Anda di halaman 1dari 256

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

BAB III
MATERI PEMBIDANGAN
3.1

K2 & K3

3.1.1 Keselamatan Ketenagalistrikan (K2)

Gambar 3.1 Bagan Lingkup K2 dan K3


Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) adalah segala upaya atau langkahangkah pengamanan instalasi tenaga listrik dan pengamanan pemanfaat tenaga
listrik untuk mewujudkan kondisi andal dan Aman bagi instalasi dan kondisi aman
dari bahaya bagi manusia dan mahluk lainnya, serta kondisi ramah lingkungan
pada instalasi tenaga listrik.
Lingkup Keselamatan Ketenagalistrikan yang menjadi tanggung jawab PT
PLN (Persero) adalah mulai dari Instalasi Pembangkitan sampai dengan Alat
Pengukur dan Pembatas (APP) yang ada disetiap pelanggan (konsumen) PT PLN
(Persero)

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 3.2 Bagan 4 Pilar K2


Keselamatan kerja adalah upaya untuk mewujudkan kondisi aman bagi
pekerja dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan Instalasi dan kegiatan
ketenagalistrikan lainnya dari Perusahaan, dengan memberikan perlindungan,
pencegahan dan penyelesaian terhadap terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit
yang timbul karena hubungan kerja yang menimpa pekerja.
Keselamatan umum adalah upaya untuk mewujudkan kondisi aman bagi
masyarakat umum dari bahaya yang diakibatkan oleh kegiatan Instalasi dan
kegiatan ketenagalistrikan lainnya dari Perusahaan, dengan memberikan
perlindungan, pencegahan dan penyelesaian terhadap terjadinya kecelakaan
masyarakat umum yang berhubungan dengan kegiatan Perusahaan.
Keselamatan lingkungan adalah upaya untuk mewujudkan kondisi akrab
lingkungan dari Instalasi, dengan memberikan perlindungan terhadap terjadinya
pencemaran dan / atau pencegahan terhadap terjadinya kerusakan lingkungan
yang diakibatkan oleh kegiatan Instalasi.
Keselamatan instalasi adalah upaya untuk mewujudkan kondisi andal dan
aman bagi Instalasi, dengan memberikan perlindungan, pencegahan dan

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

pengamanan terhadap terjadinya gangguan dan kerusakan yang mengakibatkan


Instalasi tidak dapat berfungsi secara normal dan atau tidak dapat beroperasi.
Keselamatan kerja adalah upaya mewujudkan kondisi aman bagi pekerja
dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan Instalasi dan kegiatan
ketenagalistrikan lainnya dari Perusahaan, dengan memberikan perlindungan,
pencegahan dan penyelesaian terhadap terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit
yang timbul karena hubungan kerja yang menimpa pekerja. Keselamatan kerja
juga merupakan suatu usaha pencegahan terhadap kecelakaan kerja yang dapat
menimbulkan berbagai kerugian, baik kerugian harta benda (rusaknya peralatan),
maupun kerugian jiwa manusia (luka ringan, luka berat / cacat bahkan tewas).
Sedangkan Kecelakaan sendiri adalah kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga / tiba-tiba yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
Hak dan Kewajiban setiap tenaga kerja dalam K3 (Bab VIII, Pasal 12, UU
No : 1 tahun 1970) adalah sebagai berikut:
1.

Memberikan keterangan yang benar tentang K3, bila diminta oleh


pengawas/ahli K3

2.

Memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan

3.

Mematuhi dan mentaati semua syarat K3

4.

Minta kepada pengurus agar dilaksanakan semua syarat K3 yang di


wajibkan

5.

Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat K3 dan


alat pelindung diri yang diwajibkan diragukan olehnya, kecuali
dalam hal-hal khusus yang ditentukan oleh pengawas dalam batasbatas yang masih dapat di pertanggung jawabkan

Pengaruh K2 terhadap penilaian tingkat kinerja unit-unit PT PLN


(Persero) dituangkan dalam Keputusan Direksi PT PLN (Persero) yang mengatur
tentang Sistem penilaian tingkat kinerja PT PLN (Persero) Pembangkit, Wilayah,
Distribusi, Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban serta Unit-Unit Penunjang .
Dalam Keputusan Direksi tersebut berisi antara lain :

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

K2 Merupakan salah satu indikator kinerja yang dinilai pada Perspektif


Bisnis Internal
K2 adalah indikator yang digunakan untuk mengukur ketaatan unit unit
PLN untuk melaksanakan kewajiban :
1. Keselamatan kerja
2. Keselamatan Instalasi
3. Keselamatan Umum
4. Keselamatan Lingkungan
Jika K2 ini tidak dilaksanakan, maka akan menjadi Salah satu faktor
pengurang penilaian tingkat kinerja unit -unit PLN.
3.1.2 Bahaya Listrik
Bahaya Listrik adalah sesuatu yang dapat mendatangkan (menimbulkan)
kecelakaan, bencana, kerugian dan sejenisnya yang diakibatkan oleh adanya arus
listrik. Selain karena Unsafe Condition, bahaya listrik juga bisa timbul karena
adanya Unsafe Action, yang salah satunya adalah ketidaktaatan ataupun kelalaian
dari manusia yang menggunakan energi listrik.
Secara umum bahaya-bahaya yang mungkin dapat ditimbulkan oleh energi
listrik (tegangan/arus listrik) terhadap manusia yaitu :
-

Kejutan/terkejut

Kematian

Pingsan

Terbakar/luka bakar

Selain itu apabila terjadi hubung singkat pada instalasi / peralatan listrik,
maka dapat menimbulkan kebakaran. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
kecelakaan yang ditimbulkan listrik terhadap manusia adalah :
1.

Tegangan dan kondisi orang terhadap tegangan tersebut.

2.

Besarnya arus yang melewati tubuh manusia

3.

Jenis arus, searah dan bolak-balik

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Medan adalah pengaruh tertentu di dalam suatu ruang. Dan Medan Listrik
(ML) adalah pengaruh tertentu di suatu ruang akibat adanya partikel bermuatan
listrik (muatan) atau penghantar bertegangan. Besar Kuat Medan Listrik (KML) di
suatu titik berbanding lurus dengan besar muatan atau tegangan sumber serta
berbanding terbalik dengan jarak dari sumber ke titik tersebut. Sedangkan Medan
Magnet (MM) adalah pengaruh tertentu di suatu ruang akibat adanya gerakan
partikel bermuatan atau adanya arus listrik pada penghantar bertegangan. Besar
Kuat Medan Magnet (KMM) di suatu titik berbanding lurus dengan besar arus
listrik atau kemagnetan benda serta berbanding terbalik dengan jarak dari sumber
ke titik tersebut.
KONDUKTOR
BERTEGANGAN

MEDAN LISTRIK

MEDAN MAGNET
TANAH/BUMI

TANAH/BUMI

Gambar 3.3 Medan Magnet dan Medan Listrik


Radiasi Medan Listrik & Medan Magnet mempunyai spektrum frekuensi
yang luas, mulai dari tingkat frekuensi ekstrim rendah (ELF electromagnetic)
sampai dengan tingkat frekuensi yang sangat tinggi.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 3.4 Klasifikasi Spektrum Elektromagnetik


Radiasi pengion adalah radiasi dari gelombang elektromagnet dengan
frekuensi diatas 1016 Hz yang membawa energi sangat tinggi sehingga dapat
menyebabkan ionisasi. Sedangkan radiasi bukan pengion mempunyai tingkat
frekuensi yang lebih kecil dari 1016 Hz sehingga energi yang dibawanya tidak
sampai mengakibatkan ionisasi. Sehingga dengan frekuensi f = 50 (Hz), maka
ML & MM dari SUTT / SUTET tidak termasuk kedalam kelompok Radiasi
Pengion.
Tabel 3.1 Pedoman / standar Medan listrik dan Medan Magnet yang dipakai PLN
PEDOMAN / STANDAR
PLN Standar (SPLN No. 112/1994)
WHO recommendation 1987

MEDAN LISTRIK

MEDAN MAGNET

Working hour

Working hour

E (max) : 10 kV/m

B (max) : 0,5 mT

Continuously

Continuously

E (max) : 5 kV/m

B (max) : 0,1 mT

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Tegangan Yang Timbul Akibat Arus Bocor / Kesalahan Ke Tanah Terhadap


Orang Yang Berada Di Sekitar Instalasi Tenaga Listrik :

Tegangan Sentuh,
Adalah tegangan yang terdapat diantara peralatan yang dipegang
dengan elektrode pentanahan yang ditanam di bawah telapak kaki
orang yang sedang berdiri.

Tegangan Langkah
Adalah tegangan yang timbul diantara dua kaki orang yang sedang
berdiri di atas tanah yang sedang dialiri oleh arus kesalahan ke tanah.

Tegangan Pindah
Adalah hal khusus dari tegangan sentuh, dimana tegangan ini terjadi
pada saat terjadi kesalahan orang berdiri di dalam instalasi tenaga
listrik, dan memegang suatu peralatan yang ditanahkan pada titik
yang jauh sedangkan alat tersebut dialiri arus kesalahan ke tanah.

Jika terjadi hubung singkat pada instalasi / peralatan listrik maka dapat
menimbulkan arus listrik yang besar,dimana arus listrik yang besar ini akan
menimbulkan panas yang berlebihan. Timbulnya panas yang berlebihan inilah
yang akhirnya dapat menimbulkan kebakaran dan kerusakan pada peralatan /
instalasi listrik serta gedung / bangunan dan seluruh isinya.
3.1.3 Contoh Safety Prosedur Instalasi TT / TET
Penerapan Prosedur K3 Pada Instalasi Tegangan Tinggi / Ekstra Tinggi
meliputi:
1. Manuver pembebasan tegangan
2. Pelaksanaan pekerjaan pada instalasi dalam keadaan tidak bertegangan
3. Manuver pemberian tegangan
Personil yang diperlukan dalam pelaksanaan prosedur ini adalah:
1.

Penanggung jawab pekerjaan

2.

Pengawas k3

3.

Pengawas manuver

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

4.

Pelaksana manuver

5.

Pengawas pekerjaan

6.

Pelaksana pekerjaan

Pengawas K3, Pengawas manuver dan Pengawas pekerjaan tidak boleh


dirangkap. Peranan dan tugas / tanggung jawab dari masing-masing personil
tersebut adalah sebagai berikut.
Penanggung jawab pekerjaan :
a.

Bertanggung jawab terhadap seluruh rangkaian pekerjaan yang


akan dan sedang dilaksanakan pada instalasi listrik TT / TET

b.

Penanggung jawab pekerjaan adalah kuasa pemilik asset yaitu


Manajer APP./ Manajer UPT

c.

Mengelola seluruh kegiatan yang meliputi : personil, peralatan


kerja, perlengkapan K3 dan material.

d.

Melakukan koordinasi dengan unit lain yang terkait

Pengawas Manuver
a.

Bertugas sebagai pengawas terhadap proses manuver


(pembebasan / pengisian tegangan) pada instalasi listrik TT / TET,
sehingga keselamatan peralatan dan operasi sistem terjamin

b.

Personil yang ditunjuk sebagai pengawas manuver harus


memiliki kompetensi dan berpengalaman dalam bidangnya.

c.

Menjaga keamanan instalasi dan menghindari kesalahan


manuver yang dilakukan oleh operator gardu induk dengan cara
sebagai berikut :
- Mengawasi pelaksanaan manuver
- Mengawasi pemasangan dan pelepasan taging di panel kontrol
serta rambu pengaman di switch yard
- Mengawasi pemasangan dan pelepasan sistem pentanahan

Pelaksana Manuver

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

a.

Bertindak selaku eksekutor manuver pada instalasi tegangan


tinggi / ekstra tinggi

b.

Pelaksana manuver adalah operator gardu induk dan Dispatcher


yang sedang bertugas pada saat pekerjaan berlangsung

c.

Melakukan pemasangan dan pelepasan taging di panel kontrol serta


rambu pengaman di switch yard

d.

Melakukan penutupan dan pembukaan PMS tanah

Pengawas Pekerjaan
a.

Bertugas sebagai pengawas terhadap proses pekerjaan


pada instalasi listrik TT / TET

b.

Personil yang ditunjuk sebagai pengawas pekerjaan harus


memiliki kompetensi dan berpengalaman dalam bidangnya.

c.

Mengawasi pelaksanaan pekerjaan instalasi listrik yang


meliputi :
-

Pemasangan dan pelepasan pentanahan lokal

Pemasangan dan pelepasan taging, gembok dan


rambu pengaman

d.

Menjelaskan metode pelaksanaan pekerjaan

Pengaturan waktu pelaksanaan pekerjaan


Menunjuk

personil

pelaksana

pekerjaan

sebagai

pelaksana pengamanan instalasi listrik untuk memasang dan melepas


taging, gembok dan rambu pengaman.
Pelaksana Pekerjaan
a.

Bertugas melaksanakan pekerjaan pada instalasi listrik TT / TET

b.

Personil pelaksana pekerjaan ditunjuk oleh pengawas pekerjaan

c.

Memasang dan melepas pentanahan lokal

d.

Memasang dan melepas taging, gembok dan rambu pengaman

e.

Melaksanakan pekerjaan

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Tahapan pelaksanaan pekerjaan dan penerapan prosedur K2 / K3 pada


pekerjaan instalasi TT / TET terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Persiapan
Izin pembebasan instalasi untuk dikerjakan
Pelaksanaan manuver pembebasan tegangan
Pernyataan bebas tegangan
Pelaksanaan pekerjaan
Pekerjaan selesai
Pernyataan pekerjaan selesai
Pernyataan instalasi siap diberi tegangan

9.

Pelaksanaan manuver pemberian tegangan

Gambar 3.5 Bagan Urutan Pelaksanaan Pekerjaan Prosedur K3


Alat Pelindung Diri Yang Dibutuhkan terdiri dari :
1.

Shackel stock (tongkat hubung)

2.

Alat pentanahan portable (grounding lokal)

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

10

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.

Voltage tester

4.

Bangku isolator

5.

Rambu-rambu pengaman / tanda-tanda peringatan

6.

Topi pengaman (helm)

7.

Pakaian kerja

8.

Sarung tangan

9.

Sarung tangan tahan tegangan / berisolasi

10. Sarung tangan untuk pemeliharaan batere


11. Kaca mata pengaman
12. Sabuk pengaman
13. Sepatu panjat
14. Sepatu kerja biasa
15. Sepatu tahan tegangan / berisolasi
16. Respirator (masker hidung)
17. Alat penutup telinga (ear protector)
18. Peralatan pernafasan (breating apparatus)
19. Jas hujan
20. Penutup dada untuk las listrik.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

11

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 3.6 Bagan Daerah Berbahaya dan Jarak Aman

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

12

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 3.7 Tabel Jarak Aman


3.1.4 Pencegahan Kecelakaan
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan / tidak diharapkan
.yang dapat menimbulkan berbagai kerugian, baik kerugian harta benda (rusaknya
peralatan) maupun kehilangan jiwa manusia. Kecelakaan kerja tidak selalu diukur
dari adanya korban manusia cidera atau mati.
Suatu kecelakaan dapat terjadi disebabkan oleh 2 (dua) hal,yaitu:
1.

Unsafe action
Unsafe Action adalah Sikap atau tingkah laku manusia yang tidak

aman (berbahaya). Contoh-contoh Unsafe Act diantaranya adalah lalai,


ceroboh, bergurau ditempat kerja, menggunakan alat yang rusak, bekerja
dengan cara yang salah, bekerja tanpa wewenang, tidak memakai alat
pelindung diri (APD)
2.

Unsafe Condition
Unsafe Condition adalah Kondisi / keadaan tempat kerja atau

peralatan kerja yang tidak aman (berbahaya). Contoh Unsafe Condition


diantaranya adalah tempat kerja yang buruk, perlatan rusak / tidak laik
pakai, peralatan listrik yang masih bertegangan, peralatan / mesin tanpa
pelindung, terdapatbahaya kebakaran / ledakan
Kerugian-kerugian akibat kecelakaan dibagi menjadi 3 macam, yakni:
Terhadap karyawan
Terhadap perusahaan
Terhadap masyarakat
Kecelakaan yang terjadi pada perusahaan dapat berupa :
1.

Near miss (kejadian hampir celaka)

2.

Kecelakaan kerja (ringan, berat)

3.

Kerusakan harta dan kerugian proses

4.

Musibah (bencana alam) dan kehilangan

5.

Penyakit akibat kerja.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

13

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Langkah Penanggulangan kecelakaan kerja menurut ILO dapat dijelaskan


sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Adanya peraturan perundang-undangan


Standarisasi
Inspeksi / pemeriksaan
Riset teknis, medis, psikologis & statistik
Pendidikan & Pelatihan
Persuasi
Asuransi
Penerapan K3 di tempat kerja

Alat Pelindung Diri berfungsi untuk mengurangi akibat / resiko dari suatu
kecelakaan. Alat Pelindung Diri bukan untuk mencegah kecelakaan. Pemakaian
APD tidak menjamin pemakainya bebas dari kecelakaan, karena :
-

Kecelakaan ada sebabnya, pencegahan kecelakaan hanya bisa


dilaksanakan jika sebab-sebab kecelakaan dihilangkan

Adanya gerakan tak sadar / reflek dari pemakainya

APD mempunyai batas kemampuan

Alat Pelindung Diri terdiri dari ;


1. Alat pelindung wajah
2. Alat pelindung mata
3. Alat pelindung pernafasan
4. Alat pelindung telinga
5. Alat pelindung badan
6. Alat pelindung tangan
7. Alat pelindung kaki
8. Alat pelindung jatuh
9. Alat pelindung tenggelam
10. Alat Pelindung kepala
Dalam praktek sehari hari ditempat kerja akan ditemukan hambatan
hambatan dalam pemakaian APD. Hambatan hambatan tersebut dapat
dikelompokkan menjadi;

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

14

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Hambatan dari Manajemen


Hambatan tingkah laku / sikap tenaga kerja
Hambatan dalam penyediaan

3.2

Overview Pembangkit

3.2.1 Sistem Tenaga Listrik


Secara umum sistem tenaga listrik dapat dikatakan terdiri dari tiga bagian
utama yaitu :
1. Pembangkitan tenaga listrik,

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

15

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

2. Penyaluran tenaga listrik.


3. Distribusi tenaga listrik.
Sistem tenaga listrik sering pula hanya disebut dengan sistem tenaga,
bahkan kadangkala cukup disebut dengan sistem. Penamaan suatu sistem tenaga
biasanya menggunakan daerah cakupan yang dilistriki, misalnya Sistem Jawa Bali
berarti sistem tenaga listrik yang mencakup Pulau Jawa, Madura dan Bali.

Gambar 3.8 Penyederhanaan Sistem Tenaga Listrik, terdiri dari : Pembangkit,


Transmisi dan Distribusi
3.2.2 Pembangkit Tenaga Listrik
Pembangkit listrik memasok tenaga listrik ke sistem tenaga. Pembangkit
listrik terdiri dari generator dan penggerak mula. Penggerak mula berupa mesin
yang memutar poros generator. Tenaga listrik diperoleh dari generator arus bolakbalik. Generator listrik menghasilkan tenaga listrik dengan frekuensi tertentu.
Generator - generator di sistem tenaga lisrik di Indonesia menggunakan frekuensi
50 hertz. Kapasitas generator beragam, dari beberapa ratus kW hingga lebih dari
seribu MW.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

16

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 3.9 Jenis pembangkit listrik tergantung pada jenis mesin penggerak mula
Pembangkit listrik sering dikelompokkan berdasarkan jenis tenaga yang
dirubah menjadi tenaga listrik, yaitu:
- Tenaga panas (thermal)
- Tenaga air (hidro)
- Tenaga nuklir
- Tenaga alternatip lainnya
Pembangkit listrik tenaga thermal dapat dibagi berdasarkan sumber panas
yang dipakai yaitu
- Energi dari bahan-bakar fosil : batubara (coal), minyak bumi (oil)dan
gas alam (natural gas)
- Dari panas-bumi (geothermal).
3.2.2.1 Pembebanan Pembangkit Tenaga Listrik
Berdasarkan pembebanan untuk memenuhi pasokan bagi sistem tenaga
listrik, unit pembangkit biasanya dapat dikategorikan sebagai salah satu dari tiga
jenis pembangkit yaitu:
1. Pembangkit Pemikul Beban Dasar
Pembangkit dengan 5000 jam operasi rata-rata per tahun (capacity factor >
57 %) disebut pembangkit pemik ul beban-dasar. Pembangkit dalam kategori ini
memiliki daya keluaran besar, biaya kapital tinggi dan biaya operasi rendah.
Pembangkit tenaga nuklir dan pembangkit tenaga uap berbahan-bakar batubara
biasanya digunakan sebagai pemikul beban dasar.
2. Pembangkit Pemikul Beban Menengah
Pembangkit dengan jam operasi lebih besar dari 2000 jam per tahun dan
lebih kecil dari 5000 jam rata-rata pertahun (23%> capacity factor > 57 %)
disebut pembangkit pemikul beban menengah. Pembangkit combined cycled,
pembangkit berbahan-bakar minyak dan pembangkit tua yang kurang efisien
digunakan untuk pemikul beban menengah.
3. Pembangkit Pemikul Beban Puncak

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

17

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Pembangkit pemikul beban puncak dioperasikan untuk memenuhi beban


pada waktu beban maksimum (beban puncak). Periode bebanpuncak tidak selalu
sama. Jam operasi pembangkit ini kurang dari 2000jam rata-rata per tahun
(capacity factor < 23 %), sehingga pembangkityang dipilih biasanya yang
berbiaya kapital rendah. Biaya operasi jenispembangkit ini biasanya tinggi,
menyebabkan biaya keseluruhan pembangkitan menjadi tinggi. Pembangkit
tenaga (turbin) gas, air, pumped-storage dan mesin Diesel digunakan sebagai
pemikulbeban puncak.
3.2.3 Jenis Jenis Pembangkit Listrik
Sekelompok pembangkit listrik yang sejenis pada satu lokasi membentuk
pusat listrik. Pemberian nama pusat listrik menurut jenis penggerak mula yang
digunakan, seperti
-

Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD)


Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG)
Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Pusat Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU)
Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA)

Di samping itu ada pula pusat listrik yang diberi-nama menurut jenis
energi yang digunakan adalah :
- Pusat Listrik Tenaga Panas-Bumi (PLTP)
- Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
- Pusat Listrik Tenaga Surya (PLTS)
- Pusat Listrik Tenaga Angin (PLT-Angin)
Secara logis kita akan berfikir bahwa tempat yang paling baik untuk
menempatkan pusat listrik adalah dekat dengan pemakai tenaga listrik. Namun hal
ini tidak selalu dapat dipenuhi karena beberapa alasan yang dijumpai pada
keadaan yang sesungguhnya, antara lain pembangkit listrik tenaga nuklir dan
yang berbahan - bakar fosil memerlukan sumber air yang besar untuk sistem
pendinginannya. Hal ini hanya dapat dipenuhi dari laut, danau atau sungai. Inilah
alasan mengapa pembangkit listrik selalu dekat dengan air.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

18

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

- Pembangkit listrik memerlukan sumber air dengan perubahan elevasi


atau tinggi jatuh (head) yang cukup.
- Pembangkit listrik tenaga panas bumi harus berada pada lokasi
dimana sumber tenaganya tersedia.
- Tegangan keluaran generator bermacam-macam, biasanya 25 kV atau
lebih rendah.
3.2.3.1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
PLTU adalah suatu jenis pembangkit listrik yang menggunakan tenaga uap
air untuk memutar mesin turbin yang selanjutnya memutar generator untuk
menghasilkan listrik. Sumber energi untuk menghasilkan uap pada PLTU biasanya
diperoleh dari pembakaran bahan bakar minyak (MFO) atau dari pembakaran batu
bara.
Keunggulan :
Kapasitas besar
Harga ekonomis
Persedian bahan bakar batu-bara banyak
Kesiapan dan keandalan cukup tinggi
Teknologi telah dikuasai
Suku cadang mudah didapat
Cocok untuk penyangga beban dasar
Kelemahan :
Kemampuan manuver beban lambat
Waktu untuk Star/Stop lama
Polusi abu sisa pembakaran dan debu B-bara
Emisi CO2, Sox, Nox , tinggi
Ketergantungan pada supplay bahan bakar
Harga batu bara cenderung terus naik
Batu bara bukan sumber energi terbarukan
3.2.3.2 Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

19

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

PLTGU merupakan suatu instalasi peralatan yang berfungsi untuk


mengubah energi panas (hasil pembakaran bahan bakar dan udara) menjadi energi
listrik yang bermanfaat. Pada dasarnya, sistem PLTGU ini merupakan
penggabungan antara PLTG dan PLTU. PLTU memanfaatkan energi panas dan
uap dari gas buang hasil pembakaran di PLTG untuk memanaskan air di HRSG
(Heat Recovery Steam Genarator), sehingga menjadi uap jenuh kering.
Prinsip Kerja
Prinsip kerja PLTG adalah sebagai berikut, mula-mula udara dimasukkan
kedalam kompresor dengan melalui air filter / penyaring udara agar partikel debu
tidak ikut masuk ke dalam kompresor tersebut. Pada kompresor tekanan udara
dinaikkan lalu dialirkan ke ruang bakar untuk dibakar bersama bahan bakar.
Disini, penggunaan bahan bakar menentukan apakah bisa langsung dibakar
dengan udara atau tidak.
Jika menggunakan BBG, gas bisa langsung dicampur dengan udara untuk
dibakar. Tapi jika menggunakan BBM harus dilakukan proses pengabutan dahulu
pada burner baru dicampur udara dan dibakar. Pembakaran bahan bakar dan udara
ini akan menghasilkan gas bersuhu dan bertekanan tinggi yang berenergi
(enthalpy).
Gas ini lalu disemprotkan ke turbin, hingga enthalpy gas diubah oleh
turbin menjadi energi gerak yang memutar generator untuk menghasilkan listrik.
Setelah melalui turbin sisa gas panas tersebut dibuang melalui cerobong/stack.
Karena gas yang disemprotkan ke turbin bersuhu tinggi, maka pada saat yang
sama dilakukan pendinginan turbin dengan udara pendingin dari lubang udara
pada turbin.Untuk mencegah korosi akibat gas bersuhu tinggi ini, maka bahan
bakar yang digunakan tidak boleh mengandung logam Potasium, Vanadium, dan
Sodium yang melampaui 1 part per mill (ppm).

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

20

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 3.9 Alur Kerja PLTGU


Bagian - Bagian Utama dan Operasional PLTG/U
Turbin Gas adalah suatu pembangkit tenaga listrik yang menggunakan
bahan bakar gas/HSD dan terdiri dari beberapa bagian antara lain :
a. Starting unit.
b. Compressor.
c. Ruang Bakar.
d. Turbin.
e. Peralatan Bantu.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

21

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Prinsip kerja dari Turbin gas adalah udara luar dihisap oleh Compressor
melalui Intake Air Filter dan Inlet Gaude Van masuk keruang bakar. Diruang
bakar udara bercampur dengan bahan bakar untuk proses pembakaran di
combuctor cilinder. Gas panas hasil dari proses pembakaran tersebut masuk ke
turbin untuk menggerakan sudu-sudu turbin, putaran turbin digunakan untuk
menggerakan generator. Sebagian dari udara tersebut untuk proses pendinginan
pada komponen-komponen turbin. Adapun uraian dari peralatan diatas adalah
sebagai berikut :
1. Starting Unit
Merupakan bagian dari turbin gas yang berfungsi untuk penggerak awal.
Terdiri dari beberapa pompa-pompa minyak pelumas, pony motor, starting motor,
torque converter dan aux gear. Adapun fungsi dari peralatan tersebut adalah untuh
penggerak awal hingga terjadi proses pembakaran.
2. Compressor
Bagian dari turbin gas yang berfungsi untuk menghisap udara luar melalui
intake air filter masuk keruang bakar, yang digunakan untuk proses pembakaran
dan media pendingin. Terdiri dari Intake Air Filter, Inlet Guade Van (IGV), sudususdu tetap dan sudu-sudu jalan yang berjumlah 19 tingkat. Adapun fungsi dari
peralatan tersebut untuk menarik udara luar masuk ke ruang bakar sebagai proses
pembakaran dan media pendingin.

3. Ruang Bakar (Combustor Chamber)


Disini terjadi pembakaran dalam (internal combustion engine), terdiri dari
fuel nozzle, Combustor Bascket, Combustor Cilinder, transtiton .Pada bagian sisi
lain terdapat Flame detector dan igniter. Adapun fungsinya adalat tempat
terjadinya proses pembakaran.
4. T u r b i n.
Gas panas hasil pembakaran yang bertekanan digunakan untuk memutar
turbin .Terdiri dari komponen sudu tetap (Vane segment) dan sudu-sudu jalan

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

22

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

(Moving Blade).Adapun fungsinya untuk merubah energi panas menjadi energi


putar yang digunakan untuk memutar Generator.
5. Peralatan Bantu.
Terdiri dari peralatan-peralatan pendingin seperti pendingin air,pendingin
udara dan pendingin minyak pelumas.
Keunggulan :
Kemampuan manuver beban cepat
Start/Stop time cepat
Respon frekfensi bagus
Lokasi bisa dibangun di dekat kota
Bila menggunakan bahan bakar gas maka lingkungan bersih dan
polusi rendah
Sesuai untuk penyangga beban puncak
Kelemahan :
Bila dioperasikan hanya PLTG saja maka bahan bakar boros
Bila menggunakan bahan bakar minyak maka biaya produksi
sangat mahal
Spare part mahal dan cepat rusak
Bahan bakar gas tidak mudah didapat
3.2.3.3 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
Pembangkit

Listrik

Tenaga

Panas

Bumi

adalah

Pembangkit

Listrik (Power generator) yang menggunakan panas bumi (Geothermal) sebagai


energi penggeraknya. Sesungguhnya prinsip kerja PLTP sama saja dengan PLTU.
Hanya saja yang digunakan pada PLTP adalah uap panas bumi yang telah
dipisahkan dari air, yang berasal langsung dari perut bumi. Karena itu PLTP
biasanya dibangun di daerah pegunungan dekat gunung berapi. Biaya operasional
PLTP juga lebih murah dibandingkan dengan PLTU, karena tidak perlu membeli
bahan bakar, namun membutuhkan biaya investasi yang cukup besar untuk biaya
eksplorasi dan pengeboran perut bumi.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

23

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 3.10 Bagan Alur Kerja PLTP


Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
a. Reservoir Panas Bumi
Reservoir panas bumi biasanya diklasifikasikan ke dalam dua golongan
yaitu yang ber-suhu rendah (low temperature) dengan suhu <1500>high temperature) dengan suhu diatas 1500C. Yang paling baik untuk digunakan sebagai
sumber pem-bangkit tenaga listrik adalah yang masuk kate-gori high temperature.
Namun dengan perkembangan teknologi, sumber panas bumi dengan kategori low
temperature juga dapat digunakan asalkan suhunya melebihi 500 C.
b. Pembangkit (Power Plants)
Pembangkit (power plants) untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi
dapat beroperasi pada suhu yang relatif rendah yaitu berkisar antara 122 s/d 4820
F (50 s/d 2500 C). Pembangkit yang digunakan untuk mengkonversi fluida
geothermal menjadi tenaga listrik secara umum mempunyai komponen yang sama
dengan power plants lain yang bukan berbasis geothermal, yaitu terdiri dari

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

24

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

generator, turbin sebagai penggerak generator, heat exchanger, chiller, pompa,


dan sebagainya.
Keunggulan :

Kemampuan manuver beban lebih baik daripada PLTU

Start/Stop time lebih cepat

Keandalan dan ketersediaan bagus

Sumber energi kontinyu tidak

Persediaan energi tahan untuk jangka panjang / tidak cepat habis

tergantung pada musim

Kelemahan :

Uap mengandung sulfur tinggi , mengganggu kesehatan dan


peralatan

Biaya explorasi tinggi harga uap tinggi

Kualitas uap sulit dikendalikan , dapat merusak turbin dan pelatan


lainnya.

Kapasitas tergantung pada alam tidak bisa disesuaikan dengan


kebutuhan

Lokasi biasanya di pegunungan , jauh dari konsumen

3.2.3.4 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)


Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah pembangkit listrik yang
memanfaatkan air sebagai sumber energi utama untuk menghasilkan energi listrik.
Mesin penggerak yang digunakan adalah turbin air yang akan memutar generator
untuk menghasilkan listrik.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

25

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 3.12 Instalasi PLTA


Komponen-Komponen PLTA
a. Dam
Berfungsi untuk menampung air dalam jumlah besar karena turbin
memerlukan pasokan air yang cukup dan stabil. Selain itu dam juga berfungsi
untuk pengendalian banjir. Pada PLTA terdapat 2 jenis penampungan, yaitu :

Waduk

Utama

(upper

reservoir) seperti

dam

pada

PLTA

konvensional. Air dialirkan langsung ke turbin untuk menghasilkan


listrik.

Waduk cadangan (lower reservoir). Air yang keluar dari turbin


ditampung di lower reservoir sebelum dibuang disungai.

b. Pipa Pesat
Berfungsi untuk menghubungkan dam dengan turbin. Memiliki diameter
tertentu yang menyesuaikan debit air yang dialirkan.
c. Turbin
Berfungsi untuk mengubah energi potensial menjadi energi mekanik. Air
akan memukul sudu sudu dari turbin sehingga turbin berputar. Perputaran turbin
ini di hubungkan ke generator. Turbin terdiri dari berbagai jenis seperti turbin
Francis, Kaplan, Pelton, dll.
d. Generator
Generator dihubungkan ke turbin dengan bantuan poros dan gearbox.
Memanfaatkan perputaran turbin untuk memutar kumparan jangkar didalam
generator sehingga terjadi perubahan fluks yang membangkitkan arus AC pada
sisi statornya.
e. Trafo

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

26

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Trafo digunakan untuk menaikan tegangan arus bolak balik (AC) agar
listrik tidak banyak terbuang saat ditransmisikan. Trafo yang digunakan adalah
trafo step up.
f. Transmisi
Transmisi berguna untuk mengalirkan listrik dari PLTA ke rumah rumah
atau industri. Sebelum listrik kita pakai tegangannya di turunkan lagi dengan trafo
step down.
Keunggulan :

Biaya operasi sangat murah

Start/Stop time cepat

Respon frekfensi sangat baik

Ramah lingkungan bersih tidak menimbulkan polusi

Pengoperasian dan pemeliharaan mudah

Mampu start sendiri setelah terjadi blackout

Kelemahan :

Biaya investasi mahal

Kapasitas biasanya tidak terlalu besar

Ketergantungan pada musim

Kapasitas bendungan terancam oleh endapan lumpur

Lokasi biasanya jauh dari pusat beban

3.2.3.5 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)


PLTN merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan uranium sebagai
energy primer. Adapun untuk prinsip kerjanya adalah sebagai berikut:

Di dalam reaktor , bahan radio aktip Uranium mengalami reaksi


pembelahan inti sehingga menghasilkan energi panas.

Panas dari hasil reaksi inti ini digunakan untuk memanaskan air
hingga menjadi uap.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

27

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Uap yang dihasilkan dari pemanasan ini disalurkan untuk memutar


mesin

turbin

yang

selanjutnya

memutar

generator

hingga

menghasilkan listrik untuk disalurkan ke saluran transmisi.


Uap setelah melewati turbin diembunkan di kondenser hingga
menjadi air kemudian dipompakan lagi ke dalam reaktor untuk
dipanaskan lagi menjadi uap., begitu seterusnya

Gambar 3.12 Prinsip kerja PLTN


Keunggulan :
Mampu menjawab krisis minyak bumi
Potensi persediaan sumber energi sangat besar untuk jangka waktu
panjang
Tidak menimbulkan polusi udara yang mengakibatkan global
warming
Harga sumber energi (uranium) relatip lebih murah daripada
minyak bumi.
Kelemahan :
Resiko kebocoran bahan radio aktip
Menghasilkan limbah radio aktip
Biaya tinggi untuk investasi

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

28

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Keselamatan kerja dan pengolahan limbah


Membutuhkan ketelitian dan keahlian tinggi dalam pengoperasian ,
Adanya penolakan masyarakat.
3.2.3.6 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLT Surya)
Merupakan pembangkit yang memanfaatkan sinar matahari sebagai energy
primer. Adapun Keunggulannya diantarannya : Potensi sumber energi melimpah,
Sumber energi murah, tanpa bahan bakar, Lokasi bisa dimana mana relatip bebas,
Bersih tidak menimbulkan polusi, Pengoperasian dan pemeliharaan sederhana dan
mudah. Sedangkan untuk kelemahannya diantaranya Biaya investasi relatip mahal
dibanding dengan energi yang diperoleh, Daya tidak stabil, hanya ada waktu siang
hari saja dan dipengaruhi cuaca, Battery sebagai penyimpan energi, umurnya tidak
panjang, perlu penggantian secara periodik.

Gambar 3.14 Alur Kerja Solar Cell

3.2.3.7 Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLT Bayu)


PLT Bayu merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan Bayu/ Angin
sebagai energy primernya. Adapun Keunggulan PLTB/Angin seperti : Potensi
sumber energi cukup besar, Sumber energi murah, tanpa bahan bakar, Bersih tidak
menimbulkan polusi, Pengoperasian dan pemeliharaan sederhana dan mudah.
Sedangkan kelemahan PLTB/Angin yakni Daya tidak stabil dan tidak bisa
dikendalikan sesuai dengan kebutuhan (tergantung pada kecepatan angin), Biaya

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

29

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

investasi relatip mahal dibanding dengan energi yang diperoleh. Perlu survey yang
mendalam untuk menetapkan lokasi yang tepat . Sedangkan Kelemahannya
diantaranya : Daya tidak stabil dan tidak bisa dikendalikan sesuai dengan
kebutuhan (tergantung pada kecepatan angin), Biaya investasi relatip mahal
dibanding dengan energi yang diperoleh, Perlu survey yang mendalam untuk
menetapkan lokasi yang tepat.

Gambar 3.15 Bagian bagian PLT Bayu


3.2.4 Karakteristik Operasi Dan Indek Kinerja Unit Pembangkit
Speed Drop
Prinsip dasar kontrol Speed Droop adalah bagaimana mempertahankan
putaran Generator yang terkoneksi dengan Sistem (Jaringan) pada Frekuensi yang
sesuai atau sama dengan Frekuensi Sistem.
Jenis Pengaturan Speed Droop :
1. Primer :
Pengaturan besaran Speed Droop yang dimiliki Governoor secara
langsung baik diperbesar atau diperkecil, perubahan S1 ke S2 pada gambar
di atas. Semakin kecil Speed Droop yang dimiliki Governoor semakin
peka terhadap perubahan beban dan begitu sebaliknya semakin besar
Speed Droop semakin malas (kurang peka) terhadap perubahan beban.
2.

Sekunder :
Pengaturan

tanpa

mengubah

besaran,

melainkan

hanya

mengembalikan Frekuensi ke 100 %, biasanya dilakukan oleh Operator.


Frekuensi Deadband

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

30

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Rentang Frekuensi yang diijinkan dimana Turbin Generator dapat


beroperasi sesuai dengan karakteristiknya.
Efisiensi
Effisiensi adalah suatu parameter yang menyatakan tingkat unjuk kerja
dari Unit Pembangkit. Prinsip dasar Effisiensi adalah Perbandingan antara Kerja /
Energi yang dihasilkan dengan Usaha / Energi yang digunakan.
Daya Mampu
Daya Mampu pada unit pembangkitada 3 (tiga) macam, yaitu :
a.

Daya Terpasang : Daya sesuai desain pabrikan.

b.

Daya Mampu Bruto : Daya (Kapasitas) yang dihasilkan Generator


pada periode tertentu dengan tidak dipengaruhi oleh Musim atau
Derating lainnya.

c.

Daya MampuNetto : Daya Mampu Brutto dikurangi dengan


Pemakaian Sendiri (Alat bantu Operasional)

d.

Daya Mampu Minimum : Daya (Kapasitas) Minimum yang


dihasilkan Generator dengan tidak mempengaru hiber operasinya
peralatan bantu Unit

Ramp Rate
Secara Umum Ramp Rate juga dikenal dengan Tingkat Kecepatan
Maksimum naik atau turunnya Beban
Start Stop Time
Start - stop Unit adalah suatu kondisi dimana Unit Pembangkit dilakukan
Start atau Stop dalam suatu waktu dan kondisi tertentu.
Jenis Start :
1.

Start Dingin (Cold Start) : Unit Stop > 48 Jam

2.

Start Hangat (Warm Start) : Unit Stop 8 s/d 48 Jam

3.

Start Panas (Hot Start) : unit Stop < 8 Jam

Minimum Down Time

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

31

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Minimum Down Time adalah waktu yang diperlukan Unit Pembangkit


untuk tetap dalam kondisi tidak terhubung dengan Jaringan dan Mesin tersebut
tidak beroperasi setelah Shutdown untuk Stand-by atau gangguan.
Minimum Up Time
Waktu yang diperlukan Unit Pembangkit untuk tetap dalam kondisi
terhubung dengan Jaringan (on-line) setelah Start-up dan Unit dibebani dengan
beban minimum atau lebih sebelum diperintahkan untuk Shutdown kembali
Indek Kinerja Pembangkit
Equivalent Availability Factor (EAF): adalah ekivalen Availability Factor
yang telah memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.
Rumus :
EAF
Service

( AH ( EFDH EMDH EPDH ESEDH ))


100%
PH

Factor (SF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit

beroperasi terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini
menunjukkan prosentase jumlah jam unit pembangkit beroperasi pada satu
periode tertentu.

SH

Rumus : SF PH 100%
Planned Outage Factor (POF):adalah rasio jumlah jam unit pembangkit
keluar terencana (planned outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode.
POH

Rumus : POF PH 100%


Maintenace Outage Factor (MOF): adalah rasio dari jumlah jam unit
pembangkit keluar terencana (Maintenace outage) terhadap jumlah jam dalam satu
periode.
Rumus : MOF

MOH
100%
PH

Scheduled Outage Factor (SOF): adalah rasio dari jumlah jam unit
pembangkit keluar terencana (planned outage dan maintenance outage) terhadap
jumlah jam dalam satu periode.
( POH MOH )

100%
PH
DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

32

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Rumus : SOF

3.3

Monitoring Peralatan GI / GITET & Sistem Pemakaian Sendiri

3.3.1 Pengertian Monitoring Gardu Induk


Seorang operator yang akan memonitor gardu induk perlu pemahaman
terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan monitor.Monitor dalam hal ini
adalah melihat / mengamati /membaca dan mencatat apa yang ditunjukkan alatalat ukur, misalnya alat ukur ampere meter, volt meter, kwh meter, kvarh meter
dan lain - lain

sesuai

dengan formulir yang ada. Disamping itu seorang

operator juga harus mengamati secara

visual

peralatan - peralatan

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

yang

33

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

terpasang pada

gardu

induk / gardu

induk

tegangan

extra tinggi (GI /

GITET).
3.3.2 Tujuan Monitoring Gardu Induk
Tujuan monitoring gardu induk adalah untuk mengetahui besaran - besaran
yang dibaca pada alat ukur yang terpasang di gardu induk, misalnya alat ukur
ampere meter, volt meter, kwh meter, kvarh meter dan lain - lain sesuai dengan
formulir yang ada. Disamping itu seorang operator juga harus mengetahui bahwa
tujuan monitoring adalah untuk membandingkan / mengetahui kemampuan dari
peralatan & untuk perencanaan masa depan.
3.3.3 Monitoring Parameter / Besaran Operasi
Alat ukur yang terpasang di gardu induk adalah meter-meter pengukuran
yang terpasang pada bagian bagian peralatan bay trafo, bay penghantar bay
kopel / busbar yang terdiri dari meter analog dan meter digital.
Meter Yang Terpasang Pada Transformator Dan Penghantar :
Ampere meter

: pengukuran arus.

KV meter

: pengukuran tegangan.

Cos meter

: pengukuran factor daya.

MW dan MVAR meter

: pengukuran daya aktip dan daya reaktip.

KWH dan KVARH meter : pengukuran energi aktip dan energi reaktip.
Meter Yang Terpasang PadaKopel / Busbar :
KV meter

: pengukuran tegangan.

Frekuensi meter

: pengukuran frekuensi.

Sinkronmeter

: peralatan untuk sinkron.

Cara Pembacaan Pada Pembacaan Meter (Ampere, kV, Cos , MW dan


MVAR) Perlu Diperhatikan :
Pahami skala meter
Pahami klas meter.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

34

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Untuk meter analog, si pembaca harus melakukan posisi lihat lurus ke


depan.
Ratio CT dan PT
Cara membaca meter energy perlu diperhatikan :
Lihat angka sampai koma satu digit.
Check dengan rumus wh = v.i.cos . 3.h (jam).
Untuk meter analog, si pembaca harus melakukan posisi lihat lurus ke
depan.
Ratio CT dan PT

Log Sheet Dan Check List


Formulir yang diperlukan untuk melakukan monitoring peralatan gardu
induk adalah log

sheet dan check list. Pada formulir logsheet yang perlu

diperhatikan antara lain :


Beban harian transformator,
Beban harian penghantar
Kopel
Pemeriksaan sistem AC/DC
Check list adalah formulir untuk mengamati

dan mencatat secara visual

peralatan gardu induk secara harian, bulanan yang terdiri dari :


Tranformator.
Pemutus tenaga (PMT)
Lightning Arrester, PMS, CT dan PT
Batere dan rectifier
3.3.4 Monitoring Unjuk Kerja Peralatan Utama GI

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

35

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Yang dimaksud dengan monitoring unjuk kerja peralatan utama gardu


induk

adalah

hasil

penampilan

operasi

peralatan

tersebut

dengan

mempertimbangkan faktor - faktor sebagai berikut :


KWH Produksi per Tahun x 100 %
a. Faktor Kapasitas :
KW Kapasitas Terpasang x 8760 Jam

KWH Produksi per Tahun x 100 %


b. Faktor Beban :
KW Beban Puncak x 8760 Jam
Pengelolaan Data Operasi Gardu Induk
Pengelolaan data operasi gardu induk adalah semua monitoring yang telah
dicatat di file / disimpan dengan baik dan dengan adanya system komputer,
monitoring tersebut diedit dengan komputer dan akan dapat dibuka kembali bila
diperlukan baik oleh atasan ataupun pihak terkait yang membutuhkan data
tersebut.
Sistem Monitoring Dengan Program CBM Level 1
Dalam rangka meningkatkan monitoring peralatan Gardu Induk yang
semula menggunakan Check List berupa kertas dengan klasifikasi normal (a) dan
tidak normal (b) diganti dengan Program Condition Based Maintenance (CBM)
Inspeksi Level 1 menggunakan software khusus yang di-install dalamKomputer
GI berbasis web sehingga bisa dimonitor dari tempat lain (APP, APB dan Kantor
Induk P3B). Jika system ini sudah berjalan, maka system pelaporan tidak lagi
dilakukan secara manual.
3.3.5 Sistem Pelaporan
Laporan adalah penyampaian informasi baik secara tertulis maupun lisan,
laporan secara lisan disampaikan dengan menggunakan alat komunikasi antara
lain : jwoot, plc, radio receiver, pesawat telepon dan HP.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

36

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Tata cara laporan sesuai buku petunjuk pengoperasian gardu induk adalah
sebagai berikut :
a)

Mempersiapkan laporan
1. Menyiapkan format laporan.
2. Menyiapkan peralatan penunjang.
3. Mengetahui jadwal regular dan jenis laporan.

b) Membuat laporan.
Mencatat kondisi dan besaran parameter instalasi operasi sesuai dengan
format yang telah ditentukan (logsheet, chek list, buku mutasi)
c)

Melaksanakan pelaporan.
1. Mencatat besaran beban pada kondisi

normal dilaporkan ke pihak

terkait secara periodik.


2. Pada kondisi gangguan, anounsiator, indikasi rele dan parameter yang
timbul dilaporkan ke pihak terkait.
3. Pada kondisi pemeliharaan waktu dan urutan maneuver pembebasan
atau pemberian tegangan dilaporkan kepada pihak terkait.
4. Pada kondisi darurat / emergency (kebakaran, huru hara, bencana alam,
pendudukan) kejadian-kejadian yang dapat menimbulkan gangguan
instalasi gardu induk dilaporkan kepada pihak terkait.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

37

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.4

Budaya Perusahaan & Pedoman Perilaku

3.4.1 Visi
Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh-kembang,
unggul dan terpercaya dgn bertumpu pada Potensi Insani
3.4.2 Misi
1.

Menjalankan bisnis kelistrikan & bidang lain yg terkait,


berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan
pemegang saham;

2.

Menjadikan tenaga listrik sebagai media utk meningkatkan kualitas


kehidupan masyarakat;

3.

Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan


ekonomi;

4.

Menjalankan kegiatan usaha yg berwawasan lingkungan.

3.4.3 Tata Nilai SIPP


a. Saling Percaya
1. Saling menghargai;
2. Beritikad baik;
3. Transparan.
b. Integritas
1. Jujur & menjaga komitmen;
2. Taat aturan & bertanggung jawab;
3. Keteladanan.
c. Peduli
1.

Proaktif & saling membantu;

2.

Memberi yg terbaik;

3.

Menjaga citra perusahaan.

d. Pembelajar
1.

Belajar berkelanjutan & beradaptasi;

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

38

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

2.

Berbagi pengetahuan & pengalaman;

3.

Berinovasi.

3.4.4 Motto
Listrik untuk kehidupan yang lebih baik (Electricity for a better life)
3.4.5 Pedoman Perilaku
Pihak Yang Wajib Melaksanakan Pedoman Perilaku PLN
Direksi, Komisaris, Pemimpin Unit & Pegawai;
Anak Perusahaan & Perusahaan Afiliasi;
Pihak ketiga : konsultan, pemasok, IPP, pekerja alih daya, mitra kerja,
kontraktor, AKLI & Konsuil.
Kewajiban Pegawai
Menjalankan pedoman perilaku, memahami kebijakan dan berkomitmen
terhadap integritas dan menghindari pelanggaran
Memahami kebijakan PLN :
Pahami kebijakan perusahaan;
Pelajari rincian kebijakan;
Hubungi Manajer terkait bila ada pertanyaan tentang kebijakan.
Mengungkapkan masalah :
Segera ungkapkan bila ada potensi atau tindakan pelanggaran terhadap
kebijakan PLN;
Laporkan sesuai prosedur yang berlaku
Kepemimpinan PLN
Dos
1. Menginspirasi dan memberikan keteladanan perilaku SIPP;
2. Mempelopori

pembaharuan

dan

modernisasi

perusahaan

melalui

pemikiran out of the box;


3. Memastikan semua unsur perusahaan bekerjasama secara sinergis guna
mendapatkan kinerja unggul dan meningkatkan pelayanan publik;
4. Membina kader melalui proses CMC;

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

39

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

5. Mengantisipasi kondisi turbulence dan lingkungan yg selalu berubah dgn


gesit & fleksibel.
Donts
1. Menyalahgunakan wewenang dan jabatan;
2. Minta dilayani;
3. Ego sektoral, diskriminatif dan subyektif;
4. Mengembangkan situasi urgen menjadi kepanikan;
5. Menghambat kompetensi dan karir Insan PLN.
Hubungan Antara Insan PLN
Saling Percaya
Dos
1. Berpikir & berperilaku positif;
2. Menghargai pendapat dan gagasan yg berbeda;
3. Obyektif dan transparan;
4. Menjalin hubungan yg harmonis.
Donts
1. Saling menyalahkan;
2. Menyampaikan pendapat dan gagasan secara tidak santun;
3. Menilai kinerja secara subyektif;
4. Ego sektoral.
Integritas
Dos
1. Jujur dan menjaga komitmen;
2. Memberikan keteladanan;
3. Adil dan bertanggung jawab;
4. Mengakui keterbatasan;
5. Netral dlm berpolitik.
Donts
1. Menyalahgunakan wewenang dan jabatan;
2. Meminta, memberi dan/atau menerima suap dan gratifikasi;

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

40

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3. Melakukan pembunuhan karakter ;


4. Terlibat penggunaan narkoba;
5. Membocorkan rahasia Perusahaan.
Peduli
Dos
1. Saling membantu, memotivasi dan memberi perhatian;
2. Santun, ramah dan terbuka;
3. Menjga citra dan memberikan pelayanan terbaik;
4. Saling mengingatkan bila ada yg melanggar aturan.
Donts
1. Tidak peduli terhadap kondisi dan harta perusahaan serta keselamatan
kerja;
2. Menciptakan sistem dan prosedur yg berbelit-belit (birokratis);
3. Diskriminatif;
4. Minta dilayani.
Pembelajar
Dos
1. Memahami dan melaksanakan Kebijakan Perusahaan;
2. Meningkatkan kompetensi secara terus menerus (belajar
berkesinambungan;
3. Berbagi ide, informasi, pengetahuan dan pengalaman;
4. Melakukan inovasi dan mendorong perubahan;
5. Kritis dan bersemangat utk mendapatkan yg terbaik.
Donts
1. Mengulangi kesalahan yg sama;
2. Mengabaikan pemberdayaan insan PLN utk maju dan mandiri;
3. Menggunakan hak milik intelektual Perusahaan secara tdk sah;
4. Menghambat kemajuan Perusahaan;
5. Pasif dan reaktif.
Sikap Korporasi terhadap Hubungan Eksternal

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

41

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

a. Hubungan dengan Pelanggan


Dos
1. Mengutamakan kepuasan dan kepercayaan pelanggan;
2. Menjalin komunikasi edukatif yg sehat, ramah, adil, jujur dan tidak
menyesatkan;
3. Memenuhi standar mutu pelayanan yg telah disepakati;
4. Menegakkan integritas pelayanan publik;
5. Memberikan solusi yg saling menguntungkan.
Donts
1. Diskriminatif terhadap pelanggan;
2. Mengabaikan hak pelanggan;
3. Meminta dan/atau menerima suap dan gratifikasi;
4. Memfasilitasi & melakukan konflik kepentingan;
5. Menunjukkan ketidak pedulian terhadap pelanggan
b. Hubungan dengan Mitra Kerja / Pemasok
Dos
1. Menjaga & mengutamakan kepentingan Perusahaan;
2. Menilai secara obyektif, transparan & akuntabel;
3. Membuat Perjanjian Kerja yg saling menguntungkan;
4. Menjalin komunikasi secara jujur & efektif dgn tetap menjaga kerahasiaan
data & informasi;
5. Memberikan sanksi apabila tdk memenuhi Kontrak Kerja.
Donts
1. Diskriminatif & subyektif;
2. Meminta dan/atau menerima suap & gratifikasi;
3. Memfasilitasi & melakukan konflik kepentingan;
4. Menyalahgunakan wewenang & jabatan;
5. Dgn sengaja menunda pembayaran yg sudah memenuhi persyaratan
kontrak.
c. Hubungan dengan Pesaing
Dos

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

42

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

1. Melakukan persaingan yg sehat dgn mengandalkan keunggulan produk &


pelayanan;
2. Menjadikan pesaing sebagai pemacu peningkatan diri;
3. Menjaga kerahasiaan data & informasi.
Donts
1. Menunjukkan sikap konfrontatif;
2. Mengkambinghitamkan & merusak nama baik pesaing;
3. Memfasilitasi & melakukan konflik kepentingan.
d. Hubungan dengan Investor
Dos
1. Memilih investor yg terpercaya, kredibel & bertanggung jawab;
2. Membuat perjanjian kerja yg saling menguntungkan;
3. Menjalin komunikasi secara jujur dan efektif dengan tetap menjaga
kerahasiaan data & informasi;
4. Menyediakan informasi yang aktual, akurat & prospektif;
5. Menjaga kepercayaan investor.
Donts
1. Diskriminatif & subyektif;
2. Meminta dan/atau menerima suap & gratifikasi;
3. Melakukan bisnis yang bertentangan dengan nilai-nilai Perusahaan;
4. Memanipulasi informasi;
5. Memfasilitasi & melakukan konflik kepentingan.
e. Hubungan dengan Pemerintah/DPR
Dos
1. Menjaga & mengutamakan kepentingan Perusahaan;
2. Mendukung program & menjaga kepercayaan Pemerintah/DPR;
3. Membina hubungan yg harmonis & konstruktif;
4. Memberikan laporan data secara benar & akurat.
Donts
1. Memfasilitasi & melakukan konflik kepentingan;
2. Memberi layanan di luar batas ketentuan Perusahaan;

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

43

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3. Menyalahgunakan hubungan untuk kepentingan pribadi;


4. Memberi suap & gratifikasi.
f. Hubungan dengan Masyarakat
Dos
1. Mengembangkan & memelihara hubungan yg baik;
2. Melaksanakan Program CSR & memberikan bantuan masyarakat yg
mengalami musibah;
3. Menghormati tata nilai daerah;
4. Menjaga kelestarian & kebersihan lingkungan.
Donts
1. Diskriminatif & subyektif;
2. Tidak menanggapi keluhan masyarakat;
3. Memberikan janji-janji di luar kewenangannya;
4. Mencemari lingkungan.
g. Hubungan dengan Media Massa
Dos
1. Menjaga & mengutamakan citra Perusahaan;
2. Memberikan informasi yg aktual, relevan & berimbang;
3. Menerima & menindaklanjuti kritik-kritik membangun dgn
memperhatikan aspek risiko & biaya;
4. Membina hubungan baik & proaktif dalam rangka mensosialisasikan
peran, kebijakan & keberhasilan Perusahaan.
Donts
1. Memberi suap & gratifikasi;
2. Memberi informasi yg tidak benar;
3. Emosional menghadapi kritikan media;
4. Tidak memelihara hubungan & hanya berhubungan bila diperlukan.
h. Hubungan dengan Organisasi Profesi/Institusi Pendidikan
Dos

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

44

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

1. Menjalin kerjasama secara berkelanjutan utk memperoleh informasi


tentang perkembangan ilmu pengetahuan & teknologi;
2. Menerapkan standar-standar & sertifikasi yg disepakati bersama;
3. Memberikan kesempatan dalam bidang pendidikan, penelitian &
pengembangan masyarakat
Donts
1. Diskriminatif & subyektif;
2. Meminta, memberi, menerima suap & gratifikasi;
3. Memfasilitasi & melakukan konflik kepentingan.
i. Hubungan dengan Penegak Hukum
Dos
1. Menjaga & mengutamakan kepentingan Perusahaan;
2. Obyektif, transparan & taat aturan;
3. Menjalin kerjasama dalam upaya menjaga keamanan & keselamatan asset
Perusahaan;
4. Melaksanakan program konsultatif & bantuan hukum sesuai peraturan
yang berlaku.
Donts
1. Memberi suap & gratifikasi;
2. Memberikan keterangan palsu & membocorkan rahasia perusahaan;
3. Diskriminatif & menghambat penegakan Hukum;
4. Memanfaatkan hubungan utk kepentingan pribadi.
PITA
-

Partisipasi
Membangun dukungan & rasa kepemilikan bersama :

Komitmen integritas internal PLN

Collective action (PLN, vendor, publik

Multistakeholder forum.

Integritas
Membangun manusia & kultur :

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

45

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

CoE & CoC;

ILP

Tranparansi
Membangun sistem terbuka :

Responsif, mudah & terbuka informasi publik.

Akuntabilitas
Menciptakan mekanisme pertanggung jawaban :

Complaint HM;

Audit;

WBS & PG.


Maksud PB

Pedoman bagi Dir/Peg/Pejabat/Pemangku kepentingan di PLN untuk terciptanya


-

PLN Tangguh
Profesional & tahan goncangan/ godaan

GCG &
Meningkatkan Budaya Perusahaan yg sehat

PLN Unggul
Mengutamakan sistem, mutu & inovasi

PLN Bermartabat
Bersih dr segala bentuk penyimpangan & kecurangan (KKN)

Kebijakan PB

MA s/d MD (FA sederajat) membuat LHKPN setiap mutasi/ 2th sekali;

Direksi, Pegawai & Anggota keluarga inti :


- Melaporkan

penolakan,

penerimaan,

pemberian

&

penerimaan

gratifikasi yang dianggap suap & gratifikasi kedinasan ke UPG;


- Tidak melakukan kegiatan usaha / perniagaan dengan PLN;
- Mendaftarkan rekening bank & memberi kuasa kepada PLN utk
memantau transaksi yang melampaui batas transfer;

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

46

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

- Tidak diperkenankan menduduki jabatan eksekutif di Kop PLN / Anak


Kop PLN / Yayasan yang mempunyai hubungan perniagaan dengan
PLN;
-

Agar selalu melakukan transaksi non-cash, utk cash > 20 jt wajib


melaporkan;

3.5 Proteksi Tenaga Listrik


3.5.1 Pemeliharaan Proteksi Peralatan GI

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

47

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.5.1.1 Jenis-jenis relay


Rele adalah suatu alat yang bekerja secara otomatis memutus rangkaian
daya listrik dengan jalan membuka (mentripkan) Pemutus Tanaga (PMT) dan
memberikan alarm (informasi) akibat adanya gangguan.
Jenis relay dilihat dari desainnya adalah sebagai berikut :

Relay Jenis Elektromekanik

Relay Jenis Numerik/Digital

Relay Jenis Electronik

Jenis relay dilihat dari Karakteristik Waktunya adalah sebagai berikut :

Relay yang memiliki jenis Karakteristik Instantaneouse,


Adalah relay yang bekerja dengan waktu seketika (Instant) akibat arus
yang mengalir ke relay nilainya besar sekali (high set). Bekerja secara
instant idealnya tidak dapat bekerja dengan waktu nol detik (waktu kerja
kurang dari 150 mili detik).

Relay yang memiliki jenis Karakteristik Definite Time,


Adalah relay yang bekerja dengan waktu yang sudah ditetapkan (detik)
dan tidak bergantung dengan besarnya nilai arus gangguan.

Gambar 3.16 Grafik Karakteristik Realay Definite Time

Relay yang memiliki jenis Karakteristik Inverse Time,

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

48

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Adalah relay yang waktu kerjanya bergantung pada besarnya nilai arus
gangguan, semakin besar nilai arus gangguannya maka semakin cepat
waktu kerja relay.
Karakteristik Inverse Time dibagi sbb :

Standard/Normal Inverse (SI/NI)


Very Inverse (VI)
Extremely Inverse (EI)
Long Time Inverse (LTI)

Sampai saat ini untuk koordinasi setting waktu OCR/GFR menggunakan


Standard Inverse (SI).
3.5.1.2 Komponen Sistem proteksi
Komponen sisten proteksi terdiri dari beberapa peralatan sebagai berikut :
Pemutus Tenaga (PMT)
berfungsi sebagai pemutus dan penyalur daya.
Trafo Arus (CT) dan atau Trafo Tegangan (PT)
berfungsi sebagai Trafo Ukur guna merubah nilai primer ke nilai
sekunder.
Relay Utama dan relay bantu
fungsinya untuk membuka (mentripkan) PMT dengan tujuan memutus
penyaluran daya akibat adanya gangguan serta memberikan alarm.
Wiring (Pengawatan)
fungsinya sebagai penghubung antara peralatan yang satu dengan yang
lainnya sehingga menjadikan suatu rangkaian system proteksi.
Catu Daya DC
merupakan sumber tegangan yang dibutuhkan untuk control dan
tripping system proteksi yang nilai tegangannya 110 Volt.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

49

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 3.17
Relay proteksi dapat juga gagal bekerja dalam mendeteksi gangguan, sistem
proteksi gagal dalam mendeteksi gangguan di sebabkan sebagai berikut :
Relay rusak
Kesalahan setting
Kesalahan wiring
Tripping Coil PMT rusak
Rangkaian tripping putus
Relay bantu rusak
CT jenuh
Catu daya DC hilang
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh system proteksi
Sensitif : Mempu mendeteksi gangguan sekecil apapun.
Andal : Siap bekerja bila diperlukan (dependability) dan tidak akan
bekerja bila tidak diperlukan (security).

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

50

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Selektif : Mampu memisahkan daerah/jaringan yang terganggu saja.


Cepat : Mampu bekerja cepat (sesuai settingnya).
3.5.2 Pemeliharaan Sistem Proteksi Bay Trafo Tenaga
3.5.2.1 Differential Trafo
Relai Differential yang fungsinya adalah sebagai pengaman utama untuk
mendeteksi gangguan hubung singkat fasa-fasa maupun fasa-tanah yang terjadi
pada transformer di antara CT 1 & CT 2 (Daerah pengamanan relay Differential).

Gambar 3.18
Kondisi normal atau gangguan di F(eksternal), maka kondisi arus di rele
Differential adalah sebagai berikut :
I diff = i 1 i 2 dan i 1 = i 2 sehingga I diff = 0, maka rele Differential tidak
akan bekerja.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

51

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 3.19

Kondisi gangguan di F (internal), maka kondisi arus di relai Differential


adalah sebagai berikut :
I diff = i 1 i 2 dan i 2 = 0 , sehingga I diff = i 1, maka relai Differential akan
bekerja
Syarat suatu proteksi Differential adalah :
Besarnya arus yang masuk ke relai Differential harus sama.
Phasa phasa arus yang masuk ke relai Differential harus sama dan punya
arah yang berlawanan.
Agar syarat tersebut terpenuhi, dapat dipergunakan trafo arus bantu
(auxiliary CT) yang berfungsi untuk :
Mencocokan arus yang masuk ke relai Differential dari masing-masing sisi
(disebut penyesuaian arus).

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

52

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Mencocokan pergeseran phasa dari arus-arus yang akan masuk ke relai


Differential (disebut penyesuaian phasa).
Persyaratan pengawatan suatu proteksi Differential Trafo Tenaga adalah sbb :
Sisi Trafo
Tenaga
Y
D
Y
D

Auxilliary CT
Primer
Skunder

CT
Y
Y
D
Y

y
y
-

D
Y
-

Pemasangan relay Differential dengan menggunakan ACT

Gambar 3.20
Pemasangan relay Differential dengan menggunakan tanpa menggunakan ACT
(umumnya relay-relay jenis Digital/Numerik)

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

53

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 3.21

Gambar 3.22

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

54

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 3.23

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

55

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

56

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.5.3 Pemeliharaan Sistem Proteksi Bay Kopel & Busbar


3.5.3.1 OCR/GFR Kopel
Relai arus lebih (OCR) dan Relai Hubung Tanah (GFR) merupakan Relai
Proteksi yang bekerja bila arus yang mengalir ke relai melebihi settingnya dan
setting waktunya tercapai. Relai arus lebih (OCR) berfungsi untuk
mengamankan peralatan listrik akibat adanya gangguan fasa-fasa. Relai
hubung tanah (GFR) berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik akibat
adanya gangguan fasa-tanah.
OCR/GFR digunakan sebagai :
-

Proteksi utama penyulang (jaringan tegangan menengah)

Proteksi cadangan pada trafo, generator dan transmisi.

Proteksi utama untuk sistem tenaga listrik yang kecil dan radial
Proteksi utama motor listrik yang kecil.

Di bawah ini gambar pemasangan OCR/GFR bay Kopel sistem satu garis.

Gambar 3.24

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

57

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.5.3.2 Bus Proteksi


Gangguan pada busbar relatif jarang dibandingkan dengan gangguan
pada penghantar dari keseluruhan gangguan tetapi dampaknya akan jauh lebih
besar dibandingkan pada gangguan penghantar, terutama jika pasokan yang
terhubung ke pembangkit tersebut cukup besar.
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh gangguan di bus jika gangguan
tidak segera diputuskan antara lain adalah :
a.

Kerusakan instalasi,

b.

Timbulnya masalah stabilitas transient,

c.

Dimungkinkan OCR dan GFR di sistem bekerja sehingga pemutusan


menyebar.

Persyaratan yang diperlukan untuk proteksi busbar adalah :


1.

Waktu pemutusan yang cepat (pada basic time)

2.

Bekerja untuk gangguan di daerah proteksinya.

1. Tidak bekerja untuk gangguan di luar daerah proteksinya.


3. Selektif, hanya mentripkan PMT-PMT yang terhubung ke seksi yang
terganggu.
4.

Aman terhadap malakerja, karena proteksi ini mentripkan banyak PMT.


Jenis/pola proteksi busbar banyak ragamnya, tetapi yang akan di bahas
disini adalah proteksi busbar differential dengan jenis low impedance
dan high impedance.

Differential Low Impedance


1. Rasio CT tidak harus sama
2. CT memiliki Klas Prot (umumnya klas X).
3. Butuh 2Core CT setiap bay
4. Tidak menggunakan rangkaian Supervisi CT

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

58

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 3.25
Differential High Impedance
1. Bergantung Rasio CT (ratio harus sama)
2. CT memiliki Klas Prot (umumnya klas X).
3. Butuh 2Core CT saja sbg Inputannya
4. Harus dilengkapi rangkaian Supervisi CT

Gambar 3.26
3.5.3.3 CCP (Circulating Current Proteksi)
Merupakan proteksi utama dengan daerah proteksi pada daerah yang
dilingkupi CT diameter dan bay. Relay CCP merupakan relay differential jenis
high impedance yang akan mendeteksi gangguan fasa-fasa dan fasa- tanah.
Di bawah ini gambar pemasangan CCP

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

59

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 3.27
3.5.4 Pemeliharaan Sistem Proteksi Penghantar
3.5.4.1

Distance Relay, Teleproteksi

Distance Relay (relay jarak) merupakan pengaman utama SUTT/SUTET


dan sebagai backup prot u/seksi di depannya. Relay jarak mendapat inputan arus
dan tegangan, mendeteksi gangguan yang hanya di depannya saja. Untuk
mempercepat pemutusan gangguan maka dipasangnya sistem teleproteksi yang
sekarang merupakan keharusan
Prinsip kerja rele jarak adalah membandingkan impedansi gangguan
dengan impedansi setting bila :
Impedan gangguan lebih kecil dari pada impedansi setting maka rele
bekerja.
Impedan gangguan lebih besar dari pada impedansi setting maka rele
tidak bekerja.
Zf = Vf/If

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

60

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 3.28 Daerah Kerja relay jarak


Setelan daerah Kerja relay jarak sbb :
Zone 1 = 0.8 x ZL1(saluran); t1 = Instant (0 dt)
Zone 2 min = 1.2 x ZL1
Zone 2 mak = 0.8(ZL1+0.8ZL2); t2= 0.5 dt
Zone 3 min = 1.2(ZL1+0.8ZL2)
Zone 3 mak = 0.8(ZL1+1.2ZL2); t3=1.5 dt
3.5.4.2 Line Current Differential
Prinsip kerja pengaman differensial arus saluran transmisi mengadaptasi
prinsip kerja differensial arus, yang membedakannya adalah daerah yang
diamankan cukup panjang sehingga diperlukan :
Sarana komunikasi antara ujung-ujung saluran.
Relai sejenis pada setiap ujung saluran.
Karena ujung-ujung saluran transmisi dipisahkan oleh jarak yang jauh maka
masing-masing sisi dihubungkan dengan :
kabel pilot
saluran telekomunikasi : microwave, fiber optic.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

61

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 3.29
3.5.4.3 Auto Recloser
Relai ini berfungsi untuk memasukkan kembali PMT secara Otomatis
akibat mengalami gangguan yang bersifat temporer (satu fasa ke tanah) pada
menara SUTT/SUTET.
Saluran udara tegangan tinggi (SUTT/SUTET) merupakan salah satu
bagian sistem yang paling sering mengalami gangguan, sebagian besar dari sumber
gangguan tersebut (sekitar 80 %) bersifat temporer yang akan segera hilang
setelah Pemutus Tenaga (PMT) trip. Guna pelayanan (suplai energi listrik tetap
terjaga) serta batas stabilitas tetap terpelihara maka PMT dicoba masuk kembali
sesaat setelah kejadian trip diatas. Dengan memasukan kembali PMT ini
diharapkan dampak gangguan yang bersifat temporer tersebut dapat dikurangi.
Pengoperasian

auto-recloser

di

harapkan

dapat

meningkatkan

availability (ketersediaan) SUTT/ SUTET, hal ini berarti peluang (lama dan
frekuensi) konsumen terjadi padam dapat dikurangi. Namun sebaliknya,
pengoperasian A/R secara tidak tepat dapat menimbulkan kerusakan pada
peralatan, sehingga dapat menimbulkan dampak pemadaman meluas serta
waktu pemulihan yang lebih lama
Recloser terdiri dari 2 buah timer yaitu :
1. Timer Dead Time
2. Timer Reclaim Time/Blocking Time

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

62

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 3.30 Pemasangan Auto Recloser


Kriteria Setting A/R (Pola A/R) :
SPAR (Single Pole A/R)
Setting Dead Time : 0.5 s.d 1 dt
Setting Reclaim Time : 40 dt
TPAR (Three Pole A/R)
Setting Deat Time : 5 s.d 60 dt
Setting Reclaim Time : 40 dt
A/R hanya di aplikasikan pada SUTT/SUTET

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

63

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.6 TRANSAKSI TENAGA LISTRIK (TRANSAKSI)


3.6.1 MEKANISME TRANSAKSI TENAGA LISTRIK
3.6.1.1Struktur Pasar Tenaga Listrik
Secara fisik, bisnis tenaga listrik dibagi dalam tiga bagian, yaitu
pembangkitan, transmisi, dan distribusi. Tenaga listrik yang diperlukan oleh
konsumen akhir dibangkitkan oleh pembangkit, disalurkan melalui sistem
penyaluran (transmisi) dan didistribusikan melalui jaringan distribusi seperti pada
Gambar

Pasar tenaga listrik adalah interaksi antara pembeli tenaga listrik dan
penjual tenaga listrik. Pada eranya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu

Struktur Pasar Ketenagalistrikan Pra 90-an


Struktur pasar umumnya berbentuk pasar Terintegrasi
Vertikal (Vertical Integrated), Proses pengelolaan produksi listrik
dilakukan secara satu kesatuan oleh institusi yang sama
(monopoli) mulai dari pembangkitan, transmisi, distribusi sampai
ke konsumen akhir (end-user).
Sistem ketenagalistrikan lebih didominasi oleh aspek-aspek
teknis menyangkut keandalan instalasi, keamanan pasokan listrik,

teknologi dll.
Restrukturisasi Pasar Ketenagalistrikan Pasca 90-an
Adanya struktur pasar kompetisi (baik semi kompetisi
maupun kompetisi penuh) sehingga aspek komersial (ekonomi)
mulai berperan.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

64

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Listrik dianggap sebagai produk yang diperlakukan sama seperti


produk (consumer goods) lainnya dan juga listrik sebagai produk,
secara komersial dapat dipisahkan dari sistem transmisi dan
distribusi yang berperan sebagai sarana transportasi
Struktur pasar tenaga listrik pada dasarnya dapat dibagi menjadi 4 tingkatan,
sebagai berikut :
a. Monopoli
Struktur pasar monopoli adalah suatu struktur pasar dimana penjualan
di suatu daerah atau area di monopoli oleh satu perusahaan.
Struktur monopoli mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
-

Suplai dari vertically integrated utility

Penerapan kebijakan energi pemerintah lebih mudah

Proses perencanaan terpusat

Accountability dan cost transparency rendah

Tidak ada kompetisi

b. Single Buyer
Struktur Pembeli Tunggal (Single Buyer) merupakan perkembangan
dari struktur monopoli, yang ditandai dengan adanya kompetisi pada
fungsi pembangkitan. Pada struktur ini, akses transmisi tidak dibuka
dan Single Buyer masih memonopoli jaringan transmisi dan penjualan
tenaga listrik ke konsumen.
Struktur Single Buyer mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
-

Terdapat kompetisi di sisi pembangkitan

Hanya Single Buyer boleh membeli dari pembangkit

Memerlukan kontrak jangka panjang antara pembangkit dan Single

Buyer

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

65

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Resiko pasar dan resiko perkembangan teknologi diteruskan (passthrough) ke pelanggan

c. Wholesale Competition
Perusahaan Distribusi (Distribution Company, Disco) bisa membeli
langsung tenaga listrik dari perusahaan pembangkit yang disalurkan
melalui jaringan transmisi, dengan demikian akses transmisi harus
dibuka. Perusahaan Distribusi masih punya monopoli penjualan
tenaga listrik ke konsumen.
Struktur Wholesale Competition mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
- Terdapat kompetisi di sisi pembangkitan
- Disco berhak membeli langsung dari pembangkit
- Akses penggunaan jaringan transmisi dibuka
- Memerlukan kontrak penggunaan jaringan transmisi

d. Retail Competition
Konsumen mempunyai pilihan untuk membeli tenaga listrik. Akses
transmisi dan distribusi harus dibuka. Perusahaan distribusi terpisah
dengan Perusahaan Retail. Antara Perusahan Retail ada kompetisi.
Struktur Retail Competition mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
- Kompetisi di pembangkitan dan ritel
- Konsumen ritel berhak memilih pemasok
- Akses ke jaringan distribusi dibuka
- Perlu kontrak penggunaan distribusi
- Tidak ada perencanaan terpusat, investasi oleh pelaku pasar atas
sinyal dari pasar
Financial contracts berkembang dengan sendirinya untuk
mengurangi resiko pasar
Macam regulasi yang mengatur ketenagalistrikan di Indonesia adalah :

Undang-undang Ketenagalistrikan (UUK)

Peraturan Pemerintah (PP)

Peraturan Presiden (PerPres)

Peraturan Menteri (PerMen)

3.6.2 TRANSAKSI PEMBANGKITAN

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

66

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Transaksi pembangkitan adalah transaksi tenaga listrik langsung dengan


pembangkitan. Transaksi ini dituangkan dalam PJBTL (Power Purchase
Agreement, PPA) yang merupakan kesepakatan jual beli tenaga listrik antara
penjual dengan pembeli dimana mengatur hak dan kewajiban antara penjual dan
pembeli berkaitan dengan kesepakatan tersebut. Dalam kaitan ini yang bertindak
sebagai pembeli adalah Single Buyer.
3.6.2.1 Kinerja Pembangkit
3.6.2.1.1.Kriteria Kinerja di Pembangkitan
Kriteria kinerja pembangkitan merupakan besaran yang harus mendapat
perhatian karena realisasinya berpengaruh besar pada nilai transaksi, oleh karena
itu data-datanya harus terdokumentasi dengan baik oleh pihak penjual dan pihak
pembeli.
Kriteria kinerja pembangkitan sebagai berikut :
a. Kesiapan
Kesiapan adalah waktu yang dapat disediakan oleh pembangkit untuk
memenuhi daya mampu tertentu di dalam sistem tenaga listrik.
b. Keandalan
Kemampuan pembangkit untuk menjaga keandalan di dalam sistem tenaga
listrik akibat gangguan baik dari dalam dan dari luar.
c. Efisiensi
Kemampuan pembangkit untuk mengubah energi primer menjadi energi
listrik. Efisiensi pembangkit ini meliputi efisiensi boiler/combustion,
turbin dan generator.
d. Outage
Pembangkit keluar dari jaring-jaring sistem tenaga listrik. Terdapat tiga
kategory outage, yaitu :

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

67

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Plan Outage, yaitu keluarnya pembangkit dari jaring2 sistem


tenaga listrik yang telah direncanakan untuk melakukan pemeliharaan
yang bersifat preventive (time based).

Maintenance Outage, yaitu keluarnya pembangkit dari jaring2


sistem tenaga listrik karena kegiatan perbaikan terhadap kerusakan
yang bersifat korektif (event based).

Forced Outage, yaitu keluarnya pembangkit dari jaring2 sistem


tenaga listrik karena gangguan pembangkit baik gangguan dari dalam
maupun gangguan dari luar.

e. Derating
Penurunan kemampuan pembangkit untuk memenuhi daya mampu sesuai
yang ditawarkan. Derating ini bisa diakibatkan karena penggunaan bahan
bakar ataupun penurunan kemampuan peralatan pembangkit.
f. Ramping Rate
Kemampuan pembangkit untuk menaikkan dan menurunkan beban dalam
waktu tertentu sesuai permintaan pengatur beban.
g. Up Time
Waktu beroperasinya pembangkit di antara dua outage yang berurutan.
h. Down Time
Waktu tidak beroperasinya pembangkit.
i. Start up Time
Waktu yang diperlukan pembangkit mulai dari persiapan pengoperasian
sampai dengan pembangkit siap untuk sinkron. Terdapat 3 kategori start up
untuk pembangkit termal, yaitu :
-

Start up Dingin , start up yang dilaksanakan :


Untuk PLTU setelah unit dimatikan secara
terus menerus selama lebih dari 75 jam

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

68

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

setelah unit shutdown dan boiler tidak


dinyalakan
Untuk PLTGU start up yang dilaksanakan
pada kondisi temperatur rotor HP steam
turbine <120o C
-

Start up Hangat, start up yang dilaksanakan :


Untuk PLTU setelah unit dimatikan secara
terus menerus selama lebih dari 55

jam

tetapi kurang dari 75 jam setelah unit


shutdown dan boiler tidak dinyalakan
Untuk PLTGU start up yang dilaksanakan
pada kondisi temperatur rotor HP steam
turbine <120o C s.d 400oC
-

Start Up Panas, start up yang dilaksanakan :


Untuk PLTU setelah unit dimatikan secara
terus menerus selama lebih dari 10

jam

tetapi kurang dari 55 jam setelah unit


shutdown dan boiler tidak dinyalakan
Untuk PLTGU start up yang dilaksanakan
pada kondisi temperatur rotor HP steam
turbine > 400oC
j. Ancillary Services, yaitu layanan yang diberikan pembangkit untuk
mempertahankan dan memelihara keandalan sistem tenaga listrik.
Terdapat beberapa ancillary services, yaitu :

kemampuan regulasi pembangkit (regulating capability), untuk


mempertahankan frekuensi sistem;

penyediaan daya reaktif (reactive capacity), untuk mempertahankan


level tegangan sistem;

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

69

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

kemampuan black start pembangkit;

penyediaan kapasitas cadangan (reserve capacity);

kemampuan operasi host load pembangkit;

start up pembangkit

3.6.2.1.2.2 Pengukuran Kinerja di Pembangkitan


a. Kesiapan
Kesiapan di dalam terminologi pembangkit adalah Equivalent Availability
Factor (EAF). Satuan EAF dinyatakan dalam persen.
Rumus kesiapan adalah :
EAF = (PH Outage Equivalent Derating) / PH x 100 %,
dimana :
- PH
= Period Hours (8.760 jam)
- Outage
= waktu keluar jaring-jaring
- Equiv. Derat. = equivalen waktu derating
b.

Efisiensi
Efisiensi dinyatakan dalam persen.
Rumus efisiensi adalah :
Eff = 860/Net Plant Heat Rate x 100 %

c.

Outage
Outage dinyatakan dalam persen.
Outage = Jumlah jam tidak siap dan tidak terhubung jaringan / PH x 100
%

d.

Ramping Rate
Ramping rate dinyatakan dalam MW/menit

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

70

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 2.1. Hubungan Keandalan dan Faktor Kapasitas


2.1.3. Kinerja Pembangkit Yang Ditransaksikan
Kinerja pembangkit yang ditransaksikan terdiri dari :
a. Kesiapan (EAF)
Transaksi terhadap Kesiapan didasarkan pada harga tetap (fixed price)
dimana pembayaran terhadap kesiapan ini terdapat mekanisme insentif dan
pinalti. Pembayaran terhadap kesiapan terdiri dari dua komponen
pembayaran, yaitu :
i. Biaya Pengembalian Modal.
Biaya Pengembalian Modal disebut Pembayaran terhadap Komponen
A. Pembayaran Komponen A didasarkan atas pencapaian kesiapan
terhadap kesiapan yang ditawarkan.
ii.

Biaya Tetap Operasi dan Pemeliharaan.


Biaya Tetap Operasi dan Pemeliharaan disebut pembayaran komponen
B. Pembayaran Komponen B didasarkan atas pencapaian kesiapan
terhadap kesiapan yang ditawarkan.

b. Energi (efisiensi thermal)


Pembayaran energi didasarkan pada kurva input dan output dimana
semakin tinggi pembangkit dibebani, maka kebutuhan energi semakin
tinggi tetapi kenaikan energi semakin kecil. Kebutuhan energi untuk tiap
kenaikan beban dapat dilihat pada gambar 2.2.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

71

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 2.2. Grafik Kebutuhan Energi Untuk Tiap Kenaikan


Beban

c. Ancillary Services
Pembayaran untuk ancillay servives terdiri dari :
i. Pembayaran Daya Reaktif (MVAR)
n

PVAR fs t VARh int VARh in _ nom HVARh in VARh outt VARh out _ nom HVARh out
t 1

fst = Faktor status operasi,


dimana fst = 1 bila VARh-in > VARh-in_nom atau VARh-out >
VARh-out_nom
VARh-int = Energi reaktif yang diserap oleh mesin pembangkit dalam
periode jam
VARh-outt = Energi reaktif yang disupply oleh mesin pembangkit dalam
periode jam

VARh-in_nom = Batasan energi reaktif yang dapat diserap oleh mesin


pembangkit dalam periode jam, sesuai dengan capability
curve yang disepakati
VARh-out_nom = Batasan energi reaktif yang dapat disupply oleh mesin
pembangkit dalam periode jam, sesuai dengan capability
curve yang disepakati
HVARh-in = Harga Energi reaktif yang diserap oleh mesin pembangkit
dalam periode jam dan melebihi batasan operasinya sesuai

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

72

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

capability curve yang disepakati, dalam Rp./KVARh *)


HVARh-out = Harga Energi reaktif yang disupply oleh mesin pembangkit
dalam periode jam dan melebihi batasan operasinya sesuai
capability curve yang disepakati, dalam Rp./kVARh *)

Notes :
*) Perhitungan HVARh-in sama dengan HVARh-out yaitu harga rata-rata
Energi (komponen C untuk pembangkit thermal dan komponen C&D untuk
pembangkit hidro) masing-masing entitas pembangkit pada bulan dimana
Energi Reaktif diserap atau disupply oleh mesin pembangkit di luar capability
curve.
ii. Pembayaran Black Start

PBS

n 4 jam

E
T 1

BS

HE BS

EBS = Energi yang dikirimkan oleh mesin pembangkit yang


mempunyai kemampuan blacksart saat restorasi dari kondisi
blackout, Jumlah energi maksimum yang dapat dihitung
sebagai black start - ancillary services adalah jumlah energi
yang dikirimkan selama 4 jam pertama saat restorasi sistem,
dalam kWh.

iii. Pembayaran Host Load

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

73

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

PHL T HPHL

T = periode waktu saat mesin pembangkit beroperasi pada kondisi


host load yang terjadi akibat suatu gangguan eksternal mesin
pembangkit pada sistem ketenagalistrikan, dalam satuan jam.
HPHL = Harga host load ancillary services dari suatu mesin
pembangkit yang mempunyai host load, dalam Rp./jam
HPHL = EHL x HEHL
EHL

= angka kesepakatan kebutuhan energi selama satu


jam (kcal/jam)

HEHL = harga energi berdasarkan masing-masing entitas


pembangkit. (Rp/kcal)
ii. Pembayaran Start Up
SU kWhxHEimport VBBM xHBBM H HP

kWh = Jumlah tenaga listrik yang dibutuhkan oleh Pembangkit


Penjual untuk melakukan satu kali Start Up.
HEimport = Harga energi yang harus dibayar oleh Pembeli kepada Penjual
yang digunakan untuk satu kali Start Up yang besarnya sama
dengan harga energi import pada setelmen bulanan untuk
masing-masing entitas.
VBBM = Volume bahan bakar minyak yang diperlukan oleh Pembangkit
Penjual untuk melakukan satu kali Start Up yang besarnya
seperti tercantum dalam Kesepakatan Harga.
HBBM = Harga bahan bakar minyak yang digunkan untuk satu kali Start
Up yang besarnya sama dengan harga bahan bakar minyak
yang digunakan pada setelmen bulanan untuk masing-masing
entitas.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

74

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

HHP = Biaya spare part yang digunakan untuk satu kali Start Up yang
besarnya seperti tercantum dalam Kesepakatan Harga.
2.2.

Struktur Biaya Pembangkitan


Biaya pembangkitan dapat dikategorikan sebagai berikut (Lihat Gambar
2.3) :
a. Biaya tetap, terdiri dari :
i. Biaya Investasi :
Terdiri dari biaya pokok pinjaman, bunga pinjaman, pajak, dan
laba.
ii.

Biaya Operasi dan Pemeliharaan


Terdiri dari biaya pemeliharaan, pegawai, administrasi dan
asuransi.

3.6.3 JASA TRANSMISI


Yang dimaksud dengan jasa transmisi adalah biaya jasa penggunaan dan
pelayanan sistem transmisi. Biaya ini diperlukan untuk menyalurkan tenaga listrik
dari sisi pembangkitan ke sisi distribusi. Biaya pembangkitan dan biaya transmisi
ini selanjutnya menjadi komponen biaya dalam menentukan harga jual tenaga
listrik ke sisi distribusi. Harga jasa transmisi dituangkan dalam Kesepakatan
Penggunaan dan Pelayanan Sistem Transmisi antara pengelola transmisi dengan
Single Buyer. Kesepakatan ini dikenal dengan Transmission Service Agreement
(TSA). Dalam kaitan ini yang bertindak sebagai pengelola transmisi adalah PLN
P3B.
3.6.3.1.Struktur Biaya Transmisi
3.6.3.1.1 TSA Dalam Mekanisme Transaksi
Mekanisme jasa transmisi yang umum diterapkan PLN adalah berdasarkan
Metode Perangko (Postage Stamp) yang berdasarkan kebutuhan pendapatan
(revenue requirement) yang diterima PLN P3B untuk menutupi biaya:

Operasi Sistem Tenaga Listrik (System Operation)

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

75

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Yaitu jasa untuk mengatur sistem tenaga listrik dan menjaga kestabilan
tegangan & frekuensi

Penyediaan Jasa Transmisi (Transmission Service Provider)


Yaitu jasa untuk penggunaan jaringan bagi penyaluran tenaga listrik

Pengelolaan Jual Beli Tenaga Listrik (market Operation)


Yaitu jasa untuk mengoperasikan sistem metering dan mengelola proses
setelmen jual beli TL.

3.6.3.1.2 Struktur biaya TSA


Struktur biaya TSA tidak melihat besar kecilnya energi listrik yang
disalurkan, tetapi hanya melihat apakah transmisi dan/atau trafo tenaga siap
menyalurkan tenaga listrik. Kesiapan ini dinyatakan (declare) oleh PLN P3B
dalam bentuk target MVA available (MVAavl). Berdasarkan rencana kebutuhan
pendapatan tahunan (Annual Revenue Requirement, ARR) PLN P3B dan target
MVAavl, maka harga TSA terbentuk dengan satuan harga Rp./MVAavl-tahun.
3.6.3.1.3 Metode Transaksi TSA
Berdasarkan tinjauan atas metode transaksi jasa transmisi di beberapa negara
mengenai penetapan tarif jasa transmisi, dapat ditunjukkan bahwa terdapat empat
katagori generik metode penentuan tarif jasa transmisi, yaitu:
a.

Metode Perangko (Postage Stamp)


Metode Perangko pada prinsipnya merupakan metode ROR (Rate of
Return) Regulation yang didefinisikan sebagai pendapatan yang diperoleh
harus bisa menutupi biaya penyediaan layanan dan pengembalian yang
wajar pada rate based. Biaya penyediaan meliputi semua biaya-biaya yang
secara langsung maupun tak langsung dikeluarkan dalam menyediakan
jasa transmisi. Biaya tersebut diantaranya: biaya O&M, biaya tenaga kerja,
dan depresiasi dari instalasi/peralatan yang digunakan dalam proses
penyaluran listrik. Di dalam ROR, metode yang digunakan Return on

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

76

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Asset (ROA) yaitu asset produktif yang digunakan dalam pelayanan


transmisi.
Secara umum besar kebutuhan pendapatan dapat dinyatakan dengan
formula sebagai berikut:
R = E + (V-d+w)r
dimana:
R = kebutuhan pendapatan

d = akumulasi

depresiasi/penyusutan
E = biaya operasi dan pemeliharaan

w= cadangan modal kerja

V = nilai asset produktif

r = rate of return

Metode Perangko digunakan untuk menghasilkan tarif seragam (Rp/kW


atau Rp/kWh) dengan menggunakan parameter energi listrik (kWh) yang
disalurkan atau kesiapan transmisi/penyaluran (MW atau MVA). Metode
Perangko relative sederhana, transparan dan mudah diimplementasikan.
b.

Metode Aliran Daya dan Jarak (MW-km)


Metode Aliran Daya dan Jarak (MW-km) digunakan untuk menetapkan
tarif jasa transmisi berdasarkan basis aliran daya yang melalui transmisi
dan jarak transmisi. Model aliran daya digunakan untuk mengestimasi
MW-km penggunaan oleh pembangkit dan beban untuk menciptakan tarif
transmisi.
Secara umum besar pendapatan jasa transamisi berdasarkan Metode Aliran
Daya dan Jarak (MW-km) dapat dinyatakan dengan formula sebagai
berikut:
TLC = P * L * C
dimana :
TLC = Biaya Jasa Transmisi (Transmisin Line Charge) (Rp)

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

77

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

= Aliran daya pada transmisi menggunakan model aliran daya

(MW)
L

= Panjang transmisi (km)

= Biaya rata-rata transmisi (Rp/MW-km per bulan)

c.

Metode Biaya Marginal Jangka Pendek (Short Run


Marginal Cost; SRMC)
Jasa transmisi dengan metode SRMC menggunakan prinsip perhitungan
marginal price energi listrik tiap node pada jaringan tenaga listrik
menggunakan model power flow optimization.
Besarnya jasa transmisi (transmission charge) dihitung berdasarkan selisih
antara biaya yang dibayar pembeli dengan pendapatan yang diterima
pembangkit pada setiap node.
Secara umum besar pendapatan jasa transmisi berdasarkan Metode SRMC
dapat dinyatakan dengan formula sebagai berikut:
TR = Di * NPi - Gj * NPj
dimana :
TR

= Total pendapatan jasa transmisi pada jaringan transmisi

Di

= Daya beban (demand) pada node ke i

Npi = Harga daya/energi yang dibayar beban pada node ke i


Gj

= Daya pembangkitan pada node ke j

NPj = Harga daya/energi yang diterima pembangkit pada node ke j


d.

Metode Biaya Marginal Jangka Panjang (Long Run


Marginal Cost. LRMC)
Pasa prinsipnya perhitungan jasa transmisi berdasarkan metode LRMC
berdasarkan tahapan sebagai berikut :

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

78

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Pengembangan Model Transportasi digunakan untuk membuat


jaringan teoritis

Pendekatan LRMC digunakan untuk menghitung unit biaya LRMC


(Rp/kW- km) dari jaringan teoritis.

Model transportasi digunakan untuk mengestimasi dampak (dalam


km) dari pembangkit atau beban.

Tarif transmisi ditentukan dengan cara mengalikan unit LMRC


dengan dampak km.

3.6.3.1.3. Transaksi TSA


3.6.3.1.3.1 Seting Harga TSA
Misalkan PLN P3B dalam RKAP nya mentargetkan pendapatan sebesar
Rp. 4,8 trilyun dan target MVAavl adalah 30.000 MVA.
Harga TSA =

Rp 4.8 Trilyun/Thn
= 160.000.000 Rp/ MVAavl -Thn
30.000 MVA

Harga TSA tersebut di atas adalah harga 1 tahun yang terdiri dari 8.760 jam.
Harga TSA setiap bulan berubah tergantung jumlah jam dalam bulan tersebut.
Sebagai contoh harga TSA bulan Agustus = 160.000.000 x (744/8760) =
13.589.041 Rp/MVA.Bln
3.5.3.1.3.2 Perhitungan TSA dan Prosesnya
Kinerja transmisi dapat dinyatakan dalam AF atau MVAavl
Berikut ini diberikan contoh menghitung kinerja transmisi.
Misal ada trafo 200 MVA, dalam bulan November (720 jam) tidak available 10
jam (jumlah JGP dan JPT).
Bila yang ingin dicari adalah MVAavl terlebih dahulu, maka :

MVA tidak available = (10/720) x 200 MVA = 2,78 MVA


MVAavl trafo = 200 MVA - 2,78 MVA = 197,22 MVA

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

79

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

AF = (197,22/200) x 100% = 98,61%

Bila yang ingin dicari adalah AF terlebih dahulu, maka :


AF = {1 (10/720)} x 100% = 98,61%
MVAavl = 200 MVA x 98,61% = 197,22 MVA

Pendapatan PLN P3B per bulan dari TSA


= MVAavl-n x harga TSAn
dimana :
-

MVAavl-n

= jumlah MVAavl semua trafo PLN P3B bulan ke-n

Harga TSAn

= (jumlah jam bulan ke-n/8760) x harga TSA setahun

Proses TSA sebagai berikut :


a. PLN P3B berkewajiban memberikan target MVAavl per trafo (bagian dari

Tingkat Mutu Pelayanan) kepada PLN Distribusi/Wilayah setiap 3 Bulan.


b. PLN P3B merekapitulasi jam trafo tidak siap (unavailable)
c. PLN

P3B

membuat

Berita

Acara

(BA)

MVAavl

dengan

PLN

Distribusi/Wilayah.
d. BA MVAavl

yang sudah ditandatangani oleh PLN P3B dan PLN

Distribusi/Wilayah dikirim ke PLN P3B


PLN P3B merekapitulasi BA MVAavl dari semua regionalnya dan membuat
perhitungan finansialnya untuk dikirim ke PLN Kantor Pusat
3.6.4 TRANSFER DISTRIBUSI
Biaya produksi listrik di sisi pembangkitan ditambah biaya penyaluran di
sisi transmisi akan diteruskan (pass through) sepenuhnya ke sisi distribusi. Harga
jual tenaga listrik ke sisi distribusi dibuat sedemikian rupa sehingga diprediksi
pendapatan yang akan diperoleh dapat menutupi biaya pembelian di sisi
pembangkitan ditambah biaya jasa transmisi. Harga jual tenaga listrik dituangkan
dalam suatu kesepakatan antara pihak pembeli dengan Single Buyer. Kesepakatan

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

80

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

ini lebih dikenal dengan nama Power Sales Agreement (PSA). Dalam kaitan ini
yang bertindak sebagai pembeli adalah PLN Distribusi
3.6.4.1 Struktur Biaya PSA
PSA merupakan transaksi penjualan tenaga listrik dari Single Buyer ke
PLN Distribusi. Tenaga listrik yang dijual berasal dari pembelian tenaga listrik
dari pembangkit lalu disalurkan lewat layanan transmisi PLN P3B. Harga jual
(transfer price) yang terbentuk berkaitan langsung dengan dua proses tersebut.
Ketika Single Buyer menjual tenaga listrik ke PLN Distribusi, maka PLN
Distribusi akan dikenakan biaya kapasitas dan biaya energi, serta biaya kelebihan
daya reaktif. Biaya-biaya ini wajar diteruskan ke sisi distribusi karena Single
Buyer juga membayar biaya kapasitas yang dijamin oleh pembangkit.
Secara ringkas biaya PSA adalah untuk menutupi biaya :
- Pembelian tenaga listrik dari pembangkit
- TSA
- Administrasi PLN Pusat selaku Pembeli Tunggal (Single Buyer)
3.6.4.2 Metode Transaksi PSA
Metode Transaksi pada PSA pada dasarnya adalah meneruskan biaya tetap
(fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost) yang terjadi di sisi hulu.
Struktur Pembebanan Biaya PSA adalah sebagai berikut :
a.

Pembebanan Biaya Kapasitas


Pembebanan biaya kapasitas PSA dimaksudkan untuk menggambarkan
pembebanan biaya tetap (fixed cost) dari Sistem Tenaga Listrik
Pembebanan biaya kapasitas dihitung saat terjadi beban puncak sistem yang
juga dikenal sebagai beban puncak serempak distribusi (Coincidence Peak
Load System). Dari beban puncak ini dapat dicari konstribusi beban tiap
Unit Distribusi.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

81

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Contoh beban serempak (coincidence) dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Beban puncak serempak distribusi


B
b.

Pembebanan Biaya Energi.

Pembebanan biaya energi PSA dimaksudkan untuk


O menggambarkan
pembebanan biaya tidak tetap (variable cost) dari Sistem Tenaga Listrik
Untuk pembayaran energi diberlakukan 3 segmen waktu (Time of Use,
TOU), yaitu
Luar Waktu Beban Puncak (LWBP)
- Luar Waktu Beban Puncak ke satu (LWBP1), dengan rentang waktu
pukul 22:00 s.d 06:00
- Luar Waktu Beban Puncak ke dua (LWBP2), dengan rentang waktu
pukul 06:00 s.d 18:00
Waktu Beban Puncak (WBP), dengan rentang waktu pukul 18:00 s.d
22:00.
Pembagian segmen waktu (time of use, TOU) dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Pembagian 3 segmen waktu, LWBP1, LWBP2, WBP dan HkVARh baru
diberlakukan di PLN Distribusi se Jawa-Bali.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

82

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 4.2. Pembagian segmen waktu (TOU)

d.

Pembebanan Biaya Kelebihan Daya Reaktif


kVar
7000

6000

5000
kVARh
kVARh 0,9
kVARh bayar

12:00

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

83

22
:0

21
:0

00

19
:0

00

18
:

17
:

0
15
:0

18:00
14
:0

9:
00
10
:0
0
11
:0
0

0
7:
0

8:
00

06:00
0

:0

2:
0
3:
0
0
4:
0
0
5:
0
0

4000
00:00
1

24:00
Jam

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 4.3. Kelebihan daya reaktif


Pembebanan

biaya

kelebihan

daya

reaktif

dimaksudkan

untuk

menggambarkan pembebanan biaya tidak tetap (variable cost) dari


kelebihan daya reaktif pada Sistem Tenaga Listrik. Batasan kelebihan daya
reaktif bila Faktor Daya (Cos Q) Distribusi lebih rendah dari 0,9.
Contoh pengenaan kelebihan daya reaktif dapat dilihat pada Gambar 4.3.
3.6.4.3 Transaksi PSA
3.6.4.3.1 Seting Harga PSA
Harga pada PSA terdiri dari harga kapasitas dan harga energi. Saat ini
harga PSA berlaku satu harga tetap sepanjang satu tahun kesepakatan.
a. Seting Harga Kapasitas
Misalkan berikut data RKAP 2008 untuk sistem Jawa Bali :
- Total pembayaran tetap 2008

= Rp. 30.000.000.000.000

- Total pembayaran variabel 2008

= Rp. 60.000.000.000.000

- Total bayar 2008

= Rp. 90.000.000.000.000

- Beban Puncak Ratarata 2008

= 16.500 MW

- Energi netto yang disalurkan

= 105.000 GWH

- Target pendapatan P3B JB 2008

= Rp 4.800.000.000.000

- Biaya Pusat pusat JB 2008

= 0

(kebijakan

tidak

diikut

sertakan)

30 T + 0

16.500.000 kW

Maka Harga Kapasitas 2008

Harga Kapasitas

= 1.818.182 Rp/kW.Thn
= 151.515 Rp/kW.Bln

b. Menghitung Harga Energi

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

84

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Masih dengan asumsi data di atas, maka Harga Energi (HE) tahun 2008
adalah :
HE rata-rata

Rp. 60 Trilyun
= 571 Rp/kWh
105.000 GWH

Untuk membagi HE rata-rata ini menjadi WBP dan LWBP maka


diperlukan data :
Misal data perbandingan energi 2007 WBP : LWBP 1 : LWBP2 = 20% :
30% : 50%
Dan kebijakan rasio harga 2008,
HEWBP: HELWBP1 : HELWBP2 = HEWBP:

1
1
HEWBP :
HEWBP
3
2

Maka,
105 x 571 = (20% * 105 * HEWBP) + (30% * 105 *

1
HEWBP) + (30% *105
3

1
HEWBP)
2

59.955
50.008.000

= 21 HEWBP + 10,5 HEWBP + 26,25 HEWBP


= 57,75 HEWBP

1038 Rp/kWh = HEWBP


1038 x 0,5

= 519 Rp/kWh = HELWBP1

1038 x 0,33

= 346 Rp/kWh = HELWBP2

c. Menghitung Harga Kelebihan Daya Reaktif (HKDR)


Besarnya harga kelebihan daya reaktif = Harga energi rata rata
Dalam contoh di atas, harga energi rata rata = 571,5 Rp/kWh, maka
HKDR dibulatkan sesuai dengan keputusan manajemen, misalkan Rp 600
Rp/kVARh.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

85

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.6.4.3.2 Perhitungan PSA Dan Prosesnya


a. Pembebanan Biaya Kapasitas (Rp)
= HK x BPserempak distribusi
dimana:
- HK = Harga Kapasitas per bulan (Rp/kW-bulan)
- BPserempak distribusi = konstribusi beban puncak tiap distribusi
pada saat beban puncak serempak sistem
tenaga listrik (Coincidence Peak Load
System) bulan bersangkutan
Penentuan BP serempak distibusi sebagai berikut :
- Setiap awal bulan PLN P3B menyatakan (declare) tanggal dan jam
terjadinya beban puncak di bulan sebelumnya.
- PLN P3B bersama PLN Distribusi/Wilayah mengkompilasi pengukuran
beban (MW) pada tanggal dan jam tersebut pada semua meter transaksi.
- Total

MW

beban

merupakan

nilai

kontribusi

beban

PLN

Distribusi/Wilayah yang bersangkutan pada beban puncak sistem. Nilai


inilah yang dimaksud dengan BP serempak.
b. Pembebanan Biaya Energi (Rp)
i. Pembebanan Biaya Energi Waktu Beban Puncak (Rp)
= HEWBP x EWBP
dimana :
- HEWBP = Harga energi waktu beban puncak (Rp/kWh)
- EWBP = Energi netto disalurkan / ditransfer pada waktu beban
puncak
ii. Pembebanan Biaya Energi Luar Waktu Beban Puncak Ke Satu (Rp)
= HELWBP1 x ELWBP1

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

86

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

dimana :
- HELWBP1 = Harga energi luar waktu beban puncak ke satu
(Rp/kWh)
- ELWBP1 = Energi netto disalurkan / ditransfer pada waktu luar
beban puncak ke satu
iii. Pembebanan Biaya Energi Luar Waktu Beban Puncak Ke Dua (Rp)
= HELWBP2 x ELWBP2
dimana :
- HELWBP2 = Harga energi luar waktu beban puncak ke dua
(Rp/kWh)
- ELWBP2

= Energi netto disalurkan / ditransfer pada waktu


luar beban puncak ke dua

c. Pembebanan Biaya Kelebihan Daya Reaktif (Rp)


= HkVARh x Kelebihan kVARh
dimana :
- HkVARh

= Harga kelebihan daya reaktif (Rp/kVARh)

- Kelebihan kVARh = Akumulasi dari selisih positif kVARh yang


terukur dikurangi dengan kVARh pada faktor
daya (cos phi) = 0,9 per-slot jam-an untuk
setiap bulan
Proses PSA sebagai berikut :
a.

Setelah diperoleh data kWh yang benar dan disepakati oleh Unit
Pelaksana di PLN P3B dan PLN Distribusi/Wilayah memproses Berita Acara
Pengiriman Tenaga Listrik yang ditandatangani oleh Pejabat kedua belah
pihak.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

87

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

b.

PLN P3B dan PLN Distribusi/Wilayah secara terpisah melakukan


akumulasi transfer tenaga listrik berdasarkan :
- Data pengiriman tenaga listrik pada Berita Acara Pengiriman Tenaga Listrik.
- Ketentuan-ketentuan pada Kesepakatan Mengenai Transfer Tenaga Listrik
Antara Single Buyer dengan PLN Distribusi/Wilayah.

c. PLN P3B membuat BA Pengiriman Tenaga Listrik dengan dan PLN


Distribusi/Wilayah.
d. BA Pengiriman Tenaga Listrik yang telah ditandatangani oleh PLN
Distribusi/Wilayah dikirim ke PLN P3B.
Proses PSA secara lengkap telah dituangkan dalam Prosedur Tetap Transfer
Tenaga Listrik Antara PT PLN (Persero) P3B Dengan PT PLN (Persero)
Distribusi/Wilayah.
3.6.5 NERACA ENERGI
Pada sistem tenaga listrik berlaku hukum kekekalan energi yang
dinyatakan dalam suatu Neraca Energi yaitu total produksi energi oleh
pembangkit adalah sama dengan total energi yang disalurkan ke konsumen, energi
yang digunakan untuk pemakaian sendiri (PS) di pembangkit, transmisi dan
distribusi serta susut energi
3.6.5.1 Pedoman Penyusunan Neraca Energi
3.1

Secara umum, neraca energi sistem tenaga listrik dapat

digambarkan seperti bagan alir energi berikut alokasi energinya pada Gambar
5.1.
Produksi/Penerimaan

Pemakaian/Pengiriman
Disalurkan ke
Konsumen (86%)

Produksi
Pembangkit (100%)

PS Kit
(5%)

PS Trans
(0,05%)

Susut Trans
(2%)

PS Dist
(0,001%)

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

Susut Dist
(7%)

88

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 5.1. Bagan alir energi


PT PLN Persero) telah menerbitkan Keputusan Direksi No. 2171.K/DIR/2005 tanggal 27 September 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan
Neraca Energi (kWh) yang memuat tentang definisi, pemetaan susut energi,
perhitungan susut energi dan penyajian laporan neraca energi.
a. Definisi
1. Susut Energi, adalah jumlah energi dalam kWh yang hilang/menyusut
terjadi karena sebab sebab teknik maupun non teknik pada waktu
penyediaan dan penyaluran energi.
2. Susut Teknik, adalah susut yang terjadi karena alasan teknik dimana energi
menyusut berubah menjadi panas pada JTT (Jaringan Tegangan Tinggi),
GI (Gardu Induk), JTM (Jaringan Tegangan Menengah), GD (Gardu
Distribusi), JTR (Jaringan Tegangan Rendah), SR (Sambungan Rumah)
dan APP (Alat Pembatas dan Pengukur).
3.

Susut Non Teknik, adalah selisih antara susut energi dengan susut
teknik.

4. Susut Transmisi, adalah susut teknik yang terjadi pada jaringan transmisi,
yang meliputi susut pada Jaringan Tegangan Tinggi (JTT) dan pada Gardu
Induk (GI).

5. Susut Distribusi, adalah susut teknik dan non teknik yang terjadi pada
jaringan distribusi yang meliputi susut pada Jaringan Distribusi Tegangan
Tinggi (JDTT), Jaringan Tegangan Menengah (JTM), Gardu Distribusi
(GD), Jaringan Tegangan Rendah (JTR), Sambungan Rumah (SR) serta
Alat Pembatas & Pengukur (APP) pada pelanggan TT, TM dan TR.
Bila terdapat jaringan Tegangan Tinggi yang berfungsi sebagai Jaringan
Distribusi, maka susut jaringan ini dimasukkan sebgai Susut Distribusi.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

89

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

6. Susut TT (Tegangan Tinggi), adalah susut teknik dan non teknik yang
terjadi pada sisi TT, yang merupakan penjumlahan susut pada JTT, GI dan
APP TT.
7. Susut TM (Tegangan Menengah), adalah susut teknik dan non teknik yang
terjadi pada sisi TM , yang merupakan penjumlahan susut pada JTM, GD
dan APP TM.
8. Susut TR (Tegangan Rendah), adalah susut teknik dan non teknik yang
terjadi pada sisi TR , yang merupakan penjumlahan susut pada JTR, SR
dan APP TR.
9. Susut Jaringan, adalah jumlah energi dalam kWh yang hilang pada
jaringan transmisi dan distribusi, atau merupakan penjumlahan antara
Susut Transmisi dan Susut Distribusi.
b. Pemetaan Susut
Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan program penekanan susut energi
serta perhitungan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik, susut energi harus
dipetakan secara rinci sesuai lokasi terjadinya pada jaringan listrik:
1. Susut jaringan terdiri atas Susut Transmisi (yaitu susut yang terjadi pada
jaringan transmisi TT) dan Susut Distribusi (susut yang terjadi pada
jaringan TM dan TR)
2. Untuk keperluan perhitungan neraca energi maka tiap titik transaksi antar
unit harus dipasang satu meter transaksi milik penjual yang sudah ditera.
Pembeli dapat memasang meter pembanding pada titik transaksi yang
sama bila diperlukan.
3. Untuk keperluan pemetaan susut distribusi, maka:

perlu dipasang meter elektronik di setiap penyulang dan perbatasan


antar unit.

meter elektronik harus dipasang pada pelanggan TT, TM dan


pelanggan TR potensial.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

90

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Pemakaian sendiri sistem distribusi harus diukur langsung dengan


kWh-meter sendiri atau dihitung secara akurat berdasarkan jumlah
beban terpasang yang dapat dipertanggung-jawabkan.

4. Susut Jaringan terdiri atas susut teknik dan susut non teknik.
c. Perhitungan Susut Energi
1. Susut energi dinyatakan dalam kWh dan prosentase (%).
2. Rumus Susut jaringan :
a. Susut Transmisi (%) :
Loko Transmisi Netto PSGI Siap Salur Transmisi
------------------------------------------------------------------------- X 100%
Loko Transmisi Netto
b. Susut Distribusi (%) :
Siap Salur Distribusi PSSD Dibuat Rekening
-------------------------------------------------------------------- x 100%
Siap Salur Distribusi
c. Susut Jaringan (%):
Prod. Total Netto - PSGI - kWh kirim ke Unit lain - PSSD - Dibuat
Rekening
--------------------------------------------------------------------------------------------------- x 100%
Produksi Total Netto
3. Penjelasan Rumus

Susut energi tidak termasuk energi yang dipergunakan untuk


pemakaian sendiri system.

Loko Transmisi Netto adalah penjumlahan dari kWh Produksi Sendiri


Netto, kWh dari sewa pembangkit, kWh pembelian serta kWh yang
diterima dari unit lain pada jaringan transmisi.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

91

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Siap Salur Transmisi adalah kWh pada sistem transmisi yang siap
dikirim ke Sistem Distribusi maupun ke Unit lain.

Siap Salur Distribusi adalah energi yang diterima dari sistem


pembangkitan, sistem transmisi maupun diterima dari unit lain dalam
berbagai segmen tegangan dan siap didistribusikan.

Produksi Total Netto adalah penjumlahan dari kWh Produksi Sendiri,


kWh dari sewa pembangkit, kWh pembelian serta kWh yang diterima
dari unit lain pada jaringan transmisi dan distribusi

Pemakaian Sendiri Gardu Induk (PSGI) adalah jumlah kWh yang


dipakai untuk berbagai peralatan pendukung dan peralatan tertentu
yang tetap mengkonsumsi kWh pada saat menyalurkan maupun tidak
saat menyalurkan energi pada sistem transmisi antara lain, peralatan
switchyard, peralatan control,lampu sebagai rambu peringatan pada
tower transmisi, penerangan dan pendingin ruangan.

Pemakaian Sendiri Sistem Distribusi (PSSD) adalah jumlah kWh yang


dipakai untuk berbagai keperluan peralatan pendukung dan peralatan
tertentu yang tetap mengkonsumsi kWh pada saat menyalurkan
maupun tidak saat menyalurkan energi pada sistem distribusi antara
lain, peralatan sel 20 kV di gardu induk, peralatan control, penerangan
dan pendingin di gardu distribusi dan pemanas cubicle (heater).

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

92

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.7 TRANSAKSI TENAGA LISTRIK (METER)


3.7.1 Definisi Pengukuran Energi Listrik
Pengukuran adalah pembandingan secara eksperimen fisik suatu besaran
dengan besaran lain yang sejenis dimana salah satu dari besaran itu dianggap
satuan. Jika dilakukan pengukuran, maka hasilnya dinyatakan dalam kelipatan
besaran satuan itu. Alat ukur pada besaran listrik dapat digunakan untuk berbagai
macam proses pengukuran, misalnya dalam sistem operasi pembangkitan, sistem
pengaturan, sistem kendali, sistem penginderaan jarak jauh (telemeter), dan sistem
perhitungan adalah manfaat dari pengukuran. Kwh meter pertama ditahun 1882
oleh Thomas Alfa Edison berupa Chemical Amphere hour meter (Ah m). Seiring
dengan perkebangan jaman, kWh meter pun turut berkembang dengan berbagai
teknologi, yaitu :
Alat ukur memiliki beberapa prinsip kerja, antara lain elektrodinamik, induksi,
dan elektronik.
a. Elektrodinamik
Alat ukur pada prinsip elektrodinamik menggunakan sistem reaksi antara
arus pada kumparan yang dapat berputar dan arus pada kumparan yang tetap.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

93

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

b. Induksi
Alat ukur pada prinsip induksi menggunakan sistem arus pusar yang
timbul pada piringan logam yang diinduksikan oleh arus pada kumparan yang
tetap yang dapat membuat piringan logam tersebut berputar.
c. Elektronik
Alat ukur pada prinsip elektronik menggunakan prinsip penyearahan arus
listrik yang akan diukur besarannya.
3.7.2 Tujuan Pengukuran
Tujuan dari pengukuran adalah untuk mengetahui nilai suatu besaran baik
secara fisik maupun yang tidak nampak (seperti besaran listrik) yang
dibandingkan dengan besaran lain yang sejenis, dimana salah satu dari besaran itu
dijadikan satuan.
3.7.2.1 Prinsip Kerja Alat Ukur

Elektrodinamik
Reaksi antara arus pada kumparan yang dapat berputar dan arus pada

kumparan yang tetap


Induksi
arus yang terinduksi pada piringan logam yang dapat berputar dan arus pada

kumparan yang tetap


Elektronik
Penyearahan arus listrik yang akan diukur besarannya

3.7.2.2 Blok Diagram Meter Elektronik

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

94

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar Diagram Meter Elektronik


3.7.2.3 Fungsi KWh Meter Elektronik
Fungsi Dasar:

Sebagai engukuran Energi (kWh & kVARh) Bidirectional (delivery &

receive)

Sebagai pencatatan Hasil Pengukuran (Logging)


Fungsi Tambahan

Sebagai indikator (alarm/kelainan dll)


Sebagai perangkat I/O (AI,AO,DI,DO)

3.7.2.4 Kwh Meter Elektronik


Akurasi pengukuran kWh : 0.2 (IEC 62053-22)
Akurasi pengukuran kVArh : 2 (IEC 62053-23)
Memory internal Type : non volatile
Port komunikasi: optical, RS232/485, modem PSTN, ethernet
Konstruksi:
o Wall mounting / Flush mounting
o A-Base / Socket
o Rack mounting
o Switchboard / Draw out
Rekaman Data
Channel
o Load Profile: Energi (kWh deliver/receive, kVArh deliver/ receive, dst)
o Instantaneous data (V, I, Cosphi,dll)
o Interval Waktu 1,2,3,4,15,30,60 menit (programmable)
Event, (Programming, Alarm, Max demand, dst)
Register ;
Display
TOU (time of use)
Kemampuan lainnya pada meter elektronik adalah pemisahan tariff menjadi
beberapa kelompok tariff. Salah satu contoh pada transaksi antara PLN P3B Jawa
Bali dengan PLN Distribusi se-Jawa Bali terdapat 3 kelompok tariff :
WBP

jam 18:00 22:00

LWBP1

jam 22:00 06:00

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

95

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

LWBP2

jam 06:00 18:00

3.7.2.5 Wiring KWh meter


Terdapat beberapa macam wiring (pengawatan) antara lain Form 5S 2 Element 3
Wire Delta, Form 6S 2,5 Element 4 Wire Wye, dan Form 9S 3 Element 4 Wire
Wye.
a.Form 5S 2 Element 3 Wire Delta

Gambar Form 5S 2 Element 3 Wire Delta


b. Form 6S 2,5 Element 4 Wire Wye

Gambar Form 6S 2,5 Element 4 Wire Wye

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

96

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

c. Form 9S 3 Element 4 Wire Wye

Gambar Form 9S 3 Element 4 Wire Wye


3.7.3 Manfaat Hasil Pengukuran

Transaksi Energi Listrik


Energi listrik (aktif dan reaktif) yang dikirim oleh suatu unit dan diterima
oleh unit yang lain atau Pelanggan, dinyatakan oleh alat ukur yang
dipasang pada sistem kelistrikan PT PLN (Persero).

Perhitungan Susut/Loses
Selisih antara energi yang dibangkitkan atau diterima (input energy)
selama satu interval waktu tertentu dengan energi yang dijual atau
dipergunakan (output energy) selama interval waktu yang sama.

Penerbitan rekening

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

97

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Energi yang dipergunakan atau dikonsumsi setiap bulan oleh Pelanggan


diukur oleh alat ukur kemudian dibuatkan tagihan pemakaian (Billing
System)

P2TL (Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik)


Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk menertibkan pemakaian tenaga
listrik yang tidak sesuai dengan ketentuan alias ilegal

3.7.4 Sistem Pengukuran Meter CT PT


3.7.4.1 Peralatan Pendukung Sistem Pengukuran
1.

Transformator Tegangan
Trafo instrumentasi yang menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan
rendah yang dapat diukur dengan Volt meter yang berguna untuk pengukuran,
rele proteksi dan alat sinkronisasi.

2.

Trafo Arus (CT)


Trafo Instrumentasi yang berfungsi untuk menurunkan arus besar dimana
pada sistem penyaluran mencapai ribuan ampere serta beroperasi pada
tegangan tinggi menjadi arus kecil pada kisaran 1 A atau 5 A dengan tegangan
rendah sehingga dapat digunakan pada alat ukur ataupun peralatan proteksi

3.7.4.2 Definisi Sistem Metering


Adalah sistem pengukuran meter transaksi yang terdiri atas peralatan CT,
PT, kWh meter, rangkaian pengawatan beserta sistem komunikasinya yang
ditempatkan pada titik ukur transaksinya.
3.7.4.3 Sistem Metering Transaksi

CT (Current Transformer)

PT/VT (Potential/Voltage Transformer)

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

98

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

kWh Meter Elektronik

Pengawatan

Saluran komunikasi

3.7.4.4 Sistem Kelistrikan PLN

Penempatan Titik Ukur Transaksi

Titik ukur transaksi Pembangkit dgn Penyaluran


o Di sisi netto (sisi TT Generator Transformer)
o Terdiri dari 2 kWh meter (MU dan MP)

Titik ukur transaksi Penyaluran dgn Distribusi


o Di sisi TM Trafo Distribusi GI
o Terdiri dari 2 kWh meter (MU dan MP)

Titik ukur transaksi Distribusi dgn Pelanggan


o Di sisi TT, TM dan TR
o KTT terdiri dari 2 kWh meter (MU dan MP)

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

99

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

o Pelanggan TM dan TR terdiri dari 1 kWh meter


3.7.5 Sistem AMR
3.7.5.1 Automatic Meter Reading (AMR)
Suatu system pengambilan data kWh meter transaksi yang dilaksanakan secara
otomatis dan terjadual (scheduler) dengan menggunakan teknologi komunikasi
dial up (PSTN/GSM) atau komunikasi jaringan (Ethernet) dan data tersimpan
dalam database.
3.7.5.2 Manfaat AMR

Mempercepat /mempermudah proses pengambilan data transaksi

Data tersimpan dalam database sehingga lebih mudah dan cepat diperoleh
untuk transaksi dan analisa

Efisiensi dalam proses pengambilan data

Transparansi dalam transaksi

Menghindari terjadinya losses non teknis akibat kesalahan pencatatan

Gambar Arsitektur AMR


3.7.6 KWh Meter Prabayar
3.7.6.1 Definisi Meter Prabayar
Layanan Listrik Pra Bayar merupakan bentuk pelayanan PLN dalam
menjual energi listrik dengan cara pelanggan membayar dimuka. Mudahnya,

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

100

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

sebelum menggunakan listrik dari PLN, pelanggan terlebih dahulu membeli


sejumlah nominal energi listrik, sesuai yang dibutuhkan.
3.7.6.2 Mengapa Meter Prabayar?
Praktis
Batas Listrik lebih nyata
Pencatatan otomatis
Pelanggan dapat mengontrol jumlah pemakaian listrik
3.7.6.3 Keuntungan PLN
Mendapatkan uang kas lebih awal sebelum listrik diproduksi dan digunakan
Pengendalian transaksi lebih mudah
Pemasaran listrik prabayar diserahkan pada pihak ketiga
Pengurangan overhead atau biaya operasional
3.7.6.4 Prinsip Kerja
Meter yang digunakan adalah Meter Digital
Chip card dapat digunakan sebagai alat pembayaran rekening listrik
KWh meter akan beroperasi berdasarkan nilai kredit yang dimasukkan

(download) dari chip card kedalam register KWh


Nilai kredit didalam register akan dikurangi secara bertahap sebanding dengan
nilai energi listrik yang telah dikonsumsi

3.8 PERENCANAAN PRODUKSI ENERGI LISTRIK

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

101

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.8.1 PERENCANAAN OPERASI SISTEM


3.8.1.1 Perencanaan Operasi Sistem
Perencanaan Operasi Sistem adalah perencanaan pengoperasian sistem
tenaga

listrik yang

meliputi

perencanaan

penyaluran

dan perencanaan

pembangkitan untuk mencapai sasaran operasi sistem tenaga listrik yang


ekonomis, andal dan berkualitas. Sedangkan Rencana Operasi sendiri adalah suatu
rencana mengenai bagaimana suatu sistem tenaga listrik akan dioperasikan untuk
periode waktu tertentu secara bertahap dari perencanaan tahunan (ROT), bulanan
(ROB), mingguan (ROM) dan harian (ROH).
3.8.1.1.1 Rencana Operasi Sistem Jangka Panjang dan Menengah
Perencanaan jangka panjang yaitu perencanaan untuk perioda jangka
waktu di atas 10 tahun. Rencana operasi ini meliputi kebutuhan pembangkit baik
yang sudah menyatakan siap operasi maupun yang direncanakan beroperasi
berdasarkan jenis pembangkit sesuai dengan kebutuhan Sistem. Sedangkan
rencana jangka menengah yaitu periode 5 tahun ke depan biasanya adalah
penajaman dari rencana operasi jangka panjang.
Produksi Energi Listrik perlu direncanakan karena beberapa alasan, antara
lain:
-

Energi listrik harus diproduksi saat diperlukan saja agar proses produksi
bisa berjalan efektif dan efisien

Peralatan Instalasi (Transmisi dan pembangkit) yang dioperasikan terus


menerus akan mengalami penurunan kinerja sehingga diperlukan
pemeliharaan berkala.

Ketersediaan energi primer yang selalu berubah ubah

3.8.1.1.2 Rencana Operasi Sistem Tahunan


Perencanaan operasi dengan jangka waktu 1 tahunan meliputi rencana
pemeliharaan unit-unit pembangkit yang memerlukan persiapan sejak tahun
sebelumnya karena pengadaan suku cadangnya memerlukan waktu lama. Bisa

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

102

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

berupa pemeliharaan rekomendasi pabrikan, inspeksi, ataupun overhaul. Rencana


operasi tahunan juga meliputi perencanaan alokasi energi yang akan diproduksi
oleh setiap unit pembangkit, rencana pemeliharaan unit pembangkit, prakiraan
beban tahunan, beroperasinya unit-unit pembangkit baru serta perencanaan
pembangkit hidro (produksi PLTA). Rencana Operasi Tahunan merupakan bahan
utama bagi penyusunan Rencana Anggaran Biaya Tahunan suatu Perusahaan
Listrik (RKAP).
Perencanaan operasi tahunan ini harus sudah diterima oleh seluruh Pemakai
Jaringan paling lambat tanggal 15 Desember dan revisi final tengah tahun paling
lambat tanggal 15 Juni tahun berikutnya (yang berjalan).
3.8.1.1.3 Rencana Operasi Sistem Bulanan
Rencana Operasi Bulanan merupakan koreksi terhadap Rencana Tahunan
dan sebagai proyeksi perencanaan satu bulan ke depan yang menyangkut hal-hal
operasional dan manajerial dalam sistem. Rencana pembangkitan harus dapat
memenuhi prakiraan kebutuhan beban bulanan sistem dengan biaya variabel yang
minimal dengan tetap memperhatikan kriteria keandalan dan kualitas Sistem
tenaga listrik (grid).
3.8.1.1.4 Rencana Operasi Sistem Mingguan
Dalam Rencana Operasi Mingguan disusun langkah-langkah operasional
yang

akan

dilakukan

dengan

memperhatikan

rencana

bulanan

dan

mempertimbangkan prakiraan atas hal-hal yang bersifat tidak menentu, misalnya:


jumlah air masuk PLTA serta prakiraan beban jangka pendek (satu minggu).
Rencana Operasi Mingguan berisi jadwal operasi serta pembebanan unit-unit
pembangkit per-setengah jam selama 1 minggu atas dasar pertimbangan ekonomis
(pembebanan

yang

optimum)

dengan

memperhatikan

berbagai

kendala

operasionil seperti beban minimum dan maksimum dari unit pembangkit serta
masalah aliran daya dan tegangan dalam jaringan. Periode rencana mingguan
adalah mulai Jumat hingga Kamis minggu berikutnya.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

103

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.8.1.1.5 Rencana Operasi Sistem Harian


Rencana Operasi Harian merupakan koreksi dari Rencana Operasi
Mingguan untuk disesuaikan dengan kondisi yang mutakhir dalam sistem tenaga
listrik. Rencana Operasi Harian merupakan pedoman pelaksanaan Operasi Real
Time.
Rencana ini harus memperlihatkan pembebanan setiap unit pembangkit
dalam basis waktu setengah jam. Tingkat pembangkitan harus memenuhi
prakiraan kebutuhan beban harian sistem, biaya variabel minimum, serta
mempertimbangkan semua kendala jaringan dan kondisi lain yang berpengaruh
seperti peristiwa khusus kenegaraan atau hari libur dan sebagainya.
3.8.1.2 Teknik Peramalan
Pada kenyataannya, setiap realisasi beban tidak selalu sama untuk setiap
saat, namun demikian terdapat karakteristik yang masih mempunyai pola-pola
spesifik. Bila dibuat pendekatan, karakteristiknya tetap disamping memperhatikan
pola pergeseran akibat adanya hari libur yang tidak selalu tetap. Pola-pola inilah
yang akan dipergunakan sebagai acuan dalam menentukan prakiraan beban.
3.8.1.2.1. Karakteristik kurva beban
a.

Beban Puncak Sistem Mingguan dalam Setahun

Gambar 1.1. Kurva Beban Puncak Mingguan dalam Setahun


b.

Beban Puncak Sistem Harian dalam Seminggu

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

104

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Pada Sistem Jawa Bali, periode mingguan dimulai dari hari Jumat sampai
hari Kamis. Kurva beban puncak ini merupakan rangkaian dari kurva beban
harian selama satu minggu yang bentuk kurvanya sangat dipengaruhi oleh jenis
hari; secara garis besar dibedakan atas: hari Kerja, Sabtu, dan Minggu.

Jumat

Sabtu

Minggu

Senin

Selasa

Rabu

Kamis

Gambar 1.2. Kurva Beban Puncak Harian dalam Seminggu


c.

Beban Puncak Harian


Karakteristik beban puncak harian pada dasarnya tidak selalu sama untuk

masing-masing hari. Berdasarkan realisasi, beban puncak harian dapat dibedakan


dari sifat-sifat harinya menjadi 35 jenis beban harian.
3.8.1.2.2. Pembentukan model beban
a.

Kurva Tahunan
Kurva tahunan merupakan suatu kurva yang dibentuk oleh beban puncak

mingguan selama satu tahun yang terdiri dari 52 beban puncak mingguan. Kurva
ini dibentuk dengan mengetahui dahulu besarnya target pembelian energi dan load
factor untuk menghitung prakiraan beban puncak tahunan disamping data beban
puncak mingguan dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan adanya pergeseran hari

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

105

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

raya lebaran setiap tahunnya maka perlu adanya koreksi kurva beban puncak
tahunan tersebut.
Peak (MW) = Target pembelian energi (MWh)
8760 jam x Load Factor

b.

Kurva Mingguan
Kurva mingguan merupakan rangkaian kurva beban harian selama 7 hari

dimulai dari hari Jumat sampai dengan hari Kamis sesuai dengan periode
mingguan Sistem Jawa Bali.
Koefisien beban puncak harian selama satu minggu merupakan
perbandingan antara beban puncak yang terjadi setiap harinya selama satu minggu
terhadap beban puncak hari Minggu untuk periode yang sama.
3.8.1.2.3. Proses pembuatan prakiraan energi tahunan
Proses pembentukan prakiraan energi tahunan dilakukan secara bottom
up, yaitu dibuat oleh PLN Distribusi yang mengacu pada target penjualan energi
ke konsumennya. Energi Netto adalah target penjualan distribusi ditambah losses
distribusi, susut transmisi (losses) dan pemakaian sendiri gardu induk. Energi
netto ini nantinya akan dipakai sebagai acuan dalam pembentukan beban sistem
per setengah jam-an untuk periode tahunan untuk keperluan simulasi produksi
dalam rangka memperoleh alokasi energi setiap pembangkit.
3.8.1.3 Perencanaan Hidro
Kondisi hidrologi harus direncanakan antara lain disebabkan alasan-alasan
berikut ini, yakni:
Biaya energinya paling murah.
Ketersediaan energi primernya terbatas.
Kesulitan dalam peramalan air masuk.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

106

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Tujuannya yaitu untuk mengoptimalkan pemanfaatan energi hidro yang


ada. Perencanaan meliputi prakiraan air masuk ke reservoir, pengaturan tinggi
muka air waduk dan pengaturan jumlah air yang digunakan untuk memutar turbin.
Dua jenis perencanaan hidro yaitu :
- Jangka Panjang (Tahunan & Bulanan) Didasarkan pada prakiraan cuaca BMG.
- Jangka Pendek (Mingguan & Harian) Didasarkan pada inflow rata-rata
beberapa minggu terakhir.
Data yang diperlukan dalam perencanaan hidro adalah :
-

Data air masuk (hasil kajian balai hidrologi, Puslitbang SDA PU)

Kebutuhan pengairan

Tinggi Muka Air (TMA) awal, minimum, dan maksimum

Pola keseimbangan berdasarkan kapasitas tampung efektif dari masingmasing waduk

Simulasi debit air keluar (outflow) menggunakan NEDECO software

Dalam Operasi Sistem Tenaga Listrik, pemanfaatan Energi air yang murah
tetapi dalam jumlah yang terbatas dan energi thermal yang lebih mahal namun
ketersediannya bisa dikendalikan harus dilakukan optimasi agar diperoleh biaya
operasi sistem yang paling efisien
3.8.2 MANAJEMEN ENERGI

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

107

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Manajemen Energi adalah pendekatan sistematis dan terpadu untuk


memanfaatkan sumberdaya energi yang ada secara efektif, efisien dan rasional,
untuk mendapatkan sistem tenaga listrik aman dan andal tanpa mengurangi
kuantitas maupun kualitas fungsi utama (frekuensi, tegangan) dengan biaya
produksi seminim mungkin.
Tujuan Manajemen Energi :
a.

Agar diperoleh biaya operasi sistem tenaga listrik yang seminim


mungkin berdasarkan kendala yang ada.

b.

Memperbaiki kualitas tenaga listrik.

c.

Menjamin sekuriti sistem tenaga listrik


Manajemen Energi dilakukan pada:

a.

Pra Operasi, manajemen energi dilakukan pada saat perencanaan


sistem baik dalam rencana jangka pendek, rencana jangka menengah
maupun rencana jangka panjang.

b.

Operasi Real Time, manajemen energi dilakukan melalui strategi


operasi berdasarkan kondisi sistem secara real time.

3.8.2.1 Manajemen Energi pada perencanaan (pra operasi)


a. Perencanaan jangka panjang:
1) Optimasi Hidrotermal (Long Range Hydro Scheduling), Permasalahan
optimasi hidrotermal adalah biaya produksi pembangkit hidro lebih murah
dibanding pembangkit thermal, tetapi ketersediaan sumber energinya
terbatas. Sebaliknya biaya produksi pembangkit thermal lebih mahal tetapi
ketersediaan energi primernya lebih banyak. Optimasi hidrothermal adalah
optimasi penggunaan energi hidro dan thermal sesuai ketersediaan energi
primernya. Tujuannya agar ketersediaan energi terjamin merata sepanjang
tahun dengan biaya produksi serendah mungkin. Untuk memperoleh biaya
produksi

sistem

minimum

diperlukan

perencanaan

menyangkut

penyimpanan dan pemakaian air pada waduk tahunan. Pengaturan ini


ditujukan untuk menjamin ketersediaan sumber energi air sepanjang tahun.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

108

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

2) Demand Side Management adalah manajemen energi yang dilakukan pada


sisi beban yaitu konsumen tenaga listrik.
3) Perencanaan Pembangkit baru, menyangkut energy mix untuk pemenuhan
kebutuhan pembangkit beban dasar, pembangkit beban menengah dan
pembangkit untuk beban puncak.
b. Perencanaan jangka pendek (harian) :
1) Unit Commitment, proses penentuan kapan dan pembangkit mana yang
harus di start atau distop untuk memperoleh komposisi pembangkit dengan
biaya prosuksi yang paling efisien dalam memenuhi beban sistem (Power
Generation, Operation and Control, Allen J Wood).
2) Optimasi

Hidrotermal

(Short

Range

Hydro

Scheduling),

untuk

meminimalkan biaya produksi sesuai ketersediaan sumber daya air yang


ada.
3) Load Curtailment, adalah permintaan kepada konsumen agar dengan
sukarela mengurangi penggunaan tenaga listrik.
3.8.2.2 Manajemen Energi Real time:
Manajemen Energi Real time dilakukan dengan strategi Operasi meliputi :
a.

Economic Dispatch
Adalah pengaturan pembebanan setiap pembangkit dalam sistem tenaga

listrik agar diperoleh biaya produksi yang paling ekonomis, efisien sesuai dengan
kondisi sistem yang ada. Metode yang paling sederhana adalah pengaturan
pembebanan pembangkit sesuai merit order, yaitu prioritas pembebanan
pembangkit dimulai dari pembangkit dengan energi yang murah seterusnya
sampai kebutuhan beban tercukupi.
b. Penurunan mutu daya listrik (tegangan)
Penurunan tegangan listrik ini (biasa disebut BROWN OUT) dilakukan
apabila semua pembangkit telah beroperasi pada beban maksimum dan cadangan
putar sistem dan cadangan dingin tidak ada, sedangkan permintaan beban

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

109

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

cenderung

bertambah.

Penurunan

mutu

tegangan

ini

dilakukan

untuk

menghindarkan pemutusan beban.


c.

Load shedding
Adalah pemutusan beban konsumen, dilakukan apabila kondisi sistem

defisit.
3.8.2.3 Demand Side Management
Metode-metode Demand Side Management yang biasa diterapkan adalah
sebagai berikut :
a. Peak Clipping (Pemangkasan beban puncak)
Yaitu langkah pemangkasan beban puncak dengan memadamkan sebagian
beban pada periode beban puncak untuk menjamin kecukupan daya pada periode
tersebut.

Gambar 1. Peak Clipping


b. Load Shifting (Penggeseran beban)
Yaitu langkah menggeser beban pada periode beban puncak ke luar waktu
beban puncak.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

110

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 2. Load Shifting


c. Valley Filling (Pengisian luar waktu beban puncak)
Yaitu langkah pengisian luar waktu beban puncak dengan mengoptimalkan
periode beban rendah.

Gambar 3. Valley Filling


d. Strategic Load Growth
Yaitu

langkah

pengaturan

pertumbuhan

beban dengan

mengatur

pertumbuhan sesuai dengan perkembangan beban dan perencanaan yang telah


dibuat.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

111

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 4. Strategic Load Growth


e. Strategic Conservation (Strategi Konservasi)
Yaitu strategi konservasi dengan meningkatkan kesadaran masyarakat agar
menggunakan listrik yang hemat energi.

Gambar 5. Strategic Conservation


f. Flexible Load Shape
Yaitu pengaturan langgam beban secara fleksibel

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

112

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 6. Flexible Load Shape


Program Demand Side Management (DSM) yang diimplementasikan di
PT. PLN (Persero) adalah :
1. Strategi Valley Filling yaitu meningkatkan permintaan pada periode
LWBP,
2. Strategi Konservasi Energi dengan meningkatkan kesadaran masyarakat
agar menggunakan listrik yang hemat energi,
3. Strategi pemangkasan pada periode beban puncak.
Pengaruh Program Demand Side Management adalah :
1. Perbaikan load faktor,
2. Peningkatan efisiensi dan
3. Mengurangi biaya investasi dan operasi karena berkurangnya beban
puncak.
Akibat kesalahan manajemen energi :
1. Pemborosan.
2. Biaya energi mahal.
3. Dampak lingkungan.
3.8.2.4 Cakupan Manajemen Energi
Dalam pengoperasikan Tenaga Listrik ada beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain masalah kebutuhan bahan bakar, pemakaian sendiri
pembangkit dan rugi-rugi transmisi. Ketiga hal tersebut harus ditekan serendahrendahnya dengan tetap memperhatikan mutu dan keandalan.
Biaya bahan bakar merupakan biaya yang terbesar yaitu sekitar 60% dari
biaya produksi. Oleh sebab itu maka sistem tenaga listrik harus dikelola dengan
berdasarkan manajemen energi yang baik agar diperoleh keandalan yang baik
dengan biaya yang minimum. Pada dasarnya Manajemen Energi meliputi :
a. Ramalan Beban
b. Simulasi Produksi

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

113

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

c. Unit Commitment
a. Ramalan Beban (Demand Forecast)
Prakiraan beban akan berpengaruh dalam penentuan parameter-parameter
sistem tenaga listrik seperti misalnya: kapasitas dan jenis pembangkit, jadwal
pemeliharaan pembangkit, kapasitas saluran transmisi, kebutuhan trafo dan gardu
induk baru, jadwal pemeliharaan saluran transmisi dan prakiraan alokasi energi
setiap pembangkit serta prakiraan kebutuhan bahan bakar pembangkit sehingga
kontinyuitas pasokan pada sistem tenaga listrik terjamin.
Metoda peramalan ini dapat dibedakan menjadi 4 macam sebagai berikut :
a. Metode Kecenderungan

b. Metoda Ekonometri
c. Metoda Analitis
d. Metoda Gabungan
Metoda Kecenderungan
Menggunakan

data

historikal

di

masa

lalu

untuk

memprediksi

kecenderungan dimasa depan. Fungsi tersebut bisa berupa fungsi linier,


eksponensial, logaritmik dan gompertz. Penyelesaiannya bisa menggunakan
metoda dekomposisi, moving average, ARIMA dan sebagainya.
Metoda Ekonometri
Menggabungkan penggunaan matematik dan statistik dalam menentukan
peramalan kebutuhan beban. Metoda ini menggunakan pendekatan sebab akibat
dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan beban khususnya
kebutuhan energi listrik. Selanjutnya dipergunakan metoda statistik untuk
mengukur hubungan antara variable ekonomi yang dirumuskan dengan
pendekatan sebab akibat diatas.
Metoda Analitis
Disebut juga metode sisi pemakai yang menggunakan pendekatan
perhitungan pemakaian tenaga listrik di sisi konsumen untuk memprediksikan
kebutuhan tenaga listrik. Konsep dasar dari metode ini adalah meramalkan

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

114

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

perubahan jenis dan jumlah peralatan listrik dan kebutuhan energi setiap peralatan
tersebut. Pendekatan metode ini sering digunakan dalam perhitungan kebutuhan
energi listrik di sektor rumah tangga dan kadang-kadang digunakan dalam
perhitungan di sektor-sektor lainnya.
Metoda Gabungan
Metode Gabungan merupakan gabungan antara metode ekonometri dan
metode analitis. Metode ini memadukan perhitungan regresi untuk mencari
koefisien penggunaan energi, penentuan variabel bebas yang mempengaruhi
angka pemakaian energi dan analisa sisi pemakaian untuk setiap peralatan di
masing-masing sektor.
b. Simulasi Produksi
Economic Dispatch
Adalah pengaturan pembebanan setiap pembangkit dalam sistem tenaga
listrik agar diperoleh biaya produksi yang paling ekonomis, efisien sesuai dengan
kondisi sistem yang ada.
Dalam bab ini dijelaskan mengenai teknik optimasi sistem tenaga listrik. Metoda
yang dipakai dalam perhitungan optimasi adalah persamaan Lagrange, Linier
Programing, Khun Tucker, Heuristik dan sebagainya.
Merrit Order
Metode

yang

paling

sederhana

dalam

pengaturan

pembebanan

pembangkit, yaitu prioritas pembebanan pembangkit dimulai dari pembangkit


dengan energi yang murah seterusnya sampai kebutuhan beban tercukupi.
c. Unit Commitment
Yaitu proses penentuan kapan dan pembangkit mana yang harus distart
atau distop untuk memperoleh komposisi pembangkit dengan biaya produksi yang
paling efisien dalam memenuhi beban sistem.
3.8.2.5 Kendala dalam penjadwalan operasi unit pembangkit

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

115

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Dalam membuat penjadwalan operasi unit pembangkit penyelesaiannya


sangat tergantung dari kendala-kendala yang dimasukkan dalam memperoleh
fungsi tujuan. Setiap metoda yang digunakan dalam penjadwalan operasi unit
pembangkit menimbulkan masalah yang sangat dipengaruhi oleh karakteristik unit
pembangkit dan kurva beban.
3.8.2.5.1 Cadangan putar
Cadangan putar dibagi merata kepada seluruh pembangkit yang sedang
beroperasi sehingga apabila terjadi-gangguan tidak menyebabkan penurunan
frekuensi sistem. Besarnya cadangan putar sama dengan kapasitas unit
pembangkit terbesar yang sedang beroperasi. Diluar cadangan putar tersebut,
harus disisipkan pula unit pembangkit cadangan yang dapat dengan mudah dan
cepat dioperasikan, misalnya PLTD atau PLTA sehingga dapat mengatasi
kebutuhan beban. Dengan demikian akan dapat ditaksir besarnya cadangan
seluruh unit pembangkit dalam perioda waktu yang telah ditentukan.
Cadangan putar selain untuk memenuhi kebutuhan beban dari gangguan
pada sistem, harus diletakkan pada unit-unit pembangkit yang mempunyai respon
yang cepat. Usaha terakhir bila cadangan tersebut masih belum mampu mengatasi
kebutuhan beban karena adanya gangguan unit pembangkit dilakukan dengan
pelepasan beban.
3.8.2.5.2 Kendala-kendala Unit Pembangkit Thermal
Pembangkit termal yang relatif besar seperti PLTU pada umumnya
merupakan pusat listrik yang dominan baik dari segi teknis operasional maupun
dari segi biaya operasi. Dari segi teknis operasional PLTU paling banyak
kendalanya khususnya dalam kondisi dinamis. Hal ini disebabkan karena
banyaknya komponen dalam PLTU yang harus diatur. Pada pembangkit termal
proses start maupun perubahan daya menyangkut masalah perubahan suhu yang
akan menyebabkan pemuaian atau pengerutan. Unit pembangkit termal dijalankan
dengan mengubah temperatur sedikit demi sedikit, dan perlu waktu untuk

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

116

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

membawa unit pembangkit tersebut sampai menyuplai daya. Berbagai macam


kendala yang ada pada pengoperasian pembangkit termal, antara lain :
1. Kendala waktu minimal berjalan (minimum up time) : Unit pembangkit
yang sedang berjalan tidak dapat langsung dimatikan karena harus
disesuaikan dengan waktu minimal berjalannya.
2. Kendala waktu minimal berhenti (minimum down time) : Unit pembangkit
yang sudah dihentikan tidak dapat langsung dijalankan kembali, karena
harus disesuaikan dengan waktu minimal berhentinya.
Saat mulai dijalankan tekanan dan temperatur bagian-bagian pembangkit
termal bergerak naik dengan pelan sehingga diperlukan energi tambahan untuk
membawa pembangkit tersebut sampai keadaan jalan. Energi tersebut dalam
masalah komitmen unit dikenal sebagai Start-up cost
3.8.2.5.3 Kendala-kendala Unit Pembangkit Hydro
Kendala operasi pada pembangkit hidro lebih kecil dibandingkan
pembangkit termal karena pada pembangkit hidro tidak ada proses pembakaran
sehingga tidak ada perubahan suhu yang besar pada bagian-bagian pembangkit.
Namun dilain pihak ketergantungan pembangkit hidro pada musim merupakan
kendala, sehingga untuk mendapatkan hasil penjadwalan operasi yang optimal
unit-unit pembangkit secara keseluruhan tidak bisa dipisahkan dari unit-unit
hydro.

Unit Pembangkit harus berjalan (must run)

Ada beberapa unit pembangkit yang harus dipertahankan terus berjalan


selama waktu yang ditentukan, misalnya dalam setahun. Tujuannya adalah sebagai
alat penunjang untuk menstabilkan tegangan pada jaringan transmisi atau dipakai
sebagai suplai daya diluar pemakaian sendiri pada PLTU
3.8.2.5.4 Kendala Bahan Bakar
Dalam sistem tenaga listrik dapat terjadi beberapa unit pembangkit
mempunyai bahan bakar dalam jumlah yang terbatas atau memerlukan bahan

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

117

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

bakar dalam jumlah yang besar. Kendala tersebut harus diperhatikan dalam
penjadwalan operasi unit pembangkit.
Beberapa metoda yang paling banyak dipakai dalam penyelesaian masalah
komitmen unit antara lain:
1. Metoda Skema Urutan Prioritas.
2. Metoda Dynamic Programming
3. Metoda Pemrograman Linier dengan Integer Campuran.
3.8.2.5.5 Koordinasi Hydrotermal
Optimasi

Hidrotermal

(Short

Range

Hydro

Scheduling),

untuk

meminimalkan biaya produksi sesuai ketersediaan sumber daya air yang ada.
Dalam sistem tenaga listrik yang terdiri dari sejumlah pembangkit Hydro dan
sejumlah pembangkit Termal, perlu dicari jalur pembagian beban antara subsistem
Hidro (kelompok PLTA) dan sub sistem Termis (kelompok Pusat Listrik Termis)
agar didapat operasi yang optimal bagi sistem tenaga listrik secara keseluruhan,
dalam arti diperoleh biaya bahan bakar yang minimum.
3.8.3 PERENCANAAN PEMBANGKITAN
3.9.3.1 Karakteristik Input Output
Karakteristik Input-Output merupakan perbandingan antara besarnya
energi panas (Mbtu/Jam atau Kcal/Jam) yang diperlukan untuk membangkitkan
suatu nilai daya (MW). Berikut merupakan kurva ideal untuk suatu pembangkitan.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

118

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.9.3.2 Karakteristik incremental heat rate


Karakteristik incremental heat rate merupakan slope atau derivatif dari
karakteristik input-output. Misalkan Persamaan kurva Input-Output didekati
dengan persamaan linier Y = ax + b (seperti ditunjukkan oleh Gambar a), Maka
incremental heat rate/cost unit pembangkit = a (sama untuk semua titik
pembebanan). Karakteristik Incremental Heat Rate/Cost (ditunjukkan oleh
Gambar b)

Gambar a

Gambar b
3.9.3.3 Incremental Cost

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

119

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Incremental cost adalah biaya yang dibutuhkan oleh suatu unit pembangkit
jika ada kenaikan MW pada pembangkit tersebut. Incremental Cost digunakan
untuk menentukan merit order pembangkit.
Adapun untuk incremental cost dirumuskan sebagai berikut.

3.8.3.4 Bahan Bakar


Nilai kalor bahan bakar merupakan kandungan energi/ kalor yang terdapat
dalam setiap satuan bahan bakar (kcal/volume).
Contoh:

batubara dengan nilai kalor 5.000 kcal/kg, artinya setiap 1 kg batubara


terkandung energi sebesar 5.000 kkalor

Gas dengan nilai kalor 252.000 kcal/mmbtu, artinya setiap 1 mmbtu


gas terkandung energi sebesar 252.000 kkalor

Harga bahan bakar: harga netto bahan bakar (sudah termasuk biaya
transport dan penyimpanan) per satuan dimensi (Rp/volume)
Contoh:

batubara dengan harga 500 Rp/kg, artinya setiap kg


batubara harganya Rp 500

Gas dengan harga 8$/mmbtu, artinya setiap mmbtu


harganya 8$ atau 8*kurs rupiah yang berlaku saat itu.

Pembangkit yang memiliki incremental cost lebih kecil, belum tentu


memiliki biaya operasi lebih rendah (contoh Rembang pada kasus studi memiliki
incremental cost lebih kecil, namun biaya operasinya lebih tinggi dibandingkan
labuan pada pembebanan yang sama)

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

120

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Pada saat sistem membutuhkan tambahan pembangkit, sistem akan


memilih start pembangkit yang memiliki biaya operasi lebih kecil, pada saat
sistem membutuhkan tambahan beban dari pembangkit, sistem akan memilih
menaikkan beban pembangkit yang memiliki incremental cost lebih kecil
3.8.3.5 Unit Komitment
Kegiatan manusia dibidang transportasi, komunikasi dan tenaga listrik
bersifat periodik. Salah satu faktor yang sangat menentukan dalam membuat
rencana operasi sistem tenaga listrik adalah perkiraan beban pada sistem tenaga
listrik yang bersangkutan. Tidak ada rumus yang pasti untuk ini karena besar
beban ditentukan oleh para pemakai (konsumen) tenaga listrik. Namun karena
umumnya kebutuhan tenaga listrik pemakai bersifat periodik, maka grafik
pemakaian tenaga listrik juga bersifat periodik. Pada siang hari karena adanya
beban-beban industri, maka pemakaian tenaga listrik lebih besar dibandingkan
pada tengah malam menjelang pagi hari. Kenaikan beban juga akan terjadi bila
ada pertandingan olahraga yang spektakuler disiarkan di TV. Sedangkan
pemakaian tenaga listrik pada hari libur akan lebih sedikit dibandingkan pada
hari-hari biasa. Dari permasalahan tersebut diatas maka perlu dibuatkan suatu
penjadwalan

operasi

unit

pembangkit

sehingga

dengan

optimalisasi

meminimalkan pemakaian bahan bakar akan diperoleh penghematan biaya operasi


yang cukup besar.
Contoh 4.
Di ketahui pembangkit dengan 3 unit generator :
Unit 1: Min = 150 MW
Max = 600 MW
H1 = 510.0 + 7.2 P1 + 0.00142 P12 Mbtu/h

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

121

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Unit 2: Min = 100 MW


Max = 400 MW
H2 =310.0 + 7.85 P2 + 0.00194 P22 Mbtu/h
Unit 3: Min = 50 MW
Max = 200 MW
H3 = 78.0 + 7.97 P3 + 0.00482 P32 Mbtu/h
dengan harga bahan bakar :
F1 = 1.1 R/MBtu
F2 = 1.0 R/MBtu
F3 = 1.2 R/MBtu

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

122

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.9

DKIKP (DEKLARASI KONDISI DAN INDEKS KINERJA


PEMBANGKIT)

3.9.1 Keputusan Direksi PT PLN No 357.K/DIR/2007


PERTAMA:

Mengesahkan SPLN K7.001:2007 Untuk Standarisasi


Indikator Kinerja Pembangkit sebagaimana terdapat
pada lampiran keputusan ini.

KEDUA

: Memberlakukan SPLN K7.001:2007 Untuk Standarisasi


Kinerja

Pembangkit

sebagaimana

dimaksud

pada

Diktum PERTAMA Keputusan ini di lingkungan PT


PLN (Persero), Anak Perusahaan PT PLN (Persero) di
bidang

Pembangkitan

dan

Perusahaan-perusahaan

Pembangkit Tenaga Listrik yang mempunyai ikatan


Perjanjian/Kontrak dengan PT PLN (persero) serta
pihak-pihak terkait.
3.9.2 Kegunaan DKIKP
1.

Informasi mengenai Indikator Kinerja Pembangkit (IKP) sangat


diperlukan dalam perencanaan sistem (system planning) dan
operasi sistem (system operation) ketenagalistrikan

2.

kebutuhan operasi sistem ketenagalistrikan saat ini menghendaki


pemberlakuan pengertian yang sama tentang formulasi Indikator
Kinerja Pembangkit .

3.9.3 Maksud dan tujuan DKIKP :


1.

Database pengusahaan pembangkit

2.

Keperluan perhitungan Indeks Kinerja Pembangkit;

3.

Keperluan perhitungan kesiapan komersial Pembangkit sesuai

PJBTL;
4.

Keperluan Statistik dan Publikasi

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.9.4 Deklarasi Kondisi Pembangkit (DKP)


Informasi mengenai kondisi dan kesiapan Pembangkit berdasarkan
Standar Internasional. Bagian dalam pengusahaan operasi sistem tenaga
listrik sebagai dasar dalam pengambilan keputusan perintah dispatch.
3.9.5 Indikator Kinerja Pembangkit (IKP)
1.

Angka indikator yang menggambarkan berbagai status pembangkit


(Available, Derating, PO, MO, FO,RS, dll) dalam periode waktu
tertentu.

2.

Sejak 2008 PLN memperbaharui cara menghitung IKP agar IKP


PLN compatible dan comparable dengan IKP perusahaan listrik
lain.

3.

Disediakan tool untuk menghitung IKP agar akurasi IKP


meningkat dan pada saat yang sama tidak menambah (bahkan
mengurangi) beban kerja

4.

Evaluasi, perencanaan, pengoperasian, perlakuan, dan antisipasi


kedepan

3.9.6 Kegunaan IKP :


Jangka pendek:
1.

Mengetahui kondisi pembangkit dengan benar dan cepat, sehingga


dapat melakukan tindak lanjut secara efektif

2.

Keperluan Operasional

3.

Keperluan Perencanaan

4.

Benchmark dengan perusahaan pembangkit lain

Jangka panjang :
New Plants

Plant Strategies

Maintenance Strategies

Design

Load following

Preventive/predictive

Procurement

Power reductions

Inspection scheduling

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Construction

Goals/Benchmarking

Surveillance

System Strategies

Plant Modifications

Outage Planning

Dispatch

Replacement

Critical items

Maintenance

Reconfiguration

Resource allocation

Deskripsi IKP
PER UNIT PEMBANGKIT

UNIT PEMBANGKIT GABUNGAN

Availability Factor (AF)


Equivalent Availability

Weighted Availability Factor (WAF)


Weighted Equivalent Availability Factor

Factor

(EAF)
Service Factor (SF)
Scheduled Outage Factor (SOF)
Forced Outage Rate (FOR)
Equivalent Forced Outage Rate
(EFOR)
Equivalent Forced Outage Rate
demand (EFORd)
Sudden Outage Frequency (Sdof)
Dan lainnya (Appendix F)

(WEAF)
Weighted Service Factor (WSF)
Weighted Scheduled Outage

Factor

(WSOF)
Weighted Forced Outage Rate (WFOR)
Weighted Equivalent Forced Outage Rate
(WEFOR)
Weighted Equivalent

Forced

Factor demand (WFOFd)


Weighted Sudden Outage

Outage

Frequency

(Sdof)
Dan lainnya (Appendix F)
3.9.7 Peformance Pembangkit

AF/EAF Faktor Kesiapan pembangkit

FOR/EFOR Tingkat gangguan/dan derating

SF Faktor operasi

SOF Faktor Outage terencana

CF Faktor pemanfaatan energi

NOF/PF Faktor pemanfaatan energi terhadap kesiapan

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.9.8 Status Non-Aktif


a. IR - Inactive Reserve, yaitu pekerjaan persiapan operasi unit
pembangkit selama paling lama 7 hari, untuk pembangkit yang
sedang mengalami Reserve Shutdown (RS) sedikitnya 60 hari.
Pernyataan IR harus disampaikan oleh Pembangkit setelah diminta
operasi oleh P3B.
b. Jika waktu pekerjaan persiapan tersebut melebihi 7 hari, maka
statusnya bukan IR tetapi FO3
c. MB Mothballed, yaitu pekerjaan persiapan operasi unit
pembangkit selama paling lama 30 (tiga puluh) hari untuk
pembangkit yang sedang mengalami FO, MO, atau PO sedikitnya
60 (enam puluh) hari dan diminta oleh P3B untuk operasi.
MB hanya berlaku untuk pembangkit-pembangkit yang oleh pihak
perusahaan

(pemilik)

nya

sedang

dipertimbangkan

untuk

mengudurkan diri dari sistem karena faktor usia pembangkit sudah


tua dan sering terjadi gangguan mekanis
d. RU-Retired

Unit.

Yaitu

unit

tidak

siap

operasi

karena

mengundurkan diri dari system dan tidak berniat untuk kembali


masuk sistem.
3.9.9 Outage
Suatu outage ada kapan saja dimana unit tidak sinkron ke sistem
grid dan bukan dalam status Cadangan Shutdown. Suatu outage mulai
ketika unit baik desynchronized dari grid maupun ketika pindah dari
satu peristiwa unit ke status lain. Outage berakhir ketika unit sinkron
ke grid atau menyatakan ke status lain. Status Unit hanya dapat diubah
jika outage pertama berakhir.
a. PO - Planned Outage: yaitu keluarnya pembangkit akibat adanya
pekerjaan pemeliharaan periodik pembangkit seperti inspeksi,
overhaul atau pekerjaan lainnya

yang sudah dijadwalkan

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

sebelumnya

dalam

rencana

tahunan/bulanan

pemeliharaan

pembangkit atau sesuai rekomendasi pabrikan.


b. PE - Planned Outage Extension: yaitu outage perpanjangan yang
direncanakan, sebagai perpanjangan Planned Outage (PO) yang
belum selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Sebelum PE dimulai, periode dan tanggal operasinya telah
ditetapkan. Semua pekerjaan sepanjang PE adalah bagian dari
lingkup pekerjaan yang asli dan semua perbaikan ditentukan
sebelum outage mulai.
PE hanya bisa dilakukan 1 (satu) kali dan diajukan pada saat PO
berlangsung, serta telah dijadwalkan dalam ROB/ROM/ROH
c. MO - Maintenance Outage: yaitu keluarnya pembangkit untuk
keperluan

pengujian,

pemeliharaan

preventif,

pemeliharaan

korektif, perbaikan atau penggantian suku cadang atau pekerjaan


lainnya pada pembangkit yang dianggap perlu dilakukan, yang
tidak dapat ditunda pelaksanaannya hingga jadwal PO berikutnya
dan telah dijadwalkan dalam ROB/ROM berikutnya
d. ME - Maintenance Outage Extension: yaitu pemeliharaan outage
perpanjangan, sebagai perpanjangan MO yang belum selesai dalam
waktu yang telah ditetapkan.Bahwa sebelum ME dimulai, periode
dan tanggal selesainya telah ditetapkan. Semua pekerjaan
sepanjang ME adalah bagian dari lingkup pekerjaan awal dan
semua perbaikan ditentukan sebelum outage mulai dan diusulkan
oleh pembangkit
e. FO - Forced Outage: yaitu keluarnya pembangkit akibat adanya
kondisi emergensi pada pembangkit atau adanya gangguan yang
tidak diantisipasi sebelumnya serta yang tidak digolongkan ke

dalam MO atau PO.


FO1 - Unplanned (Forced) Outage Immediate: adalah outage
yang memerlukan keluarnya pembangkit dengan segera dari
kondisi operasi, RS atau status outage lainnya. Jenis outage ini

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

diakibatkan

oleh

kontrol

mekanik/electrical/hydraulic

unit

pembangkit trip atau ditripkan oleh operator sebagai respon atas

alarm/kondisi unit
FO2 - Unplanned (Forced) Outage Delayed: adalah outage yang
tidak memerlukan unit pembangkit untuk keluar segera dari sistem
tetapi dapat ditunda paling lama dalam 6 (enam) jam. Outage jenis ini
hanya dapat terjadi pada saat unit dalam keadaan terhubung ke

jaringan serta melalui proses penurunan beban bertahap.


FO3 - Unplanned (Forced) Outage Postponed: adalah outage yang
dapat ditunda lebih dari enam jam. Outage jenis ini hanya dapat

terjadi pada saat unit dalam keadaan terhubung ke jaringan.


f. RS - Reserve Shutdown: adalah suatu kondisi apabila unit siap
operasi namun tidak disinkronkan ke sistem karena beban yang
rendah. Kondisi ini dikenal juga sebagai economy outage atau
economy

shutdown.

Jika

suatu

unit

keluar

karena

adanya

permasalahan peralatan, baik unit diperlukan atau tidak diperlukan


oleh sistem, maka kondisi ini dianggap sebagai sebagai FO, MO, atau
PO, bukan sebagai RS.
g. SF - Startup Failure: yaitu outage yang terjadi ketika suatu unit tidak
mampu sinkron dalam waktu start up yang ditentukan setelah dari
status outage atau RS.
Periode Startup untuk masing-masing unit ditentukan oleh Unit
pembangkit. Hal ini spesifik untuk tiap unit, dan tergantung pada
kondisi unit ketika startup (panas, dingin, standby, dll.)
h. SF mulai ketika terjadi problem yang menghambat startup. SF
berakhir ketika unit sinkron atau berubah ke status lain yang
diizinkan.
i. NC Kondisi Noncurtailing: adalah kondisi yang dapat terjadi kapan
saja dimana peralatan atau komponen utama tidak dioperasikan untuk
keperluan pemeliharaan, pengujian, atau tujuan lain yang tidak
mengakibatkan unit outage atau derating. NC juga dapat terjadi ketika
unit pembangkit sedang beroperasi dengan beban kurang dari
kapasitas penuh yang terkait dengan kebutuhan pengaturan sistem.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Selama periode ini, peralatan dapat dipindahkan dari operasi untuk


pemeliharaan, pengujian, atau lain pertimbangan dan dilaporkan
sebagai suatu NC jika kedua kondisi yang berikut dijumpai:
a) Kemampuan unit tidak berkurang sampai di bawah kebutuhan
sistem,
b) Pekerjaan dapat dihentikan/diselesaikan dan tdk

mengurangi

kemampuan DMN serta waktu ramp-up dalam jangkauan normal nya,


jika dan ketika unit telah diperlukan oleh sistem.
Jika kondisi-kondisi ini tidak bisa dipenuhi, laporkan kejadian
tersebut sebagai peristiwa outage atau derating, bukannya suatu NC.
3.9.10

Derating
Derating terjadi apabila daya keluaran (MW) unit kurang dari DMN.
Derating digolongkan menjadi beberapa kategori yang berbeda.
Derating dimulai ketika unit tidak mampu untuk mencapai 98% DMN
dan lebih lama dari 30 menit.
Kapasitas yang tersedia didasarkan pada keluaran unit dan bukan pada
instruksi

dispacth.

Derating

berakhir

ketika

peralatan

yang

menyebabkan derating tersebut kembali normal, terlepas dari apakah


pada saat itu unit diperlukan sistem atau tidak.
Untuk Kebutuhan Operasional, maka perlu dilaporkan:
-

Derating < 2% DMN dan < 30 menit,

Derating > 2% DMN dan < 30 menit,

Derating < 2% DMN dan > 30 menit,

a. PD - Planned Derating: adalah derating yang dijadwalkan dan


durasinya sudah ditentukan sebelumnya dalam rencana tahunan/
bulanan pemeliharaan pembangkit. Derating berkala untuk
pengujian, seperti test klep turbin mingguan, bukan merupakan
PD, tetapi MD.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

PDE (DP) Planned Derating Extension:


-

Suatu derating perluasan dari PD,

Semua pekerjaan sepanjang PDE adalah lingkup pekerjaan PD,

Semua pekerjaan sepanjang PDE harus dijadwalkan sebelumnya.

b. MD (D4) - Maintenance Derating: adalah derating yang dapat


ditunda melampaui akhir periode operasi mingguan (Kamis, pukul
24:00 WIB) tetapi memerlukan pengurangan kapasitas sebelum
PO berikutnya.
MDE (DM) - Maintenance Derating Extension: adalah suatu
pemeliharaan yang derating perpanjangan dari MD. Semua
pekerjaan sepanjang MDE adalah bagian dari lingkup pekerjaan
MD dan semua perbaikan ditentukan sebelum outage mulai.
c. DE - Derating Extension: adalah perpanjangan dari PD atau MD
yg melampaui tanggal penyelesaian yang diperkirakan.
DE hanya digunakan apabila lingkup pekerjaan awal memerlukan
waktu lebih untuk menyelesaikan pekerjaannya dibanding waktu
yang telah dijadwalkan. DE tidak digunakan dalam kejadian
dimana ada keterlambatan atau permasalahan tak diduga diluar
lingkup pekerjaan awal sehingga unit tersebut tidak mampu untuk
mencapai beban penuh setelah akhir tanggal PD yang ditentukan.
DE harus mulai pada waktu (bulan/hari/jam/menit) saat PD
direncanakan berakhir.

FD1 (D1) - Unplanned (Forced) Derating Immediate: adalah


derating yang memerlukan penurunan kapasitas segera (tidak

dapat ditunda).
FD2 (D2) - Unplanned (Forced) Derating Delayed: adalah
derating yang tidak memerlukan suatu penurunan kapasitas segera
tetapi memerlukan penurunan (dapat ditunda) dalam waktu enam
jam.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

FD3 (D3) - Unplanned (Forced) Derating Postponed: adalah


derating yang dapat ditunda lebih dari enam jam.

3.9.11

Cause Code
Cause Code adalah kode yang mewakili komponen/ peralatan penyebab
suatu kondisi Pembangkit. Menurut sifatnya : OMC dan Non OMC
Untuk kemudahan penggunaan, dibagi menjadi beberapa bagian
berdasarkan jenis unit pembangkit. Setiap bagian berisi semua kode
yang dapat digunakan untuk setiap jenis unit.
Misalnya, bagian untuk unit uap fosil (PLTU) mencakup kode untuk
boiler,

turbin

uap,

generator,

keseimbangan

pembangkitan,

pengendalian pencemaran peralatan, eksternal, regulasi, keselamatan,


dan lingkungan
Tujuan Penggunaan Cause Code

Mempermudah pengelompokan status/kondisi pembangkit

Evaluasi lebih cepat dan akurat

Perlakuan pembangkit yang tepat dan terarah dalam pengoperasian,


perawatan, perencanaan

Penyediaan suku cadang yang tepat

Efesiensi biaya pengusahaan

Mempermudah pengambilan kebijakan lebih lanjut

Indek Kinerja Pembangkit (IKP)

Indek/Indikator yang menunjukkan kinerja operasi pembangkit


dalam periode tertentu

Diperlukan untuk operasi, perencanaan dan evaluasi pembangkit

Mengacu pada GADS DRI NERC

Manfaat IKP

Perhitungan transaksi listrik

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Perencanaan operasi

Target Kinerja

3.9.12 FORMULA IKP PER PEMBANGKIT (BASIS WAKTU)


Formula Indeks Kinerja Pembangkit untuk pembangkit tunggal
(per pembangkit) adalah sebagai berikut:
[

Availability factor

AH
100%
PH

AF ]
Equivalent Availability Factor

EAF ]

Service Factor

SH
100%
PH

POH
100%
PH

MOH
100%
PH

RSH
100%
PH

EPDH EUDH
100%
PH

Factor

POH MOH
100%
PH

FOH
100%
PH

[ SF ]

Planned Outage Factor

AH ( EFDH EMDH EPDH ESEDH )

PH

POF ]
Maintenance Outage Factor
MOF ]
Reserve Shutdown Factor
RSF ]
Unit Derating Factor
UDF ]
Scheduled

Outage

[ SOF ]
Forced Outage Factor
FOF ]

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

10

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

FOH
100%
FOH SH Synchronou sHours

demand

f FOH
100%
( f FOH ) SH

Forced Outage Rate


FOR ]
Forced

Outage

Rate

[FORd]
Equivalent Forced Outage Rate
[EFOR]

Equivalent Forced Outage Rate

FOH EFDH
100%
FOH SH Synchr.Hrs. EFDHRS

demand [ EFORd ] **)


**) Untuk pembangkit pemikul

( f FOH ) ( fp EFDH )
100%
( f FOH ) SH

dimana:
fp = (SH/AH)

beban puncak

Jika SH, FOH atau RSH = 0, maka f = (1/r + 1/T) / (1/r + 1/T + 1/D)
untuk perhitungan diberi angka r = Durasi FO rata-rata = [FOH / jumlah
0,001.
kejadian FO]
Jika jumlah kejadian FO, start atau D = jam operasi rata-rata = [SH / jumlah start
start aktual = 0, maka untuk aktual]
perhitungan diberi angka 1.

T = RSH rata-rata = [RSH / jumlah start yang


dilakukan, baik berhasil maupun gagal]
[

Pr oduksi Netto
PH DMN

100%

[ NOF

Pr oduksi Netto

100%

Net Capacity Factor


NCF ]
Net Output factor

SH DMN

]
Plant Factor

[ PF ]

Sudden Outage Frequency

Pr oduksi Netto
( AH ( EPDH EUDH )) DMN

100%

FO1
Unit . Kit

Sdof]

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

11

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.9.13 FORMULA IKP PEMBANGKIT GABUNGAN (BASIS WAKTU)


[

Availability factor

AH
100%
PH

AF ]
Equivalent Availability Factor

EAF ]

Service Factor

( AH ( EFDH EMDH EPDH ESEDH ))

PH

SH
100%
PH

POH
100%
PH

MOH
100%
PH

RSH
100%
PH

( EPDH EUDH )
100%
PH

Factor

( POH MOH )
100%
PH

FOH
100%
PH

FOH
100%
( FOH SH Synchr.Hours )

demand

( f FOH )
100%
(( f FOH ) SH )

[ SF ]

Planned Outage Factor


POF ]
Maintenance Outage Factor
MOF ]
Reserve Shutdown Factor
RSF ]
Unit Derating Factor
UDF ]
Scheduled

Outage

[ SOF ]
Forced Outage Factor
FOF ]
Forced Outage Rate
FOR ]
Forced

Outage

Rate

[FORd]
Equivalent Forced Outage Rate

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

12

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

[EFOR]
Equivalent Forced Outage Rate

( FOH EFDH )
100%
( FOH SH Synchr.Hrs. EFDHRS )

(( f FOH ) ( fp EFDH ))
100%
(( f FOH ) SH )

demand [ EFORd ] **)


**) Untuk pembangkit pemikul

dimana:
fp = (SH/AH)

beban puncak

Jika SH, FOH atau RSH = 0, maka f = (1/r + 1/T) / (1/r + 1/T + 1/D)
untuk perhitungan diberi angka r = Durasi FO rata-rata = [FOH / jumlah
0,001.
kejadian FO]
Jika jumlah kejadian FO, start atau D = jam operasi rata-rata = [SH / jumlah start
start aktual = 0, maka untuk aktual]
perhitungan diberi angka 1.

T = RSH rata-rata = [RSH / jumlah start yang


dilakukan, baik berhasil maupun gagal]
[

Pr oduksi Netto

[ NOF

Pr oduksi Netto

Net Capacity Factor

( PH DMN )

100%

NCF ]
Net Output factor

( SH DMN )

100%

]
Plant Factor

[ PF ]

Sudden Outage Frequency

Pr oduksi Netto
(( AH ( EPDH EUDH )) DMN )

100%

n. FO1
n.unit kit

Sdof]

3.9.13 UNIT PEMBANGKIT GABUNGAN (BASIS KAPASITAS)


Weighted (W) Availability factor

[WAF]
Weighted (W) Equivalent
Availability Factor

[WEAF]

( AH DMN )
100%
( PH DMN )

[( AH ( EFDH EMDH EPDH ESEDH ))]


( PH DMN )

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

13

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

W Service Factor

[WSF]
W Planned Outage Factor

( POH DMN )
100%
( PH DMN )

( MOH DMN )
100%
( PH DMN )

( RSH DMN )
100%
( PH DMN )

[WPOF]
W Maintenance Outage Factor
[WMOF]
W Reserve Shutdown Factor
[WRSF]
W Unit Derating Factor

[WUDF]
W Scheduled Outage Factor

[( EPDH EUDH )] DMN


100%
( PH DMN )

[WSOF]

[( POH MOH )] DMN )


100%
( PH DMN )

W Forced Outage Factor

[WFOF]
W Forced Outage Rate

[WFOR]
W Forced Outage Rate demand

( FOH DMN )
100%
( PH DMN )

( FOH DMN )
100%
[( FOH SH Synchr.Hours ) DMN ]

[WFORd]

( SH DMN )
100%
( PH DMN )

[( f FOH ) DMN ]
100%
[(( f FOH ) SH ) DMN ]

W Eq. Forced Outage Rate


[WEFOR]

W Eq. Forced Outage Rate demand


[WEFORd] **)

[( FOH EFDH ) DMN ]


[( FOH SH Synchr.Hrs. EFDHRS ) DMN

[(( f FOH ) ( fp EFDH )) DMN ]


100%
[(( f FOH ) SH ) DMN ]

dimana:
fp = (SH/AH)

**) Untuk pembangkit pemikul

f = (1/r + 1/T) / (1/r + 1/T + 1/D)

beban puncak

r = Durasi FO rata-rata = [FOH / jumlah

Jika SH, FOH atau RSH = 0, maka

kejadian FO]

untuk perhitungan diberi angka

D = jam operasi rata-rata = [SH / jumlah start

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

14

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

0,001.

aktual]

Jika jumlah kejadian FO, start atau

T = RSH rata-rata = [RSH / jumlah start yang

start aktual = 0, maka untuk

dilakukan, baik berhasil maupun gagal]

perhitungan diberi angka 1.


W Net Capacity Factor

[WNCF]
W Net Output factor

[WNOF]
W Plant Factor
[WPF]
Sudden Outage Frequency [

Pr oduksi Netto
( PH DMN )

Pr oduksi Netto
( SH DMN )

100%

100%

Pr oduksi Netto
(( AH ( EPDH EUDH )) DMN )

100%

n. FO1
n.unit kit

WSdof]

3.9.14 FORMULA TANPA OMC


Formula ini dimaksudkan untuk menghitung Indeks Kinerja Pembangkit
tanpa memasukkan peristiwa-peristiwa outage dan/atau derating yang
penyebabnya diluar tanggungjawab management perusahaan pembangkit
tersebut (Outside Management plant control OMC)
Formula yang digunakan sama persis dengan Formula-formula yang
terdatpat pada sub bahasan 4.2.1, 4.2.2., dan 4.2.3., dengan maksud dan
tujuannya sama.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

15

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Untuk menandai bahwa formula tersebut dipakai tanpa peristiwa OMC,


maka ditambahkan karakter X di awal formula. Jadi XAF artinya AF
1

XAF, XWAF

Lihat Formula No. 1 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

XEAF, XWEAF

Lihat Formula No. 2 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

XSF, XWSF

Lihat Formula No. 3 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

XPOF, XWPOF

Lihat Formula No. 4 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

XRSF, XWMOF

Lihat Formula No. 5 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

XRSF, XWRSF

Lihat Formula No. 6 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

XUDF, XUDF

Lihat Formula No. 7 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

XSOF, XWSOF

Lihat Formula No. 8 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

XFOF, XWFOF

Lihat Formula No. 9 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

10

XFOR, XWFOR

Lihat Formula No. 10 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

11

XFORd, XWFORd

Lihat Formula No. 11 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

12

XEFOR, XWEFOR

Lihat Formula No. 12 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

13

XEFORd, XWEFORd

Lihat Formula No. 13 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

14

XNCF, XWNCF

Lihat Formula No. 14 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

15

XNOF, XWNOF

Lihat Formula No. 15 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

16

XPF, XWPF

Lihat Formula No. 16 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

17

XSdof, XWSdof

Lihat Formula No. 17 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

tanpa peristiwa OMC, XWAF artinya WAF tanpa peristiwa OMC, dan
seterusnya.
4 (empat) metoda Formula Baku Indeks Kinerja Pembangkit tersebut
dipakai dan diinformasikan secara bersama-sama dalam aplikasi berbasis
web GAIS (Generation Availability Information System), dengan
maksud agar semua pihak yang

berkepentingan bisa mendapatkan

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

16

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

informasi data kinerja dan statistik peristiwa pembangkit pada Sistem


Jawa Bali secara cepat, tepat, dan dapat dipertanggung jawabkan.
CATATAN PERHITUNGAN FORd DAN EFORd
Perhitungan FORd dan EFORd dapat dipakai jika SH, FOH, atau RSH
memenuhi kriteria berikut ini:

3.9.15 LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN IKP


Untuk menghitung Indeks Kinerja Pembangkit diperlukan data seperti
berikut

Parameter

Contoh

Keterangan

Nama Pembangkit

PLTU Suralaya #2

Identitas pembangkit

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

17

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

DMN (MW)

Kontrak tahunan

Kondisi/Status

PO, MO, FO1, FD, dst

Outage/Derating (MW)

Penurunan kapasitas thd DMN

Awal

4/4/2008 3:49

Tanggal & Jam mulai

Akhir

4/4/2008 18:40

Tanggal & Jam akhir

Durasi (jam)

14,85

Periode selama outage/derating


Penyederhanaan perhitungan

Durasi Eqivalent (jam)

(time base)
Energi yg tdk bisa dimanfaatkan

ENS (MWh)

2.064

karena outage / derating (utk


perhitungan capacity base)
Produksi yg dihasilkan selama

Produksi Energi (MWh)

sinkron

Cause Code

Kode penyebab

Komponen Penyebab

Pulverizer mills

Komponen Penyebab L3

OMC/Non OMC

NON OMC

Batas tangung jawab persh

Keterangan

Mil 2D trip

penjelas

Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menghitung IKP adalah:

Buat tabel data operasi pembangkit lengkap selama periode tinjauan


seperti table diatas

Pilih data pembangkit/entitas yang akan dihitung IKP nya

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

18

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Filter

data

berdasarkan:

tanggal

selesai,

tanggal

mulai,

Status

outage/derating, dan nama pembangkit

Keluarkan (buat 0) status NC

Pastikan tidak ada data yang overlaping

Hitung durasi/energi eqivalentnya

Hitung IKP

Output IKP

3.10
3.10.1

PENGATURAN TEGANGAN DAN SWITCHING


Tujuan
a. Tegangan merupakan salah satu kualitas sistem tenaga listrik.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

19

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

b. Ekskursi tegangan dapat mempengaruhi unjuk kerja peralatan listrik


atau bahkan dapat merusak peralatan tersebut.
c. Ekskursi tegangan dalam waktu yang lama dapat memperbesar
kemungkinan terjadinya voltage collapse.
3.10.2

Tegangan Normal Sistem


Di dalam Aturan Jaringan (Grid Code) sistem interkoneksi Jawa-Bali
tercantum salah satunya tentang batasan tegangan normal sistem.
Tegangan normal atau tegangan nominal harus dipertahankan dalam
batasan sebagai berikut:
Tegangan Nominal

Kondisi Normal

500 Kv

+5%, -5%

150 Kv

+5%, -10%

70 kV

+5%, -10%

20 Kv

+5%, -10%

Tabel Tegangan Normal Sistem


3.10.3

Daya Reaktif
Daya reaktif dibangkitkan oleh
generator,
kapasitor,
saluran transmisi (berbeban rendah),
beban.
Daya reaktif dikonsumsi oleh
Beban,
saluran transmisi (berbeban tinggi),
Transformator tenaga.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

20

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Korelasi Tegangan Dan Daya Reaktif

Gambar Korelasi Tegangan dan Daya Reaktif


Secara keseluruhan sistem, ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam
pengaturan tegangan, yaitu :
3.10.4 Pengaturan Tap Changer Transformator
Pengaturan tap changer transformator dapat dilakukan kapan pun saat diperlukan
tapi harus dengan memperhatikan sisi sekunder transformator. Setiap perubahan
tegangan pada sisi sekunder transformator, maka akan mempengaruhi kualitas
tegangan di sub sistem 150 kV. Ini sering terjadi karena jarak antar GI 150 kV
yang berjauhan, terutama di wilayah RJTD dan RJTB.

Gambar Pengaturan Tap Transformator

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

21

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.10.5 Pengaturan Kompensator : Reaktor dan Kapasitor


Reaktor Shunt
Pemasangan reaktor shunt bertujuan untuk mengkompensir pengaruh
kapasitansi penghantar, khususnya untuk membatasi kenaikan tegangan pada
ujung transmisi atau pada beban rendah dan pada saat switching.

Gambar Pemasangan Reaktor Shunt

Kapasitor Shunt
Pemasangan kapasitor shunt bertujuan untuk

memasok daya reaktif dan

memperbaiki tegangan lokal. Pada sisi distribusi digunakan untuk koreksi power
factor dan perbaikan tegangan penyulang. Dan pada sisi transmisi digunakan
untuk kompensasi rugi-rugi transmisi dan untuk perbaikan tegangan .

Gambar Pemasangan Kapasitor Shunt

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

22

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Static VAr Compensator (SVC)

SVC terdiri dari kapasitor atau reaktor yang di-switch secara elektronik.
Kompensator Serempak
Berupa motor serempak yang berputar tanpa beban mekanis. Kompensator
serempak dapat menghasilkan atau menyerap daya reaktif tergantung pada nilai
eksitasi dan memberikan fleksibilitas operasi.
3.10.6 Pengaturan Daya Reaktif Generator
Pengaturan

daya

reaktif

unit

pembangkit

adalah

dengan

menerapkan pola menyerap atau menghasilkan daya reaktif, yaitu


dengan pengaturan pola eksitasi pembangkit. Daya reaktif tidak mengalir
jauh sehingga harus dipasok didaerah setempat (lokal). Daya reaktif juga
harus memenuhi hukum kirchoff yaitu daya reaktif total ke satu rel
(simpul) harus sama dengan nol.
Tiga hal yang membatasi kemampuan daya reaktif generator serempak :

batas arus jangkar,

batas arus medan,

batas daerah pemanasan generator.

Reactive Capability Curve

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

23

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar kurva kapabilitas reaktif


3.10.7 Eksitasi Generator
Fungsi :

Pada dasarnya adalah menyediakan arus searah untuk belitan medan


dari mesin serempak, di samping melaksanakan fungsi kontrol dan
proteksi.

Fungsi kontrol mengatur tegangan, mengatur daya reaktif dan


meningkatkan stabilitas sistem.

Fungsi proteksi menjamin batas kapabilitas dari mesin sinkron, sistem


eksitasi dan peralatan lainnya tidak terlampaui.
Jenis :

Sistem eksitasi arus searah,


Sistem eksitasi arus bolak-balik.
Sistem eksitasi statik.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

24

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Elemen Ekstitasi

Gambar Elemen Eksitasi


Pada sistem eksitasi, terdapat elemen elemen, antara lain.
1. Exciter berfungi untuk memasok arus searah ke belitan medan
generator sinkron.
2. Regulator berfungsi mengolah dan menguatkan sinyal kontrol input agar
sesuai dengan level dan bentuk yang sesuai untuk pengaturan exciter
(termasuk regulasi dan stabilisasi sistem eksitasi)
3. Terminal voltage transducer and load compensator berfungsi untuk
mengukur tegangan terminal generator dan mengubahnya ke besaran arus
searah dan membandingkan besaran tersebut dengan suatu referensi yang
mewakili tegangan generator yang diinginkan.
4. Power system stabilizer berfungsi untuk memberikan tambahan sinyal input
ke regulator untuk meredam osilasi sistem tenaga. Sinyal input diambil dari
deviasi kecepatan rotor, daya akselerasi, dan deviasi frekuensi.
5. Limiter and protective circuit mencakup sejumlah fungsi kontrol dan
proteksi yang menjamin bahwa batas kemampuan dari exciter dan generator
serempak tidak telampaui. Beberapa yang umum digunakan antara lain field
current limiter, max exciter limiter, terminal voltage limiter, volt-per-hertz
regulator and protection, dan underexcitation limiter.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

25

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Sistem Eksitasi Arus searah

Gambar Eksitasi Arus Searah


Sistem Eksitasi Arus Bolak balik

Gambar Eksitasi Arus Bolak Balik


Selain itu, pengaturan tegangan dapat dilakukan juga dengan melepas
penghantar jika tegangan sistem tinggi karena SIL (Surge Impedance Loading).
Pada beban di bawah beban natural (impedansi surja) saluran udara menghasilkan
daya reaktif dan pada beban di atas beban natural akan menyerap daya reaktif.
Sedangkan untuk saluran kabel karena memiliki kapasitansi yang tinggi maka
mempunyai beban natural yang tinggi sehingga selalu dibebani di bawah beban
naturalnya, dengan demikian akan selalu menghasilkan daya reaktif pada berbagai
kondisi operasi.
Pengaturan/Rekonfigurasi Jaringan
Pengaturan atau rekonfigurasi jaringan adalah melakukan konfigurasi sistem
transmisi dengan single sirkit atau double sirkit. Hal yang sering dilakukan pada
operasi sistem adalah melepas penghantar yang semula beroperasi dengan 2 sirkit
menjadi single sirkit. Hal ini dilakukannya dengan tujuan menurunkan tegangan

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

26

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

pada saat beban penghantar rendah ketika pengaturan tegangan lainnya sudah
optimal.
Pengaturan Tap Stagerring
Tap staggering pada transformator adalah transformator yang dipasang
pararel dan dioperasikan pada ratio yang berbeda untuk menyerap daya reaktif.
Hal ini dilakukan pada saat beban disistem rendah (daya reaktif berlebih).
Berfungsi untuk menurunkan tegangan yang tinggi di sistem. Pengaturan tap
staggering seperti pada Gambar dibawah.

Gambar Pengaturan tap staggering pada transformator

3.11 PENGATURAN FREKUENSI DAN STRATEGI OPERASI

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

27

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.11.1 PENGATURAN FREKUENSI


Frekuensi Sistem Tenaga merupakan salah satu indikator mutu dan
reliabilitas tenaga listrik. Frekuensi adalah salah satu mutu sistem tenaga (sesuai
dengan Aturan Jaringan/Grid Code). Daya aktif (MW) berhubungan erat dengan
frekuensi (Hz). Jika daya aktif yang dibangkitkan sama dengan kebutuhan
konsumen maka frekuensi sama dengan 50 Hz.
A. Kesetimbangan Beban dan Pembangkit
Frekuensi sistem + 50 HZ
Menunjukkan keseimbangan pada saat daya nyata pembangkitan sama
dengan daya nyata konsumsi beban
Frekuensi sistem > 50 HZ
pada saat daya nyata pembangkitan lebih besar dari daya nyata konsumsi
beban, untuk mengembalikan ke 50 Hz, daya nyata pembangkitan
dikurangi
Frekuensi sistem < 50 HZ
pada saat daya nyata pembangkitan lebih kecil dari daya nyata konsumsi
beban, untuk mengembalikan ke 50 Hz, daya nyata pembangkitan
ditambah
B. Manfaat Pengaturan Frekuensi
Bagi Konsumen
Peralatan di design dan dioptimasi pada frekuensi nominal
Mempengaruhi efisiensi peralatan (motor dan peralatan bergerak
lainnya)
Mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan
Bagi Pembangkitan
Mempengaruhi kestabilan kecepatan motor-motor peralatan auxiliary
yg penting untuk performance pembangkitan
Mempengaruhi stabilitas unit pembangkit

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

28

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Bagi Network / Jaringan


Peralatan dioptimasi pada 50 Hz; khususnya peralatan dengan belitan
magnetik/kapasitor
Mempengaruhi aliran daya dan tegangan
Mempengaruhi stabilitas sistem tenaga listrik
C. Prinsip Dasar Pengaturan Frekuensi
Prinsip dasarnya adalah menyetimbangkan daya nyata (Watt) keluaran
pembangkit dengan daya nyata yang dikonsumsi pemanfaat tenaga listrik (beban).
Dengan cara :

Menambah atau mengurangi daya nyata keluaran daya pembangkit


sesuai perubahan konsumsi beban = load follower

Mengoperasikan unit pembangkit dengan mode primary control


(governor unit pembangkit)

Mengoperasikan unit pembangkit dengan mode secondary control


(Program LFC : Load Frequency Control atau AGC : Automatic
Generation Control).

D. Pelaksanaan Pengaturan Frekuensi


Kondisi Normal
a. Tindakan Dispatcher :

Menaikkan dan menurunkan MW keluaran pembangkit,

Perintah lisan dari pusat pengatur beban (JCC)

Mengikuti rencana pembebanan pembangkit,

Bila frekuensi diluar rentang (50 0,2 Hz)

b. Otomatis

Pengaturan primer (Governor Free) adanya di pembangkit.

Pengaturan sekunder (LFC dan AGC) adanya di sistem

Kondisi Gangguan
a. Tindakan Dispatcher :

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

29

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Menaik/menurunkan pembangkit dengan ramp rate yg cepat tanpa


memperhatikan merit order
Melakukan pengurangan MW pembangkitan atau pengurangan
beban system melalui Brown Out dan Load Curtailment
Melakukan Manual Load Shedding
b. Otomatis
Automatic Load Shedding oleh Under Frequency Relay (UFR)
atau oleh aplikasi melalui SCADA.
Host Load pembangkit
E. Pengaturan Primer dan Sekunder
Pengaturan primer dalam system tenaga listrik adalah governor free.
Prinsip Kerja Governor yaitu pengaturan frekuensi sistem, harus dilakukan
dengan melakukan pengaturan penyediaan daya aktif dalam sistem.
LFC (Load Frequency Control) bekerja full automatic yang diatur oleh
komputer di master station kemudian setelah sampai di unit pembangkit diatur
oleh sebuah peralatan yang disebut Load Coordinator yang langsung
berhubunagan dengan peralatan control unit pembangkit. Antara komputer di
master station dan Load Coordinator saling mengontrol bila terjadi alarm di salah
satu sisi maka menyebabkan LFC off dan bila ini terjadi, maka unit pembangkit
menerima data terakhir yang dikirim dari master / RTU. Bila terjadi gangguan
LFC (LFC Off) maka tidak ada pengaturan yang otomatis dari master station dan
pengaturan diambil alih oleh operator unit pembangkit secara manual. Pada
kondisi LFC normal untuk pembebanan unit operator harus menyesuaikan
perintah dari master.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

30

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.11.2 STRATEGI OPERASI

Tujuan operasi sistem, yaitu :


Optimasi biaya
pengoperasian tenaga
listrik tanpa melanggar
batasan keamanan &
mutu.

Kemampuan Sistem untuk


menghadapi kejadian yang tidak
direncanakan, tanpa terjadi
pemadaman.Tolok ukurnya
kontinyuitas penyaluran daya

EKO
NOM
I
KEANDAL

AN
(SEKURITI
)

MU
Kemampuan sistem untuk
TU agar semua batasan
menjaga
operasi terpenuhi.Tolok ukur
Teg & Frek.

Ruang lingkup operasi sistem meliputi :

Rencana Operasi Tahunan

Rencana Operasi Bulanan

Rencana Operasi Mingguan

Rencana Operasi Harian

Pengendalian Operasi Real Time

A. Strategi Tujuan Ekonomi


Pengoperasian sistem tenaga listrik secara efisien tanpa melanggar batasan
keamanan dan mutu
Efisien dalam pengertian biaya operasi yang rendah, dan dititikberatkan
pada biaya sistem pembangkitan, dalam hal ini adalah biaya bahan bakar
Untuk memperoleh biaya bahan bakar yang efisien maka diawali dengan
proses penyusunan strategi pembuatan ROT

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

31

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

a.Strategi Tujuan Keandalan


Kemampuan Sistem untuk menghadapi kejadian yang tidak direncanakan, tanpa
mengakibatkan pemadaman.

b.

Strategi Tujuan Mutu

Kemampuan sistem untuk menjaga agar semua batasan operasi terpenuhi.


Meliputi :
Frekuensi dalam batas operasi normal (50 0,2 Hz),penyimpangan dalam
waktu singkat (50 0,5 Hz),selama kondisi gangguan,boleh berada pada
47.5 Hz dan 52.0 Hz
Tegangan di Gardu Induk berada dalam batas yang ditetapkan dalam
Aturan Penyambungan.
Tingkat pembebanan jaringan transmisi dipertahankan dalam batas yang
ditetapkan.
Tingkat pembebanan arus di semua peralatan jaringan transmisi dan gardu
induk (transformator dan switchgear) dalam batas rating normal.
Konfigurasi Sistem sedemikian rupa sehingga semua PMT di jaringan transmisi
mampu memutus arus gangguan yang mungkin terjadi dan mengisolir peralatan
yang terganggu
NORMAL

PEMULIHAN
(RESTORATIV)

SIAGA/ALERT

DARURAT

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

32

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

B. Siklus Operasi Sistem Tenaga Listrik


Perencanaan Jangka Panjang
Perencanaan jangka panjang meliputi RUKN, RUPTL, RKAP dan rencana jangka
panjang serta kebijakan pemerintah.
Pada dasarnya perencanaan jangka panjang merupakan perencanaan sistem tenaga
listrik yang bertugas untuk merencanakan infrastruktur, perencanaan energi,
kebijakan energi dan strategi jangka panjang.
Perencanaan Jangka Pendek
Perencanaan jangka pendek masuk dalam perencanaan operasi yaitu mulai dari
tahunan sampai dengan perencanaan harian. Fungsi dari perencanaan operasi
adalah merencanakan operasi sistem meliputi rencana pembangkitan dan rencana
penyaluran agar pada saat operasi real time, pengendali operasi dapat
mengendalikan sistem tenaga listrik dengan baik ditandai dengan tercapainya
tujuan operasi sistem tenaga listrik yang aman, ekonomis dan andal.
Operasi Real Time
Operasi real time bertugas untuk mengoperasikan sistem tenaga listrik untuk
mencapai tujuan operasi STL. Hasil operasi dituangkan dalam laporan operasi
(logsheet).
Isi laporan operasi meliputi : realisasi daya/energi, pemakaian bahan bakar,
tegangan, aliran daya, pelaksanaan manual load shedding dan lain-lain.
C. Evaluasi Operasi
Evaluasi operasi berfungsi untuk mengevaluasi pelaksanaan operasi, mempelajari
kendala kendala yang ada yang selanjutnya output dari evaluasi operasi digunakan
sebagai dasar dalam merencanakan sistem tenaga listrik dan perencanaan operasi
sistem.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

33

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

D. Pola Operasi Subsistem


1. Operasi Splitting
Operasi Splitting adalah pemisahan suatu subsistem kedalam subsistem yang lebih
kecil. Tujuannya untuk pengaturan aliran daya atau untuk pembatasan level
hubung singkat. Syarat syarat yang harus dipenuhi dalam proses splitting adalah
aliran daya pada segmen yang displitt harus sekecil mungkin sehingga pada saat
sistem sudah terpisah, tidak akan terjadi over load pada subsistem.

PMT keluar

Subsistem awal
Subsistem setelah split

Gambar 5.3 Splitting 1 sistem menjadi 2 subsistem


2. Operasi Looping
Adalah operasi penggabungan dua subsistem kedalam satu subsistem yang lebih
besar. Contoh operasi looping adalah pada saat akan memindahkan beban (Gardu
Induk) ke subsistem lain. Syarat yang harus dipenuhi pada saat penggabungan
subsistem adalah tegangan dan sudut daya pada titik yang akan di-loop harus
sama atau mendekati.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

34

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

PMT masuk
Subsistem awal
Subsistem setelah loop

Gambar 5.4 Looping 2 subsistem menjadi 1 sistem


E. Rekonfigurasi Subsistem
Rekonfigurasi Subsistem ditujukan untuk:
i.

Pengaturan level hubung singkat

Level hubung singkat suatu subsistem dipengaruhi oleh sumber pembangkit dan
besarnya impedansi. Apabila level hubung singkat telah melebihi kapasitas
peralatan yang terpasang, maka upaya yang paling mudah dilakukan tanpa harus
mengganti peralatan adalah dengan merekonfigurasi subsistem, misalnya dengan
memisahkan IBT yang dioperasikan parallel sehingga menjadi subsistem yang
radial.
ii.

Pengaturan aliran daya

Pengaturan aliran daya dilakukan untuk menghindarkan peralatan dari arus/beban


lebih. Pengaturan aliran daya sering dilaksanakan pada saat pelaksanaan pekerjaan
penyaluran ataupun pekerjaan pemangkitan.
F. Neraca Daya Balance
Untuk mempertahankan keandalan sistem dan kualias frekuensi, maka
kemampuan pembangkit minimum yang masuk dalam sistem adalah sebesar
beban ditambah dengan cadangan putar. Cadangan putar adalah besarnya

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

35

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

kapasitas pembangkit yang sudah masuk kedalam sistem dan tidak dibebani yang
setiap saat bisa melayani kenaikan beban.
Kebijakan besaran cadangan putar tidak ada besaran yang baku karena sangat
tergantung seberapa tinggi tingkat keandalan yang diharapkan. Sistem Jawa bali
menetapkan besarnya cadangan putar sebesar unit yang masuk kedalam Grid.
Karena unit terbesar saat ini adalah PLTU Tanjung Jati 660 MW, maka besarnya
cadangan operasi ditetapkan sebesar 660 MW tersebut.
Kebijakan besaran cadangan putar tersebut berlaku real time, artinya meskipun
dalam mengalami kondisi defisit, maka sistem harus tetap disediakan cadangan
putar. Strategi yang diterapkan untuk menyediakan cadangan putar adalah dengan
pelepasan beban sedemikian hingga sistem masih beroperasi dengan cadangan
putar sebesar unit.
G. Pola Operasi Sistem Tenaga Listrik Pada Hari Libur
Siklus operasi tenaga listrik mengikuti ritme kehidupan manusia pada umumnya.
Rutinitas dan perilaku manusia pada umumnya akan selalu terjadi pengulangan
sehingga akan berpengaruh langsung terhadap konsumsi tenaga listrik. Tetapi
rutinitas tersebut bisa terpengaruhi oleh suatu event atau kejadian yang
menyebabkan rutinitas berubah.
Karena Sistem tenaga listrik juga mengikuti ritme kehidupan, maka apabila terjadi
suatu event atau kejadian yang menyebabkan rutinitas manusia berubah pasti akan
menyebabkan konsumsi tenaga listrik juga berubah.
H. Skema Pengamanan Sistem
Untuk menjaga agar operasi sistem tidak mengalami gangguan total, maka
dilakukan tindakan pencegahan dengan menyusun skema pengamanan sistem
antara lain :
Brown Out
Load Curtailment
Manual Load Shedding

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

36

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Load Shedding UFR


Island Operation
Over load Shedding Penghantar
Over load Shedding IBT
Contoh skema urutan pengamanan sistem seperti pada gambar tongkat frekuensi
pada gambar 5.5 dimana skema pengamanan sistem Jawa Bali dibagi dalam 7
tahap
Hz
51,50
50,20
50,00
49,80

Operasi normal, frekuensi 50 + 0,2 Hz


Ekskursi, + 0,5 Hz, brown-out
Df/ dt, - 0,6 Hz/ s, Load shedding tahap 5, 6, 7 (1181 MW)
Df/ dt, - 0,8 Hz/ s, Load shedding tahap 5, 6, 7 + 394 MW
Load shedding Skema A & B, frek 49,50 Hz ( 394 MW - 788 MW)
Df/ dt, - 1,0 Hz/ s, Load shedding tahap 5, 6, 7 + 788 MW

49,50
49,00

Load shedding tahap 1 s.d. 7, frek 49,00 s.d. 48,40 (2756 MW)
48,40
48,30

I slanding Operation, mulai 48,30 - 48,00 Hz


48,00

Host load unit-unit pembangkit

47,50

Gambar 5.5 Tongkat Frekuensi Sistem Jawa Bali


1. Brown Out
Adalah penurunanan kualitas tegangan sistem pada rentang normal operasi dalam
rangka menurunkan. Brown Out dapat dilaksakan apabila tidak terjadi ekskursi
tegangan disistem.
Brown Out dilaksanakan pada:
-

Saat fekuensi sistem dibawah nominal karena sistem kekurangan daya


(defisit).

Saat beban sebuah instalasi (trafo, penghantar radial) telah mencapai


nilai nominalnya dan diperkirakan beban masih akan naik.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

37

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

2. Load Curtailment
Permintaan Distribusi ke pelanggannya untuk secara sukarela mengurangi
pemakaian beban pada sistem kondisi defisit.
3. Manual Load Shedding
Pelaksanaan pelepasan beban secara manual dalam rangka mengatasi kondisi
defisit sistem, sudah ditetapkan lokasinya secara kesepakatan bersama antara
pusat pengatur beban dengan distribusi dan lokasinya bisa di penyulang atau trafo.
Manual load shedding dilakukan untuk:
-

Mengurangi beban sistem karena sistem dalam kondisi defisit.

Mengurangi beban subsistem karena sistem penyaluran dikhawatirkan


overload.
4. Load Shedding UFR

Load Shedding dilaksanakan apabila terjadi penurunan frekuensi dan menyentuh


setting rele yang disebabkan hilangnya pasokan daya system, pelepasan beban
dilakukan seketika dan secara otomatis dengan menggunakan relai UFR.
Untuk pengamanan sistem, skema pelepasan beban dapat dilaksakan dalam:
a. Pelepasan beban secara bertahap dengan UFR
Rele ini bekerja apabila terjadi penurunan frekuensi sampai batas setting
rele. Untuk menghindarkan pelepasan beban terlalu besar, strategi yang
adalah pelepasan beban dilakukan secara bertahap.
b. Pelepasan beban dengan rele df/dt.
Rele ini bekerja apabila terjadi penurunan frekuensi secara tiba-tiba
dengan kecuraman yang tinggi sehingga slope-nya telah mencapai
setting rele yang ditetapkan.
5. Island Operation
Islanding Operation adalah pola pengamanan sistem dengan memisahkan unit
pembangkit dari sistem tenaga listrik secara otomatis dengan hanya memikul
beban di sekitarnya terbatas sesuai kemampuan unit pembangkitnya apabila
DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

38

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

sistem mengalami gangguan. Pelaksanaannya dengan membuka beberapa PMT di


gardu induk tertentu secara otomatis menggunakan UFR, sehingga terbentuk suatu
sistem yang terisolasi dari sistem interkoneksi.
Tujuan Island Operasi adalah untuk menghindarkan sistem mengalami blackout
atau padam total. Karena apabila sistem bertahan dalam beberapa subsistem
(island kecil), maka untuk penormalan akan lebih cepat dan lebih mudah.
Jika Island berhasil maka :
a) beberapa daerah tertentu masih mendapat pasokan daya listrik dan
b) proses pemulihan diharapkan dapat berjalan lebih lancar
Strategi yang diterapkan adalah, apabila sistem mengalami gangguan besar dan
pelepasan beban yang dilakukan oleh rele UFR maupun rele df/dt sudah tidak
sebanding dengan pembangkit yang keluar.
6. Hostload
Hostload adalah strategi pengamanan sistem yang terakhir yaitu mempertahankan
generator untuk tetap operasi dengan beban dirinya sendiri yaitu untuk peralatan
bantu. Apabila strategi hostload berhasil, diharapkan pemulihan sistem menjadi
lebih cepat karena tidak perlu start generator. Selain itu, dengan beroperasi
hostload maka pemakaian sendiri tidak akan terganggu.
7. Pelepasan Beban
Pola pengamanan sistem berupa pelepasan beban Manual Load Shedding, Load
Curtailment, Load Shedding UFR, Island Operation maupun OLS digunakan
untuk menjaga sekuriti sistem maupun mencegah terjadinya pemadaman yang
meluas atau bahkan pemadaman total, sehingga biaya kerugian dapat diperkecil
baik itu disisi PLN maupun disisi konsumen. Alokasi load shedding dibuat
tersebar merata secara proporsional di wilayah SJB. Oleh karena itu peran serta
konsumen sangat dibutuhkan untuk memaklumi terjadinya pemadaman beban
akibat bekerjanya pola pengaman tersebut demi kontinunitas pasokan listrik se
Jawa Bali yang lebih baik.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

39

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.12 ANALISIS SISTEM TENAGA


3.12.1 Sistem Tenaga Listrik

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

40

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Sistem tenaga listrik (Electric Power System) meliputi 3 komponen, yaitu :


1.

Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik


Pembangkitan, yaitu produksi tenaga listrik, dilakukan dalam pusat
tenaga listrik atau sentral, dengan menggunakan penggerak mula dan
generator.

2.

Sistem Transmisi Tenaga Listrik


Transmisi, atau penyaluran adalah memindahkan tenaga listrik dari
pusat tenaga listrik dengan nilai tegangan transmisi ke Gardu Induk,
yang terletak berdekatan dengan pusat pemakaian berupa kota atau
industri besar. Saluran transmisi merupakan mata rantai penghubung
antara stasiun pembangkit dan sistem distribusi dan menghubungkan
dengan sistem-sistem daya lain melalui interkoneksi.

3.

Sistem Distribusi Tenaga Listrik


Suatu sistem distribusi menghubungkan semua beban pada daerah
tertentu kepada saluran transmisi. Dari Gardu Induk tenaga listrik
didistribusikan ke Gardu Distribusi dan ke pemakai atau konsumen.

Pada analisa system tenaga ini meliputi beberapa hal berikut :

Analisa Aliran Daya (Load Flow)

Analisa Hubung Singkat

Analisa Stabilitas Transien

Analisa Stabilitas Dinamis

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

41

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Analisa Stabilitas Tegangan

Analisa Harmonisa , dll.

Namun dalam hal ini hanya difokuskan ke dua pokok bahasan yaitu analisa aliran
daya dan analisa hubung singkat.
3.12.2. Analisa Aliran Daya
3.12.2.1 Manfaat Aliran Daya
Dalam menentukan operasi terbaik pada sistem-sistem tenaga listrik
dan dalam merencanakan perluasan sistem-sistem tenaga listrik, analisa
mengenai studi aliran beban memegang peranan penting.
Beberapa tujuan dari studi aliran beban ini adalah :
1.

Untuk mengetahui komponen jaringan sistem tenaga listrik pada


umumnya.

2.

Mengetahui besarnya tegangan pada setiap bus (rel) dari suatu sistem
tenaga listrik.

3.

Menghitung aliran-aliran daya, baik daya nyata maupun daya reaktif


yang mengalir dalam setiap saluran, dan memeriksa apakah semua
peralatan yang ada dalam sistem cukup besar untuk menyalurkan daya
yang diinginkan.

4.

Efek penataan kembali rangkaian-rangkaian dan penggabungan sirkitsirkit baru pada pembebanan sistem.

5.

Kondisi-kondisi berjalan dan distribusi beban sistem yang optimum.

6.

Kerugian-kerugian sistem yang optimum.

7.

Rating tranformator dan tap range tranformator yang optimum.

8.

Perbaikan dan pergantian ukuran konduktor dan tegangan sistem.

3.12.2.2 Metoda Perhitungan Aliran Daya

Metode iterasi Gauss dengan menggunakan matrik admitansi bus atau


matrik impedansi bus.

Metode iterasi Gauss Seidel yang merupakan pengembangan dari


metode iterasi Gauss.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

42

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Metode Newton Raphson dengan menggunakan matrik admitansi bus.

Metode Fast Decoupled yang merupakan penyederhanaan dari metode


Newton Raphson.

3.12.2.3 Prosedur Analisa Aliran Daya

Konversi data menjadi per unit (p.u)

Pemasukan data parameter jaringan.

Pemasukan data off-line serta topologi jaringan

Penentuan Skenario

Eksekusi Program

Analisis Hasil

Contoh :
Suatu sistem tenaga listrik dipasok dari Trafo 150/20 kV di Gardu induk,
dengan kapasitas 60 MVA mempunyai jaringan 20 kV dengan impedansi 10
Ohm , akan dicari nilai per unitnya.
60 MVA
ZL = 10
Dipilih MVAdasar = 150
100 MVA
KVdasar

Ohm

kV
kV
150 kV di busTap
150 kV, base di Bus 20 kV = 19/154 X

150 kV =
I dasar

20

trafo
18,51
kV

154/19
100. 1000 /3.150
Amp = 384 Amp

kV
Zdasar di Bus 20 kV = (18,51)2/100 = 3,4225 Ohm.
Sehingga diperoleh : ZL = 10 Ohm / 3,4225 Ohm = 2,922 pu.

3.12.2.4 Analisa Hubung Singkat


Analisa yang mempelajari kontribusi arus dari tiap cabang dan tegangan di
setiap busbar, saat terjadi gangguan hubung singkat. Yang diperhatikan :

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

43

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

- Arus yang mengalir di titik gangguan


- Arus yang mengalir di setiap cabang
- Tegangan busbar di sekitar titik gangguan
Adapun tujuan dari analisa hubung singkat ini yakni menentukan level hubung
singkat tiap busbar (kapasitas CB) serta seting proteksi
Pada gambar dibawah terlihat proses terjadinya suatu gangguan. Sebutlah
sebuah pohon besar tumbang dan menimpa salah satu kawat penghantar, akhirnya
kawat tersebut putus. Pada saat kawat tersebut putus, kawat tersebut membelit
kedua kawat phasa lainnya, dan ketiganya menyentuh tanah. Sehingga pada titik
gangguan terjadi tegangan 0 (Nol). Hal ini sesuai dengan hukum Kirchoff, bahwa
tegangan tanah diasumsikan nol terhadap tegangan phasa. Pada saat tersebut,
terjadi beda tegangan yang sangat besar antara titik gangguan dengan GI/ Busbar
terdekat, sehingga mengalirlah arus hubung singkat/ gangguan yang besar, baik
dari sumber pasokan (incoming), maupun dari penghantar di sekitarnya. Sebutlah
di dekat titik gangguan terdapat transformator. Karena gangguan tersebut pada
transformator mengalir arus yang sangat besar, karena seolah-olah terdapat beban
yang sangat besar dekat transformator tersebut. Dengan mengalirnya arus yang
sangat besar tersebut, yang jauh melebihi kemampuan hantar arus kumparan/
belitannya, terjadilah pemanasan berlebih pada belitan tersebut, isolasi rusak,
yang pada akhirnya dapat membuat transformator tersebut rusak, meledak dan
terbakar. Secara statistik, hal lini sudah beberapa kali terjadi pada jaringan di
PLN.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

44

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

a. sebelum terjadi gangguan (normal)


B

b. setelah terjadi gangguan


3.12.2.5 Jenis Hubung singkat

Hubung singkat 1 phasa ke tanah

Hubung singkat 2 phasa

Hubung singkat 2 phasa ke tanah

Hubung singkat 3 phasa

3.13 SISTEM SCADA & TELEKOMUNIKASI


Dalam sistem penyaluran energi listrik ke konsumen haruslah memperhatikan
3 (tiga) faktor penting yang merupakan tujuan, antara lain :

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

45

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Ekonomi
Optimasi pengoperasian tenaga listrik tanpa melanggar batasan keamanan
dan mutu
Sekuriti
Kemampuan Sistem untuk menghadapi kejadian yang tidak direncanakan,
tanpa mengakibatkan pemadaman
Mutu
Kemampuan sistem untuk menjaga agar semua batasan operasi terpenuhi
Jaringan listrik interkoneksi difungsikan sebagai pusat jaringan listrik yang
membentang sepanjang pulau Jawa dan Bali. Dengan adanya sistem ini,
maka didirikan suatu pusat pengatur beban yang berfungsi agar daya listrik
yang disampaikan kepada konsumen dapat dilakukan secara ekonomis.
3.13.1 PENGERTIAN SCADA
Scada merupakan peralatan pengawasan untuk melakukan pengamatan dan
sarana untuk mengendalikan / merubah keadaan suatu peralatan dari jarak
jauh dengan sistem pengambilan data yang dipantau untuk dikirim ke pusat
kendali, dengan tingkat keandalan yang tinggi, serta tetap menjaga segi
kualitas dan ekonomis.
3.13.2 SISTEM SCADA
Sistem SCADA terdiri dri beberapa bagian yaitu :
Master Station (MS)
Peralatan yang terpasang di pusat pengaturan beban, sebagai pusat
pengelolaan data dari semua inputan beberapa RTU
Remote Terminal Unit (RTU)
Peralatan yang terpasang di GI dan di Pusat Pembangkit listrik
Saluran Komunikasi

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

46

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Merupakan media komunikasi yang menghubungkan antara Master Station


dan RTU
PLC (Power Line Carrier)
FO (Fiber Optik)
3.13.2 Master Station (MS)
Merupakan pusat pengawasan atau inti pada suatu sistem SCADA yang
berfungsi sebagai :

Melakukan dialog dengan RTU di gardu induk atau Pusat Pembangkit


listrik yang berada dalam wewenangnya. Master Station memerintahkan
operasi kepada RTU dan kemudian RTU melaporkan operasi yang
dilakukannya ke Master Station

Mengolah secara real time setiap informasi yang diberikan oleh RTU

Memberi tanggapan terhadap interupsi-interupsi yang datang dari RTU


Komponen-komponen Master Station adalah:

o Main Computer
o Front End
o Tessalator Console Computer
o Terminal Server
o Operator Kerboard Console
o Printer Logger
o Hard Copy Facid
o Switchover Computer
o Pen Recorder
o Mimic Board
o Visual Display Unit (VDU)
3.13.3 Remote Terminal Unit (RTU)

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

47

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

RTU merupakan unit pengawas langsung dan juga merupakan unit pelaksana
operasi dari pusat kontrol (Master Station) sehingga dengan adanya RTU ini
memungkinkan Master Station mengumpulkan data dan melaksanakan
kontrol .
Adapun fungsi dari RTU yaitu:

Fungsi lokal, yaitu fungsi pengontrol piranti-piranti perangkat keras yang


dihubungkan ke Lokal Proses. Fungsi lokal ini selalu aktif selama RTU
beroperasi.

Fungsi Telekomunikasi, yaitu fungsi pengontrol piranti-piranti perangkat


keras yang berkenaan dengan transmisi data ke Master Station. RTU adalah
unit yang pasif di dalam fungsi telekomunikasi, walaupun ada perubahan
informasi di lokal proses, RTU tidak akan mengirim perubahan data tersebut
ke Master Station selama RTU tidak menerima perintah izin pengiriman data
dari Master Station.
Komponen-komponen RTU adalah:

a.

Central Processing Unit (CPU)

b.

Power Supply (PS)

c.

Modem

d.

Transmitter/Receiver (Tx/Rx)

e.

Digital Input Card

f.

Digital Output Card

g.

Analog Input Card

h.

Analog Output Card

i.

Watchdog

3.13.4 Media Komunikasi


Merupakan

sarana

atau

perangkat

yang

menghubungkan

atau

mengkomunikasikan antara Master Station dengan RTU


Media Komunikasi ini terdiri dari beberapa macam yaitu:

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

48

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Saluran telephone dari PT. Telkom

Radio Komunikasi (HF, VHF, UHF)

Power Line Carrier (PLC)

Kabel Pilot

Fiber Optic

PABX / PAX

a) Fiber Optik
Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang
digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat
lain.

Gambar 1. Bagian-bagian serat optik


b) Power Line Carrier (PLC)
Power Line Carrier (PLC) merupakan sarana transmisi data dan suara
yang dilewatkan atau medianya menggunakan kawat SUTT/SUTET.
PLC yang digunakan saat ini terdiri dari 2 jenis yaitu PLC Analog dan Digital
Adapun peralatan-peralatan yang ada pada PLC yaitu

Peralatan Indoor : Wave Trap (WT), Coupling Capacitor (CC), Protective


Device (PD) dan Line Matching Unit (LMU).

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

49

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Peralatan Outdoor : Transceiver dan Receiver (Carrier set / SSB),


Protection signaling (Tele proteksi) dan Batere dan Batere Charger

3.13.5 FUNGSI SISTEM SCADA


Sistem SCADA memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu :
1. Telecontrolling
2. Telesignaling
3. Telemetering
a. Telecontrolling
Telecontrolling, yaitu pengoperasian atau pengontrolan peralatan switching
pada Gardu Induk atau Pusat Pembangkit yang jauh dari pusat kontrol.

Gambar Proses Telecontrol


b. Telesignaling
Telesignaling atau teleindikasi, yaitu mengumpulkan informasi mengenai
kondisi sistem dan indikasi operasi, kemudian menampilkannya pada pusat
kontrol (dalam hal ini P3B)
Indikasi-indikasi yang dapat dipantau dari pusat kontrol yaitu :
Status PMT/PMS.

Alarm-alarm seperti proteksi dan peralatan lain.

Posisi kontrol jarah jauh.

Posisi perubahan tap transformator.

Titik pengesetan unit pembangkit tertentu.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

50

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar Proses Telesignaling


3.13.6 Telemetering
Telemetering, yaitu melaksanakan pengukuran besaran-besaran sistem tenaga
listrik pada seluruh bagian sistem, lalu menampilkannya pada Pusat Kontrol.
Besaran-besaran yang dapat diukur adalah sebagai berikut :
Tegangan dan Arus bus bar.
Daya aktif dan reaktif unit pembangkit.
Daya aktif dan reaktif trafo IBT 500/150 ataupun trafo 150/20 KV
Daya aktif dan reaktif penghantar/penyulang.
Frekuensi Sistem

Gambar Proses Telemetring

3.14 PENGOPERASIAN GARDU INDUK

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

51

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Di sistem tenaga listrik Jawa Bali terdapat dua pola Pemantauan operasi
Gardu Induk, yaitu Gardu Induk yang dijaga operator (GI) dan Gardu Induk yang
tidak dijaga operator atau Gardu Induk patroli (GIPAT).
Pada Gardu Induk yang dijaga operator, pemantauan besaran listrik dan
pengoperasian PMT serta pencatatan kondisi peralatan dilakukan oleh operator
Gardu Induk.
Pada pola GIPAT, pemantauan besaran listrik dan pencatatan kondisi
peralatan dilakukan secara patroli. Sedangkan manuver pembukaan dan penutupan
PMT di Gardu Induk master dan GIPAT dilakukan oleh operator Gardu Induk atas
peritah dispatcher. Mengingat peranan yang sangat penting tersebut, seorang
operator Gardu Induk yang bertugas harus :
Memiliki kemampuan/pengetahuan tentang tugas dan tanggung jawabnya.
Memiliki disiplin dan semangat kerja yang tinggi
Sehat jasmani dan rohani.
Peran OGI (Operator Gardu Induk) :
1.
2.
3.
4.
5.

Membantu Dispatcher melakukan manuver


Membebaskan instalasi untuk pemeliharaan
Melakukan pemulihan dari kondisi gangguan
Monitoring instalasi dan reseting relay
Melakukan tindakan pada kondisi "emergency"
Bagian dari sistem jaringan tenaga listrik yang mendistribusikan tenaga

listrik kepada konsumen. Instalasi Gardu Induk secara pokok yaitu :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Rel (busbar)
Bay transmisi (SUTT / SKTT)
Bay Transformator
Bay Kopel
PMT dan PMS
Perangkat Proteksi
Perangkat catu daya
SCADATel

Kondisi Operasi

Kondisi Normal :

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

52

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Seluruh konsumen dapat dilayani, kendala operasi teratasi dan sekuriti


sistem dapat dipenuhi

Kondisi Siaga :
Seluruh konsumen dapat dilayani, kendala operasi dapat dipenuhi, tetapi
sekuriti sistem tidak dapat dipenuhi.

Kondisi Darurat :
Konsumen tidak dapat terlayani, kendala operasi tidak dapat dipenuhi.

Kondisi Pemulihan :
Peralihan kondisi DARURAT menjadi SIAGA maupun NORMAL.
a. Yang harus dilakukan Operator Gardu Induk saat kondisi Normal
Serah Terima Tugas.

Datang 30 menit lebih awal dari jam


dinasnya

Memberi penjelasan kondisi akhir


peralatan instalasi kepada Operator pengganti

Mengisi logsheet

Menandatangani Berita Acara serah


terima tugas

Memeriksa seluruh peralatan secara


visual dan mengisi logsheet dan checklist seperti pada lampiran
Laporan secara periodik

Melaporkan secara periodik kepada


Dispatcher Region tentang pembebanan instalasi dan kondisi
peralatan Gardu Induk

Pengaturan On Load Tap Changer (OLTC)

OLTC Operasi Automatic


- Operator memonitor tegangan sisi sekunder trafo (IBT &
Distribusi).

OLTC Operasi manual

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

53

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

- Operator memonitor dan mengupayakan tegangan sisi


sekunder trafo distribusi pada tegangan nominal..kV sesuai
kesepakatan/atas perintah UPD*) dengan cara mengubah
posisi Tap Changer
- Operator memonitor tegangan sisi sekunder trafo IBT dan
atas perintah Dispatcher melaksanakan perubahan posisi tap
changer
b. Yang harus dilakukan Operator Gardu Induk saat kondisi
gangguan

Mematikan bunyi sirene/Horn/Klakson.

Mengamati secara menyeluruh perubahan pada panel kontrol dan


indikasi pada lemari proteksi

Mencatat jam kejadian, annunciator pada panel kontrol dan


indikator rele yang bekerja, pada lemari proteksi, kemudian
direset.

Dalam hal gangguan yang mengakibatkan padam total Gardu


Induk,yakinkan bahwa tegangan 150 kV hilang dengan melihat
kV meter pada seluruh panel kontrol atau koordinasi dengan
Dispatcher Region Jabar.

Melaksanakan SOP Gardu Induk yang berlaku.

Melaporkan gangguan kepada Dispatcher Region Jabar.

Melaksanakan instruksi (dicatat) dari Dispatcher Region Jabar.

Melaporkan

gangguan

kepada

piket

dan

Ass.

Manager

Har/Manager UPT Bandung Timur.


c. Yang harus dilakukan Operator Gardu Induk saat kondisi
emergency

Membebaskan

peralatan

Gardu

Induk yang terganggu dari tegangan (jika memungkinkan)

Melaporkan

kepada

Dispatcher

Region Jabar, Piket/Ass Man.Har/Manager UPT Bandung Timur.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

54

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Melakukan Evakuasi (meninggalkan

tempat) untuk menyelamatkan diri.


d. Yang harus dilakukan Operator Gardu Induk saat kondisi
pemeliharaan

Memeriksa ijin/persetujuan pelaksanaan


pemeliharaan peralatan dan berkoordinasi dengan Dispatcher
Region Jabar.

Meneliti urutan manuver pada buku


prosedur K3 yang telah diisi.

Melaksanakan

eksekusi

manuver

pembebasan tegangan sesuai SOP yang berlaku.

Merubah posisi switch lokal/remote


scada*) di panel kontrol pada posisi lokal*) sesuai GI setempat.

Menutup PMS tanah sebagai pengaman.

Memasang taging di panel kontrol


bersama pengawas manuver.

Menandatangani dokumen Keselamatan


Kerja Form-4.

Mengikuti serah terima pembebasan


tegangan antara Pengawas Manuver (PM) dan Pengawas Pekerjaan
(PP).

Mengikuti

serah

terima

pekerjaan

selesai dari Pengawas Pekerjaan (PP) kepada Pengawas Manuver


(PM).

Membuka PMS tanah.

Melepas

taging

di

panel

kontrol

bersama Pengawas Manuver (PM).

Merubah posisi switch lokal/remote


scada*) pada posisi remote*) sesuai kondisi GI setempat.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

55

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Berdasarkan

perintah

Dispatcher

Region Jabar melaksanakan eksekusi manuver pemberian tegangan


sesuai Sop yang berlaku.

Menandatangani dokumen Keselamatan


kerja Form-7

A. Manuver (Switching)
Manuver (Switching) merupakan kegiatan sebelum dan sesudah pekerjaan
instalasi, baik pada instalai penyaluran, pembangkitan maupun penyaluran, yaitu
kegiatan berupa pembukaan maupun penutupan komponen Sistem Tenaga Listrik
seperti PMT dan PMS. Dalam kegiatan ini diperlukan koordinasi yang baik antara
pihak-pihak yang terkait, supaya pekerjaan bisa nerlangsung dengan baik, lancar
dan aman.
Ada dua kegiatan utama dalam Manuver (Switching) :
1.

Energize adalah pemberian tegangan pada suatu peralatan instalasi listrik


tegangan tinggi.

2.

Deenergize pembebasan tegangan pada suatu peralatan instalasi listrik


tegangan tinggi.
Switching yang dilakukan pada Operasi Real Time :

a. Kondisi Normal :
-

Pengaturan
Contoh: pada saat menghadapi beban puncak dilakukan pelepasan reaktor,
sedang pada saat beban terendah dilakukan pelepasan SUTT/SUTET dalam
rangka untuk pengaturan tegangan..

Pelaksanaan

pekerjaan

yang

direncanakan / terjadwal.
Contoh: pengoperasian Transformator 150/20 kV baru
b. Kondisi Gangguan / Emergency
Dilakukan pada saat pemulihan setelah terjadi gangguan
Tegangan Operasi

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

56

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Batas Tegangan

Level Tegangan 500 kV :


Prosentase tegangan terendah Vn - 5 % Vn = 475 kV
Prosentase tegangan tertinggi Vn + 5 % Vn = 525 kV

Level Tegangan 150 kV :


Prosentase tegangan terendah Vn - 10 % Vn = 135 kV
Prosentase tegangan tertinggi Vn + 5 % Vn = 157,5 kV
Sinkron
Hal yang perlu diperhatikan dalam proses sinkron antar sub sistem adalah

Prinsip paralel peralatan Instalasi Tenaga Listrik, yaitu :


Tegangan Sama
Beda sudut antara Tegangan dan Arus (Vektor Group) pada kedua sisi
sama
Urutan Fasa Sama
Hal-hal yang dilakukan dalam mengatur tegangan agar sama :
Mengatur Daya Reaktif (MVAr) Unit Pembangkit
Mengoperasikan/melepas Reaktor, Kapasitor.
Mengatur Tap Changer Transformator.
Melakukan Tap Stagering pada Transformator 500/150 kV
Catatan :
Perbedaan sudut pada kedua sisi, umumnya dapat dilakukan dengan
mengatur aliran daya.
B. Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan pada Instalasi Listrik TT/ TET
Pengorganisasian Kerja
Tugas dan Tanggung Jawab
Pendelegasian Tugas
Pelaksanaan Pendelegasian Tugas
Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan
Dokumen Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan-DP3
Persiapan
DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

57

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Sebelum melaksanakan pekerjaan ada beberapa tahapan seperti berikut :


1. Briefing
2. Pengawas Pekerjaan memeriksa alat kerja dan material yang diperlukan.
3. Pengawas K3 memeriksa peralatan keselamatan kerja yang diperlukan
(formulir 1)
4. Pengawas K3 memeriksa kesiapan jasmani/rohani personil yang akan
melaksanakan pekerjaan (formulir 2)
Briefing tentang rencana kerja yang akan dilaksanakan kepada seluruh
personil yang terlibat dalam pekerjaan dilaksanakan oleh :

Pengawas Pekerjaan :

Memberikan penjelasan mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan


dengan baik dan aman.

Membagi tugas sesuai dengan kemampuan dan keahlian personil (formulir


3).

Pengawas K3 :

Memberikan

penjelasan

mengenai

penggunaan

alat

pengaman

kerja/pelindung diri yang harus dipakai (formulir 1)

Memberikan penjelasan pengamanan instalasi yang akan dikerjakan.

Menjelaskan tempat2 yang berbahaya dan rawan kecelakaan terhadap


Pelaksana Pekerja.

Pengawas Manuver :

Menyampaikan hasil koordinasi dengan unit terkait.

Menjelaskan langkah-langkah untuk manuver pembebasan dan pengisian


tegangan (formulir 4 dan 7)
Pembebasan Instalasi Untuk Dikerjakan
Dispatcher (P3B/Region) memberi ijin pembebasan instalasi kepada

Pengawas Manuver.
a

Pelaksanaan Manuver Pembebasan Tegangan :


1. Pelaksana Manuver melaksanakan :
Memposisikan Switch Lokal/Remote ke posisi Lokal.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

58

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Manuver pembebasan tegangan, sesuai rencana manuver yang telah


dibuat (Formulir 4).
Pemasangan taging pada panel kontrol dan memasang gembok
pengaman pada box PMT, PMS Line, PMS Rel dan PMS Tanah.
2. Semua pekerjaan manuver tersebut diatas diawasi oleh Pengawas Manuver
dan Pengawas K3.
3. Apabila lokasi pekerjaan diluar jangkauan pengamatan Operator Gardu
Induk, maka Pengawas Manuver dan Pengawas Pekerjaan agar menjalin
komunikasi.
b Pernyataan Bebas Tegangan
Pengawas Manuver membuat pernyataan bebas tegangan diserahkan kepada
Pengawas Pekerjaan disaksikan oleh Pengawas K3 (Formulir 5).
c

Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pelaksana Pekerjaan melaksanakan :
Pemeriksaan tegangan pada peralatan/instalasi yang akan dikerjakan
dengan menggunakan tester tegangan.
Pemasangan pentanahan lokal pada peralatan/instalasi listrik yang akan
dikerjakan. Perhatikan urutan pemasangan (kawat pentanahan lokal
dipasang pada sistem grounding/arde terlebih dahulu, baru kemudian
dipasang pada bagian instalasi yang akan dikerjakan), jangan terbalik
urutannya.
Pengaman tambahan (pengaman berlapis) seperti : memasang gembok,
lock-pin

dan

memblokir

rangkaian

kontrol

dengan

membuka

MCB/fuse/Terminal.
Pemasangan taging, gembok dan rambu pengaman di switchyard pada
daerah berbahaya dan daerah aman.
Pekerjaan dilaksanakan sesuai rencana.
2. Semua pekerjaan tersebut diatas diawasi oleh Pengawas Pekerjaan dan
Pengawas K3. Jika pekerjaan belum selesai dan akan diserahkan ke regu
yang lain, gunakan Formulir 5 lanjutan.
d Pekerjaan Selesai

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

59

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

1. Bila pekerjaan telah selesai Pelaksana Pekerjaan melaksanakan :


Melepas pentanahan lokal. Perhatikan urutan melepas (kawat
pentanahan lokal pada bagian instalasi dilepas terlebih dahulu,
kemudian kawat pentanahan lokal pada bagian sistem grounding / arde
dilepas).
Melepas

pengaman

tambahan

seperti gembok

dan lock pin,

mengaktifkan rangkaian kontrol dengan menutup MCB/Fuse/Terminal.


Melepas taging, gembok dan rambu pengaman di switchyard
Merapikan peralatan kerja.
2. Semua pekerjaan tersebut diatas diawasi oleh Pengawas Pekerjaan dan
Pengawas K3
e

Pernyataan Pekerjaan Selesai


Pengawas Pekerjaan membuat Pernyataan Pekerjaan Selesai dan diserahkan
kepada Pengawas Manuver disaksikan oleh Pengawas K3 (Formulir 6).

Pernyataan Instalasi Siap Diberi Tegangan


Pengawas Manuver menyatakan kepada Dispatcher (P3B/Region) bahwa
instalasi listrik siap diberi tegangan kembali.

g Pelaksanaan Manuver Pemberian Tegangan


1. Pelaksana Manuver melaksanakan :
Melepas gembok pengaman pada PMS Line dan PMS Rel serta PMS
Tanah.
Membuka PMS Tanah.
Melepas taging pada panel kontrol.
Memposisikan switch Lokal/Remote pada posisi Remote.
Jika remote kontrol Dispatcher gagal, maka berdasarkan perintah
Dispatcher, posisi switch Lokal/Remote diposisikan Lokal dan
Pelaksana Manuver melaksanakan manuver penutupan PMT untuk
pemberian tegangan.
2. Pekerjaan selesai dan instalasi telah normal kembali
3. Semua pekerjaan tersebut diatas diawasi oleh Pengawas Pekerjaan dan
Pengawas K3.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

60

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

C. Urutan Manuver
1. Urutan manuver harus dilakukan dengan benar.
2. Sebelum melakukan manuver harus terlebih dahulu diawali dengan membuat
rencana manuver (digambar dan dicatat) yang harus diperiksa dengan teliti
sebelum digunakan sebagai panduan.
3. Harus diingat, bahwa jika terjadi kesalahan manuver dapat mengakibatkan
gangguan listrik, kerusakan alat dan sangat mungkin kecelakaan dari
manusia / petugas manuver.
4. Dalam manuver pemberian tegangan, yang pertama harus dilakukan adalah
membebaskan peralatan dari pentanahan yaitu melepas pentanahan lokal dan
membuka PMS Tanah, kemudian menutup PMS Rel dan PMS Line,
selanjutnya PMT ditutup dan peralatan bertegangan / energize (check
tegangan).
5. Manuver pembebasan tegangan, yang pertama harus dilakukan adalah
membuka PMT, membuka PMS Rel dan PMS Line serta menutup PMS Tanah
jika diperlukan (check tegangan sebelum menutup PMS Tanah).
D. Petugas Manuver
1. Dispatcher, sebagai pengelola operasi sistem tenaga listrik yang mempunyai
wewenang melakukan manuver untuk :
a). rekonfigurasi jaringan,
b). pemulihan (recovery),
c). darurat / emergency.
Dispatcher juga dapat melakukan manuver pembukaan atau penutupan PMS
secara remote control dari ruang pengatur beban (dispatching).
2. Operator Gardu Induk, sebagai pelaksana manuver untuk keperluan :
a). rekonfigurasi jaringan,
b). pemulihan (recovery),
c). darurat / emergency,

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

61

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

d). pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan.


Manuver rekonfigurasi jaringan dan manuver pemulihan (recovery)
dilakukan atas instruksi dari Dispatcher, manuver dalam kondisi darurat /
emergency dilakukan langsung oleh OGI dan manuver untuk pelaksanaan
pekerjaan pemeliharaan dilakukan sesuai dengan dokumen DP3 (Dokumen
Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan).
Dalam

melakukan

manuver

untuk

pelaksanaan

pekerjaan

pemeliharaan, OGI diawasi oleh Kepala Gardu Induk sebagai Pengawas


Manuver atau oleh personil lain yang ditunjuk sebagai Pengawas Manuver.
E. Komunikasi Manuver
1. Komunikasi operasional manuver dilakukan antara dua personil (petugas)
yaitu :
-

Dispatcher sebagai pemberi order (instruksi) manuver dan

Operator GI sebagai penerima instruksi dan pelaksana manuver.

2. Dispatcher sebagai pemberi order manuver kepada Operator Gardu Induk


memberikan ordernya dengan suara / voice melalui sarana telekomunikasi
telepon (HP Telpon publik PLC Fiber Optic) dan melalui Radio
Komunikasi (rakom).
3. Sebelum memberikan instruksi manuver, Dispatcher membuat rencana
manuver terlebih dahulu.
4. Instruksi manuver dari Dispatcher dicatat dan diulang oleh Operator Gardu
Induk.
5. Setelah melakukan manuver sesuai instruksi, Operator GI melaporkan hasil
manuvernya kepada Dispatcher.
6. Instruksi manuver harus diberikan secara bertahap (tidak sekaligus).
F. Pelaksanaan Manuver
Manuver dapat dilaksanakan :
Oleh Dispatcher secara remote control (RC) dari ruang kontrol Dispatching,
atau

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

62

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Oleh Operator GI secara lokal GI (remote control dari panel kontrol GI),
atau
Oleh Operator GI secara lokal switchyard di marshaling kiosk.
G. Jenis Manuver
No

Jenis Manuver

Perintah / Order Pelaksana

Yang di manuver

A. Manuver untuk keperluan operasi sistem tenaga listrik


1

Manuver
jaringan.

rekonfigurasiDispatcher

OGI

PMT Kopel
PMS Rel.

Manuver
(recovery).

pemulihanDispatcher

OGI

PMT

Manuver dalam kondisi


darurat / emergency.

OGI

PMT

OGI

dan

B. Manuver untuk pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan


1

Manuver
pelaksanaan
pemeliharaan

untukDispatcher
pekerjaanPengawas
Manuver

OGI

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

PMT, PMS Rel,


PMS Line, PMS
Tanah.

63

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Contoh Manuver Pembebasan dan Pemberian Tegangan

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

64

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.15 PEMELIHARAAN PERALATAN GARDU INDUK


3.15.1 Current Transformer
Trafo Arus (Current Transformator) yaitu peralatan yang digunakan untuk
melakukan pengukuran besaran arus pada intalasi tenaga listrik disisi primer
(TET, TT dan TM) yang berskala besar dengan melakukan transformasi dari
besaran arus yang besar menjadi besaran arus yang kecil secara akurat dan teliti
untuk keperluan pengukuran dan proteksi.CT digunakan untuk pengukuran arus
listrik sisi primer yang berskala besar dengan melakukan transformasi dari
besaran arus yang besar menjadi besaran arus yang kecil untuk keperluan
pengukuran dan proteksi.
Prinsip kerja trafo arus adalah sebagai berikut:
N1
P1
I1

N2
P2
S2

S1
I2

Gambar 1. Rangkaian pada Trafo Arus

Untuk trafo yang dihubung singkat : I 1 N 1 I 2 N 2


Untuk trafo pada kondisi tidak berbeban:
E1
N
1
E2 N 2

Dimana
a

N1
N2 ,

I 1 I 2 sehingga N 1 N 2 ,
N 1 jumlah lilitan primer, dan
N 2 jumlah lilitan sekunder.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

65

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.15.1.1 Jenis- jenis CT


3.15.1.1.1 Jenis trafo arus menurut tipe kontruksi dan pasangannya.
1. Tipe Konstruksi

Tipe cincin (ring / window type) Gbr. 1a dan 1b.

Tipe cor-coran cast resin (mounded cast resin type) Gbr. 2.

Tipe tangki minyak (oil tank type) Gbr. 3.

Tipe trafo arus bushing

2. Tipe Pasangan

Pasangan dalam (indoor)

Pasangan luar (outdoor)

3.15.1.1.2 Jenis trafo arus berdasarkan konstruksi belitan primer:

Sisi primer batang (bar primary) dan

Gambar 3.2. Bar Primary

Sisi tipe lilitan (wound primary).

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

66

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 3.3 Wound Primary

3.15.1.1.3 Jenis trafo arus berdasarkan konstruksi jenis inti

Trafo arus dengan inti besi

Trafo arus dengan inti besi adalah trafo arus yang umum digunakan, pada arus
yang kecil (jauh dibawah nilai nominal) terdapat kecenderungan kesalahan dan
pada arus yang besar (beberapa kali nilai nominal) trafo arus akan mengalami
saturasi.

Trafo arus tanpa inti besi


Trafo arus tanpa inti besi tidak memiliki saturasi dan rugi histerisis,

transformasi dari besaran primer ke besaran sekunder adalah linier di seluruh


jangkauan pengukuran, contohnya adalah koil rogowski (coil rogowski)
3.15.1.1.4 Jenis trafo arus berdasarkan jenis isolasi
Berdasarkan jenis isolasinya, trafo arus dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

Trafo arus kering


Trafo arus kering biasanya digunakan pada tegangan rendah, umumnya

digunakan pada pasangan dalam ruangan (indoor).

Trafo arus Cast Resin

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

67

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Trafo arus ini biasanya digunakan pada tegangan menengah, umumnya


digunakan pada pasangan dalam ruangan (indoor), misalnya trafo arus tipe cincin
yang digunakan pada kubikel penyulang 20 kV.
Trafo arus isolasi minyak

Trafo arus isolasi minyak banyak digunakan pada pengukuran arus tegangan
tinggi, umumnya digunakan pada pasangan di luar ruangan (outdoor) misalkan
trafo arus tipe bushing yang digunakan pada pengukuran arus penghantar
tegangan 70 kV dan 150 kV.
Trafo arus isolasi SF6 / Compound
Trafo arus ini banyak digunakan pada pengukuran arus tegangan tinggi,
umumnya digunakan pada pasangan di luar ruangan (outdoor) misalkan trafo arus
tipe top-core.
3.15.1.1.5 Jenis trafo arus berdasarkan pemasangan
Berdasarkan lokasi pemasangannya, trafo arus dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu:

Trafo arus pemasangan luar ruangan (outdoor)


Trafo arus pemasangan luar ruangan memiliki konstruksi fisik yang kokoh,

isolasi yang baik, biasanya menggunakan isolasi minyak untuk rangkaian elektrik
internal dan bahan keramik/porcelain untuk isolator ekternal.

Trafo arus pemasangan dalam ruangan (indoor)


Trafo arus pemasangan dalam ruangan biasanya memiliki ukuran yang lebih

kecil dari pada trafo arus pemasangan luar ruangan, menggunakan isolator dari
bahan resin.
3.15.1.1.6 Jenis Trafo arus berdasarkan jumlah inti pada sekunder
Trafo arus dengan inti tunggal
Contoh: 150 300 / 5 A, 200 400 / 5 A, atau 300 600 / 1 A.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

68

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Trafo arus dengan inti banyak


Trafo arus dengan inti banyak dirancang untuk berbagai keperluan yang
mempunyai sifat pengunaan yang berbeda dan untuk menghemat tempat.
Contoh:
Trafo arus 2 (dua) inti 150 300 / 5 5 A (Gambar XX).
Penandaan primer: P1-P2
Penandaan sekunder inti ke-1: 1S1-1S2 (untuk pengukuran)
Penandaan sekunder inti ke-2: 2S1-2S2 (untuk relai arus lebih)
P1

P2
300/5 A
300/5 A

1S1

1S2

2S1

2S2

Gambar 3.4. Trafo Arus dengan 2 Inti

Trafo arus 4 (empat) inti 800 1600 / 5 5 5 5 A (Gambar 11).


Penandaan primer: P1-P2
Penandaan sekunder inti ke-1: 1S1-1S2 (untuk pengukuran)
Penandaan sekunder inti ke-2: 2S1-2S2 (untuk relai arus lebih)
Penandaan sekunder inti ke-3: 3S1-3S2 (untuk relai jarak)
Penandaan sekunder inti ke-4: 4S1-4S2 (untuk proteksi rel)
Trafo arus 4 (empat) inti 800 1600 / 5 5 5 5 A

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

69

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.15.1.1.2 Bagian-bagian CT dan Fungsinya


a. Komponen Trafo Arus

Tipe cincin (ring / window type)

dan Tipe cor-coran cast resin

(mounded cast resin type)

Gambar 3.5. CT tipe cincin

Gambar 3.6. Komponen CT tipe cincin

Keterangan
Terminal utama (primary terminal)
Terminal sekunder (secondary terminal).
Kumparan sekunder (secondary winding).
CT tipe cincin dan cor-coran cast resin biasanya digunakan pada kubikel
penyulang (tegangan 20 kV dan pemasangan indoor). Jenis isolasi pada CT cincin
adalah Cast Resin

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

70

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Tipe Tangki

Gambar 3.7. Komponen CT tipe tangki

Komponen Trafo arus tipe tangki


1. Bagian atas Trafo arus (transformator head).
2. Peredam perlawanan pemuaian minyak (oil resistant expansion bellows).
3. Terminal utama (primary terminal).
4. Penjepit (clamps).
5. Inti kumparan dengan belitan berisolasi utama (core and coil assembly with
primary winding and main insulation).
6. Inti dengan kumparan sekunder (core with secondary windings).
7. Tangki (tank).
8. Tempat terminal (terminal box).
9. Plat untuk pentanahan (earthing plate).
Jenis isolasi pada trafo arus tipe tangki adalah minyak. Trafo arus isolasi
minyak banyak digunakan pada pengukuran arus tegangan tinggi, umumnya

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

71

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

digunakan pada pasangan di luar ruangan (outdoor) misalkan trafo arus tipe
bushing yang digunakan pada pengukuran arus penghantar tegangan 70 kV, 150
kV dan 500 kV.
3.15.2 Potential Transformer
Trafo tegangan adalah peralatan yang mentransformasi tegangan sistem yang
lebih tinggi ke suatu tegangan sistem yang lebih rendah untuk peralatan indikator,
alat ukur / meter dan relai.

Gambar 3.8. Prinsip Kerja Trafo Tegangan

Dimana:
a = perbandingan /rasio transformasi
N1 = Jumlah belitan primer
N2 = Jumlah belitan sekunder
E1 = Tegangan primer
E2 = Tegangan sekunder

Gambar 1 Rangkaian Ekivalen Trafo Tegangan

Dimana:

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

72

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Im = arus eksitasi/magnetisasi
Ie = arus karena rugi besi
Trafo tegangan memiliki prinsip kerja yang sama dengan trafo tenaga
tetapi rancangan Trafo tegangan berbeda yaitu :
- Kapasitasnya kecil (10 150 VA), karena digunakan hanya pada alat-alat
ukur, relai dan peralatan indikasi yang konsumsi dayanya kecil.
- Memiliki tingkat ketelitian yang tinggi.
- Salah satu ujung terminal tegangan tingginya selalu ditanahkan.
3.15.2.1 Jenis jenis PT
Trafo tegangan dibagi dibagi menjadi dua jenis yaitu
Trafo tegangan magnetik (Magnetik Voltage Transformer / VT)
Disebut juga Trafo tegangan induktif. Terdiri dari belitan primer dan sekunder
pada inti besi yang prinsip kerjanya belitan primer menginduksikan tegangan
kebelitan sekundernya.
Trafo tegangan kapasitif (Capasitive Voltage Transformer / CVT)
Trafo Tegangan ini terdiri dari rangkaian seri 2 (dua) kapasitor atau lebih yang
berfungsi sebagai pembagi tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan rendah pada
primer, selanjutnya tegangan pada satu kapasitor ditransformasikan mengunakan
trafo tegangan yang lebih rendah agar diperoleh teganggan sekunder.
3.15.2.1.1 Trafo Tegangan Jenis Magnetik

Kertas / Isolasi Minyak


Berfungsi mengisolasi bagian yang bertegangan (belitan primer) dengan

bagian bertegangan lainnya (belitan sekunder) dan juga dengan bagian badan
(body). Terdiri dari minyak trafo dan kertas isolasi

Rangkaian Electromagnetic

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

73

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Berfungsi mentransformasikan besaran tegangan yang terdeteksi disisi


primer ke besaran pengukuran yang lebih kecil.

Dehydrating Breather
Adalah sebagai katup pernapasan untuk menyerap udara lembab pada
kompartemen akibat perubahan volume minyak karena temperatur,
sehingga mencegah penurunan kualitas isolasi minyak

Terminal Primer
Satu terminal terhubung pada sisi tegangan tinggi (fasa) dan satu lagi
terhubung pada sistim pentanahan (grounding)

Inti
Terbuat dari plat besi yang dilapisi silicon yang berfungsi untuk jalannya
flux.

Struktur Mekanikal
Struktur mekanikal adalah peralatan yang menyokong berdirinya trafo
tegangan.
Terdiri dari :

Pondasi

Struktur penopang VT

Isolator (keramik/polyester)

Sistem Pentanahan
Sistem pentanahan adalah peralatan yang berfungsi mengalirkan arus lebih
akibat tegangan surja atau sambaran petir ke tanah

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

74

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 2. Bagian bagian VT


3.15.2.1.2 Trafo Tegangan Jenis Kapasitif
a. Dielectric
Minyak Isolasi
Berfungsi untuk mengisolasi bagian-bagian yang bertegangan dan sebagai
media dielectric untuk memperoleh nilai kapasitansi dari 2 (dua) kapasitor
atau lebihsebagai pembagi tegangan yang terhubung seri.
Kertas-plastik film (paper-polypropylane film)
Berfungsi sebagai media dieletric untuk memperoleh nilai kapasitansi dari
2 (dua) kapasitor atau lebih sebagai pembagi tegangan yang terhubung seri
bersama-sama minyak isolasi.
Pembagi Tegangan (Capacitive Voltage Devider)
Berfungsi sebagai pembagi tegangan tinggi untuk diubah oleh trafo
tegangan menjadi yang lebih rendah.
Electromagnetic Circuit
Berfungsi sebagai penyesuai tegangan menengah ( medium voltage choke)
untuk mengatur/menyesuaikan agar tidak terjadi pergeseran fasa antara
tegangan masukan (Vi) dengan tegangan keluaran (Vo) pada frekuensi
dasar.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

75

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Trafo Tegangan
Berfungsi untuk mentransformasikan besaran tegangan listrik dari
tegangan menengah yang keluar dari kapasitor pembagi ke tegangan
rendah yang akan digunakan pada rangkaian proteksi dan pengukuran.
Expansion Chamber
Rubber bilow adalah sebagai katup pernapasan (dehydrating breather)
untuk menyerap udara lembab pada kompartemen yang timbul akibat
perubahan temperatur. Hal ini mencegah penurunan kualitas minyak
isolasi.

Terminal Primer

Satu terminal terhubung pada sisi tegangan tinggi (fasa) dan satu lagi
terhubung pada sistim pentanahan (grounding).

Struktur Mekanikal

Struktur mekanikal adalah peralatan yang menyokong berdirinya trafo


tegangan.
Terdiri dari :
-

Pondasi

Struktur penopang CVT

- Isolator penyangga (porselen/polyester). tempat kedudukan kapasitor


dan berfungsi sebagai isolasi pada bagian-bagian tegangan tinggi.
Sistem Pentanahan
Sistem pentanahan adalah peralatan yang berfungsi mengalirkan arus lebih
akibat tegangan surja atau sambaran petir ke tanah.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

76

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 2. Bagian Bagian CVT


3.15.3

Transformator Tenaga
Transformator atau trafo adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan

tenaga listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain, melalui
gandengan magnetis dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

Gambar 3. Arus bolak balik mengelillingi inti besi


Arus yang mengalir pada belitan primer akan menginduksi inti besi
transformator sehingga didalam inti besi akan mengalir flux magnet dan flux
magnet ini akan menginduksi belitan sekunder sehingga pada ujung belitan
sekunder akan terdapat beda potensial.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

77

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 4. Prinsip kerja transformator


A) Jenis Jenis Tranformator
Berdasarkan fungsinya transformator tenaga dapat dibedakan menjadi:
Trafo pembangkit
Trafo gardu induk / penyaluran
Trafo distribusi
Transformator tenaga untuk fungsi penyaluran dapat dibedakan menjadi:
Trafo besar
Trafo sedang
Trafo kecil
B) Bagian Bagian Transformator
Electromagnetic Circuit (Inti besi)
Inti besi digunakan sebagai media jalannya flux yang timbul akibat induksi
arus bolak balik pada kumparan yang mengelilingi inti besi sehingga dapat
menginduksi kembali ke kumparan yang lain. Dibentuk dari lempengan
lempengan besi tipis berisolasi yang di susun sedemikian rupa.
Current carying circuit (Winding)
Belitan terdiri dari batang tembaga berisolasi yang mengelilingi inti besi,
dimana saat arus bolak balik mengalir pada belitan tembaga tersebut, inti besi
akan terinduksi dan menimbulkan flux magnetik.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

78

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Bushing
Bushing merupakan sarana penghubung antara belitan dengan jaringan
luar. Bushing terdiri dari sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator. Isolator
tersebut berfungsi sebagai penyekat antara konduktor bushing dengan body main
tank transformator.
Pendingin
Suhu pada transformator yang sedang beroperasi akan dipengaruhi oleh
kualitas tegangan jaringan, losses pada trafo itu sendiri dan suhu lingkungan.
Suhu operasi yang tinggi akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada
transformator. Oleh karena itu pendinginan yang efektif sangat diperlukan.
Minyak isolasi transformator selain merupakan media isolasi juga
berfungsi sebagai pendingin. Pada saat minyak bersirkulasi, panas yang berasal
dari belitan akan dibawa oleh minyak sesuai jalur sirkulasinya dan akan
didinginkan pada sirip sirip radiator. Adapun proses pendinginan ini dapat
dibantu oleh adanya kipas dan pompa sirkulasi guna meningkatkan efisiensi
pendinginan.
Tabel Macam macam pendingin pada transformator

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

79

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Oil preservation & expansion (Konservator)


Saat terjadi kenaikan suhu operasi pada transformator, minyak isolasi akan
memuai sehingga volumenya bertambah. Sebaliknya saat terjadi penurunan suhu
operasi, maka minyak akan menyusut dan volume minyak akan turun.
Konservator digunakan untuk menampung minyak pada saat transformator
mengalamui kenaikan suhu.
Seiring dengan naik turunnya volume minyak di konservator akibat
pemuaian dan penyusutan minyak, volume udara didalam konservator pun akan
bertambah dan berkurang. Penambahan atau pembuangan udara didalam
konservator akan berhubungan dengan udara luar. Agar minyak isolasi
transformator tidak terkontaminasi oleh kelembaban dan oksigen dari luar, maka
udara yang akan masuk kedalam konservator akan difilter melalui silicagel.
Dielectric ( Minyak isolasi transformator & Isolasi kertas )
Minyak isolasi pada transformator berfungsi sebagai media isolasi,
pendingin dan pelindung belitan dari oksidasi. Minyak isolasi trafo merupakan
minyak mineral yang secara umum terbagi menjadi tiga jenis, yaitu parafinik,
napthanik dan aromatik. Antara ketiga jenis minyak dasar tersebut tidak boleh
dilakukan pencampuran karena memiliki sifat fisik maupun kimia yang berbeda.
Isolasi kertas berfungsi sebagai isolasi, pemberi jarak, dan memiliki kemampuan
mekanis.
Tap Changer
Kestabilan tegangan dalam suatu jaringan merupakan salah satu hal yang
dinilai sebagai kualitas tegangan. Transformator dituntut memiliki nilai tegangan
output yang stabil sedangkan besarnya tegangan input tidak selalu sama. Dengan
mengubah banyaknya belitan pada sisi primer diharapkan dapat merubah ratio
antara belitan primer dan sekunder dan dengan demikian tegangan output /
sekunder pun dapat disesuaikan dengan kebutuhan sistem berapapun tegangan
input / primernya. Penyesuaian ratio belitan ini disebut Tap changer.
Proses perubahan ratio belitan ini dapat dilakukan pada saat trafo sedang
berbeban (On load tap changer) atau saat trafo tidak berbeban (Off load tap
changer). Tap changer terdiri dari :
DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

80

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Selector Switch
Selector switch merupakan rangkaian mekanis yang terdiri dari terminal
terminal untuk menentukan posisi tap atau ratio belitan primer.

Diverter Switch
Diverter switch merupakan rangkaian mekanis yang dirancang untuk
melakukan kontak atau melepaskan kontak dengan kecepatan yang tinggi.

Tahanan transisi
Tahanan transisi merupakan tahanan sementara yang akan dilewati arus
primer pada saat perubahan tap.
Dikarenakan aktifitas tap changer lebih dinamis dibanding dengan belitan

utama dan inti besi, maka kompartemen antara belitan utama dengan tap changer
dipisah.
Media pendingin atau pemadam proses switching pada diverter switch
yang dikenal sampai saat ini terdiri dari dua jenis, yaitu media minyak dan media
vaccum. Jenis pemadaman dengan media minyak akan menghasilkan energi
arcing yang membuat minyak terurai menjadi gas C2H2 dan karbon sehingga
perlu dilakukan penggantian minyak pada periode tertentu. Sedangkan dengan
metoda pemadam vaccum proses pemadaman arcing pada waktu switching akan
dilokalisir dan tidak merusak minyak.
NGR (Neutral Grounding Resistant)
Salah satu metoda pentanahan adalah dengan menggunakan NGR. NGR
adalah sebuah tahanan yang dipasang serial dengan neutral sekunder pada
transformator sebelum terhubung ke ground/tanah. Tujuan dipasangnya NGR
adalah untuk mengontrol besarnya arus gangguan yang mengalir dari sisi neutral
ke tanah. Ada dua jenis NGR yaitu, Liquid dan Solid.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

81

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 3.3. Perbandingan grounding langsung dan NGR


C) Proteksi Transformator
Rele Bucholz
Pada saat transformator mengalami gangguan internal yang berdampak
kepada suhu yang sangat tinggi dan pergerakan mekanis didalam transformator,
maka akan timbul tekanan aliran minyak yang besar dan pembentukan gelembung
gas yang mudah terbakar. Tekanan atau gelembung gas tersebut akan naik ke
konservator melalui pipa penghubung dan rele bucholz. Tekanan minyak maupun
gelembung gas ini akan dideteksi oleh rele bucholz sebagai indikasi telah
terjadinya gangguan internal.
Rele Jansen
Sama seperti rele Bucholz yang memanfaatkan tekanan minyak dan gas
yang terbentuk sebagai indikasi adanya ketidaknormalan / gangguan, hanya saja
rele ini digunakan untuk memproteksi kompartemen OLTC.
Suden Pressure
Rele ini didesain sebagai titik terlemah saat tekanan didalam trafo muncul
akibat gangguan. Dengan menyediakan titik terlemah maka tekanan akan
tersalurkan melalui sudden pressure dan tidak akan merusak bagian lainnya pada
maintank.
Rele Thermal
Suhu pada transformator yang sedang beroperasi akan dipengaruhi oleh
kualitas tegangan jaringan, losses pada trafo itu sendiri dan suhu lingkungan.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

82

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Suhu operasi yang tinggi akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada
transformator.
Untuk mengetahui suhu operasi dan indikasi ketidaknormalan suhu operasi
pada transformator digunakan rele thermal. Rele thermal ini terdiri dari sensor
suhu berupa thermocouple, pipa kapiler dan meter penunjukan.
D) Pedoman Pemeliharaan
1. In Service Inspection
In Service inspection adalah kegiatan inspeksi yang dilakukan pada saat
transformator dalam kondisi bertegangan / operasi. Tujuan dilakukannya in
service inspection adalah untuk mendeteksi secara dini ketidaknormalan yang
mungkin terjadi didalam trafo tanpa melakukan pemadaman.
Subsistem trafo yang dilakukan in service inspection adalah sebagai
berikut:
Bushing
Pendingin
Pernafasan
Sistem kontrol dan proteksi
OLTC
Struktur mekanik
Meter suhu / temperature
Sistem monitoring thermal
Belitan
NGR Neutral grounding Resistor
Fire Protection
2. In Service Measurement
In Service Measurement adalah kegiatan pengukuran / pengujian yang
dilakukan pada saat transformator sedang dalam keadaan bertegangan / operasi (in
service). Tujuan dilakukannya in service measurement adalah untuk mengetahui
kondisi trafo lebih dalam tanpa melakukan pemadaman.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

83

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Thermovisi / Thermal image


Dissolved Gas Analysis (DGA)
Pengujian kualitas minyak isolasi (Karakteristik)
Pengujian Furan
Pengujian Corrosive Sulfur
Pengujian Partial Discharge
Vibrasi & Noise
3. Shutdown testing / measurement
Shutdown testing / measurement adalah pekerjaan pengujian yang
dilakukan pada saat transformator dalam keadaan padam. Pekerjaan ini dilakukan
pada saat pemeliharaan rutin maupun pada saat investigasi ketidaknormalan.
3.15.4 Kapasitor
Bank kapasitor (capacitor banks) adalah peralatan yang digunakan untuk
memperbaiki kualitas pasokan energi listrik antara lain memperbaiki mutu
tegangan di sisi beban, memperbaiki faktor daya (cos ) dan mengurangi rugirugi transmisi. Kekurangan dari pemakaian bank kapasitor adalah menimbulkan
harmonisa pada proses switching dan memerlukan desain khusus PMT atau
switching controller.
Kapasitor berfungsi untuk memperbaiki faktor daya jaringan, mengurangi
rugi-rugi (losses) jaringan, menetralkan/meniadakan jatuh tegangan dan
memperbaiki stabilitas tegangan.

Bank kapasitor

Unit kapasitor

Elemen kapasitor

Gambar 3. Kapasitor
a.

Elemen kapasitor

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

84

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Elemen kapasitor merupakan bagian terkecil dari kapasitor yang berupa


belitan aluminium foil dan plastic film.
b.

Unit kapasitor
Sebuah unit kapasitor terdiri dari elemen-elemen kapasitor yang
dihubungkan dalam suatu matriks secara seri dan parallel (gambar-2). Unit
kapasitor rata-rata terdiri dari 40 elemen-elemen. Elemen-elemen kapasitor
dihubungkan secara seri untuk membangun tegangan dan dihubungkan
secara paralel untuk membangun daya (VAR) pada unit kapasitor. Unit
kapasitor dilengkapi dengan resistor yang berfungsi sebagai elemen
pelepasan muatan kapasitor (discharge device). Rating tegangan unit
kapasitor bervariasi dari 240 V sampai 25 kV dan rating kapasitas dari 2,5
kVAR sampai 1 MVAR.

c.

Bank kapasitor
Unit-unit kapasitor terpasang dalam rak baja galvanis untuk membentuk
suatu bank kapasitor dari unit-unit kapasitor fasa tunggal. Jumlah unit-unit
kapasitor pada sebuah bank ditentukan oleh tegangan dan daya yang
dibutuhkan. Untuk daya dan tegangan yang lebih tinggi, unit-unit kapasitor
dihubungkan secara seri maupun paralel.
Hal hal yang termasuk dalam perbaikan kualitas pasokan energi listrik,

antara lain:

Memperbaiki mutu tegangan di sisi beban,

Memperbaiki faktor daya (cos ), dan

Mengurangi rugi-rugi transmisi.

Memperbaiki stabilitas tegangan.

A) Jenis Kapasitor yang Digunakan Pada Sistem Tenaga Listrik


Kapasitor daya yang terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu kapasitor shunt,
seri dan penyadap.
Kapasitor gandeng, yaitu kapasitor yang digunakan untuk pembawa
sinyal komunikasi antar gardu induk atau antar pusat pembangkit.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

85

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Kapasitor pembagi tegangan, yaitu kapasitor yang digunakan untuk


pengukuran tegangan transmisi dan rel daya.
Kapasitor filter yaitu kapasitor yang digunakan untuk konverter,
terutama pada sistem transmisi arus searah.
Kapasitor perata, yaitu kapasitor yang digunakan untuk meratakan
distribusi tegangan pada peralatan tegangan tinggi seperti pada
pemutus daya (circuit breaker).
B) Bagian - bagian Kapasitor
Bushing
Fuse (cut out),
Unit kapasitor,
Dielectric (isolator),
Mechanical structure,
Grounding,
Switching kapasitor bank tegangan tinggi dapat menghasilkan arus
transient yang signifikan. Metode switching kapasitor yang dikenal saat ini adalah
reaktor, pre-insertion resistor, pre-insertion induktor dan pengaturan switching
(controlled switching).
Pada saat pemasukan kapasitor dapat terjadi keadaan hubung singkat
apabila kondisi kapasitor kosong muatan yang akan menghasilkan arus yang
sangat besar (arus inrush) dan kedip tegangan yang cukup dalam di sistem.
Persyaratan pemasukan PMT kapasitor adalah pada saat pemasukan, tegangan
sesaat pada kontak PMT sama dengan nol. Dengan mengatur saat penutupan PMT
maka akan mengurangi arus inrush pada bank kapasitor. Pengaturan pemasukan
PMT pada bank kapasitor tergantung pada sistem pentanahan netral bank
kapasitor.
C) Pedoman Pemeliharaan
Bagian-bagian kapasitor yang di inspeksi visual saat beroperasi ialah
sebagai berikut :

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

86

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

- Bushing
- Kondisi Bushing kapasitor
- Kondisi clamp bushing
- Kebocoran minyak bushing
- Body kapasitor
- Fuse cut out
- Kondisi fuse/cut out kapasitor
- Kondisi clamp fuse cut out

- Sambungan/klem/jumper
- Kondisi mur baut-mur baut sambungan kapasitor

- Kondisi rel bar sambungan antar unit kapasitor


- Kondisi jumper antar capasitor
- Kondisi sambungan rangkaian kapasitor ke CT/CVT
- Kondisi sambungan pentanahan
- Mechanical Structure
- Kondisi isolator support

- Kondisi serandang
Bagian-bagian kapasitor yang perlu diukur suhunya adalah sebagai
berikut:
Bodi unit kapasitor
Bushing
Klem konduktor bushing
Klem-klem sambungan
Fuse link
Rel pengumpul arus
Pengukuran yang dilakukan:
Pengukuran tahanan isolasi kapasitor
Pengukuran resistansi AC kapasitor
Pengujian kapasitansi kapasitor

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

87

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.15.5

Reaktor

Reaktor merupakan peralatan utama atau peralatan yang terintegrasi, baik


dalam jaringan sistem distribusi maupun transmisi. Dikatakan bahwa reaktor
merupakan peralatan utama jika pemasangannya tidak menjadi bagian dari
paralatan dasar lainnya. Dikatakan bahwa reaktor merupakan peralatan
terintegrasi jika reaktor tersebut merupakan bagian dari suatu peralatan dengan
unjuk kerja tertentu.
Aplikasi pemasangan reaktor dalam sistem tenaga listrik pada prinsipnya
untuk membentuk suatu reaktansi induktif dengan tujuan tertentu. Tujuannya
yakni antara lain untuk:
o membatasi arus gangguan,
o membatasi arus inrush pada motor dan kapasitor,
o menyaring harmonisa,
o mengkompensasi VAR,
o mengurangi arus ripple,
o mencegah masuknya daya pembawa signal
o pentanahan titik netral,
o peredam surja transient
o mereduksi flicker pada aplikasi tanur listrik,
o circuit detuning,
o penyeimbang beban, dan
o power conditioning.
A) Jenis jenis Reaktor
Reaktor terdiri dari tipe kering (dry type) dan tipe terendam minyak (oil
immersed). Berdasarkan jenis konstruksinya, reaktor tipe kering terdiri dari inti
udara (air-core) atau inti besi (iron-core). Bagian bagian reaktor adalah :
Electromagnetic Circuit (Inti besi)

Kumparan/Belitan (Winding)

Terminal / Bushing

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

88

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Pendingin

Oil Preservation dan Expansion (Konservator)

Dielectric (Minyak Isolasi dan Isolasi kertas)

Proteksi Internal Pada Reaktor Tipe Minyak :


Rele Bucholz
Suden Pressure
Meter Temperature
B) Pedoman Pemeliharaan
In service inspection yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Reaktor kering
Pemeriksaan belitan reaktor,
Pemeriksaan clamp sambungan,
Pemeriksaan support insulator,
Pemeriksaan serandang/steel structure
Pemeriksaan pondasi
Pemeriksaan perangkat system pembumian
Reaktor minyak
Pemeriksaan bushing
Pemeriksaan perangkat system pendingin
Pemeriksaan perangkat system ekspansi minyak
Perangkat system proteksi internal
Pemeriksaan pondasi
Pemeriksaan perangkat system pembumian.
Kegiatan pengukuran yang dilakukan pada saat reaktor sedang dalam
keadaan bertegangan/operasi.
Pengukuran Temperature Reaktor
Dissolved Gas Analysis (DGA)

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

89

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Pengujian Karakteristik Fisika Dan Kimia Minyak


Shutdown measurement yang dilakukan antara lain :
- Pengukuran Tahanan Isolasi Belitan

- Pengukuran Tangen Delta


- Pengukuran tahanan DC (Rdc)
- Pengukuran Induktansi Belitan
Shutdown function check adalah pekerjaan yang bertujuan menguji fungsi
sistem proteksi internal dan indikator / meter yang terpasang pada reaktor. adapun
peralatan yang harus diuji adalah sbb :
- Rele Bucholz
- Rele Sudden Pressure
- Meter Temperature
- Oil Level
Treatment merupakan tindakan korektif pada saat shutdown 2 tahunan,
berdasarkan hasil in service inspection, pra/paska in service measurement,
pra/paska shutdown measurement atau pra/paska shutdown function check. Hal
hal yang harus dilakukan antara lain :
Purification/ Filter
Reklamasi
Penggantian Minyak
Cleaning
Tightening
Replacing parts
Greasing
3.15.6

SVC

Static VAR Compensator (atau disebut SVC) adalah peralatan listrik untuk
menyediakan kompensasi fast-acting reactive power pada jaringan transmisi
listrik tegangan tinggi. SVC adalah bagian dari sistem peralatan AC transmisi
yang fleksibel, pengatur tegangan dan menstabilkan sistem.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

90

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Jika power sistem beban reaktif kapasitif (leading), SVC akan menaikkan
daya reaktor untuk mengurangikan VAR dari sistem sehingga tegangan sistem
turun. Pada kondisi reaktif induktif (lagging), SVC akan mengurangi daya reaktor
untuk menaikkan VAR dari sistem sehingga tegangan sistem akan naik.
Pada SVC pengaturan besarnya VAR dan tegangan dilakukan dengan
mengatur besarnya kompensasi daya reaktif induktif pada reaktor, sedangkan
kapasitor bank bersifat statis.
Fungsi SVC adalah :
1.
2.
3.
4.

Meningkatkan kapasitas system transmisi.


Kontrol tegangan.
Reaktif control power / reaktif control aliran power.
Penurunan dan atau pembatasan frekuensi overvoltage power
disebabkan load rejection.
5. Memperbaiki stabilitas jaringan AC.
6. Mencegah terjadinya ketidakstabilan tegangan

A)

Jenis-Jenis SVC
Secara umum macam-macam kontrol yang digunakan adalah :

SVC Berdasarkan Kontrol yang Digunakan


1. SVC menggunakan TCR dan fixed Capasitor (FC)
2. SVC menggunakan TCR dan Thyristor Switched Capasitor (TSC)
3. SVC menggunakan Forced Commutation Inverters
SVC Berdasarkan pemasangan pada transmisi

1. TCSR (Thyristor Controlled Series Reactor)


2. TCSC (Thyristor Controlled Series Capasitor)
3. TCPR (Thyristor Controlled Phasa Angle Regulator)
4. 4. UPFC (Unified Power Flow Controller)

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

91

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

B)

Bagian-Bagian SVC
- Thyristor Valve Tower
- Reaktor
- Kapasitor
- Cooling system

3.15.7

Sistem Suplai AC dan DC

Pengoperasian suatu Gardu Induk memerlukan pasilitas pendukung yaitu


sumber tegangan rendah AC 380 Volt yang diperlukan untuk sistem Kontrol,
Proteksi, maupun untuk sistem mekanik penggerak peralatan di Gardu Induk.
Pada gardu Induk 150 kV sumber AC dipasok dari trafo pemakaian sendiri (PS)
sedangkan pada GITET 500 KV, selain Trafo PS dilengkapi juga dengan
Generator Set yang diperlukan untuk keadaan darurat atau pada saat trafo
pemakaian sendiri (PS) mengalami gangguan atau sedang dipelihara.
Pemakaian sendiri di Gardu Induk berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
Tenaga Listrik peralatan bantu, pada umumnya dibutuhkan untuk memasok daya
listrik ke peralatan di Gardu Induk antara lain :
Pengisi Batere ( Charger )
Motor Kipas Pendingin
Motor Sirkulasi minyak
Motor OLTC
Motor Mekanik PMS
Penerangan Gedung
Penerangan Panel kontrol
Pemanas (Heater)
dll
Selain sumber AC, di Gardu Induk juga diperlukan sumber arus searah
(DC). Sumber tenaga untuk kontrol selalu harus mempunyai keandalan dan

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

92

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

stabilitas yang tinggi. Karena persyaratan inilah dipakai batere sebagai sumber
arus searah.
Untuk kebutuhan operasi relai dan kontrol di PLN terdapat dua sistem catu
daya pasokan arus searah yaitu DC 110V dan DC 220V, sedangkan untuk
kebutuhan scadatel menggunakan sistem Catu Daya DC 48V. Diagram instalasi
Sistem DC dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 3.
I. Bagian Bagian Sistem AC DC
Bagian-bagian Peralatan Utama Sistem AC
Umumnya peralatan instalasi Supply AC yang terpasang di Gardu Induk
adalah sebagai berikut :

Load Breaker Switch ( LBS)

Trafo Pemakaian sendiri

NPB

MCB

Panel Distribusi AC

Bagian-bagian Peralatan Utama Sistem DC


a) Rectifier / Charger.
Rectifier atau Charger adalah suatu rangkaian alat listrik untuk mengubah
arus listrik bolak- balik (AC) menjadi arus searah (DC). Umumnya Rectifier yang

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

93

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

terpasang di Gardu berfungsi untuk mengisi muatan batere, memasok daya secara
kontinu ke beban dan menjaga batere agar tetap dalam kondisi penuh.
b) Batere
Suatu alat penyimpan energi listrik arus searah, yang berfungsi sebagai
sumber cadangan ke beban.
c) Konduktor
Berfungsi sebagai penghantar energi listrik arus searah dari sumber ke
beban.
d) Terminal terminal
Berfungsi sebagai tempat pencabangan dimana energi listrik akan dikirim
atau dibagi ke beban-beban.
II. PEDOMAN PEMELIHARAAN
In service inspection / Inspeksi dalam keadaan operasi
In service inspection adalah adalah kegiatan inspeksi yang dilakukan
dalam keadaan operasi tanpa pembebasan tegangan pada Sistem DC. Metode
yang digunakan dalam melakukan In service inspection adalah :
Pengecekan dengan panca indera (visual, penciuman, pendengaran),
Periodik pelaksanaan in service inspection, pada sistem DC dibagi menjadi :
a.

Inspeksi mingguan

b.

Inspeksi bulanan

Inspeksi Mingguan
a.

Suhu Panel Rectifier

b.

Kelembaban ruangan

c.

Pemeriksaan kebersihan panel rectifier

d.

Pemeriksaan Tegangan dan arus pengisian rectifier

e.

Lampu indikator rectifier

f.

Kondisi Fuse/MCB/NFB

Inspeksi Bulanan
a.

Pemeriksaan kebersihan komponen utama pada rectifier

b.

Pemeriksaan kipas ventilasi

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

94

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

c.

Pemeriksaan pemanas (heater)

d.

Pemeriksaan level elektrolit

e.

Pemeriksaan sel (container)

f.

Pemeriksaan kebersihan sel dan rak baterai

g.

Pemeriksaan kesiapan penerangan darurat

In service Measurement
Adalah kegiatan pengukuran yang dilakukan dalam keadaan operasi tanpa
pembebasan tegangan pada sistem DC (Tersambung ke rectifier dan beban)
disesuaikan dengan jadwal pemeliharaan periodik Sistem DC adalah :
Mingguan,Bulanan dan 6 bulanan. Pemeriksaan menggunakan alat ukur sederhana
(AVO meter, Hidrometer dan IR Thermogun).
Periode Mingguan
a. Pengukuran Tegangan input AC pada rectifier
b. Pengukuran tegangan pada sel yang kondisinya di bawah standar
dari hasil pengukuran sebelumnya.
c. Pengukuran berat jenis pada sel yang kondisinya di bawah standar
dari hasil pengukuran sebelumnya (khusus Lead Acid).
Periode Bulanan
a. Pengukuran Volt meter tegangan input AC
b. Pengukuran Ampere meter arus output DC
c. Pengukuran DC ground (khusus sistem 110 Volt)
d. Pengukuran tegangan per-sel dan total
e. Pengukuran arus pada rangkaian baterai pada kabel antar rak sel
baterai (gunakan tang ampere)
Periode 6 Bulanan
a.

Melakukan pengisian Equalizing

b.

Penyesuaian (adjustment) tegangan equalizing pada rectifier

c.

Pengukuran tegangan dan arus pada saat pengisian equalizing

d.

Pengukuran tegangan per-sel dan total (equalizing)

e.

Thermovisi saat pengisian equalizing pada :

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

95

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Terminal-terminal sel baterai dan Rectifier

Terminal pencabangan pada rangkaian beban dan


panel distribusi DC

Komponen utama rectifier.

Pengujian dan Pengukuran 1 Tahunan


Pengujian dan pengukuran pada rectifier dan baterai dalam keadaan tidak
tersambung ke beban. Pada Gardu Induk yang terpasang 2 (dua) unit maka dapat
dilakukan secara bergantian, tetapi apabila terpasang hanya 1 unit maka harus
menggunakan baterai dan rectifier cadangan.
a. Penyesuaian (adjustment) tegangan dan arus output rectifier
b. Pengukuran ripple tegangan
c. Pengukuran positif, negatif terhadap ground (khusus sistem 110V /
220V)
d. Kondisi kebersihan komponen pada rectifier
e. Pemeriksaan lampu indikator
f. Pengukuran Tahanan isolasi transformator utama rectifier
g. Pemeriksaan kekencangan mur baut

pada terminal utama

transformator
h. Kondisi filter
i. Kondisi fuse/ pengaman pada rectifier
j. Kondisi MCB / NFB pada rectifier
k. Kondisi terminal-terminal dan pengawatan pada rectifier
l. Kondisi kontaktor
m. Kondisi PCB modul elektronik (visual)
n. Kondisi socket pada PCB
o. Kalibrasi Amper meter dan volt meter pada rectifier (bila perlu)
p. Kondisi voltage droper menggunakan dummy load
q. Pembersihan klem sel baterai dan rak baterai
r. Pengujian open circuit pada rangkaian baterai (khusus baterai
asam)

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

96

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

s. Pengukuran berat jenis cairan elektrolit (khusus baterai Nicad)


Pengujian dan Pengukuran 2 Tahunan
Pengujian dan pengukuran pada rectifier dan baterai dalam keadaan tidak
tersambung ke beban. Pada Gardu Induk yang terpasang 2 unit maka dapat
dilakukan secara bergantian, tetapi apabila terpasang hanya 1 unit maka harus
menggunakan baterai dan rectifier cadangan.
Pemeliharaan pada periode 2 tahunan adalah sebagai berikut :
a. Pengujian Kapasitas baterai
b. Pengukuran suhu elektrolit sel baterai
c. Pengujian kandungan karbon ( bila akan dilakukan rekondisi)
d. Pentanahan (grounding)
e. Uji Fungsi pada rectifier antara lain :

Sistem pengisian pada rectifier ( floating, equalizing dan


boost )

Sistem alarm dan indikator

Limit current

Earth fault

Over voltage

Under voltage

Voltage droper

Pemeliharaan / Pengujian setelah Gangguan


Pemeliharaan setelah gangguan adalah pemeliharaan yang dilakukan
setelah terjadi gangguan pada peralatan Sistem DC yang memerlukan penormalan
segera agar pasokan sumber DC tetap andal.
3.15.8

Serandang

Serandang merupakan salah satu komponen yang terpasang di Gardu


Induk,

berfungsi sebagai terminal interkoneksi yang menghubungkan antar

peralatan gardu induk. Pada umumnya Serandang mempunyai desain tower

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

97

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

gantry, ada pula yang menggunakan desain beton/ concrete. Berikut merupakan
contoh serandang yang ada pada GI.

Gambar 3. Serandang

3.15.9

Pentanahan pada Serandang

Gambar 3. Pentanahan Tiang


Pentanahan pada Serandang (diletakan di kaki tower) adalah perlengkapan
pembumian yang berfungsi untuk meneruskan arus surja petir dari kawat
penangkap petir ke tanah. Pentanahan tiang terdiri dari kawat tembaga atau kawat
baja yang diklem pada pipa pentanahan yang ditanam di dekat pondasi tiang, atau

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

98

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

dengan menanam plat aluminium/ tembaga disekitar pondasi tiang. Besarnya nilai
tahanan pentanahan adalah dibawah 1 Ohm.
Jenis-jenis bahan pentanahan di bawah kaki tiang pada Serandang :
1. Electrode bar, yaitu suatu rel logam yang ditanam di dalam tanah.
Pentanahan ini paling sederhana dan efektif, dimana nilai tahanan tanah
adalah rendah (< 1 Ohm).
2. Electrode plat, yaitu plat logam yang ditanam di dalam tanah secara
horisontal atau vertikal.
Sistem pentanahan pada Serandang :
1. Driven, yaitu suatu pentanahan menggunakan batang konduktor yang
ditancapkan di dalam tanah secara vertikal.
2. Counter poise electrode, yaitu suatu konduktor yang digelar secara
horisontal di dalam tanah. Pentanahan ini dibuat pada daerah yang nilai
tahanan tanahnya tinggi atau untuk memperbaiki nilai tahanan pentanahan.
3. Mesh electrode, yaitu sejumlah konduktor yang digelar secara horisontal di
tanah, dan saling dihubungkan satu dengan yang lain.
3.15.10 GIS (Gas Insulated Substation)
Gas Insulated Substation (GIS) didefinisikan sebagai rangkaian beberapa
peralatan yang terpasang di dalam sebuah metal enclosure dan diisolasi oleh gas
bertekanan. Gas Insulated Line (GIL) didefinisikan sebagai konduktor penghantar
yang menghubungkan suatu substation dengan trafo atau substation lainnya dalam
sebuah metal enclosure dan diisolasi oleh gas bertekanan. Pada umumnya gas
bertekanan yang digunakan adalah Sulfur Hexafluoride (SF 6). Enclosure adalah
selubung pelindung yang berfungsi untuk menjaga bagian bertegangan terhadap
lingkungan luar.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

99

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 3. GIS
a) Pedoman Pemeliharaan GIS

In Service Inspection
In service inspection merupakan pemeriksaan peralatan dalam keadaaan
bertegangan dengan menggunakan panca indera dan dilakukan dengan periode
harian, mingguan, dan bulanan.
In Service Measurement
In service measurement adalah pemeliharaan dalam bentuk pengukuran
peralatan yang dilakukan dalam keadaan bertegangan dengan menggunakan alat
bantu, antara lain: pengukuran tahanan pentanahan, pengukuran suhu, pengujian
kualitas gas SF6, dan pengukuran partial discharge. Diantaranya

Pengukuran tahanan tanah

Pengukuran Suhu

Pengujian Kualitas Gas SF6

Purity (Kemurnian)

Dew point (berapa banyak partikel air yang berada dalam isolasi
gas SF6)

Decomposition Product (produk hasil dekomposisi terjadi karena


ketidaksempurnaan pembentukan kembali gas SF6 )

Pengukuran Partial Discharge

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

100

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Shutdown Testing / Measurement

Shutdown testing / measurement

merupakan merupakan pemeliharaan

yang dilakukan dengan periode waktu tertentu dan termasuk pemeriksaan dalam
keadaaan tidak bertegangan. Shutdown testing/measurement dilakukan untuk
mengetahui unjuk kerja dari peralatan dalam keadaan tidak bertegangan, antara
lain terdiri dari: pengujian tahanan kontak, pengujian keserempakan, pengukuran
tahanan isolasi.

3.16 Regulasi Operasi dan SOP


3.16.1

Regulasi Operasi Sistem

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

101

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

3.16.1.1 Undang-Undang Ketenagalistrikan


Adalah ketentuan dasar yang mengatur, memberi visi dan orientasi
didalam pengelolaan ketenagalistrikan.
Perjalanan Undang-Undang Ketenagalistrikan

Gambar 3. Perjalanan UU Ketenagalistrikan


Putusan Mahkamah Konstitusi
No. 001-021-022/PUU-2003, 15 Desember 2004
Pembatalan UU NO. 20 Tahun 2002
Kembali ke UU 15 Tahun 1985
PT PLN (PERSERO) berubah status dari PIUPTL kembali menjadi PKUK
Catatan :
PKUK

: Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan

PIUPTL : Pemegang Ijin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik


Amar Putusan Mahkamah Konstitusi
Undang-Undang No. 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan dinyatakan
tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Semua kontrak atau perizinan yang
telah dibuat / dikeluarkan berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2002

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

102

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

dianggap berlaku sampai dengan masa berlaku kontrak atau perizinan tersebut
habis.
Menyatakan bahwa Undang-Undang No. 15 Tahun 1985 tentang
Ketenagalistrikan berlaku kembali. Pemerintah agar menyiapkan rancangan
Undang-Undang ketenagalistrikan yang baru sesuai semangat Pasal 33 UUD
1945.
Perubahan UU Ketenagalistrikan
UU No. 20 Tahun 2002
Secara implisit mengakui keberadaan
sifat komoditi dari listrik;
Mengakui ke-khas-an daerah RUKD;
Mengakui ke-ekonomi-an per daerah;
Membuka kemungkinan untuk mencapai
efisiensi melalui kompetisi;
Sebagai konsekuensinya, daerah layanan
yang dinyatakan sebagai daerah

UU No. 15 Tahun 1985


Secara tegas menyebutkan negara
menyediakan

listrik

BUMN-PKUK;
Selain PKUK ada PIUKU dan
PIUKS;
Perencanaan terpusat (sentralistik
RUKN);
Tarif ditentukan Presiden, seragam.

kompetisi perlu memiliki usaha-usaha

Sudah

yang unbundled

ditentukan lain;

Ada syarat-syarat untuk melaksanakan

melalui

ada

preseden,

BATAM

Kompetisi tidak ada. Yang ada

unbundling dan kompetisi (9

adalah peran swasta membantu

prerequisite)

negara;
Unbundling tidak dikenal.

UU No. 15 Tahun 1985


1.

Secara tegas menyebutkan negara


menyediakan listrik melalui BUMN
-PKUK;

2.

Selain PKUK ada PIUKU dan


PIUKS;

3.

Perencanaan terpusat (sentralistik,

PP No. 3 Tahun 2005


1. Perencanaan RUKN yang didasari
RUKD;
2. Ada ketetapan Jaringan Nasional;
3. Jaringan Transmisi Nasional
PIUKU wajib terbuka;
4. Izin listrik swasta oleh Menteri,

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

103

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

RUKN)
4.

Tarif ditentukan Presiden, seragam.


Sudah ada preseden, BATAM
ditentukan lain;

5.

Kompetisi tidak ada. Yang ada adalah


peran swasta membantu negara;

6.

Unbundling tidak dikenal.

Gubernur dan Bupati sesuai


kewenangan lintas daerahnya;
5. PKUK dan PIUKU mempunyai
obligation to supply
6. PIUKS dapat diberi izin di daerah
PKUK/ PIUKU, bila:
- PKUK/PIUKU tak mampu
- PIUKS lebih ekonomis

Status PT PLN (Persero)

UU No. 15 Tahun 1985 : status PLN menjadi Pemegang Kuasa Usaha


Ketenagalistrikan (PKUK)

UU No. 20 Tahun 2002 : status PLN berubah dari Pemegang Kuasa


Usaha Ketenagalistrikan menjadi Pemegang Izin Penyediaan Tenaga
Listrik (PIUPTL);

Putusan MK No. 001-021-022/PUU-2003, 15 Desember 2004 : PLN


kembali menjadi PKUK.

3.16.1.2 Aturan Jaringan


Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik Jawa-Madura-Bali merupakan
bagian tak terpisahkan dari Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 03 Tahun 2007 tanggal 29 Januari 2007 tentang Aturan Jaringan Sistem
Tenaga Listrik Jawa-Madura-Bali.
Aturan Jaringan ini merupakan seperangkat peraturan, persyaratan dan
standar untuk menjamin keamanan, keandalan serta pengoperasian dan
pengembangan sistem yang efisien dalam memenuhi peningkatan kebutuhan
tenaga listrik.
Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik Jawa-Madura-Bali disusun
berdasarkan kondisi struktur Sistem Tenaga Listrik Jawa-Madura-Bali saat ini,
untuk diberlakukan kepada semua pelaku usaha pada sistem Jawa-Madura-Bali,
yaitu PT PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa-Bali (P3B)
selaku pengelola jaringan transmisi sekaligus pengoperasi sistem, PT Indonesia

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

104

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Power, PT Pembangkitan Jawa-Bali, perusahaan pembangkit listrik swasta (IPP),


PT PLN Persero Distribusi se Jawa dan Bali serta konsumen besar yang
instalasinya secara langsung terhubung ke jaringan transmisi.
Para pelaku usaha pada Sistem Jawa-Madura-Bali tersebut berkewajiban
memenuhi semua ketentuan dalam Aturan Jaringan ini sebagai dasar untuk
pengoperasian instalasi penyediaan tenaga listrik yang dimilikinya. Di samping
itu, ketentuan-ketentuan pada Aturan Jaringan ini akan memberikan kejelasan
mengenai kewajiban masing-masing pelaku usaha pada Sistem Jawa-MaduraBali.
Aturan Jaringan Sistem Jawa-Madura-Bali ini merupakan dokumen yang
bersifat dinamis sehingga harus selalu dimutakhirkan oleh Komite Manajemen
Jaringan (Grid Management Committee) seiring dengan perkembangan kondisi
sistem dan struktur usaha serta perubahan kompleksitas sistem kelistrikan.
Elemen Dari Aturan Jaringan Jawa Bali

Aturan Manajemen Jaringan (Grid Management Code)

Aturan Penyambungan (Connection Code)

Aturan Operasi (Operations Code)

Aturan Perencanaan dan Pelaksanaan Operasi (Scheduling/Dispatch Code)

Aturan Setelmen (Settlement Code)

Aturan Pengukuran (Metering Code)

Aturan Kebutuhan Data (Data Requirement Code)

Terminologi dan Definisi

Aturan Tambahan

a.

Aturan Manajemen Jaringan (Grid Management Code-GMC)


Aturan Manajemen Jaringan ini adalah untuk menerangkan prosedur

umum mengenai perubahan/revisi Aturan Jaringan (Grid Code), penyelesaian


perselisihan, dan penilaian kembali secara periodik pengoperasian dan manajemen
jaringan transmisi (grid). Penerapan prosedur-prosedur tersebut akan mendorong

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

105

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

terciptanya keandalan dan keamanan Jaringan, memacu efisiensi ekonomis dan


efisiensi pengoperasian, serta memfasilitasi pengembangan dan investasi Jaringan.
Komite Manajemen Aturan Jaringan (the Grid Code Management
Committee - GMC), yang selanjutnya disebut Komite Manajemen, adalah komite
yang dibentuk untuk menjalankan prosedur-prosedur yang digariskan dalam
Aturan Manajemen Jaringan ini.
Beberapa Aturan Manajemen Jaringan yang telah dibuat antara lain
sebagai berikut:

GMC 1.0 Keadaan Tak Terduga

GMC 2.0 Komite Managemen

GMC 3.0 Penyelesaian Perselisihan

GMC 4.0 Perubahan Aturan

GMC 5.0 Pemaksaan (Enforcement)

GMC 6.0 Pelaporan

GMC 7.0 Interpretasi Umum Aturan Jaringan

Berisi tata cara pembentukan Komite Manajemen Aturan Jaringan (Grid


Code Management Committee) dan prosedur umum untuk:

b.

Revisi Aturan Jaringan

Penyelesaian perselisihan (Dispute)

Review periodik atas operasi dan pengelolaan jaringan

Pelaporan kepada badan regulasi

Aturan Penyambungan (Connection Code - CC)


Aturan Penyambungan ini menyatakan persyaratan minimum teknis dan

operasional untuk setiap Pemakai Jaringan, baik yang sudah maupun akan
tersambung ke jaringan transmisi, serta persyaratan minimum teknis dan
operasional yang harus dipenuhi oleh P3B di titik-titik sambungan dengan para
Pemakai Jaringan.
Tujuan Aturan Penyambungan ini adalah untuk memastikan bahwa
persyaratan teknis dan operasional yang harus dipenuhi oleh Pemakai Jaringan

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

106

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

dalam rangka penyambungan dengan jaringan transmisi dinyatakan secara jelas,


dan pemakai Jaringan dihubungkan dengan jaringan transmisi hanya apabila
persyaratan teknis dan operasional yang dinyatakan dalam Aturan Penyambungan
ini dipenuhi. Aturan Penyambungan ini diberlakukan untuk P3B dan semua
Pemakai Jaringan, antara lain:

Perusahaan Pembangkit yang terhubung langsung dengan Jaringan;

Unit-unit Distribusi pada titik-titik sambungan dengan Jaringan;

Konsumen Besar yang terhubung langsung ke Jaringan;

Agen/Perusahaan yang bekerja untuk para Pemakai Jaringan tersebut


di atas, seperti Kontraktor Pembangunan dan Kontraktor Pemeliharaan
dan lain-lain

P3B dan semua Pemakai Jaringan harus berusaha semaksimal mungkin


agar pada setiap titik sambungan, unjuk kerja yang harus dipenuhi yaitu frekuensi
nominal 50 Hz, diusahakan untuk tidak lebih rendah dari 49,5 Hz. atau lebih
tinggi dari 50,5 Hz, dan selama waktu keadaan darurat (emergency) dan
gangguan, frekuensi Sistem diizinkan turun hingga 47.5 Hz atau naik hingga 52.0
Hz sebelum unit pembangkit diizinkan keluar dari operasi. Tegangan Sistem harus
dipertahankan dalam batasan sebagai berikut:
Tegangan Nominal

Kondisi Normal

500 kV

+5%, -5%

150 kV

+5%, -10%

70 kV

+5%, -10%

20 kV

+5%, -10%

Distorsi harmonik total maksimum pada setiap titik sambungan dalam


kondisi operasi normal dan pada kondisi-kondisi keluar terencana maupun tak
terencana harus memenuhi sebagai berikut:
Tegangan Nominal

Distorsi Total

500 kV

tidak termasuk

150 kV

3%

70 kV

3%

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

107

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

20 kV

3%

Komponen urutan negatif maksimum dari tegangan fasa dalam jaringan


tidak boleh melebihi 1% pada kondisi operasi normal dan keluar terencana, serta
tidak melebihi 2% selama kejadian tegangan impuls sesaat (infrequently short
duration peaks), fluktuasi tegangan pada suatu titik sambungan dengan beban
berfluktuasi, harus tidak melebihi batasan 2% dari tingkat tegangan untuk setiap
perubahan step, yang dapat terjadi berulang. Setiap kejadian ekskursi tegangan
yang besar di luar perubahan step dapat diizinkan hingga 3% asalkan tidak
menimbulkan risiko terhadap jaringan transmisi, atau instalasi Pemakai Jaringan.
Kedip tegangan hingga 5% saat menjalankan motor listrik yang tidak sering
terjadi, dapat ditolerir. Flicker jangka-pendek 1.0 unit dan jangka-panjang 0.8 unit
yang terukur dengan flicker meter sesuai dengan spesifikasi IEC-868. Faktor-daya
(Cos ) di titik sambung antara instalasi Pemakai Jaringan dengan Jaringan
minimum sebesar 0.85 lagging.
Kedua belah pihak berkewajiban memasang power quality meter yang
dapat memantau secara terus menerus dan terekam berupa softcopy. Karakteristik
unjuk kerja Jaringan yang dinyatakan pada CC 2.1 mungkin saja tidak terpenuhi
pada kondisi gangguan yang parah pada Sistem, seperti terpecahnya Sistem,
keluarnya komponen yang besar dari Sistem dan/atau terjadi voltage collapse.
P3B serta seluruh Pemakai Jaringan wajib berkoordinasi untuk menjamin
tercapainya karakteristik unjuk kerja jaringan transmisi pada butir CC 2.1, kecuali
pada kondisi sangat parah.
c.

Aturan Operasi (Operation Code-OC)


Aturan Operasi ini menjelaskan tentang peraturan dan prosedur yang

berlaku untuk menjamin agar keandalan dan efisiensi operasi Sistem JawaMadura-Bali dapat dipertahankan pada suatu tingkat tertentu.
Bagian ini merangkum prinsip-prinsip operasi Sistem yang aman dan
andal yang harus diikuti. Bagian ini juga menetapkan kewajiban yang mendasar
dari semua Pemakai Jaringan dalam rangka berkontribusi terhadap operasi yang
aman dan andal.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

108

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Berisi aturan operasi, prosedur dan tanggung jawab untuk menjamin grid
reliability dan operasi yang efisien.
d.

Aturan Perencanaan dan Pelaksanaan Operasi (Scheduling and Dispatch


Code SDC)
Berisi peraturan dan prosedur untuk perencanaan transaksi dan alokasi

(scheduling) pembangkit.
e.

Aturan Setelmen (SETTELMENT CODE-SC)


Berisi ketentuan dan prosedur untuk metering, billing dan settlement

f.

Aturan Pengukuran ( METERING CODE-MC)


Berisi persyaratan minimum teknis dan operasional untuk meter transaksi

yaitu meter utama dan meter pembanding yang harus dipasang oleh P3B dan
Pemakai Jaringan transmisi pada titik-titik sambungan.
g.

Aturan Kebutuhan Data (DATA REQUIREMENT CODE-DRC)


Aturan Kebutuhan Data merangkum kebutuhan data yang dinyatakan

dalam Aturan Jaringan, merupakan data teknis detail yang dibutuhkan oleh P3B
dari semua Pemakai Jaringan, termasuk Perusahaan Pembangkit (PJB - IPP),
Usaha Distribusi Tenaga Listrik dan Konsumen Besar. Pusat Pengatur Beban
memerlukan data detail tersebut untuk mengevaluasi kesesuaiannya dengan
berbagai standar operasi dan teknis yang ditentukan dalam Aturan Jaringan guna
meyakinkan keamanan, keandalan dan efisiensi operasi Sistem.
Kebutuhan data tambahan tertentu (misalnya: data jadwal pemeliharaan
unit pembangkit, dan lain lain) yang secara jelas dinyatakan dalam Appendix
masing-masing Aturan lainnya dalam Aturan Jaringan tidak dicantumkan lagi
dalam Aturan ini. Apabila terdapat hal-hal yang tidak konsisten dalam hal
kebutuhan data di masing-masing bagian Aturan Jaringan dengan yang terdapat
dalam Aturan ini, maka ketentuan yang terdapat dalam bagian Aturan Jaringan
yang diikuti
Berisi ketentuan tentang kompilasi data dari Pemakai-Jaringan yaitu
pembangkit, unit distribusi dan konsumen besar. P3B memerlukan data tersebut
untuk evaluasi kesesuaian dengan Aturan Jaringan dalam rangka memastikan grid
reliability, security dan operational efficiency.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

109

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

h.

Terminologi dan Definisi (Glossary)


Glossary ini mendefinisikan terminologi yang digunakan dalam Aturan

Jaringan ini. Penggunaan yang konsisten atas definisi-definisi tersebut akan


mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahpahaman ketentuan dalam Aturan
Jaringan. Dalam hal dimana sebuah terminologi atau kata dinyatakan secara
khusus pada suatu Bagian dalam Aturan Jaringan, maka pernyataan dalam Aturan
Jaringan tersebut yang diutamakan dibandingkan dengan penjelasan dalam
Glossary ini.
Kata-kata dan pernyataan berikut yang digunakan dalam Aturan Jaringan
diartikan seperti tabel berikut, kecuali permasalahannya memerlukan pengertian
lain.
i.

Aturan Tambahan
Aturan tambahan ini mengatur pengecualian instalasi-instalasi Pemakai

Jaringan (Grid) yang tersambung ke Sistem Tenaga Listrik Jawa Madura Bali
berdasarkan kontrak kesepakatan Power Purchase Agreement (PPA) and Energy
Sales Contract (ESC) yang telah ditandatangani sebelum berlakunya Grid Code.
3.16.1.3 Ketentuan Operasi
Kebutuhan Aturan Jaringan
a.

Memastikan reliability, security dan safety dari operasi sistem tenaga


listrik;

b.

Menyediakan ketentuan operasional dan teknikal, serta standar dan


prosedur yang berlaku bagi semua Pemakai-Jaringan;

c.

Menciptakan level playing field bagi semua Pemakai-Jaringan untuk akses


dan penggunaan Jaringan.

Mekanisme Aturan Jaringan Bekerja


a.

Pembuatan Aturan Jaringan harus transparan, terbuka dan tidak


bias/menguntungkan salah satu pihak;

b.

Aturan Jaringan diberlakukan dengan suatu dasar hukum yang kuat: misal
keputusan badan regulator, keputusan Pemerintah, dsb;

c.

Aturan Jaringan harus dipatuhi oleh semua Pemakai-Jaringan;

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

110

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

d.

Badan regulasi akan mengawasi kepatuhan atas Aturan Jaringan dengan


rekomendasi dari Komite Manajemen Jaringan;

e.

Aturan Jaringan harus terus direvisi sesuai dengan perubahan kondisi


sistem, struktur industri dan faktor penting lainnya.

Kriteria Aturan Jaringan


a.

Fleksibel dan akomodatif terhadap perubahan kondisi sistem;

b.

Implementable;

c.

Fair / tidak bias kepada salah pihak tertentu;

d.

Jelas;

e.

Komprehensif;

f.

Konsisten dengan policy pemerintah atau aturan lain terkait;

g.

Mencakup mekanisme Compliance Monitoring & Enforcement.

Industry Codes
Grid Code adalah salah satu dari beberapa formal Codes dan Standard
yang umum ada pada industri tenaga listrik (kompetitif):
a.

Grid Code,

b.

Distribution Code,

c.

Tariff Code,

d.

Service Quality Standard,

e.

Planning & Competitive Tendering Code,

f.

Pool / Market Rules.

Contoh Queensland Grid Code


a.

Part A: Connection and Access

b.

Part B: Network Service Pricing

c.

Part C: System and Network Control

d.

Part D: Settlements

e.

Part E: Schedules

Contoh UK & Thailand Grid Code


a.

Glossary & Definitions

b.

Planning Procedure

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

111

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

c.

Connection Conditions

d.

Operating Procedures

e.

Scheduling & Dispatch Procedures

f.

Data Registration Requirements (UK Only)

g.

General Conditions

Contoh System Code - State of Victoria Australia


a.

Part 1: Introduction

b.

Part 2: System Security

c.

Part 3: Connection To System

d.

Part 4: Large Units

e.

Part 5: Scheduling & Dispatch

f.

Part 6: Planning

g.

Part 7: Reporting & Information

h.

Part 8: Testing & Other Technical Requirements

i.

Part 9: General

Contoh Transmission Code - Singapore


a.

Planning Code

b.

Use of System Code / Connection Conditions

c.

Operating Code

d.

Scheduling & Despatch Code

e.

Data Registration Code

f.

General Conditions

g.

Metering Code

h.

Transmission Code Advisory Committee

i.

Glossary And Definitions

Prosedur Pedoman Operasi


Yang dimaksud dengan Pedoman Operasi adalah Prosedur yang mengatur
tatacara untuk mengoperasikan sistem tenaga listrik berikut masing-masing
komponen di dalamnya.
Pedoman Operasi Terdiri Dari:

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

112

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

a.

Petunjuk Pengoperasian GI/GITET :


Berisi panduan bagi operator gardu induk (GI) / Gardu Induk Tegangan
Ekstra Tinggi (GITET) melakukan tugas operasional langsung pada
peralatan-peralatan (instalasi) di gardu induk.

b.

Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan pada Instalasi Listrik Tegangan Tinggi /


Ekstra Tinggi (Dokumen K3) :
Berisi prosedur keamanan dan keselamatan kerja untuk melaksanakan
pekerjaan di instalasi listrik tegangan tinggi / ekstra tinggi.

c.

Pedoman Operasi GI/GITET :


Berisi panduan bagi dispatcher di pusat pengatur, operator GI /GITET dan
operator pembangkit mengoperasikan instalasi sistem tenaga.

d.

Pedoman Pemulihan Sistem :


Berisi panduan bagi dispatcher di pusat pengatur memulihkan sistem
tenaga dari kondisi gangguan dan interaksinya dengan operator GI /
GITET dan pembangkit serta dengan dispatcher di pusat pengatur lainnya.

e.

Prosedur Komunikasi Operasi :


Berisi panduan berupa tatacara (etika, alur) komunikasi di dalam
mengoperasikan sistem tenaga listrik.

f.

Prosedur Akses

Ke Jaringan Untuk Pekerjaan Dalam Keadaan

Bertegangan (PDKB) Pada Instalasi Tegangan Tinggi / Ekstra Tinggi.


3.16.2

SOP (Standart Operating Procedure)


SOP adalah suatu bentuk ketentuan tertulis yang berisi prosedur / langkah-

langkah kerja yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Dalam


bahasa Indonesia SOP disebut dengan Prosedur Tetap dan disingkat Protap.
Tujuan SOP
Agar pekerjaan berjalan dengan baik & lancer
Agar pekerjaan tidak menemui kesalahan
Agar waktu dalam kerja efektif, cepat & efisien
Agar keselamatan dalam bekerja terjaga
Agar peralatan aman dan kualitas hasil kerja memuaskan

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

113

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Cara Membuat SOP


Inventarisasi prosedur yang dibutuhkan
Analisa & evaluasi prosedur yang sudah berjalan dan dilakukan, dengan
mencari positif dan negatifnya
Membuat dokumentasi urutan pelaksanaan untuk membuat SOP dimulai
dari perencanaan
Melakukan tinjauan dan evaluasi SOP secara berkala untuk revisi
Kerangka SOP
Lembar pengesahan, daftar pendistribusian, catatan perubahan dokumen
Kata pengantar
Daftar Isi, daftar gambar, daftar tabel
Pendahuluan & latar belakang
Isi SOP (berisi prinsip dan cara kerja)
Lampiran, daftar pustaka, daftar istilah & kosakata
S O P Pedoman Pemulihan Sistem
Terdiri atas 4 bagian yaitu :
1.

Pendahuluan menjelaskan pentingnya pedoman pemulihan dan fasilitas


blackstart

2.

Kondisi gangguan menjelaskan asumsi kejadian gangguan padam total dan


padam partial serta hal-hal yang perlu diperhatikan

3.

Pelaksanaan pemulihan menjelaskan jalur pengiriman tegangan dan cara


pemulihan gangguan sampai dengan cara merangkai subsistem

4.

Penutup menjelaskan tindakan khusus yang harus diperhatikan dan


dilaksanakan bila terjadi penyimpangan dan rekonfigurasi system
Persiapan pengiriman / penerimaan tegangan pada gardu induk saat

system, pengiriman tegangan dilaksanakan melalui sirkit 1, sedang untuk


penerimaan tegangan melalui sirkit 2. operator membuka pmt yg belum terbuka
sesuai daftar RTN tanpa harus melapor terlebih dahulu ke dispatcher region,
meyakinkan operator gi sebelum pengiriman tegangan bahwa pmt yg harus dibuka
DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

114

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

oleh rtn apakah sudah terbuka, apakah ada kelainan instalasi untuk mempermudah
proses pengiriman maupun penerimaan tegangan.
S O P Operasi Gardu Induk
Pedoman operasi gardu induk terdiri atas 8 bagian yaitu :
1.

Pendahuluan menjelaskan sop ini merupakan petunjuk bagi operator dan


dispatcher untuk pelaksanaan manuver untuk mengatasi gangguan, serta
deklarasi bahwa operasi sistem adalah wewenang dispatcher

2.

Tugas dan Wewenang menjelaskan mengenai wewenang para pelaksana


SOP yaitu : Operator GI, Operator PLT serta Dispatcher

3.

Kondisi Normal menjelaskan konfigurasi normal GI serta ketentuan bahwa


switch ACC harus pada posisi ON/Supervisori

4.

Kondisi Gangguan menjelaskan mengenai tindakan yang harus dilakukan


oleh para pelaku SO apabila terjadi kelainan/penyimpangan/gangguan di
GI.

5.

Penormalan Kembali menjelaskan mengenai tindakan yang harus


dilakukan oleh Operator GI atas komando Dispatcher.

6.

Kondisi Darurat menjelaskan bahwa Operator GI dapat mengamankan


peralatan pada kondisi darurat (kebakaran, banjir, perlatan membara),
tanpa menunggu komando Dispatcher.

7.

Komunikasi Operasional menjelaskan komunikasi antara Piket UPT,


Dispatcher dan Operator GI.

8.

Aturan Tambahan menjelaskan mengenai kesepakatan beberapa kondisi.

S O P Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Pada Instalasi TT / TET


Pedoman pelaksanaan pekerjaan pada instalasi TT/TET terdiri atas 4
bagian yaitu :
1.

Pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan serta ruang


lingkup, serta penekanan bahwa semua personel yang terkait dengan
pemeliharaan harus mentaati sop ini.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

115

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

2.

Pengorganisasian Kerja menjelaskan harus dibentuk organisasi yang jelas


dengan beberapa personel sebagai supervisor, peran dan tugas dan
tanggung jawab setiap personel yang jelas.

3.

Tahapan Pelaksanaan Kerja menjelaskan persiapan yang harus dilakukan,


pembebasan tegangan, manuver, pelaksanaan pekerjaan sampai pekerjaan
selesai.

4.

Dokumen Prosedure Pelaksanaan Pekerjaan menjelaskan mengenai


formulir yang harus diisi mulai persiapan s.d pekerjaan selesai.
Hal hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan

penyaluran yaitu :
Pengawas Manuver, Pengawas Pekerjaan serta Pengawas K3 tidak boleh
dirangkap.
Formulir-formulir harus diisi sesuai dengan prosedure.
Koordinasi dengan baik antara Para Pengawas dengan Pelaksana
Pekerjaan, Operator GI dan Dispatcher.
Pada saat pekerjaan berlangsung, Pengawas K3 dan Pengawas Pekerjaan
harus berada dilokasi.
S O P Petunjuk Pengoperasian Gardu Induk
Pedoman petunjuk pengoperasian gardu induk terdiri atas 3 bagian yaitu :
1.

Pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang, peranan Operator


Gardu Induk, pola pemantatuan serta maksud dan tujuan.

2.

Tugas Operator Gardu menjelaskan mengenai yang harus dilakukan oleh


operator dari kondidi normal, kondisi gangguan dsd. Juga mengenai
pengoperasian perlatan yang ada di GI terkait.

3.

Petunjuk Pengoperasian GI menjelaskan mengenai data peralatan yang


ada serta cara-cara pengoperasiannnya.
Pelaksanaan manuver untuk melayani pekerjaan pemeliharaan, atau

meningkatkan keandalan, serta penormalan kembali setelah gangguan, operator gi


harus melaksanakan (eksekusi) manuver.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

116

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

S O P Pedoman Komunikasi
Alur komunikasi operasi sistem jawa bali seperti pada diagram alur
dibawah ini,

Gambar 3. Alur Komunikasi Operasi Sistem


Bagan waktu penanganan dampak non teknis gangguan sistem kelistrikan
yang berskala nasional adalah sebagai berikut

Gambar 3. Bagan Penanganan Dampak Non Teknis Gangguan Sistem Kelistrikan


S O P Pedoman Operasi Khusus

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

117

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Pedoman operasi khusus terdiri atas 7 bagian yaitu :


1.

Pendahuluan menjelaskan mengenai dibuatnya SOP untuk mengantisipasi


peristiwa-peristiwa tertentu (Hari Raya Idul Fitri, Pemilu Legislatif dll).

2.

Pengaturan dan pengendali menjelaskan mengenai kondisi operasi sistem,


normal atau gangguan serta cara pemulihannya.

3.

Strategi Operasi menjelaskan mengenai pasokan listrik, ke lokasi penting


serta pengamanannya serta prakiraan beban sistem.

4.

Permasalahan penyaluran menjelaskan mengenai permasalahan yang ada


pada sistem penyaluran berikut strategi antisipasinya

5.

Sistem SCADA dan Komunikasi menjelaskan mengenai kondisi SCADA


serta peralatan komunikasi berikut nomor telepon atau radio komunikasi
GI.

6.

Komunikasi Operasion menjelaskan mengenai SOP komunikasi yang


berlaku

7.

Jadwal Piket berisi jadwal dinas Piket Pimpinan, Piket Khusus serta Piket
lainnya.
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pedoman operasi khusus yaitu :

Peristiwa-peristiwa tertentu atau hari-hari tertentu operasi sistem berbeda


dengan hari-hari biasa, karena sifat bebannya atau karena sifat
peristiwanya.
Antisipasi harus dituangkan dalam SOP sehingga setiap personel yang
terlibat mempunyai persepsi yang sama mengenai operasi sistem saat itu.
Perubahan yang sifatnya kondisional harus segera diantisipasi, dengan
demikian perlu peningkatan kewaspadaan di semua lini.
Tindakan pada saat terjadi gangguan, apabila terjadi gangguan maka
announciator pada panel kontrol dan indikator pada panel proteksi akan menyala
(bekerja), operator gardu induk harus :
Mematikan klakson
Mencatat announciator dan mereset indikasi relay, proteksi di lemari
proteksi.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

118

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Melapor kepada Dispatcher

3.17 PEMELIHARAAN SUTT & SUTET


3.17.1 KOMPONEN DAN FUNGSI
Berdasarkan fungsi dari tiap-tiap komponennya, sistem transmisi SUTT &
SUTET dikelompokkan sebagai berikut :
1.

Isolasi
Isolasi berfungsi untuk mengisolasi bagian yang bertegangan dengan

bagian yang tidak bertegangan / ground baik secara elektrik maupun mekanik.
Isolasi pada SUTT & SUTET dibedakan menjadi 2, yaitu :
Isolasi Padat (Insulator)
Insulator Menurut Material
- Insulator Keramik (Porselen & Gelas)
Insulator porselen mempunyai keunggulan tidak mudah pecah,
tahan terhadap cuaca. Sedangkan insulator gelas digunakan
hanya untuk insulator jenis piring.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

119

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

- Insulator non-Keramik (Komposit)


Insulator non-keramik (komposit) terbuat dari bahan polimer.
Insulator komposit dilengkapi dengan mechanical loadbearing fiberglass rod, yang diselimuti oleh weather shed
polimer untuk mendapatkan nilai kekuatan eletrik yang tinggi.
Insulator Menurut Bentuk
- Insulator Piring
Dipergunakan untuk insulator penegang dan insulator gantung,
dimana jumlah piringan insulator disesuaikan dengan tegangan
sistem.
- Insulator tipe post
Dipergunakan sebagai tumpuan dan memegang bagi konduktor
diatasnya untuk pemasangan secara vertikal dan sebagai
insulator dudukan
- Insulator long rod
adalah insulator porselen atau komposit yang digunakan untuk
beban tarik.

Insulator Menurut Pemasangan


-

I string

Gambar Insulator I string


-

V string

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

120

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar Insulator V string


-

Horizontal string

Gambar Insulator horizontal string

Single string

Gambar Insulator single string


-

Double string

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

121

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 1 Insulator double string


-

Quadruple

Gambar 2 Insulator quadruple


Isolasi Udara
Isolasi udara berfungsi untuk mengisolasi antara bagian yang bertegangan
dengan bagian yang tidak bertegangan / ground dan antar fasa yang
bertegangan secara elektrik. Kegagalan fungsi isolasi udara disebabkan
karena breakdown voltage yang terlampaui (jarak yang tidak sesuai,
perubahan nilai tahanan udara, tegangan lebih).
2.

Pembawa Arus

Komponen-komponen yang termasuk fungsi pembawa arus, yaitu :

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

122

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Konduktor Penghantar
Merupakan suatu media untuk menghantarkan arus listrik yang
direntangkan lewat tiang-tiang SUTT & SUTET melalui insulatorinsulator sebagai penyekat konduktor dengan tiang.
Jenis-jenis konduktor berdasarkan bahannya :
-

Konduktor jenis tembaga (BC : Bare copper)

Konduktor ini merupakan penghantar yang baik karena memiliki


konduktivitas tinggi dan kekuatan mekanik yang cukup baik.
-

Konduktor jenis aluminium

Konduktor dengan bahan aluminium lebih ringan daripada konduktor


jenis tembaga, konduktivitas dan kekuatan mekaniknya lebih rendah.
Jenis-jenis konduktor alumunium antara lain :
a.

Konduktor ACSR (Alumunium Conductor Steel Reinforced)

Konduktor jenis ini, bagian dalamnya berupa steel yang mempunyai


kuat mekanik tinggi, sedangkan bagian luarnya berupa aluminium
yang mempunyai konduktivitas tinggi. Karena sifat elektron lebih
menyukai bagian luar konduktor daripada bagian sebelah dalam
konduktor, maka pada sebagian besar SUTT maupun SUTET
menggunakan konduktor jenis ACSR.
Untuk daerah yang udaranya mengandung kadar belerang tinggi
dipakai jenis ACSR/AS, yaitu konduktor jenis ACSR yang
konduktor steelnya dilapisi dengan aluminium.
b.

Konduktor jenis TACSR (Thermal Aluminium Conductor Steel


Reinforced)

Konduktor jenis ini mempunyai kapasitas lebih besar tetapi berat


konduktor tidak mengalami perubahan yang banyak, tapi
berpengaruh terhadap sagging.
Sambungan Konduktor (Compression Joint)
Sambungan konduktor adalah material untuk menyambung konduktor penghantar
yang cara penyambungannya dengan alat press tekanan tinggi.
Sambungan (joint) harus memenuhi beberapa syarat antara lain :
DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

123

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

a. Konduktivitas listrik yang baik


b. Kekuatan mekanik yang besar
Ada 2 jenis teknik penyambungan konduktor penghantar ACSR & TACSR, yaitu
a. Sambungan

dengan

puntiran

(sekarang

sudah

jarang

dipergunakan)
b. Sambungan dengan press
Penempatan compression joint harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a.

Diusahakan berada di tengah-tengah gawang atau bagian terendah


dari andongan konduktor.

b.

Tidak boleh berada di dekat tower tension

c.

Tidak boleh di atas jalan raya, rel KA, SUTT, dll

Konduktor Penghubung (Jumper)


Konduktor penghubung digunakan sebagai penghubung konduktor pada tiang
tension. Besar penampang, jenis bahan, dan jumlah konduktor pada konduktor
penghubung disesuaikan dengan konduktor yang terpasang pada SUTT / SUTET
tersebut.
Jarak konduktor penghubung dengan tiang diatur sesuai tegangan operasi dari
SUTT / SUTET konduktor pada tiang tension SUTET umumnya dipasang counter
weight sebagai pemberat agar posisi dan bentuk konduktor penghubung tidak
berubah.
Klem Konduktor Penghantar
Klem konduktor penghantar digunakan untuk memegang konduktor penghantar
terhadap insulator.
Macam-macam klem konduktor penghantar :
o Klem penegang (tension clamp)

Dipergunakan untuk pengikat konduktor fasa pada insulator penegang


pada tiang penegang.
Ada 2 (dua) macam klem penegang konduktor penghantar yang
umumnya dipergunakan, yaitu :
a.

Klem penegang dengan mur baut (strain clamp)

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

124

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

b.

Klem penegang dengan press

o Klem jembatan (paralel groove clamp)

Klem ini digunakan pada tiang-tiang tipe penegang (tiang tension) yang
berfungsi sebagai penggandeng (penyambung) kedua ujung konduktor
dari klem penegang satu dengan klem penegang lainnya.
3.

KONSTRUKSI DAN PONDASI

Komponen utama dari Fungsi Konstruksi dan Pondasi pada sistem transmisi
SUTT & SUTET adalah Tiang (Tower). Tiang adalah konstruksi bangunan yang
kokoh untuk menyangga / merentang konduktor penghantar dengan ketinggian
dan jarak yang aman bagi manusia dan lingkungan sekitarnya dengan sekat
insulator.
3.1 Tiang Menurut Fungsi
1.

Tiang penegang (tension tower)

Tiang penegang terdiri dari :


a.

Tiang sudut (angle tower)

b.

Tiang akhir (dead end tower)

2.

Tiang penyangga (suspension tower)

3.

Tiang penyekat (section tower)

4.

Tiang transposisi

5.

Tiang portal (gantry tower)

6.

Tiang kombinasi (combined tower)

3.2 Tiang Menurut Bentuk


1.

Tiang pole

Konstruksi SUTT dengan tiang beton atau tiang baja, pemanfaatannya


digunakan pada perluasan SUTT dalam kota yang padat penduduk dan
memerlukan lahan relatif sempit.
Berdasarkan materialnya, terbagi menjadi :

2.

a.

Tiang pole baja

b.

Tiang pole beton

Tiang kisi-kisi (lattice tower)

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

125

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Terbuat dari baja profil, disusun sedemikian rupa sehingga


merupakan suatu

menara yang telah diperhitungkan kekuatannya

disesuaikan dengan kebutuhannya. Berdasarkan susunan / konfigurasi


penghantarnya dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok besar, yaitu :
a.

Tiang delta (delta tower)

Gambar 3 Tiang delta


b.

Tiang zig-zag (zig-zag tower)

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

126

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar 4 Tiang zig-zag


c.

Tiang piramida (pyramid tower)

Gambar 5 Tiang piramida


4.

PROTEKSI PETIR

adalah semua komponen pada SUTT & SUTET yang berfungsi dalam melindungi
saluran transmisi dari sambaran petir, yang terdiri dari :

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

127

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

4.1 Konduktor Tanah (Earth Wire)


Konduktor tanah atau Earth wire adalah media untuk melindungi konduktor fasa
dari sambaran petir. Jumlah konduktor tanah pada SUTT maupun SUTET paling
sedikit ada satu buah di atas konduktor fasa, namun umumnya dipasang dua buah.
Pemasangan satu buah konduktor tanah untuk dua penghantar akan membuat
sudut perlindungan menjadi besar sehingga konduktor fasa mudah tersambar petir.
4.2 Konduktor Penghubung Konduktor Tanah
Untuk menjaga hubungan konduktor tanah dengan tiang, maka pada ujung travers
konduktor tanah dipasang konduktor penghubung yang dihubungkan ke
konduktor tanah. Konduktor penghubung terbuat dari konduktor tanah yang
dipotong dengan panjang yang disesuaikan dengan kebutuhan.
4.3 Arcing Horn
Arcing horn berfungsi memotong tegangan impuls petir secara pasif (tidak mampu
memadamkan follow current dengan sendirinya).
4.4 Konduktor Penghubung Konduktor Tanah ke Tanah
Konduktor penghubung ini berfungsi agar arus petir yang menyambar konduktor
tanah maupun tiang SUTT / SUTET dapat langsung disalurkan ke tanah dengan
pertimbangan bahwa nilai hambatan konduktor lebih kecil dibandingkan nilai
hambatan tiang.
4.5 Pentanahan (Grounding)
Pentanahan tower adalah perlengkapan pembumian sistem transmisi yang
berfungsi untuk meneruskan arus listrik dari tiang SUTT maupun SUTET ke
tanah.
Jenis-jenis pentanahan tiang pada SUTT & SUTET :

Electroda bar,

Electroda plat,

Counter poise electrode,

Mesh electrode.

Komponen-komponen pentanahan tiang :

Konduktor pentanahan

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

128

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

5.

Klem pentanahan atau sepatu kabel

Batang pentanahan

Klem sambungan konduktor pentanahan

AKSESORIS

Aksesoris pada sistem transmisi SUTT / SUTET adalah semua komponen


pendukung fungsi isolasi, fungsi konstruksi dan fungsi K3 dari sistem tersebut.
Berdasarkan perannya sebagai komponen pendukung, aksesoris dibedakan
menjadi :
1.

Aksesoris insulator

Merupakan semua komponen pendukung agar insulator dapat terhubung secara


mekanis dengan tower dan konduktor. Komponen ini terdiri dari :
Klem penyangga (suspension clamp)
Suspension yoke
Socket clevis
Bolt clevis
Socket link bolt
Spacer
Clevis clamp suspension
Turnbucle / span scrup
Damper
Clamp OPGW
Extention link
Adjuster link
Dead end press
Compression dead end press
Konduktor penghubung clamp
Shackle
Counter weight
Link panjang

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

129

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

2.

Aksesoris panjat (fungsi konstruksi)

Komponen pendukung yang memudahkan petugas untuk melakukan pemanjatan


ke atas tower, yaitu Baut panjat (step bolt) yang berfungsi untuk pijakan petugas
sewaktu naik maupun turun dari tower
3.

Aksesoris K3

Komponen pendukung yang bertujuan untuk memberikan peringatan bahaya dan


informasi di sekitar saluran transmisi.
Penghalang panjat / ACD (Anti Climbing Device)

Penghalang panjat berfungsi untuk menghalangi orang yang tidak


berkepentingan untuk naik tower.
Tanda penghantar & nomor tiang
Komponen ini berfungsi untuk identitas tower.
Tanda bahaya
Komponen ini berfungsi untuk memberikan peringatan bahaya tegangan
tinggi.
Ball sign
Komponen ini berfungsi untuk memberi tanda bagi pesawat yang lewat
yang terpasang pada konduktor dan konduktor petir.
Lampu penerbangan (aviation light)
Adalah rambu peringatan berupa lampu terhadap lalu lintas udara,
berfungsi untuk memberi tanda kepada pilot pesawat terbang bahwa
terdapat konduktor transmisi. Jenis lampu penerbangan adalah sebagai
berikut :
- Lampu penerbangan yang terpasang pada tower dengan suplai
dari jaringan tegangan rendah
- Lampu penerbangan yang terpasang pada konduktor penghantar
dengan sistem induksi dari konduktor penghantar.
3.17.2 FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA)
Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) adalah prosedur analisa dari model
kegagalan (failure modes) yang dapat terjadi dalam sebuah sistem untuk

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

130

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

diklasifikasikan berdasarkan hubungan sebab-akibat dan penentuan efek dari


kegagalan tersebut terhadap sistem.
PROSEDUR PEMBUATAN FMEA

Gambar 6 Flowchart prosedur pembuatan FMEA


1.

Mendefinisikan fungsi utama dari sistem / peralatan

2.

Menentukan sub sistem dan fungsinya

3.

Menentukan komponen dan sub komponen sistem

4. Menentukan functional failures dan failures modes


3.17.3 PEDOMAN PEMELIHARAAN SUTT & SUTET
Pemeliharaan SUTT & SUTET adalah proses kegiatan yang bertujuan
mempertahankan atau menjaga kondisi SUTT & SUTET, sehingga dalam
pengoperasiannya SUTT & SUTET dapat selalu berfungsi sesuai dengan
karakteristik desainnya dan mencegah terjadinya gangguan yang merusak. Jadi,
efektifitas dan efisiensi dari pemeliharaan SUTT & SUTET dapat dilihat dari :
- Peningkatkan reliability, avaibility dan efficiency SUTT & SUTET
- Perpanjangan umur SUTT & SUTET
- Perpanjangan interval overhaul (pemeliharaan besar) pada SUTT &
SUTET
- Pengurangan resiko terjadinya kegagalan atau kerusakan pada SUTT &
SUTET
- Peningkatan safety
- Pengurangan lama waktu padam
- Waktu pemulihan yang efektif.
- Biaya pemeliharaan yang efisien/ekonomis.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

131

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Gambar Metode Pemeliharaan SUTT & SUTET


3.17.3.1 PEMELIHARAAN PREVENTIF (PREVENTIVE MAINTENANCE)
Adalah pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya
kerusakan secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan unjuk kerja yang optimal
sesuai umur teknisnya, melalui inspeksi secara periodik dan pengujian fungsi atau
melakukan pengujian dan pengukuran untuk mendiagnosa kondisi peralatan.
Pemeliharaan ini dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
3.17.3.2 PEMELIHARAAN RUTIN (ROUTINE MAINTENANCE)
Adalah pemeliharaan secara periodik / berkala dengan melakukan
inspeksi dan pengujian fungsi untuk mendeteksi adanya potensi kelainan atau
kegagalan pada peralatan dan mempertahankan unjuk kerjanya. Dalam
pelaksanaannya, pemeliharaan rutin pada SUTT & SUTET terdiri dari :
- Pemeliharaan mingguan (Ground patrol)
- Pemeliharaan 5 tahunan (Climb up Inspection) atau 20% dari panjang
SUTT & SUTET pertahun.
Secara garis besar, ruang lingkup pemeliharaan Routine meliputi :

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

132

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

In Service Visual Inspection


Adalah pekerjaan pemantauan / pemeriksaan secara berkala / periodik
kondisi peralatan saat operasi dengan hanya memanfaatkan 5 (lima) panca indera
dan alat ukur bantu sederhana sebagai pendeteksi. Tujuan In Service Visual
Inspection untuk mendapatkan indikasi awal ketidaknormalan peralatan (anomali)
sebagai bahan untuk melakukan
Pada SUTT & SUTET, In Service Visual Inspection terbagi menjadi :
1.

Ground Patrol

Ground patrol adalah jenis pekerjaan pemantauan / pemeriksaan secara berkala /


periodik terhadap jalur transmisi (SUTT & SUTET) tanpa memanjat tower, yang
dilakukan oleh Line walker (Petugas Ground Patrol).
2. Climb up Inspection
Climb up inspection adalah jenis pekerjaan pemeriksaan secara berkala / periodik
terhadap tower berikut perlengkapannya dilakukan oleh Climber (petugas
pemeliharaan) dengan cara memanjat tower pada SUTT / SUTET yang dalam
keadaan bertegangan.
3.17.3.3 PREDICTIVE MAINTENANCE
Disebut juga dengan Pemeliharaan Berbasis Kondisi (Condition Based
Maintenance). Adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan cara melakukan
monitor dan membuat analisa trend terhadap hasil pemeliharaan untuk dapat
memprediksi kondisi dan gejala kerusakan secara dini. Ruang lingkup Predictive
Maintenance meliputi :
In Service Measurement
Adalah pengujian yang dilakukan saat peralatan operasi (bertegangan) untuk dapat
memprediksi kondisi dan gejala kerusakan peralatan secara dini yang waktu
pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi peralatan. Untuk SUTT & SUTET,
uraian kegiatan yang dilaksanakan meliputi pengujian Thermovisi, Korona,
Puncture Insulator, Resistansi pentanahan tower.

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

133

TRANSMISSION AND LIVE MAINTENANCE ACADEMY

Shutdown Testing / Measurement


Adalah pengujian contoh yang dilakukan saat peralatan tidak operasi
(padam) untuk dapat memprediksi kondisi dan gejala kerusakan peralatan secara
dini. Khususnya pada transmisi yang sudah habis masa manfaatnya.
3.17.3.4 PEMELIHARAAN PASCA GANGGUAN
Adalah pemeliharaan yang dilaksanakan setelah peralatan mengalami
gangguan dengan kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan meliputi In
ServiceVisual Inspection.
Bila diketahui kondisi peralatan masih baik, maka peralatan dapat
dioperasikan kembali; namun bila diketahui telah terjadi kerusakan yang
memerlukan

perbaikan,

maka

perlu

ditindaklanjuti

dengan

Corrective

Maintenance.
- CORRECTIVE MAINTENACE
Adalah pemeliharaan yang dilakukan ketika peralatan mengalami
kelainan / unjuk kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya atau kerusakan
(berdasarkan Condition Assesment dari Preventive Maintenance), dengan tujuan
untuk mengembalikan pada kondisi semula melalui perbaikan (repair) ataupun
penggantian (replace). Di dalam pelaksanaannya, Corrective Maintenance dapat
dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
- PLANNED
Acuan tindak lanjut yang digunakan pada Planned Corrective
Maintenance berdasarkan hasil pemeriksaan Ground patrol, Climb up dan
pengujian pada Predictive Maintenance.
- UNPLANNED
Disebut juga dengan Pemeliharaan Breakdown. Adalah pemeliharaan yang
dilakukan ketika peralatan mengalami kerusakan secara tiba-tiba sehingga
menyebabkan pemadaman. Untuk mengembalikan pada kondisi semula perlu
dilakukan perbaikan besar (repair) atau penggantian (replace).

DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42

134

Anda mungkin juga menyukai