Anda di halaman 1dari 5

CONTOH KASUS PERTAMA

Silakan uraikan bagaimana bapak/ ibu dalam mengambil suatu keputusan di institusi yang

bapak/ ibu pimpin atau kelola apabila ditemukan permasalahan kedua staf bapak/ ibu

bertengkar dalam mengambil keputusan terbaik. Mereka berdua sama-sama bersikeras bahwa

pendapat mereka adalah yang terbaik. Bagaimana bapak/ ibu merumuskan kebijakan dengan

kondisi tersebut?

PENDAPAT ATAU KEBIJAKAN YANG AKAN DIAMBIL DARI KASUS TERSEBUT

Dalam organisasi/ institusi pengambilan keputusan merupakan suatu hal yang sangat

strategis, bahkan dapat menentukan kelangsungan hidup organisasi itu sendiri. Tentunya

sebelum pengambilan keputusan itu diambil, terlebih dahulu harus ada masalah dan alternatif-

alternatif pemecahan masalah.

Pemimpin sebagai puncak organisasi, tentunya mempunyai legitimasi tertinggi dalam

penentuan pengambilan keputusan. Pemimpin dapat terdiri dari satu orang ataupun beberapa

orang. Tentunya akan lebih mudah jika pemimpin tersebut terdiri dari satu orang saja, namun

akibatnya adalah jika salah mengambil keputusan, maka rebound effect tentunya yang paling

besar terkena adalah pada orang tersebut. Ini berbeda jika pemimpin tersebut terdiri dari

beberapa orang, maka keputusan akhir dapat dicapai melalui mekanisme konsensus ataupun

voting jumlah suara yang terbanyak (oleh karena itu jumlah pemimpin di sini biasanya ganjil).

Pengambilan keputusan dalam organisasi merupakan proses pemilihan antara berbagai

alternatif (Shull, Delbecq, & Cummings, 1970). Ada juga yang berpendapat bahwa,

pengambilan keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang didasari atas logika dan

pertimbangan, penetapan alternatif terbaik, dan harus mendekati tujuan yang telah ditetapkan

(Ralp C. Davis, Mary Follet, dan James A.F. Stoner). Dari pendapat ini, maka tentunya

pengambilan keputusan haruslah melalui proses yang terkoordinasi dan matang serta
mempunyai jalinan komunikasi yang baik antar yang dipimpin dan pemimpinnya. Jika

komunikasi tidak berjalan dengan baik bahkan tidak memiliki nilai informatif, maka hal ini

malah akan menyebabkan masalah baru dan bukanlah pemecahan masalah seperti yang

diharapkan.

Pada umumnya suatu organisasi/ institusi memiliki hierarki manajemen. Secara klasik

hierarki ini terdapat tiga tingkatan, yaitu :

1. Manajemen puncak yang berkaitan dengan masalah perencanaan yang bersifat strategis

(strategic planning). Pada manajemen puncak keputusan yang diambil adalah

keputusan strategis.

2. Manajemen menengah, yaitu menangani permasalahan kontrol/ pengawasan yang sifat

pekerjaannya lebih banyak pada masalah administrasi. Pada manajemen menengah ini

keputusan yang diambil adalah keputusan administrasi/ taktis. Keputusan ini adalah

keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya.

3. Manajemen operasional, yaitu berkaitan dengan kegiatan operasional (kegiatan operasi

harian). Keputusan yang diambil pada manajemen operasional disebut keputusan

operasional.

Dari tingkatan pengambil keputusan di atas, maka kita dapat melihat pada tingkatan mana

keputusan yang diambil dan siapa pengambil keputusan tersebut. Adapun jika situasi

pengambilan keputusan tidak mendesak dan tidak terjadi konflik kepentingan, maka biasanya

meskipun keliru setelah keputusan tersebut diambil maka efeknya tidak terlalu parah dan masih

dapat diambil keputusan baru setelah dievaluasi dan diperbaiki keputusan yang sebelumnya

tersebut.
Adapun pengambilan keputusan dalam kondisi konflik internal seperti yang

dicontohkan pada kasus, maka pilihan yang diambil adalah apabila ada kepentingan dua atau

lebih pengambil keputusan saling bertentangan dalam menentukan keputusan yang terbaik dan

sama-sama bersikeras bahwa pendapat merekalah yang terbaik, bisa dalam situasi persaingan

dan atau pengambil keputusan saling bersaing, maka pilihan yang diambil adalah keputusan

yang paling rasional, tanggap dan bertujuan untuk memecahkan masalah dan bukan semata-

mata hanya ingin memenangkan salah seorang dari pengambil keputusan tersebut serta tidak

mengambil keputusan berdasarkan suka tidak suka. Kita sebagai pemimpin dalam institusi juga

harus menghargai setiap pendapat dari kedua staf kita yang sama-sama sudah memberikan

partisipasinya dalam memberikan solusi atau masukan untuk pengambilan sebuah keputusan

demi keberhasilan tujuan yang ingin dicapai dalam institusi.

Perilaku si pengambil keputusan terbukti sangat berperan penting dalam isi keputusan

itu sendiri. Ahli teori perilaku pengambilan keputusan sependapat bahwa individu juga

mempunyai keterbatasan kognitif, sehingga tidaklah mungkin dapat mengambil keputusan

yang sempurna, namun tentunya dia bisa mengambil keputusan yang terbaik sesuai dengan

situasi dan kondisi yang ada.

Kompleksitas organisasi/ institusi dan dunia secara umum, dapat menyebabkan

individu bertindak dalam situasi ketidakpastian dengan informasi yang bersifat ambigu dan

tidak lengkap. Kadang-kadang risiko dan ketidakpastian ini menyebabkan pembuat keputusan

organisasi mempunyai keputusan yang diragukan, atau tidak etis. Dikarenakan ketidakpastian

dan ambiguitas tersebut, seringkali keputusan malah semakin memperparah dan bukan menjadi

jalan keluar pemecahan masalah. Oleh karena itu, faktor koherensi dan rasionalitas serta

objektivitas harus tetap dikedepankan dan harus selalu dicerminkan dalam setiap pengambilan

keputusan. Ini adalah upaya untuk meminimalkan konflik dan perseteruan, serta juga dapat

menghindari protes yang besar setelah keputusan tersebut diambil.


Titik selanjutnya yang juga sangat penting, setelah keputusan tersebut diambil adalah

komunikasi dan informasi kepada siapapun yang berkepentingan atau yang terkait dengan

keputusan yang diambil. Meskipun keputusan yang diambil sudah bagus, namun cara

penyampaiannya keliru atau salah dalam penerapannya maka dapat menyebabkan terjadinya

ekses bahkan penolakan, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan cara

mengabaikan atau tidak menjalankan keputusan yang diambil. Ini sangat berbahaya, jika tidak

cepat diberikan informasi yang tepat ataupun dievaluasi dan diikuti dengan langkah

penanganannya, maka dapat menimbulkan "kerusakan baik ke dalam maupun ke luar

organisasi/ institusi".

Keputusan mempunyai dampak yang luas dan berpengaruh pada banyak orang maka

diperlukan komunikasi antar staf yang terencana dan detail. Ini berhubungan dengan gejolak

yang sangat besar yang bisa terjadi jika terjadinya penolakan atau protes yang besar. Dengan

kita memberikan informasi yang berimbang, memiliki dasar dan alasan-alasan yang kuat serta

dilengkapi dengan data-data dan fakta yang terjadi, maka bila tetap terjadi penolakan, hal itu

bisa diminimalisir.

Sungguh suatu hal yang tidak mungkin, kita menyenangkan dan memuaskan semua pihak,

namun jika kita dapat mengakomodasi hampir seluruh kepentingan orang banyak, maka

keputusan yang diambil akan sangat kuat dan nantinya akan dibela dan dijalankan oleh pihak-

pihak yang mendukung keputusan kita tersebut.

Yang terakhir, marilah kita sebelum mengambil keputusan memberikan waktu untuk

memikirkan dan memperhitungkan dampak yang bisa terjadi setelah keputusan kita ambil.

Walaupun keputusan tersebut waktu pengambilannya sangat sempit dan terjadi konflik, tetapi

disinilah akan diuji dan dibuktikan kemampuan pemimpin yang sesungguhnya.

Seorang pemimpin yang benar adalah seorang pemimpin yang mendengarkan, baik

pihak yang menentang maupun yang menerima. Sedangkan pemimpin yang baik adalah yang
mengambil keputusan berdasarkan kepentingan orang banyak dan berdasarkan hati nurani,

walaupun keputusan yang akan diambilnya tersebut tidak menguntungkan dirinya pribadi

maupun kelompoknya. Karena pemimpin yang hebat adalah pemimpin yang mewariskan karya

besar yang akan dikenang sepanjang masa dan tentu saja karyanya tersebut bermanfaat bagi

umat manusia.

KASUS KEDUA

Bapak / ibu menjadi kabag keperawatan. Anda diminta menyiapkan data mengenai laporan

kinerja instalasi ruangan yang ada di wilayah kerja bapak/ ibu oleh direktur RS. Sementara di

satu sisi masing-masing kepala ruangan diminta langsung oleh direktur untuk menyiapkan

laporan mengenai index kepuasan kerja pasien atas layanan yang sudah diberikan. Uraikan

bagaimana bapak/ibu dalam merumuskan keputusan tersebut dengan menggunakan analisis

fishbone dengan langkah-langkahnya!

Anda mungkin juga menyukai