Anda di halaman 1dari 44

ANALISIS JURNAL DENGAN METODE PICO KELOMPOK 22

“Terapi Murotal Al-Qur’an Menurunkan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea Di


Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang”

Disusun Oleh : Kelompok 22

1. Leni Nur Fitriyani 2111040084


2. Dyah Ajeng Retno Asih 2111040100
3. Hefty Elles Petrinda 2111040117
4. Sahrul Munir 2111040120
5. Sindi Nur Khayati 2111040132

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2021
ANALISIS JURNAL DENGAN METODE PICO

“Terapi Murotal Al-Qur’an Menurunkan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea Di


Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang”

A. Analisis Jurnal
1. Judul penelitian
Terapi Murotal Al-Qur’an Menurunkan Intensitas Nyeri Post
Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
Semarang
2. Peneliti
Eny Purwati , Machmudah , Nikmatul Khayati
3. Ringkasan jurnal
Musik adalah seni yang mempengaruhi pusat fisik dan
jaringan saraf. Musik klasik mozart memiliki irama, melodi, dan
frekuensi tinggi yang dapat merangsang dan menguatkan wilayah
kreatif dan motivasi di otak. Musik klasik mozart memiliki efek
yang tidak dimiliki komposer lain. Musik klasik mozart memiliki
kekuatan yang membebaskan, mengobati dan menyembuhkan.
Murottal Al-Qur'an merupakan salah satu musik yang
memiliki pengaruh positif bagi pendengarnya. Berdasarkan
permasalahan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul : "Perbedaan terapi musik mozart dan murottal al-
qur'an terhadap intensitas nyeri post sectio caesarea di Rumah
Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang". Lembar observasi
Untuk mengukur intensitas nyeri post sectio caesarea sebelum dan
sesudah Terapi Musik Mozart dan Murottal Al-Qur'an
menggunakan Numeric Rating Scale (NRS).
Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian data
dianalisa menggunakan statistik deskriptif untuk mendapatkan
dalam bentuk tabulasi, yang digunakan untuk melaporkan hasil
dalam bentuk tendensi sentral (mean, median, dan standar deviasi)

1
dari masing-masing item atau variabel yaitu nyeri post sectio
caesarea sebelum dan sesudah Terapi Musik Mozart
Didapatkan hasil intensitas nyeri post sectio caesarea
sebelum terapi musik Mozart p value = 0,000 (tidak normal).
Intensitas nyeri post sectio caesarea sesudah terapi musik Mozart
p-value = 0,004 (tidak normal). Didapatkan hasil intensitas nyeri
post sectio caesarea sebelum terapi murottal Al-Qur'an p-value =
0,001 (tidak normal). Intensitas nyeri post sectio caesarea sesudah
terapi murottal Al-Qur'an pvalue=0,001 (tidak normal). Analisa
bivariat untuk mengetahui perbedaan Terapi Musik Mozart dan
Murottal Al-Qur'an terhadap intensitas nyeri post sectio caesarea
menggunakan uji Mann Whithney Test
4. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah Terapi Murotal Al-Qur’an
Menurunkan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea Di Rumah
Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
5. Kelebihan dan kekurangan
a. Kelebihan
Al- Qur’an memiliki pengaruh positif bagi pendengarnya
sehingga mampu merangsang tubuh untuk mengeluarkan opoid
endogen sehingga terbentuk sistem penekan nyeri yang
akhirnya akan menyebabkan penurunan intensitas nyeri.
Uji statistik deskriptif untuk mendapatkan dalam bentuk
tabulasi, yang digunakan untuk melaporkan hasil dalam bentuk
tendensi sentral (mean, median, dan standar deviasi) dari
masing-masing item atau variabel yaitu nyeri post sectio
caesarea sebelum dan sesudah Terapi Musik Mozart. Uji
Wilcoxon digunakan jika paired t test tidak memenuhi asumsi
(data tidak berdistribusi normal). Pada penelitian ini
analisa uji normalitas berdasarkan test of normality shapiro-

2
wilk menunjukkan data tidak berdistribusi normal maka tepat
digunakan wilcoxon.
b. Kekurangan
pada penelitian ini tidak ada penjelasan secara rinci mengenai
surah Al-Qur’an yang di pakai dan peralatan yang digunakan
untuk mendengarkan music, contohnya sound aktif atau
headset dll
B. Pembahasan analisis jurnal dengan metode pico
1. Patient/Population/Problem
Populasi penelitian ini adalah ibu postpartum sectio caesaria
sebanyak 133 kasus. Sampel penelitian ini adalah ibu
postpartum sectio caesaria sebanyak 30 orang. Sampel dibagi
menjadi kelompok Terapi Musik Mozart sebanyak 15 orang dan
kelompok Murottal Al-Qur’an sebanyak 15 orang.
2. Intervention/Treatment
Pada penelitian ini intervensi yang dilakukan adalah
membandingkan intensitas nyeri sebelum dilakukan terapi Musik
Mozart dan Murottal Al-Qur’an dan sesudah dilakukan terapi
menggunakan Numeric Rating Scale (NRS).
3. Comperasion Intervention/Treatment
1) Pereda nyeri dari intervensi non-farmakologis di unit perawatan
intensif : tinjauan pelingkupan
Pada penelitian ini menggunakan tinjauan pelingkupan
dilakukan dengan menggunakan lima dari enam langkah dalam
kerangka Arksey dan O alley: (1) identifikasi pertanyaan
penelitian, (2) identifikasi studi yang relevan, (3) pemilihan
studi, (4) memetakan data dan ( 5) menyusun, meringkas dan
melaporkan hasil.
Pencarian kami menghasilkan 10985 artikel di mana dua
belas studi dimasukkan. Alat untuk penilaian nyeri adalah
VAS, NRS, ESAS dan BPS. Intervensi yang dieksplorasi

3
adalah hipnosis, pijat sederhana, distraksi, relaksasi, perawatan
spiritual, musik harpa, terapi musik, mendengarkan suara alam,
latihan pasif, akupunktur, kompres es, dan dukungan
emosional. Pengurangan intensitas nyeri diberikan untuk
hipnosis, akupunktur dan suara alam.
Praktik keperawatan dapat dilakukan dapat dikembangkan
berdasarkan penelitian yang ada karenannya bagi keperawatan
praktisi hasil penelitian ini dapat diterapkan pada cara teknik
relaksasi pereda nyeri dalam evidence based practice serta
dapat dijadikan sebagai Standar Operasional Prosedur (SOP)
untuk meningkatkan kualitas pelayanan mandiri
4. Outcome
Sebelum intervensi terapi murottal Al-Qur’an rata-rata adalah
6,60 dengan standar deviasi 0,737. Intensitas nyeri paling rendah
adalah 6 dan nyeri tertinggi adalah 8.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa intensitas nyeri post
sectio caesarea sesudah terapi murottal Al-Qur’an rata-rata adalah
3,27 dengan standar deviasi 0,594. Intensitas nyeri paling rendah
adalah 2 dan nyeri tertinggi adalah 4. Penelitian menunjukkan
penurunan rasa nyeri sesudah diberikan terapi murottal Al-Qur’an.
Hal ini dikarenakan teknik relaksasi napas mampu merangsang
tubuh untuk mengeluarkan opoid endogen sehingga terbentuk
sistem penekan nyeri yang akhirnya akan menyebabkan
penurunan intensitas nyeri. Hal inilah yang menyebabkan adanya
perbedaan penurunan intensitas nyeri sebelum dan sesudah
dilakukan terapi murottal Al-Qur’an, dimana setelah dilakukan
terapi murottal Al- Qur’an terjadi penurunan intensitas nyeri.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa P-value = 0,000, hal ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan terapi musik mozart dan
murottal Al-Qur’an terhadap intensitas nyeri post sectio caesarea.
Murottal Al-Qur’an merupakan salah satu musik yang memiliki

4
pengaruh positif bagi pendengarnya. Dengan pemberian terapi
musik ini, suara dapat menurunkan hormon-hormon stres,
mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan
rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan
tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan
tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung,
denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak (Sholeh, 2012).

Terapi Murottal Al-Qur’an Menurunkan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea


Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang

Eny Purwati 1, Machmudah 2, Nikmatul Khayati 3
1
Perawat di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
2
Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
3
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang


Article Info Abstract
Article History: Pain can be overcome with management of pharmacological and
Accepted May 28th 2019 nonpharmacologic pain. Pharmacologically can be overcome by using analgetik
drugs for example, morphine sublimaze, stadol, Demerol and others. There are
Key words: several non-pharmacological techniques that can be applied in overcoming pain
Music Therapy Mozart, that is music therapy, breathing technique, aromatherapy, audionalgesia,
Murottal Al-Qur’an, the pain acupuncture, transcutaneus electric nerve stimulations (TENS), hot cold
in the Post Sectio Caesarea temperature compress, touch massage, murrotal and hypnotic. Know the music
therapy mozart and murottal al-qur’an againts the post sectio caesarea. The kind
of research quasy experiment. The study design pre and post test design. Study
population mothers sectio caesaria as 135 cases. The sample is devided into
therapy group the music of mozart as much as 15 people and the group murottal
al-qur’an as much as 15 people. Sampling technique is purposive sampling.
Statistic test wilcoxon and mann whitney. The results obtained pain post sectio
caesarea before the music therapy mozart average 7,47, pain post sectio caesarea
after the music therapy mozart average 5,13. Pain post sectio caesarea before
therapy murottal al-qur’an average is 6,60. Pain post sectio caesarea after therapy
murottal al-qur’an average is 3,27. No difference pain post sectio caesarea before
and after music therapy mozart (P-value=0,000). No difference pain post sectio
caesarea before and after therapy murottal al-qur’an (P-value=0,000). There is a
difference music therapy mozart and murottal al-qur’an on the level pain post
sectio caesarea (P-value=0,000). Murrottal al-qur’an can be used as a standard
procedure operational in the hospital Roemani Muhamadiyah Semarang as an
alternative to reduce the level of pain post sectio caesarea.

PENDAHULUAN 35.7% - 55.3% ibu melahirkan dengan proses


sectio caesarea. Indikasi dilakukan sectio
World Health Organization (WHO) caesarea paling tertinggi adalah atas
merekomendasikan bahwa angka persalinan permintaan sendiri sebanyak 27%, disproporsi
dengan tindakan SC tidak boleh lebih dari 10- janin panggul 21%, gawat janin 14%, placenta
15%. Angka kejadian sectio caesarea di previa 11%, pernah sectio caesarea 10%,
Indonesia menurut SDKI tahun 2016 adalah kelainan letak janin 10%, preeklampsia dan
921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar hipertensi 7% (SDKI, 2016).
22,8% dari seluruh persalinan. Di Jawa tengah
tercatat dari 17.665 angka kelahiran terdapat

Corresponding author:
Eny Purwati 1, Machmudah 2, Nikmatul Khayati 3
enypurwati79144@gmail.com
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 2 No 1, May 2019
DOI: e-ISSN 2621-2994
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 2 No 1, May 2019/ page 35-43 36

Suatu proses pembedahan setelah operasi atau Murottal Al-Qur’an merupakan salah satu
post operasi sectio caesarea akan musik yang memiliki pengaruh positif bagi
menimbulkan respon nyeri. Nyeri yang pendengarnya. Dengan pemberian terapi musik
dirasakan ibu post partum dengan sectio ini, suara dapat menurunkan hormon-hormon
caesarea berasal dari luka yang terdapat dari stres, mengaktifkan hormon endorfin alami,
perut. Post sectio caesarea akan menimbulkan meningkatkan perasaan rileks, dan
nyeri hebat dan proses pemulihannya mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas
berlangsung lebih lama dibandingkan dengan dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh
persalinan normal (Sari, 2014). sehingga menurunkan tekanan darah serta
memperlambat pernafasan, detak jantung,
Tindakan operasi menyebabkan terjadinya denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak
perubahan kontinuitas jaringan tubuh. Pada (Sholeh, 2012).
proses operasi digunakan anastesi agar pasien
tidak merasakan nyeri, namun setelah operasi Berdasarkan permasalahan diatas, penulis
selesai dan pasien mulai sadar akan merasakan tertarik untuk melakukan penelitian dengan
nyeri pada bagian tubuh yang mengalami judul : “Perbedaan terapi musik mozart dan
pembedahan. Nyeri yang dirasakan ibu post murottal al-qur’an terhadap intensitas nyeri
sectio caesarea berasal dari luka yang terdapat post sectio caesarea di Rumah Sakit Roemani
dari perut (Sjamsuhidajat, 2012). Tidak ada dua Muhammadiyah Semarang”.
individu mengalami nyeri yang sama dan tidak
ada dua kejadian nyeri yang sama METODE
menghasilkan sensasi nyeri atau respon nyeri
yang identik sama pada seorang individu Jenis penelitian yang digunakan adalah
karena nyeri bersifat subjektif (Perry & Potter, eksperimental semu (quasi experiment). Desain
2012). penelitian ini menggunakan pre and post test
design. Populasi penelitian ini adalah ibu
Salah satu teknik non farmakologi untuk postpartum sectio caesaria sebanyak 133
mengurangi nyeri adalah dengan teknik kasus. Sampel penelitian ini adalah ibu
distraksi. Teknik distraksi salah satunya teknik postpartum sectio caesaria sebanyak 30 orang.
distraksi pendengaran yang merupakan salah Sampel dibagi menjadi kelompok Terapi Musik
satu teknik untuk mengurangi rasa nyeri Mozart sebanyak 15 orang dan kelompok
dengan cara memberikan atau mendengarkan Murottal Al-Qur’an sebanyak 15 orang. Teknik
musik. Musik adalah seni yang mempengaruhi pengambilan sampel yang digunakan adalah
pusat fisik dan jaringan saraf. Musik juga purposive sampling. Alat pengumpulan data
mempengaruhi sistem saraf simpatis atau yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sistem saraf automatis, baik secara langsung kuesioner dan lembar observasi. Kuesioner
maupun tidak langsung. Beberapa jenis musik berisi karakteristik responden yang meliputi
yang digunakan adalah jazz, rock, klasik dan umur, pendidikan dan pekerjaan. Lembar
murottal Al-Qur’an (Potter & Perry, 2012). observasi Untuk mengukur intensitas nyeri post
sectio caesarea sebelum dan sesudah Terapi
Musik klasik mozart memiliki irama, melodi, Musik Mozart dan Murottal Al-Qur’an
dan frekuensi tinggi yang dapat merangsang menggunakan Numeric Rating Scale (NRS).
dan menguatkan wilayah kreatif dan motivasi
di otak. Musik klasik mozart memiliki efek Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian
yang tidak dimiliki komposer lain. Musik klasik data dianalisa menggunakan statistik deskriptif
mozart memiliki kekuatan yang membebaskan, untuk mendapatkan dalam bentuk tabulasi,
mengobati dan menyembuhkan. Teknik lain yang digunakan untuk melaporkan hasil dalam
yang sering digunakan untuk mengurangi nyeri bentuk tendensi sentral (mean, median, dan
pada pasien post SC adalah murrotal Al-Qur’an standar deviasi) dari masing-masing item atau
(Musbikin, 2012). variabel yaitu nyeri post sectio caesarea
sebelum dan sesudah Terapi Musik Mozart.

Eny Purwati - Terapi Murottal Al-Qur’an Menurunkan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea
Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 2 No 1, May 2019/ page 35-43 37

Nyeri post sectio caesarea sebelum dan sectio caesarea dimana sebesar 12,6%
sesudah Murottal Al-Qur’an. merupakan sectio caesarea tanpa indikasi
medis yaitu atas permintaan ibu bersalin itu
Analisa data bivariat adalah analisa yang sendiri (Rekam Medis Rumah Sakit Roemani
dilakukan untuk menjelaskan hipotesis Muhammadiyah Semarang, 2016).
hubungan variabel bebas dengan variabel
terikat (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini Tabel 4.1
terlebih dahulu menggunakan uji kenormalan Distribusi responden berdasarkan usia
data. Didapatkan hasil intensitas nyeri post responden di Rumah Sakit Roemani
sectio caesarea sebelum terapi musik Mozart p- Muhammadiyah Semarang Tahun 2017 (n=15)
value=0,000 (tidak normal). Intensitas nyeri
post sectio caesarea sesudah terapi musik Variabel Min Max Mean SD
Mozart p-value=0,004 (tidak normal). Karena Usia kelompok 21 28 24,73 2,344
data berdisribusi tidak normal, sehingga uji terapi musik mozart
statistik yang digunakan adalah Wilcoxon. Usia kelompok 21 32 27 3,273
terapi murottal Al-
Qur’an
Penelitian ini terlebih dahulu menggunakan uji
kenormalan data. Didapatkan hasil intensitas
nyeri post sectio caesarea sebelum terapi Tabel 4.2
murottal Al-Qur’an p-value=0,001 (tidak Distribusi frekuensi responden berdasarkan
normal). Intensitas nyeri post sectio caesarea pendidikan responden di Rumah Sakit Roemani
sesudah terapi murottal Al-Qur’an p- Muhammadiyah Semarang Tahun 2017 (n=15)
value=0,001 (tidak normal). Karena data
berdisribusi tidak normal, sehingga uji statistik
Variabel Pendidikan Frekuensi Persentase
yang digunakan adalah Wilcoxon. Analisa Kelompok SMP 1 6,7
bivariat untuk mengetahui perbedaan Terapi terapi SMA 11 73,3
Musik Mozart dan Murottal Al-Qur’an musik Perguruan Tinggi 3 20
terhadap intensitas nyeri post sectio caesarea mozart
menggunakan uji Mann Whithney Test.
Kelompok SMP 2 13,3
Berdasarkan uji statistik jika P-value ≤ 0,05 Ha terapi SMA 6 40
diterima dan H0 ditolak. Jika Pvalue > 0,05 H0 murottal Perguruan Tinggi 7 46,7
diterima dan Ha ditolak. Al-Qur’an
Jumlah 30 100

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4.3


Distribusi frekuensi responden berdasarkan
Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah pekerjaan responden di Rumah Sakit Roemani
Semarang merupakan rumah sakit umum yang Muhammadiyah Semarang Tahun 2017 (n=15)
terletak di jalan Wonodri 22 Semarang. Rumah
sakit yang didirikan tanggal 27 Agustus 1975 Variabel Pekerjaan Frekuensi Persentase
ini mempunyai tujuan sebagai sarana dakwah Kelompok Ibu rumah tangga 5 33,3
untuk mengamalkan amar makruf nahi munkar terapi Pegawai negeri sipil 2 13,3
dan memberikan pelayanan kesehatan yang musik Karyawan swasta 8 53,3
mozart
islami, professional dan bermutu.
Kelompok Ibu rumah tangga 3 20
terapi Pegawai negeri sipil 4 26,7
Jumlah ibu melahirkan di Rumah Sakit murottal Karyawan swasta 8 53,3
Roemani Muhammadiyah Semarang tahun Al-Qur’an
Jumlah 30 100
2016 sebanyak 1.265 persalinan, dimana
sebanyak 715 pasien (56,5%) persalinan per
vaginam, sedangkan sebanyak 550 pasien
(43,5%) melakukan persalinannya dengan cara
Eny Purwati - Terapi Murottal Al-Qur’an Menurunkan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea
Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 2 No 1, May 2019/ page 35-43 38

Tabel 4.4 Tabel 4.7


Distribusi frekuensi responden berdasarkan Distribusi responden berdasarkan intensitas
indikasi medis responden di Rumah Sakit nyeri post sectio caesarea sebelum terapi
Roemani Muhammadiyah Semarang Tahun murottal Al-Qur’an di Rumah Sakit Roemani
2017 (n=15) Muhammadiyah Semarang Tahun 2017 (n=15)

Variabel Indikasi medis Frekuensi Persentase Variabel n Min Max Mean SD


Kelompok Ketuban pecah dini 3 20 Intensitas 15 6 8 6,60 0,737
terapi Atas permintaan 5 33,3 nyeri post
musik sendiri 2 13,3 sectio
mozart Partus tak maju 2 13,3 caesarea
Serotinus 3 20 sebelum
Sungsang terapi
Variabel Indikasi medis Frekuensi Persentase murottal
Kelompok Ketuban pecah dini 5 33,3 Al-Qur’an
terapi Atas permintaan 5 33,3
murottal sendiri 2 13,3
Al-Qur’an Partus tak maju 3 20 Tabel 4.8
Serotinus Distribusi responden berdasarkan intensitas
Jumlah 15 100 nyeri post sectio caesarea sesudah terapi
murottal Al-Qur’an di Rumah Sakit Roemani
Tabel 4.5 Muhammadiyah Semarang Tahun 2017 (n=15)
Distribusi responden berdasarkan intensitas
nyeri post sectio caesarea sebelum terapi musik
Mozart di Rumah Sakit Roemani Variabel n Min Max Mean SD
Intensitas nyeri post 15 2 4 3,27 0,59
Muhammadiyah Semarang Tahun 2017 (n=15) sectio caesarea sesudah 4
terapi murottal Al-
Variabel n Min Max Mean SD Qur’an
Intensitas nyeri post sectio 15 7 8 7,47 0,51
caesarea sebelum terapi 6 Tabel 4.9
musik mozart Perbedaan intensitas nyeri post sectio caesarea
sebelum dan sesudah terapi musik Mozart di
Tabel 4.6 Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
Distribusi responden berdasarkan intensitas Semarang Tahun 2017 (n=15)
nyeri post sectio caesarea sesudah terapi musik
Mozart di Rumah Sakit Roemani
Variabel Mean P-value
Muhammadiyah Semarang Tahun 2017 (n=15) Intensitas nyeri post sectio 7,47
caesarea sebelum terapi 0,000
Variabel n Min Max Mean SD musik Mozart 5,13
Intensitas nyeri post 15 4 6 5,13 0,834
sectio caesarea Intensitas nyeri post sectio
sesudah terapi musik caesarea sesudah terapi
mozart musik Mozart

Eny Purwati - Terapi Murottal Al-Qur’an Menurunkan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea
Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 2 No 1, May 2019/ page 35-43 39

menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri,


Tabel 4.10 dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
Perbedaan intensitas nyeri post sectio caesarea perintah dengan baik.
sebelum dan sesudah terapi murottal Al-Qur’an
di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Didukung penelitian Yusnita (2013), skala
Semarang Tahun 2017 (n=15) nyeri post operasi sectio caesarea pada
kelompok kontrol yang paling banyak skala
Variabel Mean P-value
nyeri 7-9 atau nyeri berat terkontrol sebanyak
Intensitas nyeri post 6,60 11 responden dan tidak terdapat responden
sectio caesarea 0,000 dengan skala nyeri 0 atau tidak nyeri.
sebelum terapi 3,27
murottal Al-Qur’an Intensitas nyeri post sectio caesarea sesudah
terapi musik mozart
Intensitas nyeri post
sectio caesarea Hasil penelitian dapat diketahui bahwa
sesudah terapi intensitas nyeri post sectio caesarea sesudah
murottal Al-Qur’an terapi musik mozart rata-rata adalah 5,13
dengan standar deviasi 0,834. Intensitas nyeri
Tabel 4.11 paling rendah adalah 4 dan nyeri tertinggi
Perbedaan tingkat nyeri terapi musik mozart adalah 6.
dan murottal Al-Qur’an terhadap intensitas
nyeri post sectio caesarea Tahun 2017 (n=15) Responden yang mendapatkan terapi musik
Mozart tetap merasakan nyeri. Hal ini terjadi
karena kerja saraf besar dan kecil yang
Variabel Mean Rank P-value
Intensitas nyeri post 9,83 keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis.
sectio caesarea 0,000 Rangsangan pada serat saraf besar akan
sebelum dan sesudah 21,17 meningkatkan mekanisme aktivitas substansia
terapi musik Mozart gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya
Intensitas nyeri post pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T
sectio caesarea
sebelum dan sesudah terhambat dan menyebabkan hantaran
terapi murottal Al- rangsangan ikut terhambat. Rangsangan serat
Qur’an besar dapat langsung merangsang korteks
serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan
ke dalam medula spinalis melalui serat eferen
dan reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T.
Intensitas nyeri post sectio caesarea sebelum Rangsangan serat kecil akan menghambat
terapi musik mozart aktivitas substansia gelatinosa dan membuka
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa pintu mekanisme, sehingga merangsang
intensitas nyeri post sectio caesarea sebelum aktivitas sel T yang selanjutnya menghantarkan
terapi musik mozart rata-rata adalah 7,47 rangsangan nyeri (Potter & Perry, 2012).
dengan standar deviasi 0,516. Intensitas nyeri Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian
paling rendah adalah 7 dan tingkat nyeri Artini (2012), di RSUP Dr. Soeradji
tertinggi adalah 8. Tirtonegoro Klaten, yang menyatakan bahwa
sesudah tanpa relaksasi nafas dalam, rata-rata
Responden yang mendapatkan terapi musik tingkat nyeri pada kelompok kontrol adalah
Mozart sebagian besar mengalami nyeri berat. 6,75. Penelitian yang dilakukan menunjukkan
Secara obyektif responden terkadang tidak responden yang tidak mendapatkan nafas dalam
dapat mengikuti perintah tapi masih respons tingkat nyeri lebih tinggi dibandingkan
terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi kelompok yang mendapatkan relaksasi nafas
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dalam.
dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang
dan distraksi. Responden yang mengalami
nyeri sedang secara obyektif klien mendesis,
Eny Purwati - Terapi Murottal Al-Qur’an Menurunkan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea
Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 2 No 1, May 2019/ page 35-43 40

HASIL sesudah dilakukan terapi murottal Al-Qur’an,


dimana setelah dilakukan terapi murottal Al-
Intensitas nyeri post sectio caesarea sebelum Qur’an terjadi penurunan intensitas nyeri.
terapi murottal Al-Qur’an
Penelitian dapat diketahui bahwa intensitas Perbedaan rangsang nyeri pada responden yang
nyeri post sectio caesarea sebelum terapi diberi perlakuan berbeda dikarenakan ambang
murottal Al-Qur’an rata-rata adalah 6,60 nyeri pada pasien yang berbeda. Ambang nyeri
dengan standar deviasi 0,737. Intensitas nyeri responden yang berbeda menyebabkan respon
paling rendah adalah 6 dan nyeri tertinggi nyeri yang dirasakan responden walaupun
adalah 8. sudah diberikan teknik relaksasi nafas dalam
berbeda antara satu orang dengan orang lainya
Nyeri adalah pengalaman sensori dan (Sjamsuhidayat & Win, 2012).
emosional yang tidak menyenangkan akibat
dari kerusakan jaringan yang aktual atau Menurut Potter & Perry (2012), intensitas
potensial. Sedangkan menurut IASP rangsangan terkecil yang akan menimbulkan
(International Association of the Study of Pain), sensasi nyeri bila rangsangan tersebut
nyeri adalah rasa indrawi dan pengalaman digunakan untuk waktu yang lama disebut
emosional yang tidak menyenangkan akibat dengan ambang nyeri, karena hal inilah maka
adanya kerusakan jaringan yang nyata atau tidak semua orang yang terpajang terhadap
berpotensi merusak atau tergambarkan seperti stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri
itu. Nyeri adalah suatu mekanisme protektif yang sama. Bisa saja suatu sensasi yang sangat
bagi tubuh yang timbul bilamana jaringan nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak
sedang di rusak dan menyebabkan individu terasa bagi orang lain, hal ini disebabkan karena
tersebut bereaksi untuk menghilangkan masing-masing orang memiliki ambang nyeri
rangsangan nyeri tersebut (Smeltzer & Bare, yang berbeda.
2012).

Penelitian ini didukung juga penelitian Pratomo Perbedaan intensitas nyeri post sectio
(2013) di Rumah Sakit Islam Surabaya pada caesarea sebelum dan sesudah terapi musik
pasien post-operasi, yang menyatakan bahwa Mozart
sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas Hasil penelitian dapat diketahui bahwa P-value
dalam, rata-rata tingkat nyeri pada = 0,000, hal ini menunjukkan bahwa ada
kelompok perlakuan adalah 5,42. perbedaan intensitas nyeri post sectio caesarea
sebelum dan sesudah terapi musik Mozart.
Intensitas nyeri post sectio caesarea sesudah
terapi murottal Al-Qur’an Tidak semua orang yang mendapatkan stimulus
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa yang sama mengalami intensitas nyeri yang
intensitas nyeri post sectio caesarea sesudah sama. Bisa saja suatu sensasi yang sangat nyeri
terapi murottal Al-Qur’an rata-rata adalah 3,27 bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa
dengan standar deviasi 0,594. Intensitas nyeri bagi orang lain, hal ini disebabkan karena
paling rendah adalah 2 dan nyeri tertinggi masing-masing orang memiliki ambang nyeri
adalah 4. yang berbeda. Menurut Price dan Wilson
(2012), sensasi nyeri yang menyebar, perlahan,
Penelitian menunjukkan penurunan rasa nyeri membakar atau linu merupakan akibat dari
sesudah diberikan terapi murottal Al-Qur’an. stimuli yang ditransmisikan oleh serabut C
Hal ini dikarenakan teknik relaksasi napas yang tidak termielinisasi. Nyeri ini disebabkan
mampu merangsang tubuh untuk mengeluarkan oleh jejas yang sama dengan nyeri cepat,
opoid endogen sehingga terbentuk sistem namun, nyeri ini dimulai belakangan dan
penekan nyeri yang akhirnya akan berlangsung untuk waktu yang lebih lama.
menyebabkan penurunan intensitas nyeri. Hal Pasien yang menderita nyeri jenis ini
inilah yang menyebabkan adanya perbedaan menyadari rasa nyeri ini tapi biasanya agak sulit
penurunan intensitas nyeri sebelum dan menyatakan di mana tepatnya lokasi nyeri
Eny Purwati - Terapi Murottal Al-Qur’an Menurunkan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea
Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 2 No 1, May 2019/ page 35-43 41

tersebut. Pasien demikian seringkali meraba karena nyeri bersifat subjektif (Perry & Potter,
daerah nyeri untuk menunjukkan lokasi 2012).
nyerinya.
Perbedaan terapi musik mozart dan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bonita murottal Al-Qur’an terhadap intensitas
(2013), terhadap 2.700 ibu hamil yang sedang nyeri post sectio caesarea
menjalani proses persalinan menemukan bahwa Hasil penelitian dapat diketahui bahwa P-value
hanya 15% saja dari keseluruhan persalinan = 0,000, hal ini menunjukkan bahwa ada
yang berlangsung tanpa nyeri atau nyeri ringan, perbedaan terapi musik mozart dan murottal
sebanyak 35% persalinan berlangsung dengan Al-Qur’an terhadap intensitas nyeri post sectio
nyeri sedang, 30% persalinan berlangsung caesarea.
dengan nyeri hebat dan 20% persalinan sisanya Murottal Al-Qur’an merupakan salah satu
disertai dengan nyeri yang sangat hebat. musik yang memiliki pengaruh positif bagi
Didukung penelitian Saputra (2015) pendengarnya. Dengan pemberian terapi musik
menunjukkan ada pengaruh pemberian terapi ini, suara dapat menurunkan hormon-hormon
musik mozart terhadap penurunan intensitas stres, mengaktifkan hormon endorfin alami,
nyeri pada asuhan keperawatan dengan post meningkatkan perasaan rileks, dan
operasi close fraktur femur dextra. mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas
dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh
Perbedaan intensitas nyeri post sectio sehingga menurunkan tekanan darah serta
caesarea sebelum dan sesudah terapi memperlambat pernafasan, detak jantung,
murottal Al-Qur’an denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa P-value (Sholeh, 2012).
= 0,000, hal ini menunjukkan bahwa ada
perbedaan intensitas nyeri post sectio caesarea Didukung penelitian Yolanda dan Widyanti
sebelum dan sesudah terapi murottal Al- (2015), hasil penelitian didapatkan nyeri
Qur’an. sebelum diberikan terapi murottal sebagian
besar nyeri berat sebanyak 31 responden
Suatu proses pembedahan setelah operasi atau (91,1%). Nyeri setelah diberikan terapi
post operasi sectio caesarea akan menimbulkan murottal sebagian besar nyeri berat sebanyak 29
respon nyeri. Nyeri yang dirasakan ibu post responden (85,2%).
partum dengan sectio caesarea berasal dari
luka yang terdapat dari perut. Post sectio PENUTUP
caesarea akan menimbulkan nyeri hebat dan
proses pemulihannya berlangsung lebih lama Kesimpulan
dibandingkan dengan persalinan normal (Sari, 1. Usia kelompok terapi musik mozart rata-
2014). rata adalah 24,73 ± 2,344 tahun. Usia
kelompok terapi murottal al-qur’an rata-
Tindakan operasi menyebabkan terjadinya rata adalah 27 ±3,273 tahun. Pendidikan
perubahan kontinuitas jaringan tubuh. Pada kelompok terapi musik mozart mayoritas
proses operasi digunakan anastesi agar pasien adalah SMA sebanyak 73,3%. Pendidikan
tidak merasakan nyeri, namun setelah operasi kelompok terapi murottal al-qur’an
selesai dan pasien mulai sadar akan merasakan mayoritas adalah perguruan tinggi
nyeri pada bagian tubuh yang mengalami sebanyak 46,7%. Pekerjaan kelompok
pembedahan. Nyeri yang dirasakan ibu post terapi musik Mozart mayoritas adalah
sectio caesarea berasal dari luka yang terdapat karyawan swasts sebanyak 53,3%.
dari perut (Sjamsuhidajat, 2012). Tidak ada dua Pekerjaan kelompok terapi murottal al-
individu mengalami nyeri yang sama dan tidak qur’an mayoritas adalah karyawan swasta
ada dua kejadian nyeri yang sama sebanyak 53,3%. Indikasi medis kelompok
menghasilkan sensasi nyeri atau respon nyeri terapi musik mozart mayoritas adalah atas
yang identik sama pada seorang individu permintaan sendiri sebanyak 33,3%.
Indikasi medis kelompok terapi murottal al-
Eny Purwati - Terapi Murottal Al-Qur’an Menurunkan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea
Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 2 No 1, May 2019/ page 35-43 42

qur’an mayoritas adalah atas permintaan 3. Bagi Pasien


sendiri sebanyak 33,3%. Bagi ibu bersalin hasil penelitian ini
2. Intensitas nyeri post sectio caesarea di diharapkan dapat diaplikasikan oleh
Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah responden dan keluarga dalam membantu
Semarang sebelum terapi musik mozart menurunkan intensitas nyeri yang dialami
rata-rata adalah 7,47 (nyeri berat pasien.
terkontrol). 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
3. Intensitas nyeri post sectio caesarea di a. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya
Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah melakukan penelitian dengan murottal
Semarang sesudah terapi musik mozart Al-Qur’an yang dikombinasikan
rata-rata adalah 5,13 (nyeri sedang). dengan teknik relaksasi nafas dalam.
4. Intensitas nyeri post sectio caesarea di b. Bagi peneliti selanjutnya agar
Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah menambah jumlah sampel yang lebih
Semarang sebelum terapi murottal Al- banyak.
Qur’an rata-rata adalah 6,60 (nyeri sedang). c. Untuk penelitian selanjutnya, jika
5. Intensitas nyeri post sectio caesarea di penelitian menggunakan audio, pasien
Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah dibawa ke ruang pengawasan (ruang
Semarang sesudah terapi murottal Al- bersalin) sehingga suasana lebih tenang.
Qur’an rata-rata adalah 3,27 (nyeri ringan).
6. Ada perbedaan intensitas nyeri post sectio DAFTAR PUSTAKA
caesarea sebelum dan sesudah terapi musik
Mozart di Rumah Sakit Roemani Bonita. 2013. Studi Deskriptif Nyeri Persalinan
Muhammadiyah Semarang (P-value = pada Ibu Bersalin Sectio Cesarea di
0,000). Wilayah Kota Semarang Tahun 2013.
7. Ada perbedaan intensitas nyeri post sectio
caesarea sebelum dan sesudah terapi Natalina, D. 2013. Terapi Musik Bidang
murottal Al-Qur’an di Rumah Sakit Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana
Roemani Muhammadiyah Semarang (P- Media.
value = 0,000).
8. Ada perbedaan terapi musik mozart dan Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian
murottal Al-Qur’an terhadap intensitas Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
nyeri post sectio caesarea di Rumah Sakit
Roemani Muhammadiyah Semarang (P- Perry, A.G & Potter, P. A. 2012. Fundamental
value = 0,000). Keperawatan, Konsep, Klinis Dan
Praktek. Jakarta: Penerbit Buku
Saran Kedokteran EGC.
1. Bagi Rumah Sakit Roemani
Muhammadiyah Semarang Price, A.S & Wilson, M.L. 2012. Patofisiologi
Sebaiknya murottal Al-Qur’an dapat Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
dijadikan SOP di Rumah Sakit Roemani Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Muhammadiyah Semarang sebagai EGC.
alternatif untuk mengurangi intensitas nyeri
post sectio caesarea. Alternatif yang lain SDKI. 2016. Jakarta. Survey Dasar Kesehatan
yaitu dengan disediakan televisi di ruang Indonesia.
persalinan.
2. Bagi Perawat Sholeh, M. 2012. Agama Sebagai Terapi
Sebaiknya sebagai petugas Telaah Menuju Kedokteran Holistik.
kesehatan/profesi dapat memberikan Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
murottal Al-Qur’an karena dapat
menurunkan tingkat nyeri post sectio Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2012. Keperawatan
caesarea. Petugas kesehatan juga dapat Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
berkolaborasi dengan hipnoterapi. Kedokteran EGC.
Eny Purwati - Terapi Murottal Al-Qur’an Menurunkan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea
Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 2 No 1, May 2019/ page 35-43 43

Sjamsuhidajat, R., & Jong, W. 2012. Buku Ajar


Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Yana, R; Utami, S & Safri. 2015. Efektivitas


Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap
Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase
Aktif di RSUD Petala Bumi.

Yolanda, D & Widyanti, Y. 2015. Pengaruh


Terapi Murottal Terhadap Penurunan
Nyeri Persalinan Pada Primigravida di
BPS Netti Rustam, Amd.Keb Padang
Panjang Tahun 2015.

Yusnita, E. 2013. Pengaruh Terapi Musik


Terhadap Manajemen Nyeri Pada
Pasien Post Operasi Sectio Caesarea di
Ruang Delima RSUD Pasar Rebo
Tahun 2013.

Eny Purwati - Terapi Murottal Al-Qur’an Menurunkan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea
Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.com

Pereda nyeri dari intervensi non-farmakologis di unit perawatan intensif: tinjauan

pelingkupan
Acc pte A ticle
Reidun K. Sandvik, Ph.D, 1,2 Brita F. Olsen, Ph.D,3,4 Lars-Jørgen Rygh, MD Ph.D5 Asgjerd
Littlere Moi, Ph.D1,6

1Departemen Ilmu Kesehatan dan Kepedulian, Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sosial, Universitas Ilmu

Terapan Norwegia Barat, Bergen, Norwegia, 2Pusat Pengobatan Lansia dan Rumah Perawatan,

Departemen Kesehatan Masyarakat Global dan Perawatan Primer, Universitas Bergen, Bergen, Norwegia,

3Unit Intensif dan Pasca Operasi, stfold Hospital Trust, Sarpsborg, Norwegia, 4Fakultas Kesehatan dan

Kesejahteraan, stfold University College, Fredrikstad, Norwegia, 5Departemen Anestesi dan Perawatan

Intensif, Rumah Sakit Universitas Haukeland, Bergen, Norwegia, 6Departemen Bedah Plastik, Tangan dan

Rekonstruksi, Pusat Luka Bakar Nasional, Rumah Sakit Universitas Haukeland, Bergen, Norwegia

Penulis yang sesuai


Reidun K. Sandvik
Universitas Ilmu Terapan Norwegia Barat
Inndalsveien 28
N-5020 Bergen

Norway

Telp: +47 41646966

Faks: +47 55587111

Email: rks@hvl.no
Kata Kunci: Nyeri, Manajemen Nyeri, Perawatan Non-Farmakologi, Unit Perawatan Intensif

Artikel ini telah diterima untuk diterbitkan dan menjalani peer review penuh tetapi belum melalui
proses copyediting, typesetting, pagination dan proofreading, yang dapat menyebabkan perbedaan
antara versi ini dan versi sebelumnya. Versi Rekaman. Silakan mengutip artikel ini sebagaidoi:
10.1111/JOCN.15194
Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta
ubin ABSTRAK

Tujuan dan sasaran

Tujuan dari tinjauan pelingkupan ini adalah untuk menggambarkan apa yang diketahui dari literatur yang ada

tentang intervensi nonfarmakologis yang menargetkan nyeri pada pasien yang dirawat di ICU.

Latar belakang

Pasien yang menerima perawatan intensif terpapar pada berbagai kerusakan jaringan yang memicu rasa sakit,

penyakit, pembedahan, dan prosedur medis lainnya selain rasa sakit yang disebabkan oleh prosedur asuhan

keperawatan. Pergeseran saat ini ke sedasi ringan untuk meningkatkan hasil dan kenyamanan pasien

menggarisbawahi perlunya manajemen nyeri yang efektif. Opioid adalah andalan untuk mengobati rasa sakit di

ICU, sedangkan perawatan non-farmakologis kurang dipelajari dan mungkin kurang digunakan.

metode

Sebuah tinjauan pelingkupan dilakukan dengan menggunakan lima dari enam langkah dalam kerangka

Arksey dan O alley: (1) identifikasi pertanyaan penelitian, (2) identifikasi studi yang relevan, (3) pemilihan
Terima d

studi, (4) memetakan data dan ( 5) menyusun, meringkas dan melaporkan hasil. CINAHL, MEDLINE,

PubMed, BMJ Best Practice, British Nursing Index dan database AMED dicari menggunakan kata kunci

yang relevan untuk menangkap bukti ekstensif. Data dianalisis menggunakan kriteria enam langkah untuk

tinjauan pelingkupan yang disarankan oleh Arksey dan

O alley untuk ekstraksi data. Untuk memastikan kualitas dan transparansi, kami menyertakan daftar periksa

Equator PRISMA yang relevan.

Hasil

Pencarian kami menghasilkan 10985 artikel di mana dua belas studi dimasukkan. Alat untuk

penilaian nyeri adalah VAS, NRS, ESAS dan BPS. Intervensi yang dieksplorasi adalah hipnosis, pijat

sederhana, distraksi, relaksasi, perawatan spiritual, musik harpa, terapi musik, mendengarkan suara

alam, latihan pasif, akupunktur, kompres es, dan dukungan emosional. Pengurangan intensitas

nyeri diberikan untuk hipnosis, akupunktur dan suara alam.

Kesimpulan

Temuan mendukung penyelidikan lebih lanjut dari akupunktur, hipnosis dan mendengarkan suara alam.

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


Relevansi dengan praktik klinis

Temuan utama menyarankan penggunaan intervensi multimodal komprehensif untuk

menyelidiki efek dari protokol pengobatan non-farmakologis pada intensitas nyeri, proporsi

nyeri dan dampak pada konsumsi opioid dan kebutuhan sedasi.


Artikel yang Diterima

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


DR. REIDUN KARIN SANDVIK (Orcid ID : 0000-0003-1111-1817)
Artikel terlampir
DR. ASGJERD LITLERÉ MOI (Orcid ID : 0000-0002-7158-1792)

Jenis artikel : Tinjauan

Apa kontribusi makalah ini bagi komunitas klinis global yang lebih luas?

- Intervensi non-farmakologis mengurangi rasa sakit secara signifikan

- Perawatan nyeri perlu disesuaikan dengan individu dan intervensi non-

farmakologis aman digunakan bersama agen analgesik

- Perlunya studi kuat yang lebih besar tentang intervensi non-farmakologis di ICU

pengantar

Nyeri adalah stresor utama di antara pasien di unit perawatan intensif (ICU), dan mungkin disebabkan oleh

penyakit yang mendasari, pembedahan, dan prosedur, (misalnya memutar, memposisikan, pengisapan

trakea, pengangkatan saluran luka dan pengambilan darah tepi) (Puntillo dkk., 2014). Sekitar setengah dari

semua pasien yang diintubasi di unit perawatan intensif mengalami nyeri saat istirahat, dan sebanyak 81%

melaporkan mengalami nyeri selama prosedur keperawatan nosiseptif (Arbour & Gelinas, 2010; Chanques et

al., 2007). Rasa sakit yang tidak berkurang dalam pengaturan perawatan akut menyebabkan ingatan traumatis

(Rotondi et al., 2002) dan merupakan sumber utama stres (Hweidi, 2007) yang dapat menyebabkan kurang

tidur, (Longley et al., 2018) dan penderitaan jangka panjang. dari sindrom nyeri persisten (Battle, Lovett, &

Hutchings, 2013). Oleh karena itu, mengurangi rasa sakit sangat penting ketika merawat pasien yang sakit

kritis.

Mayoritas pasien ICU tidak dapat mengungkapkan penderitaan mereka karena keadaan tidak sadar,

delirium, kerusakan otak, adanya verbalisasi kognitif sebelumnya, seperti demensia atau gangguan

intelektual atau ventilasi mekanis invasif. Meskipun nyeri yang dilaporkan sendiri adalah standar emas

dalam penilaian nyeri (Barr et al., 2013; Devlin et al., 2018), ketidakmampuan untuk

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


memverbalisasikan rasa sakit tidak meniadakan pengalaman rasa sakit atau kebutuhan untuk menghilangkan rasa sakit

(IASP, 2012). Dengan demikian, penyakit kritis menginduksi risiko gejala nyeri yang kurang teridentifikasi yang mungkin

mengakibatkan penggunaan analgesik dan obat penenang yang berlebihan dan kurang (Choi et al., 2017).

Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi pergeseran menuju sedasi ringan, di mana tujuannya adalah untuk
Artikel yang diterima
menghilangkan rasa sakit terlebih dahulu dan membantu pasien yang lebih waspada beradaptasi dengan

lingkungan ICU sambil mempertahankan mobilitas dan kemampuan mereka untuk berkomunikasi (Barr et al.,

2013; Woien & Bjork, 2013; Woien, Vaeroy, Aamodt, & Bjork, 2014). Pendekatan 'Early Comfort using Analgesia,

minimal Sedatives, and maximal Humane care' (e-CASH) didasarkan pada tujuan pencapaian awal pereda nyeri,

dan pemeliharaan kenyamanan dengan penggunaan sedasi minimal untuk memfasilitasi tidur alami, awal

mobilisasi dan keterlibatan dengan pengasuh dan kerabat (Vincent et al., 2016). Pedoman klinis

merekomendasikan penggunaan opioid intravena sebagai obat utama untuk mengelola nyeri non-neuropatik

pada pasien ICU dan menyarankan dokter bahwa semua opioid intravena yang tersedia sama efektifnya ketika

dititrasi ke titik akhir intensitas nyeri yang serupa (Barr et al., 2013). Karena opioid dan analgesik lainnya memiliki

efek samping kecil hingga signifikan, lebih banyak penggunaan teknik non-farmakologis telah direkomendasikan

(Devlin et al., 2018).

Literatur penelitian tentang kemanjuran intervensi non-farmakologis dan komplementer dalam mengurangi stres masih langka dan belum lengkap. Sebuah

tinjauan sistematis menyarankan bahwa hipnosis/relaksasi, edukasi pasien/berbagi informasi, terapi musik menurun, dan sentuhan suportif mengurangi stres

pada pasien dengan ventilasi mekanis (Thomas, 2003). Ulasan ini berfokus pada beberapa stresor, salah satunya adalah rasa sakit. Tinjauan sistematis lain

dengan meta-analisis memiliki fokus yang jelas pada rasa sakit dan menemukan pengurangan intensitas nyeri yang signifikan pada pasien luka bakar setelah

terapi musik (Li, Zhou, & Wang, 2017). Namun, terapi musik adalah satu-satunya intervensi non-farmakologis yang diselidiki. Hasil tinjauan Cochrane sistematis

ketiga berkualitas tinggi menunjukkan bahwa musik sangat efektif untuk pasien dengan ventilasi mekanis sehingga mengurangi kebutuhan mereka akan

sedasi dan analgesik (Bradt & Dileo, 2014). Terapi musik adalah intervensi yang dipelajari, tetapi studi yang disertakan dari tinjauan ini tidak menggunakan alat

penilaian nyeri yang tepat untuk mengatasi nyeri pada pasien non-verbal yang sakit kritis seperti Alat Observasi Nyeri Perawatan Kritis (CPOT). Kumpulan bukti

ini muncul kebutuhan untuk tinjauan scoping literatur dengan tujuan menemukan intervensi non-farmakologis mengatasi rasa sakit di unit perawatan intensif.

tetapi studi yang disertakan dari tinjauan ini tidak menggunakan alat penilaian nyeri yang tepat untuk mengatasi nyeri pada pasien non-verbal yang sakit kritis

seperti Alat Observasi Nyeri Perawatan Kritis (CPOT). Kumpulan bukti ini muncul kebutuhan untuk tinjauan scoping literatur dengan tujuan menemukan

intervensi non-farmakologis mengatasi rasa sakit di unit perawatan intensif. tetapi studi yang disertakan dari tinjauan ini tidak menggunakan alat penilaian

nyeri yang tepat untuk mengatasi nyeri pada pasien non-verbal yang sakit kritis seperti Alat Observasi Nyeri Perawatan Kritis (CPOT). Kumpulan bukti ini muncul

kebutuhan untuk tinjauan scoping literatur dengan tujuan menemukan intervensi non-farmakologis mengatasi rasa sakit di unit perawatan intensif.

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


Pendekatan manajemen nyeri untuk pasien ICU harus mengatasi kompleksitas gejala nyeri dan

penyebab yang mendasarinya dan menggabungkan intervensi farmakologis dan nonfarmakologis.


Acc pt d A ticle
Intervensi non-farmakologis untuk nyeri mungkin memiliki efek opioidsparing dan analgesik-

meningkatkan. Selain itu, intervensi ini seringkali mudah disediakan dan aman digunakan dengan

biaya rendah (Gelinas, Arbour, Michaud, Robar, & Cote, 2013).

Tujuan

Tujuan dari tinjauan pelingkupan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang literatur tentang intervensi

nonfarmakologis yang menargetkan nyeri pada pasien yang dirawat di ICU. Kami memiliki dua tujuan khusus:

(1) untuk mengeksplorasi literatur yang ada tentang intervensi non-farmakologis yang menargetkan nyeri pada

pasien ICU, dan (2) untuk mengusulkan intervensi non-farmakologis yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut

mengenai kemanjuran dan efeknya pada intensitas nyeri, kejadian nyeri dan opioid. -menghemat kapasitas.

metode

Kami menerapkan kerangka kerja untuk tinjauan pelingkupan yang disarankan oleh Arksey dan O alley (Arksey &

O'Malley, 2005) dan menambahkan perangkat tambahan yang disarankan oleh Levac et al. pada tahun 2010 dan

Colquhoun et al. pada tahun 2014 (Colquhoun et al., 2014; Levac, Colquhoun, & O'Brien, 2010). Metode ini

mencakup pendekatan enam langkah: (1) identifikasi pertanyaan penelitian, (2) identifikasi studi yang relevan, (3)

pemilihan studi, (4) memetakan data, (5) menyusun, meringkas dan melaporkan hasil dan (6) konsultasi dengan

konsumen, pemangku kepentingan, dan pembuat kebijakan untuk mendapatkan referensi dan wawasan yang

relevan di luar literatur.

Tinjauan pelingkupan didefinisikan sebagai 'bentuk sintesis pengetahuan yang membahas pertanyaan penelitian

eksplorasi yang ditujukan untuk memetakan konsep-konsep kunci, jenis bukti, dan kesenjangan dalam penelitian yang

terkait dengan area atau bidang yang ditentukan dengan mencari, memilih, dan mensintesis pengetahuan yang ada

secara sistematis' ( Colquhoun et al., 2014).

Pencarian literatur

Pencarian sistematis dilakukan antara 1/1/2018 dan 02/02/2018 menggunakan database

berikut: CINAHL, MEDLINE, PubMed, BMJ Best Practice, British Nursing Index dan AMED.

Pencarian literatur luas untuk memastikan kami menangkap bukti saat ini, dan pencarian

dilakukan tanpa batasan tanggal. Kami melakukan pencarian ekstensif dengan kata kunci yang

relevan dalam database dan memasukkan kata-kata dalam judul dan abstrak. Untuk lebih

jelasnya, lihat Tabel 1. Basis data yang sama dicari lagi 26.06.2019 ini menerapkan

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


rentang waktu 2/2/2018 hingga 26/06/2019 dengan kata kunci yang sama untuk memperbarui pencarian

kami sebelum pengiriman. Kami mengikuti pedoman untuk tinjauan sistematis dan meta-analisis dan

melampirkannya sebagai file tambahan (File Tambahan 1).

Kriteria inklusi dan eksklusi


A c pt d Artikel
Populasi yang diselidiki dalam tinjauan ini adalah pasien ICU, yang didefinisikan sebagai: 'pasien yang

memiliki, atau berisiko berkembang, disfungsi organ akut yang mengancam jiwa yang dapat sembuh

total atau sebagian' (Marshall et al., 2017). Populasi ini tidak termasuk orang yang membutuhkan

perawatan paliatif atau pasien pasca operasi tanpa kegagalan organ. Konteksnya adalah ICU dan

konsepnya adalah intervensi non-farmakologis dengan rasa sakit sebagai hasil, yang mencakup semua

intervensi yang tidak menggunakan obat untuk mengurangi rasa sakit, kecuali untuk teknik invasif,

seperti neuromodulasi.

Empat peneliti, termasuk dua ahli nyeri (perawat RKS dan dokter LJ.R) dan dua perawat perawatan

intensif (ALM dan BFO), membahas kriteria inklusi pada dua titik waktu. Pertama, dua kelompok dengan

dua penulis masing-masing membaca sejumlah kecil studi dan mendiskusikan penyertaan makalah

secara berpasangan. Semua penulis kemudian mendiskusikan pengalaman mereka menggunakan

kriteria, mengklarifikasi keraguan dan kemungkinan salah penilaian. Selanjutnya, keempat penulis

membaca pilihan studi (kecil) yang berbeda sebelum menyetujui kriteria inklusi dan eksklusi akhir adalah

(1) orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih; (2) dirawat di ICU, atau pasien yang digambarkan

membutuhkan perawatan intensif dan dengan disfungsi organ; (3) pasien dengan intensitas nyeri

sebagai hasil utama atau sekunder; (4) deskripsi intervensi nonfarmakologis; (5) hanya studi bahasa

Inggris; dan (6) hanya studi penelitian asli.

Pilihan studi

Dua kelompok yang terdiri dari dua pengulas secara independen meninjau judul dan abstrak dari pencarian

literatur dan mengikuti ini dengan diskusi dan konsensus akhir tentang studi mana yang akan dimasukkan

sebagai artikel teks lengkap. Artikel teks lengkap dibaca secara independen oleh dua pengulas dan mereka

membentuk pasangan baru. Sebelum pemilihan akhir artikel teks lengkap untuk dimasukkan, keempat peninjau

membahas pendapat yang bertentangan, sehingga semua ketidaksepakatan diselesaikan dengan diskusi dan

konsensus sebelum pemilihan akhir studi.

Ekstraksi data

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


Karena ini adalah tinjauan pelingkupan, kami melakukan ekstraksi data tanpa penilaian kualitas. Dua

dari penulis (ALM dan RS) membaca dua belas studi yang disertakan secara individual dan mengekstrak

informasi kunci berikut seperti yang dilaporkan dalam Tabel 2 dan 3:

A. Pengarang
cc td Artikel
B. Tahun terbit
C. Asal/negara asal (tempat penelitian dipublikasikan atau dilakukan)
D. Tujuan/tujuan
e. Populasi studi dan ukuran sampel (jika ada)
F. Metodologi/metode
G. Jenis intervensi, pembanding dan detail tentangnya (misalnya durasi intervensi)
(jika ada)
H. Durasi intervensi (jika ada)
Saya. Hasil dan rinciannya (misalnya bagaimana diukur) (jika ada)

J. Temuan kunci terkait dengan pertanyaan tinjauan pelingkupan.

Ketidaksepakatan diselesaikan pertama dalam diskusi antara dua penulis yang mengekstraksi data,

dan setelah itu, dalam diskusi dengan semua penulis.

Analisis

Hasil penelitian disintesis secara tematik berdasarkan jenis intervensi setelah pembahasan tema

yang akan dimasukkan. Kami menggunakan kerangka kerja yang disarankan oleh Polkki dan rekan

(Polkki, Vehvilainen-Julkunen, & Pietila, 2001) membagi intervensi non-farmakologis menjadi lima

kategori: (1) metode kognitif-perilaku (misalnya citra, gangguan, relaksasi), (2) metode fisik

(misalnya pijat, akupunktur), (3) dukungan emosional (misalnya sentuhan, jaminan), (4) membantu

dalam kegiatan sehari-hari (misalnya transfer, toileting) dan (5) menciptakan lingkungan yang

nyaman. Kami menambahkan sub-kategorimusik dan suara untuk metode kognitifbehavioral.

Hasil

Pencarian sistematis menghasilkan 10731 catatan. Tambahan 73 studi penelitian asli diambil melalui back-

chaining dari empat tinjauan sistematis dan dua pedoman, dan 181 studi ditemukan dengan

memperbarui pencarian asli, ini menghasilkan total 10985 studi. Setelah menghapus duplikat (N=5134)

dan studi tentang perawatan intensif pediatrik (N=1531), kami membaca 4320 judul dan abstrak (Gambar

1). Secara keseluruhan, 393 studi dimasukkan untuk dibaca sebagai teks lengkap

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


makalah, dimana, 381 dikeluarkan. Tiga alasan utama untuk pengecualian adalah: (1)
penelitian tidak termasuk intervensi non-farmakologis (N = 157), (2) pasien tidak
menerima Seni Cle
dirawat di ICU sesuai dengan kriteria penelitian kami (N = 71), atau (3) bukan
penelitian primer (N=55). Dua belas studi dimasukkan dalam analisis.

Karakteristik studi yang disertakan

Sebagian besar penelitian adalah eksperimen semu dengan kelompok kontrol atau kondisi kontrol,

termasuk satu dengan beberapa kelompok intervensi (n=6), pengobatan dengan kontrol yang sesuai

(n=1), studi kasus-kontrol dengan tes pra dan pasca (n=1), intervensi tanpa kelompok kontrol

menggunakan pre-and post-tests (n=1), desain deskriptif kualitatif (n=2) dan desain cross-over

dengan pengacakan (n=1). Data demografi dari sepuluh studi kuantitatif yang disertakan

menunjukkan distribusi gender dengan proporsi laki-laki berkisar antara 47% hingga 76%. Usia rata-

rata di seluruh studi berkisar antara 34 (standar deviasi [SD] = 9,1) hingga 65 (SD = 13,8) tahun dan

usia sebenarnya berkisar antara 17 hingga 90 tahun. Rasa sakit dinilai terutama oleh skala satu

dimensi untuk hubungan diri termasuk Skala Analog Visual (n = 7), Skala Peringkat Numerik (n=2) dan

Sistem Penilaian Gejala Edmonton (n=1). Dua studi skala nyeri observasional, dan keduanya

menggunakan Skala Nyeri Perilaku (BPS) untuk proksi. Dua belas studi yang disertakan mewakili

Amerika Serikat (n=5), Kanada (n=1), Mesir (n=2), Prancis (n=1), Iran (n=1), Swiss (n=1) dan Turki (n=1).

Metode kognitif-perilaku

Kami menemukan tujuh penelitian asli yang menyelidiki metode kognitif-perilaku, termasuk

hipnosis (Berger et al., 2010; Patterson, Everett, Burns, & Marvin, 1992), perawatan spiritual

(Berning et al., 2016), terapi musik (Golino et al., 2019; Jacq et al., 2018), musik harpa (Chiasson,

Baldwin, McLaughlin, Cook, & Sethi, 2013) dan suara alam (Saadatmand et al., 2015).

Kegunaan hipnosis untuk mengurangi intensitas nyeri nyeri luka bakar prosedural diperiksa dalam dua

studi oleh Patterson et al. dan Berger dkk. (Berger et al., 2010; Patterson et al., 1992). Penelitian Patterson

hanya terdiri dari pasien dengan skor nyeri minimal 5 dari 10 cm pada Visual Analogue Scale (VAS) selama

penggantian balutan terakhir. Secara keseluruhan, 30 pasien memenuhi syarat untuk dimasukkan dan

sampel dimasukkan ke dalam kelompok hipnosis (intervensi), kontrol perhatian/relaksasi dan informasi

(kontrol) atau perawatan konvensional saja (kontrol). Pengkajian nyeri dilakukan sebelum dan sesudah

penggantian balutan. Seorang psikolog terlatih yang bekerja di bangsal luka bakar menyampaikan

perhatian dan informasi

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


intervensi dan intervensi hipnosis untuk pasien yang disertakan. Penilaian diri pasien terhadap nyeri

menunjukkan pengurangan nyeri yang substansial (rata-rata = 4,48) dan signifikan (p<0,0001) terkait dengan

penggunaan hipnosis sebelum penggantian balutan, dibandingkan dengan pengurangan kecil dan tidak

signifikan pada dua kelompok lainnya. Hipnosis tidak mempengaruhi dosis morfin pasien sebelum pengobatan
Artikel yang diterima
(mean=1,33, SD=0,40) dibandingkan setelah pengobatan (mean=1,29, SD=0,49).

Dalam studi oleh Berger, penurunan signifikan (p<0,0001) dalam intensitas nyeri
pada kelompok hipnosis terdeteksi ketika dibandingkan dengan kelompok kontrol
historis dan ketika kelompok intervensi dinilai sebelum dan sesudah intervensi
(Berger et al., 2010). Mereka menggunakan VAS 10 cm, seperti dalam penelitian
Patterson, selain Sistem Penilaian Gejala Edmonton (ESAS) 10 cm. Hari pertama
setelah luka bakar, pasien dinilai nyeri. Mereka dengan skor VAS> 4 diikuti setiap
hari untuk mengumpulkan data tentang penilaian nyeri dan perawatan selama
putaran klinis. Efek pengobatan kecil (0,5) menurut VAS, dan lebih kuat (1,6)
menggunakan ESAS. Seorang perawat ICU yang terlatih khusus melakukan hipnosis
selama beberapa sesi (Berger et al., 2010), yang secara signifikan (p<0.

Penilaian nyeri spiritual menggunakan panduan gambar diperiksa dalam sebuah penelitian oleh Berning

dan rekan (Berning et al., 2016), yang mencakup 50 pasien ICU dengan ventilator mekanik: 25 pasien

diselidiki menggunakan wawancara kualitatif dan 25 dinilai dengan 100 mm VAS untuk rasa sakit dan

stres (dari -100 hingga +100) sebelum dan sesudah pendeta yang terlatih secara khusus berkomunikasi

dengan mereka tentang emosi dan rasa sakit fisik mereka; skala 0-10 digunakan untuk menilai rasa sakit

spiritual mereka. Secara keseluruhan, 47% pasien memiliki skor nyeri spiritual 5 poin atau lebih, dan rata-

rata skor nyeri spiritual adalah 4,2 (SD=3.7). Menurut wawancara kualitatif, perawatan spiritual dipandu

gambar yang dipimpin pendeta ditentukan layak untuk digunakan di ICU dan dianggap berguna oleh

pasien (Berning et al., 2016). VAS 0-100 untuk nyeri menunjukkan perubahan rata-rata yang tidak

signifikan (p=0,15) sebesar -14 (95% CI; -38 hingga 8). Namun, peningkatan signifikan dalam stres yang

dinilai dengan VAS 100 mm ditemukan, dengan penurunan rata-rata -49 (95% CL; -74 menjadi -24). Para

pasien juga melaporkan bahwa mereka lebih mampu mengelola masa tinggal mereka di rumah sakit.

Musik dan suara

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


Terapi musik yang diterapkan oleh terapis musik diselidiki pada pasien waspada di ICU, bukan pada

ventilasi mekanis (Golino et al., 2019). Secara keseluruhan, 52 pasien ditugaskan untuk relaksasi (n=28)

atau lagu pilihan (n=24). Itu adalah terapis musik yang mengumpulkan data tentang tanda-tanda vital

dari monitor dan data klinis tentang rasa sakit dan kecemasan dengan laporan diri pasien sendiri pada
artikel td
0-10 NRS dalam desain pra/pasca. Relaksasi membuat 10 pasien tertidur dibandingkan dengan 2 pada

kelompok musik. Rasa sakit berkurang dengan signifikansi statistik (p=0,001) sebesar 1,06 (95% CI

0,48-1,63) dan sebesar 1,27 (95% CI 0,66-1,89, p<0,001) pada kelompok musik.

Terapi musik juga diselidiki di ICU sebelum dan selama prosedur nosiseptif mandi
di tempat tidur (Jacq et al., 2018). Pasien berventilasi mekanis dan tidak dapat
berkomunikasi secara verbal karena tabung trakea, dengan skor Skala Sedatif
Agitasi Richmond (RASS) dari -3 hingga +4 sesuai dengan sedasi sedang hingga
keadaan agresif. Skala Nyeri Perilaku (BPS) digunakan dan skor >5 diinterpretasikan
sebagai mengalami nyeri. Ini adalah studi terkontrol non-acak dengan 30 pasien
pertama yang memenuhi syarat ditugaskan untuk intervensi dan 30 pasien
berikutnya ditugaskan untuk kontrol. Temuan menunjukkan bahwa tidak ada
pasien (n=60) yang mengalami nyeri saat istirahat sebelum mandi tempat tidur
(BPS <5), skor median pada 3 (IQR, 3-3) terlihat pada kedua kelompok (p=0,43).
Mandi di tempat tidur menimbulkan rasa sakit (BPS>5) hingga 88% dari total
sampel (n=60),

Dampak suara telah diperiksa menggunakan musik harpa (Chiasson et al., 2013)
dan suara alam (Saadatmand et al., 2015). Chiasson dkk. menyelidiki efek dari sesi
harpa hidup spontan 10 menit pada intensitas nyeri. Mereka menugaskan 100
pasien ke kelompok harpa (intervensi) atau sesi musik tanpa harpa (kontrol).
Berbagai parameter sebelum dan sesudah sesi dinilai pada kedua kelompok.
Kelompok kontrol dinilai sebelum dan sesudah istirahat. VAS 10 cm dimasukkan
sebagai bagian dari laporan diri, alat penilaian nyeri, yang mencakup skala
Ac

penilaian numerik (NRS), termometer nyeri, skala nyeri wajah dan skala deskripsi
verbal (VDS). Kelompok kontrol tidak menunjukkan perubahan pada VAS, dengan
rata-rata 2,5 (SD=3,0) sebelum dan sesudah sesi. Namun, kelompok intervensi
musik harpa diuntungkan, dengan signifikan (p>0.

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


Dalam uji coba terkontrol acak tersamar tunggal oleh Saadatmand dan rekan, efek
mendengarkan suara alami pada pengurangan rasa sakit dieksplorasi (Saadatmand et
Seni yang diterima cle
al., 2015). Penelitian ini melibatkan 60 pasien dan mengacak mereka untuk
mendengarkan suara alam melalui kelompok headphone (intervensi), atau kelompok
headphone tanpa suara (kontrol) selama 90 menit. Penilaian menggunakan 10 poin VAS
dilakukan pada baseline, 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit. Sedangkan
kelompok kontrol menunjukkan peningkatan intensitas nyeri dari awal sampai 30 menit
setelah intervensi dan 1 jam, kelompok intervensi memperoleh manfaat yang signifikan.
Puncak perbedaan antara kelompok intervensi dan kontrol terjadi 60 menit setelah
intervensi, dengan perbedaan rata-rata 1,3 (SD=0,25) dan rata-rata 3,63 untuk kelompok
intervensi dan 4.

Metode fisik

Tiga dari studi yang disertakan menyelidiki metode penghilang rasa sakit fisik dari latihan pasif,

akupunktur, dan icepack (Amidei & Sole, 2013; Feeney et al., 2017; Khalil, 2017). Amidei dan

rekan menyediakan program latihan pasif 20 menit yang disampaikan oleh mesin gerak pasif

berkelanjutan (CPM) (Amidei & Sole, 2013). Pasien diberi ventilasi mekanis dan didaftarkan 48

jam dalam intubasi; mereka menerima intervensi dalam waktu 72 jam setelah intubasi. Sebuah

sampel kenyamanan dari 32 pasien dimasukkan, tetapi kondisi yang memburuk dari dua pasien

mengurangi jumlah dalam kelompok intervensi menjadi 30 pasien. Intervensi terdiri dari 20

ekstensi dan fleksi selama 20 menit pada mesin CPM. Rasa sakit dinilai menggunakan Skala

Nyeri Perilaku (BPS, mulai dari 3 hingga 12 poin) setelah periode istirahat 30 menit, sebelum

intervensi, pada 5 dan 10 menit selama intervensi, pada penyelesaian intervensi dan setelah

istirahat 60 menit. Para pasien berperan sebagai kontrol mereka sendiri dalam desain dalam

subjek ini. Intensitas nyeri berkurang secara signifikan (p=0,02) dari 3,77 (SD=1,04) menjadi 3,23

(SD=0,63) setelah 10 menit intervensi.

Feeney dan rekan menyelidiki efek akupunktur yang diberikan oleh spesialis pengobatan Cina

kepada 45 pasien ICU. Intervensi disampaikan selama tiga sesi, satu sesi per hari selama tiga

hari. Rasa sakit dinilai sebelum dan sesudah akupunktur menggunakan 10 titik VAS dan NRS.

Intensitas nyeri turun rata-rata 2,56 poin pada hari pertama, dan 1,98 pada hari ketiga (p<0,05)

(Feeney et al., 2017). Akupunktur juga mengurangi konsumsi morfin dari rata-rata 21,44 mg

(SD=29,4) sebelum pengobatan, menjadi rata-rata 20,00 mg

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


setelah pengobatan pertama dan penggunaan morfin terus menurun secara signifikan (p<0,001) setelah

setiap pengobatan sampai mencapai dosis rata-rata 13,5 mg setelah 3rd pengobatan (Feeney et al., 2017).

Kemampuan kompres es untuk mengurangi nyeri prosedural pada pasien ICU terkait pungsi vena
Ac pted Art le
diselidiki oleh Khalil dalam studi kuasi-eksperimental (Khalil, 2017). Lima puluh pasien memiliki kompres

es yang diletakkan di tangan mereka selama 10 menit sebelum pungsi vena dan 50 pasien tidak

diintervensi sebelum penusukan (kelompok kontrol). Kelompok intervensi menunjukkan peringkat nyeri

yang lebih rendah secara signifikan (p=0,01) pada 10 poin VAS, dengan skor rata-rata 7,36 poin (SD=1,34)

dibandingkan dengan kelompok kontrol, dengan skor rata-rata 7,88 (SD=0,79). .

Bantuan emosional

Patterson dkk. menyelidiki dampak dukungan emosional (yaitu, memberikan perhatian dan

informasi kepada pasien) pada intensitas nyeri pada pasien luka bakar ICU, selain pengobatan

hipnosis yang dijelaskan di atas (Patterson et al., 1992). Intensitas nyeri berkurang 1,76 poin pada

VAS 10 poin, tetapi tidak signifikan setelah pasien menerima dukungan emosional berupa perhatian

dan informasi.

Perspektif pasien dan perawat ICU

Dalam sebuah penelitian yang menggunakan delapan wawancara kelompok fokus, pasien,

anggota keluarga, dan perawat dari ICU diminta untuk menggambarkan intervensi non-

farmakologis yang mereka temukan berguna, layak, dan relevan untuk mengurangi rasa sakit

(Gelinas et al., 2013). Dua dari kelompok fokus termasuk pasien dan anggota keluarga, dan

enam kelompok terdiri dari perawat ICU. Secara keseluruhan, 33 intervensi non-farmakologis

yang berbeda dibahas selama delapan sesi kelompok. Pasien dan anggota keluarga paling

sering mendiskusikan pijat sederhana dan efek kehadiran keluarga. Perawat mendiskusikan

efek terapi musik, distraksi, aromaterapi, olahraga, sentuhan, aplikasi panas/dingin,

mendengarkan secara aktif, orientasi realitas, dan komunikasi suportif. Empat intervensi

teratas yang dibahas dalam hal kegunaan, relevansi dan kelayakannya adalah terapi musik,

Khalil bertanya kepada 60 perawat perawatan kritis yang bekerja di ICU di Kairo Mesir tentang intervensi

nonfarmakologis apa yang mereka terapkan selama perawatan sehari-hari untuk pasien mereka (Khalil, 2018). Perawat

menjawab berdasarkan daftar 16 item yang dibuat sebelumnya. Sangat sedikit perawat (n=12) yang menggunakan

salah satu intervensi. Reposisi paling sering digunakan, diikuti oleh komunikasi, penggunaan

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


perangkat kenyamanan (misalnya kasur khusus) dan beberapa menggunakan paket panas atau dingin, mandi parsial,

lingkungan yang tenang dan nyaman, dan konseling.


Terima d Seni le
Diskusi

Menurut pedoman terbaru, penggabungan strategi non-farmakologis sangat dianjurkan (Devlin et al., 2018). Dalam tinjauan pelingkupan ini, kami telah

menunjukkan bahwa metode perilaku kognitif yang lebih komprehensif termasuk hipnosis, pijat sederhana, distraksi dan perawatan spiritual adalah intervensi

non-farmakologis yang paling sering digunakan untuk mengurangi rasa sakit (Gelinas et al., 2013). Dari hasil, kami menyarankan sub-kelompok baru "musik

dan suara" yang dalam tinjauan saat ini terdiri dari musik harpa, terapi musik, dan mendengarkan suara alam. Pasien tampaknya mendapat manfaat yang

signifikan dari intervensi yang nyaman ini. Yang paling sering kedua adalah terapi fisik termasuk olahraga, akupunktur dan kompres es. Dukungan emosional,

juga disarankan oleh Gelinas et al. tahun 2012, didefinisikan sebagai memberikan perhatian dan informasi kepada pasien dan digunakan sebagai kontrol oleh

Patterson et al. 1992 sebagai lengan paralel untuk hipnosis. Terapi dari kategori 'membantu aktivitas sehari-hari' atau 'menciptakan lingkungan yang nyaman'

hanya disebutkan dalam satu studi wawancara oleh Khalil pada tahun 2018. Alasan untuk penggunaan yang terbatas mungkin karena sementara perawat

dapat mengintegrasikan ini dalam perawatan mereka, mereka tidak melakukannya secara khusus untuk mengurangi rasa sakit. 'Daily care' dan 'comfort'

adalah kategori yang berisi strategi yang mudah diterapkan seperti repositioning atau menciptakan ruangan yang nyaman. Alasan untuk penggunaan

terbatas dapat karena sementara perawat dapat mengintegrasikan ini dalam perawatan mereka, mereka tidak melakukannya secara khusus untuk

mengurangi rasa sakit. 'Daily care' dan 'comfort' adalah kategori yang berisi strategi yang mudah diterapkan seperti repositioning atau menciptakan ruangan

yang nyaman. Alasan untuk penggunaan terbatas dapat karena sementara perawat dapat mengintegrasikan ini dalam perawatan mereka, mereka tidak

melakukannya secara khusus untuk mengurangi rasa sakit. 'Daily care' dan 'comfort' adalah kategori yang berisi strategi yang mudah diterapkan seperti

repositioning atau menciptakan ruangan yang nyaman.

Tujuan menyeluruh dari tinjauan ini adalah untuk ruang lingkup literatur untuk
bukti intervensi nonfarmakologis. Kami hanya dapat memasukkan dua belas studi,
dan sepuluh di antaranya telah memeriksa kemanjuran satu atau lebih intervensi
untuk mengurangi intensitas nyeri, beragam intervensi dan alat penilaian yang
digunakan. Jumlah rata-rata peserta per studi, termasuk semua intervensi, adalah
35, mulai dari 23 hingga 100, sehingga hasil yang mungkin mewakili pasien ini
lebih banyak daripada kelompok yang lebih luas dari semua pasien ICU. Bukti yang
disertakan lebih lanjut terhambat oleh deskripsi metode yang tidak jelas,
kurangnya pengacakan dan durasi intervensi yang pendek. Meskipun sejumlah
besar literatur yang awalnya mengungkapkan dirinya sendiri, ada beberapa
penelitian yang menyelidiki intervensi non-farmakologis untuk mengurangi rasa
sakit di antara populasi pasien ICU umum.

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


Dalam tinjauan pelingkupan saat ini, akupunktur dan hipnosis ditemukan sebagai intervensi

nonfarmakologis yang mampu mengurangi intensitas nyeri pada pasien ICU yang paling efisien (Berger et

al., 2010; Feeney et al., 2017; Patterson et al., 1992). Penurunan intensitas nyeri 2,56 poin, yang diukur

dengan VAS 0-10 poin, ditemukan di antara pasien ICU umum dari pra-perawatan pada awal hingga pasca

perawatan terakhir dengan akupunktur. Studi oleh Patterson et al. dan Berger dkk. hanya menyelidiki
Diterima rticl
hipnosis pada pasien luka bakar. Efek pengobatan rata-rata yang lebih besar ditemukan dalam penelitian

Patterson dibandingkan dengan Berger dan rekan (masing-masing 4,5 dan 1,6) mungkin terkait dengan

skor nyeri yang lebih tinggi dalam penelitian Patterson (Berger et al., 2010; Patterson et al. , 1992). Dua

penelitian yang dilakukan pada hipnosis dan intervensi musik (yaitu, baik musik harpa atau suara alam)

menemukan bahwa mendengarkan suara alam mengurangi intensitas nyeri rata-rata sebesar 1,3 poin

pada skala 0-10. Latihan pasif, musik harpa dan icepack juga menunjukkan perubahan yang signifikan,

tetapi semua perubahan rata-rata kurang dari 1 poin, yang diukur dengan skala 0-10.

Perkiraan nyeri persisten menggunakan kurva karakteristik operasi penerima (ROC) menunjukkan bahwa perubahan kurang dari 1,5 poin pada 0-10 NRS tidak memiliki relevansi klinis

(Kovacs et al., 2008). Namun, untuk nyeri sub-akut, perbedaan ROC yang dibutuhkan kurang dari 0,5 untuk menjadi perbedaan yang relevan secara klinis, dan untuk orang dengan

intensitas nyeri yang tinggi pada awal, perubahan yang dibutuhkan meningkat dengan meningkatnya tingkat nyeri (Kovacs et al., 2008). ). Dengan demikian, perubahan yang lebih besar

dalam skor nyeri dengan meningkatnya intensitas nyeri awal didokumentasikan dalam studi oleh Patterson dan Berger. Variabilitas besar dalam perbedaan minimal yang relevan secara

klinis mutlak dari 1 hingga 4 pada 0-10 NRS telah ditemukan dalam penelitian yang menyelidiki pereda nyeri pada nyeri akut, terkait kanker, dan nyeri persisten (Hirschfeld, Wager,

Schmidt, & Zernikow, 2014; Hui dkk., 2015; MF Olsen et al., 2017). Berbagai intervensi yang termasuk dalam tinjauan saat ini menunjukkan perubahan yang signifikan secara statistik, tetapi

mereka memiliki penurunan intensitas nyeri 1 atau kurang; karenanya, relevansi klinis dari studi ini diragukan. Variabilitas yang terlihat di antara hasil mungkin tergantung pada berbagai

faktor seperti intensitas nyeri awal pasien, seperti yang dibahas, tetapi juga peningkatan dalam manajemen analgesik dan tingkat trauma (MF Olsen et al., 2017). Olsen dkk. melakukan

tinjauan sistematis pada tahun 2017 tentang perbedaan minimal yang relevan secara klinis dengan total 42 penelitian; 35 studi tentang nyeri akut menunjukkan bahwa usia yang lebih

muda dikaitkan dengan perubahan intensitas nyeri yang lebih kecil (MF Olsen et al., 2017). Berbagai intervensi yang termasuk dalam tinjauan saat ini menunjukkan perubahan yang

signifikan secara statistik, tetapi mereka memiliki penurunan intensitas nyeri 1 atau kurang; karenanya, relevansi klinis dari studi ini diragukan. Variabilitas yang terlihat di antara hasil

mungkin tergantung pada berbagai faktor seperti intensitas nyeri awal pasien, seperti yang dibahas, tetapi juga peningkatan dalam manajemen analgesik dan tingkat trauma (MF Olsen et

al., 2017). Olsen dkk. melakukan tinjauan sistematis pada tahun 2017 tentang perbedaan minimal yang relevan secara klinis dengan total 42 penelitian; 35 studi tentang nyeri akut

menunjukkan bahwa usia yang lebih muda dikaitkan dengan perubahan intensitas nyeri yang lebih kecil (MF Olsen et al., 2017). Berbagai intervensi yang termasuk dalam tinjauan saat ini

menunjukkan perubahan yang signifikan secara statistik, tetapi mereka memiliki penurunan intensitas nyeri 1 atau kurang; karenanya, relevansi klinis dari studi ini diragukan. Variabilitas

yang terlihat di antara hasil mungkin tergantung pada berbagai faktor seperti intensitas nyeri awal pasien, seperti yang dibahas, tetapi juga peningkatan dalam manajemen analgesik dan

tingkat trauma (MF Olsen et al., 2017). Olsen dkk. melakukan tinjauan sistematis pada tahun 2017 tentang perbedaan minimal yang relevan secara klinis dengan total 42 penelitian; 35 studi

tentang nyeri akut menunjukkan bahwa usia yang lebih muda dikaitkan dengan perubahan intensitas nyeri yang lebih kecil (MF Olsen et al., 2017). relevansi klinis dari studi ini diragukan. Variabilitas yang terlihat di antara ha

Pergeseran saat ini dalam manajemen nyeri dari analgesik dan prosedur invasif ke

perawatan nyeri, yang komprehensif dan personal, menunjukkan perlunya non-

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


strategi farmakologis. Penilaian gejala adalah kunci untuk manajemen nyeri yang efektif dan tepat, yang

diperoleh dari sepuluh percobaan kami yang disertakan. Untuk pasien yang tidak mampu memberikan

laporan diri yang valid, ini mungkin menjadi penghalang utama untuk pengobatan yang optimal. Oleh
Ac pted A ticle
karena itu perlu strategi yang berbeda untuk mengidentifikasi nyeri dan mengevaluasi intervensi untuk

pasien ini termasuk dokumen strategis seperti hierarki penilaian oleh Herr dan rekan dan protokol yang

digerakkan oleh perawat untuk penilaian nyeri oleh BF Olsen et al. (Herr, Coyne, Ely, Gelinas, &

Manworren, 2019; BF Olsen, Rustoen, Sandvik, Jacobsen, & Valeberg, 2016). Sebagai bagian dari strategi ini

adalah penggunaan alat yang divalidasi peringkat proxy seperti alat observasi nyeri perawatan kritis

(CPOT) atau Skala Nyeri Perilaku, seperti yang terjadi pada dua penelitian termasuk pasien non-verbal. Alat

penilaian nyeri yang digunakan harus divalidasi untuk kelompok pasien dan layak untuk pengaturan

(Kotfis, Zegan-Barańska, Szydłowski, ukowski, & Ely, 2017). Skala nyeri CPOT atau BPS dapat

direkomendasikan untuk pasien sedasi non-verbal di ICU (Devlin et al., 2018). Perawat memiliki tugas etis

independen untuk menerapkan strategi berbasis bukti individual sesuai dengan proses keperawatan yang

memastikan penilaian, intervensi, penilaian ulang, dan dokumentasi (Asosiasi, 2018; Herr et al., 2019).

Manajemen nyeri yang sukses lebih lanjut merupakan usaha interdisipliner. Kompetensi inti dalam

perawatan nyeri integratif telah ditetapkan melalui putaran Delphi, dan ini telah didefinisikan sebagai

'pengetahuan antar-profesional', 'langkah-langkah pendidikan untuk meningkatkan keterampilan' dan

sikap dan keyakinan 'profesional kesehatan' (Tick, Chauvin, Brown, & Haramati, 2015). Rekomendasi ini

sesuai dengan pedoman inti, menyarankan penggunaan pendekatan bertahap berbasis bukti,

interdisipliner, berbasis penilaian, dan berbasis protokol (Devlin et al., 2018).

Penggunaan kompres dingin untuk prosedur keperawatan yang menyakitkan, seperti perubahan atau

penghentian trakeotomi, tusukan vena atau arteri atau pelepasan kateter urin mudah diterapkan,

meningkatkan rasa sakit pasien dan memungkinkan perawat untuk menghibur mereka secara langsung atau

tidak langsung karena berkurangnya kebutuhan akan sedasi (Vincent et al., 2016). Namun, konsensus tentang

bukti terbaru belum tercapai mengenai akupunktur dan gangguan menggunakan perangkat virtual reality (VR)

(Devlin et al., 2018; Tick et al., 2018). Devlin dkk. menganggap VR sebagai terapi berbasis hipnosis untuk

menghilangkan rasa sakit yang tidak dapat direkomendasikan karena rendahnya kualitas bukti yang

mendukungnya dan mereka tidak mempertimbangkan akupunktur sama sekali. Sebagai dokter, kami ingin

menekankan bahwa akupunktur dan hipnosis mungkin dianggap oleh pasien sebagai invasif; karena itu,

penggunaan terapi ini harus didiskusikan secara menyeluruh dengan mereka. Kami juga menganggap

akupunktur dan hipnosis sebagai perawatan yang memerlukan pendidikan spesialis dan

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


pelatihan untuk digunakan dengan pasien ICU; karenanya, utilitas mereka berkurang. Namun, bukti substansial untuk

penggunaan teknologi VR untuk mengurangi rasa sakit terkait luka bakar menunjukkan hasil yang menjanjikan dan

harus dieksplorasi lebih lanjut secara terpisah dan tidak dalam kombinasi dengan hipnosis (Gold, Belmont, & Thomas,
Terima artikel
2007).

Kekuatan dan keterbatasan

Kami telah menerapkan desain yang ketat termasuk penulis dengan kompetensi pelengkap, bekerja berpasangan di

semua langkah proses mulai dari perencanaan, penyaringan, membaca teks lengkap, dan semua penulis berkontribusi

penuh dalam menganalisis dan menulis makalah. Struktur yang jelas diberikan ketika mendefinisikan populasi

perawatan intensif, disediakan dengan menggunakan kerangka kerja dari Arksey dan

O alley dan Polkki et al. juga memperkuat metode (Arksey & O'Malley, 2005, Polkki,
2001).

Makalah ini dibatasi oleh deskripsi yang tidak jelas tentang tingkat sedasi yang diberikan dalam

makalah. Oleh karena itu bermasalah untuk mengevaluasi relevansi alat penilaian nyeri yang

digunakan. Keterbatasan lain adalah bahwa karena berbagai macam alat penilaian nyeri yang

disertakan, tidak mungkin untuk melakukan meta-analisis pada sub-kelompok makalah.

Kesimpulan

Studi kami menemukan kurangnya bukti tingkat tinggi dan kuat mengenai intervensi non-farmakologis

yang menargetkan intensitas nyeri. Dalam studi yang ditinjau, intervensi hipnosis, akupunktur, kompres

es, suara alami, latihan pasif, dan musik harpa terbukti memiliki efek signifikan secara statistik pada

penghilang rasa sakit. Namun, hanya hipnosis, akupunktur, dan suara alami yang menunjukkan

penurunan intensitas nyeri yang relevan secara klinis. Selain itu, keluarga, perawat dan pasien

menyarankan penggunaan pijat sederhana, kehadiran keluarga, terapi musik dan distraksi sebagai

intervensi yang relevan dan berguna dalam pengelolaan nyeri di ICU.

Tinjauan ini mungkin menyarankan kebutuhan untuk menggunakan intervensi multimodal

komprehensif dalam penyelidikan efek protokol pengobatan non-farmakologis pada intensitas nyeri,

proporsi nyeri dan dampak pada konsumsi opioid dan kebutuhan sedasi.

Relevansi dengan Praktik Klinis

Pengamatan keperawatan terstruktur diikuti dengan intervensi berdasarkan protokol yang digerakkan oleh penilaian

dan standar untuk manajemen nyeri menggunakan algoritma standar sangat penting untuk nyeri

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


manajemen di ICU (Devlin et al., 2018; Grounds et al., 2014). Perawat berada di dekat pasien dalam

waktu yang lebih lama dan kemampuan mereka untuk menilai rasa sakit dan mengidentifikasi

gejala sangat penting untuk memberikan pereda nyeri yang optimal kepada pasien. Alat penilaian

nyeri yang valid telah dikembangkan untuk mengatasi intensitas nyeri seseorang, penyebab dasar

nyeri (nyeri akut/persisten), dan alasan tidak komunikatif (koma, demensia, disabilitas). Hasil negatif

pasien, seperti durasi ventilasi mekanis, lama tinggal di ICU, infeksi, waktu sedasi, penggunaan
Acc pt Ar icle
opioid, dan kematian semuanya telah dikurangi dengan menggunakan penilaian keperawatan

terstruktur (Skrobik et al., 2010). Perawatan nyeri adalah usaha interdisipliner, di mana perawat

memiliki peran kunci dalam penilaian, penilaian ulang, manajemen dan dokumentasi.

Pengobatan komplementer dan obat-obatan harus dipantau menggunakan penilaian nyeri terstruktur

untuk memastikan pengobatan disesuaikan dengan individu (BF Olsen et al., 2016). Protokol yang

dipimpin perawat yang jelas untuk pengobatan telah terbukti mengurangi rasa sakit (Chanques et al.,

2009). Kelanjutan protokol nyeri yang dipimpin perawat harus mencakup paket perawatan non-

farmakologis yang disesuaikan dengan pasien. Perawatan pribadi muncul ketika penyedia layanan

kesehatan memperhitungkan preferensi pribadi seseorang, usia, jenis nyeri, intensitas nyeri dan jenis

dan tingkat trauma, seperti yang disarankan dalam literatur penelitian. Hasil dari lingkup bukti saat ini

menunjukkan bahwa hipnosis, akupunktur, kompres es, suara alam, latihan pasif dan musik harpa dapat

diintegrasikan dengan perawatan akut. Meskipun tidak diteliti secara menyeluruh untuk efek

penggunaan pijatan sederhana, memiliki keluarga hadir, terapi musik dan gangguan yang relevan.

Pengurangan intensitas nyeri yang relevan secara klinis hanya terlihat pada hipnosis, akupunktur, dan

suara alami. Dari semua intervensi dengan efek klinis yang berarti, mendengarkan suara alami

tampaknya kurang invasif dan merupakan pilihan pertama.

Kami selanjutnya menyarankan bahwa beberapa ukuran efek kecil dapat meningkat jika orang yang tepat menerima

perawatan yang tepat pada waktu yang tepat dan dalam situasi yang tepat. Kurangnya bukti saat ini memberikan permintaan

untuk studi yang dipimpin perawat di masa depan tentang perawatan non-farmakologis yang diintegrasikan ke dalam

perawatan sehari-hari.

Kebutuhan untuk pengobatan farmakologis diselidiki dalam kaitannya dengan akupunktur dan hipnosis,

dan kedua intervensi mampu mengurangi konsumsi opioid pasien (Berger et al., 2010; Patterson et al.,

1992). Oleh karena itu, protokol untuk manajemen nyeri menggunakan langkah-langkah nonfarmakologis

harus dipantau untuk efeknya pada intensitas nyeri, variabilitas nyeri, kebutuhan sedasi, dan konsumsi

analgesik.

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


Terima d Artikel
Referensi
Amidei, C., & Sole, ML (2013). Respon fisiologis terhadap latihan pasif pada orang dewasa yang menerima

ventilasi mekanis. Jurnal perawatan kritis Amerika, 22(4), 337-348. Arbour, C., & Gelinas, C.

(2010). Apakah tanda-tanda vital indikator yang valid untuk penilaian nyeri pada

orang dewasa pasca operasi jantung ICU? Perawat Perawatan Crit Intensif, 26(2), 83-90.

doi:10.1016/j.iccn.2009.11.003

Arksey, H., & O'Malley, L. (2005). Studi pelingkupan: menuju kerangka metodologis.

Jurnal internasional metodologi penelitian sosial, 8(1), 19-32.

Asosiasi, AN (2018). Tanggung jawab etis untuk mengelola rasa sakit dan penderitaan yang ditimbulkannya. ANA

Pernyataan Posisi. Di dalam.

Barr, J., Fraser, GL, Puntillo, K., Ely, EW, Gelinas, C., Dasta, JF, . . . Joffe, AM (2013). Klinis

pedoman praktek untuk pengelolaan nyeri, agitasi, dan delirium pada pasien dewasa di unit

perawatan intensif: Ringkasan eksekutif. Am J Health Syst Pharm, 70(1), 53-58. Pertempuran, CE,

Lovett, S., & Hutchings, H. (2013). Nyeri kronis pada penderita penyakit kritis: a

analisis retrospektif dari kejadian dan faktor risiko. Perawatan Kritik, 17(3), R101.

doi:10.1186/cc12746

Berger, MM, Davadant, M., Marin, C., Wasserfallen, JB, Pinget, C., Maravic, P., . . . Chiolero, RL

(2010). Dampak protokol nyeri termasuk hipnosis pada luka bakar besar.Luka bakar (03054179), 36(5),

639-646.

Berning, JN, Miskin, AD, Buckley, SM, Patel, KR, Lederer, DJ, Goldstein, NE, . . . Baldwin, M.

R.(2016). Panduan Gambar Novel untuk Meningkatkan Perawatan Spiritual dan Mengurangi

Kecemasan di Unit Perawatan Intensif Berventilasi Mekanik Dewasa.Ann Am Thorac Soc.

doi:10.1513/AnnalsATS.201512-831OC

Bradt, J., & Dileo, C. (2014). Intervensi musik untuk pasien berventilasi mekanis.Cochrane

Pembaruan Sistem Basis Data(12), CD006902. doi:10.1002/14651858.CD006902.pub3

Chanques, G., Payen, JF, Mercier, G., de Lattre, S., Viel, E., Jung, B., . . . Jaber, S. (2009). Menilai

nyeri pada pasien sakit kritis yang tidak diintubasi yang tidak dapat melaporkan sendiri: adaptasi

Skala Nyeri Perilaku. Perawatan Intensif Med, 35(12), 2060-2067. doi:10.1007/s00134-009- 1590-5

Chanques, G., Sebbane, M., Barbotte, E., Viel, E., Eledjam, JJ, & Jaber, S. (2007). Seorang calon

studi tentang nyeri saat istirahat: kejadian dan karakteristik gejala yang tidak dikenali dalam pembedahan

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


dan trauma versus pasien unit perawatan intensif medis. Anestesiologi, 107(5), 858-860.

doi:10.1097/01.anes.0000287211.98642.51

Chiasson, AM, Baldwin, AL, McLaughlin, C., Cook, P., & Sethi, G. (2013). Efek Hidup
Artikel yang Diterima
Musik Harpa Spontan pada Pasien di Unit Perawatan Intensif. Pengobatan

Pelengkap & Alternatif Berbasis Bukti (eCAM), 2013, 1-6.

Choi, J., Campbell, ML, Gelinas, C., Happ, MB, Tate, J., & Chlan, L. (2017). Penilaian gejala dalam

pasien ICU non-vokal atau kognitif terganggu: Implikasi untuk praktek dan penelitian masa depan.

Jantung dan Paru: Jurnal Perawatan Akut dan Kritis., 23.

Colquhoun, HL, Levac, D., O'Brien, KK, Straus, S., Tricco, AC, Perrier, L., . . . Moher, D. (2014).

Tinjauan pelingkupan: waktu untuk kejelasan definisi, metode, dan pelaporan. J Clin Epidemiol, 67

(12), 1291-1294. doi:10.1016/j.jclinepi.2014.03.013

Devlin, JW, Skrobik, Y., Gelinas, C., Needham, DM, Slooter, AJC, Pandharipande, PP, . . .

Alhazzani, W. (2018). Pedoman Praktik Klinis untuk Pencegahan dan Penatalaksanaan Nyeri,

Agitasi/Sedasi, Delirium, Imobilitas, dan Gangguan Tidur pada Pasien Dewasa di ICU.Crit

Care Med, 46(9), e825-e873. doi:10.1097/CCM.0000000000003299

Feeney, C., Bruns, E., LeCompte, G., Forati, A., Chen, T., & Matecki, A. (2017). Akupunktur untuk Nyeri

dan Mual di Unit Perawatan Intensif: Studi Kelayakan di Rumah Sakit Jaring Pengaman Umum. J

Altern Complement Med, 23(12), 996-1004. doi:10.1089/acm.2016.0323

Gelinas, C., Arbour, C., Michaud, C., Robar, L., & Cote, J. (2013). Perspektif pasien dan perawat ICU

intervensi nonfarmakologis untuk manajemen nyeri. Perawat Crit Care, 18(6), 307-318.

Emas, JI, Belmont, KA, & Thomas, DA (2007). Neurobiologi nyeri realitas virtual

redaman. Perilaku Cyberpsychol, 10(4), 536-544. doi:10.1089/cpb.2007.9993 Golino, AJ,

Leone, R., Gollenberg, A., Christopher, C., Stanger, D., Davis, TM, . . . Friesen, MA

(2019). Dampak Intervensi Terapi Musik Aktif pada Pasien Perawatan Intensif.Am J Crit Care,

28(1), 48-55. doi:10.4037/ajcc2019792

Grounds, M., Willson, J., Tulloch, L., Linhartova, L., Shah, A., Pierson, R., & England, K. (2014).

Tinjauan Masyarakat Perawatan Intensif tentang Praktik Terbaik untuk Analgesia dan Sedasi di

Perawatan Kritis.London, Inggris: The Intensive Care Society.

Herr, K., Coyne, PJ, Ely, E., Gelinas, C., & Manworren, RCB (2019). Posisi ASPMN 2019

Pernyataan: Pengkajian Nyeri pada Pasien Tidak Dapat Melaporkan Sendiri. Perawat manajemen

nyeri. doi:10.1016/j.pmn.2019.07.007

Hirschfeld, G., Taruhan, J., Schmidt, P., & Zernikow, B. (2014). Minimal signifikan secara klinis

perbedaan untuk remaja dengan variabilitas nyeri kronis dari titik potong berbasis ROC. J Sakit, 15

(1), 32-39. doi:10.1016/j.jpain.2013.09.006

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


Hui, D., Shamieh, O., Paiva, CE, Perez-Cruz, PE, Kwon, JH, Muckaden, MA, . . . Bruera, E.

(2015). Perbedaan minimal yang penting secara klinis dalam Skala Penilaian Gejala Edmonton

pada pasien kanker: Sebuah studi prospektif multisenter.Kanker, 121(17), 3027-3035. doi:10.1002/
Artikel yang Diterima
cncr.29437

Hweidi, IM (2007). Persepsi pasien Yordania tentang stres di unit perawatan kritis: Sebuah kuesioner

survei. Int J Nurs Stud, 44(2), 227-235.

IASP. (2012). Taksonomi IASP. Istilah Nyeri., dari Asosiasi Internasional untuk Studi Nyeri

http://www.iasp-pain.org/Taxonomy#Pain

Jacq, G., Melot, K., Bezou, M., Foucault, L., Courau-Courtois, J., Cavelot, S., . . . Legriel, S. (2018).

Musik untuk menghilangkan rasa sakit selama mandi di tempat tidur pasien berventilasi mekanis: Sebuah studi

percontohan.PLoS Satu, 13(11), e0207174. doi:10.1371/journal.pone.0207174

Khalil, NS (2017). Pengaruh penerapan kompres es pada pengurangan rasa sakit selama tusukan arteri.

Praktek Klinis, 14(4), 214-218.


Khalil, NS (2018). Perawat perawatan kritis menggunakan metode manajemen nyeri non-farmakologis dalam

Mesir. Appl Nurs Res, 44, 33-38. doi:10.1016/j.apnr.2018.09.001

Kotfis, K., Zegan-Barańska, M., Szydłowski, ., ukowski, M., & Ely, EW (2017). Metode rasa sakit

penilaian pada pasien dewasa unit perawatan intensif — versi Polandia dari CPOT (Alat

Observasi Nyeri Perawatan Kritis) dan BPS (Skala Nyeri Perilaku). Anestesi Intensif Ada, 49(1),

66-72.

Kovacs, FM, Abraira, V., Royuela, A., Corcoll, J., Alegre, L., Tomas, M., . . . Sakit Punggung Spanyol

Penelitian, N. (2008). Perubahan minimal yang dapat dideteksi dan minimal secara klinis penting untuk nyeri

pada pasien dengan nyeri leher nonspesifik.Gangguan Muskuloskelet BMC, 9, 43. doi:10.1186/1471-

2474-9-43

Kyavar, M., Karkhaneh, S., Rohanifar, R., Azarfarin, R., Sadeghpour, A., Alizadehasl, A., & Ghadrdoost,

B. (2016). Pengaruh mendengarkan musik yang disukai pada pengurangan rasa sakit pada pasien berventilasi

mekanis setelah operasi cangkok bypass arteri koroner.Penelitian dalam Kedokteran Kardiovaskular, 5 (4) (tidak

ada pagination)(e33769).

Levac, D., Colquhoun, H., & O'Brien, KK (2010). Studi pelingkupan: memajukan metodologi.

Implementasi Sains, 5, 69. doi:10.1186/1748-5908-5-69

Li, J., Zhou, L., & Wang, Y. (2017). Efek intervensi musik pada pasien luka bakar selama

prosedur pengobatan: tinjauan sistematis dan meta-analisis dari uji coba terkontrol secara

acak. BMC Complement Altern Med, 17(1), 158. doi:10.1186/s12906-017-1669-4

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


Longley, L., Simons, T., Glanzer, L., Du, C., Trinks, H., Letzkus, L., & Quatrara, B. (2018). Mengevaluasi

Tidur di Unit Perawatan Intensif Luka Bakar Trauma Bedah: Dilema yang Sulit Dipahami. Dimens Crit Care

Nurs, 37(2), 97-101. doi:10.1097/DCC.0000000000000284


Artikel yang Diterima
Marshall, JC, Bosco, L., Adhikari, NK, Connolly, B., Diaz, JV, Dorman, T., . . . Zimmerman, J.

(2017). Apa itu unit perawatan intensif? Sebuah laporan dari gugus tugas Federasi Dunia

Perhimpunan Kedokteran Perawatan Intensif dan Kritis.J Crit Care, 37, 270-276. doi:10.1016/

j.jcrc.2016.07.015

Olsen, BF, Rustoen, T., Sandvik, L., Jacobsen, M., & Valeberg, BT (2016). Hasil implementasi

algoritma manajemen nyeri pada pasien unit perawatan intensif: Dampak pada

penilaian nyeri, lama tinggal, dan durasi ventilasi. J Crit Care, 36, 207-211.

doi:10.1016/j.jcrc.2016.07.011

Olsen, MF, Bjerre, E., Hansen, MD, Hilden, J., Landler, NE, Tendal, B., & Hrobjartsson, A. (2017).

Pereda nyeri yang penting bagi pasien: tinjauan sistematis studi empiris yang menilai

perbedaan minimal yang penting secara klinis pada nyeri akut. BMC Med, 15(1), 35.

doi:10.1186/s12916-016-0775-3

Patterson, DR, Everett, JJ, Burns, GL, & Marvin, JA (1992). Hipnosis untuk pengobatan luka bakar

nyeri. J Konsultasikan Clin Psychol, 60(5), 713-717. doi:10.1037//0022-006x.60.5.713

Polkki, T., Vehvilainen-Julkunen, K., & Pietila, AM (2001). Metode nonfarmakologi dalam meredakan

nyeri pasca operasi anak-anak: survei pada perawat rumah sakit di Finlandia. J Adv Nurs, 34(4),

483-492.

Puntillo, KA, Max, A., Timsit, JF, Vignoud, L., Chanques, G., Robleda, G., . . . Azoulay, E. (2014).

Penentu intensitas nyeri prosedural di unit perawatan intensif. Studi Europain(R).Am J

Respir Crit Care Med, 189(1), 39-47. doi:10.1164/rccm.201306-1174OC Rotondi, AJ, Chelluri,

L., Sirio, C., Mendelsohn, A., Schulz, R., Belle, S., . . . Pinsky, MR (2002).

Ingatan pasien tentang pengalaman stres saat menerima ventilasi mekanis yang

berkepanjangan di unit perawatan intensif. Crit Care Med, 30(4), 746-752.

Saadatmand, V., Rejeh, N., Heravi-Karimooi, M., Tadrisi, SD, Vaismoradi, M., & Jordan, S. (2015).

Efek Suara Alami pada Nyeri: Percobaan Terkendali Acak dengan Pasien yang Menerima

Dukungan Ventilasi Mekanik. Pain Manag Nurs, 16(4), 483-492. doi:10.1016/

j.pmn.2014.09.006

Skrobik, Y., Ahern, S., Leblanc, M., Marquis, F., Awissi, DK, & Kavanagh, BP (2010). Diprotokolkan

manajemen unit perawatan intensif analgesia, sedasi, dan delirium meningkatkan analgesia dan

tingkat delirium subsindromal. Anestesi Analg, 111(2), 451-463. doi:10.1213/ANE.0b013e3181d7e1b8

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


Thomas, LA (2003). Manajemen klinis stresor yang dirasakan oleh pasien pada mekanik

ventilasi. Masalah Klin AACN, 14(1), 73-81.


Diterima Arti le
Centang, H., Chauvin, SW, Brown, M., & Haramati, A. (2015). Kompetensi Inti dalam Nyeri Integratif

Perawatan untuk Dokter Perawatan Primer Tingkat Awal. Obat Sakit, 16(11), 2090-2097.

doi: 10.1111/pm.12818

Centang, H., Nielsen, A., Pelletier, KR, Bonakdar, R., Simmons, S., Glick, R., . . . Kesehatan. (2018). Bukti-

Strategi Nonfarmakologis Berbasis untuk Perawatan Nyeri Komprehensif: Buku Putih Satuan

Tugas Nyeri Konsorsium. Jelajahi (NY), 14(3), 177-211. doi:10.1016/j.explore.2018.02.001 Vincent,

JL, Shehabi, Y., Walsh, TS, Pandharipande, PP, Ball, JA, Spronk, P., . . . Takala, J.

(2016). Kenyamanan dan perawatan yang berpusat pada pasien tanpa sedasi berlebihan: konsep eCASH.

Perawatan Intensif Med, 42(6), 962-971.

Woien, H., & Bjork, TI (2013). Perawatan intensif perawatan nyeri dan sedasi: pengalaman perawat

konflik antara penilaian klinis dan perawatan standar: sebuah studi eksploratif.Perawat

Perawatan Crit Intensif, 29(3), 128-136. doi:10.1016/j.iccn.2012.11.003

Woien, H., Vaeroy, H., Aamodt, G., & Bjork, TI (2014). Meningkatkan pendekatan sistematis terhadap rasa sakit

dan manajemen sedasi di ICU dengan menggunakan alat penilaian. J Clin Nurs, 23 tahun(11-12), 1552-

1561. doi:10.1111/j.1365-2702.2012.04309.x

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


Tabel 1. Skema Population, Intervention, Outcome (PIO) digunakan untuk melakukan

pencarian.
Artikel yang Diterima
Populasi Intervensi Hasil
Unit perawatan kritis Nonfarmakologis Nyeri

intervensi
Perawatan kritis Intensitas nyeri

Unit perawatan intensif* Manajemen nyeri

Perawatan intensif* Pengurangan rasa sakit

Unit perawatan

Intensif*

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


Tabel 2. Ikhtisar studi yang disertakan berdasarkan negara asal, tujuan, populasi studi dan desain
Penulis dan tahun Menghitung Tujuan Populasi studi Desain

ry
Amidei dkk. 2013 Amerika Serikat Untuk mengidentifikasi nyeri 30 pasien ICU MV. Usia rata- Kuasi-eksperimental

fisiologis dan respons inflamasi rata 56,6 (SD=16,9) 60% laki- dalam-mata pelajaran
Artikel cept d
terhadap protokol latihan pasif laki tindakan berulang

standar. desain

Berger dkk. 2010 Switz Untuk mengukur pengaruh 23 pasien ICU dengan luka bakar Kontrol kasus

erlan hipnosis (dibandingkan dengan 23 dari catatan desain eksperimental

D pada intensitas nyeri, antisipasi pasien medis)

terhadap nyeri sebelum pengobatan Usia rata-rata 36 (SD=13)

dan penggunaan analgesik. 61% laki-laki

Berning dkk. 2016 Amerika Serikat Untuk menentukan kelayakan dan 50 pasien ICU MV. Usia

mengukur efek dari rata-rata 59 (SD=16) 56% Kuasi-eksperimental

perawatan spiritual dipandu gambar laki-laki desain

yang dipimpin pendeta untuk ventilasi Rata-rata 19,5 MV hari (kisaran 7-29)

mekanis

dewasa di ICU.
Chiasson dkk. Amerika Serikat Untuk menyelidiki pengaruh musik harpa 100 pasien ICU (50 intervensi, Studi kasus kontrol

2013 spontan langsung pada rasa sakit yang 50 kontrol) dengan penilaian pra

dilaporkan sendiri dan pasca

Feeney dkk. 2017 Amerika Serikat Untuk mengeksplorasi kelayakan dan 46 pasien ICU (76% laki-laki, usia Calon
penerimaan akupunktur untuk rata-rata 47,4 SD = 16,7) studi kelayakan

menghilangkan rasa sakit dan mual dibandingkan dengan 530 pasien Studi kohort

non-ICU

Gelina dkk. 2012 Kana Untuk menggambarkan perspektif 33 nonfarmakologis Sebuah kualitatif

da keluarga/pasien dan perawat tentang intervensi dibahas selama desain deskriptif


kegunaan, 8 kelompok fokus
relevansi dan kelayakan
intervensi nonfarmakologis
untuk manajemen nyeri di ICU
Golino dkk. 2019 Amerika Serikat Untuk menguji intervensi terapi musik 52 pasien dengan usia rata-rata 62 Pretes/pasca tes,

aktif pada nyeri yang dilaporkan sendiri (kisaran 20-89), 37% laki-laki dalam-mata pelajaran,

desain grup tunggal

Jacq dkk. 2018 Franc Untuk mengetahui pengaruh musik 60 pasien ICU MV. Intervensi n=30, Tidak acak
e terhadap nyeri pada pasien ICU MV saat 37% laki-laki median usia 78. Kontrol studi terkontrol

mandi di tempat tidur pagi n=30, 67% laki-laki, median usia 65.

Khalil dkk. 2017 Mesir Untuk menilai efek es 50 intervensi ICU (usia 56, Kontrol kasus

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


aplikasi paket pada tingkat nyeri SD=2.1, 62% laki-laki desain eksperimental

selama penusukan arteri radial dan 50 kontrol ICU (usia 54, SD

= 2,1, 54% laki-laki)


Diterima Art e
Khalil dkk. 2018 Mesir Untuk mempelajari Praktik Perawat 60 perawat ICU Deskriptif
Perawatan Kritis Intervensi Manajemen studi eksplorasi
Nyeri Non-farmakologis Untuk menilai

Patterson dkk. Amerika Serikat kemanjuran hipnosis dalam mengurangi 30 nyeri ICU luka bakar≥ 5 (usia 34,1, Studi kohort dengan

1992 nyeri luka bakar SD=9,1) pra dan pasca

10 hipnosis, 10 perlakuan

perhatian/informasi, 10 kontrol

Saadatmand dkk. Iran Untuk menyelidiki efek mendengarkan 30 intervensi MV ICU (usia 41,23, Paralel pragmatis-

2015 suara alami pada rasa sakit SD=15,31, laki-laki 47%), dan 30 lengan, acak
kontrol ICU MV (usia 46,60, terkontrol plasebo

SD=16,76, 67% laki-laki) uji coba

MV=Berventilasi Secara Mekanis; ICU=Unit Perawatan Intensif

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


Tabel 3. Efek dan kegunaan intervensi nonfarmakologis di ICU

Penulis dan Intervensi Durasi Nyeri Temuan Utama

tahun Hasil
Amidei et Latihan pasif 20 menit BPS Latihan pasif dapat dilakukan dan

Al. 2013 program dengan 20 mengurangi intensitas nyeri

fleksi dan ekstensi


Berger dkk. Hipnosis 101 sesi. Median 3 sesi VAS Hipnosis dapat mengatasi rasa sakit

2010 per pasien dan median ESAS dengan sukses.

15 menit.
Tingkat dan waktu hipnosis

bersifat individual.

Berning et Perawatan rohani 50 memiliki satu sesi, 18 Rohani Rasa sakit spiritual dapat dinilai dengan

Al. 2016 kartu penilaian memiliki 2 sesi. nyeri VAS intervensi yang dipimpin oleh pendeta.

skor Tidak ada perubahan signifikan pada nyeri

fisik.

Chiasson et musik harpa 10 menit musik harpa live VAS Musik live harpa dapat digunakan untuk
Diterima

Al. 2013 mengurangi nyeri pada pasien ICU.

Feeney dkk. akupunktur 20 menit sesi, 3 kali NRS


2017 VAS

Gelina et Ulasan tentang Delapan kelompok fokus Diskusi Empat terapi yang paling berguna,

Al. 2012 intervensi layak dan relevan adalah terapi musik,

distraksi, terapi sederhana

pijat dan fasilitasi kehadiran

keluarga.

Diskusi 33 intervensi. Relaksasi

Golino dkk. Terapi musik dan Sesi 30 menit NRS membuat lebih banyak tertidur. Terapi

2019 relaksasi musik mengurangi rasa sakit lebih

banyak.

Jacq et Musik Musik saat mandi di tempat tidur BPS Musik mengurangi intensitas nyeri dan

al.2018 menurunkan waktu yang dihabiskan untuk nyeri

selama prosedur nosiseptif.

Khalil dkk. Paket es 10 menit VAS Paket es layak dan mampu

2017 mengurangi rasa sakit selama

tusukan vena

Khalil dkk. Ulasan tentang Wawancara individu Reposisi, komunikasi, penggunaan

2018 intervensi alat bantu, paket panas/dingin,

mandi parsial, ruang konseling

tenang digunakan oleh ICU

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


perawat.

Patterson dkk Hipnose 30 menit VAS Hipnosis mengurangi rasa sakit

Al. 1992 Perhatian dan lebih berhasil daripada perhatian


Artikel yang Diterima
kontrol informasi dan informasi dan kondisi kontrol.

Saadatmand Suara alam 90 menit VAS Mendengarkan musik mengurangi

dkk. 2015 rasa sakit setelah 30 menit dan

berkurang lebih jauh selama 90 menit.

Rasa sakit meningkat setelah

penghentian intervensi.

BPS=Skala Nyeri Perilaku; ESAS=Sistem Penilaian Gejala Edmonton; NRS=Skala Peringkat Numerik;
VAS=Skala Analog Visual

Artikel ini dilindungi oleh hak cipta. Seluruh hak cipta


Diagram Alir PRISMA 2009

Catatan diidentifikasi melalui


pencarian literatur sistematis
Total (n=10731)
• Basis (n= 5134 )
Identifikasi

• Garis Medali (n= 3466 )


• Cinahl (n= 556 )
Rantai belakang setelah studi asli • Indeks keperawatan Inggris (n= 781)
Jumlah (n=73) • Amed (n= 794 )
• Tinjauan sistematis (n= 4)
• Pedoman (n= 2)

• Duplikat dihapus (n= 5134)


Pencarian diperbarui 2/2/2018 ke
• Anak (n = 1531)
Penyaringan

26/06/2019
Jumlah (n=181)

Judul dan abstrak


Catatan dikecualikan
disaring (n = 3927)
(n = 4320)
kelayakan

Artikel teks lengkap dinilai 381 Artikel teks lengkap


untuk kelayakan dikecualikan karena:
(n = 393)
- bukan penelitian asli (n = 40)
- bukan kajian ilmiah (n = 55)
- bukan intervensi
nonfarmakologis (n = 157)
- bukan pasien ICU (n = 71)
Termasuk

Studi termasuk dalam - bukan bahasa inggris (n = 25)


tinjauan ruang lingkup - anak (n= 2)
(n = 12) - bukan hasil nyeri (n=27)
- duplikat (n= 4)

Dari: Moher D, Liberati A, Tetzlaff J, Altman DG, Grup PRISMA (2009). Pdirujuk Rmelaporkan Sayasyarat untuk SUlasan sistematis dan Meta-
Aanalisis: Pernyataan PRISMA. PLoS Med 6(7): e1000097. doi:10.1371/journal.pmed1000097

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.prisma-statement.org.

Anda mungkin juga menyukai