Anda di halaman 1dari 52

Etik dalam Perawatan Paliatif dan

Kebijakan Nasional terkait


Perawatan Paliatif

Bestina Nindy Virgiani


Etik dalam Perawatan Paliatif
Pada pelayanan keperawatan paliatif memungkinkan terjadinya
permasalahan etik dimana pasien menjelang kematian atau disaat pilihan
intervensi sudah tidak ada lagi atau bahkan terjadinya perdebatan untuk
mempertahankan atau menghentikan alat-alat pendukung untuk hidup.
Beberapa isu yang paling sering terjadi yang berhubungan proses perawatan
pada kondisi di mana pasien berada pada kondisi terminal, yaitu keputusan
untuk mempertahankan atau menghentikan bantuan hidup dasar,
pengambilan keputusan secara mandiri akibat penurunan kapasitas memori
atau fungsi kognitifnya, permintaan untuk mengakhiri hidup dengan sebuah
intervensi baik bunuh diri atau euthanasia secara aktif.
Apa itu Etik?

 Etikmerupakan ilmu tentang hubungan perilaku atau


kepribadian dan aksi moral terhadap nilai.
 Etik berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang
berarti karakter berpikir, cara memaknai sesuatu,
kebiasaan, atau perilaku yang dapat diterima dalam
suatu kelompok.
Prinsip Etik

Otonomi
Beneficience
Non-maleficience
Justice
Veracity
Fidelity
Paternalism
Menghargai orang lain
1. Otonomi

Prinsip tentang menghargai otonomi merupakan


upaya untuk menunjukkan hak individual dalam
menetapkan apa yang menjadi keinginan pasien
sehingga membuat dan menetapkan keputusan terkait
dirinya.
Lanjutan…

Seseorang untuk melakukan haknya secara otonomi maka dibutuhkan


informasi yang akurat dan valid, memiliki kemampuan untuk
menerima dan memahami informasi yang diberikan sehingga dapat
menggunakan informasi tersebut sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan. Selain itu, seseorang harus dalam kondisi bebas dari hak
yang dapat mempengaruhinya dalam pengambilan keputusan seperti
berada dalam kondisi tertekan.
Informasi yang diberikan meliputi:
a. Mengenai diagnosis penyakit yang diderita pasien
b. Rencana tindakan yang akan dilakukan, termasuk
mengenai proses dan tujuan dari tindakan tersebut
c. Mengetahui resiko dan dampak yang mungkin terjadi
selama dan setelah pemberian atau tindakan dilakukan
d. Keuntungan atau manfaat yang diharapkan dari
tindakan yang dilakukan, yang mana berdasarkan
pengkajian menunjukkan bahwa keuntungan atau
manfaat dapat dicapai
Lanjutan….

e. Mengenai semua alternative tindakan yang secara


rasional dan beralasan untuk dapat digunakan
f. Adanya dugaan atau perkiraan ke hal yang buruk bila
intervensi atau tindakan tidak dilakukan
g. Pembiayaan, termasuk jangka waktu dan besaran
biaya
Lanjutan…

 Prinsip otonomi menjelaskan bahwa pasien


berhak untuk menolak atau menghentikan
pengobatan, akan tetapi hal tersebut didasarkan
pada kondisi dimana pasien telah menerima
informasi yang cukup dan tidak dalam kondisi
tertekan, dipaksa atau mengalami penurunan
kemampuan seperti demensia.
2. Beneficience

Beneficience diartikan sebagai suatu tindakan


yang dilakukan oleh seseorang yang dapat
memberikan asas manfaat bagi orang lain.
3. Non-Maleficience

Non-maleficience diartikan sebagai suatu tindakan


yang dilakukan tanpa menyebabkan kerusakan
atau kerugian terhadap orang lain
4. Justice

Prinsip keadilan merujuk pada pemerataan keadilan, yaitu


bagaimana berlaku adil pada setiap orang dan mendistribusikan
sumber-sumber untuk kepentingan banyak orang. Hak pasien
dalam kondisi menjelang kematian sumber-sumber yang ada
menjadi hal yang kurang penting dibandingkan dengan kematian
itu sendiri. Sumber-sumber yang dimaksud seperti waktu yang
dimiliki oleh tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan diharapkan
dapat mengalokasikan waktunya yang cukup untuk setiap pasien.
5. Veracity

Veracity dapat dimaknai dengan berkata jujur.


Kebanyakan pasien yang didiagnosa menderita penyakit
kronis dan terminal ingin mengetahui kondisinya,
sehingga mereka dapat mengatur waktunya terutama
di saat-saat masa hidupnya semakin terbatas. Selain itu,
tanpa berkata jujur maka otonomi pasien tidak akan
diaplikasikan dengan baik.
Lanjutan…

 Prinsip berkata jujur merupakan pembuktian saat perawat menjawab sebuah


pertanyaan pasien secara lengkap dan jelas dengan cara memberikan informasi
kepada pasien dan keluarganya sehingga mereka dapat memahami kondisi
pasien yang sebenarnya.
 Sesorang tidak akan dapat mengidentifikasi berbagai hal yang berkenaan
dengan kondisinya bila tidak mengetahui bagaimana kondisi sebenarnya. Ketika
merawat pasien dalam kondisi menjelang ajal, maka sangat penting
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien dan
keluargamemastikan semua informasi telah disampaikan sehingga pasien dan
keluarga dapat mengambil sebuah keputusan yang valid mengenai rencana
proses keperawatannya.
6. Fidelity

 Fidelitymerupakan sebuah komitmen ataupun permintaan


khusus dari seseorang yang perlu untuk dipertahankan.
Dilema etik yang dapat ditemukan yaitu di saat pasein
menginginkan sesuatu hal yang bertentangan dengan
keinginan keluarganya. Terkadang ada kondisi dimana
pihak keluarga merasa tidak tega melihat apa yang dialami
oleh pasien.
Lanjutan…

 Sebagai contoh pasien yang sudah tidak mampu lagi memenuhi


kebutuhan nutrisi secara oral makan akan dilakukan pemasangan
alat untuk dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Namun pihak keluarga terkadang melihat pemasangan tersebut
akan menyebabkan kondisi pasien memburuk atau nyeri.
Pendidikan dan informasi yang berkesinambungan terhadap
pihak keluarga menjadi hal yang penting dalam proses
keberlanjutan proses perawatan pasien dan apa yang menjadi
harapan pasien itu sendiri.
7. Paternalism

Paternalism adalah kondisi dimana seseorang mengambil keputusan


untuk orang lain, namun prinsip ini sering tidak diinginkan dalam
beberapa kejadian. Berdasarkan definisi, paternalism merupakan kondisi
yang membolehkan proses pengambilan keputusan tanpa melalui
kolaborasi terlebih dahulu, dimana keputusan dari pihak pasien dan
keluarga diabaikan. Prinsip etik ini mengijinkan seorang tenaga kesehatan
untuk membantu pasien dalam membuat keputusan ketika pasein
mengalami kekurangan informasi untuk membuat keputusan atau pasien
tidak mampu membuat keputusan secara komprehensif.
8. Menghargai Orang Lain

Menghargai orang lain dalam hal ini pasien menjadi hal yang
sangat penting, karena menghargai orang lain mencakup dalam
semua aspek prinsip etik.
Menghargai orang lain dengan memahami hak individu dalam
membuat keputusan, menghargai orang lain akan hidup atau mati
yang menjadi pilihannya. Selain itu, menghargai orang lain juga
dengan perbedaan budaya yang pasien miliki, isu gender,
perbedaan agama dan keyakinan, serta ras dan kesukuan.
Aplikasi Etik dalam
Praktik
1. Pengelolaan Gejala dan Nyeri Secara
Proporsional
 Beberapa tenaga medis tidak dapat menetapkan dosis yang sesuai untuk
mengatasi nyeri yang dirasakan oleh pasien karena merasa khawatir dengan
dosis yang ditetapkan justru dapat memperpendek harapan hidup pasien.,
sehingga membuat mereka bergitu sangat berlebihan dalam
memperhitungkan resiko keracunanan dari pemberian obat analgetik seperti
golongan opoid. Pengelolaan nyeri pada pasien stadium lanjut atau akhir
menjadi hal yang rumit karena efek medikasi dapat menimbulkan kondisi
yang disebut “double effect”.
 Double effect berarti ada dua kemungkinan akibat yang dapat ditimbulkan
yaitu efek yang diharapkan dan yang tidak diharapkan.
Contoh:

 Perawat memberikan obat analgetik pada pasien untuk mengurangi rasa


nyeri dan meningkatkan rasa nyaman. Akan tetapi pada saat yang bersamaan
tindakan tersebut justru mempercepat proses kematian, hal tersebut yang
disebut “double effect”. Jadi pemberian obat tersebut akan mengurangi
rerata pernapasan pasien dan hal tersebut memungkinkan pasien untuk
tidak dapat bertahan hidup secara alamiah.
 Berdasarkan kasus tersebut, perawat seharusnya selalu memperhatikan dan
mempertimbangkan efek dari dari setiap tindakan yang akan dilakukan
kepada pasien, apakah tindakan tersebut bertujuan untuk mengurangi nyeri
yang dirasakan pasien atau tindakan tersebut justru lebih cenderung
mengakibatkan timbulnya masalah pada sistem respirasi pasien.
2. Euthanasia

Euthanasia secara kebahasaan dapat diartikan sebagai


meninggal dengan baik, atau meninggal tanpa rasa sakit.
Istilah Euthanasia juga digunakan pada tindakan
menghentikan intervensi pada pasien yang secara biologis
telah mengalami penurunan fungsi tubuh atau
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.
Lanjutan…

 Sekalipun permintaan terhadap tindakan euthanasia merupakan hal yang


tidak lazim. Namun boleh tidaknya euthanasia dilakukan pada pasien yang
menginginkannya atau atas permintaan keluarga menjadi hal yang rumit
dan masih terus diperdebatkan hingga saat ini baik secara etik maupun
agama. Lebih lanjut, sebenarnya banyak pasien yang menjelang ajal justru
meminta bantuan untuk tetap dapat bertahan hidup. Namun ada hal ini
menjadi sangat penting untuk diperhatikan terutama pada pasien mungkin
menginginkan akan bantuan untuk mengakhiri hidupnya.
Lanjutan…

Beberapa alasan atau penyebab yang diidentifikasi sebagai pemicu


terhadap pengambilan keputusan untuk mengakhiri hidup yaitu:
 Nyeri berat yang tidak teratasi atau keluhan fisik lainnya seperti
perasaan tercekik atau sesak yang berat
 Kekhawatiran atau ketakutan akan ketidakmampuan untuk
melakukann toleransi terhadap nyeri atau keluhan fisik lainnya.
 Kekhawatiran atau ketakutan akan proses penyakit yang semakin
memburuk dan berlangsung dalam waktu yang lama yang
mungkin dapat berlangsung berbulan-bulan
Lanjutan…

 Kekhawatiran atau ketakutan akan ketergantungan terhadap alat bantu


hidup untuk dapat bertahan yang mana pada saat bersamaan mungkin
kualitas hidup pun semakin menurun atau memburuk
 Keputusasaan atau ketidakmampuan yang menyebabkan ketergantungan
secara permanen terhadap orang lain
 Depresi
 Adanya perasaan membebani orang terdekat baik keluarga, sahabat ataupun
orang lain
 Adanya perasaan bahwa dirinya sudah tidak diinginkan lagi dalam keluarga,
sahabat, atau kelompok sosial
3. Resusitasi Jantung Paru (RJP)

 Keputusan apakah dilakukannya RJP akan memberikan peluang terhadap


terselamatkannya pasien atau tidak merupakan akhir yang biasanya
ditetapkan oleh dokter yang merawat pasien.
 Diskusi dengan pasien dan keluarga mengenai proses perawatan pasien
menjadi hal yang penting, karena pada diskusi tersebut petugas harus
memahami apa yang diharapkan oleh pasien terhadap proses perawatannya
dan kondisi bagaimana yang diinginkannya ke depan.
 Seluruh proses diskusi dengan pasien dan keluarga harus didokumentasikan
secara lengkap dan bila perlu pasien harus menandatangani sebuah form
persetujuan untuk tidak dilakukan RJP atau yang lebih dikenal dengan istilah
Do Not Attempt Cardio Pulmonary Resuscitation (DNACPR).
4. Isu Mengenai Hidrasi & Nutrisi

Penyediaan hidrasi merupakan hal yang sangat penting sebagai bagian dari
kebutuhan dasar manusia. Dalam pelayanan paliatif pemberian bantuan
hidrasi secara klinis memiliki dampak buruk dibandingkan manfaatnya.

Beberapa resiko potensial yang akan terjadi pada pasien akibat tindakan
bantuan hidrasi seperti peningkatan secret pada sistem pernapasan, edema,
atau pun masalah yang timbul akibat pemasangan infus. Oleh karena itu, atas
pertimbangan manfaat pada pasien sehingga pemasangan bantuan hidrasi
maupun nutrisi tidak dilakukan, kecuali atas dasar pertimbangan atau dapat
dijelaskan secara moral. Perawat atau dokter harus dapat menelusuri dan
memahami ide, perhatian khusus pasien, ataupun harapan yang diinginkan
oleh pasien maupun keluarga.
5. Terminal Sedation or Sedation
Therapy
 Penggunaan obat-obat sedatif untuk mengontrol keluhan fisik secara
moral dan legal telah disetujui dalam pelayanan perawatan paliatif.
Penggunaan obat golongan opoid lebih spesifik untuk masalah nyeri
dan dyspnea. Akibat dari hal tersebut, memiliki potensi untuk
menyebabkan kondisi yang tidak diharapakan.
 Dimana hasil penelitian menunjukkan sekitar 15-36% pasien di unit
perawatan paliatif melaporkan adanya keluhan tambahan. Atas dasar
pertimbangan tersebut sehingga pemberian obat-obatan sedatif dapat
diberikan dimana tujuan utama dari tindakan tersebut hanya untuk
mengurangi gejala keluhan fisik yang dirasakan pasien dan untuk
memberikan rasa nyaman.
Lanjutan…

Akibat dari adanya dampak engatif dari obata-obatan


sedatif sehingga penting adanya seorang petugas
kesehatan memahami beberapa hal berikut:
 Semua pengobatan termasuk sedatif yang dilakukan di
perawatan paliatif bertujuan untuk mengurangi gejala
keluhan fisik
 Pengobatan yang menyebabkan kondisi sedasi hanya
dapat digunakan bila gejala dan keluhan fisik tidak
dapat dikontrol dengan intervensi yang lebih spesifik
Lanjutan…

 Pasien mungkin akan mengalami stress akibat gejala dan keluhan


fisik yang tidak dapat dikontrol tersebut, sehingga pemberian
obat sedative mungkin dapat dipertimbangkan untuk
mengurangi penderitaan yang dialami pasien
 Jika obat sedative memberikan efek positif maka pengawasan
dosis obat yang diberikan harus dilakukan, dimana diharapkan
dosis sekecil mungkin dengan efek yang maksimal.
 Morphin atau obat sejensinya merupakan obat utama dalam
menangani nyeri, namun obat-obatan tersebut tidak dapat
digunakan di saat pasien mengalamis edasi atau untuk tujuan
sedative
6. Isu Mengenai Ventilasi Mekanik

Di saat ventilasi sudah tidak memberikan manfaat pada pasien


namun pasien tetap mengingingkannya, maka kondisi tersebut
menjadi hal dilematis secara etik. Sebagai petugas kesehatan maka
dituntut mengedepankan prinsip dasar dalam etik seperti tetap
menghargai keputusan pasien bila tetap menginginkan tindakan
ventilasi mekanik.
Lanjutan…

Berdasarkan prinsip keadilan terhadap sumber dan fasilitas layanan


maka memberhentikan manfaat bahkan dapat memperburuk
kondisi pasien. Petugas mungkin akan menilai bahwa tindakan
tersebut lebih cenderung mengakibatkan kerugian terhadap pasien
dibandingkan manfaatnya, namun pasien mungkin dapat memiliki
pandangan yang berbeda, sehingga mempertahankan intervensi di
saat sudah tidak ada lagi memberikan manfaat mungkin dapat
dilakukan dengan pertimbangan yang lainnya.
Komunikasi efektif menjadi hal yang sangat penting untuk dapat
memberikan pemahaman terhadap pasien dan keluarganya
mengenai pengelolaan keluhan fisik sebagai dilemma etik.
7. Mempertahankan dan Menghentikan
Intrevensi dan Pengobatan Di Saat
Menjelang Ajal
Dilemma etik yang paling sering ditemukan dalam kondisi
pasien menjelang ajal terutama saat keputusan mengenai
tetap dipertahankannya atau dilepaskannya suatu alat
bantu hidup pada pasien atau tindakan pengobatan.
Lanjutan…

 Di saat pasien dan petugas kesehatan menyetujui


bahwa tindakan yang dilakukan tidak memberikan
manfaat atau mempertimbangkan intervensi lainnya
sebagai pengganti tindakan sebelumnya maka
pengambilan keputusan menjadi jelas. Oleh karena itu,
petugas kesehatan memiliki tanggung jawab untuk
memberikan penjelasan yang detail mengenai kapan
suatu intervensi atau tindakan tetap dipertahankan
atau dilepaskan terutama dalam kondisi menjelang ajal.
Kebijakan Nasional
terkait
Perawatan Paliatif
 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA

NOMOR : 812/Menkes/SK/VII/2007

TENTANG

KEBIJAKAN PERAWATAN PALIATIF

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


Latar Belakang

 Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum


dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak, namun
pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh
kebutuhan pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan
tersebut, terutama pada stadium lanjut dimana prioritas
pelayanan tidak hanya pada penyembuhan tetapi juga
perawatan agar mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi
pasien dan keluarganya.
Lanjutan…

 Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak


hanya mengalami berbagai masalah fisik tetapi juga
mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya.
Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit
tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun
juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis,
sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan
interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif.
Lanjutan…

 Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk


pasien dalam kondisi terminal yang akan segera
meninggal. Namun konsep baru perawatan paliatif
menekankan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih
dini agar masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat
diatasi dengan baik.
 Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang
bersifat holistik dan terintegrasi dengan melibatkan
berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap
pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik sampai
akhir hayatnya.
Lanjutan…

 Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan perawatan paliatif


di Indonesia masih terbatas di 5 (lima) ibu kota propinsi yaitu Jakarta,
Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan Makassar. Ditinjau dari
besarnya kebutuhan dari pasien, jumlah dokter yang mampu
memberikan pelayanan perawatan paliatif juga masih terbatas.
 Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih
belum merata sedangkan pasien memiliki hak untuk mendapatkan
pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistik, maka diperlukan
kebijakan perawatan paliatif di Indonesia yang memberikan arah bagi
sarana pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan
perawatan paliatif
Tujuan Kebijakan

Tujuan umum:
Sebagai payung hukum dan arahan bagi perawatan paliatif di Indonesia

Tujuan khusus:
1. Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang
berlaku di seluruh Indonesia
2. Tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan/juklak perawatan paliatif.
3. Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih.
4. Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan.
Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif

1. Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi :


a. Penatalaksanaan nyeri.
b. Penatalaksanaan keluhan fisik lain.
c. Asuhan keperawatan
d. Dukungan psikologis
e. Dukungan sosial
f. Dukungan kultural dan spiritual
g. Dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement).
2. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan kunjungan/rawat
rumah.
ASPEK MEDIKOLEGAL DALAM
PERAWATAN PALIATIF
1. Persetujuan tindakan medis/informed consent untuk pasien
paliatif.
a. Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan
perawatan paliatif melalui komunikasi yang intensif dan
berkesinambungan antara tim perawatan paliatif dengan pasien dan
keluarganya.
b. Pelaksanaan informed consent atau persetujuan tindakan kedokteran
pada dasarnya dilakukan sebagaimana telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
c. Meskipun pada umumnya hanya tindakan kedokteran (medis) yang
membutuhkan informed consent, tetapi pada perawatan paliatif
sebaiknya setiap tindakan yang berisiko dilakukan informed consent.
Lanjutan….

d. Baik penerima informasi maupun pemberi persetujuan


diutamakan pasien sendiri apabila ia masih kompeten,
dengan saksi anggota keluarga terdekatnya. Waktu yang
cukup agar diberikan kepada pasien untuk berkomunikasi
dengan keluarga terdekatnya. Dalam hal pasien telah tidak
kompeten, maka keluarga terdekatnya melakukannya atas
nama pasien.
Lanjutan….

e. Tim perawatan paliatif sebaiknya mengusahakan untuk memperoleh


pesan atau pernyataan pasien pada saat ia sedang kompeten
tentang apa yang harus atau boleh atau tidak boleh dilakukan
terhadapnya apabila kompetensinya kemudian menurun (advanced
directive). Pesan dapat memuat secara eksplisit tindakan apa yang
boleh atau tidak boleh dilakukan, atau dapat pula hanya menunjuk
seseorang yang nantinya akan mewakilinya dalam membuat
keputusan pada saat ia tidak kompeten. Pernyataan tersebut dibuat
tertulis dan akan dijadikan panduan utama bagi tim perawatan
paliatif.
Lanjutan….

f. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik


pasien, tim perawatan paliatif dapat melakukan
tindakan kedokteran yang diperlukan, dan informasi
dapat diberikan pada kesempatan pertama.
2. Resusitasi/Tidak Resusitasi pada
Pasien Paliatif
a. Keputusan dilakukan atau tidak dilakukannya tindakan resusitasi dapat
dibuat oleh pasien yang kompeten atau oleh Tim Perawatan paliatif.
b. Informasi tentang hal ini sebaiknya telah diinformasikan pada saat pasien
memasuki atau memulai perawatan paliatif.
c. Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak menghendaki resusitasi,
sepanjang informasi adekuat yang dibutuhkannya untuk membuat
keputusan telah dipahaminya. Keputusan tersebut dapat diberikan dalam
bentuk pesan (advanced directive) atau dalam informed consent
menjelang ia kehilangan kompetensinya.
Lanjutan…

d. Keluarga terdekatnya pada dasarnya tidak boleh membuat keputusan


tidak resusitasi, kecuali telah dipesankan dalam advanced directive
tertulis. Namun demikian, dalam keadaan tertentu dan atas pertimbangan
tertentu yang layak dan patut, permintaan tertulis oleh seluruh anggota
keluarga terdekat dapat dimintakan penetapan pengadilan untuk
pengesahannya.
e. Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan
resusitasi sesuai dengan pedoman klinis di bidang ini, yaitu apabila
pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resusitasi diketahui
tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidupnya
berdasarkan bukti ilmiah pada saat tersebut.
3. Perawatan Pasien Paliatif di ICU

a. Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU


mengikuti ketentuan-ketentuan umum yang
berlaku sebagaimana diuraikan di atas.
b. Dalam menghadapi tahap terminal, Tim
perawatan paliatif harus mengikuti pedoman
penentuan kematian batang otak dan
penghentian peralatan life-supporting.
4. Masalah Medikolegal Lainnya pada
Perawatan Pasien Paliatif
a. Tim Perawatan Paliatif bekerja berdasarkan kewenangan
yang diberikan oleh Pimpinan Rumah Sakit, termasuk
pada saat melakukan perawatan di rumah pasien.
b. Pada dasarnya tindakan yang bersifat kedokteran harus
dikerjakan oleh tenaga medis, tetapi dengan pertimbangan
yang memperhatikan keselamatan pasien tindakan-
tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga
kesehatan non medis yang terlatih. Komunikasi antara
pelaksana dengan pembuat kebijakan harus dipelihara
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai