Anda di halaman 1dari 3

ETIK DAN KEBIIJAKAN NASIONAL TENTANG PERAWATAN MENJELANG

AJAL DAN PALIATIF


Kajian Etik tentang Perawatan Paliatif : a. Prinsip Dasar dari Perawatan Paliatif Perawatan
paliatif terkait dengan seluruh bidang perawatan mulai dari medis, perawatan, psikologis sosial,
budaya dan spiritual, sehingga secara praktis, prinsip dasar perawatan paliatif dapat
dipersamakan dengan prinsip pada praktek medis yang baik. Prinsip dasar perawatan paliatif :
(Rasjidi, 2010)
1. Sikap peduli terhadap pasien
2. Menganggap pasien sebagai seorang individu Setiap pasien adalah unik. Keunikan inilah yang
harus dipertimbangkan dalam merencanakan perawatan paliatif untuk tiap individu.
3. Pertimbangan kebudayaan Faktor etnis, ras, agama dan faktor budaya lainnya bisa jadi
mempengaruhi penderitaan pasien. Perbedaan ini harus diperhatikan dalam perencanaan
perawatan.
4. Persetujuan Persetujuan dari pasien adalah mutlak diperlukan sebelum perawatan dimulai atau
diakhiri.
5. Memilih tempat dilakukannya perawatan Untuk menentukan tempat perawatan, baik pasien dan
keluarganya harus ikut serta dalam diskusi ini. Pasien dengan penyakit terminal sebisa mungkin
diberi perawatan di rumah.
6. Komunikasi Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien maupun dengan keluarga adalah
hal yang sangat penting dan mendasar dalam pelaksanaan perawatan paliatif.
7. Aspek klinis Perawatan harus sesuai dengan stadium dan prognosis dari penyakit yang diderita
pasien. Hal ini penting karena pemberian perawatan yang tidak sesuai, baik itu lebih maupun
kurang hanya akan menambah penderitaan pasien.
8. Perawatan komprehensif dan terkoordinasi dari berbagai bidang profesi. Perawatan paliatif
memberikan perawatan yang bersifat holistik dan intergratif sehingga dibutuhkan sebuah tim
yang mencakup keseluruhan aspek hidup pasien serta
koordinasi yang baik dari masing-masing anggota tim tersebut untuk memberikan hasil yang
maksimal kepada pasien dan keluarga. 9. Kualitas perawatan yang sebaik mungkin. Perawatan
medis secara konsisten, terkoordinasi dan berkelanjutan. Perawatan medis yang konsisten akan
mengurangi kemungkinan terjadinya perubahan kondisi yang tidak terduga, dimana hal ini akan
sangat mengganggu baik pasien maupun keluarga. 10. Perawatan yang berkelanjutan
Pemberian perawatan simtomatis dan suportif dari awal hingga akhir merupakan dasar tujuan
dari parawatan paliatf. Masalah yang sering terjadi adalah pasien dipindahkan dari satu tempat
ketempat lain sehingga sulit untuk mempertahankan komunitas perawatan. 11. Mencegah
terjadinya kegawatan Perawatan paliatif yang baik mencakup perencanaan teliti untuk
mencegah terjadinya kegawatan fisik dan emosional yang mungkin terjadi dalam perjalanan
penyakit. Pasien dan keluarga harus diberitahukan sebelumnya mengenai masalah yang sering
terjadi dan membentuk rencana untuk meminimalisasi stress fisik dan emosional. 12. Bantuan
kepada sang perawat Keluarga pasien dengan penyakit lanjut sering kali rentan terhadap stress
fisik dan emosianal terutama apabila pasien dirawat di rumah sehingga perlu diberikan perhatian
khusus kepada mereka, mengingat keberhasilan dari perawatan paliatif tergantung dari pemberi
perawatan. 13. Pemeriksaan ulang Perlu dilakukan pemeriksaan mengenai kondisi pasien
secara terus menerus mengingat pasien dengan penyakit lanjut.
b. Prinsip otonomi Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek
terhadap seseorang atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional. 1. Autonomy (Kemandirian) 2. Fidelity (Menepati Janji) 3. Non maleficienci (tidak
merugikan) 4. Veracity (kejujuran)
b. Informasi tentang hal ini sebaiknya telah diinformasikan pada saat pasien memasuki atau
memulai perawatan paliatif. c. Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak menghendaki
resusitasi, sepanjang informasi adekuat yang dibutuhkannya untuk membuat keputusan telah
dipahaminya. Keputusan tersebut dapat diberikan dalam bentuk pesan (advanced directive) atau
dalam informed consent menjelang ia kehilangan kompetensinya. d. Keluarga terdekatnya pada
dasarnya tidak boleh membuat keputusan tidak resusitasi, kecuali telah dipesankan dalam
advanced directive tertulis. Namun demikian, dalam keadaan tertentu dan atas pertimbangan
tertentu yang layak dan patut, permintaan tertulis oleh seluruh anggota keluarga terdekat dapat
dimintakan penetapan pengadilan untuk pengesahannya. e. Tim perawatan paliatif dapat
membuat keputusan untuk tidak melakukan resusitasi sesuai dengan pedoman klinis di bidang
ini, yaitu apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resusitasi diketahui tidak
akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidupnya berdasarkan bukti ilmiah pada saat
tersebut. 3. Perawatan pasien paliatif di ICU a. Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU
mengikuti ketentuan-ketentuan umum yang berlaku sebagaimana diuraikan di atas. b. Dalam
menghadapi tahap terminal, Tim perawatan paliatif harus mengikuti pedoman penentuan
kematian batang otak dan penghentian peralatan life-supporting.
1. Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif a. Tim Perawatan Paliatif bekerja
berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh Pimpinan Rumah Sakit, termasuk pada saat
melakukan perawatan di rumah pasien. b. Pada dasarnya tindakan yang bersifat kedokteran
harus dikerjakan oleh tenaga medis, tetapi dengan pertimbangan yang memperhatikan
keselamatan pasien tindakan- tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan
non medis yang terlatih. Komunikasi antara pelaksana dengan pembuat kebijakan harus
dipelihara.
LINGKUP KEGIATAN PERAWATAN PALIATIF
1. Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi : a. Penatalaksanaan nyeri b. Penatalaksanaan
keluhan fisik lain c. Asuhan keperawatan d. Dukungan psikologis
e. Dukungan sosial f. Dukungan kultural dan spiritual g. Dukungan persiapan dan selama masa
duka cita(bereavement). 2. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan
kunjungan/rawat rumah
TEMPAT DAN ORGANISASI PERAWATAN PALIATIF Tempat untuk melakukan perawatan
paliatif adalah:
1. Rumah sakit : Untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan yang memerlukan pengawasan
ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus.
2. Puskesmas : Untuk pasien yang memerlukan pelayanan rawat jalan.
3. Rumah singgah/panti (hospis) : Untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat,
tindakan khusus atau peralatan khusus, tetapi belum dapat dirawat di rumah karena masih
memerlukan pengawasan tenaga kesehatan.
4. Rumah pasien : Untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau
peralatan khusus atau ketrampilan perawatan yang tidak mungkin dilakukan oleh keluarga.
Organisasi perawatan paliatif,menurut tempat pelayanan/sarana kesehatannya adalah :
5. Kelompok Perawatan Paliatif dibentuk di tingkat puskesmas.
6. Unit Perawatan Paliatif dibentuk di rumah sakit kelas D, kelas C dan kelas B non pendidikan.
7. Instalasi Perawatan Paliatif dibentuk di Rumah sakit kelas B Pendidikan dan kelas
8. Tata kerja organisasi perawatan paliatif bersifat koordinatif dan melibatkan semua unsur terkait
KEBIJAKAN NASIONAL TERKAIT PERAWATAN PALIATIF Perawatan paliatif adalah
pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi
masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan
dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan
masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual (WHO, 2002). Kualitas hidup menurut
Jennifer J. Clinch, Deborah Dudgeeon dan Harvey Schipper (1999) adalah gejala fisik,
kemampuan fungsional (aktivitas), kesejahteraan keluarga, spiritual, fungsi sosial, kepuasan
terhadap pengobatan, orientasi masa depan, kehidupan seksual, termasuk gambaran diri
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai