Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW


PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan dasar yang sangat
diperlukan oleh masyarakat, baik dalam rumah tangga, perusahaan ataupun
industri-industri kecil hingga besar. Melihat dari kebutuhan listrik di Sulsel
dan Sulbar yang terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi yang tinggi di
atas rata-rata nasional, membuat PT. BOSOWA ENERGI terus memacu
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap.

Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Jeneponto yang memiliki 2 unit


dengan daya yang terpasang pada masing-masing unit sebesar 125 MW.
Adapun komponen penunjang proses produksi energi listrik yaitu bagian
WTP (Water Treatment Plan) sebagai penyedia air demin, bagian Coal
Handling System sebagai penyuplai batubara dan bagian BTG (Boiler Turbin
Generator) sebagai bagian proses final penghasil energi listrik. Penulis
memilih PLTU BOSOWA ENERGI Jeneponto sebagai tempat melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama 1 bulan, karena hal ini sesuai dengan
pengakplikasian ilmu Teknik Kimia dalam industri.

1.2 Tujuan Umum


 Untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Ujung Pandang.
 Untuk mendapatkan pengalaman kerja sekaligus menggabungkan antara
teori yang diperoleh dari bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan
kerja.
 Untuk melatih keterampilan, sikap serta pola bertindak di dalam
lingkungan kerja yang sesungguhnya.

Laporan Praktek Kerja Lapangan 1


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

I.4. Tujuan Khusus


 Untuk mengetahui proses pembangkitan listrik secara umum pada unit
PLTU Jeneponto.
 Untuk mengetahui peralatan utama dan peralatan penunjang secara umum
pada unit PLTU Jeneponto.

I.5. Manfaat
 Untuk mengetahui proses pembangkitan listrik secara umum pada unit
PLTU Jeneponto.
 Untuk mengetahui peralatan utama dan peralatan penunjang secara umum
pada unit PLTU Jeneponto.

I.6. Metode Penulisan


Laporan Kerja Praktek ini merupakan suatu studi penulisan, maka
penulis mencari dan mengumpulkan bahan-bahan dan data-data yang
diperlukan dengan metode sebagai berikut:

1. Metode Observasi, dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap


proses pengoperasian dan sistem yang ada pada PLTU Jeneponto.
2. Metode wawancara, mengumpulkan data dengan cara melakukan
wawancara atau diskusi dengan narasumber dari perusahaan yang
memiliki pengetahuan mengenai pengoperasian dan sistem yang ada di
PLTU Jeneponto.

Laporan Praktek Kerja Lapangan 2


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat PLTU Jeneponto


Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeneponto berlokasi di Desa
Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Pada tahun 2008 PT Bosowa Energi mendapat fasilitas kredit perbankan
sebesar U$50 juta untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
yang berkapasitas 2 X 125 MW. Tenaga listrik yang dihasilkan, disalurkan
dengan tegangan 150 kV ke sistem jaringan transmisi Sulselbar.

Pembangunan PLTU Jeneponto dimulai sejak november 2010, proyek


pertama bosowa di sektor kelistrikan ini dibangun dan dioperasikan oleh PT.
Bosowa Energi yang diresmikan oleh menteri ESDM Jero Wacik, tanggal 19
Desember 2012. Pembangunan proyek PLTU Jeneponto mencatat prestasi
tersendiri karena pembangunan konstruksi dapat diselesaikan hanya dalam 18
bulan dari rencana 30 bulan.

PT. Bosowa Energi dalam membangun PLTU Jeneponto ini


menginvestasikan anggaran sebesar 250 juta dollar AS. Dengan terpasangnya
dua unit generator yang didatangkan langsung dari Cina akan membangkitkan
listrik PLTU Jeneponto.

2.2 Visi dan Misi

1. Visi
1. Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumpu kembang,
unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
2. Menjadi unit pembangkitan yang handal, efisien dan berwawasan
lingkungan.

Laporan Praktek Kerja Lapangan 3


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

2. Misi
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lainnya yang terkait,
berorientasi kepada pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang
saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
5. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia.
6. Melaksanakan pemeliharaan yang berorientasi kepada ”On Condition
Base Maintenance” serta selalu mengikuti dan memperlihatkan buku
petunjuk pabrik dan pengalaman operasi.
7. Memantau dan mengendalikan secara terus menerus pengaruh operasi
pembangkitan terhadap mutu.
8. Kecelakaan nihil.

Laporan Praktek Kerja Lapangan 4


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Prinsip Kerja PLTU


PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak
digunakan, karena efisiensinya baik dan bahan bakarnya mudah didapat
sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis. PLTU merupakan
mesin konversi energi yang mengubah energi kimia dalam bahan bakar
menjadi energi listrik. Proses konversi energi pada PLTU berlangsung
melalui 3 (tiga) tahapan yaitu :

1. Energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas dalam
bentuk uap bertekanan dan temperatur tinggi.
2. Energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk
putaran.
3. Energi mekanik diubah menjadi energi listrik.

Gambar 3.1 Proses Konversi Energi pada PLTU

PLTU menggunakan fluida kerja air uap yang bersirkulasi secara


tertutup. Siklus tertutup artinya menggunakan fluida yang sama secara
berulang-ulang. Urutan sirkulasinya secara singkat adalah sebagai berikut :

Pertama air diisikan ke boiler hingga mengisi penuh seluruh luas permukaan
pemindah panas. Didalam boiler air ini dipanaskan dengan gas

Laporan Praktek Kerja Lapangan 5


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

 panas hasil pembakaran bahan bakar dengan udara sehingga berubah


menjadi uap.
 Kedua, uap hasil produksi boiler dengan tekanan dan temperature tertentu
diarahkan untuk memutar turbin sehingga menghasilkan daya mekanik
berupa putaran.
 Ketiga, generator yang dikopel langsung dengan turbin berputar
menghasilkan energy listrik sebagai hasil dari perputaran medan magnet
dalam kumparan, sehingga ketika turbin berputar dihasilkan energy listrik
dari terminal output generator.
 Keempat, Uap bekas keluar turbin masuk ke kondensor untuk didinginkan
dengan air pendingin agar berubah kembali menjadi air yang disebut air
kondensat. Air kondensat hasil kondensasi uap kemudian digunakan lagi
sebagai air pengisi boiler.
 Demikian siklus ini berlangsung terus menerus dan berulang-ulang.

Gambar 3.2 Siklus fluida kerja sederhana pada PLTU

3.2 Siklus Rankine


Siklus dasar yang praktis untuk sistem PLTU adalah siklus Rankine.
Secara sederhana siklus Rankine yang ideal dapat diperlihatkan pada gambar
a dan b. Sedangkan untuk diagram aliran siklus Rankine dalam suatu
pembangkitan dapat dilihat pula pada gambar 3.3

Laporan Praktek Kerja Lapangan 6


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

Gambar 3.3 Siklus Rankine Ideal, (a) T-S, (b) P-V

Gambar 3.4 Diagram Aliran Siklus Rankine

Pada siklus Rankine, untuk proses 1 – 2 merupakan proses yang


terjadi pada turbin uap, dimana kondisi uap yang masuk ke turbin adalah
bertekanan tinggi (P1) dan bertemperatur tinggi atau merupakan uap kering
(superheated vapor). Dengan asumsi bahwa proses yang berlangsung di
dalam turbin adalah proses isentropik, maka uap yang keluar dari turbin akan
menjadi uap jenuh. Proses 1 – 2 (isentropik) dimana energi potensial uap akan
menghasilkan energi putaran poros turbin, sehingga pada proses ini
merupakan proses yang menghasilkan daya keluaran (Wout).

Pada proses 2 – 3 merupakan proses yang berlangsung di dalam


kondensor pada tekanan konstan (isobarik). Kondensor berguna untuk
mengembunkan uap jenuh yang berasal dari turbin menjadi air (cair jenuh).
Untuk memudahkan proses kondensasi, tekanan pada kondensor diusahakan
dibawah tekanan atmosfer. Pada kondensor terjadi proses pelepasan kalor
(Qout).

Laporan Praktek Kerja Lapangan 7


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

Proses 3 – 4 merupakan proses pemompaan untuk menaikan tekanan


fluida (cair jenuh) secara isentropik. Pada proses ini terjadi proses pemasukan
kerja ke dalam (Win) sistem karena proses pemompaan air yang dihasilkan
dari proses kondensasi oleh kondensor. Tekanan yang dihasilkan sama
dengan tekanan uap yang masuk ke turbin.

Proses 4 – 1 merupakan proses untuk menghasilkan uap sesuai


dengan kebutuhan turbin. Proses ini berlangsung pada boiler secara isobarik,
dimana untuk menguapkan air tersebut dibutuhkan masukan panas tertentu
(Qin). Pada proses 4 – 5 memperlihatkan percampuran antara liquid
bertemperatur rendah dengan bertemperatur tinggi. Sedangkan pada titik 4
menunjukan keadaan cair (liquid) yang tak berubah massa jenisnya karena
ditingkatkan tekanannya. Nilai efisiensi dari siklus ini merupakan
perbandingan antara energi keluaran dengan energi masukan. Energi
keluarannya merupakan jumlah bersih pengurangan energi yang dihasilkan
turbin dikurangi energi yang diberikan ke pompa. Maka nilai efisiensi siklus
ini adalah sebagai berikut :

di mana, Q1,2 = Energi yang dihasilkan oleh turbin (kJ)

Q3,4 = Energi yang diberikan oleh pompa ke sistem (kJ)

Q4,1 = Energi yang dibutuhkan oleh boiler (kJ)

H1 = Enthalpy pada saat uap memasuki turbin (kJ/kg)

H2 = Enthalpy pada saat uap meninggalkan turbin (kJ/kg)

H3 = Enthalpy pada saat uap memasuki pompa (kJ/kg)

H4 = Enthalpy pada saat uap meninggalkan pompa (kJ/kg)

Laporan Praktek Kerja Lapangan 8


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Pengolahan Air Umpan Boiler (Water Treatment Plant)


Water Treatment Plant (WTP) merupakan bagian dari power plant
yang bertugas untuk menyediakan air pengisi boiler dalam sebuah power
plant. Fungsi Water Treatment Plant (WTP) pada PLTU Jeneponto adalah
mengolah air baku menjadi air bebas mineral (air demin), yang mana air
demin digunakan untuk memproduksi uap penggerak turbin uap.

Water treatment plant adalah salah satu unit PLTU yang berfungsi
untuk mengubah air laut menjadi air murni (H20) untuk air umpan boiler
(Demin Water) dengan konduktiviti <0,02 µS. Proses Demineralisasi air
tawar ini memanfaatkan prinsip pengikatan ion-ion menggunakan resin
penukar ion.

Air umpan boiler sangat dijaga tingkat kemurniannya karena air ini
dalam tugasnya sebagai fluida kerja maupun fluida pendingin akan melalui
bagian-bagian peralatan pada pembangkit yang terbuat dari logam. Oleh
karena sifat logam yang dapat terkorosi inilah tingkat kemurnian air perlu
dijaga. Parameter-parameter yang perlu diperhatikan dalam produksi air
demin dalam Water Treatment Plant ini adalah sebagai berikut:

1. Kondukiviti (<0,02 µS)


2. pH (± 7-9 )
3. Kadar silika ( 0,02 ppm)

Gambar 4.1 Water Treatment Plant PLTU Jeneponto

Laporan Praktek Kerja Lapangan 9


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

Adapun tahapan proses pengolahan air baku (air laut) menjadi air demin
digambarkan di diagram Alir Water Treatment Plant:

Intak Clarifier Filter Basin Sea Water


Tank Sea Water
Intake
K= 50000 µS/cm Clarifier
K=48000 µS/cm Filter Basin
K=48600 µS/cm Tank
K= 48600µS/cm

RO 1 Aktif
AktifCarbon
Carbon Multimedia
Multimedia
RO 1 Catridge
Catridge Filter
Filter Filter Filter
K=700 µS/cm Filter Filter
K=40000 µS/cm K=47500 µS/cm K=47800 µS/cm

Fresh Water RO 2 Middle Water Mixed Bad


Fresh Water Middle
Tank Water
Tank RO
K=15 2
µS/cm Mixed Bad
K=0,1-0,2 µS/cm
tank Tank
K= 15 µS/cm
K=700 µS/cm

Demin water tank


Demin water
Bolier
Bolier K=˂0,02
tankµS/cm

Gambar 4.2 Diagram alir proses water treatment plant

4.1.1 Bagian-bagian WTP PLTU Jeneponto

Berikut merupakan bagian-bagian yang ada pada Water


Treatment Plant (WTP) secara berurut mulai dari Intake sampai ke
Demin Tank yaitu :

A. Intake

Gambar 4.3 Intake

Laporan Praktek Kerja Lapangan 10


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

Intake merupakan tempat masuknya air laut sebagai air baku


pada instalasi pengolahan air (Water Treatment Plant). Intake juga
merupakan tempat penyaringan air laut yang pertama dilakukan
sebelum masuk ke proses pengolahan selanjutnya. Pada jalur
masuk intek dipasang jaring-jaring yang berfungsi untuk
menyaring material besar seperti kayu, dan ikan besar.

Sebelum air memasuki intake terlebih dahulu di injeksikan


Sodium Hypochlorite (NaOCl) yang berfungsi untuk membunuh
mikroorganisme yang lolos dari penyaringan pertama kemudian
diteruskan ke penyaringan kedua yaitu Bar Screen yang berfungsi
untuk menyaring sisa material yang lebih kecil atau binatang laut
yang mati seperti kerang-kerang dan ikan kecil.
B. Clarifier (Settling Basin)
Clarifier merupakan suatu wadah yang berfungsi untuk
menjernihkan air baku (air laut) yang masih mengandung partikel-
partikel pengotor dengan cara pengendapan, untuk mempercepat
proses pengendapan ditambahkan chemical koagulan agar terjadi
proses koagulasi pada air.

Gambar 4.4 Clarifier

Laporan Praktek Kerja Lapangan 11


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

Koagulasi adalah suatu proses pemisahan padatan yang


tersuspensi dalam air melalui proses kimia. Zat kimia yang
ditambahkan yaitu PAC (Poli Aluminium Clorida) yang berfungsi
untuk mengikat partikel-partikel kecil menjadi partikel besar yang
mengendap ke bawah dan natrium hipoclorid yang berfungsi untuk
membunuh lumut dan mikroorganisme.
C. Filter Basin

Gambar 4.5 Filter Basin

Filter basin adalah tempat penyaringan air dari clarifier


dengan menggunakan media pasir yang kemudian di alirkan
menuju sea water tank. Pada filter basin terjadi proses back wash.
Back wash adalah pencucian yang dilakukan untuk menghilangkan
kotoran yang terakumulasi di atas media dengan metode aliran
terbalik (dari bawah ke atas/kebalikan system running), kemudian
air dialirkan ke Sea Water Tank.
Tahapan ini memanfaatkan pasir lambat yang berfungsi untuk
menyaring partikel berukuran kecil yang lolos dari Clarifier. Jika
pasir lambat telah jenuh maka akan terbackwash dan sisa
kotorannya akan dibuang secara otomatis. Kemudian air laut
diteruskan ke Sea Water Tank.

Laporan Praktek Kerja Lapangan 12


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

D. Sea Water Tank


Sea Water Tank merupakan tempat penyedia bahan baku
untuk Sodium Hypochlorite generation plan dan penampungan raw
water atau air
umpan untuk ke MMF. Pada bagian ini berjalan secara terus
menerus sehingga terdapat saluran pembuangan apabila di tangki
sudah full menuju WWTP (Waste Water Treatment Plan).

Gambar 4.6 Sea Water Tank

E. MMF (Multi media Filter)


MMF (Multi Media Filter) berfungsi untuk menghilangkan
partikel yang berukuran ≥ 10-15 microns termasuk partikel yang
berukuran kecil yang sudah terkoagulasi yang terkandung dalam
Raw Water. Disini terdapat 5 tangki MMF yang didalamnya
terdapat tiga macam saringan yaitu pasir silika, antrasit dan Garnet.
Kadar klor harus dikurangi atau dihilangkan karena zat tersebut
dapat menyebabkan karat atau korosi. Pasir silika yang berfungsi
untuk menghilangkan kadar klor tersebut. MMF juga berfungsi
sebagai tempat menyaring flokulan-flokulan yang lolos dalam
penyaringan pada filter basin. Sebelum running, dilakukan back
wash untuk membersihkan dan membuang sisa air yang tertinggal
pada proses sebelumnya.

Laporan Praktek Kerja Lapangan 13


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

Gambar 4.7 MMF (Multi media Filter)

F. ACF (Active Carbon Filter

Gambar 4.8 ACF (Active Carbon Filter)

Seperti dengan namanya pada bagian ini terdapat 4 tabung


yang didalamnya terdapat karbon aktif yang berfungsi untuk
menghilangkan TSS, menyerap kandungan klor yang masih tersisa,
menghilangkan warna, bau dan rasa pada air. Sebelum masuk ke
Catridge Filter, terlebih dahulu di injek dengan Chemical
Reducing Agent yang berfungsi untuk mengikat klorin dan Anti
Skale yang berfungsi untuk menghancurkan kerak-kerak.

Laporan Praktek Kerja Lapangan 14


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

G. Catridge Filter

Gambar 4.9 Catridge Filter

Catridge Filter berfungsi untuk menyaring atau memfilter air


dari kandungan lumpur, pasir, tanah dan partikel kotoran zat padat
terlarut air lainnya sehingga menghasilkan air jernih, bersih bebas
dari pencemaran zat padat terlarut dalam air. Unit ini menyaring
partikel dengan ukuran >5 mikron. Dengan ukuran sekecil ini maka
lumpur, tanah dan pasir akan tersaring dimana ukuran Spoon jauh
lebih kecil dari ukuran tanah, pasir dan lumpur dan juga Unit ini
dipasang untuk mengantisipasi bila ada yang lolos dari ACF .

Gambar 4.10 Reducing dan Antiscalant Tank

Sebelum masuk catridge filter, air diinjeksikan anti klorin,


yaitu Na2SO3 dan anti skalant, yaitu poli karboksilat. Tujuan
penginjeksian anti klorin adalah karena catridge filter mempunyai
bahan yang tidak tahan terhadap klorin. Bila terpapar pada klorin,

Laporan Praktek Kerja Lapangan 15


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

maka serat catridge akan meluruh. Sedangkan tujuan


ditambahkannya anti skalant adalah untuk mencegah terbentuknya
endapan pada RO yang dikhawatirkan akan menyumbat RO dan
mengganggu kinerja dan efisiensi RO.

H. RO 1 (Reverse Osmosis)
Reverse osmosis adalah proses pemisahan zat-zat padat
terlarut dari molekul molekul air dalam suatu larutan. Dilakukan
dalam proses pemurnian air dengan cara memberikan tekanan
hidrostatik pada air umpan sehingga mampu menembus sel
membrane permeable dan menghasilkan air murni. Metode yang
dipergunakan pada proses operasi RO merupakan salah satu tipe
metode penyaringan dalam ukuran yang sangat-sangat kecil (nano
filtration).

Proses Reverse Osmosis atau Sea Water Reverses Osmosis


(SWRO) adalah penyaring yang berfungsi memproses air laut
menjadi air fresh/payau, yang dapat menurunkan conductivity
sampai 700 µS/cm.
Didalam RO 1 terdapat membran semi permeable yang
sangat sensitif sehingga dalam penggunaanya harus sesuai standar
operasional. Pada proses ini air asin berubah menjadi air tawar
kemudian di lanjutkan ke fresh water sedangkan air asin yang tidak
melewati membran akan terbuang sebagai Consentrate atau Reject.

Gambar 4.11 Sea Water Reverses Osmosis (SWRO)

Laporan Praktek Kerja Lapangan 16


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

I. Fresh Water
Tempat penampungan hasil pengolahan dari proses Reverse
osmosis (SWRO). Fresh Water menghasilkan;

1. Air service digunakan untuk kebutuhan portable dan fire


fighting.
2. Air umpan digunakan untuk tahap selanjutnya yaitu untuk
menurunkan konduktifitas di dalam RO2

Gambar 4.12 Fresh Water

J. RO 2 (Reverse Osmosis)
Reverse Osmosis 2 atau Brackish Water Reverses Osmosis
(BWRO) Adalah penyaring yang berfungsi memproses air
fresh/payau menjadi air pure / roproduct, yang dapat menurunkan
Konduktifitas sampai 15 µS/cm.

Fungsinya sama dengan RO 1 hanya saja pada RO 2,


Consentrate yang terbuang langsung masuk ke penampungan netral
menuju Reusing Tank yang nantinya akan digunakan sebagai Air
Spray Batu Bara. Kemudian air yang lolos dari membran
diteruskan ke middle tank.

Laporan Praktek Kerja Lapangan 17


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

Gambar 4.13 Brackish Water Reverses Osmosis (BWRO)

K. Middle Tank
Tempat penampungan air yang berasal dari RO2 atau
brackish water reverses osmosis (BWRO) yang kemudian
diteruskan ke mixed bed.

Gambar 4.14 Middle Tank

L. Mixed Bed
Peralatan untuk mengolah air (Fresh Water) lebih lanjut
dengan metode pertukaran ion. Media yang digunakan adalah
proses ion exchange adalah resin kation anion. Resin yang
digunakan lama kelamaan menjadi jenuh. Sehingga tidak dapat
digunakan lagi menukar ion. Untuk itu perlu dilakukan regenerasi.
Regenerasi kation dilakukan dengan menginjeksikan Asam klorida

Laporan Praktek Kerja Lapangan 18


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

(HCl) dan anion dengan menginjeksikan Natrium Hidroksida


(NaOH).
Proses ion exchange adalah proses penghilangan kandungan
mineral pada air, seperti : na, mg. k, ca dll. yang sesuai dengan
persyaratan standar air pengisi boiler .
Di mixed bed, resin kation dan anion dicampur equably
dalam satu exchanger. Jadi bisa dianggap sebagai sistem bed
bertingkat senyawa disusun oleh banyak resin kation dan resin
anion diatur secara bergantian.
Pertukaran kation dan pertukaran anion dilanjutkan secara
+
bersamaan. H berasal dari pertukaran model H dan OH- yang
berasal dari model pertukaran OH diakumulasikan bersama-sama
dan mereka bereaksi satu sama lain. Reaksi pertukaran total
berlangsung sepenuhnya. Jadi kualitas air keluar dari mixed bed
jauh lebih baik dengan conductivity 0,1 - 0,2 µS dan PH 6,5 - 7.

Gambar 4.15 Mixed Bed

Laporan Praktek Kerja Lapangan 19


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

Gambar 4.16 NaOH Tank dan HCL Tank

M. Demin Water Tank


Adalah penampung air produk hasil dari mixed bed. Air dari
Demin Water Tank dialirkan menuju boiler untuk digunakan
sebagai fasa siklus uap.

Gambar 4.17 Demin Water Tank

4.2 Coal Handling System


PLTU jeneponto 2 x 125 MW adalah suatu pembangkit listrik yang
menggunakan batu bara sebagai bahan bakar utamanya. Coal handling
system berfungsi menangani mulai dari pembongkaran batubara dari
kapal/tongkang (unloading area), penimbunan/penyimpanan di stock area
atapun pengisian ke bunker (power plant). yang digunakan untuk
pembakaran di Boiler.

Laporan Praktek Kerja Lapangan 20


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

4.2.1 Coal Handling Area

Gambar 4.18 Coal Handling Flowchart

Pada Coal handling System di PLTU Jeneponto ada tiga proses


utama dalam penanganan batu bara yaitu:

1. Stacking
Stacking adalah proses pengangkutan batu bara dari tongkang
menuju ke coal yard. Dimana pada jetty dilakukan pembongkaran
batu bara. Batu bara dari kapal/tongkang dibongkar dengan
menggunakan Grab ship unloader, dimasukkan ke hopper
kemudian diteruskan ke belt conveyor. Dalam sekali pengambilan
batu bara menggunakan grab dapat terangkut sekitar 6 ton dan
hopper dapat menampung batu bara sekitar 14 ton. Pada hopper
terdapat vibrator yang akan menggerakkan hopper sehingga batu
bara akan turun ke belt conveyor. Selanjutnya batu bara akan
melalui Belt Conveyor 1 (C1), (C2), (C3), (C7) kemudian SR
(Stacker Reclaimer) dan batu bara di tumpuk di Coal Yard.
2. Reclaiming
Reclaiming adalah proses pengambilan kembali batu bara
yang ada di coal yard menuju ke coal bunker. Reclaiming ini dapat
melalui 2 jalur yaitu:

Laporan Praktek Kerja Lapangan 21


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

 Melalui Belt Conveyor 7 (C7), (C4), Chruser, (C5), (C6)


kemudian akan masuk kedalam bunker. Dalam proses
pengambilanya menggunakan SR (Stacker Reclaimer) yang
dilengkapi oleh bucket conveyor.
 Melalui Belt Conveyor 8 (C8), (C4), Chruser, (C5), (C6)
kemudian akan masuk kedalam bunker. Dalam proses
pengambilanya menggunakan bulldozer yang akan mendorong
batubara sehingga batubara akan jatuh ke Belt Conveyor 8(C8).
3. Fetching
Fetching adalah proses pengangkutan batu bara dari jetty ke
coal bunker. Dimana dalam proses pengangkutanya akan melalui
SU (Ship Unloader), Belt Conveyor 1 (C1), (C2), (C3), (C4),
Chruser, (C5), (C6) kemudian akan masuk kedalam bunker.

Secara garis besar Coal Handling Area PLTU Bosowa


Jeneponto terbagi menjadi:

A. Jetty/Unloading Area

Merupakan pelabuhan atau dermaga tempat pembongkaran


batu bara dari tongkang. Pada area ini dilengkapi 3 peralatan ship
unloader yang diberi nama ship unloader A dan ship unloader B.
Unloading area merupakan tempat yang digunakan oleh kapal
tongkang untuk menyandarkan dan membongkar batubara kurang
lebih sebanyak 10.000 ton. (kapasitas batu bara yang di angkut
tongkang 8000-10.000 metrik ton) Pada PLTU Jeneponto
menggunakan dermaga khusus tongkang (Jetty). Pembongkaran
dilakukan dengan menggunakan ship unloader yang berfungsi
untuk mengangkat batu bara dari tongkang menuju hopper yang
disalurkan pada sistem conveyor dengan dilengkapi loader untuk
membantu kelancaran pembongkaran dengan kapasitas 7 ton ditiap

Laporan Praktek Kerja Lapangan 22


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

angkutan Grap. Batu bara tersebut kemudian ditransfer ke coal


yard bisa juga langsung ke bunker dengan menggunakan conveyor.

Gambar 4.19 Ship Unloader

B. Coal Yard

Merupakan tempat penimbunan batu bara sementara yang


dikirim dari Jetty sebelum dilanjutkan ke Coal bunker. Coal yard
ini dilengkapi Stacker Reclaimer, belt conveyor, emergency
Hopper, dan alat berat (bulldozer, dan wheel loader).
Stacker reclaimer digunakan untuk penimbunan (stacking)
dan pengerukan (reclaiming) batu bara di Coal Yard. Peralatan ini
terdiri dari suatu Bucket Wheel yang ditempatkan pada ujung/akhir
dari slewing dan luffing boom yang terpasang pada suatu Reversible
Boom ConveyorBatu bara yang dikeruk kemudian ditumpahkan ke
Belt Conveyor untuk dilakukan proses Reclaiming menuju bunker.
Rata-rata kapasitas stacker reclaimer dalam beroperasi adalah 250-
300 T/jam.

Gambar 4.20 Coal yard

Laporan Praktek Kerja Lapangan 23


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

4.2.2 Komponen Coal Handling


1. Belt Conveyor
Belt conveyor adalah peralatan utama pada sistem coal
handling sebagai sarana untuk membawa batu bara dari Jetty ke
Coal yard atau ke bunker.
Kontruksi dari belt ini berupa karet memanjang yang
digulungkan diantara 2 buah pulley yang terletak pada ujung belt
conveyor dan ditopang oleh roller-roller yang berfungsi untuk
mempermudah jalanya belt conveyor. Jalur belt conveyor pada coal
handling system PLTU Jeneponto terdiri dari C1, C2, C3, C4A,
C4B, C5A, C5B, C6A, C6B, C7, C8.

Gambar 4.21 Konstruksi belt conveyor

2. Crusher
Berfungsi untuk menghancurkan batu bara yang lewat
peralatan tersebut mempunyai ukuran lebih besar dari 6 mm
Peralatan ini dirancang hanya untuk menghancurkan batu bara,
bukan material lain.

3. Hopper

Berada di sisi depan conveyor. Memiliki bentuk yang lebih


besar dan berfungsi untuk menampung batu bara dengan kuantitas
relatif banyak sebelum diarahkan ke conveyor. Hopper dilengkapi

Laporan Praktek Kerja Lapangan 24


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

dengan chute yang memudahkan batu bara untuk meluncur,


sehinnga tidak menggumpal maupun terjadi penyumbatan.
4. Vibrator

Vibrator adalah suatu alat yang berfungsi untuk


menggetarkan hopper agar batu bara yang berada dalam hopper
tidak menggumpal dan jatuh menuju ke belt conveyor.

Gambar 4.22 Vibrator


5. Magnetic Separator (MS)
Magnetic separator berfungsi untuk memisahkan logam besi
dari batu bara. Prinsip kerja MS ini berdasarkan induksi
elektromagnetik logam besi yang terbawa pada aliran batu bara
akan ditarik oleh medan elektromagnetik lalu menempel pada
Magnetic Separator.

Gambar 4.23 Magnetic Separator

Laporan Praktek Kerja Lapangan 25


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

6. Sampling System (SS)


Pengambilan sampel batu bara dapat dilakukan secara
otomatis, sistem ini akan mengambil secara periodik dari aliran
batubara dan diproses sedemikian rupa, sehingga sampel-sampel
dapat mewakili keseluruhan batu bara.
7. Coal Bunker
Adalah tempat penampungan batu bara terakhir sebelum
digunakan untuk pembakaran di boiler.

Gambar 4.24 Coal Bunker

8. Pull Cord/Pull Rope Switch

Berfungsi untuk memberhentikan Belt Conveyor dengan cara


menarik tali yang dipasang sepanjang belt sisi kiri dan kanan
apabila ada gangguan atau kelainan peralatan di local. Peralatan
pengaman ini dipakai juga pada saat ada pekerjaan
perbaikan/pemeliharaan.

Laporan Praktek Kerja Lapangan 26


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

Gambar 4.25 Pull Cord

9. Two Side plough/Dual Plough

Dual plough adalah peralatan untuk memasukkan batubara ke


dalam bunker secara otomatis dari control room dan juga secara
lokal .

10. Dust collector

Berfungsi untuk mengisap debu batubara dalam bunker,

secara garis besar peralatan ini terdiri dari blower penyedot debu

dan bag filter.

4.2.3 Ash Handling System


Ash Handling System berfungsi sebagai penanganan debu batu
bara sisa pembakaran dari furnace. pada system ini terdapat proses
penangkapan debu menggunakan elektrostatic precipitator (ESP).Batu
bara yang dialirkan ke dalam ruang bakar akan menghasilkan gas
buang yang mengandung partikel abu. Sebelum dibuang ke atmosfir,
gas buang yang mengandung partikel abu akan melewati suatu ruang
yang di dalamnya terdapat pelat-pelat yang dapat menangkap partikel

Laporan Praktek Kerja Lapangan 27


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

abu. Pelat tersebut dialiri listrik searah (DC). Abu hasil tangkapan
ESP disalurkan melalui Transporter/Blower maupun belt conveyor ke
Silo (Penampungan) atau ditampung di tempat penampungan akhir
(Ash Yard) untuk dimanfaatkan/dijual.

Selain itu, Ash Handling Plant juga mempunyai peralatan yang


berfungsi sebagai penampung dan penyalur abu sisa pembakaran yang
berasal dari ruang bakar (furnace) yaitu SDCC (Slug Dust Chain
Conveyer). Batu bara (serbuk) yang dimasukan ke dalam ruang bakar
sebagian tidak terbakar dan abu yang tidak terhisap oleh ID fan akan
jatuh dan ditampung di bagian bawah ruang bakar (bottom ash)
dialirkan melalui SDCC menuju silo bottom ash dan kemudian di
tampung di tempat penampungan akhir (ash yard).

Pada System Ash Handling abu sisa pembakaran dibagi menjadi


tiga yang di bedakan berdasarkan tingkat kekasaran dan kehalusan
sisa abu batu bara yaitu Fly Ash (halus), Pyrite ash (agak kasar) dan
Bottom Ash (kasar).

Berdasarkan ash coal yang dihasilkan terbagi atas 2 yaitu:

 Fly Ash

Fly ash merupakan debu sisa pembakaran dari furnance yang


berbentuk partikel halus, fly ash kemudian di alirkan menuju
Elektrostatic Precipitator yang menangkap debu menuju
pembuangan (Chimney)

 Bottom Ash

Bottom ash adalah hasil sisa pembakaran batu bara yang


berbentuk kasar, hasil sisa pembakaran ini kemudian diangkut
menuju tempat penampungan akhir dengan menggunakan truk.

Laporan Praktek Kerja Lapangan 28


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

4.3.Boiler, Turbin, Generator System

4.3.1 Boiler

4.3.1.1 Pengertian Boiler


Boiler atau ketel uap adalah suatu perangkat mesin
yang berfungsi untuk merubah air menjadi uap. Proses
perubahan air menjadi uap terjadi dengan memanaskan air
yang berada didalam pipa-pipa dengan panas hasil pembakaran
bahan bakar. Pembakaran dilakukan secara kontinyu didalam
ruang bakar dengan mengalirkan bahan bakar dan udara dari
luar.

Gambar 4.26 DuaUnit Boiler PLTU Jeneponto

4.3.1.2 System Kerja Boiler


Dalam dunia Industri PLTU, bolier merupakan peralatan
yang sangat dibutuhkan untuk bisa mengubah air demin
menjadi uap superheater dengan memanfaatkan energi panas
yang diperoleh dari hasil pembakaran bahan bakar seperti batu
bara, HSD, Gas, MFO, dll. Uap yamg dihasilkan oleh boiler
yang akan dipakai untuk menggerakkan turbin sehingga
generator juga ikut berputar.
Sistem boiler sendiri terdiri dari: sistem air umpan,
sistem steam dan sistem bahan bakar. Sistem air umpan

Laporan Praktek Kerja Lapangan 29


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan


kebutuhan steam. Sistem steam mengumpulkan dan
mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan
melalui sistem pemipaan ke turbin. Pada keseluruhan sistem,
tekanan steam disalurkan melalui valve dan dipantau dengan
alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua
peralatan yang digunakan untuk menyediakan bahan bakar
untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang
diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis
bahan bakar yang digunakan pada sistem.
Air yang disuplai ke boiler untuk diubah menjadi steam
disebut air umpan. Dua sumber air umpan adalah: (1)
Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari
proses dan, (2) Air make-up (air baku yang sudah diolah) yang
harus diumpankan dari luar ruang boiler dan plant proses.
Untuk mendapatkan efisiensi boiler yang lebih tinggi,
digunakan economizer untuk memanaskan awal air umpan
menggunakan panas dari gas buang.

4.3.1.3 Boiler Puverizer


Bagian-bagian utama dari boiler pulverizer adalah :

1. Coal Feeder yang berfungsi sebagai pengatur jumlah batu


bara yang masuk ke pulverized melalui sisi inlet pada
bagian atas.
2. Grinding yang berfungsi untuk menghancurkan batu bara.

3. Classifier yang berfungsi untuk memfilter agar hanya batu


bara yang telah halus saja yang dapat melewati sudu-sudu
tersebut.

Laporan Praktek Kerja Lapangan 30


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

Gambar 4.27 Boiler Pulverized PLTU Jeneponto

Spesifikasi Boiler Pulverized PLTU Jeneponto:


Manufact : Hangzhou Boiler Group
Co. Ltd. (RRC)
Boiler MCR Steam Flow : 220 t/h
Boiler Peak Steam Flow :242 t/h (Intermediate Peak
Loading)
Main Steam Outlet Temperature : 540 ºC
Main Steam Outlet Pressure (g) : 9.8 MPa
Nominal Steam Pressure : 13,8 MPa
Nominal Steam Temperature : 540oC
Feed Water Temperature : 243 ºC
RH Steam In/Out Temperature : 317/540 ºC
RH Steam In/Out Pressure : 2,44/2,26 Mpa
Feed Water Inlet Temperature : 224 ºC
Exhaust Gas Temperature : ±145 ºC

Jenis Boiler yang digunakan pada kedua unit diatas


adalah boiler pulverized sebab kebanyakan boiler stasiun
pembangkit tenaga yang berbahan bakar batu bara
menggunakan batu bara halus, dan banyak boiler pipa air di

Laporan Praktek Kerja Lapangan 31


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

industri yang lebih besar juga menggunakan batu bara yang


halus. Teknologi ini berkembang dengan baik dan diseluruh
dunia terdapat ribuan unit dan lebih dari 90 persen kapasitas
pembakaran batubara merupakan jenis boiler ini.

4.3.1.4 Flow Diagram Proses Boiler Puverizer


Dari flow diagram dapat tergambar secara terperinci
bagaimana proses yang terjadi pada boiler sehingga dapat
mengubah air demin menjadi steam dengan bahan bakar batu
bara.

Listrik
Super Heater HP IP LP Generator

Uap Uap

Bunker
cairan
Separat
or
cyclone
Drum Boiler Reheater
Make up Water
Condenser
Tank

Down comer
Coal feeder
Furnace

Condensate pump
Economizer

Coal Mill
Gland
Steam
Heater
Deaerator

HIGH Ket :
PRESSURE
HEATER = Jalur Batubara
Boiler feed pump Low Pressure
Heater = Jalur Air
= Jalur Uap (Steam)

Laporan Praktek Kerja Lapangan 32


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

4.3.1.5 Bagian-bagian Boiler Puverizer


1. Steam Drum

Drum boiler berfungsi untuk menampung dan


mengontrol kebutuhan air di boiler. Fungsi lain yang tidak
kalah pentingnya adalah memisahkan uap dan air. Untuk
mengontrol kebutuhan air boiler, maka level air di drum
harus dijaga konstan pada level normalnya. Drum ini
menampung uap jenuh (saturated steam) beserta air dengan
perbandingan antara 50% air dan 50% uap. Untuk
menghindari agar air tidak terbawa oleh uap, maka
dipasangi sekat-sekat, air yang memiliki suhu rendah akan
turun ke bawah dan air yang bersuhu tinggi akan naik ke
atas dan menguap.

Gambar 4.28 Steam Drum


2. Superheater

Merupakan tempat pengeringan steam, dikarenakan


uap yang berasal dari steam drum masih dalam keadaan
basah sehingga belum dapat digunakan. Proses Pemanasan
untuk superheater diambil dari panas gas buang hasil
pembakaran diruang pembakaran
(furnace). Superheater dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
Primary superheater, Secondary superheater, Final

Laporan Praktek Kerja Lapangan 33


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

superheater. Primary superheater menerima gas yang


relatif dingin untuk dipanaskan dengan gas buang yang
dialiri searah dengan aliran uap tersebut. Kemudian uap
keluar dari secondary superheater outlet melalui transfer
yang dilengkapi dengan pipa spary type attemperator untuk
mengatur suhu uap menuju secondary superheater. Disini
uap akan dipanas lebih lanjut seperti di primary
superheater, selanjutnya uap akan ke final
superheater dimanan uap juga akan dipanasi. Uap dari final
outlet superheater masuk ke final superheater. Dan keluar
melalui final outlet superheater untuk meninggalkan boiler
menuju high pressure. Suhu uap pada superheater ini yaitu
378.43oC 2.12 Mpa.
3. Hight Pressure Turbin
Uap dengan suhu 378.43oC dan tekanan 2.12 Mpa
dari Superheater akan masuk ke hight pressure turbin untuk
memutar turbin. Pada hight pressure turbin ini mempunyai
blade yang kecil dan rapat yang sudah di desain dengan
memperhitunkan potensi uap yang masuk.
4. Reheter

Reheater digunakan untuk menaikan kembali entalpi


uap setelah diekspansikan di high pressure turbine dengan
jalan dipanaskan ulang. Pada pemanasan ulang itu
temperatur akan naik, sedangkan tekanannya tetap
sehingga entalpi uap akan naik kembali.

5. Economiser

Economizer adalah alat yang digunakan untuk


memanaskan air pengisi boiler dengan media pemanas

Laporan Praktek Kerja Lapangan 34


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

energi kalor yang terkandung didalam gas bekas. Hal ini


dimaksudkan untuk mendapatkan air pengisi boiler yang
suhunya tidak jauh berbeda dengan air yang terdapat pada
boiler drum, yang dapat mengakibatkan keretakan pada
dinding boiler dengan kata lain economizer memiliki fungsi
mengurangi thermal stress serta untuk menaikkan efisiensi
boiler.

6. Downcomer

Pada komponen ini berfungsi untuk membuang air


dalam drum bagian atas, pembuangan air dilakukan bila
terdapat zat-zat yang tidak dapat terlarut, contoh
sederhananya ialah munculnya busa yang dapat menganggu
pengamatan terhadap gelas penduga. Untuk mengeluarkan
air dari dalam drum, digunakan blowdown valve yang
terpasang pada drum atas, katup ini bekerja bila jumlah
busa sudah melewati batas yang ditentukan.

7. Wall Tube/ Riser (Pipa-Pipa Air)


Wall tube merupakan pipa-pipa yang berada pada sisi
dinding sepanjang furnance, bertujuan agar terjadi
perpindahan panas dari ruang bakar ke water . dimana
dalam wall tube sebagian water akan berubah menjadi
steam. Pipa-pipaair memperoleh air dari header bagian
bawah ruang bakar. Pipa-pipa header tersebut diisi oleh
downcomer yang mengalirkan air dari Drum, turun ke
bawah melalui bagian luar dari ketel dan mengisi header .
8. Boiler Circulating Pump

Boiler circulating pump berfungsi untuk membantu


mengalirkan air dari downcomer menuju wall tube, pompa

Laporan Praktek Kerja Lapangan 35


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

ini merupakan jenis sentrifugal yang di gerakkan oleh motor


listrik. Pompa menggunakan air sebagai media pendingin.

9. Kondensor

Kondensor adalah peralatan untuk merubah uap


menjadi air. Prosesnya uap dari low pressure turbin masuk
dan didialirkan kedalam suatu ruangan yang berisi pipa-pipa
(tubes). Uap mengalir diluar pipa-pipa sedangkan air
sebagai pendingin mengalir didalam pipa-pipa. Kondensor
seperti ini disebut kondensor tipe surface (permukaan). Uap
yang telah berubah fase menjadi cair digunakan sebagai air
umpan boiler.
Kebutuhan air untuk pendingin di kondensor sangat
besar sehingga dalam perencanaan biasanya sudah
diperhitungkan. Air pendingin yang digunakan di PLTU
Jeneponto diambil langsung dari laut yang pompanya
terletak pada saluran intake. Posisi kondensor umumnya
terletak dibawah turbin sehingga memudahkan aliran uap
turbin untuk masuk kondensor karena grafitasi. Selain itu
kondesor juga merupakan tempat penambahan air demin
dari make up water tank untuk menambah volume air
umpan boiler.

10. Condensate pump

Condensate pump adalah pompa yang berfungsi untuk

mengalirkan air kondensat dari Condensor menuju

deaerator.

11. Gland Steam


Air kondensat akan melalui pemanasan di gland
steam sebelum masuk ke deaerator. Gland steam adalah

Laporan Praktek Kerja Lapangan 36


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

alat penukar panas yang memanfaatkan uap bekas dari


perapat poros turbin, Uap bekas ini akan memanaskan air
kondensat yang mengalir melintasi gland steam.
Temperatur air keluaran sekitar 45°C.
12. Low Pressure Heater

Air umpan boiler dari gland steam akan mengalir


melalui LP heater. Alat ini berfungsi untuk meningkatkan
efisiensi siklus serta untuk menghemat pemakaian bahan
bakar. Apabila air umpan boiler tidak dipanaskan terlebih
dahulu, maka dibutuhkan lebih banyak bahan bakar untuk
menaikkan temperature air umpan di dalam boiler. LP
heater menggunakan uap ekstraksi dari intermediate
pressure turbin dan low pressure turbin.Temperatur air
keluaran sekitar 130°C.

Gambar 4.29 Low Pressure


13. Deaerator

Air dari low pressure heater mengalir masuk ke


deaerator. Deaerator berfungsi untuk membuang gas-
gas pencemaran dari dalam air kondensat seperti oksigen
(O2), karbondioksida (CO2), dan non condensable gas
lainnya. Pencemaran gas dapat menyebabkan korosi pada
saluran dan komponen-komponen yang dilalui oleh air

Laporan Praktek Kerja Lapangan 37


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

kondensat. Panas yang digunakan untuk memanaskan ini


berasal dari intermediated pressure turbin. Temperatur
air keluaran sekitar 145°C.

Gambar 4.30 Daerator

14. Boiler Feed Pump

Boiler feed water pump berfungsi untuk


mengontrol dan mensuplai air pada jumlah tertentu yang
berasal dari deaerator menuju boiler dengan spesifikasi
tekanan tertentu. Air tersebut sebelum masuk ke boiler
biasanya mengalami pemanasan awal (pre-heating).
Sehingga air yang dipompa oleh BFWP juga memiliki
temperatur tertentu yang cukup panas.

15. High Pressure Heater

High pressure heater berfungsi untuk memanaskan


air umpan boiler yang melewatinya, air umpan ini
berasal dari deaerator.Uap panas untuk memanaskan air
umpan diperoleh dari uap ekstraksi high pressure turbin.
Temperatur air keluaran sekitar 220°C.

Laporan Praktek Kerja Lapangan 38


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

4.3.1.6 Sistem Bahan Bakar Pembakaran

Sistem bahan bakar adalah semua perlatan yang


digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk
menghasilkan panas yang di butuhkan.

1. Coal Bunker

Adalah tempat penampungan batu bara terakhir


sebelum digunakan untuk tungku pembakaran (furnance) di
boiler. PLTU Jeneponto memiliki 4 coal bunker yang
digunakan untuk mendukung suplai batu bara ke 1 unit
Boiler.

Gambar 4.31 Coal Bunker

2. Coal Feeder (Pengumpan)

Berfungsi untuk mengalirkan batu bara yang berasal


dari suatu bunker untuk di transfer ke furnance yang
digunakan sebagai bahan bakar. Coal Feeder ini
mempunyai kecepatan rendah dan daya hantar pendek dan
dapat diatur kecepatanya sesuai aliran batu bara yang
diinginkan. PLTU Jeneponto memiliki 1 unit coal feeder
untuk setiap 1 unit bunker, sehingga terdapat 4 unit coal
feeder untuk 1 unit boiler.

Laporan Praktek Kerja Lapangan 39


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

Gambar 4.32 Coal Feeder

3. Puverizer/ Mill

Berfungsi untuk menggiling batu bara hingga halus,


batu bara keluaran pulverizer akan berukuran 200 MESH
atau 75 µm. Sedang untuk membawa bubuk batu bara ke
furnace, dihembuskan udara primer ke mill. Udara primer
dihasilkan oleh primary air fan (PAF) dan dipanaskan pada
air preheater sehingga cukup untuk mengeringkan bubuk
batu bara. PLTU Jeneponto terdiri 4 unit coal mill untuk 1
unit Boiler, dengan menggunakan tipe Bowl mill.

Gambar 4.33 Puverizer

Laporan Praktek Kerja Lapangan 40


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

4. Primary air fan (PAF)

Berfungsi menghembuskan udara primer ke mill


untuk membawa bubuk batu bara ke furnace, dipanaskan
pada air preheater sehingga cukup untuk mengeringkan
bubuk batubara.

5. Seal Air fan (SAF)

Yaitu alat yang berfungsi menghasilkan udara perapat


yang digunakan pada Mill Pulperizer dan acces udara pada
boiler.

6. Oil burner
Sebagai bahan bakar penyalaan/pembakaran awal,
menaikkan temperatur dan tekanan pada saat mulai dingin
serta berfungsi sebagai stabilisasi pembakaran.Untuk
kesempurnaan proses pembakaran, maka HSD yang
disemprotkan ke ruang bakar diatomisasi (dikabutkan)
dengan menggunakan uap atau udara. Pengaturan
pembakaran atau panas yang masuk boiler dapat dilakukan
dengan mengatur aliran HSD atau menambah/ mengurangi
ignitor yang operasi.
Pada PLTU Jeneponto Terdapat 4 tiny oil gun yang
menyatu dengan saluran coal pipe mill A dan 8 large oil
gun dalam 1 unit boiler. HSD dioperasikan pada saat start
up awal sampai mencapai beban 50%, serta menjadi back
up pada saat salah satu mill dalam keadaan trip.

Laporan Praktek Kerja Lapangan 41


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

Gambar 4.34 Oil Burner

7. Furnace

Berfungsi untuk membakar batu bara, selain dari PA


fan, udara pembakaran juga di dapatkan dari secondary air
yang berasal dari FD Fan.

4.3.2 Turbin
Turbin uap merupakan suatu penggerak mula yang mengubah
energi potensial uap menjadi energi kinetik dan selanjutnya diubah
menjadi energi mekanis dalam bentuk putaran poros turbin. Suatu
turbin dapat terdiri dari satu dua atau banyak silinder yang merupakan
mesin rotasi berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi
mekanik. Tiap silinder memiliki sebuah rotor yang disangga oleh
bantalan-bantalan. Rotor-rotor tersebut disambung menjadi satu
termasuk rotor generator. Ruang diantara rotor dengan rumah turbin
(casing) terdiri dari rangkaian sudu-sudu tetap dan sudu-sudu gerak
yang dijajarkan berselang-seling.
Sudu-sudu tetap dipasang disekeliling bagian dalam rumah
turbin, sedang rangkaian sudu gerak dipasang pada rotor. Bila
kedalam turbin dialirkan uap, maka energi panas yang dikandung uap
akan diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros.
Mula-mula energi panas dalam uap diubah terlebih dahulu
menjadi energi kinetik (kecepatan) dengan cara melewatkan uap
melalui nosel-nosel. Uap berkecepatan tinggi kemudian diarahkan ke

Laporan Praktek Kerja Lapangan 42


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

sudu-sudu sehingga menghasilkan putaran poros turbin dimana energi


mekanik ini selanjutnya dapat digunakan untuk menggerakkan
generator, pompa dan sebagainya.
Perubahan energi panas menjadi energi kinetik terjadi didalam
nosel (sudu diam) turbin, sedangkan perubahan energi kinetik menjadi
energi mekanik dalam bentuk putaran rotor turbin terjadi pada sudu
jalan turbin.

Gambar 4.34 Konversi Energi didalam Turbin

Jadi didalam turbin, uap mengalami proses ekspansi yaitu


penurunan tekanan dan mengalir secara kontinyu. Akibat pengurangan
tekanan uap didalam rangkaian sudu-sudu, maka kecepatan uap
meningkat sangat tinggi. Kecepatan aliran uap tersebut akan
bergantung pada selisih banyaknya panas uap sebelum dan sesudah
ekspansi. Selisih banyaknya panas uap sebelum dan sesudah ekspansi
didalam turbin dinamakan penurunan panas/heat drop.

Pada PLTU Jeneponto menggunakan turbin uap N125-13.24/535/535


dengan daya 125 MW.

Laporan Praktek Kerja Lapangan 43


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

Gambar 4.35 Turbin Uap

Berikut Spesifikasi turbin uap N125-13.24/535/535

Tipe : Super-high temperature and pressure,


Condensing Double-casing impulse-
Type steam turbin
Manufacture : Dongfang Turbin Co, Ltd.
Rated Output : 125 MW
Rated Power : 135 MW
Fresh Pressure : 13,24 Mpa
Exhaust Pressure : 0,0075 Mpa (7.5 KPa)
Steam Temperature : 535 ºC
Rated Speed : 3000 rpm
Critical speed : 1562.3 rpm (design)

4.3.3 Generator
Tujuan utama dari kegiatan di PLTU adalah menghasilkan
energi listrik. Generator yang dikopel langsung dengan turbin akan
menghasilkan tegangan listrik saat turbin berputar. Proses konversi
energi didalam generator adalah dengan memutar medan magnet
didalam kumparan. Rotor generator sebagai medan magnet
menginduksi kumparan yang dipasang pada stator sehingga timbul

Laporan Praktek Kerja Lapangan 44


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

tegangan diantara kedua ujung kumparan generator. Untuk membuat


rotor agar menjad i medan magnet, maka dialirkan arus DC ke
kumparan rotor. Sistem pemberian arus DC kepada rotor agar
menjadi magnet ini disebut eksitasi.

Gambar 4.36 Generator Uap

Spesifikasi Turbogenerator PLTU Jeneponto adalah sebagai berikut:

Manufacture : Shandong Jinan Power Equipment Pactory


Type : QF-125-2-13.8
Rated Power : 125 MW
Rated Output : 156,25 MVA
Rated Voltage : 13.800 V
Rated Current : 6537,0 A
Excitation Current : 1432,8 A
Frequency : 50 Hz
Rated Speed : 3000 rpm/min
Power Factor : 0.8 Lagging

4.3.4 Transformator
Traformator merupakan alat listrik yang berfungsi untuk
menaikkan dan menurunkan tegangan. Tenaga listrik yang dihasilkan

Laporan Praktek Kerja Lapangan 45


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

dari keluaran trafo selanjutnya dihubungkan ke rangkaian serandang


hubung (switch yard). Selanjutnya dilanjutkan ke gardu induk (GI).

Spesifikasi Transformator Utama PLTU Jeneponto :

Pabrik pembuat : Chongqing AEA Transformator


Group
Rated Power : 63 MVA
Rated Voltage : 10,5 kV/150kV
Rated Current : 230,2 A/ 3464 A
Wiring Group : Ynd11
Frequency `: 50 Hz
Cooling : ONAN/ONAF
Impedance Uk : 12 %

(a) (b)
Gambar 4.37 Trafo Utama (a) dan Pemakaian Sendiri (b) pada PLTU Jeneponto

Laporan Praktek Kerja Lapangan 46


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
PLTU adalah pembangkit listrik yang menggunakan tenaga uap untuk
menggerakkan turbin yang dihubungkan dengan generator listrik. Secara
umum proses pembangkitan listrik dengan tenaga uap dibagi menjadi tiga
plant yaitu water treatment plant, coal handling system, dan peralatan boiler
turbin generator (BTG).
Pada water treatment plant, air asin diolah menjadi air umpan boiler
untuk diolah menjadi steam yang akan menggerakkan turbin. Sumber bahan
baku yang digunakan ialah air laut. Air umpan boiler dari WTP dipastikan
bebas dari kandungan O2, bebas dari asam, bebas dari bakteri maupun bebas
dari mineral-mineral lain yang dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan
boiler.
Bahan bakar utama yang digunakan adalah batubara yang disediakan
dari coal handling system. Batu bara ini dimasukkan ke bunker dengan
menggunakan bantuan belt conveyer dan beberapa alat pendukung lainnya.
Batu bara inilah yang akan memanaskan air umpan boiler tadi menjadi steam.
Setelah air umpan masuk kedalam boiler, panas dari batu bara akan
mengubah air tersebut menjadi uap panas lanjut atau uap superheated yang
kemudian dialirkan ke turbin yang akan menghasilkan energi mekanik yang
selanjutnya diubah menjadi energi listrik oleh generator. Diantara turbin dan
generator terdapat couple yang berfungsi untuk menjaga agar putaran turbin
dan generator sejajar. Selanjutnya energi listrik ini dialirkan ke transformator
(Trafo) untuk dinaikkan tegangannya dan disalurkan ke gardu listrik
Pembangkit Listrik Negara (PLN).

Laporan Praktek Kerja Lapangan 47


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OPERASI SISTEM PLTU JENEPONTO 2x125 MW
PT. BOSOWA ENERGI
Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (92352)

5.2 Saran
1. Lebih mengutamakan Keselamatan Kesehatan Kerja demi terciptanya
tenaga yang sehat sehingga kinerjanya lebih maksimal.
2. Lebih memperhatikan maintenance peralatan agar memperlancar proses
kerja pembangkit listrik.

Laporan Praktek Kerja Lapangan 48

Anda mungkin juga menyukai