MAULIDYANA FITRI
201804074/3B
DEFINISI
Delirium adalah suatu sindrom mental Epilepsi dan keadaan paska kejang
organik akut dengan gejala utama Trauma otak (terutama gegar otak)
adanya penurunan kesadaran (kesadaran
berkabut/clouding of conciousness) yang Infeksi
disertai dengan gangguan atensi, Meningitis
persepsi, orientasi, proses pikir, daya
ingat (memori), perilaku psikomotor Ensefalitis
(agitasi) dan siklus tidur. Neoplasma
Gangguan vaskular
Penyebab Delirium
Penyebab Ekstrakranial : Salisilat
Obat-obatan (meggunakan atau putus obat) dan Sedatif (termasuk alkohol) dan hipnotik
racun Steroid
Obata antikolinergik
Antikonvulsan
Racun
Obat antihipertensi
Karbon monoksida
Obat antiparkinson
Logam berat dan racun industri lain
Obat antipsikosis
Glikosida jantung
Disfungsi Endokrin (hipofungsi atau hiperfungsi)
Simetidin
Hipofisis
Klonidin
Pankreas
Disulfiram
Adrenal
Insulin
Paratiroid
Opiat
Tiroid
Fensiklidin
Fenitoin
Ranitidin
Penyakit organ non endokron Ketidakseimbangan elektrolit dengan penyebab
apapun
Hati
Keadaan pascaoperatif
Ensefalopati hepatik
Trauma (kepala atau seluruh tubuh)
Ginjal dan saluran kemih
Ensefalopati uremikum
gejala-gejala delirium menurut urutan
Paru kekhasannya adalah sebagai berikut:
Narkosis karbon dioksida Gangguan kesadaran (clouding of conciousness)
Hipoksia Gangguan persepsi (ilusi, halusinasi terutama
Sistem Kardiovaskular halusinasi penglihatan).
Gagal jantung Gangguan orientasi, mula-mula disorientasi waktu.
Aritmia Gangguan proses pikir dan pembicaraan (gangguan
konsentrasi, perseverasi, flight of ideas, inkoherensi,
Hipotensi delusi).
Gangguan memori.
Penyakit Defisiensi Gangguan afek.
Tiamin, asam nikotinik, vit B12 atau asam folat
Gangguan psikomotor.
Infeksi sistemik dengan demam dan sepsis
Disfungsi otonomik, sulit kontrol BAK.
Gangguan siklus tidur bangun.
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Gangguan kesadaran dan perhatian : Waktu bereaksi yang lebih panjang
Dari taraf kesadaran berkabut sampai dengan koma. Arus pembicaraan yang bertambah atau berkurang
Menurunnya kemampuan untuk mengarahkan, Reaksi terperanjat meningkat
memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan
perhatian. Gangguan siklus tidur-bangun :
Penurunan daya ingat segera dan jangka pendek, namun Gangguan emosional : misalnya depresi, ansietas atau takut,
daya ingat jangka panjang relatif masih utuh. lekas marah, euforia, apatis atau rasa kehilangan akal.
Delirium harus dibedakan dari penyakit atau sindrom Depresi. Pasien dengan gejala hipoaktif mungkin
mental organik lainnya yaitu demensia, gangguan tampak agak mirip dengan pasien yang depresi berat
psikotik/skizofrenia, depresi dan keadaan putus zat tetapi dapat dibedakan atas dasar EEG. Pada umumnya,
dengan delirium. pasien dengan disfungsi kognitif yang berhubungan
dengan depresi mempunyai gejala depresif yang
Demensia. Demensia dibedakan dari delirium yaitu
menonjol dan lebih konstan dibandingkan dengan
dari onsetnya yang perlahan-lahan, lebih stabil dengan
pasien delerium dan cenderung mempunyai riwayat
berjalannya waktu dan tidak berfluktuasi selama
episode depresif di masa lalu, pada pemeriksaan CT-
perjalanan sehari. Pada demensia penyakitnya bersifat
Scan dan EEG normal.
kronik progresif dan disertai gangguan fungsi
luhur/fungsi kortikal yang multipel berupa Keadaan putus zat dengan delirium. Delirium
hendaya/deteorisasi fungsi intelaktual baik daya ingat tremens merupakan akibat dari putus alkohol secara
atau daya pikir sehingga kegiatan sehari-hari menjadi absolut atau relatif pada pengguna dengan
terganggu. ketergantungan alkohol yang kronis. Keadaan ini
disertai gaduh gelisah toksik yang berlangsung singkat
Gangguan psikotik/skizofrenia. Pada skizofrenia
tetapi membahayakan jiwa penderita.
gejala berupa halusinasi dan waham biasanya lebih
konstan dan terorganisasi dengan baik dibandingkan
delirium. Juga, pada pasien skizofrenik biasanya tidak
mengalami perubahan dalam tingkat kesadaran atau
orientasinya.
TERAPI
Haloperidol
golongan phenothiazin harus dihindari pada pasien delirium, karena obat tersebut disertai
dengan aktivitas kolinergik yang bermakna.
Insomnia paling baik diobati dengan golongan benzodiazepine dengan waktu paruh pendek atau
dengan hidroksizin (Vistaril) dengan dosis 25 sampai 100 mg.
Pasien yang mengalami sindroma putus zat alkohol atau hipnotik-sedatif lebih efektif bila
diobati dengan Lorazepam (Ativan) dengan dosis 1 sampai 2 mg peroral, intramuskular atau
intravena lambat dan diulang setelah 1 jam seperlunya.
Bila delirium ini merupakan akibat dari toksisitas antikolinergik, bisa diberikan fisostigmin
salisilat (Antilirium) dosis 1 sampai 2 mg intravena atau intramuskular dengan pengulangan
dosis setiap 15 sampai 30 menit.
Konsep ASKEP
Klien nampak ketakutan dan putus asa. • Tingkat kesadaran Kesadran yang menurun, bingung.
Disorientasi waktu, tempat dan orang.
• Afek dan emosi.
• Memori
Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak
dengan perasaan tertentu karena jika langsung mengalami Gangguan daya ingat yang baru saja terjadi )kejadian pada
perasaa tersebut dapat menimbulkan ansietas. beberapa jam atau hari yang lampau) dan yang sudah lama
berselang terjadi (kejadian beberapa tahun yang lalu).
• Interaksi selama wawancara
• Tingkat konsentrasi
Sikap klien terhadap pemeriksa kurawng kooperatif, kontak
mata kurang. Klien tidak mampu berkonsentrasi