Anda di halaman 1dari 8

KEPEMIMPINAN DAN PERSONAL MASTERY

Secara etimologi, Mastery berasal dari bahasa inggris dan latin yang berarti
penguasaan atau keahlian dominasi terhadap sesuatu. Sedangkan dari bahasa
Perancis, berasal dari kata Maitre yang berarti seseorang mempunyai keahlian
khusus, cakap, dan ahli dalam sesuatu. (Hapsari, dkk)

Personal Mastery is the discipline of continually clarifying and deepening


our personal vision, of focusing our energics, of developing patience and of seeing
reality objectively (Peter Senge) “Penguasaan diri adalah sebuah disiplin yang terus
menerus, memperjelas dan memperdalam penglihatan personal kita, memfokuskan
energi kita, menyampaikan kesabaran dan melihat objek secara realistis.” (Peter
Senge)

Menurut Michael J. Marquardt, Penguasaan diri adalah suatu cara yang


berkesinambungan untuk menjernihkan dan memperdalam visi, energi, dan
kesabaran seseorang.

Mastery tidak berarti mengontrol orang lain, maupun diri sendiri. Seiring
berjalannya waktu yang dilakukan adalah menggabungkan berbagai variasi dan
kadang-kadang konflik kepribadian seseorang (Leonard)

Manfaat Personal Mastery

Manfaat dan keuntungan bagi seseorang yang mempunyai tingkat penguasaan diri
tinggi adalah :

1. Kemampuan mengambil tanggung jawab .


2. Kejelasan dan profesionalisme visi.
3. Kohesive dan Team Work yang berlaku.
4. Penurunan jumlah karyawan yang absen melalui peningkatan
kesejahteraan karyawan.
5. Mampu mengendalikan stress dan bersikap positif

1
6. Menciptakan pertumbuhan organisasi yang tetap dan berjangka panjang.
7. Pemenuhan tanggung jawab sosial
8. Kepemimpinan kreatif yang kuat.
9. Meningkatkan kecerdasan emosi.

Dengan demikian terlihat jelas bahwa Personal Mastery tidak saja baik bagi
diri sendiri namun juga mempengaruhi lingkungan kerja, lingkungan tempat tinggal
dengan cara yang positif.

A. Aspek Personal Mastery


Oleh Metavarsity Course, Personal Mastery disebutkan memiliki 4 aspek,
yaitu:
1. Aspek Emosional, yang terdiri atas:
a. Memahami emosi diri sendiri dan akibatnya
b. Memahami orang lain dan emosi yang dialaminya
c. Berdaya secara emosional dan nyata
d. Menjadi vulnerable dan terbuka dengan suatu hubungan
2. Aspek Spiritual, yang terdiri atas:
a. Terhubung dengan inner self
b. Mengapresiasi kehidupan, menyayangi orang lain
c. Bersatu dalam perbedaan dengan orang lain
d. Menciptakan dunia yang lebih baik untuk tempat hidup
3. Aspek Fisik
a. Berada secara fisik dan dalam lingkungan
b. Memahami hubungan antara ‘mind-body’
c. Bertanggung jawab dan membuat keputusan positif
d. Memanage stress dan mencapai keseimbangan
4. Aspek Mental
a. Memahami cara pikiran bekerja dan cara menciptakan realitas
b. Meningkatkan fokus mental dan konsentrasi

2
c. Menciptakan pikiran yang jernih dan inovatif
d. Menciptakan realitas yang diinginkan.
Dengan menguasai 4 aspek yang telah dikemukakan, diharapkan seseorang
dapat menggunakannya untuk mengatasi kebutaan yang dialami. Setelah mampu
menguasai 4 aspek tersebut, dapat dikatakan telah menguasai Personal Mastery.
Seseorang yang telah menguasai Personal Mastery memiliki komitmen yang tinggi
terhadap suatu hal, lebih sering mengambil insiatif, secara terus menerus
mengembangkan kemampuannya untuk menciptakan hasil terbaik dalam
kehidupan yang benar-benar diinginkan.

B. Dimensi Personal Mastery


Penerapan Personal Mastery dapat dilihat dari dua dimensi yang saling
berkaitan. Dimensi dimana seseorang tersebut sebagai individu dan dimensi dimana
personal tersebut menjadi bagian dari suatu kelompok (team). Sebagai individu,
upaya pengendalian diri (personal mastery) dengan segala unsurnya akan dapat
membentuk karakter personal, sedangkan perannya pada kelompok, PM diperlukan
untuk menjamin adanya pembelajaran organisasi (Learning Organization). Paduan
karakter personal yang dimiliki oleh anggota team dalam suatu organisasi akan
membuat dinamika dan menumbuhkan organisasi tersebut. Dari interasksi ini
munculnya benih-benih leadership yang diharapkan akan melahirkan pemimpin-
pemimpin yang tangguh.
Keuntungan menguasai Personal Mastery menurut Metavarsity Course adalah:
1. Kemampuan mengambil tanggung jawab pemilihan pribadi
2. Kejelasan dan profesionalisme visi
3. Kohesive, team work yang bersatu
4. Penurunan jumlah karyawan yang absen melalui peningkatan
kesejahteraan karyawan, mengendalikan stress dan sikap positif
5. Menciptakan pertumbuhan organisasi yang tetap dan berjangka panjang
6. Pemenuhan tanggung jawab social dengan baik

3
Dengan demikian terlihat jelas bahwa Personal Mastery tidak saja baik bagi
diri sendiri namun juga mempengaruhi lingkungan kerja, lingkungan tempat tinggal
dengan cara yang positif.

Pengembangan Personal Mastery

Peter M. Senge (1990) mengemukakan beberapa prinsip dan praktik yang


dapat digunakan untuk mengembangkan PM.
1. Perlu dikembangkan sebuah visi pribadi yang jelas dan menantang. Visi ini
perlu dikembangkan berdasarkan misi (purpose) yang luhur. Untuk
membedakan keduanya, Senge menjelaskan,
… Purpose is similar to a direc tion, a general heading. Vision is a
specific destination, a picture of a
desired future. Purpose is abstract. Vision is concrete. Purpose is
“advancing man’s capability to explore the heavens.” Vision is “a man on
the moon by the end of the 1960s.” Purpose is “being the best I can be,”
“excellence.” Vision is breaking four minutes in the mile.”(Senge,
1990:412).
2. Kemampuan untuk mengelola tegangan kreatif perlu ditingkatkan terus-
menerus. Ketika keadaan yang ada jauh lebih rendah dari visi yang
dicanangkan, orang dapat memilih untuk mengubah keadaan agar semakin
menuju kondisi yang ditargetkan pada visi atau sebaliknya menurunkan visi.
Pembelajaran berkembangan dengan baik pada pilihan yang pertama.
Dorongan untuk menekan kesenjangan terjadi karena manusia menginginkan
kondisi yang nyaman. Di sini dibutuhkan kemampuan untuk bertekun dan
menunggu sampai tindakan-tindakan yang diambil memberikan hasil positif.
3. Perlu dikembangkan kemampuan untuk menangani “konflik struktural” di
dalam diri sendiri. Konflik ini terjadi karena di satu sisi kita berkomitmen
tinggi terhadap sebuah visi yang ideal, luhur, dan mampu membawa kita

4
kepada jati diri yang sempurna. Namun di sisi yang lain, muncul bisikan dari
dalam batin kita sendiri yang menyebabkan keragu-raguan untuk
mewujudkan visi tersebut. Sistem pendidikan kita sejak kecil tidak jarang
menekankan ketidakberdayaan (powerlessness) kita untuk mencapai hal-hal
besar. Juga sering ditanamkan dalam diri kita tentang ketidak-
layakan (unworthiness) kita untuk meraih visi yang besar. Ibarat putri duyung
mendamba, kita boleh saja memiliki cita-cita luhur untuk memberi dampak
positif bagi lingkungan sekitar dan kehidupan tetapi suara batin kita menahan
laju kita dari dalam. Diperlukan suatu upaya resolusi konflik struktural.
Pemeriksaan yang cermat dapat menunjukkan mengapa kedua hal ini terjadi.
Selanjutnya diperlukan suatu penyeimbangan agar beban-beban yang dialami
dapat dilepaskan dan kita memasuki tingkatan baru dan merasa layak dan
mampu untuk mewujudkan visi dalam kesatuan yang harmonis dengan
lingkungan. Melalui latihan-latihan terus-menerus, keyakinan diri akan
semakin bertumbuh dan sebaliknya ketakutan semakin dapat ditekan.
sebagaimana diketahui umum, ketakutan adalah musuh utama bagi perubahan.
4. Perlu dikembangkan komitmen terhadap kebenaran secara terus-menerus.
Upaya-upaya untuk memperbaiki pemahaman kita mengenai berbagai
peristiwa sangat diperlukan agar kita dapat menemukan solusi yang tepat atas
permasalahan-permasalahan. Teori-teori yang kita anut perlu dikritisi dengan
menilai daya tahannya di dalam menjelaskan situasi-situasi yang terjadi
berdasarkan fakta. Dinamika yang kompleks memerlukan fleksibilitas di dalam
penerapan teori-teori. Sulit ditemukan satu-satunya teori yang mampu
menjawab semua permasalahan secara tuntas. Kemampuan berpikir kritis-
konstruktif dapat membantu kita untuk memastikan kebenaran yang dapat
diterima dan dijadikan acuan di dalam menetapkan langkah untuk mewujudkan
visi pribadi yang telah disusun.
5. Alam bawah sadar penting untuk dikenali dan didayagunakan secara optimal.
Konon alam bawah sadar manusia itu seperti samudra raya dengan kekuatan
yang dahsyat. Berhubung alam bawah sadar tidak memiliki tujuan sendiri,
maka kekuatan ini hanya bisa dimanfaatkan jika tersambung dengan alam sadar

5
manusia. Kegiatan-kegiatan menyepi dan bersemedi yang berkembang pada
masa lalu mungkin memiliki relevansi dengan upaya peningkatan kapasitas diri
ini: Pemeriksaan yang cermat atas alam bawah sadar dan pengintegrasiannya
dengan alam sadar. Ketika kemampuan ini dimanfaatkan untuk mencapai visi
dan misi dapat disediakan energi yang cukup untuk mencapai hasil yang
optimal dengan mengatasi hambatan-hambatan yang ditemui. Per ardua ad
astra!
6. PM perlu diintegrasikan dengan kamampuan berpikir kesisteman (ST).
Kemampuan untuk melakukan pembelajaran terus-menerus dapat
dipertahankan melalui perpaduan antara akal dan intuisi, senantiasa melihat
keterkaitan diri kita dengan lingkungan yang lebih luas (dunia), pengembangan
kepedulian (compassion), dan perhatian yang besar terhadap keseluruhan.
Dengan cara ini, pencapaian visi pribadi memiliki makna karena adanya
dampak positif yang dapat diberikan kepada sesama dan lingkungan yang lebih
luas. Kesabaran, ketekunan, dan rasa syukur yang sehat juga dapat diperoleh
dengan memahami bahwa tindakan-tindakan individual dapat memiliki
rangkaian yang panjang agar tiba pada hasil yang nyata. Di sisi lain,
perkembangan ini memberikan harapan untuk bertindak karena keyakinan
bahwa setiap tindakan lokal yang positif dapat berdampak global. Oleh karena
itu, masing-masing individu akan semakin terdorong untuk mengambil
tanggung jawab penuh atas bagiannya masing-masing meskipun kelihatannya
sederhana karena pengetahuan akan dampak luas yang akan dihasilkan pada
seluruh sistem. So, think globabally, act locally!

Personal mastery adalah individu yang mampu mengelola tegangan kreatif


(creative tension) antara keinginan untuk mencapai visi pribadi terhadap hambatan
perasaan tidak berdaya. Individu dituntut untuk secara terus menerus belajar untuk
mengelola tegangan kreatif. Untuk itu, diperlukan anggota-anggota organisasi yang
terus belajar, mengembangkan keterampilan dan kompetensinya. Pembelajaran
secara terus-menerus akan terjadi apabila dipicu oleh semangat keingintahuan
setiap orang itu sendiri. Pembelajaran akan terjadi apabila dimotivasi oleh semangat

6
untuk meningkatkan kapasitas atau keahliannya. Untuk itu, setidaknya ada dua
langkah penting yang harus dilakukan. Pertama, setiap orang didorong untuk
memiliki visi. Kedua, mereka disadarkan tentang realitas kekinian yang dimilikinya
(currentreality).

Disiplin Penguasaan Pribadi meliputi sederetan praktek dan prinsip-prinsip. Tiga


elemen utamanya adalah: (a). visi pribadi, (b). tegangan kreatif, dan (c). komitmen
pada kebenaran.

a. Visi Pribadi. Umumnya setiap orang memiliki cita-cita dan tujuan, namun tanpa
pemahaman visi yang nyata. Mungkin anda mendambakan rumah yang lebih bagus,
pekerjaan yang lebih baik, atau segmen pasar yang lebih besar untuk produk anda.
Semua ini adalah contoh dari pencurahan perhatian pada alat bukan pada hasil.
Misalnya, mungkin anda mendambakan segmen pasar yang lebih besar dan
menguntungkan agar perusahaan anda tetap mandiri sesuai dengan kebenaran
tujuan yang anda tetapkan sebelumnya. Cita-cita akhir memiliki nilai yang paling
utama, sedangkan yang lain merupakan alat pencapaian tujuan akhir yang bisa
berubah-ubah seiring dengan perubahan waktu. Kemampuan mencurahkan
perhatian pada keingin-keinginan akhir adalah pondasi penguasaan pribadi. Visi
berbeda dengan tujuan. Visi adalah gambaran tetap dari masa depan yang dicita-
citakan, sedangkan tujuan bersifat lebih abstrak. Namun, visi tanpa dibarengi
dengan pemahaman tujuan, sama halnya dengan angan-angan belaka.

b. Tegangan Kreatif. Ada kesenjangan yang tak terhindarkan diantara visi


seseorang dengan kenyataan yang ada sekarang. Misalnya anda ingin membuka
perusahaan namun anda kekurangan modal. Kesenjangan mematahkan semangat
kita, namun kesenjangan itu sendiri sebenarnya sumber daya kreatif. Kesenjangan
ini memompa tegangan kreatif. Hanya ada dua cara untuk menyeimbangkan
tegangan diantara kenyataan dan visi. Entah visi akan menarik kenyataan
kedalamnya, atau kenyataan menggusur visi ke bawah. Sebagian orang dan
perusahaan seringkali memilih pilihan yang terakhir, karena mudah untuk

7
"menyatakan kemenangan" dan berpaling dari masalah. Cara itu melepaskan kita
dari ketegangan. Namun, cara-cara tersebut merupakan dinamika kompromi dan
kebiasaan lama. Sesungguhnya, orang-orang yang kreatif memanfaatkan
kesenjangan diantara apa yang mereka inginkan dan apa yang harus dilakukan
untuk menghasilkan daya perubahan. Mereka ini tetap teguh dengan kebenaran visi
mereka.

c. Komitmen pada Kebenaran. Kemauan pantang-mundur untuk membuka diri dari


cara-cara kita menutup dan membohongi diri sendiri, dan kemauan untuk
menantang cara-cara kerja sesuatu, merupakan ciri-ciri orang yang memiliki tingkat
Penguasaan Pribadi yang tinggi. Pencarian kebenaran tersebut membawa mereka
kepada pendalaman kesadaran bahwa ada struktur yang berpengaruh dan
menciptakan peristiwa. Kesadaran ini sangat berpengaruh pada kemampuan
mereka dalam mengubah struktur sehingga tercapai hasil yang mereka cari.

Anda mungkin juga menyukai