Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEWIRAUSAHAAN
“Kemitraan Usaha dan Jejaring Usaha”

DOSEN PEMBIMBING
(Ir. Mustamam Nasution, M.T)

OLEH :

Kelompok 9
Aditya Mahendara 5173230001
Arianto Nixon T. Tambunan 5173230004
Rizky Falmi Setiawan Tarigan 5171230008

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami
rahmat kesehatan dan kesempatan, sehingga bisa menyusun atau menyelesaikan
penyusunan makalah presentasi Kewirausahaan yang berjudul “Kemitraan Usaha dan
Jejaring Usaha”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Mustamam Nasution, M.T.
yang telah membimbing penulis dan pihak-pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Makalah ini penulis yakini bahwa jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangannya seperti pepatah yang mengatakan “tak ada gading yang tak retak”, baik
isi maupun penyusunnya. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 26 Februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan ............................................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................................................... 2
1.4 Manfaaat ..................................................................................................................................... 2

Bab II Pembahasan ........................................................................................................... 3


2.1 Kemitraan Usaha ..................................................................................................................... 3
2.2 Jejaring Usaha........................................................................................................................... 8

Bab III Penutup .................................................................................................................. 12


3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................... 12
3.2 Saran ............................................................................................................................................ 12

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kewirausahaan (bahasa Inggris: entrepreneurship) atau Wirausaha adalah
proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi
tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan
sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk
pada kondisi risiko atau ketidakpastian.
Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber
acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya. Richard Cantillon (1775),
misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment).
Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya
pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih
menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau ketidakpastian.
Berbeda dengan para ahli lainnya, menurut Penrose (1963) kegiatan kewirausahaan
mencakup indentfikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi sedangkan menurut
Harvey Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan
untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum
terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya
belum diketahui sepenuhnya dan menurut Peter Drucker, kewirausahaan adalah
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Orang yang
melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan. Muncul pertanyaan
mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur) mempunyai cara berpikir yang
berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai motivasi, panggilan jiwa,
persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai nilai, sikap dan perilaku sebagai
manusia unggul.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kemitraan?
2. Apa saja tujuan dari kemitraan?
3. Apa saja jenis jaringan usaha?

1.3 Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui apa itu kemitraan atau kemitraan usaha.
2. Untuk dapat mengetahui tujuan dari kemitraan.
3. Untuk dapat mengetahui jenis jaringan usaha.

1.4 Manfaat
1. Menjadikan mahasiswa untuk lebih rajin dalam membaca dan memahami
referensi – referensi yang tersedia.
2. Untuk memperluas pengetahuan mahasiswa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kemitraan Usaha


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kemitraan dapat diartikan
sebagai perihal hubungan – jalinan kerja sama dan sebagainya sebagai mitra. Menurut
Undang-Undang (UU) No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dan Menengah (UKM),
Pasal 8 ayat 1 yang berbunyi; “Kemitraan adalah kerja sama usaha antara usaha kecil
dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan
pengembangan usaha oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan
prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan ”.
Kemitraan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok
masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerja sama
dalam mencapai suatu tujuan bersama berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran
masing-masing. Dengan demikian untuk membangun kemitraan harus memenuhi
beberapa persyaratan yaitu; persamaan perhatian, saling percaya, dan saling
menghormati, harus saling menyadari pentingnya kemitraan, harus ada kesepakatan
misi, visi, tujuan, dan nilai yang sama, harus berpijak pada landasan yang sama,
kesediaan untuk berkorban.
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau
kerja sama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok.
Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara
individu-individu, kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi untuk mencapai
suatu tugas atau tujuan tertentu.
Adapun unsur-unsur kemitraan yaitu:
 Adanya hubungan – kerja sama antara dua pihak atau lebih. Adanya
kesetaraan antara pihak-pihak tersebut – equality.
 Adanya keterbukaan atau trust relationship antara pihak-pihak tersebut –
transparancy.
 Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi
manfaat – mutual benefit.
Kemitraan berkembang dengan baik sejak terjadinya krisis ekonomi dan politik
yang menimpa Indonesia pada akhir tahun 1997. Pemerintah, tokoh-tokoh terkemuka
dari masyarakat sipil, dunia usaha, dan negara-negara donor berkumpul dengan
semangat pembaruan dan bekerja sama untuk memajukan demokrasi di Indonesia.
Arahan pemerintah yang cukup disertai dengan fasilitas-fasilitas fisik maupun
kemudahan yang disediakan oleh pemerintah seperti kemudahan mendapatkan kredit
bank, telah merangsang swasta untuk mengembangkan usaha melalui hubungan
kemitraan atau kontrak. Faktor lain yang mendorong swasta yaitu sulitnya memperoleh
tanah untuk berproduksi, sehingga efisien untuk mengontrak petani daripada harus
menginvestasikan sejumlah dana untuk penyediaan tanah.
Dalam Pasal 27 Undang-Undang Usaha Kecil ditentukan pola-pola kemitraan
sebagai berikut:
1. Inti Plasma
Pola inti plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha
menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha menengah atau usaha besar
bertindak sebagai inti dan usaha kecil selaku plasma, perusahaan inti melaksanakan
pembinaan mulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis, sampai dengan
pemasaran hasil produksi.

2. Subkontrak
Pola subkontrak adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha
menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha kecil memproduksi komponen
yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar sebagai bagian dari
produksinya. Kelemahan pola subkontrak adalah pada besarnya kebergantungan
pengusaha kecil pada pengusaha menengah atau besar. Hal tersebut dapat berdampak
negatif terhadap kemandirian dan keuntungan yang diperoleh oleh pengusaha kecil.
Manfaat yang diperoleh pengusaha kecil melalui pola subkontrak ini adalah
dalam hal:
(a) Kesempatan untuk mengerjakan sebagian produksi dan atau komponen.
(b) Kesempatan yang seluas-luasnya dalam memperoleh bahan baku.
(c) Bimbingan dan kemampuan teknis produksi dan atau manajemen.
(d) Perolehan, penguasaan, dan peningkatan teknologi yang digunakan.
(e) Pembiayaan.
3. Pola Dagang Umum
Pola dagang umum adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha
menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha menengah atau usaha besar
memasarkan produksi usaha kecil atau usaha kecil memasok kebutuhan yang
diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar mitranya.

4. Pola Waralaba
Pola waralaba adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya usaha menengah
atau usaha besar pemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi merk dan
saluran distribusi perusahaan kepada usaha kecil penerima waralaba dengan disertai
bantuan dan bimbingan manajemen.
Pengaturan yang terinci mengenai kemitraan bisnis pola waralaba ini telah
diatur di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 1997 tentang
waralaba. Di dalam peraturan pemerintah kemitraan sendiri terdapat pengaturan
khusus tentang waralaba ini, antara lain dalam pasal 7 yang menentukan sebagai
berikut:
(a) Usaha besar dan atau usaha menengah yang bermaksud memperluas usahanya
dengan memberi waralaba, memberikan kesempatan dan mendahulukan usaha
kecil yang memiliki kemampuan untuk bertindak sebagai penerima waralaba
untuk usaha yang bersangkutan.
(b) Perluasan usaha oleh usaha besar dan atau usaha menengah dengan cara
waralaba di kabupaten atau kotamadya Daerah Tingkat II di luar ibukota
provinsi hanya dapat dilakukan melalui kemitraan dengan usaha kecil.

5. Pola Keagenan
Pola keagenan adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya usaha kecil diberi
hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha menengah atau usaha besar
mitranya. Pengertian agen hampir sama dengan distributor karena sama-sama menjadi
perantara dalam memasarkan barang dan jasa perusahaan menengah atau besar-
prisipal. Namun, secara hukum berbeda karena mempunyai karakteristik dan tanggung
jawab hukum yang berbeda.
Modal Ventura dapat didefinisikan dalam berbagai versi. Pada dasarnya berbagai
macam definisi tersebut mengacu pada satu pengertian mengenai modal ventura yaitu
suatu pembiayaan oleh suatu perusahaan pasangan usahanya yang prinsip
pembiayaannya adalah penyertaan modal. Meskipun prinsip dari modal ventura adalah
“penyertaan” namun hal tersebut tidak berarti bahwa bentuk formal dari
pembiayaannya selalu penyertaan. Bentuk pembiayaannya bisa saja obligasi atau
bahkan pinjaman, namun obligasi atau pinjaman itu tidak sama dengan obligasi atau
pinjaman biasa karena mempunyai sifat khusus yang pada intinya mempunyai syarat
pengembalian dan balas jasa yang lebih lunak.
Kenyataan menunjukkan bahwa usaha kecil masih belum dapat mewujudkan
kemampuan dan peranannya secara optimal dalam perekonomian nasional. Hal itu
disebabkan oleh kenyataan bahwa usaha kecil masih menghadapi berbagai hambatan
dan kendala, baik yang bersifat eksternal maupun internal, dalam bidang produksi dan
pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, dan teknologi, serta iklim
usaha yang belum mendukung bagi perkembangannya.
Sehubungan dengan itu, usaha kecil perlu memberdayakan dirinya dan
diberdayakan dengan berpijak pada kerangka hukum nasional yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 demi terwujudnya demokrasi
ekonomi yang bedasar pada asas kekeluargaan. Pemberdayaan usaha kecil dilakukan
melalui:
(a) Penumbuhan iklim usaha yang mendukung bagi pengembangan usaha kecil.
(b) Pembinaan dan pengembangan usaha kecil serta kemitraan usaha.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka untuk menghasilkan tingkat


efisiensi dan produktivitas yang optimal diperlukan sinergi antara pihak yang memiliki
modal kuat, teknologi maju, manajemen modern dengan pihak yang memiliki bahan
baku, tenaga kerja, dan lahan. Sinergi ini dikenal dengan kemitraan. Kemitraan yang
dihasilkan merupakan suatu proses yang dibutuhkan bersama oleh pihak yang bermitra
dengan tujuan memperoleh nilai tambah. Hanya dengan kemitraan yang saling
menguntungkan, saling membutuhkan dan saling memperkuat, dunia usaha baik kecil
maupun menengah akan mampu bersaing.
Adapun secara lebih rinci tujuan kemitraan meliputi beberapa aspek, yang di
antaranya yaitu:
1. Tujuan dari Aspek Ekonomi
Dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
kemitraan secara lebih kongkret yaitu: Meningkatkan pendapataan usaha kecil dan
masyarakat; Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan. Mengenal
tiga jenis efisiensi di antaranya yaitu;
 Pertama, efisiensi teknis adalah cara yang paling efektif dalam menggunakan
suatu sumber yang langka – tenaga kerja, bahan baku, mesin dan lain sebagainya,
atau sejumlah sumber dalam suatu pekerjaan tertentu.
 Kedua, efisiensi statis meliputi efisiensi teknis yang mencerminkan alokasi
sumber-sumber yang ada dalam rangkaian waktu tertentu, dengan kata lain,
efisiensi ekonomi diperoleh bila tak ada kemungkinan realokasi sumber lain
yang dapat meningkatkan output produk lainnya.
 Ketiga, efisiensi dinamis, pada pihak lain menghubungkan pertumbuhan
ekonomi dengan kenaikan sumber yang seharusnya menyebabkan pertumbuhan
ini. Jadi walaupun dua perekonomian mungkin telah meningkatkan persediaan
modal dan tenaga kerja mereka dengan persentase yang sama, tapi tingkat
pertumbuhan nasional dalam kedua kasus ini mungkin sangat berlainan.

2. Tujuan dari Aspek Sosial dan Budaya


Kemitraan usaha dirancang sebagai bagian dari upaya pemberdayaan usaha
kecil. Pengusaha besar berperan sebagaai faktor percepatan pemberdayaan usaha kecil
sesuai kemampuan dan kompetensinya dalam mendukung mitra usahanya menuju
kemandirian usaha, atau dengan perkataan lain kemitraan usaha yang dilakukan oleh
pengusaha besar yang telah mapan dengan pengusaha kecil sekaligus sebagai tanggung
jawab sosial pengusaha besar untuk ikut memberdayakan usaha kecil agar tumbuh
menjadi pengusaha yang tangguh dan mandiri.
Adapun sebagai wujud tanggung jawab sosial itu dapat berupa pemberian
pembinaan dan pembimbingan kepada pengusaha kecil, dengan pembinaan dan
bimbingan yang terus menerus diharapkan pengusaha kecil dapt tumbuh dan
berkembang sebagai komponen ekonomi yng tangguh dan mandiri.
3. Tujuan dari Aspek Teknologi
Secara faktual, usaha kecil biasanya mempunyai skala usaha yang kecil dari sisi
modal, penggunaan tenaga kerja, maupun orientasi pasarnya.Demikian pula dengan
status usahanya yang bersifat pribadi atau kekeluargaan; tenaga kerja berasal dari
lingkungan setempat; kemampuan mengadopsi teknologi, manajemen, dan
adiministratif sangat sederhana; dan struktur permodalannya sangat bergantung pada
modal tetap.
Sehubungan dengan keterbatasan khususnya teknologi pada usaha kecil, maka
pengusaha besar dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan terhadap
pengusaha kecil meliputi juga memberikan bimbingan teknologi.Teknologi dilihat dari
arti kata bahasanya adalah ilmu yang berkenaan dengan teknik.Oleh karena itu
bimbingan teknologi yang dimaksud adalah berkenaan dengan teknik berproduksi
untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

4. Tujuan dari Aspek Manajemen


Manajemen merupakan proses yang dilakukan oleh satu atau lebih individu
untuk mengkoordinasikan berbagai aktivitas lain untuk mencapai hasil-hasil yang tidak
bisa dicapai apabila satu individu bertindak sendiri. Sehingga ada 2 (dua) hal yang
menjadi pusat perhatian yaitu:
 Pertama, peningkatan produktivitas individu yang melaksnakan kerja, dan
 Kedua, peningkatan produktivitas organisasi di dalam kerja yang dilaksanakan.
Pengusaha kecil yang umumnya tingkat manajemen usaha rendah, dengan
kemitraan usaha diharapkan ada pembenahan manajemen, peningkatan kualitas
sumber daya manusia serta pemantapan organisasi. (Prof. DR Agustitin
Setyobudi – Penulis tetap Majalah UKM)

2.2 Jejaring Usaha


Seorang wirausaha tidak dapat hidup sendiri dalam menjalankan usahanya,
namun ada keterkaitan dengan pihak luar baik sebagai pemasok, pelanggan, maupun
pedagang perantara. Oleh karena itu, diperlukan suatu jaringan usaha agar usaha yang
kita jalankan berkelanjutan. Jaringan usaha dan komunikasi terbukti berperan penting
dalam pengembangan usaha. Ada korelasi positif antara pengembangan telekomunikasi
ekonomi. Berbagai jenis jaringan usaha dalam pengembangan usaha dapat berbentuk
antara lain:

1. Jaringan Produksi
Kegiatan sebuah jaringan untuk mengoordinasikan perencanaan dan
pengembangan produksi, serta memperbaiki proses produksi. Menggabungkan keahlian
khusus masing-masing usaha membentuk produk baru, peralatan, sistem produksi, dan
membuat produk unggul yang memiliki daya saing.

2. Jaringan Pemasaran
Bekerja sama untuk memperkuat posisi tawar-menawar dengan pembeli dan
memenangi persaingan pemasaran.

3. Jaringan Pelayanan
Kelompok perusahaan kecil bergabung dalam pembiayaan jasa tertentu:
pelatihan, informasi, teknologi, manajemen konsultasi atau jasa konsultasi ahli,
misalnya: pelatihan bersama.

4. Jaringan Kerjasama
Kerjasama pembelian, peningkatan tenaga kerja, pengembangan produksi dan
kerjasama produksi, kerjasama penjualan dan pemasaran.

5. Memecahkan Tantangan dengan Jaringan Usaha


Tantangan berupa terbatasnya akses terhadap jasa profesional: konsultasi
Manajemen, Akuntansi, Penelitian Pasar, dan konsultasi lainnya. Terbatasnya untuk
memperoleh informasi pasar, akses untuk memperoleh modal, terbatasnya
memperoleh kontrak besar karena kekurangan sumberdaya vital dan terbatasnya
kemampuan untuk bersaing dengan perusahaan lain yang masuk ke pasar lokal.

6. Jaringan Antarkelompok Usaha, Swasta, dan BUMN


Jaringan kerjasama dibidang harga dan mutu pelayanan, sistem pembayaran,
cara pengepakan, pengiriman barang, pemasaran, pembelian bersama, permodalan,
pengadaan barang, dan bidang lainnya.
Dalam rangka mengoptimalkan dan mengatasi masalah kekurangan permodalan
dan pengembangan usaha, maka pengembangan jaringan perlu ditingkatkan melalui:
Jaringan usaha yang akan menghubung-hubungkan sentra usaha dan anggotanya
ke dalam suatu jaringan yang berbasis teknologi informasi demi terbentuknya jaringan
pasar domestik dan antara sentra-sentra usaha Gapoktan.
Suatu jaringan yang diusahakan untuk siap bersaing dalam era global dengan
cara mengadopsi teknologi informasi dan sistem manajemen yang relatif modern
sebagaimana dimiliki perusahaan swasta yang besar.
Jaringan usaha harus didukung oleh jaringan telekomunikasi, pembiayaan, usaha
dan perdagangan, advokasi, usaha, jaringan saling ajar, serta sumber daya lainya seperti
jaringan hasil riset dan teknologi berbagai inovasi baru, informasi pasar, kebijakan, dan
intellijen usaha yang adil dan merata.
Jaringan usaha akan menghimpun para pelaku usaha dan usaha lainnya di dalam
jaringan yang terhubung secara elektronik.
Karakteristik wirausaha yang harus dimiliki dalam pengembangan jaringan
usaha sebagai berikut:
 Memiliki Jaringan Kerja (Net Work)
 Banyak Teman (Friends)
 Kerjasama (Cooperative)

a. Jaringan Kerja (Net Worker)


Keberhasilan kita menjadi entrepreneur sejati adalah sangat tergantung pada
jaringan dan mitra bisnis kita. Oleh karena itu, membangun jaringan mengembangkan
aliansi dan kemitraan bisnis merupakan kebiasaan yang harus senantiasa kita
kembangkan. Kita maklumi manusia dalam kehidupannya selain sebagai makhluk
individu, juga sebagai makhluk sosial yang tidak terlepas dari hidup berdampingan
dengan orang lain, artinya setiap manusia sejak lahir sampai mati membutuhkan orang
lain. Perselisihan yang sering terjadi sebenarnya disebabkan orang itu tidak saling
mengerti. Kenapa tidak saling mengerti? karena mereka tidak saling kenal. Mengenal
orang lain dikaitkan dengan seorang wirausaha yaitu dapat digunakan sebagai
teman/mitra, tenaga kerja, pembina, konsumen, atau juga harus diwaspadai karena
selain itu manusia akan menjadi pesaing.
b. Banyak Teman (Friends)
Bertemanlah sebanyak-banyaknya. Pada barang dengan kualitas yang sama,
orang lebih memilih membeli dari temannya walaupun dengan harga yang sedikit lebih
mahal, dari pada membeli dari orang lain. Teman akan membantu mengembangkan
usaha kita, memberi nasehat, dan membantu menolong pada kita pada masa sulit.

c. Kerjasama (Cooperative)
Kerjasama merupakan suatu alat dimana keuntungan wirausaha dapat
ditingkatkan dengan menolong dirinya sendiri melalui pertolongan bersama dengan
moto kerjasama untuk semua. Tujuan kerjasama ini untuk meningkatkan pendapatan
masing-masing pihak. Mitra adalah temuan tanpa kesenjangan, artinya jarak
kemitraannya tidak memisahkan satu dengan yang lain. Dalam dunia usaha kemitraan
sering diartikan sebagai saling melengkapi satu dengan yang lain dalam bingkai
kesejajaran di segala bidang.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kemitraan dapat diartikan
sebagai perihal hubungan – jalinan kerja sama dan sebagainya sebagai mitra. Kemitraan
adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga
pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerja sama dalam mencapai suatu
tujuan bersama berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masing-masing.
1. Berbagai jenis jaringan dalam pengembangan usaha dapat berbentuk antara lain:
 Jaringan Produksi
 Jaringan Pemasaran
 Jaringan Pelayanan
 Jaringan Kerjasama
 Memecahkan Tantangan dengan Jaringan Usaha
 Jaringan Antar kelompok Usaha, Swasta, dan BUMN
2. Jaringan kerja merupakan prasyarat penting bagi seorang wirausaha untuk
memulai segala sesuatunya dalam menjalankan usaha.
3. Untuk membangun jaringan yang luas dan kuat diperlukan teman, maka seorang
wirausaha harus memiliki teman sebanyak-banyaknya.
4. Kerjasama merupakan suatu alat dimana keuntungan wirausaha dapat
ditingkatkan dengan menolong dirinya sendiri melalui pertolongan bersama
dengan moto kerja untuk semua. Tujuan kerjasama ini untuk meningkatkan
pendapatan masing-masing pihak.

3.2 Saran
Diharapkan adanya saran dari bapak dosen mata kuliah kewirausahaan dan
teman – teman agar makalah presentasi ini menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

http://majalahukm.com/membangun-kemitraan/usaha/
http://blog-ilmuonline.blogspot.com/2012/05/jaringan-usaha.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kewirausahaan

Anda mungkin juga menyukai