Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perkembangan zaman identic dengan modernisasi dan pertumbuhan yang


pesat disegala bidang, hal ini memaksa setiap organisasi untuk terus berkembang dan
tumbuh mengikuti zaman. Sehingga setiap organisasi harus melakukan perubahan dan
berbagai perbaikan seperti memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumen/ klien,
merekrut SDM terbaik, serta memperbaiki system agar tetap bertahan.

Pendapat Senge (1990) bahwa ada lima disiplin (pilar) yang membuat suatu
organisasi menjadi learning organization, yaitu : Personal Mastery yang merupakan
prinsip bagi seseorang untuk secara terus menerus memperdalam visi pribadi, focus
pada kekuatan diri sendiri, mengembangkan kesabaran diri serta melihat realita secara
objective. Sehingga dengan adanya pengembangan dari masing individu dapat
meningkatkan kinerja organisasi. Pilar kedua adalah mental model yang memegang
konsep bercermin, dan peningkatan gambaran tentang dunia luar, dan melihat
bagaimana mereka membentuk keputusan dan tindakan kita. Pilar ketiga Shared
Vision adalah membangun rasa komitmen dalam suatu kelompok dengan
menggambarkan visi perusahaan menjadi visi pribadi karyawan. Pilar keempat Team
Learning adalah kelompok berbagi wawasan atau pengalaman, sehingga dapat
mengembangkan otak dan kemampuan berpikir. Pilar terakhir adalah system Thinking
merupakan prinsip tentang mengamati seluruh system dan tidak hanya focus pada
individu. Kelima point tersebut dapat membantu organisasi untuk mempercepat
proses pembelajaran organisasi dan meningkatkan kemampuannya untuk beradaptasi
pada perubahan.

Personal Mastery merupakan bagian dari pengembangan atmosfer psikologis


dalam organisasi. Personal Mastery adalah factor dari individu manusia, dimana
terjadi sebuah proses berkesinambungan bagi individu untuk memperdalam visi dan
energy. Adapun maksud dari Personal Mastery adalah untuk mewujudkan dua
komponen utama, yaitu menentukan tujuan dan mengukur tujun tersebut. Personal
Mastery juga merupakan satu dari lima pilar The Fifth Discipline Peter Senge, yaitu
pada Learning Organization. Sehingga Personal Mastery memberi pengaruh positif

1
bagi kinerja organiasasi, yang artinya Personal Mastery yang tinggi akan
menghasilkan produktivitas tinggi hingga pengaruhnya terhadap kinerja organisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Personal Mastery ?
2. Apa manfaat, karakteristik, dan dimensi Personal Mastery ?
3. Bagaimana mengetahui strategi meningkatkan Personal Mastery atau penguasaan
diri ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui lebih
mendalam mengenai Personal Mastery atau penguasaan diri

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui yang dimaksud dengan Personal Mastery atau penguasaan diri
b. Menjelaskan manfaat, karakteristik, dan dimensi Personal Mastery atau
penguasaan diri
c. Mengetahui strategi meningkatkan Personal Mastery atau penguasaan diri.
D. Manfaat
1. Mengerti dan memahami yang dimaksud dengan Personal Mastery atau
penguasaan diri
2. Mengerti dan memahami manfaat, karakteristik, dan dimensi Personal Mastery
atau penguasaan diri
3. Mengerti dan memahami strategi meningkatkan Personal Mastery atau
penguasaan diri.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Personal Mastery atau Penugasan Diri


Secara etimologi, Mastery berasal dari bahasa inggris dan latin yang
berarti penguasaan atau keahlian dominasi terhadap sesuatu. Sedangkan dari
bahasa Perancis, berasal dari kata Maitre yang berari seseorang mempunyai
keahlian khusus, cakap, dan ahli dalam sesuatu.
Penguasaan diri adalah sebuah disiplin yang terus menerus, memperjelas
dan memperdalam penglihatan personal kita, memfokuskan energy kita,
menyampaikan kesabaran dan melihat objek secara realistis, (Peter Senge).
Personal Mastery adalah pengembangan diri seseorang
berkesinambungan, selalu mencari jalan untuk tumbuh, mencari hal-hal baru
untuk dipelajari dan bertemu dengan orang yang menarik, (Fran Sayers).
Personal Mastery adalah suatu cara yang berkesinambungan untuk
menjernihkan dan memperdalam visi, energy dan kesabaran seseorang,
(J.Marquardt).
Dari beberapa pengerian diatas, dapat disimpulkan bahwa keahlian
diri/ penguasaan diri adalah proses pembelajaran kehidupan seseorang, bukan
sesuatu yang sudah dimiliki. Penguasaan diri itu tentang tentang mencintai diri
sendiri dan mengembangkan bakat yang dimiliki semaksimal mungkin.
Menurut O’Brien, orang yang memiliki tingkat personal mastery yang
tinggi akan memiliki komitmen yang tinggi, lebih memiliki inisiatif, memiliki
rasa tanggung jawab yang tinggi dan luas terhadap pekerjaannya, serta belajar
dengan lebih cepat.
Menurut Peter Senge menyatakan bahwa orang yang sudah
mempraktekan personal mastery, akan :
1. Mampu mengintegrasikan Reason dengan Institusi
Integrasi antara reason dengan institusi dapat diperoleh secara alamiah.
Intusi menolak cara berpikir linear yang menyandarkan diri pada
hukum sebab akibat sehingga intuisi sering kelihatan tidak masuk akal.
2. Menempatkan Dirinya sebagai bagian dari system

3
Kemampuan memperluas kesadaran dan saling pengertian, lebih
mampu melihat hubungan antara tindakan dengan realitas, dan lebih
mampu melihat hubungan antara dirinya dengan dunia luarnya.
3. Lebih memiliki rasa kasihan dan empati
Orang-orang yang mampu menempatkan dirinya ditengah-tengah
system dan mengetahui adanya tekanan-tekanan yang muncul diantara
satu orang dengan yang lainnya biasanya akan lebih memiliki rasa
kasihan dan empati.
4. Memiliki Komitmen Kepada “The Whole”
Perasaan adanya saling berhubungan akan menyebabkan seseorang
akan menempatkan kepentingan kelompok diatas kepentingannya
sendiri.
B. Manfaat, Karakteristik, dan Dimensi Penguasaan Diri (Personal Mastery)
a. Manfaat Personal Mastery
Manfaat atau keuntungan bagi seseorang yang mempunyai tingkat
penguasaan diri tinggi adalah sebagai berikut :
1. Kemampuan mengambil tanggung jawab
2. Kejelasan dan profesionalisme visi
3. Kohesive dan team work yang berlaku
4. Penurunan jumlah karyawan yang absen melalui peningkatan
kesejahteraan karyawan
5. Mampu mengendalikan stress dan bersikap positif
6. Menciptakan pertumbuhan organisasi yang tetap dan berjangka panjang
7. Pemenuhan tanggung jawab social
8. Kepemimpinan kreatif yang kuat
9. Meningkatkan kecerdasan emosi
b. Aspek Personal Mastery
Menurut Metavarsity course, personal mastery memiliki 4 aspek, yaitu:
1. Aspek emosional
a. Memahami emosi diri sendiri dan akibatnya
b. Memahami orang lain dan emosi yang dialaminya
c. Berdaya secara emosional dan nyata
d. Menjadi vulnerable dan terbuka dengan suatu hubungan
2. Aspek Spiritual
4
a. Terhubung dengan inner self
b. Mengapresiasi kehidupan, menyayangi orang lain
c. Bersatu dalam perbedaan dengan orang lain
d. Menciptakan dunia yang lebih baik untuk tempat hidup
3. Aspek Fisik
a. Berada secara fisik dalam lingkungan
b. Memahami hubungan antara mind-body
c. Bertanggung jawab dan membuat keputusan positif
d. Memanage stress dan mencapai keseimbangan
4. Aspek Mental
a. Memahami cara pikiran bekerja dan cara menciptakan realitas
b. Meningkatkan focus mental dan konsentrasi
c. Menciptakan pikiran yang jernih dan inovatif
d. Menciptakan realitas yang diinginkan
c. Karakteristik Personal Mastery
1. Memiliki tujuan, jiwa-jiwa yang selalu merasa terpanggil
2. Dapat mengukur realitas terkini pada dirinya secara akurat, khususnya
dalam mengenali kelemahan-kelemahan dirinya
3. Terampil dalam menggunakan tegangan kreatifnya sebagai suatu inspirasi
menuju masa depan
4. Dapat melihat peluang sebagai suatu kesempatan
5. Memiliki rasa ingin tahu yang mendalam
6. Menempatkan hubungan pribadi sebagai prioritas utama tanpa
mengabaikan individualitasnya
7. Berpikir system, menganggap dirinya sebagai bagian dari system yang
lebih besar
8. Menyadari ketidaktahuan dan ketidakmampuan, (Anges,2009).
d. Dimensi Personal Mastery
Penerapan personal Mastery dapat dilihat dari dua dimensi yang saling
berkaitan. Dimensi dimana seseorang tersebut sebagai individu dan dimensi
dimana personal tersebut menjadi bagian dari suatu kelompok (team).
Sebagai individu, upaya pengendalian diri (personal Mastery) dengan segala
unsurnya akan dapat membentuk karakter personal, sedangkan perannya pada
kelompok, Personal Mastery diperlukan untuk menjamin adanya
5
pembelajaran organisasi (Learning Organization). Paduan karakter personal
yang dimiliki oleh anggota team dalam suatu organisasi akan membuat
dinamika dan menumbuhkan organisasi tersebut.
Peter senge dalam Global Learning Service menjelaskan tujuh dimensi
penguasaan diri yang harus dibudayakan untuk mendukung proses
pengembangan mencapai Personal Mastery :
1. Kesadaran Diri (Self-Awareness)
Self-Awareness merupakan dasar untuk personal mastery dan evektivitas
dalam berhubungan dengan orang lain. Self-awareness dapat dijadikan
kunci sebagai pemegang kendali untuk pengembangan personal dan
professional.
2. Ketajaman perseptual (Perseptual Acuity)
Perseptual Acuity merupakan kemampuan dalam menafsirkan pesan yang
diperoleh melalui persepsi, observasi, dan kemampuan mendengar.
3. Penguasaan Emosional (Emotional Mastery)
Penguasaan emosi adalah bagaimana seseorang memahami emosi diri,
mengenal emosi orang lain, dan kemampuannya untuk memanajemen
emosi untuk menghargai orang lain. Goleman membagi lima kecerdasan
emosi dalam buku Emotional Intelligence, yaitu :
a. Kesadaran Diri
b. Regulasi Diri
c. Motivasi Diri
d. Empati
e. Kemampuan Sosial
4. Keterbukaan (Openness)
Organisasi tidak hanya dihuni oleh satu pemikiran, seseorang bisa terbuka
menerima pemikiran orang lain, serta bersedia untuk menggali ide baru
dan pengalaman demi sebuah perkembangan.
5. Fleksibilitas dan Adaptasi (Flexibility and Adaptability)
Perubahan dan atau perkembangan dalam organisasi menuntut seseorang
untuk mengikuti perubahan dan atau perkembangan tersebut. Maka
seseorang harus mempunyai sikap fleksibel dan pintar untuk beradaptasi,
sehingga mampu memandang perubahan sebagai kesempatan baru.
6. Otonomi (Autonomy)
6
Seseorang harus mampu mengendalikan hidup untuk mencapai pikiran
jernih dan kecerdasan, sensitivitas tinggi, rasa estetika, tanggung jawab
serta nilai spiritual. Seseorang yang autonomus mempunyai sikap Self
awareness tinggi, keingintahuan tinggi, dan lebih proaktif dari pada
reaktif.
7. Akal Daya Kreatif (Creative Resourcesfullness)
Seseorang harus kreatif dan inovatif serta selalu menemukan hal baru
dalam melakukan sesuatu. Selalu terbuka akan ide-ide dan pengalaman
baru serta fleksibel dan adaptasi.

e. Prinsip-prinsip Personal Mastery

1. Bagaimana menangani situasi sulit dan menantang

2. Mempertahankan perasaan dan perilaku positif yang ada pada diri sendiri

3. Menerima realitas kehidupan yang sulit dank eras

4. lepaskan hal negatif seperti kemarahan dan menyalahkan

5. Memahami kepentingan dan kebebasan yang disertai dengan tanggung


jawab.

6. Tetapkan tujuan untuk diri sendiri

7. Identifikasi prinsip-prinsip hidup

8. Prioritaskan apa yang lebih penting

9. Memperdalam komitmen

10. Mengembangkan rasa percaya diri dan harga diri

11. Menerima ketidaksempurnaan dan menjadikannya sebagai kekuatan

12. Rasakan hubungan antara diri sendiri dengan orang lain

13. Mengembangkan rasa ingin tahu

14. Beradaptasi dan bekerja dengan perubahan

15. Membangkitkan personal mastery

7
f. Elemen-elemen Utama Disiplin Personal Mastery
1. Visi Pribadi
Visi adalah gambaran gambaran tetap dari masa depan yang cita-
citakan, sedangkan tujuan bersifat lebih abstrak. Namun, visi tanpa
diimbangi dengan pemahaman tujuan sama halnya dengan angan-angan
belaka.
2. Tegangan Kreatif
Hanya dua cara untuk menyeimbangkan tegangan antara kenyataan
dan visi. Sesungguhnya orang-orang yang kreatif memanfaatkan
kesenjangan antara apa yang mereka inginkan dan apa yang harus
dilakukan untuk menghasilkan daya perubahan.
3. Komitmen pada kebenaran
Kemauan pantang mundur untuk membuka diri dari cara-cara kita
menutup dan membohongi diri sendiri, dan kemauan untuk menantang
cara-cara kerja sesuatu merupakan ciri-ciri orang yang memiliki tingkat
penguasaan pribadi yang tinggi, (Almuzaky,2009).

C. Strategi Mengembangkan Personal Mastery


Perilaku proaktif juga sesuatu yang penguasaan pribadi membantu
untuk mengembangkan. Perilaku reaktif seperti berpikir sebelumnya bahwa
anda tidak dapat melakukan hal-hal yang berurusan dengan ketika
mengembangkan penguasaan pribadi. Tindakan dan layanan yang anda
berikan didasarkan pada bagaimana anda kreatif dapat memaksimalkan
kemampuan anda.
“Cita-cita itu dimulai dengan mimpi” itulah ungkapan yang sesuai
dengan Personal Mastery. Cita-cita yang dimulai dengan mimpi akan masuk
kealam khayal dari waktu ke waktu, akan terekam terus sehingga
menumbuhkan keinginan yang kuat.keinginan yang kuat akn membuahkan
kepada mengumpulkan segala bentuk kekuatan untuk meraihnya. Sehingga
orang akan berhasil, itu adalah orang yang tetap menjaga dan melestarikan
penguasaan diri dalam mencapai keinginan yang terbaik.
Untuk mengembangkan Personal Mastery, bisa dilakukan dengan cara berikut
Ini :

8
1. Percakapan dalam diri
Penerapan pokok Personal Mastery mencakup pembelajaran untuk
mempertahankan visi pribadi dan gambaran jernih tentang realitas saat ini
yang ada di hadapan. Dengan melakukan hal ini, akan membangkitkan
kekuatan dalam diri sendiri yang disebut “tegangan kreatif” Tegangan
menurut sifat alaminya, memerlukan penyelesaian dan sebagian besar
Penyelesaian alami terhadap tegangan adalah dengan mendekatkan realitas
dengan apa yang diinginkan.
Banyak orang yang yakin bahwa visi itu penting, sesuatu yang bisa
melihat dengan jelas bahwa seseorang harus mengubah kehidupan untuk
mengejar keberhasilan, dan yang berkomitmen pada diri sendiri terhadap
apapun yang dihasilkan, umumnya merasa tertantang. Secara sadar
maupun tidak, seseorang telah mengasimilasikan visi tersebut pada
tahapan yang banyak mengubah perilaku. Seseorang memiliki rasa
kesabaran yang kuat baik terhadap diri mereka sendiri maupun dunia dan
perhatian yang lebih pada apa yang sedang berlangsung di sekitar. Semua
ini membuahkan pemahaman yang terus menerus tentang energi dan
antusiasme, yang (seringkali setelah penundaan) membawa hasil nyata,
selanjutnya dapat memperkokoh energi dan antusiasme tersebut.
Personal mastery mengajarkan agar seseorang tidak menurunkan visi.
Yang terpenting bukanlah isi visinya, namun apa yang dilakukan oleh visi
tersebut. Personal mastery mengajarkan untuk tidak menyerah dalam
memandang dunia seperti apa adanya, sekalipun itu membuat rasa tidak
nyaman. Personal mastery mengajarkan seseorang untuk memilih.
Memilih adalah tindakan yang berani mengambil hasil dan tindakan yang
akan menentukan nasib kedepannya. Mempraktikkan personal mastery
adalah seperti mengadakan percakapan dalam diri sendiri. Ada sesuatu
yang menyuarakan impian tentang apa yang seseorang inginkan pada masa
yang akan datang yang ada dalam diri. Namun, suara yang lain
membentuk cara pandang seseorang (sering kali bersifat ancaman)
terhadap dunia di sekitar.
2. Pemimpin sebagai Pelatih
Tegangan kreatif secara terbuka (dengan membangun visi bersama di
satu pihak, dan membantu orang lain melihat sistem tersebut serta model
9
mental dari realitas saat ini di lain pihak) bisa menggerakkan seluruh
organisasi ke depan, karena organisasi didorong oleh tegangan kreatif
setiap individu. Langkah pertama dalam belajar menciptakan tegangan
berskala lebih besar adalah dengan belajar membangkitkan serta
mengelola tegangan kreatif dalam diri sendiri. Layak untuk diakui bahwa
gagasan untuk mendorong personal mastery di tempat kerja, secara
naluriah sulit diterima oleh beberapa pemimpin. Terdapat perasaan yang
mungkin tersembunyi, bahwa visi pribadi tidak sesuai dengan tujuan
kelembagaan. Para karyawan dituntut berdedikasi sepenuhnya kepada
perusahaan selama jam kerja kantor. Sikap paternalistik ini terbukti tidak
persuasif dan tidak efektif. Jika pemimpin tidak mempunyai pemahaman
yang mendalam tentang visi diri, maka pemimpin tersebut tidak akan
mampu mendorong orang lain untuk menciptakan visi sendiri atau
mempertimbangkan visi orang lain. Jika seorang pemimpin tidak bisa
menguraikan realitas saat ini dengan jelas, maka kredibilitas akan rendah
ketika pemimpin tersebut mengajak orang lain melihat bersama. Jika
pemimpin tersebut tidak mempunyai tingkat pengetahuan diri sendiri, dan
pemahaman diri sendiri, maka risikonya adalah adanya kemungkinan
pemimpin tersebut menggunakan organisasi untuk mengatasi sendiri sakit
saraf yang dimiliki. Hal ini bisa membawa dampak yang luar biasa
terhadap diri orang lain. Tugas melatih personal mastery meliputi tindakan
membantu seseorang untuk melihat betapa visi sendiri tertutup oleh
kekhawatiran apakah visi tersebut mungkin untuk terjadi atau tidak.
3. Aplikasi Personal Mastery
Berikut ini adalah contoh aplikasi personal mastery dalam kehidupan.
Orang yang memiliki personal mastery dalam dunia medis dapat dilihat
pada 18 karakter beberapa tokoh yang bermain dalam film dokumenter
yang diangkat dari kisah nyata yang berjudul “Something The Lord
Made”. Something The Lord Made (2004) merupakan sebuah film
dokumenter yang menceritakan tentang dr. Blalock dan Vivian dalam
melakukan riset dunia medis dan bagaimana kontribusi mereka pada dunia
medis sekarang. Berawal dari tukang kayu yang dipecat, Vivian menjadi
cleaning service di labaroraturium dr. Blalock hingga akhirnya dipercaya
menjadi asisten labaroratorium. Meskipun Vivian berkulit hitam dan hanya
10
lulusan SMA, ia memiliki kemauan belajar yang keras. Dimulai dari
labaroratorium kecil dr. Blalock, hingga akhirnya mereka melakukan riset
di John Hipkins University yang merupakan universitas yang terkenal
dengan pendidikan dokternya. Di sana mereka menangani kasus bayi biru
yang belum ditemukan solusi pengobatannya saat itu. Vivian membantu
dr. Blalock mencari solusinya meskipun dirinya selalu dicemooh karena
kulit hitamnya dan dr. Blalock yang temperamental yang tidak
memberikan Vivian gaji yang pantas. Pada hakekatnya proses belajar tidak
mengenal perbedaan. Entah seseorang itu awalnya berasal dari orang yang
tidak mampu ataupun kaya, pekerja kasar ataupun pejabat tinggi dan tidak
mengenal juga suku, ras atau pun golongan. Manusia dan mahluk hidup
lainnya dituntut untuk tetap mampu beradaptasi agar mereka bisa bertahan.
Beradaptasi membutuhkan inovasi dan kemampuan untuk berkreasi. Dan
ini semua bisa didapat dengan cara belajar, baik secara individual maupun
bersama. Hal ini memberi makna bahwa jika kita dalam kehidupan baik
sebagai personal maupun dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial,
asal bisa mengembangkan personal mastery, memiliki mental yang
tangguh, berpikir 19 secara sistemik, sepakat menjalankan visi bersama
serta mampu mengontrol untuk mengurangi kelemahan/ kebutaan dalam
diri maupun kelompok, pastilah akan mendapatkan hasil yang luar biasa.
Dengan kata lain, aktifitas positif baik secara personal maupun kelompok
apalagi bermanfaat bagi orang lain, dengan sendirinya akan mendatangkan
juga penilaian dari orang atau kelompok lainnya. Cetusan positif dari
penilain ini dapat diwujudkan dengan suatu penghargaan. Jadi
penghargaan didapat sebagai konskuensi dari hasil yang baik, bukan
merupakan buah dari harapan yang pasif.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa, penguasaan
pribadi membutuhkan disiplin dan bantuan team. Personal Mastery merupakan
sebuah penguasaan diri, yang karenanya dapat membawa pada keberhasilan
organisasi. Setiap individu harus mempunyai visi, kreatif, dan komitmen pada
diri dan kebenaran. Seseorang yang memiliki Personal Mastery memiliki
komitmen yang terhadap suatu hal, mempunyai inisiatif, dan terus menerus
mengembangkan kemampuan untuk menciptakan hasil terbaik dalam kehidupan.

B. Saran
Sebagai manusia kita harus menjaga Personal Mastery yang sudah kita
miliki, karena membawa dampak positif bagi pribadi maupun bagi orang lain.
Penguasaan pribadi membantu orang lain memahami bahwa hidup ini penuh
dengan kesempatan untuk memperluas visi dan ketrampilan kita

12

Anda mungkin juga menyukai