Anda di halaman 1dari 27

PENGANGGARAN BIDANG KESEHATAN

ANGGARAN BERBASIS KINERJA


(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliahPenganggaran Bidang Kesehatan)

IKM C 2015 - KELOMPOK 6

1. Deviyanti Wahyu Izati 101511133021


2. Ilham Dwi Prakoso 101511133045
3. Tya Nisvi Rahmadhani 101511133048
4. Saarah Puspita Dewi 101511133051
5. Dewi Putri Dayani 101511133105
6. Erike Anisa Nurshafa 101511133148
7. Muhammad Bagus Fachrudin 101511133187
8. Fitrotuz Zahroh 101511133196
9. Jihan Adella Iyik Be 101511133220

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian Anggaran Berbasis kinerja...............................................................3
2.1.1 Definisi Anggaran......................................................................................3
2.1.2 Definisi Kinerja..........................................................................................3
2.2 Manfaat Anggaran Berbasis Kinerja..................................................................5
2.3 Karakteristik Anggaran Berbasis kinerja...........................................................5
2.4 Prinsip dan Tujuan Anggaran berbasis Kinerja.................................................6
2.5 Elemen Anggaran Berbasis Kinerja...................................................................9
2.6 Unsur Anggaran Berbasis Kinerja...................................................................10
2.7 Mekanisme Anggaran Berbasis Kinerja...........................................................13
2.8 Contoh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja di Bidang Kesehatan..............18
BAB III PENUTUP..............................................................................................22
3.1 Kesimpulan......................................................................................................22
3.2 Saran.................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anggaran merupakan alat untuk mencegah informasi asimetri dan
perilaku disfungsional dari agen atau pemerintah daerah serta merupakan
proses akuntabilitas publik. Akuntabilitas melalui anggaran meliputi
penyusunan anggaran sampai dengan pelaporan anggaran. Selain itu,
anggaran merupakan elemen penting dalam sistem pengendalian manajemen
karena anggaran tidak saja sebagai alat perencanaan keuangan, tetapi juga
sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan
motivasi. Hal ini menyebabkan penelitian di bidang anggaran pada
pemerintah daerah, menjadi relevan dan penting.
Reformasi anggaran yang sudah dilakukan oleh pemerintah, tuntutan
agar terwujud pemerintah yang amanah dan didukung oleh instansi
pemerintah yang efektif, efisien, profesional dan akuntabel, serta mampu
memberikan pelayanan prima dalam peroses penyusunan APBD sehingga
dapat menciptakan transparansi dan meningkatkan akuntabilitas publik.
Reformasi di bidang perencanaaan dan penganggaran dimulai pada tahun
anggaran 2005 dengan mengacu pada Undang - Undang Nomor 17 tahun
2003 tentang Keuangan Negara dan Undang - Undang Nomor 25 tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan pembangunan Nasional. Sebagai tindak lanjut
terhadap pelaksanaan peraturan perundangan tersebut, Pemerintah telah
menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2004 yang menegaskan
bahwa rencana kerja dan anggaran yang disusun menggunakan tiga
pendekatan, yaitu: (1) anggaran terpadu (unified budget); (2) kerangka
pengeluaran jangka menengah biasa disebut KPJM (medium term
expenditure framework); dan (3) penganggaran berbasis kinerja biasa disebut
PBK (performance based budget).
Anggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi
manajemen untuk mengaitkan setiap biaya yang dituangkan dalam kegiatan-
kegiatan dengan manfaat yang dihasilkan. Anggaran berbasis kinerja ini
diselenggarakan untuk memperbaiki proses penganggaran di sektor publik.

1
Sistem anggaran berbasis kinerja dianggap lebih tepat karena didasarkan
pada prestasi kerja sesuai dengan kriteria pengendalian kinerja dan evaluasi,
sehingga terhindar dari duplikasi penyusunan perencanaann kerja dan
anggaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari anggaran berbasis kinerja ?
2. Apa karakteristik anggaran berbasis kinerja ?
3. Apa prinsip dan tujuan anggaran berbasis kinerja ?
4. Bagaimana mekanisme penyusunan anggaran berbasis kinerja?
5. Bagaimana contoh penerapan anggaran berbasis kinerja dalam bidang
kesehatan?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami definisi anggaran berbasis kinerja
2. Untuk memahami karakteristik anggaran berbasis kinerja
3. Untuk memahami prinsip dan tujuan anggaran berbasis kinerja
4. Untuk memahami mekanisme penyusunan anggaran berbasis kinerja
5. Untuk mengetahui contoh penerapan anggaran berbasis kinerja dalam
bidang kesehatan.

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anggaran Berbasis kinerja

2.1.1 Definisi Anggaran


Definisi anggaran menurut The National Committee on
Governmental Accounting (NCGA) adalah “ A budget is plant of
financial operation embodying an estimated of proposed expenditures
for a given period of time and the proposed means of financing them”.
Jadi anggaran adalah rencana kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk
finansial, meliputi usulan pengeluaran yang diperkirakan untuk suatu
periode waktu , serta usulan cara memenuhi pengeluaran tersebut.
Menurut justine, 2006 Anggaran adalah alat manajemen yang berfungsi
untuk merencanakan dan mengendalikan keuntungan. Menurut Tohar ,
2000 Anggaran merupakan rencana penerimaan dan pengeluaran selama
jangka waktu tertentu.

Jadi, anggaran merupakan suatu rencana kerja yang bisa digunakan


sebagai alat manajemen dalam bentuk finansial untuk memperkirakan,
merencanakan, dan mengendalikan keuangan dalam suatu periode
tertentu.

2.1.2 Definisi Kinerja


Menurut Bernardin dan Russel (1993) mendefinisikan kinerja
sebagai catatan hasil kerja individu yang diperoleh melalui fungsi-fungsi
pekerjaan atau kegiatan individu selama periode waktu tertentu. Menurut
Cardy et al., (1995) Menjelaskan bahwa kinerja dipandang sebagai
bagian dari fungsi sistem kerja dari karakteristik seorang pekerja
(karyawan), karena karakteristik pekerja diasumsikan memiliki pengaruh
besar terhadap kinerja hal ini didasari karena perbedaan individu dalam
melaksanakan pekerjaan sehingga mempengaruhi kinerja. Kinerja
merupakan penampilan hasil kerja pegawai baik secara baik secara
kuantitas maupun mutu. Kinerja juga dapat berupa penampilan kerja
perorangan maupun kelompok (Ilyas, 2002)

3
Jadi, kinerja adalah sebuah catatan hasil kerja yang merupakan
bagian dari fungsi sistem kerja baik individu ataupun kelompok baik
yang diasumsikan akan memepengaruhi kinerja karena terdapat
perbedaan karakteristik anatar pekerja.

Anggaran Berbasis Kinerja menurut Anwar dan Chuni Shen


(2007:143) “Performance budgeting is a system of budgeting that
present the purpose and objective for which funds are required, the cost
of programs and associated activities proposed for achivieng those
objective, and the output to produced or service to be rendered under
each program”. Penganggaran kinerja adalah suatu sistem penganggaran
yang menunjukkan tujuan dan sasaran yang memerlukan dana, biaya
program dan kegiatan terkait yang diusulkan untuk mencapai tujuan
tersebut, dan output untuk diproduksi atau jasa yang akan diberikan di
bawah masing-masing program. Mardiasmo (2009:7) berpendapat
anggaran berbasis kinerja merupakan sistem yang mencakup penyusunan
program dan tolak ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan
dan sasaran. Sedangakan Anggaran berbasis kinerja menurut
Governmental Accounting Standart Board (GASB) adalah rencana
operasi keuangan yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan
dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam
periode waktu tertentu. Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 15 tahun 2008 pasal 8, anggaran dengan pendekatan
kinerja adalah suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya
pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau
input yang ditetapkan.

Jadi, anggaran berbasis kinerja adalah suatu sistem anggaran yang


digunakan sebagai rencana operasi keuangan yang mencakup
penyusunan program, estimasi keuaangan, tolak ukur kinerja dengan
mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja dari perencanaan alokasi
biaya.

4
2.2 Manfaat Anggaran Berbasis Kinerja
Manfaat yang dapat diperoleh dari anggaran berbasis kinerja menurut
Anggraini dan Puranto (2010:104)

1. Bagi Masyarakat
Sebagai penyataan pembangunan yang dinyatakan pemerintah daerah
untuk menjawab setiap kebutuhan, tuntutan atau aspirasi masyarakat guna
mencapai kesejahteraan masyarakat tak terbatas edangkan sumberdaya
yang tersedia terbatas.
2. Bagi Kepala Daerah Selaku Manajemen
Sebagai Alat manajemen untuk mengendalikan dan mengarahkan setiap
aktivitas dalam pemerintah daerah agar senantiasa mengacu kepada
rencana yang dibuat.
3. Bagi Aparatur dan Satuan Kerja
Sebagai sarana untuk mendorong setiao atuan kerja untuk lebih
selektifdalam merencanakan aktivitas berdasarkan skala prioritas daerah,
tugas pokok dan fungsi, tujuan serta sasaran, serta terjaminnya sinkronasi
aktivitas dan terhindarya tumpang tindih aktivitas.
4. Bagi Stakeholder yang diwakili oleh DPRD
Sebagai media komunikasi dan pertanggungjawaban tentang keberhasilan
dan kegagalan pelaksanaan misi pemerintah daerah dalam mencapai tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan, serta menerangkan kinerja yang telah
dilaksanakan.

2.3 Karakteristik Anggaran Berbasis kinerja


Dalam penyelenggaran penyususnan APBD berbasis kinerja, pemerintah
derah dituntut lebih responsive, transparan, dan akuntabel terhadap kepentingan
masyarakat. Menurut Mardiasmo (2006), Penyusunan APBD berbasis kinerja
berdasarkan capaian kinerja, indicator kinerja, analisis standar belanja, standar
satuan harga, dan standar pelayanan minimal, Penyelenggaraan urusan
pemerintahan dibagi erdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi
dengan memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan.
Karateristik Anggaran Berbasis Kinerja dalam rangka penerapan Anggaran
Berbasis Kinerja menurut Hindri Asmoko (2006) antara lain: 

5
1. Pengeluaran anggaran didasarkan pada outcome yang ingin dicapai. 
2. Adanya hubungan antara masukan dengan keluaran yang ingin dicapai. 
3. Adanya peranan indikator efisiensi dalam proses penyusunan anggaran
berbasis kinerja.
4. Adanya penyusunan target kinerja dalam anggaran berbasis kinerja.
Sedangkan karakteristik anggaran berbasis kinerja menurut Nordiawan
(2007) adalah sebagai berikut:
1. Mengklasifikasikan akun-akun dalam anggaran berdasarkan fungsi dan
aktivitas dan juga berdasarkan unit organisasi dan rincian belanja.
2. Menyelidiki dan mengukur aktivitas guna mendapatkan efisiensi
maksimum dan untuk mendapatkan standar biaya.
3. Mendasarkan anggaran untuk periode yang akan datang pada biaya per
unit standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang diperkirakan
harus dilakukan pada periode tertentu.

2.4 Prinsip dan Tujuan Anggaran berbasis Kinerja


Secara umum prinsip-prinsip anggaran berbasis kinerja didasarkan pada
konsep Value For Money yang juga dikenal dengan konsep 3E ( Ekonomis,
Efisiensi, dan Efektifitas ) dan prinsip Good Corporate Governance, termasuk
adanya pertanggung jawaban para pengambil keputusan atas penggunaan uang
yang dianggarkan untuk mencapai tujuan, sasaran dan indikator yang ditetapkan.

Prinsip anggaran berbasis Kinerja menurut Halim (2007:178) adalah sebagai


berikut:

1. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran


Anggaran harus menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran,
hasil dan juga manfaat yang dapat diperoleh masyarakat dari suatu
program/kegiatan yang dianggarkan. Masyarakat memiliki hak dan juga akses
yang sama seperti pemerintah untuk mengetahui proses penganggaran karena
menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama terkait kebutuhan
hidup masyarakat. Masyarakat juga mempunyai hak untuk menuntut
pertanggungjawaban atas perencanaan maupun pelaksanaan anggaran
tersebut.

6
2. Disiplin Anggaran
Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara
masuk akal yang nantinya dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan,
sedangkan belanja yang dianggarkan pada setiap pos anggaran merupakan
batas tertinggi pengeluaran belanja. Penggunaan dana pada setiap pos
anggaran harus sesuai dengan kegiatan yang direncanakan.
3. Keadilan Anggaran
Pemda wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya dengan adil agar
dapat dinikmati oleh seluruh komponen masyarakat tanpa adanya
diskriminasi didalam pemberian pelayanan.
4. Efektifitas dan Efisiensi Anggaran
Penyusunan anggaran harus dilakukan dengan azas efisiensi, tepat waktu dan
tepat guna serta dapat dipertanggungjawabkan. Dana yang telah disediakan
harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar menghasilkan
peningkatan dan kesejahteraan yang optimal untuk kepentingan stakeholders.
5. Disusun dengan Pendekatan Kinerja
Penyusunan anggaran dengan pendekatan kinerja mengutamakan pada
pencapaian hasil kerja dari perencanaan alokasi biaya yang telah ditetapkan.
Pencapaian hasil kerja tersebut harus sama atau lebih besar daripada biaya
yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sedangkan menurut (Anonim, 2009) Prinsip‐prinsip yang digunakan dalam


penganggaran berbasis kinerja meliputi:
1. Alokasi Anggaran Berorientasi pada Kinerja (output and outcomeoriented)
Alokasi anggaran yang disusun dalam dokumen rencana kerja dan anggaran
dimaksudkan untuk memperoleh manfaat yang sebesar‐besarnya dengan
menggunakan sumber daya yang efisien. Dalam hal ini, program/kegiatan
harus diarahkan untuk mencapai hasil dan keluran yang telah ditetapkan dalam
rencana.

2. Fleksibilitas pengelolaan anggaran untuk mencapai hasil dengan tetap menjaga


prinsip akuntabilitas (let the manager manages)

7
Prinsip tersebut menggambarkan keleluasaan manager unit kerja1 dalam
melaksanakan kegiatan untuk mencapai keluaran sesuai rencana. Keleluasaan
tersebut meliputi penentuan cara dan tahapan suatu kegiatan untuk mencapai
keluaran dan hasilnya pada saat pelaksanaan kegiatan, yang memungkinkan
berbeda dengan rencana kegiatan. Cara dan tahapan kegiatan beserta alokasi
anggaran pada saat perencanaan merupakan dasar dalam pelaksanaan kegiatan.
Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan keuangan negara seorang manager
unit kerja bertanggung jawab atas penggunaan dana dan pencapaian kinerja
yang telah ditetapkan (outcome).

3. Money Follow Function, Function Followed by Structure


Money follow function merupakan prinsip yang menggambarkan bahwa
pengalokasian anggaran untuk mendanai suatu kegiatan didasarkan pada tugas
dan fungsi unit kerja sesuai maksud pendiriannya (biasanya dinyatakan dalam
peraturan perundangan yang berlaku).

Selanjutnya prinsip tersebut dikaitkan dengan prinsip Function Followed by


Structure, yaitu suatu prinsip yang menggambarkanbahwa struktur organisasi
yang dibentuk sesuai dengan fungsiyang diemban. Tugas dan fungsi suatu
organisasi dibagi habisdalam unit‐unit kerja yang ada dalam struktur
organisasidimaksud, sehingga dapat dipastikan tidak terjadi duplikasi tugas –
fungsi.

Penerapan prinsip yang terakhir ini (prinsip ketiga) berkaitan erat dengan
kinerja yang menjadi tolok ukur efektivitas pengalokasian anggaran. Hal ini
berdasar argumentasi sebagai berikut:
a. Efisiensi alokasi anggaran dapat dicapai, karena dapat dihindari
overlapping tugas/fungsi/kegiatan.
b. Pencapaian output dan outcomes dapat dilakukan secara optimal, karena
kegiatan yang diusulkan masing‐masing unit kerja benar‐benar merupakan
pelaksanaan dari tugas dan fungsinya.
Berdasarkan prinsip‐prinsip tersebut di atas maka tujuan penerapan
Penganggaran Berbasis Kinerja diharapkan (Anonim,2009):

8
a. Menunjukan keterkaitan antara pendanaan dan prestasi kinerja yang akan
dicapai (directly linkages between performance andbudget);
b. Meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pelaksanaan (operational
efficiency);
c. Meningkatkan fleksibilitas dan akuntabilitas unit dalam melaksanakan
tugas dan pengelolaan anggaran (more flexibilityand accountability).
Sedangkan Menurut Robinson dan Last (2009:2) mengemukakan
bahwa anggaran berbasis kinerja bertujuan untuk meningkatkan
keefektifan dan keefisienan pengeluaran publik dengan cara mengaitkan
pendanaan organisasi sektor publik dengan hasil yang akan dicapai melalui
penggunaan informasi kinerja secara sistematis.

2.5 Elemen Anggaran Berbasis Kinerja


Menurut Ismail dan Idris (2009:102), elemen- elemen yang perlu
diperhatikan dalam sistem penganggaran berbasis kinerja adalah:

a) Tujuan yang disepakati dan ukuran pencapaiannya.


b) Pengumpulan informasi yang sistematis atas realisasi pencapaian kinerja
dapat diandalkan dan konsisten sehingga dapat dibandingkan antara biaya
dengan prestasinya. Implementasi tentang anggaran berbasis kinerja adalah
menyangkut dokumen anggaran, seperti RKA, pagu anggaran sementara,
dan DPA (Daftar Pelaksanaan Anggaran).
Menurut Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (2008:10), elemen-
elemen utama anggaran berbasis kinerja adalah:
1. Visi dan Misi.
Visi merupakan hal yang ingin dicapai oleh pemerintah dalam waktu
jangka panjang. Sedangkan misi merupakan gambaran bagaimana visi
tersebut akan dicapai.

2. Tujuan.
Tujuan merupakan penjabaran dari visi dan misi. Tujuan digambarkan
dalam RPJM nasional yang menunjukkan tahapan yang harus dilalui
dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Tujuan

9
tersebut menggambarkan arah yang jelas dan juga tantangan yang masuk
akal.

3. Sasaran.
Sasaran merupakan langkah- langkah yang spesifik dan terukur untuk
mencapai suatu tujuan. Sasaran akan dapat membantu penyusun anggaran
untuk mencapai tujuan dengan menetapkan target tertentu dan terukur.
Sasaran yang baik dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria,
seperti spesifik, dapat dicapai, terukur, relevan dan ada batasan waktu.

4. Program.
Program merupakan sekumpulan kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan sasaran. Program dibagi menjadi
beberapa kegiatan dan disertai dengan target sasaran output dan outcome.

5. Kegiatan.
Kegiatan merupakan serangkaian pelayanan yang bertujuan untuk
menghasilkan output dan outcome untuk pencapaian suatu program.

Output dan outcome merupakan prestasi kerja yang dihasilkan oleh suatu
kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran suatu program. Output dan outcome didalam kegiatan satuan kerja harus
sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya dan dimuat dalam dokumen
renja tahunan dalam rangka penyusunan LAKIP (Ismail dan Idris, 2009:102).

2.6 Unsur Anggaran Berbasis Kinerja


Dalam penerapan anggaran berbasis kinerja, terdapat unsur-unsur yang
harus betul-betul dipahami dengan baik oleh semua pihak terkait pelaksanaan
anggaran berbasis kinerja.Unsur-unsur tersebut adalah pengeluaran pemerintah
yang dikelompokkan menurut program dan kegiatan, pengukuran hasil kinerja,
dan pelaporan program (Bastian, 2006:176).

Menurut Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (2008:14), unsur-


unsur dari anggaran berbasis kinerja yaitu :

1. Pengukuran Kinerja

10
Pengukuran kinerja merupakan proses yang objektif dan sistematis
dalam mengumpulkan, menganalisis dan juga menggunakan informasi
untuk menentukan keefektifan dan keefisienan pelayanan yang
dilaksanakan oleh pemerintah dalam mencapai tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan. konsekuensi anggaran berbasis kinerja tersebut
menghubungkan antara renstra dengan penganggaran.

a. Menentukan Program dan Kegiatan Dengan Jelas

Untuk mencapai tujuan strategis harus menentukan program dan


kegiatan secara jelas. Pembiayaan dari masing-masing program dan
kegiatan juga harus tergambar secara jelas. Struktur pembiayaan yang
jelas akan muncul apabila sistem akuntansi yang dipakai adalah sistem
akuntansi berbasis akrual.
b. Sistem Informasi Yang Memadai
Dalam mengukur kinerja yang baik diperlukan sistem informasi yang
mampu menghasilkan informasi yang memadai untuk menilai
pencapaian hasil kerja dari masing-masing unit kerja yang bertanggung
jawab atas suatu kegiatan. Tingkat informasi dasar yang harus
dikembangkan yaitu ekonomis, efektif dan efisien. Informasi yang
dihasilkan harus dapat membandingkan antara kinerja yang
direncanakan dengan kinerja yang akan dicapai. Pengukuran kinerja
tersebut dilakukan oleh setiap unit kerja yang kemudian dikontrol serta
diverifikasi oleh instansi pusat maupun lembaga audit.

c. Pihak Eksternal
Agar tercapai penilaian yang adil diperlukan peran dari pihak eksternal
dalam mengukur kinerja secara independen. Pendekatan dalam
mengukur kinerja akan beragam antar unit kerja, tergantung bentuk
keluaran yang akan dihasilkan.

d. Mengukur Kinerja Yang Strategis

11
Suatu sistem pengukuran kinerja sebaiknya hanya mengukur kinerja
yang bersifat strategis, bukan menekankan pada tingkat yang
menyeluruh dan bersifat birokratis.

2. Penghargaan dan Hukuman (Reward and Punishment)


Pelaksanaan sistem anggaran berbasis kinerja sulit dicapai dengan
maksimal tanpa ditunjang dengan faktor-faktor yang dapat menunjang
pelaksanaan anggaran berbasis kinerja yaitu berupa penghargaan dan
hukuman bagi para pelaksana anggaran. Penghargaan dan hukuman
tersebut yaitu :

a. Penerapan insentif atas kinerja yang dicapai dan hukuman atas


kegagalannya.
Penerapan sistem insentif di organisasi sektor publik bukan hal
yang mudah untuk dilaksanakan karena penerapan sistem insentif perlu
didukung oleh mekanisme bukan keuangan, terutama keinginan dan
kebutuhan atas pencapaian kinerja. Hal ini dapat dijalankan jika ada
aturan bahwa unit kerja yang mencapai kinerja dengan baik dapat
memperoleh prioritas atas anggaran berikutnya walaupun alokasi
anggaran telah ditentukan oleh program prioritas dan kebijakannya. Hal
lain yang bisa dilakukan dalam pemberian insentif adalah berdasarkan
kapasitas yang dimiliki oleh suatu lembaga dalam mencapai suatu target
kerja yang ditetapkan. Apabila suatu lembaga dapat mencapai target
kerja yang telah ditetapkan, maka mereka dapat diberikan keleluasaan
yang lebih dalam mengelola anggaran yang dialokasikan.
b. Penerapan efisiensi
Penerapan efisiensi bisa dilakukan untuk program dan kegiatan
yang bersifat pelayanan publik. pengalokasian anggaran untuk setiap
program dan kegiatan dikurangi dengan jumlah tertentu untuk saving
dalam rangka meningkatkan efisiensi atas pelayanan yang diberikan
kepada publik.

12
c. Penahanan atas penerimaan yang diperoleh oleh suatu Lembaga
Hal ini dapat dilakukan dengan membuat suatu bentuk perjanjian
antara lembaga pusat dengan lembaga bersangkutan dalam pembagian
atas hasil yang diterima.
3. Kontrak Kinerja
Apabila sistem anggaran berbasis kinerja telah berkembang dengan
baik, maka kontrak kinerja dapat diterapkan. Atas nama pemerintah,
Departemen Keuangan dapat melaksanakan kontrak atas pencapaian suatu
kinerja dengan kementerian/lembaga lainnya dan juga antara menteri
dengan unit organisasi yang ada di bawahnya.

4. Kontrol Eksternal dan Internal


Kontrol eksternal terhadap penggunaan anggaran harus dilakukan oleh
lembaga yang berada di luar pengguna anggaran. Pengguna anggaran
harus mendapat persetujuan terlebih dahulu sebelum mereka menggunakan
anggarannya.

5. Pertanggungjawaban Manajemen
Jika sistem penganggaran tradisional menekankan pada kontrol input,
maka sistem anggaran berbasis kinerja ditekankan pada output. Didalam
sistem ini pengguna anggaran mendapat wewenang penuh dalam
merencanakan dan mengelola anggarannya.

2.7 Mekanisme Anggaran Berbasis Kinerja


Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggararan yang
dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara keluaran dan hasil yang
diharapkan dari kegiatan dan program termasuk efisiensi dalam pencapaian
keluaran dari hasil tersebut. Siklus anggaran meliputi 4 tahap yang diungkapkan
menurut Mardiasmo (2009:70) yang terdiri atas:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas
dasar taksiran pendapatan yang tersedia.Yang didasari oleh visi, misi, dan
tujuan organisasi.Terkait dengan hal tersebut, perlu diperhatikan bahwa

13
sebelum menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya dilakukan
penaksiran pendapatan terlebih dahulu.
2. Tahap Ratifikasi
Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup
rumit. Pimpinan eksekutif dituntut memiliki integritas serta kesiapan
mental yang tinggi. Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan
eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan
argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan dan bantahan dari pihak
legislatif.

3. Tahap Implementasi
Dalam tahap pelaksanaan anggaran, hal terpenting yang diperhatikan
oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi)
akuntansi dan sistem pengendalian manajemen.Manajer keuangan publik
dalam hal ini bertanggungjawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang
memadai dan handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang
telah disepakati, dan bahkan diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran
periode berikutnya.
4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi
Tahap persiapan, ratifikasi dan implementasi anggaran terkait dengan
aspek operasional anggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi
terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah didukung
dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik,
maka diharapkan tahap pelaporan dan evaluasi tidak akan menemui
banyak masalah.
Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran
bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan
dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan
termasuk efisisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut.
Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja pada setiap
unit kerja.

14
Siklus penganggaran berbasis kinerja terdiri dari 8 (delapan)
tahapan:

1. Penetapan sasaran strategis K/L


2. Penetapan outcome, program, output, dan kegiatan
3. Penetapan indikator kinerja utama program dan indikator kinerja kegiatan
4. Penetapan standar biaya
5. Penghitungan kebutuhan anggaran
6. Pelaksanaan kegiatan dan pembelanjaan
7. Pertanggungjawaban
8. Pengukuran dan evaluasi kinerja.
Yang perlu dicermati dari kedelapan langkah tersebut adalah
tahapan terakhir (pengukuran dan evaluasi kinerja). Pengukuran dan
evaluasi merupakan sesuatu yang sudah dinyatakan dalam sistem
penganggaran, tetapi penerapannya belum maksimal.

Sistematika
Pedoman Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja disusun
dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Dasar Hukum
1.4 Ruang lingkup

15
1.5 Sistematika
Bab II : Konsep Penganggaran Berbasis Kinerja
2.1 Kerangka Logis
2.2 Prinsip dan Tujuan PBK
2.3 Komponen PBK
2.4 Kaitan Klasifikasi Ekonomi dalam PBK
Bab III : Tata Cara Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja nek
3.1 Pendahuluan
3.2 Persiapan
3.3 Pengalokasian Anggaran
3.4 Pengukuran dan Evaluasi
3.5 Peluang dan Tantangan
Bab IV : Mekanisme Transformasi di Masa Transisi
4.1 Transformasi Program/kegiatan
4.2 Transformasi Format Exsisting dalam Format Baru
RKA‐ KL

1. Kerangka PBK

16
Diagram diatas menggambarkan kerangka PBK secara umum dan
hubungan masing‐masing tingkatan kinerja dalam rangka pencapaian
outcomenasional, sebagai berikut:
a. RKP yang berisikan program dan kegiatan Pemerintah menghasilkan
kinerja berupa nasional outcome;
b. RKP dilaksanakan oleh K/L beserta unit‐unit kerja di lingkungannya
menghasilkan kinerja berupa outcome pada tingkat K/L. Secara bersama
outcome K/L tersebut mendukung pencapaian outcomenasional.

2. Kerangka PBK Tingkat Nasional

17
Diagram diatas menggambarkan kerangka PBK tingkat Nasional
dan hubungan masing‐masing tingkatan kinerja secara rinci dalam rangka
pencapaian outcome nasional, sebagai berikut:
a. RKP terbagi dalam prioritas‐priotas yang menghasilkan kinerja berupa
Outcome sesuai prioritas (prioritas RKP sesuai dengan platformPresiden);
b. Prioritas tersebut terbagi dalam fokus prioritas yang menghasilkan
Outcome beberapa K/L yang bersinergi;
c. Fokus prioritas dimaksud dijabarkan dalam kegiatan‐kegiatan prioritas yang
menjadi tanggung jawab K/L (unit kerjanya) sesuai dengan tugas‐fungsinya.
Kegiatan prioritas menghasilkan output untuk mendukung pencapaian
outcome K/L.
Jika, mekanisme penganggaran dihubungkan dengan kerangka PBK
tersebut diatas maka, keterkaitannya dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Pada tingkat nasional, pengalokasian anggaran didasarkan pada target
kinerja sesuai prioritas dan fokus prioritas pembangunan serta pemenuhan
kewajiban sesuai amanat konstitusi;
b. Target kinerja sesuai prioritas dan fokus prioritas selanjutnya dijabarkan
dalam kegiatan‐kegiatan prioritas
Berdasarkan kerangka PBK dan mekanisme penggaran tersebut di
atas dapat dikemukakan 2 (dua) sudut pandang PBK dalam melihat proses

18
perencanaan dan penganggaran. Pertama, sudut pandang perencanaan
melihat bahwa PBK bersifat top down, artinya perencanaan dirancang oleh
pengambil kebijakan tertinggi di pemerintahan untuk dilaksanakan sampai
dengan unit kerja terkecil (satuan kerja). Mengenai cara/metode
melaksanakan kegiatan menjadi kewenangan unit kerja.Kedua, sudut
pandang penganggaran melihat bahwa PBK bersifat bottom up, artinya
anggaran dialokasikan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan yang
menghasilkan keluaran.Dan secara bersama keluaran‐keluaran kegiatan
tersebut mendukung pencapaian sasaran program sesuai rencana.Pada
akhirnya sasaran program tersebut diharapkan menghasilkan manfaat yang
sebesar‐besarnya kepada rakyat.

2.8 Contoh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja di Bidang Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Doni (2016) di


Rumah Sakit Baptis Batu Malang, pelaksanaan Penganggaran Berbasis
Kinerja ini akan diuraikan dalam tahapan‐tahapan sebagai berikut:

1. Perencanaan Kinerja

Perencanaan kinerja merupakan dasar bagi penerapan anggaran


berbasis kinerja. Indikator‐indikator kinerja dirumuskan dan ditetapkan
sesuai dengan informasi kinerja yang diinginkan oleh organisasi.
Informasi kinerja yang terdapat dalam perencanaan kinerja merupakan
dasar alokasi anggaran berbasis kinerja. Dalam sistem Penganggaran
Berbasis Kinerja ini, manfaat perencanaan kinerja adalah sebagai
berikut: (1) Menghubungkan perencanaan strategis dan perencanaan
operasional secara terinci. (2). Membantu pencapaian hasil
pelaksanaan program. (3). Memudahkan proses pengukuran dan
penilaian kinerja. (3). Membantu dalam menetapkan target kinerja. (4).
Membantu pemantauan dan evaluasi kinerja

Penyusunan rencana kerja di rumah Sakit Baptis batu disesuaikan


dengan kebutuhan yang terjadi. Penyusunan rencana kerja dilakukan

19
terlebih dahulu dan dituangkan dalam TOR kemudian disambungkan
dengan rencana strategis yang ada. Anggaran yang dikeluarkan setiap
bulannya harus mengacu pada TOR dan kegiatan dicari hubungannya
dengan renstra kemudian melihat berapa persen yang tercapai dan
belum tercapai. Pembuatan anggaran di RS Baptis Batu ini juga
mempertimbangkan atas capaian kinerja renstra pada tahun
sebelumnya.

RS Baptis Batu mulai menggunakan renstra pada tahun 2008,


sebelum itu sering terjadi anggaran belanja yang lebih besar dari
anggaran pendapatan. Namun setelah tiap unit membuat rencana kerja
(TOR) anggaran belanja dapat dikendalikan dan pencapaian
pendapatan dapat terkendali. Proses penentuan pendapatan juga di
rencanakan dengan unit dan instalasi yang bersangkutan. Pendapatan
harus diperkirakan sesuai plafon anggaran dan dapat ditentukan
sebelum unit kerja mengajukan usulan anggarannya. Penentuan
anggaran belanja dimulai dengan perhitungan target pendapatan dan
rencana anggaran belanja yang tepat.

2. Pelaksanaan Anggaran
Pelaksanaan anggaran merupakan proses merealisasikan apa
yang sudah direncanakan dalam dokumen perencanaan. Pelaksanaan
anggaran erat kaitannya dengan Rencana Acuan Kerja (RAK) dan
Standar Operasional Prosedur (SOP). Standar Pelayanan Minimal
(SPM) dan SOP merupakan elemen yang harus ditentukan sebelum
melaksanakan Penganggaran Berbasis Kinerja. SPM dan SOP tersebut
terutama yang menyangkut Tugas pokok dan Fungsi (tupoksi) setiap
unit kerja. Tupoksi menjabarkan rencana kerja dasar suatu unit kerja.
Sementara itu, Anggaran menjabarkan bagaimana unit kerja akan
mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki untuk melaksanakan
tupoksinya.

20
RSBB mempunyai SPM dan SOP berdasarkan tupoksi yang
sudah ditetapkan. SPM dan SOP ini ditetapkan sesuai dengan ukuran
kinerja bagi setiap tupoksi maupun kegiatan-kegiatan tambahan. SOP
ini digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan anggaran berbasis
kinerja. Salah satu faktor yang mempengaruhi anggaran berbasis
kinerja adalah deskripsi kerja.

3. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja disebut juga proses yang obyektif dan


sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan
informasi untuk menentukan seberapa efektif dan efisien suatu
kegiatan dan sasaran yang dicapai. Untuk bisa mengukur seberapa
efektif suatu program dan kegiatan terlebih dahulu harus
mendefinisikan outcome (hasil) dari program yang ingin dicapai.
Langkah selanjutnya yaitu mengukur kinerja program yang berkaitan
dengan pencapaian hasil yang diinginkan serta melaporkan hasil
kepada para pengambil keputusan berdasarkan informasi yang
diberikan. Pengukuran kinerja ini untuk menilai keberhasilan atau
kegagalan suatu unit kerja.

Menurut bagian SDM di RS Baptis Batu, setiap organisasi kepala


unitnya membuat KPI (Key Performance Indicator) setiap pegawai
yang diselaraskan dengan seluruh kegiatan dalam unit tersebut sesuai
dengan pekerjaan masing-masing individu.

4. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja adalah kegiatan untuk menilai atau melihat
keberhasilan dan kegagalan manajer publik dalam kegiatan dan fungsi
yang diamanahkan kepadanya sebagaimana visi dan misi organisasi.
Hasil evaluasi kinerja dapat memberikan informasi tentang
keberhasilan dan kegagalan program serta kegiatan pada suatu unit
kerja atau organisasi. Proses anggaran merupakan kesempatan yang

21
baik untuk melakukan evaluasi apakah didalam melakukan tugasnya
sudah ekonomis, efektif dan efisien.

Rumah Sakit Baptis Batu telah melaksanakan evaluasi kinerja atas


efisiensi dan efektifitas kegiatan yang diusulkan. Indikator kinerja
yang dibuat berbeda antara satu unit dengan unit yang lain meskipun
karakteristik kegiatannya sama, sehingga mengindikasikan adanya
patokan (benchmarking) dalam perencanaan anggaran yang dibuat.
Dengan demikian pembuat anggaran diberi kebebasan dalam
menentukan indikator kinerjanya sendiri yang tentu saja akan
menghasilkan indikator yang mudah untuk dicapai.

Implementasi Penganggaran Berbasis Kinerja di RSBB juga


ditemukan mengenai sistem kontrol yang berjalan dengan baik dengan
menempatkan bagian akuntansi diposisi yang tepat dalam melakukan
evaluasi anggaran. Evaluasi kinerja di Rumah Sakit Baptis Batu tetap
berjalan dan terus beriringan dengan proses anggaran.

5. Pelaporan Kinerja
Laporan kinerja yang disusun berupa Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instalasi atau bagian yang dibuat bulan Januari untuk menilai
seluruh kinerja instalasi atau bagian tahun sebelumnya. Rumah Sakit
Baptis Batu sudah membuat laporan kinerja yang berupa laporan
Evaluasi didalam laporan Rencana Acuan Kerja (RAK). Laporan
kinerja ini dibuat oleh masing‐masing unit kerja dengan format yang
sama dan dikompilasi di tingkat Rumah Sakit oleh Bagian
Administrasi. Evaluasi kinerja yang dibuat oleh RS Baptis Batu
digunakan sebagai acuan kinerja tahun berikutnya dan laporan kinerja
yang dibuat dievaluasi atas pencapaian kinerjanya. Menurut bagian
administrasi, laporan pertanggungjawaban kinerja yang disusun sudah
sesuai dengan perencanaan dan sudah dievaluasi presentase
pencapaiannya.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang bisa digunakan


sebagai alat manajemen dalam bentuk finansial untuk memperkirakan,
merencanakan, dan mengendalikan keuangan dalam suatu periode tertentu.
Kinerja adalah sebuah catatan hasil kerja yang merupakan bagian dari fungsi
sistem kerja baik individu ataupun kelompok baik yang diasumsikan akan
memepengaruhi kinerja karena terdapat perbedaan karakteristik anatar
pekerja.

Prinsip anggaran berbasis Kinerja menurut Halim (2007:178) adalah


sebagai berikut: Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran, Disiplin
Anggaran, Keadilan Anggaran, Efektifitas dan Efisiensi Anggaran, Disusun
dengan Pendekatan Kinerja. Menurut Ismail dan Idris (2009:102), elemen-
elemen yang perlu diperhatikan dalam sistem penganggaran berbasis kinerja
adalah: Tujuan yang disepakati dan ukuran pencapaiannya. Pengumpulan
informasi yang sistematis atas realisasi pencapaian kinerja dapat diandalkan
dan konsisten sehingga dapat dibandingkan antara biaya dengan prestasinya.

Menurut Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (2008:14),


unsur-unsur dari anggaran berbasis kinerja yaitu: Pengukuran Kinerja,
Penghargaan dan Hukuman (Reward and Punishment), Kontrak Kinerja,
Kontrol Eksternal dan Internal, Pertanggungjawaban Manajemen.Siklus
anggaran meliputi 4 tahap yang diungkapkan menurut Mardiasmo (2009:70)
yang terdiri atas: Tahap Persiapan, Tahap Ratifikasi, Tahap Implementasi,
Tahap Pelaporan dan Evaluasi.

3.2 Saran
Dalam sebuah organisasi penyusunan anggaran berbasis kinerja harus
disesuaikan dengan kriteria pengendalian kinerja dan evaluasi, sehingga dapat
terhindar dari duplikasi penyusunan perencanaan kerja dan anggaran.

23
DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). 2009. Pedoman


PenerapanAnggaran Berbasis Kinerja. Jakarta

Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK). 2008. Pengukuran Kinerja,


Suatu Tinjauan pada Instansi Pemerintah. Jakarta.

Bahua, Mohamad Ikbal. 2016. Kinerja Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta:


Deepublish

Bastian, Indra. 2006. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Edisi 2. Jakarta: Salemba
Empat.

Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah edisi 3. Jakarta: Salemba


Empat

Halim, Abdul. 2007. Pengelolaan Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP STIM


YKPPN.

Ismail dan Idris. 2009. Pengelolaan Keuangan Pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dan BLU. Jakarta: Indeks.

Nanda, Reza., Darwanis. 2016. Analisis Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja


Pada Pemerintah Daerah (Studi Deskriptif Pada Dinas Dpkkd Kabupaten
Aceh Selatan). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA)
Vol. 1, No. 1, (2016) Halaman 327-340.

Republik Indonesia. 2008. Permendagri No 15 Tahun 2008 tentang Pedoman.


Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Jender di Daerah. Jakarta: Legalitas.

Sirait. Justine. 2006. Anggaran Sebagai Alat Bantu Bagi Manajemen. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia

Veithzal Rivai, Haryadi Kamal, Natsir Muhammad. 2014. The Economics of


Education Mengelola Pendidikan Secara Proveisonal untuk Meraih Mutu
dengan Pendekatan Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

24
Yuatita, Anggraini dan Puranto, Hendra. 2010. Anggaran Berbasis Kinerja
Penyusunan APBD Secara Komprehensif. Yogyakarta: STIM YKPN

Yogivaria, Doni dan Alfinur. 2016. Kajian Fenomologis Anggaran Berbasis


Kinerja pada Rumah Sakit Baptis Batu.
http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JEKO [diakses pada 21 April 2018]

25

Anda mungkin juga menyukai