Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PEMBIAYAAN PROGRAM KESEHATAN


“PERFORMANCE BUDGETING”

Dosen Pengampu

Yulia Ramadhona SKM.MKM

OLEH
KELOMPOK 5
Alifia Pratiwi 1913201003

Anisha Samara 1913201007

Detya Febrina 1913201015

Imelda 1913201028

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN


MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
Pembiayaan Program Kesehatan “ Budgeting Performance “ ini sesuai dengan
berbagai sumber informasi dan literatur yang sudah dikembangkan. Dan juga kami
berterimakasih kepada Ibu Yulia Ramadhona SKM.MKM selaku Dosen mata kuliah
Pembiayaan Program Kesehatan yang telah memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai, Pembiayaan Program Kesehatan
“Budgeting Performance” kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas
ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Bukittinggi, 05 Desember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2. Tujuan......................................................................................................................3
1.3. Manfaat....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................4
2.1 Definisi Anggaran....................................................................................................4
2.2 Definisi Budgeting Performance..............................................................................4
2.3 Prinsip Performance Based Budgeting.....................................................................5
2.4 Komponen Performance Based Budgeting...............................................................7
2.5 Proses Performance Based Budgeting....................................................................13
BAB III PENUTUP...............................................................................................................14
3.1 Kesimpulan............................................................................................................14
3.2 Saran......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anggaran berbasis kinerja merupakan sistem perencanaan,


penganggaran dan evaluasi yang menekankan pada keterkaitan antara
anggaran dengan hasil yang diinginkan. Penganggaran dengan pendekatan
kinerja ini disusun dengan orientasi output. Capaian Kinerja Kementerian
Keuangan tahun 2015 atas pelaksanaan Rencana Kerja Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) hanya sebesar 91,24 persen. Akurasi
perencanaan anggaran atas capaian kinerja pelaksanaan APBN pada
Direktorat Jenderal Anggaran tahun 2015 sebesar 90,20 persen.
Pemerintah Indonesia melaksanakan reformasi dibidang pengelolaan
keuangan Undang Undang di bidang Keuangan Negara. Undang Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UndangUndang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan UndangUndang Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara serta UndangUndang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan Reformasi Sistem
Perencanaan dan Penganggaran di Indonesia. Bentuk Reformasi Manajemen
Keuangan Pemerintah adalah penerapan tiga pendekatan penganggaran yaitu
Anggaran Terpadu (Unified Budgeting), Anggaran Berbasis Kinerja
(Performance Base Budgeting), dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
(Medium Term Expenditure Framework). Ketiga pendekatan penganggaran
tersebut harus diimplementasikan dengan baik untuk mewujudkan
pengelolaan keuangan publik yang baik sebagai prasyarat terciptanya good
governance and clean government di Indonesia. Pendekatan penganggaran
berbasis kinerja dianggap sebagai pendekatan yang paling utama dari ketiga
pendekatan penganggaran tersebut. Penganggaran dengan pendekatan kinerja
ini disusun dengan orientasi output. Jadi, apabila kita menyusun anggaran

1
dengan pendekatan kinerja, maka mindset kita harus fokus pada "apa yang
ingin dicapai". Kalau fokus ke "output", berarti pemikiran tentang "tujuan"
kegiatan harus sudah tercakup di setiap langkah ketika menyusun anggaran.
Penerapan pendekatan

Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) akan menghasilkan efisiensi,


efektivitas, dan rasionalitas dalam pengelolaan anggaran. Dua pendekatan
yang lain yaitu Unified Budgeting dan Medium Term Expenditure Framework
merupakan bentuk implementasi bagi sempurnanya pelaksanaan anggaran
berbasis kinerja. Penggunaan anggaran negara diharapkan akan lebih terarah,
terukur, dan dapat dipertanggungjawabkan dengan Anggaran Berbasis Kinerja
(ABK) sehingga fungsi pemerintahan dalam memberikan pelayanan kepada
publik sesuai dengan prioritas pembangunan Nasional. Tugas terberat dalam
reformasi pengganggaran adalah mengubah mindset dan paradigma para
pengelola keuangan yang ada sekarang ini. Dimana seluruh
Kementerian/Lembaga berupaya mendapat alokasi anggaran yang sebesar-
besarnya tanpa dikaitkan dengan target kinerja yang dihasilkan.

Penganggaran berbasis kinerja ini berfokus pada efisiensi


penyelenggaraan suatu aktivitas atau kegiatan. Efisiensi itu sendiri adalah
perbandingan antara output dengan input. Suatu aktivitas dikatakan efisien,
apabila output yang dihasilkan lebih besar dengan input, atau output yang
dihasilkan adalah sama dengan input yang lebih sedikit. Anggaran ini tidak
hanya didasarkan pada apa yang dibelanjakan saja, seperti yang terjadi pada
sistem anggaran tradisional, tetapi juga didasarkan pada tujuan/rencana
tertentu yang pelaksanaannya perlu disusun atau didukung oleh suatu
anggaran biaya yang cukup dan terukur juga penggunaan biaya tersebut harus
efisien dan efektif. Menerapkan penganggaran berbasis kinerja memang tidak
semudah membalik telapak tangan, karena butuh proses dan upaya serius dari
berbagai pihak terkait, khususnya kementerian/lembaga dan otoritas anggaran.
Sebagai hal yang baru diterapkan di kementerian/lembaga, sangat wajar kalau

2
masih ada kelemahan. Yang paling penting adalah upaya untuk terus berbenah
agar penganggaran berbasis kinerja tidak melenceng dari filosofi dan
tujuannya. Pengalaman negara lain yang sudah berhasil menerapkan anggaran
kinerja, misalnya Australia, dapat menjadi contoh di Indonesia.

Banyak aspek yang perlu dibenahi dalam penganggaran kinerja pada


kementerian/lembaga, yaitu mencakup perencanaan kinerja, proses
penyusunan dan pembahasan anggaran, format-format dokumen anggaran,
sampai dengan pelaporannya. Terkait dengan perencanaan kinerja, Bappenas,
Kementerian Keuangan dan kementerian/lembaga perlu merestrukturisasi dan
memetakan penamaan program dan kegiatan dalam Rencana Kerja
Pemerintah (RKP), Rencana Kerja (Renja) dan Rencana Kerja Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKAKL) sehingga pendefinisian program lebih
mencerminkan outcome pemerintah yang dapat dinikmati masyarakat dan
berisi program-program yang menjadi core business masing-masing
kementerian/lembaga. Direktorat Jenderal Anggaran telah melaksanakan
amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
mengenai penganggaran berbasis kinerja sejak awal. Dinamika sistem
penganggaran berbasis kinerja selalu diikuti namun dalam pelaksanaannya
ada berbagai kendala sehingga diperlukan langkah strategis dalam melihat
keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran.

1.2. Tujuan
a. Mengetahui definisi Budgeting Performance
b. Mengetahui Prinsip Performance Based Budgeting
c. Mengetahui Komponen Performance Based Budgeting
d. Mengetahui Proses Performance Based Budgeting

1.3. Manfaat
a. Memperluas pengetahuan mahasiswa tentang Budgeting Performance
b. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca tentang
Budgeting Performance.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Anggaran
Menurut William, “anggaran adalah pernyataan terkuantifikasi dan tertulis
dari rencana manajemen.
1. Catur Sasongko juga mengemukakan bahwa “Anggaran adalah rencana
kegiatan yang akan dijalankan oleh manajemen dalam satu periode yang
tertuang secara kuantitatif.
2. Sedangkan menurut Rudianto, “Anggaran adalah rencana kerja organisasi
di masa mendatang yang diwujudkan dalam bentuk kuantitatif, formal,
dan sistematis.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anggaran adalah suatu


instrumen yang menggambarkan kebijakan manajemen yang dinyatakan
dalam bentuk angka-angka yang dibuat secara sistematis dan terencana
dengan mengintegrasikan ke dalam berbagai kegiatan untuk mencapai kinerja.
Dalam ruang lingkup akuntansi, anggaran berada dalam lingkup akuntansi
manajemen. Sebagai sebuah instrument yang penting dalam proses
manajemen.

2.2 Definisi Budgeting Performance

Anggaran berbasis kinerja merupakan sistem perencanaan,


penganggaran dan evaluasi yang menekankan pada keterkaitan antara
anggaran dengan hasil yang diinginkan. Penganggaran dengan pendekatan
kinerja ini disusun dengan orientasi output. Capaian Kinerja Kementerian
Keuangan tahun 2015 atas pelaksanaan Rencana Kerja Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) hanya sebesar 91,24 persen. Akurasi
perencanaan anggaran atas capaian kinerja pelaksanaan APBN pada
Direktorat Jenderal Anggaran tahun 2015 sebesar 90,20 persen.
Menurut IMF (Last, 2009) dalam terjemahannya, definisi
Performance Budgeting adalah penganggaran berbasis kinerja bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas belanja publik dengan menghubungkan

4
pendanaan organisasi sektor publik dengan hasil yang mereka berikan,
memanfaatkan sistematis informasi kinerja. Bentuk paling dasar dari
penganggaran berbasis kinerja adalah yang bertujuan untuk memastikan
bahwa, ketika merumuskan anggaran pemerintah, pengambil keputusan kunci
sistematis memperhitungkan hasil yang akan dicapai dengan pengeluaran.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2004 pasal 7 ayat (1),


definisi Performance Based Budgeting adalah penyusunan anggaran kinerja
merupakan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang
diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.

Dari penjelasan mengenai definisi Performance Based Budgeting di


atas, maka dapat disimpulkan bahwa Performance Based Budgeting
merupakan perencanaan keuangan dalam menyusun anggaran dengan
mengestimasikan keuangan untuk perencanaan alokasi sumber daya dan
pengendalian realisasi anggaran yang memfokuskan terhadap keluaran dan
hasil (output/outcome) yang diharapkan dari setiap pelaksanaan
aktivitas/program.

2.3 Prinsip Performance Based Budgeting

Dua prinsip yang mendasari Performance Based Budgeting secara umum


yaitu prinsip value for money (efektivitas, efisien, ekonomis) dan prinsip good
governance (Bambang Sancoko, 2008) dijelaskan sebagai berikut :
a. Prinsip value for money
menerapkan asas efektivitas, efisiensi, dan ekonomis. Efektivitas
digunakan sebagai dasar spending wisely yaitu dengan merencanakan dan
melakukan biaya pengeluaran dengan bijak. Efektivitas merupakan
hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai.
Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai
tujuan dan sasaran akhir kebijakan. Efisiensi digunakan sebagai dasar
spending well yaitu dengan melakukan biaya pengeluaran untuk
mendapatkan hasil yang terbaik, proses kegiatan dapat dikatakan efisien

5
apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan
menggunakan sumber daya dan dana yang serendah – rendahnya.
Sedangkan ekonomis digunakan sebagai dasar spending less yaitu
melakukan pengeluaran dengan sehemat mungkin, dengan melakukan
pembelian barang dan jasa input dengan tingkat kualitas tertentu pada
harga terbaik yang dimungkinkan. Efektivitas, efisiensi, dan ekonomis
dalam pengukuran pengeluaran dapat diukur dari terlaksananya program
kerja dengan anggaran yang telah ditetapkan yang dapat mencapai sasaran
strategis dan indikator kinerja yang ditetapkan . Berikut penjelasan
mengenai efektivitas, efisiensi, dan ekonomis yaitu:
i. Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan, dimana
efektivitas diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output
(keluaran), kebijakan, dan prosedur dari organisasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
ii. Efisiensi adalah hubungan antara input dan output dimana
penggunaan barang dan jasa yang dibeli oleh organisasi untuk
mencapai output tertentu.
iii. Ekonomis adalah hubungan antara pasar dan input dimana
pembelian barang dan jasa pada kualitas yang diinginkan dan pada
harga yang terbaik yang dimungkinkan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas membahas


mengenai output, efisiensi membahas mengenai input dan output, dan
ekonomis membahas mengenai input. Untuk mencapai tujuan organisasi
maka ketiga unsur diatas tidak dapat dipisahkan.
b. Prinsip Good Governance

Good Governance adalah tata pemerintahan yang merupakan tindakan


untuk menjadikan Negara aman dan bersih dengan penggunaan
wewenang ekonomi, politik, dan administrasi untuk mengelola urusan

6
Negara pada semua tingkat dengan mengelola sumber daya ekonomi dan
sosisal yang melibatkan sektor Negara dan sektor non Pemerintahan.
Dengan diterapkannya prinsip Good Governance akan membantu sistem
pemerintahan yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Dengan mendengarkan suara rakyat banyak dan melindungi kaum
minoritas.

2.4 Komponen Performance Based Budgeting

Penyusunan anggaran berbasis kinerja memerlukan tiga komponen untuk


menyusun berbagai program/aktivitas sebagaimana uraian Peraturan
Pemerintah Nomor 21 tahun 2004 pasal 7 ayat 2 tentang Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga (RKA-KL) dalam
anggaran berbasis kinerja diperlukan indikator kinerja, standar biaya, dan
evaluasi kinerja dari setiap program dan jenis kegiatan, yaitu :
1) Indikator Kinerja Utama

Indikator Kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang


menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan memperhitungkan indikator masukan (inputs),
keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat (benefits), dan dampak
(impacts) (Bastian, 2010). Berikut ini merupakan pengertiannya :

a) Input (masukan)

Segala sesuatu yang dibutuhkan (misalnya : dana, SDM, dan


teknologi) agar pelaksanaan aktivitas/program dapat berjalan untuk
menghasilkan keluaran (output).

b) Output (keluaran)

Sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu


aktivitas/program yang dapat berupa fisik atau nonfisik.

c) Outcome (hasil)

7
Segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan
pada jangka menengah (efek langsung).

d) Benefit (manfaat)

Sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan aktivitas/


program.

e) Impact (dampak)

Pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif terhadap


setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.

Syarat – syarat mengenai Indikator Kinerja menurut Bastian (2006):

a) Spesifik, jelas, dan tidak mungkin ada kesalahan interpretasi.

b) Dapat diukur secara objektif baik yang bersifat kuantitatif maupun


kualitatif, yaitu dua atau lebih yang mengukur indikator kinerja
mempunyai kesimpulan yang sama.

c) Indikator kinerja harus menangani aspek objektif yang relevan.

d) Dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk menunjukkan


keberhasilan masukan, proses keluaran, hasil, manfaat, serta dampak.

e) Harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahan/penyesuaian


pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan.

f) Efektif ; data/informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja


bersangkutan dapat dikumpulkan, diolah, dan dianalisis dengan biaya
yang tersedia.

Manfaat Indikator Kinerja menurut Bastian (2006)

a) Kejelasan tujuan organisasi.

8
b) Mengembangkan persetujuan pengukuran aktivitas.

c) Keuntungan proses produksi harus dipahami lebih jelas.

d) Tersedianya pembandingan kinerja dari organisasi yang berbeda.

e) Tersedianya fasilitas setting of target untuk penilaian organisasi dan


individual manager sebagai bagian dari pertanggungjawaban
organisasi kepada pemilik saham.

2) Standard Cost

Standard Cost adalah batas maksimal biaya pelaksanaan suatu


kegiatan untuk menghasilkan produk tertentu. Standard cost ditetapkan
berdasarkan standar aktivitas yang dipandang efektif serta pengeluaran
yang relevan, wajar, dan efisien. Standard cost merupakan biaya yang
ditentukan di muka yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya
dikeluarkan untuk membuat satuan produk atau untuk membiayai
kegiatan tertentu di bawah asumsi kegiatan ekonomi, efisiensi dan faktor
- faktor lain tertentu (Mulyadi, 2007).

Pendapat lain menurut Caster dan Usry mengenai pengertian standard


cost adalah biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk memproduksi
satu unit atau sejumlah tertentu produk selama satu periode tertentu.
Standar cost memberikan pedoman kepada manajemen untuk
mengendalikan biaya dalam melakukan suatu kegiatan untuk
mendapatkan hasil yang efektif dengan jumlah biaya yang dikeluarkan
(Usry, 2005).

3) Evaluasi Kinerja

Evaluasi kinerja dimulai dari pengukuran kinerja yang merupakan


prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu dengan
membuat perumusan perencanaan strategi dan menentukan seluruh

9
aktivitas / program organisasi harus dapat diukur. Berbagai aktivitas /
program dalam suatu organisasi dapat terlihat setelah dilakukannya
pengukuran kinerja terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Stout (2003) dalam Bastian (2010) menyatakan bahwa pengukuran/


penilaian kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian
pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (mission
accomplishment) melalui hasil – hasil yang ditampilkan berupa produk,
jasa, ataupun suatu proses.

Menurut Whittaker (1993) dalam Akuntansi Sektor Publik (Bastian,


2010) menyatakan bahwa pengukuran / penilaian kinerja adalah suatu alat
manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan
akuntabilitas.

Tujuan dan manfaat dari penilaian kinerja menurut (Bastian, 2010) dalam
bukunya yang berjudul Akuntansi Sektor Publik, yaitu :

a) Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan


untuk pencapaian prestasi.

b) Memastikan tercapainya skema prestasi yang disepakati.

c) Memonitor dan mengevaluasi kinerja dengan pembandingan skema


kerja dan pelaksanaan.

d) Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas prestasi


pelaksanaan yang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran
prestasi yang telah disepakati.

e) Menjadikan alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam


upaya dalam rangka memperbaiki organisasi.

f) Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.

10
g) Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.

h) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara


objektif.

i) Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.

j) Mengungkap permasalahan yang terjadi.

Aspek yang diukur dalam pengukuran kinerja menurut Soemarso


(2005) :

a) Aspek finansial

Aspek finansial meliputi anggaran atau cash flow. Aspek finansial


sangat penting diperhatikan dalam pengukuran kinerja, sehingga
kondisi keuangan dianalogikan sebagai aliran darah dalam tubuh
manusia.

b) Kepuasan pelanggan

Dalam globalisasi perdagangan, peran dan posisi pelanggan sangat


krusial dalam penentuan strategi perusahaan. untuk itu, manajemen
perlu memperoleh informasi yang relevan mengenai tingkat kepuasan
pelanggan.

c) Operasi dan pasar internal

Informasi operasi dan mekanisme pasar internal diperlukan untuk


memastikan bahwa seluruh kegiatan organisasi dirancang untuk
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi yang tercantum dalam skema
strategis. di samping itu, informasi operasi bisnis internal juga
diperlukan untuk melakukan perbaikan terus – menerus atas efisiensi
dan efektivitas operasi perusahaan.

11
d) Kepuasan pegawai

Dalam perusahaan yang banyak melakukan inovasi, peran strategis


pegawai amat menentukan kelangsungan organisasi.

e) Kepuasan komunitas dan shareholders/stakeholders

Pengukuran kinerja perlu dirancang untuk mengakomodasi kepuasan


para stakeholders.

f) Waktu

Informasi untuk pengukuran harus informasi terbaru, sehingga manfaat


hasil pengukuran kinerja dapat dimaksimalkan.

12
2.5 Proses Performance Based Budgeting

Proses penyusunan anggaran menggunakan performance based


budgeting melalui beberapa tahapan, sesuai gambar berikut (Bastian,
2010) :

1) Menentukan misi

2)Menerjemahk 4) Mengidentifikasi
3) Mengukur
ansasaran dan hambatan dan sumber
kebutuhan
tujuan daya

6) Menganalisis 5) Mengembangkan
program struktur program
secara keseluruhan
keseluruhan

7) Mengembangkan
anggaran program dan
multi tahun

8) Alokasi sumber
daya

9) Mengimplementasikan
rencana anggaran program

10) Evaluasi program

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penganggaran berbasis kinerja merupakan suatu pendekatan sistematis
dalam penyusunan anggaran yang mengaitkan pengeluaran yang dilakukan
organisasi sektor publik dengan kinerja yang dihasilkan dengan menggunakan
informasi kinerja yang dituangkan dalam bentuk indikator kinerja dan
penggunaan standar satuan harga. Suatu pemerintah dapat dikatakan telah
menerapkan bentuk sederhana dari penganggaran berbasis kinerja
(performance based budgeting) jika telah mempedomani standar satuan harga
dan telah menetapkan indikator kinerja dalam proses atau mekanisme
penyusunan anggaran.

3.2 Saran
Kelompok mengharapan dengan adanya makalah ini maka biasa
mengetahui mengenai konsep dasar dalam performance budgeting sehingga
dapat menambah wawasan kita mengenai performance budgeting dan dapat
membawa manfaat yang berati bagi perkembangan di masa yang akan datang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Donald P.Moynihan. (2005). What Do We Talk About Performance ? Dialogue


Theory and Performance Budgeting. La Follete School of Public Affairs, 5-27.

Marc Robinson and Jim Brumby. (2016). Does Performance Budgeting work ? An
Analytical Review of the Empirical Literature. International Monetary Fund,
3-42.

Nyoman Ayu Wulan Trisna Dewi*, I Gd Nandra Hary Wiguna . (2019). Evaluasi
Penerapan Performance Based Budgeting pada Pemerintah Provinsi di
Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi , Vo.4, No.2, Hal : 201-222.

Suryo Pratolo & Muchamad Imam Bintaro. (2003). Performance Budgeting : Suatu
Alternatif Pencapaian Good Governance . Jurnal Akuntansi dan Investasi,
Vol.4 No.2, hal: 117-132.

Yunus Ariwibawa, Dwi Rachmina, A. Faroby Falatehan. (2018). Strategi


Peningkatan Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Pada Ditjen Anggaran
Kementrian Keuangan. Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah, Vol.10
No.1 .

15
Lampiran

CONTOH KASUS: ANGGARAN BERBASIS KINERJA 

PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA

Dibawah ini adalah data anggaran untuk Dinas Pengelolaan dan Kekayaan Daerah 
Kabupaten Makmur,dengan pimpinan SKPD adalah Batistuta dan NIP. 121.121.12
1. Data tersebut berisi  anggaran belanja tidak langsung, belanja langsung, anggaran p
endapatan dan anggaran pembiayaan untuk tahun anggaran 2007. 

informasi anggaran tersebut dipindahkan ke dalam lembar kerja RKA SKPD yang tel
ah disediakan.

1.  Anggaran Pendapatan
Pajak Hotel
Hotel bintang satu
3,65 Pertah
    - Hotel mutiara (10 kamar x 365 hr) 4,500
0 un
2,92 Pertah
    - Hotel delima (8 kamar x 365 hr) 4,500
0 un
1,50 Pertah
Hotel melati tiga 3,500
0 un
1,32 Pertah
Hotel melati dua 3,000
0 un
1,15 Pertah
Hotel melati satu 3,500
0 un
Pajak Restoran
Restoran (20 org x 365 hr) 7,30 Pertah 3,000

16
0 un
10,9 Pertah
Rumah makan (30 org x 365 hr) 2,500
50 un
5,47 Pertah
Café (15 org x 365 hr) 2,500
5 un
8,03 Pertah
Kantin (22 org x 365 hr) 1,500
0 un
Pajak Reklame
Reklame papan/biil board/videotrol/megatron jenis statis lok
asi pemasangan
    - Jalan 115 Lokasi 200,000
    - Jembatan penyeberangan 20 Lokasi 300,000
    - Gedung/bangunan 40 Lokasi 400,000
Pajak Penerangan Jalan
Pajak Penerangan Jalan
PLN Ranting Y (persentase dari jml pemakaian) 1 Paket 150,000,000
PLN Ranting Z (persentase dari jml pemakaian) 1 Paket 50,000,000
Pajak Pengambilan Bahan Galian Gol. C
Batu Apung
3,00
    - Lokasi galian daerah A m3 2,000
0
7,00
    - Lokasi galian daerah B m3 2,000
0
5,00
    - Lokasi galian daerah C m3 2,000
0
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yg dipisahkan
Bagian laba atas penyertaan modal pd BUMD
Perusahaan daerah PDAM 1 250,000,000

17
Penerimaan Jasa giro
Jasa giro kas daerah
    - Rekening Bank X 1 Tahun 250,000,000
    - Rekening Bank Y 1 Tahun 500,000,000
Jasa giro pemegang kas
    - Rekening pemegang kas Sekda 1 Tahun 20,000,000
    - Rekening pemegang kas dinas A 1 Tahun 15,000,000
    - Rekening pemegang kas Dinas B 1 Tahun 10,000,000
Bagi Hasil pajak/bagi hasil bukan pajak
Bagi hasil pajak
Bagi hasil dari pajak bumi dan bangunan
    - PBB pusat 1 Tahun 125,000,000
    - PBB migas 1 Tahun 75,000,000
    - PBB SKB 1 Tahun 50,000,000
Bagi hasil dari bea perolehan hak atas tanah dan Bang. 750,000,000
Bagi hasil pajak dari PPh 25 dan 29 WP pribadi DN dan PPh 
60,000,000
21
Bagi hasil bukan pajak/sumber daya alam
Bagi hasil dari dana reboisasi 125,000,000
12,000,000,
Dana Alokasi Umum
000
Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus A 200,000,000
LainLain Pendapatan Daerah Yang Sah
Pendapatan Hibah
Pendapatan hibah dari pemerintah

18
Pemerintah pusat 150,000,000
Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi
Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi 150,000,000
Bagi hasil dari pajak kendaraan bermotor 75,000,000
Bagi hasil dari bea balik nama kendaraan bermotor

2.  Anggaran Belanja

Anggaran Belanja Tidak Langsung
BELANJA PEGAWAI
Gaji dan Tunjangan
Gaji Pokok PNS Uang Representasi
      - Gol IV      8 org x 13 bln 104 OB 1,500,000
      - Gol III      50 org x 13 bln 650 OB 1,400,000
      - Gol II       45 org x 13 bln 585 OB 1,300,000
      - Gol I        30 org x 13 bln 390 OB 1,200,000
Tunjangan keluarga
      - Gol IV      8 org x 13 bln 104 OB 150,000
      - Gol III      50 org x 13 bln 650 OB 145,000
      - Gol II       45 org x 13 bln 585 OB 600,000
      - Gol I        30 org x 13 bln 390 OB 500,000
Tunjangan jabatan
      - Eselon II    1 org x 13 bln 13 OB 2,500,000
      - Eselon III   30 org x 13 bln 390 OB 600,000

19
      - Eselon IV   35 org x 13 bln 455 OB 240,000
TunjanganFungsional  35 org x 13 bln 455 OB 41,098
172
TunjanganBeras         35 org x 13 bln OB 113,335
9
tahu
Tunjangan PPh/tunjangan khusus  133 org x 13 bln 1 45,890,000
n
tahu
Pembulatan gaji 1 134,000
n
Tambahan penghasilan PNS
Tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja 50 org x 12 bln 600 OB 320,000
BELANJA SUBSIDI
Belanja Subsidi kepada perusahaan/lembaga
tahu 500,000,00
Belanja subsidi kepada perusahaan PDAM Tirta X 1
n 0
BELANJA BANTUAN SOSIAL
Belanja bantuan sosial organisasi kemasyarakatan
Belanja bantuan sosial organisasi kemasyarakatan Kr Taruna Pr tahu
1 25,000,000
estasi n
Belanja Bantuan partai politik
kurs
Belanja Bantuan partai politik 40 20,000,000
i
BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERIN
TAH DESA
Belanja Bantuan keuangan kepada desa
tahu
Belanja bantuan keuangan kepada desa A 1 75,000,000
n
tahu
Belanja bantuan keuangan kepada desa B 1 10,000,000
n
BELANJA TIDAK TERDUGA

20
Belanja tidak Terduga
1,500,000,0
Belanja tidak terduga
00

Belanja Langsung

Besaran Anggaran untuk belanja langsung untuk kegiatan-kegiatan berikut:

1. Kegiatan Sosialisasi paket regulasi tentang pengelolaan keuangan daerah untuk yan
g akan diikuti oleh 50 orang selama 2 hari.
Honorarium PNS
Honorarium panitia pelaksana kegiatan
     - Ketua 1 OK 400,000
     - Sekretaris 1 OK 350,000
     - Anggota 3 OK 300,000
Belanja Bahan Pakai Habis
Belanja alat tulis kantor
     - Kertas 5 rim 27,500
     - Pena 55 bh 2,500
     - Pensil 55 bh 1,500
     - Tip Ex 8 bh 4,500
Belanja Bahan/Material
Belanja Buku Paket Undang-undang 55 bh 12,500
Belanja Cetak dan Penggandaan
Belanja Penggandaan 1,500 lbr 150
Belanja Sewa Perlengkapan dan Peralatan Kanto
r
Belanja Sewa proyektor 2 hr 500,000

21
Belanja Makanan dan Minuman
Belanja Makanan dan Minuman rapat
      - 15 org x 1 makan siang x 2 rapat 30 bh 10,000
      - 15 org x 2 snack x 2 rapat 60 bh 2,500
Belanja Makanan dan Minuman kegiatan
      - 55 org x 1 makan siang x 2 hari 110 bh 7,500
      - 55 org x 2 snack x 3 hari 330 bh 2,500
Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Perjalanan Dinas dalam daerah
     Transport : 2 hr x 4 org 8 OK 300,000

2. Bimbingan teknis implementasi peraturan perundang-undangan yang akan diikuti o
leh 60 orang selama 2hari.

 
Honorarium PNS
Honorarium panitia pelaksana kegiatan
     - Ketua 1 OK 300,000
     - Sekretaris 1 OK 250,000
     - Anggota 8 OK 260,040
Uang Lembur
Uang lembur non PNS 2 org 17,500
Belanja bahan habis pakai
Belanja Alat tulis Kantor
     - Kertas 5 rim 28,408
     - Pena 60 bh 4,400
     - Pensil 60 bh 2,500
     - Tinta Printer 3 bh 300,000

22
     - Tip Ex 4 bh 5,000
     - Buku Tulis 60 bh 4,500
Belanja Bahan dan Material
Belanja bahan obat-obatan 21 lbr 50,000
Belanja Jasa Kantor
Belanja telepon 1 paket 150,000
Belanja paket/pengiriman 5 12,432
Belanja Cetak dan Penggandaan
Belanja Penggandaan 10,996 lbr 200
Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir
Belanja Sewa Ruang rapat/pertemuan 4 lbr 267,750
Belanja Sewa Perlengkapan dan Peralatan Kanto
r
Belanja Sewa proyektor 4 hr 348,840
Belanja Makanan dan Minuman
Belanja Makanan dan Minuman rapat
      - 7 org x 1 makan siang x 4 rapat 28 bh 15,000
      - 7 org x 2 snack x 4 rapat 28 bh 8,700
Belanja Makanan dan Minuman kegiatan
      - 70 org x 1 makan siang x 2 hari 140 bh 15,000
      - 70 org x 2 snack x 2hari 280 bh 7,500
Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Perjalanan Dinas dalam daerah
     Transport : 3 hr x 3 org 9 OK 575,960

23
3.  Anggaran Pembiayaan

Penerimaan Pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah thn Sebelumny
a
Penghematan Belanja 164,000,000
Belanja Pegawai dari Belanja Tidak Langsung 69,000,000
Belanja Pegawai dari Belanja Langsung 55,000,000
Belanja Barang dan Jasa 40,000,000
Kegiatan lanjutan 200,000,000
Kegiatna lanjutan pembangunan rumah sakit umum daerah 200,000,000
Pencairan Dana Cadangan
Pencairan Dana Cadangan 5,000,000,000
Pencairan Dana Cadangan nomor xxxx 5,000,000,000

Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Pembentukan Dana Cadangan
Pembentukan Dana Cadangan        1,000,000,000 
Pembentukan Dana Cadangan nomor xxx        1,000,000,000 
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daera
h
Badan usaha milik daerah (BUMD)        2,000,000,000 
BUMD PDAM        2,000,000,000

24

Anda mungkin juga menyukai