Anda di halaman 1dari 26

PELATIHAN PERAWATAN PASIEN PALIATIF KANKER DI RUMAH UNTUK

TENAGA KESEHATAN DAN TENAGA PELAKU RAWAT (CAREGIVER)

ETIKA DALAM
PERAWATAN PALIATIF
PASIEN KANKER
PERAWATAN PALIATIF
“Palliative Care”
Pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi penyakit
mengancam nyawa. Bermaksud mencegah dan
mengurangi penderitaan, baik secara fisik
psikologis, sosial, atau spiritual. Kualitas hidup
keluarga/pelaku rawat pun turut meningkat

(WHO, 2020)
LANDASAN HUKUM PERAWATAN
PALIATIF DI INDONESIA

Keputusan Menteri Kesehatan


Nomor : 812/Menkes/SK/VII/2007
tentang Kebijakan Paliatif
KEBUTUHAN PERAWATAN
PALIATIF DI INDONESIA

• Usia harapan hidup meningkat


• Jumlah pasien kanker meningkat
• Jumlah penyakit paru, penyakit
jantung, penyakit ginjal dan penyakit
degeneratif syaraf meningkat
• Pasien HIV – AIDS meningkat
• Pasien long covid
PERAWATAN PALIATIF
Prioritas Pelayanan : PERAWATAN

 Terjadi perubahan prinsip


 from cure to care
 dari intervensi ke prevensi dan rehabilitasi
 dari memenuhi keinginan ke prinsip efektif
& efisien
 Dasarkan pada pertimbangan rasional dari
aspek medis, psikis dan sosial
SUATU TANTANGAN :
Melalui Perawatan Paliatif,
• Kita mengubah peran seseorang dari
seorang pasien, menjadi seorang insan
manusia seutuhnya
• Kita mentransformasikan dari masa-masa
menuju kematian, menjadi masa-masa
mengisi sisa kehidupan
ETIKA
Etika berasal dari kata yunani kuno,
yaitu ethikos yang berarti timbul dari
kebiasaan.
Dapat diartikan sebagai prinsip
nilai-nilai luhur yang dipegang
sebagai komitmen bersama.
ETIKA
 Etika diperlukan untuk
 menghormati martabat setiap pasien dalam situasi
apapun termasuk kondisi akhir kehidupan
 membantu pasien dan keluarga dalam mengambil
keputusan dalam menghadapi penyakit yang
dideritanya.
 Prinsip etika pada anak tidak berbeda dengan yang
diterapkan pada orang dewasa.
Prinsip-prinsip umum yang
berlaku untuk semua situasi
medis
1. Autonomy (freedom of self determination)
Hak individu dalam membuat keputusan terhadap
tindakan yang akan dilakukan atau tidak dilakukan
setelah mendapatkan informasi dari dokter serta
memahami informasi tersebut secara jelas.
Autonomy juga berlaku bagi pasien anak. yaitu
menentukan pilihan yang dapat mempengaruhi
hidupnya.
Jika usia anak belum cukup maka keputusan tersebut
diberikan kepada orang tua atau walinya.
2. Beneficence (doing good)
Tindakan yang dilakukan harus
memberikan manfaat bagi pasien
dengan memperhatikan kenyamanan,
kemandirian, kesejahteraan pasien
dan keluarga, serta sesuai keyakinan
dan kepercayaannya.
3. Non-maleficence (doing no harm)
Tindakan yang dilakukan harus
bertujuan untuk tidak mencederai
atau memperburuk keadaan/kondisi
yang ada.

4. Justice (fairness)
Memperlakukan semua pasien sama tanpa
diskriminasi (tidak membedakan ras, suku,
agama, gender, dan status ekonomi).
Keempat prinsip tersebut harus
diterapkan pada saat melakukan “inform
consent” sebelum melanjutkan terapi.

Demikian pula dengan prinsip etika pada


anak tidak berbeda dengan yang
diterapkan pada orang dewasa.
PENYAMPAIAN INFORMASI
(DISCLOSURE)
Pemberian informasi dari petugas kesehatan yang
berwenang kepada pasien dan keluarga tentang
kondisi medis pasien.

- Penyampaian tersebut diberikan dengan


mempertimbangkan :
• Keinginan pasien untuk mengetahui atau tidak
mengetahui kondisi sebenarnya.
• Sejauh mana pasien ingin mengetahui kondisi
yang sebenarnya.
• Kesiapan pasien untuk menerima informasi
berkaitan dengan kondisi yang
sebenarnya.
• Dalam hal pasien tidak menginginkan
untuk mengetahui kondisi yang
sebenarnya :
• perlu menunjuk wakil dirinya yang dapat
menerima informasi tersebut.
• wakil yang ditunjuk dapat berasal dari
keluarga maupun orang terdekat pasien
• Wakil dapat mengambil keputusan untuk
pasien jika diperlukan.
• Pada beberapa kasus seringkali ada
dilema etika dalam hal penyampaian
informasi kepada pasien :
• Tidak memberitahu pasien berarti memenuhi
keinginan keluarga yang takut pasien tidak
dapat menerima kondisinya (do good) atau
• menghalangi pasien untuk mengetahui
kondisi sebenarnya dan untuk dapat membuat
persiapan dalam menghadapi kondisi tersebut
(do harm).
• Tim paliatif harus menghargai keputusan
dari keluarga pasien.
KEPATUTAN TERAPI

• suatu pertimbangan medis dan efisiensi biaya


(cost effective) terutama pada penyakit yang
terminal.
• Terapi berlebihan yang bertujuan
memperpanjang hidup dan tidak memberikan
manfaat berarti justru menambah penderitaan
pasien.
• Pertimbangan tergantung pada situasi klinis
medis, kompleks dan sulitnya masalah, serta
penilaian yang dilakukan berulang.
MENAHAN DAN MENGHENTIKAN TERAPI MEDIK
(TO WITHHOLD AND WITHDRAW = CURING
VERSUS CARING)

Setiap pasien memiliki kekhususan dalam menerima


upaya perawatan paliatif. Penilaian dan keputusan harus
dilakukan secara seksama dan individual.
Oleh karena itu perlu dinilai kondisi pasien berdasarkan :

• Kondisi fisiologi sistem organ


• Ketergantungan pada terapi
• Derajat kesadaran
• Pilihan untuk sedasi dan analgesi
• Keterlibatan keluarga dan orang-orang yang dicintai.
• Dalam kondisi khusus di rumah sakit pada pasien dengan
kondisi terminal yang menggunakan alat bantu napas,
diharapkan tim medis dapat menjelaskan manfaat dan
kerugian melanjutkan penggunaan alat bantu napas pada
kondisi tersebut.

• Bila keluarga memilih untuk menghentikan alat bantu


tersebut, maka persetujuan tertulis (formulir inform concent)
dan pelepasan alat dilakukan oleh petugas medis dengan
didampingi keluarga.

• Perlu dilakukan penilaian obat-obat yang digunakan pasien


secara berkala berdasarkan kebutuhan pasien.
KEMATIAN SEBAGAI PROSES
ALAMIAH
(ALLOW NATURAL DEATH)
Bila tim paliatif dan keluarga bersepakat
bahwa kematian adalah proses alamiah,
maka tindakan medis diberikan secara
proporsional yaitu hanya tindakan yang
bertujuan untuk mencapai kondisi terbebas
dari penderitaan, damai dan bermartabat
(comfort, peace and dignity).
Euthanasia : alasan dan respon
Nyeri dan gejala fisik yang tidak teratasi
- seharusnya tidak terjadi, melalui perawatan paliatif multidisiplin optimal
Depresi dan ansietas berat
- seharusnya dikendalikan, melalui perawatan paliatif multidisiplin optimal
Penderitaan tidak tertahankan, distres eksistensi diri
- seharusnya dikendalikan, melalui perawatan multidisiplin
Kelelahan pelaku rawat
- dapat dicegah
Autonomi dan hak pengambilan keputusan diri
- hak untuk meminta dan menerima euthanasia masih penuh kontroversi
Iatrogenic – ”tidak ada lagi yang dapat dilakukan”
- tidak terjadi jika pasien dirujuk ke perawatan paliatif
- membutuhkan pendekatan dan Pendidikan profesional
Wali/Pengampu Pengambilan Keputusan
(Surrogate Decision Maker)

Ketika pasien kehilangan kemampuannya


membuat keputusan medis, keluarga atau
kerabat yang ditunjuk dapat menjadi
wali/pengampu pengambilan keputusan.

Contoh : pasangan, anak dewasa, orangtua,


saudara kandung, orang yang ditunjuk
pasien , petugas Kesehatan yang ditunjuk
hukum
Perencanaan Pelayanan Lanjutan
(Advanced Care Planning)
- proses yang mendukung orang dewasa dari
berbagai usia dan berbagai tingkat kesehatan
untuk memahami dan mampu berbagi nilai-
nilai personal/pribadi, tujuan hidup, dan
keinginannya yang terkait dengan pelayanan
medis masa depan.
- Tujuan dari perencanaan ini adalah
memastikan mereka mendapatkan pelayanan
kesehatan yang konsisten dengan nilai-nilai,
tujuan dan keinginan selama menderita
penyakit yang serius dan kronis.
International Consensus Difinition of Advance Care Planning
Sudore et al 2017
Surat Wasiat
(Advanced Directives dan Living Wills)

Advanced directives adalah pernyataan ekspresi


dari pikiran seseorang, tentang kepeduliannya
mengenai keinginan, atau preferensinya pada
akhir kehidupan.

Advanced directives dapat didasarkan


percakapan penderita atau kata-kata terakhir,
petunjuk tertulis, surat wasiat atau durable power
of attorney

Part2 : Ethical issues American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care
Journal of American Heart Association Circulation 2005;112;IV-6-IV-11
Tujuh Langkah Pertemuan Keluarga (Familly
Meeting) menuju Rawatan Mumpuni

1. Persiapan materi diskusi


2. Perkenalan/Pendahuluan
3. Mengantar pasien dan keluarga memahami kondisi dan prognosis
penyakitnya
4. Mengantar pemahaman tentang proses penyakit dan harapan
hidup
5. Berdiskusi tentang goal rawatan yang realistic (GOC = Goal of
Care)
6. Bersikap empati dan toleransi terhadap emosi pasien dan keluarga
7. Membangun/mendokumentasikan Goal of Care (GOC) dengan
fokus pada prioritas terapi dan perencanaan berikutnya

Von Guten, JAMA 2000


RANGKUMAN
• Perawatan Paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang
bertujuan meningkatkan kualitas hidup dengan cara
meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan
dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa
ditegakkan sampai akhir hayat, dan dukungan terhadap
keluarga yang kehilangan/berduka
• Setiap dokter perlu memahami prinsip etik dalam
pengelolaan pasien paliatif, dan hal ini sebaiknya
dikomunikasikan kepada pasien dan keluarga.
• Dilema etik dapat di selesaikan dengan komunikasi yang
baik antara dokter-pasien-keluarga atau melalui konsultasi
etik/pembicaraan tim/palliative care board
TERIMA
KASIH

Kontributor :
Dr. Siti Annisa Nuhonni, SpKFR-K
Dr. Venita Eng, M.Sc, CT

Anda mungkin juga menyukai