Anda di halaman 1dari 32

BAB III

DASAR TEORI

3.1 Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)


Pada PLTG Tambak Lorok, Unit Pembangkitan Semarang memiliki 2 blok unit
pembangkitan dengan spesifikasi unit sebagai berikut :

Tabel 3.1 Spesifikasi PLTG Unit Pembangkit Semarang


Pembangkit Listrik Tenaga Gas Pembangkit Listrik Tenaga Gas
Blok 1 Blok 2
GTG 1.1 GTG 2.1
GTG 1.2 GTG 2.2
GTG 1.3 GTG 2.3

Satu unit Gas Turbine Generator (GTG) dapat menghasilkan output sampai 100 MW.
Sehingga satu unit blok PLTG dapat menghasilkan kurang lebih 300 MW.

Gambar 3.1 Siklus PLTG


Secara Umum siklus PLTG dibagi menjadi dua yaitu, Open Cycle dan Closed Cycle. Pada
PT Indonesia Power UP Semarang untuk proses produksi PLTG memakai siklus Open Cycle.
Berikut penjelasan dari siklus Open Cycle pada PT. Indonesia Power UP Semarang :
Sebagai pengawal proses diperlukan Starting Equipment seperti, Motor Cranking,
Auxillary Lube Oil System, Ignitor, dan Ekstitasi. Sebagai pemutar awal saat turbine belum
menghasilkan tenaga, motor cranking mulai berputar dengan menggunakan energi listrik yang
diambil dari jaringan 150 KV Jawa-Bali yang sudah diturunkan oleh Trafo SST1 menjadi 6.3
KV. Motor cranking juga berfungsi starter untuk memutar kompressor sebagai penghisap udara
masuk, dengan terlebih dahulu udara melalui air inlet filter. Setelah pada kecepatan tertentu
motor cranking akan lepas dari kopelannya dengan turbin dan kompresor.
Auxillary Oil Lube System berfungsi untuk starting memberikan pelumas secara terus
menerus-menerus ke motor, turbin, generator, kompresor, dan bearing pada mesin. Eksitasi
berfungsi untuk starting generator, sumber pertama eksitasi berasal dari battery di dalam PCC
(Package Control Center) yang nantinya eksitasi akan memberi tegangan ke medan magnet di
generator melalui sikat arang. Setelah generator mempunyai keluaran sendiri maka battery akan
berhenti memberikan inputan ke ekstitasi, sebagai gantinnya sebagian keluaran generator akan di
converter menjadi DC supaya eksitasi terus memberikan tegangan pada medan magnet.
Udara yang masuk melalui kompresor akan diubah menjadi udara bertekanan dan
sebagian diubah menjadi beberapa pendingin.Udara bertekanan tadi akan bertemu dengan bahan
bakar (Solar) dan pemantik (ignitor) disini berupa spare plate/busi pemantik. Ketiga bahan itu
akan bertemu di combustion chamber, udara, bahan bakar, dan sumber api biasa disebut segitiga
api. Gas bumi dapat dikendalikan masuknya ke combustion chamber karena adanya SRV
(Speed/Ratio Valve) & GCV (Gas Control Valve). Gas yang masuk ke SRV akan diatur tekanan
sesuai prosedur dan lalu gas masuk ke dalam GCV akan diatur keluarannya sesuai permintaan.
Ketika bertemu bahan bakar akan di spray ke udara bertekanan dan gas bumi, setelah itu
pemantik akan bekerja membuat percikan api membakar udara bertekanan yang telah tercampur
gas bumi menjadi gas panas.
Gas panas ini akan digunakan untuk menggerakkan turbin gas. Turbin yang sudah
terkopel dengan generator maka akan menghasilkan arus listrik dengan tegangan keluaran 11,5
KV dan daya 100 MW. Tegangan keluaran nantinya dibagi dua yaitu ke Trafo CT yang
menaikkan tegangan menjadi 150 KV untuk disuplai ke PLN dan Trafo UAT yang keluarannya
akan diturunkan ke 380 V untuk dipakai ke breaker sendiri. Karena proses open cycle maka gas
panas tadi akan langsung dibuang melalui Exhaust/cerobong.
3.2 Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU)
Pada PLTGU Tambak Lorok, Unit Pembangkitan Semarang memiliki 2 blok unit
pembangkitan dengan spesifikasi unit sebagai berikut :

Tabel 3.2 Spesifikasi PLTGU Unit Pembangkit Semarang


Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap
Blok 1 Blok 2
GTG 1.1 GTG 2.1
GTG 1.2 GTG 2.2
GTG 1.3 GTG 2.3
HRSG 1.1 HRSG 2.1
HRSG 1.2 HRSG 2.2
HRSG 1.3 HRSG 2.3
STG 1.0 STG 2.0

Satu unit Gas Turbine Generator (GTG) dapat menghasilkan output sampai 100 MW.
Satu unit Steam Turbine Generator (STG) dapat menghasilkan output sampai 130 MW.
Sehingga satu unit blok PLTGU dapat menghasilkan kurang lebih 430 MW.

Gambar 3.2 Siklus PLTGU


Dengan adanya PLTG juga di PT. Indonesia Power UP Semarang membuat siklus yang
dipakai untuk PLTGU adalah combined cycle. Berikut penjelasan dari sistem combined cycle :
Gas Panas bersuhu 560℃ hasil siklus open cycle dari PLTG yang keluar dari turbin
dimanfaatkan lagi untuk membuat uap bertekanan. Gas terlebih dahulu diatur oleh selector valve
atau diverter damper yang juga mengarahkan gas pnasa menuju HRSG (Heat Recovery Steam
Generator). Aliran air yang dipakai pada HRSG ini adalah vertical HRSG. Panas/kalor yang
dipindahkan dari gas buang tersebut seluruhnya berpindah dengan cara konveksi ke air yang
berada dalam pipa. Air sengaja dialirkan berlawanan arah dengan gas panas agar lebih cepat
mendapatkan uap.
Dengan adanya konversi energy gas panas bertemu dengan air yang keluar dari
kondensor maka akan menghasilkan uap. Uap nantinya akan terbagi dua bagian yaitu LP (Low
Pressure) dan HP (High Pressure). Berikut Low Pressure System dan High Pressure System :
Low Pressure System
1. Air yang keluar dari kondensor utama akan dimasukkan ke LP Economizer untuk
dipanaskan sampai suhu tertentu, agar mempermudah proses penguapan.
2. Air yang sudah keluar dari Economizer selanjutnya akan masuk ke Deaerator
untuk dihilangkan non consendable gas dari air.
3. Setelah itu air akan masuk ke LP Drum yang mempunyai fungsi untuk
memisahkan uap dan air, lalu air tersebut di masukkan ke dalam LP Evaporator
untuk di panaskan sampai menjadi uap namun masih bercampur air.
4. Setelah itu uap masuk ke dalam LP Drum untuk dipisahkan uap dan air, bagi yang
menjadi air akan dimasukkan lagi ke Evaporator, lalu yang menjadi uap akan
dimasukkan ke LP Superheater.
5. LP Superheater akan membuat uap tadi menjadi lebih kering dan bertekanan,
setelah itu uap disalurkan ke LP Steam Header.
6. Saat uap LP akan dimasukkan ke turbin akan melewati dua katup yaitu MSV
(Main Stop Valve) untuk menjaga agar benda asing tidak masuk ke turbin dan
MCV (Main Control Valve) untuk mengatur jumlah tekanan uap yang akan
memasuki turbin, lalu uap akan memasuki LP Steam Turbine.

High Pressure System


1. Air yang keluar dari kondensor utama akan dimasukkan ke HP Economizer untuk
dipanaskan sampai suhu tertentu, agar mempermudah proses penguapan.
2. Air yang sudah keluar dari Economizer selanjutnya akan masuk ke Deaerator
untuk dihilangkan non consendable gas dari air.
3. Setelah itu air akan masuk ke HP Drum yang mempunyai fungsi untuk
memisahkan uap dan air, lalu air tersebut di masukkan ke dalam LP Evaporator
untuk di panaskan sampai menjadi uap namun masih bercampur air.
4. Setelah itu uap masuk ke dalam HP Drum untuk dipisahkan uap dan air, bagi yang
menjadi air akan dimasukkan lagi ke Evaporator, lalu yang menjadi uap akan
dimasukkan ke HP Superheater.
5. LP Superheater akan membuat uap tadi menjadi lebih kering dan bertekanan,
setelah itu uap dimasukkan lagi ke HP Superheater supaya uap benar-benar kering
lalu disalurkan ke HP Steam Header.
6. Saat uap LP akan dimasukkan ke turbin akan melewati dua katup yaitu MSV
(Main Stop Valve) untuk menjaga agar benda asing tidak masuk ke turbin dan
MCV (Main Control Valve) untuk mengatur jumlah tekanan uap yang akan
memasuki turbin, lalu uap akan memasuki HP Steam Turbine.

Generator yang terkopel oleh kedua turbin tersebut akan berputar dan menghasilkan
tegangan 11,5 KV dan daya 130 MW dengan kecepatan turbin 3000 rpm. Uap bekas dari turbin
tadi diembunkan lagi di condenser kemudian air kondesat di pompa oleh condesate pump,
selanjutnya dimasukkan lagi ke dalam deaerator dan oleh feed water pump dipompa lagi ke
dalam drum untuk kembali diuapkan.
Pola operasi yang digunakan, tidak selalu bergantung pada ketiga kondisi, kondisi unit-
unit pembangkit juga mempengaruhi pola operasi yang dipilih. Jika 1 unit GTG dan 1 unit
HRSG mengalami gangguan, maka digunakan pola operasi 2-2-1 (2 unit GTG, 2 unit HRSG, dan
1 unit STG beroperasi). Jika pada beban puncak maka memakai pola operasi 3-2-1.
Dapat dikatakan bahwa PLTGU Tambak Lorok merupakan pembangkit yang beroperasi
start-stop setiap hari. PLTGU hanya membutuhkan waktu ±15 menit untuk start-up system.
Daya listrik yang dihasilkan pada proses open cycle tentu lebih kecil dibandingkan
dengan daya listrik yang dihasilkan pada proses produksi listrik combined cycle / closed cycle.
Pada praktiknya, kedua siklus diatas disesuaikan dengan kebutuhan listrik masyarakat. Misalnya
hanya diinginkan open cycle karena pasokan daya dari open cycle sudah memenuhi kebutuhan
listrik masyarakat. Sehingga stack holder yang membatasi antara cerobong gas dan HRSG dibuat
close, dengan demikian gas buang dialirkan ke udara melalui cerobong exhaust, apabila dengan
open cycle kebutuhan listrik masyarakat belum tercukupi maka diambil langkah untuk
menerapkan combined cycle atau closed cycle. Namun demikian dalam sistem mekanik elektrik,
suatu mesin akan lebih baik pada kondisi continous running. Apabila mesin berhenti akan banyak
mengakibatkan korosi, perubahan setting, mur atau baut yang mulai kendur dan sebagainya.
Selain itu dengan continous running lebih mengefektifkan daya, sehingga daya yang dihasilkan
menjadi lebih besar.

3.3 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)


Pada PLTU Tambak Lorok, Pembangkit listrik tenaga uap PLTU adalah pembangkit
tenaga listrik yang dihasilkan dari ekstraksi turbin uap. Unit Pembangkitan Semarang memiliki 3
unit pembangkitan, namun hanya PLTU unit 3 saja yang sedang aktif. Daya keluaran dari PLTU
ini sebesar 200 MW.

Gambar 3.3 Siklus PLTU


Di dalam proses produksi listrik PLTU peralatan utama adalah Desalination Plant,
Boiler, Turbin Dan Generator.
Air tawar yang di butuhkan Boiler di peroleh dari air laut yang di desalinasi melalui
peralatan desalination plant. Air tawar yang di hasilkan oleh desalination plant di olah lagi
dengan peralatan water treatment. Sampai air tersebut memenuhi syarat untuk boiler, kemudian
di salurkan ke boiler, di dalam boiler air tawar tadi di panaskan secara radiasi dan untuk
pemanasan tersebut di gunakan bahan baker residu, untuk PLTU unit III digunakan bahan bakar
solar. Hingga air tersebut berubah menjadi uap yang bertekanan dan bersuhu tinggi. Kemudian
uap tersebut di panaskan lagi dengan super heater hingga menjadi uap kering dengan tekanan 88
kg/cm² dengan suhu ± 510 ºC yang bisa di jaga konstan. Kemudian di salurkan melalui main
steam line (saluran uap utama), dari main steam line uap di alirkan ke sudu-sudu turbin yang
mana poros turbin di kopel dengan generator ikut berputar dan menghasilkan tenaga listrik.
Jadi turbin uap merupakan transformasi tenaga kinetis uap menjadi tenaga mekanis poros.
Uap bekas penggerak turbin. Suhu dan tekanannya akan turun uap tersebut akan keluar dari
turbin yang kemudian di kondensasikan oleh kondensor dengan perbandingan air laut secara
terus-menerus dan ruang kondensor di hampakan, sehingga uap akan berubah menjadi air lagi.
Air condensate ini akan di pompa Condensate Pump (CP) menuju ke pemanas air
(dearator), air dearator tersebut di pompa oleh Boiler Feed Pump (BFP) menuju ekonomizer
untuk di panaskan lagi.
Selanjutnya air dari eknomizer tadi masuk ke drum, di dalam drum terdiri atas 2 bagian
yaitu:
a. bagian atas berisi uap.
b. bagian bawah berisi air.
Kemudian uap dalam boiler di panaskan lagi oleh Super Heater (SH) untuk disalurkan ke
turbin guna menggerakkan turbin, seterusnya sehingga dinamakan sirkulasi tertutup.

3.4 Motor Control Center (MCC)


3.4.1 Pendahuluan
Motor conrol center (MCC) merupakan tempat pengontrolan operasi motor listrik yang
terdiri dari beberapa komponen yaitu, motor starter, busbar, dan beberapa peralatan control yang
kesemuanya berfungsi untuk melakukan pengontrolan operasi motor listrik dan menempatkan
komponen–komponen tersebut dalam suatu panel-panel yang terintegrasi yang terbuat dari
lempengan campuran besi metal dan besi carbon yang berupa box atau kotak.
Motor control center (MCC) juga merupakan kumpulan beberapa komponen untuk
mengendalikan motor-motor dengan berbagai jenis motornya starter mulai starter DOL (direct on
line), SDS (star delte starter) dll.

3.4.2 Fungsi MCC


Dalam sistem tenaga listrik, MCC merupakan kombinasi dari pemisah, circuit breaker,
relai overload, trafo control dan kontaktor yang digunakan untuk proteksi listrik, control, dan
isolasi dari peralatan listrik. MCC digunakan untuk mengisolasi peralatan sehingga pekerjaan
yang akan dilakukan pada bagian yang terisolir dapat dikerjakan dengan aman dan juga untuk
mengilangkan arus hubung singkat dan arus lebih. MCC juga digunakan untuk pengontrolan
langsung ke beban yang selalu di monitoring melalui control room.
MCC penting dalam sistem tenaga listrik karena MCC tersebut terhubung langsung
dengan realibilitas suplai listrik.
Sebagai alat proteksi, MCC memiliki fungsi untuk menghindari atau membatasi
konsekuensi berbahaya dari arus yang sangat tinggi oleh hubung singkat atau dari overloading,
kegagalan isolasi, short pada motor, menyalakan system back up dan juga untuk memisahkan
sirkuit yang bermasalah dari sirkuit lainnya pada sebuah instalasi.
Sebagai sistem isolasi, MCC memiliki fungsi untuk memisahkan sirkuit ataupun
peralatan (seperti motor,dsb.) dari bagian sistem lain yang masih teraliri listrik sehingga dapat
melakukan pekerjaan pada bagian yang terisolir secara aman.
Pengoperasi MCC ini sangat penting untuk kontrol sistem tenaga. Kontrol ini
berhubungan dengan segala operasi switching pada kondisi normal untuk menyalurkan atau
memutuskan bagian dari sistem atau instalasi.
Secara teoritis, semua peralataan dari suatu instalasi listrik harus dapat diisolasi, namun
dalam praktisnya untuk mempertahankan kelangsungan optimal layanan, lebih disukai untuk
menyediakan proteksi dan sarana isolasi pada sirkuit terkait. Sehingga tak harus memutuskan
sirkuit lain dan untuk memaksimalkan kinerja motor-motor lainnya.
Isolasi listrik mencakup elektrikal dan mekanikal stress. Variasi temperature dan
kelembaban, vibrasi/guncangan dari motor, serta kebersihan dan kondisi lingkungan merupakan
sejumlah faktor yang dapat memicu percepatan penuaan isolasi. Proses switching dan surja petir
dapat memulai ionisasi pada area dimana telah terjadi stress. Kontak mekanik selama operasi
breaker dapat menyebabkan retakan mikro. Embun yang terlalu banyak atau kontaminasi bahan
kimia pada permukaan dapat menyebabkan tracking. Vibrasi yang berlebihan dapat
menyebabkan poros tergeser. Temperature panas yang berlebih dapat menyebabkan mesin
memuai.

3.4.3 Rangkaian MCC


Sistem pada MCC terbagi 2 yaitu Rangkaian Daya dan Rangkaian Kontrol. Rangkaian
daya hanya memperlihatkan bagaimana sumber akan masuk, melewati kontaktor, melewati
Thermal Overload Relay (TOR), lalu menggerakkan motor. Sedangkan rangkaian kontrol adalah
rangkian untuk pengoperasian motor. Berikut adalah rangkaian-rangkaian MCC :

a. Rangkaian Daya
Rangkaian daya merupakan sistem yang langsung menyambungkan sumber dengan
beban/ motor. Sistem aktif bila diberi input 380 V dari sumber 3 fasa. Lalu tegangan akan
memasuki circuit breaker (CB) yang digunakan sebagai pengaman pertama. Lalu tegangan
sebagian akan diambil untuk sistem kontrol, diturunkan tegangannya dari 380 V ke 110 V.
Setelah sistem kontrol berhasil memberi tegangan pada koil kontaktor 52 (kontak 52
adalah kontaktor) maka medan magnet pada kontaktor akan bekerja dan menyambungkan 3
fasa tersebut.
Sebelum memasuki motor tegangan akan memasuki Thermal Overload Relay (TOR)
yang digunakan sebagai pengaman terkahir sistem power. Setelah itu tegangan akan
memasuki motor.
Sistem proteksi pada rangkaian daya ini adalah TOR dan CB. Bila motor terdapat
gangguan motor short maka CB akan bekerja untuk memutus aliran listrik ke motor. Namun
bila arus motor berlebih maka TOR yang akan bekerja.

Gambar 3.4 Rangkaian Daya


b. Rangkaian Kontrol
Selain rangkaian daya, MCC mempunyai rangkaian kontrol dimana sistem kontrol ini
berguna untuk mengoperasikan motor. Contoh gambar dibawah adalah salah satu rangkaian
kontrol motor Vent Generator di load comparement GTG Tambak Lorok. Rangkaian ini akan
bekerja bila dari rangkaian kontrol mendapat tegangan dari sistem power dan akan
diturunkan oleh trafo control ke tegangan 110 V. Tegangan akan melewati [ES], [ES] adalah
fire protection dimana berguna jika didalam sistem terdapat api/percikan api maka fire
protection akan bekerja dan memutus aliran listrik, jadi api tidak akan membesar dan
menjalar dalam load comparement.
Lalu nantinya tegangan akan terbagi dua, tergantung pengaturan yang ada pada tuas
kontrol di luar. Bila diarahkan ke Hand maka akan langsung menyalakan kontaktor 52.
Namun bila diarahkan ke Auto maka akan mengarah ke Ø, Ø adalah temperature detector
dimana akan running ketika panas dan akan stop ketika dingin.
Setelah kontaktor 52 terbuka, maka kontak NO 52 akan tertutup dan kontak NC 52 akan
terbuka, memperlihatkan lampu indikator bahwa motor telah menyala. Begitu pun di sistem
power, kontak 52 menyambung dan motor akan menyala. Bila terjadi kesalahan pada sistem
kontrol maka fuse akan bekerja dan memutus aliran listrik.
Gambar 3.5 Rangkaian Kontrol
3.4.4 Komponen MCC
Berikut adalah komponen-komponen dari MCC :
a) Kontaktor Magnetik
Merupakan saklar yang bekerja berdasarkan prinsip kemagnetan. Artinya
sakelar ini bekerja jika ada gaya kemagnetan pada penarik kontaknya. Magnet
berfungsi sebagai penarik dan dan sebagai pelepas kontak-kontaknya dengan
bantuan pegas pendorong.

Gambar 3.6 Kontaktor Magnetik


Sumber : Penulis, diambil 23 Oktober 2017

b) CB (Circuit Breaker)
adalah alat pemutus arus listrik otomatis, dikarenakan lebihnya arus yang
melewati circuit breaker tersebut.

Gambar 3.7 Circuit Breaker


Sumber : Penulis, diambil 23 Oktober 2017
c) Relai Beban Lebih (Thermal Overload Relay)
Adalah peralatan switching yang peka terhadap suhu dan akan membuka
atau menutup kontaktor pada saat suhu yang terjadi melebihi batas yang
ditentukan atau peralatan kontrol listrik yang berfungsi untuk memutuskan
jaringan listrik jika terjadi beban lebih.

Gambar 3.8 Thermal Overload Relay

d) Transfomator Control (Control Power Transformator)


Adalah Transformer isolasi yang memberikan regulasi voltase yang baik,
dan itu juga dirancang untuk memberikan tingkat stabilitas sekunder tegangan
tinggi.

Gambar 3.9 Transformator Control

e) Bus Bar
Adalah logam yang berfungsi untuk menghantarkan aliran listrik.
Gambar 3.10 Busbar

f) Fuse
Adalah sistem proteksi yang berada pada rangkaian kontrol.

Gambar 3.11 Fuse


Sumber : Penulis, diambil 23 Oktober 2017

g) Panel
Adalah kotak besi tempat menyimpan rangkaian daya dan rangkaian
kontrol atau kotak besi ini biasa disebut cubicle.
Gambar 3.12 Panel
Sumber : Penulis, diambil 23 Oktober 2017
3.4.5 Motor dan Peralatan Terkontrol Pada PECC
PECC (Package Electrical Central Control) adalah suatu ruangan yang didalamnya
terdapat cubicle/panel MCC sebagai pusat kontrol motor dan beberapa peralatan bantuan pada
pembangkit. Cubicle MCC dipusatkan pada satu ruangan juga bertujuan untuk mempermudah
pemeriksaan .
Pada MCC terdapat beberapa motor dan peralatan penunjang di GTG yang membutuhkan
power supply 380 V yang dikontrol didalamnya, motor-motor dan peralatan tersebut memiliki
peran yang penting untuk berlangsungnya proses pembangkitan. Selain motor utama, motor
pembantu/motor back up juga dikontrol proteksinya oleh MCC. Pada pengkontrolan MCC yang
berada di PECC terdapat dua sumber yaitu DC dan AC, berikut motor-motor dan beberapa
peralatan lainnya yang dikontrol oleh MCC :

A. MCC I DC
1) Incoming Line
Incoming Line adalah tempat masuknya inputan pertama untuk startup yang
berasal dari dari Trafo SAT, namun ketika GTG (Gas Turbine Generator) sudah
online/mempunyai tegangan sendiri maka masukan dari trafo SAT akan diputus, akan
diganti memakai tegangan yang dihasilkan GTG dan sudah di turunkan ke 380 V oleh
Trafo UAT (Trafo pemakaian sendiri). Incoming Line sumber DC berasal dari battery dan
battery charger.
2) 125 VDC PNLBD 12 CKT
125 VDC PNLBD 12 CKT adalah tempat masukan sumber DC untuk aplikasi
Mark V. Mark V merupakan sistem pengontrolan yang digunakan pada GTG yang dapat
diprogram dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan listrik yang ada pada PT. Indonesia
Power UP Semarang.
3) Standby Lightning
Standby Lightning adalah peralatan untuk menyalakan lampu dalam satu unit jika
terjadi gangguan.
4) Emergency Seal Oil Pump (88 ES)
Emergency Seal Oil Pump adalah sebuah motor cadangan/backup motor auxillary
seal oil pump. Menggunakan arus masukan DC karena fungsinya sebagai
backup/cadangan.
5) Emergency Lube Oil Pump (QE)
Emergency Lube Oil Pump adalah motor cadangan yang berfungsi untuk
melumasi ruang pengkopelan antara turbin dan generator (bilik) saat poros dari rotor
berputar, supaya bilik tidak cepat naik temperaturnya saat turbin memutar generator dari
gas/uap panas. Menggunakan arus masukan DC karena fungsinya sebagai
backup/cadangan saat Main Lube Oil Pump mengalami masalah.
6) Fire Protection
Fire Protection adalah suatu peralatan untuk mencegah terjadinya kebakaran dan
meredam api pada kompresor, komparator, turbin, generator dan daerah pembangkit. Fire

Protection berbentuk tabung besar yang berisi gas .

7) Breaker Fan Cranking


Breaker Fan Cranking adalah alat proteksi untuk kipas yang berada pada Motor
Cranking
8) Battery Charger 2
Battery Charger 2 adalah suatu peralatan untuk mengisi battery yang berada pada
bagian belakang PCC.

B. MCC 1 AC
1) Incoming Line
Incoming Line adalah tempat masuknya inputan pertama untuk startup yang
berasal dari dari Trafo SAT, namun ketika GTG (Gas Turbine Generator) sudah
online/mempunyai tegangan sendiri maka masukan dari trafo SAT akan diputus, akan
diganti memakai tegangan yang dihasilkan GTG dan sudah di turunkan ke 380 V oleh
Trafo UAT (Trafo pemakaian sendiri). Incoming Line sumber AC berasal dari trafo UAT.
2) Cooling Water Fan Motor (88 FC)
Cooling Water Fan Motor adalah sebuah kipas yang digerakkan oleh motor listrik
untuk mendinginkan air hasil dari sirkulasi cooling water pump.
3) Exhaust Frame Blower Motor (88 TK)
Exhaust Frame Blower Motor adalah suatu motor listrik yang berfungsi untuk
mendinginkan udara supaya generator tidak terkena panas langsung dari pengkopelan.
Selain itu motor ini berguna sebagai seal air dan pendingin di exhaust frame plenum.
4) Turbine Comparator Purge Air Fan (88 BT)
Turbine Comparator Purge Air Fan adalah sebuah kipas yang digerakkan oleh
motor listrik yang berfungsi untuk mendinginkan turbin comparement saat off cooldown.
5) Turbine Comparator Cooling Air Fan (88 BT-1)
Turbine Comparator Cooling Air Fan adalah sebuh kipas yang digerakkan oleh
motor listrik yang berfunsi untuk mendinginkan turbin comparement disaat turbin
berjalan.
6) Vent Fan Access Comparator (88 VG)
Vent Fan Access Comparator adalah sebuah kipas yang berfungsi untuk
mengeluarkan udara panas yang terletak pada accessoris comparement.
7) Vent Fan Load Comparator (88 BA)
Vent Fan Load Comparator adalah sebuah kipas yang berfungsi untuk
mengeluarkan udara panas yang terletak pada load comparement.
8) Cooling Water Pump
Cooling Water Pump adalah pompa yang digerakkan oleh motor listrik dimana
pompa ini berfungsi untuk mengalirkan sistem air pendingin di GTG.

C. MCC 2 AC
1) Turbine Comparement Heater
Turbine Comparement Heater adalah sebuah pemanas yang berguna untuk
menjaga kelembapan dari ruangan turbin.
2) Atomizing Air Compressor (88 AB)
Atomizing Air Compressor adalah sebuah motor yang menggerakkan
kompresor/automizing startup di GTG.
3) Cooling Water Fan Motor (88 FC)
Cooling Water Fan Motor adalah sebuah kipas yang digerakkan oleh motor listrik
untuk mendinginkan air hasil dari sirkulasi cooling water pump.
4) Spare
Spare adalah sistem cadangan untuk motor dan peralatan lainnya yang
bertegangan sama. Jika ada kerusakan disalah satu motor maka sistem motor tersebut
dialihkan ke spare.
5) Access Compt. Humidity Heater
Access Compt. Humidity Heater adalah sebuah pemanas yang terletak pada
accessoris comparement
6) Generator Space Heater
Generator Space Heater adalah sebuah pemanas yang berada di dalam generator.
Bila generator dalam keadaan dingin dapat mengakibatkan short.
7) Distillate Fuel Forward Pump (88 FD)
Distillate Fuel Forward Pump adalah sebuah pompa yang digerakkan motor
listrik untuk memasok bahan bakar ke dalam ruang bakar.
8) Exhaust Frame Blower Motor (88 TK)
Exhaust Frame Blower Motor adalah suatu motor listrik yang berfungsi untuk
mendinginkan udara supaya generator tidak terkena panas langsung dari pengkopelan.
Selain itu motor ini berguna sebagai seal air dan pendingin di exhaust frame plenum.

9) Torque Adjuster Drive Motor (88 TM)


Torque Adjuster Drive Motor adalah sebuah motor yang mempunyai cara kerja
secara bergantian dimana memasok liquid/oli keadalam tabung dan mengeluarkannya
juga. Berfungsi untuk perantara antara motor cranking dan juga kompressor dan turbin
agar dapat berputar saat awal sampai kecepatan 72%. Seteah sampai pada kecepatan
tersebut maka oli yang berada di tabung akan dibuang karena nantinya kompresor dan
turbin dapat bergerak dengan sendirinya.
10) Vent Mist Separator (88 QV)
Vent Mist Separator adalah sebuah ventilasi yang didalamnya terdapat kipas
dimana berfungsi untuk membuang udara panas yang berada di lube oil.
11) Generator Sealing Oil Pump (88 QS)
Generator Sealing Oil Pump sebuah motor yang berfungsi melindungi dengan
oli/liquid saat generator dalam keadaan off cooldown (saat rotor belum bergerak) agar
poros rotor tidak bergerak.
12) Auxillary Lube Oil Pump (88 QA)
Auxillary Lube Oil Pump adalah sebuah motor yang menggerakkan pompa

dimana pompa ini akan mempompa lube oil menuju line seal generator.

13) Battery Charger


Battery Charger adalah suatu peralatan untuk mengisi battery yang berada pada
bagian belakang PCC.
BAB IV
PEMELIHARAAN MCC I & II 380 V di PECC GTG PLTGU TAMBAK LOROK PT.
INDONESIA POWER UP SEMARANG

4.1 Tujuan Pemeliharaan


Pemeliharaan terhadap MCC bertujuan meminimalisir adanya gangguan yang terjadi
pada MCC. Selain itu diadakan pemeliharaan untuk menjaga agar breaker dapat selalu beroperasi
dengan baik, sempurna dan sesuai degan kapasitasnya dengan tetap aman. Dalam pemeliharaan
MCC ini dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
1. Pemeliharaan Preventif
2. Pemeliharaan Korektif

4.2 Pemeliharaan Preventif


A. Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin dapat diadakan ketika terdapat surat perintah dan izin untuk
pemeliharaan pada bagian yang bersangkutan. Pemeiharaan rutin biasanya dikepalai oleh
teknisi dengan dibantu beberapa astek.
Pemeliharaan rutin dihitung berdasarkan minggu dalam setahun, jadi semua komponen
dari PLTGU dapat terpelihara dan dibersihkan dengan merata. Fungsi dari pemeliharaan
rutin untuk mengecheck keadaan motor dan peralatan lainnya sehingga dapat meminimalisir
kesalahan yang dapat mengganggu proses produksi. Selain itu juga untuk membersihkan
kondisi luar dan dalam motor dan komponen lainnya dari debu yang menumpuk. Berikut
beberapa pemiliharaan rutin:
1) Pembersihan panel
2) Pengemeriksaan temperatur ruangan
3) Pemeriksaan lampu penerangan
4) Pemeriksaan lampu indikator

B. Pemerikasaan Drop Tegangan


Drop Tegangan adalah besarnya tegangan yang hilang pada suatu penghantar.
Pemeriksaan Drop Tegangan terbilang agak sulit karena setiap panel, setiap motor, dan setiap
peralatan lainnya harus diperiksa terus-menerus. Terlebih pemeriksaan paling sering berada
pada MCC 1 AC panel 25 KVA Transformator, karena masuknya arus dari PLN dan Trafo
UAT.

C. Pengukuran Tahanan Isolasi Kontaktor


Pengukuran tahanan isolasi (Megger Test) merupakan metode nondestructive untuk
menentukan kondisi dari isolasi dari peralatan dalam hal ini Kontaktor. Pengukuran
dilakukan antara bagian fasa dengan ground. Pengukuran tahanan pada kontaktor yang sangat
bagus adalah mendekati nol Ohm. Namun bila Tahanan isolasi sudah mencapai MOhm maka
kontaktor harus diganti baru. Prosedur Pengukuran :
1) Posisikan saklar selector switch pada Ohm.
2) Atur batas jangkau skala 10 kW- 1 TW atau 100 kW- 100 MW dengan menekan
tombol pilihan batas-batas jangkau “RANGE”.
3) Pilih tegangan uji megger dengan tegangan paling rendah.
4) Hubungkan titik ukur dengan kedua prob (+) dan (-) dan ditunggu sampai dengan
jarum penunjukan berhenti bergerak. Gerak ayun jarum tergantung pada objek
yang di ukur tahanan isolasinya dan berkisar antara beberapa saat setelah terjadi
kontak s.d 30 detik atau lebih. Pembacaan nilai tahanan yang optimal adalah
posisi jarum setelah tombol “ON” ditekan ditambah 60 detik.

D. Pemeriksaan Kelainan Suara Internal Panel


Pemeriksaan ini termasuk jadwal pemeriksaan rutin yang berada dalam surat perintah
kerja. Biasanya dalam hal ini untuk memeriksa kelainan suara yang ada pada dalam panel.
Kelainan suara ini biasanya terjadi pada kontaktor yang sudah banyak terkena debu. Hal itu
menyebabkan kontaktor tidak terkontak dengan baik dan mengakibatkan adanya percikapn
api. Berikut langkah untuk perbaikan :
1) Siapkan peralatan penunjang seperti obeng, kain lap, dan CRC (Contact
Cleaner).
2) Kontaktor yang terkena masalah ini akan terdeteksi dari suara getar yang
terdengar tidak seperti biasanya.
3) Off kan breaker, buka panel dan bongkar kontaktor untuk membersihkan
segala debu didalamnya memakai kain lap dan CRC.
4) Rakit kembali kontaktor ketika sudah selesai pembersihan

E. Pemeriksaan Kelainan Posisi Internal Panel


Pemeriksaan ini termasuk jadwal pemeriksaan rutin yang berada dalam surat perintah
kerja. Dalam hal ini untuk memeriksa kelainan posisi yang ada pada dalam panel. Kelainan
posisi ini biasanya terjadi pada breaker yang sudah banyak terkena debu. Karena breaker
yang terkena debu akan menjadi terhambat gerakannya ditambah dengan gerakan breaker
bila terdapat gangguan akan langsung bergerak dengan cepat yang dapat menyebabkan
pindahnya posisi tuas. Berikut langkah perbaikan :
1) Siapkan peralatan penunjang seperti kain lap dan CRC (Contact Cleaner).
2) Off kan breaker, buka panel, lalu bersihkan breaker ditempatnya.

F. Pemeriksaan Tegangan Bocor


Tegangan yang bocor dapat diketahui jika pada saat panel diukur perfasa maka
tegangannya lebih kecil dari 220 V. berikut pemeriksaan dan perbaikan :
1) Membawa alat penunjang seperti multimeter, kain lap, obeng dan CRC.
2) Periksa tegangan perfasa dengan multimeter, bila dirasa kurang dari 220 V maka
panel itu terkena tegangan bocor
3) Bersihkan breaker dan bongkar kontaktor untuk dibersihkan dengan kain lap dan
CRC.
4) Setelah selesai rakit kembali dan ukur kembali.

G. Pengukuran Tahanan Isolasi Trafo Control


Selain kontaktor, trafo juga harus diukur tahanan isolasinya agar meminimalisir
kerusakan pada panel MCC. Pengukuran ini dilakukan untuk melihat indikasi short dari trafo
control. Indikasi short dapat dilihat bila dalam pengukuran yang mendekati atau sampai 0
Ohm. Jika trafo short maka trafo harus diganti dengan yang baru. Trafo dikatakan bagus
apabila dalam pengukuran dapat menuju MOhm. berikut langkah pemeriksaan :
1) Posisikan saklar selector switch pada Ohm.
2) Atur batas jangkau skala 10 kW- 1 TW atau 100 kW- 100 MW dengan menekan
tombol pilihan batas-batas jangkau “RANGE”.
3) Pilih tegangan uji megger dengan nominal 100V, 250V,500V, 1000V, 1500 V,
2000V, 2500V, atau 5000V dengan memindah posisi saklar sesuai dengan
kebutuhan.
4) Hubungkan titik ukur dengan kedua prob (+) dan (-) dan ditunggu sampai dengan
jarum penunjukan berhenti bergerak. Gerak ayun jarum tergantung pada objek
yang di ukur tahanan isolasinya dan berkisar antara beberapa saat setelah terjadi
kontak s.d 30 detik atau lebih. Pembacaan nilai tahanan yang optimal adalah
posisi jarum setelah tombol “ON” ditekan ditambah 60 detik.

4.3 Pemeliharaan Korektif


A. Mengganti Breaker
Breaker merupakan komponen proteksi paling utama yang terdapat pada MCC. Sebagai
proteksi yang handal maka breaker akan langsung bekerja jika terjadi suatu gangguan.
Berikut adalah langkah mengganti breaker :
1) Siapkan alat penunjang seperti multimeter, CRC, obeng, dll.
2) Matikan breaker lalu bongkar breaker dan ganti dengan yang baru.
3) Setelah selesai rakit dan ukur kembali ketahanan breaker.

B. Mengganti/Membersihkan Kontak Kit


Kontak kit adalah logam yang terpasang pada kontaktor dan akan mengontak bila
terdapat kemagnetan dan arus dari koil masuk ke kontaktor. Gangguan kontak kit biasanya
dapat terdengar dari luar kontaktor. Berikut langkah untuk mengganti/membersihkan kontak
kit :
1) Siapkan alat penunjang seperti multimeter, CRC, obeng, dll.
2) Matikan breaker lalu bongkar kontaktor, bersihkan kontak kit yang biasanya
terdapat banyak debu ataupun kalau sudah parah harus diganti.
3) Setelah selesai rakit dan ukur kembali kontaktor.

C. Mengganti Fuse
Fuse merupakan sistem proteksi yang berada pada rangkaian kontrol. Jika terjadi kesalah
di rangkaian kontrol maka fuse akan memutus aliran listrik. Berikut langkah untuk
mengganti fuse :
1) Siapkan alat penunjang seperti multimeter, CRC, obeng, dll.
2) Matikan breaker lalu bongkar kabel yang meyambung dengan fuse, lalu ganti fuse
dengan yang baru.
3) Setelah selesai ukur ketahanan fuse dan tutup kembali panel.

D. Mengganti Transformator Control


Tranformator Control berfungsi untuk meurunkan tegangan dari rangkaian daya menuju
rangkaian kontrol. Trafo control harus diganti bila terkena indikasi short. Berikut langkah
untuk mengganti Transformator Control :
1) Siapkan alat penunjang seperti multimeter, CRC, obeng, dll.
2) Matikan breaker lalu bongkar transformator control, lalu ganti transformator
control dengan yang baru.
3) Setelah selesai ukur transformator control, ukur tahanan isolasinya dan tutup
kembali panel.

E. Mengganti Thermal Oveload Relay (TOR)


Langkah penggantian Relai adalah sebagai berikut :
1) Teknisi memeriksa relai dalam PCC dan dalam kondisi sistem hidup
menggunakan multimeter
2) Jika dirasa bermasalah maka tuas akan digerakkan OFF
3) Teknisi lalu mengambil relai untuk diperiksa lebih lanjut
4) Tagging kerusakan pada panel
5) Menggunakan buku petunjuk pemeliharaan dan catatan riwayat peralatan untuk
mendapatkan data-data kerusakan atau gangguan sebelumnya sebagai penuntun
analisa gangguan serta penyebabnya.
6) Jika masih berfungsi dan hanya miss sedikit dari pengukuran terakhir maka relai
akan ditaruh kembali.
7) Bila relai terlewat jauh dari pengkuran terakhir maka bisa saja relai akan diganti.

4.4 Troubleshoting
4.4.1 MCC Panel
a) Incoming Line
1) Masalah : drop tegangan dan DC grounding
2) Perbaikan : pengencangan terminal, pemeriksaan panel satu per satu,
mendeteksi DC groundingnya
b) Fire Protection
1) Masalah : drop tegangan power supply
2) Perbaikan : Pemeriksaan setiap panel, pengencangan terminal
4.4.2 Komponen
A. Kontaktor
1) Masalah : Kontak kit berdebu menyebabkan getaran yang tidak
semestinya
2) Perbaikan : Kontak kit dibersihkan atau jika sudah parah diganti
B. Breaker
1) Masalah : Tidaknya lagi peka terhadap gangguan, macetnya tuas.
2) Perbaikan : Mengganti breaker dengan yang baru dan membersihkan
breaker.
C. Fuse
1) Masalah : Putusnya fuse, Terbakarnya fuse.
2) Perbaikan : Mengganti dengan fuse yang baru
D. Thermal Overload Relay (TOR)
1) Masalah : Ketika TOR sudah tidak peka terhadap gangguan.
2) Perbaikan : Mengganti dengan TOR yang baru.
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan pembelajaran selama di PT. Indonesia
Power UP Semarang diperoleh beberapa kesimpulan yakni sebagai berikut :
1. Motor conrol center (MCC) merupakan tempat pengontrolan operasi motor listrik
yang terdiri dari beberapa komponen yaitu, motor starter, busbar, dan beberapa
peralatan control yang kesemuanya berfungsi untuk melakukan pengontrolan
operasi motor listrik dan sistem proteksi dari beban.
2. Walaupun sistem pada MCC terbagi dua, namun keduanya saling terhubung satu
sama lain dan mempunyai proteksi yang membantu satu sama lainnya.
3. Pada rangkaian kontrol dapat terbakar, maka dari itu adanya fire protection yang
terpasang di rangkaian kontrol supaya api tidak menyerang bagian yang lain pada
rangkaian kontrol.
4. Masalah pada motor untuk rangkaian MCC sendiri terbagi menjadi dua:
a) Motor short
b) Arus motor berlebih
5. Pemeliharaan MCC terbagi 2 proses :
a) Pemeliharaan Preventif (Pemeliharaan yang tidak mengganggu kinerja
motor bersangkutan)
b) Pemeliharaan Korektif (Pemeliharaan yang mengganggu beberapa waktu
kinerja motor, karena motor harus dimatikan)
6. Kontaktor menjadi komponen paling riskan pada MCC karena banyak keadaan
yang dapat membuatnya kinerjanya terganggu.
7. Walaupun tahapan pengukuran tahanan isolasi kontaktor dan trafo sama. Namun
hasil pengukurannya berbeda bila trafo mendekati nol maka dikatakan terdapat
gangguan. Namun bila kontaktor mendekati nol maka dikatakan baik, karena
kontaktor berhasil menyambungkan tanpa adanya arus hambatan tertinggal.

4.2 Saran
1) Dengan riskannya kontaktor sebagai komponen utama dari MCC, maka
diharapkan untuk PT. Indonesia Power UP Semarang. Untuk rutin menganalisa
kerusakan dari kontaktor. Supaya adanya analisis rusak dan masa hidup dari
kontaktor tersebut. Maka dapat dipastikan secara rata-rata umur dari kontaktor
tersebut.
2) Diharapkan PT. Indonesia Power UP Semarang membuat miniatur dari MCC,
supaya para praktikan yang datang dapat melihat bagian dalam dari MCC. Karena
praktikan diperbolehkan melihat bagian dalam MCC, jika MCC tersebut
mengalami gangguan atau saat overhaul.
3) Kebutuhan akan bimbingan dari dosen pembimbing untuk memberikan
pengarahan awal apa yang akan dihadapi saat praktek kerja nanti sangat
diharapkan. Hal tersebut dapat meningkatkan kesiapan mahasiswa untuk
menyerap pengalaman yang lebih dari praktek kerja yang dilakukannya. Perlu
diadakannya jalinan kerjasama antara dosen pembimbing dengan pembimbing
lapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Buku
a) Electrical Equipment Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap Blok 2 Volume
II PT. Indonesia Power UP Semarang
b) Girvan, M. (1993). Sargent & Lundy - Integ (GE Drawings). Jakarta : PT.
Tripatra Engineering

Internet
1 Energy, Ezkhel. 2011. Sistem Proteksi. Dikutip dari :
https://ezkhelenergy.blogspot.co.id/2011/11/sistem-proteksi.html?m=1
(Diakses 8 Oktober 2017 pukul 20.19)
2 Wepa, Muhammad. 2013. Sejarah Indonesia Power. Dikutip dari :
https://www.scribd.com/doc/211443168/Sejarah-Indonesia-Power
(Diakses 8 Oktober 2017 pukul 20.13)
3 Kholiq, Noor. 2015. Proses Flow PLTU Batubara. Dikutip dari :
http://dunia-pltu.blogspot.co.id/2015/05/animasi-proses-flow-pltu-batubara.html (Diakses 8 Oktober
2017 pukul 20.40)
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1
Pintu Masuk PECC

Sumber : Penulis, diambil 23 Oktober 2017


Lampiran 2
Panel MCC

Sumber : Penulis, diambil 23 Oktober 2017


Lampiran 3
Bagian Dalam MCC

Sumber : Penulis, diambil 23 Oktober 2017


Lampiran 4
Rangkaian Vent Load Comparement

Sumber : Penulis, diambil 12 Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai