Kelompok 1 :
1. Titi Hasmiati
2. Andi Nurul
3. Riana R
4. Homri Gausen
5. Gangga Maulana
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL
A. Pengkajian Pasien Terminal
1. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat kesehatan sekarang.
e. Nutrisi
Acap kali pasien mengalami nausea dan anorexia karena
adanya penurunan gerakan peristaltic dalam tubuhnya. Untuk
mengatasi hal ini, pasien bisa diberikan obat anti ametik untuk
mengurangi mual yang dirasakan, dan meningkatkan
rangsangan nafsu makan serta memberikan makanan dengan
tingkat kalori tinggi.
f. Eliminasi
Adanya penurunan, atau bahkan kehilangan tonus otot bisa
membuat pasien mengalami konstipasi, inkontinen feses dan urin.
Pemberian obat laxant bisa dikolaborasikan untuk mencegah
terjadinya konstipasi. Pasien yang mengalami inkontinensia isa
diberikan urinal, pispot secara periodic/ teratur. Selain itu, bisa juga
memasangkan duk yang diganti tiap saat atau bisa juga dilakukan
kateterisasi. Kebersihan pada daerah sekitar perineum perlu selalu
dijaga dan diperhatikan, bila terjadi lecet, harus segera diberikan
salep.
g. Perubahan Sensori
Klien dengan penyakit terminal stadium lanjut, sering terjadi
penurunan sensori terutama apabila penglihatan klien
berubah menjadi kabur, biasanya pasien mulai menghindari
atau menola untuk menghadapkan kepala ke arah lampu /
tempat terang. Pada saat seperti itu, klien memang masih
bisa mendengar, namun mungkin sudah tidak bisa merespon.
h. Kebutuhan Sosial
i. Aspek Bio
Pedoman:
Nyeri, gejala lainnya dan efek samping ditangani berdasarkan bukti
terbaik, yang dilakukan dengan sangat terampil dan sistematis.
• Kriteria :1
Tim interdisiplin mencakup kemampuan level spesialis yang professional
dalam mengatasi gejala.
Pengkajian nyeri secara teratur, gejala bukan nyeri (termasuk tapi tidak
terbatas pada kesulitan bernafas, mual, lelah, lemah, anoreksia,
insomnia, kecemasan, depresi, kebingungan serta konstipasi), obati
efek samping, dan kapasitan fungsional didokumentasikan. Instrumen
validasi, jika tersedia digunakan.
j. Aspek Psiko
• Pedoman
Masalah psikologi dan psikiatri dikaji dan ditangani berdasarkan
bukti terbaik, yang dilakukan dengan sangat terampil dan sistematis
• Kriteria :
1. Tim inter disiplin mencakup professional dengan kemampuan spesifik
serta pelatihan psikologis dan psikiatri yang merupakan kelainan
akibat penyakit serius bagi pasien dan keluarga termasuk depresi,
kecemasan, dan kerusakan kognitif
2. Pengkajian yang teratur terhadap reaksi fisiologis(termasuk tapi tidak
terbatas oleh stress, ucapan berduka dan strategi pertahanan).
Kapan pun memungkinkan, sebuah alat pemeriksaan yang valid
dan spesifik harus digunakan
3. Pengkajian psikologis termasuk pasien mengerti penyakit, gejala, efek
samping dan pengobatan, sebagaimana pemeriksaan dari kebutuhan
perawatan, kapasitas dan strategi pertahanan
4. Pengkajian psikologis termasuk keluarga mengerti akan kesakitan
dan konsekuensi bagi pasien dan keluarga, dan pemeriksaan
kapasitas rawat keluarga, kebutuhan dan strategi pertahanan.
5. Keluarga diedukasi dan didukung untuk memberikan bantuan psikologis
yang sesuai ke pasien.
6. Farmakologi, nonfarmakologi, dan terapi tambahan diberikan untuk
mengobati penyulit psikologis atau sindrom psikiatri, yang sesuai.
Alternatif pengobatan secara jelas didokumentasikan dan
dikomunikasikan, juga mengizinkan pasien serta keluarga untuk membuat
pilihan informasi.
7. Merespons gejala penyakit dengan cepat dan sesuaidengan apa yang
tertera dalam rekam medis. Evaluasi efektivitas pengobatan secara
teratur dan pilihan keluarga pasien yang telah didokumentasikan.
8. Merujuk ke tenaga kesehatan professional dengan kemampuan level
spesialis dalam pentalaksanaan psikiatri dan psikologis yang sesuai
dengan usia (seperti: psikiatri, psikologis serta pekerja social).
9. Pengkajian yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan bantuan
disediakan untuk pasien pediatrik, saudara mereka, maupun anak atau
cucu pada pasien dewasa.
10. Komunikasi dengan anak dan individu yang memiliki gangguan
kognitif menggunakan verbal, nonverbal , dan atau arti simbolik sesuai
dengan stadium perkembangan dan kapasitas kognitif
11. Pemilihan pengobatan berdasarkan tujuan perawatan, pengkajian
keuntungan dan kerugian, bukti terbaik, dan pilihan pasien atau keluarga.
Tujuannya yaitu untuk mengetahui kebutuhan psikologis, mengobati
masalah psikiatri, meingkatkan penyesuaian diri, dan mendukung
perkembangan emosional , penyembuhan, penyusunan dan melengkapi
usaha yang belum selesai, dan bantuan melalui periode kehilangan
12. Sebuah proses untuk meningkatkan kualitas dan pengulangan kembali
pemeriksaan fisiologi dan psikiatri serta keefektifan pengobatan
didokumentasikan dan berperan penting dalam perubahan praktis klinis
k. Aspek Sosio
• Pedoman
Pengkajian interdisiplin yang komprehensif untuk mengindentifikasi
kebutuhan sosial pasien dan keluarganya, secara rencana dikembangkan
untuk menanggapi kebutuhan tersebut seefektif mungkin.
• Kriteria :
1. tim interdisiplin termasuk professional dengan kemampuan
spesifik pasien-populasi dalam mengkaji dan mengurus
kebutuhan sosial dan praktis selama terjadi penyakit yang
mengancam nyawa atau kronis progresif
2. Praktisi yang memiliki kemampuan dalam mengkaji dan
mengurus kebutuhan perkembangan anakharus tersedia untuk
pasien anak dan anak dari pasien dewasa sesuai.
3. Pengkajian sosial interdisiplin yang komprehensif tercapai dan
didokumentasikan meliputi:
a. Struktur keluarga dan lokasi geografis
b. Hubungan
c. Jalur komunikasi
d. Hubungan sosial dan budayayang ada
e. Tunjangan social
f. Keputusan medis
g. Letak tempat kerja dan sekolah
h. Keuangan
i. Seksualitas
j. Keintiman
k. Pengaturan kehidupan
l. Ketersediaan penjaga
m.Akses transportasi
n. Akses obat resep dan bebas
o. Produk nutrisional
p. Askes ke peralatan yang dibutuhkan
q. Sumber komunitas termasuk sekolah dan tempat kerja
r. Masalah hukum.Pertemuan rutin pasien dan keluarga
dilakukan dengan anggota tim multidisiplin untuk mengkaji
pengertian dan menjawab pertanyaan :
1) Mendiskusikan tujuan pengobatan dan rencana
pengobatan ke depan
2) Menentukan harapan
3) Kemauan dan ketakutan
4) Menyediakan tunjangan emosi dan sosial dan
meningkatkan komunikasi
4. Rencana perawatan sosial diformulasikan dari pengkajian berulang
komprehensif sosial dan budaya, dan merefleksikan serta
mendokumentasikan nilai, tujuan, dan keinginan seperti dibentuk
pasien dan keluarga. Intervensi direncanakan untuk meminimalisasi
dampak lain dari penatalaksanaan di keluarga dan mempromosikan
pelayan kesehatan dan tujuan serta keberadaan keluarga.
5. Rujukan ke pelayanan yang sesuai dibuat untuk memenuhi kebutuhan
sosial dan mempromosikan akses pelayanan, pertolongan di
rumah, sekolah atau tempat kerja, transportasi, rehabilitasi, medis,
konseling, sumber komunitas dan perlengkapan.
l. Aspek Spiritual
• Pedoman:
Dimensi spiritual dan keberadaan dikaji dan direspons berdasarkan
bukti terbaik, yang dilakukan dengan sangat terampil dan sistematis.
• Kriteria:
1. Tim interdisiplin termasuk prifesional dengan kemampuan
dalam mengkaji dan merespons masalah keagamaan dan
ekstensial yang mungkin bertentangan pada pasien pediatric dan
dewasa dengan penyakit yang mengancam nyawa serta
keluarganya.
2. Secara rutin, eksplojrasi perhatian pasien terkait spiritual dan
ekssistensial yang terjadi dan didokumentasikan (termasuk
tidak terbatas pada tinjauan kehidupan,pengkajian harapan dan
ketakutan,makna,tujuan,kepercayaan tentang kehidupan setelah
kematian,rasa bersa;ah,pengampunan dan penyelesaian tugas
kehidupan). Kapan pun memungkinkan, instrument terstandarisasi
harus digunakan.
3. Pengkajian spiritualitas digunakan untuk mengidentifikasi latar
belakang agama atau spiritual/keberadaan, keinginan maupun
kepercayaan terkait ritual dan praktik pasien serta keluarga.
4. Reevaluasi periodic terhadap dampak intervensi
keagamaan/keberadaan dan keinginan pasien keluarga
didokumentasikan.
5. Kebutuhan, tujuan, dan perhatian pelayanan keagamaan/keberadaan
dilaksanakan dan didokumentasikan, dan tunjangan ditawarkan
untuk masalah penyelesaian kehidupan dalam tingkah yang
konsistetn dengan nilai budaya dan keagamaan individu dan
keluarga.
6. Pelayanan pastoral dan kontak fasilitas perawatan paliatif
professional dengan komunitas,grup, atau individu
spiritual/keagamaan, seperti yang diinginkan pasien atau
keluarga, dan pasien memiliki akses terhadap pemimpin agama
dalam tradisi keagamaan masing-masing.
7. Penggunaan symbol agama secara professional dan institusional
adalah sensitif terhadap keberagaman agama dan budaya.
8. Pasien dan keluarga dimotivasi untuk menunjukkan symbol
kerohanian/keagamaan mereka.
9. Pelayanan fasilitas paliatif memfasilitasi ritual agama atau
keagamaan seperti yang diinginkan pasien dan keluarga
terutama saat kematian.
10. Rujukan keprofessional dengan pengetahuan atau kemampuan
khusus dalam masalah keagamaan dan keberadaan dibuat pada saat
yang tepat (misal pemimpin agama terbiasa dengan atau dari
tradisi keagamaan pasien sendiri)
11. Proses untuk peningkatan kualitas didokumentasikan dan
merujuk pada perubahan pada praktik klinis
M. Aspek Kultural
• Pedoman
Program perawatan paliatif mengkaji dan mencoba untuk
memenuhi kebutuhan budaya yang spesifik terhadap pasien dan
keluarga
• Kriteria:
1. Latar belakang budaya, perhatian, kebutuhan pasien, dan
keluarganya diperoleh serta didokumentasikan
2. Kebutuhan budaya diidentifikasi oleh tim dan keluarga,
dimasukkan dalam rencana perawatan tim interdisiplin
3. Komunikasi dengan pasien dan keluarga dihormati, begitu huga dengan
pilihan budaya mengenai penyingkapan, berkata jujur, dan membuat
keputusan
4. Program bertujuan menghormati dan mengakomodasi rentang
bahasa, makanan, dan praktik kegiatan keagamaan pasien
sertakeluarganya
5. Kapanpun memungkinkan, tim memiliki akses dan menggunakan
pelayanan penerjemah yang tepat
6. Pengerahan dan praktik yang dibayar berjuang untuk
merefleksikan keberagaman budaya dari komunitas
B. Perumusan Diagnosa
Masalah keperawatan pada pasien yang menderita penyakit terminal bisa
muncul secara bersamaan. Perumusan diagnosa pasien terminal
mengacu pada hasil pengkajian. Berikut ini kondisi yang sering terjadi
pada pasien terminal, namun tidak menutup kemungkinan masalah lain
yang mungkin muncul. Masalah yang sering terjadi menurut Potter et.al
yaitu:
1. Nyeri dapat bersifat akut atau kronis. Bila nyeri akibat kanker progresif
biasanya kronis dan konstan. Setiap sumber iritasi dapat menyebabkan
peningkatan nyeri.
2. Nutrisi tidak adekuat karena penurunan nafsu makan atau akibat
gangguan pencernaan.
3. Gangguan pada sistem pencernaan:
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan sebagai intervensi yang harus diberikan
pasien dengan penyakit terminal, perlu memperhatikan tindakan tanpa
kolaborasi (tindakan mandiri perawat) serta tindakan kolaboratif.
1. Pemberian analgesik narkotik (kolaborasi) dengan jadual yang teratur
untuk mengatasi nyeri kanker.
2. Manajemen nyeri non farmakologik juga bisa diberikan untuk pasien
terminal dengan nyeri pada ambang batas sedang berat (skala 6-7)
dengan teknik nafas dalam relaksasi, guided immagery, distraksi
(pengalihan perhatian), masagge (stimutor syaraf perifer) untuk memberi
peredaan pada nyeri.
3. Gunakan modifikasi antara pemberian manajemen nyeri farmakologik dan
non farmakologik sesuai dengan perubahan status kesehatan klien.
4. Perlu diberikan perawatan kulit untuk meminimalkan paparan terhadap
iritan, yaitu: perawatan kulit termasuk memandikan setiap pagi sore,
pemberian lotion supaya tidak kering, pengaturan posisi tidur,
penggantian linen dan penataan linen dengan rapi.
5. Berikan perawatan mulut yang sering, durasi 2-4 jam sekali untuk
menekan sensasi mual, dengan menggunakan sikat gigi yang lembut.
Bibir dipertahankan lembab dengan memberikan lip gloss
6. Bersihkan mata untuk mempertahankan kebersihan.
7. Diskusikan dengan tim lain (medis, nutritionis) tentang pengobatan dan
diet tetentu untuk mengatasi perubahan pengobatan dengan efek mual
dan muntah serta efek diare/konstipasi.
8. Beri pasien periode istirahat yang cukup untuk mengatasi keletihan
dengan ruangan yang nyaman dan tenang. Hal ini berhubungan dengan
usaha penghematan energi pasien terminal.
9. Bila pasien mengalami inkontinenia urin, perawat harus siap dengan
pampers, antisipasi gesekan dengan kulit karena memudahkan iritasi
kulit, serta menyiapkan perasat kateter jika memungkinkan.
10. Penyediaan nutrisi dengan porsi yang memungkinkan pasien habis sesuai
dengan skala diet yang disajikan. Jika memungkinkan membawa makanan
dari rumah yang disenangi semasa sebelum sakit, sehingga akan
meningkatkan nafsu makan, serta membri kesempatan keluarga untuk
berpartisipasi terhadap pasien.
11. Posisikan klien yang bisa meningkatkan pola nafas menjadi efektif, serta
sediakan oksigen yang cukup.
12. Batasi pengunjung yang menyebabkan pasien letih.
D. Implementasi
1. Ansietas / ketakutan ( individu , keluarga ) yang berhubungan denga situasi
yang tak dikenal. Sifat kondisi yang tak dapat diperkirakan takut akan
kematian dan efeknegative pada gaya hidup. Bantu klien untuk
mengurangi ansietasnya :
a) Berikan kepastian dan kenyamanan
4. Klien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan akan kembali kepada
Tuhan YME.
DAFTAR PUSTAKA
Arnold Dorothee,1998 , Spiritual Care and Palliative Care: Opportunities and Challeges
forPastoral Care, WWW. Who.int/cancer/Palliative/definition/en/ diambil pada tanggal
11Januari 2010
Doyle, Hanks and Macdonald, 2003. Oxford Textbook of Palliative Medicine. Oxford
MedicalPublications (OUP) 3rd edn 2003
Ferrell, B.R. & Coyle, N. (Eds.) (2007). Text book Of Palliative Nursing,2nd ed. New York,
NY:Oxford University PressKEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007
Tentang Kebijakan PerawatanPalliative Menteri Kesehatan
Republik Indonesia