0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
242 tayangan7 halaman
Dokumen tersebut membahas pendekatan strategis dalam mengelola konflik, meliputi petunjuk pendekatan situasi konflik, teori-teori manajemen konflik, metode-metode manajemen konflik, dan dampak konflik. Dibahas pula berbagai gaya manajemen konflik menurut beberapa teori seperti teori grid, Thomas dan Kilmann, serta Rahim.
Dokumen tersebut membahas pendekatan strategis dalam mengelola konflik, meliputi petunjuk pendekatan situasi konflik, teori-teori manajemen konflik, metode-metode manajemen konflik, dan dampak konflik. Dibahas pula berbagai gaya manajemen konflik menurut beberapa teori seperti teori grid, Thomas dan Kilmann, serta Rahim.
Dokumen tersebut membahas pendekatan strategis dalam mengelola konflik, meliputi petunjuk pendekatan situasi konflik, teori-teori manajemen konflik, metode-metode manajemen konflik, dan dampak konflik. Dibahas pula berbagai gaya manajemen konflik menurut beberapa teori seperti teori grid, Thomas dan Kilmann, serta Rahim.
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Lobi & Negosiasi
Dosen : Firman Alamsyah Taufik Robbi S.IP . M Si
Di Susun Oleh : Anissya Nuryasintha 41153030170019 PR - B / IV
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LANGLANGBUANA BANDUNG 2019 A. Petunjuk Pendekatan Situasi Konflik : Petunjuk pendekatan suatu konflik meliputi sebagai berikut : Diawali melalui penilaian diri sendiri Analisa isu-isu seputar konflik Tinjau kembali dan sesuaikan dengan hasil eksplorasi diri sendiri. Atur dan rencanakan pertemuan antara individu-individu yang terlibat konflik Memantau sudut pandang dari semua individu yang terlibat Mengembangkan dan menguraikan solusi Memilih solusi dan melakukan tindakan Merencanakan pelaksanaannya
B. Teori – Teori Gaya Manajemen Konflik
1) Teori Grid Kerangka teori gaya manajemn konflik itu disusun berdasarkan dua dimensi : (1) perhatian manajer terhadap orang/bawahan (concern for people) pada sumbu horizontal dan (2) perhatian manajer terhadap produksi (concern for production) pada sumbu vertical. Berdasarkan tinggi rendahnya kedua dimensi tersebut, mereka mengembangkan lima jenis gaya manajemen konflik, antara lain : a. Memaksa (forcing) b. Konfrontasi (confrontation) c. Kompromi (compromising) d. Menarik diri (withdrawal) e. Mengakomodasi (smoothing)
2) Teori Thomas dan Kilmann (1978)
Kenneth W. Thomas dan Ralp H. Killmann (1974) mengembangkan taksonomi gaya manajemen konflik berdasarkan dimensi : (1) kerjasama pada sumbu horizontal dan (2) keasetifan pada sumbu vertical. Kerja sama adalah upaya orang untuk memuaskan orang lain jika menghadapi konflik. Keasertifan adalah upaya orang untuk memuaskan orang lain jika menghadapi konflik. Berikut adalah gaya kelima jenis gaya manajemen konflik tersebut. a. Kompetisi (competing) b. Kolaborasi (collaborating) c. Kompromi (Compromising) d. Akomodasi e. Menghindar (avoiding)
Perbedaan Gaya Kolaborasi dan Kompromi
Kolaborasi : Solusi berupa alternatif lain yang bukan tujuan kedua balah pihak yang terlibat namun kedua belah pihak sepenuhnya puas Kompromi : solusi berupa alternative lain yang memenuhi sebagai keinginan masing-masing pihak namun kedua belah pihak hanya merasa terpenuhi sebagian keinginannya.
Keterampilan yang diperlukan untuk menggunakan Gaya Manajemen Konflik
Kompetisi Kolaborasi Kompromi Menghindar Akomodasi Kemampuan Berdebat dan Mendengarkan Kemampuan bernegosiasi membantah dengan baik untuk menarik Kemampuan Mendengarkan Berpegang yang diri untuk dengan baik teguh dua dikemukakan Kemampuan melupakan apa yang dimensi pada lawan konflik meninggalkan keinginan diri dikemukakan pendirian Kemampuan sesuatu tanpa sendiri lawan konflik bernegosiasi terselesaikan 3) Teori Rahim M.A. Rahim (1983) mengembangklan model gaya manajemen konflik yang tidak jauh berbeda dengan model yang dikemukakan oleh Thomas dan Killman (1974). Klasifikasi gaya manajemen konflik Rahim disusun berdasrakan dua dimensi : (1) memperhatikan orang lain pada sumbu horizontal dan (2) memperhatikan diri sendiri. Berdasarkan tinggi rendahnya, jenis gaya manajemen dibagi menjadi lima, antara lain : a. Dominasi (dominating) b. Integrasi (Integrating) c. Komromi (compromising) d. Menghindar (avoiding) e. Menurut (obliging)
C. Metode-metode Manajemen Konflik
1. Metode Stimulasi Konflik Metode ini dilakukan dengan keyakinan bahwa konflik juga memiliki dampak positif dalam organisasi. Metode ini beranggapan konflik dapat menimbulkan dinamika dan pencapaian cara-cara yang lebih baik dalam pelaksanaan kegiatan kerja suatu kelompok. Manajer perlu merangsang timbulnya persaingan dan konflik yang dapat mempunyai efek penggembelangan. Adapun cara-cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: a. Memasukkan dan menempatkan orang luar kedalam kelompok b. Menyusun kembali organisasi c. Menawarkan bonus, membayar insentif dan penghargaan untuk pendorong persaingan d. Memilih manajer-manajer yang tepat e. Memberikan perlakuan yang berbeda dengan biasanya. 2. Metode Pengurangan Konflik Artinya adalah mengelola konflik dengan mendinginkan suasana tetapi tidak menangani masalah-masalah penyebab konflik. Metode ini bisa dilakukan dengan seperti berikut: a. Mengadakan kontak sosial yang menyenangkan antara kelompok-kelompok dengan makan bersama atau liburan bersama. b. Mengganti tujuan yang menimbulkan konflik dengan tujuan yang lebih biasa dierima kedua kelompok. c. Mempersatukan kedua kelompok yang berkonflik untuk menghadapi musuh atau ancaman yang sama. Cara ini bisa dilakukan dengan memberikan informasi positif tentang kelompok yang berhadapan dengan mereka sehingga mereka akan bernegosiasi untuk menghadapi. 3. Metode Penyelesaian Konflik Metode-metode yang digunakan dalam penyelesaian konflik adalah sebagai berikut: a. Dominasi dan penekanan, cara-caranya adalah dengan perincian dibawah ini: Memaksakan atau kekerasan yang bersifat penekanan otokratik. Ketaatan harus dilakukan oleh pihak yang kalah kepada otoritas lebih tinggi atau kekuatan lebih besar. Meredakan atau menenangkan, metode ini lebih terasa diplomatik dan manajer membujuk salah satu pihak untuk mengalah dalam upaya menekan dan meminimasi ketidak sepahaman. Cara ini berisiko ada pihak yang merasa ada yang di anakmaskan oleh manajer. Menghindari, cara ini menuntut manajer untuk tidak ada pada satu posisi tertentu. Manajer berpura-pura bahwa tidak terjadi konflik dan mengulur-ulur waktu sampai mendapat lebih banyak informasi tentang hal tersebut. Apabila manajer memilih cara ini maka tidak akan ada pihak yang merasa puas. Penyelesaian melalui suara terbanyak, menyelesaikan konflik dengan melakukan pemungutan suara. Resikonya pihak yang akan merasa dirinya lemah tanpa kekuatan dan mengalami frustasi. b. Kompromi Dalam metode ini manajer mencoba untuk mencari jalan tengah dengan meyakinkan para pihak yang berkonflik untuk mengorbankan sasaran-sasaran tertentu. Hal ini dilakukan untuk memperoleh sasaran-sasaran lain yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang berkonflik. Cara-cara yang biasanya dilakukan adalah sebagai berikut: Pemisahan, pihak-pihak yang sedang berkonflik di pisahkan sampai menemukan solusi atas masalah mereka. Arbitrasi atau pewasitan, adanya peran orang ketiga biasanya sang manajer diminta pendapatnya untuk menyelesaikan masalah Kembali ke peraturan-peraturan yang berlaku ketika tidak ditemukan titik temu antara kedua belah pihak. Ada juga yang melakukan tindakan penyuapan yang dilakukan oleh salah satu pihak kepada pihak lain yang terlibat konflik untuk mengakhiri konflik. c. Pemecahan masalah integratif Metode ini dilakukan secara bersama untuk terbuka demi ditemukannya sebuah pemecahan yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Metode ini menggunakan 3 pendekatan metode, sebagai berikut: Konsensus Konfrontasi Penentu tujuan-tujuan yang lebih tinggi D. Dampak Konflik Konflik dapat berdampak positif dan negatif yang rinciannya adalah sebagai berikut : 1. Dampak Positif Konflik Menurut Wijono (1993:3), bila upaya penanganan dan pengelolaan konflik karyawan dilakukan secara efisien dan efektif maka dampak positif akan muncul melalui perilaku yang dinampakkan oleh karyawan sebagai sumber daya manusia potensial dengan berbagai akibat seperti: Meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan dalam menggunakan waktu bekerja, seperti hampir tidak pernah ada karyawan yang absen tanpa alasan yang jelas, masuk dan pulang kerja tepat pada waktunya, pada waktu jam kerja setiap karyawan menggunakan waktu secara efektif, hasil kerja meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya. Meningkatnya hubungan kerjasama yang produktif. Hal ini terlihat dari cara pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan analisis pekerjaan masing-masing. 2. Dampak Negatif Konflik Dampak negatif konflik (Wijono, 1993, p.2), sesungguhnya disebabkan oleh kurang efektif dalam pengelolaannya yaitu ada kecenderungan untuk membiarkan konflik tumbuh subur dan menghindari terjadinya konflik. Akibatnya muncul keadaan-keadaan sebagai berikut: Meningkatkan jumlah absensi karyawan dan seringnya karyawan mangkir pada waktu jam-jam kerja berlangsung seperti misalnya ngobrol berjam- jam sambil mendengarkan sandiwara radio, berjalan mondar-mandir menyibukkan diri, tidur selama pimpinan tidak ada di tempat, pulang lebih awal atau datang terlambat dengan berbagai alasan yang tak jelas. Banyak karyawan yang mengeluh karena sikap atau perilaku teman kerjanya yang dirasakan kurang adil dalam membagi tugas dan tanggung jawab. Seringnya terjadi perselisihan antar karyawan yang bisa memancing kemarahan, ketersinggungan yang akhirnya dapat mempengaruhi pekerjaan, kondisi psikis dan keluarganya.