Anda di halaman 1dari 46

PERBENDAHARAAN PUBLIK: BARANG PUBLIK, KAS,

DAN ASET HASIL KEGIATAN EKONOMI


Dosen Pengampu: Dr. Jamaluddin Majid, S.E., M.Si., CAP

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 7


AKUNTANSI A

Ainul Karima Aras 90400120014


Yulia Rahmah 90400120025
Rindi Antika Sari 90400120026

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Perbendaharaan Publik:
Barang Publik, Kas, dan Aset Hasil Kegiatan Ekonomi” secara tepat pada waktu. Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen pada mata kuliah
Akuntansi Manajemen Sektor Publik. Selain itu, tugas makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan mengenai poin-poin penting yang terdapat dalam makalah ini bagi para
pembaca dan juga penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Pengampu : Dr. Jamaluddin
Majid S.E., M.Si, selaku dosen pada mata kuliah Akuntansi Manajemen Sektor Publik yang
telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kami. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta membantu
penyelesaian makalah. Harapannya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca dan penulis. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gowa, 5 Juni 2023

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................... 3
C. TUJUAN ................................................................................................................... 3
BAB II ISI ............................................................................................................................ 4
A. Teori Perbendaharaan Organisasi Publik ..................................................................... 4
B. System Perbendaharaan Organisasi Publik .................................................................. 7
C. Siklus Perbendaharaan Organisasi Publik .................................................................. 24
D. Implementasi Pada Organisasi Publik ........................................................................ 27
E. Teknik Perbedaharaan Organisasi Publik .................................................................. 32
F. Contoh Perbendaharaan Pada Organisasi Publik ........................................................ 36
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 41
A. KESIMPULAN ....................................................................................................... 41
B. PENUTUP............................................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 42

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbendaharaan diartikan sebagai tempat menyimpan harta benda dan sebagiannya
(Widyastuti, 2010). Perbendaharaan organisasi public (pemerintah)biasanya bertanggung
jawab atas pengelolaan, serta pengumpulan pajak dan pendapatan pemerintah lainnya dan
juga melakukan pembayaran atas nama negara dan audit rekening resmi. Sebagai organisasi
yang bertugas merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan di bidang keuangan
dan kekayaan negara, organisasi perbendaharaan publik bertanggung jawab dan memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan organisasi. Treasury
(organisasi perbendaharaan nggara) perlu untuk mengambil keputusan berdasarkan
indikator prestasi ( Lamia et all., 2021).

Dengan kata lain, treasury seharusnya menentukan kebijakan berdasarkan hasil


penilaian indikator prestasi, misalnya bisa menambahkan anggaran pada bidang kesehatan
(apabila bidang ini dianggap masih harus banyak yang dibangun), mengurangi anggaran
untuk belanja pegawai dan lainnya, sehingga kinerja perbendaharaan dianggap akan sangat
memengaruhi kinerja bagian organisasi yang lain karena perbendaharaan merupakan
pengelola pembiayaan seluruh kegiatan organisasi. Perlu juga diingat bahwa indikator
prestasi bersifat menyeluruh, dan berkaitan dengan visi dan misi keseluruhan organisasi
(tidak hanya terkait dengan bagian perbendaharaan/organisasi perbendaharaan). Indikator
prestasi ditetapkan. Jukur, dan, diawasi oleh seluruh pimpinan eksekutif, sehingga
keseluruhan kegiatan organisasi dapat terintegrasi, serta tujuan untuk menyejahterakan
masyarakat dapat tercapai.

Perbendaharaan Organisasi Publik ada beberapa indikator prestasi dapat dengan


cepat menyoroti bagaimana berbagai fungsi perbendaharaan (Utama & Rohman, 2013).
Oleh karena itu, matriks (indikator prestasi kunci) diperlukan pada saat terjadi gejolak pasar
dan kesulitan ekonomi, terkait kecepatan, kepatuhan, dan efisiensi dalam permintaan.
Namun, identifikasi pengukuran kegiatan merupakan tantangan yang cukup sulit, juga cara
yang tepat untuk mengukur aktivitas tersebut. Peluang besar bagi organisasi publik untuk
memanfaatkan teknologi perbendaharaan adalah otomatisasi indikator prestasi serta
kepatuhan dan kinerjanya (Supanto, n.d.). Prinsip pengadaan publik adalah dasar
pengadaan publik dan harus diturunkan dalam aturan pengadaan publik. Para praktisi harus

1
memiliki pemahaman yang jelas tentang prinsip pengadaan publik, dan tahu bagaimana
mengaplikasikannya Sebagai panduan proses pengambilan keputusan sehari-hari (Afandi
& Sulastri, 2012).

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 30/KMK.01/2007 tentang


Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan, di tahun 2007 Kementerian Keuangan
bereformasi birokrasi secara masif melalui 3 pilar utamanya yakni: Pilar Organisasi yaitu
melalui penajaman tugas dan fungsinya, mengelompokkan tugas-tugas yang runtut,
menghilangkan tumpang tindih tugas, serta modernisasi kantor pada bidang perpajakan,
kepabeanan dan cukai, kekayaan negara, perbendaharaan serta fungsi keuangan negara
lainnya; Pilar proses bisnis yaitu melalui penetapan dan penyempurnaan prosedur operasi
standar yang berisi kejelasan terkait janji layanan, melakukan analisis juga evaluasi posisi,
penerapan sistem peringkat pekerjaan dan kinerja pengelolaan yang berbasis balance
scorecard dan pengembangan berbagai sistem aplikasi elektronik pemerintahan; Pilar SDM
antara lain melalui peningkatan kedisiplinan, membangun assessment center, pelatihan
yang berbasis kompetensi, penerapan sistem merit, penataan SDM, membangun Sistem
Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG), dan menerapkan reward and punishment
yang konsisten (Renyaan & Kawulur, 2022)

Menurut Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan World Bank (2014) untuk
melaksanakan kegiatan operasional, Menteri/Pimpinan Lembaga menunjuk Bendahara
Pengeluaran untuk mengelola uang yang harus dipertanggungjawabkan dalam rangka
pelaksanaan pengeluaran kementerian negara/lembaga/satuan kerja (Ambarwati, 2020).
Permasalahan yang timbul didalam perencanaan anggaran disebabkan karena konsep
perencanaan yang tidak matang dalam penentuan anggaran berdampak kepada program
kerja yang tidak berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan (Ramadhani & Setiawan,
2019).

Selain itu pada Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 menjelaskan Pemanfaatan


adalah pendayagunaan barang milik daerah yang tidak dipergunakan sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam bentuk sewa, pinjam
pakai, kerasama pemanfaatan, bangun guna serah dan bangun serah guna dengan tidak
mengubah status kepemilikan (Tumarar et al., 2015). Pengawasan Barang Milik Negara
mengandung pengertian bahwa proses penetapan ukuran keberhasilan dan pengambilan
tindakan yang mendukung kesesuaian ketercapaian hasil dengan tujuan yang telah

2
ditetapkan (Awaludin et al., 2018). Pengelolaan barang milik daerah harus di atur dan di
tangani sebaik-baiknya sesuai dengan peraturan pemerintah yang telah ditetapkan atau
peraturan pemerintah yang berlaku. Pengelolaan aset merupakan salah satu faktor penentu
dari kinerja organisasi sehingga dibutuhkan adanya strategi pengelolaan yang optimal
dalam Perencanaan, inventarisasi, identifikasi, pengamanan dan pemeliharaan. Adanya
pengelolaan aset barang milik daerah mampu mendorong tujuan dari individu dan
organisasi (Adhitama, 2019).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja teori dari perbendaharaan organisasi publik?
2. Apa saja system perbendaharaan organisasi publik?
3. Jelaskan siklus perbendaharaan organisasi publik?
4. Apa saja Teknik perbedaharaan organisasi publik?
5. Jelaskan bagaimana Implementasi pada organisasi publik?
6. Jelaskan Contoh perbendaharaan pada organisasi publik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja teori dari perbendaharaan organisasi publik
2. Untuk mengetahui apa saja system perbendaharaan organisasi publik
3. Untuk mengetahui jelaskan siklus perbendaharaan organisasi publik
4. Untuk mengetahui apa saja Teknik perbedaharaan organisasi publik
5. Untuk mengetahui jelaskan bagaimana Implementasi pada organisasi publik
6. Untuk mengetahui jelaskan Contoh perbendaharaan pada organisasi publik

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI PERBENDAHARAAN ORGANISASI PUBLIK
1. Defenisi Perbendaharaan pada Organisasi Publik

Menurut KBBI, perbendaharaan diartikan sebagai tempat menyimpan harta


benda (keuangan, dsb). Dalam FARLEX (2003-2017) pembendaharaan (Treasuri)
diartikan sebagai:

a. Tempat dimana harta disimpan.

b. Tempat dimana dan swasta atau publik yang diterima, disimpan, dikelola, dan
disalurkan. Dan dana atau pendapatan tersebut.

c. Departemen pemerintah yang bertanggung jawab atas pengumpulan, pengelolaan,


dan pengeluaran dari pendapatan masyarakat. Dan sekuritas utang seperti obligasi
yang dikeluarkan oleh departemen kauangan suata negara.

Perbendaharaan organisasi memainkan peranan penting dalam meningkatkan


dan mempertahankan posisi keuangan organisasi. Dalam memainkan peran tersebut,
perbendaharaan memiliki tanggung jawab untuk:

 Meningkatkan strategi dan kebijakan keuangan


 Mengawasi investasi organisasi
 Mengatur pendanaan yang tepat dan sesuai
 Mengelola resiko keuangan dalam organisasi
Hal ini merupakan variasi tanggung jawab yang memastikan bahwa organisasi
memiliki kas dan likuiditas untuk membayar, serta mememnuhi segala kewajiban dan
kegiatan organisasi. Aktivitas kerja yang dilakukan dalam perbendaharaan (AGCAS,
2014) meliputi:

 Mengelola kas harian


 Memastikan bahwa arus kas organisasi mencukupi untuk melakukan kegiatan
secara efektif
 Meramalkan pembayaran kas dan mengantisipasi tantangan yang muncul dari
keterbatasan arus kas.
 Mengusahakan aktivitas manajemen resiko untuk melindungi keuangan

4
organisasi.
 Menganalisi dampak pasar atau kondisi ekonomi terhadap kinerja organisasi.
 Mengajukan proyek keuangan tertentu, seperti kegiatan akuisisi.
 Mengevaluasi dampak keuangan dari usaha bisnis baru.
 Menciptakan solusi untuk tantangan keuangan baru dengan menerapkan
pengetahuan keuangan atau perbendaharaan.
2. Regulasi Perbendaharaan Pada Organisasi Publik

Dewasa ini, dunai keuangan sangat rentan mengahdapi krisis. Setiap negara harus
berjuang menghadapi pengangguran, kejatuhan bisnis, infalsi, dan penurunan tingkat
tabungan (Ramadanti et all., 2021). Tantangan ini memaksa pemerintah agar dapat berbuat
lebih banyak untuk mencegah banyak masalah ini tumbuh dilar kendali dan mengancam
stabilitas sistem keuangan. Maslaah ekonomi tersebut adalah pengingat dari kebutuhan
mendesak untuk melakukan reformasi sistem peraturan keuangan dan menempatkan
perekonomian dijalur untuk pemulihan yang berkelanjutan. Peraturan atau regulasi
sebaiknya dibuat secara menyeluruh, meskipun ini ditujukan untuk kementrian keuangan
atau lembaga keuangan, namun tetap harus dipikirkan dampaknya pada perekonomian
secara keseluruhan. Pengembangan landasan baru membuat regulasi keuangan dan
pengawasan menjadi lebih sederhana dan lebih efektif untuk diberlakukan, yang mana hal
ini melindungi konsumen dan investor dengan memberikan penghargaan terhadap inovasi
dan mampu beradaptasi, serta berkembang sesuai perubahan dipasar keuangan.

Sebaliknya, reformasi regulasi berupaya untuk mencapai lima sasaran kunci,


antara lain (Depertement of the Treasury):

a. Meningkatkan pengawasan dan regulasi yang kuat untuk lembaga keuangan.


Lembaga keuangan yang sangat penting untuk fungsi pasar harus berada dalam
pengawasan yang kuat. Seharusnya tidak ada lembaga keuangan yang membawa
risiko signifikan terhadap sistem keuangan yang tidak diatur atau diatur dengan lemah.
Diperlukan pertanggungjawaban secara jelas dalam kontrol dan pengawasan
keuangan.

b. Membangun pengawasan yang komperhensif pada pasar keuangan. Pasar keuangan


utama harus cukup kuat untuk bertahan, baik dari tekanan sistem yang luas maupun
dari kegagalan institusi.

5
c. Melindungi pelanggan (masyarakat) dan para investor dan penyalahgunaan
keuangan. Untuk membangun kembali kepercayaan pada pasarnya (terutama setelah
masa krisis), suatu negara membutuhkan regulasi serta pengawasan yang kuat dan
konsisten terhadap pelayanan konsumen keuangan pasar investasi. Pengawasan
tersebut harus dilakukan berdasarkan data aktual, dan bukan spekulasi atau model
yang abstrak. Transparansi, kemudahan menerapkan regulasi, keadilan,
akuntanbilitas, dan akses harus ditingkatkan.

d. Menyediakan alata yang bisa digunakan pemerintah untuk mengelola krisis. Suatu
negara harus memastikan bahwa pemerintah memiliki alat yang digunakan untuk
mengelola krisis, jika suatu saat krisis terjadi negara tersebut, dengan pilihan yang
tidak dapat diperthanakan antara dana talangan atau runtuhnya (kolapsnya), keuangan.

e. Meningkatkan standar peraturan internasional dan meningkatkan kerja sama


interasional. Tantangan yang dihadapi bukan hanya tantangan suatu negara,
melainkan tantangan global. Jadi, jika sutau negarav bekerja untuk menetapkan
standar peraturan yang tinggi, negara lain didunia sebaiknya melakukan hal yang
sama. Mislanya, reformasi internasional untuk mendukung upaya negara tersebut,
termasuk penguatan kerangka modal, meningkatkan pengawasan pasar keuangan
global, koordinasi pengawasan perusahaan yang aktif secara internasional, dan
meningkatkan alat manajemen krisis.

3. Indikator prestasi sebagai dasar keputusan bagi perbendaharaan organisasi publik

Sebagai organisasi yang bertugas merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan


kebijakan dibidang keuangan dan kekayaan negara, organisasi perbendaharaan publik
bertanggung jawab dan memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengawasi seluruh
kegiatan organisasi. Treasury (organisasi perbendaharaan negara) perlu untuk mengambil
keputusan berdasarkan indikator prestasi (Uno & Alexander, 2018). Dengan kata lain
treasury seharusnya menentukan kebijakan berdasarkan hasil penilain indikator prestasi,
misalnya bisa menambahkan anggaran pada bidang kesehatan (apabila bidang ini dianggap
masih harus banyak yang dibangun) , mengurangi anggaran untuk belanja pegawai dan
lainnya, sehingga kinerja perbendaharaan dianggap akan sangat mempengaruhi kinerja
bagian organisasi yang lain karena perbendaharaan merupakan pengelola pembiayaan
seluruh kegiatan organisasi.

Perlu diingat bahwa indikator prestasi ini bersifat menyeluruh, dan berkaitan

6
dengan visi dan misi keseluruhan orgnisasi (tidak hanya terkait dengan bagian
perbendaharaan/organisasi perbendaharaan). Indikator prestasi ditetapkan, diukur, dan
diawasi oleh pimpinan eksekutif, sehingga keseluruhan kegiatan organisasi dapat
terintegrasi, serta tujuan untuk menyejahtrakan masyarakat dapat dicapai.

4. Strategi Pengukuran Indikator Prestasi Untuk Perbendaharaan Organisasi Publik

Peluang besar bagi organisasi publik untuk memanfaatan teknologi perbendaharaan


adalah otomatisasi indikator prestasi serta kepatuhan dan kinerjanya (Nugroho et all.,
2017). Strategi perbendaharaan telah mengidentifikasi tiga langkah yang harus diambil
dalam rangka membangun indikator prestasi yang efektif yaitu:

a. Menetapkan keseluruhan tujuan untuk fungsi euangan dan memahami bagaimana


perbendaharaan akan mendukung tujuan tersebut.

b. Memutuskan kegiatan operasional, investasi, serta strategi spesifik yang dibutuhkan


untuk mendukung tujuan keuangan, dan identifikasi faktor-faktor yang akan
menentukan kesuksesan atau kegagalan masing-masing hal tersebut.

c. Menetapkan proses dan teknologi yang dibtuhkan untuk melaksanakan dan


menelusuri kegiatan ini, serta terus mengukur dan melaporkan kemajuan pencapaian
tujuan tersebut.

Langkah pertama adalah untuk memahami keseluruhan tujuan keuangan organisasi dan
menetapkan tujuan bagi perbendaharaan untuk mendukung tujuan tersebut, penetapan
tujuan perbendaharaan dapat dilakukan dengan pengajuan beberapa pertanyaan sebagai
berikut:
 Apakah perbendaharaan bertujuan untuk meminimalkan resiko?
 Apakah perbendaharaan bertujuan untuk memiliki visibilitas kesemua uang organisasi
diseluruh dunia?
 Apakah perbendaharaan bertujuan untuk mengurangi kesalahan dalam
kegaitan/operasi?

B. SISTEM PERBENDAHARAAN ORGANISASI PUBLIK


1. Barang Organisasi Publik
Dalam bagian ini, organisasi publik akan cenderung menunjuk pada pemerintah,
meskipun demikian, teori dan yang ada bisa diterapkan oleh semua organisasi publik.

7
a. Pengertian Barang Organisasi Publik
Barang organisasi publik atau bisa juga disebut barang yang dimiliki negara
merupakan aset yang dimiliki oleh organisasi publik (pemerintah), baik pemerintah
pusat, negara bagian atau pemerintah daerah (Business Dictionary) (Sanjaya, 2018).
Properti atau barang yang dimiliki pemerintah juga merujuk pada properti yang dikelola
pemerintah, seperti gedung konsulat dan kedutaan. Barang organisasi publik, meliputi
perumahan, lahan komersial dan industri, serta aset fisik lainnya, seperti mesin. Properti
atau barang tersebut mungkin menjadi milik pemerintah melalui pembelian normal atau
penyitaan atau diambil alih dari kegagalan pembayaran pajak, atau karena alasan lain.
Properti atau barang yang dimiliki oleh pemerintah biasanya dibebaskan dari pajak
(Investopedia). Barang organisasi publik ini berfungsi sebagai persediaan untuk
memastikan peningkatan kualitas hidup masyarakat, pertumbuhan kesejahteraan
ekonomi, jaminan sosial, stabilitas politik, dan pembangunan kohesif dalam segala
aspek kehidupan (Putra & Iskandar, 2021).
b. Klasifikasi Barang Organisasi Publik
Dalam akuntansi, properti atau barang diklasifikasikan sesuai atribut dan
prioritas karakteristik akuntansi, misalnya, dalam hal durasi penggunaan properti atau
pernyataan material dan moneter. Ini adalah karakteristik yang penting agar akuntansi
keuangan menjadi tepat. Karakteristik yang lebih menonjol ke arah akuntansi
manajemen adalah sifat penggunaan properti dan tingkat penyelesaian (Mackevičius &
Ragauskienė, 2012)
Beberapa peraturan atau hukum mengatur mengenai penilaian properti. Dalam
aturan tersebut, properti atau barang dibagi/diklasifikasikan menjadi aset berwujud dan
takberwujud. Pada peraturan lainnya, properti dideskripsikan baik sebagai bahan,
material, atau nilai keuangan. Konsep-konsep singkat jarang berhubungan dengan
kategori seperti "nilai" atau "pemilik," sehingga peraturan hanya mengatur satu bidang,
yaitu penilaian properti. Konsep yang sama harus digunakan, meskipun konsep-konsep
ini sebenarnya saling melengkapi satu sama lain. Di bidang penilaian properti, properti
diklasifikasikan menurut atribut lain: properti mobilitas - real estat (harta tak bergerak),
barang (properti bergerak), dan properti penggunaan khusus; bidang penilaian - real
estat, barang, atau bisnis. Objek penilaian adalah setiap properti berwujud atau tidak
berwujud, perusahaan, atau hak milik (atau bagian dari properti) yang dapat ditransfer
ke individu lain dalam wilayah suatu negara. Properti yang dimiliki negara memiliki
klasifikasi, manajemen, dan akuntansi dengan cara tertentu.
8
Sehubungan dengan pengawasan, proses pengadaan sektor swasta sebagian
besar tertutup untuk pengawasan publik, mungkin hanya pemegang saham yang
memerlukan ulasannya. Pengadaan sektor publik, sebaliknya, terbuka untuk
pengawasan publik, dan praktisi pengadaan publik bertanggung jawab atas tindakannya,
sertan perlu memastikan pengadaan publik dikelola sesuai tujuan, prinsip dan prosedur
yang ditetapkan dalam aturan pengadaan publik.
Manajemen pengadaan publik, membutuhkan identifikasi dan alokasi anggaran,
perencanaan pengadaan dan pengembangan strategi. pemilihan metode pengadaan,
permohonan persiapan dokumen, pengajuan penawaran dan proposal, evaluasi dan
seleksi, serta pemberian kontrak untuk memberikan potongan harga (obral). Komponen
tersebut dibahas dalam aturan pengadaan (Andhika, 2017).
Para praktisi pengadaan publik tidak bebas menggunakan metode pengadaan
yang tidak diatur dalam aturan pengadaan atau tidak diidentifikasi untuk jenis tertentu
dari kebutuhan pengadaan. Beberapa penyimpangan dari peraturan pengadaan publik
perlu disesuaikan dan dibersihkan dari otoritas berwenang yang ditunjuk, seperti panitia
pengadaan (Tender Board). Praktisi pengadaan sektor publik adalah pegawai negeri
yang bertanggung jawab atas apa yang dilakukan ketika mengelola dana masyarakat.
Prinsip pengadaan publik adalah dasar pengadaan publik dan harus diturunkan
dalam aturan pengadaan publik. Aturan pengelolaan pengadaan publik, dan juga aturan
kerangka kerja untuk kode etik disusun bagi para praktisi pengadaan publik dan semua
pejabat lain yang secara langsung atau tidak langsung terkait dengan proses pengadaan
publik.
Para praktisi harus memiliki pemahaman yang jelas tentang prinsip pengadaan
publik, dan tahu bagaimana mengaplikasikannya sebagai panduan proses pengambilan
keputusan sehari-hari. Dengan mengintegrasikan prinsip- prinsip ini ke dalam etik
kerjanya, para praktisi akan selalu mengambil keputusan sejalan tujuan pengadaan
publik (Jorge Lynch). Prinsip-prinsip dasar pengadaan publik antara lain:
1) Prinsip transparansi. Transparansi dalam pengadaan publik sangat penting. Informasi
terkait proses pengadaan publik harus tersedia untuk semua pemangku kepentingan
pengadaan publik, seperti para kontraktor, pemasok, penyedia layanan, dan publik pada
umumnya, kecuali terdapat alasan valid dan legal untuk menjaga informasi tertentu
menjadi rahasia. Contoh informasi rahasia adalah beberapa informasi eksklusif milik
perusahaan atau individu yang berpartisipasi dalam proses permohonan, informasi
militer tertentu, dan informasi pengadaan terkait pertahanan.
9
Ketika persyaratan pengadaan publik diumumkan secara elektronik, melalui
siaran pers, internet, dan tempat-tempat lain, maka pengumuman tersebut harus
menyertakan rincian yang cukup untuk membuat kontraktor yang tertarik, pemasok,
dan penyedia layanan untuk menentukan apakah dipenuhi syarat untuk bersaing.
Dokumen permohonan, khususnya, jika tidak gratis maka harus tersedia pada harga
yang wajar.
Setelah membaca dokumen permohonan, kontraktor yang tertarik. pemasok dan
penyedia layanan juga harus dapat menentukan:
 Sifat kebutuhan dan ruang lingkup. Tanggal penutupan penyampaian
penawaran atau informasi. Kriteria evaluasi dan seleksi.
 Bagaimana dan di mana penawaran harus disampaikan
 Jumlah salinan yang akan disampaikan, dan titik kontak informasi tambahan
dan tanggapan terhadap pertanyaan (klasifikasi)
 Batas waktu untuk pengatuan pertanyaan
 Jadwal pertemuan pra tawaran dan kunjungan lapangan jika ada dan setiap detil
lainnya

Selain itu jika ada perubahan pada dokumen permohonan semua pemangku
kepentingan Stakeholder) harus diberitahu menggunakan publikasi yang sama agar
dapat mengada dapat memenuhi perubahan yang diperlukan dan tepat waktu

2) Prinsip integritas. Terdapat dua integritas dalam pengadaan publik yaitu integritas
proses pengadaan dan integritas praktisi pengadaan publik
a) Integritas proses pengadaan publik
Integritas dasarnya adalah keandalan.Para penawar, dan semua para pemangku
kepentingan lainnya harus dapat mengandalkan informasi yang disebarkan oleh komite
pengadaan, secara formal mapun informal. Integritas proses pengadaan menjamin
kepercayaan alaları sistem pengadaan publik. Ketika dokumen permohonan yang
dibuat tersedia untuk umum, informasi yang dikandungnya harus andal dan bebas dari
ambiguitas atau prasangka.
Ketika meninjau dokumen permohonan, calon peserta lelang harus memenuhi
syarat untuk melakukan tugas. Selain itu, kebutuhan berasossasi dengan penawar lain
harus dibuka, di mana jenis asosiast memenuhi kualifikasi dan persyaratan tugas
Penawar harus memiliki pemahaman yang jelas tentang kebutuhan, dan tahu bagaimana
akan dievaluasi, Kriteria evaluasi dan seleksi harus jelas dinyatakan dalam dokumen

10
permohonan. Kriteria in harus. tetap tidak berubah, kecuali ada kebutuhan untuk
mengobahnya, Jadi modifikasi diperlukan, dokumen-dokumen permohonan harus
diubah, diterbitkan, dan tersedia untuk semua calon peserta lelang Setiap perubahan
dalam penawaran, tanggal penyerahan, harus memberikan waktu yang cukup untuk
menyesuaikan penawaran
b) Integritas praktisi pengaduan publik
Praktisi yang bekerja dalam komite pengadaan dan pejabat pemerintah lainnya
yang terlibat dalam proses pengadaan publik, harus menampilkan integritas pribadi dan
profesional. Idealnya tidak boleh ada ketidaksesuaian antara keduanya.
Pegawai negeri yang terlibat dalam proses pengadaan publik harus Juur, dapat
dipercaya, bertanggung jawab, dan dapat diandalkan. Anggota komite harus selalu
menjaga tujuan persyaratan pengadaan dalam pikiran, dan berusaha untuk memastikan
akuntabilitas pengadaan publik, sebagaimana yang diamanatkan oleh peraturan
pengadaan publik.
3) Prinsip ekonomi. Identik dengan efisiensi, nilai uang, dan harga yang pengadaan
publik. war secara komersial, prinsip ekonomi menekankan kebutuhan untuk
mengelola dana masyarakat dengan hati-hati dan due diligence shaharga yang dibayar
untuk barang, jasa, dan karya yang diterima mencerminkan dana publik yang
dikeluarkan untuk setiap nilai barang.
Semua orang yang terkait dengan proses pengadaan publik langsung
bertanggung jawab untuk memfasilitasi akuisisi barang dan iasa dengan dana publik,
harus berusaha untuk menghindari penipuan, pembuangan, dan penyalahgunaan
sumber daya publik; apakah itu adalah hasil lebih dari spesifikasi barang yang
dibutuhkan, membayar harga terlalu tinggi untuk barang-barang di bawah standar,
kolusi dengan penawar lainnya, atau bentuk praktik-praktik lain yang tidak dapat
diterima.
4) Prinsip keterbukaan. Persyaratan pengadaan publik harus terbuka untuk semua
organisasi dan individu yang berkualitas. Masyarakat juga harus memiliki akses ke
informasi persyaratan pengadaan publik. Akses terhadap informasi pengadaan publik
tidak mutlak. Informasi rahasia dan kepemilikan milik organisasi dan individu yang
berpartisipasi dalam proses seharusnya tidak tersedia untuk umum, dan sejauh mana
pengungkapan harus dirinci dalam peraturan pengadaan atau peraturan lain yang
relevan.

11
Metode pengadaan, seperti penawaran terbatas atau selektif, membatasi
ketersediaan dokumen untuk perusahaan-perusahaan yang memenuhi kualifikasi
tertentu. Permintaan (atau belanja), dan kontrak langsung (satu-satunya sumber) juga
memunculkan keterbatasan tertentu pada kompetisi, mengingat adanya permintaan
untuk penawaran terbatas. pada jumlah tertentu, jenis organisasi, atau individu.
Evaluasi penawaran yang diterima selalu dirahasiakan, sampai evaluasi panel
mencapai kesimpulan akhir, dan setelah laporan evaluasi dikeluarkan, pemenang
penawaran ditunjuk. Hal ini akan didefinisikan dalam aturan pengadaan.
Kebanyakan pengadaan sektor pertahanan bersifat rahasia, komite pengadaan
membatasi informasi yang relevan dengan "kebutuhan untuk mengetahui" saja. Kecuali
pengadaan pertahanan rahasia, hasil dari proses pengadaan publik harus diterbitkan dan
tersedia pada situs yang relevan. Selain itu, informasi pengadaan publik (kecuali untuk
informasi rahasia) harus terbuka bagi semua pihak dengan akses yang terbatas.
5) Prinsip keadilan. Interpretasi yang berbeda atas keadilan dalam pengadaan publik,
mendefinisikan keadilan sebagai upaya memperlakukan semua peserta tender dengan
cara yang sama. Untuk mencapai keadilan dalam proses pengadaan publik, maka:
 Pengambilan keputusan dan tindakan harus pasti, dengan tidak ada perlakuan
istimewa pada individu atau organisasi; mengingat bahwa kegiatan pengadaan
publik dilakukan dengan dana publik.
 Semua penawaran harus dipertimbangkan atas dasar kepatuhan pada ketentuan
dokumen, dan penawaran boleh ditolak dengan alasan terkait kelengkapan
dokumen permohonan dan aturan pengadaan.
 Sebuah kontrak hanya boleh ditandatangani dengan pemasok, kontraktor, atau
penyedia layanan yang ditawarkan sesuai dan terbaik untuk merespons tujuan
persyaratan dalam hal kemampuan teknis dan harga.
 Pemasok, kontraktor, atau penyedia layanan harus memiliki hak untuk
menantang adanya proses pengadaan, yang mana perlakuan tidak adil atau
proses pengadaan tidak sesuai dengan aturan pengadaan publik. Tantangan
tersebut harus didasarkan pada dokumen permohonan dan atau aturan
pengadaan publik
6) Prinsip kompetisi. Proses pengadaan publik tidak boleh dimanipulasi untuk
kepentingan organisasi atau individu. Mengingat bahwa pengadaan publik didanai
terutama dengan uang pajak, semua organisasi dan individu yang memenuhi syarat

12
harus diizinkan untuk berpartisipasi dengan mengirimkan penawaran. Persyaratan
pengadaan publik harus disebarluaskan untuk meningkatkan respons pasar yang baik
yang mengarah pada penghargaan dari kontrak harga bersaing.
Meskipun ada prinsip kompetisi ini, tidak semua kontrak diputuskan melalui
proses yang kompetitif. Penggunaan metode pengadaan nonkompetitif meskipun
dibenarkan dalam kondisi tertentu, harus digunakan seminimal mungkin. Contoh
metode pengadaan nonkompetitif adalah: belanja (juga disebut permintaan untuk
kutipan atau undangan untuk kutipan) dan kontrak langsung. Setiap metode pengadaan
nonkompetitif ini memiliki tujuan dan tidak boleh disalahgunakan.
7) Prinsip akuntabilitas. Akuntabilitas dalam pengadaan publik berarti bahwa siapa pun
yang terlibat dalam proses pengadaan bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan
sehubungan dengan proses pengadaan publik. Sebagai pegawai negeri, praktisi
pengadaan, dan lain-lain yang terlibat dalam proses pengadaan publik, bertanggung
jawab, dan terkena sanksi atas perilaku yang bertentangan dengan aturan pengadaan
publik.
c. Pengelolaan Barang Organisasi Publik
Praktik manajemen pengelolaan barang milik negara merupakan proses
manajemen yang kompleks. Pendekatan ini dijelaskan oleh beberapa alasan. Pertama
adalah bahwa setiap komponen struktur milik negara membutuhkan teknologi
manajemen yang berbeda. Berdasarkan pembentukan barang miliki negara, aset tetap
jangka panjang berwujud menuntut satu jenis teknologi. manajemen, sedangkan aset
takberwujud atau aset keuangan dan aset lancar. menuntut jenis manajemen lainnya.
Jika tanah, perairan pedalaman, hutan, laman, sumber daya dalam tanah, jalan, dan
nilai-nilai budaya bergerak dan tidak bergerak dan monumen, bangunan atau konstruksi
serta peralatan sebagai objek hanya di bawah manajemen sebagai aset tetap berwujud,
maka kebutuhan untuk membentuk sistem manajemen independen diatur dengan
hukum yang berbeda dan dilaksanakan oleh lembaga negara yang berbeda. Alasan
kedua adalah tingkat objektivitas sentralisasi yang berbeda pada jenis-jenis properti
negara. Misalnya. jalan negara dikelola oleh 11 perusahaan negara yang dipercaya,
sementara hutan negara dikelola oleh 42 perusahaan kehutanan negara yang dipercaya.
Alasan ketiga adalah tujuan yang berbeda yang ditetapkan negara untuk setiap jenis
manajemen properti.

13
Pengelolaan barang milik negara dalam arti luas dapat dipahami sebagai sistem
manajemen yang terdiri dari sistem pengelolaan tindakan dan proses dan sistem yang
dikelola.
Sistem pengelolaan dalam sistem manajemen properti milik negara tersebut
terdiri dari dua bagian: negara (sebagai pemilik dan pihak penyedia properti atau trustor)
dan pengawasnya (berbagai lembaga negara). Sebuah hierarki juga yang berada dalam
kelompok pengawas. Hukum terkait pengelolaan, penggunaan, dan pembuangan
properti negara dan kota menetapkan bahwa parlemen dan pemerintah melaksanakan
fungsi-fungsi dari pemilik properti negara. Dalam menjalankan fungsi sebagai pemilik,
parlemen menerima tindakan hukum, yang mana ketentuan prinsip manajemen
penggunaan dan penghapusan barang milik negara diuraikan. Sesuai hukum, para
anggota parlemen dapat mendelegasikan kepada pemerintah fungsi penghapusan
properti milik negara dan menunjuk agar manajemen properti dan penggunaan
mematuhi hukum. Dengan demikian, dengan melalui sejumlah penyelesaian,
pemerintah mengatur pengalihan harta negara untuk subjek, sesuai yang dipercaya
untuk mendapatkan hak mengelola, hak menggunakan, dan hak menghapus sesuai
urutan yang telah ditetapkan. Barang milik negara dialihkan pada subjek dengan cara
berikut: dipercayakan, diberi hak pinjam, atau disewakan.
Fungsi lembaga negara terkait manajemen, penggunaan dan penghapusan
barang milik negara yang tersebar dan tidak saling terkait, dan lingkaran lembaga yang
berpartisipasi dalam regulasi sarana pengelolaan real estat negara, sebagaimana yang
diatur dalam undang-undang sangat luas. Isi kontekstual hukum ini menunjukkan
bahwa manajer utama barang yang dimiliki negara harus berasal dari dana negara -
perusahaan yang dibuat khusus untuk tujuan ini, yaitu untuk mengaudit dan mengelola
barang yang dimiliki negara dan perwakilan kepentingan negara selama penggunaan,
penghapusan, dan privatisasinya. Namun, sebagian besar barang milik negara tidak
terkonsentrasi di perusahaan milik negara. Model manajemen properti milik negara
seperti ini bisa didesentralisasikan.
Namun, meskipun model pengelolaan properti negara (kota) ini diterapkan,
perlu tetap mematuhi prinsip-prinsip. Pertama-tama, ketika menggunakan jenis properti,
harus diperuntukkan bagi kepentingan publik, yaitu penggunaan barang milik negara
harus menjamin terpenuhinya kepentingan publik. Kedua, setiap tindakan yang
berkaitan dengan manajemen barang milik negara harus efektif dan bertujuan untuk
menyediakan manfaat maksimal bagi masyarakat. Ketiga, barang milik negara perlu
14
dikelola secara rasional tidak harus menyia-nyiakan, perlu dilestarikan, dan dihapus
dengan bijaksana. Keempat, ketika masuk ke dalam transaksi perdagangan milik negara,
prinsip hukum publik harus ditaati: semua perjanjian harus mematuhi tindakan hukum
yang mengatur pembuangan properti milik negara. Prinsip-prinsip ini berlaku untuk
semua jenis manajemen properti milik negara: manajemen barang milik negara yang
dipercayakan, akuisisi barang milik negara sesuai kontrak pinjaman, sewa material
barang milik negara, pembaruan barang milik negara, pengalihan kepemilikan barang
milik negara untuk subjek lain, dan investasi barang milik negara. Kesimpulannya
adalah bahwa pengelolaan kekayaan negara, dalam arti luas, adalah proses yang terdiri
atas sistem mengelola dan dikelola, serta berbagai tindakan dan proses yang meliputi
akuntansi properti, audit, pengendalian, penggunaan, dan penghapusan. Kompleksitas
manajemen barang milik negara juga ditentukan oleh peraturan hukum dan hukum
khusus dan tindakan pascalegislatif mengenai pengelolaan masing-masing jenis
kekayaan negara.
d. Pemanfaatan Barang Unit Organisasi
Pemanfaatan barang unit organisasi selain tanah dan/atau bangunan
dilaksanakan oleh pengguna barang dengan mendapatkan persetujuan dari pengelola
barang setelah memperhatikan kepentingan negara dan kepentingan umum. Bentuk-
bentuk pemanfaatan barang unit organisasi dapat dilakukan sebagai berikut:
1). Sewa. Barang unit organisasi, tanah, dan/atau bangunan yang tidak digunakan
setelah diserahkan kepada pengelola barang dapat dimanfaatkan dengan menyewakan
kepada pihak ketiga sepanjang menguntungkan negara. Jika hanya sebagian saja barang,
tanah dan atau bangunan yang tidak digunakan, pemanfaatannya dilakukan oleh
pengguna barang setelah mendapat persetujuan dari pengelola barang
2). Pinjam pakai. Pinjam pakai penggunaan barang tidak disertai imbalan. Biasanya
masa pinjam pakai selama 2 (dua) tahun dan dapa diperpanjang. Setelah selesai masa
peminjaman dikembalikan kepada pengelola barang.
3). Kerjasama pemanfaatan. Berlaku untuk tanah dan/atau bangunan yang telah
diserahkan kepada pengelola barang. Kerjasama pemanfaatan dapat dilakukan dengan
ketentuan:
a). Anggaran pemerintah tidak tersedia atau tidak cukup untuk memenuhi biaya
operasional atau biaya pemeliharaan atau biaya perbaikan yang diperlukan terhadap
barang milik negara atau daerah yang dimaksud

15
b). Mitra pemanfaatan ditetapkan melalui tender dengan mengikutsertakan sekurang
kurangnya lima peserta/peminat, kecuali untuk barang milik negara/dactah yang
bersifat khusus dapat dilakukan penunjukan langsung
c). Mitra kerjasama pemanfaatan harus membayar kontribusi tetap ke rekening kas
umum negara daerah setiap tahun selama jangka waktu pengoperasian yang telah
ditetapkan dan pembagian keuntungan hasil kerjasama
d). Besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan hasil kerjasama
pemantaatan ditetapkan dari hasil perhitungan tim yang dibentuk oleh pejabat yang
berwenang
e). Besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan hasil keriasama
pemanfaatan harus mendapat persetujuan pengelola barang
f). Selama jangka waktu pengoperasian, mitra kerjasama pemanfaatan dilarang
memaminkan atau menggadaikan barang milik negaral daerah yang memadi objek
kerjasama pemanfaatannya
g). langka waktu kerasama pemanfaatan paling lama tiga puluh tahun sejak peranan
ditandatangan dan dapat diperpanjang
h). Segala biaya yang timbul dan kerjasama pemanfaatan tersebut tidak dapat
dibebankan paita anggaran publik
4). Bangun guna serah dan Bangun serah guna. Bangun guna serah dan bangun serah
guna dapat dilakukan dengan ketentuan: (a) pengguna barang memerlukan bangunan
dan fasilitas bagi penyelenggaraan pemerintahan untuk kepentingan pelayanan umum
dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi, dan (b) tidak tersedia dana
dalam anggaran publik untuk penyediaan bangunan dan fasilitas yang dimaksud
Pelaksanaan bangun gana serah dan bangon serah guna dilakukan oleh pengelola
barang, pengelola barang setelah mendapat persetujuan dari pihak yang berwenang
dengan jangka waktu pelaksanaan paling lama 30 (tiga puluh) tahun Hasil pelaksanaan
pemanfaatan barang dengan bangun guna serah dan bangun serah guna selanjutnya
ditetapkan status penggunaannya oleh pihak yang berwenang
Pelaksanaan bangun guna serah dan bangun serah guna dilakukan. dengan
melakukan perjanjian perikatan antara pengelola barang dengan mitra yang ditunjuk.
Penunjukkan mitra harus dilakukan dengan mekanisme tender dengan
mengikutsertakan minimal 5 peserta/ peminat.

2. Kas Organisasi Publik


16
a. Definisi Kas Organisasi Publik
Umumnya, kas didefinisikan sebagai aset lancar yang meliputi uang
kertas/logam dan benda lain yang dapat digunakan sebagai media tukar/alat
pembayaran yang sah dan dapat diambil setiap saat. Dalam konteks ini, kas organisasi
menunjuk pada kas pemerintah. Kas pemerintah didefinisikan sebagai tempat di mana
uang negara disimpan yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara untuk menampung semua penerimaan dan membayar semua
pengeluaran negara.
Dalam rangka mencapai tujuannya, pemerintah (treasury) harus mampu
menggunakan sejumlah strategi terkait proses untuk mengelola arus kas biaya jangka
pendek dan saldo kas, baik dalam pemerintahan, dan di antara pemerintah dengan
sektor lainnya. Pengelolaan arus kas dan saldo kas menimbulkan beberapa tantangan
yang berbeda, tentu saja keduanya perlu ditangani. Pengelolaan ini juga bertujuan agar
pemerintah mampu mendanai pengeluarannya secara tepat waktu, mampu memenuhi
kewajibannya pada saat jatuh tempo, mampu mencapai efektivitas biaya, dan mampu
mengurangi risiko.
b. Bendahara Kas Organisasi Publik
Bendahara adalah setiap orang yang diberi tugas menerima, menyimpan, pari
membayar dan/atau menyerahkan uang atau surat berharga atau barang barang
organisasi. Bendahara adalah kustodian resmi organisasi terkait dan pengawasan
rekening dan harus mampu menjelaskan anggaran untuk anggota. Berikut kewajiban
spesifik seorang bendahara (Dunbar, 2001).

1). Menerima dan mengeluarkan uang dengan benar.


2). Menjaga catatan yang akurat dari semua uang yang diterima dan disalurkan.
3). Menyetorkan semua uang yang diterima di rekening organisasi di bank yang
disetujui sesegera mungkin.
4). Memiliki kartu tanda tangan bank yang mencakup nama setidaknya satu petugas
atau anggota lain.)
5). Tidak pernah menyimpan uang yang diterima oleh organisasi dalam rekening
pribadi.
6). Membayar hanya dengan cek otoritas.
7). Menerbitkan tanda terima untuk uang yang diterima.
8). Menyiapkan laporan untuk pertemuan rutin.

17
9). Menyiapkan laporan tahunan auditan sebelum disajikan.
10). Menjaga semua kuitansi, laporan bank, cek dibatalkan, dan bukti lainnya untuk
auditor.
11). Mengumpulkan luran.
Bendahara memiliki peran sebagai pengawas atas semua aspek manajemen
keuangan dan bekerja sama menjaga keuangan organisasi. Meskipun Bendahara
memastikan bahwa tanggung jawab tersebut terpenuhi, banyak pekerjaan dapat
didelegasikan ke staf lain. Namun, bukan merupakan praktik yang baik apabila semua
tugas yang berhubungan dengan fungsi keuangan akan dilakukan oleh satu orang (staf)
tanpa pengawasan dari orang lain. Untuk alasan ini, lebih balk organisasi mendirikan
sebuah subkelompok keuangan untuk mengelola dan memantau keuangannya
(diycommitteeguide). Kotak 7.4 menyajikan informasi terkait bendahara kas untuk
pemerintah.

c. Jenis Rekening Kas Organisasi Publik


Kas merupakan aset lancar dan yang paling cair dari semua aset lancar. Oleh
karen itu, penting untuk memahami berbagai jenis rekening kas (Loughran) berikut."
 Rekening untuk pengecekan operasional: kegiatan operasional yang dilakukan
oleh organisasi biasanya menyediakan rekening tertentu yang disebut rekening
operasional, untuk menangani kegiatan seperti penyetoran pendapatan dan
membayar tagihan.
 Rekening untuk pengecekan pembayaran gaji: pada organisasi, terutama
organisasi yang besar memiliki rekening pengecekan yang digunakan khusus
untuk membayar karyawan/pegawai. Mereka memeriksa sampal jumlah total
uang cek atau transfer yang digunakan untuk membayar karyawan dan
mentransfer jumlah dari rekening operasi untuk menutup cek gaji
 Rekening penjualan: jika organisasi mengizinkan pelanggannya membayar
dengan kartu kredit, maka memiliki rekening penjualan khusus diperlukan,
yang mana menyimpan hanya dana dari pembayaran pelanggan. Organisasi
biasanya menggunakan penarikan dari rekening ini untuk menutupi pembayaran
tagihan.
 Rekening kas kecil: sebagian besar organisasi memiliki kotak uang tunai untuk
membayar biaya harian yang kecil. Rekening ini juga dikenal sebagai imprest
account karena selalu membawa keseimbangan yang sama; yang berarti bahwa

18
saat setiap kotak kas diperiksa, harus memiliki jumlah yang sama atau
penerimaan kas yang menyamai jumlah dana kas kecil. Jika angka di buku besar
adalah Rp300, uang tunai dan penerimaan di dalam kotak harus sama Rp300
juga.
 Rekening sweep: rekening sweep adalah cara otomatis bagi organisasi untuk
mendapat penerimaan investasi. Setiap sore, tambahan uang kas dalam rekening
operasional organisasi dikumpulkan atau dipindahkan (swept) ke dalam
rekening investasi.

Uang dari banyak sumber yang berbeda dikumpulkan ke dalam "pot" besar,
sehingga memberikan keuntungan dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi.
Organisasi yang melakukan kegiatan perlu tambahan dana untuk membayar cek dan
tagihan, yang mana uang itu ada di rekening operasional. Kotak 7,5 menyajikan
informasi terkait jenis-jenis rekening kas.

3. Aset Hasil Kegiatan Ekonomi


Aset yang melakukan kegiatan ekonomi (kegiatan yang yang memberikan
penghasilan atau pendapatan untuk negara) adalah perusahaan milik negara. Sebuah
perusahaan milik negara (atau juga dikenal sebagai badan usaha milik negara,
perusahaan negara, perusahaan milik publik, badan usaha pemerintah. perusahaan milik
pemerintah, lembaga pemerintah komersial, dan usaha sektor publik) adalah badan
hukum yang melakukan kegiatan komersial atas nama kepemilikan pemerintah.
Status hukum perusahaan negara bervariasi, mulai dari milik pemerintah sampai
menjadi perusahaan dengan kepemilikan saham, yang mana negara merupakan
pemegang saham biasa. Karakteristik perusahaan negara adalah memiliki bentuk
hukum yang berbeda dan didirikan untuk beroperasi dalam urusan komersial.
Sementara perusahaan negara yang memiliki tujuan kebijakan publik, harus dibedakan
dari bentuk instansi pemerintah lain atau badan negara yang didirikan untuk mengejar
tujuan nonkeuangan murni.
Perusahaan milik pemerintah umumnya bergerak pada monopoli dasar dan
infrastruktur, seperti kereta api dan telekomunikasi, barang strategis dan jasa (pos,
senjata), sumber daya alam dan energi, bisnis yang sifatnya sensitif secara politis,
penyiaran, dan barang jasa (kesehatan). Perusahaan negara merupakan salah satu
sumber pendapatan bagi negara dan mengurusi kepentingan publik, sehingga
perusahaan ini perlu dikelola dengan baik pula.

19
Berikut pedoman internasional terkait tata kelola perusahaan negara yang
diterbitkan oleh OECD (Organisation for Economic Co Operation and Development).
Tata kelola perusahaan yang dimiliki negara menutupi kesenjangan terkait kepemilikan
dan pembangunan agar menarik minat global dari berbagai pemangku kepentingan
yang berbeda (OECD).
a. Memastikan Hukum dan Kerangka Regulasi yang Efektif bagi Badan Usaha
Milik Negara
Kerangka hukum dan peraturan untuk perusahaan yang dimiliki negara harus
memastikan level bermain dalam pasar, yang mana perusahaan yang dimiliki negara
dan perusahaan sektor swasta bersaing untuk menghindari distorsi pasar. Kerangka
kerja harus mampu membangun dan sepenuhnya kompatibel sesuai dengan prinsip
Corporate Governance milik OECD."
 Harus ada pemisahan yang jelas antara fungsi kepemilikan negara dan fungsi
lain yang dapat memengaruhi kondisi untuk perusahaan yang dimiliki negara,
terutama yang berkaitan dengan peraturan pasar.
 Pemerintah harus berusaha untuk menyederhanakan dan merampingkan praktik
operasional dan bentuk hukum, di mana perusahaan yang dimiliki negara
beroperasi. Bentuk hukumnya harus memungkinkan kreditur untuk menekan
klaim dan untuk memulai prosedur kepailitan.
 Kewajiban dan tanggung jawab perusahaan negara diperlukan untuk melakukan
pelayanan publik di luar norma yang berlaku umum dan jelas diamanatkan oleh
undang-undang atau peraturan. Kewajiban dan tanggung jawab tersebut juga
harus diungkapkan kepada masyarakat umum dan yang terkait biaya harus
diungkapkan secara transparan.
 Perusahaan yang dimiliki negara seharusnya tidak dibebaskan dari penerapan
hukum umum dan peraturan.
 Kerangka hukum dan peraturan harus memungkinkan fleksibilitas yang cukup
untuk penyesuaian struktur permodalan perusahaan yang dimiliki negara dan
diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan.
 Perusahaan yang dimiliki oleh negara harus menghadapi kondisi persaingan
mengenai akses keuangan, terkait bank-bank milik negara, lembaga keuangan
milik negara, dan perusahaan yang dimiliki negara lainnya harus didasarkan
murni karena alasan komersial.

20
b. Negara Bertindak sebagai Pemilik (Owner)

Negara harus bertindak sebagai pemilik aktif dan menetapkan kebijakan


kepemilikan yang jelas dan konsisten, memastikan bahwa tata kelola perusahaan milik
negara dilakukan secara transparan dan akuntabel dengan tingkat profesionalisme dan
efektivitas yang diperlukan.

 Pemerintah harus mengembangkan dan mengeluarkan kebijakan kepemilikan


yang mendefinisikan secara menyeluruh mengenai tujuan kepemilikan negara,
peran negara dalam tata kelola perusahaan tersebut, dan bagaimana penerapan
kebijakan kepemilikannya.
 Pemerintah tidak boleh terlibat dalam pengelolaan sehari-hari dan melakukan
operasional dengan otonomi penuh untuk mencapai tujuan yang terdefinisikan.
 Negara harus membiarkan dewan perusahaan tersebut menjalankan tanggung
jawabnya.
 Pelaksanaan hak kepemilikan harus diidentifikasi secara jelas dalam
administrasi negara. Hal ini dapat difasilitasi dengan mendirikan suatu badan
koordinasi atau, lebih tepatnya, dengan sentralisasi fungsi kepemilikan.
 Koordinator atau entitas kepemilikan harus bertanggung jawab pada badan
perwakilan, seperti parlemen dan telah jelas berhubungan dengan badan-badan
publik yang relevan, termasuk lembaga audit tertinggi negara.
 Negara sebagai pemilik aktif harus menggunakan hak kepemilikannya sesuai
struktur hukum setiap perusahaan. Tanggung jawab utama meliputi:
 Mengirim wakil pada pertemuan dan rapat umum pemegang saham.
 Membangun proses pencalonan nominasi dewan secara terstruktur dan
transparan dalam kepemilikan sepenuhnya atau sebagian, dan secara
aktif berpartisipasi dalam pencalonan pengelola perusahaan milik
negara.
 Menyiapkan sistem pelaporan yang memungkinkan pemantauan dan
penilaian kinerja perusahaan milik negara secara berkala.
 Ketika diizinkan oleh sistem hukum dan sesuai dengan tingkat
kepemilikannya, negara perlu mempertahankan dialog secara terus
menerus dengan auditor eksternal dan lembaga-lembaga negara yang
memegang kendali tertentu.

21
 Memastikan adanya skema remunerasi anggota pengelola perusahaan
milik negara dengan mendorong bunga jangka panjang perusahaan agar
dapat menarik dan memotivasi profesional yang berkualitas.
c. Perlakuan Adil pada Pemegang Saham

Negara dan perusahaan yang dimiliki negara harus mengakui hak-hak semua
pemegang saham, dan,sesuai prinsip Corporate Governance, OECD memastikan
perlakuan yang adil dan akses yang sama terhadap informasi perusahaan.

 Koordinator atau entitas kepemilikan perusahaan milik negara harus


memastikan bahwa semua pemegang saham diperlakukan secara adil.
 Perusahaan milik negara harus mengamati tingginya tingkat transparansi
terhadap semua pemegang saham.
 Perusahaan milik negara harus mengembangkan kebijakan komunikasi dan
konsultasi secara aktif dengan seluruh pemegang saham.
 Partisipasi para pemegang saham minoritas dalam pertemuan pemegang
saham harus difasilitasi dengan peluang untuk mengambil bagian dalam
kaitannya keputusan perusahaan yang sifatnya mendasar, seperti pemilihan
pengelola.
d. Hubungan dengan Para Pemangku Kepentingan (Stakeholders)

Kebijakan harus sepenuhnya menyadari tanggung jawab perusahaan milik


negara terhadap para pemangku kepentingan dan melaporkan hubungannya dengan
para pemangku kepentingan tersebut.

 Pemerintah, koordinator, atau entitas kepemilikan perusahaan milik negara


sendiri harus mengakui dan menghormati hak-hak pemangku kepentingan yang
ditetapkan oleh hukum atau melalui perjanjian bersama, dan mengacu pada
prinsip-prinsip Corporate Governance OECD dalam hal ini.
 Perusahaan milik negara sebagaimana perusahaan negara lainnya yang
mengejar tujuan-tujuan kebijakan publik penting, harus melaporkan pada
pemangku kepentingan.
 Pengelola perusahaan milik negara harus mampu mengembangkan,
menerapkan, dan mengomunikasikan program kepatuhan terkait kode etik
internal. Kode etik ini harus didasarkan pada norma-norma negara sesuai
komitmen internasional, dan berlaku bagi perusahaan, serta anak perusahaannya.

22
e. Transparansi dan Pengungkapan
Perusahaan yang dimiliki negara harus mematuhi standar transparansi sesuai
prinsip Corporate Governance OECD.
 Koordinator atau entitas kepemilikan perusahaan milik negara harus
mengembangkan pelaporan yang terintegrasi dan menyeluruh secara konsisten
dan menerbitkannya.
 Perusahaan yang dimiliki negara harus mengembangkan prosedur audit internal
yang efisien dan membangun fungsi audit internal yang dipantau dan langsung
dilaporkan ke pengelola dan komite audit atau badan/unit perusahaan yang
setara.
 Perusahaan milik negara, terutama yang besar harus menjadi subjek audit
eksternal yang independen setiap tahunnya berdasarkan standar internasional.
Keberadaan prosedur pengendalian negara tidak dapat menggantikan audit
eksternal yang independen.
 Perusahaan milik negara harus tunduk pada standar akuntansi keuangan dan
standar audit yang berterima umum.
 Perusahaan milik negara harus mengungkapkan informasi yang dijelaskan
dalam prinsip Corporate Governance OECD dengan fokus pada bidang yang
menjadi keprihatinan secara signifikan bagi negara sebagai pemilik dan
masyarakat umum. Contoh informasi tersebut meliputi:
 Sebuah pernyataan atau laporan yang jelas kepada masyarakat terkait
tujuan perusahaan dan pencapaiannya.
 Struktur pemilihan dan kepemilikan perusahaan.
 Faktor risiko material dan tindakan yang diambil untuk mengelola risiko
tersebut.
 Bantuan keuangan, termasuk jaminan yang diterima dari negara dan
komitmen yang dibuat atas nama perusahaan milik negara tersebut.
 Setiap transaksi material dengan entitas terkait.
f. Tanggung Jawab Pengelola Perusahaan yang Dimiliki Negara
Pengelola perusahaan milik negara harus memiliki wewenang, kompetensi, dan
objektivitas yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi sebagai pemandu strategis dan
pemantau manajemen. Pengelola harus bertindak dengan integritas dan bertanggung
jawab atas tindakannya.

23
 Pengelola perusahaan milik negara harus diberikan mandat yang jelas dan
tanggung jawab pokok terhadap kinerja perusahaan. Pengelola harus
sepenuhnya bertanggung jawab kepada pemilik, bertindak dalam kepentingan
terbaik perusahaan, dan memperlakukan semua pemegang saham secara adil.
 Pengelola perusahaan milik negara harus melaksanakan fungsi sebagai
pemandu strategis dan pemantau manajemen, serta tunduk pada tujuan yang
ditetapkan oleh pemerintah dan entitas kepemilikan.
 Pengelola perusahaan milik negara harus bisa melaksanakan tujuan dan
penilaian yang independen.
 Jika pengelola mengamanatkan perwakilan karyawan, mekanisme harus
dikembangkan untuk menjamin bahwa perwakilan ini hadir secara efektif dan
berkontribusi terhadap peningkatan keterampilan, dan penyampaian informasi
secara lengkap.
 Bila perlu, pengelola harus membentuk komite khusus untuk mendukung penuh
manajemen dalam menjalankan fungsinya, khususnya dalam kaitannya dengan
audit, manajemen risiko, dan renumerasi.
 Pengelola perusahaan milik negara harus melakukan evaluasi tahunan untuk
menilai prestasi perusahaan.

C. SIKLUS PERBENDAHARAAN ORGANISASI PUBLIK


Siklus dalam perbendaharaan organisasi publik adalah pengembangan strategi,
perencanaan, implementasi, dan pelaporan.
1. Pengembangan Strategi pada Organisasi Publik
Tahapan ini menyediakan informasi yang mendukung institusi untuk
mengembangkan stategi (termasuk rencana jangka menengah) dan untuk memberikan
masukan secara periodik pada parlemen dan para pembaca tujuan stategis yang lainnya
(The Treasury of New Zealand, 2013).
a. Pengembangan dan Peninjauan Kembali
 Diagram siklus manajemen kinerja dan keuangan.
 Rencana empat tahunan rencana empat tahun didesain untuk - menyediakan
pandangan terintegrasi terhadap institusi (atau sektor) dengan strategi jangka
menengah. Proses rencana empat tahunan didesain agar institusi dapat
menyusun rencananya, sehingga pemenuhan kebutuhan yang diperlukan sesuai
tujuan stategis dan aturan yang berlaku

24
b. Produksi Tujuan (Arah) Strategis
 Harapan kinerja: "apa yang diinginkan untuk dicapai?"
Kementerian dan entitas lembaga negara diminta untuk menetapkan tujuan
strategis yang ingin dicapainya atau tujuan kontribusi yang dapat diberikan.
Tujuan dari pedoman ini adalah untuk membantu lembaga dalam berpikir
tentang arah strategis dengan pengembangan informasi eksternal.
 Harapan kinerja: "Bagaimana kinerja akan dinilai?"
Masing-masing entitas lembaga harus menjelaskan dalam laporan perencanaan
bagaimana entitas mengusulkan untuk menilai kinerjanya. Pedoman ini juga
akan membantu lembaga negara dalam membuat pelaporan kinerja.

Pengembangan strategi fokus pada pertanyaan "Apakah benar-benar


membutuhkan strategi ini?" Pengembangan strategi melihat peluang atau masalah yang
cukup besar untuk menjamin upaya besar dan baik yang disesuaikan dengan tujuan,
peluang, atau masalah yang mana terdapat hak atas (atau paritas dengan) strategi besar
lainnya di sektor ini.

Target perubahan yang signifikan:

 Kinerja yang ingin dicapai diungkap secara jelas, tepat, berharga, memberikan
pondasi ke depan.
 Tepat waktu pencapaian hasil (outcome) akan ditunjukan, misalnya, melalui
target dan tindakan..
 Tempat praktek saat ini dan masa depan dalam konteks tujuan, lingkungan
operasi, dan operasional realitas.

Pengembangan strategi membutuhkan arahan yang jelas tentang apa yang akan
terjadi, kapan terjadi, dan berapa biayanya. Mengidentifikasi bagaimana terobosan atau
solusi harus dilaksanakan, sehingga strategi akan terimplementasi.

 Rencana proyek yang jelas. (Siapa yang harus memberikan apa, kapan, dan
berapa biayanya?)
 Gambaran yang jelas (dan ukuran) dari apa yang tampak seperti indikator
kesuksesan dan wujud atau kondisi setelah implementasi.
 Rencana dan anggaran mencakup bagaimana informasi akan dihasilkan.
 Menunjukkan prioritas yang akan berubah.

25
 Risiko rencana dicerminkan pada tantangan dan risiko (misalnya, budaya lemah
'berbasis bukti").
 Arus kas secara jelas dinyatakan dengan dampak fiskalnya.
 Rencana kerja dan ketentuan yang melekat pada sumber daya tambahan
disepakati dan ditandatangani.

Selanjutnya membuat lay out proses yang jelas, tata pemerintahan, mekanisme
umpan balik, dan mekanisme penyesuaian.

 Pengaturan dan pengambilan keputusan hak yang jelas.


 Stakeholder utama - tidak hanya stakeholder pemerintah.
 Tanggung jawab untuk mengembangkan strategi secara keseluruhan, bukan
hanya komponen utama.
 Memastikan staf siap menghadapi berita buruk.
 Pengambilan keputusan dan sistem informasi memunculkan rencana untuk
melakukan kegiatan produksi dengan sumber daya yang dialokasikan.
 Apabila strategi tersebut tidak bekerja dengan baik, maka dinilai risiko
dampaknya, dan kemudian didesain ulang.

c. Perencanaan pada Organisasi Publik


kegiatan dalam perencanaan terdiri dari analisis biaya manfaat, tingkat diskonto
sektor publik, penilaian proposal, dan penganggaran.
1. Analisis Biaya Manfaat

Analisis biaya manfaat merupakan alat bantu pengambilan keputusan yang


bertujuan untuk menilai sebuah proposal atau usulan bersaing secara konsisten. Hal
ini dilakukan dengan mengukur semua biaya dan manfaat dalam istilah moneter,
dan potongan ke titik yang sama pada waktunya untuk menentukan keuntungan
bersih setiap usulan. Teknik ini untuk memastikan bahwa biaya sosial dan raan
Publik. dan manfaat yang disertakan atau diperhitungkan (bahkan yang sulit diukur
dalam istilah moneter) dan untuk memastikan bahwa tidak ada perhitungan ganda
terkait biaya atau manfaat. Analisis biaya manfaat yang utama ini dimaksudkan
untuk memberikan analisis sederhana, bantuan nonteknis untuk kebijakan sektor
publik, dan analisis keuangan.

2). Tingkat Diskonto Sektor Publik

26
Tingkat diskonto memainkan peran penting dalam analisis biaya manfaat
dari proyek sektor publik. Panduan perbendaharaan pada analisis biaya manfaat
akan mengantarkan pada tingkat diskonto yang tepat dalam situasi tertentu dan
bagaimana harus digunakan.
3). Penilaian Proposal
Kriteria penilaian proposal adalah kriteria yang menyediakan informasi
tentang potensi investasi. Tingkat yang berbeda dan detil akan diperlukan bagi
pemilik perusahaan milik negara. Kriteria penilaian adalah:
 Sejalan dengan tujuan pemerintah.
 Termasuk dalam sektor yang diurus negara.
 Pengembalian investasi atau Return on Investment yang cukup.
 Konsensus yang kuat antarpemerintah dan manajemen proyek.
 Penilaian risiko

4). Penganggaran

Penganggaran adalah pengumpulan informasi tahap utama dari proses


anggaran, menggantikan proposal penyelarasan dasar dari anggaran sebelumnya.
Tujuan utama penganggaran adalah menunjukkan bagaimana organisasi publik
berniat menyelaraskan baseline atau rencana dasar dalam perencanaan jangka
menengah sesuai prioritas dan pengelolaan risiko. Proses rencana anggaran akan
fokus pada isi perencanaan jangka menengah. Rencana anggaran harus mengambil
perspektif jangka menengah dan fokus pada layanan yang akan didanai
(Anggraeni, 2020).

D. IMPLEMENTASI PADA ORGANISASI PUBLIK

Pada tahap implementasinya, pengelola usaha maupun kementerian terkait bertanggung


jawab untuk memastikan bahwa pengeluaran uang publik dikelola secara efisien.

1. Ruang Lingkup Rencana Keluaran (Output)

Rencana output akan mencakup output konvensional (tradisional) dan segala hal yang
disepakati dalam perjanjian. Secara khusus, rencana output akan mencakup:

 Output kementerian yang didanai oleh biaya pihak ketiga atau biaya yang ditetapkan
melalui peraturan.
 Output yang sepenuhnya didanai melalui pendapatan bisnis.
27
2. Mengembangkan Rencana Keluaran (Output)

Kualitas masukan (input) dan perencanaan terkait untuk hasil yang diinginkan, logika
intervensi, dan kemampuan organisasi adalah bagian penting dari konteks di mana rencana
keluaran (output) akan dikembangkan. Rencana keluaran (output) merupakan gabungan proses
perencanaan dengan penyediaan masukan (input), sehingga informasi terinci mengenai input
yang dikelola dapat ditentukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan (Armala, 2020).
Dalam hal ini, duplikasi input maupun output yang diharapkan tidak akan terjadi.

3. Cara Menentukan Output dan Pengukuran Kinerja

Output adalah penghubung yang sangat diperlukan antara sumber daya yang
dialokasikan oleh parlemen untuk belanja eksekutif, dan terhadap hasil yang diharapkan.
Artikulasi hasil dari logika intervensi yang menghubungkan output dan hasil merupakan kunci
baru dari pendekatan hasil. Hal ini tidak bisa sukses jika output sendiri tidak tepat ditentukan.
Output adalah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu unit atau entitas lain untuk digunakan
atau dikonsumsi oleh pihak eksternal. Prinsip untuk menentukan output adalah:

 Dikendalikan oleh organisasi.


 Homogen, yaitu tidak bersifat campuran (misalnya, output yang tidak memenuhi
persyaratan ini digambarkan sebagai "pengolahan dan saran").
 Terukur, untuk memungkinkan penilaian terkait apakah benar-benar disampaikan dan
informatif bagi pembaca.

4. Manajemen Aset Modal (Capital Asset Management)

Capital Asset Management (CAM) bertujuan untuk meningkatkan kinerja sektor publik
dengan meningkatkan, baik kualitas informasi yang digunakan dalam proses pengambilan
keputusan maupun standar praktik manajemen aset di sektor tersebut dengan memanfaatkan
praktik lokal dan praktik luar negeri yang baik. Ruang lingkup CAM meliputi:

 Aturan mengenai harapan dan akuntabilitas yang berkaitan dengan pengelolaan portofolio
aset dan investasi modal baru.
 Standar praktik bimbingan dan berbagi pengetahuan;
 Jaminan akses.
 Jaminan sistem.
 Pengungkapan arah atau tujuan modal jangka panjang dengan laporan kinerja terkait.

28
5. Pemantauan Entitas Melalui Kementerian

Sekilas informasi berkaitan dengan pemantauan entitas lembaga, termasuk


hubungannya ke pedoman yang dikembangkan oleh instansi pusat. Sejumlah kementerian
mendukung pemimpin yang bertanggung jawab dengan memantau kinerja unit di bawah
kendalinya. Pemantauan ini mencakup dana yang disediakan oleh kementerian untuk
unit/entitas terkait, kepentingan keuangan lembaga sebagai pemilik, kinerja jangka pendek,
serta pelaksanaan kewenangan hukum oleh lembaga tersebut. Perbendaharaan
mengembangkan pedoman bagi kementerian dalam peran dan tanggung jawabnya terkait
entitas. Ini adalah bagian dari serangkaian saran yang dikembangkan oleh instansi pusat untuk
membantu pemimpin yang bertanggung jawab atas entitas atau unit dalam kendali. Pedoman
tersebut antara lain:

a. Toolkit
Toolkit adalah rangkuman pertanyaan mengenai kemampuan dan informasi untuk
mengembangkan dan menginformasikan kemampuan manajemen dan membantu lembaga
pelayanan negara untuk meningkatkan kinerja.
Toolkit menyajikan serangkaian pertanyaan untuk dipertimbangkan ketika berpikir
mengenai kemampuan lembaga atau sektor yang diperlukan untuk mencapai hasil yang
diinginkan saat ini dan di masa depan. Toolkit menguraikan praktik yang baik terkait
kemampuan. manajemen dan memberikan indikator kinerja dan sinyal peringatan. dini
yang dilaksanakan dengan tujuh dimensi: kepemimpinan, orang. budaya, hubungan, ICT
dan sistem manajemen internal, aset, dan struktur.
b. Metode Pembelian
Alasan utama untuk memiliki keahlian pembelian yang terampil adalah pelaksanaan
keputusan mengenai metode pembelian dengan kontrak pasokan yang sesuai.
1) Tender
Organisasi sektor publik menghabiskan uang publik, dan oleh karena itu,
pertanggungjawaban atas pengeluaran memastikan bahwa pembelian dilakukan secara
adil dan merata. Hal ini sesuai dengan asumsi bahwa "setiap pedagang adalah wajib
pajak." Oleh karena itu, semua orang harus diberi kesempatan untuk melakukan bisnis
dengan pemerintah. Pengumuman tender secara terbuka dan kompetitif adalah metode
pembelian yang disarankan karena semua pemasok diperlakukan secara adil dengan
peluang yang sama.

29
2) Pembelian Selektif
Dalam kondisi, yang mana tender yang kompetitif dikatakan tidak praktis, maka
pembelian selektif dapat dilakukan. Misalnya:
 Nilai minor.
 Suku cadang dan aksesoris untuk peralatan yang ada.
 Pembelian berulang dalam jangka waktu yang singkat.
 Penyedia peralatan dengan spesifikasi tertentu hanya dari satu sumber.

Alasan lain yang lebih umum untuk pembelian selektif, adalah:


 Standardisasi.
 Kompatibilitas dengan peralatan yang ada.
 Prototipe atau pembangunan.
 Konsultasi.
 Pengetahuan organisasi terkait penugasan sebelumnya.
Dapat disimpulkan bahwa pembelian selektif merupakan keputusan mengenai
kebijakan. Oleh karena itu, keputusan untuk. pembelian selektif harus didukung
dokumentasi yang baik agar memenuhi persyaratan
3) Pembelian Darurat
Dalam kondisi darurat, pembelian selektif dapat dilakukan. Catatannya adalah
walaupun klaim darurat, namun perencanaannya tetap lengkap dan terinci.
4) Pembelian Massal
Pembelian selektif dapat dilakukan, ketika penawaran dalam jumlah besar dengan
keuntungan skala ekonomi muncul, seperti:
 Pergudangan, termasuk kerusakan, dan usang.
 Modal investasi, terkait "opportunity cost."

5) Periode Kontrak
Pembelian selektif dapat dilakukan dengan pengendalian waktu realisasi
kontrak yang dibutuhkan untuk memasok barang atau jasa, baik jangka sangat pendek
maupun jangka panjang. Periode realisasi kontrak biasanya ditentukan oleh:
 Biaya pendirian (menyiapkan kontrak untuk yang pertama kalinya biasanya sangat
memakan waktu); volume dan jangka waktu pemakaian.
 Nilai kontrak (mendorong kompetisi antarpemasok).

30
 Risiko usang (misalnya, perubahan model): volatilitas harga (kontrak harus
mencakup pasal mengenai naik atau turunnya harga normal).

Realisasi metode periode kontrak memiliki banyak manfaat, antara lain:

 Dapat dilakukan dengan tender yang kompetitif, schingga akan mendapatkan harga
dan syarat, maupun kondisi yang kompetitif dan kesepakatan dengan pemasok.
 Membantu organisasi dalam membakukan prosedur yang diinginkan dan tentunya
mengurangi biaya.
6) Pembelian Indent
Pembelian secara langsung dari luar negeri (indent) dapat menawarkan keuntungan
keuangan yang signifikan. Namun, catatannya adalah:
 Kompleksitas pembelian indent. Keahlian yang diperlukan dalam freight
forwarding, peraturan impor dan ekspor, dan prosedur izin dari Bea Cukai.
 Fakta bahwa agen pemerintah atau importir bisa memengaruhi pelayanan masa
depan terkait pasokan suku cadang dan aksesoris.

E. TEKNIK PERBENDAHARAAN ORGANISASI PUBLIK

Teknik perbendaharaan organisasi publik merupakan cara pengelolaan barang. uang,


dan kepemilikan/ekuitas yang dimiliki oleh organisasi publik. Untuk perbendaharaan dan
pengelolaan barang, teknik yangdigunakan adalah manajemen dan pengadministrasian aset.
Teknik yang digunakan untuk perbendaharaan dan pengelolaan uang adalah manajemen dan
pengadministrasian kas, sedangkan untuk perbendaharaan kepemilikan/ekuitas, teknik yang
digunakan adalah manajemen dan pengadministrasian kepemilikan.

Perbendaharaan barang, uang, dan kepemilikan/ekuitas organisasi publik hendaknya


tidak dibuat secara terpisah, melainkan harus dibuat sebagai bagian dari kerangka pembuatan
keputusan organisasi. Perencanaan aset harus dipertimbangkan bersamaan dengan kebutuhan
sumber daya lainnya (uang dan kepemilikan/ekuitas) yang digunakan dalam pencapaian tujuan
penyediaan layanan.

1. Manajemen Administrasi Aset Organisasi Publik

Manajemen administrasi aset merupakan proses administratif pemberian


bimbingan/petunjuk mengenai pengadaan, penggunaan, dan penghapusan aset untuk
menghasilkan manfaat sebesar mungkin, serta mengelola risiko dan biaya yang mungkin
timbul selama masa pemanfaatan aset (Pambudi et all., 2017). Manajemen aset bukan

31
merupakan suatu penjumlahan sederhana dari rencana-rencana yang dibuat, tetapi harus
konsisten dengan tujuan organisasi dan terintegrasi dengan strategi manajemen lainnya. Semua
hal tersebut dicatat dan/atau diadministrasikan dengan baik.

Tujuan utama dari manajemen aset dan pengadministrasiannya adalah membantu


organisasi publik memenuhi tujuan penyediaan layanan secara efektif dan efisien (Nasution et
all., 2021). Manajemen aset yang efektif juga:

 Memperbesar manfaat aset dengan membantu memastikan penggunaan dan pengelolaan


aset secara layak.
 Mengurangi kebutuhan aset baru dan menghemat dana melalui teknik manajemen
kebutuhan dan pilihan manfaat non aset (seperti, leasing).
 Memperoleh nilai uang yang lebih besar melalui penilaian ekonomis atas opsi yang diambil
dalam perkiraan siklus hidup dan biaya, teknik manajemen nilai, dan keterlibatan sektor
swasta.
 Mengurangi pengadaan aset yang tidak perlu.
 Memfokuskan perhatian pada hasil dengan memberikan pembebanan tanggung jawab,
akuntabilitas, dan kebutuhan pelaporan secara jelas.

Aset dikualifikasikan ke dalam aset lancar dan aset nonlancar. Aset lancar meliputi kas dan
setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan. Aset nonlancar mencakup aset
yang bersifat jangka panjang, dan aset takberwujud yang digunakan baik langsung maupun
tidak langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan oleh masyarakat umum. Aset
nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan
aset lainnya. Keempat tahapan pendekatan terkait strategi manajemen asset:

a. Menentukan dan Mencatat Kebutuhan Aset


Alasan utama membuat/mengadakan, mengoperasikan, dan mengelola aset bagi
organisasi sektor publik adalah mendukung penyediaan layanan. Untuk memastikan hal itu
terwujud, sebagai langkah pertama, organisasi harus menyusun/mengembangkan strategi
penyediaan layanan yang antara lain:
1) Menjelaskan ruang lingkup, standar, dan tingkat layanan yang akan diberikan.
2) Menilai metode pemberian layanan tersebut.
3) Mengidentifikasi sumber daya, termasuk aset yang dibutuhkan untuk menyediakan
layanan.

32
Sederhananya, manajemen menentukan metode pencatatan permintaan layanan. Ketika
mengidentifikasi kebutuhan sumber daya, organisasi harus mempertimbangkan solusi
nonaset. Pertimbangkan apakah organisasi dapat mendesain ulang layanan dengan
meningkatkan penggunaan aset yang ada atau melibatkan sektor swasta. Jika hal tersebut
dapat dilakukan, maka kebutuhan aset baru menjadi berkurang.

Dengan mendefinisikan layanan yang diberikan, dan mempertimbangkan solusi non


aset, maka layanan yang memerlukan dukungan aset dapat diidentifikasi. Selain itu, dalam
menganalisis solusi non aset, manajemen harus mempertimbangkan rentang waktu dan
perkembangan organisasi di masa depan.

b. Mengevaluasi dan Mencatat Aset yang Ada


Aset harus dievaluasi kondisi fisiknya, fungsionalnya, tingkat penghematannya, dan
kinerja keuangannya. Efektivitas aset yang ada dalam rangka mendukung penyediaan
layanan juga harus ditentukan. Proses ini didasarkan pada standar catatan mengenai kondisi
dan kinerja yang memadai atas aset.
c. Menganalisis Kesenjangan Aset
Perencanaan pada tingkat strategis akan menunjukkan perbandingan di antara aset yang
dibutuhkan dalam penyediaan layanan dengan aset yang tersedia saat ini. Organisasi
mengidentifikasi dan mencatat:
1) Keberadaan aset yang masih diperlukan dan masih mampu mendukung penyediaan
layanan.
2) Keberadaan aset yang masih diperlukan, tetapi berada di bawah standar dan memerlukan
perbaikan guna memenuhi kebutuhan penyediaan layanan.
3) Kelebihan (surplus) aset dalam penyediaan dialokasikan ke layanan lain.
4) Aset yang seharusnya dihapuskan.
d. Menyusun dan Mencatat Strategi Aset
Penyusunan strategi aset akan mengidentifikasi pendekatan yang paling memadai
dalam memenuhi kebutuhan pemberian layanan. Administrasi strategi aset terdiri dari:
1) Pencatatan rencana pengadaan, yang mana di dalamnya terdapat catatan mengenai aset-
aset yang dibutuhkan atau perlu diganti dalam periode perencanaan dengan menyusun
biaya dan sumber pendanaan untuk pengadaan.
2) Pencatatan rencana operasional, yang mana di dalamnya terdapat catatan mengenai
kebijakan penggunaan aset yang ada, seperti jam operasi, pemakaian, keamanan,
manajemen energi, dan pembersihan.

33
3) Pencatatan rencana pengelolaan, yang mana di dalamnya terdapat catatan mengenai
standar susunan aset yang akan dikelola, bagaimana standar akan dicapai, dan
bagaimana pengelolaan akan dilakukan.
4) Pencatatan rencana penghapusan yang menjelaskan seluruh aset yang akan dihapuskan,
metode penghapusan yang digunakan, dan hasil yang diharapkan dari penghapusan
tersebut.

Seluruh kegiatan tersebut dicatat sejak awal perencanaan sampai pelaksanaan/


implementasi, serta pelaporannya.

2. Manajemen Administrasi Kas Organisasi Publik

Seluruh penerimaan dan pengeluaran kas negara dilakukan melalui rekening kas negara
menggunakan sistem giral. Penerimaan harus disetor seluruhnya ke kas negara/daerah pada
waktunya, yang selanjutnya diatur dalam peraturan pemerintah (Dinarjito, 2017). Penerimaan
kementerian negara/lembaga/satuan kerja tidak boleh digunakan langsung untuk membiayai
pengeluaran. Penerimaan berupa komisi, potongan, maupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan/atau pengadaan barang oleh negara adalah hak negara, sehingga harus disetor
seluruhnya ke kas negara/daerah. Sementara pengeluaran kas karena adanya tagihan harus
didasarkan pada:

a. Uji kebenaran material atas surat-surat bukti mengenai hak pihak penagih.
b. Kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan atau kelengkapan terkait ikatan/perjanjian
pengadaan barang/jasa.
c. Tersedianya dana yang dimaksud.
d. Beban pengeluaran sesuai mata anggaran pengeluaran tersebut. e. Dokumen pembayaran
melalui kas negara.
3. Manajemen Administrasi Kepemilikan/Ekuitas Organisasi Publik

Struktur kepemilikan merupakan bagian penting dalam upaya mewujudkan perusahaan


yang sehat dan efisien. Struktur kepemilikan ini sangat memengaruhi kinerja organisasi.
Konsentrasi kepemilikan organisasi menyebabkan campur tangan pemilik secara berlebihan
dalam pengurusan dan pengelolaan organisasi tersebut. Hal ini dapat memberikan dampak
yang kurang baik bagi organisasi, seperti tidak efektifnya peran komisaris dalam pengeawasan.

Filosofi utama privatisasi adalah membatasi peran negara dalam perekonomian pada area-area,
seperti kesehatan, pendidikan, jaminan sosial, perlindungan nasional, investasi infrastruktur

34
skala besar; penyediaan lingkungan legal dan struktural bagi swasta, dan meningkatkan
produktivitas, serta nilai tambah ekonomi melalui pengorganisasian dan manajemen yang lebih
efisien agar dapat bersaing di pasar.

Privatisasi dimaksudkan serta ditujukan (Pasal 74, UU Nomor 19 Tahun 2003) antara lain
untuk:

 Memperluas kepemilikan masyarakat atas perusahaan.


 Meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.
 Menciptakan struktur keuangan dan manajemen keuangan yang baik kuat.
 Menciptakan struktur industri yang sehat dan kompetitif.
 Menciptakan perusahaan yang berdaya saing dan berorientasi global
 Menumbuhkan iklim usaha, ekonomi makro, dan kapasitas pasar.

F. CONTOH PERBENDAHARAAN PADA ORGANISASI PUBLIK

Manajemen kas di kota Semarang menurut Peraturan Walikota Semarang Nomor 50 Tahun
2013 tentang Pedoman Penatausahaan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kota Semarang Tahun Anggaran 2014.

1. Penatausahaan Bendahara Penerimaan


Prosedur penerimaan merupakan serangkaian proses kegiatan menerima, menyimpan,
menyetor, dan mempertanggungjawabkan penerimaan uang yang berada dalam
pengelolaan SKPD (Languju et all., 2015). Penerimaan daerah disetor ke rekening kas
daerah. Berikut adalah contoh prosedur setoran melalui bendahara penerimaan:
a. Wajib bayar/pihak ketiga menyetorkan penerimaan daerah kepada bendahara
penerimaan disertai Lampiran SKP-D, SKR-D, dan/atau tanda bukti pembayaran
lainnya.
b. Bendahara penerimaan:
1) Menerima setoran uang dari wajib bayar/pihak ketiga.
2) Menghitung jumlah uang yang diterima dan mencocokkannya dengan jumlah yang
tercantum dalam SKP-D atau SKR-D.
3) Mendistribusikan SKP-D dan SKR-D kepada wajib bayar/pihak ketiga dan Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah.

35
4) Menyiarkan dan mengisi Surat Tanda Setoran (STS) dan/atau dokumen lain yang
dipersamakan yang ditandatangani oleh bendahara penerimaan/kasir penerimaan
minimal rangkap 7 (tujuh).
5) Menyetorkan seluruh uang yang diterima ke rekening kas daerah paling lambat 1
(satu) hari kerja sejak saat uang, kas tersebut diterima kecuali ditentukan lain.
6) Menerima 1 (satu) lembar asli dan 2 (dua) lembar tembusan Surat Tanda Setoran
(STS) dari PT Bank Jateng.
7) Mencatat bukti penerimaan ke dalam buku kas umum penerimaan, buku pembantu
rincian objek pendapatan dan buku rekapitulasi penerimaan harian, pengisian
dokumen penatausahaan penerimaan dapat menggunakan aplikasi komputer
dan/atau alat elektronik lainnya.
8) Menyerahkan 1 (satu) lembar tembusan STS dan/atau dokumen lain yang
dipersamakan kepada PPK-SKPD.
9) Setoran ke rekening kas daerah dianggap sah bilamana DPKAD bagian pengelolaan
kas daerah sudah menerima bukti/nota kredit dari PT Bank Jateng.
10) Secara administratif harus mempertanggungjawabkan penerimaan kepada
pengguna anggaran dengan menyertakan bukti-bukti penerimaan.
11) Secara fungsional harus mengumpulkan laporan pertanggungjawaban kepada
DPKAD (Bagian Akuntansi) yang dilampiri dengan BKU.
c. Dokumen-dokumen yang digunakan:
1) Buku Kas Umum Penerimaan.
2) Rekapitulasi Penerimaan Harian.
3) Buku Pembantu Rincian Objek Pendapatan.
4) Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-D).
5) Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKR-D).
6) Surat Tanda Setoran (STS).
7) Bukti Penerimaan Lainnya yang Sah.

2. Penatausahaan Bendahara Pengeluaran


Dalam penatausahaan bendahara pengeluaran, perlu dilakukan pengajuan Surat
Permintaan Pembayaran (SPP). Pengajuan SPP terdiri dari:
a. SPP Uang Persediaan (SPP-UP).
b. SPP Ganti Uang (SPP-GU).
c. SPP Tambahan Uang (SPP-TU).
36
d. SPP Langsung (SPP-LS).
e. SPP Gaji dan Tunjangan Pegawai.

Berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD, bendahara
pengeluaran mengajukan SPP (SPP-UP, SPP-GU, SPP. TU, SPPLS, dan SPP Gaji) untuk
memperoleh pembayaran kepada pejabat pengguna anggaran/pengguna barang atau pejabat
kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang melalui PPK-SKPD.

3. Pergeseran Anggaran
a. Pergeseran anggaran sedapat mungkin dihindari untuk mewujudkan konsistensi
perencanaan anggaran dan pelaksanaannya.
b. Pergeseran antarrincian objek belanja dalam objek belanja berkenaan dapat dilakukan
atas persetujuan Kepala DPKAD selaku PPKD.
c. Pergeseran antar objek belanja dalam jenis belanja dilakukan atas yang persetujuan
sekretaris daerah.
d. Pergeseran anggaran yang dimaksud dilakukan dengan cara mengubah Peraturan
Walikota terkait penjabaran APBD sebagai dasar pelaksanaan, untuk selanjutnya
dianggarkan dalam rancangan peraturan daerah mengenai perubahan APBD.
e. Tata cara pergeseran belanja antarrincian objek belanja dalam objek belanja yang
berkenaan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Kepala SKPD mengajukan permohonan untuk melakukan pergeseran anggaran
kepada Walikota melalui PPKD.
2) Pengajuan permohonan pergeseran dilakukan penelitian dan pengkajian oleh tim
pengkaji.
3) Hasil penelitian pengkajian menjadi bahan pertimbangan untuk mendapatkan
persetujuan PPKD.
4) SKPD yang telah mendapatkan persetujuan pergeseran wajib memformulasikannya
ke dalam DPPA-SKPD.
f. Tata cara pergeseran anggaran antar objek belanja dalam jenis belanja yang berkenaan
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) SKPD mengajukan permohonan pergeseran anggaran kepada Walikota melalui
PPKD.

37
2) Pengajuan permohonan pergeseran dilakukan penelitian dan pengkajian oleh tim
pengkaji.
3) Hasil penelitian dan pengkajian menjadi bahan pertimbangan untuk mendapatkan
persetujuan sekretaris daerah.
4) SKPD yang telah mendapatkan persetujuan pergeseran wajib memformulasikannya
ke dalam DPPA-SKPD.
g. Pergeseran anggaran antar unit organisasi, antarkegiatan, dan antarjenis belanja dapat
dilakukan dengan cara mengubah peraturan daerah tentang APBD.
h. Pergeseran anggaran tidak dapat dilakukan setelah peraturan daerah tentang perubahan
APBD ditetapkan.

Berikutnya adalah contoh tata cara pinjam pakai Barang Milik Daerah di kota Yogyakarta
menurut Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 52 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pinjam Pakai
Barang Milik Daerah.

Subjek Pinjam Pakai:

1. Pihak yang dapat meminjampakaikan BMD berupa tanah dan/atau bangunan, maupun
selain tanah dan/atau bangunan adalah pengelola barang setelah mendapatkan persetujuan
Walikota.
2. Pihak yang dapat meminjam BMD adalah pemerintah pusat dan pemerintah daerah lain.

Objek Pinjam Pakai:

1. Objek pinjam pakai meliputi tanah dan/atau bangunan maupun selain tanah dan/atau
bangunan untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan.
2. BMD yang dipinjampakaikan tidak mengubah status kepemilikan barang daerah.
3. BMD yang dipinjampakaikan hanya dapat dipinjampakaikan sepanjang BMD tersebut
dalam kondisi tidak digunakan oleh pengelola barang atau pengguna barang dalam rangka
pelaksanaan tugas dan fungsinya.

Tata Cara Pinjam Pakai:

1. Pengajuan Permohonan
a. Calon peminjam mengajukan surat permohonan pinjam pakai kepada pengelola barang
atau Walikota.
b. Pengelola barang dibantu oleh pembantu pengelola barang melakukan penelitian dan
memberikan rekomendasi kepada Walikota terkait permohonan dari calon peminjam.

38
c. Dalam hal permohonan pinjam pakai disetujui, pengelola barang dibantu oleh
pembantu pengelola barang mengajukan penetapan persetujuan pinjam pakai kepada
Walikota.
d. Dalam hal permohonan ditolak, pengelola barang atas nama Walikota memberikan
jawaban penolakan permohonan pinjam pakai dengan memperhatikan rekomendasi
dari pembantu pengelola barang.
e. Dalam hal peminjam mengajukan permohonan perpanjangan pinjam pakai, maka
permohonan harus disampaikan paling lambat 3 (tiga) sebelum berakhirnya perjanjian.
f. Tata cara pengajuan permohonan perpanjangan pinjam pakai dilaksanakan dengan
mekanisme sebagaimana permohonan perjanjian baru.
2. Pelaksanaan dan Perjanjian Pinjam Pakai
a. Pelaksanaan pinjam pakai BMD dituangkan dalam perjanjian yang ditandatangani oleh
pengelola barang setelah mendapatkan persetujuan dari Walikota.
b. Perjanjian pinjam pakai sekurang-kurangnya memuat: (1) Dasar perjanjian; (2) Para
pihak yang terikat dalam perjanjian; (3) Data objek perjanjian (jenis, luas, atau jumlah
barang yang dipinjampakaikan); (4) Jangka waktu pinjam pakai; (5) Peruntukan pinjam
pakai; (6) Hak dan kewajiban para pihak; dan (7) Hal lain yang dianggap perlu.
c. Penandatanganan perjanjian pinjam pakai dilakukan di atas kertas bermaterai cukup
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Penyerahan BMD yang dipinjampakaikan dilakukan dengan Berita Acara Serah Terima
BMD Pinjam Pakai yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.
e. e. Seluruh biaya yang timbul dalam rangka pembuatan perjanjian pinjam pakai
ditanggung oleh peminjam.
3. Jangka Waktu Pinjam Pakai
a. Jangka waktu pinjam pakai paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu)
kali dengan persetujuan dari Walikota.
b. Pinjam pakai berakhir apabila: (1) Jangka waktu berakhir, (2) Sesuai dengan perjanjian:
atau (3) Perintah peraturan perundang- undangan.

39
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perbendaharaan diartikan sebagai tempat menyimpan harta benda dan sebagainnya.


Perbendaharaan organisasi public atau pemerintah biasanya bertanggung jawab atas
pengelolaan, serta pengumpulan pajak dan pendapatan pemerintah lainnya dan juga
melakukan pembayaran atas nama negara dan audit rekening resmi. Sebagai organisasi
yang bertugas merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan di bidang
keuangan dan kekayaan negara, organisasi perbendaharaan publik bertanggung jawab
dan memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan organisasi.
Prinsip pengadaan publik adalah dasar pengadaan publik dan harus diturunkan dalam
aturan pengadaan publik. Para praktisi harus memiliki pemahaman yang jelas tentang
prinsip pengadaan publik, dan tahu bagaimana mengaplikasikannya Sebagai panduan
proses pengambilan keputusan sehari-hari.

B. Saran

Kami sebagai penulis mengharapkan kepada para pembaca agar lebih banyak lagi
mencari dan membaca pengetahuan lain mengenai materi tentang: perbendaharaan
public, barang public, kas, dan asset hasil kegiatan ekonomi karena masih banyak lagi
teori yang belum kami jelaskan dalam makalah ini.

40
DAFTAR PUSTAKA

Adhitama, M. O. (2019). Strategi Pengelolaan Aset Barang Milik Daerah Dalam


Meningkatkan Pelayanan Publik. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 8(2), 115–121.

Afandi, M., & Sulastri, N. A. (2012). Peranan Sistem Informasi Manajemen Akuntansi Barang
Milik Negara Dalam Menunjang Akuntabilitas Pengelolaan Barang Milik Negara ( Studi
Kasus di Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Bandung ). Jurnal Ilmu Administrasi, IX,
290–308.

Ambarwati, R. D. (2020). Optimalisasi Pelaporan Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran oleh


Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta II dengan Pendekatan Soft
System. Jurnal Riset Akuntansi Terpadu, 13(1), 1.
https://doi.org/10.35448/jrat.v13i1.8038

Andhika, L. R. (2017). Public Goods Bukankah Untuk Rakyat? Jurnal Ekonomi Dan
Kebijakan Publik, 8(1), 41. https://doi.org/10.22212/jekp.v8i1.697

Anggraeni, S., & -, R. (2020). The Effect of Human Resource Competency on Financial
Reporting. Journal of Accounting, Finance, Taxation, and Auditing (JAFTA), 2(1), 1–22.
https://doi.org/10.28932/jafta.v2i1.2834

Armala, S. (2020). Implementasi PP No. 90 Tahun 2010 Tentang Penyusunan Rencana Kerja
Dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Pada Direktorat Bandar Udara Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara. Jurnal Ekonomi, Manajemen, Bisnis, Dan Sosial
(Embiss), 1(1), 11-21.

Awaludin, I., Suharman, H., & Fitriyah, F. K. (2018). Pengaruh Intellectual Capital dan

41
Penerapan Prinsip Good Governance oleh Pengelola Barang Milik Negara terhadap
Penerapan Manajemen Aset Tetap. Journal of Applied Accounting and Taxation, 3(2),
174–186. https://doi.org/10.30871/jaat.v3i2.893

Dinarjito, A. (2017). Analisis temuan badan pemeriksa keuangan atas penerimaan negara bukan
pajak kementerian/lembaga. Info Artha, 1(1), 1-16.

Lamia, S., Karamoy, H., & Morasa, J. (2021). Analisis Penggunaan Informasi Akuntansi
Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Dan Evaluasi Kinerja Di Tingkat Satuan Kerja
Pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Riset Akuntansi
Dan Auditing" Goodwill", 12(2), 153-166.

Languju, G. V., Tinangon, J. J., & Pusung, R. J. (2015). Evaluasi pelaksanaan sistem dan
prosedur pengeluaran kas pada dinas perindustrian dan perdagangan Provinsi Sulawesi
Utara. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 3(1).

Mackevičius, J., & Ragauskienė, E. (2012). State Property: Economic Analysis and
Management. Ekonomika, 91(2), 117–128. https://doi.org/10.15388/ekon.2012.0.892

Nasution, U. C., Hartono, S., & Pratiwi, N. M. I. (2021). PENDAMPINGAN


PENGELOLAAN ASET DESA DI DESA TALUN DAN DESA JINTEL KECAMATAN
REJOSO KABUPATEN NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR. ABDI MASSA: Jurnal
Pengabdian Nasional (e-ISSN: 2797-0493), 1(01), 12-16.

Nugroho, Y. P., Basuki, B., & Fanani, Z. (2017). Analisis Sistem Perbendaharaan dan Anggaran
Negara (SPAN) dalam proses pencairan dana APBN pada kantor pelayanan
perbendaharaan negara jakarta II. Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, 17(1),
67-80.

Pambudi, G. S., Sriyanto, S., & Arvianto, A. (2017). Rancang Bangun Sistem Informasi
Manajemen Aset Berbasis Web Untuk Optimalisasi Penelusuran Aset Di Teknik Industri
Undip. J@ ti Undip: Jurnal Teknik Industri, 11(3), 187-196.

Putra, H. C., & Iskandar. (2021). Konsep Pengelolaan Keuangan Negara dan Barang-Barang
Publik. Jurnal.Umsu.Ac.Id, 1, 1–9.

Ramadhani, R., & Setiawan, M. A. (2019). Pengaruh Regulasi, Politik Anggaran, Perencanaan
Anggaran, Sumber Daya Manusia Dan Pengadaan Barang/ Jasa Terhadap Penyerapan
Anggaran Belanja Pada OPD Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Eksplorasi Akuntansi, 1(2),

42
710–726. https://doi.org/10.24036/jea.v1i2.104

Ramadanti, R., Karisma, J., Audini, S., Saqinah, S., & Berti, I. (2022). Analisa Kebijakan
Pemerintah Terkait Ancaman Pengangguran Pasca Kenaikan Inflasi. Jurnal Mirai
Management, 7(3), 494-500.

Renyaan, A., & Kawulur, H. (2022). Analisis Persepsi Pegawai Tentang Penerapan Sistem
Perbendaharaan Dan Anggaran Negara Pada Pencairan Dana Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Negara. Jurnal Akuntansi Manado (JAIM), 3(2), 307–313.
https://doi.org/10.53682/jaim.v3i2.2910

Sanjaya, T. (2018). Pengaruh Regulasi Keuangan Daerah, Politik Anggaran Dan Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Terhadap Penyerapan Anggaran Pada OPD Provinsi Sumatera
Barat. Jurnal Akuntansi, 6(3).

Supanto, F. (n.d.). Fix_Manajemen Strategi Organisasi Publik dan Privat.pdf.

Tumarar, D. I., Pangemanan, S., & Mawikere, L. (2015). Analisis Penggunaan, Penatausahaan
dan Pemanfaatan Barang Milik Daerah pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan
dan Barang Milik Daerah di Pemerintahan Kota Tomohon. Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 3(4), 654–662.

Uno, M. O., & Alexander, S. W. (2018). Ipteks Digitalization Treasury pada Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Ipteks Akuntansi
bagi Masyarakat, 2(2).

Utama, E. Y., & Rohman, A. (2013). Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap
Kinerja Manajerial: Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi sebagai Variabel
Intervening (Studi Empiris pada Satuan Kerja Instansi Vertikal Wilayah Pembayaran
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Sampi. Diponegoro Journal of Accounting,
275-286.

Widyastuti, Y. (2010). Pengaruh persepsi remunerasi pegawai, motivasi kerja dan disiplin kerja
terhadap kinerja pegawai di kantor pelayanan perbendaharaan negara (kppn) percontohan
serang provinsi banten. Jurnal Administrasi Publik, 1(2).

43

Anda mungkin juga menyukai