Disusun Oleh:
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2019
1. Kerangka Teori
Prinsip teori ini adalah bahwa seseorang akan merasa puas atau tidak puas
tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak atas
sesuatu atau faktor penentu. Perasaan equity dan inequity atas suatu situasi diperoleh
dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor,
maupun ditempat lain (As’ad 1995: 125). Teori ini mengidentifikasikan elemen
equity meliputi tiga hal, yaitu :
a) Inputs : Segala sesuatu yang berharga dirasakan karyawan sebagai masukan
terhadap pekerjaannya (misalnya ketrampilan dan pengalaman, dll).
b) Outcomes : Segala sesuatu yang berharga yang dirasakan sebagai hasil dari
pekerjaannya (misalnya gaji, insentif, dll).
c) Comparisons Persona : Perbadingan antara input dan outcomes yang
diperolehnya
Tingkat kepuasan kerja yang tinggi akan mendorong karyawan senantiasa hadir dan
mencurahkan tenaga, pikiran dan waktunya untuk keberhasilan perusahaan.
Sebaliknya bila kebutuhan itu tidak terpenuhi akan timbul ketidakpuasan dalam
bekerja. Akibat yang ditimbulkan dari ketidakpuasan tersebut antara lain : tingkat
produktivitas menurun, tingkat absensi tinggi, tingkat turnover karyawan tinggi, prestasi
kerja menurun (Robbins, 2002: 224). Untuk mendapatkan hasil yang baik bagi perusahaan
ataupun karyawan maka diperlukan adanya kerjasama yang baik dari pihak karyawan dan
pihak perusahaan.
KEPUASAN KERJA
INTRINSIK EKSTRINSIK
( MOTIVASI ) ( HYGIENE FACTOR)
KEPUASAN KERJA
Faktor luar :
1. Kesejahteraan keluarga
karyawan
2. Rekreasi
3. pendidikan
Factor yang menentukan kepuasan kerja menurut Burt (As”ad, 2003 :195 )
Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivasi bagi
pelakunya; hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang menjadi alat
motivasi. Kebutuhan-kebutuhan yang dimaksud oleh Maslow adalah sebagai
berikut :
a Physiological Needs
c. Keahlian
Keahlian harus mendapat perhatian utama. Hal ini akan menentukan mampu tidaknya
seseorang menyelesaikan pekerjaan yang di tugaskan kepadanya. Keahlian ini mencakup
technical skill, human skill, dan conceptual skill, kecakapan untuk memanfaatkan kesempatan,
serta kecermatan menggunakan peralatan yang dimiliki perusahaan dalam mencapai tujuan.
1. Kemampuan teknis (technical skil), Kemampuan menggunakan
pengetahuan, metode, teknik, dan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas tertentu yang diperoleh dari pengalaman, pendidikan dan training.
2. Kemampuan sosial (human skiil), kemampuan dalam bekerja dengan melalui orang
lain yang mencakup pemahaman tentang motivasi dan penerapan kepemimpinan yang
efektif.
3. Keterampilan konseptual (conceptual skill), Merupakan kemampuan mental untuk
menganalisis dan mendiagnosis situasi yang kompleks serta merumuskan konsep.
Ability individu diwujudkan dalam bentuk kompetensi. Individu yang kompeten memiliki
pengetahuan dan keahlian. Sejak dilahirkan setiap individu dianugerahi Tuhan dengan bakat
dan kemampuan. Bakat adalah kecerdasan alami yang bersifat bawaan. Kemampuan adalah
kecerdasan individu yang diperoleh melalui belajar.
Menurut James dan Jones dalam Toulson dan Smith (1994:455) membagi
iklim organisasi dalam tiga pendekatan, yaitu:
a. Multiple measurement – organizational approach
Dimensi iklim organisasi adalah unsur, faktor, sifat, atau karakteristik variabel
iklim organisasi. Litwin and Stringer (1986) menjelaskan iklim organisasi menjadi
sembilan (9) dimensi yaitu :
a. Struktur. Karyawan mempersepsikan dirinya mengetahui aturan,
peraturan, prosedur yang ada serta birokasi tertentu dalam organisasi.
b. Tanggung jawab. Karyawan mempersepsikan dirinya menjadi seorang
pimpinan dalam melakukan pekerjaannya sendiri, tanpa perlu meninjau
ulang keputusan yang diambilnya.
c. Penghargaan. Karyawan mempersepsikan sebuah penghargaan yang
diterima adalah hasil dari pekerjaan yang dilakukan dengan baik.
d. Kehangatan. Karyawan melihat keseluruhan persahabatan yang terbentuk
dari interaksi kelompok sosial secara informal di dalam organisasi
e. Dukungan. Karyawan melihat pemberian bantuan yang dilakukan
berdasarkan pada hubungan timbal balik antara atasan dengan bawahan.
f. Standar. Karyawan melihat standar kinerja yang dinyatakan secara
implisit dan eksplisit dalam organisasi.
g. Konflik. Karyawan melihat sebuah konflik terjadi karena adanya
perbedaan pendapat dari masing-masing anggota di dalam organisasi
h. Risiko. Karyawan melihat resiko kerja dapat terjadi di dalam organisasi.
Salah satu penyebab terlihat pada jenis pekerjaannya. Jenis pekerjaan
tersebut mempengaruhi besar kecilnya risiko yang di dapat.
i. Identitas. Karyawan melihat dirinya merasa memiliki perusahaan serta
menjadi anggota dalam sebuah tim kerja.
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Iklim Organisasi
Menurut Higgins (1994:477-478) ada empat prinsip faktor-faktor yang
mempengaruhi iklim yaitu:
1. Manajer/pimpinan
Pada dasarnya setiap tindakan yang diambil oleh pimpinan atau manajer
mempengaruhi iklim dalam beberapa hal, seperti aturan-aturan, kebijakan-
kebijakan, dan prosedur-prosedur organisasi terutama masalah-masalah yang
berhubungan dengan masalah personalia, distribusi imbalan, gaya komunikasi,
cara-cara yang digunakan untuk memotivasi, teknik-teknik dan tindakan
pendisiplinan, interaksi antara manajemen dan kelompok, interaksi antar
kelompok, perhatian pada permasalahan yang dimiliki karyawan dari waktu ke
waktu, serta kebutuhan akan kepuasan dan kesejahteraan karyawan.
2. Tingkah laku karyawan
Tingkah laku karyawan mempengaruhi iklim melalui kepribadian mereka,
terutama kebutuhan mereka dan tindakan-tindakan yang mereka lakukan
untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Komunikasi karyawan memainkan
bagian penting dalam membentuk iklim. Cara seseorang berkomunikasi
menentukan tingkat sukses atau gagalnya hubungan antar manusia.
Berdasarkan gaya normal seseorang dalam hidup atau mengatur sesuatu, dapat
menambahnya menjadi iklim yang positif atau dapat juga menguranginya
menjadi negatif.
3. Tingkah laku kelompok kerja
Terdapat kebutuhan tertentu pada kebanyakan orang dalam hal hubungan
persahabatan, suatu kebutuhan yang seringkali dipuaskan oleh kelompok
dalam organisasi. Kelompok-kelompok berkembang dalam organisasi dengan
dua cara, yaitu secara formal, utamanya pada kelompok kerja; dan informal,
sebagai kelompok persahabatan atau kesamaan minat.
4. Faktor eksternal organisasi
Sejumlah faktor eksternal organisasi mempengaruhi iklim pada organisasi
tersebut. Keadaan ekonomi adalah faktor utama yang mempengaruhi
iklim. Contohnya dalam perekonomian dengan inflasi yang tinggi, organisasi
berada dalam tekanan untuk memberikan peningkatan keuntungan sekurang-
kurangnya sama dengan tingkat inflasi. Seandainya pemerintah telah
menetapkan aturan tentang pemberian upah dan harga yang dapat membatasi
peningkatan keuntungan, karyawan mungkin menjadi tidak senang dan bisa
keluar untuk mendapatkan pekerjaan pada perusahaan lain. Di lain pihak,
ledakan ekonomi dapat mendorong penjualan dan memungkinkan setiap orang
mendapatkan pekerjaan dan peningkatan keuntungan yang besar, sehingga
hasilnya iklim menjadi lebih positif.
Manager/pimpinan
1. Aturan/kebijakan
/prosedur Tingkah laku
2. Distribusi karyawan
imbalan 1. Tingkah laku
3. Gaya komunikasi karyawan
4. Cara memotivasi 2. Gaya
5. Interaksi antar karyawan
kelompok 3.
6. Perhatian pada 4. Cara
masalah komunikasi
IKLIM
ORGANISASI
berdasarkan kerangka teori, dihasilkan rumusan kerangka konsep yang terdiri dari
beberapa factor yang menjadi variable yang akan diteliti. Variabel dependen dari
penelitian ini adalah kepuasan karyawan di Rumah Sakit X. Sedangkan variable
independennya yaitu karakteristik individu, variable motivasi kerja, dan variable iklim
organisasi
-
-
KEPUASAN KERJA
-
IKLIM ORGANISASI
- struktur
- Standar- standar
- Tanggung jawab
- pengakuan
- dukungan
- komitmen
Research Framework
Hasil Uji validitas dan Reliabilitas
Normalitas data
Aturan ketentuan :
1. Hipotesa uji
H0 ; data terdistribusi normal
H1 ; data terdistribusi tidak normal
4. Aturan keputusan
α hitung ≥ α (0.05/0,01) terima H0
α hitung ≤ α (0.05/0,01) tolak H0, terima H1
Pada Tabel… Nilai normalitas data pada variable motivasi, iklim organisasi, dan kepuasan
kerja, dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Pada variable motivasi, nilai sig.hitung (p-value) = 0,002
Sig. hitung ≤ α (0,005) tolak H0 terima H1, artinya distribusi data pada variable
motivasi tidak normal.
b. Pada variable iklim organisasi, nilai sig.hitung (p-value) = 0,002
Sig. hitung ≤ α (0,005) tolak H0 terima H1, artinya distribusi data pada variable
iklim organisasi tidak normal.
c. Pada variable kepuasan kerja, nilai sig.hitung (p-value) = 0,002
Sig. hitung ≤ α (0,005) tolak H0 terima H1, artinya distribusi data pada variable
kepuasan kerja tidak normal.
Aturan ketentuan :
1. Hipotesa uji
H0 ; tidak ada hubungan (korelasi) variable X1 (motivasi kerja) terhadap terhadap
variable Y (kepuasan kerja)
H1 ; signifikan ada hubungan (korelasi) variable X1 (motivasi kerja) terhadap
terhadap variable Y (kepuasan kerja)
4. Aturan keputusan
α hitung ≥ α (0.05/0,01) terima H0
α hitung ≤ α (0.05/0,01) tolak H0, terima H1
Jadi sarannya adalah untuk memperoleh motivasi kerja yang diinginkan maka
kepuasaan kerja harus ditingkatkan lebih baik, sistematis, berencana dan terus-
menerus untuk mengimbangi kondisi dari lingkungan yang selalu membutuhkan
tugas kerja yang cakap dan siap dalam menghadapi berbagai tantangan dan
masalah-masalah yang timbul dalam menjalankan tugasnya sehingga mampu
memegang tanggung jawabnya masing-masing
Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Saran Bagi Direksi Rumah Sakir PS
Berdasarkan hasil analisis data karyawan masih ada dalam kategori sedang, dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasn kerja yang rendah dirasakan oleh
karyawannya baik itu dari sisi internal maupun eksternal dari karyawan tersebut
maka alangkah lebih baik perusahaan melakukan kegiatan survey kepuasan kerja yang
dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk memetakan kebutuhan apa yang paling ingin
dinikmati oleh karyawan agar meningkatkan kepuasan kerjanya.
2. Saran Bagi Karyawan
Hasil penelitian menunjukan tinggat kepuasan kerja karyawan masih rendah
rendah untuk menghindari hal tersebut maka karyawan senantiasa bekerja lebih baik lagi
sehingga dapat penilaian kerja yang baik dari perusahaan, lebih lanjut iklim organisasi
yang tercipta juga dalam kategori rendah maka hubungan antar karyawan atau sosialisasi
antar karyawan lebih ditingkatkan lagi.
3. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya
Pada peneliti selanjutnya hendaknya menggunakan lebih banyak factor lain untuk
melihat sikap atau perilaku karyawan dalam meningkatkan kepuasn kerja dan pendekatan
dalam penelitian juga lebih diperdalam untuk mencapai tujuan penelitian yaitu melihat
kebutuhan terbesar pada karyawan.
Karyawan yang lebih muda cenderung mempunyai fisik yang kuat, sehingga
diharapkan dapat bekerja keras dan pada umumnya mereka belum berkeluarga atau
bila sudah berkeluarga anaknya relatif masih sedikit. Tetapi karyawan yang lebih
muda umumnya kurang berdisiplin, kurang bertanggung jawab dan sering
berpindah – pindah pekerjaan dibandingkan karyawan yang lebih tua (Alex S.
Nitisemito, 1992:57). Karyawan yang lebih tua kecil kemungkinan akan berhenti
karena masa kerja mereka yang lebih panjang cenderung memberikan kepada
mereka tingkat upah yang lebih tinggi, liburan dengan upah yang lebih panjang, dan
tunjangan pensiun yang lebih menarik. Kebanyakan studi juga menunjukkan suatu
hubungan yang positif antara kepuasan kerja dengan umur, sekurangnya sampai
umur 60 tahun. Kepuasan kerja akan cenderung terus – menerus meningkat pada para
karyawan yang profesional dengan bertambahnya umur mereka, sedangkan pada
karyawan yang nonprofesional kepuasan itu merosot selama umur setengah baya
dan kemudian naik lagi dalam tahun – tahun berikutnya (Stephen P Robbins,
2001:47).
d. Hubungan variable jenis kelamin terhadap kepuasan kerja
Pada table di atas didapat sig (p-value) = 0,182 > 0,05 terima H0, artinya tidak ada hubungan
signifikan tingkat pendidikan terhadap kepuasan kerja di RS Panti secanti, Gisting.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan mempengaruhi pola pikir
yang nantinya berdampak pada tingkat kepuasan kerja (Robert kreitner, Angelo Kinicki,
2003:277). Pendapat lain juga menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka
tuntutan – tuntutan terhadap aspek – aspek kepuasan kerja di tempat kerjanya akan semakin
meningkat (Kenneth N. Wexley, Gary A. Yuki, 2003:149).
Hasil penelitian dari Adib Farchan (1984) menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
positif antara tingkat pendidikan dengan kepuasan kerja. Namun berbeda dengan hasil penelitian
dari Gilmer (1966) yang menyimpulkan bahwa karyawan yang berpendidikan lanjutan atas
merasa sangat puas dengan pekerjaan yang mereka lakukan (Moh. As’ad, 1995:122).
Uji regresi
I. Hipotesa Uji
H0; tidak ada pengaruh var X1 (independent) terhadap var Y ( dependent var)
H1; signifikan ada pengaruh var X1 (independent) terhadap var Y ( dependent var)
II. Alat Uji Statistik
Simple Linear Regression karena data numerik
III. Menentukan nilai signifikan, alpha / α = 5%
IV. Aturan keputusan;
α hitung ≥ α (0,05 / 0,01) ------- terima H0
α hitung < α (0,05 / 0,01) ------- tolak H0 terima H1
a. Pengaruh variabel motivasi terhadap kepuasan kerja
• H1 : Signifikan ada pengaruh variabel motivasi terhadap kepuasan kerja di Rumah Sakit Panti
Secanti Gisting.
Pada tabel …. variable motivasi kerja dengan p-value (sig 2-tailed) = 0,000 < α = 0,05 dan t-hitung =
5.519> t-tabel (1.660), tolak H0 terima H1 artinya signifikan ada pengaruh positive (konstanta β
=0.977) variabel motivasi kerja terhadap kepuasan kerja di Rumah Sakit Panti secant Gisting.
Persamaan regressi;
Y = 39.185+ (0.977).X1 + ei
Y = 39.185+ (0.977). motivasi + ei
Artinya bila implementasi motivasi karyawan meningkat dalam pelaksanaan pelayanan di RS Panti
Secanti Gisting maka terjadi peningkatan kepuasan kerja karyawan sebesar 0,977 point.
Pentingnya motivasi kerja terhadap kepuasan kerja diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Ayub
& Kafif (2011) tentang hubungan antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja. Penelitian ini
menemukan bahwa ada hubungan yang positif signifikan antara motivasi kerja dengan kepuasan
kerja kepada 80 manajer Bank yang di Pakistan r=0,563 dengan signifikansi p=0,000.Hasil tersebut
menunjukkan bahwa manaje rmerasa termotivas ioleh karena lingkungan kerja yang baik dengan
rekan kerja,tugas yang menarik, umpan balik serta kompensasi sebagai uang dapat memenuhi
kebutuhan dasar seperti pangan dan keamanan, tetapi juga kebutuhan yang lebih canggih seperti
kebutuhan akan pengakuan.Penelitian yang dilakukan oleh Singh & Tiwari (2011) yang
menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara motivasi dengan kepuasan kerja.Penelitian
yang dilakukan Tyilana (2005) dan Lut (2012) juga menyatakan bahwa ada hubungan yang positif
antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja. Rohmalia (2014) menunjukkan bahwa motivasi kerja
berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja guru.
Hasil yang berbeda ditemukan dari penelitian yang dilakukan Budiyanto &Oetomo (2011)
bahwa motivasi kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja PNS yang bekerja pada
pemerintah kabupaten Magetan, Jawa Timur (nilai t-statistic = 0,791 <1,96.). Terbukti 96,8%
pegawai merasa kurang puas dengan pekerjaan itu sendiri karena pekerjaan relative mudah untuk
dilakukan dan tidak bervariasi(membosankan), kurang menyenangkan, dan kurang relevan dengan
keahlian mereka, pengalaman,dan harapan. Kondisi kerja tersebut tidak memotivasi pegawai dalam
pekerjaan mereka sehingga tidak menghasilkan dampak yang signifikan terhadap kepuasan kerja.
Penelitian Arifin (2005)menemukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara motivasi
kerja dengan kepuasan kerja karyawan di PT SAT Nusa Persada, Batam.Hal ini diperkuat dengan
nilai koefisien jalur 0,301, thit 1,842 dengan nilai sign. p=0,065>0,05.
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .487a .237 .229 8.24191
a. Predictors: (Constant), Motivasi_Kerja
b. Dependent Variable: Kepuasan_Kerja
Tabel tersebut Menunjukkan besarnya pengaruh variable motivasi terhadap kepuasan kerja
sebesar 23,7% sedangkan sisanya 76,3% dipengaruhi oleh variable lainnya.
Selain karena pengaruh motivasi, Berdasarkan penelitian Robbins (2003) mengatakan ada
empat faktor yang kondusif bagi tingkat kepuasan kerja karyawan yang tinggi, yaitu :
a) Pekerjaan yang secara mental menantang
Orang lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka peluang untuk
menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka
b) dan menawarkan satu varietas tugas, kebebasan dan umpan balik tentang seberapa baiknya
mereka melakukan itu. Karakteristik- karakteristik ini membuat pekerjaan menjadi
menantang secara mental.
c) Imbalan yang wajar
Karyawan menginginkan sistem panggajian yang mereka anggap tidak ambigu, dan
sejalan dengan harapan mereka. Bila pembayaran itu kelihatan adil berdasarkan pada
permintaan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pembayaran masyarakat,
kepuasan mungkin dihasilkan.
d) Kondisi lingkungan kerja yang mendukung
Karyawan merasa prihatin dengan kondisi lingkungan kerja mereka jika menyangkut masalah
kenyamanan pribadi maupun masalah kemudahan untuk dapat bekerja dengan baik. Banyak
studi yang menunjukan bahwa para karyawan lebih menyukaii lingkungan fisik yang tidak
berbahaya atau yang nyaman. Selain itu kebanyakan karyawan lebih suka bekerja tidak jauh
dari rumah, dalam fasilitas yang bersih dan relatif modern, dengan alat dan perlengkapan
yang memadai.
e) Rekan kerja yang suportif
Dari bekerja orang mendapatkan lebih dari sekedar uang atau prestasi- prestasi yang
berwujud, bagi sebagain karyawan kerja juga dapat mengisi kebutuhan akan interaksi
social. Oleh karena itu, tidak heran jika seorang karyawan memiliki rekan kerja yang suportif
dan bersahabat dapat meningkatkan kepuasan kerja mereka
f. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan
Kecocokan yang tinggi antara kepribadian seorang karyawan akan menghasilkan seorang
individu yang lebih terpuaskan. Orang- orang memiliki tipe kepribadiannya sama dan sebanding
dengan pekerjaan yang mereka pilih akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada
pekerjaan-pekerjaan tersebut dan lebih besar untuk mencapai kepuasan kerja yang tinggi dalam
kerja mereka
ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3056.872 1 3056.872 177.679 .000b
Residual 1686.038 98 17.204
Total 4742.910 99
a. Dependent Variable: Iklim_Organisasi
b. Predictors: (Constant), Kepuasan_Kerja
Pada tabel tersebut menunjukkan kesesuain model regresi pada persamaan uji regressi dan pengaruh
yang berkelanjutan pada variabel iklim organisasi terhadap kepuasan kerja karena p-value / sig =
0,000 < = 0,05 dan F hitung = 177.679 > F table 3,94.
Coefficientsa
Standardize
d
Unstandardized Coefficient 95,0% Confidence Collinearity
Coefficients s Interval for B Statistics
Lower Upper Toler
Model B Std. Error Beta t Sig. Bound Bound ance VIF
1 (Constant) 12.80 3.228 3.966 .000 6.397 19.207
2
Kepuasan_ .592 .044 .803 13.33 .000 .504 .680 1.000 1.000
Kerja 0
a. Dependent Variable: Iklim_Organisasi
• H0 : Tidak ada pengaruh variabel iklim organisasi terhadap kepuasan kerja di Rumah Sakit
Panti Secanti Gisting.
• H1 : Signifikan ada pengaruh variabel iklim organisasi terhadap kepuasan kerja di Rumah
Sakit Panti Secanti Gisting.
Pada tabel …. variable Iklim Organisasi dengan p-value (sig 2-tailed) = 0,000 < α = 0,05 dan t-hitung
= 13.330 > t-tabel (1.660), tolak H0 terima H1 artinya signifikan ada pengaruh positive (konstanta β =
0.592) variabel iklim organisasi terhadap kepuasan kerja di Rumah Sakit Panti secant Gisting.
Persamaan regressi;
Y = 12.802 + (0.592).X1 + ei
Y = 12.802 + (0.592). Budaya Keselamatan Pasien + ei
Artinya bila implementasi iklim organisasi RS meningkat dalam pelaksanaan pelayanan di RS Panti
Secanti Gisting maka terjadi peningkatan kepuasan kerja karyawan sebesar 0,592 point.
Pentingnya iklim organisasi berpengaruh kepada kepuasan kerja dibuktikan dalam penelitian
yang dilakukan oleh Adenike (2011) terhadap
293 staf karyawan akademik yang bekerja di Universitas swasta, Nigeria menemukan bahwa ada
hubungan yang positif dan signifikan antara iklim organisasi dengan kepuasan kerja (r=0,671dan
p<0,01).
Singh et a
(2011) dalam studi komparatif yang dilakukan pada empat perusahaan sektor komunikasi di
India mengemukakan bahwa iklim organiasasi sangat berpengaruh terhadap kepuasan
kerja.Penelitian yang dilakukan oleh Liana (2012) dan Wahat (2009) juga menunjukkan hasil
yang serupa, bahwa iklim organisasi memiliki hubungan dengan kepuasan kerja
seseorang.
Castro & Martins (2010) dalam penelitian terhadap 696 karyawan yang bekerja di organisasi
informasi dan teknologi di Afrika Selatan menemukan bahwa ada hubungan yang positif dan
signifikan antara iklim organisasi dengan kepuasan kerja (r = 0,813, p < 0,01). Selanjutnya,
Bemana (2011) menemukan pengaruh yang positif dan signifikan antara iklim organisasi dengan
kepuasan kerja karyawan Shiraz Municipality Personnel di Iran dengan nilai koefisien regresi
sebesar 0.30 pada taraf signifikansi p<0.01. Penelitian yang dilakukan oleh Affandi (2002) juga
menemukan hasil yang sama yaitu iklim organisasi yang meliputi Structure, Responsibility,
Recognitionand Reward, Risk, Warmth, Support, Standard, Conflict, Innovation, berpengaruh
positif yang signifikan terhadap kepuasan kerja.Demikian pula penelitian yang dilakukan Yusuf
(2004) menemukan bahwa iklim organisasi memiliki hubungan positif dan signifikan dengan
koefisien korelasi sebesar 0,880 dan nilai thitung=15,938 lebih besar dari ttabel=2,66 α=0,01)
Namun, bertolak belakang dengan hasil penelitian Susanty (2012) yang menunjukkan bahwa
iklim organisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja.dengannilai
koefisien parameter cukup rendah, yaitu sebesar 0,0024. Hal ini diperkuat dengan hasil pengujian
hipotesis satu yang ditolak karena pada hasil analisis diperoleh bahwa thitung=0,9278lebih kecil
darittabel=1,96, yang berarti bahwa peningkatan
iklim organisasi tidak diikuti dengan peningkatan tingkat kepuasan kerja karyawan.Hal ini diperkuat
oleh penelitian yang dilakukan oleh Schulte et al. (2006) yang mengemukakan bahwa iklim
organisasi tidak memiliki hubungan dengan kepuasan kerja.
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .803a .645 .641 4.14783
a. Predictors: (Constant), Kepuasan_Kerja
b. Dependent Variable: Iklim_Organisasi
Tabe ltersebut Menunjukkan besarnya pengaruh variable iklim organisasi terhadap kepuasan
kerja sebesar 64,5 % sedangkan sisanya 35,5 % dipengaruhi oleh variable lainnya.
c. Regresi multivariate pada variable motivasi kerja, iklim organisasi dan kepuasan kerja
• H0 : Tidak ada pengaruh motivasi kerja dan iklim organisasi terhadap kepuasan kerja di
Rumah Sakit Panti Secanti Gisting.
• H1 : Signifikan ada pengaruh variabel motivasi kerja dan iklim organisasi terhadap kepuasan
kerja di Rumah Sakit Panti Secanti Gisting.
Pada tabel …. variable motivasi kerja dengan p-value (sig 2-tailed) = 0,000 < α = 0,05 dan t-hitung =
5.519> t-tabel (1.660), tolak H0 terima H1 artinya signifikan ada pengaruh positive (konstanta β
=0.977) variabel motivasi kerja terhadap kepuasan kerja di Rumah Sakit Panti secant Gisting.
Persamaan regressi;
Y = 39.185+ (0.977).X1 + ei
Y = 39.185+ (0.977). Budaya Keselamatan Pasien + ei
Artinya bila implementasi motivasi kerja karyaran RS meningkat dalam pelaksanaan
pelayanan di RS Panti Secanti Gisting maka terjadi peningkatan kepuasan kerja karyawan sebesar
0,977 point.
Dari penjelasan di atas dapat diartikan bahwa kepuasan kerja yang ada pada karyawan dipengaruhi
oleh motivasi kerja yang tinggi dalam perusahaan, hal ini dikarenakan karena adanya pemenuhan
kebutuhan keberadaan, kebutuhan berhubungan dan kebutuhan pertumbuhan yang diberikan
dengan baik oleh perusahaan. Pada motivasi kerja, perusahaan memberikan sistem penggajian
yang di anggap cukup untuk memenuhi kebutuhan pada para karyawan.
Sesuai dengan pendapat Nawawi (1998:351), dari segi psikologis kenyataannya menunjukkan
bahwa bergairah atau bersemangat dan sebaliknya tidak bergairah atau tidak bersemangat seorang
pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya, sangat dipengaruhi oleh motivasi kerja yang
mendorongnya. Melalui hasil penelitian tersebut maka disimpulkan bahwa kepuasan kerja dapat
terbentuk apabila terdapat motivasi kerja pada karyawan. Motivasi ini akan mempengaruhi kepuasan
kerja karyawan di Rumah Sakit Panti Secanti.
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .805a .649 .642 5.62072
a. Predictors: (Constant), Iklim_Organisasi,
Motivasi_Kerja
b. Dependent Variable: Kepuasan_Kerja
Tabel di atas menunjukkan besarnya pengaruh variable motivasi dan iklim organisasi terhadap
kepuasan kerja sebesar 64,9 % sedangkan sisanya 35,1% dipengaruhi oleh variable lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2001) menunjukkan bahwa iklim organisasi,
motivasi dan kompensasi secara bersamaan memiliki hubungan dengan kepuasan kerja sebesar
46,7%. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Ma’sum (2008 juga menunjukan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara perilaku kepemimpinan, iklim organisasi, dan motivasi kerja secara
bersama-sama terhadap kepuasan kerja pegawai di Kantor Pusat Universitas Mataram.Penelitian
yang dilakukan oleh Aridiana (2007) juga mengungkapkan hasil yang sama bahwa iklim
organisasi dan motivasi kerja berhubungan secara simultan dengan kepuasan kerja perawat di
BPKM RSU Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar, Jawa Timur (r=0,734, p=0,000<p=0,05,
R2=0,539).
Penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2012) terhadap para PNS di PPPPTK BOE Malang
menunjukkan bahwa motivasi kerja dan iklim organisasi berhubungan secara simultan dengan
kepuasan kerja PNS di PPPPTK BOE Malang. Mufidayati (1998) dalam penelitian tentang
analisis hubungan iklim organisasi dan motivasi dengan kepuasan kerja tenaga kependidikan pada
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Fikri, menemukan bahwa iklim organisasi dan motivasi
secara bersama- sama berhubungan dengan kepuasan kerja sebesar 36% (R2=0,36; r=0,6; F=10,39;
p=0,000<p=0,05). Rahmawati & Suparta (2015) dalam penelitian terhadap pegawai Balai
Wilayah Bali-Penida menemukan bahwa iklim organisasi dan motivasi kerja secara simultan
No Variabel Definisi Teori Definisi Operasional (Indikator) Hasil Pengukuran Sumber Data & Skala
Pengukuran Ukur
1. Umur (Usia) Satuan waktu yang mengukur Kategori Umur Menurut Depkes RI 1. Remaja Akhir = Dengan Ordinal
waktu keberadaan suatu benda (2009): usia 17 - 25 menggunakan
atau makhluk, baik yang hidup 1. Masa balita = 0 - 5 tahun, tahun kuesioner,
maupun yang mati (DepKes RI 2. Masa kanak-kanak = 5 - 11 tahun. 2. Dewasa Awal = dilakukan oleh
2009) 3. Masa remaja Awal =12 - 1 6 26- 35 tahun. karyawan RS
tahun. 3. Dewasa Akhir =
Usia kronologis adalah 4. Masa remaja Akhir =17 - 25 36- 45 tahun.
perhitungan usia yang dimulai tahun. 4. Lansia Awal =
dari saat kelahiran seseorang 5. Masa dewasa Awal =26- 35 46- 55 tahun.
sampai dengan waktu tahun.
penghitungan usia dalam tahun 6. Masa dewasa Akhir =36- 45
tahun.
7. Masa Lansia Awal = 46- 55
tahun.
8. Masa Lansia Akhir = 56 - 65
tahun.
9. Masa Manula = 65 - sampai atas
2. Jenis Kelamin Jenis kelamin (seks) adalah Identitas seksual yang dibawa 1. Laki-Laki Dengan Nominal
perbedaan antara perempuan seseorang sejak lahir yaitu laki-laki 2. Perempuan menggunakan
dengan laki-laki secara atau perempuan. kuesioner,
biologis sejak seseorang lahir dilakukan oleh
(Hungu (2007) karyawan RS
3. Lama Bekerja Lama bekerja adalah lama Menurut Handoko (2007) lama 1. Masa kerja baru < 6 Dengan Ordinal
waktu untuk melakukan suatu bekerja dapat dikategorikan : tahun menggunakan
kegiatan atau lama waktu a. Lama kerja kategori baru ≤ 3 2. Masa kerja sedang kuesioner,
seseorang sudah bekerja (Tim tahun = 6-10 tahun dilakukan oleh
penyusun KBBI, 2010). b. Lama kerja kategori lama > 3 3. Masa Kerja Lama > karyawan RS
Lama bekerja adalah suatu tahun 10 tahun
kurun waktu atau lamanya
tenaga kerja itu bekerja di Menurut Rudiansyah (2014), lama
suatu tempat. (Handoko, bekerja dapat dikategorikan menjadi
2007). 3:
Lama kerja adalah jangka 1. Masa kerja baru < 6 tahun
waktu yang telah dilalui 2. Masa kerja sedang = 6-10
seseorang sejak menekuni tahun
pekerjaan. Lama kerja dapat 3. Masa Kerja Lama > 10 tahun
menggambarkan pengalaman
seseorang dalam menguasai
bidang tugasnya.
4. Status Status Perkawinan adalah Status Perkawinan dapat di 1. Belum kawin Dengan Nominal
Perkawinan ikatan perkawinan yang kategorikan : 2. Kawin menggunakan
dilakukan sesuai ketentuan 1. Belum kawin 3. Janda kuesioner,
hukum dan ajaran agama 2. Kawin 4. Duda dilakukan oleh
dan hidup sebagai suami 3. Janda karyawan RS
istri tanpa merupakan 4. Duda
pelanggaran terhadap
agama.
5. Tingkat Tingkat pendidikan adalah Notoatmodjo (2003) tingkat 1. SMA Dengan Ordinal
Pendidikan suatu kondisi jenjang pendidikan dapat dibedakan: 2. Diploma III menggunakan
pedidikan yang dimiliki oleh 1. Pendidikan dasar awal 3. S1 kuesioner,
seseorang melalui pendidikan selama 9 tahun meliputi 4. S2 dilakukan oleh
formal yang dipakai oleh SD/sederajat, karyawan RS
pemerintah serta disahkan oleh SLTP/sederajat.
departemen pendidikan 2. Pendidikan lanjut
(Suhardjo, 2007). a. Pendidikan menengah
Tingkat pendidikan seorang minimal 3 tahun
karyawan dapat meningkatkan meliputi SMA atau
daya saing perusahaan dan sederajat dan;
memperbaiki kinerja b. Pendidikan tinggi
perusahaan (Hariandja 2002) meliputi diploma,
sarjana, magister,
doktor dan sepesialis
yang diselenggarakan
oleh perguruan tinggi.
Definisi Operasional Variabel Iklim Organisasi
No Variabel Definisi Teori Definisi Operasional (Indikator) Hasil Pengukuran Sumber Data & Skala
Pengukuran Ukur
1. Iklim Iklim organisasi adalah sebuah Stringer ( wirawan, 2007) 1. Sangat Tidak Dengan Ordinal
Organisasi konsep yang menggambarkan menyebutkan bahwa karakteristik Setuju menggunakan
suasana internal lingkungan atau dimensi iklim organisasi dapat 2. Tidak Setuju kuesioner,
organisasi yang dirasakan mempengaruhi motivasi anggota 3. Setuju dilakukan oleh
anggotanya selama mereka organisasi untuk berperilaku 4. Sangat Setuju karyawan RS
beraktivitas dalam rangka tertentu.
tercapainya tujuan organisasi ( David Enam dimensi yang diperlukan:
dan Newstrom, 2000) 1. struktur,
2. Standar-standar,
Iklim organisasi merupakan 3. Tanggung jawab,
kualitas lingkungan internal 4. Pengakuan,
suatu organisasi yang dialami 5. Dukungan,
oleh anggota - anggotanya, 6. Komitmen
mempengaruhi perilaku serta
dapat tergambar dan
seperangkat karakteristik atau
atribut khusus dari organisasi
tersebut (steers, 1985)
Standar-Standar
6 Saya merasa standar kerja yang tinggi telah ditetapkan dalam rumah sakit ini
7 Saya merasa bangga dengan kinerja yang dihasilkan oleh rumah sakit ini
8 Saya merasa adanya hasrat dalam memperbaiki kinerja pribadi
9 Managemen menganggap bahwa saya dapat melakukan pekerjaan dengan baik
10 Saya merasa ditekan, dalam memperbaiki kinerja baik individu maupun kelompok
TANGGUNG JAWAB
11 Saya memiliki tanggung jawab besar terhadap apa yang saya kerjakan
12 Setiap pekerjaan yang saya lakukan,tidak harus dicek oleh atasan saya
13 Falsafah perusahaan menekankan bahwa saya harus menyelesaikan masalah sendiri
14 Saya diberikan kepercayaan oleh atasan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cara saya sendiri
15 Di rumah sakit ini saya merasa saya akan maju dan berkembang dengan cara bekerja sendiri
PENGAKUAN
16 Ketika saya bekerja saya lebih sering mendapatkan pujian daripada kritikan
17 Imbalan yang saya peroleh mampu mendorong saya untuk menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik
18 System promosi di Rumah Sakit ini mampu membantu karyawan terbaik mencapai jabatan yang lebih tinggi
19 Saya mendapatkan penghargaan secara proposional berdasarkan kinerja yang baik
20 Di Rumah sakit ini karyawan diberikan penghargaan sesuai dengan kinerja mereka
DUKUNGAN
21 Saya mendapat simpati dari atasan ketika melakukan kesalahan
22 Jika mendapatkan tugas yang sulit, saya mendapat bantuan dari atasan
23 Terdapat rasa saling percaya antara karyawan di Rumah sakit ini
24 Saya merasa , bahwa saya adalah karyawan yang dapat berfungsi dengan baik
25 Dalam unit kerja saya seringkali rekan kerja saya mendukung tugas-tugas saya
KOMITMEN
26 Saya memiliki komitmen yang tinggi dalam mencapai tujuan rumah sakit ini
27 Saya merasa bangga menjadi karyawan di rumah sakit ini
28 Saya memiliki rasa peduli terhadap apa yang terjadi di rumah sakit ini
29 Sejauh yang saya ketahui, setiap karyawan loyal pada rumah sakit ini
30 Saya merasa ada keterikatan dengan Rumah sakit ini
Definisi Operasional Variabel Kepuasan Kerja
No Variabel Definisi Teori Definisi Operasional (Indikator) Hasil Pengukuran Sumber Data & Skala
Pengukuran Ukur
1. Kepuasan Kerja Menurut Hasibuan, pengertian Indikator kepuasan kerja (Malayu S. 1. Sangat Tidak Dengan Ordinal
kepuasan kerja adalah kondisi P. Hasibuan, 2008): Setuju menggunakan
emosional pada seorang 1. Menyenangi pekerjaan 2. Tidak Setuju kuesioner,
pegawai yang senang dan 2. Mencintai pekerjaan 3. Setuju dilakukan oleh
mencintai pekerjaannya. Sikap 3. Moral kerja 4. Sangat Setuju karyawan RS
ini terlihat dari moral kerja, 4. Kedisiplinan
kedisiplinan dan prestasi kerja. 5. Prestasi kerja
Hal ini dapat dinikmati dalam
pekerjaan, di luar pekerjaan,
dan kombinasi dari keduanya.
Mencintai Pekerjaan
6 Saya bangga dengan pekerjaan saya di RS saat ini
7 Saya bersedia hadir apabila ada pertemuan karyawan di luar jam kerja
8 Saya siap menggantikan tugas sesama karyawan yang berhalangan hadir (tukar jadwal)
9 Saya berharap bisa bekerja di RS ini sampai usia pensiun
10 Saya akan merekomendasikan keluarga/adik kelas saya untuk bekerja di RS ini
Moral kerja
11 Saya tidak sungkan minta tolong kepada sesama karyawan atau atasan apabila menemui kesulitan pekerjaan
12 Setiap karyawan memiliki kesempatan yang sama untuk promosi (naik jabatan)
13 Atasan saya bisa menjadi penengah apabila ada konflik/masalah antar karyawan
14 Hubungan antar karyawan sangat mendukung pelaksanaan pekerjaan saya
15 Usul/saran dari karyawan diperhatikan/dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan oleh atasan
Kedisiplinan
16 Terdapat prosedur/absensi yang mencatat kehadiran dan kepulangan karyawan tepat waktu
17 Apabila berhalangan hadir, ada prosedur/kewajiban yang jelas untuk meminta ijin kepada atasan
18 Kedisiplinan merupakan hal yang dinilai dalam penilaian prestasi kerja
19 Terdapat aturan yang jelas tentang cara berpakaian busana/seragam kerja
20 Saya mengetahui prosedur/peraturan kepegawaian umum (antara lain: jam kerja, cuti, seragam kerja, gaji, insentif)
Prestasi kerja
21 Saya mengetahui ukuran/indikator kualitas kerja terbaik yang diharapkan saya lakukan setiap hari
22 Saya mendapatkan contoh/arahan/training untuk dapat melakukan pekerjaan saya dengan baik
23 Apabila saya melakukan kesalahan dalam pekerjaan, saya mendapatkan koreksi atau teguran dari atasan atau rekan kerja
24 Prestasi kerja tiap karyawan dinilai secara berkala dan transparan
25 Insentif dan promosi sudah dilakukan dengan memperhatikan prestasi kerja karyawan
Definisi Operasional Variabel Motivasi
No Variabel Definisi Teori Definisi Operasional (Indikator) Hasil Pengukuran Sumber Data & Skala
Pengukuran Ukur
1. Motivasi Motivasi dapat diartikan Teori Maslow Maslow dalam 1. Sangat Tidak Dengan Ordinal
sebagai kekuatan (energi) Reksohadiprojo dan Handoko Setuju menggunakan
seseorang yang dapat (1996), membagi kebutuhan manusia 2. Tidak Setuju kuesioner,
menimbulkan tingkat menjadi : 3. Setuju dilakukan oleh
persistensi dan entusiasmenya 5. Kebutuhan Fisiologis 4. Sangat Setuju karyawan RS
dalam melaksanakan suatu 6. Kebutuhan Rasa Aman
kegiatan, baik yang bersumber 7. Kebutuhan Sosial (Kasih
dari dalam diri individu itu Sayang)
sendiri (motivasi intrinsik) 8. Kebutuhan Penghargaan
maupun dari luar individu 9. Kebutuhan Aktualisasi diri
(motivasi ekstrinsik). Menurut
teori Maslow Maslow dalam
Reksohadiprojo dan Handoko
(1996), manusia termotivasi
bekerja untuk memenuhi
kebutuhan. Kebutuhan
manusia terbagi sebagai
berikut:
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis
merupakan hirarki kebutuhan
manusia yang paling dasar
yang merupakan kebutuhan
untuk dapat hidup seperti
makan,minum, perumahan,
oksigen, tidur dan sebagainya.
2. Kebutuhan Rasa Aman
Apabila kebutuhan fisiologis
relatif sudah terpuaskan, maka
muncul kebutuhan yang kedua
yaitu kebutuhan akan rasa
aman. Kebutuhan akan rasa
aman ini meliputi keamanan
akan perlindungan dari bahaya
kecelakaan kerja, jaminan akan
kelangsungan pekerjaannya
dan jaminan akan hari tuanya
pada saat mereka tidak lagi
bekerja.
3. Kebutuhan Sosial
Jika kebutuhan fisiologis dan
rasa aman telah terpuaskan
secara minimal, maka akan
muncul kebutuhan sosial, yaitu
kebutuhan untuk persahabatan,
afiliasi dan interaksi yang lebih
erat dengan orang lain. Dalam
organisasi akan berkaitan
dengan kebutuhan akan adanya
kelompok kerja yang kompak,
supervisi yang baik, rekreasi
bersama dan sebagainya.
4. Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan ini meliputi
kebutuhan keinginan untuk
dihormati, dihargai atas
prestasi seseorang, pengakuan
atas kemampuan dan keahlian
seseorang serta efektifitas kerja
seseorang.
5. Kebutuhan Aktualisasi diri
Aktualisasi diri merupakan
hirarki kebutuhan dari Maslow
yang paling tinggi. Aktualisasi
diri berkaitan dengan proses
pengembangan potensi yang
sesungguhnya dari seseorang.
Kebutuhan untuk menunjukkan
kemampuan, keahlian dan
potensi yang dimiliki
seseorang. Malahan kebutuhan
akan aktualisasi diri ada
kecenderungan potensinya
yang meningkat karena orang
mengaktualisasikan
perilakunya. Seseorang yang
didominasi oleh kebutuhan
akan aktualisasi diri senang
akan tugas-tugas yang
menantang kemampuan dan
keahliannya.
KuesionerVariabel Motivasi
No Pernyataan STS TS S SS
Kebutuhan Fisiologis
1 Jumlah pendapatan yang diterima sesuai dengan pekerjaan yang saya lakukan
2 Pendapatan (gaji) yang diterima dapat memenuhi kebutuhan akan makanan dalam keluarga saya setiap hari
3 Selama dinas di Rumah Sakit saya mendapatkan snack atau makanan.
4 Pendapatan (gaji) yang diterima dapat memenuhi kebutuhan akan sandang (pakaian) dalam keluarga saya setiap hari
5 Rumah Sakit menyediakan bahan untuk seragam dinas secara layak
6 Pendapatan (gaji) yang diterima dapat memenuhi kebutuhan akan papan (tempat tinggal) dalam keluarga saya setiap hari
7 Kondisi ruang kerja sangat mendukung, terutama berkaitan dengan ventilasi udara
8 Jadwal dinas membuat saya lelah karena melebihi beban kerja (shif jaga)
Kebutuhan Penghargaan
Saya merasa diperlakukan adil oleh atasan saya
Saya mendapatkan gaji yang pantas sesuai tingkat pendidikan saya
Dalam lingkungan kerja, selalu terucap terimakasih jika mendapatkan bantuan / pertolongan
Saya jarang sekali mendapatkan pujian dalam bekerjasama dengan rekan sekerja saya