Anda di halaman 1dari 37

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT

UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan


Turbin Uap
1

1. PLTG

1.1. PERSIAPAN PENGOPERASIAN PLTG

- Sistem Kontrol dan Pengaman


- Sistem Bahan Bakar
- Sistem Hidroulic
- Sistem Pelumas
- Sistem Air Pendingin
- Sistem Pendinginan Udara Generator dan Hidrogen
- Sistem Eksitasi
- Sistem Penggerak Mula
- Kondisi Lingkungan
- Trafo dan Pemutus Tenaga

1.2. PEMILIHAN MODE OPERASI

Umumnya PLTG mempunyai beberapa mode operasi yaitu :

- Crank (Spin)
- Fire
- Auto
- Remote

1.3. SINKRONISASI

Untuk melakukan sinkronisasi PLTG harus sudah FSNL dan persyaratan berikut harus dipenuhi :

- Tegangan
- Frekwensi
- Sudut / Urutan Fasa

Antara generator dan jaringan harus sudah sama.

Sinkronisasi dapat dilakukan baik secara manual maupun otomatis. Segera setelah sinkronisasi
terjadi, beban segera dinaikkan sebesar 25 % dari beban penuh.

1.4. PEMBEBANAN

PLTG dapat dibebani dengan beberapa macam beban yaitu :

- Beban Minimum
- Beban Dasar (Base Load)
- Beban Puncak (Peak Load)

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
2

Untuk beban puncak, lamanya dibatasi dua jam dengan bahan bakar gas.

Laju pembebanan bervariasi. Suatu turbin gas mempunyai laju pembebanan sebesar 8,5 MW per
menit. Pembebanan dimulai dari 25 %, 45 % dan 100 %.

Jika terjadi gangguan, PLTG dilengkapi dua pengaman yaitu : PLS (Protective Load Shedding)
Yang dapat menurunkan beban dengan cepat (84 MW/menit) dan PLST (Protective Load Shedding
Trip) yang akan men-trip turbin saat beban mencapai 6 MW.

1.5. MACAM START

Ada beberapa start PLTG :

- Start Normal

Start dengan waktu yang normal

- Start Darurat/Cepat

Start dengan waktu yang dipercepat

- Start dengan Remote Control

Start ini memerlukan Data Log dan VDU (Video Display Unit).

Melihat dari kondisi unit, dikenal :

- Start dingin (cold start)

Di jalankan dengan waktu 60 s.d. 120 menit.

- Start Hangat (warm start)

PLTGU modern dengan beban 100 ~ 500 MW, setelah 8 ~ 14 jam berhenti, dapat distart dengan
waktu 20 s.d. 50 menit.

- Start Panas (Hot start)

Waktu bisa lebih pendek lagi.

1.6. MACAM-MACAM OPERASI

- Island Operation

Disini turbin gas tidak berhubungan dengan jaringan interkoneksi

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
3

- Idle Operation

Operasi pada FSNL, siap diparalel ke jaringan.

- Local Operation

Dilakukan melalui Emergency Panel dilokal.

- Parallel Operation

Disini unit bersama-sama memikul beban dijaringan.

- Open Cycle

PLTG berjalan sendiri terlepas dari Combined Cycle

- Operasi Single Cycle (SC) ke Combined Cycle (CC)

Prosesnya berjalan secara otomatis.

- Operasi Combined Cycle (CC) ke Single Cycle (SC)

Disini shutdown HRSG dilakukan secara otomatis.

- Operasi saat Black-out

PLTG dengan penggerak Diesel dapat dijalankan untuk memasok energinya untuk
membangkitkan pembangkit lain.

1.7. URUTAN START

(Lihat Gambar 1)

Urutan start-nya meliputi :

Putaran <300 rpm :

- Tuning Gear ON

- Pony Motor ON

- Starting Motor ON

- Control Oil Pump ON

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
4

Putaran 300 rpm :

- Tuning Gear Motor OFF

Putaran 500 rpm :

- Ignition ON, Fuel ON


- Flame Detector ON

Putaran 1000 rpm :

- Jacking Oil Pump OFF


- Pony Motor OFF

Putaran 2010 rpm :

- Starting Motor OFF

Putaran 2730 rpm :

- IGV (Inlet Guide Vane) menutup sebagian

Putaran 2775 rpm :

- LP/HP Bleed Valve menutup

Putaran 2940 rpm :

- Generator dan Exciter ON


- Akselerasi (percepatan)
- Aux. Control Oil Pump OFF
- Aux. Lube Oil Pump OFF

Putaran 3000 rpm :

- Generator Breaker menutup


- Sinkron dan Pembebanan

Selanjutnya pembebanan diatur oleh : Speed, Load, Blade Temperature, Exhaust temperature dan
Fuel Limiter.

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
5

Suatu PLTG dalam mode Combined Cycle dibebani/dikurangi bebannya sebagai berikut :

Plant Load :
100 % 1)

| menutup Inlet Guide Vane semua turbin gas sampai exhaust gas temperature

| mencapai maksimum (550 0C)

| 2) menutup Inlet Guide Vane lebih lanjut dan mengurangi temperatur

| pembakaran sampai batas temperature gas bekas 550 0C

~ 74 % 3)
| mengurangi temperature pembakaran turbin gas dengan Varable IGV tertutup
| penuh
|
66 % 4)
| setiap turbin gas sekarang berbeban 66 %. Matikan satu turbin gas dan bebani

| turbin gas sisanya dengan beban penuh.

|
66 % 5)
| langkah 1) sampai 3) diulangi

|
33 % 6)
| setiap turbin gas sekarang telah dibebani 50 %. Matikan satu turbin gas dan

| bebani turbin gas sisanya ke beban penuh.


|
33 % 7)
| langkah 1) sampai 3) diulangi
|
~ 10 % 8)
| turbin gas terakhir sekarang telah berbeban 30 %. Ini adalah beban minimum

| dari Combined Cycle.

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
6

Pengaturan jumlah bahan baker dan udara pembakaran dikendalikan oleh :

- Frequency/Load Control
- Exhaust Gas Temperature Control
- Variable Inlet Guide Vane Control
- Safety and Protection Control

Gambar 1 : Start/Stop PLTG

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
7

Gambar 2 : Kurva Start PLTG

Suatu system kendali elektronik bernama EGATROL akan mengontrol dan memonitor ke empat
kendali tersebut diatas. Sesungguhnya start-up/stop turbin gas ini dituntun oleh sebuah program yang
disebut Master Squencer Progrm.

Sebuah kurva start-up (gambar 2) diberikan disini untuk perbandingan.


Pemeriksaan saat operasi PLTG meliputi :

- Melakukan pencatatan parameter


- Melaporkan gangguan/masalah dalam log-book.
- Memperhatikan adanya kebocoran-kebocoran system (pipa, katup,sambungan)\
- Memperhatikan/memonitor dan menganalisa perubahan parameter (misalkan vibrasi).

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
8

1.8. STOP TURBIN GAS

Urutan stop turbin gas meliputi :


- Penurunan beban, CB generator di buka
- Aux Lube Oil Pump ON
- Aux Control Oil Pump ON
- 3000 rpm : Generator-Exciter OFF
- 1000 rpm : Jacking Oil Pump ON
- 300 rpm : Aux Control Oil Pump OFF, Tuning Gear ON.

1.9. TRIP TURBIN GAS

Jika turbin gas trip, maka Exhaust Gas Diverter Damper menutup dengan cepat dan katup uap ke
HRSG juga ditutup, uap akan dialirkan ke kondensor lewat katup by-pass.

Turbin gas dapat trip disebabkan oleh beberapa hal misalnya :

- Overspeed Trip (110 % dan/ 110,5 % dari putaran nominal)


- Nilai akselerasi <4 %
- Temperatur gas memasuki turbin > 1555 % 0C.

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
9

2. HRSG

2.1. PERSIAPAN PENGOPERASIAN HRSG

Persiapan pengoperasian HRSG (HeatRecovery Steam Generator) atau WHRB (Waste Heat
Recovery Boiler) meliputi :
- Sistem alat Bantu :

• Sistem pemasok air


• Dosis kimia untuk siklus uap/air
• Sistem pengambilan contoh (sampling)
• Sistem air buangan operasi
• Sistem air pendingin tertutup
• Sistem air pengisi
• Drain-drain
• Sistem uap utama (live steam)
• Sistem by-pass uap
- HRSG

2.2. PENGISIAN HRSG

Mula-mula HRSG di isi dulu dengan air pengisi sampai level dalam drum normal.
Temperature logam maupun temperature air sebaiknya dibawah 100 0C untuk menghindari water
hammer. Tangki air pengisi mempunyai level air yang cukup.

- Pengisi LP Evaporator dengan menjalankan pompa circulating pump. Katup vent pada LP
Drum dibuka, jika perlu level diatur lewat katup drain. Pengisian dihentikan jika alarm level
rendah didalam LP drum sudah bisa di reset. Venting drum di tutup.

- Pengisian HP Evaporator dengan menjalankan pompa circulating pump. Katup vent dibuka dan
jika perlu level diatur dengan membuka drain. Pengisian dihentikan jika level alarm level
rendah HP drum dapat di reset. Katup venting drum di tutup.

2.3. PERSIAPAN HRSG

- HRSG sudah diisi air


- LP/HP Circulation Pump siap
- LP/HP Feedwater Pump siap
- LP/HPFeedwater Control Valve siap
- Preheater Control Valve
- Attemperator Control Valve siap
- Drain dan Vent Valve siap
- Instrument Lokal (level gauges, thermometer dll) beroperasi normal
- Sistem control aktif
- Alarm sudah hilang
- Attemperator sudah siap

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
10

2.4. MENJALANKAN HRSG

Diverter Damper HRSG dibuka.

Pembukaannya tergantung kepada mode start (dingin, sedang atau panas). Pembukaannya diatur
berangsur-angsur misalnya 300 selama 15 menit, 450 untuk 10 menit, 650 untuk 12 menit akhirnya
900 sebagai posisi penuh.

Venting drum dibuka untuk membuang udara yang terperangkap dan katup drain Superheater dibuka
selama 10 menit, untuk membuang akumulasi air dan selanjutnya.

Dipersiapkan untuk mengendalikan temperature uap. Katup uap ke turbin ditutup dan katup by-pass
ke kondensor dibuka.

Dengan masuknya gas bekas turbin gas, temperature air naik dan mulai menguap. Penguapan terjadi
di LP/HP Evaporator dan memasuki drum masing-masing. Bila tekanan drum sudah mencapai 2
kg/cm2, katup venting di drum ditutup. Tekanan dan temperature uap akan terus naik.
Laju kenaikan ini disesuaikan dengan instruction manual yang diberikan dan kenaikkan temperature
diatur lewat katup drain.

Selanjutnya, uap HP drum dapat dimanfaatkan untuk menjalankan Ejector untuk membuat vakum
kondensor. Uap ini disebut motive steam. Uap ini berasal dari uap utama (HP live steam). Uap juga
dapat digunakan untuk perapat poros (gland steam) turbin.

Setelah tekanan uap mencapai 20 kg/cm2, drain HP Superheater dan drain pada jalur uap lainnya
ditutup. By-pass valve diatur untuk mengendalikan tekanan uap. Tekanan uap LP dipertahankan 6,5
kg/cm2. kenaikan tekanan uap HP diatur 2 kg/cm2/menit sampai dicapainya tekanan sliding (sliding
pressure) sebanyak 34 kg/cm2 dimana HRSG sudah berbeban penuh.

Level air dalam drum diatur agar tidak kurang. Jalankan turbin uap sesuai prosedur dengan cara
membuka katup uap ke turbin dan mengecilkan pembukaan katup by-pass ke kondensor. Pompa
kimia dan continuous blowdown diatur.

Untuk menjalankan HRSG kedua, tekanan kedua HRSG harus disamakan dulu dan temperature
keduanya sudah sangat mendekati sama. Dengan menjalankan kedua HRSG, sliding pressure naik
menjadi 52 kg/cm2. secara berangsur-angsur uap ditranfer kedalam turbin dari jalur by-pass uap.

Ketika HRSG ketiga dijalankan, sliding pressure naik menjadi 78 kg/cm2. dengan mode sliding
pressure, katup uap keturbin terbuka sepenuhnya, jadi tidak diatur-atur.

HRSG disebut masih hangat (warm condition) bila dimatikan dalam waktu < 8 jam. Turbin uap akan
mengikuti beban turbin gas. Suatu perubahan beban pada turbin gas akan segera diikuti oleh
perubahan beban pada turbin uap. Dalam hal ini, Diverter Damper HRSG bukan dimaksudkan untuk
mengatur output uap atau daya dari turbin uap. Damper ini hanya digunakkan untuk pengamanan
jika terjadi trip dari turbin uap dan sewaktu start-up ketika turbin gas beroperasi.

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
11

Menjalankan dua atau tiga Turbin gas dengan dua atau tiga HRSG pada sebuah turbin uap, beban
dari kedua turbin gas hendaknya sedekat mungkin dan perbedaan temperaturenya harus lebih rendah
dari 50 0C untuk menghindari thermal stress pada sambungan-sambungan HRSG.

System by-pass uap secara otomatis bekerja saat :

- Turboset start-up dan shutdown


- Pengurangan beban turboset yang cepat
- Pembuangan beban atau turbin uap trip
- Start kembali HRSG selagi turbin dan HRSG lainnya beroperasi.

2.5. MENGHENTIKAN HRSG

Menghentikan HRSG artinya menyetop gas masuk HRSG dan menyetop pemasukkan uap ke turbin
uap. Penyetopan siklus uap dikarenakan beberapa tujuan dan penyebabnya antara lain :

- stop karena interupsi


- stop karena trip turbin gas
- stop karena trip HRSG dan Turbin uap
- stop karena pemeliharaan siklus uap

Berikut ini langkah yang diambil jika terjadi stop/trip turbin uap atau turbin gas :

(1) Jika 1 turbin uap distop, dengan 3 HRSG sedang jalan

Uap ditransfer langsung ke Kondensor sambil menutup katup uap ke turbin uap.
Tekanan dalam system HRSG dikendalikan oleh katup by-pass uap. Jika waktu stop pendek,
Diverter Damper ditutup (sebagian atau seluruhnya) atau mengurangi beban turbin gas.

(2) Jika 1 turbin uap trip, dengan 3 HRSG jalan

Katup uap utama ke turbin uap ditutup segera disamping langkah-langkah pada point (1)

(3) Jika 1 turbin uap distop/trip, 1 atau 2 HRSG sedang jalan

Untuk menghindari kenaikan tekanan dan temperature yang berlebihan di Boiler, Diverter
Damper harus ditutup atau turbin gas distop.

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
12

(4) Stop 3 Turbin Gas dengan 3 HRSG sedang operasi atau,


Stop 2 Turbin Gas, 2 HRSG sedang jalan atau,
Stop 1 Turbin Gas, 1 HRSG sedang jalan.

Jika beban turbin gas berkurang, aliran uap akan berkurang dan berarti daya turbin uap juga
berkurang. Ketika aliran uap terlalu rendah, turbin uap akan distop oleh Rele Reverse Power
(daya kembali) dan uap akan ditransfer ke kondensor melalui by-pass uap yang
mengendalikan tekanan didalam system. Semua beban turbin gas dikurangi bersama-sama.

(5) Stop 1 turbin gas, 2 atau 3 HRSG sedang jalan

Tujuannya adalah untuk mengisolir 1 HRSG dengan jalan system by-pass uap.

(6) Trip semua Turbin gas, semua HRSG sedang jalan atau,
Trip 2 turbin gas, 2 HRSG sedang jalan atau,
Trip 1 turbin gas, 1 HRSG sedang jalan.

Lakukan sebagaimana point (4)

(7) Trip 1 turbin gas, 2 atau 3 HRSG sedang jalan

Aliran dan tekanan dalam HRSG yang stop berangsur-angsur akan berkurang. Boiler dibawah
kondisi turbin gas yang trip akan mendingin perlahan-lahan. Tekanan uap dikendalikan oleh
katup by-pass uap.

Uap yang datang dari HRSG yang sehat/jalan, distop oleh non-Return valve. Jadi tidak dapat
mengisi boiler yang sedang stop. Tekanannya perlahan-lahan drop mencapai tekanan sliding
jika bekerja dengan 1 atau 2 HRSG.

(8) Stop semua HRSG, sedang semua HRSG sedang jalan atau,
Stop 2 HRSG, sedang 2 HRSG sedang jalan atau,
Stop 1 HRSG, sedang 1 HRSG sedang jalan.

Stop HRSG diperoleh dengan mengoperasikan Diverter Damper. Untuk menyetop system
uap dengan mulus, tutuplah katupnya secara berangsur-angsur. Tutup Diverter Damper
HRSG pada posisi 650 selama 5 menit, kemudian posisi 400 selama 5 menit, kemudian 200
selama 5 menit, kemudian 00 (tutup penuh).

Turbin uap akan bereaksi seperti pada point (4)

(9) Stop 1 HRSG, sedang 2 atau 3 HRSG sedang jalan

Prosedur seperti point (5). Diverter Damper dioperasikan seperti pada point (8) sebagai
pengganti stop turbin gas.

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
13

(10) Trip 3 HRSG, sedang 3 HRSG sedang jalan atau,


Trip 2 HRSG, sedang 2 HRSG sedang jalan atau,
Trip 1 HRSG, sedang 1 HRSG sedang jalan.

Seperti pada point (4)

(11) Trip 1 HRSG, sedang 2 atau 3 HRSG sedang jalan

Seperti pada point (7). Tekanannya akan drop perlahan-lahan mencapai tekanan normal,
ketika bekerja dengan 1 atau 2 HRSG.

2.6. MENGISOLIR HRSG

Dua atau tiga Turbin gas dengan HRSG beroperasi dengan turbin bersama-sama, lalu satu HRSG
distop, maka :

(1) Mentransfer uap ke kondensor

Sambil mengurangi setpoint by-pass valve, sebagian uap ditransfer ke kondensor.


Daya turbin uap akan berkurang. Tarif (rate) uap yang ditransfer harus sekitar 50 % jika dua
turbin gas sedang berjalan dan sekitar 33 %, jika tiga turbin gas sedang berjalan.

(2) Mengisolir HRSG


Tutup katup utama (main valve) dari HRSG yang ke turbin. Kirim uap ke kondensor.

(3) Mengurangi beban HRSG


Beban HRSG dikurangi sambil mengurangi beban turbin gas atau sambil mengoperasikan
Diverter Damper (disarankan damper ditutup berangsur-angsur).
Tekanan dalam HRSG akan berkurang. Peningkatan tekanan negative ini dikendalikan oleh
katup by-pass uap sehingga mencapai nilai kira-kira 3 kg/cm2/menit.

2.7. PENDINGINAN HRSG

Setelah satu HRSG distop, maka HRSG harus didinginkan. Tujuan dari stop HRSG ini ada tiga
yaitu :

(1) Stop dengan periode singkat atau medium

Dimaksudkan untuk dijalankan kembali dalam waktu stop kurang dari 12 jam. Tekanan
HRSG dipertahankan setinggi mungkin untuk mempercepat start. Semua venting dan drain
harus ditutup, kecuali jika tekanan turun mencapai 2 kg/cm2. venting drum harus dibuka.

(2) Stop dengan periode lama

HRSG akan distop lebih dari 12 jam tetapi tidak lebih dari satu minggu.

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
14

(3) Konservasi dengan waktu lama

HRSG akan distop untuk lebih dari satu minggu dengan konservasi kering atau basah dan
akan dijalankan kembali. Tekanan dalam HRSG akan hilang dan system dipersiapkan untuk
konservasi dalam waktu yang lama dibawah tekanan Nitrogen.

Konservasi kering :

- Hubungkan Nitrogen ke drum dan jalur air pengisi HP. Setel tekanan Nitrogen Reducer kira-
kira 3 kg/cm2.

- Kosongkan HRSG ketika tekanan uap diatas 2 kg/cm2 dengan membuka drain drum dari
penukar kalornya.

- Jangan membuka venting dan drain.

Konservasi basah :

- Biarkan level air dalam drum normal.


Pasang Nitrogen Blanketing (selimut pelindung) yaitu dengan menghubungkan Nitrogen ke
drum dan menyetel Nitrogen Reducer kira-kira 3 kg/cm2.

- Jangan membuka venting dan drain.

Satu PLTGU melakukan konservasi basah dengan mengisi Superheater sampai boiler melimpah
(overflow) dengan air kondensat yang berisiskan 10 ppm ammonia dan 200 ppm hydrazine.

Gambar 3 memperlihatkan tingkah tekanan terhadap pembukaan dan penutupan damper HRSG.

Gambar 4 memperlihatkan tingkah tekanan, temperature dan aliran uap LP.

Gambar 5 memperlihatkan tingkah tekanan, temperature dan aliran uap HP.

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
15

Gambar 3 : Pembebanan PLTG (Start Dingin)

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
16

Gambar 4 : Pembebanan PLTG (Start Panas)

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
17

Gambar 5 : Pembukaan/Penutupan Damper HRSG Vs Tekanan Uap

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
18

3. TURBIN UAP

3.1. PERSIAPAN PENGOPERASIAN TURBIN UAP

Persiapan-persiapan operasi turbin uap harus memperhatikan hal-hal dibawah ini :

a. Sistem control

Turbin uap dikendalikan oleh kontrolnya sendiri misalnya TURBOTROL. Pengendali ini
bertugas untuk mengawasi saat start dan pembebanan, kendali kecepatan, pengendali tekanan
uap utama (live steam) dan gradient limiter serta thermal stess. Setpoint dari gradient limiter
diatur sedemikian rupa sehingga laju kenaikan tekanan uap HP sebesar 4 bar/menit dan laju
tekanan LP sebesar 0,5 bar/menit.

System control akan mengatur operasi turbin uap agar tidak melampaui batas-batas yang
telah ditentukan. Bila batasan dilampaui, Limitter Controller akan menyetop dan
mengembalikannya ke batasan semula. Kegagalan fungsi limiter pertama akan di backup oleh
limiter ke dua. Apabila ini juga gagal, maka turbin akan trip.

b. Instrumentasi

Alat-alat pengukur parameter sudah siap dan terkalibrasi baik. Jika udara instrument
digunakan, ia harus sudah siap.

c. Sistem Uap Gland (Perapat poros)

Untuk mencegah uap keluar dari poros turbin sisi tekanan tinggi dan udara masuk melalui
poros tekanan rendah, maka poros turbin harus diberi perapat uap atau gland steam.

Uap perapat sisi tekanan rendah harus didinginkan dulu dengan dipancar oleh air kondensat.
Uap gland selanjutnya dimasukkan ke dalam Gland steam Condensor untuk diembunkan
kembali.

d. Sistem minyak pelumas

System minyak pelumas dipasok oleh pompa minyak pelumas utama yang digerakkan oleh
poros turbin saat jalan. Sedang waktu start tugas tesebut dilakukan oleh AC lube oil pump.
Jika tekanan minyak sangat rendah atau AC oil pump gagal berfungsi, disediakan DC
Emergency lube oil pump.

e. Turning Gear

Poros turbin diputar oleh tuning gear saat start dan pendinginan. Untuk mengangkat poros
dari keadaan diam sewaktu operasi tuning gear, dilakukan oleh Jacking Oil pump. Jacking
Oil pump akan dimatikan oleh tekanan minyak pelumas jika mencapai 20 % dari tekanan
nominalnya.

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
19

f. Sistem Hidrolik

Pompa hidrolik dijalankan untuk memasok minyak hidrolik bertekanan tinggi. Minyak
hidrolik diberikan kepada system control pada pengaman turbin.

g. Reserve power protection

Proteksi daya kembali yang gagal dapat membahayakan turbin saat generator berubah fungsi
menjadi motor. Saat turbin trip, rele pengaman ini akan membuka circuit breaker generator
untuk memutuskan hubungannya dengan jaringan.

h. Vacum Breaker

Alat ini mempunyai dua fungsi yaitu melepas uap seluruhnya saat darurat atau melepaskan
hanya sebagian uap saat turbin trip untuk melewati rentang (range) kecepatan kritis dengan
lebih cepat. Membuka katup vacuum breaker berarti memasukkan udara kedalam leher
kondensor, tekanan kondensor akan naik dan akan mengerem rotor.

i. Injeksi Air pada LP Exhaust Turbin

Untuk mencegah overheating karena ventilasi, air diinjeksikan kedalam ruang LP exhaust
turbin. Air akan menyerap panas ventilasi dan menguap. Air injeksi akan menjamin
pendinginan yang efektif tanpa harus memancarkan langsung ke roda turbin (dapat
mengakibatkan erosi). Katup injeksi secara otomatis akan tertutup saat putaran turbin < 1500
rpm.

j. Sistem Drain

System drain bertugas untuk :

- membuang kondensat dalam pipa uap yang dapat menimbulkan water hammer dan merusak
turbin.

- Memanaskan rumah turbin dan pipa pemasok.

- Mempertahankan temperature konstan agar tidak terjadi kondensasi selama operasi dan
mencegah terjadinya thermal stress yang berlebihan sewaktu start.

k. Starting (Service) dan Main Ejector

Alat ini digunakan untuk membuat vakum kondensor saat atart-up. Starting ejector dapat
membuat vakum lebih cepat dan hanya digunakan saat menaikkan vakum dari awal,
selanjutnya digunakan Main Ejector yang bekerja selama operasi turbin.

Suatu PLTGU yang lain menggunakan vacuum Pump sebagai pengganti Ejector.

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
20

l. Sistem Pendinginan Utama dan Sistem Pendinginan Bantu

System pendinginan utama menggunakan air laut yang banyak untuk mengembunkan uap
didalam kondensor. Sedang system pendingin Bantu menggunakan air laut untuk untuk
mendinginkan air tawar yang digunakan untuk mendinginkan Clooler, bantalan-bantalan dll.

m. Sistem Air Kondensat

Level Hotwell harus dipertahankan dan diatur. Pompa kondensat digunakan untuk
mentransfer air kondensasi dalam kondensor ke system air penambah.

n. Sistem By-pass Uap

System by-pass ini digunakan untuk start-up, stop, pembebanan, penurunan beban, pelepasan
beban dengan cepat saat trip dan saat HRSG dioperasikan bersama turbin uap.
System by-pass ini mempertahankan tekanan header LP/HP menjadi konstan. Tekanan LP
dan HP uap dikendalikan dengan melalui Katup Pengurang Tekanan (Pressure Reducing
Valve). Setelah melalui Katup Pengurang Tekanan by-pass HP, uap HP akan memasuki
Steam Dumping Device dan diekspansikan kedalam lubang-lubang ada pelat tingkat pertama,
melalui desuperheater yang diletakkan didalamnya dan dipancar dengan air kondensat.
Temperaturnya diturunkan hingga mencapai titik jenuh dalam tingkat kedua, tekanan
dikurangi lagi sampai mencapai tekanan kondensor. Sedang untuk uap LP, setelah melalui
katup pengurang tekanan by-pass LP, temperature uap LP diturunkan dengan injeksi air
kondensat selanjutnya diekspansikan melalui kerucut berlubang pada ujung Steam Dumping
Device system by-pass LP.

3.2. MODE START TURBIN UAP

Ada tiga mode start turbin uap yaitu :

- Start Dingin (Cold Start)

Disebut start dingin jika temperature rumah turbin (innear casing) < 160 0C. temperature uap
masuk turbin harus lebih tinggi (misalnya 20 0C) dari rumah turbin.
Suatu PLTGU lain menyebutkan bahwa start turbin disebut dingin jika turbin distop < 96 jam
dimana temperature logam HP rotor pada sisi masuk <=100 0C.

- Start Hangat (Warm Steam)

Disebut start hangat atau sedang jika temperature inner casing diantara 160 0C ~ 450 0C.
Dalam hal ini uap yang dimasukkan bisa lebih panas atau lebih dingin dari Inner casing.
Suatu PLTGU lain menyebutkan bahwa start hangat adalah jika turbin distop 8 jam < t < 96
jam dimana temperature logam HP sisi masuk 100 0C < T < 350 0C.

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
21

- Start Panas (Hot Start)

Disebut start panas jika temperature inner casing diatas 450 0C. disini uap yang dimasukkan
bisa lebih panas atau lebih dingin dari temperature inner casing. PLTGU lain menyebutkan
bahwa start panas adalah jika turbin distop < 8 jam dan temperature logam HP rotor sisi
masuk > 350 0C.

3.3. FAKTOR-FAKTOR PEMBATAS OPERASI

Operasi turbin uap dibatasi oleh :

(a) Thermal Stress

Operasi start, stop dan pembebanan akan menimbulkan stress pada logam turbin disebabkan
oleh tekanan, temperature dan gaya sentrifugal. Stress tersebut perlu dikurangi dengan
mengendalikan kenaikan temperature dan laju perubahan beban.

(b) Vibrasi

Vibrasi dapat timbul oleh beberapa hal seperti misalignment, poros bengkok ataupun berjalan
lambat saat putaran kritis. Vibrasi harus diperiksa saat turbin dijalankan , misalnya saat
putaran 400 rpm dilakukan rub check.

(c) Differential Expansion

Pembebanan dan pelepasan beban yang cepat dapat menimbulkan beda temperature antara
rotor dan rumah turbin cukup besar. Ini disebabkan oleh perbedaan massa dan luas
permukaan keduanya. Perbedaan tersebut jangan melampaui batas tertentu sehingga sudu
jalan dan sudu tetap saling bergesekan.

3.4. START TURBIN

Kurva start dan pendinginan turbin diperlihatkan pada Gambar 6.

Gambar 7 memperlihatkan diagram pembebanan pada turbin uap tekanan rendah.


Gambar 8 memperlihatkan diagram pembebanan pada turbin uap tekanan tinggi.

Start turbin secara otomatis dikendalikan oleh TURBOTROL. Vacuum kondensor sudah > 690
mmHg. Pemasukan uap kedalam turbin harus setahap demi setahap mengikuti petunjuk dari
pabriknya untuk memberikan waktu pengembangan panas.

Gambar 9 memperlihatkan kurva start dan pembebanan PLTGU yang lain. Ketika putaran 400 rpm,
dilakukan rub check (uji vibrasi) atau tidak. Selanjutnya dinaikkan sampai putaran 2200 rpm dan

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
22

dipertahankan pada putaran ini dalam waktu tertentu. Lamanya waktu tersebut tergantung pada mode
start : Dingin, Hangat atau Panas.

Selanjutnya putaran dinaikkan menjadi 3000 rpm dan siap diparalel ke jaringan. Dalam menaikkan
putaran, maka putaran kritis harus dilalui dengan cepat karena vibrasi akan sangat besar dan
membahayakan turbin.

Pada kecepatan nominal, Aux. lube oil pump dan jacking oil pump distop secara otomatis.
Untuk start hangat dan start panas, sama saja dengan start dingin, hanya waktunya yang diperpendek
dan temperature uapnya lebih tinggi 50 ~ 100 0C dari temperature rata-rata rotor HP turbin.
Langkahnya disesuaikan dengan ketentuan dari pabriknya.

3.5. SINKRONISASI

Setelah putaran mencapai 3000 rpm, Generator disinkron dengan jaringan setelah frekuensi,
Tegangan dan sudut/beda phase-nya sama. Sinkronisasi dapat dilakukan baik secara manual maupun
secara otomatis. Setelah CB Generator masuk, segera dibebani minimum 2 % agar rele reverse
power tidak bekerja.

3.6. PEMBEBANAN

Beban yang akan ditargetkan harus disetel bersama dengan laju pembebanannya. Jika laju
pembebanan itu dilampaui, maka Thermal Stess Evaluator TURBOMAX akan mengoreksi.

3.7. PEMERIKSAAN SEWAKTU JALAN

Pemeriksaan sewaktu jalan adalah :

- Pelepas Turning Gear


- Tekanan minyak pelumas
- Temperatur uap dan logam
- Vibrasi
- Temperatur logam bantalan
- Differential Expansion
- Posisi poros
- Temperatur rotor rata-rata
- Data uap
- LP exhaust water injection (diaktifkan pada putaran 1500 rpm)

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
23

Gambar 6 : Kurva LP Steam

Gambar 7 : Kurva HP Steam

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
24

Gambar 8 : Kurva Start Turbin Uap dan Pendinginan

Gambar 9 : Tekanan Uap LP Vs Beban

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
26

3.8. STOP TURBIN

Turbin dapat distop secara normal atau darurat. Beban diturunkan sampai sedikit diatas kerja rele
daya kembali. Biarlah rele reverse power bekerja.

Segera setelah generator terlepas dari jaringan, turbin trip dengan tombol diruang control.
Dengan tripnya turbin, vacuum breaker bekerja membuka/menutup sebagian katupnya untuk
memperlambat poros. Selama putaran diatas 1500 rpm, mekanik penurunan sebagian vakum itu,
aktif mengendalikan katup Vacuum Breaker. Tekanan kondensor dipertahankan antara 0.18 bar (abs)
dan 0,22 bar (abs). pada kecepatan dibawah 1500 rpm, katup Vacuum Breaker ini menutup kembali.

Auxiliary lube oil pump jalan setelah putaran turbin mencapai 2700 rpm. Demikian juga Jacking Oil
pump dan Turning Gear Oil pump pada putaran ini. Putaran rotor harus mencapai 4 rpm sebelum
mekanik turning gear dihubungkan. Setelah itu, turning gear harus berjalan secara otomatis.

Pada kecepatan <1000 rpm, Ejector dimatikan dan katup Vacuum Breaker dibuka sepenuhnya untuk
membuang vakum kondensor. Setelah vakum habis, tutup katup pemasok uap gland.

System hidrolik dimatikan. Pemasokan air pendingin generator distop.

Turning gear terus beroperasi sampai temperature logam mencapai 150 0C.

3.9. TRIP TURBIN UAP

Trip turbin uap dari luar (eksternal) antara lain karena :

- LP/HP Drum level tinggi

- Temperatur HP steam superheater < 20 0C dari temperature jenuhnya.

- Semua turbin gas trip

- Semua HRSG trip

- Thermal stess tinggi

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
27

4. PLTGU

4.1. KONTROL PLTGU

Salah satu system control PLTGU adalah PROCONTROL P (gambar 12) dengan derajat otomatisasi
penuh dan mempunyai level control yang diorganisir secara hirarki, hirarki terdiri dari :

(1) Block Atomation Level

Blok ini berisikan BLOCKMASTERS, SCADA dan AGC.

BLOCMASTER memungkinkan operator menjalankan dan mematikan PLTGU sepenuhnya


secara otomatis. Blockmaster merupakan bagian tertinggi dari system control, dimana
dibawahnya ada EGATROL, BOILERMAT dan TURBOMAT. Tugas Blockmaster adalah
mengkoordinir urutan (sequence ) Turbin gas, Turbin uap dan Group-Group Fungsi
(Function Group) dari boiler (HRSG), Siklus uap/air, dan Sistem air pendingin sewaktu
operasi.

SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) dengan AGC (Automatic Generator
Control) akan mengatur output daya listrik yang dibutuhkan oleh consumer dan unit-unit
pembangkit didasari atas nilai setpoint yang dihasilkan dan didistribusikan oleh Pengatur
Beban Target Blok. Ia juga mengkoordinir produksi beban dari turbin gas dan turbin uap.

(2) Proses Automation Level

Alat untuk menjalankan dan mematikan langkah demi langkah proses secara otomatis, untuk
mengoperasikan seksi-seksi berikut ini :

- Turbin Uap dengan TURBOMAT (squencer untuk siklus uap/air dan turbin uap)

- HRSG dengan BOILERMAT (squencer untuk group fungsi pada HRSG)

- Turbin gas dengan EGATROLS (squencer untuk turbin gas)

(3) Drive Group Level

Menyatakan level otomatisasi yang pertama. Ia melaksanakan semua proses start/stop yang
berhubungan dengan group dari drive-drive.

(4) Single Drive Level

Level control terendah. Termasuk didalamnya fungsi-fungsi start/stop, proteksi dan interlock.

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
28

4.2. OPEN LOOP CONTROL

Setiap HRSG mempunyai sebuah sebuah Squencer (BOILERMAT) yang mengkoordinir start/stop
dengan turbin gas dan start/stop group fungsi boiler dalam urutan yang benar. Open loop control
terdiri dari :

(a) M/O (=motorized operated) LP Drum vent

- dibuka ketika tekanan drum LP lebih rendah dari 2 bar


- ditutup ketika tekanan drum LP lebih tinggi dari 2 bar

(b) M/O HP superheater outlet drain valve dan M/O HP steam line vent valve

- dibuka ketika tekanan drum HP lebih rendah dari 2 bar


- ditutup ketika tekanan drum HP lebih tinggi dari 2 bar

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
30

(c) M/O LP/HP blowdown

- dibuka dalam hal level drum tinggi


- ditutup pada level start-up

(d) M/O LP/HP continuous blowdown block valve

- dibuka ketika boiler beroperasi


- ditutup ketika boiler dimatikan

(e) M/O LP/HP steam line drain valve

- dibuka sebelum start-up dan juga bila vent dibuka


- ditutup jika by-pass dibuka (HP) atau isolation valve dibuka (LP)

(f) M/O Weater Damper

- dibuka sebelum start boiler


- ditutup jika Exhaust Diverter Damper ditutup ke HRSG

(g) M/O LP/HP feedwater by-pass stop valve

- dibuka sebelum start boiler


- ditutup ketika HP/LP feedwater stop valve ditutup sempurna

(h) M/O LP/HP feedwater stop valve

- dibuka ketika LP/HP feedwater by-pass stop valve dibuka dan tekanan drop atas katup < 5
bar

- ditutup jika level drum > MAX 2 dan LP/HP steam isolating valve tidak tertutup.

(i) LP steam valve

- dibuka ketika BOILERMAT aktif (ON)


- ditutup ketika BOILERMAT di non-aktifkan (OFF)

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
31

4.3. CLOSED LOOP CONTROL

(a) HP/LP Drum Level

Level air dipertahankan konstan dalam kedua drum. Sewaktu operasi normal, setting sinyal
untuk feedwater control valve berasal dari level drum, aliran air pengisi dan aliran uap
(control tiga elemen). Sewaktu start-up, sampai produk uap yang cukup diperoleh, setting
diberikan oleh level drum sendiri (control satu elemen).

Penguapan didalam LP-Economizer dicegah oleh pengaturan feedwater control valve antara
economizer dan drum. HP feedwater control valve diletakkan disisi hulu (upsteam) HRSG
pada HRSG HP feedwater line inlet.

(b) Live Steam temperature

Temperature dari uap utama (live steam) HP dari setiap HRSG dibatasi sampai 500 0C
dengan jalan attemperator yang ditempatkan diantara dua seksi superheater. Air injeksi untuk
air Attemperator ditarik dari pipa air pengisi HP sisi hulu (upstream) HP Economizer.

Setting dari control air injeksi diberikan oleh Attemperator Detector sisi hilir (downstream)
Attemperator.

4.4. APS (Automatic Plant Start-up and Stop) Control (Gambar 13~16)

System PLTGU ada yang menggunakan APS Control sebagai kendali operasinya. APS dilakukan
dengan menekan tombol-tombol yang dipasang pada Block Control Desk (BCD) di Central Control
Room (CRR).

APS tersusun dari controller yang terkoordinasi yang melaksanakan satu perintah atau sinyal
permintaan pada waktu tertentu kepada setiap controller terdistribusi seperti controller untuk Turbin
Gas, HRSG, BOP & Aux. dan Turbin Uap.

Proses start/stop dibagi dalam beberapa tingkat yang disebut Breakpoint.

Untuk mengoperasikan APS diperlukan beberapa kesiapan sebagai berikut :

(1) Persiapan start untuk unit

- Turbin gas dan turbin uap sudah berputar dengan turning gear

- Vakum kondensor dipertahankan

- Uap Bantu (Aux. steam) sudah siap dari boiler

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
32

- Tekanan Grand steam header sudah sesuai yang ditetapkan

- Satu circulating water pump sudah jalan

- Satu kondensat extraction pump jalan

- Level air di Hotwell dan Deaerator sudah sesuai

- Level air di HP / LP drum sudah sesuai


- Sistem minyak pelumas dan system minyak control untuk turbin gas dan turbin uap
sudah tersedia.
- Power supply untuk setiap peralatan dan system control tersedia

- Seal oil dan system hydrogen untuk generator tersedia

- Sistem kompresor udara instrument dan lain-lain beroperasi

- Satu Sea Water Booster pump jalan

- Satu injection pump jalan (tiap HRSG)

- Auxiliary oil pump jalan

- Mode control semua pompa dan katup pada posisi otomatis

- Mode control Exhaust Damper dan grean steam exhaust fan posisi otomatis

- Mode control setting tekanan HP / LP TBV (Turbin bleed valve) posisi otomatis

- Mode control level kondensor posisi otomatis

- Mode control HP / LP BFP (Boiler Feed Pump) Group start/stop sequence posisi
otomatis

- Mode control Condensor vacuum/break sequence posisi otomatis

(2) Pemilihan Mode Operasi APS

Sebelum operasi APS berada dalam pelayanan, mode dibawah ini harus dipilih.

1. Block APS Mode


Operator harus memilih APS ON mode sebelum menjalankan operasi APS
terkoordinasi.

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
33

2. Block Operation mode


Mode operasi blok dibawah ini harus dipilih sebelum operasi APS :
a) Block start mode

b) Additional GT stop mode

c) Block stop mode

d) Individual GT stop mode

e) Individual Gt stop mode

f) Open --> CC transfer mode.

3. Starting mode (turbin uap)

APS memilih mode start secara otomatis sesuai dengan temperature logam turbin uap
sebelum start.

a) HOT mode

Temperature logam HP Steam chest diatas 400 0C

b) WARM mode

Temperatur logam HP steam chest diantara 120 0C dan 400 0C

c) COLD mode

Temperature logam HP steam chest dibawah 400 0C

4. Unit APS mode

Ada 4 APS ON/OFF mode harus dipilih untuk setiap 5 mode operasi diatas. ST APS
mode harus selalu ON dalam semua operasi mode.

Jumlah GT/HRSG APS mode harus ditetapkan per mode operasi blok.
Hanya satu dari GT/SG APS mode yang dapat dipilih untuk kondisi berikut ini :

a) ST COLD mode

1) Block start mode


2) Open + C/C transfer mode

b) Additional GT start mode

c) Individual GT stop mode

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
34

5. Stop mode (Turbin uap)

Operator harus memilih Stop mode (Va hold/break) sesuai dengan periode shutdown
yang diharapkan.

a) Vac hold : Jika periode shutdown itu singkat

b) Vac break : Jika periode shutdown itu panjang

6. GT fuel mode

Turbin gas harus dapat dioperasikan baik dengan bahan bakar minyak HSd atau
natural gas. Bagaimanapun, ketiga turbin gas dalam satu blok harus dioperasikan
dengan bahan bakar yang sama. Dalam hal ini operator harus memilih salah satu dari
dua mode tersebut.

7. Steam turbine rub check mode

Operator harus memilih rub check in/out mode untuk mempertimbangkan apakah hal
tersebut perlu atau tidak. Umumnya, rub check ini dilompati saja dalam urutan
menjalani turbin uap bila periode startnya pendek.

Rub check dilakukan pada putaran turbin 400 rpm.

8. APS control mode

Operator harus memilih APS control mode (Full auto/semi auto) sesuai dengan
kondisi plant.

Full auto mode tidak diijinkan dipilih dalam hal ST cold mode.

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
36

(3) Prosedure operasi APS

APS diberikan untuk mengendalikan start-up dan stop plant dan mengikuti lima operasi :
BLOCK START mode, OPEN -- > C/C mode, ADDITIONAL GT START mode,
INDIVIDUAL GT STOP mode dan BLOCK STOP mode.

Setiap mode dibagi dalam beberapa Breakpoint, dimana Operator boleh memilih atau
menetapkan prosedur operasi yang sekarang dan/atau yang berikutnya diproses atau tidak,
dengan menekan tombol breakpointnya dalam semi auto mode ini.

(1) BLOCK START MODE

Block Start mode yaitu GT, HRSG dan ST berada dalam APS mode yang diaktifkan
oleh operasi Combined cycle. Mode ini akan berlangsung dengan menekan tombol-
tombol breakpoint (BP) berikut ini didalam mode semi auto.

1. ST start preparation BP

2. HRSG start preparation BP

3. GT start BP

4. GT synchronize BP

5. HRSG start BP

6. ST start BP

7. ST speed up BP

8. ST synchronize BP

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
37

(2) OPEN --> C/C MODE

Open --> C/C mode yaitu operasi opne cycle turbin gas dipindah ke operasi combined
cycle. Mode ini berlangsung dengan menekan tombol-tombol breakpoint dibawah ini
dalam mode semi auto.

1. ST start preparation BP

2. HRSG start preparation BP

3. HRSG start BP

4. ST start BP

5. ST speed up BP

6. ST synchronize BP

(3) ADDITIONAL GT START MODE

Additional GT Start Mode yaitu GT ditambahkan ke mode Combined cycle .


Mode ini berlangsung dengan menekan tombol-tombol breakpoint dibawah ini
dengan mode semi auto.

1. HRSG start preparation BP

2. GT start BP

3. GT synchronize BP

4. HRSG shut down BP

(4) INDIVIDUAL GT STOP MODE

Individual GT Stop mode yaitu GT dan satu HRSG dalam operasi combined cycle
distop (shut-down). Mode ini berlangsung dengan menekan tombol-tombol
breakpoint dibawah ini dengan mode semi auto.

1. GT load down BP

2. GT shut down BP

3. HRSG shut down BP

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
38

(5) BLOCK STOP MODE

Block stop mode yaitu GT, HRSG dan ST dalam operasi combined cycle distop (shut-
down). Mode ini berlangsung dengan menekan tombol-tombol breakpoint dibawah ini
dengan mode semi auto.

1. GT load down BP

2. ST shut down BP

3. GT shut down BP

4. HRSG shut down BP

4.5. AUTOMATIC POWER REGULATOR (APR) Gambar 17~19)

Fungsi APR dilaksanakan oleh Controller koordinasi, yang mengatur daya yang dihasilkan oleh
generator turbin gas untuk mengkompensasi daya yang dihasilkan oleh turbin uap. Setpoint
permintaan beban MW blok, diberikan apakah dari Java Control Center (JJC atau P3B) atau dari
setting secara manual dengan operasi CRT pada block Control Desk (BCD).

(1) Persiapan untuk operasi APR

Kondisi berikut ini harus dipersiapkan sebelum APR berada dalam pelayanan :

1. satu atau lebih turbin gas dalam operasi berbeban

2. setiap turbin gas berada dalam mode “ALR ON”

3. ST berada dalam kondisi berbeban atau tidak

4. APS mode harus berada pada “APS OFF Mode”

(2) Pemilihan mode operasi APR

Sebelum mode APR berada dalam pelayanan, mode berikut ini harus dipilih :

1. GT coordinate mode

Ada tiga coordinate mode untuk Turbin Gas.

Status dari coordinate ON/OFF mode dipilih untuk APR mode. Jumlah GT dalam operasi
APR ditetapkan sesuai dengan jumlah GT didalam coordinate mode ON.

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
39

2. APR mode

Setelah mode ini menjadi mode ON, operasi APR dimulai.

3. Prosedur LFC (Load Frequency Control)

System LFC didesain untuk mengatur secara permanent frekwensi jaringan ke nilai yang
ditarifkan (50 Hz). Nila JJC (P3B) ada, fungsi LFC dapat aktif. Dalam operasi LFC,
sinyal dibawah ini datang dari JJC. Yaitu :

- level command order (N)

- reference power (Po)

- control power half bandwidth (Pr)

operator mengatur Po dan Pr atau merubah mode control ini ke mode “AUTO”

(1) LFC ON mode

Ketika sinyal permintaan LFC ON datang dari SCADA (JJC), operasi LFC akan
berlangsung dengan memilih LFC ON mode.

Aliran dari pemilihan mode ini ditunjukkan pada gambar.

LFC mode akan berubah secara otomatis jika kondisi abnormal dibawah ini terjadi :

- LFC OFF secara manual

- Gangguan pada RTU (Remote Terminal Unit)

- Coordination Controller tidak normal

- Perbedaan antara Po+N*Pr dan APR set

- Batas Pmin dan Pmax dicapai untuk lebih dari 2 menit

- Kegagalan tiap komponen utama (GT, HRSG, ST)

- APR OFF mode

M2/GU DOC.09/2010
PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT
UDIKLAT SURALAYA Pengoperasian Turbin Gas dan
Turbin Uap
40

(2) LFC OFF mode

Dalam mode ini, setpoint dari permintaan beban MW blok diberikan dari setting
secara manual dengan mengoperasikan CRT pada Block Control desk (BCD)

Mode ini berlangsung dengan memilih “LFC OFF mode”

Flow dari pilihan mode ini ditunjukkan dalam gambar.

Gambar 13 : APS Control

M2/GU DOC.09/2010

Anda mungkin juga menyukai