Anda di halaman 1dari 8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menderita penyakit yang mengancam nyawa dan progresif, seperti
kanker, penyakit non-kanker, dan human immunodeficiency virus/acquired immunodeficiency
syndrome (HIV/ AIDS). Tujuan perawatan paliatif adalah mengurangi penderitaan fisik, sosial,
psikologis, dan spiritual. Definisi Perawatan Paliatif

Menurut WHO, perawatan paliatif adalah pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien dan keluarganya dalam menghadapi masalah terkait penyakit yang mengancam jiwa,
melalui pencegahan dan penghentian penderitaan dengan identifikasi dini, penilaian, dan
perawatan yang optimal dari rasa sakit dan masalah lainnya, fisik, psikososial dan spiritual.
(Shatri, Hamzah, dkk. 2020)
Menurut Suhaemi (2010), Kata etika berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang berhubungan
dengan pertimbangan pembuat keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatankarena tidak ada
undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan.Etika berbagai profesi
digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hakmanusia (yang memiliki sikap
menerima) dan kepercayaan dari profesi. Profesi menyusunkode etik berdasarkan penghormatan
atas nilai dan situasi individu yang dilayani.

2.2 Dasar Hukum Keperawatan Paliatif


Dasar hukum keperawatan paliatif diantanya meliputi :
1. Aspek Medikolegal dalam perawatan paliatif ( Kep. Menkes NOMOR : 812 / Menkes / SK /
VII / 2007 )
a) Persetujuan tindakan medis/infomed consent untuk pasien paliatif. Pasien harus
memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan perawatan paliatif.
b) Resusitasi/Tidak resisutasi pada pasien paliatif. Keputusan dilakukan atau tidak
dilakukan tindakan resusitasi dapat dibuat oleh pasien yang kompeten atau oleh Tim
perawatan paliatif. Informasi tentang hal ini sebaiknya telah di informasikan pada saat
pasien memasuki atau memulai perawatan paliatif.
c) Perawatan pasien paliatif di ICU Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU
mengikuti ketentuan umum yang berlaku
d) Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif. Tindakan yang bersifat
kedokteran harus dkerjakan oleh tenaga medis, tetapi dengan pertimbangan yang
mempertimbangkan keselamatan pasien tindakan tindakan tertentu dapat didelegasikan
kepada tenaga kesehatan yang terlatih.
2. Medikolegal Euthanasia Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk
memperpanjang hidup seseorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek
hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri.

2.3 Kajian Etik Tentang Perawatan Paliatif


Prinsip Dasar Dari Perawatan Paliatif Perawatan paliatif terkait dengan sluruh bidang
perawatan mulai dari medis, perawatan, psikologis sosial, budaya dan spiritual, sehingga secara
praktis, prinsip dasar perawatan paliatif dapat dipersamakan dengan prinsip pada praktek medis
yang baik. Prinsip dasar perawatan paliatif : ( Rasjidi,2010 )
a) Sikap peduli terhadap pasien
Termasuk sensifitas dan empati. Perlu dipertmbangkan segala aspek dari penderitaan
pasien, bukan hanya masalah kesehatan. Pendekatan yang dilakukan tidak boleh bersifat
menghakimi .Faktor karakteristik, kepandaian, suku, agama, atau faktor induvidal lainnya
tidak boleh mempengaruhi perawatan
b) Menganggap pasien sebagai seorang individu. Setiap pasien adalah unik. Meskipun
memiliki penyakit ataupun gejala-gejala yang sama, namun tidak ada satu pasienpun
yang sama persis dengan pasien lainnya. Keunikan inilah yang harus inilah yang harus
dipertimbangkan dalam merencanakan perawatan paliatif untuk tiap individu.
c) Pertimbangan kebudayaan Faktor etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya bisa jadi
mempengaruhi penderitaan pasien. Perbedaan ini harus diperhatikan dalam perencanaan
perawatan .
d) Persetujuan Persetujuan dari pasien adalah mutlak diperlukan sebelum perawatan dimulai
atau diakhiri. Pasien yang telah diberi informasi dan setuju dengan perawatan yang akan
diberikan akan lebih patuh mengikuti segala usaha perawatan.
e) Memilih tempat dilakukannya perawatan Untuk menentukan tempat perawatan, baik
pasien dan keluarganya harus ikut serta dalam diskusi ini. Pasien dengan penyakit
terminal sebisa mungkin diberi perawatan di rumah.
f) Komunikasi Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien maupun dengan keluarga
adalah hal yang sangat penting dan mendasr dalam pelaksanaan perawatan paliatif
g) Aspek klinis : perawatan yang sesuai Semua perawatan paliatif harus sesuai dengan
stadium dan prognosis dari penyakit yang diderita pasien .hal ini penting karena karena
pemberian pareawatan yang tidak sesuai, baik itu lebih maupun kurang, hanya akan
menambah penderitaan pasien. Pemberian perawatn yang berlebihan beresiko untuk
memberikan harapan palsu kepada pasien. Hal ini berhubungan dengan masalah etika
yang akan dibahas kemudian. Perawatan yang diberikan hanya karena dokter merasa
harus melakukan sesuatu meskipun itu sia sia adalah tidak etis.
h) Perawatan komprehensif dan terkoordinasi dari berbagai bidang profesi perawtan palitif
memberikan perawtan yang bersifat holistik dan intergratif sehingga dibutuhkan sebuah
tim yang mencakup keseluruhan aspek hidup pasien serta koordinasi yang baik dari
masing masing anggota tim tersebut untuk memberikan hasil yang maksimal kepada
pasien dan keluarga
i) Kualitas perawatan yang sebaik mungkin Perawtan medis secara konsisten, terkoordinasi
dan berkelanjutan. Perawatn medis yang konsisten akan mengurangi kemungkinan
terjadinya perubahan kondisi yang tidak terduga, dimana hal ini akan sangat mengganggu
baik pasien maupun keluarga.
j) Perwatan yang berkelanjutan. Pemberian perawtan simtomatis dan suportif dari awal
hingga akhir merupakan dasr tujuan dari parawtan paliatf. Masalah yang sering terjadi
adalah pasien dipindahkan dari satu tempat ketempat lain sehingga sulit untuk
mempertahankan komunitas perawatan
k) Mencegah terjadinya kegawatan Perawatan paliatif yang baik mencakup perencanaan
teliti untuk mencegah terjadinya kegawatan fisik dan emosional yang mungkin terjadi
dalam perjalanan penyakit. Pasien dan keluarga harus diberitahukan sebelumnya
mengenai masalah yang sering terjadi
dan membentuk rencana untuk meminimalisasi stress fisik dan emosional.
l) Bantuan kepada sang perawat Keluarga pasien dengan penyakit lanjut sering kali rentan
terhadap stress fisik dan emosianal terutama apabila pasien dirawat di rumah sehingga
perlu diberikan perhatian khusus kepada mereka, mengingat keberhasilan dari perawatan
paliatif tergantung dari pemberi perawatan.
m) Pemeriksaan ulang Perlu dilakukan pemeriksaan mengenai kondisi pasien secara terus
menerus mengingat pasien dengan penyakit lanjut karena kondisinya akan cenderung dari
waktu ke waktu.

2.4 Prinsip –Prisip Etik


a. Autonomy (otonomi )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu
membuat keputusan sendiri.prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
b. Non maleficienci (tidak merugikan )
Prinsip ini berati tidak menimbulkan bahya / cedera fisik dan psikologis pada klien. Prinsip tidak
merugikan, bahwa kita berkwaiban jika melakukan suatu tindakan agar jangan sampai merugikan
orang lain.
c. Veracity ( kejujuran )
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran .Nilai ini diperlikan oleh pemberi layanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk menyakinkan bahwa
pasien sangat mengerti.
d. Beneficienec ( berbuat baik )
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang yang baik. Kebaikan memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.Terkadang dalam situsi pelayanan kesehatan,
terjadi konflikantara prinsip ini dengan otonomi.
e. Justice ( keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang enjunjung
prinsip–prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional
ketika tim perawatan paliatif bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
f. Kerahasiaaan ( Confidentiality )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang pasien harus dijaga
privasinya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan pasien hanya boleh
dibacadalam rangka pengobatan pasien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi
tersebut kecuali diijinkan oleh pasien dengan bukti pesetujuannya.
g. Akuntabilitas (accountability )
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti pada
setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain.

2.5 Kebijakan Nasional Terkait Perawatan Paliatif

Kualitas hidup pasien adalah keadaan pasien yang kualitas hidup pasien adalah
keadaan pasien yang dipersepsikan terhadap keadaan pasien sesuai konteks budaya dan
dipersepsikan terhadap keadaan pasien sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya,
termasuk tujuan hidup, harapan, dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidup,
harapan, dan niatnya. Dimensi dari kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch. Dimensi dari
kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch, Deborah Dudgeeon dan Harvey Schipper (1999),
adalah :

A. Gejala fisik
B. Kemampuan fungsional (aktivitas)
C. Kesejahteraan fisik
D. Spiritual
E. Fungsi sosial
F. Kepuasan terhadap keluarga
G. Orientasi masa depan
H. Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri
I. Fungsi dalam bekerja.

2.6 Tujuan Kebijakan


Tujuan umum :

A. Sebagai payung hukum dan arahan bagi perawatan paliatif di sebagai payung hukum
dan arahan bagi perawatan paliatif di Indonesia.

Tujuan khusus :

A. Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai yang berlaku di seluruh


Indonesia.
B. Tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan/juklak perawatan paliatif.
C. Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih.
D. Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan.

2.7 Sasaran Kebijakan Pelayanan Paliatif

1) Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan seluruh pasien
(dewasa dan anak) yang memerlukan perawatan paliatif di mana pun pasien berada
diyang memerlukan perawatan paliatif di mana pun pasien berada diseluruh Indonesia.
2) Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga kesehatan, dan tenaga terkait
lainnya.
3) Institusi-institusi terkait, misalnya :
a. Dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan kabupaten / kota
b. Rumah Sakit pemerintah dan swasta
c. Puskesmas
d. Rumah perawatan/hospis
e. Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain.

2.8 Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif

1. Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi :


a. Penatalaksanaan nyeri
b. Penatalaksanaan keluhan fisik lain
c. Asuhan keperawatan
d. Dukungan psikologis
e. Dukungan sosial
f. Dukungan kultural dan spiritual
g. Dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement).

2. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan kunjungan /rawat
rumah.

2.9 Sumber Daya Manusia


1. Pelaksana perawatan paliatif adalah tenaga kesehatan, pekerja sosial, rohaniawan,
keluarga, relawan.
2. Kriteria pelaksana perawatan paliatif adalah telah mengikuti pendidikan/pelatihan
pendidikan/pelatihan perawatan paliatif dan telah mendapat sertifikat.

DAFTAR PUSTAKA
Perry & Potter, 1997, Fundamental Keperawatan, Buku Ajar Konsep, Proses dan Praktik, ( Alih
Bahasa : Yasmin Asih, dkk) Ed. 4, EGC, Jakarta.
Achadiat. Chritiono M, 2007, Dinamika Etika & Hukum Kedokteran dalam Tantangan Zaman,
ECG, Jakarta
Shatri, Hamzah, dkk. 2020. Advanced Directives pada Perawatan Paliatif. Jakarta. Jurnal

Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 2

Suhaemi, M. 2010. Etika Keperawatan Aplikasi pada Praktik. Jakarta: EGC

Guwandi, 2000, Biothics & Biola, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Komalawati. D. Veronica , 1989, Hukum dan Etika dalam Praktik Dokter, Pustaka Harapan,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai