BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian Anggaran Berbasis kinerja...............................................................3
2.1.1 Definisi Anggaran......................................................................................3
2.1.2 Definisi Kinerja..........................................................................................3
2.2 Manfaat Anggaran Berbasis Kinerja..................................................................5
2.3 Karakteristik Anggaran Berbasis kinerja...........................................................5
2.4 Prinsip dan Tujuan Anggaran berbasis Kinerja.................................................6
2.5 Elemen Anggaran Berbasis Kinerja...................................................................9
2.6 Unsur Anggaran Berbasis Kinerja...................................................................10
2.7 Mekanisme Anggaran Berbasis Kinerja...........................................................13
2.8 Contoh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja di Bidang Kesehatan..............18
BAB III PENUTUP..............................................................................................22
3.1 Kesimpulan......................................................................................................22
3.2 Saran.................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sistem anggaran berbasis kinerja dianggap lebih tepat karena didasarkan
pada prestasi kerja sesuai dengan kriteria pengendalian kinerja dan evaluasi,
sehingga terhindar dari duplikasi penyusunan perencanaann kerja dan
anggaran.
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami definisi anggaran berbasis kinerja
2. Untuk memahami karakteristik anggaran berbasis kinerja
3. Untuk memahami prinsip dan tujuan anggaran berbasis kinerja
4. Untuk memahami mekanisme penyusunan anggaran berbasis kinerja
5. Untuk mengetahui contoh penerapan anggaran berbasis kinerja dalam
bidang kesehatan.
BAB II
2
PEMBAHASAN
3
Jadi, kinerja adalah sebuah catatan hasil kerja yang merupakan
bagian dari fungsi sistem kerja baik individu ataupun kelompok baik
yang diasumsikan akan memepengaruhi kinerja karena terdapat
perbedaan karakteristik anatar pekerja.
4
2.2 Manfaat Anggaran Berbasis Kinerja
Manfaat yang dapat diperoleh dari anggaran berbasis kinerja menurut
Anggraini dan Puranto (2010:104)
1. Bagi Masyarakat
Sebagai penyataan pembangunan yang dinyatakan pemerintah daerah
untuk menjawab setiap kebutuhan, tuntutan atau aspirasi masyarakat guna
mencapai kesejahteraan masyarakat tak terbatas edangkan sumberdaya
yang tersedia terbatas.
2. Bagi Kepala Daerah Selaku Manajemen
Sebagai Alat manajemen untuk mengendalikan dan mengarahkan setiap
aktivitas dalam pemerintah daerah agar senantiasa mengacu kepada
rencana yang dibuat.
3. Bagi Aparatur dan Satuan Kerja
Sebagai sarana untuk mendorong setiao atuan kerja untuk lebih
selektifdalam merencanakan aktivitas berdasarkan skala prioritas daerah,
tugas pokok dan fungsi, tujuan serta sasaran, serta terjaminnya sinkronasi
aktivitas dan terhindarya tumpang tindih aktivitas.
4. Bagi Stakeholder yang diwakili oleh DPRD
Sebagai media komunikasi dan pertanggungjawaban tentang keberhasilan
dan kegagalan pelaksanaan misi pemerintah daerah dalam mencapai tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan, serta menerangkan kinerja yang telah
dilaksanakan.
5
1. Pengeluaran anggaran didasarkan pada outcome yang ingin dicapai.
2. Adanya hubungan antara masukan dengan keluaran yang ingin dicapai.
3. Adanya peranan indikator efisiensi dalam proses penyusunan anggaran
berbasis kinerja.
4. Adanya penyusunan target kinerja dalam anggaran berbasis kinerja.
Sedangkan karakteristik anggaran berbasis kinerja menurut Nordiawan
(2007) adalah sebagai berikut:
1. Mengklasifikasikan akun-akun dalam anggaran berdasarkan fungsi dan
aktivitas dan juga berdasarkan unit organisasi dan rincian belanja.
2. Menyelidiki dan mengukur aktivitas guna mendapatkan efisiensi
maksimum dan untuk mendapatkan standar biaya.
3. Mendasarkan anggaran untuk periode yang akan datang pada biaya per
unit standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang diperkirakan
harus dilakukan pada periode tertentu.
6
2. Disiplin Anggaran
Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara
masuk akal yang nantinya dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan,
sedangkan belanja yang dianggarkan pada setiap pos anggaran merupakan
batas tertinggi pengeluaran belanja. Penggunaan dana pada setiap pos
anggaran harus sesuai dengan kegiatan yang direncanakan.
3. Keadilan Anggaran
Pemda wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya dengan adil agar
dapat dinikmati oleh seluruh komponen masyarakat tanpa adanya
diskriminasi didalam pemberian pelayanan.
4. Efektifitas dan Efisiensi Anggaran
Penyusunan anggaran harus dilakukan dengan azas efisiensi, tepat waktu dan
tepat guna serta dapat dipertanggungjawabkan. Dana yang telah disediakan
harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar menghasilkan
peningkatan dan kesejahteraan yang optimal untuk kepentingan stakeholders.
5. Disusun dengan Pendekatan Kinerja
Penyusunan anggaran dengan pendekatan kinerja mengutamakan pada
pencapaian hasil kerja dari perencanaan alokasi biaya yang telah ditetapkan.
Pencapaian hasil kerja tersebut harus sama atau lebih besar daripada biaya
yang telah ditetapkan sebelumnya.
7
Prinsip tersebut menggambarkan keleluasaan manager unit kerja1 dalam
melaksanakan kegiatan untuk mencapai keluaran sesuai rencana. Keleluasaan
tersebut meliputi penentuan cara dan tahapan suatu kegiatan untuk mencapai
keluaran dan hasilnya pada saat pelaksanaan kegiatan, yang memungkinkan
berbeda dengan rencana kegiatan. Cara dan tahapan kegiatan beserta alokasi
anggaran pada saat perencanaan merupakan dasar dalam pelaksanaan kegiatan.
Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan keuangan negara seorang manager
unit kerja bertanggung jawab atas penggunaan dana dan pencapaian kinerja
yang telah ditetapkan (outcome).
Penerapan prinsip yang terakhir ini (prinsip ketiga) berkaitan erat dengan
kinerja yang menjadi tolok ukur efektivitas pengalokasian anggaran. Hal ini
berdasar argumentasi sebagai berikut:
a. Efisiensi alokasi anggaran dapat dicapai, karena dapat dihindari
overlapping tugas/fungsi/kegiatan.
b. Pencapaian output dan outcomes dapat dilakukan secara optimal, karena
kegiatan yang diusulkan masing‐masing unit kerja benar‐benar merupakan
pelaksanaan dari tugas dan fungsinya.
Berdasarkan prinsip‐prinsip tersebut di atas maka tujuan penerapan
Penganggaran Berbasis Kinerja diharapkan (Anonim,2009):
8
a. Menunjukan keterkaitan antara pendanaan dan prestasi kinerja yang akan
dicapai (directly linkages between performance andbudget);
b. Meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pelaksanaan (operational
efficiency);
c. Meningkatkan fleksibilitas dan akuntabilitas unit dalam melaksanakan
tugas dan pengelolaan anggaran (more flexibilityand accountability).
Sedangkan Menurut Robinson dan Last (2009:2) mengemukakan
bahwa anggaran berbasis kinerja bertujuan untuk meningkatkan
keefektifan dan keefisienan pengeluaran publik dengan cara mengaitkan
pendanaan organisasi sektor publik dengan hasil yang akan dicapai melalui
penggunaan informasi kinerja secara sistematis.
2. Tujuan.
Tujuan merupakan penjabaran dari visi dan misi. Tujuan digambarkan
dalam RPJM nasional yang menunjukkan tahapan yang harus dilalui
dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Tujuan
9
tersebut menggambarkan arah yang jelas dan juga tantangan yang masuk
akal.
3. Sasaran.
Sasaran merupakan langkah- langkah yang spesifik dan terukur untuk
mencapai suatu tujuan. Sasaran akan dapat membantu penyusun anggaran
untuk mencapai tujuan dengan menetapkan target tertentu dan terukur.
Sasaran yang baik dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria,
seperti spesifik, dapat dicapai, terukur, relevan dan ada batasan waktu.
4. Program.
Program merupakan sekumpulan kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan sasaran. Program dibagi menjadi
beberapa kegiatan dan disertai dengan target sasaran output dan outcome.
5. Kegiatan.
Kegiatan merupakan serangkaian pelayanan yang bertujuan untuk
menghasilkan output dan outcome untuk pencapaian suatu program.
Output dan outcome merupakan prestasi kerja yang dihasilkan oleh suatu
kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran suatu program. Output dan outcome didalam kegiatan satuan kerja harus
sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya dan dimuat dalam dokumen
renja tahunan dalam rangka penyusunan LAKIP (Ismail dan Idris, 2009:102).
1. Pengukuran Kinerja
10
Pengukuran kinerja merupakan proses yang objektif dan sistematis
dalam mengumpulkan, menganalisis dan juga menggunakan informasi
untuk menentukan keefektifan dan keefisienan pelayanan yang
dilaksanakan oleh pemerintah dalam mencapai tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan. konsekuensi anggaran berbasis kinerja tersebut
menghubungkan antara renstra dengan penganggaran.
c. Pihak Eksternal
Agar tercapai penilaian yang adil diperlukan peran dari pihak eksternal
dalam mengukur kinerja secara independen. Pendekatan dalam
mengukur kinerja akan beragam antar unit kerja, tergantung bentuk
keluaran yang akan dihasilkan.
11
Suatu sistem pengukuran kinerja sebaiknya hanya mengukur kinerja
yang bersifat strategis, bukan menekankan pada tingkat yang
menyeluruh dan bersifat birokratis.
12
c. Penahanan atas penerimaan yang diperoleh oleh suatu Lembaga
Hal ini dapat dilakukan dengan membuat suatu bentuk perjanjian
antara lembaga pusat dengan lembaga bersangkutan dalam pembagian
atas hasil yang diterima.
3. Kontrak Kinerja
Apabila sistem anggaran berbasis kinerja telah berkembang dengan
baik, maka kontrak kinerja dapat diterapkan. Atas nama pemerintah,
Departemen Keuangan dapat melaksanakan kontrak atas pencapaian suatu
kinerja dengan kementerian/lembaga lainnya dan juga antara menteri
dengan unit organisasi yang ada di bawahnya.
5. Pertanggungjawaban Manajemen
Jika sistem penganggaran tradisional menekankan pada kontrol input,
maka sistem anggaran berbasis kinerja ditekankan pada output. Didalam
sistem ini pengguna anggaran mendapat wewenang penuh dalam
merencanakan dan mengelola anggarannya.
13
sebelum menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya dilakukan
penaksiran pendapatan terlebih dahulu.
2. Tahap Ratifikasi
Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup
rumit. Pimpinan eksekutif dituntut memiliki integritas serta kesiapan
mental yang tinggi. Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan
eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan
argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan dan bantahan dari pihak
legislatif.
3. Tahap Implementasi
Dalam tahap pelaksanaan anggaran, hal terpenting yang diperhatikan
oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi)
akuntansi dan sistem pengendalian manajemen.Manajer keuangan publik
dalam hal ini bertanggungjawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang
memadai dan handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang
telah disepakati, dan bahkan diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran
periode berikutnya.
4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi
Tahap persiapan, ratifikasi dan implementasi anggaran terkait dengan
aspek operasional anggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi
terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah didukung
dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik,
maka diharapkan tahap pelaporan dan evaluasi tidak akan menemui
banyak masalah.
Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran
bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan
dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan
termasuk efisisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut.
Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja pada setiap
unit kerja.
14
Siklus penganggaran berbasis kinerja terdiri dari 8 (delapan)
tahapan:
Sistematika
Pedoman Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja disusun
dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Dasar Hukum
1.4 Ruang lingkup
15
1.5 Sistematika
Bab II : Konsep Penganggaran Berbasis Kinerja
2.1 Kerangka Logis
2.2 Prinsip dan Tujuan PBK
2.3 Komponen PBK
2.4 Kaitan Klasifikasi Ekonomi dalam PBK
Bab III : Tata Cara Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja nek
3.1 Pendahuluan
3.2 Persiapan
3.3 Pengalokasian Anggaran
3.4 Pengukuran dan Evaluasi
3.5 Peluang dan Tantangan
Bab IV : Mekanisme Transformasi di Masa Transisi
4.1 Transformasi Program/kegiatan
4.2 Transformasi Format Exsisting dalam Format Baru
RKA‐ KL
1. Kerangka PBK
16
Diagram diatas menggambarkan kerangka PBK secara umum dan
hubungan masing‐masing tingkatan kinerja dalam rangka pencapaian
outcomenasional, sebagai berikut:
a. RKP yang berisikan program dan kegiatan Pemerintah menghasilkan
kinerja berupa nasional outcome;
b. RKP dilaksanakan oleh K/L beserta unit‐unit kerja di lingkungannya
menghasilkan kinerja berupa outcome pada tingkat K/L. Secara bersama
outcome K/L tersebut mendukung pencapaian outcomenasional.
17
Diagram diatas menggambarkan kerangka PBK tingkat Nasional
dan hubungan masing‐masing tingkatan kinerja secara rinci dalam rangka
pencapaian outcome nasional, sebagai berikut:
a. RKP terbagi dalam prioritas‐priotas yang menghasilkan kinerja berupa
Outcome sesuai prioritas (prioritas RKP sesuai dengan platformPresiden);
b. Prioritas tersebut terbagi dalam fokus prioritas yang menghasilkan
Outcome beberapa K/L yang bersinergi;
c. Fokus prioritas dimaksud dijabarkan dalam kegiatan‐kegiatan prioritas yang
menjadi tanggung jawab K/L (unit kerjanya) sesuai dengan tugas‐fungsinya.
Kegiatan prioritas menghasilkan output untuk mendukung pencapaian
outcome K/L.
Jika, mekanisme penganggaran dihubungkan dengan kerangka PBK
tersebut diatas maka, keterkaitannya dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Pada tingkat nasional, pengalokasian anggaran didasarkan pada target
kinerja sesuai prioritas dan fokus prioritas pembangunan serta pemenuhan
kewajiban sesuai amanat konstitusi;
b. Target kinerja sesuai prioritas dan fokus prioritas selanjutnya dijabarkan
dalam kegiatan‐kegiatan prioritas
Berdasarkan kerangka PBK dan mekanisme penggaran tersebut di
atas dapat dikemukakan 2 (dua) sudut pandang PBK dalam melihat proses
18
perencanaan dan penganggaran. Pertama, sudut pandang perencanaan
melihat bahwa PBK bersifat top down, artinya perencanaan dirancang oleh
pengambil kebijakan tertinggi di pemerintahan untuk dilaksanakan sampai
dengan unit kerja terkecil (satuan kerja). Mengenai cara/metode
melaksanakan kegiatan menjadi kewenangan unit kerja.Kedua, sudut
pandang penganggaran melihat bahwa PBK bersifat bottom up, artinya
anggaran dialokasikan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan yang
menghasilkan keluaran.Dan secara bersama keluaran‐keluaran kegiatan
tersebut mendukung pencapaian sasaran program sesuai rencana.Pada
akhirnya sasaran program tersebut diharapkan menghasilkan manfaat yang
sebesar‐besarnya kepada rakyat.
1. Perencanaan Kinerja
19
terlebih dahulu dan dituangkan dalam TOR kemudian disambungkan
dengan rencana strategis yang ada. Anggaran yang dikeluarkan setiap
bulannya harus mengacu pada TOR dan kegiatan dicari hubungannya
dengan renstra kemudian melihat berapa persen yang tercapai dan
belum tercapai. Pembuatan anggaran di RS Baptis Batu ini juga
mempertimbangkan atas capaian kinerja renstra pada tahun
sebelumnya.
2. Pelaksanaan Anggaran
Pelaksanaan anggaran merupakan proses merealisasikan apa
yang sudah direncanakan dalam dokumen perencanaan. Pelaksanaan
anggaran erat kaitannya dengan Rencana Acuan Kerja (RAK) dan
Standar Operasional Prosedur (SOP). Standar Pelayanan Minimal
(SPM) dan SOP merupakan elemen yang harus ditentukan sebelum
melaksanakan Penganggaran Berbasis Kinerja. SPM dan SOP tersebut
terutama yang menyangkut Tugas pokok dan Fungsi (tupoksi) setiap
unit kerja. Tupoksi menjabarkan rencana kerja dasar suatu unit kerja.
Sementara itu, Anggaran menjabarkan bagaimana unit kerja akan
mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki untuk melaksanakan
tupoksinya.
20
RSBB mempunyai SPM dan SOP berdasarkan tupoksi yang
sudah ditetapkan. SPM dan SOP ini ditetapkan sesuai dengan ukuran
kinerja bagi setiap tupoksi maupun kegiatan-kegiatan tambahan. SOP
ini digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan anggaran berbasis
kinerja. Salah satu faktor yang mempengaruhi anggaran berbasis
kinerja adalah deskripsi kerja.
3. Pengukuran Kinerja
4. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja adalah kegiatan untuk menilai atau melihat
keberhasilan dan kegagalan manajer publik dalam kegiatan dan fungsi
yang diamanahkan kepadanya sebagaimana visi dan misi organisasi.
Hasil evaluasi kinerja dapat memberikan informasi tentang
keberhasilan dan kegagalan program serta kegiatan pada suatu unit
kerja atau organisasi. Proses anggaran merupakan kesempatan yang
21
baik untuk melakukan evaluasi apakah didalam melakukan tugasnya
sudah ekonomis, efektif dan efisien.
5. Pelaporan Kinerja
Laporan kinerja yang disusun berupa Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instalasi atau bagian yang dibuat bulan Januari untuk menilai
seluruh kinerja instalasi atau bagian tahun sebelumnya. Rumah Sakit
Baptis Batu sudah membuat laporan kinerja yang berupa laporan
Evaluasi didalam laporan Rencana Acuan Kerja (RAK). Laporan
kinerja ini dibuat oleh masing‐masing unit kerja dengan format yang
sama dan dikompilasi di tingkat Rumah Sakit oleh Bagian
Administrasi. Evaluasi kinerja yang dibuat oleh RS Baptis Batu
digunakan sebagai acuan kinerja tahun berikutnya dan laporan kinerja
yang dibuat dievaluasi atas pencapaian kinerjanya. Menurut bagian
administrasi, laporan pertanggungjawaban kinerja yang disusun sudah
sesuai dengan perencanaan dan sudah dievaluasi presentase
pencapaiannya.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dalam sebuah organisasi penyusunan anggaran berbasis kinerja harus
disesuaikan dengan kriteria pengendalian kinerja dan evaluasi, sehingga dapat
terhindar dari duplikasi penyusunan perencanaan kerja dan anggaran.
23
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2006. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Edisi 2. Jakarta: Salemba
Empat.
Ismail dan Idris. 2009. Pengelolaan Keuangan Pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dan BLU. Jakarta: Indeks.
Sirait. Justine. 2006. Anggaran Sebagai Alat Bantu Bagi Manajemen. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia
24
Yuatita, Anggraini dan Puranto, Hendra. 2010. Anggaran Berbasis Kinerja
Penyusunan APBD Secara Komprehensif. Yogyakarta: STIM YKPN
25