Anda di halaman 1dari 40

PENGOPERASIAN UNIT PLTU

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

1. Klasifikasi Start Unit.

Jenis Jenis Start.

Pada prinsipnya, kita mengenal 3 macam jenis start yaitu start dingin (cold start), start
hangat (warm start) dan start panas (hot start). Saat ingin menjalankan unit, terlebih
dahulu harus ditentukan jenis start apa yang akan dilaksanakan. Pedoman yang dipakai
untuk menentukan jenis start yang akan dilaksanakan umumnya adalah temperatur
metal turbin tingkat pertama (first stage metal temperature). Pedoman ini biasanya
diberikan oleh pabrik dan disarankan untuk mengikutinya karena boleh jadi ketentuan
dari satu pabrik berbeda dengan pabrik lainnya.

Start dingin (Cold Start).


Umumnya start dikategorikan start dingin bila temperatur first stage metal < 120 0C.
Pada saat melakukan start dingin, diperlukan total waktu start yang paling lama. Hal
ini disebabkan karena temperatur metal dari seluruh komponen masih dalam
keadaan dingin sehingga memerlukan waktu yang cukup lama guna mencapai
pemerataan panas (heat soak). Faktor lain yang juga perlu diperhatikan pada start
dingin adalah kemungkinan terjadinya termal stress akibat perbedaan temperatur.
Yakinkan bahwa perbedaan temperatur dari setiap komponen tidak melebihi batas
yang diizinkan oleh pabrik.

Start hangat (Warm Start).


Start umumnya diklasifikasikan menjadi start hangat bila temperatur first stage metal
berkisar antara 120 0C s.d 350 0C. Karena temperatur metal sudah cukup tinggi,
maka waktu start jauh lebih singkat dibanding start dingin. Hal yang perlu
dipertimbangkan pada start hangat diantaranya adalah pengaturan temperatur uap
keluar boiler agar pada saat start turbin, temperatur uap sesudah proses throtling
pada stop valve sesuai dengan temperatur metal.

Start panas (Hot Start).


Start panas merupakan jenis start yang membutuhkan waktu start paling cepat
dibanding jenis start yang lain. Start panas umumnya dilakukan bila temperatur first

TOTO/UNJ 1
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

stage metal lebih tinggi dari 350 0C. Hal yang perlu dipertimbangkan pada start
hangat juga berlaku untuk start panas.

Diagram Alur Start.

Start unit merupakan suatu hal yang cukup kompleks. Secara umum, sebelum
melakukan start, biasanya terlebih dahulu dilakukan persiapan yang lebih populer
dengan istilah pemeriksaan sebelum start (pre start check/PSC). Mengingat komponen
dan peralatan PLTU demikian banyak, maka mustahil untuk mengingat seluruh item
PSC yang harus dilakukan.

Guna membantu kelancaran start, biasanya digunakan daftar item-item yang harus
diperiksa sebelum start (pre start check list) untuk semua komponen. Untuk urutan
kegiatan start dapat digunakan diagram alur urutan start seperti contoh pada gambar
1.1. Diagram alur semacam ini tentunya berbeda dari satu unit pembangkit dengan unit
pembangkit yang lain. Karena itu disarankan agar setiap unit memiliki diagram alur start
masing-masing karena hal ini sangat membantu dalam kelancaran start unit.

TOTO/UNJ 2
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

Gambar. 1.1. Contoh Diagram Alur Start Ketel.

TOTO/UNJ 3
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

2. Prinsip prinsip Pengoperasian Unit.

Pada prinsipnya, pengoperasian unit mencakup 3 aspek utama yaitu :

Start up dan pembebanan


Aktivitas yang perlu dilakukan dalam keadaan normal operasi
Penurunan beban dan stop unit.

Start Up dan Pembebanan.

Sebelum menjalankan unit, secara umum ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan
antara lain :

Yakinkan bahwa cadangan air penambah (make up water) tersedia dengan cukup.
Demikian pula halnya dengan bahan bakar. Tangki - tangki untuk injeksi bahan kimia
telah terisi dengan jenis bahan kimia yang sesuai secukupnya. Sistem pasok daya listrik
telah terdistribusikan dengan baik dan siap memasok daya. Semua jenis sistem
penanggulangan kebakaran (Fire Protection System) juga telah siap dan yakinkan
bahwa sistem akan berfungsi pada saat diperlukan. Setelah hal - hal umum seperti
diatas memenuhi syarat, PLTU dapat start.
Secara garis besar, prosedur menjalankan PLTU terdiri dari 3 kelompok utama yaitu :

2.1.1. Menjalankan Boiler


2.1.2. Menjalankan Turbin
2.1.3. Menjalankan Generator, sinkronisasi dan pembebanan.

TOTO/UNJ 4
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

Menjalankan Boiler.

Sebelum menjalankan Boiler, perlu dilakukan langkah - langkah persiapan yang cermat.
Langkah persiapan ini meliputi :

Periksa dan yakinkan bahwa semua "Man Hole" sudah tertutup.


Periksa dan yakinkan bahwa semua katup pengaman (Sefety Valve) tidak dalam
keadaan terkunci (GAG).
Periksa dan yakinkan bahwa semua instrumen indikator (level gauge,
temperatur gauge, pressure gauge dsb) sudah terpasang dan berfungsi dengan
baik.
Periksa dan yakinkan bahwa semua sistem proteksi bekerja dengan baik.

Selain itu perlu diingat bahwa ketika Boiler start, semua saluran drain dan venting
harus dalam keadaan terbuka. Sebagian besar saluran drain tersebut akan mengalir
ke kondensor. Karena itu, sistem air pendingin utama harus telah beroperasi normal
sebelum boiler dijalankan.

Demikian pula dengan sistem air pendingin bantu (Auxiliary Cooling Water System)
harus telah beroperasi normal. Sistem udara kontrol dan sistem udara "Service" juga
harus sudah dalam kondisi normal operasi. Semua katup tangan untuk saluran
udara perapat (seal air) maupun pendingin (cooling air) ke boiler sudah dalam
keadaan terbuka.

Tahapan Start Boiler secara umum adalah sebagai berikut :

Pengisian Hotwell
Pengisian hotwell dapat dilakukan bila kualitas air penambah telah memenuhi
spesifikasi air kondensat yang ditetapkan. Isi hotwell hingga level normal.

TOTO/UNJ 5
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

Pengisian Tangki Deaerator


Setelah level hotwell cukup, kegiatan dilanjutkan dengan pengisian tangki
deaerator. Tetapi perlu diingat untuk dapat mengisi tangki deaerator, persyaratan
air untuk deaerator yang dispesifikasikan oleh pabrik harus dijadikan pedoman.
Bila ternyata persyaratan air deaerator tidak sama dengan air hotwell, maka
sebelum mengisi deaerator, kondisi air hotwell harus diperbaiki terlebih dahulu
sehingga memenuhi kriteria air deaerator. Cara umum yang kerap dilakukan
adalah dengan menjalankan pompa kondensat dan mensirkulasikan air kembali ke
hotwell sambil melakukan "Internal Treatment" baik melalui "Condensate Polishing
Plant (bila tersedia)" maupun dengan cara injeksi bahan kimia. Sirkulasi ini terus
dilakukan sampai kondisi air memenuhi syarat untuk air pengisi. Setelah
memenuhi syarat, air dapat diisikan ke tangki deaerator hingga level normal.
Perlu diingat bahwa selama mengisi tangki deaerator, secara simultan perlu
dilakukan penambahan air penambah ke hotwell.

Pengisian Boiler
Seperti halnya saat mengisi tangki deaerator, sebelum mengisi boiler kondisi air
harus memenuhi persyaratan air ketel yang ditetapkan oleh pabrik. Bila ternyata air
deaerator belum memenuhi syarat untuk air ketel, maka kualitas air deaerator
harus diperbaiki terlebih dahulu dengan cara menjalankan pompa air pengisi dan
mensirkulasikan kembali ke deaerator sambil diinjeksi bahan kimia (Phosphate)
sampai kualitas air memenuhi syarat untuk air ketel. Perlu diingat bahwa sebelum
menjalankan pompa air pengisi, pompa harus di "Priming" terlebih dahulu dengan
cara membuka saluran venting pada pompa sampai semua udara terbuang yang
ditandai dengan keluarnya air dari saluran venting. Setelah kualitas air memenuhi
persyaratan, air dapat diisikan ke boiler. Sebelum mengisikan air kedalam boiler,
yakinkan bahwa katup venting pada boiler drum, superheater, reheater (bila
tersedia) harus sudah dalam keadaan terbuka untuk membuang udara. Isi boiler
hingga level drum sedikit dibawah level normal (normal water level/NWL).
Sebagai catatan perlu diingat bahwa ketika boiler dipanaskan, air akan memuai
sehingga level belum akan naik.
Bila pada pengisian awal level drum terlalu tinggi, maka ketika memuai, level
drum juga akan menjadi terlalu tinggi sehingga level drum harus diturunkan
dengan membuang sebagian air melalui saluran "Blow Down". Hal seperti ini

TOTO/UNJ 6
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

sedapat mungkin harus dihindari. Setelah muka air drum mencapai level yang
ditetapkan, pompa air pengisi dapat dimatikan (untuk menghemat daya listrik).
Pada prinsipnya, penambahan air ke boiler belum lagi diperlukan sampai saat
dimana uap telah mulai mengalir keluar dari boiler.

Pembilasan Ruang Bakar


Seperti dimaklumi bahwa ruang bakar adalah tempat dimana bahan bakar
bercampur dengan udara untuk membentuk reaksi pembakaran. Karenanya,
kemungkinan terdapatnya sisa bahan bakar sangat besar. Sisa-sisa bahan bakar
ini dapat bersifat sangat eksplosif dan cukup membahayakan. Untuk mengurangi
resiko ledakan (eksplosion), maka ruang bakar senantiasa harus dibilas
(purging) terlebih dahulu sebelum boiler dinyalakan. Pembilasan dilakukan
dengan cara mengalirkan udara dengan kuantitas yang memadai kedalam ruang
bakar untuk mendorong dan membuang sisa-sisa bahan bakar yang mungkin
masih terdapat diruang bakar.
Pembilasan ruang bakar pada ketel umumnya dilaksanakan berbasis waktu
(timer) yang biasanya berkisar 5 menit. Jadi dengan mengalirkan udara pada laju
aliran tertentu selama + 5 menit, maka dianggap bahwa ruang bakar sudah bebas
dan bersih dari sisa-sisa bahan bakar (combustible). Sebagai tambahan perlu
diingat bahwa meskipun fokus utama yang harus dibilas adalah ruang bakar, tetapi
pada prinsipnya pembilasan harus meliputi seluruh laluan/saluran beserta semua
perangkat yang dilalui oleh udara dan gas sisa pembakaran. Untuk melakukan
pembilasan boiler (Boiler Purging) umumnya ada beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi sebelum pembilasan dapat dimulai. Jumlah dan jenis persyaratan
sangat bervariasi antara boiler yang satu dengan boiler lainnya yang umumnya
tergantung pada desain, jenis komponen dan jenis alat bantu yang digunakan.
Untuk detilnya, persyaratan purging bagi setiap boiler dapat dilihat pada operation
manual yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat. Hal yang perlu diingat adalah
bahwa seluruh persyaratan harus dipenuhi sebelum pembilasan dapat dimulai.
Pada ketel-ketel yang pengoperasinnya berbasis panel (panel base), biasanya
dilengkapi dengan panel pembilas (purge panel) dimana pada panel tersebut
terdapat lampu-lampu indikator bagi seluruh item persyaratan purging. Bila
kondisi item yang disyaratkan sudah terpenuhi, maka lampu tanda untuk item
tersebut pada panel purging akan menyala. Untuk boiler yang pengoperasiannya

TOTO/UNJ 7
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

berbasis layar display (CRT base), item-item persyaratan purging dapat dilihat
dilayar monitor. Pada boiler yang dilengkapi dengan penangkap abu elektrik
(Electrostatic Precipitator), pastikan bahwa electrostatic precipitator ini baru
boleh dioperasikan setelah proses pembilasan (purging) selesai. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya ledakan (explosion)
didalam electrostatic precipitator ketika proses pembilasan tengah berlangsung.
Sambil menunggu pembilasan, sistem bahan bakar mulai disiapkan. Jalankan
pompa bahan bakar solar dan biarkan bersirkulasi. Siapkan sistem bahan bakar
batu bara. Isi bunker - bunker batu bara secukupnya.

Penyalaan
Setelah proses pembilasan selesai, segera buka katup-katup penutup cepat
minyak (Master Fuel Valve/Trip Valve). Setelah katup penutup cepat dibuka,
maka boiler siap dinyalakan. Segera nyalakan "Ignitor" pada salah satu elevasi yang
dipilih. Pada kebanyakan boiler, burner atau ignitor harus segera dinyalakan begitu
purging selesai. Hal ini disebabkan karena bila dalam jangka waktu tertentu setelah
purging selesai dan ternyata detektor nyala api ("Flame Scanner") belum
mendeteksi adanya ignitor/burner yang menyala, maka boiler akan trip dan proses
pembilasan harus diulang lagi.

Menaikkan Tekanan Boiler


Dalam tahap kenaikan tekanan boiler, aspek yang harus diperhatikan adalah
menjaga agar perbedaan temperatur pada komponen - komponen boiler tidak
boleh melampaui batas yang ditetapkan karena perbedaan temperatur
merupakan penyebab stress thermal. Hal ini lebih urgen pada boiler drum karena
boiler drum merupakan komponen yang paling tebal dalam boiler. Perbedaan
temperatur yang perlu diperhatikan pada boiler drum adalah perbedaan
temperatur antara Top dengan Bottom terutama sebelum terbentuknya uap
(belum terjadi penguapan). Saat belum terjadi penguapan, bagian boiler drum
yang dipanasi adalah dinding boiler drum sebelah dalam bagian bawah yang
bersinggungan dengan air sebagai media pamanas. Pada tahap ini, boiler drum
bagian bawah cenderung memuai sedang drum bagian atas cenderung belum
memuai sehingga terjadi stress. Untuk mengurangi stress, maka perbedaan
temperatur antara Top dengan Bottom tidak boleh melebihi batasan yang

TOTO/UNJ 8
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

ditetapkan, dengan cara mengatur bahan bakar (Firing Rate). Manakala


penguapan sudah terjadi, maka seluruh permukaan bagian dalam dari boiler
drum sudah dipanasi secara merata dimana bagian bawah dipanasi oleh air
sedang bagian atas dipanasi oleh uap. Pada tahap ini perbedaan temperatur antara
Top/Bottom mulai mengecil. Perbedaan temperatur yang lebih urgen pada tahap ini
adalah perbedaan temperatur antara bagian dalam drum dengan bagian luar drum
(inner dengan outter) karena bagian luar tidak dipanasi sama sekali. Selain itu
perlu diingat bahwa didalam elemen super-heater, uap berfungsi sebagai media
pendingin karena bagian luar superheater dipanasi oleh gas bekas. Ketika belum
terbentuk uap atau ketika aliran uap melintasi superheater masih sedikit, maka
temperatur gas bekas harus dibatasi untuk mencegah "overheat" pada
superheater. Pembatasan ini juga dilakukan dengan mengatur aliran bahan bakar
(Firing Rate). Pada beberapa jenis boiler, tersedia fasilitas untuk mendeteksi
temperatur ruang bakar yang disebut "Thermoprobe". Bila dilengkapi dengan
thermopoble, alat ini dapat diope-rasikan secara periodik untuk memonitor
temperatur ruang bakar.
Bila ternyata temperatur ruang bakar melebihi batasan yang ditetapkan, maka
laju aliran bahan bakar (Firing Rate) harus dikurangi. Bila fasilitas ini tidak tersedia,
maka batasan terhadap laju kenaikan temperatur yang direkomendasikan oleh
pabrik dapat dipakai sebagai pedoman untuk mengatur firing rate. Setelah semua
udara keluar dari drum (+ tekanan 2 bar), venting drum dapat ditutup. Naikkan
tekanan secara bertahap dengan memperhatikan batas-batas yang ditetapkan.
Sebagai pedoman umum, ikuti grafik kenaikan tekanan boiler seperti contoh pada
gambar 2.1.

TOTO/UNJ 9
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

Gambar. 2.1. Contoh Grafik Start Ketel

Menjalankan Turbin.

Sebelum menjalankan turbin, perlu dilakukan persiapan. Pastikan level minyak


pelumas didalam tangki cukup serta air pendingin telah dialirkan ke pendingin minyak
pelumas (Oil Cooler). Pastikan bahwa semua indikator dan peralatan turbovisori
berfungsi dengan baik. Pastikan bahwa semua katup drain turbin (casing drain, main
steam drain, extraction line drain dan sebagainya) terbuka.

Menjalankan Turning Gear/Baring Gear


Jalankan pompa pelumas bantu (Auxiliary Oil Pump) atau turning gear oil
pump/bearing gear oil pump/flushing oil pump dan amati tekanan pelumas.
Pastikan bahwa minyak pelumas mengalir lancar kesetiap bantalan (termasuk
bantalan generator) dengan cara mengamati aliran minyak pelumas melalui kaca
pengamat aliran (Sigh Flow) yang umumnya dipasang pada saluran minyak

TOTO/UNJ 10
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

kembali yang keluar dari bantalan. Apabila semua normal, jalankan "Jacking oil
pump" (bila dilengkapi) dan periksa tekanan jacking oil. Jalankan pemutar poros
turbin (Turning Gear/Baring Gear) sehingga poros turbin akan berputar pada
putaran rendah (5 ~ 30 RMP). Ini dimaksudkan untuk menjaga/memperbaiki
kelurusan poros turbin, (eccentricity).

Pemanasan (warming) Main Steam Line


Pada boiler yang dilengkapi dengan "Boiler stop valve", maka setelah boiler
mencapai tekanan tertentu, saluran uap utama (main Steam line) dapat di
"warming" dengan membuka boiler stop valve. Prosedur pembukaan valve sebagai
berikut :
Buka katup by pass boiler stop valve.
Uap akan mengalir melintasi dan memanaskan saluran uap utama menuju
saluran drain yang posisinya dari arah boiler adalah sebelum turbin stop
valve.
Setelah cukup hangat, tutup katup saluran drain tersebut untuk mengurangi
perbedaan tekanan ( P) sebelum dan sesudah boiler stop valve.
Buka boiler stop valve.
Buka kembali katup drain main steam diisi turbine stop valve.
utup katup by pass boiler stop valve.

Mengoperasiakan Uap Perapat Poros (Gland Steam)


Seperti diketahui bahwa fungsi perapat poros pada sisi tekanan tinggi adalah
untuk membantu mencegah uap bocor ke atmosfir sedangkan sisi tekanan rendah
untuk membantu mencegah udara atmosfir masuk ke turbin/condensor. Sebelum
turbin beroperasi, uap perapat umumnya dipasok dari saluran main steam.
Dengan demikian maka tekanan dan temperatur uap perapat harus disesuaikan
dengan kondisi perapat sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah. Karena itu
tekanan uap perapat harus diturunkan dengan cara menthrotle melalui katup
pengatur. Selain itu, perapat sisi tekanan rendah uap perapat juga diturunkan
dengan menggunakan air pancar (desuper heater). Pengaturan ini biasanya
dilakukan secara otomatis. Uap perapat selanjutnya mengalir ke gland steam
condensor dan didinginkan oleh air kondensat.

TOTO/UNJ 11
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

Membuat Vacum Condensor


Untuk perangkat vacum berupa " Steam Ejector ", maka ejector baru dapat
dioperasikan setelah tekanan boiler mencapai harga tertentu (30~ 40 bar ).
Umumnya yang dijalankan pertama adalah starting/ " Hoging " Ejector. Setelah
mencapai harga vacum tertentu baru ditukar dengan " main " Ejector. Untuk
perangkat vacum kondesor yang menggunakan pompa vacum (vacum pump),
biasanya setiap unit dilengkapi dengan pompa vacum cepat (starting vacum pump)
dan pompa vacum normal ( normal duty vacum pump ). Sebelum menjalankan
pompa, periksa pelumas pompa dan perapat (seal). Begitu dijalankan, pastikan
bahwa katup diantara pompa vacum dengan condensor telah terbuka. Setelah
Condensor mulai vacum, tutup katup pelepas vacum (vacum breaker). Sambil
menunggu vacum condensor mencapai harga normal, atur pembakaran (Firing
vate) agar saat vacum telah mencapai harga yang cukup untuk menjalankan
turbin, tekanan dan temperatur uappun sudah memenuhi syarat. Pada harga vacum
tertentu, turbine by pass (by pass system ) dapat dioperasikan dengan membuka
katup turbin by pass sehingga uap dari Main Steam Line akan mengalir ke
kondensor melalui saluaran turbine by pass. Dengan beroperasinya system by
pass, maka aliran uap melintas super heater dan Main Steam Line
akan meningkat sehingga kenaikan temperatur uap menjadi lebih cepat. Atur
pembakaran (firing rate) agar laju kenaikan temperatur pada boiler tetap berada
dalam batas - batas yang diizinkan.

Memutar Turbin.
Setelah vacum condensor mencapai harga normal dan tekanan serta temperatur
uap telah memadai, turbin dapat segera dijalankan. Tetapi sebelum itu,
pemeriksaan akhir perlu dilakukan. Periksa apakah eksentrisitas (eccentricity)
poros telah berada dibawah harga batas yang telah ditetapkan ? Bila belum,
tunda start turbin dan biarkan poros turbin tetap diputar oleh turning gear/baring
gear sampai eksintrisitas poros mencapai batasan yang ditetapkan. Amati aliran
minyak pelumas pada setiap bantalan termasuk temperaturnya. Periksa posisi
poros (rotor position) serta perbedaan pemuaian (differential expansion) antara rotor
dengan casing. Amati perbedaan temperatur antara top dengan bottom casing,
serta perbedaan temperatur antara flens dengan Bolt. Cek temperatur exhaust dari
LP turbin dan yakinkan bahwa sistem pengatur temperatur exhaust LP turbin (LP

TOTO/UNJ 12
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

exhaust hood spray water) dalam keadaan normal. Yakinkah bahwa semua katup
drain casing, saluran uap ekstraksi terbuka.
Bila ada salah satu dari parameter-parameter tersebut diatas berada diluar batas
yang ditetapkan, selidiki penyebabnya dan lakukan usaha untuk menormalkan.
Setelah yakin bahwa semua kondisi tersebut diatas berada dalam batas normal,
berarti turbin siap dijalankan. Tentukan jenis start yang tepat (cold, warm atau
hot start) dan gunakan grafik yang tepat seperti contoh pada gambar 2.2., 2.3 dan
2.4. Bila pompa pelumas yang beroperasi adalah turning gear/barring gear/flushing
oil pump, jalankan pompa pelumas bantu (Auxiliary oil pump) dan matikan
turning gear/baring gear/flushing oil pump.
Cek tekanan HP oil/working oil. Minimumkan posisi "Governor Speed Changer"
dan "Stop Valve Controler". Reset turbin dan amati reaksi katup-katup governor.
Segera setelah reset, maka governor valve akan membuka penuh. Kini turbin
siap diputar dengan membuka stop valve. Atur pembukaan stop valve agar
diperoleh laju percepatan (acceleration) poros yang sesuai. Besarnya laju
percepatan dapat ditentukan dari grafik start turbin yang direkomendasikan
pabrik. Pada turbin yang dilengkapi sistem start otomatis (Automatic Turbine Start
Up/ ATS), tersedia selector switch untuk memilih laju akselerasi yaitu " Slow",
"Normal" dan "Fast" dimana besaran akselerasi untuk masing-masing posisi selector
switch telah ditentukan oleh pabrik. Untuk start secara manual, gunakan grafik
start turbin sesuai dengan jenis start (cold, warm, atau hot start) yang
direkomendasikan oleh pabrik. Ketika melakukan start dingin (cold start),
umumnya putaran turbin harus ditahan pada harga putaran tertentu selama
periode waktu tertentu untuk tujuan pemerataan panas (heat soak) dalam rangka
meminimumkan thermal stress dan differensial expansion. Perlu diingat bahwa
ketika uap mulai mengalir kedalam turbin, maka rotor akan memuai lebih
cepat dari casing karena massa rotor lebih kecil dibanding casing serta karena
seluruh permukaan rotor kontak dengan uap sedangkan untuk casing, hanya
bagian dalamnya saja yang bersentuhan dengan uap.
Hal-hal tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan pemuaian relatif
(differensial expansion) antara rotor dengan casing. Bila selisih pemuaian rotor -
casing berharga positip, maka disebut "Rotor Long" dan bila negatip disebut "Rotor
short". Baik "Rotor Long" maupun "Rotor Short" memiliki batasan yang ditetapkan
oleh pabrik. Bila perbedaan pemuaian ini lebih besar dari jarak bebas (clearence)

TOTO/UNJ 13
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

antara bagian yang beregerak dengan bagian yang stasioner, maka kemungkinan
dapat terjadi pergesekan diantara keduanya. Hal ini tentunya tidak boleh terjadi.
Karena itu, "differensial expansion" merupakan parameter operasi turbin yang
vital dan perlu terus dimonitor serta diupayakan agar tidak sampai melebihi batas
yang ditetapkan. Disamping itu, perbedaan temperatur antara top dengan bottom
casing dan perbedaan temperatur antara flens dengan bolt juga harus
diperhatikan. Untuk menjaga agar semua besaran tersebut tetap berada dalam
batas yang diizinkan, maka turbin harus diberi cukup waktu untuk pemerataan
panas (heat soak) sesuai grafik start up dari pabrik.
Pada turbin yang dilengkapi sistem ATS, terdapat sistem monitoring "Stress
Level". Bila stress tinggi, maka proses urutan (Sequence) start akan tertunda
secara otomatis hold sehingga turbin akan tetap berada pada putaran tertentu
dalam waktu yang cukup untuk pemerataan panas. Setelah "Stress level" turun
hingga dibawah batas yang tentukan, maka proses urutan start turbin baru akan
berlanjut lagi. Buka stop valve untuk mengalirkan uap ke turbin. Begitu putaran
mulai naik, yakinkan bahwa turning gear/baring gear terlepas (disanggage) dan
matikan. Pada beberapa jenis turbin, pabrik merekomendasikan untuk mentrip
turbin ketika putaran turbin belum begitu tinggi (400 ~ 600 RPM). Ini dilakukan
dengan tujuan untuk pemeriksaan akhir kalau-kalau ada gejala atau tanda-tanda
terjadinya gesekan (Rub check) serta menyakinkan bahwa stop valve dapat
berfungsi dengan baik.

Bila ternyata semua normal, turbin dapat distart lagi. Amati vibrasi di setiap
bantalan. Pada putaran tertentu, vibrasi menunjukkan gejala kenaikan. Ini terjadi bila
turbin beroperasi tepat pada putaran kritisnya (critical speed). Untuk menghindari
kenaikkan vibrasi, operator harus mengerti harga putaran kritis ini dan jangan
biarkan turbin beroperasi terlalu lama pada putaran kritisnya. Ketika putaran turbin
mendekati harga putaran kritisnya, laju kenaikan putaran (acceleration) harus
ditambah sehingga turbin akan melewati harga putaran kritisnya dengan cepat.
Tipe turbin tertentu memiliki beberapa putaran kritis selama start up. Lakukan
pengamatan yang seksama secara periodik terhadap seluruh parameter
turbovisory (Casing Expansion, Differensial Expansion, Rotor position, Vibration)
dan sebagainya. Ketika putaran mendekati putaran nominal (+ 2800 RPM) akan
terjadi proses valve transfer. Pada putaran ini, governor valve akan bergerak

TOTO/UNJ 14
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

dari posisi terbuka penuh ke posisi pembukaan minimum, sementara stop valve
dapat dibuka penuh. Pengendalian pengaturan aliran uap kini diambil alih oleh
governor valve. Saat dimana valve transfer terjadi merupakan saat yang sangat
rentan karena berpindahnya proses throtling dari stop valve ke governor valve. Bila
tekanan dan temperatur uap tidak memadai, maka ada kemungkinan terjadi
kondensasi di steam chest.
Operator harus paham betul akan situasi ini. Setelah itu, naikkan putaran turbin
hingga putaran nominal dengan membuka governor valve. Matikan jacking oil
pump dan Auxiliary oil pump.

Menjalankan Generator, sinkronisasi dan pembebanan.

Seperti halnya dengan boiler dan turbin, sebelum menjalankan generator juga
perlu dilakukan persiapan dan pemeriksaan yang seksama. Periksa dan yakinkan
bahwa semua instrumen monitoring untuk generator berada dalam kondisi normal.
Cek penunjukan temperatur kumparan (winding) generator. Periksa sistem pendingin
generator. Untuk generator berpendingin udara, periksa apakah air pendingin telah
mengalir kedalam pendingin udara (Air Cooler). Cek seluruh sistem proteksi generator.
Periksa aliran pelumas bantalan dan temperaturnya. Amati juga vibrasi pada bantalan -
bantalan generator. Ingat bahwa posisi rotor generator mungkin terpengaruh oleh
pergerakan poros turbin akibat pemuaian. Setelah semua parameter memenuhi
syarat, periksa juga trafo generator (Generator Transformer). Cek level minyak trafo
dan sistem pendingin trafo. Yakinkan bahwa power suplly untuk fan pendingin dan
pompa minyak tarfo telah "Standby". Periksa indikator temperatur kumparan
trafo. Yakinkan bahwa sistem proteksi trafo dalam kondisi normal. Amati warna
silikagel pada pernapasan trafo. Cek level minyak pada bushing. Disamping itu,
persiapkan juga jalur (bay) yang dipilih untuk sinkronisasi generator ke sistem jaringan.
Setelah semua persiapan dilaksanakan, berarti generator siap dioperasikan. Manakala
putaran turbin/generator telah mendekati putaran nominalnya, sistem eksitasi dapat
diaktifkan. Putar "base adjuster (70 E)" kearah minimum. Masukkan saklar arus
penguat (Field Circuit Breaker/41 E). Naikkan tegangan generator sampai tegangan
nominalnya dengan mengatur arus penguat melalui "Base Adjuster (70 E)".
Aktifkan balance switch (regulator control switch). Amati penunjukan jarum balance
meter (BM)". Usahakan agar jarum pada "Balance meter" menunjuk angka 0 (nol)

TOTO/UNJ 15
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

yang posisinya tepat ditengah-tengah dengan mengatur "Base Adjuster (70 E)".
Setelah jarum tepat berada di-tengah-tengah (menunjuk angka nol), pindahkan
posisi switch pengautan dari "manual" ke "auto". Dengan demikian maka
"Automatik Voltage Regulator/AVR)" telah berfungsi dan pengaturan dalam posisi
otomatis dengan tegangan generator sebagai set point. Dalam kondisi ini, bila ingin
merubah tegangan generator (set point) gunakan "VOLTAGE ADJUSTER (90 R)".
Tahap berikutnya adalah memparalelkan generator dengan sistem jaringan paralel
generator dapat dilakukan secara otomatis maupun secara manual. Bila harus
dilakukan secara manual, maka operator harus mengetahui syarat - syarat paralel
generator yaitu :

Tegangan generator harus sama dengan tegangan sistem


Frequensi generator harus sama dengan tegangan sistem
Sudut fasa harus sama

Langkah pertama yang perlu dilakukan operator dalam memparalel generator


adalah dengan menyamakan tegangan generator terhadap tegangan sistem. Atur
tegangan generator dengan mengatur arus penguat melalui " Voltage Adjuster (90 R)"
sehingga sam dengan tegangan system. Samakan frequensi gene-rator terhadap
frequensi sistem dengan mengatur putaran turbin melalui pengaturan pembukaan
katup governor. Aktifkan "synchron switch". setelah synchron switch aktif, maka
"synchronoscope" mulai aktif. Usahakan agar jarum synchronoscope berputar dengan
lambat searah jarum jam dengan cara mengatur pembukaan katup governor. Pada
tahap ini berarti generator siap diparalel ke sistem jaringan. Paralel generator
dilakukan dengan cara memasukkan PMT governor (governor circuit breaker). PMT
generator dapat dimasukkan apabila jarum synchronoscope tepat menunjuk di
angka "12" + 3 0. Setelah itu bebani, generator dengan beban minimum yang
direkomendasikan dengan cara membuka katup governor secukupnya. Katup drain
main steam dapat ditutup. Naikkan beban dengan membuka katup governor, sambil
mengatur pembakaran (firing rate) agar tekanan dan temperatur uap naik sesuai grafik
untuk jenis start yang dipilih. Bila diperlukan, nyalakan burner untuk menambah
jumlah burner yang beroperasi. Setelah mencapai beban tertentu (umumnya berkisar
20 % ~ 40 % MCR), lakukan pemindahan (transfer) pasokan listrik untuk alat-alat
bantu dari start up transformer ke trafo unit (unit transformer). Pada beban disekitar

TOTO/UNJ 16
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

ini, umumnya semua katup drain (casing drain, superheater drain dan sebagainya)
boleh ditutup (untuk detilnya ikuti instruksi pabrik pembuat turbin). Uap ektraksi
(Extraction Steam/Bleed Steam) ke pemanas air pengisi (Feed water heater) dapat
dioperasikan. Aktifkan mulai dari pemanas yang paling rendah. Aktifkan pula sistem
kaskade kondensasi drain setiap pemanas awal. Normal drain dari pemanas umumnya
dialirkan ke pemanas awal yang lebih rendah (Cascade System) sedang drain
alternatifnya (alternate drain) akan langsung menuju kondensor atau flash tank
(drain tank). Langkah pembebanan berikutnya tinggal mengikuti grafik pembebanan
yang direkomendasikan oleh pabrik serta menyesuaikan terhadap kebutuhan dari
Pusat Pengatur Beban.

TOTO/UNJ 17
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

Gambar. 2.2. Contoh Grafik Start Dingin PLTU.

TOTO/UNJ 18
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

Gambar. 2.3. Contoh Grafik Start Hangat PLTU.

TOTO/UNJ 19
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

Gambar. 2.4. Contoh Grafik Start Panas.

TOTO/UNJ 20
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

Aktivitas Yang Dilakukan Dalam Keadaan Normal Operasi.

Setelah unit berada dalam keadaan normal operasi. Tugas operator tidak menjadi
bertambah ringan. Dalam kondisi ini berbagai aktivitas rutin perlu selalu dilaksanakan.
Adapun aktivitas dimaksud antara lain :

Mengatur output dari unit untuk memenuhi kebutuhan (system demand).


Menjaga kondisi operasi unit agar selalu senantiasa beroperasi dengan efisiensi
yang optimum.
Melaksanakan pemeriksaan dan pengecekan rutin terhadap kemungkinan adanya.
kelainan/gangguan.
Mengamati dan memperhatikan "trend.
Melaksanakan pergantian peralatan /alat bantu yang berooperasi dengan yang
"stand by".
Melaksanakan pengujian terhadap peralatan proteksi (protective device test),
outomatic.
start dan seting dari alarm-alarm.
Melaksanakan pergantian (change over) dari alat-alat bantu yang beroperasi.
Selalu siap bereaksi dan melakukan respon yang tepat untuk mengantisipasi
gangguan.

Pengujian Rutin terhadap Peralatan Pengaman Turbin (Turbin Protective


Device Test)
Pada prinsipnya, pengujian rutin terhadap seluruh peralatan pengaman
merupakan aspek penting yang harus selalu dilakukan untuk menjamin
keandalan dari peralatan pengaman tersebut. Bila keandalan peralatan
pengaman tinggi, maka dapat dipastikan bahwa peralatan tersebut dapat
berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Hal ini yang pelu diingat adalah
bahwa sebelum melakukan setiap program pengujian, seluruh petugas
operasi dan petugas lain yang terkait harus diberi informasi bahwa akan
dilaksanakan program pengujian. Proses pengujian harus dilaksanakan dengan
cermat dan semua data hasil pengujian dicatat. Periode pengujian
tergantung pada rekomendasi pabrik yang umumnya dilakukan seminggu

TOTO/UNJ 21
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

sekali. Seperti diketahui bahwa peralatan pengaman turbin terpasang pada


sistem minyak pengatur (control oil). Agar turbin tidak trip pada saat pengujian,
maka hubungan control oil dengan sistem proteksi (protective device) harus
diblokir. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, ikuti prosedur
pengujian peralatan pengaman turbin yang direkomendasikan oleh pabrik.
Setelah memblokir hubungan antara control oil system terhadap peralatan
pengaman turbin, selanjutnya pengujian dapat dilakukan yang meliputi :

Test tekanan pelumas bantalan rendah (low bearing oil pressure


trip).
Pada pengujian ini tekanan pelimas bantalan disimulasi seolah-olah turun
dengan cara membuka katup drain. Turunkan terus tekanan pelumas secara
perlahan-lahan. Pada harga tekanan tertentu, pompa pelumas bantu (Aux.
oil pump) akan start secara otomatis. Catat harga tekanan pelumas tepat
pada saat pompa Aux. oil pump start.

Matikan Auxiliary oil pump dan kunci (lock) sistem otomatisnya sehingga
pompa tidak akan start. Selanjutnya turunkan lagi tekanan pelumas
bentalan secara perlahan. Pada harga tekanan tertentu, pompa
pelumas turning gear/bearing gear akan start secara otomatis. Catat harga
tekanan dimana pompa pelumas turning gear/baring gear start. Matikan
pompa pelumas. Turning gear/baring gear dan kunci (lock) sehingga
pompa tidak akan start lagi. Setelah itu, turunkan lagi tekanan pelumas
secara perlahan. Pada tekanan tertentu, pompa pelumas darurat
(Emergency oil pump) yang nilai tekanan dinama pompa pelumas darurat
start. Matikan pompa pelumas darurat dan kunci (lock). Turunkan kembali
tekanan dan pada tekanan tertentu akan muncul alarm yang
menyatakan "tekanan pelumas turbin" rendah, catat harga tekanan
pelumas saat alaram muncul. Turunkan lagi tekanan pelumas sehingga
muncul alarm "turbin trip" karena "tekanan pelumas rendah". Catat harga
tekanan dimana muncul alarm "turbin trip". Hingga disini berarti pengujian
untuk item tekanan pelumas bantalan rendah selesai. Tutup katup drain
simulasi. Normalkan/stand by-kan pompa-pompa pelumas yang tadi

TOTO/UNJ 22
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

dikunci (pompa pelumas bantu, pompa pelumas turning / baring gear dan
pompa pelumas darurat).

Test Thurst Bearing Oil Pressure High.


Tekanan thrust bearing yang tinggi (diatas normal) menandakan bahwa
poros mengalami pergeseran dalam arah aksial. Bila pergerakanaksial rotor
cukup besar, maka kemungkinan akan terjadi gesekan antara rotor
dengan bagian - bagian yang stasioner. Bila ini terjadi maka turbin harus
trip supaya aman. Karena itu turbin dilengkapi dengan proteksi "thrust
bearing oil pressure high/thrust wear high". Bila turbin dilengkapi dengan
perangkat proteksi ini, maka sistem ini juga harus ditest. Pengujian juga
dilakukan secara simulasi dengan seolah-olah tekanan thurst bearing oil
menjadi tinggi. Amati dan catat tekanan dimana alarm muncul maupun
pada saat alarm trip.

Test "Low Condensor Vacum Trip"


Sistem proteksi lain yang juga diuji adalah low vacum condensor. Seperti
halnya pengujian lainnya, pengujian untuk "Low Vacum Condensor Trip"
juga dilakukan secara simulasi bahwa seolah-olah vacum condensor
turun. Catat harga vakum pada saat muncul alarm dan catat pula harga
vacum pada saat signal alarm trip muncul.

Setelah semua program pengujian selesai, normalkan semua katup pengujian,


lakukan pengecekan sekali lagi untuk meyakinkan bahwa katup pengujian
(untuk memeriksa signal simulasi), benar-benar telah menutup rapat.
Normalkan kembali sistem pemblokir yang pada saat pengujian dipakai untuk
memblokir saluran antara "Control Oil" dengan "Protective Device Block".
Semua kegiatan pengujian tersebut diatas umumnya dilakukan secara rutin
dalam periode waktu tertentu sesuai rekomendasi pabrik.

Pengujian rutin untuk katup-katup uap turbin (valve steam freedom test).
Stop valve dan governor valve merupakan katup yang vital untuk turbin.
Katup-katup tersebut (terutama stop valve) harus selalu dapat berfungsi dengan
baik sehingga dapat menutup dengan cepat pada saat dibutuhkan. Bila

TOTO/UNJ 23
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

sampai katup-katup tersebut gagal untuk menutup, akibatnya akan fatal.


Seperti diketahui bahwa katup-katup tersebut bersinggungan dengan uap
bertekanan dan bertemperatur tinggi. Selama beroperasi, stop valve akan
selalu terbuka penuh (100%) dan posisinya tidak pernah berubah dari
waktu ke waktu. Dalam keadaan demikian, kemungkinan macet selalu ada.
Untuk meyakinkan bahwa katup tidak macet, maka katup harus digerakkan.
Aktifitas pengujian terhadap kerja katup disebut "valve steam/feedom test".
Test ini dilakukan dengan cara menutup salah satu stop valve sementara stop
valve lainnya tetap terbuka sehingga uap masih dapat mengalir, ketika test
dilaksanakan, amati gerakan katup. Yakinkan bahwa katup dapat bergerak
dengan lancar sampai menutup penuh. Setelah menutup penuh buka kembali.
Lakukan test yang sama terhadap katup yang satunya. Test sejenis juga
dilaksanakan untuk katup-katup satu arah (check valve/non return valve)
yang terpasang disalurkan uap ekstraksi. Steam feedom test umumnya
dilaksanakan secara rutin seminggu sekali.

Pengoperasian Soot Blower


Soot Blower berfungsi untuk menghembus jelaga dibagian luar dari pipa-pipa
dalam boiler. Jadi pada prinsipnya, soot blower hanya perlu dioperasikan
apabila dibagian luar pipa-pipa boiler sudah terbentuk jelaga. Bila pipa
yang bersih dihembus dengan soot blower, maka akan terjadi efek
pengikisan/erosi paa pada pipa. Keran itu, soot blower harus dioperasikan
secara seksama. Ikuti petunjuk yang ditetapkan oleh pabrik.

Penggantian Pengoperasian Alat-Alat Bantu


Masing-masing jenis alat-alat bantu PLTU umumnya terdiri dari 2 buah
(untuk masing-masing 100 % kapasitas) dan 3 buah (untuk masing-masing
50% kapasitas). Ini dimaksudkan agar tersedia alat bantu yang "stanby"
sehingga bila alat bantu yang beroperasi terganggu, maka alat bantu yang
"stanby" dapat menggantikannya. Bila peralatan yang beroperasi tidak pernah
terganggu, berarti peralatan yang "stanby" tidak akan pernah beroperasi. Bila
hal ini terjadi, maka jam kerja antara alat-alat bantu yang sejenis menjadi
tidak balans. Untuk itu, meskipun alat bantu yang beroperasi tidak pernah
mengalami gangguan, maka pergantian secara normal tetap dilakukan untuk

TOTO/UNJ 24
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

memberi kesempatan beroperasi bagi peralatan lain. Dengan demikian, maka


jam kerja diantara alat-alat bantu akan merata. Program penggantian
pengoperasian alat-alat bantu ini umumnya dilaksanakan seminggu sekali.

Test UPS untuk Esential Bus


Sistem pasok daya untuk esential bus juga harus diuji secara periodik. Bila
sistem ini menggunakan diesel generator set, maka diesel harus ditest untuk
meyakinkan nahwa diesel dapat beroperasi ketika dibutuhkan. Simulasikan
seolah-olah tegangan esential bus hilang. Amati apakah diesel emergency
generator dapat start secara otomatis ? Bila teernyata start, biarkan
beroperasi beberapa lama. Setelah itu matikan diesel dan stanby kan.

Test Fire Protection System


Sistem pemadam kebakaran juga merupakan objek yang harus diuji secara
periodik. Untuk sistem pemadam hidran, umumnya tersedia 2 pompa hidran.
Satu pompa digerakkan oleh diesel dan satu lagi oleh motor listrik. Lakukan
pengujian terhadap keduanya, sesuai petunjuk yang berlaku.

Penurunan beban dan Stop Unit

Seperti halnya pada saat start, untuk mematikan unit juga dikenal 2 macam metode stop
yaitu normal stop (Cold Shut Down) dan emergency stop (Hot Shutdown/Hot Banking
Stop). Jenis stop unit yang akan ditetapkan tergantung pada kebutuhan. Bila unit
akan di stop dan diprogram untuk tidak beroperasi dalam waktu yang cukup lama
(misalnya untuk keperluan overhoul), maka dapat dipilih jenis normal shut down.
tetapi bila unit harus di stop dan direncanakan untuk secepatnya dapat beroperasi
kembali (misalnya ada kerusakan yang harus dijaga agar tetap panas (hot bonking)
sehingga dapat segera start kembali dengan cepat. Untuk kondisi ini, maka hot shut
down dapat dilaksanakan.

Normal Shut Down


ada normal shut down, tersedia waktu yang cukup sehingga sambil menurunkan
beban, berbagai test untuk sistem proteksi dapat dilaksanakan untuk
membuktikan bahwa sistem proteksi berfungsi secara baik. Soot Blower dapat

TOTO/UNJ 25
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

dioperasikan sebelum boiler dimatikan. Mula-mula, turunkan beban secara


bertahap dengan menggunakan governor valve. Amati semua peralatan
supervisori. Matikan mill (Pulverizer) sesuai dengan kebutuhan beban. Untuk
mematikan mill biasanya tersedia urutan (sequence) stop yang bekerja secara
otomatis. Namun secara prinsip perlu juga diketahui, bahwa sebelum dimatikan, mill
harus dikosongkan terlebih dahulu. Mula-mula turunkan laju aliran batu bara melalui
coal feeder. Atur komposisi udara primer (primary air) yang panas dengan
tempering air yang dingin sehingga temperatur mill berangsur turun. Matikan coal
feeder. Atur damper pengatur tempering air (lihat gambar 2.5). Sehingga
temperatur outlet mill mencapai + 50 0C. Setelah pembilasan selesai, mill boleh
distop. Tutup semua damper antara mill dengan ruang bakar.

Gambar. 2.5. Sistem Pembakaran Batu Bara.

TOTO/UNJ 26
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

Turunkan beban dengan governor valve. Amati temperatur uap bekas (LP
Exhaust hood). Selain itu juga jangan sampai terjadi rotor short. Pada beban
sekitar 40%, lakukan pemindahan pasokan listrik untuk alat-alat bantu dari trafo
unit (unit transformer) ke trafo sort (start up pemanas transformer). Matikan
pasokan uap ekstraksi untuk pemanas awal air pengisi, paling tinggi (top heater).
Nyalakan burner minyak ataupun ignitor sekedar untuk mempertahankan nyala api,
di boiler. Matikan alat-alat bantu yang sudah tidak diperdulikan misalnya 1 BFP
(untuk BFP dengan 50% capacity). Pada beban mendekati 0 MW, lepas PMT
generator.
Trip turbin dengan menekan tombol emergency trip. Tombol ini digunakan untuk
mematikan turbin sambil menguji apakah emergency trip dapat berfungsi dengan
baik. Pastikan bahwa FIELD BREAKER akan trip dan stop valve serta governor
valve menutup. Buka semua saluran drain (casing drain, extraction line drain) dan
main steam line drain. Amati terus penurunan putaran turbin. Pada harga putaran
tertentu, pompa pelumas bantu (Auxiliary Oil Pump) akan start secara otomatis.
Bila dikehendaki , automatic start pompa-pompa yang lain (Turning Gear Oil
Pump/Flushing Oil Pump dan Emergency Oil Pump) juga dapat dilaksanakan. Sama
halnya dengan turbin boiler juga dapat dimatikan melalui tombol emergency trip.
Sambil menguji apakah emergency trip dapat berfungsi dengan baik. Setelah itu
bilas (purge) ruang bakar. Non aktifkan sistem bahan bakar, baik batu bara
maupun minyak. Langkah berikutnya tergantung pada metode pendingin (cooling)
boiler yang dikehendaki. Bila dikehendaki pendinginan alam (Normal Cooling)
maka F.D. FAN dan ID.FAN dapat dimatikan sementara damper-dampernya saja
yang dibiarkan tetap terbuka sehingga tercipta aliran udara untuk pendinginan
normal.
Tetapi bila dikehendaki pendinginan paksa (Force Cooling), maka ID.FAN dan
F.D. Fan dijalankan dan aliran udara diatur untuk memperoleh pendinginan paksa
(Force Cooling). Bila tekanan drum sudah cukup rendah, buka semua vent dan
drain. Bila boiler akan dikosongkan, maka boiler mottom drain baru dapat dibuka
bila temperatur boiler sudah cukup rendah (umumnya < 90 0C). Sementara itu,
putaran turbin terus turun. Pada putaran yang sudah cukup rendah (+ 500 RPM)
katup pelepas vakum (Vacuum Breaker) terbuka. Sebelumnya, matikan dulu
ejector atau vacum pump. Laju penurunan putaran akan semakin cepat. Pastikan

TOTO/UNJ 27
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

bahwa jocking oil pump start secara otomatis. Setelah rotor turbin berhenti,
hubungkan kopling turning gear (enggage) dan jalankan turning gear. Bila sistem
ini otomatis, pastikan bahwa rotor sekarang diputar oleh turning gear. Matikan
semua alat-alat bantu yang sudah tidak diperlukan lagi. Tetapi pengatur temperatur
exhaust turbin (LP exhaust hood spray water) mungkin masih tetap diperlukan
untuk menjaga agar temperatur exhaust turbin tetap rendah.

TOTO/UNJ 28
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

3. Pencatat Data dan Laporan Kerusakan.

Data mengenai kondisi operasi unit merupakan unsur yang sangat penting tidak hanya bagi
kepentingan operasi tetapi juga untuk kepentingan pemeliharaan unit. Dalam bidang
operasi, kadangkala kita mengalami gangguan yang cukup sulit ditentukan penyebabnya
sehingga tidak jarang harus dilakukan analisis yang seksama. Dalam hal ini, data mengenai
kondisi operasi unit menjadi unsur yang sangat esensial. Untuk bidang pemeliharaan,
kadangkala juga dituntut untuk melakukan analisis yang cermat guna menentukan
penyebab kerusakan. Dalam konteks ini, juga diperlukan data yang representif. Terlebih
dahulu lagi bagi unit-unit pembangkit yang telah menerapkan program pemeliharaan model
Condition Monitoring ataupun Predictive Maintenance. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data tentang kondisi operasi unit merupakan nsur yang esensial dalam
unit pembangkit.

Pencatat Rutin.

Mengingat bahwa personel yang lebih banyak berhubungan dengan unit secara
langsung adalah operator, maka ditetapkan bahwa operator merupakan sumber utama
penyedia data. Karena itu, para operator ditugaskan untuk melakukan pengamatan
secara seksama terhadap parameter-parameter operasi unit untuk kemudian secara
rutin dan kontinyu mencatat semua parameter tersebut kedalam formulir catatan rutin
(Record Sheat/Log Sheet).

Biasanya formulir-formuliir tersebut sudah dibakukan dan tersedia dalam jumlah cukup.
Dalam formulir tetera besaran apa saja yang harus dicatat oleh setiap operator, dimana
log sheet untuk operator lantai bawah berbeda dengan log sheet untuk operator turbin
maupun operator melakukan pencatatan seakurat mungkin sesuai dengan kondisi saat
pencatatan dilaksanakan. Hindari cara pengisian data tanpa melihat kondisi aktual dari
parameter yang akan dicatat karena hal ini dapat mengakibatkan bias sehingga voliditas
data berkurang.

Hal yang perlu digaris bawahi bahwa melalui pencatatan rutin ini, operator sekaligus
jugga melaksanakan pengecekan secara rutin terhadap peralatan yang menjadi

TOTO/UNJ 29
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

tanggung jawabnya. Bila hal ini dilakukan dengan penih kesadaran, maka manakala
terjadi kelainan - kelainan pada operasi peralatan yang menjadi tanggung jawabnya,
operator yang bersangkutan dapat mengetahui secara dini. Log sheet yang baik bahkan
mencantumkan harga-harga limit dari masing-masing besaranya yang dicatat. Jadi
manakala suatu ketika operator menemukan bahwa suatu ketika operator menemukan
bahwa salah satu besaran yang dicatat bertendensi naik dan telah mendekati limit yang
ditetapkan, operator yang bersangkutan dapat melaporkan kondisi tersebut untuk
segera dapat dilakukan tindakan antisipasi seperlunya.

Setelah selesai melaksanakan tugas rutinnya, operator yang bersangkutan harus


membubuhkan tanda tangan log sheet sebagai bukti bahwa dialah yang bertanggung
jawab terhadap akurasi data yang tertera dlam log sheet. Setelah itu, semua log sheet
dutanda tangani juga oleh penanggung jawab regu/shift. Selain log sheet, bagi setiap
bidang tugas operator biasanya juga disediakan buku catatan (log book) untuk mencatat
semua aktivitas penting yang dilakukan pada saat menjalankan tugas.

Log book juga dapat dipakai untuk menuliskan pesan - pesan ataupun catatan
penting misalnya tentang tendensi adanya kelainan pada peralatan yang beroperasi
sehingga perlu mendapatkan perhatian yang lebih seksama.

Setelah diisi, log book ini sebaiknya juga ditanda tangani. Pada saat pergantian shift,
setiap operator yang batu melaksanakan tugas diwajibkan untuk membaca log book ini
sehingga sebelum menjalankan tugas, yang bersangkutan telah mengetahui kondisi
operasi dari peralatan yang menjadi tanggung jawabnya. Setelah lembar-lembar dalam
log book habis terisi, tukar book dengan yang baru. Serahkan log boook lama kepada
yang berkepentingan untuk disimpan karena mungkin suatu saat catatan dalam log book
tersebut juga diperlukan.

Laporan Kerusakan.

Bila selama berdinas operator menemukan adanya kelainan atau kerusakan pada
peralatan yang menjadi tanggung jawabnya, maka operator yang bersangkutan
melaporkan kepada penanggung jawab regu/shift. Seandainya setelah dianalisis
ternyata pemulihan kondisi peralatan tersebut membutuhkan bantuan personal

TOTO/UNJ 30
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

pemeliharaan, maka operator harus membuat laporan kerusakan. Laporan kerusakan


harus diisi secara rinci dan jelas karena laporan kerusakan ini akan digunakan sebagai
acuan guna menyusu rencana kerja oleh personel pemeliharaan dimana dalam rencana
tersebut antara lain tercakup spare part, tool dan tenaga kerja yang diperlukan untuk
memperbaiki kerusak tersebut.

Pada unit-unit yang masih menerapkan sistem lama, biasanya formulir baku untuk
laporan kerusakan telah tersedia. Operator tinggal mengisi formulir tersebut untuk
kemudian juga ditanda tangani oleh penanggung jawab shift untuk diteruskan kepada
yang berkepentingan. Pada unit-unit yang telah menerapkan sistem MMS (Maintenance
Management System), laporan kerusakan mungkin dapat langsung dientrikan kedalam
komputer melalui fasilitas yang sudah disediakan. Laporan ini selanjutnya dapat sampai
kepada yang berkepentingan melalui jaringan komputer (net work) yang sudah
teinterkoneksi dan berhubungan dengan seluruh unsur bidang tugas dalam organisasi
pembangkit.

TOTO/UNJ 31
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

4. Pengaruh Temperatur Pada Pembakaran.

Mode kendali pengoperasian unit PLTU umumnya disesuaikan dengan karakteristik


maupun kondisi unit yang bersangkutan. Dalam keadaan interkoneksi dengan sistem
jaringan, beban pada jaringan merupakan demand sedang unit - unit pembangkit berfungsi
sebagai suply. Untuk mencapai kondisi stabil, maka harus senantiasa ada keseimbangan
antara suply dengan demand. Besaran yang dipakai untuk menyatakan kesimbangan ini
adalah frekuensi. Sistem dengan harga sama normalnya adalah 50 Hz. Bila frekuensi
sistem turun hingga rendah dari 50 Hz, berarti demand lebih besar dari suply. Sebaliknya
bila frekuensi sistem lebih tinggi dari 50 Hz, berarti demand lebih kecil dari suply.
Dalam suatu sistem jaringan listrik, demand senantiasa berubah dari waktu ke waktu.
Dalam rangka untuk senantiasa mencapai keseimbangan, maka unit-unit pembangkit harus
selalu siap mengikuti perubahan tersebut setaip saat. Disinilah letaknya peran dari sistem
kendali operasi pada unit pembakit. Sebelum meninjau lebih jauh, ada baiknya kita amati
sekilas pola beban harian dari sisi demand. Gambar 4.1, merupakan contoh tipikal grafik
beban harian dimaksud.

Gambar. 4.1. Contoh Grafik Beban Harian.

TOTO/UNJ 32
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

Dari contoh pada gambar diatas terlihat bahwa luas daerah dibawah kurva dibagi menjadi
beberapa segmen antara lain segmen beban dasar (base load) dan segmen beban puncak
(pick load). Segmen beban dasar boleh dikata hampir tidak mengalami perubahan
sepanjang periode. Sedangkan segmen bahan puncak dari waktu kewaktu mengalami
perubahan yang cukup.

Operasi Beban Dasar.

Sesuai dengan pola keutuhan sisi demand, ada unit-unit pembangkit tertentu yang diberi
tugas memiklul beban dasar. Berdasarkan pertimbangan ekonomis, maka unit
pembangkit yang dipilih untuk tugas ini umumnya unit pembangkit yang biaya
produksinya rendah. Selain itu, sensitivitas unit terhadapa perubahan frekuensi juga
rendah. Dengan kata lain, unit ini hampir tidak terpengaruh oleh perubahan frekuensi
sistem sehingga boleh dikata unit ini tetap beroperasi pada beban yang konstan
meskipun frekuensi sistem berubah-ubah.

Operasi Beban Puncak

Pada segmen beban puncak, suply harus senantiasa mengikuti perubahan demand
setiap saat. Karena itu, unit yang difokuskan untuk melayani segmen beban puncak
agak berbeda dengan unit yang difokuskan untuk beroperasi guna memenuhi beban
dasar.
Manakala demand berubah, maka sesuai terjadi ketidak seimbangan antara suply
dengan demand yang mengakibatkan perubahan frekuensi sistem. Untuk mencapai
keseimbangan kembali. Suply harus segera berubah dan menyesuaikan dengan kondisi
demand yang baru. Tugas penyesuaian ini dilaksanakan oleh unit yang difokuskan
untuk melayani segmen beban puncak. Dengan demikian maka unit yang difokuskan
untuk melayani beban puncak harus memiliki sensitivitas yang cukup perubahan
frekuensi sistem sebatas harga tertentu, maka unit ini mulai bereaksi untuk
mengembalikan frekuensi sistem ke kondisi normal. Karena itu, beban unit yang
beroperasi untuk melayani beban puncak senantiasa bervariasi dalam skala terbatas
dari waktu kewaktu.

TOTO/UNJ 33
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

Operasi Pengendalian Frekuensi.

Dewasa ini, tuntutan akan mutu listrik dari sisi demand demikian tinggi. Salah satu
parameter yang dipakai sebagai acuan untuk menentukan mutu listrik adalah frekuensi.
Seuai dengan kompleksitas kebutuhan listrik, sisi demand menghendaki agar frekuensi
tetap konstan (flat) setiap saat tanpa ada perubahan.
Tuntutan yang demikian menyebabkan sisi suply harus menyediakan unit pembangkit
khusus untuk mengendalikan frekuensi agar tetap konstan setiap saat. Unit pembangkit
yang difokuskan untuk ini disebut Unit Pengendali Frekuensi. Unit pengedali frekuensi
memiliki sensitivitas sangat tinggi sehingga akan segera bereaksi manakala ada
tendensi perubahan frekuensi sistem sekecil apapun juga. Jadi beban unit pengendali
frekuensi senantiasa bervariasi bahkan mungkin dari detik ke detik.

Operasi dengan Governor Free.

Prinsip dari mode operasi free governor adalah dengan membiarkan kendali
pembebanan unit sepenuhnya kepada sistem governor guna mengikuti perubahan
frekeunsi sistem. Dalam kondisi ini, bila frekuensi sistem naik, maka governor akan
menurunkan beban unit dan sebaliknya manakala frekuensi sistem turun, maka
governor akan menaikkan beban unit. Presentase kenaikkan atau penurunan beban
dalam mengantisipasi perubahan frekuensi tergantung pada karakteristik governor atau
yang lebih populer dengan istilah droop dari unit yang bersangkutan. Untuk dapat
beroperasi dalam mode free governor, maka tekanan minyak pembatas beban/load
limit, harus dibuat maksimum.

Operasi dengan Load Limit

Mode operasi load lomit prinsipnya adalah tidak membiarkan kendali pembebanan unit
sepenuhnya kepada sistem governor. Dengan kata lain, governor akan melaksanakan
sebagian tugas kendali pembebanan sementara sebagian lagi dilaksanakan oleh load
limit. Mode operasi ini umumnya hanya diterapkan pada unit pembangkit yang
mengalami derated.

TOTO/UNJ 34
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

Dalam mode load limit, beban maksimum unit dibatasi oleh tekanan minyak load limit.
Selama masih berada dibawah limit ini, kendali pembebanan uniti sepenuhnya dilakukan
oleh governor dalam arti beban unit dapat naik atau turun mengikuti kondisi frekuensi
sistem. Lewat dari limit, governor tidak lagi dapat menaikkan beban unit meskipun
frekuensi sistem masih rendah. Hal ini disebabkan karena lewat dari limit, maka signal
dari governor akan diblokir dan diambil alih oleh signal load limit.

Operasi dengan Sliding Pressure.


Umumnya, variasi beban unit diperoleh melalui perubahan aliran uap (steam flow) ke
Turbin yang diatur oleh katup governor, ini berarti bahwa perbedaan antara kondisi
beban rendah dan beban tinggi hanya terletak pada aliran uap sementara tekanan dan
temperatur ketel ketika beroperasi pada beban tinggi sama dengan ketika beroperasi
pada beban rendah. Cara ini ternyata mengandung banyak kerugian terutama ketika
beroperasi pada beban parsial dimana antara lain terjadi kerugian throtling.
Untuk mengurangi kerugian, ada cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan metode
sliding pressure. Dalam cara ini, variasi pembebanan dilakukan melalui variasi tekanan
ketel. Jadi manakala kebutuhan beban sisi demand rendah, maka beban unit diturunkan
dengan cara menurunkan tekanan uap dalam boiler. Ketika kebutuhan baban
meningkat, beban unit dinaikkan dengan menaikkan ketel, Dengan demikian, ketika
beroperasi pada beban rendah, karena tekanan ketel yang diturunkan, maka kerugian
throtling juga akan berkurang. Selain itu, karena ketika beroperasi pada beban rendah,
tekanan ketel juga rendah, berarti stress pada ketel juga berkurang. Kerja dari pompa air
pengisi ketel juga menjadi lebih ringan. Karena itu, metode operaso sliding pressure
menjanjikan lebih banyak keuntungan.

TOTO/UNJ 35
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

5. Kondisi Operasi Darurat.

Dalam pengoperasian PLTU, cukup banyak aspek operasi yang dapat dikategorikan dalam
kondisi operasi darurat. Pada session ini hanya dibahas kondisi operasi darurat yang
mengharuskan unit untuk distop dengan segera (stop darurat), sebagai contoh misalnya
pada saat terjadi kerusakab pada salah satu komponen turbin dimana untuk
memperbaikinya turbin harus dimatikan. Dalam hal ini masalah ada di turbin sedang pada
ketel tidak ada masalah apapun. Contoh lain misalnya terjadi kebocoran pada pipa ketel
dimana untuk memperbaikinya dibutuhkan untuk mematikan ketel. Dalam konteks ini,
masalah ada diketel sementara pada turbin tidak ada masalah apapun. Pada kedua contoh
diatas, pekerjaan perbaikan yang perlu dilakukan hanya membutuhkan waktu yang tidak
terlalu lama tetapi mengharuskan unit di stop. Setelah pekerjaan selesai, unit harus segera
distart lagi secepatnya.

Stop Unit Untuk Perbaikan Turbin .

Dalam kondisi ini berarti ketel tidak bermasalah sehingga dalam stop unit, ketel dapat
dijaga agar tetap hangat (hot banking). Sementara turbin harus diusahakan cepat dingin
agar pekerjaan perbaikan segera dapat dimulai. Ketel diusahakan untuk tetap hangat
dengan maksud untuk meminimumkan waktu dan biaya start manakala unit harus distart
kembali ketika pekerjaan sudah selesai.
Cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi tujuan tersebut adalah dengan membiarkan
ketel berada pada tekanan dan temperatur kerjanya. Turukan beban unit melalui katup
governor sehingga terjadi proses throtling. Akibat throtling ini, temperatur turbin akan
turun. Setelah unit dimatikan, lakukan pengisolasian terhadap ketel dengan menutup
semua damper laluan udara dan gas, serta tutup semua katup saluran uap dan drain
untuk menjaga agar boiler tetap panas (hot banking). Selanjutnya, bila memunngkinkan,
lakukan forced cooling pada turbin. Forced cooling ini pada turbin. Forced cooling ini
dapat dilakukan dengan menghembuskan udara ke turbin. Melalui forced cooling,
penurunan temperatur turbin akan berlangsung lebih cepat seperti terlihat pada gambar
5.1, sehingga dapat mempercepat waktu perbaikan turbin.

TOTO/UNJ 36
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

Gambar. 5.1. Forced Cooling Turbin.

Stop Darurat Untuk Perbaikan Ketel.

Pada kasus tertentu, unit harus distop karena ada masalah pada ketel sedangkan turbin
dalam kondisi baik. Untuk kasus ini, berarti ketel harus diusahakan agar cepat dingin
sementara turbin sedapat mungkin dijaga tetap panas.
Mematikan unit dengan cara ini pada prinsipnya adalah mengusahakan agar
temperatur uap tetap tinggi pada saat penurunan beban sehingga turbin tidak
mengalami pendingin. Karena itu penurunan beban dilakukan dengan cara
menurunkan tekanan boiler dan tidak menggunakan governor valve. Ini dimaksudkan
untuk menghindari terjadinya throtling bila beban diturunkan dengan governor valve.
Manakala penurunan tekanan boiler sudah tidak lagi dapat diturunkan tanpa
mempengaruhi temperatur uap, maka penurunan tekanan boiler tidak perlu diteruskan.
Mulai saat ini, penurunan beban baru dilakukan dengan menggunakan governor valve.
Karena umumnya beban sudah rendah, maka penurunan beban lebih lanjut
dengan menggunakan governor valve tidak terlalu banyak menurunkan temperatur
turbin. Prosedur yang lainnya sama dengan prosedur untuk normal shut down.
Selanjutnya dapat dilakukan forced cooling pada ketel untuk mempercepat pendinginan
ketel dengan cara mengalirkan udara kedalam ketel sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh pabrik.

TOTO/UNJ 37
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

6. Proses Pengisolasian Peralatan.

Dalam kondisi normal operasi, kadangkala sautu peralatan mengalami gangguan yang
cukup seru=ius sehingga membutuhkan perbaikan yang harus dilaksanakan oleh personel
pemeliharaan sementara unit harus tetap dalam keadaan operasi. Untuk kondisi semacam
ini, semua pekerjaan harus dilakukan keamanan (safety) baik bagi personel, sistem maupun
peralatan yang bersangkutan. Ikuti semua prosedur yang berlaku disetiap unit pembangkit
karena disetiap pembangkit, umumnya memiliki sistem standard untuk hal-hal semacam ini.
Sebelum petugas pemeliharaan boleh memulai pekerjaan, terlebih dahulu akan dipeebaiki
harus diisolasi secara total dari sistem. Tugas untuk mengisolir peralatan yang akan
diperbaiki merupakan bagian dari tanggung jawab operator. Karena itu, setiap operator
harus memahami sepenuhnya sistem pengisolasian yang dipakai di unitnya masing-masing
beserta prosedur pelaksanaannya.

Ada beberapa sistem pengisolasia yang banyak diterapkan antara lain sistem kartu (Taging
System) dan sistem kunci. Pada sistem kartu digunakan beberapa jenis kartu yang
umumnya berwarna merah, kuning, biru dan lain sebagainya. Untuk digantungkan pada
semua komponen yang berkaitan dengan peralatan yang diisolasi dan berfungsi sebagai
tanda bagi saiapapun bahwa peralatan yang dipasangi kartu sedang dalam perbaikan.
Kartu berwarna merah artinya bahwa peralatan yang bersangkutan tidak boleh diganggu
sedang kartu kuning umumnya menandakan bahwa peralatan yang bersangkutan sedang
dalam masa pengujian/percobaan.

Untuk setiap unit biasanya disediakan satu khusus untuk mencatat semua program
pengisolasian yang disebut Tag Book. Mengingat pentingnya masalah ini, berikut akan
dibahas contoh pelaksanaan prosedur pengisolasian peralatan. Tetapi perlu diingat bahwa
yang akan dibahas hanyalah merupakan contoh prosedur yang bukan merupakan standard
baku sehingga dalam implementasinya, tetap disarankan untuk mengikuti prosedur
standard yang ada di unit masing-masing. Sebagai contoh misalnya terjadi kerusakan seal
pada BFP dan harus dikerjakan oleh personel mekanik.

Sebelum pekerjaan dimulai, mula-mula penanggung jawab personel mekanik mengajukan


permohonan untuk mengisolasi BFP dengan mengisi formulir dalam Tag Book dan antara

TOTO/UNJ 38
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

lain diisikan tanggal, identitas BFP dan komponen yang akan diperbaiki dan jenis kartu yang
diinginkan. Selanjutnya formulir ditanda tangani oleh penanggung jawab personel
pemeliharaan. Penanggung jawab operator kemudian menganalisa sistem apa saja yang
berhubungan dengan BFP. Dan analisis ini kemudian ditetapkan berapa buah kartu yang
harus diterbitkan. Selanjutnya kartu diterbitkan dengan diberi nomor dalam Tag Book dan
ditanda tangani oleh penanggung jawab operator. Sebagai contoh, jumlah kartu yang harus
diterbitkan diataranya adalah :

Untuk katup sisi hisap (Suction Valve) BFP


Untuk katup sisi tekan (Discharge Valve) BFP
Untuk katup-katup saluran Desuperheater BFP
Untuk katup Resirkulasi BFP
Untuk katup warming line BFP
Untuk circuit breaker motor BFP
Untuk circuit beraker motor pompa pelumas BFP
Untuk switch/tombol start/stop BFP dilokal atau di control room
Dan seterusnya.

Selanjutnya, sambil memasang kartu-kartu tersebut pada setiap komponen, operator juga
melakukan pengisolasian terhadap komponen yang bersangkutan. Dalam contoh diatas,
katup-katup diatas ditutup rapat dan dipasangi kartu masing-masing. Circuit breaker di
Rock Out dan dipasangi kartu. Tombol/Switch untuk menjalankan BFP juga dipasangi
kartu. Berikutnya, BFP harus dibebaskan dari tekanan sisa dengan membuka katup venting
dan katup drain casing BFP. Periksa apakah temperatur BFP sudah cukup rendah.

Pada PLTU yang maju, ada bagian khusus yang menerbitkan formulir izin untuk bekerja
(Permit to Work). Bagian inilah yang melakukan pengecekan akhir dan menyatakan bahwa
BFP sudah dalam keadaan aman dan pekerjaan dapat dimulai. Bila bagian ini tidak ada,
maka operator/penanggung jawab operator yang harus melaksanakan tugas tersebut dan
menyatakan bahwa pekerjaan perbaikan sudah aman untuk dimulai.

TOTO/UNJ 39
PENGOPERASIAN UNIT PLTU
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MODUL 3 / OP
SURALAYA
PENGOPERASIAN PLTU

Pelaksanaan pekerjaan mungkin memakan waktu beberapa hari dan selama pekerjaan
belum selesai, kondisi isolasi tersebut tidak boleh diganggu. Bila seluruh pekerjaan
pemeliharaan selesai, penanggung jawab pemeliharaan melapor kepada penanggung
jawab operasi dan menyatakan bahwa pekerjaan telah selesai sehingga BFP dapat
dinormalkan kembali dari kondisi terisolasi. Untuk itu penanggung jawab pemeliharaan dan
penanggung jawab operator harus kembali mengisi Tag Book untuk me-Release
permohonan pengisolasian BFP terdahulu dengan diantaranya mengisi tanggal, jenis kartu
dan ditanda tangani oleh kedua penanggung jawab. Selain itu, semua kartu dapat dilepas
dan BFP dinormalkan oleh operator.

TOTO/UNJ 40

Anda mungkin juga menyukai