Anda di halaman 1dari 31

Perencanaan Sistem Tenaga

Listrik

Modul 14: Muhamar Kadaffi,MT


KARAKTERISTIK BEBAN TENAGA LISTRIK

A. Pendahuluan
Secara umum beban yang dilayani oleh sistem distribusi elektrik ini dibagi dalam
beberapa sektor yaitu sektor perumahan, sektor industri, sektor komersial dan sektor usaha.
Masing-masing sektor beban tersebut mempunyai karakteristik-karakteristik yang berbeda,
sebab hal ini berkaitan dengan pola konsumsi energi pada masing-masing konsumen di sektor
tersebut. Karakteristik beban yang banyak disebut dengan pola pembebanan pada sektor
perumahan ditujukan oleh adanya fluktuasi konsumsi energi elektrik yang cukup besar. Hal
ini disebabkan konsumsi energi elektrik tersebut dominan pada malam hari. Sedang pada
sektor industri fluktuasi konsumsi energi sepanjang hari akan hampir sama, sehingga
perbandingan beban puncak terhadap beban rata-rata hampir mendekati satu. Beban pada
sektor komersial dan usaha mempunyai karakteristik yang hampir sama, hanya pada sektor
komersial akan mempunyai beban puncak yang lebih pada malam hari.
B. Klasifikasi Beban
Berdasarkan jenis konsumen energi listrik, secara garis besar, ragam beban dapat
diklasifikasikan ke dalam :
1. Beban rumah tangga, pada umumnya beban rumah tangga berupa lampu untuk
penerangan, alat rumah tangga, seperti kipas angin, pemanas air,lemari es, penyejuk
udara, mixer, oven, motor pompa air dan sebagainya. Beban rumah tangga biasanya
memuncak pada malam hari.
2. Beban komersial, pada umumnya terdiri atas penerangan untuk reklame, kipas angin,
penyejuk udara dan alat alat listrik lainnya yang diperlukan untuk restoran. Beban
hotel juga diklasifikasikan sebagi beban komersial (bisnis) begitu juga perkantoran.
Beban ini secara drastis naik di siang hari untuk beban perkantoran dan pertokoan dan
menurun di waktu sore.

11

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik
3. Beban industri dibedakan dalam skala kecil dan skala besar. Untuk skala kecil banyak

beropersi di siang hari sedangkan industri besar sekarang ini banyak yang beroperasi
sampai 24 jam.
4. Beban Fasilitas Umum
Pengklasifikasian ini sangat penting artinya bila kita melakukan analisa karakteristik
beban untuk suatu sistem yang sangat besar. Perbedaan yang paling prinsip dari empat jenis
beban diatas, selain dari daya yang digunakan dan juga waktu pembebanannya. Pemakaian
daya pada beban rumah tangga akan lebih dominan pada pagi dan malam hari, sedangkan
pada heban komersil lebih dominan pada siang dan sore hari. Pemakaian daya pada industri
akan lebih merata, karena banyak industri yang bekerja siang-malam. Maka dilihat dari sini,
jelas pemakaian daya pada industri akan lebih menguntungkan karena kurva bebannya akan
lebih merata. Sedangkan pada beban fasi1itas umum lebih dominan pada siang dan malam
hari. Beberapa daerah operasi tenaga listrik memberikan ciri tersendiri, misalnya daerah
wisata, pelanggan bisnis mempengaruhi penjualan kWh walaupun jumlah pelanggan bisnis
jauh lebih kecil dibanding dengan pelanggan rumah tangga.
C. Karakteristik Umum Beban Listrik
Tujuan utama dari sistem distribusi tenaga listrik ialah mendistribusikan tenaga listrik dari
gardu induk atau sumber ke sejumlah pelanggan atau beban. Suatu faktor utama yang paling
penting, dalam perencanaan sistem distribusi adalah karakteristik dari berbagai beban.
Karakteristik beban diperlukan agar sistem tegangan dan pengaruh thermis dari pembebanan
dapat dianalisis dengan baik. Analisis tersebut termasuk dalam menentukan keadaan awal
yang akan di proyeksikan dalam perencanaan selanjutnya. Penentuan karakteristik beban
listrik suatu gardu distribusi sengat penting artinya untuk mengevaluasi pembebanan gardu
distribusi tersebut, ataupun dalam merencanakan suatu gardu distribusi yang baru.
Karakteristik beban ini sangat memegang peranan penting dalam memilih kapasitas
transformator secara tepat dan ekonomis. Di lain pihak sangat penting artinya dalam
menentukan rating peralatan pemutus rangkaian, analisa rugi-rugi dan menentukan kapasitas
pembebanan dan cadangan tersedia dan suatu gardu. Karakteristik beban listrik suatu gardu
sangat tergantung pada jenis beban yang dilayaninya. Hal ini akan jelas terlihat dan hasil
pencatatan kurva beban suatu interval waktu. Berikut ini beberapa faktor yang menentukan
karaktristik beban.

11

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

1. Faktor Beban (load factor)


Faktor beban adalah perbandingan antara beban rata rata terhadap beban puncak yang
diukur dalam suatu periode tertentu. Beban rata rata dan beban puncak dapat dinyatakan
dalam kilowatt, kilovolt amper, amper dan sebagainya, tetapi satuan dari keduanya harus
sama. Faktor beban dapat dihitung untuk periode tertentu biasanya dipakai harian, bulanan
atau tahunan. Beban puncak yang dimaksud disini adalah beban puncak sesaat atau beban
puncak rata-rata dalam interval tertentu (demand maksimum), pada umumnya dipakai
demand maksimum 15 menit atau 30 menit. Definisi dari faktor beban ini dapat dituliskan
dalam persamaan
berikut ini:

Faktor beban dapat diketahui dari kurva bebannya. Sedangkan untuk perkiraan besaran
faktor beban di masa yang akan datang dapat didekati dengan kata data statistik yang ada
berdasarkan jenis bebannya.
Bila diterapkan pada pusat pembangkit maka di dapat, menurut
definisi :

dengan :
T = periode waktu
Prata-rata = Beban rata rata dalam periode T

11

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

Pp = beban puncak yang terjadi dalam periode T pada selang waktu tertentu (15 menit atau
30 menit).
Bila Prata dan Pp dalam kW dan T dalam jam.
Bila T dalam setahun, maka didapat faktor beban tahunan, bila dalam satu bulan didapat
faktor beban bulanan dan bila harian, faktor beban harian.
2. Beban Harian
Faktor beban harian, bervariasi menurut karakterstik dari daerah beban tersebut, apakah
daerah pemukiman, daerah industry, perdagangan ataupun gabungan dari bermacam
pemakai/pelanggan, juga bagimana keadaan cuaca atau juga apakah hari libur dan
sebagainya.
3. Faktor Beban harian rata rata
Faktor beban harian rata rata , gambar 3. merupakan dasar dari pada faktor beban
tahunan total.

Gambar 1. Beban Puncak Harian (30 hari)

11

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

Gambar 2. Kurva Beban Puncak Bulanan

Selanjutnya, dapat dilihat beban puncak bulanan rata rata terhadap beban puncak
tahunan, lihat gambar 3. misalkan Ppt = puncak tahuanan (annual load faktor), maka ini dapat
dihitung sebagai berikut :

Dimana :
Fbt = faktor beban tahunan
Fbh = faktor beban harian
Pph = beban puncak rata rata harian
Ppb = beban puncak rata rata bulanan
Ppt = beban puncak rata rata tahunan

11

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

Gambar 3. Kurva Beban Tahunan

4. Faktor Penilaian Beban


Faktor-faktor penilaian beban adalah faktor yang dapat memberikan gambaran mengenai
karakteristik beban, baik dari segi kuantitas pembebanannya maupun dari segi kualitasnya.
Faktor-faktor ini sangat berguna dalam meramalkan karakteristik beban masa datang atau
dalam menentukan efek pembebanan terhadap kapasitas sistem secara menyeluruh.
a. Beban (Demand)
Pengertian dari demand (D) dan suatu beban dapat diartikan sebagai besar pembebanan
sesaat dan gardu pada waktu tertentu atau besar beban rata-rata untuk suatu interval waktu
tertentu. Interval waktu dimana besarnya beban ingin ditentukan disebut : Demand Interval
(T). Demand dapat dinyatakan dalam KW, KVA atau KVAR.
b. Beban Maksimum (Maximum Demand)
Maximum demand (Dmax ) adalah beban rata-rata terbesar yang terjadi pada suatu
interval demand tertentu. Jadi maximum demand ditentukan untuk waktu tertentu dari suatu
interval waktu tertentu, misal : - maximum demand 1 jam , T = 24 jam, dengan perkataan lain
; Dmx, 1 jam pada T = 24 jam,berarti besarnya beban rata-rata terbesar untuk selang waktu 1
jam pada interval waktu T = 24 jam.

11

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

c. Beban Puncak (Peak Load)


Beban Puncak (Pmax) adalah nilai terbesar dari pembebanan sesaat pada suatu interval
demand tertentu. Untuk dapat memperjelas pengertian mengenai Demand (D), Maximum
Demand (Dmax) dan Beban Puncak (Pmax) dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini.

Gambar 4. Perubahan KebutuhanMaksimum Terhadap Waktu


Interval Demand : T = 24 jam
Demand = Pav : D = 27 kW
Maximum Demand : Dmax, 1 jam = 95 kW
Beban Puncak : Pmax = 10 kW
d. Beban Terpasang (Connected Load)
Beban terpasang dari suatu sistem adalah jumlah total daya dari seluruh peralatan sesuai
dengan KW atau KVA yang tertulis pada papan nama (name plat) peralatan yang akan
dilayani oleh sistem tersebut.
Jadi :

Dimana :

11

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

Pi = rating KVA dari alat i


n = jumlah alat yang terhubung ke sistem.
e. Faktor Keragaman (Diversity Factor)
Faktor keragaman (fdiv) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah beban
maksimum dari masing masing unit beban yang ada pada suatu sistem terhadap beban
maksimum sistem secara keseluruhan. Jadi faktor keragaman

dimana :
Dmax I = beban maksimum beban unit ke i
Dmax s = beban maksimum sistem
Bila Dmax i untuk seluruh unit bersamaan waktunya maka fdiv akan berharga 1, tetapi bila
tidak fdiv akan lebih besar dari i.
f. Faktor Keserempakan (Coincidence Factor)
Faktor keserempakan (fcf) adalah keba1ikan dari faktor keragaman, yang didefinisikan
sebagai perbandingan antara beban maksimum dari suatu kumpulan beban dari sistem
terhadap jumlah beban maksimum dari masing-masing unit beban.
Jadi :

g. Faktor Kebutuhan (Demand Factor)

11

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

Faktor kebutuhan didefinisikan sebagal perbandingan antara beban puncak suatu sistem
terhadap beban terpasang yang dilayani oleh sistem.

Nilai fd pada prinsipnya lebih kecil atau sama dengan satu. Bisa saja terjadi lebih besar
dari satu, yaitu saat terjadi dibeban lebih.
h. Faktor Beban (Load Factor)
Faktor beban adalah perbandingan antara beban rata-rata selama interval tertentu dengan
beban puncak yang terjadi pada interval yang sama.

dimana: pav = beban rata-rata dan Pmax = beban puncak.


Faktor beban adalah perbandingan antara beban rata rata terhadap beban puncak dalam
periode tertentu. Beban rata rata dan beban puncak dapat dinyatakan dalam kilowatt,
kilovolt amper, amper dan sebagainya, tetapi satuan dari keduanya harus sama. Faktor
beban dapat dihitung untuk periode tertentu biasanya dipakai harian, bulanan atau tahunan.

i. Faktor Rugi-Rugi (Loss Factor)


Faktor rugi-rugi (fLs) didefinisikan sebagai perbandingan antara rugi-rugi daya rata-rata
terhadap rugi-rugi daya beban puncak dalam selang waktu tertentu.

5. Faktor Diversitas

11

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

Faktor diversitas adalah perbandingan antara jumlah beban puncak dari masing masing
pelanggan dari satu kelompok pelanggan dengan beban puncak dari kelompok pelanggan
tersebut. Didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah demand dari unit-unit beban
terhadap demand maksimum dari keseluruhan beban. Secara matematis, faktor diversitas (Fd)
dapat ditulis :

Atau

Dimana :
Di = beban puncak (kebutuhan Maks) dari masing masing beban i, yang terjadi tidak pada
waktu yang bersamaan.
Dk = D 1+2+3 .n adalah beban puncak dari n kelompok beban.
Untuk lebih memperjelas faktor diversitas ini, perhatikangambar 4. dimisalkan kelompok
beban terdiri dari atas 4 pelanggan dengan beban puncak sama besar. Pada gambar
penggunaan beban puncak dari keempat pelanggan tidak bersamaan waktunya, faktor
diversitas adalah :

Sedangkan pada gambar lainnya,

11

10

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

Jadi 1 dan 4 adalah nilai extrim dari Fd dari 4 pelanggan ini.

Gambar 5. Dua nilai ekstrim unutuk faktor diversitas.


Pada umumnya faktor diversitas untuk gardu distribusi dan gardu induk nilainya berkisar
sperti di bawah ini :
a. Gardu distribusi 1,00 1,50
b. Gardu induk 1,08 1,60
6. Faktor Kebersamaan (waktu)
Faktor kebersamaan (waktu) adalah perbandingan antara beban puncak (kebutuhan maks)
dari suatu kelompok pelanggan (beban) dengan beban puncak dari masing masing
pelanggan dari kelompok tersebut. Jadi faktor kebersamaan (Fc) adalah :

Dari definisi diatas dapat diketahui :

11

11

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

7. Kebutuhan Demand
Kebutuhan sistem elektrik didefinisikan sebagai beban pada terminal terima secara ratarata dalam suatu universal waktu tertentu. Satuan beban tersebut dapat berupa Kilowatt,
Kilovoltampere, Ampere dan Kiloampere.
8. Selang Kebutuhan Demand Interval
Interval Kebutuhan merupakan periode yang dijadikan dasar untk terima secra rata-rata.
Pemilihan periode ini dapat terjadi mulai dari selang 15 menit, selang 30 menit, selang 60
menit ataupun lainnya. Pada kondisi-kondisi tertentu kebutuhan pada selang 15 menit sama
dengan kebutuhan pada selang 30 menit. Pernyataan kebutuhan ini harus diekspresikan dalam
suatu selang waktu dimana kebutuhan tersebut diukur. Gambar II menunjukkan kurva harian
beban Daily Load Curve yang menunjukkan beban sebagai fungsi waktu. Berdasarkan pada
kurva harian beban tersebut dapat dibuat kurva lama beban Load Duration Curve seperti
pada gambar 1 dan 2.

Gambar 6. Kurva Harian Beban

11

12

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

Gambar 7. Kurva Lama Beban

9. Kebutuhan Maksimum Maksimum Demand


Kebutuhan Maksimum didefinisikan sebagai kebutuhan terbesar yang dapat terjadi dalam
suatu selang tertentu. Jadi, kebutuuhan maksimum dapat dikatakan dalam selang waktu 1
jam, 1 minggu, harian dll.
10. Diversitas Kebutuhan Diseverisfied Demand
Diversitas kebutuhan dikaitkan dengan beban komposit, dengan beban yang tidak saling
berhubungan pada selang waktu tertentu. Jadi, diversitas kebutuhan merupakan perbandingan
jumlah maksimum masing-masing beban komposit tersebut terhadap kebutuhan maksimum
seluruh beban komposit.
11. Faktor Kebutuhan (DF = demand factor)

11

13

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

Didefinisikan sebagai perbandingan antara beban puncak dengan beban trpasang dengan
kata lain merupakan derajat pelayanan serentak pada seluruh beban terpasang. Definisi ini
dapat dituliskan seperti persamaan (2) berikut :

Untuk suatu perioda waktu tertentu (2) Yang dimaksud dengan beban terpasang adalah
jumlah kapasitas yang tertera pada papan nama (name plate). Faktor kebutuhan adalah
perbandingan antara kebutuhan maksimum (beban puncak) terhadap total daya tersambung.
Jadi :

Jumlah daya tersambung adalah jumlah dari daya tersambung dari seluruh beban dari
setiap konsumen. Daya tersambung dan kebutuhan maksimum satuannya harus sama.faktor
kebutuhan biasanya bernilai kurang dari satu. Faktor kebutuhan ini dapat menjadi satu bila
keseluruhan beban yang tersambung serentak diberi energy dalam sebagian besar periodenya.
Faktor kebutuhan menunjukkan tingkat dimana beban yang tersambung beroperasi serentak.
Faktor kebutuhan dipakai untuk menentukan kapasitas (juga biaya) dari peralatan tenaga
listrik yang diperlukan untuk melayani beban tersebut. Karena ada pengaruhnya terhadap
investasi, maka faktor kebutuhan ini menjadi penting dalam menentukan jadwal
pembiayaannya.
Faktor kebutuhan dari beberapa jenis bangunan :
a.

Perumahan sederhana 50 75%

b.

Perumahan besar 40 65%

c.

Kantor 60 80%

d.

Toko sedang 40 60%

e.

Toko serba ada 70 90%

f.

Industry sedang 35 65%

Besarnya faktor kebutuhan (biasanya dinyatakan dalam %) dipengaruhi oleh beberapa hal,
yaitu :

11

14

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

a. Besarnya beban terpasang


Sebagai contoh : Rumah tinggal yang mempunyai beban terpasang yang relatif besar,
pada umumnya memiliki faktor kebutuhan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan
rumah tinggal yang mempunyai beban terpasang lebih kecil.
b. Sifat pemakaian
Toko-toko, pusat perbelanjaan, kantor-kantor dan bangunan industri biasanya memiliki
faktor kebutuhan tinggi sedangkan gudang dan tempat rekreasi memiliki faktor demand yang
rendah.
12. Faktor Coincident (CF = coincident factor)
Didefinisikan sebagai perbandingan antara demand maksimum seluruh beban dengan
jumlah demand maksimum masing-masing unit beban. Persamaan 4 menggambarkan definisi
ini :

CF = 1/DF
13. Faktor Rugi-rugi Beban (LLF = Loss factor)
Didefinisikan sebagai perbandingan antara rugi dan rata-rata terhadap rugi daya pada
beban puncak pada periode waktu tertentu. Faktor rugi-rugi beban merupakan rugi-rugi
sebagai fungsi waktu, berubh sesuai dengan fungsi dari waktu kuadrat. Oleh karena itu, faktor
rugi-rugi ini tidak dapat ditentukan langsung dari faktor beban. Berdasarkan pengalaman dan
percobaan yang dilakukan oleh Buller dan Woodrow dengan menganalisa ratusan grafik
diperoleh persamaan empiris sebagai berikut :
LLF = 0,3 (LF) + 0,7 (LF)2 .. (5)

Dengan :

11

15

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

LLF = Faktor rugi-rugi


LF = Faktor beban
14. Faktor Penggunaan (UF = utility factor)
Didefenisikan sebagai pertandingan antara demand maksimum dengan kapasitas nominal dari
sistem pencatu daya. Persamaan 6 menggambarkan defenisi ini :

Demand maksimum sistem dapat dicari kurva beban atau dengan menghitung beban
terpasangnya. Demand maksimum merupakan perkaitan antara beban terpasang dengan
faktor demand.
D. Kurva Beban dan Beban Puncak
Kepadatan beban selalu dipakai sebagai ukuran dalam menentukan kebutuhan listrik.
Sesuatu daerah kepadatan beban satuannya dapat berupa MVA/km2 atau KVA/m2 umumnya
satuan yang dipakai adalah MVA/km2. Beban puncak (kebutuhan maksimum) didefenisikan
sebagai beban (kebutuhan) terbesar/tertinggi yang terjadi selama periode tertentu. Periode
tertentu dapat berupa sehari, sebulan maupun dalam setahun. Perode harian, yaitu variasi
pembebanan trafo distribusi selama sehari. Selanjutnya beban puncak harus diartikan beban
rata rata selama selang waktu tertentu, dimana kemungkinan terjadinya beban tersebut.
Contoh, beban harian dari transformator distribusi di mana beban puncaknya selama selang
waktu 1 jam, yaitu antara pukul 19.00 (titik A) dan pukul 20.00 (titikB). Nilai rata rata
kurva A B, merupakan kebutuhan puncaknya (kebutuhan maksimum). Perlu diingatkan
disini bahwa kebutuhan puncak (kebutuhan max) bukan
merupakan nilai sesaat, tetapi nilai rata rata selama selang waktu tertentu, biasanya
selang waktu tertentu tersebut adalah 15 menit, 30 menit atau satu jam.
1. Kurva Beban
Kurva beban menggambarkan variasi perbebanan terhadap suatu gardu yang diukur
dengan KW, Ampere atau KVA Sebagai fungsi dari waktu.

11

16

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

Interval waktu pengukuran biasanya ditentukan berdasarkan pada penggunaan hasil


pengukuran, misal : interval waktu 30 menit atau 60 menit sangat berguna dalam penentuan
kapasitas rangkaian. Biasanya beban diukur untuk interval waktu 15 menit, 30 menit, satu
hari atau 1 minggu.
Kurva Beban menunjukkan permintaan (demand) atau kebutuhan tenaga pada interval
waktu yang berlain-lainan. Dengan bantuan kurva beban kita dapat menentukan besaran dari
beban-terbesar dan selanjutnya kapasitas pembangkit dapat ditentukan juga.
Gambar 8 .

Pukul

pagi

beban

mulai

menanjak dan mencapai maksimum kira-kira pada


pukul 8 pagi, waktu semua mesin industri beroperasi.
Hal seperti itu akan konslan sampai menjelang habis
waktu kerja, tetapi menurun pada waktu istirahat
siang. Sehabis istirahat siang akan naik lagi dan akan
menurun sekitar jam 4-5 sore.

Gambar 9 .
Beban tranportasi kota

akan

tinggi

kira-kira pada jam 9

pagi.

Akan

berkurang pada jam 12

siang

dan

akan naik lagi sampai

kira-kira jam

5 sore.

11

17

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

Gambar 10 . Beban untuk penerangan kota akan


konstan dari jam 6 sore sampai jam 6
pagi.

Gambar 11 . Beban rumah tangga akan maksimum


pada jam 6 sore sampai kira-kira jam
12.00 malam dan akan menurun
sesudah jam 12 malam.

Gambar 12 adalah salah satu contoh


kurva

beban

suatu

metropolitan

2. Beban Puncak

11

18

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

Kepadatan beban selalu dipakai sebagai ukuran dalam menentukan kebutuhan listrik.
Sesuatu daerah kepadatan beban satuannya dapat berupa MVA/km2 atau KVA/m2 umumnya
satuan yang dipakai adalah MVA/km2. Beban puncak (kebutuhan maksimum) didefenisikan
sebagai beban (kebutuhan) terbesar/tertinggi yang terjadi selama periode tertentu. Periode
tertentu dapat berupa sehari, sebulan maupun dalam setahun. Perode harian, yaitu variasi
pembebanan trafo distribusi selama sehari. Selanjutnya beban puncak harus diartikan beban
rata rata selama selang waktu tertentu, dimana kemungkinan terjadinya beban tersebut.
Contoh, beban harian dari transformator distribusi di mana beban puncaknya selama selang
waktu 1 jam, yaitu antara pukul 19.00 (titik A) dan pukul 20.00 (titik B). Nilai rata rata
kurva A B, merupakan kebutuhan puncaknya (kebutuhan maksimum). Perlu diingatkan
disini bahwa kebutuhan puncak (kebutuhan max) bukan merupakan nilai sesaat, tetapi nilai
rata rata selama selang waktu tertentu, biasanya selang waktu tertentu tersebut adalah 15
menit, 30 menit atau satu jam.
Faktor daya atau faktor kerja adalah perbandingan antara daya aktif (watt) dengan daya
semu/daya total (VA), atau cosinus sudut antara daya aktif dan daya semu/daya total. Daya
reaktif yang tinggi akan meningkatkan sudut ini dan sebagai hasilnya faktor daya akan
menjadi lebih rendah. Faktor daya selalu lebih kecil atau sama dengan satu. Secara teoritis,
jika seluruh beban daya yang dipasok oleh perusahaan listrik memiliki faktor daya satu, maka
daya maksimum yang ditransfer setara dengan kapasitas sistim pendistribusian. Sehingga,
dengan beban yang terinduksi dan jika faktor daya berkisar dari 0,2 hingga 0,5, maka
kapasitas jaringan distribusi listrik menjadi tertekan. Jadi, daya reaktif (VAR) harus serendah
mungkin untuk keluaran kW yang sama dalam rangka meminimalkan kebutuhan daya total
(VA).
Faktor Daya / Faktor kerja menggambarkan sudut phasa antara daya aktif dan daya semu.
Faktor daya yang rendah merugikan karena mengakibatkan arus beban tinggi. Perbaikan
faktor daya ini menggunakan kapasitor. Kapasitor untuk Memperbaiki Faktor Daya ,
pengkoreksi faktor daya pada sistim distribusi listrik/instalasi listrik di pabrik/industri.
Kapasitor bertindak sebagai pembangkit daya reaktif dan oleh karenanya akan mengurangi
jumlah daya reaktif, juga daya semu yang dihasilkan oleh bagian utilitas.
C. Metoda Pemasangan Instalasi Kapasitor

11

19

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

Karakteristik Beban Pada Sistem Arus Listrik Bolak-Balik (AC), dalam sistem listrik arus
bolak-balik, jenis beban dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :
Beban resistif (R)
Beban induktif (L)
Beban kapasitif (C)

1. Beban Resistif (R)


Beban resistif (R) yaitu beban yang terdiri dari komponen tahanan ohm saja (resistance),
seperti elemen pemanas (heating element) dan lampu pijar. Beban jenis ini hanya
mengkonsumsi beban aktif saja dan mempunyai faktor daya sama dengan satu. Tegangan dan
arus sefasa. Persamaan daya sebagai berikut :
P = VI

Dengan :
P = daya aktif yang diserap beban (watt)
V = tegangan yang mencatu beban (volt)
I = arus yang mengalir pada beban (A)

11

20

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

Gambar 13. Rangkaian Resistif Gelombang AC

Gambar 14. Grafik Arus dan Tegangan Pada Beban Resistif


2. Beban Induktif (L)
Beban induktif (L) yaitu beban yang terdiri dari kumparat kawat yang dililitkan pada
suatu inti, seperti coil, transformator, dan solenoida. Beban ini dapat mengakibatkan
pergeseran fasa (phase shift) pada arus sehingga bersifat lagging. Hal ini disebabkan oleh
energi yang tersimpan berupa medan magnetis akan mengakibatkan fasa arus bergeser
menjadi tertinggal terhadap tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif dan daya reaktif.
Persamaan daya aktif untuk beban induktif adalah sebagai berikut :
P = VI cos
Dengan :
P = daya aktif yang diserap beban (watt)
V = tegangan yang mencatu beban (volt)
I = arus yang mengalir pada beban (A)
= sudut antara arus dan tegangan

11

21

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

Gambar 15. Rangkaian Induktif Gelombang AC

Gambar 16. Grafik Arus dan Tegangan Pada Beban Induktif


Untuk menghitung besarnya rektansi induktif (XL), dapat digunakan rumus :

Dengan :
XL = reaktansi induktif
F = frekuensi (Hz)
L = induktansi (Henry)
3. Beban Kapasitif (C)
Beban kapasitif (C) yaitu beban yang memiliki kemampuan kapasitansi atau kemampuan
untuk menyimpan energi yang berasal dari pengisian elektrik (electrical discharge) pada
suatu sirkuit. Komponen ini dapat menyebabkan arus leading terhadap tegangan. Beban jenis
ini menyerap daya aktif dan mengeluarkan daya reaktif. Persamaan daya aktif untuk beban
induktif adalah sebagai berikut :
P = VI cos
Dengan :
P = daya aktif yang diserap beban (watt)
V= tegangan yang mencatu beban (volt)
I = arus yang mengalir pada beban (A)

11

22

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

= sudut antara arus dan tegangan

Gambar 17. Rangkaian Kapasitif Gelombang AC

Gambar 18. Grafik Arus dan Tegangan Pada Beban Kapasitif


Untuk menghitung besarnya rektansi kapasitif (XC), dapat digunakan rumus :
Dengan :

XL = reaktansi kapasitif
f = frekuensi
C = kapasitansi (Farad)
D . Syarat Penyediaan tenaga listrik

11

23

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

Penyelenggaraan Tenaga listrik sebagai salah satu infrastruktur yang menyangkut hajat
hidup orang banyak, oleh karena itu pembangunan ketenagalistrikan harus menganut asas
manfaat, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, optimalisasi ekonomi dalam pemanfaatan
sumber daya energi, mengandalkan pada kemampuan sendiri, kaidah usaha yang sehat,
keamanan dan keselamatan,kelestarian fungsi lingkungan, dan otonomi daerah. Penyediaan
tenaga listrik dikuasai oleh negara yang penyelenggaraannya dilakukan oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah berlandaskan prinsip otonomi daerah. Untuk penyelenggaraan penyediaan
tenaga listrik, Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan kebijakan,
pengaturan, pengawasan, dan melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik.Pelaksanaan
usaha penyediaan tenaga listrik oleh Pemerintah dan PemerintahDaerah dilakukan oleh badan
usaha milik negara dan badan usaha milikdaerah. Namun demikian, badan usaha swasta,
koperasi dan swadaya masyarakat dapat berpartisipasi dalam usaha penyediaan tenaga listrik.
Untuk penyediaan tenaga listrik tersebut, Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan
dana untuk kelompok masyarakat tidak mampu, pembangunan sarana penyediaan tenaga
listrik di daerah yang belum berkembang,pembangunan tenaga listrik di daerah terpencil dan
perbatasan, dan pembangunan listrik perdesaan.Usaha penyediaan tenaga listrik untuk
kepentingan umum meliputi jenis usaha pembangkitan tenaga listrik, transmisi tenaga listrik,
distribusi tenaga listrik dan/atau penjualan tenaga listrik. Disamping itu, usaha penyediaan
tenagalistrik untuk kepentingan umum dapat dilakukan secara terintegrasi. Usahapenyediaan
tenaga listrik untuk kepentingan umum dilakukan oleh satu badan usaha dalam satu wilayah
usaha. Pembatasan wilayah usaha juga diberlakukan untuk usaha penyediaan tenaga listrik
untuk kepentingan umum yang hanya meliputi distribusi tenaga listrik dan/atau penjualan
tenaga listrik.Pemerintah memiliki kebijakan dalam penyediaan tenaga listrik bahwa
badanusaha milik negara diberi prioritas pertama untuk melakukan usaha penyediaan tenaga
listrik untuk kepentingan umum. Sedangkan untuk wilayah yang belum mendapatkan
pelayanan tenaga listrik, Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya memberi
kesempatan kepada badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, atau koperasi sebagai
penyelenggara usaha penyediaan tenaga listrik terintegrasi. Pemanfaatan energi primer setempat
tersebutmemprioritaskan pemanfaatan energi terbarukan dengan tetap memperhatikan aspekteknis, ekonomi,
dan keselamatan lingkungan. Sedangkan kebijakan di sisi pelaku usaha pembangkitan tenaga listrik antara
lain:kebijakan diversifikasi energi untuk tidak bergantung pada satu sumber energi khususnya energi fosil dan
konservasi energi. Untuk menjamin terselenggaranya operasi pembangkitan maka pelaku usaha di
pembangkitan perlu membuat stockfilling untuk cadangan selama waktu yang disesuaikan dengan kendalake
terlambatan pasokan yang mungkin terjadi.Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang

11

24

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

Kebijakan EnergiNasional (KEN) bahwa peranan masing-masing jenis energi terhadap konsumsienergi nasional
untuk energi baru dan energi terbarukan lainnya, menjadi lebih dari5% pada tahun 2025.

Gambar 19. Penyediaan Tenaga Listrik


1. Kebijakan Penanganan Listrik Desa dan Misi Sosial
Penanganan misi sosial dimaksudkan untuk membantu kelompok masyarakat tidak
mampu, dan melistriki seluruh wilayah Indonesia yang meliputi daerah yang belum
berkembang, daerah terpencil, dan pembangunan listrik perdesaan. Penanganan misi sosial
dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan bantuan bagi masyarakat tidak mampu, menjaga
kelangsungan upaya perluasan akses pelayanan listrik pada wilayah yang belum terjangkau
listrik, mendorong pembangunan/pertumbuhanekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan
rakyat.Penanganan misi sosial diperlukan untuk dapat dilaksanakan secara operasiona
lmelalui PKUK. Agar efisiensi dan transparansi tercapai, maka usaha penyediaan tenaga
listrik seyogyanya dapat dilakukan dengan pemisahan fungsi sosial dan komersial melalui
pembukuan yang terpisah.
2. Kebijakan Lindungan Lingkungan
Pembangunan di bidang ketenagalistrikan dilaksanakan untuk mendukung pembangunan
yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Untuk itu kerusakan dan degradasi

11

25

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

ekosistem dalam pembangunan energi harus dikurangi dengan membatasi dampak negatif
lokal, regional maupun global yang berkaitan dengan produksi tenaga listrik. Hal ini telah
dinyatakan dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan bahwa
setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam
peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.Sejalan dengan kebijakan di atas,
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentangPengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), serta produk hukum lainnya, mengharuskan pemrakarsa memperhatikan norma
dasar yang baku tentang bagaimana menyerasikan kegiatan pembangunan dengan
memperhatikan lingkungan serta harus memenuhi baku mutu yang dikeluarkan oleh instansi
yang berwenang. Untuk itu semua kegiatan ketenagalistrikan yang berpotensi menimbulkan
dampak besar dan penting wajib melakukan AMDAL (ANDAL, RKL dan RPL) sedangkan
yang tidak mempunyai dampak penting diwajibkan membuat Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Kebijakan Standardisasi, Keamanan Dan Keselamatan, Serta Pengawasan
Listrik selain bermanfaat bagi kehidupan masyarakat juga dapat mengakibatkan bahaya
bagi manusia apabila tidak dikelola dengan baik. Pemerintah dalam rangka keselamatan
ketenagalistrikan menetapkan standardisasi, pengamanan instalasi peralatan dan pemanfaat
tenaga listrik. Tujuan keselamatan ketenagalistrikan antara lain melindungi masyarakat dari
bahaya

yang

diakibatkan

oleh

tenaga

listrik,meningkatkan

keandalan

sistem

ketenagalistrikan, meningkatkan efisiensi dalam pengoperasian dan pemanfaatan tenaga


listrik.Kebijakan dalam standardisasi meliputi:1. Standar Peralatan Tenaga Listrik, yaitu alat
atau sarana pada instalasi pembangkitan, penyaluran, dan pemanfaatan tenaga listrik.2.
Standar Pemanfaat Tenaga Listrik, yaitu semua produk atau alat yang dalampemanfaatannya
menggunakan tenaga listrik untuk berfungsinya produk ataualat tersebut, antara lain alat
rumah tangga (household appliances) dan komersial / industri. Atas pertimbangan
keselamatan, keamanan, kesehatan dan aspek lingkungan maka SNI terbagi dalam standar
sukarela dan peralatan dan pemanfaatan harus memenuhi standar wajib.Kebijakan keamanan
instalasi meliputi: kelaikan operasi instalasi tenaga listrik, keselamatan peralatan dan
pemanfaat tenaga listrik, dan kompetensi tenagateknik. Instalasi tenaga listrik yang layak
operasi dinyatakan dengan Sertifikat Layak Operasi. Untuk peralatan dan pemanfaat tenaga

11

26

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

listrik yang memenuhi Standar Nasional Indonesia dinyatakan dengan Sertifikat Produk
untuk dapat membubuhi Tanda SNI (SNI) pada peralatan tenaga listrik dan penerbitan
Sertifikat Tanda Keselamatan pada pemanfaat tenaga listrik dan tenaga teknik yang kompeten
dinyatakan dengan Sertifikat Kompetensi.
4. Kebijakan Penanggulangan Krisis Penyediaan Tenaga Listrik
Dalam upaya menanggulangi daerah-daerah yang mengalami krisis penyediaantenaga listrik, dilakukan
melalui dua pendekatan, yaitu melalui Program Penanggulangan Jangka Pendek (1 - 2 tahun kedepan) dan
Program Penanggulangan Jangka Menengah/Panjang (memerlukan waktu konstruksi 3 - 5tahun). Program
penanggulangan jangka pendek dilakukan untuk penyelesaian krisis penyediaan tenaga listrik secara cepat
sebelum pembangkit yang sudah direncanakan selesai dibangun, sehingga pemadaman yang terjadi dapat
dihindari secepat mungkin. Program ini dilakukan melalui kegiatan penambahan kapasitas pembangkit dan
penyaluran daya melalui jaringan transmisi dan distribusi. Penambahan daya dilakukan melalui sewa
pembangkit, pembelian kelebihankapasitas pembangkit captive dan pengadaan pembangkit baru yang cepat
masa pembangunannya. Di samping itu dilakukan upaya pengurangan beban puncak melalui pengurangan
pemakaian listrik pada saat beban puncak Program penanggulangan jangka menengah/panjang dengan pembangunan
pembangkit tenaga listrik yang baru, baik oleh PLN maupun IPP yang memerlukanwaktu konstruksi 3 - 5 tahun.
E. Keamanan Supply (Proteksi Power)
Sistem proteksi tenaga listrik pada umumnya terdiri dari beberapa komponen yang di
rancang untuk mengidentifikasi kondisi sistem tenaga listrik dan bekerja berdasarkan
informasi yang diperoleh dari sistem tersebut seperti arus, tegangan atau sudut fasa antara
keduanya. Informasi yang diperoleh dari sistem tenaga listrik akan digunakan untuk
membandingkan besarannya dengan besaran ambang-batas (threshold setting) pada peralatan
proteksi. Apabila besaran yang diperoleh dari sistem melebihi setting ambang-batas peralatan
proteksi, maka sistem proteksi akan bekerja untuk mengamankan kondisi tersebut. Peralatan
proteksi pada umumnya terdiri dari beberapa elemen yang dirancang untuk mengamati
kondisi sistem dan melakukan suatu tindakan berdasarkan kondisi sistem yang diamatinya

11

27

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

Gambar 20. Elemen Porteksi Sistem Tenaga Listrik


Waktu pemutusan gangguan merupakan waktu total yang dibutuhkan peralatan proteksi
sampai terbukanya pemutus tenaga atau disebut juga fault clearing time [2].
Tc = TP + Td + Ta..............................................................................................(2.9)
Keterangan :
Tc = clearing time
Tp = comparison time
Td = decision time
Ta = action time, including circuit breaker operating time
Waktu pemutusan gangguan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
menentukan suatu skema proteksi. Hal ini dikarenakan suatu peralatan proteksi harus
dikoordinasikan waktunya dengan peralatan proteksi yang lain agar hanya peralatan proteksi
yang paling dekat dengan gangguan saja yang bekerja ( prinsip selektivitas). Berikut adalah
gambar sistematis dari komponen-komponen proteksi tenaga listrik:

Gambar 21. Komponen Proteksi Sistem Tenaga Listrik

11

28

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

1. Trafo Instrument
a. Current Transformer (CT) / Trafo Arus

Current Transformator (CT) Adalah suatu perangkat listrik yang berfungsi


menurunkan arus yang besar dengan ukuran yang lebih kecil. CT digunakan karena
dalam pengukuran arus tidak mungkin dilakukan langsung pada arus beban atau arus
gangguan, hal ini disebabkan arus sangat besar dan bertegangan sangat tinggi.
Karakteristik CT ditandai oleh Current Transformator Ratio (CTR) yang merupakan
perbandingan antara arus yang dilewatkan oleh sisi primer dengan arus yang
dilewatkan oleh sisi sekunder.
b. Potensial Transformator / Trafo Tegangan
Potensial Transformator adalah suatu peralatan listrik yang berfungsi menurunkan
tegangan yang tinggi menjadi tegangan yang lebih rendah yang sesuai dengan setting
relay. Trafo ini juga memiliki angka perbandingan lilitan / tegangan primer dan
sekunder yang menunjukan kelasnya.
c. Rele/Relay
Rele / Relay berasal dari teknik telegrafi, dimana sebuah coil di energize oleh arus
lemah, dan coil ini menarik armature untuk menutup kontak. Rele merupakan jantung
dari proteksi system tenaga listrik, dan telah berkembang menjadi peralatan yang
rumit. Rele dibedakan dalam dua kelompok :
1. Komparator:

Mendeteksi

dan

mengukur

kondisi

abnormal,

dan

membuka/menutup kontrak (trip).


2. Auxilary relays: dirancang untuk dipakai di auxiliary circuit yang dikontrol oleh
rele komparator, dan membuka/menutup kontak-kontak lain(yang umumnya
berarus kuat).
Circuit Breaker (CB)

11

29

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik
Circuit Breaker (CB) adalah salah satu peralatan pemutus daya yang berguna untuk

memutuskan dan menghubungkan rangkaian listrik dalam kondisi terhubung ke beban secara
langsung dan aman, baik pada kondisi normal maupun saat terdapat gangguan. Berdasarkan
media pemutus listrik / pemadam bunga api, terdapat empat jenis CB sbb:
1. Air Circuit Breaker (ACB), menggunakan media berupa udara.
2. Vacuum Circuit Breaker (VCB), menggunakan media berupa vakum.
3. Gas Circuit Breaker (GCB), menggunakan media berupa gas SF6.
4. Oil Circuit Breaker (OCB), menggunakan media berupa minyak.
Berikut ini adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu peralatan untuk menjadi pemutus
daya :
a. Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara kontinu.
b. Mampu memutuskan atau menutup jaringan dalam keadaan berbeban ataupun dalam
keadaan hubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus daya itu sendiri.
c. Mampu memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi.
4

DC System Power Supply


DC System Power Supply merupakan pencatu daya cadangan yang terdiri dari Battery

Charger, sebagai peralatan yang mengubah tegangan AC ke DC, dan Battery, sebagai penyimpan
daya cadangan. Sebagai peralatan proteksi, DC System Power Supply merupakan peralatan yang
sangat vital karena jika terjadi gangguan dan kontak telah terhubung, maka DC System Power
Supply akan bekerja yang menyebabkan CB membuka. Charger sebenarnya adalah sumber utama
dari DC power supply, karena charger adalah alat untuk merubah AC power menjadi DC power
(rectifier).
E. METODE KOREKSI SISTEM

Perencanaan, pendesainan, dan pengoperasian sistem tenaga memerlukan studi-studi


teknik yang dilakukan untuk mengevaluasi sistem yang telah terpasang maupun sistem
dengan performansi-performansi tertentu yang hendak dicapai, termasuk performansi pada
segi keandalan, pada segi keamanan, dan pada segi ekonomis. Studi-studi disusun dan
dilakukan terutama adalah sebagai cara yang paling efisien dan paling hemat biaya untuk
memperhitungkan dan mencegah terjadinya hal-hal negatif yang tidak diinginkan di dalam
sistem.
Pada tahap desain, studi dilakukan untuk mengidentifikasi dan menghindari kekurangankekurangan yang potensial terjadi pada sistem, sebelum sistemnya sendiri benar-benar
dioperasikan. Analisis pada sistem terpasang dilakukan untuk melacak penyebab-penyebab
kegagalan operasi pada peralatan dan operasi yang salah pada sistem, kemudian koreksikoreksi yang perlu dilakukan untuk kemudian memperbaiki performansi sistem.

11

30

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Perencanaan Sistem Tenaga


Listrik

Sistem tenaga modern yang semakin kompleks, termasuk di dalamnya sistem tenaga yang
digunakan di dunia industri membuat studi analisis sistem tenaga menjadi sulit,
membosankan, dan membutuhkan waktu yang sangat lama apabila dilakukan secara manual.
Bersyukur, kemajuan di bidang teknologi komputer saat ini, seperti pengembangan program
komputer digital, termasuk di dalamnya komputer pribadi dengan kemampuan menampilkan
grafik yang sangat baik, telah mampu mengurangi waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk
melakukan perhitungan-perhitungan dalam analisis sistem tenaga. Beberapa program yang
mudah digunakan (user-friendly) dengan menu-menu yang interaktif juga telah menolong
banyak para enjiner untuk melakukan analisis sistem tenaga yang semakin kompleks ini
dengan menggunakan program komputer digital.

11

31

Perancangan Sistem Tenaga Listrik


Muhamar Kadaffi, MT

Pusat Pengembangan Bahan


Ajar
Universitas Mercu Buana

Anda mungkin juga menyukai