebagai sarana pemadam busur api yang timbul saat terjadi
gangguan. Bila terjadi busur api dalam minyak, maka minyak
yang dekat busur api akan berubah menjadi uap minyak dan busur
api akan dikelilingi oleh gelembung-gelem- bung uap minyak dan
gas.
Gas yang terbentuk tersebut mempunyai sifat thermal
conductivity yang baik dengan tegangan ionisasi tinggi sehingga
baik sekali digunakan sebagi bahan media pemadam loncatan
bunga api.

Gambar 3.4 Oil Circuit Breaker

3.1.5 VCB (Vacuum Circuit Breaker)


Vacuum circuit breaker memiliki ruang hampa udara untuk
memadamkan busur api, pada saat circuit breaker terbuka (open),
sehingga dapat mengisolir hubungan setelah bunga api terjadi,
akibat gangguan atau sengaja dilepas. Salah satu tipe dari circuit
breaker adalah recloser. Recloser hampa udara dibuat untuk
memutus- kan dan menyambung kembali arus bolak-balik pada
rangkaian secara otomatis.

14
Pada saat melakukan pengesetan besaran waktu
sebelumnya atau pada saat recloser dalam keadaan terputus yang
kesekian kalinya, maka recloser akan terkunci (lock out), sehingga
recloser harus dikembalikan pada posisi semula secara manual.

Gambar 3.5 Vacuum Circuit Breaker

3.1.6 SF6CB (Sulfur Circuit Breaker)


SF6CB adalah pemutus rangkaian yang menggunakan gas
SF6 sebagai sarana pemadam busur api. Gas SF6 merupakan gas
berat yang mem- punyai sifat dielektrik dan sifat mema- damkan
busur api yang baik sekali. Prinsip pemadaman busur apinya
adalah Gas SF6 ditiupkan sepanjang busur api, gas ini akan
mengambil panas dari busur api tersebut dan akhirnya padam.
Rating tegangan CB adalah antara 3.6 KV – 760 KV.

Gambar 3.6 Sulfur Circuit Breaker

15
3.2 Proses Terjadinya Busur Api
Pada waktu pemutusan atau penghubungan suatu rangkaian sistem
tenaga listrik maka pada PMT (circuit breaker) akan terjadi busur api, hal
tersebut terjadi karena pada saat kontak PMT dipisahkan , beda potensial
diantara kontak akan menimbulkan medan elektrik diantara kontak tersebut,
seperti ditunjukkan pada gambar 3.7 dibawah.

Gambar 3.7 Timbulnya Medan Elektrik

Arus yang sebelumnya mengalir pada kontak akan memanaskan kontak


dan menghasilkan emisi thermis pada permukaan kontak. Sedangkan medan
elektrik menimbulkan emisi medan tinggi pada kontak katoda (K). Kedua
emisi ini menghasilkan elektron bebas yang sangat banyak dan bergerak
menuju kontak anoda (A). Elektron-elektron ini membentur molekul netral
media isolasi dikawasan positif, benturan-benturan ini akan menimbulkan
proses ionisasi. Dengan demikian, jumlah elektron bebas yang menuju anoda
akan semakin bertambah dan muncul ion positif hasil ionisasi yang bergerak
menuju katoda, perpindahan elektron bebas ke anoda menimbulkan arus dan
memanaskan kontak anoda.

16
Gambar 3.8 Elektron hasil emisi

Ion positif yang tiba di kontak katoda akan menimbulkan dua efek yang
berbeda. Jika kontak terbuat dari bahan yang titik leburnya tinggi, misalnya
tungsten atau karbon, maka ion positif akan akan menimbulkan pemanasan di
katoda. Akibatnya, emisi thermis semakin meningkat. Jika kontak terbuat dari
bahan yang titik leburnya rendah, misal tembaga, ion positif akan
menimbulkan emisi medan tinggi. Hasil emisi thermis ini dan emisi medan
tinggi akan melanggengkan proses ionisasi, sehingga perpindahan muatan
antar kontak terus berlangsung dan inilah yang disebut busur api.

Gambar 3.9 Proses terjadinya busur api

17
Untuk memadamkan busur api tersebut perlu dilakukan usaha-usaha
yang dapat menimbulkan proses deionisasi, antara lain dengan cara sebagai
berikut:
1. Meniupkan udara ke sela kontak, sehingga partikel-partikel
hasil ionisai dijauhkan dari sela kontak.
2. Menyemburkan minyak isolasi kebusur api untuk memberi
peluang yang lebih besar bagi proses rekombinasi.
3. Memotong busur api dengan tabir isolasi atau tabir logam,
sehingga memberi peluang yang lebih besar bagi proses
rekombinasi.
4. Membuat medium pemisah kontak dari gas elektronegatif,
sehingga elektron-elektron bebas tertangkap oleh molekul
netral gas tersebut.

Jika pengurangan partikel bermuatan karena proses deionisasi lebih


banyak daripada penambahan muatan karena proses ionisasi, maka busur api
akan padam. Ketika busur api padam, di sela kontak akan tetap ada terpaan
medan elektrik. Jika suatu saat terjadi terpaan medan elektrik yang lebih besar
daripada kekuatan dielektrik media isolasi kontak, maka busur api akan
terjadi lagi.

3.3 Konstruksi Circuit Breaker


Dalam hal ini circuit breaker yang dipakai adalah Vaccum Circuit Breaker
dengan tegangan menengah. Secara umum circuit breaker ini terdiri atas 3
(tiga) bagian utama yaitu :

1. Bagian pemutus “Interrupter”.


2. Bagian mekanis penggerak “Operating Mechanism”.
3. Peralatan Bantu sebagai peralatan yang menunjang operasi circuit
breaker.

18
a. Bagian Interrupter
Bagian pemutus “Interrupter” adalah bagian yang memutuskan dan
menghubungkan arus beban listrik sesuai dengan arus kerjanya (Rating
Current) dan memutuskan arus hubung singkat yang besar atau arus
gangguan lain. Bagian ini terdiri dari:
1. Kontak-Kontak
Kontak dalam circuit breaker harus dapat mengalirkan atau
menghubungkan arus beban dengan sempurna, sehingga
hubungan antara kontak – kontaknya harus sempurna.

2. Peralatan Udara Hembus (Puffer)


Peralatan udara hembus yang terpasang pada circuit breaker
dipakai sebagai penghembus busur api listrik yang timbul pada
kontak saat operasi pemutusan, agar busur api listrik tersebut
dapat segera dipadamkan, sehingga tidak merusak kontak -
kontak breaker.

3. Pemutus Busur Api Listrik (Arc-Chute)


Arc chute dalam circuit breaker dipakai untuk memutuskan loncatan
busur api listrik yang timbul diantara kontak – kontak breaker,
sehingga busur api tersebut dapat dipadamkan lebih cepat dan
mudah.

4. Primary Disconnecting Contact


Primary disconnecting contact ini dipakai untuk
menghubungkan kutub-kutub kontak circuit breaker dengan
rangkaian sumber dan beban listrik di dalam chute.

19
5. Secondary Disconnecting Contact
Digunakan untuk menghubungkan kontak control operasi
breaker dengan rangkaian di dalam cubicle.

b. Bagian Mekanis Penggerak


Mekanisme penggerak adalah kontak-kontak gerak circuit breaker.
Kecepatan membuka kontak-kontak dapat mempercepat pemadaman busur
api listrik dan mempersingkat terjadi restriking arc saat pemutusan beban.
Kecepatan kontak tersebut tergantung dari kecepatan mekanisme
penggerak. Mekanisme penggerak terdiri dari:
1. Pegas-Pegas Penggerak Kontak (Spring)
Pegas-pegas ini berfungsi untuk penggerak kontak dalam
circuit breaker. Pegas-pegas ini berfungsi untuk membuka dan
menutup breaker.

2. Solenoid Penutup dan Levering Device


Suatu alat yang digunakan untuk memposisikan breaker di
cubicle pada posisi rack-out, test, dan rack-in.

3. Puffer
Alat untuk udara hembus pada Air Circuit Breaker. Puffer
berguna untuk menghilangkan busur api listrik.

4. Perlengkapan Pengunci Otomatis (Interlock)


Interlock adalah permitivitas agar breaker close atau open.
Interlock sangat berguna bagi safety baik untuk orang maupun
peralatan tersebut.

20
5. Solenoid Trip
Solenoid yang digunakan untuk membuka breaker.

6. Motor DC
Motor DC berguna sebagai motor penekan dan peregang
spring dan digunakan untuk menggerakkan circuit breaker
untuk rack-in atau rack-out.

c. Peralatan Bantu
Peralatan bantu merupakan alat pelengkap yang menunjang operasi circuit
breaker dalam suatu rangkaian sistem tenaga listrik, seperti:
1. Auxiliary Contact
Auxiliary contact dalam circuit breaker dipakai untuk
menunjang operasi breaker dan untuk fasilitas interlock sistem
yang bekerja bersamaan dengan kontak breaker dan posisi
auxiliary contact disesuaikan dengan kebutuhan.

2. Relay
Relay digunakan untuk relay proteksi dan relay contactor.
Untuk relay proteksi digunakan relay over current, relay
differential current, dan relay ground fault.

3. Remote Control
Perlengkapan yang digunakan untuk control dari control room.

4. Electrical dan Mechanical Interlock


Electrical dan mechanical interlock ini bertujuan sebagai safety
pada human maupun peralatan.

21
5. CT dan PT
Trafo-trafo ini digunakan untuk meter swicthgear tersebut dan
untuk relay proteksi terhadap sistem.

22
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Pemeliharaan


Pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang sangat penting, karena
pemeliharaan yang baik akan memperpanjang umur dan akan menjamin
berfungsinya peralatan dengan baik dan dapat dirasakan pengaruhnya
terhadap peralatan.
Tujuan pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah untuk:
a. Untuk keandalan dan efisiensi.
b. Untuk memperpanjang umur peralatan sesuai dengan usia teknis.
c. Untuk mengurangi resiko kegagalan dan kerusakan peralatan.
d. Untuk meningkatkan keamanan peralatan.

4.2 Spesifikai VCB Di PLTU Kanci


4.2.1 Bagian-Bagian dan Spesifikasi VCB

Gambar 4.1 Bagian-bagian VCB

23
Tabel 4.1 Spesifikasi VCB
MV Vacuum Circuit Breaker (PLTU Kanci)
Type LVB-12M-40D
Rated voltage 12 kV
Rated main bus current 1250/2000 A
Rated short time withstand current 40 kA/ 3 Second
Rated opening/closing time 40 ms / 60 ms
Standard duty Rapid re-closing type
Control voltage 220 Vdc

4.2.2 Proteksi Pada VCB


Dalam sebuah VCB juga terdapat proteksi yang bertujuan untuk
mengamankan peralatan dan keselamatan bagi operator pada saat
mengoperasikan VCB. Proteksi tersebut adalah:
1. VCB Mechanical Protection
VCB mechanical protection in terdiri dari:
a. Connector Untuk Auxiliary Circuit
Berfungsi ketika circuit breaker dalam keadaan service
position, memastikan kalau jack terminal tidak bisa
dilepas.

b. Interlock Device Antara Pintu dan Circuit Breaker


Pada saat circuit breaker dalam keadaan service position,
operator tidak akan bisa membuka pintu panel karena ada
interlock key.

24
c. Earthing Switch Padlock
Pengunci ini bisa digunakan pada saat circuit breaker
dalam keadaan off, tujuannya dalah untu mencegah
kecelakaan seandainya terjadi kecerobohan pada
pengoperasian earthing.

Gambar 4.2 Earthing switch padlock


2. VCB Electrical Protection
VCB electrical protection ini terdiri dari:
a. Trip Circuit Supervision
Berfungsi untuk memastikan bahwa tripping coil dari circuit
breaker selalu dalam keadaan yang baik. Trip circuit
supervision relay mengukur resistansi dari trip coil circuit
breaker secara terus menerus dan juga mengukur control
voltage dari trip coil dan akan memberikan alarm ketika
control voltage menurun.

Gambar 4.3 Trip circuit supervision relay

25
b. Anti Pumping Relay
Merupakan perlatan dari circuit breaker yang berfungsi untuk
mencegah terjadinya penekanan tombol breaker secara
berulang-ulang. Contohnya, jika operator menekan tombol
close untuk mengoffkan breaker. Pada saat breaker off, anti
pumping relay akan bekerja dan memastikan kalau tombol
close tersebut hanya bisa ditekan satu kali yang bertujuan
untuk menghindari terjadinya kerusakan pada bagian-bagian
penggeraknya.

4.3 Pelaksanaan Pemeliharaan


4.3.1 Langkah-Langkah Pengamanan
Sebagai langkah pelaksanaannya adalah:
1. Melepas circuit breaker melalui panel control dan menguncinnya.
2. Memberikan caution notice dan tagging.
3. Membebaskan breaker dari sumber tegangan control dan tegangan
menengah.
4. Menempatkan breaker pada posisi “Disconnect atau Test”.
5. Menggunakan buku petunjuk pemeliharaan dan catatan riwayat
peralatan untuk mendapatkan data-data kerusakan atau gangguan
sebelumnya sebagai penuntun analisa gangguan serta
penyebabnya.

4.3.2 Mengeluarkan Dari Bilik


Untuk mengeluarkan breaker dari dalam cubicle dilakukan dengan
cara:
1. Meyakinkan bahwa breaker dalam posisi “OPEN” yaitu dengan
menekan tombol “OFF” pada cubicle.
2. Melepas tegangan control dengan cara mengoffkan mini circuit
breakernya.

26
3. Menempatkan brekaer pada posisi “Disconnect” dengan cara
memutar engkol berlawanan arah jarum jam.
4. Keluarkan breaker.

4.3.3 Memeriksa Mekanisme Penggerak


Pemeriksaaan mekanisme penggerak dilakukan dengan cara:
1. Meyakinkan bahwa seluruh komponen yang bergerak dapat
bergerak bebas, tidak rusak, tidak longgar karena aus dan selalu
pada kedudukan yang benar.
2. Memberikan grease pada bagian-bagian yang bergerak atau poros
dengan grease yang sesuai.
3. Memeriksa kekencangan baut-baut dan mur-mur.

4.3.4 Pengukuran Megger Test


Pengukuran tahanan isolasi (Megger Test) merupakan metode non-
destructive untuk menentukan kondisi isolasi dari circuit breaker.
Pengukuran dilakukan pada saat breaker dalam keadaan terbuka dan
tertutup. Berikut ini adalah hasil dari pengukuran tahanan isolasi.

Tabel 4.2 Hasil pengukuran Tahanan Isolasi (Tertutup)


Status Breaker: Tertutup
Phase A-B+C+E Phase B-A+C+E Phase C-A+B+E
DC DC DC
1000 1000 1000
(Volt) (Volt) (Volt)
R R R
270 255 237
(GOhm) (GOhm) (GOhm)

27
Tabel 4.3 Hasil pengukuran Tahanan Isolasi (Terbuka)
Status Breaker: Terbuka
Pole A Pole B Pole C
DC DC DC
1000 1000 1000
(Volt) (Volt) (Volt)
R R R
152 192 201
(Gohm) (Gohm) (Gohm)

Pada tabel di atas terlihat nilai besarnya masing-masing tahanan


isolasi tiap phase adalah melebihi tahanan isolasi yang diperbolehkan
yaitu >2000 Mohm. Hal ini menandakan bahwa tahanan isolasi kontak
masih dalam keadaan baik.

Gambar 4.4a Pengukuran Tahanan Isolasi

Gambar 4.4b Pengukuran Tahanan Isolasi

28
4.3.5 Pengukuran Tahanan Kontak
Pengukuran tahanan kontak merupakan pengukuran nilai tahanan
antara fixed dan moving kontak breaker di dalam interrupting
chamber (ruang pemutusan) dalam keadaan tertutup. Standar nilai
tahanan kontak ditentukan oleh pabrikan pembuat breaker. Nilai
tahanan kontak diharapkan sekecil mungkin, karena semakin besar
nilai tahanan maka akan terjadi loses yang semakin besar pula.
Berikut hasil pengukuran tahanan kontak yang telah dilakukan.

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Tahanan Kontak (Tertutup)


Status Breaker: Tertutup
Line A Line B Line C
Arus Arus Arus
100 100 100
(A) (A) (A)
R R R
1.198 1.512 1.083
(µOhm) (µOhm) (µOhm)

Gambar 4.5a Pengukuran Tahanan Kontak

29
Gambar 4.5b Pengukuran Tahanan Kontak

Gambar 4.5c Pengukuran Tahanan Kontak

4.3.6 Pengukuran Keserempakan (Synchronize)


Pengukuran keserempakan dilakukan untuk mengetahui kecepatan
kerja pemutusan dan penyambungan kontak breaker. Pengukuran ini
menjadi salah satu hal penting karena bila diketahui ketiga pole circuit
breaker tidak serempak dalam memutuskan atau menyambungkan
daya listrik maka akan terjadi ketidakseimbangan arus yang besar
pada pole yang bekerja paling lambat dan dapat menyebabkan ledakan
bila tidak mampu menahan arus tersebut. Berikut hasil pengukuran
yang telah dilakukan.

30
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Keserempakkan
Phase A (ms) Phase B (ms) Phase C (ms)
Contact close 40.5 40.5 39.5
Contact open 26.5 26.5 29.7

Gambar 4.6a Pengukuran Keserempakkan

Gambar 4.6b Pengukuran Keserempakkan

31
BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat setelah praktek kerja lapangan ini adalah:


1. Pemeliharaan terhadap circuit breaker tersebut bertujuan untuk menjaga
agar breaker dapat selalu beroperasi dengan baik, sempurna dan sesuai
dengan fungsinya dan tetap aman.
2. Keadaan isolasi kontak masing-masing fasa-ground circuit breaker masih
dalam keadaan baik berdasarkan hasil pengukuran tahanan isolasi (megger
test).
3. Berdasarkan pengukuran tahanan kontak circuit breaker tiap fasa, dapat
disimpulkan bahwa kontak-kontak utama breaker telah terhubung dengan
sempurna .
4. Pemeliharaan Circuit Breaker sebaiknya dilakukan dengan rutin. Hal ini
bertujuan untuk menghindari adanya kegagalan dalam sistem proteksi.

32

Anda mungkin juga menyukai