Anda di halaman 1dari 51

 

KASUS DAN PEMBAHASAN 

KASUS : 
Seorang laki-laki usia 65 tahun menderita kanker kolon terminal dengan metastase
 yang telah resisten terhadap tindakan kemoterapi dan radiasi dibawa ke IGD karena jatuh

dari kamar mandi dan


dan menyebabkan
menyebabkan robekan di kepala. laki-laki tersebut mengalami nyeri
abdomen dan tulang
tulang dan kepala yang hebat
hebat dimana sudah tidak dapat
dapat lagi diatasi dengan
 pemberian dosis morphin intravena. Hal itu ditunjukkan dengan adanya rintihan ketika
istirahat dan nyeri bertambah hebat saat laki-laki itu mengubah posisinya. Walapun klien
tampak bisa tidur namun ia sering meminta diberikan obat analgesik. Kondisi klien semakin
melemah dan mengalami sesak yang tersengal-sengal sehingga mutlak membutuhkan
bantuan oksigen dan berdasar diagnosa dokter, klien maksimal hanya dapat bertahan
beberapa hari saja.
 Melihat penderitaan pasien yang terlihat kesakitan dan mendengar informasi dari

dokter, keluarga memutuskan untuk mempercepat proses kematian pasien melalui euthanasia
 pasif dengan pelepasan alat-alat kedokteran yaitu oksigen dan obat obatan lain dan dengan
keinginan agar dosis analgesik ditambah. Dr spesilalist onkologi yang ditelp pada saat itu
memberikan advist dosis morfin yang rendah dan tidak bersedia menaikan dosis yang ada
karena sudah maksimal dan dapat bertentangan dengan UU yang ada. Apa yang seharusnya
dilakukan oleh anda selaku perawat yang berdinas di IGD saat itu menghadapi desakan
keluarga yang terus dilakukan?. 
dilakukan?. 

Kasus di atas merupakan salah satu contoh masalah dilema etik (ethical dilemma).
dilemma).
Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana
di mana tidak ada alternatif yang memuaskan
atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Dalam
dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seseorang
harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional. Kerangkan pemecahan
dilema etik banyak diutarakan dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan
/ pemecahan masalah secara ilmiah
il miah (Thompson & Thompson, 1985).

 Kozier et. al  (2004)


 (2004) menjelaskan kerangka pemecahan dilema etik sebagai berikut :

1.  Mengembangkan data dasar


 

2.  Mengidentifikasi konflik


3.  Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
4.  Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat
5.  Mendefinisikan kewajiban perawat

6.  Membuat keputusan

PEMECAHAN KASUS DILEMA ETIK 

1. Mengembangkan data dasar :


Mengembangkan
Mengembangkan data dasar disini adalah dengan mencari lebih
lanjut informasi yang ada mengenai dilema etik yang sedang dihadapi.
Mengembangkan
Mengembangkan data dasar melalui :  
a)  Menggali informasi lebih dalam terhadap pihak pihak yang terlibat
meliputi : Klien, keluarga dokter, dan perawat. 
b)  Identifikasi mengenai
mengenai tindakan yang diusulkan : tidak menuruti
keinginan keluarga untuk melepas alat bantu nafas atau juga untuk
memberikan penambahan dosis morphin.  
c)  Maksud dari tindakan tersebut : agar tidak membahayakan diri klien dan

tidak melanggar peraturan yang berlaku.  


 

d)  Konsekuensi tindakan yang diusulkan, bila tidak menuruti keluarga


untuk melepas alat bantu nafas dan tidak diberikan penambaha
penambahan
n dosis
morphin, klien dan keluarganya menyalahkan perawat karena dianggap
membiarkan pasien menderita dan apabila keluarga klien kecewa
terhadap pelayanan di IGD mereka bisa menuntut ke rumah sakit.

2. Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut : 


Penderitaan klien dengan kanker colon yang sudah mengalami
metastase mengeluh nyeri yang tidak berkurang dengan dosis morphin
yang telah ditetapkan. Keluarga meminta penambahan dosis pemberian
morphin untuk mengurangi keluhan nyerinya dan memutuskan untuk
tidak memberikan alat bantu apapun termasuk oksigen, Keluarga
mendukung keinginan klien agar terbebas dari keluhan nyeri. Konflik yang
terjadi adalah : 
a)  Tidak memberikan Oksigen dan penambahan
p enambahan dosis pemberian morphin
dapat mempercepat kematian
kematian klien yang berarti melanggar prinsip etik
Beneficience-- Nonmalefici
Beneficience Nonmaleficience
ence 
b)  Tidak memenuhi keinginan klien terkait dengan pelanggaran hak klien
yang dapat melanggar nilai autonomy. 

3.Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan


dan konsekuensi tindakan tersebut
a. Tidak menuruti keinginan pasien tentang penambahan dosis obat
pengurang nyeri dan melepaskan oksigen
Konsekuensi : 
1)  Tidak mempercepat kematian klien 
2)  Membiarkan Klien meninggal sesuai proses semestinya 
3)  Tidak melanggar peraturan mengenai pemberian morfin 
4)  Keluhan nyeri pada klien akan tetap berlangsung 
5)  Pelanggaran terhadap hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri 
 

6)  Keluarga dan pasien cemas dengan situasi tersebut

b. Tidak menuruti keinginan klien, dan perawat membantu untuk manajemen


nyeri.

Konsekuensi : 
1)  Tidak mempercepat kematian pasien 
2)  Klien dibawa pada kondisi untuk beradaptasi pada nyerinya
(meningkatkan
(meningkatkan ambang nyeri) 
3)  Keinginan klien untuk menentukan nasibnya sendiri tidak terpenuhi 

c. Menuruti keinginan klien untuk menambah dosis morphin namun tidak


sering dan apabila diperlukan. .
Konsekuensi : 
1)  Risiko mempercepat kematian klien sedikit dapat dikurangi 
2)  Klien pada saat tertentu bisa merasakan terbebas dari nyeri sehingga ia
dapat cukup beristirahat. 
3)  Hak klien sebagian dapat terpenuhi. 
4)  Kecemasan pada klien dan keluarganya dapat sedikit dikurangi.
5)  Beresiko melanggar peraturan yang berlaku. 

d. Tidak menuruti keinginan keluarga dan membantu keluarga dalam

proses berdukanya 
Konsekuensi : 
1)  Tidak mempercepat kematian klien 
2)  Keluarga dapat melewati proses berduka dengan seharusnya 
3)  Keluarga tidak menginginkan dilakuakn euthanasia
euthanasia terhad
terhadap
ap pasien 

4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat : 


Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat keputusan,

karena dokterlah yang secara legal dapat memberikan ijin penambahan


 

dosis morphin. Namun hal ini perlu didiskusikan dengan klien dan
keluarganya mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan dari
penambahan dosis tersebut. Perawat membantu klien dan keluarga klien
dalam membuat keputusan bagi dirinya. Perawat selalu mendampingi
pasien dan terlibat langsung dalam asuhan keperawatan yang dapat
mengobservasi mengenai respon nyeri, kontrol emosi dan mekanisme
koping klien, mengajarkan manajemen nyeri, sistem dukungan dari
keluarga serta sistem berduka keluarga dan lain-lain.

5. Mendefinisikan kewajiban perawat


1)  Memfasilitasi klien dalam manajemen nyeri yang sesuai 
2)  Membantu proses adaptasi klien terhadap nyeri / meningkatkan ambang
nyeri 
3)  Mengoptimalkan sistem dukungan keluarga untuk pasien 
4)  Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha
Esa sesuai dengan keyakinannya
5)  Membantu Keluarga untuk menemukan mekanisme koping yang adaptif
terhadap masalah yang sedang dihadapi 
6)  Memfasilitasi sistem berduka keluarga dengan memberikan support. 

6. Membuat keputusan 
Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan

konsekuensi masing-masing terhadap klien. Perawat dan dokter perlu


mempertimbangkan pendekatan yang paling menguntungkan / paling
tepat untuk klien. Namun upaya alternatif tindakan lain perlu dilakukan
terlebih dahulu misalnya manajemen nyeri (relaksasi, pengalihan
perhatian, atau meditasi) beserta perbaikan terhadap sistem berduka
keluarga dan kemudian dievaluasi efektifitasnya. Apabila terbukti efektif
diteruskan namun apabila alternatif tindakan tidak efektif maka
keputusan yang sudah ditetapkan antara petugas kesehatan dan klien/
keluarganya akan dilaksanakan. 
 

APLIKASI TEORY BETTY NEUMAN 


NEUMAN 

2.1 Latar Belakang Teori 


Betty Neuman lahir pada tahun 1924 disebuah pemukiman pertanian di
Lowel, Ohio. Dia anak kedua dari 3 bersaudara dan merupakan anak perempuan
satu-satunya. Ketika berumur 11 tahun bapaknya meninggal setelah 6 tahun dirawat
karena CRF. Pujian bapaknya terhadap perawat mempengaruhi pandangan
Neuman tentang perawat dan komitmennya menjadi perawat terbaik yang selalu
dekat dengan pasien. Setelah lulus SMA Neuman tidak dapat melanjutkan
pendidikan keperawatan. Dia bekerja sebagai teknisi pada perusahaan pesawat
terbang dan sebagai juru masak di Ohio dalam rangka menabung untuk
pendidikannya dan membantu ibu serta adiknya. Adanya program wajib militer di
keperawatan mempercepat masuknya Neuman ke sekolah keperawatan. Neuman
pertama kali memperoleh pendidikan pada People Hospital School of Nursing
sekarang General Hospital Akron di Akron, Ohio tahun 1
1947.
947. Neuman mene
menerima
rima
gelar BS pada keperawatan Kesehatan Masyarakat tahun 1957 dan MS Kesehatan
Masyarakat serta Konsultan Keperawatan Jiwa tahun 1966 dari Universitas
California LA. Tahun 1985 Neuman menyelesaikan PHD dalam bidang Clinical
Psychology   dari Universitas Pasific Western (Tomey dan Alligood, 2002)  

Neuman mempraktekkan bed side nursing   sebagai staf kepala dan Private
Duty Nurse 
Nurse  di berbagai RS. Pekerjaannya di komunitas termasuk di sekolah-
sekolah, perawatan di perusahaan dan sebagai kepala perawatan di klinik obstetric
suaminya dan konseling intervensi krisis di keperawatan jiwa di komunitas. Tahun
1967, 6 bulan setelah mendapat gelar MS dia menjadi kepala fakultas dari program
dimana ia lulus (Universitas California LA) dan memulai kontribusinya sebagai
dosen, penulis dan konsultan dalam berbagai disiplin ilmu kesehatan. Tahun 1973,
Neuman dan keluarga kembali ke Ohio, sejak itu dia sebagai konsultan kesehatan
 jiwa, menyediakan program pendidikan berkelanjutan dan melanjutkan
perkembangan dari modelnya, dia orang yang pertama mendapatkan California
Licensed Clinical Fellows of the American Association of Marriage & Family Therapy  
dan tetap melakukan praktek konseling (Neuman, 1995). 
 

Model Sistem Neuman aslinya berkembang tahun 1970, ketika itu ada
permintaan lulusan Universitas California LA untuk pembukaan kursus yang
memberikan wawasan tentang aspek fisiologi, psikologi, sosiokultural dan aspek
pengembangan dari kehidupan manusia (Neuma
(Neuman,
n, 1995). Model pertama k
kali
ali
dipublikasikan tahun 1972 pada penelitian keperawatan “  A Model for Teaching

Total Person Approach to Patient Problems . Model ini dikembangkan untuk


menyediakan struktur yang terintegrasi dari aspek-aspek di atas secara holistik.
Setelah 2 tahun dievaluasi model tersebut dipublikasikan dalam 3 edisi ( 1982,1989,
1995). 
Neuman. B. (1982) adalah The Neuman systems model: Application to nursing
education and practice.
Neuman, B. (1989) adalah The Neuman systems model (2nd ed.) 
Neuman, B. (1995) adalah
adalah   The Neuman systems model (3rd ed.) (Tomey dan
 Alligood, 2002). 

Betty Neuman menemukan teori modelnya dari berbagai teori dan disiplin
ilmu. Teori ini juga merupakan hasil dari pengamatan dan pengalaman selama ia
bekerja di pusat kesehatan mental keperawatan.

2.2 Definisi d
dan
an Kon
Konsep
sep May
Mayor
or
Definisi dalam sebuah teori berhubungan dengan arti umum konsep. Definisi
ini menggambarkan aktivitas penting untuk mengukur konsep, hubungan atau
variabel dalam sebuah teori (Tomey dan Alligood, 2006 dalam Potter dan Perry,
2009). Model Sistem Neuman menggunakan sebuah sistem pendekatan untuk

menggambarkan bagaimana klien mengatasi tekanan (stressor) dalam lingkungan


internal atau eksternal mereka. Perawat yang menggunakan teori Neuman dalam
praktek pelayanan mereka berfokus pada respons klien terhadap tekanan (Meleis,
2006 dalam Potter dan Perry, 2009).  
Model sistem Neuman menyoroti bahwa keadaan sehat dan sakit
dari seseorang itu sebag
sebagai
ai sistem yang holistik dan lingkungan me
mempengaruhi
mpengaruhi
kesehatan. Klien dengan perawat membuat tujuan dan mengidentifikasi intervensi
preventif yang sesuai. Individu, keluarga atau kelompok lain, komunitas ataujaringan
sosial adalah sistem klien yang dilihat sebagai gabungan dari interaksi fisiologis,

psikologis, sosial budaya,


budaya, perkembang
perkembangan,
an, dan variabel spiritual (Tomey dan
 Alligood, 2002). 
 

Konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman adalah konsep “Health


“ Health care
System” yaitu model konsep yang menggambarkan aktifitas keperawatan yang
ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis
pertahanan diri secara fleksibel atau normal maupun resisten dengan sasaran
pelayanan adalah komunitas. Betty Neuman mendifinisikan manusia secara utuh

merupakan gabungan dari konsep holistik ( fisiologis, psikologis, social budaya,


perkembangan dan
dan variabel spiritual) dan pendekatan siste
sistem
m terbuka. Sebagai
sistem terbuka, manusia berinteraksi, beradaptasi dengan dan disesuaikan oleh
lingkungan, yang digambarkan sebagai stressor (Chinn dan Jacobs, 1995 dalam
Potter dan Perry, 2005).
Konsep Mayor yang
yang terdapat dalam model sis
sistem
tem Neuman ad
adalah
alah
(Fitzpatrick & Whall, 1989): 
1.  Tekanan/ Stressor  
2.  Garis pertahanan dan perlawanan 

3.  Tingkatan pencegahan 


4.  Lima variabel sistem klien 
5.  Struktur dasar  
6.  Intervensi, dan
7.  Rekonstruksi 

Penjelasan dari konsep mayor model sistem Neuman adalah sebagai berikut:  
1. Stressor  
Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan

berpotensial untuk menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman mengklasifikasi


stressor sebagai berikut (Potter dan Perry, 2005):  
1)  Stressor intrapersonal 
Stressor intrapersonal terjadi dalam diri individu dan berasal dari dalam diri klien,
serta berhubungan dengan lingkungan internal. Misalnya : respons autoimmun 
2)  Stressor interpersonal 
Lingkungan eksternal,
eksternal, segala sesuatu pengaruh yang berasal di luar diri klien.
Stessor ini terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang memiliki pengaruh
pada sistem. Misalnya : ekspektasi peran 

3)  Stressor ekstrapersonal


 

Stressor yang juga terjadi diluar lingkup sis


sistem
tem atau individu/keluarga tetapi lebih
 jauh jaraknya dari sistem dari pada
pada stressor interpersonal. Misalnya
Misalnya : sosial politik. 
2. Garis pertahanan dan perlawanan 
Garis pertahanan menurut Neuman terdiri dari:  
1)  Garis pertahanan normal (normal
(normal line of defense) 

Garis pertahanan normal adalah lingkaran tebal diluar model. Garis ini
memperlihatkan sebuah stabilitas dari individu/sistem. Hal tersebut dijaga sepanjang
waktu dan diberikan sebagai standar untuk menaksir dari kesejahteraan, wellness
klien. Hal itu termasuk sistem variabel dan tingkah laku seperti pola koping, pola
hidup, dan tingkat perkembangan. Perluasan dari garis pertahanan normal
memperlihatkan peningkatan tahap kesehatan/kesej
kesehatan/kesejahteraan
ahteraan 
2)  Garis pertahanan fleksibel (flexible
(flexible line of defense) 
Garis pertahanan fleksibel adalah lingkaran putus di luar model. Garis pertahanan
fleksibel berperan memberikan respon awal atau perlindungan pada sistem dari

stressor. Garis ini bisa menjauh atau mendekat pada garis pertahanan normal. Bila
 jarak antara garis pertahanan meningkat maka tingkat proteksipun meningkat. Oleh
sebab itu untuk mempertahankan keadaan stabil dari sistem klien, maka perlu
melindungi garis pertahanan normal dan bertindak sebagai buffer. Kondisi ini bersifat
dinamis dan dapat berubah dalam waktu relatif singkat. Disamping itu hubungan dari
berbagai variabel (fisiologi, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan spiritual)
dapat mempengaruhi tingkat penggunaan garis pertahanan diri fleksibel terhadap
berbagai reaksi terhadap stressor  
Sedangakan untuk garis perlawanan hanya ada satu yaitu garis pertahanan

(lines of resistance) 
Resisten (lines
Rangkaian lingkaran putus2 mengelilingi struktur utama dasar disebut garis
resisten. Lingkaran itu memperlihatkan faktor sumber yang menolong klien melaw
melawan
an
serangan atau stressor. Sebagai contoh adalah sistem respon imun/pertahanan
tubuh. Ketika garis resisten itu efektif, sistem klien dapat tersusun kembali, tetapi jika
tidak efektif maka kematian dapat terjadi atau dengan kata lain jika lines of
resistance   efektif dalam merespon stressor tersebut, maka sistem depan
resistance
berkonstitusi, jika tidak efektif maka energi berkurang dan bisa timbul kematian.
Jumlah resisten terhadap sebuah s
stressor
tressor ditentukan oleh hubungan anta
antarr 5

variabel dalam sistem klien. 


 

Untuk lebih jelasnya tentang garis pertahanan ini, dapat dilihat dari gambar 2.1.  

Gambar 2.1. Garis Pertahanan dan Perlawanan dalam Model Sistem Neuman
(Stepans & Knight. 2002) 

3. Tingkatan pencegahan 
Tingkatan pencegahan ini membantu memelihara keseimbangan yang terdiri
dari: 1) pencegahan primer, 2) sekunder, dan 3) tersier (Neuman, 1982 dalam Potter
dan Perry, 2005) 
1)  Pencegahan primer  
Pencegahan primer berfokus pada peningkatan pertahanan tubuh melalui identifikasi
faktor-faktor resiko yang potensial dan aktu
aktual
al terjadi akibat stressor terte
tertentu.
ntu. Atau
pencegahan ini terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi : promosi
kesehatan dan mempertahankan kesehatan. Pencegahan primer mengutamakan
pada penguatan flexible lines of defense 
defense  dengan cara mencegah stress dan
mengurangi faktor-faktor resiko. Intervensi dilakukan jika resiko atau masalah sudah
diidentifikasi tapi sebelum reaksi terjadi. Strateginya mencakup : immunisasi,
pendidikan kesehatan, olah raga dan perubahan gaya hidup. 
2)  Pencegahan sekunder.
Pencegahan sekunder berfokus pada penguatan pertahanan dan sumber internal
melalui penetapan prioritas dan rencana pengobatan pada gejala-gejala yang
tampak. Pencegahan ini meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala
 

dari stressor. Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines


of resistance,
resistance, mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga
melindungi struktur dasar melalui tindakan-tindakan yang tepat sesuai gejala.
Tujuannya adalah untuk memperoleh kestabilan sistem secara optimal dan
memelihara energi. Jika pencegahan sekunder tidak berhasil dan rekonstitusi tidak

terjadi maka struktur dasar tidak dapat mendukung sistem dan intervensi-
intervensinya sehingga bisa menyebabkan kematian. 
3)  Pencegahan Tersier  
Pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali. Prinsip dari
pencegahan tersier adalah untuk memberikan penguatan pertahanan tubuh
terhadap stressor, dilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi-strategi
pencegahan sekunder. Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke
arah stabilitas sistem klien secara optimal. Tujuan utamanya adalah untuk
memperkuat resistansi terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul kembali

atau regresi, sehingga dapat mempertahankan energi. Pencegahan tersier


cenderung untuk kembali pada pencegahan primer.

4.  Sistem klien 


Model Sistem Neuman merupakan suatu pendekatan sistem yang terbuka dan
dinamis terhadap klien yang dikembangkan untuk memberikan suatu kesatuan fokus
definisi masalah keperawatan dan pemahaman terbaik dari interaksi klien dengan
lingkungannya. Elemen-elemen yang ada dalam sistem terbuka mengalami
pertukaran energi informasi dalam organisasi kompleksnya. Stress dan reaksi

terhadap stres merupakan komponen dasar dari sistem terbuka. Klien sebagai
sistem bisa individu, keluarga, kelompok, komunitas atau jaringan sosial (Tomey &
 Alligood, 2002). Klien sebagai suatu sistem memberikan arti bahwa adanya
keterkaitan antar aspek yang terdapat dalam sistem tersebut. Kesehatan klien akan
dipengaruhi oleh keluarganya, kelompoknya, komunitasnya, bahkan lingkungan
sosialnya. 
Neuman meyakini bahwa klien adalah sebagai suatu sistem, memiliki lima
variabel yang membentuk sistem klien yaitu fisik, psikologis, sosiokultur,
perkembangan dan spiritual. Selanjutnya juga dijelaskan oleh Neuman bahwa klien

merupakan cerminan secara wholistik dan multidimensional (Fawcett, 2005).


Dimana secara wholistik klien dipandang sebagai keseluruhan yang bagian-
 

bagiannya berada dalam suatu interaksi dinamis. Pernyataan tersebut membuktikan


bahwa setiap orang itu akan memiliki keunikan masing-masing dalam
mempersepsikan dan menanggapi suatu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan
sehari- hari. Neuman mengubah ejaan atau istilah dari “Holistik” menjadi “Wholistik”
dalam edisi keduanya untuk meningkatkan pengertian atau pemahaman terhadap

orang secara keseluruhan. 


Disamping itu klien atau sistem dapat menangani stressor dengan baik,
sehingga sakit atau kematiantan atau stabilitasasi sistem. perubahan dapat
mempertahankan kesehatan secara adekuat. Keseimbangan fungsional atau
harmonis menjaga keutuhan integritas sistem. Apabila bagian-bagian dari klien
berinteraksi secara harmonis, maka akan terwujud jika kebutuhan-kebutuhan sistem
telah terpenuhi. Namun apabila terjadi ketidakharmonisan di antara bagian-bagian
dari sistem, hal ini disebabkan karena adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi. 

(Core)) 
5. Struktur dasar (Core
Struktur dasar berisi seluruh variabel untuk mempertahankan hidup dasar yang
biasa terdapat pada manusia sesuai karakteristik individu yang unik. Variabel-
variabel tersebut yaitu variabel sistem, genetik, dan kekuatan/kelemahan bagian-
bagian sistem. 
6. Intervensi 
Intervensi merupakan tindakan-tindakan yang membantu untuk memperoleh,
meningkatkan dan memelihara sistem keseimbangan, terdiri dari pencegahan
primer, sekunder dan tertier. 

7. Rekonstitusi 
Neuman (1995) mendefinisikan rekonstitusi sebagai peningkatan energi yang
terjadi berkaitan dengan tingkat reaksi terhadap stressor. Rekonstitusi dapat dimulai
menyertai tindakan terhadap invasi stressor..Rekonstitusi adalah suatu adaptasi
terhadap stressor dalam lingkungan internal dan eksternal. Rekonstitusi bisa
memperluas normal line defense ke tingkat sebelumnya, menstabilkan sistem pada
tingkat yang lebih rendah, dan mengembalikannya pada tingkat semula sebelum
sakit. Yang termasuk rekonstitusi adalah faktor-faktor interpersonal, intrapersonal,
ekstrapersonal dan lingkungan yang berkaitan dengan variabel fisiologis, psikologis,

sosiokultural, perkembangan dan spiritual. 


 

Baca Juga : TEORI MEDELINE LEININGER : TRANSCULTURAL


TRANSCULTURAL NURSING 

2.3 Penjelasan model konsep Betty Neuman 

Gambar 2.2. Model system Neuman (Tomey and Alligood (2002))  


Konsep utama yang terdapat pada model Neuman, meliputi: stresor, garis
pertahanan dan perlawanan, tingkatan pencegahan, lima variabel sistem klien,
struktur dasar, intervensi dan rekonstitusi (Fitzpatrick & Whall, 1989). Berikut ini
akan diuraikan tentang masing-masing variable:  

1. Stressor  
 

Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan


berpotensial untuk menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman mengklasifikasi
stressor sebagai berikut : 
1)  Stressor intrapersonal : terjadi dalam diri individu/keluarga dan berhubungan
dengan lingkungan internal. Misalnya : respons autoimmune 

2)  Stressor interpersonal : yang terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang
memiliki pengaruh pada sistem. Misalnya : ekspektasi peran  
3)  Stressor ekstrapersonal : juga terjadi diluar lingkup sistem atau individu/keluarga
tetapi lebih jauh jaraknya dari sistem dari pada stressor interpersonal. Misalnya :
sosial politik. 
2. Garis pertahanan dan perlawanan 
Garis pertahanan menurut Neuman’s terdiri dari garis pertahanan normal dan
garis pertahanan fleksibel. Garis pertahanan normal merupakan lingkaran utuh yang
mencerminkan suatu keadaan stabil untuk individu, sistem atau kondisi yang

menyertai pengaturan karena adanya stressor yang disebut wellness normal dan
digunakan sebagai dasar untuk menentukan adanya deviasi dari keadaan wellness
untuk sistem klien. Selain itu ada berbagai stressor yang dapat menginvasi garis
pertahanan normal jika garis pertahanan fleksibelnya tidak dapat melindungi secara
adekuat. Jika itu terjadi. maka sistem klien akan bereaksi dengan menampakan
adanya gejala ketidakstabilan atau sakit dan akan mengurangi kemampuan sistem
untuk mengatasi stressor tambahan. Garis pertahanan normal ini terbentuk dari
beberapa variabel dan perilaku seperti pola koping individu, gaya hidup dan tahap
perkembangan. Garis pertahanan normal ini merupakan bagian dari garis

pertahanan fleksibel. 
Garis pertahanan fleksibel berperan memberikan respon awal atau perlindungan
pada sistem dari stressor. Garis ini bisa menjauh atau mendekat pada garis
pertahanan normal. Bila jarak antara garis pertahanan meningkat maka tingkat
proteksipun meningkat. Oleh sebab itu untuk mempertahankan keadaan stabil dari
sistem klien, maka perlu melindungi garis pertahanan normal dan bertindak sebagai
buffer. Kondisi ini bersifat dinamis dan dapat berubah dalam waktu relatif singkat.
Disamping itu hubungan dari berbagai variabel (fisiologi, psikologis, sosiokultur,
perkembangan dan spiritual) dapat mempengaruhi tingkat penggunaan garis

pertahanan diri fleksibel terhadap berbagai reaksi terhadap stressor.


 

Sedangkan garis perlawanan menurut Neuman’s merupakan serangkaian


lingkaran putus-putus yang mengelilingi struktur dasar. Artinya garis resisten ini
melindungi struktur dasar dan akan teraktivasi jika ada invasi dari stressor
lingkungan melalui garis normal pertahanan (normal line of defense).
defense). Misalnya
mekanisme sistem immun tubuh. Jika lines of resistance efektif dalam merespon

stressor tersebut, maka sistem depan berkonstitusi, jika tidak efektif maka energi
berkurang dan bisa timbul kematian. 

3. Tingkatan pencegahan 
Tingkatan pencegahan ini membantu memelihara keseimbangan yang terdiri
dari pencegahan primer, sekunder dan tersier.  
1)  Pencegahan primer
Terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi : promosi kesehatan
dan mempertahankan kesehatan. Pencegahan primer mengutamakan pada
penguatan flexible lines of defense dengan cara mencegah stress dan mengurangi
faktor-faktor resiko. Intervensi dilakukan jika resiko atau masalah sudah diidentifikasi
tapi sebelum reaksi terjadi. Strateginya mencakup : immunisasi, pendidikan
kesehatan, olah raga dan perubahan gaya hidup. 
2)  Pencegahan sekunder.
Meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari stressor.
Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines of resistance,
resistance,
mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga melindungi
struktur dasar melalui tindakan-tindakan yang tepat sesuai gejala. Tujuannya adalah
untuk memperoleh kestabilan sistem secara optimal dan memelihara energi. Jika
pencegahan sekunder tidak berhasil dan rekonstitusi tidak terjadi maka struktur
dasar tidak dapat mendukung sistem dan intervensi-intervensinya sehingga bisa
menyebabkan kematian 
3)  Pencegahan Tersier  
Pencegahan ini dilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi-strategi
pencegahan sekunder. Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke
arah stabilitas sistem klien secara optimal. Tujuan utamanya adalah untuk
memperkuat resistansi terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul kembali
atau regresi, sehingga dapat mempertahankan energi. Pencegahan tersier
cenderung untuk kembali pada pencegahan primer.
 

4. Sistem klien 
Model Sistem Neuman merupakan suatu pendekatan sistem yang terbuka dan
dinamis terhadap klien yang dikembangkan untuk memberikan suatu kesatuan fokus
definisi masalah keperawatan dan pemahaman terbaik dari interaksi klien dengan
lingkungannya. Elemen-elemen yang ada dalam sistem terbuka mengalami

pertukaran energi informasi dalam organisasi kompleksnya. Stress dan reaksi


terhadap stres merupakan komponen dasar dari sistem terbuka. Klien sebagai
sistem bisa individu, keluarga, kelompok, komunitas atau sosial issue (Tomey &
 Alligood, 1998). Klien sebagai suatu sistem memberikan arti bahwa adanya
keterkaitan antar aspek yang terdapat dalam sistem tersebut. Kesehatan klien akan
dipengaruhi oleh keluarganya, kelompoknya, komunitasnya, bahkan lingkungan
sosialnya. 
Neuman meyakini bahwa klien adalah sebagai suatu sistem, memiliki lima
variabel yang membentuk sistem klien yaitu fisik, psikologis, sosiokultur,

perkembangan dan spiritual. Selanjutnya juga dijelaskan oleh Neuman bahwa klien
merupakan cerminan secara wholistik dan multidimensional (Fawcett, 2005).
Dimana secara wholistik klien dipandang sebagai keseluruhan yang bagian-
bagiannya berada dalam suatu interaksi dinamis. Pernyataan tersebut membuktikan
bahwa setiap orang itu akan memiliki keunikan masing-masing dalam
mempersepsikan dan menanggapi suatu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan
sehari- hari. Perubahan istilah dari Holistik menjadi Wholistik untuk meningkatkan
pemahaman terhadap orang secara keseluruhan. 
Disamping itu klien atau sistem dapat menangani stressor dengan baik,

sehingga sakit atau kematian.tan atau stabilitasasi system. perubazhan dapat


mempertahankan kesehatan secara adekuat. Keseimbangan fungsional atau
harmonis menjaga keutuhan integritas sistem. Apabila bagian-bagian dari klien
berinteraksi secara harmonis, maka akan terwujud jika kebutuhan-kebutuhan sistem
telah terpenuhi. Namun apabila terjadi ketidakharmonisan diantara bagian-bagian
dari system, hal ini disebabkan karena adanya kebutuhan yang
yang tidak terpenuhi.  

5. Struktur dasar  

Struktur dasar berisi seluruh variable untuk mempertahankan hidup dasar yang
biasa terdapat pada manusia sesuai karakteristik individu yang unik. Variabel-
 

variabel tersebut yaitu variabel sistem, genetik, dan kekuatan/kelemahan bagian-


bagian sistem. 
6. Intervensi 
Intervensi merupakan tindakan-tindakan yang membantu untuk memperoleh,
meningkatkan dan memelihara sistem keseimbangan, terdiri dari pencegahan

primer, sekunder dan tertier. 


7. Rekonstitusi 
Neuman (1995) mendefinisikan rekonstitusi sebagai peningkatan energi yang
terjadi berkaitan dengan tingkat reaksi terhadap stressor. Rekonstitusi dapat dimulai
menyertai tindakan terhadap invasi stressor..Rekonstitusi adalah suatu adaptasi
terhadap stressor dalam lingkungan internal dan eksternal. Rekonstitusi bisa
memperluas normal line defense ke tingkat sebelumnya, menstabilkan sistem pada
tingkat yang lebih rendah, dan mengembalikannya pada tingkat semula sebelum
sakit. Yang termasuk rekonstitusi adalah faktor-faktor interpersonal, intrapersonal,

ekstrapersonal dan lingkungan yang berkaitan dengan variabel fisiologis, psikologis,


sosiokultural, perkembangan dan spiritual. 
Model Sistem Neuman ini sangat sesuai untuk diterapkan pada pengkajian di
masyarakat, karena pendekatan yang dipergunakan adalah pada komunitas sebagai
sistem klien. 

2.4 Asumsi Mayor (terkait dengan paradigm keperawatan) 


Paradigma keperawatan merupakan konsep sentral keperawatan yang
menjelaskan tentang teori-teori model konseptual keperawatan. Paradigma

menjelaskan 4 unsur utama yang mendasar yaitu manusia, lingkungan, kesehatan,


keperawatan. Perawat harus mampu memahami model konseptual ini didalam
memberikan asuhan keperawatan. Salah satu teori model konseptual keperawatan
adalah “System Model Neuman”  dimana beliau menyampaikan bahwa paradigma
Keperawatan menurut model sistem Neuman adalah (Neuman, 1995):  

1.  Manusia
Neuman memandang manusia atau klien secara keseluruhan (holistik) yang terdiri

dari 5 (lima) variabel faktor fisiologis, psikologis, sosial budaya, faktor


perkembangan, dan faktor spiritual. 
 

1)  Faktor Fisiologis meliputi struktur dan fungsi tubuh


2)  Faktor psikologis terdiri dari proses dan hubungan mental
3)  Faktor sosial budaya meliputi fungsi sistem yang menghubungkan sosial dan
ekspektasi kultural dan aktivasi.
4)  Faktor perkembangan sepanjang hidup.

5)  Faktor spiritual pengaruh kepercayaan spiritual.  


Faktor-faktor ini berhubungan secara dinamis dan tidak dapat dipisah-pisahkan. 
Klien juga dipandang mengalami kondisi yang bervariasi,sesuai stress yang
dialami. Ketika stressor terjadi individu
i ndividu banyak membutuhkan informasi atau bantuan
untuk mengatasi stressor. Pemberian motivasi dan atau berbagai jenis pencegahan
(primer, sekunder dan tersier) merupakan rencana tindakan perawat untuk
membantu klien. 
Sistem klien diartikan dalam struktur dasar dan lingkaran-lingkaran konsentrik
yang saling berkaitan . Struktur dasar meliputi faktor dasar kelangsungan hidup yang

lebih umum dari karakter sehat dan sakit yang merupakan gambaran yang unik dari
sistem klien. Secara umum gambaran keunikan sistem klien dari Neuman adalah
range normal, struktur genetik , pola respon, kekuatan dan kelemahan organ, struktr
ego dan pengetahuan atau kebiasaan. Neuman selanjutnya menyatakan bahwa
normal lines of defense adalah
defense adalah : 
1)  Merupakan lingkaran utuh yang mencerminkan suatu keadaan stabil untuk individu,
sistem atau kondisi yang menyertai pengaturan karena adanya stressor yang
disebut keadaan wellness
wellness normal
 normal dan digunakan sebagai dasar untuk menentukan
adanya deviasi dari keadaan wellness
wellness untuk
 untuk sistem klien. 

2)  Berbagai stressor dapat menginvasi normal line of defense


defense   jika flexible lines of
defense   tidak dapat melindungi secara adekuat. Jika itu terjadi maka sistem klien
defense
akan bereaksi yang akan tampak pada adanya gejala ketidakstabilan atau sakit dan
akan mengurangi kemampuan sistem untuk mengatasi stressor tambahan. 
3)  Normal lines of defense terbentuk
defense  terbentuk dari beberapa variabel dan perilaku seperti pola
koping individu, gaya hidup dan tahap perkembangan. 

Garis pertahanan flexible/ Flexible Lines of Defense 


Defense 
1)  Digambarkan sebagai lingkaran putus-putus paling luar yang berperan

memberikan respon awal atau perlindungan pada sistem dari stressor.


 

  2)  Diibaratkan sebagai suatu accordion yang bisa menjauh atau mendekat pada
normal line of defense.
defense . Bila jarak antara flexible lines of defense dan
defense dan normal lines of
defense meningkat
defense meningkat maka tingkat proteksipun meningkat. 
3)  Melindungi normal line of defense 
defense  dan bertindak sebagai buffer untuk
mempertahankan keadaan stabil dari sistem klien.

4)  Bersifat dinamis dan dapat berubah dalam waktu yang relatif singkat. 
singkat.  
Lines of Resistance Merupakan
Resistance Merupakan serangkaian lingkaran putus-putus yang mengelilingi
m engelilingi
struktur dasar. Artinya garis resisten ini melindungi struktur dasar dan akan
teraktivasi jika ada invasi dari stressor lingkungan melalui garis normal pertahanan
(normal line of defense).
defense). Misalnya adalah mekanisme sistem immun tubuh.  
Jika lines of resistance 
resistance  efektif dalam merespon stressor tersebut, maka
sistem depan berkonstitusi, jika tidak efektif maka energi berkurang dan bisa timbul
kematian. 
Hubungan dari berbagai variabel (fisiologi, psikologis, sosiokultur,

perkembangan dan spiritual) dapat mempengaruhi tingkat penggunaan flexible lines


of defense terhadap
defense terhadap berbagai reaksi terhadap stressor. 

2.  Lingkungan
Menurut Neuman lingkungan adalah seluruh faktor-faktor internal dan
eksternal yang berada di sekitar klien . Neuman mengatakan baik lingkungan
internal maupun ekternal pada manusia memiliki hubungan yang harmonis dan
keduanya mempunyai keseimbangan yang bervariasi, dimana keseimbangan atau
keharmonisan antara lingkungan internal dan eksternal tersebut dipertahankan.

Pengaruh lingkungan terhadap klien atau sebaliknya bias berdampak positif atau
negatif. Stressor yang berasal dari lingkungan meliputi 3 hal yaitu intrapersonal,
interpersonal dan extrapersonal. Neuman membagi lingkungan menjadi:  
1)  Lingkungan internal yaitu lingkungan intrapersonal yang ada dalam system
klien. 
2)  Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada di luar system klien.
Kekuatan-kekuatan dan pengaruh interaksi yang berada di luar sistem klien  
3)  Lingkungan yang diciptakan merupakan pertukaran energi dalam system terbuka
dengan lingkungan internal dan eksternal yang bersifat dinamis. Lingkungan ini

tujuannya adalah untuk memberikan stimulus positif ke arah kesehatan klien.  


 

Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan


berpotensial untuk menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman mengklasifikasi
stressor sebagai berikut : 
1)  Stressor intrapersonal : terjadi dalam diri individu/keluarga dan berhubungan
dengan lingkungan internal. Misalnya : respon autoimmun.

2)  Stressor interpersonal : yang terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang
memiliki pengaruh pada sistem. Misalnya : ekspektasi peran.
3)  Stressor ekstrapersonal : juga terjadi diluar lingkup sistem atau
individu/keluarga tetapi lebih jauh jaraknya dari sistem dari pada stressor
interpersonal. Misalnya : sosial politik.
Stressor interpersonal dan extrapersonal berhubungan dengan lingkungan
eksternal. Created environment  mencakup
 mencakup ketiga jenis stressor ini.  

3.  Sehat
Sehat menurut Neuman,
Neuman, definisi sehat digambarkan dengan model komponen.
Sehat adalah kondisi dimana bagian dan sub bagian keseluruhan manusia yang
selalu harmoni. Kesehatan manusia dalam status baik atau sakit, selalu berubah
dalam lima variable : fisiologi, psikologi, sosiobudaya, spiritual dan perkembangan.
Sehat relatif dan dinamik dengan stabilitas yang bervariasi. 
Garis normal sebagai parameter status sehat. Sehat adalah individual kadang
seimbang atau stabilitas klien atau berubah. Garis pertahanan manusia dapat
permiabel, berbeda dengan individu lain dan menghasilkan status kesehatan yaitu

garis pertahanan normal. Sehat untuk individu lain mungkin berarti retensi
komponen yang tercontitusi, contoh penggunaan protesa setelah amputasi dapat
menghasilkan garis normal. Sehat untuk individu adalah hubungan antara faktor
genetik dan pengalaman.Tipe definisi sehat mengikuti individu ,tidak ada standart
absolut. Status yang terbaik adalah status optimal untuk klien bervariasi dari
beberapa poin dalam hubungannya dengan konsep dasar  

4.  Keperawatan
Neuman menyatakan bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara

utuh dan keperawatan adalah sebuah profesi yang unik yang mempertahankan
semua variabel yang mempengaruhi respon klien terhadap stressor. Keperawatan
 

digambarkan sebagai profesi yang unik, keunikannya dihubungkan dengan sifat


holistic manusia dan pengaruh dari variable yang berinteraksi dalam lingkungan
internal maupun eksternal. 
Penggunaan model keperawatan dapat membantu individu, keluarga dan
kelompok untuk mencapai dan mempertahankan level maksimum dari total wellness
wellness..

Keunikan keperawatan adalah berhubungan dengan integrasi dari semua variabel


yang mana mendapat perhatian dari keperawatan . Neuman (1981) menyatakan
bahwa dia memandang model sebagai sesuatu yang berguna untuk semua profesi
kesehatan dimana mereka dan keperawatan mungkin berbagi bahasa umum dari
suatu pengertian. Neuman juga percaya bahwa keperawatan dengan perspektif
yang luas dapat dan seharusnya mengkoordi
mengkoordinasi
nasi pelayanan kesehatan untuk pasien
supaya fragmentasi pelayanan dapat dicegah. 

5.   Aktivitas
 Aktivitas Keperawatan. 

Perawat dalam model Neuman dipandang sebagai “aktor ”  atau pemberi


intervensi yang mempunyai tujuan mengurangi pertemuan individu dengan stressor
yang jelas atau meminimalkan efeknya. Perawat memberikan pelayanan sebagai
peserta yang aktif dalam mendukung pertahanan klien dengan membantu klien
berespon yang sesuai terhadap stressor yang datang. Partisipasi aktif dari klien
membenarkan arti dari pengalamannya dengan perawat. Selanjutnya pembuatan
tujuan kolaborasi dan kemajuannya adalah istilah yang digunakan Neuman untuk
menjelaskan aktivitas antara perawat dan klien. Keputusan dibuat oleh proses
kolaborasi antara perawat dan klien, klien terlibat dalam merundingkan tujuan

kolaborasi yang sesuai. Perawat membantu klien berbeda tergantung pencegahan


primer, sekunder atau tersier yang diperlukan. Dalam situasi perawatan tiap klien
perawat mengkaji dan mengintervensi secara berbeda. Contoh jika stressor ada di
lingkungan klien tapi tidak merusak garis pertahanan normal (tingkat pencegahan
primer), perawat mungkin mengkaji faktor-faktor resiko dan mencari kemungkinan
untuk mengajari atau membantu klien sesuai dengan kebutuhannya. Jika stressor
telah menembus garis pertahanan normal (tingkat pencegahan sekunder perawat
mungkin bertindak untuk menentukan sifat dari proses penyakit dan mulai berurusan
dengan respon maladaptive. Jika stressor dihasilkan dalam gejala-gejala sisa

(tingkat pencegahan tertier) perawat berusaha untuk membatasi atau mengurangi


efek, barangkali dengan menggunakan sumber-sumber rehabilitasi.
 

Perawat mengkaji semua faktor yang berpengaruh pada klien. Contoh Neuman
menyatakan bahwa lapang persepsi pemberi pelayanan professional dan klien harus
dikaji karena persepsi klien dan caregiver mungkin bervariasi. Dengan demikian hal
ini akan mempengaruhi tindakan caregiver. Pengkajian persepsi berarti bahwa
perawat mengkaji prasangka, kebutuhan dan nilai-nilai yang dimiliki klien yang

berhubungan dengan kondisi klien sebelum membuat keputusan. Hal ini penting
bahwa pengkajian persepsi harus menjadi aspek yang dimuat karena ini akan
sangat berguna pada format proses perawatan yang selanjutnya dibuat oleh
Neuman (Neuman, 1995). 

Juga: HUBUNGAN ANTARA PARADIGMA KEPERAWATAN DENGAN


Baca Juga: 
TEORI KEPERAWATAN 

Penerimaan oleh keperawatan (Tomey and Alligood (2002))  


Praktek  
Praktek
Model sistem Neuman memiliki relev
relevansi
ansi luas untuk prak
praktek
tek kepe
keperawatan.
rawatan.
Penggunaan model ini oleh perawat dilengkapi fasilitas tujuan yang terarah, terpadu
dengan pendekatan holistik untuk perawatan klien, namun juga cocok untuk
digunakan multidisiplin dalam
dalam mencegah fragmentas
fragmentasii perawatan pada k
klien.
lien. Model
delineates sistem klien dan klasifikasi stres yang dapat dimengerti dan digunakan
oleh seluruh anggota tim perawatan kesehatan (Mirenda, 1986). Pedoman telah
dipublikasikan untuk penggunaan model dalam praktek perawatan klinis dan untuk
administrasi pelayanan kesehatan. 
Neuman telah mengembangkan beberapa instrumen untuk memfasilitasi
penggunaan model. Instrumen tersebut meliputi alat penilaian dan intervensi untuk
membantu perawat dalam mengumpulkan dan mensintesa data klien, sebuah format
untuk pencegahan sebagai intervensi, dan sebuah format untuk aplikasi proses
keperawatan dalam kerangka model sistem neuman. Format proses keperawatan
Neuman terdiri dari 3 tahap berikut: (1) diag
diagnosa
nosa keperaw
keperawatan,
atan, (2) tujuan
keperawatan dan (3) hasil keperawatan . Diagnosis keperawatan berdasarkan
pengkajian awal y
yang
ang komprehensif. Tujuan keperawatan tersebut kemudian
kemudian
ditetapkan bersama klien untuk perubahan preskriptif yang diinginkan
guna memperbaiki kesehatan. Hasil k
keperawatan
eperawatan ditentukan oleh interv
intervensi
ensi
 

keperawatan yang diberikan. Evaluasi dilakukan untuk mengkonfirmasi tujuan hasil


yang diinginkan atau untuk reformasi tujuan keperawatan. 
Fawcett (1995) telah memasukkan format proses keperawatan Neuman dan
format pencegahan intervensi untuk m
menggambarkan
enggambarkan lang
langkah-langkah
kah-langkah dari prose
proses
s
keperawatan berdasarkan model sistem Neuman. Russell (2002) memberikan

tinjauan klinis me
menggunakan
nggunakan model uuntuk
ntuk panduan praktek keperawatan pada
individu, keluarga, komunitas danorganisasi. 
Luasnya model Neuman telah berpengaruh dalam aplikasi dan adaptasi
berbagai setting praktek keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Banyak
Banyak contoh yang dikutip dalam buk
buku-buku
u-buku Neuman. Model ini telah
digunakan dengan sukses pada klien dalam pengaturan pelayanan kesehatan,
termasuk rumah sakit, panti jompo, pusat rehabilitasi, dan tempat
penampungan anak. Model pend
pendekatan
ekatan holistik dibuat teruta
terutama
ma berlaku bagi klien
yang mengalami stres yang kompleks dan mempengaruhi variabel beberapa klien.

Sebagai contoh, Hitam, Deeny dan McKenna (1997) dalam Tommey dan Alligood
(2002) menggunakan model sebagai kerangka untuk membimbing perawat dalam
mencegah dan mengurangi ketegangan
ketegangan pada pasien perawatan intens
intensif.
if. 
Model ini juga di gunakan untuk memandu praktek keperawatan di negara-
negara di seluruh dunia. Sebagai contoh, model ini sedang digunakan di Belanda
untuk memandu Emergis, sebuah program komprehensif kesehatan mental yang
menyediakan perawatan psikiatris untuk anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua,
perawatan kecanduan, dan pelayanan sosial. Model Neuman dipilih karena bersifat
holistik, difokuskan pada keunikan klien dalam lingkungan nya, ditujukan terhadap

pencegahan, dan dapat berkolaborasi dengan disiplin lain. Pendekatan berbasis


penelitian terhadap pelaksanaan model untuk Emergis telah dilakukan, yang akan
memungkinkan evaluasi tentang bagaimana penggunaan model ini akan
mempengaruhi kualitas pelayanan, kepuasan karyawan dan kepuasan klien. Tujuan
akhir untuk proyek ini adalah untuk mengintegrasikan taksonomi diagnosa
keperawatan seperti yang dijelaskan oleh Zeigler (1982) Tommey dan Alligood
(2002).
Model Neuman's memberikan perspektif sistem yang memungkinkan
perawat untuk menilai dan memelihara keutuhan keluarga sebagai klien. Issel (1995)

Tommey dan Alligood


Alligood (2002) menggunakan se
sebagai
bagai kerangka teteoritis
oritis untuk
program manajemen kasus yang komprehensif pada keluarga klien maternitas.
 

Dalam konteks yang lebih luas dari unit pengasuh sebagai sebuah sistem, Jones
(1996) mengidentifikasi stressor intrapersonal, interpersonal dan extrapersonal dari
pengasuh utama orang dengan cedera kepala traumatis. Lin, Ku, Leu, Chen (1996)
menggambarkan keterkaitan antara stres, perilaku coping dan status kesehatan
pada pengasuh keluarga pasien dengan hepatoma.  

Sistem model Neuman


Neuman digunakan dala
dalam
m praktik berbasis ma
masyarakat
syarakat /
kelompok dan perawatan keseh
kesehatan
atan masyarakat. Ande
Anderson,
rson, McFarland da
dan
n Helton
(1986) Tommey dan Alligood (2002) a
adalah
dalah orang-orang yang pertama beradaptasi
terhadap model ini dalam mengembang
mengembangkan
kan penilaian kebu
kebutuhan
tuhan kesehatan
masyarakat di mana mereka mengidentifikasi kekerasan terhadap perempuan
sebagai masalah kesehatan masyarakat utama. Dwyer, Walker, Suchman dan
Coggiola (1995) Tommey dan Alligood (2002) menggunakan sebagai dasar bagi
praktik-praktik kolaboratif oleh para praktisi perawat dan dokter di Pusat Perawatan
Masyarakat University of Rochester. Hal ini digunakan untuk menggambarkan

layanan dan efektivitas biaya di pusat kesehatan warga senior di Pennsylvania.  


Sistem model Neuman digunakan secara efektif untuk meningkatk
meningkatkan
an praktek
perawatan lanjutan. Barker, Robinson dan Brautigan (1999) Tommey dan Alligood
(2002) menggunakan model ini untuk mengevaluasi apakah kunjungan rumah
perawat psikiatri bisa menurunkan tingkat kunjungan ulang pasien depresi di
rumahsakit, dan mereka menemuka
menemukan
n bahwa ada penuruna
penurunan
n substansial dalam
kunjungan ulang di RS pada kelompok yang menerima tindak lanjut kunjungan
rumah perawat psikiatri. Hassel (1996) Tommey dan Alligood (2002)
mengintegrasikan modelsistem
modelsistem Neuman dan persp
perspektif
ektif medis untuk mening
meningkatkan
katkan

pengelolaan depresi oleh praktisi perawat. Martin (1996) Tommey dan Alligood
(2002) menerapkan model untuk praktek anestesi perawat menggunakan
contoh spesifik peran perawat anestesi. 
Model ini telah dipelajari dan diterapkan dalam disiplin lain seperti terapi fisik.
Penelitian lebih lanjut terus memvalidasi aplikasinya di luar keperawatan. 

Pendidikan 
Model ini telah diterima di kalangan akademisi dan digunakan secara luas
sebagai panduan kurikulum. Telah digunakan di semua tingkat pendidikan

keperawatan di seluruh Amerika Serikat dan di negara lain, termasuk Australia,


Kanada, Denmark, Inggris, Korea, Kuwait, Portugal, Taiwan, Belanda dan Jepang.
 

Dalam tinjauan integratif penggunaan model dalam program pendidikan di semua


tingkatan, Lowry (2002) melaporkan bahwa "meskipun trennya adalah menuju
eklektisisme dalam pendidikan keperawatan saat ini, model sistem Neuman
menjabat banyak program dengan baik ...." dan sering dipilih di negara lain untuk
memfasilitasi belajar siswa. Pedoman ini telah dipublikasikan untuk penggunaan

model dalam pendidikan profesi kesehatan. 


Model perspektif holistik menyediakan kerangka kerja afektif untuk pendidikan
keperawatan pada semua tingkatan. Hal ini digunakan untuk program keperawatan
praktis di Community College Baltimore County dan untuk tingkat pendidikan
keperawatan asosiasi di Central Florida Community College. Lowry dan Newsome
(1995) Tommey dan Alligood (2002) melaporkan
melaporkan terdapat 12 program gelar
associate yang menggunakan model tersebut sebagai kerangka kerja konseptual
untuk pengembangan
pengembangan kurikulum. Hasil penelitian me
menunjukkan
nunjukkan bahw
bahwa
a lulusan
paling sering menggunakan model ini dalam peran sebagai pendidik dan penyedia

perawatan (caregiver) dan mereka cenderung untuk terus berlatih dari perspektif
sistem model berbasis Neuman. Baru-baru ini telah diungkapkan mengenai modelini
yang diterjemahan ke dalam bahasa Arab untuk digunakan dalam pendidikan
keperawata. 
Model Neuman telah dipilih untuk program sarjana muda berdasarkan
perspektif teoretis dan komprehensif untuk kurikulum holistik, dan karena ber potensi
untuk digunakan pada individu, keluarga, kelompok kecil, dan masyarakat. Divisi
Perawatan Neuman College adalah sekolah pertama yang memilih model sistem
Neuman sebagai dasar konseptual untuk kurikulum dan pendekatan

untuk perawatan klien pada tahun 1976. fakultas iini


ni telah mengembangk
mengembangkan
an alat
penilaian dan intervensi berdasarkan kerangka Neuman dan telah mengembangkan
alat evaluasi klinis berdasarkan model Neuman dan format evaluasi Bondy's. The
University of Pittsburgh di Pennsylvania adalah salah satu program keperawatan
Baccalaureat pertama yang mengimplementasikan model dalam kurikulum yang
terintegrasi. Model ini telah digunakan di Lander University di Greenwood, South
Carolina, sebagai kerangka untuk pendidikan sarjana muda keperawatan sejak
tahun 1987. 
Model ini digunakan sebagai kerangka kerja yang komprehensif untuk

mengatur data yang dikumpulkan dari pasien bersalin oleh mahasiswa sarjana
keperawatan di University of South Florida. Di Universitas Texas di Tyler,
 

tingkatan Neuman tentang penceg


pencegahan
ahan intervensi digunakan untuk materi dalam
program kurikulum. Minnesot
Minnesota
a antar Kons
Konsorsium
orsium Keperawa
Keperawatan,
tan, terdiri dari tiga
perguruan tinggi swasta yang berhubungan dengan gereja, telah mengembangkan
kerjasama sebuah program sarjana muda keperawatan yang menggunakan
Neuman System Model sebagai kerangka kurikulum pengorganisasian perusahaan

(Glazebrook, 1995). Model ini menyediakan kerangka kerja untuk mengembangkan


program sarjana muda keperawatan di Palm Beach Atlantic University,
dengan kelulusan kela
kelas
s pertama di 2007 (Alligood, 2004) Hal ini dig
digunakan
unakan di
Malone College di Ohio (Mallone College, nd), di Missouri Southern State University
(MSSU, nd), dan di College Anslem Saint di New Hampshire (Saint Anselm College,
nd)
Efektivitas model ini telah dibuktikan dalam mendukung transisi konseptual
antara tingkat pendidikan keperawatan. Hilton dan Grafton (1995) membahas
aplikasinya sebagai kerangka kerja untuk transisi dari diploma pendidikan gelar

associate di Los Angeles Country Medical Center Scholl of Nursing. Sipple dan
Freese (1989) menggambarkan transisi dari rekan gelar sarjana muda pendidikan
Neuman Systems Model berbasis di Lander College di Greenwood, South Carolina.
Di universitas Tennese di Martin, model yang diberikan kerangka kurikulum untuk
Bachelor of Science dalam program sarjana Perawatan dimulai pada tahun 1988;
Strickland-Seng (1995) dijelaskan menggunakan sebagai dasar untuk evaluasi klinis
siswa dalam Bachelor of Science dalam mereka Perawatan program sarjana.  
The Neuman System Model telah digunakan secara efektif dalam dasar akhir
pendidikan keperawatan dan seterusnya. Bunn (1995) menggambarkan

pengembangan dan pelaksanaan program keperawatan kesehatan jiwa komunitas


berdasarkan prinsip-prinsip perawatan kesehatan di Kanada untuk perawat
terdaftar dalam Bachelor o
off Science di dalam Keperawatan Prog
Program
ram di Univensity
Ottawa. Model ini memungkinkan siswa untuk mempelajari populasi klien yang
dipilih, seperti Cina tua, sebagai keseluruhan berisiko tinggi dan budaya untuk
merencanakan kegiatan pencegahan kesehatan yang relevan di tingkat primer,
sekunder, dan tersier. Martin (1996) menyatakan bahwa transisi pendidikan perawat
anestesi ke dalam program pascasarjana keperawatan akan membutuhkan
penggabungan teori keperawatan maju dan menerapkan Neuman Systems Model

praktek perawat anestesi. 


 

Kesimpulan model, baik terhadap persepsi klien dan persepsi perawat


membuatnya sangat relevan Untuk mempelajari konsep kebudayaan dan
mempelajari lintas budaya. Mod
Model
el ini digunakan di Univ
Universitas
ersitas california, Fresno,
untuk mempelajari perbedaan kebudayaan dan bagaimana kebudayaan dapat
mempengaruhi masing-masing dari lima variabel dalam sistem klien.Bloch and Bloch

(1995)mendeskripsikan sebuah format yang menggunakan model tsb untuk


membantu mahasiswa mengkaji klien lintas budaya dan kemudian memberikan
perawatan yang sesuai. Caper (1996)menyatakan bahwa model tsb dapat
membantu perkembangan perawatan yang sesuai dengan budaya karena cara
pandang wholistic”/menyeluruh
“ termasuk aspek budaya dalam system
klien.Neuman (2001) mencatat bahwa beberapa ahli di fakultas memfasilitasi
penggunaan model dalam bermacam-macam budaya dalam Negara Guatemala,
Kuwait, Thailand dan Taiwan, yang digunakan untuk membantu kurikulum perawat
di Jordan, Taiwan, Guam, dan Iceland.  

Multi disiplin menggunakan model ini secara berkelanjutan sampai dengan


sekarang. Sebagai contoh model telah diimplementasikan di keperawatan di Negara
Kuwait dan Jordania. Model berbasis menyeluruh , system, pencegahan,
kesejahteraan yang dipercepat
dipercepat di Komisi Akreditasi dalam Pen
Pendidikan
didikan Terapi Fisik
(CAPTE) yang mengadaptasi hal tsb menjadi bagian dari konsep criteria evaluasi
CAPTE yang berasal dari organisasi dan sumber daya yang sesuai untuk program
terapi fisik (Toot dan Schmull, 1995). Lowry dkk menjelaskan bahwa pengembangan
dalam mata kuliah untuk melatih pro
professional
fessional kesehatan berdasar pada
pengalaman dengan tim beberapa matakuliah fakultas.  

Model system Neuman menggunakan pengembangan konseptual model


kerangka kerja untuk tingkat berganda dari keperawatan dan kurikulum yang
berhubungan dengan kesehatan didunia. Penerimaaan oleh pendidikan
keperawatan komunitas adalah sebuah bukti yang jelas.

Penelitian 
Penelitian sangat penting bagi keperawatan untuk maju sebagai suatu
disiplin ilmu. Penelitian komponen model untuk penjelasan tambahan dan generasi
teori keperawatan dapat diuji melalui penelitian adalah contoh kontribusi potensi

Model Neuman untuk kegiatan penelitian dan pengetahuan keperawatan (Fawcett,


1990, 1995a; Mirenda, 1986; Ross & Bourbannais, 1985; J Russel, komunikasi
 

pribadi, Jan.10, 1988). Aturan untuk penelitian keperawatan Neuman Sistem


berbasis Model telah ditetapkan oleh Fawcett, seorang wali model Neuman,
berdasarkan isi model dan literatur terkait (Fawcett & Gigliotti, 2001). Pedoman telah
dipublikasikan untuk panduan penggunaan model untuk penelitian keperawatan
(Louis et al, 2002)

Neuman melaporkan bahwa dia adalah salah satu dari tiga model yang paling
sering digunakan untuk penelitian keperawatan (B. Neuman, komunikasi pribadi, 18
Juli 1996). Penelitian yang dilaporkan oleh dukungan komunitas keperawatan
meningkatkan penggunaan empiris dari model. Dalam edisi ketiga model Sistem
Neuman, Louis (1995) dibahas penggunaannya dalam penelitian keperawatan dan
diidentifikasi hampir 100 studi yang dilakukan antara tahun 1989 dan 1993, yang
model menyediakan kerangka kerja. Edisi ketiga juga berisi bibliografi beranotasi
penelitian terpilih dilakukan dari 1989 sampai 1993, dengan lampiran daftar studi
penelitian yang diterbitkan dalam jurnal, disertasi, dan tesis master's. 

Dalam edisi fouth dari Neuman System Model, Fawcett dan Giangrande
(2002) menyajikan kajian terpadu 200 laporan penelitian menggunakan model yang
dipublikasikan melalui 1997. Sebuah daftar diperbarui dikompilasi oleh Fawcett
penelitian diterbitkan dengan menggunakan odel terletak pada laporan Neuman
Neuman bahwa dia adalah salah satu dari tiga model yang paling sering digunakan
untuk penelitian keperawatan (B. Neuman, komunikasi pribadi, 18 Juli 1996).
Penelitian yang dilaporkan oleh dukungan komunitas keperawatan meningkatkan
penggunaan empiris dari model. Dalam edisi ketiga model Sistem Neuman, Louis
(1995) dibahas penggunaannya dalam penelitian keperawatan dan diidentifikasi

hampir 100 studi yang dilakukan antara tahun 1989 dan 1993, yang model
menyediakan kerangka kerja.
Edisi ketiga juga berisi bibliografi penelitian terpilih dilakukan dari 1989
sampai 1993, dengan lampiran daftar studi penelitian yang diterbitkan dalam jurnal,
disertasi, dan tesis master's. Dalam edisi fouth dari Neuman System Model, Fawcett
dan Giangrande (2002) menyajikan kajian terpadu 200 laporan penelitian
menggunakan model yang dipublikasikan tahun 1997. Sebuah daftar diperbarui
dikompilasi oleh Fawcett penelitian diterbitkan dengan menggunakan model terletak
di website Model Sistem Neuman di http://www.neumansystemmodel.co
http://www.neumansystemmodel.com
m

Tinjauan penelitian saat ini menggunakan model Sistem Neuman


menunjukkan bahwa sering dipilih sebagai kerangka kerja konseptual untuk praktisi
 

penelitian dan mahasiswa pascasarjana. Contoh terbaru termasuk pengaruh


spiritualitas, akal, dan arthritis
a rthritis sebuah persepsi kesehatan orang dewasa tua dengan
rheumatoid arthritis (Potter & Zausniewski, 2000), dari pengasuhan dan membantu
pencarian pada ibu-berat lahir rendah dan bayi normal (Mei , 2000), penyakit jantung
sebagai masalah kesehatan (Wilson, 2000), dari kualitas hidup kesakitan seseorang

dengan kanker kronis (Gerstle, 2001), asuhan keperawatan pasien mengalami


detoksifikasi alkohol (Norrish, 2001), menciptakan lingkungan bagi para manajer
(Skillen, 2001), dan ajaran efek praoperasi pada tingkat kecemasan untuk pasien
menjalani operasi katarak (Morel, 2001).
Model ini biasa dipakai oleh mahasiswa sebagai kerangka kerja konseptual
untuk tesis dan dise
disertasi.
rtasi. Contoh terbaru meliputi studi mah
mahasiswa
asiswa tentang
penggunaan kondom
kondom dikalangan wanita k
kulit
ulit hitam, kebiasaan k
koping
oping dan
penggunaan narkoba di kalangan anak SMU, efek manajemen nyeri untuk tekanan
darah, hubungan karakteristik lingkungan keluarga dengan resiko penyakit

kardiovaskuler, penyedia layanan kesehatan militer kepatuhan terhadap pedoman


pasien nasional untuk mengelola hipertensi  
Model ini dapat beradaptasi dengan baik untuk mempelajari bidang yang
diminati di seluruh hambatan budaya. Contohnya termasuk studi menyusui di India,
mengadaptasi model untuk keperawatan di Malaysia, aspek yang dipilih variabel
spiritual perawat onkologi Israel, penilaian risiko berat lahir rendah pada ibu Thailand
dan keyakinan tentang merokok di kalangan remaja 
The Biennial simposium Model sistem Neuman menyediakan forum untuk
presentasi penelitian. Pada simposium delapan (2001) dan sembilan (2003),

perawat dari Amerika Serikat, Kanada, Belanda, dan Swedia melaporkan hasil dari
berbagai penelitian dengan menggunakan model. Empat studi yang dilaporkan pada
perempuan dan masalah kesehatan anak-anak. Tujuh studi yang dilaporkan pada
masalah kesehatan orang dewasa. Dua penelitian ke masalah manajemen
keperawatan dilaporkan. 4 penelitian dilaporkan pada aspek pendidikan
keperawatan. 3 studi yang merefleksikan perkembangan lebih lanjut dari variabel
spiritual dilaporkan dengan menggunakan model untuk penelitian lintas budaya.
The neuman Sistem Model digunakan secara luas untuk menyediakan
kerangka kerja konseptual untuk proyek-proyek penelitian di Amerika Serikat dan di

negara lain. Penerimaan oleh komunitas riset keperawatan adalah bukti yang jelas.  
Kelemahan Teori 
 

Kelemahan yang terdapat pada model system Neuman adalah:  


1)  Model Sistem Neuman dapat digunakan oleh semua profesi kesehatan, sehingga
untuk profesi keperawatan menjadi tidak spesifik 
2)  Penjelasan tentang perbedaan stressor interpersonal dan ekstrapersonal masih
dirasakan belum ada perbedaan yang jelas  

Model sistem Neuman tidak membahas secara detail tentang perawat -klien, padahal
hubungan perawat klien merupakan domain penting dalam Asuhan Keperawatan 
Keperawatan  

Juga: APLIKASI TEORI KATHARINE KOLCABA 


Baca Juga: 

DAFTAR PUSTAKA 

Neuman, B. (1989). The Neuman systems model (2nd ed.).


ed.). Norwalk, CT: Appleton-
Lange. 
Neuman, B. (1995). The Neuman systems model (3rd ed.). Norwalk,
ed.). Norwalk, CT: Appleton-
Lange. 
Potter dan Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktek Edisi 4.
4. Jakarta: EGC 
Potter dan Perry, (2009). Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi 7. Jakarta:
Salemba Medika 
&Application  .3rd  ed.
Tomey dan Alligood, (2002). Nursing Theory: Utilization &Application 
Missouri: Elsevier Mosby Publications 
Tomey dan Alligood, (2002). Nursing theorists and their work . (5th
ed.). Mosby, Philadelphia 
 

Practice Theory/Micro Theory 


Theory 

Practice theory  lebih
 lebih spesifik dan jelas cakupannya dibanding middle
range theory , teori pada level ini juga didefinisikan juga
sebagai prescriptive
sebagai  prescriptive theory, situations-spesific
situations-spes ific theory, dan
dan micro
 micro
theory . Practice theory menetukan
menetukan tindakan atau intervensi keperawatan
yang cocok untuk mencapai tujuan tertentu, fokus pada fenomena
keperawatan yang spesifik dengan memberikan arahan langsung pada
praktek keperawatan dan mempunyai pernyataan teoritis yang jelas,
hipotesis dengan menguraikan kejelasan fenomone. Practice
theory menyediakan
menyediakan kerangka kerja untuk intervensi keperawatan dan
memprediksi hasil dan efek dari praktek keperawatan itu sendiri
(Peterson & Bredow, 2004). 

Practice theory  berkembang
  berkembang dari middle range theory, pengalaman
praktik keperawatan dan uji empiris. Pengalaman praktik klinis perawat
dapat menjadi sumber utama untuk pengembangan  practice
pengembangan practice
theory keperawatan.
keperawatan. Kedalaman dan kompleksitas teori keperawatan
digambarkan dan dijelaskan melalui apresiasi secara mendalam terhadap
fenomena keperawatan dan hubungan antara aspek pada situasi
keperawatan (McKenna, 1997). Contoh Practice theory  yaitu
 yaitu bonding

attachment
 patient with theory, therapeutic
chronic skin disease,touch,
quality exercise as (Peterson
of care, dll selfcare, &
caring for
Bredow,
 

2004). 

Keperawatan dapat dijadikan kedalam satu


Paradigma dan Teori Keperawatan 
kelompok, yaitu berdasarkahn urutan/hierarki Ilmu pengetahuan yang
telah kita kenal yaitu (diurutkan berdasar yang paling abstrak hingga
yang paling praktikal) : 

1. Metaparadigma : Orang, Lingkungan, Kesehatan dan Keperawatan. 


2. Philosophy : Nightingle 
3. Model Konseptual : Neuman sistem model  
4. Teori : Grand teori, Midle range teori,

(Alligood, M.R., & Tomey, A.M. 2006. Nursing Theory). 

Konsep Mikro Teori/ Teori Praktek 


Mikro teori/ teori praktek merupakan teori yang dikembangkan
berdasarkan perkembangan dari middle range theory , karenanya teori ini
lingkupnya lebih sempit dan lebih kkonkrit
onkrit keabstra
keabstrakannya
kannya dibandingk
dibandingkan
an
dengan ketiga
ketiga teori dalam tingkatan teori. (Jaco
(Jacox,
x, 1974 dalam M McKenna,
cKenna,
1997). Lebih lanjut dikatakan, teori praktek/ micro theory   adalah teori
yang memberikan arahan langsung pada perawat untuk mencapai tujuan,
artinya teori ini memberikan suatu produk intervensi
intervensi spesifik yang hharus
arus
dilakukan perawat agar dapat memberi efek pada kondisi pasien. Parker
dan Smith (2010) menyatakan b bahwa
ahwa teori p praktik
raktik adalah deskripsi dan
dan
perkembangan dari tindakan keperawatan yang telah ada dan
dikembangkan untuk digunakan pada situasi keperawatan yang spesifik.
Berdasarkan Ellis dalam Reed et al , 2004, mengatakan bahwa semua
pengetahuan
pengetahua n keperawatan dikembangkan untuk praktek, sehingga semua
teori keperawatan tanpa menghiraukan tingkatannya maka merupakan

teori praktek.  
Idealnya teori praktik berhubungan erat dengan konsep dari middle
range theory   dan dibawah kerangka kerja dari grand theory . Contohnya
tindakan keperawatan yang dapat dikembangkan menjadi teori praktik
yaitu perawat mengetahui bahwa mereka dapat mengurangi nyeri pada
pasien dengan melakukan intervensi yang spesifik dan mengurangi
kerusakan kulit karena tekanan dengan perubahan posisi yang teratur
(Parker & Smith, 2010). Wooldridge (1992) dalam Mckenna (1997)
menjelaskan beberapa ciri dari teori praktek/ micro theory, yaitu:  
1.  Teori praktek dinyatakan dalam sebuah hubungan sebab akibat antara
makna dan tujuan yang dapat di uji secara empiris. 
2.  Focus pada penyebab yang dapat dimanipulasi oleh perawat; efek yang
dianggap relevan untuk mengevaluasi hasil yang telah dicapai ; dan
ketidaktentuan
ketidaktentuan kondisi yang dapat diaplikasikan dalam situasi praktik. 
 

3.  Fokus pada makna yang dapat diasumsikan secara mandiri oleh profesi
perawat baik praktik manipulasi langsung maupun struktur panduan
praktik. 

Perkembangan Teori Praktik/ Micro Theory  

dunia Teori praktik


nyata merupakanklinis,
keperawatan has
hasilil dimana
dari sebu
sebuahah prose
proses
didalamnyas refleksi dari
dibutuhkan
 “engaging”, intuiting
intuiting,, dan envisioning
envisioning.. Engaging
Engaging   berarti keterlibatan
langsung perawat pada suatu situasi. Intuiting
Intuiting berarti
 berarti perspektif subyektif
yang dibawa perawat pada situasi tertentu berdasarkan pengalaman yang
telah didapatkannya. Envisioning
Envisioning   berarti
berarti in
intuisi
tuisi kreatif perawat dalam
memberikan arti unik dalam situasi tersebut dan mengungkapkan
kemungkinan-kemungkinan baru (Chin & Kramer, 1995 dalam McKenna,
1997). Refleksi bukan sebagai akhir dari pencarian pendekatan baru
namun sebagi suatu proses yang berlanjut. Ada beberapa langkah dalam
proses refleksi yaitu mengumpulkan pengalaman, konsentrasi pada
perasaan sendiri, mengevaluasi kembali melalui asosiasi, integrasi,

validasi dan ketepatan. 


Untuk melakukan proses tersebut dilakukan dengan mengumpulka
mengumpulkan n
data-data pengalaman dalam bentuk jurnal tertulis, melakukan studi studi
dari jurnal ilmiah, diskusi dengan kolega. Parker dan Smith, 2010
menambahkan sumber sumber dari pengembangan mikroteori ini adalah
pengalaman sehari-hari dari perawat, diskusi dengan perawat mahir
berdasar kasus yang ditemuinya. Langkah kedua menurut mereka yaitu
konsentrasi pada perasaan berarti tidak hanya mendeskripsikan
perasaannya saja tentang pengalaman itu tetapi mencari bukti
ilmiah/pertanggungjawaban
ilmiah/pertang gungjawaban dari
dari perasaan itu.
itu. Kepercayaan kuno tentang
situasi itu tidak boleh mempengaruhi persepsi. Bahkan kepercayaan kuno
tersebut sebaiknya diganti dengan hal hal yang baru dan terbuka. Hal ini
dapat dicapai dengan menulis sebuah catatan ilmiah. 
Langkah ketiga yaitu terdiri dari empat bagian. Yang pertama
adalah asosiasi atau hubungan memungkinkan praktisi refleksi untuk
menghubungkan situasi yang ada dengan pengetahuan yang telah ada
dan tindakan yang dilakukan. Hasil akhirnya adalah praktisi tersebut
mengganti perilaku atau ilmu yang lama dengan yang baru. Hal ini dapat
dicapai dengan brainstorming
brainstorming   dari kelompok, diskusi terbuka untuk
mengklarifikasi pikiran dan perasaan agar muncul pendekatan baru.
Langkah berikutnya yaitu integrasi. Dalam langkah ini praktisi mulai
mengelompokkan
mengelomp okkan beberapa ide, perasaan,
perasaan, dan isu yang muncul d dalam
alam
langkah asosiasi. Hasil dari pengelompokkan ini didapatkan suatu
hubungan lagi dan suatu kesimpulan. Disini konsep baru, proposisi awal
dan asumsi dapat terlihat. Dapat juga hal tersebut berhubungan dengan
teori yang sudah ada.Validasi berarti membandingkan hasil pendekatan
 

baru dengan pengalaman, pengetahuan dan pendekatan dari praktisi lain


untuk mengetahui keaslian dari ide praktisi. Validasi juga berarti mencoba
hasil pendekatan praktisi di situasi lain. Cara terbaik untuk mevalidasi
hasil pendekatan baru adalah mengembalikan pendekatan tersebut ke
praktik klinik dan diuji disana. 

Ketepatan adalah
menggabungkan langkah
perilaku dan terakhir dalam baru
pendekatan prosesdengan
refleksi dasar
yaitu
pengatahuan kita. Sebagai hasilnya pengetahuan baru tersebut dapat
digunakan di masa depan pada situasi yang sama saat pertama kali
refleksi dilakukan. 

Secara ringkas, tingkatan pengembangan teori dapat dijelaskan


sebagai berikut : 
 Philosophical theory  alsafah keperawatan merupakan karya
awalyang mendahului era teori. 
alsafah berkontribusi umtuk pengetahuan
keperawatan dengan memberikan arahan

untuk disiplin dan membentuk dasar untuk


keilmuan professional, yang mengarah
kepada pemahaman teoritis baru. 

Grand theory  akupannya luas dan kompleks. 


embutuhkan penelitian yang
spesifik sebelum dapat sepenuhnya di
ujicobakan 
idak memberikan panduan
terhadap intervensi keperawatan yang
spesifik,namun memberikan kerangka
yang abstrak. 
kerja struktural dan ide yang

 Middle range theory  akupannya lebih terbatas dan kurang


abstrak  
enjelaskan fenomena spesifik atau
konsepdan mencerminkan praktek
keperawatan 

 Practice Theory  ebih tidak abstrak, lebih spesifik dan


cakupannya lebih sempit di bandingkan
dengan middle range theory.  
Berorientasi pada suatu
s uatu tindakan nyata
untuk tujuan yang spesifik. 
okus kepada fenomena keperawatan
 

spesifik yang mencerminkan praktek


klinisdan hanya terbatas kepada populasi
atau bagian dari situasi pada teori.  

Juga: HUBUNGAN ANTARA PARADIGMA KEPERAWATAN DENGAN


Baca Juga: 

TEORI KEPERAWATAN 
APLIKASI TEORI KATHARINE KOLCABA 
 

  PENGEMBANGAN
INTERPROFESIONAL
INTERPROFESIONAL EDUCATION

PROPOSAL  

2.1 Tinjauan Teori 

Interprofesional Learning   didefiniskan sebagai ‘belajar bersama untuk

mempromosikan praktek kolaborasi (Hammick, 1998). Interprofesional Learning  

terjadi ketika dua atau lebih profesi belajar bersama, dari dan masing masing untuk

meningkatkan kerjasama dan kualitas perawatan dan termasuk di dalamnya

pembelajaran saat di perkuliahan dan pembelajaran klinik sebelum dan setelah

kualifikasi, adaptasi dari sudut pandang profesi masing-masing. Interprofessional

education diyakini penting untuk mengembangkan hubungan pekerjaan baik di

antara profesional berbeda dengan meningkatkan interprofessional sikap dan

perilaku yang positif (Barr, 2002). Hal ini terjadi ketika beberapa mahasiswa profesi

belajar untuk mengefektifkan kolaborasi dan meningkatkan pelayanan kesehatan.

Kegiatan pendidikan dilakukan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran

interaktif antar profesional untuk mengembangkan praktik kolaboratif antar profesi

pendidikan (Freeth, 2002). Selain itu, Interprofessional education merupakan

langkah yang diperlukan dalam mempersiapkan tenaga kesehatan yang lebih baik
dan siap untuk menghadapi masalah kesehatan. Keberhasilan interprofessional

education tergantung pada interaksi staf dan mahasiswa dengan konsep

pembelajaran interprofessional education dan dicampur sebagai pembelajaran yang

dipilih dan proses (Barr, 2002). 

Secara spesifik, interprofessional education 


education  dapat dimanfaatkan untuk

membahas isu-isu kesehatan maupun kasus tertentu yang terjadi di masyarakat

supaya melalui diskusi interprofesional tersebut ditemukan solusi-solusi yang tepat


 

dan dapat diaplikasikan secara efektif dan efisien. Penerapan interprofessional

education   diharapkan dapat membuka mata masing-masing profesi, untuk


education

menyadari bahwa dalam proses pelayanan kesehatan, seorang pasien menjadi

sehat bukan karena jasa dari salah satu profesi saja, melainkan merupakan

konstribusi dari tiap profesi yang secara terintegrasi melakukan asuhan kesehatan

(HPEQ Project , 2011). 

Pada Intinya Interprofessional education memiliki tujuan utama untuk

mempersiapkan mahasiswa di fakultas kesehatan atau kedoteran untuk dapat

bekerja sama, berkolaborasi satu dengan lainnya inter-profesi. Kerjasama ini penting

dilakukan karena adanya perubahan paradigma masalah kesehatan menjadi lebih

luas dan kompleks. Manfaat IPE dapat dijelaskan dengan gambar dibawah : 

Gambar diatas menjelaskan bagaimana peranan interprofessional education 


education 

dalam memberikan manfaat untuk dunia kesehatan. Interprofesional education


 

menjadi dasar adanya praktek kolaborasi di dalam praktek tenaga kesehatan.

Dengan kata lain bila pemahaman akan interprofessional education penting


education penting sebagai

dasar praktek kolaborasi. Mahasiswa yang mampu memahami pokok penting

Interprofesional education tentunya akan dapat mempraktekan kolaborasi

interprofesi dengan baik. Dan akhirnya sebagaimana gambar diatas, terjadi

optimalisasi layanan kesehatan yang akan meningkatkan status kesehatan

masyarakat. 

Menurut IPEC (2011), kompetensi utama dalam Interprofesional Collaborative

Practice   terdiri dari empat domain yaitu nila


Practice nilai/etik
i/etik untuk praktik interprofesional,

peran dan tanggungjaw


tanggungjawab,
ab, komunikasi Inter-professional , team dan teamwork.  

Berikut gambar tentang Interprofesional Collaborative Practice Domains: 


 

 
 

Domain Kompetensi
Kompetensi 1 : Nilai/etik untuk pra
praktik
ktik interprofesiona
interprofesionall 

Nilai dan etik yang berhubungan dengan sistem interprofesional merupakan hal yang

penting, bagian baru dalam membentuk sebuah identitas profesional. Nilai dan Etik

itu berfokus pada pasien dan berorientasi pada komunitas, tertanam dalam tujuan

bersama untuk mendukung kemajuan dalam pelayanan kesehatan, dan

mencerminkan komitmen bersama untuk membuat pelayanan yang lebih aman,

efektif dan efisien. Teamwork memasukkan nilai dengan membawa serta pasien

atau keluarga dan komunitas untuk mendapatkan kesehatan, mencegah penyakit,

dan menyediakan pelayanan yang komprehensif bagi yang sakit. Hormat-

menghormati dan kepercayaan adalah fondasi untuk efektif kerjasama

interprofesional untuk perawatan kolaborasi diantara profesi kesehatan. Pada saat

yang bersamaan, perawatan kolaborasi menghormati perbedaan yang tercermin

dalam keahlian tiap profesi dalam memberikan pelayanan. Beberapa nilai dan etika

yang menjadi tumpuan dalam kolaborasi interprofesional seperti menempatkan

kepentingan pasien dan keluarga ditengah-tengah praktek, menghormati martabat


 

dan privasi klien sewaktu memperikan pelayanan, bekerja dalam kerjasama dengan

mereka yang menerima perawatan, mereka yang memberikan perawatan dan

mereka yang terlibat didalamnya dan lainnya. 

Domain Kompetensi 2 : Peran dan Tanggungja


Tanggungjawab
wab 

Belajar menjadi inter-professional  membutuhkan


 membutuhkan pemahaman bagaimana peran dan

tanggung-jawab masing-masing dalam pelayanan yang berfokus pada pasien dan

berorientasi pada komunitas. Domain ini secara tidak langsung merupakan fitur

penting dalam kerangka kerja kompetensi interprofesi. Kebutuhan untuk menangani

promosi kesehatan dan permasalahan penyakit dalam konteks ‘complex care’   dan

faktor komunitas membuat adanya batasan dari keahlian profesi dan membuat

perlunya kerjasama, koordinasi dan kolaborasi diantara profesi. Bagaimanapun,

koordinasi dan kolaborasi yang efektif terjadi disaat setiap profesi mengetahui dan

menggunakan masing-masing keahlian dan profesi dalam pelayanan yang terfokus

kepada pasien. Contoh kompetensi peran dan tanggung jawab ini tercermin dalam

poin-poin : 1) Memaparkan peran dan tanggung-jawab masing-masing secara jelas

kepada pasien, tim dan petugas lain, 2) memahami masing-masing batasan dalam

pengetahaun, skill dan kemampuan, 3) Berkomunikasi dengan anggota tim untuk

mengkarifikasi masing-masing peran dan tanggung-jawab dalam melaksanakan


bagian pelayanan dan lain sebagainya.  

Domain Kompetensi 3 : Komunikasi Inter-professional  

Garis terdepan profesi kesehatan mengidentifikasi bahwa komunikasi merupakan inti kedua dari

domain kompetensi model interproffesional   ini dan sebagai aspek inti dari
dari praktek kolaborasi iinter-
nter-

profesi. Mengembangkan kemampuan dasar komunikasi adalah hal biasa untuk profesi tenaga

kesehatan, namun siswa kesehatan seringkali hanya memiliki sedikit pengetahuan atau pengalaman

komunikasi inter-profesi. Lebih dari satu dekade sebelumnya, AAMC mengatakan bahwa komunikasi

dalam kedokteran mengakui pentingnya dapat melakukan komunikasi yang efektif dengan anggota
 

laiinya dalam tim kesehatan. Kompetensi komunikasi membantu profesi menyiapkan praktik

kolaborasi. Komunikasi sebagai persiapan sebelum bekerja bersama memulai kolaborasi inter-profesi

yang efektif. Baggs & Schmitt ( 1997) mengatakan bahwa menjadi tersedia dalam temapt, waktu dan

pengetahuan sebagaimana pula mau menerima melalui kepentingan yang diutarakan, mampu

mendengarkan secara aktif, membuka diri dan mempunyai keinginan untuk berdiskusi adalah elemen

yang menunjukkan kesiapan. Beberapa contoh kompetensi dalam domain ini yaitu : 1) Memilih cara

dan teknik berkomunikasi yang efektif meliputi sistem informasi dan teknologi komunikasi untuk

memfasilitasi diskusi dan interaksi untuk meningkatkan kemampuan tim, 2) mengatur dan

mengkomunikasikan informasi dengan pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya untuk membentuk

pengertian bersama.

Domain Kompetensi 4 : Team dan Teamwork 

Belajar untuk menjadi interprofesi berarti belajar untuk menjadi anggota tim yang

baik. Kelakuan kerjasama tim dipraktekkan dalam berbagai keadaan dimana profesi
profesi kesehatan berinteraksi dalam keinginan untuk berbagi tujuan bersama dalam

menangani pasien.Kerjasma tim ini termasuk bekerjasama dalam sistem yang

terfokus kepada pasien, mengkoordinasikan pelayanan seseorang dengan profesi

lain sehingga ketidakinginan, jarak dan kesalahan itu dapat dihindari. Kompetensi

yang terdapat dalam domain ini beberapa diantaranya adalah menjelaskan

perkembangan tim, peran dan praktik tim yang efektif, mengaplikasikan praktik

kepemimpinan yang mendukung praktik kolaborasi dan keefektifan tim.  

Untuk mencapai kompetensi diatas, pengembangan kurikulum

interprofesional education harus diterapkan agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai. Lee et al In Press telah menyusun dan mengembangkan kurikulum bagi

institusi pendidikan kesehatan yang dapat digunakan untuk mempersiapkan

mahasiswa dalam memasuki pendidikan profesi di pelayanan kesehatan yaitu Four

Dimensional Curriculum Development Framework . Kurikulum dirancang dalam

empat dimensi, yaitu : dimensi pertama identifying future healthcare practice needs,
needs,
 

dimensi kedua defining and understanding capabilities, 


capabilities,   dimensi ketiga teaching,

learning & assessment  dan


 dan dimensi keempat yaitu supporting institutional delivery. 

Berikut digambarkan Four Dimensional Curriculum Development Framework. 

Berdasarkan pada gambar diatas, dapat dijelaskan : 

Dimensi 1 : Identify
Identifying
ing future hea
healt
lthcare
hcare practice needs  

Pada tahap ini menjelaskan tentang perlunya dilakukan tracer study   kepada pihak

lahan / pelayanan kesehatan terkait dengan apa kebutuhan pelayanan kesehatan

saat ini. Tentunya ini akan menjadikan dasar perumusan pengembangan


 

pengetahuan, kompetensi dan skill mahasiswa yang akan dirancang didalam

kurikulum institusi. Sehingga harapannya pembelajaran yang diterapkan di dalam

institusi pendidikan ini sudah sesuai dengan kebutuhan yang ada dalam pelayanan

kesehatan 

Dimensi 2 : Defini ng and unde


unders
rs ta
tanding
nding cap
capa
abilities  

Pada tahap ini dijelaskan tentang pengetahuan, kompetensi dan skill yang harus

tercapai oleh mahasiswa selama mereka menduduki pendidikan akademik.

Kompetensi utama dalam Interprofesional Collaborative Practice 


Practice  yang terdiri dari

empat domain yaitu


yaitu nilai/etik untuk praktik interprofesional, peran dan

tanggungjawab, komunikasi Inter-professional , team dan teamwork juga patut untuk

dirumuskan dalam rangka mencapai interprofesional education. 

Dengan adanya pengetahuan, kompetensi dan skill yang sudah disusun sesuai

dengan standart dalam rangka mencapai interprofesional education,


education, maka hal ini

akan menjadikan dasar


dasar pembentukan dan persiapan bag
bagii mahasiswa untuk

melakukan praktek profesi dilayanan kesehatan secara maksimal dan sebagai

persiapan untuk menjadi tenaga kesehatan professional.  

Dimensi 3 : Tea
Teaching
ching , lea
learning
rning & ass ess men
ent 
t  

Tahap ini merupakan dasar penyusunan dan menentukan bagaimana metode


pembelajaran yang tepat dilakukan berdasarkan kurikulum yang telah disusun

berdasarkan dimensi 1 dan dimensi 2 

Dimensi 4 : S upporting


uppor ting in
inss titutional deliver
delivery 
y  

Tahapan ini menjelaskan tentang pemenuhan hal-hal yang diperlukan dalam rangka

mencapai kurikulum dan metode pembelajaran yang telah dirumuskan, baik dari segi

sumber daya manusia, sarana dan prasarana, administrsi maupun kebutuhan

lainnya 
 

2.2 Tujuan

Merumuskan dan mengembangkan kurikulum interprofesional education 

2.3 Sumber Daya 

Penyusunan, perumusan dan pengembangan kurikulum interprofesional education 


education 

ini melibatkan : 

1.  Institusi pendidikan : d


dosen,
osen, mahasiswa 

2.  Stakeholder terkait yaitu institusi pelayanan kesehatan (rumah sakit,

puskesmas, dll) : manajemen dan pembimbing lahan 

3.  Organisasi profesi 

2.4 Rencana Strategi dan Aktivitas

No  Rencana Strategi  Aktivitas 


1  Identifying future healthcare Survey tracer study  ke
 ke pelayanan
 practice needs  kesehatan 
Identifikasi kebutuhan pelayanan
kesehatan 

2  Defining and understanding Lokakarya perumusan kurikulum


capabilities  bersama stakeholder terkait dan
organisasi profesi 
Penyusunan kurikulum didasarkan
pada hasil yang ditemukan dalam
strategi 1 
Penyusunan kurikulum didasarkan
pada empat domain kompetensi 

3  Teaching, learning & Menentukan metode


 

assessment   pembelajaran yang tepat


digunakan untuk menjalankan
kurikulum yang sudah ditetapkan
dalam startegi 2 
Metode pembelajaran berfokus

pada interprofesional education 

4  Supporting institutional Penyediaan sumber daya


delivery   manusia 
Penyediaan sarana dan
prasarana 
Penyediaan fasilitas pendukung 
Penyediaan administrasi 

2.5 Metode Evaluasi Program 

Metode evaluasi program dilakukan melalui : 

1.  Evaluasi pembelajaran mahasiswa

2.  Umpan balik dari stakeholder terkait / pembimbing lahan terkait pemenuhan

pengetahuan, kompetensi dan skill yang telah dicapai oleh mahasiswa dalam

menerapkan interprofesional education 

DAFTAR PUSTAKA 

 Azwar, A. (1994). Program menjaga mutu pelayanan


pel ayanan kesehatan. Jakarta: Yayasan
Penerbit IDI. 

Barwell J et al (2013) How interprofessional learning improves care.


care . Nursing Times;
Times;
109: 21, 14-16. 

DIKTI, 2006. Standart pedoman pendidikan profesi. dikti.go.id  


 

Hall, P. (2005). Interprofessional teamwork: Professional cultures as barriers. Journal of


Interprofessional Care Suplement 1:
1: 188-196. 

HPEQ-Project . (2011). Mahasiswa kesehatan harus tahu!: Berpartisipasi dan berkolaborasi


HPEQ-Project 
dalam sistem pendidikan tinggi ilmu kesehatan.
kesehatan. Jakarta: 
Jakarta: Dikti-Kemendikbud. 

HPEQ-Project.
HPEQ-Project. (2012).  Apa kata mahasiswa?: Hasil kajian partisipasi & kolaborasi

mahasiswa kesehatan di Indonesia. Jakarta: Dikti-Kemendikbud. 


Keith, K.M. & Askin, D. F. (2008). Effective collaboration: The key to better healthcare.
Canadian Journal of Nursing Leadership (CJNL), 21 (2): 51- 61. 

Lee, A., Steketee, C.,


C., Rogers, G. & Moran
Moran,M.In
,M.In press. Towa
Towardsrds a theoretical framework for
curriculum development for health professional education. Focus on Health
Professional Education : A Multy-disciplinary Journal  

Newman D M : A community nursing center for the health promotion of senior citizens
based on the Neuman systems model , N urs Educ Perspect 26 ( 4 ) : 221  –
 – 223
 223 ,
2005 . 

PPNI, 2010. Pendidikan Keperawatan. PPNI : Jakarta http://www.inna-


ppni.or.id/index.php/keperawatan-di-indonesia/pendidikan-keperawatan 

Royal College of Nursing. (2006). The impact and effectiveness of interprofessional


education in primary care : An RCN literature review. London: RCN. 

Thistlethwaite, J. & Monica M., (2010). Learning outcomes for interprofessional education
(IPE): Literature review and synthesis. Journal of  Interprofessional Care,
Care, September
2010, 24(5):
24(5): 503-513. 

USU, 2013. Program Studi Ners. USU : Sumut 


Sumut http://fkep.usu.ac.id/program-
studi/pendidikan-profesi-ners.html  
studi/pendidikan-profesi-ners.html

WHO, 2010. Framework   for Action on Interprofessional Education & Collaborative Practice.
Practice .

CH-1211 Geneva 27, Switzerland.


 

SBAR 
SITUATION 
1.Sebutkan nama pasien, umur,tgl masuk hari rawatan n dokter
yg merawat
2.Sebutkan diognosa medis dan masalah keperawatan yg belum
dan sudah teratasi

BACKGROUND 
1.Jelaskan keluhan utama, intervensi yg telah dilakukan dan
respon pasien dr setiap dx kep
2.Sebutkan riwayat alergi, pembedahan, pemasangan invasif,
dan obat  – obatan
obatan
3.Cairan IVFD 

4.Jelakan pengetahuan pasien dan kel terhadap dx medis


ASSESMENT 
1. Jelaskan hasil pengkajia
pengkajian n terkini sep; VS, tingkat
kesadaran, nyeri, branden skore, status restrain, resiko jatuh,
status nutrisi, kemampuan eliminasi dll
2. Jelaskan hasil investigas
investigasii abnormal 
3. Jelaskan data pendukung lab

RECOMMENDATION 

1. Recomendasikan intervensi keperawatan yang perlu


dilanjurkan
2. Discharge Planning 
3. Edukasi untuk pasien dan keluarga

KOMUNIKASI VIA TELPON 


 kajian kondisi pasien
 Kumpulkan d data
ata yg diperlukan terkait dengan
kondisi pasien yang akan dilaporkan
 Pastikan dx medis
 

 Baca dan pahami caper terkini daN hasil pengkajian


 perawat shift sebelumn
sebelumnya
ya
 Siapkan mmedikal
edikal record pasien, riwayat alergi,obat
obatan/cairan infus yang
digunakan saat ini

SITUATION
1. Sebutkan nama anda dan nama dapartemen
2. Sebutkan nama pasien,
pasien,umur
umur dx.medis:fr
dx.medis:fraktur
aktur humerus
kanan
.3. Pasien mengalami nyeri hebat
BACKGROUND
1. Alergi antalagin dan terpasang infus RL 500cc+toradol 30
mg/8 jam 
2. RO:# humerus1/3 distal dekstra
3. Luka laserasi dekat sekitar luka ada 4 ukuran 2-3 cm 

ASSESMENT
Ku.sedang,CM.pasien mengeluh nyeri sekali,skala nyeri:6-7.
tampak pasien meringis. TD;130/80 mmHg,S;37,3
C,RR:24x/menit dan nadi:110 x/menit. Akral di jari tangan
kanan dingin. Nafas mulai tampak sesak menahan kesakitan.

RECOMMENDATION
1. Mengusulkan dokter untuk datang melihat pasien
2. Pastikan jam kedatangan dokter
3. Tanyakan pada dokter langkah selanjutny
selanjutnyaa yang akan di
lakukan
4. Usul:apakah ada therapi tambahan untuk nyeri
 

Kesiapan RS Menghadapi Era Baru Layanan Kesehatan 2014

Sebenarnya, konsep BPJS ini memiliki kendala mengenai tarif Indonesia


tarif Indonesia Case Based Groups 
Groups 
(INA CBG) yang tidak sesuai dengan unit cost  pelayanan.
 pelayanan. Beberapa tarif paket INA CBG
dirasa masih rendah. Akan tetapi tidak perlu khawatir karena pemerintah akan
memperhitungkan ulang besaran tarif rumah sakit dan jasa dokter, terkait dengan pelaksanaan
BPJS. Jika tarif terlalu kecil, ditakutkan
dit akutkan pelayanan yang diberikan tidak optimal. Perhitungan
ulang tarif ini dilakukan sebagai respons atas pelaksanaan
pela ksanaan BPJS dari sejumlah rumah sakit
swasta. Selain itu, pemerintah akan terus mengevaluasi tarif INA CBG tersebut yang tentu
saja akan disesuaikan dengan beban operasional rumah sakit swasta.

Evaluasi perlu dilakukan berkaitan dengan perubahan struktur financial rumah sakit. Harga
obat berubah disebabkan kenaikan harga yang tentu saja berimbas pada kenaikan operasional
rumah sakit. Dengan pemberlakuan tarif INA CBG adalah suatu sistem pengelompokan
 penyakit berdasarkan diagnosis yang sama dan sumber daya yang digunakan dalam
 pengobatan. Adanya pengelompokan
pengelompokan ini bertujuan agar pemb
pembiayaan
iayaan kesehatan pada
 penyelenggara jaminan kesehatan bersifat prospektif.

Rumah sakit swasta memang perlu lebih menerapkan efisiensi dalam menjalankan
operasional rumah sakit. Di sinilah pentingnya clinical pathway yang
pathway yang benar bagi rumah sakit
sehingga mampu membantu manajemen biaya rumah sakit. Sistem ini menjadi landasan
BPJS karena lebih menjamin kendali mutu.

Penerapan tarif paket INA CBG ini menuntut manajemen rumah sakit mampu
mengefisiensikan biaya dan mengoptimalkan pengelolaan keuangan rumah sakit, serta
melakukan kendali mutu, kendali biaya dan akses melalui perhitungan biaya pelayanan dari
masing  –  masing
 masing clinical pathway berdasarkan
pathway berdasarkan perhitungan unit cost  yang
 yang telah dimiliki
rumah sakit.
 

Clinical pathway merupakan
pathway merupakan alur proses kegiatan pelayanan pasien yang spesifik untuk suatu
 penyakit atau tindakan tertentu, mulai dari pasien masuk sampai pasien pulang,
pulang, yang
terintegrasi dari pelayanan medis, pelayanan keperawatan, perawatan farmasi dan pelayanan
 penunjang medik.

Clinical pathway bukan
pathway bukan merupakan clinical guidelines karena
guidelines karena setiap kasus dalam clinical
 pathway dibuat berdasarkan standar prosedur setiap profesi, disesuaikan dengan strata sarana
 pathway dibuat
 pelayanan rumah sakit. Clinical pathway ini
pathway ini dapat digunakan untuk memprediksi lama hari
dirawat dan biaya pelayanan rumah sakit sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan
sumber daya rumah sakit.

Penyusunan clinical pathway dan


pathway dan perhitungan biaya pelayanan untuk kasus  –  kasus
 kasus yang
sering terjadi sangat diperlukan untuk pengendalian mutu dan memperhitungkan biaya rumah
sakit. Oleh karenanya, perlu pemahaman dalam penyusunan clinical pathway sehingga
pathway sehingga rumah
sakit dapat membandingkannya dengan tarif INA CBG. (Diana Ekawati_RSP, OPI_Sekper)

Anda mungkin juga menyukai