Secara etimologi, Mastery berasal dari bahasa inggris dan latin yang berarti
penguasaan atau keahlian dominasi terhadap sesuatu. Sedangkan dari bahasa
Perancis, berasal dari kata Maitre yang berarti seseorang mempunyai keahlian
khusus, cakap, dan ahli dalam sesuatu. (Hapsari, dkk)
Mastery tidak berarti mengontrol orang lain, maupun diri sendiri. Seiring
berjalannya waktu yang dilakukan adalah menggabungkan berbagai variasi dan
kadang-kadang konflik kepribadian seseorang (Leonard)
Manfaat dan keuntungan bagi seseorang yang mempunyai tingkat penguasaan diri
tinggi adalah :
1
6. Menciptakan pertumbuhan organisasi yang tetap dan berjangka panjang.
7. Pemenuhan tanggung jawab sosial
8. Kepemimpinan kreatif yang kuat.
9. Meningkatkan kecerdasan emosi.
Dengan demikian terlihat jelas bahwa Personal Mastery tidak saja baik bagi
diri sendiri namun juga mempengaruhi lingkungan kerja, lingkungan tempat tinggal
dengan cara yang positif.
2
c. Menciptakan pikiran yang jernih dan inovatif
d. Menciptakan realitas yang diinginkan.
Dengan menguasai 4 aspek yang telah dikemukakan, diharapkan seseorang
dapat menggunakannya untuk mengatasi kebutaan yang dialami. Setelah mampu
menguasai 4 aspek tersebut, dapat dikatakan telah menguasai Personal Mastery.
Seseorang yang telah menguasai Personal Mastery memiliki komitmen yang tinggi
terhadap suatu hal, lebih sering mengambil insiatif, secara terus menerus
mengembangkan kemampuannya untuk menciptakan hasil terbaik dalam
kehidupan yang benar-benar diinginkan.
3
Dengan demikian terlihat jelas bahwa Personal Mastery tidak saja baik bagi
diri sendiri namun juga mempengaruhi lingkungan kerja, lingkungan tempat tinggal
dengan cara yang positif.
4
kepada jati diri yang sempurna. Namun di sisi yang lain, muncul bisikan dari
dalam batin kita sendiri yang menyebabkan keragu-raguan untuk
mewujudkan visi tersebut. Sistem pendidikan kita sejak kecil tidak jarang
menekankan ketidakberdayaan (powerlessness) kita untuk mencapai hal-hal
besar. Juga sering ditanamkan dalam diri kita tentang ketidak-
layakan (unworthiness) kita untuk meraih visi yang besar. Ibarat putri duyung
mendamba, kita boleh saja memiliki cita-cita luhur untuk memberi dampak
positif bagi lingkungan sekitar dan kehidupan tetapi suara batin kita menahan
laju kita dari dalam. Diperlukan suatu upaya resolusi konflik struktural.
Pemeriksaan yang cermat dapat menunjukkan mengapa kedua hal ini terjadi.
Selanjutnya diperlukan suatu penyeimbangan agar beban-beban yang dialami
dapat dilepaskan dan kita memasuki tingkatan baru dan merasa layak dan
mampu untuk mewujudkan visi dalam kesatuan yang harmonis dengan
lingkungan. Melalui latihan-latihan terus-menerus, keyakinan diri akan
semakin bertumbuh dan sebaliknya ketakutan semakin dapat ditekan.
sebagaimana diketahui umum, ketakutan adalah musuh utama bagi perubahan.
4. Perlu dikembangkan komitmen terhadap kebenaran secara terus-menerus.
Upaya-upaya untuk memperbaiki pemahaman kita mengenai berbagai
peristiwa sangat diperlukan agar kita dapat menemukan solusi yang tepat atas
permasalahan-permasalahan. Teori-teori yang kita anut perlu dikritisi dengan
menilai daya tahannya di dalam menjelaskan situasi-situasi yang terjadi
berdasarkan fakta. Dinamika yang kompleks memerlukan fleksibilitas di dalam
penerapan teori-teori. Sulit ditemukan satu-satunya teori yang mampu
menjawab semua permasalahan secara tuntas. Kemampuan berpikir kritis-
konstruktif dapat membantu kita untuk memastikan kebenaran yang dapat
diterima dan dijadikan acuan di dalam menetapkan langkah untuk mewujudkan
visi pribadi yang telah disusun.
5. Alam bawah sadar penting untuk dikenali dan didayagunakan secara optimal.
Konon alam bawah sadar manusia itu seperti samudra raya dengan kekuatan
yang dahsyat. Berhubung alam bawah sadar tidak memiliki tujuan sendiri,
maka kekuatan ini hanya bisa dimanfaatkan jika tersambung dengan alam sadar
5
manusia. Kegiatan-kegiatan menyepi dan bersemedi yang berkembang pada
masa lalu mungkin memiliki relevansi dengan upaya peningkatan kapasitas diri
ini: Pemeriksaan yang cermat atas alam bawah sadar dan pengintegrasiannya
dengan alam sadar. Ketika kemampuan ini dimanfaatkan untuk mencapai visi
dan misi dapat disediakan energi yang cukup untuk mencapai hasil yang
optimal dengan mengatasi hambatan-hambatan yang ditemui. Per ardua ad
astra!
6. PM perlu diintegrasikan dengan kamampuan berpikir kesisteman (ST).
Kemampuan untuk melakukan pembelajaran terus-menerus dapat
dipertahankan melalui perpaduan antara akal dan intuisi, senantiasa melihat
keterkaitan diri kita dengan lingkungan yang lebih luas (dunia), pengembangan
kepedulian (compassion), dan perhatian yang besar terhadap keseluruhan.
Dengan cara ini, pencapaian visi pribadi memiliki makna karena adanya
dampak positif yang dapat diberikan kepada sesama dan lingkungan yang lebih
luas. Kesabaran, ketekunan, dan rasa syukur yang sehat juga dapat diperoleh
dengan memahami bahwa tindakan-tindakan individual dapat memiliki
rangkaian yang panjang agar tiba pada hasil yang nyata. Di sisi lain,
perkembangan ini memberikan harapan untuk bertindak karena keyakinan
bahwa setiap tindakan lokal yang positif dapat berdampak global. Oleh karena
itu, masing-masing individu akan semakin terdorong untuk mengambil
tanggung jawab penuh atas bagiannya masing-masing meskipun kelihatannya
sederhana karena pengetahuan akan dampak luas yang akan dihasilkan pada
seluruh sistem. So, think globabally, act locally!
6
untuk meningkatkan kapasitas atau keahliannya. Untuk itu, setidaknya ada dua
langkah penting yang harus dilakukan. Pertama, setiap orang didorong untuk
memiliki visi. Kedua, mereka disadarkan tentang realitas kekinian yang dimilikinya
(currentreality).
a. Visi Pribadi. Umumnya setiap orang memiliki cita-cita dan tujuan, namun tanpa
pemahaman visi yang nyata. Mungkin anda mendambakan rumah yang lebih bagus,
pekerjaan yang lebih baik, atau segmen pasar yang lebih besar untuk produk anda.
Semua ini adalah contoh dari pencurahan perhatian pada alat bukan pada hasil.
Misalnya, mungkin anda mendambakan segmen pasar yang lebih besar dan
menguntungkan agar perusahaan anda tetap mandiri sesuai dengan kebenaran
tujuan yang anda tetapkan sebelumnya. Cita-cita akhir memiliki nilai yang paling
utama, sedangkan yang lain merupakan alat pencapaian tujuan akhir yang bisa
berubah-ubah seiring dengan perubahan waktu. Kemampuan mencurahkan
perhatian pada keingin-keinginan akhir adalah pondasi penguasaan pribadi. Visi
berbeda dengan tujuan. Visi adalah gambaran tetap dari masa depan yang dicita-
citakan, sedangkan tujuan bersifat lebih abstrak. Namun, visi tanpa dibarengi
dengan pemahaman tujuan, sama halnya dengan angan-angan belaka.
7
"menyatakan kemenangan" dan berpaling dari masalah. Cara itu melepaskan kita
dari ketegangan. Namun, cara-cara tersebut merupakan dinamika kompromi dan
kebiasaan lama. Sesungguhnya, orang-orang yang kreatif memanfaatkan
kesenjangan diantara apa yang mereka inginkan dan apa yang harus dilakukan
untuk menghasilkan daya perubahan. Mereka ini tetap teguh dengan kebenaran visi
mereka.