Anda di halaman 1dari 4

Contoh kasus dilema etik keperawatan gawat darurat

KASUS DAN PENATALAKSANAAN

 KASUS :

Tn. B usia 60 tahun menderita kanker kolon terminal dengan metastase yang telah resisten terhadap
tindakan kemoterapi dan radiasi dibawa ke IGD karena jatuh dari kamar mandi dan menyebabkan
robekan di kepala. laki-laki tersebut mengalami nyeri abdomen dan tulang dan kepala yang hebat
dimana sudah tidak dapat lagi diatasi denganpemberian dosis morphin intravena. Hal itu ditunjukkan
dengan adanya rintihan ketika istirahat dan nyeri bertambah hebat saat laki-laki itu mengubah
posisinya. Walapun klien tampak bisa tidur namun ia sering meminta diberikan obat analgesik.
Kondisi klien semakin melemah dan mengalami sesak yang tersengal-sengal sehingga mutlak
membutuhkan bantuan oksigen dan berdasar diagnosa dokter, klien maksimal hanya dapat bertahan
beberapa hari saja. Melihat penderitaan pasien yang terlihat kesakitan dan mendengar informasi
dari dokter, keluarga memutuskan untuk mempercepat proses kematian pasien melalui euthanasia
pasif dengan pelepasan alat-alat kedokteran yaitu oksigen dan obat obatan lain dan dengan
keinginan agar dosis analgesik ditambah. Dr spesilalist onkologi yang ditelp pada saat itu
memberikan advist dosis morfin yang rendah dan tidak bersedia menaikan dosis yang adakarena
sudah maksimal dan dapat bertentangan dengan UU yang ada. Apa yang seharusnya dilakukan oleh
anda selaku perawat yang berdinas di IGD saat itu menghadapi desakan keluarga yang terus
dilakukan?

PENATALAKSANAAN KASUS DILEMA ETIK 

1. Mengembangkan data dasar :

Mengembangkan data dasar disini adalah dengan mencari lebih lanjut informasi yang ada

mengenai dilema etik yang sedang dihadapi. Mengembangkan data dasar melalui :

a) Menggali informasi lebih dalam terhadap pihak pihak yang terlibat meliputi : Klien, keluarga

dokter, dan perawat.

 b) Identifikasi mengenai tindakan yang diusulkan : tidak menuruti keinginan keluarga untuk

melepas alat bantu nafas atau juga untuk memberikan penambahan dosis morphin.

c) Maksud dari tindakan tersebut : agar tidak membahayakan diri klien dan tidak melanggar

 peraturan yang berlaku.


d) Konsekuensi tindakan yang diusulkan, bila tidak menuruti keluarga untuk melepas alat bantu

nafas dan tidak diberikan penambahan dosis morphin, klien dan keluarganya menyalahkan

 perawat karena dianggap membiarkan pasien menderita dan apabila keluarga klien kecewa

terhadap pelayanan di IGD mereka bisa menuntut ke rumah sakit.

2. Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut :

Penderitaan klien dengan kanker colon yang sudah mengalami metastase mengeluh nyeri yang tidak

 berkurang dengan dosis morphin yang telah ditetapkan. Keluarga meminta penambahan dosis

 pemberian morphin untuk mengurangi keluhan nyerinya dan memutuskan untuk

tidak memberikan alat bantu apapun termasuk oksigen, Keluarga mendukung keinginan klien agar

terbebas dari keluhan nyeri. Konflik yang terjadi adalah :

a) Tidak memberikan Oksigen dan penambahan dosis pemberian morphin dapat mempercepat

kematian klien yang berarti melanggar prinsip etik Beneficience- Nonmaleficience

 b) Tidak memenuhi keinginan klien terkait dengan pelanggaran hak klien yang dapat melanggar

nilai autonomy.

3. Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan konsekuensi tindakan

tersebut

a. Tidak menuruti keinginan pasien tentang penambahan dosis obat pengurang nyeri dan
melepaskan

oksigen

Konsekuensi :

1) Tidak mempercepat kematian klien

2) Membiarkan Klien meninggal sesuai proses semestinya

3) Tidak melanggar peraturan mengenai pemberian morfin

4) Keluhan nyeri pada klien akan tetap berlangsung

5) Pelanggaran terhadap hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri


6) Keluarga dan pasien cemas dengan situasi tersebut

 b. Tidak menuruti keinginan klien, dan perawat membantu untuk manajemen nyeri.

Konsekuensi :

1) Tidak mempercepat kematian pasien

2) Klien dibawa pada kondisi untuk beradaptasi pada nyerinya (meningkatkan ambang nyeri)

3) Keinginan klien untuk menentukan nasibnya sendiri tidak terpenuhi

c. Menuruti keinginan klien untuk menambah dosis morphin namun tidak sering dan apabila

diperlukan. .

Konsekuensi :

1) Risiko mempercepat kematian klien sedikit dapat dikurangi

2) Klien pada saat tertentu bisa merasakan terbebas dari nyeri sehingga ia dapat cukup

 beristirahat.

3) Hak klien sebagian dapat terpenuhi.

4) Kecemasan pada klien dan keluarganya dapat sedikit dikurangi.

5) Beresiko melanggar peraturan yang berlaku.

d. Tidak menuruti keinginan keluarga dan membantu keluarga dalam proses berdukanya

Konsekuensi :

1) Tidak mempercepat kematian klien

2) Keluarga dapat melewati proses berduka dengan seharusnya

3) Keluarga tidak menginginkan dilakuakn euthanasia terhadap pasien

4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat :

Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat keputusan, karena dokterlah yang secara legal
dapat memberikan ijin penambahan dosis morphin. Namun hal ini perlu didiskusikan dengan klien
dan keluarganya mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan dari penambahan dosis tersebut.
Perawatmembantu klien dan keluarga klien dalam membuat keputusan bagi dirinya. Perawat selalu
mendampingi pasien dan terlibat langsung dalam asuhan keperawatan yang dapat mengobservasi
mengenai respon nyeri, kontrol emosi dan mekanisme koping klien, mengajarkan manajemen nyeri,
sistem dukungan dari keluarga serta sistem berduka keluarga dan lain-lain.

5. Mendefinisikan kewajiban perawat

1) Memfasilitasi klien dalam manajemen nyeri yang sesuai

2) Membantu proses adaptasi klien terhadap nyeri / meningkatkan ambang nyeri

3) Mengoptimalkan sistem dukungan keluarga untuk pasien

4) Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
keyakinannya

5) Membantu Keluarga untuk menemukan mekanisme koping yang adaptif terhadap masalah yang
sedang dihadapi

6) Memfasilitasi sistem berduka keluarga dengan memberikan support.

6. Membuat keputusan

Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan konsekuensi masing-masing
terhadap klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling
menguntungkan / paling tepat untuk klien. Namun upaya alternatif tindakan lain perlu dilakukan
terlebih dahulu misalnya manajemen nyeri (relaksasi, pengalihan perhatian, atau meditasi) beserta
perbaikan terhadap sistem berduka keluarga dan kemudian dievaluasi efektifitasnya. Apabila
terbukti efektif diteruskan namun apabila alternatif tindakan tidak efektif maka keputusan yang
sudah ditetapkan antara petugas kesehatan dan klien/ keluarganya akan dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai