Anda di halaman 1dari 47

BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum Perusahaan


2.1.1 Sejarah PT. Cirebon Power Services

PT. Cirebon Power Services atau yang lebih dikenal

dengan CPS, PLTU Cirebon ini dimiliki oleh PT. Cirebon Electric

Power atau lebih dikenal dengan nama CEP. PT. Cirebon Power

Services didirikan pada tanggal 15 februari 2010, berdasarkan Akta

Pendirian Perseroan Terbatas No.15 tanggal 25 Januari 2010 yang

disahkan oleh Notaris bernama Siti Safarijah, SH di Jakarta.

PT. Cirebon Power Services didirikan dengan tujuan untuk

mengoperasikan dan memelihara Pembangkit Listrik Tenaga Uap

atau yang dikenal dengan PLTU di Cirebon dengan kapasitas 1 ×

660 MW, dengan bahan bakar menggunakan batu bara berteknologi

Supercritical Boiler. PT. Cirebon Power Services berlokasi di Jl.

Raya Cirebon – Tegal KM 8.5, Kanci Kulon, Astanajapura, Cirebon

45181. Listrik yang dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap

(PLTU) Cirebon ini akan dialirkan ke jaringan listrik Jawa-Madura-

Bali (JAMALI) melalui gardu induk Sunyaragi- Cirebon dan gardu

induk Brebes.

PT. Cirebon Power Services merupakan perusahaan

konsorsium dengan pemegang saham sebagai berikut Komipo

5
2

Global Pte.Ltd dari Korea, Axia Power Holding BV dari Belanda,

Indika Power Investments Pte.Ltd dari Singapore, PT. Indikan

Infrastuktur Investindo dari Indonesia dan Cirebon Power Holding

Co.Ltd dari Korea.

2.1.2 Visi, Misi dan Logo PT. Cirebon Power Services


Vision : The Best Power Plant in Indonesia
Mission : Cost Effective & Environment Friendly Operation
Motto : Passion, Performance & Prosperity

Logo PT. Cirebon Power Services

Gambar 2.1 Logo PT. Cirebon Power Service

2.1.3 Struktur Organisasi PT. Cirebon Power Services


3

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. Cirebon Power Services

Manajemen dan organisasi yang baik merupakan suatu

elemen dasar yang sangat berpengaruh besar dalam perkembangan

suatu perusahaan untuk kedepannya. Dalam perusahaan, struktur

organisasi mempunyai peran untuk memudahkan pengembangan


4

sumber daya manusia, kita mampu melihat bagian-bagian mana

saja yang kedepannya akan membutuhkan sumber daya manusia.

Struktur organisasi juga dapat menjadi alat pada saat suatu

perusahaan melakukan perekrutan atau penambahan karyawan.

Berikut adalah tugas dan tanggung jawab dari setiap

department yang ada di PT. Cirebon Power Services :

2.1.3.1 Operation Division


Operation Division memiliki tugas untuk

mengoperasikan setiap instrumen yang mendukung untuk

berlangsungnya suatu proses produksi pembangkit listrik

secara efektif dan efesien. selain itu Operation Division

juga memiliki tugas untuk melakukan pemantauan dan

evaluasi performance setiap instrument yang terlibat

dalam proses pembangkit listrik.


Adapun tanggung jawab dan tugas yang

dijalankan oleh Operation Division adalah sebagai berikut:


 Mengoperasikan instrument utama dan pendukung

dalam proses pembangkit listrik.


 Mengontrol pemakaian (consumable) material.
 Mengadakan improvement di tempat kerja.
 Memperbaiki dan membuat tools atau prosedur

sehingga tetap berjalan dengan baik.


 Mengetahui kapasitas dan performance tiap mesin

guna untuk alokasi produksi.


2.1.3.2 GA Departement (Human Resources)
Human Resource memiliki kewajiban untuk

mengembangkan sumber daya manusia agar memiliki


5

kemampuan yang tinggi dan baik serta mengembangkan

sistem perekrutan atau penempatan karyawan.


Adapun tanggung jawab dan tugas yang

dijalankan oleh Human Resource Department adalah

sebagai berikut:
 Bertanggung jawab mengenai administrasi dan

kesejahteraan karyawan dan staf yang bekerja di

perusahaan.
 Melakukan recruitment karyawan berdasarkan

kebutuhan.
 Menjaga environment perusahaan.
 Menangani masalah safety karyawan.
 Menjaga hubungan baik dengan karyawan.

2.1.3.3 Maintenance Division


Maintenance Division mempunyai kewajiban

untuk menjaga, memelihara dan merawat peralatan

sehingga dapat memperlancar proses produksi yang

sedang berlangsung.
Adapun tanggung jawab dan tugas yang

dilakukan oleh Maintenance Division adalah sebagai

berikut :
 Merencanakan pengadaan dan perawatan setiap mesin.
 Melaksanakan pemeliharaan secara rutin dan terjadwal.
 Melaksanakan perbaikan-perbaikan secara rutin.
 Merancang dan mengembangkan mesin-mesin atau

peralatan baru.
2.2 Tinjauan Umum
6

Pembangkit listrik atau yang sering disebut dengan power plant

system, merupakan suatu sistem yang dapat mengubah energi kinetik

menjadi energi listrik. Komponen utama dalam power plant system adalah

Boiler, Generator, Turbine, Condenser dan Pump. Pembangkit Listrik

Tenaga Uap (PLTU) merupakan aplikasi dari renkine pada teori

termodinamika, siklus renkine ini memanfaatkan uap panas (Steam).

Sumber energi PLTU adalah dari batubara dan fluida yang bekerja dalam

sistem adalah air.


Dalam pengoperasian PLTU menggunakan siklus tertutup (close

system), air yang telah dipanaskan sehingga berubah menjadi steam

digunakan untuk menggerakan turbin, lalu steam yang telah dimanfaatkan

untuk menggerakan turbin akan dikondensasikan (proses perubahan steam

menjadi cair) yang akan digunakan kembali. Siklus kerja di PLTU

mengikuti siklus kerja renkin, yaitu mengkonversikan energi kinetik

menjadi energi listrik. Dengan cara mengubah fluida cair menjadi steam

menggunakan boiler, dimana steam tersebut digunakan untuk menggerakan

turbin yang dihubungkan dengan generator, setelah steam digunakan untuk

menggerakan turbin maka extrac steam (steam keluaran turbin) akan diubah

kembali menjadi fluida cair (air) dengan menggunakan kondensor, sehingga

fluida cair tersebut dapat digunakan kembali untuk proses pembuatan steam

selanjutnya, proses ini dilakukan secara terus-menerus sehingga membentuk

suatu siklus yang dinamakan siklus renkin.


7

Gambar 2.3 Siklus Renkine

( Sumber : https://www.google.co.id/search?q=Siklus+rankine&source)
8

2.3 Deskripsi Proses PT. Cirebon Power Services


2.3.1 Water and Steam Cycle
Penggunaan air di PT. Cirebon Power Services setiap

harinya adalah 120 m3/hari. Water and Steam Cycle ini bertujuan

untuk mengefisiensikan penggunaan air proses, maka dibuatlah

metode dengan cara steam keluar turbin akan dikondensasikan

menggunakan kondensor, dan kondensat tersebutlah yang akan

digunakan kembali untuk di ubah menjadi steam. Berikut

merupakan penjelasan mengenai proses air dan steam atau yang

biasa disebut dengan water and steam cycle.


Pertama air demin yang telah ditampung didalam 2 x 1500

m3 Demin Water Storage, kemudian dipompa menuju Hotwell

menggunakan 2 x 100% Demin Water Supply Pump. Didalam

Hotwell tersebut air demin bercampur dengan kondensat (air proses

kondensasi dari steam) keluar dari Low pressure Turbin. Kemudian

air di pompa menggunakan Condensor Outlet Pump (COP) dan

diumpankan ke dalam Gland Steam Condenser untuk proses

pemanasan. Perlu kita ketahui, bahwa fluida yang bekerja dalam

proses ini (air) tidak bisa langsung menggunakan boiler sebagai

media pengubah air menjadi steam, karena energi yang akan

diperlukan boiler tersebut akan sangatlah besar sehingga diperlukan

pre-heater terlebih dahulu sebelum masuk kedalam boiler. setelah


9

melewati Gland Steam Condenser, air tersebut masuk kedalam unit

Condensat Polishing plant (CPP).


Condensat Polishing plant (CPP) digunakan untuk

memurnikan air dengan specific conductivity <0,1 s/cm dengan

cara Ion Exchanger yaitu menggunakan resin anoda dan resin

katoda. Proses pada unit Condensat Polishing plant (CPP) ini cara

kerjanya sama seperti unit Mix Bed Polishing (MBP) dimana akan

menukar ion positif (+) dalam air dengan resin katoda dan akan

menukar ion negatif (-) dalam air dengan resin anoda, yang

berfungsi untuk menghilangkan padatan terlarut yang terkandung

didalam air (seperti SiO2-, Cl-, SO4-) dan ion-ion logam (seperti Fe2+

dan Na+). Hal ini dilakukan untuk menjaga perpipaan pada boiler

dan turbin agar tidak terjadi kerusakan akibat terjadinya korosi dan

scaling. Parameter yang dijaga selama proses didalam ini adalah

conductivity <0,1 s/cm, Sodium ≤ 2 ppb dan pH 5-8,5.


Air yang keluar dari unit Condensat Polishing plant (CPP)

akan di injeksi dengan ammonia yang berfungsi untuk menaikkan

pH air, kemudian di pompa menuju Drain Cooler dengan

menggunakan 3 × 50% Condensate Booster Pump dan dilakukan

proses pemanasan kembali didalam Drain Cooler sebelum

dimasukkan kedalam Low Pressure Heater (1,2,3,4). Low Pressure

Heater berguna untuk memanaskan air umpan, sehingga kerja dari

boiler tersebut tidak terlalu besar. Pemanasan didalam masing-

masing Heater tersebut dilakukan secara bertahap. Uap yang


10

digunakan untuk memanaskan air di dalam Heater 4 adalah uap

yang keluar dari Low Pressure Turbine (extrac steam), uap yang

digunakan untuk memanaskan air di dalam Heater 3 extrac steam

dari Heater 4, uap yang digunakan untuk memanaskan air di dalam

Heater 2 extrac steam dari Heater 3, sedangkan Heater 1

menggunakan energi panas dari extrac steam Heater 2 yang

nantinya akan digunakan untuk mamanaskan air di Heater 1.

Extrac steam dari Heater 1 digunakan untuk pemanasan pada unit

Drain Cooler. Setelah melewati pemanas Low Pressure Heater

kemudian air tersebut diumpankan ke dalam Deaerator.


Didalam Deaerator akan di lakukan proses penghilangan

impuritis gas yang terlarut dalam air (Dissolve Gas), dengan

melakukan proses spraying agar air menjadi bulir - bulir kecil lalu

di injeksikan steam dari re-heater boiler sehingga akan terpisahkan

antara air dan gas yang terlarut dalam air. Gas yang telah terpisah

dari air akan keluar dari bagian atas Deaerator sedangkan air akan

keluar melalui bagian bawah menuju Feed Water Tank.


Air yang telah melewati proses deaerasi di dalam

Deaerator akan ditampung pada Feed Water Tank dan air di dalam

Feed Water Tank akan di pompa menuju High Pressure Heater (6,

7, 8) menggunakan Boiler Feed Pump (BFP) dan di dalam 3 High

Pressure Heater tersebut air kembali mengalami pemanasan

bertahap. Setelah mengalami pemanasan dialam High Pressure

Heater kemudian air umpan boiler masuk kedalam Economizer


11

untuk di panaskan lagi, kemudian masuk kedalam Separator untuk

memisahkan antara steam dan air. Setelah dipisahkan antara steam

dan air, air akan di tampung di dalam Water Storage Tank dan

selanjutnya steam di alirkan menuju boiler untuk melakukan

pemanasan hingga mencapai suhu 569C dan tekanan 255 kg/cm2.


Steam yang di hasilkan oleh boiler digunakan untuk

menggerakan High Pressure Turbine, akan tetapi extrac steam yang

dikeluarkan High Pressure Turbine telah mengalami penurunan

suhu, sehingga perlu di lakukan penasasan lagi di Re-heater, agar

menjaga suhu steam tetap 569C namun dengan tekanan yang

berbeda yaitu 50 kg/cm2. Selanjutnya steam yang keluar dari Re-

heater digunakan kembali untuk injeksi steam pada Deaerator dan

menggerakan Intermediate Pressure Turbine. Steam yang keluar

dari Intermediate Pressure Turbine akan digunakan sebagai steam

penggerak di Low Pressure Turbine 1 dan Low Pressure Turbine 2.

Sebagian steam yang keluar dari Low Pressure Turbine 1 dan 2

akan melewati proses kondensasi di dalam Condensor agar dapat

digunakan kembali sebagai air proses.


Berikut adalah diagram alir proses water and steam cycle

untuk memperjelas pemaparan yang telah disampaikan

sebelumnya.
12

Gambar 2.4 General Flow Diagram Water and Steam


2.3.2 Water Treatment Process
Air merupakan bahan baku utama yang digunakan dalam

PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) untuk di ubah menjadi

steam melalui pemanasan menggunakan boiler yang selanjutnya

digunakan untuk menggerakan turbin sehingga dapat menghasilkan

listrik. Air proses yang digunakan PLTU (Pembangkit Listrik


13

Tenaga Uap) Cirebon berasal dari air laut. Air laut yang akan kita

gunakan sebagai air umpan boiler harus diproses terlebih dahulu

sehingga menjadi air demineralisasi. Apabila air laut langsung

dijadikan air umpan boiler, maka dapat menyebabkan kerusakan

pada sistem perpipaan dan peralatan dalam alat.


Sistem pengolahan air (Water treatment system)

merupakan sistem yang bertujuan untuk memproduksi portable

water (digunakan untuk konsumsi plant), services water

(digunakan untuk kebutuhan di perusahaan) dan demineralization

water (yang digunakan sebagai air umpan boiler). Air tersebut di

hasilkan dari air baku (air laut) yang telah melewati beberapa

proses seperti, koagulasi flokulasi (klarifikasi), filtrasi, reverse

osmosis dan ion exchanger. Air yang telah melalui proses treatment

dapat dipakai untuk kebutuhan produksi.

Berikut merupakan tahapan dalam proses pengolahan air

laut menjadi air proses adalah sebagai berikut :


a. Koagulasi dan Flokulasi
Air laut yang akan di proses dalama water treatment

system di pompa menggunakan 2×100% sea water supply

pump dengan tekanan pompa 3,2 kg/cm 2, flow air laut sebesar

270 m3/jam dan turbidity air laut nilainya kurang dari 14 ntu.

Setelah air laut di pompakan selanjutnya di injeksikan

chemical (coagulant 10% dan floculant 0,1%).


Koagulasi adalah proses pencampuran bahan kimia

atau yang biasa disebut koagulan dengan air baku (air laut) dan
14

di lakukan pengadukan secara cepat dengan menggunakan

static mixer sehingga terjadi tumbukan antar koloid yang ada

dalam air laut dan koagulan. Proses koagulasi bertujuan untuk

membentuk flok-flok dari suatu koloid, sehingga dapat

menjernihkan air. Koagulan yang biasa digunakan adalah FeCl3

dan Al2SO4
Flokulasi adalah proses pencampuran bahan kimia

(flokulan) serta dilakukan pengadukan secara perlahan. Tujuan

flokulasi adalah untuk membentuk flok-flok yang lebih besar

sehingga akan lebih mudah untuk mengendap. Flokulan yang

digunakan biasanya adalah polimer. Proses koagulasi dan

flokulasi ini dilakukan sebelum air baku masuk ke 4 × 33,33%

Dual Media Filter.


b. Dual Media Filter (DMF) dan Polishing Sand Filter (PSF)
Air yang telah di injeksikan koagulan dan flokulan

selanjutnya masuk kedalam 4 × 33,33% Dual Media Filter

(DMF) dan 4 × 33,33% Polishing Sand Filter (PSF), dengan

flow air baku yang masuk ke Dual Media Filter (DMF) dan

Polishing Sand Filter (PSF) sebesar 90 m3/hr . Didalam Dual

Media Filter (DMF) dan Polishing Sand Filter (PSF) terjadi

proses filtrasi antara air dan flok-flok yang terbentuk akibat

proses koagulasi dan flokulasi. Tujuan dari penyaringan ini

adalah untuk menghilangkan impuritis berupa suspended solid.

Air yang telah melewati proses filtrasi di Dual Media Filter

(DMF) dan Polishing Sand Filter (PSF) kemudian ditampung


15

di dalam Filtered Water Basin dengan kapasitas 1024,14 m3.

Air yang telah melewati proses filtrasi telah bebas dari

impuritis suspended solid, dengan kata lain air tersebut sudah

terbebas dari zat padat yang tidak larut dalam air.


c. Sea Water Reverse Osmosis dan Brackish Water Reverse

Osmosis
Pada umumnya air memiliki sifat menghantarkan

listrik (conductivity) karena didalam air tersebut banyak

mengandung senyawa kimia yang memiliki muatan positif dan

negatif sehingga untuk menurunkan kadar conductivity air, kita

perlu menghilangkan impuritis dissolve solid yang ada didalam

air dengan cara Reverse Osmosis. Dalam proses Reverse

Osmosis terjadi difusi terbalik karena adanya tekanan, sehingga

impuritis dissolve solid terperangkap di permukaan memberan

semipermeable.
Air yang berada pada Filtered Water Basin dengan

nilai conductivity sebesar <70000 s/cm akan dipompa menuju 3

× 33,33% Micron Cartridge Filter dengan menggunakan 4 x

33,3% SWRO Feed Pump. Akan tetapi sebelum itu akan

dilakukan terlebih dahulu injeksi bahan kimia berupa Sodium

Bi Sulfat (SBS) dan acid. Kedua bahan kimia tersebut

berfungsi untuk menghilangkan kadar klorin dan pengaturan

pH, agar membran pada RO tidak rusak karena membrane RO

sangat sensitive terhadap klorin, selanjutnya air di pompa

menuju 3 × 33,33% Sea Water Reverse Osmosis (SWRO)


16

dengan 3 × 33,33% High Pressure Pump. Permeat dari Sea

Water Reverse Osmosis (SWRO) kemudian di tampung di

dalam 2 × 1600 m3 Brackish Water Storage Tank dengan nilai

conductivity sebesar <650 s/cm dan reject dari Sea Water

Reverse Osmosis (SWRO) kemudian di tampung dan dibuang

ke laut dengan batasan maksimum 4,061 m3/hari.


Air yang ditampung di 2 × 1600 m3 Brackish Water

Storage Tank kemudian di umpankan menuju Catridge Filter

BWRO untuk dilakukan penyaringan sebelum diumpankan ke

Brackish Water Reverse Osmosis, setelah melewati Catridge

Filter BWRO selanjutnya air baku akan di umpankan kedalam

Brackish Water Reverse Osmosis (BWRO) menggunakan 3 ×

50% High Pressure Pump. Air yang diumpankan untuk

Brackish Water Reverse Osmosis berasal dari Brackish Water

Storage Tank B. Permeat yang dihasilkan BWRO memiliki

nilai conductivity sebesar <20 s/cm kemudian disimpan di

dalam Fresh Water Storage Tank dengan kapasitas 680 m3 dan

hasil reject dari BWRO dikembalikan ke Filtered Water Basin

untuk diolah kembali. Sedangkan Brackish Water Storage Tank

A akan digunakan sebagai services water.


d. Mixed Bed Polishing (MBP)
Pada tahap ini akan dilakukan proses penurunan kadar

conductivity air lebih lanjut sehingga mencapai < 0,1 s/cm. Air

pada Fresh Water Storage Tank diumpankan menuju 2 × 100%

Mixed Bed Polishing (MBP) menggunakan 2 × 100%


17

Permeate Water Pump sehingga terjadi pertukaran ion (ion

exchange). Senyawa kimia yang bermuatan positif seperti

(Na+ , Ca2+ , Mg2+) akan bertukar dengan ion H+ pada kation.

Sedangkan senyawa kimia yang bermuatan negatif (seperti

CO3, SiO2, Cl- ) akan bertukar dengan ion OH- pada anion.

Sehingga air yang keluar dari proses Mixed Bed Polishing

(MBP) memiliki conductivity < 0,1 s/cm dan pH antara 6-8

atau yang biasa disebut dengan air demineralisasi. Air demin

yang dihasilkan kemudian disimpan didalam 2 × 1500 m3

Demineralized Water Storage Tank. Demineralized Water akan

diumpankan menuju Steam Water Cycle Make-up.


18
19

Gambar 2.5 General Flow Diagram Water Treatment Plant

2.3.3 Hypochlorination Plant


Hypochlorination Plant ini berfungsi untuk menghasilkan

sodium hypochlorite (NaClO) yang berguna untuk mencegah atau

menonaktifkan mikro dan makrobiologi di dalam air laut yang

dapat menyebabkan penyumbatan pipa sehingga mengganggu

keberlangsungan proses. Tujuan dari hypochlorination unit ini

adalah untuk mencegah tumbuhnya biota-biota laut pada inlet sea

water ataupun cooling tower yang menyebabkan kerusakan berupa

fouling dan scaling.


Larutan Sodium Hypochlorite (NaClO) di tambahkan ke

dalam aliran cooling tower dan inlet sea water agar mencegah

adanya kontaminan biologis di dalam air laut. System sceaclor

menyediakan pembentukan Sodium Hypochlorite (NaClO) dengan

cara elektrolisis parsial dari Sodium Chlorite (NaClO2) yang

terkandung di dalam air laut. Air laut tersebut akan menaglir

didalam sel yang dilengkapi dengan elektroda secara langsung,

untuk pembentukan clorin.


Berikut merupakan reaksi kimia dan elektrokimia yang

terjadi adalah sebagai berikut :


a. Klorin bebas terbentuk pada anoda :
2 Cl- Cl2 + 2 e-
20

b. Hydrogen yang terbentuk pada katoda sesuai dengan

pembentukan ion hydroxyl :


2 H2O + 2 e- 2 OH- + H2
c. Reaksi elektrokimia secara keseluruhan :
2 Cl- + 2 H2O Cl2 + H2 + 2 OH-
d. Klorin dan ion –ion hydroxyl akan bereaksi secara kimiawi dan

akan membentuk hypochlorite dan klorida :


2 OH- + Cl2 + Na+ NaClO + Cl- + H2O
e. Reaksi keseluruhan :
2 NaOH + Cl2 NaClO + NaCl + H2O
Reaksi samping kimia dan elektrokimia terjadi secara

bersamaan dengan reaksi seperti dekomposisi hypochlorite menjadi

chloride, pengurangan anoda dan hypochlorite menjadi chloride,

reduksi katoda dari hypochlorite menjadi chloride dan evolusi

anoda oksigen. Semua reaksi samping ini mempengaruhi efisiensi

sehingga daya D.C yang dibutuhkan untuk menghasilkan

hypochlorite sebenarnya lebih tinggi dibandingkan dengan

teoritisnya.
Di PT. Cirebon Power Services, hypochlorination system

dimulai dari sea water make-up di pompa menggunakan

chlorination sea water booster pump dan kemudian air laut tersebut

masuk kedalam 2 × 100% Self Cleaning Sea Water Strainer yang

bertujuan untuk menghilangkan partikel-partikel padat pada air laut

atau berfungsi sebagai penyaring. Outlet dari sistem tersebut masuk

kedalam Electrolyzer dan terjadi proses elektrolisis. Arus yang

digunakan dalam proses elektrolisis tersebut di supply dari

Transformer atau Rectifier. Setelah air tersebut melewati proses-

proses elektrolisis di dalam Electrolyzer kemudian masuk ke dalam


21

Hypochlorite Solution Storage Tank. Gas hydrogen (yang terbentuk

akibat reaksi elektrokimia) dikeluarkan dari fasa cair melewati

bagian atas tangki penampungan dan dikeluarkan ke atmosfer

melalui bagian atas tangki yang terbuka, hal tersebut dilakukan

untuk menjaga konsentrasi hydrogen di dalam tangki agar

mencegah terjadinya ledakan.


2 × 100% Hypochlorite Normal Dosing Pump digunakan

untuk menambahkan larutan hypochlorite ke Sea Water Make-Up

Pump Intake secara terus menerus (normal dosing). Hal ini

bertujuan untuk mencegah kemungkinan terbentuknya kerak

dipermukaan dalam pipa. Kemudian 2 × 100% Hypochlorite Shock

Dosing Pumps digunakan untuk shock dosing larutan hypochlorite

kedalam circulating water pump intake.


22

Gambar 2.6 General Flow Diagram Hypochlorination Plant


2.3.4 Waste Water Treatment
Waste Water Treatment System terdiri dari sub-sistem

diantaranya :
 Sistem pengolahan air limbah
 Sistem pengolahan limbah minyak
Fungsi dari sistem pengolahan air limbah sendiri

dilakukan untuk menjaga kelestarian ekosistem disekitar pabrik,

sehingga perlu dilakukan yang namanya pengolahan limbah

terlebih dahulu sebelum di kembalikan ke alamnya.


Sistem pengolahan limbah cair di PT. Cirebon Power

Services ini dirancang untukmengolah limbah cair yang di hasilkan


23

dari power plant ini, sistem pengolahan limbah ini bertujuan untuk

mengolah limbah minyak serta memisahkan minyak dan air.


Limbah di PLTU Cirebon sendiri dibagi 2, yaitu limbah

normal dan abnormal. Sumber air limbah normal adalah air limbah

yang dihasilkan dari aliran yang berlangsung terus-menerus seperti

saluran-saluran dari sampling system , saluran-saluran Chemical

Dosing Area , saluran-saluran dari laboratorium dan limbah cair

dari condensate polishing system , namun yang membedakan nya

dengan sumber air limbah abnormal adalah air limbah yang berasal

dari ESP waste water , dan Bolier waste water, karena air keluaran

tersebut memiliki pH yang sangat ekstreme, baik terlalu tinggi,

maupun terlalu rendah, sehingga perlu dipisahkan dan dilakukan

pre-treatment terlebih dahulu.


Sistem pengolahan limbah minyak berfungsi untuk

mengolah limbah minyak yang berasal dari kebocoran tangki

minyak, atau minyak yang tumpah saat melakukan pengisian.


2.3.4.1 Process Waste Water

Aliran limbah yang berasal dari chemical dosing

waste water, oily waste water, supernatant dari sludge

thickener, turbine area, semua ditampung kedalam 1 x

100% Normal Waste Water Pond. Sama halnya dengan air

limbah yang berasal dari ESP waste water dan boiler

waste water yang ditampung kedalam 1 x 100% Abnormal

Waste Water Pond.


24

Pada Abnormal Waste Water Pond perlu kita

identifikasi terlebih dahulu, apakah pH limbah tersebut

sudah memenuhi syarat atau belum (syarat untuk pH

limbah adalah 6,8-7) jika tidak memenuhi syarat, limbah

tersebut harus diatur terlebih dahulu pH nya dengan

melakukan injeksi asam ataupun basa, jika sudah sesuai

dengan standarnya maka limbah tersebut bisa dialirkan

kedalam Normal Waste Water Pond menggunakan 2 ×

100% Abnormal Waste Water Feed Pump. Selain

mengatur pH, didalam Abnormal Waste Water Pond juga

perlu dilakukan proses oksidasi untuk mengoksidasi

bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya seperti

sodium hypochlorite (NaOCl) atau hydrogen perioxide

(H2O2), hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi

kandungan COD dalam air limbah.

Untuk menghindari terjadinya pengendapan

padatan-padatan di kedua tangki penampung tersebut,

maka pengadukan sangat diperlukan. Pengadukan

dilakukan oleh 3 x 50% Air Blower untuk kedua

penampung tersebut. Air limbah yang telah ditampung di

Normal Waste Water Pond, kemudian diumpankan

kedalam pH Reaction Tank dengan 2 x 100% Normal

Waste Water Pump kedalam pH Reaction Tank HCl atau


25

NaOH di injeksikan untuk mengatur pH air limbah yang

masuk. Dari pH Reaction Tank kemudia air limbah

tersebut mengalir secara alami masuk kedalam Coagulant

Tank.

Didalam Coagulant Tank ini, koagulan (alum)

ditambahkan untuk mengikat particular padat sehingga

terbentuk flok, dan selanjutnya mengalir kedalam

Floculant Tank. Didalam Floculant Tank ditambahkan

polymer untuk mengikat flok-flok, hingga membentuk

padatan yang lebih besar, dan selanjutnya air yang telah

melewati proses koagulasi dan flokulasi akan dialirkan

menuju clarifier.

Flok-flok yang telah terbentuk akan mengendap

pada clarifier dan terjadi proses pemisahan antara padatan

(slurry) yang mengendap dan air. Air dari clarifier tersebut

ditampung didalam clarifier water pond. Kemudian air

tersebut di pompakan menuju Pressure Filter

menggunakan Clarifier Water Pump untuk menghilangkan

semua pratikel padat yang kemungkinan masih ada.

Setelah di lakukan proses filtrasi, air tersebut kemudian

ditampung didalam Final pH Control Pond untuk diatur

pH nya sebelum dibuang ke laut menggunakan Final

Effluent Disposal Pump.


26

Lumpur padat (slurry) dari endapan clarifier

kemudian dipompa menuju Sludge Thickener

menggunakan 2 x 100% Sludge Transfer Pump. Didalam

Thcikener terjadi lagi pemisahan antara padatan dan air,

dimana air dialirkan menuju Normal Waste Water Pond

untuk diolah kembali, dan padatannya (lumpur) dialirkan

menuju Sludge Mixing Tank.

Didalam Sludge Mixing Tank diinjeksikan

kembali C-polimer, yang bertujuan untuk mengikat

kembali padatan-padatan yang ada, sehingga menjadi

lebih solid, setelah itu padatan difilter menggunakan Belt

Filter Press, untuk pisahkan dengan airnya, dan keluar

dari Belt Filter Press tersebut padatan sudah berupa Cake

yang hampir tidak ada kandungan airnya, dan cake

tersebut ditampung didalam Cake Hopper yang nantinya

akan dibuang. Cake yang terbentuk ini tidak bisa langsung

dibuang, karena termasuk kedalam limbah B3 (Bahan,

Berbahaya dan Beracun), sehingga harus diolah kembali

oleh pihak ketiga.


27
28

Gambar 2.7 Flow Diagram Waste Water Treatment

2.3.4.2 Oily Waste Water

Didalam PLTU sendiri ada penampungan untuk

dipergunakan sebagai kebutuhan di dalam Power Plant,

namun harus ada pengolahan limbah minyak tersebut,

karena limbah ini termasuk kedalam limbah B3, sehingga

tangki minyak diberi penampung , dan ada solokan yang

nantinya akan menaglirkan minyak tumpah saat proses

pengisian, atau minyak yang keluar saat tangki bocor

kedalam 1 × 100% Oily Waste Water Pond, Oily Waste

Water Pond ini merupakan penampungan limbah-limbah

oli.

Pada Oily Waste Water Pond dibagi menjadi 2

bagian yaitu , Belt Skimmer yang berguna untuk

menghilangkan free-floating oil yang sekaligus

mengumpankannya kedalam skimmed oil pond. Limbah

minyak tersebut dialirkan kedalam Oil Separator dengan

bantuan Oily Waste Water Feed Pump, sehingga

terpisahkan antara minyak dan air, karena perbedaan

massa jenisnya. Sedangkan minyak yang masih ada

bersama air diumpankan kembali kedalam Skimmed Oil

Pond. Air limbah yang sudah bersih dari Oil Separator

kemudian dipindahkan ke Normal Waste Water Pond


29

untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut. Minyak yang

dihasilkan dari Oil Skimmed Pond dan lumpur yang

terbentuk dari Oil Sludge Pond bisa dibuang langsung

dengan Mobile Mono Pump.


30

Gambar 2.8 Flow Diagram Oily Waste Water Treatment System

2.3.5 Waste Water Treatment Ash Pond


Terjadinya perubahan musim seperti turunnya hujan dapat

menyebabkan terbentuknya air limbah yang berasal dari tempat

penyimpanan batubara. Di PLTU Cirebon ini memiliki beberapa

tempat penampungan air limbah yang berasal dari Coal Yard yaitu

yang disebut Coal Run-Off. Coal Run-Off berbentuk seperti kolam

besar yang dapat menampung air limbah dari yang bercampur air

material batubara atau sejenisnya. Dari Coal Run-Off tersebut, air

limbah kemudian dipompa masuk kedalam settling pond (SP 1, SP

2 dan SP 3) dimana merupakan tempat penampungan sekaligus

tempat penyaringan. Kolam tersebut disekat dengan menggunakan

batu – batuan atau koral yang berbeda ukurannya dan berfungsi

untuk menjerap partikel – partikel dalam air tersebut. Setelah

keluar dari SP 3, air limbah tersebut akan langsung dibuang ke laut

apabila sudah memenuhi standar yang ditentukan. Namun apabila

air limbah tersebut tidak memenuhi ketentuan pembuangan limbah

ke lingkungan, maka air keluar SP 3 tersebut akan langsung masuk

kedalam Waste Water Treatment Plant untuk mengatur kadar pH,

bisa ditambahkan asam ataupun basa. Setelah diatur pH larutan,

kemudian masuk kedalam proses koagulasi dan flokulasi. Dimana

air limbah ditambah koagulan (Alum) agar terbentuk flok-flok dan

selanjutnya penambahan flokulan (Polimer) yang berguna untuk


31

mengikat flok-flok yang sudah terbentuk pada saat koagulasi, agar

padatan tersebut lebih mudah untuk mengendap.


Setelah limbah tersebut melewati proses koagulasi dan

flokulasi, air tersebut dialirkan menuju clarifier. Didalam clarifier

limbah tersebut mengalami proses sedimentasi, dimana akan

terpisahkan antara padatan yang mengendap dan air jernih. Air

yang jernih akan di filter kembali menggunakan Pressure Filter

untuk memastikan tidak ada padatan yang masih terbawa. Dan air

yang bersih tersebut kemudian dialirkan menuju pH Reaction Tank

yang dimana berguna untuk melihat kondisi pH air jernih tersebut

apakah sudah bisa dibuang ke lingkungan atau tidak. Namun,

padatan yang mengendap pada clarifier akan dialirkan menuju

thickner, untuk dipisahkan kembali antara padatan dan cairannya,

yang dimana padatan yang telah terpisah dari unit thickner akan

dipompa menuju Slurry Mix Tank dan air jernih dialirkan kembali

menuju Waste Water Pond untuk diolah kembali.


Pada Slurry Mixing Tank dilakukan proses pengadukan

agar lumpur atau sludge tidak mengendap, selanjutnya sludge

tersebut di filtrasi agar terpisahkan antara padatan dan air

menggunakan Filter Press. Filtrat hasil pemisahan akan dibuang ke

laut dan padatan (Cake) akan ditampung di Cake Hopper, untuk

diangkut menggunakan truck. Karena cake yang di hasilkan dari

proses ini merupakan salah satu limba B3 (Bahan Berbahaya dan


32

Beracun), sehingga tidak bisa di buang secara langsung, harus

diolah lebih lanjut.


2.4 Deskripsi Peralatan Utama

Proses tidak akan berjalan tanpa adanya bantuan dari peralatan

peralatan yang ada di dalam masing-masing sistem tersebut. Berikut adalah

peralatan yang digunakan untuk menunjang keberhasilan dari suatu proses :

1. Sea Water Supply and Preatment System


Sea water Suply dan Preatment System dibagi ke dalam

beberapa peralatan utama yaitu :


 Sea water Suply pumps
2 x 100 % Sea water Suply pumps di butuhkan untuk

memompa air laut yang akan melalui proses penyaringan .pompa-

pompa ini terhubung dengan Sea Water Suply Header dan

selanjutnya akan di umpankan kedalam Dual Media Filter (DMF).


 Coagulant Dosing System
Bertujuan untuk menyediakan air yang baik untuk di

umpankan masuk kedalam SWRO, hal ini perlu di lakukan untuk

menghilangkan material partikulat di dalamnya. Penambahan

koagulan pada feed water dapat menggumpalkan partikel -partikel di

dalam air.
Coagualnt Dosing System terdiri dari 1 x 100% Coagulant

Storage Tank, 2 x 100 % Coagulant Unloading Cum Transfer Pumps.

1 x 100% Coagualnt Dosing Tank dengan kapasitas yang di

sesuaikan dan 2 x 100 % Coagualnt Dosing Pumps.


38% - 42% larutan ferric cholirde akan di masukan dan di

simpan dalam Coagulant Storage Tank .dari Coagulant Storage Tank

tersebut, larutan ferric chloride akan di masukan kedalam


33

Coagulant Dosing Tank dan kemudian akan di tambahkan kedalam

air umpan sesuai dengan dosis yang di lakukan pada jar test

sebelumnya .
 Polymer Dosing System
Penambahan Polymer kedalam Feed Water akan membantu

Proses Koagulasi di mana dapat mempercepat proses pengendapan

untuk mendapatkan air yang lebih jernih. Polymer Dosing System

terdiri dari 1 x 100% Polymer Dosing Pumps, 1 x 100% Polymer

Dosing Pumps. Penambahan Polymer (koagulan) ini harus sesuai

dengan laju alir masuk dan penambahan Polymer tersebut akan di

control secara otomatis oleh pompa.


 Filtration System
Untuk mencapai kualitas air yang di inginkan, maka di

lakukan dua tahap Filtrasi yaitu Primary Dual Media Filtration

(DMF) dan Polshing Filtration oleh Pressure Sand Filters kedua

proses tersebut memiliki 4 x 33,3 % penyaring. Media penyaring

seperti Dual Media Filter terdiri dari pasir dan antrasit sebagai media

filter, sedangkan untuk polishing sand filter (PSF) menggunakan

Graded Sand sebagai media penyaringan didalam unit PSF akan di

ukur oleh Flow Transmitter dan Turbidity Analyzer.


 Filtered Water Basin
Tempat penampung air hasil filtrasi dari unit DMF dan PSF

yang telah memenuhi kualitas air yang di inginkan.


 Air Scouring Blowers
2 x 100 % Air Scouring Blowers di butuhkan untuk

mengeluarkan udara yang berada di dalam media filter sebelum

proses backwash terjadi. Tujuan penggunaan dari Air Scouring


34

Blowers ini adalah untuk mengosongkan unggun agar air backwash

tersebut terfluidasikan dengan mudah sehingga partikel yang terjerat

di dalam unggun tersebut akan terbawa keluar.


 Filter Backwash Pumps
2 x 100 % Filter Backwash Pumps berfungsi untuk

membantu proses backwash di dalam filter.


2. SWRO ( Sea Water Reverse Osmosis ) Unit Feed System
 SWRO Feed Pumps
4 x 33,3 % SWRO Feed Pumps ini berfungsi untuk

mengumpankan air laut menuju SWRO.


 SWRO Cartridge Filters
Untuk menjaga membran SWRO dari partikel yang

memasuki membrane tersebut, maka di butuhkan SWRO Cartridge

Filters untuk menjaganya. 3 x 33,3% di sediakan dengan perbedaan

tekanan yang ditentukan. Penggantian Cartridge Filters akan di

lakukan ketika perbedaan tekanan di filter melampaui set point.


 Sodium Bisulphite Dosing System
Sisa Chlorine yang terdapat di dalam air akan sangat

beresiko untuk membrane RO di mana akan menyebabkan kerusakan

pada membrane RO, maka dari itu untuk menghilangkan sisa-sisa

Chlorine bebas membutuhkan 1,46 ppm NaHSO3. Reaksi deklorinasi

berlangsung sangat cepat sehingga di anjurkan untuk menambahkan

SBS melalui UpStream dari SWRO Cartridge Filters dengan Static

Mixer.
Alat-alat yang dibutuhkan pada SBS Doshing System

terdisri dari 1 x 100% Dissolving Tank, 1 x 100% Dosing Tank dan 2

x 100% Dosing Pump.


 Antiscalant Dosing System
35

Penambahan Antiscalant yang sesuai dapat mencegah

membran dari bahaya kerak yang di sebabkan oleh kecilnya harga

kelarutan. Antiscalant tidak hanya mencegah Scalling atau

pengerakan tetapi juga meningkatkan nilai kelarutan pada padatan

yang terlarut. Penambahan Antiscalant di gunakan untuk

meningkatkan kelarutan yang cenderung di bentuk oleh garam-garam

laut Seperti Ca dan Mg sehingga tingkat kejenuhan garam tersebut

tidak tercapai.

 Acid Dosing System


Air laut hasil penyaringan di tambahkan dengan

hydrochloric acid (dengan konsentrasi 33% - 35 %) menggunakan

Dosing Pump.
3. SWRO Unit
 SWRO High Pressure Pumps
Setiap train SWRO membutuhkan kerja dari SWRO High

Pressure Pumps untuk mengumpankan feed water. Oleh karena itu, 3

x 33,3% SWRO High Pressure Pumps di butuhkan untuk membantu

kerja dari unit SWRO tersebut.


 Hydrolic Turbo Charger ( Energy Recovery Turbine )
 SWRO Membrane Racks
Membrane SWRO terdiri dari 3 x 33,3% trains.
 Caustic Dosing System
Penambahan Caustic pada permeat bertujuan untuk

menetralkan pH, sebelum permeat tersebut di umpankan masuk ke

dalam Brackish Water Storage Tank. Caustic Dosing System tediri

dari 1 x 100% Caustic Dosing Tank dan Caustic Dosing Pumps.


4. BWRO Unit
 BWRO High Pressure Pumps
36

3 x 50% BWRO High Pressure Pumps di butuhkan untuk

mengumpankan air kelarutan dari SWRO unit ke dalam BWRO unit.

 BWRO Membrane Rack


5. Demineralized Water System
Mixed Bed Polishing (MBD) sitem terdiri dari beberapa

peralatan yaitu;
 Permeat Water Pumps
Hasil dari pengolahan dari BWRO yang tertampung didalam

Water Storege Tank kemudian di umpankan masuk ke Mixed Bed

Polisher unit dengan bantuan 2 x 100% Permeat Water Pumps.

Didalam Mixed Bed Polisher Unit tersebut terjadi proses reduksi dan

Dissolved Solid yang bertujuan agar air trsebut sesuai dengan

ketentuan Boiler dan nantinya akan di tampung di Demineralized

Water Storege Tanks.


 Mixed Bed Pholisher Unit & Regeneration System
Pada unit ini terjadi pertukaran resin-resin anion dan kation,

air umpan yang masuk mengalir melewati unggun-unggun resin

sehingga keluaran dari unit ini adalah air demineralized. Unggun

resin tersebut kemudian akan diregenerasi menggunakan asam dan

kaustik setelah dilewati oleh air dengan debit tertentu atau pada saat

kualitas air yang keluar dari unit tersebut tidak memenuhi parameter

yang di inginkan.
 Effluent Neutralizatoin.

6. Potable Water System


37

Potable Water System Terdiri dari beberapa peralatan,

yaitu:
 Potable Water Pumps
Permeat dari Fresh Water Storage Tanks di pompa dengan

bantuan 2 x 100 % Potable Water Pumps. Air yang di hasilkan akan

melewati tahap Chemical Treatment, seperti penghilangan kalsium,

alkalinitas, pH dan mencegah adanya sisa-sisa klorin di dalam

potable water tersebut.


 Calsium Hydroxide Dosing
Penambahan kalsium hidroksida ini bertujuan untuk

memasukan kalsium ke dalam permeat sehingga permeat tersebut

memenuhi syarat sebagai Potable Water .


 Sodium Karbonat Dosing
Penambahan Sodium Karbonat ini bertujuan untuk

memasukan Alkalinitas kedalam permeat sehingga permeat tersebut

memenuhi syarat sebagai Potable Water.


 Hydrocloric Acid Dosing
Setelah adanya penambahan kalsium hidroksida dalam

permeat, pH Permeat tersebut akan ada di batas 9. Untuk

menurunkan pH Permeat tersebut yang sesuai dengan dengan pH

untuk Potable Water maka di tambahkan Hydrocholic Acid sebanyak

33% - 35%.
 Sodium Hypochlorite Dosing System
Penambahan Sodium Hypochlorite bertujuan untuk menjaga

sisa klorin di dalam aliran.


2.5 Environment
Pembuangan limbah ke lingkungan harus sesuai dengan

persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Kategori

limbah dibagi menjadi 3 kelompok yaitu limbah cair, limbah padat dan
38

limbah gas. Cirebon Coal Fired Plant melakukan beberapa tahap

pananganan limbah tersebut, agar dapat mencegah terjadinya pencemaran

lingkungan pada saat limbah tersebut dibuang ke lingkungan.


2.5.1 Waste Water
Limbah cair yang dihasilkan oleh Cirebon Coal Fired

Plant berasal dari air limbah proses, air limbah domestik dan

limbah ash pond. Parameter yang diukur didalam air limbah

tersebut diantaranya adalah pH, TSS, BOD, minyak dan lemak.


2.5.1.1 Air Limbah Proses
Air limbah proses di dapat dari air limbah

buangan yang berasal dari proses utama (main plant), air

limbah yang berasal dari Blowdown Cooling Tower, air

limbah yang berasal dari Hypochlorination System, air

limbah yang berasal dari Sea Water Make-up System, air

limbah yang berasal dari Demineralization (WTP), air

limbah yang berasal dari Reverse Osmosis dan air limbah

yang berasal dari Settling Pond Coal Yard. Adapun kadar

maksimum suatu beban cemar yang harus dipenuhi sesuai

dengan keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.79

Tahun 2013 tentang izin pembuangan air limbah PT.

Cirebon Power Services (PLTU Cirebon) ke laut.

Berikut adalah tabel baku mutu limbah yang berasal dari proses

utama yang boleh dibuang ke laut menurut Peraturan Menteri Lingkungan

Hidup No.79 Tahun 2013 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah Proses Utama (WWTSP)


39

Kadar Beban
No. Parameter Satuan Maksimum Pencemaran
(Ton/Tahun)
1. pH - 6-9 -
2. TSS mg/L 100 20
3. Minyak dan Lemak mg/L 10 2
4. Klorin Bebas (Cl2) mg/L 0,5 0,2
5. Kromium Total (Cr) mg/L 0,5 0,2
6. Tembaga (Cu) mg/L 1 0,2
7. Besi (Fe) mg/L 3 1
8. Seng (Zn) mg/L 1 0,2
9. Phosphat (PO4-) mg/L 10 2

Berikut adalah tabel baku mutu limbah yang berasal dari

Blowdown Cooling Tower yang boleh dibuang ke laut menurut Peraturan

Menteri Lingkungan Hidup No.79 Tahun 2013 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Baku Mutu Air Limbah Blowdown Cooling Tower

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum


1. pH - 6-9
2. Klorin Bebas (Cl2) mg/L 1
3. Seng (Zn) mg/L 1
4. Phosphat (PO4-) mg/L 10

Berikut adalah tabel baku mutu limbah yang berasal dari

Hypochlorite System yang boleh dibuang ke laut menurut Peraturan

Menteri Lingkungan Hidup No.79 Tahun 2013 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 Baku Mutu Air Limbah Hypochlorite System

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum


1. pH - 6-9
2. Klorin Bebas (Cl2) mg/L 1
40

Berikut adalah tabel baku mutu limbah yang berasal dari Sea

Water Make-up System dan Demineralization (WTP) yang boleh dibuang

ke laut menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.79 Tahun 2013

adalah sebagai berikut :

Tabel 2.4. Baku Mutu Air Limbah Sea Water Make-up System dan

Demineralization (WTP)

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum


1. pH - 6-9
2. TSS mg/L 100

Berikut adalah tabel baku mutu limbah yang berasal dari Reverse

Osmosis yang boleh dibuang ke laut menurut Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No.79 Tahun 2013 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.5 Baku Mutu Air Limbah Reverse Osmosis

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum


1. pH - 6-9
Pada radius 30 meter dari

lokasi pembuangan air

limbah ke laut, kadar

2. Salinitas % salinitas air limbah sudah

harus sama dengan kadar

salinitas alami.

Berikut adalah tabel baku mutu limbah yang berasal dari Settling

Pond Coal Yard yang boleh dibuang ke laut menurut Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No.79 Tahun 2013 adalah sebagai berikut :


41

Tabel 2.6 Baku Mutu Air Limbah Settling Pond Coal Yard

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum


1. pH - 6-9
2. TSS mg/L 150
3. Fe mg/L 5
4. Mn mg/L 2

2.5.1.2 Air Limbah Domestik (Sewage Treatment Plant)


Air limbah domestik merupakan air limbah yang

berasal dari saluran air, dimana air tersebut mengandung

minyak, lemak dan mikroba-mikroba. Sama halnya

dengan air limbah proses, air limbah domestik pun harus

sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

No.79 Tahun 2013.

Berikut adalah tabel baku mutu limbah domestik (Sewage

Treatment Plant) yang boleh dibuang ke laut menurut Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No.79 Tahun 2013 adalah sebagai berikut :

Tabel. 2.7 Baku Mutu Air Limbah Domestik (Sewage Treatment Plant)

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum


1. pH - 6-9
2. BOD mg/L 100
3. TSS mg/L 100
4. Minyak dan Lemak mg/L 10

2.5.1.3 Air Limbah Ash Pond


Berikut adalah tabel baku mutu limbah Ash Pond

yang boleh dibuang ke laut menurut Peraturan Menteri


42

Lingkungan Hidup No.79 Tahun 2013 adalah sebagai

berikut :

Tabel 2.8 Baku Mutu Air Limbah New WWTP Ash Pond

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum


A FISIKA
1. Suhu C 38
2. Zat Padat Terlarut mg/L 2.000
3. Zat Padat Suspensi mg/L 200
B KIMIA
1. pH mg/L 6-9
2. Besi Terlarut (Fe) mg/L 5
3,. Mangan Terlarut (Mn) mg/L 2
4. Barium (Ba) mg/L 2
5. Tembaga (Cu) mg/L 2
6. Seng (Zn) mg/L 5
7. Krom valensi Enam (Cr 6+) mg/L 0,1
8. Krom Total (Cr) mg/L 0,5
9. Kadmium (Cd) mg/L 0,05
10. Timbal (Pb) mg/L 0,1
11. Merkuri (Hg) mg/L 0,002
12. Stanum (Sn) mg/L 2
13. Arsen (As) mg/L 0,1
14. Selenium (Se) mg/L 0,05
15. Nikel (Ni) mg/L 0,2
16. Kobal (Co) mg/L 0,4
17. Sianida (Cn) mg/L 0,05
18. Flourida (F) mg/L 0,05
19. Klorin Bebas (Cl2) mg/L 2
20. Amoniak Bebas (NH3.N) mg/L 1
21. Nitrat (NO3. N) mg/L 1
22. Nitrit (NO2. N) mg/L 20
23. BOD mg/L 1
24. COD mg/L 50
25. Fenol mg/L 100
26. Sulfida (S2) mg/L 0,5
27. Minyak dan Lemak mg/L 10

2.5.2 Limbah Gas Buang


43

Untuk mengontrol limbah gas buang yang dihasikan

selama proses, Cirebon Coal Fired Power Plant melakukan salah

satu cara untuk memonitor gas buang yang dihasilkan. Salah satu

cara yang digunakan adalah dengan menggunakan Continious

Emission Monitoring System (CEMS). Continious Emission

Monitoring System (CEMS) adalah peralatan yang berfungsi untuk

menganalisa seberapa besar konsentrasi polutan yang diemisikan

ke udara ambient oleh sebuah power plant. Selain itu, fungsi

akhirnya ialah sebagai indikator baik atau tidaknya proses

pembakaran yang terjadi didalam boiler. CEMS terdiri dari

beberapa gas analyzer yang dipasang, tergantung dari jenis

industrinya. Untuk PLTU batubara, analyzer dilakukan prediksi

sederhana dengan membandingkan gas yang keluar dari stack dan

opacitymeter.
Di Cirebon Coal Fired Power Plant, baku mutu emisi

yang ditentukan oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

No.21 Tahun 2008, tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak

bagi usaha atau kegiatan pembangkit listrik termal.


Berikut adalah tabel baku emisi sumber tidak bergerak

bagi PLTU menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.21

Tahun 2008 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.9 Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi PLTU

No. Parameter Satuan Baku Mutu


1. Sulfur Dioksida (SO2) mg/Nm3 750
44

2. Nitrogen Dioksida (NO2) mg/Nm3 750


3. Total Partikulat mg/Nm3 150
4. Opasitas % 20
5. Oksigen (O2) % -
6. Laju Alir m3/hour -

2.5.3 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang

dihasilkan oleh Cirebon Coal Fired Power Plant adalah limbah

yang berasal dari proses utama seperti fly ash, bottom ash, oli

bekas, AQQU, cartridge dan chemical residue (zeolite dan lain-

lain). Oleh karena itu penanganan untuk limbah fly ash dan bottom

ash langsung ditampung oleh truck kemudian dimanfaatkan oleh

pabrik semen sebagai bahan baku pembuatan semen. Namun

demikian, batas maksimum penyimpanan limbah fly ash dan

bottom ash paling lama adalah 90 hari ditempat Temporary Ash

Landfill. Kapasitas setiap capsule untuk fly ash adalah 30 – 35

Ton/hari, sedangkan untuk bottom ash adalah 25-30 Ton/hari.


Untuk limbah oli bekas, AQQU, cartridge dan chemical

residue akan ditampung sementara didalam tempat penyimpanan

sementara (TPS) yang dimiliki oleh Cirebon Coal Fired Power

Plant, dimana ada 3 TPS yang digunakan untuk setiap limbah padat

tersebut. Batas maksimum penyimpanan untuk limbah ini selama

120 hari. Sesudah batas maksimum, penyimpanan limbah tersebut

habis, maka limbah B3 tersebut akan di kemas secara rapih,

ditimbang dan diangkut oleh dump-truck milik TLI (Teknotama

Lingkungan Internusa).
45

2.6 Laboratorium
2.6.1 Program Kerja Laboratorium
Bagian laboratorium memegang peranan penting, karena

pada bagian ini data-data analisa tentang raw material dan produk

akan diperoleh. Dengan data-data yang telah diberikan, maka

proses produksi akan selalu dapat di kontrol dan dijaga standar

mutunya sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. Bagian

laboratorium memiliki tugas pokok sebagai berikut :


a. Sebagai control kualitas bahan baku dan bahan bakar.
b. Melakukan analisa terhadap limbah yang dihasilkan selama

proses operasi pada PT. Cirebon Power Services.


Pemerintahan atau analisa yang dilakukan di laboratorium

meliputi beberapa hal dibawah ini :


a. Coal Analysis, terutama coal dari Kideco dan Adara. Coal

Analysis meliputi calorific value analysis, proximate analysis,

total sulphur analysis, coal preparation and total moisture

analysis.
b. Analisa kualitas bahan baku boiler feed water meliputi TSS

(Total Suspended Solid), pH, conductivity, turbidity dan lain-

lain.
c. Analisa oli yang akan digunakan untuk kebutuhan alat-alat di

PT. Cirebon Power Services.


d. Analisa air limbah proses sebelum dibuang ke lingkungan.
2.6.2 Alat-alat Laboratorium
a. Analitika
 Automatic Calorimeter
 Conductivity Meter
 pH Meter
 Sulphur and Carbon Analyzer
 Thermogravimetric Analyzer
 Turbidity Meter
 UV Spectrophotometer
 Viscometer
46

b. Ion Chromatography
2.6.3 Prosedur Analisa
a. Analitika
Dalam bidang analitika mengadakan pemeriksaan

sifat-sifat kimia bahan baku, bahan bakar dan limbah. Bahan

yang di analisa setiap hari secara rutin adalah analisa air dan

analisa batubara.
 Automatic Calorimeter adalah alat yang digunakan untuk

menentukan nilai kalor batubara yang digunakan untuk

bahan bakar di dalam boiler.


 Conductivity Meter adalah alat yang digunakan untuk

mengukur nilai daya hantar listrik pada air. Nilai

konduktiviti adalah acuan dari banyaknya jumlah ion serta

konsentrasi padatan (Total Dissolve Solid) yang terlarut di

dalam air.
 pH Meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur

derajat keasaman dan kebasaan air.


 Sulphur and Carbon Analyzer adalah alat yang digunakan

untuk menganalisa kandungan sulfur dan kandungan

karbon di dalam batu bara.


 Thermogravimetric Analyzer adalah alat yang digunakan

untuk analisa proximate. Dimana bertujuan untuk

mengetahui nilai moisture, ash content dan volatile matter

di dalam batubara.
 Turbidity Meter adalah alat yang digunakan untuk

menganalisa kekeruhan air. Turbidity meter merupakan alat

penguji kekeruhan dengan sifat optic akibat dispersi sinar


47

dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang

dipantulkan terhadap cahaya yang datang.


 UV Spectrophotometer adalah alat yang digunakan untuk

menganalisa logam-logam yang mungkin ada di dalam air,

Suspended Solid dan lain-lain.


 Viscometer digunakan untuk menghitung viskositas oli.
b. Ion Exchanger
Ion Exchanger biasa digunakan untuk pemurnian

material biologis seperti asam amino, peptide dan protein di

dalam air.

Anda mungkin juga menyukai