Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PROJECT
GEJALA MEDAN TINGGI
“Penempatan Lightning Arrester sebagai Proteksi dari Transformator”

DOSEN PEMBIMBING
(Arwadi Sinuraya, S.T., M.T.)

OLEH :
Rizky Falmi Setiawan Tarigan
5171230008

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita rahmat
kesehatan dan kesempatan, sehingga bisa menyusun atau menyelesaikan penyusunan
makalah Project Gejala Medan Tinggi yang berjudul “Penempatan Lightning Arrester
sebagai Proteksi dari Transformator”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Arwadi Sinuraya, S.T., M.T. yang
telah membimbing penulis dan pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Makalah ini penulis yakini bahwa jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangannya seperti pepatah yang mengatakan “tak ada gading yang tak retak”, baik isi
maupun penyusunnya. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 30 Mei 2020

Rizky Falmi Setiawan Tarigan


5171230008

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar Isi...................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................... 2
1.3 Tujuan..................................................................................................................... 2
Bab II Landasan Teori............................................................................................... 3
2.1 Lightning Arrester.................................................................................................. 3
2.2 Sumber Tegangan Lebih......................................................................................... 7
2.3 Pemilihan Tingkat Isolasi Dasar............................................................................. 9
2.4 Teori Perhitungan Jarak Maksimum....................................................................... 9
2.5 Tegangan Sistem Maksimum................................................................................. 10
2.6 Tegangan Pengenal Lightning Arrester.................................................................. 11
Bab III Metodologi Penelitian................................................................................... 12
3.1 Analisis Data........................................................................................................... 12
3.2 Alur Analisis........................................................................................................... 12
Bab IV Pembahasan................................................................................................... 13
4.1 Pemilihan Lightning Arrester pada Transformator 60 MVA................................. 13
4.2 Karakteristik Lokasi Lightning Arrester dengan Tingkat Isolasi Transformator
60 MVA.................................................................................................................. 15
Bab V Penutup............................................................................................................ 16
5.1 Kesimpulan............................................................................................................. 16
5.2 Saran....................................................................................................................... 16
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini energi listrik sudah menjadi salah satu kebutuhan utama bagi manusia.
Sehingga ketersediaan energi listrik harus tetap terjaga. Hal ini tentunya harus didukung
dengan sistem ketenagalistrikan yang handal dengan peralatan dan SDM yang handal.
Sistem ketenagalistrikan yang dimulai dari pembangkitan, Gardu induk, transmisi,
dan gardu distribusi harus tetap dijaga kehandalannya. Gardu induk merupakan suatu sistem
instalasi listrik yang terdiri dari beberapa perlengkapan peralatan listrik dan menjadi
penghubung listrik dari jaringan transmisi ke jaringan distribusi perimer. Diantara peralatan-
peralatan tersebut diantara telah kita kenal seperti transformator, penggubah fasa, arrester.
Untuk itu didalam G.I. Diperlukan isolasi dan peralatan-peralatan lainnya untuk mengatasi
ganguan-ganguan yang dapat merusak peralatan pada G.I dan saluran transmisinya. Untuk
mencegah terjadinya hal tersebut maka setiap pemasangan G.I selalu dilengkapi dengan
Lightning arrester.
Lightning Arrester merupakan salah satu peralatan yang sangat penting pada G.I.
Penempatan arrester pada G.I memiliki tujuan dan fungsi yang sama tetapi memiliki cara
pengawatan dan peletakan arrester yang berbeda. Sistem penempatan arrester adalah sistem
yang berhubungan dengan cara pengawatan arrester yang memiliki tujuan untuk memberikan
proteksi pada trafo dari tegangan lebih.
Gangguan yang disebabkan oleh petir akan dapat menaikkan tegangan sampai
beberapa kali tegangan nominal sistem tersebut, sehingga peralatan yang mempunyai rating
tegangan tertentu akan terlampaui yang dapat merusak peralatan. Untuk mengatasi gangguan
petir, pada sisi masuk gardu induk (GI) dipasang pengaman petir yang dapat melindungi
peralatan listrik yang digunakan sebagai kelangsungan penyaluran energi listrik ke
konsumen. Dengan memasang alat pengaman dapat diketahui besar energi kilat/petir yang
mengenai peralatan, karena kilat selalu mencari jalan terpendek untuk melepaskan muatan
listrik selain itu alat pengaman harus dapat melindungi peralatan sistem tenaga listrik dengan
cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan mengalirkan ke tanah.

1
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa itu Lightning Arrester ?
2) Bagaimana alur tahapan untuk penentuan jarak maksimum penempatan Lightning
Arrester ?
3) Bagaimana cara perhitungan jarak untuk penempatan Lightning Arrester ?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui apa itu sebenarnya Lightning Arrester.
2) Untuk mengetahui alur tahapan untuk penentuan jarak maksimum penempatan
Lightning Arrester.
3) Untuk mengetahui perhitungan jarak penempatan Lightning Arrester.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Lightning Arrester


Arrester adalah alat pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik terhadap tegangan
lebih, baik yang disebabkan oleh surja petir maupun surja hubung. Arester merupakan suatu
alat pelindung terhadap tegangan surja berfungsi melindungi peralatan listrik dengan cara
membatasi surja tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya ke tanah. Alat ini bersifat
sebagai by pass di sekitar isolasi yang membentuk jalan dan mudah dilalui oleh arus kilat,
sehingga tidak timbul tegangan lebih pada peralatan.
Alat pelindung yang paling sempurna adalah arester, pada pokoknya arester ini terdiri
dari dua unsur yaitu sela api (spark gap) dan tahanan tak linier atau tahanan kran/katup (valve
resistor). Kedua dihubungkan secara seri. Batas atas dan bawah dari tegangan percikan
ditentukan oleh tegangan sistem maksimum dan oleh tingkat isolasi peralatan yang
dilindungi, sering kali persoalan ini dapat dipecahkan hanya dengan mengetrapkan cara-cara
khusus pengaturan tegangan (voltage control). Oleh karena itu sebenamya arester terdiri dari
unsur; sela api, tahanan katup dan sistem pengaturan atau pembagian tegangan (granding
sistem). Tetapi bila tahanannya mempunyai harga tetap, maka jatuh tegangannya menjadi
besar sekali sehingga untuk maksud meniadakan tegangan lebih tidak terlaksanakan.

1) Prinsip Kerja Arrester


Pada prinsipnya arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh petir, sehingga
tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Pada kondisi normal arrester berlaku
sebagai isolasi tetapi bila timbul surja, arrester berlaku sebagai konduktor yang berfungsi
melewatikan aliran arus yang tinggi ke tanah. Setelah itu hilang, arrester harus dengan cepat
kembali menjadi isolator.
Pada pokoknya arrester ini terdiri dari dua unsur yaitu :
1. Sela api (spark gap)
2. Tahanan kran (valve resistor)
Keduanya dihubungkan secara seri. Batas atas dan bawah dari tegangan percikan
ditentukan oleh tegangan sistem maksimum dan oleh tingkat isolasi peralatan yang
dilindungi.

3
Gambar 2.1 Arrester terdiri dari tiga unsur

2) Karakteristik Lightning Arrester


Untuk menentukan tegangan terminal peralatan yang dilindungi, maka arester
merupakan alat pelindung yang dapat diandalkan pada saat ini. Maka perlu diketahui dengan
jelas karakteristik dari arester tersebut adalah:
1. Mempunyai tegangan dasar (rated) dan frekuensi 50 Hz yang tidak boleh dilampaui.
2. Mempunyai karakteristik yang dibatasi oleh tegangan bila dilalui oleh berbagai
macam arus petir.
3. Mempunyai batas thermis.
Maka arester adalah sebuah peralatan yang mempunyai rating tegangan. Arester
tersebut tidak boleh dikenakan tegangan yang melebihi rating ini, baik dalam keadaan normal
maupun dalam keadaan hubung singkat, sebab arester ini dalam menjalankan fungsinya harus
menanggung tegangan sistem normal dan tegangan lebih 50 Hz. Karakteristik pembatas
tegangan impuls dan arester adalah harga yang dapat ditahanan pada terminal bila
rnenyalurkan arus tertentu.
Agar tekanan pada isolasi dapat dibuat serendah mungkin diperlukan suatu sistem
perlindungan tegangan. Dimana sistem perlindungan mempunyai beberapa persyaratan antara
lain:
1. Dapat melepas tegangan lebih ke tanah tanpa menyebabkan hubung singkat ke tanah.
2. Dapat memutuskan arus susulan.
3. Mempunyai tingkat perlindungan yang rendah, artinya tegangan percikan sela dan
tegangan pelepasannya rendah.

4
3) Jenis-Jenis Arrester
Adapun jenis-jenis arrester di kelompokan menjadi dua yaitu sebabagai berikut :
A. Arrester jenis ekspulsi atau tabung pelindung
Pada prinsipnya terdiri dari sela percik yang berada dalam tabung serat dan sela
percik yang berada diluar diudara atau disebut juga sela seri lihat pada gambar. Bila ada
tegangan surja yang tinggi sampai pada jepitan arrester kedua sela percik, yang diluar dan
yang berada didalam tabung serat, tembus seketika dan membentuk jalan penghantar dalam
bentuk busur api.
Dalam penggunaan yang terakhir ini arrester jenis ini sering disebut sebagai tabung
pelindung.

Gambar 2.2 Arrester jenis eksplusi atau tabung pelindung

B. Arrester jenis katup


Arrester jenis katup ini terdiri dari sela pecik terbagi atau sela seri yang terhubung
dengan elemen tahanan yang menpunyai karakteristik tidak linier.Tegangan frekuensi dasar
tidak dapat menimbulkan tembus pada sela seri. Arrester jenis katup ini dibagi dalam tiga
jenis yaitu :
1. Arrester katup jenis gardu (station)
2. Arrester katup jenis saluran (intermediate)
3. Arrester katup jenis distribusi untuk mesin – mesin (distribution).

Gambar 2.3 Arrester jenis katup

5
C. Arrester katup jenis gardu
Arrester katup jenis gardu ini adalah jenis yang paling effisien dan juga paling mahal.
Perkataan gardu disini berhubungan dengan pemakaiannya secara umum pada gardu induk
besar. Umumnya dipakai untuk melindungi alat – alat yang mahal pada rangkaian –
rangkaian mulai dari 2400 volt sampai 287 kV dan tinggi.

Gambar 2.4 Arrester katup jenis gardu

D. Arrester katup jenis saluran


Arrester jenis saluran ini lebih murah dari arrester jenis gardu . kata “saluran” disini
bukanlah berarti untuk saluran transmisi. Seperti arrester jenis gardu, arrester jenis saluran ini
dipakai untuk melindungi transformator dan pemutus daya serta dipakai pada system
tegangan 15 kV sampai 69 kV.

Gambar 2.5 Arrester katup jenis saluran

E. Arrester katup jenis distribusi untuk mesin – mesin


Arrester jenis distribusi ini khusus melindungi mesin – mesin berputar seperti diatas
dan juga melindungi transformator dengan pendingin udara tanpa minyak. Arrester jenis ini
dipakai pada peralatan dengan tegangan 120 volt sampai 750 volt.

Gambar 2.6 Arrester katup jenis distribusi untuk mesin-mesin

6
2.2 Sumber Tegangan Lebih
1) Tegangan Lebih
Pada keadaan transient, tegangan yang terjadi lebih besar dari tegangan kerja pada
peralatan itu. Hal ini tentu saja dapat merusak peralatan tersebut, oleh karena peralatan itu
mempunyai kekuatan isolasi yang terbatas. Jadi jelaslah bahwa peralatan itu harus dilindungi
terhadap akibat yang merusak dari tegangan lebih ini, harus sudah diperhitungkan pada waktu
perencanaan tenaga listrik tersebut.

2) Penyebab Terjadinya Tegangan Lebih


Tegangan lebih yang terjadi pada sistem tenaga listrik dapat disebabkan oleh berbagai
hal antara lain :
Tegangan lebih luar (External over voltage). Tegangan lebih yang disebabkan
peristiwa yang terjadi di atmosfir bumi, dalam hal ini tegangan lebih yang terjadi tidak
mempunyai hubungan langsung dengan tegangan kerja. External over voltage ini dapat
terjadi disebabkan oleh :
1. Sambaran petir langsung (direct lightning stroke)
2. Induksi tegangan petir disebabkan oleh pelepasan muatan yang terjadi antara awan
dengan tanah dekat dengan bangunan listrik
3. Induksi tegangan yang disebabkan perubahan kondisi atmosfir sepanjang kawat
transmisi.
4. Induksi tegangan statis yang disebabkan oleh awan yang bermuatan. \
5. Induksi tegangan statis yang disebabkan oleh gesekan-gesekan partikel-partikel kecil
di awan.

3) Gelombang Berjalan (Travelling wave)


Gelombang berjalan ini timbul dalam sistem transmisi sebagai akibat adanya tegangan
lebih pada sistem yang disebabkan oleh proses sambaran petir atau proses switching
(pembukaan dan penutupan saklar daya). Sampai saat ini sebab-sebab dari gelombang
berjalan yang diketahui ialah:
1. Sambaran petir secara langsung pada kawat.
2. Sambaran petir secar tidak langsung pada kawat (induksi).
3. Operasi pemutusan (switching operations).
4. Busur pentanahan (arching grounds).
5. Gangguan-gangguan pada sistem oleh berbagai-bagai kesalahan.
7
6. Tegangan kerja sistem.

4) Bentuk Gelombang Berjalan


Bentuk umum dari suatu gelombang berjalan adalah tegangan inpuls yang mempunyai
spesifikasi seperti ditunjukan pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.7 Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja

Keterangan :
Tf = Waktu muka gelombang (O ‘A)
Tt = Waktu ekor gelombang (O ‘B)
V maks = Tegangan puncak

8
2.3 Pemilihan Tingkat Isolasi Dasar (BIL)
BIL ini menyatakan tingkat isolasi terhadap petir. Agar pemakaian arester dalam
koordinasi isolasi dapat memberikan hasil yang maksimal perlu berpedoman pada asas-asas.
Dan salah satu asasnya adalah Daerah perlindungan harus mempunyai jangkauan yang cukup
untuk melindungi semua peralatan gardu induk yang mempunayi BIL (Basic Insulation
Level) atau lebih tinggi dari daerah perlindungan.
Untuk menghitung dari margin perlindungan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
BIL
ℑ = ( KIA −1 ) x 100 %

Keterangan:
ℑ = Impuls Margin (%)
KIA = Tegangan Pelepasan Maksimum Arrester (kV)
BIL = Tingkat Isolasi Dasar (kV)
Berdasarkan rumus diatas ditentukan tingkat perlindungan untuk trafo daya. Kriteria
yang berlaku untuk MP > 20% dianggap cukup untuk melindungi transformator.

2.4 Teori Penghitungan Jarak Maksimum


1) Jarak Maksimum Arester dan Trafo yang Dihubungkan dengan Saluran Udara
Untuk menentukan jarak maksimum arester dan peralatan yang dilindungi yang
dihubungkan langsung dengan saluran udara dianggap sebagai jepitan terbuka, seperti yang
ada pada (gambar 2.2) berikut ini:

Gambar 2.8 Skema jarak transformator dan arrester dengan jarak S


Perlindungan yang baik diperoleh bila arester ditempatkan sedekat mungkin pada
jepitan trafo. Tetapi, dalam praktek arester itu harus ditempatkan dengan jarak S dari trafo
yang dilindungi. Karena itu, jarak tersebut ditentukan agar perlindungan dapat berlangsung
dengan baik.
Keterangan gambar :
Ea = Tegangan percik arrester (Arrester sparkover voltage)

9
Ep = Tegangan pada jepitan trafo
A = de/dt = kecuraman gel datang, dan dianggap konstan
S = Jarak antara arester dengan trafo
v = Kecepatan merambat gelombang
Apabila trafo dianggap jepitan terbuka, yaitu keadaan yang paling berbahaya, apabila
gelombang mencapai trafo akan terjadi pantulan total, dan gelombang ini kembali kekawat
saluran dengan polaritas yang sama, waktu yang dibutuhkan oleh gelombang untuk merambat
kembali ke arester 2 S/v. Bila arester mulai memercik maka tegangan pada jepitan arester
adalah:
Ea = At + A(t−2 S/ v)
= 2 At −2 A S /v
Bila waktu percik arester tso, dihitung mulai gelombang itu pertama kali sampai pada arester,
maka dari persamaan diatas menjadi:
Ea +2 A S /v
tso=
2A
Setelah terjadi percikan maka arester berlaku sebagai jepitan hubung singkat, dan
menghasilkan gelombang sebesar:
− A( t−t so )
Gelombang negatif ini akan merambat ke trafo, dan setelah pantulan pertama pada trafo
terjadi, jumlah tegangan pada trafo menjadi:
Ep = 2 At −2 A (t−t so)
= 2 A t so
E a+ 2 A S/ v
=2A
2A
Atau
Ep = Ea +2 A S /v

2.5 Tegangan Sistem Maksimum


Nilai tegangan sistem maksimum umumnya digunakan 110% dari harga tegangan
nominal sistem, dapat dilihat dari Persamaan berikut.
V max =V n ominal x 110 %
Keterangan,
V max = Tegangan maksimum (V)

10
2.6 Tegangan Pengenal Lightning Arrester
Tegangan lightning arrester pada saat bekerja sesuai karakteristiknya yang disebut
tegangan pengenal. Lightning arrester umumnya tidak boleh bekerja jika ada gangguan fasa
ke tanah, karena tegangan pengenalnya lebih tinggi dari tegangan gangguan fasa ke tanah.
Persamaannya dapat dilihat pada Persamaan berikut.
Ea =V nominal x Koefisien Pentanahan x 100 %
Keterangan,
Ea = Tegangan Pengenal
Vn = Tegangan Sistem
Koefisien Pentanahan = 0,8

2.7 Arus Pelepasan


Arus pelepasan merupakan nilai puncak arus impuls sebesar 8/20 µs menurut standar,
dan digunakan untuk mengklasifikasikan arrester. Persamaan untuk menentukan arus
pelepasan ditunjukan dengan Persamaan berikut.
2E+ E a
I a=
Z+ R
Tegangan Nominal
R=
Arus Nominal
Keterangan:
Ia = Arus pelepasan arrester (A)
E = Tegangan surja yang datang (kV)
Ea = Tegangan terminal arrester (kV)
Z = Impedansi kawat transmisi (Ohm)
R = Resistansi saluran (Ohm)

11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Analisis Data


Tahapan menganalisis data yang digunakan sebagai berikut:
1. Menentukan tegangan pengenal Lightning Arrester.
2. Menentukan arus pelepasan Lightning Arrester.
3. Menentukan jarak Lightning Arrester dengan transformator dengan perhitungan
kordinasi lokasi Lightning Arrester.
4. Melakukan simulasi kerja Lightning Arrester

3.2 Alur Analisis


Alur tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar berikut.

Mulai

1. Data Transformator
2. Data Lightning
Arrester

1. Menghitung Tegangan pengenal


Lightning Arrester
2. Menghitung arus pelepasan
Lightning Arrester
3. Menghitung tegangan tertinggi
yang tiba pada transformator

Menghitung letak Lightning Arrester


dari transformator

Kesimpulan

Selesai

12
BAB IV
PEMBAHASAN

Mengetahui pengaruh penempatan lightning arrester sebagai proteksi transformator


dengan jarak lightning arrester dengan transformator sejauh 2020 meter.

4.1 Pemilihan Lightning Arrester pada Transformator 60 MVA

4.1.1 Menentukan Tegangan Sistem Maksimum

Tegangan sistem maksimum dapat dicari dengan menggunakan Persamaan berikut.

V max =V nominal x 110%

Sehingga didapat,

V max = V nominal x 110 %

= 150 kV x 1,1

= 165 kV

Mengacu pada standar PLN dimana tegangan maksimum dapat mencapai 170 kV,
maka tegangan sistem maksimum yang dipakai adalah 170 kV.

4.1.2 Menentukan Tegangan Pengenal Lightning Arrester

Tegangan pengenal lightning arrester didapat memakai Persamaan berikut.

Ea =V nominal x Koefisien Pentanahan x 100 %

Sehingga didapat,

Ea = V nominal x Koefisien Pentanahan x 100 %

= (150 kV x 0,82 Ω) x 100%

= 135 kV

Tegangan pengenal lightning arrester yang didapat sebesar 135 kV, dapat dilihat pada
Tabel berikut.

13
Tabel 1. Nilai Maksimum Tegangan Lebih Gelombang Petir

4.1.3 Menentukan Tegangan Percik Impuls Maksimum

Tegangan percik impuls maksimum lightning arrester dengan tegangan operasi pada
sistem 150 kV didapat nilai nya berdasarkan tabel 2 sebesar 577 kV.

4.1.4 Menentukan Arus Pelepasan Lightning Arrester

Arus pelepasan lightning arrester dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan


berikut.

2E−Ea
Ia=
Z+ R

a. Arus nominal transformator 60 MVA didapatkan sebesar 1732 A.


b. Hambatan saluran dapat ditentukan menggunakan Persamaan berikut.
Tegangan Nominal
R=
Arus Nominal
Sehingga didapat,
Tegangan Nominal
R =
Arus Nominal
150 kV
R =
1732 A
R = 86 Ω
c. Arus pelepasan lightning arrester untuk mengisolasi transformator 60 MVA didapat
dengan perhitungan persamaan berikut.
2E−Ea
Ia=
Z+ R
Sehingga didapat,

2E−Ea
Ia =
Z+R

14
2 ( 1030 ) −138
Ia =
400+173

Ia = 3,35 kA

4.2 Karakteristik Lokasi Lightning Arrester dengan Tingkat Isolasi Transformator


60 MVA
4.2.1 Perhitungan Jarak Lightning Arrester dengan Transformator 60 MVA

Data eksisting lightning arrester pada transformator 60 MVA didapat sebagai berikut.

Tabel 2. Data Eksisting Pengujian pada Transformator 60 MVA

TID Jarak Arrester


TID Kecepatan
Tegangan Lightning Tegangan ke
Transformator Rambat
sistem (kV) Arrester Percik (kV) Transformator
(kV) Surja
(kV) (m)
150 750 650 577 2020 300

Jarak maksimum pemasangan lightning arrester terhadap transformator dapat


ditentukan dengan data yang diperoleh dari Tabel 2.

Diketahui :

Tegangan Percik Arrester (Ea) = 577 kV

TID Lightning arrester (Ep) = 650 kV

Kecuraman Gelombang (A) =1000 dv/dt

Rambat Gelombang = 300 m/µdet

Rambat Gelombang (UGC) = 600 m/µdet

Surja petir datang dengan kecuraman gelombang sebesar 1000 dv/dt, maka dapat
ditentukan jarak maksimal pemasangan lightning arrester dari transformator dengan
menggunakan Persamaan berikut.

A .S
Ep = Ea +2
v
1000 s
650 = 577 + 2
300
73
S = =10,96 meter
6,66

4.3

15
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan perhitungan jarak maksimum
penempatan Lightning Arrester yang perlu dilakukan yaitu:
1. Menghitung Tegangan pengenal Lightning Arrester
2. Menghitung arus pelepasan Lightning Arrester
3. Menghitung tegangan tertinggi yang tiba pada transformator
Setelah melakukan ketiga tahapan tesebut lalu dapat melakukan perhitungan jarak
maksimum dari Lightning Arrester.
Dari pembahasan didapat jarak maksimum yang didapat menggunakan metode
perhitungan yaitu sebesar 10,96 meter. Sehingga jarak yang diperbolehkan untuk penempatan
Lightning Arrester yaitu berkisar 3 m – 10,96 m.

5.2 Saran
Setelah menyimpulkan dari hasil pembahasan maka dapat diambil beberapa saran
sebagai berikut
1. Pemasangan arester berdasarkan jaraknya dengan trafo masih dalam batas aman yaitu
antara jarak 3 m sampai 10,96 m.
2. Perlu adanya pengujian atau penghitungan dengan teori perhitungan lain untuk bisa
membandingkan hasil penghitungan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Gultom, Togar Timoteus. 2017. Optimasi Jarak Maksimum Penempatan Lightning Arrester
sebagai Proteksi Transformator pada Gardu Induk. Jurnal Ilmiah “Dunia Ilmu”. Vol.
3(1).
Jayanthana, I Putu Weda, dkk. 2020. Analisa Penempatan Lightning Arrester pada Cable
Head 60 Sebagai Pengaman Transformator GIS Bandara Ngurah Rai. Jurnal
Spektrum. Vol. 7(1).
Nasution, Ramayulis dkk. 2019. Analisis Penempatan Lightning Arrester sebagai Pengaman
Gangguan Petit di Gardu Induk Langsa. Jurnal Buletin Utama Teknik. Vol 14(3).
Nurhaidi, Ringga. (-). Penentuan Letak Optimum Arrester pada Gardu Induk (GI) 150 kV
Siantan Menggunakan Metode Optimasi. (-).

17

Anda mungkin juga menyukai