Anda di halaman 1dari 89

MAKALAH ETIKA PROFESI AKUNTANSI

( STAKEHOLDER DAN PROFESI LAIN )

Makalah ini diajukan untuk Memenuhi salah satu Tugas pada Mata Kuliah
Etika Profesi Akuntansi dengan Dosen Pembimbing

Muhammad Nasrun, S.ST, SE, M.Si, AK.

Disusun Oleh:

Kelompok VI

Citra Amaliah Kuddus 105731119019


Rahmawati 105731119219
Muthmainnah Nurlely 105731117919
Enda 105731118019
Nurhaidaniah 105731118319
Muhammad Arief 105731116519

Kelas : Akuntansi 19 E

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat-Nya


sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Stakeholder Dan Profesi Lain”. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Dosen mata kuliah Etika Profesi Akuntansi yang telah
membimbing kami dan memberikan masukkan sehingga makalah ini
dapat tersusun dengan baik.

Kami mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak


orang baik itu dari segi pengetahuan maupun pengalaman. Namun,
penulis menyadari masih banyak kekurangan dari makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Makassar, 13 Januari 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan ......................................................................................... 6
BAB II ................................................................................................................................. 7
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 7
A. Stakeholder Dan Profesi Lain ..................................................................... 7
B. Profesi dan Lembaga Lain ........................................................................... 9
BAB III .............................................................................................................................. 12
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 12
A. Peringkat Stakoholder ................................................................................ 12
B. Prinsip Tata Kelola ...................................................................................... 13
C. Kreditur ........................................................................................................... 16
D. Kepailitan ....................................................................................................... 18
E. Penundaan Kewajiban Pembyaran Utang............................................. 28
F. Fungsi Kepenasihatan ............................................................................... 37
G. Studi IFAC ...................................................................................................... 42
H. Prinsip Tata Kelola OECD .......................................................................... 45
I. Prinsip IOSCO ............................................................................................... 46
J. SARBANES & OXLEY ACT ........................................................................ 59
K. Pasar Modal Indonesia ............................................................................... 61
L. Pengeritan pemerintah................................................................................ 70
M. Peran pemerintah ......................................................................................... 70
N. Pengertian Krisis Global Dan Pasar Modal ........................................... 71
O. Regulasi .......................................................................................................... 78
P. SOA .................................................................................................................. 78

ii
Q. Tata Kelola Pemerintah .............................................................................. 79
R. Inisiatif Internasional .................................................................................. 80
S. Menatap Masa Depan ................................................................................. 81
BAB IV ............................................................................................................................. 83
PENUTUP ....................................................................................................................... 83
A. Kesimpulan .................................................................................................... 83
B. Saran ............................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 85

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya Stakeholder pada perusahaan merupakan pihak yang


dapat mempengaruhi ataupun dipengaruhi oleh suatu tindakan atau
perilaku dari bisnis secara keseluruhan. Ketika stakeholder telah
diteridentifikasi, perusahaan telah memiliki keuntungan dasar di dlam
kompetisi dan dapat meningkatkan pasar dan hasil yang diinginkan, tiap
karyawan memerlukan pengetahuan terhadap berbagai macam
stakeholder, baik langsung maupun tidak. Konsep stakeholder pertama kali
digunakan dalam sebuah Memorandum Iinternal pada tahun 1963 di
Stanford Research Lembaga.
Kepailitan dan penundaan atau pengunduran pembayaran (surseance)
lazimnya dikaitkan dengan masalah utang piutang antara seseorang yang
dapat disebut sebagai debitur dengan mereka yang mempunyai dana yang
disebut dengan kreditor. Dengan perkataan lain antara debitur dan kreditor
terjadi perjanjian utang piutang atau perjanjian pinjam meminjam uang yang
mengakibatkan dari perjanjian tersebut adalah lahirnya suatu perikatan
diantara para pihak yang mengakibatkan adanya hak dan kewajiban.
Permasalahan tersebut akan timbul ketika debitur mengalami kesulitan
untuk mengembalikan utangnya tersebut atau dengan kata lain debitur
berhenti membayar.
Pasar modal merupakan bidang penting dalam perekonomian suatu
negara seperti Indonesia. Pembangunan ekonomi Indonesia ditopang dari
beberapa sektor salah satu diantaranya adalah pasar modal (Aini, 2019).
Sektor ini memiliki dua fungsi yaitu sebagai sumber pendanaan bagi
perusahaan dari para investor dan menjadi sarana investasi bagi investor
pada instrumen keuangan (Auditya, 2019). Hal tersebut berarti, seseorang

1
dapat menginvestasikan dana mereka melalui pasar modal untuk membeli
surat berharga dalam bentuk saham maupun obligasi dari perusahaan
tertentu dengan harapan mendapatkan profit sedangkan perusahaan dapat
menggunakan dana tersebut untuk pembiayaan operasionalnya.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan eksistensi dan


menumbuhkan pasar modal adalah dengan menjaga ketersediaan
investasi jangka panjang dan meningkatkan intensitas investor dalam
negeri (Sandy, 2018). Nilai investasi yang tinggi akan kurang mendukung
peningkatan investor domestik jika hanya dimiliki oleh sedikit pihak. Hal
tersebut sesuai dengan yang dimuat dalam Master Plan Pasar Modal
Indonesia tahun 2010-2014 yaitu kekuatan basis investor dalam negeri
bergantung pada jumlah investor dan nilai investasi domestik. Melalui
peningkatan kepemilikan saham dalam negeri, sektor–sektor penting di
Indonesia sebagian besar akan dimiliki oleh masyarakatnya sendiri (Tandio
& Widanaputra, 2016).

Adapun tujuan dari adanya hukum kepailitan adalah untuk kepentingan


dunia usaha dalam menyelesaikan masalah utang-piutang secara adil,
cepat, terbuka dan efektif. Hukum kepailitan diperlukan untuk mengatur
mengenai cara pembagian hasil penjualan harta debitur untuk melunasi
piutang masing-masing kreditur berdasarkan urutan prioritasnya. Sebelum
dibagikan kepada para kreditur, harta debitur oleh pengadilan diletakkan
terlebih dahulu di bawah sita umum.

Perkembangan perekonomian Indonesia dewasa ini, menunjukkan


kecenderungan terhadap sektor swasta semakin menonjol. Terlebih lagi
dengan adanya serangkaian deregulasi ekonomi, peran swasta yang
kebanyakan memilih badan usaha yang menjadi semakin dominan.
Kedudukan perusahaan sebagai institusi adalah sebagai badan atau
lembaga Penasihat hukum, sehingga ia adalah subyek hukum, pelaku
ekonomi, yang mempunyai beberapa nilai lebih dibandingkan dengan
organisasi ekonomi yang lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

2
perusahaan mempunyai nilai lebih baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun
aspek yuridisnya. Kalau aspek tersebut saling mengisi satu dengan lainnya.
Aspek hukum memberikan rambu agar keseimbangan kepentingan semua
pihak dapat diterapkan dengan baik dalam menjalankan kegiatan ekonomi.

Perusahaan sebagai institusi kegiatan ekonomi memiliki struktur


organisasi yang dianggap memiliki kelebihan. Kelebihan tersebut terletak
pada rapat umum pemegang saham (RUPS), direksi dan komisaris serta
tanggung jawabnya terhadap pemegang saham dan pihak ketiga
sebagaimana yang diatur dalam undang-undang. Keberadaan RUPS
sebagai hak tertinggi yang mempunyai wewenang tertentu dan kewajiban
direksi untuk meminta persetujuan RUPS dalam melakukan tindakan
tertentu dinilai merupakan bentuk perlindungan yang memadai bagi
pemegang saham dan pihak kreditur.

Menurut Undang Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang


Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,
kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur,
pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, dan kondisi
kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, social budaya, agama
serta lingkungan penduduk setempat. Di samping itu di sebutkan pula
perkembangan kependudukan dan pembanguna keluarga adalah upaya
terencana untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan
mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi penduduk.

Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai


populasi pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Menurut data dari
Tribunnews.com Indonesia berada pada posisi ke empat jumlah penduduk
terbanyak di dunia, dengan jumlah penduduknya sebanyak 237,6 juta jiwa.
Dengan jumlah penduduk yang semakin besar ini tentu membawa
tantangan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat, menciptakan
kesempatan kerja, menghilangkan kemiskinan, meningkatkan mutu
pendidikan dan kesehatan, meningkatkan infrastruktur, dan pelayanan

3
publik. Dari hasil data di atas pemerintah Indonesia harus melakukan
tindakan agar dapat meminimalisis jumlah perumbuhan penduduk yang
sangat tinggi, dan salah satu upaya yang dapat di lakukan yaitu
memaksimalkan peranan Badan atau instansi yang kompeten dalam
menangani masalah pertumbuhan penduduk.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengendalian Stakeholder dalam sebuah perusahaan ?

2. Bagaimana peringkat Stakeholder memenuhi kewajiban dalam sebuah


perusahaan ?

3. Bagaimana Prinsip Tata Kelola dalam sebuah perusahaan ?

4. Bagaimana proses Pendanaan Kreditur dalam sebuah perusahaan ?

5. bagaimana Kreditur sebagai lembaga hukum yang berfungsi sebagai


realisasi dari tanggung jawab debitur terhadap krediturnya atas
perikatan-perikatan ?

6. bagaimana Penundaan kewajiban pembayaran Utang ?

7. Bagaimana Fungsi kepenasihatan lembaga-lembaga perusahaan ?

8. Bagaimana peranan lembaga dalam Studi IFAC ?

9. Bagaimana Prinsip Tata Kelola OECD dan Prinsip IOSCO ?

10. Bagaimana Prinsip –Prinsip Tata Kelola dalam IOSCO ?

11. Bagaimana pengertian Sarbanes-Oxley Act dan penerapannya di


Indonesia ?

12. Siapakah yang terlibat dalam Pasar Modal Indonesia ?

13. Bagaimana peran pemerintah dalam pengembangan system tata


kelola perusahaan ?

14. Bagaimana kerugian social yang ditimbulkan karena adanya krisis


global ?

4
15. Bagaimana peran pasar modal dalam system keuangan nasional ?

16. bagaimana peran pasar efisien dalam mencerminkan pasar modal ?

17. bagaimana peran pemerintah terhadap terlaksananya tata kelola


perusahaan yang baik ?

18. bagaimana tugas regulator di bidang pasar modal

19. bagaimana Sarbanes and Oxley Act berperan penting untuk


mengembalikan kepercayaan publik terhadap pasar modal ?

20. bagaimana pemerintah menerapkan tata kelola yang bagi

perusahaan ?

21. bagaimana organisasi internasional dalam mengembangkan tata


kelola perusahaan ?

22. bagaimana pemerintah dalam mengelola keseimbangan tata kelola


perusahaan ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana Pengendalian


Stakeholder dalam sebuah perusahaan.

2. untuk mengetahui dan memahami Bagaimana Prinsip Tata Kelola


dalam sebuah perusahaan.

3. untuk mengetahui dan memahami bagaimana Fungsi kepenasihatan


lembaga-lembaga perusahaan.

4. Untuk mengetahui Bagaimana pengertian Sarbanes-Oxley Act dan


penerapannya di Indonesia.

5. untuk mengetahui dan memahami Bagaimana peran pasar modal


dalam system keuangan nasional.

5
6. untuk mengetahui dan memahami bagaimana peran pasar efisien
dalam mencerminkan pasar modal.

7. untuk mengetahui dan memahami bagaimana Sarbanes and Oxley Act


berperan penting untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap
pasar modal

D. Manfaat Penulisan

1. Penulisan ini menambah pengetahuan dan wawasan tentang


Pengendalian Stakeholder dalam sebuah perusahaan.

2. Penulisan ini menambah pengetahuan dan wawasan tentang Prinsip


Tata Kelola dalam sebuah perusahaan.

3. Penulisan ini menambah pengetahuan dan wawasan tentang Fungsi


kepenasihatan lembaga-lembaga perusahaan.

4. Penulisan ini menambah pengetahuan dan wawasan tentang


Sarbanes-Oxley Act dan penerapannya di Indonesia.

5. Penulisan ini menambah pengetahuan dan wawasan tentang peran


pasar modal dalam system keuangan nasional.

6. Penulisan ini menambah pengetahuan dan wawasan tentang peran


pasar efisien dalam mencerminkan pasar modal.

7. Penulisan ini menambah pengetahuan dan wawasan tentang


Sarbanes and Oxley Act berperan penting untuk mengembalikan
kepercayaan publik terhadap pasar modal

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stakeholder Dan Profesi Lain

Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki


kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi
yang digunaka perusahaan. Ketika stakeholder mengendalikan sumber-
sumber ekonomi yang penting bagi perusahaan, maka perusahaan akan
bereaksi dengan cara-cara yang dapat memuaskan keinginan
stakeholder.Teori stakeholder berhubungan dengan konsep tanggung
jawab sosial perusahaan dimana kelangsungan hidup perusahaan
dipengaruhi oleh para stakeholder.

Perbedaan Penundaan Pembayaran Utang Dengan Kepailitan dilihat


dari penundaan pembayaran dan kepailitan terdapat beberapa perbedaan
yaitu:

1. Dilihat dari segi waktu pemberian penundaan pembayaran dan


kepailitan Pada penundaan pembayaran, permohonan itu harus diajukan
oleh debitur sebelum is dinyatakan bangkrut (pailit) oleh pengadilan. Jadi
debitur tidak diperkenankan mengajukan permohonan penundaan
pembayaran apabila telah ada keputusan kepailitan. Apabila permohonan
kepailitan itu bersamaan masuknya dengan permohonan penundaan
pembayaran, maka yang diperiksa terlebih dahulu, adalah permohonan
penundaan pembayaran (Pasal 229 ayat 3 UU no. 4 tahun 1998) Kendati
permohonan penundaan pembayaran mendapat prioritas utama untuk
diperiksa dipersidangan, tidak berarti permohonan itu harus selalu ada.
Artinya, apabila debitur tidak mengajukan permohonan penundaan
pembayaran, maka hakim dapat secara langsung menyatakan debitur
dalam keadaan pailit apabila ada permohonan pailit dari para kreditur.

7
2. Keadaan tertunda Dalam kepailitan, kedudukan debitur (si pailit)
sedemikian buruknya, sehingga kewenangan bertindak terhadap harta
bendanya akan hilang. Sedangkan dalam penundaan pembayaran, si
tertunda masih berwenang untuk bertindak terhadap harta bendanya dan
bahkan masih berhak atas hartanya itu.
3. Pengurus (bewindvoerder) BH. Berkenaan dengan kedudukan si
tertunda yang masih dianggap cakap dan wenang untuk mengurus harta
bendanya, maka untuk mengawasi tindakannya itu harus mendapat ijin dari
seorang atau lebih pengurus yang dahulunya disebut dengan pemelihara
(bewindvoerder) yang ditunjuk oleh pengadilan yang dapat menjadi
pengurus adalah perorangan atau persekutuan perdata yang berdomisili di
Indonesia, yang memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka
pengurusan harta debitar. Dan mereka itu harus telah terdaftar di
Departemen Kehakiman Tugas dan tanggung jawab Pengurus itu sangat
berat karena bila ia lalai dan merugikan kekayaan debitu bertanggung
jawab atas kesalahannya itu baik secara pendata maupun maka pidana.
Namun di balik itu atas jasanya yang begitu besar maka ia diberikan
imbalan yang ditentukan oleh Departemen Kehakiman 4. Hakim Pengawas
JAKARTA BAYA. Dalam lembaga penundaan pembayaran keberadaan
Hakins Pengawas masih sangat diperlukan sebagaimana ditentukan dalam
pasal 214 ayat 2 UU nomor 4 tahun 1998. Hakim Pengewas dapat
mengangkai tim ahli untuk melakukan pemeriksaan dan menyusun laporan
tentang keadaan kekayaan debitur beserta rekomendasinya (pasal 224 UU
no: 4 tahun 1998) Laporan itu harus diserahkan/disediakan pada
kepaniteraan pengadilan agar dapat dilihat oleh semus piliak Zainal Asikin,
2000, hlm. 103-104)
4. Hakim Pengawas AKARTA RAVA Dalam lembaga penundaan
pembayaran keberadaan Hakim Pengawas masih sangat diperlukan
sebagaimana ditentukan dalam pasal 214 ayat 2 UU nomor 4 tahun 1998.
Hakim Pengawas dapat mengangkat tim ahli untuk melakukan
pemeriksaan dan menyusun laporan tentang keadaan kekayaan debitur

8
beserta rekomendasinya (pasal 224 UU no, 4 tahun 1998). Laporan itu
harus diserahkan / disediakan pada kepaniteraan pengadilan agar dapat
dilihat oleh semua pihak (Zainal Asikin, 2000, hlm. 103-104).

B. Profesi dan Lembaga Lain

Biasanya, fungsi kepenasihatan (advisory) dalam struktur tata kelola


perusahaan dilaksanakan oleh penasihat profesional. seperti penasihat
hukum (lawyer atau legal counsel), analis keuangan (financial analyst) atau
sering juga disebut sebagai analis efek, dan bank investasi (investment
bank). Di Indonesia Fungsi bank investasi dilakukan oleh perusahaan
penjamin emisi yang harus terpisah dari bank komersial (commercial bank).
Lembaga lain yang berperan di pasar modal, tetapi tidak berfungsi sebagai
penasihat adalah lembaga pemeringkat. Lembaga ini mengeluarkan opini
terhadap emiten atau surat-surat utang tertentu.

Umumnya, profesi atau lembaga-lembaga tersebut memberikan


bantuan kepada perusahaan dalam mengevaluasi dan memberikan nasihat
(rekomendasi) tentang konsekuensi hukum dan keuangan dari suatu
transaksi bisnis. Sebagai bagian dari struktur tata kelola perusahaan,
aturan atau kode etik yang tepat harus mereka jalankan, terutama jika
kegiatan atau nasihat yang diberikan bersangkutan dengan kepentingan
publik dan nasihat atau opini yang diberikan berpengaruh terhadap pasar
melalui pembentukan harga atau permintaan.

Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik atau Good Corporate


Governance (GCG) sangatlah penting bagi suatu perusahaan dikarenakan
mempunyai banyak manfaat yang menguntungkan bagi pihak internal
maupun eksternal perusahaan. Dan keseluruhan manfaat dari penerimaan-
penerimaan prinsip GCG bagi suatu perusahaan akan berujung pada
peningkatan nilai (value) perusahaan bagi para pemegang saham serta
memenuhi kepentingan bagi para pemangku kepentingan baik stakeholder
maupun shareholder. Apalagi dikaitkan dengan perlindungan terhadap hak-

9
hak dan kepentingan pemegang saham minoritas dikarenakan
mengandung bentuk perlindungan terhadap hak-hak dan kepentingan
pemegang saham minoritas dan kepentingan tata kelola dalam lembag-
lembaga perusahaan.

Beberapa penelitian tentang good corporate governance telah


dilakukan, hasil penelitian Arga (2016) menunjukan bahwa urgensi dari
penerapan prinsip GCG sangatlah penting bagi suatu perusahaan
dikarenakan mempunyai banyak manfaat yang menguntungkan bagi pihak
internal perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan. Dari keseluruhan
manfaat dari implementasi atau penerapan prinsip GCG bagi suatu
perusahaan akan berujung pada peningkatan nilai (value) perusahaan bagi
para pemegang saham, serta pemenuhan kepentingan bagi para
pemangku kepentingan baik stakeholders maupun shareholders. Apalagi
dikaitkan dengan perlindungan hukum pemegang saham, keberadaan dari
prinsip GCG sangat memberikan perlindungan hukum bagi para pemegang
saham pada khususnya pemegang saham minoritas dikarenakan
mengandung bentuk perlindungan terhadap hak-hak dan kepentingan
pemegang saham minoritas.

Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan. Rafael la Portact (2000).


Menunjukkan bahwa perlindungan investor yang kuat merupakan
manifestasi yang sangat penting dari keamanan hak property terhadap
campur tangan politik dibeberapa negara. Secara empiris perlindungan
investor yang kuat dikaitkan dengan tata kelola perusahaan yang efektif.

Setelah Penulis meninjau dan menelaah beberapa penelitian, Penulis


menemukan keterikatan atau kesamaan dengan penulisan yang telah
dilakukan oleh Penulis. Salah satu diantara penelitian yang telah ditemukan
oleh penulis ialah Penelitian yang telah dilakukan oleh Dinda Ratih
Patrianissa (2018) yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
Mahasiswa untuk melakukan investasi di Pasar Modal” Penelitian ini
bertujuan untuk meneliti bagaimana pengaruh risiko, return, uang saku,

10
motivasi, pengetahuan, dan manfaat terhadap minat mahasiswa
berinvestasi di pasar modal. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
kausalitas. Dengan menggunakan sampel sebanyak 283 mahasiswa.
Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random
sampling. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
interview, kuesioner, observasi, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data
yang digunakan adalah analisis linier berganda.Hasil penelitian
menunjukkan secara serempak risiko, return, uang saku, motivasi,
pengetahuan, dan manfaat berpengaruh positif dan signifikan terhadap
minat mahasiswa berinvestasi di pasar modal. Secara parsial, risiko, return,
uang saku, motivasi, pengetahuan, dan manfaat berpengaruh positif dan
signifikan terhadap minat mahasiswa berinvestasi di pasar modal. Seluruh
variabel bebas, yakni risiko, return, uang saku, motivasi, pengetahuan dan
manfaat secara serempakmempengaruhi variabel minat investasi sebesar
50%, sisanya sebesar 50% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

11
BAB III
PEMBAHASAN

A. Peringkat Stakoholder

Awalnya, penggunaan istilah stakeholder banyak dikaitkan dengan


kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan, baik secara etis maupun
regulasi. Mereka dianggap sebagai pemangku kepentingan tempat
perusahaan (atau manajemen) harus memproteksinya demi keberlanjutan
usaha perusahaan itu sendiri.lancar dan dikelola dengan iktikad baik, penuh
tanggung jawab, dan penuh kehati-hatian.
Dilihat Di pihak lain, stakeholder mempunyai kewajiban untuk menjaga
agar perusahaan tetap berjalan dari sudut penyedia sumber daya langsung
terhadap perusahaan, stakeholder dapat diurutkan menjadi pemegang
saham (investor), kreditur, pemasok, karyawan, konsumen, pemerintah,
lingkungan (sosial dan masyarakat), dan pesaing.
Zabihollah (2009: 9-10) memeringkat stakeholder menjadi stakeholder
peringkat pertama (first tier), stakeholder peringkat kedua (second tier), dan
stakeholder peringkat ketiga (third tier). Pemegang saham atau investor
adalah stakeholder peringkat pertama (first tier). Tanpa pemegang saham
atau investor maka tidak akan ada perusahaan atau manajemen (termasuk
direksi dan dewan komisaris). Pemegang saham menanggung risiko atas
kegagalan perusahaan melalui penyertaan modal. Imbalan yang diberikan
kepada mereka berupa dividen. Selain dividen, pemegang saham juga
mengharapkan adanya keuntungan modal jika kepemilikannya dijual.
Stakeholder peringkat kedua adalah kreditur yang menyediakan
pendanaan bagi perusahaan dalam bentuk pinjaman (debt) atau utang.
Pinjaman dapat berasal dari bank atau penjualan surat utang kepada
masyarakat melalui pasar modal, misalnya obligasi. Pihak yang termasuk
sebagai kreditur adalah pemasok yang syarat-syarat perdagangannya tidak
tunai. Pinjaman juga dapat diperoleh dari pihak lain di luar yang telah

12
disebutkan. Kreditur tidak menanggung risiko bisnis dengan imbalan
berbentuk bunga. Biasanya beberapa kreditur, seperti pemasok, tidak
diberikan bunga.
Zabihollah (2009: 11) memasukkan karyawan, pemasok, konsumen,
pemerintah, dan masyarakat sebagai stakeholder peringkat ketiga. Untuk
tujuan pembahasan dalam buku ini, pemasok dimasukkan sebagai bagian
dari kreditur.

B. Prinsip Tata Kelola

Dari sudut pandang perusahaan, prinsip tata kelola perusahaan yang


dikeluarkan oleh Organisation for Economic Cooperation and Development
(OECD) membedakan stakeholder yang hak-haknya ditetapkan oleh
undang-undang atau oleh perjanjian yang disepakati oleh kedua belah
pihak dengan stakeholder yang hak-haknya tidak terproteksi oleh undang-
undang atau perjanjian. Hak-hak yang tercantum dalam undang-undang
atau perjanjian merupakan kewajiban bagi perusahaan.

OECD (2004:21) mengharuskan agar kerangka tata kelola yang


diterapkan dalam perusahaan mengakui hak-hak tersebut. Pelanggaran
terhadap hak harus diberi ganti rugi yang efektif. Jika terdapat stakeholder
y ang berpartisipasi dalam proses tata kelola, mereka harus memperoleh
akses terhadap informasi yang relevan, cukup, dan andal pada waktu yang
tepat dan secara reguler. Prinsip OECD menyatakan bahwa tata kelola
perusahaan harus mendorong kerja sama aktif antara perusahaan dan
stakeholder dalam menciptakan kekayaan, pekerjaan, dan keberlanjutan
perusahaan yang sehat secara keuangan. Jalur bagi stakeholder pada
khususnya dan masyarakat

pada umumnya untuk mengomunikasikan praktik-praktik pelanggaran


hukum dan etika harus disediakan oleh perusahaan. Jalur komunikasi
melalui sarana pengaduan masyarakat merupakan sistem peniup peluit
(whistle blowing system) bagi perusahaan. Kerangka tata kelola

13
perusahaan harus dilengkapi undang-undang kepailitan dengan
penegakan hukum yang efektif mengenai hak kreditur,Tercantumnya hak-
hak stakeholder dalam undang-undang atau perjanjian merupakan alat bagi
stakeholder untuk memonitor kegiatan perusahaan. Monitoring ini, selain
untuk melindungi kepentingan stakeholder itu sendiri, juga bermanfaat bagi
perusahaan agar terhindar dari perbuatan perbuatan yang merugikan
keberlanjutannya. Secara implisit, monitoring merupakan kewajiban bagi
stakeholder.

Secara singkat, dapat dikatakan bahwa Indonesia telah


mengakomodasi hak-hak para stakeholder, ke dalam undang-undang yang
ditetapkan. Akomodasi tersebut dapat diikhtisarkan sebagai berikut.

No. Stakeholder Undang-undang

1. Pemegang saham - - Undang-undang no.4 Tahun 2007


tentang Perseroan Terbatas
- - Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal
2. Kreditur Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan
3. Konsumen Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen (UUPK)
4. Karyawan - - Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja
- - Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1990
tentang Batas Usia Minimum untuk
Bekerja
- - Undang-Undang Nomor 80 Tahun 1957
tentang Tenaga Kerja Wanita

14
- - Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan
5. pemasok Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan
6. pesaing Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Persaingan Usaha
7. Lingkungan Hidup -Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
(Aktivis, Kelompok tentang Perlindungan dan Pengelolaan Li
Sosial, dan Masyarakat) -Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas (terutama
yang berkaitan dengan tanggung jawab
sosial)
8. Pemerintah Undang-Undang tentang Perpajakan

Ikhtisar tersebut menunjukkan bahwa dari 8 (delapan) kelompok


stakeholder, terdapat lima Tinggal tiga kelompok stakeholder lagi yang
belum diatur dalam undang-undang, yaitu pemerintah, pemasok, dan
kreditur. Pemerintah tidak memerlukan pengaturan undang-undang karena
dialah ketatanegaraan, bukan bisnis. Kepentingan pemerintah dalam
kaitannya dengan bisnis, terutama, yang membuat undang-undang.
Undang-undang yang mengatur pemerintah berkaitan dengan
bisnis,terutama, adalah penerimaan negara yang dipungut dari pajak.
Umumnya, hak dan kewajiban pemasok dan kreditur telah tercakup dalam
perjanjian atau kontrak. Dalam bah ini, akan dibahas hak kreditur (termasuk
pemasok jika bertindak sebagai kreditur) yang berkaitan dengan
penagihan-penagihan melalui proses kepailitan.

Disediakannya undang-undang untuk memproteksi kepentingan


stakeholder menunjukkan bahwa negara telah berperan dalam
mengidentifikasi dan mengevaluasi prinsip-prinsip dasar hubungan etis
yang harus terbangun antara perusahaan dan para stakeholder. Dengan

15
dikeluarkannya undang-undang, pemerintah telah menentukan langkah-
langkah pencegahan terhadap hubungan yang dapat merugikan kedua
belah pihak. Undang-undang akan selalu berbicara tentang manfaat bagi
masyarakat (utilitarianisme), cara-cara yang pantas dan wajar
(deontologisme), dan karakter karakter luhur yang harus dipenuhi
(virtuisme).

Bahkan, tidak hanya hubungan etis, undang-undang juga akan


mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang dengan memastikan
perilaku yang boleh dan tidak boleh. Perilaku yang boleh tentu merupakan
perilaku yang benar menurut etika. Perilaku yang termasuk dalam unsur
tata kelola perusahaan (corporate governance) yang baik adalah kepatuhan
terhadap undang undang. Jika undang-undang tentang proteksi terhadap
stakeholder telah tersedia, berarti sebagian dari aturan tentang etika dan
tata kelola telah terakomodasi di dalamnya.

C. Kreditur
Berdasarkan sumbernya, pendanaan perusahaan biasanya dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pemegang saham dan kreditur.
Pemegang saham menyediakan modal (equity), sedangkan kreditur
memberikan pinjaman (debt). Komposisi pendanaan dapat memengaruhi
nilai dan struktur tata kelola perusahaan. Perusahaan yang lebih banyak
didanai oleh pinjaman biasanya lebih berorientasi untuk meminimalkan
risiko dibandingkan memaksimalkan kekayaan. Sebagai salah satu
penyandang dana, kreditur mempunyai kepentingan agar perusahaan tetap
berjalan dengan baik.
Kewajiban pembayaran kembali pokok utang dan bunganya saat jatuh
tempo akan dapat dipenuhi jika perusahaan berjalan dengan baik. Dalam
hubungan keagenan, institusi yang bergerak dalam penyaluran dana akan
dianggap sebagai lembaga perantara (intermediaries) antara pihak yang
menyediakan dana (prinsipiel) dan pihak yang membutuhkan dana (agen).
Institusi sebagai lembaga perantara adalah Bank. Dalam hal penyaluran

16
dana, maka prinsipielnya adalah nasabah (masyarakat) dan agennya
adalah perusahaan. Nasabah (masyarakat) menempatkan dananya di bank
dan bank memberikan pinjaman kepada debitur (perusahaan). Untuk
selanjutnya, lembaga perantara ini merupakan salah satu bentuk dari pasar
uang.
Untuk memastikan bahwa perusahaan sebagai peminjam (debitur)
dapat memenuhi kewajibannya, lembaga perantara diberi hak untuk
melakukan pengawasan (monitoring) terhadap jalannya perusahaan. Hak-
hak tersebut dilaksanakan melalui syarat-syarat yang tercantum dalam
perjanjian kredit sebagai negative covenant. Contoh dari negative covenant
adalah pembatasan terhadap rasio-rasio keuangan tertentu, pembatasan
pembagian dividen, larangan menggadaikan aset, dan lain sebagainya.
Dalam keadaan tertentu, pengawasan juga dapat dilakukan secara
langsung terhadap jalannya perusahaan dari waktu ke waktu, misalnya
keharusan untuk menggunakan rekening di bank untuk menampung hasil
penjualan (ekspor).
Sebagai lembaga perantara, Bank sebetulnya bertindak sebagai agen
sekaligus prinsipiel. Dalam hal pengerahan dana, bank bertindak sebagai
agen bagi nasabah (masyarakat) yang merupakan prinsipielnya. Saat
menyalurkan dana, Bank bertindak sebagai prinsipiel, sedangkan debitur
adalah agennya. Dalam keadaan ini, Bank dapat mengharuskan adanya
prinsip keterbukaan informasi kepada debitur sebelum memutuskan untuk
memberikan pinjaman. Bank juga harus menyelidiki kemungkinan
terjadinya moral hazard yang dilakukan oleh pemilik, dewan komisaris, atau
direksi.
Jika Bank merupakan pemasok dana dengan proporsi yang besar, ia
dapat memengaruhi tata kelola yang harus diterapkan dalam perusahaan.
Ia dapat menunjuk akuntan publik (atau paling tidak menyetujui
penunjukannya) untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Bank
dapat menunjuk perusahaan appraisal untuk menilai aset perusahaan.
Bank dapat mengharuskan adanya personal guarantee dari pemegang

17
saham pengendali atau pembatasan-pembatasan lain terhadap
kewenangan pemilik, dewan komisaris, dan direksi. Dalam hal-hal tertentu,
Bank dapat memengaruhi sistem pengendalian internal perusahaan.
Seperti telah diungkapkan, pengharusan bahwa semua hasil ekspor
perusahaan harus ditampung dalam rekening perusahaan yang ada di bank
merupakan salah satu contoh bagaimana bank memengaruhi sistem
pengendalian internal perusahaan.

D. Kepailitan
Perlindungan hukum utama bagi kreditur (tidak hanya bank) untuk
menagih pinjaman (kredit) yang diberikan adalah melalui tuntutan
kepailitan. Melalui Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Undang-Undang
Kepailitan negara menyediakan sarana hukum bagi kreditur untuk
mengajukan permohonan pailit kepada debitur yang tidak membayar lunas
utangnya saat jatuh tempo.
Kepailitan merupakan lembaga hukum yang berfungsi sebagai realisasi
dari tanggung jawab debitur terhadap krediturnya atas perikatan-perikatan
yang dilakukan (Suryana, 2007. 7). Dalam tanggung jawab debitur terhadap
kreditur, terkandung asas jaminan utang dan asas paripasu. Asas paripasu
artinya membagi secara proporsional harta kekayaan debitur kepada
kreditur konkuren berdasarkan perimbangan besarnya tagihan masing-
masing. Kreditur konkuren adalah kreditur yang tidak memegang jaminan
harta atas pinjaman yang diberikan. Kepailitan adalah sita umum atas
semua kekayaan debitur pailit yang pengurusan dan pemberesannya
dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas.
Hukum kepailitan menyediakan forum bersama (forum kolektif) untuk
mengklasifikasikan Imemilah-milah) hak-hak dari berbagai jenis
(penagihan) kreditur terhadap harta kekayaan debitur pailit yang sudah
tidak cukup nilainya untuk membayar semua tagihan para kreditur tersebut
(Suryana, 2007: 36), Hukum kepallitan digunakan sebagai collective

18
proceeding dalam rangka mengatur collective action sehingga masalah
yang muncul karena kepentingan masing-masing kreditur dapat dihindari.
Pemecahan masalah tidak harus berupa pemberesan (menjual semua
harta kekayaan dan membagikan hasilnya kepada debitur). Jadi, pada
dasarnya, hukum kepailitan ditujukan untuk mencegah perbuatan-
perbuatan tidak semestinya yang dilakukan oleh debitut dan reditur atas
harta kekayaan debitur yang mengalami pailit. Secara sederhana, proses
kepailitan dapat dikhtisarkan sebagai berikut.
1. Permohonan Pailit

Salah satu dari perbaikan dalam Undang-Undang Kepailitan adalah


disederhanakannya proses pengajuan permohonan pailit oleh kreditur.
Setiap kreditur mempunyai hak untuk mengajukan pailit kepada debitur,
kecuali untuk debitur-debitur tertentu yang pengajuan permohonan pailitnya
harus dilakukan oleh instansi tertentu (Pasal 2 Undang-Undang Kepailitan).
Kejaksaan dapat mengajukan pailit atas suatu debitur untuk kepentingan
umum. Syarat agar dapat dimohonkan pailit adalah jika debitur tersebut
memiliki dua kreditur atau lebih dan ada utang terhadap kreditur tersebut.
Paling tidak, satu utang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih, tetapi debitur
tidak membayar lunas utang yang bersangkutan. Permohonan pailit juga
dapat diajukan oleh debitur terhadap dirinya sendin

2. Putusan Pailit

Permohonan pailit diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga dan


didaftarkan pada pengadilan nap setempat. Putusan atas permohonan pailit
harus diucapkan paling lambat 60 (enam puluh) har setelah tanggal
permohonan pailit didaftarkan. Jika terdapat upaya kasasi, baik oleh debitur
maupen kreditur, putusan kasasi juga harus diberikan oleh Mahkamah
Agung paling lambat 60 (enam pal) hari sejak tanggal permohonan kasasi.
Dalam putusan pernyataan pailit, harus diangkat kurater dan seorang hakim
pengawas yang ditunjuk dari hakim pengadilan (Pasal 15 Undang-Undang
Kepailitan). Kurator diusulkan oleh pihak yang mengajukan permohonan

19
pailit. Kurator yang diangkat harus independen, tidak mempunyai benturan
kepentingan dengan debitur dan kreditur

3. Pengurusan

Selama dinyatakan pailit, perusahaan diurus oleh kurator untuk


dilakukan pemberesan harta pala Pengurusan dan pemberesan harta pailit
diawasi oleh Hakim Pengawas. Organ perusahaan (RUPS dewan
komisaris, dan direksi) tidak berfungsi selama masa kepallitan. Kurator dan
Hakim Pengawas dirunjuk oleh pengadilan saat putusan pailit. Pengadilan,
setiap waktu, dapat mengabulkan usulan penggantian kurator yang berasal
dari kurator sendiri, permohonan kurator lain (jika ada), unil hakim
pengawas, atau permintaan debitur pailit

4. Pemberitahuan

Kurator mengumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia dan


paling sedikit 2 (dua) sarar kabar harian yang ditetapkan hakim tentang
ikhtisar putusan pernyataan pailit. Pengumuman dilakukan selambat-
lambatnya 5 (lima) hari setelah tanggal putusan pernyataan pailit diterima
oleh Kurator dan Hakim Pengawas (Pasal 15 ayat (4) Undang-Undang
Kepailitan). Kurator juga harus memberitahukan penyelenggaraan rapat
kreditur yang pertama selambat lambatnya 5 (lima) hari setelah putusan
pernyataan pailit diterima oleh Kurator dan Hakim Pengawas
Pemberitahian dilakukan dengan surat tercatat, kurir, dan dengan iklan
paling sedikit dalam 2 (dua) surat kabar harian (Pasal 86 ayat (3) Undang-
Undang Kepailitan). Rapat kreditur pertama wajib dilakukan paling lambat
30 (tiga puluh) hari setelah tanggal putusan pailit diucapkan (Pasal 86 ayat
(1) Undang-Undang Kepailitan).

5. Rapat kreditur

Proses penyelesaian utang piutang melalui kepailitan dilakukan secara


kolektif menggunakan Instrumen yang disebut sebagai rapat kreditur.
Kurator bertugas memberitahukan dan menyelenggarakan rapat kreditur

20
yang dipimpin oleh hakim pengawas. Selain rapat kreditur yang pertama,
rapat kreditur harus diadakan pada saat-saat berikut ini.

a) Pencocokan utang piutang (Pasal 120)


b) Debitur mengajukan rencana perdamaian (Pasal 145 dan 147)
c) untuk melanjutkan usaha perusahaan (Pasal 179) Menentukan cara
peniberean harta pailit (Pasal 187 ayat (11)

Pengambilan keputusan dalam rapat kreditur dilakukan dengan


pemungutan berdasarkan asas suara terbanyak. Kurater wajib hadir dalam
rapat kreditur Selain rapat-rapat seperti yang ditetapkan tersebut, hakim
pengawas dapat mengadakan rapa kreditur paka dianggap perlu atau atas
permintaan panitia kreditur atau paling sedikit 5 (lima kreditur yang mewakili
1/5 (satu per lima) bagian dari semua piutang yang diakul atau diter dengan
syarat

6. Pencocokan Utang-Piutang

Secara harafiah, pencocukan utang (dan sadut tur) dan piuta (dari sudut
kreditar dimaksudkan untuk menagih, mencocokkan, dan mengesahkan
tagihan-tagihan yang mak kepada kurator (Sinaga. 2012-119) Dalam
Undang-Undang Kepailitan, kreditur diwajibkan untuk mengajukan tagihan
kepada kuratoe dalam batas waktu tertentu (Undang-Undang Kepailitan
Pasal 113). Pengajuan tagihan bermakna kreditur menagih piutangnya.
Pencocokan berarti memverifikas tagihan tagihan yang masuk dari kreditur
tersebut dengan catatan (akuntansi) yang terdapat pada debitur pails
Pengesahan dilakukan setelah pencocokan dilakukan oleh kurator dan
dianggap bahwa tagihan-tagihan yang diajukan telah memenuhi syarat
untuk diakui. Pengesahan tagihan herimplikasi bahwa kreditur yang
bersangkutan telah diakui sebagai kreditur dengan hak hak yang dimilikinya
selama proses kepailitan. Pencocokan utang piutang dilakukan dalam rapat
kredinur yang dipimpin oleh hakim pengawas dan yang harus dihadiri oleh
kurator, dehitur, dan kreditur Semua kreditur wajib menyerahkan

21
piutangnya masing-masing kepada kurator. Intinya penyerahan tersebut
merupakan bentuk pengikatan secara resmi. Tidak ada bentuk khusus
syang diharuskan dalam penyerahan piutang ini. Untuk selanjutnya, dalam
buku ini, bentuk penyerahan platang itu disebut sebagai laporan piutang
Laporan piutang tersebut harus disertai dempa perhitungan atau
keterangan tertulis lainnya yang menunjukkan sifat dan jumlah piutang
Selain itu, laporan harus dilengkapi pula dengan surat bukti atau salinannya
dan suatu pernyataan ada atau tidaknya kreditur mempunyai suatu hak
istimewa, hak gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan hipotek, hak agunan
atas kebendaan lainnya, atau hak untuk menahan benda (Pasal 115
Undang Undang Kepailitan Penyerahan tagihan dilakukan dalam batas
waktu yang ditetapkan oleh hakim pengawas (Pasal 113 Undang-Undang
Kepailitan) Piutang yang dimasukkan pada kurator setelah lewat yang telah
ditetapkan, asal dimasukkan paling lambat 2 (dua) hari sebelum rapat
pencocokin utang piutang, wajib dicocokkan. Pencocokan harus didasarkan
pada permintaan dan tidak ada keberatan dari kurator dan salah satu
kreditur (Pasal 133 Undang-Undang Kepailitan Saat menerima tagihan dari
para kreditur, kurator terlebih dahulu harus memerik mengklasifikasikannya
menjadi tagihan (utang) yang diakui sementara dan utang yang data Daftar
plutang ini akan dibicarakan dalam rapat pencocokan piutang dengan
krestaur Utang yg dibantah dibuat daftar tersendiri.

Tagihan yang diakui sementara adalah tagihan bendasarkan penelitian


kurator telah cocok dengan catatan debitur, Jika kurator hanya membantah
adanya Sak untuk didahulukan atau adanya hak untuk menahan benda,
utang yang bersangkutan diakui sementara untuk dibicarakan dalam rapat
kreditur. Utang-piutang yang telah diperoleh kesepakatan antara kurator
dan kreditur dipindahkan dari daftar piutang yang diakui sementara ke
daftar piutang yang diakui. Kreditur dapat membantah daftar utang yang
dibuat kurator. lika perselisihan tentang status dan jumlah utang tidak dapat
Jelesaikan oleh hakim pengawas, perselisihan tersebut akan dibawa ke
pengadilan (Undang Undang Kepailitan Pasal 127) Verifikasi dan

22
pencocokan utang piutang, selain menghasilkan kelompok tagihan yang
diakui dan dibantah, juga dimaksudkan untuk mengklasifikasikan status
kreditur kreditur yang bersangkutan menjadi kreditur istimewa, kreditur
separatis dan kreditur konkuren. Kreditur preferen atau kreditur istimewa
(preferred creditor) adalah kreditur yang didahulukan pembayarannya atas
semua harta pailit berdasarkan sifat pautangnya. Contoh dari kreditur yang
distimewakan adalah negara dalam kaitannya dengan utang pajak Kreditur
separatis (secured creditor) adalah kreditur pemegang gadai hipotek,
jaminan fidusia bak tanggungan, dan hak agunan atas kebendaan lainnya
Kreditur separatin dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi
kepailitan, tetapi pelaksanaannya harus ditangguhkan 90 hari sejak tanggal
putusan pailit (Sinaga, 2012 171 Kreditur konkuren unsecured creditor)
adalah semua kreditur atau penagih berdasarkan piutang yang tidak
mempunyai ikatan tertentu.

Verifikasi utang kepada kreditur mencakup jumlah, sifat, dan statusnya.


Cara penilaian utang ditentukan dalam Pasal 137 Undang-Undang
Kepailitan. Kata piutang dalam undang-undang ini mengacu pada
pandangan dari sisi kreditur, Dari sudut debitur disebut sebagai utang
Piutang dari kreditur yang saat penagihannya belum jelas atau yang
memberikan hak untuk memperoleh pembayaran secara berkala wajib
dicocokkan nilainya pada tanggal putusan pernyataan pailit. Piutang yang
dapat ditagih dalam waktu 1 (satu) tahun setelah tanggal putusan pailit
wajib diperlakukan sebagai puutang yang dapat ditagih pada tanggal
putusan pailit. Piutang yang dapat ditagih setelah lewat 1 (satu) tahun
setelah putusan pailit dicocokkan sebesar nilai yang berlaku untuk 1 (satu)
tahun setelah tanggal putusan pailit Dalam menghitung nilai piutang, wajib
diperhatikan waktu dan cara pembayaran angsuran, keuntungan yang
mungkin diperoleh dan besarnya bunga jika diperjanjikan
Piutang yang nilainya tidak ditetapkan, tidak pasti, tidak dinyatakan
dalam mata uang Republik Indonesia, atau sama sekali tidak ditetapkan
dalam mata uang wajib dicocokkan sesuai dengan nilai taksirannya dalam

23
mata uang Republik Indonesia. Penetapan nilai piutang ke dalam mafa
uang rupiah dilakukan dengan kurs tanggal putusan pailit. Penetapan nilai
piutang untuk kreditur separatis didasarkan atas kurs pada tanggal
eksekusi benda agunan dengan menggunakan kurs tengah Bank
Indonesia. Dari cara penilaian tersebut dapat disimpulkan bahwa semua
piutang dari kreditur dikelompokkan menjadi piutang yang bersifat jangka
pendek, tanpa memperhatikan periode pembayarannya.
Perdamaian Walaupun putusan pailit telah ditetapkan oleh hakim
pengadilan niaga, tetapi upaya perdamaian masih dapat dilakukan Pasal
144-177 mengatur tentang perdamaian tersebut. Pasal 144 mengatakan
bahwa "Debitur pailit berhak untuk menawarkan suatu perdamaian kepada
semua kreditur Tawaran perdamaian dilakukan oleh debitur pailit dengan
membuat "Rencana Perdamaian yang harus disediakan paling lambat 8
(delapan) hari sebelum rapat pencocokan utang piutang (Pasal 145
Undang-Undang Kepailitan)
Rencana perdamaian dibicarakan dalam rapat kreditur. Jika rencana
perdamaian disetujal berarti rencana perdamaian tersebut diterima dan
berubah menjadi perdamaian (accord) Perdamaian ini kemudian
dimintakan pengesahan (homologasi) kepada majelis hakim pengadilan
niaga yang memutuskan perkara pailit. Jika majelis hakim menerima dan
mengesahkan perdamaian, perdamaian mengikat bagi semua kreditur dan
kepailitan berakhir. Jika perdamaian tidak disetuj dalam rapat kreditur atau
majelis hakim menolak pengesahan perdamaian, harta debitur paila berada
dalam keadaan insolvensi dan proses kepailitan dilanjutkan.
Undang-Undang Kepailitan tidak menyebutkan apa yang harus
dimasukkan dalam rencana perdamaian. Namun, kepailitan didasarkan
atas anggapan ketidakmampuan membayar utang Oleh karena itu, rencana
perdamaian terutama harus berisi upaya-upaya yang akan dilakukan
debitur pailit agar dapat mencapai keadaan solvensi. Debitur pailit harus
membuat rencana bisnis (business plan) untuk itu. Termasuk dalam upaya
ini adalah usulan-usulan yang berpengaruh terhadap kreditur, misalnya

24
mengatur kembali jadwal pelunasan utang (rescheduling). pemotongan
jumlah utang atau bunga (haircut), atau mengonversi utang menjadi ekuitas
(debt equity swap)
7. Pemberesan
Arti pemberesan adalah menjual semua harta pailit tanpa perlu
memperoleh persetujuan dari debitur pailit dan membagikan hasilnya
kepada kreditur secara proporsional atau berimbang Sinags, 2012 203).
Secara prinsip penjualan harta pailit harus dilakukan dengan cara lelang
Namun, dalam keadaan tertentu, boleh dilakukan secara di bawah tangan
Penjualan di bawah jangan harus memperoleh izin dari hakim pengawas.
Pada dasarnya, pemberesan dilakukan saat Abitur pailit telah dinyatakan
insolvensi (Pasal 178 Undang-Undang Kepailitan) dan tidak ada usulan dari
kurator dan kreditur untuk melanjutkan usaha debitur pailin atau pka uvalan
untuk melanjutkan usaha tersebut ditolak atau pengurusan terhadap
perusahaan debitur dihentikan (Pasal 184). Terhadap benda yang tidak
segera atau sama sekali tidak dapat dibereskan kurator, atas seitin hakim
pengawas, harus memutuskan cara penyelesaiannya.

Sesungguhnya, pemberesan sudah dapat dilakukan sejak diangkatnya


kurator, yaitu terhadap harta pailit yang cepat rusak sehingga mengurangi
nilai harta pailit Oleh karena itu, kurator dapat menjual harta pailit kendati
atas putusan pailit diajukan kasasi atau peninjauan kembali.

Pemberesan harta pailit tidak hanya dalam bentuk menjual. Untuk harta
pailit yang berbentuk piutang pemberesan dilakukan dengan jalan menagih
lika, pada saat yang bersamaan, seorang debitur juga bertindak sebagai
kreditur, utang piutang debitur tersebut dapat diseles dengan jalan
melakukan penjumpaan utang atau kompensast (set-off) Utang piutang
yang dapat diperjumpakan harus terjadi sebelum putusan pailit diucapkan
(Pasal 51 Undang-Undang Kepailitan). Hal yang sama berlaku terhadap
piutang atau utang yang berasal dari pengambil alihan dari pihak ketiga.

25
Pengambil alihan harus terjadi sebelum putusan pailit dan dilakukan
dengan iktikad baik (Pasal 52).

8. Pembagian

Hasil penjualan atau penagihan harta pailit akan dibagikan kepada


kreditur yang utangnya telah dicocokkan. Pada dasarnya, pembagian
dilakukan secara proporsional kepada kreditur konkuren Kreditur istimewa
dan separatis dapat meminta hak-hak yang dimiliki kreditur konkuren atas
bagian piutang yang kemungkinan tidak akan dapat dilunasi dari hasil
penjualan benda yang menjadi agunan (Pasal 138 dan Pasal 189 ayat (40)
dan (5).

Pembagian hasil penjualan atau penagihan harta pailin tidak harus


menunggu selesainya pemberesan. Jika hakim pengawas berpendapat di
perusahaan terdapat cukup uang tunai kurator dapat diperintahkan untuk
melakukan pembagian kepada kreditur yang piutangnya telah dicocokkan
(Pasal 188). Pada akhir pemberesan, kurator wajib menyusun daftar
pembagian penutup untuk dimintakan persetujuan kepada hakim pengawas
(Pasal 1891. Pembagian untuk kreditur yang piutangnya diakui sementara,
tidak dilakukan selama belum ada putusan mengenai piutang tersebut yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 198 ayat (13) Jika terhadap
bagian yang diperuntukkan bagi kreditur yang haknya didahulukan
dibantah, bagian tersebut dicadangkan sampai ada putusan mengenai hak
untuk didahulukan tersebut.

Daftar pembagian yang dibuat kurator memuat rincian penerimaan dan


pengeluaran termasuk di dalamnya upah kurator, nama kreditur, jumlah
yang dicocokkan, dan bagian yang wajib diterimakan kepada kreditur.
Daftar pembagian wajib disediakan di kepaniteraan pengadilan niaga agar
dapat dilihat oleh kreditur selama tenggang waktu yang ditetapkan oleh
hakim peng (Pasal 192 ayat (1)), Penyediaan daftar diumumkan paling
sedikit dalam 3 (dha) surat kabar harian yang ditetapkan oleh hakim

26
pengawas (Pasal 192 ayat (20) Kreditur dapat mengajukan perlawanan
dengan mengajukan keberatan atas daftar pembagian ini. Keberatan
diputuskan dalam sidang pengadilan dan dapat diajukan kasasi. Daftar
pembagian akan menjadi mengikat jika kondisinya sebagai berikut (Sinaga,
2012. 211) L Telah lampau tenggang waktu yang ditentukan oleh hakim
pengawas 2 Tidak ada yang mengajukan perlawanan atas daftar tersebut.
Perlawanan telah diputus dalam sidang pengadilan dan berkekuatan
hukum tetap 3 Kata "mengikat" berarti pembagian tersebut harus diterima
oleh semua kreditur dan dipatah oleh kurator untuk dilaksanakan.

9. Pengakhiran

Keadaan pailit dapat berakhir karena kepailitan dicabut, perdamaian


disahkan, atau daftar pembagian penutup telah mengikat. Pasal I8 Undang-
Undang Kepailitan menyebutkan jika harta pailit tidak cukup untuk
membayar biaya kepailitan, pengadilan, atas usul hakim pengawas dan
setelah mendengar panitia kreditur sementara, apabila ada, serta setelah
memanggil dengan sah atau mendengar debitur, dapat memutuskan
pencabutan putusan pailit. Perdamaian yang telah disahkan oleh majelis
hakim juga mengakhiri kepailitan. Demikian juga jika kreditur telah
memperoleh pembayaran penuh atau segera setelah daftar pembagian
penutup menjadi mengikat

Kurator melakukan pengumuman mengenai berakhirnya kepailitan


dalam Berita Negara Republik Indonesia dan dalam 2 (dua) surat kabar
harian yang ditetapkan oleh hakim pengawas Kurator juga wajib
memberikan pertanggungjawaban mengenai pengurusan dan pemberesan
yang telah dilakukannya kepada hakim pengawas paling lama 30 (tiga
puluh) hari setelah berakhirnya kepailitan. Semua bukti dan dokumen
mengenai harta pailit yang ada pada kurator wajib diserahkan kepada
debitur dengan tanda bukti penerimaan yang sah.

10. Perdamaian

27
Walaupun putusan pailit telah ditetapkan oleh hakim pengadilan niaga,
tetapi upaya perdamaian masih dapat dilakukan. Pasal 144-177 mengatur
tentang perdamaian tersebut. Pasal 144 mengatakan bahwa "Debitur pailit
berhak untuk menawarkan suatu perdamaian kepada semua kreditur.
Tawaran perdamaian dilakukan oleh debitur pailit dengan membuat
"Rencana Perdamaian harus disediakan paling lambat 8 (delapan) hari
sebelum rapat pencocokan utang piutang (Pasal 145 Undang-Undang
Kepailitan). yang

Rencana perdamaian dibicarakan dalam rapat kreditur. Jika rencana


perdamaian disetujal berarti rencana perdamaian tersebut diterima dan
berubah menjadi perdamaian (accord Perdamaian ini kemudian dimintakan
pengesahan (homologasi) kepada majelis hakim pengadilan niaga yang
memutuskan perkara pailit. Jika majelis hakim menerima dan
mengesahkan perdamaian perdamaian mengikat bagi semua kreditur dan
kepailitan berakhir. Jika perdamaian tidak disetujui dalam rapat kreditur
atau majelis hakim menolak pengesahan perdamaian, harta debitur pailit
berada dalam keadaan insolvensi dan proses kepailitan dilanjutkan.

E. Penundaan Kewajiban Pembyaran Utang

Selain kepailitan, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 juga


menyediakan sarana bagi debitur atau kreditur untuk mengajukan
penundaan kewajiban pembayaran utang jika diketah bahwa debitur akan
mengalami kesulitan dalam melunasi utang-utangnya. Permohonan untuk
melakukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dapat
dilakukan oleh debitur dan kreditur (Undang-Undang Kepalilitan Pasal 222),
kecuali untuk debitur tertentu yang pengajuannya harus dilakukan oleh
instansi tertentu (Pasal 223), PKPU diajukan jika debitur tidak dapat ata
diperkirakan tidak akan dapat melanjutkan membayar utangnya yang sudah
jatuh tempo dan dapat ditagih (Pasal 222 ayat (2)).

28
Tujuan permohonan PKPU adalah memberikan kesempatan kepada
debitur untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran
pembayaran sebagian atau semua utang kepada kreditur. Tujuan ini
berbeda dengan permohonan pailit yang hasil akhirnya adalah
pemberesuan walaupun rencana perdamaian tetap dimungkinkan. Jika
permohonan pailit dan permohonan PKPU diperiksa pada saat bersamaan,
permohonan PKPU harus diputuskan terlebih dahulu (Pasal 229) Putusan
PKPU oleh hakim pengadilan disertai dengan pengangkatan Hakim
Pengawas dan Pengurus Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(PKPU) atau suspension of payment atau surseance van betaling, adalah
suatu masa yang diberikan oleh undang-undang melalui putusan hakim
Pengadilan Niaga, di mana dalam masa tersebut kepada pihak kreditor dan
debitor diberikan kesempatan untuk memusyawarahkan cara-cara
pembayaran utangnya dengan memberikan rencana pembayaran seluruh
atau sebagian utangnya, termasuk apabila perlu untuk merestrukturisasi
utang itu.

Pada hakikatnya PKPU bertujuan untuk melakukan perdamaian antara


debitor dengan para kreditornya dan menghindarkan debitor yang telah
atau akan mengalami insolven dari pernyataan pailit. Akan tetapi apabila
kesepakatan perdamaian dalam rangka perdamaian PKPU tidak tercapai,
maka debitor pada hari berikutnya dinyatakan pailit oleh Pengadilan
Niaga.2 Fred BG Tumbuan berpendapat bahwa pengajuan PKPU adalah
dalam rangka untuk menghindari pernyataan pailit yang lazimnya bermuara
kepada likuidasi harta kekayaan debitor. Khususnya dalam perusahaan,
PKPU bertujuan untuk memperbaiki keadaan ekonomi dan kemampuan
debitor agar memperoleh laba.

Selama berlangsungnya PKPU, menurut Pasal 242 ayat (1) Undang-


undang Nomor 37 Tahun 2004, debitor tidak dapat dipaksa untuk
membayar utang-utangnya. Selain itu, semua tindakan eksekusi yang telah
dimulai dalam rangka pelunasan utang harus ditangguhkan. Dapat diartikan

29
bahwa keadaan ini berlangsung baik selama PKPU Sementara maupun
selama PKPU Tetap. 6 Ketentuan demikian itu sangat melindungi
kepentingan debitor yang bermaksud untuk menunda pembayaran utang
yang dimilikinya. Namun demikian, melalui PKPU ketentuan Undang-
undang Nomor 37 Tahun 2004 juga dapat mempercepat debitor untuk
sampai pada tahapan kepailitan. Dalam Undang-undang ini, bila debitor
dan kreditor tidak dapat mencapai kesepakatan pembayaran utang pada
masa PKPU Sementara, maka debitor dapat dinyatakan pailit. Demikian
pula bila PKPU Tetap gagal dilaksanakan, debitor pun akan berujung pada
kepailitan.

Secara teori, koperasi yang mengalami kesulitan secara financial


dapatdimohonkan pailit sebagai alternatif jalan keluar dari kesulitan
keuangan itu. Kesulitan keuangan dapat berupa economic failure
(kegagalan ekonomi) sehingga pendapatan perusahaan tidak dapat
menutup total biaya operasional, business failure yang menghentikan
operasi dengan akibat kerugian kepada kreditor, technical insolvencyyaitu
tidak memenuhi kewajiban yang sudah jatuh tempo, insolvencyin
bankruptcy yaitu jika nilai buku utang melebihi nilai pasar aset, dan legal
bankruptcy yaitu bangkrut secara hukum yang telah diajukan tuntutan resmi
sesuai dengan ketentuan undang-undang.

Dengan demikian, meskipun Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004


telah mengatur hal-hal yang dapat dilakukan oleh debitor dan atau
pengurus selama masa PKPU berlangsung, namun jika PKPU tidak
berhasil dengan baik, maka debitor akan berada dalam keadaan pailit.
Demikian pula, dalam praktek dapat ditemukan hal-hal yang berlainan dari
yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004. Salah satu
contoh kasus PKPU yang terjadi, adalah kasus Koperasi Serba Usaha
Madani, suatu badan hukum koperasi yang didirikan berdasarkan hukum
Indonesia, dengan Akta Perubahaan Anggaran Dasar Koperasi Serba
Usaha Madani Nomor 1 Tanggal 27 Mei 2010 juncto Surat Laporan

30
Perubahan Anggaran Dasar Koperasi Serba Usaha Persada Madani
Nomor 26/Lap-PAD/VI1/2010, tanggal 26 Juli 2010 berkedudukan di
Komplek Muara Jalan Muara Sari IV No. 61, Bandung, saat ini
berkedudukan di Jalan Kota Baru Raya No. 26, Kota Bandung.

Sebagai badan usaha, koperasi sama dengan bentuk badan usaha


lainnya, yaitu sama-sama berorientasi laba dan membutuhkan modal.
Koperasi sebagai wadah demokrasi ekonomi dan sosial harus menjalankan
usahanya. Dalam Pasal 41 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian menyebutkan bahwa modal koperasi terdiri dari modal
sendiri dan modal pinjaman, modal koperasi sendiri dapat berasal dari
simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah. Modal
pinjaman dapat berasal dari anggota koperasi, koperasi lain dan/atau
anggota koperasi tersebut, bank dan lembaga keuangan lainnya,
penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, sumber lain yang sah. Selain
modal sebagai dimaksud dalam Pasal 41 , koperasi dapat pula melakukan
pemupukan modal yang berasal dari modal penyertaan. Koperasi Persada
Madani mempunyai produk berupa simpanan berjangka madani, produk
simpanan berjangka madani adalah simpanan pada Koperasi Persada
Madani yang penyetorannya hanya sekali. Simpanan diperlakukan sebagai
investasi yakni dana tersebut dimanfaatkan secara produktif dalam bentuk
pembiayaan

berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan simpanannya. Dana


tersebut di investasikan ke 13 anak perusahaan dari Madani Holding
Company yang bergerak pada berbagai bidang usaha. Produk simpanan
berjangka madani tersebut ditawarkan kepada penyimpan dana dengan
pilihan jangka waktu simpanan 1 tahun dan 6 bulan. Dalam prakteknya
pemberian jasa dan modal pokok atas investasi simpanan berjangka
madani tersebut dilakukan dengan cara pemberian bilyet giro oleh Koperasi
Persada Madani kepada penyimpan dana, bilyet giro tersebut dicairkan
oleh pemengang dana ketika jatuh tempo. Bilyet giro adalah surat perintah

31
nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah
dana dari rekening yang bersangkutan kepada pihak

penerima yang disebut namanya pada bank yang sama atau berlainan.
Dengan demikian pembayaran dana bilyet giro tidak dapat dilakukan
dengan uang tunai yang berarti bahwa sistem pembayaran dengan booking
transfer dan tidak dapat dipindahtangankan dengan endosemen. 8
Koperasi Persada Madani merupakan nasabah dari beberapa bank untuk
menerbitkan bilyet giro kepada penerimanya selaku penyimpan pada
simpanan berjangka madani.Pengadilan Niaga Jakarta Pusat melalui
Putusan Nomor 35/Pdt. SUSPKPU/2015/PN.NIAGA.Jkt.Pst mengabulkan
permohonan PKPU dari para kreditor dan menyatakan bahwa Koperasi
Serba Usaha Persada Madani berada di dalam PKPU Sementara dengan
segala akibat hukumnya. Koperasi Serba Usaha Persada Madani
mempunyai beberapa kreditor yang juga merupakan investor atau individu
yang telah menyimpan uangnya melalui simpanan berjangka kepada
Koperasi Serba Usaha Persada Madani.

Kreditor dari Koperasi Serba Usaha Persada Madani yang mengajukan


permohonan PKPU kepada Pengadilan Niaga adalah Heri Sugiarto yang
memberi kuasanya kepada Titik Kiranawati Soebagyo S.H., Rio
Simanjuntak S.H., para advokat pada kantor hukum Titik Soebagyo &
Patner. Heri Sugiarto merupakan salah satu penyimpan investasi dana
pada simpanan berjangka madani yang merupakan produk Koperasi Serba
Usaha Persada Madani. Namun, pada saat simpanan berjangka tersebut
telah jatuh tempo dan hendak dicairkan oleh Heri Sugiarto, dana dalam
rekening bank yang dimiliki oleh Koperasi Serba Usaha Persada Madani
guna mencairkan bilyet giro tersebut tidak mencukupi guna bagi hasil atas
investasi tersebut, sehingga Koperasi Serba Usaha Persada Madani tidak
dapat mengembalikan modal beserta jasa atas simpanan berjangka
tersebut kepada Heri Sugiarto. Atas dasar tersebut Heri Sugiarto
mengajukan gugatan Permohonan PKPU kepada Pengadilan Niaga

32
Jakarta Pusat untuk menuntut haknya atas bagi hasil investasi dari
simpanan berjangka madani pada Koperasi Serba Usaha Persada Madani.
Beberapa penyimpan dana lain juga mengalami hal yang sama dengan Heri
Sugiarto, simpanannya telah jatuh tempo dan dananya tidak dapat
dikembalikan oleh Koperasi Serba Usaha Persada Madani, penyimpan
dana tersebut selaku kreditor dari Koperasi Serba Usaha Persada Madani
adalah Wawan Wiliyati Widjaya yang berdomisili di Kota Bandung,
Djuningsih yang berdomisili di Kota Jakarta dan Hoo Moy Lan yang
berdomisili di Kota Yogyakarta ketiganya merupakan nasabah dan
mempunyai sertifikat berjangka yang telah jatuh tempo dan dapat
ditagihkan kepada Koperasi Serba Usaha Persada Madani.

Dengan adanya beberapa kreditor yang disebabkan tidak sanggupnya


Koperasi Serba Usaha Persada Madani untuk memberikan bagi hasil
kepada para penyimpan dana tersebut Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
memberikan putusan PKPU sementara terhadapKoperasi Serba Usaha
Persada Madani sesuai dengan persyaratan pengajuan permohonan PKPU
dengan adanya dua kreditor atau lebih yang telah jatuh tempo dan dapat
ditagih sesuai dengan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004.

a. Perdamaian

Permohonan PKPU adalah pengajuan rencana perdamaian oleh


debitor. Rencana perdamaian dibahas dalam rapat kreditur untuk
diputuskan apakah disetujui atau ditolak. Jika rencana perdamaian disetujui
dan disahkan oleh majelis hakim, rencana perdamaian berubah menjadi
perjanjian perdamaian yang mengikat debitur dan kreditur (Sinaga,
2012:285) Pada dasarnya, rencana perdamaian berisi tawaran
pembayaran sebagian atau seluruh kepada kreditur. Ini berarti bahwa
debitur harus sudah mempunyai daftar yang memuat sifat dan utang.

Restrukturisasi utang akan memunculkan sifat, jumlah, syarat, jadwal


pembayaran utang, dan bunga yang baru. Jumlah, syarat, dan jadwal

33
pembayaran utang yang baru inilah yang dijadikan sebagai dasar
penawaran pembayaran sebagian atau semua utang dalam rencana
perdamaian. Dasar pengajuan PKPU adalah kemungkinan
ketidakmampuan debitur untuk membayar utang utangnya pada saat jatuh
tempo. Oleh karena itu, rencana perdamaian juga harus dapat
menunjukkan upaya-upaya untuk menyehatkan perusahaan agar sifat,
jumlah, syarat, dan jadwal pembayaran baru tersebut nantinya dapat
terealisast. Umumnya, langkah penyehatan perusahaan dilakukan dengan
melakukan restrukturisasi perusahaan. Restrukturisas Sjahdeni (2002: 368)
dalam Sinaga (2012: 287) menyebutkan langkah-langkah perusahaan yang
dapat mengambil salah satu atau beberapa bentuk berikut.

1. Perubahan strategi.
2. Perubahan vist.
3. Perubahan struktur organisasi.
4. Perubahan budaya kerja. Perubahan teknologi
5. Perubahan direkal dan komisaris.
6. Perubahan budaya kerja
7. Perubahan anggaran dasar
8. Perubahan system dan prosedur
9. Penggabungan, peleburan atau akuisisi

b. Jangka waktu

Rencana perdamaian dapat disampaikan pada saat atau selama


periode sebagai berikut.

1. Saat pengajuan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran


Utang (PKPU)
2. 2 Selama periode permohonan PKPU sampai dengan diputuskannya
PKPUS,
3. Selama masa PKPU Sementara (PKPUS), yaitu maksimum 45 hari.
4. Selama masa PKPU Tetap (PKPUT), yaitu maksimum 270 hari.

34
Jika permohonan PKPU diajukan oleh debitur, dalam permohonan tersebut
dapat dilampirkan rencana perdamaian (Pasal 224 ayat (5)). Namun, jika
rencana perdamaian tidak tersedia di kepaniteraan pengadilan pada saat
permohonan, rencana perdamaian dapat juga disampaikan sampai dengan
saat sebelum sidang yang memutuskan PKPUS (Pasal 226 ayat (2)). Jika
permohonan PKPU diajukan oleh debitur, pengadilan harus mengabulkan
adanya PKPUS dalam jangka waktu 3 (tiga) hari sejak permohonan
didaftarkan. Jadi, rencana perdamaian dapat disampaikan selama periode
3 (tiga) hari ini.

Masa PKPUS maksimum adalah 45 (empat puluh lima) hari (Pasal 225
ayat (4)). Sidang pengadilan yang harus dihadiri oleh debitur, hakim
pengawas, pengurus, dan kreditur harus sudah dilakukan pada hari terakhir
masa PKPUS tersebut. Jika rencana perdamaian sudah disampaikan
sebelum sidang ini, pemungutan suara tentang rencana tersebut dapat
dilakukan (Pasal 228 ayat (3)). Dalam rapat ini, harus diputuskan tentang
persetujuan atau penolakan oleh kreditur terhadap diberikannya PKPUT.
Jika PKPUT tidak dapat diberikan, status debitur menjadi pailit (Pasal 228
ayat (5)). Jika PKPUT disetujui, penundaan kewajiban pembayaran utang
tersebut berikut perpanjangannya tidak boleh melebihi 270 hari setelah
putusan PKPUS (Pasal 228 ayat (6)). Dalam masa ini, rencana perdamaian
harus sudah diajukan

c. Keputusan

Rencana perdamaian diajukan oleh debitur untuk diputuskan oleh


kreditur. Keputusan dilakukan dalam persidangan pengadilan atau dalam
rapat kreditur. Keputusan dibuat dengan sistem pemungutan suara. Jika
rencana perdamaian ditolak oleh kreditur, debitur yang bersangkutan akan
dinyatakan pailit demi hukum. Proses selanjutnya mengikuti ketentuan
tentang kepallitan. Sebaliknya. jika rencana perdamaian disetujui dalam
rapat kreditur, hakim pengawas harus menyampalkan laporan tertulis
kepada pengadilan (Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara

35
PKPU) pada tanggal yang telah ditentukan untuk keperluan pengesahan
perdamaian (Pasal 284).

Pengadilan wajib memberikan putusan mengenai pengesahan


perdamaian. Jika pengadilan mengesahkan perdamaian, debitur dan
semua kreditur, kecuali kreditur yang tidak menyetujui ana perdamaian,
terikat pada perdamaian tersebut (Pasal 186). Dengan telah disahkannya
damaian oleh pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
(Pasal 288), PKPU pun Serakhit Pasal 285 ayat (2) menyebutkan bahwa
pengadilan wajib menolak untuk mengesahkan perdamaian jika terjadi hal-
hal berikut.

1. Harta debitur jauh lebih besar daripada jumlah yang disetujui dalam
perdamaian.
2. Pelaksanaan perdamaian tidak cukup terjamin.
3. Perdamaian tersebut dicapai karena penipuan atau persekongkolan
dengan satu atau lebih kreditur atau karena pemakaian upaya lain yang
tidak jujur dan tanpa menghiraukan apakah debitur atau pihak lain
bekerja sama untuk mencapai hal ini.
4. Imbalan jasa dan biaya yang dikeluarkan oleh ahli dan pengurus belum
dibayar atau tidakndiberikan jaminan untuk pembayarannya jika
pengadilan menolak untuk mengesahkan perdamaian, debitur akan
berada dalam kondisi pailt demi hukum.
d. Pengurusan
Selama masa PKPU, debitur (tanpa persetujuan pengurus) tidak dapat
melakukan kepengurusan atau kepemilikan atas seluruh atau sebagian
hartanya (Pasal 240 ayat (1)), Kewajiban debitur yang dilakukan tanpa
mendapatkan persetujuan dari pengurus yang timbul setelah PKPU,
hanya dapat dibebankan kepada harta debitur sejauh hal itu
menguntungkan harta debitur (Pasal 240 ayat Q2h Pinjaman dari pihak
ketiga dapat dilakukan oleh debitur jika telah memperoleh persetujuan
pengurus dan dilakukan dalam rangka meningkatkan nilai harta debitur,

36
Pemberian agunan juga diperbolehkan jika disetujui oleh hakim
pengawas Selain kewajiban yang harus dipenuhi dalam kaitannya
dengan kepengurusan, debitur memperoleh hak-hak di antaranya
sebagai berikut:

1. Debitur tidak dapat dipaksa untuk membayar utangnya dan semua


tindakan eksekusi yang telah mulai dilakukan untuk memperoleh
pelunasan harus ditangguhkan (Pasal 242 ayat (1)).
2. Semua sita yang telah dilakukan gugur dan jika debitur disandera, ia
harus dilepaskan segera setelah putusan PKPUT atau setelah
pengesahan perdamaian memperoleh kekuatan 2 hukum tetap (Pasal
242 ayat (2)).
3. Pembayaran utang selama berlangsunguya FKPU tidak dilakukan,
kecuali pembayaran utang tersebut dilakukan kepada semua kreditur
menurut perimbangan piutang masing masing (Pasal 245)

F. Fungsi Kepenasihatan

Jika suatu perusahaan akan melakukan transaksi bisnis yang besar,


biasanya akan menunjuk penasihat profesional. Contoh transaksi bisnis
yang besar, misalnya melakukan penawaran umum saham, mengeluarkan
obligasi, melakukan penggabungan, peleburan, dan perubahan
kepemilikan perusahaan. Tugas penasihat profesional adalah untuk
membantunya dalam melakukan evaluasi terhadap aspek legal, keuangan,
dan akuntansi dari transaksi yang bersangkutan.

Penunjukan penasihat profesional dari luar itu sendiri merupakan


penerapan sistem pengendalian internal yang baik bagi perusahaan.
Keputusan-keputusan bisnis yang telah didasarkan atas nasihat dari pihak
luar akan mempunyai kredibilitas dan keandalan yang lebih tinggi. Namun,
perlu dicatat bahwa tanggung jawab terhadap keputusan tetap berada di
tangan direksi dan dewan komisaris atau pihak yang meminta nasihat.

37
secara tradisional, penasihat hukum yang ditunjuk dari luar oleh
perusahaan, akan dimanfaatkan untuk memberikan pertimbangan tentang
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan Tugas utama
penasihat hukum adalah melindungi kepentingan perusahaan di muka
hukum Hubungan hukum dengan perusahaan berkaitan dengan fungsi
advokasi (Zabihollah. 2009: 308).

1. penasihat Hukum

penasihat hukum berhubungan langsung dengan pimpinan perusahaan.


Dalam hal tertentu, perusahaan dapat menunjuk seorang ahli hukum atau
kantor hukum (law firm) untuk menjadi penasihat umum (general council).
Penasihat umum melakukan tugas-tugas berikut.

a. Mengoordinasikan kegiatan penasihat hukum dari luar dan yang berada


di dalam perusahaan.
b. Secara terus-menerus melakukan pelaporan potensi penyimpangan
material terhadap peraturan yang ada.
c. Secara reguler, bertemu dengan komisaris independen atau komite
yang dibentuk dewan komisaris untuk membicarakan masalah-masalah
hukum yang dihadapi perusahaan (Zabihollah, 2009: 309).
1. Penasihat Keuangan

Melalui kuasa yang diberikan oleh investor untuk mengelola investasi


dan berpartisipasi dalam pemberian suara di rapat umum pemegang
saham, penasihat keuangan mempunyai peran penting dalam tata kelola
perusahaan. Umumnya, penasihat keuangan juga bertindak sebagai
penasihat investasi. Penasihat investasi (investment advisor) diharuskan
untuk melakukan uji kesaksamaan (due diligence). mempertahankan
objektivitas, dan melayani klien sebaik-baiknya. Benturan kepentingan
dapat timbul jika penasihat investasi mempunyai hubungan personal atau
bisnis dengan perusahaan, dewan komisaris, direksi, atau jika ikut
menentukan isi dari hak suara. Untuk mencegah terjadinya benturan

38
kepentingan, SEC mengeluarkan peraturan agar penasihat investasi
melakukan hal-hal berikut.

a. Menetapkan kebijakan dan prosedur dalam pengambilan suara untuk


kepentingan klien.
b. Mengungkapkan informasi yang memadai tentang kebijakan dan
prosedur tersebut dan bagaimana mereka memberikan suaranya.
c. Menyelenggarakan catatan yang memadai tentang kuasa pemberian
suara.
2. Analis Efek

Berbeda dengan akuntan publik atau penasihat hukum yang disewa


atau dikontrak oleh perusahaan. analis efek (atau sering juga disebut
sebagai analis keuangan) dipekerjakan oleh perusahaan perantara
pedagang efek (broker). Tugas mereka adalah menganalisis kinerja
keuangan perusahaan yang mereka ikuti perkembangannya, meneliti
kualitas perusahaan tersebut untuk investasi, dan membuat rekomendasi
tentang kesempatan investasi berdasarkan analisisnya. Pekerjaan analis
efek juga akan terpengaruh oleh tekanan dan insentif yang cenderung
memihak terhadap perusahaan yang mereka ikuti, terutama jika mereka
terkait dengan perusahaan yang melakukan kegiatan bank investasi.

Analis efek merupakan kanal komunikasi yang penting antara


perusahaan terbuka dan investor dalam memajukan transparansi
pengungkapan keuangan (financial disclosures). Dalam tugasnya. analis
efek akan melakukan riset, mengajukan pertanyaan tajam, melaksanakan
uji kesaksamaan (due diligence), dan melakukan analisis yang wajar (fair)
dan objektif. Kesimpulan dan rekomendasi yang dikeluarkan secara
independen dan tidak memihak akan dapat memberikan informasi yang
bernilai dan memberikan gambaran tentang potensi risiko kepada investor.

Global Association for Investment Management and Research (AIMR)


dan National Investor Relation Institut telah bekerja sama untuk menyusun

39
pedoman etika bagi analis. Pedoman etika tersebut memberikan lima
standar kelaziman praktik yang berkaitan dengan hubungan antara
perusahaan dan analis. Kelima standar itu berkaitan dengan hal-hal berikut.

a. Arus informasi (information flow).


b. Pelaksanaan tugas (analyst conduct).
c. Komunikasi dan akses terhadap perusahaan (corporate communication
and access).
d. Penelaahan terhadap laporan dan model analis (reviewing analyst
report and models).
e. Laporan riset yang dibayar emiten (issuer paid research report).

Pedoman ini juga menyebutkan bahwa riset oleh analis yang diberi
kompensasi oleh perusahaan hanya dapat dilakukan jika perusahaan
mempekerjakan analis yang berkualifikasi, kompeten, dan objektif. Dalam
laporannya, analis harus mengungkapkan jenis dan besarnya kompensasi
yang dia terima.

3. Bank Investasi

Lembaga keuangan ini membantu individu, perusahaan, atau


pemerintah dalam memperoleh dana melalui penjaminan dan/atau
bertindak sebagai agen dalam pengeluaran surat-surat berharga Bank
investasi juga dapat membantu perusahaan dalam melakukan merger dan
akuisisi (M&A) serta memberikan jasa-jasa penunjang, seperti
pembentukan pasar (market making), perdagangan derivatif, surat-surat
berharga bersifat ekuitas, dan fixed income instrument, currencies, and
commodities.

Kegiatan usaha bank investasi dapat dikelompokkan menjadi sell side


dan buy side. Kegiatan sell side berkaitan dengan perdagangan surat-surat
berharga secara tunai atau dengan surat-surat berharga yang lain
(memfasilitasi transaksi, pembentukan harga) atau promosi surat-surat
berharga (misalnya, penjaminan dan riset). Pemberian nasihat kepada

40
institusi yang bergerak dalam jasa pembelian investasi, misalnya private
equity funds dan hedge funds merupakan kegiatan buy side.

Bank investasi juga dipisah berdasarkan fungsinya, yaitu privat (private)


dan publik (public). Bagian yang mengurus area privat berhubungan
dengan informasi orang dalam insider information) yang mungkin tidak
diungkapkan kepada publik. Bagian yang bergerak dalam area publik,
misalnya analis efek, berhubungan dengan informasi publik. Kedua fungsi
tersebut harus dipisahkan untuk menghindari adanya kebocoran arus
informasi di antara keduanya. Keberadaan bank investasi banyak dikritisi
oleh adanya benturan kepentingan dan insentif kompensasi yang
berlebihan. Dalam praktiknya, pemisahan fungsi antara kegiatan yang
bersifat privat dan publik sulit dilaksanakan sehingga benturan kepentingan
menjadi sering terjadi.

4. Lembaga Pemeringkat

Berbeda dengan penasihat hukum, penasihat keuangan, atau analis


efek, lembaga pemeringkat mengeluarkan opini terhadap perusahaan atau
efek tertentu. International Organization of Securities Commission (IOSCO)
menyebutkan bahwa opini yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat
cenderung digunakan oleh investor, pemberi pinjaman, dan pihak lainnya
dalam pengambilan keputusan mereka (IOSCO, 2003). Opini lembaga
pemeringkat dapat memengaruhi akses emiten terhadap modal,
memengaruhi struktur transaksi keuangan, dan menentukan jenis liabilitas
lainnya yang akan dibuat. Opini yang diberikan oleh lembaga pemeringkat
berkaitan dengan kelayakan kredit (creditworthiness) pada masa depan
terhadap suatu perusahaan, surat-surat berharga, atau liabilitas tertentu
untuk suatu tanggal tertentu.

Lembaga pemeringkat yang diakui pasar sebagai lembaga terpercaya


(credible) dan andal (reliable) dapat memainkan peran bernilai terhadap
pasar surat-surat berharga. Kegiatan yang dilakukan oleh lembaga

41
pemeringkat menjadi perhatian banyak pihak. Oleh karena itu, IOSCO
berpendapat bahwa diterapkannya suatu prinsip yang mengatur kegiatan
lembaga pemeringkat akan bermanfaat untuk memperbaiki kegiatan
mereka dan penggunaan opininya oleh pasar. Prinsip prinsip tersebut harus
memberikan pedoman kepada lembaga pemeringkat dalam menawarkan
analisis dan opini yang independen dan bermanfaat (informed).

G. Studi IFAC

International Federation of Accountants (IFAC) dalam studinya yang


diberi judul "Rebuilding Public Confidence in Financial Reporting
menyinggung peran profesi lain dalam penurunan kepercayaan publik
terhadap pasar modal. Mereka menyebutnya dengan "other private sector
participants" (IFAC). Profesi yang termasuk sebagai partisipan atau peserta
lain ini adalah para penasihat atau analis keuangan (financial analyst),
lembaga pemeringkat kredit (credit rating agency), penasihat hukum (legal
advisor), dan bank investasi (investment bank). Masalah umum yang
dibahas berkaitan dengan benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugas-
tugasnya.

Analis keuangan atau penasihat keuangan (financial advisor)


memberikan kepada investor dan calon investor, evaluasi atas emiten
individu berdasarkan pertimbangannya tentang laporan keuangan,
kekuatan industri dan perusahaan, dan perbandingannya dengan
perusahaan lain. Analis keuangan dan lembaga pemeringkat memberikan
informasi tentang penilaian (assessment) yang mereka lakukan kepada
pasar. Dalam melaksanakan tugasnya, mereka dapat mengalami benturan
kepentingan karena mereka dibayar oleh pihak dengan siapa mereka harus
melaporkan hasilnya atau karena kelangsungan organisasinya tergantung
pada penjualan produk atau jasa kepada perusahaan yang akan menerima
laporannya (IFAC, 2003: 38).

42
Pada tingkat minimum, rekomendasi yang diberikan untuk analisis
keuangan adalah adanya kode etik atau aturan (code of conduct) untuk
kegiatan (operasi) analisis keuangan. Kode etik ini harus dikomunikasikan
kepada publik dan harus dimonitor oleh pihak di dalam dan di luar
perusahaan. Pembayaran kepada analis keuangan berdasarkan penjualan
saham atau produk lain oleh bagian lain dari organisasi tetap tidak
diperkenankan.

Lembaga pemeringkat kredit atau efek mengevaluasi bisnis dan laporan


keuangan suatu perusahaan untuk memberikan informasi kepada pasar
dan membantu bank atau pasar obligasi. Evaluasi dengan kualitas yang
bagus dan tepat waktu yang mempertimbangkan lingkungan bisnis dan
risiko yang dihadapi oleh perusahaan memberikan perspektif tambahan
yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan bisnis (IFAC, 2003:
9). IFAC mengusulkan agar lembaga ini diharuskan untuk mengungkapkan
kriteria yang mereka gunakan, proses evaluasi, dan mekanisme
pengendalian mutu yang diterapkan. Transparansi yang lebih besar tentang
kegiatan lembaga pemeringkat perlu dilakukan.

Penasihat hukum (lawyer) internal dan eksternal memberikan nasihat


atas ketepatan dan struktur transaksi tertentu yang dilakukan oleh
perusahaan. Dalam beberapa hal, nasihat tersebut mencakup penerapan
standar akuntansi. Nasihat hukum yang tidak hanya menekankan pada
masalah legalitas, tetapi juga mempertimbangkan kelaziman praktik (best
practice) dan memberikan prioritas terhadap pelaporan keuangan dan
pengungkapan yang wajar akan melindungi kepentingan perusahaan dan
membantu pihak yang terlibat lainnya dalam melakukan perannya. IFAC
merekomendasikan dikembangkannya kode etik yang mencakup standar
yang harus diterapkan jika penasihat hukum memberikan nasihat kepada
klien tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan pelaporan
keuangan.

43
Kode etik tersebut harus dikomunikasikan kepada publik dan dimonitor
oleh pihak di dalam dan di luar perusahaan. Kode etik harus merefleksikan
fakta bahwa klien penasihat hukum adalah perusahaan, bukan manajemen.
Oleh karena itu, nasihat-nasihatnya harus mencerminkan kepentingan
publik. Jika nasihat yang diberikan bukan merupakan kelaziman praktik,
penasihat hukum harus mengikhtisarkan kelaziman yang ada dan
menjelaskan alasan atas penyimpangan dari kelaziman tersebut.

Honorarium dan basis yang digunakan untuk menghitungnya yang


dibayarkan untuk masalah masalah yang berkaitan dengan pelaporan
keuangan juga harus diungkapkan kepada komite audit. Jika penasihat
hukum berada pada posisi advokasi, nasihat yang diberikan harus
mencakup ikhtisar pilihan alternatif tentang kelaziman praktik dan masalah
penting yang dapat muncul dari setiap alternatif.

Bank investasi (investment banks) mempekerjakan banyak analis


keuangan. Ia menyediakan pembiayaan dan memfasilitasi transaksi. Dalam
melaksanakan tugasnya, bank investasi memberikan nasihat dan
menyediakan informasi yang mendukung perusahaan dalam melakukan
transaksi yang besar. Jika fungsi-fungsi ini dijalankan dengan jujur (probity)
dan terdapat pemisahan tugas untuk menghindari benturan kepentingan,
bank akan dapat menjadi fasilitator yang bermanfaat bagi pasar. IFAC
mengusulkan perlunya dikembangkan kode etik tentang hal-hal yang
berkaitan dengan pelaporan keuangan yang mencakup nasihat yang
diberikan oleh bank investasi kepada perusahaan. Kode etik harus
dikomunikasikan kepada publik dan dimonitor.

Seperti halnya penasihat hukum, kode etik untuk bank investasi harus
mengakui bahwa klien mereka adalah perusahaan dan bukan manajemen.
Oleh karena itu, nasihat yang diberikan harus menekankan pada
kepentingan publik. Jika nasihat yang diberikan tidak mencerminkan
kelaziman praktik, mereka harus mengikhtisarkan kelaziman yang ada dan
memberikan alasan atas penyimpangan yang dilakukan. Laporan yang

44
mereka hasilkan juga harus mengungkapkan total honorarium dan basis
yang digunakan untuk menghitungnya, baik langsung maupun tidak
langsung (contingent fee). Informasi ini dapat membantu komite audit dan
direksi dalam mengevaluasi nasihat yang bersangkutan.

H. Prinsip Tata Kelola OECD

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) pada


2004 mengeluarkan "OECD Principles of Corporate Governance" yang
merupakan revisi atas prinsip-prinsip yang telah dikeluarkan sebelumnya.
Salah satu prinsip yang berkaitan dengan "Disclosure and Transparancy"
menyebutkan sebagai berikut.

"The corporate governance framework should be complemented by an


effective approach that addresses and promotes the provision of analysis
or advice by analyst, brokers, rating agencies, and others that is relevant to
decision by investors, free from material conflict of interest that might
compromise the integrity of their analysis or advice."

Akuntan publik yang independen dan kompeten banyak menuai


perhatian dari masyarakat. Demikian pula dengan diseminasi informasi
yang tepat waktu serta integritas dan kegiatan profesi atau lembaga-
lembaga yang memberikan jasa analisis dan nasihat kepada pasar.

Profesi atau lembaga perantara yang bebas dari benturan kepentingan


dan berintegritas tinggi dalam melaksanakan tugasnya, akan dapat
memberikan insentif bagi perusahaan untuk mengikuti praktik tata kelola
perusahaan yang baik. Namun, kenyataan menunjukkan adanya benturan
kepentingan yang dapat memengaruhi pertimbangan profesional mereka.
Hal ini terjadi terutama jika pemberi nasihat juga menginginkan pekerjaan
lain dari perusahaan atau jika pemberi nasihat memiliki kepentingan
langsung yang bersifat material terhadap perusahaan atau pesaingnya.
Bukti-bukti menunjukkan adanya dimensi relevansi yang tinggi antara

45
proses pengungkapan dan transparansi dan standar profesional analis riset
pasar modal, lembaga pemeringkat, dan bank investasi.

Pengalaman di bidang lain menunjukkan bahwa penyelesaian yang


paling diinginkan adalah keharusan untuk mengungkapkan secara penuh
benturan kepentingan dan bagaimana entitas yang bersangkutan
mengelolanya. Pengungkapan yang paling penting adalah tentang
bagaimana entitas menyusun skema (structure) insentif bagi karyawannya
untuk menghilangkan adanya benturan kepentingan tersebut.
Pengungkapan ini memungkinkan investor untuk menilai risiko yang terlibat
dan kemungkinan terjadinya keberpihakan (bias) dalam nasihat dan
informasi yang diberikan.

I. Prinsip IOSCO

Organisasi internasional yang menghimpun para regulator di bidang


pasar modal, yaitu International Organization of Securities Commission
(IOSCO). melalui komite tekniknya, telah mengeluarkan berbagai prinsip
(principles) bagi para pelaku di pasar tersebut. Pada dasarnya, prinsip-
prinsip ini merupakan aturan-aturan yang harus dipedomani oleh profesi
atau lembaga yang bergerak di pasar modal dalam berperilaku dan
menjalankan kegiatannya.

Sebagai pihak yang terlibat dalam kegiatan pasar modal, mereka harus
ikut menunjang tercapainya pasar yang wajar (fair), efisien (efficient), dan
transparan (transparent). Mereka juga harus berkontribusi terhadap
turunnya risiko sistematis dan terlindunginya para investor. Tujuan utama
dari dikeluarkannya prinsip-prinsip adalah meningkatkan kredibilitas
(credibility) dan keandalan (reliability) lembaga atau profesi yang
bersangkutan. Prinsip-prinsip tersebut banyak mengatur tentang masalah
benturan kepentingan, perilaku yang harus dianut, serta standar dan
pelaksanaan pekerjaan yang harus dilaksanakan. Prinsip-prinsip tersebut
akan diuraikan di bawah ini.

46
1. Regulator

Berikut ini prinsip-prinsip yang harus dianut oleh regulator:

(1) Tanggung jawab regulator harus jelas dan dinyatakan secara objektif

(2) Secara operasional, regulator harus independen dan akuntabel dalam


menjalankan fungsi dan kekuasaannya (power)

(3) Secara memadai, regulator harus memiliki kekuasaan, sumber daya


untuk melaksanakan fungsi dan menjalankan kekuasaannya.
(4) Regulator harus mengadopsi proses regulasi yang jelas dan konsisten.
(5) Staf regulator harus menjalankan tugasnya dengan standar profesi yang
tinggi, termasuk standar tentang kerahasiaan
(6) Regulator harus mempunyai kekuasaan atau berkontribusi dalam
proses monitoring, mitigasi, dan mengelola risiko sistemis yang tepat sesuai
dengan mandat yang dipunyai.
(7) Regulator harus memiliki dan berkontribusi dalam proses menelaah kisi-
kisi (perimeter) regulasi secara berkala.
(8) Regulator harus memastikan bahwa benturan kepentingan dan salah
arah dalam insentif dapat dihindarkan, dieliminasi, diungkapkan, atau
dikelola.
2. Regulasi Mandiri

Jika sistem regulasi menggunakan Organisasi Regulasi Mandiri (Self


Regulatory Organization) dalam menjalankan tanggung jawab pengawasan
langsung terhadap area kompetensinya, berikut ini prinsip yang dianutnya.

(9) Organisasi regulasi mandiri harus diawasi oleh regulator dan harus
melaksanakan standar kewajaran (fairness) dan kerahasiaan dalam
menjalankan wewenang yang didelegasikan kepadanya.
3. Regulasi Pasar Modal

Prinsip-prinsip yang dianut dalam penegakan (enforcement) regulasi di


bidang pasar modal (securities regulation) meliputi hal-hal berikut.

47
(10) Regulator harus mempunyai kekuasaan yang komprehensif tentang
inspeksi (inspection), investigasi (investigation), dan penyelidikan
(surveillance).
(11) Regulator harus memiliki kekuasaan yang komprehensif untuk
penegakan hukum.
(12) Sistem regulasi harus dapat memastikan penggunaan yang efektif dan
kredibel, kekuasaan inspeksi, investigasi, penegakan hukum, dan
mengimplementasikan program kepatuhan yang efektif.
4. Kerja Sama dalam Regulasi

Prinsip-prinsip dalam kerja sama dengan pihak counterpart di dalam


negeri dan di luar negeri meliputi hal-hal berikut.

(13) Regulator harus memiliki otoritas untuk membagi (share) informasi


publik dan nonpublic kepada pihak counterpart di dalam negeri dan di luar
negeri.

(14) Regulator harus menciptakan mekanisme pembagian informasi yang


menjelaskan kapan dan bagaimana mereka akan membagi informasi publik
dan nonpublik.

(15) Sistem regulasi harus memperbolehkan bantuan yang harus diberikan


kepada regulator luar negeri yang mengajukan pertanyaan dalam
pelaksanaan fungsi dan menjalankan kekuasaannya.

5. Emiten

Berikut ini prinsip-prinsip yang berlaku bagi emiten.

(16) Harus ada pengungkapan yang penuh (full), akurat, dan tepat waktu
tentang hasil keuangan (financial result), risiko, dan informasi lain yang
material bagi pengambilan keputusan investor.

(17) Pemegang surat-surat berharga perusahaan harus diperlakukan


dengan wajar dan sama.

48
(18) Standar akuntansi yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan
oleh emiten harus berkualitas tinggi dan diterima secara internasional.

6. Akuntan Publik, Lembaga Pemeringkat Kredit, dan Penyedia jasa


Informasi Lain

Berikut ini prinsip-prinsip yang berlaku untuk profesi atau lembaga-


lembaga akuntan publik. pemeringkat kredit, dan penyedia jasa informasi
lain.

(19) Akuntan publik harus memperoleh pengawasan yang memadai.

(20) Akuntan publik harus independen terhadap emiten yang diaudit.

(21) Standar audit harus berkualitas tinggi dan diterima secara


internasional.

(22) Lembaga pemeringkat kredit harus memperoleh pengawasan yang


memadai. Sistem regulasi harus memastikan bahwa lembaga pemeringkat
kredit yang peringkatnya digunakan untuk tujuan regulasi harus tercatat dan
memperoleh pengawasan secara terus-menerus.

(23) Lembaga lain yang menawarkan jasa analisis dan evaluasi harus
memperoleh pengawasan dan regulasi sesuai dengan pengaruh kegiatan
mereka terhadap pasar atau tingkat ketergantungan sistem regulasi
terhadap mereka.

7. Regulator

Berikut ini prinsip-prinsip yang harus dianut oleh regulator:

(1) Tanggung jawab regulator harus jelas dan dinyatakan secara objektif

(2) Secara operasional, regulator harus independen dan akuntabel dalam


menjalankan fungsi dan kekuasaannya (power)

(3) Secara memadai, regulator harus memiliki kekuasaan, sumber daya


untuk melaksanakan fungsi dan menjalankan kekuasaannya.

49
(4) Regulator harus mengadopsi proses regulasi yang jelas dan konsisten.
(5) Staf regulator harus menjalankan tugasnya dengan standar profesi yang
tinggi, termasuk standar tentang kerahasiaan
(6) Regulator harus mempunyai kekuasaan atau berkontribusi dalam
proses monitoring, mitigasi, dan mengelola risiko sistemis yang tepat sesuai
dengan mandat yang dipunyai.
(7) Regulator harus memiliki dan berkontribusi dalam proses menelaah kisi-
kisi (perimeter) regulasi secara berkala.
(8) Regulator harus memastikan bahwa benturan kepentingan dan salah
arah dalam insentif dapat dihindarkan, dieliminasi, diungkapkan, atau
dikelola.
8. Regulasi Mandiri

Jika sistem regulasi menggunakan Organisasi Regulasi Mandiri (Self


Regulatory Organization) dalam menjalankan tanggung jawab pengawasan
langsung terhadap area kompetensinya, berikut ini prinsip yang dianutnya.

(9) Organisasi regulasi mandiri harus diawasi oleh regulator dan harus
melaksanakan standar kewajaran (fairness) dan kerahasiaan dalam
menjalankan wewenang yang didelegasikan kepadanya.
9. Regulasi Pasar Modal

Prinsip-prinsip yang dianut dalam penegakan (enforcement) regulasi di


bidang pasar modal (securities regulation) meliputi hal-hal berikut.

(10) Regulator harus mempunyai kekuasaan yang komprehensif tentang


inspeksi (inspection), investigasi (investigation), dan penyelidikan
(surveillance).
(11) Regulator harus memiliki kekuasaan yang komprehensif untuk
penegakan hukum.
(12) Sistem regulasi harus dapat memastikan penggunaan yang efektif dan
kredibel, kekuasaan inspeksi, investigasi, penegakan hukum, dan
mengimplementasikan program kepatuhan yang efektif.

50
10. Kerja Sama dalam Regulasi

Prinsip-prinsip dalam kerja sama dengan pihak counterpart di dalam


negeri dan di luar negeri meliputi hal-hal berikut.

(13) Regulator harus memiliki otoritas untuk membagi (share) informasi


publik dan nonpublic kepada pihak counterpart di dalam negeri dan di luar
negeri.

(14) Regulator harus menciptakan mekanisme pembagian informasi yang


menjelaskan kapan dan bagaimana mereka akan membagi informasi publik
dan nonpublik.

(15) Sistem regulasi harus memperbolehkan bantuan yang harus diberikan


kepada regulator luar negeri yang mengajukan pertanyaan dalam
pelaksanaan fungsi dan menjalankan kekuasaannya.

11. Emiten

Berikut ini prinsip-prinsip yang berlaku bagi emiten.

(16) Harus ada pengungkapan yang penuh (full), akurat, dan tepat waktu
tentang hasil keuangan (financial result), risiko, dan informasi lain yang
material bagi pengambilan keputusan investor.

(17) Pemegang surat-surat berharga perusahaan harus diperlakukan


dengan wajar dan sama.

(18) Standar akuntansi yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan


oleh emiten harus berkualitas tinggi dan diterima secara internasional.

12. Akuntan Publik, Lembaga Pemeringkat Kredit, dan Penyedia jasa


Informasi Lain

Berikut ini prinsip-prinsip yang berlaku untuk profesi atau lembaga-


lembaga akuntan publik. pemeringkat kredit, dan penyedia jasa informasi
lain.

51
(19) Akuntan publik harus memperoleh pengawasan yang memadai.

(20) Akuntan publik harus independen terhadap emiten yang diaudit.

(21) Standar audit harus berkualitas tinggi dan diterima secara


internasional.

(22) Lembaga pemeringkat kredit harus memperoleh pengawasan yang


memadai. Sistem regulasi harus memastikan bahwa lembaga pemeringkat
kredit yang peringkatnya digunakan untuk tujuan regulasi harus tercatat dan
memperoleh pengawasan secara terus-menerus.

(23) Lembaga lain yang menawarkan jasa analisis dan evaluasi harus
memperoleh pengawasan dan regulasi sesuai dengan pengaruh kegiatan
mereka terhadap pasar atau tingkat ketergantungan sistem regulasi
terhadap mereka.

13. Skema Investasi Kolektif

Berikut ini prinsip-prinsip yang berlaku untuk skema investasi kolektif


seperti reksadana.

(24) Sistem regulasi harus menetapkan standar tentang syarat-syarat yang


harus dipenuhi (eligibility), tata kelola (governance). organisasi, dan operasi
pelaksanaan dari mereka yang ingin memasarkan atau beroperasi dalam
produk dengan skema investasi kolektif.

(25) Sistem regulasi harus menyediakan aturan tentang bentuk hukum dan
struktur skema investasi kolektif serta pemisahan dan proteksi aset klien.

(26) Regulasi harus memastikan perlunya pengungkapan, seperti yang


disebutkan dalam prinsip prinsip untuk emiten, yang diperlukan untuk
mengevaluasi kelayakan skema investasi kolektif bagi investor tertentu dan
nilai dari hak (interest) investor dalam skema.

52
(27) Regulasi harus memastikan bahwa basis yang digunakan dalam
penilaian dan penetapan harga dan penarikan (redemption) unit skema
investasi kolektif telah tepat dan telah diungkapkan.

(28) Regulasi harus memastikan bahwa hedge funds dan/atau


manajer/penasihat hedge funds telah tercakup dalam pengawasan yang
tepat. man (IOSCO, Juni 2010-Terjemahan bebas).

14. Perantara Pedagang

Berikut ini prinsip-prinsip yang berlaku bagi perantara pedagang efek


(market intermediaries).

(29) Regulasi harus menetapkan standar minimum untuk perantara


pedagang efek

(30) Harus terdapat persyaratan modal awal dan berkelanjutan yang hati-
hati (prudent) bagi perantara pedagang efek yang mencerminkan risiko
yang diambil oleh mereka.

(31) Perantara pedagang efek harus menciptakan fungsi internal yang


memastikan adanya kepatuhan terhadap standar untuk internal organisasi
dan pelaksanaan operasi dengan tujuan memproteksi kepentingan klien
serta asetnya dan untuk memastikan adanya manajemen risiko yang baik.
Berdasarkan fungsi internal tersebut, manajemen perantara pedagang efek
menerima tanggung jawab utama untuk masalah-masalah yang timbul.

(32) Harus ada prosedur untuk mengatasi kegagalan perantara pedagang


efek untuk meminimalkan kerusakan dan kerugian investor dan menahan
risiko sistemis. (IOSCO, Juni 2010-Terjemahan bebas).

15. Pasar Sekunder

Berikut ini prinsip-prinsip yang berlaku untuk pasar sekunder (secondary


market).

53
(33) Penentuan sistem perdagangan (trading system), termasuk pertukaran
surat-surat berharga harus disetujui dan diawasi oleh pihak regulator.

(34) Harus ada supervisi secara terus-menerus dari pihak regulator


terhadap sistem perdagangan dan pertukaran dengan tujuan untuk
memastikan bahwa integritas perdagangan telah dilaksanakan melalui
aturan yang wajar dan adil (equitable) yang memenuhi keseimbangan yang
tepat antara permintaan berbagai peserta pasar. RENFOR

(35) Regulasi harus memajukan transparansi perdagangan.

(36) Regulasi harus dirancang untuk mendeteksi dan mencegah manipulasi


dan praktik-praktik perdagangan yang tidak wajar lainnya.

(37) Regulasi harus bertujuan untuk memastikan adanya manajemen yang


tepat untuk eksposur yang besar, risiko kegagalan, dan gangguan pasar.

(38) Sistem kliring (settlement) surat-surat berharga dan pihak-pihak yang


terlibat harus memenuhi persyaratan regulasi dan supervisi yang dirancang
untuk memastikan bahwa mereka telah berjalan dengan wajar, efektif,
efisien, dan dapat mengurangi risiko sistemis. (IOSCO, Juni 2010-
Terjemahan bebas).

16. Analis Efek

Prinsip-prinsip yang dibuat untuk analis efek, terutama ditujukan bagi


sell-side analyst, yaitu analis yang dipekerjakan oleh departemen riset dari
perusahaan-perusahaan investasi yang menyediakan jasanya secara
penuh seperti broker-diler atau bank investasi. Prinsip-prinsip tersebut
mencakup hal-hal berikut (terjemahan bebas-IOSCO, 2003).

1. Perdagangan dan kepentingan keuangan.

Prinsip 1: Harus ada mekanisme sedemikian baik sehingga kegiatan


perdagangan oleh analis atau kepentingan keuangannya tidak
memengaruhi riset dan rekomendasinya.

54
2. Kepentingan perusahaan dan hubungan bisnis.

Prinsip 2.1: Harus ada mekanisme sedemikian baik sehingga riset dan
rekomendasi analis tidak dipengaruhi oleh kegiatan perdagangan atau
kepentingan keuangan dari perusahaan yang mempekerjakan.

Prinsip 2.2: Harus ada mekanisme sedemikian baik sehingga riset dan
rekomendasi analis tidak dipengaruhi oleh hubungan bisnis antara
perusahaan dan analis.

3. Pelaporan dan kompensasi.

Prinsip 3: Jalur pelaporan (reporting lines) dan pengaturan kompensasi


untuk analis harus disusun sedemikian baik sehingga dapat menghilangkan
atau membatasi secara signifikan benturan kepentingan, baik yang nyata
maupun yang masih bersifat potensi.

4. Sistem kepatuhan perusahaan dan tanggung jawab manajemen senior.

Prinsip 4: Perusahaan yang mempekerjakan analis harus menetapkan


prosedur atau pengendalian internal secara tertulis yang dapat
menghilangkan, mengelola, atau mengungkapkan benturan kepentingan
analis, baik yang sudah nyata maupun yang masih bersifat potensi.

5. Pengaruh luar

Prinsip 5: Pengaruh yang tidak sepantasnya dari emiten, investor


institusional, dan pihak luar lainnya terhadap analis harus dihilangkan atau
dikelola.

6 Kejelasan, spesifikasi, dan keutamaan pengungkapan.

Prinsip 6: Pengungkapan tentang benturan kepentingan, baik yang sudah


nyata atau masih bersifat potensi harus lengkap (complete), tepat waktu
(timely), jelas (clear), ringkas (concise), spesifik (specific), dan utama
(prominence).

7. Integritas dan perilaku etis.

55
Prinsip 7: Analisis harus berpegang pada standar integritas yang tinggi.

8. Pendidikan investor.

Prinsip 8: Pendidikan terhadap investor harus memegang peran penting


dalam mengelola benturan kepentingan analis.

17. Lembaga Pemeringkat

Prinsip-prinsip yang mengatur tentang lembaga pemeringkat dapat


diikhtisarkan sebagai berikut (Terjemahan bebas-IOSCO, 2003).

1). Kualitas dan integritas proses pemeringkatan

Prinsip 1: Lembaga pemeringkat harus berusaha keras, melalui opini yang


dikeluarkan untuk membantu mengurangi asimetri informasi di antara
peminjam (borrower), pemberi pinjaman (lender), dan peserta pasar yang
lain.

Lembaga pemeringkat harus mengadopsi dan mengimplementasikan


prosedur dan metodologi tertulis untuk memastikan bahwa opini yang
dikeluarkan telah didasarkan pada analisis yang wajar (fair) dan mendalam
tentang semua informasi relevan yang tersedia dan bahwa analis lembaga
pemeringkat telah melaksanakan tugasnya dengan integritas yang tinggi.
Metodologi lembaga pemeringkat harus tepat (rigorous) dan sistematis.
Peringkat yang dihasilkan harus melalui prosedur validasi yang didasarkan
pada pengalaman masa lalu.

Jika sebelumnya telah mengeluarkan peringkat, lembaga pemeringkat


harus memonitor secara terus menerus dan secara reguler memutakhirkan
analisis dan peringkatnya. Apalagi jika terdapat informasi baru yang
menyebabkan lembaga pemeringkat yang bersangkutan harus merevisi
atau mengakhiri opininya.

Lembaga pemeringkat harus mempertahankan catatan internal yang


mendukung peringkat yang diberikan. Lembaga pemeringkat harus

56
memiliki sumber daya yang cukup untuk melakukan penilaian kredit dengan
kualitas yang tinggi. Mereka harus mempunyai cukup personel agar dapat
secara tepat menilai entitas yang mereka beri peringkat, mencari informasi
yang diperlukan, dan menganalisis semua informasi relevan dalam proses
pengambilan keputusan.

Analis yang dipekerjakan oleh lembaga pemeringkat harus


menggunakan metodologi yang diterapkan oleh lembaga pemeringkat dan
harus bertindak profesional, kompeten, dan berintegritas tinggi.

2). Independensi dan benturan kepentingan.

Prinsip 2: Keputusan lembaga pemeringkat harus bersifat independen,


bebas dari tekanan politik atau ekonomi, dan benturan kepentingan yang
disebabkan oleh struktur kepemilikan bisnis atau kepentingan keuangan
lembaga pemeringkat atau karena benturan kepentingan karyawan
tembaga pemeringkat. Lembaga pemeringkat harus sejauh mungkin
menghindari kegiatan, prosedur, atau hubungan yang mengganggu atau
dianggap mengganggu independensi dan objektivitas kegiatan lembaga
pemeringkat.

Lembaga pemeringkat harus mengadopsi prosedur atau mekanisme


internal secara tertulis untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan atau
menyatakan dan mengungkapkan, jika perlu, setiap benturan kepentingan,
baik yang sudah nyata maupun yang masih bersifat potensi, yang dapat
memengaruhi opini dan analisis lembaga pemeringkat atau individu yang
dipekerjakannya. Lembaga pemeringkat harus mengungkapkan upaya
yang dilakukan untuk menghindari benturan kepentingan tersebut dan
ukuran-ukuran yang digunakan untuk mengelolanya.

Peringkat yang diberikan kepada emiten tidak boleh dipengaruhi oleh


adanya atau potensi adanya hubungan bisnis antara lembaga pemeringkat
(atau afiliasinya) dan emiten atau pihak lain. Lembaga pemeringkat atau
staf yang dipekerjakan tidak boleh melakukan perdagangan derivatif yang

57
secara inheren mengandung benturan kepentingan dengan kegiatan
pemeringkatan. Jalur pelaporan (reporting lines) dan kompensasi bagi
karyawan lembaga pemeringkat harus disusun sedemikian baik sehingga
dapat menghilangkan atau mengelola benturan kepentingan secara efektif.

Analis lembaga pemeringkat tidak boleh dibayar atau dievaluasi


berdasarkan jumlah pendapatan yang dihasilkan dari emiten. Penentuan
peringkat harus didasarkan atas faktor yang relevan dengan penilaian
kredit. Lembaga pemeringkat harus mengungkapkan sifat pengaturan
kompensasi dengan emiten yang dinilai peringkatnya.

3). Transparansi dan tepat waktunya pengungkapan peringkat.

Prinsip 3: Lembaga pemeringkat harus mengungkapkan dan transparan


dalam kegiatan pemeringkatnya.

Lembaga pemeringkat harus mendistribusikan, secara tepat waktu,


keputusan tentang pemeringkatan terhadap surat-surat berharga
berpendapatan tetap yang dikeluarkan kepada Publik (publicity issued fixed
income securities) atau surat-surat berharga berpendapatan tetap
diperdagangkan kepada publik. Pengungkapan kepada publik tentang
peringkat surat-surat terharga berpendapatan tetap tidak boleh dilakukan
secara selektif. Pengungkapan juga harus yang dilakukan terhadap
keputusan untuk menghentikan pemeringkatan jika pemeringkatan,
sebagian atan seluruhnya, didasarkan atas informast nonpublik.

Lembaga pemeringkat harus mempublikasikan informasi yang cukup


tentang prosedur dan metodologi sehingga pihak luar dapat mengerti
bagaimana pemeringkatan dilakukan. Publikasi harus mencakup jangka
waktu (time horizon) yang digunakan dalam pemeringkatan Pemeringkatan
yang tidak diminta (unsolicited) oleh emiten juga harus diungkapkan,

4). Informasi Rahasia .

58
Prinsip 4: Lembaga pemeringkat harus menjaga kerahasiaan informasi
nanpublik yang dikomunikasikan kepada mereka oleh setiap emiten atau
agerinya berdasarkan syarat atau kesepakatan tentang kerahasiaan.

Lembaga pemeringkat harus mengadopsi prosedur dan mekanisme


untuk memproteksi informasi nonpublik yang diberikan oleh emiten
berdasarkan syarat atau kesepakatan tentang kerahasiaan. Informasi
nonpublik hanya boleh digunakan untuk kegiatan pemeringkatan.

18. Regulasi, Peraturan, dan Kode Etik

Prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh IOSCO tersebut perlu dijabarkan


dalam bentuk regulasi fundang-undang dan peraturan pelaksanaannya)
yang dikeluarkan oleh pemerintah. Prinsip prinsip itu juga dapat dijabarkan
melalui aturan atau kode etik dan standar profesi (perfoma) oleh organisasi
regulasi mandiri atau oleh asosiasi-asosiasi yang bersangkutan. Seperti
terlihat dari prinsip-prinsip yang dikemukakan, regulasi, kode etik, atau
standar performa dapat mengatur tentang pelaku, produk, atau prosedur.

Aturan yang melibatkan pelaku mengatur tentang siapa yang boleh dan
tidak boleh melakukan kegiatan di pasar. Aturan ini harus dilengkapi
dengan pedoman perilaku (kode etik) dan standar pelaksanaan pekerjaan
(standar performa) atau pedoman kerja yang harus diikuti. Produk
berhubungan dengan jenis transaksi atau produk yang boleh atau tidak
boleh diperdagangkan di pasar. Prosedur berkaitan dengan cara-cara atau
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menjalankan suatu transaksi
atau memperdagangkan suatu produk.

J. SARBANES & OXLEY ACT

Di Amerika Serikat, Sarbanes and Oxley Act (SOA) juga memuat


ketentuan tentang profesi atau lembaga lain seperti yang disebutkan
sebelumnya. Seksi 307 dari SOA memerintahkan kepada Securities and
Exchange Commission (SEC) untuk menetapkan aturan tentang
pelaksanaan tugas profesional (rules of professional conduct) bagi

59
penasihat hukum (lawyer) yang bergerak di pasar modal. Aturan SEC yang
diterbitkan dalam tahun 2003 ini mengharuskan pengacara perusahaan
(corporate attorney) untuk melaporkan dugaan kecurangan dan
pelanggaran undang-undang pasar modal. Aturan ini berlaku bagi
penasihat hukum yang mewakili perusahaan di muka SEC. SOA
mengharuskan pengacara melaporkan penyimpangan undang-undang
pasar modal tersebut kepada direktur utama (CEO) atau direktur yang
membawahi hukum (chief legal counsel) dan jika tidak ada tindakan yang
dilakukan, melaporkannya kepada komite audit (Zabihollah, 2009: 310).

Seksi 501 dari SOA memerintahkan kepada SEC untuk mengeluarkan


peraturan yang menangani masalah benturan kepentingan dari analis efek.
Pada 20 Februari 2003, SEC mengeluarkan aturan yang disebut Regulation
Analyst Certification atau Regulation AC (Zabihollah, 2009: 314). Dalam
regulasi ini, masalah independensi riset dari bank investasi dan persepsi
benturan kepentingan analis memperoleh perhatian khusus. Regulasi AC
dikeluarkan dengan tujuan unuk memperbaiki objektivitas, kredibilitas, dan
integritas dari forecast dan laporan yang dibuat analis.

Seksi 702 dari SOA memerintahkan kepada SEC untuk melaksanakan


studi dan melaporkan hasilnya kepada Kongres AS tentang peran penting
dan pengaruh lembaga pemeringkat terhadap pasar.

1. Pentingnya Sarbanes-Oxley Act di Indonesia


Meskipun kondisi pasar modal Indonesia belum sebaik di Amerika
Serikat, tapi prinsip-prinsip yang menjadi dasar SOX sangat relevan untuk
diterapkan di Indonesia. Karena setiap investor publik harus dilindungi dari
penyalahgunaan peran akuntan publik.
Undang-undang ini tujuannya adalah untuk memperbaiki transparansi
perusahaan, perbaikan secara terus menerus terhadap kontrol internal
perusahaan, serta menekankan pentingnya independensi auditor eksternal
dalam menjalankan tugasnya.

60
Karena aturan ini menjunjung tinggi transparansi dan pengawasan yang
ketat terhadap auditor, maka biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk merilis laporan keuangan atau keterbukaan informasi menjadi lebih
mahal secara biaya dan memakan lebih banyak waktu.
Di Amerika Serikat, bahkan banyak perusahaan yang keberatan dan
memutuskan untuk delisting atau keluar dari bursa karena adanya regulasi
ini. Banyak juga perusahaan kecil yang memutuskan untuk delisting karena
tidak sanggup dengan biaya laporan keuangan yang mahal. Banyak juga
perusahaan yang nilai credit rating-nya harus turun karena aturan ini.
Melalui aturan yang dijalankan secara ketat ini, perusahaan dituntut
untuk punya komitmen sebagai perusahaan publik untuk transparan pada
laporan keuangan dan informasi perubahan neraca yang sering digunakan
untuk menyembunyikan tindakan kecurangan. Sehingga perusahaan publik
yang tidak bersedia untuk berkomitmen bisa dipersilahkan untuk keluar dari
bursa. Hal ini agar setiap investor publik dapat dilindungi dari praktik yang
tidak kelihatan di permukaan ini.
Sudah sebaiknya badan-badan yang bertanggung jawab untuk
membentuk kebijakan mulai merancang undang-undang serupa yang
disesuaikan prinsipnya dengan kondisi di Indonesia. Negara harus punya
iklim pasar modal yang sehat, pasar modal yang bisa melindungi investor
publik dari risiko kecurangan, sebab pasar modal yang sehat akan
menghasilkan penguatan dan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.
Karena, apabila hanya menggunakan aturan yang ada sekarang, setiap
perusahaan publik bisa saja melakukan rekayasa informasi keuangan,
kemudian menerima sanksi administratif, dan pada akhirnya saham
perusahaan yang curang itu kembali dapat diperdagangkan seperti biasa.
Seolah tidak ada masalah yang terjadi.

K. Pasar Modal Indonesia


Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai
instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat

61
utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun
instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi
perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai
sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal
memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan
kegiatan terkait lainnya.

Lembaga atau profesi seperti yang telah disebutkan sebelumnya,


sebagian besar telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal (UUPM). Di dalam undang-undang ini, diatur tentang
pihak-pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan pasar modal, misalnya
perusahaan efek, wakil perusahaan efek, penasihat investasi, dan manajer
investasi. Lembaga penunjang pasar modal yang diatur dalam UUPM
adalah kustodian, biro administrasi efek, dan wali amanat. Sementara,
profesi penunjang pasar modal terdiri atas akuntan, konsultan hukum,
penilai, dan notaris. Profesi lain dapat dianggap sebagai profesi penunjang
pasar modal berdasarkan peraturan pemerintah.

1. Perusahaan Efek

Ruang lingkup utama usaha perusahaan efek menurut UUPM adalah


sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, dan/atau manajer
investasi (Pasal 30 Undang-Undang Pasar Modal). Pada dasarnya,
perusahaan penjamin emisi dapat bertindak sebagai bank investasi. Dalam
melaksanakan tugasnya, perusahaan penjamin emisi diwakili oleh wakil
penjamin emisi efek, wakil perantara pedagang efek, atau wakil manajer
investasi. Perusahaan penjamin emisi juga banyak mempekerjakan para
analis keuangan atau analis efek.

UUPM telah mengatur tentang pedoman perilaku bagi perusahaan


penjamin emisi. Bagian IV dari undang-undang ini, yang mencakup Pasal
35 sampai Pasal 42 mengatur pedoman perilaku bagi perusahaan efek dan
penasihat investasi. Pedoman perilaku tersebut dinyatakan dalam bentuk

62
larangan dan kewajiban bagi perusahaan efek pada saat bertindak sebagai
penjamin emisi efek perantara pedagang efek, dan manajer investasi.

2. Penjamin Emisi

Perilaku perusahaan efek yang melakukan kegiatan sebagai penjamin


emisi efek diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep.
30/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 (Peraturan Bapepam Nomor V.F.I).

Pedoman perilaku seperti diatur dalam peraturan tersebut meliputi hal-


hal sebagai berikut.

1) Hubungan penjamin emisi efek dengan nasabah harus didasarkan atas


integritas yang tinggi.
2) Pengungkapan tentang pemenuhan kekurangan permintaan beli dari
efek yang telah dibeli atau akan dibeli berdasarkan kontrak oleh
penjamin emisi, agen penjual, dan pihak terafiliasi.
3) Pembagian tugas dan tanggung jawab antara penjamin emisi (bila lebih
dari satu).
4) Tanggung jawab penjamin emisi efek dalam aktivitas penawaran umum
yang meliputi pemasaran, penjatahan, dan pengembalian uang.
5) Tanggung jawab penjamin emisi efek atas pembayaran hasil penawaran
umum.
6) Pembuatan catatan dan dokumentasi tentang hal-hal penting yang
dilakukan dalam kaitannya dengan penjaminan emisi efek.

3. Pedagang Perantara

Dalam kegiatannya sebagai perantara pedagang efek, perilaku yang


harus diikuti tercantum dalam Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep.
29/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 (Peraturan Bapepam Nomor V.E.I).

1) Dalam melakukan transaksi, kepentingan nasabah harus lebih


didahulukan daripada kepentingan sendiri.

63
2) Rekomendasi untuk membeli atau menjual efek, wajib
memperhatikan keadaan keuangan dan maksud serta tujuan
investasi nasabah.
3) Pengungkapan kepada nasabah tentang adanya kepentingan dalam
efek yang direkomendasikan.
4) Pengungkapan tentang kepentingan pihak yang diwakili
(perusahaan efek atau afiliasinya) dalam transaksi dengan nasabah.
5) Larangan untuk menggunakan efek dan/atau uang yang diterima
dari nasabah sebagai jaminan untuk memperoleh pinjaman.
6) Larangan untuk memberikan: a. rekomendasi kepada nasabah
tanpa memperhatikan tujuan investasi dan keadaan keuangan
nasabah, dan b. jaminan atas kerugian yang diderita nasabah dalam
suatu transaksi efek.
7) Kewajiban bagi perusahaan efek untuk membubuhi jam, hari, dan
tanggal atas semua pesanan nasabah pada formulir pesanan.
8) Kewajiban bagi perusahaan efek untuk memberikan konfirmasi
kepada nasabah sebelum hari bursa setelah dilaksanakannya
transaksi.
9) Kewajiban menerbitkan tanda terima kasih setelah menerima efek
atau uang dari nasabah.

Khusus untuk wakil perantara pedagang efek, berikut ini perilaku yang
harus dijalankannya.

1). Larangan untuk melakukan:

a. transaksi untuk kepentingan perusahaan efek tempat ia bekerja yang


tidak dicatat dalam pembukuan perusahaan efek,

b. transaksi yang tidak sesuai dengan instruksi nasabah.

2). Kewajiban untuk memberikan keterangan mengenai efek yang


diketahuinya kepada nasabah jika diminta.

64
3). Menerima bagian laba langsung dan tidak langsung dari nasabah atas
suatu transaksi efek.

4. Manajer Investasi

Selain bekerja untuk perusahaan efek, manajer investasi juga dapat


mengelola dana dari sebuah perusahaan reksadana. Manajer investasi
adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para
nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok
nasabah, kecuali untuk perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank.
Ketiga jenis perusahaan yang terakhir ini melakukan sendiri kegiatan
tersebut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep. 31/PM/1996 tanggal 17


Januari 1996 (Peraturan Bapepam Nomor V.G.1) merinci perilaku yang
dilarang bagi manajer investasi. Perilaku-perilaku yang dilarang tersebut
berkaitan dengan benturan kepentingan, pengungkapan, promosi,
pemberian janji, rasionalitas, integritas, kerahasiaan, dan kompetensi.
Benturan kepentingan, jika ada, harus diungkapkan kepada nasabah
sebelum nasihat diberikan. Pengungkapan juga harus dilakukan jika
laporan atau saran yang diberikan kepada nasabah dipersiapkan oleh pihak
lain. Saat melakukan promosi, manajer investasi tidak boleh memberikan
gambaran yang salah kepada nasabah atau calon nasabah mengenai
kualifikasi dirinya, sifat dari jasa yang diberikan, atau mengabaikan
pernyataan yang telah dibuat.

Manajer investasi tidak diperbolehkan untuk menjanjikan suatu hasil


tertentu yang akan diperoleh nasabah atas jasa pengelolaan yang diberikan
atau hasil tertentu yang akan diperoleh jika mengikuti nasihat yang
diberikan. Saran-saran yang diberikan harus didasarkan pada
pertimbangan rasional. Integritas yang tinggi dalam bentuk kejujuran
ditunjukkan dengan tidak meminta imbalan yang sangat tinggi dibandingkan
dengan imbalan yang diminta oleh manajer investasi lain tanpa

65
memberitahukan adanya pilihan tersebut. Integritas juga ditunjukkan
dengan tidak melakukan perubahan terhadap kontrak pengelolaan
investasi tanpa persetujuan tertulis dari nasabah. Demikian juga, manajer
investasi dilarang melakukan pesanan beli dan jual efek untuk rekening
nasabah tanpa instruksi tertulis dari nasabah yang bersangkutan.

Prinsip kerahasiaan harus dijaga oleh manajer investasi.


Pengungkapan identitas dan hal hal yang berkaitan dengan investasi
nasabah kepada pihak ketiga tidak diperbolehkan, kecuali diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam segala tindakannya,
manajer investasi harus selalu menunjukkan kompetensi dalam bidangnya.
Manajer investasi dilarang untuk mendorong terlaksananya perdagangan
atas rekening nasabah secara berlebihan dalam jumlah atau frekuensi
dipandang dari sudut sumber keuangan, tujuan investasi, dan sifat dari
rekening nasabah.

Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep. 32/PM/1996 tanggal 17


Januari 1996 (Peraturan Bapepam Nomor V.G.3) memberikan pedoman
bagi manajer investasi dalam pengambilan keputusan. Dalam pedoman ini
disebutkan bahwa dalam pengambilan keputusan investasi. manajer
investasi harus memiliki alasan yang rasional. Suatu keputusan investasi
dianggap rasional ka keputusan tersebut sesuai dengan metode-metode
berikut.

1). Metode investasi atau kombinasi dari berbagai metode investasi yang
dianut dalam buku atau berbagai artikel yang diterbitkan mengenai analisis
efek dan pengelolaan portofolio.

2). Metode yang diciptakan manajer investasi yang diuraikan dalam


dokumen pribadi.

3). Metode investasi atau kombinasi berbagai metode investasi yang lazim
digunakan oleh manajer investasi atau yang diajarkan dalam kursus kursus
resmi mengenai analisis efek dan pengelolaan portofolia.

66
Keputusan investasi juga harus memenuhi kepentingan nasabah.
Dalam hal ini, keputusan investasi atau pelaksanaannya harus sesuai
dengan kebijakan investasi tertulis yang telah dipahami dan disetujui oleh
nasabah. Kebijakan tersebut harus mengungkapkan sepenuhnya dan
sejelas jelasnya tentang sifat, metode, dan risiko investasi. Manajer
investasi harus menanyakan kepada nasabah mengenai keadaan
keuangan secara umum dan membuat catatan mengenai hal tersebut.
Manajer investasi dilarang membuat keputusan investasi atas portofolio
yang dapat mengakibatkan kerugian atau kesulitan keuangan yang parah
dan permanen bagi nasabah walaupun risiko mengenai hal itu telah
dijelaskan dalam kebijakan tertulis dan disetujui oleh nasabah.

5. Penasihat Investasi

Pihak yang memberi nasihat kepada pihak lain mengenai penjualan


atau pembelian efek dengan memperoleh imbalan jasa disebut sebagai
penasihat investasi (investment advisor). Untuk dapat melakukan kegiatan
sebagai penasihat investasi, pihak yang bersangkutan harus memperoleh
izin dari Bapepam (sekarang. Otoritas Jasa Keuangan-OJK). Pasal 35
sampai Pasal 42 UUPM memuat pedoman perilaku bagi perusahaan efek
dan penasihat investasi.

Larangan yang tidak boleh dilakukan oleh penasihat investasi (termasuk


perusahaan efek) berkaitan dengan hal-hal berikut.

1). Benturan kepentingan

(a) Tidak boleh menggunakan pengaruh atau melakukan tekanan yang


bertentangan dengan kepentingan nasabah.

(b) Tidak boleh mendahulukan kepentingan sendiri (perusahaan efek atau


pihak terafiliasi) dalam hal terjadi kelebihan permintaan beli dari pihak yang
tidak terafiliasi.

2). Kerahasiaan

67
(a) Tidak boleh mengungkapkan nama atau kegiatan nasabah, kecuali
diberi instruksi secara tertulis oleh nasabah atau diwajibkan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku

3). Pengungkapan

(a) Tidak boleh merekomendasikan kepada nasabah untuk membeli atau


menjual efek tanpa memberitahukan adanya kepentingan dalam elek
tersebut.

(b) Tidak boleh mengemukakan secara tidak benar atau tidak


mengemukakan fakta material kepada nasabah mengenai kemampuan
usaha atau keadaan keuangan.

Kewajiban penasihat investasi (atau perusahaan efek) diatur dalam UUPM


Pasal 36 Sebagai berikut.

(a) Wajib mengetahui latar belakang, keadaan keuangan, dan tujuan


investasi nasabah.

(b) Wajib membuat dan menyimpan catatan dengan baik mengenai


pesanan, transaksi, dan kondisi keuangannya.

Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep. 33/PM/1996 tanggal 17


Januari 1996 (Peraturan Bapepam Nomor V.H.I) menjelaskan lebih lanjut
tentang perilaku yang dilarang bagi penasihat investasi. Perilaku-perilaku
tersebut jika dikelompokkan mencakup hal-hal yang berkaitan dengan
benturan kepentingan, pengungkapan, promosi, pemberian janji,
rasionalitas, integritas, dan kompetensi. Dalam hal benturan kepentingan,
penasihat investasi harus mengungkapkannya kepada nasabah sebelum
suatu nasihat diberikan. Pengungkapan kepada nasabah juga harus
dilakukan jika suatu laporan atau saran disiapkan oleh pihak lain. Tentang
cara-cara yang dilakukan untuk mempromosikan diri sendiri, jasa, atau
produk yang ditawarkan, penasihat investasi tidak boleh memberi

68
gambaran yang salah kepada nasabah atau mengabaikan pernyataan yang
telah dibuat.

Penasihat investasi tidak diperkenankan untuk menjanjikan suatu hasil


tertentu yang akan dicapai jika nasabah mengikuti nasihat yang diberikan.
Saran-saran yang diberikan harus didasarkan atas pemikiran yang rasional.
Dalam hal integritas, penasihat investasi dilarang meminta imbalan yang
sangat tinggi dibandingkan dengan imbalan yang diminta oleh penasihat
investasi lain yang memberikan jasa yang sama tanpa memberitahukan
adanya pilihan yang ada. Penasihat investasi juga dilarang mengubah
kontrak investasi tanpa persetujuan nasabah.

6. Profesi Penunjang

Dalam UUPM, profesi penunjang yang disebutkan secara eksplisit


adalah akuntan, konsultan hukum, penilai, dan notaris. Peraturan
pemerintah dapat menetapkan profesi lain sebagai profesi penunjang pasar
modal. Untuk dapat melakukan kegiatan di bidang pasar modal, profesi
penunjang tersebut harus terdaftar di Bapepam (sekarang OJK). Setiap
profesi penunjang pasar modal wajib menaati kode etik dan standar profesi
yang ditetapkan oleh asosiasi profesi masing-masing sepanjang tidak
bertentangan dengan undang-undang pasar modal dan/atau peraturan
pelaksanaannya (UUPM Pasal 66). Dalam melakukan kegiatan usaha di
bidang pasar modal, profesi penunjang pasar modal wajib memberikan
pendapat atas penilaian secara independen (UUPM Pasal 67).

7. Lembaga Penunjang

Termasuk dalam lembaga penunjang menurut UUPM adalah kustodian,


biro administasi efek. dan wali amanat. Kegiatan kustodianhanya dapat
dilakukan oleh lembaga penyimpanan dan penyelesaian, perusahaan efek
atau bank umum yang telah memperoleh izin dari Bapepam (OJK) (UUPM
Pasal 43). Efek yang disimpan atau dicatat pada rekening efek kustodian
bukan merupakan bagian dari harta kustodian.

69
Kustodian bertanggung jawab terhadap penyimpanan dan pencatatan
tek yang dititipkan nasabah kepadanya. Kustodian juga harus menjaga
kerahasiaan rekening efek tersebut, kecuali kepada pihak dan untuk
kepentingan tertentu. Biro administrasi efek hanya boleh dilakukan oleh
perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam (OJK).
Sementara, kegiatan usaha sebagai wali amanat hanya dapat dilakukan
oleh bank umum dan pihak lain yang ditetapkan dengan peraturan
pemerintah (UUPM Pasal 50) dan harus terdaftar di Bapepam (OJK).

L. Pengeritan pemerintah

Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kewenangan untuk mengatur


komunitas di wilayah tertentu, yang umumnya adalah negara. Ada
beberapa definisi mengenai sistem pemerintahan.Pemerintah berperan
sebagai katalisator pembangunan tatanan Pemerintah memiliki peran
yang sangat penting sebagai katalisator pembangunan tatanan
masyarakat. Ia menyadari, untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
juga perlu ditopang oleh berbagai hal diantaranya keamanan dan juga
pendidikan agama.

M. Peran pemerintah

Pertemuan kepala negara kelompok G-20 di Washington tanggal 15


November 2008 memutuskan untuk tetap mempertahankan prinsip pasar
(market principle), perdagangan terbuka (open trade), dan rezim investasi
(investment regimes). Namun, terhadap pasar keuangan, mereka sepakat
untuk memberlakukan regulasi yang efektif. Kurang memadainya
manajemen risiko diakui sebagai salah satu penyebab terjadinya krisis.
Akibatnya, unsur risiko yang terkandung dalam transaksi/produk
keuangan, yang semakin kompleks, belum dinilai secara benar. regulasi
yang sehat (sound), peningkatan integritas pasar keuangan, penguatan
kerja sama internasional, dan reformasi lembaga keuangan internasional.

70
Forum G-20 menegaskan masih lemahnya sistem keuangan global dan
belum memadainya fungsi kontrol yang diemban pihak regulator.

Lima prinsip seperti diuraikan di atas sangat erat kaitannya dengan


pengembangan sistem tata kelola perusahaan secara nasional sehingga
kepercayaan publik terhadap pasar keuangan dapat dipulihkan. Walaupun
namanya "tata kelola perusahaan, tetapi aturan, kebijakan, dan
pelaksanaannya tidak hanya berhubungan dengan kegiatan yang
dilakukan perusahaan. Tata kelola perusahaan merupakan sistem tata
kelola yang berlaku untuk perusahaan, tetapi akan melibatkan pihak-pihak
lain yang berkepentingan atau mendukung tercapainya tujuan tata kelola
tersebut. Pemerintah tentu sangat berkepentingan terhadap terlaksananya
tata kelola perusahaan yang baik. Profesi akuntan, profesi dan lembaga
lain, atau stakeholder lain akan terlibat dalam menciptakan sistem tata
kelola perusahaan yang baik tersebut. Tata kelola perusahaan yang baik.
akan memperoleh perhatian yang lebih besar dari masyarakat jika
berkaitan dengan kepentingan publik, Sistem tata kelola perusahaan yang
baik diharapkan akan dapat menurunkan risiko sistemis yang dapat terjadi
di pasar modal.

N. Pengertian Krisis Global Dan Pasar Modal

Berdasarkan pengalaman, skandal bisnis dan krisis ekonomi menjadi


pemicu dari keterlibatan pemerintah dalam pengaturan kegiatan bisnis
yang berhubungan dengan kepentingan publik. Skandal bisnis dan krisis
ekonomi menimbulkan kerugian (biaya) sosial yang besar bagi
masyarakat. Termasuk dalam pengaturan tersebut adalah prinsip-prinsip
etika yang seharusnya muncul dari hati nurani masing-masing individu.
Pembahasan dalam bab ini akan dimulai dengan biaya (kerugian) sosial
yang ditimbulkan karena adanya krisis global dan peran pasar modal
dalam sistem keuangan nasional.

Pasar modal (capital market) merupakan bagian dari pasar keuangan

71
(financial market) yang volatilitasnya tinggi dari waktu ke waktu. Dalam hal
tertentu, volatilitas tersebut sedemikian besa sehingga sering disebut
sebagai krisis pasar modal (stock market crisis). Krisis pasar modal
ditandai dengan anjloknya harga saham (diwakili oleh indeks harga
saham) dalam besaran yang signifikan dalam waktu yang pendek. Situasi
ini disebut sebagai stock market crash. Umumnya, krisis pasar modal
diakibatkan oleh krisis keuangan (financial crisis) walaupun dapat saja
terjadi sebaliknya. Krisis keuangan dan krisis ekonomi (economic crisis)
diakibatkan oleh krisis pasar modal, seperti yang terjadi pada 1929. Krisis
keuangan terakhir dimulai pada 2007 dari Amerika Serikat. Krisis ini
segera menjalar ke seluruh dunia dan berdampak sangat serius terhadap
krisis pasar modal. Krisis ini sering disebut sebagai krisis global.

a) Dampak

Efek krisis global terhadap kehidupan masyarakat di dunia ternyata


sangat mengerikan Berdasarkan data World Federation of Exchange
(2008) yang telah diolah, total kapitalisasi pasar domestik (domestic
market capitalization) pasar modal dunia mengalami penurunan sebesar
46 persen sepanjang 2007- 2008. Ini berarti bahwa kekayaan pemegang
saham telah turun sebesar kurang lebih US$28,3 triliun. Total nilai
perdagangan saham di pasar berkembang (dengan sampel Indonesia.
China, India, Korea Selatan, dan Filipina) telah turun sebesar 31.6 persen
dalam periode itu. Total kapitalisasi pasar domestik di pasar berkembang
ini turun sebesar 62 persen dari 2007 ke 2008. Indeks harga saham di
negara-negara yang dijadikan sampel ini, secara rata-rata, telah turun
sebesar 52,6 persen selama kurun waktu tersebut.

b) Penyebab
Brooks and Dunn (2012: 600-606) dalam salah satu bab di bukunya
membahas tentang penyebab krisis global 2007 dipandang dari sudut
etika. Mereka mendasarkan analisisnya pada penyebab awal terjadinya

72
krisis, yaitu meletusnya gelembung harga perumahan (housing bublle)
yang disebabkan oleh kegagalan praktik-praktik peminjaman di bawah
standar (subprime lenting fiasco), Pertanyaan yang diajukan adalah
bagaimana mungkin kreditur yang canggih (sophisticated) dan
berpengalaman (experienced), seperti bank dan dana pensiun yang besar,
bersedia untuk berinvestasi di produk keuangan yang mereka tahu bahwa
produknya tidak menjanjikan? Jawabannya adalah karena keserakahan
(greed), ketidakmampuan (incompetence), ketidakjujuran (dishonesty),
benturan kepentingan (conflict of interest), ketidaktransparanan
(nontransparency), kurangnya keberanian moral (lack of moral courage),
dan manajemen risiko yang jelek (poor risk management).

1. Pasar modal
Pasar modal adalah tempat diperdagangkannya surat-surat berharga
pendanaan jangka panjang. Perhatikan bahwa pasar modal hanya
memperdagangkan surat-surat berharga", seperti saham atau surat utang.
Bahkan, dalam banyak hal, perdagangan tidak didukung oleh surat-surat
tersebut secara fisik (scriptless trading). Pasar modal merupakan
pertemuan antara pihak yang memerlukan dana (emiten) dan pihak yang
bersedia menyediakan dana (investor atau kreditur).

Penerapan tata kelola perusahaan yang baik, terutama berkaitan


dengan pertanggungjawaban perusahaan atas kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan kepentingan publik. Lebih utama lagi. tata kelola
perusahaan berhubungan dengan pertanggungjawaban perusahaan, jika
ia menggunakan atau memengaruhi perputaran dana-dana publik. Oleh
karena itu, tata kelola perusahaan yang baik sangat relevan bagi
perusahaan memperdagangkan saham atau menjual surat-surat utang di
pasar modal. Tuntutan terhadap perusahaan-perusahaan tersebut atas
diterapkannya tata kelola perusahaan yang baik akan semakin besar.

a) Pasar dan Harga


Secara sederhana, interaksi kegiatan di pasar modal dapat dilihat

73
dalam Gambar 40.1. Gambar ini menunjukkan bahwa pasar modal, seperti
telah diuraikan, merupakan t t berinteraksinya investor dan kreditur
dengan emiten. Selain investor dan emiten, pihak yang terlibat di pasar
modal juga meliputi regulator, perantara pedagang efek, penyelenggara
pasar, lembaga penunjang, dan profesi penunjang. Pihak-pihak lain
seperti lembaga pemeringkat, analis efek (analis keuangan). dan
penasihat investasi juga mempunyai peran penting dalam kegiatan pasar
modal. Umumnya, mereka bekerja di perusahaan efek Di pasar sekunder.
pasar modal merupakan interaksi di antara para investor (tidak
digambarkan). Pasar modal adalah tempat pertukaran antara dana (uang)
dan surat-surat berharga. Pertukaran merupakan hasil keputusan dari
masing-masing pihak. Masalah harga informasi dan nilai perusahaan
dalam pertukaran ini menjadi faktor yang penting.

b) Informasi
Pada dasarnya. basis bagi investor/kreditur untuk mengambil
keputusan investasi/kredit adalah informasi. Investor/kreditur di pasar
modal tidak memiliki akses langsung dengan emiten atau kegiatan
usahanya. Informasi yang dapat digunakan oleh investor/kreditur dapat
berasal dari emiten atau pihak-pihak lain di luar emiten. Informasi juga
dapat dibedakan menjadi informasi yang harus disediakan sesuai
peraturan perundang-undangan dan informasi-informasi atas dasar
kesuka-relaan Informasi informasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi
informasi yang telah diaudit (diberikan asurans) oleh pihak independen dan
yang tidak diberikan asurans. Salah satu informasi penting, yang pada
umumnya, berpengaruh terhadap pembentukan harga adalah informasi
keuangan.

c) Nilai Perusahaan.
Informasi informasi yang disampaikan kepada investor/kreditur
berhubungan dengan posisi keuangan, hasil usaha atau kinerja, dan arus
kas emiten. Intinya, informasi yang diharapkan dapat memprediksikan nilai

74
perusahaan (value of the firm). Nilai ini juga sering disebut sebagai nilai
fundamental (fundamental value) atau nilai intrinsik (intrinsic value) dari
perusahaan. Harga saham seharusnya mencerminkan nilai perusahaan
ini. Namun, dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Oleh para ahli
ekonomi, perbedaan antara harga di pasar dan nilai perusahaan sering
disebut sebagai gelembung harga (price bubble). Gelembung harga terjadi
karena adanya faktor-faktor lain (misalnya, spekulasi) dalam perdagangan
saham. Informasi keuangan, terutama laporan keuangan, diharapkan
dapat digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan.

d) Profesi Penunjang
Agar dapat berjalan dengan baik, pasar modal harus didukung oleh
profesi penunjang yang kuat Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal (UUPM) yang dimasukkan sebagai profesi
penunjang adalah akuntan, konsultan hukum, penilai, notaris, dan profesi
lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Jasa utama yang
diberikan oleh akuntan (publik) adalah audit terhadap laporan keuangan
emiten. Konsultan hukum diberi tugas utama untuk melakukan uji tuntas
(due diligence) terhadap aspek hukum perusahaan. Penilai melakukan
penilaian terhadap aset bersifat tetap, kewajiban, atau bisnis emiten.
Tugas utama notaris adalah membuat akta perjanjian untuk transaksi yang
berkaitan dengan pasar modal. Fungsi utama profesi penunjang adalah
menambah keandalan informasi yang disajikan emiten.

e) Lembaga Penunjang

UUPM mencantumkan kustodian, biro administrasi efek, dan wali


amanat sebagai lembaga penunjang pasar modal. Kustodian adalah pihak
yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan
dengan efek serta jasa lain termasuk menerima dividen, bunga, dan hak-
hak lain, menyelesaikan transaksi efek dan mewakili pemegang rekening
yang menjadi nasabahnya:

Biro administrasi efek merupakan pihak yang berdasarkan kontrak

75
dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian
hak yang berkaitan dengan efek. Wali amanat adalah pihak yang mewakili
kepentingan pemegang efek yang bersifat utang. Lembaga penunjang
pasar modal membantu emiten atau investor/kreditur dalam pelaksanaan
hak, kewajiban, dan kegiatan di pasar modal.

f) Penyelenggara Pasar
Termasuk sebagai penyelenggara pasar adalah bursa efek, lembaga
kliring dan penjaminan, dan lembaga penyimpanan dan penyelesaian.
Bursa efek adalah tempat perdagangan efek dilakukan. Dewasa ini, hanya
ada satu bursa, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa ini dimiliki dan
diselenggarakan oleh pihak swasta. Tugas yang diberikan kepada bursa
efek adalah menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar, dan
efisien.

g) Perantara Pedagang
Perdagangan di bursa efek harus dilakukan melalui para perantara
pedagang, yaitu perusahaan efek. Perusahaan efek adalah pihak yang
bertindak sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang efek,
dan/atau manajer investasi. Kegiatan perusahaan efek dilakukan oleh
wakil penjamin efek wakil perantara pedagang efek, atau wakil manajer
investasi yang merupakan perorangan yang telah memperoleh izin dari
regulator.

Sebagai perantara pedagang efek, perusahaan efek melakukan


kegiatan jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain (nasabah).
Dalam bertindak sebagai perantara pedagang efek perusahaan efek dapat
membentuk reksadana. Reksadana merupakan wadah untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor/kreditur) dan
selanjutnya menginvestasikannya dalam portofolio efek oleh manajer
investasi.

h) Regulator

76
Pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan pasar
modal dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) yang
sekarang bergabung dalam Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam
kaitannya dengan tugas itu, OJK diberi wewenang untuk melaksanakan dan
menegakkan ketentuan dalam UUPM, termasuk kewenangan dalam
pemeriksaan dan penyidikan. Selain itu, OJK juga mempunyai wewenang
untuk mengeluarkan izin operasi bagi pihak-pihak yang terlibat di pasar
modal. Tugas regulator yang utama adalah menciptakan pasar modal yang
efisien dan menghindari terjadinya risiko sistemis di pasar.

2. Pasar efisien
Tujuan dari diselenggarakannya pasar modal adalah terciptanya pasar
yang teratur, wajar, efisien, dan melindungi kepentingan pemodal dan
masyarakat. Penjelasan Pasal 7 ayat (1) UUPM menyebutkan bahwa
perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efisien adalah perdagangan
yang diselenggarakan berdasarkan suatu aturan yang jelas dan
dilaksanakan secara konsisten, sehingga harga yang terbentuk
mencerminkan mekanisme pasar berdasarkan kekuatan permintaan dan
penawaran.

a) Peran Informasi
Inti dari hipotesis pasar efisien adalah bahwa harga saham (surat-surat
berharga) yang terbentuk di pasar merupakan refleksi dari semua informasi
yang tersedia sehingga investor selalu membayar harga yang layak untuk
surat-surat berharga dengan kategori risiko tertentu. Dalam pasar yang
efisien secara informasi, investor tidak dapat memperoleh laba abnormal.

b) Peran Perilaku
Para ahli perilaku ekonomi (behavioral economics) menganggap
bahwa pasar modal tidak efisien karena keputusan investasi lebih banyak
ditentukan oleh faktor psikologi, baik secara individu maupun secara masal.
Shefrin (2002) melalui tiga tema dalam keuangan perilaku (behavioral
finance), mengemukakan bahwa dalam pengambilan keputusan, orang

77
merupakan pemroses yang tidak sempurna atas informasi sehingga
banyak menghasilkan bias, kesalahan, dan ilusi persepsi. Dalam
keputusan investasi, hal ini akan mengakibatkan harga saham
menyimpang dari nilai fundamentalnya. Kesalahan pengambilan
keputusan karena faktor psikologi ini oleh Shefrin disebut sebagai risiko
berbasis sentimen (sentiment based risk). Jenis risiko ini juga dapat disebut
sebagai risiko spekulatif (speculative risk).

O. Regulasi

Tugas utama pihak regulator di bidang pasar modal adalah


mengusahakan agar pasar ini merupakan pasar yang efisien. Namun,
efisiensi pasar tidak hanya diukur dari penyelesaian transaksi yang cepat
dengan biaya yang relatif murah. Efisien dalam konteks pasar modal harus
diartikan sebagai berjalannya pasar yang kompetitif dalam proses
pembentukan harga. Walaupun betul bahwa permintaan dan penawaran
merupakan faktor penentu dari terbentuknya harga, tetapi hal tersebut
harus berjalan dalam rel perdagangan yang wajar

Dari sudut tata kelola perusahaan. efisiensi di pasar modal akan


berkaitan, terutama dengan masalah pelaporan dan keterbukaan informasi
dan perdagangan saham. Profesi dan lembaga penunjang. emiten,
investor, perusahaan efek, pedagang perantara efek, penyelenggara pasar,
analis efek, penasihat investasi, dan manajer investasi juga akan berperan
besar dalam menumbuhkan pasar yang efisien ini Regulator harus dapat
memastikan bahwa masing-masing pihak serta semua kegiatan yang
melibatkan pasar modal telah berkontribusi dalam hal terciptanya pasar
yang efisien tersebut.

P. SOA

Regulasi ditujukan untuk memproteksi investor dan menciptakan


lingkungan bagi suatu organisas untuk melaksanakan kegiatannya secara

78
etis, sah (legal), dan kompeten. Pada dasarnya, ketat atau kendurnya
regulasi ditentukan oleh keinginan masyarakat dan para politisi Di Amerika
Serikat, keluarnya Sarbanes and Oxley Act (SOA). 2002 dipicu oleh
banyaknya skandal bisnis yang mengakibatkan merosotnya kepercayaan
publik terhadap pasar modal. Regulasi ini dimaksudkan untuk
mengembalikan kepercayaan publik tersebut melalui perbaikan dalam
bidang integritas keamanan, dan efisiensi pasar modal sembari
mempertahankan posisi daya saing global (Zabihollah, 2009: 193).

Pada dasarnya, Sarbanes and Oxley Act dikeluarkan untuk


mengembalikan (restore) kepercayaan publik terhadap pasar modal di
Amerika Serikat. Namun, konsep perbaikan dari undang-undang ini, pada
akhirnya, memperoleh pengakuan dari seluruh dunia (Zabihollah, 2009:
203). Umumnya, pengakuan tersebut juga dipicu oleh banyaknya skandal
keuangan yang terjadi di negara-negara yang bersangkutan. Pengal leh
banyak negara di dunia menunjukkan bahwa pasal-pasal dalam Sarbanes
and Oxley Act merupakan ketentuan ketentuan yang efektif dan efisien
secara biaya (cost effective and efficient. Bagi negara-negara yang belum
menjalankan, ketentuan-ketentuan dalam SOA dapat dijadikan sebagai
acuan karena telah menjadi kelaziman dalam praktik (best practices).

a) Keseimbangan

Regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah harus dapat menjaga


keseimbangan agar tidak terlalu ekstensif sehingga dapat menghambat
inovasi, menimbulkan biaya yang tidak diperlukan dan mengurangi daya
saing atau penciptaan kesempatan kerja. Namun, regulasi juga tidak boleh
terlalu kendur sehingga dapat menghilangkan perlindungan (safeguard)
bagi para investor. Regulasi harus mempertimbangkan biaya manfaat
sosial yang ditimbulkannya.

Q. Tata Kelola Pemerintah

79
Untuk dapat berperan dengan baik dan efektif, pemerintah tentu harus
menerapkan tata kelola yang baik bagi dirinya sendiri. Pemerintah harus
dapat menunjukkan bahwa dirinya adalah pemerintahan dengan tata kelola
yang baik (good government governance). Pelaksanaan tata kelola
perusahaan yang baik akan berjalan efektif jika pemerintah (baca birokrasi)
dipersepsikan sebagai birokrasi yang berintegritas dan dapat dipercaya.
Dalam kaitan ini, penegakan hukum dan pemberantasan korupsi perlu
memperoleh perhatian yang serius dari pemerintah. Pemerintah perlu
melakukan reformasi birokrasi.

R. Inisiatif Internasional

Kebijakan untuk menerapkan tata kelola perusahaan yang baik menjadi


perhatian banyak negara Berbagai pedoman dikembangkan oleh
organisasi-organisasi internasional untuk penerapan tata kelola yang baik
oleh perusahaan dan penilaian kondisi tata kelola perusahaan dalam suatu
negara. Di antara organisasi internasional yang aktif dalam pengembangan
tata kelola perusahaan yang baik adalah Organization for Economic
Cooperation and Development (OECD). Organisasi ini mengeluarkan
dokumen yang diberi judul "Principles of Corporate Governance" (OECD,
2004: 17 25). Penjelasan tentang prinsip-prinsip OECD telah dilakukan
dalam bab terdahulu.

Asean Capital Market Forum (ACMF) menerbitkan "ASEAN Corporate


Governance Scorecard (ACMF. 2011: 4). Berbagai lembaga dan organisasi
internasional, misalnya Asian Corporate Association, melakukan survei
terhadap penerapan tata kelola perusahaan di berbagai negara. Bab ini
hanya akan membahas inisiatif yang dilakukan oleh ACME.

a) Asean Corporate Governance Scorecard

Pada 2009, para Menteri Keuangan negara-negara ASEAN meng-


endorse rencana implementasi Asean Capital Market Forum (ACMF) dalam
rangka pengembangan pasar modal yang terintegrasi. Inisiatif ini paralel

80
dengan upaya untuk mencapai konvergensi di negara-negara ASEAN
sebagai satu komunitas ekonomi pada 2015. Inisiatif dalam bidang tata
kelola perusahaan di antaranya adalah pengembangan Asean Corporate
Governance Scorecard (selanjutnya disebut "Score-card") dan melakukan
pemeringkatan tata kelola dari perusahaan-perusahaan yang tercatat di
bursa ASEAN.

S. Menatap Masa Depan

Diskusi tentang tata kelola perusahaan dalam bentuk pemisahan antara


manajemen dan pemegang saham baru dimulai pada saat-saat
pembentukan Securities and Exchange Commision pada 1933 Zabihollah,
2009: 362). Bentuk perseroan terbatas itu sendiri baru mulai marak
digunakan di Amerika Serikat pada awal 1900-an. Perkembangan ini
memunculkan permintaan adanya fungsi pengawasan (oversight) dari
dewan direksi (board of directora) sebagai wakil dari pemegang saham.

Istilah tata kelola perusahaan (corporate governance) baru muncul pada


1978 melalui pidato Clifford C. Nelson, presiden American Assembly.
Nelson mendefinisikan tata kelola perusahaan sebagai tindakan yang boleh
(seharusnya) dan tidak boleh (seharusnya tidak) dilakukan oleh
perusahaan. Pandangan hukum tentang tata kelola perusahaan baru
muncul dalam laporan ALI pada 1984 berjudul "Principles of Corporate
Governance. Sebelumnya, Jensen dan Meckling (1976)-(Zabihollah, 2009:
362) dalam artikelnya berjudul "Theory of the Firm: Managerial Behaviour,
Agency Cost, and Ownership Structure berbicara tentang kemungkinan
terjadinya konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik. Dibentuknya
dewan direksi dianggap sebagai solusi. untuk mempertahankan
keseimbangan antara kedua belah pihak tersebut.

Peran tata kelola perusahaan terus berkembang dari sekadar upaya


untuk menurunkan biaya keagenan yang timbul akibat pemisahan
kepemilikan dan manajemen. Tujuan tata kelola perusahaan juga telah

81
berubah dari sekadar meningkatkan nilai tambah pemegang saham saja.
Tata kelola perusahaan yang baik telah menarik minat stakeholder lain agar
kepentingannya dapat terlindungi. Masyarakat dan pemerintah mulai
menyadari bahwa peningkatan nilai perusahaan itu sendiri juga perlu
diperhatikan. Perusahaan merupakan entitas penting dalam menopang
perekonomian nasional sehingga keberadaan dan keberlanjutannya perlu
memperoleh proteksi yang memadai.

82
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

stakeholder banyak dikaitkan dengan kewajiban yang harus dipenuhi


oleh perusahaan, baik secara etis maupun regulasi. Mereka dianggap
sebagai pemangku kepentingan tempat perusahaan (atau manajemen)
harus memproteksinya demi keberlanjutan usaha perusahaan itu
sendiri.lancar dan dikelola dengan iktikad baik, penuh tanggung jawab, dan
penuh kehati-hatian. Dilihat Di pihak lain, stakeholder mempunyai
kewajiban untuk menjaga agar perusahaan tetap berjalan dari sudut
penyedia sumber daya langsung terhadap perusahaan, stakeholder dapat
diurutkan menjadi pemegang saham (investor), kreditur, pemasok,
karyawan, konsumen, pemerintah, lingkungan (sosial dan masyarakat), dan
pesaing.

Biasanya, fungsi kepenasihatan (advisory) dalam struktur tata kelola


perusahaan dilaksanakan oleh penasihat profesional. seperti penasihat
hukum (lawyer atau legal counsel), analis keuangan (financial analyst) atau
sering juga disebut sebagai analis efek, dan bank investasi (investment
bank). Di Indonesia Fungsi bank investasi dilakukan oleh perusahaan
penjamin emisi yang harus terpisah dari bank komersial (commercial bank).
Lembaga lain yang berperan di pasar modal, tetapi tidak berfungsi sebagai
penasihat adalah lembaga pemeringkat. Lembaga ini mengeluarkan opini
terhadap emiten atau surat-surat utang tertentu.

Umumnya, profesi atau lembaga-lembaga tersebut memberikan


bantuan kepada perusahaan dalam mengevaluasi dan memberikan nasihat
(rekomendasi) tentang konsekuensi hukum dan keuangan dari suatu
transaksi bisnis. Sebagai bagian dari struktur tata kelola perusahaan,
aturan atau kode etik yang tepat harus mereka jalankan, terutama jika
kegiatan atau nasihat yang diberikan bersangkutan dengan kepentingan

83
publik dan nasihat atau opini yang diberikan berpengaruh terhadap pasar
melalui pembentukan harga atau permintaan.

Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik atau Good Corporate


Governance (GCG) sangatlah penting bagi suatu perusahaan dikarenakan
mempunyai banyak manfaat yang menguntungkan bagi pihak internal
maupun eksternal perusahaan. Dan keseluruhan manfaat dari penerimaan-
penerimaan prinsip GCG bagi suatu perusahaan akan berujung pada
peningkatan nilai (value) perusahaan bagi para pemegang saham serta
memenuhi kepentingan bagi para pemangku kepentingan baik stakeholder
maupun shareholder. Apalagi dikaitkan dengan perlindungan terhadap hak-
hak dan kepentingan pemegang saham minoritas dikarenakan
mengandung bentuk perlindungan terhadap hak-hak dan kepentingan
pemegang saham minoritas dan kepentingan tata kelola dalam lembag-
lembaga perusahaan.

B. Saran

Makalah yang disusun ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh


karena itu kritik, saran, dan masukan yang sifatnya membangun sangatlah
kami harapkan untuk baiknya makalah ini ke depannya.

84
DAFTAR PUSTAKA

Rahardjo. 2018. Etika dalam Bisnis dan profesi Akuntan dan Tata Kelola
Perusahaan. Jakarta : Salemba Empat

Accountants, I. F. (2013). Building Strong and Sustainable Organizations,


Financial Markets, and Economies. IFAC, 2.

Governance, T. S. (2006). Studi Penerapan Prinsip-prinsip OECD 2004.


Dalam peraturan Bapepam mengenai Corporate Governance.

Modul Chartered Accountant Etika Profesi dan Tata Kelola Korporat.


(2015). Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.

85

Anda mungkin juga menyukai