Anda di halaman 1dari 46

POLINEMA-AST-TRAFO

TRANSFORMATOR

Makalah
untuk melengkapi tugas mata kuliah analisis sistem tenaga
yang dibimbing oleh Bapak Ir. Budi Eko Prasetyo, MMT.

Oleh:
Arni Fatimah S (1631120121)
M. Firlie Fauqi P (1631120104)
Sabila Ika Putri (1631120135)

POLITEKNIK NEGERI MALANG


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK
APRIL 2018
POLINEMA-AST-TRAFO

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu tugas semester empat.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, kami telah berupaya dengan
segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Sebagai penulis, dengan rendah hati dan tangan terbuka kami akan menerima masukan, saran
dan usul untuk menyempurnakan makalah ini. Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak akan begitu sulit untuk menyelesaikan makalah ini. Adapun
penulisan makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Budi Eko Prasetyo, M.MT selaku dosen mata kuliah Analisa Sistem
Tenaga yang senantiasa membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat.
2. Kedua orang tua, saudara serta teman teman kami yang telah mendukung, membantu,
dan memberikan doa restu.
Harapan kami kiranya makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat
bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah pada kita semua.

Malang, 30 April 2018

Penulis
POLINEMA-AST-TRAFO

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak dapat secara langsung menggunakan listrik
dari PLN. Hal ini dikarenakan keluaran listrik dari PLN sangat besar sehingga kita
membutuhkan alat bantu yang mampu menurunkan daya listrik tersebut. Alat yang
mampu menurunkan atau pun menaikkan tegangan disebut Transformator.
Transformator atau sering juga disebut trafo adalah komponen elektronika pasif
yang berfungsi untuk mengubah (menaikkan/menurunkan) tegangangan listrik bolak-
balik (AC). Transformator pada konsep dasarnya mentransfer energi dari suatu sistem
ke sistem yang lain tanpa perlu merubah frekuensi. Bentuk dasar transformator adalah
sepasang ujung pada bagian primer dan sepasang ujung pada bagian sekunder. Bagian
primer dan sekunder merupakan lilitan kawat yang tidak berhubungan secara elektris.
Kedua lilitan kawat ini dililitkan pada sebuah inti yang dinamakan inti trafo.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa fungsi dari sebuah trafo?
b. Bagaimana Prinsip kerja dan konsep dasar sebuah trafo?
c. Bagaimana bentuk rangkaian sebuah trafo?
d. Apa saja rugi-rugi yang dapat terjadi pada sebuah trafo?
e. Bagaimana cara mencegah terjadinya kerugian pada trafo?
f. Bagaimana Konstruksi, Name Plate sebuah Trafo dan spesifikasinya di lapangan?

1.3. Tujuan
a. Menjelaskan kepada pembaca fungsi sebuah Trafo
b. Menjelaskan kepada pembaca bagaimana prinsip kerja dan konsep dasar sebuah trafo
c. Menjelaskan kepada pembaca bagaimana bentuk rangkaian sebuah trafo
d. Menjelaskan kepada pembaca apa saja rugi-rugi pada sebuah trafo
e. Menjelaskan kepada pembaca bagaimana cara mencegah terjadinya kerugian atau
kerusakan pada trafo
f. Menjelaskan kepada pembaca bentuk/konstruksi sebuah Trafo dan spesifikasi yang ada
dalam name plate tersebut.
POLINEMA-AST-TRAFO

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Fungsi Sebuah Trafo
Sebelum mengetahui fungsi dari sebuah Trafo, perlu diketahui definisi sebuah
Transformator adalah seperangkat peralatan statis yang berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik, mentransformasi tegangan dan arus bolak-balik diantara dua belitan
atau lebih pada frekuensi yang sama besar dan biasanya pada nilai arus dan tegangan
yang herbeda (SPLN 8-1_1991, 4.1.1). Transformator ini mengubah
(menaikkan/menurunkan) tegangangan listrik bolak-balik (AC). Pada dasarnya,
Transformator berfungsi untuk mentransfer Energi dari suatu sistem tenaga listrik ke
sistem tenaga listrik yang lain.

2.2. Prinsip Kerja dan Konsep Dasar Sebuah Trafo


1. Konsep Dasar
i. V incoming
Tegangan menyentuh kumparan primer. Timbul GGM ke kumparan sekunder.
Lilitan berupa penghantar yang terdapat Reaktansi dan Resistansi.
ii. Z=R+jX
Karena adanya Reaktansi dan Resistansi tersebut maka akan menjadi beban (Z)
iii. Iz (Arus Beban)
Karena ada beban maka timbul arus berupa Iz.
Hukum Ohm: V = I x Z
iv. Trafo Bekerja
Trafo akan dapat bekerja saat ada beban dan arus.

2. Prinsip Kerja
Prinsip kerja suatu transformator adalah induksi bersama (mutual induction) antara
dua rangkaian yang dihubungkan oleh fluks magnet. Dalam bentuk yang sederhana,
transformator terdiri dari dua buah kumparan yang secara listrik terpisah tetapi secara
magnet ihubungkan oleh suatu alur induksi. Kedua kumparan tersebut mempunyai
mutual induction yang tinggi. Jika salah satu kumparan dihubungkan dengan sumber
tegangan bolak-balik, fluks bolak-balik timbul di dalam inti besi yang dihubungkan
POLINEMA-AST-TRAFO

dengan kumparan yang lain menyebabkan atau menimbulkan ggl (gaya gerak listrik)
induksi ( sesuai dengan induksi elektromagnet) dari hukum faraday.

Gambar 1.2.1 : Rangkaian Transfomer

Berdasarkan hukum Faraday yang menyatakan magnitude dari electromotive force


(emf) proporsional terhadap perubahan fluks terhubung dan hukum Lenz yang
menyatakan arah dari emf berlawanan dengan arah fluks sebagai reaksi perlawanan
dari perubahan fluks tersebut didapatkan persaman :

e = emf sesaat (instantaneous emf)


Ψ = fluks terhubung (linked flux)

Dan pada transformator ideal yang dieksitasi dengan sumber sinusoidal berlaku
persamaan:

E = Tegangan (rms)
N = jumlah lilitan
Φm = fluks puncak (peak flux)
f = frekuensi
dan persamaan:
POLINEMA-AST-TRAFO

Dikarenakan pada transformator ideal seluruh mutual flux yang dihasilkan salah satu
kumparan akan diterima seutuhnya oleh kumparan yang lainnya tanpa adanya leakage
flux maupun loss lain misalnya berubah menjadi panas. Atas dasar inilah didapatkan
pula persamaan:
P1 = P2
V1.I1 = V2.I2
N1.I1 = N2.I2

Gambar 1.2.2 : Grafik Arus, Tegangan dan Fluks yang Terjadi

2.3. Rangkaian ekuivalen transformer


Untuk mempermudah analisis dalam pengujian, rangkaian primer dan sekunder
dibuat menjadi sebuah rangkaian yang disebut rangkaian equivalent. Pada rangkaian
ini rugi tembaga pada sisi sekunder diubah menjadi nilai ekuivalennya dan dilihat dari
arah primer.
POLINEMA-AST-TRAFO

Ketika Trafo diberi beban, maka besar I1 dan I2 akan berbeda. Jika I2 naik, maka I1
harus naik. Arus pada I1 tergantung pada arus I2 sehingga energi yang
ditransformasikan tergantung pada beban di rangkaian outgoing.

2.4 Rugi – Rugi Pada Transformator


1. Rugi daya dan arus tanpa beban.
1.1. Rugi Daya tanpa Beban
Daya aktif yang diserap ketika tegangan pengenal pada frekuensi pengenal diberikan
pada terminal adalah satu belitan, dan belitan lainnya terbuka (SPLN 8-1_1991; 4.6.1)
1.2. Arus Tanpa Beban
Arus yang mengalir melalui terminal fasa dari belitan ketika tegangan pengenal dengan
frekuensi pengenal diberkan pada belitan tersebut, sedang belitan lainnya terbuka.
(SPLN 8-1_1991; 4.6.2)
1.3 Rugi Daya Berbeban
a.) Transformator Belitan dua
Daya aktif yang diserap ketika tegangan pengenal pada frekuensi pengenal diberikan
pada terminal fasa salah satu belitan, sedang terminal belitan lainnya dihubung-singkat.
Nilainya berkaitan dengan suhu acuan. (SPLN 8-1_1991; 4.6.3)
1.4 Rugi-rugi Total
Jumlah dari rugi-rugi tanpa beban dan rugi berbeban (SPLN 8-1_1991;4.6.4)

2.4.1 Rugi Arus Pusar (Eddy Current)


Arus pusar adalah arus yang mengalir pada material inti karena tegangan yang
diinduksi oleh fluks. Arah pergerakan arus pusar adalah 90o terhadap arah fluks seperti
terlihat pada Gambar 1.4.1.1.
POLINEMA-AST-TRAFO

Gambar 1.4.1.1 : Arus Pusar yang Berputar pada Material Inti


Dengan adanya resistansi dari material inti maka arus pusar dapat menimbulkan panas
sehingga mempengaruhi sifat fisik material inti tersebut bahkan hingga membuat
transformator terbakar. Untuk mengurangi efek arus pusar maka material inti harus
dibuat tipis dan dilaminasi sehingga dapat disusun hingga sesuai tebal yang diperlukan.
Rugi arus pusar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

pe = Rugi arus pusar [w/kg]


ke = Konstanta material inti
f = frekuensi [Hz]
t = ketebalan material [m]
Bmax = Nilai puncak medan magnet [T]

2.4.2 Rugi Hysterisis


Rugi hysterisis terjadi karena respon yang lambat dari material inti. Hal ini terjadi
karena masih adanya medan magnetik residu yang bekerja pada material, jadi saat arus
eksitasi bernilai 0, fluks tidak serta merta berubah menjadi 0 namun perlahan-lahan
menuju 0. Sebelum fluks mencapai nilai 0 arus sudah mulai mengalir kembali atau
dengan kata lain arus sudah bernilai tidak sama dengan 0 sehingga akan
membangkitkan fluks kembali. Grafik hysterisis dapat dilihat pada Gambar 1.4.2.1.

Gambar 1.4.2.1 : Grafik Hysterisis Iex Terhadap Φ


POLINEMA-AST-TRAFO

Rugi hysterisis ini memperbesar arus eksitasi karena medan magnetik residu
mempunyai arah yang berlawanan dengan medan magnet yang dihasilkan oleh arus
eksitasi. Untuk mengurangi rugi ini, material inti dibuat dari besi lunak yang umum
digunakan adalah besi silikon. Besarnya rugi hysterisis dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan :

ph = Rugi arus pusar [w/kg]


kh = Konstanta material inti
f = frekuensi [Hz]
Bmax = Nilai puncak medan magnet [T]
n = Nilai eksponensial, tergantung material dan Bmax
Rugi hysteris maupun rugi arus pusar bernilai tetap, tidak bergantung pada besarnya
beban.

2.4.3 Rugi Tembaga


Rugi tembaga adalah rugi yang dihasilkan oleh konduktor/tembaga yang digunakan
sebagai bahan pembuat kumparan. Rugi ini diakibatkan oleh adanya resistansi bahan.
Nilai resistansi konduktor dapat dihitung dengan Persamaan :

R = Tahanan (Ohm)
ρ = Tahanan jenis (Ohm.m)
l = Panjang (m)
A = Luas penampang (m2)
Sedangkan untuk menghitung kerugian tembaga itu sendiri dapat mempergunakan
Persamaan untuk sisi primer dan Persamaan untuk sisi sekunder.

Sisi Primer

Sisi Sekunder
Pcp = Rugi konduktor primer
Pcs = Rugi konduktor sekunder
POLINEMA-AST-TRAFO

Ip = Arus pada kumparan primer


Is = Arus pada kumparan sekunder
Rp = Tahanan kumparan primer
Rs = Tahanan kumparan sekunder

Dengan memperhatikan Persamaan sisi primer dan Persamaan sisi sekunder


terlihat bahwa besarnya arus yang mengalir pada kumparan berpengaruh terhadap
besarnya rugi konduktor, dengan kata lain besarnya beban mempengaruhi besarnya
nilai kerugian.

2.4.5. Tegangan Impedans pada arus pengenal (sadapan utama)


a) Transformator belitan-dua.
Tegangan: Yang diperlukan untuk diberikan ke terminal fasa belitan transformator
fasa banyak pada Frekuensi pengenal atau ke terminal belitan transformator fasa
tunggal, yang menyebabkan mengalirnya arus pengenal melalui terminal ini, bilamana,
terminal lainnya dihubung-singkat.

b) Transformator lilitan-banyak dikaitkan dengan kombinasi dua belitan tertentu.


Tegangan pada frekuensi pengenal yang diperlukan untuk diberikan ke terminal fasa
salah satu belitan dari kombinasi belitan-belitan pada transformator fasa banyak, atau
ke terminal belitan tertentu pada Transformator fasa tunggal, yang menyebabkan
mengalirnya arus melalui terminal tersebut yang besarnya Sesuai dengan nilai daya
pengenal yang lebih kecil dari kedua belitan dalam kombinasi tersebut, sedang
terminal-terminal lain dalam kombinasi tersebut dihubung-singkat dan belitan
selebihnya terbuka. (SPLN 8-1_1991)

2.5. Mencegah terjadinya Rugi pada Trafo


Untuk mencegah terjadinya rugi-rugi pada trafo, maka dipasang relay-relay proteksi
dan bisa juga dilakukan efisiensi transformator. Berikut ini cara efisiensi transformator
dan beberapa relay yang digunakan pada trafo.
POLINEMA-AST-TRAFO

2.5.1 Efisiensi Transformator


Cara mencari efisiensi transformator adalah dengan membandingkan antara daya
output yang dihasilkan dengan daya input masukannya.

2.5.2. Relay
2.5.2.1. Relai Bucholz (Bucholz Relay)
Rele Buchholz biasa disebut juga rele gas, karena bekerjanya digerakan oleh
pengembangan gas. Tekanan gas akan timbul bila minyak mengalami kenaikan
temperatur yang diakibatkan oleh :
 Hubung singkat antar lilitan pada atau dalam fasa;
 Hubung singkat antar fasa;
 Hubung singkat antar fasa ke tanah;
 Busur api listrik antar laminasi;
 Busur api listrik karena kontak yang kurang baik.
Gas yang mengembang akan menggerakan kontak-kontak rangkaian alarm atau
rangkaian pemutus.

GELEMBUNG GAS DARI TANGKI


TRAFO TERKUMPUL DAN
MENDORONG GELAS KACA
KE BAWAH GELAS KACA CONSERVATOR
ALARM
COMMAND AIR RAKSA

SOURCE

GELEMBUNG
GAS DARI
TANGKI TRAFO

TANGKI TRAFO

Gambar 2.3.1.1: Relai Bucholz

2.5.2.2. Relai Tekanan Lebih


Relai ini berfungsi hampir sama seperti Relai Bucholz. Fungsinya adalah
mengamankan terhadap gangguan di dalam transformator. Bedanya relai ini hanya
POLINEMA-AST-TRAFO

bekerja oleh kenaikan tekanan gas yang tiba-tiba dan langsung mentripkan pemutus
tenaga (PMT).

Gambar 2.3.3.1: Relai Differensial

2.5.2.3 Relai Differensial


Berfungsi mengamankan transformator terhadap gangguan di dalam transformator,
antara lain adalah kejadian flash over antara kumparan dengan kumparan atau
kumparan dengan tangki atau belitan dengan belitan di dalam kumparan ataupun beda
kumparan.

Gambar 2.3.3.1: Relai Differensial

2.5.2.4 Relai Arus Lebih


Berfungsi mengamankan transformator arus yang melebihi dari arus yang
diperkenankan lewat dari transformator tersbut dan arus lebih ini dapat terjadi oleh
karena beban lebih atau gangguan hubung singkat.
POLINEMA-AST-TRAFO

Gambar 2.3.4.1: Relai Arus Lebih

2.5.2.6 Relai Tangki Tanah


Alat ini berfungsi untuk mengamankan transfor-mator bila ada hubung singkat antara
bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan pada transformator.

2.5.2.7 Relai Hubung Tanah


Fungsi alat ini adalah untuk mengamankan transformator jika terjadi gangguan hubung
singkat satu phasa ke tanah.

2.5.2.8 Relai Termis


Alat ini berfungsi untuk mencegah/mengamankan transformator dari kerusakan isolasi
pada kumparan, akibat adanya panas lebih yang ditimbulkan oleh arus lebih. Besaran
yang diukur di dalam relai ini adalah kenaikan temperatur.

2.5.2.9 Relai Suhu


Berfungsi untuk mendeteksi suhu minyak trafo dan kumparan secara langsung, yang
akan membunyikan alarm serta mentripkan Circuit Breaker

2.5.2.10 Relai Jansen


Berfungsi untuk mengamankan pengubah/ pengatur tegangan (Tap Changer) dari Trafo
POLINEMA-AST-TRAFO

2.5.3 Sistem Pendinginan Transformator


Sebuah trafo pasti akan terjadi loses berupa panas, oleh sebab itu diperlukan sistem
pendingin dalam sebuah peralatan trafo.
Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi besi dan
rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan,
akan merusak isolasi (di dalam transformator). Maka untuk mengurangi kenaikan suhu
transformator yang berlebihan maka perlu dilengkapi dengan alat/ sistem pendingin
untuk menyalurkan panas keluar transformator.
Media yang dipakai pada sistem pendingin dapat berupa:
1. Udara/gas
2. Minyak
3. Air
4. Dan lain sebagainya.
Sedangkan pengalirannya (sirkulasi) dapat dengan cara:
1. Alamiah (natural)
2. Tekanan/paksaan (Forced)
3. Langsing (Directed)
POLINEMA-AST-TRAFO

Terdapat dua jenis pendingin pada transformator, diantaranya adalah:


1. Tipe Kering
a. AA : Pendingin udara natural
b. AFA : Pendinginan udara terpompa

2. Tipe Basah
a. ONAN : Oil Natural Air Natural
Pada tipe ini udara dan oli akan bersikulasi dengan alami. Perputaran oli akan
dipengaruhi oleh suhu dari oli tersebut.

Gambar 4-1 Pendinginan Tipe ONAN


b. ONAF : Oil Natural Air Forced
POLINEMA-AST-TRAFO

Pada tipe ini oli akan bersikulasi dengan alami namun saat oli melalui radiator
oli akan didinginkan dibantu dengan kipas/fan.

Gambar 4-2 Pendinginan Tipe ONAF

c. OFAF : Oil Forced Air Forced


Pada tipe ini oli akan didinginkan dengan bantuan pompa agar sirkulasi
semakin cepat dan juga dibantu kipa/fan pada radiatornya.

2.6. Konstruksi dan Spesifikasi Nameplate suatu trafo tiga fasa


2.6.1 Konstruksi Trafo tiga fasa
Terdiri dari rangkaian tiga buah trafo satu fasa

R S T

r s t

Gambar 3-1 Konstruksi trafo tiga fasa


Namun pada saat ini untuk transformer tiga fasa sudah menggunakan satu buah
core untuk ketiga fasanya.
POLINEMA-AST-TRAFO

Pada dasarnya formulasi trafo tiga fasa dikembangkan atau merupakan jumlah
vektor dari tiga buah trafo satu fasa. Jadi :
P3 Fasa = P1 + P2 + P3
= I1.V1 + I2.V2 + I3.V3
= 3.I.V
Rumus disamping ini berlaku baik pada trafo terhubung bintang maupun segitiga,
dengan catatan bahwa arus (i) dan tegangan (v) adalah arus dan tegangan trafo satu
fasa (bukan arus dan tegangan line).

Gambar 2.1.1 : Bentuk Fisik Transformator Tiga Fasa

Gambar 2.1.2 : Kumparan Primer dan Sekunder Trafo Tiga Fasa


Secara umum sebuah transformator tiga fasa mempunyai konstruksi hampir sama,
yang membedakannya adalah alat bantu dan sistem pengamannya, tergantung pada
letak pemasangan, sistem pendinginan, pengoperasian, fungsi dan pemakaiannya.
POLINEMA-AST-TRAFO

Bagian utama, alat bantu, dan sistem pengaman yang ada pada sebuah transformator
daya Gambar 2.2.1, adalah :

b. Bagian Dalam Transformator b. Bagian Luar Transformator


Gambar 2.2.1 : Konstruksi Transformator Tiga Fasa

2.6.1.1 Inti Besi Transformator


Seperti telah dijelaskan pada pembahasan transformator satu fasa inti besi
berfungsi sebagai tempat mengalirnya fluks dari kumparan primer ke kumparan
sekunder. Sama seperti transformator satu fasa, berdasarkan cara melilit kumparanya
ada dua jenis, yaitu tipe inti Gambar 2.2.1.1 dan tipe cangkang Gambar 2.2.1.2. Dibuat
dari lempengan-lempengan besi tipis yang berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai
rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh arus pusar atau eddy current.

Gambar 2.2.1.1 : Transformator Tipe Inti


POLINEMA-AST-TRAFO

Gambar 2.2.1.2 : Transformator Tipe Cangkang

Bahan inti trafo 3 fasa dari bahan plat tipis ferromagnetis yang ditumpuk dengan
ketebalan tertentu. Plat tipis dimaksudkan untuk menekan rugi-rugi histerisis dan arus
edy pada batas minimal. Ada beberapa tipe inti trafo 3 fasa tampak pada Gambar
2.2.1.3. Tipe U-I terdiri dari tiga inti yang dipasangkan sudut menyudut 120° Gambar
2.2.1.3a. Tipe U terdiri atas tiga inti U dipasang sudut menyudut 120° Gambar
2.2.1.3b. Tipe menyudut ini dipakai untuk trafo 3 fasa yang dipasang pada tabung bulat
untuk trafo outdoor yang dipasang pada tiang jaringan distribusi. Tipe E-I yang banyak
dipakai, tiap kaki terdapat kumparan primer dan sekunder masing-masing fasa Gambar
2.2.1.3c. Tipe jenis ini banyak dipakai untuk daya kecil, sedang sampai daya besar.
Bahkan tiga buah trafo satu fasa yang digabungkan, bisa menjadi trafo tiga fasa.

Gambar 2.2.1.3: Kumparan Primer dan Sekunder Transformator Tiga Fasa

2.6.1.2 Kumparan/ Lilitan Transformator


Beberapa lilitan kawat berisolasi membentuk suatu kumparan, dan kumparan tersebut
diisolasi, baik terhadap inti besi maupun terhadap kumparan lain dengan menggunakan
isolasi padat seperti karton, pertinax dan lain-lain.
Pada transformator terdapat kumparan primer dan kumparan sekunder. Jika
kumparan primer dihubungkan dengan tegangan/arus bolak-balik maka pada kumparan
tersebut timbul fluksi yang menimbulkan induksi tegangan, bila pada rangkaian
POLINEMA-AST-TRAFO

sekunder ditutup (rangkaian beban) maka mengalir arus pada kumparan tersebut,
sehingga kumparan ini berfungsi sebagai alat transformasi tegangan dan arus.
Selain itu ada kumparan tertier dimana fungsi kumparan tertier diperlukan adalah
untuk memperoleh tegangan tertier atau untuk kebutuhan lain. Untuk kedua keperluan
tersebut, kumparan tertier selalu dihubungkan delta atau segitiga. Kumparan tertier
sering digunakan juga untuk penyambungan peralatan bantu seperti kondensator
synchrone, kapasitor shunt dan reactor shunt, namun demikian tidak semua
transformator daya mempunyai kumparan tertier.

2.6.1.3 Hubungan Kumparan Transformator


Ada dua metoda hubungan kumparan primer dan kumparan sekunder. Pertama
hubungan Bintang, kedua hubungan Segitiga. Pada Gambar 2.2.2.1, baik kumparan
primer dan sekunder dihubungkan secara Bintang. Kumparan primer terminal 1U, 1V
dan 1W dihubungkan dengan supply tegangan tiga fasa. Kumparan sekunder terminal
2U, 2V dan 2W disambungkan dengan sisi beban. Hubungan kumparan Segitiga baik
pada kumparan primer maupun kumparan sekunder Gambar 2.2.2.2. Pada hubungan
Bintang tidak ada titik netral, yang diperoleh ketiganya merupakan tegangan line ke
line, yaitu L1, L2 dan L3.

Gambar 2.2.2.1: Kumparan Primer dan Sekunder Hubungan Bintang

Gambar 2.2.2.2: Kumparan Primer dan Sekunder Hubungan Segitiga


POLINEMA-AST-TRAFO

2.6.1.4 Hubungan Jam Kumparan Transformator


Transformator tiga fasa antara tegangan primer dan tegangan sekunder perbedaan
fasa dapat diatur dengan metoda aturan hubungan jam kumparan trafo. Satu putaran
jam dibagi dalam 12 bagian, jika satu siklus sinusoidal 360°, maka setiap jam berbeda
fasa 30° (360°/12). Kumparan trafo Dd0 Gambar 2.2.2.3a, menunjukkan huruf D
pertama kumparan primer dalam hubungan Delta (segitiga), huruf d kedua kumparan
sekunder hubungan Delta (segitiga), angka 0 menunjukkan beda fasa tegangan primer-
sekunder 0°.
Kumparan trafo Dy5 Gambar 2.2.2.3b, menunjukkan kumparan primer dalam
hubungan Delta (segitiga), kumparan sekunder Y (bintang), beda fasa antara tegangan
primer-sekunder 5 × 30° = 150°. Hubungan segitiga primer-sekunder Hubungan
bintang primer-sekunder Kumparan trafo Dy-11 2.2.2.3c, menunjukkan kumparan
primer dalam hubungan Delta (segitiga), kumparan sekunder Y (bintang), beda fasa
antara tegangan primer-sekunder 11 × 30° = 330°.

Gambar 2.2.2.3: Vektor Kelompok Jam Transformator Tiga Fasa

2.6.1.5 Minyak Transformator


Untuk mendinginkan transformator saat beroperasi maka kumparan dan inti
transformator direndam di dalam minyak transformator,minyak juga berfungsi
sebagai isolasi.
Di dalam sebuah transformator terdapat dua komponen yang secara aktif
“membangkitkan” energi panas, yaitu besi (inti) dan tembaga (kumparan). Bila energi
panas tidak disalurkan melalui suatu sistem pendinginan akan mengakibatkan besi
maupun tembaga akan mencapai suhu yang tinggi, yang akan merusak nilai isolasinya.
Untuk maksud pendinginan itu, kumparan dan inti dimasukkan ke dalam suatu jenis
minyak, yang dinamakan minyak transformator. Minyak itu mempunyai fungsi ganda,
POLINEMA-AST-TRAFO

yaitu pendinginan dan isolasi. Fungsi isolasi ini mengakibatkan berbagai ukuran dapat
diperkecil. Perlu dikemukakan bahwa minyak transformator harus memiliki mutu yang
tinggi dan senantiasa berada dalam keadaan bersih. Disebabkan energimpanas yang
dibangkitkan dari inti maupun kumparan, suhu minyak akan naik. Hal ini akan
mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan pada minyak transformator. Dalam
jangka panjang dan waktu yang lama akan terbentuk berbagai pengotoran yang akan
menurunkan mutu minyak transformator. Hal-hal ini dapat mengakibatkan kemampuan
pendinginan maupun isolasi minyak akan menurun. Selanjutnya dapat pula terjadi
bahwa hawa lembab yang sebagaimana halnya terjadi di daerah tropis, mengakibatkan
masuknya air didalam minyak transformator.
Bila suhu minyak transformator yang sedang dioperasikan diukur, akan tampak
bahwa suhu minyak itu akan tergantung pada tinggi pengukuran pada bak. Suhu
tertinggi akan ditemukan pada sekitar 70 – 80% tinggi bejana.
Oleh karena itu minyak transformator harus memenuhi persyaratan, sebagai berikut :
 Mempunyai kekuatan isolasi (Dielectric Strength);
 Penyalur panas yang baik dengan berat jenis yang kecil, sehingga partikel-partikel
kecil dapat mengendap dengan cepat;
 Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersikulasi dan kemampuan pendinginan
menjadi lebih baik;
 Tidak nyala yang tinggi, tidak mudah menguap;
 Sifat kimia yang stabil.

Minyak trafo sebagai bahan isolasi sekaligus sebagai media penghantar panas dari
bagian yang panas (belitan dan inti) kedinding tangki atau radiator pendingin memiliki
karakteristik sebagai berikut:
 Berat Jenis (Specific grafitty) 0,85 sampai 0,90 pada suhu 13,5º C
 Kekentalan (Viscocity) cukup rendah untuk memperlancar sirkulasi dari bagian yang
panas ke bagian yang dingin, yaitu 100 sampai 110 Saybolts second pada 40º C
 Titik didih tidak kurang dari 135º C
 Titik beku tidak lebih dari -45º C
 Tegangan tembus tidak kurang dari 30 kV per 2,5 mm atau 120 kV/1 cm.
 Koefisien muai 0,00065 per 1º C
 Titik api (flash point) 180º C sampai 190º C
POLINEMA-AST-TRAFO

 Titik nyala (burning point) 205º C


 Kelembaban terhadap uap air (moisture) nihil
Minyak transformator baru harus memiliki spesifikasi seperti tampak pada Tabel
2.2.3.1 di bawah ini.

Untuk minyak isolasi pakai berlaku untuk transformator berkapasitas > I MVA atau
bertegangan > 30 kV sifatnya seperti ditunjukkan pada Tabel 2.2.3.2.
POLINEMA-AST-TRAFO

2.6.1.6 Tangki Transformator


Tangki transformator berfungsi untuk menyimpan minyak transformator dan sebagai
pelindung bagian-bagian transformator yang direndam dalam minyak. Ukuran tangki
disesuaikan dengan ukuran inti dan kumparan.
Terdapat beberapa jenis tangki, diantaranya adalah:

a. Jenis sirip (tank corrugated)


Badan tangki terbuat dari pelat baja bercanai dingin yang menjalani penekukan,
pemotongan dan proses pengelasan otomatis, untuk membentuk badan tangki bersirip
dengan siripnya 456 Pembangkitan Tenaga Listrik berfungsi sebagai radiator
pendingin dan alat bernapas pada saat yang sama. Tutup dan dasar tangki terbuat dari
plat baja bercanai panas yang kemudian dilas sambung kepada badan tangki bersirip
membentuk tangki corrugated ini. Umumnya transformator di bawah 4000 kVA dibuat
dengan bentuk tangki corrugated.

b. Jenis tangki Conventional Beradiator


Jenis tangki terdiri dar badan tangki dan tutup yang terbuat dari mild steel plate (plat
baja bercanai panas) ditekuk dan dilas untuk dibangun sesuai dimensi yang diinginkan,
sedang radiator jenis panel terbuat dari pelat baja bercanai dingin (cold rolled steel
sheets). Transformator ini umumnya dilengkapi dengan konservator dan digunakan
untuk 25.000,00 kVA, yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.4.1.
POLINEMA-AST-TRAFO

Gambar 2.2.4.1: Transformator Tipe Conventional Beradiator


(Sumber Trafindo, 2005)

c. Hermatically Sealed Tank With N2 Cushined


Tipe tangki ini sama dengan jenis conventional tetapi di atas permukaan minyak
terdapat gas nitrogen untuk mencegah kontak antara minyak dengan udara luar

2.6.1.7 Konservator Transformator


Konservator merupakan tabung berisi minyak transformator yang diletakan pada
bagian atas tangki. Fungsinya adalah :
 Untuk menjaga ekspansi atau meluapnya minyak akibat pemanasan;
 Sebagai saluran pengisian minyak.
POLINEMA-AST-TRAFO

2.6.1.8 Bushing
Bushing transformator adalah sebuah konduktor yang berfungsi untuk
menghubungkan kumparan transformator dengan rangkaian luar yang diberi selubung
isolator. Isolator juga berfungsi sebagai penyekat antara konduktor dengan tangki
transformator. Bahan bushing adalah terbuat dari porselin yang tengahnya berlubang
(Gambar 2.2.6.1).

Gambar 2.2.6.1: Bushing Transformator

2.6.1.9 Alat Pernafasan


Karena adanya pengaruh naik turunnya beban transformator maupun suhu udara luar,
maka suhu minyak akan berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu minyak
tinggi, minyak akan memuai dan mendesak udara di atas permukaan minyak keluar
dari dalam tangki, sebaliknya bila suhu minyak turun, minyak menyusut maka udara
luar akan masuk ke dalam tangki.
Kedua proses di atas disebut pernapasan transformator. Permukaan minyak
transformator akan selalu bersinggungan dengan udara luar yang menurunkan nilai
tegangan tembus pada minyak transformator, maka untuk mencegah hal tersebut, pada
ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi tabung berisi kristalzat hygroscopis.

Gambar 2.2.8.1: Alat Pernafasan


POLINEMA-AST-TRAFO

2.6.1.10 Tap Changer


Tap changer adalah alat yang berfungsi untuk mengubah perbandingan lilitan
transformator untuk mendapatkan tegangan operasi pada sisi sekunder sesuai yang
dibutuhkan oleh tegangan jaringan (beban) atau karena tegangan sisi primer yang
berubah-ubah. Tap changer (perubahan tap) dapat dilakukan dalam keadaan berbeban
(on load) atau keadaan tidak ber-beban(off load). Untuk tranformator distribusi
perubahan tap changer dilakukan dalam keadaan tanpa beban.

Gambar 2.2.9.1: Tap Changer

2.6.1.11 Sirip – Sirip Pendingin atau Radiator


Berfungsi untuk memperluas daerah pendinginan, yaitu daerah yang berhubungan
langsung dengan udara luar dan sebagai tempat terjadinya sirkulasi panas.

2.6.1.12 Alat Indikator


Alat Indikator digunakan untuk memonitor kondisi komponen utama atau media
bantu yang ada didalam transformator saat transformator beroperasi, seperti :
 suhu minyak ;
 permukaan minyak ;
 sistem pendinginan ;
 posisi tap.

Gambar 2.2.11.1: Indikator Level Minyak


POLINEMA-AST-TRAFO

Gambar 2.2.11.2: Indikator Temperatur

2.6.1.13 Plat Nama atau Name Plate


Plat nama yang terdapat pada bagian luar transformator sebagai pedoman saat
pemasangan maupun perbaikan. Data-data yang dicantumkan seperti Phasa dan
frekuensi, daya nominal, tegangan primer/ sekunder,kelompok hubungan, arus
nominal, % arus hubung singkat, sistem pendinginan, volume minyak, dan lain-lain.
POLINEMA-AST-TRAFO

2.6.2 Hubungan Transformator Tiga Fasa (Daya)


Secara umum dikenal tiga cara untuk menyambung rangkaian listrik sebuah
transformator tiga fasa, yaitu hubungan bintang, hubungan segitiga, dan hubungan Zig-
zag.
POLINEMA-AST-TRAFO

2.6.2.1 Hubungan Bintang – Bintang

Gambar 2.4.1.1: Hubungan Bintang – Bintang

2.6.2.2 Hubungan Segitiga – Segitiga


POLINEMA-AST-TRAFO

Gambar 2.4.2.1: Hubungan Segitiga - Segitiga

2.6.2.3 Hubungan Bintang – Segitiga

Gambar 2.4.3.1: Hubungan Bintang - Segitiga


POLINEMA-AST-TRAFO

2.6.2.4 Hubungan Segitiga – Bintang

Gambar 2.4.4.1: Hubungan Segitiga - Bintang


POLINEMA-AST-TRAFO

2.6.2.5 Hubungan Zig – Zag

Gambar 2.4.5.1: Hubungan Zig - Zag


POLINEMA-AST-TRAFO

2.6.3 Pengujian Transformator Tiga Fasa (Daya)


Untuk memastikan bahwa tidak adanya rugi pada trafo sehingga trafo aman
digunakan, maka perlu dilakukan beberapa pengujian Transformator tiga fasa.
Pengujian yang harus dilakukan pada sebuah transformator tiga fasa biasanya
disesuaikan dengan kebutuhannya (pengujian rutin, pengujian awal, dan pengujian
akhir), jenis pengujiannya juga cukup beragam, seperti :
a. Pengujian Tahanan Isolasi
Pengujian tahanan isolasi biasanya dilaksanakan pada awal pengujian dengan
tujuan untuk mengetahui secara dini kondisi isolasi transformator, untuk menghindari
kegagalan yang bisa berakibat fatal, sebelum pengujian selanjutnya dilakukan.
Pengujian dilaksanakan dengan menggunakan Megger. Tahanan isolasi yang diukur
diantaranya :
 Sisi Primer dan Sekunder
 Sisi Primer dan pembumian
 Sisi Sekunder dan pembumian

b. Pengujian Tahanan Kumparan


Pengujian dilakukan dengan cara melakukan pengukuran tahanan kumparan
transformator. Data hasil pengujian digunakan untuk menghitung besarnya rugi
tembaga pada transformator tersebut.

c. Pengujian Karakteristik Beban Nol


Pengujian Karakteristik Beban Nol atau anpa Beban dilakukan untuk mengetahui
besarnya kerugian daya yang disebabkan oleh rugi hysterisis dan eddy current pada inti
transformator dan besarnya arus yang pada daya tersebut. Pengukuran dilakukan
dengan memberikan tegangan nominal pada salah satu sisi transformator dan sisi
lainnya dibiarkan dalam keaadaan tanpa beban. Contoh untuk menghitung parameter
POLINEMA-AST-TRAFO

parameter transformator tiga fasa dari hasil percobaan beban nol bisa dilihat pada
Tabel 2.5.1. Persamaan yang terlihat pada tabel menandakan dimana alat ukur
diletakkan.
Tabel 2.5.1

d. Pengujian Karakteristik Hubung Singkat


Pengujian dilakukan dengan cara memberikan arus nominal pada salah satu sisi
transformator dan sisi yang lain dihubung singkat, dengan demikian akan dibangkitkan
juga arus nominal pada sisi yang di hubung singkat. Adapun tujuan dari pengujian ini
adalah untuk mengetahui besarnya rugi daya yang hilang akibat dari tembaga dari
transformator saat beroperasi.
Contoh untuk menghitung parameterparameter transformator tiga fasa dari hasil
percobaan hubung singkat bisa dilihat pada Tabel 2.5.2 dengan asumsi sisi tegangan
rendah di hubung singkat dan alat ukur ada di sisi tegangan tinggi, persamaan yang
terlihat pada tabel menunjukan dimana alat ukur diletakan.
POLINEMA-AST-TRAFO

Tabel 2.5.2

e. Pengujian Perbandingan Transformasi


Pengujian perbandingan transformasi atau belitan kumparan adalah untuk
mengetahui perbandingan jumlah kumparan sisi tegangan tinggi dan sisi tegangan
rendah pada setiap tapping sehinggga tegangan keluaran yang dihasilkan oleh
transformator sesuai dengan yang spesikasi/rancangan.

f. Pengujian Kelompok Hubungan


Vektor tegangan primer dan sekunder sebuah transformator sangat tergantung
pada cara melilit kumparannya. Pada transforma-tor Tiga Fasa arah tegangan
menimbulkan perbedaan fasa. Arah dan besar perbedaan fasa tersebut menyebabkan
adanya berbagai kelompok hubungan pada transformator.
Untuk penentuan kelompok hubungan ini dipergunakan tiga jenis tanda atau kode,
yaitu :
 Tanda Kelompok sisi tegangan tinggi terdiri atas kode D, Y, dan Z.
 Tanda Kelompok sisi tegangan rendah terdiri atas kode d, y , dan z.

Angka jam menyatakan bagaimana letak sisi kumparan tegangan tinggi terhadap sisi
tegangan rendah. Jarum jam panjang dibuat selalu menunjuk angka 12 dan berimpit
dengan Vektor TT tegangan tinggi. Letak Vektor tegangan rendah TH menunjukkan
arah jarum jam pendek. Sudut antara jarum jam panjang dan pendek adalah pegeseran
POLINEMA-AST-TRAFO

antara vektor tegangan tinggi dengan tegangan rendah (V dan v). Gambar 2.5.1
memperlihatkan contoh kelompok hubungan sebuah transformator tiga fasa Dy5,
artinya sisi primer dihubung segitiga (jam 12) dan sisi sekunder dihubung bintang
(jam 5). Untuk memudahkan, pabrik-pabrik pada pelaksanaannya membatasi jumlah
kelompok hubungan dengan membuat normalisasi pada kelompok hubungan yang
dianggap baku. Standardisasi yang banyak diikuti adalah menurut peraturan Jerman,
yaitu VDE 0532 (lihat Tabel 2.5.3).
Kelompok hubungan yang disarankan untuk digunakan adalah Yy0, Dy5, Yd5, dan
Yz5, pada tabel diberi tanda garis pinggir warna merah.

Gambar 2.5.1: Kelompok Hubungan Dy5


POLINEMA-AST-TRAFO

g. Pengujian Tegangan Terapan


Pengujian tegangan terapan (Withstand Test) dilakukan untuk menguji kekuatan isolasi
antara kumparan dan rangka tangki. Pengujian dilakukan dengan cara memberikan
tegangan uji sesuai dengan standar uji dan dilakukan pada :
 Sisi tegangan tinggi terhadap sisi tegangan rendah dan rangka tangki yang dibumikan.
 Sisi tegangan rendah terhadap sisi tegangan tinggi dan rangka tangki yang dibumikan.
POLINEMA-AST-TRAFO

h. Pengujian Tegangan Induksi


Tujuan pengujian tegangan induksi adalah untuk mengetahui kekuatan isolasi antara
lapisan dari tiap-tiap belitan dan kekuatan isolasi antar belitan transformator. Pengujian
dilakukan dengan cara memberi tegangan suplai dua kali tegangan nominal pada salah
satu sisi dan sisi lainnya dibiarkan terbuka. Untuk mengatasi kejenuhan pada inti
transformator maka frekuensi yang digunakan harus dinaikan sesuai dengan kebutuhan
dalam jangka waktu tertentu.

i. Pengujian Kebocoran Tangki


Pengujian kebocoran tangki dilakukan setelah semua komponen transformator sudah
terpasang. Pengujian dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kondisi paking dan las
transformator. Pengujian dilakukan dengan memberikan tekanan nitrogen (N2) sebesar
kurang lebih 5 psi dan dilakukan pengamatan pada bagian-bagian las dan paking
dengan memberikan cairan sabun pada bagian tersebut. Pengujian dilakukan sekitar 3
jam apakah terjadi penurunan tekanan.

j. Pengujian Jenis
1. Pengujian kenaikan suhu
Pengujian kenaikan suhu dimaksudkan untuk mengetahui berapa kenaikan suhu oli dan
kumparan transformator yang disebabkan oleh rugi-rugi transformator apabila
transformator dibebani. Pengujian ini juga bertujuan untuk melihat apakah penyebab
panas transformator sudah cukup effisien atau belum. Pada transformator dengan
tapping tegangan di atas 5% pengujian kenaikan suhu dilakukan pada tappng tegangan
terendah (arus tertinggi), pada transformator dengan tapping maksimum 5% pengujian
dilakukan pada tapping nominal. Pengujian kenaikan suhu sama dengan pengujian
beban penuh, pengujian dilakukan dengan memberikan arus transformator sedemikian
hingga membangkitkan rugi-rugi transformator, yaitu rugi beban penuh dan rugi beban
kosong.
POLINEMA-AST-TRAFO

2. Pengujian tegangan impulse


Pengujian impulse ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan dielektrik dari
sistem isolasi transformator terhadap tegangan surja petir. Pengujian impuls adalah
pengujian dengan memberi tegangan lebih sesaat dengan bentuk gelombang tertentu.
Bila transformator mengalami tegangan lebih, maka tegangan tersebut hampir
didistribusikan melalui effek kapasitansi yang terdapat pada :
 antar lilitan transformator
 antar layer transformator
 antara coil dengan ground

3. Pengujian tegangan tembus oli


Pengujian tegangan tembus oli dimaksudkan mengetahui kemampuan dielektrik oli.
Hal ini dilakukan karena selain berfungsi sebagai pendingin dari transformator, oli juga
berfungsi sebagai isolasi.
Persyaratan yang ditentukan adalah sesuai denga standart SPLN 49 - 1 : 1982, IEC 158
dan IEC 296 yaitu:
> = 30 KV/2,5 mm sebelum purifying
> = 50 KV/2,5 mm setelah purifying
Peralatan yang dapat digunakan misalnya merk hipotronics type EP600CD.
POLINEMA-AST-TRAFO

2.6.4. Spesifikasi Name Plate pada trafo

Pada Name Plate diatas, diketahui spesifikasi sebagai berikut:


POLINEMA-AST-TRAFO

Transformer Type 470 MVA/525 KV : Trafo dengan kapasitas 470 MVA pada sisi
incoming dan memiliki tegangan maksimal 525 KV
Serial No 5352PH132 : Nomor seri Trafo yang dibuat di pabrik
Cool Method ONAN/ONAF/ODAF : memiliki tiga sistem pendinginan
ONAN/ONAF/ODAF
Number Of Phases 3 : trafo memiliki 3 jumlah fasa
Frequency 50 Hz : Trafo dengan frekuensi 50 Hertz

Connection Symbol YN d1 : Hubungan dalam trafo berupa hubung Bintang


pada sisi incoming dengan Netral dan hubung delta pada sisi outgoing dengan angka
jam 1
Noise Level dB : (gambar buram)
Manufacture Standart IEC 60076 : Seluruh pembuatan bagian-bagian trafo dibuat
dengan menggunakan standart dari IEC 60076
Insulation Levels:
Winding : Um (nilai maksimum tegangan tertinggi sistem dari belitan yang
dihubungkan, sesuai dengan isolasinya)
Li (Tegangan ketahanan impuls petir)
AC (Tegangan ketahanan frekuensi kerja)
berdasarkan SPLN 8-3_1991
Insulation Levels : HV (sisi tegangan tinggi) dan LV (sisi tegangan rendah) serta
HV Netral (sisi tegangan tinggi netral)
Cooling Method:
ONAN :Oil Natural Air Natural (menggunakan minyak untuk pendingin
internal dengan konveksi natural di dalam tankinya dan menggunakan udara dengan
konveksi natural untuk pendingin eksternal.)
ONAF : Oil Natural Air Fan (menggunakan minyak untuk pendingin internal
dengan konveksi natural di dalam tankinya dan menggunakan udara dengan konveksi
kipas untuk pendingin eksternal.)
ODAF : Oil Natural Directed Fan (menggunakan minyak untuk pendingin
internal langsung ke belitan utama di dalam tankinya dan menggunakan udara dengan
konveksi kipas untuk pendingin eksternal.)
POLINEMA-AST-TRAFO

Rated Power, Rated Voltage dan Rated Current: Nilai daya, Tegangan dan arus yang
dapat dilalui pada sisi tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah untuk mencapai sistem
pendinginan yang tertera.
470 MVA short circuit Impedance 75˚: Impedansi hubung singkat trafo ber-kapasitas
470 MVA pada suhu 75˚.
Max. Ambient Temperature 40˚C: Suhu lingkungan maksimal yang diperkenankan
untuk pemasangan trafo sebesar 40˚C
Top Oil Temperature Rise: Kenaikan suhu yang diperkenankan ketika saat minyak
suhu mencapai puncak adalah sebesar 50K
Winding Temperature Rise : Kenaikan suhu yang diperkenankan pada lilitan
sebesar 50K
Bushing Current Transformer : Konduktor pada trafo arus

2.6.5. Dimensi Trafo:


Dimensi Trafo diperlukan untuk persiapan pemetakan tempat dudukan sebuah trafo
sebelum dibeli.
POLINEMA-AST-TRAFO

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Fungsi dari sebuah Trafo yaitu untuk mentransfer energi dari suatu sistim tenaga
listrik ke tsistim tenaga listrik yang lain tanpa mengubah frekuensi
2. Prinsip kerja dan Konsep dasar sebuah trafo adalah, adanya tegangan pada sisi
incoming yang menyentuh sisi incoming sehingga timbul GGM ke sisi outgoing trafo.
pada lilitan sisi incoming dan outgoing terdapat reaktansi dan resistansi yang
menjadikannya beban. Ketika tegangan menyentuh beban maka timbullah arus dan
Trafo dapat bekerja.
3. Dalam penjelasan rangkaian ekivalen trafo, saat Trafo diberi beban, maka besar I1
dan I2 akan berbeda. Jika I2 naik, maka I1 harus naik. Arus pada I1 tergantung pada
arus I2 sehingga energi yang ditransformasikan tergantung pada beban di rangkaian
outgoing.
4. Rugi-Rugi yang terjadi pada sebuah trafo bisa diakibatkan oleh pembebanan yang
terlalu tinggi sehingga membuat trafo menjadi panas dan trafo bisa rusak. Loses
disebabkan oleh belitan dalam trafo P=I^2R. Untuk mencari Power Quality pada Trafo
dapat dihitung dengan rumus

.
5. Untuk mencegah terjadinya rugi-rugi pada trafo maka perlu dipasang relay-relay
serta melakukan efisiensi trafo. Memasang sistem pendingin juga sangat penting agar
trafo tidak mengalami loses(panas)
6. Name Plate pada Trafo Tenaga memiliki daya dan kapasitas yang besar sehingga
memiliki proteksi dan standart perlindungan (suhu lingkungan, sistem pendinginan)
yang tinggi pula. Sebelum melakukan pembelian Trafo, penting untuk menghitung
dimensi Trafo sebagai tempat dudukan dan perlindungan Trafo, sehingga ketika Trafo
datang sudah siap untuk digunakan.

B. Saran
1. Ketika membuat makalah dan mencari materi tentang transformator, diharap
melakukan konsultasi lebih sering dan mencari referensi lebih banyak supaya lebih
POLINEMA-AST-TRAFO

paham dengan materi yang akan dijelaskan.


2. Ketika mencari materi tentang Transformator jangan hanya dari satu sumber,
diusahakan untuk mencari dari beberapa sumper, diutamakan sumber internasional dan
sesuai standart internasional seperti IEC/IEEE/SPLN.
3. Sebelum membuat makalah tentang Transformator diharapkan tidak hanya mengerti
tentang ilmu teori dan bacaan namun juga paham tentang kondisi sebenarnya di
lapangan.
POLINEMA-AST-TRAFO

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

IEC 60076-1
IEC 60076-2
SPLN 8-1_1991
SPLN 8-2_1991
SPLN 8-4_1991
SPLN 8-5_1991
Theodore Wildi, Electrical Machines, Drives and Power Systems 3rd,Prentice Hall Inc,
New Jersey, 1997
Sumardjati, Prih, dkk, Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 3 untuk SMK ,
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta .200
Willian D Stevenson, Jr, Elementh of Power System Analysis, 4th Edition 1982
https://www.academia.edu/9900561/TRANSFORMATOR_DAYA
https://slametumy.files.wordpress.com/2014/03/trafo-dan-jenisnya.pdf
digilib.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai