E DENGAN DIAGNOSA
MEDIS GIZI BURUK DI RUANG FLAMBOYAN RSUD Dr.
DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA
Di Susun Oleh :
Meri Agustina
NIM : 2020-01-14201-021
NIM : 2020-01-14201-021
PEMBIMBING PRAKTIK
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An. S Dengan Diagnosa
Medis Gizi Buruk Di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris Sylvanus
Palangkaraya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas Praktik
Praklinik Keperawatan II (PPK II).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid ,S.Pd,. M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina ,Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep., Ners selaku penanggung jawab mata kuliah
Praktik Praklinik Keperawatan II.
4. Ibu Yelstria Ulina T, S.Kep, Ners selaku Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini.
5. Ibu Nur Sa’adah., S.Kep.,Ners Pembimbing Lahan yang telah banyak
memberikan saran, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Meri Agustina
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................4
2.1 Konsep Dasar Penyakit..................................................................................4
2.1.1 Definisi.................................................................................................4
2.1.2 Etiologi.................................................................................................4
2.1.3 Klasifikasi.............................................................................................4
2.1.4 Manifestasi Klinis.................................................................................6
2.1.5 Patofisiologi..........................................................................................6
2.1.6 WOC.....................................................................................................7
2.1.7 Komplikasi............................................................................................8
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang........................................................................8
2.1.9 Penatalaksanaan..................................................................................10
2.1.1.10 Manajemen Asuhan Keperawatan....................................................12
2.1.1.10.1 Pengkajian................................................................................12
2.1.1.10.2 Diagnosa Keperawatan............................................................13
2.1.1.10.3 Implementasi............................................................................16
2.1.1.10.4 Evaluasi....................................................................................16
BAB III..................................................................................................................17
ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................................17
3.1 Pengkajian....................................................................................................17
3.2 Analisa Data.................................................................................................28
iv
3.3 Prioritas Masalah..........................................................................................30
3.4 Intervensi......................................................................................................31
3.5 Implementasi dan Evaluasi...........................................................................36
BAB IV..................................................................................................................44
PENUTUP.............................................................................................................44
4.1 Kesimpulan...................................................................................................44
4.2 Saran.............................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................46
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
buruk, sehingga terdapat 9,5 juta anak dibawah lima tahun mengalami kurang
gizi (Harcidar, Sabilu & Lestari, 2018).
Bedasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian
Kesehatan Tahun 2018 menunjukan 17,7% bayi usia di bawah 5 tahun masih
mengalami masalah gizi. Angka tersebut terdiri atas balita sebesar 3,9% dan
yang menderita gizi kurang dan buruk sebesar 13,8% (Kemenkes, 2018).
Pendidikan orang tua, faktor budaya dan kemiskinan merupakan faktor yang
dapat mempengaruhi gizi buruk (Indiyani, 2013).
Pola asuh juga merupakan faktor penyebab masalah status gizi. Pola
asuh anak merupakan praktik pengasuhan yang diterapkan pada balita dan
pemeliharaan kesehatan. pola pengasuhan anak berupa sikap dan perilaku ibu
atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, cara memberikan
makan maupun pengetahuan tentang jenis makanan yang harus diberikan
sesuai umur dan kebutuhan, memberi kasih sayang dan sebagainya. Pada
waktu anak belum dilepas sendiri maka segala kebutuhan anak tergantung
kepada orangtuanya. Tahun pertama kehidupan anak merupakan dasar untuk
menentukan kebiasaan pola asuh dan di tahun berikutnya termasuk kebiasaan
makan (Munawaroh, 2015).
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah untuk mendeskripsikan Asuhan
Keperawatan Pada An. E Dengan Diagnosa Medis Gizi Buruk Di Ruang
Flamboyan RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
2
b. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian tentang Asuhan Keperawatan Pada
An. E Dengan Diagnosa Medis Gizi Buruk Di Ruang Flamboyan
RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan tentang Asuhan Keperawatan
Pada An. E Dengan Diagnosa Medis Gizi Buruk Di Ruang Flamboyan
RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
c. Mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan tentang Asuhan
Keperawatan Pada An. E Dengan Diagnosa Medis Gizi Buruk Di
Ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
d. Mendeskripsikan implementasi keperawatan tentang Asuhan
Keperawatan Pada An. E Dengan Diagnosa Medis Gizi Buruk Di
Ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan tentang Asuhan Keperawatan
Pada An. E Dengan Diagnosa Medis Gizi Buruk Di Ruang Flamboyan
RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
1.4 Manfaat
1 Hasil penelitian untuk menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan
peneliti dalam penerapan Asuhan Keperawatan Pada An. E Dengan
Diagnosa Medis Gizi Buruk Di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya
2 Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran bagi
perawat dalam meningkatkan Asuhan Keperawatan Pada An. E Dengan
Diagnosa Medis Gizi Buruk Di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya
3 Hasil penelitian dapat digunakan bagi mahasiswa keperawatan, dosen,
serta peneliti selanjutnya sebagai sumber informasi dan bahan
perbandingan untuk penulisan Asuhan Keperawatan Pada An. E Dengan
Diagnosa Medis Gizi Buruk Di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Definisi
Gizi buruk (malnutrisi) merupakan keadaan patologis yang
diakibatkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan gizi pada tubuh. Gizi
kurang atau gizi buruk adalah kondisi dimana tubuh kekurangan nutrisi
seperti potein, karbohidrat, lemak dan vitamin pada balita (Septikasari,
2018).
Gizi kurang mengganggu tumbuh kembang anak dan juga dapat
menimbulkan beberapa penyakit seperti penurunan tingkat kecerdasan
pada anak, terganggunya mental anak dan bahkan akibat dari hal ini yang
paling buruk adalah bisa mengakibatkan terjadinya kematian (Widayani,
Kartasurya, & Fatimah, 2016).
2.1.2 Etiologi
Menurut Hasaroh (2010) masalah gizi buruk pada balita di
pengaruhi oleh beberapa factor, baik factor penyebab langsung maupun
factor penyebab tidak langsung. Depkes RI (1997) dalam Mastari (2009),
factor penyebab langsung timbulnya masalah gizi pada balita adalah
penyakit infeksi erta kesesuaian pada konsumsi makanan dengan
kebutuhan anak, sedangkan faktor tidak langsung yaitu sosial ekonomi,
pengetahuan ibu tentang kesehatan, ketersediaan panganditingkat
keluarga, pola konsumsi, serta akses ke fasilitas pelayanan. Selain itu,
pemeliharaan kesehatan memang peranan penting.
2.1.3 Klasifikasi
Menurut Liansyah TM (2015), klasifikasi gizi buruk antara lain
sebagai berikut:
1. Marasmus
Terjadi disebabkan oleh asupan kalori yang tidak cukup. Marasmus
sering sekali terjadi pada bayi di bawah 12 bulan. Pada kasus
marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajah seperti orang tua,
4
kulit keriput, cengeng dan rewel meskipun setelah makan perut
cekung, rambut tipis, jarang dan kusam, tulang iga tampak jelas dan
pantat kendur dan keriput (baggy pant).
2. Kwashiorkor
Merupakan salah satu bentuk malnutrisi protein yang berat
disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi namun
asupan protein yang inadekuat. Beberapa tanda khusus antaralain
rambut berubah menjadi kemerahan atau abu- abu, menipis dan mudah
rontok, apabila rambut kering menjadi lurus, kulit tampak pucat dan
biasanya disertai anemia, terjadi dermatitis (radang pada kulit), terjadi
pembekakan, terutama pada kaki dan tungkai bawah sehingga balita
terlihat gemuk. Pembekakan yang terjadi disebabkan oleh akumulasi
cairan yang berlebihan. Balita memiliki selera yang berubah-ubah dan
mudah terkena gangguan pencernaan.
3. Marasmus-Kwashiokor
Memperlihatkan gejala campuran antara marasmus dan
kwashiorkor. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein
dan energy untuk pertumbuhan normal. Pada penderita berat badan
dibawah 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor
seperti edema, kelainan rambut kelainan kulit serta kelainan biokimia
(Pudjiadi S, 2010)
5
2.1.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala gizi buruk pada umunya adalah:
1. Kelelahan dan kekurangan energi
2. Pusing
3. System kekebalan tubuh menurun
4. Kulit kering dan bersisik
5. Gusi mudah berdarah
6. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
7. Berat badan kurang
8. Pertumbuhan yang lambat
9. Kelemahan otot.
2.1.5 Patofisiologi
Gizi kurang atau gizi buruk biasanya terjadi pada anak balita
dibawah usia 5 tahun. Tidak tercukupinya makanan dengan gizi seimbang
serta kondisi kesehatan yang kurang baik dengan kebersihan yang buruk
mengakibatkan balita atau anak-anak menderita gizi kurang yang dapat
bertambah menjadi gizi buruk jika tidak terintervensi dengan cepat dan
tepat. Karena rendahnya penghasilan keluarga sehingga keluarga tidak
mampu mencukupi kebutuhan balita dan keluarga tidak memberikan
asuhan pada balita secara tepat dapat menyebabkan terjadinya gizi kurang
(Waryana, 2016).
Pada anak gizi kurang atau gizi buruk dapat mengakibatkan lapisan
lemak di bawah kulit berkurang, daya tahan tubuh balita menurun, dan
produksi albumin juga menurun sehingga balita mudah terkena infeksi dan
mengalami terlambatan perkembangan. Balita dengan gizi kurang juga
mengalami peningkatan kadar asam basa pada saluran pencernaan
menyebabkan balita mengalami diare sehingga masalah keperawatan yang
muncul ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Waryana,
2016).
6
2.1.6 WOC
GIZI BURUK
Hilangnya lemak Daya tahan tubuh Asam amino esensial menurun dan
di bantalan perut menurun produksi albumin menurun
7
2.1.7 Komplikasi
1) Kwashiorkor :
Diare
Infeksi
Anemia
Gangguan tumbuh kembang
Hipokalemi
Hiperatremi
2) Marasmus :
Infeksi
Tuberkulosis
Parasiotosis
Disentri
Malnutrisi kronik
Gangguan tumbuh kembang
8
gizi terjamin. Berat badan memberikan gambaran tentang massa
tubuh (otot dan lemak). Massa tubuh sangat sensitif terhadap
perubahan keadaan yang mendadak, misalnya terserang infeksi,
kurang nafsu makan dan menurunnya jumlah makanan yang
dikonsumsi. BB/U lebih menggambarkan status gizi sekarang.
Berat badan yang bersifat labil, menyebabkan indeks ini lebih
menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Current Nutritional
Status).
b. Indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)
Indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi
masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status ekonomi
(Beaton dan Bengoa (2010) dalam.
c. Indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi
badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan
searah dengan pertumbuhantinggi badan dengan kecepatan tertentu
(Supariasa,dkk 2012).
d. Melakukan pemeriksaan darah untuk melihat ketidak normalan
Melakukan pemeriksaan X-Ray untuk memeriksa apakah
ada kelainan pada tulang dan organ tubuh lain. Memeriksa
penyakit atau kondisi lain yang dapat menyebabkan terjadinya gizi
buruk.
2. Sejara Diet
Rinci sejarah diet, pengukuran pertumbuhan, indeks massa tubuh
(BMI) dan pemeriksaan fisik lengkap (Medscape, 2016).
3. Pemeriksaan Diagnostik Laboratorium
WHO merekomendasikan tes laboratorium berikut:
Gula darah
Pemeriksaan Pap darah dengan mikroskop atau pengujian
langsung
Hemoglobin
Pemeriksaan urine
9
Pemeriksaan feses dengan mikroskop untuk ova dan
parasite
Serum albumin
Tes HIV (tes ini harus disertai dengan konselinh dari
orangtua anak dan kerahasiaan yang ketat harus
dipertahankan)
Elektrolit
Biopsi
2.1.9 Penatalaksanaan
1) Mencegah dan mengatasi hipoglikemi Hipoglikemi jika kadar gula
darah < 54 mg/dl atau ditandai suhu tubuh sangat rendah, kesadaran
menurun, lemah, kejang, keluar keringat dingin, pucat. Pengelolaan
berikan segera cairan gula: 50 ml dekstrosa 10% atau gula 1 sendok
teh dicampurkan ke air 3,5 sendok makan, penderita diberi makan tiap
2 jam, antibotik, jika penderita tidak sadar, lewat sonde. Dilakukan
evaluasi setelah 30 menit, jika masih dijumpai tanda-tanda hipoglikemi
maka ulang pemberian cairan gula tersebut.
2) Mencegah dan mengatasi hipotermi Hipotermi jika suhu tubuh anak <
35oC , aksila 3 menit atau rectal 1 menit. Pengelolaannya ruang
penderita harus hangat, tidak ada lubang angin dan bersih, sering diberi
makan, anak diberi pakaian, tutup kepala, sarung tangan dan kaos kaki,
anak dihangatkan dalam dekapan ibunya (metode kanguru), cepat ganti
popok basah, antibiotik. Dilakukan pengukuran suhu rectal tiap 2 jam
sampai suhu > 36,5oC, pastikan anak memakai pakaian, tutup kepala,
kaos kaki.
3) Mencegah dan mengatasi dehidrasi Pengelolaannya diberikan cairan
Resomal (Rehydration Solution for Malnutrition) 70-100ml/kgBB
dalam 12 jam atau mulai dengan 5 ml/kgBB setiap 30 menit secara
oral dalam 2 jam pertama. Selanjutnya 5-10 ml/kgBB untuk 4-10 jam
berikutnya, jumlahnya disesuaikan seberapa banyak anak mau, feses
yang keluar dan muntah. Penggantian jumlah Resomal pada jam
10
4,6,8,10 dengan F75 jika rehidrasi masih dilanjutkan pada saat itu.
Monitoring tanda vital, diuresis, frekuensi berak dan muntah,
pemberian cairan dievaluasi jika RR dan nadi menjadi cepat, tekanan
vena jugularis meningkat, jika anak dengan edem, oedemnya
bertambah.
4) Koreksi gangguan elektrolit Berikan ekstra Kalium
150-300mg/kgBB/hari, ekstra Mg 0,4-0,6 mmol/kgBB/hari dan
rehidrasi cairan rendah garam (Resomal).
5) Mencegah dan mengatasi infeksi Antibiotik (bila tidak komplikasi :
kotrimoksazol 5 hari, bila ada komplikasi amoksisilin 15 mg/kgBB
tiap 8 jam 5 hari. Monitoring komplikasi infeksi ( hipoglikemia atau
hipotermi)
6) Mulai pemberian makan Segera setelah dirawat, untuk mencegah
hipoglikemi, hipotermi dan mencukupi kebutuhan energi dan protein.
Prinsip pemberian makanan fase stabilisasi yaitu porsi kecil, sering,
secara oral atau sonde, energi 100 kkal/kgBB/hari, protein 1-1,5
g/kgBB/hari, cairan 130 ml/kgBB/hari untuk penderita marasmus,
marasmik kwashiorkor atau kwashiorkor dengan edem derajat 1,2, jika
derajat 3 berikan cairan 100 ml/kgBB/hari.
7) Koreksi kekurangan zat gizi mikro Berikan setiap hari minimal 2
minggu suplemen multivitamin, asam folat (5mg hari 1, selanjutnya 1
mg), zinc 2 mg/kgBB/hari, cooper 0,3 mg/kgBB/hari, besi 1-3 Fe
elemental/kgBB/hari sesudah 2 minggu perawatan, vitamin A hari 1
(<6 bulan 50.000 IU, 6-12 bulan 100.000 IU, >1 tahun 200.000 IU).
8) Memberikan makanan untuk tumbuh kejar Satu minggu perawatan
fase rehabilitasi, berikan F100 yang mengandung 100 kkal dan 2,9 g
protein/100ml, modifikasi makanan keluarga dengan energi dan
protein sebanding, porsi kecil, sering dan padat gizi, cukup minyak dan
protein.
9) Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang Mainan digunakan
sebagai stimulasi, macamnya tergantung kondisi, umur dan
perkembangan anak sebelumnya. Diharapkan dapat terjadi stimulasi
11
psikologis, baik mental, motorik dan kognitif. 10) Mempersiapkan
untuk tindak lanjut di rumah Setelah BB/PB mencapai -1SD dikatakan
sembuh, tunjukkan kepada orang tua frekuensi dan jumlah makanan,
berikan terapi bermain anak, pastikan pemberian imunisasi boster dan
vitamin A tiap 6 bulan.
12
RR : Cepat (gejala pneumonia atau gagal
jantung)
TD : Cenderung menurun
b. Pengkajian Persistem
B1 (Breathing)
B2 (Blood)
B3 (Brain)
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
B6 (Bone)
13
badan Memonitor jumlah
Tidak terjadi penurunan nutrisi dan kandungan
berat badan yang kalori Monitor Nutrisi
berarti Memonitor adanya
penurunan berat
badan
Memonitor turgor
kulit
Memonitor adanya
mual dan muntah
Gangguan tumbuh kembang Status Perkembangan Promosi Perkembangan Anak
(D.0106) (L.10101) (I.10340)
Keterlambatan Pertumbuhan Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Perkembangan
dan Perkembangan keperawatan selama 3 x 7 jam, Anak
diharapkan pertumbuhan dan Meningkatkan
perkembangan klien tidak komunikasi verbal
mengalami keterlambatan dan stimulasi taktil
dengan kriteria hasil : Manajemen nutrisi
Perkembangan anak Mengkaji keadekuatan
berfungsi optimal asupa nutrisi Terapi
sesuai tingkatnya Nutrisi
Status nutrisi seimbang Memantau
makanan/cairan
tertelan dan
menghitung asupan
kalori harian
Kerusakan Integritas Kulit Integritas Kulit dan Jaringan Manajemen Tekanan
(D.0139) (L.14125) Memonitor aktivitas
Setelah dilakukan tindakan dan
keperawatan selama 6 x 7 jam, mobilisasi klien
diharapkan integritas kulit Menjaga kebersihan
klien tidak mengalami
14
kerusakan dengan kriteria hasil kulit
: agar tetap bersih dan
Integritas kulit yang baik bisa kering
dipertahankan Memonitor status
utrisi Klien
15
2.1.1.10.3 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat
mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan dalam bentuk
intervensi keperawatan guna memantu klien mencapai tujuan yang
telah ditetapkan (Asmadi, 2008). Implementasi keperawatan terdiri
dari beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan.
b. Diagnosis keperawatan.
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan.
d. Tanda tangan perawat pelaksana.
2.1.1.10.4 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan
yang didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan.
Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada
perubahan perilaku dari kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu
terjadinya adaptasi pada individu (Nursalam, 2008). Evaluasi
keperawatan dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP. Evaluasi
keperawatan terdiri dari beberapa komponen yaitu
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan.
16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
17
dengan hasil N : 125 x/menit R : 31 x/menit S : 39,1 °C SPO 2 : 99%
setelah di lakukan pemeriksaan TTV di dapatkan diagnose medis
Gastroenteritis Akut (GEA) dan pasien di berikan terapi Kaen 3B 12
tpm, Mecobalamin ¼ amp, dan Paracetamol 70mg. pasien ddi rawat
di ruang IGD selama 2 hari 2 malam lalu pasien di pindahkan ke
ruang Flamboyan untuk mendapatkan perawatan selanjutnya.
18
c) Susunan genogram 3 (tiga) generasi
Keterangan :
: Klien
: Meninggal
: Garis Perkawinan
19
a. Ubun-ubun
Kondisi ubun-ubun bayi dalam keadaan menutup, cembung, dan
tidak mengalami adanya kelainan seperti hidrocefalus maupun
microcephalus.
Lain-lain: tidak ada kelainan pada ubun – ubun
b. Rambut
Rabut bayi dalam keadan warna hitam, distribusi merata dan
rambut tampak tipis, keadaan rambut tidak megalami kerontokan,
tidak mudah di cabut, dan rambut tampak kusam.
Lain-lain: tidak ada kelainan / gangguan pada rambut.
c. Kepala
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian kepala keadaan kulit
kepala bersih, bayi tidak mengalami adanya peradangan maupun
benjolan di bagian kepala.
Lain-lain : Pasien mengalami demam dengan suhu
37,9 °C
d. Mata
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian mata, mata tampak
simetris, conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek
pupil, isokor, pupil mengecil saat di ransang cahaya, tidak ada
oedem palpebra, ketajaman penglihatan baik.
Lain-lain : tidak ada kelainan pada bagian mata
e. Telinga
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian telinga, bentuk simetris,
tidak ada serumen/secret, tidak terjadi adanyaperadangan,
ketajaman pendengaran pasien menoleh dan merespon saat di
panggil Namanya.
Lain-lain : tidak ada kelainan pada telinga
f. Hidung
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian telinga, tbentuk telinga
simetris, tidak ada seruman/secret, tidak terpasang O 2, fungsi
20
penciuman pasien berusia 1 tahun 3 bulan belum dapat
mengungkapkan apa aroma yang di cium.
Lain-lain: tidak ada kelainan pada hidung.
g. Mulut
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian mulut, bibir tidak
mengalami intak, tidak stenosis, bibir dalam keadaan kering,
palatum keras.
Lain-lain : Ibu pasien mengatakan anaknya malas
makan dan minum, minum hanya ASI saja.
h. Gigi
Pada saat melakukan pemeriksaan gigi, tidak ada carrie gigi,
jumlah gigi pasien ada 8 buah gigi.
Lain-lain : tidak ada
4. Leher dan tengorokan
Pada saat melakukan pemeriksaan leher dan tenggorokan, bentuk
dalam keadaan simetris, reflek menelan pasien bisa menelam makanan
seperti biscuit, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada pembesaran
b=vena jugularis, tidak ada benjolan, dan tidak ada peradangan.
Lain-lain : Pasien mengalami muntah 2x
dalam sehari
5. Dada
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian dada, dada tampak simetris,
tidak ada retraksi, bunyi nafass vesikuler, tipe pernafasan dada, bunyi
jantung lup-dup, iktus cordis tidak tampak, bunyi tambahan ada, tidak
ada nyeri di bagian dada, tidak ada kelainan pada payudara.
Lain-lain : tidak ada kelainan di bagian dada
6. Punggung
Pada saat melakukan pemeriksaan pada bagian punggung, bentuk
punggung tampak simetris, tidak ada peradangan, tidak ada benjolan.
Lain-lain : tidak ada peradangan, benjolan
maupun gangguan lainnya
pada bagian punggung
21
7. Abdomen
Pada saat melakukan pemeriksaan di bagian abdomen, bentik abdomen
tampak simetris, bising usus hiperperistaltik 32 x/mnt, tidak ada asites,
tidak ada massa, tidak ada hepatomegaly, tidak ada spenomegali, tidak
ada nyeri.
Lain-lain : tidak ada kelainan atau gangguan
pada bagian abdomen.
8. Ektremitas
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian ekstremitas,
pergerakan/tonus otot bergerak normal, tidak oedem, tidak ada
sianosis, tidak ada clubbing finger, keadaan kulit/turgor kulit lemah,
kulit elastis > 2 detik
Lain-lain : tidak ada kelainan pada
ekstermitas.
1. Genetalia
a. Perempuan
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian genetalia, genetalia
dalam keadaan bersih, keadaan labia lengkap, tidak ada peradangan
maupun benjolan
Lain-lain : Pasien BAB cair 4x dalam sehari,
BAK pasien bewarna kuning berbau.
22
6. Psikososial : Pasien terlihat sangat dekat dengan orang tuanya.
23
III. Pola Aktifitas sehari-hari
No. Pola Kebiasaan Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Nutrisi :
a. Frekuensi a. 3 kali/hari d. 1 x sehari
b. Nafsu makan/selera b. Kurang e. Nafsu makan menurun
c. Jenis makanan c. Bubur Ayam, Ikan dan porsi makan menurun
Sayur , ASI f. Bubur biasa, susu F100 5
x 100 cc, diet bubur 3 x
1 cup
2. Eliminasi :
a. BAB
Frekuensi 1 kali/hari 4-5 kali/hari
Konsistensi Lembek Cair
b. BAK
Frekuensi 3-5 kali/hari 1-2 kali/hari
Konsistensi Cair Warna kuning berbau
3. Istirahat dan Tidur
a. Siang/jam a. 1-2 jam c. 1-2 jam
b. Malam/jam b. 6-7 jam 7-8 jam
4. Personal Hygiene
a. Mandi a. 3 kali/hari a. 1-2 kali/hari
b. Oral hygiene b. 2 kali/hari b. 2 kali/hari
24
IV. Data Penunjang
Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 17 September 2022
PARAMETERS UNIT REFERENCE RANGES
WBC 14.35 + [10^3/uL] WBC ( 4 . 50 –
RBC 4.22 [1Ø^6/uL] 11. ØØ )
RBC IP
HGB 12.6 [g/dL] RBC ( 4 . ØØ – Message
HCT 35.3 – [%] 6 . ØØ )
MCV 83.6 – [fL] HGB ( 10 . 5 –
MCH 29.9 [pg] 18 . Ø )
MCHC 35.7 + [g/dL] HCT ( 37 . Ø –
PLT 293 [10^3/uL] 48 . Ø )
RDW-SD 37.5 [fL] MCV ( 86 . 6 – WBC IP
Message
RDW-CVB 12.3 [%] 102 . Ø )
PDW 8.7 – [fL] MCH ( 25.6 -
MPV 8.6 – [fL] 3 Ø. 7 )
P-LCR 13.2 – [%] MCHC ( 28.2 –
PCT Ø.25 [%] 31 . 5 )
PLT ( 15 Ø - PLT IP
NEUT 8.64 * [1Ø^3/uL] Message
4 ØØ )
LYMPH 4.41 * [1Ø^3/uL] RSW-SD ( 38.Ø - 5
MONO 1.29 * [1Ø^3/uL] Ø.Ø )
EO Ø. Ø Ø [1Ø^3/uL] RDW-CV ( 11.2 -
BASO Ø. Ø1 [1Ø^3/uL] 13.7 )
IG Ø. Ø2 [1Ø^3/uL] PDW ( 9.5 –
15.2 )
NEUT% 6 Ø.2 * [%] MPV ( 9.2 –
LYMPH 3 Ø.7 * [%] 12.1 )
MONO% 9. Ø * [%]
EO% Ø. Ø [%]
BASO% Ø.1* [%]
IG% [%] NEUT ( 1.5 Ø - 7.
25
ØØ )
LYMPH # ( 1. ØØ -
3.7 Ø )
MONO # ( Ø. ØØ –
Ø.7 Ø )
EO # ( Ø. ØØ –
Ø.4Ø )
BASO # ( Ø. ØØ -
Ø. 1Ø )
NEUT% ( 37. Ø -
72. Ø )
LYMPH% ( 2 Ø. Ø -
5 Ø.Ø )
MONO% ( Ø. Ø -
14. Ø )
EO% ( Ø. Ø -
6. Ø )
BASO% ( Ø. Ø -
1. Ø )
26
Hasil Pemeriksaan Laborataorium tanggal 20 September 2022
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
Konsistensi dan bentuk Encer
Bau Hijau
Darah Khas
Lendir Negative
Parasite Negative
Lai-lain Negative
Serat makanan Positif Lp 40x
Kristal Negative Lp 40x
Lemak Negative 100 – 125 g Lp 40x
Leukosit 1-3 sel 5,0 – 10,0 Lp 40x
Eritrosit Negative 4,0 – 5,0 (P) Lp 40x
4,5 – 5,5 (L)
Telur cacing Negative Lp 40x
Amuba Negative Lp 40x
Jamur Negative Lp 40x
Mahasiswa,
Tania Rosalina
27
3.2 Analisa Data
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN
MASALAH
DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Ibu klien mengatakan Kekurangan intake cairan Hipovolemia
anaknya hanya minum
ASI saja, BAK bewarna Hilang cairan dan
kuning berbau, BAB 4x eletrolit berlebihan
sehari dengan konsistensi
encer bewarna kuning Dehidrasi
kecoklatan.
Hipovolemia
DO :
Bibir klien tampak
kering
Kulit agak kering
Tampak turgor
kulit tidak elastis
Pengisian kapiler >
2 detik.
Konsistensi BAB
encer bewarna
kuning kecoklatan
Bising usus : 32
x/mnt
Nadi : 100 x/ mnt
DO : Peradangan
Konsistensi BAB gastrointestinal
encer bewarna
kuning kecoklatan Malabsorpsi
Nadi : 100 x/mnt
Suhu : 37,9 °C Diare
RR : 23 x/mnt
28
DS : Ibu pasien Bakteri menyebar dari Hipertermia
mengatakan anaknya suatu infeksi di bagian
demam, malas makan tubuh yang lain
minum.
Jaringan sel terinfeksi
DO :
Tampak pasien Peradangan
lemah
Tampak pasien Demam
cemas/rewel
Turgor kurang Hipertemia
elastis
Pengisian kapiler :
> 2 detik
Suhu : 37,9 ° C
29
3.3 Prioritas Masalah
PRIORITAS MASALAH
30
3.4 Intervensi
Nama : An. S
Ruang : Ruang Flamboyan
Hipovolemia b.d kekurangan Status cairan membaik Manajemen Hipovolemia Mengetahui kadar
intake cairan (D.0023) (L.03028) (I.03116) tekanan darah naik
Setelah dilakukan Tindakan Observasi : turunya frekuensi tanda
keperawatan 3 x 7 jam, maka 1. Periksa tanda dan gejala dan gejala pada
status cairan membaik dengan hipovoolemia (mis. hypovolemia
kriteria hasil: Frekuensi nadi Mengelola penurunan
1. Kekuatan nadi meningkat, nadi terasa volume cairan
meningkat lemah, tekanan darah intravascular
2. Turgor kulit meningkat menurun, tekanan nadi Dilakukan Tindakan
3. Output urine meningkat menyempit, turgor kulit pemberian posisi
4. Membrane mukosa menurun, mukosa kering, modified Trendelenburg
membaik volume urine menurun, dan di berikan Tindakan
5. Intake cairan membaik hematokrit meningkat, memperbanyak asupan
haus, lemah) cairan dan pemberian
2. Monitor intake dan output asupan cairan oral
cairan Mejaga TTV dan tingkat
Terapeutik: kesadaran pada pasien
1. Hitung kebutuhan cairan dengan baik
2. Berikan asupan cairan Menaikan tingkat cairan
oral yang menurun
Edukasi :
31
1. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral Mengurangi perdarahan
Kolaborasi : yang pasien alami
1. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
3. Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis.
Albumin, Plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian
produk darah
Diare b.d Proses infeksi Eliminasi Fekal (L.04033) Manajeemen Diare (I.03101) Sebagai upaya rehidrasi
(D.0020) Setelah di lakukan Tindakan Observasi : untuk mengganti cairan
keperawatan 3 x 7 jam, di 1. Identifikasi penyebab yang keluar Bersama
harapkan eliminasi fekal pasien diare feses
membaik dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi Riwayat Untuk mengetahui ada
1. Konsistensi membaik pemberian makanan atau tidaknya kelainan
2. Frekuensi defekasi 3. Monitor warna, volume, yang terjadi pada
membaik frekuensi dan konsistensi eliminasi fekal
tinja Untuk membantu dalam
4. Monitor iritasi kulit pemenuhan kebutuhan
Terapeutik : eliminasi
1. Berikan asupan cairan Dalam pemberian
oral (mis.larutan garam makanan dalam porsi
32
gula, oralit, Pedialyte, sedikit tapi sering dapat
renalyte) menggantikan cairan
2. Pasang jalur intravena yang hilang
3. Berikan cairan intravena Dengan melanjutkan
(mis.ringer asetat, ringer pemberian ASI
laktat) jika perlu Tindakan ini cenderung
Edukasi : mengurangi intensitas
1. Anjurkan makanan porsi dan lamanya sakit
kecil dan sering
2. Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
obat antimotilitas
(mis.loperamide,
difenoksilat)
2. Kolaborasi pemberian
obat
antispasmodic/spasmolitik
(mis. Papaverine, ekstrak
belladonna, mebeverine)
3. Kolaborasi pemberian
obat pengeras
feses(mis.atapulgit,smktit,
kaolin-pektin)
Hipertermia b.d Dehidrasi dan Termogulasi (L.14134) Regulasi Temperatur (I.14578) Suhu 38,9 – 41,1
Proses Infeksi (D.0130) Setekah di kaukan Tindakan Observasi menunjukkan adanya
keperawatan selama 3 x 7 jam, 1. Monitor suhu tubuh bayi proses infeksius akut. Pola
33
di harapkan termogulasi pasien sampai stabil (36,5 °C – demam dapat membantu
membaik dengan kriteria hasil : 37,5 °C) dalam diagnosis
1. Pucat menurun 2. Monitor suhu tubuh anak mengetahui penyakit
2. Suhu tubuh membaik 2 jam sekali jika perlu dengan nilai suhu dan
3. Pengisian kapiler 3. Monitor tekanan darah, membantu dalam
membaik. frekuensi pernapasan dan menetapkan intervensi
nadi tindakan
4. Monitor warna dan suhu Perubahan pada warna dan
kulit suhu kulit merupakan
5. Monitor dan catat tanda indikasi demam
dan gejala hipotermia atau Dengan adanya panas
hipertemia berlebihan mengakibatkan
Terapeutik : hemodunamika di dalam
1. Pasang alat pemantau tubuh terganggu
suhu kontinu, jika perlu Dapat menurunkan
2. Tingkatkan asupan cairan penguapan dan penurunan
dan nutrisi yang adekuat suhu tubuh
Edukasi : Membantu menurunkan
1. Jelaskan cara pencegahan demam dengan efek
hipotermi karena terpapar vasodilitasi air hangat
udara dingin melalui proses evaporase
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
antipiretik jika perlu
Defisit Nutrisi b.d Status Nutrisi Bayi (L.03031) Promosi Berat Badan (I.03136) Membantu pasien
Ketidakefektifan mencerna Setelah dilakukan Tindakan Observasi : mengetahui perubahan
makanan (D.0019) keperawatan 3 x 7 jam,maka 1. Identifikasi kemungkinan berat badan setelah di
34
status nutrisi bayi membaik penyebab BB kurang berikan informasi tentang
denga kriteria hasil : 2. Monitor adanya mual emmenuhi kebutuhan
1. Berat badan meningkat muntah nutrisi
2. Panjang badan 3. Monitor berat badan Pemberian kembali secara
meningkat Terapeutik : dini makanan yang bisa di
3. Kesulitan makan 1. Sediakan makanan yang konsumsi akan membawa
menuurn tepat sesuai kondisi manfaat mengeurangi
4. Pola makan membaik pasien (mis. Makanan frekuensi defekasi dan
5. Proses tumbuh kembang dengan tekstus halus, meminimalkan penurunan
membaik makanan yang di blender) berat badan serta
2. Hidangkan makanan memperpendek lama sakit
secara menarik Makanan secara menarik
3. Berikan suplemen, jika dapat meningkatkan nafsu
perlu makan pasien
Edukasi : Makanan yang tinggi serat
1. Jelaskan jenis makanan untuk mencegah terjadinya
yang bergizi tinggi namun konstipasi
tetap terjangkau
2. Jelaskan peningkatan
asupan kalori yang di
butuhkan
35
3.5 Implementasi dan Evaluasi
Nama : An. S
Ruang : Ruang Flamboyan
36
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
1. Melakukan pemeriksaan TTV tanda dan
gejala hypovolemia
2. Memonitor intake dan output cairan.
3. Kolaborasi pemberian cairan IV
37
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
1. Memonitor warna, volume, frekuensi dan
konsistensi tinja
2. Memberikan cairan intravena
3. Melakukan kolaborasi pemberian obat
P : Intervensi di lanjutkan
1. Monitor suhu tubuh bayi
2. Monitor frekuensi pernapasan dan nadi
3. Kolaborasi pemberian antipiretik
Selasa, 20 Defisit Nutrisi (D.0019) S:
September 1. Mengidentifikasi kemungkinan BB kurang Ibu pasien mengatakan anaknya mual dan muntah
2022 / 2. Monitor adanya mual muntah 3x hari ini, anaknya tidak nafsu makan dan minum,
09.00 3. Monitor berat badan dan ibu pasien mengatakan BB anaknya susah
38
WIB 4. Menyediakan makanan yang tepat dengan naik.
kondisi pasien (mis. Makanan dengan tekstur O:
halus) 1. BB tidak naik di karenakan anak tidak
Tania Rosalina
5. Memberikan penjelasan kepada keluarga nafsu makan dan minum
pasien jenis makanan yang bergizi tinggi 2. Telah di berikan makanan bubur bayi
namun tetap terjangkau kepada pasien
3. Telah di jelaskan kepada pasien mengenai
jenis makanan yang bergizi tinggi namun
tetap terjangkau
BB sekarang : 6,6 kg
BB sebelumnya : 6,9 kg
PB : 72 cm
IMT
(BB : PB2)
(6,6 : 722)
(6,6 : 5184)
= 2,73 (Kurus)
P : Intervensi di lanjutkan
1. Monitor adanya mual muntah
2. Monitor berat badan
3. Menyediakan makanan yang tepat dengan
kondisi pasien (mis. Makanan dengan tekstur
halus)
39
Rabu, 21 Hipovolemia (D.0023) S : Ibu pasien mengatakan cairan BAK anaknya
September 1. Melakukan pemeriksaan TTV tanda dan mulai bewarna kuning jernih dan tidak berbau.
2022 / gejala hypovolemia
10.00 2. Memonitor intake dan output cairan O:
WIB 3. Kolaborasi pemberian cairan IV 1. Bibir klien tampak mulai lembab, kulit
tampak tidak sekering yang kemarin,
turgor kulit mulai elastis.
2. Pengisian kapiler < 2 detik
3. Nadi : 112 x/mnt Tania Rosalina
4. Telah di berikan pemberian cairan IV
KAEN 4B 12 tpm.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di berhentikan
Rabu, 21 Diare (D.0020) S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih BAB
September 1. Memonitor warna, volume, frekuensi dan cair.
2022 / konsistensi tinja
10.00 2. Memberikan cairan intravena O:
3. Melakukan kolaborasi pemberian obat 1. Encer dengan warna kuning kecoklatan Tania Rosalina
WIB
2. Telah di berikan injeksi Ceftriaxone 2 x
300 mg
40
P : Intervensi di lanjutkan
1. Memonitor warna, volume, frekuensi dan
konsistensi tinja
2. Memberikan cairan intravena
3. Melakukan kolaborasi pemberian obat
P : Intervensi di berhentikan
Rabu, 21 Defisit Nutrisi (D.0019) S : Ibu pasien mengatakan mual dan muntah
September 1. Monitor adanya mual muntah anaknya mulai mereda dan pasien hanya muntah
2022 / 2. Monitor berat badan pukul 08.10 WIB
10.00 3. Menyediakan makanan yang tepat
dengan kondisi pasien (mis. Makanan O:
WIB
dengan tekstur halus) 1. Adanya perubahan BB : 6,7 kg
2. Telah di berikan makanan bubur
41
kepada pasien Tania Rosalina
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di berhentikan
Kamis, 22 Diare (D.0020) S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak
September 1. Memonitor warna, volume, frekuensi dan lagi BAB cair
2022/ konsistensi tinja
12.00 2. Memberikan cairan intravena O:
WIB 3. Melakukan kolaborasi pemberian obat 1. Warna kuning dan cukup padat
2. Pemberian cairan intravena di berhentikan
3. Kolaborasi pemberian obat di berhentikan Tania Rosalina
A : Masalah teratasi
42
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan Asuhan Keperawatan Pada An. S
Dengan Diagnosa Medis Gizi Buruk Di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
4.1.1 Pengkajian
4.2 Saran
Untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnose medis gizi buruk diperlukan adanya suatu perubahan dan perbaikan
diantaranya :
43
4.1.5 Bagi peneliti
Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjadi acuan
dan menjadi bahan pembanding pada peneliti selanjutnya dalam
melakukan penelitian pada pasien dengan diagnose medis gizi buruk
4.1.6 Bagi perawat ruangan
Sebaiknya ditingkatkan pada pasien mengenai motivasi dan
dorongan dalam menjalani perawatan diruang inap.
4.1.7 Bagi perkembangan dan ilmu keperawatan
Dalam pengembangan ilmu keperawatan diharapkan dapat
menambah keluasan ilmu keperawatan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gizi buruk memacu pada peneliti
selanjutnya dan menjadi bahan pembadingan dalam melakukan penelitian
pada pasien dengan gizi buruk.
44
DAFTAR PUSTAKA
Anonim-4. Terapi Gizi Pada Anak Gizi Buruk. 2009. Available www.
Mat.Inti 5 Tatalaksana Gizi Buruk-Aceh.pdf.
Carpenito, LJ. 2004. Buku Saku Diagnosa keperawatan.Dialihbahasakan
oleh Monica Ester.Jakarta: EGC.
Kemenkes RI, 2011.Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku 1.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Keehatan
Masyarakat. Jakarta.
Marimbi, Hanum. 2010. Tumbuh Kembang Status Gizi dan Imunisasi
Dasar Pada Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Waspadai Penyakit pada Anak. Jakarta : PT
Indeks
Sodikin, 2013.Keperawatan Anak Gangguan Pencernaan. Jakarta: EGC.
Suriadi, S.Kp dan Yuliani Rita, S.Kp. 2001. Asuhan Keperawatan pada
Anak (edisi 1). Jakarta: CV. Sagung Seto
45