0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan3 halaman
Dokumen ini membahas tentang pemecahan masalah etika yang dihadapi oleh seorang pasien yang menderita penyakit kolon dan resisten terhadap kemoterapi. Keluarga meminta untuk mempercepat proses kematian dengan menambah dosis obat penghilang rasa sakit dan melepas alat bantu pernapasan, namun dokter menolaknya karena bisa melanggar etika. Dokumen ini menjelaskan kerangka pemecahan dilema etika dengan mengidentifikasi masalah
Dokumen ini membahas tentang pemecahan masalah etika yang dihadapi oleh seorang pasien yang menderita penyakit kolon dan resisten terhadap kemoterapi. Keluarga meminta untuk mempercepat proses kematian dengan menambah dosis obat penghilang rasa sakit dan melepas alat bantu pernapasan, namun dokter menolaknya karena bisa melanggar etika. Dokumen ini menjelaskan kerangka pemecahan dilema etika dengan mengidentifikasi masalah
Dokumen ini membahas tentang pemecahan masalah etika yang dihadapi oleh seorang pasien yang menderita penyakit kolon dan resisten terhadap kemoterapi. Keluarga meminta untuk mempercepat proses kematian dengan menambah dosis obat penghilang rasa sakit dan melepas alat bantu pernapasan, namun dokter menolaknya karena bisa melanggar etika. Dokumen ini menjelaskan kerangka pemecahan dilema etika dengan mengidentifikasi masalah
1. Adella Violia 2. Anang Adi Setiawan 3. Dea Surya 4. Dimas Abdul Rohman 5. Esa Lalita Candra 6. Ika Aula Aghitsna 7. Luvi Retmawati
Cara pemecahan masalah :
1. PEMECAHAN MASALAH : a. Mengkaji situasi masalah - Pasien menderita penyakit kolon . - Pasien tersebut resisten terhadap tindakan kemoterapi. - Pasien jatuh dari kamar mandi dan menyebabkan robekan di kepala. - Pasien tersebut mengalami nyeri abdomen,tulang dan kepala yang hebat . - Pasien mengalami sesak yang tersengal – sengal. b. Mendiagnosa masalah etika moral - Keluarga memutuskan untuk mempercepat proses kematian pasien melalui euthanasia pasif dengan pelepasan alat – alat kedokteran yaitu oksigen dan obat – obatan land an dengan keinginan agar dosis analgesik di tambah . - Keluarga meminta untuk memberikan tambahan dosis morfin tetapi dokter tidak mensetujui dan keluarga mengancam untuk mencabut alat bantu. c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan - Untuk mengurangi rasa nyeri . - Kaji tingkat nyeri. - Memberikan posisi yang nyaman untuk pasien. d. Melaksanakan pemecahan masalah - Memberikan obat analgetik untuk mengurangi rasa nyeri. - Ciptakan lingkungan yang tenang . - Usahakan tetap rileks dan tenang. - Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru – paru dengan udara melalui hitungan 1,2,3. - Perlahan – lahan udara di hembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstimitas atas dan bawah rileks. - Anjurkan untuk bernapas dengan irama normal 3x. - Menarik nafas lagi melaui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan. - Membiarkan telapak tanagan rileks. - Usahakan agar tetap konsentrasi. e. Mengevaluasi rencana Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling menguntungkan / paling tepat untuk klien. Namun upaya alternatif tindakan lain perlu dilakukan terlebih dahulu misalnya manajeman nyeri (relaksasi,pengalihan perhatian,atau meditasi)beserta perbaikan terhadap system berduka keluarga dan kemudian dievaluasi efektifitasnya. 2. KERANGKA PEMECAHAN DILEMMA ETIK a. Mengembangkan data dasar - Pihak yang terlibat : klien,dokter,pasien,keluarga,perawat - Tindakan yang diusulkan : tidak menuruti keinginan keuarga untuk melepas alat bantu nafas / juga untuk memberikan penambahan dosis morfin. - Maksud dari tindakan tersebut : agar tidak membahayakan diri klien dan tidak menalanggar peraturan yang berlaku. - Konsekuensi yang timbul dari usulan tindakan : bila tidak menuruti keluarga untuk melepas alat bantu nafas dan tidak diberikan penambahan dosis morfin, klien dan keluarga menyalahkan perawat karena dianggap membiarkan pasien menderita dan apabila keluarga klien kecewa terhadap pelayanan di IGD mereka bias menuntut ke rumah sakit. b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan masalah - Tidak memberikan oksigen dan penambahan dosis pembaerian morfin dapat mempercepat kematian klien yang berarti melanggar prinsip etik Beneficien – Nonmalaficien. - Tidak memenuhi keinginan kilen terkait dengan pelanggaran hak klien yang dapat melanggar nilai autonomy. c. Membantu tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan - Tidak menuruti keinginan pasien tentang penambahan dosis obat pengurang nyeri dan melepaskan oksigen. - Tindakan menruti keinginan klien ,dan perawat membantu untuk manajemen nyeri. - Menuruti klien untuk menambah disis morfin namun tidak sering dan apabila diperluan. - Tidak menuruti keinginan keluarga dan membantu keluarga dalam proses berdukanya. d. Menentekuan siapa saja yan terlibat Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat keputusan,karena dokterlah yang secara legal dapat memberikan ijin penambahan dosis morfin. Namun hal ini harus didiskusian dengan klien dan keluarganya mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan dari penambahan dosis tersebut. Perawat membantu klien dan keluarga klien dalam membuat keputusan bagi dirinya. Perawat selalu mendampingi pasien dan terlibat langsung dalam mengobservasi mengenai respon nyeri,mengajarkan manajemen nyeri,system dukungan dari keluarga serta system berduka keluarga dan lain – lain. e. Mengidentifikasikan kewajiban perawat - Memfasulitasi klien dalam manajemen nyeri yang sesui. - Membantu proses adaptasi klien terhadap nyeri/meningkatkan ambang nyri. - Mengoptimalkan sistem dukungan keluarga untuk pasien. - Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan keyakinannya. - Membantu keluarga untuk menemukan mekanisme koping yang adaptif terhadap masalah yang sedang dihadapi. - Memfasilitasi sistem berduka keluarga dengan memberikan support. f. Membuat keputsan Dalam akus di atas terdapat tindakan yang memiliki resiko masing – masing terhadap klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling menguntungkan / paling tepat untuk klien. Namun upaya altenatif tindakan lain perlu dilakukan terlebih dahulu misalnya manajemen nyeri (relaksasi , pengalihan , perhatian , atau meditasi) besrta perbaikan terhadap sistem berduka keluarga dan kemudian dievaluasi efektifitasnya. Apabila terbukti efektif diteruskan namun apabila alternative tindakan tidak efektif maka keputusan yang sudah ditetapkan antara petugas kesehatan dank lien / keluarga akan dilaksanakan.