Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP INVOLUSI UTERUS PADA IBU

POST PARTUM DI RUANG POST PARTUM KELAS III RSHS BANDUNG


Leli Khairani1Maria Komariah1Wiwi Mardiah1
1

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya angka kematian ibu
sehabis melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan. Salah satu cara untuk
mengatasi perdarahan itu dengan cara melakukan pijat oksitosin. Pijatan ini dapat
merangsang hormon oksitosin yang menyebabkan kontraksi uterus sehingga
proses involusi bisa berjalan normal.Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi
pengaruh pijat oksitosin pada ibu post partum yang dipijat oksitosin dan yang
tidak dipijat oksitosin.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuasi eksperimen dengan desain post test only. Sampel dalam penelitian ini
diambil melalui cara purposive sampling. Sampel berjumlah 30 orang yang terdiri
dari 15 orang sebagai responden yang di intervensi dan 15 orang sebagai variabel
kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar observasi untuk
mengamati penurunan tinggi fundus uterus pada hari pertama post partum. Hasil
dari penelitian ini teridentifikasi pengaruh oksitosin terhadap involusi uterus
pada ibu post partum di Ruang Post Partum Kelas III RSHS Bandung, melalui uji
statistik Chi-square dengan nilai p < 0.05. Saran buat institusi tempat penelitian,
diharapkan diadakan sosialisasi dan pelatihan tentang pijat oksitosin kepada para
perawat dan bidan, dan juga tindakan pijat oksitosin ini dijadikan sebagai
prosedur pelayanan tetap pada ibu melahirkan.
Kata kunci : Perdarahan, Pijat oksitosin, Involusi uterus.
ABSTRACT
The research is motivated by the increasing number of maternal
deaths after childbirth due to hemorrhage. One way to control bleeding is
doing oxytocin massage to stimulate hormone oxytocin which causes uterine
contractions in order to get involution process normally. The research to
identification the influence of oxytocin on uterine involution in postpartum on
interventing respondents and controlling respondents The research method
used in
this
study
is quasi experimental with post
test
only design.
The Samples was taken by using purposive sampling. The amounts of samples
are 30 people which consist of 15 people as intervened respondents and
15 others as control variables. The instrument used in this research is observation
sheet which used to observe the reduction level of uterine fundus on first day post
partum.The results of this research identified the influence of oxytocin on uterine
involution in postpartum mothers in the postpartum room Class III RSHS
Bandung, by Chi-square test statistic comes with p Value < 0.05. The
suggestions for the institutions where the research taking place are to educate
and socialize the oxytocin massage for nurses and midwives. Moreover, the
Leli Khairani, S.Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang)
Email : minnabi_25@yahoo.com 085669006500

institution should apply the oxytocin massage as standard procedures for giving
birth.
Keywords : hemorrhaging, oxytocin massage, uterus involution
PENDAHULUAN
Indikator kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara menurut WHO
bisa dilihat dari angka kematian ibu selama masa perinatal, intranatal, dan
postnatal. Hal ini sesuai dengan visi yang ditetapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa
dan pemerintah Indonesia. Visi Indonesia sehat 2015 mempunyai delapan sasaran
(Millennium Development Goals/MDGs) MDGs yang salah satunya yaitu
mengurangi angka kematian bayi dan ibu pada saat persalinan.
Data Statistik Indonesia (2008) menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu
(AKI) atau Maternal Mortality Ratio (MMR) di Indonesia menurut data SDKI
2002-2003 ialah sebesar 307/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian
ibu di Provinsi Jawa Barat masih cukup tinggi dibandingkan dengan rata-rata
nasional yaitu sebesar 321,15/100.000 KH (Survey AKI, BPS RI, 2011).
Angka kematian

ibu melahirkan disebabkan oleh beberapa faktor,

diantaranya karena pendarahan. Pendarahan menjadi penyebab utama kematian


ibu di Indonesia. Penyebab kedua ialah eklamsia lalu infeksi (Depkes RI, 2011).
Jika dilihat dari

penyebab kematian ibu di Jawa Barat sendiri pendarahan

menjadi faktor utama dengan 254 kasus (31%), Hipertensi dalam kehamilan 181
kasus (22%), Infeksi 55 kasus (9,6%), abortus 9 kasus (1,1%), partus lama 4 kasus
(0,5%) dan penyebab lain-lain 311 kasus (38%) (Dinkes Jawa Barat, 2011)

Leli Khairani, S.Kep


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang)
Email : minnabi_25@yahoo.com 085669006500

Upaya pencegahan perdarahan post partum dapat dilakukan semenjak


persalinan kala 3 dan 4 dengan pemberian oksitosin. Hormon oksitosin ini sangat
berperan dalam proses involusi uterus. Proses involusi akan berjalan dengan
bagus jika kontraksi uterus kuat sehingga harus dilakukan tindakan untuk
memperbaiki kontraksi uterus (Cuningham, 2006).
Upaya untuk mengendalikan terjadinya perdarahan dari tempat plasenta
dengan memperbaiki kontraksi dan retraksi serat myometrium yang kuat dengan
pijatan oksitosin. Oleh karena itu, upaya mempertahankan kontraksi uterus
melalui pijatan untuk merangsang keluarnya hormon oksitosin merupakan bagian
penting dari perawatan post partum (Bobak, Lowdermik, Jensen, 2005).
Oksitosin dapat diperoleh dengan berbagai cara baik melalui oral, intranasal, intra-muscular, maupun dengan pemijatan yang merangsang keluarnya
hormon oksitosin. Sebagaimana ditulis Lun, et al (2002) dalam European Journal
of Neuroscience, bahwa perawatan pemijatan berulang bisa meningkatkan
produksi hormon oksitosin. Efek dari pijat oksitosin itu sendiri bisa dilihat
reaksinya setelah 6-12 jam pemijatan (Lun, et al 2002). Pijat oksitosin adalah
suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari nervus ke 5 - 6 sampai
scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan
perintah ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar (Suherni, 2008:
Suradi, 2006; Hamranani 2010).
Hasil studi pendahuluan melalui wawancara yang dilakukan pada bidan
ruangan post partum di RSHS Bandung mereka mengatakan tidak pernah
melakukan pijat oksitosin pada saat memberikan perawatan kepada ibu post
Leli Khairani, S.Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang)
Email : minnabi_25@yahoo.com 085669006500

partum. Baik untuk merangsang kontraksi uterus, mengatasi perdarahan, maupun


merangsang keluarnya ASI. Mereka lebih cenderung menggunakan terapi breast
care dan terapi farmakologi seperti oksitosin intra-muskular. Jadi metode untuk
mengatasi perdarahan dan mempercepat involusi uterus

melalui terapi non-

farmakologi seperti terapi pijat oksitosin belum pernah diterapkan.


Sehubungan dengan itu maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut
tentang pengaruh pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post partum di
Ruang Post Partum Kelas III

RSHS Bandung.

Tujuan dari penelitian ini

teridentifikasinya pengaruh pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post
partum di Ruang Post Partum Kelas III RSHS Bandung.
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain kuasi eksperimen,
dengan bentuk post test only design. Pengukuran ini dilakukan setelah kelompok
intervensi diberikan pijat oksitosin

dan pada kelompok kontrol yang tidak

diberikan pijat oksitosin.


Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel intervensi yaitu ibu post
partum yang dipijat oksitosin dan variabel kontrol ibu post partum yang tidak
dipijat oksitosin. Hipotesa yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah
hipotesa alternatif (Ha), adanya pengaruh antara pijat oksitosin terhadap proses
involusi uterus.
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu post partum yang melahirkan
secara normal di ruang kelas III di RSHS Bandung pada bulan Maret-Mei 2012.

Leli Khairani, S.Kep


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang)
Email : minnabi_25@yahoo.com 085669006500

Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan teknik non probability


sampling dengan cara purposive sampling dengan kriteria inklusi penelitian
sebagai berikut:
1.

Ibu post partum hari pertama yang mengalami persalinan normal.

2.

Tidak menderita penyakit sistemik.

3.

Responden sudah mengeluarkan kolustrum.

4.

Kondisi psikologis responden baik.

5.

Umur responden dalam rentang 20-35 tahun.

6.

Responden sudah melakukan gerakan miring kanan miring kiri 2 jam post

partum.
7.

Responden termasuk multipara.


Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:

1.

Ibu post partum yang bayinya meninggal dunia.

2.

Ibu post partum yang anaknya dirawat dipisah


Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 15 orang responden per

kelompok perlakuan
Teknik pengumpulan data dilakukan dalam 2 tahap, tahap pertama dimana
peneliti memilih responden sesuai dengan kriteria sampel inklusi yang telah
ditetapkan dan peneliti memberikan informed consent. Pada tahap kedua
responden diminta untuk mengisi kuesioner tentang data biografi. Data biografi
meliputi nama, alamat, usia, paritas, pendidikan terakhir. Selanjutnya peneliti
melakukan pemijatan oksitosin

pada responden yang diberikan intervensi,

terakhir peneliti dibantu dengan bidan

yang bekerja di RSHS

melakukan

Leli Khairani, S.Kep


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang)
Email : minnabi_25@yahoo.com 085669006500

observasi dan pengukuran pada kedua kelompok yang diberikan intervensi serta
yang tidak diberikan intervensi. Hasil pengukuran TFU (cm) dimasukkan kedalam
lembar observasi.
Pada saat melakukan penelitian pemijatan oksitosin dilakukan oleh peneliti
sendiri, sedangkan pada saat pengukuran tinggi fundus uterus peneliti dibantu
oleh bidan RSHS dengan bidan yang sama pada setiap pengukuran tinggi fundus
uterus.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 kali yaitu:
pertama analisis univariat, langkah selanjutnya dilakukan uji homogenitas untuk
melihat homogenitas karakteristik rresponden dengan menggunakan uji Chisquare. Kedua yaitu analisa bivariat untuk melihat hubungan

pijat oksitosin

dengan involusi uterus dengan menggunakan p-Value dari chi-square.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1

Distribusi Frekuensi dan Persentase Proses Involusi Uterus


Dilihat Dari Penurunan Tinggi Fundus Uterus Pada Kelompok
Intervensi dan Kontrol di RSHS Ruang Post Partum Kelas III
Bandung (N= 30)
Involusi uterus

perlakuan

tidak dipijat
oksitosin

dipijat
oksitosin
Total

Involusi
uterus
tidak
normal

p value

persentase

persentase
Involusi
uterus
normal

80 %
12 orang

4 orang
16 orang

Total
20%

3 orang
26.67 %

11 orang
14 orang

0.010
15 orang

73.33 %

15 orang
30 orang

Leli Khairani, S.Kep


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang)
Email : minnabi_25@yahoo.com 085669006500

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat digambarkan bahwa proses involusi


uterus yang dinilai dari penurunan tinggi fundus uterus pada responden intervensi
/ yang dipijat oksitosin mengalami involusi uterus normal lebih banyak daripada
involusi uterus yang tidak dipijat oksitosin. Berdasarkan hasil uji statistik
didapatkan ada pengaruh pijat oksitosin terhadap proses involusi uterus yang
ditunjukkan dengan nilai p 0.01<0.05 yang berarti Ho ditolak.
Hasil analisis lebih lanjut pada kelompok intervensi didapatkan hasil 11
dari 15 orang yang mengalami involusi uterus normal dengan tinggi fundus uterus
pada hari pertama post partum 1 cm dibawah pusat. TFU 1 cm dibawah pusat
pada hari pertama post partum dikatakan normal sesuai dengan teori yang
diungkapkan Prawirohardjo ( 2002) pada hari pertama ibu post partum tinggi
fundus uterus kira-kira satu jari bawah pusat (1 cm). Pada hari kelima post
partum uterus menjadi 1/3 jarak antara symphisis ke pusat. Dan hari ke 10 fundus
sukar diraba di atas symphisis. Manuaba (2007) juga menuliskan tinggi fundus
uterus menurun 1 cm dibawah pusat tiap hari pasca melahirkan. Secara berangsurangsur menjadi kecil (involusi) hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
Dari hasil penelitian pada kelompok intervensi diidentifikasi 4 dari 15
reponden mengalami involusi uterus tidak

normal, menurut Prabowo (2010)

involusi tidak normal ini dikarenakan berbagai faktor seperti faktor umur atau
faktor kelelahan sehabis melahirkan yang berbeda-beda pada tiap responden, yang
menyebabkan otot-otot uterus menjadi kehilangan energi dan proses involusi
uterus pun jadi terganggu sehingga kondisi ini memungkinkan akan menghambat
proses involusi uterus.
Leli Khairani, S.Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang)
Email : minnabi_25@yahoo.com 085669006500

Hasil analisis pada kelompok kontrol didapatkan 12 dari 15 orang


responden yang mengalami involusi uterus tidak normal ini disebabkan oleh
karakterisk inklusi sampel yang mengambil multipara, sejalan

dengan yang

diungkapkan oleh Manuaba (2007) pada multipara proses involusi uterus


cenderung menurun kecepatannya dibandingkan dengan primipara, hal ini
disebabkan oleh fisiologi otot-otot rahim multipara yang berkurang elastisitasnya
sehingga terjadi hambatan dalam involusi uterus. Pada multipara otot-otot uterus
sudah sering teregang, dimana otot-otot yang terlalu sering teregang memerlukan
waktu yang lama untuk proses involusi uterus (Manuaba, 2007).
Berdasarkan teori yang dikemukakan Manuaba (2007) pada penelitian ini
responden kelompok kontrol yang karakteristiknya multipara diperlukan tindakan
seperti pijat oksitosin untuk merangsang keluarnya hormon oksitosin agar terjadi
kontraksi uterus yang bagus dan cepat terjadi penurunan tinggi fundus uterus.
Hasil penelitian sebelumnya menguatkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti, didapatkan 3 dari 15 orang responden yang mengalami involusi
uterus normal pada kelompok kontrol yang tidak dipijat oksitosin. Kondisi ini bisa
terjadi karena faktor perancu yang diluar pengamatan peneliti seperti faktor
mobilisasi, kondisi ibu menyusui dini pada saat habis melahirkan. Faktor perancu
tersebut bisa menyebabkan terjadinya kontraksi uterus sehingga proses involusi
uterus berlangsung normal.
Hasil pengamatan ini sesuai dengan pengertian pijat oksitosin itu sendiri
yaitu pemijatan tulang belakang pada

nervus ke 5 - 6 sampai ke scapula yang

akan mempercepat kerja saraf parasimpatis yang merangsang hipofise posterior


Leli Khairani, S.Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang)
Email : minnabi_25@yahoo.com 085669006500

untuk mengeluarkan oksitosin (Hamranani 2010).

Efek fisiologis dari pijat

oksitosin ini adalah merangsang kontraksi otot polos uterus baik pada proses saat
persalinan maupun setelah persalinan sehingga bisa mempercepat proses involusi
uterus (Cuningham, 2006; Indiarti 2009).
Penelitian ini diperkuat dengan teori yang

diungkapkan oleh Pillitery

(2003) pijatan oksitosin dapat merangsang hipofisis anterior dan posterior untuk
mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon oksitosin akan memicu kontraksi otot
polos pada uterus sehingga akan terjadi involusi uterus, sedangkan tanda jika ada
reflek oksitosin adalah dengan adanya rasa nyeri karena kontraksi uterus. Teori
diatas sejalan dengan penelitian ini dimana adanya kontraksi uterus yang kuat
sebagai akibat dari intervensi peneliti berupa pijatan oksitosin yang menyebabkan
penurunan tinggi fundus uterus pada responden dengan gambaran hasil penelitian
pada responden yang dipijat oksitosin tinggi fundus uterusnya normal 11 orang
dan 4 orang yang tidak normal. Sedangkan pada responden yang tidak dipijat
oksitosin 12 orang responden mengalami tinggi fundus uterus tidak normal dan
hanya 3 orang responden yang tinggi fundus uterusnya normal.
Berdasarkan hasil penelitian diatas juga dapat dianalisis sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Jordan (2004) bahwasanya oksitosin merupakan
suatu hormon yang dapat memperbanyak masuknya ion kalsium kedalam intrasel .
Keluarnya hormon oksitosin akan memperkuat ikatan aktin dan myosin sehingga
kontraksi uterus semakin kuat dan proses involusi uterus semakin bagus.
Jordan (2004) mengungkapkan bahwa oksitosin yang dihasilkan dari
hiposis posterior pada nucleus paraventrikel dan nucleus supra optic. Saraf ini
Leli Khairani, S.Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang)
Email : minnabi_25@yahoo.com 085669006500

berjalan menuju neuro hipofise melalui tangkai hipofisis, dimana bagian akhir dari
tangkai ini merupakan suatu bulatan yang mengandung banyak granula sekretrotik
dan berada pada permukaan hipofise posterior dan bila ada rangsangan akan
mensekresikan oksitosin. Sementara oksitosin akan bekerja menimbulkan
kontraksi bila pada uterus telah ada reseptor oksitosin.
Hormon oksitoksin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu proses
hemostasis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke
uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka implantasi plasenta serta
mengurangi perdarahan ( Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2005).
Hasil penelitian yang sama juga diungkapkan oleh Muarif (2002),
menyimpulkan bahwa oksitosin digunakan untuk memperbaiki kontraksi uterus
setelah melahirkan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya perdarahan post
partum.
Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh Hamranani (2010) yang
menyimpulkan bahwa oksitosin digunakan untuk memperbaiki kontraksi uterus
setelah melahirkan sebagai salah satu tindakan untuk mencegah terjadinya
perdarahan post partum. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dan hasil penelitian
yang dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwasanya oksitosin bermanfaat
untuk memperbaiki involusi uterus dan bisa menjadi salah satu cara untuk
mengatasi perdarahan.
Dari hasil uji statistik karakteristik responden berdasarkan umur
didapat p Value nya 0.659 ( p>alpha, alpha=0.05 ) berdasarkan pendidikan p
Leli Khairani, S.Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang)
Email : minnabi_25@yahoo.com 085669006500

10

value nya 0.920 dan paritas p valuenya 0.388 yang berarti p value> p alpha, alpha
=0.05, yang berarti responden homogen. Homogenitas antara kedua kelompok ini
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Polit dan Hungler (2001), bahwa
hasil penelitian dikatakan valid jika karakteristik responden tidak ada perbedaan
bermakna (homogen). Dengan kata lain kedua kelompok penelitian harus setara
atau sebanding. Demikian juga pendapat yang dikemukakan oleh Notoatmojo
(2005), pada penelitian kuasi eksperimen dengan rancangan post test only design,
jika pada awalnya kedua kelompok mempunyai sifat yang sama/ homogen, maka
perbedaan hasil penelitian setelah diberikan intervensi dapat disebut sebagai
pengaruh dari intervensi atau perlakuan.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pijat
oksitosin terhadap involusi terus pada ibu post partum kelas III RSHS Bandung
dengan nilai uji statistik melalui chi square dengan nilai p < 0.05.
SARAN
Bagi praktisi keperawatan peneliti menyarankan pijat oksitosin dijadikan
prosedur tetap sebagai pelayanan post partum bagi rumah sakit. Pelatihan atau
seminar bagaimana pijat oksitosin perlu dilakukan bagi seluruh perawat
maternitas atau bidan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Perawat
/ bidan diharapkan dapat menjalankan perannya sebagai health educator salah
satunya dengan mengajarkan dan mensosialisasikan kepada pasien tentang pijat
oksitosin serta manfaatnya bagi pasien.
Leli Khairani, S.Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang)
Email : minnabi_25@yahoo.com 085669006500

11

Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan

penelitian

serupa dengan

tempat penelitian yang berbeda dengan sampel yang lebih banyak serta yang
dinilai juga berapa kadar oksitosin dalam darah pada saat pre dan post penelitian.
Peneliti selanjutnya diharapkan bisa melakukan penelitian dengan pantauan
terhadap ibu yang tidak menyusui anaknya akan tetapi dipijat oksitosin setelah itu
dilihat bagaimana pengaruh oksitosin terhadap involusi uterus ibu tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S . 2006 . Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi
VI . Jakarta: Rineka Cipta.
Bobak IM, Lowdermilk DL, Jensen MD. 1995. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas (Maternity Nursing) Edisi 4, Maria A Wijayarti dan Peter
Anugerah (penterjemah). 2005. Jakarta: EGC.
Budiarti, T. 2009. Efektifitas pemberian paket Sukses ASI terhadap produksi
ASI ibu menyusui dengan section caeserea di Wilayah Depok Jawa
Barat. Tesis UI. Tidak dipublikasikan.
Cuningham. 2006. Obsietri Williams. Edisi 21.Volume 1. Jakarta: EGC.
Danim, S. 2003. Riset Keperawatan Sejarah & Metodologi. Cetakan 1. Jakarta:
EGC.
Dasuki, Rumekti. 2008. Perbandingan Efektivitas Misoprostol Peroral Dengan
Oksitosin
Untuk
Prevensi
Perdarahan
Post
partum.
http://www.chrl.net.publikasi.pdf.MPO (diakses 25 Februari 2012).

Depkes RI. 2011. Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan 20052025.
http://www.depkes.go.id/downloads/newdownloads/rancangan_RPJP
K_2005-2025.pdf . (diakses tanggal 20 November 2011).
Dinkes JABAR. 2011. Pemerintah luncurkan JAMPERSAL untuk turunkan angka
kematian
ibu
dan
janin.http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/informasi
/berita/detailberita/40. (diakses 29 Oktober 2011).
Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas.Edisi ke-2. Jakarta: ECG.
Leli Khairani, S.Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang)
Email : minnabi_25@yahoo.com 085669006500

12

Halimatussakdiah. 2005, Efektifitas pemberian paket kesehatan preoperasi


section caeserea terhadap involusi uterus di Banda Aceh.Tesis UI;
tidak dipublikasikan.
Hamranani, S. 2010, Pengaruh pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu
post partum yang mengalami persalinan lama di rumah sakit wilayah
Kabupaten Klaten. Tesis UI: tidak dipublikasikan.
Harmon, W; Watches. 2011. Localization of oestradiol, progesterone and
oxytocin receptors in the uterus during the oestrous cycle and early
pregnancy of the ewe. J.Endocrinology 138:479-491.
Hidayat. A. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Cetakan Kedua. Jakarta:Salemba Medika.
Indiarti. 2009. Setiap Jam, 2 Orang Ibu Bersalin Meninggal Dunia.
http://www.Depkes.Rt.Htm (diakses 15 DNovember 2011)

Jordan. S. 2004. Obat yang Meningkatkan Kontraksilitas Uterus atau Oksitosin.


Dalam Ester. M. (Ed) Farmakologi Kebidanan. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Kemenkes RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan no 1076 tahun 2003 tentang
penyelenggaraan
pengobatan
tradisional
http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/2174/kmk-no-1076-th-2003ttg-penyelenggaraan-pengobatan-tradisional. (diakses 20 November
2011).
Kompas.

2011.
Visi
indonesia
sehat
2015.
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/07/03/visi-indonesiasehat-2015/ . (diakses tanggal 20 November 2011).

Lund, I; Moberg, U; Wang, J; Yu, C; Kurosawa, M. (2002). Massage affect


nociception of oxytocin. J.European neuroscience Vol 16:330-338.
Manuaba.

2007.
Pengantar
Kuliah
Obstetri.
Cetakan
1.
http://books.google.co.id/books?id=KSu9cUdcxwC&printsec=frontco
ver&hl=id#v=onepage&q&f=false Jakarta: EGC. (diakses tanggal 20
November 2011)

Muarif. 2002. Pengaruh Tetes


Oksitosin Untuk Induksi Persalinan.
http://Eprint.Undip.ac.id (diakses 21 Maret 2012)
Leli Khairani, S.Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang)
Email : minnabi_25@yahoo.com 085669006500

13

Notoatmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta.


Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Edisi Pertama, Jakarta: Salemba Medika.
Pillitery. 2003. Maternal and Child Health Nursing. Buku I. Fourth Edition.
Philadelphia: Lippincott
Polit, D.F & Hungler, PA. 2001. Nursing Research:Principle and Method.
Philadelphia: Lippincott
Prabowo. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Involusi Uterus.
http://web.Ebschost.com (diakses 11 Maret 2012)
Prawirohardjo, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
___________, 2002, Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Ratnadewi, Y. 2011. Selamatkan jiwa ibu!. Bandung: Pikiran Rakyat.
Subekti, B. 2004 Keperawatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, Edisi ke-3. Jakarta:
ECG.
Sugiyono. 2009. Metodelogi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D. Cetakan
ke-8. Bandung: Alfabeta.
Suhermi, Dkk. 2008 . Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta: Fitramaya.
Suparyanto. 2010. Konsep involusi uteri. http://drsuparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-involusi-uteri.html .(diakses
tanggal 12 November 2011
Susilawati, B. 2011, Pelatihan Seputar Kehamilan Menyusui dan Pijat Oksitosin
.http://rsa.ugm.ac.id/pelatihan-kehamilan-tehnik-menyusui-pijatoksitosin/(diakses tanggal 15 Mei 2012).

Leli Khairani, S.Kep


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang)
Email : minnabi_25@yahoo.com 085669006500

14

Anda mungkin juga menyukai