Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

E DENGAN DIAGNOSA
MEDIS GIZI BURUK DI RUANG FLAMBOYAN RSUD Dr.
DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA

Di Susun Oleh :
Meri Agustina
NIM : 2020-01-14201-021

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Ini Disusun Oleh:

Nama : Meri Agustina

NIM : 2020-01-14201-021

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul : “Asuhan Keperawatan Pada An. E Dengan Diagnosa Medis


Gizi Buruk Di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris Sylvanus
Palangkaraya”

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Praklinik Keperawatan I (PPK II) Pada Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Yelstria Ulina T, S.Kep, Ners Nur Sa’adah., S.Kep.,Ners

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An. S Dengan Diagnosa
Medis Gizi Buruk Di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris Sylvanus
Palangkaraya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas Praktik
Praklinik Keperawatan II (PPK II).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid ,S.Pd,. M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina ,Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep., Ners selaku penanggung jawab mata kuliah
Praktik Praklinik Keperawatan II.
4. Ibu Yelstria Ulina T, S.Kep, Ners selaku Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini.
5. Ibu Nur Sa’adah., S.Kep.,Ners Pembimbing Lahan yang telah banyak
memberikan saran, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangkaraya , 24 September 2022

Meri Agustina

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................4
2.1 Konsep Dasar Penyakit..................................................................................4
2.1.1 Definisi.................................................................................................4
2.1.2 Etiologi.................................................................................................4
2.1.3 Klasifikasi.............................................................................................4
2.1.4 Manifestasi Klinis.................................................................................6
2.1.5 Patofisiologi..........................................................................................6
2.1.6 WOC.....................................................................................................7
2.1.7 Komplikasi............................................................................................8
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang........................................................................8
2.1.9 Penatalaksanaan..................................................................................10
2.1.1.10 Manajemen Asuhan Keperawatan....................................................12
2.1.1.10.1 Pengkajian................................................................................12
2.1.1.10.2 Diagnosa Keperawatan............................................................13
2.1.1.10.3 Implementasi............................................................................16
2.1.1.10.4 Evaluasi....................................................................................16
BAB III..................................................................................................................17
ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................................17
3.1 Pengkajian....................................................................................................17
3.2 Analisa Data.................................................................................................28

iv
3.3 Prioritas Masalah..........................................................................................30
3.4 Intervensi......................................................................................................31
3.5 Implementasi dan Evaluasi...........................................................................36
BAB IV..................................................................................................................44
PENUTUP.............................................................................................................44
4.1 Kesimpulan...................................................................................................44
4.2 Saran.............................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................46

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gizi buruk (malnutrisi) merupakan keadaan patologis yang diakibatkan


karena tidak terpenuhinya kebutuhan gizi pada tubuh. Gizi kurang atau gizi
buruk adalah kondisi dimana tubuh kekurangan nutrisi seperti potein,
karbohidrat, lemak dan vitamin pada balita (Septikasari, 2018). Gizi kurang
mengganggu tumbuh kembang anak dan juga dapat menimbulkan beberapa
penyakit seperti penurunan tingkat kecerdasan pada anak, terganggunya
mental anak dan bahkan akibat dari hal ini yang paling buruk adalah bisa
mengakibatkan terjadinya kematian (Widayani, Kartasurya, & Fatimah, 2016).
Beberapa penyebab gizi buruk pada anak adalah penyebab langsung,
penyebab tidak langsung dan penyebab mendasar. Penyebab langsung gizi
buruk yaitu asupan gizi kurang dan terjadi karena adanya infeksi. Untuk
kurang asupan gizi dapat disebabkan karena terbatasnya jumlah asupan
makanan yang di konsumsi atau makanan yang tidak memenuhi gizi yang
dibutuhkan. Sedangkan infeksi menyebabkan rusaknya beberapa fungsi organ
tubuh sehingga tidak dapat menyerap zat-zat makanan secara baik. Dan
penyebab tidak langsung gizi buruk yaitu tidak cukup pangan, pola asuh yang
kurang, dan sanitasi kesehatan dasar yang tidak memadai. Untuk penyebab
mendasar gizi buruk yaitu terjadinya krisis ekonomi dan sosial termasuk
bencana alam, yang berpengaruh pada kesediaan pangan, pola asuh keluarga
dan pelayanan kesehatan serta sanitasi yang memadai, yang akhrinya
menimbulkan masalah pada status gizi balita (Septikasari, 2018).
Masalah gizi pada balita menjadi masalah yang sangat diperhatikan
dibeberapa negara, salah satunya Negara Indonesia. World Health
Organization (WHO) tahun 2017 menyampaikan 50% dari kematian anak dan
bayi diakibatkan karena gizi buruk (Harcida, Habilu & Lestari, 2018).
Indonesia menjadi salah satu dari lima besar negara yang mengalami gizi
buruk. Satu dari tiga anak setara 37,2% anak di Indonesia mengalami gizi

1
buruk, sehingga terdapat 9,5 juta anak dibawah lima tahun mengalami kurang
gizi (Harcidar, Sabilu & Lestari, 2018).
Bedasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian
Kesehatan Tahun 2018 menunjukan 17,7% bayi usia di bawah 5 tahun masih
mengalami masalah gizi. Angka tersebut terdiri atas balita sebesar 3,9% dan
yang menderita gizi kurang dan buruk sebesar 13,8% (Kemenkes, 2018).
Pendidikan orang tua, faktor budaya dan kemiskinan merupakan faktor yang
dapat mempengaruhi gizi buruk (Indiyani, 2013).

Pola asuh juga merupakan faktor penyebab masalah status gizi. Pola
asuh anak merupakan praktik pengasuhan yang diterapkan pada balita dan
pemeliharaan kesehatan. pola pengasuhan anak berupa sikap dan perilaku ibu
atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, cara memberikan
makan maupun pengetahuan tentang jenis makanan yang harus diberikan
sesuai umur dan kebutuhan, memberi kasih sayang dan sebagainya. Pada
waktu anak belum dilepas sendiri maka segala kebutuhan anak tergantung
kepada orangtuanya. Tahun pertama kehidupan anak merupakan dasar untuk
menentukan kebiasaan pola asuh dan di tahun berikutnya termasuk kebiasaan
makan (Munawaroh, 2015).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah
bagaimana Asuhan Keperawatan Pada An. E Dengan Diagnosa Medis Gizi
Buruk Di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya

1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah untuk mendeskripsikan Asuhan
Keperawatan Pada An. E Dengan Diagnosa Medis Gizi Buruk Di Ruang
Flamboyan RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya

2
b. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian tentang Asuhan Keperawatan Pada
An. E Dengan Diagnosa Medis Gizi Buruk Di Ruang Flamboyan
RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan tentang Asuhan Keperawatan
Pada An. E Dengan Diagnosa Medis Gizi Buruk Di Ruang Flamboyan
RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
c. Mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan tentang Asuhan
Keperawatan Pada An. E Dengan Diagnosa Medis Gizi Buruk Di
Ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
d. Mendeskripsikan implementasi keperawatan tentang Asuhan
Keperawatan Pada An. E Dengan Diagnosa Medis Gizi Buruk Di
Ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan tentang Asuhan Keperawatan
Pada An. E Dengan Diagnosa Medis Gizi Buruk Di Ruang Flamboyan
RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya

1.4 Manfaat
1 Hasil penelitian untuk menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan
peneliti dalam penerapan Asuhan Keperawatan Pada An. E Dengan
Diagnosa Medis Gizi Buruk Di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya
2 Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran bagi
perawat dalam meningkatkan Asuhan Keperawatan Pada An. E Dengan
Diagnosa Medis Gizi Buruk Di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya
3 Hasil penelitian dapat digunakan bagi mahasiswa keperawatan, dosen,
serta peneliti selanjutnya sebagai sumber informasi dan bahan
perbandingan untuk penulisan Asuhan Keperawatan Pada An. E Dengan
Diagnosa Medis Gizi Buruk Di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Definisi
Gizi buruk (malnutrisi) merupakan keadaan patologis yang
diakibatkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan gizi pada tubuh. Gizi
kurang atau gizi buruk adalah kondisi dimana tubuh kekurangan nutrisi
seperti potein, karbohidrat, lemak dan vitamin pada balita (Septikasari,
2018).
Gizi kurang mengganggu tumbuh kembang anak dan juga dapat
menimbulkan beberapa penyakit seperti penurunan tingkat kecerdasan
pada anak, terganggunya mental anak dan bahkan akibat dari hal ini yang
paling buruk adalah bisa mengakibatkan terjadinya kematian (Widayani,
Kartasurya, & Fatimah, 2016).

2.1.2 Etiologi
Menurut Hasaroh (2010) masalah gizi buruk pada balita di
pengaruhi oleh beberapa factor, baik factor penyebab langsung maupun
factor penyebab tidak langsung. Depkes RI (1997) dalam Mastari (2009),
factor penyebab langsung timbulnya masalah gizi pada balita adalah
penyakit infeksi erta kesesuaian pada konsumsi makanan dengan
kebutuhan anak, sedangkan faktor tidak langsung yaitu sosial ekonomi,
pengetahuan ibu tentang kesehatan, ketersediaan panganditingkat
keluarga, pola konsumsi, serta akses ke fasilitas pelayanan. Selain itu,
pemeliharaan kesehatan memang peranan penting.

2.1.3 Klasifikasi
Menurut Liansyah TM (2015), klasifikasi gizi buruk antara lain
sebagai berikut:
1. Marasmus
Terjadi disebabkan oleh asupan kalori yang tidak cukup. Marasmus
sering sekali terjadi pada bayi di bawah 12 bulan. Pada kasus
marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajah seperti orang tua,

4
kulit keriput, cengeng dan rewel meskipun setelah makan perut
cekung, rambut tipis, jarang dan kusam, tulang iga tampak jelas dan
pantat kendur dan keriput (baggy pant).
2. Kwashiorkor
Merupakan salah satu bentuk malnutrisi protein yang berat
disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi namun
asupan protein yang inadekuat. Beberapa tanda khusus antaralain
rambut berubah menjadi kemerahan atau abu- abu, menipis dan mudah
rontok, apabila rambut kering menjadi lurus, kulit tampak pucat dan
biasanya disertai anemia, terjadi dermatitis (radang pada kulit), terjadi
pembekakan, terutama pada kaki dan tungkai bawah sehingga balita
terlihat gemuk. Pembekakan yang terjadi disebabkan oleh akumulasi
cairan yang berlebihan. Balita memiliki selera yang berubah-ubah dan
mudah terkena gangguan pencernaan.
3. Marasmus-Kwashiokor
Memperlihatkan gejala campuran antara marasmus dan
kwashiorkor. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein
dan energy untuk pertumbuhan normal. Pada penderita berat badan
dibawah 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor
seperti edema, kelainan rambut kelainan kulit serta kelainan biokimia
(Pudjiadi S, 2010)

5
2.1.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala gizi buruk pada umunya adalah:
1. Kelelahan dan kekurangan energi
2. Pusing
3. System kekebalan tubuh menurun
4. Kulit kering dan bersisik
5. Gusi mudah berdarah
6. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
7. Berat badan kurang
8. Pertumbuhan yang lambat
9. Kelemahan otot.

2.1.5 Patofisiologi
Gizi kurang atau gizi buruk biasanya terjadi pada anak balita
dibawah usia 5 tahun. Tidak tercukupinya makanan dengan gizi seimbang
serta kondisi kesehatan yang kurang baik dengan kebersihan yang buruk
mengakibatkan balita atau anak-anak menderita gizi kurang yang dapat
bertambah menjadi gizi buruk jika tidak terintervensi dengan cepat dan
tepat. Karena rendahnya penghasilan keluarga sehingga keluarga tidak
mampu mencukupi kebutuhan balita dan keluarga tidak memberikan
asuhan pada balita secara tepat dapat menyebabkan terjadinya gizi kurang
(Waryana, 2016).
Pada anak gizi kurang atau gizi buruk dapat mengakibatkan lapisan
lemak di bawah kulit berkurang, daya tahan tubuh balita menurun, dan
produksi albumin juga menurun sehingga balita mudah terkena infeksi dan
mengalami terlambatan perkembangan. Balita dengan gizi kurang juga
mengalami peningkatan kadar asam basa pada saluran pencernaan
menyebabkan balita mengalami diare sehingga masalah keperawatan yang
muncul ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Waryana,
2016).

6
2.1.6 WOC

Sanitasi pelayanan Sosial ekonimi rendah, MK : Defisit


Pola makan anak
Kesehatan tidak malabsorbsi, kegagalan Pengetahuan
tidak memadai
memadai melakukan sintesis protein
dan kalori

Program gizi Intake nutrisi Pola makan tidak


tidak jalan kurang terkontrol

GIZI BURUK

Hilangnya lemak Daya tahan tubuh Asam amino esensial menurun dan
di bantalan perut menurun produksi albumin menurun

Turgor kulit Keadaan umum lemah Gangguan pertumbuhan dan imun


menurun dan tubuh rendah
keriput
Risiko infeksi MK : Risiko
saluran pencernaan MK : Gangguan
Infeksi Tumbuh
MK : Kembang

 Hipertermi Intake makanan Hiperperistaltik


 Risiko kurang usus
kerusakan
integritas
kulit MK :
MK : Diare
Ketidakseimbangan
Nutrisi : Kurang
dari kebutuhan
tubuh

7
2.1.7 Komplikasi
1) Kwashiorkor :
 Diare
 Infeksi
 Anemia
 Gangguan tumbuh kembang
 Hipokalemi
 Hiperatremi

2) Marasmus :
 Infeksi
 Tuberkulosis
 Parasiotosis
 Disentri
 Malnutrisi kronik
 Gangguan tumbuh kembang

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau
dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dantingkat gizi (Supariasa, 2012). Beberapa
indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U),dan berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB).
a. Indeks berat badan menurut umur (BB/U)
Merupakan pengukuran antropometri yang sering
digunakan sebagai indikator dalam keadaan normal, dimana
keadaan kesehatan dan keseimbangan antara intake dan kebutuhan

8
gizi terjamin. Berat badan memberikan gambaran tentang massa
tubuh (otot dan lemak). Massa tubuh sangat sensitif terhadap
perubahan keadaan yang mendadak, misalnya terserang infeksi,
kurang nafsu makan dan menurunnya jumlah makanan yang
dikonsumsi. BB/U lebih menggambarkan status gizi sekarang.
Berat badan yang bersifat labil, menyebabkan indeks ini lebih
menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Current Nutritional
Status).
b. Indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)
Indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi
masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status ekonomi
(Beaton dan Bengoa (2010) dalam.
c. Indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi
badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan
searah dengan pertumbuhantinggi badan dengan kecepatan tertentu
(Supariasa,dkk 2012).
d. Melakukan pemeriksaan darah untuk melihat ketidak normalan
Melakukan pemeriksaan X-Ray untuk memeriksa apakah
ada kelainan pada tulang dan organ tubuh lain. Memeriksa
penyakit atau kondisi lain yang dapat menyebabkan terjadinya gizi
buruk.
2. Sejara Diet
Rinci sejarah diet, pengukuran pertumbuhan, indeks massa tubuh
(BMI) dan pemeriksaan fisik lengkap (Medscape, 2016).
3. Pemeriksaan Diagnostik Laboratorium
WHO merekomendasikan tes laboratorium berikut:
 Gula darah
 Pemeriksaan Pap darah dengan mikroskop atau pengujian
langsung
 Hemoglobin
 Pemeriksaan urine

9
 Pemeriksaan feses dengan mikroskop untuk ova dan
parasite
 Serum albumin
 Tes HIV (tes ini harus disertai dengan konselinh dari
orangtua anak dan kerahasiaan yang ketat harus
dipertahankan)
 Elektrolit
 Biopsi

2.1.9 Penatalaksanaan
1) Mencegah dan mengatasi hipoglikemi Hipoglikemi jika kadar gula
darah < 54 mg/dl atau ditandai suhu tubuh sangat rendah, kesadaran
menurun, lemah, kejang, keluar keringat dingin, pucat. Pengelolaan
berikan segera cairan gula: 50 ml dekstrosa 10% atau gula 1 sendok
teh dicampurkan ke air 3,5 sendok makan, penderita diberi makan tiap
2 jam, antibotik, jika penderita tidak sadar, lewat sonde. Dilakukan
evaluasi setelah 30 menit, jika masih dijumpai tanda-tanda hipoglikemi
maka ulang pemberian cairan gula tersebut.
2) Mencegah dan mengatasi hipotermi Hipotermi jika suhu tubuh anak <
35oC , aksila 3 menit atau rectal 1 menit. Pengelolaannya ruang
penderita harus hangat, tidak ada lubang angin dan bersih, sering diberi
makan, anak diberi pakaian, tutup kepala, sarung tangan dan kaos kaki,
anak dihangatkan dalam dekapan ibunya (metode kanguru), cepat ganti
popok basah, antibiotik. Dilakukan pengukuran suhu rectal tiap 2 jam
sampai suhu > 36,5oC, pastikan anak memakai pakaian, tutup kepala,
kaos kaki.
3) Mencegah dan mengatasi dehidrasi Pengelolaannya diberikan cairan
Resomal (Rehydration Solution for Malnutrition) 70-100ml/kgBB
dalam 12 jam atau mulai dengan 5 ml/kgBB setiap 30 menit secara
oral dalam 2 jam pertama. Selanjutnya 5-10 ml/kgBB untuk 4-10 jam
berikutnya, jumlahnya disesuaikan seberapa banyak anak mau, feses
yang keluar dan muntah. Penggantian jumlah Resomal pada jam

10
4,6,8,10 dengan F75 jika rehidrasi masih dilanjutkan pada saat itu.
Monitoring tanda vital, diuresis, frekuensi berak dan muntah,
pemberian cairan dievaluasi jika RR dan nadi menjadi cepat, tekanan
vena jugularis meningkat, jika anak dengan edem, oedemnya
bertambah.
4) Koreksi gangguan elektrolit Berikan ekstra Kalium
150-300mg/kgBB/hari, ekstra Mg 0,4-0,6 mmol/kgBB/hari dan
rehidrasi cairan rendah garam (Resomal).
5) Mencegah dan mengatasi infeksi Antibiotik (bila tidak komplikasi :
kotrimoksazol 5 hari, bila ada komplikasi amoksisilin 15 mg/kgBB
tiap 8 jam 5 hari. Monitoring komplikasi infeksi ( hipoglikemia atau
hipotermi)
6) Mulai pemberian makan Segera setelah dirawat, untuk mencegah
hipoglikemi, hipotermi dan mencukupi kebutuhan energi dan protein.
Prinsip pemberian makanan fase stabilisasi yaitu porsi kecil, sering,
secara oral atau sonde, energi 100 kkal/kgBB/hari, protein 1-1,5
g/kgBB/hari, cairan 130 ml/kgBB/hari untuk penderita marasmus,
marasmik kwashiorkor atau kwashiorkor dengan edem derajat 1,2, jika
derajat 3 berikan cairan 100 ml/kgBB/hari.
7) Koreksi kekurangan zat gizi mikro Berikan setiap hari minimal 2
minggu suplemen multivitamin, asam folat (5mg hari 1, selanjutnya 1
mg), zinc 2 mg/kgBB/hari, cooper 0,3 mg/kgBB/hari, besi 1-3 Fe
elemental/kgBB/hari sesudah 2 minggu perawatan, vitamin A hari 1
(<6 bulan 50.000 IU, 6-12 bulan 100.000 IU, >1 tahun 200.000 IU).
8) Memberikan makanan untuk tumbuh kejar Satu minggu perawatan
fase rehabilitasi, berikan F100 yang mengandung 100 kkal dan 2,9 g
protein/100ml, modifikasi makanan keluarga dengan energi dan
protein sebanding, porsi kecil, sering dan padat gizi, cukup minyak dan
protein.
9) Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang Mainan digunakan
sebagai stimulasi, macamnya tergantung kondisi, umur dan
perkembangan anak sebelumnya. Diharapkan dapat terjadi stimulasi

11
psikologis, baik mental, motorik dan kognitif. 10) Mempersiapkan
untuk tindak lanjut di rumah Setelah BB/PB mencapai -1SD dikatakan
sembuh, tunjukkan kepada orang tua frekuensi dan jumlah makanan,
berikan terapi bermain anak, pastikan pemberian imunisasi boster dan
vitamin A tiap 6 bulan.

2.1.1.10 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.1.1.10.1 Pengkajian
1) Identifikasi
a. Identifikasi
Penyakit ini sering ditemukan pada anak berumur di bawah
lima tahun, baik berjenis kelamin laki laki maupun
perempuan.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama Pada umumnya anak masuk rumah sakit
dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan
semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai,
sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan
terjadinya gangguan kekurangan gizi.
2. Riwayat penyakit sekarang Meliputi pengkajian riwayat
prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan
pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola
kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, dan status gizi
(lebih, baik, kurang, buruk).
3. Riwayat kesehatan keluarga Meliputi pengkajian
komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga.
2) Pemeriksaan Fisik
a. TTV
 Suhu : Hipotermia atau demam
 Nadi : Cepat dan lemah

12
 RR : Cepat (gejala pneumonia atau gagal
jantung)
 TD : Cenderung menurun

b. Pengkajian Persistem
 B1 (Breathing)
 B2 (Blood)
 B3 (Brain)
 B4 (Bladder)
 B5 (Bowel)
 B6 (Bone)

2.1.1.10.2 Diagnosa Keperawatan


a. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
berhubungan dengan Penurunan intake makanan
b. Keterlambatan Pertumbuhan dan Perkembangan berhubungan
dengan Malnutrisi
c. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan Nutrisi Tidak
adekuat.

2.1.1.1 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Defisit Nutrisi (D.0019) Status Nutrisi (L.03031) Manajemen Nutrisi (I.03119)
Ketidakseimbangan Nutrisi Setelah dilakukan tindakan  Memberikan
Kurang dari Kebutuhan keperawatan selama 3 x 7 jam, informasi mengenai
Tubuh berhubungan dengan diharapkan nutrisi klien kebutuhan nutrisi
Penurunan intake makanan terpenuhi dengan kriteria  Mengkaji adanya
hasil : alergi makanan
 Adanya peningkatan  Memberikan makanan
berat badan yang terpilih
 Berat badan ideal (konsulkan dengan
sesuai dengan tinggi ahli gizi)

13
badan  Memonitor jumlah
 Tidak terjadi penurunan nutrisi dan kandungan
berat badan yang kalori Monitor Nutrisi
berarti  Memonitor adanya
penurunan berat
badan
 Memonitor turgor
kulit
 Memonitor adanya
mual dan muntah
Gangguan tumbuh kembang Status Perkembangan Promosi Perkembangan Anak
(D.0106) (L.10101) (I.10340)
Keterlambatan Pertumbuhan Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Perkembangan
dan Perkembangan keperawatan selama 3 x 7 jam, Anak
diharapkan pertumbuhan dan  Meningkatkan
perkembangan klien tidak komunikasi verbal
mengalami keterlambatan dan stimulasi taktil
dengan kriteria hasil :  Manajemen nutrisi
 Perkembangan anak  Mengkaji keadekuatan
berfungsi optimal asupa nutrisi Terapi
sesuai tingkatnya Nutrisi
 Status nutrisi seimbang  Memantau
makanan/cairan
tertelan dan
menghitung asupan
kalori harian
Kerusakan Integritas Kulit Integritas Kulit dan Jaringan Manajemen Tekanan
(D.0139) (L.14125)  Memonitor aktivitas
Setelah dilakukan tindakan dan
keperawatan selama 6 x 7 jam, mobilisasi klien
diharapkan integritas kulit  Menjaga kebersihan
klien tidak mengalami

14
kerusakan dengan kriteria hasil kulit
: agar tetap bersih dan
Integritas kulit yang baik bisa kering
dipertahankan  Memonitor status
utrisi Klien

15
2.1.1.10.3 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat
mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan dalam bentuk
intervensi keperawatan guna memantu klien mencapai tujuan yang
telah ditetapkan (Asmadi, 2008). Implementasi keperawatan terdiri
dari beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan.
b. Diagnosis keperawatan.
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan.
d. Tanda tangan perawat pelaksana.

2.1.1.10.4 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan
yang didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan.
Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada
perubahan perilaku dari kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu
terjadinya adaptasi pada individu (Nursalam, 2008). Evaluasi
keperawatan dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP. Evaluasi
keperawatan terdiri dari beberapa komponen yaitu
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan.

16
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYASEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3227707
E-Mail : stikesekaharap110@yahoo.com

FORMAT PENGKAJIAN PADA ANAK


3.1 Pengkajian
I. Anamnesa
Pengkajian Tanggal 24 Oktober 2022 Pukul 08.25 WIB
1. Identitas pasien
Nama Klien : An. E
TTL : Palangka Raya, 23 Mei 2021
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Suku : Dayak
Pendidikan : Belum Sekolah
Alamat : Jln. Danau Indah No 28
Diagnosa medis : Gizi Buruk
2. Identitas penanggung jawab
Nama Klien : Ny. E
TTL : Bangkuang, 13 November 1977
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Suku : Dayak q
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln. Danau Indah No 28
Hubungan keluarga : Ibu Pasien
3. Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan anaknya muntah 2 kali dalam sehari.
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu Pasien mengatakan anaknya An. S sudah 3 hari dengan keluhan
demam serta muntah, lalu pada hari sabtu, 17 september 2022 ibu
pasien mengubungi Dr. Made lalu Dr. Made merujuk An. S ke
RSUD Dr. Doris Sylvanus dengan rawat jalan. Pasien tiba di RSUD
Dr. Sylvanus hari sabtu, 17 september 2022 pukul 13.00 WIB, lalu
pasien di bawa ke ruang IGD untuk di lakukan pemeriksaan TTV

17
dengan hasil N : 125 x/menit R : 31 x/menit S : 39,1 °C SPO 2 : 99%
setelah di lakukan pemeriksaan TTV di dapatkan diagnose medis
Gastroenteritis Akut (GEA) dan pasien di berikan terapi Kaen 3B 12
tpm, Mecobalamin ¼ amp, dan Paracetamol 70mg. pasien ddi rawat
di ruang IGD selama 2 hari 2 malam lalu pasien di pindahkan ke
ruang Flamboyan untuk mendapatkan perawatan selanjutnya.

b. Riwayat kesehatan lalu :

1) Riwayat prenatal : - Ibu pasien selalu memeriksa


kehamilannya tiap 2 bulan ke bidan.
Keluhan selama hamil di rasakan oleh
ibu yaitu mual – muntah pada usia
kehamilan 2 bulan
2) Riwayat natal : - Tempat melahirkan : Rumah Sakit
Persalinan : Cesar
Penolong persalinan : Dokter
Usia Kehamilan : 39 minggu
BB Lahir : 2500 gram.

3) Riwayat post natal : Kondisi saat lahir bayi normal. Anak


pada saat lahir tidak mengalami asfiksia
dan bernapas spontan.

4) Penyakit sebelumnya : Klien belum pernah mengalami penyakit


Gastroenteritis Akut (GEA)

5) Imunisasi : Belum Lengkap


Jenis BCG DPT Polio Campak Hepatitis TT

Usia 1 bulan Belum Belum Belum Baru Lahir Belum


dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan

b) Riwayat kesehatan keluarga


Ibu An. S mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti yang
dialami klien maupun penyakit keturunan dan penyakit menular.

18
c) Susunan genogram 3 (tiga) generasi

Keterangan :

: Laki-laki : Garis Keturunan

: Perempuan ------ : Garis Serumah

: Klien

: Meninggal

: Garis Perkawinan

II. Pemeriksaan fisik


1. Keadaan umum : Pasien tampak lemah, pasien hanya berbaring di
atas tempat tidur, pasien terpasang infus KAEEN 4B 12 tpm pasien
tampak mual dan muntah, kesadaran compos mentis, makan dan minum
kurang, abdomen datar dan lemas, peristaltic meningkat 32 x/mnt.
2. Tanda vital
Tekanan darah : - mmhg
Nadi : 100 x/mnt
Suhu : 37,9 ˚C
Respirasi : 23 x/mnt

3. Kepala dan wajah

19
a. Ubun-ubun
Kondisi ubun-ubun bayi dalam keadaan menutup, cembung, dan
tidak mengalami adanya kelainan seperti hidrocefalus maupun
microcephalus.
Lain-lain: tidak ada kelainan pada ubun – ubun
b. Rambut
Rabut bayi dalam keadan warna hitam, distribusi merata dan
rambut tampak tipis, keadaan rambut tidak megalami kerontokan,
tidak mudah di cabut, dan rambut tampak kusam.
Lain-lain: tidak ada kelainan / gangguan pada rambut.
c. Kepala
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian kepala keadaan kulit
kepala bersih, bayi tidak mengalami adanya peradangan maupun
benjolan di bagian kepala.
Lain-lain : Pasien mengalami demam dengan suhu
37,9 °C
d. Mata
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian mata, mata tampak
simetris, conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek
pupil, isokor, pupil mengecil saat di ransang cahaya, tidak ada
oedem palpebra, ketajaman penglihatan baik.
Lain-lain : tidak ada kelainan pada bagian mata
e. Telinga
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian telinga, bentuk simetris,
tidak ada serumen/secret, tidak terjadi adanyaperadangan,
ketajaman pendengaran pasien menoleh dan merespon saat di
panggil Namanya.
Lain-lain : tidak ada kelainan pada telinga
f. Hidung
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian telinga, tbentuk telinga
simetris, tidak ada seruman/secret, tidak terpasang O 2, fungsi

20
penciuman pasien berusia 1 tahun 3 bulan belum dapat
mengungkapkan apa aroma yang di cium.
Lain-lain: tidak ada kelainan pada hidung.
g. Mulut
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian mulut, bibir tidak
mengalami intak, tidak stenosis, bibir dalam keadaan kering,
palatum keras.
Lain-lain : Ibu pasien mengatakan anaknya malas
makan dan minum, minum hanya ASI saja.
h. Gigi
Pada saat melakukan pemeriksaan gigi, tidak ada carrie gigi,
jumlah gigi pasien ada 8 buah gigi.
Lain-lain : tidak ada
4. Leher dan tengorokan
Pada saat melakukan pemeriksaan leher dan tenggorokan, bentuk
dalam keadaan simetris, reflek menelan pasien bisa menelam makanan
seperti biscuit, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada pembesaran
b=vena jugularis, tidak ada benjolan, dan tidak ada peradangan.
Lain-lain : Pasien mengalami muntah 2x
dalam sehari
5. Dada
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian dada, dada tampak simetris,
tidak ada retraksi, bunyi nafass vesikuler, tipe pernafasan dada, bunyi
jantung lup-dup, iktus cordis tidak tampak, bunyi tambahan ada, tidak
ada nyeri di bagian dada, tidak ada kelainan pada payudara.
Lain-lain : tidak ada kelainan di bagian dada
6. Punggung
Pada saat melakukan pemeriksaan pada bagian punggung, bentuk
punggung tampak simetris, tidak ada peradangan, tidak ada benjolan.
Lain-lain : tidak ada peradangan, benjolan
maupun gangguan lainnya
pada bagian punggung

21
7. Abdomen
Pada saat melakukan pemeriksaan di bagian abdomen, bentik abdomen
tampak simetris, bising usus hiperperistaltik 32 x/mnt, tidak ada asites,
tidak ada massa, tidak ada hepatomegaly, tidak ada spenomegali, tidak
ada nyeri.
Lain-lain : tidak ada kelainan atau gangguan
pada bagian abdomen.
8. Ektremitas
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian ekstremitas,
pergerakan/tonus otot bergerak normal, tidak oedem, tidak ada
sianosis, tidak ada clubbing finger, keadaan kulit/turgor kulit lemah,
kulit elastis > 2 detik
Lain-lain : tidak ada kelainan pada
ekstermitas.
1. Genetalia
a. Perempuan
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian genetalia, genetalia
dalam keadaan bersih, keadaan labia lengkap, tidak ada peradangan
maupun benjolan
Lain-lain : Pasien BAB cair 4x dalam sehari,
BAK pasien bewarna kuning berbau.

II. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan


1. Gizi : Gizi buruk, BB sebelum sakit 6,9
kg dan BB saat sakit 6,6 kg.
2. Kemandirian dalam bergaul : Pasien mulai bisa di ajak dalam bermain
bersama seperti memaikan boneka bebek yang kecil.
3. Motorik halus : Pasien sudah bisa mengenggam misalnya
mengenggam jari ibunya.
4. Motorik kasar : Pasien sudah mulai bisa duduk, merangkak, dan
berdiri berpegangan.
5. Kognitif dan bahasa: : Pasien belum dapat berbicara dengan jelas.

22
6. Psikososial : Pasien terlihat sangat dekat dengan orang tuanya.

23
III. Pola Aktifitas sehari-hari
No. Pola Kebiasaan Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Nutrisi :
a. Frekuensi a. 3 kali/hari d. 1 x sehari
b. Nafsu makan/selera b. Kurang e. Nafsu makan menurun
c. Jenis makanan c. Bubur Ayam, Ikan dan porsi makan menurun
Sayur , ASI f. Bubur biasa, susu F100 5
x 100 cc, diet bubur 3 x
1 cup
2. Eliminasi :
a. BAB
Frekuensi 1 kali/hari 4-5 kali/hari
Konsistensi Lembek Cair
b. BAK
Frekuensi 3-5 kali/hari 1-2 kali/hari
Konsistensi Cair Warna kuning berbau
3. Istirahat dan Tidur
a. Siang/jam a. 1-2 jam c. 1-2 jam
b. Malam/jam b. 6-7 jam 7-8 jam
4. Personal Hygiene
a. Mandi a. 3 kali/hari a. 1-2 kali/hari
b. Oral hygiene b. 2 kali/hari b. 2 kali/hari

24
IV. Data Penunjang
Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 17 September 2022
PARAMETERS UNIT REFERENCE RANGES
WBC 14.35 + [10^3/uL] WBC ( 4 . 50 –
RBC 4.22 [1Ø^6/uL] 11. ØØ )
RBC IP
HGB 12.6 [g/dL] RBC ( 4 . ØØ – Message
HCT 35.3 – [%] 6 . ØØ )
MCV 83.6 – [fL] HGB ( 10 . 5 –
MCH 29.9 [pg] 18 . Ø )
MCHC 35.7 + [g/dL] HCT ( 37 . Ø –
PLT 293 [10^3/uL] 48 . Ø )
RDW-SD 37.5 [fL] MCV ( 86 . 6 – WBC IP
Message
RDW-CVB 12.3 [%] 102 . Ø )
PDW 8.7 – [fL] MCH ( 25.6 -
MPV 8.6 – [fL] 3 Ø. 7 )
P-LCR 13.2 – [%] MCHC ( 28.2 –
PCT Ø.25 [%] 31 . 5 )
PLT ( 15 Ø - PLT IP
NEUT 8.64 * [1Ø^3/uL] Message
4 ØØ )
LYMPH 4.41 * [1Ø^3/uL] RSW-SD ( 38.Ø - 5
MONO 1.29 * [1Ø^3/uL] Ø.Ø )
EO Ø. Ø Ø [1Ø^3/uL] RDW-CV ( 11.2 -
BASO Ø. Ø1 [1Ø^3/uL] 13.7 )
IG Ø. Ø2 [1Ø^3/uL] PDW ( 9.5 –
15.2 )
NEUT% 6 Ø.2 * [%] MPV ( 9.2 –
LYMPH 3 Ø.7 * [%] 12.1 )
MONO% 9. Ø * [%]
EO% Ø. Ø [%]
BASO% Ø.1* [%]
IG% [%] NEUT ( 1.5 Ø - 7.

25
ØØ )
LYMPH # ( 1. ØØ -
3.7 Ø )
MONO # ( Ø. ØØ –
Ø.7 Ø )
EO # ( Ø. ØØ –
Ø.4Ø )
BASO # ( Ø. ØØ -
Ø. 1Ø )

NEUT% ( 37. Ø -
72. Ø )
LYMPH% ( 2 Ø. Ø -
5 Ø.Ø )
MONO% ( Ø. Ø -
14. Ø )
EO% ( Ø. Ø -
6. Ø )
BASO% ( Ø. Ø -
1. Ø )

Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 17 September 2022


PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
Glukosa Sewaktu 110 < 200 Mg/dl
Albumin 4.57 3,5 – 5,5 g/dl

26
Hasil Pemeriksaan Laborataorium tanggal 20 September 2022
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
Konsistensi dan bentuk Encer
Bau Hijau
Darah Khas
Lendir Negative
Parasite Negative
Lai-lain Negative
Serat makanan Positif Lp 40x
Kristal Negative Lp 40x
Lemak Negative 100 – 125 g Lp 40x
Leukosit 1-3 sel 5,0 – 10,0 Lp 40x
Eritrosit Negative 4,0 – 5,0 (P) Lp 40x
4,5 – 5,5 (L)
Telur cacing Negative Lp 40x
Amuba Negative Lp 40x
Jamur Negative Lp 40x

Palangka Raya, 20 September 2022

Mahasiswa,

Tania Rosalina

27
3.2 Analisa Data
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN
MASALAH
DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Ibu klien mengatakan Kekurangan intake cairan Hipovolemia
anaknya hanya minum
ASI saja, BAK bewarna Hilang cairan dan
kuning berbau, BAB 4x eletrolit berlebihan
sehari dengan konsistensi
encer bewarna kuning Dehidrasi
kecoklatan.
Hipovolemia
DO :
 Bibir klien tampak
kering
 Kulit agak kering
 Tampak turgor
kulit tidak elastis
 Pengisian kapiler >
2 detik.
 Konsistensi BAB
encer bewarna
kuning kecoklatan
 Bising usus : 32
x/mnt
 Nadi : 100 x/ mnt

DS : Ibu pasien Intake makanan kurang Diare


mengatakan anaknya BAB
encer 4x sehari dengan Gizi buruk
konsistensi encer bewarna
kuning kecoklatan Daya tahan tubuh
menurun

DO : Peradangan
 Konsistensi BAB gastrointestinal
encer bewarna
kuning kecoklatan Malabsorpsi
 Nadi : 100 x/mnt
 Suhu : 37,9 °C Diare
 RR : 23 x/mnt

28
DS : Ibu pasien Bakteri menyebar dari Hipertermia
mengatakan anaknya suatu infeksi di bagian
demam, malas makan tubuh yang lain
minum.
Jaringan sel terinfeksi
DO :
 Tampak pasien Peradangan
lemah
 Tampak pasien Demam
cemas/rewel
 Turgor kurang Hipertemia
elastis
 Pengisian kapiler :
> 2 detik
 Suhu : 37,9 ° C

DS : Ibu pasien Gizi Buruk Defisit Nutrisi


mengatakan anaknya
mutah 2x dalam sehari. Daya tahan tubuh
menurun
DO :
 Makanan dan Keadaan umum lemah
minuman tampak
tidak di habiskan Resiko infeksi saluran
 Diet bubur biasa 3 pencernaan
x 1 cup
 Susu f100 5 x 100 Intake makanan kurang
cc
 BB sekarang : 6,6
kg
 BB sebelumnya :
6,9 kg
 PB : 72 cm
 IMT
(BB : PB2)
(6,6 : 7,22)
(6,6 : 51,84)
= 12,73 (Kurus)

29
3.3 Prioritas Masalah
PRIORITAS MASALAH

No Diangnosa Keperawatan Dasar


1. Hipovolemia (D. 0023)
Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan di buktikan dengan
An.S hanya mau minum ASI saja, BAK bewarna kuning berbau, BAB encer 4x
sehari dengan konsistensi encer bewarna kuning kecoklatan, bibir klien tampak
kering, kulit agak kering, tampak turgor kulit tidak elastis.
 Pengisian kapiler > 2 detik
 Bising usus 32 x/mnt
 Nadi : 23 x/mnt
2. Diare (D.0020)
Diare berhubungan dengan proses infeksi di buktikan dengan BAB An. S encer
4x sehari dengan konsistensi encer bewarna kuning kecoklatan.
 Nadi : 100 x/mnt
 Suhu : 37,9 °C
 RR : 23 x/mnt
3. Hipiertermia (D.0130)
Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi dan proses penyakit di buktikan
dengan ibu pasien mengatakan anaknya demam.
 Suhu : 37,9 °C

4. Defisit Nutrisi (D.0019)


Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakefektifan mencerna makanan di
buktikan dengan pasien tidak nafsu makan dan minum
 BB sekarang : 6,6 kg
 BB sebelumnya : 6,9 kg
 PB : 72 cm
 IMT
(BB : PB2)
(6,6 : 7,22)
(6,6 : 5184)
= 12,73 (Kurus)

30
3.4 Intervensi

Nama : An. S
Ruang : Ruang Flamboyan

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional

Hipovolemia b.d kekurangan Status cairan membaik Manajemen Hipovolemia  Mengetahui kadar
intake cairan (D.0023) (L.03028) (I.03116) tekanan darah naik
Setelah dilakukan Tindakan Observasi : turunya frekuensi tanda
keperawatan 3 x 7 jam, maka 1. Periksa tanda dan gejala dan gejala pada
status cairan membaik dengan hipovoolemia (mis. hypovolemia
kriteria hasil: Frekuensi nadi  Mengelola penurunan
1. Kekuatan nadi meningkat, nadi terasa volume cairan
meningkat lemah, tekanan darah intravascular
2. Turgor kulit meningkat menurun, tekanan nadi  Dilakukan Tindakan
3. Output urine meningkat menyempit, turgor kulit pemberian posisi
4. Membrane mukosa menurun, mukosa kering, modified Trendelenburg
membaik volume urine menurun, dan di berikan Tindakan
5. Intake cairan membaik hematokrit meningkat, memperbanyak asupan
haus, lemah) cairan dan pemberian
2. Monitor intake dan output asupan cairan oral
cairan  Mejaga TTV dan tingkat
Terapeutik: kesadaran pada pasien
1. Hitung kebutuhan cairan dengan baik
2. Berikan asupan cairan  Menaikan tingkat cairan
oral yang menurun
Edukasi :

31
1. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral  Mengurangi perdarahan
Kolaborasi : yang pasien alami
1. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
3. Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis.
Albumin, Plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian
produk darah
Diare b.d Proses infeksi Eliminasi Fekal (L.04033) Manajeemen Diare (I.03101)  Sebagai upaya rehidrasi
(D.0020) Setelah di lakukan Tindakan Observasi : untuk mengganti cairan
keperawatan 3 x 7 jam, di 1. Identifikasi penyebab yang keluar Bersama
harapkan eliminasi fekal pasien diare feses
membaik dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi Riwayat  Untuk mengetahui ada
1. Konsistensi membaik pemberian makanan atau tidaknya kelainan
2. Frekuensi defekasi 3. Monitor warna, volume, yang terjadi pada
membaik frekuensi dan konsistensi eliminasi fekal
tinja  Untuk membantu dalam
4. Monitor iritasi kulit pemenuhan kebutuhan
Terapeutik : eliminasi
1. Berikan asupan cairan  Dalam pemberian
oral (mis.larutan garam makanan dalam porsi

32
gula, oralit, Pedialyte, sedikit tapi sering dapat
renalyte) menggantikan cairan
2. Pasang jalur intravena yang hilang
3. Berikan cairan intravena  Dengan melanjutkan
(mis.ringer asetat, ringer pemberian ASI
laktat) jika perlu Tindakan ini cenderung
Edukasi : mengurangi intensitas
1. Anjurkan makanan porsi dan lamanya sakit
kecil dan sering
2. Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
obat antimotilitas
(mis.loperamide,
difenoksilat)
2. Kolaborasi pemberian
obat
antispasmodic/spasmolitik
(mis. Papaverine, ekstrak
belladonna, mebeverine)
3. Kolaborasi pemberian
obat pengeras
feses(mis.atapulgit,smktit,
kaolin-pektin)
Hipertermia b.d Dehidrasi dan Termogulasi (L.14134) Regulasi Temperatur (I.14578)  Suhu 38,9 – 41,1
Proses Infeksi (D.0130) Setekah di kaukan Tindakan Observasi menunjukkan adanya
keperawatan selama 3 x 7 jam, 1. Monitor suhu tubuh bayi proses infeksius akut. Pola

33
di harapkan termogulasi pasien sampai stabil (36,5 °C – demam dapat membantu
membaik dengan kriteria hasil : 37,5 °C) dalam diagnosis
1. Pucat menurun 2. Monitor suhu tubuh anak mengetahui penyakit
2. Suhu tubuh membaik 2 jam sekali jika perlu dengan nilai suhu dan
3. Pengisian kapiler 3. Monitor tekanan darah, membantu dalam
membaik. frekuensi pernapasan dan menetapkan intervensi
nadi tindakan
4. Monitor warna dan suhu  Perubahan pada warna dan
kulit suhu kulit merupakan
5. Monitor dan catat tanda indikasi demam
dan gejala hipotermia atau  Dengan adanya panas
hipertemia berlebihan mengakibatkan
Terapeutik : hemodunamika di dalam
1. Pasang alat pemantau tubuh terganggu
suhu kontinu, jika perlu  Dapat menurunkan
2. Tingkatkan asupan cairan penguapan dan penurunan
dan nutrisi yang adekuat suhu tubuh
Edukasi :  Membantu menurunkan
1. Jelaskan cara pencegahan demam dengan efek
hipotermi karena terpapar vasodilitasi air hangat
udara dingin melalui proses evaporase
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
antipiretik jika perlu

Defisit Nutrisi b.d Status Nutrisi Bayi (L.03031) Promosi Berat Badan (I.03136)  Membantu pasien
Ketidakefektifan mencerna Setelah dilakukan Tindakan Observasi : mengetahui perubahan
makanan (D.0019) keperawatan 3 x 7 jam,maka 1. Identifikasi kemungkinan berat badan setelah di

34
status nutrisi bayi membaik penyebab BB kurang berikan informasi tentang
denga kriteria hasil : 2. Monitor adanya mual emmenuhi kebutuhan
1. Berat badan meningkat muntah nutrisi
2. Panjang badan 3. Monitor berat badan  Pemberian kembali secara
meningkat Terapeutik : dini makanan yang bisa di
3. Kesulitan makan 1. Sediakan makanan yang konsumsi akan membawa
menuurn tepat sesuai kondisi manfaat mengeurangi
4. Pola makan membaik pasien (mis. Makanan frekuensi defekasi dan
5. Proses tumbuh kembang dengan tekstus halus, meminimalkan penurunan
membaik makanan yang di blender) berat badan serta
2. Hidangkan makanan memperpendek lama sakit
secara menarik  Makanan secara menarik
3. Berikan suplemen, jika dapat meningkatkan nafsu
perlu makan pasien
Edukasi :  Makanan yang tinggi serat
1. Jelaskan jenis makanan untuk mencegah terjadinya
yang bergizi tinggi namun konstipasi
tetap terjangkau
2. Jelaskan peningkatan
asupan kalori yang di
butuhkan

35
3.5 Implementasi dan Evaluasi
Nama : An. S
Ruang : Ruang Flamboyan

Hari / Tanda Tangan dan


Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
Jam
Selasa, 20 Hipovolemia (D.0023) S : Ibu pasien mengatakan anaknya hanya mau
September 1. Melakukan pemeriksaan TTV tanda dan minum ASI saja, BAB encer 4x sehari dengan
2022 / gejala hipovolemia konsistensi encer bewarna kuning kecoklatan,
09.00 2. Memonitor intake dan output cairan BAK anaknya bewarna kuning berbau.
WIB 3. Menganjurkan kepada keluarga agar
memperbanyak asupan cairan oral O:
4. Kolaborasi pemberian cairan IV 1. Bibir klien tampak kering, kulit agak
kering, tampak turgor kulit tidak elastis
2. Pengisian kapiler >2 detik
3. Bising usus 32 x/mnt Tania Rosalina
4. Nadi : 100 x/mnt
5. Keluarga mengerti dan paham dengan apa
yang sudah di jelaskan mengenai agar
keluarga memperbanyak asupan cairan
oral
6. Telah di berikan pemberian cairan IV
KAEN 4B 12 tpm

36
A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi di lanjutkan
1. Melakukan pemeriksaan TTV tanda dan
gejala hypovolemia
2. Memonitor intake dan output cairan.
3. Kolaborasi pemberian cairan IV

Selasa, 20 Diare (D.0020) S : Ibu pasien mengatakan anaknya BAB encer 4x


September 1. Mengidentifikasi penyebab diare sehari dengan konsistensi encer bewarna kuning
2022 / 2. Mengidentifikasi riwayat pemberian kecoklatan, ibu pasien mengatakan makanan
09.00 makanan terakhir yang di kosumsi sebelum masuk RS
3. Memonitor warna, volume, frekuensi dan adalah bubur dan telur.
WIB
konsistensi tinja
4. Memberikan cairan intravena O:
Tania Rosalina
5. Menganjurkan kepada keluarga pasien 1. Peyebab diare di sebabkan karena adanya
memberi porsi makan kecil dan sering salah pemberian makanan pada bayi
6. Melakukan kolaborasi pemberian obat 2. Encer dengan warna kuning kecoklatan
3. Telah di berikan cairan intravena Kaen 4B
8tpm
4. Keluarga mengerti dan paham dengan apa
yang sudah di jelaskan mengenai makanan
porsi sedikit dan sering
5. Telah di berikan injeksi PCT 3 x 70mg,
dan injeksi Ceftriaxone 2 x 300 mg

37
A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi di lanjutkan
1. Memonitor warna, volume, frekuensi dan
konsistensi tinja
2. Memberikan cairan intravena
3. Melakukan kolaborasi pemberian obat

Selasa, 20 Hipertermia (D.0130) S : Ibu pasien mengatakan anaknya demam


September 1. Monitor suhu tubuh bayi
2022/ 2. Monitor frekuensi pernapasan dan nadi O:
09.00 3. Kolaborasi pemberian antipiretik 1. Suhu 37,9 °C
WIB 2. RR : 23 x/mnt, Nadi 100 x/mnt
3. Telah di berikan injeksi PCT 3x70 mg Tania Rosalina

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi di lanjutkan
1. Monitor suhu tubuh bayi
2. Monitor frekuensi pernapasan dan nadi
3. Kolaborasi pemberian antipiretik
Selasa, 20 Defisit Nutrisi (D.0019) S:
September 1. Mengidentifikasi kemungkinan BB kurang Ibu pasien mengatakan anaknya mual dan muntah
2022 / 2. Monitor adanya mual muntah 3x hari ini, anaknya tidak nafsu makan dan minum,
09.00 3. Monitor berat badan dan ibu pasien mengatakan BB anaknya susah

38
WIB 4. Menyediakan makanan yang tepat dengan naik.
kondisi pasien (mis. Makanan dengan tekstur O:
halus) 1. BB tidak naik di karenakan anak tidak
Tania Rosalina
5. Memberikan penjelasan kepada keluarga nafsu makan dan minum
pasien jenis makanan yang bergizi tinggi 2. Telah di berikan makanan bubur bayi
namun tetap terjangkau kepada pasien
3. Telah di jelaskan kepada pasien mengenai
jenis makanan yang bergizi tinggi namun
tetap terjangkau
 BB sekarang : 6,6 kg
 BB sebelumnya : 6,9 kg
 PB : 72 cm
 IMT
(BB : PB2)
(6,6 : 722)
(6,6 : 5184)
= 2,73 (Kurus)

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi di lanjutkan
1. Monitor adanya mual muntah
2. Monitor berat badan
3. Menyediakan makanan yang tepat dengan
kondisi pasien (mis. Makanan dengan tekstur
halus)

39
Rabu, 21 Hipovolemia (D.0023) S : Ibu pasien mengatakan cairan BAK anaknya
September 1. Melakukan pemeriksaan TTV tanda dan mulai bewarna kuning jernih dan tidak berbau.
2022 / gejala hypovolemia
10.00 2. Memonitor intake dan output cairan O:
WIB 3. Kolaborasi pemberian cairan IV 1. Bibir klien tampak mulai lembab, kulit
tampak tidak sekering yang kemarin,
turgor kulit mulai elastis.
2. Pengisian kapiler < 2 detik
3. Nadi : 112 x/mnt Tania Rosalina
4. Telah di berikan pemberian cairan IV
KAEN 4B 12 tpm.

A : Masalah teratasi

P : Intervensi di berhentikan
Rabu, 21 Diare (D.0020) S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih BAB
September 1. Memonitor warna, volume, frekuensi dan cair.
2022 / konsistensi tinja
10.00 2. Memberikan cairan intravena O:
3. Melakukan kolaborasi pemberian obat 1. Encer dengan warna kuning kecoklatan Tania Rosalina
WIB
2. Telah di berikan injeksi Ceftriaxone 2 x
300 mg

A : Masalah belum teratasi

40
P : Intervensi di lanjutkan
1. Memonitor warna, volume, frekuensi dan
konsistensi tinja
2. Memberikan cairan intravena
3. Melakukan kolaborasi pemberian obat

Rabu, 21 Hipertermia (D.0130) S : Ibu pasien mengatakan anaknya malam ini


September 1. Monitor suhu tubuh bayi tidak ada demam
2022 / 2. Monitor frekuensi pernapasan dan nadi
10.00 3. Kolaborasi pemberian antipiretik O:
WIB 1. Suhu : 36,9°C, RR 24 x/mnt, Nadi 112
x/mnt
2. Pemberian injeksi di berhentikan
Tania Rosalina
A : Masalah teratasi

P : Intervensi di berhentikan

Rabu, 21 Defisit Nutrisi (D.0019) S : Ibu pasien mengatakan mual dan muntah
September 1. Monitor adanya mual muntah anaknya mulai mereda dan pasien hanya muntah
2022 / 2. Monitor berat badan pukul 08.10 WIB
10.00 3. Menyediakan makanan yang tepat
dengan kondisi pasien (mis. Makanan O:
WIB
dengan tekstur halus) 1. Adanya perubahan BB : 6,7 kg
2. Telah di berikan makanan bubur

41
kepada pasien Tania Rosalina

A : Masalah teratasi

P : Intervensi di berhentikan
Kamis, 22 Diare (D.0020) S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak
September 1. Memonitor warna, volume, frekuensi dan lagi BAB cair
2022/ konsistensi tinja
12.00 2. Memberikan cairan intravena O:
WIB 3. Melakukan kolaborasi pemberian obat 1. Warna kuning dan cukup padat
2. Pemberian cairan intravena di berhentikan
3. Kolaborasi pemberian obat di berhentikan Tania Rosalina

A : Masalah teratasi

P : Intervensi di berhentikan pasien di perbolehkan


pulang.

42
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan Asuhan Keperawatan Pada An. S
Dengan Diagnosa Medis Gizi Buruk Di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut:

4.1.1 Pengkajian

Hasil pengkajian yang di dapatkan yaitu keluhan utama pada


pasien mual muntah dan BB susah naik.

4.1.2 Hasil Diagnosa

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan diagnose


medis gizi buruk adalah Hipovolemia,Defisit Nutrisi, Diare dan
Hipertermia.

4.1.3 Hasil Perencanaan

Perencanaan yang digunakan dalam kasus pada pasien dengan


diagnose medis gizi buruk di sesuaikan dengan masalah keperawatan
yang ditegakkan berdasarkan kriteria tanda dan gejala mayor, minor
dan kondisi pasien saat ini.

4.1.4 Hasil Evaluasi

Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan


keperawatan yang di berikan. Pada evaluasi yang peneliti lakukan pada
pasien dengan diagnose medis gizi buruk pasien di perbolehkan pulang
pada hari Jumat tanggal 23 September 2022 di karenakan keadaan
pasien sudah membaik.

4.2 Saran
Untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnose medis gizi buruk diperlukan adanya suatu perubahan dan perbaikan
diantaranya :

43
4.1.5 Bagi peneliti
Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjadi acuan
dan menjadi bahan pembanding pada peneliti selanjutnya dalam
melakukan penelitian pada pasien dengan diagnose medis gizi buruk
4.1.6 Bagi perawat ruangan
Sebaiknya ditingkatkan pada pasien mengenai motivasi dan
dorongan dalam menjalani perawatan diruang inap.
4.1.7 Bagi perkembangan dan ilmu keperawatan
Dalam pengembangan ilmu keperawatan diharapkan dapat
menambah keluasan ilmu keperawatan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gizi buruk memacu pada peneliti
selanjutnya dan menjadi bahan pembadingan dalam melakukan penelitian
pada pasien dengan gizi buruk.

44
DAFTAR PUSTAKA

Anonim-4. Terapi Gizi Pada Anak Gizi Buruk. 2009. Available www.
Mat.Inti 5 Tatalaksana Gizi Buruk-Aceh.pdf.
Carpenito, LJ. 2004. Buku Saku Diagnosa keperawatan.Dialihbahasakan
oleh Monica Ester.Jakarta: EGC.
Kemenkes RI, 2011.Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku 1.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Keehatan
Masyarakat. Jakarta.
Marimbi, Hanum. 2010. Tumbuh Kembang Status Gizi dan Imunisasi
Dasar Pada Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Waspadai Penyakit pada Anak. Jakarta : PT
Indeks
Sodikin, 2013.Keperawatan Anak Gangguan Pencernaan. Jakarta: EGC.
Suriadi, S.Kp dan Yuliani Rita, S.Kp. 2001. Asuhan Keperawatan pada
Anak (edisi 1). Jakarta: CV. Sagung Seto

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia (SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan


Indonesia (SLKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SIKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Webster-Gandy, Joan. 2014. Gizi & Dietetika. Jakarta : EGC.


World Health Organization. 2014. World Health Statistics

45

Anda mungkin juga menyukai