Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KEPEMIMPINAN DAN BERPIKIR SISTEM

PEMIMPIN SUKSES DI SEBUAH ORGANISASI KESEHATAN


(RUMAH SAKIT)

Oleh :

Galuh Ismayanti

(10012682125058)

Dosen Pengampu :

Dr. Drs. Ardiyan Saptawan.,M.Si

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan yang memberikan palayanan

kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik, dan sub spesialistik serta mempunyai misi

memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat

dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (SK Menkes RI No. 983/

Menkes / SK /XI/1992).

Rumah sakit adalah institusi yang memiliki tantangan tersendiri, karena yang

diproduksi adalah jasa pelayanan medik/kesehatan . rumah sakit baik yang

diselenggarakan masyarakat dana tau pemerintah juga berfungsi untuk melakukan

upaya kesehatan dasar atau rujukan dan kesehatan penujang sehingga dalam

menjalankan fungsinya selalu memperhatikan fungsi sosial pelayanan di masyarakat.

Memang harus disadari bahwa tujuan utama kegiatan dirumah sakit adalah melayani

pasien dan juga keluarganya dalam berbagai bentuk pelayanan. Rumah sakit

mengemban tugas yang besar untuk memberikan pelayanan yang bermutu untuk

pasiennya. Pembangunan kesehatan di bidang perumahsakitan bertujuan untuk

meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelaksanaan rujukan yang terpadu serta

meningkatkan manajemen pelayanan yang meliputi : perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, pengendalian serta penilaian yang dilakukan selama manajemen

beroperasi.

Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan misi dan fungsinya di atas ditandai

dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Pengelolaan rumah sakit yang

bermutu, efektif dan efisien sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor

yang paling penting dan dominan adalah sumber daya manusia yang memadai

baik kuantitas maupun kualitasnya. Memberikan pelayanan prima kepada pasien


menuntut kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan ini dalam sebuah rumah sakit

dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk pimpinan badan pengelola (governing

board), pimpinan atau orang lain yang menjabat posisi pimpinan, tanggung jawab dan

kepercayaan. Setiap rumah sakit harus mengidentifikasi orang-orang ini dan

melibatkan mereka dalam memastikan bahwa rumah sakit merupakan sumber daya

yang efektif dan efisien bagi masyarakat dan pasiennya.

Sumber daya manusia adalah aset yang dimiliki oleh sebuah organisasi termasuk

rumah sakit yang perlu dikelola secara efektif agar memberikan nilai tambah.

Untuk mengelola sumber daya manusia menjadi aset organisasi seperti rumah

sakit diperlukan kepemimpinan yang efektif (Muninjaya; 2004) begitu juga untuk

meningkatkan mutu, salah satunya perlu meningkatkan “Leadership” atau

kepemimpinan.

Menurut Marianti (2009), Pemimpin yang baik adalah yang memiliki integritas dan

kejujuran tinggi. Integritas dan kejujuran adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Banyak survey menunjukkan bahwa kejujuran (honesty )adalah karakteristik pemimpin

yang paling penting. Kejujuran pemimpin akan mempengaruhi tingkat kepercayaan

bawahan terhadap pemimpinnya. Jika karyawan diminta untuk mengurutkan dan

memberi komentar terhadap berbagai sifat dari pemimpin yang sukses maupun tidak

sukses. Kepercayaan adalah hal yang sangat penting dan menentukan tingkat

keinginan karyawan untuk mengikuti pemimpinnya.

Kepemimpinan direktur rumah sakit sangat menentukan kinerja rumah sakit itu

sendiri agar fungsi rumah sakit dapat terwujud secara optimal. Direktur rumah

sakit harus membangun image rumah sakit yang lebih baik agar dapat

menghadapi kebutuhan dan tuntutan masyarakat serta mampu bersaing

dengan sarana pelayanan kesehatan lain. Jelas sudah bahwa sumber daya manusia

bidang kesehatan di rumah sakit yang sangat berperan penting adalah direktur

rumah sakit. Sebagai pimpinan rumah sakit, direktur rumah sakit berpengaruh

positif terhadap pencapaian program-program rumah sakit dan tujuan


organisasi, dengan kata lain sekali lagi, direktur rumah sakit merupakan tokoh

yang berperan sangat penting dalam pengelolaan manajemen rumah sakit.

Secara khusus para pemimpin harus mengidentifikasi misi rumah sakit dan menjamin

bahwa sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai misi tersedia. Bagi banyak

rumah sakit hal ini tidak berarti harus menambah sumber daya baru, tetapi

menggunakan sumber daya yang ada secara lebih efisien, bahkan bila sumber daya

ini langka. Selain itu, para pemimpin harus bekerja sama dengan baik untuk

mengkoordinasikan dan mengintegrasikan semua kegiatan rumah sakit, termasuk

kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan asuhan pasien dan pelayanan klinis.

Dari pemaparan diatas, dalam essay ini saya akan membahas bagaimana gambaran

seorang pemimpin yang sukses untuk sebuah organisasi kesehatan (Rumah Sakit).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian kepemimpinan

Menurut beberapa para ahli, menurut Robbins yang dikutip oleh Sudarwan Danim dan

Suparno tahun 2009 menegaskan kepemimpinan adalah kemampuan memengaruhi

kelompok kearah pencapaian tujuan. Kepemimpinan adalah subjek dan objek dan

merupakan sesuatu yang tidak bosan untuk dipelajari, didiskusikan, diseminarkan, dan

di refleksikan oleh awam, akademisi, peneliti maupun praktisi. Hal itu karena

kepemimpinan merupakan hal yang dinamis, posisi kepemimpinan dalam sebuah

organisasi erat kaitannya dengan tujuan organisasi tersebut. Bush tahun 2010

menegaskan bahwa sebuah kepemimpinan merupakan suatu hal yang komprehensif

untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan akhir yang sudah ditetapkan.

Pendapat Bush tahun 2010 ini sejalan dengan Yukl tahun 2015, yang berpendapat

bahwa kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu yang memimpin aktivitas-

aktivitas kelompok ke suatu tujuan yang sudah ditetapkan bersama.

B. Pengertian Pemimpin

Seorang pemimpin lebih berperan sebagai fasilitator yang mengembangkan,

mengkoordinasikan dan memotivasi anggota tim untuk menyelesaikan pekerjaan

(Ilyas, 2006). Pemimpin tim yang sukses dapat menciptakan atmosfer kerja yang

mendorong anggota tim untuk melakukan pemecahan masalah, mencari solusi dan

berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Intinya seorang pemimpin harus mampu

memberikan dorongan kepada anggota kelompoknya untuk bekerja dengan penuh

rasa tanggung jawab serta dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan organisasi yang

telah ditetapkan. Dalam beberapa literatur dikenal macam-macam teori pemimpin


antara lain menurut Robbins (2006) serta Kreitner dan Kinicki (2000) dalam buku

Organizational Behaviour, teorinya adalah sebagai berikut :

1) Teori Ciri Kepribadian

Diyakini bahwa pemimpin dilahirkan, tidak dibuat. Orang-orang terpilih dianggap

memiliki karakteristik bawaan lahir yang menjadikan mereka pemimpin.

2) Teori Gaya Perilaku

Titik tolak teori ini berpusat pada perilaku pemimpin dan bukan pada karakteristik

kepribadian. Diyakini bahwa perilaku pemimpin secara langsung mempengaruhi

efektifitas kelompok kerja.

3) Teori Kontinjensi atau Situasional

Efektifitas gaya perilaku kepemimpinantergantung pada situasi dan hal lain yang

mampu mengisolasi kondisi-kondisi situasi itu. Dengan berubahnyasituasi, gaya

yang berbeda menjadi sesuai.

Keberhasilan seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku bawahan banyak

dipengaruhi oleh tipe kepemimpinan. Beberapa ahli mengemukakan pendapat tentang

tipe kepemimpinan. Menurut Thoha (2013:49) mengatakan bahwa tipe kepemimpinan

terbagi menjadi dua kategori yang ekstrem yaitu :

1) Kepemimpinan otokratis, tipe ini dipandang sebagai tipe kepemimpinan yang di

dasarkan atas kekuatan posisi dan penggunaan otoritas.

2) Kepemimpinan demokratis, tipe ini dikaitkan dengan kekuatan personal dan

keikutsertaan para pengikut dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan

keputusan.
Menurut pendapat Hasibuan (2007:170) tipe kepemimpinan dibagi menjadi tiga bagian,

yaitu :

1) Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan Otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar

mutlak tetap berada pada pimpinan atau kalau pimpinan itu menganut sistem

sentralisasi wewenang. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya

ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk

memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan

keputusan. Orientasi kepemimpinannya difokuskan hanya untuk peningkatan

produktivitas kerja karyawan dengan kurang memperhatikan perasaan dan

kesejahteraan bawahan.

2) Kepemimpinan Partisipatif

Kepemimpinan Partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan

dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan

loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar

merasa ikut memiliki perusahaan. Bawahan harus berpartisipasi memberikan

saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Pemimpin

dengan gaya partisipatif akan mendorong kemampuan bawahan mengambil

keputusan. Dengan demikian, pimpinan akan selalu membina bawahan untuk

menerima tanggung jawab yang lebih besar.

3) Kepemimpinan Delegatif

Kepemimpinan Delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan

wewenangnya kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian,

bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau

leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya. Pemimpin tidak peduli cara

bawahan mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya

diserahkan kepada bawahan. Pada prinsipnya pemimpin bersikap menyerahkan


dan mengatakan kepada bawahan inilah pekerjaan yang harus saudara

kerjakan, saya tidak peduli, terserah saudara bagaimana mengerjakannya asal

pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan baik.

C. Indikator Kepemimpinan

Menurut Wahjosumidjo (1991:154) secara garis besar indikator kepemimpinan adalah

sebagai berikut:

1) Bersifat adil

Dalam kegiatan suatu organisasi, rasa kebersamaan diantara para anggota

adalah mutlak, sebab rasa kebersamaan pada hakikatnya merupakan

pencerminan dari pada kesepakatan antara para bawahan maupun antara

pemimpin dengan bawahan dalam mencapai tujuan organisasi

2) Memberi sugesti

Sugesti biasanya disebut sebagai saran atau anjuran. Dalam rangka

kepemimpinan, sugesti merupakan pengaruh dan sebagainya, yang mampu

menggerakkan hati orang lain dan sugesti mempunyai peranan yang sangat

penting di dalam memelihara dan membina harga diri serta rasa pengabdian,

partisipasi, dan rasa kebersamaan diantara para bawahan.

3) Mendukung tujuan

Tercapainya tujuan organisasi tidak secara otomatis terbentuk, melainkan harus

didukung oleh adanya kepemimpinan. Oleh karena itu, agar setiap organisasi

dapat efektif dalam arti mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka

setiap tujuan yang ingin dicapai perlu disesuaikan dengan keadaan organisasi

serta memungkinkan para bawahan untuk bekerja sama.

4) Katalisator

Seorang pemimpin dikatakan berperan sebagai katalisator, apabila pemimpin itu

selalu dapat meningkatkan segala sumber daya manusia yang ada, berusaha
memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja cepat

semaksimal mungkin.

5) Menciptakan rasa aman

Setiap pemimpin berkewajiban menciptakan rasa aman bagi para bawahannya.

Dan ini hanya dapat dilaksanakan apabila setiap pemimpin mampu memelihara

hal-hal yang positif, sikap optimisme di dalam menghadapi segala

permasalahan, sehingga dalam melaksanakan tugas-tugasnya, bawahan

merasa aman, bebas dari segala perasaan gelisah, kekhawatiran, merasa

memperoleh jaminan keamanan dari pimpinan.

6) Sebagai wakil organisasi

Setiap bawahan yang bekerja pada unit organisasi apapun, selalu memandang

atasan atau pimpinannya mempunyai peranan dalam segala bidang kegiatan,

lebih-lebih yang menganut prinsip-prinsip keteladanan atau panutan-panutan.

Seorang pemimpin adalah segala-segalanya, oleh karena itu segala perilaku,

perbuatan, dan kata-katanya akan selalu memberikan kesan-kesan tertentu

terhadap organisasinya.

7) Sumber inspirasi

Seorang pemimpin pada hakikatnya adalah sumber semangat bagi para

bawahannya. Oleh karena itu, setiap pemimpin harus selalu dapat

membangkitkan semangat para bawahan sehingga bawahan menerima dan

memahami tujuan organisasi dengan antusias dan bekerja secara efektif ke arah

tercapainya tujuan organisasi.

8) Bersikap menghargai

Setiap orang pada dasarnya menghendaki adanya pengakuan dan

penghargaan diri pada orang lain. Demikian pula setiap bawahan dalam

organisasi memerlukan adanya pengakuan dan penghargaan dari atasan. Oleh

karena itu, menjadi suatu kewajiban bagi pemimpin untuk mau memberikan

penghargaan atau pengakuan dalam bentuk apapun kepada bawahannya.


D. Pengertian dan Ruang Lingkup Rumah Sakit

Kep. Menkes Nomor 582/Menkes/SK/VI/1997 menyebutkan rumah sakit sebagai

sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata

dengan mengutamakan upaya penyembuhanpenyakit dan pemulihan kesehatan yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan

pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan serta dapat dimanfaatkanuntuk

pendidikan tenaga dan penelitian. Sedangkan menurut UU Nomor 44 Tahun 2009

tentang Rumah Sakit Pasal 34, rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

E. Tugas Pokok dan Fungsi Kepemimpinan Direktur Rumah Sakit Dalam

Melaksanakan Manajemen Rumah Sakit

Kegiatan Direktur Rumah Sakit :

1) Manajemen Internal

a. Perencanaan (Planning)

b. Pengorganisasian (Organizing)

(a) Menyusun organisasi secaraumum dan prioritas tujuan.

(b) Menetapkan bagaimana kewenangan dan tanggungjawab dibagi diantara

perorangan dan departemen.

(c) Menetapkan pola komunikasi baku (dan pelaporan) dalam rumah sakit.

c. Staffing

(a) Menetapkan strata staf departemen.

(b) Menetapkan skala penggajian.

(c) Evaluasi, pelatihan dan pengembangan personil manajemen.

d. Directing

Memotivasi, memberi saran dan konseling bagi personil manajemen.


e. Controlling

(a) Mengembangkan dan meningkatkan sistem informasi.

(b) Meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

(c) Mengembangkan dan memperbaiki pola anggaran.

(d) Memperbaiki sistem komunikasi dengan pasien.

f. Planning surveilans lingkungan(Environmental Surveillance Planning)

(a) Menetapkan dan menentukan prioritas untuk jenis pelayanan baru.

(b) Menginterpretasikan bagaimana hukum dan peraturan dapat

mempengaruhirumah sakit.

(c) Menginterpretasikan bagaimana kecenderungan masalah keuangan dan

pelayanan kesehatan dapat mempengaruhir umah sakit.

2) Hubungan eksternal (External Relation)

a. Menginformasikan kepada masyarakat luas tentang rumah sakit.

b. Berhubungan dengan tokoh masyarakat dalam masalah perumahsakitan.

c. Mempengaruhi legislatif dan regulator.


BAB III

PEMBAHASAN

Teori kepemimpinan situasional (Situational Leadership Theory-SLT) berkembang

berdasarkan pemikiran bahwa tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang efektif untuk

semua situasi. Kekuatan yang ada pada diri pemimpin dan yang dimiliki oleh kelompok

(hubungan interpersonal di antara keduanya) serta lingkungan (orientasi tugas) akan

ikut menentukan gaya kepemimpinan seseorang jika ia berhubungan dengan stafnya

(Muninjaya; 2004). Gaya kepemimpinan dianggap yang paling sukses untuk diterapkan

di organisasi terutama kesehatan, karena kepemimpinan ini menyesuaikan kebutuhan

tim dan lingkungan kerja di rumah sakit. Ciri gaya kepemimpinan situasional adalah

pemimpin selalu menyempatkan waktu untuk melakukan terhadap tim demi mendorong

agar anggota lebih berkembang dan mandiri dalam pekerjaan. Melakukan pelatihan

terhadap anggota atau karyawan di rumah sakit, adalah cara pemimpin siotuasional

mengendalikan organisasi kesehatan tersebut. Tentu jelas, karyawan dirumah sakit

yang terdiri dari dokter, perawat, bidan, analis kesehatan, ahli gizi, analis lingkungan,

satpam, hingga office boy perlu dilakukan pelatihan dasar hingga profesioanl sesuai

bidang masing-masing. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja, skill dan

kompetensi seorang karyawan rumah sakit. Sehingga karyawan tersebut dapat

mengimplemntasikan kepada konsumen atau pasien di rumah sakit melalui pelayanan

yang diberikan secara optimal demi meningkatkan derajat kesehatan. Fleksibilitas

pemimpin situasional di rumah sakit agar mampu menyesuaikan diri dengan situasi tim

dan kenyataan di lapangan, sehingga tim dapat dengan mudah mengikuti setiap advice

yang diperintahkan.

Sebuah kepemimpinan situasional di rumah sakit dikatakan sukses apabila ketika tim

menunjukkan sikap percaya diri, tanggung jawab menjalankan tugas, sehingga


pimpinan hanya cukup mendelegasikan tugas kepada tim dengan pengawasan minimal.

Hal yang mendasari gaya kepemimpinan situasional sukses diterapkan di rumah sakit

adalah dapat menguraikan kompleksitas permasalahan di rumah sakit secara regulasi

dan birokrasi, dapat memecah ambiguitas dengan aturan-aturan yang ditetapkan,

mendorong kolaborasi sukses antara pimpinan dan anggota, membantu mengevaluasi

tingkat kedewasaan karyawan rumah sakit, mendorong motivasi dan produktivitas

karyawan rumah sakit, serta meningkatkan kesadaran diri setiap karyawan rumah sakit

atas keadaan situasi yang terjadi di rumah sakit.

Penerapan kepemimpinan situasional di lingkungan rumah sakit dapat lebih nyaman

dan efektif karena budaya serta cara manajemen dibentuk oleh pemimpin mengikuti

kesiapan dan kebutuhan tim. Dalam menerapkannya pemimpin situasional harus

memiliki komunikasi yang terbuka supaya perintah dapat diterima dengan mudah oleh

tim, dan kinerja akan sesuai ekspektasi. Sikap yang adil pemimpin untuk

memberlakukan kebijakan kepada tim sesuai kapasitas tim tersebut.

Pada hakekatnya gaya kepemimpinan situasional melihat hubungan pemimpin dan tim

yang dianalogikan sebagai hubungan anak dan orang tua. Persis seperti orang tua yang

melepaskan kendali kepada anak ketika anak beranjak dewasa, lebih matang, dan

bertanggung jawab, begitu juga pemimpin situasional akan melepaskan atau

mendelegasikan kepada tim sebagai anak buahnya untuk mengerjakan tugas sebagai

tanggung jawab dan tetap memantau mengawasi dengan baik. Pegawasan yang terlalu

berlebihan, memberikan arahan yang terlalu banyak atau terlalu sedikit berakibat negatif

bagi bawahan. Oleh sebab itu, perlu memadukan gaya kepemimpinan dengan tingkat

perkembangan. Strategi memadukan inilah essensi dari teori kepemimpinan situasional

yang berkembang secara efektif untuk mengendalikan dan memotivasi bawahan karena

pendekatan ini membula jalur komunikasi dan mendukung kerjasama anatara pemimpin

dan bawahan (Blanchard, 2007).


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peranan pemimpin dalam suatu organisasi sangatlah penting karena keberadaan

pemimpinan menjadi salah satu tombak dari keberhasilan dalam beroganisasi.

Kajian mengenai teori-teori kepemimpinan dapat digunakan dalam menjalankan

kepemimpinan yang efektif. Pada teori sifat mengatakan bahwa seorang pemimpin

harus mempunyai siat-sifat yang unggul, sehingga dapat memimpin orang lain.

Pada teori perilaku, pendekatan menjelaskan perilaku pemimpin dalam mencapai

tujuan organisasi. Pada teori situasional, seorang pemimpin lahir dari situasi yang

ada dan kemudian mempengaruhi orang lain menuju suatu perubahan sesuai

dengan tuntutan situasi yang ada. Sedangkan pada teori transformasional, seorang

pemimpin mampu mentransformasi budaya lama menuju budaya baru yang lebih

baik. Agar lebih bisa mengembangkan gaya kepemimpinan, fleksibilitas dan

efektifitas gaya kepemimpinannya dalam situasi yang berbeda-beda dalam

melaksanakan manajemen rumah sakit sehingga fungsi kepemimpinan menjadi

lebih baik. Agar terus mengembangkan karakter personality terutama leadership

dan softskill, membina hubungan interpersonal atau relationship dan meningkatkan

kemampuan belajar terutama bidang manajerial rumah sakit dengan banyak

mengikuti pelatihan perumahsakitan dimana kesemuanya ini sangat berperan

penting dalam meningkatkan fungsi kepemimpinan di rumah sakit.


DAFTAR PUSTAKA

Blanchard, K. (2007). Leading at A Higher Level. Alih Bahasa Poniman. PT. Elex Media

Komputindo. Jakarta.

Bush, T. (Ed.). (2010). Theories of Educational Management (3rd ed.). London: Sage.

Hasibuan, M. S. P. 2007.Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Ilyas, Y. (2006). Kiat Sukses Manajemen Tim Kerja. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 157/Menkes/SK/III/1997.

Marianti, M. M. (2009). Teori Kepemimpinan Sifat. Bina Ekonomi, 13(1).

Muninjaya. (2004). Manajemen Kesehatan. EGC. Jakarta.

Sudarwan Danim dan Suparno, Managemen dan Kepemimpinan Transformasional

Kepala Sekolah: Visi dan Strategi Sukses Era Tehnologi, Situasi Krisis, dan

Internalisasi Pendidikan (Jakarta: Renika Cipta, 2009)

Robbins, Stephen P. 2001. Organizational Behavior. Upper Saddle River. New Jersey:

Prentice - Hall Inc. Wahjosumidjo, 1991.”Teori Kepemimpinan dan Dasar Dasar

Manajemen”, Lembaga Administrasi Negara

Yukl, G. 2015. Leadership in Organizations. New Delhi: Dorling Kindersle.

Anda mungkin juga menyukai