Anda di halaman 1dari 52

001

UBP SURALAYA

DiaryOperatorLokal:
KompilasiCatatanHarianOperatorGroundFloor

CesarHartono
NIP.840921028I

ISO 9001 ISO 14001 SMK3


2011
.Sesungguhnya
Allah tidak
merubah keadaan
sesuatu kaum
sehingga mereka
merubah keadaan
yang ada pada diri
mereka sendiri.

(QS. Ar Rad: 13)


ISO 9001 ISO 14001 SMK3

KATA PENGANTAR

Segala puji kami ucapkan kepada Allah swt atas segala rahmat dan karunianya kami dapat
menyelesaikan buku ini. Shalawat dan salam juga kami ucapkan kepada Muhammad saw
sebagai Rasullullah yang terakhir penutup para nabi, juga kepada keluarga, para sahabat
dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang sangat berharga bagi suatu
perusahaan. Maju dan berkembangnya perusahaan tergantung dari kualitas SDM. Investasi
yang tidak murah dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kualitas SDM-nya. Tak
terkecuali PT Indonesia Power UBP Suralaya.
PT Indonesia Power UBP Suralaya adalah perusahaan vital dalam bidang pembangkit listrik.
Kapasitas terpasang UBP Suralaya adalah 3400MW. Begitu vitalnya peran dan fungsi UBP
Suralaya dalam kelistrikan Jawa-Madura-Bali, tentu saja membutuhkan SDM yang
berkualitas baik. Pelatihan-pelatihan dilakukan untuk meningkatkan knowledge
(pengetahuan) dan skill (keahlian).
Buku ini ditulis dengan tujuan agar para operator lokal khususnya yang baru bertugas di
ground floor unit 5-7 dapat dengan cepat memahami dan menguasai semua sistem yang
menjadi tanggung jawabnya baik secara knowledge maupun skill sehingga pekerjaan dapat
diselesakan dengan mudah dan benar.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam buku ini. Namun demikian, kami
berharap semoga buku ini dapat menjadi bacaan yang mudah dimengerti dan dipahami
sehingga dapat memberikan manfaat kepada UBP Suralaya dan rekan-rekan operator
khususnya di unit 5-7, dapat membantu dalam peningkatan knowledge dan skill serta
membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan.
Oleh karena itu, kami terbuka menerima kritik dan saran agar ke depan kami dapat
memberikan yang lebih baik.

Suralaya, Mei 2011

Penulis

i
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................... i


Daftar Isi ...................................................................................................... ii

Pendahuluan ........................................................................................ 1
Sistem Air Penambah .......................................................................... 2
Sistem Air Pendingin ........................................................................... 4
Pelaksanaan Tagging (Lock Out-Tag Out) ......................................... 8
Sistem Udara Instrumen Dan Udara Service ..................................... 11
Sistem Kondensate (Condensate System) ........................................ 17
Sistem Kondensor (Condenser System)............................................ 23
Sistem Air Pengisi (Feedwater System) ............................................. 31
Inerting System .................................................................................... 43

Referensi ..................................................................................................... 48

ii
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

PENDAHULUAN

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) merupakan salah satu dari pembangkit listrik yang
kompleks. Banyak siklus fluida diterapkan, seperti: siklus air laut, siklus air tawar, siklus uap,
sampai siklus gas. Tidak hanya itu, PLTU dengan bahan bakar batubara yang berkapasitas
besar, seperti PT Indonesia Power UBP Suralaya, memiliki sistem khusus dalam mengatur
pasokan bahan bakar dan sisa pembakaran.
Sebagai operator lokal unit 5-7, penguasaan area, knowledge (pengetahuan) dan skill
(keahlian) terhadap sistem yang menjadi tanggung jawabnya menjadi syarat mutlak. Jika
operator lokal bekerja pada suatu sistem tanpa bekal knowledge dan skill maka bisa
membahayakan keselamatan jiwanya dan peralatan atau bahkan unit.
Pada bab selanjutnya akan dibahas sistem-sistem utama dan pendukung pada PLTU UBP
Suralaya khususnya yang menjadi tanggung jawab operator lokal ground floor. Sistem-
sistem yang dibahas kebanyakan siklus air (tawar maupun laut) dan sistem udara kontrol
sebagai sistem pendukung yang penting.
Tujuan dari penulisan ini agar operator lokal ground floor dapat dengan cepat memahami
dan menguasai semua sistem yang menjadi tanggung jawabnya baik secara knowledge
maupun skill sehingga pekerjaan dapat diselesakan dengan mudah dan benar, terutama
untuk operator local yang baru.
Metode yang digunakan untuk mengulas sistem-sistem tersebut dengan observasi lapangan,
penugasan dari mentor On Job Training (OJT), tanya jawab dengan rekan operator senior,
studi literature (buku manual dan modul pelatihan).

1
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

SISTEM AIR PENAMBAH

1. Gambar Sistem Air Penambah

S
M
2. Sistem Air Penambah
Merupakan sistem yang mengatur penyediaan air baru/penambah pada boiler.
Penambahan air ini disebabkan adanya kebocoran/losses pada siklus PLTU. Air
penambah ini berasal dari air demin.Tapi sebelum ditambahkan pada siklus PLTU,
terlebih dahulu ditampung pada Condensate Storage Tank (CST). Selain karena
kebocoran, air penambah diberikan karena adanya penambahan beban.

Pengoperasian Sistem Air Penambah


A. Persiapan Umum
1. Periksa keseluruhan untuk sistem pipa, valve, vent, dan drain valve dari sistem
demin water sesuai kondisi yang dibutuhkan.
2. Periksa sistem pelumas peralatan pomp dan valve.
3. Pastikan udara instrumen telah siap.
4. Pastikan control power suppy pada main control panel siap.
5. Siapkan sistem suplai daya listrik untuk pompa-pompa
B. Persiapan Pengisian
Yakinkan system demin water treatment plant kondisi beroperasi dan posisi level
demin water tank telah siap. Setelah demin water dikirim ke Condensate Storage
Tank dan level telah memenuhi kondisi normal maka start-up pengisian hotwell dapat

2
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

dilakukan. Pengisisn hotwell dilakukan dengan menjalankan Condensate Transfer


Pump. Jumlah air yang ditransfer dari Condensate Storage Tank ke hotwell diatur
oleh make up control valve yang disesuaikan dengan level air condensate di hotwell.
Condensate Transfer Pump akan tetap beroperasi dengan recirculation flow sampai
kondisi unit normal.
C. Normal Operasi
Bila persiapan start-up unit telah selesai dan vakum condensor mencapai
>600mmHg, maka pengisian air penambah dari condensate storage tank ke hotwell
dilakukan dengan cara menggunakan perbedaan tekanan vakum di condensor.
Dengan demikian air dari condensate storage tank mengalir melalui outlet
condensate storage tank motor operated valve (MOV). Dan condensate transfer
pump di-stop.
D. Shut Down
Normal shutdown dilakukan karena pemeliharaan.
1. Stop pengisian air demin ke condensate storage tank.
2. Tutup valve outlet condensate storage tank. Atau, stop condensate tranfer pump
jika masih proses start up.
3. Posisikan breaker power supply OFF untuk motor condensate transfer pump di
MCC.
E. Emergency
Bila terjadi gangguan sehingga condensate storage tank tidak bisa difungsikan, maka
system air penambah dapat menggunakan air penambah dari unit lain, yakni dengan
membuka make-up water line cross valve.

3. Parameter Operasi
a. Hotwell level transmitter
b. Make water flow meter
c. Condensate Tranfer pump pressure indicator
d. Condensate storage tank level indicator
e. Kualitas air penambah ( pH: 6,5-7; conductivity: < 0,2 ; SiO2: <0,01; Cl: < 0,01)

3
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

SISTEM AIR PENDINGIN

1. Gambar Sistem Air Pendingin Utama

Strainer

Bar Travelling
Screen Screen Air Pendingin
M Motor dari C3WP
Injeksi Cl2
M
ke CWP
Header
Air 001
Laut CWP 1A

Kaca Intip
Air Perapat CWP
dari C3WP
049

2. Gambar Sistem Air Pendingin (Close Cooling) dan Air Perapat pada CWP

TI

TI

TI

Discharge
TI Pompa

Sistem Air
Perapat
Kaca Intip
CWP
PI

Strainer
PI

Air Pendingin
Motor dari C3WP

4
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

3. Peralatan Utama dan Fungsi


Sistem air pendingin utama adalah sistem yang digunakan sebagai media pendingin
untuk mengkondensasikan uap bekas dari LP turbin. Proses pendinginan dan
kondensasi tersebut terjadi dalam kondensor.
Sistem air pendingin utama juga digunakan sebagai pendingin circulating close cooling
water (C3W). Untuk proses pendinginan tersebut digunakan media pendingin air laut.
Alat-alat utama sistem pendingin utama sebagai berikut:
a. Water Intake
Sebagai pengarah air laut yang akan masuk ke dalam sistem air pendingin utama
b. Bar Screen
Sebagai saringan tingkat pertama untuk menangkap jenis-jenis sampah yang berat
c. Travelling Band Screen
Sebagai penyaring tingkat dua untuk menangkap sampah yang lunak. Travelling
Band Screen bekerja berdasarkan timer dan level permukaan air. Jika mencapai level
150mm, band screen bekerja pada putaran rendah, sedangkan pada level 300mm
bekerja pada putaran tinggi
d. Circulting Water Pump
Mengalirkan air laut ke peralatan yang akan didinginkan. Pompa CWP dilengkapi
dengan sistem perapat tubber hearing pompa (seal) dengan menggunakan air dari
discharge pompa ketika pompa telah beroperasi normal
e. Screen Wash Pump
Pompa yang digunakan untuk mengemprotkan air ke travelling band screen untuk
membersihkan saringan dari sampah-sampah
f. Chlorine Injection
Untuk mencegah pertumbuhan biota laut dalam CWP
g. Vacuum Priming Pump
Untuk membuang udara dalam kondisi vacum di water box, agar level air kondensor
tetap normal pada kondisi operasi

4. Prosedur Pengoperasian
- Persiapan sebelum start
1. Periksa push buttom emergency untuk pompa CWP harus posisi pull out.
2. Periksa sistem udara instrument untuk pembukaan control valve untuk system
perapat
3. Periksa kondisi katup inlet/outlet untuk pendingin motor harus membuka
4. Periksa katup inlet/outlet untuk sistem perapat hearing pompa

5
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

5. Periksa breaker 380V untuk discharge valve harus posisi ON dan kunci posisi
REMOTE
6. Periksa breaker 10,5kV untuk pompa CWP harus posisi Rack In dan kunci posisi
REMOTE
- Pemeriksaan
1. Lakukan pengecekan untuk sistem air perapat pada saat pompa di-start.
2. Yakinkan aliran sistem air pendingin untuk motor
3. Yakinkan bahwa pompa sudah kondisi normal

Untuk menjamin sistem tetap dalam kondisi normal maka ada beberapa hal yang
harus diperhatikan:
Discharge pressure
Seal water Flow
Strainer diff preassure
Temperature phase winding
Temperature inboard&outboard hearing motor
- Prosedur stop
1. Tekan tombol stop untuk CWP
2. Tunggu sampai kondisi discharge valve menutup penuh secara auto

5. Instruksi kerja Start Circulating Water Pump (CWP)


No Kegiatan Operasi Standart
1. Persiapan Line up CWP inlet sampai Waterbox terisi penuh
kondensor outlet
2. Start vacuum Priming Start motor vacuum priming Vacuum priming kondisi ON
3. Tampilkan display heat Pilih layer DCIS pada heat Tampilan pompa CWP
rejection system pada rejection system terlihat pada layar
layar DCIS
4. Buka seal water back Valve seal water dari CCCW Seal water mengalir > 3600
up dibuka Ltr/min
5. Cek Permissive CWP Click icon I pada layar DCIS Semua permissive harus
menyala merah
6. Start motor CWP Tekan tombol start motor CWP CWP kondisi ON
yang dipilih
7. Atur tekanan discharge Atur valve outlet kondensor Tekanan CWP discharge >
CWP 1,2kg/cm2
8. Monitor CWP Cek dan catat parameter Semua kondisi normal (temp

6
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

operasi hearing <70C; temp winding


< 90C; Vibrasi < 0,15mm;
arus 185A)
9. Tutup seal water back Valve dari CCCW ditutup Seal Water dari discharge
up CWP > 3600 Ltr/min

7
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

PELAKSANAAN TAGGING (LOCK OUT-TAG OUT)

LOTO dimaksudkan untuk memastikan keselamatan personil yang berada di tempat kerja
serta peralatan/mesin yang ada di lokasi tempat kerja saat tidak boleh dioperasikan karena
sedang dalam perbaikan/pemeliharaan. Prosedur ini meliputi penguncian peralatan (log out)
dan penandaan (tag out) pada peralatan yang sedang dalam perbaikan/pemeliharaan atau
tidak layak dioperasikan untuk sementara waktu.
Kartu tagging terdiri dari 2 jenis. Kartu tagging warna merah untuk menandakan
peralatan tidak boleh dioperasikan, sedangkan kartu tagging warna kuning untuk
menandakan peralatan hanya boleh dioperasikan saat kondisi emergency/darurat.

Prosedur LOTO
1. Bagian pemeliharaan harus mengajukan permohonan ijin untuk LOTO dengan mengisi
formulir tagging peralatan (FM-SLA/069) dan formulir daftar peralatan yang diisolir (FM-
SLA/070) diketahui SP atau SPS pemeliharaan.
2. Form FM-SLA/069 dan FM-SLA/070 serta formulir tagging realease record (FM-SLA/071)
telah disediakan di bagian operasi.
3. SP ata SPS operasi melakukan pengecekan apakah pengisian formulir sesuai dengan
keperluan.
4. Jika terdapat kekurangan, SP atau SPS operasi dapat menambahkan hal-hal yang
diperlukan.
5. Apabila form FM-SLA/069 disetujui, maka operator dapat melakukan LOTO sesuai
permintaan, dengan melakukan penguncian dan penandaan kartu tagging sesuai
kebutuhan.
6. Operator yang telah melakukan LOTO mengisi FM-SLA/071 sebagai catatan
pelaksanaan tagging.
7. Bagian pemeliharaan dapat melaksanakan perbaikan atau pemeliharaan apabila sudah
dilakukan LOTO dan sudah diinformasikan boleh bekerja oleh bagian operasi.
8. Bila pelaksanaan perbaikan atau pemeliharaan melebihi batas waktu yang telah
dituliskan dalam form FM-SLA/069, maka bagian pemeliharaan harus mengajukan
perpanjangan waktu dengan melapor kepada SP atau SPS operasi.
9. Bagian pemeliharaan harus melaporkan penyelesaian pekerjaannya kepada SP atau
SPS operasi jika pelaksanaan perbaikan atau pemeliharaan telah selesai dengan
mengisi FM-SLA/071.

8
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

10. Apabila penyelesaian telah disetujui, maka operator menisi urutan realeas tagging pada
form FM-SLA/070 dan dapat segera melepas LOTO, dengan melepas penguncian dan
pengambilan kartu tagging.
11. Operator yang telah melepas LOTO mengisi form FM-SLA/071 sebagai catatan
pengambilan tagging.
12. Bagian operasi bersama bagian pemeliharaan akan melakukan tes/uji peralatan yang
telah selesai diperbaiki / dipelihara dengan mengisi form Permintaan Uji Peralatan (FM-
SLA/072).
13. Bila hasil uji/tes peraltan tidak sesuai dengan yang diinginkan maka diharuskan untuk
mengajukan permohonan ijin LOTO berikutnya.
14. Peralatan/sarana operasi maupun pemeliharaan yang sudah dalam kondisi tidak
digunakan lagi/ rusak diberi indikasi rusak/ bekas, atau dikumpulkan ditempat
penampungan material bekas yang telah ditentukan.

Jenis Kartu Tagging


Kartu Tagging Warna Merah Kartu Tagging Warna Kuning

9
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

Diagram Alir Prosedur LOTO

10
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

SISTEM UDARA INSTRUMEN DAN UDARA SERVICE

1. Sistem Udara Instrumen


Sistem ini mensuplai udara terkompresi pada tekanan dan kapasitas tertentu. Udara
instrumen ini digunakan pada kontrol pneumatic, transmitter, instrumen dan peralatan
lain yang membutuhkan udara instrumen untuk operasinya.
Sistem Udara Instrumen terdiri dari:
1. Unit Instrument Air Compressor (water coded, two-stage, screw) : 3 packs/unit
2. Air Receiver : 2 set/unit
3. Refrigerant type air dryer dengan prefilters : 2 set/unit
4. Intake Filter/silencer untuk semua instrument Air Compressor
5. Acoustical Enclosure untuk semua Instrument Air Compressor

Skema sistem udara instrumen

C3W Out
Air Air Air
IAC A Receiver Pre- Dryer
Tank Filter
C3W A
In
P
T
P
IAC B
Air Air
Pre- Dryer
Filter
Air
Receiver
Tank
B
IAC C

T
dari Sistem Udara
Service

Pada operasi normal, udara instrument disuplai oleh 1 unit kompresor, 2 lainnya stand
by. Kompresor udara instrumen dioperasikan dari lokal. Control room hanya monitoring
dan menerima alarm, termasuk alarm untuk low pressure suplai udara instrument.
Sistem loading/unloading dioperasikan oleh switch tekanan udara (pressure switch) yang
mensensor perubahan tekanan dalam udara netto. Ketika tekanan udara mencapai batas
atas tekanan, maka sistem akan unloading (pressure switch OPEN). Sedangkan juka
tekanan udara mencapai batas bawah tekanan, maka sistem akan loading (pressure
switch OPEN).

Instrumen Air Dryer


Sistem inilah yang membedakan sistem udara instrumen dan udara service. Sistem dryer
(pengering) ini memisahkan air dari udara terkompresi melalui pendinginan udara sampai

11
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

mendekati titik embunnya. Pendinginan udara menyebabkan kandungan embun/uap air


terkondensasi. Selanjutnya air terkondensasi tersebut secara otomatis dibuang.
Sebelum udara terkompresi (dari kompresor) didistribusikan, udara tersebut akan
melewati dryer untuk dikeringkan, dihilangkan kandungan embun/uap airnya. Udara
terkompresi masuk heat exchanger dan didinginkan oleh udara kering yang menuju
outgoing. Embun/uap air yang terkandung dalam udara tersebut mulai terkondensasi.
Kemudian udara mengalir melalui heat exchanger/evaporator dimana udara didinginkan
mendekati temperatur evaporasi pendingin/refrigerant. Air dalam udara akan
terkondensasi. Gabungan uap air+udara akan melalui sparator dimana air yang
terkondensasi akan dipisahkan dari udara. Air terkondensasi terkumpul dalam
condensate trap dan secara otomatis dibuang. Udara kering yang dingin mengalir melalui
heat exchanger kembali, dimana udara kering tersebut dihangatkan oleh udara
masuk/inlet ke dryer, kira-kira 10C di bawah temperatur udara masuk.

Sistem Pengering Udara (Air Dryer)

12
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

Sistem Kompresor Udara Instrumen


DP T P T P
Air Inlet Stage 1 Stage 2 Air Receiver
Strainer Compression Compression Tank

T T

Parameter Operasi Kompresor Udara Instrumen


Parameter Kompresor Value
1st stage temperature Max 220C
2nd stage temperature Max 220C
st
CW out 1 stage temp Max 50C
nd
CW out 2 stage temp Max 50C
Delta press strainer Max 45 mbar
st
1 stage pressure Max 3 bar
2nd stage pressure Max 10 bar
Lube oil pressure 1,4-3 bar
Receiver pressure 6-10 kg/cm2

Prosedur Pengoperasian sistem udara instrumen


1. Instrumen Air Compressor
Persyaratan untuk start awal
- Periksa kabel tegangan, pastikan telah terhubung pada terminal yang benar.
- Periksa setting waktu relay K-10 untuk menunda motor stop, yang mana
harus 6 menit.
- Periksa rangkaian listriknya di lokal. Instalasi harus diketanahkan dan
dipasang fuse sebagai proteksi short circuit pada tiap phase.
- Check water flow
- Nyalakan tegangan supply. Start-stop compressor, kemudian periksa arah
putaran motor compressor

Pre-start check
- Periksa level oil
- Tutup manual condensate drain valve, intercooler dan aftercooler moisture
trap
- Periksa bahwa taggle switch menunjukkan operasi unloading ( menunjuk ke
bawah)

13
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

- Periksa bahwa drain untuk water cooling pada saluran inlet dan outlet tertutup
- Buka katup inlet water cooling
- Buka katup pengatur aliran air (water flow)

Starting
- Nyalakan tegangan supply dan LED power (H1) akan menyala
- Tekan tombol start. Setelah itu periksa:
o LED operasi otomatik menyala
o Hourmeter mulai menghitung
o Perhatikan besaran penunjukan pada gauge

Memulai kompresi
- Buka katup udara keluar
- Pindahkan toogle switch pada penunjukan operasi loading (menunjuk ke atas)
- Jika perlu atur aliran air pendingin yang melalui oil cooler, intercooler,
aftercooler. Pengaturan katup aliran air pendingin ini akan mempengaruhi
temperature outlet dari air pendingin. Untuk operasi optimum, temperature
maximal. Outlet air pendingin tidak melebih 50C dan temperature outlet
udara kompresi tidak melebihi 30C

Selama Operasi
Perhatikan dan periksa penunjukan besaran pada gauge: loading/unloading
pressure; periksa discharge condensate dari moisture trap; vacuum indicator.

Stopping
- Tutup katup udara outlet
- Pindahkan taggle swtch pada penunjukan operasi unloading (menunjuk ke
bawah
- Tekan tombol stop. LED operasi otomatis akan mati dan kompresor stop,
matikan tegangan
- Buka katup drain
- Tutup katup inlet untuk air pendingin

2. Instrument Air Dryer


Persiapan start
Paling tidak 4 jam sebelum start, supply utama listrik ke dryer harus dinyalakan
untuk menghidupkan heater dari refrigerant compressor

Starting
- Tutup katup by-pass dryer

14
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

- Tekan tombol ON-OFF


- Buka katup udara inlet dryer
- Kira-kira 5 menit kemudian, buka katup outlet udara dryer
- Kira-kira 10 menit kemudian, nilai nominal udara kering akan tercapai

Selama Operasi, periksa:


- Indikator tekanan
- Bahwa air kondensasi terbuang
- Buka katup drain manual secara berkala selama 10 detik untuk membuang air
kondensasi

Stopping
- Tutup katup inlet dan outlet dryer
- Tekan tombol ON-OFF. Kemudian dryer stop. Lampu indikasi tegangan tetap
menyala, karena tegangan untuk heater masih menyala. Biarkan tegangan
tetap ON jika dryer harus posisi standby

2. Sistem Udara Service


Sistem udara service juga mensuplai udara terkompresi pada tekanan dan kapasitas
tertentu, seperti halnya pada sistem udara instrumen. Namun sistem udara service tidak
melalui pengeringan terhadap kandungan uap air pada udara yang terkompresi. Sistem
ini digunakan untuk keperluan service (pembersihan/cleaning, dll) dan juga sebagai
back-up suplai terhadap sistem udara instrumen.

Sistem Udara service terdiri dari:


1. Service air compressor (water cooled, 2 stage, screw) : 3 set/3unit(plant)
2. Air receiver : 2set/3plants
3. Intake filter/silencer untuk semua service air compressor
4. Acoustical enclosure untuk semua service air compressor

15
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

Skema Sistem Udara Service

C3W Out
Air
SAC A Receiver
Tank
C3W A
In
P
T
P
SAC B

Air
Receiver
Tank
B
SAC C

Sistem operasi sistem udara service, untuk compressornya sama persis dengan sistem
udara instrument. Namun sistem udara service tidak memiliki air dryer. Baik sistem udara
service maupun sistem udara instrumen menghasilkan udara terkompresi dengan
tekanan 7kg/cm2. Demikian pula untuk parameter operasi compressor juga juga sama
dengan sistem udara instrumen.
Desain awal sistem udara service hanya terdiri 2set services air compressor. Karena usia
peralatan, performance turun, maka ditambah 1 set compressor baru. Kompresor baru ini
memiliki kapasitas lebih tinggi/besar dari 2 kompresor pendahulunya. Kompresor baru ini
dapat disetting sebagai back-up 2 kompresor yang lama dengan setting
loading/unloading (6,5-7kg/cm2). Jika kompresor ini di-setting sebagai kompresor utama,
maka setting loading/unloadingnya (7-7,5kg/cm2)

16
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

SISTEM KONDENSATE (CONDENSATE SYSTEM)

Condensate system merupakan sistem yang digunakan untuk mentransfer dari air hotwell ke
deaerator storage tank. Air condensate ditransfer ke deaerator storage tank melalui
condensate demineralizer, gland steam condenser dan LP heater.
Condensate system digunakan juga untuk mengisi deaerator storage tank dan menjaga level
air pada setting yang telah ditentukan. Air condensate di deaerator akan digunakan sebagai
air pengisi (feedwater) boiler main drum. Karena itu level deaerator storage tank harus dijaga
pada level normal agar Boiler Feed Pump (BFP) dapat bekerja dengan baik.
Selain untuk mengisi deaerator, air condensate juga digunakan untuk BFP seals, turbin
gland steam attemperator, LP hood spray, LP turbine by-pass conditioning valve, ventilating
steam conditioning valve dan condensor water curtain spray. Pengambilannya setelah
demineralizer.

Skema Diagram Condensate System

17
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

Skema distribusi pemakaian air condensate

Bagian utama condensate system adalah sebagai berikut:


1. Condensate Extraction Pump (CEP): 2x100% per unit
2. Gland Steam Condensor
3. Drain Cooler
4. Four stage LH Heater (LP heater 1A/B, 2, 3, 4)
5. Deaerator with storage tank
6. Decirculation, make-up, dump, dan deaerator level control station

Proses kerja Condensate System:


Condensate system terhubung dengan condensate storage tank (CST), make-up
maupun dump station. Make up station digunakan untuk mengontrol penambahan air di
hotwell, sedangkan dump station digunkana untuk mengembalikan kelebihan air condensate
di hotwell ke CST. Condensate system juga dilengkapi dengan recirculation line untuk
menjaga agar condensate flow selalu di atas angka minimum flow dari CEP. Sedangkan
deaerator dilengkapi dengan emergency drain line untuk menjaga agar level deaerator tidak
melebihi normal levelnya, dengan jalan mengembalikan condensate ke hotwell.
Condensate Extraction Pump (CEP) merupakan pompa utama pada condensate
system. Masing-masing CEP memiliki suction line terpisah. CEP juga dilengkapi dengan seal
motor pipe dan leak off drain. Seal water didapatkan dari CEP discharge header dan dari
condensate storage and transfer system pada saat start-up. Masing-masing CEP discharge
line dilengkapi dengan check valve dan motorized operation valve (MOV). Pengoperasian
MOV ini interlock dengan CEP start/stop.

18
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

Dari CEP discharge header, air condensate dialirkan menuju condensate


demineralizer. Tapi condensate demineralizer di by-pass, karena kinerjanya sudah tidak
optimal. Setelah itu air condensate akan dicabangkan ke sampling system, turbine gland
steam attemperator, LP turbine by-pass conditioning valve A/B, Ventilating steam
conditioning valve, BFP seal, CEP seal, LP hood spray dan condenser water curtain spray.
Selanjutnya condensate dialirkan melalui gland steam condenser. Dari gland steam
condenser, air condensate selanjutnya disuplai ke deaerator level control station.
Sebelumnya, condensate line dicabang ke minimum flow control station, make up station,
flash tank drain loop seal dan ke feedwater system, yaitu untuk mengisi boiler main drum
pada saat boiler feed pump belum beroperasi dan tekanan boiler main drum masih rendah.
Condensate minimum flow station digunakan untuk menjaga agar condensate flow
yang melewati CEP tidak berada di bawah nilai minimum flownya. Minimum flow station ini
digunakan untuk memproteksi CEP dari kerusakan karena aliran air condensate yang
rendah. Oleh karena itu, saat aliran air condensate rendah, katub (valve) minimum flow
station ini akan membuka dan air condensate akan kembali disirkulasikan ke hotwell.
Condensate minimim flow station (FCV-2A/2B) bekerja berdasarkan sinyal dari flow
transmitter yang dipasang setelah gland steam condenser.
Condensate system juga dilengkapi dengan deaerator level control station dan
hotwell level control station. Deaerator level control station terdiri dari 2x60% Level Control
Valve (LCV) yaitu LCV-5A/B yang digunakan untuk menjaga level deaerator saat operasi
normal, dan LCV-4 yang digunakan saat start-up/beban rendah (<50MW). Deaerator LVS
tersebut bekerja berdasarkan sinyal dari level transmitter pada deaerator storage tank.
Selain itu, untuk menjaga deaerator level, condensate system juga dilengkapi dengan
deaerator emergency drain (spill over) station. Emergency drain station ini terdiri atas LCV-6
yang mengalirkan air condensate di deaerator, yang levelnya terus naik melebihi
kemampuan LCV-5A/5B, langsung menuju hotwell. LCV-6 juga digunakan saat pegging,
yaitu proses memisahkan udara pada air condensate dan memanaskannya saat pengisian
pertama.
Sedangkan hotwell level control station digunakan untuk menjaga level hotwell tidak
terlalu rendah yang dimaksudkan untuk menjaga suplai air condensate ke CEP cukup dan
juga untuk menjaga agar level condensate hotwell tidak terlalu tinggi yang dimaksudkan agar
condensor shell tidak terendam. Level hotwell dijaga pada 150mm di atas dan di bawah
normal. Rentang tersebut disebut deadband level.
Jika level hotwell terlalu rendah dan tidak mungkin untuk mentransfer dari deaerator
storage tank, maka make-up station digunakan untuk mengisi air penambah condensate dari
CST. Condensate make-up station terdiri dari LCV-8 (normal make-up) dan LCV-7
(alternative make-up). Keduanya bekerja berdasarkan sinyal dari level transmitter di hotwell

19
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

(LT-1A/1B/1C). Normal make-up station (LCV-8) mulai membuka jika hotwell level di bawah
deadband, dan akan buka penuh jika level hotwell 100mm di bawah deadband. Sedangkan
alternative make-up station mulai membuka saat level hotwel 100mm di bawah deadband,
dan akan buka penuh jika level hotwell 200mm di bawah deadband.
Namun, jika level hotwell terlalu tinggi dan tidak mungkin mentransfernya ke
deaerator tank, maka condensate dump station digunakan untuk mentransfer air condensate
ke CST. Condensate dump station terdiri dari LCV-3B (normal dump) dan LCV-3A
(alternative dump). Keduanya bekerja berdasarkan sinyal dari level transmitter di hotwell (LT-
1A/1B/1C). Normal dump station (LCV-3B) akan mulai membuka jika hotwell level di atas
deadband, dan akan membuka penuh jika level hotwell 100mm di atas deadband.
Sedangkan alternative dump station (LCV-3A) mulai membuka jika level hotwell 100mm di
atas deadband, dan akan membuka penuh jika level hotwell 200mm di atas deadband.
Setelah dari deaerator level control, condensate dialirkan ke LP Heater 1, yang terdiri
dari 2 heater tersusun paralel (HX-1A/1B). LP Heater 1 dilengkapi dengan by-pass line. By-
pass line dilengkapi MOV-21 yang bekerja otomatis jika terdeteksi high-high water level pada
LP Heater 1, untuk menghindari terjadinya water introduction ke LP turbin. Kemudian, dari
LP Heater 1, condensate dialirkan melalui LP Heater 2/3/4. Masing-masing heater dilengkapi
dengan normal valve untuk inlet, outlet, dan by-pass. Dari LP Heater 4, condensate dialirkan
ke deaerator yang berfungsi sebagai pemanas lanjutan dan membuang kandungan udara
pada condensate serta menampung condensate tersebut pada deaerator storage tank.

Prosedur Pengoperasian
Pengisian Awal (Initial Filling)
Sebelum condensate system dioperasikan, jika hotwell dan deaerator belum terisi atau
level masih rendah maka dilakukan pengisian awal. Prosedur pengisian awal dilakukan
secara manual, tidak menggunakan automatic control valve.
Langkah-langkah pengisian awal adalah sebagai berikut:
- Persiapan
1. Yakinkan instrument air telah beroperasi.
2. Yakinkan CST telah terisi demin water dengan jumlah/level yang cukup dan
yakinkan CST system telah beroperasi.
3. Yakinkan chemical injection system, condensor, deaerator telah siap beroperasi.
4. Yakinkan C3W system telah beroperasi.
5. Yakinkan power supply, condensate system line, seal water dari CST dan
condensate sampling system telah siap.

- Pengisian
1. Yakinkan drain dan vent line pada hotwell telah tertutup.

20
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

2. Pada make-up station, yakinkan isolation valve OPEN, by-pass valve CLOSE,
LCV 7&8 pada posisi MANUAL di DCIS. Kemudian buka LCV-8 10%, LCV-7
CLOSE.
3. Yakinkan LCV-3A/3B posisi MENUAL pada DCIS dan pada posisi CLOSE.
4. Persiapan start condensate trnsfer pump, yakinkan condensate transfer pump
discharge velve posisi CLOSE. Setelah itu jalankan condensate transfer pump.
5. Buka discharge valve pelan-pelan sampai posisi full open.
6. Buka LCV-8 dan isi hotwell sampai di atas normal level (600mm).
7. Pastikan hotwell level transmitter telah beroperasi normal dan shut down
condensate transfer pump.
8. Tutup LCV-7 dan LCV-8 lalau posisikan LCV-7 dan LCV-8 pada AUTO

- Start condensate extraction pump (CEP)


1. Yakinkan isolation valve pada condensate extraction pump telah terbuka
2. Yakinkan seal water dari CST telah siap
3. Periksa di discharge CEP telah terisi air sampai header dengan memonitoring
tekanan header di DC15 sekitar 1,5-2,5 kg/cm2
4. Setelah permissive dipenuhi, start CEP di DCIS. Yakinkan minimum flow station
mulai terbuka. Monitor hotwell level dan CEP discharge pressure.
5. Buka LCV-4 pelan-pelan di monitor deaerator level
6. Jika deaerator level telah mendekati level normal, posisikan LCV-4 pada mode
AUTO
7. Saat normal level tercapai, LCV-4 harus CLOSE dan minimum flow control station
harus OPEN untuk menjaga flow
8. Yakinkan hotwell pada normal level, kemudian posisikan condensate dump
control station pada mode AUTO, Jika unit telah siap start, CEP tidak perlu
dimatikan. TApi jika unit masih belum siap start, CEP dapat dimatikan.

Start Normal Condensate System


Parameter Operasi
- Seal water preasure > 1kg/cm2
- Discharge preasure 30kg/cm2
- Monitoring DCIS
o Tempt bearing <70C
o Vibrasi <0,15mm

Start normal dilakukan jika hotwell dan deaerator storage tank telah terisi normal, tapi
CEP OFF. Prosedur start normal adalah sebagai berikut:

21
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

1. Pastikan semua syarat dalam bagian persiapan telah terpenuhi, condensate system
telah siap beroperasi, condensate make-up control station dan condensate dump
control station posisi AUTO
2. Pastikan LCV-4 talah pada posisi AUTO, LCV-5A/5B telah pada posisi MANUAL dan
valve pada posisi full close
3. Pastikan minium flow control station telah pada posisi AUTO san valve psps posisi
CLOSE
4. Start condensate extraction pump (CEP). Pastikan discharge valve membuka 10%,
CEP start.
5. Pastikan minimum flow control valve membuka untuk mengatur flow, preasure 30-35
kg/cm2
6. Berturut-turut in service-kan: chemical injection, sampling system, aux steam system
7. Sirkulasikan condensate kembali ke hotwell dengan jalan posisikan LCV-6 pada
MANUAL dan OPEN
8. Pastikan level deaerator stabil setidak-tidaknya dalam 5menit
9. Masukkan pegging steam dengan meng-in service-kan valve SA-PCV-5
10. Pastikan telah tersedia condensate flow yang cukup untuk masing-masing system
berikut: turnine gland steam, LP turbin by-pass, ventilation conditioning valve,
blowdown flash tank loop seal, feedwater pump injection, Lp turbine hood spray,
condensor water curtain spray
11. In-service-kan chemical injection system untuk menjaga agar condensate memenuhi
syarat kimia
12. Close deaerator vent valve

Shut Down Unit


Secara umum condensate system akan tetap beroperasi normal selama dalam proses
unit shut down sampai boiler trip. Saat beban unit (prose shut down) tururn di bawah 50
MW dan posisi LCV-5A/5B sekitar 10%, lakukan transfer control dari LCV-5A/5B ke LCV-
4 dengan jalan:
1. Secara pelan-pelan, naikkan set point LCV-4 sampai LCV-4 mulai open
2. Secara pelan-pelan, turunkan set point LCV-5A/5B sampai LCV-4 mengambil alih
level control dan LCV-5A/5B menutup
3. Pada saat condensate flow rendah, pastikan minimum flow control station OPEN
untuk proteksi CEP
Setelah CEP tidak diperlukan dapat dilakukan stop CEP. Pada saat stop CEP, pastikan
CEP yang lain tidak pada posisi STANDBY

22
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

SISTEM KONDENSOR (CONDENSER SYSTEM)

Exhaust steam dari LP Turbin dan Boiler Feed Pump Turbine (BFPT) masuk ke condenser
dan mengalir melalui permukaan condenser tube. Circulating water mengalir melalui
condenser tube dan menjaga permukaan condenser tube tetap dingin. Permukaan
condenser tube yang dingin tersebut akan mengkondensasikan uap keluaran yang mengalir
di permukaan tube tersebut. Kondensasi uap itu juga sangat dipengaruhi oleh keadaan
vacum di kondensor. Circulating water menyerap panas laten dari proses kondensasi. Dan
akhirnya, air kondensasi (condensate) dikumpulkan dalam hotwell yang terletak di bawah
kondensor.
Condenser system terdiri dari condenser A&B pada tiap unit pembangkit di UBP Suralaya.
Tiap condensor memiliki memiliki bagian-bagian sebagai berikut:

Shell
Semacam balok vessel yang dibentuk dari plat datar segi empat. Semua koneksi yang
dibutuhkan untuk piping, peralatan maupun instrumen berada di shell. Pada shell ini juga

23
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

dipasang tube sheet (plat berlubang untung fitting pipa/tube) dan tube support plate (plat
untuk mensupport tube/pipa). Tiap condenser terdapat 1 shell.
Pipa kondenser
Pipa/tube terbuat dari titanium. Pada satu condenser shell, pipa-pipa kondenser disusun
menjadi 4 kelompok/bundle. Susunan pipa-pipa tersebut merupakan penyusunan radial
untuk aliran uap radial. Pipa-pipa titanium tersebut dipasang dengan memasukkannya
melewati tube sheet dan tube support plate. Setelah pipa masuk, kemudian di-las pada
tube sheet. Penyusunan pipa-pipa kondenser juga memiliki kemiringan/slop ke bawah
mengarah ke sisi inlet/outlet air pendingin utama. Hal tersebut untuk mempercepat
pengeringan pipa saat shutdown kondenser.
Waterbox
Tiap shell kondenser terdiri dari 2 inlet waterbox, 2 outlet waterbox, dan 2 balikan
waterbox. Waterbox terbuat dari carbon steel.
Tiap shell condenser memiliki
inlet/outlet box return box
Vent 2 2
Drain 4 2
Priming 2 2

Air pendingin utama masuk ke kondenser melalui inlet waterbox yang terletak di sisi
bawah (lower) kondensor dan mengalir melalui pipa-pipa/tube kondenser lalu masuk
pada return waterbox, yang terletak di sisi berseberangan dengan inlet/outlet kondenser.
Dari return waterbox, air pendingin utama masuk pipa kondensor sisi upper (atas) dan
mengalir menuju outlet waterbox yang terletak di atas inlet waterbox.
Aliran air pendingin utama akan membawa sejumlah udara yang pada akhirnya akan
terkumpul pada bagian atas waterbox. Vacum Primin Pump digunakan untuk
mengeluarkan udara tersebut secara kontinu.
Hotwell
Digunakan sebagai penampung air kondensasi (condensate). Hotwell terletak di bagian
dasar kondenser. Hotwell dari masing-masing kondenser berhubungan. Hotwell menjadi
satu dengan dan merupakan kelanjutan dari shell condenser. Hotwell juga menampung:
LP Heater drain, emergency drain LP/ HP Heater, deaerator overflow.

Masing-masing condenser A&B menerima exhaust steam dari asal yang berbeda.
Kondenser A menerima exhaust steam dari LP turbin A dan Boiler Food Pump Turbine
(BFPT) A. Sedangkan condenser B menerima exhaust steam dan LP Turbine B dan BFPT
B. Masing-masing kondenser juga menampung uap LP turbine by-pass.

24
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

Pembersihan Kondenser
Di dalam tube condenser sering terjadi pengendapan kotoran yang terbawa oleh aliran air
pendingin kondensor. Pengendapan tersebut dapat menghalangi perpindahan panas antara
exhaust steam dengan air pendingin sehingga efisiensi thermal turbin berkurang. Oleh
karena itu, tube kondenser perlu dibersihkan. Teknik pembersihan tube kondenser dapat
dilakukan dengan 2 cara pada UBP Suralaya #5-7, yaitu:
1. Condenser Back wash
Teknik membersihkan tube condenser dengan merubah arah aliran fluida yang melaui
pipa/tube kondenser. Teknik ini dapat dilakukan meskipun kondenser terus beroperasi.
Pada unit 5-7 UBP Suralaya , condenser back wash dioperasikan dengan sequen
tertentu. Misalkan pada kondenser akan dilakukan back wash pada sisi A maupun pada
sisi B, maka sekuen pembukaan valve backwash akan memiliki konfigurasi seperti pada
gambar.

Operasi Normal Condensor A

Backwash Condensor A sisi A

Sekuen Start: Sekuen ke Normal:


M

1. Open ISV-1A 1. Close ISV-1C


2. Close V-13 2. Open V-10
V-1A

3. Open ISV-1D 3. Close ISV-1D


4. Close V-10 4. Open V-13
M

5. Open ISV-1C 5. Close ISV-1A

25
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

Backwash Condensor A sisi B

Sekuen Start: Sekuen ke Normal:


1. Open ISV-1A 1. Close ISV-1D
2. Close V-11 2. Open V-12
3. Open ISV-1C 3. Close ISV-1C
4. Close V-12 4. Open V-11
5. Open ISV-1D 5. Close ISV-1A

2. Ball cleaning
Teknik membersihkan tube kondensor dengan cara melewatkan sponge ball pada pipa
kondensor, diharapkan sponge ball dapat membersihkan kotoran-kotoran yang terdapat
dalam pipa baik yang menempel maupun yang mengendap.

Proses kerja Ball Cleaning

CONDENSOR
Pertama, sponge ball
A dimasukkan dalam
ball collector,
Sponge Ball
B
kemudian pompa
Strainer
dioperasikan sehingga
bola masuk ke aliran

M
air pendingin dan
memasuki pipa-pipa
Ball Ball
Collector Inject kondensor. Setelah
Pump M
membersihkan pipa-
pipa kondensor, bola
Sea Water Inlet Sea Water Outlet
ditangkap oleh ball
strainer dan melewati pompa lalu kembali ke ball collector. Proses-proses tersebut akan
dilakukan berulang sampai terdapat perintah untuk stop, baik timer atau manual.

Prosedur pengoperasian Ball Cleaning system


- Persiapan
1. Pastikan ball collector discharge isolation valve dan drain valve CLOSE; isolation ball
valve connected to ball injection nozzle dan ball discharge nozzle OPEN
2. Pastikan ball valve pada suction dan discharge pompa sirkulasi full OPEN

26
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

3. Venting ball collector; pastikan ball collector by-pass screen pada posisi FULL BALL
SORT
4. Pastikan pada ball collector by-pass control valve OPEN; ball sorter plate dari ball
collector tidak terdapat masalah; dan ball collector screen pada posisi CLOSE
5. Pastikan condenser mampu beroperasi
6. Pastikan condenser di-backwash untuk menghilangkan kotoran-kotoran pada tube
condenser, water box atau pada permukaan tube sheet
7. Pastikan condenser vacuum priming system siap beroperasi selama ball cleaning
untuk memindahkan/membuang udara yang terperangkap dalam water box.
8. Check/ periksa supplai listrik pada control panel lokal
- Pengisian (Filling)
Mengisi sistem ball cleaning dengan circulating water dan sponge ball
1. Pastikan bola dalam kondisi baik. Bola yang lebih kecil 2mm dari ukuran normal harus
diganti. Demikian juga , bola yang telah berbentuk oval
2. Masukkan bola ke dalam ball collector
3. Tutup semua bukaan pada ball collector
4. Siapkan ball injection pump dengan membuka ball collector discharge isolation valve.
Pada langkah ini, air vent valve yang terletak di bagian atas collector chamber harus
OPEN
5. Setelah dipastikan udara keluar dari air vent nozzle, CLOSE air vent valve
- Start Up
Manual mode
1. Pilih selector switch posisi manual pada local control panel. Ball strainer screen
bergerak pada posisi in-service (CLOSE)
2. Periksa signal online pompa diterima dan differensial pressure strainer screen normal
3. Tekan tombol CIRCULATE untuk mensirkulasikan bola
4. Pastikan ball circulating pump beroperasi dan lampu indikator pompa ON
5. Setelah waktu tunda (10 detik), ball collector akan OPEN bila akan dilepas pada
sirkulasi.
Auto mode
1. Pilih selector switch pada posisi AUTO. Ball strainer screen bergerak pada posisi
CLOSE
2. Ball collector suction sisi ball valve akan OPEN setelah time delay (10 detik)
3. Ball injection pump akan start (lampu indikator ON) dan setelah time delay ball
collector akan OPEN (10 detik)
4. Setelah timer untuk sirkulasi berakhir, ball collector akan CLOSE dan waktu
pengumpulan bola dimulai (indicator ball collector ON)

27
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

5. Setelah pengumpulan bola selesai, pompa akan stop, ball strainer screen OPEN
- Shutdown
Posisikan selector switch di local control panel pada posisi OFF

Prosedur Pengoperasian Condenser


- Persiapan
1. Pastikan instrument air system beroperasi
2. Pastikan C3W dan Chatodic protection system beroperasi
3. Pastikan heat rejection system, condenser priming unit, deaerator, condensate
system, condenser tube cleaning system siap untuk beroperasi
4. Pastikan supplai listrik untuk peralatan-peralatan bantu tersedia
- Pengoperasian
Prosedur ini untuk pengisian Condenser. Semua operasi adalah manual. Perhatikan
dalam mengoperasikan heat rejection interconnect valve untuk mencegah water hammer
1. Condenser waterbox vacuum isolating valve OPEN
2. Internal condenser waterbox valve CLOSE
3. Condenser outlet line CLOSE
4. Condenser waterbox inlet isolation valve OPEN
5. Secara manual buka valve venting condenser waterbox selama pengisian
- Start up
Pastikan pengisian condenser berjalan normal
- Shut down
Pastikan operasi stop secara otomatis CWP berjalan baik dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Lakukan shut down CWP dari DCIS
b. CWP stop sekitar 50 detik setelah perintah stop ketika discharge valve kurang dari
30% OPEN
c. Seal water supply valve CLOSE
d. Close condenser 1A/B west half shell outlet modulating valve dari DCIS

28
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

Skema Digram Vacuum Priming System

Ke Control
Panel
Relief Valve

Check Valve Silencer Dari Water Box /


Priming Valve
Solenoid
Valve Vacuum
Priming Pump Inspection
Port
S Gauge
Glass

Strainer Vacuum Receiver Tank LS

Dari Service
Water Ke
Control
Ball Valve Orifice Panel

Clean Out
S Drain
High Level
Switch
Kanal
Pembuangan Air

Condenser vacuum Priming System


Udara yang terlarut dalam circulating water akan masuk ke dalam heat exchanger maupun
condenser waterbox sehingga terperangkap di bagian atas water box dan saluran/channel
heat exchanger. Jika udara tersebut tidak dibuang, maka air pendingin/circulating water tidak
mampu mencapai tube barisan atas, dengan kata lain terjadi penurunan level circulating
water. Hal tersebut dapat menurunkan efisiensi pendinginan. Untuk membuang udara yang
terjebak itu, maka digunakanlah vacuum priming pump. Vacuum priming pump mampu
mengeluarkan udara yang terjebak dalam water box maupun heat exchanger secara kontinu
tanpa perlu unit shut down atau derating. Udara yang terjebak akan disedot keluar dan
dibuang ke atmosfer.

Prosedur Pengoperasian Vacuum Priming Pump


- Persiapan
1. Aliran seal water dari service water harus siap sedia
2. Initial priming by-pass valve pada jalur seal water harus posisi CLOSE
3. Manual isolation valve pada jalur seal water dan vacuum priming pump posisi OPEN
4. Selector switch untuk individual pump harus pada penunjukan yang tepat
5. pastikan tidak ada alarm/trip pada vacuum priming pump
6. Pastikan tidak ada alarm karena level air low dalam receiver tank
7. Pastikan kondisi strainer bersih
8. Suplai listrik ke motor drive dan solenoid valve harus tersedia

29
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

- Sistem pengisian (pengisian awal seal water)


(i) Sebelum start pompa, prosedur yang harus dilakukan untuk drain dan flushing pump
a. Lepaskan drain plug dari pompa
b. Buka shut-off valve untuk seal water dan prime by-pass valve
c. Biarkan seal water mengalir sampai aliran bersih dari drain
d. Periksa pipa dari kebocoran; CLOSE by-pass priming valve dan ganti drain plug
(ii) Sebelum pompa dioperasikan, lakukan prosedur untuk pengisian vacuum priming
pump
a. Pastikan shut-off valve pada hulu jalur seal water pompa priming OPEN
b. OPEN initial prime by-pass valve pada jalur seal water. Biarkan seal water
mengalir sampai seal water mengalir dari discharge pompa ke priming pump
c. CLOSE initial prime by-pass valve
- Start up
Sebelum start-up, pastikan:
a. Seal water strainer bersih, selonoid valve pada jalur seal water beroperasi
b. Secara manual, putar priming pump dan pastikan berputar bebas
Pompa bisa di-start dari DCIS, dan periksa terhadap abnormal suara atau vibrasi.
Perhatikan vacuum gauge, dan pastikan vacum bertambah
Setelah pompa beroperasi normal, mode AUTO bisa dilakukan.
- Shut down
Vacuum priming pump di shut-down dengan OFF-kan suplai listrik ke motor driver

Operasi Kontrol Vacuum Priming Pump


Operasi vacuum priming pump secara otomatis dikontrol oleh vacuum switch yang mengukur
ke-vacum-an di dalam vacum receiver tank. Terdapat 4 unit vacum switch, yaitu:
No Vacuum Switch Keterangan
1 1VS Mengontrol lead vacum priming pump (set high)
Make: -432 mmHg decreasing
Break: -483 mmHg increasing
2 2VS Mengontrol leg vacum priming pump (set low)
Make: -406 mmHg decreasing
Break: -432 mmHg increasing
3 3VS Alarm low-low vacum (set low-low)
Make: -380 mmHg decreasing
Break: -432 mmHg increasing
4 4VS Protect priming pump dari very high vacum (pada suction piping)
Setting : 660mmHg

30
BersamaKita Maju
31
SMK3
ISO 14001

Extc Steam
From HP
Turbine
Heater 8 MOV-21 Main Drum

M
Deaerator Extc Steam
From Cross- MOV-20
MOV-22 M

M
CRH
ISO 9001

Storage Tank M
Extc Steam Economizer
From IP PCV-6
MOV-18

M
Turbine LCV-002
SISTEM AIR PENGISI (FEEDWATER SYSTEM)

Chemical
V-28 V-32
Injc.
Skema Diagram Sistem Air Pengisi (feed water system)

Heater 7
V-23 LCV-008
MOV-17
MOV-19

M
V-34
V-30
From
Condensate
V-36
Condensor
System FCV-2 LCV-007
V-25
MOV-15
A

M
LCV-003
FCV-1 FCV-4
V-26
LCV-006
Heater 6
V-29 FCV-3 FCV-10
M
V-31
MOV-14
MOV-16

M
MOV-002
M
M
MOV-5 LCV-004 SSH Inlet
M Attemp (Timur)
MOV-1 FCV-2A
Booster V-33
V-27 Spray Water Supply Line MOV-2 SSH Inlet
BFP A
M Attemp (Barat)
FCV-2B
M

BersamaKita Maju
MOV-7 LCV-18A PSH Inlet
M M M Attemp (Timur)
MOV-2 HP Turbine FCV-1A
Booster V-35
Bypass
BFP B MOV-10 V-12 MOV-5 FCV-5 MOV-1 PSH Inlet
M Attemp (Barat)
M FCV-1B
RH Inlet Attemp (Timur)
M
MOV-9 LCV-18A FCV-3A
MOV-3 M
SU-BFP MOV-3
RH Inlet Attemp (Barat)
MOV-11 V-13 FCV-3B
M
Aux Steam
Spray Water Supply Line MOV-4
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

Sistem air pengisi merupakan suatu sistem gabungan peralatan yang digunakan untuk
mensuplai air yang dibutuhkan boiler. Peralatan-peralatan tersebut meliputi: tangki air
pengisi (deaerator storage tank), pompa tekanan tinggi, valve pengaturan, sistem pemanas
awal tekanan tinggi (High Pressure Heater/ HP Heater), sistem pemanas lanjut (economizer)
dan main drum sebagai penampung air pengisi yang telah siap disuplai ke boiler. Di
Suralaya unit 5,6,7 pompa air pengisi terdiri dari:
1. Pompa air pengisi berpenggerak turbin ( Boiler Feed Pump Turbine (BFPT) : 2set/unit
2. Pompa air pengisi berpenggerak motor ( Booster Boiler Feed Pump (Booster BFP) :
2set/unit
3. Pompa air pengisi berpenggerak motor saat start-up ( Start-up Boiler Feed Pump (SU-
BFP) : 2set/unit

Air pengisi (feed water) selain untuk mengisi boiler juga digunakan sebagai spray water pada
atemperator main steam superheater, reheat, HP turbine by-pass dan aux steam.

Pengisian awal feed water ke main drum masih bisa dilakukan menggunakan Condensate
Extruction Pump (CEP), yakni sebelum tekanan drum mencapai 20kg/cm2. Namun setelah
tekanan drum melebihi 20kg/cm2, pengisian feedwater dilakukan menggunakan SU-BFP
hingga tekanan siap rolling turbin. Kemudian, setelah mencapai pembebanan 100MW,
pompa air pengisi diambil alih menggunakan BFPT.

SUBFP dugunakan saat boiler start-up, dan dapat juga diparalel dengan BFPT atau
diistilahkan Union, yakni gabungan antara SUBFP dengan BFPT. Akan tetapi, keduanya
tidak bisa menggunakan auto mode, biasanya SUBFP manual mode dan BFPT auto mode.
Ketika SUBFP digunakan untuk mengisi drum, pengaturan level drum menggunakan start-up
valve. Akan tetapi bila menggunakan BFPT pengaturan level drum melalui putaran dari
BFPT itu sendiri.

Sistem air pengisi sebelum masuk ke boiler melewati sistem pemanas awal takanan tinggi,
High Pressure Heater/HP Heater, yaitu HP Heater 6, HP Heater 7, HP Heater 8, kemudian
masuk ke pemanas lanjut, economizer. Tujuan dilakukan pemanasan awal pada air pengisi
sebelum masuk ke drum adalah untuk mencegah Thermal Stress yang terlalu tinggi pada
main drum metal akibat perbedaan temperature metal sisi air (water) dan metal sisi uap
(steam) pada drum. Perbedaan temperature pada metal drum tersebut dibatasi kurang dari
100C.

Peralatan Utama pengisi feed water pada PLTU Suralaya unit 5,6,dan 7adalah:
1. Start-up Boiler Feed Pump (SU-BFP)
SU-BFP digunakan pada saat boiler start-up. SU-BFP digunakan untuk mengisi feed
water ke drum ketika pressure/tekanan drum telah mencapai >20kg/cm2. SU-BFP

32
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

menggunakan penggerak motor listrik bertegangan 10,5kV dan memiliki konsumsi daya
mencapai 5MW. Kapasitas pompa mencapai 705m3/h dan tiap unit di UBP Suralaya
terdapat 1 set SU-BFP. Ketika unit normal operasi, SUBFP stop standby.

Parameter operasi pada SU-BFP


Parameter Satuan Batasan Min Batasan Max
Suction Press kg/cm2 5 10
Discharge Press kg/cm2 50 300
Oil Pump discharge Press kg/cm2 0,5 2
Diff. Press Oil Cooler Outlet Filter kg/cm2 - 1
Seal Water Strainer Inlet Press kg/cm2 10 30
Oil Cooler Outlet Temp C - 60
Oil Cooler Inlet Temp C - 50
Oil Cooler Outlet CW Temp C - 44
Oil Cooler Inlet CW Temp C - 34

Data Teknis SU-BFP


Pompa
Make : MHI
Type : Horizontal, Contrifugal, Double Case, Five stage
Discharge Qty : 705 m3/h
Total head : 2640m
Weight : 6800kg
Min Flow : 220 m3/h
Suction press : 14,2 kg/cm2
Pump Temp : 181 C
Pump Speed : 3670 rpm
Start-upGear
Make : SEISA
Type : single stage step-up
Nominal Power : 5900kW
Motor
Make : MELCO
Power : 5900kW
Volt/insulation : 10kV/F class
Speed/cycle : 1480rpm/50Hz
Rotating/weight : continuous/16300kg

33
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

Prosedur Operasi SU-BFP


- Persiapan Lokal
1. Periksa lube oil tank normal level&drain tank tertutup
2. Yakinkan filter untuk lube oil filter dan seal water strainer pump dalam keadaan
bersih
3. Periksa pompa seal water system dan condensate system, C3W, feedwater
system inservice
4. Periksa deaerator water level normal, suction ISV pompa open, ISV untuk recicle
flow standby (auto)
5. Periksa level minyak pelumas untuk hearing-hearing motor serta couple antara
motor-pompa
6. Yakinkan lube oil cooler in-service, serta C3W ada aliran
7. Yakinkan alarm condition/protecting trip condition tidak muncul untuk SU-BFP
8. Periksa electric power untuk supply dari switchgear dan lube oil pump power
supply dari MCC
9. Lakukan warming SU-BFP dan check strainer diff pressure lube oil
- Persiapan di DCIS
(i) Tampilkan Layar monitor feedwater system serta controlnya.
(ii) Tekan huruf I untuk mengecek permissive SU-BFP, dengan indikasi:
o SU-BFP hearing oil press normal
o Deaerator level normal
o SU-BFP inlet valve full open
o SU-BFP min flow valve full open
o SU-BFP outlet valve full close
- Start
Untuk mengoperasikan/start, tekan tombol start SU-BFP. Bila sudah operasi cek
kembali di lokal. Monitoring equipment status (trend/alarm). Bila semua OK maka
lakukan pembukaan valve: MOV 010M (SU-BFP LCV 018A), MOV 011M (SU-BFP
LCV 018B), MOV 009M (SU-BFP discharge valve)
Bila valve-valve tersebut telah terbuka, maka pengisian ke main drum dapat
dilakukan melalui low load range A station (LCV 018) dan B station (LCV 018B)
low load valve station FW master station. Dalam proses pengisisan feed water
system, perhatikan flow limit reciculation dan posisikan ke auto mode (flow min
220t/h)
- Stop sequence
Tampilkan layar monitor feedwater system pada display panel:
o Periksa resirkulasi control station SU-BFP FCV 010 posisi auto

34
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

o Periksa control level drum tidak diaktifkan kembali lewat SU-BFP (LCV 018A/B)
tapi sudah dialihkan oleh main BFP control station
o Low load valve station posisikan manual dan out of service-kan (LCV 018A/B
close)
o Tutup SU-BFP discharge valve (MOV 009) serta (MOV 010 dan MOV 011)
o Pilih SU-BFP push buttin stop. Bila sudah stop perhatikan peralatan dan
monitoring (keadaan normal) dan SU BFP selalu ready, siap bila diperlukan

Intertripping dan pengaruhnya terhadap unit


Pengaruh SU-BFP trip adalah akan menyebabkan gangguan pengisian feedwater untuk
pengisian ke main drum, level drum akan turun dari normal karena flow yang dibutuhkan
berkurang, akibatnya boiler akan trip dari drum level low mencapai level -250mmwg,
dalam waktu 5 detik. Bila boiler trip, turbin akan trip sehingga generator akan lepas dari
jaringan.

Faktor-faktor yang dapat menyababkan peralatan SU-BFP trip (Proteksi SU-BFP):


- SU-BFP discharge flow di bawah min; di atas max& SU-BFP min flow valve tidak full
open
- SU-BFP motor hearing vibration high-high
- SU-BFP bearing oil press di bawah min
- SU-BFP inlet valve close (not full open)
- Su-BFP outlet valve close (not full open) & SU-BFP min flow valve close
- Deaerator level low-low

2. Boiler Feed Pump Turbine (BFPT)


BFPT merupakan peralatan utama dalam PLTU yang berfungsi sebagai pengisi air boiler
saat normal operasi. BFPT tersebut digerakkan oleh turbin dengan media uap sebagai
penggerak utamanya. Kapasitor BFPT tersebut adalah 2x50%. BFPT tersebut masing-
masing dilengkapi booster pump untuk menaikkan tekanan sisi hisab BFPT agar tercapai
kerja optimal.

Pengaturan debit feed water yang disuplai BFPT adalah dengan mengatur putaran turbin
dalam hal ini governove valve turbine-nya. BFPT juga mensuplai spray water untuk
mengatur temperature steam di boiler.

Steam valve pada BFPT terdapat pada sisi HP dan LP. Sisi HP dilengkapi 1 MSV-1GVR
yang mengambil uap dari main steam. Sisi LP juga dilengkapi 1MSV-1GVR yang
mengambil uap dari IP turbine.

35
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

Prosedur operasi BFPT:


- Persiapan
1. Periksa lube oil system pada turbin penggerak in-service
2. Pastikan setidaknya 1 filter seal water strainer siap untuk digunakan dan dalam
keadaan bersih
3. Periksa instrumen air system siap digunakan dan tersedia
4. Pastikan pompa untuk seal water system dan condensate system sudah
beroperasi
5. Pastikan deaerator level normal
6. Periksa suction isolation valve dari pompa (BFP) open
7. Periksa BFPT suction strainer dalam kondisi bersih
8. Pastikan tidak terdapat alarm condition atau protection trip untuk BFPT
9. Periksa kontrol system untuk feed water in-service
10. Periksa turbin penggerak siap beroperasi
- Pengisian Awal (Initial Fill Up)
Yaitu untuk pengisian system alat Bantu BFPT. Proses ini dilakukan manual.
(i) Lube Oil
Pengisian lube oil telah selesai dari system pelumas/oil turbin penggerak dan
monitoring sight flow glass pada jalur drain lube oil bearing pompa untuk
memastikan aliran lube oil.
(ii) Injection water for seal
a. Pastikan suplai water tersedia
b. Buka isolating valve dari jalur seal water yang dikehendaki
c. Buka by-pass valve dari TCV pada jalur suplai seal water yang menuju pompa
d. Monitoring pada sight flow glass untuk memastikan aliran seal water
e. Tutup by-pass valve dari TCV setelah pengisian complete
- Warming Up
SU-BFP dan BFPT yang memiliki barrel casing
- Start-Up
Setelah seluruh persiapan start-up siap dan kondisi lebih stabil, maka start BFPT
dilakukan sebagai berikut:
1. Start booster BFP (sampai dengan normal)
2. Reset BFPT dengan menombol RESET pada panel start-up
3. Pindahkan EH control oil pada posisi auto
4. Pilih target speed pada 1800rpm dan pilih percepatan pada 20rpm per menit
5. Tekan tombol start pada panel CRT

36
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

6. Setelah speed turbine mencapai 1800rpm, maka program akan Hold otomatis
(warming time)
7. Setelah kondisi stabil (warming time terpenuhi, dimana rotor temperature
mendekati staem temp) maka pilih mode run up dan tekan tombol start sampai
run up komplit (indikasi lampu pompa start merah)
8. Setelah indikasi normal, lakukan in-service dengan membuka discharge valve
hingga full open
9. Setelah normal operasi, naikkan tekanan discharge pressure menyamai header
pressure hingga BFPT discharge flow menggantikan SU-BFP flow (paralel
dengan SU-BFP)
10. Setelah BFPT beroperasi, pastikan feed water flow disuplai dari BFPT dan SU-
BFP discharge flow posisi min
11. Sebelum mengoperasikan BFPT yang kedua, maka top/shutdown terlebih dahulu
SU-BFP
12. Setelah beroperasi, monitoring yang dilakukan antara lain pada:
o Noise
o Bearing vibration
o Bearing metal temperature
o Injection water drain temperature
o Suction&discharge pressure
- Pengendalian
Setelah BFPT beroperasi normal, maka pengendalian dilakukan dengan mengacu
pada 3 elemen, yaitu:
(i) Feedwater flow, sebagai input proses
(ii) Main steam flow, sebagai output proses
(iii) Drum level, sebagai target/set poin
Faktor lain sebagai tambahan untuk control adalah inlet eco tempt dan drum press.
- Normal Shutdown
Untuk men-shutdown BFPT maka harus dilakukan adalah men-stop turbin
penggeraknya, langkahnya sebagai berikut:
1. Turunkan beban unit (MW) sampai < 50% MCR
2. Posisi manual feed water control BFPT dan turunkan speed perlahan hingga
minimum speed
3. Tutup BFPT discharge valve hingga full close selanjutnya tekan PB STOP BFPT
- Kondisi Trip
BFPT otomatis trip jika kondisi berikut terjadi:
o Bearing vibration very high

37
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

o Very low bearing oil pressure

Parameter operasi BFPT


No. Parameter Satuan Batas Min Batas Max
1. Speed rpm 1800 6000
2. GV valve demand % 5 60
3. Control oil press kg/cm2 0,5 1,5
4. Inlet steam press kg/cm2 2 21
5. Inlet steam temperature C 250 385
6. Exhaust temperature C 20 80
7. Big vibration Mm -0,1 0,125
8. Big metal temp C 30 90
9. Big oil pressure kg/cm2 0,5 2
10. Pump discharge press kg/cm2 70 200
11. Pump discharge flow T/h 400 1350
12. BFP booster power kW 60 325
13. BFP booster discharge press kg/cm2 5 25
14. BFP booster suct. strainer DP mmWg 0 3000

Data Teknis BFPT


Turbin-BFP
Manufacture : Mitsubishi Heavy Industry, Ltd
Type : single cylinder horizontal axial flow, impulse
Power : 9800 kW
Speed : 5720 rpm
Capacity : 50% load turbine
No. of stage : 6 stages
Bearing : sleeve bearing
Trust bearing : Kingsbury type
Couple : Flexible, diagram coupling
HP pressure : 169 kg/cm2
HP Temp : 538 C
LP Pressure : 10 kg/cm2
LP Temp : 343 C
Vacuum Press : 697 mmHg
Pompa
Manufacture : Mitsubishi Heavy Industry, Ltd

38
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

Type : horizontal, centrifugal, double case, 4 stage


Suction capt : 1410 m3/h
Min flow : 450 m3/h
Temperature : 187 C
Bearing : sleeve bearing
Speed : 5720 rpm
Disch/suct.hole : 350 A BW / 350 A BW

3. Booster Boiler Feed Water (BBFP)


Tiap unit dilengkapi 2x50% BBFP. Suction BBFP dari deaerator storage tank dan
mensuplai feedwater ke suction BFPT. Lokasi BBFP pada elevasi 0,0 m di turbine
building, sehingga suction BBFP mendapatkan Net Positive Suction Head (NPSH). Tiap-
tiap BBFP dilengkapi dengan minimum flow recirculation system. Pompa di-coupling
dengan motor AC. Sedangkan lube oil BBFP disuplai Lube Oil system tersendiri khusus
BBFP. BBFP LO system terdiri dari lube oil pump, oil cooler, oil filter, pipa distribusi dan
peralatan instrument. Sedangkan seal water syatem masih sama dengan SUBFP seal
water system yakni berasal dari condensate system. Seal water system pada BBFP juga
dikontrol temperature control valve.

Data Teknis BBFP


Pompa
Manufacture : Mitsubishi Heavy Industry, Ltd
Type : horizontal, centrifugal, double suction, back pull out,
double valute, single casing, vertical split casing
Number of stage : 1 stage
Capacity : 1410 m3/h
Total Head : 80m
Liquid handle : feedwater at 187 C
Speed : 1485 rpm
Size nozzle suction : NB 450mm
Size nozzle discharge : NB 350mm
Minimum flow : 200m3/h
Efisiensi : 84%
Suction press design : 14,2 kg/cm2
Power at rated : 321 kW
Number of bearing : 2 radial + 1 trust
Trust bearing : Kingsbury, pivot shoe type
Bearing Lubrication type : force lubrication; oil

39
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

Motor
Manufacture : Mitsubishi Electric Coorp.
Type : sequerel cage, induction motor, unidirectional
Power Rated : 370 kW
Speed/Freq : 1475 rpm / 50 Hz
Number of poles :4
Insulation Class : class F
Mounting arrange : horizontal
Rated current : 85A
Starting current : 510 A
Starting metode : direct online
Weight : 4100 kg
Type of bearing : sleeve type (2 bearing)

Parameter Operasi BBFP


No Parameter Satuan Min Max
1. Pump oil cooler inlet CW temp C - 50
2. Pump oil cooler outlet CW temp C - 50
3. Oil inlet cooler temp C - 60
4. Oil outlet cooler temp C - 50
5. Suction press kg/cm2 5 15
6. Discharge press kg/cm2 20 30
7. No. 1 bearing metal temp C - 50
8. No. 2 bearing metal temp C - 50
9. Thrust bearing outlet oil temp C - 50
10. Seal water outlet temp C - 60
11. Bearing oil press kg/cm2 0,5 2
12. Oil pump discharge press kg/cm2 0,5 2
13. Seal water press kg/cm2 10 30
14. Discharge temp C - 280
15. Suction temp C - 280

Prosedur pengoperasian BBFP


- Persiapan
1. Periksa lube oil tank terisi penuh dan drain valve dari tangkinya CLOSE

40
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

2. Pastikan setidaknya 1 filter dari duplex oil filter untuk lube oil siap dan dalam
keadaan bersih
3. Pastikan setidaknya 1 filter dari duplex seal water strainer siap dan dalam
keadaan bersih
4. Pastikan sistem udara instrumen siap
5. Pastikan pompa seal water system dan condensate system beroperasi
6. Pastikan level air deaerator normal
7. Pastikan suction isolation valve pompa OPEN
8. Pastikan BFP suction strainer dalam kondisi bersih
9. Periksa cooling water ke BBFP (lube oil cooling water) siap dan tersedia
10. Pastikan setidaknya 1 lube oil cooler in-service. Periksa isolation valve pada jalur
cooling water dan lube oil untuk lube oil cooler yang dipilih OPEN
11. Pastikan tidak terdapat alarm condition atau protection trip untuk BBFP
12. Pastikan suplai listrik tersedia (untuk motor penggerak pompa dan lube oil pump
motor)
13. Pastikan feed water system control in-service
- Pengisian Awal (Initial Filling Up)
(i) Lube oil
a. Pastikan ketersediaan minyak dalam lube oil tank
b. OPEN inlet + outlet isolation valve oil cooler yang akan dioperasikan
c. Sart salah satu lube oil pump. Lube oil dari tangki mengalir pada pipa-pipa
distribusi
d. OPEN vent valve dari lube oil cooler sehingga udara di venting keluar dan
cooler terisi penuh oleh oil. Setelah itu CLOSE vent valve
e. Monitoring dari glass intip untuk memastikan minyak/lube oil mengalir pada
bearing
(ii) Injection seal water
a. Pastikan suplai seal water dari conensate system tersedia
b. Buka bypass valve dari TCV
c. Monitoring dari glass intip untuk memastikan aliran seal water
d. Setelah pengisian selesai, CLOSE bypass valve dari TCV
(iii) Cooling Water
a. Pastikan suplai air (water) dari C3W system tersedia
b. OPEN isolation valve dari lube oil cooler yang akan dioperasikan
c. Monitoring di glass intip untuk memastikan aliran C3W
- Start up

41
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

Untuk men-start BBFP, tekan tombol start BBFP. Setelah BBFP beroperasi, lakukan
monitoring:
o Noise
o Bearing vibration
o Bearing metal temperature
o Temperature seal water + lube oil
o Pressure discharge + suction pompa
- Normal Shut down
Shut down BBFP dilakukan dengan menekan tombol STOP BBFP. Selama proses
shutdown, pompa masih berputar, lube oil dijaga agar tetap mengalir ke bearing
sampai pompa benar-benar tidak berputar. Setelah itu lube oil pump bisa di-stop dan
seal water dapat diisolasi untuk menghindari masuknya air (water) ke pompa.

42
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

INERTING SYSTEM

Pulvurizer (Mill) adalah peralatan yang berfungsi sebagai penggerus atau penghalus batu
bara sebelum masuk ke ruang bakar agar mendapat pembakaran sempurna dengan
minimum excess air (udara lebih). Di dalam peralatan ini terjadi proses pengeringan dan
pemisahan batubara dengan benda-benda asing yang terbawa dari proses penambangan
dan transportasi batu bara, sehingga batu bara yang nantinya masuk ke ruang bakar sudah
merupakan batu bara yang siap untuk dibakar dengan spesifikasi butiran dan temperatur
tertentu sesuai ketentuan. Sistem pulvurizer yang memasok, menggiling, dan menyalurkan
batu bara serbuk dengan media udara atau dimana udara dibawa masuk ke dalam system,
haruslah menyediakan cara tertentu untuk mengisolasi sistem tersebut dan
memperkenankan media inerting masuk ke dalam area tertentu di dalam sistem tersebut.

Tujuan Inerting System


Inerting system merupakan suatu sistem untuk memproses pemasukan media/ fluida inerting
(steam) untuk menggantikan udara yang kaya oksigen dan volatile matter (bahan yang
mudah terbakar) di dalam pulvurizer (proses inerting) dan kemudian dilanjutkan dengan
pembilasan memakai air (proses swirling) dalam kondisi pulvurizer beroperasi tanpa perlu
mengalirkan udara primer (Primary Air). Tujuan dari inerting adalah:
1. Mencegah terjadinya kebakaran dan bahaya ledakan di dalam mill (gas hasil pemanasan
batu bara: volatile)
2. Mengisolasi peralatan pada saat dibersihkan untuk membuang material yang mudah
terbakar
3. Mengisolasi sistem dengan media inerting
4. Mengisolasi sistem agar tidak dapat dijalankan dari sistem remote
5. Mengoperasikan mill dengan sistem pembuangan pyrate-nya tanpa mengalirkan udara
primer ke dalam mill
Di dalam pulvurizer, kebakaran atau akumulasi dari material yang mudah terbakar dapat
terjadi di ruang udara pulvurizer, daerah penggilingan, clasifier, pipa burner, saluran udara
masuk dan/atau coal feeder. Kemungkinan kebakaran terjadi pada lokasi tersebut saat
pulvurizer dalam kondisi beroperasi, standby atau trip. Pengosongan dan pembilasan sistem
pulvurizer yang memadai dapat mengamankan peralatan pada kondisi start dan stop serta
mengurangi resiko kebakaran dan bahaya ledakan.
Media inerting menggunakan media uap (steam). Steam digunakan untuk menggantikan
udara yang kaya O2 di dalam mill. Dengan demikian, kebakaran dapat dihindari. Material
yang membara di dalam mill tidak dapat sepenuhnya dipadamkan dengan proses inerting.

43
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

Oleh karena itu, proses pembersihan batu bara di dalam pulvurizer dilakukan dengan proses
swirling untuk mengurangi bahaya ledakan. Proses ini tidak diperlukan saat kondisi
pulvurizer stop normal.

Skematik Pulv. Inerting System

Proses Operasi Inerting System


Saat terjadi trip pada pulvurizer, sistem kontrol pembakaran akan men-stop pulvurizer dan
coal feeder dan akan mengisolir semua pasokan udara yang menuju pulvurizer , seperti: seal
air ke pulvurizer dan coal feeder, semua katup jalur batu bara ke burner, primary air shut off

44
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

damper, hot&cold damper. Sistem kontrol pembakaran akan mencegah pulvurizer yang trip
untuk start kembali sebelum proses inerting dan swirling selesai dilaksanakan.

Prosedur Inerting System


- Persiapan
1. Cek aux steam dan fire fighting valve posisi OPEN
2. Semua ISV / damper untuk udara dalam keadaan tertutup, tutup upper gate mill
3. Operator lokal ground floor berkoordinasi dengan operator CR Ashhandling untuk
menjalankan Pyrite Sluice System (Sluice pump di-start) untuk memposisikan ready
pada Ash system
4. Pastikan fire fighting pump sudah stand by
5. Periksa pembukaan upper&lower gate valve
6. Periksa lampu-lampu indikasi panel lokal dalam keadaan normal
7. Posisikan potioner ke disable pada panel lokal
8. Close upper&lower gate
9. ISV inerting steam posisi OPEN
10. Informasi ke CR, mill siap di-inerting
- Persiapan Control Room
Operator membuka tampilan di DCIS untuk pulvurizer inerting, kemudian perhatikan
permissive.
o Primary Air shut off damper close
o All coal burner shut off valve close
o Pulv. Seal air valve closed
o Pulv. Turret seal air valve closed
o Feeder stopped
o Pulv. Temp < max
- Start Inerting System
1. Open inerting steam valve
2. Check inerting steam flow OK
3. Inerting line delay
4. Pulvurizer clearing permit to local
5. Start Ash System to ash plant
6. Ash system ready to local
7. Open pyrite gate to local
8. Open wash water valve to local
9. Wash flow adequate to local
10. Start lube oil pump selected

45
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

11. Start pulvurizer


12. Check pulv stopped/valve closed/lube oil
13. Released pyrite gate to local
14. Reset Inerting Clearing

Inerting steam valve akan membuka, flow switch akan mengindikasikan > max. Setelah 2
menit proses inerting berlanjut buka kedua pyrite gate valve (upper&lower) dilakukan oleh
operator local GF seiring dengan menyalanya indikasi lampu di panel lokal, sambil
memeriksa pyrite box jangan sampai tersumbat oleh penuhnya pyrite. Hal tersebut akan
menghambat aliran water wash. Start/open water wash system (indikasi lampu panel
menyala). Operator CR memperhatikan proses yang sedang berjalan sampai dengan step
12. Pulvurizer Motor akan beroperasi 7 menit dan akan stop secara auto. Kemudian proses
washing akan berlangsung 3 menit. Setelah itu water wash system akan menutup,
kemudian tutup lower&upper gate valve. Proses inerting selesai dengan indikasi inerting&
Clearing Required Normal (complete).

Sequensial Isolasi Inerting dan Clearing Mill


1. Dirty mill trip
2. Open fogging valve for 3 minutes
3. Inisiasi inerting mode from control room
4. Buka inert valve selama 8 menit PA flow stop; switch in inert; pulv. Inert&clear
required memory set
5. Pulvurizer clear permitted inerting valve open; aliran media inerting cukup; open
inerting valve command 2 minutes; pyrite gate open memory
6. Start sluice system
7. Open pyrite gate
8. Open water wash valve
9. Pembilasan dengan air (water), minimum 3 menit aliran air pembersih cukup
10. Start Pulvurizer motor Lube oil motor ON
11. Swirling Pulvurizer 7-10 menit
12. Stop Pulvirizer motor
13. Pembilasan dengan air (water) minimum 3 menit
14. Close water wash valve
15. Release pyrite gate
16. Release Pulvurizer group reset pulvurizer inerting dan clearing required memory
17. Normal mode initiated switch to normal position

46
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

18. Inerting pulvurizer minimum 2 minutes selama restart inerting valve open; aliran
media inerting cukup

TROUBLE SHOOTING INERTING SYSTEM


No Fault Indikasi dan Penyebab Tindakan
1 Water wash dan - Tidak ada air maupun - Pastikan upper pyrite gate open
material batubara batubara yang keluar - Buka manhole
tidak keluar ketika - Hanya steam yang - Gunakan air fire fighting untuk
proses inerting keluar dari pyrite box menyemprote ke dalam pyrite
berlangsung box untuk menanggulangi
penyumbatan
- Lanjutkan proses inerting
setelah air dan batubara tidak
tersumbat
2 Mill tidak bisa di-start Mill tidak bisa start - Hubungi operator control room
dari lokal setelah push botton start - Koordinasikan dengan pihak
mill ditekan pemeliharaan listrik atau kontrol
untuk melakukan perbaikan

47
BersamaKita Maju
ISO 9001 ISO 14001 SMK3

REFERENSI

Buku Manual C63: DM-03 KB - CLOSED COOLING WATER


Buku Manual C63: OM-02-R1 KB - CLOSED COOLING WATER
Buku Manual C63: DM-06 SD - SE - CONDENSATE-STEAM EXTRACTION
Buku Manual C60: DM-02-2 AJ-BOILER VENT AND DRAIN
Buku Manual C60: OM-02.2 AJ - BOILER VENT AND-DRAIN
Buku Manual C60: DM-20 LB-INTSRUMENT AIR -PLANT AND YARD
Buku Manual C60: OM-20 LD - INSTRUMENT AIR - PLANT YARD
Buku Manual C60: DM-21 LF-SERVICE AIR
Buku Manual C60: OM-21 LF - SERVICE AIR
Buku Manual C60: DM-14-1 KA-CONDENSATE STORAGE -TRANSFERS
Buku Manual C60: OM-14.1 KA - CONDENSATE STORAGE AND TRANSFERS

48
BersamaKita Maju

Anda mungkin juga menyukai