1. PLTG
- Crank (Spin)
- Fire
- Auto
- Remote
1.3. SINKRONISASI
Untuk melakukan sinkronisasi PLTG harus sudah FSNL dan persyaratan berikut harus dipenuhi :
- Tegangan
- Frekwensi
- Sudut / Urutan Fasa
Sinkronisasi dapat dilakukan baik secara manual maupun otomatis. Segera setelah sinkronisasi
terjadi, beban segera dinaikkan sebesar 25 % dari beban penuh.
1.4. PEMBEBANAN
- Beban Minimum
- Beban Dasar (Base Load)
- Beban Puncak (Peak Load)
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
2
Untuk beban puncak, lamanya dibatasi dua jam dengan bahan bakar gas.
Laju pembebanan bervariasi. Suatu turbin gas mempunyai laju pembebanan sebesar 8,5 MW per
menit. Pembebanan dimulai dari 25 %, 45 % dan 100 %.
Jika terjadi gangguan, PLTG dilengkapi dua pengaman yaitu : PLS (Protective Load Shedding)
Yang dapat menurunkan beban dengan cepat (84 MW/menit) dan PLST (Protective Load Shedding
Trip) yang akan men-trip turbin saat beban mencapai 6 MW.
- Start Normal
- Start Darurat/Cepat
Start ini memerlukan Data Log dan VDU (Video Display Unit).
PLTGU modern dengan beban 100 ~ 500 MW, setelah 8 ~ 14 jam berhenti, dapat distart dengan
waktu 20 s.d. 50 menit.
- Island Operation
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
3
- Idle Operation
- Local Operation
- Parallel Operation
- Open Cycle
PLTG dengan penggerak Diesel dapat dijalankan untuk memasok energinya untuk
membangkitkan pembangkit lain.
(Lihat Gambar 1)
- Tuning Gear ON
- Pony Motor ON
- Starting Motor ON
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
4
Selanjutnya pembebanan diatur oleh : Speed, Load, Blade Temperature, Exhaust temperature dan
Fuel Limiter.
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
5
Suatu PLTG dalam mode Combined Cycle dibebani/dikurangi bebannya sebagai berikut :
Plant Load :
100 % 1)
| menutup Inlet Guide Vane semua turbin gas sampai exhaust gas temperature
~ 74 % 3)
| mengurangi temperature pembakaran turbin gas dengan Varable IGV tertutup
| penuh
|
66 % 4)
| setiap turbin gas sekarang berbeban 66 %. Matikan satu turbin gas dan bebani
|
66 % 5)
| langkah 1) sampai 3) diulangi
|
33 % 6)
| setiap turbin gas sekarang telah dibebani 50 %. Matikan satu turbin gas dan
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
6
- Frequency/Load Control
- Exhaust Gas Temperature Control
- Variable Inlet Guide Vane Control
- Safety and Protection Control
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
7
Suatu system kendali elektronik bernama EGATROL akan mengontrol dan memonitor ke empat
kendali tersebut diatas. Sesungguhnya start-up/stop turbin gas ini dituntun oleh sebuah program yang
disebut Master Squencer Progrm.
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
8
Jika turbin gas trip, maka Exhaust Gas Diverter Damper menutup dengan cepat dan katup uap ke
HRSG juga ditutup, uap akan dialirkan ke kondensor lewat katup by-pass.
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
9
2. HRSG
Persiapan pengoperasian HRSG (HeatRecovery Steam Generator) atau WHRB (Waste Heat
Recovery Boiler) meliputi :
- Sistem alat Bantu :
Mula-mula HRSG di isi dulu dengan air pengisi sampai level dalam drum normal.
Temperature logam maupun temperature air sebaiknya dibawah 100 0C untuk menghindari water
hammer. Tangki air pengisi mempunyai level air yang cukup.
- Pengisi LP Evaporator dengan menjalankan pompa circulating pump. Katup vent pada LP
Drum dibuka, jika perlu level diatur lewat katup drain. Pengisian dihentikan jika alarm level
rendah didalam LP drum sudah bisa di reset. Venting drum di tutup.
- Pengisian HP Evaporator dengan menjalankan pompa circulating pump. Katup vent dibuka dan
jika perlu level diatur dengan membuka drain. Pengisian dihentikan jika level alarm level
rendah HP drum dapat di reset. Katup venting drum di tutup.
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
10
Pembukaannya tergantung kepada mode start (dingin, sedang atau panas). Pembukaannya diatur
berangsur-angsur misalnya 300 selama 15 menit, 450 untuk 10 menit, 650 untuk 12 menit akhirnya
900 sebagai posisi penuh.
Venting drum dibuka untuk membuang udara yang terperangkap dan katup drain Superheater dibuka
selama 10 menit, untuk membuang akumulasi air dan selanjutnya.
Dipersiapkan untuk mengendalikan temperature uap. Katup uap ke turbin ditutup dan katup by-pass
ke kondensor dibuka.
Dengan masuknya gas bekas turbin gas, temperature air naik dan mulai menguap. Penguapan terjadi
di LP/HP Evaporator dan memasuki drum masing-masing. Bila tekanan drum sudah mencapai 2
kg/cm2, katup venting di drum ditutup. Tekanan dan temperature uap akan terus naik.
Laju kenaikan ini disesuaikan dengan instruction manual yang diberikan dan kenaikkan temperature
diatur lewat katup drain.
Selanjutnya, uap HP drum dapat dimanfaatkan untuk menjalankan Ejector untuk membuat vakum
kondensor. Uap ini disebut motive steam. Uap ini berasal dari uap utama (HP live steam). Uap juga
dapat digunakan untuk perapat poros (gland steam) turbin.
Setelah tekanan uap mencapai 20 kg/cm2, drain HP Superheater dan drain pada jalur uap lainnya
ditutup. By-pass valve diatur untuk mengendalikan tekanan uap. Tekanan uap LP dipertahankan 6,5
kg/cm2. kenaikan tekanan uap HP diatur 2 kg/cm2/menit sampai dicapainya tekanan sliding (sliding
pressure) sebanyak 34 kg/cm2 dimana HRSG sudah berbeban penuh.
Level air dalam drum diatur agar tidak kurang. Jalankan turbin uap sesuai prosedur dengan cara
membuka katup uap ke turbin dan mengecilkan pembukaan katup by-pass ke kondensor. Pompa
kimia dan continuous blowdown diatur.
Untuk menjalankan HRSG kedua, tekanan kedua HRSG harus disamakan dulu dan temperature
keduanya sudah sangat mendekati sama. Dengan menjalankan kedua HRSG, sliding pressure naik
menjadi 52 kg/cm2. secara berangsur-angsur uap ditranfer kedalam turbin dari jalur by-pass uap.
Ketika HRSG ketiga dijalankan, sliding pressure naik menjadi 78 kg/cm2. dengan mode sliding
pressure, katup uap keturbin terbuka sepenuhnya, jadi tidak diatur-atur.
HRSG disebut masih hangat (warm condition) bila dimatikan dalam waktu < 8 jam. Turbin uap akan
mengikuti beban turbin gas. Suatu perubahan beban pada turbin gas akan segera diikuti oleh
perubahan beban pada turbin uap. Dalam hal ini, Diverter Damper HRSG bukan dimaksudkan untuk
mengatur output uap atau daya dari turbin uap. Damper ini hanya digunakkan untuk pengamanan
jika terjadi trip dari turbin uap dan sewaktu start-up ketika turbin gas beroperasi.
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
11
Menjalankan dua atau tiga Turbin gas dengan dua atau tiga HRSG pada sebuah turbin uap, beban
dari kedua turbin gas hendaknya sedekat mungkin dan perbedaan temperaturenya harus lebih rendah
dari 50 0C untuk menghindari thermal stress pada sambungan-sambungan HRSG.
Menghentikan HRSG artinya menyetop gas masuk HRSG dan menyetop pemasukkan uap ke turbin
uap. Penyetopan siklus uap dikarenakan beberapa tujuan dan penyebabnya antara lain :
Berikut ini langkah yang diambil jika terjadi stop/trip turbin uap atau turbin gas :
Uap ditransfer langsung ke Kondensor sambil menutup katup uap ke turbin uap.
Tekanan dalam system HRSG dikendalikan oleh katup by-pass uap. Jika waktu stop pendek,
Diverter Damper ditutup (sebagian atau seluruhnya) atau mengurangi beban turbin gas.
Katup uap utama ke turbin uap ditutup segera disamping langkah-langkah pada point (1)
Untuk menghindari kenaikan tekanan dan temperature yang berlebihan di Boiler, Diverter
Damper harus ditutup atau turbin gas distop.
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
12
Jika beban turbin gas berkurang, aliran uap akan berkurang dan berarti daya turbin uap juga
berkurang. Ketika aliran uap terlalu rendah, turbin uap akan distop oleh Rele Reverse Power
(daya kembali) dan uap akan ditransfer ke kondensor melalui by-pass uap yang
mengendalikan tekanan didalam system. Semua beban turbin gas dikurangi bersama-sama.
Tujuannya adalah untuk mengisolir 1 HRSG dengan jalan system by-pass uap.
(6) Trip semua Turbin gas, semua HRSG sedang jalan atau,
Trip 2 turbin gas, 2 HRSG sedang jalan atau,
Trip 1 turbin gas, 1 HRSG sedang jalan.
Aliran dan tekanan dalam HRSG yang stop berangsur-angsur akan berkurang. Boiler dibawah
kondisi turbin gas yang trip akan mendingin perlahan-lahan. Tekanan uap dikendalikan oleh
katup by-pass uap.
Uap yang datang dari HRSG yang sehat/jalan, distop oleh non-Return valve. Jadi tidak dapat
mengisi boiler yang sedang stop. Tekanannya perlahan-lahan drop mencapai tekanan sliding
jika bekerja dengan 1 atau 2 HRSG.
(8) Stop semua HRSG, sedang semua HRSG sedang jalan atau,
Stop 2 HRSG, sedang 2 HRSG sedang jalan atau,
Stop 1 HRSG, sedang 1 HRSG sedang jalan.
Stop HRSG diperoleh dengan mengoperasikan Diverter Damper. Untuk menyetop system
uap dengan mulus, tutuplah katupnya secara berangsur-angsur. Tutup Diverter Damper
HRSG pada posisi 650 selama 5 menit, kemudian posisi 400 selama 5 menit, kemudian 200
selama 5 menit, kemudian 00 (tutup penuh).
Prosedur seperti point (5). Diverter Damper dioperasikan seperti pada point (8) sebagai
pengganti stop turbin gas.
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
13
Seperti pada point (7). Tekanannya akan drop perlahan-lahan mencapai tekanan normal,
ketika bekerja dengan 1 atau 2 HRSG.
Dua atau tiga Turbin gas dengan HRSG beroperasi dengan turbin bersama-sama, lalu satu HRSG
distop, maka :
Setelah satu HRSG distop, maka HRSG harus didinginkan. Tujuan dari stop HRSG ini ada tiga
yaitu :
Dimaksudkan untuk dijalankan kembali dalam waktu stop kurang dari 12 jam. Tekanan
HRSG dipertahankan setinggi mungkin untuk mempercepat start. Semua venting dan drain
harus ditutup, kecuali jika tekanan turun mencapai 2 kg/cm2. venting drum harus dibuka.
HRSG akan distop lebih dari 12 jam tetapi tidak lebih dari satu minggu.
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
14
HRSG akan distop untuk lebih dari satu minggu dengan konservasi kering atau basah dan
akan dijalankan kembali. Tekanan dalam HRSG akan hilang dan system dipersiapkan untuk
konservasi dalam waktu yang lama dibawah tekanan Nitrogen.
Konservasi kering :
- Hubungkan Nitrogen ke drum dan jalur air pengisi HP. Setel tekanan Nitrogen Reducer kira-
kira 3 kg/cm2.
- Kosongkan HRSG ketika tekanan uap diatas 2 kg/cm2 dengan membuka drain drum dari
penukar kalornya.
Konservasi basah :
Satu PLTGU melakukan konservasi basah dengan mengisi Superheater sampai boiler melimpah
(overflow) dengan air kondensat yang berisiskan 10 ppm ammonia dan 200 ppm hydrazine.
Gambar 3 memperlihatkan tingkah tekanan terhadap pembukaan dan penutupan damper HRSG.
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
15
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
16
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
17
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
18
3. TURBIN UAP
a. Sistem control
Turbin uap dikendalikan oleh kontrolnya sendiri misalnya TURBOTROL. Pengendali ini
bertugas untuk mengawasi saat start dan pembebanan, kendali kecepatan, pengendali tekanan
uap utama (live steam) dan gradient limiter serta thermal stess. Setpoint dari gradient limiter
diatur sedemikian rupa sehingga laju kenaikan tekanan uap HP sebesar 4 bar/menit dan laju
tekanan LP sebesar 0,5 bar/menit.
System control akan mengatur operasi turbin uap agar tidak melampaui batas-batas yang
telah ditentukan. Bila batasan dilampaui, Limitter Controller akan menyetop dan
mengembalikannya ke batasan semula. Kegagalan fungsi limiter pertama akan di backup oleh
limiter ke dua. Apabila ini juga gagal, maka turbin akan trip.
b. Instrumentasi
Alat-alat pengukur parameter sudah siap dan terkalibrasi baik. Jika udara instrument
digunakan, ia harus sudah siap.
Untuk mencegah uap keluar dari poros turbin sisi tekanan tinggi dan udara masuk melalui
poros tekanan rendah, maka poros turbin harus diberi perapat uap atau gland steam.
Uap perapat sisi tekanan rendah harus didinginkan dulu dengan dipancar oleh air kondensat.
Uap gland selanjutnya dimasukkan ke dalam Gland steam Condensor untuk diembunkan
kembali.
System minyak pelumas dipasok oleh pompa minyak pelumas utama yang digerakkan oleh
poros turbin saat jalan. Sedang waktu start tugas tesebut dilakukan oleh AC lube oil pump.
Jika tekanan minyak sangat rendah atau AC oil pump gagal berfungsi, disediakan DC
Emergency lube oil pump.
e. Turning Gear
Poros turbin diputar oleh tuning gear saat start dan pendinginan. Untuk mengangkat poros
dari keadaan diam sewaktu operasi tuning gear, dilakukan oleh Jacking Oil pump. Jacking
Oil pump akan dimatikan oleh tekanan minyak pelumas jika mencapai 20 % dari tekanan
nominalnya.
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
19
f. Sistem Hidrolik
Pompa hidrolik dijalankan untuk memasok minyak hidrolik bertekanan tinggi. Minyak
hidrolik diberikan kepada system control pada pengaman turbin.
Proteksi daya kembali yang gagal dapat membahayakan turbin saat generator berubah fungsi
menjadi motor. Saat turbin trip, rele pengaman ini akan membuka circuit breaker generator
untuk memutuskan hubungannya dengan jaringan.
h. Vacum Breaker
Alat ini mempunyai dua fungsi yaitu melepas uap seluruhnya saat darurat atau melepaskan
hanya sebagian uap saat turbin trip untuk melewati rentang (range) kecepatan kritis dengan
lebih cepat. Membuka katup vacuum breaker berarti memasukkan udara kedalam leher
kondensor, tekanan kondensor akan naik dan akan mengerem rotor.
Untuk mencegah overheating karena ventilasi, air diinjeksikan kedalam ruang LP exhaust
turbin. Air akan menyerap panas ventilasi dan menguap. Air injeksi akan menjamin
pendinginan yang efektif tanpa harus memancarkan langsung ke roda turbin (dapat
mengakibatkan erosi). Katup injeksi secara otomatis akan tertutup saat putaran turbin < 1500
rpm.
j. Sistem Drain
- membuang kondensat dalam pipa uap yang dapat menimbulkan water hammer dan merusak
turbin.
- Mempertahankan temperature konstan agar tidak terjadi kondensasi selama operasi dan
mencegah terjadinya thermal stress yang berlebihan sewaktu start.
Alat ini digunakan untuk membuat vakum kondensor saat atart-up. Starting ejector dapat
membuat vakum lebih cepat dan hanya digunakan saat menaikkan vakum dari awal,
selanjutnya digunakan Main Ejector yang bekerja selama operasi turbin.
Suatu PLTGU yang lain menggunakan vacuum Pump sebagai pengganti Ejector.
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
20
System pendinginan utama menggunakan air laut yang banyak untuk mengembunkan uap
didalam kondensor. Sedang system pendingin Bantu menggunakan air laut untuk untuk
mendinginkan air tawar yang digunakan untuk mendinginkan Clooler, bantalan-bantalan dll.
Level Hotwell harus dipertahankan dan diatur. Pompa kondensat digunakan untuk
mentransfer air kondensasi dalam kondensor ke system air penambah.
System by-pass ini digunakan untuk start-up, stop, pembebanan, penurunan beban, pelepasan
beban dengan cepat saat trip dan saat HRSG dioperasikan bersama turbin uap.
System by-pass ini mempertahankan tekanan header LP/HP menjadi konstan. Tekanan LP
dan HP uap dikendalikan dengan melalui Katup Pengurang Tekanan (Pressure Reducing
Valve). Setelah melalui Katup Pengurang Tekanan by-pass HP, uap HP akan memasuki
Steam Dumping Device dan diekspansikan kedalam lubang-lubang ada pelat tingkat pertama,
melalui desuperheater yang diletakkan didalamnya dan dipancar dengan air kondensat.
Temperaturnya diturunkan hingga mencapai titik jenuh dalam tingkat kedua, tekanan
dikurangi lagi sampai mencapai tekanan kondensor. Sedang untuk uap LP, setelah melalui
katup pengurang tekanan by-pass LP, temperature uap LP diturunkan dengan injeksi air
kondensat selanjutnya diekspansikan melalui kerucut berlubang pada ujung Steam Dumping
Device system by-pass LP.
Disebut start dingin jika temperature rumah turbin (innear casing) < 160 0C. temperature uap
masuk turbin harus lebih tinggi (misalnya 20 0C) dari rumah turbin.
Suatu PLTGU lain menyebutkan bahwa start turbin disebut dingin jika turbin distop < 96 jam
dimana temperature logam HP rotor pada sisi masuk <=100 0C.
Disebut start hangat atau sedang jika temperature inner casing diantara 160 0C ~ 450 0C.
Dalam hal ini uap yang dimasukkan bisa lebih panas atau lebih dingin dari Inner casing.
Suatu PLTGU lain menyebutkan bahwa start hangat adalah jika turbin distop 8 jam < t < 96
jam dimana temperature logam HP sisi masuk 100 0C < T < 350 0C.
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
21
Disebut start panas jika temperature inner casing diatas 450 0C. disini uap yang dimasukkan
bisa lebih panas atau lebih dingin dari temperature inner casing. PLTGU lain menyebutkan
bahwa start panas adalah jika turbin distop < 8 jam dan temperature logam HP rotor sisi
masuk > 350 0C.
Operasi start, stop dan pembebanan akan menimbulkan stress pada logam turbin disebabkan
oleh tekanan, temperature dan gaya sentrifugal. Stress tersebut perlu dikurangi dengan
mengendalikan kenaikan temperature dan laju perubahan beban.
(b) Vibrasi
Vibrasi dapat timbul oleh beberapa hal seperti misalignment, poros bengkok ataupun berjalan
lambat saat putaran kritis. Vibrasi harus diperiksa saat turbin dijalankan , misalnya saat
putaran 400 rpm dilakukan rub check.
Pembebanan dan pelepasan beban yang cepat dapat menimbulkan beda temperature antara
rotor dan rumah turbin cukup besar. Ini disebabkan oleh perbedaan massa dan luas
permukaan keduanya. Perbedaan tersebut jangan melampaui batas tertentu sehingga sudu
jalan dan sudu tetap saling bergesekan.
Start turbin secara otomatis dikendalikan oleh TURBOTROL. Vacuum kondensor sudah > 690
mmHg. Pemasukan uap kedalam turbin harus setahap demi setahap mengikuti petunjuk dari
pabriknya untuk memberikan waktu pengembangan panas.
Gambar 9 memperlihatkan kurva start dan pembebanan PLTGU yang lain. Ketika putaran 400 rpm,
dilakukan rub check (uji vibrasi) atau tidak. Selanjutnya dinaikkan sampai putaran 2200 rpm dan
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
22
dipertahankan pada putaran ini dalam waktu tertentu. Lamanya waktu tersebut tergantung pada mode
start : Dingin, Hangat atau Panas.
Selanjutnya putaran dinaikkan menjadi 3000 rpm dan siap diparalel ke jaringan. Dalam menaikkan
putaran, maka putaran kritis harus dilalui dengan cepat karena vibrasi akan sangat besar dan
membahayakan turbin.
Pada kecepatan nominal, Aux. lube oil pump dan jacking oil pump distop secara otomatis.
Untuk start hangat dan start panas, sama saja dengan start dingin, hanya waktunya yang diperpendek
dan temperature uapnya lebih tinggi 50 ~ 100 0C dari temperature rata-rata rotor HP turbin.
Langkahnya disesuaikan dengan ketentuan dari pabriknya.
3.5. SINKRONISASI
Setelah putaran mencapai 3000 rpm, Generator disinkron dengan jaringan setelah frekuensi,
Tegangan dan sudut/beda phase-nya sama. Sinkronisasi dapat dilakukan baik secara manual maupun
secara otomatis. Setelah CB Generator masuk, segera dibebani minimum 2 % agar rele reverse
power tidak bekerja.
3.6. PEMBEBANAN
Beban yang akan ditargetkan harus disetel bersama dengan laju pembebanannya. Jika laju
pembebanan itu dilampaui, maka Thermal Stess Evaluator TURBOMAX akan mengoreksi.
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
23
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
24
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
26
Turbin dapat distop secara normal atau darurat. Beban diturunkan sampai sedikit diatas kerja rele
daya kembali. Biarlah rele reverse power bekerja.
Segera setelah generator terlepas dari jaringan, turbin trip dengan tombol diruang control.
Dengan tripnya turbin, vacuum breaker bekerja membuka/menutup sebagian katupnya untuk
memperlambat poros. Selama putaran diatas 1500 rpm, mekanik penurunan sebagian vakum itu,
aktif mengendalikan katup Vacuum Breaker. Tekanan kondensor dipertahankan antara 0.18 bar (abs)
dan 0,22 bar (abs). pada kecepatan dibawah 1500 rpm, katup Vacuum Breaker ini menutup kembali.
Auxiliary lube oil pump jalan setelah putaran turbin mencapai 2700 rpm. Demikian juga Jacking Oil
pump dan Turning Gear Oil pump pada putaran ini. Putaran rotor harus mencapai 4 rpm sebelum
mekanik turning gear dihubungkan. Setelah itu, turning gear harus berjalan secara otomatis.
Pada kecepatan <1000 rpm, Ejector dimatikan dan katup Vacuum Breaker dibuka sepenuhnya untuk
membuang vakum kondensor. Setelah vakum habis, tutup katup pemasok uap gland.
Turning gear terus beroperasi sampai temperature logam mencapai 150 0C.
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
27
4. PLTGU
Salah satu system control PLTGU adalah PROCONTROL P (gambar 12) dengan derajat otomatisasi
penuh dan mempunyai level control yang diorganisir secara hirarki, hirarki terdiri dari :
SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) dengan AGC (Automatic Generator
Control) akan mengatur output daya listrik yang dibutuhkan oleh consumer dan unit-unit
pembangkit didasari atas nilai setpoint yang dihasilkan dan didistribusikan oleh Pengatur
Beban Target Blok. Ia juga mengkoordinir produksi beban dari turbin gas dan turbin uap.
Alat untuk menjalankan dan mematikan langkah demi langkah proses secara otomatis, untuk
mengoperasikan seksi-seksi berikut ini :
- Turbin Uap dengan TURBOMAT (squencer untuk siklus uap/air dan turbin uap)
Menyatakan level otomatisasi yang pertama. Ia melaksanakan semua proses start/stop yang
berhubungan dengan group dari drive-drive.
Level control terendah. Termasuk didalamnya fungsi-fungsi start/stop, proteksi dan interlock.
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
28
Setiap HRSG mempunyai sebuah sebuah Squencer (BOILERMAT) yang mengkoordinir start/stop
dengan turbin gas dan start/stop group fungsi boiler dalam urutan yang benar. Open loop control
terdiri dari :
(b) M/O HP superheater outlet drain valve dan M/O HP steam line vent valve
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
30
- dibuka ketika LP/HP feedwater by-pass stop valve dibuka dan tekanan drop atas katup < 5
bar
- ditutup jika level drum > MAX 2 dan LP/HP steam isolating valve tidak tertutup.
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
31
Level air dipertahankan konstan dalam kedua drum. Sewaktu operasi normal, setting sinyal
untuk feedwater control valve berasal dari level drum, aliran air pengisi dan aliran uap
(control tiga elemen). Sewaktu start-up, sampai produk uap yang cukup diperoleh, setting
diberikan oleh level drum sendiri (control satu elemen).
Penguapan didalam LP-Economizer dicegah oleh pengaturan feedwater control valve antara
economizer dan drum. HP feedwater control valve diletakkan disisi hulu (upsteam) HRSG
pada HRSG HP feedwater line inlet.
Temperature dari uap utama (live steam) HP dari setiap HRSG dibatasi sampai 500 0C
dengan jalan attemperator yang ditempatkan diantara dua seksi superheater. Air injeksi untuk
air Attemperator ditarik dari pipa air pengisi HP sisi hulu (upstream) HP Economizer.
Setting dari control air injeksi diberikan oleh Attemperator Detector sisi hilir (downstream)
Attemperator.
4.4. APS (Automatic Plant Start-up and Stop) Control (Gambar 13~16)
System PLTGU ada yang menggunakan APS Control sebagai kendali operasinya. APS dilakukan
dengan menekan tombol-tombol yang dipasang pada Block Control Desk (BCD) di Central Control
Room (CRR).
APS tersusun dari controller yang terkoordinasi yang melaksanakan satu perintah atau sinyal
permintaan pada waktu tertentu kepada setiap controller terdistribusi seperti controller untuk Turbin
Gas, HRSG, BOP & Aux. dan Turbin Uap.
- Turbin gas dan turbin uap sudah berputar dengan turning gear
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
32
- Mode control Exhaust Damper dan grean steam exhaust fan posisi otomatis
- Mode control setting tekanan HP / LP TBV (Turbin bleed valve) posisi otomatis
- Mode control HP / LP BFP (Boiler Feed Pump) Group start/stop sequence posisi
otomatis
Sebelum operasi APS berada dalam pelayanan, mode dibawah ini harus dipilih.
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
33
APS memilih mode start secara otomatis sesuai dengan temperature logam turbin uap
sebelum start.
a) HOT mode
b) WARM mode
c) COLD mode
Ada 4 APS ON/OFF mode harus dipilih untuk setiap 5 mode operasi diatas. ST APS
mode harus selalu ON dalam semua operasi mode.
Jumlah GT/HRSG APS mode harus ditetapkan per mode operasi blok.
Hanya satu dari GT/SG APS mode yang dapat dipilih untuk kondisi berikut ini :
a) ST COLD mode
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
34
Operator harus memilih Stop mode (Va hold/break) sesuai dengan periode shutdown
yang diharapkan.
6. GT fuel mode
Turbin gas harus dapat dioperasikan baik dengan bahan bakar minyak HSd atau
natural gas. Bagaimanapun, ketiga turbin gas dalam satu blok harus dioperasikan
dengan bahan bakar yang sama. Dalam hal ini operator harus memilih salah satu dari
dua mode tersebut.
Operator harus memilih rub check in/out mode untuk mempertimbangkan apakah hal
tersebut perlu atau tidak. Umumnya, rub check ini dilompati saja dalam urutan
menjalani turbin uap bila periode startnya pendek.
Operator harus memilih APS control mode (Full auto/semi auto) sesuai dengan
kondisi plant.
Full auto mode tidak diijinkan dipilih dalam hal ST cold mode.
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
36
APS diberikan untuk mengendalikan start-up dan stop plant dan mengikuti lima operasi :
BLOCK START mode, OPEN -- > C/C mode, ADDITIONAL GT START mode,
INDIVIDUAL GT STOP mode dan BLOCK STOP mode.
Setiap mode dibagi dalam beberapa Breakpoint, dimana Operator boleh memilih atau
menetapkan prosedur operasi yang sekarang dan/atau yang berikutnya diproses atau tidak,
dengan menekan tombol breakpointnya dalam semi auto mode ini.
Block Start mode yaitu GT, HRSG dan ST berada dalam APS mode yang diaktifkan
oleh operasi Combined cycle. Mode ini akan berlangsung dengan menekan tombol-
tombol breakpoint (BP) berikut ini didalam mode semi auto.
1. ST start preparation BP
3. GT start BP
4. GT synchronize BP
5. HRSG start BP
6. ST start BP
7. ST speed up BP
8. ST synchronize BP
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
37
Open --> C/C mode yaitu operasi opne cycle turbin gas dipindah ke operasi combined
cycle. Mode ini berlangsung dengan menekan tombol-tombol breakpoint dibawah ini
dalam mode semi auto.
1. ST start preparation BP
3. HRSG start BP
4. ST start BP
5. ST speed up BP
6. ST synchronize BP
2. GT start BP
3. GT synchronize BP
Individual GT Stop mode yaitu GT dan satu HRSG dalam operasi combined cycle
distop (shut-down). Mode ini berlangsung dengan menekan tombol-tombol
breakpoint dibawah ini dengan mode semi auto.
1. GT load down BP
2. GT shut down BP
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
38
Block stop mode yaitu GT, HRSG dan ST dalam operasi combined cycle distop (shut-
down). Mode ini berlangsung dengan menekan tombol-tombol breakpoint dibawah ini
dengan mode semi auto.
1. GT load down BP
2. ST shut down BP
3. GT shut down BP
Fungsi APR dilaksanakan oleh Controller koordinasi, yang mengatur daya yang dihasilkan oleh
generator turbin gas untuk mengkompensasi daya yang dihasilkan oleh turbin uap. Setpoint
permintaan beban MW blok, diberikan apakah dari Java Control Center (JJC atau P3B) atau dari
setting secara manual dengan operasi CRT pada block Control Desk (BCD).
Kondisi berikut ini harus dipersiapkan sebelum APR berada dalam pelayanan :
Sebelum mode APR berada dalam pelayanan, mode berikut ini harus dipilih :
1. GT coordinate mode
Status dari coordinate ON/OFF mode dipilih untuk APR mode. Jumlah GT dalam operasi
APR ditetapkan sesuai dengan jumlah GT didalam coordinate mode ON.
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
39
2. APR mode
System LFC didesain untuk mengatur secara permanent frekwensi jaringan ke nilai yang
ditarifkan (50 Hz). Nila JJC (P3B) ada, fungsi LFC dapat aktif. Dalam operasi LFC,
sinyal dibawah ini datang dari JJC. Yaitu :
operator mengatur Po dan Pr atau merubah mode control ini ke mode “AUTO”
Ketika sinyal permintaan LFC ON datang dari SCADA (JJC), operasi LFC akan
berlangsung dengan memilih LFC ON mode.
LFC mode akan berubah secara otomatis jika kondisi abnormal dibawah ini terjadi :
M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
40
Dalam mode ini, setpoint dari permintaan beban MW blok diberikan dari setting
secara manual dengan mengoperasikan CRT pada Block Control desk (BCD)
M2/GU DOC.09/2010