BAB III
MATERI PEMBIDANGAN
3.1
K2 & K3
2.
3.
4.
5.
Kejutan/terkejut
Kematian
Pingsan
Terbakar/luka bakar
Selain itu apabila terjadi hubung singkat pada instalasi / peralatan listrik,
maka dapat menimbulkan kebakaran. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
kecelakaan yang ditimbulkan listrik terhadap manusia adalah :
1.
2.
3.
Medan adalah pengaruh tertentu di dalam suatu ruang. Dan Medan Listrik
(ML) adalah pengaruh tertentu di suatu ruang akibat adanya partikel bermuatan
listrik (muatan) atau penghantar bertegangan. Besar Kuat Medan Listrik (KML) di
suatu titik berbanding lurus dengan besar muatan atau tegangan sumber serta
berbanding terbalik dengan jarak dari sumber ke titik tersebut. Sedangkan Medan
Magnet (MM) adalah pengaruh tertentu di suatu ruang akibat adanya gerakan
partikel bermuatan atau adanya arus listrik pada penghantar bertegangan. Besar
Kuat Medan Magnet (KMM) di suatu titik berbanding lurus dengan besar arus
listrik atau kemagnetan benda serta berbanding terbalik dengan jarak dari sumber
ke titik tersebut.
KONDUKTOR
BERTEGANGAN
MEDAN LISTRIK
MEDAN MAGNET
TANAH/BUMI
TANAH/BUMI
MEDAN LISTRIK
MEDAN MAGNET
Working hour
Working hour
E (max) : 10 kV/m
B (max) : 0,5 mT
Continuously
Continuously
E (max) : 5 kV/m
B (max) : 0,1 mT
Tegangan Sentuh,
Adalah tegangan yang terdapat diantara peralatan yang dipegang
dengan elektrode pentanahan yang ditanam di bawah telapak kaki
orang yang sedang berdiri.
Tegangan Langkah
Adalah tegangan yang timbul diantara dua kaki orang yang sedang
berdiri di atas tanah yang sedang dialiri oleh arus kesalahan ke tanah.
Tegangan Pindah
Adalah hal khusus dari tegangan sentuh, dimana tegangan ini terjadi
pada saat terjadi kesalahan orang berdiri di dalam instalasi tenaga
listrik, dan memegang suatu peralatan yang ditanahkan pada titik
yang jauh sedangkan alat tersebut dialiri arus kesalahan ke tanah.
Jika terjadi hubung singkat pada instalasi / peralatan listrik maka dapat
menimbulkan arus listrik yang besar,dimana arus listrik yang besar ini akan
menimbulkan panas yang berlebihan. Timbulnya panas yang berlebihan inilah
yang akhirnya dapat menimbulkan kebakaran dan kerusakan pada peralatan /
instalasi listrik serta gedung / bangunan dan seluruh isinya.
3.1.3 Contoh Safety Prosedur Instalasi TT / TET
Penerapan Prosedur K3 Pada Instalasi Tegangan Tinggi / Ekstra Tinggi
meliputi:
1. Manuver pembebasan tegangan
2. Pelaksanaan pekerjaan pada instalasi dalam keadaan tidak bertegangan
3. Manuver pemberian tegangan
Personil yang diperlukan dalam pelaksanaan prosedur ini adalah:
1.
2.
Pengawas k3
3.
Pengawas manuver
4.
Pelaksana manuver
5.
Pengawas pekerjaan
6.
Pelaksana pekerjaan
b.
c.
d.
Pengawas Manuver
a.
b.
c.
Pelaksana Manuver
a.
b.
c.
d.
Pengawas Pekerjaan
a.
b.
c.
d.
personil
pelaksana
pekerjaan
sebagai
b.
c.
d.
e.
Melaksanakan pekerjaan
Persiapan
Izin pembebasan instalasi untuk dikerjakan
Pelaksanaan manuver pembebasan tegangan
Pernyataan bebas tegangan
Pelaksanaan pekerjaan
Pekerjaan selesai
Pernyataan pekerjaan selesai
Pernyataan instalasi siap diberi tegangan
9.
2.
10
3.
Voltage tester
4.
Bangku isolator
5.
6.
7.
Pakaian kerja
8.
Sarung tangan
9.
11
12
Unsafe action
Unsafe Action adalah Sikap atau tingkah laku manusia yang tidak
Unsafe Condition
Unsafe Condition adalah Kondisi / keadaan tempat kerja atau
2.
3.
4.
5.
13
Alat Pelindung Diri berfungsi untuk mengurangi akibat / resiko dari suatu
kecelakaan. Alat Pelindung Diri bukan untuk mencegah kecelakaan. Pemakaian
APD tidak menjamin pemakainya bebas dari kecelakaan, karena :
-
14
3.2
Overview Pembangkit
15
16
Gambar 3.9 Jenis pembangkit listrik tergantung pada jenis mesin penggerak mula
Pembangkit listrik sering dikelompokkan berdasarkan jenis tenaga yang
dirubah menjadi tenaga listrik, yaitu:
- Tenaga panas (thermal)
- Tenaga air (hidro)
- Tenaga nuklir
- Tenaga alternatip lainnya
Pembangkit listrik tenaga thermal dapat dibagi berdasarkan sumber panas
yang dipakai yaitu
- Energi dari bahan-bakar fosil : batubara (coal), minyak bumi (oil)dan
gas alam (natural gas)
- Dari panas-bumi (geothermal).
3.2.2.1 Pembebanan Pembangkit Tenaga Listrik
Berdasarkan pembebanan untuk memenuhi pasokan bagi sistem tenaga
listrik, unit pembangkit biasanya dapat dikategorikan sebagai salah satu dari tiga
jenis pembangkit yaitu:
1. Pembangkit Pemikul Beban Dasar
Pembangkit dengan 5000 jam operasi rata-rata per tahun (capacity factor >
57 %) disebut pembangkit pemik ul beban-dasar. Pembangkit dalam kategori ini
memiliki daya keluaran besar, biaya kapital tinggi dan biaya operasi rendah.
Pembangkit tenaga nuklir dan pembangkit tenaga uap berbahan-bakar batubara
biasanya digunakan sebagai pemikul beban dasar.
2. Pembangkit Pemikul Beban Menengah
Pembangkit dengan jam operasi lebih besar dari 2000 jam per tahun dan
lebih kecil dari 5000 jam rata-rata pertahun (23%> capacity factor > 57 %)
disebut pembangkit pemikul beban menengah. Pembangkit combined cycled,
pembangkit berbahan-bakar minyak dan pembangkit tua yang kurang efisien
digunakan untuk pemikul beban menengah.
3. Pembangkit Pemikul Beban Puncak
17
Di samping itu ada pula pusat listrik yang diberi-nama menurut jenis
energi yang digunakan adalah :
- Pusat Listrik Tenaga Panas-Bumi (PLTP)
- Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
- Pusat Listrik Tenaga Surya (PLTS)
- Pusat Listrik Tenaga Angin (PLT-Angin)
Secara logis kita akan berfikir bahwa tempat yang paling baik untuk
menempatkan pusat listrik adalah dekat dengan pemakai tenaga listrik. Namun hal
ini tidak selalu dapat dipenuhi karena beberapa alasan yang dijumpai pada
keadaan yang sesungguhnya, antara lain pembangkit listrik tenaga nuklir dan
yang berbahan - bakar fosil memerlukan sumber air yang besar untuk sistem
pendinginannya. Hal ini hanya dapat dipenuhi dari laut, danau atau sungai. Inilah
alasan mengapa pembangkit listrik selalu dekat dengan air.
18
19
20
21
Prinsip kerja dari Turbin gas adalah udara luar dihisap oleh Compressor
melalui Intake Air Filter dan Inlet Gaude Van masuk keruang bakar. Diruang
bakar udara bercampur dengan bahan bakar untuk proses pembakaran di
combuctor cilinder. Gas panas hasil dari proses pembakaran tersebut masuk ke
turbin untuk menggerakan sudu-sudu turbin, putaran turbin digunakan untuk
menggerakan generator. Sebagian dari udara tersebut untuk proses pendinginan
pada komponen-komponen turbin. Adapun uraian dari peralatan diatas adalah
sebagai berikut :
1. Starting Unit
Merupakan bagian dari turbin gas yang berfungsi untuk penggerak awal.
Terdiri dari beberapa pompa-pompa minyak pelumas, pony motor, starting motor,
torque converter dan aux gear. Adapun fungsi dari peralatan tersebut adalah untuh
penggerak awal hingga terjadi proses pembakaran.
2. Compressor
Bagian dari turbin gas yang berfungsi untuk menghisap udara luar melalui
intake air filter masuk keruang bakar, yang digunakan untuk proses pembakaran
dan media pendingin. Terdiri dari Intake Air Filter, Inlet Guade Van (IGV), sudususdu tetap dan sudu-sudu jalan yang berjumlah 19 tingkat. Adapun fungsi dari
peralatan tersebut untuk menarik udara luar masuk ke ruang bakar sebagai proses
pembakaran dan media pendingin.
22
Listrik
Tenaga
Panas
Bumi
adalah
Pembangkit
23
24
Kelemahan :
25
Waduk
Utama
(upper
reservoir) seperti
dam
pada
PLTA
b. Pipa Pesat
Berfungsi untuk menghubungkan dam dengan turbin. Memiliki diameter
tertentu yang menyesuaikan debit air yang dialirkan.
c. Turbin
Berfungsi untuk mengubah energi potensial menjadi energi mekanik. Air
akan memukul sudu sudu dari turbin sehingga turbin berputar. Perputaran turbin
ini di hubungkan ke generator. Turbin terdiri dari berbagai jenis seperti turbin
Francis, Kaplan, Pelton, dll.
d. Generator
Generator dihubungkan ke turbin dengan bantuan poros dan gearbox.
Memanfaatkan perputaran turbin untuk memutar kumparan jangkar didalam
generator sehingga terjadi perubahan fluks yang membangkitkan arus AC pada
sisi statornya.
e. Trafo
26
Trafo digunakan untuk menaikan tegangan arus bolak balik (AC) agar
listrik tidak banyak terbuang saat ditransmisikan. Trafo yang digunakan adalah
trafo step up.
f. Transmisi
Transmisi berguna untuk mengalirkan listrik dari PLTA ke rumah rumah
atau industri. Sebelum listrik kita pakai tegangannya di turunkan lagi dengan trafo
step down.
Keunggulan :
Kelemahan :
Panas dari hasil reaksi inti ini digunakan untuk memanaskan air
hingga menjadi uap.
27
turbin
yang
selanjutnya
memutar
generator
hingga
28
29
investasi relatip mahal dibanding dengan energi yang diperoleh. Perlu survey yang
mendalam untuk menetapkan lokasi yang tepat . Sedangkan Kelemahannya
diantaranya : Daya tidak stabil dan tidak bisa dikendalikan sesuai dengan
kebutuhan (tergantung pada kecepatan angin), Biaya investasi relatip mahal
dibanding dengan energi yang diperoleh, Perlu survey yang mendalam untuk
menetapkan lokasi yang tepat.
Sekunder :
Pengaturan
tanpa
mengubah
besaran,
melainkan
hanya
30
b.
c.
d.
Ramp Rate
Secara Umum Ramp Rate juga dikenal dengan Tingkat Kecepatan
Maksimum naik atau turunnya Beban
Start Stop Time
Start - stop Unit adalah suatu kondisi dimana Unit Pembangkit dilakukan
Start atau Stop dalam suatu waktu dan kondisi tertentu.
Jenis Start :
1.
2.
3.
31
beroperasi terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini
menunjukkan prosentase jumlah jam unit pembangkit beroperasi pada satu
periode tertentu.
SH
Rumus : SF PH 100%
Planned Outage Factor (POF):adalah rasio jumlah jam unit pembangkit
keluar terencana (planned outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode.
POH
MOH
100%
PH
Scheduled Outage Factor (SOF): adalah rasio dari jumlah jam unit
pembangkit keluar terencana (planned outage dan maintenance outage) terhadap
jumlah jam dalam satu periode.
( POH MOH )
100%
PH
DIKLAT ENGINEERING SYSTEM | PRAJABATAN ANGKATAN 42
32
Rumus : SOF
3.3
sesuai
visual
peralatan - peralatan
yang
33
terpasang pada
gardu
induk / gardu
induk
tegangan
GITET).
3.3.2 Tujuan Monitoring Gardu Induk
Tujuan monitoring gardu induk adalah untuk mengetahui besaran - besaran
yang dibaca pada alat ukur yang terpasang di gardu induk, misalnya alat ukur
ampere meter, volt meter, kwh meter, kvarh meter dan lain - lain sesuai dengan
formulir yang ada. Disamping itu seorang operator juga harus mengetahui bahwa
tujuan monitoring adalah untuk membandingkan / mengetahui kemampuan dari
peralatan & untuk perencanaan masa depan.
3.3.3 Monitoring Parameter / Besaran Operasi
Alat ukur yang terpasang di gardu induk adalah meter-meter pengukuran
yang terpasang pada bagian bagian peralatan bay trafo, bay penghantar bay
kopel / busbar yang terdiri dari meter analog dan meter digital.
Meter Yang Terpasang Pada Transformator Dan Penghantar :
Ampere meter
: pengukuran arus.
KV meter
: pengukuran tegangan.
Cos meter
KWH dan KVARH meter : pengukuran energi aktip dan energi reaktip.
Meter Yang Terpasang PadaKopel / Busbar :
KV meter
: pengukuran tegangan.
Frekuensi meter
: pengukuran frekuensi.
Sinkronmeter
34
35
adalah
hasil
penampilan
operasi
peralatan
tersebut
dengan
36
Tata cara laporan sesuai buku petunjuk pengoperasian gardu induk adalah
sebagai berikut :
a)
Mempersiapkan laporan
1. Menyiapkan format laporan.
2. Menyiapkan peralatan penunjang.
3. Mengetahui jadwal regular dan jenis laporan.
b) Membuat laporan.
Mencatat kondisi dan besaran parameter instalasi operasi sesuai dengan
format yang telah ditentukan (logsheet, chek list, buku mutasi)
c)
Melaksanakan pelaporan.
1. Mencatat besaran beban pada kondisi
37
3.4
3.4.1 Visi
Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh-kembang,
unggul dan terpercaya dgn bertumpu pada Potensi Insani
3.4.2 Misi
1.
2.
3.
4.
2.
Memberi yg terbaik;
3.
d. Pembelajar
1.
38
2.
3.
Berinovasi.
3.4.4 Motto
Listrik untuk kehidupan yang lebih baik (Electricity for a better life)
3.4.5 Pedoman Perilaku
Pihak Yang Wajib Melaksanakan Pedoman Perilaku PLN
Direksi, Komisaris, Pemimpin Unit & Pegawai;
Anak Perusahaan & Perusahaan Afiliasi;
Pihak ketiga : konsultan, pemasok, IPP, pekerja alih daya, mitra kerja,
kontraktor, AKLI & Konsuil.
Kewajiban Pegawai
Menjalankan pedoman perilaku, memahami kebijakan dan berkomitmen
terhadap integritas dan menghindari pelanggaran
Memahami kebijakan PLN :
Pahami kebijakan perusahaan;
Pelajari rincian kebijakan;
Hubungi Manajer terkait bila ada pertanyaan tentang kebijakan.
Mengungkapkan masalah :
Segera ungkapkan bila ada potensi atau tindakan pelanggaran terhadap
kebijakan PLN;
Laporkan sesuai prosedur yang berlaku
Kepemimpinan PLN
Dos
1. Menginspirasi dan memberikan keteladanan perilaku SIPP;
2. Mempelopori
pembaharuan
dan
modernisasi
perusahaan
melalui
39
40
41
42
43
44
Partisipasi
Membangun dukungan & rasa kepemilikan bersama :
Multistakeholder forum.
Integritas
Membangun manusia & kultur :
45
ILP
Tranparansi
Membangun sistem terbuka :
Akuntabilitas
Menciptakan mekanisme pertanggung jawaban :
Complaint HM;
Audit;
PLN Tangguh
Profesional & tahan goncangan/ godaan
GCG &
Meningkatkan Budaya Perusahaan yg sehat
PLN Unggul
Mengutamakan sistem, mutu & inovasi
PLN Bermartabat
Bersih dr segala bentuk penyimpangan & kecurangan (KKN)
Kebijakan PB
penolakan,
penerimaan,
pemberian
&
penerimaan
46
47
48
Adalah relay yang waktu kerjanya bergantung pada besarnya nilai arus
gangguan, semakin besar nilai arus gangguannya maka semakin cepat
waktu kerja relay.
Karakteristik Inverse Time dibagi sbb :
49
Gambar 3.17
Relay proteksi dapat juga gagal bekerja dalam mendeteksi gangguan, sistem
proteksi gagal dalam mendeteksi gangguan di sebabkan sebagai berikut :
Relay rusak
Kesalahan setting
Kesalahan wiring
Tripping Coil PMT rusak
Rangkaian tripping putus
Relay bantu rusak
CT jenuh
Catu daya DC hilang
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh system proteksi
Sensitif : Mempu mendeteksi gangguan sekecil apapun.
Andal : Siap bekerja bila diperlukan (dependability) dan tidak akan
bekerja bila tidak diperlukan (security).
50
Gambar 3.18
Kondisi normal atau gangguan di F(eksternal), maka kondisi arus di rele
Differential adalah sebagai berikut :
I diff = i 1 i 2 dan i 1 = i 2 sehingga I diff = 0, maka rele Differential tidak
akan bekerja.
51
Gambar 3.19
52
Auxilliary CT
Primer
Skunder
CT
Y
Y
D
Y
y
y
-
D
Y
-
Gambar 3.20
Pemasangan relay Differential dengan menggunakan tanpa menggunakan ACT
(umumnya relay-relay jenis Digital/Numerik)
53
Gambar 3.21
Gambar 3.22
54
Gambar 3.23
55
56
Proteksi utama untuk sistem tenaga listrik yang kecil dan radial
Proteksi utama motor listrik yang kecil.
Di bawah ini gambar pemasangan OCR/GFR bay Kopel sistem satu garis.
Gambar 3.24
57
Kerusakan instalasi,
b.
c.
2.
58
Gambar 3.25
Differential High Impedance
1. Bergantung Rasio CT (ratio harus sama)
2. CT memiliki Klas Prot (umumnya klas X).
3. Butuh 2Core CT saja sbg Inputannya
4. Harus dilengkapi rangkaian Supervisi CT
Gambar 3.26
3.5.3.3 CCP (Circulating Current Proteksi)
Merupakan proteksi utama dengan daerah proteksi pada daerah yang
dilingkupi CT diameter dan bay. Relay CCP merupakan relay differential jenis
high impedance yang akan mendeteksi gangguan fasa-fasa dan fasa- tanah.
Di bawah ini gambar pemasangan CCP
59
Gambar 3.27
3.5.4 Pemeliharaan Sistem Proteksi Penghantar
3.5.4.1
60
61
Gambar 3.29
3.5.4.3 Auto Recloser
Relai ini berfungsi untuk memasukkan kembali PMT secara Otomatis
akibat mengalami gangguan yang bersifat temporer (satu fasa ke tanah) pada
menara SUTT/SUTET.
Saluran udara tegangan tinggi (SUTT/SUTET) merupakan salah satu
bagian sistem yang paling sering mengalami gangguan, sebagian besar dari sumber
gangguan tersebut (sekitar 80 %) bersifat temporer yang akan segera hilang
setelah Pemutus Tenaga (PMT) trip. Guna pelayanan (suplai energi listrik tetap
terjaga) serta batas stabilitas tetap terpelihara maka PMT dicoba masuk kembali
sesaat setelah kejadian trip diatas. Dengan memasukan kembali PMT ini
diharapkan dampak gangguan yang bersifat temporer tersebut dapat dikurangi.
Pengoperasian
auto-recloser
di
harapkan
dapat
meningkatkan
availability (ketersediaan) SUTT/ SUTET, hal ini berarti peluang (lama dan
frekuensi) konsumen terjadi padam dapat dikurangi. Namun sebaliknya,
pengoperasian A/R secara tidak tepat dapat menimbulkan kerusakan pada
peralatan, sehingga dapat menimbulkan dampak pemadaman meluas serta
waktu pemulihan yang lebih lama
Recloser terdiri dari 2 buah timer yaitu :
1. Timer Dead Time
2. Timer Reclaim Time/Blocking Time
62
63
Pasar tenaga listrik adalah interaksi antara pembeli tenaga listrik dan
penjual tenaga listrik. Pada eranya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
teknologi dll.
Restrukturisasi Pasar Ketenagalistrikan Pasca 90-an
Adanya struktur pasar kompetisi (baik semi kompetisi
maupun kompetisi penuh) sehingga aspek komersial (ekonomi)
mulai berperan.
64
b. Single Buyer
Struktur Pembeli Tunggal (Single Buyer) merupakan perkembangan
dari struktur monopoli, yang ditandai dengan adanya kompetisi pada
fungsi pembangkitan. Pada struktur ini, akses transmisi tidak dibuka
dan Single Buyer masih memonopoli jaringan transmisi dan penjualan
tenaga listrik ke konsumen.
Struktur Single Buyer mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
-
Buyer
65
c. Wholesale Competition
Perusahaan Distribusi (Distribution Company, Disco) bisa membeli
langsung tenaga listrik dari perusahaan pembangkit yang disalurkan
melalui jaringan transmisi, dengan demikian akses transmisi harus
dibuka. Perusahaan Distribusi masih punya monopoli penjualan
tenaga listrik ke konsumen.
Struktur Wholesale Competition mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
- Terdapat kompetisi di sisi pembangkitan
- Disco berhak membeli langsung dari pembangkit
- Akses penggunaan jaringan transmisi dibuka
- Memerlukan kontrak penggunaan jaringan transmisi
d. Retail Competition
Konsumen mempunyai pilihan untuk membeli tenaga listrik. Akses
transmisi dan distribusi harus dibuka. Perusahaan distribusi terpisah
dengan Perusahaan Retail. Antara Perusahan Retail ada kompetisi.
Struktur Retail Competition mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
- Kompetisi di pembangkitan dan ritel
- Konsumen ritel berhak memilih pemasok
- Akses ke jaringan distribusi dibuka
- Perlu kontrak penggunaan distribusi
- Tidak ada perencanaan terpusat, investasi oleh pelaku pasar atas
sinyal dari pasar
Financial contracts berkembang dengan sendirinya untuk
mengurangi resiko pasar
Macam regulasi yang mengatur ketenagalistrikan di Indonesia adalah :
66
67
e. Derating
Penurunan kemampuan pembangkit untuk memenuhi daya mampu sesuai
yang ditawarkan. Derating ini bisa diakibatkan karena penggunaan bahan
bakar ataupun penurunan kemampuan peralatan pembangkit.
f. Ramping Rate
Kemampuan pembangkit untuk menaikkan dan menurunkan beban dalam
waktu tertentu sesuai permintaan pengatur beban.
g. Up Time
Waktu beroperasinya pembangkit di antara dua outage yang berurutan.
h. Down Time
Waktu tidak beroperasinya pembangkit.
i. Start up Time
Waktu yang diperlukan pembangkit mulai dari persiapan pengoperasian
sampai dengan pembangkit siap untuk sinkron. Terdapat 3 kategori start up
untuk pembangkit termal, yaitu :
-
68
jam
jam
69
start up pembangkit
Efisiensi
Efisiensi dinyatakan dalam persen.
Rumus efisiensi adalah :
Eff = 860/Net Plant Heat Rate x 100 %
c.
Outage
Outage dinyatakan dalam persen.
Outage = Jumlah jam tidak siap dan tidak terhubung jaringan / PH x 100
%
d.
Ramping Rate
Ramping rate dinyatakan dalam MW/menit
70
71
c. Ancillary Services
Pembayaran untuk ancillay servives terdiri dari :
i. Pembayaran Daya Reaktif (MVAR)
n
PVAR fs t VARh int VARh in _ nom HVARh in VARh outt VARh out _ nom HVARh out
t 1
72
Notes :
*) Perhitungan HVARh-in sama dengan HVARh-out yaitu harga rata-rata
Energi (komponen C untuk pembangkit thermal dan komponen C&D untuk
pembangkit hidro) masing-masing entitas pembangkit pada bulan dimana
Energi Reaktif diserap atau disupply oleh mesin pembangkit di luar capability
curve.
ii. Pembayaran Black Start
PBS
n 4 jam
E
T 1
BS
HE BS
73
PHL T HPHL
74
HHP = Biaya spare part yang digunakan untuk satu kali Start Up yang
besarnya seperti tercantum dalam Kesepakatan Harga.
2.2.
75
Yaitu jasa untuk mengatur sistem tenaga listrik dan menjaga kestabilan
tegangan & frekuensi
76
d = akumulasi
depresiasi/penyusutan
E = biaya operasi dan pemeliharaan
r = rate of return
77
(MW)
L
c.
Di
78
Rp 4.8 Trilyun/Thn
= 160.000.000 Rp/ MVAavl -Thn
30.000 MVA
Harga TSA tersebut di atas adalah harga 1 tahun yang terdiri dari 8.760 jam.
Harga TSA setiap bulan berubah tergantung jumlah jam dalam bulan tersebut.
Sebagai contoh harga TSA bulan Agustus = 160.000.000 x (744/8760) =
13.589.041 Rp/MVA.Bln
3.5.3.1.3.2 Perhitungan TSA dan Prosesnya
Kinerja transmisi dapat dinyatakan dalam AF atau MVAavl
Berikut ini diberikan contoh menghitung kinerja transmisi.
Misal ada trafo 200 MVA, dalam bulan November (720 jam) tidak available 10
jam (jumlah JGP dan JPT).
Bila yang ingin dicari adalah MVAavl terlebih dahulu, maka :
79
MVAavl-n
Harga TSAn
P3B
membuat
Berita
Acara
(BA)
MVAavl
dengan
PLN
Distribusi/Wilayah.
d. BA MVAavl
80
ini lebih dikenal dengan nama Power Sales Agreement (PSA). Dalam kaitan ini
yang bertindak sebagai pembeli adalah PLN Distribusi
3.6.4.1 Struktur Biaya PSA
PSA merupakan transaksi penjualan tenaga listrik dari Single Buyer ke
PLN Distribusi. Tenaga listrik yang dijual berasal dari pembelian tenaga listrik
dari pembangkit lalu disalurkan lewat layanan transmisi PLN P3B. Harga jual
(transfer price) yang terbentuk berkaitan langsung dengan dua proses tersebut.
Ketika Single Buyer menjual tenaga listrik ke PLN Distribusi, maka PLN
Distribusi akan dikenakan biaya kapasitas dan biaya energi, serta biaya kelebihan
daya reaktif. Biaya-biaya ini wajar diteruskan ke sisi distribusi karena Single
Buyer juga membayar biaya kapasitas yang dijamin oleh pembangkit.
Secara ringkas biaya PSA adalah untuk menutupi biaya :
- Pembelian tenaga listrik dari pembangkit
- TSA
- Administrasi PLN Pusat selaku Pembeli Tunggal (Single Buyer)
3.6.4.2 Metode Transaksi PSA
Metode Transaksi pada PSA pada dasarnya adalah meneruskan biaya tetap
(fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost) yang terjadi di sisi hulu.
Struktur Pembebanan Biaya PSA adalah sebagai berikut :
a.
81
82
d.
6000
5000
kVARh
kVARh 0,9
kVARh bayar
12:00
83
22
:0
21
:0
00
19
:0
00
18
:
17
:
0
15
:0
18:00
14
:0
9:
00
10
:0
0
11
:0
0
0
7:
0
8:
00
06:00
0
:0
2:
0
3:
0
0
4:
0
0
5:
0
0
4000
00:00
1
24:00
Jam
biaya
kelebihan
daya
reaktif
dimaksudkan
untuk
= Rp. 30.000.000.000.000
= Rp. 60.000.000.000.000
= Rp. 90.000.000.000.000
= 16.500 MW
= 105.000 GWH
= Rp 4.800.000.000.000
= 0
(kebijakan
tidak
diikut
sertakan)
30 T + 0
16.500.000 kW
Harga Kapasitas
= 1.818.182 Rp/kW.Thn
= 151.515 Rp/kW.Bln
84
Masih dengan asumsi data di atas, maka Harga Energi (HE) tahun 2008
adalah :
HE rata-rata
Rp. 60 Trilyun
= 571 Rp/kWh
105.000 GWH
1
1
HEWBP :
HEWBP
3
2
Maka,
105 x 571 = (20% * 105 * HEWBP) + (30% * 105 *
1
HEWBP) + (30% *105
3
1
HEWBP)
2
59.955
50.008.000
1038 x 0,33
85
MW
beban
merupakan
nilai
kontribusi
beban
PLN
86
dimana :
- HELWBP1 = Harga energi luar waktu beban puncak ke satu
(Rp/kWh)
- ELWBP1 = Energi netto disalurkan / ditransfer pada waktu luar
beban puncak ke satu
iii. Pembebanan Biaya Energi Luar Waktu Beban Puncak Ke Dua (Rp)
= HELWBP2 x ELWBP2
dimana :
- HELWBP2 = Harga energi luar waktu beban puncak ke dua
(Rp/kWh)
- ELWBP2
Setelah diperoleh data kWh yang benar dan disepakati oleh Unit
Pelaksana di PLN P3B dan PLN Distribusi/Wilayah memproses Berita Acara
Pengiriman Tenaga Listrik yang ditandatangani oleh Pejabat kedua belah
pihak.
87
b.
digambarkan seperti bagan alir energi berikut alokasi energinya pada Gambar
5.1.
Produksi/Penerimaan
Pemakaian/Pengiriman
Disalurkan ke
Konsumen (86%)
Produksi
Pembangkit (100%)
PS Kit
(5%)
PS Trans
(0,05%)
Susut Trans
(2%)
PS Dist
(0,001%)
Susut Dist
(7%)
88
Susut Non Teknik, adalah selisih antara susut energi dengan susut
teknik.
4. Susut Transmisi, adalah susut teknik yang terjadi pada jaringan transmisi,
yang meliputi susut pada Jaringan Tegangan Tinggi (JTT) dan pada Gardu
Induk (GI).
5. Susut Distribusi, adalah susut teknik dan non teknik yang terjadi pada
jaringan distribusi yang meliputi susut pada Jaringan Distribusi Tegangan
Tinggi (JDTT), Jaringan Tegangan Menengah (JTM), Gardu Distribusi
(GD), Jaringan Tegangan Rendah (JTR), Sambungan Rumah (SR) serta
Alat Pembatas & Pengukur (APP) pada pelanggan TT, TM dan TR.
Bila terdapat jaringan Tegangan Tinggi yang berfungsi sebagai Jaringan
Distribusi, maka susut jaringan ini dimasukkan sebgai Susut Distribusi.
89
6. Susut TT (Tegangan Tinggi), adalah susut teknik dan non teknik yang
terjadi pada sisi TT, yang merupakan penjumlahan susut pada JTT, GI dan
APP TT.
7. Susut TM (Tegangan Menengah), adalah susut teknik dan non teknik yang
terjadi pada sisi TM , yang merupakan penjumlahan susut pada JTM, GD
dan APP TM.
8. Susut TR (Tegangan Rendah), adalah susut teknik dan non teknik yang
terjadi pada sisi TR , yang merupakan penjumlahan susut pada JTR, SR
dan APP TR.
9. Susut Jaringan, adalah jumlah energi dalam kWh yang hilang pada
jaringan transmisi dan distribusi, atau merupakan penjumlahan antara
Susut Transmisi dan Susut Distribusi.
b. Pemetaan Susut
Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan program penekanan susut energi
serta perhitungan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik, susut energi harus
dipetakan secara rinci sesuai lokasi terjadinya pada jaringan listrik:
1. Susut jaringan terdiri atas Susut Transmisi (yaitu susut yang terjadi pada
jaringan transmisi TT) dan Susut Distribusi (susut yang terjadi pada
jaringan TM dan TR)
2. Untuk keperluan perhitungan neraca energi maka tiap titik transaksi antar
unit harus dipasang satu meter transaksi milik penjual yang sudah ditera.
Pembeli dapat memasang meter pembanding pada titik transaksi yang
sama bila diperlukan.
3. Untuk keperluan pemetaan susut distribusi, maka:
90
4. Susut Jaringan terdiri atas susut teknik dan susut non teknik.
c. Perhitungan Susut Energi
1. Susut energi dinyatakan dalam kWh dan prosentase (%).
2. Rumus Susut jaringan :
a. Susut Transmisi (%) :
Loko Transmisi Netto PSGI Siap Salur Transmisi
------------------------------------------------------------------------- X 100%
Loko Transmisi Netto
b. Susut Distribusi (%) :
Siap Salur Distribusi PSSD Dibuat Rekening
-------------------------------------------------------------------- x 100%
Siap Salur Distribusi
c. Susut Jaringan (%):
Prod. Total Netto - PSGI - kWh kirim ke Unit lain - PSSD - Dibuat
Rekening
--------------------------------------------------------------------------------------------------- x 100%
Produksi Total Netto
3. Penjelasan Rumus
91
Siap Salur Transmisi adalah kWh pada sistem transmisi yang siap
dikirim ke Sistem Distribusi maupun ke Unit lain.
92
93
b. Induksi
Alat ukur pada prinsip induksi menggunakan sistem arus pusar yang
timbul pada piringan logam yang diinduksikan oleh arus pada kumparan yang
tetap yang dapat membuat piringan logam tersebut berputar.
c. Elektronik
Alat ukur pada prinsip elektronik menggunakan prinsip penyearahan arus
listrik yang akan diukur besarannya.
3.7.2 Tujuan Pengukuran
Tujuan dari pengukuran adalah untuk mengetahui nilai suatu besaran baik
secara fisik maupun yang tidak nampak (seperti besaran listrik) yang
dibandingkan dengan besaran lain yang sejenis, dimana salah satu dari besaran itu
dijadikan satuan.
3.7.2.1 Prinsip Kerja Alat Ukur
Elektrodinamik
Reaksi antara arus pada kumparan yang dapat berputar dan arus pada
94
receive)
LWBP1
95
LWBP2
96
Perhitungan Susut/Loses
Selisih antara energi yang dibangkitkan atau diterima (input energy)
selama satu interval waktu tertentu dengan energi yang dijual atau
dipergunakan (output energy) selama interval waktu yang sama.
Penerbitan rekening
97
Transformator Tegangan
Trafo instrumentasi yang menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan
rendah yang dapat diukur dengan Volt meter yang berguna untuk pengukuran,
rele proteksi dan alat sinkronisasi.
2.
CT (Current Transformer)
98
Pengawatan
Saluran komunikasi
99
Data tersimpan dalam database sehingga lebih mudah dan cepat diperoleh
untuk transaksi dan analisa
100
101
listrik yang
meliputi
perencanaan
penyaluran
dan perencanaan
Energi listrik harus diproduksi saat diperlukan saja agar proses produksi
bisa berjalan efektif dan efisien
102
akan
dilakukan
dengan
memperhatikan
rencana
bulanan
dan
yang
optimum)
dengan
memperhatikan
berbagai
kendala
operasionil seperti beban minimum dan maksimum dari unit pembangkit serta
masalah aliran daya dan tegangan dalam jaringan. Periode rencana mingguan
adalah mulai Jumat hingga Kamis minggu berikutnya.
103
104
Pada Sistem Jawa Bali, periode mingguan dimulai dari hari Jumat sampai
hari Kamis. Kurva beban puncak ini merupakan rangkaian dari kurva beban
harian selama satu minggu yang bentuk kurvanya sangat dipengaruhi oleh jenis
hari; secara garis besar dibedakan atas: hari Kerja, Sabtu, dan Minggu.
Jumat
Sabtu
Minggu
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Kurva Tahunan
Kurva tahunan merupakan suatu kurva yang dibentuk oleh beban puncak
mingguan selama satu tahun yang terdiri dari 52 beban puncak mingguan. Kurva
ini dibentuk dengan mengetahui dahulu besarnya target pembelian energi dan load
factor untuk menghitung prakiraan beban puncak tahunan disamping data beban
puncak mingguan dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan adanya pergeseran hari
105
raya lebaran setiap tahunnya maka perlu adanya koreksi kurva beban puncak
tahunan tersebut.
Peak (MW) = Target pembelian energi (MWh)
8760 jam x Load Factor
b.
Kurva Mingguan
Kurva mingguan merupakan rangkaian kurva beban harian selama 7 hari
dimulai dari hari Jumat sampai dengan hari Kamis sesuai dengan periode
mingguan Sistem Jawa Bali.
Koefisien beban puncak harian selama satu minggu merupakan
perbandingan antara beban puncak yang terjadi setiap harinya selama satu minggu
terhadap beban puncak hari Minggu untuk periode yang sama.
3.8.1.2.3. Proses pembuatan prakiraan energi tahunan
Proses pembentukan prakiraan energi tahunan dilakukan secara bottom
up, yaitu dibuat oleh PLN Distribusi yang mengacu pada target penjualan energi
ke konsumennya. Energi Netto adalah target penjualan distribusi ditambah losses
distribusi, susut transmisi (losses) dan pemakaian sendiri gardu induk. Energi
netto ini nantinya akan dipakai sebagai acuan dalam pembentukan beban sistem
per setengah jam-an untuk periode tahunan untuk keperluan simulasi produksi
dalam rangka memperoleh alokasi energi setiap pembangkit.
3.8.1.3 Perencanaan Hidro
Kondisi hidrologi harus direncanakan antara lain disebabkan alasan-alasan
berikut ini, yakni:
Biaya energinya paling murah.
Ketersediaan energi primernya terbatas.
Kesulitan dalam peramalan air masuk.
106
Data air masuk (hasil kajian balai hidrologi, Puslitbang SDA PU)
Kebutuhan pengairan
Dalam Operasi Sistem Tenaga Listrik, pemanfaatan Energi air yang murah
tetapi dalam jumlah yang terbatas dan energi thermal yang lebih mahal namun
ketersediannya bisa dikendalikan harus dilakukan optimasi agar diperoleh biaya
operasi sistem yang paling efisien
3.8.2 MANAJEMEN ENERGI
107
b.
c.
a.
b.
sistem
minimum
diperlukan
perencanaan
menyangkut
108
Hidrotermal
(Short
Range
Hydro
Scheduling),
untuk
Economic Dispatch
Adalah pengaturan pembebanan setiap pembangkit dalam sistem tenaga
listrik agar diperoleh biaya produksi yang paling ekonomis, efisien sesuai dengan
kondisi sistem yang ada. Metode yang paling sederhana adalah pengaturan
pembebanan pembangkit sesuai merit order, yaitu prioritas pembebanan
pembangkit dimulai dari pembangkit dengan energi yang murah seterusnya
sampai kebutuhan beban tercukupi.
b. Penurunan mutu daya listrik (tegangan)
Penurunan tegangan listrik ini (biasa disebut BROWN OUT) dilakukan
apabila semua pembangkit telah beroperasi pada beban maksimum dan cadangan
putar sistem dan cadangan dingin tidak ada, sedangkan permintaan beban
109
cenderung
bertambah.
Penurunan
mutu
tegangan
ini
dilakukan
untuk
Load shedding
Adalah pemutusan beban konsumen, dilakukan apabila kondisi sistem
defisit.
3.8.2.3 Demand Side Management
Metode-metode Demand Side Management yang biasa diterapkan adalah
sebagai berikut :
a. Peak Clipping (Pemangkasan beban puncak)
Yaitu langkah pemangkasan beban puncak dengan memadamkan sebagian
beban pada periode beban puncak untuk menjamin kecukupan daya pada periode
tersebut.
110
langkah
pengaturan
pertumbuhan
beban dengan
mengatur
111
112
113
c. Unit Commitment
a. Ramalan Beban (Demand Forecast)
Prakiraan beban akan berpengaruh dalam penentuan parameter-parameter
sistem tenaga listrik seperti misalnya: kapasitas dan jenis pembangkit, jadwal
pemeliharaan pembangkit, kapasitas saluran transmisi, kebutuhan trafo dan gardu
induk baru, jadwal pemeliharaan saluran transmisi dan prakiraan alokasi energi
setiap pembangkit serta prakiraan kebutuhan bahan bakar pembangkit sehingga
kontinyuitas pasokan pada sistem tenaga listrik terjamin.
Metoda peramalan ini dapat dibedakan menjadi 4 macam sebagai berikut :
a. Metode Kecenderungan
b. Metoda Ekonometri
c. Metoda Analitis
d. Metoda Gabungan
Metoda Kecenderungan
Menggunakan
data
historikal
di
masa
lalu
untuk
memprediksi
114
perubahan jenis dan jumlah peralatan listrik dan kebutuhan energi setiap peralatan
tersebut. Pendekatan metode ini sering digunakan dalam perhitungan kebutuhan
energi listrik di sektor rumah tangga dan kadang-kadang digunakan dalam
perhitungan di sektor-sektor lainnya.
Metoda Gabungan
Metode Gabungan merupakan gabungan antara metode ekonometri dan
metode analitis. Metode ini memadukan perhitungan regresi untuk mencari
koefisien penggunaan energi, penentuan variabel bebas yang mempengaruhi
angka pemakaian energi dan analisa sisi pemakaian untuk setiap peralatan di
masing-masing sektor.
b. Simulasi Produksi
Economic Dispatch
Adalah pengaturan pembebanan setiap pembangkit dalam sistem tenaga
listrik agar diperoleh biaya produksi yang paling ekonomis, efisien sesuai dengan
kondisi sistem yang ada.
Dalam bab ini dijelaskan mengenai teknik optimasi sistem tenaga listrik. Metoda
yang dipakai dalam perhitungan optimasi adalah persamaan Lagrange, Linier
Programing, Khun Tucker, Heuristik dan sebagainya.
Merrit Order
Metode
yang
paling
sederhana
dalam
pengaturan
pembebanan
115
116
117
bakar dalam jumlah yang besar. Kendala tersebut harus diperhatikan dalam
penjadwalan operasi unit pembangkit.
Beberapa metoda yang paling banyak dipakai dalam penyelesaian masalah
komitmen unit antara lain:
1. Metoda Skema Urutan Prioritas.
2. Metoda Dynamic Programming
3. Metoda Pemrograman Linier dengan Integer Campuran.
3.8.2.5.5 Koordinasi Hydrotermal
Optimasi
Hidrotermal
(Short
Range
Hydro
Scheduling),
untuk
meminimalkan biaya produksi sesuai ketersediaan sumber daya air yang ada.
Dalam sistem tenaga listrik yang terdiri dari sejumlah pembangkit Hydro dan
sejumlah pembangkit Termal, perlu dicari jalur pembagian beban antara subsistem
Hidro (kelompok PLTA) dan sub sistem Termis (kelompok Pusat Listrik Termis)
agar didapat operasi yang optimal bagi sistem tenaga listrik secara keseluruhan,
dalam arti diperoleh biaya bahan bakar yang minimum.
3.8.3 PERENCANAAN PEMBANGKITAN
3.9.3.1 Karakteristik Input Output
Karakteristik Input-Output merupakan perbandingan antara besarnya
energi panas (Mbtu/Jam atau Kcal/Jam) yang diperlukan untuk membangkitkan
suatu nilai daya (MW). Berikut merupakan kurva ideal untuk suatu pembangkitan.
118
Gambar a
Gambar b
3.9.3.3 Incremental Cost
119
Incremental cost adalah biaya yang dibutuhkan oleh suatu unit pembangkit
jika ada kenaikan MW pada pembangkit tersebut. Incremental Cost digunakan
untuk menentukan merit order pembangkit.
Adapun untuk incremental cost dirumuskan sebagai berikut.
Harga bahan bakar: harga netto bahan bakar (sudah termasuk biaya
transport dan penyimpanan) per satuan dimensi (Rp/volume)
Contoh:
120
operasi
unit
pembangkit
sehingga
dengan
optimalisasi
121
122
3.9
KEDUA
Pembangkit
sebagaimana
dimaksud
pada
Pembangkitan
dan
Perusahaan-perusahaan
2.
2.
3.
PJBTL;
4.
2.
3.
4.
2.
Keperluan Operasional
3.
Keperluan Perencanaan
4.
Jangka panjang :
New Plants
Plant Strategies
Maintenance Strategies
Design
Load following
Preventive/predictive
Procurement
Power reductions
Inspection scheduling
Construction
Goals/Benchmarking
Surveillance
System Strategies
Plant Modifications
Outage Planning
Dispatch
Replacement
Critical items
Maintenance
Reconfiguration
Resource allocation
Deskripsi IKP
PER UNIT PEMBANGKIT
Factor
(EAF)
Service Factor (SF)
Scheduled Outage Factor (SOF)
Forced Outage Rate (FOR)
Equivalent Forced Outage Rate
(EFOR)
Equivalent Forced Outage Rate
demand (EFORd)
Sudden Outage Frequency (Sdof)
Dan lainnya (Appendix F)
(WEAF)
Weighted Service Factor (WSF)
Weighted Scheduled Outage
Factor
(WSOF)
Weighted Forced Outage Rate (WFOR)
Weighted Equivalent Forced Outage Rate
(WEFOR)
Weighted Equivalent
Forced
Outage
Frequency
(Sdof)
Dan lainnya (Appendix F)
3.9.7 Peformance Pembangkit
SF Faktor operasi
(pemilik)
nya
sedang
dipertimbangkan
untuk
Unit.
Yaitu
unit
tidak
siap
operasi
karena
sebelumnya
dalam
rencana
tahunan/bulanan
pemeliharaan
pengujian,
pemeliharaan
preventif,
pemeliharaan
diakibatkan
oleh
kontrol
mekanik/electrical/hydraulic
unit
alarm/kondisi unit
FO2 - Unplanned (Forced) Outage Delayed: adalah outage yang
tidak memerlukan unit pembangkit untuk keluar segera dari sistem
tetapi dapat ditunda paling lama dalam 6 (enam) jam. Outage jenis ini
hanya dapat terjadi pada saat unit dalam keadaan terhubung ke
shutdown.
Jika
suatu
unit
keluar
karena
adanya
mengurangi
Derating
Derating terjadi apabila daya keluaran (MW) unit kurang dari DMN.
Derating digolongkan menjadi beberapa kategori yang berbeda.
Derating dimulai ketika unit tidak mampu untuk mencapai 98% DMN
dan lebih lama dari 30 menit.
Kapasitas yang tersedia didasarkan pada keluaran unit dan bukan pada
instruksi
dispacth.
Derating
berakhir
ketika
peralatan
yang
dapat ditunda).
FD2 (D2) - Unplanned (Forced) Derating Delayed: adalah
derating yang tidak memerlukan suatu penurunan kapasitas segera
tetapi memerlukan penurunan (dapat ditunda) dalam waktu enam
jam.
3.9.11
Cause Code
Cause Code adalah kode yang mewakili komponen/ peralatan penyebab
suatu kondisi Pembangkit. Menurut sifatnya : OMC dan Non OMC
Untuk kemudahan penggunaan, dibagi menjadi beberapa bagian
berdasarkan jenis unit pembangkit. Setiap bagian berisi semua kode
yang dapat digunakan untuk setiap jenis unit.
Misalnya, bagian untuk unit uap fosil (PLTU) mencakup kode untuk
boiler,
turbin
uap,
generator,
keseimbangan
pembangkitan,
Manfaat IKP
Perencanaan operasi
Target Kinerja
Availability factor
AH
100%
PH
AF ]
Equivalent Availability Factor
EAF ]
Service Factor
SH
100%
PH
POH
100%
PH
MOH
100%
PH
RSH
100%
PH
EPDH EUDH
100%
PH
Factor
POH MOH
100%
PH
FOH
100%
PH
[ SF ]
PH
POF ]
Maintenance Outage Factor
MOF ]
Reserve Shutdown Factor
RSF ]
Unit Derating Factor
UDF ]
Scheduled
Outage
[ SOF ]
Forced Outage Factor
FOF ]
10
FOH
100%
FOH SH Synchronou sHours
demand
f FOH
100%
( f FOH ) SH
Outage
Rate
[FORd]
Equivalent Forced Outage Rate
[EFOR]
FOH EFDH
100%
FOH SH Synchr.Hrs. EFDHRS
( f FOH ) ( fp EFDH )
100%
( f FOH ) SH
dimana:
fp = (SH/AH)
beban puncak
Jika SH, FOH atau RSH = 0, maka f = (1/r + 1/T) / (1/r + 1/T + 1/D)
untuk perhitungan diberi angka r = Durasi FO rata-rata = [FOH / jumlah
0,001.
kejadian FO]
Jika jumlah kejadian FO, start atau D = jam operasi rata-rata = [SH / jumlah start
start aktual = 0, maka untuk aktual]
perhitungan diberi angka 1.
Pr oduksi Netto
PH DMN
100%
[ NOF
Pr oduksi Netto
100%
SH DMN
]
Plant Factor
[ PF ]
Pr oduksi Netto
( AH ( EPDH EUDH )) DMN
100%
FO1
Unit . Kit
Sdof]
11
Availability factor
AH
100%
PH
AF ]
Equivalent Availability Factor
EAF ]
Service Factor
PH
SH
100%
PH
POH
100%
PH
MOH
100%
PH
RSH
100%
PH
( EPDH EUDH )
100%
PH
Factor
( POH MOH )
100%
PH
FOH
100%
PH
FOH
100%
( FOH SH Synchr.Hours )
demand
( f FOH )
100%
(( f FOH ) SH )
[ SF ]
Outage
[ SOF ]
Forced Outage Factor
FOF ]
Forced Outage Rate
FOR ]
Forced
Outage
Rate
[FORd]
Equivalent Forced Outage Rate
12
[EFOR]
Equivalent Forced Outage Rate
( FOH EFDH )
100%
( FOH SH Synchr.Hrs. EFDHRS )
(( f FOH ) ( fp EFDH ))
100%
(( f FOH ) SH )
dimana:
fp = (SH/AH)
beban puncak
Jika SH, FOH atau RSH = 0, maka f = (1/r + 1/T) / (1/r + 1/T + 1/D)
untuk perhitungan diberi angka r = Durasi FO rata-rata = [FOH / jumlah
0,001.
kejadian FO]
Jika jumlah kejadian FO, start atau D = jam operasi rata-rata = [SH / jumlah start
start aktual = 0, maka untuk aktual]
perhitungan diberi angka 1.
Pr oduksi Netto
[ NOF
Pr oduksi Netto
( PH DMN )
100%
NCF ]
Net Output factor
( SH DMN )
100%
]
Plant Factor
[ PF ]
Pr oduksi Netto
(( AH ( EPDH EUDH )) DMN )
100%
n. FO1
n.unit kit
Sdof]
[WAF]
Weighted (W) Equivalent
Availability Factor
[WEAF]
( AH DMN )
100%
( PH DMN )
13
W Service Factor
[WSF]
W Planned Outage Factor
( POH DMN )
100%
( PH DMN )
( MOH DMN )
100%
( PH DMN )
( RSH DMN )
100%
( PH DMN )
[WPOF]
W Maintenance Outage Factor
[WMOF]
W Reserve Shutdown Factor
[WRSF]
W Unit Derating Factor
[WUDF]
W Scheduled Outage Factor
[WSOF]
[WFOF]
W Forced Outage Rate
[WFOR]
W Forced Outage Rate demand
( FOH DMN )
100%
( PH DMN )
( FOH DMN )
100%
[( FOH SH Synchr.Hours ) DMN ]
[WFORd]
( SH DMN )
100%
( PH DMN )
[( f FOH ) DMN ]
100%
[(( f FOH ) SH ) DMN ]
dimana:
fp = (SH/AH)
beban puncak
kejadian FO]
14
0,001.
aktual]
[WNCF]
W Net Output factor
[WNOF]
W Plant Factor
[WPF]
Sudden Outage Frequency [
Pr oduksi Netto
( PH DMN )
Pr oduksi Netto
( SH DMN )
100%
100%
Pr oduksi Netto
(( AH ( EPDH EUDH )) DMN )
100%
n. FO1
n.unit kit
WSdof]
15
XAF, XWAF
XEAF, XWEAF
XSF, XWSF
XPOF, XWPOF
XRSF, XWMOF
XRSF, XWRSF
XUDF, XUDF
XSOF, XWSOF
XFOF, XWFOF
10
XFOR, XWFOR
11
XFORd, XWFORd
12
XEFOR, XWEFOR
13
XEFORd, XWEFORd
14
XNCF, XWNCF
15
XNOF, XWNOF
16
XPF, XWPF
17
XSdof, XWSdof
tanpa peristiwa OMC, XWAF artinya WAF tanpa peristiwa OMC, dan
seterusnya.
4 (empat) metoda Formula Baku Indeks Kinerja Pembangkit tersebut
dipakai dan diinformasikan secara bersama-sama dalam aplikasi berbasis
web GAIS (Generation Availability Information System), dengan
maksud agar semua pihak yang
16
Parameter
Contoh
Keterangan
Nama Pembangkit
PLTU Suralaya #2
Identitas pembangkit
17
DMN (MW)
Kontrak tahunan
Kondisi/Status
Outage/Derating (MW)
Awal
4/4/2008 3:49
Akhir
4/4/2008 18:40
Durasi (jam)
14,85
(time base)
Energi yg tdk bisa dimanfaatkan
ENS (MWh)
2.064
sinkron
Cause Code
Kode penyebab
Komponen Penyebab
Pulverizer mills
Komponen Penyebab L3
OMC/Non OMC
NON OMC
Keterangan
Mil 2D trip
penjelas
18
Filter
data
berdasarkan:
tanggal
selesai,
tanggal
mulai,
Status
Hitung IKP
Output IKP
3.10
3.10.1
19
Kondisi Normal
500 Kv
+5%, -5%
150 Kv
+5%, -10%
70 kV
+5%, -10%
20 Kv
+5%, -10%
Daya Reaktif
Daya reaktif dibangkitkan oleh
generator,
kapasitor,
saluran transmisi (berbeban rendah),
beban.
Daya reaktif dikonsumsi oleh
Beban,
saluran transmisi (berbeban tinggi),
Transformator tenaga.
20
21
Kapasitor Shunt
Pemasangan kapasitor shunt bertujuan untuk
memperbaiki tegangan lokal. Pada sisi distribusi digunakan untuk koreksi power
factor dan perbaikan tegangan penyulang. Dan pada sisi transmisi digunakan
untuk kompensasi rugi-rugi transmisi dan untuk perbaikan tegangan .
22
SVC terdiri dari kapasitor atau reaktor yang di-switch secara elektronik.
Kompensator Serempak
Berupa motor serempak yang berputar tanpa beban mekanis. Kompensator
serempak dapat menghasilkan atau menyerap daya reaktif tergantung pada nilai
eksitasi dan memberikan fleksibilitas operasi.
3.10.6 Pengaturan Daya Reaktif Generator
Pengaturan
daya
reaktif
unit
pembangkit
adalah
dengan
23
24
Elemen Ekstitasi
25
26
pada saat beban penghantar rendah ketika pengaturan tegangan lainnya sudah
optimal.
Pengaturan Tap Stagerring
Tap staggering pada transformator adalah transformator yang dipasang
pararel dan dioperasikan pada ratio yang berbeda untuk menyerap daya reaktif.
Hal ini dilakukan pada saat beban disistem rendah (daya reaktif berlebih).
Berfungsi untuk menurunkan tegangan yang tinggi di sistem. Pengaturan tap
staggering seperti pada Gambar dibawah.
27
28
b. Otomatis
Kondisi Gangguan
a. Tindakan Dispatcher :
29
30
EKO
NOM
I
KEANDAL
AN
(SEKURITI
)
MU
Kemampuan sistem untuk
TU agar semua batasan
menjaga
operasi terpenuhi.Tolok ukur
Teg & Frek.
31
b.
PEMULIHAN
(RESTORATIV)
SIAGA/ALERT
DARURAT
32
33
PMT keluar
Subsistem awal
Subsistem setelah split
34
PMT masuk
Subsistem awal
Subsistem setelah loop
Level hubung singkat suatu subsistem dipengaruhi oleh sumber pembangkit dan
besarnya impedansi. Apabila level hubung singkat telah melebihi kapasitas
peralatan yang terpasang, maka upaya yang paling mudah dilakukan tanpa harus
mengganti peralatan adalah dengan merekonfigurasi subsistem, misalnya dengan
memisahkan IBT yang dioperasikan parallel sehingga menjadi subsistem yang
radial.
ii.
35
kapasitas pembangkit yang sudah masuk kedalam sistem dan tidak dibebani yang
setiap saat bisa melayani kenaikan beban.
Kebijakan besaran cadangan putar tidak ada besaran yang baku karena sangat
tergantung seberapa tinggi tingkat keandalan yang diharapkan. Sistem Jawa bali
menetapkan besarnya cadangan putar sebesar unit yang masuk kedalam Grid.
Karena unit terbesar saat ini adalah PLTU Tanjung Jati 660 MW, maka besarnya
cadangan operasi ditetapkan sebesar 660 MW tersebut.
Kebijakan besaran cadangan putar tersebut berlaku real time, artinya meskipun
dalam mengalami kondisi defisit, maka sistem harus tetap disediakan cadangan
putar. Strategi yang diterapkan untuk menyediakan cadangan putar adalah dengan
pelepasan beban sedemikian hingga sistem masih beroperasi dengan cadangan
putar sebesar unit.
G. Pola Operasi Sistem Tenaga Listrik Pada Hari Libur
Siklus operasi tenaga listrik mengikuti ritme kehidupan manusia pada umumnya.
Rutinitas dan perilaku manusia pada umumnya akan selalu terjadi pengulangan
sehingga akan berpengaruh langsung terhadap konsumsi tenaga listrik. Tetapi
rutinitas tersebut bisa terpengaruhi oleh suatu event atau kejadian yang
menyebabkan rutinitas berubah.
Karena Sistem tenaga listrik juga mengikuti ritme kehidupan, maka apabila terjadi
suatu event atau kejadian yang menyebabkan rutinitas manusia berubah pasti akan
menyebabkan konsumsi tenaga listrik juga berubah.
H. Skema Pengamanan Sistem
Untuk menjaga agar operasi sistem tidak mengalami gangguan total, maka
dilakukan tindakan pencegahan dengan menyusun skema pengamanan sistem
antara lain :
Brown Out
Load Curtailment
Manual Load Shedding
36
49,50
49,00
Load shedding tahap 1 s.d. 7, frek 49,00 s.d. 48,40 (2756 MW)
48,40
48,30
47,50
37
2. Load Curtailment
Permintaan Distribusi ke pelanggannya untuk secara sukarela mengurangi
pemakaian beban pada sistem kondisi defisit.
3. Manual Load Shedding
Pelaksanaan pelepasan beban secara manual dalam rangka mengatasi kondisi
defisit sistem, sudah ditetapkan lokasinya secara kesepakatan bersama antara
pusat pengatur beban dengan distribusi dan lokasinya bisa di penyulang atau trafo.
Manual load shedding dilakukan untuk:
-
38
39
40
2.
3.
41
Namun dalam hal ini hanya difokuskan ke dua pokok bahasan yaitu analisa aliran
daya dan analisa hubung singkat.
3.12.2. Analisa Aliran Daya
3.12.2.1 Manfaat Aliran Daya
Dalam menentukan operasi terbaik pada sistem-sistem tenaga listrik
dan dalam merencanakan perluasan sistem-sistem tenaga listrik, analisa
mengenai studi aliran beban memegang peranan penting.
Beberapa tujuan dari studi aliran beban ini adalah :
1.
2.
Mengetahui besarnya tegangan pada setiap bus (rel) dari suatu sistem
tenaga listrik.
3.
4.
Efek penataan kembali rangkaian-rangkaian dan penggabungan sirkitsirkit baru pada pembebanan sistem.
5.
6.
7.
8.
42
Penentuan Skenario
Eksekusi Program
Analisis Hasil
Contoh :
Suatu sistem tenaga listrik dipasok dari Trafo 150/20 kV di Gardu induk,
dengan kapasitas 60 MVA mempunyai jaringan 20 kV dengan impedansi 10
Ohm , akan dicari nilai per unitnya.
60 MVA
ZL = 10
Dipilih MVAdasar = 150
100 MVA
KVdasar
Ohm
kV
kV
150 kV di busTap
150 kV, base di Bus 20 kV = 19/154 X
150 kV =
I dasar
20
trafo
18,51
kV
154/19
100. 1000 /3.150
Amp = 384 Amp
kV
Zdasar di Bus 20 kV = (18,51)2/100 = 3,4225 Ohm.
Sehingga diperoleh : ZL = 10 Ohm / 3,4225 Ohm = 2,922 pu.
43
44
45
Ekonomi
Optimasi pengoperasian tenaga listrik tanpa melanggar batasan keamanan
dan mutu
Sekuriti
Kemampuan Sistem untuk menghadapi kejadian yang tidak direncanakan,
tanpa mengakibatkan pemadaman
Mutu
Kemampuan sistem untuk menjaga agar semua batasan operasi terpenuhi
Jaringan listrik interkoneksi difungsikan sebagai pusat jaringan listrik yang
membentang sepanjang pulau Jawa dan Bali. Dengan adanya sistem ini,
maka didirikan suatu pusat pengatur beban yang berfungsi agar daya listrik
yang disampaikan kepada konsumen dapat dilakukan secara ekonomis.
3.13.1 PENGERTIAN SCADA
Scada merupakan peralatan pengawasan untuk melakukan pengamatan dan
sarana untuk mengendalikan / merubah keadaan suatu peralatan dari jarak
jauh dengan sistem pengambilan data yang dipantau untuk dikirim ke pusat
kendali, dengan tingkat keandalan yang tinggi, serta tetap menjaga segi
kualitas dan ekonomis.
3.13.2 SISTEM SCADA
Sistem SCADA terdiri dri beberapa bagian yaitu :
Master Station (MS)
Peralatan yang terpasang di pusat pengaturan beban, sebagai pusat
pengelolaan data dari semua inputan beberapa RTU
Remote Terminal Unit (RTU)
Peralatan yang terpasang di GI dan di Pusat Pembangkit listrik
Saluran Komunikasi
46
Mengolah secara real time setiap informasi yang diberikan oleh RTU
o Main Computer
o Front End
o Tessalator Console Computer
o Terminal Server
o Operator Kerboard Console
o Printer Logger
o Hard Copy Facid
o Switchover Computer
o Pen Recorder
o Mimic Board
o Visual Display Unit (VDU)
3.13.3 Remote Terminal Unit (RTU)
47
RTU merupakan unit pengawas langsung dan juga merupakan unit pelaksana
operasi dari pusat kontrol (Master Station) sehingga dengan adanya RTU ini
memungkinkan Master Station mengumpulkan data dan melaksanakan
kontrol .
Adapun fungsi dari RTU yaitu:
a.
b.
c.
Modem
d.
Transmitter/Receiver (Tx/Rx)
e.
f.
g.
h.
i.
Watchdog
sarana
atau
perangkat
yang
menghubungkan
atau
48
Kabel Pilot
Fiber Optic
PABX / PAX
a) Fiber Optik
Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang
digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat
lain.
49
50
51
Di sistem tenaga listrik Jawa Bali terdapat dua pola Pemantauan operasi
Gardu Induk, yaitu Gardu Induk yang dijaga operator (GI) dan Gardu Induk yang
tidak dijaga operator atau Gardu Induk patroli (GIPAT).
Pada Gardu Induk yang dijaga operator, pemantauan besaran listrik dan
pengoperasian PMT serta pencatatan kondisi peralatan dilakukan oleh operator
Gardu Induk.
Pada pola GIPAT, pemantauan besaran listrik dan pencatatan kondisi
peralatan dilakukan secara patroli. Sedangkan manuver pembukaan dan penutupan
PMT di Gardu Induk master dan GIPAT dilakukan oleh operator Gardu Induk atas
peritah dispatcher. Mengingat peranan yang sangat penting tersebut, seorang
operator Gardu Induk yang bertugas harus :
Memiliki kemampuan/pengetahuan tentang tugas dan tanggung jawabnya.
Memiliki disiplin dan semangat kerja yang tinggi
Sehat jasmani dan rohani.
Peran OGI (Operator Gardu Induk) :
1.
2.
3.
4.
5.
Rel (busbar)
Bay transmisi (SUTT / SKTT)
Bay Transformator
Bay Kopel
PMT dan PMS
Perangkat Proteksi
Perangkat catu daya
SCADATel
Kondisi Operasi
Kondisi Normal :
52
Kondisi Siaga :
Seluruh konsumen dapat dilayani, kendala operasi dapat dipenuhi, tetapi
sekuriti sistem tidak dapat dipenuhi.
Kondisi Darurat :
Konsumen tidak dapat terlayani, kendala operasi tidak dapat dipenuhi.
Kondisi Pemulihan :
Peralihan kondisi DARURAT menjadi SIAGA maupun NORMAL.
a. Yang harus dilakukan Operator Gardu Induk saat kondisi Normal
Serah Terima Tugas.
Mengisi logsheet
53
Melaporkan
gangguan
kepada
piket
dan
Ass.
Manager
Membebaskan
peralatan
Gardu
Melaporkan
kepada
Dispatcher
54
Melaksanakan
eksekusi
manuver
Mengikuti
serah
terima
pekerjaan
Melepas
taging
di
panel
kontrol
55
Berdasarkan
perintah
Dispatcher
A. Manuver (Switching)
Manuver (Switching) merupakan kegiatan sebelum dan sesudah pekerjaan
instalasi, baik pada instalai penyaluran, pembangkitan maupun penyaluran, yaitu
kegiatan berupa pembukaan maupun penutupan komponen Sistem Tenaga Listrik
seperti PMT dan PMS. Dalam kegiatan ini diperlukan koordinasi yang baik antara
pihak-pihak yang terkait, supaya pekerjaan bisa nerlangsung dengan baik, lancar
dan aman.
Ada dua kegiatan utama dalam Manuver (Switching) :
1.
2.
a. Kondisi Normal :
-
Pengaturan
Contoh: pada saat menghadapi beban puncak dilakukan pelepasan reaktor,
sedang pada saat beban terendah dilakukan pelepasan SUTT/SUTET dalam
rangka untuk pengaturan tegangan..
Pelaksanaan
pekerjaan
yang
direncanakan / terjadwal.
Contoh: pengoperasian Transformator 150/20 kV baru
b. Kondisi Gangguan / Emergency
Dilakukan pada saat pemulihan setelah terjadi gangguan
Tegangan Operasi
56
Batas Tegangan
57
Pengawas Pekerjaan :
Pengawas K3 :
Memberikan
penjelasan
mengenai
penggunaan
alat
pengaman
Pengawas Manuver :
Pengawas Manuver.
a
58
Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pelaksana Pekerjaan melaksanakan :
Pemeriksaan tegangan pada peralatan/instalasi yang akan dikerjakan
dengan menggunakan tester tegangan.
Pemasangan pentanahan lokal pada peralatan/instalasi listrik yang akan
dikerjakan. Perhatikan urutan pemasangan (kawat pentanahan lokal
dipasang pada sistem grounding/arde terlebih dahulu, baru kemudian
dipasang pada bagian instalasi yang akan dikerjakan), jangan terbalik
urutannya.
Pengaman tambahan (pengaman berlapis) seperti : memasang gembok,
lock-pin
dan
memblokir
rangkaian
kontrol
dengan
membuka
MCB/fuse/Terminal.
Pemasangan taging, gembok dan rambu pengaman di switchyard pada
daerah berbahaya dan daerah aman.
Pekerjaan dilaksanakan sesuai rencana.
2. Semua pekerjaan tersebut diatas diawasi oleh Pengawas Pekerjaan dan
Pengawas K3. Jika pekerjaan belum selesai dan akan diserahkan ke regu
yang lain, gunakan Formulir 5 lanjutan.
d Pekerjaan Selesai
59
pengaman
tambahan
seperti gembok
60
C. Urutan Manuver
1. Urutan manuver harus dilakukan dengan benar.
2. Sebelum melakukan manuver harus terlebih dahulu diawali dengan membuat
rencana manuver (digambar dan dicatat) yang harus diperiksa dengan teliti
sebelum digunakan sebagai panduan.
3. Harus diingat, bahwa jika terjadi kesalahan manuver dapat mengakibatkan
gangguan listrik, kerusakan alat dan sangat mungkin kecelakaan dari
manusia / petugas manuver.
4. Dalam manuver pemberian tegangan, yang pertama harus dilakukan adalah
membebaskan peralatan dari pentanahan yaitu melepas pentanahan lokal dan
membuka PMS Tanah, kemudian menutup PMS Rel dan PMS Line,
selanjutnya PMT ditutup dan peralatan bertegangan / energize (check
tegangan).
5. Manuver pembebasan tegangan, yang pertama harus dilakukan adalah
membuka PMT, membuka PMS Rel dan PMS Line serta menutup PMS Tanah
jika diperlukan (check tegangan sebelum menutup PMS Tanah).
D. Petugas Manuver
1. Dispatcher, sebagai pengelola operasi sistem tenaga listrik yang mempunyai
wewenang melakukan manuver untuk :
a). rekonfigurasi jaringan,
b). pemulihan (recovery),
c). darurat / emergency.
Dispatcher juga dapat melakukan manuver pembukaan atau penutupan PMS
secara remote control dari ruang pengatur beban (dispatching).
2. Operator Gardu Induk, sebagai pelaksana manuver untuk keperluan :
a). rekonfigurasi jaringan,
b). pemulihan (recovery),
c). darurat / emergency,
61
melakukan
manuver
untuk
pelaksanaan
pekerjaan
62
Oleh Operator GI secara lokal GI (remote control dari panel kontrol GI),
atau
Oleh Operator GI secara lokal switchyard di marshaling kiosk.
G. Jenis Manuver
No
Jenis Manuver
Yang di manuver
Manuver
jaringan.
rekonfigurasiDispatcher
OGI
PMT Kopel
PMS Rel.
Manuver
(recovery).
pemulihanDispatcher
OGI
PMT
OGI
PMT
OGI
dan
Manuver
pelaksanaan
pemeliharaan
untukDispatcher
pekerjaanPengawas
Manuver
OGI
63
64
N2
P2
S2
S1
I2
Dimana
a
N1
N2 ,
I 1 I 2 sehingga N 1 N 2 ,
N 1 jumlah lilitan primer, dan
N 2 jumlah lilitan sekunder.
65
2. Tipe Pasangan
66
Trafo arus dengan inti besi adalah trafo arus yang umum digunakan, pada arus
yang kecil (jauh dibawah nilai nominal) terdapat kecenderungan kesalahan dan
pada arus yang besar (beberapa kali nilai nominal) trafo arus akan mengalami
saturasi.
67
Trafo arus isolasi minyak banyak digunakan pada pengukuran arus tegangan
tinggi, umumnya digunakan pada pasangan di luar ruangan (outdoor) misalkan
trafo arus tipe bushing yang digunakan pada pengukuran arus penghantar
tegangan 70 kV dan 150 kV.
Trafo arus isolasi SF6 / Compound
Trafo arus ini banyak digunakan pada pengukuran arus tegangan tinggi,
umumnya digunakan pada pasangan di luar ruangan (outdoor) misalkan trafo arus
tipe top-core.
3.15.1.1.5 Jenis trafo arus berdasarkan pemasangan
Berdasarkan lokasi pemasangannya, trafo arus dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu:
isolasi yang baik, biasanya menggunakan isolasi minyak untuk rangkaian elektrik
internal dan bahan keramik/porcelain untuk isolator ekternal.
kecil dari pada trafo arus pemasangan luar ruangan, menggunakan isolator dari
bahan resin.
3.15.1.1.6 Jenis Trafo arus berdasarkan jumlah inti pada sekunder
Trafo arus dengan inti tunggal
Contoh: 150 300 / 5 A, 200 400 / 5 A, atau 300 600 / 1 A.
68
P2
300/5 A
300/5 A
1S1
1S2
2S1
2S2
69
Keterangan
Terminal utama (primary terminal)
Terminal sekunder (secondary terminal).
Kumparan sekunder (secondary winding).
CT tipe cincin dan cor-coran cast resin biasanya digunakan pada kubikel
penyulang (tegangan 20 kV dan pemasangan indoor). Jenis isolasi pada CT cincin
adalah Cast Resin
70
Tipe Tangki
71
digunakan pada pasangan di luar ruangan (outdoor) misalkan trafo arus tipe
bushing yang digunakan pada pengukuran arus penghantar tegangan 70 kV, 150
kV dan 500 kV.
3.15.2 Potential Transformer
Trafo tegangan adalah peralatan yang mentransformasi tegangan sistem yang
lebih tinggi ke suatu tegangan sistem yang lebih rendah untuk peralatan indikator,
alat ukur / meter dan relai.
Dimana:
a = perbandingan /rasio transformasi
N1 = Jumlah belitan primer
N2 = Jumlah belitan sekunder
E1 = Tegangan primer
E2 = Tegangan sekunder
Dimana:
72
Im = arus eksitasi/magnetisasi
Ie = arus karena rugi besi
Trafo tegangan memiliki prinsip kerja yang sama dengan trafo tenaga
tetapi rancangan Trafo tegangan berbeda yaitu :
- Kapasitasnya kecil (10 150 VA), karena digunakan hanya pada alat-alat
ukur, relai dan peralatan indikasi yang konsumsi dayanya kecil.
- Memiliki tingkat ketelitian yang tinggi.
- Salah satu ujung terminal tegangan tingginya selalu ditanahkan.
3.15.2.1 Jenis jenis PT
Trafo tegangan dibagi dibagi menjadi dua jenis yaitu
Trafo tegangan magnetik (Magnetik Voltage Transformer / VT)
Disebut juga Trafo tegangan induktif. Terdiri dari belitan primer dan sekunder
pada inti besi yang prinsip kerjanya belitan primer menginduksikan tegangan
kebelitan sekundernya.
Trafo tegangan kapasitif (Capasitive Voltage Transformer / CVT)
Trafo Tegangan ini terdiri dari rangkaian seri 2 (dua) kapasitor atau lebih yang
berfungsi sebagai pembagi tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan rendah pada
primer, selanjutnya tegangan pada satu kapasitor ditransformasikan mengunakan
trafo tegangan yang lebih rendah agar diperoleh teganggan sekunder.
3.15.2.1.1 Trafo Tegangan Jenis Magnetik
bagian bertegangan lainnya (belitan sekunder) dan juga dengan bagian badan
(body). Terdiri dari minyak trafo dan kertas isolasi
Rangkaian Electromagnetic
73
Dehydrating Breather
Adalah sebagai katup pernapasan untuk menyerap udara lembab pada
kompartemen akibat perubahan volume minyak karena temperatur,
sehingga mencegah penurunan kualitas isolasi minyak
Terminal Primer
Satu terminal terhubung pada sisi tegangan tinggi (fasa) dan satu lagi
terhubung pada sistim pentanahan (grounding)
Inti
Terbuat dari plat besi yang dilapisi silicon yang berfungsi untuk jalannya
flux.
Struktur Mekanikal
Struktur mekanikal adalah peralatan yang menyokong berdirinya trafo
tegangan.
Terdiri dari :
Pondasi
Struktur penopang VT
Isolator (keramik/polyester)
Sistem Pentanahan
Sistem pentanahan adalah peralatan yang berfungsi mengalirkan arus lebih
akibat tegangan surja atau sambaran petir ke tanah
74
75
Trafo Tegangan
Berfungsi untuk mentransformasikan besaran tegangan listrik dari
tegangan menengah yang keluar dari kapasitor pembagi ke tegangan
rendah yang akan digunakan pada rangkaian proteksi dan pengukuran.
Expansion Chamber
Rubber bilow adalah sebagai katup pernapasan (dehydrating breather)
untuk menyerap udara lembab pada kompartemen yang timbul akibat
perubahan temperatur. Hal ini mencegah penurunan kualitas minyak
isolasi.
Terminal Primer
Satu terminal terhubung pada sisi tegangan tinggi (fasa) dan satu lagi
terhubung pada sistim pentanahan (grounding).
Struktur Mekanikal
Pondasi
76
Transformator Tenaga
Transformator atau trafo adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan
tenaga listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain, melalui
gandengan magnetis dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.
77
78
Bushing
Bushing merupakan sarana penghubung antara belitan dengan jaringan
luar. Bushing terdiri dari sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator. Isolator
tersebut berfungsi sebagai penyekat antara konduktor bushing dengan body main
tank transformator.
Pendingin
Suhu pada transformator yang sedang beroperasi akan dipengaruhi oleh
kualitas tegangan jaringan, losses pada trafo itu sendiri dan suhu lingkungan.
Suhu operasi yang tinggi akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada
transformator. Oleh karena itu pendinginan yang efektif sangat diperlukan.
Minyak isolasi transformator selain merupakan media isolasi juga
berfungsi sebagai pendingin. Pada saat minyak bersirkulasi, panas yang berasal
dari belitan akan dibawa oleh minyak sesuai jalur sirkulasinya dan akan
didinginkan pada sirip sirip radiator. Adapun proses pendinginan ini dapat
dibantu oleh adanya kipas dan pompa sirkulasi guna meningkatkan efisiensi
pendinginan.
Tabel Macam macam pendingin pada transformator
79
80
Selector Switch
Selector switch merupakan rangkaian mekanis yang terdiri dari terminal
terminal untuk menentukan posisi tap atau ratio belitan primer.
Diverter Switch
Diverter switch merupakan rangkaian mekanis yang dirancang untuk
melakukan kontak atau melepaskan kontak dengan kecepatan yang tinggi.
Tahanan transisi
Tahanan transisi merupakan tahanan sementara yang akan dilewati arus
primer pada saat perubahan tap.
Dikarenakan aktifitas tap changer lebih dinamis dibanding dengan belitan
utama dan inti besi, maka kompartemen antara belitan utama dengan tap changer
dipisah.
Media pendingin atau pemadam proses switching pada diverter switch
yang dikenal sampai saat ini terdiri dari dua jenis, yaitu media minyak dan media
vaccum. Jenis pemadaman dengan media minyak akan menghasilkan energi
arcing yang membuat minyak terurai menjadi gas C2H2 dan karbon sehingga
perlu dilakukan penggantian minyak pada periode tertentu. Sedangkan dengan
metoda pemadam vaccum proses pemadaman arcing pada waktu switching akan
dilokalisir dan tidak merusak minyak.
NGR (Neutral Grounding Resistant)
Salah satu metoda pentanahan adalah dengan menggunakan NGR. NGR
adalah sebuah tahanan yang dipasang serial dengan neutral sekunder pada
transformator sebelum terhubung ke ground/tanah. Tujuan dipasangnya NGR
adalah untuk mengontrol besarnya arus gangguan yang mengalir dari sisi neutral
ke tanah. Ada dua jenis NGR yaitu, Liquid dan Solid.
81
82
Suhu operasi yang tinggi akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada
transformator.
Untuk mengetahui suhu operasi dan indikasi ketidaknormalan suhu operasi
pada transformator digunakan rele thermal. Rele thermal ini terdiri dari sensor
suhu berupa thermocouple, pipa kapiler dan meter penunjukan.
D) Pedoman Pemeliharaan
1. In Service Inspection
In Service inspection adalah kegiatan inspeksi yang dilakukan pada saat
transformator dalam kondisi bertegangan / operasi. Tujuan dilakukannya in
service inspection adalah untuk mendeteksi secara dini ketidaknormalan yang
mungkin terjadi didalam trafo tanpa melakukan pemadaman.
Subsistem trafo yang dilakukan in service inspection adalah sebagai
berikut:
Bushing
Pendingin
Pernafasan
Sistem kontrol dan proteksi
OLTC
Struktur mekanik
Meter suhu / temperature
Sistem monitoring thermal
Belitan
NGR Neutral grounding Resistor
Fire Protection
2. In Service Measurement
In Service Measurement adalah kegiatan pengukuran / pengujian yang
dilakukan pada saat transformator sedang dalam keadaan bertegangan / operasi (in
service). Tujuan dilakukannya in service measurement adalah untuk mengetahui
kondisi trafo lebih dalam tanpa melakukan pemadaman.
83
Bank kapasitor
Unit kapasitor
Elemen kapasitor
Gambar 3. Kapasitor
a.
Elemen kapasitor
84
Unit kapasitor
Sebuah unit kapasitor terdiri dari elemen-elemen kapasitor yang
dihubungkan dalam suatu matriks secara seri dan parallel (gambar-2). Unit
kapasitor rata-rata terdiri dari 40 elemen-elemen. Elemen-elemen kapasitor
dihubungkan secara seri untuk membangun tegangan dan dihubungkan
secara paralel untuk membangun daya (VAR) pada unit kapasitor. Unit
kapasitor dilengkapi dengan resistor yang berfungsi sebagai elemen
pelepasan muatan kapasitor (discharge device). Rating tegangan unit
kapasitor bervariasi dari 240 V sampai 25 kV dan rating kapasitas dari 2,5
kVAR sampai 1 MVAR.
c.
Bank kapasitor
Unit-unit kapasitor terpasang dalam rak baja galvanis untuk membentuk
suatu bank kapasitor dari unit-unit kapasitor fasa tunggal. Jumlah unit-unit
kapasitor pada sebuah bank ditentukan oleh tegangan dan daya yang
dibutuhkan. Untuk daya dan tegangan yang lebih tinggi, unit-unit kapasitor
dihubungkan secara seri maupun paralel.
Hal hal yang termasuk dalam perbaikan kualitas pasokan energi listrik,
antara lain:
85
86
- Bushing
- Kondisi Bushing kapasitor
- Kondisi clamp bushing
- Kebocoran minyak bushing
- Body kapasitor
- Fuse cut out
- Kondisi fuse/cut out kapasitor
- Kondisi clamp fuse cut out
- Sambungan/klem/jumper
- Kondisi mur baut-mur baut sambungan kapasitor
- Kondisi serandang
Bagian-bagian kapasitor yang perlu diukur suhunya adalah sebagai
berikut:
Bodi unit kapasitor
Bushing
Klem konduktor bushing
Klem-klem sambungan
Fuse link
Rel pengumpul arus
Pengukuran yang dilakukan:
Pengukuran tahanan isolasi kapasitor
Pengukuran resistansi AC kapasitor
Pengujian kapasitansi kapasitor
87
3.15.5
Reaktor
Kumparan/Belitan (Winding)
Terminal / Bushing
88
Pendingin
89
SVC
Static VAR Compensator (atau disebut SVC) adalah peralatan listrik untuk
menyediakan kompensasi fast-acting reactive power pada jaringan transmisi
listrik tegangan tinggi. SVC adalah bagian dari sistem peralatan AC transmisi
yang fleksibel, pengatur tegangan dan menstabilkan sistem.
90
Jika power sistem beban reaktif kapasitif (leading), SVC akan menaikkan
daya reaktor untuk mengurangikan VAR dari sistem sehingga tegangan sistem
turun. Pada kondisi reaktif induktif (lagging), SVC akan mengurangi daya reaktor
untuk menaikkan VAR dari sistem sehingga tegangan sistem akan naik.
Pada SVC pengaturan besarnya VAR dan tegangan dilakukan dengan
mengatur besarnya kompensasi daya reaktif induktif pada reaktor, sedangkan
kapasitor bank bersifat statis.
Fungsi SVC adalah :
1.
2.
3.
4.
A)
Jenis-Jenis SVC
Secara umum macam-macam kontrol yang digunakan adalah :
91
B)
Bagian-Bagian SVC
- Thyristor Valve Tower
- Reaktor
- Kapasitor
- Cooling system
3.15.7
92
stabilitas yang tinggi. Karena persyaratan inilah dipakai batere sebagai sumber
arus searah.
Untuk kebutuhan operasi relai dan kontrol di PLN terdapat dua sistem catu
daya pasokan arus searah yaitu DC 110V dan DC 220V, sedangkan untuk
kebutuhan scadatel menggunakan sistem Catu Daya DC 48V. Diagram instalasi
Sistem DC dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Gambar 3.
I. Bagian Bagian Sistem AC DC
Bagian-bagian Peralatan Utama Sistem AC
Umumnya peralatan instalasi Supply AC yang terpasang di Gardu Induk
adalah sebagai berikut :
NPB
MCB
Panel Distribusi AC
93
terpasang di Gardu berfungsi untuk mengisi muatan batere, memasok daya secara
kontinu ke beban dan menjaga batere agar tetap dalam kondisi penuh.
b) Batere
Suatu alat penyimpan energi listrik arus searah, yang berfungsi sebagai
sumber cadangan ke beban.
c) Konduktor
Berfungsi sebagai penghantar energi listrik arus searah dari sumber ke
beban.
d) Terminal terminal
Berfungsi sebagai tempat pencabangan dimana energi listrik akan dikirim
atau dibagi ke beban-beban.
II. PEDOMAN PEMELIHARAAN
In service inspection / Inspeksi dalam keadaan operasi
In service inspection adalah adalah kegiatan inspeksi yang dilakukan
dalam keadaan operasi tanpa pembebasan tegangan pada Sistem DC. Metode
yang digunakan dalam melakukan In service inspection adalah :
Pengecekan dengan panca indera (visual, penciuman, pendengaran),
Periodik pelaksanaan in service inspection, pada sistem DC dibagi menjadi :
a.
Inspeksi mingguan
b.
Inspeksi bulanan
Inspeksi Mingguan
a.
b.
Kelembaban ruangan
c.
d.
e.
f.
Kondisi Fuse/MCB/NFB
Inspeksi Bulanan
a.
b.
94
c.
d.
e.
f.
g.
In service Measurement
Adalah kegiatan pengukuran yang dilakukan dalam keadaan operasi tanpa
pembebasan tegangan pada sistem DC (Tersambung ke rectifier dan beban)
disesuaikan dengan jadwal pemeliharaan periodik Sistem DC adalah :
Mingguan,Bulanan dan 6 bulanan. Pemeriksaan menggunakan alat ukur sederhana
(AVO meter, Hidrometer dan IR Thermogun).
Periode Mingguan
a. Pengukuran Tegangan input AC pada rectifier
b. Pengukuran tegangan pada sel yang kondisinya di bawah standar
dari hasil pengukuran sebelumnya.
c. Pengukuran berat jenis pada sel yang kondisinya di bawah standar
dari hasil pengukuran sebelumnya (khusus Lead Acid).
Periode Bulanan
a. Pengukuran Volt meter tegangan input AC
b. Pengukuran Ampere meter arus output DC
c. Pengukuran DC ground (khusus sistem 110 Volt)
d. Pengukuran tegangan per-sel dan total
e. Pengukuran arus pada rangkaian baterai pada kabel antar rak sel
baterai (gunakan tang ampere)
Periode 6 Bulanan
a.
b.
c.
d.
e.
95
transformator
h. Kondisi filter
i. Kondisi fuse/ pengaman pada rectifier
j. Kondisi MCB / NFB pada rectifier
k. Kondisi terminal-terminal dan pengawatan pada rectifier
l. Kondisi kontaktor
m. Kondisi PCB modul elektronik (visual)
n. Kondisi socket pada PCB
o. Kalibrasi Amper meter dan volt meter pada rectifier (bila perlu)
p. Kondisi voltage droper menggunakan dummy load
q. Pembersihan klem sel baterai dan rak baterai
r. Pengujian open circuit pada rangkaian baterai (khusus baterai
asam)
96
Limit current
Earth fault
Over voltage
Under voltage
Voltage droper
Serandang
97
gantry, ada pula yang menggunakan desain beton/ concrete. Berikut merupakan
contoh serandang yang ada pada GI.
Gambar 3. Serandang
3.15.9
98
dengan menanam plat aluminium/ tembaga disekitar pondasi tiang. Besarnya nilai
tahanan pentanahan adalah dibawah 1 Ohm.
Jenis-jenis bahan pentanahan di bawah kaki tiang pada Serandang :
1. Electrode bar, yaitu suatu rel logam yang ditanam di dalam tanah.
Pentanahan ini paling sederhana dan efektif, dimana nilai tahanan tanah
adalah rendah (< 1 Ohm).
2. Electrode plat, yaitu plat logam yang ditanam di dalam tanah secara
horisontal atau vertikal.
Sistem pentanahan pada Serandang :
1. Driven, yaitu suatu pentanahan menggunakan batang konduktor yang
ditancapkan di dalam tanah secara vertikal.
2. Counter poise electrode, yaitu suatu konduktor yang digelar secara
horisontal di dalam tanah. Pentanahan ini dibuat pada daerah yang nilai
tahanan tanahnya tinggi atau untuk memperbaiki nilai tahanan pentanahan.
3. Mesh electrode, yaitu sejumlah konduktor yang digelar secara horisontal di
tanah, dan saling dihubungkan satu dengan yang lain.
3.15.10 GIS (Gas Insulated Substation)
Gas Insulated Substation (GIS) didefinisikan sebagai rangkaian beberapa
peralatan yang terpasang di dalam sebuah metal enclosure dan diisolasi oleh gas
bertekanan. Gas Insulated Line (GIL) didefinisikan sebagai konduktor penghantar
yang menghubungkan suatu substation dengan trafo atau substation lainnya dalam
sebuah metal enclosure dan diisolasi oleh gas bertekanan. Pada umumnya gas
bertekanan yang digunakan adalah Sulfur Hexafluoride (SF 6). Enclosure adalah
selubung pelindung yang berfungsi untuk menjaga bagian bertegangan terhadap
lingkungan luar.
99
Gambar 3. GIS
a) Pedoman Pemeliharaan GIS
In Service Inspection
In service inspection merupakan pemeriksaan peralatan dalam keadaaan
bertegangan dengan menggunakan panca indera dan dilakukan dengan periode
harian, mingguan, dan bulanan.
In Service Measurement
In service measurement adalah pemeliharaan dalam bentuk pengukuran
peralatan yang dilakukan dalam keadaan bertegangan dengan menggunakan alat
bantu, antara lain: pengukuran tahanan pentanahan, pengukuran suhu, pengujian
kualitas gas SF6, dan pengukuran partial discharge. Diantaranya
Pengukuran Suhu
Purity (Kemurnian)
Dew point (berapa banyak partikel air yang berada dalam isolasi
gas SF6)
100
yang dilakukan dengan periode waktu tertentu dan termasuk pemeriksaan dalam
keadaaan tidak bertegangan. Shutdown testing/measurement dilakukan untuk
mengetahui unjuk kerja dari peralatan dalam keadaan tidak bertegangan, antara
lain terdiri dari: pengujian tahanan kontak, pengujian keserempakan, pengukuran
tahanan isolasi.
101
102
dianggap berlaku sampai dengan masa berlaku kontrak atau perizinan tersebut
habis.
Menyatakan bahwa Undang-Undang No. 15 Tahun 1985 tentang
Ketenagalistrikan berlaku kembali. Pemerintah agar menyiapkan rancangan
Undang-Undang ketenagalistrikan yang baru sesuai semangat Pasal 33 UUD
1945.
Perubahan UU Ketenagalistrikan
UU No. 20 Tahun 2002
Secara implisit mengakui keberadaan
sifat komoditi dari listrik;
Mengakui ke-khas-an daerah RUKD;
Mengakui ke-ekonomi-an per daerah;
Membuka kemungkinan untuk mencapai
efisiensi melalui kompetisi;
Sebagai konsekuensinya, daerah layanan
yang dinyatakan sebagai daerah
listrik
BUMN-PKUK;
Selain PKUK ada PIUKU dan
PIUKS;
Perencanaan terpusat (sentralistik
RUKN);
Tarif ditentukan Presiden, seragam.
Sudah
yang unbundled
ditentukan lain;
melalui
ada
preseden,
BATAM
prerequisite)
negara;
Unbundling tidak dikenal.
2.
3.
103
RUKN)
4.
5.
6.
104
Aturan Tambahan
a.
105
b.
operasional untuk setiap Pemakai Jaringan, baik yang sudah maupun akan
tersambung ke jaringan transmisi, serta persyaratan minimum teknis dan
operasional yang harus dipenuhi oleh P3B di titik-titik sambungan dengan para
Pemakai Jaringan.
Tujuan Aturan Penyambungan ini adalah untuk memastikan bahwa
persyaratan teknis dan operasional yang harus dipenuhi oleh Pemakai Jaringan
106
Kondisi Normal
500 kV
+5%, -5%
150 kV
+5%, -10%
70 kV
+5%, -10%
20 kV
+5%, -10%
Distorsi Total
500 kV
tidak termasuk
150 kV
3%
70 kV
3%
107
20 kV
3%
berlaku untuk menjamin agar keandalan dan efisiensi operasi Sistem JawaMadura-Bali dapat dipertahankan pada suatu tingkat tertentu.
Bagian ini merangkum prinsip-prinsip operasi Sistem yang aman dan
andal yang harus diikuti. Bagian ini juga menetapkan kewajiban yang mendasar
dari semua Pemakai Jaringan dalam rangka berkontribusi terhadap operasi yang
aman dan andal.
108
Berisi aturan operasi, prosedur dan tanggung jawab untuk menjamin grid
reliability dan operasi yang efisien.
d.
(scheduling) pembangkit.
e.
f.
yaitu meter utama dan meter pembanding yang harus dipasang oleh P3B dan
Pemakai Jaringan transmisi pada titik-titik sambungan.
g.
dalam Aturan Jaringan, merupakan data teknis detail yang dibutuhkan oleh P3B
dari semua Pemakai Jaringan, termasuk Perusahaan Pembangkit (PJB - IPP),
Usaha Distribusi Tenaga Listrik dan Konsumen Besar. Pusat Pengatur Beban
memerlukan data detail tersebut untuk mengevaluasi kesesuaiannya dengan
berbagai standar operasi dan teknis yang ditentukan dalam Aturan Jaringan guna
meyakinkan keamanan, keandalan dan efisiensi operasi Sistem.
Kebutuhan data tambahan tertentu (misalnya: data jadwal pemeliharaan
unit pembangkit, dan lain lain) yang secara jelas dinyatakan dalam Appendix
masing-masing Aturan lainnya dalam Aturan Jaringan tidak dicantumkan lagi
dalam Aturan ini. Apabila terdapat hal-hal yang tidak konsisten dalam hal
kebutuhan data di masing-masing bagian Aturan Jaringan dengan yang terdapat
dalam Aturan ini, maka ketentuan yang terdapat dalam bagian Aturan Jaringan
yang diikuti
Berisi ketentuan tentang kompilasi data dari Pemakai-Jaringan yaitu
pembangkit, unit distribusi dan konsumen besar. P3B memerlukan data tersebut
untuk evaluasi kesesuaian dengan Aturan Jaringan dalam rangka memastikan grid
reliability, security dan operational efficiency.
109
h.
Aturan Tambahan
Aturan tambahan ini mengatur pengecualian instalasi-instalasi Pemakai
Jaringan (Grid) yang tersambung ke Sistem Tenaga Listrik Jawa Madura Bali
berdasarkan kontrak kesepakatan Power Purchase Agreement (PPA) and Energy
Sales Contract (ESC) yang telah ditandatangani sebelum berlakunya Grid Code.
3.16.1.3 Ketentuan Operasi
Kebutuhan Aturan Jaringan
a.
b.
c.
b.
Aturan Jaringan diberlakukan dengan suatu dasar hukum yang kuat: misal
keputusan badan regulator, keputusan Pemerintah, dsb;
c.
110
d.
e.
b.
Implementable;
c.
d.
Jelas;
e.
Komprehensif;
f.
g.
Industry Codes
Grid Code adalah salah satu dari beberapa formal Codes dan Standard
yang umum ada pada industri tenaga listrik (kompetitif):
a.
Grid Code,
b.
Distribution Code,
c.
Tariff Code,
d.
e.
f.
b.
c.
d.
Part D: Settlements
e.
Part E: Schedules
b.
Planning Procedure
111
c.
Connection Conditions
d.
Operating Procedures
e.
f.
g.
General Conditions
Part 1: Introduction
b.
c.
d.
e.
f.
Part 6: Planning
g.
h.
i.
Part 9: General
Planning Code
b.
c.
Operating Code
d.
e.
f.
General Conditions
g.
Metering Code
h.
i.
112
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Prosedur Akses
113
2.
3.
4.
114
oleh rtn apakah sudah terbuka, apakah ada kelainan instalasi untuk mempermudah
proses pengiriman maupun penerimaan tegangan.
S O P Operasi Gardu Induk
Pedoman operasi gardu induk terdiri atas 8 bagian yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
115
2.
3.
4.
penyaluran yaitu :
Pengawas Manuver, Pengawas Pekerjaan serta Pengawas K3 tidak boleh
dirangkap.
Formulir-formulir harus diisi sesuai dengan prosedure.
Koordinasi dengan baik antara Para Pengawas dengan Pelaksana
Pekerjaan, Operator GI dan Dispatcher.
Pada saat pekerjaan berlangsung, Pengawas K3 dan Pengawas Pekerjaan
harus berada dilokasi.
S O P Petunjuk Pengoperasian Gardu Induk
Pedoman petunjuk pengoperasian gardu induk terdiri atas 3 bagian yaitu :
1.
2.
3.
116
S O P Pedoman Komunikasi
Alur komunikasi operasi sistem jawa bali seperti pada diagram alur
dibawah ini,
117
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jadwal Piket berisi jadwal dinas Piket Pimpinan, Piket Khusus serta Piket
lainnya.
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pedoman operasi khusus yaitu :
118
Isolasi
Isolasi berfungsi untuk mengisolasi bagian yang bertegangan dengan
bagian yang tidak bertegangan / ground baik secara elektrik maupun mekanik.
Isolasi pada SUTT & SUTET dibedakan menjadi 2, yaitu :
Isolasi Padat (Insulator)
Insulator Menurut Material
- Insulator Keramik (Porselen & Gelas)
Insulator porselen mempunyai keunggulan tidak mudah pecah,
tahan terhadap cuaca. Sedangkan insulator gelas digunakan
hanya untuk insulator jenis piring.
119
I string
V string
120
Horizontal string
Single string
Double string
121
Quadruple
Pembawa Arus
122
Konduktor Penghantar
Merupakan suatu media untuk menghantarkan arus listrik yang
direntangkan lewat tiang-tiang SUTT & SUTET melalui insulatorinsulator sebagai penyekat konduktor dengan tiang.
Jenis-jenis konduktor berdasarkan bahannya :
-
123
dengan
puntiran
(sekarang
sudah
jarang
dipergunakan)
b. Sambungan dengan press
Penempatan compression joint harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a.
b.
c.
124
b.
Klem ini digunakan pada tiang-tiang tipe penegang (tiang tension) yang
berfungsi sebagai penggandeng (penyambung) kedua ujung konduktor
dari klem penegang satu dengan klem penegang lainnya.
3.
Komponen utama dari Fungsi Konstruksi dan Pondasi pada sistem transmisi
SUTT & SUTET adalah Tiang (Tower). Tiang adalah konstruksi bangunan yang
kokoh untuk menyangga / merentang konduktor penghantar dengan ketinggian
dan jarak yang aman bagi manusia dan lingkungan sekitarnya dengan sekat
insulator.
3.1 Tiang Menurut Fungsi
1.
b.
2.
3.
4.
Tiang transposisi
5.
6.
Tiang pole
2.
a.
b.
125
126
PROTEKSI PETIR
adalah semua komponen pada SUTT & SUTET yang berfungsi dalam melindungi
saluran transmisi dari sambaran petir, yang terdiri dari :
127
Electroda bar,
Electroda plat,
Mesh electrode.
Konduktor pentanahan
128
5.
Batang pentanahan
AKSESORIS
Aksesoris insulator
129
2.
Aksesoris K3
130
2.
3.
131
132
Ground Patrol
133
perbaikan,
maka
perlu
ditindaklanjuti
dengan
Corrective
Maintenance.
- CORRECTIVE MAINTENACE
Adalah pemeliharaan yang dilakukan ketika peralatan mengalami
kelainan / unjuk kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya atau kerusakan
(berdasarkan Condition Assesment dari Preventive Maintenance), dengan tujuan
untuk mengembalikan pada kondisi semula melalui perbaikan (repair) ataupun
penggantian (replace). Di dalam pelaksanaannya, Corrective Maintenance dapat
dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
- PLANNED
Acuan tindak lanjut yang digunakan pada Planned Corrective
Maintenance berdasarkan hasil pemeriksaan Ground patrol, Climb up dan
pengujian pada Predictive Maintenance.
- UNPLANNED
Disebut juga dengan Pemeliharaan Breakdown. Adalah pemeliharaan yang
dilakukan ketika peralatan mengalami kerusakan secara tiba-tiba sehingga
menyebabkan pemadaman. Untuk mengembalikan pada kondisi semula perlu
dilakukan perbaikan besar (repair) atau penggantian (replace).
134