2021
ANALISIS JURNAL DENGAN METODE PICO
A. Analisis Jurnal
1. Judul penelitian
Terapi Murotal Al-Qur’an Menurunkan Intensitas Nyeri Post
Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
Semarang
2. Peneliti
Eny Purwati , Machmudah , Nikmatul Khayati
3. Ringkasan jurnal
Musik adalah seni yang mempengaruhi pusat fisik dan
jaringan saraf. Musik klasik mozart memiliki irama, melodi, dan
frekuensi tinggi yang dapat merangsang dan menguatkan wilayah
kreatif dan motivasi di otak. Musik klasik mozart memiliki efek
yang tidak dimiliki komposer lain. Musik klasik mozart memiliki
kekuatan yang membebaskan, mengobati dan menyembuhkan.
Murottal Al-Qur'an merupakan salah satu musik yang
memiliki pengaruh positif bagi pendengarnya. Berdasarkan
permasalahan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul : "Perbedaan terapi musik mozart dan murottal al-
qur'an terhadap intensitas nyeri post sectio caesarea di Rumah
Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang". Lembar observasi
Untuk mengukur intensitas nyeri post sectio caesarea sebelum dan
sesudah Terapi Musik Mozart dan Murottal Al-Qur'an
menggunakan Numeric Rating Scale (NRS).
Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian data
dianalisa menggunakan statistik deskriptif untuk mendapatkan
dalam bentuk tabulasi, yang digunakan untuk melaporkan hasil
dalam bentuk tendensi sentral (mean, median, dan standar deviasi)
1
dari masing-masing item atau variabel yaitu nyeri post sectio
caesarea sebelum dan sesudah Terapi Musik Mozart
Didapatkan hasil intensitas nyeri post sectio caesarea
sebelum terapi musik Mozart p value = 0,000 (tidak normal).
Intensitas nyeri post sectio caesarea sesudah terapi musik Mozart
p-value = 0,004 (tidak normal). Didapatkan hasil intensitas nyeri
post sectio caesarea sebelum terapi murottal Al-Qur'an p-value =
0,001 (tidak normal). Intensitas nyeri post sectio caesarea sesudah
terapi murottal Al-Qur'an pvalue=0,001 (tidak normal). Analisa
bivariat untuk mengetahui perbedaan Terapi Musik Mozart dan
Murottal Al-Qur'an terhadap intensitas nyeri post sectio caesarea
menggunakan uji Mann Whithney Test
4. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah Terapi Murotal Al-Qur’an
Menurunkan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea Di Rumah
Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
5. Kelebihan dan kekurangan
a. Kelebihan
Al- Qur’an memiliki pengaruh positif bagi pendengarnya
sehingga mampu merangsang tubuh untuk mengeluarkan opoid
endogen sehingga terbentuk sistem penekan nyeri yang
akhirnya akan menyebabkan penurunan intensitas nyeri.
Uji statistik deskriptif untuk mendapatkan dalam bentuk
tabulasi, yang digunakan untuk melaporkan hasil dalam bentuk
tendensi sentral (mean, median, dan standar deviasi) dari
masing-masing item atau variabel yaitu nyeri post sectio
caesarea sebelum dan sesudah Terapi Musik Mozart. Uji
Wilcoxon digunakan jika paired t test tidak memenuhi asumsi
(data tidak berdistribusi normal). Pada penelitian ini
analisa uji normalitas berdasarkan test of normality shapiro-
2
wilk menunjukkan data tidak berdistribusi normal maka tepat
digunakan wilcoxon.
b. Kekurangan
pada penelitian ini tidak ada penjelasan secara rinci mengenai
surah Al-Qur’an yang di pakai dan peralatan yang digunakan
untuk mendengarkan music, contohnya sound aktif atau
headset dll
B. Pembahasan analisis jurnal dengan metode pico
1. Patient/Population/Problem
Populasi penelitian ini adalah ibu postpartum sectio caesaria
sebanyak 133 kasus. Sampel penelitian ini adalah ibu
postpartum sectio caesaria sebanyak 30 orang. Sampel dibagi
menjadi kelompok Terapi Musik Mozart sebanyak 15 orang dan
kelompok Murottal Al-Qur’an sebanyak 15 orang.
2. Intervention/Treatment
Pada penelitian ini intervensi yang dilakukan adalah
membandingkan intensitas nyeri sebelum dilakukan terapi Musik
Mozart dan Murottal Al-Qur’an dan sesudah dilakukan terapi
menggunakan Numeric Rating Scale (NRS).
3. Comperasion Intervention/Treatment
1) Pereda nyeri dari intervensi non-farmakologis di unit perawatan
intensif : tinjauan pelingkupan
Pada penelitian ini menggunakan tinjauan pelingkupan
dilakukan dengan menggunakan lima dari enam langkah dalam
kerangka Arksey dan O alley: (1) identifikasi pertanyaan
penelitian, (2) identifikasi studi yang relevan, (3) pemilihan
studi, (4) memetakan data dan ( 5) menyusun, meringkas dan
melaporkan hasil.
Pencarian kami menghasilkan 10985 artikel di mana dua
belas studi dimasukkan. Alat untuk penilaian nyeri adalah
VAS, NRS, ESAS dan BPS. Intervensi yang dieksplorasi
3
adalah hipnosis, pijat sederhana, distraksi, relaksasi, perawatan
spiritual, musik harpa, terapi musik, mendengarkan suara alam,
latihan pasif, akupunktur, kompres es, dan dukungan
emosional. Pengurangan intensitas nyeri diberikan untuk
hipnosis, akupunktur dan suara alam.
Praktik keperawatan dapat dilakukan dapat dikembangkan
berdasarkan penelitian yang ada karenannya bagi keperawatan
praktisi hasil penelitian ini dapat diterapkan pada cara teknik
relaksasi pereda nyeri dalam evidence based practice serta
dapat dijadikan sebagai Standar Operasional Prosedur (SOP)
untuk meningkatkan kualitas pelayanan mandiri
4. Outcome
Sebelum intervensi terapi murottal Al-Qur’an rata-rata adalah
6,60 dengan standar deviasi 0,737. Intensitas nyeri paling rendah
adalah 6 dan nyeri tertinggi adalah 8.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa intensitas nyeri post
sectio caesarea sesudah terapi murottal Al-Qur’an rata-rata adalah
3,27 dengan standar deviasi 0,594. Intensitas nyeri paling rendah
adalah 2 dan nyeri tertinggi adalah 4. Penelitian menunjukkan
penurunan rasa nyeri sesudah diberikan terapi murottal Al-Qur’an.
Hal ini dikarenakan teknik relaksasi napas mampu merangsang
tubuh untuk mengeluarkan opoid endogen sehingga terbentuk
sistem penekan nyeri yang akhirnya akan menyebabkan
penurunan intensitas nyeri. Hal inilah yang menyebabkan adanya
perbedaan penurunan intensitas nyeri sebelum dan sesudah
dilakukan terapi murottal Al-Qur’an, dimana setelah dilakukan
terapi murottal Al- Qur’an terjadi penurunan intensitas nyeri.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa P-value = 0,000, hal ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan terapi musik mozart dan
murottal Al-Qur’an terhadap intensitas nyeri post sectio caesarea.
Murottal Al-Qur’an merupakan salah satu musik yang memiliki
4
pengaruh positif bagi pendengarnya. Dengan pemberian terapi
musik ini, suara dapat menurunkan hormon-hormon stres,
mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan
rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan
tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan
tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung,
denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak (Sholeh, 2012).
Corresponding author:
Eny Purwati 1, Machmudah 2, Nikmatul Khayati 3
enypurwati79144@gmail.com
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 2 No 1, May 2019
DOI: e-ISSN 2621-2994
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 2 No 1, May 2019/ page 35-43 36
Suatu proses pembedahan setelah operasi atau Murottal Al-Qur’an merupakan salah satu
post operasi sectio caesarea akan musik yang memiliki pengaruh positif bagi
menimbulkan respon nyeri. Nyeri yang pendengarnya. Dengan pemberian terapi musik
dirasakan ibu post partum dengan sectio ini, suara dapat menurunkan hormon-hormon
caesarea berasal dari luka yang terdapat dari stres, mengaktifkan hormon endorfin alami,
perut. Post sectio caesarea akan menimbulkan meningkatkan perasaan rileks, dan
nyeri hebat dan proses pemulihannya mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas
berlangsung lebih lama dibandingkan dengan dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh
persalinan normal (Sari, 2014). sehingga menurunkan tekanan darah serta
memperlambat pernafasan, detak jantung,
Tindakan operasi menyebabkan terjadinya denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak
perubahan kontinuitas jaringan tubuh. Pada (Sholeh, 2012).
proses operasi digunakan anastesi agar pasien
tidak merasakan nyeri, namun setelah operasi Berdasarkan permasalahan diatas, penulis
selesai dan pasien mulai sadar akan merasakan tertarik untuk melakukan penelitian dengan
nyeri pada bagian tubuh yang mengalami judul : “Perbedaan terapi musik mozart dan
pembedahan. Nyeri yang dirasakan ibu post murottal al-qur’an terhadap intensitas nyeri
sectio caesarea berasal dari luka yang terdapat post sectio caesarea di Rumah Sakit Roemani
dari perut (Sjamsuhidajat, 2012). Tidak ada dua Muhammadiyah Semarang”.
individu mengalami nyeri yang sama dan tidak
ada dua kejadian nyeri yang sama METODE
menghasilkan sensasi nyeri atau respon nyeri
yang identik sama pada seorang individu Jenis penelitian yang digunakan adalah
karena nyeri bersifat subjektif (Perry & Potter, eksperimental semu (quasi experiment). Desain
2012). penelitian ini menggunakan pre and post test
design. Populasi penelitian ini adalah ibu
Salah satu teknik non farmakologi untuk postpartum sectio caesaria sebanyak 133
mengurangi nyeri adalah dengan teknik kasus. Sampel penelitian ini adalah ibu
distraksi. Teknik distraksi salah satunya teknik postpartum sectio caesaria sebanyak 30 orang.
distraksi pendengaran yang merupakan salah Sampel dibagi menjadi kelompok Terapi Musik
satu teknik untuk mengurangi rasa nyeri Mozart sebanyak 15 orang dan kelompok
dengan cara memberikan atau mendengarkan Murottal Al-Qur’an sebanyak 15 orang. Teknik
musik. Musik adalah seni yang mempengaruhi pengambilan sampel yang digunakan adalah
pusat fisik dan jaringan saraf. Musik juga purposive sampling. Alat pengumpulan data
mempengaruhi sistem saraf simpatis atau yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sistem saraf automatis, baik secara langsung kuesioner dan lembar observasi. Kuesioner
maupun tidak langsung. Beberapa jenis musik berisi karakteristik responden yang meliputi
yang digunakan adalah jazz, rock, klasik dan umur, pendidikan dan pekerjaan. Lembar
murottal Al-Qur’an (Potter & Perry, 2012). observasi Untuk mengukur intensitas nyeri post
sectio caesarea sebelum dan sesudah Terapi
Musik klasik mozart memiliki irama, melodi, Musik Mozart dan Murottal Al-Qur’an
dan frekuensi tinggi yang dapat merangsang menggunakan Numeric Rating Scale (NRS).
dan menguatkan wilayah kreatif dan motivasi
di otak. Musik klasik mozart memiliki efek Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian
yang tidak dimiliki komposer lain. Musik klasik data dianalisa menggunakan statistik deskriptif
mozart memiliki kekuatan yang membebaskan, untuk mendapatkan dalam bentuk tabulasi,
mengobati dan menyembuhkan. Teknik lain yang digunakan untuk melaporkan hasil dalam
yang sering digunakan untuk mengurangi nyeri bentuk tendensi sentral (mean, median, dan
pada pasien post SC adalah murrotal Al-Qur’an standar deviasi) dari masing-masing item atau
(Musbikin, 2012). variabel yaitu nyeri post sectio caesarea
sebelum dan sesudah Terapi Musik Mozart.
Eny Purwati - Terapi Murottal Al-Qur’an Menurunkan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea
Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 2 No 1, May 2019/ page 35-43 37
Nyeri post sectio caesarea sebelum dan sectio caesarea dimana sebesar 12,6%
sesudah Murottal Al-Qur’an. merupakan sectio caesarea tanpa indikasi
medis yaitu atas permintaan ibu bersalin itu
Analisa data bivariat adalah analisa yang sendiri (Rekam Medis Rumah Sakit Roemani
dilakukan untuk menjelaskan hipotesis Muhammadiyah Semarang, 2016).
hubungan variabel bebas dengan variabel
terikat (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini Tabel 4.1
terlebih dahulu menggunakan uji kenormalan Distribusi responden berdasarkan usia
data. Didapatkan hasil intensitas nyeri post responden di Rumah Sakit Roemani
sectio caesarea sebelum terapi musik Mozart p- Muhammadiyah Semarang Tahun 2017 (n=15)
value=0,000 (tidak normal). Intensitas nyeri
post sectio caesarea sesudah terapi musik Variabel Min Max Mean SD
Mozart p-value=0,004 (tidak normal). Karena Usia kelompok 21 28 24,73 2,344
data berdisribusi tidak normal, sehingga uji terapi musik mozart
statistik yang digunakan adalah Wilcoxon. Usia kelompok 21 32 27 3,273
terapi murottal Al-
Qur’an
Penelitian ini terlebih dahulu menggunakan uji
kenormalan data. Didapatkan hasil intensitas
nyeri post sectio caesarea sebelum terapi Tabel 4.2
murottal Al-Qur’an p-value=0,001 (tidak Distribusi frekuensi responden berdasarkan
normal). Intensitas nyeri post sectio caesarea pendidikan responden di Rumah Sakit Roemani
sesudah terapi murottal Al-Qur’an p- Muhammadiyah Semarang Tahun 2017 (n=15)
value=0,001 (tidak normal). Karena data
berdisribusi tidak normal, sehingga uji statistik
Variabel Pendidikan Frekuensi Persentase
yang digunakan adalah Wilcoxon. Analisa Kelompok SMP 1 6,7
bivariat untuk mengetahui perbedaan Terapi terapi SMA 11 73,3
Musik Mozart dan Murottal Al-Qur’an musik Perguruan Tinggi 3 20
terhadap intensitas nyeri post sectio caesarea mozart
menggunakan uji Mann Whithney Test.
Kelompok SMP 2 13,3
Berdasarkan uji statistik jika P-value ≤ 0,05 Ha terapi SMA 6 40
diterima dan H0 ditolak. Jika Pvalue > 0,05 H0 murottal Perguruan Tinggi 7 46,7
diterima dan Ha ditolak. Al-Qur’an
Jumlah 30 100
Eny Purwati - Terapi Murottal Al-Qur’an Menurunkan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea
Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 2 No 1, May 2019/ page 35-43 39
Penelitian ini didukung juga penelitian Pratomo Perbedaan intensitas nyeri post sectio
(2013) di Rumah Sakit Islam Surabaya pada caesarea sebelum dan sesudah terapi musik
pasien post-operasi, yang menyatakan bahwa Mozart
sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas Hasil penelitian dapat diketahui bahwa P-value
dalam, rata-rata tingkat nyeri pada = 0,000, hal ini menunjukkan bahwa ada
kelompok perlakuan adalah 5,42. perbedaan intensitas nyeri post sectio caesarea
sebelum dan sesudah terapi musik Mozart.
Intensitas nyeri post sectio caesarea sesudah
terapi murottal Al-Qur’an Tidak semua orang yang mendapatkan stimulus
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa yang sama mengalami intensitas nyeri yang
intensitas nyeri post sectio caesarea sesudah sama. Bisa saja suatu sensasi yang sangat nyeri
terapi murottal Al-Qur’an rata-rata adalah 3,27 bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa
dengan standar deviasi 0,594. Intensitas nyeri bagi orang lain, hal ini disebabkan karena
paling rendah adalah 2 dan nyeri tertinggi masing-masing orang memiliki ambang nyeri
adalah 4. yang berbeda. Menurut Price dan Wilson
(2012), sensasi nyeri yang menyebar, perlahan,
Penelitian menunjukkan penurunan rasa nyeri membakar atau linu merupakan akibat dari
sesudah diberikan terapi murottal Al-Qur’an. stimuli yang ditransmisikan oleh serabut C
Hal ini dikarenakan teknik relaksasi napas yang tidak termielinisasi. Nyeri ini disebabkan
mampu merangsang tubuh untuk mengeluarkan oleh jejas yang sama dengan nyeri cepat,
opoid endogen sehingga terbentuk sistem namun, nyeri ini dimulai belakangan dan
penekan nyeri yang akhirnya akan berlangsung untuk waktu yang lebih lama.
menyebabkan penurunan intensitas nyeri. Hal Pasien yang menderita nyeri jenis ini
inilah yang menyebabkan adanya perbedaan menyadari rasa nyeri ini tapi biasanya agak sulit
penurunan intensitas nyeri sebelum dan menyatakan di mana tepatnya lokasi nyeri
Eny Purwati - Terapi Murottal Al-Qur’an Menurunkan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea
Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 2 No 1, May 2019/ page 35-43 41
tersebut. Pasien demikian seringkali meraba karena nyeri bersifat subjektif (Perry & Potter,
daerah nyeri untuk menunjukkan lokasi 2012).
nyerinya.
Perbedaan terapi musik mozart dan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bonita murottal Al-Qur’an terhadap intensitas
(2013), terhadap 2.700 ibu hamil yang sedang nyeri post sectio caesarea
menjalani proses persalinan menemukan bahwa Hasil penelitian dapat diketahui bahwa P-value
hanya 15% saja dari keseluruhan persalinan = 0,000, hal ini menunjukkan bahwa ada
yang berlangsung tanpa nyeri atau nyeri ringan, perbedaan terapi musik mozart dan murottal
sebanyak 35% persalinan berlangsung dengan Al-Qur’an terhadap intensitas nyeri post sectio
nyeri sedang, 30% persalinan berlangsung caesarea.
dengan nyeri hebat dan 20% persalinan sisanya Murottal Al-Qur’an merupakan salah satu
disertai dengan nyeri yang sangat hebat. musik yang memiliki pengaruh positif bagi
Didukung penelitian Saputra (2015) pendengarnya. Dengan pemberian terapi musik
menunjukkan ada pengaruh pemberian terapi ini, suara dapat menurunkan hormon-hormon
musik mozart terhadap penurunan intensitas stres, mengaktifkan hormon endorfin alami,
nyeri pada asuhan keperawatan dengan post meningkatkan perasaan rileks, dan
operasi close fraktur femur dextra. mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas
dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh
Perbedaan intensitas nyeri post sectio sehingga menurunkan tekanan darah serta
caesarea sebelum dan sesudah terapi memperlambat pernafasan, detak jantung,
murottal Al-Qur’an denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa P-value (Sholeh, 2012).
= 0,000, hal ini menunjukkan bahwa ada
perbedaan intensitas nyeri post sectio caesarea Didukung penelitian Yolanda dan Widyanti
sebelum dan sesudah terapi murottal Al- (2015), hasil penelitian didapatkan nyeri
Qur’an. sebelum diberikan terapi murottal sebagian
besar nyeri berat sebanyak 31 responden
Suatu proses pembedahan setelah operasi atau (91,1%). Nyeri setelah diberikan terapi
post operasi sectio caesarea akan menimbulkan murottal sebagian besar nyeri berat sebanyak 29
respon nyeri. Nyeri yang dirasakan ibu post responden (85,2%).
partum dengan sectio caesarea berasal dari
luka yang terdapat dari perut. Post sectio PENUTUP
caesarea akan menimbulkan nyeri hebat dan
proses pemulihannya berlangsung lebih lama Kesimpulan
dibandingkan dengan persalinan normal (Sari, 1. Usia kelompok terapi musik mozart rata-
2014). rata adalah 24,73 ± 2,344 tahun. Usia
kelompok terapi murottal al-qur’an rata-
Tindakan operasi menyebabkan terjadinya rata adalah 27 ±3,273 tahun. Pendidikan
perubahan kontinuitas jaringan tubuh. Pada kelompok terapi musik mozart mayoritas
proses operasi digunakan anastesi agar pasien adalah SMA sebanyak 73,3%. Pendidikan
tidak merasakan nyeri, namun setelah operasi kelompok terapi murottal al-qur’an
selesai dan pasien mulai sadar akan merasakan mayoritas adalah perguruan tinggi
nyeri pada bagian tubuh yang mengalami sebanyak 46,7%. Pekerjaan kelompok
pembedahan. Nyeri yang dirasakan ibu post terapi musik Mozart mayoritas adalah
sectio caesarea berasal dari luka yang terdapat karyawan swasts sebanyak 53,3%.
dari perut (Sjamsuhidajat, 2012). Tidak ada dua Pekerjaan kelompok terapi murottal al-
individu mengalami nyeri yang sama dan tidak qur’an mayoritas adalah karyawan swasta
ada dua kejadian nyeri yang sama sebanyak 53,3%. Indikasi medis kelompok
menghasilkan sensasi nyeri atau respon nyeri terapi musik mozart mayoritas adalah atas
yang identik sama pada seorang individu permintaan sendiri sebanyak 33,3%.
Indikasi medis kelompok terapi murottal al-
Eny Purwati - Terapi Murottal Al-Qur’an Menurunkan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea
Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 2 No 1, May 2019/ page 35-43 42
Eny Purwati - Terapi Murottal Al-Qur’an Menurunkan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea
Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.com
pelingkupan
Acc pte A ticle
Reidun K. Sandvik, Ph.D, 1,2 Brita F. Olsen, Ph.D,3,4 Lars-Jørgen Rygh, MD Ph.D5 Asgjerd
Littlere Moi, Ph.D1,6
1Departemen Ilmu Kesehatan dan Kepedulian, Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sosial, Universitas Ilmu
Terapan Norwegia Barat, Bergen, Norwegia, 2Pusat Pengobatan Lansia dan Rumah Perawatan,
Departemen Kesehatan Masyarakat Global dan Perawatan Primer, Universitas Bergen, Bergen, Norwegia,
3Unit Intensif dan Pasca Operasi, stfold Hospital Trust, Sarpsborg, Norwegia, 4Fakultas Kesehatan dan
Kesejahteraan, stfold University College, Fredrikstad, Norwegia, 5Departemen Anestesi dan Perawatan
Intensif, Rumah Sakit Universitas Haukeland, Bergen, Norwegia, 6Departemen Bedah Plastik, Tangan dan
Rekonstruksi, Pusat Luka Bakar Nasional, Rumah Sakit Universitas Haukeland, Bergen, Norwegia
Norway
Email: rks@hvl.no
Kata Kunci: Nyeri, Manajemen Nyeri, Perawatan Non-Farmakologi, Unit Perawatan Intensif
Artikel ini telah diterima untuk diterbitkan dan menjalani peer review penuh tetapi belum melalui
proses copyediting, typesetting, pagination dan proofreading, yang dapat menyebabkan perbedaan
antara versi ini dan versi sebelumnya. Versi Rekaman. Silakan mengutip artikel ini sebagaidoi:
10.1111/JOCN.15194
Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta
ubin ABSTRAK
Tujuan dari tinjauan pelingkupan ini adalah untuk menggambarkan apa yang diketahui dari literatur yang ada
tentang intervensi nonfarmakologis yang menargetkan nyeri pada pasien yang dirawat di ICU.
Latar belakang
Pasien yang menerima perawatan intensif terpapar pada berbagai kerusakan jaringan yang memicu rasa sakit,
penyakit, pembedahan, dan prosedur medis lainnya selain rasa sakit yang disebabkan oleh prosedur asuhan
keperawatan. Pergeseran saat ini ke sedasi ringan untuk meningkatkan hasil dan kenyamanan pasien
menggarisbawahi perlunya manajemen nyeri yang efektif. Opioid adalah andalan untuk mengobati rasa sakit di
ICU, sedangkan perawatan non-farmakologis kurang dipelajari dan mungkin kurang digunakan.
metode
Sebuah tinjauan pelingkupan dilakukan dengan menggunakan lima dari enam langkah dalam kerangka
Arksey dan O alley: (1) identifikasi pertanyaan penelitian, (2) identifikasi studi yang relevan, (3) pemilihan
Terima d
studi, (4) memetakan data dan ( 5) menyusun, meringkas dan melaporkan hasil. CINAHL, MEDLINE,
PubMed, BMJ Best Practice, British Nursing Index dan database AMED dicari menggunakan kata kunci
yang relevan untuk menangkap bukti ekstensif. Data dianalisis menggunakan kriteria enam langkah untuk
O alley untuk ekstraksi data. Untuk memastikan kualitas dan transparansi, kami menyertakan daftar periksa
Hasil
Pencarian kami menghasilkan 10985 artikel di mana dua belas studi dimasukkan. Alat untuk
penilaian nyeri adalah VAS, NRS, ESAS dan BPS. Intervensi yang dieksplorasi adalah hipnosis, pijat
sederhana, distraksi, relaksasi, perawatan spiritual, musik harpa, terapi musik, mendengarkan suara
alam, latihan pasif, akupunktur, kompres es, dan dukungan emosional. Pengurangan intensitas
Kesimpulan
Temuan mendukung penyelidikan lebih lanjut dari akupunktur, hipnosis dan mendengarkan suara alam.
menyelidiki efek dari protokol pengobatan non-farmakologis pada intensitas nyeri, proporsi
Apa kontribusi makalah ini bagi komunitas klinis global yang lebih luas?
- Perlunya studi kuat yang lebih besar tentang intervensi non-farmakologis di ICU
pengantar
Nyeri adalah stresor utama di antara pasien di unit perawatan intensif (ICU), dan mungkin disebabkan oleh
penyakit yang mendasari, pembedahan, dan prosedur, (misalnya memutar, memposisikan, pengisapan
trakea, pengangkatan saluran luka dan pengambilan darah tepi) (Puntillo dkk., 2014). Sekitar setengah dari
semua pasien yang diintubasi di unit perawatan intensif mengalami nyeri saat istirahat, dan sebanyak 81%
melaporkan mengalami nyeri selama prosedur keperawatan nosiseptif (Arbour & Gelinas, 2010; Chanques et
al., 2007). Rasa sakit yang tidak berkurang dalam pengaturan perawatan akut menyebabkan ingatan traumatis
(Rotondi et al., 2002) dan merupakan sumber utama stres (Hweidi, 2007) yang dapat menyebabkan kurang
tidur, (Longley et al., 2018) dan penderitaan jangka panjang. dari sindrom nyeri persisten (Battle, Lovett, &
Hutchings, 2013). Oleh karena itu, mengurangi rasa sakit sangat penting ketika merawat pasien yang sakit
kritis.
Mayoritas pasien ICU tidak dapat mengungkapkan penderitaan mereka karena keadaan tidak sadar,
delirium, kerusakan otak, adanya verbalisasi kognitif sebelumnya, seperti demensia atau gangguan
intelektual atau ventilasi mekanis invasif. Meskipun nyeri yang dilaporkan sendiri adalah standar emas
dalam penilaian nyeri (Barr et al., 2013; Devlin et al., 2018), ketidakmampuan untuk
(IASP, 2012). Dengan demikian, penyakit kritis menginduksi risiko gejala nyeri yang kurang teridentifikasi yang mungkin
mengakibatkan penggunaan analgesik dan obat penenang yang berlebihan dan kurang (Choi et al., 2017).
Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi pergeseran menuju sedasi ringan, di mana tujuannya adalah untuk
Artikel yang diterima
menghilangkan rasa sakit terlebih dahulu dan membantu pasien yang lebih waspada beradaptasi dengan
lingkungan ICU sambil mempertahankan mobilitas dan kemampuan mereka untuk berkomunikasi (Barr et al.,
2013; Woien & Bjork, 2013; Woien, Vaeroy, Aamodt, & Bjork, 2014). Pendekatan 'Early Comfort using Analgesia,
minimal Sedatives, and maximal Humane care' (e-CASH) didasarkan pada tujuan pencapaian awal pereda nyeri,
dan pemeliharaan kenyamanan dengan penggunaan sedasi minimal untuk memfasilitasi tidur alami, awal
mobilisasi dan keterlibatan dengan pengasuh dan kerabat (Vincent et al., 2016). Pedoman klinis
merekomendasikan penggunaan opioid intravena sebagai obat utama untuk mengelola nyeri non-neuropatik
pada pasien ICU dan menyarankan dokter bahwa semua opioid intravena yang tersedia sama efektifnya ketika
dititrasi ke titik akhir intensitas nyeri yang serupa (Barr et al., 2013). Karena opioid dan analgesik lainnya memiliki
efek samping kecil hingga signifikan, lebih banyak penggunaan teknik non-farmakologis telah direkomendasikan
Literatur penelitian tentang kemanjuran intervensi non-farmakologis dan komplementer dalam mengurangi stres masih langka dan belum lengkap. Sebuah
tinjauan sistematis menyarankan bahwa hipnosis/relaksasi, edukasi pasien/berbagi informasi, terapi musik menurun, dan sentuhan suportif mengurangi stres
pada pasien dengan ventilasi mekanis (Thomas, 2003). Ulasan ini berfokus pada beberapa stresor, salah satunya adalah rasa sakit. Tinjauan sistematis lain
dengan meta-analisis memiliki fokus yang jelas pada rasa sakit dan menemukan pengurangan intensitas nyeri yang signifikan pada pasien luka bakar setelah
terapi musik (Li, Zhou, & Wang, 2017). Namun, terapi musik adalah satu-satunya intervensi non-farmakologis yang diselidiki. Hasil tinjauan Cochrane sistematis
ketiga berkualitas tinggi menunjukkan bahwa musik sangat efektif untuk pasien dengan ventilasi mekanis sehingga mengurangi kebutuhan mereka akan
sedasi dan analgesik (Bradt & Dileo, 2014). Terapi musik adalah intervensi yang dipelajari, tetapi studi yang disertakan dari tinjauan ini tidak menggunakan alat
penilaian nyeri yang tepat untuk mengatasi nyeri pada pasien non-verbal yang sakit kritis seperti Alat Observasi Nyeri Perawatan Kritis (CPOT). Kumpulan bukti
ini muncul kebutuhan untuk tinjauan scoping literatur dengan tujuan menemukan intervensi non-farmakologis mengatasi rasa sakit di unit perawatan intensif.
tetapi studi yang disertakan dari tinjauan ini tidak menggunakan alat penilaian nyeri yang tepat untuk mengatasi nyeri pada pasien non-verbal yang sakit kritis
seperti Alat Observasi Nyeri Perawatan Kritis (CPOT). Kumpulan bukti ini muncul kebutuhan untuk tinjauan scoping literatur dengan tujuan menemukan
intervensi non-farmakologis mengatasi rasa sakit di unit perawatan intensif. tetapi studi yang disertakan dari tinjauan ini tidak menggunakan alat penilaian
nyeri yang tepat untuk mengatasi nyeri pada pasien non-verbal yang sakit kritis seperti Alat Observasi Nyeri Perawatan Kritis (CPOT). Kumpulan bukti ini muncul
kebutuhan untuk tinjauan scoping literatur dengan tujuan menemukan intervensi non-farmakologis mengatasi rasa sakit di unit perawatan intensif.
meningkatkan. Selain itu, intervensi ini seringkali mudah disediakan dan aman digunakan dengan
Tujuan
Tujuan dari tinjauan pelingkupan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang literatur tentang intervensi
nonfarmakologis yang menargetkan nyeri pada pasien yang dirawat di ICU. Kami memiliki dua tujuan khusus:
(1) untuk mengeksplorasi literatur yang ada tentang intervensi non-farmakologis yang menargetkan nyeri pada
pasien ICU, dan (2) untuk mengusulkan intervensi non-farmakologis yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut
mengenai kemanjuran dan efeknya pada intensitas nyeri, kejadian nyeri dan opioid. -menghemat kapasitas.
metode
Kami menerapkan kerangka kerja untuk tinjauan pelingkupan yang disarankan oleh Arksey dan O alley (Arksey &
O'Malley, 2005) dan menambahkan perangkat tambahan yang disarankan oleh Levac et al. pada tahun 2010 dan
Colquhoun et al. pada tahun 2014 (Colquhoun et al., 2014; Levac, Colquhoun, & O'Brien, 2010). Metode ini
mencakup pendekatan enam langkah: (1) identifikasi pertanyaan penelitian, (2) identifikasi studi yang relevan, (3)
pemilihan studi, (4) memetakan data, (5) menyusun, meringkas dan melaporkan hasil dan (6) konsultasi dengan
konsumen, pemangku kepentingan, dan pembuat kebijakan untuk mendapatkan referensi dan wawasan yang
Tinjauan pelingkupan didefinisikan sebagai 'bentuk sintesis pengetahuan yang membahas pertanyaan penelitian
eksplorasi yang ditujukan untuk memetakan konsep-konsep kunci, jenis bukti, dan kesenjangan dalam penelitian yang
terkait dengan area atau bidang yang ditentukan dengan mencari, memilih, dan mensintesis pengetahuan yang ada
Pencarian literatur
berikut: CINAHL, MEDLINE, PubMed, BMJ Best Practice, British Nursing Index dan AMED.
Pencarian literatur luas untuk memastikan kami menangkap bukti saat ini, dan pencarian
dilakukan tanpa batasan tanggal. Kami melakukan pencarian ekstensif dengan kata kunci yang
relevan dalam database dan memasukkan kata-kata dalam judul dan abstrak. Untuk lebih
jelasnya, lihat Tabel 1. Basis data yang sama dicari lagi 26.06.2019 ini menerapkan
kami sebelum pengiriman. Kami mengikuti pedoman untuk tinjauan sistematis dan meta-analisis dan
memiliki, atau berisiko berkembang, disfungsi organ akut yang mengancam jiwa yang dapat sembuh
total atau sebagian' (Marshall et al., 2017). Populasi ini tidak termasuk orang yang membutuhkan
perawatan paliatif atau pasien pasca operasi tanpa kegagalan organ. Konteksnya adalah ICU dan
konsepnya adalah intervensi non-farmakologis dengan rasa sakit sebagai hasil, yang mencakup semua
intervensi yang tidak menggunakan obat untuk mengurangi rasa sakit, kecuali untuk teknik invasif,
seperti neuromodulasi.
Empat peneliti, termasuk dua ahli nyeri (perawat RKS dan dokter LJ.R) dan dua perawat perawatan
intensif (ALM dan BFO), membahas kriteria inklusi pada dua titik waktu. Pertama, dua kelompok dengan
dua penulis masing-masing membaca sejumlah kecil studi dan mendiskusikan penyertaan makalah
kriteria, mengklarifikasi keraguan dan kemungkinan salah penilaian. Selanjutnya, keempat penulis
membaca pilihan studi (kecil) yang berbeda sebelum menyetujui kriteria inklusi dan eksklusi akhir adalah
(1) orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih; (2) dirawat di ICU, atau pasien yang digambarkan
membutuhkan perawatan intensif dan dengan disfungsi organ; (3) pasien dengan intensitas nyeri
sebagai hasil utama atau sekunder; (4) deskripsi intervensi nonfarmakologis; (5) hanya studi bahasa
Pilihan studi
Dua kelompok yang terdiri dari dua pengulas secara independen meninjau judul dan abstrak dari pencarian
literatur dan mengikuti ini dengan diskusi dan konsensus akhir tentang studi mana yang akan dimasukkan
sebagai artikel teks lengkap. Artikel teks lengkap dibaca secara independen oleh dua pengulas dan mereka
membentuk pasangan baru. Sebelum pemilihan akhir artikel teks lengkap untuk dimasukkan, keempat peninjau
membahas pendapat yang bertentangan, sehingga semua ketidaksepakatan diselesaikan dengan diskusi dan
Ekstraksi data
dari penulis (ALM dan RS) membaca dua belas studi yang disertakan secara individual dan mengekstrak
A. Pengarang
cc td Artikel
B. Tahun terbit
C. Asal/negara asal (tempat penelitian dipublikasikan atau dilakukan)
D. Tujuan/tujuan
e. Populasi studi dan ukuran sampel (jika ada)
F. Metodologi/metode
G. Jenis intervensi, pembanding dan detail tentangnya (misalnya durasi intervensi)
(jika ada)
H. Durasi intervensi (jika ada)
Saya. Hasil dan rinciannya (misalnya bagaimana diukur) (jika ada)
Ketidaksepakatan diselesaikan pertama dalam diskusi antara dua penulis yang mengekstraksi data,
Analisis
Hasil penelitian disintesis secara tematik berdasarkan jenis intervensi setelah pembahasan tema
yang akan dimasukkan. Kami menggunakan kerangka kerja yang disarankan oleh Polkki dan rekan
(Polkki, Vehvilainen-Julkunen, & Pietila, 2001) membagi intervensi non-farmakologis menjadi lima
kategori: (1) metode kognitif-perilaku (misalnya citra, gangguan, relaksasi), (2) metode fisik
(misalnya pijat, akupunktur), (3) dukungan emosional (misalnya sentuhan, jaminan), (4) membantu
dalam kegiatan sehari-hari (misalnya transfer, toileting) dan (5) menciptakan lingkungan yang
Hasil
Pencarian sistematis menghasilkan 10731 catatan. Tambahan 73 studi penelitian asli diambil melalui back-
chaining dari empat tinjauan sistematis dan dua pedoman, dan 181 studi ditemukan dengan
memperbarui pencarian asli, ini menghasilkan total 10985 studi. Setelah menghapus duplikat (N=5134)
dan studi tentang perawatan intensif pediatrik (N=1531), kami membaca 4320 judul dan abstrak (Gambar
1). Secara keseluruhan, 393 studi dimasukkan untuk dibaca sebagai teks lengkap
Sebagian besar penelitian adalah eksperimen semu dengan kelompok kontrol atau kondisi kontrol,
termasuk satu dengan beberapa kelompok intervensi (n=6), pengobatan dengan kontrol yang sesuai
(n=1), studi kasus-kontrol dengan tes pra dan pasca (n=1), intervensi tanpa kelompok kontrol
menggunakan pre-and post-tests (n=1), desain deskriptif kualitatif (n=2) dan desain cross-over
dengan pengacakan (n=1). Data demografi dari sepuluh studi kuantitatif yang disertakan
menunjukkan distribusi gender dengan proporsi laki-laki berkisar antara 47% hingga 76%. Usia rata-
rata di seluruh studi berkisar antara 34 (standar deviasi [SD] = 9,1) hingga 65 (SD = 13,8) tahun dan
usia sebenarnya berkisar antara 17 hingga 90 tahun. Rasa sakit dinilai terutama oleh skala satu
dimensi untuk hubungan diri termasuk Skala Analog Visual (n = 7), Skala Peringkat Numerik (n=2) dan
Sistem Penilaian Gejala Edmonton (n=1). Dua studi skala nyeri observasional, dan keduanya
menggunakan Skala Nyeri Perilaku (BPS) untuk proksi. Dua belas studi yang disertakan mewakili
Amerika Serikat (n=5), Kanada (n=1), Mesir (n=2), Prancis (n=1), Iran (n=1), Swiss (n=1) dan Turki (n=1).
Metode kognitif-perilaku
Kami menemukan tujuh penelitian asli yang menyelidiki metode kognitif-perilaku, termasuk
hipnosis (Berger et al., 2010; Patterson, Everett, Burns, & Marvin, 1992), perawatan spiritual
(Berning et al., 2016), terapi musik (Golino et al., 2019; Jacq et al., 2018), musik harpa (Chiasson,
Baldwin, McLaughlin, Cook, & Sethi, 2013) dan suara alam (Saadatmand et al., 2015).
Kegunaan hipnosis untuk mengurangi intensitas nyeri nyeri luka bakar prosedural diperiksa dalam dua
studi oleh Patterson et al. dan Berger dkk. (Berger et al., 2010; Patterson et al., 1992). Penelitian Patterson
hanya terdiri dari pasien dengan skor nyeri minimal 5 dari 10 cm pada Visual Analogue Scale (VAS) selama
penggantian balutan terakhir. Secara keseluruhan, 30 pasien memenuhi syarat untuk dimasukkan dan
sampel dimasukkan ke dalam kelompok hipnosis (intervensi), kontrol perhatian/relaksasi dan informasi
(kontrol) atau perawatan konvensional saja (kontrol). Pengkajian nyeri dilakukan sebelum dan sesudah
penggantian balutan. Seorang psikolog terlatih yang bekerja di bangsal luka bakar menyampaikan
menunjukkan pengurangan nyeri yang substansial (rata-rata = 4,48) dan signifikan (p<0,0001) terkait dengan
penggunaan hipnosis sebelum penggantian balutan, dibandingkan dengan pengurangan kecil dan tidak
signifikan pada dua kelompok lainnya. Hipnosis tidak mempengaruhi dosis morfin pasien sebelum pengobatan
Artikel yang diterima
(mean=1,33, SD=0,40) dibandingkan setelah pengobatan (mean=1,29, SD=0,49).
Dalam studi oleh Berger, penurunan signifikan (p<0,0001) dalam intensitas nyeri
pada kelompok hipnosis terdeteksi ketika dibandingkan dengan kelompok kontrol
historis dan ketika kelompok intervensi dinilai sebelum dan sesudah intervensi
(Berger et al., 2010). Mereka menggunakan VAS 10 cm, seperti dalam penelitian
Patterson, selain Sistem Penilaian Gejala Edmonton (ESAS) 10 cm. Hari pertama
setelah luka bakar, pasien dinilai nyeri. Mereka dengan skor VAS> 4 diikuti setiap
hari untuk mengumpulkan data tentang penilaian nyeri dan perawatan selama
putaran klinis. Efek pengobatan kecil (0,5) menurut VAS, dan lebih kuat (1,6)
menggunakan ESAS. Seorang perawat ICU yang terlatih khusus melakukan hipnosis
selama beberapa sesi (Berger et al., 2010), yang secara signifikan (p<0.
Penilaian nyeri spiritual menggunakan panduan gambar diperiksa dalam sebuah penelitian oleh Berning
dan rekan (Berning et al., 2016), yang mencakup 50 pasien ICU dengan ventilator mekanik: 25 pasien
diselidiki menggunakan wawancara kualitatif dan 25 dinilai dengan 100 mm VAS untuk rasa sakit dan
stres (dari -100 hingga +100) sebelum dan sesudah pendeta yang terlatih secara khusus berkomunikasi
dengan mereka tentang emosi dan rasa sakit fisik mereka; skala 0-10 digunakan untuk menilai rasa sakit
spiritual mereka. Secara keseluruhan, 47% pasien memiliki skor nyeri spiritual 5 poin atau lebih, dan rata-
rata skor nyeri spiritual adalah 4,2 (SD=3.7). Menurut wawancara kualitatif, perawatan spiritual dipandu
gambar yang dipimpin pendeta ditentukan layak untuk digunakan di ICU dan dianggap berguna oleh
pasien (Berning et al., 2016). VAS 0-100 untuk nyeri menunjukkan perubahan rata-rata yang tidak
signifikan (p=0,15) sebesar -14 (95% CI; -38 hingga 8). Namun, peningkatan signifikan dalam stres yang
dinilai dengan VAS 100 mm ditemukan, dengan penurunan rata-rata -49 (95% CL; -74 menjadi -24). Para
pasien juga melaporkan bahwa mereka lebih mampu mengelola masa tinggal mereka di rumah sakit.
ventilasi mekanis (Golino et al., 2019). Secara keseluruhan, 52 pasien ditugaskan untuk relaksasi (n=28)
atau lagu pilihan (n=24). Itu adalah terapis musik yang mengumpulkan data tentang tanda-tanda vital
dari monitor dan data klinis tentang rasa sakit dan kecemasan dengan laporan diri pasien sendiri pada
artikel td
0-10 NRS dalam desain pra/pasca. Relaksasi membuat 10 pasien tertidur dibandingkan dengan 2 pada
kelompok musik. Rasa sakit berkurang dengan signifikansi statistik (p=0,001) sebesar 1,06 (95% CI
0,48-1,63) dan sebesar 1,27 (95% CI 0,66-1,89, p<0,001) pada kelompok musik.
Terapi musik juga diselidiki di ICU sebelum dan selama prosedur nosiseptif mandi
di tempat tidur (Jacq et al., 2018). Pasien berventilasi mekanis dan tidak dapat
berkomunikasi secara verbal karena tabung trakea, dengan skor Skala Sedatif
Agitasi Richmond (RASS) dari -3 hingga +4 sesuai dengan sedasi sedang hingga
keadaan agresif. Skala Nyeri Perilaku (BPS) digunakan dan skor >5 diinterpretasikan
sebagai mengalami nyeri. Ini adalah studi terkontrol non-acak dengan 30 pasien
pertama yang memenuhi syarat ditugaskan untuk intervensi dan 30 pasien
berikutnya ditugaskan untuk kontrol. Temuan menunjukkan bahwa tidak ada
pasien (n=60) yang mengalami nyeri saat istirahat sebelum mandi tempat tidur
(BPS <5), skor median pada 3 (IQR, 3-3) terlihat pada kedua kelompok (p=0,43).
Mandi di tempat tidur menimbulkan rasa sakit (BPS>5) hingga 88% dari total
sampel (n=60),
Dampak suara telah diperiksa menggunakan musik harpa (Chiasson et al., 2013)
dan suara alam (Saadatmand et al., 2015). Chiasson dkk. menyelidiki efek dari sesi
harpa hidup spontan 10 menit pada intensitas nyeri. Mereka menugaskan 100
pasien ke kelompok harpa (intervensi) atau sesi musik tanpa harpa (kontrol).
Berbagai parameter sebelum dan sesudah sesi dinilai pada kedua kelompok.
Kelompok kontrol dinilai sebelum dan sesudah istirahat. VAS 10 cm dimasukkan
sebagai bagian dari laporan diri, alat penilaian nyeri, yang mencakup skala
Ac
penilaian numerik (NRS), termometer nyeri, skala nyeri wajah dan skala deskripsi
verbal (VDS). Kelompok kontrol tidak menunjukkan perubahan pada VAS, dengan
rata-rata 2,5 (SD=3,0) sebelum dan sesudah sesi. Namun, kelompok intervensi
musik harpa diuntungkan, dengan signifikan (p>0.
Metode fisik
Tiga dari studi yang disertakan menyelidiki metode penghilang rasa sakit fisik dari latihan pasif,
akupunktur, dan icepack (Amidei & Sole, 2013; Feeney et al., 2017; Khalil, 2017). Amidei dan
rekan menyediakan program latihan pasif 20 menit yang disampaikan oleh mesin gerak pasif
berkelanjutan (CPM) (Amidei & Sole, 2013). Pasien diberi ventilasi mekanis dan didaftarkan 48
jam dalam intubasi; mereka menerima intervensi dalam waktu 72 jam setelah intubasi. Sebuah
sampel kenyamanan dari 32 pasien dimasukkan, tetapi kondisi yang memburuk dari dua pasien
mengurangi jumlah dalam kelompok intervensi menjadi 30 pasien. Intervensi terdiri dari 20
ekstensi dan fleksi selama 20 menit pada mesin CPM. Rasa sakit dinilai menggunakan Skala
Nyeri Perilaku (BPS, mulai dari 3 hingga 12 poin) setelah periode istirahat 30 menit, sebelum
intervensi, pada 5 dan 10 menit selama intervensi, pada penyelesaian intervensi dan setelah
istirahat 60 menit. Para pasien berperan sebagai kontrol mereka sendiri dalam desain dalam
subjek ini. Intensitas nyeri berkurang secara signifikan (p=0,02) dari 3,77 (SD=1,04) menjadi 3,23
Feeney dan rekan menyelidiki efek akupunktur yang diberikan oleh spesialis pengobatan Cina
kepada 45 pasien ICU. Intervensi disampaikan selama tiga sesi, satu sesi per hari selama tiga
hari. Rasa sakit dinilai sebelum dan sesudah akupunktur menggunakan 10 titik VAS dan NRS.
Intensitas nyeri turun rata-rata 2,56 poin pada hari pertama, dan 1,98 pada hari ketiga (p<0,05)
(Feeney et al., 2017). Akupunktur juga mengurangi konsumsi morfin dari rata-rata 21,44 mg
setiap pengobatan sampai mencapai dosis rata-rata 13,5 mg setelah 3rd pengobatan (Feeney et al., 2017).
Kemampuan kompres es untuk mengurangi nyeri prosedural pada pasien ICU terkait pungsi vena
Ac pted Art le
diselidiki oleh Khalil dalam studi kuasi-eksperimental (Khalil, 2017). Lima puluh pasien memiliki kompres
es yang diletakkan di tangan mereka selama 10 menit sebelum pungsi vena dan 50 pasien tidak
diintervensi sebelum penusukan (kelompok kontrol). Kelompok intervensi menunjukkan peringkat nyeri
yang lebih rendah secara signifikan (p=0,01) pada 10 poin VAS, dengan skor rata-rata 7,36 poin (SD=1,34)
Bantuan emosional
Patterson dkk. menyelidiki dampak dukungan emosional (yaitu, memberikan perhatian dan
informasi kepada pasien) pada intensitas nyeri pada pasien luka bakar ICU, selain pengobatan
hipnosis yang dijelaskan di atas (Patterson et al., 1992). Intensitas nyeri berkurang 1,76 poin pada
VAS 10 poin, tetapi tidak signifikan setelah pasien menerima dukungan emosional berupa perhatian
dan informasi.
Dalam sebuah penelitian yang menggunakan delapan wawancara kelompok fokus, pasien,
anggota keluarga, dan perawat dari ICU diminta untuk menggambarkan intervensi non-
farmakologis yang mereka temukan berguna, layak, dan relevan untuk mengurangi rasa sakit
(Gelinas et al., 2013). Dua dari kelompok fokus termasuk pasien dan anggota keluarga, dan
enam kelompok terdiri dari perawat ICU. Secara keseluruhan, 33 intervensi non-farmakologis
yang berbeda dibahas selama delapan sesi kelompok. Pasien dan anggota keluarga paling
sering mendiskusikan pijat sederhana dan efek kehadiran keluarga. Perawat mendiskusikan
mendengarkan secara aktif, orientasi realitas, dan komunikasi suportif. Empat intervensi
teratas yang dibahas dalam hal kegunaan, relevansi dan kelayakannya adalah terapi musik,
Khalil bertanya kepada 60 perawat perawatan kritis yang bekerja di ICU di Kairo Mesir tentang intervensi
nonfarmakologis apa yang mereka terapkan selama perawatan sehari-hari untuk pasien mereka (Khalil, 2018). Perawat
menjawab berdasarkan daftar 16 item yang dibuat sebelumnya. Sangat sedikit perawat (n=12) yang menggunakan
salah satu intervensi. Reposisi paling sering digunakan, diikuti oleh komunikasi, penggunaan
Menurut pedoman terbaru, penggabungan strategi non-farmakologis sangat dianjurkan (Devlin et al., 2018). Dalam tinjauan pelingkupan ini, kami telah
menunjukkan bahwa metode perilaku kognitif yang lebih komprehensif termasuk hipnosis, pijat sederhana, distraksi dan perawatan spiritual adalah intervensi
non-farmakologis yang paling sering digunakan untuk mengurangi rasa sakit (Gelinas et al., 2013). Dari hasil, kami menyarankan sub-kelompok baru "musik
dan suara" yang dalam tinjauan saat ini terdiri dari musik harpa, terapi musik, dan mendengarkan suara alam. Pasien tampaknya mendapat manfaat yang
signifikan dari intervensi yang nyaman ini. Yang paling sering kedua adalah terapi fisik termasuk olahraga, akupunktur dan kompres es. Dukungan emosional,
juga disarankan oleh Gelinas et al. tahun 2012, didefinisikan sebagai memberikan perhatian dan informasi kepada pasien dan digunakan sebagai kontrol oleh
Patterson et al. 1992 sebagai lengan paralel untuk hipnosis. Terapi dari kategori 'membantu aktivitas sehari-hari' atau 'menciptakan lingkungan yang nyaman'
hanya disebutkan dalam satu studi wawancara oleh Khalil pada tahun 2018. Alasan untuk penggunaan yang terbatas mungkin karena sementara perawat
dapat mengintegrasikan ini dalam perawatan mereka, mereka tidak melakukannya secara khusus untuk mengurangi rasa sakit. 'Daily care' dan 'comfort'
adalah kategori yang berisi strategi yang mudah diterapkan seperti repositioning atau menciptakan ruangan yang nyaman. Alasan untuk penggunaan
terbatas dapat karena sementara perawat dapat mengintegrasikan ini dalam perawatan mereka, mereka tidak melakukannya secara khusus untuk
mengurangi rasa sakit. 'Daily care' dan 'comfort' adalah kategori yang berisi strategi yang mudah diterapkan seperti repositioning atau menciptakan ruangan
yang nyaman. Alasan untuk penggunaan terbatas dapat karena sementara perawat dapat mengintegrasikan ini dalam perawatan mereka, mereka tidak
melakukannya secara khusus untuk mengurangi rasa sakit. 'Daily care' dan 'comfort' adalah kategori yang berisi strategi yang mudah diterapkan seperti
Tujuan menyeluruh dari tinjauan ini adalah untuk ruang lingkup literatur untuk
bukti intervensi nonfarmakologis. Kami hanya dapat memasukkan dua belas studi,
dan sepuluh di antaranya telah memeriksa kemanjuran satu atau lebih intervensi
untuk mengurangi intensitas nyeri, beragam intervensi dan alat penilaian yang
digunakan. Jumlah rata-rata peserta per studi, termasuk semua intervensi, adalah
35, mulai dari 23 hingga 100, sehingga hasil yang mungkin mewakili pasien ini
lebih banyak daripada kelompok yang lebih luas dari semua pasien ICU. Bukti yang
disertakan lebih lanjut terhambat oleh deskripsi metode yang tidak jelas,
kurangnya pengacakan dan durasi intervensi yang pendek. Meskipun sejumlah
besar literatur yang awalnya mengungkapkan dirinya sendiri, ada beberapa
penelitian yang menyelidiki intervensi non-farmakologis untuk mengurangi rasa
sakit di antara populasi pasien ICU umum.
nonfarmakologis yang mampu mengurangi intensitas nyeri pada pasien ICU yang paling efisien (Berger et
al., 2010; Feeney et al., 2017; Patterson et al., 1992). Penurunan intensitas nyeri 2,56 poin, yang diukur
dengan VAS 0-10 poin, ditemukan di antara pasien ICU umum dari pra-perawatan pada awal hingga pasca
perawatan terakhir dengan akupunktur. Studi oleh Patterson et al. dan Berger dkk. hanya menyelidiki
Diterima rticl
hipnosis pada pasien luka bakar. Efek pengobatan rata-rata yang lebih besar ditemukan dalam penelitian
Patterson dibandingkan dengan Berger dan rekan (masing-masing 4,5 dan 1,6) mungkin terkait dengan
skor nyeri yang lebih tinggi dalam penelitian Patterson (Berger et al., 2010; Patterson et al. , 1992). Dua
penelitian yang dilakukan pada hipnosis dan intervensi musik (yaitu, baik musik harpa atau suara alam)
menemukan bahwa mendengarkan suara alam mengurangi intensitas nyeri rata-rata sebesar 1,3 poin
pada skala 0-10. Latihan pasif, musik harpa dan icepack juga menunjukkan perubahan yang signifikan,
tetapi semua perubahan rata-rata kurang dari 1 poin, yang diukur dengan skala 0-10.
Perkiraan nyeri persisten menggunakan kurva karakteristik operasi penerima (ROC) menunjukkan bahwa perubahan kurang dari 1,5 poin pada 0-10 NRS tidak memiliki relevansi klinis
(Kovacs et al., 2008). Namun, untuk nyeri sub-akut, perbedaan ROC yang dibutuhkan kurang dari 0,5 untuk menjadi perbedaan yang relevan secara klinis, dan untuk orang dengan
intensitas nyeri yang tinggi pada awal, perubahan yang dibutuhkan meningkat dengan meningkatnya tingkat nyeri (Kovacs et al., 2008). ). Dengan demikian, perubahan yang lebih besar
dalam skor nyeri dengan meningkatnya intensitas nyeri awal didokumentasikan dalam studi oleh Patterson dan Berger. Variabilitas besar dalam perbedaan minimal yang relevan secara
klinis mutlak dari 1 hingga 4 pada 0-10 NRS telah ditemukan dalam penelitian yang menyelidiki pereda nyeri pada nyeri akut, terkait kanker, dan nyeri persisten (Hirschfeld, Wager,
Schmidt, & Zernikow, 2014; Hui dkk., 2015; MF Olsen et al., 2017). Berbagai intervensi yang termasuk dalam tinjauan saat ini menunjukkan perubahan yang signifikan secara statistik, tetapi
mereka memiliki penurunan intensitas nyeri 1 atau kurang; karenanya, relevansi klinis dari studi ini diragukan. Variabilitas yang terlihat di antara hasil mungkin tergantung pada berbagai
faktor seperti intensitas nyeri awal pasien, seperti yang dibahas, tetapi juga peningkatan dalam manajemen analgesik dan tingkat trauma (MF Olsen et al., 2017). Olsen dkk. melakukan
tinjauan sistematis pada tahun 2017 tentang perbedaan minimal yang relevan secara klinis dengan total 42 penelitian; 35 studi tentang nyeri akut menunjukkan bahwa usia yang lebih
muda dikaitkan dengan perubahan intensitas nyeri yang lebih kecil (MF Olsen et al., 2017). Berbagai intervensi yang termasuk dalam tinjauan saat ini menunjukkan perubahan yang
signifikan secara statistik, tetapi mereka memiliki penurunan intensitas nyeri 1 atau kurang; karenanya, relevansi klinis dari studi ini diragukan. Variabilitas yang terlihat di antara hasil
mungkin tergantung pada berbagai faktor seperti intensitas nyeri awal pasien, seperti yang dibahas, tetapi juga peningkatan dalam manajemen analgesik dan tingkat trauma (MF Olsen et
al., 2017). Olsen dkk. melakukan tinjauan sistematis pada tahun 2017 tentang perbedaan minimal yang relevan secara klinis dengan total 42 penelitian; 35 studi tentang nyeri akut
menunjukkan bahwa usia yang lebih muda dikaitkan dengan perubahan intensitas nyeri yang lebih kecil (MF Olsen et al., 2017). Berbagai intervensi yang termasuk dalam tinjauan saat ini
menunjukkan perubahan yang signifikan secara statistik, tetapi mereka memiliki penurunan intensitas nyeri 1 atau kurang; karenanya, relevansi klinis dari studi ini diragukan. Variabilitas
yang terlihat di antara hasil mungkin tergantung pada berbagai faktor seperti intensitas nyeri awal pasien, seperti yang dibahas, tetapi juga peningkatan dalam manajemen analgesik dan
tingkat trauma (MF Olsen et al., 2017). Olsen dkk. melakukan tinjauan sistematis pada tahun 2017 tentang perbedaan minimal yang relevan secara klinis dengan total 42 penelitian; 35 studi
tentang nyeri akut menunjukkan bahwa usia yang lebih muda dikaitkan dengan perubahan intensitas nyeri yang lebih kecil (MF Olsen et al., 2017). relevansi klinis dari studi ini diragukan. Variabilitas yang terlihat di antara ha
Pergeseran saat ini dalam manajemen nyeri dari analgesik dan prosedur invasif ke
diperoleh dari sepuluh percobaan kami yang disertakan. Untuk pasien yang tidak mampu memberikan
laporan diri yang valid, ini mungkin menjadi penghalang utama untuk pengobatan yang optimal. Oleh
Ac pted A ticle
karena itu perlu strategi yang berbeda untuk mengidentifikasi nyeri dan mengevaluasi intervensi untuk
pasien ini termasuk dokumen strategis seperti hierarki penilaian oleh Herr dan rekan dan protokol yang
digerakkan oleh perawat untuk penilaian nyeri oleh BF Olsen et al. (Herr, Coyne, Ely, Gelinas, &
Manworren, 2019; BF Olsen, Rustoen, Sandvik, Jacobsen, & Valeberg, 2016). Sebagai bagian dari strategi ini
adalah penggunaan alat yang divalidasi peringkat proxy seperti alat observasi nyeri perawatan kritis
(CPOT) atau Skala Nyeri Perilaku, seperti yang terjadi pada dua penelitian termasuk pasien non-verbal. Alat
penilaian nyeri yang digunakan harus divalidasi untuk kelompok pasien dan layak untuk pengaturan
(Kotfis, Zegan-Barańska, Szydłowski, ukowski, & Ely, 2017). Skala nyeri CPOT atau BPS dapat
direkomendasikan untuk pasien sedasi non-verbal di ICU (Devlin et al., 2018). Perawat memiliki tugas etis
independen untuk menerapkan strategi berbasis bukti individual sesuai dengan proses keperawatan yang
memastikan penilaian, intervensi, penilaian ulang, dan dokumentasi (Asosiasi, 2018; Herr et al., 2019).
Manajemen nyeri yang sukses lebih lanjut merupakan usaha interdisipliner. Kompetensi inti dalam
perawatan nyeri integratif telah ditetapkan melalui putaran Delphi, dan ini telah didefinisikan sebagai
sikap dan keyakinan 'profesional kesehatan' (Tick, Chauvin, Brown, & Haramati, 2015). Rekomendasi ini
sesuai dengan pedoman inti, menyarankan penggunaan pendekatan bertahap berbasis bukti,
Penggunaan kompres dingin untuk prosedur keperawatan yang menyakitkan, seperti perubahan atau
penghentian trakeotomi, tusukan vena atau arteri atau pelepasan kateter urin mudah diterapkan,
meningkatkan rasa sakit pasien dan memungkinkan perawat untuk menghibur mereka secara langsung atau
tidak langsung karena berkurangnya kebutuhan akan sedasi (Vincent et al., 2016). Namun, konsensus tentang
bukti terbaru belum tercapai mengenai akupunktur dan gangguan menggunakan perangkat virtual reality (VR)
(Devlin et al., 2018; Tick et al., 2018). Devlin dkk. menganggap VR sebagai terapi berbasis hipnosis untuk
menghilangkan rasa sakit yang tidak dapat direkomendasikan karena rendahnya kualitas bukti yang
mendukungnya dan mereka tidak mempertimbangkan akupunktur sama sekali. Sebagai dokter, kami ingin
menekankan bahwa akupunktur dan hipnosis mungkin dianggap oleh pasien sebagai invasif; karena itu,
penggunaan terapi ini harus didiskusikan secara menyeluruh dengan mereka. Kami juga menganggap
akupunktur dan hipnosis sebagai perawatan yang memerlukan pendidikan spesialis dan
penggunaan teknologi VR untuk mengurangi rasa sakit terkait luka bakar menunjukkan hasil yang menjanjikan dan
harus dieksplorasi lebih lanjut secara terpisah dan tidak dalam kombinasi dengan hipnosis (Gold, Belmont, & Thomas,
Terima artikel
2007).
Kami telah menerapkan desain yang ketat termasuk penulis dengan kompetensi pelengkap, bekerja berpasangan di
semua langkah proses mulai dari perencanaan, penyaringan, membaca teks lengkap, dan semua penulis berkontribusi
penuh dalam menganalisis dan menulis makalah. Struktur yang jelas diberikan ketika mendefinisikan populasi
perawatan intensif, disediakan dengan menggunakan kerangka kerja dari Arksey dan
O alley dan Polkki et al. juga memperkuat metode (Arksey & O'Malley, 2005, Polkki,
2001).
Makalah ini dibatasi oleh deskripsi yang tidak jelas tentang tingkat sedasi yang diberikan dalam
makalah. Oleh karena itu bermasalah untuk mengevaluasi relevansi alat penilaian nyeri yang
digunakan. Keterbatasan lain adalah bahwa karena berbagai macam alat penilaian nyeri yang
Kesimpulan
Studi kami menemukan kurangnya bukti tingkat tinggi dan kuat mengenai intervensi non-farmakologis
yang menargetkan intensitas nyeri. Dalam studi yang ditinjau, intervensi hipnosis, akupunktur, kompres
es, suara alami, latihan pasif, dan musik harpa terbukti memiliki efek signifikan secara statistik pada
penghilang rasa sakit. Namun, hanya hipnosis, akupunktur, dan suara alami yang menunjukkan
penurunan intensitas nyeri yang relevan secara klinis. Selain itu, keluarga, perawat dan pasien
menyarankan penggunaan pijat sederhana, kehadiran keluarga, terapi musik dan distraksi sebagai
komprehensif dalam penyelidikan efek protokol pengobatan non-farmakologis pada intensitas nyeri,
proporsi nyeri dan dampak pada konsumsi opioid dan kebutuhan sedasi.
Pengamatan keperawatan terstruktur diikuti dengan intervensi berdasarkan protokol yang digerakkan oleh penilaian
dan standar untuk manajemen nyeri menggunakan algoritma standar sangat penting untuk nyeri
waktu yang lebih lama dan kemampuan mereka untuk menilai rasa sakit dan mengidentifikasi
gejala sangat penting untuk memberikan pereda nyeri yang optimal kepada pasien. Alat penilaian
nyeri yang valid telah dikembangkan untuk mengatasi intensitas nyeri seseorang, penyebab dasar
nyeri (nyeri akut/persisten), dan alasan tidak komunikatif (koma, demensia, disabilitas). Hasil negatif
pasien, seperti durasi ventilasi mekanis, lama tinggal di ICU, infeksi, waktu sedasi, penggunaan
Acc pt Ar icle
opioid, dan kematian semuanya telah dikurangi dengan menggunakan penilaian keperawatan
terstruktur (Skrobik et al., 2010). Perawatan nyeri adalah usaha interdisipliner, di mana perawat
memiliki peran kunci dalam penilaian, penilaian ulang, manajemen dan dokumentasi.
Pengobatan komplementer dan obat-obatan harus dipantau menggunakan penilaian nyeri terstruktur
untuk memastikan pengobatan disesuaikan dengan individu (BF Olsen et al., 2016). Protokol yang
dipimpin perawat yang jelas untuk pengobatan telah terbukti mengurangi rasa sakit (Chanques et al.,
2009). Kelanjutan protokol nyeri yang dipimpin perawat harus mencakup paket perawatan non-
farmakologis yang disesuaikan dengan pasien. Perawatan pribadi muncul ketika penyedia layanan
kesehatan memperhitungkan preferensi pribadi seseorang, usia, jenis nyeri, intensitas nyeri dan jenis
dan tingkat trauma, seperti yang disarankan dalam literatur penelitian. Hasil dari lingkup bukti saat ini
menunjukkan bahwa hipnosis, akupunktur, kompres es, suara alam, latihan pasif dan musik harpa dapat
diintegrasikan dengan perawatan akut. Meskipun tidak diteliti secara menyeluruh untuk efek
penggunaan pijatan sederhana, memiliki keluarga hadir, terapi musik dan gangguan yang relevan.
Pengurangan intensitas nyeri yang relevan secara klinis hanya terlihat pada hipnosis, akupunktur, dan
suara alami. Dari semua intervensi dengan efek klinis yang berarti, mendengarkan suara alami
Kami selanjutnya menyarankan bahwa beberapa ukuran efek kecil dapat meningkat jika orang yang tepat menerima
perawatan yang tepat pada waktu yang tepat dan dalam situasi yang tepat. Kurangnya bukti saat ini memberikan permintaan
untuk studi yang dipimpin perawat di masa depan tentang perawatan non-farmakologis yang diintegrasikan ke dalam
perawatan sehari-hari.
Kebutuhan untuk pengobatan farmakologis diselidiki dalam kaitannya dengan akupunktur dan hipnosis,
dan kedua intervensi mampu mengurangi konsumsi opioid pasien (Berger et al., 2010; Patterson et al.,
1992). Oleh karena itu, protokol untuk manajemen nyeri menggunakan langkah-langkah nonfarmakologis
harus dipantau untuk efeknya pada intensitas nyeri, variabilitas nyeri, kebutuhan sedasi, dan konsumsi
analgesik.
ventilasi mekanis. Jurnal perawatan kritis Amerika, 22(4), 337-348. Arbour, C., & Gelinas, C.
(2010). Apakah tanda-tanda vital indikator yang valid untuk penilaian nyeri pada
orang dewasa pasca operasi jantung ICU? Perawat Perawatan Crit Intensif, 26(2), 83-90.
doi:10.1016/j.iccn.2009.11.003
Arksey, H., & O'Malley, L. (2005). Studi pelingkupan: menuju kerangka metodologis.
Asosiasi, AN (2018). Tanggung jawab etis untuk mengelola rasa sakit dan penderitaan yang ditimbulkannya. ANA
Barr, J., Fraser, GL, Puntillo, K., Ely, EW, Gelinas, C., Dasta, JF, . . . Joffe, AM (2013). Klinis
pedoman praktek untuk pengelolaan nyeri, agitasi, dan delirium pada pasien dewasa di unit
perawatan intensif: Ringkasan eksekutif. Am J Health Syst Pharm, 70(1), 53-58. Pertempuran, CE,
Lovett, S., & Hutchings, H. (2013). Nyeri kronis pada penderita penyakit kritis: a
analisis retrospektif dari kejadian dan faktor risiko. Perawatan Kritik, 17(3), R101.
doi:10.1186/cc12746
Berger, MM, Davadant, M., Marin, C., Wasserfallen, JB, Pinget, C., Maravic, P., . . . Chiolero, RL
(2010). Dampak protokol nyeri termasuk hipnosis pada luka bakar besar.Luka bakar (03054179), 36(5),
639-646.
Berning, JN, Miskin, AD, Buckley, SM, Patel, KR, Lederer, DJ, Goldstein, NE, . . . Baldwin, M.
R.(2016). Panduan Gambar Novel untuk Meningkatkan Perawatan Spiritual dan Mengurangi
doi:10.1513/AnnalsATS.201512-831OC
Bradt, J., & Dileo, C. (2014). Intervensi musik untuk pasien berventilasi mekanis.Cochrane
Chanques, G., Payen, JF, Mercier, G., de Lattre, S., Viel, E., Jung, B., . . . Jaber, S. (2009). Menilai
nyeri pada pasien sakit kritis yang tidak diintubasi yang tidak dapat melaporkan sendiri: adaptasi
Skala Nyeri Perilaku. Perawatan Intensif Med, 35(12), 2060-2067. doi:10.1007/s00134-009- 1590-5
Chanques, G., Sebbane, M., Barbotte, E., Viel, E., Eledjam, JJ, & Jaber, S. (2007). Seorang calon
studi tentang nyeri saat istirahat: kejadian dan karakteristik gejala yang tidak dikenali dalam pembedahan
doi:10.1097/01.anes.0000287211.98642.51
Chiasson, AM, Baldwin, AL, McLaughlin, C., Cook, P., & Sethi, G. (2013). Efek Hidup
Artikel yang Diterima
Musik Harpa Spontan pada Pasien di Unit Perawatan Intensif. Pengobatan
Choi, J., Campbell, ML, Gelinas, C., Happ, MB, Tate, J., & Chlan, L. (2017). Penilaian gejala dalam
pasien ICU non-vokal atau kognitif terganggu: Implikasi untuk praktek dan penelitian masa depan.
Colquhoun, HL, Levac, D., O'Brien, KK, Straus, S., Tricco, AC, Perrier, L., . . . Moher, D. (2014).
Tinjauan pelingkupan: waktu untuk kejelasan definisi, metode, dan pelaporan. J Clin Epidemiol, 67
Devlin, JW, Skrobik, Y., Gelinas, C., Needham, DM, Slooter, AJC, Pandharipande, PP, . . .
Alhazzani, W. (2018). Pedoman Praktik Klinis untuk Pencegahan dan Penatalaksanaan Nyeri,
Agitasi/Sedasi, Delirium, Imobilitas, dan Gangguan Tidur pada Pasien Dewasa di ICU.Crit
Feeney, C., Bruns, E., LeCompte, G., Forati, A., Chen, T., & Matecki, A. (2017). Akupunktur untuk Nyeri
dan Mual di Unit Perawatan Intensif: Studi Kelayakan di Rumah Sakit Jaring Pengaman Umum. J
Gelinas, C., Arbour, C., Michaud, C., Robar, L., & Cote, J. (2013). Perspektif pasien dan perawat ICU
intervensi nonfarmakologis untuk manajemen nyeri. Perawat Crit Care, 18(6), 307-318.
Emas, JI, Belmont, KA, & Thomas, DA (2007). Neurobiologi nyeri realitas virtual
Leone, R., Gollenberg, A., Christopher, C., Stanger, D., Davis, TM, . . . Friesen, MA
(2019). Dampak Intervensi Terapi Musik Aktif pada Pasien Perawatan Intensif.Am J Crit Care,
Grounds, M., Willson, J., Tulloch, L., Linhartova, L., Shah, A., Pierson, R., & England, K. (2014).
Tinjauan Masyarakat Perawatan Intensif tentang Praktik Terbaik untuk Analgesia dan Sedasi di
Herr, K., Coyne, PJ, Ely, E., Gelinas, C., & Manworren, RCB (2019). Posisi ASPMN 2019
Pernyataan: Pengkajian Nyeri pada Pasien Tidak Dapat Melaporkan Sendiri. Perawat manajemen
nyeri. doi:10.1016/j.pmn.2019.07.007
Hirschfeld, G., Taruhan, J., Schmidt, P., & Zernikow, B. (2014). Minimal signifikan secara klinis
perbedaan untuk remaja dengan variabilitas nyeri kronis dari titik potong berbasis ROC. J Sakit, 15
(2015). Perbedaan minimal yang penting secara klinis dalam Skala Penilaian Gejala Edmonton
pada pasien kanker: Sebuah studi prospektif multisenter.Kanker, 121(17), 3027-3035. doi:10.1002/
Artikel yang Diterima
cncr.29437
Hweidi, IM (2007). Persepsi pasien Yordania tentang stres di unit perawatan kritis: Sebuah kuesioner
IASP. (2012). Taksonomi IASP. Istilah Nyeri., dari Asosiasi Internasional untuk Studi Nyeri
http://www.iasp-pain.org/Taxonomy#Pain
Jacq, G., Melot, K., Bezou, M., Foucault, L., Courau-Courtois, J., Cavelot, S., . . . Legriel, S. (2018).
Musik untuk menghilangkan rasa sakit selama mandi di tempat tidur pasien berventilasi mekanis: Sebuah studi
Khalil, NS (2017). Pengaruh penerapan kompres es pada pengurangan rasa sakit selama tusukan arteri.
Kotfis, K., Zegan-Barańska, M., Szydłowski, ., ukowski, M., & Ely, EW (2017). Metode rasa sakit
penilaian pada pasien dewasa unit perawatan intensif — versi Polandia dari CPOT (Alat
Observasi Nyeri Perawatan Kritis) dan BPS (Skala Nyeri Perilaku). Anestesi Intensif Ada, 49(1),
66-72.
Kovacs, FM, Abraira, V., Royuela, A., Corcoll, J., Alegre, L., Tomas, M., . . . Sakit Punggung Spanyol
Penelitian, N. (2008). Perubahan minimal yang dapat dideteksi dan minimal secara klinis penting untuk nyeri
pada pasien dengan nyeri leher nonspesifik.Gangguan Muskuloskelet BMC, 9, 43. doi:10.1186/1471-
2474-9-43
Kyavar, M., Karkhaneh, S., Rohanifar, R., Azarfarin, R., Sadeghpour, A., Alizadehasl, A., & Ghadrdoost,
B. (2016). Pengaruh mendengarkan musik yang disukai pada pengurangan rasa sakit pada pasien berventilasi
mekanis setelah operasi cangkok bypass arteri koroner.Penelitian dalam Kedokteran Kardiovaskular, 5 (4) (tidak
ada pagination)(e33769).
Levac, D., Colquhoun, H., & O'Brien, KK (2010). Studi pelingkupan: memajukan metodologi.
Li, J., Zhou, L., & Wang, Y. (2017). Efek intervensi musik pada pasien luka bakar selama
prosedur pengobatan: tinjauan sistematis dan meta-analisis dari uji coba terkontrol secara
Tidur di Unit Perawatan Intensif Luka Bakar Trauma Bedah: Dilema yang Sulit Dipahami. Dimens Crit Care
(2017). Apa itu unit perawatan intensif? Sebuah laporan dari gugus tugas Federasi Dunia
Perhimpunan Kedokteran Perawatan Intensif dan Kritis.J Crit Care, 37, 270-276. doi:10.1016/
j.jcrc.2016.07.015
Olsen, BF, Rustoen, T., Sandvik, L., Jacobsen, M., & Valeberg, BT (2016). Hasil implementasi
algoritma manajemen nyeri pada pasien unit perawatan intensif: Dampak pada
penilaian nyeri, lama tinggal, dan durasi ventilasi. J Crit Care, 36, 207-211.
doi:10.1016/j.jcrc.2016.07.011
Olsen, MF, Bjerre, E., Hansen, MD, Hilden, J., Landler, NE, Tendal, B., & Hrobjartsson, A. (2017).
Pereda nyeri yang penting bagi pasien: tinjauan sistematis studi empiris yang menilai
perbedaan minimal yang penting secara klinis pada nyeri akut. BMC Med, 15(1), 35.
doi:10.1186/s12916-016-0775-3
Patterson, DR, Everett, JJ, Burns, GL, & Marvin, JA (1992). Hipnosis untuk pengobatan luka bakar
Polkki, T., Vehvilainen-Julkunen, K., & Pietila, AM (2001). Metode nonfarmakologi dalam meredakan
nyeri pasca operasi anak-anak: survei pada perawat rumah sakit di Finlandia. J Adv Nurs, 34(4),
483-492.
Puntillo, KA, Max, A., Timsit, JF, Vignoud, L., Chanques, G., Robleda, G., . . . Azoulay, E. (2014).
Respir Crit Care Med, 189(1), 39-47. doi:10.1164/rccm.201306-1174OC Rotondi, AJ, Chelluri,
L., Sirio, C., Mendelsohn, A., Schulz, R., Belle, S., . . . Pinsky, MR (2002).
Ingatan pasien tentang pengalaman stres saat menerima ventilasi mekanis yang
Saadatmand, V., Rejeh, N., Heravi-Karimooi, M., Tadrisi, SD, Vaismoradi, M., & Jordan, S. (2015).
Efek Suara Alami pada Nyeri: Percobaan Terkendali Acak dengan Pasien yang Menerima
j.pmn.2014.09.006
Skrobik, Y., Ahern, S., Leblanc, M., Marquis, F., Awissi, DK, & Kavanagh, BP (2010). Diprotokolkan
manajemen unit perawatan intensif analgesia, sedasi, dan delirium meningkatkan analgesia dan
Perawatan untuk Dokter Perawatan Primer Tingkat Awal. Obat Sakit, 16(11), 2090-2097.
doi: 10.1111/pm.12818
Centang, H., Nielsen, A., Pelletier, KR, Bonakdar, R., Simmons, S., Glick, R., . . . Kesehatan. (2018). Bukti-
Strategi Nonfarmakologis Berbasis untuk Perawatan Nyeri Komprehensif: Buku Putih Satuan
JL, Shehabi, Y., Walsh, TS, Pandharipande, PP, Ball, JA, Spronk, P., . . . Takala, J.
(2016). Kenyamanan dan perawatan yang berpusat pada pasien tanpa sedasi berlebihan: konsep eCASH.
Woien, H., & Bjork, TI (2013). Perawatan intensif perawatan nyeri dan sedasi: pengalaman perawat
konflik antara penilaian klinis dan perawatan standar: sebuah studi eksploratif.Perawat
Woien, H., Vaeroy, H., Aamodt, G., & Bjork, TI (2014). Meningkatkan pendekatan sistematis terhadap rasa sakit
dan manajemen sedasi di ICU dengan menggunakan alat penilaian. J Clin Nurs, 23 tahun(11-12), 1552-
1561. doi:10.1111/j.1365-2702.2012.04309.x
pencarian.
Artikel yang Diterima
Populasi Intervensi Hasil
Unit perawatan kritis Nonfarmakologis Nyeri
intervensi
Perawatan kritis Intensitas nyeri
Unit perawatan
Intensif*
ry
Amidei dkk. 2013 Amerika Serikat Untuk mengidentifikasi nyeri 30 pasien ICU MV. Usia rata- Kuasi-eksperimental
fisiologis dan respons inflamasi rata 56,6 (SD=16,9) 60% laki- dalam-mata pelajaran
Artikel cept d
terhadap protokol latihan pasif laki tindakan berulang
standar. desain
Berger dkk. 2010 Switz Untuk mengukur pengaruh 23 pasien ICU dengan luka bakar Kontrol kasus
Berning dkk. 2016 Amerika Serikat Untuk menentukan kelayakan dan 50 pasien ICU MV. Usia
yang dipimpin pendeta untuk ventilasi Rata-rata 19,5 MV hari (kisaran 7-29)
mekanis
dewasa di ICU.
Chiasson dkk. Amerika Serikat Untuk menyelidiki pengaruh musik harpa 100 pasien ICU (50 intervensi, Studi kasus kontrol
2013 spontan langsung pada rasa sakit yang 50 kontrol) dengan penilaian pra
Feeney dkk. 2017 Amerika Serikat Untuk mengeksplorasi kelayakan dan 46 pasien ICU (76% laki-laki, usia Calon
penerimaan akupunktur untuk rata-rata 47,4 SD = 16,7) studi kelayakan
menghilangkan rasa sakit dan mual dibandingkan dengan 530 pasien Studi kohort
non-ICU
Gelina dkk. 2012 Kana Untuk menggambarkan perspektif 33 nonfarmakologis Sebuah kualitatif
aktif pada nyeri yang dilaporkan sendiri (kisaran 20-89), 37% laki-laki dalam-mata pelajaran,
Jacq dkk. 2018 Franc Untuk mengetahui pengaruh musik 60 pasien ICU MV. Intervensi n=30, Tidak acak
e terhadap nyeri pada pasien ICU MV saat 37% laki-laki median usia 78. Kontrol studi terkontrol
mandi di tempat tidur pagi n=30, 67% laki-laki, median usia 65.
Khalil dkk. 2017 Mesir Untuk menilai efek es 50 intervensi ICU (usia 56, Kontrol kasus
Patterson dkk. Amerika Serikat kemanjuran hipnosis dalam mengurangi 30 nyeri ICU luka bakar≥ 5 (usia 34,1, Studi kohort dengan
10 hipnosis, 10 perlakuan
perhatian/informasi, 10 kontrol
Saadatmand dkk. Iran Untuk menyelidiki efek mendengarkan 30 intervensi MV ICU (usia 41,23, Paralel pragmatis-
2015 suara alami pada rasa sakit SD=15,31, laki-laki 47%), dan 30 lengan, acak
kontrol ICU MV (usia 46,60, terkontrol plasebo
tahun Hasil
Amidei et Latihan pasif 20 menit BPS Latihan pasif dapat dilakukan dan
15 menit.
Tingkat dan waktu hipnosis
bersifat individual.
Berning et Perawatan rohani 50 memiliki satu sesi, 18 Rohani Rasa sakit spiritual dapat dinilai dengan
Al. 2016 kartu penilaian memiliki 2 sesi. nyeri VAS intervensi yang dipimpin oleh pendeta.
fisik.
Chiasson et musik harpa 10 menit musik harpa live VAS Musik live harpa dapat digunakan untuk
Diterima
Gelina et Ulasan tentang Delapan kelompok fokus Diskusi Empat terapi yang paling berguna,
keluarga.
Golino dkk. Terapi musik dan Sesi 30 menit NRS membuat lebih banyak tertidur. Terapi
banyak.
Jacq et Musik Musik saat mandi di tempat tidur BPS Musik mengurangi intensitas nyeri dan
tusukan vena
penghentian intervensi.
BPS=Skala Nyeri Perilaku; ESAS=Sistem Penilaian Gejala Edmonton; NRS=Skala Peringkat Numerik;
VAS=Skala Analog Visual
26/06/2019
Jumlah (n=181)
Dari: Moher D, Liberati A, Tetzlaff J, Altman DG, Grup PRISMA (2009). Pdirujuk Rmelaporkan Sayasyarat untuk SUlasan sistematis dan Meta-
Aanalisis: Pernyataan PRISMA. PLoS Med 6(7): e1000097. doi:10.1371/journal.pmed1000097